Analisis Kasus Enron Dira 2

11
Analisis Kasus Enron & Arthur Andersen Penyebab Terjadinya Skandal Enron Begitu kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri dari beragam produk, termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui skala nasional telah menyebabkan adanya keterbatasan akuntansi. Enron mengambil keuntungan penuh dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles laporan keuangan perusahaan. Dua hal utama yang mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron adalah perdagangan yang meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur transaksi finansial perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus (special purpose entities). Trading Business dan Mark-to-Market Accounting Pada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah mudah, yaitu pada setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar biaya supply gas dan pendapatan aktual yang diterima dari penjualan tersebut. Namun pada bisnis perdagangan, Enron mengadopsi mark-to-market accounting, yakni begitu sebuah kontrak jangka panjang ditandatangani, present value dari future inflows dari kontrak tersebut diakui sebagai pendapatan dan present value dari biaya kontrak tersebut dianggap sebagai biaya. Dalam hal ini, keberlangsungan kontrak jangka panjang tersebut seringkali dipertanyakan. Dengan adanya kesulitan untuk penerapan matching principle antara profit dan cash, telah memberikan laporan yang menyesatkan bagi investor. Unrealized gains and losses pada market value dari kontrak jangka panjang (yang tidak di-hedging) kemudian dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan tahunan pada saat terjadinya. Sebagai contoh, Enron melakukan kontrak kerjasama dengan Blockbuster Video pada tahun 2000. Pilot Project tersebut

description

enron

Transcript of Analisis Kasus Enron Dira 2

Analisis Kasus Enron & Arthur AndersenPenyebab Terjadinya Skandal Enron

Begitu kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri dari beragam produk, termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui skala nasional telah menyebabkan adanya keterbatasan akuntansi. Enron mengambil keuntungan penuh dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles laporan keuangan perusahaan.

Dua hal utama yang mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron adalah perdagangan yang meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur transaksi finansial perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus (special purpose entities).Trading Business dan Mark-to-Market AccountingPada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah mudah, yaitu pada setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar biaya supply gas dan pendapatan aktual yang diterima dari penjualan tersebut. Namun pada bisnis perdagangan, Enron mengadopsi mark-to-market accounting, yakni begitu sebuah kontrak jangka panjang ditandatangani, present value dari future inflows dari kontrak tersebut diakui sebagai pendapatan dan present value dari biaya kontrak tersebut dianggap sebagai biaya. Dalam hal ini, keberlangsungan kontrak jangka panjang tersebut seringkali dipertanyakan. Dengan adanya kesulitan untuk penerapan matching principle antara profit dan cash, telah memberikan laporan yang menyesatkan bagi investor. Unrealized gains and losses pada market value dari kontrak jangka panjang (yang tidak di-hedging) kemudian dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan tahunan pada saat terjadinya. Sebagai contoh, Enron melakukan kontrak kerjasama dengan Blockbuster Video pada tahun 2000. Pilot Project tersebut terdapat di Portland, Seattle dan Salt Lake City. Berdasarkan proyek tersebut Enron kemudian mengakui estimasi profit sebesar $ 110 juta walaupun berbagai kalangan mempertanyakan keberlangsungan teknis dari proyek tersebut dan permintaan pasar. Ketika jaringan tersebut gagal, Blockbuster menarik kerjasamanya dan Enron tetap meneruskan untuk mengakui future profit walaupun kontrak tersebut berakhir dengan kerugian.Special Purpose Entities

Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan tahun 2001 dimana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian forward contract dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah kontrak jangka panjang. Namun beberapa SPE kontroversial didesain secara khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan keuangan yaitu memenuhi ekspektasi investor.

Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron berkeinginan untuk membeli kepemilikan dari beberapa joint venture, namun Enron tidak mau memperlihatkan hutang miliknya yang digunakan untuk membiayai akuisisi tersebut pada neraca perusahaan. Maka Enron menggunakan Chewco, sebuah SPE yang dikontrol oleh Enron untuk menerbitkan hutang dengan Enron sebagai penjamin untuk medapatkan kepemilikan pada joint venture seharga $ 383 juta.

Transaksi tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga Enron tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint venture tersebut pada laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang pada pembukuannya.

