ANALISIS KELAYAKAN DAN BREAK EVENT POINT USAHATANI …
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN DAN BREAK EVENT POINT USAHATANI …
ANALISIS KELAYAKAN DAN BREAK EVENT POINT USAHATANI PADI SAWAH
DI KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA
SAIFUL
105960177714
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2020
ANALISIS KELAYAKAN DAN BREAK EVENT POINTUSAHATANI PADI SAWAH
DI KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA
SAIFUL105960177714
SKRIPSISebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2020
iv
PERNYATAAN
Saya yangbertandatangandibawahini:
Nama : Saiful
Nim : 105960177714
Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan dan Beak Event Point Usahatani Padi Sawah
di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan Skripsi ini adalah hasil
penelitian pemikiran dan pemaparan asli dari karya tulisan saya sendiri, baik dari naska laporan
maupun data-data yang tercantum sebgai bagian dari Skripsi ini. Jika tercantum karya tulis milik
orang lain saya akan mencantumkansumberdengan jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan serta ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerimah sanksi yang di berlakukan Universitas MuhammadiyahMakassar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan kondisi sehat serta
tanpaada paksaan dari pihakmanapun.
MakassarFebruari 2020
Pembuat Pernyataan,
Saiful
v
ABSTRAK
SAIFUL (105960177714) 2020, Analisis Kelayakan dan Break Even Point Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, dibawah bimbingan Ibu Nailah Husain dan Ibu Sitti Arwati.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Kelayakan dan Break Even Point dalam usaha tani padi sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan petani responden adalah 0.308 Ha, maka rata biaya produksi berupa saprodi pertanian yang harus dikeluarkan petani adalah Rp. 645.648, rata – rata biaya tenaga kerja sebesar Rp.313.243 dan rata – rata penerimaan adalah Rp. 8.339.243. Rata – rata penerimaan yang diperoleh petani padi sawah di wilayah penelitian sebesar Rp 8.339.243 dan biaya produksi dan tenaga kerja sebesar Rp. 948.351, maka R/C ratio diperoleh sebesar Rp. 7.395.702. Artinya, setiap Rp. 958.891 yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya usahatani padi sawah maka akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 7.395.702. Karena nilai R/C Ratio lebih besar dari pada 958.891 (R/C>1) maka usahatani padi sawah layak untuk diusahakan. Petani responden pada usahatani padi sawah minimal harus mampu meningkatkan produksi mencapairata - rata 1.231 kg per musim tanam dengan rata – rata luas lahan 0.308 Ha agar tidak merugi.
Break Even Point atau titik impas pada usahatani padi sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa berdasarkan perhitungan menghasilkan BEP Harga sebesar Rp 6.851 dan BEP Produksi 1.231 kg. Artinya, bila petani responden di wilayah penelitian menghasilkan produksi padi sawah sebesar 1.231 kg dengan harga jual Rp 6.851/kg. Break Even Point atau titik impas pada usahatani padi sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa berdasarkan perhitungan menghasilkan BEP Harga sebesar Rp 778,952 dan BEP Produksi 139,963 kg. Artinya, bila petani responden di wilayah penelitian menghasilkan produksi padi sawah sebesar 139,963 kg dengan harga jual Rp 778,952 /kg maka usahatani padi sawah mengalami titik impas, yakni tidak mengalami kerugian atau mendapatkan keuntungan
vi
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur pada Allah Subahanahuwataalah dihanturkan atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga dari perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan
proposal penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
Selesainya rangkaian penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Olehnya itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu
Ir. Hj. Nailah Husain.,M.Si dan Ibu Sitti Arwati,.SP.,M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga
seluruh rangkaian penyusunan proposal penelitian ini dapat dilaksanakan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar beserta
para Pembantu Dekan, Ketua Jurusan Agribisnis, serta karyawan atas seluruh
dukungan baik yang bersifat motivatif maupun yang bersifat administratif
Seluruh staf pengajar dalam lingkup Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu pengetahuan, sehingga
sangat membantu dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat,
terutama pada saat penyusunan Proposal Penelitian ini.
Makassar, Februari 2020
PENULIS
SAIFUL
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii
KOMISI PENGUJI............................................................................ iii
PERNYATAAN SKRIPSI................................................................. iv
ABSRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR........................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 3
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .......................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelayakan............................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Kelayakan......................................................... 5
2.1.2 Studi Kelayakan Menurut Para Ahli ................................... 5
2.1.3 Tujuan Studi Kelayakan ..................................................... 7
2.2 Usahatani .............................................................................. 8
viii
2.3 Break even Point (BEP) ........................................................ 12
2.3.1 Pengertian Break even Point (BEP).................................... 12
2.3.2 Penjelasan Break even Point............................................... 13
2.3.3 Manfaat Analisis even Point (titik impas)........................... 14
2.4 Kerangka Pikir ...................................................................... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian ................................................ 16
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................ 16
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 17
3.4.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................... 17
3.4.2 Pengumpulan Data ............................................................ 18
3.5 Metode Pengolahan Data ..................................................... 19
3.6 Analisis Usahatani Padi ........................................................ 19
3.6.1 Biaya Produksi .................................................................. 19
3.6.2 Penerimaan Usahatani Padi ............................................... 20
3.6.3 Pendapatan ........................................................................ 20
3.6.4 Analisis KelayakanUsaha (R/C) ........................................ 21
3.6.5 Break even Point (BEP) ..................................................... 21
3.7 Defenisi Operasional ............................................................ 23
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................... 24
ix
4.1.1 Sejaran Kecamatan Bontolempngan ................................... 24
4.1.2 Kondisi Geografis .............................................................. 24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Petani............................................................... 30
5.2 Luas Lahan ........................................................................... 35
5.3 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah........................... 36
5.3.1 Biaya Produksi................................................................... 36
5.3.2 Produksi dan Harga Jual..................................................... 38
5.4 Analisis R/C Ratio ................................................................ 40
5.5 Analisis Titi Pulang Pokok (BEP) ......................................... 41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan........................................................................... 42
6.2 Saran..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 44
LAMPIRAN ...................................................................................... 46
RIWAYAT HIDUP............................................................................ 47
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lluas panen produksi dan rata-rata produksi padi sawah di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa........................................ 2
Tabel 2. Luas lahan dan jenisnya di beberapa kecamatan di kabujpaten gowa
............................................................................................................ 3
Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Paranglompoa Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2017
............................................................................................................ 25
Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 2018
............................................................................................................ 26
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
............................................................................................................ 27
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
............................................................................................................ 28
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
............................................................................................................ 29
Tabel 1. Rata-rata Karateristik Petani Padi Sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 2018
............................................................................................................ 31
Tabel 2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur............................................................................................................ 32
Tabel 3. Identitas Responden Menurut Kelompok Pendidikan............................................................................................................ 33
Tabel 4. Identitas Responden Menurut Kelompok Pengalama Usahatani............................................................................................................ 34
xi
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga............................................................................................................ 35
Tabel 6. Rata – rata Produksi Harga Usahatani Padi untuk luas lahan 0.308 ha di Kecamatan Bontolempangan
............................................................................................................ 37
Tabel 7. Rata – rata Biaya Tenaga Kerja untuk luas lahan 0.308 Ha............................................................................................................ 38
Tabel 8. Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, Biaya Tenaga Kerja dan Keuntungan tiap Responden di Kecamatan Bontolempangan
............................................................................................................ 39
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Fikir................................................................ 15
Peta Administrasi Kabupaten Gowa................................................. 46
Gambar Lampiran 1 Dokumentasi ................................................... 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Gowa
............................................................................................................ 46
Lampiran 2. Kosioner Penelitian
............................................................................................................ 47
Lampiran 3. Perincian Karakteristik Responden Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018
............................................................................................................ 49
Lampiran 4. Perincian Penggunaan Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018............................................................................................................ 50
Lampiran 5. Perincian Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018............................................................................................................ 52
Lampiran 6.Biaya Kebutuhan Sarana Produksi Padi Sawah di Daerah Penelitian, Tahun 2018............................................................................................................ 54
Lampiran 7. Perincian rata-rata Volume Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya
Produksi, Biaya Tenaga Kerja dan Pendapatan Bersih di Daerah Penelitian, Tahun
2018
............................................................................................................ 56
Lampiran 8. Dokumentasi
............................................................................................................ 58
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam
yang sangat melimpah. Sumber daya alam ini berasal dari sektor pertanian,
perikanan, peternakan sampai dengan pertambangan seperti minyak bumi, gas
alam dan logam. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tanaman, hewan, dan
mikroorganisme yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Indonesia seharusnya
bisa menjadi negara maju dari semua sektor tersebut, terutama dari sektor
pertanian.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan lumbung pangan beras di luar Pulau
Jawa yang memiliki peran besar sebagai penyedia pangan nasional. Sulsel sudah
menyalurkan produksi beras yang dihasilkan petani ke berbagai pelosok nusantara
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah
digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Gowa adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi
selatan, mencapai Luas :1.883,32 km2, salahsatu Kabupaten yang memiliki
potensi sumberdaya alam melimpah salah satunya adalah tanaman pangan padi
sawah. Pertanian tanaman pangan merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Gowa khususnya komoditi padi sawah. Namun hal yang terjadi di Kabupaten
Gowa mengenai hasil usaha tani padinya hampir tiap tahunnya tidak stabil dan
2
tingkat produksi kurang meningkat akibat kurangnya evaluasi mengenai
pengembangan-pengembangan usahatani padi yang tidak disadari masyarakat atas
menurunnya pendapatan dan setiap tahunnya tidak stabil, hal ini mereka tidak
peduli dan apatis mengenai ketidak stabilan kinerja masyarakat terhadap
usahataninya. Oleh sebab, itu perlu adanya penanganan dan perhatian khusus dari
pihak pemerintah dalam memberikan pemahaman tentang apa yang menjadi
kendala dari masyarakat terkhusus Di Kabupaten Gowa.
