ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD...
Transcript of ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD...
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN
DI IGD RSUD KOTA SUBUSSALAM TAHUN 2018
TESIS
OLEH
SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA 2018
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN
DI IGD RSUD KOTA SUBUSSALAM TAHUN 2018
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
Pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Rumah Sakit
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Oleh
SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji pada tanggal : 12 April 2019 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes Anggota : 1. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, M.Kes 2. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes 3. Ns. Masnelly Lubis, S.Kep, MARS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sarifin Usman Kombih, lahir di Kutcane pada tanggal 06 November 1979 dari pasangan Raja Usman Kombih dan Asny Simanjuntak Penulis anak ke Tiga dari 5 bersaudara, Penulis beragama Islam dan sudah menikah dengan Maya Herlija, Amd. AK, mempunyai satu orang anak yaitu laki-laki bernama Raja Faiz Yafi Kombih, Penulis tinggal di Jalan T. Umar, Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam.
Riwayat Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 1 Bireuen Kabupaten Bireuen dari Tahun 1986-1992. Kemudian melanjutkan ke SMP Al-Wasliyah Lhokseumawe dari Tahun 1992-1995. Kemudian melanjutkan pendidikan SMA Negeri 1 Bireuen dari Tahun 1995-1998. Penulis menempuh Pendidikan S1 Kedokteran Universitas Abulyatama Banda Aceh dari Tahun 1998-2004. Kemudian mengikuti Program Profesi Dokter dari Tahun 2004-2006. Penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Rumah Sakit di Institut Kesehatan Helvetia Medan dari Tahun 2016-2019.
Riwayat Pekerjaan Penulis mulai bekerja sebagai Dokter PTT Aceh Singkil pada Tahun 2006-2008, Dokter Puskesmas Sultan Daulat pada Tahun 2008-2010, Kepala Puskesmas Sultan Daulat pada Tahun 2010-2011, Kepala Puskesmas Penanggalan pada Tahun 2011-2017, Direktur RSUD Kota Subulussalam pada Tahun 2018-Sekarang.
i
ABSTRAK
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN DI IGD RSUD KOTA
SUBULUSSALAM
SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095
Masih rendahnya tingkat kepatuhan perawat IGD terhadap SPO dalam
pelaksanaan setiap tindakan keperawatan dapat berdampak terhadap penurunan mutu pelayanan rumah sakit dan dapat menimbulkan hambatan terhadap perkembangan profesi keperawatan.. Penelitian bertujuan untuk Menganalisis Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018.
Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD, dan Kabid Keperawatan sedangkan Informan utama dalam penelitian ini adalah semua perawat diruang IGD yang berjumlah 12 orang. Teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 informan, mayoritas dari hasil wawancara dengan informan utama rata-rata dari mereka sudah menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam melakukan tindakan keperawatan, sedangkan dari informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD mengatakan pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, tapi jika ada pasien emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan. Sedangkan dari Kabid Keperawatan mengatakan bahwa sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memiliki sertifikat gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudah dalam kita sampaikan sosialisasi SPO.
Kesimpulan rata-rata informan sudah mengetahui tentang SPO dan hasil pengamatan langsung dengan observasi tentang Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan didapatkan dari 12 tindakan terdapat 8 tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO. Diharapkan adanya tindak lanjut dari manajemen RSUD Kota Subulussalam untuk memberikan sosialisasi secara berkala minimal tiap 1 bulan sekali kepada perawat mengenai SPO tindakan keperawatan. Kata Kunci : Kepatuhan, Perawat, Standar Prosedur Operasional Daftar Pustaka : 22 Buku dan 18 Internet (2002-2017)
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ABSTRACT ........................................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu .................................................................. 8 2.2. Telaah Teori .............................................................................. 12 2.3. Landasan Teori .......................................................................... 38 2.4. Kerangka Berpikir ..................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Desain Penelitian ...................................................... 41 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 42 3.3. Informan .................................................................................... 42 3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43 3.5. Pengumpulan Data .................................................................... 44 3.6. Instrument Penelitian ................................................................ 45 3.7. Teknik Analisa Data .................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 DeskripsiLokasiPenelitian .......................................................... 50 4.1.1 Visi Dan Misi ................................................................... 50
4.2 Analisis Data Penelitian Kualitatif ............................................. 53 4.2.1 Informan Utama ............................................................... 53 4.2.2 InformanTambahan ..........................................................
55 4.2.3 Hasil Wawancara Informan Utama Tentang Penggunaan
SPO Keperawatan di Ruang IGD ..................................... 55
iii
4.2.4 Hasil Wawancara Informan Tambahan Tentang Penggunaan SPO Keperawatan di Ruang IGD ..................................... 88
4.3 Pembahasan ................................................................................ 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 98
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 98 5.2 Saran ................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul
Halaman
2.1. Kerangka Teori............................................................................ 40
v
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.2. Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) ................ 35
2.3. Sumber daya Manusia Di Instalansi Gawat Darurat ................... 36
4.1. Jumlah Kunjungan pasien IGD RSUD Kota Subulussalam tahun 2017 ...... 52
4.2. Sepuluh Penyakit Pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 ....... 53
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Halaman
1. Temuan Dilapangan .................................................................... 104
2. Lembar Observasi ....................................................................... 136
3. Lembar Persetujuan Perbaikan Tesis (Revisi) ............................ 137
3. SuratI Izin Survei Pendahuluan ................................................... 138
4. Surat Izin Penelitian .................................................................... 139
5. Surat Balasan Izin Survei Awal .................................................. 140
6. Surat Balasan Penelitian .............................................................. 141
7. Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing I .................................... 142
8. Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing II ................................... 143
9. Foto Dokumentasi ....................................................................... 144
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan, adapun pelayanan yang
diberikan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.Rumah
sakit merupakan organisasi padat karya yang didalamnya terdapat banyak sumber
daya manusia, meliputi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah
Sakit akan berjalan dengan baik jika dikelola tenaga ahli yang bisa mengurusi
manajemen rumah sakit, dan administrasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit(1).
Masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan layanan rumah sakit cenderung
memilih rumah sakit pemerintah sebagai alternatif pertama, selanjutnya rumah
sakit swasta menjadi pilihan kedua.Tidak ada perbedaan strata ekonomi dalam
memilih pelayanan rumah sakit pemerintah.Ini membuktikan bahwa pelayanan
kesehatan yang disediakan oleh pemerintah menjadi pilihan utama dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia. Peningkatan jumlah kunjungan pasien akan
diikuti oleh variasi penyakit pasien yang ditangani dirumah sakit. Hal ini harus
diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang memberikan pelayanan,
baik dari segi pengetahuan dan keahliannya(1).
Perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peranan
penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.Keberhasilan
pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawatdalam memberikan
asuhan kesehatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan
1
8
perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang
mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%(2).
Rumah sakit harusmemiliki perawat dengan kinerja baik yang
akanmenunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan
atau pasien. Agar dapat mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan berkinerja
tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan
intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktik, serta
memperhatikan kaidah etik dan moral(2).
Salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas yaitu
dengan setiap perawat harus menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO)
dalam setiap tindakan perawat.Keselamatanpasien bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan danmenghindari tuntutan malpraktik. Standar Prosedur Operasional
(SPO) adalah standar yang harus dijadikanacuan dalam memberikan setiap
pelayanan. Standarkinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilaikinerja
instansi pemerintah secara internal maupun eksternal(3).
Sistem manajemen mutu kualitas yang baikselalu didasari oleh SPO, SPO
kemudian disosialisasikan kepada seluruh pihak yang berkompeten untuk
melaksanakannya.Meskipun demikian sebagian besar perawat dalam
melaksanakan praktek keperawatan belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan
oleh rumah sakit. SPO adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai
suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup proses pelayanan yang memiliki
suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan keefektifannya(3).
9
Demi terciptanya pengelolaan IGD yang baik diperlukan peraturan sebagai
acuan, berupa kebijakan dan standar operasional prosedur yang dibuat untuk
mempermudah kerja petugas. Dengan adanya kebijakan dan standar operasional
prosedur tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan di instansi, karena
persoalan tersebut muncul bukan serta merta dari aturan tetapi dari berbagai hal
misalnya seberapa jauh peraturan tersebut disosialisasikan, bagaimana sarana,
teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan budaya kerja yang
disiapkan untuk melaksanaan berbagai peraturan tersebut, sehingga kinerja
petugas menjadi terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya. Penggunaan
standar operasional prosedur (SPO) menjadi suatu perioritas dalam pelayanan
dikarenakan hal tersebut dapat berakibat tidak baik apabila pelaksanaannya tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan mulai dari resiko yang kecil sampai
mengakibatkan hal yang fatal seperti kematian terhadap pasien(4).
Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO)yang baik perlu dilakukan
untuk mengukur baik atau buruk kinerja petugas.Standar Prosedur Operasional
(SPO) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
aturan yang ada.Standar Prosedur Operasional (SPO) bertujuan untuk
mempermudah pelaksanakan kegiatan, dan meminimalisasi kesalahan dalam
menjalankan tugas. Untuk menciptakan kinerja yang optimal, perlu dilakukan
pengawasan mengenai standar yang ada untuk menilai, mengevaluasi, mengoreksi
serta mengusahakan tercapainya kinerja yang baik dalam perusahaan(5).
Kepatuhan adalah ketaatan seseorang pada aturan yang telah ditentukan.
Semua petugas perlu mendapatkan sosialisasi tentang SPO agar petugas patuh dan
10
memahami tugasnya masing-masing, ada aturan yang kurang sesuai dan
membingungkan langsung dapat diobservasi sehingga aturan tersebut
mempermudah pekerjaan perawat(6).
Kepatuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu a) faktor internal meliputi
karakterisitik perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status
perkawinan, kepribadian, pengetahuan, sikap, kemampuan,masa kerja, persepsi
dan motivasi) dan b) faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik
kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan). Sebuah studi
oleh Suardana (2012), menunjukkan bahwa sebelum dilaksanakan kegiatan
pelayanan terhadap pasien di IGD terlihat nilai kepatuhan terhadap penerapan
SPO berada pada rentang 65-76% (belum mencapai taraf sangat patuh) angka
tersebut didapatkan dari salah satu evaluasi pelaksanaan SPO, dimana SPO yang
paling sering dilakukan oleh petugas perawat contohnya seperti SPO pemasangan
infus dan injeksi pada pasien. Jika standar tidak bisa di patuhi dengan baik maka
akan terjadi pelayanan yang kurang maksimal dan bahkan dapat membahayakan
pasien dan mengakibatkan kualitas pelayanan menurun. Masih rendahnya tingkat
kepatuhan perawat IGD terhadap SPOdalam pelaksanaan setiap tindakan
keperawatan dapat berdampak terhadap penurunan mutu pelayanan rumah sakit
dan dapat menimbulkan hambatan terhadap perkembangan profesi
keperawatan(5).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain
yaitu komunikasi, persepsi dan pengharapan, variabel-variabel sosial, ciri-ciri
individual dan fasilitas. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama
11
yaitu : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan
dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan
dan tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling
factors), mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-faktor penguat
(reinforcing factor) meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan(5).
Studi pendahuluan dilakukan melalui wawancara dengan kepala ruangan
dan 3 orangperawat di Ruang IGD serta observasi langsung.Hasil wawancara
dengan perawat didapatkan bahwa mereka berpendapat Standar Prosedur
Operasional (SPO)merupakan protap yang harus dilaksanakan ketika melakukan
tindakan pada pasien dan ketika ditanya masalah SPO mereka sedikit mengetahui
isi dari SPO tersebut namun ketika diobservasi pelaksanaannya ternyata perawat
IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat
(66,6%) tidak patuh terhadap penggunaan Standar Prosedur Operasional
(SPO)dalam melakukan tindakan keperawatan. Hal ini ditunjukkan dengan
tindakan perawat yang tidak memakai handschooendan kapas alkohol serta jarum
infus yang sudah di pakai diletakkan di tempat yang sama dengan alat-alat yang
masih bersih serta tidak adanya tindakan inform consent pada saat melakukan
tindakan injeksi.
Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “ Analisis Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Standar
Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan di IGD RSUD Kota Subulussalam
Tahun 2018 ”.
12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka Rumusan
masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah kepatuhan Perawat
DalamPenggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD
RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk Mendeskripsikan BagaimanaKepatuhan Perawat Terhadap
Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD RSUD
Kota Subulussalam.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis dan praktis.
1.4.1 Secara Teoritis
a. Bagi responden
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya penggunaan
SPO dalam setiap kegiatan keperawatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana kepatuhan perawat terhadap
penggunaan SPO di Rumah Sakit.
13
c. Bagi peneliti berikutnya
Sebagai acuan untuk peneliti berikutnya yang melakukan penelitian
khusunya mengenai analisis kepatuhan perawat IGD terhadap penggunaan SPO di
Rumah Sakit dan dapat menambah variabel serta metode penelitian lain.
d. Bagi peneliti
Mengaplikasikan teori dan metodologi penelitian untuk di terapkan dalam
kegiatan nyata di lapangan terutama berkaitan dengan pengetahuan tentang
Standar Prosedur Operasional (SPO)
1.4.2 Secara Praktis
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan terutama berkaitan dengan
keselamatan pasien. Sehingga dapat mengunakan Standar Prosedur Operasional
(SPO) dengan baik. Dengan adanya penelitian tentang Standar Prosedur
Operasional (SPO)yang dilakukan di RSUD Kota Subulussalam maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun rekomendasi
kebijakan dan perbaikan pada berbagai sektor, dalam usaha meningkatkan mutu
perawat dengan perencanaan berbasis bukti yang diharapkan pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan dan mengurangi dampak kecelakaan
kerja di Rumah Sakit.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Hasil Penelitian
Penelitian Kaloa Yuniske.T, dkk (2017) Yang berjudul Hubungan
Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur
Pemasangan Infus Di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado di dapatkan hasil hasil analisis menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai p =0,387 untuk tingkat pendidikan, p=0.369 untuk masa kerja, dan p= 0,552
untuk pelatihan gawat darurat(7).
Penelitian Natasia. N, dkk (2014) yang berjudul Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SPO Asuhan Keperawatan Di ICU-ICCU
RSUD Gambiran Kota Kediri di dapatkan hasil ujianalisis menunjukkan ada
pengaruh antara motivasi dan persepsi terhadap kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SPO. Variabel lainnya seperti umur, tingkat pendidikan dan lama
kerja tidak berpengaruh terhadap kepatuhan perawat(8).
Penelitian Khairiah (2012) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Perawat Untuk Menggunakan Alat Pelindung Diri Di Rumah
Sakit Islam Faisal Makasar di dapatkan hasil Tingkat pendidikan Akademi
Keperawatan dan Sarjana Keperawatan tidak mempengaruhi kepatuhan perawat
untuk menggunakan alat pelindung diri. Tingginya tingkat pendidikan perawat
tidak mempengaruhi tingkat kepatuhannya menggunakan alat pelindung diri.Hasil
uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,890 > nilai α (0,05). Dengan
demikian H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
8
15
pendidikan terakhir dengan kepatuhan perawat dalam pemakaian APD. Dan hasil
uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,30 > nilai α (0,05). Dengan
demikian H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam pemakaian APD(9).
Penelitian Ridhani, dkk (2018 ) yang berjudul Hubungan Kepatuhan
Perawat IGD Dalam Melaksanakan SPO Pemasangan Infus Dengan Kejadian
Infeksi Nosokomial (Phlebitis) Di RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan di
dapatkan hasil uji chi square di dapatkan X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel
yaitu 5.991465 dan p-value 0,02 kurang dari alpha 0,05. Disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan kepatuhan perawat IGD dengan kejadian
infeksi nosokomial (phlebitis). Hal ini berdasarkan nilai sig < α (0,02)(10).
Penelitian Juwita.E (2015) yang berjudul Analisis Kepatuhan Petugas
Filing Terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO) Retensi Di Rumah Sakit
Panti Wilasa Citarum Semarang di dapatkan hasil bahwa pengetahuan petugas
tentang pelaksanan retensi masih kurang sesuai dengan standar yang ada. Ada
sebagian petugas yang mengatakan tidak ada SPO.Petugas mengatakan bahwa
sosialisasi SPO dulu pernah dilaksanakan.Pelatihan retensi belum pernah
dilaksanakan.Keseluruhan petugas mengatakan dengan SPO membantu
mempermudah pekerjaan petugas.Dari ke empat aspek yang ada aspek 1 dan 2
tingkat ketidak patuhannya tinggi, sendangkan aspek 4 tingkat kepatuhannya
tinggi. Dan aspek 3 sebagian besar patuh dan sebagian kecil tidak patuh(11).
Penelitian Masella. V (2012) yang berjudul Hubungan Kepatuhan Perawat
Dalam Menjalankan SPO Pemasangan Infus Dengan Kejadian Phlebitis di SMC
16
RS. Telogorejo di dapatkan hasil menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden
sebagian besar perawat menjalankan pemasangan infus sesuai Standar Procedure
Operasional dalam kategori patuh sebanyak 52 responden dan sebagian besar
pasien tidak mengalami phlebitis sebanyak 47 responden (90,4%). Berdasarkan
hasil uji analisis didapatkan nilai X2 sebesar 23,641 didapatkan nilai p value
sebesar 0,000 (p value < 0.05).Kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Procedure Operasional
pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di SMC RS Telogorejo
Semarang.Phlebitis merupakan peradangan pada dinding pembuluh darah vena,
yang menyebabkan ketidaknyamanan dan memperburuk area lokasi penusukan.
Dengan demikian diharapkan perawat mendapat informasi tentang terapi
intravena yang sesuai Standar Procedure Operasional, sehingga dapat
meminimalisasi kejadian phlebitis(12).
Penelitian Hayah (2014) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Hand Hygiene Di Instalasi Gawat Darurat
RSUD. Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. Didapatkan hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh faktor pendidikan (P value 0,001 < α 0,05) dan
Sarana cuci tangan (P value 0,000 < α 0,05), sedangkan faktor-faktor variabel lain
jenis kelamin (P value 0,566 > α 0,05), umur (P value 0,692 > α 0,05), lama kerja
(P value 0,373 > α 0,05), motivasi (P value 0,335 > α 0,05),keadaan pasien (P
value 0,435 > α 0,05), pekerjaan (P value 0,439 > α 0,05) tidak ada hubungan
yang bermakna terhadap kepatuhan perawat dalam hand hygiene(13).
17
Penelitian Suardana. K, dkk (2012) yang berjudul Monitoring Kinerja
Dalam Meningkatkan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Operasional
Prosedur di Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kepatuhan dalam
melaksanakan standar operasional prosedur sebelum dan setelah penerapan
monitoring kinerja perawat. Monitoring kinerja efektif dalam meningkatkan
kepatuhan perawat melaksanakan standar operasional prosedur Injeksi Intravena
dan Merawat Luka di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar dengan nilai p = 0,001
dan t test adalah -49.85(14).
Penelitian Ulva.M. (2016) yang berjudul Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Prosedur
Operasional Pemasangan Kateter di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang
hasilnya disajikan secara deskriptif, dengan subjek penelitian diambil diruang
UGD, bangsal naim, bangsal wardah, bangsal firdaus dan bangsal zaitun sebanyak
30 perawat untuk diobservasi diambil dengan menggunakan teknik proportionate
accidental sampling dan 97 perawat untuk data pengisian kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor internal dan eksternal tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO
pemasangan kateter di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Perawat
melakukan pemasangan kateter dengan baik dan sesuai dengan SPO sebesar
73,33%(15).
18
2.2 Telaah Teori
A. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) / Prosedur Kerja disusun untuk
memberikan petunjuk yang jelas pada langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam menyelesaikan kegiatan(8).
a. Pengertian
Standar proseduroperasional adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu,
dimana standar prosedure operasional memberikan langkah yang benar dan
terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan
dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan
standar profesi.
b. Tujuan SPO
Tujuan SPO agar berbagai kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektivitas,
konsisten atau seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standart yang berlaku.
c. Manfaat SPO
1). Akan diperoleh acuan yang jelas untuk memastikan staf rumah sakit
melaksanakan pekerjan.
2). Adanya konsistensi dalam pelaksanaan
3). Adanya kemampuan menelusuri kembali.
4) Memungkinkan pengendali pencegahan untuk perbaikan terus menerus.
5) Memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit atau akreditasi.
19
6) Memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan terhadap citra sarana
kesehatan.
7) Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih lanjut
dengan membakukan proses dan hubungan antar fungsi.
