ANALISIS KATA BAKU DAN TIDAK BAKU PADA...
-
Upload
trinhhuong -
Category
Documents
-
view
225 -
download
4
Transcript of ANALISIS KATA BAKU DAN TIDAK BAKU PADA...
ANALISIS KATA BAKU DAN TIDAK BAKU PADA PARAGRAF NARASI
SISWA SMP NEGERI 1 KABAT KELAS VII-C KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh
RIDWAN
ABSTRAK
Ridwan. 2013. Analisis Kata Baku dan Tidak Baku Pada Paragraf Narasi Siswa SMP
Negeri 1 Kabat Kelas VII-C Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran
2012/2013. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Program Studi
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Bahasa Daerah Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember.
Pembimbing (1) Zaenur Rokhman, M.Pd., (2) Dra. Tri Endang Jatmikowati, M.Si.
Kata kunci: Kata Baku, Paragraf Narasi, Karangan siswa
Paragraf mempunyai beberapa pengertian: (1) Paragraf ialah karangan mini.
Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah
satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut,
logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf
merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang
mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan
pikiran penjelas sebagai pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu
kalimat berarti yang tidak menunjukan ketuntasan atau kesempurnaan. Terkadang
siswa membuat paragraf tidak memperhatikan penulisan kata baku dan tidak
bakunya, sehingga paragraf yang ditulisnya tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia atau sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Permasalahan yang muncul dari latar belakang adalah bagaimana penulisan
kata baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penulisan kata
baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi.
Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif. Lokasi di SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi Jalan Raya Kedayunan No.9 Kabat Banyuwangi. Data dan sumber data
yaitu paragraf narasi siswa. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan
verifikasi. Pengecekan keabsahan data yaitu temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Berdasarkan penelitian ini, hasil analisis data yang didapatkan yaitu, siswa
dapat menerapkan penulisan kata baku pada paragraf narasi. Walaupun ada juga yang
masih belum dapat untuk menerapkan penulisan kata baku sesuai kriteria yang
ditentukan yaitu, baku dari segi lafal, baku dari segi ejaan, baku dari segi gramatika,
baku dari segi nasional, dan baku dari segi bahasa asing pada paragraf narasi yang
mereka tulis.
ABSTRACT
Ridwan. 2013. Analysis of Raw and Not Raw Words On Narrative Paragraphs 1
Junior High School Students Class VII-C Kabat Banyuwangi School Year
2012/2013. Thesis, Department of Language and Art Education. Language
Study Program, Indonesian Literature and Regional Languages Teacher
Training and Education Muhammadiyah University.
Supervisor (1) Zaenur Rokhman, M.Pd., (2) Dra. Tri Endang Jatmikowati, M.Si.
Keywords: Raw, Paragraph Narrative, Authorship students
Paragraph has several senses: (1) paragraph essay is a mini. That is, all the
elements of a long essay in the paragraph, (2) write a paragraph is a unit of language
consisting of several sentences are arranged in a coherent, logical, in a single entity
composed idea complete, intact, and coherent; (3) paragraphs are part of an essay that
consists of a number of sentences that reveal a mind of information to the main
controller and the mind as the explanatory as supporters, and (4) paragraphs that
consist of a single sentence that does not mean showing completeness or perfection.
Sometimes students do not pay attention to make a paragraph of writing the word raw
and not raw, so the paragraphs are written not in accordance with the rules in
accordance with Indonesian or Enhanced Spelling (EYD).
The problems that arise from a background of writing is how raw and not raw
words in the narrative paragraph VII-C grade students of SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi. The purpose of this research is to describe the writing of the word raw
and not raw in the narrative paragraph VII-C grade students of SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi.
Type a descriptive qualitative research. Locations in SMP Negeri 1
Banyuwangi Kabat Kabat Highway 9 Kedayunan Banyuwangi. Data and data sources
are narrative paragraphs students. Data collection techniques such as observation,
interviews, and documentation. Data analysis techniques of data reduction, data
presentation and verification. Checking the validity of the findings of the data or the
data can be declared invalid if there is no difference between the reported research
and what actually happens on the object under study.
