ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2011-2013

14
ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2011-2013 Syarifah Indah Permatasari Alhasni (Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Nim: 111308400039/Email: [email protected] Pembimbing: Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si ABSTRACT The purpose of the study is to analyze how much the variables in the money supply, inflation and BI Rate against mutual fund shares in Indonesia period 2011-2013. The variables are used the money supply as X1, inflation as X2, and BI Rate as X3 against mutual fund shares as Y. Data used in this research is monthly data start from January 2011 until December 2013. The main goal of research is to find out, money supply, inflation and BI Rate have influence or not to performance of mutual funds shares in Indonesia. The research using the method of regression analysis, with data being managed using spss.Where the data that managed by spss are secondary data from the official website of http://www.bi.go.id/ dan http://www.bapepam.go.id/. Scale measurements are used to this study is Ratio Scale. Rate of money supply and mutual fund shares have relation which are negative. Rate of inflation and mutual fund shares have not relation. Rate of BI Rate and mutual fund shares have relation which are positif. Keyword: Money supply, Inflation, BI Rate; Mutual Fund Shares. I. PENDAHULUAN Di era perdagangan bebas sekarang Ini semakin banyak orang yang melakukan investasi. Itu semua karena Informasi mengenai investasi mudah untuk didapatkan di zaman modern ini. Apalagi, di Indonesia instrument dan sarana investasi semakin banyak. Sehingga semakin banyak pula pilihan masyarakat, khususnya bagi para investor, untuk melakukan investasi dengan harapan keuntungan di masa yang akan datang. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, yang mengatur keberadaan reksa dana saham serta berbagai peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bapepam, disini masyarakat diberikan pilihan yang menarik dalam berinvestasi. Reksadana terus mengalami perubahan. Perubahan yang dialami kinerja reksadana saham tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebelum melakukan investasi dengan membeli saham, investor perlu menganalisis tentang penilaian saham.

description

Jurna Ekonomi Moneter

Transcript of ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2011-2013

  • ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP KINERJA REKSADANA SAHAM DI

    INDONESIA PERIODE 2011-2013

    Syarifah Indah Permatasari Alhasni

    (Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

    Nim: 111308400039/Email: [email protected]

    Pembimbing:

    Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si

    ABSTRACT The purpose of the study is to analyze how much the variables in the money

    supply, inflation and BI Rate against mutual fund shares in Indonesia period 2011-2013. The variables are used the money supply as X1, inflation as X2, and BI Rate as X3 against mutual fund shares as Y. Data used in this research is monthly data start from January 2011 until December 2013. The main goal of research is to find out, money supply, inflation and BI Rate have influence or not to performance of mutual funds shares in Indonesia. The research using the method of regression analysis, with data being managed using spss.Where the data that managed by spss are secondary data from the official website of http://www.bi.go.id/ dan http://www.bapepam.go.id/. Scale measurements are used to this study is Ratio Scale. Rate of money supply and mutual fund shares have relation which are negative. Rate of inflation and mutual fund shares have not relation. Rate of BI Rate and mutual fund shares have relation which are positif. Keyword: Money supply, Inflation, BI Rate; Mutual Fund Shares.

    I. PENDAHULUAN Di era perdagangan bebas sekarang

    Ini semakin banyak orang yang melakukan

    investasi. Itu semua karena Informasi

    mengenai investasi mudah untuk didapatkan

    di zaman modern ini. Apalagi, di Indonesia

    instrument dan sarana investasi semakin

    banyak. Sehingga semakin banyak pula

    pilihan masyarakat, khususnya bagi para

    investor, untuk melakukan investasi dengan

    harapan keuntungan di masa yang akan

    datang. Sejak dikeluarkannya Undang-

    Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, yang

    mengatur keberadaan reksa dana saham

    serta berbagai peraturan pelaksanaan yang

    dikeluarkan oleh Bapepam, disini

    masyarakat diberikan pilihan yang menarik

    dalam berinvestasi.

    Reksadana terus mengalami

    perubahan. Perubahan yang dialami kinerja

    reksadana saham tersebut dipengaruhi oleh

    berbagai faktor. Sebelum melakukan

    investasi dengan membeli saham, investor

    perlu menganalisis tentang penilaian saham.

  • Jumlah uang beredar di Negara maju

    umumnya luas dibandingkan dengan Negara

    berkembang. Inflasi berarti kenaikan harga

    barang secara umum. Sementara BI Rate

    adalah tingkat suku bunga yang dijadikan

    sebagai salah satu acuan dalam menetapkan

    besar kecilnya tingkat deposito dan

    presentase bunga pinjaman. BI Rate diatur

    oleh Bank Indonesia. Pada saat inflasi tinggi

    maka bank Indonesia akan mengeluarkan

    kebijakan untuk menaikkan BI Rate.

