ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten...

13
ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR 1 Dompak Napitupulu, Elwamendri, Yanuar Fitri, Sarman, Zuhdi, Itang 1 2 Ringkasan Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey pada tahun 2011 di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan input optimal pada berbagai jenis lahan pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usahatani tanaman pangan dominan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah pola mono kultur (Padi Sawah atau Padi Ladang) dan sebahagian kecil lainnya dengan pola tumpang gilir (Padi Sawah – Kedele atau Padi Sawah – Jagung). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea dan KCL tidak dianjurkan lagi sementara kebutuhan unsur hara Kalium dapat disuplay dengan penggunaan pupuk SP36 dengan dosis 40 kg/ha. Kata kunci: input optimal, tanaman pangan, pasang surut Summary This research was undertaken in Year 2011 in Tanjung Jabung Timur Regency. The main purpose of the research was to analysing the optimal input need of food crop farm in this area. It was found that the main food crop grown in Tanjung Jabung Timur is rice which is planted in monoculture crop pattern. Never the less, in some places farmer also found cultivated their food crop land in shifting cultivation crop pattern. It was found that some input has been use in optimal level for they already exist in that land narularly. The only input needed was fosfat that can be supplied by applying 40 Kg/ha SP36 3 PENDAHULUAN Salah satu sumberdaya yang menjadi andalan utama Kabupaten Tanjab Timur untuk menopang percepatan pembangunan perekonomian daerah adalah sumberdaya lahan pertanian termasuk didalamnya pertanian tanaman pangan. Dalam Dokumen 1 Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1

Transcript of ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten...

Page 1: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

1Dompak Napitupulu, Elwamendri, Yanuar Fitri, Sarman, Zuhdi, Itang1

2 RingkasanPenelitian ini dilaksanakan dengan metode survey pada tahun 2011 di

wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan input optimal pada berbagai jenis lahan pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usahatani tanaman pangan dominan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah pola mono kultur (Padi Sawah atau Padi Ladang) dan sebahagian kecil lainnya dengan pola tumpang gilir (Padi Sawah – Kedele atau Padi Sawah – Jagung). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea dan KCL tidak dianjurkan lagi sementara kebutuhan unsur hara Kalium dapat disuplay dengan penggunaan pupuk SP36 dengan dosis 40 kg/ha.Kata kunci: input optimal, tanaman pangan, pasang surut

SummaryThis research was undertaken in Year 2011 in Tanjung Jabung Timur

Regency. The main purpose of the research was to analysing the optimal input need of food crop farm in this area. It was found that the main food crop grown in Tanjung Jabung Timur is rice which is planted in monoculture crop pattern. Never the less, in some places farmer also found cultivated their food crop land in shifting cultivation crop pattern. It was found that some input has been use in optimal level for they already exist in that land narularly. The only input needed was fosfat that can be supplied by applying 40 Kg/ha SP36

3 PENDAHULUANSalah satu sumberdaya yang menjadi andalan utama Kabupaten

Tanjab Timur untuk menopang percepatan pembangunan perekonomian daerah adalah sumberdaya lahan pertanian termasuk didalamnya pertanian tanaman pangan. Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2006 – 2011 dicantumkan bahwa salah satu arah kebijakan pembangunan daerah ini adalah meningkatnya produktivitas komoditi pertanian sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah yang dimiliki. Artinya sektor pertanian masih diharapkan sebagai basis pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Data statistik menunjukkan bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah mampu menghasilkan padi hingga 4 (empat) ton per

