Analisis Kasus Eep Hidayat Menurut Hukum Pidana Dan

download Analisis Kasus Eep Hidayat Menurut Hukum Pidana Dan

of 14

Transcript of Analisis Kasus Eep Hidayat Menurut Hukum Pidana Dan

RYAN DWI ANGGORO LUVITO PRILANDA ADITYA DWI PUTRA M. RIZAL NURJAMAN

Oleh : 110110100150 110110100181 110110100200 110110100205

NEXT

DETAIL KASUS KRONOLOGIS PERISTIWA RINGKASAN DAKWAAN JPU KRONOLOGI PUTUSAN KESIMPULAN

Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan menyatakan, bahwa SK Bupati Subang Nomor : 973/Kep.604-Dipenda/2005 tentang Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (BP PBB) Dalam Wilayah Kabupaten Subang Tanggal 12 September 2005 bertentangan dengan semua aturan administrasi negara. Hal inilah yang dijadikan dasar hukum oleh Jaksa Penuntut Umum dalam kasus yang menimpa Bupati (nonaktif) Eep Hidayat.MENU

1. Pemerintah Kabupaten Subang dilimpahi kewenangan melakukan penagihan dua sektor PBB, Perdesaan dan Perkotaan, maka seharusnya dana BP PBB dari tiga sektor PBB Perkebunan, perhutanan dan Pertambangan tidak dibagi-bagikan disebabkan tidak melaksanakan penagihan PBB dari ketiga sektor tersebut (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1007/KMK.04/1985)NEXT

2. Dana BP PBB Seharusnya digunakan untuk kegiatan operasional pemungutan PBB, bukan dibagi-bagikan sebagai tambahan penghasilan (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pasal1)

BACK

NEXT

3. Dana BP PBB tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai tambahan penghasilan bagi PNS (Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 29 ayat (2) tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 63 ayat (2), Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 39 ayat (1).BACK NEXT

4. Dana BP PBB tersebut digunakan untuk kepentingan diri sendiri dan keuntungan orang lain (UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pasal 66 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 4, Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 20 ayat (1), Pasal 28 huruf (a).BACK NEXT

5. Dana BP PBB tersebut tidak dicantumkan dalam APBD (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Pasal 4)

BACK

MENU

Pemda Subang diberikan pelimpahan kewenangan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor Perdesaan dan sektor Perkotaan (2P), sedangkan penagihan PBB sektor Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (3P) sesuai Kepmenkeu 1007 Tahun 1985 dilakukan oleh Pemerintah Pusat, karena itu Pemda Subang tidak berhak menggunakan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (BP PBB) dari 3P, selain untuk pembangunan. Dana BP PBB sesuai Kepmenkeu 83 Tahun 2000 digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional pemungutan, tetapi kenyataannya di Kabupaten Subang dibagi-bagikan sesuai Keputusan Bupati 973 Tahun 2005 diantaranya kepada PNS sehingga menjadi Tambahan Pengahasilan Bagi PNS tanpa mendapat persetujuan DPRD dan dipandang menyalahi azas-azas penyelenggaraan pemerintahan.NEXT

Selain di atas, dana BP PBB tidak dicantumkan dalam APBD dan tidak pernah dibahas oleh DPRD sehingga tidak memperoleh persetujuan DPRD, maka Keputusan Bupati Subang Nomor 973/ Kep.604-Dipenda/ 2005 tentang pembagian Biaya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Wilayah Kabupaten Subang menyimpangi kewenangan disebabkan tidak memperoleh persetujuan DPRD.MENU

Putusan bebas pengadilan tipikor Bandung Pengadilan Tipikor Bandung memvonis bebas terdakwa dalam kasus Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (BP PBB) Pemerintah Kabupaten Subang tahun 2005-2008 tersebut.

NEXT

Putusan kasasi Mahkamah Agung

Namun atas vonis bebas yang dikeuarkan oleh pengadilan tipikor Bandung tersebut, jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi mengajukan banding dan kasasi ke Mahkamah Agung. Dan pada 21 Februari silam, MA menyatakan Eep Hidayat bersalah. MA membatalkan vonis bebas pengadilan dan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara dengan denda Rp200 juta subsider 3 bulan. MA pun telah menyampaikan petikan vonis kasasi perkara Bupati Subang Non Aktif Eep Hidayat itu kepada Pengadilan Negeri Bandung, pada tanggal 2 Maret 2012 .NEXT

Peninjauan Kembali (PK) dari pihak Eep Hidayat Kuasa Hukum, Bupati Subang nonaktif Eep Hidayat yakni Abdy Yuhana akan melakukan upaya hukum luar biasa setelah mendapatkan surat resmi putusan dari Mahkamah Agung (MA). setelah putusan kasasi diterima, status Eep Hidayat jadi terpidana. Oleh karena itu melalui Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung pihak kuasa hukum dari Eep Hidayat akan mengajukan upaya hukum luar biasa ke Mahkamah Agung berupa Peninjauan Kembali (PK).MENU

Dari pembahasan yang telah disampaikan diatas, kami menyimpulkan bahwa dikabulkannya permohonan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum kepada mahkamah agung dinilai tepat karena jika dilihat dari ranah hukum maka kebijakan pembagian BP PBB kepada PNS di Kab. Subang yang telah dilakukan oleh Bupati Eep Hidayat merupakan suatu bentuk penyalahgunaan wewenang yang telah melanggar undang-undang (Permendagri) dan juga asas-asas umum pemerintahan yang baik.Tindak pidana korupsi berupa pembagian biaya pemungutan pajak bumi dan bangunan kepada pegawai negeri sipil Kab. Subang yang tertuang dalam SK Bupati Subang Nomor : 973/Kep.604-Dipenda/2005 tentang Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah Kabupaten Subang tanggal 12 September 2005 bertentangan dengan semua aturan administrasi Negara. Kemudian, sangatlah wajar adanya apabila kasus ini dapat diklasifikasikan dan diselesaikan melalui ranah peradilan umum yang dalam hal ini merupakan ranah peradilan pidana. Hal ini dikarenakan hanya kasus tata usaha negara yang menimbulkan akibat pidana saja lah yang dapat diadili diluar peradilan tata usaha negara.