    Karena, ketika BI Rate mengalami kenaikan

    maka akan menyebabkan bunga pinjaman

    akan meningkat. Dari sisi investasi, pada

    saat suku bunga dinaikkan, orang akan lebih

    memilih alternative deposito yang

    memberikan bunga lebih tinggi. Dari

    dampak menurunnya investasi maka

    instrument saham dan obligasi dijual

    sehingga menyebabkan harga saham,

    obligasi dan reksadana turun maka jumlah

    uang beredar akan berkurang. Sebaliknya,

    pada saat suku bunga diturunkan, para

    investor akan lebih memilih untuk

    berinvestasi.

    Berdasarkan latar belakang di atas,

    maka perlu dicari tahu dan dianalisis, jumlah

    uang beredar, inflasi dan BI Rate tersebut

    berpengaruh atau tidak terhadap kinerja

    reksadana saham. Oleh karena itu, perlu

    dilakukan penelitian tentang pengaruh

    jumlah uang beredar, inflasi, dan BI Rate

    terhadap kinerja reksadana saham di

    Indonesia.

    II. KERANGKA TEORITIS DAN

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Reksadana

    2.1.1. Pengertian Reksadana

    Reksadana adalah waddah dan pola

    pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan

    investor untuk berinvestasi dalam bentuk

    instrument-instrumen investasi yang tersedia

    di pasar dengan cara membeli unit

    penyertaan reksadana. Dana ini kemudian

    dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke

    dalam portofolio investasi, baik berupa

    saham, obligasi, pasar uang ataupun

    efek/sekuriti lainnya.

    Menurut Undang-undang Pasar

    Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat

    (27): Reksadana adalah wadah yang

    dipergunakan untuk menghimpun dana dari

    masyarakat Pemodal untuk selanjutnya

    diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh

    Manajer Investasi.

    2.1.2. Bentuk Hukum Reksadana

    Menurut Undang-undang Pasar

    Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat

    (1), bentuk hokum di Indonesia ada dua,

    yaitu Reksadana berbentuk Perseroan (PT.

    Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk

    Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

    Reksa Dana berbentuk Perseroan

    (PT. Reksa Dana)

    suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang

    dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan

    perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada

    jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan

    portofolio investasi.

    Reksa Dana berbentuk Kontrak

    Investasi Kolektif (KIK)

    kontrak yang dibuat antara Manajer

    Investasi dan Bank Kustodian yang juga

    mengikat pemegang Unit Penyertaan

    sebagai Investor. Melalui kontrak ini

    Manajer Investasi diberi wewenang untuk

    mengelola portofolio efek dan Bank

    Kustodian diberi wewenang untuk

    melaksanakan penitipan dan administrasi

    investasi.

  • 2.1.3. Jenis Jenis Reksadana

    Reksadana Saham.

    Reksadana saham adalah reksadana yang

    melakukan investasi sekurang-kurangnya

    80% dari portofolio yang dikelolanya ke

    dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek

    saham umumnya memberikan potensi hasil

    yang lebih tinggi berupa capital gain melalui

    pertumbuhan harga-harga saham dan

    deviden. Reksadana saham memberikan

    potensi pertumbuhan nilai investasi yang

    paling besar demikian juga dengan

    risikonnya.

    Reksadana Campuran.

    Reksadana campuran adalah reksadana yang

    melakukan investasi dalam efek ekuitas dan

    efek hutang yang perbandingannya tidak

    termasuk dalam kategori reksadana

    pendapatan tetap dan reksadana saham.

    Potensi hasil dan risiko reksadana campuran

    secara teoritis dapat lebih besar dari

    reksadana pendapatan tetap namun lebih

    kecil dari reksadana saham.

    Reksadana Pendapatan Tetap.

    Reksadana pendapatan tetap adalah

    reksadana yang malakukan investasi

    sekurang-kurangnya 80% dari portofolio

    yang dikelolanya ke dalam efek bersifat

    hutang. Risiko investasi yang lebih tinggi

    dari reksadana pasar uang membuat nilai

    return bagi reksadana jenis ini juga lebih

    tinggi tapi tetap lebih rendah daripada

    reksadana campuran atau saham.

    Reksadana Pasar Uang.

    Reksadana pasar uang adalah reksadana

    yang melakukan investasi 100% pada efek

    pasar uang yaitu efek hutang yang berjangka

    kurang dari satu tahun. Reksadana pasar

    uang merupakan reksadana yang memiliki

    risiko terendah namun juga memberikan

    return yang terbatas.

    Reksadana Index

    Reksadana Index adalah reksadana yang

    isinya adalah sebagian besar dari index

    tertentu (tidak semua, yang penting

    merefleksikan index tersebut) dan dikelola

    secara pasif, artinya tidak melakukan jual

    beli di bursa, kecuali ada subscription baru

    atau redemption, oleh karenanya reksadana

    index biasanya keuntungan dan kerugiannya

    sejalan dengan index tersebut (jika ada

    selisih, biasanya selisihnya kecil). Jika

    reksadana tersebut diperjualbelikan di bursa,

    maka disebut Exchange Traded Fund (ETF)

    dan harganya berfluktuasi tiap detiknya,

    sehingga sebenarnya mirip saham.

