Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke Tiongkoklib.unnes.ac.id/29691/1/7111411054.pdf ·...
Transcript of Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke Tiongkoklib.unnes.ac.id/29691/1/7111411054.pdf ·...
Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan Inflasi Indonesia, Suku Bunga Dasar Tiongkok, dan Nilai Tukar
Indonesia
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh :
Teddy Aldwin Leonard
7111411054
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan)
yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Q.S.
Al-Layl 4-11)
Persembahan
Untuk Allah Tuhan Semesta Alam, tanpa Nya skripsi ini
tidak akan selesai.
Untuk Ibu saya, Arief Hidayati.
Untuk kakak saya Julius Andre Alpha Nugraha.
Untuk dosen pembimbing saya.
Untuk teman-teman saya.
Untuk pembaca skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas nikmat Allah SWT yang telah memberi
kami kekuatan dalam menyelesaikan penyusun skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya , hingga kepada umatnya yang mengikuti ajarannya
hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis tidak dapat menyelsaikan skripsi
ini dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun
tidak langsung oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu melancarkan penyusunan
skripsi ini yaitu kepada.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar dan menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, MM., Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
kemudahan dan fasilitas selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi.
3. Lesta Karolina br. Sebayang, S.E.,M.si., Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Negeri Semarang.dan selaku doen pembimbing
saya yang telah membimbing dan memberi kritik dan saran dalam proses
mengejarkan skripsi saya.
4. Dr. Amin Pujiati,. S.E, M.Si., selaku Dosen Penguji 1 dalam ujian skripsi
saya yang telah memberi saya kritik dan saran atas skripsi saya sehingga
skripsi saya dapat lebih baik.
5. Dyah Maya Nihayah, S.E, M.Si., Sekertaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Negeri Semarang dan selaku Dosen Penguji 1
dalam ujian skripsi saya yang telah memberi saya kritik dan saran atas
skripsi saya sehingga skripsi saya dapat lebih baik.
vii
viii
SARI
Leonard, Teddy Aldwin. 2017. “Analisis Kausalitas antara Ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan Inflasi Indonesia, Suku Bunga Dasar Tiongkok, dan Nilai Tukar
Indonesia”. Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri
Semarang. Lesta Karolina Br. Sebayang, S.E., M.Si..99 Halaman.
Kata kunci: suku bunga, inflasi, ekspor, nilai tukar, kausalitas granger.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok, tingkat inflasi
Indonesia, dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Penelitian ini
menggunakan uji kausalitas granger dengan variabel total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok, tingkat inflasi Indonesia, tingkat suku bunga dasar Tiongkok, dan nilai
tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China untuk melihat hubungan kausalitas
antar variabel. Hasil uji kausalitas granger menunjukkan hasil bahwa total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki hubungan satu arah dengan variabel tingkat
suku bunga Tiongkok dan variabel nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China, namun tidak terdapat hubungan kausalitas dengan variabel tingkat inflasi
Indonesia. Hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan tingkat suku bunga Tiongkok adalah total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok menyebabkan perubahan tingkat suku bunga Tiongkok, sedangkan
hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dengan nilai
tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China adalah nilai tukar Rupiah Indonesia
terhadap Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok.
ix
ABSTRACT
Leonard, Teddy Aldwin. 2017. "Causality Analysis between Indonesia's Exports to
China and Indonesia's Inflation, Interest Rates of Tiongkok, and Indonesian
Exchange Rate". Bachelor of Economics Department of Development Economics.
Semarang State University. Lesta Karolina Br. Sebayang, S.E., M.Si..99 Pages.
Keywords: interest rate, inflation, export, exchange rate, granger causality.
The purpose of this study is to know the causality relationship between the total
value of Indonesia's exports to Tiongkok with Tiongkok's interest rate, the inflation
rate of Indonesia, and the exchange rate of Indonesian Rupiah against the Yuan
China. This study uses granger causality test with total variable of Indonesian
export value to Tiongkok, Indonesia inflation rate, interest rate of Tiongkok, and
Indonesian Rupiah exchange rate to Yuan China to see the relation of causality
among variables. Granger causality test results show that the total value of
Indonesia's export to Tiongkok has unidirectional relationship with variable of
Tiongkok interest rate and variable of Indonesian Rupiah exchange rate to Yuan
China, but there is no causality relationship with Indonesian inflation rate variable.
The unidirectional relationship between the total value of Indonesia's exports to
Tiongkok and the Tiongkok interest rate is the total value of Indonesia's exports to
Tiongkok causing a change in the Tiongkok interest rate, while the unidirectional
relationship between the total value of Indonesia's exports to Tiongkok and the
Indonesian rupiah against the Yuan China is the value The Indonesian rupiah
exchange rate against the Yuan China led to a change in the total value of Indonesia's
exports to Tiongkok
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
SARI ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................ 12
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 13
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 14
1.4.1 Manfaat bagi Pemerintah ........................................................................ 14
1.4.2 Manfaat bagi Mahasiswa ........................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 15
2.1 Landasan Teori ................................................................................................. 15
2.1.1 Definisi Ekspor ....................................................................................... 15
2.1.2 Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor ........................................................... 15
2.1.3 Pengaruh Ekspor terhadap Inflasi ........................................................... 16
2.1.4 Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Negara Lain ................ 16
2.1.5 Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Inflasi Negara Lain ................ 16
2.1.6 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Ekspor Negara Lain ................ 17
2.1.7 Hubungan Kurs dengan Ekspor .............................................................. 17
xi
2.1.8 Hubungan Kurs dengan Tingkat Suku Bunga Tiongkok ........................ 17
2.1.9 Hubungan Kurs dengan Inflasi ............................................................... 18
2.1.10 Inflasi .................................................................................................... 18
2.1.11 Definisi Suku Bunga ............................................................................ 18
2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................................... 19
2.3 Kerangka Penelitian ......................................................................................... 23
2.4 Hipotesis .......................................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................ 25
3.2. Variabel Penelitian .......................................................................................... 25
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 25
3.4. Metode Analisis Data ...................................................................................... 26
3.5. Definisi Operasional Variabel ......................................................................... 27
3.6. Uji Stasioner .................................................................................................... 28
3.7. Uji Kointegrasi ................................................................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 31
4.1. Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................. 31
4.2. Perkembangan Inflasi di Indonesia ................................................................. 32
4.3. Perkembangan Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia ................................. 33
4.4. Gambaran Kondisi Ekspor Indonesia ............................................................. 34
4.5. Tiga Negara dengan Pangsa Ekspor Terbesar Indonesia ................................ 35
4.6. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Tiongkok ............................................... 37
4.7. Perkembangan Perekonomian Tiongkok ........................................................ 38
4.8. Hasil Uji Stasioner .......................................................................................... 39
4.9. Hasil Uji Kointegrasi ...................................................................................... 41
4.10. Hasil Uji Kausalitas Granger ........................................................................ 41
4.11. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Total Nilai
Ekspor Indonesia ke Tiongkok ..................................................................... 43
4.12. Hubungan Kausalitas antara Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan Tingkat Suku Bunga Tiongkok ........................................................ 45
xii
4.13. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Nilai Tukar
Rupiah Indonesia terhadap Yuan China ....................................................... 46
4.14. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok dengan
Tingkat Inflasi Indonesia ............................................................................. 47
4.15. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok ........................... 49
4.16. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China dengan Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok ................................... 51
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 53
5.1. Simpulan ......................................................................................................... 53
5.2. Saran ............................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 57
LAMPIRAN ........................................................................................................... 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................................... 2
1.1 Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia....................................................... 3
1.1 Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia....................................................... 5
1.1 Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar ................ 7
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok ................................................................ 9
1.1 Suku Bunga Dasar Tiongkok ..................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 19
4.1 Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller dengan Trend dan Intersep ........ 40
4.2 Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller dengan Trend dan Intersep ........ 40
4.3 Hasil Uji Kausalitas Granger ..................................................................... 42
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Nilai dan Trend Ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok .............................. 8
1.2 Kerangka Penelitian ................................................................................... 23
4.1 Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok Januari 2011 – Mei 2016 ........ 44
4.2 Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2011-Mei 2016 ..................................... 44
4.3 Tingkat Impor Indonesia periode 2012-2016 ............................................. 47
4.4 Tingkat Suku Bunga Tiongkok .................................................................. 49
4.5 Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China .................................. 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Augmented Dickey Fuller Test variabel EKS tingkat level ........................... 71
2. Augmented Dickey Fuller Test variabel EKS tingkat first difference ........... 72
3. Augmented Dickey Fuller Test variabel INF tingkat level ............................ 73
4. Augmented Dickey Fuller Test variabel INF tingkat first difference ............ 74
5. Augmented Dickey Fuller Test variabel INT tingkat level ............................ 75
6. Augmented Dickey Fuller Test variabel INT tingkat first difference ............ 76
7. Augmented Dickey Fuller Test variabel KURS tingkat level ........................ 77
8. Augmented Dickey Fuller Test variabel KURS tingkat first difference ........ 78
9. Uji Johansen Cointegration ........................................................................... 79
10. Uji Length Criteria ...................................................................................... 81
11. Uji Kausalitas Granger ................................................................................ 81
12. Data Variabel ............................................................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lima tahun kebelakang Indonesia mendapat beberapa tantangan dari
melemahnya perekonomian global dan dampak-dampak rambatan dari kebijakan-
kebijakan yang dilakukan oleh negara maju ataupun negara emerging market yang
berhubungan dengan perekonomian Indonesia.
Melemahnya perekonomian global tersebut merupakan salah satu dampak dari
krisis di kawasan Eropa dan masih buruknya perekonomian Amerika saat itu.
Perlambatan ekonomi tersebut menyebar juga kepada beberapa negara berkembang
termasuk Indonesia dan mitra dagang Indonesia. Gejolak tersebut mempengaruhi
kondisi harga aset serta kondisi aliran modal asing dan nilai tukar yang fluktuatif.
Permintaan barang dari negara maju juga mengalami penurunan akibat krisis
tersebut sehingga memperlambat pertumbuhan ekspor di beberapa negara.
Dampak dari perlambatan ekonomi global bagi Indonesia semakin terlihat
ditahun 2013. Pada tahun tersebut beberapa negara yang memiliki hubungan
perdagangan dengan Indonesia mengurangi permintaan barang ekspor Indonesia
dan diperparah dengan kondisi beberapa harga komoditi barang global yang
semakin menurun. Neraca perdagangan juga semakin memburuk dengan tingginya
permintaan domestik akan barang impor.
2
Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(Nilai dalam %)
Tahun Pertumbuhan Ekonomi
2011 6,5
2012 6,2
2013 5,8
2014 5,0
2015 4,8
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia
Negara yang memberikan tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia
salah satunya adalah Tiongkok. Tiongkok ditahun 2013 mengeluarkan agenda
reformasi struktural sebagai hasil dari pertemuan ke 18 partai komunis. Hal tersebut
dapat memperburuk perekonomian Tiongkok dalam jangka pendek karena
perekonomian harus beradaptasi dengan reformasi struktural saat itu, walaupun
perlambatan ekonomi Tiongkok sebenarnya sudah terjadi sebelum adanya agenda
tersebut yang disebabkan oleh transisi perekonomian Tiongkok yang sebelumnya
ditopang dengan kegiatan ekspor dan investasi menjadi kegiatan konsumsi
domestik. Kemungkinan buruk dari adanya perlambatan ekonomi Tiongkok bagi
negara Indonesia adalah turunnya permintaan barang ekspor Indonesia ke
Tiongkok. Tiongkok cukup penting bagi ekspor Indonesia karena Tiongkok
merupakan pangsa ekspor terbesar Indonesia untuk negara berkembang. Hal
tersebut dilihat dari nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang lebih besar dari negara
berkembang tujuan ekspor Indonesia lainnya.
Adanya perlambatan ekonomi global selain memberi dampak buruk,
perlambatan ekonomi global juga mengurangi tekanan inflasi dari luar Indonesia.
