ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM...

120
ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM KEANGGOTAAN NUCLEAR SUPPLIERS GROUP TAHUN 2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) oleh: Nur Aliyah 11141130000020 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM...

Page 1: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

ANALISIS KEPUTUSAN INDIA

UNTUK BERGABUNG DALAM KEANGGOTAAN

NUCLEAR SUPPLIERS GROUP TAHUN 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

oleh:

Nur Aliyah

11141130000020

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika
Page 3: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika
Page 4: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika
Page 5: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai keputusan India untuk bergabung dengan

rezim nonproliferasi nuklir yakni Nuclear Suppliers Group (NSG) pada tahun

2016. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong

India berkeinginan untuk menjadi anggota dalam NSG. Dengan status sebagai

negara pemilik senjata nuklir dan telah lama berada di luar penandatangan

Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, patut dikaji faktor yang melatarbelakangi India

membuat kebijakan untuk bergabung dengan NSG. Selain itu NSG juga terbentuk

dari tindakan nuklir India sendiri di tahun 1974. Untuk menganalisisnya maka

dalam penelitian yang bersifat deskriptif ini menggunakan kerangka pemikiran

yakni kebijakan luar negeri dari K.J. Holsti dan kepentingan nasional dari Hans J.

Morgenthau.

Dalam skripsi ini dapat ditemukan bahwa keputusan India untuk

mendapatkan keanggotaan di NSG dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menjadi pertimbangan India

tersebut adalah faktor keamanan yang disebabkan oleh kebutuhan energi nuklir

India untuk tahun-tahun mendatang, faktor politik yang didorong oleh kebijakan

pemerintah Narendra Modi tentang pengakuan India sebagai kekuatan global, dan

faktor ekonomi dalam hal perdagangan di industri nuklir. Sedangkan untuk faktor

eksternal yang memengaruhi dan menjadi pertimbangan India yaitu dorongan dan

dukungan yang kuat dari Amerika Serikat untuk keanggotaan India di NSG.

Kedekatan hubungan dan kerja sama nuklir antara Pakistan dan Tiongkok juga

menjadi faktor yang memengaruhi keputusan pengaplikasian India ke NSG.

Kemudian masalah hambatan yang didapatkan India terkait perdagangan nuklir

sipil dengan Namibia yang memengaruhi kebutuhan uranium India juga menjadi

aspek dalam faktor eksternal tersebut. Dari dua faktor tersebut dapat terlihat

beragam faktor-faktor yang memengaruhi India sehingga berupaya untuk menjadi

anggota NSG.

Kata Kunci: India, Nuclear Suppliers Group, Kebijakan Luar Negeri,

Kepentingan Nasional.

Page 6: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad

Shalallahu'alaihi wa Salam yang telah menuntun kita dengan ilmu dan suri

tauladannya. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas

dari saran, bantuan, dan dukungan berbagai pihak yang telah memberikan

waktunya untuk memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Inggrid Galuh Mustikawati, MHSPS selaku dosen pembimbing penulis

yang dengan sabar menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

membimbing, memberi arahan, motivasi, dan nasihat selama penyusunan

skripsi ini.

2. Bapak Yahya dan Mama Rodiyah, selaku orang tua penulis yang dengan

cinta dan kasih selalu mendoakan, membimbing, membantu, dan

memotivasi sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

Page 7: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

vi

3. Seluruh jajaran staf dan dosen pengajar di Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

banyak ilmu, wawasan, dan pengetahuan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat penulis yakni Noviyanti, Darma Yunita, Khaira Anisa,

Adinda Widya Astuti Nasution, Nunu Nurmasyita, Safira Nadwa Adauly,

Amelia Khairunnisaa, dan Dewi Maharani. Terima kasih karena telah

menjadi bagian berharga dari perjalanan hidup penulis dan selalu memberi

bantuan tanpa pamrih di saat penulis membutuhkan bantuan dan kritik yang

membangun selama penulisan skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan HI-A 2014 yang telah mengisi hari-hari penulis

dengan canda, tawa, dan wawasan yang mereka miliki.

Penulis berharap semoga semua bentuk doa dan dukungan yang mereka

berikan dibalas kebaikan oleh Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk bahan pertimbangan

perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Semoga skripsi ini memberikan manfaat

bagi para pembaca dan perkembangan studi Ilmu Hubungan Internasional.

Jakarta, 03 Agustus 2019

Nur Aliyah

Page 8: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ........................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 9

E. Kerangka Teoretis .............................................................. 15

1. Kebijakan Luar Negeri ............................................. 15

2. Kepentingan Nasional ............................................... 18

F. Metode Penelitian .............................................................. 20

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 22

BAB II PERKEMBANGAN NUKLIR INDIA

A. Awal Pembangunan Nuklir India ....................................... 24

B. Uji Coba Senjata Nuklir India ............................................ 28

1. Ledakan Bom Nuklir Pertama India (Pokhran-I) ..... 29

2. Ledakan Bom Nuklir Kedua India (Pokhran-II) ....... 32

C. Doktrin No First Use Nuklir India ..................................... 35

D. Kapabilitas Nuklir India ..................................................... 37

BAB III NUCLEAR SUPPLIERS GROUP DAN PENDEKATAN

KEANGGOTAAN INDIA

A. Nuclear Suppliers Group ................................................... 42

1. Latar Belakang .......................................................... 42

2. Tujuan dan Pedoman NSG ....................................... 45

3. Struktur dan Aktivitas NSG ...................................... 50

4. Keanggotaan NSG .................................................... 52

B. Interaksi India dengan NSG ............................................... 55

C. Hambatan India Menjadi Anggota NSG ............................ 58

Page 9: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

viii

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI INDIA

UNTUK BERGABUNG MENJADI ANGGOTA NUCLEAR

SUPPLIERS GROUP

A. Faktor Internal .................................................................... 62

1. Faktor Keamanan ...................................................... 62

2. Faktor Politik ............................................................ 67

3. Faktor Ekonomi ........................................................ 71

B. Faktor Eksternal ................................................................. 77

1. Dukungan Amerika Serikat Terhadap Keanggotaan

India .......................................................................... 77

2. Kerja Sama Nuklir Pakistan Dengan Tiongkok ....... 82

3. Hambatan Akses Perdagangan Uranium .................. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xi

Page 10: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

ix

DAFTAR TABEL

Tabel II.D.1 Hulu Ledak Nuklir India 2010-2014 ................................................ 38

Tabel II.D.2 Anggaran Pertahanan dan Defence Research and Development

Organisation (DRDO) India 2012-2017 ................................................................ 38

Tabel II.D.3 Kekuatan Nuklir India, 2016 ............................................................ 40

Tabel III.A.4 Pengembangan Anggota NSG ......................................................... 53

Tabel IV.A.1 Emisi Karbon Dioksida India Tahun 2011-2016 ............................ 64

Tabel IV.A.3 Boiler Reaktor Nuklir dan Bagian Lainnya .................................... 73

Tabel IV.B.2 Perkiraan Kebutuhan Uranium India .............................................. 82

Page 11: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

x

DAFTAR SINGKATAN

ANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty

AS Amerika Serikat

BARC Bhabha Atomic Research Centre

BJP Bharatiya Janata Party

BRICS Brazil, Russia, India, China and South Africa

CG Consultative Group

CIRUS Canada-India Reactor, United State

DRDO Defence Research and Development Organisation

EIA Energy Information Administration

G-20 Group of Twenty

IAEA International Atomic Energy Agency

IEM Information Exchange Meeting

INDC Intended Nationally Determined Contribution

LEEM Licensing and Enforcement Experts Meeting

MTCR Missile Technology Control Regime

NAC New Agenda Coalition

NATO North Atlantic Treaty Organization

NFU No First Use

NNWS Non Nuclear Weapon State

NPT Non-Proliferation Treaty

NSG Nuclear Suppliers Group

NWS Nuclear Weapon States

PDB Produk Domestik Bruto

PNE Peaceful Nuclear Explosion

SBM Setara Barel Minyak

SIPRI Stockholm International Peace Research Institute

TEG Technical Experts Group

TIFR Tata Institute Of Fundamental Research

USD United State Dollar

Page 12: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Dalam perkembangannya saat ini nuklir tidak hanya digunakan sebagai

pembuatan senjata tetapi juga dimanfaatkan sebagai sumber energi. Nuklir

menjadi suatu unsur terutama dalam senjata yang pendayagunaan dan

kepemilikannya seringkali menimbulkan perdebatan dalam isu internasional.

Perdebatan dan kecemasan terhadap nuklir timbul dikarenakan kemampuan nuklir

yang dapat dimanfaatkan menjadi senjata dengan hulu ledak yang sangat tinggi.

Dampak dari ledakan bom nuklir sendiri dalam berpuluh-puluh tahun tidak akan

hilang dan menimbulkan radiasi yang cukup parah. Meskipun begitu masih

banyak negara yang ingin memiliki akses terhadap kepemilikan nuklir. Dalam

konteks politik internasional, dengan memiliki akses terhadap senjata nuklir

membuat suatu negara memiliki pengaruh yang besar dalam kedudukan global.

Selain itu juga mencerminkan kekuatan yang dimiliki negara tersebut.1

Nuklir menjadi aspirasi sebagai sumber energi karena hampir tidak memiliki

dampak terhadap polusi udara dan tidak menimbulkan efek gas rumah kaca.

Sumber energi nuklir menjadi sarana utama dalam mencegah emisi karbon yang

1 Erik Gartzke dan Matthew Kroenig, “A Strategic Approach to Nuclear Proliferation,”

Journal of Conflict Resolution, Vol. 53, April 2009 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/253278103_A_Strategic_Approach_to_Nuclear_Prolifer

ation; Internet; diunduh pada 15 November 2018, 158.

Page 13: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

2

terus meningkat dan memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan energi global.2

Permintaan energi pada tahun 2030 secara global akan meningkat sekitar 55%.

Energi nuklir sendiri saat ini menyumbang 16% dari kebutuhan energi listrik

secara global. Di tahun 2030 energi nuklir akan berkontribusi pada kebutuhan

listrik dunia dan meningkat dari 16.930 terawatt menjadi 38.191 terawatt.3

India menjadi salah satu negara yang sejak lama telah mengembangkan

nuklir, bahkan sudah dimulai sejak akhir Perang Dunia II. Kepentingan negara-

negara pada Perang Dunia II untuk mengembangkan nuklir didasarkan pada tiga

faktor. Pertama, sebagai upaya untuk pertahanan negara. Kedua, menunjukkan

kemampuan dalam hal kecakapan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Ketiga, nuklir digunakan untuk menaikkan prestise negara. Bagi India, nuklir

dikembangkan dengan tujuan untuk kepentingan pertahanan dan kepentingan sipil

negaranya.4

Awal pengembangan nuklir di India dimaksudkan untuk keperluan ilmu

pengetahuan dan mencari energi alternatif bagi India di masa depan. India bahkan

sangat menekankan penggunaan nuklir untuk hal-hal damai. Di tahun 1954, India

menjadi negara yang terdepan dalam mengusulkan untuk menghapus dan

2 Nuclear Energy Agency, Nuclear Development: Nuclear Energy Today [buku on-line]

(Paris: OECD Publication, 2003, diunduh pada 16 November 2018); tersedia di https://www.oecd-

nea.org/pub/nuclearenergytoday/3595-nuclear-energy-today.pdf ; Internet, 77. 3 Moeed Yusuf, “Does Nuclear Energy Have a Future?,” Journal of The Frederick S.

Pardee Center for the Study of the Longer-Range Future, No. 3, November 2008 [jurnal on-line];

tersedia di http://www.bu.edu/pardee/files/documents/Pardee-Nuclear-Yusuf.pdf; Internet;

diunduh pada 16 November 2018, 5. 4 Chandreyee Chakraborty, India’s Nuclear Diplomacy and the Non-Proliferation Regime

[buku on-line] (India: KW Publishers Pvt Ltd, 2013, diunduh pada 16 November 2018); tersedia di

http://capsindia.org/files/documents/New-Delhi-Paper-6.pdf; Internet, 11.

Page 14: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

3

menghentikan segala jenis uji coba senjata nuklir.5 Faktor lingkungan keamanan

pada pertengahan tahun 1960-an dan hubungan yang kurang baik dengan

Tiongkok dan Pakistan akhirnya mendorong India untuk berpikir serius tentang

opsi senjata nuklir. Keberadaan rivalitas tetangganya yaitu Pakistan pada masa

Perang Dingin yang begitu dekat dengan Amerika Serikat membuat dilematis

keamanan tersendiri bagi India.6

Keadaan semakin mendesak India untuk berpikir ulang tentang

keengganannya mengembangkan senjata nuklir ketika Tiongkok mulai menguji

senjata nuklirnya. Hubungan Tiongkok dan India pada tahun 1960-an tidak begitu

baik dikarenakan konflik perbatasan dan kekalahan India dalam konflik tersebut.

Perdana Menteri Lal Bahadur Shastri pada November 1964 mengesahkan sub-

terranean nuclear explosion project sebagai proyek pertama uji coba senjata

nuklir India. Pada 18 Mei 1974, India berhasil menunjukkan kemampuan untuk

pertama kalinya dengan uji coba senjata nuklir. Uji coba senjata nuklir pertama

India diberi nama Smiling Buddha dan dikatakan sebagai ledakan nuklir damai.7

Uji coba senjata nuklir India untuk pertama kalinya di tahun 1974

mendatangkan reaksi keras dari dunia internasional. Meskipun uji coba nuklir

tersebut dijelaskan sebagai uji coba yang bertujuan damai, hal tersebut

menimbulkan kecurigaan bahwa India akan secara berkelanjutan memproduksi

5

Rajesh Basrur, “India and Nuclear Disarmament,” Journal of Security Challenges,

Volume 6, No. 4, Summer 2010 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.regionalsecurity.org.au/Resources/Documents/vol6no4Basrur.pdf; Internet; diunduh

pada 16 November 2018, 69-70. 6 Volha Charnysh, “India‟s Nuclear Program,” Journal of Nuclear Age Peace Foundation,

Volume 5, 03 September 2009 [jurnal on-line]; tersedia di http://www.nuclearfiles.org/menu/key-

issues/nuclear-weapons/issues/proliferation/india/charnysh_india_analysis.pdf; Internet; diunduh

pada 19 November 2018, 1. 7 Volha Charnysh, “India‟s Nuclear Program”, 2.

Page 15: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

4

senjata nuklir. Apalagi India tidak menjadi bagian negara yang meratifikasi Non-

Proliferation Treaty (NPT) yang dibuat untuk membatasi penyebaran senjata

nuklir. Di tahun yang sama Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang,

Kanada, dan Uni Soviet membentuk grup pengontrol ekspor nuklir yaitu Nuclear

Suppliers Group (NSG) sebagai reaksi terhadap tindakan India.8 Keberadaan NSG

sangat berguna bagi negara-negara yang berkepentingan terhadap nuklir dan

negara yang peduli terhadap upaya pencegahan nuklir yang digunakan sebagai

senjata pemusnah massal. Grup ini terdiri dari negara-negara yang melakukan

impor dan ekspor terhadap bahan nuklir, juga di dalamnya terdapat negara-negara

yang memiliki teknologi canggih dalam memproduksi nuklir.

Dari sejak NSG terbentuk hingga awal tahun 2000-an, India belum memiliki

ketertarikan untuk berada dalam rezim nonproliferasi nuklir seperti NSG. India

masih berusaha mengembangkan nuklir dari kemampuan dan sumber daya yang

dimilikinya. Ketidaktertarikannya terhadap rezim nuklir juga disebabkan oleh

anggapan tentang rezim nuklir yang menurut India dibentuk oleh ketidakadilan di

mana hanya negara-negara seperti Perancis, Tiongkok, Rusia, Inggris, dan

Amerika Serikat yang boleh mempertahankan senjata nuklirnya.9

Memasuki awal tahun 2000, India mulai melakukan pendekatan terhadap

rezim nonproliferasi nuklir dunia. Di tahun tersebut dalam Konferensi Tinjauan

8 Oliver Thränert, “The Nuclear Supplier Group at The Crossroads,” Journal of CSS

Analysis in Security Policy, No. 127, Februari 2013 [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.css.ethz.ch/content/dam/ethz/special-interest/gess/cis/center-for-securities-

studies/pdfs/CSS-Analysis-127-EN.pdf; Internet; diunduh pada 20 November 2018, 1. 9

A. Vinod Kumar, “India's Role in Global Anti-Proliferation: Challenges and

Opportunities,” Strategic Analysis, dirilis 20 September 2008 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/09700160802309167; Internet; Diunduh pada 06

Oktober 2019.

Page 16: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

5

NPT, Jaswant Singh sebagai Menteri Urusan Luar Negeri India pada saat itu

berbicara di depan Parlemen menyatakan dukungan terhadap NPT. Dia

menyatakan walaupun India tidak menjadi bagian dari perjanjian nonproliferasi

nuklir, itu tidak menjadi alasan bagi India untuk tidak mematuhi prinsip-prinsip

yang ada dalam perjanjian tersebut. India akan memberikan dukungan terhadap

NPT sejalan dengan tujuan dalam nonproliferasi nuklir.10

India yang sejak lama

berada di luar rezim yang mengontrol proliferasi nuklir pada akhirnya berpindah

haluan dan berupaya untuk menjadi bagian dari NSG. Pada 12 Mei 2016, India

mengajukan proposal dan mempresentasikan diri untuk dapat bergabung dengan

NSG.11

Pencalonan India untuk menjadi anggota NSG merupakan hal yang luar

biasa, mengingat grup tersebut dibangun atas reaksi terhadap uji coba nuklir India

di tahun 1974. Sebelum diadakan rapat pleno NSG untuk penentuan keanggotaan

India, pemerintah India intensif melakukan manuver diplomasi ke negara-negara

anggota NSG. Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan kunjungan dari

bulan April hingga Juni 2016 ke beberapa negara NSG seperti Meksiko, Irlandia,

dan Swiss. Sementara Presiden India Pranab Mukherjee terbang ke Selandia Baru

dan Tiongkok dengan misi diplomasi yang sama. Kemudian, Menteri Urusan Luar

Negeri India Sushma Swaraj menghubungi 26 negara anggota NSG lainnya. Hal

itu dilakukan sebagai upaya perolehan dukungan agar India dapat diterima

10

Rajeswari Pillai Rajagopalan dan Arka Biswas, Locating India within the Global Non-

Proliferation Architecture: Prospects, Challenges and Opportunities, 21. 11

Abhijit Bhuyan, “Nuclear Supplier Group (NSG) and India: Prospects and Challenges,”

Journal of Krishna Kanta Handiqui State Open University, Januari 2018 [jurnal on-line]; tersedia

di http://dlkkhsou.inflibnet.ac.in/bitstream/123456789/175/1/wp_2018_2.pdf; Internet; diunduh

pada 20 November 2018, 5.

Page 17: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

6

menjadi bagian dari anggota NSG. Oleh karenanya pemerintah India melakukan

dorongan diplomatik yang kuat untuk dapat meyakinkan mereka.12

Pengajuan aplikasi keanggotaan India ke NSG dibahas dalam pertemuan

tahunan anggota NSG. Rapat pleno diadakan di Seoul, Korea Selatan pada tanggal

23 dan 24 Juni 2016. Hasil dalam pertemuan tersebut ternyata tidak membuahkan

hasil yang baik bagi India karena keinginannya untuk bergabung ditolak oleh

beberapa negara anggota NSG. Negara-negara yang menolak masuknya India

terdiri dari Tiongkok, Turki, Austria, Irlandia, Brasil, Belanda, Selandia Baru,

Swiss, dan Afrika Selatan. Mereka menolak India bergabung dalam NSG

disebabkan oleh kedudukan India yang sampai saat ini belum menjadi bagian

negara penandatangan NPT.13

Pencalonan India untuk keanggotaan di NSG pada dasarnya sangat

didukung kuat oleh negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Perancis,

Inggris, dan Rusia. Meskipun mendapatkan dukungan yang kuat dari negara-

negara tersebut, proses India untuk masuk ke dalam NSG tetap dalam kesulitan.

Grup tersebut menarik keputusan berdasarkan konsensus atau suara bulat. Jika ada

satu negara saja yang menolak maka suatu kesepakatan tidak dapat dikeluarkan.14

12

Ji Yeon-Jung, “A Path to NSG: India‟s Rise in the Global Nuclear Order,” Journal of

Observer Research Foundation, No. 129, Desember 2017 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2017/12/ORF_Occasional_Paper_129_Nuclear.pdf;

Internet; diunduh pada 20 November 2018, 14. 13

Christi Thomas, “India‟s Failed NSG Bid : Unlearn, Learn, and Proceed,” Centre for

Public Policy Research, 3 Agustus 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.cppr.in/article/indias-failed-nsg-bid-unlearn-learn-and-proceed/; Internet; diakses pada

20 November 2018. 14

Rajeswari Pillai Rajagopalan dan Arka Biswas, “India's Membership to the Nuclear

Supplier Group,” Journal of Observer Research Foundation, No. 141, Mei 2016 [jurnal on-line];

tersedia di https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2016/05/ORF_Issue_Brief_141.pdf;

Internet; diunduh pada 23 November 2018, 5.

Page 18: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

7

Dalam rapat yang diadakan di Seoul sendiri masih banyak negara yang

menolak India. Dari beberapa negara yang menolak aplikasi keanggotaan India,

Tiongkok menjadi salah satu rintangan tersendiri bagi India. Negara tersebut

menentang kuat akan upaya masuknya India ke dalam NSG. Wang Qun sebagai

Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata dari Kementerian Luar

Negeri Tiongkok beranggapan bahwa NPT harus menjadi keharusan dalam

aplikasi keanggotaan NSG. Jika hal itu diabaikan maka rezim nonproliferasi

internasional akan runtuh.15

India sendiri sebenarnya tanpa menjadi anggota NSG telah menerima hak

istimewa dari NSG. Sejak tahun 2008, NSG mengeluarkan keputusan bahwa

negara-negara NSG dapat melakukan kerja sama nuklir sipil dengan India. Hal ini

menjadikannya negara non-NPT pertama yang dapat melakukan kerja sama nuklir

dengan NSG. Keputusan ini didapat dari lobi dan negosiasi yang kuat oleh

Amerika Serikat yang memiliki kepentingan ekonomi terkait kerja sama nuklir

sipil dengan India.16

Pembebasan yang didapatkan India diputuskan berdasarkan

komitmen nonproliferasi yang telah tertuang dalam kerja sama Nuklir Sipil India-

Amerika Serikat. Komitmen tersebut mencakup beberapa hal, diantaranya

melakukan pemisahan fasilitas nuklir sipil dan militer milik India dan

15

Sutirtho Patranobis, “China Says World Nuke System Will Collapse If Non-NPT India

Gets NSG Berth,” Hindustan Times, 24 Juni 2016 [berita on-line]; tersedia di

https://www.hindustantimes.com/india-news/china-says-world-nuke-system-will-collapse-if-non-

npt-india-gets-nsg-berth/story-i05pxEmknURyx89WDfZbBO.html; Internet; diakses pada 23

November 2018. 16

Praful Bidwai, “US Arm Twisting Wins India a Nuclear Waiver: Blow to Non-

Proliferation,” The Asia-Pacific Journal, Volume 6, 01 September 2008 [jurnal on-line]; tersedia

di https://apjjf.org/-Praful-Bidwai/2886/article.pdf; Internet; diunduh pada 24 November 2018, 1-

2.

Page 19: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

8

menempatkan fasilitas nuklir sipil di bawah pengawasan International Atomic

Energy Agency (IAEA).17

Meskipun India telah memiliki kebebasan untuk melakukan kerja sama

nuklir sipil dengan negara anggota NSG, India tetap mengejar posisi keanggotaan

dalam grup nuklir tersebut. Sebagaimana diketahui, setiap keputusan dan

kebijakan yang dijalankan oleh suatu negara memiliki kepentingan dan tujuan

yang ingin dicapai. Begitu juga dengan kebijakan yang diambil India untuk dapat

bergabung dengan NSG pastinya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang baik

dari internal maupun eksternal. Oleh karenanya menarik untuk diteliti tentang

faktor-faktor yang menjadi pengaruh dalam kepentingan dan keputusan India

mengeluarkan kebijakan untuk bergabung dengan Nuclear Suppliers Group.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang dirumuskan oleh penulis sebagai berikut:

Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan India untuk menjadi anggota

dalam Nuclear Suppliers Group pada tahun 2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk lebih memahami tentang rezim pengontrol nuklir yaitu Nuclear

Suppliers Group.

17

Sario Bano, “India and the Nuclear Supplier Group (NSG) Membership,” Turkish

Journal Of International Relations, Volume 12, No. 2, Summer 2013 [jurnal on-line]; tersedia di

http://alternatives.yalova.edu.tr/article/view/5000150715/0; Internet; diunduh pada 25 November

2018, 59.

Page 20: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

9

2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pengaruh dalam keputusan India

untuk bergabung menjadi anggota NSG tahun 2016.

Selain memiliki beberapa tujuan, sebuah penelitian juga diarahkan agar

berdaya guna dan memiliki manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini antara

lain:

1. Penelitian ini dapat dijadikan proyeksi dalam mengkaji faktor-faktor

yang menjadi latar belakang India ingin bergabung ke dalam NSG.

2. Memperkaya pengetahuan dan informasi terkait dengan organisasi yang

berhubungan dalam kerja sama dan perdagangan nuklir.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi bahan

kajian para mahasiswa/i, khususnya dalam studi hubungan internasional

terkait dengan kebijakan India dan rezim pengontrol nuklir.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pedoman

sekaligus rujukan untuk penelitian yang akan dilakukan. Telaah pustaka pertama

yaitu dari Jurnal karya Rajesh Rajagopalan yang berjudul Nuclear Non-

Proliferation: An Indian Perspective. Jurnal ini menjelaskan tentang sudut

pandang India mengenai rezim nonproliferasi nuklir. Sejak dahulu India memiliki

hubungan yang kurang kooperatif dengan rezim nonproliferasi nuklir global. India

menganggap bahwa rezim tersebut dibuat dengan ketidakadilan yang mana negara

bersenjata nuklir (Nuclear Weapon States/NWS) diperbolehkan mempertahankan

senjata nuklirnya. Adapun negara nonsenjata nuklir (non nuclear weapon

Page 21: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

10

state/NNWS), seperti India dilarang untuk mengembangkan senjata nuklir. Oleh

karenanya India memilih untuk tidak menandatangani kesepakatan NPT.18

Jurnal ini juga menjelaskan, bahwa di sisi lain India memiliki kekhawatiran

tentang masa depan dunia terkait penyebaran nuklir. India memang bukan bagian

negara yang menandatangani perjanjian NPT, tetapi India juga tidak pernah setuju

bahwa proliferasi nuklir adalah tindakan yang sah. Oleh karenanya meskipun

India menolak NPT, ia juga menjalankan kepatuhan dengan tidak membantu

negara lain, contohnya Libya dalam hal teknologi senjata nuklir.19

Jurnal ini dapat menjadi bahan pustaka dalam penelitian penulis karena

memberikan penjelasan akan kebijakan India dalam menanggapi rezim

nonproliferasi nuklir. Kepatuhan dan kepedulian India terhadap penyebaran

senjata nuklir merupakan suatu hal yang unik ketika India sendiri tidak berada

dalam NPT. Kekurangan dalam jurnal ini, yaitu kurang dijelaskan secara terinci

garis waktu bagaimana awal kebijakan India terkait nuklir sampai sekarang.

Dengan begitu setidaknya dapat dilihat perkembangan kebijakan India terkait

pencegahan proliferasi nuklir dari waktu ke waktu.

Selanjutnya penelitian yang digunakan sebagai tinjauan pustaka adalah

jurnal berjudul India’s Membership of Missile Technology Control Regime:

Implications for South Asia karya Ghazala Yasmin Jalil. Secara keseluruhan

jurnal ini menjelaskan tentang keuntungan India masuk dalam Missile Technology

Control Regime (MTCR) dan dampaknya terhadap kawasan Asia Selatan. India

18

Rajesh Rajagopalan, "Nuclear Non-Proliferation: An Indian Perspective," Journal of

Friedrich Ebert Stiftung, No. 10, Oktober 2008 [jurnal on-line]; tersedia di

http://library.fes.de/pdf-files/iez/global/05793.pdf; Internet; diunduh pada 27 November 2018, 1-8. 19

Rajesh Rajagopalan, "Nuclear Non-Proliferation: An Indian Perspective", 1-8.