1 Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

1

Page 2: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

hektar pada era tahun 1980’an hingga tahun 1990’an. Menurunnya daya produksi lahan pertanian sawah di daerah ini menyebabkan produktivitas usahatani padi tersebut ditengarai telah semakin menurun (Napitupulu, dkk, 2009). Namun demikian, sektor pertanian masih menyumbang lebih besar dari 20 persen dari total PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Timur selama periode tahun 2007 hingga 2009. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2010) menunjukkan bahwa Potensi tanam padi dan palawija di daerah ini adalah seluas + 49.758 Ha. Diataranya berhasil dipanen pada tahun 2009 untuk 7 komoditi utama adalah seluas 37.798 Ha, yakni terdiri dari tanaman padi sawah seluas 32.977 Ha, Jagung 1.749 Ha, Kedelai 2.539 Ha, Kacang Tanah 119 Ha, Kacang Hijau 63 Ha, Ubi Kayu 234 Ha dan Ubi Jalar 117 Ha. Data tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa usahatani tanaman pangan di daerah ini masih potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu penopang perekonomian daerah.

Sesuai dengan latar belakan yang disajikan diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk: Menganalisis kebutuhan input optimal pada berbagai lahan pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

4 TINJAUAN PUSTAKA1. Teknologi Pengairan

Lahan pasang surut merupakan daerah yang secara alami berdrainase buruk, bahkan tergenang. Karena itu, untuk pemanfaatan pertanian, perbaikan drainase/pengelolaan air merupakan syarat pertama. Perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan saluran-saluran. Intensitas drainase ditentukan oleh tipe penggunaan yang direncanakan, karena itu tipe penggunaan menentukan rancangan saluran. Pertanian dengan tanaman lahan kering tentu memerlukan drainase yang lebih intensif dari pada pertanian untuk tanaman padi. Intensitas drainase yang berlaku pada waktu ini dirancang untuk memungkinkan penanaman baik padi maupun tanaman lahan kering pada lahan yang sama. Hal ini tidak selalu menunjukkan hasil yang diinginkan. Tanpa introduksi teknologi tambahan, tidak selalu terdapat penggenangan yang memadai bagi pertanaman padi, juga tidak selalu terdapat tingkat drainase yang memadai bagi pertumbuhan tanaman lahan kering.

Menurut Noor (1996) kunci keberhasilan dalam pengelolaan dan pengembangan pertanian lahan rawa pasang surut adalah terletak pada sistem reklamasi dan pengelolaan air. Pengelolaan air di lahan rawa harus bersifat terpadu karena dampak yang ditimbulkan dari penerapan suatu sistem pengelolaan di suatu wilayah dapat mencapai wilayah-wilayah sekitarnya dengan radius yang cukup luas dalam

2

Page 3: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

suatu wilayah penampungan (catchment basin). Hal ini karena suatu kawasan rawa dapat diidentikan dengan suatu daerah aliran sungai (DAS) yang mempunyai keterkaitan antara satu wilayah hulu (atas) dengan wilayah hilir (bawah) lainnya, walaupun dalam suatu dataran dengan kemiringan topografi yang sama.

Lahan rawa bersifat labil dan dinamis. Perubahan suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya yang berada dalam suatu kawasan aliran sungai. Saling mempengaruhi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dalam hubungannya dengan pengel;olaan air adalah karena sifat gerakan atau rembesan air secara horisontal cukup besar. Kecepatan rembesan secara horisontal dapat mencapai 2 km/jam. Kecepatan rembesan secara horisontal ini lebih besar pada lahan gambut daripada lahan mineral alluvial.

Direktorat Rawa (1992) menunjukkan bahwa di daerah pasang surut terdapat empat kategori regim air. Pengkategorian ini memang baik, karena menunjukkan bahwa tanaman utama dapat dikaitkan dengan kategori regim air, misalnya, pertanaman padi dua kali setahun akan sesuai dengan kategori A, padi-palawija sesuai kategori B, palawija-palawija sesuai dengan kategori C, dan tanaman pohon-pohonan sesuai dengan kategori D. Manfaat pengkategorian ini akan nampak terutama pada musim hujan.

(1). Pengaturan tata air pada petak-petak tersier. (2) Pembangunan sistem surjan.