3
Tekanan inflasi dari luar berkurang karena adanya perlambatan ekonomi global
berdampak pada turunnya harga komoditi dunia sehingga tekanan imported
inflation untuk Indonesia relatif terbatas.
Namun sebaliknya turunnya harga komoditi dunia adalah tanda turunnya nilai
ekspor Indonesia jika volume ekspor tidak mengalami perubahan. Turunnya ekspor
ini juga akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia yang kondisinya
beberapa tahun kebelakang cukup berfluktuasi.
Tabel 1.2
Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
(Nilai dalam Juta US$)
Uraian 2010 2011 2012
EXPORT 157.779,1 203.496,6 190.020,3
-OIL &GAS 28.039,6 41.477 36.977,3
-NON OIL & GAS 129.739,5 162.019,6 153.043
IMPORT 135.663,3 177.435,6 191.689,5
-OIL & GAS 27.412,7 40.701,5 42.564,2
-NON OIL & GAS 108.250,6 136.734 149.125,3
TOTAL 293.442,4 380.932,2 381.709,7
-OIL &GAS 55.452,3 82.178,6 79.541,4
-NON OIL & GAS 237.990,1 298.753,6 302.168,3
BALANCE 22.115,8 26.061,1 -1.669,2
-OIL & GAS 626,9 775,5 -5.586,9
-NON OIL & GAS 21.488,9 25.285,5 3.917,7
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Kementrian
Perdagangan (Kemendag)
Perkembangan neraca perdagangan Indonesia ditahun 2010 dan 2011 pada
tabel 1.2 tercatat dengan nilai surplus sebesar 22.115,8 juta US$ pada tahun 2010
dan sebesar 26.061,1 juta US$ tahun 2011 aatau tumbuh 18%, namun ditiga tahun
4
setelahnya tercatat neraca perdagangan defisit sebesar 1669,2 juta US$ tahun 2012,
4.076,9 juta US$ tahun 2013, 1.886,3 juta US$ tahun 2014. Surplus pada tahun
2010 disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang mengalami akselerasi
pemulihan sedangkan di tahun 2011 surplus disebabkan oleh basis ekspor Indonesia
merupakan komoditi sumber daya alam dan dukungan dari diversifikasi pasar
tujuan ekspor di kawasan Asia seperti China dan India mampu mendorong ekspor
tetap kokoh. Faktor lain seperti harga minyak yang mengalami kenaikan semakin
menaikkan nilai ekspor Indonesia ditengah kondisi produksi minyak mentah
Indonesia yang rata-ratanya menurun menjadi 0,902 juta barel per hari dibanding
tahun 2010 yang produksinya rata-rata sebanyak 0,945 barel per hari.
Tahun berikutnya tahun 2013 kondisi neraca perdagangan semakin buruk
seiring harga komoditi barang yang semakin menurun. Turunnya permintaan ekspor
beberapa negara mitra dagang Indonesia akibat perlambatan ekonomi dan juga
sebagai salah satu dampak dari adanya tappering off yang dilakukan Amerika
Serikat tahun 2014 juga ikut memperburuk nilai ekspor Indonesia.
Jika dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 kondisi total nilai ekspor Indonesia
menurun sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 dari nilai ekspor pada tahun 2011
sebesar 203.496,6 juta US$ (tabel 1.2) dan terus turun hingga nilai ekspor ditahun
2015 hanya sebesar 150.282,3 juta US$ (tabel 1.3), tingginya permintaan domestik
juga ikut berperan dalam menurunnya neraca perdagangan karena tingginya
permintan domestik ikut meningkatkan nilai impor. Selain itu ekspor komoditi
seperti komoditi minyak juga sempat terganggu oleh adanya penurunan produksi
minyak dan hal itu juga terjadi pada penurunan ekspor gas yang disebabkan oleh
5
gangguan dari reservoir gas dan shutdown di beberapa kilang gas. Adanya
kebijakan konversi energi dari minyak menjadi gas mengakibatkan produksi gas
lebih dituju pada permintaan domestik dan peningkatan konsumsi bahan bakar
minyak pada sektor transportasi semakin meningkatkan impor migas Indonesia saat
itu.
Tabel 1.3
Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
(Nilai dalam Juta US$)
Uraian 2013 2014 2015
EXPORT 182.551,8 176.292,5 150.282,3
-OIL &GAS 32.633 30.331,9 18.552,0
-NON OIL & GAS 149.918,8 145.960,6 131.730,3
IMPORT 186.628,7 178.178,8 142.694,8
-OIL & GAS 45.266,4 43.459,9 24.613,2
-NON OIL & GAS 141.362,3 134.718,9 118.081,6
TOTAL 369.180,5 354.471,3 292.977,1
-OIL &GAS 77.899,4 73.791,8 43.165,2
-NON OIL & GAS 291.281,1 280.679,5 249.811,9
BALANCE -4.076,9 -1.886,3 7.587,5
-OIL & GAS -12.633,3 -13.128 -6.061,2
-NON OIL & GAS 8.556,4 11.241,7 13.648,7
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Kementrian
Perdagangan (Kemendag)
Selain itu kebijakan-kebijakan mitra dagang juga ikut mempengaruhi
permintaan ekspor mitra dagang Indonesia. Seperti kebijakan tappering off
Amerika Serikat yang mengakibatkan aliran modal keluar negara-negara mitra
dagang yang kemudian berdampak pula pada melambatnya perekonomian negara-
negara tersebut sehingga berpengaruh pada berkurangnya kegiatan impor. Namun
adanya tappering off merupakan tanda bahwa telah membaiknya perekonomian
6
Amerika Serikat dan hal ini berdampak baik pada peningkatan permintaan barang
ekspor dari Indonesia oleh Amerika Serikat seperti yang terlihat dari meningkatnya
ekspor manufaktur Indonesia tahun 2014.
Contoh lain kebijakan negara mitra dagang Indonesia yang berpengaruh adalah
kebijakan konversi energi Tiongkok yang berpengaruh pada menurunnya
permintaan komoditi ekspor batu bara Indonesia. Kebijakan lain yang dapat
memberi pengaruh pada permintaan barang ekspor Indonesia oleh Tiongkok adalah
kebijakan transisi ekonomi Tiongkok dari perekonomian Tiongkok yang bertopang
pada kegiatan ekspor dan investasi menjadi bertopang pada kegiatan konsumsi
domestik yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi dan kebijakan ini didukung
pula dengan agenda reformasi struktural Tiongkok.
Dengan berbagai permasalahan tersebut, neraca perdagangan Indonesia
mengalami defisit selama tiga tahun yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2014.
Walaupun tahun 2014 keseimbangan neraca perdagangan mengalami defisit namun
nilainya semakin membaik dibanding tahun sebelumnya, begitu juga tahun 2015
dengan surplus setelah sempat tiga tahun berturut mengalami defisit. Perbaikan
kondisi neraca perdagangan pada tahun 2014 dan 2015 ini merupakan salah satu
dampak baik dari peningkatan permintaan barang ekspor Indonesia dari Amerika
Serikat dan penurunan konsumsi rumah tangga yang bedampak pada turunnya
volume impor non migas. Selain itu rendahnya harga komoditi berdampak baik
pada turunnya nilai impor non migas, ditambah dengan pelemahan nilai tukar.
Kondisi trend meningkat dari ekspor Indonesia ke Amerika Serikat berbalikan
dengan dua negara tujuan ekspor Indonesia seperti Jepang dan Tiongkok. Kedua
7
negara tersebut termasuk pangsa ekspor terbesar Indonesia jika dilihat dari besar
nilai ekspor ke negara tersebut selain Amerika Serikat. Permasalahannya adalah
dalam perkembangannya kondisi ekspor ke negara tersebut terlihat menurun.
Tabel 1.4
Nilai Ekspor Indonesia ke Tiga Negara Tujuan Ekspor Terbesar
(FOB dalam Juta US$)
Bulan NEGARA
Tiongkok Jepang Amerika
06/15 1332,4 1361,2 1430,3
05/15 1273,3 1418,9 1339,5
04/15 1255,4 1324 1466
03/15 1253,7 1752,2 1455
02/15 1150,2 1640,8 1228,9
01/15 1253,7 1752,2 1455
12/14 1504,2 1885,8 1536,3
11/14 1462,2 1933,1 1277,6
10/14 1399,4 2005 1403,3
09/14 1379,2 1886,1 1446,4
08/14 1229,7 1898,5 1354,2
07/14 1301,3 1689,3 1374,4
06/14 1376,3 1951 1436,8
05/14 1492,7 1828 1339
04/14 1316 1953 1405,6
03/14 1874,5 1938,9 1329
02/14 1700,4 2020,1 1354,4
01/14 1874,5 1938,9 1329
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Walaupun Jepang triwulan pertama tahun 2014 kondisi perekonomiannya
dalam kondisi baik jika dilihat dari pertumbuhan ekonominya dan impor migas
Jepang dari Indonesia mencapai nilai yang cukup besar pada triwulan pertama
8
sehingga nilai ekspor Indonesia ke Jepang masih tetap tergolong besar. Namun pada
tiga triwulan berikutnya kenaikan pajak mengontraksi perekonomian Jepang
termasuk kegiatan impornya. Ditambah pada tahun 2015 harga minyak pada kisaran
harga yang rendah sehingga mengakibatkan menurunnya nilai ekspor Indonesia ke
Jepang.
Sedangkan ekspor Indonesia ke Tiongkok sebagai negara berkembang yang
masuk dalam tiga negara pangsa ekspor terbesar Indonesia, kondisi ekspor ke
negara tersebut menurun seiring dengan perlambatan yang terjadi di negara
tersebut. Perlambatan tersebut selain akibat kondisi perekonomian dunia yang
memang sedang melambat, kondisi perekonomian Tiongkok melambat dikarenakan
adanya rebalancing economy Tiongkok. Rebalancing economy ini sehubungan
dengan transisi perekonomian Tiongkok yang bertumpu pada kegiatan ekspor dan
investasi menjadi kegiatan konsumsi domestik
Gambar 1.1 Nilai dan Trend Ekspor Indonesia ke Negara Tiongkok
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah.
06
/15
05
/15
04
/15
03
/15
02
/15
01
/15
12
/14
11
/14
10
/14
09
/14
08
/14
07
/14
06
/14
05
/14
04
/14
03
/14
02
/14
01
/14
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
ekspor
Linear (ekspor)
9
Selain itu penurunan ekspor Indonesia ke Tiongkok terutama sangat terlihat
dari ekspor komoditi batubara yang merupakan salah satu komoditas utama
Indonesia. Penurunan impor komoditi tersebut merupakan salah satu respon
pemerintah Tiongkok akan tingkat polusi di negaranya.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
Tahun Triwulan Pertumbuhan Ekonomi
2011 Triwulan 1 9,7% yoy
Triwulan 2 9,5% yoy
Triwulan 3 9,1% yoy
Triwulan 4 8,9% yoy
2012 Triwulan 1 8,1% yoy
Triwulan 2 7,6% yoy
Triwulan 3 7,4% yoy
Triwulan 4 7,9% yoy
2013 Triwulan 1 7,8% yoy
Triwulan 2 7,7% yoy
Triwulan 3 7,8% yoy
Triwulan 4 7,7% yoy
2014 Triwulan 1 7,4% yoy
Triwulan 2 7,5% yoy
Triwulan 3 7,3% yoy
Triwulan 4 7,3% yoy
2015 Triwulan 1 7% yoy
Triwulan 2 7% yoy
Triwulan 3 6,9% yoy
Triwulan 4 6,8% yoy
Sumber : Bank Indonesia
Dari tiga negara tujuan ekspor Indonesia yaitu Amerika Serikat, Jepang dan
Tiongkok, hanya Tiongkok yang merupakan negara berkembang. Sumbangan
10
ekspor Indonesia ke Tiongkok terutama pada komoditi ekspor non migas. Namun
perkembangannya menurun dua tahun terakhir dibanding dengan negara lainnya,
yang mana ekspor Tiongkok telah dilampui oleh Jepang dan Amerika Serikat
padahal pada tahun 2011 hingga tahun 2013 ekspor Indonesia ke Tiongkok terbesar
dibanding ekspor ke dua negara lainnya.
