ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD...

164
ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN DI IGD RSUD KOTA SUBUSSALAM TAHUN 2018 TESIS OLEH SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA 2018

Transcript of ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD...

Page 1: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN

DI IGD RSUD KOTA SUBUSSALAM TAHUN 2018

TESIS

OLEH

SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA 2018

Page 2: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN

DI IGD RSUD KOTA SUBUSSALAM TAHUN 2018

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)

Pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Rumah Sakit

Institut Kesehatan Helvetia Medan

Oleh

SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN

2018

Page 3: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

HALAMAN PENGESAHAN

Page 4: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

Telah diuji pada tanggal : 12 April 2019 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes Anggota : 1. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, M.Kes 2. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes 3. Ns. Masnelly Lubis, S.Kep, MARS

Page 5: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak
Page 6: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sarifin Usman Kombih, lahir di Kutcane pada tanggal 06 November 1979 dari pasangan Raja Usman Kombih dan Asny Simanjuntak Penulis anak ke Tiga dari 5 bersaudara, Penulis beragama Islam dan sudah menikah dengan Maya Herlija, Amd. AK, mempunyai satu orang anak yaitu laki-laki bernama Raja Faiz Yafi Kombih, Penulis tinggal di Jalan T. Umar, Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam.

Riwayat Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 1 Bireuen Kabupaten Bireuen dari Tahun 1986-1992. Kemudian melanjutkan ke SMP Al-Wasliyah Lhokseumawe dari Tahun 1992-1995. Kemudian melanjutkan pendidikan SMA Negeri 1 Bireuen dari Tahun 1995-1998. Penulis menempuh Pendidikan S1 Kedokteran Universitas Abulyatama Banda Aceh dari Tahun 1998-2004. Kemudian mengikuti Program Profesi Dokter dari Tahun 2004-2006. Penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Rumah Sakit di Institut Kesehatan Helvetia Medan dari Tahun 2016-2019.

Riwayat Pekerjaan Penulis mulai bekerja sebagai Dokter PTT Aceh Singkil pada Tahun 2006-2008, Dokter Puskesmas Sultan Daulat pada Tahun 2008-2010, Kepala Puskesmas Sultan Daulat pada Tahun 2010-2011, Kepala Puskesmas Penanggalan pada Tahun 2011-2017, Direktur RSUD Kota Subulussalam pada Tahun 2018-Sekarang.

 

Page 7: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak
Page 8: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

i  

ABSTRAK

ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEPERAWATAN DI IGD RSUD KOTA

SUBULUSSALAM

SARIFIN USMAN KOMBIH 1602011095

Masih rendahnya tingkat kepatuhan perawat IGD terhadap SPO dalam

pelaksanaan setiap tindakan keperawatan dapat berdampak terhadap penurunan mutu pelayanan rumah sakit dan dapat menimbulkan hambatan terhadap perkembangan profesi keperawatan.. Penelitian bertujuan untuk Menganalisis Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018.

Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD, dan Kabid Keperawatan sedangkan Informan utama dalam penelitian ini adalah semua perawat diruang IGD yang berjumlah 12 orang. Teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 informan, mayoritas dari hasil wawancara dengan informan utama rata-rata dari mereka sudah menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam melakukan tindakan keperawatan, sedangkan dari informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD mengatakan pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, tapi jika ada pasien emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan. Sedangkan dari Kabid Keperawatan mengatakan bahwa sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memiliki sertifikat gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudah dalam kita sampaikan sosialisasi SPO.

Kesimpulan rata-rata informan sudah mengetahui tentang SPO dan hasil pengamatan langsung dengan observasi tentang Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan didapatkan dari 12 tindakan terdapat 8 tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO. Diharapkan adanya tindak lanjut dari manajemen RSUD Kota Subulussalam untuk memberikan sosialisasi secara berkala minimal tiap 1 bulan sekali kepada perawat mengenai SPO tindakan keperawatan. Kata Kunci : Kepatuhan, Perawat, Standar Prosedur Operasional Daftar Pustaka : 22 Buku dan 18 Internet (2002-2017)

Page 9: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

ii  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ABSTRACT ........................................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu .................................................................. 8 2.2. Telaah Teori .............................................................................. 12 2.3. Landasan Teori .......................................................................... 38 2.4. Kerangka Berpikir ..................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Desain Penelitian ...................................................... 41 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 42 3.3. Informan .................................................................................... 42 3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43 3.5. Pengumpulan Data .................................................................... 44 3.6. Instrument Penelitian ................................................................ 45 3.7. Teknik Analisa Data .................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DeskripsiLokasiPenelitian .......................................................... 50 4.1.1 Visi Dan Misi ................................................................... 50

4.2 Analisis Data Penelitian Kualitatif ............................................. 53 4.2.1 Informan Utama ............................................................... 53 4.2.2 InformanTambahan ..........................................................

55 4.2.3 Hasil Wawancara Informan Utama Tentang Penggunaan

SPO Keperawatan di Ruang IGD ..................................... 55

Page 10: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

iii  

4.2.4 Hasil Wawancara Informan Tambahan Tentang Penggunaan SPO Keperawatan di Ruang IGD ..................................... 88

4.3 Pembahasan ................................................................................ 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 98

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 98 5.2 Saran ................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

iv  

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

Halaman

2.1. Kerangka Teori............................................................................ 40

Page 12: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

v  

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.2. Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) ................ 35

2.3. Sumber daya Manusia Di Instalansi Gawat Darurat ................... 36

4.1. Jumlah Kunjungan pasien IGD RSUD Kota Subulussalam tahun 2017 ...... 52

4.2. Sepuluh Penyakit Pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 ....... 53

Page 13: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

vi  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Halaman

1. Temuan Dilapangan .................................................................... 104

2. Lembar Observasi ....................................................................... 136

3. Lembar Persetujuan Perbaikan Tesis (Revisi) ............................ 137

3. SuratI Izin Survei Pendahuluan ................................................... 138

4. Surat Izin Penelitian .................................................................... 139

5. Surat Balasan Izin Survei Awal .................................................. 140

6. Surat Balasan Penelitian .............................................................. 141

7. Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing I .................................... 142

8. Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing II ................................... 143

9. Foto Dokumentasi ....................................................................... 144

Page 14: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

7  

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan, adapun pelayanan yang

diberikan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.Rumah

sakit merupakan organisasi padat karya yang didalamnya terdapat banyak sumber

daya manusia, meliputi dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah

Sakit akan berjalan dengan baik jika dikelola tenaga ahli yang bisa mengurusi

manajemen rumah sakit, dan administrasi untuk meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit(1).

Masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan layanan rumah sakit cenderung

memilih rumah sakit pemerintah sebagai alternatif pertama, selanjutnya rumah

sakit swasta menjadi pilihan kedua.Tidak ada perbedaan strata ekonomi dalam

memilih pelayanan rumah sakit pemerintah.Ini membuktikan bahwa pelayanan

kesehatan yang disediakan oleh pemerintah menjadi pilihan utama dalam

pelayanan kesehatan di Indonesia. Peningkatan jumlah kunjungan pasien akan

diikuti oleh variasi penyakit pasien yang ditangani dirumah sakit. Hal ini harus

diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang memberikan pelayanan,

baik dari segi pengetahuan dan keahliannya(1).

Perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peranan

penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.Keberhasilan

pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawatdalam memberikan

asuhan kesehatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan

1

Page 15: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

8  

 

perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang

mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%(2).

Rumah sakit harusmemiliki perawat dengan kinerja baik yang

akanmenunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan

atau pasien. Agar dapat mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan berkinerja

tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan

intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktik, serta

memperhatikan kaidah etik dan moral(2).

Salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas yaitu

dengan setiap perawat harus menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO)

dalam setiap tindakan perawat.Keselamatanpasien bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan danmenghindari tuntutan malpraktik. Standar Prosedur Operasional

(SPO) adalah standar yang harus dijadikanacuan dalam memberikan setiap

pelayanan. Standarkinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilaikinerja

instansi pemerintah secara internal maupun eksternal(3).

Sistem manajemen mutu kualitas yang baikselalu didasari oleh SPO, SPO

kemudian disosialisasikan kepada seluruh pihak yang berkompeten untuk

melaksanakannya.Meskipun demikian sebagian besar perawat dalam

melaksanakan praktek keperawatan belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan

oleh rumah sakit. SPO adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai

suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup proses pelayanan yang memiliki

suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan keefektifannya(3).

Page 16: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

9  

 

Demi terciptanya pengelolaan IGD yang baik diperlukan peraturan sebagai

acuan, berupa kebijakan dan standar operasional prosedur yang dibuat untuk

mempermudah kerja petugas. Dengan adanya kebijakan dan standar operasional

prosedur tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan di instansi, karena

persoalan tersebut muncul bukan serta merta dari aturan tetapi dari berbagai hal

misalnya seberapa jauh peraturan tersebut disosialisasikan, bagaimana sarana,

teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan budaya kerja yang

disiapkan untuk melaksanaan berbagai peraturan tersebut, sehingga kinerja

petugas menjadi terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya. Penggunaan

standar operasional prosedur (SPO) menjadi suatu perioritas dalam pelayanan

dikarenakan hal tersebut dapat berakibat tidak baik apabila pelaksanaannya tidak

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan mulai dari resiko yang kecil sampai

mengakibatkan hal yang fatal seperti kematian terhadap pasien(4).

Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO)yang baik perlu dilakukan

untuk mengukur baik atau buruk kinerja petugas.Standar Prosedur Operasional

(SPO) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

aturan yang ada.Standar Prosedur Operasional (SPO) bertujuan untuk

mempermudah pelaksanakan kegiatan, dan meminimalisasi kesalahan dalam

menjalankan tugas. Untuk menciptakan kinerja yang optimal, perlu dilakukan

pengawasan mengenai standar yang ada untuk menilai, mengevaluasi, mengoreksi

serta mengusahakan tercapainya kinerja yang baik dalam perusahaan(5).

Kepatuhan adalah ketaatan seseorang pada aturan yang telah ditentukan.

Semua petugas perlu mendapatkan sosialisasi tentang SPO agar petugas patuh dan

Page 17: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

10  

 

memahami tugasnya masing-masing, ada aturan yang kurang sesuai dan

membingungkan langsung dapat diobservasi sehingga aturan tersebut

mempermudah pekerjaan perawat(6).

Kepatuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu a) faktor internal meliputi

karakterisitik perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status

perkawinan, kepribadian, pengetahuan, sikap, kemampuan,masa kerja, persepsi

dan motivasi) dan b) faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik

kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan). Sebuah studi

oleh Suardana (2012), menunjukkan bahwa sebelum dilaksanakan kegiatan

pelayanan terhadap pasien di IGD terlihat nilai kepatuhan terhadap penerapan

SPO berada pada rentang 65-76% (belum mencapai taraf sangat patuh) angka

tersebut didapatkan dari salah satu evaluasi pelaksanaan SPO, dimana SPO yang

paling sering dilakukan oleh petugas perawat contohnya seperti SPO pemasangan

infus dan injeksi pada pasien. Jika standar tidak bisa di patuhi dengan baik maka

akan terjadi pelayanan yang kurang maksimal dan bahkan dapat membahayakan

pasien dan mengakibatkan kualitas pelayanan menurun. Masih rendahnya tingkat

kepatuhan perawat IGD terhadap SPOdalam pelaksanaan setiap tindakan

keperawatan dapat berdampak terhadap penurunan mutu pelayanan rumah sakit

dan dapat menimbulkan hambatan terhadap perkembangan profesi

keperawatan(5).

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain

yaitu komunikasi, persepsi dan pengharapan, variabel-variabel sosial, ciri-ciri

individual dan fasilitas. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama

Page 18: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

11  

 

yaitu : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan

dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan

dan tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling

factors), mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-faktor penguat

(reinforcing factor) meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan(5).

Studi pendahuluan dilakukan melalui wawancara dengan kepala ruangan

dan 3 orangperawat di Ruang IGD serta observasi langsung.Hasil wawancara

dengan perawat didapatkan bahwa mereka berpendapat Standar Prosedur

Operasional (SPO)merupakan protap yang harus dilaksanakan ketika melakukan

tindakan pada pasien dan ketika ditanya masalah SPO mereka sedikit mengetahui

isi dari SPO tersebut namun ketika diobservasi pelaksanaannya ternyata perawat

IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat

(66,6%) tidak patuh terhadap penggunaan Standar Prosedur Operasional

(SPO)dalam melakukan tindakan keperawatan. Hal ini ditunjukkan dengan

tindakan perawat yang tidak memakai handschooendan kapas alkohol serta jarum

infus yang sudah di pakai diletakkan di tempat yang sama dengan alat-alat yang

masih bersih serta tidak adanya tindakan inform consent pada saat melakukan

tindakan injeksi.

Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Analisis Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Standar

Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan di IGD RSUD Kota Subulussalam

Tahun 2018 ”.

Page 19: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

12  

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka Rumusan

masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah kepatuhan Perawat

DalamPenggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD

RSUD Kota Subulussalam Tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk Mendeskripsikan BagaimanaKepatuhan Perawat Terhadap

Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Di IGD RSUD

Kota Subulussalam.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis dan praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

a. Bagi responden

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya penggunaan

SPO dalam setiap kegiatan keperawatan guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan

penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana kepatuhan perawat terhadap

penggunaan SPO di Rumah Sakit.

Page 20: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

13  

 

c. Bagi peneliti berikutnya

Sebagai acuan untuk peneliti berikutnya yang melakukan penelitian

khusunya mengenai analisis kepatuhan perawat IGD terhadap penggunaan SPO di

Rumah Sakit dan dapat menambah variabel serta metode penelitian lain.

d. Bagi peneliti

Mengaplikasikan teori dan metodologi penelitian untuk di terapkan dalam

kegiatan nyata di lapangan terutama berkaitan dengan pengetahuan tentang

Standar Prosedur Operasional (SPO)

1.4.2 Secara Praktis

Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan terutama berkaitan dengan

keselamatan pasien. Sehingga dapat mengunakan Standar Prosedur Operasional

(SPO) dengan baik. Dengan adanya penelitian tentang Standar Prosedur

Operasional (SPO)yang dilakukan di RSUD Kota Subulussalam maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun rekomendasi

kebijakan dan perbaikan pada berbagai sektor, dalam usaha meningkatkan mutu

perawat dengan perencanaan berbasis bukti yang diharapkan pada akhirnya dapat

berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan dan mengurangi dampak kecelakaan

kerja di Rumah Sakit.

Page 21: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

14  

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Hasil Penelitian

Penelitian Kaloa Yuniske.T, dkk (2017) Yang berjudul Hubungan

Karakteristik Perawat Dengan Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur

Pemasangan Infus Di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado di dapatkan hasil hasil analisis menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p =0,387 untuk tingkat pendidikan, p=0.369 untuk masa kerja, dan p= 0,552

untuk pelatihan gawat darurat(7).

Penelitian Natasia. N, dkk (2014) yang berjudul Faktor Yang

Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SPO Asuhan Keperawatan Di ICU-ICCU

RSUD Gambiran Kota Kediri di dapatkan hasil ujianalisis menunjukkan ada

pengaruh antara motivasi dan persepsi terhadap kepatuhan perawat dalam

pelaksanaan SPO. Variabel lainnya seperti umur, tingkat pendidikan dan lama

kerja tidak berpengaruh terhadap kepatuhan perawat(8).

Penelitian Khairiah (2012) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kepatuhan Perawat Untuk Menggunakan Alat Pelindung Diri Di Rumah

Sakit Islam Faisal Makasar di dapatkan hasil Tingkat pendidikan Akademi

Keperawatan dan Sarjana Keperawatan tidak mempengaruhi kepatuhan perawat

untuk menggunakan alat pelindung diri. Tingginya tingkat pendidikan perawat

tidak mempengaruhi tingkat kepatuhannya menggunakan alat pelindung diri.Hasil

uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,890 > nilai α (0,05). Dengan

demikian H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

8

Page 22: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

15  

 

pendidikan terakhir dengan kepatuhan perawat dalam pemakaian APD. Dan hasil

uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = 0,30 > nilai α (0,05). Dengan

demikian H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam pemakaian APD(9).

Penelitian Ridhani, dkk (2018 ) yang berjudul Hubungan Kepatuhan

Perawat IGD Dalam Melaksanakan SPO Pemasangan Infus Dengan Kejadian

Infeksi Nosokomial (Phlebitis) Di RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan di

dapatkan hasil uji chi square di dapatkan X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel

yaitu 5.991465 dan p-value 0,02 kurang dari alpha 0,05. Disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan kepatuhan perawat IGD dengan kejadian

infeksi nosokomial (phlebitis). Hal ini berdasarkan nilai sig < α (0,02)(10).

Penelitian Juwita.E (2015) yang berjudul Analisis Kepatuhan Petugas

Filing Terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO) Retensi Di Rumah Sakit

Panti Wilasa Citarum Semarang di dapatkan hasil bahwa pengetahuan petugas

tentang pelaksanan retensi masih kurang sesuai dengan standar yang ada. Ada

sebagian petugas yang mengatakan tidak ada SPO.Petugas mengatakan bahwa

sosialisasi SPO dulu pernah dilaksanakan.Pelatihan retensi belum pernah

dilaksanakan.Keseluruhan petugas mengatakan dengan SPO membantu

mempermudah pekerjaan petugas.Dari ke empat aspek yang ada aspek 1 dan 2

tingkat ketidak patuhannya tinggi, sendangkan aspek 4 tingkat kepatuhannya

tinggi. Dan aspek 3 sebagian besar patuh dan sebagian kecil tidak patuh(11).

Penelitian Masella. V (2012) yang berjudul Hubungan Kepatuhan Perawat

Dalam Menjalankan SPO Pemasangan Infus Dengan Kejadian Phlebitis di SMC

Page 23: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

16  

 

RS. Telogorejo di dapatkan hasil menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden

sebagian besar perawat menjalankan pemasangan infus sesuai Standar Procedure

Operasional dalam kategori patuh sebanyak 52 responden dan sebagian besar

pasien tidak mengalami phlebitis sebanyak 47 responden (90,4%). Berdasarkan

hasil uji analisis didapatkan nilai X2 sebesar 23,641 didapatkan nilai p value

sebesar 0,000 (p value < 0.05).Kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara

kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Procedure Operasional

pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di SMC RS Telogorejo

Semarang.Phlebitis merupakan peradangan pada dinding pembuluh darah vena,

yang menyebabkan ketidaknyamanan dan memperburuk area lokasi penusukan.

Dengan demikian diharapkan perawat mendapat informasi tentang terapi

intravena yang sesuai Standar Procedure Operasional, sehingga dapat

meminimalisasi kejadian phlebitis(12).

Penelitian Hayah (2014) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Hand Hygiene Di Instalasi Gawat Darurat

RSUD. Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. Didapatkan hasil penelitian

menunjukan bahwa ada pengaruh faktor pendidikan (P value 0,001 < α 0,05) dan

Sarana cuci tangan (P value 0,000 < α 0,05), sedangkan faktor-faktor variabel lain

jenis kelamin (P value 0,566 > α 0,05), umur (P value 0,692 > α 0,05), lama kerja

(P value 0,373 > α 0,05), motivasi (P value 0,335 > α 0,05),keadaan pasien (P

value 0,435 > α 0,05), pekerjaan (P value 0,439 > α 0,05) tidak ada hubungan

yang bermakna terhadap kepatuhan perawat dalam hand hygiene(13).

Page 24: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

17  

 

Penelitian Suardana. K, dkk (2012) yang berjudul Monitoring Kinerja

Dalam Meningkatkan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Operasional

Prosedur di Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kepatuhan dalam

melaksanakan standar operasional prosedur sebelum dan setelah penerapan

monitoring kinerja perawat. Monitoring kinerja efektif dalam meningkatkan

kepatuhan perawat melaksanakan standar operasional prosedur Injeksi Intravena

dan Merawat Luka di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar dengan nilai p = 0,001

dan t test adalah -49.85(14).

Penelitian Ulva.M. (2016) yang berjudul Pengaruh Faktor Internal dan

Eksternal Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Prosedur

Operasional Pemasangan Kateter di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang

hasilnya disajikan secara deskriptif, dengan subjek penelitian diambil diruang

UGD, bangsal naim, bangsal wardah, bangsal firdaus dan bangsal zaitun sebanyak

30 perawat untuk diobservasi diambil dengan menggunakan teknik proportionate

accidental sampling dan 97 perawat untuk data pengisian kuesioner. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor internal dan eksternal tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO

pemasangan kateter di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Perawat

melakukan pemasangan kateter dengan baik dan sesuai dengan SPO sebesar

73,33%(15).

Page 25: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

18  

 

2.2 Telaah Teori

A. Standar Prosedur Operasional (SPO)

Standar Prosedur Operasional (SPO) / Prosedur Kerja disusun untuk

memberikan petunjuk yang jelas pada langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam menyelesaikan kegiatan(8).

a. Pengertian

Standar proseduroperasional adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-

langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu,

dimana standar prosedure operasional memberikan langkah yang benar dan

terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan

dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan

standar profesi.

b. Tujuan SPO

Tujuan SPO agar berbagai kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektivitas,

konsisten atau seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

melalui pemenuhan standart yang berlaku.

c. Manfaat SPO

1). Akan diperoleh acuan yang jelas untuk memastikan staf rumah sakit

melaksanakan pekerjan.

2). Adanya konsistensi dalam pelaksanaan

3). Adanya kemampuan menelusuri kembali.

4) Memungkinkan pengendali pencegahan untuk perbaikan terus menerus.

5) Memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit atau akreditasi.

Page 26: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

19  

 

6) Memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan terhadap citra sarana

kesehatan.

7) Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih lanjut

dengan membakukan proses dan hubungan antar fungsi.

