Analisis Kinerja Keuangan Daerah

130
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG TERHADAP EFISIENSI PENDAPATANASLIDAERAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin JUSMAWATI A211 08 253 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

description

kinerja keuangan

Transcript of Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Page 1: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

TERHADAP EFISIENSI PENDAPATANASLIDAERAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

JUSMAWATI

A211 08 253

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

1

Page 2: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

LEMBARAN PENGESAHAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

TERHADAP EFISIENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

Skripsi Sarjana Lengkap Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Hasanuddin

Makassar

Diajukan Oleh:

JUSMAWATI

A21108253

Telah disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si Fahrina Mustafa, SE., M.Si NIP. 19660622199303 1 003 NIP. 19740902200812 2 001

Page 3: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

TERHADAP EFISIENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

Dipersiapkan dan disusun oleh :

JUSMAWATIA21108253

Telah dipertahankan di depan Dewan Pengujipada tanggal 30 DESEMBER 2011 dan dinyatakan LULUS

Dewan Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda

Tangan

1. Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si Ketua 1 .........................

2. Fahrina Mustafa, SE., M.Si Sekretaris 2.........................

3. Dr. Ria Mardiana, SE., M.Si Anggota 3.........................

4. Dr.Idayanti, SE., M.Si Anggota 4.........................

5. Wardhani Hakim, SE., M.Si Anggota 5.........................

Disetujui

Jurusan Manajemen Tim Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi danBisnis

Ketua Ketua

Dr.Muh.Yunus Amar.,SE.,MT . Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE.,M.Si NIP. 19620430 198810 1 001 NIP. 19660622199303 1 003

Page 4: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

ABSTRACT

Jusmawati. 2011. Analysis of The Financial Perfomance of The Soppeng Regency of The Efficiency of Local Government District Revenue. Final Report. Department of Management. Faculty of Economics and Business. Hasanuddin University. Supervising I. Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M. Si. The Supervising II. Fahrina Mustafa, SE., M. Si. 68 pages.

Keywords: Ratio of Independence, Effectiveness Ratio, Growth Ratio, Efficiency Ratio, Revenue (PAD)

Regional autonomy (decentralization) is a regional authority to regulate and manage the interests of society at its own initiative based on community aspirations and according to laws and regulations. One aspect of local government that must be regulated carefully is the financial management area. To analyze the performance of local governments in managing local finances can be done with the financial ratio analysis. The financial ratios used include: the ratio of independence, effectiveness ratios, growth ratios, and the efficiency ratio of revenue.

The purpose of this study was to determine the financial performance of the Regency Soppeng significant effect on the efficient use of revenue. The population in this study, namely Regency Budget Realization Report Soppeng in which samples are taken is eight years (2003-2010). The variables studied include self-sufficiency ratio, the ratio of effectiveness, and growth ratios as independent variables as well as the efficiency of the revenue as the dependent variable.

The results of regression analysis showed that the ratio of independence, effectiveness ratio, and growth ratios significantly influence the efficiency of local revenue from the year 2003-2010 is evident from the 0.009 probability value <0.05. Partial, self-reliance ratio significantly influence the efficiency of revenue. However, the effectiveness ratio and growth rate did not significantly influence the efficiency of revenue.

Page 5: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

ABSTRAK

Jusmawati. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng terhadap Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. Pembimbing I. Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M. Si. Pembimbing II. Fahrina Mustafa, SE., M. Si. 66 hal.

Kata Kunci: Rasio Kemandirian, Rasio Efektifitas, Rasio Pertumbuhan, Rasio Efisiensi, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Otonomi daerah (otoda) adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah pengelolaan keuangan daerah. Untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Adapun rasio keuangan yang digunakan meliputi: rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio pertumbuhan, dan rasio efisiensi PAD.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan PAD. Populasi dalam penelitian ini, yaitu Laporan Realisasi Anggaran Pemkab Soppeng di mana sampel yang diambil adalah delapan tahun terakhir (2003-2010). Adapun variabel yang diteliti meliputi rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio pertumbuhan sebagai variabel bebas (independen) serta efisiensi PAD sebagai variabel terikat (dependen).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD dari tahun 2003-2010 terbukti dari nilai probabilitas 0,009 < 0,05. Secara parsial, rasio kemandirian berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD. Namun, rasio efektifitas dan rasio pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD.

Page 6: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat-Nya sehingga skripsi yang

berjudul, “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten

Soppeng terhadap Efisiensi Pendapatan Asli Daerah” dapat diselesaikan oleh

peneliti.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan

dalam skripsi ini, walaupun telah diusahakan secara maksimal. Namun, peneliti

berharap agar skripsi ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan pembaca

tentang kinerja keuangan daerah, khususnya daerah Kabupaten Soppeng.

Peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu, baik secara moril maupun materil dalam penelitian dan

dalam penyusunan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti merasa

perlu untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Orang tua saya atas doa yang telah memberi dukungan serta lantunan doa

yang senantiasa tercurah dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Ali, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Dr. Darwis Said, SE., M.SA., Ak selaku Wakil Dekan I, yang telah

banyak memberikan partisipasinya.

4. Bapak Dr. Muh. Yunus Amar, MT selaku Ketua Jurusan Manajemen yang

telah banyak partisipasinya.

Page 7: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

5. Ibu Prof. DR. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing I

yang telah memberikan arahan-arahan dalam proses penyusunan proposal

hingga skripsi.

6. Ibu Fahrina Mustafa, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingannya selama penyusunan proposal hingga skripsi.

7. Ibu Dr. Ria Mardiana, SE., M. Si., Dr. Idayanti, SE., M. Si., dan Wardhani

Hakim, SE., M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak

kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak H.M. Sobarsyah, SE., M.Si selaku Dosen Seminar Manajemen

Keuangan yang telah banyak menyumbangkan saran serta kritikannya

dalam penyusunan proposal hingga skripsi ini.

9. Bapak Kepala DPPKAD Kabupaten Soppeng, Drs. Andi Tenri Sessu, M.

Si dan Kepala Bidang Akuntansi, Ady Setiadi, S. Sos., M. Si., serta

segenap staf yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses

penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan Manajemen ’08 yang saling sharing dalam

penyelesaian proposal dan skripsi.

Segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat

peneliti harapkan sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.

Makassar, November 2011

Page 8: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................. iii

ABSTRACT .................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................... 5

Page 9: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Laporan Keuangan ................................... 7

B. Tujuan Laporan Keuangan ................................... 7

C. Komponen-Komponen Laporan Keuangan .................. 8

D. Definisi Kinerja ........................................................... 11

E. Definisi Pengukuran Kinerja ................................... 11

F. Aspek Pengukuran Kinerja ................................... 11

G. Tujuan Pengukuran Kinerja ................................... 12

H. Definisi Indikator Kinerja ................................... 13

I. Penyusunan Indikator Kinerja ................................... 14

J. Penelitian Terdahulu ............................................... 16

K. Analisis Rasio Keuangan ............................................... 17

L. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ......................... 18

M. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ..................................... 19

N. Kerangka Pikir ............................................................. 21

O. Hipotesis ......................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ........................................................... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................... 24

C. Metode Pengumpulan Data ................................... 24

D. Jenis dan Sumber Data ............................................... 25

E. Variabel Penelitian ............................................... 25

F. Metode Analisis ........................................................... 29

Page 10: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis Kabupaten Soppeng ........................ 32

B. Letak Administratif ................................................ 32

C. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD)

Kabupaten Soppeng ................................................ 32

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis ............................................................. 46

B. Pembahasan ........................................................... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................... 56

B. Saran ....................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 58

LAMPIRAN ................................................................................... 59

Page 11: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 28

Tabel 5.1. Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Soppeng

Tahun Anggaran 2003-2010 ............................................. 47

Tabel 5.2. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Tahun Anggaran 2003-2010 ............................................. 48

Tabel 5.3. Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Soppeng

Tahun Anggaran 2003-2010 ............................................. 49

Tabel 5.4. Perhitungan Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Tahun Anggaran 2003-2010 ............................................. 51

Tabel 5.5. Hasil Analisis Regresi ......................................................... 52

Tabel 5.6. Hasil Uji F (Uji Simultan) ......................................................... 54

Page 12: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir ...................................................................... 22

Page 13: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Soppeng ............ 60

Lampiran 2 Hasil Olah Data Analisis Rasio Keuangan ........................ 61

Lampiran 3 Hasil Olah Data Analisis Regresi (SPSS) ........................ 62

Lampiran 4 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Soppeng

Per 31 Desember 2003, 2004, 2005, 2006 ........................ 63

Lampiran 5 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Soppeng

Per 31 Desember 2007, 2008, 2009, 2010 ......................... 64

Page 14: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah (Pemda) dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi titik

awal dimulainya otonomi daerah. Otonomi daerah (otoda) adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan pemerataan

antardaerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan

memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan

kewajiban dan pembagian kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan

pengawasan keuangannya.

Adanya Undang-Undang tersebut telah memberi kewenangan yang

lebih luas kepada Pemda tingkat kabupaten untuk menyelenggarakan semua

urusan pemerintah mulai dari perencanaan, pengendalian dan evaluasi,

sehingga mendorong Pemda untuk lebih memberdayakan semua potensi yang

dimiliki dalam rangka membangun dan mengembangkan daerahnya.