Perkembangan ekspor non migas Indonesia ke Tiongkok dikhawatirkan
menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi di Tiongkok. Sementara itu adanya
rebalancing economy dan agenda reformasi struktural didalamnya semakin
memberi tekanan pada perekonomian Tiongkok. Walaupun pemerintah Tiongkok
memberi tekanan dari efek kebijakan reformasi struktural, namun Tiongkok juga
memberi kebijakan untuk meredam perlambatan perekonomian Tiongkok.
Salah satu kebijakan yang digunakannya adalah menurunkan suku bunga
Tiongkok secara bertahap dan penurunan cukup cepat dilakukan di tahun 2015,
hanya berkisar kurang lebih dua bulan untuk mengganti suku bunga dasarnya.
Tabel 1.6
Suku Bunga Dasar Tiongkok
(Nilai dalam %)
Bulan Suku Bunga Dasar
November 2015 43,5
Oktober 2015 43,5
September 2015 46
Agustus 2015 46
Juli 2015 48,5
Juni 2015 48,5
Mei 2015 5,1
April 2015 5,35
Maret 2015 5,35
November 2014 – Februari 2015 5,6
Juli 2014 – Oktober 2014 6
11
Adanya kebijakan moneter tersebut bagi ekspor Indonesia merupakan sinyal
positif, karena harapannya dengan turunnya suku bunga masalah perlambatan
perekonomian Tiongkok mulai terselesaikan sehingga permintaan barang dapat
meningkat seiring mulai bergairahnya perekonomian Tiongkok termasuk
permintaan barang impor dari Indonesia. Suku bunga Tiongkok ini juga dapat
berpengaruh pada inflasi Indonesia secara tidak langsung karena pengaruh suku
bunga negara Tiongkok sebagai negara berkembang dengan perekonomian cukup
besar dapat mempengaruhi suku bunga negara mitra dagangnya.
Selain kondisi negara Tiongkok, faktor lain yang dapat memberi tekanan
terhadap ekspor Indonesia adalah inflasi di Indonesia itu sendiri. Walaupun turunya
harga komoditi dunia akibat perlambatan ekonomi global dapat mengurangi
tekanan inflasi dari luar namun tekanan inflasi Indonesia dari dalam seperti
kenaikan BBM cukup menjadi masalah bagi kondisi Inflasi Indonesia.
Kenaikan harga BBM saat itu disebabkan oleh permasalahan anggaran APBN
yang cukup membengkak, kondisi kilang minyak yang berhenti produksi dan belum
digantinya sumur-sumur minyak yang sudah tua. Kondisi tersebut akhirnya
berimbas pada terbatasnya pasokan minyak saat itu.
Kenaikan BBM ini dapat memberi dampak pada kenaikan biaya-biaya
produksi. Dampak lanjutan dari kenaikan biaya produksi ini bagi eksportir adalah
kenaikan harga jual barang yang akan diekspor yang dapat mengurangi daya saing
barang ekspor ataupun mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi akibat
kendala biaya produksi yang meningkat.
12
Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok adalah nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China. Nilai tukar
rupiah Indonesia terhadap yuan China merupakan salah satu faktor penentu harga
komoditi ekspor Indonesia dimata konsumen ataupun produsen negara Tiongkok.
Kondisi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China untuk beberapa tahun
kebelakang menunjukkan trend terdepresiasi, artinya harga barang Indonesia akan
lebih mampu bersaing terhadap barang-barang yang dijual di Tiongkok karena
adanya depresiasi akan mengakibatkan yuan China dapat membeli lebih banyak
uang rupiah Indonesia. Jika kondisi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan
China ini menguntungkan ekspor Indonesia maka kondisi tersebut harus tetap
dipertahankan.
Kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok yang dapat dipengaruhi kondisi inflasi
Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia ke Tiongkok dan juga inflasi Indonesia yang
dapat dipengaruhi oleh suku bunga negara Tiongkok sebagai negara berkembang
dengan perekonomian Tiongkok yang besar di dunia, maka peneliti akan membahas
tentang bagaimana hubungan kausalitas antar variabel nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok, inflasi Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia terhadap yuan China dan
tingkat suku bunga Tiongkok.
1.2. Perumusan Masalah
Ekspor Indonesia ke Tiongkok cukup berfluktuasi ditahun 2011 hingga tahun
2015 dengan trend menurun. Pada periode yang sama suku bunga dasar Tiongkok
sedang diturunkan karena perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai salah satu
dampak transisi ekonomi Tiongkok. Pengaruh suku bunga Tiongkok yang dapat
13
mempengaruhi suku bunga Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi
variabel inflasi Indonesia dan semakin terkendalinya perekonomian Tiongkok maka
semakin dapat meningkat juga permintaan impor Tiongkok salah satunya untuk
barang ekspor Indonesia ke Tiongkok. Selain itu kondisi inflasi Indonesia dan nilai
tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China yang dapat mempengaruhi harga
barang ekspor Indonesia juga menjadi variabel yang dapat mempengaruhi kondisi
total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Oleh dasar permasalahan tersebut maka
didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan inflasi Indonesia?
2. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok?
3. Bagaimana hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian
yang telah dijelaskan pada rumusan masalah sehingga harapannya akan memenuhi
beberapa pencapaian berikut :
1. Mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan inflasi Indonesia.
2. Mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan tingkat suku bunga Tiongkok.
3. Mengetahui hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
14
Tiongkok dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.
1.4. Manfaat Penelitian
Ada beberapa menfaat penelitian dari hasil penelitian ini, beberapa diantaranya
adalah :
1.4.1 Manfaat bagi Pemerintah
Memberi gambaran kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok sehingga dapat
memilih kebijakan yang tepat dalam mengatasi permasalahan ekspor Indonesia
ke Tiongkok dikatikan dengan fenomena atau indikator ekonomi yang berkaitan
yang telah dijelaskan beberapa dalam penelitian ini.
1.4.2 Manfaat bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, skripsi ini dapat memberi inspirasi untuk membuat judul
skripsi yang berhubungan dengan perdagangan internasional. Mahasiswa juga
dapat mengembangkan ulang penelitian ini agar kelemahan-kelemahan yang
mungkin muncul dalam penelitian dapat hilang atau berkurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Ekspor
Ekspor secara definisinya adalah barang dan jasa yang dijual ke negara
lain. (Mankiw, 2006:546). Pentingnya ekspor bagi sebuah negara karena ekspor
merupakan salah satu penentu besarnya pendapatan nasional. Hal ini didasarkan
dari cara penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran
memiliki persamaan sebagai berikut (Mankiw, 2006:25):
Y=C+I+G+NX………………………………………………………(2.1)
Dimana Y adalah GDP atau output, C adalah konsumsi, I adalah investasi
dan NX atau (X-M) adalah selisih antara ekspor dengan impor. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kenaikan ekspor akan menambah nilai GDP atau pendapatan
nasional sebuah negara.
2.1.2. Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor
Inflasi secara definisi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata.
(Mankiw, 2006:75). Definisi tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksudkan
dengan harga didalamnya adalah harga faktor produksi. Sementara itu
penawaran barang dan jasa sangat bergantung pada faktor produksi seperti yang
diperlihatkan dari fungsi produksi Y=F(K,L), dimana Y adalah output, K adalah
jumlah modal, dan L adalah jumlah tenaga kerja. (Mankiw, 2006:46). Hubungan
negatif antara jumlah faktor produksi dengan harga faktor produksi
16
menunjukkan bahwa semakin tingginya harga akan menurunkan jumlah faktor
produksi yang selanjutnya akan mengurangi jumlah output termasuk output dari
barang-barang yang akan dijual keluar negeri (ekspor). Kesimpulannya adalah
inflasi dapat mengurangi ekspor.
2.1.3. Pengaruh Ekspor terhadap Inflasi
Salah satu penyebab inflasi adalah karena tingginya permintaan barang
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. (Prasetyo, 2009:198). Sehingga ketika
ekspor dikurangi maka jumlah barang yang ditawarkan di dalam negeri akan
meningkat dan jika penawaran barang dalam negeri melebihi jumlah barang
yang diminta maka harga barang atau inflasi akan menurun.
2.1.4. Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Negara Lain.
Faktor penyebab terjadinya inflasi disuatu negara adalah imported
inflation. Ketika inflasi sebuah negara menyebabkan harga komoditi barang
tersebut meningkat dan komoditi tersebut meruapakan barang faktor produksi
dinegara yang dituju maka dapat menjadi penyebab terjadinya inflasi di negara
yang dituju tersebut. Sehingga salah satu instrumen moneter yang dapat
digunakan untuk mengurangi tekanan inflasi di negara tersebut adalah dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
2.1.5. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi Negara Lain
Tingkat suku bunga untuk negara dengan perekonomian terbuka besar atau
berpengaruh pada perekonomian dunia dapat mempengaruhi suku bunga negara
lain. Hal itu dikarenakan tingkat bunga dunia menentukan tingkat bunga dalam
perekonomian terbuka kecil. (Mankiw, 2006:119). Sehingga ketika tingkat suku
17
bunga dunia atau negara yang pengaruhnya cukup besar terhadap perekonomian
dunia meningkat maka suku bunga negara dengan perekonomian terbuka kecil
juga akan ikut meningkat sehingga inflasi di negara tersebut dapat menurun.
2.1.6. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Ekspor Negara Lain.
Tingkat Suku Bunga negara yang cukup berpengaruh di perekonomian
dunia akan diikuti pergerakannya oleh suku bunga negara perekonomian terbuka
kecil. Meningkatnya tingkat suku bunga mengurangi arus modal keluar neto
yang berarti berkurangnya penawaran dolar di pasar valuta asing sehingga
menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor neto turun. (Mankiw,
2006:150)
2.1.7. Hubungan Kurs dengan Ekspor
Hubungan kurs dengan ekspor sangat erat, hubungan antara kurs riil dan
ekspor neto, semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif
terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor neto kita.
(Mankiw, 2006:131).
2.1.8. Hubungan Kurs dengan Tingkat Suku Bunga
Kurs dan tingkat suku bunga sangat berhubungan terutama suku bunga
dunia atau negara yang suku bunganya berpengaruh besar pada perkonomian
dunia. Jika tingkat suku bunga dunia naik maka mengurangi arus modal keluar
neto yang berarti berkurangnya penawaran dolar di pasar valuta asing, sehingga
menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor neto turun. (Mankiw,
2006:150).
18
2.1.9. Hubungan Kurs dengan Inflasi
Besarnya nilai kurs nominal tergantung pada nilai kurs riil dan rasio tingkat
harga, sehingga jika tingkat harga domestik meningkat maka kurs nominal akan
turun. (Mankiw, 2006:135)
2.1.10. Inflasi
1. Definisi dan Jenis Inflasi
Inflasi merupakan proses kecenderungan kenaikan harga-harga umum
barang-barang dan jasa secara terus menerus. (Prasetyo, 2009:195). Ada
empat jenis inflasi berdasarkan penyebabnya, yaitu (Prasetyo, 2009:198-
200):
1) Daya Tarik Permintaan (Demand Pull Inflation)
Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya
daya tarik dari permintaan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu
kuat. Faktor Penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan
barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.
2) Daya Dorong Penawaran (Cost Push Inflation)
Cost push inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya
goncangan atau dorongan kenaikan biaya faktor-faktor produksi secara
terus menerus dalam kurun waktu tertentu.