B. Standar Prosedur Operasional (SPO) IGD Rumah Sakit Kota Subulussalam
Berikut ini penjabaran Standar ProsedurOperasional (SPO) yang ada di
Rumah Sakit Kota Subulussalam yang terdiri dari :
a. Standar Prosedur Operasional Manajemen Keperawatan :
1. Pelaksanaan kegiatan rapat tim keperawatan
2. Pelimpahan tugas kepala keperawatan
3. Pembagian tugas
4. Pembuatan jadwal dinas jaga
5. Pemilihan kepala ruangan
6. Perawat jaga tidak dapat hadir
7. Pergantian waktu dinas
8. Permintaan cuti tenaga keperawatan
9. Permintaan tenaga bencana
b. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Medikal Bedah :
10. Penggunaan Ambulance
11. Menjahit luka
12. Cuci tangan sebelum operasi
13. Dekontaminasi korban bencana
14. Evakuasi korban bencana
20
15. Inform consent
16. Job deskripsi perawat kamar operasi
17. Ketidaksesuaian perhitungan kasa dan instrumen
18. Komunikasi via telepon
19. Kondisi yang dilaporkan setelah pemulihan
20. Melepaskan gaun steril operasi
21. Memakai dan melepaskan masker
22. Memakai dan melepaskan sarung tangan steril
23. Memakai gaun steril operasi
24. Memandikan pasien di tempat tidur
25. Memasuki kamar operasi
26. Membersihkan mulut pasien
27. Mempersiapkan pasien operasi
28. Melatih pasien nafas dalam
29. Inhalasi manual
30. Pelaksanaan tindakan operasi
31. Pelaporan operasi
32. Pemakaian kamar operasi
33. Observasi pasien gawat darurat
34. Pembagian kamar operasi
35. Pemberian terapi bagi korban bencana
36. Penandaan lokasi operasi
37. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas
21
38. Pengambilan darah arteri
39. Pelaksanaan pengambilan pasien post operasi RR
40. Pengambilan sampel Fases
41. Pengambilan sampel Sputum
42. Pengambilan sampel Urin
43. Penggunaan meja operasi
44. Penggunaan meja operasi
45. Penjadwalan operasi
46. Penundaan operasi
47. Penyimpanan dan pemakaian obat pasien di ruangan
48. Penyuluhan kesehatan
49. Visum
50. Perawatan WSD
51. Pembagian tugas personil OK Sirkuler
52. Persiapan anestesi
53. Persiapan intubasi
54. Persiapan ruangan Pre Operasi
55. Pertolongan pertama pada pasien muntah
56. Prosedur indentifikasi pasien sebelum pemberian obat dan pengambilan
sampel darah
57. Prosedur perawatan di RR
58. Prosedur Strerilisasi
59. Penerimaan pasien baru
22
60. Pasien pulang seizin dokter
61. Pulang atas permintaan sendiri
62. Serah terima pasien Pre dan Post Operasi
63. Pemasangan dan pelepasan NGT
64. Pemberian Obat Supositoria
65. Transport pasien pre operasi
66. Pemberian Oksigenasi
67. Transport pasien saat terjadi bencana
68. Triase
69. Penanganan luka tusuk paku
70. Perekaman EKG
71. Pemeliharaan Alkes
72. Pemindahan jenazah dari ruangan ke kamar jenazah
73. Pemindahan pasien dari unit pelayanan intensif ke ruang rawatan
74. Penanganan Shock Hipovolemik
75. Penanganan DC Shock
76. Perawatan Jenazah
77. Serah terima pasien dari IGD ke ruangan rawatan
78. Vulva Hygiene
79. Dekontaminasi instrumen
80. Persiapan pemasangan defribilator
81. Membuat balutan perban elastis pada pergelangan kaki
82. Melatih pasien untuk batuk efektif
23
83. Pemasangan collar neck
84. Pemberian obat intradermal
85. Melakukan injeksi intra muskular
86. Memberikan injeksi intravena
87. Memberikan injeksi Subcutan
88. Kumbah lambung
89. Memberikan makan dan minum
90. Mengukur suhu tubuh
91. Merujuk pasien dengan ambulance
92. Operasi cyto dari ruang rawat/IGD
93. Pemindahan pasien dari ruangan ke ICU
94. Penatalaksanaan jenazah HIV/AIDS atau virus yang mematikan
95. Pengambilan Corpus Alieum
96. Pengambilan darah vena
97. Perawatan luka dekubitus
98. Melakukan resusitasi jantung paru (kardio Pulmonal)
99. Manual Prosedur Syringe Pump
100. Transfusi darah
101. Inhalasi Nebulizer
102. Bronchial Washing
103. Fisioterapi dada
104. Menolong pasien BAB/BAK
105. Memasang Cerobong Angin
24
106. Huknah
107. Perawatan Kolostomi
108. Perawatan luka bakar
109. Sempit Glyserin
110. Memasang dan melepaskan kateter
111. Memberikan makanan melalui NGT
112. Cuci tangan biasa dan antiseptik
113. Memakai dan melepaskan sarung tangan Non-steril
114. Menggunakan tongkat penyangga
115. Memotong kuku pasien
116. Mencukur daerah operasi
117. Memberikan obat sublingual
118. Pemeriksaan denyut nadi
119. Pemeriksaan pernafasan
120. Pemeriksaan tekanan darah
121. Menimbang berat badan
122. Mengukur tinggi badan
123. Kompres
124. Pemberian obat oral
125. Menyiapkan obat injeksi dari ampul
126. Menyiapkan obat injeksi dari vial
127. Memasang dan melepaskan infus
128. Perawatan luka
25
129. Mengangkat jahitan luka
130. Pemberian obat bukal
131. Perawatan luka dengan draine
132. Pemberian obat secara topikal
133. Menggunakan tongkat Kruk
134. Menggunakan waker
135. Operan perawat jaga
136. Letihan rentang gerak/range of motion (RCM)
137. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kereta dorong
138. Memasang infus pump
139. Pemasangan gundel
140. Ektubasi
141. Pemasangan ventilator
142. Pemasangan monitor
143. Bantuan nafas dengan ambubag
144. Mengganti linen yang kotor
145. Perawatan luka ganggren
146. Tindakan balut Bidai
147. Membersihkan mulut pasien
148. Mencuci rambut pasien
c. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Maternitas :
149. Asuhan Persalinan Normal
150. Inisiasi Menyusui Dini
26
151. Menyusui dengan baik dan benar
152. Memeriksa denyut jantung janin
153. Perawatan nifas
154. Perawatan luka perineum
155. Rawat gabung ibu dan bayi sehat
156. Teknik menyusui
157. Kontrasepsi pil KB
158. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
159. Alat kontrasepsi Implan
160. Injeksi KB
161. Kontrasepsi Kondom
162. Menjahit luka perineum
163. Vaginal Toucher (Pemeriksaan Dalam)
164. Amniotomi
165. Pemeriksaan kehamilan
166. Breast Care (perawatan payudara)
d. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Anak/Bayi :
167. Asfiksia Neonatorum
168. Pembuatan susu formula
169. Menimbang berat badan bayi
170. Pemasangan dan pelepasan OGT
171. Mantoux Test
172. Pemberian imunisasi BCG
27
173. Menerima bayi dari ruangan, bersalin/OK
174. Asuhan bayi Normal
175. Pemijatan bayi
176. Pemeriksaan antropometri pada bayi dan anak
177. Perawatan tali pusat
178. Perawatan bayi di inkubator
179. Memberi minum bayi dengan menggunakan NGT
180. Mengukur lingkar kepala bayi
181. Mengukur panjang badan bayi dan tinggi badan anak
182. Metode kangguru
183. Cara membersihkan inkubator
184. Penggunaan infant warmer
185. Persiapan bayi dengan lampu terapi
186. Penatalaksanaan bayi baru lahir
187. Persiapan bayi di inkubator
C. Rumah Sakit
1. Pengertian
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat.Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
28
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(16).
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integraldari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayananparipurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahanpenyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusatpelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik.BerdasarkanUndang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentangRumahSakit,
yangdimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yangmenyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(17).
2. Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan
pelayanankesehatanyangbermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajatkesehatan masyarakat secara paripurna. Tugas
rumah sakit umummenurutUndang-Undang Nomor 44 Tahun 2009Tentang
Rumah Sakit yaitumelaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil gunadengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secaraserasi dan terpadu dengan peningkatan dan
pencegahan sertapelaksanaan upayarujukan(17).
Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah
Sakitumum menyelenggarakan kegiatan : a) Pelayanan medis ; b) Pelayanan dan
asuhankeperawatan; c)Pelayanan penunjang medis dan nonmedis ;
29
d)Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan; e) Pendidikan,
penelitian danpengembangan; f)Administrasi umum dan keuangan(17).
Menurut UU RI Nomor 44 Tahun 2009Tentang Rumah Sakit,
Rumah Sakitmempunyai fungsi :
a. Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Jenis Pelayanan Di Rumah Sakit
Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Komponen
pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut: (1)
administrasi dan manajemen, (2) pelayanan Medis, (3) pelayanan gawat
darurat, (4) pelayanan kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan
perinatal resiko tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9)
pelayanan radiologi, (10) pelayanan farmasi, (11) pelayanan laboratorium,
(12) pelayanan rehabilitasi medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis,
30
(15) pengendalian infeksi di rumah sakit, (16) pelayanan sterilisasi sentral,
(17) keselamatan kerja, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, (20)
perpustakaan(17).
D.Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut kamus umum bahasa indonesia
patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Dalam
kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan,
aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatuhan lebih
pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar
kepatuhan belum tentu melanggar kepatuhan. Selain itu, kepatuhan menentukan
apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu
yang di tetapkan oleh pihak yang berwenang. Hal ini bertujuan untuk menentukan
apakah yang di periksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan undang-undang
tertentu. Terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental
dan normatif. Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi
dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan prilaku. Perspektif
normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.
Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten
dengan norma-norma mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal
(Normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum karena
hukum dianggap suatu keharusan. Sedangkan komitmen normatif melalui
legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada
31
peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte
perilaku(18).
Dalam organisasi modern, keberadaan suatu sistem merupakan inti yang
menggerakkan roda organisasi sehingga dapat berjalan sesuai dengan visi dan
misi yang dicanangkan. Sebuah sistem dapat dimaknai sebagai seperangkat
aturan, tata tertib, bahkan budaya dalam organisasi yang memberikan petunjuk
serta arahan bertindak dan berperilaku bagi anggota organisasi. Efektifitas
peraturan dalam suatu sistem organisasi juga tidak terlepas dari faktor ketaatan
atau kepatuhan dari tiap anggota organisasi terhadap aturan yang ada. Perbedaan
kualitas ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan dalam 3 jenis yaitu:(18)
a. Ketaatan yang bersifat Compliance yaitu jika seseorang taat terhadap suatu
aturan hanya karena takut terkena sanksi
b. Ketaatan hanya bersifat identification, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu
aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak
c. Ketaatan yang bersifat Internalisation, yaitu jika seseoarang taat terhadap suatu
aturan karena benar-benar ia merasa bahwa aturan tersebut materi dan
prinsipnya sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.
Peraturan berjalan kurang efektif bila derajat ketaatannya hanya berkisar di
compliance atau identification saja. Sebaliknya, bila derajat kepatuhannya
mencapai internalisation, berarti kualitas efektifitas peraturan tersebut sudah
sangat tinggi, sehingga sistem berjalan sesuai dengan aturan yang ada tanpa
menekan fungsi kontrol yang ketat(18).
32
Pengertian Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau
aturan.Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan atau berdisiplin.Kepatuhan adalah
istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang
telah ditentukan. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang
dapat diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur(10).
Dimensi Kepatuhan seseorang dapat disebut patuh kepada perintah orang
lain atau aturan jika memiliki tiga dimensi dibawah ini :
a. Mempercayai (belief) Seseorang akan bisa lebih patuh apabila mereka
percaya bahwa kekuasaan mempunyai hak untuk meminta atau memerintah.
Dan jika mereka percaya bahwa diri mereka diperlakukan secara adil oleh
pemimpin atau orang yang memberi perintah, percaya pada motif pemimpin
dan menganggap bahwa individu tersebut termasuk bagian dari organisasi
atau kelompok yang ada dan memiliki aturan yang harus diikuti.
b. Menerima (accept) yaitu individu yang patuh akan mau menerima apa yang
telah dipercayainya. Riset yang dilakukan Tyler (dalam Taylor, Peplau, dan
O.Sears, 2009) menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang untuk patuh
terhadap perintah lebih besar jika orang tersebut mendapat manfaat ataupun
keuntungan.
c. Melakukan (act) adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan dari
kepatuhan tersebut. Dengan melakukan sesuatu yang diperintahkan atau
menjalankan suatu aturan dengan baik, maka individu tersebut bisa dikatakan
telah memenuhi salah satu dimensi kepatuhan.
33
Dimensi-dimensi tersebut, kemudian dikategorikan dalam dua kategori
yaitu believe dan accept merupakan dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap,
sedangkan act merupakan dimesi kepatuhan yang terkait dengan tingkah laku
patuh seseorang.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan.
Kepatuhan seseorang terhadap peraturan dapat timbul disebabkan adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya sikap kepatuhan tersebut. Hal ini
mempengaruhi timbulnya kepatuhan (obedience) antara lain :
a.Indoctrination Sejak kecil manusia dididik agar mematuhi kaedah-kaedah yang
berlaku dalam masyarakat, melalui proses sosialisasi manusia dididik untuk
mengenal, mengetahui, serta mematuhi kaidah-kaidah tersebut.
b. Habituation Proses sosialisasi telah dialami sejak kecil, lama- kelamaaan
menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.
c. Utility Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup pantas
dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang, belum
tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu
patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut yang dinamakan
kaidah.Dengan demikian maka, salah satu faktor yang menyebabkan orang taat
pada kaidah adalah karena kegunaan kaidah tersebut.
d. Group identification Salah satu sebab seseorang patuh pada kaidah adalah
karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk mengadakan
identifikasidengan kelompok.
E.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain:
34
a. Usia
Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap
organisasi, karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain
menjadi lebih terbatas dengan meningkatnya usia. Hal itu terjadi karena salah satu
faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari
pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan.
b. Jenis Kelamin
Manusia dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita.Tidak
ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan
memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosiabilitas atau kemampuan belajar.
c. Masa Kerja
Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Masa kerja menunjukkan
berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan. Masa
kerja yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah
dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi
dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa
nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan
dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua(11).
35
d. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Terdapat 6 komponen yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya
:(19).
1. Pengetahuan (knowledge) Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-
faktor yang pernah dipelajari.
2. Pemahaman (comprehension) Meliputi pemahaman terhadap informasi yang
ada.
3. Penerapan (application) Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau
pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
4. Analisis (analysis) Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau
meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.
5. Sintesis (synthesis) Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang
sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang
tidak ada sebelumnya.
6. Evaluasi (evaluation) Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut
Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi
diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education,
pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan
36
kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik
pula tingkat pengetahuannya.
Pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.Pendidikan
dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan
diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan.Tingkat
pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan
pendidikan kesehatan.Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak.
Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib, dkk
pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal. Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan
hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah
laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya
dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan
lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan
37
kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka
sadari sepenuhnya.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan,
yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan
menengah (SMU/SMK/Paket C), dan pendidikan tinggi yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi.
f. Sikap
Sikap adalah persepsi seseorang tentang cara tanggap didalam pekerjaannya
yang diukur dari sikap positif (mendukung) maupun sikap negatif (tidak
mendukung). Pendapat lain, sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.
Gibson mendefinisikan sikap adalah kesiap-siagaan mental yang dipelajari dan
diorganisir melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara
tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek dan situasi yang berhubungan
dengannya. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap
tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan.
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara
langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang
nampak.Sedangkan menurut pendapat Azwar nilai (value) dan opini atau pendapat
sangat erat kaitannya dengan sikap.Nilai bersifat lebih mendasar dan stabil
38
sebagai bagian dari ciri kepribadian, sedangkan sikap bersifat evaluatif dan
berakar pada nilai yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu
obyek.
Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman
kognitif, reaksi afeksi, kehendak atau perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan
respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa
penilaian positif atau negative yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap obyek.
Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah dipengaruhi) untuk
memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau
membimbing tingkah laku orang tersebut.Secara definitif sikap berarti suatu
keadaan jiwa (mental) dan keadaan berpikir (neutral) yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasi melalui
pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada
perilaku.Sementara Atkinson menyatakan bahwa sikap meliputi rasa suka dan
tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan
aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya termasuk gagasan abstrak dan
kebijakan sosial.
Sikap sebagai suatu pertanyaan atau pertimbangan evaluatif mengenai
obyek, orang atau peristiwa, lebih lanjut sikap mencakup tiga komponen yaitu
kognitif, effectif, dan behaviour. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap obyek dengan cara tertentu, bentuk dan reaksinya positif atau negatif.
39
F. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pengertian Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah salah
satu bagiandari rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien
yang menderitasakit dan cidera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. KementerianKesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai
Standar Instalasi GawatDarurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam
Kepmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi
pelayanan gawat darurat diRumah Sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD
diIndonesia perlu komitmenPemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah
Pusat dengan ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam
penanganan kegawatdaruratan danlife savingtidak ditarik uang muka dan
penanganan gawat darurat dilakukan 5(lima)menit setelah pasien sampai di
IGD.
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk ke
IGD Rumah Sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk
itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat
sesuai dengankompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin
suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana,
prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai
dengan standar. Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan
40
peluang daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selama
ini dilakukan oleh pusat. Oleh karenanya, perlu membuat standar yang baku
dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam
mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit yaitu Standar Prosedur Operasional (SPO).
2. Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdiri dari:
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal
untuk Rumah Sakit Kelas A.
b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal
untukRumah Sakit Kelas B.
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal
untukRumah Sakit Kelas C.
d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal
untuk Rumah Sakit Kelas D.
41
Tabel 2.1 : Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
LevelIV LevelIII LevelII LevelI
Memberikanpelayanan sebagaiberikut:
Memberikanpelayanan sebagaiberikut:
Memberikanpelayanan sebagaiberikut:
Memberikanpelayanan sebagaiberikut:
1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A,B,Cdengan alat-alat yanglebihlengkap termasukventilator
1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A,B,Cdenganalat-alat yanglebihlengkap termasukventilator
1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A: Jalannafas (airwayproblem), B:Pernafasan (Breathing problem) DanC: Sirkulasi pembuluhdarah (Circulation problem)
1. Diagnosis& penanganan Permasalahanpada A: Jalannafas (airwayproblem), B:Pernafasan (Breathing problem) danC: Sirkulasi pembuluhdarah (Circulation problem)
2. Penilaiandisability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi
2.Penilaiandisability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi
2.Penilaian Disability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi (observasiHCU)
2. Melakukan Stabilisasidan evakuasi
3.ObservasiHCU/ R.Resusitasi-ICU
3. ObservasiHCU/R.
Resusitasi
3.Bedahcito 3.ObservasiHCU/ R.Resusitsi-ICU
4.Bedahcito 4.Bedahcito 4.Bedahcito
Sumber;Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
42
G. Sumber Daya Manusia
Tabel 2.2 : Sumber Daya Manusia Di Instalansi Gawat Darurat
Level
Level IV
Level IV
Level IV
Level IV
Dokter Subspesialis
Semuajenison call
- - -
Dokter Spesialis
l4Besar+ Anestasion sitel(drSpesialis lainoncall)
Bedah,Obsgy, Anak, penyakit Dalamon site (dokter Spesialislain Oncall)
Bedah,
Obsgyn Anak, Penyakit Dalamoncall.
-
DokterPPDS
Onsite24jam
Onsite24jam (RSPendidikan)
- -
DokterUmum (+Pelatihan Kegawat Daruratan) GELS,ATLS, ACLS,dll
Onsite24jam
Onsite24jam Onsite24jam Onsite24jam
PerawatKepala S1 DIII (+Pelatihan Kegawat Daruratan) Emergency Nursing,BTLS, BCLSdll
Jamkerja/ Diluarjamkerja
Jamkerja/ Diluarjamkerja
Jamkerja
Jamkerja
Perawat (+PelatihanEmergency Nursing)
Onsite24jam
Onsite24jam
Onsite24jam
Onsite 24 jam
43
H. Mutu
Mutu adalah suatu konsep yang diterapkan dan dipraktikkan dengan cara
dan gaya yang sama pada setiap keadaan. Mutu dapat dicapai jika layanan yang
terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas, efisien, dan hemat biaya.
Mutu merupakan sebuah produk atau 28 layanan yang memadai, mudah
dijangkau, efisien, efektif, dan aman, sehingga terus-menerus dievaluasi dan
ditingkatkan. Dalam mutu pelayanan terdapat konsep zero defect, konsep tersebut
menetapkan empat keharusan dalam mutu yaitu :
a. Mutu adalah kepatuhan pada persyaratan.
b. Mutu dihasilkan dari suatu sistem yang disebut pencegahan. Proses
pencegahan itu harus diawali oleh suatu mekanisme yang mendeteksi area-
area masalah potensial dan menyusun metode untuk mencegah masalah
tersebut terjadi.
c. Standar kinerja adalah tidak membuat kesalahan. Kesalahan dalam batas
tertentu dapat diterima sehingga mutu kinerja masih dapat diterima.
d. Kepatuhan terhadap standar mengakibatkan perlu dilakukan langkah
penilaian mutu.
Setelah standar disusun, indikator untuk standar dibuat untuk mengukur
penyimpangan dari standar yang seharusnya dipatuhi. Oleh karena itu kegiatan
pemantauan perlu dilakukan unuk memenuhi tujuan mutu, mengidentifikasi
berbagai masalah (peluang melakukan perbaikan) dan untuk menjamin bahwa
perbaikan telah dimulai dan terus menerus dilakukan(4).
Adapun ciri- ciri pemantauan yang efektif , antara lain :
44
a. Pemantauan dilakukan hanya terhadap indikator kunci, yang mengukur aspek
mutu organisasi yang terpenting.
b. Hanya mengumpulkan data yang mudah diintreprestasikan karena data yang
memerlukan waktu analisis lama hanya menambah beban petugas dan
kemungkinan besar tidak menghasilkan informasi yang bermanfaat.
c. Menghasilkan umpan balik yang tepat waktu sehingga dapat dilakukan
penyesuaian kinerja pekerjaan, petugas kesehatan memerlukan umpan balik
yang tepat waktu.
d. Kegiatan pemantauan yang dilakukan harus dapat menjawab pertanyaan
mengapa harus dilakukan pemantauan, apa yang harus dipantau, dimana dan
kapan dilakukan pemantauan, dan bagaimana pemantauan harus dilakukan.
e. Pemantauan harus mencakup pemilih indikator yang mencerminkan kisaran
kinerja yang diperbolehkan, pengumpulan informasi tentang bagaimana
pelaksananan dilakukan, dan perbandingannya dengan standar layanan
kesehatan dan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
2.3. Landasan Teori
Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna selain itu juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (17).
Adanya tuntutan tentang mutu pelayanan kesehatan oleh masyarakat,
sehingga tenaga kesehatan harus lebih terampil lagi dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk itu dibutuhkan adanya Standar Prosedur Operasional (SPO)
untuk memberikan petunjuk yang jelas pada langkah-langkah yang harus di
45
tempuh dalam menyelesaikan kegiatan yang ada di rumah sakit.Standar Prosedur
Operasional (SPO) sendiri memiliki tujuan agar berbagai kerja rutin terlaksana
dengan efisien, efektivitas, konsisten atau seragam dan aman, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standart yang berlaku.
Sedangkan manfaatnya yaitu sebagai acuan yang jelas dalam melaksanakan tugas
di rumah sakit, konsistensi dalam pelaksanaan, kemampuan menelusuri,
perbaikan, syarat standar pelayanan rumah sakit, pertumbuhan dan pengembangan
citra sarana kesehatan dan peningkatan mutu(8).
Adanya kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan kegiatan dengan
acuan dari Standar Prosedur Operasional (SPO) akan memudahkan perawat dalam
mengelola dan melaksanakan kegiatan dengan baik, Kepatuhan dipengaruhi oleh
faktor yaitu a) faktor internal meliputi karakterisitik perawat itu sendiri (umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, pengetahuan,
sikap, kemampuan,masa kerja, persepsi dan motivasi) dan b) faktor eksternal
(karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, karakteristik pekerjaan, dan
karakteristik lingkungan) (5). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada
kerangka pikir sebagai berikut :
2.4. Kerangka Berpikir
Dalam menentukan tujuan penelitian, maka dibuat alur pikir sebagai
acuan (kerangka pemikiran). Kerangka pikir penelitian kepatuhan Perawat Dalam
Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan di IGD RSUD
Kota Subulussalam Tahun 2018 digambarkan sebagai berikut :
46
Keterangan :
Diteliti
Gambar : Kerangka Pikir Tidak di teliti
Mutu pelayanan Rumah sakit Standar Prosedur Operasional (SPO)
- Usia - Jenis kelamin - Masa kerja - Pengetahuan - Pendidikan - Sikap
Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain yaitu komunikasi, persepsi dan pengharapan, variabel-variabel sosial, ciri-ciri individual dan fasilitas. faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling factors), mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-faktor penguat (reinforcing factor) meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan
Kepatuhan Perawat
Faktor Internal
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Masa kerja 4. Pengetahuan 5. Pendidikan 6. Sikap
7. Agama 8. Status Perkawinan 9. Kepribadian
10. Kemampuan 11. Persepsi 12. Motivasi
Faktor Eksternal 1. Organisasi 2. Karakteristik kelompok 3. Pekerjaan 4. Lingkungan
Sumber:Diagram Skematis variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan modifikasi dari John W. Creswell dan Nurwinari. R, Yuantari.C . dan Hartini.F, 2013; Muslimah.F, 2015.
