Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

29
Page 1 of 29 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN KEDELAI (TAHU) Oleh : Muhammad Arief Noviady 1 (NIM : 1320511005) I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap roda perekonomian suatu negara. peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB) baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk meningkatkan usahanya. Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahan terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu alternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini. Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah industri pengolahan kedelai (pembuatan Tahu), hal ini terjadi karena konsumen Tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk Tahu di pasar swalayan. Sekitar 38% kedelai di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk Tahu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya Tahu mengalami pertumbuhan. Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi Tahu adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini sangat baik untuk tubuh, Tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Tahu seringkali disebut sebagai “daging tidak bertulang” karena kandungan gizinya, terutama mutu proteinnya yang setara dengan daging hewan. Protein Tahu lebih tinggi dibandingkan protein kedelai yaitu Tahu mengandung protein 0,49 gram, sedangkan kedelai mengandung protein 0,39 gram. Selain itu daya cernanya mencapai 95% sehingga dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur termasuk mereka yang mengalami gangguan pencernaan. 1 Mahasiswa Magister Perencanaan Pembangunan Program Tailormade Angkatan X, Universitas Andalas, Padang.

description

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN KEDELAI (TAHU)

Transcript of Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 1: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 1 of 29

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASIINDUSTRI PENGOLAHAN KEDELAI (TAHU)

Oleh :Muhammad Arief Noviady1

(NIM : 1320511005)

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap rodaperekonomian suatu negara. peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspornon migas, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber dayamanusia, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusiindustri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB) baru mencapai 14%, hal inimenjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk meningkatkan usahanya.

Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahanterhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satualternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini.

Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalahindustri pengolahan kedelai (pembuatan Tahu), hal ini terjadi karena konsumenTahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsioleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Initerlihat telah masuknya produk Tahu di pasar swalayan.

Sekitar 38% kedelai di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk Tahu. Seiringdengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, makapermintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan hasil olahandari biji kedelai khususnya Tahu mengalami pertumbuhan.

Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi Tahuadalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan inisangat baik untuk tubuh, Tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Tahuseringkali disebut sebagai “daging tidak bertulang” karena kandungan gizinya,terutama mutu proteinnya yang setara dengan daging hewan. Protein Tahu lebihtinggi dibandingkan protein kedelai yaitu Tahu mengandung protein 0,49 gram,sedangkan kedelai mengandung protein 0,39 gram.

Selain itu daya cernanya mencapai 95% sehingga dapat dikonsumsi denganaman oleh semua golongan umur termasuk mereka yang mengalami gangguanpencernaan.

1 Mahasiswa Magister Perencanaan Pembangunan Program Tailormade Angkatan X, Universitas Andalas,Padang.

Page 2: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 2 of 29

Tabel 1. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering)

Zat Gizi Tahu Kedelai

Protein (gram) 0,49 0,39Lemak (gram) 0,27 0,20Karbohidrat (gram) 0,14 0,36Serat (gram) 0,00 0,05Abu (gram) 0,04 0,06Kalsium (mg) 9,13 2,53Natrium (mg) 0,38 0,00Fosfor (mg) 6,56 6,51Besi (mg) 0,11 0,09Vitamin B1(mg) 0,001 0.01

(sebagai B kompleks)Vitamin B2 (mg) 0,001 -Vitamin B3 (mg) 0,03 -

Sumber : Sarwono dan Saragih, 2004.

Dalam beberapa tahun belakangan ini terdapat kecendrungan bahwakonsumen mulai mencai dan mengkonsumsi pangan yang tidak mengandungkolesterol. Tahu sebagai bahan pangan dengan kandungan lemaknya yang tidakmengandung kolesterol tetapi kaya akan protein yang sangat potensial untukdikembangkan sebagai salah satu bahan pangan alternatif yang telah populer bagisemua golongan masyarakat. Sehingga mengembangkan usaha pembuatan tahumemiliki potensi yang cukup baik.

Selanjutnya penulis ingin mengangkat studi kelayakan finansial industripengolahan kedelai (Tahu) sebagai tugas mata kuliah Analisis ProyekPembangunan.

1.2. TujuanTujuan penulisan tugas ini adalah:

1. Menganalisa kelayakan finansial investasi industri pengolahan kedelai(dengan asumsi-asumsi yang ditetapkan).

2. Mengetahui kelayakan produksi tahu dengan metode Net Present Value (NPV),Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (B/C)

3. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha pengolahan kedelai terhadapperubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.

Page 3: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 3 of 29

II. Tinjauan Literatur

2.1. Landasan TeoritisKedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.

Kedelai jenis liar (Glycine ururiencis), merupakan kedelai yang dikenal saat ini(Glycine max (L) Merril). Kedelai ini berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara).

Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan sejak abad ke-17 sebagaitanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesiaberasal dari daerah Manshukuo kemudian menyebar ke daerah Mansyuria,Jepang (Asia Timur), dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.

Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut:Familia : LeguminosaeSubfamili : PapilionoidaeGenus : GlycineSpecies : Glycine max L

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis.Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipekedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasar-dasar penentuanvarietas kedelai didasarkan pada: umur, warna biji, dan tipe batang.

Kata “Tahu” berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teuberarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, Tahudikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curdatau juga Tofu (Supriatna, 2005:6).

Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyariankedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih,2004:2). Pengertian Tahu menurut Adisarwanto (2005:90), Tahu adalah produkkoagulasi protein kedelai.

Menurut Sarwono dan Saragih (2004:5-7), Tahu diperdagangkan denganberbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain Tahu putih atau Tahu biasa,dipasar juga dikenal berbagai Tahu komersil yang sudah memiliki nama danberciri khas diantaranya yaitu:1. Tahu Sumedang

Tahu Sumedang disebut juga Tahu pong alias Tahu kulit. Tahu ini merupakanlembaran-lembaran Tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur lunak dankenyal.

2. Tahu CinaTahu Cina berupa Tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyaldibandingkan Tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm.

