Analisis Kasus Masyarakat Adat Melalui Pendekatan Antropologi Hukum

4
  Analisis Kasus Masya rakat Adat Melalui Pendekatan Antropologi Hukum  K am i s, 10 O kt obe r 201 3 Indonesia merupakan sebuah negara Kesatuan yang didalamnya terdapat banyak Bahasa, Budaya, Adat-Istiada t, dan masih banyak lagi kekayaan alam yang masuk kewilayah Indonesia. Berbicara mengenai kebudayaan dan masyarakat didalamnya, sering kali kita akan membicarakan pula mengenai Masyarakat Adat. Ada beberapa pendapat mengenai Masyarakat Adat menurut beberapa Ahli. Menurut Ter Haar dalam buku nya yang berudul Asas-Asas dan !usunan Hukum Adat, menyatakan bahwa Masyarakat Hukum adalah" #. Kesatuan manusia yang teratur  $. Menetap disuatu daerah tertentu %. Mempunyai penguasa-penguasa &. Me mpunyai kek ay aan yang berwu ud at aupun tidak berwu ud.'#( Berbeda dengan Ter Haar, Kusumadi )udosewoo mengartikan Masyarakat Hukum Adat adalah *masyarakat yang timbul secara spontan diwilayah tertentu, yang berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh penguasa-  penguasa yang lebih t inggi atau penguasa lain nya, dengan rasa soli daritas yang sangat besar diantara para anggotanya, yang memandang bukan anggota masyarakat sebagai orang luar, dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggota .+ '$( !etelah menelaah pendapat para ahli mengenai arti masyarakat hukum adat, didalam /I #0&1 uga masyarakat hukum adat itu diakui keberadaannya, yaitu ada di )asal #2B ayat $ * Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Itu berarti sudah ada payung hukum yang kuat yang mengatur keberadaan masyarakat hukum adat. amun pada kenyataannya keberadaan masyarakat hukum adat seakan-akan termarginalkan dengan sendirinya dengan keberadaan kehidupan 3aman yang semakin modern ini. Berangkat dari sebuah pemaparan tentang suatu Masyarakat A dat, penulis akan mengemukakan kaitan antara Hukum Adat dengan Antropologi Hukum karena tidak dapat penulis pungkiri bahwa kedua bidang tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Banyak sekali kasus sengketa yang melibatkan Masyarakat Hukum A dat, salah satu nya yang akan penulis paparkan adalah mengenai Masyarakat A dat !edulur !ikep, esa !ukolilo, )ati, 4awa Tengah. Masyarakat adat disana sangat menunung tinggi nilai-nilai adat yang mereka dapat dari para leluhur mereka dan akan mereka aga dan mereka lestarikan sampai kapanpun uga. )ara pengikut !amin awalnya memegang 1 5lima6 prinsip peruangan untuk meneguhkan identitas mereka, yaitu"

description

uiueirthiuewhtiwehtiowe

Transcript of Analisis Kasus Masyarakat Adat Melalui Pendekatan Antropologi Hukum