    Keduanya, baik reksadana index maupun

    ETF disebut pengelolaaan dana index dan di

    Amerika Serikat pada tahun 2013,

    mencakup 18,4% dari seluruh pengelolaan

    dana bersama (mutual funds).

    2.1.4. Nilai Aktiva Bersih

    NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah

    satu tolak ukur dalam memantau hasil dari

    suatu Reksa Dana.NAB per saham/unit

    penyertaan adalah harga wajar dari

    portofolio suatu Reksadana setelah

    dikurangi biaya operasional kemudian

    dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang

    telah beredar (dimiliki investor) pada saat

    tersebut.

    2.1.5. Manfaat Reksadana

  • Reksa Dana memiliki beberapa manfaat

    yang menjadikannya sebagai salah satu

    alternatif investasi yang menarik antara lain:

    Dikelola oleh manajemen

    profesional

    Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana

    dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang

    memang mengkhususkan keahliannya dalam

    hal pengelolaan dana. Peran Manajer

    Investasi sangat penting mengingat Pemodal

    individu pada umumnya mempunyai

    keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat

    melakukan riset secara langsung dalam

    menganalisa harga efek serta mengakses

    informasi ke pasar modal.

    Diversifikasi investasi

    Diversifikasi atau penyebaran investasi yang

    terwujud dalam portofolio akan mengurangi

    risiko (tetapi tidak dapat menghilangkan),

    karena dana atau kekayaan Reksa Dana

    diinvestasikan pada berbagai jenis efek

    sehingga risikonya pun juga tersebar.

    Dengan kata lain, risikonya tidak sebesar

    risiko bila seorang membeli satu atau dua

    jenis saham atau efek secara individu.

    Transparansi informasi

    Reksa Dana wajib memberikan informasi

    atas perkembangan portofolionya dan

    biayanya secara kontinyu sehingga

    pemegang Unit Penyertaan dapat memantau

    keuntungannya, biaya, dan risiko setiap

    saat.Pengelola Reksa Dana wajib

    mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB)

    nya setiap hari di surat kabar serta

    menerbitkan laporan keuangan tengah

    tahunan dan tahunan serta prospektus secara

    teratur sehingga Investor dapat memonitor

    perkembangan investasinya secara rutin.

    Likuiditas yang tinggi

    Agar investasi yang dilakukan berhasil,

    setiap instrumen investasi harus mempunyai

    tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dengan

    demikian, Pemodal dapat mencairkan

    kembali Unit Penyertaannya setiap saat

    sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing

    Reksadana sehingga memudahkan investor

    mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib

    membeli kembali Unit Penyertaannya

    sehingga sifatnya sangat likuid.

    Biaya Rendah

    Karena reksadana merupakan kumpulan

    dana dari banyak pemodal dan kemudian

    dikelola secara profesional, maka sejalan

    dengan besarnya kemampuan untuk

    melakukan investasi tersebut akan

    menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.

    Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah

    dibandingkan apabila Investor individu

    melakukan transaksi sendiri di bursa.

    2.2.Jumlah Uang Beredar

    2.2.1.Pengertian Jumlah Uang Beredar

    Jumlah uang beredar merupakan uang yang

    beredar di masyarakat. Jumlah uang beredar

    merupakan salah satu bagian dari ekonomi

    moneter yang berpengaruh besar dalam

    perekonomian Indonesia. Cakupan definisi

    jumlah uang beredar di Negara maju

    umumnya luas dibandingkan dengan Negara

    berkembang.

    pengertian uang secara luas adalah sesuatu

    yang dapat diterima secara umum sebagai

    alat pembayaran dalam suatu wilayah

    tertentu atau sebagai alat pembayaran

    utang atau sebagai alat untuk melakukan

    pembelian barang dan jasa. Uang memiliki

    empat fungsi penting, yaitu sebagai satuan

    hitung (unit of account),alat

    transaksi/pembayaran (medium of

  • exchange), penyimpan nilai (store of value),

    dan standar pembayaran di masa mendatang

    (standard of deferred payment).

    Pengertian paling sempit yang biasa dikenal

    dengan istilah narrow money merupakan

    daya beli yang langsung digunakan untuk

    pembayaran atau dapat diperluas dengan

    mencakup alat-alat pembayaran yang

    mendekati uang (deposito berjangka dan

    tabungan).

    2.2.2. Ukuran Uang

    Menurut mankiw (2006:81) Dalam ukuran

    uang setidaknya memiliki empat symbol,

    yaitu:

    C dalam cakupan asset adalah mata uang

    M1 dalam cakupan asset adalah mata uang ditambah deposito penerimaan,

    trevelers check, dan deposito yang dapat diuangkat dengan cek lainnya.

    M2 dalam cakupan asset adalah M1 ditambah neraca reksadana pasar

    uang ritel, deposito tabungan

    (termasuk rekening deposito pasar

    uang), dan deposito berjangka kecil.

    M3 dalam cakupan asset adalah M2 ditambah deposito berjangka besar

    kesepakatan pembelian-ulang,

    Eurodollar, dan neraca reksadana

    pasar uang institusi.