B. Standar Prosedur Operasional (SPO) IGD Rumah Sakit Kota Subulussalam

Berikut ini penjabaran Standar ProsedurOperasional (SPO) yang ada di

Rumah Sakit Kota Subulussalam yang terdiri dari :

a. Standar Prosedur Operasional Manajemen Keperawatan :

1. Pelaksanaan kegiatan rapat tim keperawatan

2. Pelimpahan tugas kepala keperawatan

3. Pembagian tugas

4. Pembuatan jadwal dinas jaga

5. Pemilihan kepala ruangan

6. Perawat jaga tidak dapat hadir

7. Pergantian waktu dinas

8. Permintaan cuti tenaga keperawatan

9. Permintaan tenaga bencana

b. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Medikal Bedah :

10. Penggunaan Ambulance

11. Menjahit luka

12. Cuci tangan sebelum operasi

13. Dekontaminasi korban bencana

14. Evakuasi korban bencana

Page 27: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

20  

 

15. Inform consent

16. Job deskripsi perawat kamar operasi

17. Ketidaksesuaian perhitungan kasa dan instrumen

18. Komunikasi via telepon

19. Kondisi yang dilaporkan setelah pemulihan

20. Melepaskan gaun steril operasi

21. Memakai dan melepaskan masker

22. Memakai dan melepaskan sarung tangan steril

23. Memakai gaun steril operasi

24. Memandikan pasien di tempat tidur

25. Memasuki kamar operasi

26. Membersihkan mulut pasien

27. Mempersiapkan pasien operasi

28. Melatih pasien nafas dalam

29. Inhalasi manual

30. Pelaksanaan tindakan operasi

31. Pelaporan operasi

32. Pemakaian kamar operasi

33. Observasi pasien gawat darurat

34. Pembagian kamar operasi

35. Pemberian terapi bagi korban bencana

36. Penandaan lokasi operasi

37. Penatalaksanaan kecelakaan lalu lintas

Page 28: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

21  

 

38. Pengambilan darah arteri

39. Pelaksanaan pengambilan pasien post operasi RR

40. Pengambilan sampel Fases

41. Pengambilan sampel Sputum

42. Pengambilan sampel Urin

43. Penggunaan meja operasi

44. Penggunaan meja operasi

45. Penjadwalan operasi

46. Penundaan operasi

47. Penyimpanan dan pemakaian obat pasien di ruangan

48. Penyuluhan kesehatan

49. Visum

50. Perawatan WSD

51. Pembagian tugas personil OK Sirkuler

52. Persiapan anestesi

53. Persiapan intubasi

54. Persiapan ruangan Pre Operasi

55. Pertolongan pertama pada pasien muntah

56. Prosedur indentifikasi pasien sebelum pemberian obat dan pengambilan

sampel darah

57. Prosedur perawatan di RR

58. Prosedur Strerilisasi

59. Penerimaan pasien baru

Page 29: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

22  

 

60. Pasien pulang seizin dokter

61. Pulang atas permintaan sendiri

62. Serah terima pasien Pre dan Post Operasi

63. Pemasangan dan pelepasan NGT

64. Pemberian Obat Supositoria

65. Transport pasien pre operasi

66. Pemberian Oksigenasi

67. Transport pasien saat terjadi bencana

68. Triase

69. Penanganan luka tusuk paku

70. Perekaman EKG

71. Pemeliharaan Alkes

72. Pemindahan jenazah dari ruangan ke kamar jenazah

73. Pemindahan pasien dari unit pelayanan intensif ke ruang rawatan

74. Penanganan Shock Hipovolemik

75. Penanganan DC Shock

76. Perawatan Jenazah

77. Serah terima pasien dari IGD ke ruangan rawatan

78. Vulva Hygiene

79. Dekontaminasi instrumen

80. Persiapan pemasangan defribilator

81. Membuat balutan perban elastis pada pergelangan kaki

82. Melatih pasien untuk batuk efektif

Page 30: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

23  

 

83. Pemasangan collar neck

84. Pemberian obat intradermal

85. Melakukan injeksi intra muskular

86. Memberikan injeksi intravena

87. Memberikan injeksi Subcutan

88. Kumbah lambung

89. Memberikan makan dan minum

90. Mengukur suhu tubuh

91. Merujuk pasien dengan ambulance

92. Operasi cyto dari ruang rawat/IGD

93. Pemindahan pasien dari ruangan ke ICU

94. Penatalaksanaan jenazah HIV/AIDS atau virus yang mematikan

95. Pengambilan Corpus Alieum

96. Pengambilan darah vena

97. Perawatan luka dekubitus

98. Melakukan resusitasi jantung paru (kardio Pulmonal)

99. Manual Prosedur Syringe Pump

100. Transfusi darah

101. Inhalasi Nebulizer

102. Bronchial Washing

103. Fisioterapi dada

104. Menolong pasien BAB/BAK

105. Memasang Cerobong Angin

Page 31: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

24  

 

106. Huknah

107. Perawatan Kolostomi

108. Perawatan luka bakar

109. Sempit Glyserin

110. Memasang dan melepaskan kateter

111. Memberikan makanan melalui NGT

112. Cuci tangan biasa dan antiseptik

113. Memakai dan melepaskan sarung tangan Non-steril

114. Menggunakan tongkat penyangga

115. Memotong kuku pasien

116. Mencukur daerah operasi

117. Memberikan obat sublingual

118. Pemeriksaan denyut nadi

119. Pemeriksaan pernafasan

120. Pemeriksaan tekanan darah

121. Menimbang berat badan

122. Mengukur tinggi badan

123. Kompres

124. Pemberian obat oral

125. Menyiapkan obat injeksi dari ampul

126. Menyiapkan obat injeksi dari vial

127. Memasang dan melepaskan infus

128. Perawatan luka

Page 32: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

25  

 

129. Mengangkat jahitan luka

130. Pemberian obat bukal

131. Perawatan luka dengan draine

132. Pemberian obat secara topikal

133. Menggunakan tongkat Kruk

134. Menggunakan waker

135. Operan perawat jaga

136. Letihan rentang gerak/range of motion (RCM)

137. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kereta dorong

138. Memasang infus pump

139. Pemasangan gundel

140. Ektubasi

141. Pemasangan ventilator

142. Pemasangan monitor

143. Bantuan nafas dengan ambubag

144. Mengganti linen yang kotor

145. Perawatan luka ganggren

146. Tindakan balut Bidai

147. Membersihkan mulut pasien

148. Mencuci rambut pasien

c. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Maternitas :

149. Asuhan Persalinan Normal

150. Inisiasi Menyusui Dini

Page 33: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

26  

 

151. Menyusui dengan baik dan benar

152. Memeriksa denyut jantung janin

153. Perawatan nifas

154. Perawatan luka perineum

155. Rawat gabung ibu dan bayi sehat

156. Teknik menyusui

157. Kontrasepsi pil KB

158. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

159. Alat kontrasepsi Implan

160. Injeksi KB

161. Kontrasepsi Kondom

162. Menjahit luka perineum

163. Vaginal Toucher (Pemeriksaan Dalam)

164. Amniotomi

165. Pemeriksaan kehamilan

166. Breast Care (perawatan payudara)

d. Standar Prosedur Operasional Keperawatan Anak/Bayi :

167. Asfiksia Neonatorum

168. Pembuatan susu formula

169. Menimbang berat badan bayi

170. Pemasangan dan pelepasan OGT

171. Mantoux Test

172. Pemberian imunisasi BCG

Page 34: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

27  

 

173. Menerima bayi dari ruangan, bersalin/OK

174. Asuhan bayi Normal

175. Pemijatan bayi

176. Pemeriksaan antropometri pada bayi dan anak

177. Perawatan tali pusat

178. Perawatan bayi di inkubator

179. Memberi minum bayi dengan menggunakan NGT

180. Mengukur lingkar kepala bayi

181. Mengukur panjang badan bayi dan tinggi badan anak

182. Metode kangguru

183. Cara membersihkan inkubator

184. Penggunaan infant warmer

185. Persiapan bayi dengan lampu terapi

186. Penatalaksanaan bayi baru lahir

187. Persiapan bayi di inkubator

C. Rumah Sakit

1. Pengertian

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat.Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan

dan pusat penelitian medik.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Page 35: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

28  

 

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(16).

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah

bagian integraldari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayananparipurna (komprehensif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahanpenyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah

sakit juga merupakan pusatpelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian

medik.BerdasarkanUndang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentangRumahSakit,

yangdimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yangmenyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat(17).

2. Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan

pelayanankesehatanyangbermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam

rangka meningkatkan derajatkesehatan masyarakat secara paripurna. Tugas

rumah sakit umummenurutUndang-Undang Nomor 44 Tahun 2009Tentang

Rumah Sakit yaitumelaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil gunadengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan

yang dilaksanakan secaraserasi dan terpadu dengan peningkatan dan

pencegahan sertapelaksanaan upayarujukan(17).

Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah

Sakitumum menyelenggarakan kegiatan : a) Pelayanan medis ; b) Pelayanan dan

asuhankeperawatan; c)Pelayanan penunjang medis dan nonmedis ;

Page 36: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

29  

 

d)Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan; e) Pendidikan,

penelitian danpengembangan; f)Administrasi umum dan keuangan(17).

Menurut UU RI Nomor 44 Tahun 2009Tentang Rumah Sakit,

Rumah Sakitmempunyai fungsi :

a. Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Jenis Pelayanan Di Rumah Sakit

Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, bahwa rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Komponen

pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut: (1)

administrasi dan manajemen, (2) pelayanan Medis, (3) pelayanan gawat

darurat, (4) pelayanan kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan

perinatal resiko tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9)

pelayanan radiologi, (10) pelayanan farmasi, (11) pelayanan laboratorium,

(12) pelayanan rehabilitasi medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis,

Page 37: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

30  

 

(15) pengendalian infeksi di rumah sakit, (16) pelayanan sterilisasi sentral,

(17) keselamatan kerja, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, (20)

perpustakaan(17).

D.Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut kamus umum bahasa indonesia

patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin.

Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Dalam

kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan,

aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan kepatuhan lebih

pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar

kepatuhan belum tentu melanggar kepatuhan. Selain itu, kepatuhan menentukan

apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu

yang di tetapkan oleh pihak yang berwenang. Hal ini bertujuan untuk menentukan

apakah yang di periksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan undang-undang

tertentu. Terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental

dan normatif. Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi

dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan prilaku. Perspektif

normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.

Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten

dengan norma-norma mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal

(Normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum karena

hukum dianggap suatu keharusan. Sedangkan komitmen normatif melalui

legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada

Page 38: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

31  

 

peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte

perilaku(18).

Dalam organisasi modern, keberadaan suatu sistem merupakan inti yang

menggerakkan roda organisasi sehingga dapat berjalan sesuai dengan visi dan

misi yang dicanangkan. Sebuah sistem dapat dimaknai sebagai seperangkat

aturan, tata tertib, bahkan budaya dalam organisasi yang memberikan petunjuk

serta arahan bertindak dan berperilaku bagi anggota organisasi. Efektifitas

peraturan dalam suatu sistem organisasi juga tidak terlepas dari faktor ketaatan

atau kepatuhan dari tiap anggota organisasi terhadap aturan yang ada. Perbedaan

kualitas ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan dalam 3 jenis yaitu:(18)

a. Ketaatan yang bersifat Compliance yaitu jika seseorang taat terhadap suatu

aturan hanya karena takut terkena sanksi

b. Ketaatan hanya bersifat identification, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu

aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak

c. Ketaatan yang bersifat Internalisation, yaitu jika seseoarang taat terhadap suatu

aturan karena benar-benar ia merasa bahwa aturan tersebut materi dan

prinsipnya sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.

Peraturan berjalan kurang efektif bila derajat ketaatannya hanya berkisar di

compliance atau identification saja. Sebaliknya, bila derajat kepatuhannya

mencapai internalisation, berarti kualitas efektifitas peraturan tersebut sudah

sangat tinggi, sehingga sistem berjalan sesuai dengan aturan yang ada tanpa

menekan fungsi kontrol yang ketat(18).

Page 39: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

32  

 

Pengertian Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau

aturan.Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan atau berdisiplin.Kepatuhan adalah

istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang

telah ditentukan. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang

dapat diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur(10).

Dimensi Kepatuhan seseorang dapat disebut patuh kepada perintah orang

lain atau aturan jika memiliki tiga dimensi dibawah ini :

a. Mempercayai (belief) Seseorang akan bisa lebih patuh apabila mereka

percaya bahwa kekuasaan mempunyai hak untuk meminta atau memerintah.

Dan jika mereka percaya bahwa diri mereka diperlakukan secara adil oleh

pemimpin atau orang yang memberi perintah, percaya pada motif pemimpin

dan menganggap bahwa individu tersebut termasuk bagian dari organisasi

atau kelompok yang ada dan memiliki aturan yang harus diikuti.

b. Menerima (accept) yaitu individu yang patuh akan mau menerima apa yang

telah dipercayainya. Riset yang dilakukan Tyler (dalam Taylor, Peplau, dan

O.Sears, 2009) menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang untuk patuh

terhadap perintah lebih besar jika orang tersebut mendapat manfaat ataupun

keuntungan.

c. Melakukan (act) adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan dari

kepatuhan tersebut. Dengan melakukan sesuatu yang diperintahkan atau

menjalankan suatu aturan dengan baik, maka individu tersebut bisa dikatakan

telah memenuhi salah satu dimensi kepatuhan.

Page 40: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

33  

 

Dimensi-dimensi tersebut, kemudian dikategorikan dalam dua kategori

yaitu believe dan accept merupakan dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap,

sedangkan act merupakan dimesi kepatuhan yang terkait dengan tingkah laku

patuh seseorang.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan.

Kepatuhan seseorang terhadap peraturan dapat timbul disebabkan adanya faktor-

faktor yang mempengaruhi timbulnya sikap kepatuhan tersebut. Hal ini

mempengaruhi timbulnya kepatuhan (obedience) antara lain :

a.Indoctrination Sejak kecil manusia dididik agar mematuhi kaedah-kaedah yang

berlaku dalam masyarakat, melalui proses sosialisasi manusia dididik untuk

mengenal, mengetahui, serta mematuhi kaidah-kaidah tersebut.

b. Habituation Proses sosialisasi telah dialami sejak kecil, lama- kelamaaan

menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

c. Utility Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup pantas

dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang, belum

tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu

patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut yang dinamakan

kaidah.Dengan demikian maka, salah satu faktor yang menyebabkan orang taat

pada kaidah adalah karena kegunaan kaidah tersebut.

d. Group identification Salah satu sebab seseorang patuh pada kaidah adalah

karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk mengadakan

identifikasidengan kelompok.

E.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain:

Page 41: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

34  

 

a. Usia

Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

diadakan). Semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap

organisasi, karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain

menjadi lebih terbatas dengan meningkatnya usia. Hal itu terjadi karena salah satu

faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari

pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan.

b. Jenis Kelamin

Manusia dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita.Tidak

ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan

memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,

sosiabilitas atau kemampuan belajar.

c. Masa Kerja

Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan

menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Masa kerja menunjukkan

berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan. Masa

kerja yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah

dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi

dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa

nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan

dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua(11).

Page 42: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

35  

 

d. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan

sebagainya. Terdapat 6 komponen yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya

:(19).

1. Pengetahuan (knowledge) Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-

faktor yang pernah dipelajari.

2. Pemahaman (comprehension) Meliputi pemahaman terhadap informasi yang

ada.

3. Penerapan (application) Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau

pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

4. Analisis (analysis) Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau

meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

5. Sintesis (synthesis) Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang

sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang

tidak ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation) Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan

berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.

e. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut

Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi

diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education,

pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan

Page 43: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

36  

 

kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan

kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik

pula tingkat pengetahuannya.

Pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang

berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.Pendidikan

dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi

terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan

diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan.Tingkat

pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan

pendidikan kesehatan.Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan

umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti

(kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak.

Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib, dkk

pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses

yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau

mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang

optimal. Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan

hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah

laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya

dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan

lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan

Page 44: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

37  

 

kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka

sadari sepenuhnya.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan,

yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan

menengah (SMU/SMK/Paket C), dan pendidikan tinggi yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi.

f. Sikap

Sikap adalah persepsi seseorang tentang cara tanggap didalam pekerjaannya

yang diukur dari sikap positif (mendukung) maupun sikap negatif (tidak

mendukung). Pendapat lain, sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang

menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa.

Gibson mendefinisikan sikap adalah kesiap-siagaan mental yang dipelajari dan

diorganisir melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara

tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek dan situasi yang berhubungan

dengannya. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap

tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan.

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara

langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang

nampak.Sedangkan menurut pendapat Azwar nilai (value) dan opini atau pendapat

sangat erat kaitannya dengan sikap.Nilai bersifat lebih mendasar dan stabil

Page 45: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

38  

 

sebagai bagian dari ciri kepribadian, sedangkan sikap bersifat evaluatif dan

berakar pada nilai yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu

obyek.

Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman

kognitif, reaksi afeksi, kehendak atau perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan

respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa

penilaian positif atau negative yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi

terhadap obyek.

Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah dipengaruhi) untuk

memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau

membimbing tingkah laku orang tersebut.Secara definitif sikap berarti suatu

keadaan jiwa (mental) dan keadaan berpikir (neutral) yang dipersiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasi melalui

pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada

perilaku.Sementara Atkinson menyatakan bahwa sikap meliputi rasa suka dan

tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok dan

aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya termasuk gagasan abstrak dan

kebijakan sosial.

Sikap sebagai suatu pertanyaan atau pertimbangan evaluatif mengenai

obyek, orang atau peristiwa, lebih lanjut sikap mencakup tiga komponen yaitu

kognitif, effectif, dan behaviour. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek dengan cara tertentu, bentuk dan reaksinya positif atau negatif.

Page 46: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

39  

 

F. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pengertian Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah salah

satu bagiandari rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien

yang menderitasakit dan cidera, yang dapat mengancam kelangsungan

hidupnya. KementerianKesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai

Standar Instalasi GawatDarurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam

Kepmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi

pelayanan gawat darurat diRumah Sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD

diIndonesia perlu komitmenPemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah

Pusat dengan ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam

penanganan kegawatdaruratan danlife savingtidak ditarik uang muka dan

penanganan gawat darurat dilakukan 5(lima)menit setelah pasien sampai di

IGD.

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk ke

IGD Rumah Sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk

itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat

sesuai dengankompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin

suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan

penanganan yang tepat.

Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai

dengan standar. Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan

Page 47: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

40  

 

peluang daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuannya serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selama

ini dilakukan oleh pusat. Oleh karenanya, perlu membuat standar yang baku

dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam

mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit yaitu Standar Prosedur Operasional (SPO).

2. Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdiri dari:

a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas A.

b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal

untukRumah Sakit Kelas B.

c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal

untukRumah Sakit Kelas C.

d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal

untuk Rumah Sakit Kelas D.

Page 48: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

41  

 

Tabel 2.1 : Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

LevelIV LevelIII LevelII LevelI

Memberikanpelayanan sebagaiberikut:

Memberikanpelayanan sebagaiberikut:

Memberikanpelayanan sebagaiberikut:

Memberikanpelayanan sebagaiberikut:

1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A,B,Cdengan alat-alat yanglebihlengkap termasukventilator

1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A,B,Cdenganalat-alat yanglebihlengkap termasukventilator

1. Diagnosis& Penanganan: Permasalahanpada A: Jalannafas (airwayproblem), B:Pernafasan (Breathing problem) DanC: Sirkulasi pembuluhdarah (Circulation problem)

1. Diagnosis& penanganan Permasalahanpada A: Jalannafas (airwayproblem), B:Pernafasan (Breathing problem) danC: Sirkulasi pembuluhdarah (Circulation problem)

2. Penilaiandisability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi

2.Penilaiandisability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi

2.Penilaian Disability, Penggunaanobat, EKG,defibrilasi (observasiHCU)

2. Melakukan Stabilisasidan evakuasi

3.ObservasiHCU/ R.Resusitasi-ICU

3. ObservasiHCU/R.

Resusitasi

3.Bedahcito 3.ObservasiHCU/ R.Resusitsi-ICU

4.Bedahcito 4.Bedahcito 4.Bedahcito

Sumber;Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.

Page 49: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

42  

 

G. Sumber Daya Manusia

Tabel 2.2 : Sumber Daya Manusia Di Instalansi Gawat Darurat

Level

Level IV

Level IV

Level IV

Level IV

Dokter Subspesialis

Semuajenison call

- - -

Dokter Spesialis

l4Besar+ Anestasion sitel(drSpesialis lainoncall)

Bedah,Obsgy, Anak, penyakit Dalamon site (dokter Spesialislain Oncall)

Bedah,

Obsgyn Anak, Penyakit Dalamoncall.

-

DokterPPDS

Onsite24jam

Onsite24jam (RSPendidikan)

- -

DokterUmum (+Pelatihan Kegawat Daruratan) GELS,ATLS, ACLS,dll

Onsite24jam

Onsite24jam Onsite24jam Onsite24jam

PerawatKepala S1 DIII (+Pelatihan Kegawat Daruratan) Emergency Nursing,BTLS, BCLSdll

Jamkerja/ Diluarjamkerja

Jamkerja/ Diluarjamkerja

Jamkerja

Jamkerja

Perawat (+PelatihanEmergency Nursing)

Onsite24jam

Onsite24jam

Onsite24jam

Onsite 24 jam

Page 50: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

43  

 

H. Mutu

Mutu adalah suatu konsep yang diterapkan dan dipraktikkan dengan cara

dan gaya yang sama pada setiap keadaan. Mutu dapat dicapai jika layanan yang

terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas, efisien, dan hemat biaya.

Mutu merupakan sebuah produk atau 28 layanan yang memadai, mudah

dijangkau, efisien, efektif, dan aman, sehingga terus-menerus dievaluasi dan

ditingkatkan. Dalam mutu pelayanan terdapat konsep zero defect, konsep tersebut

menetapkan empat keharusan dalam mutu yaitu :

a. Mutu adalah kepatuhan pada persyaratan.

b. Mutu dihasilkan dari suatu sistem yang disebut pencegahan. Proses

pencegahan itu harus diawali oleh suatu mekanisme yang mendeteksi area-

area masalah potensial dan menyusun metode untuk mencegah masalah

tersebut terjadi.

c. Standar kinerja adalah tidak membuat kesalahan. Kesalahan dalam batas

tertentu dapat diterima sehingga mutu kinerja masih dapat diterima.

d. Kepatuhan terhadap standar mengakibatkan perlu dilakukan langkah

penilaian mutu.

Setelah standar disusun, indikator untuk standar dibuat untuk mengukur

penyimpangan dari standar yang seharusnya dipatuhi. Oleh karena itu kegiatan

pemantauan perlu dilakukan unuk memenuhi tujuan mutu, mengidentifikasi

berbagai masalah (peluang melakukan perbaikan) dan untuk menjamin bahwa

perbaikan telah dimulai dan terus menerus dilakukan(4).

Adapun ciri- ciri pemantauan yang efektif , antara lain :

Page 51: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

44  

 

a. Pemantauan dilakukan hanya terhadap indikator kunci, yang mengukur aspek

mutu organisasi yang terpenting.

b. Hanya mengumpulkan data yang mudah diintreprestasikan karena data yang

memerlukan waktu analisis lama hanya menambah beban petugas dan

kemungkinan besar tidak menghasilkan informasi yang bermanfaat.

c. Menghasilkan umpan balik yang tepat waktu sehingga dapat dilakukan

penyesuaian kinerja pekerjaan, petugas kesehatan memerlukan umpan balik

yang tepat waktu.

d. Kegiatan pemantauan yang dilakukan harus dapat menjawab pertanyaan

mengapa harus dilakukan pemantauan, apa yang harus dipantau, dimana dan

kapan dilakukan pemantauan, dan bagaimana pemantauan harus dilakukan.

e. Pemantauan harus mencakup pemilih indikator yang mencerminkan kisaran

kinerja yang diperbolehkan, pengumpulan informasi tentang bagaimana

pelaksananan dilakukan, dan perbandingannya dengan standar layanan

kesehatan dan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan.

2.3. Landasan Teori

Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna selain itu juga

merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (17).

Adanya tuntutan tentang mutu pelayanan kesehatan oleh masyarakat,

sehingga tenaga kesehatan harus lebih terampil lagi dalam melaksanakan

tugasnya. Untuk itu dibutuhkan adanya Standar Prosedur Operasional (SPO)

untuk memberikan petunjuk yang jelas pada langkah-langkah yang harus di

Page 52: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

45  

 

tempuh dalam menyelesaikan kegiatan yang ada di rumah sakit.Standar Prosedur

Operasional (SPO) sendiri memiliki tujuan agar berbagai kerja rutin terlaksana

dengan efisien, efektivitas, konsisten atau seragam dan aman, dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standart yang berlaku.

Sedangkan manfaatnya yaitu sebagai acuan yang jelas dalam melaksanakan tugas

di rumah sakit, konsistensi dalam pelaksanaan, kemampuan menelusuri,

perbaikan, syarat standar pelayanan rumah sakit, pertumbuhan dan pengembangan

citra sarana kesehatan dan peningkatan mutu(8).

Adanya kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan kegiatan dengan

acuan dari Standar Prosedur Operasional (SPO) akan memudahkan perawat dalam

mengelola dan melaksanakan kegiatan dengan baik, Kepatuhan dipengaruhi oleh

faktor yaitu a) faktor internal meliputi karakterisitik perawat itu sendiri (umur,

jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, pengetahuan,

sikap, kemampuan,masa kerja, persepsi dan motivasi) dan b) faktor eksternal

(karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, karakteristik pekerjaan, dan

karakteristik lingkungan) (5). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada

kerangka pikir sebagai berikut :

2.4. Kerangka Berpikir

Dalam menentukan tujuan penelitian, maka dibuat alur pikir sebagai

acuan (kerangka pemikiran). Kerangka pikir penelitian kepatuhan Perawat Dalam

Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan di IGD RSUD

Kota Subulussalam Tahun 2018 digambarkan sebagai berikut :

Page 53: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

46  

 

Keterangan :

Diteliti

Gambar : Kerangka Pikir Tidak di teliti

Mutu pelayanan Rumah sakit Standar Prosedur Operasional (SPO)

- Usia - Jenis kelamin - Masa kerja - Pengetahuan - Pendidikan - Sikap

Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan antara lain yaitu komunikasi, persepsi dan pengharapan, variabel-variabel sosial, ciri-ciri individual dan fasilitas. faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan dan sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling factors), mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-faktor penguat (reinforcing factor) meliputi sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan 

Kepatuhan Perawat

Faktor Internal

1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Masa kerja 4. Pengetahuan 5. Pendidikan 6. Sikap

7. Agama 8. Status Perkawinan 9. Kepribadian

10. Kemampuan 11. Persepsi 12. Motivasi

Faktor Eksternal 1. Organisasi 2. Karakteristik kelompok 3. Pekerjaan 4. Lingkungan

Sumber:Diagram Skematis variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan modifikasi dari John W. Creswell dan Nurwinari. R, Yuantari.C . dan Hartini.F, 2013; Muslimah.F, 2015.  