Page 22: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

11

yang bukan penandatangan NPT ternyata tetap dapat diterima dalam rezim

nonproliferasi nuklir seperti MTCR. Keanggotaan India diterima pada Juni 2016

setelah sebelumnya pada tahun 2015 melakukan pengaplikasian anggota.20

Jurnal ini menemukan bahwa motif India tergabung dalam rezim

nonproliferasi nuklir seperti MTCR adalah sebagai upaya India dalam membantu

memperkuat tujuan nonproliferasi dunia. India juga sedang mencoba menjadikan

dirinya negara yang bertanggungjawab dalam komunitas internasional dengan

komitmen melawan penyebaran senjata pemusnah masal. Keanggotaan India

dalam MTCR memberikan keuntungan dalam program rudal dan keantariksaan

India serta hal ini menandakan kemajuan diplomatik India. Akan tetapi masuknya

India dalam MTCR ternyata memberikan dampak terhadap stabilitas kawasan

Asia Selatan. Pencapaian keanggotaan India dalam MTCR menjadi ancaman

keamanan bagi Pakistan yang telah lama menjadi negara yang sering berkonflik

dengan India. Hal ini akan memunculkan ketidakseimbangan kekuatan dalam

lingkup Asia Selatan.21

Jurnal di atas membantu penulis dalam memberikan gambaran akan

kepentingan nasional India masuk dalam rezim nonproliferasi nuklir. Kesamaan

penelitian penulis dengan jurnal ini adalah sama-sama menganalisis keikutsertaan

India dalam organisasi nonproliferasi nuklir. Hanya saja unit analisis penulis

fokus pada faktor pengaruh kebijakan India dalam kegigihannya memperoleh

20

Ghazala Yasmin Jalil, "India‟s Membership of Missile Technology Control Regime:

Implications for South Asia," Journal of Strategic Studies Islamabad, Volume 37, No. 3, 2017

[jurnal on-line]; tersedia di http://issi.org.pk/wp-content/uploads/2017/10/3-

SS_Ghazala_Yasmin_Jalil_No-3_2017.pdf; Internet; diunduh pada 28 November 2018, 41-54. 21

Ghazala Yasmin Jalil, "India‟s Membership of Missile Technology Control Regime:

Implications for South Asia”, 41-54.

Page 23: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

12

keanggotaan dalam NSG. Jurnal tersebut ternyata memiliki keterkaitan akan

penelitian yang penulis buat di mana keanggotaan India di MTCR salah satunya

sebagai upaya memperkuat India untuk dapat diterima dalam NSG.

Penelitian selanjutnya yang menjadi telaah pustaka adalah jurnal yang

dibuat oleh Totok Sudjatmiko dengan judul Analisis Kepentingan Di balik

Kegigihan Cina Untuk Menjadi Anggota MTCR. Jurnal ini menjelaskan tentang

kepentingan Cina yang ingin menjadi bagian dari anggota Missile Technology

Control Regime. MTCR sendiri merupakan salah satu rezim nonproliferasi yang

bergerak dalam upaya mengawasi alih teknologi kendali jarak jauh yang dapat

mengangkut dan meluncurkan materi senjata pemusnah masal. Rezim ini juga

melakukan pengawasan dalam distribusi teknologi antariksa. Negara yang

tergabung dalam organisasi ini biasanya memiliki kepentingan yaitu ingin

memperoleh kemudahan dalam akses teknologi yang ada dalam anggota MTCR

yang mana tidak dapat diperoleh oleh negara non-MTCR.22

Cina merupakan negara yang sudah cukup maju dalam hal teknologi

peroketan dan keantariksaan. Sudjatmiko akhirnya merumuskan penelitian untuk

melihat kepentingan Cina yang begitu ingin dapat masuk dalam organisasi

tersebut sedangkan Cina sendiri sudah cukup mapan dalam teknologi. Dari hasil

penelitiannya didapatkan jawaban bahwa kepentingan Cina bersumber dalam hal

politik dan ekonomi. Dalam hal politik, dengan masuknya Cina dalam rezim

tersebut maka akan meningkatkan citra Cina dan membangun hubungan kerja

22

Totok Sudjatmiko, "Analisis Kepentingan Di balik Kegigihan Cina Untuk Menjadi

Anggota MTCR," Jurnal Analisis dan Informasi Kedirgantaraan, Volume 5, No. 1, Juni 2008

[jurnal on-line]; tersedia di http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_ansis/article/view/2; Internet;

diunduh pada 30 November 2018, 15-31.

Page 24: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

13

sama dengan Amerika Serikat serta anggota MTCR. Sedangkan dalam hal

ekonomi, memberikan peluang bagi Cina untuk ikut serta dalam perdagangan

terkait dengan teknologi misil dan keantariksaan.23

Penelitian dalam jurnal tersebut memiliki hubungan dengan penelitian

penulis di mana mengangkat isu tentang kepentingan suatu negara ingin

memperoleh status keanggotaan di sebuah kelompok atau organisasi. Perbedaan

antara penelitian penulis dengan jurnal tersebut ada pada subjek dan objek yang

diteliti yang mana jurnal tersebut menganalisa Cina dan MTCR, sedangkan

penulis meneliti India dan NSG. Secara teori, jurnal tersebut dianalisa

menggunakan kerangka teori realisme dan kebijakan luar negeri. Di penelitian

penulis tidak hanya menggunakan konsep kebijakan luar negeri tetapi juga

menggunakan kepentingan nasional sebagai kerangka teori dalam menemukan

jawaban pertanyaan penelitian.

Telaah pustaka yang terakhir yaitu diambil dari Jurnal karya Gopalan

Balachandran yang berjudul India and NSG: Approaches to Indian membership.

Jurnal ini menjelaskan hubungan antara India dan perdebatan mengenai

aplikasinya dalam NSG. Keanggotaan India menjadi perdebatan dalam tubuh

NSG sendiri yang mana terdapat beberapa anggota menolak akan masuknya India.

Keberatan terhadap India didasarkan akan dua hal yaitu pertama kubu

fundamentalis nonproliferasi sangat berpegang teguh akan perjanjian NPT

sehingga mereka menolak India yang belum menjadi bagian NPT untuk masuk

NSG. Kedua, hadangan dari Tiongkok yang menggunakan pendekatan admittance

23

Totok Sudjatmiko, "Analisis Kepentingan Di balik Kegigihan Cina Untuk Menjadi

Anggota MTCR”, 15-31.

Page 25: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

14

atau persyaratan izin masuk di mana ia memiliki kandidat sendiri siapa yang ingin

mereka terima dalam NSG.24

Selanjutnya Balachandran juga memberikan pemaparan bahwa ada atau

tidak beradanya India dalam keanggotaan NSG, India tidak akan kehilangan apa

pun. Keberadaan NSG yang dibangun sebagai aksi untuk melumpuhkan program

nuklir India ternyata tidak menunjukan hasil. Oleh karenanya, meskipun India

berada di luar NSG ia masih tetap dapat menyesuaikan diri tanpa kensekuensi apa

pun. Dilematis tersendiri muncul pada NSG di mana kredibilitasnya akan menjadi

pertanyaan ketika nantinya India yang merupakan negara non-NPT dapat

bergabung ke dalam NSG.25

Jurnal ini memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis yang mana

membahas hubungan antara India dan NSG. Hanya saja yang menjadi pembeda

adalah penelitian penulis lebih fokus dalam mencari faktor pengaruh kebijakan

dan kepentingan India yang ingin bergabung ke dalam forum nonproliferasi nuklir

tersebut. Tulisan karya Balachandran ini tidak memberikan penjelasan akan

kepentingan India dan hanya memberikan paparan akan perdebatan pencalonan

India serta hambatan yang diterima India. Meskipun begitu beberapa paparan

dalam jurnal tersebut sangat membantu penulis dalam menyusun kajian hubungan

India dengan NSG.

24

Gopalan Balachandran, "India and NSG: Approaches to Indian membership," Journal of

Institute for Defence Studies & Analyses, 23 Mei 2013 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.files.ethz.ch/isn/164927/IB_IndiaNSG.pdf; Internet; diunduh pada 30 November

2018, 1-6. 25

Gopalan Balachandran, “India and NSG: Approaches to Indian membership”, 1-6.

Page 26: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

15

E. Kerangka Teoretis

Sebagai landasan teori dan kerangka berpikir, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan sebagai berikut:

1. Kebijakan Luar Negeri

Rosenau berpendapat bahwa kebijakan luar negeri adalah segala sikap dan

aktivitas negara dalam upayanya agar dapat menguasai dan memperoleh

keuntungan dari luar negaranya. Lebih lanjut, kebijakan luar negeri menjadi

pertimbangan suatu negara apakah kegiatannya di lingkungan luar sejalan dengan

kepentingan nasionalnya. Mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara menurut

Rosenau juga akan membawa pada suatu keadaan yang lebih kompleks. Hal itu

mencakup kebutuhan eksternal dan kehidupan internal suatu negara demi

mendapatkan dan menjaga identitas hukum, identitas sosial, dan identitas geografi

negaranya.26

Padelford dan Lincoln juga memberikan pandangan mengenai kebijakan

luar negeri yang mana menurut mereka merupakan elemen kunci setiap negara

dalam proses menafsirkan tujuan dan kepentingannya yang diimplementasikan

secara luas ke dalam tindakan-tindakan nyata dengan upaya untuk memperoleh

tujuan dan menjaga kepentingan nasional.27

Sejalan dengan pemikiran K.J. Holsti

menyebutkan bahwa kebijakan luar negeri sebagai tindakan suatu negara untuk

mempertahankan kepentingan, mencapai tujuan tertentu, atau mengubah suatu

hal. Menurut Holsti untuk dapat memahami mengapa suatu negara membuat

26

James N. Rosenau, Gavin Boyd, dan Kenneth W. Thompson, World Politics: An

Introduction (New York: The Free Press, 1976), 15-16. 27

Norman J. Padelford and George A. Lincoln, The Dynamics of International Politics

(New York: Macmillan, 1962), 223.

Page 27: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

16

kebijakan luar negerinya, maka kita harus menempatkan posisi sebagai pembuat

kebijakan. Hal itu dilakukan dengan mencoba memahami mengapa suatu negara

membuat upaya dan strategi melalui kebijakan dengan tujuannya untuk

mempertahankan atau mengubah suatu keadaan.28

Untuk memahami mengenai kebijakan luar negeri maka Holsti membaginya

dalam dua hal yang memberikan pengaruh dalam suatu kebijakan, yaitu faktor

eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar

negeri suatu negara. Faktor pertama, struktur sistem internasional yaitu

dipengaruhi oleh keadaan tatanan dunia (bipolar, unipolar, atau multipolar).

Kedua, karakteristik ekonomi internasional yakni dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi dunia saat ini, institusi-istitusi ekonomi global, dan globalisasi. Ketiga,

kebijakan dan tindakan aktor lain di mana suatu kebijakan luar negeri dapat

dipengaruhi oleh tanggapan ataupun respon negara lain terhadap suatu

permasalahan. Keempat, masalah regional atau global adalah ketika masalah yang

dialami suatu negara dalam suatu kawasan akan memberi pengaruh juga terhadap

negara lain. Kelima, opini publik dan hukum internasional yaitu biasanya

kebijakan luar negeri yang dikeluarkan berkaitan dengan hukum internasional dan

pengaruh terhadap opini publik.29

Faktor selanjutnya, yaitu faktor internal kebijakan luar negeri dapat

dipengaruhi oleh situasi dalam negeri suatu negara. Pertama, kebutuhan sosial,

ekonomi, dan keamanan merupakan suatu pertimbangan dalam pembuatan

28

K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis (New Jersey: Prentice Hall,

1992), 269. 29

K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, 269-306.

Page 28: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

17

kebijakan dengan melihat bagaimana kondisi di dalam negeri tersebut. Kedua,

karakteristik geografi dan topografi yakni lingkungan atau wilayah suatu negara

dapat menjadi faktor yang memengaruhi kebutuhan ekonomi dan keadaan

sosialnya dengan negara lain. Ketiga, atribut nasional di mana berkaitan dengan

karakteristik umum suatu negara seperti populasi, luas wilayah, sistem ekonomi,

tingkat pertumbuhan ekonomi, prestasi negara, dan kegiatan negara di dunia

internasional. Keempat, struktur pemerintah dan philosofi (ideologi negara) yang

juga menjadi faktor pengaruh dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Kelima,

birokrasi yakni dilihat dari bagaimana sistem dan proses kebijakan yang

dijalankan suatu negara. Keenam, opini publik dan masyarakat yang juga dapat

menjadi salah satu faktor pertimbangan. Ketujuh, pertimbangan etis adalah

pertimbangan yang didasarkan pada tindakan negara untuk mencapai tujuan dan

kepentingannya. Hal ini dilihat dengan bagaimana suatu negara memikirkan cara

atau strategi yang harus dilakukan agar kepentingan nasionalnya tercapai.30

Terkait dengan masalah yang ada dalam penelitian ini maka konsep

kebijakan luar negeri menjadi salah satu kerangka konseptual yang digunakan

untuk menganalisa kebijakan yang dijalankan India. Penelitian ini merujuk pada

asumsi Holsti yang menekankan bahwa kebijakan luar negeri suatu negara dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal negara tersebut. Dengan demikian,

analisa akan dikembangkan bahwa keputusan India untuk menjadi anggota NSG

dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal India.

30

K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, 332-346.

Page 29: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

18

2. Kepentingan Nasional

Konsep selanjutnya yang digunakan dalam skripsi ini yakni kepentingan

nasional yang mana mencoba untuk menjelaskan kepentingan yang mendorong

India untuk menjadi anggota NSG. Kepentingan nasional umumnya digunakan

dalam dua hal yang terkait, pertama untuk menggambarkan, membenarkan, atau

menjelaskan kebijakan luar negeri yang diterapkan suatu negara. Kedua, sebagai

alat analisis untuk menilai dan menjelaskan bagaimana perilaku eksternal suatu

negara.31

Donald E. Nuechterlein mendefinisikan kepentingan nasional sebagai suatu

keinginan dan kebutuhan dari setiap negara berkaitan dengan hubungannya

terhadap lingkungan luar dengan negara-negara lain.32

Sedangkan kepentingan

nasional menurut Morgenthau adalah segala hal yang harus dipertahankan dan

dilindungi setiap negara dari gangguan negara lain. Hal-hal tersebut mencakup

beragam aspek mulai dari identitas fisik atau aspek wilayah, identitas budaya, dan

politik atau kedaulatan negara.33

Morgenthau kemudian menjelaskan kepentingan nasional yang mana dibagi

dalam enam tipe. Pertama, primary interest yaitu kepentingan untuk melindungi

sistem politik, keamanan pertahanan negara, identitas bangsa, dan

31

Scott Burchill, The National Interest In International Relations Theory (New York:

Palgrave Macmillan, 2005), 26. 32

Donald E. Nuechterlein, “National interests and foreign policy: A conceptual framework

for analysis and decision-making,” British Journal of International Studies, Volume 2, No. 3,

Oktober 1976 [jurnal on-line]; tersedia di https://www.jstor.org/stable/20096778; Internet; diunduh

pada 02 Desember 2018, 247. 33

Hans J. Morgenthau, “Another "Great Debate": The National Interest of the United

States,” The American Political Science Review, Volume 46, No. 4, Desember 1952 [jurnal on-

line]; tersedia di http://www.jstor.org/stable/1952108; Internet; diunduh pada 02 Desember 2018,

972.

Page 30: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

19

keberlangsungan hidup negara dari ancaman negara luar. Kedua, secondary

interest merupakan kepentingan nasional yang ditujukan untuk memberikan

perlindungan bagi warga negaranya di negara lain. Ketiga, permanent interest

adalah kepentingan nasional yang dijalankan dengan tujuan mempertahankan

kepentingan nasional yang telah bertahan lama. Keempat, variable interest adalah

kepentingan nasional yang datang dari opini publik, arus pemerintahan, dan

situasi politik yang ada dalam negeri. Kelima, general interest yaitu kepentingan

nasional yang mengacu pada jumlah populasi, letak dan luas geografi, serta

beberapa aspek seperti perdagangan, ekonomi, hukum, dan diplomasi. Keenam,

specific interest adalah kepentingan nasional berdasarkan isu dan waktu tertentu

yang berkaitan dengan general interest.34

Morgenthau juga membangun sebuah konsep bahwa kekuasaan dan

kepentingan merupakan sarana dan tujuan dari tindakan politik internasional yang

dijalankan setiap negara dalam hubungannya dengan negara lain. Dengan begitu,

kepentingan nasional menjadi elemen yang penting dalam mendukung politik luar

negeri dan politik internasional suatu negara. Kekuasaan akan tercapai dengan

adanya kekuatan nasional dan kepentingan nasional suatu negara tidak lepas dari

politik luar negerinya, karena politik luar negeri memiliki tujuan untuk mencari,

mempertahankan, dan memperkuat kepentingan nasional. Setiap negara di dunia

menggunakan koneksi politik, hubungan ekonomi, kemampuan militer, dan

34

Thomas W. Robinson, “A National Interest Analysis of Sino-Soviet Relations,”

International Studies Quarterly, Volume 11, No. 2, Juni 1967 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.jstor.org/stable/3013925?seq=1#page_scan_tab_contents; Internet; diunduh pada 04

Desember 2018, 140-141.

Page 31: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

20

sarana lainnya yang tersedia untuk memperkuat posisi negaranya di kancah

internasional.35

Untuk dapat memenuhi kepentingan nasionalnya maka India membutuhkan

sebuah strategi yang harus dilakukannya yaitu dengan cara berhubungan langsung

pada aktor internasional lain, seperti dalam kasus ini dengan NSG. Meskipun

NSG dengan sejarahnya dibangun dari tindakan India sendiri, hal ini tetap

mendorong India untuk dapat masuk dan bergabung dengan NSG. Dalam konteks

penelitian ini, kepentingan nasional dalam bidang keamanan, politik, dan ekonomi

akan digunakan sebagai faktor pendorong dalam keputusan India masuk ke dalam

NSG.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah pendekatan untuk memahami dan meneliti berdasarkan fenomena sosial

dan masalah individu ataupun kelompok. Penelitian jenis ini lebih memfokuskan

pada hal-hal seperti penalaran, makna, definisi suatu fenomena tertentu, dan

masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Temuan dalam penelitian kualitatif

dihasilkan tidak dengan cara statistik ataupun angka. Penelitian kualitatif akan

menghasilkan suatu data yang deskriptif dan lebih terjabarkan dalam tulisan atau

lisan dari sumber yang diamati.36

Dengan menggunakan metode ini maka penulis

35

Mochtar Mas'oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta:

Pustaka LP3ES, 1990), 163-164. 36

John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches (California: SAGE Publications, 2014), 32.

Page 32: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

21

berharap dapat menjabarkan secara deskriptif tentang kepentingan nasional India

dalam upayanya memiliki keanggotaan NSG.

Jenis data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah data

sekunder. Jenis data ini diperoleh dari hasil studi pustaka beberapa buku, jurnal,

surat kabar, artikel-artikel dari internet, dan situs-situs milik pemerintah yang

berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dibahas. Hal lainnya yang

diperlukan dalam melakukan penelitian adalah subjek penelitian. Subjek

penelitian adalah orang yang dituju untuk diteliti dan mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian yang ada.37

Dikarenakan subjek penelitian dalam tulisan ini adalah suatu negara dan

organisasi, maka akan dicari informasi dari instasi pemerintah negara melalui

dokumen resmi yang dikeluarkan oleh India dan Nuclear Suppliers Group.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data, akan dilakukan melalui studi

kepustakaan dengan mencari data dari berbagai literatur yang relevan untuk

penelitian yang dibuat ini. Untuk teknik analisis data yang akan digunakan dalam

menganalisis data hasil penelitian adalah dengan teknik analisis kualitatif. Metode

kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang biasanya menekankan kata-kata

daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data, menekankan

pendekatan induktif untuk hubungan antara teori dan penelitian. Data yang telah

dikumpulkan akhirnya ditafsirkan dengan menyusun fakta-fakta yang ada,

37

Arikunto Suharsimi, Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 145.

Page 33: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

22

kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga

menghasilkan sebuah argumen yang tepat.38

G. Sistematika Penulisan

Secara umum, penulisan penelitian ini terbagi dalam beberapa bab yang

mana berguna untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih jelas dan terperinci

serta untuk mempermudah penjelasan isi dari penelitian ini. Pembahasan yang

terkandung dalam bab satu dengan bab-bab lainnya saling berkaitan satu dengan

yang lain sehingga pada akhirnya akan membentuk suatu karya tulis yang runut

dan sistematis. Dengan begitu maka sistematika penulisannya adalah sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dibahas bagaimana penelitian ini akan

dilakukan yang meliputi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian yang

kemudian akan dijelaskan jawabannya dalam bab analisis yakni di bab IV, tujuan

dan manfaat dari penelitian yang dibuat ini, tinjauan pustaka dari penelitian

sebelumnya, kerangka teoritis yang berisi teori-teori yang akan digunakan untuk

menganalisa penelitian ini, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Perkembangan Nuklir India. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan

tentang perkembangan nuklir di India. Penulis akan memberikan paparan tentang

bagaimana India membangun kemampuan nuklirnya. Kemudian akan dijelaskan

juga tentang tindakan uji coba ledakan nuklir India dan kapabilitas nuklir yang

dimiliki India.

38

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2010), 76-77.

Page 34: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

23

Bab III Nuclear Suppliers Group dan Pendekatan Keanggotaan India. Di

dalam bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan, fungsi dan tujuan, serta

bagaimana NSG menerapkan prosedur dalam sistem penerimaan keanggotaanya.

Selain itu penulis juga akan menjelaskan tentang upaya India serta hambatannya

dalam jalan menuju keanggotaan NSG.

Bab IV Faktor-faktor yang Melatarbelakangi India Untuk Bergabung

Menjadi Anggota Nuclear Suppliers Group. Uraian di bab ini merupakan jawaban

dari pertanyaan penelitian yang akan dianalisis menggunakan kerangka teori yang

terdiri dari kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional. Penulis akan

mengidentifikasikan faktor-faktor yang melatarbelakangi India mengambil

keputusan untuk dapat menjadi anggota dalam NSG.

Bab V Penutup, dalam bab ini akan ditarik sebuah kesimpulan akhir

mengenai faktor-faktor pendorong dan kepentingan yang dimiliki India dalam

keinginannya tergabung di rezim pengontrol nuklir yaitu Nuclear Suppliers

Group.

Page 35: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

24

BAB II

PERKEMBANGAN NUKLIR INDIA

Sebelum dijelaskan mengenai kepentingan nasional India dalam upayanya

menjadi anggota Nuclear Suppliers Group tahun 2016, maka terlebih dahulu akan

dipaparkan bagaimana perkembangan dan kapabilitas nuklir India. Oleh

karenanya, pertama-tama pada bab ini akan dijelaskan bagaimana sejarah nuklir

India. Selanjutnya juga akan dijelaskan tentang uji coba nuklir yang pernah

dilakukan India dan doktrin nuklir yang dijalankan India.

A. Awal Pembangunan Nuklir India

India menjadi salah satu negara berkembang yang mampu membuktikan

pengembangannya dalam bidang ilmu dan teknologi nuklir. Dr Homi Jehangir

Bhabha merupakan ilmuan India yang berhasil memperkenalkan dan

mengembangkan nuklir di India. Bhabha mempunyai motivasi yang besar bahwa

nuklir mempunyai manfaat bagi pemenuhan energi India di masa mendatang.

Bhabha dalam pernyataannya mengatakan bahwa: 39

“When nuclear energy would have been successfully applied for power

production, in say a couple of decade from now, India will not have to look

abroad for its experts but will find them ready at home”.

Terjemahan:

[Ketika energi nuklir telah berhasil diterapkan untuk produksi listrik,

katakanlah beberapa dekade dari sekarang, India tidak perlu mencari para

ahli di luar negeri, tetapi sudah siap menemukan mereka di negeri ini].

39

Ajay Kumar Chaturvedi, Nuclear Energy in India's Energy Security Matrix: An

Appraisal ( New Delhi: Vij Books India Pvt Ltd, 2014), 99.

Page 36: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

25

Untuk memulai pengembangan nuklir di India, Bhabha pertama kali

mempunyai rencana untuk mendirikan sebuah lembaga penelitian fundamental

tentang nuklir di India. Bhabha mempunyai pemikiran bahwa India perlu

memiliki lembaga yang khusus dalam pengembangan ilmu fisika dan merupakan

suatu kewajiban bagi dirinya untuk berkontribusi bagi negaranya. Proposal untuk

mendirikan lembaga tersebut dikirimnya kepada Sir Dorabji Tata Trust yang

merupakan ketua Tata Trust pada saat itu.40

Tata Trust merupakan lembaga

filantropi yang sudah lama berdiri di India. Memiliki peran dan misi untuk

membantu pemberian dana kepada masyarakat dalam mengembangkan

pembangunan bangsa.41

Lembaga penelitian yang diusulkan oleh Bhabha akhirnya pada 1 Juni 1945

dibentuk dengan nama Tata Institute Of Fundamental Research (TIFR). TIFR

pertama kali beroperasi di Bengalore sampai pada akhirnya setelah enam bulan

berjalan dipindahkan ke Bombay. Pembiayaan lembaga tersebut tidak hanya

datang dari Tata Trust tetapi juga pemerintah India yang ikut berpartisipasi. Tata

Trust setiap tahunnya memberikan pendanaan 45.000 Rupee. Kemudian

pemerintah Bombay dan pemerintah India pada saat itu masing-masing

memberikan 25.000 Rupee dan 10.000 Rupee.42

Terbentuknya TIFR tersebut menjadi awal bagi pengembangan nuklir India

kedepannya. TIFR berkontribusi besar dan menjadi pionir dalam penelitian

tentang nuklir. Lembaga tersebut oleh Bhabha dianggap sebagai tempat yang

40

Ganesan Venkataraman, Bhabha and His Magnificent Obsessions (Hyderguda:

Universities Press (India) Limited, 1994), 113. 41

Tata Trusts, “About Tata Trusts,” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.tatatrusts.org/article/inside/about-tata-trusts; Internet; diakses pada 08 Desember 2018. 42

Ganesan Venkataraman, Bhabha and His Magnificent Obsessions, 114.

Page 37: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

26

melahirkan atom India dan memainkan peran yang penting dalam program energi

nuklir India.43

TIFR juga menjadi tempat yang melahirkan tenaga ahli terlatih

dalam pekerjaan energi atom dan ilmuan-ilmuan penting dalam pengembangan

nuklir. Ilmuan terkemuka yang berada di TIFR diantaranya seperti RR Daniel,

MGK Menon, Bernard Peters, dan Devendra Lal (ilmuan dalam partikel dasar dan

sinar kosmik), K. Chandrasekharan dan KG Ramanathan (ahli matematika), R.

Narasimhan (ahli ilmu komputer), BM Udgaonkar (ahli nuklir dan teori fisika),

dan KS Singhvi (ahli fisika zat padat).44

Setelah pembentukan TIFR, Bhabha menginisiasikan pembentukan badan

yang melakukan penelitian dan survei terhadap energi atom. Bhabha menyarankan

kepada Perdana Menteri India pada saat itu yakni Jawaharlal Nehru untuk

membentuk badan tersebut. Menurut Bhabha dalam mengembangkan energi atom

perlu badan yang bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri dan

dengan kekuasaan eksekutif yang dapat merumuskan kebijakan dan program

nuklir.45

Badan tersebut dibentuk pada 10 Agustus 1948 dengan nama Komisi

Energi Atom India. Bhabha ditunjuk sebagai ketua yang dibantu oleh dua orang

ilmuan yaitu Dr. S. S. Bhatnagar dan Dr. K. S. Krishnan.46

Ada tiga hal yang menurut Bhabha yang perlu dilakukan dalam

mewujudkan program nuklir India agar berada dalam pijakan yang kuat yaitu

43

George Perkovich, India's Nuclear Bomb: The Impact on Global Proliferation

(California: University of California Press, 1999), 17. 44

Spenta R. Wadia, “Homi Jehangir Bhabha and the Tata Institute of Fundamental

Research,” Journal of Current Science, Volume 96, No. 5, 10 Maret 2009 [jurnal on-line]; tersedia

di https://www.icts.res.in/sites/default/files/historical-notes-homi-jehangir-bhabha-2009-03-

10.pdf; Internet; diunduh pada 08 Desember 2018, 730. 45

Spenta R. Wadia, “Homi Jehangir Bhabha and the Tata Institute of Fundamental

Research”, 731. 46

Prashant Agarwal, India's Nuclear Development Plans and Policies: A Critical Analysis

(New Delhi: Northern Book Center, 1996), 18.