Kabupaten Gowa yang berpenduduk 670.465 jiwa yang mempunyai luas
wilayah 188.333 ha dengan luas areal persawahan ± 35.319 ha dan sekitar 62,66
persen telah berpengairan. Ini merupakan salah satu faktor utama yang dapat
membuat daerah ini berpotensi surplus pangan (beras).
Table 1. Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Gowa 2010-2014
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Luas panen (ha)Perkembangan (%)Produksi (ton)Perkembangan (%)Rata-rata produksi (kw/ha)Perkembangan (%)
59,4076,13
304,76614,5551,307,93
61,1392,93
309,9091,69
50,69-1,19
61,3624,18
300,3045,81
48,941,41
63,2536,61
322,6277,43
49,320,77
64,3257,12
401,7977,95
53,467,79
Sumber data: BPS Kabupaten Gowa (2018)
Distribusi dan Produktivitas Luas lahan sawah di Kabupaten Gowa menurut
BPS (1999) mencapai 34.009 ha dimana 53,26% atau 18.116 ha diantaranya
ditanami 2 kali setahun. Distribusi lahan sawah tersebut umumnya menyebar
merata di 7 (tujuh) kecamatan dari 9 (sembilan) kecamatan yang ada di daerah ini,
yaitu Kecamatan Bontonompo (12,8 %), Tinggimoncong (11,8%), Bontomarannu
3
(13,3%), Bajeng (13,1%), Palllangga (11,6%), Tompobulu (10,3%) dan
Kecamatan Bungaya (9,5%). seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas lahan dan jenisnya di berbagai kecamatan kabupaten gowa
Sumber data: BPS Kabupaten Gowa (2018)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latarbelakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Berapakah Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa?
No KecamatanLuas Lahan Menurut Jenis
Pengairan (Ha)Jumlah
Pengairan Tadah Hujan Ha %
1 Bontonompo 3.090 1.310 4.400 12,8
2 Bajeng 2.742 1.293 4.035 11,8
3 Pallangga 5.412 1.427 3.985 11,6
4 Somba Opu - 1.003 1.003 24,5
5 Bontomarannu 3.188 899 4.087 11,9
6 Parangloe 707 1.680 2.387 6,9
7 Bungaya 2.096 1.159 3.255 9,5
8 Tompobulu 3.081 393 3.494 10,3
9 Tinggimoncong 2.687 1.418 4.105 12,0
10 Bontolempangan 3.013 1.157 3.374 9,8
Total (Ha) 20.122 10.582 34.125 100
4
2. Berapakah Titik Impas (BEP) dan Usahatani Padi di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, sesuai dengan yang dirumuskan sebagai upaya
agar penelitian ini lebih terarah secara jelas, maka penelitian ini akan
mengarahkan kajiannya secara teliti:
1. Mengetahui Kelayakan Usahatani Padi sawah di Kecamatan Bontolempangan
Kabupaten Gowa.
2. Mengetahui Titik Impas usahatani padi sawah di Kecamatan Bontolempangan
kabupaten gowa.
Adapun kegunaan penelitian yang di harapkan adalah :
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat di
Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa berdasarkan hasil penelitian
2. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya dibidang pertanian.
3. Peneliti mampu mengetahui Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa.
4. Sebagai syarat menyelesaikan sarjana Strata Satu (S1), konsentrasi Sosial
Ekonomi, program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelayakan
2.1.1. Pengertian Kelayakan
Kelayakan adalah kriteria penentuan apakah suatu subyek layak untuk
dibuatkan artikelnya atau tidak. Konsep ini berbeda dengan "terkenal", "penting",
atau "populer".
Analisis Kelayakan usaha adalah Usaha atau disebut juga feasibility study
adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha.
Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan
suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti
finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan
resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.
2.1.2. Studi kelayakan menurut para ahli
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7) “studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dijalankan”.
Menutut Umar H (2007:5) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian sebuah
rencana bisnis yang bukan hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis
6
dijalankan, tetapi juga pengontrolan kegiantan operasionalnya secara rutin
dalam rangka untuk pencapaian tujuan serta keuntungan yang maksimal untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan
Menurut Husnan dan Muhammad (2004:4) studi kelayakan bisnis, yang juga
disebut studi kelayakan proyek adalah sebuah penelitian yang menjelaskan
tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya sebuah proyek investasi)
dilaksanakan dengan berhasil. Istilah “proyek”diartikan sebagai bentuk
pendirian suatu usaha baru atau pengenalan suatu produk baru, modifikasi
produk yang sudah ada.
Menurut Siswanto Sutojo (2002:7) hal-hal yang harus diketahui dalam studi
kelayakan yaitu:
o Ruang lingkup kegiatan proyek.
o Bagaimana cara kegiatan proyek itu sendiri dilakukan.
o Evalusi berbagai aspek-aspek yang dapat menenentukan keberhasiln proyek
secara keseluruhan.
o Sarana apa yang diperlukan oleh proyek.
o Hasil dari kegiatan proyek, biaya-biaya yang ditanggun untuk memperoleh
hasil proyek tersebut.
o Langkah-langkah pendirian proyek atau perluasan proyek, serta jadwal
masing-masing dari proyek
7
2.1.3. Tujuan Studi Kelayakan
Husnan dan Muhamad (2000) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang
terlalu besar untukkegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi
kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila
dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi
dalam jumlah besar. Studi Kelayakan dibuat untuk memenuhi kepentingan
berbagai pihak dan masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta keinginan
yang berbeda. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007) studi kelayakan bisnis memiliki
lima tujuan mengapa studi kelayakan perlu dilakukan sebelum melakukan sebuah
proyek atau usaha, yaitu:
1. Menghindari resiko kerugia bertujuan untuk meminimalkan risiko yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi masa yang akan
datang penuh dengan ketidakpastian sehingga perlu untuk melakukan analisis
studi kelayakan untuk menimimalisasi resiko.
2. Mempermudah perencanaan dengan adanya peramalan masa yang akan datang,
maka perencanaan akan mudah untuk dilakukan. Perencanaan itu sendiri
meliputi jumlah modal yang diperlukan, waktu pelaksanaan, lokasi, cara
pelaksanaan, besarnya keuntungan serta keuntungan serta bagaimana
pengawasan bila terjadi penyimpangan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan perencanaan yang disusun dapat
mempermudah implementasi bisnis, proses bisnis dapat dilakukan secara
8
sistematik sehingga para karyawan dapat memiliki pedoman dan tetap fokus
pada tujuan, sehingga rencana bisnis dapat tercapai sesuai dengan apa yang
direcanakan.
4. Memudahkan Pengawasan dengan pelaksanaan yang sesuai dengan rencana
yang telah disusun, maka pengawasan terhadap proses bisnis menjadi lebih
mudah. Pengawasan dilakukan, agar pelaksanaan usaha tetap pada jalur dan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
5. Memudahkan Pengendalian bila terjadi penyimpangan, maka akan mudah
untuk memperbaikinya dan dapat langsung dikendalikan sehingga tidak terlalu
jauh penyimpangan yang terjadi.
2.2. Usahatani
Usaha tani merupakan agroekosistem yang sangat unik. Usaha tani terdiri
dari kombinasi sumberdaya fisik dan biologis seperti lahan, air, tumbuhan dan
hewan. Selain keunikannya, usaha tani memiliki sistem yang stabil dan dapat
dimasukkan pada perencanaan yang layak dalam melakukan kegiatan (usaha tani)
seperti budidaya tanaman, peternakan dan pengolahan hasil pertanian. Kegiatan
ini dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis dan sosial
ekonomi. Selain itu kegiatan usaha tani disesuaikan dengan tujuan, kemampuan
dan sumberdaya yang dimiliki oleh petani.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan
pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai
9
ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (keuntungan), menurut
pengertian yang dimilikinya tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani
mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan pertanian (Tohir, 1991).
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara
dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang
menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan
modal yang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian (Salikin, 2003).
Usahatani dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus
menerus dan bersifat komersial (Dewi, 2012). Kegiatan usahatani biasanya
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa, kapan, di mana, dan berapa
besar usahatani itu di jalankan. Gambaran atau potret usahatani sebagai berikut
(Soeharjo dan Patong, 1999) : a.) Adanya lahan, tanah usahatani, yang di atasnya
tumbuh tanaman, b.) Adanya bangunan yang berupa rumah petani, gedung,
kandang, lantai jemur dan sebagainya, c.) Adanya alat – alat pertanian seperti
cangkul, parang, garpu, linggis, spayer, traktor, pompa air dan sebagainya, d.)
Adanya pencurahan kerja untuk mengelolah tanah, tanaman, memelihara dan
sebagainya, e.) Adanya kegiatan petani yang menerapkan usahatani dan
menikmati hasil usahatani.
10
Dalam usahatani terdapat konsep dasar yang biasa disebut sebagai Tri
Tunggal Usahatani. Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya
terdapat tiga fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani.Tiga modal dasar
tersebut adalah petani, lahan dan tanaman atau ternak. Petani memiliki suatu
kedudukan yang memegang kendali dalam menggerakkan kegiatan usahatani
(Soeharjo dan Patong, 1999).
Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian
sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani,
yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan,
dan buruh tani. Lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan usahatani.
Tanaman merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani.
Sebagian besar petani di Indonesia selain bercocok tanam mereka juga memiliki
ternak atau ikan yang dipelihara dalam menunjang kegiatan usahataninya
(Tambunan, 2003).
Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor sosial ekonomi petani meliputi umur, tingkat
pendidikan, pengalaman usahatani, jumah tanggungan keluarga dan kepemilikan
lahan (Tambunan, 2003).
Umur mempengaruhi perilaku petani terhadap pengambilan keputusan
dalam kegiatan usahatani. Umur petani merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kemampuan kerja petani dalam melaksanakan kegiatan
usahatani. Petani yang bekerja dalam usia produktif akan lebih baik dan maksimal
11
dibandingkan usia non produktif. Selain itu, umur juga dapat dijadikan tolak ukur
untuk melihat aktivas petani dalam bekerja (Hasyim, 2006).
Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh pada penerapan inovasi baru,
sikap mental dan perilaku tenaga kerja dalam usahatani. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi. Pendidikan petani tidak
hanya berorientasi terhadap peningkatan produksi tetapi mengenai kehidupan
sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).
Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka akan relatif lebih cepat
dalam melaksanakan adopsi teknologi dan inovasi. Petani yang memiliki
pendidikan rendah biasanya sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
Tingkat pendidikan yang dimiliki petani menunjukan tingkat pengetahuan serta
wawasan petani dalam menerapkan teknologi maupun inovasi untuk peningkatan
kegiatan usahatani (Lubis, 2000).
Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan
kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama
berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang
tinggi dalam menjalankan usahatani. Pengalaman usahatani dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup berpengalaman (5-10
tahun) dan berpengalaman (>10 tahun). Petani memiliki pengalaman usahatani
atau lama usahatani yang berbeda beda (Soeharjo dan Patong, 1999).
12
2.3. Break even Point (BEP)
2.3.1. Pengertian Break even Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total
biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu
merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha
maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik
impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang
dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan
dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal
tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan
begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat
diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even
sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan.
Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk
mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2. Struktur biaya tetap dan variable
3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap
4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan rugi.
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
13
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian,
memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang
diharapkan melalui penentuan.
a) harga jual persatuan b) produksi minimal c) pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah
ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
1. Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
2. Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
3. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya
variable.
2.3.2. Penjelasan Break Even Point
Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering
digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari
dan menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume
rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu.
Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai “generating
income” yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan
dapat menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.
Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya(
biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak terjadi
laba dan juga kerugian.
14
2.3.3. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis
break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-
hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangan penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
15
2.4. Kerangka Pikir
Usahatani padi yang diusahakan oleh petani di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa merupakan mata pencaharian utama petani
sehingga perlu didalami atau diteliti terkait dengan kelayakan usahatani padi
sawah sebagai salah satu upaya untuk meberikan kontribusi terhadap petani.
Adapun variabel penelitian ini adalah produksi padi, produktivitas, hasil produksi,
BEP dan kelayakan usahatani padi sawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Dari Kerangka pemikiran di atas dapat di simpulkan bahwa Usahatani Padi
dapat berproduksi dengan hasil yang menguntungkan, dimana biaya yang
dikeluarkan dapat melebihi dari hasil produksi, sehingga Usahatani padi akan
layak di jadikan sumberdaya manusia.
Usahatani Padi
Biaya Produksi
Hasil Produksi
KelayakanBEP
Biaya VariabelBiaya Tetap
Penerimaan
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
pada bulan Agustus – Oktober 2018
3.2. Populasi dan Sampel
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat petani padi yang ada di
Kecamatan Bontolenpangan Kabupaten Gowa. Dimana inporman yang layak
untuk di jadikan sampel sejumlah 37 orang petani padi sawah. Petani responden
dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani padi sawah yang ada di
Kecamatan Bontolempangan dengan memilih beberapa Desa yaitu,
Paranglompoa, Pa’ladingaan, Lassa-lassa dan Ulujangan, dimana Desa yang
dipilih adah desa yang berpotensi besar dalam ushatani padinya dan responden
yang dipilih adalah petani yang melakukan musim tanam antara September 2018
sampai dengan Oktober 2018, hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh dari
hasil wawancara lebih akurat. Beberapa karakteristik responden yang dianggap
penting dan layak meliputi luas lahan, umur, pendidikan, pengalaman dan
tanggungan. Bagi petani yang usianya lebih muda (usia produktif), biasanya akan
lebih bersemangat dalam berusaha bila dibandingkan dengan petani yang lebih
tua.
Beberapa jumlah populasi yang dipilih setiap desa dalam penelitian ini
yaitu Desa Paranglompoa sebanyak 9 orang, Desa Pa’ladingan sebanyak 10
orang, Desa Lassa-lassa sebanyak 9 orang, Desa Ulujangan sebanyak 9 orang,.
17
Pengumpulan data ini dilakukan secara Porposive (sengaja) oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi yang sesuai.
3.3.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yaitu
diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan bantuan software EXCEL Dan
SPSS. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder (time series) dari tahun 2018 yang bersumber dari instansi yang terkait
di lingkup kementrian pertanian maupun instansi diluar kementrian pertanian
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),
Hasil Penelitian-penelitian terdahulu serta berbagai Jurnal yang terkait dalam
penelitian ini juga digunakan sebagai bahan referensi.
3.4. Teknik Pengumpulan data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan melalui hasil data-
data dari Website Kementrian Pertanian, Survei Sosial Ekonomi Nasional Biro
Pusat Statistik.
Pengumpulan data menggunakan pendekatan secara individual melalui
kegiatan observasi langsung ke lapangan untuk mengindentifikasi petani yang
mengusahatani padi sawah. Dalam kegiatan penelitian ini, penulis melakukan
pendekatan – pendekatan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.
3.4.1. Jenis dan Sumber Data
- Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan langsung di lokasi penelitian
(lapangan) dari para petani padi sawah
18
- Data sekunder, yaitu diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-
sumber yang ada. Data ini diperoleh dari perpustakaan, Dinas Pertanian
Kabupaten Gowa, BP3K Kecamatan Bontolempangan serta instansi – instansi
terkait lainnya.
3.4.2. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer di ambil langsung dari beberapa petani padi sawah yang
terpilih sebagai responden (sampel), menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) dan wawancara langsung dengan responden. Data primer yang
diambil antara lain : luas lahan, produksi, harga jual dan pendapatan.
2. Data sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini
diperoleh dari berbagai instansi yang terkait Seperti Dinas Pertanian
Kabupaten Gowa, BP3K Kecamatan Bontolempangan, perpustakaan,
publikasi ilmiah terutama yang relevan dengan penelitian ini.
Dalam mengumpulkan data, peneliti terjun langsung kelapangan,
dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya :
- Kuesioner, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada petani padi
sawah. Kuesioner yang digunakan adalah berupa daftar pertanyaan tentang
besaran pendapatan petani padi sawah dalam satu kali musim tanam
- Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan para petani
yang mengusahakan budidaya padi sawah.Observasi di lapangan, yaitu
melakukan pengamatan langsung pada petani yang mengusahakan
19
budidaya padi sawah serta menganalisis hal – hal yang mempengaruhi
pendapatan petani padi sawah
3.5. Metode Pengolahan Data
Pengumpulan data padi sawah menggunakan teknik observasi atau
pengamatan langsung dengan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena – fenomena yang diselidiki dan wawancara secara langsung dengan
narasumber yang mengetahui tentang objek yang diteliti. Data yang diperoleh
disusun dalam bentuk tabulasi pengolahan data.
3.6. Analisis Usahatani Padi
Analisis usahatani padi sawah meliputi analisis terhadap biaya
usahatani, penerimaan usahatani dan pendapatan usahatani padi sawah.
3.6.1. Biaya Produksi Padi
Analisis usahatani padi sawah meliputi analisis terhadap biaya
usahatani, penerimaan usahatani dan pendapatan usahatani padi sawah.
1. Biaya tetap, yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Biaya tetap yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : sewa
tanah, biaya alat kerja, dan lain sebagainya
2. Biaya Variabel, yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala
produksi. Yang termasuk biaya variabel antara lain : benih, pupuk, pestisida,
upah tenaga kerja, biaya panen, biaya pasca panen, biaya transportasi dan lain
sebagainya (Dumairy, 2004).
Secara matematis, untuk menghitung biaya usahatani padi sawah di
Kecamatan Woyla maka digunakan rumus sebagai berikut.
20
TC = TFC + TVC................. (Dumairy, 2004)
Keterangan :
TC : Total Cost (Rp/Periode)
TFC : Total Fixed Cost
(Rp/Periode) TVC : Total
Variabel Cost (Rp/Periode)
3.6.2. Penerimaan Usahatani Padi
Menurut Mulyadi, (2007) pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan kotor atau penerimaan
adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut.
TR = P x Q
Keterangan : TR = Penerimaan Total (Rp/Periode)
P = Harga Jual (Per/Kg)
Q = Jumlah Produksi (Kg/Periode)
3.6.3. Pendapatan atau Keuntungan Usahatani Padi
Menurut Mulyadi (2007), keuntungan bersih, yaitu seluruh pendapatan
yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama
proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil
sarana produksi. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut
� = TR – TC
Keterangan : � = Pendapatan/Keuntungan
TR = Total Total Revenue
21
TC = Total Cost
3.6.4. Analisis Kelayakan Usaha (R/C)
R/C Ratio menyatakan kelayakan suatu usaha apakah menguntungkan,
impas atau suatu usaha dapat dikatakan mengalami kerugian (Firdaus, 2008).
