ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

43
ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) RETNI PUJI LESTARI 0711031084 [email protected] 082372129685 Jurusan : AKUNTANSI Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si, Akt. Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

Transcript of ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

RETNI PUJI LESTARI0711031084

[email protected]

Jurusan : AKUNTANSIPembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si, Akt.Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2012

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Oleh:

RETNI PUJI LESTARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel beban pajak tangguhan memiliki kemampuan dalam memprediksi manajemen laba. Penelitian ini menggunakan 277 data sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan 5 tahun periode pengamatan dari tahun 2006-2010 dan tambahan informasi data pada tahun 2005, yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk mendeteksi adanya manajemen laba dalam laporan keuangan perusahaan, penelitian ini menggunakan model distribusi laba.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara beban pajak tangguhan dengan manajemen laba dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba untuk menghindari kerugian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel beban pajak tangguhan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba yang berarti bahwa semakin besar beban pajak tangguhan maka semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Sehingga, disimpulkan terdapat kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba.

Kata kunci: Manajemen Laba, Distribusi Laba, Beban Pajak Tangguhan.

Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan bisnis yang semakin pesat telah memunculkan persaingan yang

ketat diantara entitas bisnis yang ada. Dalam persaingan yang semakin ketat

tersebut, suatu perusahaan harus mampu mempertahankan kelangsungan

usahanya. Perusahaan harus mampu menarik investor dan kreditur agar tetap

mempercayakan investasinya kepada perusahaan. Kinerja manajemen perusahaan

yang baik menjadi suatu tuntutan investor yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

Peran laporan keuangan menjadi sangat penting sebagai alat ukur yang digunakan

oleh pemakai laporan keuangan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan.

Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam

laporan keuangan.

Pentingnya informasi laba sebagai cerminan kinerja manajemen tentu disadari

oleh pihak manajemen. Informasi laba mempunyai peranan yang signifikan dalam

proses pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Hal tersebut

menyebabkan manajemen berusaha untuk mengatur laba dalam usahanya

membuat entitas tampak bagus secara finansial.

Pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki wewenang untuk

membuat kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan. Informasi mengenai

kondisi perusahaan yang lebih banyak diketahui oleh pihak manajemen

dibandingkan dengan pihak eksternal membuat pihak manajemen lebih leluasa

dalam membuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen memiliki

kepentingan yang sangat kuat dalam pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu

memilih kebijakan akuntansi dari standar akuntansi yang ada dan secara ilmiah

diharapkan dapat memaksimumkan utilitas mereka dan nilai pasar perusahaan.

Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Situasi ini memungkinkan manajer untuk melakukan perilaku menyimpang dalam

menunjukkan informasi laba yang disebut manajemen laba.

Manajemen laba dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Yulianti (2004) tujuan perusahaan

melakukan manajemen laba adalah untuk menghindari penurunan laba dan untuk

menghindari kerugian. Manajemen laba untuk menghindari melaporkan

penurunan laba berhubungan dengan hipotesis perataan laba di mana perusahaan

berusaha agar laba tetap stabil. Manajemen laba untuk menghindari melaporkan

kerugian dilakukan dengan alasan bahwa perusahaan dengan kondisi rugi tentu

akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Faktanya, kondisi perusahaan yang

rugi akan berdampak pada harga saham yang turun, kepercayaan investor dan

kreditur yang juga akan semakin turun. Sehingga, perusahaan akan cenderung

melakukan manajemen laba agar tidak melaporkan angka rugi.

Penelitian mengenai pendeteksian ada atau tidaknya manajemen laba pada suatu

perusahaan sudah sering dilakukan. Beberapa peneliti mencoba melakukan

penelitian dengan menggunakan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book

tax differences) untuk mendeteksi manajemen laba. Menurut Wijayanti (2006)

dalam Lestari (2011) logika yang mendasari bahwa book tax differences dapat

digunakan untuk mendeteksi manajemen laba adalah adanya sedikit kebebasan

akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran penghasilan kena pajak sehingga

book tax differences dapat memberikan informasi tentang management discretion

dalam proses akrual.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) dan Amali (2009) menemukan

bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat

mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk untuk menghindari

kerugian. Penelitian tersebut menggunakan model distribusi laba sebagai proksi

manajemen laba untuk menghindari kerugian. Sedangkan Wiryandari dan Yulianti

(2008) menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual tidak dapat

digunakan dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari kerugian.

Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Beban Pajak Tangguhan

dalam Memprediksi Manajemen Laba.”

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah

1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang

dapat diangkat dalam penelitian ini:

1. Apakah terdapat kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi

manajemen laba untuk menghindari kerugian ?

1.2.2. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup

dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang diteliti yaitu beban pajak tangguhan, dan manajemen

laba.

2. Model manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

distribusi laba.

3. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-

2010 dan melaporkan beban pajak tangguhan secara terus menerus selama

periode penelitian.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan beban pajak tangguhan

dalam memprediksi manajemen laba untuk menghindari kerugian pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya sebagai bahan

masukan peneliti lain dalam bidang ini di masa yang akan datang serta

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

memberikan informasi mengenai beban pajak tangguhan dalam memprediksi

manajemen laba untuk menghindari kerugian.

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. Teori Keagenan

Menurut Govindarajan (1998) dalam Kusuma dan Sari (2003) konsep teori

keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal

mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,

termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada

agen. Teori keagenan mengasumsikan bahwa setiap individu termotivasi pada

kepentingan dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan konflik antara principal

dan agent. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal

tidak dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent

bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (Widyaningdiah, 2001).

Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent sehingga

terjadi ketidakseimbangan informasi (asimetri informasi). Asimetri informasi

yang terjadi antara principal dan agent akan mendorong manajemen laba

(Primanita dan Setiono, 2006).

2.2. Manajemen Laba

2.2.1. Definisi Manajemen Laba

Menurut Scott (2000) manajemen laba merupakan cara yang digunakan oleh

manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dengan sengaja dengan

cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan

untuk memaksimalkan utulitas manajer dan nilai perusahaan.

Tindakan manajemen untuk melakukan manajemen laba dapat dipicu oleh adanya

kelemahan yang terdapat dalam metode akuntansi yaitu di mana metode akuntansi

memberikan peluang untuk mencatat suatu fakta yang sama namun dengan

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

menggunakan cara yang berbeda. Kelemahan inilah yang merupakan salah satu

hal yang memberikan peluang atau kesempatan bagi pihak manajemen untuk

melakukan manajemen laba.

Scott (2000) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mendorong manajer

melakukan manajemen laba, yaitu:

1. Rencana bonus (bonus scheme).

Banyak perusahaan yang berusaha memacu dan meningkatkan kinerja

karyawan dengan cara memberikan bonus setelah mencapai target yang

ditetapkan. Kebijakan pemberian bonus inilah yang dapat memicu manajer

untuk melakukan manajemen laba.

2. Kontrak hutang (debt covenant).

Perusahaan dengan kontrak hutang yang didasarkan pada angka-angka

laporan keuangan, akan menghindari kondisi gagal bayar (default) dengan

cara menggeser laba dimasa mendatang untuk dilaporkan sebagai laba

tahun berjalan.

3. Motivasi politik (political motivation).

Perusahaan-perusahaan selama periode kemakmuran tinggi cenderung

melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba dengan tujuan untuk

memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

4. Motivasi pajak (taxation motivation).

Perusahaan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menghasilkan laba

dilaporkan lebih rendah, sehingga pajak yang harus dibayarkan kepada

pemerintah juga menjadi lebih rendah.

5. Perubahan Chief Executive Officer (CEO).

CEO yang mendekati akhir jabatannya cenderung melakukan income

maximization untuk meningkatkan bonus mereka.

6. Penawaran saham perdana (IPO).

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Perusahaan yang akan melakukan IPO cenderung melakukan income

increasing untuk menarik calon investor.

Menurut Scott (2000), bentuk manajemen laba adalah sebagai berikut :

1. Taking a bath

Manajemen melakukan metode taking a bath dengan cara menggeser

biaya diskresi akrual periode mendatang ke periode kini dan atau

menggeser pendapatan diskresi akrual periode kini ke periode mendatang.

2. Income minimization

Manajer melakukan praktik manajemen laba berupa income minimization

dengan mengakui secara lebih cepat biaya-biaya dengan tujuan untuk

keperluan pertimbangan pajak yaitu meminimumkan kewajiban pajak

perusahaan.

3. Income maximization

Income maximation merupakan upaya manajemen untuk memaksimalkan

laba yang dilaporkan dengan tujuan untuk memaksimumkan bonus

manajer.