47
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Dan Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif yang merupakan
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dan dilakukan dengan
menggambarkan keadaan atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah. Penelitian kualitatif yang tujuannya untuk mengidentifikasi penyebab,
dengan mengeksplorasi apa kenyataan yang terjadi di ruang IGDRSUD Kota
Subulussalam dan apa yang menjadi harapan menurut informan, dihubungkan
dengan mutu pelayanan dan pemetaan dimensi mutu. Penelitian kualitatif adalah
merupakan salah satu penelitian dengan teknik tertentu untuk mendapatkan
informasi yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang.
Wawancara mendalam adalah wawancara untuk menggali informasi guna
memahami pandangan, pengalaman, pengetahuan informan mengenai suatu hal
secara utuh dengan cara langsung bertatap muka dengan informan. Tujuan
wawancara ini adalah untuk mengkonstruksi kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, memproyeksikan apa yang telah menjadi
41
48
harapan untuk dapat dilaksanakan dimasa datang, memverifikasi informasi yang
telah di peroleh dari sumber lain.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di ruang IGD RSUD Kota Subulussalam.
3.2.3Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juli tahun 2018.
3.3 Informan
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi penelitian. Informan yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah informan kunci dan informan utama(20).
3.3.1 Informan kunci
Informan kunci ialah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Pihak-pihak yang dijadikan
sebagai informan kunci yaitu Kepada Ruangan IGD, dan Kabid keperawatan.
3.3.2 Informan Utama
Informan Utama ialah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah semua perawat diruang
IGD yang berjumlah 12 orang. Hal ini dikarenakan mereka dianggap memiliki
keterlibatan yang cukup sering dalam kegiatan yang ada di ruang IGD
3.3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi penelitian yang ingin
diketahui apa yang terjadi didalamnya. Pada objek penelitian ini, peneliti dapat
49
mengamati secara mendalam aktivitas (activity)orang-orang yang ada pada tempat
penelitian.
Pada penelitian kualitatif jumlah informan ditentukan dengan prinsip harus
memenuhi kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Untuk
memenuhi kriteria kesesuaian dilakukan dengan menentukan beberapa informan
kunci, sementara untuk pemenuhan kriteria kecukupan di peroleh dari wawancara
mendalam dan observasi. Objek dari penelitian ini adalah partisipasi perawat IGD
dan kaitannya terhadap kepatuhan dalam melaksanakan Standar Prosedur
Operasional (SPO) di RSUD Kota Subulussalam.
3.3.4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya
sesuai dengan masalah penelitian.Untuk mendapatkan data yang tepat maka perlu
ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data
(purposive).Sehingga diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat
mengungkap permasalahan dalam penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data atau informasi tentang kepatuhan perawat di
ruang IGD RSUD Kota Subulussalamdilakukan dengan pengumpulan data
primer dan sekunder.
3.4.1 Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara
dan observasi. Data primer diperoleh dari wawancara kepada kepala ruangan
50
dan perawat serta melakukan observasi langsung pada standar
proseduroperasional untuk mengetahui tingkat kepatuhan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan caraindepth interview
(wawancara mendalam), wawancara dilakukan secara langsung antar
pewawancara (interviewer) dengan yang terwawancara (interviewe). Sebagai
pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan terwawancara adalah
informan.Informan yang diwawancarai dalam penelitian adalah sebanyak 12
orang perawat IGD. Pelaksanaan wawancara untuk triangulasi sumber dilakukan
kepada 1 orang kepala ruangan IGD Kota Subulussalamdan 1 orang Kabid
Keperawatan di RSUD Kota Subulussalam untuk memperoleh informasi yang
adekuat.
b. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh perawat dalam suatu
instansi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah protap SPO, Profil
RSUDKota Subulussalam, dan Struktur Organisasi RSUD Kota Subulussalam .
3.5 Pengumpulan data
Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dengan nara sumber atau orang-orang
yang terlibat secara langsung dalam analisis pelaksanaan kerja untuk
mengetahui tingkat kepatuhan petugas pada standar prosedur operasional.
b. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap komponen tertentu
dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan langsung
51
pada kebijakan dan standar prosedur operasional untuk mengetahui tingkat
kepatuhan petugas pada aturan yang ada
3.6 Instrumen penelitian
a. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan untuk menggali informasi
berupa daftar pertanyaan untuk menggali informasi tentang data kepatuhan
kinerja petugas dengan SPO. Adapun informan yang diwawancarai dalam
penelitian ini adalah sebanyak 12 orang perawat IGD. Pelaksanaan wawancara
untuk triangulasi sumber dilakukan kepada 1 orang kepala ruangan IGD Kota
Subulussalamdan 1 orang Kabid Keperawatan di RSUD Kota Subulussalam
untuk memperoleh informasi yang adekuat.
b. Pedoman observasi adalah suatu prosedur berencana yang digunakan untuk
melihat dan mencatat aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan data
yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
pelaksanaan penyusunan dokumen.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data
bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari
dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi
analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam
52
teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika
sebagai alat bantu analisis. Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, danpenarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu
yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang
membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil wawancara,
reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.Dari hasil analisis data yang
kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang
digunakan oleh peneliti:(21).
3.7.1. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama
selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan
data.Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, dan menulis memo.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi
53
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara:
melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam
suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
3.7.2.Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik
Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam
pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen.Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itutriangulasi
bersifat reflektif.Empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat
macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan
dengan memanfaatkan sumber.Triangulasi dengan sumber artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah berikut :
54
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apayang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam
risetkualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang
peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas
informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatupenelitian. Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.
Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan
kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.
Tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan
teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset.Dengan demikian
triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan
kuantitatif, Pengumpulan datatriangulasi (triangulation) melibatkan observasi,
wawancara dan dokumentasi.Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang
kedua dalam penelitian kualitatif.Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan
55
informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif
pada masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan,
atau bahkanribuan halaman.Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar
melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi.Manusia tidak
cukup mampu memproses informasi yang besar
jumlahnyakecenderungankognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang
kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau
konfigurasi yang mudah dipahami.
Penyajian data dalam kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan dalam
berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.Semuanya dirancang untuk
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu padan
dan mudah diraih.Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis.
3.7.3.Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.Ketika
kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan,konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi
lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,
dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan
56
pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan
sebelumnya sejak awal.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam pada awal diresmikannya
adalah sebagai rumah sakit Ibu dan Anak Kota Subulussalam. Peresmiannya
dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada hari
Jumat tanggal 8 Juli 2011. Sedangkan untuk pembukaan kegiatan pelayanannya
secara resmi dimulai pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2012.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam yang beralamatkan di Jalan
Hamzah Fansyuri Subulussalam Barat Kecamatan Simpang Kiri pada saat
terbentuk adalah rumah sakit dengan Tipe D sesuai Qanun Kota Subulussalam
Nomor 4 tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan tata kerja RSUD Kota
Subulussalam. Berjalan seiringnya waktu RSUD Kota Subulussalam
meningkatkan kelas pelayanannya menjadi rumah sakit Tipe C berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.03/I/0429/2015 tentang penetapan
kelas RSUD Kota Subulussalam tanggal 26 Februari 2015 dan dikeluarkannya
Qanun Nomor 4 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD
Kota Subulussalam.
4.1.1 Visi dan Misi
1). Visi RSUD Kota Subulussalam yaitu:
“ Terwujudnya RSUD yang menjadi pilihan utama dan kebanggaan masyarakat
Kota Subulussalam dalam pemberian pelayanan kesehatan”. Penjabaran makna
dari Visi RSUD Kota Subulussalam adalah sebagai berikut:
50
58
a. Terwujudnya adalah rencana kegiatan yang telah disusun dapat menjadi
kenyataan.
b. Pilihan utama adalah RSUD Kota Subulussalam dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat dan berkualitas, sehingga layak menjadi pilihan utama
bagi masyarakat Kota Subulussalam dalam pemberian pelayanan kesehatan.
c. Kebanggaan adalah kemampuan dari RSUD Kota Subulussalam dalam
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadi
kebanggaan bagi Kota Subulussalam.
d. Pelayanan kesehatan adalah bentuk layanan yang diberikan RSUD Kota
Subulussalam untuk meningkatkan status kesehatan.
Seiring berjalannya waktu dan pergantian Direktur RSUD Kota Subulussalam,
maka Visi RSUD Kota Subulussalam telah diubah menjadi:“Pusat pelayanan
kesehatan unggulan yang berkualitas dan islami”.Visi tersebut dapat
menggambarkan fungsi RSUD Kota Subulussalam dalam rangka melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan dengan mengutamakan layanan
yang sesuai syariah sesuai dengan budaya masyarakat Aceh pada umumnya.
2). Misi RSUD Kota Subulussalam
a. Memberikan pelayanan yang terbaik, mudah, cepat dan tepat kepada
masyarakat
b. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit
c. Menjunjung tinggi profesionalisme pelayanan melalui pendekatan keilmuan
dan spiritual
d. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan
59
e. Menjadi rumah sakit yang terakreditasi dan mandiri
3). Tujuan RSUD Kota Subulussalam
a. Terbangunnya sistem manajemen yang baik
b. Tersedianya kesempatan pengembangan karir bagi setiap pegawai yang bekerja
di RSUD Kota Subulussalam
c. Tercapainya pelayanan prima yang berkualitas diberikan oleh setiap komponen
di RSUD Kota Subulussalam untuk meningkatkan kepuasan masyarakat
d. Tercapainya RS terakreditasi dengan sistem keuangan BLUD yang optimal.
4). Bidang Pelayanan Medis Ruang IGD
Pelayanan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat terus ditingkatkan.
Hal ini harus dilaksanakan sesuai dengan peningkatan kebutuhan dari pelayanan
kesehatan. Rata-rata kunjungan dari pasien IGD perhari adalah 12 orang dengan
rincian kunjungan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 No Bulan Jumlah 1 Januari 632 2 Februari 512 3 Maret 490 4 April 533 5 Mei 591 6 Juni 583 7 Juli 576 8 Agustus 600 9 September 574
10 Oktober 692 11 November 592 12 Desember 679
Jumlah 7.054
60
Tabel 4.2 Sepuluh Penyakit Pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 No Nama Penyakit Jumlah 1 Dyspepsia 950 2 Hipertensi 886 3 TB Paru 879 4 Pneumonia 757 5 Asma B 675 6 PPOK 655 7 DM 624 8 Gastro Enteritis 621 9 CHF 557
10 ISPA 400
4.2 Analisis Data Penelitian Kualitatif
4.2.1 Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah 12 perawat yang bekerja di
ruang IGD RSUD Kota Subulussalam. Identitas diri informan diuraikan sebagai
berikut:
1. Informan bernama Sahmin dengan kode S (01) berjenis kelamin laki-laki
berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dengan masa
kerja 6 tahun.
2. Informan bernama Didi Almas dengan kode DA (02) berjenis kelamin laki-laki
berumur 29 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa kerja
2,6 tahun.
3. Informan bernama Darliah Sidabutar dengan kode DS (03) berjenis kelamin
perempuan berumur 34 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 3 tahun
61
4. Informan bernama Parlindungan Sinurat dengan kode PS (04) berjenis kelamin
laki-laki berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 10 bulan.
5. Informan bernama Sri Mulya dengan kode SM (05) berjenis kelamin
perempuan berumur 25 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 1,7 tahun.
6. Informan bernama Ertina Bancin dengan kode EB (06) berjenis kelamin
perempuan berumur 33 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 3 tahun.
7. Informan bernama Ricky Ahmad Mulyanto dengan kode RA (07) berjenis
kelamin laki-laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan S1 Keperawatan +
Profesi Ners dan masa kerja 3 tahun.
8. Informan bernama Antoni Berutu dengan kode AB (08) berjenis kelamin laki-
laki berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa
kerja 5,8 tahun.
9. Informan bernama Abdul Wujud Berutu dengan kode AW (09) berjenis
kelamin laki-laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan S1 Keperawatan +
Profesi Ners dan masa kerja 11 bulan.
10. Informan bernama Widya Marlenta dengan kode WM (010) berjenis kelamin
perempuanberumur 29 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 5 tahun.
62
11. Informan bernama Zul Arfan Hidayat dengan kode ZH (011) berjenis kelamin
laki-laki berumur 33 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan
masa kerja 4 tahun.
12. Informan bernama Abdul Lathif dengan kode AL (012) berjenis kelamin laki-
laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa
kerja 6,5 tahun.
4.2.2 Informan Tambahan
Informan tambahan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Kepala
Ruangan dan 1 orang Kabid Keperawatan. Identitas diri informasi tambahan
diuraikan sebagai berikut:
1. Informan (identitas Kepala Ruangan IGD)
Informan bernama Samuel Gunawan. S. AMd dengan kode SG (13) berjenis
kelamin laki-laki berumur 34 tahun dengan latar pendidikan DIII Keperawatan
dan masa kerja 6 tahun 7 bulan.
2. Informan (identitas kabid keperawatan)
Informan bernama Teuku Safriadi, S.Kep dengan kode TS (14) berjenis kelamin
laki-laki berumur 42 tahun dengan latar pendidikan SI Keperawatan dan masa
kerja 19 tahun.
4.2.3 Hasil Wawancara Informan Utama Tentang Penggunaan SPO
Keperawatan di Ruang IGD
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 12 informan utama terkait
kepatuhan perawat dalam penggunaan SPO keperawatan di ruang IGD Kota
Subulussalam
63
1. Pengetahuan tentang SPO
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan sudah mengetahui apa itu SPO, walaupun
jawaban mereka berbeda-beda dalam memberikanpenjelasan tentang SPO namun
jawaban itu mengandung arti yang sama tentang definisi SPO.
Menurut kepala ruangan sebagai informan kunci mengenai pengetahuan
perawat tentang SPO, perawat sudah mengetahui tentang SPO tersebut akibat
adanya evaluasi terhadap kerja yang rutin dilakukan oleh kepala ruangan. Hal
tersebut juga sesuai dengan Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan
kabid keperawatan yang mengatakan perlu adanya pengawasan tentang
pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan PO. Dari hasil observasi di
dapatkan bahwa tidak semua perawat dalam bekerja melaksanakan SPO.
Dari beberapa kutipan jawaban wawancara mendalam di atas dan hasil
observasi didapatkan adanya persamaan jawaban tentang pengetahuan SPO antara
informan utama dengan informan kunci namun hal ini tidak didukung oleh hasil
observasi bahwasanya pengetahuan SPO tersebut belum sepenuhnya
diimplementasikan dalam bentuk tindakan pada saat memberikan pelayanan
kepada pasien. Dimana berdasarkan observasi didapatkan 4 orang yang
melakukan tindakan seperti Penerimaan Pasien Baru, Inform Consent, Memasang
Dan Melepaskan Infus dan tindakan Pemeriksaan Suhu Badan yang dilakukan
oleh S, DA, DS dan WM.
Jawaban informan diatas tentang pengetahuan SPO juga sesuai dengan teori
tentang SPO dimana Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah pedoman atau
64
acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang ada. Standar
Prosedur Operasional (SPO) bertujuan untuk mempermudah pelaksanakan
kegiatan, dan meminimalisasi kesalahan dalam menjalankan tugas. Untuk
menciptakan kinerja yang optimal, perlu dilakukan pengawasan mengenai standar
yang ada untuk menilai, mengevaluasi, mengoreksi serta mengusahakan
tercapainya kinerja yang baik dalam perusahaan(5).
Dalam hal ini terlihat bahwa pengetahuan mempunyai kaitan dengan
pelaksanaan pelayanan keperawatan dimana perawat yang sudah mengerti tentang
SPO minimal mereka akan bekerja sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
berjudul Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan
Standar Prosedur Operasional Pencegahan Resiko Jatuh Pasien Di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta dimana Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
perawat mempunyai pengetahuan tentang SPO pencegahan resiko jatuh tergolong
cukup baik (69,2%), perawat mempunyai kepatuhan dalam pelaksanaan SPO
pencegahan resiko jatuh tergolong cukup patuh (55,4%), dan terdapat
hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan SPO pencegahan resiko jatuh pasien di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta (p-value= 0,001, ry= 0,391), dan nilai hubungan
tergolong sedang. Kesimpulan : terdapat hubungan yang positif signifikan
antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional pencegahan resiko jatuh pasien.
65
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam seseorang mengambil
keputusan namun tidak selamanya pengetahuan seseorang bisa menghindarkan
dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya, misalnya perawat yang tingkat
pengetahuannya baik tidak selamanya melaksanakan keselamatan pasien dengan
baik karena segala tindakan yang akan dilakukan beresiko untuk terjadi
kesalahan.
2. Sosialisasi SPO
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa semua Informan pernah mengikuti sosialisasi SPO yang
dilaksanakan dirumah sakit.Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan
bahwa semua Informan telah mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan
SPO yaitu berasal dari sosialisasi yang dilakukan oleh atasan yang bertujuan
meningkatkan kinerja bagi perawat di ruang IGD. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti dari 12 informan hanya 4 informan yang belum
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang telah ditetakan. Namun jumlah
tersebut sesuai dengan hasil wawancara dimana semua informan sudah pernah
mengikuti sosialisasi yang dibuat di rumah sakit.
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan kepala ruangan
mengenai pelaksanaan sosialisasi SPO beliau mengatakan bahwa pelaksanaan
sosialisasi SPO sangat perlu karena dengan ada SPO menjadi standar acuan
seluruh tindakan keperawatan .
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Informan selaku Kabid
Keperawatan dimana Beliau mengatakan upaya yang dilakukan agar perawat
66
dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO yaitu dengan
sosialisasi dan pelatihan internal. Dari hasil wawancara mendalam di dapatkan
adanya persamaan jawaban tentang sosialisasi SPO antara informan utama dengan
informan kunci. Dimana rata-rata informan utama pernah mengikuti kegiatan
sosialisasi yang diadakan dirumah sakit.
Pentingnya kegiatan sosilisasi diatas sesuai dengan teori berikut dimana
sistem manajemen mutu kualitas yang baik selalu didasari oleh SPO, SPO
kemudian disosialisasikan kepada seluruh pihak yang berkompeten untuk
melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian besar perawat dalam
melaksanakan praktik keperawatan belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan
oleh rumah sakit. SPO adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai
suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup proses pelayanan yang memiliki
suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan keefektifannya(3).
Demi terciptanya pengelolaan IGD yang baik diperlukan peraturan sebagai
acuan, berupa kebijakan dan standar operasional prosedur yang dibuat untuk
mempermudah kerja petugas. Dengan adanya kebijakan dan standar operasional
prosedur tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan di instansi, karena
persoalan tersebut muncul bukan serta merta dari aturan tetapi dari berbagai hal
misalnya seberapa jauh peraturan tersebut disosialisasikan, bagaimana sarana,
teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan budaya kerja yang
disiapkan untuk melaksanaan berbagai peraturan tersebut, sehingga kinerja
petugas menjadi terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya(4).
67
Sosialisasi merupakan suatu kegiatan untuk membuat Perawat paham
tentang pentingnya kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien atau
kepada dirinya sendiri. Dengan adanya kegiatan sosialisasi akan terbentuk suatu
perubahan sikap dari tidak mengerti menjadi mengerti yang dapat mengubah
prilaku kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil peneitian sebelumnya
yang berjudul Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah dilakukan sosialisasi SOP APD terhadap perilaku perawat dalam
penggunaan APD (Handscoon , Masker, Gown ) baik pada pengamatan hari
ke - 3 maupun hari ke - 6 setelah intervensi dilakukan dengan p value 0,000
3. Setiap Bekerja menggunakan SPO
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil Informan yang bekerja menggunakan
SPO. Menurut informan pada saat bekerja informan tidak sepenuhnya mereka
menggunakan SPO namun ada tindakan tertentu yang mereka lakukan sesuai
SPO. Hal tersebut dikarenakan pasien yang berada di ruang IGD hampir rata-rata
pasien yang membutuhkan penanganan darurat dan cepat.
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan
Informan selaku kepala ruang IGD yang mengatakan bahwa SPO sudah berjalan
dengan baik, hanya saja belum sempurna karena masih ada perawat yang
menangani pasien emergency tidak bisa dilakukan berdasarkan SPO.
Sedangkan hasil wawancara dengan Kabid Keperawatan baliau
mengatakan keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO
di IGD tidak terlalu signifikan karena sosialisasi baru di mulai tahun 2017 tapi
68
sudah jauh berubah. Dari beberapa jawaban wawancara mendalam dan hasil
observasi di dapatkan adanya persamaan jawaban tentang pelaksanaan SPO antara
informan utama dengan informan kunci hal ini juga didukung oleh hasil observasi
bahwasanya pada kasus pasien emergency tidak bisa dilakukan penanganan sesuai
dengan SPO misalnya pada saat menerima pasien baru yang kondisinya kritis,
Inform Consent pada pasien gawat, memasang infus pada pasien yang
membutuhkan penangan segera dan cepat.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, StandarProsedur
Operasional (SPO) sangat penting dan sangat membantu perawat untuk
mencapai sebuah asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga perawat
harus mampu berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap
semua aspek asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi.
Tindakan keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang diberikan
oleh perawat kepada pasien.Tindakan keperawatan yang diberikan harus sesuai
dengan standar operasional prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil asuhan
keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh pasien. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak perawat yang bekerja
tidak mengikuti SPO yang telah ditetapkan dengan berbagai alasan dan faktor
yang ada dilapangan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas yaitu
dengan setiap Perawat harus menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO)
dalamsetiap tindakan keperawatan.Keselamatan pasien bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan menghindari tuntutan malpraktik.Standar Prosedur
69
Operasional (SPO) adalah standar yang harus dijadikan acuan dalam memberikan
setiap pelayanan. Standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai
kinerja instansi pemerintah secara internal maupun eksternal(3).
4. Tindakan Yang Dilakukan Saat Menerima Pasien Baru Masuk Ke IGD
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan saat menerima pasien baru yang
masuk ke IGD setiap informan berbeda-beda sesuai dengan keluhan. Jika pasien
dalam kondisi stabil tindakan yang dilakukan mulai dari anamnesa dan kemudian
diikuti dengan pemeriksaan dasar seperti tensi darah dan lain-lain. Berdasarkan
hasil observasi untuk tindakan penerimaan pasien baru yang dilakukan oleh
informan S, tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah
sakit. Masih banyak langkah-langkah yang terabaikan dalam pelaksanaannya.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Instalasi Gawat
Darurat (IGD) sebagai salah satu pintu masuk pelayanan, secara tidak langsung
memberikan gambaran bagimana kualitas pelayanan secara keseluruhan. Model
penerimaan pasien baru yang saat ini dilaksanakan secara umum adalah
menjadikan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai pintu masuk rawat inap
alternatif setelah pelayanan poliklinik berakhir. Sehingga Instalasi Gawat Darurat
(IGD) berperan sebagai unit perawatan primer yang bertugas mengatasi masalah
fase akut dan mengatur distribusi pasien untuk memperoleh perawatan sekunder.
Mudahnya akses terhadap Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyebabkan terjadinya
peningkatan kunjungan kasus-kasus non-akut, menambah antrian untuk dilayani
70
di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan kesulitan yang tidak perlu dalam
memberikan pertolongan.