Based on this study, the results of the analysis of the data obtained, students
can apply the standard spelling in paragraph narrative. Although some are still not
able to apply the appropriate standard of writing the prescribed criteria, ie, in terms of
pronunciation raw, raw in terms of spelling, grammar raw terms, in terms of the
national standard, and the standard terms of a foreign language in which they write a
narrative paragraph.
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah suatu sistem simbol yang arbitrer yang dipakai oleh anggota
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki Dardjowidjojo (dalam Amilia, 2009:
1). Sedangkan menurut Kridalaksana (dalam Amilia, 2009: 1) bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa bahasa harus memiliki sistem, berwujud simbol, yang kita lihat, kita dengar
dalam lambang, serta bahasa digunakan dalam masyarakat dalam berkomunikasi.
Bahasa juga merupakan media untuk mengekspresikan pikiran kita dalam bentuk
tulisan.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bagi orang yang
mengerti sistem bahasa Indonesia akan mengakui bahwa susunan “Ibu meng seekor
di” adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia yang benar sistemnya meskipun ada
sejumlah komponennya yang ditanggalkan. Tetapi susunan “Meng ibu se ikan goreng
di ekor dapur “ bukanlah kalimat bahasa Indonesia yang benar karena tidak tersusun
menurut sistem kalimat bahasa Indonesia. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain
bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu
tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem
morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.
Paragraf masuk dalam kategori subsistem sintaksis. Paragraf mempunyai
beberapa pengertian: (1) Paragraf ialah karangan mini. Artinya, semua unsur
karangan yang panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis
yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu
kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf merupakan bagian
dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu
informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai
pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti yang tidak
menunjukan ketuntasan atau kesempurnaan (Alek dan Achmad, 2010: 207).
Adapun permasalahan yang dijumpai siswa ketika membuat paragraf adalah
penulisan kata baku dan tidak baku. Terkadang siswa membuat paragraf tidak
memperhatikan penulisan kata baku dan tidak bakunya, sehingga paragraf yang
ditulisnya tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia atau sesuai dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
Kemampuan siswa menulis kata baku dalam paragraf setiap individu berbeda.
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui kriteria kata baku itu seperti apa. Hal itu
yang menyebabkan para siswa membuat paragraf berdasarkan yang mereka pikirkan
dan tidak memperhatikan kata baku yang ditulisnya. Bagi orang yang membaca
sekilas paragraf siswa, akan menyatakan bahwa kata-kata di dalam paragraf yang
ditulis sudah benar, tetapi setelah diteliti dan dicermati lagi masih terdapat kesalahan
penulisan kata baku dan tidak baku, sehingga paragraf yang ditulisnya tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pembelajaran menulis paragraf memberikan siswa bekal untuk menghadapi
masa depan. Apalagi dengan memperhatikan kata baku yang ada di dalam paragraf.
Menulis paragraf dengan memperhatikan kata baku dan tidak baku dapat membantu
siswa melatih ketelitian dalam menulis sebuah paragraf sehingga paragraf yang
ditulisnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia atau sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini berjudul Analisis Kata Baku
dan Tidak Baku Pada Paragraf Narasi Siswa SMP Negeri 1 Kabat Kelas VII-C
Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran 2012-2013.
B. Masalah Penelitian
Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana
penulisan kata baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa kelas VII-C SMP
Negeri 1 Kabat Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan penulisan kata baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa kelas
VII-C SMP Negeri 1 Kabat Banyuwangi.
D. Definisi Istilah
Definisi istilah ini perlu diberikan untuk menghindari kesalahpahaman dalam
mengartikan istilah yang dipakai dalam penelitian ini dan ditegaskan berikut ini.
a. Analisis adalah kegiatan untuk menemukan kata baku dan tidak baku pada
paragraf narasi siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Kabat Banyuwangi.
b. Kata baku adalah kata yang ditulis sesuai dengan pedoman EYD, tata bahasa
baku, dan kamus besar bahasa Indonesia.
c. Kata tidak baku adalah kata yang ditulis tidak sesuai dengan pedoman EYD,
tata bahasa baku, dan kamus besar bahasa Indonesia.
d. Paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua buah kalimat atau lebih
yang di dalamnya terdapat kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas.
e. Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian, di dalam paragraf narasi terdapat alur/peristiwa,
tokoh, dan latar.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai
berikut.
