ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2011-2013
-
Upload
syarifah-indah -
Category
Documents
-
view
53 -
download
7
description
Transcript of ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2011-2013
-
ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI
INDONESIA PERIODE 2011-2013
Syarifah Indah Permatasari Alhasni
(Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Nim: 111308400039/Email: [email protected]
Pembimbing:
Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si
ABSTRACT The purpose of the study is to analyze how much the variables in the money
supply, inflation and BI Rate against mutual fund shares in Indonesia period 2011-2013. The variables are used the money supply as X1, inflation as X2, and BI Rate as X3 against mutual fund shares as Y. Data used in this research is monthly data start from January 2011 until December 2013. The main goal of research is to find out, money supply, inflation and BI Rate have influence or not to performance of mutual funds shares in Indonesia. The research using the method of regression analysis, with data being managed using spss.Where the data that managed by spss are secondary data from the official website of http://www.bi.go.id/ dan http://www.bapepam.go.id/. Scale measurements are used to this study is Ratio Scale. Rate of money supply and mutual fund shares have relation which are negative. Rate of inflation and mutual fund shares have not relation. Rate of BI Rate and mutual fund shares have relation which are positif. Keyword: Money supply, Inflation, BI Rate; Mutual Fund Shares.
I. PENDAHULUAN Di era perdagangan bebas sekarang
Ini semakin banyak orang yang melakukan
investasi. Itu semua karena Informasi
mengenai investasi mudah untuk didapatkan
di zaman modern ini. Apalagi, di Indonesia
instrument dan sarana investasi semakin
banyak. Sehingga semakin banyak pula
pilihan masyarakat, khususnya bagi para
investor, untuk melakukan investasi dengan
harapan keuntungan di masa yang akan
datang. Sejak dikeluarkannya Undang-
Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, yang
mengatur keberadaan reksa dana saham
serta berbagai peraturan pelaksanaan yang
dikeluarkan oleh Bapepam, disini
masyarakat diberikan pilihan yang menarik
dalam berinvestasi.
Reksadana terus mengalami
perubahan. Perubahan yang dialami kinerja
reksadana saham tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Sebelum melakukan
investasi dengan membeli saham, investor
perlu menganalisis tentang penilaian saham.
-
Jumlah uang beredar di Negara maju
umumnya luas dibandingkan dengan Negara
berkembang. Inflasi berarti kenaikan harga
barang secara umum. Sementara BI Rate
adalah tingkat suku bunga yang dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam menetapkan
besar kecilnya tingkat deposito dan
presentase bunga pinjaman. BI Rate diatur
oleh Bank Indonesia. Pada saat inflasi tinggi
maka bank Indonesia akan mengeluarkan
kebijakan untuk menaikkan BI Rate.
Karena, ketika BI Rate mengalami kenaikan
maka akan menyebabkan bunga pinjaman
akan meningkat. Dari sisi investasi, pada
saat suku bunga dinaikkan, orang akan lebih
memilih alternative deposito yang
memberikan bunga lebih tinggi. Dari
dampak menurunnya investasi maka
instrument saham dan obligasi dijual
sehingga menyebabkan harga saham,
obligasi dan reksadana turun maka jumlah
uang beredar akan berkurang. Sebaliknya,
pada saat suku bunga diturunkan, para
investor akan lebih memilih untuk
berinvestasi.
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka perlu dicari tahu dan dianalisis, jumlah
uang beredar, inflasi dan BI Rate tersebut
berpengaruh atau tidak terhadap kinerja
reksadana saham. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh
jumlah uang beredar, inflasi, dan BI Rate
terhadap kinerja reksadana saham di
Indonesia.
II. KERANGKA TEORITIS DAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reksadana
2.1.1. Pengertian Reksadana
Reksadana adalah waddah dan pola
pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan
investor untuk berinvestasi dalam bentuk
instrument-instrumen investasi yang tersedia
di pasar dengan cara membeli unit
penyertaan reksadana. Dana ini kemudian
dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke
dalam portofolio investasi, baik berupa
saham, obligasi, pasar uang ataupun
efek/sekuriti lainnya.
Menurut Undang-undang Pasar
Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat
(27): Reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh
Manajer Investasi.
