ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK …digilib.unila.ac.id/29586/17/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK …digilib.unila.ac.id/29586/17/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis (Randall, 1997) DI PERAIRAN
PULAU TEGAL KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN
PESAWARAN
(SKRIPSI)
Oleh
Desti Rizki Anggraini
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
THE SUITABILITY ANALYSIS FOR THE HUMPBACKGROUPERCULTURE, Cromileptes altivelis (Randall, 1997) AT TEGAL
ISLAND WATERS SUBDISTRICT OF PANDAN DISTRICT OFPESAWARAN
ABSTRACT
Tegal Island is part of Lampung Bay which has potential to be the location ofaquaculture. One of kind fish that can be cultivated in these area is the humpbackgrouper (Cromileptes altivelis). Humpback grouper is the most popular fishspecies in local and foreign markets that have the highest selling price. Thepurpose of this study were to know the physical and chemical parameters in TegalIsland waters, to know the suitability of the waters for the humpback groupercultivation in the waters of Tegal Island. The research was conducted in May2017. The sampling location was 4 stations. The range of water quality values inTegal island were water depth (15-25 m), dissolved oxygen (7-8 mg/l), brightness(5-10 m), salinity (30-34 ppt), temperature (28OC-32OC ), current velocity (20-50m/s), pH (7,7-8,0), nitrate (0,9 mg/l-3,2 mg /l) and phosphate (> 0,2-0, 5mg/l).The results showed that the waters of Tegal Island had appropriate watersuitability level (St 3), corresponding marginally (St 1 and St 2) and unsuited (St4) for the cultivation of humpback grouper.
Key words: Tegal Island, humpback grouper, waters evaluation
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKANKERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis (Randall, 1997) DI PERAIRAN
PULAU TEGAL KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATENPESAWARAN
ABSTRAK
Perairan Pulau Tegal merupakan bagian dari Teluk Lampung yang berpotensiuntuk dijadikan lokasi budidaya perikanan. Salah satu ikan yang dapatdibudidayakan pada perairanini adalah ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).Ikan kerapu bebek (C. altivelis) merupakan jenis ikan paling populer di pasarlokal maupun mancanegara yang memiliki harga jual paling tinggi. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui parameter fisika dan kimia di PerairanPulau Tegal dan mengetahui tingkat kesesuaian perairan Pulau Tegal untukbudidaya ikan kerapu bebek (C. altivelis). Penelitian ini dilaksanakan pada bulanMei 2017. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun. Kisaran nilai kualitasair di perairan pulau Tegal adalah kedalaman perairan (15-25 m), oksigen terlarut(7-8 mg/l), kecerahan (5-10 m), salinitas (30-34 ppt), suhu (28OC-32OC),kecepatan arus (20-50 m/s), pH (7,7-8,0), nitrat (0,9 mg/l-3,2 mg/l) dan fosfat(>0,2-0,5 mg/l). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perairan Pulau Tegalsesuai untuk dilakukannya budidaya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
Kata Kunci : Pulau Tegal, kerapu bebek, evaluasi perairan.
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis (Randall, 1997) DI PERAIRAN
PULAU TEGAL KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN
PESAWARAN
Oleh
Desti Rizki Anggraini
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencaai Gelar
SARJANA PERIKANAN
pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada
tanggal 19 Desember 1994, sebagai anak pertama
dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Zainal
Abidin dan Ibu Fatmawati.
Penulis mengawali pendidikan dari TK
Fransiskus 1 Tanjung Karang Pusat Bandar
Lampung. Melanjutkan pendidikan di SD Fransiskus 1
Tanjung Karang Pusat – Bandarlampung pada tahun pelajaran 2007,
Menyelesaikan pendidikan di SMP Fransiskus 1 Tanjung Karang Pusat Bandar
Lampung pada tahun pelajaran 2010 serta menamatkan pendidikan di SMA
Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2013. Tahun 2013, penulis mendapatkan
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Universitas
Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur PMPAP
(Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan). Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktium Biologi Perikanan dan
Teknologi Budidaya Pakan Hidup. Penulis juga aktif dalam organisasi di
Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota
bidang Kewirausahaan pada tahun 2014-2015 dan sebagai Sekretaris Bidang
Kewirausahaan pada tahun 2015-2016. Selama menikmati masa perkuliahan
penulis mengikuti kegiatan Praktik Umum (PU) di BBPBAP Jepara-Jawa Tengah
dengan judul “Pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di BBPBAP
Jepara” selama 30 hari pada bulan Juli 2016. Penulis juga mengikuti kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Margajaya, Kecamatan Selagai
Lingga, Kabupaten Lampung tengah pada Januari-Februari 2017. Terakhir pada
bulan Maret-Mei 2017, penulis melakukan penelitian di Perairan Pulau Tegal
Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran yang berjudul “Evaluasi
Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu Bebek Cromileptes
altivelis, (Randall, 1997) di Perairan Pulau Tegal Kecamatan Teluk Pandan
Kabupaten Pesawaran” pada tahun 2017.
Jangan selalu melihat orang yang lebih, lihatlah di luar sana banyakorang yang masih kekurangan (Mama, 2017).
Dia (Allah) berfirman, “Kami akan menguatkan engkau(membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan
kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidakakan dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan
membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yangmengikuti kamu yang akan menang (Surah Al-Qasas ayat 35).
Tidakkaah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasiadan bisikkan mereka dan bahwa Allah mengetahui segala yang
gaib (Surah At-Taubah ayat 78).