Page 38: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

27

melakukan survei sumber daya alam khususnya materi untuk energi atom;

memelihara sekolah-sekolah penelitian dalam ilmu-ilmu seperti kimia, fisika, dan

biologi serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dalam melatih ilmuwan; dan

mengembangkan program untuk peralatan dalam hal elektronik.47

Dalam

mewujudkan upaya tersebut Bhabha telah melakukan hal-hal dengan membangun

TIFR yang menjadi lembaga penelitian energi atom dan nuklir India. Kemudian

Bhabha membentuk Komisi Energi Atom India sebagai badan pengembangan

atom dan melakukan survei terkait sumber daya yang diperlukan dalam

pembangunan energi atom nuklir.

India berhasil mewujudkan pembangunan nuklir dengan membuat reaktor

nuklir pertama bernama Apsara. Reaktor pertama India ini berhasil dibuat dengan

dukungan Bhabha dan TIFR. Unit produksi elektronik yang dibuat di TIFR

menjadi sistem kontrol utama bagi Apsara.48

Reaktor pertama yang dibuat India

menjadi kebanggaan bagi negara tersebut sebagaimana diketahui Apsara menjadi

reaktor pertama di Asia pada masa itu, di luar Uni Soviet. Apsara dibangun pada

pertengahan tahun 1950-an yang mana dibuat dan dihasilkan oleh India sendiri

tanpa meminta pembangunan reaktor oleh negara-negara maju. Untuk elemen

bahan bakar reaktor tersebut memang diimpor dari Inggris tetapi peralatan dan

47

Spenta R. Wadia, “Homi Jehangir Bhabha and the Tata Institute of Fundamental

Research”, 731. 48

Virendra Singh, “Homi Jehangir Bhabha: Architect of Modern Science and Technology

in India,” Journal of Tata Institute of Fundamental Research Homi Bhabha, 18 Juni 2009 [jurnal

on-line]; tersedia di https://arxiv.org/pdf/0906.3356.pdf; Internet; diunduh pada 10 Desember

2018, 6.

Page 39: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

28

reaktor tersebut dibangun dan dirancang langsung oleh tenaga-tenaga ahli di

India.49

Pada tahun 1955, India membangun reaktor kedua yang lebih besar yang

merupakan hasil kerja sama dengan Kanada dan Amerika Serikat (AS). Reaktor

kedua yang dibuat ini memiliki kemampuan dalam memproduksi plutonium.

Reaktor ini dibangun di atas kerja sama yang dihasilkan dari program Atoms for

Peace oleh komite AS untuk energi atom ketika mengunjungi India pada awal

tahun 1955. Kontrak kerja sama tersebut ditandatangani oleh India dan AS yang

akan memasok 18,9 ton air berat untuk reaktor. Kanada sendiri setuju untuk

menyalurkan India sebuah reaktor riset dengan kekuatan 40 Megawatt. Selain itu

Kanada juga memberikan bantuan dalam pembiayaan pembangunan reaktor.

Kerja sama pembangunan reaktor tersebut diberi nama CIRUS (Canada-India

Reactor, United State). Dalam kerja sama tersebut dinyatakan bahwa air berat

yang dipasok hanya digunakan oleh India untuk penelitian dan penggunaan energi

atom tujuan damai.50

B. Uji Coba Senjata Nuklir India

Sejak awal Bhabha dan Nehru memang memiliki tujuan awal pembangunan

nuklir hanya untuk hal-hal damai seperti dimanfaatkan untuk energi negaranya.

Nehru pada saat peresmian reaktor nuklir pertama India Apsara di Trombay

membuat pernyataan bahwa bagaimanapun keadaan yang mungkin akan terjadi,

49

Homi Nusserwanji Sethna, “India's Atomic Energy Programme Past and Future,” Journal

of International Atomic Energy Agency, Volume 21, No. 5, [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.iaea.org/sites/default/files/publications/magazines/bulletin/bull21-

5/21505090211.pdf; Internet; diunduh pada 10 Desember 2018, 4. 50

Taraknath V.K. Woddi, William S. Charlton, dan Paul Nelson, India's Nuclear Fuel

Cycle: Unraveling the Impact of the U.S.-India Nuclear Accord (Texas: Morgan & Claypool

Publishers, 2009), 8-9.

Page 40: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

29

India tidak akan pernah mengalihkan energi atomnya untuk tujuan selain damai.

Bahkan pada saat melakukan pembicaraan di Dewan Rakyat India pada 24 Juli

1957, Nehru mengulangi pernyataan tentang penggunaan energi nuklir damai.

Nehru berbicara bahwa India tidak akan tertarik dalam pembuatan bom meskipun

nantinya memiliki kapasitas untuk melakukannya. Nehru juga berharap bahwa

kedepannya pemerintah yang memimpin India tetap akan berpegang teguh pada

kebijakan nuklir yang damai.51

Meskipun sejak awal Perdana Menteri pertama India mempertegas bahwa

India kedepannya tidak akan menggunakan nuklir untuk pengembangan senjata.

Tetapi segala kemungkinan dan situasi yang berbeda dapat mengubah haluan

India dalam pemanfaatan nuklir. India pada akhirnya berhasil melakukan

beberapa kali uji coba ledakan bom nuklir yang mengejutkan dunia.

1. Ledakan Bom Nuklir Pertama India (Pokhran-I)

India pada 18 Mei 1974 melakukan uji coba ledakan nuklir pertamanya di

padang gurun daerah Pokhran, Rajasthan. Pemerintah India menyebut ledakan

tersebut sebagai ledakan nuklir yang damai. Ledakan nuklir tersebut diberi nama

Smiling Buddha ataupun dapat juga dikenal dengan nama kode ledakan sebagai

Pokhran I. Keberhasilan India menguji coba bom nuklir membuatnya masuk

dalam jajaran kekuatan nuklir keenam dunia setelah Amerika Serikat, Inggris, Uni

Soviet, Perancis, dan Tiongkok.52

51

Prashant Agarwal, India's Nuclear Development Plans and Policies: A Critical Analysis,

21. 52

IndiaToday.in, “Pokhran I: India's first nuclear bomb test was carried out underground

and code named 'Smiling Buddha,” IndiaToday.in News, 18 Mei 2016; tersedia di

https://www.indiatoday.in/education-today/gk-current-affairs/story/pokharan-i-first-nuclear-

atomic-bomb-test-of-india-324141-2016-05-18; diakses pada 15 Desember 2018.

Page 41: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

30

Bom nuklir berhasil didapatkan India dari reaktor CIRUS yang dimilikinya.

Reaktor CIRUS memiliki kemampuan dalam melakukan pemrosesan ulang yang

dapat menghasilkan plutonium. Dengan plutonium tersebut India dapat

menggunakannya untuk membangun perangkat peledak nuklir yang mana

digunakan dalam ledakan Pokhran I.53

Plutonium yang dihasilkan CIRUS

kemudian diekstrak oleh pabrik di Trombay yang dibangun oleh Bhabha pada

tahun 1958. Pabrik tersebut dipasangkan dengan CIRUS yang diberi nama

Phoenix dan memberikan India plutonium senjata tingkat pertamanya.54

Berdasarkan laporan yang ditulis komunitas intelijen Amerika Serikat, uji

coba bom nuklir India 1974 menghasilkan sebuah kawah yang memiliki

kedalaman sekitar 10 meter dengan radius antara 47 dan 75 meter. Perangkat

nuklir tersebut diledakan di dataran Pokhran dengan cara dilemparkan dengan

poros vertikal.55

Uji coba senjata nuklir India dengan ledakan bom di Pokhran

tersebut berhasil menunjukkan kemampuan nuklir India. Senjata nuklir yang

digunakan dalam ledakan tersebut oleh pemerintah India dinyatakan bukan bom

yang dapat dikirimkan. Pemerintah India menyebut ledakan tersebut adalah uji

coba yang damai dan sengaja dirancang untuk belajar dalam penggunaan ledakan

nuklir yang damai.56

53

David Bodansky, Nuclear Energy: Principles, Practices, and Prospects (New York:

Springer-Verlag, 2004), 530. 54

George Perkovich, India's Nuclear Bomb: The Impact on Global Proliferation, 28. 55

FAS, “First Nuclear Test at Pokhran in 1974,” Federation of American Scientists, 04 Juli

2000; tersedia di https://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm; diakses pada 17 Desember

2018. 56

Michael Kort, Weapons of Mass Destruction, (New York: Infobase Publishing, 2010),

99.

Page 42: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

31

Ketetapan India meledakan bom nuklir salah satunya didorong oleh

keputusannya untuk menjadi independen dari campur tangan Barat. Seperti

keputusan India pada tahun 1968 untuk menolak penandatanganan NPT.57

Penolakan NPT tersebut memiliki hubungan dalam upaya India menguji coba

ledakan nuklir. NPT menurut Menteri Luar Negeri India pada saat itu, M.C.

Chagla, memiliki sifat yang diskriminatif. Negara non-nuklir harus tunduk

dibawah pengawasan dan inspeksi sedangkan negara-negara senjata nuklir

(Amerika Serikat, Cina, Prancis, Uni Soviet, dan Inggris) memiliki kelonggaran

dalam pengawasan. India juga bertanya-tanya mengapa negara senjata nuklir

dapat melakukan Peaceful Nuclear Explosion (PNE) atau ledakan nuklir damai

sedangkan India tidak. Oleh karenanya, hal ini mendorong India untuk melakukan

ledakan nuklir 1974 yang mana India menyatakan bahwa ia berhak untuk

melakukan ledakan nuklir damainya sendiri.58

Keputusan lain yang membuat India merancang senjata nuklir dan

melakukan uji coba bom nuklir yaitu dipengaruhi oleh Tiongkok. Hubungan India

dan Tiongkok memburuk disebabkan perang perbatasan pada Oktober 1962.

Ketegangan terus meningkat dengan manuver serangan Tiongkok sampai pada 22

November 1962 perang berakhir dengan kemenangan Tiongkok. Sejak saat itu

hubungan India dan Tiongkok tetap membeku sampai akhir 1970-an.59

57

Atomic Heritage Foundation, "Atomic Heritage Foundation," Article of Atomic Heritage

Foundation, 23 Agustus 2018 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.atomicheritage.org/history/indian-nuclear-program; diakses pada 17 Desember 2018. 58

Duane Bratt, The Politics of CANDU Exports (Toronto: University of Toronto Press,

2006), 124. 59

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, “Sino-Indian Border Disputes,” Journal of Istituto per gli

Studi di Politica Internazionale (ISPI), No. 181, Juni 2013 [jurnal on-line]; tersedia di

Page 43: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

32

Dilematis India terhadap Tiongkok berlanjut di tahun 1964 yang mana

Tiongkok untuk pertama kalinya melakukan uji coba bom nuklir. Hal itu memicu

debat nuklir di lingkup domestik India seperti media India, berbagai partai politik

termasuk mayoritas anggota Komite Kongres India, dan banyak pembuat opini

publik berpengaruh bereaksi tajam menuntut pembuatan senjata nuklir oleh India.

Pada akhirnya di tahun 1965, Shastri Perdana Menteri India yang memimpin saat

itu mengesahkan untuk melakukan proyek ledakan nuklir bawah tanah India.

Proyek ledakan tersebut yang akhirnya dikenal sebagai ledakan nuklir damai

1974.60

2. Ledakan Bom Nuklir Kedua India (Pokhran-II)

Dua dekade setelah ledakan nuklir pertama India, di tahun 1998 India

melakukan ledakan bom nuklir yang kedua. India melakukan lima serangkaian

ledakan nuklir yang dilakukan pada 11 dan 13 Mei 1998 di daerah Pokhran,

Rajasthan India. Uji coba ledakan nuklir tersebut diberi nama Operation Shakti

yang mana Shakti memiliki arti sebagai kekuatan, dan diberi kode ledakan sebagai

Pokhran II. Berbeda dengan ledakan yang dilakukan tahun 1974 yang dijelaskan

sebagai ledakan damai, Pokhran II tidak diberi klaim sebagai uji ledakan damai

tetapi sebagai uji senjata. 61

https://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf; Internet;

diunduh pada 17 Desember 2018, 6. 60

Dipmala Roka, “India's Nuclearization Process: Pokhran I and II,” International Journal

of Current Research, Volume 6, No. 04, April 2014 [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.journalcra.com/sites/default/files/5392.pdf; Internet; diunduh pada 25 Desember 2018,

6454-6455. 61

Nuclear Weapon Archive, “India's Nuclear Weapons Program Operation Shakti: 1998,”

Article of Nuclear Weapon Archive, 30 Maret 2001 [artikel on-line]; tersedia di

https://nuclearweaponarchive.org/India/IndiaShakti.html; diakses pada 25 Desember 2018.

Page 44: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

33

Setelah melakukan uji coba ledakan nuklir Pokhran II, pemerintah India

dengan berani secara de facto menyatakan India sebagai negara bersenjata nuklir.

Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri India Atal Behari Vajpayee yang

mengatakan bahwa:62

“India is now a nuclear weapon state. This is a reality that cannot be

denied. It is not a conferment that we seek; nor is it a status for others

to grant. It is an endowment to the nation by our scientists and

engineers. It is India's due, the right of one-sixth of humankind. Our

strengthened capability adds to our sense of responsibility. We do not

intend to use these weapons for aggression or for mounting threats

against any country, these are weapons of self-defence, to ensure that

India is not subjected to nuclear threats or coercion. We do not intend

to engage in an arms race.”

Terjemahan:

[India sekarang menjadi negara senjata nuklir. Ini adalah kenyataan

yang tidak dapat disangkal. Ini bukan penganugerahan yang kita cari;

juga bukan status yang orang lain berikan. Ini adalah sumbangan bagi

bangsa oleh para ilmuwan dan insinyur kami. Ini adalah hak yang

dimiliki India, hak seperenam umat manusia. Kemampuan kami yang

diperkuat dengan menambah rasa tanggung jawab kami. Kami tidak

bermaksud menggunakan senjata-senjata ini untuk agresi atau untuk

meningkatkan ancaman terhadap negara manapun, ini adalah senjata

pertahanan diri, untuk memastikan bahwa India tidak menjadi sasaran

ancaman nuklir atau pun kekerasan. Kami juga tidak bermaksud untuk

terlibat dalam perlombaan senjata].

Kebijakan India untuk melakukan uji coba nuklirnya lagi di tahun 1998 dan

upayanya menjadi kekuatan nuklir sangat dipengaruhi oleh pemerintah dan partai

yang berkuasa pada masa itu. Bharatiya Janata Party atau BJP menjadi partai

yang berkuasa dengan kepemimpinan di tangan Atal Behari Vajpayee. Partai ini

telah lama menjadi pendukung utama India dalam memiliki senjata nuklir. BPJ

62 Parliament of India, Lok Sabha House of The People, “Made a statement on nuclear tests

in Pokhran,” Document of Indian Government; 27 Mei 1998 tesedia di

http://164.100.47.194/Loksabha/Debates/Result12.aspx?dbsl=248; diakses pada 25 Desember

2018.

Page 45: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

34

juga memiliki niatan untuk membawa India dalam mencapai perannya sebagai

kekuatan utama dalam politik dunia dengan kemampuan nuklirnya.63

Pemilihan

dari bulan Februari-Maret 1998 menghasilkan kemenangan dengan pemerintahan

dikuasai oleh BJP. Partai ini selama masa kampanye mengeluarkan janji untuk

meninjau kembali segala opsi penggunaan nuklir. Pemerintahan BJP yang

dipimpin oleh Vajpayee selang beberapa bulan kepemimpinan merealisasikan

penggunaan nuklir dengan melakukan uji coba nuklir Pokhran II.64

Faktor yang mendorong BJP melakukan uji coba nuklir India di tahun 1998

salah satunya didorong oleh ketakutan akan eksistensi nuklir Pakistan. BJP

memiliki kekhawatiran dengan kolaborasi nuklir Pakistan-Tiongkok yang dapat

mengganggu keamanan India. Sejak tahun 1980-an Tiongkok terus membantu

Pakistan dalam membangun nuklir.65

Kekhawatiran semakin diperparah dengan

uji coba rudal balistik jarak menengah Pakistan pada tanggal 6 April 1998 yang

diberi nama Ghauri. Rudal tersebut memiliki jangkauan mencapai 1.500 kilometer

yang mana dapat menjangkau dua puluh enam kota yang ada di India. Ketakutan

tersebut pada akhirnya mendorong Perdana Menteri Atal Behari Vajpayee untuk

juga melakukan uji coba senjata nuklir India.66

63

Damodar R. SarDesai dan Raju G. C. Thomas, Nuclear India in the Twenty-First Century

(New York: Palgrave-Macmillan, 2002), 94. 64

Bhumitra Chakma, “Toward Pokhran II: Explaining India's Nuclearisation Process,”

Journal of Modern Asian Studies, Volume 39, No. 01, Februari 2005 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.jstor.org/stable/3876511; Internet; diunduh pada 28 Desember 2018, 232. 65

Damodar R. SarDesai dan Raju G. C. Thomas, Nuclear India in the Twenty-First

Century, 96. 66

Sumit Ganguly, “India's Pathway to Pokhran II: The Prospects and Sources of New

Delhi's Nuclear Weapons Program,” Journal of International Security, Volume 23, No. 4, 1999

[jurnal on-line]; tersedia di https://www.jstor.org/stable/2539297; Internet; diunduh pada 30

Desember 2018, 170-171.

Page 46: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

35

C. Doktrin No First Use Nuklir India

Secara de facto, India masuk dalam kategori negara senjata nuklir. Dalam

kepemilikannya terhadap senjata nuklir tersebut, India menerapkan sebuah doktrin

yaitu No First Use dalam kebijakan nuklirnya. No First Use (NFU) adalah

kebijakan ataupun keputusan yang diumumkan oleh beberapa kekuatan nuklir

tentang penggunaan senjata nuklir. Saat ini negara senjata nuklir yang

menerapkan kebijakan tersebut yaitu India dan Tiongkok. Maksud dari kebijakan

NFU adalah bahwa suatu negara tidak akan menggunakan senjata nuklir apabila

terjadi suatu peperangan kecuali negara tersebut lebih dulu diserang atau diancam

dengan senjata nuklir. Negara-negara senjata nuklir lainnya ada juga yang tidak

menerapkan NFU dalam kebijakan nuklir mereka seperti Amerika Serikat,

Pakistan, dan anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang memiliki

senjata nuklir. Mereka secara eksplisit telah mengesampingkan NFU karena

mereka secara terbuka mengklaim bahwa mereka mungkin akan menggunakan

senjata nuklir meskipun diserang dengan menggunakan senjata konvensional.67

Kebijakan NFU India sudah direncanakan sejak masa pemerintahan Atal

Bihari Vajpayee yang mendeklarasikan NFU dan kebijakan untuk tidak melawan

negara-negara non senjata nuklir. NFU disuarakan India setelah uji coba nuklir

1998 dan pernyataan India sebagai negara senjata nuklir. Kebijakan ini akhirnya

diresmikan pada tahun 2003 sebagai doktrin nuklir India. Perdana Menteri

Narendra Modi pada tahun 2014 menegaskan kembali tentang doktrin ini yang

menyatakan bahwa kebijakan NFU adalah gagasan atau ide yang besar dari Atal

67

Rajesh Rajagopalan dan Atul Mishra, Nuclear South Asia: Keywords and Concepts (New

Delhi: Routledge, 2014), 199.

Page 47: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

36

Bihari Vajpayee yang mana tidak harus dikompromikan lagi. Menurutnya NFU

menjadi sebuah cerminan dari warisan budaya India.68

Doktrin NFU India dijabarkan oleh pemerintah India dalam pokok-pokok

berikut ini: India akan mempertahankan dan membangun pencegahan minimum

yang kredibel, Tidak mengunakan senjata nuklir untuk melawan negara-negara

non-senjata nuklir, Menjalankan No First Use yang artinya senjata nuklir hanya

digunakan sebagai pembalasan atas serangan nuklir yang terjadi di wilayah India

dan pasukan India di mana saja, Jika India melakukan suatu pembalasan serangan

nuklir maka serangan pertama akan dilakukan sangat besar dan dirancang untuk

menimbulkan kerusakan yang cukup parah, dan Pembalasan serangan nuklir

hanya dilakukan atas izin kepemimpinan politik sipil melalui Nuclear Command

Authority atau Otoritas Komando Nuklir India.69

Kebijakan NFU yang dijalankan India juga memiliki tujuan lain yakni

memberikan gambaran India di mata dunia sebagai negara yang

bertanggungjawab meskipun sampai saat ini tidak menjadi penandatangan NPT.

NFU menjadi upaya yang dibangun India untuk membangun citra sebagai

kekuatan yang moderat dan negara yang bertanggungjawab terhadap senjata

nuklir. Selain itu penerapan kebijakan NFU terhadap senjata nuklir India juga

68

Rishi Paul, Foregrounding India’s Nuclear Responsibilities: Nuclear weapons

possession and disarmament in South Asia (London: BASIC, 2018), 14. 69

Ministry of External Affairs of the Government of India, “The Cabinet Committee on

Security Reviews Perationalization of India‟s Nuclear Doctrine,” Press Releases of Ministry of

External Affairs Government of India, 04 Januari 2003; tersedia di https://mea.gov.in/press-

releases.htm?dtl/20131/The_Cabinet_Committee_on_Security_Reviews_perationalization_of_Indi

as_Nuclear_Doctrine+Report+of+National+Security+Advisory+Board+on+Indian+Nuclear+Doctr

ine; diakses pada 30 Desember 2018.

Page 48: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

37

memberikan ruang bagi India untuk terus maju dalam penempatan senjata

nuklirnya.70

D. Kapabilitas Nuklir India

Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute

(SIPRI) mengenai kekuatan nuklir dunia terjadi tren penurunan keseluruhan

senjata nuklir dunia. Total keseluruhan senjata nuklir dunia di tahun 2016

sejumlah 15.395 senjata nuklir mengalami penurunan dari tahun 2015 yang

berjumlah sekitar 15.850 senjata nuklir. Hal ini disebabkan sebagian besar negara

senjata nuklir lebih memilih melakukan pertahanan dan memodernisasi

persenjataan nuklir mereka.71

Meskipun terjadi tren penurunan, India sebagai

negara senjata nuklir terus meningkatkan jumlah persenjataan nuklirnya sebagai

salah satu keamanan negara. Pada tahun 2016 berdasarkan laporan tahunan SIPRI,

diperkirakan India memiliki 110-120 hulu ledak nuklir. Jumlah tersebut

mengalami peningkatan yang mana di tahun 2015 jumlahnya mencapai 90-110

hulu ledak nuklir.72

70

Kumar Sundaram dan M. V. Ramana, “India and the Policy of No First Use of Nuclear

Weapons,” Journal for Peace and Nuclear Disarmament, 09 Februari 2018 [jurnal on-line];

tersedia di https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/25751654.2018.1438737; Internet;

diunduh pada 05 Januari 2019, 12. 71

Shannon Kile dan Hans Kristensen, “Trends in World Nuclear Forces, 2016,” Fact Sheet

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Juni 2016 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.sipri.org/sites/default/files/FS%201606%20WNF_Embargo_Final%20A.pdf;

Internet; diunduh pada 06 Januari 2019, 1. 72

Shannon Kile dan Hans Kristensen, “Trends in World Nuclear Forces, 2016”, 5.

Page 49: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

38

Tabel II.D.1 Hulu Ledak Nuklir India 2010-2014

Tahun Perkiraan

Hulu Ledak

2010 60-80

2011 80-100

2012 80-100

2013 80-100

2014 90-100

Sumber: Preeti Panwar, 201573

Tabel di atas memberikan data mengenai peningkatan hulu ledak nuklir

India dari tahun 2010 sampai 2014. Berdasarkan tabel di atas, dari tahun 2011-

2013 tidak terjadi peningkatan dalam jumlah hulu ledak yang dimiliki India.

Peningkatan mulai terlihat memasuki tahun 2014, jumlahnya mulai ditingkatkan

menjadi sekitar 90 sampai 110 hulu ledak nuklir. Di tahun berikutnya sampai pada

2016, India terus berusaha meningkatkan lagi jumlah hulu ledak nuklir yang

dimiliknya seperti data yang disampaikan SIPRI pada paragraf sebelumnya.

Selain meningkatkan jumlah senjata nuklirnya, India juga terus menaikan

anggaran pengeluaran untuk pertahanan dan Defence Research and Development

Organisation (DRDO), seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel II.D.2 Anggaran Pertahanan dan Defence Research and Development

Organisation (DRDO) India 2012-2017

Tahun

Anggaran

Pertahanan (Rupee

in Crore*)

Anggaran DRDO

(Rupee in Crore*)

Sekian Persen dari

Anggaran Militer

2012-13 181766.00 9794.80 5,39 %

2013-14 203499.35 10868.88 5,34 %

73

Preeti Panwar, “Pakistan Has More Nuclear Warheads Than India: SIPRI Report,”

Oneindia News dirilis 30 Agustus 2015 [berita on-line]; tersedia di

https://www.oneindia.com/india/pakistan-has-more-nuclear-warheads-than-india-sipri-report-

1467622.html; Internet; diakses pada 07 Januari 2019.

Page 50: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

39

2014-15 222370.00 13257.98 6,05 %

2015-16 224636.00 13277.27 5,91 %

2016-17 249099.00 13365.30 5,37 %

Sumber: Ministry of Defence74

*1 Crore Rupee = 10 juta Rupee

Dengan meningkatkan jumlah senjata nuklir India, pemerintah India juga

melakukan peningkatan anggaran negaranya dalam hal pertahanan. Selama lima

tahun terakhir dari tahun 2012 sampai 2017 seperti tabel di atas, pengeluaran

India dalam pertahanan meningkat secara signifikan. Dalam tahun 2016

pengeluaran pertahanan India menurut SIPRI sebesar 55,9 miliar USD. India

dilaporkan memasuki peringkat kelima terbesar di dunia tahun 2016 dalam

anggaran militer.75

Anggaran pertahanan India tersebut dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa

departemen yang ada di Kementerian Pertahanan India, salah satunya DRDO.

DRDO menjadi salah satu departemen yang penting dari Kementerian Pertahanan

India. Departemen ini memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan

pengembangan dan racangan pada produksi sistem senjata India. Salah satunya

bertanggungjawab untuk mengembangkan program nuklir India seperti

pengembangan rudal berkemampuan nuklir dan rudal balistik.76

74

Ministry of Defence of the Government of India, “Forty-Third Report: Standing

Committee on Defence (2017-2018)” dirilis pada Maret 2018 [database on-line]; tersedia di

http://164.100.47.193/lsscommittee/Defence/16_Defence_43.pdf; Internet; diakses pada 07 Januari

2019; 33. 75

IndiaToday.in, “India World's Fifth Largest Military Spender in 2016, Says Report”

IndiaToday.in News, dirilis pada 26 April 2017 [berita on-line]; tersedia di

https://www.indiatoday.in/education-today/gk-current-affairs/story/india-worlds-fifth-largest-

military-spender-973637-2017-04-26; diakses pada 07 Januari 2019. 76

Shane Mason, Military Budgets in India and Pakistan: Trajectories, Priorities, and

Risks," Jurnal The Stimson Center (Washington D.C: Stimson Center, 2016), 32-33.