2.1.2. Bentuk Hukum Reksadana
Menurut Undang-undang Pasar
Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat
(1), bentuk hokum di Indonesia ada dua,
yaitu Reksadana berbentuk Perseroan (PT.
Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksa Dana berbentuk Perseroan
(PT. Reksa Dana)
suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang
dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan
perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada
jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan
portofolio investasi.
Reksa Dana berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif (KIK)
kontrak yang dibuat antara Manajer
Investasi dan Bank Kustodian yang juga
mengikat pemegang Unit Penyertaan
sebagai Investor. Melalui kontrak ini
Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio efek dan Bank
Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan dan administrasi
investasi.
-
2.1.3. Jenis Jenis Reksadana
Reksadana Saham.
Reksadana saham adalah reksadana yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya
80% dari portofolio yang dikelolanya ke
dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek
saham umumnya memberikan potensi hasil
yang lebih tinggi berupa capital gain melalui
pertumbuhan harga-harga saham dan
deviden. Reksadana saham memberikan
potensi pertumbuhan nilai investasi yang
paling besar demikian juga dengan
risikonnya.
Reksadana Campuran.
Reksadana campuran adalah reksadana yang
melakukan investasi dalam efek ekuitas dan
efek hutang yang perbandingannya tidak
termasuk dalam kategori reksadana
pendapatan tetap dan reksadana saham.
Potensi hasil dan risiko reksadana campuran
secara teoritis dapat lebih besar dari
reksadana pendapatan tetap namun lebih
kecil dari reksadana saham.
Reksadana Pendapatan Tetap.
Reksadana pendapatan tetap adalah
reksadana yang malakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari portofolio
yang dikelolanya ke dalam efek bersifat
hutang. Risiko investasi yang lebih tinggi
dari reksadana pasar uang membuat nilai
return bagi reksadana jenis ini juga lebih
tinggi tapi tetap lebih rendah daripada
reksadana campuran atau saham.
Reksadana Pasar Uang.
Reksadana pasar uang adalah reksadana
yang melakukan investasi 100% pada efek
pasar uang yaitu efek hutang yang berjangka
kurang dari satu tahun. Reksadana pasar
uang merupakan reksadana yang memiliki
risiko terendah namun juga memberikan
return yang terbatas.
Reksadana Index
Reksadana Index adalah reksadana yang
isinya adalah sebagian besar dari index
tertentu (tidak semua, yang penting
merefleksikan index tersebut) dan dikelola
secara pasif, artinya tidak melakukan jual
beli di bursa, kecuali ada subscription baru
atau redemption, oleh karenanya reksadana
index biasanya keuntungan dan kerugiannya
sejalan dengan index tersebut (jika ada
selisih, biasanya selisihnya kecil). Jika
reksadana tersebut diperjualbelikan di bursa,
maka disebut Exchange Traded Fund (ETF)
dan harganya berfluktuasi tiap detiknya,
sehingga sebenarnya mirip saham.
Keduanya, baik reksadana index maupun
ETF disebut pengelolaaan dana index dan di
Amerika Serikat pada tahun 2013,
mencakup 18,4% dari seluruh pengelolaan
dana bersama (mutual funds).
2.1.4. Nilai Aktiva Bersih
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah
satu tolak ukur dalam memantau hasil dari
suatu Reksa Dana.NAB per saham/unit
penyertaan adalah harga wajar dari
portofolio suatu Reksadana setelah
dikurangi biaya operasional kemudian
dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang
telah beredar (dimiliki investor) pada saat
tersebut.
2.1.5. Manfaat Reksadana
-
Reksa Dana memiliki beberapa manfaat
yang menjadikannya sebagai salah satu
alternatif investasi yang menarik antara lain:
Dikelola oleh manajemen
profesional
Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana
dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang
memang mengkhususkan keahliannya dalam
hal pengelolaan dana. Peran Manajer
Investasi sangat penting mengingat Pemodal
individu pada umumnya mempunyai
keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat
melakukan riset secara langsung dalam
menganalisa harga efek serta mengakses
informasi ke pasar modal.