Prospek hasil padi yang diperoleh dengan penerapan sistem tata air satu arah yang ditambah dengan input kapur, pupuk dan pelumpuran memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini karena akibat perubahan kualitas air dan sifat kimia tanah. Terjadi penuruanan kadar Fe2+ , Al3+ dan SO2- dalam air tanah setelah penerapan sistem tata air satu arah.2. Teknologi Pengolahan Tanah

Penyiapan lahan untuk budidaya padi di lahan rawa pasang surut yang utama adalah pemberantasan gulma yang spesifik dan dominan di lahan rawa masam, yaitu purun tikus (Eleocharis dulcis). Penggunaan herbisida mulai dikenal setelah digalakkan pengembangan varietas varietas unggul yang berumur relatif pendek. Akibatnya diperlukan waktu yang lebih singkat untuk menyiapkan lahan, khususnya untuk meningkatkan intensitas pertanaman. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan herbisida untuk membasmi gulma sebelum pengolahan tanah lebih lanjut dapat memberikan hasil padi lebih baik dan dapat menekan biaya penyiapan lahan.

3

Page 4: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

3. Aplikasi pupuk Pemupukan merupakan suatu keharusan bagi kelangsungan

hidup petani pasang surut. Menurut hasil penelitian produksi padi menurun dengan meningkatnya usia pengusahaan. Pemupukan N dan P sampai batas tertentu dapat melipatgandakan produksi pada pengusahaan tahun kedua (Sabihan dkk, 1979). Anwarhan dan Satari (1988) lebih lanjut menganjurkan juga pemupukan bagi lahan pasang surut tipe B, C dan D dengan pemupukan bentuk kapsul atau bola tanah (mudball fertilizer).

Sekalipun kadar N pada sebagian tanah pasang surut tergolong tinggi, tetapi respon padi terhadap N sangat jelas. Tanaman padi yang dipupuk N tampak lebih hijau dan segar dibandingkan tanaman tanpa dipupuk N. Pupuk N juga sering diberikan pada pertanaman padi varietas lokal. Hasil percobaan di beberapa lokasi lahan pasang surut termasuk diantaranya sulfat masam menunjukkan pemupukan N dapat meningkatkan hasil padi varietas unggul.4. Pembrantasan gulma dan hama penyakit

Gulma utama pada lahan pasang surut adalah rumput purun tikus (Eleocharis dulcis). Petani tradisional umumnya menggunakan alat tajak yaitu sejenis parang panjang bertangkai panjang untuk memotong dan sekaligus mamapas tanah setebal 2 -5 cm. Rumput atau gulma dipuntal, lalu dicincang dipotong kecil-kecil dan dihamburkan secara merata sebagai sumber hara setelah mengalami dekomposisi.

Hama utama yang sering menjadi masalah di lahan pasang surut adalah tikus, penggerek batang padi putih, walang sangit wereng coklat dan hama putih palsu. Pengendalian tikus di lahan pasang surut dapat dilakukan dengan perbaikan aspek pengelolaan teknis budidaya, sanitasi, fisik kimia, musuh alami, fumigasi dan penggunaan umpan racun. Pengendalian hama penggerek batang padi putih, walang sangit, wereng coklat dan hama putih palsu, dapat menggunakan insektisida seperti Furadan, Sedangkan untuk pengendalian yang disebabkan oleh jamur digunakan fungisida. 5. Panen

Panen dilakukan apabila tanaman sudah mencukupi umur dengan melihat tanda-tanda kematangan buah/bulir Padi. Buah Padi yang masak akanterlihat berisi, warna kuning, kandungan air sekitar 25%. Tanaman Padi yang sudah dapat dipanen terlihat batangnya mulai menguning dan menunduk(tidak tegak) pada lebih dari 80% luas areal tanaman.

Seminggu sebelum dipanen sawah dikeringkan terlebih dahulu, untukmencegah terjadinya rebah dan memudahkan panen.