    Dari M1, M2, dan M3 ukuran yang paling

    umum digunakan untuk mempelajari

    dampak uang terhadap perekonomian adalah

    M1 dan M2. Namun, tidak ada consensus

    tentang ukuran persediaan uang mana yang

    terbaik. Ketidaksetujuan tentang kebijakan

    moneter kadang-kadang muncul karena

    ukuran uang yang berbeda bergerak ke arah

    yang berbeda.

    2.2.3.Pengendalian Jumlah Uang Beredar

    (JUB)

    Pengendalian jumlah uang beredar sangat

    penting dalah suatu Negara untuk menjaga

    kesetabilan perekonomian suatu Negara. Di

    Indonesia yang bertanggungjawab dalam

    pengendalian jumlah uang beredar yaitu

    Bank Indonesia (BI) dan Departement

    Keuangan dengan mengeluarkan berbagai

    kebijakan ekonomi moneter. Namun,

    kebijakan pemerintah dalam mengendalikan

    JUB tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain

    dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu

    bank-bank umum dan masyarakat umum.

    2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Jumlah Uang Beredar

    Dasar terciptanya uang beredar berasal dari

    adanya uang inti dan uang primer. Maka

    besarnya beredar ini sangat dipengaruhi oleh

    besarnya uang inti yang tersedia. Uang inti

    dipengaruhi oleh empat factor, yaitu:

    Keadaan neraca pembayaran

    Apabila neraca pembayaran mengalami

    surplus, berarti ada devisa yang masuk ke

    dalam Negara, hal ini berarti ada

    penambahan jumlah uang beredar.

    Keadaan APBN (surplus atau deficit)

    Apabila pemerintah mengalami deifisit

    dalam APBN, maka pemerintah harus

    mengeluarkan kebijakan penambahan

    uang/pencetakan uang baru. Hal ini berarti

    akan ada penambahan jumlah uang yang

    beredar.

    Perubahan Kredit Langsung Bank

    Indonesia

  • Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia

    tidak hanya dapat memberikan kredit kepada

    bank-bank umum, tetapi BI juga dapat

    memberikan kredit kepada bank umum,

    tetapi BI juga dapat memberikan kredit

    langsung kepada lembaga-lembaga

    pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan

    Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

    lainnya.

    Perubahan Kredit Likiuditas Bank

    Indonesia

    Dalam mengatasi krisis terkadang BI

    mengeluarkan kebijakan untuk memberikan

    kredit likiuditas kepada bank-bank umum,

    yang julmahnya mencapai ratusan triliun

    rupiah. Hal ini, akan berdampak pada

    melonjaknya jumlah uang beredar.

    Disamping itu, adanya pinjaman luar negri,

    kebijakan tarif pajak, juga dapat

    mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang

    beredar.

    2.2.5. Berbagai Kebijakan Pemerintah

    dalam Mengendalikan JUB

    Secara garis besar terdapat dua jenis

    kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam

    mengatasi jumlah uang beredar. Yaitu

    kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

    Kebijakan Moneter

    Kebijakan moneter adalah salah satu

    kebijakan yang dikeluarkan oleh

    pemerintah, kebijakan moneter dibagi

    menjadi dua, yaitu:

    a. Kebijakan moneter kuantitaif, yang

    meliputi:

    Politik pasar terbuka

    Politik diskonto dan bunga pinjaman

    Politik merubah cadangan minimal

    bank-bank umum pada BI

    b. Kebijakan moneter kualitatif, yang

    meliputi:

    Pengawasan pinjaman secara selektif

    Pembujukan moral

    Kebijakan Fiskal

    Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi

    jumlah uang beredar, melalu pajak.

    2.2.6. Teori Kuantitas Uang: Irving

    Fisher

    Teori kuantitas uang dikemukakan oleh

    Irving Fisher, seorang ahliekonomi Amerika

    yang tergolong dalam golongan ahli-ahli

    ekonomi klasik (Adiwarman Karim,

    2008:77) Keterangan :

    M = Jumlah uang beredar

    V = Tingkat perputaran uang

    P = Tingkat harga barang

    T = Jumlah barang yang diperdagangkan

    2.3. Inflasi

    2.3.1. Pengertian Inflasi

    Dengan demikian, inflasi (inflation) adalah

    kenaikan harga barang-barang yang bersifat

    umum dan terus-menerus. Lawan dari inflasi

    adalah deflasi (deflation), yaitu kondisi di

    mana tingkat harga mengalami penurunan

    terus-menerus.

    2.3.2. Jenis-jenis Inflasi

    Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

    Inflasi rendah. Inflasi dikatakan

    rendah jika kenaikan harga berjalan

    sangat lambat dengan persentase

    kecil, yaitu di bawah 10% setahun.

    Inflasi sedang. Suatu negara

    dikatakan mengalami inflasi sedang,

    jika persentase laju inflasinya

    sebesar 10% 30% setahun.

  • Inflasi tinggi. Inflasi dikatakan tinggi

    jika laju inflasinya berkisar 30%

    100% setahun.