Diversifikasi investasi
Diversifikasi atau penyebaran investasi yang
terwujud dalam portofolio akan mengurangi
risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan),
karena dana atau kekayaan Reksa Dana
diinvestasikan pada berbagai jenis efek
sehingga risikonya pun juga tersebar.
Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar
risiko bila seorang membeli satu atau dua
jenis saham atau efek secara individu.
Transparansi informasi
Reksa Dana wajib memberikan informasi
atas perkembangan portofolionya dan
biayanya secara kontinyu sehingga
pemegang Unit Penyertaan dapat memantau
keuntungannya, biaya, dan risiko setiap
saat.Pengelola Reksa Dana wajib
mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
nya setiap hari di surat kabar serta
menerbitkan laporan keuangan tengah
tahunan dan tahunan serta prospektus secara
teratur sehingga Investor dapat memonitor
perkembangan investasinya secara rutin.
Likuiditas yang tinggi
Agar investasi yang dilakukan berhasil,
setiap instrumen investasi harus mempunyai
tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan
demikian, Pemodal dapat mencairkan
kembali Unit Penyertaannya setiap saat
sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing
Reksadana sehingga memudahkan investor
mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib
membeli kembali Unit Penyertaannya
sehingga sifatnya sangat likuid.
Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan
dana dari banyak pemodal dan kemudian
dikelola secara profesional, maka sejalan
dengan besarnya kemampuan untuk
melakukan investasi tersebut akan
menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.
Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah
dibandingkan apabila Investor individu
melakukan transaksi sendiri di bursa.
2.2.Jumlah Uang Beredar
2.2.1.Pengertian Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar merupakan uang yang
beredar di masyarakat. Jumlah uang beredar
merupakan salah satu bagian dari ekonomi
moneter yang berpengaruh besar dalam
perekonomian Indonesia. Cakupan definisi
jumlah uang beredar di Negara maju
umumnya luas dibandingkan dengan Negara
berkembang.
pengertian uang secara luas adalah sesuatu
yang dapat diterima secara umum sebagai
alat pembayaran dalam suatu wilayah
tertentu atau sebagai alat pembayaran
utang atau sebagai alat untuk melakukan
pembelian barang dan jasa. Uang memiliki
empat fungsi penting, yaitu sebagai satuan
hitung (unit of account),alat
transaksi/pembayaran (medium of
-
exchange), penyimpan nilai (store of value),
dan standar pembayaran di masa mendatang
(standard of deferred payment).
Pengertian paling sempit yang biasa dikenal
dengan istilah narrow money merupakan
daya beli yang langsung digunakan untuk
pembayaran atau dapat diperluas dengan
mencakup alat-alat pembayaran yang
mendekati uang (deposito berjangka dan
tabungan).
2.2.2. Ukuran Uang
Menurut mankiw (2006:81) Dalam ukuran
uang setidaknya memiliki empat symbol,
yaitu:
C dalam cakupan asset adalah mata uang
M1 dalam cakupan asset adalah mata uang ditambah deposito penerimaan,
trevelers check, dan deposito yang dapat diuangkat dengan cek lainnya.
M2 dalam cakupan asset adalah M1 ditambah neraca reksadana pasar
uang ritel, deposito tabungan
(termasuk rekening deposito pasar
uang), dan deposito berjangka kecil.
M3 dalam cakupan asset adalah M2 ditambah deposito berjangka besar
kesepakatan pembelian-ulang,
Eurodollar, dan neraca reksadana
pasar uang institusi.
Dari M1, M2, dan M3 ukuran yang paling
umum digunakan untuk mempelajari
dampak uang terhadap perekonomian adalah
M1 dan M2. Namun, tidak ada consensus
tentang ukuran persediaan uang mana yang
terbaik. Ketidaksetujuan tentang kebijakan
moneter kadang-kadang muncul karena
ukuran uang yang berbeda bergerak ke arah
yang berbeda.
