Analisis Kasus Keperawatan Profesional

18
ANALISIS KASUS KEPERAWATAN PROFESIONAL PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MILITUS DAN CHRONIC KIDNEY DISEASE DI INSTALASI RAWAT INAP RSPAU HARDJOLUKITO Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Profesional Disusun oleh : 1. Khoirul Musthofa ( P07120112063) 2. Meilina Murdiyani ( P07120112065) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Analisis Kasus Keperawatan Profesional

ANALISIS KASUS KEPERAWATAN PROFESIONAL

PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DIABETES MILITUS DAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

DI INSTALASI RAWAT INAP

RSPAU HARDJOLUKITO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Profesional

Disusun oleh :

1. Khoirul Musthofa( P07120112063)

2. Meilina Murdiyani ( P07120112065)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional, 1983). Menurut Imogene King (1971) keperawatan adalah suatu profesi yang memberikan bantuan pada individu dan kelompok untuk mencapai, memelihara dan mempertahankan derajat kesehatan dengan memperhatikan, memikirkan, menghubungkan, menentukan dan melakukan tindakan perawatan sehingga individu atau kelompok berprilaku yang sesuai dengan kondisi keperawatan. Keperawatan berhubungan langsung dengan lingkungan, tempat atau ruang dan waktu untuk membentuk suatu hubungan menanggulangi status kesehatan dalam proses interpersonal reaksi interaksi dan transaksi dimana perawat dan klien berbagi informasi mengenai persepsinya dalam keperawatan. Falsafah Keperawatan di Indonesia adalah kegiatan dilakukan dalam upaya penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya pelayanan utama (PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika keperawatan (Ibrahim, 1988). Manusia merupakan suatu bagian tersendiri, suatu sistem energi, dimana ia juga merupakan bagian aktif dari suatu kelompok. Kelompok yang paling dasar adalah keluarga, dan keluarga ini dapat merupakan keluarga inti yang terdiri dari ibu, ayah, suami, istri, anak-anak; keluarga besar yang juga beranggota teman-teman, kekasih, dan binatang piaraan. Bila terjadi suatu hal pada seseorang maka akan mempengaruhi unit atau tindakan keluarga, atau sebaliknya. Dengan demikian, keluarga merupakan konsep penting bagi perawat dan interaksi perawat dengan klien sebagai manusia.

Seiring dengan tuntutan modernisasi, perkembangan rumah sakit sebagai organisasi peiayanan kesehatan melaju dengan pesat. Rumah sakit saat kini dipenuhi peraiatan medis mutakhir untuk mendukung pelayanan medik, sementara itu di sisi administrasi era digital semakin kental terlihat pada setiap komponen pelayanan non medik di rumah sakit.

Di sisi lain, pengguna rumah sakit mulai menuntut standar kualitas peiayanan yang mengedepankan keselamatan dan efisiensi. Pelanggan rumah sakit menjadi semakin kritis atas semua jasa yang diterimanya. Perkembangan yang terjadi pada organisasi rumah sakit membawa konsekuensi pada sistem rnanajemen. Sistem manajemen rumah sakit saat ini tidak dapat lagi bertumpu pada paradigma dan konsep manajemen di masa lampau. Diperlukan berbagai macam pengetahuan dan keterarnpilan manajemen terkini untuk mengelola rumah sakit, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi penggunanya, termasuk bagi pengelolanya sendiri. Pada kasus ini dengan judul Pelayanan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diagnosa Medis Diabetes Militus dan Chronic Kidney Disease di Bangsal Camar. Ketika pasien masuk ke bangsal tersebut, perawat bangsal tidak memperhatikan keselamatan pasiennya. Padahal pasien tersebut beresiko jatuh karena kondisinya lemah dan sebentar-sebentar minta untuk berganti posisi. Perawat bengsal menyuruh praktikan untuk membentu pasien berganti posisi, sedangkan perawat bangsal tersebut justru makan dan nonton tv tanpa menghiraukan kondisi pasien saat itu. Sampai pada akhirnya pasien tersebut benar-benar jatuh dan akhirnya meninggal dunia.

