BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Loyalitas Konsumen 2.1.1 Pengertian ...
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA …digilib.unila.ac.id/40043/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA …digilib.unila.ac.id/40043/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG
DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)
Oleh
NURUL FAJRI INDAH LESTARI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG
DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)
Oleh
Nurul Fajri Indah Lestari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumenkerupuk bawang serta strategi pengembangan agroindustri kerupuk bawang di Kota BandarLampung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus di Agroindustri KerupukBawang Winda Putri. Responden penelitian ini terdiri dari Dinas Perindustrian Kota BandarLampung, karyawan agroindustri, dan konsumen dari kerupuk bawang yang dipilih secarasnowball sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptifmenggunakan Customer Satisfactin Index (CSI), analisis SWOT dan Quantitive StrategicPlaning Matrix analysis (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsumenkerupuk bawang di Kota Bandar Lampung berada pada kriteria puas, (2) piramida loyalitaspelanggan kerupuk bawang adalah loyal, (3) kekuatan utama agroindustri adalah kapasitasproduksi besar sedangkan kelemahan utama agroindustri adalah belum diterapkannyakegiatan promosi, (4) peluang utama agroindustri adalah kebutuhan dan minat konsumenterhadap produk tinggi sedangkan ancaman utama agroindustri adalah kurangnya peran aktifdari pemerintah, (5) strategi pengembangan untuk pengembangan agroindustri adalah jumlahproduksi kerupuk bawang mentah ditingkatkan terutama pada musim panas agar tetap dapatmemenuhi permintaan konsumen terhadap kerupuk bawang pada musim penghujan melaluipenerapan alat mesin produksi yang lengkap dan telah dimiliki oleh agroindustri.
Kata Kunci : konsumen, strategi pengembangan, kerupuk bawang
CONSUMERS LOYALTY AND SATISFACTION ANALYSYS AND ONIONCRACKER’S AGROINDUSTRY STRATEGY IN BANDAR LAMPUNG CITY
( Case Study at Winda Putri Agroindustry)
By
Nurul Fajri Indah Lestari
ABSTRACT
This research aims to analyze the level of consumer satisfaction and loyalty in BandarLampung City and build strategies on the development of onion cracker agroindustry. Thisresearch is a case study. The samples are stakeholders from agroindustry, government,employees, and consumers of onion crackers. Technique sampling for consumers issnowballing. The method of data analyzes used descriptive analysis by using analysisCustomer Satisfactin Index (CSI), SWOT analysis and Quantitive Strategic Planing Matrixanalysis (QSPM). The results showed that (1) consumers of onion crackers in BandarLampung were considered satisfied consumer, (2) consumers who were considered loyalty,(3) the main strength of agroindustry was large production capacity while the main weaknessof agroindustry was the lack of promotion activities, (4) the main opportunities ofagroindustry are the needs and interests of consumers towards high products while the mainthreat of agroindustry is the lack of an active role from the government, (5) main for thedevelopment of agroindustrywas the amount of raw onion cracker production was increased,especially in the summer so that it can still meet consumer demand for onion crackers in therainy season through the application of a complete machine tool that has been owned by theagroindustry
Key words: consumer, development strategy, onion crackers
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG
DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)
Oleh
NURUL FAJRI INDAH LESTARI
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 22 Februari 1997,
dari pasangan bapak Supriatin dan ibu Hidayah Supriyati. Penulis
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis
menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di TK
Dewi Sartika pada tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN
2 Sukabumi Bandar Lampung pada tahun 2008, tingkat pertama
(SLTP) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan tingkat atas (SLTA) di
SMA Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai anggota
Bidang Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat di Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) tahun 2014-2018, staff Departemen Pendidikan
dan Sumberdaya Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian
Universitas Lampung periode 2016/2017, anggota Komisi Keuangan dan Kontrol
Kelembagaan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian periode
2017/2018, kepala Bidang Keperempuanan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Pertanian Unila Cabang Bandar Lampung periode 2018/2019.
Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Penyuluhan dan
Komunikasi pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018 dan mata kuliah Ekonomi
Manajerial pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018. Penulis juga pernah
menjadi penerima Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun ajaran
2016/2017 dan 2017/2018, pernah menjadi Duta Fakultas Pertanian periode
2016/2017.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik
Umum (PU) selama 40 hari kerja efektif di PT. Agrokimia Lampung pada bulan Juli-
September 2017.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dan
mengubah zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen serta Strategi Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang di
Kota Bandar Lampung (Studi Kasus Agroindustri Kerupuk Bawang Winda
Putri)”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta
saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., selaku dosen pembimbing utama,
yang telah memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat
hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku dosen pembimbing anggota yang telah
memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si., sebagai dosen penguji skripsi
ini, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis,
atas arahan, bantuan, dan nasehat yang telah diberikan.
6. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas
arahan, nasihat dan motivasi yang telah diberikan.
7. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Supriatin dan Ibunda Hidayah Supriyati,
serta kakak dan adikku tersayang Rizqi Chandra Aditya dan Muhammad
Faisal Ghifari atas semua cinta, limpahan kasih sayang, dukungan, doa,
kebahagiaan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar
Sarjana Pertanian ini.
8. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah
diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
9. Karyawan-karyawati di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mas
Bukhari, Mba Tunjung, Mba Ayi, Mas Boim, atas semua bantuan yang telah
diberikan.
10. Ibu Nita dan Bapak Erik selaku pemilik Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri atas arahan dan informasi yang telah diberikan.
11. Erik Budi Susanto atas untuk segala doa, motivasi, semangat, dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses
menyelesaikan skripsi.
12. Sahabat-sahabat kitnacku, Alvita Raissa, Bella Juliana, Chyntia Saputri,
Indah Mahesa, Nasa Dwi, Sunita Agustina atas masukan, saran,
semangat dan kebahagiaan yang telah diberikan.
13. Para pejuang S.P, Ayu Nirmala Lutfie, Grace Virgine, Dian Widya, Dwi
Febrina, Ferlia Devanda atas masukan, saran, semangat dan humor receh
yang telah diberikan.
14. Kawan-kawan SSD, Hafia Kamarga, Intan Elisa, Nadia Ayu, Martsilia A,
Rahmat Sepriadi, Satria Arif, Muhammad Shofyan, Muhammad Rifai,
Tri Surya, Zerlantio Athena, Hutama Pandu, Ryan Afif, Riski Tuan, atas
semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.
15. Kawan-kawan OTW SP, Measi Arsita, Nanda Nur Rohma, Putri
Anesabella, Ristiana Restuti, Nani Widi, Olpa Fuji, Rana Cindi,
Oktarina, atas semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama
ini.
16. Tim recetku, Fadia Rasyqa, Dhia Andarifika, Elok Dinar, Ayu Triana,
atas semangat, fikiran, dukungan, strategi, dan doa yang telah diberikan
selama ini.
17. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Syendita, Shofi, Shelma,
Devira, Karina, Kiki D, Rosi T, Yohana, Yolanda, Vidia, Vita, Aurora,
Othi, Peggi, Mamat, Dete, Faakhira, Fajar, Fikih, Cindy P, Reza, Oka,
Mustopa, Yudia, Iis, Kiki M, Novia C, Razana, dan kawan-kawan
agribisnis 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas semangat,
dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.
18. Adik-adik Agribisnis, Puput, Weni, Bunga, Nadia, Eci, Dini, Annisa A,
Una, Yasmin, Evita, Risca, Nevi, Mute, Ervina, Aisy, Nanda, Tiya, Elsa,
dll , atas semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.
19. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian
Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan dan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi penulis.
20. AGB 2011, 2012, 2013, 2015, dan 2016 yang senantiasa selalu
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
21. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi
semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
banyak pihak di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas budi baik
berbagai pihak atas segala yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, 21 September 2018Penulis,
Nurul Fajri Indah Lestari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
II. TINJAUAN PUSATAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka 13
1. Ubi Kayu 13
2. Kerupuk 14
3. Proses Pembuatan Kerupuk Bawang 15
4. Agribisnis dan Agroindustri 17
5. Kepuasan Konsumen 19
6. Loyalitas Konsumen 21
7. Konsep Strategi Pengembangan 26
8. Lingkungan Internal 28
9. Lingkungan Eksternal 30
10. Analisis SWOT 35
11. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 38
12. Hasil Penelitian Terdahulu 40
B. Kerangka Pemikiran 50
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar 54
B. Konsep dan Definisi Operasional 54
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian 62
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 64
E. Metode Analisis Data 64
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 87
B. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Senang 89
C. Gambaran Umum Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri 91
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Konsumen Produk Kerupuk Bawang 96
B. Atribut Produk Kerupuk Bawang 99
C. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Kerupuk Bawang 104
D. Keadaan Umum Responden Agroindustri 116
E. Kondisi Internal Agroindustri . 117
F. Kondisi Eksternal Agroindustri 132
G. Matriks Internal Eksternal 139
H. Tahap Pengambilan Keputusan 143
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 150
B. Saran 152
DAFTAR PUSTAKA 153
LAMPIRAN 158
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan gizi beras dan ubi kayu (per 100g) 3
2. Produksi ubi kayu menurut provinsi tahun 2011-2015 4
3. Jumlah tenaga kerja Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
tahun 2015 - 2018 7
4. Jumlah pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
tahun 2015 - 2018 8
5. Kandungan gizi per 100 gr ubi kayu 14
6. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) 40
7. Hasil penelitian terdahulu 41
8. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupuk bawang 65
9. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan kerupuk
bawang 66
10. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat loyalitas kerupuk bawang 67
11. Skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan 68
12. Penentuan tingkat kepuasan dan interprestasi CSI 69
13. Perhitungan switcher buyer 70
14. Rentang skala analisis CSI 70
15. Perhitungan habitual buyer 71
16. Rentang skala analisis CSI 72
17. Perhitungan satisfied buyer 72
18. Rentang skala analisis CSI 73
19. Perhitungan liking the brand 74
20. Rentang skala analisis CSI 74
21. Perhitungan commited buyer 75
22. Rentang skala analisis CSI 76
23. Kerangka matriks faktor strategi untuk kekuatan 82
24. Kerangka matriks faktor strategi untuk kelemahan 82
25. Kerangka matriks faktor strategi untuk peluang 83
26. Kerangka matriks faktor strategi untuk ancaman 83
27. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan luas wilayah 89
28. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri kerupuk bawang Winda Putri 94
29. Sebaran responden berdasarkan umur, dan tingkat pendidikan 97
30. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan 98
31. Penilaian tingkat kinerja kerupuk bawang 100
32. Penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kerupuk
Bawang Winda Putri 105
33. Perhitungan CSI kerupuk bawang Winda Putri 106
34. Responden yang sensitif terhadap perubahan harga (switcher buyer) 110
35. Responden yang membeli kerupuk bawang karena faktor kebiasaan
(habitual buyer) 111
36. Responden yang membeli kerupuk bawang karena kepuasan
(statisfied buyer) 112
37. Responden yang membeli kerupuk bawang karena menyukai merek
(liking the brand) 113
38. Responden yang bersedia merekomendasi kerupuk bawang kepada
orang lain (commited buyer) 114
39. Analisis pendapatan per produksi Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri 125
40. Tenaga kerja agroindustri 127
41. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) 132
42. Matriks EFE (Eksternal Factors Evaluation) 138
43. Total alternatif skor pada 15 strategi 144
44. Empat startegi prioritas Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 145
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alir produksi kerupuk bawang 17
2. Sistem agribisnis 18
3. Piramida loyalitas merek rendah 23
4. Piramida loyalitas merek tinggi 24
5. Skema rantai nilai industri dari agroindustri Winda Putri 29
6. Model untuk strategi korporat 37
7. Kerangka pemikiran 53
8. Model untuk strategi 85
9. Bentuk matriks SWOT 86
10. Struktur organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 93
11. Tata letak/layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 94
12. Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 95
13. Piramida loyalitas kerupuk bawang Winda Putri 115
14. Tepung tapioka yang digunakan dalam pembuatan kerupuk
bawang 118
15. Mesin pembuat adonan yang digunakan dalam pembuatan
kerupuk bawang 118
16. Mesin cetakan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk bawang 119
17. Mesin kukus yang digunakan dalam pembuatan
kerupuk bawang 119
18. Penjemuran kerupuk bawang 119
19. Mesin oven yang digunkan dalam pembuatan kerupuk bawang 120
20. Proses penggorengan kerupuk bawang 120
21. Proses pengemasan kerupuk bawang 120
22. Produk kerupuk bawang Winda Putri 121
23. Cetakan kerupuk yang digunakan dalam kegiatan produksi 121
24. Ebeng yang digunakan dalam proses penjemuran kerupuk bawang 122
25. Timbangan yang digunakan dalam kegiatan agroindustri 122
26. Drum yang digunakan dalam pencampuran adonan kerupuk
bawang 122
27. Peta matriks internal eksternal (IE) 141
28. Matriks SWOT strategi pengembangan Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri 142
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan adalah salah satu pilar pembangunan di Indonesia,
mengingat pentingnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam
Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 dinyatakan bahwa ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
untuk dapat hidup, sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Saat ini
ketahanan pangan masih merujuk kepada salah satu pangan pokok saja, yaitu
beras.
Beras merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia sebagai
sumber karbohidrat. Kementerian Perdagangan (2014) menyebutkan bahwa
jumlah konsumsi beras Indonesia berkisar dua kali lebih besar dari beberapa
negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Data Survai Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2015 menyatakan bahwa rata-rata konsumsi beras
di Indonesia adalah 233 gram/kapita/hari (Badan Pusat Statistik, 2015a).
Kebutuhan beras yang tinggi menyebabkan Indonesia melakukan impor beras
2
dari negara lain. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi jumlah konsumsi beras adalah melalui program
diversifikasi pangan.
Diversifikasi pangan adalah program yang dilakukan agar masyarakat tidak
terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong juga untuk
mengkonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok
(beras) yang selama ini dikonsumsi. Menurut Riyadi (2003), diversifikasi
pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya
tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam pilihan
(alternatif) terhadap berbagai bahan pangan. Penganekaragaman pangan
ditujukan tidak hanya untuk mengurangi ketergantungan akan jenis pangan
tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula untuk mencapai keberagaman
komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan kualitas gizi
masyarakat.
Pandangan masyarakat yang menganggap beras adalah sumber energi utama
perlu dihapuskan dengan mencari alternatif pangan pengganti beras. Bahan
makanan yang dapat menjadi pengganti beras adalah bahan makanan yang
memiliki kandungan gizi yang serupa atau lebih tinggi dari beras. Salah satu
bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang serupa adalah ubi kayu
yang berasal dari golongan umbi-umbian. Tingkat kandungan gizi yang
terdapat dalam beras dan ubi kayu disajikan pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram beras dan ubi kayu
No Komponen Gizi Satuan Kadar(beras)
Kadar(ubi kayu)
1 Kalori Kal 129,00 146,00
2 Protein g 2,66 1,20
3 Lemak g 0,34 0,30
4 Karbohidrat g 27,9 34,70
5 Kalsium mg 1,00 33,00
6 Fosfor mg 0,00 40,00
7 Zat besi mg 0,40 0,70
8 Vitamin A SI 0,00 0,00
9 Vitamin B1 mg 0,00 0,06
10 Vitamin C mg 0,00 30,00
11 Air g 0,00 62,50Sumber: Depkes RI (2005)
Tabel 1 menunjukkan bahwa komponen gizi yang dimiliki beras dan ubi kayu
berbeda. Kandungan gizi yang dimiliki ubi kayu lebih banyak daripada
beras. Hal tersebut menyebabkan ubi kayu dapat dijadikan sebagai bahan
diversifikasi pangan karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang
lebih tinggi dibandingkan beras. Selain itu, ubi kayu memiliki produksi yang
tinggi serta banyak dimanfaatkan dalam rumah tangga.
Badan Pusat Statistik (2015b) menyatakan bahwa Provinsi Lampung
merupakan provinsi penghasil ubi kayu nomor satu di Indonesia, sehingga ubi
kayu dapat menjadi pilihan untuk dijadikan pangan pokok program
diversifikasi pangan. Provinsi Lampung memiliki potensi pemanfaatan
tanaman ubi kayu yang dapat dijadikan sebagai alternatif pangan pengganti
beras sehingga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras.
Jumlah produksi ubi kayu di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.