3. Tahu KuningTahu kuning mirip Tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuningdkarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit.

Page 4: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 4 of 29

4. Tahu SuteraTahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, Tahu yang berasal dariJepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan penutup (dessert).

2.2. Bahan Pembuatan TahuBahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Tahu meliputi

bahan baku utama, dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang digunakandalam proses pembuatan Tahu adalah sebagai berikut:

1. Bahan Baku Pembuatan TahuBahan baku utama Tahu adalah kacang kedelai, terutama kedelai kuning.

Persyaratan bahan baku Tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap,karena Tahu diproduksi melalui proses ekstraksi (penyaringan) protein kedelaidengan penambahan air. Jadi jumlah dan mutu protein kedelai amat pentingdipertimbangkan saat memilih bahan baku (Sarwono dan Saragih, 2004:14).

Menurut Adisarwanto (2005:84-90), kualitas kedelai sebagai bahan bakuTahu tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontiniu. Namundemikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidaktercampur dengan kotoran, sedangkan biji kedelai lokal mempunyai bentuk,warna, dan ukuran yang tidak seragam.

Menurut Adisarwanto (2005:3), bahan baku kedelai yang digunakan selamaini sebagian besar berasal dari kedelai impor. Hal ini bisa terjadi di Indonesiakarena kurang tersedianya stock kedelai lokal di pasaran, sehingga kebutuhanbahan baku dipenuhi dari impor.

Bahan baku untuk membuat tahu berkualitas tinggi adalah kedelai putihberbiji besar, asam cuka (kadar 90%) yang dipakai sebagai campuran sari kedelaiagar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batutahu (CaSO4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.

2. Bahan Pembantu Pembuatan TahuMenurut Sarwono dan Saragih (2001:16-20), dalam proses pembuatan Tahu,

digunakan bahan pembantu agar bahan baku (kedelai) dapat diproses lebih lanjut.Bahan pembantu yang digunakan adalah:a. Penggumpal yang digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan padat

pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan yaitubatu Tahu atau sioko, biang Tahu (Whey), dan Glucono-Delta-Lacton (GDL).Sedangkan menurut Supriatna (2005:31-33), bahan penggumpal yangdigunakan untuk pembuatan Tahu adalah biang Tahu bagi usaha yang sudahrutin produksinya dan bagi usaha yang baru akan memulai usahanya, bahanpenggumpal yang digunakan adalah asam cuka makanan (asam asetat) pekat.

Page 5: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 5 of 29

b. Pewarna. Ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna alami dan pewarnasintetik. Pewarna alami Tahu biasanya menggunakan ekstrak kunyit. Tahuyang diberi pewarna alami ini cukup mudah dikenali karena padapermukaannya terdapat sedikit gumpalan-gumpalan dan beraroma khaskunyit. Apabila menggunakan pewarna sintetik sebaiknya menggunakanpewarna makanan dan bukan bahan pewarna cat atau kain selain dilarangoleh pemerintah juga bisa membahayakan kesehatan.

c. Antibusa. Bahan ini berfungsi untuk mencegah timbulnya busa sewaktumemasak bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakandalam pembuatan Tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dansilicone defoamer. Adanya busa atau gelembung-gelembung udara yang terkaitdalam Tahu dapat menurunkan umur simpan Tahu.

d. Air. Air sangat berpengaruh pada mutu Tahu, oleh karena itu air yangdigunakan harus memenuhi persyaratan untuk industri pangan, seperti tidakberwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi danmangan, serta bebas dari jasad renik patogen.

2.3. Proses Pembuatan Tahu

1. Proses Pembuatan Tahu SuteraTahu sutera atau Tahu lunak ini berasal dari Jepang. Disebut Tahu sutera

atau Tahu lunak karena teksturnya sangat lunak dan lembek, karena dalampembuatannya tidak dilakukan pembuangan sebagian air. Adanya air inimenyebabkan Tahu sutera tidak tahan lama. Menurut Sarwono dan Saragih(2004:43-45), proses pembuatan Tahu sutera dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu sebagai berikut:a. Pembuatan Tahu Sutera Cara I

Tahapan awal (pembuatan sari kedelai) dalam pembuatan Tahu sutera samadengan pembuatan sari kedelai pada pembuatan Tahu keras. Tahapselanjutnya berupa tahap penuangan.Sari kedelai yang baru disaring dipindahkan dengan penyiduk ke baki logamantikarat. Dari baki ini, sari kedelai dipindahkan ke baki lain yang bagiandalamnya telah dibalur dengan larutan asam sulfat. Suhu saat sari kedelaidipindahkan sekitar 70-80°C. Apabila menginginkan Tahu sutera mempunyairasa udang, daging sapi, atau telur ayam, sari kedelai yang telah disaringdapat dicampur dengan perasa tersebut. Sari kedelai didiamkan selama 10menit, kemudian Tahu dilepaskan dari baki dan dipotong-potong menjadi 36potong.

b. Pembuatan Tahu Sutera Cara IIProses pengolahan Tahu sutera dengan memanfaatkan teknologi baru dapatmemperpanjang daya simpan, adapun cara pembuatannya adalah sebagai

Page 6: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 6 of 29

berikut: Sari kedelai yang mengandung padatan 3-4% disterilkan sampai suhu130°C selama 2-5 detik dengan sistem UHT (ultra high temperature), setelahdidinginkan sampai suhu 10-15°C, sari kedelai diberi zat penggumpal GDL(glucono delta-lactone). Zat itu dimasukkan secara aseptik dalam plastik yangtertutup rapat. Plastik yang berisi sari kedelai tersebut kemudian dicelupkandalam air panas bersuhu 95°C selama 30 menit agar terjadi penggumpalanprotein. Setelah itu didinginkan dalam air mengalir.

