ANALISIS KERAGAMAN MORFOLOGI, KANDUNGAN … · menggunakan jangka sorong digital. 5. Bobot 1000...
Transcript of ANALISIS KERAGAMAN MORFOLOGI, KANDUNGAN … · menggunakan jangka sorong digital. 5. Bobot 1000...
47
ANALISIS KERAGAMAN MORFOLOGI, KANDUNGAN
ANTOSIANIN DAUN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN 13
AKSESI MENIRAN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan menganalisis
kekerabatan 13 aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler (genetik). Sebanyak
13 aksesi meniran yang berasal dari eksplorasi meniran di Kabupaten Bangkalan dan
Gresik dianalisis keragaman genetiknya. Peubah yang diamati menggunakan
penanda morfologi adalah 12 karakter kuantitatif dan 2 karakter kualitatif. Sebanyak
5 primer digunakan dalam analisis RAPD untuk proses amplifikasi DNA. Hasil
analisis komponen utama mendapatkan 2 komponen utama dengan proporsi
keragaman kumulatif sebesar 91.90%. Analisis gerombol berdasarkan karakter
morfologi dan kandungan antosianin pada taraf kesamaan sekitar 100-91.90%
terbentuk 3 kelompok. Pada taraf kesamaan 69.82% terbentuk 2 kelompok utama
yang terdiri dari kelompok A beranggotakan semua aksesi meniran hijau
(Phyllanthus niruri L.) dan kelompok B beranggotakan aksesi meniran merah
(Phyllanthus urinaria L.). Pengelompokan berdasarkan RAPD, pada tingkat
kesamaan 63% terbentuk 2 kelompok utama yang terdiri dari kelompok A
beranggotakan semua aksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan kelompok B
beranggotan aksesi meniran merah (Phyllanthus urinaria L.). Berdasarkan
keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan penanda molekuler
terdapat 2 jenis meniran hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik yaitu
meniran hijau dan meniran merah yang membentuk 2 kelompok terdiri dari
kelompok A semua aksesi meniran hijau dan kelompok B satu aksesi meniran
merah.
Kata kunci : morfologi, genetik, RAPD, gerombol, analisis komponen utama
Abstract
The objectives of this research were to identify and analyze the variability
and genetic relationship of 13 accessions of Phyllanthus based on morphological
characters, anthocyanin content and RAPD markers. There were 13 accessions that
come from Phyllanthus exploration in Bangkalan and Gresik that analyzed by its
genetic diversity. The five primers with RAPD analysis. The result of principal
component analysis had two primary components 91.90% cumulative proportion of
diversity. Cluster analysis based on morphological character and anthocyanin content
at the similarity coefficient range from 1.00 – 0.91 formed three groups. Two
primary group at similarity of coefficient 0.70 : group A consist of all accession
green meniran (Phyllanthus niruri L.) and red meniran (Phyllanthus urinaria L.) in
group B. In general, clustering analysis based on RAPD, at similarity of coefficient
0.63 formed two main groups consist of all green meniran (Phyllanthus niruri L.)
accession in group A and red meniran (Phyllanthus urinaria L.) accession in group
B. Bassed on RAPD markers results of exploration in Bangkalan and Gresik found
two types of meniran, green (Phyllanthus niruri L.) and red meniran (Phyllanthus
48
urinaria L.) by grouping all accession green meniran (Phyllanthus niruri L.) in
group A and red meniran (Phyllanthus urinaria L.) in group B.
Key words: morphology, genetics, RAPD,clustering, principal component analysis.
Pendahuluan
Meniran (Phyllanthus sp. L.) tergolong dalam divisi Spermatophyta,
subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Geraniles, famili Euphorbiaceae,
genus Phyllanthus (Webster 1986; de Padua et al 1999). Penyebarannya di seluruh
Asia termasuk Indonesia (Heyne 1987; Soerjani et al 1987), Malaysia, India, Peru,
Afrika, Amerika dan Australia (Taylor 2003).
Genus Phyllanthus mempunyai lebih dari 600 spesies tetapi yang lebih
dikenal dan biasa digunakan untuk pengobatan hanya dua spesies yaitu Phyllanthus
niruri L. dan Phyllanthus urinaria L. Khusus untuk pengobatan, Phyllanthus niruri
L. (meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan Phyllanthus
urinaria L. (meniran merah). Komponen yang terkandung dalam meniran hijau lebih
banyak dibandingkan dengan meniran merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meniran hijau mampu menghambat aktivitas virus hepatitis B sebesar 70%, lebih
baik daripada meniran merah yang hanya mampu menghambat sebesar 28% (Taylor
2003).