Peran perawat sangat berpengaruh pada saat pasien masuk kerumah sakit,
mulai dari penerimaan sampai dengan pelayanan yang diberikan. Oleh sebab itu
diperlukan suatu standar bagaimana penerimaan pasien yang baik agar dapat
menghasilkan kepuasaan baik untuk pasien maupun keluarga yang
mendampinginya, standar yang dimaksud adalah SPO.
Pentingnya SPO pada setiap kegiatan adalah untuk menyamakan semua
tindakan yang dilakukan perawat untuk kasus yang sama dimana ketika petugas
membuat prioritas penanganan berdasarkan tingkat kegawatan (mendahulukan
pasien yang lebih gawat dan meninggalkan pasien yang kurang gawat untuk
menunggu), pasien justru menginginkan penanganan secara setara dan bersamaan
karena mereka menganggap diri mereka sama pentingnya dengan pasien gawat.
Atau sebaliknya, petugas menyimpulkan bahwa keluhan yang dialami pasien tidak
mengindikasikan rawat inap tetapi pasien menginginkan hospitalisasi dengan
alasan mereka sendiri.
5. CaraMelakukan Inform Consent Yang Baik Dan Benar Kepada Pasien
Atau Keluarga Pasien Di IGD
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata informan melakukan tindakan inform consent dengan
melakukan komunikasi yang baik dan menyampaikan dengan jelas tindakan apa
yang dilakukan sehingga memerlukan adanya inform consent. Informan juga
mengatakan pada saat pasien datang ke IGD triase akan menilai apakah pasien ini
71
termasuk true emergency atau false emergency, bila pasien dalam keadaan true
emergency atau bisa dikatakan membutuhkan tindakan segera maka persetujuan
dimintakan secara lisan terlebih dahulu, baru selesai tindakan dokter akan
memintakan tanda tangan pada lembar informed consent. Berdasarkan hasil
observasi untuk tindakan Inform Consent yang dilakukan oleh informan DA,
tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit dimana hal
tersebut terjadi karena tindakan Inform Consentyang dilakukan tidak mengikuti
langkah-langkah yang ada dalam SPO yang telah ditentukan.
Informed consent merupakan suatu bentuk dari menghargai sesama
manusia, dengan berbuat baik melalui penilaian risiko dan keuntungan tindakan
medis, serta suatu keadilan pada mana pilihan tindakan medis diberikan pada
subjek, pasien. Kutipan jawaban risiko dan keuntungan tindakan medis kadang
merupakan masalah, karena demikian banyak resiko, begitu pula keuntungan
tindakan medis, yang selain banyak menyita waktu untuk penjelasan adalah juga
kadang membingungkan pasien dan keluarga. Umumnya resiko yang
dikemukakan adalah yang dapat difahami oleh pasien dalam memutuskan suatu
pilihan dengan alternatif tindakan medis lainnya, jadi nampaknya hanya risiko dan
keuntungan yang dapat dimengerti oleh pasien yang harus dikemukakan.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul “Penegakan
Otonomi Pasien Melalui Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) dimana
hasil penelitiannya mengatakan bahwa Informed consent ialah persetujuan bebas
yang diberikan oleh pasien terhadap suatu tindakan medis, setelah ia
memperoleh semua informasi yang penting mengenai sifat serta konsekuensi
72
tindakan tersebut. Informed consent dibuat berdasarkan prinsip autonomi,
beneficentia dan nonmaleficentia, yang berakar pada martabat manusia
dimana otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati. Jika
pasien tidak kompeten, maka persetujuan diberikan oleh keluarga atau wali sah.
Jika keluarga/wali hadir tetapi tidak kompeten juga, maka tenaga medis harus
memutuskan sendiri untuk melakukan tindakan medis tertentu sesuai keadaan
pasien. Informedconsent terutama dibutuhkan dalamkasus – kasusluarbiasa
(exraordinary means). Namun untuk pasien kritis atau darurat yang harus
segera diambil tindakan medis untuk menyelamatkannya, proxy consent tidak
dibutuhkan.
6. Menggunakan APD Setiap Melakukan Tindakan Terhadap Pasien Di IGD
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata informan dalam melakukan tindakan di ruang IGD
mereka selalu menggunakan APD karena mereka mengatakan bahwa secara tidak
langsung APD menjadi alat pelindung bagi tenaga kesehatan dari penyakit yang
berasal dari pasien. Saat peneliti berada diruang IGD peneliti juga melihat hampir
semua perawat menggunakan APD termasuk semua informan yang diteliti.
Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting untuk dipakai oleh
seorang perawat dalam melaksanakan tugas. APD ini digunakan oleh petugas
memiliki dua fungsi yaitu untuk kepentingan penderita dan sekaligus
untuk kepentingan petugas itu sendiri. Perlengkapan pelindung diri dalam
praktek kesehariannya lebih banyak berfungsi sebagai “pelindung penderita”
daripada sebagai “pelindung petugas”. Melindungi penderita dari kemungkinan
73
terjadinyainfeksimikroba merupakan tugaspokokyangdimulai saat penderita
masuk rumah sakit untuk menjalani prosedur tindakan medis serta asuhan
keperawatan sampai tiba saatnya penderita keluar dari rumah sakit.
Tindakan standard precaution diperlukan kemampuan perawat untuk
mencegah infeksi, ditunjang oleh sarana dan prasarana serta standar prosedur
operasional (SPO) yang mengatur langkah-langkah standard precaution termasuk
didalamnya penggunaan APD. SPO merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. Penyusunan prosedur tetap atau SPO yang mengatur tentang APD di
rumah sakit akan mengurangi resiko seorang Perawat tertular penyakit sehingga
keselamatan kerja Perawat akan lebih terjamin dan pemberian asuhan
keperawatan akan lebih bermutu karena dilakukan sesuai SPO yang ada.
7. Apa Yang Dilakukan Sebelum Melakukan Tindakan Pemasangan Infus
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan
pemasangan infus informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pemasangan
infus tersebut dan mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan. Berdasarkan hasil
observasi untuk tindakan pemasangan infus yang dilakukan oleh informan DS,
didapatkan tindakannya sudah sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.
Dimana pelaksanaannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan.
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan
yang sering dilakukan di rumah sakit (RS), namun hal ini berisiko tinggi
terjadinya Hospital Acquired Infection (HAIs). Tindakan pemasangan infus akan
74
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu patuh pada Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan kesehatan
yang bermutu.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata perawat yang
melakukan pemasangan infus tidak memperhatikan langkah awal apa saja yang
harus diperhatikan sebelum infus dipasang. Seperti hasil penelitian Andares
(2009),menunjukkan bahwa Perawat kurang
memperhatikankesterilanlukapadapemasanganinfus.Perawatbiasanya langsung
memasang infus tanpamemperhatikan tersedianya bahan-bahan yangdiperlukan
dalam prosedur tindakan tersebut,seperti tidak tersedia sarung tangan, kain kasa
steril, alkohol, dan pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril.
Hasil penelitian Mulyani dkk. (2001), yang melakukan penelitian dengan
judul Tinjauan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan
Infus pada Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah
Gombong menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan
prosedur pemasangan infus yang prinsip. Hasil penelitian terhadap 12 perawat
pelaksana yang melakukan pemasangan infus, perawat yang tidak patuh sebanyak
12 orang atau 100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%. Hasil penelitian
Pasaribu (2008), 43 yang melakukan analisa pelaksanaan pemasangan infus
diruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan bahwa pelaksanaan
pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional Prosedur katagori baik 27 %,
sedang 40 % dan buruk 33 %.
75
Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku Perawat dalam setiap tindakan
prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus. Pemasangan
infus dilakukan oleh setiap Perawat. Semua Perawat dituntut memiliki
kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) baik persiapan sebelum pemasangan maupun
tindakan pemasangan yang tepat.
8. Cara Anda Melakukan Tindakan Injeksi Pada Pasien Di IGD
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan
injeksi pada pasien di IGD, informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari
tindakan injeksi tersebut dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan
selanjutnya melakukan tindakan sesuai dengan prosedur tindakan. Hal tersebut
sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan untuk tindakan pemberian
injeksi yang dilakukan oleh informan PS, didapatkan tindakannya sudahsesuai
dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.
Sebagai tenaga perawat kesehatan,Perawat memiliki tanggung jawab
terhadap pasiennya, sebagai Perawat yang profesional Perawat harus memiliki
tanggung jawab terhadap pelayanan dan tindakan yang dilakukannya contoh
perawat dalam memberikan injeksi terhadap pasien. Injeksi ditentukan
berdasarkan advis dan kolaborasi dengan Dokter, dan Perawat harus
mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan. Karena banyak kegagalan
tindakan diakibatkan karena Perawat merasa tindakan itu sudah menjadi suatu
76
bentuk kebiasaan kerja sehingga tidak diperlukan lagi prosedur dalam
melaksanakannya.
Teknik menyuntik adalah tindakan menyuntik yang dikerjakan oleh
Perawat kepada pasien dengan menggunakan prosedur teknik menyuntik.
Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin
obat mencapai lokasi yang tepat. Setiap rute injeksi unik berdasar kan tipe
jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi
absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat,
Perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karakteristik,
viskositas obat dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat
injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan
dengan tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat,
sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya
kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian
infeksi adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode
universal precautions yaitu suatu cara penanganan baru untuk
meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa
memperdulikan status infeksi. Dasar kewaspadaan universal adalah cuci
tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan mencegah
tusukan alat tajam dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme.
77
9. ApaYang Anda Lakukan Sebelum Melakukan Tindakan Menjahit Luka?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan
menjahit luka pada pasien di IGD, informan terlebih dahulu melakukan
pemeriksaan dan menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut serta mempersiapkan
alat-alat yang di butuhkan. Dan selanjutnya melakukan tindakan penjahitan sesuai
dengan prosedur tindakan. Hasil observasi terhadap informan SM saat melakukan
penjahitan luka peneliti mendapatkan hasil bahwa informan SM telah bekerja
sesuai dengan SPO terutama dalam melakukan tindakan menjahit luka.
Sebelum perawat melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya
Perawat melakukan pengkajian terlebih dahulu. Melakukan pengkajian luka
secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan komponen penting dalam
manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan pengkajian luka tersebut
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.
Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan
tersebut dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi
rencana tersebut. Pedoman parameter untuk perawatan luka juga harus di
masukkan dalam perencanaan tersebut, meliputi juga klasifikasi dari luka itu
sendiri, penampilan luka, cairan yang keluar dari luka, rasa nyeri yang timbul dan
kondisi kulit sekitar luka. Manajemen perawatan luka pada klien akan meningkat
kualitasnya dengan komunikasi yang baik dan juga dengan dokumentasi yang
efektif.
78
Seluruh tindakan penanganan luka yang dilakukan pada saat kondisi gawat
darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut
pasien dapat kehilangan nyawa“Time Saving is Life Saving”. Dapat dengan
menutup kasa steril, bila perdarahan terus berlangsung, terapi kecil dapat dengan
membalut tekanan membrikan homeostatis (transamin, adona dll), bila perdarahan
besar dari arteri maka dapat dilakukan pengkleman dan pengikatan sumber
perdarahan dan selanjutnya dapat dilakukan penjahitan luka untuk
menghubungkan struktur anatomi yang terpotong.
Hasil penelitian sebelumnya tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksannan Prosedur Tetap Menjahit Luka
Di Instalasi Gawat Darurat RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang penjahitan luka
sebanyak 19 orang yang terdiri dari 17 orang (89,5%) patuh dalam melaksanakan
prosedur tetap penjahitan luka dan 2 orang lainnya (10,5%) tidak patuh.
Sementara responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang penjahitan luka
sebanyak 7 orang yang terdiri dari 3 orang (42,9%) patuh dalam melaksanakan
prosedur tetap penjahitan luka dan 4 orang lainnya (57,1%) tidak patuh. Dari hasil
tabulasi silang data ini dapat disimpulkan semakin baik tingkat pengetahuan
Perawat tentang penjahitan luka maka Perawat semakin patuh dalam
melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya.
79
10. Bagaimana Prosedur Pemasangan Oksigen Pada Pasien Yang
Membutuhkan?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan melakukan prosedur pemasangan oksigen
pada pasien mengikuti instruksi dari Dokter, dan informan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan dari pemasangan oksigen tersebut kepada pasien maupun
keluarga pasien dan kemudian melakukan pemasangan sesuai dengan prosedur
tindakan. Berdasarkan hasil observasi untuk tindakan pemberian oksigen yang
dilakukan oleh informan EB, didapatkan tindakannya yang dilakukan juga telah
ssesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus mendapatkan suplai yang adekuat.
Berkurangnya oksigen dalam tubuh akan mengakibatkan kerusakan pada otak dan
apabila kondisi ini berlangsung lama maka dapat menyebabkan kematian jaringan
bahkan mengancam kehidupan seseorang. Pemberian terapi oksigen dengan
menggunakan kanula nasal dengan tepat sesuai standar operasional prosedur
(SPO) diharapkan mampu memberikan dan mempertahankan kebutuhan oksigen
dalam tubuh sehingga saturasi oksigen pasien tetap dalam batas normal.
Hasil penelitian sebelumnya dengan judul “Akurasi Pemasangan Nasal
Kanul Berhubungan Dengan Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Di ICU”
menunjukkan bahwa seluruh perawat tidak patuh terhadap SPO oksigenasi yang
ada dirumah sakit Dr.Ramelan Surabaya. Dan Hasil observasi peneliti terhadap 4
orang perawat didapatkan tiga perawat memberikan terapi oksigen menggunakan
kanul nasal tidak sesuai standar operasional prosedur rumah sakit, sehingga tidak
80
ada perubahan saturasi oksigen pada pasien. Satu orang perawat memberikan
terapi oksigen menggunakan kanul nasal dengan tepat dan sesuai standar
operasional prosedur rumah sakit terlihat perubahan saturasi oksigen sekitar 2%-
3% pada pasien.
Ketepatan pemberian oksigen khususnya dengan alat bantu kanul nasal
diharapkan mampu mempertahankan suplai oksigen dalam tubuh yang adekuat.
Pelayanan keperawatan di masa mendatang diharapkan mampu berdasarkan
consumer minded terhadap pelayanan yang diberikan pada klien. Hal ini
didasarkan pada “trends” perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat.
Perawat diharapkan dapat menjelaskan, mengimplementasikan, dan mengukur
perbedaan bahwa praktik.
Keperawatan dapat sebagai indikator terpenuhinya kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang profesional di masa depan. Perawat diharapkan
mampu memberikan ketrampilannya dalam melakukan tindakan keperawatan
salah satunya tindakan pemberian terapi oksigen menggunakan kanul nasal
dengan tepat untuk mempertahankan saturasi oksigen pasien dengan masalah
oksigenasi.
11. Bagaimana Cara Anda Melakukan Tindakan Pemeriksaan Tekanan
Darah Pada Pasien Di IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara yang dilakukan untuk
pemeriksaan tekanan darah pada pasien IGD mengikuti sesuai SPO sebelum
melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan pada pasien
81
tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa untuk
mengatur posisi, letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang,
telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, terus kita memasang manset pada
lengan dan setelah didapatkan hasilharus diberitahukan pada pasien. Hasil
wawancara tersebut sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan
tekanan darah yang dilakukan oleh informan RA, didapatkan pelaksanaan
tindakannya sudah sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.
Penilaian kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan dapat dimulai
dari tindakan yang paling mendasar seperti pengukuran tanda vital (Pengukuran
suhu, Denyut nadi, Tekanan darah dan Pernafasan), kesalahan dalam pengukuran
tanda vital dapat menyebabkan kesalahan dalam diagnosa keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan mereka mengatakan cara yang
dilakukan untuk pemeriksaan tekanan darah pada pasien IGD mengikuti sesuai
SPO sebelum melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan
pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa
untuk mengatur posisi.
12. Jelaskan Cara Anda Melakukan Pemeriksaan Pernapasan Pada Pasien Di
IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pemeriksaan
pernapasan pasien di IGD, informan terlebih dahulu Menjelaskan tujuan
pemeriksaan pernapasan kemudian Dilakukan dengan memperhatikan tarikan
pernapasannya dan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin dan
82
selanjutnya lakukan pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan sesuai dengan SPO.
Hasil wawancara tersebut tidak sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan
pemeriksaan pernapasan yang dilakukan oleh informan AB, dimana masih
terdapat langkah-langkah yang dibaikan dalam pemeriksaan pernapasan serta
tidak sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit .
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh
batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi,
diafragma dan otot-otot interk ostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks
dan mengembangkan paru -paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke
depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi
berhenti, paru -paru kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding
dada kembali ke posisi semula.
Pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru dan pengaturan
keseimbangan asam-basa.
Kebutuhan oksigen tidak lepas dari gangguan yang terjadi pada sistem
pernafasan. Untuk menilai adanya gangguan pernafasan dapat dilakukan melalui
pemeriksaan fisik (untuk gangguan pernapasan berupa sesak nafas, sianosis, dan
lain-lain), dan melalui pemeriksaan diagnostik, yaitu pemeriksaan analisa gas
darah yang dapat dilakukan untuk menilai tekanan parsial oksigen (pO Analisa
gas darah memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri,
pertukaran gasalveoli dan keseimbangan asam basa. Analisa gas darah dapat
83
menilai terjadinya ganguan pernafasan atau permasalahan ventilasi dan difusi
(Asmadi, 2008). Gangguan pernafasanyang sering terjadi salah satunya kegagalan
pernafasan.
13. Bagaimana Cara Anda Melakukan Pemeriksaan Nadi Pada Pasien Di
IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pemeriksaan
nadi pasien di IGD hampir sama prosedurnya dengan pemeriksaan pernafasan
hanya saja berbeda letak pemeriksaannya, jika nadi dengan cara memegang
pergelangan tangan kemudian dihitung jumlahnya sehingga kita bisa melihat
kondisi pasien baik atau tidak, informan sering melakukan pemeriksaan nadi di
barengi dengan pemeriksaan pernafasan, suhu, dan tensi, sebelum tindakan
informan terlebih dahulu. Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil
observasi tentang tindakan pemeriksaan denyut nadi yang dilakukan oleh
informan AW, dimana semua langkah-langkah yang dilaksanakan sudah sesuai
dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit .
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu
tubuh, dan frekuensi pernapasan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat
penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti
sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Denyut nadi
meningkat maka pasti ada perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.
84
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat
digunakan untuk memantau perkembangan pasien saat dirawat. Tindakan ini
bukan hanya sekedar rutinitas perawat tetapi merupakan tindakan pengawasan
terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya
pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang lainnya.
Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada pasien
dengan kegawat-daruratan dibanding dengan pasien yang tidak mengalami
kegawat-daruratan/kritis.
Pengkajian fisik nadi pada dasarnya menggunakan cara yaitu dengan
teknik palpasi saja. Tujuan akhir dari pengkajian fisik nadi adalah untuk
menentukan penyakit dan penyakit pasien.
Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang
melakukan pemerikasaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi, irama,
dan kuat lemah nadi). Agar pemeriksaan nadi hasilnya akurat, maka petugas
kesehatan yang memeriksa denyut nadi harus paham akan prosedur kerja dalam
pemeriksaan.
14. Bagaimana Cara Melakukan Pengukuran Suhu Pada Pasien Di IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pengukurun
suhu pasien di IGD dilakukan sesuai prosedur, dimana informan mempersiapkan
alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan,
posisikan pasien, letakkan termometer, lihat hasil yang muncul, beri tahu hasil
pemeriksaan kepada pasien dan keluarga. Namun hasil observasi tentang
85
tindakan pemeriksaan suhu badan yang dilakukan oleh informan WM, belum
sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit, dimana informan hanya
meraba permukaan tubuh pasien untuk mengetahui pasien demam atau tidak .
Penelitian terkait dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Perawat Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Pengukuran Tanda Vital Di IRS
Tk Ii Dr Ak Gani Tahun 2015” Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden
yang berpengetahuan baik (71,9%), responden yang memiliki sikap baik (65,6%),
yang patuh dengan standar prosedur pengukuran tanda vital ada (65,6%) dan
didapat ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan standar
prosedur pengukuran tanda vital dengan nilai p value 0,034 dan ada hubungan
antara sikap perawat dengan pelaksanaan standar prosedur pengukuran tanda vital
dengan nilai p value 0,029. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan standar
prosedur pengukuran tanda vital di Instalasi Rawat Inap TK II Dr Ak Gani Tahun
2015.
Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia,
oleh karena itu sikap dapat memprediksikan, memandu perbuatan atau perilaku
seseorang terhadap suatu objek atau perasaan mendukung pada objek tertentu.
Sikap juga merupakan hal yang penting, karena memiliki konsep dasar tertentu
dan akan mempengaruhi tindakan selanjut nya. Menurut peneliti, bahwa sikap
yang baik dapat memandu parawat dalam melaksanakan tindakan sehingga
dengan sikap yang baik seseorang akan memiliki kecenderungan untuk
melaksanakan pengukuran tanda vital dengan baik.
86
15. Jelaskan Prosedur Pemasangan Dan Pelepasan Kateter Pada Pasien Di
IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan prosedur pemasangan dan
pelepasan kateter dilakukan sesuai standar operasional prosedur yaitu mengikuti
langkah mulai dari persiapan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya, sebelumnya
informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut kemudian
mencuci tangan, desinfeksi daerah glans, mengeluarkan isi balon dengan spuit
(untuk pelepasan kateter), menarik kateter dengan menganjurkan si pasien tarik
nafas, mengoleskan betadin, membereskan alat, cuci tangan dan lakukan
dokumentasi. Hasil wawancara tersebut juga sesuai dengan hasil observasi tentang
tindakan pemasangan kateter yang dilakukan oleh informan ZA, dimana hampir
semua langkah-langkah yang dilaksanakan sudah sesuai dengan SPO.
Pemasangan dower kateter merupakan salah satu solusi tindakan
medis untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih seseorang karena
ketidakmampuan pengeluaran urin secara spontan. Pada kasus -kasus tertentu
pemasangan dower kateter mutlak diperlukan. Pada pasien – pasien dengan
diagnosa medis seperti stroke, penyakit jantung (AMI, IHD), fraktur servikal
yang dapat menyebabkan kelemahan dan keterbatasan aktivitas akan terpasang
dower kateter. Akan tetapi pemasangan dower kateter akan menimbulkan
dampak yang merugikan bagi pasien, keluarga, perawat dan rumah sakit
yaitu terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Peran perawat untuk
mengurangi dampak dari pemasangan dower kateter adalah dengan
87
memberikan perawatan kateter yang berkualitas. Tenaga perawat dianggap
mampu memberikan perawatan yang profesional adalah perawat yang memiliki
pendidikan DIII dan S1 Keperawatan.
Kualitas perawatan kateter merupakan tingkat pemberian pelayanan
keperawatan berupa perawatan kateter sesuai standar operasional perawatan
kateter dengan mengacu pada standar pelayanan profesi keperawatan. Perawatan
kateter pada pasien -pasien terpasang kateter dower mutlak dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang tidak diinginkan berupa terjadinya infeksi
nosokomial saluran kemih.