Page 51: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

40

Tabel II.D.3 Kekuatan Nuklir India, 2016

Type Year First

Deployed

Range

(km)

Warhead x Yield

(Kilotons)

No. Of

Warheads

Aircraft:

Shamsher (Jaguar IS/IB) 1981 1.600 1 x bomb 32

Vajra (Mirage 2000H) 1985 1.850 1 x bomb 16

Land-Based Ballistic

Missiles:

Prithvi-2 2003 250 1 x 12 24

Agni-1 2007 > 700 1 x 40 20

Agni-2 2011 > 2.000 1 x 40 8

Agni-3 2014 > 3.200 1 x 40 4

Agni-4 (2016) > 3.500 1 x 40 n.a.

Agni-5 (2017) > 5.200 1 x 40 n.a.

Sea-Based Ballistic

Missiles:

Dhanush 2013 350 1 x 12 2

K-15 (2017) 700 1 x 12 (12)

K-4 n.a. > 3.000 1 x ? n.a.

Total 106 (118)

Sumber: SIPRI Year Book 201677

Tabel di atas menunjukkan tentang kekuatan nuklir India dengan daftar

persenjataan nuklir yang dimilikinya pada tahun 2016. Total dari semua senjata

nuklir India pada tahun 2016 diperkirakan berkisar antara 110-120 hulu ledak.

Berdasarkan data dari SIPRI Yearbook 2016 yang dimuat dalam tabel di atas

terlihat bahwa persenjataan nuklir India berjumlah sekitar 118 hulu ledak.

Sebagian besar senjata nuklir India diyakini berbahan Plutonium. Bhabha Atomic

77

SIPRI, SIPRI Yearbook 2016: Armaments, Disarmament and International Security

[buku on-line] (Oxford: Oxford University Press, 2016, diunduh pada 11 Januari 2019); tersedia di

https://www.sipri.org/sites/default/files/SIPRIYB16c16sVI.pdf; Internet; 642

Page 52: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

41

Research Centre (BARC) menjadi tempat produksi Plutonium India dengan

bantuan reaktor CIRUS. Namun pada 2010 reaktor tersebut berhenti beroperasi,

tetapi India tetap memproduksi Plutonium dengan reaktor yang lain yaitu reaktor

Dhruva. Di tahun 2030, India berencana akan memiliki enam reaktor pembiak

cepat yang mana akan meningkatkan kapasitas India dalam memproduksi

Plutonium untuk senjata.78

Setelah di bab ini dijelaskan mengenai perkembangan

dan kapabilitas nuklir yang dimiliki India. Maka di bab selanjutnya akan

memasuki penjelasan mengenai Nuclear Suppliers Group yang mana India

berkeinginan menjadi anggotanya dan keterlibatan India dengan organisasi

tersebut.

78

SIPRI, SIPRI Yearbook 2016: Armaments, Disarmament and International Security, 641-

642.

Page 53: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

42

BAB III

NUCLEAR SUPPLIERS GROUP DAN PENDEKATAN KEANGGOTAAN

INDIA

Di dalam bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan, tujuan dan

pedoman yang dimiliki Nuclear Suppliers Group (NSG), struktur dan aktivitas,

serta bagaimana NSG menerapkan kriteria dalam penerimaan keanggotaanya.

Selain itu penulis juga akan menjelaskan tentang interaksi India dalam NSG dan

pengajuan dirinya sebagai anggota di grup tersebut. Terakhir penulis akan

menjelaskan hambatan yang diterima India untuk menjadi anggota NSG.

A. Nuclear Suppliers Group

1. Latar Belakang

Perkembangan nuklir yang terus masif sejak masa Perang Dunia II

mendorong sejumlah negara membentuk kelompok, forum, dan perjanjian yang

mengatur tentang penggunaan dan kepemilikan nuklir. Di awal tahun 1970-an

muncul dua kelompok yang mengelola dan membuat penetapan tentang pedoman

dalam mengekspor nuklir yaitu Zangger Committee dan Nuclear Suppliers Group

(NSG). Kedua kelompok ini berkembang di tahun-tahun setelah Perang Dunia II

untuk melengkapi perjanjian perdagangan nuklir bilateral di dunia. Mereka telah

menjadi patokan dalam memberikan aturan di hampir semua perdagangan

teknologi dan bahan-bahan nuklir.79

79

Mark Hibbs, The Future of The Nuclear Suppliers Group (Washington DC: Carnegie

Endowment for International Peace, 2011) , 5.

Page 54: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

43

Nuclear Nonproliferation Treaty (NPT) mengeluarkan sebuah aturan yang

disetujui negara-negara penandatangan dan disebutkan dalam artikel I NPT pasal

III.2 yaitu: 80

“Each State Party to the Treaty undertakes not to provide (a) source

or special fissionable material or (b) equipment or material especially

designed or prepared for the processing, use, or production of special

fissionable material, to any non-nuclear weapon State for peaceful

purposes, unless the source or special fissionable material shall be

subject to the safeguards required by this Article”.

Terjemahan:

[Setiap Negara Pihak pada Perjanjian berjanji untuk tidak

menyediakan (a) sumber atau materi yang dapat dipisahkan secara

khusus atau (b) peralatan atau material yang secara khusus dirancang

atau dipersiapkan untuk pemrosesan, penggunaan, atau produksi

bahan yang dapat dipisahkan secara khusus, untuk setiap negara

senjata non-nuklir dalam tujuan damai, kecuali sumber atau materi

khusus yang dapat dipisahkan tersebut harus tunduk pada

perlindungan yang disyaratkan oleh Pasal ini].

NPT yang dinegosiasikan pada tahun 1968 tersebut memberikan

kesempatan kepada negara-negara non senjata nuklir memiliki teknologi dan

bahan-bahan nuklir untuk tujuan damai dengan cara yang cukup ketat. Ketakutan

akan terjadi penyimpangan dalam menggunakannya dan memungkinkan

munculnya program senjata nuklir, beberapa negara pemasok nuklir yang berada

dalam NPT membentuk Zangger Committee di tahun 1971.81

Di tahun 1974, India yang bukan merupakan negara penandatangan NPT

berhasil merakit dan melakukan ledakan nuklir. Tindakan India tersebut

mengejutkan rezim non proliferasi nuklir dan NPT 1968 yang telah dibuat. Rezim

80

UNODA, “Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT),” United Nations

Office For Disarmament Affairs [artikel on-line]; tersedia di

https://www.un.org/disarmament/wmd/nuclear/npt/text; Internet; diakses pada 03 Februari 2019. 81

Daryl Kimball dan Kelsey Davenport, “The Nuclear Suppliers Group (NSG) at a

Glance,” Fact Sheets and Briefs of Arms Control Association, dirilis 16 Agustus 2017 [database

on-line]; tersedia di https://www.armscontrol.org/factsheets/NSG; Internet; diakses pada 04

Februari 2018.

Page 55: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

44

non proliferasi nuklir dan ketetapan NPT 1968 dinilai gagal mencegah munculnya

ledakan nuklir yang datang dari negara-negara baru.82

Keberadaan Zangger Committee ternyata belum cukup mampu dalam

menghalang dan mencegah suatu negara merakit dan melakukan uji coba bom

nuklir. Tidak semua negara berada di bawah pengaturan NPT dan Zangger

Committee serta keberadaan NPT yang masih memiliki penandatangan terbatas.

Oleh karenanya beberapa pemasok utama mencoba untuk lebih fokus dalam

mengawasi dan memanajemen ekspor nuklir dengan membentuk kelompok baru

yang akan mencakup semua pedoman dan penetapan dalam memasok dan

mengontrol ekspor nuklir.83

Kelompok yang baru dibentuk ini disebut sebagai Klub London dengan

maksud bahwa ekspor teknologi dan bahan-bahan nuklir yang dilakukan untuk

tujuan damai tidak disalahgunakan untuk pembuatan senjata nuklir. Negara-

negara pendiri yaitu Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Perancis, Jerman

Barat, dan Uni Soviet rutin melakukan pertemuan dari tahun 1975-1978 di

London. Kelompok negara-negara ini sering disebut sebagai Klub London

dikarenakan seringnya anggota kelompok mengadakan pertemuan di London.

Pertemuan-pertemuan tersebut berhasil menyatukan negara-negara pemasok

utama bahan dan teknologi nuklir serta negara-negara yang tidak tergabung dalam

82

Jita Mishra, The NPT and the Developing Countries (New Delhi: Concept Publishing

Company, 2008), 41. 83

Tadeusz Strulak, “The Nuclear Suppliers Group,” The Nonproliferation Review, Agustus

1993; [jurnal on-line] tersedia di https://www.nonproliferation.org/wp-

content/uploads/npr/strula11.pdf; Internet; diakses pada 06 Februari 2019, 2.

Page 56: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

45

NPT. Seiring berjalannya pertemuan, Klub London resmi membentuk diri dan

mengubah kelompok menjadi Nuclear Suppliers Group (NSG).84

Dalam waktu dua tahun, NSG yang semula beranggotakan tujuh negara

pemasok utama nuklir mulai berkembang menjadi kelompok yang cukup besar

dengan beberapa negara yang mulai bergabung. Dari tahun 1976-1977 bergabung

sejumlah negara lain yaitu Belgia, Cekoslowakia, Republik Demokratik Jerman,

Italia, Belanda, Polandia, Swedia, dan Swiss. Kelimabelas negara ini yang

nantinya akan merancang pedoman pertama yang akan dikeluarkan NSG dalam

mengatur transfer nuklir.85

2. Tujuan dan Pedoman NSG

Nuclear Suppliers Group (NSG) menjadi forum internasional yang penting

dari rezim nonproliferasi nuklir yang dibentuk atas dasar kepentingan Nuclear

Nonproliferation Treaty (NPT). NSG memiliki tugas dalam meningkatkan dan

menentukan aturan internasional terhadap ekspor teknologi dan bahan-bahan

pembuatan nuklir.86

Saat ini NSG berkembang dengan partisipasi 48 negara dan

semua anggotanya merupakan penandatangan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

NSG memiliki tujuan utama yaitu memastikan bahwa negara-negara yang

melakukan perdagangan nuklir menyelaraskan aturan nasional mereka dalam

memasok teknologi dan bahan-bahan nuklir ke negara-negara senjata non-nuklir

84

IAEA, “The Nuclear Suppliers Group: Its Origins, Role and Activities,” International

Atomic Energy Agency, INFCIRC/539/Rev.6, 22 Januari 2015 [dokumen on-line]; tersedia di

https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc539r6.pdf; Internet; diunduh pada 07 Februari 2019,

3. 85

Tadeusz Strulak, “The Nuclear Suppliers Group”, 3. 86

Roland Timerbaev, The Nuclear Suppliers Group: Why and How It Was Created, 1974-

1978 [buku on-line] (Moscow: PIR Center, 2000, diunduh pada 11 Februari 2019); tersedia di

http://www.pircenter.org/media/content/files/9/13464056390.pdf; Internet; 5.

Page 57: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

46

di bawah perjanjian NPT serta menjamin kegiatan ekspor maupun impor nuklir

digunakan untuk tujuan damai.87

Untuk mendukung dan mengimplementasikan tujuan NSG maka dibentuk

pedoman yang dapat diikuti negara anggota maupun negara yang memang ingin

menerapkan pedoman tersebut. Pedoman NSG dibuat untuk memfasilitasi kerja

sama nuklir yang dilakukan dengan tujuan damai dapat sejalan dengan aturan dan

norma nonproliferasi nuklir dunia. Selain itu juga untuk memastikan bahwa

negara-negara yang melakukan kerja sama nuklir damai tidak mendapatkan

halangan dan proses yang kurang adil.88

Saat ini teknologi berkembang dengan sangat mutakhir bahkan dalam hal

teknologi nuklir di mana dapat berkembang menjadi senjata nuklir. Untuk itu

pengaturan dalam mengawasi penyebaran teknologi nuklir merupakan bagian dan

tujuan penting untuk nonproliferasi nuklir. Oleh karenanya NSG muncul dengan

dua pedoman sebagai upaya dalam memperkuat rezim nonproliferasi nuklir

global.89

Negara-negara anggota NSG membuat komitmen bersama untuk

membentuk dua set pedoman yang mana dapat diterapkan menjadi sebuah

keputusan nasional masing-masing negara ketika ingin mengekspor barang-

barang yang dikendalikan. Dua pedoman yang dibentuk dan dikeluarkan NSG

yaitu pedoman untuk transfer nuklir atau trigger list dan pedoman untuk transfer

87

Rajesh Rajagopalan dan Atul Mishra, Nuclear South Asia: Keywords and Concepts (New

Delhi: Routledge, 2014), 212. 88

NSG, “Guidelines,” Nuclear Suppliers Group; tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/guidelines; Internet; diakses pada 13 Februari 2019. 89

Jinwon Lee, “Evaluating the Effectiveness of the Nuclear Suppliers Group: A

Functionalist Perspective on the Regime,” The Korean Journal of International Studies, Volume

16, No. 2, August 2018 [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.kjis.org/journal/view.html?uid=217&&vmd=Full; Internet; diunduh pada 13 Februari

2019, 173.

Page 58: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

47

peralatan, materi, perangkat lunak, dan teknologi yang berkaitan dengan nuklir

atau dual-use items.90

Pedoman pertama yang dikeluarkan oleh NSG pertama kali diliris tahun

1978 yang didiskusikan dengan 15 negara yang sudah bergabung sebelumnya.

Pedoman ini dikirim ke International Atomic Energy Agency (IAEA) dan

diterbitkan sebagai dokumen INFCIRC/254/Bagian 1. Pedoman ini dikeluarkan

sebagai tanggapan impor nuklir India tahun 1974 yang seharusnya bahan-bahan

dan teknologi nuklir yang didapatkannya untuk tujuan damai tetapi dialihkan

menjadi ledakan nuklir. Oleh karenanya daftar pemicu yang berada dalam

pedoman I secara langsung mencakup jenis barang yang digunakan untuk

pendirian dan pengoperasian kegiatan nuklir.91

Pedoman bagian I dari NSG secara khusus dirancang dan dipersiapkan

untuk mengatur ekspor barang yang digunakan sebagai pembuatan nuklir.

Klarifikasi barang-barang yang masuk dalam daftar pemicu (trigger list) adalah

bahan-bahan nuklir; bahan non-nuklir untuk reaktor; reaktor nuklir dan peralatan

yang terkait; instalasi dan peralatan lain yang digunakan sebagai pengayaan,

pemrosesan ulang, dan pengubahan elemen bahan nuklir dan untuk pembuatan

90

NSG, “Guidelines,” Nuclear Suppliers Group; tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/guidelines; Internet; diakses pada 16 Februari 2019. 91

Rajeswari Pillai Rajagopalan dan Arka Biswas, Locating India within the Global Non-

Proliferation Architecture: Prospects, Challenges and Opportunities [buku on-line] (New Delhi:

Observer Research Foundation, 2016, diunduh pada 16 Februari 2019); tersedia di

https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2016/08/ORF_Monograph_NonProliferation.pdf;

Internet; 7.

Page 59: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

48

bahan bakar serta produksi air berat; dan segala teknologi yang berhubungan

dengan masing-masing item yang disebutkan sebelumnya.92

Pedoman pertama ini juga mengatur dan mengharuskan eksportir mendapat

jaminan dari pemerintah negara importir bahwa bahan-bahan nuklir yang dibeli

dan masuk daftar pemicu tidak akan dialihkan menjadi kegiatan ledakan nuklir.

Selain itu ditetapkan juga mengenai ketentuan transfer ulang dan menyarankan

negara anggota NSG berhati-hati dalam kegiatan transfer fasilitas, teknologi yang

sensitif, dan bahan yang dapat diubah menjadi senjata.93

Diatur juga bahwa negara

yang melakukan impor barang-barang yang tercantum dalam pedoman I harus

memiliki kepatuhan di bawah perlindungan IAEA yang mencakup segala fasilitas

dan kegiatan nuklir.94

Setelah mengeluarkan Pedoman NSG yang pertama tentang transfer nuklir,

negara-negara anggota tidak melakukan pertemuan secara rutin. Sampai pada

tahun 1991, dunia dikejutkan dengan program senjata nuklir Irak. NSG mulai

melakukan pertemuan membahas tindakan yang dilakukan Irak. Pedoman yang

pertama ternyata tidak cukup dalam mencegah suatu negara mengembangkan

senjata nuklir. NSG akhirnya membuat pedoman yang kedua, pedoman ini

diadopsi pada tahun 1992 setelah menemukan kenyataan bahwa Irak mampu

mewujudkan ambisinya dalam senjata nuklir. Dalam hal ini terungkap Irak secara

92

Ian Anthony, Christer Ahlström, dan Vitaly Fedchenko, Reforming Nuclear Export

Controls: The Future of the Nuclear Suppliers Group (New York: Oxford University Press, 2007),

19. 93

Ian Anthony, Christer Ahlström, dan Vitaly Fedchenko, Reforming Nuclear Export

Controls: The Future of the Nuclear Suppliers Group, 20. 94

Daryl Kimball dan Kelsey Davenport, “The Nuclear Suppliers Group (NSG) at a

Glance,” Fact Sheets and Briefs of Arms Control Association, 16 Agustus 2017; tersedia di

https://www.armscontrol.org/factsheets/NSG; Internet; diakses pada 18 Februari 2019.

Page 60: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

49

rahasia menggunakan impor barang-barang yang tidak tercakup dalam daftar

pemicu yang ada.95

Irak yang merupakan penandatangan NPT secara mengejutkan telah

mengembangkan program senjata nuklir secara rahasia. Irak berhasil

mengembangkan senjata nuklir dari barang-barang penggunaan ganda yang tidak

tercantum dalam pedoman pertama NSG atau item-item yang tidak masuk trigger

list. Hal ini akhirnya mendorong NSG yang memiliki komitmen terhadap non

proliferasi nuklir untuk membentuk pedoman selanjutnya. Untuk memastikan juga

apa yang dilakukan Irak tidak terulang oleh negara lain dan juga membuat

pengendalian yang lebih ketat.96

Pedoman NSG yang kedua ini berisi pengaturan untuk transfer barang-

barang penggunaan ganda dan terdapat daftar sekitar 65 item yang terdiri dari

bahan, peralatan, dan teknologi. Pedoman NSG bagian kedua yang telah dibuat

tersebut dikirim ke IAEA dan diterbitkan pada bulan Juli 1992 sebagai

INFCIRC/254/Bagian 2. Pedoman ini memiliki prinsip dasar di mana mewajibkan

pemasok untuk tidak mentransfer barang-barang pengunaan ganda jika:97

“1) they are to be used in nuclear explosive activities or in an

unsafeguarded nuclear fuel cycle; 2) there is unacceptable risk of

their diversion to such activities; or 3) their transfer would be

contrary to the objective of averting the proliferation of nuclear

weapons.”

95

Jeffrey W. Knopf, International Cooperation on WMD Nonproliferation (Georgia:

University of Georgia Press, 2016), 27. 96

Berhanykun Andemicael dan John Mathiason, Eliminating Weapons of Mass

Destruction: Prospects for Effective International Verification (New York: Palgrave Macmillan,

2005), 89. 97

Tadeusz Strulak, “The Nuclear Suppliers Group”, 5.

Page 61: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

50

Terjemahan:

[1) mereka akan digunakan dalam kegiatan ledakan nuklir atau pada

siklus bahan bakar nuklir yang tidak dijaga; 2) ada risiko yang tidak

dapat diterima dari pengalihan mereka ke aktivitas semacam itu; atau

3) pemindahan mereka akan bertentangan dengan tujuan mencegah

proliferasi senjata nuklir.]

Di dalam situs web resmi NSG juga disebutkan lampiran kategori dari

Pedoman NSG yang kedua. Lampiran tersebut mencantumkan barang-barang

dual-use yang terdiri dari: bahan; peralatan industri; peralatan yang berhubungan

dengan produksi air berat (selain yang ada dalam daftar pemicu); peralatan dan

komponen pemisah isotop uranium98

(selain yang ada dalam daftar pemicu);

peralatan uji dan pengukuran dalam pengembangan perangkat peledak nuklir; dan

komponen dalam perangkat peledak nuklir.99

3. Struktur dan Aktivitas NSG

Negara peserta NSG menerapkan Pedoman NSG melalui hukum nasional

dan prosedur administratif mereka. Biasanya mereka akan mengirim surat

kepatuhan yang menyatakan bahwa dari tanggal tertentu mereka akan menerapkan

langkah-langkah yang tercantum dalam INFCIRC/254 kepada Direktur Jenderal

IAEA. INFCIRC/254 adalah Pedoman pertama NSG terkait transfer nuklir.

Namun, masalah keanggotaan dan apa yang diperlukan muncul karena diawal-

awal grup ini terbentuk para peserta jarang mengadakan pertemuan. Setelah tahun

1991, negara-negara anggota NSG mulai rutin melakukan pertemuan. Mereka

98

Pemisahan isotop merupakan suatu cara meningkatkan konsentrasi isotop unsur kimia

dari isotop lainnya. Contohnya yaitu pemisahan uranium alam menjadi uranium yang diperkaya

dan uranium terdeplesi. Hal itu merupakan proses yang sangat penting dilakukan dalam pembuatan

senjata nuklir. 99

NSG, “Guidelines,” Nuclear Suppliers Group; tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/guidelines; Internet; diakses pada 19 Februari 2019.

Page 62: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

51

merasa perlu adanya pertemuan rutin untuk membahas isu-isu yang ada, tentang

bagaimana negara-negara anggota menjalankan bisnis mereka, dan bagaimana

negara-negara baru dapat diizinkan dalam kegiatan NSG.100

NSG mengambil keputusan dan bekerja berdasarkan konsensus.

NSG

dipimpin oleh seorang ketua yang mana kursi ketua NSG setiap tahun berganti

secara ad hoc. Setiap anggota diberikan kebebasan untuk menunjuk diri menjadi

ketua NSG yang mana keputusannya akan dicapai secara konsensus.101

NSG

memiliki struktur organisasi dan aktivitas kerja yang dibagi dalam berbagai

kegiatan. Struktur organisasi NSG terdiri dari NSG Plenary, NSG Troika, NSG

Consultative Group, NSG Information Exchange Meeting, NSG Licensing and

Enforcement Experts Meeting, NSG Technical Experts Group, dan NSG Point of

Contact.102

Pertama, NSG Plenary merupakan pleno yang dilakukan setahun sekali

dengan fokus agenda pada laporan-laporan dari badan dan ketua NSG. Dilakukan

juga diskusi mengenai perkembangan nuklir dan tren proliferasi yang dibahas

pada pleno tahun sebelumnya untuk dapat direfleksikan bagi tahun mendatang.

Kedua, NSG Troika yang terdiri dari ketua NSG tahun sebelumnya, saat ini, dan

tahun berikutnya. Memiliki tugas dalam melakukan kegiatan penjangkauan

dengan negara non-anggota. Ketiga, NSG Consultative Group (CG) memiliki

100

Ian Anthony, Christer Ahlström, dan Vitaly Fedchenko, Reforming Nuclear Export

Controls: The Future of the Nuclear Suppliers Group, 24. 101

NSG, “FAQ NSG,” Nuclear Suppliers Group; tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/nsg-faq; Internet; diakses pada 23 Februari

2019. 102

IAEA, “The Nuclear Suppliers Group: Its Origins, Role and Activities,” International

Atomic Energy Agency, INFCIRC/539/Rev.6, 22 Januari 2015 [dokumen resmi on-line]; tersedia

di https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc539r6.pdf; Internet; diakses pada 25 Februari

2019, 6-7.

Page 63: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

52

masa jabatan satu tahun dengan tugas mengadakan konsultasi terkait isu-isu yang

berhubungan dengan Pedoman tentang pasokan nuklir dan lampiran teknisnya.

Keempat, NSG Information Exchange Meeting (IEM) memiliki masa jabatan

setahun. IEM dilakukan selama minggu-minggu sebelum pleno tahunan NSG

dimulai. Dalam IEM akan dilakukan pertukaran informasi dan perkembangan

terkait isi dan tujuan Pedoman NSG oleh negara-negara anggota.103

Kelima, NSG Licensing and Enforcement Experts Meeting (LEEM) bertugas

membahas hal-hal terkait penengakan hukum yang efektif dan praktik perizinan.

LEEM berada di bawah mandat IEM. Hasil diskusi LEEM akan dilaporkan pada

Pleno melalui ketua IEM. Keenam, NSG Technical Experts Group (TEG)

melakukan pertemuan untuk membahas dan membuat saran kepada CG terkait

masalah teknis. Atas permintaan CG, TEG memiliki tugas untuk memastikan

daftar kontrol NSG lengkap dan sesuai dengan kemajuan teknik saat ini. Ketujuh,

NSG Point of Contact dipegang oleh Jepang dengan misi permanen dalam

organisasi internasional di Wina dan menjalankan fungsi dukungan praktis.

Tugasnya menerima dan menyebarkan dokumen NSG, menginformasikan jadwal

pertemuan, menyimpan catatan resmi, dan memberikan bantuan praktis serta

logistik kepada Pleno, ketua CG dan IEM, ketua LEEM dan TEG, serta ketua

setiap kelompok kerja yang ditetapkan Pleno.104

4. Keanggotaan NSG

NSG sampai pertengahan tahun 2018 saat ini telah memiliki 48 negara yang

berpartisipasi. Sebagian besar negara yang berada dalam NSG adalah negara

103

IAEA, “The Nuclear Suppliers Group: Its Origins, Role and Activities”, 6. 104

IAEA, “The Nuclear Suppliers Group: Its Origins, Role and Activities”, 6-7.

Page 64: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

53

utama penyuplai nuklir dan negara yang ingin memiliki kepatuhan dalam menjaga

nonproliferasi nuklir. Berikut ini daftar perkembangan anggota NSG dari tahun

1977-2018 seperti yang dijabarkan dalam tabel III.A.4, sebagai berikut:

Tabel III.A.4 Pengembangan Anggota NSG

Tahun Negara Yang Berpartisipasi

1977 Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Uni Soviet,

Kanada, Perancis, Republik Federasi Jerman (7)

1982

Belgia, Republik Demokratik Jerman, Itali,

Polandia, Swiss, Australia, Cekoslowakia, Belanda,

Swedia, Finlandia (17)

1987 Denmark, Hungaria, Luksemburg, Bulgaria, Yunani,

Irlandia (23)

1992 Norwegia, Rumania, Austria, Portugal, Spanyol

(27)105

1997 Brazil, Selandia Baru, Ukraina, Argentina, Korea

Selatan, Afrika Selatan (34)106

2002 Siprus, Latvia, Turki, Belarus, Kazakhstan, Slovenia

(40)

2004 Estonia, Tiongkok, Malta, Lithuania (44)

2005 Kroasia (45)

2009 Islandia (46)

2013 Meksiko, Serbia (48)

Sumber: Oliver Meier, 2014107

dan Nuclear Suppliers Group108

Perluasan dan pembesaran keanggotaan dalam suatu rezim atau organisasi

contohnya seperti di NSG merupakan tujuan yang penting. Seperti yang terlihat

105

Seharusnya anggota ada 28 tetapi menjadi 27 karena pada tahun 1990 Republik Federasi

Jerman dan Republik Demokratik Jerman bersatu, dan Rusia di tahun 1991 menggantikan Uni

Soviet di NSG. 106

Pada tahun 1992 Cekoslowakia terpisah menjadi negara Ceko dan Republik Slovakia

dalam keanggotaan NSG. 107

Oliver Meier, Technology Transfers and Non-Proliferation: Between Control and

Cooperation (New York: Routledge, 2014), 124. 108

NSG, “Prague 2013 Plenary” [database on-line] tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/images/Files/Documents-page/Public_Statements/2013-06-

Prague-NSG_6_PUBLIC_STATEMENT_HOD_final.pdf; Internet; diunduh pada 10 Maret 2019

Page 65: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

54

pada tabel di atas, partisipasi negara terus berkembang secara signifikan dalam

keanggotaan NSG. Ini merupakan hal yang penting apalagi NSG merupakan

organisasi yang menaungi ekspor nuklir. NSG membutuhkan banyak negara untuk

berpartisipasi menjadi anggotanya agar dapat sama-sama mematuhi pedoman dan

aturan sehingga ekspor nuklir yang dilakukan secara ilegal dapat dikendalikan

secara efektif.109

Dari faktor ekonomi dan keamanan, pembesaran keanggotaan dalam NSG

juga merupakan hal yang penting. Pertumbuhan perdagangan terkait nuklir di

masa depan masih akan terus tumbuh. Pasar nuklir yang menjanjikan ini dapat

dijaga dan dikontrol dengan mudah jika berada dalam suatu sistem. NSG menjadi

organisasi yang tepat karena menetapkan seperangkat pedoman dan aturan yang

komprehensif dan mencegah terjadinya penyimpangan perdagangan dalam pasar

nuklir. Secara keamanan, perluasan anggota dalam NSG menjadi masuk akal

karena mendorong semakin banyak negara untuk berada dalam koridor yang

benar terkait perdagangan nuklir. NSG juga menjadi kontrol keamanan di mana

memiliki seperangkat pedoman yang memenuhi syarat sebagai alat nonproliferasi

nuklir yang efektif saat ini dan telah bertahan sejak lama.110

NSG dalam memperluas keanggotaannya menetapkan beberapa aturan yang

harus dipenuhi jika suatu negara ingin menjadi anggota di NSG. Sesuai dengan

yang dirilis dalam situs web NSG terdapat beberapa persyaratan diantaranya:

109

Jinwon Lee, “Evaluating the Effectiveness of the Nuclear Suppliers Group: A

Functionalist Perspective on the Regime”, 190. 110

Thomas Berndorfer, Nuclear Commerce: Control Regime and the Non-Proliferation

Treaty (Hamburg: Diplomica Verlag Gmbh, 2008), 112.