Perbedaan morfologi ditemukan antara meniran hijau dan meniran merah.
Meniran hijau memiliki batang berwarna hijau muda atau hijau tua. Setiap
cabangnya terdiri dari 8-25 helai daun. Daunnya berwarna hijau, berukuran 0.5-2 x
0.25-0.5 cm. Buahnya bertekstur licin, bulat pipih dengan diameter 2-2.5 mm.
Kepala sari meniran hijau yang sudah matang akan pecah secara membujur.
Sedangkan meniran merah memiliki batang berwarna merah coklat. Setiap cabang
terdiri dari 7-13 helai daun. Warna daun hijau coklat dengan ukuran 0.5-2 cm x 1-8
mm. Buah bertekstur kasar, bulat dengan diameter 3 mm. Kepala sari meniran
merah yang sudah matang akan pecah secara melintang (Heyne 1987; Soerjani et al.
1987, Soedibyo 1998).
Menurut Roy (2000), koleksi plasma nutfah harus dievalusi secara tepat.
Karakter yang dievalusi dapat berupa karakter anatomi, morfologi, kimia, biokimia
maupun fisiologis. Karakter morfogi lazim digunakan untuk karakterisasi dan
49
analisis kekerabatan pada kondisi lingkungan yang normal. Van Beuningen dan
Bush (1997) menyatakan analisis molekuler (marka molekuler) dapat dilakukan
untuk mengatasi pengaruh faktor lingkungan terhadap karakter morfologi yang
jumlahnya terbatas. Salah satu marka molekuler yang dapat digunakan adalah
analisis RAPD yang merupakan teknik yang lebih cepat dan lebih mudah dilakukan.
Menurut Sjamsuhidajat dan Nurendah (1992) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kandungan zat kimia dalam tanaman antara lain habitat, pemupukan
dan umur tanaman. Khan et al. (2010) mendapatkan pengaruh faktor lingkungan dan faktor
genetik terhadap peningkatan kandungan filantin pada Phyllanthus amarus (Phyllanthus
niruri).
Keberagaman karakter dapat digunakan untuk mengetahui hubungan
kekerabatan, sehingga perlu dilakukan evaluasi kekerabatan antara aksesi meniran
yang ada di alam. Keragaman genetik dan hubungan kekerabatan di antara aksesi
meniran dapat terungkap dengan menggunakan analisis morfologi dan molekuler.
Penanda morfologi ditujukan pada karakter kuantitatif dan kualitatif yang mengarah
pada karakter agronomi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan
kekerabatan 13 aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler (genetik).
Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai dengan Januari
2010. Penanaman dilakukan di lahan penelitian Desa Padasuka Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Produksi Departemen AGH IPB dan Laboratorium Molekuler dan Kloning
Departemen AGH IPB.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji meniran hasil
eksplorasi dari Kabupaten Bangkalan dan Gresik berupa 6 aksesi meniran hijau
(A1,A2,A3,A4,A5,A6) dan 1 aksesi meniran merah (A13) yang berasal dari
Kabupaten Bangkalan dan 6 aksesi meniran hijau (A7,A8,A9,A10,A11,A12) yang
50
berasal dari Kabupaten Gresik. Bahan untuk penanaman adalah pupuk kandang,
pupuk NPK, tanah, polibag ukuran (25 x 30) cm, insektisida hayati. Bahan kimia
yang digunakan untuk analisis RAPD antara lain : SIGMA-AldrichTM
Extraction
and dellution kit, aquabidestilata, campuran chloroform dan isoamilalkohol (CIA)
24:1, Etanol Absolut, PCR amplification reagents dari Vivantis, DNA ladder, primer
acak, gel agarose, buffer TAE (Tris Acetic Acid EDTA) 1x, Loading die, dan
Ethidium Bromide.
Peralatan budidaya yang digunakan adalah alat budidaya secara umum.
Peralatan yang digunakan untuk pengamatan adalah meteran, penggaris, kaca
pembesar dan jangka sorong. Peralatan yang digunakan dalam analisis RAPD adalah
gunting, oven, water bath, microtube 2 ml, pelampung microtube, mikro pipet 1000
μ l, mikro pipet 100 μ l, rak tip dan microtube, centrifuge, desicator vacuum pump,
timbangan analitik, hot plate, labu Erlenmeyer, elektroforesis chamber, sisir gel
mesin PCR, mesin elektroforesis dan UV transiluminator.