4
Tabel 2. Produksi ubi kayu tertinggi menurut provinsi (ton) tahun 2011- 2015
Provinsi Produksi Ubi Kayu(ton)2011 2012 2013 2014 2015
Sumatera Utara 1.091.711 1.171.520 1.518.221 1.383.346 1.619.495
Sumatera Selatan 159.346 143.565 165.250 220.014 217.807
Lampung 9.193.676 8.387.351 8.329.201 8.034.016 7.387.084
Jawa Barat 2.058.785 2.131.123 2.138.532 2.250.024 2.000.224
Jawa Tengah 3.501.458 3.848.462 4.089.635 3.977.810 3.571.594
DI Yogyakarta 867.596 866.357 1.013.565 884.931 873.362
Jawa Timur 4.032.081 4.246.028 3.601.074 3.635.454 3.161.573
Bali 166.291 147.201 156.953 131.887 86.070
Nusa Tnggara Timur 962.128 892.145 811.166 677.577 637.315
Sulawesi Tengah 83.139 93.642 100.950 84.688 47.295
Sulawesi Selatan 370.125 682.995 433.399 478.486 565.958
Sulawesi Tenggara 164.850 175.719 180.680 175.086 175.095
Jumlah22.651.186 22.786.108 22.538.626 21.933.319 20.342.872
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015b
Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi ubi kayu tertinggi dihasilkan Provinsi
Lampung. Pada tahun 2011-2015 produksi ubi kayu di Provinsi Lampung
mengalami penurunan sebesar 0,0416 persen. Meskipun produksi ubi kayu
mengalami penurunan, tetapi Provinsi Lampung tetap menjadi penghasil ubi
kayu nomor satu di Indonesia. Pada tahun 2015 produksi ubi kayu di
Provinsi Lampung menempati urutan pertama sebesar 7.387.084 ton. Jumlah
produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 21.801.415 ton. Jadi
kontribusi Provinsi Lampung dalam produksi ubi kayu di Indonesia pada
tahun 2015 yaitu sebesar 33,87 persen dengan kata lain, lebih dari
seperempat produksi ubi kayu di Indonesia berasal dari Provinsi Lampung.
Jumlah produksi ubi kayu yang tinggi dapat mendukung keberhasilan
program diversifikasi pangan.
Masyarakat Provinsi Lampung saat ini sedang menjalankan program
diversifikasi pangan melalui proses pengolahan ubi kayu menjadi berbagai
5
macam bentuk olahan makanan. Beberapa olahan makanan yang
menggunakan bahan baku utama ubi kayu yaitu beras siger (Ariesta , 2014),
Bazai (2017) meneliti bihun tapioka yang merupakan produk olahan ubi
kayu, dimana bihun tapioka merupakan bihun atau mi yang terbuat dari bahan
dasar hasil diversifikasi produk olahan singkong yaitu tepung tapioka.
Penelitian Syafani (2015) menyatakan bahwa tiwul merupakan makanan
tradisional yang merupakan hasil olahan dari ubi kayu. Valentina (2009)
menyatakan keripik singkong merupakan bahan olahan dengan bahan baku
utamanya berasal dari ubi kayu. Penelitian Nurhabibah (2016) menyatakan
bahwa getuk merupakan makanan tradisonal berbahan baku utama ubi kayu.
Pada penelitian Desnita (2015) produk yang berbahan baku ubi kayu adalah
gaplek. Dari beberapa olahan makanan berbahan dasar ubi kayu salah
satunya adalah kerupuk.
Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku utama tepung
tapioka yang berasal dari pengolahan ubi kayu. Kerupuk sudah banyak
dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa seperti, kerupuk udang, kerupuk
ikan, kerupuk bawang, kerupuk kemplang, kerupuk aci dan lain sebagainya.
Salah satu kerupuk yang sering dikonsumsi masyarakat adalah kerupuk
bawang.
Kerupuk bawang merupakan hasil olahan antara tepung tapioka, ikan, dan
bawang yang dicampur menjadi satu kesatuan. Proses diversifikasi pangan
diharapkan dapat berjalan dengan cepat melalui produk kerupuk bawang
mengingat kerupuk merupakan jenis makanan yang digemari oleh
6
masyarakat. Proses pengolahan kerupuk bawang tersebut dilakukan dalam
sebuah usaha agroindustri. Afandi (2009) menyatakan agroindustri adalah
salah satu bagian sektor industri pengolahan yang mempunyai kontribusi
besar terhadap laju pertumbuhan perekonomian di Provinsi Lampung. Selain
itu agroindustri juga memiliki peran penting dalam laju percepatan
diversifikasi pangan.
Kota Bandar Lampung merupakan kota terbesar di Provinsi Lampung.
Perekonomian Kota Bandar lampung yang maju dan berkembang pesat,
disumbangkan oleh peranan signifikan sektor industri pengolahan (Bank
Indonesia, 2012). Kota Bandar Lampung juga merupakan kota di Provinsi
Lampung yang banyak memiliki usaha pengolahan ubi kayu menjadi
kerupuk. Salah satu agroindustri di Bandar Lampung adalah Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri.
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri ini merupakan agroindustri yang
memproduksi kerupuk bawang dan berlokasi di Kecamatan Tanjung Senang
Kota Bandar Lampung. Agroindustri kerupuk bawang ini tergolong ke dalam
usaha mikro dimana omset yang diterima agroindustri ini masih kurang dari
Rp 50.000.000,00. Selain itu agroindustri ini mampu memproduksi kerupuk
bawang yang nantinya akan menjual kembali kerupuk bawang tersebut
kepada hingga 7 kuintal dalam sekali produksi. Pelanggan dari agroindustri
ini adalah pedagang besar pengecer dan konsumen akhir. Proses
pengembangan agroindustri tidak terlepas dari konsumen atau pelanggan.
Hal ini dikarenakan pelanggan merupakan faktor utama atau faktor paling
7
penting dalam kegiatan usaha. Banyak sedikitnya pelanggan dari suatu
agroindustri dapat mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu agroindustri.
Pelanggan juga merasakan kepuasan dan mempunyai kesetiaan yang berbeda
terhadap suatu produk. Mengetahui kepuasan dan kesetiaan kerupuk bawang
Winda Putri perlu dilakukan analisis tingkat kepuasan dan loyalitas
konsumen, agar agroindustri ini mampu membuat konsumen menjadi setia
kepada produknya sehingga menjadi pelanggan tetap Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri. Di sisi lain Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
ini belum dapat memaksimalkan keadaan lingkungan internal dan lingkungan
eksternalnya. Pada lingkungan internalnya, ternyata jumlah tenaga kerjanya
masih tetap atau belum mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir.
Tabel 3 menunjukkan jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri. Seluruh tenaga kerja yang ada di Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri adalah laki-laki.
Tabel 3. Jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri tahun 2015 - 2018
No Tahun Jumlah Tenaga Kerja (orang)1 2015 102 2016 143 2017 144 2018 14
Sumber : Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Agroindustri ini masih dalam tahap pengembangan. Hal ini dibuktikan dari
faktor eksternalnya yaitu pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda
Putri yang mengalami peningkatan. Tabel 4 menunjukkan jumlah pelanggan
dari Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.
8
Tabel 4. Jumlah pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putritahun 2015 – 2018
No Tahun Jumlah Pelanggan1 2015 92 2016 143 2017 184 2018 20
Sumber : Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa jumlah pelanggan Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri di setiap tahunnya mengalami peningkatan
jumlah pelanggan. Peningkatan jumlah pelanggan terjadi mulai dari tahun
2015, peningkatan jumlah pelanggan terbesar terjadi pada tahun 2015-2016
yaitu meningkat sebanyak 5 pelanggan dan peningkatan terendah terjadi pada
tahun 207-2018 yaitu sebanyak 2 orang.
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat menunjukkan bahwa agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri masih berupaya untuk meningkatkan
perkembangan usahanya. Upaya yang dapat dilakukan oleh agroindustri ini
adalah menyusun strategi yang tepat. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Kepuasan, Loyalitas Konsumen dan Strategi Pengembangan
Agroindustri Kerupuk Bawang di Kota Bandar Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri merupakan salah satu agroindustri
yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung yang
9
kegiatannya memproduksi kerupuk bawang. Agroindustri ini berdiri sejak
tahun 2014. Saat ini, Agroindustri Kerupuk Winda Putri masih dalam tahap
pengembangan, dimana hal ini terlihat dari umur agroindustri yang baru
berjalan 4 tahun. Produksi dari agroindustri ini cukup besar yaitu hingga 7
kuintal per satu kali produksi, namun agroindustri ini juga belum mengalami
peningkatan jumlah tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada tiga tahun
terakhir. Konsumen dari agroindustri kerupuk masih selalu meningkat. Selain
itu kegiatan pemasaran yang dilakukan hanya menggunakan promosi dari
mulut ke mulut. Wi layah pemasarannya belum luas atau masih dalam lingkup
Kota Bandar Lampung saja.
Oleh karena itu, agroindustri kerupuk ini membutuhkan strategi yang tepat
untuk mengembangkan usahanya. Penyusunan strategi pengembangan
dilakukan dengan menganalisis lingkungan agroindustri, baik lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal. Kekuatan dan kelemahan merupakan
penilaian lingkungan internal agroindustri, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan penilaian lingkungan eksternal dalam pembuatan strategi
pengembangan agroindustri. Proses pengembangan usaha juga tidak terlepas
dari konsumen atau pelanggan. Konsumen atau pelanggan merupakan salah
satu faktor eksternal dari penyusunan strategi pengembangan. Hal ini
dikarenakan pelanggan merupakan faktor utama atau faktor paling penting
dalam kegiatan usaha, banyak sedikitnya pelanggan dari suatu agroindustri
dapat mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu agroindustri.
10
Pelanggan merasakan kepuasan dan kesetiaan yang berbeda terhadap produk
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Untuk mengetahuinya perlu
dilakukan analisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen, agar agroindustri
ini mampu membuat pelanggan menjadi setia kepada produknya sehingga
menjadi pelanggan tetap Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Oleh
sebab itu, Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri menjadi lokasi
penelitian karena memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lebih baik
lagi melalui strategi pengembangan yang nantinya akan dihasilkan dari
penelitian ini. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana kepuasan konsumen terhadap produk Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri?
2) Bagaimana loyalitas konsumen terhadap produk Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri?
3) Bagaimana kondisi lingkungan internal Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri?
4) Bagaimana kondisi lingkungan eksternal Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri?
5) Bagaimana strategi yang tepat untuk pengembangan usaha Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri?
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Mengidentifikasi tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri
2) Mengidentifikasi tingkat loyalitas konsumen terhadap produk Agroindustri
Kerupuk Winda Putri
3) Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri.
4) Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri.
5) Menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan usaha Agroindustri
Kerupuk Bawang Winda Putri.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1) Manfaat bagi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih berbagai
pilihan alternatif strategi usaha yang dapat diterapkan oleh Agroindustri
Kerupuk Winda Putri guna mengembangkan usahanya di bidang agribisnis.
2) Manfaat bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat yang hendak ataupun sedang melaksanakan usaha dalam
menentukan strategi pengembangan usaha.
12
3) Manfaat bagi pemerintah
Penelitian ini dapat membantu dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait yang
sesuai bagi perusahaan terkait.
4) Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi serta
masukan bagi penelitian sejenis selanjutnya.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Ubi Kayu
Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman pangan dengan sumber
karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon
merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya
dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara-negara
yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).
Menurut Devendra dalam Putri (2017) tanaman ubi kayu atau singkong
memiliki produk utama yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu daun 6
persen, batang 44 persen dan umbi 50 persen. Singkong kaya akan
karbohidrat yaitu sekitar 80 persen – 90 persen dengan pati sebagai
komponen utamanya
Bagian umbi pada tanaman ubi kayu sangat bermanfaat untuk di konsumsi,
selain sebagai tanaman yang mengandung karbohidrat, ubi kayu juga
memiliki kandungan gizi yang lain seperti kalori, protein, lemak, kalium,
fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C1 dan air yang bermanfaat
14
bagi tubuh. Kandungan gizi per 100 gram dari tanaman ubi kayu disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan gizi per 100 gram ubi kayu
No. Komponen Gizi Satuan Kadar1. Kalori Kal 146,002. Protein G 1,203. Lemak G 0,304. Karbohidrat G 34,705. Kalium Mg 33,006. Fosfor Mg 40,007. Zat Besi Mg 0,708. Vitamin A SI 0,009. Vitabin B Mg 0,0610. Vitamin C1 Mg 30,0011. Air g 62,5012. Bagian yang dapat
Dimakan% 75,00
Sumber: Depkes RI (2005)
2. Kerupuk
Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku tepung
tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa
misalnya, kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk bawang, dan kerupuk
rasa keju. Beberapa hal yang dipersyaratkan yang dapat memengaruhi
kualitas kerupuk adalah warna menarik, permukaan bekas irisan rata,
ketebalan sama rata, mengembang 3-5 kali saat digoreng, dan memiliki
cita rasa yang kompak (Suprapti, 2005).
Banyak jenis kerupuk dibuat orang, mulai dari kerupuk yang dibuat dari
beras, tepung terigu, ataupun dari tepung tapioka. Berdasarkan bahan
bakunya kerupuk dapat dibagi menjadi kerupuk udang, kerupuk ikan,
15
kerupuk bawang dan jenis kerupuk lainnya sesuai dengan bahan dasar
pembuatannya. Kerupuk tapioka mempunyai kandungan protein yang
rendah. Hal ini dikarenakan kadar protein bahan baku yang digunakan
(tepung tapioka) rendah. Penambahan ikan, tepung udang dan sumber
protein lainnya pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan
kandungan protein kerupuk yang dihasilkan
Menurut cara pengolahannya kerupuk dikelompokkan atas kerupuk yang
digoreng dan kerupuk yang dipanggang atau dibakar. Selain itu kerupuk
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk yang bersumber protein baik
protein nabati atau hewani dan kerupuk yang tidak bersumber dari protein.
3. Proses Pembuatan Kerupuk Bawang
Kerupuk bawang merupakan makanan kering berbahan baku tepung
tapioka dengan bahan tambahan ikan dan bawang. Kerupuk bawang
berbentuk bundar dengan tekstur keriting atau melingkar. Proses
pembuatan kerupuk bawang adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan adonan
Pembuatan adonan dilakukan dengan cara mencampur tepung tapioka
sebagai bahan utama serta tambahan bahan lainnya seperti ikan,
bawang, dan penyedap rasa. Setelah bahan-bahan dicampurkan lalu
adonan diaduk pada mesin baloan (mesin pengaduk).
2. Pencetakan
Setelah adonan dicampur, bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam
mesin cetakan kerupuk dan ditempatkan ke dalam cetakan.
16
3. Pengukusan
Setelah dicetak, kerupuk tersebut dikukus di dalam panci besar selama
tiga puluh menit agar adonan menyatu dan tidak hancur ketika
digoreng.
4. Penjemuran
Kerupuk yang sudah dikukus kemudian dijemur pada siang hari sesuai
dengan cuaca. Penjemuran dilakukan selama 1-2 hari.
5. Pengovenan
Kerupuk yang sudah dijemur selanjutnya dioven. Pengovenan
dilakukan agar kerupuk bawang menjadi kering dan tidak ada lagi
kandungan air di dalamnya. Pengovenan dilakukan selama 2-3 jam.
6. Penggorengan
Tahap selanjutnya adalah menggoreng kerupuk yang sudah dijemur
dan dioven agar menjadi kerupuk bawang yang siap konsumsi.
Penggorengan dilakukan denggan menggunakan minyak dalam satu
kali produksi sebanyak 200-300 liter pemakaian dan menggunakan
kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
7. Pengemasan
Pengemasan dilakukan setelah kerupuk sudah digoreng dan
dikeringkan. Pengemasan bertujuan agar mempermudah produk
untuk dijual ke konsumen.
17
Ringkasan tahapan pembuatan kerupuk bawang selengkapnya dijelaskan
pada Gambar 1.
.
Gambar 1. Bagan alir produksi kerupuk bawang
4. Agribisnis dan Agroindustri
Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah
antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi,
pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Agribisnis merupakan sebuah
rantai dari hulu sampai ke hilir yang di dalamnya mencakup pengadaan,
prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh para petani. Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) agribisnis
merupakan setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi
pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau
Tepung Tapioka dan Bahanlain
Pembuatan adonan
PencetakanPengukusan
Penjemuran Pengovenan
PenggorenganKerupuk Bawang
Pengemasan
18
pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan
hasil pertanian. Agribisnis adalah sistem dimana merupakan kumpulan
dari beberapa subsistem yang saling berinteraksi di dalamnya dan
membentuk suatu hubungan. Gambar 2 menunjukan sistem agribisnis
beserta subsistemnya.