Analisis Kasus Masyarakat Adat Melalui Pendekatan Antropologi HukumKamis, 10 Oktober 2013Indonesia merupakan sebuah negara Kesatuan yang didalamnya terdapat banyak Bahasa, Budaya, Adat-Istiadat, dan masih banyak lagi kekayaan alam yang masuk kewilayah Indonesia. Berbicara mengenai kebudayaan dan masyarakat didalamnya, sering kali kita akan membicarakan pula mengenai Masyarakat Adat. Ada beberapa pendapat mengenai Masyarakat Adat menurut beberapa Ahli.Menurut Ter Haar dalam buku nya yang berjudul Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, menyatakan bahwa Masyarakat Hukum adalah:1. Kesatuan manusia yang teratur2. Menetap disuatu daerah tertentu3. Mempunyai penguasa-penguasa4. Mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud.[1]Berbeda dengan Ter Haar, Kusumadi Pudjosewojo mengartikan Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat yang timbul secara spontan diwilayah tertentu, yang berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh penguasa-penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya, dengan rasa solidaritas yang sangat besar diantara para anggotanya, yang memandang bukan anggota masyarakat sebagai orang luar, dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggota.[2]Setelah menelaah pendapat para ahli mengenai arti masyarakat hukum adat, didalam UUD NRI 1945 juga masyarakat hukum adat itu diakui keberadaannya, yaitu ada di Pasal 18B ayat 2 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang.Itu berarti sudah ada payung hukum yang kuat yang mengatur keberadaan masyarakat hukum adat. Namun pada kenyataannya keberadaan masyarakat hukum adat seakan-akan termarginalkan dengan sendirinya dengan keberadaan kehidupan zaman yang semakin modern ini. Berangkat dari sebuah pemaparan tentang suatu Masyarakat Adat, penulis akan mengemukakan kaitan antara Hukum Adat dengan Antropologi Hukum karena tidak dapat penulis pungkiri bahwa kedua bidang tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Banyak sekali kasus sengketa yang melibatkan Masyarakat Hukum Adat, salah satu nya yang akan penulis paparkan adalah mengenai Masyarakat Adat Sedulur Sikep, Desa Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Masyarakat adat disana sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang mereka dapat dari para leluhur mereka dan akan mereka jaga dan mereka lestarikan sampai kapanpun juga. Para pengikut Samin awalnya memegang 5 (lima) prinsip perjuangan untuk meneguhkan identitas mereka, yaitu:1. TIDAK MEMAKAI PECI, TAPI MEMAKAI IKET, YAITU SEMACAM KAIN YANG DIIKATKAN DI KEPALA MIRIP ORANG JAWA DAHULU2. TIDAK BERPOLIGAMI3. TIDAK MEMAKAI CELANA PANJANG, DAN HANYA PAKAI CELANA SELUTUT4. TIDAK BERDAGANG, dan5. PENOLAKAN TERHADAP KAPITALISME.Namun, seiring dengan perubahan zaman, lima prinsip ini mengalami penyesuaian, seperti saat ini warga memiliki kesadaran untuk menuntut ilmu dengan sekolah yang setinggi-tingginya.[3]Pokokajaran Saminadalah sebagai berikut:[4] Agamaadalahsenjataatau pegangan hidup.Paham Samintidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalahtabiatdalam hidupnya. Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang. Bersikap sabar dan jangan sombong. Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya. Bila berbicara harus bisa menjagamulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan terdapatunsurketidakjujuran. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentukuang.Dari penjelasan beberapa materi dan referensi diatas, jika dikaitkan dengan aspek Antropologi Hukum melalui beberapa pendekatan Anhum, yaitu :1. Pendekatan Holistik (menyeluruh), yaitu mengaitkan antara fenomena hukum dengan aspek kebudayaan secara menyeluruh.2. Pendekatan Empiris (berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dilapangan)3. Pendekatan Komparatif, yaitu dengan melakukan studi perbandingan antara sistem-sistem hukum dalam masyarakat yang berbeda-beda diberbagai belahan dunia.[5]4. Pendekatan Legal Centrlism Approach, yaitu pendekatan secara terpusat.[6]Dari beberapa pendekatan diatas, penulis akan mencoba menganalisis kasus ini dengan menggunakan Pendekatan Holistik, Pendekatan Empiris dan Pendekatan Komparatif.A. PENDEKATAN HOLISTIKKebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut.[7]Apabila disangkut-pautkan dengan Kasus Sedulur Sikep, pendekatan holistik ini sangatkentaldan erat sekali kaitannya dengan kasus yang sebenarnya. Masyarakat Adat Sedulur Sikep sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang diturunkan oleh leluhur mereka tanpa ada sedikit pun yang mereka kurangi. Seperti contoh, mereka sangat menjunjung tinggi 5 (lima) prinsip perjuangan mereka. Meski jika dibandingkan dengan kemajuan zaman dan pesatnya alur globalisasi, sedikit tidak mungkin jika kita tetap mempertahankan budaya yang demikian. Namun ketika penulis menilik langsung tempat pemukiman warga sedulur sikep[8]ternyata memang benar dan nyata bahwa adata-adat tersebut tetap mereka pertahankan sampai sekarang ini. Tidak hanya menjadi sebuah ciri khas masyarakat adat Sedulur Sikep, namun ini juga menjadi ciri khas masyarakat adat diseluruh Indonesia, yaitu memiliki adat yang kental dan berbeda-beda disetiap daerahnya menandakan sebuah penggambaran khas mereka masing-masing.1. PENDEKATAN EMPIRISAdalah pendekatan yang menitik beratkan pada keadaan atau fakta sebenarnya yang terjadi dilapangan. Istilah empiris artinya bersifat nyata. Jadi, yang dimaksudkan dengan pendekatan empiris adalah usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Jadi penelitian dengan pendekatan empiris harus dilakukan di lapangan, dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan. Peneliti harus mengadakan kunjungan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan para anggota masyarakat.[9]Pendekatan inilah yang sudah pernah penulis laksanakan pada tahun 2012. Pada saat itu penulis bertemu langsung dengan Bapak Gunratno.[10]Dan dari situ lah penulis dapat memaparkan penjelasan-penjelasan mengenai Masyarakat Hukum Adat Sedulur Sikep dalam pembahasan materi kuliah Antropologi Hukum ini.1. PENDEKATAN KOMPARATIFMetode pendekatan ini bersifat membandingkan melakukan studi perbandingan antara sistem-sistem hukum dalam masyarakat yang berbeda-beda diberbagai belahan dunia. Ketika kita membicarakan Masyarakat Hukum Adat dan akan membandingkan dengan Masyarakat Adat seluruh Indonesia, hampir kesemuanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai yang lahir, tumbuh dan berkembang di Adat nya masing-masing. Namun perbedaannya hanyalah ciri khas dari masing-masing mereka berbeda yang menunjukan identitas diri mereka.