2.1.11. Definisi Suku Bunga
Suku bunga (interest rate) adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
presentase dari $100 per tahun). (Mishkin, 2008:4)
19
2.2. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terhadulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan
untuk mempermudah pembaca maka dibuat tabel berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Penelitian
Peneliti Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Analisis
FDI, Inflation,
Exchange Rate
And Growth In
Ghana:
Evidence From
Causality And
Cointegrated
Analysis
Emmanuel
Amoah, M.
Phil, Eric
Nyarko, M.
Phil,dan
Kwabena
Asare,
M.Phil
Foreign
Direct
Invesment
(FDI), inflasi,
nilai tukar,
Growth
Domestic
Product
(GDP).
Uji
Augmented
Dickey Fuller,
uji KPPS dan
uji granger
causality.
(1) Terdapat
kointegrasi antara
GDP dengan
variabel
makroekonomi
yang dipilih dalam
penelitian dan
mengindikasikan
terdapat hubungan
jangka panjang.
(2) Nilai Tukar
dan FDI memiliki
pengaruh negatif
terhadap GDP
dalam jangka
panjang, dan
inflasi(CPI)
memiliki
pengaruh positif
terhadap GDP.
(3) Terdapat
hubungan satu
arah tingkat
pertumbuhan GDP
dengan nilai tukar,
hubungan dua
arah antara tingkat
inflasi dengan
nilai tukar,
hubungan dua
arah antara inflasi
dengan GDP, dan
tidak ada
hubungan
20
kausalitas antara
FDI dengan
tingkat inflasi,
nilai tukar dan
GDP.
Determinants
of Export
Performance
in Tanzania
Manamba
EPAPHRA
GDP real
perkapita,
trade
liberization,
nilai tukar
real, ekspor,
official
development
assistance,
dummy
variabel(0
untuk 1966-
1997 dan 1
untuk 1998-
2015)
Uji stasioner
Augmented
Dickey Fuller,
Uji
kointegrasi
engle-granger,
error
correction
model.
(1) GDP real
perkapita, trade
liberization, nilai
tukar real
memberi pengaruh
positif terhadap
ekspor,
(2) Terdapat
hubungan
kausalitas antara
ekspor dengan
pertumbuhan
ekonomi,
(3) Terdapat
hubungan
kausalitas GDP
real menyebabkan
ekspor namun
tidak sebaliknya,
(4) Inflasi
memiliki
pengaruh negatif
terhadap
ekspor,dll
Hubungan
Antara BI Rate
dan Inflasi
Pendekatan
Kausalitas
Toda-
Yamamoto
Banu
Yodiatmaja
BI Rate dan
Inflasi
Kausalitas
Toda-
Yamamoto
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa terdapat
hubungan kausal
antara BI Rate dan
inflasi yaitu BI
Rate
mempengaruhi
inflasi dan inflasi
mempengaruhi BI
Rate dalam lag 2.
Ini artinya bahwa
BI Rate mampu
menjadi instrumen
kebijakan moneter
yang baik bagi
21
perekonomian
Indonesia
mengingat ke-
mampuannya
untuk
menyebabkan
perubahan inflasi
dimasa yang akan
datang.
Pengaruh
Inflasi dan
Investasi
Terhadap Nilai
Tukar Rupiah
Istiqomah Nilai tukar
rupiah
terhadap
dollar, Inflasi,
Penanaman
Modal Dalam
Negeri
Langsung,
Investasi
Langsung
Luar Negeri
(FDI), dan
juga variabel
Dummy
Metode OLS
atau Ordinary
Least Square
(1) Inflasi,
investasi asing
langsung dan
dummy krisis
memiliki
pengaruh positif
terhadap nilai
tukar rupiah di
Indonesia secara
signifikan.
(2) Investasi
langsung dalam
negeri tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap nilai
tukar rupiah di
Indonesia.
The Influence
of Exchange
Rate on
Indonesia’s
Exports
Ari Mulianta
Ginting
Ekspor, Nilai
Tukar dan
GDP
Error
correction
model (ECM)
Nilai tukar dalam
jangka panjang
dan jangka pendek
signifikan
memiliki
pengaruh negatif
terhadap ekspor
Indonesia.
Pengaruh
Jumlah Nilai
Ekspor, Impor
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap Nilai
Tukar dan
Daya Beli
Miranti
Sedyaningru
m,
Suhadak,dan
Nila
Firdausi
Nuzula
Ekspor, impor,
pertumbuhan
ekonomi, daya
beli
masyarakat,
dan nilai
tukar.
Metode
analisis
regresi linear
berganda.
(1) Secara
simultan ekspor,
impor, dan
pertumbuhan
ekonomi memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap nilai
tukar dan daya
22
Masyarakat di
Indonesia
Studi Pada
Bank
Indonesia
Periode Tahun
2006:IV-
2015:III
beli.
(2) Secara parsial
variabel ekspor
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap nilai
tukar,
(3) Secara parsial
variabel ekspor
dan impor juga
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap daya
beli.
Pengaruh
Tingkat Inflasi,
Tingkat Suku
Bunga SBI,
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
terhadap Nilai
Tukar Rupiah
Studi pada
Bank
Indonesia
Periode Tahun
2003-2012
Roshinta
Puspitaningr
um,
Suhadak,
dan Zahroh
Z.A
Tingkat
inflasi, tingkat
suku bunga
SBI,pertumbu
han ekonomi,
dan nilai tukar
Rupiah
Metode
analisis
regresi
berganda.
(1) tingkat inflasi,
tingkat suku
bunga SBI, dan
pertumbuhan
ekonomi secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
tukar Rupiah,
(2) variabel
tingkat inflasi dan
tingkat suku
bunga SBI
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
tukar Rupiah.
(3) variabel
pertumbuhan
ekonomi secara
parsial
menunjukkan
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
tukar Rupiah.
23
2.3. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Jika mengkaji kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok maka ditemukan
beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok
seperti tingkat inflasi Indonesia, tingkat suku bunga Tiongkok, dan nilai tukar
Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Maka peneliti ingin mengetahui
Ekspor Indonesia ke
Tiongkok Menurun
Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor
Indonesia ke Tiongkok
Nilai Tukar
Rupiah Indonesia
terhadap Yuan
China
Tingkat
Suku Bunga
Tiongkok
Tingkat
Inflasi
Indonesia
Uji Stasioner
Mengetahui Stasioner Data
Uji Kointegrasi
Mengetahui Kointegrasi Variabel
Uji Kausalitas Granger
Mengetahui Kausalitas antar
Variabel
Kesimpulan
Saran Kebijakan untuk Pemerintah
Total Nilai
Ekspor
Indonesia ke
Tiongkok
Hasil dan Pembahasan
24
hubungan antar variabel yang mempengaruhi total nillai ekspor Indonesia ke
Tiongkok. Maka dilakukan uji stasioner untuk mengetahui stasionarian data. Jika
data tidak stasioner pada tingkat level maka terindikasi terdapat kointegrasi
dalam jangka panjang maka dilakukakn uji kointegrasi. Selanjutnya setelah
diketahui bahwa terdapat kointegrasi maka dilakukan uji kausalitas untuk
mengetahui hubungan kausalitas antar variabel. Hasil uji kausalitas kemudian
disimpulkan dan dengan kesimpulan yang didapat peneliti memberikan saran
atas hasil penelitian ini.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangkan penelitian maka hipotesis untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan tingkat inflasi Indonesia.
2. Terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan tingkat suku bunga Tiongkok.
3. Terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini yang diolah adalah data sekunder berupa skor atau nilai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menyimpulkan hasil
penelitian tanpa perlu menggunakan olah data dari nilai atau skor, penelitian
kuantitatif memerlukan data berupa nilai ataupun skor dalam menyimpulkan
penelitiannya yang sebelumnya dilakukan pengolahan.
3.2. Variabel Penelitian
Penelitian ini tidak membagi jenis variabel menjadi dua jenis variabel
independent dan variabel dependent. Variabel yang digunakan adalah variabel
tingkat inflasi Indonesia, variabel tingkat suku bunga Tiongkok, kurs tengah nilai
tukar rupiah Indonesia terhadap yuan Tiongkok dan variabel total nilai ekspor
Indonesia ke Tiongkok.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder . Metode atau
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pengumpulan data arsip. Data sekunder didapatkan dari beberapa sumber seperti
website lembaga pemerintah atau lembaga independent seperti Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementrian Perdagangan (Kemendag), Bank Indonesia(Bank
Indonesia) dan beberapa website lain seperti www.ieconomics.com ataupun
26
www.tradingeconomic.com sebagai website yang menyajikan data salah satunya
dari People Bank of China.
3.4. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan alat analisis granger causality. Kausalitas adalah
hubungan dua arah. (Widarjono, 2009:223). Uji granger causality digunakan untuk
mengetahui hubungan kausalitas antar variabel. Model persamaan kausalitas
granger dapat ditulis sebagai berikut (Widarjono, 2009:223) :
𝑌𝑡 = ∑ 𝛼𝑖𝑌𝑡−1 + ∑ 𝛽𝑖𝑋𝑡−1 + 𝑒1𝑡𝑛𝑖=1
𝑛𝑖=1 ……………………………..........(3.1)
𝑋𝑡 = ∑ 𝛾𝑖𝑋𝑡−1 + ∑ 𝜆𝑖𝑌𝑡−1 + 𝑒2𝑡𝑚𝑖=1
𝑚𝑖=1 …………………………………..(3.2)
Selanjutnya untuk menyelesaikan persamaan diatas maka ada dua persamaan
untuk menjelaskan variabel X mempengaruhi Y dan sebaliknya dua persamaan juga
untuk menjelaskan variabel Y mempengaruhi X. Dua Persamaan untuk
menjelaskan variabel Y mempengaruihi X adalah sebagai berikut (Widarjono,
2009:223):
Persamaan unrestricted
𝑌𝑡 = ∑ 𝛼𝑖𝑌𝑡−1 + ∑ 𝛽𝑖𝑋𝑡−1 + 𝑒1𝑡𝑛𝑖=1
𝑛𝑖=1 …………………………………..(3.3)
Persamaan restricted
𝑌𝑡 = ∑ 𝛾𝑖𝑌𝑡−1 + 𝑒2𝑡𝑚𝑖=1 ………………………………………….………..(3.4)
Dua Persamaan untuk menjelaskan variabel X mempengaruhi Y adalah sebagai
berikut (Widarjono, 2009:223):
Persamaan unrestricted
𝑋𝑡 = ∑ 𝛼𝑖𝑋𝑡−1 + ∑ 𝜆𝑖𝑌𝑡−1 + 𝑒1𝑡𝑛𝑖=1
𝑛𝑖=1 …………………………………..(3.5)
Persamaan restricted
27
𝑋𝑡 = ∑ 𝛾𝑖𝑋𝑡−1 + 𝑒2𝑡𝑚𝑖=1 …………………………………………………..(3.6)
Langkah berikutnya untuk mengetahui hubungan kausal antar variabel X dan
Y digunakan uji F. Nilai F hitung diperoleh dari formula sebagai berikut
(Widarjono, 2009:224):
𝐹 = (𝑛 − 𝑘)(𝑅𝑆𝑆𝑅−𝑅𝑆𝑆𝑈𝑅)
𝑚(𝑅𝑆𝑆𝑈𝑅) ………………………………………………...(3.7)
Keterangan :
RSSR adalah residual sum of squares persamaan restricted.
RSSUR adalah residual sum of squares persamaan unrestricted.
n adalah jumlah observasi.
m adalah jumlah lag.
k adalah parameter yang diestimasi di dalam persamaan unrestricted.
Hasil uji F jika nilai F hitung lebih besar dari F table maka variabel Y
mempengaruhi variabel X atau sebaliknya. Selain itu dapat pula menggunakan nilai
probability, jika nilai probability lebih kecil dari nilai α (alpha) maka variabel Y
mempengaruhi variabel X atau sebaliknya.
3.5. Definisi Operasional Variabel
1. Total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
Total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang dimaksud disini adalah
total nilai ekspor Indonesia dari seluruh komoditi migas ataupun non migas
yang di ekspor Indonesia ke negara Tiongkok. Data berupa data bulanan dari
bulan November 2011 hingga November 2016.
2. Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China
Nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap yuan China yaitu nilai kurs beli dan
28
kurs jual dari mata uang Rupiah Indonesia dikonversi ke Yuan China yang
dijumlahkan kemudian dibagi dua. Data berupa data bulanan dari bulan
November 2011 hingga November 2016.
3. Suku Bunga Dasar Tiongkok
Suku bunga dasar Tiongkok disini adalah salah satu instrument moneter
Tiongkok. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011 hingga
November 2016.
4. Inflasi Indonesia
Inflasi Indonesia disini adalah tingkat inflasi yang dicari berdasarkan
indeks harga konsumen. Data berupa data bulanan dari bulan November 2011
hingga November 2016.
3.6. Uji Stasioner
Uji Stasioner digunakan untuk mengetahui stasioner atau tidaknya sebuah data.
Ada beberapa cara uji yang dapat digunakan dalam uji stasioner, dan uji stasioner
yang paling umum digunakan adalah uji stasioner dengan cara Augmented Dickey
Fuller. Adapun formulasi untuk ADF adalah sebagai berikut (Widarjono, A,
2009:319)::
∆Yt = γYt-1+∑ β𝑖𝑝𝑖=2 ∆𝑌𝑡−1 + 𝑒𝑡 ………………………………………...(3.8)
∆Yt = a0+ γYt-1+∑ β𝑖𝑝𝑖=2 ∆𝑌𝑡−1 + 𝑒𝑡 ……………………………………(3.9)
∆Yt = a0+ a1T+ γYt-1+∑ β𝑖𝑝𝑖=2 ∆𝑌𝑡−1 + 𝑒𝑡 ……………………………..(3.10)
dimana :
Y adalah variabel yang diamati
∆Yt adalah Yt-Yt-1
29
T adalah trend waktu
Jika nilai ADF statistik lebih dari nilai McKinon maka data stasioner dan jika
nilai ADF statistik kurang dari nilai McKinon maka data tidak stasioner. Nilai ADF
statistik didapatkan dari nilai γYt-1.
3.7. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi digunakan untuk melihat kointegrasi dalam antar variabel. Ada
beberapa uji kointegrasi seperti uji kointegrasi Engle-Granger, uji Cointegrating
Regression Durbin Watson (CRDW), dan uji Johansen. Penelitian ini akan
menggunakan uji johansen. Untuk menjelaskan uji dari Johansen kita perhatikan
mdel autoregresif dengan order p berikut ini (Widarjono, A, 2009:328):
𝑌𝑡 = 𝐴1𝑌𝑡−1 + ⋯ + 𝐴𝑝𝑌𝑡−𝑝 + 𝐵𝑋𝑡 + 𝜀𝑡 ………………………………(3.11)
Dimana Yt adalah vector k dari variabel I(1) non-stasioner, Xt adalah vector d
dari variabel determanistik dan et merupakan vektor inovasi. Persamaan kita tulis
kembali menjadi (Widarjono, 2009:328)::
Δ𝑌𝑡 = ∑ Γ𝑖Δ𝑌𝑡−1 + Π𝑌𝑡−𝑘 + 𝐵𝑋𝑡 + 𝜀𝑡𝑝−1𝑖=1 ………………………………(3.12)
Dimana Π = ∑ 𝐴𝑖 − 𝐼𝑝𝑖=1 dan Γ = − ∑ 𝐴𝑗
𝑝𝑗=𝑖+1 …………………………(3.13)
Hubungan jangka panjang (kointegrasi) dijelaskan di dalam matrik dari
sejumlah p variabel. Ketika 0 < rank = r < (Π) = r<p maka Π terdiri dari matrik Q
dan R dengan demensi p x r sehingga Π = QR’. Matrik R terdiri dari r, 0,r,p vector
kointegrasi sedangkan Q merupakan matrik vektor parameter error correction.
Johansen menyarankan estimator maximum likehood untuk Q dan R dan uji statistic
untuk menentukan vector kointegrasi r. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada
uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka
30
kita menerima adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebalikny jika nilai hitung
LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak ada kointegrasi (Widarjono, 2009:328-
329).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif baik sebelum tahun 2013
seperti yang ditunjukkan pada tahun 2011 dan 2012. Pada tahun tersebut
pertumbuhan ekonomi didukung oleh iklim investasi yang baik, kuatnya kegiatan
konsumsi dan kegiatan ekspor.
Tahun 2011 perekonomian masih tergolong stabil dengan kegiatan konsumsi
rumah tangga menguat selaras dengan meningkatnya pendapatan penduduk yang
mendongkrak daya beli masyarakat. Sedangkan kegiatan ekspor semakin baik
dengan adanya diversifikasi pasar tujuan ekspor serta kondisi pertumbuhan
ekonomi pada negara tujuan ekspor seperti China dan Amerika. Namun tekanan
perlambatan ekonomi global dari adanya krisis pada negara-negara maju di
kawasan Eropa dan juga masih belum membaiknya perekonomian Amerika Serikat
semakin menjalar efeknya pada perekonomian Indonesia terutama ekspor Indonesia
yang menurun di tahun berikutnya. Adanya perbaikan Amerika Serikat bukan
semakin memperbaiki kondisi perlambatan ekonomi global justru memberi dampak
buruk karena munculnya isu tappering off yang pada akhirnya benar-benar
dilaksanakan ditahun 2014. efek dari isu tappering off sendiri berimbas pada aliran
modal keluar yang meningkat.
Tahun 2014 diisi dengan melambatnya investasi dan menurunnya kegiatan
ekspor, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia memberi beberapa kebijakan
32
seperti reformasi pada sektor pertambangan guna meningkatkan nilai tambah terkait
kondisi ekspor yang kurang baik karena adanya penurunan harga komoditas dan
berkurangnya serapan barang ekspor dari Indonesia oleh negara emerging market.
Selain itu kebijakan-kebijakan lain seperti penghematan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) , menaikan BI Rate guna menanggapi kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM), dan kebijakan lain untuk menstabilkan kondisi
perekonomian.
Dengan kebijakan tersebut kondisi perekonomian mulai terlihat ada perbaikan
pada paruh kedua tahun 2015 terlihat dari belanja pemerintah yang meningkat,
kondisi inflasi yang berada pada kisaran sasaran inflasi, menurunnya impor migas
dan non migas seiring dengan depresiasi rupiah dan menurunnya permintaan
domestik. Walaupun jika dilihat secara keseluruhan kondisi perekonomian
Indonesia pada tahun 2015 masih tergolong melemah jika dilihat dari pertumbuhan
ekonomi yang hanya mencapai 4,8% (yoy) menurun jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi 2014 yang mencapai 5,0% (yoy).
4.2. Perkembangan Inflasi di Indonesia
Selama tahun 2011 hingga tahun 2015 kondisi inflasi mendapat tekanan dari
harga komoditi global. Harga komoditi global sempat mengalami peningkatan dan
mempengaruhi peningkatan inflasi Indonesia ditahun 2011 dan 2012.
Selain gejolak perekonomian global, tekanan terhadap inflasi Indonesia juga
datang dari dalam negeri seperti gangguan pasokan pangan serta kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM). Gangguan pasokan pangan disebabkan oleh adanya
gangguan iklim dan hambatan distribusi. Sedangkan kenaikan harga Bahan Bakar
33
Minyak disebabkan oleh pasokan minyak yang berkurang akibat sumur-sumur
minyak mentah yang sudah tua ataupun adanya reformasi subsidi. Selain Bahan
Bakar Minyak, imbas adanya reformasi subsidi dirasakan pada kenaikan harga
Liquefied Proteleum Gas (LPG), dan Tarif Tenaga Listrik.
Perkembangan inflasi semakin baik seiring dengan berkurangnya tekanan
inflasi dari luar. Kondisi perekonomian global yang sebelumnya memberi tekanan
terhadap harga barang di Indonesia berubah seiring dengan krisis negara-negara
maju. Adanya krisis negara maju kemudian berimbas pada perlambatan ekonomi
dunia termasuk harga komoditi barang dunia. Dengan turunnya harga ekonomi
global maka tekanan inflasi dari luar juga ikut semakin berkurang. Efek lain dengan
adanya perlambatan ekonomi global adalah permintaan domestik yang menurun
seperti yang terjadi di tahun 2015, sehingga semakin menurunkan tekanan inflasi.
4.3. Perkembangan Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia selama tahun 2011 hingga tahun 2015 cukup
berfluktuasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi neraca
perdagangan Indonesia salah satunya adalah perlambatan ekonomi global.
Perlambatan ekonomi global yang telah terjadi beberapa tahun kebelakang memberi
efek kepada sisi impor ataupun ekspor Indonesia. Perlambatan ekonomi global
menyebabkan turunnya permintaan beberapa komoditi barang yang selanjutnya
memberi efek pada turunnya permintaan impor ataupun ekspor.
Namun tidak seluruh komoditi barang mengalami penurunan, salah satunya
adalah komoditi minyak pada tahun 2013 yang permintaan domestiknya meningkat.
Hal tersebut berakibat buruk pada turunnya ekspor migas Indonesia karena
34
turunnya permintaan domestik akan minyak diikuti oleh penurunan tingkat
produksi minyak.
Selain itu efek berikutnya dari perlambatan ekonomi global adalah turunnya
harga komoditi barang. Hal tersebut berpengaruh pada turunnya nilai ekspor
ataupun impor. Perkembangan neraca perdagangan Indonesia semakin membaik
tahun 2015.
4.4. Gambaran kondisi ekspor Indonesia
Perkembangan ekspor Indonesia selama lima tahun kebelakang mendapatkan
tekanan dari perekonomian dunia seperti penurunan permintaan barang ekspor dari
Indonesia dan penurunan harga komoditi. Sebelum tahun 2013 kondisi harga
komoditi global masih pada kisaran yang baik untuk kegiatan ekspor Indonesia,
bahkan ekspor sebagai sektor penopang pertumbuhan ekonomi. Namun seiring
dengan krisis negara maju yang belum dapat diatasi pada saat itu, membuat harga
komoditi terus menurun dan berakibat pada turunnya nilai beberapa barang ekspor
Indonesia.
Walaupun secara nilai kedua sektor migas ataupun non migas mengalami
peningkatan namun untuk sektor migas peningkatan nilai tidak diikuti oleh
kenaikan volume yang justru mengalami penurunan saat itu. Penurunan pada sektor
migas terus berlanjut hingga tahun 2014. Masalah struktural pasa sektor migas
seperti produksi minyak yang menurun akibat belum diperbaharuinya kilang
minyak yang sudah tua menjadi penyebab turunnya nilai ekspor migas. Namun
dengan bertambahnya lifting minyak, kondisi ekspor migas semakin membaik
ditahun 2015.
35
Selain komoditi minyak, penurunan volume ekspor juga sempat terjadi pada
komoditi pertambangan. Penurunan ini terjadi karena adanya kebijakan yang
mengatur ekspor pertambangan
Sedangkan pada sektor non migas yang lain, komoditi manufaktur untuk
beberapa bulan menunjukkan adanya peningkatan ditengah perlambatan ekonomi
global yang mengakibatkan penurunan permintaan ekspor. Peningkatan permintaan
ekspor manufaktur dari Indonesia terutama diakibatkan oleh kenaikan permintaan
dari Amerika Serikat. Berbeda dengan negara tujuan ekspor Indonesia yang
mengalami perlambatan ekonomi, perekonomian Amerika justru mengalami
peningkatan dan menjadi salah satu penyebab perlambatan ekonomi global karena
kebijakan tappering off nya.