Secara sistematis (R/C) dapat dirumuskan sebagai berikut.
R/C Rasio = TRTC
Keterangan : TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Kriteria berdasarkan R/C Ratio adalah :
� R/C ratio > 1, usaha budidaya padi sawah layak untuk diusahakan
� R/C ratio = 1, maka usaha budidaya padi sawah tidak untung dan tidak rugi
� R/C ratio < 1, usaha budidaya padi sawah tidak layak untuk diusahakan
3.6.5. Beak Even Point (BEP)
Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering
digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari
dan menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume
rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu.
Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai “generating
income” yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan
dapat menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume
kegiatan. Beroperasi atau tidak, biaya ini harus dikeluarkan, misalnya biaya
penyusutan, biaya sewa, biaya gaji, dan lain lain. Sebaliknya semakin banyak
22
volume kegiatan atau produksi semakin rendah biaya per unit biaya variable
adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada volume kegiatan. Jika ada kegiatan
pasti ada biaya variable ini. Semakin banyak volume kegiatan maka semakin
banyak biaya variable. Namun biaya per unit relative sama. Misalnya biaya bahan,
gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dll. Pengetahuan terhadap biaya
inisangat penting dalam melakukan analisis break even.
Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya(
biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak terjadi
laba dan juga kerugian.
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price
tergantung untuk kebutuhan.
PERHITUNGAN BEP
Atas dasar Unit:
Atas dasar Nilai:
23
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan
apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu
konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan
selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.
Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan
perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara
proposional dengan perubahan volume produksi.
3.7. Defenisi Operasional
1. Usahatani adalah salah satu kegiatan yang terstruktur dalam melakukan strategi
dan kinerja untuk sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha
yang menyangkut bidang pertanian.
2. Kelayakan adalah kriteria penentuan apakah suatu subyek layak untuk
dibuatkan artikelnya atau tidak.
3. Titik impas (break even point) adalah sebuah titik dimana biaya atau
pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian
atau keuntungan.
24
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Kecamatan Bontolempangan
Kecamatan Bontolempangan merupakan daerah pegunungan/lereng yang
terletak di Kabupaten Gowa. Kecamatan Bontolempangan berbatasan sebelah
utara dengan Kelurahan Sapaya (Kecamatan Bungaya), sebelah timur Kecamatan
Biring Bulu, sebelah barat.
Pada tahun 1989 Kampung Gallarang Ulujangang juga dipisahkan dari Desa
Sapaya sehingga pada tanggal 28 Desember 1989 dibentuk menjadi Desa
Persiapan Paranglompoa yang membawahi 5 (lima) wilayah dusun yakni Dusun
Pa’bentengan, Dusun Barua, Dusun Borongbulo, Dusun Ta’buakang dan Dusun
Paranglompoa. Pusat pemerintahan Desa Paranglompoa sebagai ibu kota desa.
Pada tahun 1992 Desa Persiapan Paranglompoa resmi menjadi desa defenitif
melalui pemilihan langsung dengan kepala desa pertama berdasarkan hasil
pemilihan pada waktu itu adalah: H. Appo’ yang memerintah sampai pertengahan
tahun 2003 yang kemudian pada pemilihan kedua digantikan oleh kepala desa
yang terpilih yakni H. Muhamad Yusuf
4.1.2 Kondisi Geografis
Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa berada pada 144 km dari
ibu kota provinsi atau 135 km dari Kota Sungguminasa Ibu Kota Kabupaten
Gowa dan 8 km dari Ibu Kota Kecamatan Bontolempangan
25
1. Iklim
Kecamatan Bontolempangan memiliki iklim dengan tipe D4 (3,032)
dengan ketinggian 200-700 dari permukaan laut dan dikenal 2 (dua) musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau biasanya
dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti
setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim pancaroba)
sekitar bulan April sampai Mei dan bulan Oktober sampai November. Jumlah
curah hujan di Kecamatan Bontolempangan tertinggi pada bulan Januari
mencapai 1.182 M (hasil pantauan beberapa stasiun/pos pengamatan) dan
terendah pada bulan Agustus sampai September.
2. Penggunaan Lahan
Adapun penggunaan tanah di Kecamatan Bontolempangan dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 1. Penggunaan Tanah di Desa Paranglompoa Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2017
Penggunaan Lahan Luas (Ha)Persentase (%)
Sawah IrigasiPekaranganSawah datar
50453234
6,7861,4731,75
Jumlah 737 100,00Sumber : Monografi Kecamatan Bontolempangan, 2018
Desa Paranglompoa mempunyai lahan terdiri dari lahan permukaan sawah
datar yang memiliki persentase 31,75 %, kemudian sawah irigasi mempunyai luas
lahan yaitu 6,78 %, sedangkan lahan pekarangan persentase luasnya 61,47 % dari
total luas lahan yang ada di Kecamatan Bontolempangan. Namun keadaan lahan
yang ada di Kecamatan Bontolempangan saat ini banyak yang tidak lagi digarap
26
karena pemiliknya lebih memilih untuk merantau dan menjadi tenaga kerja
indonesia (TKI)
3. Keadaan Penduduk
Setiap desa tentu memiliki penduduk sebagai salah satu elemen penting,
tabel berikut akan menunjukan keadaan penduduk berdasarkan tingkat umur dan
jenis kelamin yang ada di Kecamatan Bontolempangan.
Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 2018
Umur (tahun) Pria (jiwa) Wanita (jiwa) Jumlah (jiwa)0 – 5 140 138 2785 – 10 133 120 253
10 – 15 152 110 26215 – 20 146 225 37120 – 25 179 240 41925 – 30 123 223 34630 – 40 112 240 35240 – 50 156 125 28150 – 60 132 170 302
Diatas 60 Tahun 137 160 297Jumlah 1410 1751 2630
Sumber : Monografi Kecamatan Bontoempangan, 2018
Jumlah penduduk suatu wilayah akan memberikan suatu gambaran yang
nyata tentang sumberdaya manusia pada wilayah tersebut. Berdasarkan data yang
ada, Kecamatan Bontolempangan memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.161 jiwa
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.410 jiwa dan wanita sebanyak 1.751 jiwa.
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu alat ukur untuk melihat
kemampuan masyarakat dalam hal penerimaan inovasi baru selain itu pendidikan
dan pengetahuan yang memadai atau tidak cukup memadai akan berpengaruh pula
pada kinerja seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan sebaliknya
27
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mampu menata
tatanan kehidupan masyarakat desa. Dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
No. Jenjang Pendidikan Jumlah (jiwa)1.2.3.4.5.
Tidak Tamat SDSDSLTPSLTADiploma/ Sarjana
107094243267146
Total 3161Sumber : Monografi Kecamatan Bontolempangan, 2018
Berdasarkan pada Tabel 3 jumlah masyarakat di Kecamatan
Bontolempangan tingkat pendidikan tertinggi yaitu tidak tamat sekolah dasar
sebanyak 1070 jiwa. Ini menandakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Kecamatan Bontolempangan belum cukup memadai dan masih perlu adanya
dorongan dari pemerintah untuk merangsang masyarakat agar mereka mau
bersekolah khusunya pada jenjang yang lebih tinggi.
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk merupakan sumber pendapatan utama bagi
masyarakat, dimana umunya bagi penduduk di Kecamatan Bontolempangan
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka senantiasa melaksanakan
berbagai aktifitas baik disektor pertanian industri kecil maupun jasa. Banyaknya
jumlah masyarakat Kecamatan Bontolempangan yang tidak tamat sekolah dasar
akhirnya membuat masyarakat lebih condong kesektor pertanian atau menggeluti
bidang usahatani. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk
28
berdasarkan mata pencaharian masyarakat Kecamatan Bontolempangan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
No. Jenis Mata pencaharian Jumlah (jiwa)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
Buruh taniPetaniPeternakPedagangTukang kayuTukang Batu/Buruh BangunanPenjahitPNSTNI/POLRIPerangkat DesaBuruh IndustriSatpam/SecurityPenjual
3561462
2173
5643
157
1579
45Total 2505
Sumber: Monografi Kecamatan Bontolempangan, 2018
Pada Tabel 4 terlihat sebahagian besar penduduk di Kecamatan
Bontolempangan bermata pencaharian petani yaitu 1.462 jiwa dan yang paling
sedikit yaitu Peternak.
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Bontolempangan akan
membantu kelancaran kegiatan ekonomi dan aktifitas keseharian masyarakat baik
itu pada kegiatan pembangunan ataupun untuk kemajuan wilayah tersebut. Untuk
lebih jelasnya keadaan sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
29
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, 2018
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (buah)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.12.
MesjidLapanganPustuPosyandu SekolahKantor DesaMushollah Pemakaman Jembatan SPASPos KamlingGedung PKK
3299878
272911798
Sumber : Monografi Kecamatan Bontolempangan, 2018
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di
Kecamatan Bontolempangan sangat membantu masyarakat dalam aktifitas
maupun kehidupan sehari-hari. Kecamatan Bontolempangan Merupakan
Kecamatan yang tergolong cukup lama dalam hal pembangunan walaupun sarana
dan prasarana di Kecamatan Bontolempangan ini sudah tergolong memadai, tetapi
seiring bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya dan berkembangnya ilmu
pengetahuan maka pemerintah setempat harus tetap berusaha memperbaiki
sekaligus melengskapi sarana dan prasarana di Kecamatan Bontolempangan.