Metode Penelitian
Keragaman morfologi tanaman
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAK) dengan
satu faktor yaitu 13 aksesi meniran dengan 3 kali ulangan (kelompok) sehingga
terdapat 39 kombinasi percobaan.
Biji meniran yang didapat dari eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan
Kabupaten Gresik dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian disemai. Media
semai berupa campuran antara tanah, sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1.
Biji yang disemai ditutup dengan kompos agar tidak mudah diterbangkan angin.
Selanjutnya media disiram air. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup
dengan plastik bening tembus cahaya. Wadah diletakkan ditempat yang ternaungi.
Setelah tumbuh kecambah, tutup plastik dibuka. Dilakukan pemeliharaan sampai
bibit siap untuk dipindahkan ke polibag yang berukuran (25 x 30) cm. Bibit yang
dipindah telah mempunyai minimal empat daun majemuk.
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap
hari pada pagi atau sore hari selama satu bulan pada awal penanaman dengan asumsi
tidaak ada hujan. Selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan keperluan.
51
Pengendalian hama dan penyakit dengan insektisida organik. Pengendalian gulma
dilakukan dengan cara penyiangan.
Pengamatan karakter morfologi
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk
tanaman, diamati setiap 2 minggu.
2. Jumlah daun majemuk, dihitung bila daun telah membuka sempurna,
diamati setiap 2 minggu.
3. Jumlah cabang, dihitung setiap 2 minggu.
4. Diameter batang (mm), diamati pada tanaman yang sudah dipanen
dengan cara mengukur panjang diameter pada sisi tengah batang dengan
menggunakan jangka sorong digital.
5. Bobot 1000 biji (g), diamati pada buah yang telah masak, pecah dan biji
telah keluar dengan cara menimbang 1000 biji dengan menggunakan
timbangan neraca analitik.
6. Produksi biomassa basah (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara
menimbang dengan timbangan neraca analitik bobot basah akar, daun
dan batang.
7. Produksi biomassa kering (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara
menimbang dengan timbangan neraca analitik bagian akar, daun dan
batang yang telah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.
8. Analisis antosianin daun. Sampel daun adalah daun yang telah terbentuk
sempurna dan daun yang terkena matahari secara langsung. Cara kerja
disajikan pada Lampiran 2.
Penanda Molekuler dengan analisis RAPD
Pelaksanaan
Pelaksanaan analisis RAPD dibagi dalam dua kegiatan utama, yakni isolasi
DNA dan amplikasi DNA menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction).
Analisis RAPD dilakukan pada 13 aksesi meniran dengan menggunakan 10 primer
acak. Dari 10 primer yang dipilih secara acak, ada 5 primer menunjukkan hasil yang
polimorfik yang selanjutnya digunakan dalam analisis RAPD.
52
Isolasi DNA
Metode yang digunakan adalah metode ekstraksi menggunakan Kit SIGMA
yang dimodifikasi. Larutan ekstrak dari kit Sigma yang digunakan sebanyak 100 μ l
yang ditempatkan dalam mikrotube 2 ml. Gunting yang akan digunakan dicuci
dengan alcohol 70% kemudian dikeringkan dengan tissue. Sampel daun dipotong
sebanyak 0.02 gram dan dimasukkan ke dalam microtube yang sudah berisi ekstrak
kit. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 95oC menggunakan water bath selama 5
menit. Setelah dipanaskan, ke dalam microtube ditambahkan larutan dilusi sebanyak
100 μ l dan aquabides sebanyak 500 μ l. Selanjutnya cairan dalam microtube diambil
tanpa mengikutkan potongan daunnya. Cairan tersebut dimasukkan ke dalam tabung
baru yang berukuran 1.5 ml (militube) dan ditambahkan chloroform isoamylalkohol
(CIA 24:1) sebanyak 150 μ l kemudian diaduk dengan vortex mix selama kurang
lebih 10 detik dan dicentrifuge pada kecepatan 15 000 RPM atau kurang lebih 12
000 G selama 5 menit. Setelah dicentrifuge, supernatant dipindahkan pada microtube
1500μ l. Kemudian ditambahkan etanol absolute 2 kali volume supernatant. Jika
gumpalan lender tidak terlihat, maka larutan tersebut dimasukkan ke dalam freezer
selama 10 menit kemudian dicentrifuge pada kecepatan 7 000 RPM (± 5000 G)
selama 5 menit. Kemudian larutan etanol dibuang dan sisa lender yang berupa pellet
(DNA) dikeringkan di atas kertas tissue. Jika alkohol sudah tidak ada yang menetes,
DNA dikeringkan dengan vacum pump sampai kering. Yang terakhir DNA
dilarutkan dengan air double destilate 50-200 μ l. DNA hasil isolasi ini disimpan
dalam freezer jika tidak digunakan langsung untuk amplifikasi PCR.