Kualitas perawatan kateter didasarkan pada pemberian perawatan
kateter yang dilakukan oleh perawat yang meliputi standar operasional
perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi saluran kemih. Untuk
menilai kedua unsur tersebut, peneliti melakukan observasi pada perawat
dalam melakukan perawatan kateter serta mengkaji keadaan pasien yang
terpasang kateter setelah dilakukan tindakan perawatan kateter. Observasi
dilakukan selama pasien mulai terpasang dower kateter sampai dilepas atau
hari kesepuluh. Hal ini dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial terjadi
setelah pasien dirawat minimal 3x 24 jam.
Kemampuan dan keandalan dapat dipengaruhi oleh lama bekerja
perawat itu sendiri. Kualitas perawatan kateter yang cukup (50%) mungkin
dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang prosedur operasional perawatan
dan prosedur pencegahan infeksi yang baik tetapi dalam pelaksaanaannya masih
belum sesuai. Menggunakan prinsip tetapi kurang sesuai dengan prosedur.
88
Kualitas perawatan kateter yang kurang mungkin dipengaruhi oleh pemahaman
responden tentang prosedur operasional perawatan dan prosedur pencegahan
infeksi yang kurang dan dalam pelaksanaanya tidak sesuai
16. Bagaimana Prosedur Serah Terima Pasien Dari IGD Ke Ruang Rawatan?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa mereka mengatakan prosedur serah terima pasien dari IGD ke
ruang perawatan dilakukan sesuai kebutuhan pasien. Perawat IGD melengkapi
data sesuai dengan format serah terima pasien, bila pasien ada
indikasi/memerlukan rawat inap sesuai dengan penyakitnya, setelah ada
persetujuan dari dokter informan membuat surat pengantar rawatan, sebelum
pasien di antar ke ruangan terlebih dahulu perawat menghubungi ruang perawatan
yang dituju sesuai dengan jenis kasus pasien. Hasil wawancara tersebut juga
sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan serah terima pasien dari IGD ke
ruang rawatan yang dilakukan oleh salah satu informan yaitu Al, didapatkan hasil
bahwa tindakannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam
SPO.
Pemindahan pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di
transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan
dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan Pemindahan pasien
atau transfer pasien dapat dilakukan dari satu raung keruang yang lain. Transfer
pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan
yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer
89
pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih. Dalam proses
transfer pasien akan ada proses serah terima antara perawat dengan perawat atau
petugas ruangan yang menerima pasien yang dipindahkan. Hal tersebut juga
memerlukan sebuah prosedur kerja yang baik.
Dalam pemindahan pasien sangat diperlukan suatu tindakan serah terima
atau yang disebut operan. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suati laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan
operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan
keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus
ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan
komunikasi efektif seperti SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation).
Komunikasi SBAR sangat membantu dalam pelaporan kondisi pasien
saat transfer sehingga dapat meningkatkan angka keselamatan pasien. Hal
ini didukung penelitian yang telah dilakukan menyebutkan dengan dilakukan
komunikasi saat transfer dapat membantu dalam meningkatkan keselamatan
pasien. Penelitian yang telah dilakukan lainnya menyebutkan bahwa komunikasi
menggunakan SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien saat transfer
pasien terjadi.
Prosedur komunikasi efektif SBAR saat transfer pasien meliputi pra
transfer dengan pengkajian, menyiapkan transport seperti tempat tidur dan
peralatan medis, menggunakan SPO cheklist transfer pasien yang dilakukan
90
tenaga kesehatan perawat, pelaporan kondisi pasien sebelum transfer melalui
via telefon, melakukan proses transfer pasien dengan memperhatikan konsisi
pasien secara menyeluruh dan saat transfer pasien menggunakan komunikasi
SBAR yang dilakukan secara langsung (face to face) antar tenaga kesehatan
untuk memvalidasi keadaan pasien. Menurut jurnal penelitian ditemukan
kunci untuk komunikasi adalah dengan melakukan komunikasi secara face to
face, tidak hanya melalui via phone.
17. Bagaimana Upaya Yang Anda Lakukan Agar Selalu Menerapkan
Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata informan mengatakan upaya yang dilakukan agar
setiap tindakan keperawatan selalu sesuai dengan SPO di ruang IGD yaitu yang
dilakukan adalah dengan mengikuti kegiatan sosialisasi dan mengikuti kegiatan
pelatihan serta harus disiplin diri, etika, berkomunikasi dengan baik
mengutamakan pasien, hampir semua memberikan jawaban yang sama.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan kepala
ruangan selaku informan kunci, Informan mengatakan bahwa untuk meningkatkan
kinerja pada perawat IGD dilakukan dengan memberikan pengarahan dan
tanggung jawab kepada masing-masing perawat. Sedangkan hasil wawancara
dengan kabid keperawatan sebagai informan kunci mengatakan upaya yang
dilakukan agar perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
SPO yaitu dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan internal.
91
Dari beberapa jawaban wawancara mendalam di dapatkan adanya
persamaan jawaban antara informan utama dengan informan kunci tentang upaya
yang dilakukan agar perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan SPO.
Dalam pelayanan kesehatan, standar sangat membantu tenaga medis
juga tenaga rumah sakit untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga para
tenaga medis dan tenaga rumah sakit harus berpikir realistis tentang pentingnya
evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi.
Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung
pada individu tenaga medis dan tenaga rumah sakit itu sendiri, usaha
bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping partisipasi dari
seluruh anggota profesi. Sehingga Standar sangat diperlukan dalam pelayanan
kesehatan. Standar sangat membantu tenaga medis dan tenaga rumah sakit
untuk mencapai asuhan yang berkualitas.
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah standar yang harus
dijadikan acuan dalam memberikan setiap pelayanan. Standar kinerja ini
sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara
internal maupun eksternal. Setiap sistem manajemen yang mempunyai kualitas
yang baik selalu didasari oleh SPO kemudian disosialisasikan kepada seluruh
pihak yang berkompeten untuk melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian
besar perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan belum sesuai dengan
SPO yang ditetapkan oleh rumah sakit.
92
Monitoring adalah tahap yang paling penting dalam pelaksanaan SPO.
Tahap ini dapat dijadikan tolak ukur penerapan SPO. Apakah SPO yang
telah ditetapkan berjalan efektif dengan tepat atau tidak. Monitoring dapat
dilakukan berkala tiga atau enam bulan sekali. Yang melakukan monitoring
adalah pimpinan atau tim penyusun SPO. Dengan alasan karena mereka yang
memahami latar belakang dan berbagai komponen yang menjadi pelengkap
penyusunan SPO. Tujuan lain dari monitoring adalah untuk memelihara dan
mengaudit pelaksanaan dan penerapan SPO dalam jangka waktu tertentu .
Monitoring dapat berfungsi untuk memberikan reward dan punishment
bagi perawat. Dalam hasil monitoring dapat terlihat siapa saja perawat yang
melaksanakan SPO dan siapa saja yang tidak melaksanakan SPO. Selain itu
Evaluasi juga merupakan bagian dari audit terhadap instansi. Tahap evaluasi
tidak hanya sekedar memberikan penilaian terhadap pelaksanaan SPO tetapi
lebih pada mengumpulkan secara sistematis, independen dan terdokumentasi
terhadap data, wawancara dengan perawat, catatan operasional dan kinerja
perawat. Evaluasi bukanlah cara untuk mencari kesalahan, namun evaluasi
merupakan proses mencari fakta untuk melakukan perubahan sistem kerja,
perombakan SPO dan perbaikan diberbagai sisi sesuai dengan kebutuhan instansi.
Fakta tersebut didapat dari dokumen, laporan rutin supervisor, laporan atau
komplain dari pasien atau dapat juga ketika melakukan monitoring mendapati
hal yang tidak sesuai dengan SPO. Kadang tidak berjalannya penerapan SPO
terhadap sistem disebabkan oleh beberapa perawat yang tidak memperhatikan
93
ketetapan yang tertulis dalam SPO, oleh karena itu diperlukan reward dan
punishment.
. Reward diberikan kepada perawat yang menunjukkan performa dan
kinerja baik sedangkan punishment diberikan kepada mereka yang tidak
melaksanakan SPO dengan baik. Kunci dari keberhasilan dalam penerapan
SPO adalah adanya kesadaran dan kedisiplinan.
18. Bagaimana Hambatan Dalam Melakukan Tindakan Keperawatan Di
Ruang IGD?
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hambatan yang dialami Informan dalam melakukan
tindakan keperawatan di ruang IGD tentunya yaitu tentang jumlah SDM yang
tersedia. Karena sering kali apabila pasien masuk dalam waktu yang bersamaan
maka jumlah perawatnya sering tidak mencukupi.
Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di
rumah sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam
kondisi darurat sehingga dituntut memberikan pelayanan pasien lebih ekstra
demi keselamatan pasien. IGD dirancang dan digunakan untuk memberikan
standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan
akut atau mendesak. Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima,
melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut
untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan
tingkat kegawatan tertentu.
94
Kedatangan pasien di IGD sangat tinggi dibandingkan dengan instalasi-
instalasi yang lain dalam suatu rumah sakit sehingga IGD menjadi instalasi
yang paling sibuk di rumah sakit. Proses pelayanan pasien di IGD tidak selalu
lancar sesuai harapan. Terdapat beberapa masalah yang terjadi di IGD seperti
antrian, menunggu, dan transportasi yang berlebihan. Masalah-masalah ini
menyebabkan waktu pelayanan pasien menjadi lebih lama dan berujung pada
kesehatan dan keselamatan pasien.
Pada umumnya permasalahan dalam pelayanan kesehatan sering
terjadi pada alur proses dalam melayani pasien yang datang hingga pasien
selesai dilayani. Permasalahan yang sering terjadi adalah terjadinya waktu
menunggu dalam pengiriman pasien ke ruangan, antrian, dan menunggu
(menunggu dokter, perawat, dan menunggu hasil labor). Alur proses pelayanan
yang ada harus dikelola dengan baik untuk mencapai efisiensi yang baik
sehingga memberikan kemudahan kepada pasien dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dan memberikan rasa betah terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan tersebut. Jika masalah-masalah tersebut dibiarkan terjadi maka akan
membuat kepercayaan masyarakat menurun bahkan hilang sehingga lebih
memilih rumah sakit yang lain sebagai tempat tujuan.
95
4.2.4 Hasil Wawancara Informan Tambahan Tentang penggunaan SPO
Keperawatan di Ruang IGD
A. Kepala Ruangan IGD
1. Sebagai Kepala Ruangan, Pernahkan Anda Melakukan Sosialisasi Pada
Petugas-Petugas Dalam Pelaksanaan SPO Di Ruang IGD ?
Informan mengatakan sebagai Kepala Ruangan sosialisasi pernah dilakukan
kepada perawat yang berada di ruang IGD, namun selama ini sosialisasi
dilakukan pada tahun 2017 (2 kali) dan tahun 2018 (1 kali). Namun demi
meningkatkan kinerja perawat IGD sosialisasi perlu tingkatkan.
2. Bagaimana Menurut Anda Sebagai Kepala Ruangan IGD, Pernahkan
Anda Memberikan Pengarahan Secara Langsung Dan Pembagian Tugas
Sebelum Dan Sesudah Bekerja Kepada Bawahan Anda, Mengapa Harus
Diberi?
Informan berkata kepala ruangan harus aktif menjalankan tugas, karena posisi
sebagai kepala bertugas untuk mengarahkan bawahannya agar tugas yang ada
di ruang IGD bisa di selesaikan dengan baik.
3. Sebagai Kepala Ruangan, Apa Yang Anda Lakukan Untuk Meningkatkan
Kinerja Pada Perawat Di Ruang IGD?
Informan mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja pada perawat IGD
dilakukan dengan memberikan pengarahan dan tanggung jawab masing-masing
perawat.
4. Mengapa Anda Perlu Mengevaluasi Kerja Semua Perawat Di IGD?
Informan menyatakan evaluasi terhadap kerja semua perawat itu perlu,
tujuannya untuk melihat sejauh mana skill mereka.
96
5. Menurut Anda Bagaimana Pelaksanaan SPO Di Ruang IGD ?
Informan berkata pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik,
hanya saja belum sempurna karena masih ada perawat yang menangani pasien
emergency tidak bisa dilakukan berdasarkan SPO.
6. Mengapa Perlu Dilakukan Evaluasi Setelah Menerapkan SPO Pada
Perawat Di Ruang IGD RSUD Kota Subulussalam?
Informan mengatakan evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kualitas
kinerja perawat.
7. Menurut Anda, Apa Saja Kendala Yang Di Temukan Pada Pelaksanaan
SPO Pada Perawat Di Ruang IGD?
Informan menyatakan kendala yang di temukan pada pelaksanaan SPO pada
perawat di ruang IGD ketika menerima pasien emergency, tindakan harus
dilaksanakan dengan cepat.
8. Menurut Anda Apakah Pelaksanaan SPO Di Rumah Sakit Membantu
Anda Dalam Pengambilan Keputusan Atau Dapat Mengatasi Masalah
Lainnya?
Informan mengatakan pelaksanaan SPO sangat membantu dalam pengambilan
keputusan, dapat juga mengatasi masalah lain seperti kedisiplinan pada perawat
di ruang IGD.
9. Menurut Anda Penggunaan SPO Dapat Menangani Pasien Secara
Spesifik Dan Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien?
Informan mengatakan penggunaan SPO dapat menangani pasien secara
spesifik dan sesuai kebutuhan pasien.
10. Bagaimana Kesediaan Format Asuhan Keperawatan Di Ruang IGD?
Informan mengatakan kesediaan format asuhan keperawatan di ruang IGD
harus lengkap mulai dari identitas sampai pengkajian.
97
11. Bagaimana Cara Melakukan Pendokumentasian Terhadap Tindakan
Yang Dilakukan Oleh Perawat Di Ruang IGD?
Informan mengatakan cara melakukan pendokumentasian terhadap tindakan
menggunakan model dokumentasi keperawatan. Ada beberapa model dalam
pendukumentasian tersebut.
B. Kabid Keperawatan
1. Bagaimana Pendapat Anda Tentang Keberhasilan Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?
Informan mengatakan keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai
dengan SPO di IGD tidak terlalu signifikan karena sosialisasi baru di mulai
tahun 2017 tapi sudah jauh berubah.
2. Upaya Apa Yang Anda Lakukan Agar Semua Perawat Dapat
Melakukan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?
Informan mengatakan upaya yang dilakukan agar perawat dapat melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan SPO yaitu dengan sosialisasi dan
pelatihan internal.
3. Menurut Anda Apakah Perlu Membuat Program Sosialisasi Kepada
Perawat Tentang Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan
SPO Di Ruang IGD?
Informan mengatakan program sosialisasi SPO sangat perlu dilakukan agar
mempunyai keseragaman diantara sesama perawat.
4. Bagimana Bentuk Evaluasi Yang Anda Lakukan Untuk
Mempertahankan Perawat Selalu Mengutamakan Tindakan Sesuai
Dengan SPO Di Ruang IGD?
Informan mengatakan evaluasi yang dilakukan melalui pengawasan langsung
dari Kepala Ruangan, sementara kepala ruangan dibantu oleh Ketua Tim
dalam melakukan pengawasan. Sehingga apabila ada perawat yang tidak
mampu akan di ganti atau pun nanti akan di training kembali.
98
5. Bagaimana Bentuk Laporan Yang Anda Terima Dari Kepala Ruangan
IGD Terkait Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO
Di Ruang IGD?
Informan mengatakan bentuk laporan yang di terima dari kepala ruangan IGD
terkait pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai SPO berupa catatan
dokument. Pada saat pertemuan mereka membuat kendala apa yang dialami
dalam melaksanakan SPO.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa, dari
hasil wawancara dengan informan utama rata-rata dari mereka sudah menerapkan
Standar Prosedur Operasional (SPO)dalam melakukan tindakan keperawatan,
sedangkan dari informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD mengatakan
pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, tapi jika ada pasien
emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan. Sedangkan dari Kabid Keperawatan
mengatakan bahwa sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memiliki sertifikat
gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudah dalam kita sampaikan
sosialisasi SPO. Jadi dengan adanya SPO ini kita menyeragamkan seluruh
tindakan sehingga antara 1 tindakan dengan tindakan yang lain mereka bisa
melakukan dengan cara yang sama.
C. Hasil Pengamatan Berdasarkan Observasi Tentang Kepatuhan Perawat
Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam
Penetapan kepatuhan pada perawat dilakukan peneliti dengan cara
menyesuaikan langkah-langkah tindakan yang dinilai dengan SPO yang telah
ditetapkan rumah sakit, apabila informan melakukan tindakan sesuai dengan SPO
99
maka dikatakan patuh dan sebaliknya jika informan melaksanakan tindakan tidak
sesuai dengan SPO maka informan dikatagorikan tidak patuh.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung dengan observasi tentang
Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam didapatkan dari 12 tindakan
terdapat 8 tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO yaitu melakukan injeksi,
menjahit luka, pemberian oksigen, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan
denyut nadi,memasang dan melepaskan infus,pemasangan kateter, dan serah
terima pasien dari IGD ke ruang rawatansedangkan 4 tindakan tidak sesuai
dengan SPO dalam pelaksanaannya yaitu penerimaan pasien baru, inform consent,
pemeriksaan pernafasandanpemeriksaan suhu badan.
Secara rinci hasil observasi diatas akan peneliti uraian sebagai berikut,
berdasarkan hasil observasi untuk tindakan penerimaan pasien baru yang
dilakukan oleh informan S, tindakannya belum sesuai dengan SPO yang
ditetapkan dirumah sakit karena tidak memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarga pasien. Untuk tindakan Inform Consent yang dilakukan oleh informan
DA, tindakannya juga belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit
dimana hal tersebut terjadi karena tindakan Inform Consentyang dilakukan tidak
mengikuti langkah-langkah yang ada dalam SPO yang telah ditentukan yaitu
informan sudah selesai melaksanakan tindakan baru membuat Inform Consent.
Hasil observasi tentang tindakan memasang dan melepaskan infus yang dilakukan
oleh informan DS, dimana didapatkan semua langkah-langkah yang dilaksanakan
sudah sesuai dengan SPO.
100
Hasil observasi yang peneliti lakukan untuk tindakan pemberian injeksi
yang dilakukan oleh informan PS, didapatkan tindakannya sudahsesuai dengan
SPO yang ditetapkan dirumah sakit. Hasil observasi terhadap informan SM saat
melakukan penjahitan luka peneliti mendapatkan hasil bahwa informan SM telah
bekerja sesuai dengan SPO terutama dalam melakukan tindakan menjahit luka.
Berdasarkan hasil observasi untuk tindakan pemberian oksigen yang
dilakukan oleh informan EB, didapatkan tindakannya yang dilakukan juga telah
sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit. Untuk hasil observasi tentang
tindakan pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan oleh informan RA,
didapatkan pelaksanaan tindakannya sudah sesuai dengan SPO. Hasil observasi
untuk tindakan pemeriksaan pernafasan yang dilakukan oleh informan AB,
didapatkan tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit
karena informantidak menjelaskan prosedur pemeriksaan terlebih dahulu kepada
pasien atau keluarga pasien. Hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan denyut
nadi yang dilakukan oleh informan AW, juga sudah sesuai dengan SPO. Namun
hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan suhu badan yang dilakukan oleh
informan WM, belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit, dimana
informan hanya meraba permukaan tubuh pasien untuk mengetahui pasien demam
atau tidak.Hasil observasi tentang tindakan pemasangan kateter yang dilakukan
oleh informan ZA, dimana hampir semua langkah-langkah yang dilaksanakan
sudah sesuai dengan SPO begitu juga untuk tindakan serah terima pasien dari
IGD ke ruang rawatan yang dilakukan oleh salah satu informan yaitu AL, bahwa
tindakannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam SPO.
101
4.3Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara dan observasi bahwa rata-
rata informan sudah mengetahui tentang SPO yang ditetapkan dirumah sakit
khususnya SPO diruang IGD. Begitu juga halnya dengan sosialisasi semua
informan sudah pernah mendapatkan sosialisasi mengenai SPO. Sehingga dari 12
informan dengan 12 tindakan hanya 4 informan yang melaksanakan tindakan
tidak sesuai dengan SPO, seperti yang terlihat pada lembar cheklist berikut ini :
No Nama Tindakan Implementasi
Sesuai Tidak sesuai
1 Sahmin Penerimaan Pasien Baru 2 Didi Almas Inform Consent 3 Darliah Sidabutar Memasang Dan Melepaskan Infus
4 Parlindungan
Sinurat Melakukan Injeksi
5 Sri Mulya Menjahit Luka
6 Erna Bancin Pemberian Oksigen
7 Ricky Ahmad
Mulyanto Pemeriksaan Tekanan Darah
8 Antoni Berutu Pemeriksaan Pernafasan
9 Abdul Wujud
Berutu Pemeriksaan Denyut Nadi
10 Widya Marlenta Pemeriksaan Suhu Badan
11 Zul Arfan Hidayat Pemasangan Kateter
12 Abdul Lathif Serah Terima Pasien Dari IGD Ke
Ruang Rawatan
Masih adanya informan yang bekerja tidak sesuai dengan SPO salah satu
penyebabnya yaitu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, dimana hal tersebut
sesuai dengan teori dimana semakin tinggi pengetahuan perawat, maka
semakin patuh terhadap peraturan guna mencegah kejadian tidak
102
diinginkan. Maka dari itu tenaga kesehatan terutama perawat harus
memperbaharui pengetahuannya dengan melanjutkan program pendidikan
lanjutan dan mengikuti pelatihan secara berkala(22).
Pengetahuan seseorang didapat dari pendidikan ataupengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik
daripadayang tidak didasariolehpengetahuandan kepatuhanyang didapatkan(23).
Penelitian yang dilakukan oleh Westbrook et al.(2011)mengenai
kesalahan pada pemberian obat intravena pada pasien sebagian besar
dikarenakan tenaga kesehatan tidak patuh dalam menjalan peosedur. Hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, pelatihan, sosialisasi dan
keterampilan dari tenaga kesehatan tersebut(24).
Selain itu sosialisasi tentang SPO sangat diperlukan oleh perawat yang
merupakan salah satu upaya dalam pelaksanaan pelayanan yang baik dan dapat
memperkecil resiko buruk yang terjadi pada pasien. Jika semua perawat sudah
bekerja sesuai SPO maka otomatis mutu layanan juga akan menjadi lebih baik.
Dibeberapa rumah sakit, kegiatan sosialisasi hanya dilakukan beberapa
kali selama perawat menjadi petugas di rumah sakit, pertama ketika pertama
kali menjadi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut dan seterusnya
ketika ada acara-acara tertentu. Tidak ada sosialisasi yang rutin terjadwal,
sehingga perawat kurang memahami pentingnya pemberian pelayanan yang sesuai
dengan standar, sehingga menyebabkan perilaku dan kebiasaan yang sesuai
dengan SPO untuk semua tindakan keperawatan (25).