Page 54: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

47  

  

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif yang merupakan

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dan dilakukan dengan

menggambarkan keadaan atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah. Penelitian kualitatif yang tujuannya untuk mengidentifikasi penyebab,

dengan mengeksplorasi apa kenyataan yang terjadi di ruang IGDRSUD Kota

Subulussalam dan apa yang menjadi harapan menurut informan, dihubungkan

dengan mutu pelayanan dan pemetaan dimensi mutu. Penelitian kualitatif adalah

merupakan salah satu penelitian dengan teknik tertentu untuk mendapatkan

informasi yang mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang.

Wawancara mendalam adalah wawancara untuk menggali informasi guna

memahami pandangan, pengalaman, pengetahuan informan mengenai suatu hal

secara utuh dengan cara langsung bertatap muka dengan informan. Tujuan

wawancara ini adalah untuk mengkonstruksi kejadian, kegiatan organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, memproyeksikan apa yang telah menjadi

41

Page 55: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

48  

  

harapan untuk dapat dilaksanakan dimasa datang, memverifikasi informasi yang

telah di peroleh dari sumber lain.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di ruang IGD RSUD Kota Subulussalam.

3.2.3Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juli tahun 2018.

3.3 Informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi penelitian. Informan yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah informan kunci dan informan utama(20).

3.3.1 Informan kunci

Informan kunci ialah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Pihak-pihak yang dijadikan

sebagai informan kunci yaitu Kepada Ruangan IGD, dan Kabid keperawatan.

3.3.2 Informan Utama

Informan Utama ialah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah semua perawat diruang

IGD yang berjumlah 12 orang. Hal ini dikarenakan mereka dianggap memiliki

keterlibatan yang cukup sering dalam kegiatan yang ada di ruang IGD

3.3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi penelitian yang ingin

diketahui apa yang terjadi didalamnya. Pada objek penelitian ini, peneliti dapat

Page 56: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

49  

  

mengamati secara mendalam aktivitas (activity)orang-orang yang ada pada tempat

penelitian.

Pada penelitian kualitatif jumlah informan ditentukan dengan prinsip harus

memenuhi kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Untuk

memenuhi kriteria kesesuaian dilakukan dengan menentukan beberapa informan

kunci, sementara untuk pemenuhan kriteria kecukupan di peroleh dari wawancara

mendalam dan observasi. Objek dari penelitian ini adalah partisipasi perawat IGD

dan kaitannya terhadap kepatuhan dalam melaksanakan Standar Prosedur

Operasional (SPO) di RSUD Kota Subulussalam.

3.3.4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya

sesuai dengan masalah penelitian.Untuk mendapatkan data yang tepat maka perlu

ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data

(purposive).Sehingga diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang dapat

mengungkap permasalahan dalam penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data atau informasi tentang kepatuhan perawat di

ruang IGD RSUD Kota Subulussalamdilakukan dengan pengumpulan data

primer dan sekunder.

3.4.1 Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara

dan observasi. Data primer diperoleh dari wawancara kepada kepala ruangan

Page 57: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

50  

  

dan perawat serta melakukan observasi langsung pada standar

proseduroperasional untuk mengetahui tingkat kepatuhan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan caraindepth interview

(wawancara mendalam), wawancara dilakukan secara langsung antar

pewawancara (interviewer) dengan yang terwawancara (interviewe). Sebagai

pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan terwawancara adalah

informan.Informan yang diwawancarai dalam penelitian adalah sebanyak 12

orang perawat IGD. Pelaksanaan wawancara untuk triangulasi sumber dilakukan

kepada 1 orang kepala ruangan IGD Kota Subulussalamdan 1 orang Kabid

Keperawatan di RSUD Kota Subulussalam untuk memperoleh informasi yang

adekuat.

b. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh perawat dalam suatu

instansi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah protap SPO, Profil

RSUDKota Subulussalam, dan Struktur Organisasi RSUD Kota Subulussalam .

3.5 Pengumpulan data

Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan

tanya jawab langsung antara peneliti dengan nara sumber atau orang-orang

yang terlibat secara langsung dalam analisis pelaksanaan kerja untuk

mengetahui tingkat kepatuhan petugas pada standar prosedur operasional.

b. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap komponen tertentu

dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan langsung

Page 58: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

51  

  

pada kebijakan dan standar prosedur operasional untuk mengetahui tingkat

kepatuhan petugas pada aturan yang ada

3.6 Instrumen penelitian

a. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan untuk menggali informasi

berupa daftar pertanyaan untuk menggali informasi tentang data kepatuhan

kinerja petugas dengan SPO. Adapun informan yang diwawancarai dalam

penelitian ini adalah sebanyak 12 orang perawat IGD. Pelaksanaan wawancara

untuk triangulasi sumber dilakukan kepada 1 orang kepala ruangan IGD Kota

Subulussalamdan 1 orang Kabid Keperawatan di RSUD Kota Subulussalam

untuk memperoleh informasi yang adekuat.

b. Pedoman observasi adalah suatu prosedur berencana yang digunakan untuk

melihat dan mencatat aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan data

yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

pelaksanaan penyusunan dokumen.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian

angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data

bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari

dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap

digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi

analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam

Page 59: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

52  

  

teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika

sebagai alat bantu analisis. Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri

dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian

data, danpenarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu

yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat

sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang

membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil wawancara,

reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.Dari hasil analisis data yang

kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang

digunakan oleh peneliti:(21).

3.7.1. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama

selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan

data.Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu

membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,

membuat partisi, dan menulis memo.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

Page 60: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

53  

  

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian

kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara:

melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam

suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

3.7.2.Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik

Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam

pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen.Triangulasi ini

selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk

memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna

untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itutriangulasi

bersifat reflektif.Empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat

macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan

dengan memanfaatkan sumber.Triangulasi dengan sumber artinya

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah berikut :

Page 61: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

54  

  

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apayang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam

risetkualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang

peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas

informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatupenelitian. Teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.

Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan

kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.

Tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan

teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset.Dengan demikian

triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan

kuantitatif, Pengumpulan datatriangulasi (triangulation) melibatkan observasi,

wawancara dan dokumentasi.Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang

kedua dalam penelitian kualitatif.Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan

Page 62: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

55  

  

informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif

pada masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan,

atau bahkanribuan halaman.Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar

melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi.Manusia tidak

cukup mampu memproses informasi yang besar

jumlahnyakecenderungankognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang

kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau

konfigurasi yang mudah dipahami.

Penyajian data dalam kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan dalam

berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.Semuanya dirancang untuk

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu padan

dan mudah diraih.Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis.

3.7.3.Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.Ketika

kegiatan pengumpullan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,

penjelasan,konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan

proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi

lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung pada

besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,

dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan

Page 63: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

56  

  

pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan

sebelumnya sejak awal.

 

Page 64: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

57  

  

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam pada awal diresmikannya

adalah sebagai rumah sakit Ibu dan Anak Kota Subulussalam. Peresmiannya

dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada hari

Jumat tanggal 8 Juli 2011. Sedangkan untuk pembukaan kegiatan pelayanannya

secara resmi dimulai pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2012.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam yang beralamatkan di Jalan

Hamzah Fansyuri Subulussalam Barat Kecamatan Simpang Kiri pada saat

terbentuk adalah rumah sakit dengan Tipe D sesuai Qanun Kota Subulussalam

Nomor 4 tahun 2012 tentang Susunan Organisasi dan tata kerja RSUD Kota

Subulussalam. Berjalan seiringnya waktu RSUD Kota Subulussalam

meningkatkan kelas pelayanannya menjadi rumah sakit Tipe C berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.03/I/0429/2015 tentang penetapan

kelas RSUD Kota Subulussalam tanggal 26 Februari 2015 dan dikeluarkannya

Qanun Nomor 4 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD

Kota Subulussalam.

4.1.1 Visi dan Misi

1). Visi RSUD Kota Subulussalam yaitu:

“ Terwujudnya RSUD yang menjadi pilihan utama dan kebanggaan masyarakat

Kota Subulussalam dalam pemberian pelayanan kesehatan”. Penjabaran makna

dari Visi RSUD Kota Subulussalam adalah sebagai berikut:

50

Page 65: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

58  

  

a. Terwujudnya adalah rencana kegiatan yang telah disusun dapat menjadi

kenyataan.

b. Pilihan utama adalah RSUD Kota Subulussalam dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang tepat dan berkualitas, sehingga layak menjadi pilihan utama

bagi masyarakat Kota Subulussalam dalam pemberian pelayanan kesehatan.

c. Kebanggaan adalah kemampuan dari RSUD Kota Subulussalam dalam

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadi

kebanggaan bagi Kota Subulussalam.

d. Pelayanan kesehatan adalah bentuk layanan yang diberikan RSUD Kota

Subulussalam untuk meningkatkan status kesehatan.

Seiring berjalannya waktu dan pergantian Direktur RSUD Kota Subulussalam,

maka Visi RSUD Kota Subulussalam telah diubah menjadi:“Pusat pelayanan

kesehatan unggulan yang berkualitas dan islami”.Visi tersebut dapat

menggambarkan fungsi RSUD Kota Subulussalam dalam rangka melaksanakan

upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan dengan mengutamakan layanan

yang sesuai syariah sesuai dengan budaya masyarakat Aceh pada umumnya.

2). Misi RSUD Kota Subulussalam

a. Memberikan pelayanan yang terbaik, mudah, cepat dan tepat kepada

masyarakat

b. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit

c. Menjunjung tinggi profesionalisme pelayanan melalui pendekatan keilmuan

dan spiritual

d. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan

Page 66: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

59  

  

e. Menjadi rumah sakit yang terakreditasi dan mandiri

3). Tujuan RSUD Kota Subulussalam

a. Terbangunnya sistem manajemen yang baik

b. Tersedianya kesempatan pengembangan karir bagi setiap pegawai yang bekerja

di RSUD Kota Subulussalam

c. Tercapainya pelayanan prima yang berkualitas diberikan oleh setiap komponen

di RSUD Kota Subulussalam untuk meningkatkan kepuasan masyarakat

d. Tercapainya RS terakreditasi dengan sistem keuangan BLUD yang optimal.

4). Bidang Pelayanan Medis Ruang IGD

Pelayanan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat terus ditingkatkan.

Hal ini harus dilaksanakan sesuai dengan peningkatan kebutuhan dari pelayanan

kesehatan. Rata-rata kunjungan dari pasien IGD perhari adalah 12 orang dengan

rincian kunjungan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 No Bulan Jumlah 1 Januari 632 2 Februari 512 3 Maret 490 4 April 533 5 Mei 591 6 Juni 583 7 Juli 576 8 Agustus 600 9 September 574

10 Oktober 692 11 November 592 12 Desember 679

Jumlah 7.054

Page 67: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

60  

  

Tabel 4.2 Sepuluh Penyakit Pasien IGD RSUD Kota Subulussalam Tahun 2017 No Nama Penyakit Jumlah 1 Dyspepsia 950 2 Hipertensi 886 3 TB Paru 879 4 Pneumonia 757 5 Asma B 675 6 PPOK 655 7 DM 624 8 Gastro Enteritis 621 9 CHF 557

10 ISPA 400

4.2 Analisis Data Penelitian Kualitatif

4.2.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah 12 perawat yang bekerja di

ruang IGD RSUD Kota Subulussalam. Identitas diri informan diuraikan sebagai

berikut:

1. Informan bernama Sahmin dengan kode S (01) berjenis kelamin laki-laki

berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dengan masa

kerja 6 tahun.

2. Informan bernama Didi Almas dengan kode DA (02) berjenis kelamin laki-laki

berumur 29 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa kerja

2,6 tahun.

3. Informan bernama Darliah Sidabutar dengan kode DS (03) berjenis kelamin

perempuan berumur 34 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 3 tahun

Page 68: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

61  

  

4. Informan bernama Parlindungan Sinurat dengan kode PS (04) berjenis kelamin

laki-laki berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 10 bulan.

5. Informan bernama Sri Mulya dengan kode SM (05) berjenis kelamin

perempuan berumur 25 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 1,7 tahun.

6. Informan bernama Ertina Bancin dengan kode EB (06) berjenis kelamin

perempuan berumur 33 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 3 tahun.

7. Informan bernama Ricky Ahmad Mulyanto dengan kode RA (07) berjenis

kelamin laki-laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan S1 Keperawatan +

Profesi Ners dan masa kerja 3 tahun.

8. Informan bernama Antoni Berutu dengan kode AB (08) berjenis kelamin laki-

laki berumur 30 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa

kerja 5,8 tahun.

9. Informan bernama Abdul Wujud Berutu dengan kode AW (09) berjenis

kelamin laki-laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan S1 Keperawatan +

Profesi Ners dan masa kerja 11 bulan.

10. Informan bernama Widya Marlenta dengan kode WM (010) berjenis kelamin

perempuanberumur 29 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 5 tahun.

Page 69: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

62  

  

11. Informan bernama Zul Arfan Hidayat dengan kode ZH (011) berjenis kelamin

laki-laki berumur 33 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan

masa kerja 4 tahun.

12. Informan bernama Abdul Lathif dengan kode AL (012) berjenis kelamin laki-

laki berumur 27 tahun dengan latar pendidikan D-III Keperawatan dan masa

kerja 6,5 tahun.

4.2.2 Informan Tambahan

Informan tambahan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Kepala

Ruangan dan 1 orang Kabid Keperawatan. Identitas diri informasi tambahan

diuraikan sebagai berikut:

1. Informan (identitas Kepala Ruangan IGD)

Informan bernama Samuel Gunawan. S. AMd dengan kode SG (13) berjenis

kelamin laki-laki berumur 34 tahun dengan latar pendidikan DIII Keperawatan

dan masa kerja 6 tahun 7 bulan.

2. Informan (identitas kabid keperawatan)

Informan bernama Teuku Safriadi, S.Kep dengan kode TS (14) berjenis kelamin

laki-laki berumur 42 tahun dengan latar pendidikan SI Keperawatan dan masa

kerja 19 tahun.

4.2.3 Hasil Wawancara Informan Utama Tentang Penggunaan SPO

Keperawatan di Ruang IGD

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 12 informan utama terkait

kepatuhan perawat dalam penggunaan SPO keperawatan di ruang IGD Kota

Subulussalam

Page 70: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

63  

  

1. Pengetahuan tentang SPO

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan sudah mengetahui apa itu SPO, walaupun

jawaban mereka berbeda-beda dalam memberikanpenjelasan tentang SPO namun

jawaban itu mengandung arti yang sama tentang definisi SPO.

Menurut kepala ruangan sebagai informan kunci mengenai pengetahuan

perawat tentang SPO, perawat sudah mengetahui tentang SPO tersebut akibat

adanya evaluasi terhadap kerja yang rutin dilakukan oleh kepala ruangan. Hal

tersebut juga sesuai dengan Hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan

kabid keperawatan yang mengatakan perlu adanya pengawasan tentang

pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan PO. Dari hasil observasi di

dapatkan bahwa tidak semua perawat dalam bekerja melaksanakan SPO.

Dari beberapa kutipan jawaban wawancara mendalam di atas dan hasil

observasi didapatkan adanya persamaan jawaban tentang pengetahuan SPO antara

informan utama dengan informan kunci namun hal ini tidak didukung oleh hasil

observasi bahwasanya pengetahuan SPO tersebut belum sepenuhnya

diimplementasikan dalam bentuk tindakan pada saat memberikan pelayanan

kepada pasien. Dimana berdasarkan observasi didapatkan 4 orang yang

melakukan tindakan seperti Penerimaan Pasien Baru, Inform Consent, Memasang

Dan Melepaskan Infus dan tindakan Pemeriksaan Suhu Badan yang dilakukan

oleh S, DA, DS dan WM.

Jawaban informan diatas tentang pengetahuan SPO juga sesuai dengan teori

tentang SPO dimana Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah pedoman atau

Page 71: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

64  

  

acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang ada. Standar

Prosedur Operasional (SPO) bertujuan untuk mempermudah pelaksanakan

kegiatan, dan meminimalisasi kesalahan dalam menjalankan tugas. Untuk

menciptakan kinerja yang optimal, perlu dilakukan pengawasan mengenai standar

yang ada untuk menilai, mengevaluasi, mengoreksi serta mengusahakan

tercapainya kinerja yang baik dalam perusahaan(5).

Dalam hal ini terlihat bahwa pengetahuan mempunyai kaitan dengan

pelaksanaan pelayanan keperawatan dimana perawat yang sudah mengerti tentang

SPO minimal mereka akan bekerja sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

berjudul Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan

Standar Prosedur Operasional Pencegahan Resiko Jatuh Pasien Di Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta dimana Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

perawat mempunyai pengetahuan tentang SPO pencegahan resiko jatuh tergolong

cukup baik (69,2%), perawat mempunyai kepatuhan dalam pelaksanaan SPO

pencegahan resiko jatuh tergolong cukup patuh (55,4%), dan terdapat

hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan

perawat dalam pelaksanaan SPO pencegahan resiko jatuh pasien di Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta (p-value= 0,001, ry= 0,391), dan nilai hubungan

tergolong sedang. Kesimpulan : terdapat hubungan yang positif signifikan

antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar

Prosedur Operasional pencegahan resiko jatuh pasien.

Page 72: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

65  

  

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam seseorang mengambil

keputusan namun tidak selamanya pengetahuan seseorang bisa menghindarkan

dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya, misalnya perawat yang tingkat

pengetahuannya baik tidak selamanya melaksanakan keselamatan pasien dengan

baik karena segala tindakan yang akan dilakukan beresiko untuk terjadi

kesalahan.

2. Sosialisasi SPO

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa semua Informan pernah mengikuti sosialisasi SPO yang

dilaksanakan dirumah sakit.Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan

bahwa semua Informan telah mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan

SPO yaitu berasal dari sosialisasi yang dilakukan oleh atasan yang bertujuan

meningkatkan kinerja bagi perawat di ruang IGD. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan peneliti dari 12 informan hanya 4 informan yang belum

melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang telah ditetakan. Namun jumlah

tersebut sesuai dengan hasil wawancara dimana semua informan sudah pernah

mengikuti sosialisasi yang dibuat di rumah sakit.

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan kepala ruangan

mengenai pelaksanaan sosialisasi SPO beliau mengatakan bahwa pelaksanaan

sosialisasi SPO sangat perlu karena dengan ada SPO menjadi standar acuan

seluruh tindakan keperawatan .

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Informan selaku Kabid

Keperawatan dimana Beliau mengatakan upaya yang dilakukan agar perawat

Page 73: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

66  

  

dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO yaitu dengan

sosialisasi dan pelatihan internal. Dari hasil wawancara mendalam di dapatkan

adanya persamaan jawaban tentang sosialisasi SPO antara informan utama dengan

informan kunci. Dimana rata-rata informan utama pernah mengikuti kegiatan

sosialisasi yang diadakan dirumah sakit.

Pentingnya kegiatan sosilisasi diatas sesuai dengan teori berikut dimana

sistem manajemen mutu kualitas yang baik selalu didasari oleh SPO, SPO

kemudian disosialisasikan kepada seluruh pihak yang berkompeten untuk

melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian besar perawat dalam

melaksanakan praktik keperawatan belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan

oleh rumah sakit. SPO adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai

suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup proses pelayanan yang memiliki

suatu prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa kehilangan keefektifannya(3).

Demi terciptanya pengelolaan IGD yang baik diperlukan peraturan sebagai

acuan, berupa kebijakan dan standar operasional prosedur yang dibuat untuk

mempermudah kerja petugas. Dengan adanya kebijakan dan standar operasional

prosedur tidak secara otomatis menyelesaikan permasalahan di instansi, karena

persoalan tersebut muncul bukan serta merta dari aturan tetapi dari berbagai hal

misalnya seberapa jauh peraturan tersebut disosialisasikan, bagaimana sarana,

teknologi, kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan budaya kerja yang

disiapkan untuk melaksanaan berbagai peraturan tersebut, sehingga kinerja

petugas menjadi terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya(4).

Page 74: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

67  

  

Sosialisasi merupakan suatu kegiatan untuk membuat Perawat paham

tentang pentingnya kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien atau

kepada dirinya sendiri. Dengan adanya kegiatan sosialisasi akan terbentuk suatu

perubahan sikap dari tidak mengerti menjadi mengerti yang dapat mengubah

prilaku kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil peneitian sebelumnya

yang berjudul Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan

sesudah dilakukan sosialisasi SOP APD terhadap perilaku perawat dalam

penggunaan APD (Handscoon , Masker, Gown ) baik pada pengamatan hari

ke - 3 maupun hari ke - 6 setelah intervensi dilakukan dengan p value 0,000

3. Setiap Bekerja menggunakan SPO

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil Informan yang bekerja menggunakan

SPO. Menurut informan pada saat bekerja informan tidak sepenuhnya mereka

menggunakan SPO namun ada tindakan tertentu yang mereka lakukan sesuai

SPO. Hal tersebut dikarenakan pasien yang berada di ruang IGD hampir rata-rata

pasien yang membutuhkan penanganan darurat dan cepat.

Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

Informan selaku kepala ruang IGD yang mengatakan bahwa SPO sudah berjalan

dengan baik, hanya saja belum sempurna karena masih ada perawat yang

menangani pasien emergency tidak bisa dilakukan berdasarkan SPO.

Sedangkan hasil wawancara dengan Kabid Keperawatan baliau

mengatakan keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO

di IGD tidak terlalu signifikan karena sosialisasi baru di mulai tahun 2017 tapi

Page 75: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

68  

  

sudah jauh berubah. Dari beberapa jawaban wawancara mendalam dan hasil

observasi di dapatkan adanya persamaan jawaban tentang pelaksanaan SPO antara

informan utama dengan informan kunci hal ini juga didukung oleh hasil observasi

bahwasanya pada kasus pasien emergency tidak bisa dilakukan penanganan sesuai

dengan SPO misalnya pada saat menerima pasien baru yang kondisinya kritis,

Inform Consent pada pasien gawat, memasang infus pada pasien yang

membutuhkan penangan segera dan cepat.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan, StandarProsedur

Operasional (SPO) sangat penting dan sangat membantu perawat untuk

mencapai sebuah asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga perawat

harus mampu berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap

semua aspek asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi.

Tindakan keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang diberikan

oleh perawat kepada pasien.Tindakan keperawatan yang diberikan harus sesuai

dengan standar operasional prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil asuhan

keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan yang dibutuhkan

oleh pasien. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak perawat yang bekerja

tidak mengikuti SPO yang telah ditetapkan dengan berbagai alasan dan faktor

yang ada dilapangan.

Salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas yaitu

dengan setiap Perawat harus menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO)

dalamsetiap tindakan keperawatan.Keselamatan pasien bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan dan menghindari tuntutan malpraktik.Standar Prosedur

Page 76: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

69  

  

Operasional (SPO) adalah standar yang harus dijadikan acuan dalam memberikan

setiap pelayanan. Standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai

kinerja instansi pemerintah secara internal maupun eksternal(3).

4. Tindakan Yang Dilakukan Saat Menerima Pasien Baru Masuk Ke IGD

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan saat menerima pasien baru yang

masuk ke IGD setiap informan berbeda-beda sesuai dengan keluhan. Jika pasien

dalam kondisi stabil tindakan yang dilakukan mulai dari anamnesa dan kemudian

diikuti dengan pemeriksaan dasar seperti tensi darah dan lain-lain. Berdasarkan

hasil observasi untuk tindakan penerimaan pasien baru yang dilakukan oleh

informan S, tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah

sakit. Masih banyak langkah-langkah yang terabaikan dalam pelaksanaannya.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Instalasi Gawat

Darurat (IGD) sebagai salah satu pintu masuk pelayanan, secara tidak langsung

memberikan gambaran bagimana kualitas pelayanan secara keseluruhan. Model

penerimaan pasien baru yang saat ini dilaksanakan secara umum adalah

menjadikan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai pintu masuk rawat inap

alternatif setelah pelayanan poliklinik berakhir. Sehingga Instalasi Gawat Darurat

(IGD) berperan sebagai unit perawatan primer yang bertugas mengatasi masalah

fase akut dan mengatur distribusi pasien untuk memperoleh perawatan sekunder.