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai variasi dalam menganalisis
paragraf siswa oleh guru dan diharapkan dapat mendorong guru untuk
meningkatkan kinerja dalam merencanakan, melaksananakan, dan
mengevaluasi penulisan paragraf.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam
mengembangkan keterampilan menulis paragraf dengan memperhatikan
penulisan kata baku dan tidak baku yang ada didalamnya.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, dan untuk
mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisis paragraf.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis kata baku dan tidak baku difokuskan pada
analisis penulisan kata baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa. Sumber data
penelitian adalah paragraf narasi siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-C.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kabat Kabupaten Banyuwangi Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive and snow ball,
tehnik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012: 9).
B Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kabat Kabupaten
Banyuwangi. Pemilihan SMP Negeri 1 Kabat Kabupaten Banyuwangi sebagai
sekolah yang diteliti didasari oleh tiga alasan. Alasan pertama karena siswa belum
memahami bagaimana menulis paragraf narasi dengan memperhatikan penggunaan
kata baku yang benar. Alasan kedua karena selama ini di sekolah tersebut belum
pernah dilakukan penelitian tentang analisis kata baku dan tidak baku pada paragraf
narasi siswa. Alasan ketiga karena sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah
tersebut menunjang untuk melakukan penelitian.
C. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata baku dan tidak baku
pada paragraf narasi siswa kelas VII-C. Paragraf tersebut diperoleh dari penugasan
yang diberikan kepada siswa, yaitu berupa perintah atau tugas untuk membuat
paragraf narasi.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah paragraf Narasi siswa kelas VII-C
SMP Negeri 1 Kabat Banyuwangi. Karena peneliti menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 226) menyatakan
bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2012: 231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur. Wawancara tidak
terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Menurut Sugiyono (2012: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan
lain-lain. Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu paragraf siswa kelas VII-C berupa
paragraf narasi. Paragraf siswa akan digunakan dalam penelitian sebagai data untuk
dianalisis kata bakunya.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012: 222) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang
melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh
pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek
penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam
memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic
(menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan, ke dalam variable-variabel
penelitian. kalaupun dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan
demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen
penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi peneliti adalah
instrument kunci dalam penelitian kualitatif.
Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 223) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian,
hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan dengan pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan
tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian
kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi
instrument peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas,
maka dapat dikembangkan suatu instrumen.
G. Teknik Analisis Data
Menurut (Sugiyono, 2012: 247) langkah-langkah dalam analisis data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mereduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak jumlahnya. Untuk itu
perlu dicatat dan dirinci. Merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang
hal yang tidak perlu.dengan demikian data yang telah ditreduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam
menganalisis. Reduksi data dalam penelitian ini dibantu dengan pemberian
simbol-simbol atau kode pada aspek tertentu.
b. Data display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “The most
frequent from a display data for qualitative research data in the past has been
narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan
display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik,
matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c. Conclusion drawing / verification
Langkah selanjutnya dalam penelitian kualitatif adalah kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori. Kesimpulan pada penilitian ini dapat memberikan penjelasan secara deskriptif
tentang kata baku dan tidak baku pada paragraf siswa kelas VII-C SMP Negeri 1
Kabat Banyuwangi.
Analisis dalam penelitian ini juga ada teknik dalam mengolah data yang akan
dianalisis yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian tabel
Pemberian tabel gunanya untuk mempermudah peneliti dalam
menganalisis data temuan yang ada. Tabel yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut.