Page 66: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

55

1. Kemampuan dalam memasok barang sesuai yang di lampirkan dalam

Bagian 1 dan 2 Pedoman NSG;

2. Memiliki penegakan dalam sistem kontrol ekspor yang berbasis hukum

dan berjalan sesuai dengan Pedoman NSG;

3. Menjalankan kepatuhan terhadap Pedoman NSG;

4. Patuh terhadap satu atau lebih dari NPT seperti Traktat Pelindaba,

Tlatelolco, Rarotonga, Bangkok, Semipalatinsk, dan memiliki kepatuhan

yang penuh dengan perjanjian tersebut;

5. Mendukung upaya internasional untuk mencegah pengembangan senjata

pemusnah massal dan sarana pengiriman mereka.

Secara keseluruhan, dasar inti dari persyaratan menjadi anggota NSG seperti yang

disebutkan di atas adalah suatu negara harus tunduk dalam upaya nonproliferasi

nuklir sebagai senjata pemusnah massal. Kemudian, suatu negara juga harus

menjadi penandatangan NPT dan berada dalam kepatuhan perjanjian terkait

nonproliferasi nuklir. 111

B. Interaksi India dengan NSG

Hubungan India dengan NSG dimulai sejak 2003-2004 di mana waktu itu

India memutuskan mengirim perwakilannya dalam seminar NSG. Di tahun 2004

ketua NSG pada waktu itu yakni Chang-Beom Cho dari Korea Selatan melakukan

kunjungan ke India dan menjalin pembicaraan pertama antara India dengan

111

NSG, “Participants,” [database on-line] tersedia di

http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/participants1; Internet; diakses pada 10 Maret

2019.

Page 67: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

56

NSG.112

Dalam pertemuan tersebut diputuskan bahwa akan dilakukan dialog

secara teratur antara NSG dan India. Pertemuan tersebut diinisiatifkan oleh NSG

dengan tujuan saling bertukar pandangan mengenai nonproliferasi nuklir dan

penggunaan nuklir damai untuk energi.113

Pertemuan tersebut menjadi bagian dari salah satu program NSG yaitu

Dialog NSG. Program tersebut menjadi upaya penjangkauan NSG terhadap

negara non-anggota untuk dapat terlibat dalam konsultasi. Kekhawatiran

proliferasi dan merasa perlu adanya jalinan komunikasi terhadap negara non-

anggota mendorong dibentuknya program tersebut. Dialog NSG dibentuk sejak

tahun 2001 yang mana ketua NSG akan diberi wewenang untuk membentuk

kelompok konsultatif yang akan terlibat dalam kegiatan Dialog NSG.114

Interaksi India dengan NSG bukan hanya sekedar melalui Dialog NSG, di

tahun 2008 India mendapatkan pengabaian khusus. Pengabaian khusus ini

membuat India dapat berpartisipasi dalam perdagangan nuklir dengan negara-

negara NSG.115

Pengabaian khusus atau India Waiver yang didapatkan India

112

Arun Vishwanathan, “India and the Nuclear Suppliers Group: From Estrangement to

Engagement?.” Bab Sembilan di India in a Changing Global Nuclear Order, ed. Arvind Gupta

(New Delhi: Academic Foundation, 2009, diunduh 13 Maret 2019) [buku on-line]; tersedia di

https://id.scribd.com/document/324402105/India-and-the-Nuclear-Suppliers-Group-From-

Estrangement-to-Engagement-Book-Chapter; Internet; 122. 113

Ministry of External Affairs of the Government of India, “On visit of a delegation of

Nuclear Suppliers Group (NSG) Troika,” dirilis 08 April 2004; tersedia di

https://www.mea.gov.in/press-

releases.htm?dtl/7650/On+visit+of+a+delegation+of+Nuclear+Suppliers+Group+NSG+Troika;

Internet; diakses pada 15 Maret 2019. 114

R. Ramachandran, "India and the Nuclear Suppliers Group," The Hindu Newspaper,

dirilis pada 25 April 2005; [berita on-line] tersedia di

https://www.thehindu.com/2005/04/25/stories/2005042505901100.htm; Internet; diakses pada 18

Maret 2019. 115

Rajeswari Pillai Rajagopalan dan Arka Biswas, “India's Membership to the Nuclear

Suppliers Group,” Journal of Observer Research Foundation, No. 141, Mei 2016 [jurnal online];

tersedia di https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2016/05/ORF_Issue_Brief_141.pdf;

Internet; diunduh pada 21 Maret 2019, 2-3.

Page 68: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

57

merupakan hasil dari proses kerja sama nuklir India dengan Amerika Serikat.

Presiden Amerika Serikat (AS) dan Perdana Menteri India pada waktu itu yakni

George W. Bush dan Manmohan Singh di tahun 2005 mengumumkan kerja sama

nuklir. Hal itu juga menandakan berakhirnya isolasi India selama tiga dekade

terhadap sanksi yang di dapat India setelah uji coba nuklirnya di tahun 1974.116

NSG merilis dokumen yang berisi ketentuan dalam menjalin kerja sama

nuklir sipil dengan India. Terdapat beberapa ketentuan, untuk India ada beberapa

ketentuan yang diberikan diantaranya India harus memisahkan fasilitas nuklir

sipilnya dibawah kontrol IAEA dan berkewajiban mematuhi pedoman dan daftar

kontrol ekspor yang ada dalam NSG. Sedangkan untuk negara anggota NSG yang

ingin menjalin kerja sama dengan India memiliki beberapa ketentuan juga, salah

satu diantaranya pemerintah yang berpartisipasi harus melaporkan dan

memberitahu tentang transfer yang diberikan kepada India. Konsultasi dan

laporan tersebut dilakukan dalam setiap pertemuan Pleno NSG.117

Setelah mendapatkan perlakuan khusus dari NSG dibandingkan negara non-

NPT lainnya, India selanjutnya mencari status keanggotaan dalam NSG. Pada 12

Mei 2016 India mengajukan aplikasi keanggotaan ke dalam NSG. Pengajuan ini

juga dilakukan dengan pendekatan dan jangkauan diplomatik ke semua negara

anggota NSG dengan memberi pemahaman guna mendukung India menjadi

116

Sario Bano, “India and the Nuclear Supplier Group (NSG) Membership”, 61 117

OECD-NEA, “Statement on Civil Nuclear Cooperation with India,” Dokumen resmi

Nuclear Suppliers Group’s, [database on-line] 10 September 2008; tersedia di https://www.oecd-

nea.org/law/nlbfr/documents/083_085_NSG.pdf; Internet; diunduh pada 21 Maret 2019.

Page 69: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

58

anggota dalam kelompok tersebut.118

Subrahmanyam Jaishankar, Menteri Luar

Negeri India menulis surat kepada ketua NSG menyatakan bahwa keputusan India

mencari status keanggotaan dalam NSG merupakan bentuk upaya India dalam

mendukung nonproliferasi nuklir dan partisipasinya dalam keanggotaan NSG

akan memperkuat dalam mencegah perkembangan senjata nuklir.119

Upaya India untuk menjadi anggota NSG juga didukung luar biasa oleh

negara-negara kunci dalam grup tersebut seperti Amerika Serikat, Perancis,

Inggris, Rusia, Kanada, Australia, dan Meksiko. Andrew Shearer, mantan

penasihat kebijakan luar negeri untuk Perdana Menteri Australia pada masa John

Howard dan Tony Abbott menyatakan bahwa inklusi India sangat diperlukan

apalagi India terlibat dalam perdagangan nuklir dan ekspor uranium maka perlu

berada di bawah lingkup NSG. Sebagai tambahan, meskipun India bukan negara

penandatangan NPT tetapi India memiliki kepatuhan dan catatan yang baik dalam

nonproliferasi.120

C. Hambatan India Menjadi Anggota NSG

Aplikasi keanggotaan India dibahas dalam rapat Pleno yang diadakan di

Seoul, Korea Selatan pada 23-24 Juni 2016 tidak menghasilkan keputusan

keanggotaan India. Keputusan yang diambil berdasarkan konsensus tidak

menghasilkan suara bulat terhadap aplikasi India. Ada beberapa negara yang

118

Ministry of External Affairs of the Goverment of India, “Nuclear Suppliers Group

Membership,” [database on-line] dirilis 20 Juli 2016; tersedia di

http://pib.nic.in/newsite/mbErel.aspx?relid=147375; Internet; diakses pada 24 Maret 2019. 119

Sitakanta Mishra, “NSG Timeline Needs Rewording,” IndraStra Global, Volume 04,

No. 07, 05 Juli 2018 [artikel on-line]; tersedia di https://www.indrastra.com/2018/07/NSG-

Timeline-Needs-Rewording-004-07-2018-0007.html; Internet; diakses pada 27 Maret 2019. 120

Tuneer Mukherjee, “India‟s NSG Membership & Nuclear Politics between India, US

and China,” Article of India China America Institute, 29 Juli 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://dga.kennesaw.edu/ica/icainitiatives/july-29-2016.php; Internet; diakses pada 27 Maret 2019.

Page 70: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

59

keberatan jika India masuk dan menjadi anggota dalam NSG.121

Ini menjadi

hambatan dan halangan tersendiri bagi India untuk dapat maju menjadi bagian

dari anggota NSG.

Hambatan terbesar salah satunya datang dari Tiongkok yang

mempertahankan posisi oposisinya terhadap keanggotaan India. Tiongkok dalam

rapat Pleno di Seoul menolak aplikasi keanggotaan India yang berpendapat bahwa

menjadi bagian penandatangan NPT adalah keharusan bagi setiap anggota NSG.

India sebagaimana diketahui sampai saat ini belum menandatangani perjanjian

NPT. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying

memberikan pernyataan bahwa masuknya India ke dalam NSG akan

menimbulkan masalah internal. Lebih lanjut Chunying berpendapat, diperlukan

kehati-hatian dalam mengambil tindakan untuk keanggotaan India dan hal itu

memerlukan diskusi yang menyeluruh kepada seluruh anggota. Selain itu,

Tiongkok juga beralasan bahwa jika menerima India masuk maka NSG harus

mempertimbangkan juga bagi negara non-NPT lainnya. Dalam hal ini Tiongkok

juga berusaha mendorong negara sekutunya yaitu Pakistan untuk dapat menjadi

anggota dalam NSG.122

Selain Tiongkok ada beberapa negara yang juga menolak keanggotaan

India yaitu Irlandia, Turki, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Austria. Menurut

mereka pemberian status keanggotaan pada India akan merusak upaya global

121

Ministry of External Affairs of the Government of India, “Question No. 423 Opposition

For India's Entry in NSG,” dirilis 21 Juli 2016; [database on-line] tersedia di

https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27090/question+no423+opposition+for+indias+entry+in+nsg; Internet; diakses

pada 28 Maret 2019. 122

Rajeswari Pillai Rajagopalan dan Arka Biswas, “India's Membership to the Nuclear

Supplier Group”, 5-6.

Page 71: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

60

dalam mencegah pengembangan nuklir yang menyimpang. Membawa India

masuk dalam NSG juga akan menjadi pukulan besar bagi rezim nonproliferasi

dunia.123

Negara-negara di atas selain menjadi anggota NSG, mereka juga

merupakan negara anggota dalam New Agenda Coalition (NAC). NAC adalah

kelompok dalam tingkat menteri negara-negara yang juga peduli dalam kemajuan

NPT dan berfokus pada pembangunan konsensus internasional terkait proliferasi

nuklir.124

Oleh karenanya mereka sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan

terkait aplikasi India di NSG karena mereka memiliki dukungan yang kuat

terhadap NPT. Dengan begitu maka di bab selanjutnya akan dipaparkan mengenai

faktor-faktor kepentingan yang mendorong India mengajukan aplikasi untuk

menjadi anggota NSG.

123

Abdul Ruff, “China and Others Oppose India‟s Bid for NSG,” Foreign Policy News,

[berita on-line] 10 Juni 2016; tersedia di http://foreignpolicynews.org/2016/06/10/China-others-

oppose-indias-bid-nsg/; Internet; diakses pada 29 Maret 2019. 124

NTI, “New Agenda Coalition,” Article of Nuclear Threat Initiative, [artikel on-line]

dirilis 31 Mei 2018; tersedia di https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/new-agenda-

coalition/; Internet; diakses pada 03 April 2019.

Page 72: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

61

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI INDIA UNTUK

BERGABUNG MENJADI ANGGOTA NUCLEAR SUPPLIERS GROUP

Bab ini akan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan

India mengajukan diri untuk menjadi anggota Nuclear Suppliers Group (NSG).

Tindakan yang dilakukan India dengan upayanya untuk menjadi anggota NSG

merupakan bagian dari kebijakan luar negeri negaranya. Kepentingan nasional

menurut Morgenthau biasanya menjadi pertimbangan utama bagi setiap negara

dalam menjalankan kebijakan luar negerinya.125

Untuk menganalisis faktor-faktor

pengaruh tindakan yang dijalankan India maka digunakan kerangka pemikiran

K.J. Holsti tentang kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri dirumuskan dari

analisis negara terhadap keadaan eksternal dan biasanya suatu negara terlebih

dahulu akan melihat keadaan di dalam negerinya sebelum bertindak dan

mengeluarkan kebijakan politik luar negerinya.

Holsti dalam bukunya yang berjudul International Politics: A Framework

for Analysis (1992) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang menjadi

pertimbangan suatu negara dalam mengeluarkan suatu kebijakan yakni faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari situasi

domestik yang mana kebijakan suatu negara akan dipengaruhi oleh keadaan dan

kepentingan dalam negeri. Hal yang menjadi pertimbangan dapat mengacu pada

kondisi politik, ekonomi, keamanan, sosial, dan geografi yang dimiliki suatu

125

Theodore A. Coulumbis dan James H. Walfe, Introduction to International Relations:

Power and Justice (New Jersey: Prentice-Hall, 1986), 113.

Page 73: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

62

negara. Dalam bab ini, faktor internal India memutuskan untuk bergabung dengan

NSG akan dianalisa dari kondisi politik, keamanan, serta kepentingan ekonomi

yang dimiliki India.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar suatu negara yang

memengaruhi kepentingan negara sehingga dikeluarkan lah suatu kebijakan. Hal-

hal yang menjadi bagian dari faktor eksternal yakni dapat berupa tindakan atau

kebijakan aktor lain, masalah dengan negara luar baik bilateral, regional, atau

global. Di sini akan dijelaskan dan dianalisis juga keputusan yang dikeluarkan

India dari segi eksternal. Faktor eksternal dalam bab ini akan dijelaskan dari segi

dukungan yang kuat dari Amerika Serikat terhadap keanggotaan India yang mana

memengaruhi kebijakan luar negeri India sehingga memutuskan bergabung

dengan NSG. Kerja sama nuklir antara Pakistan dan Tiongkok yang terus

berlanjut dan dukungan Tiongkok untuk Pakistan menjadi anggota NSG juga

menjadi faktor eksternal keputusan India ingin bergabung ke dalam NSG.

Kemudian, masalah hambatan perdagangan uranium dengan Namibia yang

memengaruhi kepentingan kebutuhan uranium India.

A. Faktor Internal

1. Faktor Keamanan

Aspek keamanan suatu negara bukan hanya tentang terbebas dari ancaman

teroris ataupun negara lain, tetapi memiliki sumber energi yang tercukupi juga

menjadi kepentingan keamanan negara. Energi menjadi salah satu kebutuhan

primer yang setiap negara butuhkan. Ketersediaan energi yang mencukupi akan

memberikan rasa aman dan membantu keberlangsungan jalannya perekonomian

Page 74: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

63

negara. Pengelolaan energi harus ditujukan untuk kemakmuran masyarakat dan

pemanfaatannya mesti berjalan sesuai pembangunan yang berkelanjutan. Oleh

karenanya setiap negara membuat kebijakan tersendiri yang mengatur tentang

energi.

Berdasarkan data dari Energy Information Administration (EIA), India pada

tahun 2016 menjadi salah satu konsumen energi terbesar di dunia dengan urutan

ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.126

Konsumsi energi India dari tahun

ke tahun terus mengalami peningkatan. Konsumsi energi India naik 7,9% pada

tahun 2018, mengalami tingkat pertumbuhan tertingginya sejak tahun 2007.

Selama periode 2008-2018, konsumsi energi India mengalami peningkatan dari

478 juta Setara Barel Minyak (SBM) mencapai 809 juta SBM. Menurut jenis

energi yang digunakan, batu bara menjadi konsumsi energi yang paling banyak

digunakan menyusul minyak, gas alam, dan lainnya.127

Pasokan kebutuhan energi India sebagian besar masih mengandalkan pada

unrenewable energy (energi tak terbarukan). Batu bara menjadi salah satu energi

tak terbarukan yang banyak digunakan oleh India. Bahkan di tahun 2016 India

menjadi urutan kedua di dunia setelah Tiongkok dalam mengkonsumsi batu bara.

126

Energy Information Administration, “IEA Atlas of Energy”, [database on-line]; tersedia

di http://energyatlas.iea.org/#!/tellmap/-1002896040/1; Internet; diakses pada 15 April 2019. 127

BP, “India‟s Energy Market in 2018” [database on-line]; tersedia di

https://www.bp.com/content/dam/bp/business-sites/en/global/corporate/pdfs/energy-

economics/statistical-review/bp-stats-review-2019-india-insights.pdf; Internet; diakses pada 19

April 2019.

Page 75: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

64

Total penggunaan batu bara oleh India di tahun tersebut mencapai 966 ribu ton

batu bara.128

Batu bara menjadi salah satu energi tak terbarukan yang keberadaannya

semakin menipis sedangkan pengunaannya terus mengalami peningkatan.

Penggunaan batu bara yang begitu masif oleh beberapa negara ternyata

memberikan dampak yang besar juga terhadap lingkungan. Batu bara menjadi

sumber energi yang paling berpolusi dan memancarkan karbon dioksida dua kali

lebih banyak daripada gas alam. Hal ini memberikan ancaman yang besar

terhadap bumi dan berkontribusi dalam meningkatnya pemanasan global.129

Tabel IV.A.1 Emisi Karbon Dioksida India Tahun 2011-2016

Sumber: Our World in Data

130

128

The Global Economy, “Coal consumption - Country rankings” [database on-line];

tersedia di https://www.theglobaleconomy.com/rankings/coal_consumption/; Internet; diakses

pada 23 April 2019. 129

Carine Sebi, “Explaining the increase in coal consumption worldwide” diterbitkan oleh

The Conversation dirilis 25 Februari 2019; [artikel on-line]; tersedia di

https://theconversation.com/explaining-the-increase-in-coal-consumption-worldwide-111045;

Internet; diakses pada 24 April 2019. 130

Our World in Data, “Annual CO₂ emissions” [database on-line]; tersedia di

https://ourworldindata.org/grapher/annual-co2-emissions-per-

country?tab=chart&time=2001..2017&country=IND; Internet; diakses pada 28 April 2019.

1.82 1.98 2

2.21 2.28 2.38

0

0.5

1

1.5

2

2.5

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Juta ton CO2

Page 76: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

65

Emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh India dari tahun 2011

terus naik jumlahnya sampai tahun 2016. Hal ini dapat dilihat dari tabel data di

atas, pada tahun 2016 CO2 yang dihasilkan dari energi yang digunakan India

mencapai 2,38 juta ton naik hampir dua kali lipat dari tahun 2011 yang mencapai

1,82 juta ton. Emisi CO2 yang terus mengalami peningkatan menjadikan India

berada diposisi ketiga sebagai jajaran negara-negara penghasil emisi tertinggi di

dunia pada tahun 2016.131

India merupakan salah satu negara penandatangan Perjanjian Paris tentang

perubahan iklim dan di tahun 2015 telah mengeluarkan Intended Nationally

Determined Contribution (INDC) atau Kontribusi yang Ditentukan Secara

Nasional. Sesuai dengan INDC yang dikeluarkannya, India berjanji akan

mengurangi intensitas emisinya sebesar 33% hingga 35% pada tahun 2030 dari

hitungan emisi karbon di tahun 2005 yang berjumlah 1,21 juta kiloton emisi

karbon dioksida.132

Untuk merealisasikan hal tersebut, India berupaya untuk

meningkatkan penggunaan energi yang berasal dari bahan bakar non-fosil

mencapai 40% di tahun 2030 mendatang. Upaya tersebut merupakan bagian dari

kebijakan energi India untuk memaksimalkan sumber energi terbarukan dan

ramah terhadap lingkungan.133

131

Global Carbon Atlas, “CO2 Emissions” [database on-line]; tersedia di

http://www.globalcarbonatlas.org/en/CO2-emissions; Internet; diakses pada 03 Mei 2019. 132

UNFCCC, “India‟s Intended Nationally Determined Contribution: Working Towards

Climate Justice” dokumen UNFCCC dirilis pada 01 Oktober 2015; [dokumen on-line]; tersedia di

https://www4.unfccc.int/sites/submissions/INDC/Published%20Documents/India/1/INDIA%20IN

DC%20TO%20UNFCCC.pdf; Internet; diakses pada 05 Mei 2019, 29. 133

NITI Aayog of the Government of India, “Draft National Energy Policy” [dokumen on-

line]; tersedia di https://niti.gov.in/writereaddata/files/new_initiatives/NEP-ID_27.06.2017.pdf;

Internet; diakses pada 07 Mei 2019, 1.

Page 77: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

66

Nuklir menjadi salah satu bahan bakar non-fosil yang terus dikembangkan

India sebagai pemenuhan kebutuhan energi negaranya sekaligus mengoptimalkan

pengunaan energi yang menghasilkan minim emisi. Negara ini berusaha untuk

mencapai kapasitas energi 63.000 Megawatt yang berasal dari pembangkit

nuklirnya di tahun 2032.134

Untuk mencapai usahanya itu, India akan membangun

21 reaktor nuklir yang mana sembilan reaktor sudah dalam masa kontruksi dan

akan selesai pada tahun 2024-2025. Targetnya di tahun 2031, 21 reaktor nuklir

akan beroperasi dan menyalurkan kebutuhan energi India.135

Dengan begitu, keputusan yang diambil India untuk bergabung dengan NSG

merupakan langkah responsif pemerintah India dalam memperhatikan keamanan

energi negaranya tetapi tetap mementingkan upayanya melawan pemanasan

global. Hal ini diungkapkan oleh Vijay Kumar Singh Menteri Negara Urusan Luar

Negeri India dalam tanya jawab yang dirilis situs web Kementerian Luar Negeri

India. Vijay mengatakan bahwa partisipasi India dalam NSG adalah salah satu

kepentingan dalam memfasilitasi pertempuran melawan perubahan iklim dan

menjaga keamanan energi India.136

Lebih lanjut Vijay juga menjelaskan bahwa

keanggotaan NSG akan memungkinkan India memiliki akses yang lebih baik

untuk bahan bakar dan bahan-bahan yang diperlukan dalam memperluas program

134

NITI Aayog, Government of India, “Draft National Energy Policy”, 47. 135

World Nuclear News, “India to Bring 21 More Reactors Online by 2031” [berita on-

line] dirilis pada 04 Januari 2019 tersedia di http://world-nuclear-news.org/Articles/India-to-bring-

21-more-reactors-online-by-2031; Internet; diakses pada 07 Mei 2019. 136

Ministry of External Affairs of the Government of India, “Question No. 413 Steps

Taken For Membership in NSG” dirilis 21 Juli 2016; [dokumen on-line] tersedia di

https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27116/question+no413+steps+taken+for+membership+in+nsg; Internet; diakses

pada 08 Mei 2019.

Page 78: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

67

nuklirnya dan untuk memenuhi janji INDC sebesar 40% kapasitas energi yang

berasal dari sumber non-fosil pada tahun 2030.137

2. Faktor Politik

Keinginan India menjadi anggota dalam NSG merupakan suatu agenda

politiknya untuk mendapatkan tempat di komunitas internasional dengan menjadi

bagian penting dalam lingkup yang mengatur perdagangan nuklir dan

meningkatkan statusnya dalam arena internasional. Hal ini sejalan dengan apa

yang dikatakan oleh Kementerian Luar Negeri India pada 23 November 2016,

enam bulan setelah India mengajukan permohonan keanggotaan NSG.

Kementerian Luar Negeri India menyampaikan pernyataan publik kepada Lok

Shabha (Parlemen India) bahwa dengan masuknya India dalam kelompok nuklir

tersebut maka India akan menjadi bagian penting dalam proses pembuatan aturan

perdagangan nuklir dan mendorong India berada dalam posisi yang berkontribusi

lebih lanjut pada tujuan nonproliferasi nuklir global.138

Sesuai dengan pernyataan tersebut, India beranggapan bahwa untuk menjadi

bagian penting dalam kancah internasional dan memperoleh tempat di komunitas

internasional yaitu dengan berintegrasi politik ke dalam lembaga ekonomi dan

keamanan. Keadaan dunia saat ini begitu peduli dalam melawan dan menentang

proliferasi nuklir sebagai senjata pemusnah masal dengan membangun suatu

137

Ministry of External Affairs of the Government of India, “Question No. 438 Chinese

Objections for India's Membership of NSG” dirilis 21 Juli 2016; [dokumen on-line] tersedia di

https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27105/question+no438+chinese+objections+for+indias+membership+of+nsg;

Internet; diakses pada 15 Mei 2019. 138

Ministry of External Affairs of the Goverment of India, “Question No. 1272 NSG

Membership” rilis 23 November 2016; [dokumen on-line] tersedia di https://www.mea.gov.in/lok-

sabha.htm?dtl/27665/QUESTION_NO1272_NSG_MEMBERSHIP; Internet; diakses pada 17 Mei

2019.

Page 79: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

68

lembaga nonproliferasi seperti NSG. Dengan masuknya India ke dalam NSG

maka akan membawa India dalam tingkat hubungan saling kepercayaan yang

baru. Pada tingkatan lebih lanjut juga akan menciptakan kerja sama yang lebih

kuat dengan negara-negara anggota NSG.

India selama ini dikenal sebagai salah satu negara yang memanfaatkan

nuklir. Berbagai kerja sama nuklir telah dilakukan India dengan beberapa negara.

Meskipun begitu, India masih berada di luar tatanan nuklir global. India belum

banyak berperan dalam menciptakan norma atau pun menjadi bagian dalam

pembuatan aturan tentang jalannya perdagangan nuklir. Berkecimpung dan

menjadi bagian penting dalam berbagai aspek termasuk tentang nuklir merupakan

hal penting bagi negara kekuatan baru. Hal ini untuk menunjukkan citra dan

seberapa penting peran negara tersebut di dunia ini.