Hiduplah dengan Kenyataan, jgn menunjukkan apayang bukan jadi hakmu, lupakan segala kesalahan besar
orang lain untuk kehidupanmu yang akan datang(Desti, 2017).
Hidup bukan hanya untuk menyenangkan “orang lain”, tetapi hidup jugauntuk menyenangkan diri sendiri (Desti, 2017).
PERSEMBAHAN
Karya ini SEBAGAI tanda baktiku kepadakedua orangtuaku, Ayah dan Mama
Yang selalu mengiringi segala tindak tingkahlaku selama dari kecil hingga sekarang danselamanya, serta sebagai tanda terimakasihyang tidak mungkin dapat membalas segala
jasa dan pengorbanan orangtuaku.
Teruntuk adikku, yang selalu mendukung danmemotivasi aku untuk selalu menjadi inspirasi
baginya.
Teruntuk Keluarga, sahabat, orang terdekat,teman, musuh dan semua orang yang pernah
hadir untuk mengikuti dan mengamatiperjalanan skripsi ini.
Dan tak lupa, almamaterku tercinta.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi
Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul
“Evaluasi Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes
altivelis (Randall, 1997) di Perairan Pulau Tegal Kabupaten Teluk Pandan
Kabupaten Pesawaran”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, kemampuan untukselalu bersyukur atas rezekinya.
2. Ayahandaku Zainal Abidin, terimakasih atas dukungan doa, kasih sayang,
fasilitas, dukungan moril, semangat yang selalu diberikan kepada anakmu
sehingga mampu menyelesaikan tahap indah ini.
3. Ibundaku Fatmawati, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, dukungan
untuk tidak pernah menyerah, segala yang terbaik yang telah diberikan dan
semangat yang tak henti-hentinya hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Adikku Desvan Fatullah Angga, terimakasih telah mendampingi, mendukung,
dan mendorong agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Almarhumah Nenekku, Cik, Adenita, Nanda yang selalu menjadi keluarga yang
mendukung untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
7. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si selaku dosen pembimbing
akademik sekaligus pembimbing utama yang selalu memberikan motivasi penuh,
selalu sabar memberikan bimbingan, dan selalu memberikan saran serta kekuatan
yang membangun selama penulis aktif dalam perkuliahan maupun pada saat
menyelesaikan skripsi.
9. Bapak Qadar Hasani, S.Pi., M.Si, selaku dosen pembimbing kedua atas
bimbingan, kesabaran dalam memberikan motivasi dan pengetahuan serta kritik
dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi.
10. Ibu Henni Wijayanti S.Pi., M.Si, selaku dosen pembimbing kedua atas
bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi.
11. Bapak Herman Yulianto S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji atas segala kritik,
saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
12. Almamaterku Universitas Lampung.
13. Kakak tingkat sekaligus orang terdekat Khanif Ardiansyah, terimakasih selalu
mendampingi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabatku (Mas Tania Komala Puspa dan Anrey Arganta Sembiring),
terimakasih telah memberikan canda tawa, kesedihan, semangat berlebihan untuk
menyelesaikan skripsi tanpa tekanan lagi.
15. Sahabat-sahabat sejak SMA (Fitria Maharani, Ririn Yulianti, Suci Patmasari
dan Yola Amelia) yang selalu membantu meringankan kegundahgulana dalam
menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabatku Winny Mutiasari, terimakasih menjadi tetangga, temen curhat,
temen ngegosip, temen yang dirumpiin, temen yang banyak dosa yang selalu
membantu menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman satu angkatan 2013 Budidaya Perairan dari mulai NPM
1314111001-1314111058 terimakasih telah menjadi bagian keluarga yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
18. Kakak-kakak tingkat di Budidaya Perairan terutama Mba Destiara Dea, Mba
Ayu Yanuarita dan Bang Ranindia Akbar yang selalu menjadi inspirasi dalam
pengerjaan skripsi ini yang selalu menjadi contoh baik dalam pengerjaan skripsi
ini.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan
segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua, amin yarobbal alamin.