Mudahnya akses terhadap Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyebabkan terjadinya

peningkatan kunjungan kasus-kasus non-akut, menambah antrian untuk dilayani

Page 77: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

70  

  

di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan kesulitan yang tidak perlu dalam

memberikan pertolongan.

Peran perawat sangat berpengaruh pada saat pasien masuk kerumah sakit,

mulai dari penerimaan sampai dengan pelayanan yang diberikan. Oleh sebab itu

diperlukan suatu standar bagaimana penerimaan pasien yang baik agar dapat

menghasilkan kepuasaan baik untuk pasien maupun keluarga yang

mendampinginya, standar yang dimaksud adalah SPO.

Pentingnya SPO pada setiap kegiatan adalah untuk menyamakan semua

tindakan yang dilakukan perawat untuk kasus yang sama dimana ketika petugas

membuat prioritas penanganan berdasarkan tingkat kegawatan (mendahulukan

pasien yang lebih gawat dan meninggalkan pasien yang kurang gawat untuk

menunggu), pasien justru menginginkan penanganan secara setara dan bersamaan

karena mereka menganggap diri mereka sama pentingnya dengan pasien gawat.

Atau sebaliknya, petugas menyimpulkan bahwa keluhan yang dialami pasien tidak

mengindikasikan rawat inap tetapi pasien menginginkan hospitalisasi dengan

alasan mereka sendiri.

5. CaraMelakukan Inform Consent Yang Baik Dan Benar Kepada Pasien

Atau Keluarga Pasien Di IGD

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata informan melakukan tindakan inform consent dengan

melakukan komunikasi yang baik dan menyampaikan dengan jelas tindakan apa

yang dilakukan sehingga memerlukan adanya inform consent. Informan juga

mengatakan pada saat pasien datang ke IGD triase akan menilai apakah pasien ini

Page 78: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

71  

  

termasuk true emergency atau false emergency, bila pasien dalam keadaan true

emergency atau bisa dikatakan membutuhkan tindakan segera maka persetujuan

dimintakan secara lisan terlebih dahulu, baru selesai tindakan dokter akan

memintakan tanda tangan pada lembar informed consent. Berdasarkan hasil

observasi untuk tindakan Inform Consent yang dilakukan oleh informan DA,

tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit dimana hal

tersebut terjadi karena tindakan Inform Consentyang dilakukan tidak mengikuti

langkah-langkah yang ada dalam SPO yang telah ditentukan.

Informed consent merupakan suatu bentuk dari menghargai sesama

manusia, dengan berbuat baik melalui penilaian risiko dan keuntungan tindakan

medis, serta suatu keadilan pada mana pilihan tindakan medis diberikan pada

subjek, pasien. Kutipan jawaban risiko dan keuntungan tindakan medis kadang

merupakan masalah, karena demikian banyak resiko, begitu pula keuntungan

tindakan medis, yang selain banyak menyita waktu untuk penjelasan adalah juga

kadang membingungkan pasien dan keluarga. Umumnya resiko yang

dikemukakan adalah yang dapat difahami oleh pasien dalam memutuskan suatu

pilihan dengan alternatif tindakan medis lainnya, jadi nampaknya hanya risiko dan

keuntungan yang dapat dimengerti oleh pasien yang harus dikemukakan.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul “Penegakan

Otonomi Pasien Melalui Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) dimana

hasil penelitiannya mengatakan bahwa Informed consent ialah persetujuan bebas

yang diberikan oleh pasien terhadap suatu tindakan medis, setelah ia

memperoleh semua informasi yang penting mengenai sifat serta konsekuensi

Page 79: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

72  

  

tindakan tersebut. Informed consent dibuat berdasarkan prinsip autonomi,

beneficentia dan nonmaleficentia, yang berakar pada martabat manusia

dimana otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati. Jika

pasien tidak kompeten, maka persetujuan diberikan oleh keluarga atau wali sah.

Jika keluarga/wali hadir tetapi tidak kompeten juga, maka tenaga medis harus

memutuskan sendiri untuk melakukan tindakan medis tertentu sesuai keadaan

pasien. Informedconsent terutama dibutuhkan dalamkasus – kasusluarbiasa

(exraordinary means). Namun untuk pasien kritis atau darurat yang harus

segera diambil tindakan medis untuk menyelamatkannya, proxy consent tidak

dibutuhkan.

6. Menggunakan APD Setiap Melakukan Tindakan Terhadap Pasien Di IGD

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata informan dalam melakukan tindakan di ruang IGD

mereka selalu menggunakan APD karena mereka mengatakan bahwa secara tidak

langsung APD menjadi alat pelindung bagi tenaga kesehatan dari penyakit yang

berasal dari pasien. Saat peneliti berada diruang IGD peneliti juga melihat hampir

semua perawat menggunakan APD termasuk semua informan yang diteliti.

Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting untuk dipakai oleh

seorang perawat dalam melaksanakan tugas. APD ini digunakan oleh petugas

memiliki dua fungsi yaitu untuk kepentingan penderita dan sekaligus

untuk kepentingan petugas itu sendiri. Perlengkapan pelindung diri dalam

praktek kesehariannya lebih banyak berfungsi sebagai “pelindung penderita”

daripada sebagai “pelindung petugas”. Melindungi penderita dari kemungkinan

Page 80: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

73  

  

terjadinyainfeksimikroba merupakan tugaspokokyangdimulai saat penderita

masuk rumah sakit untuk menjalani prosedur tindakan medis serta asuhan

keperawatan sampai tiba saatnya penderita keluar dari rumah sakit.

Tindakan standard precaution diperlukan kemampuan perawat untuk

mencegah infeksi, ditunjang oleh sarana dan prasarana serta standar prosedur

operasional (SPO) yang mengatur langkah-langkah standard precaution termasuk

didalamnya penggunaan APD. SPO merupakan tata cara atau tahapan yang

dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja

tertentu. Penyusunan prosedur tetap atau SPO yang mengatur tentang APD di

rumah sakit akan mengurangi resiko seorang Perawat tertular penyakit sehingga

keselamatan kerja Perawat akan lebih terjamin dan pemberian asuhan

keperawatan akan lebih bermutu karena dilakukan sesuai SPO yang ada.

7. Apa Yang Dilakukan Sebelum Melakukan Tindakan Pemasangan Infus

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan

pemasangan infus informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pemasangan

infus tersebut dan mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan. Berdasarkan hasil

observasi untuk tindakan pemasangan infus yang dilakukan oleh informan DS,

didapatkan tindakannya sudah sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.

Dimana pelaksanaannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan.

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan

yang sering dilakukan di rumah sakit (RS), namun hal ini berisiko tinggi

terjadinya Hospital Acquired Infection (HAIs). Tindakan pemasangan infus akan

Page 81: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

74  

  

berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu patuh pada Standar Prosedur

Operasional (SPO) yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan kesehatan

yang bermutu.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata perawat yang

melakukan pemasangan infus tidak memperhatikan langkah awal apa saja yang

harus diperhatikan sebelum infus dipasang. Seperti hasil penelitian Andares

(2009),menunjukkan bahwa Perawat kurang

memperhatikankesterilanlukapadapemasanganinfus.Perawatbiasanya langsung

memasang infus tanpamemperhatikan tersedianya bahan-bahan yangdiperlukan

dalam prosedur tindakan tersebut,seperti tidak tersedia sarung tangan, kain kasa

steril, alkohol, dan pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril.

Hasil penelitian Mulyani dkk. (2001), yang melakukan penelitian dengan

judul Tinjauan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemasangan

Infus pada Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah

Gombong menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan

prosedur pemasangan infus yang prinsip. Hasil penelitian terhadap 12 perawat

pelaksana yang melakukan pemasangan infus, perawat yang tidak patuh sebanyak

12 orang atau 100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0%. Hasil penelitian

Pasaribu (2008), 43 yang melakukan analisa pelaksanaan pemasangan infus

diruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan bahwa pelaksanaan

pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional Prosedur katagori baik 27 %,

sedang 40 % dan buruk 33 %.

Page 82: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

75  

  

Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan

kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku Perawat dalam setiap tindakan

prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus. Pemasangan

infus dilakukan oleh setiap Perawat. Semua Perawat dituntut memiliki

kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai Standar

Prosedur Operasional (SPO) baik persiapan sebelum pemasangan maupun

tindakan pemasangan yang tepat.

8. Cara Anda Melakukan Tindakan Injeksi Pada Pasien Di IGD

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan

injeksi pada pasien di IGD, informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari

tindakan injeksi tersebut dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan

selanjutnya melakukan tindakan sesuai dengan prosedur tindakan. Hal tersebut

sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan untuk tindakan pemberian

injeksi yang dilakukan oleh informan PS, didapatkan tindakannya sudahsesuai

dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.

Sebagai tenaga perawat kesehatan,Perawat memiliki tanggung jawab

terhadap pasiennya, sebagai Perawat yang profesional Perawat harus memiliki

tanggung jawab terhadap pelayanan dan tindakan yang dilakukannya contoh

perawat dalam memberikan injeksi terhadap pasien. Injeksi ditentukan

berdasarkan advis dan kolaborasi dengan Dokter, dan Perawat harus

mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan. Karena banyak kegagalan

tindakan diakibatkan karena Perawat merasa tindakan itu sudah menjadi suatu

Page 83: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

76  

  

bentuk kebiasaan kerja sehingga tidak diperlukan lagi prosedur dalam

melaksanakannya.

Teknik menyuntik adalah tindakan menyuntik yang dikerjakan oleh

Perawat kepada pasien dengan menggunakan prosedur teknik menyuntik.

Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin

obat mencapai lokasi yang tepat. Setiap rute injeksi unik berdasar kan tipe

jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi

absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat,

Perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karakteristik,

viskositas obat dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat

injeksi.

Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan

dengan tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat,

sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya

kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum

Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian

infeksi adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode

universal precautions yaitu suatu cara penanganan baru untuk

meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa

memperdulikan status infeksi. Dasar kewaspadaan universal adalah cuci

tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan mencegah

tusukan alat tajam dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme.

Page 84: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

77  

  

9. ApaYang Anda Lakukan Sebelum Melakukan Tindakan Menjahit Luka?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan sebelum melakukan tindakan

menjahit luka pada pasien di IGD, informan terlebih dahulu melakukan

pemeriksaan dan menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut serta mempersiapkan

alat-alat yang di butuhkan. Dan selanjutnya melakukan tindakan penjahitan sesuai

dengan prosedur tindakan. Hasil observasi terhadap informan SM saat melakukan

penjahitan luka peneliti mendapatkan hasil bahwa informan SM telah bekerja

sesuai dengan SPO terutama dalam melakukan tindakan menjahit luka.

Sebelum perawat melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya

Perawat melakukan pengkajian terlebih dahulu. Melakukan pengkajian luka

secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan komponen penting dalam

manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan pengkajian luka tersebut

membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.

Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan

tersebut dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi

rencana tersebut. Pedoman parameter untuk perawatan luka juga harus di

masukkan dalam perencanaan tersebut, meliputi juga klasifikasi dari luka itu

sendiri, penampilan luka, cairan yang keluar dari luka, rasa nyeri yang timbul dan

kondisi kulit sekitar luka. Manajemen perawatan luka pada klien akan meningkat

kualitasnya dengan komunikasi yang baik dan juga dengan dokumentasi yang

efektif.

Page 85: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

78  

  

Seluruh tindakan penanganan luka yang dilakukan pada saat kondisi gawat

darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut

pasien dapat kehilangan nyawa“Time Saving is Life Saving”. Dapat dengan

menutup kasa steril, bila perdarahan terus berlangsung, terapi kecil dapat dengan

membalut tekanan membrikan homeostatis (transamin, adona dll), bila perdarahan

besar dari arteri maka dapat dilakukan pengkleman dan pengikatan sumber

perdarahan dan selanjutnya dapat dilakukan penjahitan luka untuk

menghubungkan struktur anatomi yang terpotong.

Hasil penelitian sebelumnya tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksannan Prosedur Tetap Menjahit Luka

Di Instalasi Gawat Darurat RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang penjahitan luka

sebanyak 19 orang yang terdiri dari 17 orang (89,5%) patuh dalam melaksanakan

prosedur tetap penjahitan luka dan 2 orang lainnya (10,5%) tidak patuh.

Sementara responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang penjahitan luka

sebanyak 7 orang yang terdiri dari 3 orang (42,9%) patuh dalam melaksanakan

prosedur tetap penjahitan luka dan 4 orang lainnya (57,1%) tidak patuh. Dari hasil

tabulasi silang data ini dapat disimpulkan semakin baik tingkat pengetahuan

Perawat tentang penjahitan luka maka Perawat semakin patuh dalam

melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya.

Page 86: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

79  

  

10. Bagaimana Prosedur Pemasangan Oksigen Pada Pasien Yang

Membutuhkan?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan melakukan prosedur pemasangan oksigen

pada pasien mengikuti instruksi dari Dokter, dan informan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan dari pemasangan oksigen tersebut kepada pasien maupun

keluarga pasien dan kemudian melakukan pemasangan sesuai dengan prosedur

tindakan. Berdasarkan hasil observasi untuk tindakan pemberian oksigen yang

dilakukan oleh informan EB, didapatkan tindakannya yang dilakukan juga telah

ssesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.

Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus mendapatkan suplai yang adekuat.

Berkurangnya oksigen dalam tubuh akan mengakibatkan kerusakan pada otak dan

apabila kondisi ini berlangsung lama maka dapat menyebabkan kematian jaringan

bahkan mengancam kehidupan seseorang. Pemberian terapi oksigen dengan

menggunakan kanula nasal dengan tepat sesuai standar operasional prosedur

(SPO) diharapkan mampu memberikan dan mempertahankan kebutuhan oksigen

dalam tubuh sehingga saturasi oksigen pasien tetap dalam batas normal.

Hasil penelitian sebelumnya dengan judul “Akurasi Pemasangan Nasal

Kanul Berhubungan Dengan Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Di ICU”

menunjukkan bahwa seluruh perawat tidak patuh terhadap SPO oksigenasi yang

ada dirumah sakit Dr.Ramelan Surabaya. Dan Hasil observasi peneliti terhadap 4

orang perawat didapatkan tiga perawat memberikan terapi oksigen menggunakan

kanul nasal tidak sesuai standar operasional prosedur rumah sakit, sehingga tidak

Page 87: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

80  

  

ada perubahan saturasi oksigen pada pasien. Satu orang perawat memberikan

terapi oksigen menggunakan kanul nasal dengan tepat dan sesuai standar

operasional prosedur rumah sakit terlihat perubahan saturasi oksigen sekitar 2%-

3% pada pasien.

Ketepatan pemberian oksigen khususnya dengan alat bantu kanul nasal

diharapkan mampu mempertahankan suplai oksigen dalam tubuh yang adekuat.

Pelayanan keperawatan di masa mendatang diharapkan mampu berdasarkan

consumer minded terhadap pelayanan yang diberikan pada klien. Hal ini

didasarkan pada “trends” perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat.

Perawat diharapkan dapat menjelaskan, mengimplementasikan, dan mengukur

perbedaan bahwa praktik.

Keperawatan dapat sebagai indikator terpenuhinya kebutuhan masyarakat

akan pelayanan kesehatan yang profesional di masa depan. Perawat diharapkan

mampu memberikan ketrampilannya dalam melakukan tindakan keperawatan

salah satunya tindakan pemberian terapi oksigen menggunakan kanul nasal

dengan tepat untuk mempertahankan saturasi oksigen pasien dengan masalah

oksigenasi.

11. Bagaimana Cara Anda Melakukan Tindakan Pemeriksaan Tekanan

Darah Pada Pasien Di IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara yang dilakukan untuk

pemeriksaan tekanan darah pada pasien IGD mengikuti sesuai SPO sebelum

melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan pada pasien

Page 88: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

81  

  

tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa untuk

mengatur posisi, letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang,

telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, terus kita memasang manset pada

lengan dan setelah didapatkan hasilharus diberitahukan pada pasien. Hasil

wawancara tersebut sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan

tekanan darah yang dilakukan oleh informan RA, didapatkan pelaksanaan

tindakannya sudah sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit.

Penilaian kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan dapat dimulai

dari tindakan yang paling mendasar seperti pengukuran tanda vital (Pengukuran

suhu, Denyut nadi, Tekanan darah dan Pernafasan), kesalahan dalam pengukuran

tanda vital dapat menyebabkan kesalahan dalam diagnosa keperawatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan mereka mengatakan cara yang

dilakukan untuk pemeriksaan tekanan darah pada pasien IGD mengikuti sesuai

SPO sebelum melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan

pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa

untuk mengatur posisi.

12. Jelaskan Cara Anda Melakukan Pemeriksaan Pernapasan Pada Pasien Di

IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pemeriksaan

pernapasan pasien di IGD, informan terlebih dahulu Menjelaskan tujuan

pemeriksaan pernapasan kemudian Dilakukan dengan memperhatikan tarikan

pernapasannya dan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin dan

Page 89: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

82  

  

selanjutnya lakukan pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan sesuai dengan SPO.

Hasil wawancara tersebut tidak sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan

pemeriksaan pernapasan yang dilakukan oleh informan AB, dimana masih

terdapat langkah-langkah yang dibaikan dalam pemeriksaan pernapasan serta

tidak sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit .

Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh

batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi,

diafragma dan otot-otot interk ostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks

dan mengembangkan paru -paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke

depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi

berhenti, paru -paru kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding

dada kembali ke posisi semula.

Pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan

pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru dan pengaturan

keseimbangan asam-basa.

Kebutuhan oksigen tidak lepas dari gangguan yang terjadi pada sistem

pernafasan. Untuk menilai adanya gangguan pernafasan dapat dilakukan melalui

pemeriksaan fisik (untuk gangguan pernapasan berupa sesak nafas, sianosis, dan

lain-lain), dan melalui pemeriksaan diagnostik, yaitu pemeriksaan analisa gas

darah yang dapat dilakukan untuk menilai tekanan parsial oksigen (pO Analisa

gas darah memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri,

pertukaran gasalveoli dan keseimbangan asam basa. Analisa gas darah dapat

Page 90: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

83  

  

menilai terjadinya ganguan pernafasan atau permasalahan ventilasi dan difusi

(Asmadi, 2008). Gangguan pernafasanyang sering terjadi salah satunya kegagalan

pernafasan.

13. Bagaimana Cara Anda Melakukan Pemeriksaan Nadi Pada Pasien Di

IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pemeriksaan

nadi pasien di IGD hampir sama prosedurnya dengan pemeriksaan pernafasan

hanya saja berbeda letak pemeriksaannya, jika nadi dengan cara memegang

pergelangan tangan kemudian dihitung jumlahnya sehingga kita bisa melihat

kondisi pasien baik atau tidak, informan sering melakukan pemeriksaan nadi di

barengi dengan pemeriksaan pernafasan, suhu, dan tensi, sebelum tindakan

informan terlebih dahulu. Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil

observasi tentang tindakan pemeriksaan denyut nadi yang dilakukan oleh

informan AW, dimana semua langkah-langkah yang dilaksanakan sudah sesuai

dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit .

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya

perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu

tubuh, dan frekuensi pernapasan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat

penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti

sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Denyut nadi

meningkat maka pasti ada perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.

Page 91: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

84  

  

Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat

digunakan untuk memantau perkembangan pasien saat dirawat. Tindakan ini

bukan hanya sekedar rutinitas perawat tetapi merupakan tindakan pengawasan

terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya

pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang lainnya.

Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada pasien

dengan kegawat-daruratan dibanding dengan pasien yang tidak mengalami

kegawat-daruratan/kritis.

Pengkajian fisik nadi pada dasarnya menggunakan cara yaitu dengan

teknik palpasi saja. Tujuan akhir dari pengkajian fisik nadi adalah untuk

menentukan penyakit dan penyakit pasien.

Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang

melakukan pemerikasaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi, irama,

dan kuat lemah nadi). Agar pemeriksaan nadi hasilnya akurat, maka petugas

kesehatan yang memeriksa denyut nadi harus paham akan prosedur kerja dalam

pemeriksaan.

14. Bagaimana Cara Melakukan Pengukuran Suhu Pada Pasien Di IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan cara melakukan pengukurun

suhu pasien di IGD dilakukan sesuai prosedur, dimana informan mempersiapkan

alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan,

posisikan pasien, letakkan termometer, lihat hasil yang muncul, beri tahu hasil

pemeriksaan kepada pasien dan keluarga. Namun hasil observasi tentang

Page 92: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

85  

  

tindakan pemeriksaan suhu badan yang dilakukan oleh informan WM, belum

sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit, dimana informan hanya

meraba permukaan tubuh pasien untuk mengetahui pasien demam atau tidak .

Penelitian terkait dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Perawat Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Pengukuran Tanda Vital Di IRS

Tk Ii Dr Ak Gani Tahun 2015” Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden

yang berpengetahuan baik (71,9%), responden yang memiliki sikap baik (65,6%),

yang patuh dengan standar prosedur pengukuran tanda vital ada (65,6%) dan

didapat ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan standar

prosedur pengukuran tanda vital dengan nilai p value 0,034 dan ada hubungan

antara sikap perawat dengan pelaksanaan standar prosedur pengukuran tanda vital

dengan nilai p value 0,029. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan standar

prosedur pengukuran tanda vital di Instalasi Rawat Inap TK II Dr Ak Gani Tahun

2015.

Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia,

oleh karena itu sikap dapat memprediksikan, memandu perbuatan atau perilaku

seseorang terhadap suatu objek atau perasaan mendukung pada objek tertentu.

Sikap juga merupakan hal yang penting, karena memiliki konsep dasar tertentu

dan akan mempengaruhi tindakan selanjut nya. Menurut peneliti, bahwa sikap

yang baik dapat memandu parawat dalam melaksanakan tindakan sehingga

dengan sikap yang baik seseorang akan memiliki kecenderungan untuk

melaksanakan pengukuran tanda vital dengan baik.

Page 93: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

86  

  

15. Jelaskan Prosedur Pemasangan Dan Pelepasan Kateter Pada Pasien Di

IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Informan mengatakan prosedur pemasangan dan

pelepasan kateter dilakukan sesuai standar operasional prosedur yaitu mengikuti

langkah mulai dari persiapan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya, sebelumnya

informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan tersebut kemudian

mencuci tangan, desinfeksi daerah glans, mengeluarkan isi balon dengan spuit

(untuk pelepasan kateter), menarik kateter dengan menganjurkan si pasien tarik

nafas, mengoleskan betadin, membereskan alat, cuci tangan dan lakukan

dokumentasi. Hasil wawancara tersebut juga sesuai dengan hasil observasi tentang

tindakan pemasangan kateter yang dilakukan oleh informan ZA, dimana hampir

semua langkah-langkah yang dilaksanakan sudah sesuai dengan SPO.

Pemasangan dower kateter merupakan salah satu solusi tindakan

medis untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih seseorang karena

ketidakmampuan pengeluaran urin secara spontan. Pada kasus -kasus tertentu

pemasangan dower kateter mutlak diperlukan. Pada pasien – pasien dengan

diagnosa medis seperti stroke, penyakit jantung (AMI, IHD), fraktur servikal

yang dapat menyebabkan kelemahan dan keterbatasan aktivitas akan terpasang

dower kateter. Akan tetapi pemasangan dower kateter akan menimbulkan

dampak yang merugikan bagi pasien, keluarga, perawat dan rumah sakit

yaitu terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Peran perawat untuk

mengurangi dampak dari pemasangan dower kateter adalah dengan

Page 94: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

87  

  

memberikan perawatan kateter yang berkualitas. Tenaga perawat dianggap

mampu memberikan perawatan yang profesional adalah perawat yang memiliki

pendidikan DIII dan S1 Keperawatan.

Kualitas perawatan kateter merupakan tingkat pemberian pelayanan

keperawatan berupa perawatan kateter sesuai standar operasional perawatan

kateter dengan mengacu pada standar pelayanan profesi keperawatan. Perawatan

kateter pada pasien -pasien terpasang kateter dower mutlak dilakukan untuk

meminimalkan dampak yang tidak diinginkan berupa terjadinya infeksi

nosokomial saluran kemih.