Perkembangan komoditi ekspor manufaktur mengalami penurunan di tahun
2015, selain itu komoditi migas masih mengalami tekanan karena turunnya nilai
ekspor minyak. Turunnya ekspor minyak lebih disebabkan karena penurunan harga
akibat pasokan minyak dunia yang melimpah. Komoditi yang perkembangannya
mengalami peningkatan adalah pertanian. Perkembangan terbaru ditahun 2015
menunjukkan perlambatan ekonomi global masih menjadi masalah turunnya ekspor
Indonesia karena perlambatan ekonomi global mengakibatkan turunnya permintaan
ataupun harga komoditi ekspor Indonesia.
4.5. Tiga Negara dengan Pangsa Ekspor Terbesar Indonesia
Ada tiga negara tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa ekspor terbesar yaitu
Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok. Semuanya memiliki kondisi perekonomian
yang berbeda-beda dan dari tiga negara tersebut, kondisi ekspor Indonesia paling
36
baik ditunjukkan oleh ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat seiring dengan
membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat pasca krisis. Komoditi ekspor
yang terlihat meningkat atas membaiknya perekonomian Amerika Serikat adalah
ekspor manufaktur Indonesia.
Sedangkan Jepang mengalami penurunan cukup dalam dibanding awal tahun
2011. Penyebabnya adalah turunnya nilai ekspor migas Indonesia ke Jepang. Walau
pada tahun 2011 bencana alam tsunami yang dialami Jepang sempat meningkatkan
permintaan impor energi Jepang namun kondisi tersebut berubah seiring dengan
melemahnya permintaan minyak dunia yang mengakibatkan turunya harga minyak
dunia. Selain penurunan permintaan minyak dunia, semakin banyaknnya pasokan
minyak dunia yang disumbang oleh beberapa negara seperti Arab Saudi dan
Amerika Serikat juga menjadi salah satu penyebab turunnya harga minyak dunia.
Tidak hanya penurunan harga minyak yang menjadi penyebab turunnya nilai ekspor
miyak Indonesia, turunnya volume ekspor minyak juga ikut berperan dalam hal
tersebut. Adanya kendala teknis dan operasional lapngan menyebabkan turunnya
produksi minyak yang berpengaruh pula pada turunnya ekspor minyak.
Selain Jepang, trend penurunan ekspor juga dialami pada nilai ekspor
Indonesia ke Tiongkok. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian Tiongkok
yang melambat diakibatkan salah satunya oleh reblancing economy Tiongkok.
Komoditi ekspor Indonesia yang cukup terkena dampak perlambatan perekonomian
Tiongkok adalah komoditi ekspor batu bara. Hal tersebut semakin diperparah
dengan kebijakan pemerintah Tiongkok untuk mengurangi penggunaan batu bara
dikarenakan polusi udara Tiongkok yang semakin parah saat itu.
37
4.6. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Tiongkok
Indonesia memiliki beberapa komoditi ekspor utama yang diekspor ke
Tiongkok. Beberapa komoditi ekspor utama Indonesia yang diekspor ke Tiongkok
adalah dari komoditi minyak nabati, karet, TPT, baturbara, dll. Dari beberapa
komoditi utama ekspor tersebut, peningkatan permintaan sangat terlihat dari ekspor
minyak nabati. Namun ditahun 2016 ekspor minyak nabati terkendala oleh
penurunan produk kelapa sawit ditengah permintaan ekspor minyak nabati yang
meningkat oleh Tiongkok.
Peningkatan permintaan ekspor minyak nabati oleh Tiongkok berbanding
terbalik dengan permintaan ekspor komoditi batubara dan karet olahan oleh
Tiongkok yang menurun. Ada beberapa penyebab turunnya ekspor komoditi
batubara ke Tiongkok yaitu perlambatan ekonomi Tiongkok, industri di Tiongkok
yang kurang mendapat pinjaman, melambatnya kinerja industri, pembatasan impor
batubara kualitas rendah, usaha pemerintah Tiongkok untuk mengganti energi
alternatif sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Tiongkok, dan usaha
pemerintah Tiongkok dalam mengurangi polusi udara di Tiongkok.
Nilai ekspor batubara ke Tiongkok semakin parah dengan turunnya harga
batubara dunia. Penyebab turunnya harga batubara itu sendiri adalah turunnya
permintaan batubara Tiongkok. Besarnya pengaruh turunnya permintaan Tiongkok
terhadap harga komoditi batubara dikarenakan hampir setengah suplai batubara
diserap oleh Tiongkok.
Pengaruh Tiongkok terhadap harga komoditi dunia selain pada harga komoditi
batubara juga terjadi pada komoditi karet. Turunnya permintaan karet olahan dari
38
industri ban Tiongkok menjadi salah satu penyebab turunnya harga komoditi karet
Indonesia.
Tantangan ekspor Indonesia ke Tiongkok kedepan masih diwarnai dengan
permasalahan perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga beberapa komoditi dunia
walaupun harga komoditi batubara menunjukkan adanya peningkatan diakhir tahun
2016.
4.7. Perkembangan Perekonomian Tiongkok
Perekonomian Tiongkok dalam beberapa dekade mengalami perlambatan.
Pada tahun 2011 perlambatan ekonomi Tiongkok disebabkan oleh beberapa
kebijakan moneter Tiongkok untuk meredam inflasi yang cukup tinggi pada saat itu
dan pada sisi eksternal kondisi krisis utang Eropa memberi dampak menurunnya
ekspor Tiongkok. Kebijakan moneter kemudian menjadi longgar setelah kondisi
inflasi pada tahun 2011 terlihat mereda ditahun 2012. Pelonggaran ini juga
merupakan respon dari melemahnya pasar properti dan tekanan perekonomian
global seperti krisis utang Eropa dan masih belum membaiknya perekonomian
Amerika Serikat yang menyebabkan perlambatan ekonomi global termasuk
Tiongkok.
Selain itu tekanan dari negara maju di Eropa dan Amerika Serikat, tekanan juga
datang dari kondisi dalam negeri. Proses rebalancing economy untuk merubah
struktur ekonomi Tiongkok yang bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi
bertumpu pada konsumsi domestik memberi dampak berupa perlambatan ekonomi
Tiongkok. Proses rebalancing economy juga didukung dengan upaya pemerintah
yang ditunjukkan dalam pertemuan ke-18 Partai Komunis China yang
39
diselenggarakan pada 9-12 November 2013 dengan mengeluarkan agenda
reformasi struktural.
Walaupun rebalancing economy menyebabkan perlambatan ekonomi
Tiongkok, namun pemerintah Tiongkok menjaga agar tidak mengalami hard
landing sebagai salah satu kemungkinan efek dari rebalancing economy dalam
jangka pendek. Usaha yang ditempuh pemerintah Tiongkok adalah pelonggaran
likuiditas dan peningkatan stimulus.
Pada tahun 2015 kondisi struktur ekonomi yang dulu proporsinya didominasi
oleh sektor manufaktur mulai mengalami penggeseran oleh sektor jasa. Hal ini
sesuai dengan upaya rebalancing economy Tiongkok dan merupakan gejala alamiah
dari pasca industrialisasi. Sejalan dengan rebalancing economy Tiongkok, kondisi
ekonomi Tiongkok dalam jangka pendek masih terlihat melambat. Upaya
pemerintah dalam menahan perlambatan yang lebih dalam masih tetap dilakukan
namun utang pemerintah yang meningkat menyebabkan stimulus pemerintah
tertahan.
Rata-rata kondisi perkonomian Tiongkok selama lima tahun kebelakang
ekonomi melambat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ekonomi
Tiongkok melambat seperti pelemahan perekonomian global dan konsekuensi dari
adanya rebalancing economy Tiongkok.
4.8. Hasil Uji Stasioner
Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji stasioner
Augmented Dickey Fuller. Jika ditemukan stasioner pada data di tingkat level maka
pengujian akan diulang kembali di tingkat differenece. Hasil pengujian stasioner
40
pada tingkat level adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller
Dengan Trend dan Intersep
Critical
Value Variabel
EKS INF INT KURS
1% -4.118444 -4.121303 -4.118444 -4.118444
5% -3.486509 -3.487845 -3.486509 -3.486509
10% -3.171541 -3.172314 -3.171541 -3.171541
ADF-
Stat -3.980978 -2.276629 -1.299064 0.063744
Sumber : Hasil Olah Eviews7
Dari tiga variabel yang diuji hanya variabel EKS (total nilai ekspor Indonesia
ke Tiongkok) yang stasioner pada critival value 5% namun terbukti tidak stasioner
pada critical value 1% yang mana nilai Augmented Dickey Fuller Statistic nya
menunjukkan nilai lebih kecil dibandingkan nilai critical value, karena seluruh
variabel terbukti terdapat unit root atau tidak stasioner maka variabel tersebut akan
diuji lagi dengan tingkat first difference yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller
Dengan Trend dan Intersep
Critical
Value Variabel
EKS INF INT KURS
1% -4.121303 -4.124265 -4.124265 -4.121303
5% -3.487845 -3.489228 -3.489228 -3.487845
10% -3.172314 -3.173114 -3.173114 -3.172314
ADF-
Stat -9.663794 -6.027184 -4.096271 -5.898817
Sumber : Hasil olah Eviews7
41
Hasil uji unit root pada tingkat first difference ditemukan bahwa ketiga variabel
yaitu INT (Tingkat Suku Bunga Tiongkok), KURS (Nilai Tukar Rupiah Indonesia
terhadap Yuan China), dan INF (Tingkat Inflasi Indonesia) sudah tidak terdapat unit
root pada critical value 5% atau data stasioner. Nilai ADF statistik untuk variabel
EKS atau total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar -9.663794 lebih besar
dari critical value 5% sebesar -3.487845. Nilai ADF statistik untuk variabel INF
atau tingkat inflasi Indonesia sebesar -6.027184 lebih besar dari critical value 5%
sebesar -3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel INT atau tingkat suku bunga
dasar Tiongkok sebesar -4.096271 lebih besar dari critical value 5% sebesar -
3.489228. Nilai ADF statistik untuk variabel KURS atau Kurs Tengah mata uang
Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok sebesar -5.898817 lebih besar dari
critical value 5% sebesar -3.487845.
4.9. Hasil Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi Johansen dengan menggunakan aplikasi EViews 7
dengan kelemban 1 didapatkan hasil uji trace statistic menunjukkan terdapat satu
kointegrasi pada tingkat α 5% dimana nilai trace statistic sebesar 51.16971 lebih
besar dari nilai critical value-nya sebesar 47.85613. Hal tersebut menunjukkan
bahwa antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, tingkat suku bunga
Tiongkok, tingkat inflasi Indonesia, dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China terdapat hubungan kointegrasi pada lag 1.
4.10. Hasil Uji Kausalitas Granger
Hasil Uji kausalitas granger dengan lag 1 (penentuan lag berdasarkan SIC)
menggunakan aplikasi Eviews 7 menunjukkan hasil sebagai berikut :
42
Tabel 4.3
Hasil Uji Kausalitas Granger
Nilai Proba-bility Keputusan Hubungan
0.7219 INF tidak menyebabkan perubahan EKS Tidak Ada
0.3787 EKS tidak menyebabkan perubahan INF
0.1157 INT tidak menyebabkan perubahan EKS Satu Arah
0.0246 EKS menyebabkan perubahan INT
0.0099 KURS menyebabkan perubahan EKS Satu Arah
0.5653 EKS tidak menyebabkan perubahan KURS
0.1249 INT tidak menyebabkan perubahan INF Tidak Ada
0.5581 INF tidak menyebabkan perubahan INT
0.2270 KURS tidak menyebabkan perubahan INF Satu Arah
0.0012 INF menyebabkan perubahan KURS
0.0260 KURS menyebabkan perubahan INT Satu Arah
0.0536 INT tidak menyebabkan perubahan EKS
Sumber : Hasil Olah Data Eviews7
Hasil uji hubungan kausalitas antara variabel INF (tingkat inflasi Indonesia)
dan EKS (total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok) tidak menunjukkan adanya
hubungan. Hal yang sama juga terjadi antara variabel INF dengan variabel INT
(tingkat suku bunga dasar Tiongkok). Hasil uji kausalitas granger juga
m,enunjukkan bahwa hubungan kausalitas dua arah tidak terjadi antar variabel yang
diuji, namun terjadi empat hubungan satu arah yaitu variabel EKS menyebabkan
perubahan variabel INT, variabel KURS (Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap
Yuan China) menyebabkan perubahan EKS, Variabel INF menyebabkan perubahan
KURS dan variabel KURS menyebabkan perubahan variabel INT.