103
Keterkaitan hasil penelitian dengan kerangka teori yaitu dimana
berdasarkan hasil penelitian tentang kepatuhan dalam memberikan pelayanan
Informan belum sepenuhnya menggunakan SPO dalam melakukan tindakan
keperawatan khususnya diruang IGD hal tersebut berkaitan dengan masalah
jumlah SDM yang tersedia dimana sering kali apabila banyaknya pasien masuk
dalam waktu yang bersamaan maka jumlah perawatnya sering tidak mencukupi.
Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di rumah
sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam kondisi
darurat atau emergencysehingga dituntut memberikan pelayanan pasien lebih
ekstra demi keselamatan pasien. IGD dirancang dan digunakan untuk
memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan
perawatan akut atau mendesak. Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk
menerima, melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan
kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi dan
pasien dengan tingkat kegawatan tertentu.
Kedatangan pasien di IGD sangat tinggi dibandingkan dengan instalasi-
instalasi yang lain dalam suatu rumah sakit sehingga IGD menjadi instalasi
yang paling sibuk di rumah sakit. Proses pelayanan pasien di IGD tidak selalu
lancar sesuai harapan. Beberapa masalah yang terjadi di IGD seperti antrian,
dan yang berlebihan. Masalah-masalah ini menyebabkan waktu pelayanan pasien
menjadi lebih lama dan berujung pada kesehatan dan keselamatan pasien.
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan:
1. Informan rata-rata sudah mengetahui tentang SPO, hal tersebut juga didukung
dengan sosialisasi yang telah didapatkan oleh semua informan tentang SPO.
2. Dalam memberikan pelayanan Informan tidak sepenuhnya menggunakan SPO
namun ada tindakan tertentu yang mereka lakukan sesuai SPO sedangkan hasil
observasi bahwa dari 12 orang hanya 4 orang informan yang melakukan
tindakan belum sesuai dengan SPO.
3. Saat menerima pasien baru yang masuk ke IGD tindakan yang dilakukan
informan berbeda-beda sesuai dengan keluhan terutama pasien yang masuk
dengan keadaan darurat atau emergensi sehingga SPO sulit dilaksanakan.
4. Komunikasi yang baik dan menyampaikan dengan jelas tindakan apa yang
dilakukan merupakan cara yang baik dan benar melakukan inform
consentnamun belum dilakukan sesuai SPO oleh informan yang diteliti.
5. Dalam memberikan pelayanan diruang IGD informan selalu menggunakan
APD karena hal tersebut dapat mengurangi resiko menularnya penyakit dari
pasien yang ditangani.
6. Sebelum melakukan tindakan pemasangan infus rata-rata informan
menjelaskan tujuan dari pemasangan infus dan mempersiapkan alat-alat yang
98
105
di butuhkan dan berdasarkan observasi tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan
SPO oleh informan yang diteliti.
7. Sebelum melakukan tindakan injeksi pada pasien di IGD, yaitu menjelaskan
tujuan dari tindakan injeksi dan mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan dan
tindakan ini telah dilakukan sesuai dengan SPO.
8. Hal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan menjahit luka pada pasien di
IGD, yaitu melakukan pemeriksaan dan menjelaskan tujuan dari tindakan serta
mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan, tindakan ini juga telah dilakukan
sesuai dengan SPO oleh informan.
9. Prosedur pemasangan oksigen pada pasien harus mengikuti instruksi dari
dokter, dan informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pemasangan
oksigen kepada pasien maupun keluarga pasien sehingga sesuai dengan hasil
observasi dimana tindakan ini telah dilaksanakan sesuai dengan SPO.
10. Pemeriksaan vital sign yang dilakukan oleh informanseperti pemeriksaan
tekanan darah dannadi pada pasien IGD sudah mengikuti sesuai SPO sebelum
melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan pada pasien
tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa untuk
mengatur posisi tindakan ini juga telah dilakukan sesuai dengan SPO oleh
informan, namun untuk pemeriksaan suhudan pernapasan masih terdapat
informan yang belum melakukan tindakan tersebut sesuai dengan SPO yang
ditetapkan .
11. Prosedur pemasangan dan pelepasan kateter dilakukan sesuai standar
operasional prosedur yaitu mengikuti langkah mulai dari persiapan alat,
106
persiapan pasien dan cara kerjanya, dan menjelaskan tujuan dari tindakan
sebelum mulai bekerja, tindakan ini juga telah dilakukan sesuai dengan SPO
oleh informan.
12. Prosedur serah terima pasien dari IGD ke ruang perawatan dilakukan sesuai
kebutuhan pasien dan menurut hasil observasi rata-rata informan telah
melaksanaknnya sesuai dengan SPO.
13. Upaya yang dilakukan agar setiap tindakan keperawatan selalu sesuai dengan
SPO di ruang IGD yaitu disiplin diri, etika, berkomunikasi dengan baik
mengutamakan pasien, hampir semua memberikan jawaban yang sama.
14. Hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD berasal dari
dari pasien, dan dari tenaga kesehatan seperti kurangnya tenaga perawat,
terbatasnya sarana dan prasarana.
5.2 Saran
Bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan rekomendasi yang telah
disusun agar kepatuhan penerapan SPO oleh perawat dapat ditingkatkan.
Selain itu pihak rumah sakit juga perlu melakukan evaluasi secara berkala
terhadap penerapan penerapan SPO di IGD sehingga dapat dilakukan perbaikan
untuk meningkatkan kepatuhan penerapan SPO secara berkelanjutan.Tindakan
monitoring dan evaluasi perlu ditingkatkan yang dilakukan oleh Komite Mutu
dengan membuat indikator penggunaan SPO oleh perawat.
Diharapkan untuk kepala ruangan agar dapat selalu memberikan
supervisi, pengarahan, pengawasan, evaluasi terhadap perawat untuk selalu
menggunakan SPO dalam setiap kali tindakan, dan dapat memberikan reward
107
positif terhadap perawat yang berperilaku baik dalam penggunaan SPO, serta
memberikan punishment bagi perawat yang berperilaku kurang baik, sehingga
dapat mempertahankan dan meningkatkan perilaku perawat dalam penggunaan
SPO. Selanjutnya diharapkan adanya tindak lanjut dari manajemen rumah sakit
Subulussalam untuk memberikan sosialisasi secara berkala tiap 1 bulan sekali
kepada perawat mengenai pelaksanaan SPO khususnya dalam melakukan semua
tindakan keperawatan. Bagi Perawat di IGD agar dapat mematuhi prosedur yang
telah ditetapkan agar penerapan SPO dapat terus berjalan dan agar selalu
meningkatkan motivasi untuk mengikuti sosialisasi tentang pelaksanaan SPO.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian terkait untuk
meningkatkan perilaku penggunaan SPO dengan intervensi yang berbeda baik
dari segi variabel maupun permasalahan penelitian.
108
DAFTAR PUSTAKA
1. Banda I. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) Sesuai Standar Operating Prosedur (SOP) Di Ruang
Rawat Inap Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Konawe.
Universitas Haluoleo; 2015.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
Tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit.
5. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
7. Kaloa TY, Kumaat LT, Mulyadi. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan
Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado. e-Journal
Keperawatan (e-Kp).
8. Natasia N, Loekqijana A, Kurniawati J. Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2017;28(1):21–5.
9. Khairiah. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat
Untuk Menggunakan Alat Pelindung Diri Di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar. Universitas Negeri Alauddin Makassar; 2012.
10. Ridhani N, Prastiwi S, Nurmaningsih T. Hubungan Kepatuhan Perawat IGD
Dalam Melaksanakan SOP Pemasangan Infus dengan Kejadia Infeksi
Nosokomial (Phlebitis) di RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan. Nurs News
(Meriden). 2017;2(2):71–9.
11. Juwita E. Analisis Kepatuhan Petugas Filing Terhadap Standar Operasional
Prosedur (SOP) Retensi Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
109
Tahun 2016. Universitas Dian Nuswantoro Semarang; 2016.
12. Suciwati, Masella V, Devi W, Sa’adah Z. Hubungan Kepatuhan Perawat
dalam Menjalankan SOP Pemasangan Infus dengan Kejadian Phlebitis Di
SMC RS.Telogorejo. Keperawatan STIKES Telogorejo. 2016.
13. Hayah SN. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
penerapan hand hygiene di instalasi gawat darurat rsud. prof. margono
soekarjo purwokerto. Tesis. Universitas Muhammadiyah Purwokerto; 2014.
14. Suardana IK, Susanti NNT. Monitoring Kinerja Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Operasional Prosedur. 2001;
15. Ulfa M, Sarzuli T. The Effect of Internal and External Factors on Nurses’
Compliance in Implementing Standard Operating Procedures of Catheter
Installation at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit. 2016;5(1):49–55.
16. Dharma S. Manajemen kinerja: falsafah, teori dan penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2013.
17. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
18. Niven N. Konsep Kepatuhan Menurut Para Ahli (Compliance Theory.
Jakarta: EGC; 2012.
19. Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
20. Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revi. PT.Remaja
Rosdakarya; 2017.
21. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cetakan Ke. Jakarta:
Rineka Cipta; 2003.
22. Ayed A, Eqtait F, Fashafsheh L, Fashafsheh I, Nazzal S, Talahmeh B, et al.
Breast Self-Examination in Terms of Knowledge, Attitude, and Practice
among Nursing Students of Arab American University/ Jenin. Jurnal
Education Practic 2015;6(32):27–31.
23. Nursalam.Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. Jakarta: Medika Salemba; 2002.
24. Westbrook et al. Brand Management and Strategy. 2011.
25. Depkes RI. Modul Pelatihan Kesehatan Kerja Bagi Pengelola Program K3
110
Rumah sakit (Dasar). Depkes RI: Jakarta; 2006.
26. Ninta Purnama.D. Analisis Pengelolaan dan Tingkat Kepatuhan Petugas
Memahami SPO (standar Operasional Prosedur) Terhadap Kualitas Linen
Laundry di Rumah Sakit Umum Royal Prima Kota Medan. Universitas
Sumatera Utara. 2017
27. Achiyat. Analisis pengaruh persepsi produk Kebijakan pimpinan terhadap
tingkat Kepatuhan perawat dalam menerapkan Standar asuhan keperawatan di
instalasi Gawat darurat rumah sakit umum Ambarawa kabupaten Semarang.
2005.
28. Adidas Grup. Panduan Kesehatan dan Keselamatan Dasar.2011.
29. Ridley, John. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga ; 2004.
30. Tietjen, Linda, dkk. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Layanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo; 2004.
31. Uhud, Annasyatul, dkk. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk Praktek dan Praktikum. 2008.
32. Notoatmodjo, S, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Cetakan kedua, Rineka
Cipta, Jakarta ; 2003.
33.Potter & Perry, Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,proses dan
praktik, edisi 4, Vol.1, EGC, Jakarta;2005.
34. Sekartina, N, Implementasi penyusunan program dalam rangka akreditasi
rumah sakit, Seminar Sosialisasi, Jakarta;2007.
35. Hasibuan. Pengetian sumber daya manusia. http://humancapitaljournal.com/
pengertian-sumber-daya-manusia/ Diakses tanggal 31 oktober 2016.
36. Kinerja klinis perawat dan bidan ditingkatkan 2004, Republika Online, dilihat
tanggal 2 Februari 2018.
37. Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta: EGC. 2009
38. Darmadi. 2008. Infeksi Nasokomial Problematika dan Pengendaliannya.
Jakarta: Salemba Medika.
111
Lampiran
HASIL WAWANCARA (TEMUAN DILAPANGAN)
A. Informan Utama
Pertanyaan :
1. Apakah anda mengetahui tentang SPO?
Jawaban informan :
“Saya tahu apa itu SPO (Standar Prosedur Operasional) yaitu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan dengan sesuai”...
(Informan S) Iya saya sudah tahu SPO yang digunakan di IGD saat bekerja
(Informan DA) Tahu saya tentang Standar Prosedur Operasional, karena itu berguna untuk menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan
(informan DS) Iya, SPO itu sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Jadi Sistemnya berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Begitu yang saya tahu.
(Informan PS) Saya tahu Standar Operasional Prosedur karena pernah dilakukan sosialisasi
(informan SM) Iya saya tahu, SPO adalah singkatan dari Standar Prosedur Operasional
(informan EB) Iya saya tahu Standar Prosedur Operasional sebagai panduan untuk mengambil tindakan. SPO yang saya ketahui itu yaitu panduan yang berguna untuk memastikan kegiatan dan SPO itu sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Jadi Sistemnya berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir
(Informan RA) Kalau tidak salah.... SPO itu adalah suatu standar atau sistem yang disusun untuk memudahkan, pekerjaan atau istilah lain sama dengan daftar tilik atau susunan langkah-langkah dalam kita bekerja
(Informan AB) Kalau saya tahu apa itu SPO, menurut pemahaman saya SPO itu berisi langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Jadi dengan adanya langkah itu perawat bisa bekerja sesuai dengan prosedur
(Informan AW) SPO itu merupakan suatu pedoman atau acuan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah.
112
(Informan WM) Saya tahu sekali SPO itu dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang di bakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan atau tindakan. Seperti itu”
(Informan ZH) Saya mengetahui SPO itu karena dia bertujuan untuk menghindari kegagalan atau kesalahan dan keraguan dalam proses pelaksanaan kegiatan dan SPO juga sebagai parameter untuk menilai mutu pelayanan perawat.
(Informan AL)
Pertanyaan :
2. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang SPO?
Jawaban informan :
“saya pernah mendapatkan sosialisasi SPO”... (Informan S)
Iya saya pernah (Informan DA)
Pernah .....tapi saya lupa tanggal diadaan sosialisasinya... (informan DS)
Pernah saya dapatkan sosialisasi SPO itu (Informan PS)
Pernah , dirumah sakit ini sosialisasinya.... (informan SM)
Pernah... dan saya ikut kegiatan itu (informan EB)
Pernah dan bahkan sering..saya juga sering mencari informasi tentang SPO melalui media elektronik..apalagi sekarang untuk mengakses informasi itu cukup gampang dengan menggunakan internet.
(Informan RA) Sosialisasinya...pernah dapat
(Informan AB) Pernah ikut untuk kegiatan sosialisasi sepertinya 2 kali lah..pelaksanaannya dirumah sakit ini juga Pak saya ikutnya....
(Informan AW) Pernah...dirumah sakit ini kegiatannya kalau gak salah tahun 2017.
(Informan WM) Iya pernah..saya ikut biar saya lebih tahu SPO itu bagaimana...”
(Informan ZH) Pernah dan itu baru pertama kali saya dapat...
(Informan AL)
113
Pertanyaan :
3. Apakah setiap anda bekerja di ruang IGD menggunakan SPO?
Jawaban informan :
“ya kalau masalah sering menggunakan SPO atau tidak, saya jujur saja terkadang ada kasus yang bisa menggunakan SPO dan ada yang tidak. Jadi tidak bisa SPO di gunakan secara rutin”...
(Informan S) Kadang-kadang juga tergantung kondisi pasien yang datang ke ruang IGD....
(Informan DA) “kadang-kadang pak”...
(informan DS) Kadang digunakan .
(Informan PS) Terkadang menggunakan SPO terkadang tidak pak hehehe........
(informan SM) Iya saya gunakan SPO itu juga tidak rutin...
(informan EB) Saya selalu berusaha dalam bekerja untuk menggunakan SPO, karena dengan SPO itu dapat mengurangi kecelakaan kerja yang berefek baik bagi pasien maupun bagi perawat sendiri.
(Informan RA) Iya saya gunakan SPO sebisa mungkin
(Informan AB) Kadang-kadang, karna ada kasus darurat yang saya tidak sempat menggunakan SPO dalam bekerja
(Informan AW) Kadang-kadang saya gunakan SPO dalam tindakan.
(Informan WM) Kadang aja pak...”
(Informan ZH) Tidak rutin menggunakan SPO kadang-kadang aja.
(Informan AL)
Pertanyaan :
4. Apa yang anda lakukan pada saat menerima pasien baru yang masuk ke IGD?
Jawaban informan :
“yang saya lakukan anamnesa dulu, setelah tau apa keluhan baru saya lakukan tindakan sesuai SPO, seperti vital sign, dan tindakan lainnya”...
(Informan S)
114
Saya coba uraikan ya pak tindakannya.... 1. Saat pasien datang/masuk ruangan yang didampingi oleh petugas
IGD, saya menyambut kedatangan pasien, memberikan kursi roda atau membawa pasien dengan brankar
2. Saya memperkenalkan diri 3. Bila pasien datang sendiri, saya mengkaji identifikasi pasien 4. Bila pasien datang bersama keluarga, saya mengkaji identitas pasien
melalui keluarga 5. Bila pasien datang merupakan rujukan dari Puskesmas/RS lain, saya
mengkaji identitas pasien melalui petugas kesehatan yang mendampingi pasien
6. Saya memperkenalkan diri 7. Pasien ditangani oleh dokter IGD dan saya mendampingi :
a. Jika pasien stabil maka saya menghubungi ruang rawat dan di tempatkan di kelas yang telah di sepakati
b. Jika pasien tidak mampu di tangani di RS maka saya merujuk pasien ke RS yang telah membuat MOU kerja sama dengan RSUD Kota Subulussalam
c. Jika pasien meninggal maka saya menghubungi ambulance untuk mengantarkan jenazah ke rumah duka
d. Jika pasien dinyatakan pulih maka pasien/keluarga wajib menyelesaikan administrasi RS dengan bantuan saya dan memberi lembar kontrol ulang ke poli. Kemudian pasien/keluarga mengambil obat di apotik
e. Jika pasien menolak untuk dilakukan perawatan, maka pasien/keluarga harus mengisi formulir PAPS
8. Melengkapi berkas pasien dengan sempurna. (Informan DA)
“anamnesa dulu, tapi jika pasiennya darurat saya langsung melakukan tindakan sesuai dengan prosedur pak”...
(informan DS) Tergantung pasien, jika darurat tangani masalahnya tapi jika bukan pasien darurat saya anamnesa dulu baru untuk tindakan saya minta inform consent keluarga .
(Informan PS) Tindakan karena pasien yang ke IGD rata-rata pasien darurat artinya butuh penanganan segera........
(informan SM) Ya kalau sesuai SPO nya begini pak Saat pasien datang/masuk ruangan saya menyambut kedatangan pasien, memberikan kursi roda atau membawa pasien dengan brankar, Saya memperkenalkan diri, saya mengkaji identifikasi pasien dan keluarga, Saya memperkenalkan diri dan Pasien ditangani oleh dokter IGD dan juga saya kemudian melengkapi semua berkas pasien...
(informan EB)
115
Anamnesa,inform consent dari keluarga terus lakukan tindakan sesuai SPO
(Informan RA) Anamnesa, inform consent dari pasien dan keluarga
(Informan AB) Anamnesa baru ketindakan yang lain sesuai dengan ketetapan dan peraturan penerimaan pasien baru disini.
(Informan AW) Perkenalkan diri baru ke tindakan.
(Informan WM) Pastilah anamnesa dulu...baru setelah Anamnesa lanjut kepemeriksaan, intinya harus disesuaikan dengan keadaan pasien yang masuk lah...”
(Informan ZH) Anamnesa dulu pak...biar kita tahu selanjutnya pemeriksaan apa yang kita lakukan berdasarkan penegakan diagnosanya.
(Informan AL) Pertanyaan :
5. Bagaimana menurut anda cara melakukan inform consent yang baik dan
benar kepada pasien atau keluarga pasien di IGD?
Jawaban informan :
“cara baik itu dengan menggunakan komunikasi yang baik apalagi terhadap keluarga pasien. Ya soalnya kalau komunikasi tidak baik bisa- bisa kalau salah tindakan nanti kita di salahkan”...
(Informan S) Dengan cara komunikasi yang baik....
(Informan DA) “caranya ya menyampaikan dulu tindakan yang akan di lakukan baru kemudian kembalikan keputusan terhadap pasien, untuk langkah-langkah sesuai SPO nya begini kurang lebih pak Setelah diindikasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter atau perawat yang dilimpahi wewenang, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai : Diagnosis dan tata cara tindakan medis, Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan, Alternatif tindakan lain dan resikonya, Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan, Perkiraan biaya. Setelah pasien dan keluarga memahami tentang tindakan yang akan dilakukan kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia sesuai dengan format surat pernyataan dan kalau perlu bermaterai 6000. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah: Pasien itu sendiri dengan usia lebih dari 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh, Istri/suami, Orang tua/wali, Keluarga terdekat,Bagi pasien dengan usia kurang dari 18 tahun yang bertanda tangan, orang tua/wali atau keluarga terdekat (Penanggung jawab) ”...
(informan DS)
116
“Jika pasien emergency sampaikan secara verbal, kemudian baru setelah selesai tindakan kita minta tanda tangan pasien atau keluarganya”...
(Informan PS) Sampaikan secara baik terutama kepada keluarga pasien........diindikasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter atau perawat yang dilimpahi wewenang, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai: a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis b. Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan c. Alternatif tindakan lain dan resikonya d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan f. Perkiraan biaya Setelah pasien dan keluarga memahami tentang tindakan yang akan dilakukan kemudian menandatangani surat persetujuan.
(informan SM) Memberikan surat dan meminta tanda tangan pasien atau keluarga pasien sebelum tindakan...
(informan EB) Dengan cara komunikasi yang baik, menyampaikan dulu tindakan yang akan di lakukan baru kemudian kembalikan keputusan terhadap pasien, Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.
(Informan RA) Komunikasi yang kita sampaikan harus baik kemudian Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.
(Informan AB) Dengan meminta tanda tangan di surat yang telah di sediakan
(Informan AW) Menjelaskan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan, kemudian baru komunikasikan hal tersebut dengan keluarga pasien.
(Informan WM) “...Saya lakukan dengan komunikasi tapi jika pasiennya emergency saya hanya minta persetujuan secara lisan setelah tindakan baru minta ditanda tangani di kertas inform consent. Tetapi jika pasien tidak emergensi saya tetap minta persetujuan terlebih dahulu sebelum tindakan”......
(Informan ZH) Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.
(Informan AL)
Pertanyaan :
6. Apakah anda menggunakan APD pada setiap melakukan tindakan terhadap
pasien di IGD?
117
Jawaban informan :
iya... takutlah kalau gak pakai APD karena kan banyak penyakit disini (Informan S)
Iya Pak saya pakai...kecuali sesekali kalau ada pasien emergensi kadang-kadang saya gak sempat pakainya Pak...
(Informan DA) “setiap tindakan saya gunakan APD”...
(informan DS) “iya pakai Pak”...
(Informan PS) Iya, digunakan....
(informan SM) iya...pakai.. Pak
(informan EB) Iya, saya rasa itu wajib...karena manfaatnya untuk kita juga..agar kita terhindar dari menularnya penyakit yang ada
(Informan RA) IyaPak saya pakai...karena takut tertular penyakit disini Pak...
(Informan AB) Iya saya selalu menggunakan
(Informan AW) Iya, harus itu Pak...kan perlindungan diri...
(Informan WM) “..iya”...
(Informan ZH) Pakai Pak..tapi sesekali pasti ada lupanya Pak...hehehe
(Informan AL)
Pertanyaan :
7. Apa yang anda lakukan sebelum melakukan tindakan pemasangan infus?
Jawaban informan :
Menjelaskan tujuan kita dulu tuk apa pemasangan infus”... (Informan S)
Persiapan alat yang di perlukan.... (Informan DA)
“menggunakan APD, Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien dan melakukan tindakan pemasangan”...