Seperti yang telah diakui Enron pada bulan Oktober 2001, bahwa mereka telah melanggar standar akuntasi yang mengharuskan sedikitnya 3% dari aset dimiliki oleh investor ekuitas independen. Dengan mengabaikan persyaratan tersebut, Enron dapat menghindari konsolidasi dari SPE tersebut. Sebagai akibatnya, neraca perusahaan tersebut mengalami understated pada liabilitas dan overstated pada ekuitas dan pendapatan. Selain itu, Enron hanya melakukan pengungkapan minim mengenai hubungannya dengan SPE. Perusahaan tersebut hanya mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan hedging untuk menurunkan resiko pada investasinya melalui transaksi dengan SPE. Sehingga investor tidak menyadari bahwa SPE tersebut telah menggunakan saham dan jaminan finansial dari Enron, sehingga Enron tidak terproteksi dari resiko. Di samping itu, Enron juga memperbolehkan beberapa karyawan kunci di perusahaan untuk menjadi partner di SPE tersebut.

Secara garis besar, SPE dapat digunakan secara tidak etis dan ilegal untuk:

1. Melebih-lebihkan pendapatan dan laba2. Meningkatkan kas dan menyembunyikan utang atau kewajiban

3. Menutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada perusahaan lain4. Menghindari-aturan-aturan akuntansi untuk penilaian saham Enron5. Secara tidak benar memperkaya beberapa eksekutif Enron6. Memanipulasi harga saham Enron sehingga menyesatkan investor dan memperkaya eksekutif Enron yang memegang opsi saham.

Penghindaran Pajak

Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara bahkan politisi diduga memberikan konsultasi mengenai penyembunyian pajak terstruktur pada 12 transaksi besar yang mencapai $2 miliar dari tahun 1995-2001. Manajemen Enron menemukan bahwa transaksi pajak tidak hanya bisa menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan laba dalam lapora keuangan. Setelah itu, departemen pajak Enron tampak sebagai pusat revenue center.

Secara umum, empat strategi yang digunakan Enron dalam transaksi terstruktur tersebut adalah:

1. Duplikasi kerugian ekonomi tunggal (mengurangi kerugian yang sama sebanyak dua kali).

2. Pergeseran dari DPP aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi suatu aset terususutkan (kena pajak).

3. Timbulnya biaya pemotongan pajak untuk pembayaran pokok.

4. Timbulnya biaya jasa bagi pihak yang memberikan bantuan untuk WP lain.

Enron mencatat kredit yang timbul dari 2 strategi pertama sebagai pendapatan keuangan. Enron sengaja terlibat dalam transaksi yang sedikit atau tanpa tujuan bisnis untuk mendapatkan perlakuan pajak dan akuntansi yang menguntungkan. Sedangkan transaksi-transaksi rumit, kompleksitasknya direkayasa dengan saran dari penasihat luar yang canggih. Para penasihat ini adalah:Arthur Andersen, Banker Trust, Vinson Elkins, Deloitte Touche, Akun-Gump-Straus, Chase Manhattan, Deutsche Bank, dan Ernst Young.Pada kasus ini, Lea Fastow, istri Andrew Fastow yang pernah menjabat sebagai asisten bendaharan mengaku bersalah atas tuduhan penipuan pajak, ia mengajukan formulir pajak palsu. Lea dihukum 1 tahun penjara.Budaya Perusahaan, Konflik Kepentingan, Whistle-Blower

Banyak karyawan Enron mengetahui tentang kurangnya integritas dalam transaksi SPE, tetapi hanya sedikit karyawan yang berani maju untuk melaporkannya, dan Dewan Direksi Enron tidak mendengar keluhan mereka.

Kekurangan integritas pada budaya Enron berada dalam taraf yang cukup menyedihkan. Salah satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan adalah mengapa orang-orang yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan ternyata tidak maju untuk mengungkapkan kejanggalan tsb?, seperti: Richard Causey, Chief Accounting Officer Richard Buy, Chief Risk Officer Ben Glisan, Bendahara dan akuntan senior

Jika mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan, seharusnya mereka melaporkan kejanggal SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas ini ada hubungannya dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang memberikan pengaruh signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.Kegagalan Fungsi Dewan Direksi

Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang yang membebankan tugas fidusia kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan dalam kepentingan terbaik dari perusahaan an pemegang sahamnya.

Dalam kerangka kerja tata kelola, Dewan Direksi Enron bertanggung jawab untuk mengawasi lini bisnis Enron dan strategi untuk membiayainya. Salah satu bidang usaha Enron, yaitu: bisnis perdagangan energi secara online, memerlukan akses ke lini kredit yang luas.

Pada saat yang sama, sifat dari bisnis ini menyebabkan fluktuasi laba yang besar dari triwulan ke triwuan, sehingga mengarah pada pendanaan berbiaya rendah. Lini bisnis lainnya, yaitu: jaringan serat optik (yang sebagian besar tidak berguna) juga kekurangan kas.