Gambar 2. Sistem agribisnis (Abdul, 2001)
Setiap subsistem agribisnis saling berkaitan satu sama lain, sistem agribisnis
hulu (up stream – off farm agribusiness) pada subsistem ini merupakan
kegiatan pengadaan sarana produksi bagi pertanian seperti pupuk, bibit,
pestisida, obat-obatan, dan lain-lain. Pada subsistem usahatani (on farm
agribusiness) pada subsistem ini yaitu kegiatan usahatani seperti budidaya
yang dilakukan dengan penggunaan sarana produksi yang dihasilkan dari
subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian. Subsistem
agribisnis hilir (down stream – off farm agribusiness) merupakan kegiatan
ekonomi yang dilakukan mulai dari pasca panen, pengemasan,
Agribisnis hulu (up Usahatani (on farm Agribisnis hilir (downstream – off farm agribusiness) stream – off farm
agribusiness) agribusiness)
Pupuk, bibit, alat dan Pasca panen,mesin, pestisida, obat- Budidaya pengemasan,
obatan, sarana penyimpanan,produksi dll. pengolahan produk,
distribusi dll.
Kelembagaan dan kegiatan penunjang (supporting institution and activities)
Bank, asuransi, pendidikan, penyuluhan, latihan, konsultasi kebijakanpemerintah dll.
19
penyimpanan, pengolahan, distribusi, dan lain-lain. Dari ketiga subsistem
ini dibutuhkan juga subsistem ke empat yaitu kelembagaan dan kegiatan
penunjang (supporting institution and activities) berupa bank, asuransi,
pendidikan, penyuluhan, dan lain-lain yang merupakan bagian dari
pembangunan subsistem agribisnis.
Agroindustri merupakan subsistem agribisnis yang memproses dan
mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan menjadi barang-barang setengah jadi ataupun
barang-barang jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Agroindustri
merupakan kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan
baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut (Soekartawi, 2001). Agroindustri adalah bagian dari agribisnis,
yaitu industri yang mengubah produk hasil pertanian yang berasal dari
nabati maupun hewani, menjadi produk dalam rangka meningkatkan nilai
tambah dari produk. Menurut Soekartawi (2000) ciri penting dari
agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung pada mesin, memiliki
manajemen usaha yang moderen, skala usaha yang optimal dan efisien serta
mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
5. Kepuasan Konsumen
Menurut Mowen dan Minor (2002), kepuasan konsumen adalah keseluruhan
sikap yang ditunjukkan oleh seorang konsumen terhadap suatu produk baik
barang dan jasa setelah mereka membeli dan menggunakan barang tersebut.
20
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari
perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan
yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut
( Sumarwan, 2003).
Menurut Irawan (2003) terdapat lima komponen yang dapat mendorong
kepuasan konsumen, yaitu:
1) Kualitas produk dimana kualitas produk menyangkut lima elemen, yaitu
performance, reliability, conformance, durability, dan consistency.
Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa
produk yang mereka gunakan berkualitas.
2) Kualitas pelayanan, dimana pelanggan akan merasa puas apabila
pelayanan yang baik yang sesuai dengan yang diharapkan. Dimensi
kualitas pelayanan menurut konsep servqual meliputi reliability,
responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Dalam banyak hal,
kualitas pelayanan mempunyai daya diferensiasi yang lebih kuat
dibandingkan dengan kualitas produk.
3) Faktor emosional, dimana kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat
menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup.
Kepuasan pelanggan didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol
sukses, dan sebagainya.
4) Harga, dimana komponen harga sangat penting karena dinilai mampu
memberikan kepuasan yang relatif besar. Harga yang murah akan
memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga
karena mereka akan mendapat value for money yang tinggi.
21
5) Kemudahan, dimana komponen ini berhubungan dengan biaya untuk
memperoleh produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila
relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau
pelayanan. Seorang pelanggan akan mengevaluasi kualitas layanan
berdasarkan persespsi mereka.
6. Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen atau kesetiaan konsumen adalah bila konsumen puas
pada pembelian pertama, maka pada pembelian berikutnya dilakukan
berulang-ulang pada satu merek, pengambilan keputusan tidak lagi
diperlukan karena konsumen telah mengetahui secara mendalam mengenai
merek tersebut (Suryani, 2008). Loyalitas pada konsumen terjadi
disebabkan karena kepuasan konsumen terhadap merek yang digunakan
secara terus menerus sehingga menyebabkan konsumen menjadi puas dan
loyal terhadap suatu merek.
Merujuk jurnal penelitian Gadung, Zakaria dan Murniati (2015) konsumen
dikatakan loyal apabila nilai dari committed buyer lebih besar dibandingkan
switcher buyer. Masing-masing tingkatan menunjukkan tantangan yang
harus dihadapi sekaligus sebagai aset yang dapat di manfaatkan, dibawah ini
adalah tingkatan loyalitas:
a. Switcher atau Price Buyer
Tingkat ini adalah tingkat loyalitas paling dasar dimana pembeli
berpindah-pindah, peka terhadap perubahan harga, dan tidak ada loyalitas
merek atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang
22
ditawarkan. Pada tingkatan ini, konsumen lebih memperhatikan harga
dalam melakukan pembelian produk.
b. Habitual Buyer
Pada tingkat ke dua ini, pembeli dapat disebut sebagai pembeli tipe
kebiasaan (habitual buyer). Pada tingkat ini, para pembeli merasa puas
dengan produk yang digunakan, minimal tidak mengalami kekecewaan.
Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpastian yang cukup
memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian
ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya.
c. Satisfied Buyer
Pada tingkat ke tiga ini terdapat orang-orang yang puas, namun pembeli
menanggung biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang
atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke
merek lain. Pembeli pada tingkat ini, biasanya disebut pembeli loyal
yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila melakukan
penggantian merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
d. Liking The Brand
Pada tingkat keempat ini, konsumen benar-benar meyukai merek dari
produk tersebut. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,
karena terdapat perasaan emosi onal dalam menyukai merek. Pilihan
mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan
kualitas yang tinggi.
23
e. Commited Buyer
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia terhadap merek.
Konsumen mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau
menjadi pengguna satu merek. Merek tersebut sangat penting bagi
konsumen baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa
konsumen sebenarnya (committed buyer). Bentuk piramida loyalitas
dapat dilihat pada Gambar 3.
Committed buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher buyer
Gambar 3. Piramida loyalitas merek yang rendah (Durianto, 2004)
Tingkatan brand loyalty mewakili tantangan pemasar yang berbeda dan
mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan eksploitasinya
(Durianto dan Sitinjak, 2004). Piramida brand loyalty di atas menjelaskan
bahwa loyalitas dari merek tersebut masih rendah, hal ini dikarenakan
semakin tinggi brand loyalty-nya maka piramida menyatakan bahwa
loyalitas merek tersebut masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi brand loyalty-nya, luas piramidanya semakin kecil, yang
berarti bahwa kuantitas konsumennya semakin kecil pula. Piramida brand
24
loyalty yang baik adalah piramida yang berbentuk terbalik disajikan pada
Gambar 4.
Commited buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher buyer
Gambar 4. Piramida loyalitas merek yang tinggi (Durianto, 2004)
Durianto (2004) menyatakan bahwa tiap tingkatan loyalitas mewakili
tantangan pemasar yang berbeda dan mewakili tipe aset yang berbeda
dalam pengelolaan dan eksploitasinya. Piramida yang baik adalah yang
berbentuk piramida terbalik, dimana nilai committed buyer lebih besar dari
nilai switcher buyer. Seorang konsumen akan melalui beberapa tahapan
untuk sampai menjadi konsumen yang loyal. Tahap untuk menjadi
konsumen yang loyal tebagi ke dalam tujuh tahap, menurut Griffin (2005)
sebagai berikut:
1 ) Tersangka
Semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan
meskipun belum mengetahui apapun mengenai jasa yang ditawarkan.
25
2) Yang diharapkan
Seseorang yang memiliki kebutuhan akan barang atau jasa tertentu dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya.
3) Yang tidak berkemampuan
Seseorang yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu
akan tetapi tidak mempunyai kemampuan atau tidak membutuhkan
barang tersebut.
4) Pembeli yang baru
Konsumen atau pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya,
mereka masih merupakan pelanggan baru perusahaan.
5) Pembeli berulang-ulang
Konsumen atau pelanggan yang melakukan pembelian suatu produk
dua 3 atau 4 kali atau lebih.
6) Pelanggan tetap Konsumen
yang membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan
kebutuhan mereka yang dilakukan secara teratur.
7) Pelanggan tetap dan pendukung
Pelanggan tetap dan pendukung membeli seluruh barang atau jasa yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan secara teratur serta memberikan
rekomendasi tentang barang atau jasa yang mendorong orang lain untuk
melakukan pembelian terhadap barang atau jasa perusahaan.
26
7. Konsep Strategi Pengembangan
Menurut Hunger dan Wheelen (2003) manajemen strategis adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliput
pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau
perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta
pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan
evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan
kelemahan perusahaan. Proses manajemen strategis meliputi empat
elemen dasar yaitu :
1) Pengamatan lingkungan
yang berada diluar organisasi dan tidak secar khusus ada dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Sedangkan
lingkungan internal terdiri dari beberapa variable-variabel yang ada
didalam organisasi tetapi biasanya dalam pengendalian jangka pendek
dari manajemen puncak.
2) Perumusan strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan,
dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi
meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan
yang dapat dicapai, pengembangan strategi, dan penetapan pedoman
kebijakan.
27
3) Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan
program, anggaran, dan prosedur.
4). Evaluasi dan pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melalui aktivitas-
aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan (David,
2003).
Strategi adalah sarana yang memiliki tujuan jangka panjang bagi
perusahaan. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis,
diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
divestasi, likuidasi, dan usaha patungan (joint venture) (David, 2004).
Menurut Rangkuti (2006) strategi adalah alat yang digunakan
perusahaan guna memenuhi tujuan jangka panjang dengan
berpedoman pada sasaran, prioritas sumber daya, dan tindak lanjut
dari perusahaan. Strategi pengembangan merupakan suatu rencana
yang akan menentukan tindakan-tindakan pada masa yang akan
datang dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kerja dan
kemampuan teknis sehingga akan tercapai tujuan secara optimal.
Tiga komponen dalam strategi pengembangan menurut David (2004)
yaitu:
1) Pengembangan internal, pada kegiatan ini lebih memusatkan
kepada kompetensi perusahaan.
28
2) Akuisisi, kegiatan ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan
cakupan kegiatan baru atau masuk kepada kegiatan lain lewat
perusahaan lain.
3) Pengembangan bersama (joint development) dan analisis strategik
(strategic alliance).
8. Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal perusahaan
dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari
tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2005). Analisis lingkungan internal bertujuan
untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat
pada sumberdaya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan.
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan)
yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian
jangka pendek (Hunger dan Wheelen, 2003).
Menurut Solihin (2012) terdapat beberapa alat analisis yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis lingkungan internal yaitu:
1). Analisis rantai nilai industri
Analisis ini digunakan untuk menilai apakah perusahaan saat ini sudah
berada pada jalur rantai yang tepat dalam suatu industri. Perusahaan
saat ini tidak bisa lagi berjalan secara individual untuk dapat meraih
keunggulan kompetitif, melainkan harus bergabung dengan rangkaian
rantai nilai dari perusahaan lainnya. Masing-masing perusahaan yang
tergabung dalam satu rantai nilai harus dapat memberikan kontribusi
29
yang menguntungkan bagi rantai nilai selanjutnya. Rantai nilai sendiri
menunjukkan kumpulan aktivitas yang saling berkaitan dalam proses
penciptaan nilai dalam satu industri sejak bahan baku didatangkan dari
pemasok sampai kegiatan distribusi yang mengantarkan produk
perusahaan ke tangan konsumen akhir. Analisis rantai nilai industri
digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan berada di jalur rantai
nilai yang kompetitif dibandingkan pesaingnya.
Sistem rantai pasok agroindustri adalah komitmen dalam mengalirkan
barang dari hulu (upstream) sampai ke hilir (downstream). Kooperasi
merupakan bentuk kerjasama antar pelaku secara horizontal, misalnya
sesama petani. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama antar pelaku secara
vertikal, misalnya petani dengan koperasi. Panjang rantai pasok dan
supply chain size akan menentukan kesinambungan bisnis dari produk
yang dihantarkan. Keterlibatan banyak pelaku dalam unit rantai pasok
harus disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan prakiraan
permintaan. Pengorganisasian yang tepat akan menjadikan rantai pasok
sebagai cara bersaing yang efektif bagi agroindustri. Gambar 5
menjelaskan rantai pasok yang ada pada Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri.
Gambar 5. Skema rantai nilai industri dari Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri
Produksi PedagangBesar
Pengecer Pasar Konsumenakhir
30
2). Analisis rantai nilai korporasi
Adapun untuk melakukan analisis terhadap kemampuan sumber daya
internal organisasi yang terdiri dari berbagai fungsi organisasi seperti
fungsi pemasaran, keuangan, produksi, riset dan pengembangan, serta
fungsi lainnya yang ada di dalam perusahaan, dimana keseluruhan
kemampuan fungsi-fungsi perusahaan tersebut bermuara pada
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan margin, maka perusahaan
harus melakukan analisis rantai nilai korporasi.
9. Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal perusahaaan bertujuan untuk mengidentifikasi
sebuah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal. Barney
dan Hesterly dalam Solihin (2012) menyebutkan adanya dua jenis analisis
yang dapat digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Kedua alat
analisis tersebut adalah analisis struktur industri yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai peluang usaha, dan analisis five forces yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai ancaman yang berasal
dari lingkungan ekternal perusahaan. Selain kedua alat analisis tersebut,
perusahaan dapat menggunakan analisis STEEPLE. Analisis STEEPLE
lebih ditujukan untuk menganalisis lingkungan umum perusahaan, dimana
perubahan lingkungan umum perusahaan dapat menciptakan sejumlah
peluang maupun ancaman bagi perusahaan.
a. Analisis struktur industri
31
Struktur industri didefinisikan oleh Porter dalam Solihin (2012) struktur
industri terbentuk dari perpaduan berbagai karakteristik industri yang ada
di dalamnya. Kendati terdapat banyak cara pengelompokkan struktur
industri, tetapi dari berbagai cara pengelompokkan struktur industri
tersebut terdapat empat kategori generic struktur industri, yaitu
fragmented industry, emerging industry, mature industry, dan declining
industry. Melalui pemahaman terhadap struktur industri dimana
perusahaan berada, maka perusahaan dapat mengidentifikasi strategi
mana yang dapat diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimalkan
peluang untuk memperoleh keunggulan kompetitif yang berasal dari
karakteristik masing-masing struktur industri.
b. Analisis Five Forces
Model Five Forces dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya
ancaman yang berasal dari lima kekuatan di dalam suatu industri.
Potensi ancaman dari kelima kekuatan dalam industri tersebut mencakup
ancaman masuknya pesaing potensian (threats of potential new entrants),
daya tawar pemasok (bergaining power of supplier), persaingan antar
perusahaan dalam satu industri (rivalry among existing firms), ancaman
dari produk subtitusi (threats of subtitute products), dan daya tawar
pembeli (bargaining power of buyer).
1) Ancaman masuknya pesaing potensial (threats of potential new
entrants)
Perusahaan akan memperoleh ancaman akibat masuknya perusahaan
potensian yang dapat menjadi pesaing bagi perusahaan atau adanya
32
potensi pesaing dari perusahaan yang saat ini belum menjadi pesaing
perusahaan tetapi memiliki sumber daya yang memungkinkan mereka
memasuki suatu industri. Potensi pesaing tersebut dapat dilihat dari
sumber daya yang dimiliki oleh calon pesaing.
2) Daya tawar pemasok (bergaining power of supplier)
Pemasok dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang selama ini
memperoleh input dari pemasok bila ketergantungan perusahaan
kepada salah satu pemasok menjadi semakin besar dari waktu ke
waktu.
3) Persaingan antar perusahaan dalam satu industri (rivalry among
existing firms)
Tingkat persaingan yang terjadi di antara perusahaan dalam satu
industri dapat memberikan ancaman bagi perusahaan karena tingkat
persaingan antar perusahaan yang tinggi dapat menurunkan pangsa
pasar yang diperoleh perusahaan selama ini, terutama apabila produk
yan ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dalam satu
industri tersebut dipersepsikan relative sama oleh konsumen. Hal ini
dapat menimbulkan terjadinya perilaku konsumen yang sering beralih
dari produk yang satu ke produk lainnya karena konsumen memiliki
loyalitas terhadap produk yang relatif rendah.
4) Ancaman dari produk subtitusi (threats of subtitute products)
Persaingan tidak hanya datang dari produk sejenis melainkan dapat
pula berasal dari produk yang tidak sejenis tetapi dapat memuaskan
33
kebutuhan yang sama. Produk seperti itu disebut sebagai produk
substitusi.
5) Daya tawar pembeli (bargaining power of buyer).