2. Proses Pembuatan Tahu PutihMenurut Sarwono dan Saragih (2004:32-35), proses pembuatan Tahu lokal

yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:a. Pembuatan Sari Kedelai

Biji kedelai dibersihkan dari kotoran atau benda asing, seperti kerikil, pasir,dan sisa tanaman. Biji kedelai yang sudah bersih direndam selama 8-12 jam,kemudian ditiriskan dan digiling dengan menggunakan mesin penggilingsehingga menjadi bubur. Pada saat penggilingan berlangsung, airditambahkan sedikit demi sedikit. Kedelai yang telah menjadi buburditampung dalam wadah logam antikarat atau tong kayu, kemudian dimasakdan selama pemasakan berlangsung air ditambahkan berulang-ulang kalidengan jumlah kebutuhan air sekitar 10 liter untuk 1 kg kacang kedelai. Prosesselanjutnya adalah penyaringan yang dilakukan untuk memperoleh sarikedelai.

b. Penggumpalan dan PengendapanProses penggumpalan dilakukan dengan cara menambahkan larutan siokoyang telah diendapkan selama satu malam. Pada saat penambahan sioko,pengadukan dilakukan dengan cara searah dan dihentikan bila penggumpalanbubur Tahu telah berbentuk.Bubur Tahu kemudian diendapkan hingga turun ke dasar wadah.Pengendapan ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan air Tahu (whey)dengan bubur Tahu.

c. Pencetakan dan PengepresanGumpalan bubur Tahu dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi kain,lalu bagian atas juga ditutupi dengan kain serupa dan papan. Dimana papanselanjutnya diletakkan pemberat berbobot sekitar 30 kg selam 15 menit atauhingga air Tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai denganukuran yang diinginkan.

Page 7: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 7 of 29

2.4. Studi Kelayakan BisnisStudi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang

tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis di bangun, tetapi juga saatdioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yangmaximal untuk waktu yang tidak di tentukan (Umar, 2003:8). Menurut Ibrahim(2003:1), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahanpertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima ataumenolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.

Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindariketerlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyatatidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000:6-7).

2.5. Aspek Kelayakan FinansialAspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena

sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasilyang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akanmemberikan manfaat ekonomi (Haming dan Basalamah, 2003:13).

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyekbisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya danmanfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran danpendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untukmembayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilaiapakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2003:178).

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkanatau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biayayang diperlukan sepanjang umur proyek. Adapun komponen yang diperlukandalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut:a. Cash Flow

Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periodetertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut denganmenunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar, 2003:179). Berdasarkan jenis transaksinya menurutHaming dan Basalamah (2003:67), kas dalam cash flow dibagi menjadi duamacam, yaitu:1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya

yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. In Flow padaindustri kecil Tahu terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan,dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalahpenerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin.

Page 8: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 8 of 29

2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinyayang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Arus kas keluardalam industri Tahu dapat digolongkan menjadi:a) Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan

untuk membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek.Arus kas ini biasanya disebut dengan arus kas awal.

b) Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untukmembiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase operasikomersial.

Menurut Umar (2003:202), pendapatan perusahaan merupakan penerimaanyang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinyamerupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan.

b. Kriteria Kelayakan Investasi1) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara

Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003:200).

2) Internal Rate of Return (IRR) adalah merupakan metode yang digunakanuntuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas, denganmengeluarkan investasi awal (Umar, 2003:198).

3) Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lamamodal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti,2004:214).

4) Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapamanfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.Menurut Sofyan (2004:177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio yangmembandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha denganbiaya yang di keluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian danpengoperasian usaha tersebut.

5) Break event point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usahadimana jumlah manfaat (pendapatan ) sama besarnya dengan pengeluaran(biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkankeuntungan dan tidak menderita kerugian (Fatah, 1994:45).

6) Return of Investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaansecara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlahkeseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggirasio ini, semakin baik keadaan perusahaan (Rahardi, 2004:106)

Page 9: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 9 of 29

2.6. Analisis SensitivitasAnalisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa

pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung sebagai akibat dari ketidakpastianproyek. Menurut Fatah (1994:96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkajisejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yangdipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi,menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadapbunga pinjaman.

Perubahan yang terjadi dalam tingkat penerimaan dan biaya akanmempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net B/C Ratio.

2.7. Kerangka PemikiranPenulisan tugas ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial,

sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan.Dalam mengembangkan usaha pengolahan kedelai, maka terlebih dahuludiidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek-aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non-finansial yang meliputi:aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspekhukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial.

Dalam tugas ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidakuntuk diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanyadidukung oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisisCash flow sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapakriteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. AnalisisSensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atasperubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usahatersebut.

III. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristikperusahaan Tahu tersebut yang disajikan pada aspek-aspek non finansial dalambentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudahpemahaman. Data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui keadaan perusahaansecara finansial seperti NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Analisis Sensitivitas.Analisis kuantitatif ini disajikan dalam bentuk tabulasi yang mengelompokkandan mengklasifikasikan data agar mempermudah dalam melakukan analisis data.

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebutmenguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara

Page 10: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 10 of 29

menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelahdilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka barudapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi.Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada tugasini adalah sebagai berikut:

3.1. Analisis Biaya ProduksiBiaya produksi dilihat dari biaya yang dikeluarkan perusahaan secara

langsung, meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) selamasatu periode produksi. Biaya tetap terdiri dari biaya manajemen, biaya sewalahan, biaya penyusutan, bunga modal, dan pajak. Sedangkan biaya variabelterdiri dari bahan baku, bahan bakar, dan biaya lainnya yang berubah sesuaivolume produksi.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total dapat dihitung denganmenjumlahkan biaya tetap total dan biaya variabel total yang dapat dirumuskan:

3.2. Analisis Biaya Pokok

Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untukmemproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok dapat dihitung denganmenggunakan rumus:

3.3. Titik Impas Produksi (TIP)

Analisa titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume produksiberapakah perusahaan tersebut mengalami kerugian atau mendapat keuntungan.Menurut Pramudya dan Dewi (1992), untuk menghitung titik impas produksidapat digunakan rumus :

BT = BTT + BVT

=

Dimana :BT = Biaya Total (Rp/tahun)BTT = Biaya Tetap Total (Rp/tahun)BVT = Biaya Variabel Total (Rp/tahun)

Dimana:BP = Biaya Pokok (Rp/unit)BT = Biaya Total (Rp/tahun)PT = Produksi Total ( unit/tahun)

Page 11: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 11 of 29

3.4. Analisis Kelayakan

1) Net Present Value (NPV)

Menurut Umar (2003:200), untuk menghitung nilai sekarang perluditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalamperhitungan NPV adalah sebagai berikut:

Dimana:CFt = Aliran kas pertahun pada periode tIo = Investasi awal pada tahun 0K = Suku bunga (discount rate)Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu:Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterimaJika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima ataupun

ditolak.Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.