    Hiperinflasi. Hiperinflasi dapat

    terjadi jika laju inflasinya di atas

    100% setahun. Apabila suatu negara

    mengalami hiperinflasi, maka

    masyarakat tidak lagi memiliki

    kepercayaan terhadap uang, mereka

    lebih memilih menukarkannya

    dengan barang tertentu.

    2.3.3. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

    Inflasi dapat pula dibedakan berdasarkan

    penyebabnya, yaitu:

    Demand-pull inflation

    Cost-push inflation

    2.3.4. Inflasi Berdasarkan Asalnya

    Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan

    menjadi berikut ini.

    Inflasi karena defisit APBN. Inflasi

    jenis ini terjadi sebagai akibat

    adanya pertumbuhan jumlah uang

    yang beredar melebihi permintaan

    akan uang.

    Imported inflation. Imported

    inflation yaitu inflasi yang terjadi di

    suatu negara, misalnya beberapa

    barang di luar negeri yang menjadi

    faktor produksi di suatu negara,

    harganya meningkat, maka kenaikan

    harga tersebut mengakibatkan

    meningkatnya harga barang di

    negara tersebut.

    2.3.5. Teori-teori Inflasi

    Gejala-gejala inflasi dapat dijelaskan dengan

    teori-teori inflasi.

    Teori Kunatitas (Irving Fisher)

    Menurut teori kuantitas, apabila

    penawaran uang bertambah maka

    tingkat harga umum juga akan naik.

    Hubungan langsung antara harga dan

    kuantitas uang seperti yang

    digambarkan oleh teori kuantitas

    uang sederhana dapat digunakan

    untuk menerangkan situasi inflasi.

    Teori Keynes

    Menurut Keynes, inflasi terjadi

    karena ada sebagian masyarakat

    yang ingin hidup di luar batas

    kemampuan ekonominya. Proses

    inflasi merupakan proses perebutan

    bagian rezeki di antara kelompok-

    kelompok sosial yang menginginkan

    bagian lebih besar dari yang bisa

    disediakan oleh masyarakat tersebut.

    Teori Strukturalis

    Teori ini memberikan perhatian

    besar terhadap struktur

    perekonomian di negara

    berkembang. Inflasi di negara

    berkembang terutama disebabkan

    oleh faktor-faktor struktur

    ekonominya. Menurut teori ini,

    kondisi struktur ekonomi negara

    berkembang yang dapat

    menimbulkan inflasi adalah:

    o Ketidakelastisan Penerimaan

    Ekspor

    o Ketidakelastisan Penawaran

    atau Produksi Makanan di

    Dalam Negeri

    2.3.6. Penyebab Inflasi

  • Penyebab terjadinya inflasi secara umum

    bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1. Demand-pull inflation Bertambahnya permintaan terhadap

    barang dan jasa menyebabkan

    bertambahnya permintaan faktor-

    faktor produksi. Meningkatnya

    permintaan terhadap produksi

    menyebabkan harga faktor produksi

    meningkat. Jadi, inflasi terjadi

    karena kenaikan dalam permintaan

    total sewaktu perekonomian yang

    bersangkutan dalam situasi full

    employment. Inflasi yang

    ditimbulkan oleh permintaan total

    yang berlebihan sehingga terjadi

    perubahan pada tingkat harga dikenal

    dengan istilah demand pull inflation.

    2. Cost-push inflation. Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi

    (input) sehingga mengakibatkan

    harga produk-produk (output) yang

    dihasilkan ikut naik.

    2.3.7. Dampak Inflasi Inflasi mempunyai dampak terhadap

    individu maupun bagi kegiatan

    perekonomian secara luas. Dampak yang

    ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun

    positif, tergantung pada tingkat

    keparahannya.

    1. Dampak Positif Pengaruh positif inflasi terjadi

    apabila tingkat inflasi masih berada

    pada persentase tingkat bunga kredit

    yang berlaku. Misalnya, pada saat itu

    tingkat bunga kredit adalah 15% per

    tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi

    negara maju, inflasi seperti ini akan

    mendorong kegiatan ekonomi dan

    pembangunan. Mengapa demikian?

    Hal ini terjadi, karena para

    pengusaha/ wirausahawan di negara

    maju dapat memanfaatkan kenaikan

    harga untuk berinvestasi,

    memproduksi, serta menjual barang

    dan jasa.

    2. Dampak Negatif Inflasi yang terlalu tinggi membawa

    dampak yang tidak sedikit terhadap

    perekonomian, terutama tingkat

    kemakmuran masyarakat. Dampak

    inflasi tersebut, antara lain:

    Dampak Inflasi terhadap Pemerataan Pendapatan.

    Dampak Inflasi terhadap Output (Hasil Produksi).

    Mendorong Penanaman Modal Spekulatif.

    Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi

    Investasi.

    Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi di Masa Depan.

    Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.

    2.3.8. Cara Mengatasi Inflasi

    Berikut ini, Anda akan mengenal beberapa

    kebijakan pemerintah dalam mengendalikan

    inflasi.