Amplifikasi DNA dengan PCR
Amplifikasi DNA dilakukan dengan PCR reagent dari Vivantis dengan
modifikasi konsentrasi taq DNA polymerase 1.5 kali konsentrasi anjuran (Tabel 9).
Campuran bahan PCR terdiri dari 10 μ l PCR reagent vivantis, 5 μ l primer acak, dan
5 μ l DNA template. Semua campuran bahan PCR sebanyak 20 μ l tersebut
dimasukkan ke dalam PCR tube dan diamplifikasi pada mesin PCR Effendorf.
Proses amplifikasi DNA dibagi dalam tiga bagian yaitu : 1) denaturation
(penguraian utas ganda DNA menjadi utas tunggal) selama 5 menit pada suhu 95oC,
2) anneling (penempelan primer) selama 30 detik pada suhu annealing (TM(melting
53
temperature) primer -4oC) dan 3) elongation (pemanjangan utas DNA primer yang
komplemen dengan DNA template menggunakan enzyme taq DNA Polymerase)
selama 1 menit pada suhu 72oC. Proses amplifikasi PCR dilakukan sebanyak 45
siklus.
Tabel 9 Bahan reaksi PCR analisis RAPD keragaman 13 aksesi meniran
Bahan reaksi PCR Konsentrasi
(stock solution)
Volume yang diambil
(per reaksi)
10 x Vivantis Buffer A 400 μ l 2 μ l
2 mM dNTP mix 160 μ l 0.8 μ l
50 mM MgCl2 120 μ l 0.6 μ l
Taq DNA polymerase 48 μ l 0.24 μ l
Double destilate water 1.272 μ l 6.36 μ l
Primer 1 000 μ l 5 μ l
DNA 1 000 μ l 5 μ l
Volume total 4 000 μ l 20 μ l
Elektroforesis
Fragmen DNA hasil amplifikasi menggunakan PCR dapat dilihat melalui
elektroforesis. Media yang digunakan adalah gel yang dibuat dari agarose sebanyak
0.6 gram yang ditambah dengan TAE 1x sebanyak 40 ml. Gel ditempatkan pada alat
elektroforesis dan dibuat sumur untuk menempatkan DNA hasil amplifikasi
kemudian ditambah TAE 1x hingga rata menutupi gel. Campuran DNA yang
dielektroforesis adalah 9 μ l hasil reaksi PCR dicampur dengan 1-2 μ l loading dye.
Kemudian 5 μ l dari 1000 bp DNA ladder disimpan pada salah satu sumur untuk
mengukur pita-pita DNA yang dihasilkan dari masing-masing aksesi meniran.
Elektroforesis dilakukan selama 90 menit pada 90 Volt. Gel hasil elektroforesis
diwarnai dengan Ethidium bromide selama 15 detik kemudian direndam dalam
aquades selama 30 menit. Selanjutnya gel yang telah diwarnai divisualisasikan di
atas ultra violet transluminator dan didokumentasikan dengan kamera.
Analisis Data
Analisis gerombol. Metode pengerombolan yang digunakan adalah metode
aglomeratif dan ukuran ketidakmiripan yang digunakan adalah jarak euclide.
54
Peubah yang menjadi dasar pengerombolan adalah peubah yang telah direduksi dari
hasil analisis komponen utama. Pengolahan data ini dibantu oleh program
MINITAB 15.0.