Contoh Tabel 4.1 Data Kata Baku dari Segi Lafal
Kode/
Absen
Siswa
Paragraf Kriteria Kata
Baku
Keterangan
Tidak
Baku
Baku
10 Saya menggu terlalu lama,
belum juga sampai. Sekitar jam
12.00 saya disuruh sholat sama
ibu dan saya bertanya kepada
Segi Lafal laper lapar
H. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut (Sugiyono, 2012: 268) dalam penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
3. PEMBAHASAN
Berdasarkan pemaparan data dan temuan penelitian, berikut akan dibahas
tentang hal-hal yang berhubungan dengan analisis kata baku dan tidak baku pada
paragraf narasi siswa. Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat berdasarkan kriteria
antara lain: (1) baku dari segi lafal, (2) baku dari segi ejaan, (3) baku dari segi
gramatika, (4) baku dari segi nasional, (5) baku dari segi bahasa asing pada paragraf
narasi siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Kabat Banyuwangi Tahun Ajaran 2012/2013.
A. Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-
ciri bahasa daerah atau bahasa asing Moeliono (dalam Chaer, 2011: 131).
Penulisan kata baku yang tidak sesuai dari segi lafal ditemukan pada paragraf
narasi karya siswa Eko ardiyanto data (kode 9). Kata yang penulisannya tidak baku
yaitu kenak seharusnya penulisan kata yang baku adalah kena. Kata kenak masih
menampakkan ciri-ciri bahasa daerah karena dipengaruhi oleh bahasa ibu yaitu jawa
oseng. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula
dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu.
B. Baku dari Segi Ejaan
Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama Ejaan
Bahasa Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh karena itu,
semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata
yang tidak baku.
Penulisan kata baku yang tidak sesuai dari segi ejaan ditemukan pada paragraf
narasi karya siswa Abd. Majid Kandari data (kode 1). Kata yang penulisannya tidak
baku yaitu yg, Berumur, Bekerja. Seharusnya penulisan kata yang baku dari kata yg
adalah yang disini siswa melakukan kesalahan dalam penulisan singkatan atau
akronim seharusnya kata tersebut tidak boleh ditulis dengan singkatan. Kedua adalah
pada kata Berumur pada kalimat berikut “iya Berumur sekitar 2 tahun dan ibunya
Berumur 53 tahun.” Kesalahan terdapat pada penulisan huruf kapital seharusnya
ditengah kalimat ditulis menggunakan huruf kecil berumur. Ketiga adalah pada kata
Bekerja pada kalimat berikut “Iya setiap hari Bekerja menjadi pemulung sampah di
jalanan.” Kesalahan terdapat pada penulisan huruf kapital seharusnya ditengah
kalimat ditulis menggunakan huruf kecil bekerja. Kesalahan penulisan yang tidak
sesuai dengan ejaan yang disempurnakan membuat kata-kata tersebut menjadi tidak
baku.
C. Baku dari Segi Gramatika
Penulisan kata baku yang tidak sesuai dari segi gramatika ditemukan pada
paragraf narasi karya siswa Abd. Majid Kandari data (kode 1). Kata yang
penulisannya tidak baku yaitu melihati. Bentuk baku kata melihati adalah melihat.
Pada kata melihat memberi akhiran i tidak tepat karena tidak sesuai dengan konteks
kalimatnya.
D. Baku dari Segi Nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional”
hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa
daerah itu sudah bersifat nasional, artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan
kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan.
Penulisan kata baku yang tidak sesuai dari segi nasional ditemukan pada
paragraf narasi karya siswa Diki irwanto data (kode 7). Kata yang penulisannya tidak
baku yaitu tau, gak, dan udah. Bentuk baku kata tau adalah tahu/mengerti, kata gak
adalah tidak, dan kata udah adalah sudah. Penggunaan kata tau, gak, dan udah pada
paragraf tersebut belum bersifat nasional dan masih bersifat kedaerahan.
E. Baku dari Segi Bahasa Asing
Kata serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat
menurut pedoman penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam
EYD maupun dalam buku Pedoman Pembentukan Istilah Depdikbut (dalam Chaer,
2011: 134).
Penulisan kata baku yang tidak sesuai dari segi bahasa asing ditemukan pada
paragraf narasi karya siswa Hadi purnomo data (kode 13). Kata yang penulisannya
tidak baku yaitu kipper. Bentuk baku kata kipper adalah kiper (satu p).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam paragraf narasi karya
siswa kelas VII-C SMP Negeri 1 Kabat Banyuwangi Tahun Ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 25 paragraf narasi. Untuk menganalisis kata baku dan tidak baku pada
paragraf narasi karya siswa, menggunakan beberapa kriteria antara lain pertama baku
dari segi lafal, kedua baku dari segi ejaan, ketiga baku dari segi gramatika, keempat
baku dari segi nasional, dan kelima baku dari segi bahasa asing.