4

Page 5: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

Pemanenan dapatmenggunakan alat seperti sabit atau parang dengan memotong ujung pangkalbatang bawah. Padi lokal yang tidak mudah rontok biasanya dipanen secaratradisional dengan menggunakan ani-ani. Penggunaan alat ani-ani sepertiitu membutuhkan tenaga kerja relatif banyak sehingga akhir-akhir ini kurangdisukai.6. Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan

Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga keberlanjutan usahataninya.

Menurut Soekartawi (1991), pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara jumlah penerimaan dengan biaya usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan keuntungan yang diperoleh petani dalam usahatani. Secara matematis tingkat pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = Tr – TcDimana : Pd = Pendapatan Usahatani (Rp)

Tr = Total Penerimaan Usahatani Tc = Total Biaya biaya Produksi

5 METODE PENELITIAN1. Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kebutuhan input pertanian sebagai upaya pengembangan usahatani tanaman pangan dalam kaitannya dengan upaya pewujudan ketahanan pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dihimpun melalui wawancara langsung dengan responden yang terpilih menjadi sampel serta dalam media Focus Group Diskusi yang melibatkan sejumlah informan kunci. 2. Metode Analisis

Metoda analisis yang digunakan adalah metoda kompilasi data dan analisis data survey. Data yang diperoleh dari petani responden dikumpulkan untuk diklasifikasi dan ditabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan. - Penerimaan usahatani- Biaya produksi usahatani- Pendapatan yang diperoleh petani (Soekartawi, 2002 yaitu:

5

Page 6: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

Pd = Tr – TcDimana : Pd = Pendapatan Usahatani kedelai (Rp)

Tr = Total Penerimaan usahatani Tc = Total Biaya produksi

Kebutuhan inmput teknologi usahatani tanaman pangan didekati dengan mengkaji potensi daya dukung sumberdaya lahan dan permasalahan sentral dalam usahatani tanaman pangan di Kabupaten Tanjabtim.

HASIL PENELITIANPenggunaan Lahan

Berdasarkan hasil interpretasi atas citra satelit landsat tahun 2007, dan data penunjang lain, maka penggunaan lahan yang ada saat ini terdiri dari :

1. Lahan pertanian padi dan palawija 2. Lahan perkebunan kelapa; 3. Lahan perkebunan sawit 4. Lahan pertambangan dan industri 5. Lahan hutan tanaman adalah hutan yang ditanami vegetasi

untuk mendukung industri.6. Lahan tambak /kolam, 7. Lahan pemukiman dan perkotaan,.

Kependudukan Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2008

berjumlah 211.789 jiwa dan meningkat menjadi 213.781 jiwa pada tahun 2009. Dengan luas wilayah 5.445 km2 maka tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2009 adalah sebesar 39,26 jiwa/km2. Jumlah penduduk laki-laki tercatat sebesar 108.128 jiwa dan perempuan sebesar 105.653 jiwa, dengan demikian sex ratio-nya adalah 102,34. hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 secara rata-rata terdapat 102 orang laki-laki untuk setiap 100 orang penduduk perempuan. Sumber Daya Manusia

Keberhasilan program pengembangan komoditas pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sangat tergantung kepada sumberdaya Manusia sebagai pelaku usaha. Ketersediaan aparat Pembina teknis pertanian di satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa 6 (enam) BPP definitive serta 5 (lima) Pra BPP dengan 75 aparat

6

Page 7: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

penyuluhan lapangan (PPL) yang telah tersedia pada 11 Kecamatan di daerah ini. Meskipun secara kuantitas ketersediaan lembaga penyuluhan tersebut sudah cukup memadai karena telah tersedia satu BPP pada setiap wilayah Kecamatan, kualitas tenaga penyukuh yang ditandai dengan latar belakang pendidikan mayoritas ahli madya masih harus ditingkatkan. Potensi Produksi tanaman pangan