Sebenarnya pertimbangan mendasar terselenggaranya otoda adalah

perkembangan dari dalam negeri yang mengindikasikan bahwa rakyat

Page 15: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

menghendaki keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi). Selain itu,

keadaan luar negeri yang banyak menunjukkan bahwa semakin maraknya

globalisasi yang menuntut daya saing tiap negara, termasuk setiap Pemdanya.

Hal tersebut akan tercapai dengan peningkatan kemandirian Pemda melalui

program otoda. Tujuan program otoda adalah mempercepat pertumbuhan

ekonomi dan perkembangan daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan

publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun

karakteristik di daerah masing-masing.

Salah satu aspek dari Pemda yang harus diatur secara hati-hati adalah

pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana

keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.

(Nordiawan, dkk, 2007: 39)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan

instrumen kebijakan yang utama bagi Pemda. Sebagai instrumen kebijakan,

APBD mendukung posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan

efektivitas Pemda. APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan

besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan

dan pencapaian pembangunan, otoritas pengeluaran di masa-masa yang akan

datang, sumber pengernbangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja,

alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas

dari berbagai unit kerja.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh Pemda adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

Page 16: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) Pemda atas sumber yang

dipercayakan. Pemda sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan

roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib

menyampaikan laporan pertanggungiawaban keuangan daerahnya untuk

dinilai apakah ia berhasil menjalankan tugasya dengan baik atau tidak. Salah

satu alat untuk menganalisis kinerja Pemda dalam mengelola keuangan

daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD

yang telah dilaksanakan.

Hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai tolak ukur dalam :

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai

penyelenggaraan otoda.

2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan

daerah.

3. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemda dalam membelanjakan

pendapatan daerahnya

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam

pembentukan pendapatan daerah.

5. Melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan

pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Penggunaan analisis rasio pada sektor publik, khususnya terhadap

APBD dan realisasinya belum banyak dilakukan sehingga secara teori belum

ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah peraturannya.

Namun, analisis rasio terhadap realisasi APBD harus dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Di samping

Page 17: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

meningkatkan kuantitas pengelolaan keuangan daerah, analisis rasio terhadap

realisasi APBD juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai efektivitas

otoda sebab kebijakan ini yang memberikan keleluasaan bagi Pemda untuk

mengelola keuangan daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerja

keuangan daerah yang bersangkutan. Maraknya pembahasan mengenai

keuangan daerah, terutama hubungannya dengan otoda yang sementara

berlangsung menjadikan hal ini menarik untuk dibahas. Peneliti memilih

salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Soppeng.

Kabupaten ini menjadi menarik sebagai salah satu obyek penelitian karena

adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sulsel

mengenai penggunaan APBD Soppeng 2010 yang bermasalah sebesar Rp4,3

miliar. Dana tersebut direalisasikan untuk beberapa kegiatan, seperti belanja

hibah, bantuan sosial, dan transfer/bagi hasil ke desa yang belum

dipertanggungjawabkan penggunaannya (BPK RI Sulsel, September 2011).

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan

membuktikan kemampuan Pemda Soppeng dalam mengelola keuangan

daerahnya dan melihat dari efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

mengangkat judul, “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah

Kabupaten Soppeng terhadap Efisiensi Pendapatan Asli Daerah".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana gambaran kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng dalam

delapan tahun terakhir (2003-2010)?

Page 18: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

2. Bagaimana gambaran efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemkab

Soppeng dalam delapan tahun terakhir (2003-2010)?

3. Apakah kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng berpengaruh

signifikan terhadap efisiensi penggunaan PAD?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini,

antara lain:

1. Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng

dalam delapan tahun terakhir (2003-2010).

2. Untuk mengetahui gambaran efisiensi PAD Pemkab Soppeng dalam

delapan tahun terakhir (2003-2010).

3. Untuk mengetahui kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng

berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan PAD.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Instansi pemerintahan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,

perbandingan, dan bahan acuan bagi instansi pemerintahan dalam rangka

upaya peningkatan kinerja Pemerintah Kabupaten Soppeng.

2. Ilmu pengetahuan

Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan, khususnya mengenai kinerja keuangan daerah.

Page 19: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan bahan pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Page 20: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Laporan Keuangan

Kieso dkk. (2002:3) menjelaskan bahwa laporan keuangan

merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-

pihak di luar korporasi. Laporan ini melampirkan sejarah perusahaan yang

dikuantitatifkan dalam nilai moneter.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara

misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan.

B. Tujuan Laporan Keuangan

Mardiasmo (2002:162), tujuan umum laporan keuangan bagi

organisasi pemerintahan adalah:

1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan

keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti

pertanggungjawaban (accountability) dan pengeloloaan (stewarship).

2. Untuk mernberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi

kinerja manajerial dan organisasional.

Page 21: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan

untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan

sumber daya ekonomi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap

anggarannya.

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan

entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

C. Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan

keuangan pokok adalah :

Page 22: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

1. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap

APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,

aplikasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh

pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Dalam

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, disebutkan unsur yang dicakup dalam Laporan

Realisasi Anggaran terdiri dari :

a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah

ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang

menjadi hak Pemda, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemda.

b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi

ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, dan

tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh Pemda.

c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran

berikutnya, yang dalam penganggaran Pemda terutama dimaksudkan

untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

2. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :

a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki

oleh Pemda sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

Page 23: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat

diperoleh.

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

pemberdayaan daerah.

c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Pemda yang merupakan selisih

antara aset dan kewajiban Pemda.

3. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atau nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas laporan keuangan

juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan

oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan

untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintahan serta

ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian

laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan disajikan

secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

dan Laporan Arus Kas harus memiliki referensi silang dengan informasi

terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan

keuangan terdiri dari hal-hal sebagai berikut :

a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal dan

pencapaian target Perda APBD, serta kendala yang dihadapi dalam

pencapaian target.

b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan.

Page 24: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan

dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas

transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian

yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

D. Definisi Kinerja

Bastian (2005: 274) memaparkan pengertian kinerja sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau

program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan

visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis

(strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, kinerja merupakan

prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

E. Definisi Pengukuran Kinerja

Dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi,

seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat dicatat dan diukur.

Pengukuran ini tidak hanya dilakukan pada masukan (input) program, tetapi

juga pada keluaran (output) dari program tersebut.

Ukuran kinerja dan indikator kinerja merupakan dua istilah yang

berbeda. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,

sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian secara tidak langsung,

yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

F. Aspek Pengukuran Kinerja

Page 25: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Sesuai dengan publikasi Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah oleh

Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta, maka pengukuran kinerja

sangat terkait dengan aspek-aspek yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Aspek finansial, terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan dari

setiap instansi pemerintahan.

2. Aspek kepuasan pelanggan (customers), yaitu bagaimana instansi

pemerintah merespon tuntutan masyarakat atas pelayanan yang

berkualitas dengan memberikan pelayanan yang prima secara terus-

menerus.

3. Aspek operasi bisnis internal, ditujukan untuk informasi bisnis internal

guna memastikan bahwa kegiatan pemerintah sudah seirama (in-concert)

dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti yang

tercantum dalam rencana strategis.

4. Aspek kepuasan pegawai, dalam setiap organisasi pegawai merupakan

aset yang harus dikelola dengan baik, terutama dalam organisasi yang

banyak melakukan inovasi dan peran strategis.

5. Aspek kepuasan komunitas dan stakeholders. Informasi dan pengukuran

kinerja harus didesain untuk mengakomodasi kepuasan komunitas dan

para pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).

6. Aspek waktu. Ukuran waktu merupakan variabel penting dalam desain

pengukuran kinerja untuk kebutuhan perputaran informasi yang cepat

dalam rangka membantu pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

G. Tujuan Pengukuran Kinerja

Page 26: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja.

Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik (feed

back) sehingga upaya perbaikan secara terus-menerus akan mencapai

keberhasilan di masa mendatang.

Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk :

1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan

untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya skema yang disepakati.

3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dan membandingkannya dengan

skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang

dicapai setelah dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah

disepakati.

5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

H. Definisi Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperhatikan:

Page 27: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

1. Indikator masukan (input), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran

(output).

2. Indikator keluaran (output), adalah segala sesuatu yang diharapkan

langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau

nonfisik.

3. Indikator hasil (outcome), adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek

langsung).

4. Indikator rnanfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan

dari pelaksanaan kegiatan.

5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik

positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator didasarkan

asumsi yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang

dapat diukur dan digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik pada

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun setelah kegiatan selesai.

Indikator kinerja juga dapat digunakan untuk melihat kemajuan dalam hal

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi instansi

pemerintahan.

I. Penyusunan Indikator Kinerja

Dalam modul Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan

Pengawasan Keuangan Pemerintah (BPKP) (2000:10) dijelaskan bahwa

sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja terlebih dahulu perlu

Page 28: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

diketahui syarat-syarat dalam penyusunan indikator kinerja. Syarat-syarat

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi dan jelas sehingga mudah dipahami dan meminimalisasi

kemungkinan kesalahan interpretasi.