4. Income smoothing

Income smoothing merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan

dengan menaikkan atau menurunkan laba, dengan tujuan untuk

mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, sehingga perusahaan tampak

lebih stabil dan tidak beresiko.

Sedangkan teknik manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan)

terhadap estimasi akuntansi antara lain, estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi

aktiva tidak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2. Mengubah metode akuntansi

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu

transaksi, contohnya adalah mengubah metode depresiasi aktiva tetap, dari

metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Manajer

akan memilih metode yang lebih menguntungkan dalam kebutuhannya

untuk meningkatkan laba ataupun menurunkan laba sesuai dengan

kebutuhan perusahaan pada saat itu.

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan

Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk memenuhi kepentingan perusahaan

pada periode berjalan, jika perusahaan ingin mengadakan IPO maka

manajemen akan melakukan manajemen laba dengan cara menggeser

periode pendapatan periode mendatang ke periode sekarang untuk

menghasilkan income yang maksimum.

2.2.2. Penggunaan Distribusi Frekuensi Laba dalam memprediksi Manajemen Laba

Menurut Beneish (2001) dalam Mahanani (2006) ada tiga pendekatan yang dapat

digunakan untuk proksi manajemen laba yaitu :

1. Pendekatan yang mendasarkan pada model agregat akrual, misal model

Jones (1991) dan modified Jones.

2. Pendekatan yang mendasarkan pada model spesifik akrual, misal Beneish

(1997) serta Beaver, McNichols dan Nelson (2000).

3. Pendekatan berdasarkan distribusi frekuensi, fokusnya adalah perilaku

laba yang dikaitkan dengan spesifik benchmark dimana praktik

manajemen laba dapat dilihat dari banyaknya frekuensi perusahaan yang

melaporkan laba di atas atau di bawah benchmark, misal Burgstahler, Hail

dan Leuz (2006) serta Myers dan Skinner (1999). Pendekatan ini

berasumsi bahwa manajer memiliki motivasi untuk mengatur tingkat

keuntungan agar sesuai dengan benchmarks yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. (Irawan dan Gumanti, 2009)

Menurut Yulianti (2004) pendekatan distribusi frekuensi laba mengidentifikasi

batas pelaporan laba dan menemukan bahwa perusahaan yang berada di bawah

batas pelaporan laba akan berusaha untuk melewati batas tersebut dengan

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

melakukan manajemen laba. Bentuk manajemen laba yang dilakukan adalah

dengan cara menaikkan laba tahun berjalan dengan tujuan untuk menghindari

pelaporan kerugian.

Healy (1985) dalam Yulianti (2004) menyatakan bahwa penyebab manajemen

laba adalah adanya kompensasi untuk ekslusif perusahaan yang didasarkan pada

pencapaian laba. Hal ini menunjukkan pentingnya pencapaian laba bagi

perusahaan. Lebih lanjut, Hayn (1995) dalam Yulianti (2004) menyebutkan

bahwa perusahaan yang memiliki laba hampir di bawah titik nol akan melakukan

manipulasi laba untuk membuat mereka melewati “garis merah” tersebut. Hal ini

didukung oleh penelitian Burgstahler dan Dichev (1997) yang kemudian

menjelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi di sekitar titik nol disebabkan

keinginan manajemen untuk menggeser laba dari nilai negatif ke nilai positif.

Model yang dikembangkan Burgstahler dan Dichev (1997) digunakan dalam

penelitian-penelitian selanjutnya mengenai manajemen laba dalam perusahaan dan

peneliti-peneliti tersebut menganggap fenomena terpatahnya distribusi frekuensi

laba di ambang batas pelaporan laba dapat dijadikan pengukur dilakukannya

manajemen laba oleh suatu perusahaan.

2.3. PSAK No 46 Tentang Akuntansi Pajak Penghasilan

PSAK No 46 dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

dan efektif berlaku pada 1 januari 1999 bagi perusahaan yang go public,

sedangkan untuk perusahaan lainnya mulai efektif berlaku pada 1 Januari 2001.

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi atas pajak

penghasilan dengan mengubah pendekatan yang digunakan, yaitu dari income

statement approach ke balance sheet approach.

Pendekatan neraca (balance sheet approach) menekankan pada kegunaan laporan

keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran kas

pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang perbedaan

perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan

antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan

ini mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer. Pada

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

metode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) atas konsekuensi

pajak di masa mendatang berupa aktiva (kewajiban) pajak tangguhan yang harus

dilaporkan di neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian

taksiran PPh sebagai komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak

tangguhan harus dilaporkan di laba rugi sebagai komponen negatif dari beban

pajak tangguhan.