Bandar Lampung, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
-N) .............................................................. 17
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
1.5. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 3
1.6. Kerangka Penelitian ........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)........................................... 4
2.1.1 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 4
2.1.2 Siklus Reproduksi ............................................................................... 5
2.1.3 Model Budidaya ................................................................................. 6
2.2 Parameter Fisika.................................................................................... 8
2.2.1 Suhu.............................................................................................. 8
2.2.2 Derajat Keasaman (pH)................................................................. 8
2.2.3 Kecerahan...................................................................................... 9
2.2.4 Kedalaman..................................................................................... 9
2.2.5 Salinitas......................................................................................... 10
2.3 Parameter Kimia..................................................................................... 10
2.3.1 Oksigen Terlarut............................................................................. 10
2.3.2 Fosfat.............................................................................................. 10
2.3.3 Nitrat.............................................................................................. 11
2.4 Evaluasi Kesesuaian Perairan.................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 14
3.2. Alat Penelitian .................................................................................... 14
3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 16
3.3.1 Parameter Fisika ....................................................................... 16
3.3.2 Parameter Kimia ........................................................................ 17
3.3.2.1 Nitrat (NO3
3.3.2.2 Fosfat (PO4P-) ................................................................ 17
3.3.3 Evaluasi Kesesuaian Perairan..................................................... 17
3.4. Penilaianuntuk Lokasi Budidaya Ikan Kerapu Bebek........................ 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Lokasi Penelitian ................................................................... 21
4.2. Kualitas Air .......................................................................................... 22
4.2.1 Kedalaman Perairan Pulau Tegal .............................................. 22
4.2.2 Oksigen Terlarut Perairan Pulau Tegal ...................................... 23
4.2.3 Suhu Perairan Pulau Tegal ......................................................... 25
4.2.4 Kecerahan Perairan Pulau Tegal ................................................ 26
4.2.5 Kecepatan Arus Perairan Pulau Tegal ....................................... 27
4.2.6 Derajat Keasaman (pH) Perairan Pulau Tegal ........................... 28
4.2.7 Salinitas Perairan Pulau Tegal ........................................................... 30
4.2.8 Nitrat Perairan Pulau Tegal ........................................................ 31
4.2.9 Fosfat Perairan Pulau Tegal ........................................................ 32
4.3 Kesesuaian Perairan Pulau Tegal ........................................................... 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 36
5.2 Saran ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Penelitian ……………………………............................................. 142. Rencana Stasiun Penelitian ……………………...................................... 143. Batas-batas Nilai Kesesuaian dalam Budidaya Ikan Kerapu Bebek ....... 194. Hasil Pengukuran Kualitas Air di Perairan Pulau Tegal ………………. 245. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan
Kerapu bebek pada lokasi 1 di Pulau Tegal .......………………………. 336. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan
Kerapu bebek pada lokasi 2 di Pulau Tegal .......………………………. 337. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan
Kerapu bebek pada lokasi 3 di Pulau Tegal .......………………………. 348. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan
Kerapu bebek pada lokasi 4 di Pulau Tegal .......………………………. 34
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ……………………………………………… 3
2. Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes altivelis (Randall, 1977) .................... 4
2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian …………………….......... 15
3. Titik Pengambilan Sampel ……………………...................................... 15
4. Hasil Pengukuran Kedalaman Perairan Pulau Tegal ……………........... 22
5. Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut di Pulau Tegal …..……………….. 23
6. Hasil Pengukuran Suhu Perairan di Pulau Tegal ……………………….. 25
7. Hasil Pengukuran Kecerahan di Perairan Pulau Tegal ………...……….. 26
8. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus di Perairan Pulau Tegal ………..…... 27
9. Hasil Pengukuran pH Perairan di Pulau Tegal ……………..…………... 28
10. Hasil Pengukuran Salinitas Perairan di Pulau Tegal ………...………... 30
10. Hasil Pengukuran Nitrat Perairan di Pulau Tegal ……………………... 31
11. Hasil Pengukuran Fosfat di Perairan Pulau Tegal ……………..……… 32
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki potensi dan peran strategis sebagai salah satu
penunjang kegiatan wilayah daratan yang ada di sekelilingnya termasuk kegiatan
budidaya. Secara ekologis perairan laut merupakan habitat alami bagi berbagai
macam biota laut yang perlu dijaga kelestarian dan eksistensinya. Wilayah pesisir
Teluk Lampung memiliki keragaman hayati dan potensi sumber daya perikanan
dan kelautan yang besar sebagai pendukung kegiatan perekonomian di Provinsi
Lampung terutama bagi masyarakat di wilayah pesisir. Salah satu lokasi yang
dapat digunakan dalam kegiatan tersebut yaitu Perairan Pulau Tegal.
Secara administratif, Pulau Tegal terletak di Kecamatan Teluk Pandan,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dengan luas lebih dari 98 ha. Pulau
Tegal memiliki topografi berupa pantai pasir putih yang landai (Sebelah Barat,
Selatan, Timur, dan Utara), pantai berbatu (sebelah Timur Laut, Tenggara, Barat
Daya, dan Barat Laut). Wilayah daratannya berupa dataran (dekat pantai) hingga
berupa lerengan bukit (biasanya untuk bercocok tanam bagi penduduk). Pada
umumnya masyarakat di Pulau tegal memiliki KJA untuk budidaya.
Ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis (Randall, 1997) merupakan salah
satu jenis ikan yang paling populer di pasar lokal maupun manca negara. Ikan
kerapu tergolong dalam famili Serranidae, tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik kecil.
Menurut Nontji (2002), nama kerapu biasanya digunakan untuk empat genus
anggota famili Serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus dan
Cromileptes. Salah satu ikan kerapu yang diminati adalah ikan kerapu bebek.
Terdapat beberapa faktor pendukung untuk keberhasilan budidaya ikan
kerapu bebek. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan tersebut adalah
kualitas air. Mutu air merupakan kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu. Pendekatan
tradisional penentuan status mutu air pada perairan tertentu yaitu dengan
membandingkan data setiap parameter kualitas air konvensional seperti parameter
2
fisik, kimia, bakteriologi, dengan kondisi normatif baku mutu yang digunakan
sebagai acuan atau rujukan pada daerah masing. Kualitas air yang sesuai dengan
kebutuhan hidupnya akan mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup biota di
perairan. Semakin buruk keadaan suatu perairan maka semakin kecil harapan
biota laut dapat hidup sesuai habitat aslinya. Oleh sebab itu, perlunya kajian
tentang kualitas air sebagai penentu lokasi budidaya khususnya ikan kerapu
bebek.