2) Internal Rate Of Return (IRR)Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan nilai

NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angkapositif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dansebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount factor yangkedua berada di bawah SOCC atau discount factor.

Menurut Ibrahim (2003:147), formula untuk IRR dapat dirumuskan sebagaiberikut:

= − Dimana:TIP = Titik Impas Produksi (unit/tahun)BTT = Biaya Tetap Produksi (Rp/tahun)HJ = Harga jual (Rp/unit)BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/unit)

Page 12: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 12 of 29

Dimana:i1= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:IRR > tingkat suku bunga, maka usulan proyek diterimaIRR < tingkat suku bunga, maka usulan proyek ditolak

3) Net B/C RatioUntuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran

kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaatbersih negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittinger, 1986:401). Secaramatematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:ƒ Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.ƒ Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat

sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atautidak.

ƒ Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.

3.5. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasilkegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasarperhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinanharus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Halini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yangmengandung banyak ketidakpastian tentang yang terjadi di waktu yang akandatang.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukanapabila:

Page 13: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 13 of 29

a. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat.b. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut

dilaksanakan.

Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, dan Net B/CRatio jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yangdigunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada tugas ini adalah:(1) peningkatan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%;(2) peningkatan upah pekerja sebesar 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%;(3) peningkatan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.

IV. Data dan Asumsi

Dalam penulisan tugas ini, sebagai kasus dasar untuk perhitungan analisiskelayakan finansial industri pengolahan kedelai digunakan data dan asumsisebagai berikut:1. Umur proyek 15 tahun.2. Harga jual produk konstan selama umur proyek yaitu 15 tahun.3. Volume produksi setiap tahunnya konstan sebanyak 18.881 karung-cetakan

selama umur proyek.4. Umur ekonomis kendaraan, mesin giling dan pompa diasumsikan selama 5

tahun.5. Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0,5%/tahun dan pajak kendaran

sebesar 1%/tahun.6. Diasumsikan nilai akhir mesing giling dan pompa sebesar 10% dari harga

awal.7. Diasumsikan nilai akhir kendaraan sebesar Rp 60.000.000,-/kendaraan.8. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan

dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satuperiode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 14% yang didekati dari tingkatsuku bunga kredit usaha Bank Rakyat Indonesia.

9. Perhitungan pajak menggunakan pendekatan berdasarkan Undang-undangNomor 36 Tahun 2008 tentang PPh Badan.

V. Analisis Biaya Produksi

Penerimaan produksi tahu diperoleh dari volume penjualan per tahundikalikan dengan harga jual dan penjualan ampas tahu. Diasumsikan totalproduksi tahu setiap tahunnya adalah 18.881 karung-cetakan selama umurproyek. Dengan harga jual setiap karung-cetakannya Rp 105.000 dan penjualanampas tahu sebesar Rp 5.000/karung. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 2berikut:

Page 14: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 14 of 29

Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-rata Tiap Tahun

Bulan Banyak Produksi(karung-cetakan)

Januari 1.512Februari 1.610Maret 1.679April 1.557Juni 1.711Juli 1.619Agustus 1.580September 1.336Oktober 1.512November 1.680Desember 1.564

Total 18.881

Biaya yang dibutuhkan dalam usaha pembuatan tahu cukup besar. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Biayainvestasi ini meliputi biaya lahan dan bangunan, kendaraan, pembuatan sumurpompa, serta pembelian mesin giling. Dapat dilihat pada awal investasi biayapembelian kendaraan merupakan biaya paling besar. Hal ini dikarenakanpendistribusian hasil produksi merupakan salah satu aspek yang paling penting.Biaya awal investasi ini diperlukan untuk memperhitungkan kelangsungan usahaproduksi selanjutnya.

Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu

Uraian Jumlah Harga(Rp)

Lahan dan Bangunan 150.000.000Pompa 1 buah 50.000.000Kendaraan 3 buah 462.000.000Mesin Giling 2 buah 10.000.000

Total 672.000.000

Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.Biaya tetap hanya dari pajak. Tabel biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. PadaTabel 4 diketahui bahwa biaya tetap dari kendaraan paling besar dari keseluruhanbiaya tetap yang ada. Karena pada waktu mendistribusikan hasil produksidibutuhkan beberapa kendaraan untuk penjualan ke beberapa daerah. Denganasumsi umur ekonomis kendaraan 5 tahun. Diasumsikan umur ekonomis mesingiling dan pompa masing-masing selama 5 tahun. Namun penggantian terhadapkendaraan, mesin penggilingan dan pompa pada tahun kedelapan.

Page 15: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 15 of 29

Besar pajak bumi dan bangunan yang digunakan sebesar 0.5%. Angkatersebut merupakan angka yang berlaku secara menyeluruh terhadap objekmacam apapun di seluruh wilayah Indonesia ( Gunadi, et al., 1999).