2.2.3.Pengendalian Jumlah Uang Beredar
(JUB)
Pengendalian jumlah uang beredar sangat
penting dalah suatu Negara untuk menjaga
kesetabilan perekonomian suatu Negara. Di
Indonesia yang bertanggungjawab dalam
pengendalian jumlah uang beredar yaitu
Bank Indonesia (BI) dan Departement
Keuangan dengan mengeluarkan berbagai
kebijakan ekonomi moneter. Namun,
kebijakan pemerintah dalam mengendalikan
JUB tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain
dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu
bank-bank umum dan masyarakat umum.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Jumlah Uang Beredar
Dasar terciptanya uang beredar berasal dari
adanya uang inti dan uang primer. Maka
besarnya beredar ini sangat dipengaruhi oleh
besarnya uang inti yang tersedia. Uang inti
dipengaruhi oleh empat factor, yaitu:
Keadaan neraca pembayaran
Apabila neraca pembayaran mengalami
surplus, berarti ada devisa yang masuk ke
dalam Negara, hal ini berarti ada
penambahan jumlah uang beredar.
Keadaan APBN (surplus atau deficit)
Apabila pemerintah mengalami deifisit
dalam APBN, maka pemerintah harus
mengeluarkan kebijakan penambahan
uang/pencetakan uang baru. Hal ini berarti
akan ada penambahan jumlah uang yang
beredar.
Perubahan Kredit Langsung Bank
Indonesia
-
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia
tidak hanya dapat memberikan kredit kepada
bank-bank umum, tetapi BI juga dapat
memberikan kredit kepada bank umum,
tetapi BI juga dapat memberikan kredit
langsung kepada lembaga-lembaga
pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
lainnya.
Perubahan Kredit Likiuditas Bank
Indonesia
Dalam mengatasi krisis terkadang BI
mengeluarkan kebijakan untuk memberikan
kredit likiuditas kepada bank-bank umum,
yang julmahnya mencapai ratusan triliun
rupiah. Hal ini, akan berdampak pada
melonjaknya jumlah uang beredar.
Disamping itu, adanya pinjaman luar negri,
kebijakan tarif pajak, juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang
beredar.
2.2.5. Berbagai Kebijakan Pemerintah
dalam Mengendalikan JUB
Secara garis besar terdapat dua jenis
kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi jumlah uang beredar. Yaitu
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah salah satu
kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, kebijakan moneter dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan moneter kuantitaif, yang
meliputi:
Politik pasar terbuka
Politik diskonto dan bunga pinjaman
Politik merubah cadangan minimal
bank-bank umum pada BI
b. Kebijakan moneter kualitatif, yang
meliputi:
Pengawasan pinjaman secara selektif
Pembujukan moral
Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi
jumlah uang beredar, melalu pajak.
2.2.6. Teori Kuantitas Uang: Irving
Fisher
Teori kuantitas uang dikemukakan oleh
Irving Fisher, seorang ahliekonomi Amerika
yang tergolong dalam golongan ahli-ahli
ekonomi klasik (Adiwarman Karim,
2008:77) Keterangan :
M = Jumlah uang beredar
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
2.3. Inflasi
2.3.1. Pengertian Inflasi
Dengan demikian, inflasi (inflation) adalah
kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Lawan dari inflasi
adalah deflasi (deflation), yaitu kondisi di
mana tingkat harga mengalami penurunan
terus-menerus.
2.3.2. Jenis-jenis Inflasi
Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Inflasi rendah. Inflasi dikatakan
rendah jika kenaikan harga berjalan
sangat lambat dengan persentase
kecil, yaitu di bawah 10% setahun.
Inflasi sedang. Suatu negara
dikatakan mengalami inflasi sedang,
jika persentase laju inflasinya
sebesar 10% 30% setahun.
-
Inflasi tinggi. Inflasi dikatakan tinggi
jika laju inflasinya berkisar 30%
100% setahun.
Hiperinflasi. Hiperinflasi dapat
terjadi jika laju inflasinya di atas
100% setahun. Apabila suatu negara
mengalami hiperinflasi, maka
masyarakat tidak lagi memiliki
kepercayaan terhadap uang, mereka
lebih memilih menukarkannya
dengan barang tertentu.
2.3.3. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
Inflasi dapat pula dibedakan berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
Demand-pull inflation
Cost-push inflation
2.3.4. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan
menjadi berikut ini.