Areal potensial untuk pengembangan pertanian di kabupaten Tanjung Timur ditentukan berdasarkan hasil studi yang dimulai dari identifikasi secara manual melalui tampilan rona pada citra satelit yaitu didasarkan atas kesamaan rona (warna) dengan areal yang sudah diketahui sebagai arael pertanian. Adapun hasil identifikasi areal potensial pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur di sajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta sebaran areal pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Benih bisa dibilang input terpenting dalam budi daya pertanian. Tanpa benih yang berkualitas tidak akan diperoleh hasil panen yang baik. Sayangnya, memilih benih yang baik bukanlah pekerjaan mudah mengingat sifat benih yang tidak “transparan”. Maksudnya, mustahil mengetahui karakteristik dan kualitas tanaman yang akan tumbuh dari sekantong benih hanya dengan melihatnya. Kualitas benih baru bisa diketahui ketika benih tersebut ditanam dan kemudian tumbuh.

Salah satu kelemahan pengembangan usahatani tanaman pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan hasil kajian pengembangan tanaman pangan Tahun 2010 adalah ketidak sesuaian

7

Page 8: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

varietas tanaman pangan (padi) varietas unggul umur pendek yang cenderung memiliki batang tanaman pendek. Pengalaman berusahatani lahan pasang surut yang dimiliki petani pada dasarnya dapat dikembangkan untuk dapat memuliakan varietas lokal yang telah beradaptasi dengan lokasi (teknologi spesifik lokasi) sehingga dapat memiliki produktivitas tinggi dan atau memiliki sifat sifat unggul lainnya.

Dari beberapa kajian yang telah dilakukan di lahan sawah pasang surut menunjukkan bahwa dengan pengelolaan tanah, air dan penggunaan varietas unggul yang tepat, usahatani padi di lahan ini dapat berhasil. Beberapa varietas unggul padi lahan rawa seperti; IR 42, Indragiri dan Inpara 1, 2 dan 3. Salah satu hasil penelitian yang menggunakan varietas Inpara 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa varietas ini dapat berproduksi 5 – 6 ton/ha bila diusahakan dengan tepat.

Berdasarkan alternatif pola tanam yang ditawarkan dapat diketahui jumlah kebutuhan input benih yang dibutuhkan. Untuk pola tanam alternatir pertama dibutuhkan input benih padi per hektar dengan dua kali musim tanam sebesar 2 x 25 kg/ha yakni sebanyak 50 kg/ha. Sedangkan untuk pola tanam alternatif kedua diperlukan input benih sebanyak 25 kg/ha untuk padi dan 40 kg/ha untuk kedelai atau 15 kg/ha untuk tanaman jagung. Selanjutnya untuk pola tanam alternatif ketiga dibutuhkan input benih sebanyak 50 kg/ha untuk tanaman padi dan 15 kg/ha untuk tanaman jagung serta 40 kg/ha untuk tanamana kedelai.Penggunaan input pupuk

Pemberian bahan amelioran atau bahan pembenah tanah dan pupuk merupakan faktor penting unuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian staf pengajar dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi status kesuburan tanah di lahan pasang surut di wilayah Tanjung Jabung Timur tergolong sedang. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan N total dan K total termasuk kriteria berkisar antara rendah sampai sedang. Sementara itu kandungan P rata-rata termasuk rendah. Oleh karena dalam program pemupukan dalam rangka efisiensi, pemupukan N dan K tidak diperlukan, sedangkan untuk P sangat diperlukan.