43
4.11. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Total
Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak terdapat hubungan kausalitas dengan tingkat
inflasi Indonesia. Jika dilihat dari pola data, trend data tingkat inflasi Indonesia
berfluktuasi seperti total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, namun yang jadi
perbedaan disini adalah fluktuasi yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok lebih sering terjadi dibanding tingkat inflasi Indonesia dan trend
penurunan lebih terlihat pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok dibanding
dengan tingkat inflasi Indonesia, hal tersebut menjadi alasan tidak adanya hubungan
kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Hal tersebut tidak sesuai dengan jurnal berjudul “Determinants of Export
Performance in Tanzania” (EPAPHRA, 2016) yang menemukan bahwa inflasi
memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Secara teori inflasi akan menaikkan
biaya faktor produksi dan dapat menyebabkan perubahan jumlah barang yang akan
diproduksi termasuk barang ekspor.
44
Gambar 4.1 Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok Januari 2011 –
Mei 2016
Gambar 4.2 Tingkat Inflasi Indonesia Januari 2011-Mei 2016
Jika dilihat dari kondisi empirisnya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2013
hingga masuk tahun 2014 menurun lebih dikarenakan oleh pengaruh perlambatan
ekonomi dunia yang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan tekanan imported
inflation menurun dan bukan karena ekspor Indonesia ke Tiongkok. Sedangkan
perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih dsebabkan oleh turunnya
volume ekspor seperti komoditi batubara dan karet karena kebijakan pembatasan
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
11
/11
02
/12
05
/12
08
/12
11
/12
02
/13
05
/13
08
/13
11
/13
02
/14
05
/14
08
/14
11
/14
02
/15
05
/15
08
/15
11
/15
02
/16
05
/16
Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
/11
02
/12
05
/12
08
/12
11
/12
02
/13
05
/13
08
/13
11
/13
02
/14
05
/14
08
/14
11
/14
02
/15
05
/15
08
/15
11
/15
02
/16
05
/16
Inflasi Indonesia
45
batu bara atau permintaan yang berkurang dari industri ban Tiongkok oleh karena
itu tidak terdapat hubungan kausalitas antara tingkat inflasi dengan total nilai ekspor
Indonesia ke Tiongkok.
4.12. Hubungan Kausalitas antara Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan Tingkat Suku Bunga Tiongkok
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok menyebabkan perubahan tingkat suku bunga
Tiongkok. Hal tersebut tidak sesuai teori karena, meningkatnya tingkat suku bunga
mengurangi arus modal keluar neto yang berarti berkurangnya penawaran dolar di
pasar valuta asing sehingga menyebabkan kurs riil mengalami apresiasi dan ekspor
neto turun. (Mankiw, 2006:150)
Namun kegiatan ekspor yang meningkat dan mampu memberi surplus
perdagangan dapat meningkatkan kurs nominal sebuah negara artinya harga barang
di negara tersebut relatif mahal dibanding barang luar negeri (Tiongkok). Jika
inflasi Tiongkok turun dan tidak sesuai target maka untuk meningkatkannya dapat
menggunakan instrumen suku bunga dengan cara menurunkannya. Secara kondisi
empirisnya adalah kondisi ekspor Indonesia ke Tiongkok sedang mengalami trend
menurun yang merupakan sebagai salah satu langkah Tiongkok dalam menanggapi
perlambatan ekonomi Tiongkok yang sedang menurun sehingga sangat wajar
kenapa tingkat suku bunga Tiongkok tidak menyebabkan perubahan total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Pola data tingkat suku bunga tingkat suku bunga dasar Tiongkok
menunjukkan trend menurun hal ini sama terjadi dengan total nilai ekspor Indonesia
46
ke Tiongkok, sedangkan pola fluktuasi data yang terjadi pada total nilai ekspor
Indonesia ke Tiongkok (Gambar 4.1) tidak terjadi pada tingkat suku bunga
Tiongkok yang cenderung menurun (Gambar 4.4) sehingga yang terjadi adalah
hubungan satu arah dari tingkat suku bunga Tiongkok dengan total nilai ekspor
Indonesia ke Tiongkok.
4.13. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Inflasi Indonesia dengan Nilai
Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan nilai tukar
Rupiah Indonesia terhadap Yuan China memiliki hubungan satu arah dengan
tingkat inflasi Indonesia yaitu tingkat inflasi Indonesia menyebabkan perubahan
nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hasil tersebut sesuai dengan
jurnal yang berjudul “FDI, Inflation, Exchange Rate And Growth In Ghana:
Evidence From Causality And Cointegrated Analysis” (Amoah, 2015) hasil
penelitiannya menemukan terdapat hubungan dua arah antara inflasi dengan nilai
tukar dan jurnal berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan
Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia
Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum, 2014) hasil penelitiannya menemukan
bahwa inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar.
Secara teori, berdasarkan nilai kurs riil, jika tingkat harga domestik
meningkat, maka kurs nominal akan turun. (Mankiw, 2006:135), artinya semakin
tinggi tingkat harga domestik Indonesia atau meningkatnya maka kurs rupiah
Indonesia terhadap yuan China semakin terdepresiasi. Dalam bukunya (Mankiw,
2006:136) menyatakan jika suatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi
47
terhadap Amerika Serikat, satu dolar akan membeli jumlah mata uang asing yang
semakin lama semakin banyak sepanjang waktu, artinya semakin tinggi tingkat
Inflasi Indonesia maka yuan China akan membeli rupiah Indonesia yang semakin
banyak.
Gambar 4.3. Tingkat Impor Indonesia periode 2012-2016
Secara empirisnya kondisi tingkat inflasi Indonesia kurang mendapat tekanan
inflasi yang cukup besar dari luar. Hal tersebut dikarenakan perlambatan ekonomi
yang terjadi diperiode penelitian yang menyebabkan permintaan barang dunia
menurun sehingga tekanan dari imported inflation tidak terlalu cukup besar.
Turunnya permintaan impor barang (Gambar 4.3) juga mengakibatkan nilai tukar
Rupiah Indonesia terhadap Yuan China tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi
Indonesia.
4.14. Hubungan Kausalitas antara Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok
dengan Tingkat Inflasi Indonesia
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tdak
0
50000
100000
150000
200000
250000
2012 2013 2014 2015 2016
Total Impor Indonesia
48
terdapat hubungan kausalitas antara tingkat suku bunga Tiongkok dengan tingkat
inflasi Indonesia. Pola trend pada data tingkat inflasi Indonesia memiliki trend
fluktuatif (Gambar 4.2). Tingkat inflasi naik tahun diawali dengan trend meningkat
hingga mencapai titik puncaknya di bulan agustus 2013 dan kemudian menurun
hingga masuk bulan Agustus 2014 dan kembali meningkat lalu turun kembali dari
desember 2014 hingga Mei 2016. Jika dibandingkan dengan pola pada data tingkat
suku bunga Tiongkok maka kita dapat mengetahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara tingkat inflasi Indonesia dengan tingkat suku bunga TIongkok satu arah
ataupun dua arah karena pola trend pada periode penelitian terus menurun dan tidak
seperti tingkat inflasi yang fluktuatif dan jika dibuat garis trend hanya membentuk
garis trend yang cenderung datar walaupun menurun jika dibandingkan awal
Januari 2011 dengan tingkat inflasi Indonesia sebesar 4,15% menjadi 3,33% pada
bulan Mei 2015. Walaupun secara teori tingkat bunga dunia menentukan tingkat
bunga dalam perekonomian terbuka kecil. (Mankiw, 2006:119), dan hasil penelitian
pada jurnal yang berjudul “Hubungan Antara BI Rate dan Inflasi Pendekatan
Kausalitas Toda-Yamamoto” (Yodiatmaja, 2012) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan dua arah BI Rate dengan inflasi, namun sesuai data yang ada ternyata
tidak terdapat hubungan kausalitas antara tingkat suku bunga dasar Tiongkok
dengan tingkat inflasi Indonesia.
49
Gambar 4.4 Tingkat Suku Bunga Tiongkok
4.15. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap
Yuan China dengan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok terdapat hubungan kausalitas dengan nilai tukar
Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hubungan yang terjadi adalah hubungan
satu arah yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China
menyebabkan perubahan Total Nilai Ekspor Indonesia ke Tiongkok. Hal tersebut
sesuai dengan beberapa jurnal yaitu jurnal berjudul “Determinants of Export
Performance in Tanzania” (EPAPHRA, 2016) yang menunjukkan hasil bahwa nilai
tukar real menyebabkan perubahan ekspor dan jurnal berjudul“The Influence of
Exchange Rate on Indonesia’s Exports”(Ginting, 2013) yang menemukan bahwa
nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh negatif
terhadap ekspor.
Sesuai dengan pernyataan (Mankiw,2006:131) hubungan antara kurs riil dan
0
1
2
3
4
5
6
7
11
/11
02
/12
05
/12
08
/12
11
/12
02
/13
05
/13
08
/13
11
/13
02
/14
05
/14
08
/14
11
/14
02
/15
05
/15
08
/15
11
/15
02
/16
05
/16
Tingkat Suku Bunga Tiongkok
50
ekspor neto, semakin rendah kurs, semakin murah harga barang domestik relatif
terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor neto kita.
Selanjutnya (Mankiw, 2006:135) juga memberi pernyataan bahwa berdasarkan nilai
kurs riil, jika tingkat harga domestik meningkat, maka kurs nominal akan turun.
Artinya jika kurs nomilnal Indonesia turun (terdepresiasi) maka semakin semakin
banyak rupiah yang harus ditukarkan untuk mendapatkan yuan China sehingga
barang ekspor Indonesia akan semakin terlihat murah harganya ketika dijual ke
negara Tiongkok karena untuk mendapatkan barang ekspor dari Indonesia,
Tiongkok hanya perlu menukarkan sedikit yuan China untuk mendapatkan rupiah
Indonesia ketika rupiah Indonesia terdepresiasi.
Gambar 4.5 Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China
Melihat pola data menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
memiliki trend yang menurun dengan fluktuasi data (Gambar 4.1) sedangkan pola
data nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend
menurun dengan fluktuasi yang sangat sedikit sekali (Gambar 4.5). Hal tersebut
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
11
/11
02
/12
05
/12
08
/12
11
/12
02
/13
05
/13
08
/13
11
/13
02
/14
05
/14
08
/14
11
/14
02
/15
05
/15
08
/15
11
/15
02
/16
05
/16
Nilai Tukar Rupiah
51
menjadi alasan mengapa hubungan yang terjadi antara nilai tukar Rupiah Indonesia
terhadap Yuan China dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki arah
hubungan dari nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok ke total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok, hal ini dikarenakan pola trend menurun yang terjadi
pada nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok diikuti oleh trend
menurun total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bukan sebaliknya yaitu fluktuasi
pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok diikuti oleh nilai tukar Rupiah
Indonesia terhadap Yuan China.
4.16. Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Rupiah Indonesia terhadap
Yuan China dengan Tingkat Suku Bunga Dasar Tiongkok.
Hasil olah data menggunakan uji kausalitas granger menunjukkan tingkat
suku bunga dasar Tiongkok terdapat hubungan satu arah dengan nilai tukar Rupiah
Indonesia terhadap Yuan China yaitu hubungan nilai tukar Rupiah Indonesia
terhadap Yuan China menyebabkan perubahan tingkat suku bunga dasar Tiongkok.
Hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian berjudul “Pengaruh Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar
Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012” (Puspitaningrum,
2014) yaitu tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap nilai tukar.