Tabel 4. Biaya Tetap

Uraian Harga Awal(Rp)

Nilai Sisa(Rp)

Pajak Biaya Tetap(Rp)

Lahan dan Bangunan 150.000.000 0 750.000 750.000Kendaraan 462.000.000 180.000.000 4.620.000 4.620.000

Total 5.370.000

Biaya variabel terdiri dari pembelian kedelai dan upah pekerja, bahanbakar kayu dan solar, transportasi, pemakaian listrik dan telepon, perbaikan danpemeliharaan alat dan mesin. Biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Biaya Variabel

UraianBiaya (Rp)

Per karung-cetakan Per hari Per bulan Per tahun

Bagian produksi 65.700 1.240.481.700Bagian kayu dantimbang

105.000 3.150.000 37.800.000

Transportasi 435.000 13.050.000 156.600.000Kayu 300.000 9.000.000 108.000.000Listrik dan Telepon 700.000 8.400.000Air biang 100.000 1.200.000Peralatan 500.000 6.000.000Bahan bakar (solar) 50.000 1.500.000 18.000.000Biaya pelumas 98.000 1.176.000Biaya perbaikan danpemeliharaan

400.000 4.800.000

Total 1.582.457.700

Karena kedelai merupakan bahan baku utama dari pembuatan kedelaiyang harganya cukup mahal setiap satu kilogramnya. Untuk produksi satukarung-cetakan dibutuhkan sebanyak 10 kg kedelai. Khusus upah pegawai bagianproduksi, pemberian upah dihitung berdasarkan banyaknya karung-cetakan yangtelah dihasilkan. Pekerja tukang kayu hanya terdapat satu orang setiap harinyayang bertugas hanya pada pagi hari sampai sore hari, dengan upah harian setiapharinya. Pada bagian timbang, mencuci dan menggiling terdapat dua orang setiapharinya dengan upah harian. untuk mendistribuksikan hasil produksi, terdapattiga orang supir setiap harinya dengan upah harian. Untuk rincian biaya variabeldapat dilihat pada tabel berikut:

Page 16: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 16 of 29

Tabel 6. Biaya Variabel Produksi Tahu

No. Uraian Satuan Harga satuan(Rp)

Jumlah(Rp)

1. Biaya Produksi per karung-cetakan (10 kg kedelai)a. Kedelai 10 kg 5.350 53.500b. Kunyit 2 kg 1.400 2.800c. Garam 0,5 kg 800 400d. Pekerja 3 org 3.000 9.000

Total 65.7002. Biaya pekerja timbang dan kayu per hari

a. Kayu 1 org 45.000 45.000b. Timbang 2 org 30.000 60.000

Total 105.0003. Biaya bahan bakar (kayu) dan air biang per bulan

a. Kayu 15 mobil 200.000 9.000.000b. Air biang 4 liter 25.000 100.000

Total 9.100.0004. Biaya transportasi per hari

a. Sopir 3 org 30.000 90.000b. Bahan bakar 3 mobil 80.000 240.000c. Uang jalan 3 mobil 35.000 105.000

Total 435.0005. Biaya penggantian peralatan per bulan

a. Peralatan 500.0006. Biaya listrik dan telepon per bulan

a. Listrik 400.000b. Telepon 300.000

Total 700.0007. Biaya bahan bakar (solar) per hari

a. Solar 50.0008. Biaya pelumas mesin giling per bulan

a. Pelumas 98.0009. Biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin giling

a. Bearing 100.000b. Puli 200.000c. Belt 100.000

Total 400.000

Biaya total produksi yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap total denganbiaya variabel total. Diasumsikan tidak terjadi kenaikan harga dan bahan bakarselama selama umur proyek. Diketahui bahwa biaya tetap total sebesar Rp5.370.000/tahun dan biaya variabel sebesar Rp 1.582.457.700/tahun, maka biayatotal sebesar Rp 1.587.827.700 dengan perhitungan sebagai berikut:

Page 17: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 17 of 29

VI. Analisis Biaya Pokok

Biaya pokok produksi biaya total produksi dibagi dengan volume produksitotal. Diketahui biaya total sebesar Rp 1.587.827.700 dan jumlah produksisebanyak 18.881 karung-cetakan maka didapat biaya pokok produksi sebesar Rp84.097/karung-cetakan.

Biaya pokok produksi sangat erat hubungannya dengan harga jual, karenamenunjukkan keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Untuk mengetahuiapakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian dapat digunakannilai ratio. Nilai ratio disini adalah hubungan proporsi antara biaya pokok danharga jual. Nilai ratio lebih dari satu (>1), berarti perusahaan mengalami kerugian,sedangkan bila nilai ratio kurang dari satu (<1), berarti perusahaan mendapatkankeuntungan, dan bila nilai ratio sama dengan satu (=1), berarti perusahaan dalamkeadaan impas.

Diketahui biaya pokok produksi tahu Rp 84.097/karung-cetakan,sedangkan harga jual ditetapkan Rp 105,000/karung-cetakan. Maka besar nilairatio yang didapat adalah 0,80 ini berarti perusahaan mendapatkan keuntungan.Dengan asumsi harga penjualan dan biaya pokok tidak berubah selama umurproyek.

VII. Titik Impas Produksi

Titik impas produksi merupakan titik dimana perusahaan tidakmendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Besar titik impasdipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata.Diketahui harga jual tahu sebesar Rp 105.000/karung-cetakan, harga jual ampastahu Rp 5.000/karung-cetakan dan biaya tetap total sebesar Rp 5.370.000/tahun

PT = 18.881 karung-cetakan/tahunBP = BT

PT= 1,587,827,700 / 18.881 = Rp 84.097/karung-cetakan

BTT = Rp 5.370.000,-BVT = Rp 1.582.457.700,-BT = BTT + BVTBT = 5,370,000+ 1,582,457,700

= Rp. 1,587,827,700

Page 18: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 18 of 29

dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp 83.812/karung-cetakan. Sehinggadidapatkan titik impas sebesar 253 karung-cetakan/tahun. Jumlah tingkatproduksi tahu setiap tahunnya sebesar 18.881 karung-cetakan. Ternyata produksitahu setiap tahunnya lebih besar dari titik impas. Hal ini menunjukkan bahwaperusahaan pada posisi yang menguntungkan. Dengan asumsi produksi tahusetiap tahunnya tidak berubah selama umur proyek.