2. Dapat diukur secara objektif, baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja

mempunyai kesimpulan yang sama.

3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif yang

relevan.

4. Dapat dicapai dan bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan

masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.

5. Efektif, data yang digunakan berkaitan dengan indikator kinerja yang

bersangkutan, dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya

yang tersedia.

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk penyusunan dan

penetapan indikator kinerja pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1. Susun dan tetapkan rencana strategis terlebih dahulu. Rencana strategis

meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, dan cara mencapai tujuan/sasaran

(kebijaksanaan, program dan kegiatan).

2. Identifikasi data/informasi yang dapat dikembangkan menjadi indikator

kinerja. Dalam hal ini, data/ informasi yang relevan, lengkap, akurat, dan

kemampuan pengetahuan tentang bidang yang akan dibahas untuk

menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang tepat dan relevan.

Page 29: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

3. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh

besar terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan/program kegiatan.

J. Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan

dalam penelitian ini. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

keuangan daerah, antara lain:

Maharani (2006) melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan

Kota Batu. Jenis penelitian berupa studi kasus dan data yang digunakan

adalah data sekunder berupa dokumen dan catatan Pemda Kota Batu. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kinerja tingkat kemandirian Pemda Kota Batu

rasio kemandirian mengalami penurunan yang berarti Pemda Kota Batu

cenderung memiliki ketergantungan finansial yang sangat tinggi kepada

pemerintah pusat. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PAD terhadap total

APBD yang masih relatif kecil dan sumber pembiayaan utama masih

bersumber dari dana Perimbangan Pemerintah Pusat.

Sakti (2010) meneliti tentang analisis perkembangan kemampuan

keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah (studi

empiris di Kabupaten Sukoharjo). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa rasio keuangan, seperti rasio kemandirian keuangan

daerah, indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, dan rasio pertumbuhan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan keuangan di

Kabupaten Sukoharjo di sektor keuangan masih kurang. Untuk itu diperlukan

upaya untuk peningkatan PAD, baik secara ekstensifikasi yaitu pemerintah

Page 30: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

daerah harus dapat mengidentifikasi potensi daerah sehingga peluang-peluang

baru untuk sumber penerimaan daerah dapat dicari, sedangkan secara

intensifikasi dengan memperbaiki kinerja pengelolaan pemungutan pajak.

Yanti (2011) meneliti tentang analisis rasio sebagai indikator kinerja

keuangan pemerintah Kabupaten Soppeng. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa analisis rasio untuk mengukur indikator kinerja

keuangan daerah, seperti rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas

dan efisiensi pendapatan asli daerah, rasio aktivitas (rasio keserasian), debt

service coverafe ratio (DSCR), dan rasio pertumbuhan. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa kemampuan Pemda Kabupaten Soppeng dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan

masyarakat dapat dikatakan memiliki kinerja yang positif.

Yuniarti (2011) meneliti tentang analisis kemampuan keuangan

daerah Kabupaten Situbondo di era otonomi daerah tahun 2001-2010. Dalam

penelitian ini ada beberapa indikator yang digunakan sebagai alat analisis

seperti rasio kemampuan keuangan daerah, rasio indeks kemampuan rutin,

dan rasio pertumbuhan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

Kabupaten Situbondo mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Namun, rasio kemampuan keuangan daerah dan indeks kemampuan rutin

masih kurang dari yang diharapkan.

K. Analisis Rasio Keuangan

Analisis dari item-item laporan keuangan berperan penting dalam

interpretasi data keuangan dan operasi entitas. Karena itu, banyak analisis

yang memanfaatkan rasio keuangan untuk membantu melakukan kegiatan

Page 31: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

analisis dan interpretasi laporan keuangan. Penggunaan laporan keuangan

sebagai alat analisis dapat membantu pihak pembuat kebijakan untuk

membuat kebijakan yang rasional dan sesuai dengan tujuan entitas karena

analisis rasio dapat membantu dalam mengindentifikasi beberapa kekuatan

dan kelemahan keuangan entitas. Dengan kata lain, rasio keuangan adalah

penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka

mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan keuangan. Analisis keuangan

merupakan usaha mengindentifikasikan ciri-ciri keuangan berdasarkan

laporan keuangan yang tersedia.

Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan

membandingkan hasil yang dicapai dari suatu periode dibandingkan dengan

periode sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungan yang terjadi.

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD

antara lain :

1. DPRD sebagai wakil rakyat dari masyarakat.

2. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya.

3. Pemerintah pusat/provinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan

pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

4. Masyarakat dan kreditur sebagai pihak yang akan turut memiliki saham

Pemda, bersedia memberi pinjaman ataupun membeli obligasi.

L. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Martono dan Agus (2001:240) mengungkapkan bahwa analisis rasio

keuangan antara lain berguna dalam:

1. Pengambilan keputusan investasi.

Page 32: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

2. Keputusan pemberian kredit.

3. Penilaian aliran kas.

4. Penilaian sumber-sumber ekonomi.

5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana.

6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber

dana.

7. Menganalisis penggunaan dana.

Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan menjadi :

1. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan

rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam entitas yang

sama.

2. Perbandingan eksternal, yaitu membandingkan rasio sebuah entitas

dengan entitas-entitas sejenis atau dengan rata-rata entitas pada saat yang

sama.

M. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Halim (2004:150) menyatakan, ada beberapa rasio yang dapat

dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah

terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah,

tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama

pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan sebaliknya.

Rasio Kemandirian =Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pusat dan Pinjaman(Halim, 2004:150) 22004

Page 33: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin

tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah

serta menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin

tinggi.

2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam

merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam

menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai

minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio efektivitas

menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu

dibandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio

efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan

yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien apabila rasio

yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah l00 persen. Semakin kecil

rasio efisiensi menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

3. Rasio Pertumbuhan

Rasio EfisiensiBiaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD

Realisasi Penerimaan PAD

Realisasi Penerimaan PAD

Target Penerimaan PADRasio Efektifitas

(Halim, 2004:150) 22004

(Halim, 2004:150) 22004

Page 34: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar

kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Dengan mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber

pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap

potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi

persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan pengeluaran,

maka semakin besar kamampuan Pemda dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode.

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )=PAD t 1 – PAD t 0PAD t 0

dimana: t0 = tahun awal

t1 = tahun akhir

N. Kerangka Pikir

Penelitian ini didasari oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN)

No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam

hal ini ada 2 (dua) kebijakan yang sangat berperan di dalamnya, yaitu

kebijakan nasional dan kebijakan daerah. Kebijakan nasional tertuang dalam

UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah yang telah direvisi dengan UU No. 33 Tahun 2004. Selain

itu, juga tertuang dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Sementara kebijakan daerah tertuang dalam UU No. 22 Tahun

1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah direvisi dengan UU No. 32

Tahun 2004.

(Halim, 2004:150), 22004

Page 35: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Dilihat dari kebijakan-kebijakan di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode pengukuran kinerja keuangan daerah dengan

alat analisis sebagai berikut:

1. Rasio kemandirian keuangan daerah

2. Rasio efektifitas

3. Rasio pertumbuhan

Alat analisis tersebut digunakan berdasarkan kajian teori dan

penelitian terdahulu yang sangat memengaruhi metode pengukuran kinerja

keuangan daerah. Rasio-rasio tersebut akan digunakan untuk melihat kinerja

keuangan daerah Pemkab Soppeng berpengaruh signifikan terhadap efisiensi

penggunaan PAD.

Berdasarkan masalah yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka

pikir secara sistematis seperti berikut:

Rasio Efisiensi PAD(Y)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Rasio Kemandirian(X1)

Rasio Efektifitas (X2)

Rasio Pertumbuhan (X3)

Page 36: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

O. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini, antara lain:

Hipotesis 1 : Didugabahwa kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng

dalam delapan tahun terakhir (2003-2010) baik.

Hipotesis 2 : Diduga bahwa efisiensi PAD Pemkab Soppeng dalam

delapan tahun terakhir (2003-2010) efisien.

Hipotesis 3 : Diduga bahwa kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng

berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan PAD.

Page 37: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan

Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng yang

berlokasi di Kompleks Perkantoran Jalan Salotungo, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran

Pemerintah Kabupaten Soppeng. Sementara kriteria penarikan sampel

diambil dari Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Soppeng

selama 8 (delapan) tahun, dari tahun 2003 sampai 2010.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Tinjauan Pustaka (Library Research)

Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

mempelajari literatur-literatur yang ada berupa buku-buku, karya ilmiah,

jurnal atau artikel-artikel terkait, serta mengakses website dan situs-situs

yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan langsung di

instansi pemerintahan, dalam hal ini Pemda Kabupaten Soppeng dengan

melakukan wawancara (interview) dengan pihak yang berkompeten

Page 38: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

terhadap data yang diperlukan oleh penulis serta pengumpulan data yang

dianggap relevan dengan masalah penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang termuat dalan

Laporan Realisasi Anggaran Pemda Kabupaten Soppeng tahun anggaran

2003-2010 serta data-data lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

2. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

pihak-pihak yang terkait, baik dari instansi Pemda Kabupaten Soppeng

maupun pihak lain yang dianggap kompeten dalarn memberikan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil

penelitian (field research) pada instansi Pemda Kabupaten Soppeng.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau sumber lain

yang berkaitan dengan penelitian ini yang sudah diolah dan didapatkan

melalui dokumen-dokumen yang telah tersedia.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel independen atau

variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel

dependen atau terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.