1.2 Rumusan Masalah
Perairan Pulau Tegal secara administrasi masuk ke dalam wilayah
Kabupaten Pesawaran dan merupakan pulau yang paling dekat dengan sentral
budidaya laut (marine culture) yang terletak di Teluk Lampung. Kegiatan
budidaya yang ada di perairan pulau tegal adalah budidaya ikan kerapu dengan
menggunakan keramba jaring apung (DKP Provinsi Lampung, 2007). Oleh sebab
itu perlunya evaluasi terhadap kondisi perairan Pulau Tegal sehingga kita dapat
mengetahui apakah perairan tersebut layak sebagai tempat untuk budidaya
perikanan atau tidak.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian Perairan
Pulau Tegal untuk budidaya ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis (Randall,
1997) berdasarkan parameter fisika dan kimia perairan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang Teluk Lampung khususnya Perairan Pulau
Tegal untuk pengembangan budidaya laut dan karakteristik perairan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat sehingga lokasi tersebut dapat
dikembangkan dan dikelola dengan baik.
3
1.5 Hipotesis penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah Perairan Pulau Tegal diduga sesuai
sebagai tempat untuk budidaya ikan kerapu bebek.
1.6 Kerangka Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Perairan PulauTegal
Budidaya IkanKerapu Bebek(Cromileptes
altivelis)
Data ParameterFisika dan Kimia
Kisaran OptimalBudidaya IkanKerapu Bebek(Cromileptes
altivelis)
Analisis dengan MetodeScoring dan Matching
Kesimpulan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
Menurut Weber dan Beofort (1940), klasifikasi ikan kerapu bebek adalah
sebagai berikut:
Phyllum : Chordata
Class : Osteichyes
Ordo : Percomorphi
Family : Serranidae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Gambar 2.Ikan Kerapu Bebek, Cromileptes altivelis(Randall, 1997)
Ikan kerapu bebek mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan
10 duri keras dan 18 -19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri
lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 - 3,8 kali
tingginya, panjang kepala seperempat panjang total, leher bagian atas cekung dan
semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin
memanjang kebelakang maka sirip semakin melebar, warna putih kadang
kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip (Weber and Beoford,
1940; Ahmad dan Wiyanto, 1991).
2.1.1 Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu merupakan salah satu ikan yang tersebar luas dari wilayah
Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai,
atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera
Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia
5
ikan kerapu bebek banyak didapati di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon dengan salah satu indikator adanya kerapu di
daerah berkarang. Ikan kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup
maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide pools . Dalam siklus hidup,
kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan
kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m. Parameter ekologis yang cocok
untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C, salinitas
antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH
antara 7,8 – 8,0 (Departemen pertanian, 1999).
Menurut Effendi (2002) mengatakan bahwa ikan kerapu bebek merupakan
jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase
betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus
hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. mengatakan
fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat
hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin dan
ukuran tubuh. Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam memiliki ukuran kecil
dan pada umumnya berjenis kelamin betina. Induk ikan akan mengalami
pematangan kelamin sepanjang tahun.
2.1.2 Siklus Reproduksi
Ikan kerapu bebek bersifat hermaprodit protoginiyaitu pada perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah
menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya,
fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin,
dan ukuran. Biasanya ukuran untuk ikan yang sudah matang gonad memiliki
panjang 38 cm. Pada umumnya ikan kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan
memijah ikan akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan
Juni – September dan bulan November – Februari terutama pada perairan
kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya
ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan
6
salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek
sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur (Tampubulon
dan Mulyadi, 1989).Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit
protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad),
proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat
dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina
kemudian berubah menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002).
2.1.3 Model Budidaya
Terdapat beberapa model dan metode pembudidaya yang digunakan untuk
ikan kerapu bebek. Model budidaya ini bertujuan untuk mendapatkan salah satu
model pembudidayaan yang paling efisien yang akan digunakan untuk ikan
kerapu bebek. Adapun beberapa model yang telah diterapkan adalah metode
keramba jaring apung dan tambak. Dengan adanya metode budidaya ini dapat
dikatakan bahwa metode keramba jaring apung adalah metode yag paling baik
untuk budidaya ikan kerapu bebek. Metode KJA merupakan metode akuakultur
yang paling produktif.Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA, yaitu
tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak
diperlukannya pengelolaan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa,
dan mudahnya pemanenan. Agar budidaya ikan di KJA berhasil maka
pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih lokasi yang
memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis (Sunyoto,1994). Lima persyaratan
utama dalam pembudidayaan ikan di laut adalah ketersediaan benih, lingkungan
yang memadai, stock pakan yang cukup, sumberdaya manusia dan penguasaan
teknologi pembudidayaan (Kriswantoro. 1986).
Keramba jaring apung biasa digunakanuntuk menamaiwadahpemeliharaan
ikan terbuat dari jaring yang di bentuk segiempat atau silindris adan diapungkan
dalam air permukaan menggunakanpelampung dan kerangka kayu, bambu, atau
besi, serta sistem penjangkaran.Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan
dalamKJA relatiftenang,terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Menurut
7
Nikijuluw (1992), keramba jaring apung merupakan salah satu metode
pemeliharan ikandalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan,
yaitu :
1. Kurung tancap ; bentukkurungan ikan yangpeletakannya
menggunakantiang-tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.
2. Kurungan terendam ; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan
terendamdidalam air dan bergantung kepada pelampung.
3. Kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan
diletakanpada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat /
jangkar.
Ukuran KJA menunjukkan ukuran kantong jaring yang digunakan seperti:
1. Bujur sangkar dengan ukuran 3 x 3 m, 4 x 4 m dan bahkan 5 x 5 m dengan
kedalaman kantong jaring 3 - 5 m.
2. Persegi panjang dengan ukuran 3 x 4 m, 3 x 5 m dan 4 x 6 m dengan
kedalam kantong 3 – 5 m.