Secara teori suku bunga dasar merupakan alat yang biasa digunakan para
penentu kebijakan moneter dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan suku
bunga dasar dapat menyebabkan perubahan kurs. Tingkat bunga yang lebih tinggi
mengurangi arus model keluar neto, berkurangnya arus modal keluar neto berarti
berkurangnya penawaran dolar dipasar valuta asing. (Mankiw, 2006:150).
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
1. Tidak terdapat hubungan kausalitas antara total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dengan inflasi Indonesia. Jika dilihat dari pola data, trend data
tingkat inflasi Indonesia berfluktuasi seperti total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok, namun yang jadi perbedaan disini adalah fluktuasi yang terjadi
pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok lebih sering terjadi dibanding
tingkat inflasi Indonesia dan trend penurunan lebih terlihat pada total nilai
ekspor Indonesia ke Tiongkok dibanding dengan tingkat inflasi Indonesia,
hal tersebut menjadi alasan tidak adanya hubungan kausalitas antara tingkat
inflasi dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
2. Terdapat hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan tingkat suku bunga Tiongkok. Pola data tingkat suku bunga tingkat
suku bunga dasar Tiongkok menunjukkan trend menurun dan juga terjadi
pada data total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, sedangkan pola fluktuasi
data yang terjadi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak terjadi
pada tingkat suku bunga Tiongkok yang cenderung menurun sehingga dapat
disimpulkan bahwa turunnya tingkat suku bunga Tiongkok akan diikuti oleh
turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
3. Terdapat hubungan satu arah antara total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
dengan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Hubungan yang
54
terjadi adalah hubungan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap Yuan China
menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok. Pola data
menunjukkan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki trend yang
menurun dengan fluktuasi data sedangkan pola data nilai tukar Rupiah
Indonesia terhadap Yuan China menunjukkan trend menurun dengan
fluktuasi yang sangat sedikit. Hal tersebut menjadi alasan mengapa
hubungan yang terjadi antara nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China dengan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki arah
hubungan dari nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok ke total
nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, hal ini dikarenakan pola trend menurun
yang terjadi pada nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan Tiongkok
diikuti oleh trend menurun total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bukan
sebaliknya yaitu fluktuasi pada total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok
diikuti oleh nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan China. Jadi jika
dilihat dari data maka turunnya nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Yuan
China akan diikuti oleh turunnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok.
5.2. Saran
1. Hasil uji kausalitas menunjukkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap
Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok dan jika dilihat dari pola data nilai tukar Rupiah Indonesia
terhadap Yuan China memiliki trend menurun dan diikuti oleh perubahan
total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok yang juga memiiliki trend menurun
maka pemerintah Indonesia fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah
55
Indonesia terhadap yuan China dengan cara menjaga makroekonomi
Indonesia pada kondisi yang cukup stabil seperti menjaga tingkat inflasi
sesuai target inflasi dengan cara memberi subsidi seperti alat-alat yang dapat
digunakan dalam proses produksi agar biaya produksi lebih hemat, tax
holiday agar pajak yang dibebankan pada konsumen dalam bentuk naiknya
harga barang dapat berkurang, menjaga agar tidak terjadi kecurangan
pedagang yang mengakibatkan kenaikan inflasi, dan mengatur arus modal
keluar ataupun arus barang agar nilai tukar rupiah tetap stabil.
2. Hasil uji kausalitas menunjukkan tingkat suku bunga Tiongkok
menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok artinya
pemerintah harus memperkuat daya jual produk ekspor Indonesia ke
Tiongkok untuk merespon perubahan dari tingkat suku bunga Tiongkok
yang turun salah satunya disebabkan oleh perlambatan ekonomi Tiongkok.
Cara untuk meningkatkan daya jual produk ekspor dapat melalui
peningkatan tekonologi, peningkatan kualitas produk, forcesting produk
potensial atau unggulan untuk pasar ekspor barang ke Tiongkok.
3. Hasil uji kausalitas menunjukkan tidak terdapat hubungan kausalitas tingkat
inflasi Indonesia dengan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok. Walaupun seperti itu hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa
tingkat inflasi Indonesia meyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah
Indonesia terhadap Yuan China dan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap
Yuan China menyebabkan perubahan total nilai ekspor Indonesia ke
Tiongkok artinya Indonesia tetap harus mewaspadai tekanan inflasi karena
56
secara tidak langsung dapat menyebabkan perubahan tingkat ekspor
Indonesia ke Tiongkok. Pemerintah harus tetap menjaga inflasi tetap pada
tingkat yang sesuai target dengan salah satunya dengan cara pengawasan
inflasi ke daerah-daerah di Indonesia.
57
DAFTAR PUSTAKA
Amoah, Emmanuel; Eric Nyarko,dan Kwabena Asare.2015.”FDI, Inflation,
Exchange Rate And Growth In Ghana: Evidence From Causality And
Cointegrated Analysis” Dalam European Scientific Journal. Volume 11
No.31. Hal 294-304.
Badan Pusat Statistik. 2012a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi Negara Oktober 2011. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi Negara November 2011. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi Negara Desember 2011. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Januari 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Februari 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Maret 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System April 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
58
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Mei 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juni 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juni 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juli 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2012n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Agustus 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2012o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2012p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System September 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Oktober 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Oktober 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
59
--------------------------. 2013d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System November 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara November 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Desember 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Desember 2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Januari 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Februari 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Maret 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2013n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System April 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
60
Menurut Harmonized System Mei 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013q. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013r. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juni 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013s. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juni 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013t. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juli 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013u. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2013v. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Agustus 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2013w. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System September 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Oktober 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Oktober 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System November 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
61
--------------------------. 2014f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara November 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Desember 2013. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Desember 2013. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Januari 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Februari 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Maret 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2014p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System April 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014q. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014r. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Mei 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014s. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2014. Jakarta: Badan Pusat
62
Statistik.
--------------------------. 2014t. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juni 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014u. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juli 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014v. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2014w. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Agustus 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2014x. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015a. Analisa Komoditi Ekspor 2008 – 2014. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
--------------------------. 2015b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System September 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Oktober 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System November 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara November 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Desember 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
63
--------------------------. 2015h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Desember 2014. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Januari 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Februari 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
-------------------------. 2015m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Maret 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Maret 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2015o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System April 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015q. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Mei 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015r. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015s. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juni 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015t. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juli 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
64
--------------------------. 2015u. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2015v. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Agustus 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2015w. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System September 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Oktober 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016d. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Oktober 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016e. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara November 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016f. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Desember 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016g. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Desember 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016h. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Januari 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016i. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Januari 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
65
--------------------------. 2016j. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Februari 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016k. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Februari 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016l. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Maret 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
-------------------------. 2016m. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System April 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016n. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara April 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016o. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Mei 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016p. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Mei 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016q. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juni 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016r. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juni 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016s. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Juli 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016t. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Juli 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016u. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Agustus 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016v. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Agustus 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
66
-------------------------. 2016w. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System September 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
--------------------------. 2016x. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara September 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2016y. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System Oktober 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
--------------------------. 2016z. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Kelompok Komoditi dan Negara Oktober 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
--------------------------. 2017. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor
Menurut Harmonized System November 2016. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Bank Indonesia. 2017. Kurs Transaksi BI – Bank Sentral Republik Indonesia.
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx.
Bank Indonesia. Data Inflasi – Bank Sentral Republik Indonesia.
http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx.
Bank Indonesia. 2011a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2011. Jakarta: Bank Indonesia.
-------------------. 2011b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2011. Jakarta: Bank Indonesia.
-------------------. 2011c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2011. Jakarta: Bank Indonesia.
------------------. 2011d. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2011.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2011e. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2011.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2011f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-2011.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2012a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan IV 2011. Jakarta: Bank Indonesia.
67
-------------------. 2012b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2012. Jakarta: Bank Indonesia.
-------------------. 2012c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2012. Jakarta: Bank Indonesia.
-------------------. 2012d. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2012. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2012e. Laporan Perekonomian Indonesia 2011. Jakarta: Bank
Indonesia.
-------------------. 2012f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan IV-2011.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2012g. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2012.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2012h. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2012.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2012i. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-2012.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2013a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan IV 2012. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2013b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2013. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2013c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2013. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2013d. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2013. Jakarta: Bank Indonesia.
---------------------. 2013e. Laporan Perekonomian Indonesia 2012. Jakarta: Bank
Indonesia.
--------------------. 2013f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan IV-
2012. Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2013g. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2013.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2013h. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2013.
68
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2013i. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-2013.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2014a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan IV 2013. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2014b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2014. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2014c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2014. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2014d. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2014. Jakarta: Bank Indonesia.
---------------------. 2014e. Laporan Perekonomian Indonesia 2013. Jakarta: Bank
Indonesia.
--------------------. 2014f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan IV-
2013. Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2014g. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2014.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2014h. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2014.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2014i. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-
2014. Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2015a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan IV 2014. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2015b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2015. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2015c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2015. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2015d. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2015. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2015e. Laporan Perekonomian Indonesia 2014. Jakarta: Bank
Indonesia.
69
--------------------. 2015f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan IV-
2014. Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2015g. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2015.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2015h. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2015.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2015i. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-
2015. Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2016a. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan IV 2015. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2016b. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan I 2016. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2016c. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan II 2016. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2016d. Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional Triwulan III 2016. Jakarta: Bank Indonesia.
--------------------. 2016e. Laporan Perekonomian Indonesia 2015. Jakarta: Bank
Indonesia.
-------------------. 2016f. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan IV-2015.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2016g. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan I-2016.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2016h. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan II-2016.
Jakarta:Bank Indonesia.
-------------------. 2016i. Laporan Neraca Pembayaran Realisasi Triwulan III-2016.
Jakarta:Bank Indonesia.
--------------------. 2017. Laporan Neraca Pembayaran Triwulan IV-2016.
Jakarta:Bank Indonesia.
EPAPHRA, Manamba. 2016. “Determinants of Export Performance in Tanzania”
Dalam Journal of Economics Library. Volume 3 No.3. Hal 470-487.
70
Ginting, Ari Mulianta. 2013. “The Influence of Exchange Rate on Indonesia’s
Exports” Dalam Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Volume 7 No.1. Hal
1-18.
Ieconomics. 2015. China Interest Rate. https://ieconomics.com/china-interest-rate.
Istiqomah. 2013. “Pengaruh Inflasi dan Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah”
Dalam signifikan. Volume 2 No.1. Hal 57-68.
Kemendag. 2015. Neraca Perdagangan Indonesia Total.
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-
import/indonesia-trade-balance.
Mankiw, Gregory N. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Terjemahan Fitria Liza
dan Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Buku
1 dan Buku 2 Edisi 8. Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita
G. Jakarta: Salemba Empat.
Prasetyo, Eko P. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta: Beta Offset
Yogyakarta.
Puspitaningrum, Roshinta; Suhadak,dan Zahroh Z.A. 2014. “Pengaruh Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012”
Dalam Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 8 No.1. Hal 1-9. Malang:
Universitas Brawijaya Malang.
Sedyaningrum,Miranti; Suhadak,dan Nila Firdausi Nuzula. 2016. “Pengaruh
Jumlah Nilai Ekspor, Impor dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai
Tukar dan Daya Beli Masyarakat di Indonesia Studi Pada Bank Indonesia
Periode Tahun 2006:IV-2015:III” Dalam Jurnal Administrasi Bisnis.
Volume 34 No.1. Hal 114-121. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
Tradingeconomics. 2017. China Interest Rate.
https://tradingeconomics.com/china/interest-rate.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Ekonisia.
Yodiatmaja, Banu. 2012. “Hubungan Antara BI Rate dan Inflasi Pendekatan
Kausalitas Toda-Yamamoto” Dalam Journal of Economics and Policy
(JEJAK). Volume 5 No.2. Hal 127-136. Semarang: Univesitas Negeri
Semarang.