30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Petani Responden
Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani
padi sawah yang ada di Paranglompoa, Pa’ladingaan, Lassa-lassa dan Ulujangan
Kecamatan Bontolempangan, dimana responden yang dipilih adalah petani yang
melakukan musim tanam antara September 2018 sampai dengan Oktober 2018,
hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh dari hasil wawancara lebih akurat.
Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting dan layak meliputi luas
lahan, umur, pendidikan, pengalaman dan tanggungan. Bagi petani yang usianya
lebih muda (usia produktif), biasanya akan lebih bersemangat dalam berusaha bila
dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Pendidikan adalah sarana belajar yang
selanjutnya memberikan arahan yang lebih menguntungkan menuju
pengaplikasian ilmu pertanian yang lebih modern. Karakteristik tersebut dianggap
penting karena selain mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam
pelaksanaan teknik budidaya yang nantinya akan berpengaruh terhadap produksi,
juga diperlukan untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya,
penerimaan dan pendapatan usahatani serta produktivitas tanaman padi sawah.
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan rata- rata karakteristik petani padi sawah
dapat dilihat pada Tabel berikut.
31
Tabel 1. Rata-rata Karateristik Petani Padi Sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 2018
No Karakteristik Satuan Rata – rata
1 Umur th 402 Pendidikan th 63 Pengalaman th 194 Jumlah Tanggungan jiwa 55 Luas Lahan ha 0.308Sumber : Data Primer (Diolah, 2018)
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata umur petani padi sawah
adalah 40 tahun. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan berfikir.
Petani yang berumur lebih muda dan sehat biasanya mempunyai kemampuan fisik
yang lebih kuat serta lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru dari pada petani
yang berumur tua. Hal ini di sebabkan karna petani muda lebih agresif dan lebih
berani dalam mengambil resiko, lebih dinamis, sehingga lebih cepat mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru bagi peningkatan produktifitas usahataninya.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan kerja seseorang dan merupakan faktor penunjang di dalam
penyerapan teknologi oleh petani. Rata – rata pendidikan para responden adalah 8
tahun. Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi daya serap petani terhadap
perkembangan teknologi menjadi lambat, sehingga terjadi kesulitan dan
membutuhkan waktu yang lama untuk mengadopsi inovasi-inovasi baru.
Sedangkan petani dengan adanya pendidikan yang tinggi umumnya mudah
menerima inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kegiatan usahatani mereka.
Usahatani padi sawah sudah menjadi profesi semenjak kecil sehingga rata – rata
pengalaman yang dimiliki oleh petani responden mencapai 19 tahun.
Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruh pendapatan dan
32
pengeluaran keluarga petani. Semakin banyak jumlah tanggungan akan menjadi
beban bagi petani bila di tinjau dari segi konsumsi. Namun, jumlah keluarga juga
merupakan aset yang penting dalam membantu kegiatan petani karena akan
menambah pencurahan tenaga kerja keluarga, sehingga biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh petani akan lebih kecil. Rata- rata jumlah tanggungan petani
sampel berjumlah rata – rata berjumlah 5 orang. Sedangkan rata – rata luas lahan
yang dimiliki oleh petani responden adalah 0.308 Ha.
Bila ditinjau dari luas lahan padi sawah di wilayah penelitian maka sangat
berpotensi untuk berswasembada pangan terutama di Kecamatan Woyla
Kabupaten Aceh Barat. Namun hal ini sangat sulit terjadi tanpa ada campur
tangan lembaga pemerintahan terkait seperti Dinas Pertanian dan Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP3K) selaku
lembaga pemerintahan yang berperan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan para petani.
Tabel 2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
NOUmur Responden
(Interval)Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1 17 – 25 6 16,212 26 – 34 7 18,913 35 - 44 12 32,434 45 – 54 5 13,515 55 – 64 5 13,516 65 - 70 2 5,40
Jumlah 37 100,00Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2018
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur
manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
33
dihitung.
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas diketahui bahwa umur petani dari 17
– 25 tahun sebanyak 6 orang (16,21%), umur 26 – 34 sebanyak 7 orang (18,91%),
35 – 44 sebanyak 12 orang (32,43%) umur 45 – 54 sebanyak 5 orang (13,51%)
umur 55 – 64 sebanya 5 orang (13,51%) umur 65 – 70 sebanyak 2 orang (5,40%)
Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani berada pada kelompok umur yang
produktif dalam membidangi pekerjaan sebagai petani. Petani usia produktif
menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2018 adalah angkatan kerja yang berada
rentang usia antara 22 sampai dengan 50 tahun.
Tabel 3. Identitas Responden Menurut Kelompok Pendidikan
NOPendidikan Responden
(Interval)Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1 1 – 2 1 3,032 3 – 4 2 6,063 5 – 6 16 48,484 7 – 8 8 24,245 9 – 10 6 18,18
Jumlah 33 100,00Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2018
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak.
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas diketahui bahwa Pendidikan petani
dari lama menempuh pendidikan 1 – 2 tahun sebanyak 1 orang (3,03%), umur 3 –
4 tahun sebanyak 2 orang (6,06%), umur 5 – 6 tahun sebanyak 16 orang (48,48%),
34
umur 7 – 8 tahun sebanyak 8 orang (24,24%) dan umur 9 – 10 sebanyak 6 orang
(18,18%) petani. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani menempuh
pendidikan selama 16 tahun.
Tabel 4. Identitas Responden Menurut Kelompok Pengalama Usahatani
NOTahun Pengalaman Usahatani
(Interval)Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1 1 – 7 6 14,632 8 – 15 5 12,193 16 – 23 19 46,344 24 – 31 7 17,075 32 – 39 3 7,316 40 - 43 1 2,43
Jumlah 41 100,00Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2018
Pengalaman ialah hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia.
Berasal dari kata peng-alam-an. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi
tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah
pengalaman juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan
tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan dengannya
selama periode tertentu. Secara umum, pengalaman menunjuk kepada mengetahui
bagaimana atau pengetahuan prosedural, daripada pengetahuan proposisional.
Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman juga diketahui sebagai pengetahuan
empirikal atau pengetahuan posteriori. Seorang dengan cukup banyak pengalaman
di bidang tertentu dipanggil ahli.
Berdasarkan data pada tabel 4 di atas diketahui bahwa lama melakkan
usahatani padi yaitu dari 1 – 7 tahun sebanyak 6 orang (14,63%) 8 – 15 tahun
sebanyak 5 orang (12,19%) 16 – 23 tahun sebanyak 19 orang (46,34%) 24 – 31
35
sebanyak 7 orang (17,07%) 32 – 39 tahun sebanyak 3 orang (7,31%) 40 – 43
tahun sebanyak 1 orang (2,43%). Padai hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan petani yang menjalani usahatani dari 16 – 23 tahun.
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga
NOTanggungan Keluarga
(Interval)Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1 3 – 4 8 21,622 5 – 6 26 70,273 7 - 8 3 8,10
Jumlah 37 100,00Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2018
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
terdiri dari istri, dan anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada
atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan
kepala keluarga.
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa 3 – 4 tanggungan keluarga
sebanyak 8 orang (21,62%), 5 – 6 tanggungan keluarga sebanyak 26 orang
(70,27%) dan 7 – 8 tanggungan keluarga sebanyak 3 orang (8,10%). Ini
menujjukan bahwa kebanyakan dalam satu kepala keluarga dari lokasi penelitian
ada 5 – 6 orang.
5.2. Luas Lahan Sawah Di Wilayah Penelitian
Luas lahan juga akan menpengaruhi pendapatan petani padi sawah. Luas
lahan merupakan faktor produksi penting dalam usaha meningkatkan produksi
yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang di terima oleh petani.
Berdasarkan hasil observasi di Gampong Blang Mee, Pasie Paranglompoa, Lassa-
lassa dan Ulujangan, satu orang petani sampel memiliki 4 sampai dengan 12 petak
36
sawah Berdasarkan hasil survey, di Pa’ladingan dan umumnya lahan sawah milik
petani itu sendiri dengan rata – rata luas per petak adalah 400 M2 dan 625 M2.
5.3. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Analisis pendapatan usahatani penting untuk diketahui guna memberikan
gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Analisis pendapatan
usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan
atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri
dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana
produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah seperti benih, pupuk,
pestisida, sewa lahan, biaya angkut, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya
lain-lain. Sedangkan komponen biaya yang diperhitungkan termasuk didalamnya
adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.
5.3.1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua biaya atau modal baik yang dibayar tunai
maupun yang tidak dibayar tunai selama proses produksi berlangsung. Biaya tunai
adalah biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam memproduksi padi sawah,
seperti membeli sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan lain sebagainya),
alat-alat pertanian dan upah tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Biaya tidak
tunai yaitu biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung tetapi diperhitungkan,
biaya tidak tunai dalam penelitian ini adalah upah tenaga kerja dalam keluarga
dan sewa tanah sawah (Habar Harianto, 1993).