Semua anggota Dewasn Dieksi sangat menyadari dan mendukung fokus Enron di peringkat kredit, arus kas dan beban utang. Semua orang akrab dengan strategi asset light. Disinilah titik dimana Dewan Direksi Enron tidak menjalankan tugas fidusia, mereka hanya bertindak demi kepentingan perusahaan bukan pemegang saham.Pelanggaran 5 Prinsip Tata Kelola pada kasus Enron-Anderson

National Committee on Governance(NCG,2006) memublikasikanIndonesias Core of Good Corporate Governancepada 17 Oktober 2006. Dalam kode GCG ini, NCG mengemukakan lima prinsip GCG, yaitu:

1) Transparansi(transparency)

Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.

Dalam Skandal Enron dimensi Transparasi jelas dilanggar, hal ini dapat dilihat pada :

Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan kas dan menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada perusahaan lain Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor dan karyawan sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam jumlah besar pada saat harga saham Enron tinggi, sebelum anjloknya harga saham. Tidak memasukan transaksi SPE dalam Laporan Konsolidasi Enron, sehingga angka yang ada dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan tujuan menutup-nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan.

2) Akuntabilitas(accountability)

Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif. Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya, hal ini dapat dicermati pada :

SEC membolehkan buah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan keuangannya. Hal ini diperbolehkan jika terdapat pihak independen yang mempunyai control atas entitas tujuan tersebut dan apabila pihak independen tersebut memiliki setidaknya 3% dari seluruh SPE tersebut. Peraturan tersebut kurang tepat, karena seharusnya perusahaan tidak boleh mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan keuangannya. Hal tersebut seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi yang dimiliki oleh perusahaan induk. Dalam kasus Enron ini, hal tersebut tidak dicatat dan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi perusahaan induk, ditambah lagi pihak yang memiliki SPE adalah pihak internal Enron.

Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi pembiayaan.Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua kali dan mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi aset tersusutkan (kena pajak)

Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkin listrik secara langsung atau menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan mencatat pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil monetizing dan syndicating.

3) Responsibilitas(responsibility)

Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan. Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam berbagai dimensi, yaitu :

1. Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberian keuntungan ekonomis bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness dimana tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama bahkan ada yang dirugikan.2. Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan transaksi yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan, insider trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas. Vinson dan Elkins, pengacara eksternal Enron sudah sudah menyadari adanya risiko tak terkendali dalam transaksi yang dilakukan Enron, mereka juga telah mengajukan laporan penjabaran risiko kepada Lay, namun akibat loyalitasnya kepada Lay mereka tetap menyetujui SPE yang dikelola oleh Faslow dan SPE lain. Padahal dalam etika hukum, pengacara eksternal memiliki kewajiban etis yang jelas untuk menarik diri dari transaksi di mana klien jelas melanggar hukum.3. Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen tersebut telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selama prinsip fairness tidak terpenuhi, dimensi moral sulit untuk dipertanggunjawabkan. Selain itu kegiatan perusahaan Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari ketertarikan pemangku kepentingan (hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik keterpurukan, Enron tidak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan selain dengan cara curang.4. Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu mewujudkan akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. Eksekutif Enron hanya mengejar tujuan lahirian dengan mengabaikan tujuan spiritual, dengan ini tahap yang dicapai hanya PQ dan IQ saja.

4) Independensi (independency)

Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai perikut :

Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu:

1.Sebagai auditor eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron;

2.Sebagai Konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE;

3.Sebagai penasihat perpajakan;

4.Sebagai internal auditor Enron;S

5.Sebagai penasihat masalah keuangan. Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan bahkan tumpang tindih hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.

Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat sebagai eksekutif Enron, seperti: Richard Causey, Sheron Wattkins, dan staff lainnya SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi dengan Enron adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron.

5) Kesetaraan(fairness)

Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip akuntabilitas dan tanggung jawab. Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu :

Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi (Kompensasi berlebihan). Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya Insider Trading dimana Dewan Direksi menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM yang melakukan transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya Enron. Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang saham Enron dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis. Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan menetapkan harga listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan eksekutif Enron. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan di industri sejenis gulung tikar, pengangguran di California bertambah, masyarakan kesulitan mendapatkan listrik dan harus membayar mahal untuk itu.

Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun karyawannya diubah dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual s ahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 26 sen. Sangat banyak terjadi kerugian pada karyawan. Baik financial maupun moral. Karyawan Enron banyak yang tidak diterima di perusahaan lain.