Page 39: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga memengaruhi

variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (X1)

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah

terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian

daerah, tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern

(terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan

sebaliknya.

Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian,

semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan

retribusi daerah serta menggambarkan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang semakin tinggi.

b. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (X2)

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam

merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam

menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai

minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio

efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio KemandirianPendapatan Asli Daerah

Bantuan Pusat dan Pinjaman

Realisasi Penerimaan PAD

Target Penerimaan PADRasio Efektifitas =

Page 40: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

c. Rasio Pertumbuhan (X3)

Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar

kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Dengan mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber

pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap

potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi

persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan

pengeluaran, maka semakin besar kamampuan Pemda dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari

setiap periode.

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )=PAD t 1 – PAD t 0PAD t 0

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rasio efisiensi PAD (Y).

Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu

dibandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio

efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan

yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien apabila rasio

yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah l00 persen. Semakin kecil

rasio efisiensi menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Page 41: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi=Biaya yangdikeluarkanuntuk Memungut PADrealisasi Penerimaan PAD

Tabel 3. 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala

VariabelIndependen

(X)

RasioKemandirian

(X1)

Rasio kemandirian menunjukkan kemampuan Pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.

Rasio

RasioEfektifitas

(X2)

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

Rasio

RasioPertumbuhan

(X3)

Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

PAD=PAD t 1 – PAD t 0PAD t 0

Rasio

VariabelDependen

(Y)

RasioEfisiensi

(Y)

Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.

Rasio Efisiensi =

Biaya Pemungutan PADRealisasi Penerimaan PAD

Rasio

PAD

Bantuan Pusat & Pinjaman

Rasio Kemandirian =

Rasio Efektifitas =

Realisasi Penerimaan PAD

Target Penerimaan PAD

Page 42: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

F. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Analisis deskripsi kuantitatif

Metode ini menerapkan konsep perhitungan rasio keuangan, yaitu

dengan menghitung rasio keuangan dari pos-pos dalam Realisasi

Anggaran yang tertuang dalam Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun

anggaran 2003-2010. Metode ini dilakukan dengan memperhatikan

indikator kinerja Pemda Kabupaten Soppeng dalam mengelola keuangan

daerahnya dengan menggunakan rasio-rasio.

2. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda berguna untuk meramalkan pengaruh dua

variabel atau lebih terhadap satu variabel untuk membuktikan ada atau

tidaknya hubungan antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan

sebuah variabel terikat (Y). Analisis regresi berganda dalam penelitian ini

digunakan untuk menganalisa kinerja kemandirian keuangan daerah

Pemkab Soppeng terhadap efisiensi PAD.

Formulasi persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e (Ghozali, 2009:13)

di mana:

Y : rasio efisiensi PAD

a : bilangan konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

X1 : rasio kemandirian keuangan daerah

Page 43: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

X2 : rasio efektifitas

X3 : rasio belanja

e : variabel pengganggu

3. Uji T atau Uji Parsial

Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh dari masing-

masing variabel independen yang terdiri atas rasio kemandirian keuangan

daerah, rasio efektifitas, dan rasio belanja terhadap rasio efisiensi PAD

yang merupakan variabel dependennya. Pengambilan keputusan uji

hipotesis secara parsial didasarkan pada nilai probabilitas yang diperoleh

dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik

(Ghozali, 2009:25) sebagai berikut:

a) Jika probabilitas < 0,05 atau nilai thitung > ttabel pada taraf signifikansi

0,05, maka hipotesis diterima.

b) Jika probabilitas > 0,05 atau thitung < ttabel pada taraf signifikansi 0,05,

maka hipotesis ditolak.

Pada uji T, nilai probabilitas dapat dilihat dari hasil pengolahan

program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

4. Uji F atau Uji Simultan

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan

regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Sama halnya dengan uji

hipotesis secara parsial, pengambilan keputusan secara simultan juga

Page 44: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

didasarkan pada nilai probabilitas yang diperoleh dari hasil pengolahan

data SPSS Statistik Parametrik (Ghozali, 2009:26)sebagai berikut:

a) Jika probabilitas < 0,05 atau nilai Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi

0,05, maka hipotesis diterima.

b) Jika probabilitas > 0,05 atau Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi 0,05,

maka hipotesis ditolak.

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat dari hasil pengolahan

program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

Page 45: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis Kabupaten Soppeng

Kabupaten Soppeng adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan

cukup penting dalam pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan,

Kondisi alam yang potensial terutama untuk lahan pertanian serta letak

geografis yang sangat strategis menjadi pendukung utama dalam pembangunan

ekonomi di Kabupaten Soppeng.

Adapun letak astronomis Kabupaten Soppeng adalah terletak antara 4°

06° LS dan 4o 32o LS 119o 42o 18o BT dan 120o 06o 13o BT.

B. Letak Administratif

Kabupaten Soppeng beribukota di Kecamatan Lalabata yang secara

administratif berbatasan dengan :

1. Kabupaten Sidenreng Rappang di sebelah utara.

2. Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone di sebelah timur.

3. Kabupaten Bone di sebelah selatan.

4. Kabupaten Barru di sebelah barat.

C. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Soppeng

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Page 46: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

adalah salah satu perangkat yang dalam melaksanakan tugasnya berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada bupati melalui sekretaris

daerah kabupaten. Adapun tugas pokok, fungsi dan tata kerja DPPKAD

berdasarkan Perda Nomor 26 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng. Untuk lebih

jelasnya, struktur organisasi DPPKAD Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada

lampiran.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Kabupaten Soppeng terdiri atas :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai fungsi;

a. Perumusan kebijakan teknis dinas

b. Penyusunan rencana stratejik dinas

c. Penyelenggaraan pelayanan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

di bidang pengelolaan pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset

daerah.

d. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan dinas.

e. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan dinas.

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Rincian tugas kepala dinas antara lain :

a. Merumuskan, mengarahkan dan menyelenggarakan rencana stratejik

program kerja dinas sesuai dengan visi dan misi daerah.

Page 47: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

b. Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan program kerja dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Mengkoordinasikan penyusun dan pedoman pelaksanaan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah, mengkoordinasikan penyusunan

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD),

rancangan perubahan APBD dan sisa perhitungan APBD serta

melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan

APBD.

d. Mengarahkan, merumuskan program kerja dan menetapkan kebijakan

operasional di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset

daerah.

e. Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan daerah dalam

rangka mempertanggung jawabkan pelaksanaan anggaran.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, adminstrasi

keuangan, perencanaan pelaporan dan urusan rumah tangga.

b. Penyelenggaraan administrasi umum.

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian pengawasan program dan

kegiatan sub bagian.

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya,

Rincian tugas sekretariat antara lain :

Page 48: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menggerakkan dan

mengendalikan serta menetapkan kebijakan di bidang umum,

kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan.

b. Merencanakan kegiatan tahunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

c. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan

administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup dinas.

d. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan umum dan

kepegawaian.

e. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perencanaan

dan pelaporan.

Sekertariat terdiri dari :

a. Sub bagian umum dan kepegawaian, mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan di bidang

umum dan kepegawaian sebagai pedoman dalam pelaksanaan

tugas.

2) Mengelola dan melaksanakan urusan rumah tangga dan surat

menyurat.

3) Mengelola dan melaksanakan urusan kearsipan dan perpustakaan.

4) Mengelola dan melaksanakan urusan keprotokoleran dan perjalan

dinas.

b. Sub bagian perencanaan dan pelaporan, mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana dan jadwal kegiatan operasional tahunan dinas

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2) Menghimpun dan mempersiapkan bahan penyusun rencana kerja

Page 49: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

dinas.

3) Menghimpun dan mempersiapkan bahan penyusunan laporan.

4) Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan

dinas.

c. Sub bagian keuangan, mempunyai tugas antara lain :

1) Membuat rencana operasional program kerja sub bagian.

2) Mempersiapkan bahan-bahan dan penyusunan rencana kebutuhan

anggaran dilingkungan dinas' sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

3) Membuat daftar usulan kegiatan.

4) Membuat daftar gaji dan melaksanakan penggajian.

3. Bidang Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Bidang PAD mempunyai fungsi yaitu :

a. Penyusunan kebijakan teknis bidang

b. Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang.

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan

kegiatan kepala seksi dalam lingkup bidang.

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang PAD mempunyai tugas yaitu :

a. Merencanakan program dan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

b. Menyelenggarakan operasionalisasi rencana kerja sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Page 50: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

c. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengkoordinasian

potensi PAD.

d. Memberikan petunjuk administratif dan operasional pelaksanaan tugas

kepada Kepala Seksi dan Kepala UPTD sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

e. Menyelenggarakan kebijakan pengelolaan pajak, retribusi daerah,

pembinaan dan pengawasan, evaluasi pajak dan retribusi serta

pungutan lainnya yang sah.

Bidang PAD terdiri dari :

a. Seksi pajak daerah, bertugas:

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Melaksanakan rencana penerimaan pendapatan daerah yang

bersumber dari pajak daerah.

