Analisis Kecelakaan

2
Kronologi Pada tanggal 18 April 2008, pesawat Boeing B737-300 milik PT. Sriwijaya Air dijadwalkan terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang. Didalam kabin terdapat 150 orang yang terdiri dari 2 pilot, 4 pramugari dan 144 penumpang. Pada proses pendaratan, pesawat menyentuh landasan pada jarak 750 m dari pangkal touch down point dengan sisa lintasan sejauh 1250 m. Proses pendaratan yang kurang baik mengakibatkan pesawat berehenti 50 m melewati batas lintasan. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, namun terdapat beberapa bagian pesawat yang rusak diantaranya roda utama nomor 2 dan 3, bilah kipas mesin samping dan mesin nomor 2 yang bengkok. Analisa Kecelekaan Menurut hasil analisa laporan kecelakaan, pesawat yang digunakan sudah dilengkapi dengan peralatan yang memiliki sertifikasi dan dirawat secara berkala mengikuti prosedur yang berlaku. Muatan yang dibawa sudah diukur sesuai dengan batas aman dan pilot yang bertugas sudah memiliki lisensi dengan pengalaman jam terbang yang cukup tinggi. Kecelakaan berawal dari adanya laporan gangguan yang ditimbulkan oleh penumpang dengan nomor kursi 1D kepada salah satu pramugari dengan nomor FA1. Kejadian ini menganggu konsentrasi pilot sehingga kurang memperhatikan monitor pesawat. Akibatnya, prosedur pendaratan tidak berjalan sesuai dengan apa yang sudah diberikan operator. Pesawat berjalan kurang stabil dengan kelajuan yang terlalu cepat yaitu sebesar 28.5 knot. 3 detik setelah menyentuh landasan, pesawat melaju dengan kecepatan 145 knot dengan kemiringan sayap sebesar 40 derajat. Pesawat berhasil berhenti setelah melewati batas lintasan pendaratan sejauh 50 meter. Rekomendasi Setelah dilakukan investigasi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi memberikan beberapa solusi

description

K3LL

Transcript of Analisis Kecelakaan

Kronologi

Pada tanggal 18 April 2008, pesawat Boeing B737-300 milik PT. Sriwijaya Air dijadwalkan terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang. Didalam kabin terdapat 150 orang yang terdiri dari 2 pilot, 4 pramugari dan 144 penumpang. Pada proses pendaratan, pesawat menyentuh landasan pada jarak 750 m dari pangkal touch down point dengan sisa lintasan sejauh 1250 m. Proses pendaratan yang kurang baik mengakibatkan pesawat berehenti 50 m melewati batas lintasan.

Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, namun terdapat beberapa bagian pesawat yang rusak diantaranya roda utama nomor 2 dan 3, bilah kipas mesin samping dan mesin nomor 2 yang bengkok.

Analisa Kecelekaan

Menurut hasil analisa laporan kecelakaan, pesawat yang digunakan sudah dilengkapi dengan peralatan yang memiliki sertifikasi dan dirawat secara berkala mengikuti prosedur yang berlaku. Muatan yang dibawa sudah diukur sesuai dengan batas aman dan pilot yang bertugas sudah memiliki lisensi dengan pengalaman jam terbang yang cukup tinggi. Kecelakaan berawal dari adanya laporan gangguan yang ditimbulkan oleh penumpang dengan nomor kursi 1D kepada salah satu pramugari dengan nomor FA1. Kejadian ini menganggu konsentrasi pilot sehingga kurang memperhatikan monitor pesawat. Akibatnya, prosedur pendaratan tidak berjalan sesuai dengan apa yang sudah diberikan operator. Pesawat berjalan kurang stabil dengan kelajuan yang terlalu cepat yaitu sebesar 28.5 knot. 3 detik setelah menyentuh landasan, pesawat melaju dengan kecepatan 145 knot dengan kemiringan sayap sebesar 40 derajat. Pesawat berhasil berhenti setelah melewati batas lintasan pendaratan sejauh 50 meter.

Rekomendasi

Setelah dilakukan investigasi, Komite Nasional Keselamatan Transportasi memberikan beberapa solusi terkait kasus ini. Untuk PT. Sriwijaya Air, KNKT menyarankan untuk menelaah kembali prosedur penerbangan dan memberikan pelatihan pada Awak Kabin agar lebih memperhatikan bagaimana proses evakuasi pada kecelakaan khususnya saat bahaya lanjutannya tidak diketahui. KNKT juga menyarankan pelatihan dari awak kabin meliputi penstabilisasian pesawat saat ingin landing terutama penstabilisasian pesawat saat 1000 kaki diatas ketinggian airport berdasarkan IMC dan 500 kaki diatas ketinggian airport berdasarkan VMC.Saran dari KNKT yang lainnya adalah terkait kriteria penstabilisasian pesawat yang terdiri dari 8 kriteria :1. Pesawat dijalur yang benar2. untuk menyesuaikan jalur, hanya merubah sedikit sudut pesawat3. Kecepatan pesawat tidak melebihi VREF4. Pengaturan landing sudah benar5. Penukikan tidak lebih dari 1000 kaki per menit6. Kekuatan dan kecepatan pesawat tidak melebihi yang sudah ditentukan di manual pengoperasian pesawat.7. Briefing sebelumnya sudah dilakukan8. Bila ada kondisi khusus maka harus ada briefing khusus jugaSelain itu, KNKT juga menyarankan PT Sriwijaya Air menginstrusikan awak kabin dan maintenance personnel untuk mematikan sumber tenaga di Cockpit Voice Recorder setelah terjadinya kecelakaan.KNKT juga memberi saran pada direktorat jenderal penerbangan sipil untuk menyuruh semua perusahaan penerbangan Indonesia untuk mereview prosedur mereka saat terjadinya kecelakaan dan dibutuhkan evakuasi, serta semua pesawat memiliki Cockpit Voice Recorder dan menginstruksikan semua awak kabin untuk mematikan sumber tenaga pada CVR saat terjadi kecelakaan.