BAB II

KRONOLOGI KASUS

A. Identitas Klien

Nama Klien: Tn. E

Umur

: 48 Th

Alamat

: Sleman

No RM

: 073041

Diagnosa : diabetes militus dan chronic kidney disease

Tgl. Masuk: 9 Desember 2013

Waktu

: 13.00 WIB

WaktuKronologi peristiwa

13.00Klien adalah pasien rujukan dari Panti Rini dan dirujuk ke RSPAU Hardjolukito yang menjalani rawat inap karena pada kaki kiri terdapat ulkus DM dan pasien juga akan menjalani HD rutin di rumah sakit tersebut. Jaga PagiPasien datang dari UGD ke bangsal Camar dengan kondisi umum lemah, kesadaran composmentis, terdapat ulkus DM pada kaki sebelah kiri. Pasien terpasang infus RL 20 tpm pada tangan sebelah kiri.

13.10Pasien pegal-pegal dan ingin berganti posisi dari berbaring di tempat tidur ke duduk di kursi roda. Suami pasien meminta perawat untuk membantunya memindahkan pasien ke tempat tidur. Tetapi perawat A tiidak mau dengan alasan sedang sibuk dan justru menyuruh praktikan untuk membantunya. Di nurse station perawat A dan perawat M berkata bahwa dia tidak mau membantu memindahkan Ny E karena badannya sangat berat. Kedua perawat tersebut juga tidak melihat keadaan dari Ny E, mereka berdua justru asik bermain hp dan nonton tv di ruang perawat.

13.30Pasien Ny E mendapatkan terapi obat injeksi ceftriaxon dan furosemid. Perawat A menyuruh praktikan untuk melakukan injeksi dan juga berkata bahwa spuitnya jangan dibuang, tetapi ditaruh di loker pasien.

14.00Suami pasien berpamitan kalau dia ingin pulang sebentar dan menitipkan Ny E kepada perawat yang berjaga. Suami pasien mengatakan bahwa kalau tolong dibantu jika sewaktu-waktu Ny E ingin berganti posisi

16.00Jaga sore

Pasien diukur tanda-tanda vital, hasilnya adalahTD : 140/100 mmHg

N : 89 kali/menit

R : 22 kali/menit

S : 37 0C

16.30Ny E berteriak-teriak memanggil perawat, tetepi perawat jaga sore tidak menghiraukannya dan menyuruh praktikan untuk melihat keadaan Ny E.

17.00Ny E kembali berteriak-teriak meminta perawat untuk datang, tetapi perawat yang jaga justru menyuruh praktikan. Saat intu Ny E ingin berpindah posisi dari kursi roda ke tempat tidur, tetapi karena praktikan merasa tidak kuat akhirnya dia lapor perawat yang jaga. Perawat justru menyuruh praktikan lain untuk membantu memindahkan Ny E, dan perawat tersebut sama sekali tidak melihat keadaan dari Ny E yang sudah semakin lemah. Karena badan dari Ny E yang berat dan praktikan tidak kuat mengangkat akhirnya Ny E jatuh ke lantai, dan baru pada saat itulah perawat datang ke kamar Ny. E dan membantu memindahkan Ny E ke tempat tidur.

17.15Suami pasien yang baru saja datang melapor ke nurse station, dia mengatakan bahwa Ny E merasa sesak setelah terjatuh tadi. Perawat S langsung melaporkan keadaan Ny E pada dokter E. Dokter E menginstruksikan untuk memberikan terapi oksigen kanul binasal 3 liter/menit pada Ny E. Perawat S langsung melaksanakan instruksi dari dokter E

18.00Suami pasien melapor bahwa kondisi Ny E semakin lemah. Perawat S dan perawat L langsung melihat kondisi Ny E. Kemudian mereka mengecek nadi dan respirasi Ny E dan kemudian langsung melaporkan keadaan Ny E pada dokter jaga.

18.15Dokter jaga mengecek kondisi pasien secara lengkap, dan dokter mengatakan bahwa Ny E sudah meninggal

Identifikasi masalah

1. Mengabaikan pasien yang beresiko jatuh2. Penggunaan alat injeksi yang tidak sekali pakai

BAB III

PEMBAHASAN

A. Mengabaikan pasien yang beresiko jatuh

1. Analisa kasus

Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben)Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut .Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya.

Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh. Mengurangi Risiko JatuhBanyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al.2001)

Pencegahan terhadap pasien yang beresiko jatuh adalah dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh :

a. Latihan fisikLatihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)

b. Managemen obat-obatanGunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:

1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat

2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan

3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers

4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat

5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

c. Modifikasi lingkunganAtur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu di antara:

1) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu

2) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.

3) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

4) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.

5) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah tangga.

6) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas.

7) Gunakan lantai yang tidak licin.

8) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.

9) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar mandi.

10) Pasang pengaman di samping tempat tidur pasien

Pada kasus ini, perawat yang jaga pagi ataupun perawat yang jaga siang sama-sama tidak memperhatikan kondisi dari Ny E. Hal ini dapat dilihat dari ketidakmauan perawat untuk membantu memindahkan Ny E dan juga saat Ny E berteriak-teriak minta tolong, perawat yang jaga justru mengabaikannya dan mereka lebih mementingkan bermain hp dan nonton tv dari pada keselamatan Ny E yang beresiko jatuh. Ketidakperhatian perawat terhadap kondisi Ny E mengakibatkan pasien terjatuh dari kursi roda saat akan dipindahkan ke tempat tidur. Hal ini mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas dan tidak lama kemudian pasien meninggal dunia.2. Rekomendasi

Dalam menjalankan tugasnya, perawat sebaiknya memperhatikan keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan dasar pelayanan keperawatan di rumah sakit. Perawat sebaiknya juga memberikan perhatian yang lebih kepada pasien-pasien yang memiliki resiko jatuh, sehingga kejadian yang dialami oleh Ny E tidak terulang lagi. Selain itu pemasangan gelang khusus pada pasien yang beresiko jatuh harus dilakukan agar semua perawat dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien tersebut. Jika gelang khusus untuk pasien beresiko jatuh tidak dipasang, maka perawat yang lain menganggap bahwa pasien tersebut keadaan dan kondisinya sama dengan pasien-pasien yang lain, sehingga tidak memerlukan [perhatian yang lebih. Dan yang terakhir alangkah lebih baik apabila pada saat bertugas perawat tidak memprioritaskan pekerjaan ataupun kegiatan yang bukan merupakan kegiatan penting dari seorang perawat, contohnya bermain hp dan nonton tv.B. Penggunaan alat injeksi yang tidak sekali pakai

1. Analisa kasus

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi,

Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.a. SpuitSpuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer aelok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.

Adapun tipe-tipe spuit yaitu:

1) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh2) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml3) Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)4) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)

Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.

b. JarumSupaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali

Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.

Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari 1/4 sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.

Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.c. Proses injeksi yang sering dilakukan adalah sebagai berikut :Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:

1) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.2) Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot3) Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh4) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi5) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap6) Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan7) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan8) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan

Pada kasus ini, perawat bangsal tidak langsung membuang alat injeksi yang sudah dipakai, padahal aturannya adalah alat injeksi hanya boleh digunakan sekali pakai dan harus langsung dibuang. Disana, alat injeksi yang sudah digunakan tidak langsung dibuang tetapi justru dimasukkan ke loker pasien masing-masing dan digunakan untuk injeksi berikutnya. Pada saat akan melakukan injeksi, jarumnya pun tidak diganti, sehingga jarumnya tumpul dan sulit untuk menusuk area karet injeksi. Alat injeksi baru dibuang apabila pasien sudah pulang. Hal ini tidak hanya terjadi pada pasien Ny E, tetapi terjadi di semua pasien di semua bangsal di rumah sakit tersebut.2. RekomendasiAlangkah lebih baik apabila alat injeksi hanya digunakan sekali pakai dan kemudian dibuang, karena pada dasarnya prosedurnya memang seperti itu. Banyak akibat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan alat injeksi yang tidak sekali pakai, diantaranya adalah dapat menyebabkan infeksi dan jarum sudah tidak tajam lagi. Dan sebagai seorang perawat alangkah lebih baik untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien, contohnya adalah penggunaan alat injeksi yang tidak sekali pakai.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil identifikasi, analisa masalah dan pembahasan dengan menggunakan teori, norma, etika , hukum, standar dan nilai esensial keperawatan maka agar klien yang sedang dirawat di rumah sakit dapat menerima hak sesuai kebutuhan kesehatannya kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Karena hanya perawat yang selalu bersama pasien selama 24 jam, seharusnya perawat dalam menjalankan tugasnya memperhatikan keselamatan pasien, terutama pada pasien-pasien yang beresiko jatuh.2. Seharusnya perawat tidak melakukan hal-hal yang membahayakan keselamatan pasien, sehingga hari perawatan pasien tidak bertambah lama.DAFTAR PUSTAKA

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000.

Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book