3) Melaksanakan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

di bidang pajak daerah serta data potensi pajak daerah.

4) Membuat kebijakan bisnis pemungutan pajak daerah meliputi

pendataan, penetapan penerimaan, penyetoran dan penagihan.

b. Seksi retribusi pajak daerah, bertugas:

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Melaksanakan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

di bidang retribusi daerah serta data potensi retribusi daerah.

3) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

Page 51: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

kelancaran pelaksanaan tugas.

4) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pr-ogram dan kegiatan

serta membuat laporan hasil pelaksanaan tugas.

c. Seksi lain-lain PAD yang sah, bertugas:

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sesuai dengan

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Melaksanakan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan

di bidang lain-lain PAD yang sah serta data potensi lain-lain PAD

yang sah.

3) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas.

4) Menilai prestasi kerja staf dalam rangka pembinaan dan

pengembangan karier.

4. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai fungsi antara lain ;

a. Penyusun kebijakan teknis bidang.

b. Penyelenggraan program dan kegiatan bidang.

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program

dan kegiatan kepala seksi dalam lingkup bidang.

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya,

Bidang anggaran mempunyai tugas antara lain:

a. Merencanakan program dan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya

Page 52: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

b. Menyelenggarakan operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas dan

fungsinya.

c. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengoordinasian

pengelolaan anggaran.

d. Melaksanakan pengkajian kebijakan pengaplikasian anggaran daerah

dan penyusunan APBD.

Bidang anggaran terdiri dari :

a. Seksi penyusunan APBD

Seksi penyusunan APBD mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Melaksanakan pengkajian kebijakan pegalokasian daerah.

3) Menyiapkan bahan perumusan pedoman penyusunan APBD.

4) Melaksanakan rekapitulasi dokumen anggran dan perubahan

anggaran.

b. Seksi perbendaharaan

Seksi perbendaharaan mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana sesuai tugas dan fungsinya sebagai pedoman

pelaksanaan tugas.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pelaksanaan tugas

perbendaharaan.

3) Melakukan pembinaan penatausahaan keuangan dan

perbendaharaan.

Page 53: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

4) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas.

5. Bidang akuntansi

Bidang akuntansi mempunyai fungsi antara lain :

a. Penyusunan teknis bidang

b. Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang.

c. Pembinaan, pengoordinasian, pengawasan program dan kegiatan

kepala seksi dalam lingkup bidang.

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang akuntansi mempunyai tugas antara lain;

a. Merencanakan kegiatan dan program sesuai dengan tugasnya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

b. Menyelenggarakan operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas dan

fungsinya.

c. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan bidang keuangan sesuai

dengan target yang ditentukan.

d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas.

Bidang akuntansi terdiri dari :

a. Seksi akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas

Seksi akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas mempunyai tugas

antara lain ;

Page 54: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman/ pelaksanaan tugas.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan

penerimaan dan pengeluaran kas.

3) Melakukan sistem dan prosedur akuntansi yang berkenaan dengan

penerimaan dan pengeluaran kas daerah.

4) Melaksanakan pencatatan dan penggolongan berdasarkan rincian

objek penerimaan dan pengeluaran kas daerah,

b. Seksi akuntansi aset

Seksi akuntansi aset mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan

akuntansi aset.

3) Melaksanakan pencatatan transaksi dan/atau kejadian keuangan

daerah yang berkenaan dengan aset.

4) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas yang

berkenaan dengan aset secara periodik ( semesteran dan laporan

akhir bulanan).

c. Seksi penyusunan laporan keuangan

Seksi penyusunan laporan keuangan mempunyai tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan

Page 55: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

laporan keuangan.

3) Mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun laporan

semesteran dan pronosis APBD tahun anggaran yang berkenaan.

4) Melaksanakan koordinasi penuunan laporan pertanggung jawaban

pelaksanaan APBD tahun anggran yang berkenaan.

6. Bidang aset

Bidang aset mempunyai fungsi antara lain :

a. Penyusunan teknis bidang

b. Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang.

c. Pembinaan, pengoordinasian, pengawasan program dan kegiatan

kepala seksi dalam lingkup bidang.

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang aset mempunyai tugas antara lain :

a. Merencanakan program dan kegiatan sesuai dengan tugasnya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

b. Menyelenggarakan operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas dan

fungsinya.

c. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengkoordinasian

pengelolaan aset.

d. Mengordinir inventarisasi aset daerah, baik yang bergerak maupun yang

tidak bergerak.

e. Melakukan monitoring dan evaluasi serta melaporkan hasil pelaksanaan

Page 56: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

tugas.

Bidang aset terdiri dari :

a. Seksi Bidang Perencanaan Kebutuhan

Seksi Bidang Perencanaan Kebutuhan memiliki tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan

perencanaan kebutuhan.

3) Menyediakan bahan perencanaan dan pengadaan aset daerah.

4) Membuat daftar rencana dan analisis kebutuhan aset daerah.

b. Seksi Distribusi

Seksi Distribusi memiliki tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai tugas dan fungsinya.

2) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan

distribusi aset.

3) Melaksanakan pengawasan distribusi aset.

4) Membuat data dasar neraca aset daerah.

c. Seksi Inventarisasi dan Penghapusan

7. Bidang Dana Perimbangan

Bidang dana perimbangan memiliki fungsi antara lain :

a. Penyusunan kebijakan teknis bidang

b. Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang.

c. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program kegiatan.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

Page 57: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

dan fungsinya.

Bidang dana perimbangan memiliki tugas antara lain :

a. Merencanakan program dan kegiatan sesuai dengan tugasnya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

b. Menyelenggarakan operasionalisasi rencana kerja sesuai tugas dan

fungsinya.

c. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengkoordinasian

penyelenggaraan dana perimbangan.

d. Merumuskan dan mengendalikan perimbangan keuangan dalam

pengelolaan pendapatan daerah dan penggunaan anggaran pada

perangkat daerah.

Bidang dana perimbangan terdiri dari :

a. Seksi dana bagi hasil

Seksi dana bagi hasil memiliki tugas antara lain :

1) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan dana

bagi hasil.

2) Memfasilitasi penyusunan bahan rumusan dan perhitungan dana

bagi hasil.

3) Menyiapkan bahan dalam rangka penetapan dana bagi hasil.

4) Melaksanakan bimbingan teknis kebijakan dana bagi hasil.

b. Seksi dana alokasi umum

Seksi dana alokasi umum memiliki tugas antara lain :

1) Mengumpulkan data penerimaan dari dana alokasi umum.

Page 58: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

2) Menyiapkan bahan ketepatan dan dokumen transfer dana alokasi

umum.

3) Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan penetapan dana

alokasi umum.

4) Melaksanakan bimbingan teknis kebijakan dana alokasi umum.

c. Seksi lain-lain pendapatan yang sah

Seksi lain-lain pendapatan yang sah memiliki tugas antara lain :

1) Menyusun rencana kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai

pedoman pelaksanaan tugas.

2) Membuat petunjuk teknis di bidang penerimaan dana perimbangan

dana dan sumber-sumber lain yang sah.

3) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas.

Rumusan Visi dan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset daerah Kabupaten Soppeng adalah sebagai berikut:

“Tercapainya Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Soppeng yang terukur dan rasional.”

1. Meningkatkan pendapatan serta efektifitas pengeloloaan keuangan dan

aset daerah.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memenuhi standar pelayanan.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat.

Page 59: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

1. Gambaran Umum variabel Penelitian

a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan

Pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat. Rasio kemandirian juga

menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana

ekstern, terutama pemerintah pusat dan provinsi. Semakin tinggi rasio

kemandirian daerah, tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak

ekstern (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah,

dan sebaliknya.

Rasio Kemandirian Pemerintah Kabupaten Soppeng dapat

dihitung sebagai berikut:

Rasio Kemandi rian= Pendapatan Asli DaerahBantuan Pusat dan Pinjaman

Hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat

pada tabel berikut (berdasarkan lampiran):

Page 60: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Tabel 5.1. Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Soppeng

Tahun Anggaran 2003-2010

KeteranganPendapatan Asli

Pendapatan Transfer

Lain-Lain Pendapatan

Rasio

Tahun Daerah (PAD) Dana Perimbangan yang Sah Kemandirian2003 8.914.222.635,39 169.168.080.079,14  12.188.130.364,00  4,92%2004 6.084.124.834,80 179.180.422.067,79  10.164.422.657,00  3,21% 2005 6.876.125.679,32 201.193.276.220,00  10.146.928.131,00  3,25% 

200611.266.106.312,3

6 325.463.397.877,00 5.389.408.621,00 3,41%

200716.280.918.440,7

9 364.303.221.066,00 8.358.266.957,00 4,37%

200817.460.780.983,5

2 392.132.343.171,00 38.657.223.368,00 4,05%

200915.879.402.285,4

7 414.327.271.541,00 30.961.364.434,00 3,57%

201016.531.437.645,6

1 397.522.593.650,00 90.618.295.232,14 3,39%

Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Pada tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan

daerah Pemkab Soppeng dalam delapan tahun terakhir (2003-2010) hanya

mengalami tiga kali kenaikan, yaitu pada tahun 2004-2005 sebesar 0,04%

(3,25%-3,21%), 2005-2006 sebesar 0,16% (3,41%-3,25%), dan 2006-

2007 sebesar 0,83% (4,24%-3,41%). Selebihnya mengalami penurunan

yang cukup drastis, yaitu 2003-2004 sebesar 1,71% (4,92%-3,21%),

2007-2008 sebesar 0,19% (4,24%-4,05%), tahun 2008-2009 sebesar 0,48%

(4,05%-3,57%) hingga tahun 2009-2010 sebesar 0,18% (3,57%-3,39%).

b) Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam

merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang

Page 61: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam

menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai

minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio efektivitas

menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio efektivitas Pemerintah Kabupaten Soppeng dapat dihitung

sebagai berikut:

Rasio Efektifitas=Realisasi penerimaan PADTarget penerimaan PAD

Hasil perhitungan rasio efektifitas PAD dapat dilihat pada tabel

berikut (berdasarkan lampiran):

Tabel 5.2. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun Anggaran 2003-2010

Keterangan Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Rasio Tahun PAD PAD Efektifitas

2003 10.565.242.572,00 8.914.222.635,39  84,37%2004 8.146.203.368,00 6.084.124.834,80  74,69%2005 6.709.499.464,00 6.876.125.679,32  102,48%2006 7.764.902.747,00 11.266.106.312,36 145,10%2007 14.810.965.660,00 16.280.918.440,79 109,92%2008 13.419.093.406,00 17.460.780.983,52 130,12%2009 18.083.539.916,00 15.879.402.285,47 87,81%2010 20.423.100.023,06 16.531.437.645,61 80,94%

Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Pada tabel 5. 2 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efektifitas Pemkab

Soppeng dalam sembilan tahun terakhir (2003-2010) mengalami kenaikan

sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2004-2005 sebesar 27,79% (102,48%-

74,69%), 2005-2006 sebesar 42,62% (145,10%-102,48%), dan 2007-2008

sebesar 23,3% (130,12%-106,82%). Selebihnya mengalami penurunan

Page 62: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

pada tahun 2003-2004 sebesar 9,68% (84,37%-74,69%), 2006-2007

sebesar 38,28% (145,10%-106,82%), tahun 2008-2009 sebesar 42,31%

(130,12%-87,81%), dan tahun 2009-2010 sebesar 6,87% (87,81%-

80,94%).

c) Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar

kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Dengan mengetahui pertumbuhan PAD, maka dapat dilakukan evaluasi

terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin

tinggi persentase pertumbuhan pendapatan asli daerah, maka semakin

besar kamampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang dicapai dari setiap periode.

Rasio pertumbuhan Pemerintah Kabupaten Soppeng dapat dihitung

sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah ( PAD )=PAD t 1 – PAD t 0PAD t 0

Hasil perhitungan rasio pertumbuhan dapat dilihat pada tabel

berikut (berdasarkan lampiran):

Tabel 5. 3. Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Soppeng

Tahun Anggaran 2003-2010

Keterangan PADt0 PADt1

Rasio Tahun Pertumbuhan

2003-2004 8.914.222.635,39  6.084.124.834,80  -31,75%2004-2005 6.084.124.834,80 6.876.125.679,32  13,02%2005-2006 6.876.125.679,32  11.266.106.312,36 63,84%2006-2007 11.266.106.312,36 16.280.918.440,79 44.51%

Page 63: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

2007-2008 16.280.918.440,79 17.460.780.983,52 7.25%2008-2009 17.460.780.983,52 15.879.402.285,47 -9.06%2009-2010 15.879.402.285,47 16.531.437.645,61 4.11%

Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Pada tabel 5.3 di atas, ada dua periode dalam delapan tahun

terakhir (2003-2010) di mana rasio petumbuhan Pemkab Soppeng negatif,

yaitu pada tahun 2003-2004 sebesar -31,75%, dan 2008-2009 sebesar -

9,06%. Adapun rasio pertumbuhan yang mengalami kenaikan, yaitu pada

tahun 2003-2004 sebesar -31,75% naik menjadi 13,02% tahun 2004-2005,

kemudian naik menjadi 63,84% pada tahun 2005-2006. Begitupula pada

tahun 2008-2009 sebesar -9,06% naik menjadi 4,11% tahun 2009-2010.

Selebihnya mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2005-2006 turun dari

63,84% menjadi 44,51% pada tahun 2006-2007, kemudian turun menjadi

7, 25% tahun 2007-2008, dan turun menjadi -9,06% tahun 2008-2009.

d) Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu

diperbandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio

efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan

yang diterima. Kinerja Pemda dikatakan efisien apabila rasio yang

dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen. Semakin kecil

rasio efesiensi menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio efesiensi Pemerintah Kabupaten Soppeng dapat dihitung

sebagai berikut:

Page 64: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Rasio Efesiensi=Biaya yang dikeluarkanuntuk Memungut PADRealisasi Penerimaan PAD

Hasil perhitungan rasio efisiensi PAD dapat dilihat pada tabel

berikut (berdasarkan lampiran):

Tabel 5.4. Perhitungan Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun Anggaran 2003-2010

Keterangan Realisasi Penerimaan Biaya Pemungutan Rasio Tahun PAD PAD Efisiensi

2003 8.914.222.635,39  6.341.105.060,00   71,13%2004 6.084.124.834,80 72.943.008,00  1,20%2005 6.876.125.679,32  89.812.848,00   1,31%2006 11.266.106.312,36 1.335.081.366,00 11,85%2007 16.280.918.440,79 10.723.999.999,00 65,87%2008 17.460.780.983,52 11.490.926.673,00 65,81%2009 15.879.402.285,47 241.776.290,00 1,52%2010 16.531.437.645,61 247.021.054,00 1,49%

Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Pada tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efisiensi PAD

Pemkab Soppeng dalam delapan tahun terakhir (2003-2010)

mengalami kenaikan sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2004-2005

sebesar 0,11% (1,31%-1,20%), 2005-2006 sebesar 10,54% (11,85%-

1,31%), 2006-2007 sebesar 54,02% (65,87%-11,85%). Selebihnya

mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2003-2004 sebesar 69,93%

(71,13%-1,20%), 2007-2008 sebesar 0,06% (65,87%-65,81%), 2008-

2009 sebesar 64,29% (65,81%-1,52%), 2009-2010 sebesar 0,03%

(1,52%-1,49%).

2. Uji Hipotesis

Page 65: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Analisis kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng terhadap

efisiensi PAD atau pengaruh rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan

rasio pertumbuhan terhadap efisiensi PAD dapat dilihat dari analisis

regresi berganda dengan menggunakan SPSS (Statistical Produt Service

Solution) seperti pada lampiran berikut:

Tabel 5.5. Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -221.627 41.699 -5.315 .006

Rasio Kemandirian 51.147 7.279 .943 7.026 .002

Rasio Efektifitas .583 .295 .438 1.972 .120

pertumbuhan -.272 .249 -.245 -1.093 .336

a. Dependent Variable: Rasio Efisiensi

Sumber: Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Berdasarkan hasil analisis regresi yang tertera pada tabel 5.5 di

atas, diperoleh persamaan regresi yang distandarkan, yaitu:

Efisiensi = 0,943RK + 0,438RE – 0,245RP,

di mana:

RK = Rasio Kemandirian

RE = Rasio Efektifitas

RP = Rasio Pertumbuhan

Model regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan

rasio kemandirian satu satuan akan diikuti kenaikan rasio efisiensi sebesar

0,943.

a) Uji T atau Uji Parsial

Page 66: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

1) Pengaruh Rasio Kemandirian terhadap Efisiensi PAD

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, pengaruh rasio

kemandirian terhadap efisiensi PAD dengan menggunakan program

SPSS diperoleh thitung sebesar 7,026 dan ttabel sebesar 2,78 dengan nilai

signifikansi 0,002. Karena thitung > ttabel dan nilai probabilitasnya <

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa rasio kemandirian berpengaruh signifikan

terhadap efisiensi PAD.

2) Pengaruh Rasio Efektifitas terhadap Efisiensi PAD

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, pengaruh rasio

efektifitas terhadap efisiensi PAD dengan menggunakan program

SPSS diperoleh thitung sebesar 1,972 dan ttabel sebesar 2,78 dengan

nilai signifikansi 0,120. Karena thitung < ttabel dan nilai probabilitasnya

> 0,05, maka hipotesis ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rasio

efektifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD.

3) Pengaruh Rasio Pertumbuhan terhadap Efisiensi PAD

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, pengaruh rasio

pertumbuhan terhadap efisiensi PAD dengan menggunakan program

SPSS diperoleh thitung sebesar -1,093 dan ttabel sebesar 2,78 dengan

nilai signifikansi 0,336. Karena thitung < ttabel dan nilai probabilitasnya

> 0,05, maka hipotesis ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rasio

pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD.

b) Uji F atau Uji Simultan

Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara

Page 67: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

simultan antara rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio pertumbuhan

terhadap efisiensi PAD dapat dilihat dari hasil uji F yang tertera pada

tabel 5.6 berkut:

Tabel 5.6. Hasil Uji F (Uji Simultan)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 7273.299 3 2424.433 17.820 .009a

Residual 544.196 4 136.049

Total 7817.495 7

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, Rasio Kemandirian, Rasio Efektifitas

b. Dependent Variable: Rasio Efisiensi

Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)

Berdasarkan hasil uji F (Uji Simultan) di atas, diperoleh Fhitung

sebesar 17,820 dan Ftabel sebesar 6,59 dengan nilai signifikansi 0,09.