Hasil studi lapangan dari bebrapa petani menunjukkan bahwa pertumbuhan padi cukup baik, namun malainya kurang berisi/bernas, banyak yang hampa. Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan

Peluang peningkatan pendapatan petani pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih mungkin dilakukan. Pola tanam yang

8

Page 9: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

dilakukan saat ini adalah Padi – Kedelai/Jagung. Peningkatan pedapatan petani pangan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa penyempurnaan dengan seperti:

a. Menggunakan benih genjah sehingga pola tanam dalam satu tahun menjadi Padi – Padi – Kedele atau Jagung.

b. Melakukan rasionalisasi penggunaan input terutama input pupuk, karena menurut hasil analisis tanah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea dan pupuk KCL tidak dianjurkan karena kebutuhan unsur Nitrogen dan unsur Kalium telah tersedia secara memadai di dalam tanah.

c. Jika praktek pengelolaan pertanian pangan mengikuti penyempurnaan seperti yang diuraikan pada bagian terdahulu, maka petani pangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan dapat memperoleh pendapatan sebagai berikut:

6KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan1) Pola usahatani tanaman pangan pada areal potensial usahatani

tanaman pangan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dominan dilakukan petani adalah Pola mono kultur (Padi Sawah atau Padi Ladang) dan pola tumpang gilir (Padi Sawah – Kedele atau Padi Sawah – Jagung).

2) Penggunaan input usahatani tanaman pangan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, khusus untuk beberapa input tertentu (Urea, KCL) telah melebihi kebutuhan tanaman, karena unsur hara ini telah tersedia secara cukup di dalam tanah.

3) Hasil analsis tanah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea dan KCL tidak dianjurkan lagi sementara kebutuhan unsur hara Kalium dapat disuplay dengan penggunaan pupuk SP36 dengan dosis 40 kg/ha.

6.2. Saran1. Secara fisik produktifitas lahan panga di Kabupaten Tanjung Jabung

Timur masih dapat ditigkatkan dengan melakukan pengelolaan permukaan air tanah melalui teknik kanalisasi untuk mempertahankan permukaan air tanah.

2. Peningkatan produktivitas dan pedapatan petani pangan dapat dilakukan dengan melakukan penyempurnaan pola tanam Padi – Padi – Kedele atau Jagung. Penerapan pola tanam ini juga disertai dengan menggunakan benih genjah.

9

Page 10: ANALISIS KEBUTUHAN INPUT PERTANIAN SEBAGAI Web viewPertanian Perikanan dan peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan dalam Tabel 4-6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

3. Beriringan dengan itu upaya rasionalisasi penggunaan input terutama input pupuk perlu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, Untuk kasus pupuk ini, direkomendasikan bahwa kebutuhan unsur hara yang perlu dipasok melalui proses pemupukan hanya unsur hara Fosphat

DAFTAR PUSTAKANoor M. 1996. Padi marginal. Penebar Swadaya. Jakarta. .2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala.

Kanisius. Yogyakrata. .2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah

Bermasalah Sifat Masam. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.Raihan, S., S. Saragih., R. Simatupang dan M. Yusuf Maamun, 1996.

Rakitan Teknologi Budidaya Palawija Berbasis Padi di Lahan Pasang Surut. Edisi Khusus Balitkabi No. 8; 133 – 158.

Saragih, S. 1993. Teknologi Budidaya Padi dan Palawija di Lahan Pasang Surut Tipe B. Makalah disampaikan pada Jumpa Teknologi Pengembangan Usahatani Terpadu di Lahan Marginal tanggal 12-13 Maret 1993 di Palangka Raya, Kal-Teng.

Saragih, S. 1995. Penelitian Sistem Pengelolaan Air pada Lahan Pasang Surut Tipe B untuk Pola tanaman Padi-Padi, Padi-Palawija dan Palawija-Palawija. Laporan Hasil Penelitian 1995.

Sabran, M., Eddy William dan M. Saleh. 2000. Pengujian Galur Kedelai di Lahan Pasang Surut. Bul. Agron (28) (2) 41 – 48

Susilawati, M. Sabran, Rustan Massinai dan Rukayah, 2003. Paket Teknologi Usahatani Lahan Pasang Surut di Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah; 55 – 63.

10