Pembeli dapat menjadi ancaman bagi perusahaan terutama bila
penjualan produk perusahaan hanya terkonsentrasi kepada sejumlah
kecil pembeli. Dalam keadaan seperti ini, pembeli akan memiliki
posisi tawar yang lebih tinggi dibanding perusahaan, sehingga
pembeli dapat menetapkan syarat-syarat perdagangan yang lebih
menguntungkan pembeli seperti permintaan harga yang murah,
permintaan potongan harga, permintaan tambahan pelayanan, jangka
waktu pembayaran yang lebih panjang dan lain sebagainya, dimana
semua hal tersebut merupakan biaya bagi perusahaan.
c. Analisis STEEPLE
Analisis STEEPLE merupakan analisis terhadap lingkungan umum
perusahaan untuk mengidentifikasi sejumlah ancaman dan peluang yang
diakibatkan oleh perubahan lingkungan umum perusahaan. Analisis
STEEPLE mencakup analisa terhadap lingkungan social/demographic,
technological,economics, environmental, political, legal, dan ethical.
1) Social/Demographic
Perubahan stuktur sosial dan demografi dapat memberikan peluang
maupun ancaman bagi perusahaan.
2) Technological
Tekonologi merupakan faktor pemicu perubahan yang dapat
berpotensi membawa perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif.
34
3) Economics
Perekonomian berkaitan dengan bagaimana suatu bangsa
memproduksi, mendistribusikan dan mengonsumsi berbagai barang
dan jasa.
4) Environmental
Ancaman yang timbul dari masalah lingkungan hidup seperti aktivitas
industri, rumah tangga, dan penggunaan bahan bakar minyak,
pemanasan global, dan lain-lain.
5) Political
Situasi politik yang kondusif memberikan kenyamanan bagi para
organisasi atau pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya.
6) Legal
Faktor lain yang diperhitungkan perusahaan pada saat melakukan
aktivitas bisnis adalah adanya kepastian hukum yang dapat
melindungi kegiatan bisnis.
7) Ethical
Pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan
dampak kerugian baik bagi pihak lain maupun perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan penjabaran tersebut, pada penelitian ini alat analisis lingkungan
eksternal yang digunakan adalah analisis five forces dan analisis STEEPLE.
Penggunaan kedua alat analisis tersebut mengacu pada beberapa penelitian
terdahulu yang menggabungkan dua alat analisis tersebut dengan
pertimbangan bahwa fungsi-fungsi yang terdapat di kedua alat analisis
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.
35
10. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah salah satu cara mengidentifiksi berbagai faktor untuk
merumuskan strategi perusahaan. SWOT adalah singkatan dari strengths
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang atau kesempatan),
threat (ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika dengan
memaksimalkan strengths (kekuatan) dan opportunity (peluang), dan secara
bersamaan dapat meminimalkan weakness (kelemahan) dan threat (ancaman)
(Rangkuti, 2005).
Menurut Pearce dan Robinson (2009) analisis SWOT merupakan cara
sistematik untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang
menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini terbagi
menjadi empat komponen dasar yaitu :
1) Opportunity (peluang atau kesempatan)
Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan, yang merupakan karakteristik dari lingkungan eksternal yang
memiliki potensi untuk membantu organisasi meraih atau melampaui
sasaran strateginya.
2) Threat (ancaman)
Merupakan lingkungan internal yang berada pada situasi penting yang
tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Masuknya pesaing
baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-
menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi dan
36
mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan, dalam
perencanaan analisis SWOT.
3) Strengths (kekuatan)
Adalah karakteristik positif internal yang dapat diorganisasi untuk meraih
sasaran kinerja strategis sumber daya, keterampilan, atau keunggulan
keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung
dalam citra, sumber daya keuangan, kepemimpinan pasar,hubungan
pembeli-pemasok, dan faktor lainnya.
4) Weakness (kelemahan)
Adalah adalah karakteristik dari lingkungan eksternal yang dapat
mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan, dalam
perencanaan analisis SWOT. Keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya, yang secara dapat menghambat kinerja perusahaan.
Menurut Rangkuti (2005) terdapat empat macam strategi yang dihasilkan
melalui analisis SWOT, yaitu :
1) Strategi SO, strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2) Strategi ST, strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang ada.
3) Strategi WO, strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan.
4) Strategi WT, strategi yang dilakukan untuk meminimalkan
kelemahan serta menghindari ancaman.
37
Total bobot skorEFE
(EksnternalFactor Evaluation)
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang
mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang mempengaruhi
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.
Matriks IE (Internal-Ekternal) memposisikan berbagai divisi suatu organisasi
dalam tampilan semibilan sel (David, 2007). Parameter yang digunakan
meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh ekternal yang
dihadapi. Tujuan pengguanaan model ini adalah untuk memperoleh strategi
bisnis di tingkat korporat lebih detail (Rangkuti, 2014).
Total bobot skor IFE ( Internal Factor Evaluation)
Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0 20 1,0
1
Gambar 6. Model untuk strategi korporat, (Rangkuti, 2014)
(1)
GROWTHKonsentrasi melalui
integrasi vertikal
(2)
GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal
(3)
RETRENCMENTTurnaround
(4)
STABILITYHati-hati
(5)
GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal
STABILITYTidak ada profit strategi
(6)
RETRENCHMENTCaptive Company atau
Divestment
(7)
GROWTHDifersifikasi Konsentrik
(8)
GROWTHDifersifikasiKonglomerat
(9)
RETRENCHMENTBangkrut atau
Liquidasi
Tinggi
3,0
Sedang
2,0
Rendah
1,0
38
11. Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)
Umar (2008) mengatakan ada satu teknik analisis dalam literatur mengenai
suatu rancangan untuk menentukan kemenarikan relatif (relative
attratctiveness) dari tindakan-tindakan strategi alternatif yang dapat
dilaksanakan. Teknik yang dimaksud adalah Quantitive Strategic
Planning Matrix (QSPM), yaitu penentuan teknik keputusan dari kerangka
kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan
strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM
menggunakan input dari hasil analisis (EFAS dan IFAS) dan pada pengolahan
(matriks IE dan SWOT).
Tahap analisis keputusan pada QSPM, pada tahap ini strategi yang sudah
terbentuk dari matriks SWOT disusun berdasarkan prioritas yang
diimplementasikan dengan menggunakan Quantitative Strategi Planning
Matrix (QSPM). Matriks QSP merupakan teknik yang secara objektif dapat
menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Langkah-langkah dalam
menentukan strategi prioritas dengan QSPM adalah:
1) Membuat daftar faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) di sebelah kiri dari kolom matriks QSP.
2) Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal. Nilai ini
harus identik dengan nilai yang diberikan pada matriks IFE dan EFE.
3) Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks IE dan
SWOT yang layak diimplementasikan.
39
4) Menentukan nilai daya tarik/Attractiveness Score (AS) yang
diidentifikasikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif
masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. AS
ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor internal dan
eksternal satu persatu dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini
mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?”. Jika jawaban atas
pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan
secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya AS harus diberikan
masing-masing strategi terhadap yang lain dengan mempertimbangkan
faktor tertentu. Cakupan AS; 1=tidak menarik, 2=agak menarik,
3=menarik, 4=sangat menarik. Jika jawaban antar pertanyaan tersebut
adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masingmasing faktor
kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh
karena itu, jangan beli AS pada strategi-strategi dalam rangkaian
tersebut.
5) Menghitung Total Nilai Daya Tarik/Total Attractiveness Score (TAS)
didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan AS di
masing-masing baris (langkah 4). TAS menunjukkan daya tarik relatif
dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan
dampak dari faktor keberhasilan krisis internal dan eksternal yang
berdekatan. Semakin tinggi TAS semakin menarik strategi alternatif.
6) Menghitung jumlah TAS. Jumlah TAS mengungkapkan strategi yang
paling menarik dalam rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya
menunjukkan semakin menarik strategi tersebut.
40
Tabel 6. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Faktor-FaktorKunci
Bobot
Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor kunciinternal
Faktor kuncieksternal
Jumlah
Sumber : David (2002)
12. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 7.
4141
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Analisa Kesimpulan Penelitian1. Sagala, Affandi dan
Ibnu, 2013Kinerja usaha danstrategi pengembanganagroindustri kecilkelanting di Desa KarangAnyar KecamatanGedong TataanKabupaten Pesawaran
Analisis deskriptifkuantitatif dan analisisdeskriptif kualitatif,analisis SWOT
1. Kinerja Agroindustri kelanting di Desa KarangAnyar secara keseluruhan menguntungkan, R/C rasiomasing-masing kelanting getuk dan parut sebesar1,24 dan 1,25 (R/C>1), BEP sebesar 1028,5 kg dan1173,10 kg (<1047,41 kg dan 1173,62 kg outputrata-rata), produktivitas sebesar 16,26 kg/HOK dan13,82 kg/HOK (>7,2 kg/HOK) dan kapasitas sebesar0,93 dan 0,85 (.0,5).
2. Strategi pengembangan agroindustri kecil kelantingdi Desa Karang Anyar berdasarkan tiga strategiprioritas yaitu (a) mengoptimalkan tenaga kerja yangada sehingga meningkatkan jumlah produksi yangakan menambah pendapatan agar dapat mengadopsiteknologi yang tepat guna (b) memanfaatkan tenagakerja yang sudah berpengalaman untuk menghadapipesaing bisnis industri kelanting lainnya (c)memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman danbanyak untuk mengikuti perkembangan teknologi
2. Fahmi, 2013 Pengaruh Kepuasan danLoyalitas PelangganHonda Terhadap CitraPerusahaan PT. AHM
Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,analisis CSI, analisispiramida loyalitas
1. Tingkat koefisien korelasi diperoleh sebesar 45,0 %yang mengindikasikan bahwa korelasi atau hubunganantara variabel kepuasan dan loyalitas pelanggansecara bersama-sama terhadap citra perusahaanmemiliki hubungan yang cukup erat. Hasil inimengindikasikan bahwa naik turunnya citraperusahaan PT Astra Motor Honda di Surabayaditentukan oleh seberapa baik tingkat kepuasanmereka dan sebara tinggi loyalitas mereka padaperusahaan tersebut
Tabel 5. Lanjutan
Tabel 7. Penelitian Terdahulu
4242
2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabelkepuasan dan loyalitas pelanggan masing-masingmemiliki pengaruh signifikan dan positif terhadapcitra perusahaan. Kondisi inidiindikasikan denganperolehan tingkat signifikan kedua variabel tersebutkurang dari 5%.
3. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh kepuasandan loyalitas pelanggan masing-masing berpengaruhsignifikan terhadap citra perusahaan. Demikian jugapengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelangganmenunjukkan pengaruh yang signifikan. Kondisi inidapat disimpulkan bahwa kepuasan dapatberpengaruh langsung terhadap citra perusahaanmaupun berpengaruh tidak langsung denganmelewati loyalitas pelanggan sebagai variabelintervening kemudian mempengaruhi loyalitas.
3. Pradita, Indriani danSoelaiman, 2013
Tingkat Kepuasan danLoyalitas KonsumenTauco di KotaPrabumulih
Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,analisis CSI, analisispiramida loyalitas
1. Tingkat kepuasan konsumen terhadap tauco plastikanberada pada tingkatan “puas” yaitu sebesar 71,2persen.
2. Loyalitas konsumen terhadap tauco plastikantermasuk pada tahap pembeli yang loyal.Berdasarkan piramida loyalitas yang terbentuk, nilaiswitcher buyer hanya sebesar 6,7 persen yang artinyahanya empat responden yang berkemungkinan untukberpindah ke produk olahan kedelai yang laindibuktikan dengan nilai piramida loyalitas yangmeningkat ke atas dan nilai committed buyer yanglebih dari 80 persen.
4. Anggraini, Prasmatiwidan Santoso, 2013
Tingkat Kepuasan danLoyalitas Konsumen
Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis uji
1. kepuasan konsumen Gulaku di Kota BandarLampung berada pada level sangat puas dengan nilai
Tabel 7. Lanjutan
4343
Gulaku di Kota BandarLampung
validitas dan reabilitas,CSI, analisis piramidaloyalitas
indeks kepuasan (CSI) sebesar 81,68 persen, dankonsumen termasuk konsumen yang loyal.
2. Bauran pemasaran tidak berpengaruh secara nyataterhadap tingkat kepuasan dan loyalitas konsumenGulaku di Kota Bandar Lampung.
3. keempat variabel bauran pemasaran tidak secaranyata/langsung. Oleh karena itu, diharapkan pihakSugar Group Company dapat melakukan perbaikanterhadap atribut bauran pemasaran Gulaku,
5. Yulita, Lestari danHaryono, 2014
Tingkat Kepuasan danLoyalitas konsumenProduk Susu Cair dalamKemasan KoperasiPeternakan BandungSelatan (KPBS) di KotaBandung
Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,CSI, analisis piramidaloyalitas
1. Tingkat kepuasan konsumen produk susu cair dalamkemasan KPBS berdasarkan hasil analisismenggunakan Customer Satisfaction Index (CSI)didapatkan nilai 78,8%
2. Berdasarkan hasil analisis per atribut menggunakanImportance Performance Analysis (IPA), konsumenmenilai atribut promosi, desain kemasan dankandungan gizi perlu diperbaiki dan ditingkatkankinerjanya
3. KPBS berdasarkan piramida loyalitas cenderungkonsumen yang tidak loyal. Hal ini ditandai daripresentase committed buyer lebih kecil dibandingkandengan nilai switcher buyer.
6. Ariesta, Lestari danSayekti, 2016
StrategiPengembangan UsahaAgroindustri BerasSiger (Studi Kasuspada AgroindustriTunas Baru diKelurahan Pinang JayaKemiling Kota BandarLampung)
Analisis deskriptif,kualitatif, kuantitatifdan matriks SWOT,analisis pendapatan
1. Kekuatan utama agroindustri ini adalah kualitasberas siger yang sangat baik dibandingkan denganagroindustri beras siger lain sejenis
2. Hasil analisis pendapatan pada hasil produksi tahun2015 di agroindustri menunjukkan nilai R/C atasbiaya tunai dan biaya total lebih dari 1 yang artinyausaha ini mengalami keuntungan, karena penerimaanlebih besar dari biaya.
3. Peluang utama pada agroindustri ini adalah
Tabel 7. Lanjutan
4444
keberadaan teknologi berupa alat mesin produksiyang lengkap. Ancaman utama, pada agroindustri iniadalah kurangnya pengawasan (controlling) daripemerintah yang dapat membantu dalam melakukanpembinaan dan mengatasi berbagai masalah di dalamagroindustri.
4. Hasil analisis pengetahuan konsumen dan prosespengambilan keputusan konsumen beras sigermenyimpulkan hampir seluruh konsumen beras sigermerasa puas dan melakukan pembelian kembaliproduk beras siger serta hampir dari seluruhkonsumen juga memiliki pengetahuan dan informasiyang mendalam mengenai karakteristik produk berassiger.
5. Strategi prioritas pengembangan usaha padaagroindustri adalah meningkatkan modal kerja agardapat memenuhi permintaan produk beras siger darikonsumen yang tinggi yang dapat diperoleh daridana pribadi maupun bantuan dari pemerintahmelalui dinas dan instansi terkait.
7. Ghaisani, 2017 Analisis Kinerja danStrategi PengembanganUsahatani SayuranOrganik di Kota BandarLampung
Analisis kuantitatif dankualitatif, analisisdeskriptif (kualitatif),analisis SWOT,analisis AHP
1. Kinerja usahatani sayuran organik di Kota BandarLampung secara keseluruhan menguntungkan karenasudah memiliki kinerja yang baik dilihat dari aspekproduktivitas, kapasitas, kualitas, dan kecepatanpengiriman. Hasil penelitian menunjukkan bahwanilai R/C ratio atas biaya tunai usahatani sayuranorganik di Kota Bandar Lampung sebesar 1,83 (nilai
Tabel 7. LanjutanTabel 7. Lanjutan
4545
R/C>1) sedangkan nilai R/C ratio atas biaya totalusahatani sayuran organik di Kota Bandar Lampungsebesar 1,61 (nilai R/C>1) yang artinya keduausahatani sayuran organik di Kota Bandar Lampungtersebut layak untuk diusahakan.
2. Faktor yang menjadi kekuatan utama usahatanisayuran organik di Kota Bandar Lampung adalahlokasi usahatani yang strategis karena dekat dengansumber bahan baku dan pasar. Kelemahan utamausahatani sayuran organik adalah belumdilakukannya promosi. Faktor yang menjadi peluangutama bagi usahatani sayuran organik adalahpermintaan konsumen yang cukup tinggi (terusmeningkat). Ancaman utama yang harus dihadapiusahatani sayuran organik adalah tingkatpengetahuan konsumen tentang nilai gizi sayuranorganik.