Analisis komponen utama. Analisis komponen utama (Principal
Componen Analysis) dilakukan untuk menyederhanakan variabel yang baru menjadi
lebih sedikit, namun informasi tidak berubah. Analisis ini memberikan gambaran
berupa besarnya pengaruh persentase nilai keragaman dari beberapa komponen
utama (biasanya 3 komponen utama) yang dapat dibentuk dari minimal 70%
keragaman yang dimiliki oleh karakter-karakter pada populasi yang dikarakterisasi
(Nasution 2008). Pengolahan data dibantu oleh program MINITAB 15.0
Data hasil RAPD diskoring berdasarkan ada tidaknya pita. Skor 0 jika tidak
ada pita dan skor 1 jika ada pita pada tingkat migrasi yang sama antar aksesi
meniran. Setiap profil pita DNA berhubungan dengan lokus yang mengandung alel
tertentu. Pita hasil amplifikasi pada posisi yang sama pada laju elektroforesis yang
sama untuk setiap tanaman meniran, dianggap sebagai satu lokus homolog.
Selanjutnya data hasil skoring dianalisis menggunakan Seguential Agglomerative,
Hierarchical and Nested (SAHN)-UPGMA (Unweighted pair-group method,
arithmetic average) pada program NTSYSpc untuk menganalisis kemiripan antar
aksesi (matriks jarak genetik). Hasil analisis disajikan dalam bentuk dendrogram.
55
Hasil dan Pembahasan
Keragaman morfologi 13 aksesi meniran
Tabel 10 Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah
cabang, diameter batang dan bobot 1000 biji meniran umur 10 MST
Aksesi Peubah pengamatan
Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah
daun
majemuk
Jumlah
cabang
Diameter
batang
(mm)
Bobot
1000 biji
(g)
Meniran hijau
A1 54.20 abc 106.33 a 23.00 ab 2.07 c 0.17 b
A2 51.47 d 107.80 a 23.27 ab 1.93 c 0.17 b
A3 53.20 bcd 108.20 a 21.80 ab 2.07 c 0.16 b
A4 53.73 abc 109.00 a 23.60 a 2.07 c 0.17 b
A5 54.13 abc 108.27 a 23.47 ab 2.07 c 0.17 b
A6 55.40 a 110.07 a 22.67 ab 2.57 a 0.17 b
A7 54.80 ab 109.93 a 23.33 ab 2.33 ab 0.17 b
A8 54.73 ab 106.87 a 22.80 ab 2.30 ab 0.17 b
A9 54.80 ab 106.07 a 22.33 ab 2.07 c 0.17 b
A10 54.47 ab 108.60 a 22.73 ab 2.07 c 0.16 b
A11 54.07 abc 110.20 a 23.60 a 2.00 c 0.17 b
A12 52.47 cd 109.73 a 21.67 b 2.27 b 0.17 b
Meniran merah
A13 12.07 e 99.02 b 17.27 c 1.57 d 0.21 a
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Kisaran tinggi tanaman aksesi meniran adalah 12.07 – 55.40 cm. Aksesi
tanaman tertinggi adalah aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6) dan terendah
adalah aksesi meniran merah asal Bangkalan (A13). Jumlah daun majemuk pada 12
aksesi meniran hijau asal Bangkalan berbeda nyata dengan meniran merah (A13).
Antara kedua belas aksesi meniran hijau (A1-A12), jumlah daun majemuknya tidak
berbeda nyata. Jumlah daun majemuk 12 aksesi meniran hijau berkisar antara 106.07
sampai dengan 110.20 daun, sedangkan meniran merah (A13) mempunyai jumlah
daun majemuk paling sedikit (99.02 daun). Demikian juga dengan bobot 1000 biji,
semua aksesi meniran hijau (A1 sampai A12) bobot 1000 bijinya tidak berbeda
nyata. Bobot 1000 biji meniran hijau (12 aksesi) berbeda nyata dengan meniran
56
merah (A13). Kisaran bobot 1000 biji meniran hijau 0.16 – 0.17 gram. Meniran
merah mempunyai bobot 1000 biji terbesar 0.21 gram.
Jumlah cabang per tanaman 13 aksesi meniran bervariasi dengan kisaran
17.27 – 23.60 cabang. Berdasarkan hasil uji Duncan keragaman jumlah cabang dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok. Kelompok yang memiliki jumlah cabang tertinggi
adalah kelompok I terdiri dari A11, A4, A5, A7, A2, A1, A8, A10, A6, A9, A3
dengan jumlah cabang 21.80 – 23.60, kelompok II adalah A12 (21.67 cabang) dan
kelompok III adalah aksesi meniran merah asal Bangkalan (A13) dengan 17.27
cabang.
Diameter batang maksimal (2.57 mm) ditunjukkan aksesi meniran hijau asal
Bangkalan (A6), diikuti meniran hijau asal Gresik (A7 dan A8). Meniran merah asal
Bangkalan (A13) mempunyai diameter batang terendah (1.57 mm).