Perincian biaya sarana produksi pada usahatani padi sawah per musim
tanam (rendengan dan gadu) di daerah penelitian sebagaimana tercantum pada
37
Lampiran 4 dan 5. Sedangkan rata-rata penggunaan biaya produksi dengan rata-
rata luas lahan 0.308 ha pada usahatani padi sawah di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 6. Rata – rata Produksi Harga Usahatani Padi untuk luas lahan 0.308 ha di Kecamatan Bontolempangan
No Produksi HargaSatuan
(Kg)Harga
(Rp/Kg)Total
Harga (Rp)1 Biaya Variabel :
a. Benih 7 49.000 343.000b. Pupuk Urea 14 25.000 350.000c. Pupuk Sp-36 5 10.000 50.000d. Pupuk NPK 9 20.000 180.000e. Pestisida 5 15.000 75.000f. Insektisida 5 15.000 75.000
2 Biaya Tetap :a. Goni/Karungb. Cangkulc. Parang/Sabitd. Sprayere. Pajak
62111
9.00050.00040.000
400.00010.000
54.000100.00040.000
400.00010.000
Jumlah 56 643.000 1.677.000Sumber : Data Primer (Diolah, 2018)
Berdasarkan tabel 6 di atas, jika rata – rata luas lahan padi sawah untuk
setiap responden 0.308 Ha, maka jumlah biaya produksi yang harus dikeluarkan
dalam usahatani budidaya padi sawah untuk satu musim tanam yang meliputi
benih, pupuk Urea, NPK, Sp-36, pestisida, insektisida, goni/karung cangkul, sabit
dan sprayer dengan jumlah keseluruhan adalah sebesar Rp 1.677.000.
Sedangkan biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan adalah untuk
kegiatan pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan pengendalian
hama penyakit panen dan pascapanen. Adapun biaya yang harus dikeluarkan
untuk tenaga kerja dengan luas lahan rata – rata 0.308 ha dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
38
Tabel 7. Rata – rata Biaya Tenaga Kerja untuk luas lahan 0.308 HaNo Uraian Jumlah Biaya (Rp)1 Pengolahan tanah 70.5002 Penanaman 77.5003 Penyiangan 24.5004 Pemupukan 39.5005 Pengendalian Hama dan Penyakit 25.0006 Pemanenan 72.000
Jumlah 309.000Sumber : Petani Responden (2018)
Berdasarkan tabel 7 di atas, dari beberapa keterangan atau hasil
wawancara dengan responden bahwa total biaya tenaga kerja untuk kegiatan
pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian H/P, dan
Pemanenan yang harus dikeluarkan oleh petani responden jika rata – rata luas
lahan 0.308 ha adalah sebesar Rp 309.000.
5.3.2. Produksi dan Harga Jual
Jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan oleh petani responden
tergantung pada sistem penanaman dan pemeliharaan yang intensif. Produksi
adalah bentuk fisik terhadap padi sawah yang dihasilkan oleh petani dan juga
merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya laba/keuntungan
yang akan diterima oleh para petani. Rata – rata nilai produksi dan harga jual/kg
diterima petani responden padi sawah di daerah penelitian dapat diperlihatkan
pada tabel berikut ini.
39
Tabel 8. Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, Biaya Tenaga Kerja dan Keuntungan tiap Responden di Kecamatan Bontolempangan
No Karakteristik Rata – rata1 Luas Lahan (Ha) 0.3082 Produksi (kg) 1.2313 Harga Jual (Rp) 6.8514 Penerimaan (Rp) 8.339.2435 Biaya Produksi (Rp) 645.6486 Biaya TK (Rp) 313.2437 Keuntungan (Rp) 7.395.702
Sumber : Data Primer (Diolah, 2018)
Berdasarkan tabel 8 di atas, total luas lahan responden di daerah
penelitian di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa, dari beberapa desa
yang di utamakan yaitu Paranglompoa, Pa’ladingan, Lassa-lassa dan Ulujangan
dengan rata – rata luas lahan 3.078 M2 (0.308 Ha), rata-rata jumlah produksi padi
sawah untuk satu orang responden rata-rata mencapai 1.231 kg dengan harga jual
rata-rata mencapai Rp 6.851, sehingga diperoleh rata–rata penerimaan sebesar Rp
8.339.243, rata – rata biaya produksi adalah sebesar Rp 645.648, dan rata – rata
biaya tenaga kerja sebesar Rp 313.243. Setelah dikurangi biaya produksi dan
tenaga kerja maka rata – rata keuntungan yang diperoleh petani padi sawah di
wilayah penelitian ini adalah sebesar Rp 7.395.702.
Keuntungan yang diperoleh petani bervariasi menurut luas lahan
responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, kondisi lahan di
daerah tersebut sangat bagus untuk usahatani padi karena kondisi lahan selalu
dalam keadaan basah meskipun dalam musim kemarau sehingga tidak menjadi
kendala bagi masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, menurut para Penyuluh
Pertanian Lapangan, petani di wilayah penelitian sangat cepat dalam mengadopsi
40
teknologi pertanian terutama dalam bidang budidaya padi sawah.
5.4. Analisis R/C Ratio
R/C Ratio menyatakan kelayakan suatu usahatani apakah menguntungkan,
balik modal atau tidak menguntungkan (rugi). Suatu usahatani padi sawah
dikatakan layak dan memberi manfaat apabila nilai R/C ratio > 1, semakin besar
nilai keuntungan atas biaya maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan sistematis (R/C Rasio) maka
diperoleh nilai kelayakan sebagai berikut.
R/C Ratio = = . .
. = 7.395.702
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa jika rata – rata penerimaan yang diperoleh petani responden di wilayah
penelitian sebesar Rp 8.339.243 dan jika rata – rata biaya tetap baik biaya
produksi sebesara Rp 645.648 dan biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan
petani responden sebesar Rp 313.000 maka diperoleh nilai R/C Ratio sebesar
7.395.702.
Artinya, setiap Rp 958.891 yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya
usahatani padi sawah maka akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 7.395.702.
Karena nilai R/C Ratio lebih besar dari pada 958.891 (R/C > 958.891) maka
usahatani padi sawah layak untuk diusahakan. Dengan demikian, bila petani
menanaman padi dengan luasan yang semakin besar maka keuntungan yang
diperoleh akan semakin besar.
41
5.5. Analisis Titik Pulang Pokok
Titik pulang pokok (Break Event Point) adalah suatu titik level output
dimana kegiatan usahatani padi sawah tidak mendapatkan laba/untung dan pula
tidak mengalami kerugian.
BEP Harga = = .. = 778,95
BEP Produksi = = .. = 139,96
Break Even Point atau titik impas pada usahatani padi sawah di
Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa berdasarkan perhitungan
menghasilkan BEP Harga sebesar Rp 778,952 dan BEP Produksi 139,963 kg.
Artinya, bila petani responden di wilayah penelitian menghasilkan produksi padi
sawah sebesar 139,963 kg dengan harga jual Rp 778,952 /kg maka usahatani padi
sawah mengalami titik impas, yakni tidak mengalami kerugian atau mendapatkan
keuntungan,
42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut.
1. R/C ratio diperoleh sebesar 7.395.702. dengan modal usaha Rp 958.891,
Karena nilai R/C Ratio lebih besar dari pada 958.891 (R/C >1) maka, usahatani
padi sawah layak untuk diusahakan.
2. Break Even Point atau titik impas pada usahatani padi sawah di Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa berdasarkan perhitungan menghasilkan
BEP Harga sebesar Rp 6.851 dan BEP Produksi 1.231 kg. Artinya, bila petani
responden di wilayah penelitian menghasilkan produksi padi sawah sebesar
1.231 kg dengan harga jual Rp 6.851/kg. Break Even Point atau titik impas
pada usahatani padi sawah di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
berdasarkan perhitungan menghasilkan BEP Harga sebesar Rp 778,952 dan
BEP Produksi 139,963 kg. Artinya, bila petani responden di wilayah penelitian
menghasilkan produksi padi sawah sebesar 139,963 kg dengan harga jual Rp
778,952 /kg maka usahatani padi sawah mengalami titik impas, yakni tidak
mengalami kerugian atau mendapatkan keuntungan,
43
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada para petani di wilayah Kecamatan Bontolempangan untuk
terus mempertahankan kelayakan dalam berusahatani padi sawah, sikap dan
keterampilan pada sektor pertanian terutama teknologi dan tetap mampu
menyerap inovasi – inovasi baru yang menguntungkan sehingga mampu
mensejahterakan keluarga dan masyarakatnya sebagai petani padi.
2. Diharapkan kepedulian pemerintah terkait untuk terus mendukung masyarakat
petani agar tetap meningkatkan produksi pertanian padi untuk kesejahteraan
maasyarakat dan bangsa.