    1. Kebijakan Moneter Menurut teori moneter klasik, inflasi

    terjadi karena penambahan jumlah

    uang beredar. Dengan demikian,

    secara teoretis relatif mudah untuk

    mengatasi inflasi, yaitu dengan

    mengendalikan jumlah uang beredar

    itu sendiri. Kebijakan moneter

    adalah tindakan yang dilakukan oleh

    Bank Indonesia untuk mengurangi

    atau menambah jumlah uang

    beredar. Ketika jumlah uang beredar

    terlalu berlebihan sehingga inflasi

    meningkat tajam, Bank Indonesia

    akan segera menerapkan berbagai

  • kebijakan moneter untuk mengurangi

    peredaran uang.

    2. Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berkaitan

    dengan penerimaan dan pengeluaran

    pemerintah. Kebijakan fiskal

    dilakukan pemerintah untuk

    mengurangi inflasi adalah

    mengurangi pengeluaran pemerintah,

    menaikkan tarif pajak dan

    mengadakan pinjaman pemerintah.

    3. Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal. Selain kebijakan moneter dan

    kebijakan fiskal, pemerintah

    melakukan kebijakan nonmoneter/

    nonfiskal dengan tiga cara, yaitu

    menaikkan hasil produksi,

    menstabilkan upah (gaji), dan

    pengamanan harga, serta distribusi

    barang.

    2.4. BI Rate

    2.4.1. Pengertian BI Rate

    BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang

    mencerminkan sikap atau stance kebijakan

    moneter yang ditetapkan oleh bank

    Indonesia dan diumumkan kepada publik.

    2.4.2. Fungsi BI Rate

    BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur

    Bank Indonesia setiap Rapat Dewan

    Gubernur bulanan dan diimplementasikan

    pada operasi moneter yang dilakukan Bank

    Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

    (liquidity management) di pasar uang untuk

    mencapai sasaran operasional kebijakan

    moneter. Sasaran operasional kebijakan

    moneter dicerminkan pada perkembangan

    suku bunga Pasar Uang Antar Bank

    Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku

    bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti

    oleh perkembangan di suku bunga deposito,

    dan pada gilirannya suku bunga kredit

    perbankan. Dengan mempertimbangkan pula

    faktor-faktor lain dalam perekonomian,

    Bank Indonesia pada umumnya akan

    menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan

    diperkirakan melampaui sasaran yang telah

    ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan

    menurunkan BI Rate apabila inflasi ke

    depan diperkirakan berada di bawah sasaran

    yang telah ditetapkan.

    2.3.Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.3.1

    Kerangka pemikiran analisis pengaruh

    Jumlah Uang Beredar (X1), Inflasi (X2),

    dan BI Rate (X3) terhadap Kinerja

    Reksadana Saham (Y).

    Teori X

    Menurut teori Irving Fisher, nilai

    uang sangat dipengaruhi oleh jumlah

    uang beredar, kecepatan uang

    beredar dan jumlah barang yang

    diperdagangkan. Teori Keyness,

    proses inflasi merupakan proses

    Y

    Reksadana

    Saham

    R

    X2

    inflasi

    X1

    Ju

    mla

    h U

    ang

    Ber

    edar

    X3

    BI Rate

  • perebutan bagian rezeki di antara

    kelompok-kelompok sosial yang

    menginginkan bagian lebih besar

    dari yang bisa disediakan oleh

    masyarakat tersebut. Seperti yang

    disebutkan dalam Inflation Targeting

    Framework bahwa BI Rate

    merupakan suku bunga acuan Bank

    Indonesia dan merupakan sinyal

    (stance) dari kebijakan moneter

    Bank Indonesia.

    Teori Y Reksadana adalah wadah yang

    dipergunakan untuk menghimpun dana

    dari masyarakat Pemodal untuk

    selanjutnya diinvestasikan dalam

    portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

    (UU No. 8 Tahun 1995, ayat 27).

    2.4.Hipotesis

    Berdasarkan kerangka di atas, maka

    penulis menarik hipotesis sebagai berikut:

    H1 = Diduga Jumlah Uang Beredar

    berpengaruh positif terhadap

    permintaan Reksa Dana Saham.

    H2 = Diduga Inflasi berpengaruh

    negative terhadap permintaan Reksa

    Dana Saham.

    H3 = Diduga BI Rate berpengaruh

    negative terhadap permintaan Reksa

    Dana Saham

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Variabel penelitian

    Penulis melakukan penelitian dengan

    menggunakan empat variabel, yaitu variabel

    dependen/terikat (Y) dan tiga variabel

    independen/bebas (X). Dimana variabel

    dependen merupakan kinerja reksadana

    saham, dan variabel independen merupakan

    jumlah uang beredar (JUB), Inflasi, dan BI

    Rate.

    3.2. Sumber data

    Penulis melakukan penelitian

    berdasarkan data sekunder yang berasal dari

    web resmi Bank Indonesia dan Bapepam.

    Melalui web resmi Bank Indonesia, penulis

    mendapatkan data Jumlah Uang Beredar,

    Inflasi dan BI Rate tahun 2011-2013.