Karena Fhitung > Ftabel dan nilai probabilitasnya < 0,05, maka hipotesis

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah dengan

rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio pertumbuhan berpengaruh

secara simultan terhadap efisiensi PAD.

B. Pembahasan

Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa secara parsial rasio

kemandirian berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD, terbukti dengan

nilai probabilitas 0,002 < 0,05. Model regresi yang terbentuk dari hasil

analisis regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan rasio kemandirian satu

satuan akan diikuti kenaikan efisiensi PAD sebesar 0,943. Sementara itu,

rasio kemandirian Pemkab Soppeng cukup dinamis dengan adanya kenaikan

Page 68: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

dan penurunan dalam delapan tahun terakhir (2003-2010). Meskipun

demikian, Kabupaten Soppeng dapat terus meningkatkan kemandirian

keuangan daerahnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan 9 (sembilan)

sektor usaha yang dimilkinya, yaitu: pertanian, pertambangan dan

penggalian; industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih; konstruksi;

perdagangan; hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan;

persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa.

Berdasarkan hasil analisis regresi secara parsial, rasio efektifitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD terbukti dari nilai probabilitas

sebesar 0,120 > 0,05. Hal ini berarti bahwa apa yang ditargetkan belum tentu

sama dengan realisasi yang ada. Target bisa lebih besar dari realisasi, dan

sebaliknya target bisa lebih kecil dari realisasi.

Hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa rasio

pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD, terbukti

dari nilai probabilitas sebesar 0,336 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rasio

pertumbuhan tidak berdampak positif terhadap efisiensi PAD.

Sedangkan secara simultan, dapat diketahui bahwa variabel independen

yang digunakan, yaitu rasio kemandirian (X1), rasio efektifitas (X2), dan rasio

pertumbuhan (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu

efisiensi PAD (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung sebesar 17,820 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi

yang digunakan, yaitu 0,05. Nilai R Square sebesar 0,930 menunjukkan

bahwa efisiensi PAD pada Pemkab Soppeng dapat dijelaskan oleh variabel

independen, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio pertumbuhan

Page 69: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

sebesar 93%. Sedangkan sisanya, 7% dijelaskan oleh variabel lain di luar

model.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja keuangan daerah Pemkab Soppeng dalam delapan tahun terakhir

terbukti baik. Hal ini dapat dilihat melalui perhitungan rasio kemandirian,

rasio efektivitas, dan rasio pertumbuhan dari tahun 2003-2010.

2. Efisiensi PAD Pemkab Soppeng dalam delapan tahun terakhir terbukti

efisien. Hal ini dpat dilihat melalui perhitungan rasio efisiensi PAD dari

tahun 2003-2010.

3. Secara parsial, rasio kemandirian Pemkab Soppeng berpengaruh signifikan

terhadap efisiensi PAD pada delapan tahun terakhir (2003-2010).

4. Secara parsial, rasio efektifitas Pemkab Soppeng tidak berpengaruh

signifikan terhadap efisiensi PAD pada delapan tahun terakhir (2003-2010).

5. Secara parsial, rasio pertumbuhan Pemkab Soppeng tidak berpengaruh

signifikan terhadap efisiensi PAD pada delapan tahun terakhir (2003-2010).

6. Secara simultan, rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio pertumbuhan

berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD pada delapan tahun terakhir

(2003-2010).

Page 70: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis rasio dan uji hipotesis kinerja keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng serta beberapa kesimpulan yang telah

dibuat, maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang sekiranya bisa

dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng dalam rangka

meningkatkan kinerja keuangannya, antara lain:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng dapat menggunakan analisis rasio

keuangan untuk melakukan penilaian dan evaluasi kinerja untuk

kepentingan manajemen birokrasi pemerintahan serta untuk menambah

kualitas sistem informasi keuangan daerah.

2. Lebih mengoptimalkan sumber-sumber PAD yang ada maupun yang

belum diolah agar dapat meningkatkan PAD sehingga ketergantungan

terhadap sumber dana ekstern dapat diminimalisir.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan

keuangan, baik itu dengan memberikan bimbingan teknis dan pelatihan

mengenai pengelolaan keuangan daerah ataupun dengan melakukan

perekrutan pegawai yang ahli dalam bidang keuangan. Dengan begitu

diharapkan penyusunan laporan keuangan dapat berjalan dengan lancar

dan tepat waktu sehingga memudahkan penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah. (APBD).

4. Untuk peneliti selanjutnya, diusahakan agar sampel penelitian yang

diambil dibedakan dari penelitian ini. Mungkin dengan berbedanya sampel

penelitian yang diambil, maka variabel rasio efektiitas dan rasio

Page 71: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

pertumbuhan dapat berpengaruh signifikan terhadap efisiensi PAD.

Meskipun dalam penelitian ini ternyata variabel tersebut tidak signifikan

terhadap efisiensi PAD.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI

Halim, Abdul. 2005. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

Darsono dan Ashari. 2004. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

http://beta.fajar.co.id/read-20110912212451-bpk-temukan-dana-bermasalah-rp43-m-

Kieso, Donal E., dkk. 2002. Intermediate Accounting. (Diterjemahkan Oleh: Gina Gania dan Ichsan Setiyo Budi). Jakarta: Erlangga

Lembaga Administrasi Negara dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance: Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. Jakarta: LAN dan BPKP

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI

Nordiawan, Deddi, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Pemerintah Kabupaten Soppeng. Peraturan Bupati Soppeng No. 26 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi, dan Rincian Tugas Jabatan Struktural pada DPPKAD Kabupaten Soppeng

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Page 72: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah

. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

LAMPIRAN

Page 73: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

STRUKTUR ORGANISASIDINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

DAERAH (DPPKAD) KABUPATEN SOPPENG

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SEKRETARIAT

KASUBAG

KASUBAGPERENCANAA

N&

KASUBAGKEUANGAN

KABIDPENDAPATA

N

KABIDANGGARAN

KABIDAKUNTANSI

KABIDASET

KABID DANAPERIMBANGA

KASIPAJAK

DAERAH

KASIPENYUSUNA

NAPBD

KASIRETRIBUSI

DAERAH

PJ. KASIOTORISASIDPA-SKPD

KASILAIN-LAIN PAD YANG

SAH

KASIPEMBENDAHARAAN

KASIAKUN.

PENE. &PENGE. KAS

KASIAKUN.ASET

KASIPENYU.

LAP.KEU.

UPT

KASIPERENC

.KEB.

KASIDISTRI.

KASIINVENT.

& PENGH.

KASI DANABAGI

KASI DANA

ALOKASI UMUMKASI

LAIN-LAINPAD YANG

SAH

Page 74: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

HASIL OLAH DATA ANALISIS RASIO KEUANGAN

Rasio Efisiensi Rasio Kemandirian Rasio Efektifitas Rasio PertumbuhanY X1 X2 X3

71.13 4.92 84.37 01.2 3.21 74.69 -31.751.31 3.25 102.48 13.0211.85 3.41 145.1 63.8465.87 4.37 109.92 44.5165.81 4.05 130.12 7.251.52 3.57 87.81 -9.061.49 3.39 80.94 4.11

Page 75: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

HASIL OLAH DATA ANALISIS REGRESI (SPSS)

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 pertumbuhan,

Rasio

Kemandirian,

Rasio Efektifitasa

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Rasio Efisiensi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .965a .930 .878 11.66400

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, Rasio Kemandirian, Rasio

Efektifitas

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7273.299 3 2424.433 17.820 .009a

Residual 544.196 4 136.049

Total 7817.495 7

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, Rasio Kemandirian, Rasio Efektifitas

b. Dependent Variable: Rasio Efisiensi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -221.627 41.699 -5.315 .006

Page 76: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian 51.147 7.279 .943 7.026 .002

Rasio Efektifitas .583 .295 .438 1.972 .120

Pertumbuhan -.272 .249 -.245 -1.093 .336

a. Dependent Variable: Rasio Efisiensi

Page 77: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PER 31 DESEMBER 2003, 2004, 2005, 2006

URAIAN 2003 2004 2005 2006PendapatanPendapatan Asli Daerah 8,914,222,635.39 6,084,124,834.80 6,876,125,679.32 11,266,106,312.36Hasil Pajak Daerah 1,267,799,413.00 1,883,821,549.00 1,442,850,769.00 1,725,707,410.00Hasil Retribusi Daerah 3,515,969,361.00 3,571,829,991.00 4,300,991,020.00 5,495,258,067.00Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah 270,176,047.39 318,481,190.80 391,856,914.32 31,533,000.00

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

3,860,277,814.00 309,992,104.00 740,417,976.00 4,013,607,835.36

Dana Perimbangan 169,168,080,079.14 179,180,422,067.79 201,193,276,220.00 325,463,397,877.00Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak 13,930,876,979.14 15,390,639,315.79 18,621,911,989.00 22,906,290,672.00