Inflasi karena defisit APBN. Inflasi
jenis ini terjadi sebagai akibat
adanya pertumbuhan jumlah uang
yang beredar melebihi permintaan
akan uang.
Imported inflation. Imported
inflation yaitu inflasi yang terjadi di
suatu negara, misalnya beberapa
barang di luar negeri yang menjadi
faktor produksi di suatu negara,
harganya meningkat, maka kenaikan
harga tersebut mengakibatkan
meningkatnya harga barang di
negara tersebut.
2.3.5. Teori-teori Inflasi
Gejala-gejala inflasi dapat dijelaskan dengan
teori-teori inflasi.
Teori Kunatitas (Irving Fisher)
Menurut teori kuantitas, apabila
penawaran uang bertambah maka
tingkat harga umum juga akan naik.
Hubungan langsung antara harga dan
kuantitas uang seperti yang
digambarkan oleh teori kuantitas
uang sederhana dapat digunakan
untuk menerangkan situasi inflasi.
Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi
karena ada sebagian masyarakat
yang ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya. Proses
inflasi merupakan proses perebutan
bagian rezeki di antara kelompok-
kelompok sosial yang menginginkan
bagian lebih besar dari yang bisa
disediakan oleh masyarakat tersebut.
Teori Strukturalis
Teori ini memberikan perhatian
besar terhadap struktur
perekonomian di negara
berkembang. Inflasi di negara
berkembang terutama disebabkan
oleh faktor-faktor struktur
ekonominya. Menurut teori ini,
kondisi struktur ekonomi negara
berkembang yang dapat
menimbulkan inflasi adalah:
o Ketidakelastisan Penerimaan
Ekspor
o Ketidakelastisan Penawaran
atau Produksi Makanan di
Dalam Negeri
2.3.6. Penyebab Inflasi
-
Penyebab terjadinya inflasi secara umum
bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Demand-pull inflation Bertambahnya permintaan terhadap
barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-
faktor produksi. Meningkatnya
permintaan terhadap produksi
menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi terjadi
karena kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflasi yang
ditimbulkan oleh permintaan total
yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan pada tingkat harga dikenal
dengan istilah demand pull inflation.
2. Cost-push inflation. Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi
(input) sehingga mengakibatkan
harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik.
2.3.7. Dampak Inflasi Inflasi mempunyai dampak terhadap
individu maupun bagi kegiatan
perekonomian secara luas. Dampak yang
ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun
positif, tergantung pada tingkat
keparahannya.
1. Dampak Positif Pengaruh positif inflasi terjadi
apabila tingkat inflasi masih berada
pada persentase tingkat bunga kredit
yang berlaku. Misalnya, pada saat itu
tingkat bunga kredit adalah 15% per
tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi
negara maju, inflasi seperti ini akan
mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan. Mengapa demikian?
Hal ini terjadi, karena para
pengusaha/ wirausahawan di negara
maju dapat memanfaatkan kenaikan
harga untuk berinvestasi,
memproduksi, serta menjual barang
dan jasa.
2. Dampak Negatif Inflasi yang terlalu tinggi membawa
dampak yang tidak sedikit terhadap
perekonomian, terutama tingkat
kemakmuran masyarakat. Dampak
inflasi tersebut, antara lain:
Dampak Inflasi terhadap Pemerataan Pendapatan.
Dampak Inflasi terhadap Output (Hasil Produksi).
Mendorong Penanaman Modal Spekulatif.
Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi
Investasi.
Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi di Masa Depan.
Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.
2.3.8. Cara Mengatasi Inflasi
Berikut ini, Anda akan mengenal beberapa
kebijakan pemerintah dalam mengendalikan
inflasi.
1. Kebijakan Moneter Menurut teori moneter klasik, inflasi
terjadi karena penambahan jumlah
uang beredar. Dengan demikian,
secara teoretis relatif mudah untuk
mengatasi inflasi, yaitu dengan
mengendalikan jumlah uang beredar
itu sendiri. Kebijakan moneter
adalah tindakan yang dilakukan oleh
Bank Indonesia untuk mengurangi
atau menambah jumlah uang
beredar. Ketika jumlah uang beredar
terlalu berlebihan sehingga inflasi
meningkat tajam, Bank Indonesia
akan segera menerapkan berbagai
-
kebijakan moneter untuk mengurangi
peredaran uang.
2. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berkaitan
dengan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan fiskal
dilakukan pemerintah untuk
mengurangi inflasi adalah
mengurangi pengeluaran pemerintah,
menaikkan tarif pajak dan
mengadakan pinjaman pemerintah.
3. Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal. Selain kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal, pemerintah
melakukan kebijakan nonmoneter/
nonfiskal dengan tiga cara, yaitu
menaikkan hasil produksi,
menstabilkan upah (gaji), dan
pengamanan harga, serta distribusi
barang.
2.4. BI Rate
2.4.1. Pengertian BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.
2.4.2. Fungsi BI Rate
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur
Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. Sasaran operasional kebijakan
moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank
Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti
oleh perkembangan di suku bunga deposito,
dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan. Dengan mempertimbangkan pula
faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan
menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan berada di bawah sasaran
yang telah ditetapkan.
2.3.Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3.1
Kerangka pemikiran analisis pengaruh
Jumlah Uang Beredar (X1), Inflasi (X2),
dan BI Rate (X3) terhadap Kinerja
Reksadana Saham (Y).
Teori X
Menurut teori Irving Fisher, nilai
uang sangat dipengaruhi oleh jumlah
uang beredar, kecepatan uang
beredar dan jumlah barang yang
diperdagangkan. Teori Keyness,
proses inflasi merupakan proses
Y
Reksadana
Saham
R
X2
inflasi
X1
Ju
mla
h U
ang
Ber
edar
X3
BI Rate
-
perebutan bagian rezeki di antara
kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian lebih besar
dari yang bisa disediakan oleh
masyarakat tersebut. Seperti yang
disebutkan dalam Inflation Targeting
Framework bahwa BI Rate
merupakan suku bunga acuan Bank
Indonesia dan merupakan sinyal
(stance) dari kebijakan moneter
Bank Indonesia.
Teori Y Reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat Pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
(UU No. 8 Tahun 1995, ayat 27).
2.4.Hipotesis
Berdasarkan kerangka di atas, maka
penulis menarik hipotesis sebagai berikut:
H1 = Diduga Jumlah Uang Beredar
berpengaruh positif terhadap
permintaan Reksa Dana Saham.
H2 = Diduga Inflasi berpengaruh
negative terhadap permintaan Reksa
Dana Saham.
H3 = Diduga BI Rate berpengaruh
negative terhadap permintaan Reksa
Dana Saham
III. METODE PENELITIAN
3.1. Variabel penelitian
Penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan empat variabel, yaitu variabel
dependen/terikat (Y) dan tiga variabel
independen/bebas (X). Dimana variabel
dependen merupakan kinerja reksadana
saham, dan variabel independen merupakan
jumlah uang beredar (JUB), Inflasi, dan BI
Rate.
3.2. Sumber data
Penulis melakukan penelitian
berdasarkan data sekunder yang berasal dari
web resmi Bank Indonesia dan Bapepam.
Melalui web resmi Bank Indonesia, penulis
mendapatkan data Jumlah Uang Beredar,
Inflasi dan BI Rate tahun 2011-2013.
Melalui web resmi Bapepam, penulis
mendapatkan data reksadana saham tahun
2011-2013.
Data penelitian yang digunakan juga
merupakan data kuantitatif (berupa angka)
dan termasuk data time-series secara
bulanan di Indonesia periode Januari 2011
hingga Desember 2013.
Tabel 3.a. Inflasi terhadap Reksadana
Saham Indonesia tahun 2011-2013.
Sumber: http://www.bi.go.id/ dan
http://www.bapepam.go.id/ yang diolah
kembali.
