ANALISIS JENJANG KOGNITIF SOAL BUKU TEKS FISIKA SMA
Transcript of ANALISIS JENJANG KOGNITIF SOAL BUKU TEKS FISIKA SMA
i
ANALISIS JENJANG KOGNITIF SOAL BUKU TEKS FISIKA SMA
KELAS X PADA MATERI BESARAN DAN GERAK
SKRIPSI
Oleh
DELI ANGGRAENI LUBIS
NIM 105391108716
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Juni, 2021
ii
ANALISIS JENJANG KOGNITIF SOAL BUKU TEKS FISIKA SMA
KELAS X PADA MATERI BESARAN DAN GERAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Miuhammadiyah Makassar
Oleh
DELI ANGGRAENI LUBIS
NIM 105391108716
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Juni, 2021
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu. Bobby Unser
Kau tidak akan pernah sampai ditempat tujuanmu, jika melangkah saja bahkan kau
tak mau. -LP-
Jika tidak bisa sekuat hujan yang menyatukan langit dan bumi, jadilah selembut doa
yang menyatukan harapan dan takdir. -DB-
Jika tak punya ilmu, minimal punya malu. -SH-
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepada-Nya lah
kami menyembah dan memohon pertolongan. Sekaligus sebagai ungkapan
terimakasihku kepada:
Alm. Ayahku semoga tenang dialam sana dan diampuni segala khilaf didunia, Ibu
yang begitu rela mengorbankan seluruh hidupnya untuk kebahagiaanku, adekku
Risky Lubis yang telah menyayangiku sebaik mungkin, Pamanku Ahmad M.Said
yang telah menjembatani pendidikan kuliah yang kutempuh terimakasih banyak
atas segalanya. Semoga Allah membalas semua kebaikan hati kalian semua serta
diberikan kemudahan dalam segala hal. Aamiin…
Jazakallahu Khoiron
vi
ABSTRAK
Deli Anggraeni Lubis. 2021. Analisis Jenjang Kognitif Soal Buku Teks Fisika SMA Kelas X Pada Materi Besaran dan Gerak. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dibimbing oleh Nurlina dan Hartono).
Taksonomi merupakan sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perbedaan kualitas yang terdapat pada setiap buku ajar memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan peserta didik. Keberadaan buku teks juga sangat penting sebagai salah satu perangkat dasar dari proses pembelajaran. Soal-soal yang terdapat dalam buku teks juga diharapkan dapat mendorong dan mengukur dimensi kognitif peserta didik.Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membahas kualitas atau tingkatan soal buku kelas X pada materi Besaran dan Gerak berdasarkan taksonomi bloom revisi. Karena dalam proses pembelajaran guru masih sangat bergantung penuh dengan buku ajar, sehingga menjadikan buku ajar sumber pembelajaran yang utama dalam proses pembelajaran di kelas. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah buku yang digunakan di kelas X. Subjek penelitian adalah soal-soal evaluasi yang ditulis oleh Pujianto (2016) yang diterbitkan oleh Intan Pariwara dengan persentase LOTS sebesar 27,50% dan HOTS sebesar 72,50%, Sudar (2016) terbitan Erlangga dengan persentase LOTS sebesar 42,00% dan HOTS sebesar 58,00%, Purwanto (2016) terbitan PT. Wangsa Jatra Lestari dengan persentase LOTS sebesar 53,50% dan HOTS sebesar 46,50%, Nugroho (2016) terbitan Mediatama dengan persentase LOTS sebesar 43,50% dan HOTS 56,50% dan untuk buku karangan Ruwanto (2016) terbitan Yudhistira dengan persentase LOTS sebesar 48,75% dan HOTS sebesar 51,25%. Tingkatan kognitif untuk masing-masing soal tersebut digolongkan kedalam enam tingkat kognitif berdasarkan indikator kognitif berdasarkan taksonomi bloom revisi. Hasil dari penelitian ini adalah persentase soal untuk masing-masing tingkat kognitif adalah: C1 (mengingat) 10%, C2 (memahami) 26,85%, C3 (mengaplikasikan) 18%, C4 (menganalisis) 51,2%, C5 (mengevaluasi) 5,75% dan untuk C6 (mencipta) dengan persentase 0%. Hasil tersebut telah memenuhi proporsi soal yang mendukung ketercapaian Kompetensi Dasar, yaitu 30% untuk C1 dan C2, 40% untuk C3 dan C4. Tetapi untuk C5 dan C6 tidak memenuhi proporsi soal yang mendukung ketercapaian Kompetensi Dasar.