Dana Alokasi Umum 147,030,000,000.00 151,053,590,333.00 164,543,000,000.00 270,884,000,000.00Dana Alokasi Khusus 6,350,241,000.00 9,360,000,000.00 12,843,394,959.00 24,680,000,000.00Bagi Hasil Pajak dan Bantuan

Keuangan Provinsi 1,856,962,100.00 3,376,192,419.00 5,184,969,272.00 6,993,107,205.00

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

12,188,130,364.00 10,164,422,657.00 10,146,928,131.00 5,389,408,621.00

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah

0.00 0.00 7,096,742,334.00 0.00

Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah

0.00 0.00 18,534,364,500.00 0.00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

12,188,130,364.00 10,164,422,65257.00 10,146,928,131.00 5,389,408,621.00

77

Page 78: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Jumlah Pendapatan 190,270,433,078.53 195,428,969,559.59 213,216,330,030.32 342,118,912,810.36BelanjaBelanja Tidak Langsung 48,843,592,574.00 61,209,056,404.25 68,732,149,855.00 68,900,636,176.00Belanja Pegawai 42,502,487,474.00 52,108,416,775.25 53,033,825,681.00 95,657,078,760.00Belanja Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00Belanja Hibah 0.00 0.00 0.00 0.00Belanja Bantuan Sosial 0.00 0.00 0.00 0.00Belanja Bagi Hasil Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

5,170,552,530.00 72,943,008.00 89,812,848.00 1,335,081,366.00

Belanja Bantuan Keuangan KepadaProvinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

1,170,552,530.00 8,817,696,621.00 15,608,511,326.00 1,050,000,000.00

Belanja Tidak Terduga 0.00 210,000,000.00 0.00 656,364,200.00Belanja Langsung 97,156,059,051.00 95,818,772,299.00 104,311,583,323.80 171,457,193,929.25Belanja Pegawai 67,794,432,233.00 76,202,728,492.00 74,364,303,757.00 86,392,554,251.00Belanja Barang dan Jasa 2,871,194,245.00 4,065,496,069.00 3,136,695,261.00 3,589,890,767.00Belanja Modal 26,490,432,573.00 15,550,547,648.00 26,810,584,305.80 88,209,651,861.25 Jumlah Belanja 145,999,651,625.00 157,027,828,693.25 111,184,803,278.80 240,357,830,105.25 Surplus/Defisit 44,270,781,393,53 3,840,114,090.34 102,031,526,852.52 101,761,082,705.11

PembiayaanPenerimaan Pembiayaan Daerah 1,485,467,745.60 1,591,261,160.13 22,878,724,483.52 36,444,105,241.69Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya

1,485,467,745.60 500,285,750.13 10,610,372,077.52 28,059,590,645.61

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

0.00 1,090,975,410.00 1,979,888,200.00 7,919,552,200.00

Penerimaan Piutang Daerah 0.00 0.00 10,288,464,216.00 464,962,396.08Jumlah Penerimaan

Pembiayaan 1,485,467,745.60 1,591,261,160.13 22,878,724,483.52 36,444,105,241.69

Page 79: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

27,230,000,000.00 11,312,767,557.95 12,359,561,836.63 3,703,977,953.00

Penyertaan Modal Pemda 17,730,000,000.00 5,100,000,000.00 512,819.70 1,000,000,000.00Pembayaran Pokok Utang 1,500.000,000.00 6,212,767,557.95 2,070,733,074.93 1,601,402,253.00Pemberian Pinjaman Daerah 8,000,000,000.00 0.00 0.00 1,102,575,700.00Pembayaran Utang Belanja 0.00 0.00 10,288,315,948.00 0.00 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

27,230,000,000.00 11,312,767,557.95 12,359,561,836.63 3,703,977,953.00

Pembiayaan Neto 0.00 0.00 0.00 0.00Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran Tahun Berjalan 500,287,250.13 8,595,049,882.52 28,059,590,645.61 53,930,144,640.60

Page 80: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PER 31 DESEMBER 2007, 2008, 2009, 2010

URAIAN 2007 2008 2009 2010PendapatanPendapatan Asli Daerah 16,280,918,440.79

17,460,780,983.52

15,879,402,285.47 16,531,437,645.61

Hasil Pajak Daerah 1,810,422,871.00 1,992,333,187.00

2,345,203,805.00 3,037,488,871.00

Hasil Retribusi Daerah 6,086,009,566.00 9,648,562,911.41

8,806,002,785.00 9,075,375,909.00

Hasil Pengelolaan Kekayaan 444,749,520.79 934,087,877.11 1,385,966,227.47 1,738,229,903.19

Page 81: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

DaerahLain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

7,480,619,757.51

4,885,797,008.00

3,342,229,468.00 2,680,342,962.42

Dana Perimbangan 364,303,221,066.00 392,132,343,171.00

414,327,271,541.00 397,522,593,650.00

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

29,527,785,866.00

28,518,239,171.00

40,124,355,541.00 30,864,581,650.00

Dana Alokasi Umum 294,675,435,200.00 317,480,921,000.00

320,703,916,000.00 332,095,212,000.00

Dana Alokasi Khusus 40,100,000,000.00 46,133,183,000.00

53,499,000,000.00 34,562,800,000.00

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Provinsi

0.00 0.00 0.00 0.00

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

8,358,266,957.00 38,657,223,368.00 30,961,364,434.00 90,618,295,232.14

Dana Bagi Hasil Pajak dari 0.00 7,096,742,334.00 10,789,128,623.14

Page 82: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah

8,556,457,568.00

Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah

7,358,266,957.00

22,163,674,800.00

18,534,364,500.00 71,004,594,409.00

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

1,000,000,000.00

7,937,091,000.00

5,330,257,600 8,824,572,200.00

Jumlah Pendapatan 388,483,289,684.30 448,250,347,522.52

461,168,038,260.47 504,672,326,527.75

BelanjaBelanja Tidak Langsung 178,505,541,850.19 246,185,947,840.0

0273,624,406,369.00 335,503,653,462.00

Belanja Pegawai 153,815,388,895.19 212,604,699,043.00

241,456,866,642.00 305,782,936,613.00

Belanja Bunga 1,417,500,085.00 1,717,071,3

887,713,715.00 738,316,749.00

Page 83: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

27.00

Belanja Hibah 3,645,000,000.00 5,880,000,000.00

9,511,887,500.00 12,070,544,616.00

Belanja Bantuan Sosial 8,771,300,000.00 14,809,095,788.00

7,295,535,544.00 1,216,852,756.00

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

10,723,999,999.00

11,490,926,637.00

241,776,290.00 247,021,054.00

Belanja Bantuan Keuangan KepadaProvinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

132,352,871.00 230,155,009.00 14,180,626,678.00 14,379,606,674.00

Belanja Tidak Terduga 0.00 0.00 0.00 1,068,375,000.00Belanja Langsung 185,901,920,707.2

0218,158,302,426.00 230,053,656,654.00 150,354,010,744.00

Belanja Pegawai 20,

18,940,523,572.00 25,494,323,710.00 23,145,995,622.00

Page 84: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

885,243,400.00

Belanja Barang dan Jasa 49,458,965,459.00

63,261,737,600.00 71,070,713,507.00 59,183,706,536.00

Belanja Modal 155,557,711,848.00

135,945,041,254.00 133,488,619,437.00 77,024,308,586.00

Jumlah Belanja 364,407,462,557.39

464,324,250,266.00 503,678,063,023.00 494,857,664,206.00

Surplus/Defisit 24,075,827,126.91

(16,091,902,743.48) (42,510,024,762.53) 9,814,662,321.75

PembiayaanPenerimaan Pembiayaan Daerah

54,561,443,

75,186,307,182.03 55,011,286,740.07 15,341,921,304.12

Page 85: Analisis Kinerja Keuangan Daerah

787.00

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya

53,930,144,640.00

73,475,132,122.51 53,585,796,837.55 15,245,278,129.12

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

15,656,916.00 1,330,425,139.43 51,528,108.52 500,000.00

Penerimaan Piutang Daerah 615,642,231.00 380,749,934.09 1,373,961,794.00 96,143,175.00Jumlah Penerimaan

Pembiayaan54,561,443,787.60 75,186,307,186.03 55,011,286,740.07 15,341,921,304.12

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

5,115,957,067.00 5,508,607,605.00 4,601,325,041.00 1,351,967,312.00

Penyertaan Modal Pemda 1,000,000,000.00 2,000,000,000.00 2,000,000,000.00 0.00Pembayaran Pokok Utang 1,954,957,067.00 2,431,482,795.00 2,601,325,041.00 1,277,958,614.00Pemberian Pinjaman Daerah 2,154,000,000.00 923,000,000.00 0.00 0.00Pembayaran Utang Belanja 0.00 154,124,810.00 0.00 74,008,698.00 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

5,115,957,067.00 5,508,607,605.00 4,601,325,041.00 1,351,967,312.00

Pembiayaan Neto 49,445,485,720.00 69,677,699,581.03 50,409,961,726.00 13,988,613,871.00Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran Tahun Berjalan 73,521,313,845.51 53,585,796,837.55 7,899,936,963.54 23,803,276,192.87

Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kab. Soppeng, 2011

Page 86: Analisis Kinerja Keuangan Daerah