Tahun Reksadana(%) Inflasi(%)
Jan-11 41.7 7.02
Feb-11 46.68 6.84
Mar-11 47.48 6.65
Apr-11 48.56 6.16
Mei-11 49.08 5.98
Jun-11 49.6 5.54
Jul-11 49.25 4.61
Agu-11 49.38 4.79
Sep-11 49.51 4.61
Okt-11 51.82 4.42
Nov-11 50.26 4.15
Des-11 49.61 3.79
Jan-12 47.73 3.65
Feb-12 45.85 3.56
Mar-12 45.33 3.97
Apr-12 44.91 4.5
-
Mei-12 44.5 4.45
Jun-12 45.25 4.53
Jul-12 44.27 4.56
Agu-12 43.29 4.58
Sep-12 39.16 4.31
Okt-12 41.34 4.61
Nov-12 43.52 4.32
Des-12 37.6 4.3
Jan-13 41.97 4.57
Feb-13 42.21 5.31
Mar-13 38.21 5.9
Apr-13 41.63 5.57
Mei-13 45.06 5.47
Jun-13 41.77 5.9
Jul-13 42.51 8.61
Agu-13 43.25 8.79
Sep-13 44.48 8.4
Okt-13 45.72 8.32
Nov-13 44.61 8.37
Des-13 45.16 8.38
Tabel 3.b. Jumlah Uang Beredar dan
BI Rate tahun 2011-2013.
Sumber: http://www.bi.go.id/ yang diolah
kembali
Tahun Jub BI Rate(%)
Jan-11 604169.16 6.5
Feb-11 585890.08 6.75
Mar-11 580601.21 6.75
Apr-11 584633.81 6.75
Mei-11 611790.51 6.75
Jun-11 636206.14 6.75
Jul-11 639687.98 6.75
Agu-11 662806.24 6.75
Sep-11 656095.74 6.75
Okt-11 664999.95 6.5
Nov-11 667587.23 6
Des-11 722991.17 6
Jan-12 696281.03 6
Feb-12 683208.48 5.75
Mar-12 714215.03 5.75
Apr-12 720875.99 5.75
Mei-12 749403.19 5.75
Jun-12 779366.6 5.75
Jul-12 771738.77 5.75
Agu-12 772377.53 5.75
Sep-12 795459.72 5.75
Okt-12 774922.64 5.75
Nov-12 801344.63 5.75
Des-12 841652.12 5.75
Jan-13 787859.68 5.75
Feb-13 786548.67 5.75
Mar-13 810054.88 5.75
Apr-13 832213.49 5.75
Mei-13 822876.47 5.75
Jun-13 858498.99 6
Jul-13 879986.02 6.5
Agu-13 855782.79 6.5
Sep-13 867714.92 7.25
Okt-13 856171.21 7.25
Nov-13 870416.85 7.5
Des-13 887081.01 7.5
3.3 Metodologi yang digunakan
Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah model regresi berganda.
Analisis regresi adalah studi ketergantungan
dari variabel dependen pada satu atau lebih
variabel lain, yaitu variabel independen
(Gujarati, 1999).
3.4 Model fungsi
Model fungsi dan persamaan yang dapat
digunakan untuk menganalisa pengaruh
jumlah uang beredar, inflasi dan BI Rate
terhadap kinerja reksadana saham adalah
sebagai berikut:
Y = 0 + 1 X1 + 2X2+ 3 X3+E
Reksadana = 0 + 1 Jumlah Uang
Beredar + E
Reksadana = 0 + 2 Inflasi + E
Reksadana = 0 + 3 BI Rate + E
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
Uji Normalitas
Dari output di atas terlihat bah wa data
terdistribusi normal dengan nilai Sig 0,488 >
0,05, data normal.
Uji Multikolinieritas
Tidak ada gejala multikolinieritas terlihat
dari nilai Tolerance > 0.10, dan nilai VIF <
10.0, Nilai Tolerance JUB 0.733 >
0.10,Inflasi 0.427 > 0.10, Bi Rate 0.435 >
0.10, VIFF menunjukkan bahwa ketiga
variabel memiliki VIF
-
Berdasarkan Scatterplot diatas,terlihat
bahwa plot menyebar secara acak di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu
Regression studentized residual. Oleh
karena itu maka berdasarkan uji
heterokedastis menggunakan metode
analisis grafik, pada model regresi yang
terbentuk dinyatakan tidak ada gejala
heterokedastisitas.