Metoda akuntansi pajak penghasilan yang berorientasi pada neraca mengakui

kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan

yang disebabkan oleh adanya perbedaan temporer dan sisa kerugian yang belum

dikompensasikan. Untuk itu, perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah

pajak di masa depan akan menambah atau diakui sebagai utang pajak tangguhan

dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred tax

expense), yang berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan

perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk

pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer

yang dapat mengurangi jumlah pajak di masa depan akan menambah atau diakui

sebagai aktiva pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya

keuntungan atau manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti

bahwa kenaikan aktiva pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang

mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan

pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Phillips et al., 2003 dalam

Djamaluddin, dkk., 2008).

2.3.1. Beban Pajak Tangguhan

Menurut Phillips, et al. (2003) dalam Yulianti (2004), beban pajak tangguhan

adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (yaitu

laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba

fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Perbedaan antara

laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan

keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen

dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan dengan yang

diperbolehkan menurut peraturan perpajakan.

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Beban pajak tangguhan merupakan akun yang muncul pada laporan laba rugi

sebagai akibat dari adanya perbedaan temporer yang memiliki koreksi negatif

lebih besar dari koreksi positif. Beban pajak tangguhan juga merupakan nilai dari

perubahan yang terjadi atas aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) dan

kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) yang dilaporkan perusahaan

dalam laporan keuangan tahun berjalan. Beban pajak tangguhan akan naik seiring

dengan meningkatnya kewajiban pajak tangguhan bersih. Kewajiban tangguhan

bersih tersebut diperoleh dari silisih antara kewajiban pajak tangguhan dengan

aktiva pajak tangguhan (Djamaluddin, dkk., 2008).

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Beban Pajak Tangguhan dan Manajemen Laba

Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul akibat dari perbedaan

temporer antara laba dalam laporan keuangan komersial dengan laba dalam

laporan keuangan fiskal. Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak

di periode mendatang akan di akui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan

harus mengakui beban pajak tangguhan, hal ini berarti bahwa kenaikan utang

pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih

awal atau menunda beban untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan

pajak. Pengakuan pendapatan yang lebih awal atau penundaan pengakuan beban

akan menaikkan nilai laba akuntansi suatu perusahaan.

Beban pajak tangguhan muncul dari komponen-komponen yang bersifat akrual

dimana manajer dapat menentukan besarnya nilai dari komponen tersebut.

Keleluasaan yang diberikan oleh standar keuangan memungkinkan pihak

manajemen dalam mengatur komponen-komponen penyebab terjadinya perbedaan

temporer yang merupakan pembentuk beban pajak tangguhan yang dilaporkan

dalam laporan rugi laba sehingga menghasilkan laba yang diharapkan. Pengaturan

tersebut dapat berupa upaya manajemen untuk melakukan manajemen laba

sehingga perusahaan tidak melaporkan angka rugi.

Penelitian Yuliati (2004) dan Philips, et al. (2003) menunjukkan bahwa

perusahaan yang temasuk dalam kategori small profit firm memiliki rata-rata

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

beban pajak tangguhan lebih tinggi daripada kategori small loss firm. Yulianti

(2004) dan Philips, et al. (2003) menduga perusahaan yang tergolong small profit

firm melakukan manajemen laba dengan mengatur komponen pembentuk pajak

tangguhan sehingga beban pajak tangguhan memiliki nilai yang lebih besar

dengan tujuan melewati batas pelaporan laba agar tidak melaporkan angka rugi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskanlah hipotesis:

H1: semakin besar beban pajak tangguhan, semakin besar probabilita perusahaan

melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian.

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Penentuan Sampel penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling.

Kriteria-kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebelum 31 Desember 2005

dan masih terdaftar per 31 Desember 2010 karena rentang waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2006-2010. Data tahun 2005

digunakan untuk mencari nilai market value of equity pada (t-1).

2. Perusahaan yang mengalami delisted dan baru melakukan IPO dikeluarkan

dari sampel karena dianggap tidak tepat dengan proksi manajemen laba

untuk menghindari kerugian.(Wiryandari dan Yulianti, 2009)

3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan satuan nilai Rupiah.