44
DAFTAR PUSTAKA
AKK (1980). Pengenalan energy gizi dari padi. Pakar kesehatan tanaman
Andri Apriyono: 20 Februari 2009 Break Event Point (BEP), Jogja
Anne Anastasi (1978) Analisis usahatani Kalimantan Timur
Ayu Ismaini Selasa, 17 Desember 2013 Materi Titik Impas/Bep Jaka Mulya Bekasi Selatan Kota Bekasi jawa Barat 17146
Abdul Hamid, 25 Agustus 2015, Analisis Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat
Badan Pusat Statistik (BPS) Data penduduk petani padi sawah. Kabupaten gowa
Budi Kho, April 23 2018, Pengetahuan tentang Manajemen Produksi dan Operasional, Manajemen SDM dan Manajemen Kualitas
Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L Pengertian evaluasi. Lingkup pertanian modern
Deli Yanti1), Rukavina Baksh2), Dance Tangkesalu2). April 2015 Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa Di Desa Malonas Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala
Firdaus, Muhammad, 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Gasperz, V, 1999. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia,
Hasrimi, Moettaqien, 2012. Analisis Pendapatan Petani Miskin dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Medan
Hutabarat, B, 1995. Pengukuran Dampak Nilai Tukar Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani, Jurnal Agro Ekonomi, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian
Hendra Setya Raharja, January 28, 2017, Metode Analisis, Statistika. Surabaya
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penerbit swadaya. Jakarta
Husnan dan Muhammad (2004:4) studi kelayakan bisnis
45
Jurnal Susilo, Sudarman, Salmiah dan M. Jufri: Evaluasi Pendapatan Usahatani Padi Sawah Dalam Sistem Tanam Legowo 4:1. Semarang
Kasmir dan Jakfar (2007)
Komunitas Sayang Petani, Oktober 3, 2011 Analisis Data Ilmu Usahatani, Se-Indonesia
Mhd Riswan Hanafi, Thomson Sebayang, Yusak Maryunianta, Jurnal Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensifiation) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Sumatera Utara
Muh. Taufik, Maintang, dan M. Basir Nappu, 23 Februari 2015. Kelayakan Usahatani Jagung Di Sulawesi Selatan
Umar H (2007:5)
Purnamawati & Purwono, 2002 dalam Aulia (2008) evaluasi porwokerto
Rooijackers Ad mendefinisikan Defenisis proses penentuan nilai usahatani padi (tidak di publikasikan)
46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Gowa
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Gowa
47
Lampiran 2. Kosioner Penelitian
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAHDI KECAMATAN BONTOLEMPANGAN
KABUPATEN GOWA
Dengan Hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi di Universitas Muhmmadiyah
Makassar, maka setiap mahasiswa diwajibkan untuk menyusun skripsi. Oleh
karena itu saya mohon bantuan dan kerja sama dari Masyarakat Petani Padi
Sawah mengisi kuesioner ini untuk dijadikan bahan skripsi saya. Sumber
Informasi dari kuesioner ini terjaga kerahasiaannya dan hasil dari kuesioner ini
tidak akan mempengaruhi keberadaan Anda sebagai Petani Padi Sawah, ini hanya
untuk kepentingan ilmiah dalam penyusunan skripsi saya. Jawaban yang saya
harapkan adalah jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Atas kerja sama saya ucapkan terima kasih.
Hormat
SAIFUL .105960177714
48
I. DATA SAMPEL PETANI
1. Nomor Sampel :
2. Nama Petani :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Jumlah Tanggungan Keluarga :
7. Pengalaman Usahatani :
II. USAHATANI PADI SAWAH
1. Luas Lahan :
2. Penggunaan Faktor Produksi
No Uraian Volume (Kg) Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp)1 Benih2 Pupuk3 Pestisida
3. Tenaga Kerja
No Uraian kegiatan Volume Biaya/Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
1 Pengolahan tanah2 Penanaman3 Pemupukan4 Pemeliharaan5 Panen6 Pasca panen
4. Total Biaya :
5. Jumlah Produksi :
6. Harga Jual :
7. Penerimaaan Kotor :
8. Pendapatan Bersih :
49
Lampiran 3. Perincian Karakteristik Responden Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018
No Umur Pendidikan PengalamanJumlah
TanggunganLuas
Lahan1 20 8 3 5 0.1432 17 9 2 3 0.123 40 6 17 5 0.3654 42 6 17 6 0.2635 50 6 19 5 0.2056 43 6 20 5 0.327 30 8 13 4 0.2288 40 6 22 5 0.1439 32 8 15 5 0.1250 41 6 21 5 0.753
10 37 6 19 5 0.54811 26 8 17 3 0.1612 45 6 24 6 0.26313 40 6 27 5 0.2414 61 0 29 5 0.18315 70 0 43 8 0.26816 61 0 34 6 0.14317 40 6 23 5 0.28518 33 10 19 4 0.22819 21 9 4 4 0.20520 40 6 25 5 0.26821 58 6 35 7 0.44522 20 9 1 3 0.22323 18 9 1 3 0.32524 26 9 12 5 0.4126 45 6 19 5 0.20527 44 6 22 5 0.42328 36 8 12 5 0.3329 50 1 30 5 0.20530 21 8 2 4 0.57531 32 8 19 5 0.26832 40 3 24 5 0.3333 56 0 33 5 0.5734 32 8 11 5 0.36535 61 6 29 6 0.52536 45 6 18 5 0.3337 67 3 22 8 0.42
Jumlah 1480 222 703 185 11.395Rata-rata 40 6 19 5 0.308
50
Lampiran 4. Perincian Penggunaan Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018
No SampelLuas Lahan
(M²)Olah Tanah
(HKP)Penanaman
(HKW)Penyiangan
(HKP)Pemupukan
(HKP)Pengendalian
H/P (HKP)Pemanenan
(HKP)TotalHKP
1 0.143 1 3 2 1 1 3 122 0.12 1 2 1 1 1 2 93 0.365 1 3 2 1 1 3 124 0.263 1 3 2 1 1 3 125 0.205 1 3 2 1 1 3 126 0.32 1 2 1 1 1 2 97 0.228 1 2 1 1 1 2 98 0.143 1 2 1 1 1 2 99 0.125 1 2 1 1 1 2 9
10 0.753 1 3 2 1 1 3 1211 0.548 1 3 2 1 1 3 1212 0.16 1 2 1 1 1 2 913 0.263 1 3 2 1 1 3 1214 0.24 1 2 1 1 1 2 915 0.183 1 3 2 1 1 3 1216 0.268 1 2 1 1 1 2 917 0.143 1 2 1 1 1 2 918 0.285 1 2 1 1 1 2 919 0.228 1 3 2 1 1 3 1220 0.205 1 3 2 1 1 3 1221 0.268 1 2 1 1 1 2 922 0.445 1 3 2 1 1 3 1223 0.223 1 2 1 1 1 2 924 0.325 1 3 3 1 1 3 1225 0.41 1 2 1 1 1 2 926 0.205 1 2 1 1 1 2 9
27 0.423 1 3 2 1 1 3 12
28 0.33 1 2 1 1 1 2 9
29 0.205 1 2 1 1 1 2 9
30 0.575 1 3 2 1 1 3 12
51
No. SampelLuas Lahan
(M²)Olah Tanah
(HKP)Penanaman
(HKW)Penyiangan
(HKP)Pemupukan
(HKP)Pengendalian
H/P (HKP)Pemanenan
(HKP)TotalHKP
31 0.268 1 3 2 1 1 3 12
32 0.33 1 2 1 1 1 2 9
33 0.57 1 2 1 1 1 2 9
34 0.365 1 3 2 1 1 3 12
35 0.525 1 3 2 1 1 3 12
36 0.33 1 2 1 1 1 2 9
37 0.42 1 2 1 1 1 2 9
Jumlah 21.200 37 91 55 37 37 91 384
Rata-rata 0.308 1 2 1 1 1 2 12
52
Lampiran 5. Perincian Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian , Tahun 2018
No Sampel Luas Lahan Sawah (M²)
Pengolahan Tanah Penanaman Penyiangan Pemupukan Pengendalian H/P PemanenanTotal Biaya
Tenaga Kerja (Rp)Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
1 0.143 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.0002 0.12 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.0003 0.365 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.0004 0.263 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.0005 0.205 50.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 235.0006 0.32 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.0007 0.228 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.0008 0.143 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.0009 0.125 40.000 30.000 15.000 25.000 25.000 60.000 195.000
10 0.753 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00011 0.548 50.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 235.00012 0.16 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00013 0.263 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00014 0.24 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00015 0.183 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00016 0.268 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.00017 0.143 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00018 0.285 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.00019 0.228 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00020 0.205 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00021 0.268 80.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 265.00022 0.445 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00023 0.223 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00024 0.325 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00025 0.41 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00026 0.205 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.00027 0.423 50.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 235.00028 0.33 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00029 0.205 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00030 0.575 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00031 0.268 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.000
53
No Sampel Luas Lahan Sawah (M²)
Pengolahan Tanah Penanaman Penyiangan Pemupukan Pengendalian H/P PemanenanTotal Biaya
Tenaga Kerja (Rp)Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp) Biaya (Rp)
32 0.33 60.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 245.00033 0.57 60.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 335.00034 0.365 50.000 60.000 15.000 25.000 25.000 60.000 235.00035 0.525 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00036 0.33 80.000 90.000 30.000 50.000 25.000 80.000 355.00037 0.42 80.000 90.000 30.000 25.000 25.000 80.000 330.000