VIII. Analisis Kelayakan

Untuk menilai kelayakan usaha produksi tahu, dapat dilakukan dengananalisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial ini disajikan dalam tigabentuk yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net BenefitCost Ratio (Net B/C). Analisis ini dilakukan dengan mengetahui komponen biayapengeluaran dan pendapatan selama 1 tahun produksi.

8.1. Net Present Value (NPV)

Nilai NPV yang positif sebesar Rp 1.832.574.344,-. Hal ini berarti proyekakan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.832.574.344,- selama periode 15tahun pada discount rate 14%.

8.2. Internal Rate of Return (IRR)

Diketahui NPV positif pada suku bunga bernilai 61% sebesar Rp10.706.775,-. Dan NPV negatif didapat pada suku bunga bernilai 62% sebesar Rp-60.157,- Sehingga nilai IRR dapat dihitung yaitu sebesar 61,99%. Biladibandingkan dengan besarmya discount rate yang digunakan sebesar 14,00%,maka nilai IRR berada di atas discount rate. Berarti ini menyatakan bahwa proyekini layak untuk dikembangkan, karena menguntungkan bagi perusahaan.

8.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Nilai Net B/C dihitung yaitu sebesar 3,73. Nilai tersebut menunjukkanbahwa dengan discount rate sebesar 14,00% proyek mampu menghasilkantambahan manfaat sebesar Rp 3,73 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1. Sesuai

Harga jual = Rp 105.000,-BVR = 1.582.700 / 18.881

Rp 83.812/karung-cetakanTIP = BTT

HJ-BVR= 5.370.000 = 253 karung-cetakan/tahun

105.000 – 83.812

Page 19: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 19 of 29

syarat kelayakan, nilai Net B/C lebih dari satu (>1) tersebut menunjukkan proyekmenguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan.

Dengan melihat nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih besar daridiscount rate dan nila Net B/C yang lebih dari satu, dapat dikatakan bahwa usahapembuatan tahu dengan discount rate 14,00% selama periode 15 tahun adalahlayak untuk dikembangkan.

Tabel 7. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan

No Komponen biaya Satuan Nilai

1 Harga jual tahu Rp/karung-cetakan 105.0002 Harga jual ampas tahu Rp/karung-cetakan 5.0003 Produksi tiap tahun karung-cetakan 18.8814 Biaya tetap total Rp 5.370.0005 Biaya variabel total Rp 1.582.457.7006 Biaya total Rp 1.587.827.7007 Biaya pokok produksi Rp/karung-cetakan 84.0978 Biaya variabel rata-rata Rp/karung-cetakan 83.8129 Titik impas produksi karung-cetakan 25310 NPV Rp 1.832.574.34411 IRR % 61,9912 Net B/C 3,73

IX. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahanpendugaan terhadap nilai suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karenafaktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia maksudnya manusiasering kali melakukan kesalahan dalam memprhitungkan segala sesuatunya.Sedangkan faktor lingkungan disini maksudnya kemungkinan adanya kenaikanharga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Semua itu perlu diperhatikan demipengembangan proyek.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisissensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali denganperubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karenadalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yangmengandung banyak unsur ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi padawaktu yang akan datang.

Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pendugaan beberapakomponen yang mungkin terjadi kenaikan biaya, yaitu:

Page 20: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 20 of 29

1. Kenaikan Harga Kedelai

Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganyakemungkinan bisa berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan hargakedelai, yaitu:

a. Kenaikan harga kedelai sebesar 10%Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai

sebesar 10%. Maka harga kedelai menjadi Rp 5.885/kg. Sehingga terjadikenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp 1.683.471.050,-.Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biayatotal bertambah menjadi Rp 1.688.841.050,-.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp89.447/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-cetakan-nya yang tidak berubah Rp 105.000,-. Maka dapat diketahui nilai ratioproduksi tahu sebesar 0,85. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layakmendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 10%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 339 karung-cetakan. Setelahmengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai sebesar 10%, jumlahproduksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi.Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yangmenguntungkan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadipenurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.298.995.114. Hal ini berarti bahwadengan adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10% daripendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp1.298.995.114 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelumkenaikan biaya kedelai sebesar 10%, nilai NPV turun. Tetapi nilai NPV yangdidapat masih bernilai positif.

Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 9.242.115 pada suku bunga 48%dan nilai NPV negatif sebesar Rp -4.109.644 pada suku bunga 49%. Sehinggadidapatkan nilai IRR sebesar 48,69%. Bila dibandingkan dengan sebelumadanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, nilai IRR turun. Tetapinilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas denganpendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)positif sebesar Rp 1.970.995.114 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp -672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 2,93. Hal ini berartibahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan

Page 21: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 21 of 29

tambahan manfaat sebesar Rp 2,93 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dandiasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

b. Kenaikan harga kedelai 20%Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 20%,

mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.784.484.400 dan biayatotal menjadi Rp 1.789.854.400. Hal ini membuat biaya pokok produksimenjadi Rp 94.797/karung-cetakan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 512 karung-cetakan per tahunsetelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 20%.Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yangdidapat ternyata turun menjadi Rp 763.013.778 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 35,03%. Ternyata nilai IRR turun sangatdrastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku.Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2,11 yangturun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikanharga kedelai.

c. Kenaikan harga kedelai 30%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 30%,mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.885.497.750 dan biayatotal menjadi Rp 1.890.867.750. Hal ini membuat biaya pokok produksimenjadi Rp 100.147/ karung-cetakan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 1.045 karung-cetakan pertahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPVyang didapat turun sangat drastis menjadi Rp 224.476.989 pada discount ratesebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 20,54%. Nilai IRR turun jikadibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai, tetapi masihberada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat jugamengalami penurunan menjadi 1,31 jika dibandingkan dengan sebelumadanya kenaikan harga kedelai.

d. Kenaikan harga kedelai 40%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%,mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp 1.986.511.100 dan biayatotal menjadi Rp 1.991.881.100. Hal ini membuat biaya pokok produksimenjadi Rp 105.497/karung-cetakan.