    Melalui web resmi Bapepam, penulis

    mendapatkan data reksadana saham tahun

    2011-2013.

    Data penelitian yang digunakan juga

    merupakan data kuantitatif (berupa angka)

    dan termasuk data time-series secara

    bulanan di Indonesia periode Januari 2011

    hingga Desember 2013.

    Tabel 3.a. Inflasi terhadap Reksadana

    Saham Indonesia tahun 2011-2013.

    Sumber: http://www.bi.go.id/ dan

    http://www.bapepam.go.id/ yang diolah

    kembali.

    Tahun Reksadana(%) Inflasi(%)

    Jan-11 41.7 7.02

    Feb-11 46.68 6.84

    Mar-11 47.48 6.65

    Apr-11 48.56 6.16

    Mei-11 49.08 5.98

    Jun-11 49.6 5.54

    Jul-11 49.25 4.61

    Agu-11 49.38 4.79

    Sep-11 49.51 4.61

    Okt-11 51.82 4.42

    Nov-11 50.26 4.15

    Des-11 49.61 3.79

    Jan-12 47.73 3.65

    Feb-12 45.85 3.56

    Mar-12 45.33 3.97

    Apr-12 44.91 4.5

  • Mei-12 44.5 4.45

    Jun-12 45.25 4.53

    Jul-12 44.27 4.56

    Agu-12 43.29 4.58

    Sep-12 39.16 4.31

    Okt-12 41.34 4.61

    Nov-12 43.52 4.32

    Des-12 37.6 4.3

    Jan-13 41.97 4.57

    Feb-13 42.21 5.31

    Mar-13 38.21 5.9

    Apr-13 41.63 5.57

    Mei-13 45.06 5.47

    Jun-13 41.77 5.9

    Jul-13 42.51 8.61

    Agu-13 43.25 8.79

    Sep-13 44.48 8.4

    Okt-13 45.72 8.32

    Nov-13 44.61 8.37

    Des-13 45.16 8.38

    Tabel 3.b. Jumlah Uang Beredar dan

    BI Rate tahun 2011-2013.

    Sumber: http://www.bi.go.id/ yang diolah

    kembali

    Tahun Jub BI Rate(%)

    Jan-11 604169.16 6.5

    Feb-11 585890.08 6.75

    Mar-11 580601.21 6.75

    Apr-11 584633.81 6.75

    Mei-11 611790.51 6.75

    Jun-11 636206.14 6.75

    Jul-11 639687.98 6.75

    Agu-11 662806.24 6.75

    Sep-11 656095.74 6.75

    Okt-11 664999.95 6.5

    Nov-11 667587.23 6

    Des-11 722991.17 6

    Jan-12 696281.03 6

    Feb-12 683208.48 5.75

    Mar-12 714215.03 5.75

    Apr-12 720875.99 5.75

    Mei-12 749403.19 5.75

    Jun-12 779366.6 5.75

    Jul-12 771738.77 5.75

    Agu-12 772377.53 5.75

    Sep-12 795459.72 5.75

    Okt-12 774922.64 5.75

    Nov-12 801344.63 5.75

    Des-12 841652.12 5.75

    Jan-13 787859.68 5.75

    Feb-13 786548.67 5.75

    Mar-13 810054.88 5.75

    Apr-13 832213.49 5.75

    Mei-13 822876.47 5.75

    Jun-13 858498.99 6

    Jul-13 879986.02 6.5

    Agu-13 855782.79 6.5

    Sep-13 867714.92 7.25

    Okt-13 856171.21 7.25

    Nov-13 870416.85 7.5

    Des-13 887081.01 7.5

    3.3 Metodologi yang digunakan

    Metode yang akan digunakan dalam

    penelitian ini adalah model regresi berganda.

    Analisis regresi adalah studi ketergantungan

    dari variabel dependen pada satu atau lebih

    variabel lain, yaitu variabel independen

    (Gujarati, 1999).

    3.4 Model fungsi

    Model fungsi dan persamaan yang dapat

    digunakan untuk menganalisa pengaruh

    jumlah uang beredar, inflasi dan BI Rate

    terhadap kinerja reksadana saham adalah

    sebagai berikut:

    Y = 0 + 1 X1 + 2X2+ 3 X3+E

    Reksadana = 0 + 1 Jumlah Uang

    Beredar + E

    Reksadana = 0 + 2 Inflasi + E

    Reksadana = 0 + 3 BI Rate + E

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Uji Normalitas

    Dari output di atas terlihat bah wa data

    terdistribusi normal dengan nilai Sig 0,488 >

    0,05, data normal.

    Uji Multikolinieritas

    Tidak ada gejala multikolinieritas terlihat

    dari nilai Tolerance > 0.10, dan nilai VIF <

    10.0, Nilai Tolerance JUB 0.733 >

    0.10,Inflasi 0.427 > 0.10, Bi Rate 0.435 >

    0.10, VIFF menunjukkan bahwa ketiga

    variabel memiliki VIF

  • Berdasarkan Scatterplot diatas,terlihat

    bahwa plot menyebar secara acak di atas

    maupun di bawah angka nol pada sumbu

    Regression studentized residual. Oleh

    karena itu maka berdasarkan uji

    heterokedastis menggunakan metode

    analisis grafik, pada model regresi yang

    terbentuk dinyatakan tidak ada gejala

    heterokedastisitas.