Kualitas perawatan kateter didasarkan pada pemberian perawatan

kateter yang dilakukan oleh perawat yang meliputi standar operasional

perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi saluran kemih. Untuk

menilai kedua unsur tersebut, peneliti melakukan observasi pada perawat

dalam melakukan perawatan kateter serta mengkaji keadaan pasien yang

terpasang kateter setelah dilakukan tindakan perawatan kateter. Observasi

dilakukan selama pasien mulai terpasang dower kateter sampai dilepas atau

hari kesepuluh. Hal ini dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial terjadi

setelah pasien dirawat minimal 3x 24 jam.

Kemampuan dan keandalan dapat dipengaruhi oleh lama bekerja

perawat itu sendiri. Kualitas perawatan kateter yang cukup (50%) mungkin

dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang prosedur operasional perawatan

dan prosedur pencegahan infeksi yang baik tetapi dalam pelaksaanaannya masih

belum sesuai. Menggunakan prinsip tetapi kurang sesuai dengan prosedur.

Page 95: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

88  

  

Kualitas perawatan kateter yang kurang mungkin dipengaruhi oleh pemahaman

responden tentang prosedur operasional perawatan dan prosedur pencegahan

infeksi yang kurang dan dalam pelaksanaanya tidak sesuai

16. Bagaimana Prosedur Serah Terima Pasien Dari IGD Ke Ruang Rawatan?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa mereka mengatakan prosedur serah terima pasien dari IGD ke

ruang perawatan dilakukan sesuai kebutuhan pasien. Perawat IGD melengkapi

data sesuai dengan format serah terima pasien, bila pasien ada

indikasi/memerlukan rawat inap sesuai dengan penyakitnya, setelah ada

persetujuan dari dokter informan membuat surat pengantar rawatan, sebelum

pasien di antar ke ruangan terlebih dahulu perawat menghubungi ruang perawatan

yang dituju sesuai dengan jenis kasus pasien. Hasil wawancara tersebut juga

sesuai dengan hasil observasi tentang tindakan serah terima pasien dari IGD ke

ruang rawatan yang dilakukan oleh salah satu informan yaitu Al, didapatkan hasil

bahwa tindakannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam

SPO.

Pemindahan pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di

transfer. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan

dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan Pemindahan pasien

atau transfer pasien dapat dilakukan dari satu raung keruang yang lain. Transfer

pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi

pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan

yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer

Page 96: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

89  

  

pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang

kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih. Dalam proses

transfer pasien akan ada proses serah terima antara perawat dengan perawat atau

petugas ruangan yang menerima pasien yang dipindahkan. Hal tersebut juga

memerlukan sebuah prosedur kerja yang baik.

Dalam pemindahan pasien sangat diperlukan suatu tindakan serah terima

atau yang disebut operan. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima suati laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan

operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan

keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus

ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan

komunikasi efektif seperti SBAR (Situation, Background, Assassement,

Recomendation).

Komunikasi SBAR sangat membantu dalam pelaporan kondisi pasien

saat transfer sehingga dapat meningkatkan angka keselamatan pasien. Hal

ini didukung penelitian yang telah dilakukan menyebutkan dengan dilakukan

komunikasi saat transfer dapat membantu dalam meningkatkan keselamatan

pasien. Penelitian yang telah dilakukan lainnya menyebutkan bahwa komunikasi

menggunakan SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien saat transfer

pasien terjadi.

Prosedur komunikasi efektif SBAR saat transfer pasien meliputi pra

transfer dengan pengkajian, menyiapkan transport seperti tempat tidur dan

peralatan medis, menggunakan SPO cheklist transfer pasien yang dilakukan

Page 97: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

90  

  

tenaga kesehatan perawat, pelaporan kondisi pasien sebelum transfer melalui

via telefon, melakukan proses transfer pasien dengan memperhatikan konsisi

pasien secara menyeluruh dan saat transfer pasien menggunakan komunikasi

SBAR yang dilakukan secara langsung (face to face) antar tenaga kesehatan

untuk memvalidasi keadaan pasien. Menurut jurnal penelitian ditemukan

kunci untuk komunikasi adalah dengan melakukan komunikasi secara face to

face, tidak hanya melalui via phone.

17. Bagaimana Upaya Yang Anda Lakukan Agar Selalu Menerapkan

Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata informan mengatakan upaya yang dilakukan agar

setiap tindakan keperawatan selalu sesuai dengan SPO di ruang IGD yaitu yang

dilakukan adalah dengan mengikuti kegiatan sosialisasi dan mengikuti kegiatan

pelatihan serta harus disiplin diri, etika, berkomunikasi dengan baik

mengutamakan pasien, hampir semua memberikan jawaban yang sama.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan kepala

ruangan selaku informan kunci, Informan mengatakan bahwa untuk meningkatkan

kinerja pada perawat IGD dilakukan dengan memberikan pengarahan dan

tanggung jawab kepada masing-masing perawat. Sedangkan hasil wawancara

dengan kabid keperawatan sebagai informan kunci mengatakan upaya yang

dilakukan agar perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

SPO yaitu dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan internal.

Page 98: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

91  

  

Dari beberapa jawaban wawancara mendalam di dapatkan adanya

persamaan jawaban antara informan utama dengan informan kunci tentang upaya

yang dilakukan agar perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai

dengan SPO.

Dalam pelayanan kesehatan, standar sangat membantu tenaga medis

juga tenaga rumah sakit untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga para

tenaga medis dan tenaga rumah sakit harus berpikir realistis tentang pentingnya

evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi.

Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung

pada individu tenaga medis dan tenaga rumah sakit itu sendiri, usaha

bersama dari semua staf dalam suatu organisasi, disamping partisipasi dari

seluruh anggota profesi. Sehingga Standar sangat diperlukan dalam pelayanan

kesehatan. Standar sangat membantu tenaga medis dan tenaga rumah sakit

untuk mencapai asuhan yang berkualitas.

Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah standar yang harus

dijadikan acuan dalam memberikan setiap pelayanan. Standar kinerja ini

sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara

internal maupun eksternal. Setiap sistem manajemen yang mempunyai kualitas

yang baik selalu didasari oleh SPO kemudian disosialisasikan kepada seluruh

pihak yang berkompeten untuk melaksanakannya. Meskipun demikian sebagian

besar perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan belum sesuai dengan

SPO yang ditetapkan oleh rumah sakit.

Page 99: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

92  

  

Monitoring adalah tahap yang paling penting dalam pelaksanaan SPO.

Tahap ini dapat dijadikan tolak ukur penerapan SPO. Apakah SPO yang

telah ditetapkan berjalan efektif dengan tepat atau tidak. Monitoring dapat

dilakukan berkala tiga atau enam bulan sekali. Yang melakukan monitoring

adalah pimpinan atau tim penyusun SPO. Dengan alasan karena mereka yang

memahami latar belakang dan berbagai komponen yang menjadi pelengkap

penyusunan SPO. Tujuan lain dari monitoring adalah untuk memelihara dan

mengaudit pelaksanaan dan penerapan SPO dalam jangka waktu tertentu .

Monitoring dapat berfungsi untuk memberikan reward dan punishment

bagi perawat. Dalam hasil monitoring dapat terlihat siapa saja perawat yang

melaksanakan SPO dan siapa saja yang tidak melaksanakan SPO. Selain itu

Evaluasi juga merupakan bagian dari audit terhadap instansi. Tahap evaluasi

tidak hanya sekedar memberikan penilaian terhadap pelaksanaan SPO tetapi

lebih pada mengumpulkan secara sistematis, independen dan terdokumentasi

terhadap data, wawancara dengan perawat, catatan operasional dan kinerja

perawat. Evaluasi bukanlah cara untuk mencari kesalahan, namun evaluasi

merupakan proses mencari fakta untuk melakukan perubahan sistem kerja,

perombakan SPO dan perbaikan diberbagai sisi sesuai dengan kebutuhan instansi.

Fakta tersebut didapat dari dokumen, laporan rutin supervisor, laporan atau

komplain dari pasien atau dapat juga ketika melakukan monitoring mendapati

hal yang tidak sesuai dengan SPO. Kadang tidak berjalannya penerapan SPO

terhadap sistem disebabkan oleh beberapa perawat yang tidak memperhatikan

Page 100: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

93  

  

ketetapan yang tertulis dalam SPO, oleh karena itu diperlukan reward dan

punishment.

. Reward diberikan kepada perawat yang menunjukkan performa dan

kinerja baik sedangkan punishment diberikan kepada mereka yang tidak

melaksanakan SPO dengan baik. Kunci dari keberhasilan dalam penerapan

SPO adalah adanya kesadaran dan kedisiplinan.

18. Bagaimana Hambatan Dalam Melakukan Tindakan Keperawatan Di

Ruang IGD?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 12 informan utama dapat

disimpulkan bahwa rata-rata hambatan yang dialami Informan dalam melakukan

tindakan keperawatan di ruang IGD tentunya yaitu tentang jumlah SDM yang

tersedia. Karena sering kali apabila pasien masuk dalam waktu yang bersamaan

maka jumlah perawatnya sering tidak mencukupi.

Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di

rumah sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam

kondisi darurat sehingga dituntut memberikan pelayanan pasien lebih ekstra

demi keselamatan pasien. IGD dirancang dan digunakan untuk memberikan

standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan

akut atau mendesak. Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima,

melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut

untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan

tingkat kegawatan tertentu.

Page 101: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

94  

  

Kedatangan pasien di IGD sangat tinggi dibandingkan dengan instalasi-

instalasi yang lain dalam suatu rumah sakit sehingga IGD menjadi instalasi

yang paling sibuk di rumah sakit. Proses pelayanan pasien di IGD tidak selalu

lancar sesuai harapan. Terdapat beberapa masalah yang terjadi di IGD seperti

antrian, menunggu, dan transportasi yang berlebihan. Masalah-masalah ini

menyebabkan waktu pelayanan pasien menjadi lebih lama dan berujung pada

kesehatan dan keselamatan pasien.

Pada umumnya permasalahan dalam pelayanan kesehatan sering

terjadi pada alur proses dalam melayani pasien yang datang hingga pasien

selesai dilayani. Permasalahan yang sering terjadi adalah terjadinya waktu

menunggu dalam pengiriman pasien ke ruangan, antrian, dan menunggu

(menunggu dokter, perawat, dan menunggu hasil labor). Alur proses pelayanan

yang ada harus dikelola dengan baik untuk mencapai efisiensi yang baik

sehingga memberikan kemudahan kepada pasien dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan dan memberikan rasa betah terhadap pelayanan kesehatan yang

diberikan tersebut. Jika masalah-masalah tersebut dibiarkan terjadi maka akan

membuat kepercayaan masyarakat menurun bahkan hilang sehingga lebih

memilih rumah sakit yang lain sebagai tempat tujuan.

Page 102: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

95  

  

4.2.4 Hasil Wawancara Informan Tambahan Tentang penggunaan SPO

Keperawatan di Ruang IGD

A. Kepala Ruangan IGD

1. Sebagai Kepala Ruangan, Pernahkan Anda Melakukan Sosialisasi Pada

Petugas-Petugas Dalam Pelaksanaan SPO Di Ruang IGD ?

Informan mengatakan sebagai Kepala Ruangan sosialisasi pernah dilakukan

kepada perawat yang berada di ruang IGD, namun selama ini sosialisasi

dilakukan pada tahun 2017 (2 kali) dan tahun 2018 (1 kali). Namun demi

meningkatkan kinerja perawat IGD sosialisasi perlu tingkatkan.

2. Bagaimana Menurut Anda Sebagai Kepala Ruangan IGD, Pernahkan

Anda Memberikan Pengarahan Secara Langsung Dan Pembagian Tugas

Sebelum Dan Sesudah Bekerja Kepada Bawahan Anda, Mengapa Harus

Diberi?

Informan berkata kepala ruangan harus aktif menjalankan tugas, karena posisi

sebagai kepala bertugas untuk mengarahkan bawahannya agar tugas yang ada

di ruang IGD bisa di selesaikan dengan baik.

3. Sebagai Kepala Ruangan, Apa Yang Anda Lakukan Untuk Meningkatkan

Kinerja Pada Perawat Di Ruang IGD?

Informan mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja pada perawat IGD

dilakukan dengan memberikan pengarahan dan tanggung jawab masing-masing

perawat.

4. Mengapa Anda Perlu Mengevaluasi Kerja Semua Perawat Di IGD?

Informan menyatakan evaluasi terhadap kerja semua perawat itu perlu,

tujuannya untuk melihat sejauh mana skill mereka.

Page 103: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

96  

  

5. Menurut Anda Bagaimana Pelaksanaan SPO Di Ruang IGD ?

Informan berkata pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik,

hanya saja belum sempurna karena masih ada perawat yang menangani pasien

emergency tidak bisa dilakukan berdasarkan SPO.

6. Mengapa Perlu Dilakukan Evaluasi Setelah Menerapkan SPO Pada

Perawat Di Ruang IGD RSUD Kota Subulussalam?

Informan mengatakan evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kualitas

kinerja perawat.

7. Menurut Anda, Apa Saja Kendala Yang Di Temukan Pada Pelaksanaan

SPO Pada Perawat Di Ruang IGD?

Informan menyatakan kendala yang di temukan pada pelaksanaan SPO pada

perawat di ruang IGD ketika menerima pasien emergency, tindakan harus

dilaksanakan dengan cepat.

8. Menurut Anda Apakah Pelaksanaan SPO Di Rumah Sakit Membantu

Anda Dalam Pengambilan Keputusan Atau Dapat Mengatasi Masalah

Lainnya?

Informan mengatakan pelaksanaan SPO sangat membantu dalam pengambilan

keputusan, dapat juga mengatasi masalah lain seperti kedisiplinan pada perawat

di ruang IGD.

9. Menurut Anda Penggunaan SPO Dapat Menangani Pasien Secara

Spesifik Dan Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien?

Informan mengatakan penggunaan SPO dapat menangani pasien secara

spesifik dan sesuai kebutuhan pasien.

10. Bagaimana Kesediaan Format Asuhan Keperawatan Di Ruang IGD?

Informan mengatakan kesediaan format asuhan keperawatan di ruang IGD

harus lengkap mulai dari identitas sampai pengkajian.

Page 104: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

97  

  

11. Bagaimana Cara Melakukan Pendokumentasian Terhadap Tindakan

Yang Dilakukan Oleh Perawat Di Ruang IGD?

Informan mengatakan cara melakukan pendokumentasian terhadap tindakan

menggunakan model dokumentasi keperawatan. Ada beberapa model dalam

pendukumentasian tersebut.

B. Kabid Keperawatan

1. Bagaimana Pendapat Anda Tentang Keberhasilan Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?

Informan mengatakan keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai

dengan SPO di IGD tidak terlalu signifikan karena sosialisasi baru di mulai

tahun 2017 tapi sudah jauh berubah.

2. Upaya Apa Yang Anda Lakukan Agar Semua Perawat Dapat

Melakukan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO Di Ruang IGD?

Informan mengatakan upaya yang dilakukan agar perawat dapat melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan SPO yaitu dengan sosialisasi dan

pelatihan internal.

3. Menurut Anda Apakah Perlu Membuat Program Sosialisasi Kepada

Perawat Tentang Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan

SPO Di Ruang IGD?

Informan mengatakan program sosialisasi SPO sangat perlu dilakukan agar

mempunyai keseragaman diantara sesama perawat.

4. Bagimana Bentuk Evaluasi Yang Anda Lakukan Untuk

Mempertahankan Perawat Selalu Mengutamakan Tindakan Sesuai

Dengan SPO Di Ruang IGD?

Informan mengatakan evaluasi yang dilakukan melalui pengawasan langsung

dari Kepala Ruangan, sementara kepala ruangan dibantu oleh Ketua Tim

dalam melakukan pengawasan. Sehingga apabila ada perawat yang tidak

mampu akan di ganti atau pun nanti akan di training kembali.

Page 105: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

98  

  

5. Bagaimana Bentuk Laporan Yang Anda Terima Dari Kepala Ruangan

IGD Terkait Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan SPO

Di Ruang IGD?

Informan mengatakan bentuk laporan yang di terima dari kepala ruangan IGD

terkait pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai SPO berupa catatan

dokument. Pada saat pertemuan mereka membuat kendala apa yang dialami

dalam melaksanakan SPO.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa, dari

hasil wawancara dengan informan utama rata-rata dari mereka sudah menerapkan

Standar Prosedur Operasional (SPO)dalam melakukan tindakan keperawatan,

sedangkan dari informan kunci yaitu Kepala Ruangan IGD mengatakan

pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, tapi jika ada pasien

emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan. Sedangkan dari Kabid Keperawatan

mengatakan bahwa sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memiliki sertifikat

gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudah dalam kita sampaikan

sosialisasi SPO. Jadi dengan adanya SPO ini kita menyeragamkan seluruh

tindakan sehingga antara 1 tindakan dengan tindakan yang lain mereka bisa

melakukan dengan cara yang sama.

C. Hasil Pengamatan Berdasarkan Observasi Tentang Kepatuhan Perawat

Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO)

Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam

Penetapan kepatuhan pada perawat dilakukan peneliti dengan cara

menyesuaikan langkah-langkah tindakan yang dinilai dengan SPO yang telah

ditetapkan rumah sakit, apabila informan melakukan tindakan sesuai dengan SPO

Page 106: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

99  

  

maka dikatakan patuh dan sebaliknya jika informan melaksanakan tindakan tidak

sesuai dengan SPO maka informan dikatagorikan tidak patuh.

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dengan observasi tentang

Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO)

Keperawatan Di IGD RSUD Kota Subulussalam didapatkan dari 12 tindakan

terdapat 8 tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO yaitu melakukan injeksi,

menjahit luka, pemberian oksigen, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan

denyut nadi,memasang dan melepaskan infus,pemasangan kateter, dan serah

terima pasien dari IGD ke ruang rawatansedangkan 4 tindakan tidak sesuai

dengan SPO dalam pelaksanaannya yaitu penerimaan pasien baru, inform consent,

pemeriksaan pernafasandanpemeriksaan suhu badan.

Secara rinci hasil observasi diatas akan peneliti uraian sebagai berikut,

berdasarkan hasil observasi untuk tindakan penerimaan pasien baru yang

dilakukan oleh informan S, tindakannya belum sesuai dengan SPO yang

ditetapkan dirumah sakit karena tidak memperkenalkan diri kepada pasien dan

keluarga pasien. Untuk tindakan Inform Consent yang dilakukan oleh informan

DA, tindakannya juga belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit

dimana hal tersebut terjadi karena tindakan Inform Consentyang dilakukan tidak

mengikuti langkah-langkah yang ada dalam SPO yang telah ditentukan yaitu

informan sudah selesai melaksanakan tindakan baru membuat Inform Consent.

Hasil observasi tentang tindakan memasang dan melepaskan infus yang dilakukan

oleh informan DS, dimana didapatkan semua langkah-langkah yang dilaksanakan

sudah sesuai dengan SPO.

Page 107: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

100  

  

Hasil observasi yang peneliti lakukan untuk tindakan pemberian injeksi

yang dilakukan oleh informan PS, didapatkan tindakannya sudahsesuai dengan

SPO yang ditetapkan dirumah sakit. Hasil observasi terhadap informan SM saat

melakukan penjahitan luka peneliti mendapatkan hasil bahwa informan SM telah

bekerja sesuai dengan SPO terutama dalam melakukan tindakan menjahit luka.

Berdasarkan hasil observasi untuk tindakan pemberian oksigen yang

dilakukan oleh informan EB, didapatkan tindakannya yang dilakukan juga telah

sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit. Untuk hasil observasi tentang

tindakan pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan oleh informan RA,

didapatkan pelaksanaan tindakannya sudah sesuai dengan SPO. Hasil observasi

untuk tindakan pemeriksaan pernafasan yang dilakukan oleh informan AB,

didapatkan tindakannya belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit

karena informantidak menjelaskan prosedur pemeriksaan terlebih dahulu kepada

pasien atau keluarga pasien. Hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan denyut

nadi yang dilakukan oleh informan AW, juga sudah sesuai dengan SPO. Namun

hasil observasi tentang tindakan pemeriksaan suhu badan yang dilakukan oleh

informan WM, belum sesuai dengan SPO yang ditetapkan dirumah sakit, dimana

informan hanya meraba permukaan tubuh pasien untuk mengetahui pasien demam

atau tidak.Hasil observasi tentang tindakan pemasangan kateter yang dilakukan

oleh informan ZA, dimana hampir semua langkah-langkah yang dilaksanakan

sudah sesuai dengan SPO begitu juga untuk tindakan serah terima pasien dari

IGD ke ruang rawatan yang dilakukan oleh salah satu informan yaitu AL, bahwa

tindakannya sudah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam SPO.

Page 108: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

101  

  

4.3Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara dan observasi bahwa rata-

rata informan sudah mengetahui tentang SPO yang ditetapkan dirumah sakit

khususnya SPO diruang IGD. Begitu juga halnya dengan sosialisasi semua

informan sudah pernah mendapatkan sosialisasi mengenai SPO. Sehingga dari 12

informan dengan 12 tindakan hanya 4 informan yang melaksanakan tindakan

tidak sesuai dengan SPO, seperti yang terlihat pada lembar cheklist berikut ini :

No Nama Tindakan Implementasi

Sesuai Tidak sesuai

1 Sahmin Penerimaan Pasien Baru  2 Didi Almas Inform Consent    3 Darliah Sidabutar Memasang Dan Melepaskan Infus  

4 Parlindungan

Sinurat Melakukan Injeksi  

5 Sri Mulya Menjahit Luka  

6 Erna Bancin Pemberian Oksigen  

7 Ricky Ahmad

Mulyanto Pemeriksaan Tekanan Darah  

8 Antoni Berutu Pemeriksaan Pernafasan  

9 Abdul Wujud

Berutu Pemeriksaan Denyut Nadi  

10 Widya Marlenta Pemeriksaan Suhu Badan  

11 Zul Arfan Hidayat Pemasangan Kateter  

12 Abdul Lathif Serah Terima Pasien Dari IGD Ke

Ruang Rawatan  

Masih adanya informan yang bekerja tidak sesuai dengan SPO salah satu

penyebabnya yaitu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, dimana hal tersebut

sesuai dengan teori dimana semakin tinggi pengetahuan perawat, maka

semakin patuh terhadap peraturan guna mencegah kejadian tidak

Page 109: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

102  

  

diinginkan. Maka dari itu tenaga kesehatan terutama perawat harus

memperbaharui pengetahuannya dengan melanjutkan program pendidikan

lanjutan dan mengikuti pelatihan secara berkala(22).

Pengetahuan seseorang didapat dari pendidikan ataupengalaman

yang berasal dari berbagai macam sumber, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik

daripadayang tidak didasariolehpengetahuandan kepatuhanyang didapatkan(23).

Penelitian yang dilakukan oleh Westbrook et al.(2011)mengenai

kesalahan pada pemberian obat intravena pada pasien sebagian besar

dikarenakan tenaga kesehatan tidak patuh dalam menjalan peosedur. Hal

tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, pelatihan, sosialisasi dan

keterampilan dari tenaga kesehatan tersebut(24).

Selain itu sosialisasi tentang SPO sangat diperlukan oleh perawat yang

merupakan salah satu upaya dalam pelaksanaan pelayanan yang baik dan dapat

memperkecil resiko buruk yang terjadi pada pasien. Jika semua perawat sudah

bekerja sesuai SPO maka otomatis mutu layanan juga akan menjadi lebih baik.

Dibeberapa rumah sakit, kegiatan sosialisasi hanya dilakukan beberapa

kali selama perawat menjadi petugas di rumah sakit, pertama ketika pertama

kali menjadi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut dan seterusnya

ketika ada acara-acara tertentu. Tidak ada sosialisasi yang rutin terjadwal,

sehingga perawat kurang memahami pentingnya pemberian pelayanan yang sesuai

dengan standar, sehingga menyebabkan perilaku dan kebiasaan yang sesuai

dengan SPO untuk semua tindakan keperawatan (25).

Page 110: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

103  

  

Keterkaitan hasil penelitian dengan kerangka teori yaitu dimana

berdasarkan hasil penelitian tentang kepatuhan dalam memberikan pelayanan

Informan belum sepenuhnya menggunakan SPO dalam melakukan tindakan

keperawatan khususnya diruang IGD hal tersebut berkaitan dengan masalah

jumlah SDM yang tersedia dimana sering kali apabila banyaknya pasien masuk

dalam waktu yang bersamaan maka jumlah perawatnya sering tidak mencukupi.

Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di rumah

sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam kondisi

darurat atau emergencysehingga dituntut memberikan pelayanan pasien lebih

ekstra demi keselamatan pasien. IGD dirancang dan digunakan untuk

memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan

perawatan akut atau mendesak. Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk

menerima, melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan

kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi dan

pasien dengan tingkat kegawatan tertentu.

Kedatangan pasien di IGD sangat tinggi dibandingkan dengan instalasi-

instalasi yang lain dalam suatu rumah sakit sehingga IGD menjadi instalasi

yang paling sibuk di rumah sakit. Proses pelayanan pasien di IGD tidak selalu

lancar sesuai harapan. Beberapa masalah yang terjadi di IGD seperti antrian,

dan yang berlebihan. Masalah-masalah ini menyebabkan waktu pelayanan pasien

menjadi lebih lama dan berujung pada kesehatan dan keselamatan pasien.

Page 111: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

104  

  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

menyimpulkan:

1. Informan rata-rata sudah mengetahui tentang SPO, hal tersebut juga didukung

dengan sosialisasi yang telah didapatkan oleh semua informan tentang SPO.

2. Dalam memberikan pelayanan Informan tidak sepenuhnya menggunakan SPO

namun ada tindakan tertentu yang mereka lakukan sesuai SPO sedangkan hasil

observasi bahwa dari 12 orang hanya 4 orang informan yang melakukan

tindakan belum sesuai dengan SPO.

3. Saat menerima pasien baru yang masuk ke IGD tindakan yang dilakukan

informan berbeda-beda sesuai dengan keluhan terutama pasien yang masuk

dengan keadaan darurat atau emergensi sehingga SPO sulit dilaksanakan.

4. Komunikasi yang baik dan menyampaikan dengan jelas tindakan apa yang

dilakukan merupakan cara yang baik dan benar melakukan inform

consentnamun belum dilakukan sesuai SPO oleh informan yang diteliti.

5. Dalam memberikan pelayanan diruang IGD informan selalu menggunakan

APD karena hal tersebut dapat mengurangi resiko menularnya penyakit dari

pasien yang ditangani.

6. Sebelum melakukan tindakan pemasangan infus rata-rata informan

menjelaskan tujuan dari pemasangan infus dan mempersiapkan alat-alat yang

98

Page 112: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

105  

  

di butuhkan dan berdasarkan observasi tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan

SPO oleh informan yang diteliti.

7. Sebelum melakukan tindakan injeksi pada pasien di IGD, yaitu menjelaskan

tujuan dari tindakan injeksi dan mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan dan

tindakan ini telah dilakukan sesuai dengan SPO.

8. Hal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan menjahit luka pada pasien di

IGD, yaitu melakukan pemeriksaan dan menjelaskan tujuan dari tindakan serta

mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan, tindakan ini juga telah dilakukan

sesuai dengan SPO oleh informan.

9. Prosedur pemasangan oksigen pada pasien harus mengikuti instruksi dari

dokter, dan informan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pemasangan

oksigen kepada pasien maupun keluarga pasien sehingga sesuai dengan hasil

observasi dimana tindakan ini telah dilaksanakan sesuai dengan SPO.

10. Pemeriksaan vital sign yang dilakukan oleh informanseperti pemeriksaan

tekanan darah dannadi pada pasien IGD sudah mengikuti sesuai SPO sebelum

melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dan menjelaskan pada pasien

tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, tidak lupa untuk

mengatur posisi tindakan ini juga telah dilakukan sesuai dengan SPO oleh

informan, namun untuk pemeriksaan suhudan pernapasan masih terdapat

informan yang belum melakukan tindakan tersebut sesuai dengan SPO yang

ditetapkan .

11. Prosedur pemasangan dan pelepasan kateter dilakukan sesuai standar

operasional prosedur yaitu mengikuti langkah mulai dari persiapan alat,

Page 113: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

106  

  

persiapan pasien dan cara kerjanya, dan menjelaskan tujuan dari tindakan

sebelum mulai bekerja, tindakan ini juga telah dilakukan sesuai dengan SPO

oleh informan.

12. Prosedur serah terima pasien dari IGD ke ruang perawatan dilakukan sesuai

kebutuhan pasien dan menurut hasil observasi rata-rata informan telah

melaksanaknnya sesuai dengan SPO.

13. Upaya yang dilakukan agar setiap tindakan keperawatan selalu sesuai dengan

SPO di ruang IGD yaitu disiplin diri, etika, berkomunikasi dengan baik

mengutamakan pasien, hampir semua memberikan jawaban yang sama.

14. Hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD berasal dari

dari pasien, dan dari tenaga kesehatan seperti kurangnya tenaga perawat,

terbatasnya sarana dan prasarana.

5.2 Saran

Bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan rekomendasi yang telah

disusun agar kepatuhan penerapan SPO oleh perawat dapat ditingkatkan.

Selain itu pihak rumah sakit juga perlu melakukan evaluasi secara berkala

terhadap penerapan penerapan SPO di IGD sehingga dapat dilakukan perbaikan

untuk meningkatkan kepatuhan penerapan SPO secara berkelanjutan.Tindakan

monitoring dan evaluasi perlu ditingkatkan yang dilakukan oleh Komite Mutu

dengan membuat indikator penggunaan SPO oleh perawat.

Diharapkan untuk kepala ruangan agar dapat selalu memberikan

supervisi, pengarahan, pengawasan, evaluasi terhadap perawat untuk selalu

menggunakan SPO dalam setiap kali tindakan, dan dapat memberikan reward

Page 114: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

107  

  

positif terhadap perawat yang berperilaku baik dalam penggunaan SPO, serta

memberikan punishment bagi perawat yang berperilaku kurang baik, sehingga

dapat mempertahankan dan meningkatkan perilaku perawat dalam penggunaan

SPO. Selanjutnya diharapkan adanya tindak lanjut dari manajemen rumah sakit

Subulussalam untuk memberikan sosialisasi secara berkala tiap 1 bulan sekali

kepada perawat mengenai pelaksanaan SPO khususnya dalam melakukan semua

tindakan keperawatan. Bagi Perawat di IGD agar dapat mematuhi prosedur yang

telah ditetapkan agar penerapan SPO dapat terus berjalan dan agar selalu

meningkatkan motivasi untuk mengikuti sosialisasi tentang pelaksanaan SPO.

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian terkait untuk

meningkatkan perilaku penggunaan SPO dengan intervensi yang berbeda baik

dari segi variabel maupun permasalahan penelitian.

Page 115: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

108  

  

DAFTAR PUSTAKA

1. Banda I. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) Sesuai Standar Operating Prosedur (SOP) Di Ruang

Rawat Inap Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Konawe.

Universitas Haluoleo; 2015.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014

Tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit.

5. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

7. Kaloa TY, Kumaat LT, Mulyadi. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan

Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Di

Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado. e-Journal

Keperawatan (e-Kp).

8. Natasia N, Loekqijana A, Kurniawati J. Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD

Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2017;28(1):21–5.

9. Khairiah. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat

Untuk Menggunakan Alat Pelindung Diri Di Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar. Universitas Negeri Alauddin Makassar; 2012.

10. Ridhani N, Prastiwi S, Nurmaningsih T. Hubungan Kepatuhan Perawat IGD

Dalam Melaksanakan SOP Pemasangan Infus dengan Kejadia Infeksi

Nosokomial (Phlebitis) di RSUD Kotabaru Kalimantan Selatan. Nurs News

(Meriden). 2017;2(2):71–9.

11. Juwita E. Analisis Kepatuhan Petugas Filing Terhadap Standar Operasional

Prosedur (SOP) Retensi Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

Page 116: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

109  

  

Tahun 2016. Universitas Dian Nuswantoro Semarang; 2016.

12. Suciwati, Masella V, Devi W, Sa’adah Z. Hubungan Kepatuhan Perawat

dalam Menjalankan SOP Pemasangan Infus dengan Kejadian Phlebitis Di

SMC RS.Telogorejo. Keperawatan STIKES Telogorejo. 2016.

13. Hayah SN. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam

penerapan hand hygiene di instalasi gawat darurat rsud. prof. margono

soekarjo purwokerto. Tesis. Universitas Muhammadiyah Purwokerto; 2014.

14. Suardana IK, Susanti NNT. Monitoring Kinerja Dalam Meningkatkan

Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Operasional Prosedur. 2001;

15. Ulfa M, Sarzuli T. The Effect of Internal and External Factors on Nurses’

Compliance in Implementing Standard Operating Procedures of Catheter

Installation at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital. Jurnal

Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit. 2016;5(1):49–55.

16. Dharma S. Manajemen kinerja: falsafah, teori dan penerapannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar; 2013.

17. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

18. Niven N. Konsep Kepatuhan Menurut Para Ahli (Compliance Theory.

Jakarta: EGC; 2012.

19. Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.

20. Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revi. PT.Remaja

Rosdakarya; 2017.

21. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cetakan Ke. Jakarta:

Rineka Cipta; 2003.

22. Ayed A, Eqtait F, Fashafsheh L, Fashafsheh I, Nazzal S, Talahmeh B, et al.

Breast Self-Examination in Terms of Knowledge, Attitude, and Practice

among Nursing Students of Arab American University/ Jenin. Jurnal

Education Practic 2015;6(32):27–31.

23. Nursalam.Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan

profesional. Jakarta: Medika Salemba; 2002.

24. Westbrook et al. Brand Management and Strategy. 2011.

25. Depkes RI. Modul Pelatihan Kesehatan Kerja Bagi Pengelola Program K3

Page 117: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

110  

  

Rumah sakit (Dasar). Depkes RI: Jakarta; 2006.

26. Ninta Purnama.D. Analisis Pengelolaan dan Tingkat Kepatuhan Petugas

Memahami SPO (standar Operasional Prosedur) Terhadap Kualitas Linen

Laundry di Rumah Sakit Umum Royal Prima Kota Medan. Universitas

Sumatera Utara. 2017

27. Achiyat. Analisis pengaruh persepsi produk Kebijakan pimpinan terhadap

tingkat Kepatuhan perawat dalam menerapkan Standar asuhan keperawatan di

instalasi Gawat darurat rumah sakit umum Ambarawa kabupaten Semarang.

2005.

28. Adidas Grup. Panduan Kesehatan dan Keselamatan Dasar.2011.

29. Ridley, John. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:

Penerbit Erlangga ; 2004.

30. Tietjen, Linda, dkk. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Layanan

Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo; 2004.

31. Uhud, Annasyatul, dkk. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja untuk Praktek dan Praktikum. 2008.

32. Notoatmodjo, S, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Cetakan kedua, Rineka

Cipta, Jakarta ; 2003.

33.Potter & Perry, Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,proses dan

praktik, edisi 4, Vol.1, EGC, Jakarta;2005.

34. Sekartina, N, Implementasi penyusunan program dalam rangka akreditasi

rumah sakit, Seminar Sosialisasi, Jakarta;2007.

35. Hasibuan. Pengetian sumber daya manusia. http://humancapitaljournal.com/

pengertian-sumber-daya-manusia/ Diakses tanggal 31 oktober 2016.

36. Kinerja klinis perawat dan bidan ditingkatkan 2004, Republika Online, dilihat

tanggal 2 Februari 2018.

37. Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.

Jakarta: EGC. 2009

38. Darmadi. 2008. Infeksi Nasokomial Problematika dan Pengendaliannya.

Jakarta: Salemba Medika.

Page 118: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

111  

  

Lampiran

HASIL WAWANCARA (TEMUAN DILAPANGAN)

A. Informan Utama

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang SPO?

Jawaban informan :

“Saya tahu apa itu SPO (Standar Prosedur Operasional) yaitu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan dengan sesuai”...

(Informan S) Iya saya sudah tahu SPO yang digunakan di IGD saat bekerja

(Informan DA) Tahu saya tentang Standar Prosedur Operasional, karena itu berguna untuk menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan

(informan DS) Iya, SPO itu sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Jadi Sistemnya berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir. Begitu yang saya tahu.

(Informan PS) Saya tahu Standar Operasional Prosedur karena pernah dilakukan sosialisasi

(informan SM) Iya saya tahu, SPO adalah singkatan dari Standar Prosedur Operasional

(informan EB) Iya saya tahu Standar Prosedur Operasional sebagai panduan untuk mengambil tindakan. SPO yang saya ketahui itu yaitu panduan yang berguna untuk memastikan kegiatan dan SPO itu sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Jadi Sistemnya berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir

(Informan RA) Kalau tidak salah.... SPO itu adalah suatu standar atau sistem yang disusun untuk memudahkan, pekerjaan atau istilah lain sama dengan daftar tilik atau susunan langkah-langkah dalam kita bekerja

(Informan AB) Kalau saya tahu apa itu SPO, menurut pemahaman saya SPO itu berisi langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Jadi dengan adanya langkah itu perawat bisa bekerja sesuai dengan prosedur

(Informan AW) SPO itu merupakan suatu pedoman atau acuan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah.

Page 119: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

112  

  

(Informan WM) Saya tahu sekali SPO itu dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang di bakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan atau tindakan. Seperti itu”

(Informan ZH) Saya mengetahui SPO itu karena dia bertujuan untuk menghindari kegagalan atau kesalahan dan keraguan dalam proses pelaksanaan kegiatan dan SPO juga sebagai parameter untuk menilai mutu pelayanan perawat.

(Informan AL)  

Pertanyaan :

2. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi tentang SPO?

Jawaban informan :

“saya pernah mendapatkan sosialisasi SPO”... (Informan S)

Iya saya pernah (Informan DA)

Pernah .....tapi saya lupa tanggal diadaan sosialisasinya... (informan DS)

Pernah saya dapatkan sosialisasi SPO itu (Informan PS)

Pernah , dirumah sakit ini sosialisasinya.... (informan SM)

Pernah... dan saya ikut kegiatan itu (informan EB)

Pernah dan bahkan sering..saya juga sering mencari informasi tentang SPO melalui media elektronik..apalagi sekarang untuk mengakses informasi itu cukup gampang dengan menggunakan internet.

(Informan RA) Sosialisasinya...pernah dapat

(Informan AB) Pernah ikut untuk kegiatan sosialisasi sepertinya 2 kali lah..pelaksanaannya dirumah sakit ini juga Pak saya ikutnya....

(Informan AW) Pernah...dirumah sakit ini kegiatannya kalau gak salah tahun 2017.

(Informan WM) Iya pernah..saya ikut biar saya lebih tahu SPO itu bagaimana...”

(Informan ZH) Pernah dan itu baru pertama kali saya dapat...

(Informan AL)  

 

Page 120: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

113  

  

Pertanyaan :

3. Apakah setiap anda bekerja di ruang IGD menggunakan SPO?

Jawaban informan :

“ya kalau masalah sering menggunakan SPO atau tidak, saya jujur saja terkadang ada kasus yang bisa menggunakan SPO dan ada yang tidak. Jadi tidak bisa SPO di gunakan secara rutin”...

(Informan S) Kadang-kadang juga tergantung kondisi pasien yang datang ke ruang IGD....

(Informan DA) “kadang-kadang pak”...

(informan DS) Kadang digunakan .

(Informan PS) Terkadang menggunakan SPO terkadang tidak pak hehehe........

(informan SM) Iya saya gunakan SPO itu juga tidak rutin...

(informan EB) Saya selalu berusaha dalam bekerja untuk menggunakan SPO, karena dengan SPO itu dapat mengurangi kecelakaan kerja yang berefek baik bagi pasien maupun bagi perawat sendiri.

(Informan RA) Iya saya gunakan SPO sebisa mungkin

(Informan AB) Kadang-kadang, karna ada kasus darurat yang saya tidak sempat menggunakan SPO dalam bekerja

(Informan AW) Kadang-kadang saya gunakan SPO dalam tindakan.

(Informan WM) Kadang aja pak...”

(Informan ZH) Tidak rutin menggunakan SPO kadang-kadang aja.

(Informan AL)  

Pertanyaan :

4. Apa yang anda lakukan pada saat menerima pasien baru yang masuk ke IGD?

Jawaban informan :

“yang saya lakukan anamnesa dulu, setelah tau apa keluhan baru saya lakukan tindakan sesuai SPO, seperti vital sign, dan tindakan lainnya”...

(Informan S)

Page 121: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

114  

  

Saya coba uraikan ya pak tindakannya.... 1. Saat pasien datang/masuk ruangan yang didampingi oleh petugas

IGD, saya menyambut kedatangan pasien, memberikan kursi roda atau membawa pasien dengan brankar

2. Saya memperkenalkan diri 3. Bila pasien datang sendiri, saya mengkaji identifikasi pasien 4. Bila pasien datang bersama keluarga, saya mengkaji identitas pasien

melalui keluarga 5. Bila pasien datang merupakan rujukan dari Puskesmas/RS lain, saya

mengkaji identitas pasien melalui petugas kesehatan yang mendampingi pasien

6. Saya memperkenalkan diri 7. Pasien ditangani oleh dokter IGD dan saya mendampingi :

a. Jika pasien stabil maka saya menghubungi ruang rawat dan di tempatkan di kelas yang telah di sepakati

b. Jika pasien tidak mampu di tangani di RS maka saya merujuk pasien ke RS yang telah membuat MOU kerja sama dengan RSUD Kota Subulussalam

c. Jika pasien meninggal maka saya menghubungi ambulance untuk mengantarkan jenazah ke rumah duka

d. Jika pasien dinyatakan pulih maka pasien/keluarga wajib menyelesaikan administrasi RS dengan bantuan saya dan memberi lembar kontrol ulang ke poli. Kemudian pasien/keluarga mengambil obat di apotik

e. Jika pasien menolak untuk dilakukan perawatan, maka pasien/keluarga harus mengisi formulir PAPS

8. Melengkapi berkas pasien dengan sempurna. (Informan DA)

“anamnesa dulu, tapi jika pasiennya darurat saya langsung melakukan tindakan sesuai dengan prosedur pak”...

(informan DS) Tergantung pasien, jika darurat tangani masalahnya tapi jika bukan pasien darurat saya anamnesa dulu baru untuk tindakan saya minta inform consent keluarga .

(Informan PS) Tindakan karena pasien yang ke IGD rata-rata pasien darurat artinya butuh penanganan segera........

(informan SM) Ya kalau sesuai SPO nya begini pak Saat pasien datang/masuk ruangan saya menyambut kedatangan pasien, memberikan kursi roda atau membawa pasien dengan brankar, Saya memperkenalkan diri, saya mengkaji identifikasi pasien dan keluarga, Saya memperkenalkan diri dan Pasien ditangani oleh dokter IGD dan juga saya kemudian melengkapi semua berkas pasien...

(informan EB)

Page 122: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

115  

  

Anamnesa,inform consent dari keluarga terus lakukan tindakan sesuai SPO

(Informan RA) Anamnesa, inform consent dari pasien dan keluarga

(Informan AB) Anamnesa baru ketindakan yang lain sesuai dengan ketetapan dan peraturan penerimaan pasien baru disini.

(Informan AW) Perkenalkan diri baru ke tindakan.

(Informan WM) Pastilah anamnesa dulu...baru setelah Anamnesa lanjut kepemeriksaan, intinya harus disesuaikan dengan keadaan pasien yang masuk lah...”

(Informan ZH) Anamnesa dulu pak...biar kita tahu selanjutnya pemeriksaan apa yang kita lakukan berdasarkan penegakan diagnosanya.

(Informan AL) Pertanyaan :

5. Bagaimana menurut anda cara melakukan inform consent yang baik dan

benar kepada pasien atau keluarga pasien di IGD?

Jawaban informan :

“cara baik itu dengan menggunakan komunikasi yang baik apalagi terhadap keluarga pasien. Ya soalnya kalau komunikasi tidak baik bisa- bisa kalau salah tindakan nanti kita di salahkan”...

(Informan S) Dengan cara komunikasi yang baik....

(Informan DA) “caranya ya menyampaikan dulu tindakan yang akan di lakukan baru kemudian kembalikan keputusan terhadap pasien, untuk langkah-langkah sesuai SPO nya begini kurang lebih pak Setelah diindikasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter atau perawat yang dilimpahi wewenang, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai : Diagnosis dan tata cara tindakan medis, Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan, Alternatif tindakan lain dan resikonya, Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan, Perkiraan biaya. Setelah pasien dan keluarga memahami tentang tindakan yang akan dilakukan kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia sesuai dengan format surat pernyataan dan kalau perlu bermaterai 6000. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah: Pasien itu sendiri dengan usia lebih dari 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh, Istri/suami, Orang tua/wali, Keluarga terdekat,Bagi pasien dengan usia kurang dari 18 tahun yang bertanda tangan, orang tua/wali atau keluarga terdekat (Penanggung jawab) ”...

(informan DS)

Page 123: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

116  

  

“Jika pasien emergency sampaikan secara verbal, kemudian baru setelah selesai tindakan kita minta tanda tangan pasien atau keluarganya”...

(Informan PS) Sampaikan secara baik terutama kepada keluarga pasien........diindikasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter atau perawat yang dilimpahi wewenang, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai: a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis b. Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan c. Alternatif tindakan lain dan resikonya d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan f. Perkiraan biaya Setelah pasien dan keluarga memahami tentang tindakan yang akan dilakukan kemudian menandatangani surat persetujuan.

(informan SM) Memberikan surat dan meminta tanda tangan pasien atau keluarga pasien sebelum tindakan...

(informan EB) Dengan cara komunikasi yang baik, menyampaikan dulu tindakan yang akan di lakukan baru kemudian kembalikan keputusan terhadap pasien, Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.

(Informan RA) Komunikasi yang kita sampaikan harus baik kemudian Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.

(Informan AB) Dengan meminta tanda tangan di surat yang telah di sediakan

(Informan AW) Menjelaskan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan, kemudian baru komunikasikan hal tersebut dengan keluarga pasien.

(Informan WM) “...Saya lakukan dengan komunikasi tapi jika pasiennya emergency saya hanya minta persetujuan secara lisan setelah tindakan baru minta ditanda tangani di kertas inform consent. Tetapi jika pasien tidak emergensi saya tetap minta persetujuan terlebih dahulu sebelum tindakan”......

(Informan ZH) Berikan informasi tindakan yang akan dilakukan dengan syarat harus tanda tangan di lembar inform consent.

(Informan AL)

Pertanyaan :

6. Apakah anda menggunakan APD pada setiap melakukan tindakan terhadap

pasien di IGD?

Page 124: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

117  

  

Jawaban informan :

iya... takutlah kalau gak pakai APD karena kan banyak penyakit disini (Informan S)

Iya Pak saya pakai...kecuali sesekali kalau ada pasien emergensi kadang-kadang saya gak sempat pakainya Pak...

(Informan DA) “setiap tindakan saya gunakan APD”...

(informan DS) “iya pakai Pak”...

(Informan PS) Iya, digunakan....

(informan SM) iya...pakai.. Pak

(informan EB) Iya, saya rasa itu wajib...karena manfaatnya untuk kita juga..agar kita terhindar dari menularnya penyakit yang ada

(Informan RA) IyaPak saya pakai...karena takut tertular penyakit disini Pak...

(Informan AB) Iya saya selalu menggunakan

(Informan AW) Iya, harus itu Pak...kan perlindungan diri...

(Informan WM) “..iya”...

(Informan ZH) Pakai Pak..tapi sesekali pasti ada lupanya Pak...hehehe

(Informan AL)  

Pertanyaan :

7. Apa yang anda lakukan sebelum melakukan tindakan pemasangan infus?

Jawaban informan :

Menjelaskan tujuan kita dulu tuk apa pemasangan infus”... (Informan S)

Persiapan alat yang di perlukan.... (Informan DA)

“menggunakan APD, Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien dan melakukan tindakan pemasangan”...

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...

(Informan PS) Persiapan alat dulu dan langsung melakukan pemasangan....

(informan SM)

Page 125: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

118  

  

Inform consent..lalu melakukan pemasangan infus pak... (informan EB)

Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada, Memberikan informasi kenapa pemasangan infus harus dilakukan selanjutnya, Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik, menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien,Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.

(Informan RA) Mencuci tangan, Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar, dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien,

(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya

(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan infus

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...

(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa infus harus di pasang.

(Informan AL) Pertanyaan :

8. Bagaimana cara anda melakukan tindakan injeksi pada pasien di IGD?

Jawaban informan :

Jawaban saya yaitu menjelaskan tujuan kita dulu tuk apa dilakukan injeksi pak”...