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...
(Informan PS) Persiapan alat dulu dan langsung melakukan pemasangan....
(informan SM)
118
Inform consent..lalu melakukan pemasangan infus pak... (informan EB)
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada, Memberikan informasi kenapa pemasangan infus harus dilakukan selanjutnya, Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik, menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien,Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
(Informan RA) Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien,
(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya
(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan infus
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...
(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa infus harus di pasang.
(Informan AL) Pertanyaan :
8. Bagaimana cara anda melakukan tindakan injeksi pada pasien di IGD?
Jawaban informan :
Jawaban saya yaitu menjelaskan tujuan kita dulu tuk apa dilakukan injeksi pak”...
(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan.... kemudian Petugas melakukan aseptic/antiseptic pada lokasipenyuntikan, Petugas menusukan jarum suntik dari spuit yang telahdiisi obat sebelumnya pada lokasi yang telah diaseptik, Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan &Injeksi tidak boleh ada darah masuk ke dalamspuit bila ada darah maka suntikan agar di perdalam/dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelahdiaspirasi kembali. Setelah penyuntikan bereskan alat.
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus injeksi”...
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...
(Informan PS) Persiapan alat dulu...
(informan SM) Inform consent..
(informan EB)
119
Caranya adalah Petugas membaca resep obat suntik / injeksi yangdiintruksikan dokter, Petugas menyiapkan alat dan obat suntik sesuai denganresep, Petugas melakukan aspirasi obat suntik ke dalam spuitinjeksi sesuai dosis dalam resep, Sebelum penyuntikan obat petugas melakukan skin testuntuk obat suntik tertentu untuk memastikan obattersebut tidak akan menimbulkan reaksi alergi setelahobat disuntikan, Petugas melakukan aseptic/antiseptic pada lokasipenyuntikan, Petugas menusukan jarum suntik dari spuit yang telahdiisi obat sebelumnya pada lokasi yang telah diaseptik, Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan &injeksi tidak boleh ada darah masuk ke dalamspuit bila ada darah maka suntikan agar di perdalam/dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelahdiaspirasi kembali. Injeksi Intracutan harus ada darah masuk ke dalam spuit untukmemastikan bahwa jarum suntik sudah masuk ke dalampembuluh darah vena bila tidak ada darah masuk kedalam spuit maka ujung jarum diupaya agar menembuspembuluh darah vena atau lokasi penyuntikandipindahkan sampai dapat menembus ke dalampembuluh darah vena, Petugas menyemprotkan obat suntik sesuai dosis yangditentukan, Petugas mencabut jarum suntik dari lokasi suntikan danmelakukan aseptic pada luka bekas suntikan, Petugas mengatasi bila terjadi syok analgetik sampai syok teratasi, Petugas menyerahkan resep obat minum kepada pasien untuk diambil di apotik serta Petugas membersihkan dan membuang alat bekas pakai.
(Informan RA) Memberikan informasi kenapa injeksi harus dilakukan dan kemudian memberikan injeksi
(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya kemudian langsung suntik
(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan injeksi biar lebih jelas...dan selanjutnya pesiapan alat dan segera menyuntk
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...
(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa injeksi harus di lakukan.
(Informan AL)
Pertanyaan :
9. Apa yang anda lakukan sebelum melakukan tindakan menjahit luka?
Jawaban informan :
Inform consent sama pasien dan keluarganya dan sebelum menangani pasien, Perawat harus mencuci tangan hingga bersih, Perawat harus
120
menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan tindakan, Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril,”...
(Informan S) Menjelaskan kepada pasien atau keluarga tentang besarnya luka yang dialami....
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus menjahit luka”...
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...
(Informan PS) Persiapan alat dulu..selanjutnya Perawat harus menggunakan sarung tangan steril
(informan SM) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya dan selanjutnya melakukan penjahitan sesuai dengna SPO
(informan EB) Sebelum menangani pasien, Perawat harus mencuci tangan hingga bersih, Perawat harus menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan tindakan, Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril, Untuk luka yang dalam, jahitan dilakukan sebanyak 2 lapis, Sebelum dilakukannya tindakan medis, keluarga pasien harus menandatangani surat persetujuan tindakan medis. Selanjutnya menanyakan nama pasien yang akan dilakukan tindakan, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan prosedur, memperkenalkan diri kepada pasien, menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan ini yaitu agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan luka, tanda tangan informed consent apabila pasien setuju maupun menolak tindakan yang akan dilakukan selanjutnya baru melakukan tindakan menjahit luka.
(Informan RA) Memberikan informasi kenapa menjahit luka harus dilakukan kemudian memperkenalkan diri kepada pasien, menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan ini yaitu agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan luka.
(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya
(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan penjahitan luka biar lebih jelas...
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...
(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa penjahitan luka harus di lakukan.
(Informan AL)
121
Pertanyaan :
10. Bagaimana prosedur pemasangan oksigen pada pasien yang membutuhkan?
Jawaban informan :
Yang pertama lihat dulu instruksi dari Dokter biar tidak ada kesalahan, kemudian menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen”...
(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan persetujuan dari keluarga....
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus memasang oksigen”...
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...
(Informan PS) Persiapan alat dulu........
(informan SM) Inform consent..selanjutnya menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen, lalu persiapkan alat dan selanjutnya melakukan tindakan sesuai dengan SPO
(informan EB) Yang pastinya kita harus melihat lihat dulu instruksi dari Dokter biar tidak ada kesalahan, kemudian menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen, tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya, cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan, hubungkan kanula hidung ganda atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab, pasang ke penderita, atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas kanula hidung ganda atau masker dari penderita, tabung oksigen ditutup, penderita dirapikan kembali dan peralatan dibereskan.
(Informan RA) Memberikan informasi kenapa oksigen harus di pasang
(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya, cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan, hubungkan kanula hidung ganda atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab, pasang ke penderita, atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.
(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan oksigen biar lebih jelas...
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...
(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa pemasangan oksigen harus di lakukan.
(Informan AL)
122
Pertanyaan :
11. Bagaimana cara anda melakukan tindakan pemeriksaan tekanan darah pada
pasien di IGD?
Jawaban informan :
Sesuai dengan standar SPO”... (Informan S)
Sesuai dengan prosedur... yaitu kita harus menyiapkan alat, selanjutnya kitaatur posisi pasien senyaman mungkin, letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang, telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, terus kita memasang manset pada lengan dan setelah didapatkan hasilharus diberitahukan pada pasien.
(Informan DA) “mulai dari mencuci tangan, menjelaskan tujuan, mengatur posisi pasien dan sebagainya. Saya lakukan sesuai prosedur secara berurutan”...
(informan DS) “sesuai dengan urutan kerja yang sudah di susun”...
(Informan PS) Dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan tekanan darah ...
(informan SM) Persiapan alat, mencuci tangan, menjelaskan tujuan dan sebagainya sesuai dengan peraturan dan langsung melakukan pemeriksaan...
(informan EB) Petugas menyapa pasien dengan sopan dan ramah, petugas memastikan bahwa pasien sudah memahami mengapa dianjurkan untuk memeriksa tekanan darah dan sudah mengerti prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, petugas mencuci tangan, petugas memakai handscoon, petugas menyiapkan alat, petugas atur posisi pasien senyaman mungkin , letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang, telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, petugas memasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas garis siku (jangan terlalu ketat maupunterlalu longgar) dan posisi manset sejajar jantung. Setelah didapatkan hasilpetugas membaca hasil dan petugas memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai, dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien. Petugas merapikan alat dan bahan.
(Informan RA) Petugas memasang manset pada lengan...kemudian segera ukur dan kita dengarkan bunyi sistol dan diastolnya
(Informan AB) Saya berpendapat yaitu sesuai prosedur juga, yang penting pasien diberitahu pada saat akan diukur tekanan darahnya.
(Informan AW)
123
Dengan meletakkan tensi meter pada lengan pasien yang sebelumnya sudah di atur posisi senyaman mungkin dan menilai sistol dan diastolnya...
(Informan WM) “...sesuai prosedur, mulai dengan mempersiapkan alat”...
(Informan ZH) Sesuai SPO, saat pemeriksaan posisi pasien harus berbaring.....
(Informan AL) Pertanyaan :
12. Jelaskan cara anda melakukan pemeriksaan pernapasan pada pasien di IGD?
Jawaban informan :
Uraiannya begini pak yang pertama Mencuci tangan, Membawa alat-alat ke dekat pasien, Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang), Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan, Mencatat hasil pengukuran suhu pada status/buku catatan”...
(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri pada pasien.Melakukan anamnesis keluhan respirasi sebagai data dasar dalam melakukan pemeriksaan fisik.Selanjutnya menginformasikan tujuan dari pemeriksaan/test yang akan dilakukan serta mendapatkan izin melakukan pemeriksan dari pasien atau keluarga. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan (termasuk menyuruh pasien membuka bajunya), menyuruh pasien tidur terlentang untuk pemeriksaan toraks bagian depan, pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, melakukan penilaian pada tarikan nafas pasien dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan pernapasan”...kemudian langkah-langkahnya yaitu : 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat ke dekat pasien 3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)
124
5. Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya
6. Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik
7. Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman 8. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu
bahwa tindakan sudah selesai 9. Mencuci tangan 10. Mencatat hasil pengukuran suhu pada status/buku catatan
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”... kemudian melakukan penilaian dan menghitung berapa kali pada tarikan nafas pasien dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.
(Informan PS) Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang), Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan kemudian menyampaikan kepada pasien hasilnya
(informan SM) Posisikan pasien dan memperhatikan tarikan nafasnya..kemudian mencatat hasilnya dan menyampaikan kepada pasien hasilnya
(informan EB) Menjelaskan dulu kenapa kita harus melakukan pemeriksaan pernapasan. Dilakukan dengan memperhatikan tarikan pernapasannya dan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan sesuai dengan SPO
(Informan RA) Posisikan pasien dengan baik dan segera menghitung jumlah pernafasan pasien selama 1 menit penuh
(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan perhatikan tarikan nafasnya, kemudian hitung berapa. Sehingga kita bisa menilai kondisi pasien
(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan memperhatikan tarikan pernafasan... tapi kalau langkah-langkah secara rincinya begini pak...awalnya menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang),
125
Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan kemudian menyampaikan kepada pasien hasilnya
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien”....
(Informan ZH) Tindakannya yaitu mulai dari saya menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita, penderita dalam posisi duduk diminta melepas pakaian/baju, perhatikan gerak nafaspenderita, inspirasi dan ekspirasi, gerak dada dan perut,simetris apa tidak, catat hasil yang ditemukan...
(Informan AL) Pertanyaan :
13. Bagaimana cara anda melakukan pemeriksaan nadi pada pasien di IGD?
Jawaban informan :
Dilakukan dengan cara meraba denyut nadi dan menghitung”... namun awalnya kita harus menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita, penderita dalam posisi duduk atau berbaring, lengan dalam posisi bebas(relaks). Perhiasan dan jam tangan dilepasposisi tangan penderita supinasi atau pronasi, periksadenyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan tiga jari yaitu,jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa pada sisi fleksor bagianradial tangan penderita, hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitasdenyutannya.
(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien kemudian meraba denyut nadi pasien...
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan nadi”...
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”... kemudian jelaskan prosedur kepada klien cuci tangan, atur posisi pasien, letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh, tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung), periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta kekuatan denyutan, catat hasil dan cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
(Informan PS)
126
Meraba denyut nadi di pergelangan tangan...dan menghitung detakan nadinya.
(informan SM) Posisikan pasien dan meraba denyut nadinya..Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan. Hitung nadi selama 1 menit, bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat).
(informan EB) Sama seperti pemeriksaan pernafasan, cara yang saya lakukan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan dengan memegang pergelangan tangan dan hitung denyut nadi menggunakan jam tangan
(Informan RA) Langkahnya yaitu awalnya kita cuci tangan, jelaskan prosedur yang akan dilakukan, atur posisi pasien. Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung), periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan. Hitung nadi selama 1 menit, bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat), bila perhitungan selama 30 detik maka dikalikan 2 (dua), perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur, catat hasil dan kita kembali cuci tangan setelah prosedur dilakukan
(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, meraba denyut nadi pasien
(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan meraba denyutan nadiselama 1 menit penuh dan beritahu hasilnya kepada pasien.
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien”...
(Informan ZH) Posisikan pasien hitung denyut nadi dan nilai kondisi yang dialami pasien.
(Informan AL) Pertanyaan :
14. Bagaimana cara melakukan pengukuran suhu pada pasien di IGD?
Jawaban informan :
Untuk pengukuran suhu juga saya lakukan sama dengan pemeriksaan lain, cara yang saya lakukan adalah dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan”...
(Informan S)
127
Nah untuk pemeriksaan suhu saya lakukan sekaligus dengan pemeriksaan tensi darah, yang pertama adalah persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien...
(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan suhu, kemudian langkah-langkahnya 1. Perawat cuci tangan 2. Alat-alat di bawa ke dekat pasien 3. Pasien di beri penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan 4. Bila perlu lengan baju pasien di buka, jika ketiak pasien basah harus
di keringkan 5. Thermometer di cek kembali lalu di pasang tepat pada resevoirnya,
jepitkan ditengah-tengah ketiak pasien 6. Lengan pasien yang bersangkutan dilipatkan di dada setelah 10 menit
thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu
7. Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan
8. Bila menggunakan thermometer air raksa, air raksa diturunkan dan thermometer dimasukkan ke dalam tempatnya dan siap untuk di pakai pasien berikutnya
9. Bila menggunakan thermometer digital, bersihkan ujungnya kemudian tekan tombol mematikannya, simpan kembali de dalam wadahnya”kurang lebihnya begitulah pak....
(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu dan lakukan pemeriksaan suhu di aksila”...
(Informan PS) Posisikan pasien kemudian letakkan termometer di aksila...sebelumnya thermometer di cek kembali lalu di pasang tepat pada resevoirnya, jepitkan ditengah-tengah ketiak pasien, Lengan pasien yang bersangkutan dilipatkan di dada setelah 10 menit thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu, Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan, Bila menggunakan thermometer air raksa, air raksa diturunkan dan thermometer dimasukkan ke dalam tempatnya dan siap untuk di pakai pasien berikutnya, Bila menggunakan thermometer digital, bersihkan ujungnya kemudian tekan tombol mematikannya, simpan kembali de dalam wadahnya
(informan SM) Menjelaskan prosedur dulu dan posisikan pasien dan letakkan termometer di aksila..kemudian baca hasilnya.
(informan EB) menjelaskan prosedur dulu dan lakukan pemeriksaan suhu di aksila, letakkan termometer didada setelah 10 menit thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu,
128
Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan
(Informan RA) Posisikan pasien dengan baik lakukan komunikasi yang baik dan letakkan termometer di aksila tunggu sampai 5 menit.
(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan letakkan termometer di aksila, kemudian hitung berapa sehingga kita bisa menilai kondisi pasien
(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan meletakkan termometer di aksila...
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien, letakkan termometer, lihat hasil yang muncul, beri tahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga”...
(Informan ZH) Posisikan pasien letakkan termometer di aksila, lihat hasilnya berapa dan informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.
(Informan AL)
Pertanyaan :
15. Jelaskan prosedur pemasangan dan pelepasan kateter pada pasien di IGD?
Jawaban informan :
Prosedur dalam pemasangan dan pelepasan kateter saya lakukan mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, sampai ke langkah kerja. Langkah kerja ini saya lakukan berurutan sesuai SPOPak.....
(Informan S) Cara pelepasan dan pemasangan kateter saya lakukan sesuai prosedur, mulai dari mempersiapkan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya....
(Informan DA) “apapun tindakan yang di lakukan saya selalu menginformasikan kepada pasien maupun keluarganya, tujuannya apa begitu, kemudia baru saya bertindak dengan mempersiapkan alat, mencuci tangan, sampai terakhir saya lakukan dokumentasi”...
(informan DS) “prosedurnya kalau saya jelaskan terlalu panjang ni Pak, jadi yang pada intinya saya selalu minta inform consent baru kemudian melakukan tindakan keperawatan mulai dari persiapan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya”...
(Informan PS)
129
Informasikan tindakan yang akan dilakukan, persiapan alat, cara kerja yang dimulai dari mencuci tangan sampai dokumentasi tindakan ...
(informan SM) Prosedur pemasangan dan pelepasan kateter di mulai dari persiapan pasien, persiapan alat dan cara kerja. Di dalam cara kerja itu nanti dilakukan secara berurutan
(informan EB) Informasikan dulu tujuan dari tindakan kita, kemudia persiapan pasien, pesiapan alat baru kemudian kita ikuti cara kerja dengan benar.Adapun langkah kerja yang saya lakukan mulai dari memperkenalkan diri, memberitahu dan menjelaskan tindakan, menjaga privasi, mendekatkan alat, mencuci tangan, desinfeksi daerah glans, mengeluarkan isi balon dengan spuit (untuk pelepasan kateter), menarik kateter dengan menganjurkan si pasien tarik nafas, mengoleskan betadin, membereskan alat, cuci tangan dan lakukan dokumentasi
(Informan RA) Prosedurnya dimulai dari persiapan pasien, persiapan alat dan cara kerja, jadi harus sistematis.
(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan siapkan alat kemudian baru kita lakukan tindakan pemasangan maupun pelepasan kateter
(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan sesuai dengan prosedur SPO...
(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien, letakkan alat, lakukan tindakan secara hati-hati sesuai dengan urutan”..
(Informan ZH) Inform consent, jelaskan prosedur dari tindakan, persiapan pasien, persiapan alat baru tindakan dilakukan secara berurutan dan hati-hati..
(Informan AL) Pertanyaan :
16. Bagaimana prosedur serah terima pasien dari IGD ke ruang rawatan?
Jawaban informan :
Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yaitu.....
1. Bila pasien ada indikasi setelah ada persetujuan dari dokter kemudian surat pengatar rawatan harus di buat dulu..
2. Informed consent pada keluarganya pasien... 3. Setelah itu saya mengisi/melengkapi data sesuai dengan format
serah terima pasien 4. Saya juga melakukan identifikasi pasien
130
5. Keluarga harus melengkapi data dan mengurus biaya administrasi 6. Kemudian saya harus menghubungi ruang perawatan yang dituju
dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien 7. Pada saat pengiriman pasien menggunakan brankart atau kursi
roda yadi sesuaikan dengan kondisinya lah...tetapi tetap harus di dampingi baik itu oleh saya sendiri maupun oleh perawat lain dengan menyertakan file penderita juga..
8. Pengiriman penderita dilakukan apabila ada Dokter yang bertanggung jawab di bagian yang bersangkutan
9. Sampai di ruang rawat serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju
10. Perawat ruangan rawat nantinya juga akan melakukan klarifikasi ulang format serah terima tersebut agar tidak ada kesalahan
11. Setelah di klarifikasi oleh perawat ruangan saya harus menanda tangani format yang sudah tersedia, artinya itu bahwa tugas serah terima sudah selesai dilakukan.. begitu Pak....
(Informan S) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan diantaranya...membuat surat pengatar rawatan jika sudah ada ijin dari Dokter bahwa pasien harus di rawat, informed consent pada keluarganya pasien, mengisi/melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, keluarga harus melengkapi data dan mengurus biaya administrasi, kemudian saya harus menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, pasien diantar menggunakan brankart atau kursi roda, dan harus di dampingi baik itu oleh saya sendiri maupun oleh perawat lain dengan menyertakan file penderita juga, Pengiriman penderita dilakukan apabila ada Dokter yang bertanggung jawab di bagian yang bersangkutan, Sampai di ruang rawat serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju, Perawat ruangan rawat nantinya juga akan melakukan klarifikasi ulang format serah terima tersebut agar tidak ada kesalahan, Setelah di klarifikasi oleh perawat ruangan saya harus menanda tangani format yang sudah tersedia, artinya itu bahwa tugas serah terima sudah selesai dilakukan. Begitulah singkatnya serah terima yang saya lakukan.....
(Informan DA) “serah terima pasien sering saya lakukan..seperti: 1. Mempersiapkan status pasien dan segala hal berhubungan dengan
tindakan yang harus dilakukan di IGD 2. Nanti saya menyerahkan surat pengantar rawat dari ruang IGD, saya
juga mengecek fasilitas yang diinginkan pasien dan keluarga. 3. Setelah itu saya daftarkan pasien berdasarkan indentifikasi data sosial
pasien. 4. Saya juga memberitahukan ke pihak ruangan rawat bahwa akan ada
pasien baru
131
5. Saya juga akan memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Kemudian saya mengantarkan pasien ke ruang rawat. Petugas rawat inap biasanya nanti juga akan memberikan pelayanan, apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak. Jika nanti di perlukan maka petugas memberikan formulir ke unit pemeriksaan yang dituju. Jika tidak maka pasien tetap pelayanan kesehatan rawat.
6. Pada saat saya mengantarkan ke ruang rawat disana nantinya saya akan serah terima dulu kepada perawat ruangan.mungkin singkatnya seperti itu....
(informan DS) “Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yaitu..... Awalnya.....emmm.. gini pak...1. Perawat IGD mendapat konfirmasi dari Dokter IGD tentang Pasien yang akan dirawat. 2. Perawat IGD melakukan identifikasi pasien. 3. Perawat IGD melakukan kebersihan tangan. 4. Perawat IGD menjaga privasi pasien. 5. Dokter IGD mengisi form pengantar rawat inap 6. Perawat IGD memberikan pengantar rawat inap dan meminta keluarga pasien untuk mengurus administrasi rawat inap 7. Setelah keluarga melakukan registrasi rawat inap dan mendapat surat masuk rawat inap, perawat IGD menghubungi ruang rawat inap yang akan dituju untuk memastikan tempat sudah tersedia dan dalam keadaan siap pakai serta memastikan bahwa pasien boleh diantar ke ruangan tersebut. 8. Perawat IGD mengisi formulircheck listtransfer internal 9. Perawat IGD melakukan evaluasi ulang pasien (GCS, tanda-tanda vital, skala nyeri). 10. Perawat IGD mengantar pasien ke ruang rawat inap: a. Perawat IGD melakukan identifikasi pasien dan memasang gelang identitas. b. Apabila pasien tidak kuat berjalan/ dalam konsidi lemah, pasien diantar ke ruang rawat inap menggunakan kursi roda / brankard/tempat tidur, namun apabila pasien mampu berjalan, petugas mendampingi pasien sampai ke ruang rawat inap yang dituju. c. Perawat IGD memasang pengaman tempat tidur/ brankard dan alat penunjang bila diperlukan. d. Posisi pasien dalam transportasi,kaki didahhulukan apabila pasien menggunakan brancard/tempat tidur. e. Perawat IGD memperhatikan kondisi pasien selama perjalanan. 11. Perawat IGD melakukan serah terima keperawat ruangan dan menyertakan formulir check list transfer internal. Adapun serah terima pasien meliputi: a. Kondisi pasien dalam perjalanan dan kondisi terakhir pasien b. Terapi yang sudah diberikan c. Terapi yang harus dilanjutkan d. Rencana tindakan e. Pemeriksaan penunjang yang telah, sedang atau direncanakan pada pasien f. Peralatan yang terpasang (Infus, drain, NGT, kateter, ETT, dsb) g. Kelengkapan administrasi (bila belum lengkap koordinasikan dengan pihak terkait) 12. Perawat IGD memberikan kesempatan kepada perawat ruangan untuk bertanya sejelas-jelasnya. 13. Perawat IGD dan perawat ruangan mendokumentasikan serah terima pasien di catatan keperawatan. 14.