3. Strategi pengembangan usahatani sayuran organik diKota Bandar Lampung yakni dengan memfokuskanpada tujuan peningkatan pendapatan petani.Peningkatan pendapatan petani dapat tercapai denganmelakukan pemasaran dan penjualan sayuranorganik, kemudian dapat dipilih strategi alternatifpertama yang mendukung tujuan yakni melakukanpromosi guna memperkenalkan produk sayuranorganik serta membuka pasar sehingga dapatmeningkatakan permintaan konsumen. Strategialternatif kedua yang dapat dipilih adalahmemanfaatkan dan mengoptimalkan potensiketerampilan dan pengalaman tenaga kerja denganmemanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi
Tabel 7. Lanjutan
4646
produksi, informasi, dan komunikasi. Selanjutnya,strategi alternatif ketiga dapat dipilih yaitumeningkatkan kualitas produk dan variasi produkyang dihasilkan dengan memanfaatkan penggunaanteknologi produksi, informasi dan komunikasi.Strategi alternatif kedua dan ketiga tersebut dapatdigunakan untuk mendukung strategi pertama yangakan diterapkan di lapangan.
8. Putri, Lestari danSayekti, 2017
Kinerja dan StrategiPengembanganPrimkopti KabupatenPesawaran ProvinsiLampung
Analisis deskriptif,kualitatif, kuantitatif danmatriks SWOT, CSI
1. Kinerja badan usaha Primkopti KabupatenPesawaran termasuk dalam kategori kurangberkualitas
2. Primkopti Kabupaten Pesawaran kurangberkontribusi secara maksimal terhadappembangunan daerah.
3. Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh anggotaPrimkopti terhadap kualitas pelayanan Primkoptimasuk dalam kategori puas.
4. Secara internal, Primkopti Kabupaten Pesawaranmemiliki kelemahan, rendahnya keaktifan dankepedulian anggota terhadap Primkopti, secaraeksternal, Primkopti Kabupaten Pesawaran memilikiancaman berupa ketergantungan anggota terhadappedagang pengumpul
5. Prioritas dalam pengembangan dan keberlanjutanPrimkopti Kabupaten Pesawaran, yaitumenggunakan keuangan dan permodalan Primkoptiuntuk memanfaatkan permintaan tahu dan tempeyang tinggi di masyarakat, mengoptimalkan
Tabel 5. Lanjutan
Tabel 7. Lanjutan
4747
permintaan masyarakat terhadap produk Primkopti(alat pemecah kedelai) yang tinggi untuk menambahpendapatan dan mengatasi penyaluran kedelai yangtidak kontinu, dan memanfaatkan harga produk alatpemecah kedelai Primkopti yang terjangkau untukpenguasaan pasar dan bersaing dengan pesaingswasta.
9. Azizah, 2017 Analisis Usaha danStrategi PengembanganTernak Ayam RasPetelur diKecamatan Gadingerejo
Kabupaten Pringsewu
Analisis kuantitatifanalisis sensitvitas,analisis SWOT
1. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil di Kecamatan Gadingrejolayak dan menguntungkan untuk dikembangkan.
2. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil di Kecamatan Gadingrejosensitif terhadap kenaikan biaya pakan, kenaikanbiaya vaksin, dan penurunan harga jual telur.
3. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil berada pada kuadran Idengan posisi strategi pertumbuhan secara agresif
10 Sari, Sayekti danSoelaiman, 2017
Strategi PengembanganPT. Sayuran Siap Saji diDesa SukamanahKecamatanMegamendung
Analisis deskriptifkualitatif dan kuantitatif,analisis modelmultiatribut Fishbein,analisis SWOT
1. Kekuatan utama pada PT Sayuran Siap Saji adalahkualitas produk baik yang dilihat dari kesegaran dankebersihan sayuran, serta tingginya kepuasanpelanggan. Kelemahan utama pada PT Sayuran SiapSaji adalah tidak adanya promosi yang dilakukanoleh perusahaan agribisnis.
2. Peluang utama pada PT Sayuran Siap Saji adalahsemakin meningkatnya jumlah restoran yangmembutuhkan produk seperti sayuran fresh cutsehingga memberi peluang untuk menambahpelanggan. Ancaman utama pada PT Sayuran SiapSaji adalah pelanggan beralih ke perusahaan lainkarena harga yang ditawarkan lebih murah.
3. Nilai sikap pelanggan terbesar dari beberapa atribut
Tabel 5. Lanjutan
4848
PT Sayuran Siap Saji adalah pada atribut ketepatanwaktu pengiriman, akan tetapi secara garis besarsikap pelanggan terhadap PT Sayuran Siap Sajiadalah positif.
4. Strategi prioritas pengembangan PT Sayuran SiapSaji adalah mengelola fungsi manajemen denganlebih baik agar berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan, mengikuti perkembangan teknologi, danmeningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu,menjaga kualitas produk agar tetap bersertifikatHACCP dengan menggunakan bahan baku yangbaik, teknologi yang sesuai dan adanya spesialisasitenaga kerja, serta melakukan kegiatan promosi.
Tabel 7. Lanjutan
49
49
Hasil penelitian terdahulu tidaklah semata-mata digunakan sebagai acuan
penulisan hasil dan pembahasan penelitian ini. Hal ini dibuktikan dari
terdapatnya persamaan dan perbedaan penelitian yang hendak dilaksanakan
dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan kesepuluh
penelitian terdahulu yang tercantum pada Tabel 7 adalah hanya sebatas pada
persamaan penggunaan alat analisis penelitian yaitu analisis SWOT, analisis
loyalitas konsumen dalam mengonsumsi suatu produk. Kesamaan dengan hasil
penelitian terdahulu hanya dijadikan sebagai referensi dan salah satu acuan pada
penelitian ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian
ini komponen internal dan eksternal yang digunakan bukanlah hanya sebatas
komponen internal dan eksternal yang akan menghasilkan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang disajikan secara deskriptif. Hal tersebut terbukti pada
komponen eksternal untuk mengukur kepuasan dan loyalitas konsumen dalam
mengkonsumsi produk kerupuk bawang. Faktor lingkungan internal dan eksternal
agroindustri dapat ditetapkan dengan melihat indikator-indikator pada aspek
penilaian agroindustri. Faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal
tersebut dianalisis dengan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi
pengembangan yang tepat untuk Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri di
Kota Bandar Lampung.
50
50
B. Kerangka Pemikiran
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yang berada di Kota Bandar
Lampung dapat dijadikan salah satu upaya dalam usaha proses percepatan
program diversifikasi pangan. Ubi kayu cukup potensial sebagai diversifikasi
pangan karena merupakan sumber karbohidrat yang memadai, memiliki
produksi yang tinggi, dan telah dimanfaatkan dalam rumah tangga.
Ubi kayu juga dikenal dengan keberadaannya yang mudah didapatkan dan
harganya yang terjangkau. Indonesia adalah negara penghasil ubi kayu,
khususnya Lampung menjadi provinsi dengan produksi ubi kayu terbesar
se Indonesia. Karena tingkat produksinya yang tinggi di provinsi Lampung
maka ubi kayu banyak dideversifikasi menjadi olahan makanan yang lain,
salah satu produk diversifikasi dari ubi kayu adalah tepung tapioka.
Tepung tapioka merupakan tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong.
Tepung tapioka merupakan bahan baku utama dari pembuatan kerupuk.
Kerupuk adalah makanan ringan yang dikonsumsi oleh hampir semua elemen
masyarakat. Kerupuk biasanya menjadi makanan ringan yang langsung
dikonsumsi atau menjadi teman makan nasi atau sebagai teman lauk pauk.
Agroindustri adalah subsistem agribisis yang memproses atau mengolah dan
mentransformasikan produk mentah hasil pertanian, salah satunya adaah
agroindstri kerupuk. Keberadaan agroindustri dapat membantu meningkatkan
pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu
meningkatkan perolehan devisa dan mampu mendorong munculnya industri
yang lain.
51
51
Penelitian agroindustri kerupuk bawang ini dilakukan pada agroindustri yang
terdapat di Provinsi Lampung khususnya di daerah Tanjung Senang Kota
Bandar Lampung yaitu Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yang
kemudian akan disusun strategi pengembangan usaha dan dianalisis tingkat
kepuasan dan loyalitas yang dan dapat diterapkan pada agroindustri kerupuk
bawang tersebut. Penyusunan strategi pengembangan Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap lingkungan
internal dan lingkungan eksternal agroidustri. Penggunaan alat analisis untuk
lingkungan internal dan lingkungan eksternal mengacu pada teori Solihin
(2012). Alat analisis yang digunakan pada analisis lingkungan internal adalah
analisis rantai nilai korporasi yang meliputi produksi, manajemen, sumber daya
manusia, lokasi usaha dan pemasaran. Alat analisis lingkungan eksternal yang
digunakan adalah analisis five forces dan analisis STEEPLE yang meliputi
pesaing, pelanggan, iklim dan cuaca serta teknologi. Untuk konsumen atau
pelanggan pelanggan dalam hal ini dilihat dari tingkat loyalitasnya karena
pelanggan mempengaruhi pekembangan dari agroindustri kerupuk bawang ini.
Variabel internal dan eksternal tersebut akan diringkas dan dijabarkan dalam
matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) matriks ini
digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan matriks Eksternal
Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) digunakan untuk mengidentifikasi
faktor eksternal selanjutnya, dari hasil ke dua matriks tersebut akan
dimasukkan ke dalam diagram SWOT.
52
52
Selanjutnya dilakukan pengukuran tingkat kepuasan dan loyalitas dari
konsumen yang dianalisis berdasarkan lima tingkatan loyalitas yaitu switcher
buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, dan committed buyer
yang memacu pada teori Durianto (2004). Untuk melihat perkembangan
keberhasilan penjualan yang diberikan oleh konsumen terhadap produk
tersebut. Setelah melakukan beberapa tahap diatas maka akan diperoleh
strategi pengembangan usaha yang cocok untuk Agroindustri Kerupuk Bawang
Winda Putri. Kerangka pemikiran penelitian secara grafis dapat dilihat pada
pada Gambar 7.
53
53
Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Lingkungan Agroindustri
Lingkungan Internal1. Produksi2. Pendapatan3. Manajemen dan
Pendanaan4. Sumberdaya Manusia5. Pemasaran
Lingkungan Eksternal1. Pesaing2. Pelanggan / Konsumen3. Iklim dan Cuaca4. Teknologi5. Kebijakan Pemerintah
Kekuatan Kelemahan
Loyalitas Konsumen- Swithcer- Habitual buyer- Statisfied buyer- Liking the brand- Commited buyer
Strategi Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang
Matriks IFAS
Analisis SWOT
Peluang Ancaman
Matriks EFAS
Analisis KepuasanKonsumen Atribut :1. Rasa2. Harga3. Ukuran kemasan4. Tekstur5. Kemudahan
memperolehproduk
6. Warna7. Bentuk8. Aroma9. Kandungan gizi
Loyalitas
Customer SatisfactionIndex (CSI)
Kepuasan
Piramida LoyalitasKonsumen
Tingkat kepuasan dan loyalitas
QSPM
Gambar 7. Kerangka pemikiran pengembangan usaha bagi agroindustri kerupukbawang.
54
54
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus.
Metode studi kasus menurut Surakhmad (2004) studi kasus yaitu
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang
dipandang sebagai kasus. Tujuan dari studi kasus adalah untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat
(Suryabarata, 2003).
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan
menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
penelitian.
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian dari
bahan baku (ubi kayu) menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi
(kerupuk), dalam rangka meningkatkan nilai tambah.
55
55
Kerupuk bawang adalah jenis makanan kering atau ringan dengan bahan
baku tepung tapioka, bawang, dan ikan.
Strategi adalah rencana yang disusun berintegrasi kepada tujuan
agroindustri menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan untuk mencapai tujuan dari agroindustri.
Strategi pengembangan merupakan suatu rencana yang akan menentukan
tindakan-tindakan pada masa yang akan datang dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan teknis sehingga akan
tercapai tujuan secara optimal.
Lingkungan internal agroindustri merupakan sumberdaya dan sarana
yang ada dalam agroindustri yang secara langsung dapat mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan usahanya, yang diidentifikasi kekuatan dan
kelemahan agroindustri. Lingkungan internal mencakup aspek produksi,
pendapatan, manajemen, sumberdaya manusia, dan pemasaran.
Produksi adalah proses mengubah ubi kayu menjadi tepung tapioka dan
di ubah lagi menjadi kerupuk. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan hasil baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Diukur dengan melihat kegiatan
produksi, sarana produksi serta hambatan kegiatan produksi yang
dilaksanakan pada agroindustri.
Sumber daya manusia adalah setiap individu yang menjadi anggota dari
Agroindustri kerupuk bawang, yang berperan dalam seluruh kegiatan
56
56
operasional agribisnis tersebut. Diukur dengan melihat ketersediaan dan
keterampilan sumberdaya manusia yang berada di agroindustri.
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada
pelanggan. Diukur dengan menggunakan analisis pendapatan agroindustri
selama satu tahun terakhir dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Manajemen dan pendanaan adalah perencanaan, pengorganisasiaan,
pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan setiap kegiatan operasional beserta
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pendanaan di agroindustri. Diukur
dengan melihat penerapan fungsi manajemen yang telah berjalan pada
agroindustri.
Pemasaran adalah kegiatan memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai produk, serta mempromosikan produk tersebut agar terjual dan
memberikan keuntungan bagi agroindustri kerupuk bawang yang
memproduksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat kegiatan pemasaran
produk yang berjalan serta melalui penerapan promotion mix pada
agroindustri.
Lingkungan eksternal adalah sumberdaya dan sarana yang ada dalam
agroindustri yang secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan
dan kemajuan usahanya, yang diidentifikasi peluang dan ancaman.
Lingkungan eksternal mencakup mencakup aspek kebijakan pemerintah,
pesaing, konsumen, teknologi serta iklim dan cuaca.
57
57
Kebijakan pemerintah adalah keputusan yang dibuat secara sistematik oleh
pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan
umum. Diukur dengan melihat berbagai kebijakan pemerintah yang
berpengaruh baik secara langsung dan tidak langsung terhadap kegiatan
operasional pada agroindustri.
Pesaing adalah pelaku usaha sejenis yang melaksanakan kegiatan produksi
Kerupuk bawang selain Agroindustri Winda Putri. Diukur dengan melihat
keberadaan pesaing usaha sejenis dan pengaruhnya terhadap agroindustri.
Konsumen adalah pihak yang membeli produk yang dihasilkan oleh
agroindustri kerupuk bawang. Diukur dengan melihat pengetahuan dan
proses pengambilan keputusan konsumen.
Iklim dan cuaca adalah salah satu instrumen alam yang dapat mempengaruhi
kegiatan operasional produksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat
pengaruh perubahan iklim dan cuaca.
Teknologi merupakan alat bantu atau sarana yang dapat mempercepat seluruh
kegiatan produksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat penerapan
teknologi.
Kekuatan adalah karakteristik positif internal yang dapat diorganisasi
untuk meraih sasaran kinerja strategis sumber daya, keterampilan, atau
keunggulan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar
58
58
Kelemahan adalah karakteristik dari lingkungan eksternal yang dapat
mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan yang memiliki potensi untuk membantu organisasi meraih atau
melampaui sasaran strateginya.
Ancaman adalah merupakan lingkungan internal yang berada pada situasi
penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Matriks IFAS (Internal strategic factors analysis summary) adalah matriks
yang terdiri dari faktor-faktor internal agroindustri yang berupa
kekuatan dan kelemahan agroindustri.
Matriks EFAS (Eksternal strategic factors analysis summary) merupakan
matriks yang terdiri dari faktor-faktor strategis eksternal agroindustri yang
berupa peluang dan ancaman agroindustri.
Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk membandingkan
antara faktor eksteral, yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal,
yaitu kekuatan dan kelemahan.
Quantitative Strategy Planing Matrix (QSPM) mengatakan ada satu teknik
analisis dalam literatur mengenai suatu rancangan untuk menentukan
kemenarikan relatif (relative attratctiveness) dari tindakan-tindakan strategi
alternatif yang dapat dilaksanakan.
Kepuasan adalah perasaan seseorang yang puas atau sebaliknya setelah
59
59
membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah
produk atau jasa dengan skala penilaian 5 “sangat puas”, 4 “puas”, 3 “cukup
puas”, 2 “tidak puas”, 1 “sangat tidak puas”.
Atribut produk adalah kelengkapan baik fisik maupun non fisik yang
melekat pada suatu produk berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama
pengambilan keputusan.
Rasa adalah sensasi yang diterima oleh indra pengecap dalam mengonsumsi
produk kerupuk bawang. Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu :
5 “ sangat enak”, 4 “enak”, 3 “cukup”, 2 “kurang enak”, dan 1 “tidak enak”.
Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain.
Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat murah”, 4
“murah”, 3 “cukup”, 2 “mahal”, dan 1 “sangat mahal”.
Ukuran kemasan adalah ukuran kemasan adalah kapasitas yang terdapat
pada produk kerupuk bawang yang dapat dilihat dari bobot produk.
Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat jelas”, 4 “jelas”, 3
“cukup”, 2 “kurang jelas”, dan 1 “tidak jelas”.
Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk kerupuk bawang yang
dapat dirasakan melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat renyah”, 4 “renyah”, 3 “cukup”, 2
“kurang renyah”, dan 1 “tidak renyah”.
60
60
Kemudahan memperoleh produk adalah akses untuk mendapatkan kerupuk
bawang mulai dari sangat mudah sampai sangat sulit. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat mudah”, 4 “mudah”, 3 “cukup”, 2
“sulit”, dan 1 “sangat sulit”.
Warna adalah kesan yang didapatkan konsumen saat melihat kerupuk
bawang. Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat putih”,
4 “putih”, 3 “cukup”, 2 “kuning”, dan 1 “sangat kuning”.
Bentuk adalah rupa yang khas pada kerupuk bawang. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : 5 “sangat sesuai”, 4 “sesuai”,
3 “cukup”, 2 “tidak sesuai”, dan 1 “sangat tidak sesuai”.
Aroma adalah bau yang khas pada kerupuk bawang. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat tidak tengik”, 4 “tidak tengik”,
3 “cukup”, 2 “tengik”, dan 1 “sangat tengik”.
Kandungan Gizi adalah zat gizi utama yang terkandung dalam kerupuk
bawang meliputi protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, lemak dan zat gizi
lainnya yang terkandung dalam kerupuk bawang. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat bergizi”, 4 “bergizi”,
3 “cukup”, 2 “tidak bergizi”, dan 1 “sangat tidak bergizi”.
Customer Satisfaction Index (CSI) adalah suatu ukuran keterkaitan
responden kepada suatu produk atau merk.
61
61
Loyalitas adalah kepuasan yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi
kerupuk bawang dan bersedia melakukan pembelian ulang. Loyalitas
konsumen dibedakan menjadi 2 yaitu loyal dan tidak loyal. Loyalitas
konsumen diukur dengan menggunakan switcher/price buyer, habitual buyer,
satisfied buyer, liking the brand dan commited buyer.
Switcher buyer dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada
konsumen, yaitu “apabila harga kerupuk bawang yang anda konsumsi
mengalami kenaikan apakah anda tidak akan membeli kerupuk bawang?”.
Pertanyaan ini diberi skor “5” untuk sangat tidak setuju, skor “4” untuk tidak
setuju, skor “3” untuk ragu-ragu, skor “2” untuk setuju, dan skor “1” untuk
sangat setuju.
Habitual buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada konsumen
“apakah anda selalu membeli kerupuk bawang dan tidak pernah membeli
kerupuk bawang?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak
setuju, skor “2” untuk tidak setuju, skor “3” untuk ragu-ragu, skor “4”
untuk setuju, dan skor “5” untuk sangat setuju.
Satisfied buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada konsumen
“apakah anda mendapatkan kepuasan di dalam mengkonsumsi kerupuk
bawang?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak puas, skor
“2” untuk tidak puas, skor “3” untuk cukup puas, skor “4” untuk puas, dan
skor “5” untuk sangat puas.
62
62
Liking the brand diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada
konsumen “apakah anda benar-benar menyukai kerupuk bawang?”.
Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak suka, skor “2” untuk
tidak suka, skor “3” untuk cukup suka, skor “4” untuk suka, dan skor “5”
untuk sangat suka.
Committed buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada
konsumen “apakah anda setuju untuk melakukan pembelian ulang
terhadap kerupuk bawang dan bersedia merekomendasikannya kepada
orang lain?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak setuju,
skor “2” untuk tidak setuju, skor “3” untuk cukup setuju, skor “4” untuk
setuju, dan skor “5” untuk sangat setuju.
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
yang bertempat di Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri merupakan
agroindustri yang memproduksi kerupuk bawang dengan bahan baku tepung
tapioka yang berasal dari ubi kayu (singkong). Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Februari 2018 – Mei 2018.
Responden dalam penelitian ini adalah pemilik, karyawan, konsumen, dan
Dinas Industri Kota Bandar Lampung. Pengumpulan data penelitian yaitu
dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung dengan tujuan agar
63
63
mendapatkan data sesuai dengan fakta yang sebenarnya serta pertanyaan yang
diajukan lebih terstruktur dan mencakup berbagai hal yang dapat menunjang
penelitian.
Pengambilan sampel yang dilakukan di Kota Bandar Lampung dengan
menggunakan teknik penarikan sampel untuk agroindustri adalah purposive
yaitu secara sengaja memilih Agroindustri Winda Putri yang memproduksi
kerupuk bawang sebagai sampel penelitian. Berbeda dengan pengambilan
sampel agroindustri untuk pengambilan sampel konsumen digunakan
metode snowball sampling, yaitu peneliti mengikuti rantai pemasaran yang
dilakukan oleh agroindustri, sampai ke konsumen akhir yang pernah membeli
kerupuk bawang bukan untuk pertama kalinya di warung atau toko, dan
bersedia untuk diwawancarai dengan menggunakan kuesioner atau mengisi
sendiri kuesioner tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling karena populasi
yang diteliti jumlah dan identitasnya tidak diketahui. Untuk mengetahui
jumlah populasi konsumen yang tidak diketahui secara pasti maka mencari
jumlah responden konsumen yang tepat menurut Supranto (2011) bahwa
sampel penelitian yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
mengambil sampel konsumen sebanyak 60 responden konsumen produk
kerupuk bawang.
64
64
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, serta pencatatan langsung
tentang keadaan di lapangan mengenai agroindustri kerupuk bawang yang
digunakan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh melalui analisis
dokumen-dokumen atau dengan studi dokumentasi yaitu mempelajari dan
mengamati dokumen / catatan tertulis atau arsip yang relevan dengan
penelitian terkait.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua cara
yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1. Metode analisis data tujuan pertama dan ke dua
Metode analisis data tujuan pertama dan ke dua pada penelitian ini adalah
mengidentifikasi komponen faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang
yaitu komponen pelanggan atau konsumen. Pada komponen pelanggan
diidentifikasi tingkat kepuasan dan loyalitas dari pelanggan atau konsumen
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Metode analisis data yang
digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan ke dua ini adalah analisis
kuantitatif. Berikut adalah yang digunakan:
a). Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat kepuasan dan loyalitas yang dilakukan pada penelitian benar-
benar tepat dan dapat mengukur yang ingin diukur dalam penelitian,
65
65
maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penelitian dapat
dikatakan benar-benar menggambarkan fenomena yang ingin diukur
apabila memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas
dan reliabilitas perlu dilakukan dalam penelitian agar hasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada alat analisis uji
validitas dan reliabilitas menggunakan 30 orang responden.
Menurut Sufren dan Natanael (2013) uji validitas menggambarkan
tentang keabsahan dari alat ukur apakah pertanyaan-pertanyaan sudah
tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur. Dapat dilihat pada
Tabel 8 hasil pengujian validitas dan reliabilitas menggunkan aplikasi
Statistical Product and Srevice Solutions (SPSS).
Tabel 8. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupukbawang
No Variabel Indikator
Hasil Uji Validitas danReliabilitas
Nilaiextraction
Nilai cronbach’s alpha
1 Rasa 0,597 0,808
2 Harga 0,335
3 Ukuran Kemasan 0,479
4 Tekstur 0,370
5Kemudahan memperolehproduk 0,600
6 Warna 0,701
7 Bentuk 0,477
8 Aroma 0,447
9 Kandungan gizi 0,537
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pertanyaan kuisioner untuk
indikator setiap atribut dalam menghitung tingkat kinerja kerupuk
bawang dinyatakan valid karena nilai extraction dari masing-masing
66
66
atribut lebih dari 0,2 yang menunjukan bahwa pertanyaan dalam
kuisioner adalah valid. Pada uji reliabilitas pertanyaan yang diajukan
di dalam kuisioner dinyatakan reliabel karena nilai dari cronbach’s
alpha nya sebesar 0,808 yang artinya lebih dari 0,6 dan dinyatakan
reliabel.
Tabel 9. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingankerupuk bawang
No Variabel Indikator
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Nilai extraction
Nilaicronbach ’salpha
1 Rasa 0,737 0,811
2 Harga 0,347
3 Ukuran Kemasan 0,386
4 Tekstur 0,415
5Kemudahanmemperoleh produk 0,508
6 Warna 0,540
7 Bentuk 0,556
8 Aroma 0,574
9 Kandungan gizi 0,471
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa indikator setiap atribut
dalam menghitung tingkat kepentingan kerupuk bawang dinyatakan
valid karena nilai extraction dari masing-masing atribut lebih dari 0,2
yang menunjukan bahwa pertanyaan dalam kuisioner adalah valid.
Pada uji reliabilitas pertanyaan yang diajukan di dalam kuisioner
dinyatakan reliabel karena nilai dari cronbach’s alpha nya sebesar
0,811 yang artinya lebih dari 0,6 dan dinyatakan reliabel. Pada Tabel
10 uji validitas dan reliabilitas pada loyalitas dapat dilihat bahwa
pertanyaan kuisioner untuk indikator setiap tingkatan dalam
menghitung tingkat loyalitas konsumen dinyatakan valid karena nilai
67
67
extraction dari masing-masing atribut lebih dari 0,2 dan dinyatakan
reliabel karena nilai dari cronbach’s alpha nya sebesar 0,739 yang
artinya lebih dari 0,6
Tabel 10. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupukbawang
Variabel Indikator
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Nilai extractionNilai cronbach’s alpha
Switcher buyer 0,697 0,739
Habitual buyer 0,568
Statisfied buyer 0,349
Liking the brand 0,403
Commited buyer 0,534
Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil pengujian validitas dan
reliabilitas yang menghasilkan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan dan loyalitas benar-benar tepat dan dapat
mengukur yang ingin diukur dalam penelitian.
b. Analisis tingkat kepuasan menggunakan analisis Customer
Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index atau index kepuasan konsumen adalah
suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek dan suatu
produk. Customer Satisfaction Index (CSI) dapat digunakan untuk
mengetahui berapa persen tingkat kepuasan responden terhadap suatu
produk atau jasa. Ukuran ini memberikan gambaran tentang
kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain,
terutama jika merek tersebut terjadi adanya perubahan, baik mengenai
harga, kualitas pelayanan maupun atribut lainnya yang mempengaruhi
68
68
kepuasan konsumen (Supranto, 2006). Pengukuran tingkat
kepentingan dan tingkat pelaksanaan dapat disajikan pada Tabel 10.
Tabel 11. Skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaanSkor tingkat kepentingan(Importance)
Kriteria Jawaban Skor (nilai)
Tidak Penting 1Kurang Penting 2Cukup Penting 3Penting 4Sangat Penting 5
Skor tingkat pelaksanaan(Performance)
Kriteria Jawaban Skor (nilai)
Tidak Baik 1Kurang Baik 2Cukup Baik 3Baik 4Sangat Baik 5
Sumber : Supranto, 2006
Tahapan dalam pengukuran CSI yaitu :
1. Menghitung Weighting factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata
kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat
kinerja seluruh atribut dengan total 100 persen. Weighting Factor
adalah fungsi dari rata-rata skor kepentingan (RSP-i) masing-
masing atribut dalam bentuk persentase (%) dari total rata-rata
tingkat kepentingan (RSP-i) untuk seluruh atribut yang diuji.
Weight Factor x 100%.........................................................(1)
2. Cara menghitung Indeks kepuasan konsumen sebagai berikut:
a). Menghitung Weighted Score (WS) yaitu perkalian antara Rata-
rata Skor Kinerja (RSK) dengan Weighting Factor (WF),
dengan rumus:
Weighted Score = RSK x WF................................................(2)
69
69
b). Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menunjukan semua
Weighted Score (WS) dengan semua atribut produk.
c). Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen, yaitu Weighted Total
(WT) dibagi skala maksimal (Heighest Scale/HS), yaitu skala
likert 5 dikalikan 100%.
CSI = WT x 100% ....................................................................(3)HS
Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat
pada kriteria tingkat kepuasan konsumen pada Tabel 12.
Tabel 12. Penentuan tingkat kepuasan dan interpretasi analisisCustomer Satisfaction Index
Sumber : Supranto, 2003
c. Analisis tingkat loyalitas menggunakan piramida loyalitas
Pengukuran tingkat loyalitas dilakukan menggunakan piramida
loyaliyas dimana analisis ini memiliki lima tingkatan yaitu:
1) Analisis switcher buyer
Switcher adalah konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga,
sehingga pada tingkatan loyalitas ditempatkan pada urutan paling
bawah, yang termasuk switcher adalah responden yang menjawab
“sering” dan “sangat sering”. Perhitungan selanjutnya melalui
sistem tabulasi disajikan pada Tabel 13.
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
70
70
Tabel 13. Perhitungan switcher buyer
Produk Jawaban X F f.x %
Kerupukbawang
Tidak Pernah 1Jarang 2Kadang- kadang 3Sering 4Sangat sering 5Total A B 100%Rata- rata B
—A
Switcher buyer Fsering + Fsangat sering x 100%
————————————
f
Sumber : Durianto (2004)
Keterangan :X = Bobot masing-masing jawabanf = Jumlah responden yang menjawab% = Persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju
Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut:
Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Banyaknya kelas
Interval = 5 – 1
5
Interval = 0,8
Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata
yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
71
71
2) Analisis habitual buyer
Analisis ini merupakan salah satu analisis deskriptif yang digunakan
untuk menggambarkan sebarapa besar persentase responden yang
memilih kerupuk bawang yang didorong karena faktor kebiasaan.
Habitual buyer adalah responden yang dikategorikan sebagai
pembeli yang puas dengan produk yang dikonsumsinya. Habitual
buyer dihitung berdasarkan jawaban “setuju” dan “sangat setuju”.
Perhitungan dilakukan melalui sistem tabulasi pada Tabel 15.
Tabel 15. Perhitungan habitual buyer
Sumber : Durianto (2004)
Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setujuInterval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.
Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Banyaknya kelas
Interval = 5 – 1
5
Interval = 0,8
Produk Jawaban X F f.x %
Kerupukbawang
Sangat idak setuju 1Tidak setuju 2Ragu-ragu 3Setuju 4Sangat setuju 5Total A B
100%Rata- rata B
—A
habitual buyer Fsetuju + Fsangat setuju x 100%
————————
f
72
72
Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata
yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index
3) Analisis satisfied buyer
Analisis ini menggambarkan seberapa besar persentase responden
yang puas, meskipun mungkin saja mereka memindahkan
pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost yang
terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan
tindakan mereka beralih merek. Satisfied buyer adalah responden
yang menjawab “puas” dan “sangat puas”. Perhitungan dilakukan
melalui sistem tabulasi disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Perhitungan satisfied buyer
Sumber : Durianto (2004).
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
Produk Jawaban X F f.x %
Kerupukbawang
Sangat tidak puas 1Tidak puas 2Cukup puas 3Puas 4Sangat puas 5Total A B
100%
Rata- rata B/AStatisfied buyer Fpuas + Fsangat puas x 100%
————————————
f
73
73
Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju
Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.
Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Banyaknya kelas
Interval = 5 – 1
5
Interval = 0,8
Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata
yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada
Tabel 18
Tabel 18. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index
4) Analisis liking the brand
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan seberapa besar
persentase responden yang membeli kerupuk bawang adalah pembeli
yang sungguh-sungguh menyukai produk tersebut. Responden yang
termasuk liking the brand adalah yang menjawab “suka” dan ”sangat
suka”. Perhitungan dilakukan melalui sistem tabulasi disajikan pada
Tabel 19.
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
74
74
Tabel 19. Perhitungan liking the brand
Sumber: Durianto (2004).
Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju
Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.
Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Banyaknya kelas
Interval = 5 – 1
5
Interval = 0,8
Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata yang
dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada Tabel 20
Tabel 20. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index
Produk Jawaban X F f.x %
Kerupukbawang
Sangat tidaksuka
1
Tidak suka 2Cukup suka 3Suka 4Sangat suka 5Total A B
100%Rata- rata B
—A
Liking thebrand
Fsuka + Fsangat suka x 100%
————————————
f
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
75
75
5) Analisis Commited Buyer
Analisis ini menggambarkan seberapa besar presentase responden yang
membeli kerupuk bawang adalah pelanggan yang setia. Salah satu aktualisasi
loyalitas pembeli dapat ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan
produk tersebut kepada pihak lain. Responden yang termasuk committed
buyer adalah yang menjawab “setuju” dan ”sangat setuju”. Perhitungan
dilakukan melalui sistem tabulasi disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Perhitungan commited buyer
Sumber : Durianto (2004)
Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju
Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.
Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Banyaknya kelas
Interval = 5 – 1
5
Interval = 0,8
Produk Jawaban X F f.x %
Kerupukbawang
Sangat tidak setuju 1Tidak setuju 2Ragu-ragu 3Setuju 4Sangat setuju 5Total A B 100%Rata- rata B
—A
Commited buyer Fsetuju + Fsangat setuju x 100%
————————————
f
76
76
Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata yang
dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala sebagai berikut:
Tabel 22. Penentuan tingkat kepuasan dan interpretasi analisis CostumerSatisfaction Index
2. Metode analisis data tujuan ke tiga
Tujuan ke tiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi komponen
faktor internal agroindustri kerupuk bawang, yaitu produksi, pendapatan,
sumberdaya manusia, pemasaran, manajemen dan pendanaan. Metode analisis
data yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Hal yang dilakukan adalah mendaftarkan item-item
faktor strategi internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor
strategis. Adapun penggunaan komponen internal didasarkan pada salah satu
alat analisis lingkungan internal, yaitu analisis rantai nilai korporasi. Berikut
adalah beberapa komponen internal yang digunakan :
a. Produksi
Penggunaan komponen produksi untuk melihat kekuatan dan
kelemahan melalui ketersediaan bahan baku yang mudah, kualitas produk
yang dihasilkan, serta upaya yang diterapkan oleh agroindustri kerupuk
bawang dalam mempertahankan kualitas produk.
Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas
77
77
b. Pendapatan
penggunaan komponen pendapatan yang diperoleh agroindustri didapatkan
dari pengurangan penerimaan hasil penjualan produk dengan pengeluaran
pada satu kali kegiatan produksi. Analisis pendapatan yang hendak
dilakukan yaitu dengan menghitung biaya produksi yang harus dikeluarkan
apakah sesuai dengan penerimaan penjualan yang akan didapatkan.
c. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah sebagai salah satu komponen internal usaha
agroindustri kerupuk bawang dengan melihat bagaimana ketersediaan
karyawan dalam menunjang jalannya usaha, serta bagaimana kualitas
kinerja karyawan di agroindustri kerupuk bawang.
d. Manajemen dan Pendanaan
Komponen ini digunakan dengan tujuan untuk melihat penerapan
fungsi manajemen yang telah berlangsung pada agroindustri yang
hendak diteliti, serta menganalisis perkembangan permodalan dan
ketersediaan modal usaha yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar
usaha agroindustri.
e. Pemasaran
Komponen ini digunakan untuk melihat adanya kekuatan dan kelemahan
yang akan timbul dari kegiatan pemasaran produk kerupuk bawang.
Komponen ini digunakan untuk melihat adanya kekuatan dan kelemahan
yang akan timbul dari pelaksanaan 4P (price, place, product and promotion)
pada agroindustri.
78
78
3. Metode analisis data tujuan ke empat
Metode analisis data tujuan ke empat penelitian ini adalah mengidentifikasi
komponen faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang dengan melihat
peluang dan ancaman usaha agroindustri kerupuk bawang. Metode analisis
data yang digunakan untuk menjawab tujuan ke empat adalah analisis
kualitatif. Penentuan faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang ini
dilakukan dengan menentukan beberapa komponen faktor ekternal yang
digunakan dalam penelitian. Hal yang harus dil akukan adalah mendaftarkan
item-item faktor strategi eksternal (EFAS) yang penting dalam kolom faktor
strategis. Adapun penggunaan komponen eksternal didasarkan pada dua
alat analisis lingkungan ekternal, yaitu analisis five forces dan analisis
STEEPLE. Berikut adalah beberapa komponen eksternal yang digunakan:
a. Pesaing
Adanya pelaku usaha sejenis ini akan menjadi ancaman bagi usaha
kerupuk bawang akan tetapi dapat pula menjadi peluang bagi
Agroindustri kerupuk bawang agar terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas produknya agar tidak kalah dengan pesaing lainnya.
b. Pelanggan
Pelanggan merupakan salah satu bagian dari lingkungan eksternal yang
dapat menimbulkan peluang maupun ancaman bagi keberlangsungan
usaha. Pada penelitian ini, pelanggan dijadikan salah satu komponen
eksternal usaha dengan melihat tingkat loyalitas terhadap produk kerupuk
bawang. Pengukuran tingkat loyalitas menggunakan uji validitas dan
reabilitas.
79
79
c. Iklim dan cuaca
Komponen ini merupakan salah satu komponen eksternal yang perlu
diperhatikan dalam menjalankan usaha karena iklim dan cuaca sewaktu-
waktu dapat memberikan peluang usaha dalam memperoleh keuntungan
optimal tetapi, di lain waktu juga dapat merugikan agroindustri dan
menghambat kegiatan produksi kerupuk bawang.
d. Teknologi
Penggunaan komponen teknologi ini didasarkan pada kepemilikan,
ketersediaan dan penerapan teknologi baik berupa alat mesin produksi,
teknologi informasi dan lain sebagainya yang ada pada agroindustri.
e. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah ini merupakan salah satu komponen eksternal
yang berperan dalam memberikan kepedulian dalam bentuk bantuan
baik fisik maupun non fisik, bantuan berupa penetapan harga hasil
produk pertanian agroindustri yang sesuai dan tidak merugikan pihak
agroindustri, pemberian kredit, kemudahan dalam memberikan izin
usaha, pengadaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan usaha terkait dan
lain sebagainya.
4. Metode analisis tujuan ke lima
Metode yang digunakan untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis sebuah
perusahaan adalah dengan cara mengkombinasikan antara faktor strategis
lingkungan eksternal dengan faktor strategis lingkungan internal kedalam
sebuah ringkasan analisis faktor-faktor strategis. Analisis ini digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
80
80
pengembangan agroindustri dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang
serta ancaman yang dimiliki oleh suatu agroindustri.
Proses penyusunan strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT ini
dilakukan melalui beberapa tahapan analisis dengan bantuan matriks
evaluasi internal dan eksternal analisis SWOT. Evaluasi internal dan
eksternal analisis SWOT ini untuk mengetahui kondisi usaha agroindustri
kerupuk bawang pada matriks evaluasi internal akan mencakup masing-
masing 5 variabel terkait kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
agroindustri kerupuk bawang serta pada matriks evaluasi eksternal akan
mencakup masing-masing 4 variabel terkait peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh agroindustri kerupuk bawang.
Tahapan dalam menganalisis tabel matriks evaluasi internal dan eksternal
analisis SWOT diatas yaitu sebagai berikut (David dalam Ariesta, 2016).
a. Mendaftarkan item-item faktor strategis eksternal (EFAS) dengan
strategi internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor
strategis.
b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot)
dengan menggunakan tabel catur. Penentuan bobot faktor internal dan
eksternal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan
angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah
sebagai berikut, 2 jika faktor vertikal lebih penting daripada faktor
horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor
81
81
horizontal dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor
horizontal.
c. Memberikan skala rating 1 sampai 4 untuk setiap faktor untuk
menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama
(peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil
(peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4).
d. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor tertimbang.
e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1
menunjukkan bahwa kondisi internal yang sangat buruk dan nilai 4
menunjukkan kondisi internal yang sangat baik, rata-rata nilai yang
dibobotkan adalah 2,5. Nilai lebih kecil dari 2,5 menunjukkan bahwa
kondisi internal selama ini masih lemah. Sedangkan nilai lebih besar
dari 2,5 menunjukkan kondisi internal kuat.
Maka matriks strategi analisis faktor internal dan eksternal pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Kekuatan
Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan di pasar (Rangkuti, 2000). Komponen
internal yang digunakan untuk memperoleh kekuatan agroindustri
adalah produksi, manajemen, sumberdaya manusia, lokasi usaha,
pemasaran. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk kekuatan
dapat disajikan pada Tabel 23.
82
82
Tabel 23. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk kekuatan
Komponen Kekuatan Bobot Rating Skor Ranking
Produksi
Manajemen danpendanaanSDM
Lokasi usaha
Pemasaran
Sumber : David (2004)
Keterangan pemberian rating :4 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat kuat3 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk kuat2 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk rendah1 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat rendah
2) Kelemahan
Komponen internal yang digunakan untuk memperoleh kelemahan
agroindustri adalah produksi, manajemen, sumberdaya manusia, lokasi
usaha, pemasaran. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk
kelemahan disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk kelemahan
Komponen Kelemahan Bobot Rating Skor Ranking
Produksi
Manajemen danpendanaanSDM
Lokasi usaha
Pemasaran
Sumber : David (2004)
Keterangan pemberian rating :4 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat mudah
dipecahkan3 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk mudah
Dipecahkan2 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sulit
Dipecahkan1 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat sulit
dipecahkan
83
83
3) Peluang
Komponen eksternal yang digunakan untuk memperoleh peluang
agroindustri adalah kebijakan pemerintah, pesaing, konsumen, iklim dan
cuaca serta teknologi. Kerangka matriks faktor strategi eksternal untuk
peluang disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk peluangKomponen Peluang Bobot Rating Skor Ranking
Pesaing
Pelanggan
Iklim dan cuaca
KebijakanpemerintahTeknologi
Sumber : David (2004)
Keterangan pemberian rating :4 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat mudah diraih3 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk mudah diraih2 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sulit diraih1 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat sulit diraih
4) Ancaman
Komponen eksternal yang digunakan untuk memperoleh ancaman
agroindustri adalah kebijakan pemerintah, pesaing, konsumen, iklim dan
cuaca serta teknologi. Kerangka matriks faktor strategi eksternal untuk
ancaman disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk ancamanKomponen Ancaman Bobot Rating Skor Ranking
Pesaing
Pelanggan
Iklim dan cuaca
KebijakanpemerintahTeknologi
Sumber : David (2004)
84
84
Keterangan pemberian rating :
4 = Ancaman yang sangat mudah di atasi3 = Ancaman yang mudah di atasi2 = Ancaman yang sangat sulit diatasi1 = Ancaman yang sangat sulit diatasi
5. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Setelah melakukan analisis situasional menggunakan Strength, Weakness,
Opporunities, Treaths (SWOT) maka selanjutnya melakukan pemetaan
posisi untuk menentukan alternatif pengembangan untuk mengembangkan
agroindustri kerupuk bawang. Matriks IE (Internal-Ekternal) memposisikan
berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel (David, 2007).
Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis
ditingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2016). Matriks IE
didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor bobot Internal Factors
Evaluation (IFE) total pada sumbu x dan skor bobot Eksternal Factors
Evaluation (EFE) total pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi
harus membuat matriks IFE dan matriks EFE dalam kaitannya dengan
organisasi. Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai
1,99 menunjukkan posisi internal lemah, skor 2,0 sampai 2,99 dianggap
sedang dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah tinggi. Matriks IE berdasarkan skor
total bobot internal dan total eksternal dapat dilihat pada Gambar 8.
85
85
Total bobot skor IFE ( Internal Factor Evaluation)
Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0 20 1,0
1,0
Gambar 8. Model untuk strategi korporat, (Rangkuti, 2014)
Faktor-faktor internal dan eksternal yang di dapatkan dari identifikasi
yaitu faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kemudian
dimasukkan ke dalam matriks SWOT untuk dianalisis. Analisis SWOT ini
menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
oleh agroindustri kerupuk yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki agroindustri tersebut. Berdasarkan hasil tersebut maka
matriks akan menghasilkan empat set kemungkinan strategi yaitu strategi
(1)
GROWTHKonsentrasi melalui
integrasi vertikal
(2)
GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal
(3)
RETRENCMENTTurnaround
(4)
STABILITYHati-hati
(5)
GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal
STABILITYTidak ada profit strategi
(6)
RETRENCHMENTCaptive Company atau
Divestment
(7)
GROWTHDifersifikasi
Konsentrik
(8)
GROWTHDifersifikasiKonglomerat
(9)
RETRENCHMENTBangkrut atau
Liquidasi
Tinggi
3,0
Sedang
2,0
Rendah
Total bobot skorEFE
( Internal FactorEvaluation)
86
86
SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Berdasarkan hasil tersebut
maka akan terpilih strategi yang sesuai dengan kuadran I, II, III dan IV pada
diagram analisis SWOT. Apabila penyilangan strategi tersebut tidak sesuai
dengan logika maka penyilangan strategi tersebut tidak dapat di analisis
lebih lanjut. Bentuk matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 9.
SWOTStrengths (S)Tentukan 5-10 faktor yangmenjadi kekuatan
Weakness (W)Tentukan 5-10 faktoryang menjadi kelemahan
Opportunities (O)Tentukan 5-10 faktoryang menjadipeluang
Strategi (SO)Ciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk memanfaatkanpeluang
Strategi (WO)Ciptakan strategi yangmeminimalkankelemahan untukemmanfaatkan peluang
Threats (T)Tentukan 5-10 faktoryang menjadikekuatan
Strategi (ST)Ciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk mengatasi ancaman
Strategi (WT)Ciptakan strategi yangmeminimalkankelemahan untukmenghindari ancaman
Gambar 9. Bentuk matriks SWOT (Rangkuti, 2005)
87
87
IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang
menjadi pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan
juga sebagai pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Kota Bandar
Lampung terletak di wilayah strategis karena merupakan daerah transit
kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga
menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar
Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Kota Bandar
Lampung memiliki keuntungan sebagai Ibu Kota Provinsi, karena setiap
kegiatan baik pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan
perekonomian lebih cepat tumbuh jika dibandingkan dengan kabupaten
lainnya di Provinsi Lampung (Badan Pusat Statistik, 2016c).
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20’ sampai dengan
5o30’ lintang selatan dan 105o28’ sampai dengan 105o37’ bujur timur, dengan
luas wilayah kota sebesar 197,22 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
960.695 jiwa. Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700m
diatas permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari :
88
88
1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang
2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara
3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar
Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta
perbukitan Batu Serampok di bagian Timur Selatan
4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan (Badan Pusat
Statistik, 2016c).
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang menjadi
pintu gerbang utama Pulau Sumatera. Berdasarkan peraturan daerah Kota
Bandar Lampung Nomor 4 tahun 2012 tentang penataan dan pembentukan
Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bandar Lampung terdiri 20 kecamatan dan
126 kelurahan (Badan Pusat Statistik,2016c). Secara administratif Kota
Bandar Lampung dibatasi oleh :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan.
Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perbukitan,
seperti Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, Gunung Banten, Gunung Kucing,
dan Gunung Kapuk. Luas wilayah yang datar hingga landai meliputi 60%
89
89
total wilayah, landai hingga miring meliputi 35% total wilayah, dan sangat
miring hingga curam meliputi 4% total wilayah. Jumlah penduduk, luas
wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada
Tabel 27.
Tabel 27. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah KotaBandar Lampung
No KecamatanJumlah penduduk Luas wilayah Kepadatan penduduk
(jiwa) (km2) (jiwa/km2)
1 Teluk Betung Barat 29.799 11,02 2.7042 Teluk Betung Timur 41.645 14,83 2.8083 Teluk Betung Selatan 39.353 3,79 10.3834 Bumi Waras 56.742 3,75 15.1315 Panjang 74.506 15,75 4.7316 Tanjung Karang Timur 37.108 2,03 18.2807 Kedamaian 52.592 8,21 6.4068 Teluk Betung Utara 50.593 4,33 11.6849 Tanjung Karang Pusat 51.126 4,05 12.62410 Enggal 28.084 3,49 8.04711 Tanjung Karang Barat 54.710 14,99 3.65012 Kemiling 65.637 24,24 2.70813 Langkapura 33.944 6,12 5.54614 Kedaton 49.055 4,79 10.24115 Rajabasa 48.027 13,53 3.55016 Tanjung Senang 45.775 10,63 4.30617 Labuhan Ratu 44.843 7,97 5.62618 Sukarame 56.921 14,75 3.85919 Sukabumi 57.334 23,6 2.42920 Way Halim 61.493 5,35 11.494
Kota Bandar Lampung 979.287 197,22 4.965
B. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Senang
Kecamatan Tanjung Senang merupakan sebagian wilayah Kota Bandar
Lampung yang berpenduduk 34.485 Jiwa, dengan luas wilayah 11.63 km2.
90
90
Kecamatan Tanjung Senang secara Topografis sebagian besar daerahnya
adalah dataran rendah dan berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukarame.
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung ( Lampung
Selatan ).
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kedaton.
Kecamatan Tanjung Senang terbentuk berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2000,
tanggal 16 Desember 2000 tentang perubahan batas wilayah Bandar
Lampung. Untuk mewujudkan tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah.