4. Perusahaan memiliki data lengkap selama periode pengamatan.

3.2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

merupakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan

keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian diperoleh melalui penelusuran dari Indonesia Capital market

Directory (ICMD) dan website www.idx.co.id.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

1. Riset Kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dengan

mengumpulkan bahan atau data-data yang ada kaitannya dengan obyek

pembahasan dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan teknik

analisa dalam memecahkan masalah.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yang dilakukan dengan

mengumpulkan data-data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau juga dikenal sebagai veriabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen.

1. Manajemen laba ( earnings management)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah manajemen laba (EM) dengan

menggunakan data kategorik. Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini

didasarkan pada rumus yang digunakan oleh Phillips, et al. (2003), yaitu sebagai

berikut:

Keterangan=

EMit = manajemen laba

Niit = net income perusahaan i pada tahun t

MVEi,t-1 = market value of equity perusahaan i pada tahun t-1

EM = 1, apabila nilai net income pada tahun (t) dibagi dengan market value of

equity pada tahun (t-1) adalah antara nol sampai dengan 0.18 maka perusahaan i

dianggap melakukan manajemen laba lebih tinggi dibandingkan dengan

EM = 0, apabila nilai net income pada tahun (t) dibagi dengan market value of

equity pada tahun (t-1) adalah antara -0.28 sampai dengan nol (0).

3.4.2. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau juga dikenal sebagai variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi variabel terikat. Sehubungan dengan hipotesis yang sudah

Page 17: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

dipaparkan, maka yang menjadi variabel independen adalah beban pajak

tangguhan. Definisi variabel penelitian ini:

1. Beban Pajak Tangguhan (DTE)

Berdasarkan penelitian Phillips, et al. (2003), pengukuran variabel DTE dalam

penelitian ini dihitung dengan rumus :

Keterangan :

DTEit = Beban pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t

TAi,t-1 = Total asset perusahaan i pada tahun t-1.

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis satistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan

informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.

Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi,

maksimum, dan minimum.

3.5.2. Analisis Regresi Logistik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan ada tidaknya

kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba dengan

tujuan untuk menghindari kerugian. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

EMit : 1 jika perusahaan berada dalam range profit firms, dan

0 jika perusahaan berada dalam range loss firms.

DTEit : Beban pajak tangguhan perusahaan i pada periode t

Page 18: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

α : Konstanta

β1, β2 : Koefisien masing-masing variabel

e : Error Term

3.5.3. Uji kelayakan model regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan

goodness of fitness test yang diukur dengan menggunakan nilai Chi Square.

Output dari Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis:

H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Tingkat signifikansi (a) yang digunakan adalah 5% dan Kriteria penerimaan dan

penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value (prob value).

Jika p value (signifikansi) > a, maka hipotesis ditolak.

Jika p value(signifikansi) < a, maka hipotesis diterima.

3.5.4. Uji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau

tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2

log likehood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2 log likehood pada

akhir (block number = 1). Penurunan nilai -2 Log likelihood awal ke akhir

menunjukkan bahwa model regresi semakin baik ( Ghozali, 2007).

3.5.5. Uji Model Summary

Pengujian Model summary dalam regresi logistik sama dengan pengujian R2 pada

persamaan regresi linear. Tujuan dari model summary adalah untuk mengetahui

seberaapa besar kombinasi variabel independen yaitu beban pajak tangguhan

menjelaskan variabel dependen yaitu manajemen laba.

3.5.6. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.

Page 19: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Berdasarkan metode purposive sampling dan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang telah ditetapkan pada perusahaan manufaktur, penelitian dengan menggunakan variabel independen beban pajak tangguhan pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010, maka diperoleh hasil seleksi sampel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Seleksi Sampel

Keterangan JumlahPerusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010 97

Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data selama periode pengamatan

(9)

Perusahaan yang tidak menggunakan satuan nilai Rupiah (8)

Sampel 80

Data observasi (80 x 5) 400

Data di luar kategori (123)

Data observasi akhir 277Data observasi kategori small profit (0 - 0.18)Data obsevasi kategori small loss (-0.28 - 0)

23938

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011

4.2 Pengujian Distribusi Laba sebagai pengukur Manajemen Laba

Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Yulianti (2004) menyatakan

ketidaknormalan dalam distribusi laba di sekitar titik nol atau titik batas pelaporan

laba. Ketidaknormalan ini dianggap sebagai akibat dan usaha manajemen laba dari

perusahaan. Pengujian ketidaknormalan dalam distribusi laba dilakukan dengan

histogram distribusi frekuensi dan pengujian secara statistik.