Jumlah 21.200 2.620.000 2.880.000 915.000 1.475.000 925.000 2.680.000 11.590.000Rata-rata 0.308 70.811 77.838 24.730 39.865 25.000 72.432 313.243
54
Lampiran 6.Biaya Kebutuhan Sarana Produksi Padi Sawah di Daerah Penelitian, Tahun 2018
NO.Sampel
Luas Lahan (M²)
Sarana ProduksiTotal Biaya(Rp)
Benih (Kg)
Urea (Kg) SP-36 (kg) NPK (Kg) Pestisida (Liter)
Insektisida(Liter)
Goni/Karung Cangkul Sabit Sprayer Pajak
Vol Harga/kg Vol Harga/Kg Vol Harga/Kg Vol Harga/Kg Vol Harga Vol Harga Vol Harga/Buah Vol Harga/buah Vol Harga/buah Vol Harga/buah Harga
12
0.143 0.12
76
52.50045.000
1512
27.00021.600
54
10.0008.000
108
22.00017.600
0,50,4
17.50014.000
0,50,4
17.50014.000
75
10.5007.500
22
50.00050.000
11
40.00042.000
11
450.000400.000
10.00010.000
707.000629.700
3 0.365 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 5 7.500 2 50.000 1 40.000 1 350.000 10.000 577.7004 0.263 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 40.000 1 40.000 1 400.000 10.000 647.0005 0.205 5 37.500 10 18.000 3 6.000 7 15.400 0,3 10.500 0,3 10.500 5 7.500 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 605.4006 0.32 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 42.000 1 400.000 10.000 659.0007 0.228 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 40.000 1 42.000 1 400.000 10.000 649.0008 0.143 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 5 7.500 2 40.000 1 45.000 1 400.000 10.000 619.7009 0.125 4 30.000 8 14.400 3 6.000 6 13.200 0,3 10.500 0,3 10.500 4 6.000 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 590.600
10 0.753 6 45.000 18 32.000 6 12.000 12 26.400 0,6 21.000 0,4 14.000 8 12.000 4 50.000 2 40.000 1 400.000 20.000 672.40011 0.548 5 37.500 10 18.000 3 6.000 7 15.400 0,3 10.500 0,3 10.500 4 6.000 2 50.000 1 40.000 1 400.000 20.000 613.90012 0.16 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 2 40.000 1 450.000 10.000 707.00013 0.263 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 35.000 1 400.000 10.000 652.00014 0.24 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 657.00015 0.183 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 350.000 10.000 607.00016 0.268 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 629.20017 0.143 7 52.500 14 25.200 5 10.000 9 19.800 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 2 45.000 1 35.000 1 400.000 10.000 634.50018 0.285 6 45.000 15 27.000 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 2 50.000 1 40.000 1 450.000 10.000 684.60019 0.228 8 60.000 18 32.400 6 12.000 12 26.400 0,6 21.000 0,6 21.000 8 12.000 3 50.000 2 40.000 1 400.000 10.000 684.80020 0.205 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 2 40.000 1 400.000 10.000 657.00021 0.268 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 629.20022 0.445 7 52.500 15 27.000 5 10.000 12 26.400 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 661.40023 0.223 8 60.000 18 32.400 6 12.000 12 26.400 0,6 21.000 0,6 21.000 8 12.000 4 50.000 2 40.000 1 400.000 10.000 684.80024 0.325 8 60.000 18 32.400 6 12.000 12 26.400 0,6 21.000 0,6 21.000 8 12.000 2 50.000 3 40.000 1 400.000 10.000 684.80025 0.41 7 52.500 15 27.000 5 10.000 12 26.400 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 3 50.000 1 40.000 1 450.000 10.000 711.40026 0.205 6 45.000 12 21.600 4 8.000 10 22.000 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 2 50.000 1 42.000 1 400.000 10.000 635.60027 0.423 5 37.500 12 21.600 3 6.000 8 17.600 0,3 10.500 0,3 10.500 5 7.500 1 40.000 1 40.000 1 400.000 20.000 611.20028 0.33 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 3 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 657.00029 0.205 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 2 40.000 1 400.000 10.000 657.000
55
NO.Sampel
Luas Lahan (M²)
Sarana ProduksiTotal Biaya(Rp)
Benih (Kg)
Urea (Kg) SP-36 (kg) NPK (Kg) Pestisida (Liter)
Insektisida(Liter)
Goni/Karung Cangkul Sabit Sprayer Pajak
Vol Harga/kg Vol Harga/Kg Vol Harga/Kg Vol Harga/Kg Vol Harga Vol Harga Vol Harga/Buah Vol Harga/buah Vol Harga/buah Vol Harga/buah Harga
30 0.575 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 350.000 20.000 607.00031 0.268 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 657.00032 0.33 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,4 14.000 0,4 14.000 5 7.500 1 45.000 1 42.000 1 400.000 10.000 624.70033 0.57 7 52.500 14 25.200 5 10.000 10 22.000 0,4 14.000 0,4 14.000 6 9.000 1 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 646.70034 0.365 6 45.000 12 21.600 4 8.000 8 17.600 0,3 10.500 0,3 10.500 5 7.500 2 50.000 1 40.000 1 350.000 10.000 570.70035 0.525 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 2 40.000 1 400.000 20.000 657.00036 0.33 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 1 40.000 1 400.000 10.000 657.00037 0.42 7 52.500 15 27.000 5 10.000 10 22.000 0,5 17.500 0,5 17.500 7 10.500 2 50.000 2 35.000 1 400.000 10.000 652.000
Jumlah 21.200 243 1.822.500 521 937.400 172 344.000 53 776.600 - 591.500 - 584.500 234 355.500 78 1.800.000 47 1.480.000 37 14.800.000420.000 23.889.000
Rata-Rata 0.308 7 49.257 14 25.054 5 9.189 9 20.751 - 15.797 - 15.797 6 9.486 2 2 50.000 1 1 40.000 1 400.000 10.000 645.648
56
Lampiran 7. Perincian rata-rata Volume Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Biaya Produksi, Biaya Tenaga Kerja dan Pendapatan Bersih di Daerah Penelitian, Tahun 2018
NoSampel
Luas ArealLahan(M²)
Volume Produksi(Kg)
Harga jual(Rp/Kg)
Nilai Penerimaan(Rp)
Biaya Produksi(Rp)
Biaya Tenaga Kerja(Rp)
PendapatanBersih (Rp)
1 0.143 570 6.500 3.107.000 707.000 355.000 2.643.0002 0.12 480 7.000 3.360.000 629.700 245.000 2.485.300
3 0.365 1.460 7.000 10.220.000 577.700 245.000 9.397.300
4 0.263 1.050 6.500 6.825.000 647.000 355.000 5.823.000
5 0.205 820 7.000 5.740.000 605.400 235.000 4.899.600
6 0.32 1.280 7.000 8.960.000 659.000 355.000 7.946.000
7 0.228 910 7.000 6.370.000 649.000 355.000 5.366.000
8 0.143 570 7.000 3.990.000 619.700 245.000 3.125.300
9 0.125 500 7.500 3.750.000 590.600 195.000 2.964.400
10 0.753 3.010 6.500 19.565.000 672.400 355.000 18.537.600
11 0.548 2.190 7.000 15.330.000 613.900 235.000 14.481.100
12 0.16 640 7.000 4.480.000 707.000 355.000 3.418.000
13 0.263 1.050 7.000 7.350.000 652.000 355.000 6.343.000
14 0.24 960 6.500 6.240.000 657.000 355.000 5.228.000
15 0.183 730 7.000 5.110.000 607.000 355.000 4.148.000
16 0.268 1.070 6.500 6.955.000 629.200 245.000 6.080.800
17 0.143 570 7.000 3.990.000 634.500 355.000 3.000.500
18 0.285 1.140 7.000 7.980.000 684.600 245.000 7.050.400
19 0.228 910 7.000 6.370.000 684.800 355.000 5.330.200
20 0.205 820 6.500 5.330.000 657.000 355.000 4.318.000
21 0.268 1.070 7.000 7.490.000 629.200 265.000 6.595.800
22 0.445 1.780 6.500 11.570.000 661.400 355.000 10.553.600
23 0.223 890 7.000 6.230.000 684.800 355.000 5.190.200
24 0.325 1.300 7.000 9.100.000 684.800 355.000 8.060.200
25 0.41 1.640 7.000 11.480.000 711.400 355.000 10.413.600
26 0.205 820 6.500 5.330.000 635.600 245.000 4.449.400
27 0.423 1.690 6.500 10.985.000 611.200 235.000 10.128.800
28 0.33 1.320 7.000 9.240.000 657.000 355.000 8.228.000
29 0.205 820 7.000 5.740.000 657.000 355.000 4.728.000
57
NoSampel
Luas ArealLahan(M²)
Volume Produksi(Kg)
Harga jual(Rp/Kg)
Nilai Penerimaan(Rp)
Biaya Produksi(Rp)
Biaya Tenaga Kerja(Rp)
PendapatanBersih (Rp)
30 0.575 2.300 7.000 16.100.000 607.000 355.000 15.128.000
31 0.268 1.070 6.500 4.815.000 657.000 355.000 3.803.000
32 0.33 1.320 7.000 9.240.000 624.700 245.000 8.370.300
33 0.57 2.280 7.000 15.960.000 646.700 335.000 14.978.300
34 0.365 1.460 6.500 9.490.000 570.700 235.000 8.684.300
35 0.525 2.100 7.000 14.700.000 657.000 355.000 13.678.000
36 0.33 1.320 6.500 8.580.000 657.000 355.000 7.568.000
37 0.42 1.640 7.000 11.480.000 652.000 330.000 10.498.000
JUMLAH 21.200 45.550 253.500 308.552.000 23.889.000 11.590.000 273.641.000Rata-rata 0.308 1.231 6.851 8.339.243 645.648 313.243 7.395.702
58
Lampiran 8. Dokumentasi
Gambar. 1. Padi sawah
59
Gambar. 2. Proses penjemuran
60
Gambar 3. Penggilingan gabah
62
RIWAYAT HIDUP
SAIFUL. Dilahirkan di Paranglompoa Kecamatan Bontolempangan Kabupaten
Gowa 1 Januari 1994, dari. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2002 di SD
Mis GUPPI Paranglompoa dan tamat tahun 2008, tamat SMP Negeri 1
Bontolempangan tahun 20011, dan tamat SMA Negeri 1 Bontolempangan tahun
2014.), penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata satu (S1) Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama menjalani status sebagai seorang mahasiswa, penulis aktif dibeberapa
organisasi kemahasiswaan seperti; Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis
Periode 2016-2017,. Tugas akhir dalam pendidikan perguruan tinggi diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Dan Break Event
Point Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”.