Kata Kunci: Tingkat Kognitif, Taksonomi Bloom, Analisis Buku Teks Siswa
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, penguasa langit dan bumi beserta seluruh
isinya. Tuhan yang melimpahkan rahmat dan karunia sehingga penyusun
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Salam dan shalawat
tetap tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan
para sahabat beliau.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan Skripsi disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penelitian serupa di masa yang akan datang.
Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
doa, dukungan dan bimbingan dari orang-orang baik di sekitar penulis,
sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan
Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Terimakasih kepada ibunda Dr. Nurlina, S.Si.,M.Pd selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang senantiasa memberi semangat
positif kepada seluruh mahasiswa pendidikan Fisika. Semoga Ibu senantiasa
diberi kesehatan dan kekuatan untuk membangun Prodi Pendidikan Fisika
menjadi lebih baik lagi kedepannya.
viii
Terima kasih penulis juga ucapkan kepada Bapak dan Ibu Dosen Prodi
Pendidikan Biologi. Terima kasih sudah tidak kenal lelah untuk membagi
ilmunya dengan ikhlas selama penulis menempuh pendidikan di Prodi
Pendidikan Fisika. Semoga kesehatan senantiasa terjaga, dan semangat positif
terus mengalir untuk membangun Prodi Pendidikan Fisika.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nurlina, S.Si.,M.Pd
dan Bapak Hartono Bancong, M.Pd., Ph.D selaku dosen pembimbing yang
selalu sabar saat penulis meminta temu untuk dibimbing. Terima kasih atas
bimbingan Bapak dan Ibu selama ini. Terima kasih atas semangat besar yang
selalu ditularkan kepada penulis, untuk ilmu, waktu, dan perhatian yang
dicurahkan kepada penulis. Semoga senantiasa sehat, dan dilimpahi
kebahagiaan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis yang selalu
memberi dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis, senantiasa
memberikan waktu dan tenaga. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
dan kebahagiaan. Terima kasih sudah membesarkan, merawat, dan menjadi
segalanya.
Untuk teman-teman Pendidikan Dispersi C 2016, terkhusus kepada
Harni dan Sri Restika yang telah banyak membantu dan mau direpotkan
penulis dalam menyelesaikan skripsinya terima kasih atas canda tawa serta
suka dukanya, rasa syukur yang besar telah dipertemukan dengan orang-orang
sebaik kalian selama penulis menempuh pendidikan, selama menjadi
mahasiswa. Ada banyak hal yang ingin aku wujudkan, salah satunya bersama
ix
kalian angkatan 2016 Pendidikan Fisika, sebagai teman seperjuangan yang
selalu memberi semangat.
Terima kasih untuk seluruh pihak dan mohon maaf bila penulis tidak
dapat menuliskan nama satu persatu.Terima Kasih!
Makassar, Juli 2021
Penulis
Deli Anggraeni Lubis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................................vi
ABSTRAK……………………………………………………………………...vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian......................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka............................................................................................6
1. Hakikat Buku Pelajaran........................................................................6
2. Karakter…............................................................................................7
3. Kualitas.................................................................................................7
4. Fungsi Buku Pelajaran .......…………………………………………..9
5. Buku Teks...........................................................................................11
6. Kurikulum 2013..................................................................................13
7. Kemampuan Ranah Kognitif Siswa....................................................15
8. Taksonomi Bloom..............................................................................19
9. Jenjang Kognitif Soal Evaluasi...........................................................30
10. Penelitian Yang Relevan.....................................................................31
xi
B. Kerangka Pikir...........................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..........................................................................................36
B. Subjek Penelitian.......................................................................................36
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................36
D. Prosedur Penelitian...................................................................................37
E. Teknik pengumpulan Data........................................................................37
F. Instrumen Penelitian.................................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .........................................................................................43
B. Pembahasan ...............................................................................................52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................56
B. Saran ................................................................................................... ......56
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................57
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................76 RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Indikator ajenjang Kognitif...................................39
Tabel 3.2 Identitas Buku kelas X yang digunakan sebagai sampel penelitian.…..41
Tabel 4.1 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Pujianto et al.