3. Ortogonal dengan bentuk jaring bulat dengan diameter 4 – 10 m dengan
kedalaman kantong 3- 8 m.
4. Bulat dengan bentuk jaring bulat dengan diameter 4 – 10 m dengan
kedalaman kantong 3- 8 m.
Gambar 3.Bentuk Rangka Utama Keramba Jaring Apung
8
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas kimia dan fisika
perairan. Aktivitas kimia dan fisika seringkali mengalami peningkatan dengan
naiknya suhu.Tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi
dibanding pada suhu rendah. Hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan volume
airnya. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan dan akan semakin
kecil mengikuti kedalaman (Hutabarat, 1986).
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur,
benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses
penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum
tempat pemeliharaan ikan berbeda-beda untuk setiap spesies ikan, hingga stadia
pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak terhadap ikan seperti
mempengaruhi aktivitas makan ikan, peningkatan aktivitas metabolisme ikan,
penurunan gas atau oksigen terlarut, efek pada proses reproduksi ikan dan bila
suhu terlalu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan (Nontji, 2002).
2.2.2 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen
(H ) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu
perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk
untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Faktor-faktor yang
perubahan pH di perairan yaitu aktivitas fotosintesis dan aktivitas respirasi.
Dengan adanya perubahan pH ini dapat menyebabkan perubahan pula pada
budidaya ikan.
Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada beberapa faktor yaitu
konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO , konsentrasi garam-garam karbonat dan
bikarbonat serta proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan. Semakin
banyak CO yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan
secara bertahap melepaskan ion H yang menyebabkan pH air turun. Reaksi
sebaliknya terjadi pada peristiwa fotosintesis yang membutuhkan banyak ion CO ,
9
sehingga menyebabkan pH air naik. Pada peristiwa fotosintesis, fitoplankton dan
tanaman air lainnya akan mengambil CO dari air selama proses fotosintesis
sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada
waktu malam hari.
Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mepunyai nilai
pH dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH yang ideal
bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.
Kondisi perairan yang bersifat asam maupun basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme
akuatik. Sehingga pH juga mempengaruhi proses budidaya perikanan didalamnya.
2.2.3 Kecerahan
Kecerahan pada suatu perairan dapat dikatakan sebagai kemampuan
cahaya untuk menunjukan kecerahan yang menembus lapisan air pada kedalam
suatu perairan. Kecerahan sangan penting bagi perairan alami sebagai
membantunya proses fotosintetis. Kecerahan berperan penting dalam proses
fotosintetis dan juga produksi primer di suatu perairan. Kekeruhan air dan warna
air sangat sangat berpengaruh dalam kecerahan. Kecerahan juga sebagai ukuran
transparansi di perairan, yang dapat ditentukan dengan indera penglihatan dengan
alat yaitu secchi disk (Effendi, 2003 ).
Kecerahan air bisa digunakan sebagai indikator daya tembus penetrasi
cahaya ke dalam air laut. Pada proses budidaya ikan, cahaya sangat dibutuhkan
untuk mengetahui tingkat kecerahan di dalam perairan. Karena semakin keruh
suatu perairan maka sumber cahaya semakin sedikit, maka tingkat kecerahan juga
rendah (Mujito et al.,1997).
10
2.2.4 Kedalaman
Menurut Setiawan (2010) kualitas perairan dapat diukur dari kedalaman
perairan tersebut. Lokasi pada perairan dangkal akan mudah terkena proses
pengadukan akibat gelombang, kedalaman yang baik untuk kualitas perairan
berkisar 3 m sampai lebih. Kondisi kedalaman suatu perairan dapat diketahui
dengan faktor cahaya yang masuk untuk berfotosintetis (Sumiarsih, 1999).
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu
vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara
(Hutabarat dan Evans, 2008). Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap
biota yang dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang diterima di
dalam air, sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman
(Nybakken, 1992).
2.2.5 Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandugaan garam dalam tanah.Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi kurang dari 0,05%. Jika suatu wilayah
memiliki salinitas yang terlalu tinggi, maka wilayah tersebut tidak mampu
dijadikan tempat untuk budidaya ikan (Djoko, 2011). Kandungan garam ini juga
mempengaruhi tingkat keasaman pada budidaya perikanan, jika tingkat
keasamannya meningkat maka kualitas air didalamnya tidak baik untuk dilakukan
sebagai lokasi budidaya.
2.3Parameter Kimia
2.3.1 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah parameter untuk kualitas perairan. Kehidupan
perairan harus memiliki oksigen terlarut (DO) minimal 5 mg oksigen setiap liter
air (5 ppm). Oksigen terlarut adalah faktor yang memegang kehidupan bagi
11
organisme. Perubahan yang terjadi ketika oksigen terlarut akan menyebabkan
organisme mati, ataupun secara tidak langsung akan menyebabkan toksisitas yang
akan mencemari lingkungan berdampak akan membahayakan organisme
didalamnya. Hal ini terjadi karena proses metabolisme dan perkembangan tubuh
membutuhkan oksigen (Romimuhtarto, 1991).
Kadar oksigen terlarut didaerah muara atau estuari berhubungan dengan
kekeruhan perairan tersebut yang dipengaruhi karena adanya pertambahan
aktivitas mikroorganisme yang memakai oksigen terlarut (bioproses) untuk
mengurai zat organik. Sedangkan jika perairan yang kadar oksigennya tinggi akan
menghasilkan warna pantai yang jernih dikarenakan okasigen masuk tidak
mendapatkan hambatan melalu proses difusi dan Fotosintetis (Nybakken, 1992).