Analisis kata baku dan tidak baku pada paragraf narasi siswa yang
menggunakan kriteria baku dari segi lafal, misalnya penulisan tidak baku yaitu laper
seharusnya penulisan kata yang baku adalah lapar. Kemudian penulisan kata pingin
seharusnya penulisan kata yang baku adalah ingin. Kata laper dan pingin masih
menampakkan ciri-ciri bahasa daerah karena dipengaruhi oleh bahasa pergaulan
sehari-hari. Lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul
pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu. Baku
dari segi ejaan, misalnya penulisan tidak baku yaitu yg, Berumur, Bekerja.
Seharusnya penulisan kata yang baku dari kata yg adalah yang disini siswa
melakukan kesalahan dalam penulisan singkatan atau akronim seharusnya kata
tersebut tidak boleh ditulis dengan singkatan. Kedua adalah pada kata Berumur pada
kalimat berikut “iya Berumur sekitar 2 tahun dan ibunya Berumur 53 tahun.”
Kesalahan terdapat pada penulisan huruf kapital seharusnya ditengah kalimat ditulis
menggunakan huruf kecil berumur. Ketiga adalah pada kata Bekerja pada kalimat
berikut “Iya setiap hari Bekerja menjadi pemulung sampah di jalanan.” Kesalahan
terdapat pada penulisan huruf kapital seharusnya ditengah kalimat ditulis
menggunakan huruf kecil bekerja. Kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan
ejaan yang disempurnakan membuat kata-kata tersebut menjadi tidak baku. Baku dari
segi gramatika, misalnya penulisan tidak baku yaitu melihati. Bentuk baku kata
melihati adalah melihat. Pada kata melihat memberi akhiran i tidak tepat karena tidak
sesuai dengan konteks kalimatnya. Baku dari segi nasional, misalnya penulisan tidak
baku yaitu tau, gak, dan udah. Bentuk baku kata tau adalah tahu/mengerti, kata gak
adalah tidak, dan kata udah adalah sudah. Penggunaan kata tau, gak, dan udah pada
paragraf tersebut belum bersifat nasional dan masih bersifat kedaerahan. Baku dari
segi bahasa asing, misalnya penulisannya tidak baku yaitu kipper. Bentuk baku kata
kipper adalah kiper (satu p).
B. Saran
a. Bagi siswa
Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka siswa SMP Negeri 1 Kabat
Banyuwangi dapat lebih terampil dan teliti dalam menulis paragraf narasi dengan
tetap melatih kemampuan menulis dan membedakan antara kata baku dan tidak
baku, sehingga paragraf narasi yang ditulis lebih baik dan dipahami oleh
pembaca.
b. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Guru saat proses pembelajaran di kelas maupun kegiatan lain di lingkungan
sekolah hendaknya memperhatikan bahasa pengantar yang digunakan, yaitu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukan bahasa daerah (Jawa
oseng). Penggunaan campur kode yaitu antara bahasa Indonesia dan bahasa
daerah saat berkomunikasi dengan siswa mempengaruhi mereka pada saat
menulis sebuah paragraf. Hal tersebut berdasarkan temuan peneliti bahwa siswa
paling banyak melakukan kesalahan penulisan kata baku dari segi lafal.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian sejenis dengan permasalahan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad H.P & Alek A. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1991. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Pustaka Utama.
Leonie Agustina & Abdul Chaer. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Mulyono, Iyo. 2011. Cerdas Bahasa Cerdas Komunikasi Bahasa Indonesia Baku dan
Problematikanya. Bandung: CV Yrama Widya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2011. EYD Plus Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempunakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Victory Inti Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Wawan Hermawan & Kosasih. 2012. Bahasa Indonesia Berbasis Kepenulisan Karya
Ilmiah dan Jurnal. Bandung: CV Thursina.