pada materi Besaran dan Gerak ………………………………………44
Tabel 4.2 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Sudar et al.
pada materi Besaran dan Gerak…… …………..……………………..45
Tabel 4.3 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Purwanto
pada Materi Besaran dan Gerak……………………………………….46
Tabel 4.4 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Nugroho pada
Materi Besaran……..…………………………………………………...47
Tabel 4.5 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Ruwanto pada
Mater Besaran…………………………………………………………..48
Tabel 4.6 Dimensi kognitif untuk 5 buku fisika SMA kelas X..……...…………50
Tabel 4.7 Persentase perbandingan jenjang kognitif untuk semua buku fisika.....50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aspek dalam ranah kognitif...............................................................20
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir……………………...…………………….....35
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jenjang Kognitif Buku Fisika …………...…..52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Buku teks fisika kelas X………………………………………………….78
LAMPIRAN B
Dokumentasi…………………………………………………………….134
LAMPIRAN C
Persuratan……………………………………………………………….136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem pendidikan formal di Indonesia, kurikulum memiliki peran yang
sangat strategis. kurikulum merupakan alat, sekaligus digunakan sebagai gambaran
seperti apa praktik pendidikan yang harus dilakukan pada proses pembelajaran dan
apa yang harus dicapai. Sehingga, kurikulum juga berperan menjadi pedoman untuk
pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kurikulum itu sendiri. Meski kurikulum sangat berperan penting, namun kurikulum
memerlukan sarana berupa buku pelajaran (buku teks) dalam pelaksanaan
pendidikan. Tanpa adanya buku pelajaran, konsep serta bahan ajar yang diperlukan
oleh guru untuk melaksanakan kurikulum tidak dapat dilakukan.
Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016 tentang buku teks pelajaran yang
dijelaskan bahwa yang digunakan oleh satuan pendidikan, baik berupa buku teks
pelajaran maupun buku non teks pelajaran, merupakan sarana proses pembelajaran
bagi guru dan peserta didik, agar peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan
dasar untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Buku teks pelajaran yang
digunakan sebagai sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan
kompetensi inti serta telah dinyatakan layak oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk digunakan pada satuan pendidikan. Adapun buku non teks
pelajaran adalah buku pengayaan untuk mendukung proses pembelajaran pada setiap
2
jenjang pendidikan dan jenis buku lain yang tersedia di perpustakaan sekolah
(Kemendikbud, 2016).
Pada umumnya buku ajar merupakan media pembelajaran yang dominan
digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, yang menjadi dasar pengujian
serta penilaian yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Berguna tidaknya suatu buku ajar
yang digunakan oleh suatu sekolah tergantung dengan kualitas buku ajar itu sendiri.
Perbedaan kualitas yang terdapat pada setiap buku ajar memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap kemampuan peserta didik. Keberadaan buku teks juga sangat
penting sebagai salah satu perangkat dasar dari proses pembelajaran. Soal-soal yang
terdapat dalam buku teks juga diharapkan dapat mendorong dan mengukur dimensi
kognitif peserta didik.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan tidak semua buku teks ajar yang
tersebar dan dipergunakan oleh sekolah Memenuhi proporsi pertanyaan yang
mendukung pencapaian kompetensi dasar. Proporsi soal yang baik dalam suatu buku
ajar dan mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik yaitu 30% untuk
tingkat mengingat dan memahami, 40% untuk tingkat mengaplikasi dan menganalisis
dan 30% untuk tingkat mengevaluasi dan membuat (Giani & Hiltrimartin, 2015).
Karakteristik pertanyaan baik dalam hal materi adalah pertanyaan yang harus
sesuai dengan indikator. (indikator dalam hal ini yaitu kompetensi dasar) (Yulianti,
2013). Selain presentasi pertanyaan di setiap bab harus sesuai dengan bahan, tingkat
kesulitan juga harus bervariasi yang mendukung tercapainya kompetensi. Soal-soal
yang baik adalah soal-soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit
(Ramadhani et al., 2014). Dalam praktiknya, tingkat kesulitan akan mengikuti
3
hierarki taksonomi kognitif mekar. Kategori mudah akan dikembangkan berdasarkan
tingkat kemampuan kognitif untuk memahami dan mengetahui. Pertanyaan-
pertanyaan kategori sedang dikembangkan dari tingkat kemampuan untuk mendaftar
dan menganalisis. Sementara masalah kategori sulit dikembangkan dari tingkat
kemampuan evaluasi atau membuat (Giani & Hiltrimartin, 2015).