2.3.2Fosfat
Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi
berbagai organisme perairan. Pertukaran energi dari organisme yang sangat
dibutuhkan dalam jumlah sedikityang didapatkan dari fosfat, sehingga fosfat
berfungsi sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme. Peningkatan
fosfat akan menyebabkan timbulnya eutrofikasi pada suatu ekosistem perairan
yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut, diikuti dengan
timbulnya kondisi aerob yang menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya
nitrit sehingga dapat menyebabkan kematian organisme perairan (Barus, 2004).
Baku mutu konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut
adalah 0,015 mg P-PO4/L (KLH, 2004).
2.3.3 Nitrat
Nitrat termasuk dalam golongan senyawa anorganik. Nitrat merupakan
unsur utama yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat
bersifat stabil dan mudah larut. Pada umumnya Nitrat dalam suatu perairan
tersedia dalam jumlah yang banyak. Nitrat yang tersedia untuk akar mangrove
bergantung pada keseimbangan antara proses ini, sesuai tingkat oksigenisasi
12
tanah, bergantung pada penggenangan dan komposisi lahan. Oksigenisasi tanah
juga dipengaruhi oleh liang fauna dan keluaran gas dari akar mangrove (Hogart,
2007).
Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat
merupakan salah satu senyawa nutrien yang penting dalam sintesa protein hewan
dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh
ketersediaan nutrien. Konsentrasi nitrat yang dibutuhkan untuk budidaya laut
adalah berkisar antara 0,9 - 3,2 mg/l (DKP, 2002).
2.4 Evaluasi Kesesuaian Perairan
Evalusi kesesuaian perairan adalah suatu proses pendugaan potensi lahan
yang telah dipertimbangkan menurut kegunaannya dan membandingkan serta
menginterprestasikan serangkaian data dari hasil suatu lahan yang dikaji.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi lahan tersebut berdasarkan parameter
yang akan di uji. Parameter tersebut antara lain kecerahan, suhu permukaan,
oksigen terlarut (DO), pH, nitrat, fosfat, kecepatan arus, topografi, vegetasi,
kualitas tanah, klimat, transportasi dan pemasaran (Supratno, 2006).
Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan beberapa persyaratan
penggunaan lahan perairan dengan karateristik lahan yang ada dan terkualifikasi,
sehingga lahan tersebut dapat dinilai apakah masuk kedalam kelompok yang
sesuai atau tidak kedalam penggunaan lahan yang akan dikaji. Sebaliknya, apabila
karakteristik lahan tersebut dinyatakan tidak sesuai maka lahan tersebut tidak
dapat digunakan (Hardjowigeno, 2003 dalam Supratno, 2006)
Evaluasi kesesuaian lahan perairan dapat menggunakan beberapa metode
yang serupa. Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan
lahan adalah sebagai berikut:
1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan
langsung di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan
13
pada beberapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam
menganalisis.
2. Metode statistik
Metode ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas lahan
yang disebut diagnostic land characteristic (variabel x) terhadap kualitas
lahannya (variabel y).
3. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria
kesesuaian lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan
dengan cara matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik
lahan dengan syarat penggunaan lahan tertentu.
4. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini didasarkan pada pemberian nilai pada masing-masing satuan lahan
yang sesuai dengan karakteristiknya dan telah didapatkan hasil yang sudah
sesuai pada lahan tersebut.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Tahapan yang dilakukan
dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi dan penentuan stasiun pengamatan
yang dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Pengambilan data primer dan data
sekunder (peta lokasi pengambilan sampel) dan analisis data. Lokasi penelitian
terletak di Perairan Pulau Tegal, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung.
3.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Alat yang digunakan selama penelitian
No Variabel Satuan Alat Keterangan
1 Suhu oC Termometer In situ
2 Derajat Keasaman (pH) pH meter In situ
3 Kecerahan M Secchi Disk In situ
4 Kedalaman M Bathimeter In situ
5 Salinitas ppt Hand
Refractometer
In situ
6 Oksigen Terlarut (DO) mg/l DO meter In situ
7 Fosfat mg/l Spectrofotometer Laboratorium
8 Kecepatan Arus cm/s Stopwatch
9 Nitrat mg/l Spectrofotometer Laboratorium
Koordinat Lapangan GPS In situ
15
Gambar 2. Peta lokasi pengambilan sampel penelitian
Gambar 3. Titik koordinat pengambilan sampel
Titik StasiunPengamatan
Titik KJA
16
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan melakukan pengamatan
terhadap kualitas perairan yang meliputi parameter fisika, dan kimia perairan.
Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi zona pemanfaatan umum Teluk Lampung
tepatnya di Perairan Pulau Tegal, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
sekunder. Data primer meliputi data kualitas air di perairan Pulau Tegal.
Sedangkan data sekunder meliputi peta lokasi pengambilan sampel. Penentuan
titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling.
Lokasi pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun yang mewakili semua kondisi
perairan lokasi penelitian. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan
global positioning system (GPS) dengan format koordinat geografis
(latitude;longitude). Data yang diukur dilakukan secara in situ sedangkan sampel
yang harus di analisis lebih lanjut dibawa ke laboratorium BBPBL Lampung.