    Uji F

    Fsig 0,000 lebih kecil dari alpha 0,1

    (0,000 F tabel =

    15,298 >2,89 artinya terdapat pengaruh

    secara simultan antara variabel JUB, Inflasi,

    BI Rate terhadap Reksadana.

    Uji T

    *uji t variabel JUB

    Terlihat nilai sig < 0,05 (0,04 < 0,05), dan T

    hitung < T tabel (-3,061 < 1,693), dapat

    disimpulkan bahwa JUB berpengaruh

    negatif terhadap reksadana.

    *uji t variabel inflasi

    Terlihat nilai sig > 0,05 (0,09 > 0,05), dan

    T hitung > T tabel (-2,772 < 1,693), dapat

    disimpulkan bahwa Inflasi tidak

    berpengaruh terhadap reksadana.

    *uji t variabel BI Rate

    Terlihat nilai sig < 0,05 (0,00 < 0,05), dan T

    hitung < T tabel (4,057 > 1,693), dapat

    disimpulkan bahwa BI Rate berpengaruh

    positif terhadap reksadana.

    PENGUJIAN DETERMINASI (Adjust

    R-Square)

    Koefisien determinasi sebesar 0,551 yang

    berarti sebesar 55,1% perubahan reksadana

    dapat dijelaskan oleh perubahan JUB,Inflasi

    dan BI Rate . sisanya 44,9% dipengaruhi

    oleh variabel lain.

    Analisis Regresi Berganda

    Pengujian koefisien regresi

    LnY = 3,394 0,847 LnX1 + 0,301 LnX3

    1) Konstanta sebesar 3,394 yang menyatakan bahwa jika variabel

    independen dianggap nol, maka rata-

    rata reksadana adalah 3,394. Dalam

    hal ini jika variabel independent

    bernilai nol, maka dependent

    meningkat 33,94%

    2) Koefisien regresi 0,847 menyatakan bahwa setiap

    peningkatan 1 point JUB, akan

    menurunkan Reksadana sebesar

    0,847 point, demikian pula

    sebaliknya dengan asumsi variabel

    lain tetap.

    3) Koefisien regresi 0,301 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 point BI

    Rate, akan menaikkan Reksadana

    sebesar 0,301 point, demikian pula

    sebaliknya dengan asumsi variabel

    lain tetap.

  • V. KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan teori dan penelitian yang telah

    dikemukakan diatas, maka dapat

    disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

    negative yang signifikan antara variabel X1

    dan Y. variabel X3 dan Y juga memiliki

    pengaruh positif yang signifikan. Sedangkan

    variabel X2 dan Y tidak mempunyai

    pengaruh yang signifikan.

    Koefisien determinan sebesar 0.551 atau

    55.1%. Maka dapat disimpulkan pengaruh

    variabel X1 (Jumlah Uang Beredar), X2

    (Inflasi) dan variabel X3 (BI Rate) terhadap

    variabel Y (Reksadana Saham) sebesar

    55.1%. Pengaruh variabel lain yang tidak

    diteliti terhadap variabel Y (Reksadana

    Saham) sebesar 44.9%.

    Ketika inflasi tinggi maka bank

    Indonesia akan mengeluarkan kebijakan

    untuk menaikkan BI Rate. Karena, ketika BI

    Rate mengalami kenaikan maka akan

    menyebabkan bunga pinjaman akan

    meningkat. Dari sisi investasi, pada saat

    suku bunga dinaikkan, orang akan lebih

    memilih alternative deposito yang

    memberikan bunga lebih tinggi. Dari

    dampak menurunnya investasi maka

    instrument saham dan obligasi dijual

    sehingga menyebabkan harga saham,

    obligasi dan reksadana turun maka jumlah

    uang beredar di masyarakat akan berkurang.

    Sebaliknya, pada saat suku bunga

    diturunkan, para investor akan lebih memilih

    untuk berinvestasi. Maka dapat disimpulkan

    JUB memiliki pengaruh negative terhadap

    reksadana saham, inflasi tidak memiliki

    pengaruh terhadap reksadana saham dan BI

    Rate memiliki pengaruh positif terhadap

    reksadana saham.

    VI. REFERENSI

    http://www.bi.go.id/

    http://www.bapepam.go.id/

    http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

    https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebijakan_m

    oneter

    http://googleweblight.com/?lite_url=http://w

    idi007.blogspot.com/2013/02/makalah-

    jurnal-uang-

    beredar.html?m%3D1&ei=nz8VTHIR&i=I

    C=id-

    ID&s=1&m=940&ts=143453738477&sig=

    AG8Ucul7N7-hPAYkJbPj9FTGLKYLdrjA

    www.zonasiswa.com/2014/08/pengertian-

    inflasi-lengkap.html