Page 22: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 22 of 29

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPVyang didapat ternyata turun drastis menjadi Rp -314.059.801 pada discount ratesebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 3,87%. Ternyata nilai IRR turun sangatdrastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku.Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 0,59 yangturun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikanharga kedelai.

Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan harga kedelai.Pendugaan dengan kenaikan harga kedelai hingga sebesar 40% dengan penetapanharga jual tahu tetap sebesar Rp 105.000 dan produksi tahu konstan sebanyak18.881 karung-cetakan/tahun selama umur proyek.

Tabel 8. Nilai Analisis Kelayakan dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai

KenaikanKedelai NPV IRR Net B/C

10% Rp 1.298.995.114 48,69% 2,9320% Rp 1.789.854.400 35,03% 2,1130% Rp 224.476.989 20,54% 1,3140% Rp -314.059.801 3,87% 0,59

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanyapendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%, maka dapatdilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat padaternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan hargakedelai. Namun nilai NPV yang didapat pada kenaikan harga kedelai hingga 30%masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilaiNet B/C yang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masihlayak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetapsebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan hargakedelai sampai sebesar 30%. Dan pada kenaikan harga kedelai sebesar 40% proyeksudah tidak layak dikembangkan karena memiliki nilai NPV yang negatif, nilaiIRR yang berada di bawah discount rate dan nilai Net B/C yang kurang dari satu(<1).

2. Kenaikan Upah Pekerja

Upah pekerja merupakan salah satu komponen yang mungkin bisamengalami perubahan biaya. Besar pendugaan kenaikan upah pekerja, yaitu:

Page 23: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 23 of 29

a. Kenaikan upah pekerja sebesar 10%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerjasebesar 10%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnyamenjadi sebesar Rp 1.606.470.600. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biayavariabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.611.640.600.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp85.368/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-cetakannya yang tidak berubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratioproduksi tahu sebesar 0,81. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layakmendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 10%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 270 karung-cetakan. Setelahmengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 10%,ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titikimpas produksi.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikanupah pekerja sebesar 10%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRRdan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.705.731.855.Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerjasebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapatkeuntungan sebesar Rp 1.705.731.855 selama periode 15 tahun. Biladibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 10%, nilai NPVturun tidak terlalu drastis.

Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 9.590.754 pada suku bunga 58%dan nilai NPV negatif sebesar Rp -1.669.698 pada suku bunga 59%. Sehinggadidapatkan nilai IRR sebesar 58,85%. Bila dibandingkan dengan sebelumadanya pendugaan kenaikan upah pekerja 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilaiIRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas denganpendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)positif sebesar Rp 2.377.731.855 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp -672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,54. Hal ini berartibahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkantambahan manfaat sebesar Rp 3,54 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dandiasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

b. Kenaikan upah pekerja sebesar 20%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerjasebesar 20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya

Page 24: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 24 of 29

menjadi sebesar Rp 1.630.483.500. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biayavariabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.635.853.500.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp86.640/karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-cetakannya yang tidak berubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratioproduksi tahu sebesar 0,82. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1(<1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layakmendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 20%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 288 karung-cetakan. Setelahmengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 20%,ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titikimpas produksi.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikanupah pekerja sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRRdan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.578.889.367.Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerjasebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapatkeuntungan sebesar Rp 1.578.889.367 selama periode 15 tahun. Biladibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 20%, nilai NPVturun tidak terlalu drastis.

Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp 8.238.999 pada suku bunga 55%dan nilai NPV negatif sebesar Rp -3.557.647 pada suku bunga 56%. Sehinggadidapatkan nilai IRR sebesar 55,70%. Bila dibandingkan dengan sebelumadanya pendugaan kenaikan upah pekerja 20%, nilai IRR turun. Tetapi nilaiIRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas denganpendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct)positif sebesar Rp 2.250.889.367 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp-672.000.000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,35. Hal ini berartibahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkantambahan manfaat sebesar Rp 3,35 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dandiasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

c. Kenaikan upah pekerja sebesar 30%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 30%, mengakibatkanbiaya variabel berubah menjadi Rp 1.654.496.400 dan biaya total menjadi Rp1.659.866.400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp 87.912/karung-cetakan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 309 karung-cetakan per tahunsetelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 30%.

Page 25: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 25 of 29

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yangdidapat menjadi Rp 1.452.046.878 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berartibahwa perusahaan mendapatkan keuntungan.

Nilai IRR yang didapat sebesar 52,53%. Ternyata nilai IRR turun jikadibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRRmasih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapatjuga mengalami penurunan menjadi 3,16 jika dibandingkan dengan sebelumadanya kenaikan upah pekerja.

d. Kenaikan upah pekerja sebesar 40%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 40%, mengakibatkanbiaya variabel berubah menjadi Rp. 1,678,509,300 dan biaya total menjadi Rp.1,683,879,300. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 89,184/karung-cetakan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 334 karung-cetakan per tahunsetelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 40%.Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yangdidapat menjadi Rp. 1,325,204,390 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 49.35%. Ternyata nilai IRR turun jikadibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRRmasih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapatjuga mengalami penurunan menjadi 2.97 jika dibandingkan dengan sebelumadanya kenaikan upah pekerja.

e. Kenaikan upah pekerja sebesar 50%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 50%, mengakibatkanbiaya variabel berubah menjadi Rp 1.702.522.200 dan biaya total menjadi Rp1.707.892.200. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp 90.456/karung-cetakan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C.Nilai NPV yang didapat menjadi Rp 1.198.361.902 pada discount rate sebesar14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 46,15%. Ternyata nilai IRR turun jikadibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRRmasih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapatjuga mengalami penurunan menjadi 2,78 jika dibandingkan dengan sebelumadanya kenaikan upah pekerja.

Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan upah pekerja.Pendugaan dengan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% dengan penetapanharga jual tahu tetap sebesar Rp 105.000 dan produksi tahu konstan sebanyak18.881 karung-cetakan/tahun selama umur proyek.