Page 20: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Gambar 4.1 Histogram Distribusi frekuensi Laba

Dalam penelitian ini, penentuan range small loss dan small profit dilakukan

pengujian nilai frekuensi aktual dengan ekspektasi yang mengacu pada penelitian

Yulianti (2004). Frekuensi ekspektasi dihitung dengan menggunakan frekuensi

seharusnya dalam distribusi normal. Perhitungan frekuensi ekspektasi untuk setiap

kelas dalam distribusi laba didasarkan bahwa frekuensi ekspektasi berdistribusi

normal dengan mean 0.073606 dan standar deviasi 0.242627. Frekuensi

ekspektasi suatu kelas dihitung dengan mengalikan probabilitas kelas

bersangkutan berdasarkan distribusi normal dengan jumlah data.

Berdasarkan perbandingan frekuensi aktual dan frekuensi ekspektasi pada tabel

4.2. dan dengan melihat histogram frekuensi laba pada gambar 4.1., terlihat bahwa

range small profit yang memiliki karakteristik frekuensi ekspektasi melebihi

frekuensi aktual berada pada range 0-0.18 dan range small loss yang memiliki

karakteristik frekuensi ekspektasi kurang dari frekuensi aktual berada pada range -

0.28-0. Berdasarkan analisa tersebut, jumlah perusahaan yang akan dianalisa lebih

lanjut dalam penelitian ini sebagai pengukur manajemen laba adalah 277

perusahaan yang terdiri dari 239 small profit firms yang berada pada range 0-0.18

yang secara rata-rata dianggap melakukan manajemen laba lebih tinggi

dibandingkan 38 small loss firms yang berada pada range -0.28-0.

Frekuensi perusahaan

Interval distribusi laba

Scaled EarningsNIt/MVEt-1

Page 21: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Tabel 4.2. Perbandingan Frekuensi Laba Aktual dan Ekspektasi

Range Frekuensi Aktual Frekuensi ekspektasi-0.29 -0.28 3 2.0829-0.28 -0.27 0 2.2401-0.27 -0.26 0 2.9475-0.26 -0.25 1 2.5545-0.25 -0.24 0 2.6331-0.24 -0.23 2 2.7903-0.23 -0.22 2 2.9475-0.22 -0.21 0 3.1047-0.21 -0.2 1 3.2226-0.2 -0.19 0 3.4191-0.19 -0.18 1 3.5370-0.18 -0.17 2 4.6374-0.17 -0.16 0 3.8514-0.16 -0.15 0 4.0479-0.15 -0.14 2 4.1658-0.14 -0.13 3 4.3623-0.13 -0.12 2 4.4802-0.12 -0.11 1 4.5981-0.11 -0.1 0 4.7946-0.1 -0.09 1 6.1308-0.09 -0.08 2 5.0697-0.08 -0.07 1 5.2269-0.07 -0.06 4 5.3448-0.06 -0.05 1 5.4234-0.05 -0.04 2 5.5806-0.04 -0.03 4 5.6592-0.03 -0.02 1 5.7771-0.02 -0.01 4 7.3098-0.01 0 2 5.9736

0 0.01 23 6.01290.01 0.02 9 6.09150.02 0.03 17 6.17010.03 0.04 9 6.17010.04 0.05 19 6.24870.05 0.06 15 6.24870.06 0.07 17 7.82070.07 0.08 26 6.28800.08 0.09 18 6.24870.09 0.1 13 6.05220.1 0.11 8 6.40590.11 0.12 8 6.17010.12 0.13 13 6.17010.13 0.14 15 6.05220.14 0.15 13 6.01290.15 0.16 15 7.42770.16 0.17 7 5.81640.17 0.18 7 5.73780.18 0.19 4 5.6592

(Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3)

Page 22: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

1.3. Analisis Data

1.3.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik Deskriptif Small Loss Firms

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DTE 38 -.06267 .04557 -5.9363289E-3 .02076453

Valid N (listwise) 38

Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif Small Profit Firms

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DTE 239 -.09549 .17677 .0007904 .01609538

Valid N (listwise) 239

(Sumber: Lampiran 4)