Sejak tahun 2008 India memiliki kemudahan untuk bekerja sama dengan

negara-negara NSG melalui India Waiver atau pengabaian khusus. India menjadi

negara di luar NSG yang dapat melakukan perdagangan nuklir sipil dengan negara

anggota NSG.139

Meskipun sudah memiliki hubungan dengan NSG, India tetap

berada di luar NSG dan tidak memiliki peran dalam lembaga tersebut. India tetap

tidak memiliki kewenangan untuk ikut berdiskusi ataupun menjadi bagian dalam

menciptakan norma dan aturan dalam setiap kegiatan di NSG.

139

Siddharth Ramana, “The Nuclear Suppliers Group Waiver” BASIC (British American

Security Information Council) papers no. 8; [jurnal on-line]; dirillis 30 September 2008 tersedia di

https://www.files.ethz.ch/isn/92364/gtz08.pdf ; Internet; diunduh pada 24 Mei 2019.

Page 80: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

69

Menteri Luar Negeri India, Sushma Swaraj pada konferensi pers 19 Juni

2016 mengatakan bahwa:140

“We got waiver in 2008 but we are pursuing to become a member of

NSG because it is the difference between sitting inside the room and

sitting outside it. We are outside the room despite the waiver we got.

When you are in, you are a part of the decision making process.”

Terjemahan:

[Kami mendapat pengabaian pada tahun 2008 tetapi kami mengejar

untuk menjadi anggota NSG karena adanya perbedaan antara duduk di

dalam ruangan dan duduk di luar. Kami berada di luar ruangan

meskipun pengabaian yang kami dapatkan. Ketika anda berada di

dalam maka anda adalah bagian dari proses pengambilan keputusan.]

Apa yang dikatakan Swaraj tersebut menunjukkan bahwa penting bagi India

untuk memiliki kursi dan terintegrasi dalam lembaga utama internasional seperti

NSG. Hal ini menunjukan kepentingan India bukan hanya tentang perdagangan

dengan NSG tetapi juga kepentingan status dan peran yang harus dimiliki dalam

lembaga tersebut. India ingin berada di kategori negara-negara yang menciptakan

aturan dibandingkan hanya berada di luar dan menerima aturan. Apalagi NSG

menjadi salah satu lembaga yang memperhatikan masalah proliferasi nuklir. Hal

yang menjadi perhatian masyarakat dunia sejak Perang Dunia II. Jika India berada

dalam lembaga tersebut maka akan terlihat citra India sebagai negara

bertanggungjawab terhadap nuklir.

Apa yang dilakukan India dengan pengejaran keanggotan di NSG juga

menjadi bagian dari fokus kebijakan luar negeri India. Di masa kepemimpinan

Narendra Modi, India memfokuskan kebijakannya dalam hubungan dengan

140

Ministry of External Affairs, Goverment of India, “English Rendering of Annual Press

Conference by External Affairs Minister (June 19, 2016)” dirilis 19 Juni 2016; [dokumen on-line]

tersedia di https://www.mea.gov.in/media-

briefings.htm?dtl/26955/English_Rendering_of_Annual_Press_Conference_by_External_Affairs_

Minister_June_19_2016; Internet;diakses pada 25 Mei 2019.

Page 81: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

70

negara luar berpatokan pada tiga hal utama yakni kemakmuran, kepentingan

nasional, dan pengakuan sebagai kekuatan global.141

Mengejar upaya untuk

pengakuan dan penerimaan sebagai kekuatan utama bertujuan untuk

meningkatkan kedudukan sosial India di antara negara-negara dalam sistem

internasional. Upaya tersebut menjadi fitur utama kebijakan luar negeri Modi.

Status atau pangkat dalam masyarakat internasional adalah sesuatu yang sangat

disadari oleh banyak negara.142

India saat ini mencoba untuk menunjukkan diri sebagai salah satu negara

kekuatan baru dunia yang muncul dari Asia sejajar dengan Jepang dan Tiongkok.

Status yang disandang negara kekuatan baru biasanya menunjukkan dua hal yaitu

kepemilikan kekuatan (ekonomi dan militer) dan keanggotaan dalam lembaga elit

yang mengatur sistem. Mengejar keanggotaan dalam NSG merupakan tujuan

penting India untuk menunjukkan status sebagai negara kekuatan baru yang peduli

terhadap proliferasi nuklir di dunia. Apalagi NSG merupakan salah satu organisasi

elit dalam bidang nuklir.143

Selain keanggotaan klub elit, posisi kepemimpinan dalam organisasi

internasional dan sering berinteraksi dengan negara-negara berstatus tinggi juga

penting untuk menunjukkan sebagai penanda status. Status didapatkan agar suatu

141

Michael Kugelman, “Modi‟s Bold New World” Journal The Cairo Review Of Global

Affairs dirilis 2017; [jurnal on-line]; tersedia di https://cdn.thecairoreview.com/wp-

content/uploads/2017/05/cr25-kugelman.pdf; Internet; diunduh pada 28 Mei 2019, 74. 142

Rajesh Basrur, “Modi‟s Foreign Policy Fundamentals: A Trajectory Unchanged”

International Affairs, Vol. 93, No. 1, dirilis 1 Januari 2017 [jurnal on-line]; tersedia di

https://academic.oup.com/ia/article/93/1/7/2731383#63584265; Internet; diunduh pada 29 Mei

2019, 20-21. 143

Rajesh Basrur, “Status Politics: India, China and the Nuclear Suppliers Group” Journal

of RSIS Commentary No. 171/2016 dirilis 8 Juli 2016 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.rsis.edu.sg/wp-content/uploads/2016/07/CO16171.pdf; Internet; diunduh pada 29 Mei

2019.

Page 82: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

71

negara diperlakukan dengan hormat oleh negara lain.144

Oleh karenanya di masa

pemerintahan Modi, India didorong untuk masuk dan terlibat dalam organisasi

elit. India berhasil bergabung dalam organisasi Shanghai Cooperation

Organization. India juga mencoba untuk mendapatkan kursi permanen dalam

Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa.145

Kemudian, keanggotaan NSG

juga menjadi agenda yang penting dalam menunjukkan status India dalam

pergaulan di dunia internasional.

3. Faktor Ekonomi

India menjadi salah satu dari kekuatan utama ekonomi dunia yang berada

dalam Group of Twenty (G-20) dan organisasi Brazil, Russia, India, China and

South Africa (BRICS). Ekonomi negara ini berkembang dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata sekitar 7% selama dekade terakhir. Tingkat pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan India adalah 3,9%; 8,5%; 10,3%; 6,6%;

5,5%; 6,4%; 7,4%; 8%; 8,2%; dan 7,2% pada 2008-2017.146

Perkembangan

ekonomi yang pesat menjadikan India sebagai negara dengan pertumbuhan

ekonomi tercepat di dunia. Bahkan di tahun 2015, India berhasil menggeser

Tiongkok sebagai ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia.147

144

Rajesh Basrur, “Modi‟s Foreign Policy Fundamentals: A Trajectory Unchanged”, 21. 145

lyssa Ayres, “Will India Start Acting Like a Global Power?: New Delhi‟s New Role”

Foreign Affairs dirilis 16 Oktober 2017 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.foreignaffairs.com/articles/india/2017-10-16/will-india-start-acting-global-

power?cid=int-lea&pgtype=hpg; Internet; diakses pada 30 Mei 2019. 146

World Bank Group, “GDP growth (annual %)” [database on-line] tersedia di

https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG?end=2017&locations=IN&start=20

07; Internet; diakses pada 01 Juni 2019. 147

International Business Times, “India surpasses China to become fastest growing

economy in the world” dirilis 9 Februari 2016 [berita on-line]; tersedia di

https://www.ibtimes.co.uk/india-surpasses-china-become-fastest-growing-economy-world-

1542725; Internet; diakses pada 01 Juni 2019.

Page 83: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

72

Sumber ekonomi India didistribusikan dalam tiga bidang utama yakni

pertanian, industri, dan jasa. Sektor jasa merupakan sektor terbesar di India. Pada

tahun 2012-2013, pertanian melingkupi 13,2% PDB India dan Industri

berkontribusi 27,2% (dari manufaktur sebesar 15%). Kemudian, sektor jasa

menjadi yang paling besar dalam berkontribusi pada PDB India sebesar 59,6%.148

India saat ini sedang bergerak menuju status sebagai negara industri baru

dengan mencoba meningkatkan pangsa industri manufaktur. Di bawah

pemerintahan Narendra Modi dibuat kebijakan untuk menciptakan lingkungan

bisnis yang kondusif dan meningkatkan jaringan infrastruktur. Pemerintah

berfokus pada pengembangan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, dan

mendorong inovasi di sektor manufaktur. Mempromosikan pertumbuhan sektor

manufaktur dan meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi menjadi salah satu

prioritas utama pemerintahan Modi.149

Pada bulan September 2014 Modi mengusulkan kampanye Make in India

yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa industri manufaktur ke PDB dari 15%

menjadi 25%. Hal itu sebagai tujuan untuk membangun India sebagai pusat

manufaktur global dengan mendorong perusahaan multinasional maupun

domestik untuk memproduksi produk mereka di dalam negeri dan meningkatkan

teknologi India. Selain itu juga berusaha untuk menciptakan hampir 12 juta

pekerjaan setiap tahun. Program Make in India akan menjadi ciri khas

148

Ministry of Finance of the Government of India, “Mid-Year Economic Analysis 2012-

2013” [dokumen on-line] tersedia di https://dea.gov.in/sites/default/files/MYR201213English.pdf;

Internet; diakses 02 Juni 2019; 3. 149

India Brand Equity Foundation, “Manufacturing Sector in India” [artikel on-line];

tersedia di https://www.ibef.org/industry/manufacturing-sector-india.aspx; Internet; diakses pada

02 Juni 2019.

Page 84: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

73

pembangunan ekonomi India di masa depan dengan menjadikan India sebagai

tempat yang tepat bagi investasi dari negara luar.150

Kampenye Make in India yang dikeluarkan pemerintah India juga

memberikan fokus terhadap manufaktur yang terkait dengan nuklir. Dalam

penerapannya, pemerintah India berbicara tentang industri nuklir dapat menjadi

mesin utama pertumbuhan ekonomi. Keanggotaan India di NSG sangat penting

untuk mempertahankan tren manufaktur dan ekspor ataupun impor barang-barang

berteknologi tinggi yang juga bersama dengan pasokan energi bersih. Selain itu,

penting juga untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi

kaum muda India.

Tabel IV.A.3 Boiler Reaktor Nuklir dan Bagian Lainnya

Sumber: Trading Economics

151

150

Rong Wang dan Cuiping Zhu, Annual Report on the Development of the Indian Ocean

Region (2016): Modi’s India, (Beijing: Sosial Sciences Academic Press and Springer, 2017), 98-

99. 151

Trading Economics, “India Exports of Nuclear Reactors Boilers & Parts Ther” [data

base on-line]; tersedia di https://tradingeconomics.com/india/exports-of-nuclear-reactors-boilers-

parts-ther; Internet; diakses pada 10 Juni 2019.

8,972.18

10,846.44 11,549.63

12,077.17

8,119.08

6,568.76

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

14,000.00

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Dalam Mata Uang USD

Page 85: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

74

India merupakan salah satu negara yang memproduksi komponen

pendukung dalam reaktor nuklir. Tabel IV.A.3 menunjukkan tentang ekspor India

terhadap produksi boiler reaktor nuklir dan bagian lainnya dari tahun 2010-2015.

Dari tahun 2010 sampai 2013 terlihat peningkatan yang signifikan terhadap nilai

ekspor boiler reaktor nuklir India. Kemudian di tahun 2014 sampai 2015

mengalami penurunan yang cukup drastis jika dilihat dari nilai ekspor tahun 2013.

Hal ini tentu akan mendorong pemerintah India untuk mencari cara meningkatkan

volume perdagangan boiler reaktor nuklir negaranya.

Untuk itu, kepentingan India dalam mencapai keanggotaan NSG dapat

dilihat sebagai usaha dalam memenuhi kepentingan ekonominya yang berasal dari

kegiatan perdagangan internasionalnya. NSG dapat digunakan oleh India sebagai

tempat untuk memperluas dan melebarkan pasar boiler reaktor nuklirnya. Dengan

berada di NSG, nantinya diharapkan volume perdagangan internasional

khususnya terkait komponen reaktor nuklir dapat ditingkatkan di negara-negara

anggota NSG. Apalagi NSG memiliki potensi yang besar sebagai pasar mengingat

semua anggotanya merupakan negara yang memanfaatkan nuklir.

Selain itu, sesuai dengan semangat Make in India yang disampaikan

Perdana Menteri Modi yakni Come make in India, Sell anywhere but make in

India (Ayo buat di India, jual di mana saja tapi buat di India). Salah satu

tujuannya juga adalah menjadikan India nomor satu tujuan untuk investasi dan

untuk meningkatkan kemudahan berbisnis di India.152

Perdana Menteri Modi

152

Dolly dan Jagvinder Kaur, “Make In India: A Global Manufacturing Hub” International

Journal of Scientific Research and Review Vol. 07, No. 03, dirilis Maret 2019 [jurnal on-line]

tersedia di http://ijsrr.co.in/images/full_pdf/1553942023_192.pdf; Internet; diunduh pada 10 Juni

2019.

Page 86: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

75

berusaha untuk mendorong investasi manufaktur khususnya terkait bidang nuklir

meningkat di India. Selama ini India terisolasi dari teknologi nuklir yang tinggi

dan canggih negara-negara NSG dikarenakan India bukan anggota NGS. Maka

masuknya India sebagai anggota NSG nantinya akan memudahkan India dalam

mengakses teknologi nuklir yang canggih baik melalui investasi maupun kerja

sama. Dengan begitu iklim perekonomian India dapat terus berkembang dan

memenuhi kebutuhan lapangan kerja bagi warga India.

Berdasarkan penjabaran-penjabaran di atas faktor keamanan, politik, dan

ekonomi menjadi bagian kepentingan nasional yang dilihat dari sisi dalam negeri

India untuk masuk ke dalam NSG. Morgenthau membagi kepentingan nasional

dalam enam kategori yakni primary interest, secondary interest, permanent

interest, variable interest, general interest, dan specific interest.153

Faktor

keamanan dan ekonomi menjadi kepentingan yang utama bagi India atau masuk

dalam kategori primary interest. Faktor keamanan masuk dalam kategori primary

interest dikarenakan kepentingan keamanan energi menjadi hal yang utama bagi

India demi menjaga ketahanan dan kelangsungan hidup negara kedepannya.

Apalagi India merupakan negara yang besar dengan kebutuhan energi yang terus

meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan batu bara tidak selamanya dapat

diandalkan India dengan pengunaannya yang menghasilkan polusi udara buruk

bagi bumi. Hal tersebut tentunya akan memberi dampak juga terhadap lingkungan

India di masa sekarang dan mendatang.

153

Thomas W. Robinson, “A National Interest Analysis of Sino-Soviet Relations,” 140-

141.

Page 87: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

76

Selanjutnya masalah energi dan lingkungan juga masuk dalam kategori

permanent interest bagi India. Berdasarkan Konstitusi India tahun 1949, negara

diharuskan untuk berusaha dalam melindungi dan meningkatkan lingkungan. Hal

itu merupakan bagian dari cita-cita India untuk menjadi negara yang sejahtera

karena lingkungan yang sehat juga merupakan salah satu unsur kesejahteraan

suatu negara.154

Dengan masuknya India ke NSG maka India dapat lebih baik

dalam meningkatkan upayanya menggunakan energi nuklir. Sehingga India dapat

tetap memenuhi kebutuhan energi dan memperhatikan lingkungan, seperti yang

dikatakan juga oleh Vijay sebelumnya.

Selain faktor keamanan, faktor ekonomi juga menjadi bagian dari primary

interest yang dimiliki India. Ekonomi bagi setiap negara merupakan prioritas dan

tumpuan utama untuk pembangunan negara begitu pula bagi India sendiri.

Keinginan India untuk menjadi bagian dari NSG tidak terlepas dari kepentingan

ekonominya. NSG dapat menjadi tempat dan pasar dalam pengembangan industri

nuklir di India. Apalagi seperti yang dijelaskan sebelumnya, India

mengembangkan program Make in India dalam meningkatkan sektor ekonomi

termasuk didalamnya terkait industri nuklir. Oleh karenanya, keanggotaan dalam

NSG menjadi suatu upaya yang sangat dikejar India dalam mendukung

peningkatan dan pengembangan industri nuklir India dan membuka kerja sama

perdagangan nuklir sipil yang lebih luas.

154

Pooja P. Vardhan, “Environment Protection under Constitutional Framework of India”

Press Information Bureau, Government of India, Special Service and Features dirilis 04 Juni 2014

[artikel on-line] tersedia di http://pib.nic.in/newsite/PrintRelease.aspx?relid=105411; Internet;

diakses pada 18 Juni 2019.

Page 88: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

77

Sedangkan faktor politik yang mendorong India berkeinginan memiliki

status dan peran dalam lembaga nuklir NSG merupakan bagian dari variable

interest dan specific interest India. Variable interest dikarenakan kepentingannya

berasal dari arus pemerintah di mana seperti yang dijelaskan sebelumnya, Modi

menjadikan keanggotaan NSG sebagai prioritas kebijakan luar negeri India yang

paling utama. Bahkan hal ini dapat dilihat dari tindakan Modi selama kunjungan

ke Amerika Serikat yang mana sebelum rapat NSG di Seoul pada 23-24 Juni ia

buru-buru menjadwalkan kunjungan ke Meksiko, Swiss, dan Uzbekistan untuk

meminta dukungan keanggotaan India di NSG.155

Lebih lanjut faktor politik juga

menjadi bagian dari specific interest India di NSG untuk memperoleh kedudukan

dan peran yang lebih di lembaga internasional.

B. Faktor Eksternal

1. Dukungan Amerika Serikat Terhadap Keanggotaan India

India memiliki kedekatan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan

menjalin berbagai kerja sama. India menjadi mitra dagang serta pasar terbesar

bagi komoditi AS. Hubungan perdagangan kedua negara ini terus mengalami

peningkatan. Perdagangan bilateral dalam barang dan jasa antara India dan AS

meningkat dari 104 miliar USD pada tahun 2014 menjadi 114 miliar USD pada

155

John Cherian, “Diplomatic fiasco” Frontline India's National Magazine dirilis 22 Juli

2016 tersedia di https://frontline.thehindu.com/the-nation/diplomatic-fiasco/article8811032.ece;

Internet; diakses pada 30 Juli 2019.

Page 89: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

78

2016.156

Teruntuk India sendiri, AS merupakan destinasi ekspor nomor satu dalam

perdagangan baik barang maupun jasa.157

Hubungan yang kuat antara dua negara ini bukan hanya dalam hal ekonomi

atau pedagangan. Kedua negara ini juga menjalin kerja sama dalam bidang nuklir.

Sebelum mencapai pada tahap kerja sama, hubungan keduanya sempat mengalami

krisis di tahun 1998 terkait uji coba nuklir India di tahun tersebut. AS

mengeluarkan sejumlah sanksi terhadap India termasuk blokade dalam hal

ekonomi.158

Berkat diplomasi dan negosiasi yang kuat dijalankan oleh Perdana

Menteri dan Menteri Luar Negeri India waktu itu yakni Atal Bihari Vajpayee dan

Jaswant Singh, maka hubungan India kembali membaik dengan dihapusnya sanksi

yang diberikan pada tahun 2001. Selepas kejadian tersebut hubungan kedua

negara ini terus mengalami peningkatan. Dalam beberapa tahun berikutnya,

Amerika Serikat dan India terus meningkatkan hubungannya bahkan dalam

bidang nuklir. 159

Di masa kepresidenan George Walker Bush, AS membuka kerja sama nuklir

dengan India yang mana sebelumnya AS memberikan sanksi terhadap negara

tersebut terkait nuklir. Perjanjian Nuklir Sipil AS-India atau 123 Agreement

156

Ministry of External Affairs of the Government of India, “Brief on India-U.S. Relations”

[dokumen on-line] tersedia di https://mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/India_US_brief.pdf ;

Internet; diunduh pada 12 Juni 2019. 157

Ministry of Commerce and Industry of the Government of India, “India's Top 25 Export

Destinations” [database on-line] tersedia di

http://indiantradeportal.in/vs.jsp?lang=0&id=0,25,45,858,859; Internet; diakses pada 14 Juni 2019. 158

Daniel Morrow and Michael Carriere, “The Economic Impacts of the 1998 Sanctions on

India and Pakistan” The Nonproliferation Review diliris 1999 [jurnal on-line] tersedia di

https://www.nonproliferation.org/wp-content/uploads/npr/morrow64.pdf; Internet; diunduh pada

15 Juni 2019, 1. 159

K. Alan Kronstadt, “India-U.S. Relations” Journal of Congressional Research Service

dirilis 23 Februari 2005; [Jurnal on-line] tersedia di

https://fas.org/asmp/resources/govern/109th/CRSIB93097.pdf; Internet; diunduh pada 17 Juni

2019.

Page 90: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

79

dikeluarkan pada 18 Juli 2005 yang disepakati bersama oleh Presiden AS George

Walker Bush dan Perdana Menteri India Manmohan Singh. Dalam perjanjian

tersebut disepakati tentang pemisahan instalasi nuklir sipil dan militer India di

bawah perlindungan International Atomic Energy Agency (IAEA).160

Terdapat tujuh kondisi yang harus dipenuhi pemerintah AS yang disarankan

oleh Kongres AS sebelum melaksanakan kerja sama dengan India. Persyaratan-

persyaratan tersebut antara lain: pemisahan fasilitas nuklir India; persetujuan

perlindungan nuklir oleh IAEA; dukungan aktif India dalam melarang produksi

senjata nuklir dan bahan fisil; dukungan India untuk AS dan upaya internasional

dalam menghentikan penyebaran teknologi bahan bakar nuklir yang sensitif; India

harus mematuhi rezim kontrol multilateral (seperti NSG); dan keputusan NSG

untuk membuat pengecualian bagi India.161

Perjanjian Nuklir Sipil AS-India tersebut menjadi titik balik hubungan yang

sempat renggang akibat tindakan nuklir India. Dari perjanjian nuklir tersebut, AS

juga mendorong India mendapatkan pengabaian khusus di NSG. Pengabaian

khusus untuk India berlaku sejak 06 September 2008. AS mengajukan proposal

untuk mencabut larangan perdagangan anggota-anggota NSG dengan India.

160

Leonard Weiss, “U.S.-India Nuclear Cooperation” Journal of Nonproliferation Review,

Vol. 14, No. 3, dirilis November 2007 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/10736700701611738; Internet; diunduh pada 20

Juni 2019, 436-437. 161

Paul K. Ker, “U.S. Nuclear Cooperation with India: Issues for Congress,” Journal of

Congressional Research Service, 20 Mei 2008 [jurnal on-line]; tersedia di

https://www.everycrsreport.com/files/20080520_RL33016_046cf5f628d37a001cbad30ed9f129eb8

2eb94e2.pdf; Internet; diunduh pada 25 Juni 2019, 1-2.

Page 91: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

80

Dukungan dan diplomasi yang kuat dari AS terhadap negara-negara NSG

membantu India mendapatkan status pengabaian khusus.162

Usaha yang dilakukan AS dan mengeratkan hubungan kerja sama dengan

India khususnya di bidang nuklir merupakan bagian dari kepentingan nasional

AS. Melalui House of Representatives AS menyatakan bahwa hal itu sebagai

bagian untuk memastikan bahwa negara-negara bukan penandatangan NPT dapat

bertanggung jawab atas disposisi teknologi nuklir apa pun yang mereka

kembangkan.163

Selain itu juga sebagai usaha membantu India menjadi kekuatan

dunia seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice pada

masa kepemimpinan Bush.164

Di masa kepresidenan Barack Obama, AS lebih lanjut berupaya untuk

membawa India masuk menjadi bagian dari NSG. Hal ini terlihat dari pernyataan

yang disampaikan oleh Obama. Selama kunjungan Barack Obama ke India pada

November 2010, Obama mengeluarkan penyataan yang menyatakan bahwa: 165

“The United States intends to support India’s full membership in the

four multilateral export control regimes (Nuclear Suppliers Group,

Missile Technology Control Regime, Australia Group, and Wassenaar

Arrangement) in a phased manner, and to consult with regime

members to encourage the evolution of regime membership criteria,

consistent with maintaining the core principles of these regimes, as

the Government of India takes steps towards the full adoption of the

162

Dinshaw Mistry, The US–India Nuclear Agreement (Delhi: Cambridge University Press,

2014), 183-185 163

House of Representatives, Government of U.S., “One Hundred Ninth Congress of the

United States of America” H. R. 5682 [dokumen on-line] tersedia di

https://www.govinfo.gov/content/pkg/BILLS-109hr5682enr/pdf/BILLS-109hr5682enr.pdf;

Internet; diunduh pada 27 Juni 2019. 164

David Brewster, India as an Asia Pacific Power (New York: Routledge, 2012), 50. 165

The White House, Office of the Press Secretary, “Joint Statement by President Obama

and Prime Minister Singh of India,” Statements & Releases of The White House, dirilis 08

November 2010 [dokumen on-line]; tersedia di https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-

office/2010/11/08/joint-statement-president-obama-and-prime-minister-singh-india; Internet;

diakses pada 03 Juli 2019.

Page 92: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

81

regimes’ export control requirements to reflect its prospective

membership, with both processes moving forward together”.

Terjemahan:

[Amerika Serikat bermaksud untuk mendukung keanggotaan penuh

India di empat rezim kontrol ekspor multilateral (Nuclear Suppliers

Group, Missile Technology Control Regime, Australia Group, and

Wassenaar Arrangement) secara bertahap, dan untuk berkonsultasi

dengan anggota rezim untuk mendorong evolusi kriteria keanggotaan,

konsisten dengan menjaga prinsip-prinsip inti dari rezim-rezim ini,

karena Pemerintah India mengambil langkah-langkah menuju

penerapan penuh persyaratan rezim kontrol ekspor untuk

mencerminkan prospektif keanggotaannya, dengan kedua proses

bergerak maju bersama.]

Masalah keanggotaan India di NSG telah dibahas secara informal di dalam

grup sejak 2011. Hal ini di mulai sejak dukungan AS di tahun 2010 untuk

keanggotaan India di NSG. AS menjadi perintis dalam mendukung dan

memberikan suara di setiap kesempatan pertemuan NSG dengan membawa

agenda pembicaraan keanggotaan India di NSG. Sedangkan sejumlah peserta

NSG pada 2011 mendesak AS untuk tidak mengulangi upayanya yang sama

seperti tahun 2007-2008 yang menggunakan tekanan diplomatik untuk

membentuk konsensus mendukung pengecualian perdagangan nuklir sipil dengan

India.166

Setiap tahunnya pada saat pertemuan rutin NSG, AS mengeluarkan upaya

diplomatik dengan mendekati negara-negara anggota NSG untuk memberikan

dukungan keanggotan India di NSG. Di tahun 2016, AS semakin berupaya kepada

para peserta NSG untuk memberikan keanggotaan India dengan menuliskan surat

yang dikirim ke beberapa negara NSG. Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada

3 Juni 2016 mengirim surat dua halaman ke beberapa negara yang skeptis

166

Mark Hibbs, “A More Geopoliticized Nuclear Suppliers Group,” Strategic Trade

Review, dirilis 14 Desember 2017 tersedia di https://carnegieendowment.org/2017/12/14/more-

geopoliticized-nuclear-suppliers-group-pub-75027; Internet; diakses pada 06 Oktober 2019.

Page 93: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

82

terhadap tawaran keanggotaan India. Surat itu ditulis dengan maksud meminta

mereka untuk setuju tidak memblokir konsensus tentang penerimaan India ke

NSG. Menurut Kerry dalam suratnya, India telah menunjukkan dukungan kuat

terhadap tujuan NSG serta rezim nonproliferasi nuklir global dan hal itu

menunjukkan India sebagai negara yang layak menerima keanggotaan NSG.167

Dukungan kuat AS dengan memberikan peluang India menjadi anggota

NSG menjadi salah satu faktor pendukung yang mendorong India berupaya

menjadi anggota NSG. Keputusan yang diambil suatu negara dalam hubungannya

dengan lingkungan eksternal dapat dipengaruhi juga oleh tindakan negara lain.