132
Perawat IGD melakukan kebersihan tangan sesudah melakukan tindak. Kira-kira begitu Pak prosedurnya......
(Informan PS) Berkaitan dengan prosedur serah terima pasien dari IGD ke Ruang Rawat itu dilakukan secara terstruktur yaitu, awalnya a. Pasien datang di bagian admisi dan diterima oleh petugas admisi. b. Petugas (Dokter, Perawat) menjelaskan kepada pasiendan keluarga bahwa pasien memerlukan penangananlebih lanjut. c. Mempersiapkan status pasien dan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang harus dilakukan di IGD seperti mengukur tanda-tanda vital, memasang infus dan tindakan emergensi lainnya, menghubungi dokter spesialis, memberikan obat dan lain-lain dokter spesialis, d.Petugas menyerahkan surat pengantar rawat inap yangberasal dari IGD e. Petugas mengisi berkas rekam medis denganmelakukan wawancara kepada pasien mengenai tempat/fasilitas . f. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru, Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien, apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak. Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke unit pemeriksaan yang dituju Perawat IGD mengantar pasien ke ruangan dengan menggunaan kursi roda atau brangkar (sesuai dengan kemampuan mobilisasi pasien). Perawat memindahkan pasien ke tempat tidur dan menempatkan alat kesehatan yang terpasang pada pasien pada tempatnya (infus, O2, kateter dan lain-lain), Perawat IGD melakukan serah terima pasien kepada perawat ruangan.
(informan SM) Singkat prosesnya begini Pak.....Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yang awalnya kita harus membuat surat pengatar, Informed consent pada keluarganya pasien, mengisi/melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, Menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, mendampingi pasien pada saat diantar ke ruangan rawat dengan menyertakan file penderita juga, serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju, kemudian menanda tangani format yang sudah tersedia.
(informan EB) Langkah-langkah yang saya lakukan sewaktu serah terima pasien dari IGD ke ruang rawatan adalah : 1. Pasien yang akan dipindahkan, dirapikan dan disiapkan alat-alat
bantunya. 2. Saya Informasikan keunit tujuan untuk bersiap-siap menerima pasien
melalui telepon.
133
3. Kemudian saya Antar pasien tersebut ke unit tujuan minimal dengan1 orang perawat dengan menggunakan kursi roda atau tempat tidur pasien, disesuaikan dengan kondisi pasien.
4. Lalu saya serah terima ke perawat penanggungjawab unit yang dituju.
5. Yang saya informasikanpada saat serah terima keunit rawat inap biasanya meliputi ;
a. Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medik pasien. b. Diagnosis kerja//diagnosis masuk yang dibuat oleh dokter
IGD/DPJP c. Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran) d. Rencana intruksi penanganan yang diberikan oleh DPJP pasien
termasuk rencana unit. e. Tindakan atau obat yang telah diberikan di unit-unit ambulatory
maupun IGD. f. Obat-obat apa yang ada dibawa oleh pasien maupun obat yang
telah diambil dari farmasi untuk pasien. g. Riwayat alergi pasien.
6. Petugas penerima pasien mencatat informasi yang saya berikan. 7. Petugas yang menerima pasien melakukan “read back” informasi
yang dicatat tersebut dan menginformasikannya. 8. Memastikan bahwa serah terima tidak ada yang lewat, bila ada yang
kurang dimengarti dapat ditanyakan. 9. Dokumentasikan kejadian yang meliputi sedikitnya tanggal kegiatan,
siapa yang mengantar pasien dan siapa yang menerima pasien. 10. Rapikan kembali alat-alat yang sudah tidak digunakan oleh pasien.
(Informan RA) Menurut saya prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yaitu apabila sudah ada intruksi dari dokter untuk memindahkan pasien maka lngkah yang dilakukan adalah melengkapi semua administrasi dan persyaratan rekam medisnya,kemudianmelengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, mendampingi pasien pada saat diantar ke ruangan rawat dengan menyertakan file penderita juga, serah terima pasien kepada perawat yang dituju, kemudian menanda tangani format yang sudah tersedia, kemudian menjelaskan tindakan yang telah dilakukan atau pengobatan apa saja yang telah diberian kepada pasien tersebut.. itu point-point yang dapat saya jelaskan Pak...
(Informan AB) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yang pertama itu...membuat surat pengantar, yang kedua.. Informed consent jangan lupa kepada keluarga pasien, yang ketiga..melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien,yang ke empat..melakukan identifikasi pasien, yang ke lima...Menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien jadi jangan sampai nanti sudah
134
diantar ke ruangan..eh... ruangan tidak ada yang kosong, bisa membahayakan kondisi pasien apalagi pasien yang emergency.. nahpada saat mengantarkan pasien harus didampingi dengan menyertakan file penderita juga, ke enam serah terima pasien kepada perawat yang dituju, dan yang terakhir menanda tangani format yang sudah tersedia. Begitu Pak.....”.
(Informan AW) Prosedur nya saya jelaskan poin saja ya Pak..yaitu pasien yang akan dipindahkan dirapikan dan disiapkan, pasien yang akan dipindah harus memakai gelang identitas pasien dan menandatangani surat persetujuan tindakan medis. Memberitahu ke ruang rawat inap untuk menerima pasien melalui telepon. Dan antar pasien ke ruang rawat inap dengan menggunakan kursi roda, stretcher atau tempat tidur pasien disesuaikan dengan kondisi pasien. Lalu serah terima dilakukan oleh petugas IGD yang memindahkan kepada perawat penanggungjawab rawat inap. Petugas yang menerima pasien mencatat semua informasi yang diberikan dan melakukan perawatan sesuai dengan anjuran dokter.
(Informan WM) “...disini kami punya ketentuan dan prosedur untuk proses serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan Pak.. dimana perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien memerlukan penanganan lebih lanjut. Mempersiapkan status pasien dan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang harus dilakukan di IGD seperti mengukur tanda-tanda vital, memasang infus dan tindakan emergensi lainnya, Petugas menyerahkan surat pengantar rawat inap yang berasal dari IGD, Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada pasien mengenai tempat/fasilitas. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru, Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap. Perawat IGD mengantar pasien ke ruangan dengan menggunaan kursi roda atau brangkar sesuai dengan kemampuan mobilisasi pasien. Perawat IGD melakukan serah terima pasien kepada perawat ruangan dan menyampaikan mulai dari identitas sampai dengan keadaan pasien.
(Informan ZH) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yang kami lakukan di sini harus sesuai dengan prosedur dimana mulai dari persiapan pasien, persiapan berkas rekam medik, memberikan informasi kepada ruangan bahwa akan dilakukan pemindahan pasien, mengantar pasien dengan kursi roda atau tempat tidur sampai keruangan, kemudian menyerahkan status pasien keperawat ruangan dan mengantar pasien sampai kedalam ruang atau tempat tidur yang telah ditetapkan, memastikan pasien nyaman dan melimpahkan tanggungjawab selanjunta kepada perawat ruangan..
(Informan AL)
135
Pertanyaan :
17. Bagaimana upaya yang anda lakukan agar selalu menerapkan tindakan
keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
Menurut saya upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga kedisiplinan, etika dalam bekerja, bekerja secara ikhlas tanpa membedakan skill, ras, jabatan, ekonomi, dan agama, mengutamakan pasien urgent dari pada pasien non urgent, melakukan komunikasi efektif. Gitu Pak....
(Informan S) Upaya agar menerapkan SPO hmmm.....yang pastinya semua tindakan harus dibiasakan untuk dikerjakan secara prosedur dan lama-lama kita akan terbiasa melakukan semua tindakan dengan SPO Pak.....
(Informan DA) “memang susah ya pak kalau kita tidak membiasakan untuk melakukan semua tindakan sesuai dengan prosedur apalagi ada pasien dengan keadaan emergency. Tapi bagaimana pun seorang perawat itu harus berupaya melakukan tindakan sesuai dengan SPO. Jadi intinya selain membiasakan diri usaha lain kita harus sering ikut pelatihan tentang SPO dalam keperawatan Pak.....
(informan DS) “Dengan cara mengikuti sosialisasi dan pelatihan Pak..biar pengetahuan kita bertambah dan mau melakukan semua tindakan dengan SPO”
(Informan PS) Caranya harus dibiasakan menggunakan SPO tersebut dan harus menjaga kedisiplinandalam bekerja Pak....
(informan SM) upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara bekerja harus ikhlas, jangan asal-asalan dalam memberikan pelayanan... diusahakan selalu menggunakan SPO walaupun ada beberapa tindakan yang tidak sesuai tergantung kondisi pasiennya juga Pak.....
(informan EB) Kuncinya harus dibiasakan itu Pak..karena SPO ini kan langkah-langkahnya panjang Pak..tapi kalau udah selalu kita terapkan maka langkah-langkah tersebut menjadi mudah waktu kita laksanakan. Intinya yang harus kita tau adalah kalau kita bekerja dengan menggunakan SPO maka manfaatnya bukan hanya untuk pasien tetapi manfaat untuk perawat juga dimana dapat meminimkan kesalahan dalam melakukan tindakan dan dapat mencegah menularnya penyakit dari pasien kepada perawat.....
(Informan RA) Kalau saya sih....usahanya lebih ke upaya membiasakan setiap tindakan harus sesuai dengan prosedur ya Pak..biar selalu teringat gitu Pak...walau apapun keadaan pasiennya kalau sudah terbiasa kita gak akan lupa Pak....
(Informan AB)
136
Menurut saya upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara sesekali harus dibaca—baca lagi SPOnya Pak...maklum Pak.. kan langkah kegiatannya panjang-panjang tu Pak pasti ada yang lupa kalau kita gak sering membaca lagiSPOnya....
(Informan AW) Upayanya pertama harus membiasakan diri bekerja sesuai dengan SPO, yang kedua harus sering mengikuti sosialisasi dan pelatihan terus selanjutnya harus sering membaca lagi isi SPO nya.....
(Informan WM) “...Menurut saya upayanya harus dengan membiasakan diri menggunakan SPO dalam melakukan tindakan...biar kita teringat Pak....”.
(Informan ZH) Menjaga kedisiplinan dalam bekerja, kalau ada yang kita gak paham maka harus ditanyakan ke teman yang lebih paham atau langsung kedokternya biar gak asal-asalan dalam memberikan pelayanan Pak....
(Informan AL)
Pertanyaan :
18. Bagaimana hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD?
Jawaban informan :
Hambatan dalam tindakan di ruang IGD seperti kurangnya tenaga ahli, kenapa?? Karena disebabkan kurangnya pelatihan pada tenaga keperawatan, pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan sehingga dengan jumlah yang sedikit bisa kewalahan, belum lagi keluarga pasien tidak kooperatif tentang tindakan yang akan di berikan, kurangnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dalam tindakan yang dilakukan dan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien emergency. Seperti itu hambatan yang seering kami rasakan Pak..
(Informan S) Hambatan tersebut berupa minimnya perawat yang bertugas dalam 1 sift sehingga pada saat ramai pasien kerjanya agak kewalahan gitu Pak....
(Informan DA) “Hambatannya terkadang kita gak bisa mengambil keputusan sendiri dalam menangani pasiendan harus menunggu intruksi dari Doktersehingga ada pasien dan keluarga pasien yang marah-marah sama perawatnya Pak..
(informan DS) “Hambatan yang dirasakan yaitu kurangnya tenaga ahli diakibatkan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien emergency”...
(Informan PS)
137
Hambatannya apa ya...oya Pak kadang-kadang pasien yang datang gak terhendel karena terlalu ramai ditambah lagi dengan keluarga yang mendampinginya.
(informan SM) Hambatan teknis berada pada sumber daya manusianya yaitu jumlah Perawat yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Dokter jaga yang berkerja sehingga lebih banyak tindakan medis yang dilakukan oleh Perawat daripada Dokter jaga yang sedang berkerja serta sarana dan prasarana yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses pelayanan pasien di IGD Pak..
(informan EB) Hambatan dalam tindakan di ruang IGD berupa kurangnya tenaga ahli diakibatkan kurangnya pelatihan pada kami Pak.. Sering pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan sehingga dengan jumlah kami yang piket sedikit bisa kewalahan kami, belum lagi ada kadang-kadang keluarga pasien tidak kooperatif sama kami dan tindakan yang akan di kami berikan, kurangnya kesabaran dan kesadaran pasien dan keluarga pasien saat berada di IGD.
(Informan RA) Perawatnya kurang Pak.. Kalau masalah lain ada juga tapi tidak terlalu jadi masalah kayaknya Pak.....
(Informan AB) Hambatannya kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien dalam tindakan yang dilakukan dan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara bersamaan..
(Informan AW) Hambatan berupa kurangnya pelatihan pada tenaga keperawatan, pasien datangnya ramai sedangkan yang piket sedikit. Keluarga pasien sering marah-marah dan tidak sabar..
(Informan WM) “...Hambatan yang ada dalam tindakan di ruang IGD keluarga pasien tidak kooperatif tentang tindakan yang akan di berikan, dan kurangnya anggota yang piket terutama kalauada pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien yang gawat”..
(Informan ZH) Hambatan-hambatan yang sering terjadi di ruang IGD karena terbatasnya fasilitas saat pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan Pak..
(Informan AL)
138
B. Informan Kunci (Kepala Ruangan)
Pertanyaan :
1. Sebagai kepala ruangan, pernahkan anda melakukan sosialisasi pada petugas-
petugas dalam pelaksanaan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
“Pernah Pak.. Untuk sosialisasi pada petugas khususnya perawat di ruang IGD, Pernah di lakukan..hanya saja pada tahun 2017 ada 2 kali dan 2018 ada 1 kali.. dan saya rasa perlu di tingkatkan sosialisasi itu agar skill perawat bertambah lagi...”
Pertanyaan :
2. Bagaimana menurut anda sebagai Kepala Ruangan IGD, pernahkan anda
memberikan pengarahan secara langsung dan pembagian tugas sebelum dan
sesudah bekerja kepada bawahan anda, mengapa harus diberi?
Jawaban informan :
“...Saya sering memberikan pengarahan terhadap anggota saya di ruang IGD, setiap pagi sebelum menerima pasien pasti yang saya lakukan terlebih dahulu adalah pengarahan baik itu masalah kerja, tindakan, buku registrasi, etika, dan lain sebagainya. Dan perawat tersebut juga saya bagikan tugas agar nantinya ketika pasien datang, mereka sudah tahu tugasnya. Kenapa saya harus melakukan seperti itu? hehe..Semua itu demi meningkatkan kedisiplinan kinerja perawat ruang IGD. Karena pasien yang masuk ke IGD itu kan banyak pasien Urgent atau pasien emergency ya kan...
Pertanyaan :
3. Sebagai Kepala Ruangan, apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kinerja
pada perawat di ruang IGD?
Jawaban informan :
“...saya sering ya kalau pagi-pagi itu sebelum beraktifitas mereka (perawat) saya kumpulkan dulu, nah....ada tujuannya.. apa? Tujuannya supaya mereka mendapatkan pengarahan baik itu masalah kerja, attitude, terkadang jika ada masalah seperti kemarin jadi hari ini saya kasih arahan harus bagaimana biar lebih baik lagi. Karena kita kan sebagai pelayanan masyarakat. Yah.. mau tidak mau kita harus melayani setiap karakter pasien. Kemudian saya juga memberikan tugas masing-masing jadi nantinya terbiasa untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya. Mungkin itu....
139
Pertanyaan :
4. Mengapa anda perlu mengevaluasi kerja semua perawat di IGD?
Jawaban informan :
“...Tentunya iya setelah kita kasih pengarahan dan tanggung jawab, mereka tidak saya biarkan begitu saja... tugas saya selanjutnya adalah mengevaluasi kerja mereka.. saya pingin tahu apakah pengarahan saya berikan mereka dengar jika kerja mereka baik, disiplin, bagus artinya saya tidak sia-sia donk selalu ngasi pengarahan..hehehe
Pertanyaan :
5. Menurut anda bagaimana pelaksanaan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
“...pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, ya tapi jika ada pasien emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan...
Pertanyaan :
6. Mengapa perlu dilakukan evaluasi setelah menerapkan SPO pada perawat di
ruang IGD RSUD Kota Subulussalam?
Jawaban informan :
“evaluasi saya lakukan untuk melihat tingkat atau mengukur kinerja perawat di ruang IGD”
Pertanyaan :
7. Menurut anda, apa saja kendala yang di temukan pada pelaksanaan SPO pada
perawat di ruang IGD?
Jawaban informan :
“..Kendala yang di temukan yaitu ketika ada pasien emergency pelaksanaan SPO tidak bisa dilakukan dengan baik. Apalagi jika ada keluarganya yang hanya mengetahui perlu tindakan segera namun resikonya tidak di pedulikan”...
Pertanyaan :
8. Menurut anda apakah pelaksanaan SPO di rumah sakit membantu anda
dalam pengambilan keputusan atau dapat mengatasi masalah lainnya?
140
Jawaban informan :
“..pelaksanaan SPO sangat membantu sebenarnya Pak..karena masalah lain juga bisa teratasi seperti kedisiplinan perawat dalam bertindak, dan juga mengetahui perawat mana yang skillnya kurang. Jadi kita bisa lakukan sosialisasi kembali”
Pertanyaan :
9. Menurut anda penggunaan SPO dapat menangani pasien secara spesifik dan
sesuai dengan kebutuhan pasien?
Jawaban informan :
“dengan adanya SPO kita lebih mudah menangani pasien secara spesifik dan tentunya sesuai dengan kebutuhan pasien..tindakan yang akan dilakukan juga sesuai prosedur jadinya”..
Pertanyaan :
10. Bagaimana kesediaan format asuhan keperawatan di ruang IGD?
Jawaban informan :
“format asuhan keperawatan di ruang IGD harus lengkap
pengisiannya mulai dari identitas harus diisi dengan benar sampai dengan
pengkajian, pengobatan dan tindak lanjut, harus benar-benar lengkap”...
Pertanyaan :
11. Bagaimana cara melakukan pendokumentasian terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat di ruang IGD?
Jawaban informan :
“..cara mendokumentasian tindakan itu menggunakan model dokumentasi keperawatan itu merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan keperawatan. Ada beberapa model yaitu dengan cara POR (problem oriented record), SOR (source oriented record), Progress Notes, CBE (charting by exception), PIE (problems intervention dan evaluation) dan focus...”itu caranya Pak...
C. Informan Kunci (Kabid Keperawatan)
Pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat anda tentang keberhasilan pelaksanaan tindakan
keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
141
Jawaban informan :
“..Berbicara keberhasilan, mungkin tidakterlalu signifikan karena kita baru mensosialisasi SPO ini pada tahun 2017 awal tapi jauh berubah karena dulu kita tdak ada standar.....jadi, seluruh tenaga yang masuk ke IGD itu kita pilih semua yg masuk. Dengan adanya SPO kita sudah seleksi di awal bahwa yang wajib di ruang IGD itu minimal mempunyai sertifikat gawat darurat...
...Kalau kita alhamdulilllah sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memilikisertifikat gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudahkita sampaikan sosialisasi SPO.Jadi dengan adanya SPO ini kita menyeragamkan seluruhtindakan antara 1 yang lain dengan tindakan yang sama mereka bisa melakukan dengan cara yang sama”.
Pertanyaan :
2. Upaya apa yang anda lakukan agar semua perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
“..Upaya yang pertama kita lakukan yaitu dengan sosialisasi, sosialisasi kita usahakan pertriwulan dengan harapan adanya sosialisasi tersebut membuat semua perawat IGD mengerti dan menjalankan seluruh tindakan keperawatannya melalui SPO yang di sosialisasikan, jadi upaya yang kita lakukan adalah sosialisasi dan pelatihan internal”
Pertanyaan :
3. Menurut anda apakah perlu membuat program sosialisasi kepada perawat
tentang pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
“...Sangat perlu karena dengan ada SPO menjadi standar acuan seluruh tindakan keperawatan jadi antara Perawat a dan b harus mempunyai keseragaman mulai tehnik penerimaan pasien sampai dengan pengoperan ke ruangan mempunyai tehnik yang sama karena berpedoman pada satu Standar Operasional Prosedur...
Pertanyaan :
4. Bagimana bentuk evaluasi yang anda lakukan untuk mempertahankan perawat
selalu mengutamakan tindakan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
142
Jawaban informan :
“...Biasa yang kita lakukan pengawasan dari kepala ruangan, kepala ruangan juga pengawasannya melalui Ketua Tim jadi setiap perawat itu dalam satu group ada Ketua Timnya. Jadi bias dievaluasi langsung pengawasannya...
Jadi biasa tindakan langsungartinya bila sudah kita sosialisasikan ada satu perawat yang bermasalah karena ketidakmampuan atau ketidaktahuan tentang seluruh SPO yang kita sosialisasikan nanti kita evaluasi langsung oleh Katim, Karu, sampai masuk ke KasieAsuhan Keperawatan dan bisa ke saya sebagai Kabid Keperawatan.Jadi kalau ada yang tidak mampu akan kita akan ganti ataupun kita trainingkan lagi yang lain, dengan demikian yang lainnya juga menjadi belajar bahwa SPO itu penting dan harus diketahui oleh seluruh perawat yang ada di ruang IGD...”
Pertanyaan :
5. Bagaimana bentuk laporan yang anda terima dari Kepala Ruangan IGD terkait
pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?
Jawaban informan :
“...Biasa kita mempunyai catatan dokument dari kepala ruangan.Jadi nanti laporannya itu tidak ada berkalanya sewaktu saja.Jadi disaat ada pertemuan mereka membuat laporan secara tertulis kendala apa yang dialami dalam melaksanakan SPO ini.
143
Lampiran 2 : Lembar Observasi
No Nama Tindakan Implementasi
Sesuai Tidak sesuai
1 Sahmin Penerimaan Pasien Baru 2 Didi Almas Inform Consent 3 Darliah Sidabutar Memasang Dan Melepaskan Infus
4 Parlindungan
Sinurat Melakukan Injeksi
5 Sri Mulya Menjahit Luka
6 Erna Bancin Pemberian Oksigen
7 Ricky Ahmad
Mulyanto Pemeriksaan Tekanan Darah
8 Antoni Berutu Pemeriksaan Pernafasan
9 Abdul Wujud
Berutu Pemeriksaan Denyut Nadi
10 Widya Marlenta Pemeriksaan Suhu Badan
11 Zul Arfan Hidayat Pemasangan Kateter
12 Abdul Lathif Serah Terima Pasien Dari IGD Ke
Ruang Rawatan
144
145
146
147
148
149
150
151
152
DOKUMENTASI PENELITIAN
153
154
155
156
157