Tabel 4.3. menunjukkan deskriptif variabel penelitian kelompok small loss firm

dengan jumlah data setiap variabel yang valid sebanyak 38. Beban pajak

tangguhan mempunyai nilai minimum sebesar -0.06267 yang dimiliki oleh PT

Aneka Kemasindo Utama Tbk pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar

0.04557 yang dimiliki oleh PT Barito Pacific Tbk pada tahun 2010. Sedangkan

Tabel 4.4. menunjukkan deskriptif variabel penelitian untuk kelompok profit firm

dengan jumlah data setiap variabel yang valid sebanyak 239. Beban pajak

tangguhan mempunyai nilai minimum sebesar -0.09549 yang dimiliki oleh PT

Inter Delta Tbk pada tahun 2007 dan nilai maksimum sebesar 0.17677 yang

dimiliki oleh PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk pada tahun 2009.

Sebagaimana dapat dilihat dari tabel, kelompok small profit firms memiliki mean

yang positif, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan melaporkan beban

pajak tangguhan. Sedangkan kelompok small loss firms memiliki mean yang

Page 23: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

negatif, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan melaporkan pendapatan

pajak tangguhan.

1.3.2. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Tabel 4.5. Hasil Uji Kelayakan Model Hosmer and Lemeshow’s

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 7.236 8 .511

(Sumber: Lampiran 5)

Dari hasil pengujian yang terlihat pada tabel 4.5. menunjukkan bahwa diperoleh

nilai Chi Square sebesar 7.236 dengan probabilitas signifikansi 0.511 (>0.05)

yang berarti bahwa tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati. Dengan demikian, model regresi logistik dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya.

1.3.3. Uji Model Overall Fit

Tabel 4.6. Hasil Uji Model Overall Fit Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 226.904 1.451

2 221.568 1.793

3 221.500 1.838

4 221.500 1.839

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 221,500

c. Estimation terminated at iteration number 4

because parameter estimates changed by less

than ,001.

Page 24: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Tabel 4.7. Hasil Uji Model Overall Fit Method=EnterIteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant DTE

Step 1 1 223.340 1.453 11.154

2 215.534 1.829 25.013

3 215.284 1.904 29.017

4 215.284 1.907 29.184

5 215.284 1.907 29.184

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 221,500

d. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

(Sumber: Lampiran 5)

Tabel 4.6. dan 4.7. menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL blok awal

dengan -2LL blok akhir. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat bahwa nilai

blok awal (Block Number = 0) adalah 221.500 dan nilai pada blok akhir (Block

Number = 1) mengalami penurunan menjadi 215.284. dengan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa model regresi semakin baik.

1.3.4. Uji Model Summary

Tabel 4.8. Hasil Uji Model SummaryModel Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 215.284a .022 .040

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

` (Sumber: lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa nilai R2 sebesar 0.040 atau 4.0% yang

artinya variabel X ( beban pajak tangguhan) mempengaruhi variabel Y

Page 25: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

(manajemen laba) sebesar 4.0%. Selebihnya sebesar 96.0% lainnya dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

1.3.5. Uji Regresi Logistik

Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui pengaruh variabel

independen (beban pajak tangguhan) terhadap variabel dependen, yaitu

manajemen laba.

Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a DTE 29.184 12.056 5.860 1 .015 4.727E12

Constant 1.907 .183 108.739 1 .000 6.732

a. Variable(s) entered on step 1: DTE.

(Sumber: Lampiran 5)

Sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:

Dari persamaan di atas tampak bahwa beban pajak tangguhan (DTEit) memiliki

koefisien dengan tanda positif. Berdasarkan arah koefisien tersebut menunjukkan

bahwa peningkatan beban pajak tangguhan akan menaikkan probabilitas

perusahaan melakukan manajemen laba.

1.4. Pembahasan

Penelitian ini menguji apakah terdapat kemampuan beban pajak tangguhan dalam

memprediksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Dari hasil

penelitian dapat diketahui bahwa variabel beban pajak tangguhan memiliki

pengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba

untuk menghindari kerugian. Dengan kata lain, semakin besar beban pajak

tangguhan maka semakin besar probabilitas perusahaan melakukan manajemen

laba untuk menghindari kerugian. Hasil ini menunjukkan bahwa beban pajak

tangguhan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba untuk

Page 26: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

menghindari kerugian. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yulianti (2004), Utari (2007) dan Amali (2009) yang

membuktikan beban pajak tangguhan dapat digunakan dalam mendeteksi

manajemen laba untuk menghindari kerugian. Oleh karena itu, hipotesis yang

menyatakan semakin besar beban pajak tangguhan, semakin besar probabilitas

perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian didukung.