(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan.... kemudian Petugas melakukan aseptic/antiseptic pada lokasipenyuntikan, Petugas menusukan jarum suntik dari spuit yang telahdiisi obat sebelumnya pada lokasi yang telah diaseptik, Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan &Injeksi tidak boleh ada darah masuk ke dalamspuit bila ada darah maka suntikan agar di perdalam/dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelahdiaspirasi kembali. Setelah penyuntikan bereskan alat.

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus injeksi”...

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...

(Informan PS) Persiapan alat dulu...

(informan SM) Inform consent..

(informan EB)

Page 126: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

119  

  

Caranya adalah Petugas membaca resep obat suntik / injeksi yangdiintruksikan dokter, Petugas menyiapkan alat dan obat suntik sesuai denganresep, Petugas melakukan aspirasi obat suntik ke dalam spuitinjeksi sesuai dosis dalam resep, Sebelum penyuntikan obat petugas melakukan skin testuntuk obat suntik tertentu untuk memastikan obattersebut tidak akan menimbulkan reaksi alergi setelahobat disuntikan, Petugas melakukan aseptic/antiseptic pada lokasipenyuntikan, Petugas menusukan jarum suntik dari spuit yang telahdiisi obat sebelumnya pada lokasi yang telah diaseptik, Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan &injeksi tidak boleh ada darah masuk ke dalamspuit bila ada darah maka suntikan agar di perdalam/dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelahdiaspirasi kembali. Injeksi Intracutan harus ada darah masuk ke dalam spuit untukmemastikan bahwa jarum suntik sudah masuk ke dalampembuluh darah vena bila tidak ada darah masuk kedalam spuit maka ujung jarum diupaya agar menembuspembuluh darah vena atau lokasi penyuntikandipindahkan sampai dapat menembus ke dalampembuluh darah vena, Petugas menyemprotkan obat suntik sesuai dosis yangditentukan, Petugas mencabut jarum suntik dari lokasi suntikan danmelakukan aseptic pada luka bekas suntikan, Petugas mengatasi bila terjadi syok analgetik sampai syok teratasi, Petugas menyerahkan resep obat minum kepada pasien untuk diambil di apotik serta Petugas membersihkan dan membuang alat bekas pakai.

(Informan RA) Memberikan informasi kenapa injeksi harus dilakukan dan kemudian memberikan injeksi

(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya kemudian langsung suntik

(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan injeksi biar lebih jelas...dan selanjutnya pesiapan alat dan segera menyuntk

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...

(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa injeksi harus di lakukan.

(Informan AL)  

Pertanyaan :

9. Apa yang anda lakukan sebelum melakukan tindakan menjahit luka?

Jawaban informan :

Inform consent sama pasien dan keluarganya dan sebelum menangani pasien, Perawat harus mencuci tangan hingga bersih, Perawat harus

Page 127: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

120  

  

menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan tindakan, Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril,”...

(Informan S) Menjelaskan kepada pasien atau keluarga tentang besarnya luka yang dialami....

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus menjahit luka”...

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...

(Informan PS) Persiapan alat dulu..selanjutnya Perawat harus menggunakan sarung tangan steril

(informan SM) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya dan selanjutnya melakukan penjahitan sesuai dengna SPO

(informan EB) Sebelum menangani pasien, Perawat harus mencuci tangan hingga bersih, Perawat harus menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan tindakan, Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril, Untuk luka yang dalam, jahitan dilakukan sebanyak 2 lapis, Sebelum dilakukannya tindakan medis, keluarga pasien harus menandatangani surat persetujuan tindakan medis. Selanjutnya menanyakan nama pasien yang akan dilakukan tindakan, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan prosedur, memperkenalkan diri kepada pasien, menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan ini yaitu agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan luka, tanda tangan informed consent apabila pasien setuju maupun menolak tindakan yang akan dilakukan selanjutnya baru melakukan tindakan menjahit luka.

(Informan RA) Memberikan informasi kenapa menjahit luka harus dilakukan kemudian memperkenalkan diri kepada pasien, menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan ini yaitu agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan luka.

(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya

(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan penjahitan luka biar lebih jelas...

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...

(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa penjahitan luka harus di lakukan.

(Informan AL)  

Page 128: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

121  

  

Pertanyaan :

10. Bagaimana prosedur pemasangan oksigen pada pasien yang membutuhkan?

Jawaban informan :

Yang pertama lihat dulu instruksi dari Dokter biar tidak ada kesalahan, kemudian menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen”...

(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan persetujuan dari keluarga....

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus memasang oksigen”...

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”...

(Informan PS) Persiapan alat dulu........

(informan SM) Inform consent..selanjutnya menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen, lalu persiapkan alat dan selanjutnya melakukan tindakan sesuai dengan SPO

(informan EB) Yang pastinya kita harus melihat lihat dulu instruksi dari Dokter biar tidak ada kesalahan, kemudian menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, seperti tujuan dari pemasangan oksigen, tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya, cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan, hubungkan kanula hidung ganda atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab, pasang ke penderita, atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas kanula hidung ganda atau masker dari penderita, tabung oksigen ditutup, penderita dirapikan kembali dan peralatan dibereskan.

(Informan RA) Memberikan informasi kenapa oksigen harus di pasang

(Informan AB) Minta izin dulu sama pasien atau keluarganya, cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan, hubungkan kanula hidung ganda atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab, pasang ke penderita, atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.

(Informan AW) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan oksigen biar lebih jelas...

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan”...

(Informan ZH) Inform consent terhadap keluarga atau pasien dan menjelaskan tujuan kenapa pemasangan oksigen harus di lakukan.

(Informan AL)

Page 129: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

122  

  

Pertanyaan :

11. Bagaimana cara anda melakukan tindakan pemeriksaan tekanan darah pada

pasien di IGD?

Jawaban informan :

Sesuai dengan standar SPO”... (Informan S)

Sesuai dengan prosedur... yaitu kita harus menyiapkan alat, selanjutnya kitaatur posisi pasien senyaman mungkin, letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang, telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, terus kita memasang manset pada lengan dan setelah didapatkan hasilharus diberitahukan pada pasien.

(Informan DA) “mulai dari mencuci tangan, menjelaskan tujuan, mengatur posisi pasien dan sebagainya. Saya lakukan sesuai prosedur secara berurutan”...

(informan DS) “sesuai dengan urutan kerja yang sudah di susun”...

(Informan PS) Dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan tekanan darah ...

(informan SM) Persiapan alat, mencuci tangan, menjelaskan tujuan dan sebagainya sesuai dengan peraturan dan langsung melakukan pemeriksaan...

(informan EB) Petugas menyapa pasien dengan sopan dan ramah, petugas memastikan bahwa pasien sudah memahami mengapa dianjurkan untuk memeriksa tekanan darah dan sudah mengerti prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, petugas mencuci tangan, petugas memakai handscoon, petugas menyiapkan alat, petugas atur posisi pasien senyaman mungkin , letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang, telapak tangan menghadap keatas, baju dibuka, petugas memasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas garis siku (jangan terlalu ketat maupunterlalu longgar) dan posisi manset sejajar jantung. Setelah didapatkan hasilpetugas membaca hasil dan petugas memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai, dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien. Petugas merapikan alat dan bahan.

(Informan RA) Petugas memasang manset pada lengan...kemudian segera ukur dan kita dengarkan bunyi sistol dan diastolnya

(Informan AB) Saya berpendapat yaitu sesuai prosedur juga, yang penting pasien diberitahu pada saat akan diukur tekanan darahnya.

(Informan AW)

Page 130: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

123  

  

Dengan meletakkan tensi meter pada lengan pasien yang sebelumnya sudah di atur posisi senyaman mungkin dan menilai sistol dan diastolnya...

(Informan WM) “...sesuai prosedur, mulai dengan mempersiapkan alat”...

(Informan ZH) Sesuai SPO, saat pemeriksaan posisi pasien harus berbaring.....

(Informan AL) Pertanyaan :

12. Jelaskan cara anda melakukan pemeriksaan pernapasan pada pasien di IGD?

Jawaban informan :

Uraiannya begini pak yang pertama Mencuci tangan, Membawa alat-alat ke dekat pasien, Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang), Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan, Mencatat hasil pengukuran suhu pada status/buku catatan”...

(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri pada pasien.Melakukan anamnesis keluhan respirasi sebagai data dasar dalam melakukan pemeriksaan fisik.Selanjutnya menginformasikan tujuan dari pemeriksaan/test yang akan dilakukan serta mendapatkan izin melakukan pemeriksan dari pasien atau keluarga. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan (termasuk menyuruh pasien membuka bajunya), menyuruh pasien tidur terlentang untuk pemeriksaan toraks bagian depan, pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, melakukan penilaian pada tarikan nafas pasien dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan pernapasan”...kemudian langkah-langkahnya yaitu : 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat ke dekat pasien 3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)

Page 131: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

124  

  

5. Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya

6. Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik

7. Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman 8. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu

bahwa tindakan sudah selesai 9. Mencuci tangan 10. Mencatat hasil pengukuran suhu pada status/buku catatan

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”... kemudian melakukan penilaian dan menghitung berapa kali pada tarikan nafas pasien dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.

(Informan PS) Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang), Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan kemudian menyampaikan kepada pasien hasilnya

(informan SM) Posisikan pasien dan memperhatikan tarikan nafasnya..kemudian mencatat hasilnya dan menyampaikan kepada pasien hasilnya

(informan EB) Menjelaskan dulu kenapa kita harus melakukan pemeriksaan pernapasan. Dilakukan dengan memperhatikan tarikan pernapasannya dan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan selanjutnya harus dilakukan sesuai dengan SPO

(Informan RA) Posisikan pasien dengan baik dan segera menghitung jumlah pernafasan pasien selama 1 menit penuh

(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan perhatikan tarikan nafasnya, kemudian hitung berapa. Sehingga kita bisa menilai kondisi pasien

(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan memperhatikan tarikan pernafasan... tapi kalau langkah-langkah secara rincinya begini pak...awalnya menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien, Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang),

Page 132: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

125  

  

Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen/dada bagian bawah dan meletakkan tangan anda pada abdomen/dada atas pasien kemudian amati gerakannya, Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap, kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama serta karakter pernafasan selama 60 detik, Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman, Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai, Mencuci tangan kemudian menyampaikan kepada pasien hasilnya

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien”....

(Informan ZH) Tindakannya yaitu mulai dari saya menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita, penderita dalam posisi duduk diminta melepas pakaian/baju, perhatikan gerak nafaspenderita, inspirasi dan ekspirasi, gerak dada dan perut,simetris apa tidak, catat hasil yang ditemukan...

(Informan AL) Pertanyaan :

13. Bagaimana cara anda melakukan pemeriksaan nadi pada pasien di IGD?

Jawaban informan :

Dilakukan dengan cara meraba denyut nadi dan menghitung”... namun awalnya kita harus menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita, penderita dalam posisi duduk atau berbaring, lengan dalam posisi bebas(relaks). Perhiasan dan jam tangan dilepasposisi tangan penderita supinasi atau pronasi, periksadenyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan tiga jari yaitu,jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa pada sisi fleksor bagianradial tangan penderita, hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitasdenyutannya.

(Informan S) Persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien kemudian meraba denyut nadi pasien...

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan nadi”...

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu”... kemudian jelaskan prosedur kepada klien cuci tangan, atur posisi pasien, letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh, tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung), periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta kekuatan denyutan, catat hasil dan cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

(Informan PS)

Page 133: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

126  

  

Meraba denyut nadi di pergelangan tangan...dan menghitung detakan nadinya.

(informan SM) Posisikan pasien dan meraba denyut nadinya..Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan. Hitung nadi selama 1 menit, bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat).

(informan EB) Sama seperti pemeriksaan pernafasan, cara yang saya lakukan dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan dengan memegang pergelangan tangan dan hitung denyut nadi menggunakan jam tangan

(Informan RA) Langkahnya yaitu awalnya kita cuci tangan, jelaskan prosedur yang akan dilakukan, atur posisi pasien. Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung), periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan. Hitung nadi selama 1 menit, bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat), bila perhitungan selama 30 detik maka dikalikan 2 (dua), perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur, catat hasil dan kita kembali cuci tangan setelah prosedur dilakukan

(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, meraba denyut nadi pasien

(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan meraba denyutan nadiselama 1 menit penuh dan beritahu hasilnya kepada pasien.

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien”...

(Informan ZH) Posisikan pasien hitung denyut nadi dan nilai kondisi yang dialami pasien.

(Informan AL) Pertanyaan :

14. Bagaimana cara melakukan pengukuran suhu pada pasien di IGD?

Jawaban informan :

Untuk pengukuran suhu juga saya lakukan sama dengan pemeriksaan lain, cara yang saya lakukan adalah dengan memposisikan pasien senyaman mungkin baru saya lakukan pemeriksaan”...

(Informan S)

Page 134: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

127  

  

Nah untuk pemeriksaan suhu saya lakukan sekaligus dengan pemeriksaan tensi darah, yang pertama adalah persiapan alat yang di perlukan dan memposisikan pasien...

(Informan DA) “menjelaskan dulu kenapa kita harus dilakukan pemeriksaan suhu, kemudian langkah-langkahnya 1. Perawat cuci tangan 2. Alat-alat di bawa ke dekat pasien 3. Pasien di beri penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan 4. Bila perlu lengan baju pasien di buka, jika ketiak pasien basah harus

di keringkan 5. Thermometer di cek kembali lalu di pasang tepat pada resevoirnya,

jepitkan ditengah-tengah ketiak pasien 6. Lengan pasien yang bersangkutan dilipatkan di dada setelah 10 menit

thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu

7. Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan

8. Bila menggunakan thermometer air raksa, air raksa diturunkan dan thermometer dimasukkan ke dalam tempatnya dan siap untuk di pakai pasien berikutnya

9. Bila menggunakan thermometer digital, bersihkan ujungnya kemudian tekan tombol mematikannya, simpan kembali de dalam wadahnya”kurang lebihnya begitulah pak....

(informan DS) “menjelaskan prosedur dulu dan lakukan pemeriksaan suhu di aksila”...

(Informan PS) Posisikan pasien kemudian letakkan termometer di aksila...sebelumnya thermometer di cek kembali lalu di pasang tepat pada resevoirnya, jepitkan ditengah-tengah ketiak pasien, Lengan pasien yang bersangkutan dilipatkan di dada setelah 10 menit thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu, Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan, Bila menggunakan thermometer air raksa, air raksa diturunkan dan thermometer dimasukkan ke dalam tempatnya dan siap untuk di pakai pasien berikutnya, Bila menggunakan thermometer digital, bersihkan ujungnya kemudian tekan tombol mematikannya, simpan kembali de dalam wadahnya

(informan SM) Menjelaskan prosedur dulu dan posisikan pasien dan letakkan termometer di aksila..kemudian baca hasilnya.

(informan EB) menjelaskan prosedur dulu dan lakukan pemeriksaan suhu di aksila, letakkan termometer didada setelah 10 menit thermometer diangkat langsung di baca dengan teliti dan di catat pada buku catatan suhu,

Page 135: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

128  

  

Thermometer di bersihkan dengan larutan sabun, kemudian dalam larutan desinfektan lalu di bersihkan dengan air bersih dan keringkan

(Informan RA) Posisikan pasien dengan baik lakukan komunikasi yang baik dan letakkan termometer di aksila tunggu sampai 5 menit.

(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan letakkan termometer di aksila, kemudian hitung berapa sehingga kita bisa menilai kondisi pasien

(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan dengan meletakkan termometer di aksila...

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien, letakkan termometer, lihat hasil yang muncul, beri tahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga”...

(Informan ZH) Posisikan pasien letakkan termometer di aksila, lihat hasilnya berapa dan informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.

(Informan AL)  

Pertanyaan :

15. Jelaskan prosedur pemasangan dan pelepasan kateter pada pasien di IGD?

Jawaban informan :

Prosedur dalam pemasangan dan pelepasan kateter saya lakukan mulai dari persiapan alat, persiapan pasien, sampai ke langkah kerja. Langkah kerja ini saya lakukan berurutan sesuai SPOPak.....

(Informan S) Cara pelepasan dan pemasangan kateter saya lakukan sesuai prosedur, mulai dari mempersiapkan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya....

(Informan DA) “apapun tindakan yang di lakukan saya selalu menginformasikan kepada pasien maupun keluarganya, tujuannya apa begitu, kemudia baru saya bertindak dengan mempersiapkan alat, mencuci tangan, sampai terakhir saya lakukan dokumentasi”...

(informan DS) “prosedurnya kalau saya jelaskan terlalu panjang ni Pak, jadi yang pada intinya saya selalu minta inform consent baru kemudian melakukan tindakan keperawatan mulai dari persiapan alat, persiapan pasien dan cara kerjanya”...

(Informan PS)

Page 136: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

129  

  

Informasikan tindakan yang akan dilakukan, persiapan alat, cara kerja yang dimulai dari mencuci tangan sampai dokumentasi tindakan ...

(informan SM) Prosedur pemasangan dan pelepasan kateter di mulai dari persiapan pasien, persiapan alat dan cara kerja. Di dalam cara kerja itu nanti dilakukan secara berurutan

(informan EB) Informasikan dulu tujuan dari tindakan kita, kemudia persiapan pasien, pesiapan alat baru kemudian kita ikuti cara kerja dengan benar.Adapun langkah kerja yang saya lakukan mulai dari memperkenalkan diri, memberitahu dan menjelaskan tindakan, menjaga privasi, mendekatkan alat, mencuci tangan, desinfeksi daerah glans, mengeluarkan isi balon dengan spuit (untuk pelepasan kateter), menarik kateter dengan menganjurkan si pasien tarik nafas, mengoleskan betadin, membereskan alat, cuci tangan dan lakukan dokumentasi

(Informan RA) Prosedurnya dimulai dari persiapan pasien, persiapan alat dan cara kerja, jadi harus sistematis.

(Informan AB) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, posisikan pasien dan siapkan alat kemudian baru kita lakukan tindakan pemasangan maupun pelepasan kateter

(Informan AW) Posisikan pasien dengan nyaman dan lakukan tindakan sesuai dengan prosedur SPO...

(Informan WM) “...mempersiapkan alat dan menjelaskan informasi ke pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien, letakkan alat, lakukan tindakan secara hati-hati sesuai dengan urutan”..

(Informan ZH) Inform consent, jelaskan prosedur dari tindakan, persiapan pasien, persiapan alat baru tindakan dilakukan secara berurutan dan hati-hati..

(Informan AL) Pertanyaan :

16. Bagaimana prosedur serah terima pasien dari IGD ke ruang rawatan?

Jawaban informan :

Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yaitu.....

1. Bila pasien ada indikasi setelah ada persetujuan dari dokter kemudian surat pengatar rawatan harus di buat dulu..

2. Informed consent pada keluarganya pasien... 3. Setelah itu saya mengisi/melengkapi data sesuai dengan format

serah terima pasien 4. Saya juga melakukan identifikasi pasien

Page 137: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

130  

  

5. Keluarga harus melengkapi data dan mengurus biaya administrasi 6. Kemudian saya harus menghubungi ruang perawatan yang dituju

dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien 7. Pada saat pengiriman pasien menggunakan brankart atau kursi

roda yadi sesuaikan dengan kondisinya lah...tetapi tetap harus di dampingi baik itu oleh saya sendiri maupun oleh perawat lain dengan menyertakan file penderita juga..

8. Pengiriman penderita dilakukan apabila ada Dokter yang bertanggung jawab di bagian yang bersangkutan

9. Sampai di ruang rawat serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju

10. Perawat ruangan rawat nantinya juga akan melakukan klarifikasi ulang format serah terima tersebut agar tidak ada kesalahan

11. Setelah di klarifikasi oleh perawat ruangan saya harus menanda tangani format yang sudah tersedia, artinya itu bahwa tugas serah terima sudah selesai dilakukan.. begitu Pak....

(Informan S) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan diantaranya...membuat surat pengatar rawatan jika sudah ada ijin dari Dokter bahwa pasien harus di rawat, informed consent pada keluarganya pasien, mengisi/melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, keluarga harus melengkapi data dan mengurus biaya administrasi, kemudian saya harus menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, pasien diantar menggunakan brankart atau kursi roda, dan harus di dampingi baik itu oleh saya sendiri maupun oleh perawat lain dengan menyertakan file penderita juga, Pengiriman penderita dilakukan apabila ada Dokter yang bertanggung jawab di bagian yang bersangkutan, Sampai di ruang rawat serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju, Perawat ruangan rawat nantinya juga akan melakukan klarifikasi ulang format serah terima tersebut agar tidak ada kesalahan, Setelah di klarifikasi oleh perawat ruangan saya harus menanda tangani format yang sudah tersedia, artinya itu bahwa tugas serah terima sudah selesai dilakukan. Begitulah singkatnya serah terima yang saya lakukan.....

(Informan DA) “serah terima pasien sering saya lakukan..seperti: 1. Mempersiapkan status pasien dan segala hal berhubungan dengan

tindakan yang harus dilakukan di IGD 2. Nanti saya menyerahkan surat pengantar rawat dari ruang IGD, saya

juga mengecek fasilitas yang diinginkan pasien dan keluarga. 3. Setelah itu saya daftarkan pasien berdasarkan indentifikasi data sosial

pasien. 4. Saya juga memberitahukan ke pihak ruangan rawat bahwa akan ada

pasien baru

Page 138: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

131  

  

5. Saya juga akan memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Kemudian saya mengantarkan pasien ke ruang rawat. Petugas rawat inap biasanya nanti juga akan memberikan pelayanan, apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak. Jika nanti di perlukan maka petugas memberikan formulir ke unit pemeriksaan yang dituju. Jika tidak maka pasien tetap pelayanan kesehatan rawat.

6. Pada saat saya mengantarkan ke ruang rawat disana nantinya saya akan serah terima dulu kepada perawat ruangan.mungkin singkatnya seperti itu....

(informan DS) “Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yaitu..... Awalnya.....emmm.. gini pak...1. Perawat IGD mendapat konfirmasi dari Dokter IGD tentang Pasien yang akan dirawat. 2. Perawat IGD melakukan identifikasi pasien. 3. Perawat IGD melakukan kebersihan tangan. 4. Perawat IGD menjaga privasi pasien. 5. Dokter IGD mengisi form pengantar rawat inap 6. Perawat IGD memberikan pengantar rawat inap dan meminta keluarga pasien untuk mengurus administrasi rawat inap 7. Setelah keluarga melakukan registrasi rawat inap dan mendapat surat masuk rawat inap, perawat IGD menghubungi ruang rawat inap yang akan dituju untuk memastikan tempat sudah tersedia dan dalam keadaan siap pakai serta memastikan bahwa pasien boleh diantar ke ruangan tersebut. 8. Perawat IGD mengisi formulircheck listtransfer internal 9. Perawat IGD melakukan evaluasi ulang pasien (GCS, tanda-tanda vital, skala nyeri). 10. Perawat IGD mengantar pasien ke ruang rawat inap: a. Perawat IGD melakukan identifikasi pasien dan memasang gelang identitas. b. Apabila pasien tidak kuat berjalan/ dalam konsidi lemah, pasien diantar ke ruang rawat inap menggunakan kursi roda / brankard/tempat tidur, namun apabila pasien mampu berjalan, petugas mendampingi pasien sampai ke ruang rawat inap yang dituju. c. Perawat IGD memasang pengaman tempat tidur/ brankard dan alat penunjang bila diperlukan. d. Posisi pasien dalam transportasi,kaki didahhulukan apabila pasien menggunakan brancard/tempat tidur. e. Perawat IGD memperhatikan kondisi pasien selama perjalanan. 11. Perawat IGD melakukan serah terima keperawat ruangan dan menyertakan formulir check list transfer internal. Adapun serah terima pasien meliputi: a. Kondisi pasien dalam perjalanan dan kondisi terakhir pasien b. Terapi yang sudah diberikan c. Terapi yang harus dilanjutkan d. Rencana tindakan e. Pemeriksaan penunjang yang telah, sedang atau direncanakan pada pasien f. Peralatan yang terpasang (Infus, drain, NGT, kateter, ETT, dsb) g. Kelengkapan administrasi (bila belum lengkap koordinasikan dengan pihak terkait) 12. Perawat IGD memberikan kesempatan kepada perawat ruangan untuk bertanya sejelas-jelasnya. 13. Perawat IGD dan perawat ruangan mendokumentasikan serah terima pasien di catatan keperawatan. 14.