Uji F
Fsig 0,000 lebih kecil dari alpha 0,1
(0,000 F tabel =
15,298 >2,89 artinya terdapat pengaruh
secara simultan antara variabel JUB, Inflasi,
BI Rate terhadap Reksadana.
Uji T
*uji t variabel JUB
Terlihat nilai sig < 0,05 (0,04 < 0,05), dan T
hitung < T tabel (-3,061 < 1,693), dapat
disimpulkan bahwa JUB berpengaruh
negatif terhadap reksadana.
*uji t variabel inflasi
Terlihat nilai sig > 0,05 (0,09 > 0,05), dan
T hitung > T tabel (-2,772 < 1,693), dapat
disimpulkan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh terhadap reksadana.
*uji t variabel BI Rate
Terlihat nilai sig < 0,05 (0,00 < 0,05), dan T
hitung < T tabel (4,057 > 1,693), dapat
disimpulkan bahwa BI Rate berpengaruh
positif terhadap reksadana.
PENGUJIAN DETERMINASI (Adjust
R-Square)
Koefisien determinasi sebesar 0,551 yang
berarti sebesar 55,1% perubahan reksadana
dapat dijelaskan oleh perubahan JUB,Inflasi
dan BI Rate . sisanya 44,9% dipengaruhi
oleh variabel lain.
Analisis Regresi Berganda
Pengujian koefisien regresi
LnY = 3,394 0,847 LnX1 + 0,301 LnX3
1) Konstanta sebesar 3,394 yang menyatakan bahwa jika variabel
independen dianggap nol, maka rata-
rata reksadana adalah 3,394. Dalam
hal ini jika variabel independent
bernilai nol, maka dependent
meningkat 33,94%
2) Koefisien regresi 0,847 menyatakan bahwa setiap
peningkatan 1 point JUB, akan
menurunkan Reksadana sebesar
0,847 point, demikian pula
sebaliknya dengan asumsi variabel
lain tetap.
3) Koefisien regresi 0,301 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point BI
Rate, akan menaikkan Reksadana
sebesar 0,301 point, demikian pula
sebaliknya dengan asumsi variabel
lain tetap.
-
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
negative yang signifikan antara variabel X1
dan Y. variabel X3 dan Y juga memiliki
pengaruh positif yang signifikan. Sedangkan
variabel X2 dan Y tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan.
Koefisien determinan sebesar 0.551 atau
55.1%. Maka dapat disimpulkan pengaruh
variabel X1 (Jumlah Uang Beredar), X2
(Inflasi) dan variabel X3 (BI Rate) terhadap
variabel Y (Reksadana Saham) sebesar
55.1%. Pengaruh variabel lain yang tidak
diteliti terhadap variabel Y (Reksadana
Saham) sebesar 44.9%.
Ketika inflasi tinggi maka bank
Indonesia akan mengeluarkan kebijakan
untuk menaikkan BI Rate. Karena, ketika BI
Rate mengalami kenaikan maka akan
menyebabkan bunga pinjaman akan
meningkat. Dari sisi investasi, pada saat
suku bunga dinaikkan, orang akan lebih
memilih alternative deposito yang
memberikan bunga lebih tinggi. Dari
dampak menurunnya investasi maka
instrument saham dan obligasi dijual
sehingga menyebabkan harga saham,
obligasi dan reksadana turun maka jumlah
uang beredar di masyarakat akan berkurang.
Sebaliknya, pada saat suku bunga
diturunkan, para investor akan lebih memilih
untuk berinvestasi. Maka dapat disimpulkan
JUB memiliki pengaruh negative terhadap
reksadana saham, inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap reksadana saham dan BI
Rate memiliki pengaruh positif terhadap
reksadana saham.
VI. REFERENSI
http://www.bi.go.id/
http://www.bapepam.go.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebijakan_m
oneter
http://googleweblight.com/?lite_url=http://w
idi007.blogspot.com/2013/02/makalah-
jurnal-uang-
beredar.html?m%3D1&ei=nz8VTHIR&i=I
C=id-
ID&s=1&m=940&ts=143453738477&sig=
AG8Ucul7N7-hPAYkJbPj9FTGLKYLdrjA
www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-
inflasi-lengkap.html