Tabel 11 Pengaruh aksesi terhadap bobot basah akar (BBA), batang (BBB), daun
(BBD) dan bobot total (BBT) meniran umur 10 MST
Aksesi Peubah pengamatan
Bobot basah
akar
(g tan-1
)
Bobot
basah
batang
(g tan-1
)
Bobot
basah daun
(g tan-1
)
Bobot basah
total
(g tan-1
)
Meniran hijauA1 3.50 abc 9.22 bcd 7.39 bc 20.12 cd
A2 3.45 c 9.16 d 7.38 c 19.99 d
A3 3.46 bc 9.26 bcd 7.39 bc 20.12 cd
A4 3.48 abc 9.23 bcd 7.39 bc 20.10 cd
A5 3.47 bc 9.24 bcd 7.38 c 20.09 cd
A6 3.53 a 9.52 a 7.44 a 20.49 a
A7 3.51 abc 9.43 ab 7.42 ab 20.37 ab
A8 3.49 abc 9.40 abc 7.38 c 20.27 abc
A9 3.46 bc 9.24 bcd 7.36 c 20.06 cd
A10 3.46 bc 9.26 bcd 7.38 c 20.10 cd
A11 3.46 bc 9.19 cd 7.39 bc 20.05 cd
A12 3.46 bc 9.36 abcd 7.40 bc 20.21 bcd
Meniran merahA13 3.52 ab 7.85 e 7.39 bc 18.75 e
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Bobot basah akar per tanaman bervariasi dengan kisaran 3.45 – 3.53 gram.
Bobot basah batang bervariasi dengan kisaran 7.85 – 9.52 gram per tanaman. Bobot
57
basah daun bervariasi dengan kisaran 7.38 – 7.44 gram per tanaman. Bobot basah
total bervarisai dengan kisaran 18.75 – 20.49 gram per tanaman. Aksesi dengan
bobot basah akar, batang, daun dan bobot basah total tertinggi adalah aksesi meniran
hijau asal Bangkalan (A6).
Tabel 12 Pengaruh aksesi terhadap bobot kering akar (BKA), batang (BKB), daun
(BKD) dan bobot kering total (BKT) meniran umur 10 MST
Aksesi Peubah pengamatan
Bobot kering
akar
(g tan-1
)
Bobot kering
batang
(g tan-1
)
Bobot kering
daun
(g tan-1
)
Bobot kering
total
(g tan-1
)
Meniran hijau
A1 0.75 abc 1.67 bcd 0.84 bc 3.27 cd
A2 0.70 c 1.61 d 0.83 c 3.14 d
A3 0.71 bc 1.71 bcd 0.84 bc 3.27 cd
A4 0.73 abc 1.68 bcd 0.84 bc 3.25 cd
A5 0.72 bc 1.69 bcd 0.83 c 3.24 cd
A6 0.78 a 1.97 a 0.89 a 3.64 a
A7 0.76 abc 1.88 ab 0.87 ab 3.52 ab
A8 0.74 abc 1.85 abc 0.83 c 3.42 abc
A9 0.71 bc 1.69 bcd 0.81 c 3.21 cd
A10 0.71 bc 1.71 bcd 0.83 c 3.25 cd
A11 0.72 bc 1.64 cd 0.84 bc 3.20 cd
A12 0.71 bc 1.81 abcd 0.85 bc 3.36 bcd
Meniran merah
A13 0.77 ab 1.30 e 0.84 bc 2.90 e
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Bobot kering akar per tanaman bervariasi dengan kisaran 0.70 – 0.78 gram
per tanaman. Bobot kering batang bervariasi dengan kisaran 1.30 – 1.97 gram per
tanaman. Bobot kering daun bervariasi dengan kisaran 0.81 – 0.89 gram per
tanaman. Bobot kering total bervarisai dengan kisaran 2.90 – 3.64 gram per tanaman.
Aksesi dengan bobot kering akar, batang, daun dan bobot kering total tertinggi
adalah aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6).