Sama halnya seperti keputusan yang dikeluarkan India untuk menjadi anggota

NSG, salah satunya didorong oleh dukungan negara sekutunya. Hal itu menjadi

bagian dari politik internasional yang mana menurut Holsti hubungan suatu

negara ke negara lain atau ke suatu lembaga akan menimbulkan interaksi berupa

tanggapan atau reaksi dari tindakan yang dijalankannya.168

2. Kerja Sama Nuklir Pakistan Dengan Tiongkok

Kebijakan yang dilakukan India dengan memutuskan untuk bergabung ke

dalam NSG juga merupakan tanggapan atas tindakan dan kebijakan yang

dilakukan oleh Tiongkok. Tiongkok memiliki hubungan yang cukup dekat dan

telah berlangsung lama dengan Pakistan. Negara itu menjadi satu-satunya sekutu

Tiongkok di kawasan Asia Selatan. Bahkan selama beberapa tahun terakhir,

media pemerintah Tiongkok telah menyebut Pakistan sebagai Ba Tie atau saudara

167

Daryl G. Kimball, “Nuclear Suppliers Divided on Indian Bid,” Arms Control

Association, dirilis Juli 2016 tersedia di https://www.armscontrol.org/act/2016-07/news/nuclear-

suppliers-divided-indian-bid; Internet; diakses pada 06 Oktober 2019. 168

K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Bandung: Bina Cipta,

1992), 58.

Page 94: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

83

besi. 169

Sedangkan di dalam lingkup kawasan Asia Selatan, hubungan antara

India dan Pakistan tidak selalu dalam hubungan yang baik. Kedekatan hubungan

antara Pakistan dengan Tiongkok memberi ancaman tersendiri bagi India di

wilayah regionalnya.

Tiongkok memiliki sejarah yang panjang terkait kerja sama dengan Pakistan

dalam hal teknologi nuklir. Negara tersebut menjadikan Pakistan sebagai

penyeimbang kekuatan nuklir India di kawasan tersebut. Sebelum bergabung

dengan NSG di tahun 2004, Tiongkok telah memiliki kerja sama nuklir dengan

Pakistan untuk pembangunan dua reaktor yakni Chashma-1 dan Chashma-2. Di

tahun 2010, Tiongkok mengumumkan akan mengekspor dua reaktor baru yaitu

Chashma-3 dan Chashma-4. Padahal perlu diketahui bahwa setiap negara anggota

NSG dilarang untuk memasok teknologi nuklir ke negara-negara yang belum

menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan tidak memiliki

perjanjian perlindungan komprehensif dengan Badan Energi Atom Internasional

(IAEA), salah satu persyaratan pedoman NSG untuk ekspor nuklir. Tetapi hal itu

tetap diabaikan Tiongkok dengan alasan bahwa proyek-proyek itu sudah ada

dalam perjanjian sebelumnya. Bahkan tindakannya terus berlanjut di mana pada

November 2013, Tiongkok mencanangkan akan membantu pembangunan dua

reaktor lanjutan untuk Pakistan di Karachi.170

169

Raj Chengappa, “NSG: The Great Wall of Xi,” Indiatoday.in Magazine, dirilis 30 Juni

2016 tersedia di https://www.indiatoday.in/magazine/the-big-story/story/20160711-nsg-

membership-india-china-829187-2016-06-30; Internet; diakses pada 06 Oktober 2019. 170

Ananth Krishnan, “China involved in six nuclear projects in Pakistan, reveals official,”

Indiatoday.in News dirilis 08 Februari 2015, tersedia di

https://www.indiatoday.in/world/neighbours/story/china-pakistan-nuclear-projects-beijing-

chashma-atomic-energy-239251-2015-02-08; Internet; Diakses pada 07 Oktober 2019.

Page 95: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

84

Pemerintah India menyadari bahwa bantuan Tiongkok kepada Pakistan

dalam mengembangkan reaktor nuklir akan mampu menghasilkan plutonium yang

dapat digunakan dalam pembuatan senjata nuklir Pakistan. Dengan begitu, India

melalui Kementerian Luar Negerinya memberikan penyataan bahwa pemerintah

India akan terus mengawasi semua perkembangan yang mempengaruhi

kepentingan nasional India dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk

melindungi India.171

Tindakan yang dilakukan Tiongkok tersebut menjadi alasan

India untuk masuk ke dalam keanggotaan NSG dengan berupaya mengumpulkan

dukungan dan aksi dari negara-negara NSG untuk mencegah Tiongkok yang terus

menerus menyuplai kebutuhan nuklir Pakistan. Masuknya India ke dalam NSG

juga akan membantu India untuk memengaruhi negara-negara NSG bertindak

lebih keras atas perbuatan Tiongkok yang melakukan salah satu pelanggaran

dalam pedoman NSG.

Upaya India untuk berada dalam NSG juga sebagai tindakan untuk

mencegah Pakistan berada dalam rezim nuklir tersebut dan meminimalisir

peningkatan kapabilitas senjata nuklir Pakistan. Tiongkok di tahun 2015

mengeluarkan sebuah keputusan untuk memberikan dukungan dan dorongan agar

Pakistan bisa menjadi anggota NSG. Tiongkok memiliki harapan bahwa upayanya

itu dapat memberikan kondusifitas bagi otoritas dan efektivitas rezim

171

Ministry of External Affairs of the Goverment of India, “Question No. 147 Nuclear

Reactors In Pakistan,” rilis 16 November 2016; [dokumen on-line] tersedia di

https://www.mea.gov.in/lok-

sabha.htm?dtl/27619/QUESTION_NO147_NUCLEAR_REACTORS_IN_PAKISTAN; Internet;

diakses pada 09 Oktober 2019.

Page 96: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

85

nonproliferasi internasional. Tiongkok juga beralasan bahwa itu sebagai upaya

untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Pakistan.172

Keputusan Tiongkok tersebut ternyata menimbulkan pertentangan bagi

India karena apa yang dilakukan Tiongkok akan membuat kapabilitas nuklir

Pakistan semakin meningkat. Hal tersebut tentunya menjadi ancaman keamanan

bagi India yang memiliki konflik dan hubungan kurang harmonis dengan

Pakistan. Ditambah Pakistan memiliki sejarah yang buruk terhadap nuklir di mana

hingga hari ini Pakistan masih menolak untuk melakukan penyelidikan penuh dan

terbuka terhadap kasus-kasus seperti proliferasi jaringan A.Q. Khan yang menjual

teknologi pengayaan uranium dan hulu ledak nuklir ke Iran, Libya, dan Korea

Utara.173

Oleh karenanya kebijakan dan tindakan yang dilakukan Tiongkok

terhadap Pakistan menimbulkan reaksi India untuk segera bisa menjadi bagian

dari NSG.

3. Hambatan Akses Perdagangan Uranium

India banyak melakukan kerja sama perdagangan dengan beberapa negara

pemasok bahan bakar nuklir. Sebagai negara yang berupaya untuk

memaksimalkan pengunaan energi ramah lingkungan, India membutuhkan banyak

uranium untuk bahan bakar reaktor nuklirnya. India menjadi negara yang kurang

beruntung dalam kepemilikan uranium, negara ini hanya memiliki cadangan

172

The Economis Times, “China backs Pakistan membership of Nuclear Suppliers Group,”

The Economis Times World News dirilis 03 Juni 2015, tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/international/world-news/china-backs-pakistan-

membership-of-nuclear-suppliers-group/articleshow/47533642.cms; Internet; diakses pada 07

Oktober 2019. 173

Jonas Schneider, “A Nuclear Deal for Pakistan?,” CSS Analyses in Security Policy, No.

187, dirilis Maret 2016; Tersedia di https://css.ethz.ch/content/dam/ethz/special-

interest/gess/cis/center-for-securities-studies/pdfs/CSSAnalyse-187-EN.pdf; Internet; Diunduh

pada 08 Oktober 2019; 3.

Page 97: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

86

uranium yang sedikit. Oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan uranium

negaranya, India melakukan banyak impor dari beberapa negara.

Tabel IV.B.2 Perkiraan Kebutuhan Uranium India

2020 2025 2030 2035

Estimasi Estimasi Estimasi Estimasi

Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi

1.800 ton 2.050 ton 1.790 ton 4.400 ton 2.625 ton 4.410 ton 2.915 ton 5.875 ton

Sumber: OECD Nuclear Energy Agency174

Jika melihat tabel di atas, kebutuhan uranium India dari tahun ke tahun akan

terus mengalami peningkatan. Estimasi tertinggi di tahun 2035 bahkan

diperkirakan India akan membutuhkan 5.875 ton Uranium. Berdasarkan data dari

World Nuclear Association, produksi uranium yang dihasilkan India pada tahun

2012 berjumlah 385 ton uranium dan di tahun 2017 meningkat menjadi 412 ton

uranium.175

Peningkatan produksi uranium India kurang signifikan sedangkan

jumlah tersebut tentu kurang jika melihat kebutuhan Uranium India di tahun-tahun

mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan uraniumnya maka India membeli dari

beberapa negara importir Uranium.

Namibia menjadi salah satu negara tujuan India untuk memenuhi pasokan

uranium. Namibia memiliki tambang uranium signifikan yang mampu

menyediakan 10% dari hasil penambangan uranium dunia. Bahkan negara

174

OECD, “Uranium 2016: Resources, Production and Demand” [dokumen on-line]

tersedia di http://www.oecd-nea.org/ndd/pubs/2016/7301-uranium-2016.pdf; Internet; diunduh

pada 03 Juli 2019. 175

World Nuclear Association, “World Uranium Mining Production” [dokumen on-line]

tersedia di https://www.world-nuclear.org/information-library/nuclear-fuel-cycle/mining-of-

uranium/world-uranium-mining-production.aspx; Internet; diakses pada 05 Juli 2019.

Page 98: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

87

tersebut berada di urutan ke empat sebagai penghasil terbesar uranium di dunia.176

Antara 2005 dan 2012 produksi uranium negara tersebut meningkat hampir 50

persen menjadi 4.500 ton setiap tahunnya.177

Sehingga banyak negara yang

melakukan kerja sama perdagangan uranium dengan Namibia.

Pada tahun 02 September 2009, India dan Namibia telah menandatangani

dua Nota Kesepahaman (Memorandums of Understanding atau MoU) selama

kunjungan Hifikepunye Lucas Pohamba ke India. Dua MoU tersebut yakni kerja

sama di bidang geologi serta sumber daya mineral dan kerja sama dalam

penggunaan energi nuklir secara damai. Dalam perjanjian tentang kerja sama

penggunaan energi nuklir secara damai disepakati mengenai pasokan uranium dari

Namibia ke India.178

Kerja sama tersebut nantinya akan memberi keuntungan bagi

India yang mana membutuhkan banyak uranium untuk bahan bakar reaktornya.

Selain itu juga akan mempererat hubunan India – Namibia dan ekonomi bagi

kedua negara.

Dalam perjalanannya, kerja sama perdagangan uranium Namibia dengan

India ternyata mengalami hambatan. Namibia dilarang melakukan perdagangan

yang berhubungan nuklir dengan India. Pakta Uni Afrika tentang African Nuclear

Weapon Free Zone Treaty (ANWFZT) atau yang dikenal sebagai perjanjian

176

GlobalSecurity.org, “Namibia-Economy Sectors” [artikel on-line] tersedia di

https://www.globalsecurity.org/military/world/africa/na-economy-sectors.htm; diakses pada 04

Juli 2019. 177

Ian Anthony dan Lina Grip, “Africa and the Global Market in Natural Uranium From

Proliferation Risk to Non-proliferation Opportunity” SIPRI Policy Paper No. 39, dirilis November

2013 [jurnal on-line]; tersedia di https://www.sipri.org/sites/default/files/files/PP/SIPRIPP39.pdf;

Internet; diunduh pada 04 Juli 2019; 21. 178

Maj Gen Ajay Kumar Chaturvedi, Nuclear Energy in India's Energy Security Matrix: An

Appraisal (Delhi: Vij Books India Pvt Ltd, 2014), 126.

Page 99: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

88

Pelindaba menjadi faktor yang menghambat kerja sama kedua negara tersebut.179

Namibia merupakan negara penandatangan perjanjian Pelindaba dan sebagai

bagian dari perjanjian tersebut maka Namibia harus mematuhi setiap peraturan

yang ada. Salah satu isi dari perjanjian Pelindaba yakni melarang negara

penandatangan perjanjian tersebut untuk melakukan pemberian bantuan ataupun

kerja sama nuklir dengan negara yang tidak menjadi bagian dari penandatangan

NPT. Setidaknya negara tersebut harus menjadi bagian dari perjanjian NPT

ataupun berada dalam lembaga yang fokus terhadap pencegahan proliferasi

nuklir.180

Oleh karenanya Namibia dilarang melakukan kerja sama nuklir

dikarenakan status India yang masih berada di luar negara NPT.

Hambatan yang diterima India dalam perdagangan nuklir akhirnya

mendorong India untuk segera mungkin dapat menjadi anggota dari NSG.

Meskipun India telah memiliki hak khusus dari NSG, hambatan kerja sama nuklir

tetap didapatkan India. Jika India berada di NSG setidaknya India akan memiliki

status yang lebih baik karena menjadi bagian dari rezim elit nuklir meskipun India

belum menjadi penandatangan NPT. Sehingga hambatan seperti yang terjadi

dengan Namibia setidaknya dapat terminimalisir dan membangun kepercayaan

terhadap India.

179

B. Muralidhar Reddy, “Namibia decries „nuclear apartheid‟” The Hindu News dirilis 18

Oktober 2016 [berita on-line]; tersedia di https://www.thehindu.com/news/Namibia-decries-

%E2%80%98nuclear-apartheid%E2%80%99/article14428155.ece; Internet; diakses pada 06 Juli

2019. 180

International Atomic Energy Agency, “African Nuclear Weapon-Free-Zone Treaty

(Pelindaba Treaty)” [database on-line] tersedia di

https://www.iaea.org/publications/documents/treaties/african-nuclear-weapon-free-zone-treaty-

pelindaba-treaty; Internet; diakses pada 08 Juli 2019.

Page 100: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

89

Dengan begitu dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang mendorong kebijakan

suatu negara tidak hanya datang dari dalam negara tetapi juga dipengaruhi oleh

lingkungan eksternalnya. Pertimbangan India untuk menjadi anggota NSG

dipengaruhi juga oleh hubungan dan masalah yang berada dari luar negaranya.

Hambatan perdagangan menjadi masalah yang muncul dari luar dan menjadi salah

satu hal yang dipikirkan utama bagi India atau dengan kata lain sebagai primary

interest. Memudahkan hubungan dan kerja sama nuklir dengan negara lain

menjadi salah satu tujuan India untuk masuk ke dalam NSG. Keanggotaan NSG

akan memberi India akses mudah ke pasar global terutama untuk reaktor yang

sedang dibangun atau sedang direncanakan di India. Selain itu, keanggotaan akan

memberikan kemitraan yang setara bagi lndia dan akses mudah ke pasar serta

teknologi yang sedang dikembangkan dengan persyaratan perizinan dan verifikasi

yang mininum.181

Berada di luar keanggotaan NSG tertunya akan menimbulkan

hambatan-hambatan kerja sama nuklir di waktu berikutnya. Sehingga, masalah

tersebut menjadi kepentingan utama yang mendorong India untuk memiliki

keanggotaan di NSG.

Selain primary interest, keputusan India untuk dapat menjadi anggota NSG

juga merupakan hasil dari permanent interest yang terjalin antara India dan AS.

Permanent interest menurut Morgenthau terbentuk dari hubungan dalam jangka

waktu yang lama dan biasanya bersifat konsisten seperti hubungan perseketuan

antar negara yang memiliki kepentingan politik, ekonomi, dan lainnya. AS

memberikan dukungan yang kuat terhadap India untuk berada di NSG mulai dari

181

Rajiv Mehrishi, India 2017 Yearbook (Tamil Nadu: McGraw Hill Education (India)

Private Limited, 2017).

Page 101: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

90

NSG Waiver sampai upaya India untuk masuk ke NSG. Dukungan dan hubungan

yang erat dengan India menandakan keinginan dan ambisi AS untuk menjadi

sekutu yang andal dan dapat dipercaya demi mencapai kepentingan geo-politik

dan strategisnya di Samudera Hindia juga menyeimbangkan pengaruh Tiongkok

di wilayah Asia.182

Oleh karenanya, tindakan yang diambil India dengan mencoba

untuk menjadi bagian dari NSG salah satunya merupakan hasil dari permanent

interest dan dorongan yang kuat dari negara sekutunya yakni AS.

182

Zahid Ali Khan, “Indo-US Civilian Nuclear Deal: The Gainer and the Loser” Journal of

South Asian Studies Vol. 28, No. 1, dirilis Januari – Juni 2013 [jurnal on-line] tersedia di

http://pu.edu.pk/images/journal/csas/PDF/17_V28_1_2013.pdf; Internet; diunduh pada 20 Juli

2019; 242.

Page 102: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang mendorong keputusan

India berkeinginan untuk menjadi anggota dalam organisasi elit nuklir yakni

Nuclear Suppliers Group (NSG). Mendapatkan kemudahan untuk melakukan

kerja sama nuklir sipil dengan anggota NSG ternyata tidak menimbulkan

kepuasan bagi India. Negara tersebut pada tahun 2016 mengajukan proposal untuk

menjadi bagian dari keanggotaan NSG. Keputusan India untuk menjadi anggota

NSG dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal sesuai

dengan konsep kebijakan luar negeri yang dijelaskan oleh K.J. Holsti.

Faktor internal yang mendorong kebijakan India yakni dilihat dari sisi

keamanan, politik, dan ekonomi. Keamanan bagi India bukan hanya tentang

keutuhan negara atau pun terbebas dari ancaman luar tetapi keamanan dari

pasokan energi juga menjadi hal yang penting. India merupakan negara yang

besar dengan jumlah populasi yang banyak, tentu membutuhkan energi yang

mencukupi bagi kelangsungan negara. Energi juga sangat penting sebagai roda

perekonomian India dalam mengembangkan industrinya. Selama ini sektor energi

India ditopang oleh batu baru dan menjadi negara konsumsi terbesar.

India mencoba mengurangi penggunaan batu bara dan memaksimalkan

energi terbarukan seperti nuklir. Batu bara diketahui sebagai salah satu

penyumbang terbesar emisi karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan

Page 103: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

92

global. Sedangkan kebijakan energi India saat ini mengharuskan untuk

memaksimalkan penggunaan energi ramah lingkungan demi mencapai Intended

Nationally Determined Contribution dalam perjanjian Paris dengan mengurangi

emisi karbon di tahun 2030 sebanyak 30%. Kementerian luar negeri India

menyatakan bahwa keanggotaan India di NSG sangat penting untuk pemenuhan

bahan bakar dan teknologi canggih yang diperlukan dalam memperluas program

nuklirnya sebagai sumber energi.

Selanjutnya faktor politik juga memberi pengaruh dalam keputusan India.

India mencoba untuk memiliki status sebagai kekuatan global dan peran yang

lebih dalam lembaga nuklir. Salah satu penanda status kekuatan global adalah

keanggotaan dalam banyak organisasi elit global. Pengejaran keanggotaan dalam

NSG menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Narendra Modi yang berfokus

membawa India untuk mendapat pengakuan sebagai kekuatan global. Selain itu,

India juga ingin memiliki peran dalam lembaga nuklir dengan erintegrasi dalam

lembaga utama internasional seperti NSG.

Faktor internal yang ketiga yaitu dari segi ekonomi. Kepentingan India

untuk masuk menjadi anggota NSG ternyata berhubungan dengan kebijakan

ekonomi India yakni Make In India. India memiliki misi untuk menjadi pusat

manufaktur global, salah satu sektor yang ditingkatkan yaitu sektor yang

berhubungan dengan nuklir. India menjadi salah satu negara yang memproduksi

boiler reaktor nuklir. Keanggotaan India di NSG nantinya akan membuka pasar

yang besar bagi industri boiler reaktor nuklir dan mendorong investasi sesuai

dengan semangat kebijakan Make In India.

Page 104: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

93

Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal dalam keputusan India

menjadi anggota NSG. Pertama, didorong oleh hubungan yang kuat India dengan

negara sekutunya yakni Amerika Serikat (AS). India merupakan mitra yang

penting bagi AS, begitu juga sebaliknya. AS menjadi salah satu negara yang

berpengaruh besar di dalam NSG, bahkan hak istimewa India di NSG berhasil

didapatkan dari hasil kerja keras diplomatik AS. Keputusan India untuk segera

menjadi anggota NSG ternyata salah satunya juga didasari oleh dukungan dan

dorongan AS yang ingin membawa India masuk juga dalam lembaga-lembaga

nuklir dunia.

Faktor lainnya yang memengaruhi keputusan aplikasi keanggotaan India di

NSG adalah muncul sebagai reaksi atas tindakan negara lain. Dalam hal ini

mengenai hubungan kerja sama nuklir Pakistan dan Tiongkok yang terus berlanjut

meskipun Tiongkok berada dalam keanggotaan NSG yang memiliki pedoman

larangan untuk melakukan kerja sama dengan negara di luar NSG. Selain itu juga

tanggapan atas keputusan Tiongkok yang memberikan dorongan dan dukungan

untuk Pakistan berada dalam keanggotaan NSG. Kebijakan dan tindakan

Tiongkok tersebut pada akhirnya menimbulkan keputusan India untuk bisa segera

berada dalam keanggotaan NSG.

Faktor eksternal selajutnya adalah hambatan perdagangan yang masih

diterima India. Uranium menjadi kebutuhan yang pokok bagi reaktor-reaktor yang

dioperasikan India. Untuk memenuhi pasokan uranium, India mesti melakukan

impor dari negara-negara penghasil uranium. Namibia sebagai negara penghasil

uranium yang cukup banyak menjadi salah satu tujuan India. Kedua negara ini

Page 105: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

94

melakukan kerja sama pada tahun 2009 tetapi dalam pengimplementasiannya

dihalangi oleh pakta Pelindaba di mana Namibia sebagai penandatangan pakta

tersebut harus berkewajiban mematuhinya. Tindakan ini akhirnya mendorong

India untuk meningkatkan hubungannya bersama NSG dengan menjadi anggota

organisasi tersebut. Dengan berada di dalam NSG, maka India dapat

mengamankan kerja sama nuklirnya dan menciptakan kepercayaan lebih untuk

negara-negara yang melakukan kerja sama nuklir bersama India.

Page 106: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xi

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agarwal, Prashant. 1996. India's Nuclear Development Plans and Policies: A

Critical Analysis. New Delhi: Northern Book Center.

Andemicael, Berhanykun dan John Mathiason. 2005. Eliminating Weapons of

Mass Destruction: Prospects for Effective International Verification. New

York: Palgrave Macmillan.

Anthony, Ian, Christer Ahlström, dan Vitaly Fedchenko. 2007. Reforming Nuclear

Export Controls: The Future of the Nuclear Suppliers Group. New York:

Oxford University Press.

Berndorfer, Thomas. 2008. Nuclear Commerce: Control Regime and the Non-

Proliferation Treaty. Hamburg: Diplomica Verlag Gmbh.

Bodansky, David. 2004. Nuclear Energy: Principles, Practices, and Prospects.

New York: Springer-Verlag.

Bratt, Duane. 2006. The Politics of CANDU Exports. Toronto: University of

Toronto Press.

Brewster, David. 2012. India as an Asia Pacific Power. New York: Routledge.

Burchill, Scott. 2005. The National Interest In International Relations Theory.

New York: Palgrave Macmillan.

Chakraborty, Chandreyee. 2013. India’s Nuclear Diplomacy and the Non-

Proliferation Regime. India: KW Publishers Pvt Ltd. Diunduh pada 16

November 2018 (http://capsindia.org/files/documents/New-Delhi-Paper-

6.pdf).

Chaturvedi, Ajay Kumar. 2014. Nuclear Energy in India's Energy Security

Matrix: An Appraisal. New Delhi: Vij Books India Pvt Ltd.

Coulumbis, Theodore A. dan James H. Walfe. 1986. Introduction to International

Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice-Hall.

Page 107: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xii

Creswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. California: SAGE Publications.

Hibbs, Mark. 2011. The Future of The Nuclear Suppliers Group. Washington DC:

Carnegie Endowment for International Peace.

Holsti, K.J. 1992. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:

Prentice Hall.

Knopf, Jeffrey W. 2016. International Cooperation on WMD Nonproliferation.

Georgia: University of Georgia Press.

Kort, Michael. 2010. Weapons of Mass Destruction. New York: Infobase

Publishing.

Mas'oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: Pustaka LP3ES.

Mehrishi, Rajiv. 2017. India 2017 Yearbook. Tamil Nadu: McGraw Hill

Education (India) Private Limited.

Meier, Oliver. 2014. Technology Transfers and Non-Proliferation: Between

Control and Cooperation. New York: Routledge.

Mishra, Jita. 2008. The NPT and the Developing Countries. New Delhi: Concept

Publishing Company.

Mistry, Dinshaw. 2014. The US–India Nuclear Agreement. Delhi: Cambridge

University Press.

Nuclear Energy Agency. 2003. Nuclear Development: Nuclear Energy Today.

Paris: OECD Publication. Diunduh pada 16 November 2018.

(https://www.oecd-nea.org/pub/nuclearenergytoday/3595-nuclear-energy-

today.pdf).

Padelford, Norman J. dan George A. Lincoln. 1962. The Dynamics of

International Politics. New York: Macmillan.

Paul, Rishi. 2018. Foregrounding India’s Nuclear Responsibilities: Nuclear

weapons possession and disarmament in South Asia. London: BASIC.

Page 108: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xiii

Perkovich, George. 1999. India's Nuclear Bomb: The Impact on Global

Proliferation. California: University of California Press.

Rajagopalan, Rajesh dan Atul Mishra. 2014. Nuclear South Asia: Keywords and

Concepts. New Delhi: Routledge.

Rajagopalan, Rajeswari Pillai dan Arka Biswas. 2016. Locating India within the

Global Non-Proliferation Architecture: Prospects, Challenges and

Opportunities. New Delhi: Observer Research Foundation. Diunduh pada

16 Februari 2019 (https://www.orfonline.org/wp-

content/uploads/2016/08/ORF_Monograph_NonProliferation.pdf).

Rosenau, James N., Gavin Boyd, dan Kenneth W. Thompson. 1976. World

Politics: An Introduction. New York: The Free Press.

SarDesai, Damodar R. dan Raju G. C. Thomas. 2002. Nuclear India in the

Twenty-First Century . New York: Palgrave-Macmillan.

Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

SIPRI. 2016. SIPRI Yearbook 2016: Armaments, Disarmament and International

Security. Oxford: Oxford University Press. Diunduh pada 11 Januari 2019

(https://www.sipri.org/sites/default/files/SIPRIYB16c16sVI.pdf).

Suharsimi, Arikunto. 2006. Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Timerbaev, Roland. 2000. The Nuclear Suppliers Group: Why and How It Was

Created, 1974-1978. Moscow: PIR Center. Diunduh pada 11 Februari 2019

(http://www.pircenter.org/media/content/files/9/13464056390.pdf).

Venkataraman, Ganesan. 1994. Bhabha and His Magnificent Obsessions.

Hyderguda: Universities Press (India) Limited.

Vishwanathan, Arun. 2009. “India and the Nuclear Suppliers Group: From

Estrangement to Engagement?.” Bab Sembilan di India in a Changing

Global Nuclear Order, ed. Arvind Gupta. New Delhi: Academic

Foundation. Diunduh 13 Maret 2019

(https://id.scribd.com/document/324402105/India-and-the-Nuclear-

Suppliers-Group-From-Estrangement-to-Engagement-Book-Chapter).

Page 109: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xiv

Wang, Rong dan Cuiping Zhu. 2017. Annual Report on the Development of the

Indian Ocean Region (2016): Modi’s India. Beijing: Sosial Sciences

Academic Press and Springer.

Woddi, Taraknath V.K., William S. Charlton, dan Paul Nelson. 2009. India's

Nuclear Fuel Cycle: Unraveling the Impact of the U.S.-India Nuclear

Accord. Texas: Morgan & Claypool Publishers.