[1]Ter Haar Bzn.Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 1960.[2]Sukirno, Sri Sudaryatmi, TH. Sri Kartini,Beberapa Aspek Hukum Adat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2000. Hal. 2-3[3]http://wongalus.wordpress.com/category/sedulur-sikep-samin/diakses pada tanggal 7 September 2013, pada pukul 16.30 WIB[4]http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 7 September 2013, pada pukul 16..36 WIB[5]Materi Ajar Ibu Emmy Handayani[6]http://purwantolombok.wordpress.com/2012/11/27/materi-antopologi-hukum/ , diakses pada tanggal 7 September 2013, pada pukul 16.43 WIB[7]http://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-definisipengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-antropologi/, diakses pada tanggal 7 September 2013 pada pukul 16.49 WIB[8]Riset yang dilakukan penulis adalah pada saat ingin mengumpulkan informasi mengenai masyarakat hukum adat dalam rangka pencarian data-data untuk mengikuti Lomba Legislative Drafting yang diadakan oleh Lembaga Kajian Keilmuan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LK2 FHUI) tahun 2012 dengan tema Desa.[9]http://lisanofrianti.blogspot.com/2010/10/pendekatan-empiris.html, diakses pada tanggal 18 September 2013 pada pukul 19.17 WIB[10]Bapak Gunratno adalah Kepala Adat masyarakat Sedulur Sikep pada masa itu. Beliau mengatakan bahwa masyarakat Sedulur Sikep hanya menginginkan 2 (dua) hal dari Pemerintah, yaitu yang pertama tentang penghormatan terhadap Kepercayaan mereka tanpa harus dicantumkan di Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan yang kedua adalah menghentikan pembangunan Pabrik Semen Gresik yang dianggap akan dapat merusak alam mereka, alam leluhur mereka yang telah mereka jaga dan mereka rawat selama ini. Pernyataan tersebut Beliau jelaskan kepada penulis dan kelompok dibalai desa dihadapan beberapa sesepuh adat mereka.