58
Keragaman kandungan antosianin daun
Tabel 13 Pengaruh aksesi terhadap kandungan antosianin daun meniran
umur 10 MST
Aksesi Kandungan antosianin daun
(mg g-1
)
Meniran hijau
A1 0.58 bcd
A2 0.58 bcd
A3 0.53 cd
A4 0.51 cd
A5 0.54 cd
A6 0.67 b
A7 0.60 bc
A8 0.46 d
A9 0.55 bcd
A10 0.53 cd
A11 0.51 cd
A12 0.50 cd
Meniran merah
A13 0.84 a
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Aksesi meniran merah asal Bangkalan (A13) mempunyai kandungan
antosianin daun tertinggi (0.84 mg g-1
). Aksesi meniran hijau asal Gresik (A8)
mempunyai kandungan antosianin daun terendah (0.46 mg g-1
).
Keragaman 13 aksesi meniran berdasarkan karakter morfologi dan kandungan
antosianin daun
Dengan metode analisis gerombol menggunakan program MINITAB 15
dapat dilihat keragaman aksesi berdasarkan seluruh peubah yang diamati. Hasil
analisis dapat menampilkan jarak perbedaan dan kesamaan berbagai aksesi dalam
bentuk dendrogram disajikan pada Gambar 13.
59
60
Tabel 14 Nilai ciri dua komponen utama 14 karakter 13 aksesi meniran
Komponen utama Nilai ciri Persen keragaman Persen akumulasi keragaman
1 8.57 61.20 61.20
2 4.30 30.70 91.90
Tabel 15 Karakter morfologi pembentuk komponen utama.
Komponen utama Jumlah karakter Jenis karakter Nilai
KU I 9 Bobot basah total 0.340
Bobot basah batang 0.339
Tinggi tanaman 0.326
Bobot 1000 biji -0.322
Jumlah daun 0.318
Bobot kering batang 0.314
Diameter batang 0.305
Jumlah cabang 0.296
Bobot kering total 0.287
KU II 4 Bobot basah akar 0.450
Bobot kering akar 0.446
Bobot kering daun 0.432
Bobot basah daun 0.418
Hasil analisis komponen utama pada penanda morfologi dan kandungan
antosiani daun dapat dijelaskan oleh 2 komponen utama yang mencakup 91.90%
data dari total keseluruhan data (Tabel 14). Analisis komponen utama menunjukkan
akumulasi keragaman komponen tinggi, hanya dengan dua komponen utama pertama
sudah menghasilkan nilai akumulasi 91.90% keragaman. Artinya dua komponen
utama telah mewakili 91.90% dari 14 karakter diperoleh dari 2 komponen utama.
Jumlah karakter penentu pembentuk pengelompokan terpilih adalah selaras
dengan nilai ciri yaitu sembilan karakter pada komponen utama 1 dan empat karakter
pada komponen utama 2 (Tabel 15).
Berdasarkan hasil analisis komponen utama terbentuk 3 kelompok.
Kelompok A terdiri dari aksesi meniran hijau asal Bangkalan nomor 1,2,3,4,5, aksesi
meniran hijau asal Gresik nomor 8,9,10,11,12. Kelompok B terdiri dari aksesi 6
berupa meniran hijau asal Bangkalan dan nomor 7 aksesi meniran hijau asal Gresik.
61
Kelompok C terdiri dari aksesi nomor 13 meniran merah asal Bangkalan (Gambar
14).
Gambar 14 Analisis komponen utama karakter morfologi dan kandungan
antosianin daun 13 aksesi meniran
Analisis kekerabatan berdasarkan penanda molekuler
Hasil pengelompokan berdasarkan penanda molekuler (RAPD) menunjukkan
kedua belas akesesi meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik (A1 sampai A12)
memiliki hubungan genetik yang cukup dekat yang ditunjukkan dengan
mengelompoknya keduabelas aksesi meniran hijau dalam satu kelompok. Aksesi
meniran merah asal Bangkalan (A13) cenderung memisah dan membentuk
kelompok sendiri.
Hasil analisis RAPD menggunakan 5 primer pada 13 aksesi meniran
menunjukkan tingkat polimorfisme yang relatif tinggi. Menurut Jubera et al. (2009)
data marka molekuler dalam hubungannya dengan data morfologi berguna untuk
menetapkan tingkat perbedaan dan kemiripan antar kultivar.