Page 139: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

132  

  

Perawat IGD melakukan kebersihan tangan sesudah melakukan tindak. Kira-kira begitu Pak prosedurnya......

(Informan PS) Berkaitan dengan prosedur serah terima pasien dari IGD ke Ruang Rawat itu dilakukan secara terstruktur yaitu, awalnya a. Pasien datang di bagian admisi dan diterima oleh petugas admisi. b. Petugas (Dokter, Perawat) menjelaskan kepada pasiendan keluarga bahwa pasien memerlukan penangananlebih lanjut. c. Mempersiapkan status pasien dan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang harus dilakukan di IGD seperti mengukur tanda-tanda vital, memasang infus dan tindakan emergensi lainnya, menghubungi dokter spesialis, memberikan obat dan lain-lain dokter spesialis, d.Petugas menyerahkan surat pengantar rawat inap yangberasal dari IGD e. Petugas mengisi berkas rekam medis denganmelakukan wawancara kepada pasien mengenai tempat/fasilitas . f. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru, Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien, apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak. Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke unit pemeriksaan yang dituju Perawat IGD mengantar pasien ke ruangan dengan menggunaan kursi roda atau brangkar (sesuai dengan kemampuan mobilisasi pasien). Perawat memindahkan pasien ke tempat tidur dan menempatkan alat kesehatan yang terpasang pada pasien pada tempatnya (infus, O2, kateter dan lain-lain), Perawat IGD melakukan serah terima pasien kepada perawat ruangan.

(informan SM) Singkat prosesnya begini Pak.....Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yang awalnya kita harus membuat surat pengatar, Informed consent pada keluarganya pasien, mengisi/melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, Menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, mendampingi pasien pada saat diantar ke ruangan rawat dengan menyertakan file penderita juga, serah terima pasien saya lakukan kepada perawat yang dituju, kemudian menanda tangani format yang sudah tersedia.

(informan EB) Langkah-langkah yang saya lakukan sewaktu serah terima pasien dari IGD ke ruang rawatan adalah : 1. Pasien yang akan dipindahkan, dirapikan dan disiapkan alat-alat

bantunya. 2. Saya Informasikan keunit tujuan untuk bersiap-siap menerima pasien

melalui telepon.

Page 140: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

133  

  

3. Kemudian saya Antar pasien tersebut ke unit tujuan minimal dengan1 orang perawat dengan menggunakan kursi roda atau tempat tidur pasien, disesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Lalu saya serah terima ke perawat penanggungjawab unit yang dituju.

5. Yang saya informasikanpada saat serah terima keunit rawat inap biasanya meliputi ;

a. Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medik pasien. b. Diagnosis kerja//diagnosis masuk yang dibuat oleh dokter

IGD/DPJP c. Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran) d. Rencana intruksi penanganan yang diberikan oleh DPJP pasien

termasuk rencana unit. e. Tindakan atau obat yang telah diberikan di unit-unit ambulatory

maupun IGD. f. Obat-obat apa yang ada dibawa oleh pasien maupun obat yang

telah diambil dari farmasi untuk pasien. g. Riwayat alergi pasien.

6. Petugas penerima pasien mencatat informasi yang saya berikan. 7. Petugas yang menerima pasien melakukan “read back” informasi

yang dicatat tersebut dan menginformasikannya. 8. Memastikan bahwa serah terima tidak ada yang lewat, bila ada yang

kurang dimengarti dapat ditanyakan. 9. Dokumentasikan kejadian yang meliputi sedikitnya tanggal kegiatan,

siapa yang mengantar pasien dan siapa yang menerima pasien. 10. Rapikan kembali alat-alat yang sudah tidak digunakan oleh pasien.

(Informan RA) Menurut saya prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yaitu apabila sudah ada intruksi dari dokter untuk memindahkan pasien maka lngkah yang dilakukan adalah melengkapi semua administrasi dan persyaratan rekam medisnya,kemudianmelengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien, melakukan identifikasi pasien, menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien, mendampingi pasien pada saat diantar ke ruangan rawat dengan menyertakan file penderita juga, serah terima pasien kepada perawat yang dituju, kemudian menanda tangani format yang sudah tersedia, kemudian menjelaskan tindakan yang telah dilakukan atau pengobatan apa saja yang telah diberian kepada pasien tersebut.. itu point-point yang dapat saya jelaskan Pak...

(Informan AB) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan, yang pertama itu...membuat surat pengantar, yang kedua.. Informed consent jangan lupa kepada keluarga pasien, yang ketiga..melengkapi data sesuai dengan format serah terima pasien,yang ke empat..melakukan identifikasi pasien, yang ke lima...Menghubungi ruang perawatan yang dituju dulu sesuai dengan jenis kasus pada pasien jadi jangan sampai nanti sudah

Page 141: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

134  

  

diantar ke ruangan..eh... ruangan tidak ada yang kosong, bisa membahayakan kondisi pasien apalagi pasien yang emergency.. nahpada saat mengantarkan pasien harus didampingi dengan menyertakan file penderita juga, ke enam serah terima pasien kepada perawat yang dituju, dan yang terakhir menanda tangani format yang sudah tersedia. Begitu Pak.....”.

(Informan AW) Prosedur nya saya jelaskan poin saja ya Pak..yaitu pasien yang akan dipindahkan dirapikan dan disiapkan, pasien yang akan dipindah harus memakai gelang identitas pasien dan menandatangani surat persetujuan tindakan medis. Memberitahu ke ruang rawat inap untuk menerima pasien melalui telepon. Dan antar pasien ke ruang rawat inap dengan menggunakan kursi roda, stretcher atau tempat tidur pasien disesuaikan dengan kondisi pasien. Lalu serah terima dilakukan oleh petugas IGD yang memindahkan kepada perawat penanggungjawab rawat inap. Petugas yang menerima pasien mencatat semua informasi yang diberikan dan melakukan perawatan sesuai dengan anjuran dokter.

(Informan WM) “...disini kami punya ketentuan dan prosedur untuk proses serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan Pak.. dimana perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien memerlukan penanganan lebih lanjut. Mempersiapkan status pasien dan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang harus dilakukan di IGD seperti mengukur tanda-tanda vital, memasang infus dan tindakan emergensi lainnya, Petugas menyerahkan surat pengantar rawat inap yang berasal dari IGD, Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada pasien mengenai tempat/fasilitas. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru, Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan. Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap. Perawat IGD mengantar pasien ke ruangan dengan menggunaan kursi roda atau brangkar sesuai dengan kemampuan mobilisasi pasien. Perawat IGD melakukan serah terima pasien kepada perawat ruangan dan menyampaikan mulai dari identitas sampai dengan keadaan pasien.

(Informan ZH) Prosedur serah terima pasien dari ruang IGD ke ruang rawatan yang kami lakukan di sini harus sesuai dengan prosedur dimana mulai dari persiapan pasien, persiapan berkas rekam medik, memberikan informasi kepada ruangan bahwa akan dilakukan pemindahan pasien, mengantar pasien dengan kursi roda atau tempat tidur sampai keruangan, kemudian menyerahkan status pasien keperawat ruangan dan mengantar pasien sampai kedalam ruang atau tempat tidur yang telah ditetapkan, memastikan pasien nyaman dan melimpahkan tanggungjawab selanjunta kepada perawat ruangan..

(Informan AL)

Page 142: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

135  

  

Pertanyaan :

17. Bagaimana upaya yang anda lakukan agar selalu menerapkan tindakan

keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

Menurut saya upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga kedisiplinan, etika dalam bekerja, bekerja secara ikhlas tanpa membedakan skill, ras, jabatan, ekonomi, dan agama, mengutamakan pasien urgent dari pada pasien non urgent, melakukan komunikasi efektif. Gitu Pak....

(Informan S) Upaya agar menerapkan SPO hmmm.....yang pastinya semua tindakan harus dibiasakan untuk dikerjakan secara prosedur dan lama-lama kita akan terbiasa melakukan semua tindakan dengan SPO Pak.....

(Informan DA) “memang susah ya pak kalau kita tidak membiasakan untuk melakukan semua tindakan sesuai dengan prosedur apalagi ada pasien dengan keadaan emergency. Tapi bagaimana pun seorang perawat itu harus berupaya melakukan tindakan sesuai dengan SPO. Jadi intinya selain membiasakan diri usaha lain kita harus sering ikut pelatihan tentang SPO dalam keperawatan Pak.....

(informan DS) “Dengan cara mengikuti sosialisasi dan pelatihan Pak..biar pengetahuan kita bertambah dan mau melakukan semua tindakan dengan SPO”

(Informan PS) Caranya harus dibiasakan menggunakan SPO tersebut dan harus menjaga kedisiplinandalam bekerja Pak....

(informan SM) upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara bekerja harus ikhlas, jangan asal-asalan dalam memberikan pelayanan... diusahakan selalu menggunakan SPO walaupun ada beberapa tindakan yang tidak sesuai tergantung kondisi pasiennya juga Pak.....

(informan EB) Kuncinya harus dibiasakan itu Pak..karena SPO ini kan langkah-langkahnya panjang Pak..tapi kalau udah selalu kita terapkan maka langkah-langkah tersebut menjadi mudah waktu kita laksanakan. Intinya yang harus kita tau adalah kalau kita bekerja dengan menggunakan SPO maka manfaatnya bukan hanya untuk pasien tetapi manfaat untuk perawat juga dimana dapat meminimkan kesalahan dalam melakukan tindakan dan dapat mencegah menularnya penyakit dari pasien kepada perawat.....

(Informan RA) Kalau saya sih....usahanya lebih ke upaya membiasakan setiap tindakan harus sesuai dengan prosedur ya Pak..biar selalu teringat gitu Pak...walau apapun keadaan pasiennya kalau sudah terbiasa kita gak akan lupa Pak....

(Informan AB)

Page 143: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

136  

  

Menurut saya upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara sesekali harus dibaca—baca lagi SPOnya Pak...maklum Pak.. kan langkah kegiatannya panjang-panjang tu Pak pasti ada yang lupa kalau kita gak sering membaca lagiSPOnya....

(Informan AW) Upayanya pertama harus membiasakan diri bekerja sesuai dengan SPO, yang kedua harus sering mengikuti sosialisasi dan pelatihan terus selanjutnya harus sering membaca lagi isi SPO nya.....

(Informan WM) “...Menurut saya upayanya harus dengan membiasakan diri menggunakan SPO dalam melakukan tindakan...biar kita teringat Pak....”.

(Informan ZH) Menjaga kedisiplinan dalam bekerja, kalau ada yang kita gak paham maka harus ditanyakan ke teman yang lebih paham atau langsung kedokternya biar gak asal-asalan dalam memberikan pelayanan Pak....

(Informan AL)  

Pertanyaan :

18. Bagaimana hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan di ruang IGD?

Jawaban informan :

Hambatan dalam tindakan di ruang IGD seperti kurangnya tenaga ahli, kenapa?? Karena disebabkan kurangnya pelatihan pada tenaga keperawatan, pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan sehingga dengan jumlah yang sedikit bisa kewalahan, belum lagi keluarga pasien tidak kooperatif tentang tindakan yang akan di berikan, kurangnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dalam tindakan yang dilakukan dan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien emergency. Seperti itu hambatan yang seering kami rasakan Pak..

(Informan S) Hambatan tersebut berupa minimnya perawat yang bertugas dalam 1 sift sehingga pada saat ramai pasien kerjanya agak kewalahan gitu Pak....

(Informan DA) “Hambatannya terkadang kita gak bisa mengambil keputusan sendiri dalam menangani pasiendan harus menunggu intruksi dari Doktersehingga ada pasien dan keluarga pasien yang marah-marah sama perawatnya Pak..

(informan DS) “Hambatan yang dirasakan yaitu kurangnya tenaga ahli diakibatkan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien emergency”...

(Informan PS)

Page 144: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

137  

  

Hambatannya apa ya...oya Pak kadang-kadang pasien yang datang gak terhendel karena terlalu ramai ditambah lagi dengan keluarga yang mendampinginya.

(informan SM) Hambatan teknis berada pada sumber daya manusianya yaitu jumlah Perawat yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Dokter jaga yang berkerja sehingga lebih banyak tindakan medis yang dilakukan oleh Perawat daripada Dokter jaga yang sedang berkerja serta sarana dan prasarana yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses pelayanan pasien di IGD Pak..

(informan EB) Hambatan dalam tindakan di ruang IGD berupa kurangnya tenaga ahli diakibatkan kurangnya pelatihan pada kami Pak.. Sering pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan sehingga dengan jumlah kami yang piket sedikit bisa kewalahan kami, belum lagi ada kadang-kadang keluarga pasien tidak kooperatif sama kami dan tindakan yang akan di kami berikan, kurangnya kesabaran dan kesadaran pasien dan keluarga pasien saat berada di IGD.

(Informan RA) Perawatnya kurang Pak.. Kalau masalah lain ada juga tapi tidak terlalu jadi masalah kayaknya Pak.....

(Informan AB) Hambatannya kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga pasien dalam tindakan yang dilakukan dan kurangnya tenaga tim dalam melayani pasien yang datang secara bersamaan..

(Informan AW) Hambatan berupa kurangnya pelatihan pada tenaga keperawatan, pasien datangnya ramai sedangkan yang piket sedikit. Keluarga pasien sering marah-marah dan tidak sabar..

(Informan WM) “...Hambatan yang ada dalam tindakan di ruang IGD keluarga pasien tidak kooperatif tentang tindakan yang akan di berikan, dan kurangnya anggota yang piket terutama kalauada pasien yang datang secara beruntun terutama pada pasien yang gawat”..

(Informan ZH) Hambatan-hambatan yang sering terjadi di ruang IGD karena terbatasnya fasilitas saat pasien datang beruntun di waktu yang bersamaan Pak..

(Informan AL)  

 

 

 

Page 145: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

138  

  

B. Informan Kunci (Kepala Ruangan)

Pertanyaan :

1. Sebagai kepala ruangan, pernahkan anda melakukan sosialisasi pada petugas-

petugas dalam pelaksanaan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

“Pernah Pak.. Untuk sosialisasi pada petugas khususnya perawat di ruang IGD, Pernah di lakukan..hanya saja pada tahun 2017 ada 2 kali dan 2018 ada 1 kali.. dan saya rasa perlu di tingkatkan sosialisasi itu agar skill perawat bertambah lagi...”

Pertanyaan :

2. Bagaimana menurut anda sebagai Kepala Ruangan IGD, pernahkan anda

memberikan pengarahan secara langsung dan pembagian tugas sebelum dan

sesudah bekerja kepada bawahan anda, mengapa harus diberi?

Jawaban informan :

“...Saya sering memberikan pengarahan terhadap anggota saya di ruang IGD, setiap pagi sebelum menerima pasien pasti yang saya lakukan terlebih dahulu adalah pengarahan baik itu masalah kerja, tindakan, buku registrasi, etika, dan lain sebagainya. Dan perawat tersebut juga saya bagikan tugas agar nantinya ketika pasien datang, mereka sudah tahu tugasnya. Kenapa saya harus melakukan seperti itu? hehe..Semua itu demi meningkatkan kedisiplinan kinerja perawat ruang IGD. Karena pasien yang masuk ke IGD itu kan banyak pasien Urgent atau pasien emergency ya kan...

Pertanyaan :

3. Sebagai Kepala Ruangan, apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kinerja

pada perawat di ruang IGD?

Jawaban informan :

“...saya sering ya kalau pagi-pagi itu sebelum beraktifitas mereka (perawat) saya kumpulkan dulu, nah....ada tujuannya.. apa? Tujuannya supaya mereka mendapatkan pengarahan baik itu masalah kerja, attitude, terkadang jika ada masalah seperti kemarin jadi hari ini saya kasih arahan harus bagaimana biar lebih baik lagi. Karena kita kan sebagai pelayanan masyarakat. Yah.. mau tidak mau kita harus melayani setiap karakter pasien. Kemudian saya juga memberikan tugas masing-masing jadi nantinya terbiasa untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya. Mungkin itu....

Page 146: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

139  

  

Pertanyaan :

4. Mengapa anda perlu mengevaluasi kerja semua perawat di IGD?

Jawaban informan :

“...Tentunya iya setelah kita kasih pengarahan dan tanggung jawab, mereka tidak saya biarkan begitu saja... tugas saya selanjutnya adalah mengevaluasi kerja mereka.. saya pingin tahu apakah pengarahan saya berikan mereka dengar jika kerja mereka baik, disiplin, bagus artinya saya tidak sia-sia donk selalu ngasi pengarahan..hehehe

Pertanyaan :

5. Menurut anda bagaimana pelaksanaan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

“...pelaksanaan SPO di ruang IGD sudah berjalan dengan baik, ya tapi jika ada pasien emergency SPO tidak sepenuhnya berjalan...

Pertanyaan :

6. Mengapa perlu dilakukan evaluasi setelah menerapkan SPO pada perawat di

ruang IGD RSUD Kota Subulussalam?

Jawaban informan :

“evaluasi saya lakukan untuk melihat tingkat atau mengukur kinerja perawat di ruang IGD”

Pertanyaan :

7. Menurut anda, apa saja kendala yang di temukan pada pelaksanaan SPO pada

perawat di ruang IGD?

Jawaban informan :

“..Kendala yang di temukan yaitu ketika ada pasien emergency pelaksanaan SPO tidak bisa dilakukan dengan baik. Apalagi jika ada keluarganya yang hanya mengetahui perlu tindakan segera namun resikonya tidak di pedulikan”...

Pertanyaan :

8. Menurut anda apakah pelaksanaan SPO di rumah sakit membantu anda

dalam pengambilan keputusan atau dapat mengatasi masalah lainnya?

Page 147: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

140  

  

Jawaban informan :

“..pelaksanaan SPO sangat membantu sebenarnya Pak..karena masalah lain juga bisa teratasi seperti kedisiplinan perawat dalam bertindak, dan juga mengetahui perawat mana yang skillnya kurang. Jadi kita bisa lakukan sosialisasi kembali”

Pertanyaan :

9. Menurut anda penggunaan SPO dapat menangani pasien secara spesifik dan

sesuai dengan kebutuhan pasien?

Jawaban informan :

“dengan adanya SPO kita lebih mudah menangani pasien secara spesifik dan tentunya sesuai dengan kebutuhan pasien..tindakan yang akan dilakukan juga sesuai prosedur jadinya”..

Pertanyaan :

10. Bagaimana kesediaan format asuhan keperawatan di ruang IGD?

Jawaban informan :

“format asuhan keperawatan di ruang IGD harus lengkap

pengisiannya mulai dari identitas harus diisi dengan benar sampai dengan

pengkajian, pengobatan dan tindak lanjut, harus benar-benar lengkap”...

Pertanyaan :

11. Bagaimana cara melakukan pendokumentasian terhadap tindakan yang

dilakukan oleh perawat di ruang IGD?

Jawaban informan :

“..cara mendokumentasian tindakan itu menggunakan model dokumentasi keperawatan itu merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan keperawatan. Ada beberapa model yaitu dengan cara POR (problem oriented record), SOR (source oriented record), Progress Notes, CBE (charting by exception), PIE (problems intervention dan evaluation) dan focus...”itu caranya Pak...

C. Informan Kunci (Kabid Keperawatan)

Pertanyaan :

1. Bagaimana pendapat anda tentang keberhasilan pelaksanaan tindakan

keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Page 148: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

141  

  

Jawaban informan :

“..Berbicara keberhasilan, mungkin tidakterlalu signifikan karena kita baru mensosialisasi SPO ini pada tahun 2017 awal tapi jauh berubah karena dulu kita tdak ada standar.....jadi, seluruh tenaga yang masuk ke IGD itu kita pilih semua yg masuk. Dengan adanya SPO kita sudah seleksi di awal bahwa yang wajib di ruang IGD itu minimal mempunyai sertifikat gawat darurat...

...Kalau kita alhamdulilllah sudah 90% tenaga yang ada di IGD sudah memilikisertifikat gawat darurat, jadi dengan dasar itu mereka sangat mudahkita sampaikan sosialisasi SPO.Jadi dengan adanya SPO ini kita menyeragamkan seluruhtindakan antara 1 yang lain dengan tindakan yang sama mereka bisa melakukan dengan cara yang sama”.

Pertanyaan :

2. Upaya apa yang anda lakukan agar semua perawat dapat melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

“..Upaya yang pertama kita lakukan yaitu dengan sosialisasi, sosialisasi kita usahakan pertriwulan dengan harapan adanya sosialisasi tersebut membuat semua perawat IGD mengerti dan menjalankan seluruh tindakan keperawatannya melalui SPO yang di sosialisasikan, jadi upaya yang kita lakukan adalah sosialisasi dan pelatihan internal”

Pertanyaan :

3. Menurut anda apakah perlu membuat program sosialisasi kepada perawat

tentang pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

“...Sangat perlu karena dengan ada SPO menjadi standar acuan seluruh tindakan keperawatan jadi antara Perawat a dan b harus mempunyai keseragaman mulai tehnik penerimaan pasien sampai dengan pengoperan ke ruangan mempunyai tehnik yang sama karena berpedoman pada satu Standar Operasional Prosedur...

Pertanyaan :

4. Bagimana bentuk evaluasi yang anda lakukan untuk mempertahankan perawat

selalu mengutamakan tindakan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Page 149: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

142  

  

Jawaban informan :

“...Biasa yang kita lakukan pengawasan dari kepala ruangan, kepala ruangan juga pengawasannya melalui Ketua Tim jadi setiap perawat itu dalam satu group ada Ketua Timnya. Jadi bias dievaluasi langsung pengawasannya...

Jadi biasa tindakan langsungartinya bila sudah kita sosialisasikan ada satu perawat yang bermasalah karena ketidakmampuan atau ketidaktahuan tentang seluruh SPO yang kita sosialisasikan nanti kita evaluasi langsung oleh Katim, Karu, sampai masuk ke KasieAsuhan Keperawatan dan bisa ke saya sebagai Kabid Keperawatan.Jadi kalau ada yang tidak mampu akan kita akan ganti ataupun kita trainingkan lagi yang lain, dengan demikian yang lainnya juga menjadi belajar bahwa SPO itu penting dan harus diketahui oleh seluruh perawat yang ada di ruang IGD...”

Pertanyaan :

5. Bagaimana bentuk laporan yang anda terima dari Kepala Ruangan IGD terkait

pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO di ruang IGD?

Jawaban informan :

“...Biasa kita mempunyai catatan dokument dari kepala ruangan.Jadi nanti laporannya itu tidak ada berkalanya sewaktu saja.Jadi disaat ada pertemuan mereka membuat laporan secara tertulis kendala apa yang dialami dalam melaksanakan SPO ini.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 150: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

143  

  

Lampiran 2 : Lembar Observasi

No Nama Tindakan Implementasi

Sesuai Tidak sesuai

1 Sahmin Penerimaan Pasien Baru  2 Didi Almas Inform Consent    3 Darliah Sidabutar Memasang Dan Melepaskan Infus  

4 Parlindungan

Sinurat Melakukan Injeksi  

5 Sri Mulya Menjahit Luka  

6 Erna Bancin Pemberian Oksigen  

7 Ricky Ahmad

Mulyanto Pemeriksaan Tekanan Darah  

8 Antoni Berutu Pemeriksaan Pernafasan  

9 Abdul Wujud

Berutu Pemeriksaan Denyut Nadi  

10 Widya Marlenta Pemeriksaan Suhu Badan  

11 Zul Arfan Hidayat Pemasangan Kateter  

12 Abdul Lathif Serah Terima Pasien Dari IGD Ke

Ruang Rawatan  

Page 151: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

144  

  

Page 152: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

145  

  

Page 153: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

146  

  

Page 154: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

147  

  

Page 155: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

148  

  

Page 156: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

149  

  

Page 157: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

150  

  

Page 158: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

151  

  

Page 159: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

152  

  

DOKUMENTASI PENELITIAN

   

Page 160: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

153  

  

   

Page 161: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

154  

  

 

Page 162: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

155  

  

   

Page 163: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

156  

  

 

   

Page 164: ANALISIS KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP ...repository.helvetia.ac.id/1760/6/TESIS LENGKAP SARIFIN...IGD masih belum sepenuhnya menerapkan SPO dimana terdapat 2 orang perawat (66,6%) tidak

157