B. Jurnal

Anthony, Ian dan Lina Grip. 2013. “Africa and the Global Market in Natural

Uranium From Proliferation Risk to Non-proliferation Opportunity.” SIPRI

Policy Paper No. 39. Diunduh pada 04 Juli 2019

(https://www.sipri.org/sites/default/files/files/PP/SIPRIPP39.pdf).

Balachandran, Gopalan. 2013. "India and NSG: Approaches to Indian

membership." Journal of Institute for Defence Studies & Analyses. Diunduh

pada 30 November 2018

(https://www.files.ethz.ch/isn/164927/IB_IndiaNSG.pdf).

Bano, Sario. 2013. “India and the Nuclear Supplier Group (NSG) Membership.”

Turkish Journal Of International Relations. Diunduh pada 25 November

2018 (http://alternatives.yalova.edu.tr/article/view/5000150715/0).

Basrur, Rajesh. 2010. “India and Nuclear Disarmament.” Journal of Security

Challenges, Volume 6, No. 4. Diunduh pada 16 November 2018

(https://www.regionalsecurity.org.au/Resources/Documents/vol6no4Basrur.

pdf).

_____, 2016. “Status Politics: India, China and the Nuclear Suppliers Group”

Journal of RSIS Commentary No. 171/2016. Diunduh pada 29 Mei 2019

(https://www.rsis.edu.sg/wp-content/uploads/2016/07/CO16171.pdf).

_____, 2017. “Modi‟s Foreign Policy Fundamentals: A Trajectory Unchanged”

International Affairs, Vol. 93, No. 1. Diunduh pada 29 Mei 2019

(https://academic.oup.com/ia/article/93/1/7/2731383#63584265).

Bhuyan, Abhijit. 2018. “Nuclear Supplier Group (NSG) and India: Prospects and

Challenges.” Journal of Krishna Kanta Handiqui State Open University.

Diunduh pada 20 November 2018

(http://dlkkhsou.inflibnet.ac.in/bitstream/123456789/175/1/wp_2018_2.pdf).

Page 110: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xv

Bidwai, Praful. 2008. “US Arm Twisting Wins India a Nuclear Waiver: Blow to

Non-Proliferation.” The Asia-Pacific Journal, Volume 6. Diunduh pada 24

November 2018 (https://apjjf.org/-Praful-Bidwai/2886/article.pdf).

Chakma, Bhumitra. 2005. “Toward Pokhran II: Explaining India's Nuclearisation

Process.” Journal of Modern Asian Studies, Volume 39, No. 01. Diunduh

pada 28 Desember 2018 (https://www.jstor.org/stable/3876511).

Charnysh, Volha. 2009. “India‟s Nuclear Program.” Journal of Nuclear Age

Peace Foundation, Volume 5. Diunduh pada 19 November 2018

(http://www.nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclear-

weapons/issues/proliferation/india/charnysh_india_analysis.pdf).

Dolly dan Jagvinder Kaur. 2019. “Make In India: A Global Manufacturing Hub.”

International Journal of Scientific Research and Review Vol. 07, No. 03.

Diunduh pada 10 Juni 2019

(http://ijsrr.co.in/images/full_pdf/1553942023_192.pdf).

Ganguly, Sumit. 1999. “India's Pathway to Pokhran II: The Prospects and Sources

of New Delhi's Nuclear Weapons Program.” Journal of International

Security, Volume 23, No. 4. Diunduh pada 30 Desember 2018

(https://www.jstor.org/stable/2539297).

Gartzke, Erik dan Matthew Kroenig. 2009. “A Strategic Approach to Nuclear

Proliferation.” Journal of Conflict Resolution, Vol. 53. Diunduh pada 15

November 2018

(https://www.researchgate.net/publication/253278103_A_Strategic_Approa

ch_to_Nuclear_Proliferation).

Jalil, Ghazala Yasmin. 2017. "India‟s Membership of Missile Technology Control

Regime: Implications for South Asia." Journal of Strategic Studies

Islamabad. Diunduh pada 28 November 2018 (http://issi.org.pk/wp-

content/uploads/2017/10/3-SS_Ghazala_Yasmin_Jalil_No-3_2017.pdf).

Jung, Ji Yeon. 2017. “A Path to NSG: India‟s Rise in the Global Nuclear Order.”

Journal of Observer Research Foundation. Diunduh pada 20 November

2018 (https://www.orfonline.org/wp-

content/uploads/2017/12/ORF_Occasional_Paper_129_Nuclear.pdf).

Ker, Paul K. 2008. “U.S. Nuclear Cooperation with India: Issues for Congress.”

Journal of Congressional Research Service. Diunduh pada 25 Juni 2019

(https://www.everycrsreport.com/files/20080520_RL33016_046cf5f628d37

a001cbad30ed9f129eb82eb94e2.pdf).

Page 111: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xvi

Khan, Zahid Ali. 2013. “Indo-US Civilian Nuclear Deal: The Gainer and the

Loser.” Journal of South Asian Studies Vol. 28, No. 1. Diunduh pada 20 Juli

2019 (http://pu.edu.pk/images/journal/csas/PDF/17_V28_1_2013.pdf).

Kile, Shannon dan Hans Kristensen. 2016. “Trends in World Nuclear Forces,

2016.” Fact Sheet Stockholm International Peace Research Institute

(SIPRI). Diunduh pada 06 Januari 2019

(https://www.sipri.org/sites/default/files/FS%201606%20WNF_Embargo_F

inal%20A.pdf).

Kronstadt, K. Alan. 2005. “India-U.S. Relations.” Journal of Congressional

Research Service. Diunduh pada 17 Juni 2019

(https://fas.org/asmp/resources/govern/109th/CRSIB93097.pdf).

Kugelman, Michael. 2017. “Modi‟s Bold New World” Journal The Cairo Review

Of Global Affairs. Diunduh pada 28 Mei 2019

(https://cdn.thecairoreview.com/wp-content/uploads/2017/05/cr25-

kugelman.pdf).

Kumar, A. Vinod. 2008. “India's Role in Global Anti-Proliferation: Challenges

and Opportunities,” Strategic Analysis. Diunduh pada 06 Oktober 2019

(https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/09700160802309167).

Lee, Jinwon. 2018. “Evaluating the Effectiveness of the Nuclear Suppliers Group:

A Functionalist Perspective on the Regime.” The Korean Journal of

International Studies, Volume 16, No. 2. Diunduh pada 13 Februari 2019

(http://www.kjis.org/journal/view.html?uid=217&&vmd=Full).

Mason, Shane. 2016. “Military Budgets in India and Pakistan: Trajectories,

Priorities, and Risks.” Jurnal The Stimson Center. Washington D.C:

Stimson Center.

Morgenthau, Hans J. 1952. “Another "Great Debate": The National Interest of the

United States.” The American Political Science Review, Volume 46, No. 4.

Diunduh pada 02 Desember 2018 (http://www.jstor.org/stable/1952108).

Morrow, Daniel dan Michael Carriere. 1999. “The Economic Impacts of the 1998

Sanctions on India and Pakistan.” The Nonproliferation Review. Diunduh

pada 15 Juni 2019 (https://www.nonproliferation.org/wp-

content/uploads/npr/morrow64.pdf).

Nuechterlein, Donald E. 1976. “National interests and foreign policy: A

conceptual framework for analysis and decision-making.” British Journal of

Page 112: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xvii

International Studies, Volume 2, No. 3. Diunduh pada 02 Desember 2018

(https://www.jstor.org/stable/20096778).

Rajagopalan, Rajesh. 2008. "Nuclear Non-Proliferation: An Indian Perspective."

Journal of Friedrich Ebert Stiftung, No. 10. Diunduh pada 27 November

2018 (http://library.fes.de/pdf-files/iez/global/05793.pdf).

Rajagopalan, Rajeswari Pillai dan Arka Biswas. 2016. “India's Membership to the

Nuclear Supplier Group.” Journal of Observer Research Foundation, No.

141. Diunduh pada 23 November 2018 (https://www.orfonline.org/wp-

content/uploads/2016/05/ORF_Issue_Brief_141.pdf).

Ramana, Siddharth. 2008. “The Nuclear Suppliers Group Waiver.” BASIC

(British American Security Information Council) papers no. 8. Diunduh

pada 24 Mei 2019 (https://www.files.ethz.ch/isn/92364/gtz08.pdf).

Robinson, Thomas W. 1967. “A National Interest Analysis of Sino-Soviet

Relations.” International Studies Quarterly, Volume 11, No. 2. Diunduh

pada 04 Desember 2018

(https://www.jstor.org/stable/3013925?seq=1#page_scan_tab_contents).

Roka, Dipmala. 2014. “India's Nuclearization Process: Pokhran I and II.”

International Journal of Current Research, Volume 6. Diunduh pada 25

Desember 2018 (http://www.journalcra.com/sites/default/files/5392.pdf).

Sethna, Homi Nusserwanji. “India's Atomic Energy Programme Past and Future.”

Journal of International Atomic Energy Agency, Volume 21, No. 5.

Diunduh pada 10 Desember 2018

(https://www.iaea.org/sites/default/files/publications/magazines/bulletin/bull

21-5/21505090211.pdf).

Schneider, Jonas. 2016. “A Nuclear Deal for Pakistan?,” CSS Analyses in Security

Policy, No. 187. Diunduh pada 08 Oktober 2019

(https://css.ethz.ch/content/dam/ethz/special-interest/gess/cis/center-for-

securities-studies/pdfs/CSSAnalyse-187-EN.pdf).

Singh, Virendra. 2009. “Homi Jehangir Bhabha: Architect of Modern Science and

Technology in India.” Journal of Tata Institute of Fundamental Research

Homi Bhabha. Diunduh pada 10 Desember 2018

(https://arxiv.org/pdf/0906.3356.pdf).

Strulak, Tadeusz. 1993. “The Nuclear Suppliers Group.” The Nonproliferation

Review. Diakses pada 06 Februari 2019

(https://www.nonproliferation.org/wp-content/uploads/npr/strula11.pdf).

Page 113: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xviii

Sudjatmiko, Totok. 2008. "Analisis Kepentingan Dibalik Kegigihan Cina Untuk

Menjadi Anggota MTCR." Jurnal Analisis dan Informasi Kedirgantaraan,

Volume 5, No. 1. Diunduh pada 30 November 2018

(http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_ansis/article/view/2).

Sundaram, Kumar dan M. V. Ramana. 2018. “India and the Policy of No First

Use of Nuclear Weapons.” Journal for Peace and Nuclear Disarmament.

Diunduh pada 05 Januari 2019

(https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/25751654.2018.1438737).

Thränert, Oliver. 2013. “The Nuclear Supplier Group at The Crossroads.” Journal

of CSS Analysis in Security Policy. Diunduh pada 20 November 2018

(http://www.css.ethz.ch/content/dam/ethz/special-interest/gess/cis/center-

for-securities-studies/pdfs/CSS-Analysis-127-EN.pdf).

Wadia, Spenta R. 2009. “Homi Jehangir Bhabha and the Tata Institute of

Fundamental Research.” Journal of Current Science, Volume 96, No. 5.

Diunduh pada 08 Desember 2018

(https://www.icts.res.in/sites/default/files/historical-notes-homi-jehangir-

bhabha-2009-03-10.pdf).

Weiss, Leonard. 2007. “U.S.-India Nuclear Cooperation” Journal of

Nonproliferation Review, Vol. 14, No. 3. Diunduh pada 20 Juni 2019

(https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/10736700701611738).

Yusuf, Moeed. 2008. “Does Nuclear Energy Have a Future?.” Journal of The

Frederick S. Pardee Center for the Study of the Longer-Range Future.

diunduh pada 16 November 2018

(http://www.bu.edu/pardee/files/documents/Pardee-Nuclear-Yusuf.pdf).

Zhang, Hongzhou dan Mingjiang Li. 2013. “Sino-Indian Border Disputes.”

Journal of Istituto per gli Studi di Politica Internazionale (ISPI), No. 181.

Diunduh pada 17 Desember 2018

(https://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_201

3.pdf).

C. Database

BP. “India‟s Energy Market in 2018.” Diakses pada 19 April 2019

(https://www.bp.com/content/dam/bp/business-

sites/en/global/corporate/pdfs/energy-economics/statistical-review/bp-stats-

review-2019-india-insights.pdf).

Energy Information Administration. “IEA Atlas of Energy.” Diakses pada 15

April 2019 (http://energyatlas.iea.org/#!/tellmap/-1002896040/1).

Page 114: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xix

Global Carbon Atlas. “CO2 Emissions.” Diakses pada 03 Mei 2019

(http://www.globalcarbonatlas.org/en/CO2-emissions).

House of Representatives. “One Hundred Ninth Congress of the United States of

America.” Government Publishing Office of US. Diunduh pada 27 Juni 2019

(https://www.govinfo.gov/content/pkg/BILLS-109hr5682enr/pdf/BILLS-

109hr5682enr.pdf).

International Atomic Energy Agency. “African Nuclear Weapon-Free-Zone

Treaty (Pelindaba Treaty).” Diakses pada 08 Juli 2019

(https://www.iaea.org/publications/documents/treaties/african-nuclear-

weapon-free-zone-treaty-pelindaba-treaty).

International Atomic Energy Agency. 2015. “The Nuclear Suppliers Group: Its

Origins, Role and Activities.” International Atomic Energy Agency,

INFCIRC/539/Rev.6. Diunduh pada 07 Februari 2019

(https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc539r6.pdf).

Kimball, Daryl dan Kelsey Davenport. 2017. “The Nuclear Suppliers Group

(NSG) at a Glance,” Fact Sheets and Briefs of Arms Control Association.

Diakses pada 04 Februari 2018

(https://www.armscontrol.org/factsheets/NSG).

Ministry of Commerce and Industry of the Government of India. “India's Top 25

Export Destinations.” Diakses pada 14 Juni 2019

(http://indiantradeportal.in/vs.jsp?lang=0&id=0,25,45,858,859).

Ministry of Defence of the Government of India. 2018. “Forty-Third Report:

Standing Committee on Defence (2017-2018).” Diakses pada 07 Januari

2019 http://164.100.47.193/lsscommittee/Defence/16_Defence_43.pdf).

Ministry of External Affairs of the Goverment of India, “Question No. 1272 NSG

Membership.” Diakses pada 17 Mei 2019 (https://www.mea.gov.in/lok-

sabha.htm?dtl/27665/QUESTION_NO1272_NSG_MEMBERSHIP).

Ministry of External Affairs of the Goverment of India. 2016. “English Rendering

of Annual Press Conference by External Affairs Minister (June 19, 2016).”

Diakses pada 25 Mei 2019 (https://www.mea.gov.in/media-

briefings.htm?dtl/26955/English_Rendering_of_Annual_Press_Conference_

by_External_Affairs_Minister_June_19_2016).

Page 115: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xx

Ministry of External Affairs of the Goverment of India. 2016. “Nuclear Suppliers

Group Membership.” diakses pada 24 Maret 2019

(http://pib.nic.in/newsite/mbErel.aspx?relid=147375).

Ministry of External Affairs of the Goverment of India. 2016. “Question No. 147

Nuclear Reactors In Pakistan,” Diakses pada 09 Oktober 2019

(https://www.mea.gov.in/lok-

sabha.htm?dtl/27619/QUESTION_NO147_NUCLEAR_REACTORS_IN_P

AKISTAN).

Ministry of External Affairs of the Government of India, “Question No. 438

Chinese Objections for India's Membership of NSG.” Diakses pada 15 Mei

2019 (https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27105/question+no438+chinese+objections+for+indias+mem

bership+of+nsg).

Ministry of External Affairs of the Government of India. “Brief on India-U.S.

Relations.” Government of India. Diunduh pada 12 Juni 2019

(https://mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/India_US_brief.pdf).

Ministry of External Affairs of the Government of India. 2003. “The Cabinet

Committee on Security Reviews Perationalization of India‟s Nuclear

Doctrine.” Press Releases of Ministry of External Affairs Government of

India. Diakses pada 30 Desember 2018 (https://mea.gov.in/press-

releases.htm?dtl/20131/The_Cabinet_Committee_on_Security_Reviews_per

ationalization_of_Indias_Nuclear_Doctrine+Report+of+National+Security+

Advisory+Board+on+Indian+Nuclear+Doctrine).

Ministry of External Affairs of the Government of India. 2004. “On visit of a

delegation of Nuclear Suppliers Group (NSG) Troika.” Diakses pada 15

Maret 2019 (https://www.mea.gov.in/press-

releases.htm?dtl/7650/On+visit+of+a+delegation+of+Nuclear+Suppliers+G

roup+NSG+Troika).

Ministry of External Affairs of the Government of India. 2016. “Question No. 413

Steps Taken For Membership in NSG.” Diakses pada 08 Mei 2019

(https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27116/question+no413+steps+taken+for+membership+in+ns

g).

Ministry of External Affairs of the Government of India. 2016. “Question No. 423

Opposition For India's Entry in NSG.” Diakses pada 28 Maret 2019

Page 116: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xxi

(https://mea.gov.in/rajya-

sabha.htm?dtl/27090/question+no423+opposition+for+indias+entry+in+nsg

).

Ministry of Finance of the Government of India. “Mid-Year Economic Analysis

2012-2013.” Diakses pada 02 Juni 2019

(https://dea.gov.in/sites/default/files/MYR201213English.pdf).

NITI Aayog of the Government of India. “Draft National Energy Policy.” Diakses

pada 07 Mei 2019

(https://niti.gov.in/writereaddata/files/new_initiatives/NEP-

ID_27.06.2017.pdf).

NSG. “Participants.” Diakses pada 10 Maret 2019

(http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/participants1).

NSG. “Prague 2013 Plenary.” diunduh pada 10 Maret 2019

(http://www.nuclearsuppliersgroup.org/images/Files/Documents-

page/Public_Statements/2013-06-Prague-

NSG_6_PUBLIC_STATEMENT_HOD_final.pdf).

OECD. 2016. “Uranium 2016: Resources, Production and Demand.” Diunduh

pada 03 Juli 2019 (http://www.oecd-nea.org/ndd/pubs/2016/7301-uranium-

2016.pdf).

OECD-NEA. 2008. “Statement on Civil Nuclear Cooperation with India.”

Dokumen resmi Nuclear Suppliers Group’s. Diunduh pada 21 Maret 2019

(https://www.oecd-nea.org/law/nlbfr/documents/083_085_NSG.pdf).

Our World in Data. “Annual CO₂ emissions.” Diakses pada 28 April 2019

(https://ourworldindata.org/grapher/annual-co2-emissions-per-

country?tab=chart&time=2001..2017&country=IND).

Parliament of India, Lok Sabha House of The People. 1998. “Made a statement on

nuclear tests in Pokhran.” Document of Indian Government. Diakses pada

25 Desember 2018

(http://164.100.47.194/Loksabha/Debates/Result12.aspx?dbsl=248).

Sebi, Carine. 2019. “Explaining the increase in coal consumption worldwide.”

diterbitkan oleh The Conversation. Diakses pada 24 April 2019

(https://theconversation.com/explaining-the-increase-in-coal-consumption-

worldwide-111045).

Page 117: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xxii

The Global Economy. “Coal consumption - Country rankings.” Diakses pada 23

April 2019

(https://www.theglobaleconomy.com/rankings/coal_consumption/).

The White House. 2010. “Joint Statement by President Obama and Prime Minister

Singh of India.” Statements & Releases of The White House, Office of the

Press Secretary. Diakses pada 03 Juli 2019

(https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2010/11/08/joint-

statement-president-obama-and-prime-minister-singh-india).

Trading Economics. “India Exports of Nuclear Reactors Boilers & Parts Ther.”

Diakses pada 10 Juni 2019 (https://tradingeconomics.com/india/exports-of-

nuclear-reactors-boilers-parts-ther).

UNFCCC. 2015. “India‟s Intended Nationally Determined Contribution: Working

Towards Climate Justice.” dokumen UNFCCC. Diakses pada 05 Mei 2019

(https://www4.unfccc.int/sites/submissions/INDC/Published%20Documents

/India/1/INDIA%20INDC%20TO%20UNFCCC.pdf).

Vardhan, Pooja P. 2014. “Environment Protection under Constitutional

Framework of India.” Press Information Bureau, Government of India,

Special Service and Features. Diakses pada 18 Juni 2019

(http://pib.nic.in/newsite/PrintRelease.aspx?relid=105411).

World Bank Group. “GDP growth (annual %).” Diakses pada 01 Juni 2019

(https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG?end=2017&l

ocations=IN&start=2007).

World Nuclear Association. 2019. “World Uranium Mining Production.” Diakses

pada 05 Juli 2019 (https://www.world-nuclear.org/information-

library/nuclear-fuel-cycle/mining-of-uranium/world-uranium-mining-

production.aspx).

D. Artikel dan Berita

Atomic Heritage Foundation. 2018. "Atomic Heritage Foundation," Article of

Atomic Heritage Foundation. Diakses pada 17 Desember 2018

(https://www.atomicheritage.org/history/indian-nuclear-program).

Ayres, lyssa. 2017. “Will India Start Acting Like a Global Power?: New Delhi‟s

New Role.” Foreign Affairs. Diakses pada 30 Mei 2019

(https://www.foreignaffairs.com/articles/india/2017-10-16/will-india-start-

acting-global-power?cid=int-lea&pgtype=hpg).

Page 118: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xxiii

Chengappa, Raj. 2016. “NSG: The Great Wall of Xi,” Indiatoday.in Magazine.

Diakses pada 06 Oktober 2019 (https://www.indiatoday.in/magazine/the-

big-story/story/20160711-nsg-membership-india-china-829187-2016-06-

30).

Cherian, John. 2016. “Diplomatic fiasco.” Frontline India's National Magazine.

Diakses pada 30 Juli 2019 (https://frontline.thehindu.com/the-

nation/diplomatic-fiasco/article8811032.ece).

FAS. 2000. “First Nuclear Test at Pokhran in 1974,” Federation of American

Scientists. Diakses pada 17 Desember 2018

(https://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm).

GlobalSecurity.org. “Namibia-Economy Sectors.” Diakses pada 04 Juli 2019

(https://www.globalsecurity.org/military/world/africa/na-economy-

sectors.htm).

India Brand Equity Foundation, “Manufacturing Sector in India”. Diakses pada 02

Juni 2019 (https://www.ibef.org/industry/manufacturing-sector-india.aspx).

IndiaToday.in. 2016. “Pokhran I: India's first nuclear bomb test was carried out

underground and code named 'Smiling Buddha,” IndiaToday.in News.

Diakses pada 15 Desember 2018 (https://www.indiatoday.in/education-

today/gk-current-affairs/story/pokharan-i-first-nuclear-atomic-bomb-test-of-

india-324141-2016-05-18).

_____, 2017. “India World's Fifth Largest Military Spender in 2016, Says

Report.” IndiaToday.in News. Diakses pada 07 Januari 2019

(https://www.indiatoday.in/education-today/gk-current-affairs/story/india-

worlds-fifth-largest-military-spender-973637-2017-04-26).

Hibbs, Mark. 2017. “A More Geopoliticized Nuclear Suppliers Group,” Strategic

Trade Review. Diakses pada 06 Oktober 2019

(https://carnegieendowment.org/2017/12/14/more-geopoliticized-nuclear-

suppliers-group-pub-75027).

International Business Times. 2016. “India surpasses China to become fastest

growing economy in the world.” Diakses pada 01 Juni 2019

(https://www.ibtimes.co.uk/india-surpasses-china-become-fastest-growing-

economy-world-1542725).

Page 119: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xxiv

Kimball, Daryl G. 2016. “Nuclear Suppliers Divided on Indian Bid,” Arms

Control Association. Diakses pada 06 Oktober 2019

(https://www.armscontrol.org/act/2016-07/news/nuclear-suppliers-divided-

indian-bid).

Krishnan, Ananth. 2015. “China involved in six nuclear projects in Pakistan,

reveals official,” Indiatoday.in News. Diakses pada 07 Oktober 2019

(https://www.indiatoday.in/world/neighbours/story/china-pakistan-nuclear-

projects-beijing-chashma-atomic-energy-239251-2015-02-08).

Mishra, Sitakanta. 2018. “NSG Timeline Needs Rewording.” IndraStra Global,

Volume 04, No. 07. Diakses pada 27 Maret 2019

(https://www.indrastra.com/2018/07/NSG-Timeline-Needs-Rewording-004-

07-2018-0007.html).

Mukherjee, Tuneer. 2016. “India‟s NSG Membership & Nuclear Politics between

India, US and China,” Article of India China America Institute. Diakses

pada 27 Maret 2019 (http://dga.kennesaw.edu/ica/icainitiatives/july-29-

2016.php).

NSG. “FAQ NSG.” Nuclear Suppliers Group. Diakses pada 23 Februari 2019

(http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/nsg-faq).

NSG. “Guidelines.” Nuclear Suppliers Group. Diakses pada 13 Februari 2019

(http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/guidelines).

NTI. 2018. “New Agenda Coalition,” Article of Nuclear Threat Initiative. Diakses

pada 03 April 2019 (https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/new-

agenda-coalition/).

Nuclear Weapon Archive. 2001. “India's Nuclear Weapons Program Operation

Shakti: 1998,” Article of Nuclear Weapon Archive. Diakses pada 25

Desember 2018 (https://nuclearweaponarchive.org/India/IndiaShakti.html).

Panwar, Preeti. 2015. “Pakistan Has More Nuclear Warheads Than India: SIPRI

Report,” Oneindia News. Diakses pada 07 Januari 2019

(https://www.oneindia.com/india/pakistan-has-more-nuclear-warheads-than-

india-sipri-report-1467622.html).

Patranobis, Sutirtho. 2016. “China Says World Nuke System Will Collapse If

Non-NPT India Gets NSG Berth.” Hindustan Times. Diakses pada 23

Page 120: ANALISIS KEPUTUSAN INDIA UNTUK BERGABUNG DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49451/1/NUR ALIYAH.FISIP.pdfANWFZT African Nuclear Weapon Free Zone Treaty AS Amerika

xxv

November 2018 (https://www.hindustantimes.com/india-news/china-says-

world-nuke-system-will-collapse-if-non-npt-india-gets-nsg-berth/story-

i05pxEmknURyx89WDfZbBO.html).

Ramachandran, R. 2005. "India and the Nuclear Suppliers Group," The Hindu

Newspaper. Diakses pada 18 Maret 2019

(https://www.thehindu.com/2005/04/25/stories/2005042505901100.htm).

Reddy, B. Muralidhar. 2016. “Namibia decries „nuclear apartheid‟” The Hindu

News. Diakses pada 06 Juli 2019

(https://www.thehindu.com/news/Namibia-decries-%E2%80%98nuclear-

apartheid%E2%80%99/article14428155.ece).

Ruff, Abdul. 2016. “China and Others Oppose India‟s Bid for NSG,” Foreign

Policy News. Diakses pada 29 Maret 2019

(http://foreignpolicynews.org/2016/06/10/China-others-oppose-indias-bid-

nsg/).

The Economis Times. 2015. “China backs Pakistan membership of Nuclear

Suppliers Group,” The Economis Times World News. Diakses pada 07

Oktober 2019

(https://economictimes.indiatimes.com/news/international/world-

news/china-backs-pakistan-membership-of-nuclear-suppliers-

group/articleshow/47533642.cms).

Thomas, Christi. 2016. “India‟s Failed NSG Bid : Unlearn, Learn, and Proceed.”

Centre for Public Policy Research. Diakses pada 20 November 2018

(http://www.cppr.in/article/indias-failed-nsg-bid-unlearn-learn-and-

proceed/).

Trusts, Tata. “About Tata Trusts.” diakses pada 08 Desember 2018

(http://www.tatatrusts.org/article/inside/about-tata-trusts).

UNODA. “Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT).” United

Nations Office For Disarmament Affairs. Diakses pada 03 Februari 2019

(https://www.un.org/disarmament/wmd/nuclear/npt/text).

World Nuclear News. 2019. “India to Bring 21 More Reactors Online by 2031.”

Diakses pada 07 Mei 2019 (http://world-nuclear-news.org/Articles/India-to-

bring-21-more-reactors-online-by-2031).