62
No Nama Primer Sekuen (5’ – 3’) Jumlah pita polimorfik
1. OPE-1 CCCAAGGATCC 5
2. OPE-19 ACGGCGTATG 6
3. OPH-5 AGTCGTCCCC 8
4. OPH-13 GACGCCACAC 8
5. OPM-20 AGGTCTTGGG 5
Coefficient
0.63 0.72 0.82 0.91 1.00
MH-1 MH-3 MH-4 MH-6 MH-7 MH-8 MH-9 MH-10 MH-5 MH-2 MH-11 MH-12 MM-13
63
Data hasil skoring pita polimorfik selanjutnya digunakan untuk menganalisis
tingkat kemiripan dari 13 aksesi meniran yang diamati. Pada Gambar 15 dapat
dilihat pada tingkat kemiripan dari 100% sampai 63%, 13 aksesi yang dianalisis
dapat dikelompokan menjadi 7 kelompok. Kelompok A terdiri dari aksesi meniran
hijau asal Bangkalan nomor 3, 4, 6, dan aksesi meniran hijau asal Gresik nomor 7, 8,
9, 10 yang mempunyai tingkat kemiripan sebesar 100%. Kelompok B terdiri dari
aksesi meniran hijau asal Bangkalan nomor 1 dengan aksesi kelompok A dengan
tingkat kemiripan sebesar 97%. Kelompok C terdiri dari aksesi meniran hijau asal
Bangkalan nomor 5 dengan kelompok B dengan tingkat kemiripan 96%. Kelompok
D terdiri dari aksesi meniran hijau asal Bangkalan nomor 2 dengan aksesi meniran
hijau asal Gresik nomor 11 yang mempunyai kemiripan sebesar 94%. Kelompok E
yaitu gabungan kelompok C dan kelompok D dengan tingkat kemiripan sebesar 90%
sampai dengan 100%. Kelompok F merupakan gabungan dari kelompok E dan
aksesi meniran hijau asal Gresik nomor 12 dengan tingkat kemiripan sebesar 83%
sampai dengan 100%. Kelompok G terdiri dari gabungan semua meniran hijau
(aksesi nomor 1 hingga aksesi nomor 12) dan meniran merah (aksesi nomor 13)
dengan tingkat kemiripan sebesar 63% atau perbedaannya sebesar 27%.
Hasil pengelompokan aksesi meniran berdasarkan marka RAPD tidak selaras
dengan kelompok berdasarkan karakter morfologi. Aksesi yang mengerombol dalam
satu kelompok dalam dendrogram berdasarkan RAPD memiliki karakter morfologi
yang berbeda. Ketidakselarasan tersebut menunjukkan bahwa pita-pita DNA tersebut
tidak berhubungan dengan karakter-karakter yang diamati di lapangan.
Pengelompokan berdasarkan marka RAPD juga menunjukkan bahwa aksesi
yang berasal dari wilayah yang berdekatan tidak selalu mengerombol dalam satu
kelompok. Demikian pula sebaliknya aksesi yang berasal dari wilayah yang berbeda
dan jauh secara geografis dapat mengerombol dalam satu kelompok. Hal ini dapat
terjadi karena adanya mutasi spontan dan seleksi alami yang terjadi sehingga timbul
perbedaan genetik antar aksesi. Menurut Indriani (2000), aksesi yang berasal dari
satu negara atau letak geografis yang sama cenderung memiliki jarak genetik yang
dekat. Keragaman genetik yang terjadi cenderung disebabkan oleh adaptasi yang
terus menerus sehingga terjadi perubahan-perubahan baik secara biokimia maupun
fisiologisnya. Sebaliknya menurut Hartati (2007), pengelompokan tidak
64
berhubungan dengan letak geografis melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan. Seleksi akan sulit dilakukan pada karakter yang mempunyai keragaman
genetik yang sempit. Fehr (1987) menyatakan bahwa efektivitas seleksi sangat
ditentukan antara lain oleh keragaman genetik. Keragaman genetik yang luas
diharapkan akan membawa kemajuan genetik yang besar.
Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat keragaman karakter morfologi dan kandungan antosianin daun 13
aksesi meniran hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik yang
membentuk 3 kelompok.
2. Karakter pembentuk komponen utama 1 terdiri dari 9 karakter yaitu bobot
basah total, bobot basah batang, tinggi tanaman, bobot 1000 biji, jumlah daun
majemuk, bobot kering batang, diameter batang, jumlah cabang dan bobot
kering total. Karakter pembentuk komponen utama 2 adalah bobot basah
akar, bobot kering akar, bobot kering daun, dan bobot basah daun.
3. Berdasarkan analisis molekuler terdapat 2 kelompok aksesi terdiri dari
kelompok A semua aksesi meniran hijau (Aksesi 1 sampai aksesi 12) dan
kelompok B satu aksesi meniran merah.