Beban pajak tangguhan dapat menunjukkan adanya intervensi manajemen dalam

menentukan besarnya laba akuntansi dengan memanfaatkan celah yang ada dalam

standar akuntansi keuangan. Seperti yang kita ketahui, salah satu cara untuk

melakukan manajemen laba adalah dengan memanfaatkan kebebasan yang

diberikan oleh standar akuntansi keuangan kepada manajemen dalam melakukan

estimasi dan memilih metode akuntansi yang dianggap paling baik dan paling

menguntungkan perusahaan. Beban pajak tangguhan timbul dari pos-pos yag

bersifat akrual dimana manajemen dapat menentukan besarnya nilai dari pos-pos

tersebut. Perhitungan laba fiskal yang berdasarkan Undang-Undang pajak

memiliki batasan yang ketat dalam pengukuran akrual dibandingkan dengan

perhitungan laba komersil yang berdasarkan standar akuntansi sehingga semakin

besar perbedaan antara laba fiskal dan laba akuntansi yang tercermin dari beban

pajak tangguhan maka menunjukkan semakin besarnya diskresi manajemen.

Page 27: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah terdapat

kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba untuk

menghindari kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada

tahun 2006-2010.

Berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan, yaitu: Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semakin besar beban pajak tangguhan maka semakin besar

probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba yang tercermin dari adanya

pengaruh positif beban pajak tangguhan terhadap probabilitas perusahaan

melakukan manajemen laba dengan tingkat signifikansi 0.015. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat kemampuan beban pajak tangguhan dalam

memprediksi manajemen laba untuk menghindari kerugian.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan variabel beban pajak tangguhan yang bernilai

positif dan yang bernilai negatif (manfaat pajak tangguhan).

2. Penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan

melaporkan kerugian atau keuntungan dan juga tidak memasukkan faktor-

faktor lain yang memotivasi manajemen dalam melakukan manajemen

laba.

Page 28: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

5.3 Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan memisahkan atara beban pajak tanguhan

dan manfaat pajak tangguhan.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel independen yang di

diduga berpengaruh dalam mendeteksi manajemen laba serta memasukkan

faktor yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba.

3. Penelitian selanjutnya hendaknya memperpajang periode pengamatan dan

memperbanyak jumlah sampel.

Page 29: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

DAFTAR PUSTAKA

Amali, Muhammad Na’im. 2009. “Analisis Kemampuan Deferred Tax Expense dalam Mendeteksi Earnings Management pada Wajib Pajak Emiten yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.9, No.1, 71-84.

Djamaluddin, Subekti, H. T. Wijayanti dan Rahmawati. 2008. “Analisis Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Aliran Kas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No.1, Hal. 52-74.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hidayati, Siti dan Zulaikha. 2003. “Analisis Perilaku Earning Management : Motivasi Minimalisasi Income Tax”. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Irawan, Adi dan Gumanti. 2009. “Indikasi Earnings Management pada Initial Public Offering”. Universitas Jember.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2007. Akuntansi Intermediate. Edisi keduabelas. Jakarta : Erlangga.

Kusuma, H dan W. Sari. 2003. “Manajemen Laba Oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi Di Indonesia”, JAAI, Vol. 7, No. 1.

Lestari, Budi. 2011. “Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Pertumbuhan Laba”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Page 30: ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM ...

Mahanani, Kharisma. Y. 2006. “Pengaruh Praktik Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Primanita, dan Setiono. 2006. “Manajemen Laba: Konsep, Bukti Empiris Dan Implikasinya”, Kajianl Bisnis dan Manajemen, SINERGI ,Vol. 8, No.1, Hal. 43-51.

Scott, William, R. 2000. Financial Accounting Theory, Second Edition, Ontario: Prentice-Hall Canada, Inc.

Utari, Dewi. 2007. “Analisis Hubungan Antara Beban Pajak Tangguhan dengan Manajemen Laba”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Wahyuningsih, Dwi. R. 2007. “Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Widyaningdiah, Agnes Utari. 2001. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Wiryandari, S dan Yulianti. 2009. “Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba”, Simposium Nasional Akuntansi XII.

Yulianti. 2004. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen Laba”, Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Zain, Mohammad. 2005. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.