Deskripsi stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Deskripsi stasiun penelitian
NoKoordinat
KeteranganLS BT
1 5o 33’ 36,49” 105o 16’ 22,04” Letak stasiun berdekatan dengan KJA yang masih aktif
berbudidaya ikan kerapu bebek
2 5o 33’ 40,75” 105o 16’ 31,16” Letak stasiun berada di sekitar terumbu karang yang
masih hidup dan memiliki dasar pasir
3 5o 33’ 30,33” 105o 16’ 33,44” Letak stasiun berada dekatpemukimanpenduduk,
tempatwisatadan KJA skalakecil
4 5o 33’ 24,95” 105o 16’ 20,53” Letak stasiun berada diantaraPulauTegaldanPantai Sari
Ringgung
3.3.1 Parameter Fisika
Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi :
a) Kedalaman perairan diukur dengan bathimeter digital.
17
b) Kecerahan perairan diukur dengan secchi disk.
c) Pengukuran suhu di perairan dilakukan dengan termometer.
d) Pengukuran kecepatan arus dengan pengukur arus manual dan stopwatch.
Semua parameter fisika ini dilakukan secara langsung (in situ) pada tiap titik
sampling di perairan Pulau Tegal, lalu dicatat hasil yang telah didapatkan dari
pengukuran.
3.3.2 Parameter Kimia
Pengukuran parameter kimia dilakukan secara langsung yang meliputi
oksigen terlarut, pH, dan salinitas. Pengukuran ini dilakukan pada setiap titik
sampling di perairan Pulau Tegal. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur pada
parameter kimia ini adalah:
a) Oksigen terlarut diukur dengan DO meter.
b) Derajat keasaman atau pH diukur dengan menggunakan pH paper.
c) Salinitas diukur menggunakan hand refraktometer.
3.3.2.1 Nitrat (NO3-N)
Pengukuran nitrat dilakukan di laboratorium kualitas air BBPBL
Lampung. Adapun cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dilakukan
dengan spectofotometer (APHA.2005.4500) pada kisaran kadar 0,08 mg/l.
3.3.2.2 Fosfat (PO4)
Pengukuran fosfat dilakukan di laboratorium kualitas air BBPBL
Lampung. Adapun cara kerja yang digunakan untuk mengukur fosfat dilakukan
dengan spectofotometer (SNI 06-6989.31-2005) pada kisaran kadar 0,015 mg/l.
3.3 3 Evaluasi Kesesuaian Perairan
Evaluasi kesesuaian perairan digolongkan kedalam beberapa kelas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan untuk
budidaya perikanan khususnya untuk ikan kerapu bebek apakah benar benar layak
atau sebaliknya. Matrik kesesuaian perairan disusun berdasarkan dari analisis
18
skoring dan pembobot, hasil dari skoring dan pembobotan akan mendapatkan
kelas kesesuaian yang menggambarkan kelayakan suatu perairan. Menurut
Trisakti (2003) tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Hightly Suitable) Nilai 85-100%
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya
dan tidak akan menaikkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diberikan.
2) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diperlukan.
3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
akan lebih menigkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang
diperlukan.
4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Sutable)Nilai< 65%
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan
pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui peubah syarat yang dijadikan
acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan
dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah
diatas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi
terhadap peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang.
19
3.4 Penilaian untuk Lokasi Budidaya Ikan Kerapu Bebek
Pada proses penilaian kesesuaian perairan dibutuhkan batas-batas nilai
yang disesuaikan dengan standar SNI di Indonesia. Penjelasan tentang batas nilai
kesesuaian dalam budidaya ikan kerapu bebek dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Batas-batas nilai kesesuaian dalam budidaya ikan kerapu bebek
Variabel Kisaran BatasNilai
Bobot(B)
SKORMAX
(A x B)Sumber
Kedalaman15-25 m
4-14 m dan 26-35 m<4 m dan>35 m
531
3 15BBPBL, 2001
DKP, 2002
OksigenTerlarut
7-8 mg/l4-6 mg/l dan 8,5-9 mg/l
<4 mg/l dan>9 mg/l
531 3 15
Akbar et al., 2002BBPBL, 2001
Supratno dan Kasnadi,2003
Kecerahan
>5 m3-5 m<3 m
531
315
DKP, 2002KLH, 2004
Radiarta et al., 2003
Salinitas
30-34 ppt28-29 ppt dan 35-36ppt
< 28 ppt dan>36ppt
531
315
BBPBL, 2001Yusuf, 2011
Suhu
28oC-32oC20-27oC dan 32,5-33oC
<20oC dan>33oC
531 2 10
Supratno dan Kasnadi,2003
BBPBL, 2001
KecepatanArus
20-50 cm/detik10-19 cm/detik dan 51-75
cm/detik<10 cm/detik dan >75 cm/detik
531
210
DKP, 2002Gufron dan Kordi, 2005
Sunyoto, 1994
pH
7,7-8,05-7,6 dan 8,1-9
<5 dan>9
531 2 10
BBPBL, 2001Supratno dan Kasnadi,
2003
Nitrat
0,9 mg/l – 3,2 mg/l0,7-0,8 mg/l dan 3,3-3,4 mg/l
<0,7 mg/l dan>3,4 mg/l
531 1 5
DKP, 2002
Fosfat0,2-0,5 mg/l
0,6 mg/l - 0,7 mg/l<0,2 mg/l dan> 0,7 mg/l
531
1 5KLH, 2004
SKOR TOTAL MAKSIMAL 100
Keterangan:
1.Angka penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu:5 = baik3 = sedang1 = kurang
20
2. Bobot berdasarkan petunjuk (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002), yaitupertimbangan pengaruh variabel dominan.