Page 26: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 26 of 29

Tabel 9. Nilai Analisis Kelayakan dengan Pendugaan Kenaikan Harga UpahPekerja

KenaikanKedelai NPV IRR Net B/C

10% Rp 1.578.889.367 55,70% 2,7720% Rp 1.061.907.426 43,69% 3,3530% Rp 1.452.046.878 52,53% 3,1640% Rp 1.325.204.390 49,35% 2,9750% Rp 1.198.361.902 46,15% 2,78

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanyapendugaan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% maka dapat dilakukananalisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat ternyata mengalamipenurunan setelah adanya pendugaan kenaikan upah pekerja. Namun padapendugaan kenaikan upah hingga sebesar 50%, nilai NPV yang didapat masihbernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/Cyang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layakdikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan upah pekerja hinggasebesar 50%.

3. Kenaikan Bahan Bakar (Kayu)

Kenaikan harga bahan bakar(kayu) sebesar 20% dari harga awal. Setelahdilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesarRp 1.604.057.700. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel totalmenyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp 1.609.427.700.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp 85.241 karung-cetakan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap karung-cetakan-nya yang tidakberubah Rp 105.000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0,81.Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1 (<1). Hal ini menunjukkan bahwausaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadikenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.

Titik impas produksi mengalami perubahan. Dengan diketahui biayavariabel Rp 1.604.057.700 dan diasumsikan jumlah produksi tahu yang tetapselama umur proyek sebesar 18.881 karung-cetakan. Maka akan didapatkan biayavariabel rata-rata Rp 84.956/karung-cetakan. Didapatkan titik impas produksisebesar 268 karung-cetakan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadapkenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, ternyata jumlah produksi tahu

Page 27: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 27 of 29

setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal inimenunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan hargabahan bakar (kayu) sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRRdan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp 1.718.477.431. Halini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu)sebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan akan mendapat keuntungansebesar Rp 1.718.477.431 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengansebelum kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, nilai NPV turun tidakterlalu drastis. Nilai NPV yang didapat masih bernilai positif.

Didapatkan nilai IRR sebesar 59,17%. Bila dibandingkan dengan sebelumadanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) 20%, nilai IRR turun.Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Didapatkan nilai Net B/C sebesar 3,56. Hal ini berarti bahwa dengandiscount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaatsebesar Rp 3,56 setiap tambahan biaya sebesar Rp 1, dan diasumsikan discount ratetetap selama umur proyek selama 15 tahun.

Tabel 10. Nilai Analisis Finansial dan Kelayakan Setelah PendugaanKenaikan Bahan Bakar (Kayu) Sebesar 20%

Uraian Satuan NilaiHarga jual tahu Rp/karung-cetakan 105.000Harga ampas tahu Rp/karung-cetakan 5.000Produksi tiap tahun karung-cetakan 18.881Biaya tetap total Rp 5.370.000Biaya variabel total Rp 1.604.057.700Biaya total Rp 1.609.427.700Biaya pokok produksi Rp/karung-cetakan 85.241Biaya variabel rata-rata Rp/karung-cetakan 84.956Titik impas produksi karung-cetakan 268NPV Rp 1.718.477.431IRR % 59,17Net B/C 3,56

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanyapendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, maka dapatdilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat ternyatamengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar(kayu) sebesar 20%. Namun nilai NPV yang didapat masih bernilai positif, nilaiIRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/C yang lebih darisatu(>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama

Page 28: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 28 of 29

periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umurproyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.

X. Kesimpulan

Analisis biaya investasi pabrik pengolahan kedelai (Tahu), menunjukkannilai biaya total produksi tahu yaitu Rp 1.587.827.700. Sedangkan nilai biayapokok produksi tahu sebesar Rp 84.097/karung-cetakan. Nilai tersebut masihberada di bawah harga jual yang sebesar Rp 105.000/karung-cetakan. Analisistitik impas yang didapat sebesar 253 karung-cetakan/tahun, dengan totalproduksi sebanyak 18.881 karung-cetakan/tahun. Berarti perusahaan telahmendapatkan keuntungan karena jumlah produksinya melampui produksi titikimpas yang sebesar 253 karung-cetakan/tahun. Analisis kelayakan finansial yangdilakukan, menghasilkan nilai yang memenuhi syarat kelayakan untukmengembangkan proyek. Hal ini dibuktikan dengan nilai NPV yang positifsebesar Rp 1.832.574.344 pada discount rate 14%. Nilai IRR yang berada di atasdiscount rate, yaitu sebesar 61,99%. Dan nilai Net B/C yang lebih dari satu, yaitusebesar 3,73. Sehingga dapat dikatakan proyek pembuatan tahu untuk periode 15tahun pada discount rate 14% layak untuk dikembangkan.

Analisis sensitivitas menunjukkan kemampuan perusahaan yang masihdapat bertahan dengan adanya kenaikan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal iniperlu diperhatikan, untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi selamaproyek berlangsung. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, didapatkan bahwadengan adanya pendugaan kenaikan biaya terhadap harga kedelai hingga sebesar30% dari biaya awal proyek masih layak dikembangkan. pada kenaikan sebesar40%, proyek sudah tidak layak dikembangkan jika harga jual tetap Rp 105.000.

Referensi

Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona, 1994).Gittinger, J. Price. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. Dari Economic

Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet Mangiri., Ed ke-2(Jakarta: UI Press, 1986).

Gunadi, J.L. Hutagol, R.Burton, L. Pandiangan, W. Ilyas, dan Y. Satiotomo. 1999.Perpajakan, Edisi Revisi. Yayasan Pendidikan dan Pengkajian Perpajakan.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis. (Jakarta:PPM, 2003).

Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP. AMPYKPN, 2000).

Page 29: Analisis Kelayakan Finansial Investasi Industri Pengolahan Kedelai (Tahu)

Page 29 of 29

Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004).Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor, Bogor.Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi.

(Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004).Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar Swadaya,

2003).Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis

Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2004).Supriatna, Dadang. Membuat Tahu Sumedang. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004).Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis

secara Komprehensif., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).