Sekarang kota Bandar Lampung yang semula terdiri dari 9 kecamatan di tata
kembali menjadi 13 kecamatan, termasuk Kecamatan Tanjung Senang. Ibu
kota kecamatan adalah Tanjung Senang selanjutnya secara administrasi di
bagi menjadi 4 kelurahan dengan perincian sebagai berikut :
1. Kelurahan Labuhan Dalam terdiri dari 2 Lingkungan.
2. Kelurahan Tanjung Senang terdiri dari 3 Lingkungan.
3. Kelurahan Way kandis terdiri dari 2 Lingkungan.
4. Kelurahan Perumnas Way Kandis terdiri dari 3 Lingkungan.
Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012,
tentang penataan dan pembentukan kelurahan dan kecamatan, wilayah
kecamatan Tanjung Senang dibagi menjadi 5 (lima) kelurahan, yaitu:
91
91
1. Kelurahan Tanjung Senang
2. Kelurahan Pematang Wangi
3. Kelurahan Way Kandis
4. Keluran Labuhan Dalam
C. Gambaran Umum Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
1. Sejarah Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri didirikan pada tahun 2014.
Pemilik groindustri ini adalah sepasang suami istri yaitu Ibu Nita yang
berusia 28 tahun dan Bapak Erik yang berusia 40 tahun dan berasal dari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Awalnya pendiri usaha ini adalah
para penduduk transmigrasi dari daerah Kota Tasikmalaya. Latar belakang
berdirinya Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri ini karena
tarinspirasi dari salah satu saudara ibu Nita yang sudah sepuluh tahun
berjualan kerupuk bawang di daerah Tasikmalaya. Tetapi karena daerah
Tasikmalaya sudah banyak yang menjual kerupuk bawang sejenis akhirnya
ibu Nita mencari daerah yang masih sedikit produsen kerupuk bawang dan
tertarik untuk membuka usaha agroindustri kerupuk bawang di Kota
Bandar Lampung dikarenakan daerah Bandar Lampung dekat dengan
pasokan bahan baku utama yaitu kota Metro yang terletak di Provinsi
Lampung. Terlihat dari Provinsi Lampung sebagai produsen ubi kayu
terbesar di Indonesia.
92
92
Hingga pada tahun 2018 Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri terus
bertahan dan usaha ini aktif memproduksi kerupuk setiap harinya. Usaha
ini telah menjadi tradisi keluarga yang turun menurun karena usaha
Agroindustri Kerupuk Bawang mampu menunjang perekonomian keluarga
dan menambah pendapatan. Faktor lain adalah karena kerupuk bawang
merupakan salah satu makanan selingan, makanan tambahan atau sebagai
lauk pauk yang banyak disukai masyarakat dan sudah dikenal lama oleh
masyarakat.
Dalam pendirian Agroindustri Kerupuk Bawang Winda putri Ibu Nita
menggunakan modal sendiri dan cukup besar dalam membangun usaha
kerupuk bawang ini yaitu sebesar Rp 18.000.000 dan juga keuntungan
yang didapatkan cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Usaha
kerupuk bawang merupakan salah satu agroindustri yang berada dalam
subsistem pengolahan dalam sistem agribisnis. Produksi kerupuk bawang
Winda Putri mampu memproduksi 700 kg atau 7 kuintal per satu kali
produksi. Produksi tertinggi Kerupuk Bawang Winda Putri dapat
mencapai 700 kg atau 7 kuintal dan produksi terendah mencapai 100 kg
atau 1 kuintal dalam sekali produksinya.
2. Struktur Organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Struktur organisasi pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri dapat
dilihat pada Gambar 10.
93
93
Gambar 10. Struktur organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri.
Kegiatan usaha Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri terutama
dalam kegiatan produksi dilakukan secara mandiri sehingga agroindustri
ini tidak memiliki struktur organisasi yang formal dalam menjelaskan
tugas dan wewenang di dalam usaha pengolahan Agroindustri Kerupuk
Bawang Winda Putri. Pemilik memiliki tugas merangkap dan menyeluruh
dalam mengatur, mengelola pengeluaran dalam memproduksi kerupuk
bawang.
Untuk mendukung produksi kerupuk bawang dibutuhkan tenaga kerja
yang handal, ibu Nita mempekerjakan 18 orang tenaga kerja yang sebagian
besar diberasal dari daerah Tasikmalaya. Jumlah tenaga kerja pada
Agroindustri Kerupuk bawang Winda Putri dapat dilihat pada Tabel 23.
PemilikIbu Nita
Bagian PengolahanProduk
TKDK TKLK
94
94
Tabel 28. Jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri
No Tahun Jumlah tenaga kerja (orang)1 2014 102 2015 103 2016 144 2017 145 2018 14
Sumber: Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.
Pada Tabel 28 dapat diketahui bahawa tenaga kerja yang dimiliki
agroindustri kerupuk bawang Winda Putri adalah laki-laki dan tidak banyak
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
3. Tata Letak/ Layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
Bangunan yang digunakan sebagai tempat produksi dan sekaligus menjadi
tempat tinggal pemilik merupakan bangunan bukan milik pribadi. Pemilik
menyewa bangunan tersebut dengan biaya sewa Rp15.000.000/ tahun.
Letak bangunan produksi ini tepat di dalam bangunan tempat tinggal ibu
Nita. Tata letak layout bangunan produksi kerupuk bawang Winda Putri
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Tata letak/ layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
F
AB
C1C2
D
E
95
95
Keterangan gambar:
A : Halaman depanB : Tempat oven (pengeringan) kerupukC1, C2 : Tempat penjemuran kerupukD : Tempat penggorengan kerupukE : Tempat pengolahan kerupukF : Bangunan rumah tempat tinggal ibu Nita
Dari Gambar 10 dapat dilihat tata letak usaha agroindustri kerupuk bawang
Winda Putri. Total bagian F adalah total keseluruhan bangunan yang terdiri
dari ruang produksi mulai dari penyimpanan bahan baku, pembuatan
adonan, pencetkan, penjemuran, pengovenan dan pengemasan sekaligus
dijadikan tempat tinggal pemilik Agroindustri Kerupuk Bawang Winda
Putri. Keadaan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri dapat dilihat
pada Gambar 12.
Gambar 12. Tampak depan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri
150
150
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan Indeks Kepuasan Konsumen
(Customer Satisfaction Index) dalam mengonsumsi produk kerupuk
bawang Winda Putri adalah konsumen yang telah merasa “puas”.
2. Tingkat loyalitas konsumen berdasarkan piramida loyalitas diketahui
bahwa konsumen produk kerupuk bawang Winda Putri merupakan
konsumen yang loyal.
3. Kekuatan utama Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri adalah
kapasitas produksi besar, usaha agroindustri kerupuk bawang
menguntungkan, sudah dilakukan penerapan manajemen dan pencatatan
keuangan dengan baik, jumlah sumberdaya manusia agroindustri banyak,
jumlah permintaan produk kerupuk bawang yang tinggi sehingga tanpa
melakukan kegiatan promosi produk kerupuk bawang tetap banyak dibeli
oleh konsumen. Kelemahan pada agroindustri adalah kualitas produk
kurang baik, keuntungan usaha agroindustri yang berfluktuasi, belum
diterapkannya secara tertulis pembukuan mengenai pengeluaran dan
151
151
penerimaan produk kerupuk bawang, sumberdaya manusia yang dimiiki
agroindustri belum memiliki keterampilan yang baik, belum diterapkannya
kegiatan promosi yang dapat meningkatkan jumlah permintaan produk
kerupuk bawang
4. Peluang pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri adalah
kebutuhan dan minat konsumen terhadap produk tinggi, produksi kerupuk
bawang dapat ditingkatkan jumlahnya pada musim panas, adanya
teknologi alat mesin produksi yang membuat waktu produksi yang lebih
cepat, kualitas produk kerupuk bawang yang lebih baik, agroindustri
menjadi lebih mandiri tanpa adanya peran pemerintah. Ancaman pada
agroindustri ini adalah terdapat banyak pesaing dari usaha yang sejenis,
konsumen mudah jenuh dengan produk kerupuk bawang, kerupuk bawang
yang tidak dapat diproduksi saat musim penghujan mengakibatkan
produksi menurun, belum diterapkannya teknologi pengemasan selain alat
mesin produksi, kurangnya peran aktif dari pemerintah setempat terhadap
agroindustriKebutuhan dan minat konsumen terhadap produk tinggi.
5. Strategi pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yaitu:
meningkatkan jumlah produksi kerupuk bawang terutama pada musim
panas agar tetap dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap kerupuk
bawang pada musim penghujan melalui penerapan alat mesin produksi
yang lengkap dan telah dimiliki oleh agroindustri
152
152
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh saran sebagai berikut.
1. Pelaku Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri diharapkan terus
meningkatkan kualitas yang dihasilkan agar tidak terpengaruh oleh pesaing
sejenis. Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri juga perlu melakukan
promosi untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat yang belum
mengetahui produk kerupuk bawang Winda Putri, sehingga dapat
meningkatkan permintaan terhadap kerupuk bawang . Promosi dapat
dilakukan melalui media sosial
2. Masyarakat yang akan membuka usaha agroindustri kerupuk bawang
sebaiknya mempersiapkan modal yang cukup dan keterampilan
sumberdaya manusia yang baik sehingga usaha yang dibangun akan
lancar.
3. Pihak pemerintah Kota Bandar Lampung, melalui Dinas Perindustrian
Kota Bandar Lampung, diharapkan dapat memberikan pembinaan dan
bantuan alat, mesin produksi terhadap usaha-usaha mikro seperti
Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut tentang
strategi pemasaran pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri di
Kota Bandar Lampung.
153
153
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, D. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Bogor.
Affandi, M.I. 2009. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah ProvinsiLampung: Analisis Keterkaitan Antarsektor dan Aglomerasi Industri.Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Anggraini, V., F.E Prasmatiwi dan H. Santoso. 2013. Tingkat Kepuasan danLoyalitas Konsumen Gulaku di Kota Bandar Lampung. JIIA Vol 1 (2): 149-155. http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/article/view/241/240.Diakses pada tanggal 24 Desember 2017
Ariesta, W., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti. 2016. Strategi PengembanganUsaha Agroindustri Beras Siger ( Studi kasus pada Agroindustri Tunas Barudi Kelurahan Pinang Jaya Kemiling Kota Bandar Lampung. JIIA Vol 4 (3):326-334. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/ 1508/1362.Diakses pada tanggal 24 Desember 2017
Arikunto,S dan S. Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi AksaraJakarta.
Azizah, S. 2017. Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Ternak Ayam RasPetelur di Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung
Badan Pusat Statistik. 2015a. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu BeberapaMacam Bahan Makanan Penting. BPS Nasional. Indonsia
. 2015b. Produksi Ubi Kayu di Indonesia. BPS Nasional.Indonsia
_________________. 2016c. Pertumbuhan Ekonomi Lampung Triwulan I – 2016.http://www.lampung.bps.go.id/. Diakses pada 12 Februari 2018.
Bank Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Pengolahan TepungTapioka. Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM. Lampung
154
154
Bazai, F.I. 2017. Penerapan Strategi Pemasaran dan Aksebilitas Rumah TanggaTerhadap Bihun Tapioka di Kota Metro. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung
David, F. 2004. Manajemen Strategis : Konsep-konsep (Terjemahan). IndeksGramedia. Jakarta.
Departemen Kesehatan. 2005. Kandungan Gizi Ubi Kayu (Per 100 gram).Lampung.
Desnita, D. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Gaplek dengan Level yangBerbeda Terhadap Kadar Bahan Kering dan Kadar Bahan Organk SilaseLimbah Sayuran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Durianto, D. Sugiarto. Sitinjak, T. 2004.Brand Equity Ten, Strategi MemimpinPasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gadung, A., W.A. Zakaria dan K. Murniati. 2015. Analisis Kepuasan danLoyalitas Konsumen Kopi Bubuk Sinar Baru Cap Bola Dunia di KotaBandar Lampung. JIIA Vol 3 (4): 370-376. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/ article/view/1086/991. Diakses pada 23 Desember 2017
Ghaisani, A. 2017. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan UsahataniSayuran Organik di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung
Griffin. 2005. Costumer Loyality, Jilid 1 Edisi 4, Penerbit Erlangga. PT GramediaPustaka. Jakarta.
Hunger, J.D dan Wheelen, T.L . 2003. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.
Irawan H. 2003. Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Elex Media Komputindo.Jakarta
Kementerian Perdagangan. 2016. RI Masih Impor Pangan. KementerianPerdagangan. http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151227211740-92-100585/mendag-2016-ri-masih-impor-pangan/. Diakses pada Tanggal 6Januari 2018
Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Ke Lima. Jilid 2.Erlangga. Jakarta
Nurhabibah, A. 2016. Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat BeliKonsumen di Pusat Oleh-Oleh Getuk Khas Sukoraja Banyumas JalanRaya Buntu Sampang. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
155
155
Pearce, J.H dan R.B. Robinson 2009. Manajemen Strategis. Binarupa Aksara.Jakarta
Pradita, R., Y. Indriani dan A. Soelaiman. 2013. Tingkat Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Tauco di Kota Prabumulih. JIIA Vol 4 (1) : 86-93. http://jurnal.fp. unila.ac. id/index.php /JIA/article/view/1218/1115. Diakses pada 24Desember 2017
Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Putri, R M., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti 2017. Kinerja dan StrategiPengembangan Primkopti Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. JIIAVol 5 (2): 184-191. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index. php/JIA/article/view/1657/1483. Diakses pada 24 Desember 2017
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
. . 2003. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
. 2014. Teknih Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT CaraPerhitungan Bobot, Rating dan OCAI. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Riyadi, 2003. Kebiasaan makan masyarakat dalam Kaitannya denganPenganekaragaman Konsumsi Pangan. Prosiding Simposium Pangan danGizi serta Konggres IV Bergizi dan pangan Indonesia. Jakarta
Sagala, I C, M.I. Affandi dan M. Ibnu. 2013. Kinerja Usaha dan StrategiPengembangan Agroindustri Kecil Kelanting di Desa Karang AnyarKecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. JIIA Vol 1 (1) : 60-65.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/132/136. Diakses pada24 Desember 2017
Sari, T.K, W.D. Sayekti dan A. Soelaiman. 2017. Strategi Pengembangan PT.Sayuran Siap Saji di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung KotaBogor. JIIA Vol 5 (2) : 162-170. http://jurnal.fp.unila.ac.id /index.php/JIA/article/view/1654/1480. Diakses pada 24 Desember 2017
Sjarkowi, F. Dan M. Sufri. 2004. Manajemen Agribisnis. Baldal Grafiti Press.Palembang
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT.Rajagrafindo. Jakarta.
156
156
. 2001. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT. Raya Grafindo Persada.
Jakarta
Solihin, I. 2012. Manajemen Strategik. Erlangga. Jakarta.
Sulfiana, W.N, K. Murniati dan Y. Indriani. 2017. Sikap dan Kepuasan KonsumenTerhadap Paket Menu Lele Terbang, Kaitannya dengan Bauran Pemasarandi Rumah Makan Sambal Lalap Bandar Lampung. JIIA Vol 6 (1) : 72-78.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2501/2185. Diaksespada 11 Juli 2018
Sufren dan Y. Natael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. ElexMedia Komputindo. Jakarta
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia. Jakarta.
Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk MenaikkanPangsa Pasar. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2011. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.
Suprapti, L. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatan. Kanisius.Yogyakarta.
Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik.Tarsito. Bandung.
Suryabarata, S. 2003. Metode Penelitian. Rajawali. Jakarta
Suryani, T. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran Edisi1. Graha Ilmu. Yogyakarta
Syafani, T.S., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti. 2015. Analisis Preferensi, PolaKonsumsi dan Permintaan Tiwul oleh Konsumen Rumah Makan diProvinsi Lampung. JIIA Vol 3 (1): 85-92. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1021/926. Diakses pada 23 Desember 2017
Tisnawati, S. 2005. Pengantar Manajemen. Prenada Media Group. Jakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi 3. Andi. Yogyakarta
Tunjungsari, M., D. Haryono dan D.A.H. Lestari. 2015. Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Ibu Rumah Tangga dalam Mengkonsumsi Santan Sun Kara diKota Bandar Lampung. JIIA Vol 3 (3): 322-328. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article /view/1058/963. Diakses pada tanggal 11 Juli 2018
157
157
Umar, H. 2008. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Seri DesainPenelitian Bisnis – No 1. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Valentia, O. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku KeripikSingkong di Kabupaten Karang Anyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.Surakarta
Wijandi, S., B. Djatmiko, Y. Haryadi, D. Muchtadi, Setijahartini, H. Syarif danKusupiyanti. 1975. Pengolahan kerupuk di Sidoharjo. Kerjasama AnekaIndustri dan Kerajinan dengan Departemen Teknologi Hasil Pertanian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yulita, M, D.A.H. Lestari dan D. Haryono. 2014. Tingkat Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Produk Susu Cair dalam Kemasan Koperasi PeternakanBandung Selatan di Kota Bandung. JIIA: Vol 2 (2): 158-165. http://jurnal.fp.unila .ac.id/index.php/JIA/article/view/741/682. Diakses pada 24Desember 2017