3. Skor adalah ∑Skor total dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut
selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian perairan budidaya ikan
kerapu bebek berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung
dengan perhitungan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) :Skor total = Skor totalSkor total max x 100%Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian
perairan sebagai berikut (Cornelia, 2005) :
86 –100 = Sangat Sesuai (S1)
76 – 85 = Cukup Sesuai (S2)
66 – 75 = Sesuai Marginal (S3)
0– 65 = Tidak Sesuai (N)
ss
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perairan Pulau Tegal sesuai
untuk dilakukannya budidaya ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis (Randall,
1997).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalahsebagaiberikut perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai evaluasi kesesuaian perairan di Pulau Tegal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T., Wiyanto, A. 1991. Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalamKaramba Jaring Apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai.Maros.
Akbar, S. dan Sudaryanto. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan KerapuBebek. Penebar Swadaya. Jakarta
Barus. T. A, 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.USU Press, Medan.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. 2001. ModulPetunjuk Teknis Pembesaran Kerapu. Balai Besar PengembanganBudidaya Laut Lampung. Direktorat Pengembangan Sumber DayaKelautan dan Perikanan, Lampung.
Brotowidjoyo, 1995. Pengantar Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum Penataan RuangPesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan,Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007. Statistik Perikanan Budidaya. DirektoratJendral Perikanan Budidaya, Jakarta.
Dinas Pertanian. 1999. Pemeliharaan Kerapu Bebek. Direktorat JendralPerikanan. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Evalawati., M. Meiyana dan T. W. Aditya. 2001. Modul Pembesaran KerapuBebek (Cromileptes altivelis) di Keramba Jaring Apung. Balai BesarPengembangan Budidaya Laut Lampung. Direktorat PengembanganSumber Daya Kelautan Dan Perikanan, Lampung.
Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung.Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Hadmoko, D. S. 2012. Evaluasi Sumber Daya Lahan Prosedur dan TeknikEvaluasi Lahan : Aplikasi teknik skoring dan matching. Universitas GajahMada. Yogyakarta.
Hutabarat, S. dan Evans, S. M. 2008. Pengantar Oseanografi Umum. Jakarta.Universitas Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup, 2004. Keputusan Menteri KLH No. 51/2004tentang baku mutu air laut untuk Biota Laut. KLH, Jakarta.
Kordi dan Ghufran, 2004 Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. CetakanPertama.PT Rineka Cipta; Jakarta.
Kriswantoro, M. Dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Penerbit BP.Karya Bani, Jakarta.
Mudjito, 1997. Evaluasi Penginderaan Jauh untuk Studi Dasar LingkunganWilayah Kerja UNOCAL Indonesia company Kalimantan Timur. BidangLitbangtek Eksplorasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan TekhnologiMinyak dan Gas Bumi. LEMIGAS, Jakarta
Nastiti, A.S.,Krismono., dan Katamihardja E.S. 2001. Dampak Budidaya IkanDalam Jaring Apung Terhadap Peningkatan Unsur N dan P di PerairanWaduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian PerikananIndonesia, Jakarta
Nikijuluw, H.P. V., Didi, S. dan W. Ismail. 1992. Tinjauan Ekonomi BudidayaIkan di Keramba Apung. Jakarta. Pros. Puslitbangkan.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Edisi revisi. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Nybakken,J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkanoleh Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan SSukarjo.Gramedia, Jakarta.
Paruntu, C. P. 2015. Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina Forsskal, 1775)dan Ikan Beronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) dalam KarambaJaring Apung dengan Sistim Polikultur. e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN
Radiarta, I. Ny., S. E. Wardoyo., B. Priyono dan O. Praseno. 2003. AplikasiSistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi PengembanganBudidaya Laut di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal PenelitianPerikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta.
Randall, J. E., Allen, G. R., & Steene, R. C. (1997). Fishes of the great barrierreef and coral sea. University of Hawaii Press.
Romimohtarto, K., & Juwana, S. (2001). Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentangbiota laut. Djambatan.
Setiawan, 2010. Pengaruh Kedalaman Perairan Terhadap Kualitas Perairan. PT.Kanisius. Yogyakarta.
Supratno KP, T. R. I. 2006. Evaluasi Lahan Tambak Wilayah Pesisir JeparaUntuk Pemanfaatan Budidaya Ikan Kerapu. Semarang. UniversitasDiponegoro.
Supratno, T. Kasnadi, 2003. Peluang Usaha Budidaya Alternatif denganPembesaran Kerapu di Tambak Melalui Sistem Modular. PelatihanBudidaya Udang Windu Sistem Tertutup Bagi Petani Kabupaten Tegal danJepara. Jawa Tengah.
Sunyoto, P. 1994. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. PenebarSwadaya. Jakarta.
Tampubolon, 1989. Metode Makan Ikan Kerapu Bebek, Pedoman PemberianMakan, Balai Budidaya Laut, Lampung.
Tiskiantoro F. 2006. Analisis kesesuaian lokasi budi daya keramba jaring apungdengan aplikasi sistem informasi geografis di Pulau Karimunjawa danPulau Kemujan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,Semarang.
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Pengindraan Jauh Untuk Budidaya PerikananPantai. Teknologi Pengindraan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah PesisirDan Lautan. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 2002. Water Analysis Manual Tropical Aquatic BiologyProgram. Biotrop. P. 81.Bogor.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kalautan. Gramedia WidiasaranaIndonesia, Jakarta.
Yusuf. 2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo, Jakarta.