Taksonomi merupakan sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan
pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik
dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Taksonomi Bloom revisi
memiliki tiga ranah diantaranya 1) ranah kognitif, yang mencakup ingatan atau
pengenalan terhadap fakta-fakta tertentu, pola-pola prosedural, dan konsep-konsep
yang memungkinkan berkembangnya kemampuan dan skill intelektual, 2) ranah
afektif, ranah yang berkaitan perkembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, 3) ranah
psikomotorik, ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau
keterampilan motorik (Darmawan & Sujoko, 2013). Ranah kognitif pada taksonomi
Bloom telah mengalami revisi sehingga terbagi menjadi dua aspek yang terpisah,
yaitu aspek dimensi pengetahuan (knowledge dimension) dan dimensi proses kognitif
(cognitive process dimension) (Widodo, 2006). Dimensi pengetahuan terdiri dari
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Sedangkan dimensi
proses kognitif terdiri dari mengingat (remember), memahami (understand),
mengaplikasi (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta
(create) (Anderson & Krathwohl, 2015).
4
Pada umumnya penelitian mengenai analisis buku yang membahas kualitas
soal latihan atau tingkatan soal berdasarkan taksonomi Bloom revisi masih sangat
sedikit dijumpai khususnya pada bidang studi Fisika. Sedangkan dalam pembelajaran
guru masih sangat bergantung penuh dengan buku ajar sehingga menjadikan buku
ajar sumber pembelajaran yang utama dalam proses pembelajaran di kelas.
Pentingnya buku ajar dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pelajaran
fisika, maka perlu dilaksanakan penelitian mengenai analisis terhadap soal-soal
evaluasi yang terdapat pada buku ajar fisika yang dianalisis berdasarkan tingkat
kognitif baik dimensi proses kognitif maupun dimensi pengetahuan berdasarkan
taksonomi Bloom revisi Anderson. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka
perlu dilakukan penelitian dengan judul “analisis jenjang kognitif soal buku teks
fisika SMA kelas X pada materi besaran dan gerak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka aspek-aspek
yang akan di analisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa besar presentase kemunculan soal berdasarkan jenjang kognitif pada buku
fisika SMA kelas X?
2. Bagaimana perbandingan jenjang kognitif soal berdasarkan tahapan berpikir
(LOTS dan HOTS) pada buku fisika SMA kelas X?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis presentase kemunculan soal berdasarkan jenjang kognitif
pada buku fisika SMA kelas X.
2. Untuk menganalisis perbandingan jenjang kognitif soal berdasarkan tahapan
berpikir (LOTS dan HOTS) pada buku fisika SMA kelas X.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Guru, dapat memilih dan menyesuaikan buku teks yang sesuai dengan
kemampuan dan pengembangan siswa.
2. Peserta didik, memberikan wawasan dan minat bagi siswa untuk buku teks
sehingga mereka akan menumbuhkan minat dan semangat belajar.
3. Penulis & Penerbit, dapat digunakan sebagai saran dan input dalam penulisan,
pemeriksaan, dan penerbitan buku teks berikutnya.
4. Penyusun, dapat menambah pengalaman menulis dan memilih buku teks yang
baik
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Buku Pelajaran
Buku teks adalah salah satu jenis buku pendidikan yang berisi deskripsi
materi diskusi dalam mata pelajaran tertentu. Menurut Nasution buku teks adalah
bahan pengajaran untuk hasil penulis atau tim penulis yang dikompilasi berdasarkan
kurikulum atau interpretasi kurikulum yang berlaku. Buku sebagai bahan pengajaran,
yaitu buku yang berisi berbagai materi pelajaran dari penulis berdasarkan kurikulum
yang berlaku dan digunakan sebagai pedoman bagi guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran (Prastowo, 2014). Sementara buku teks adalah buku teks di
bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang dikompilasi oleh para ahli
di bidang untuk niat dan tujuan pembelajaran, dilengkapi dengan fasilitas pengajaran
yang sesuai dan mudah dipahami oleh pemakainya di sekolah atau perguruan tinggi
sehingga mereka dapat mendukung program pengajaran (Tarigan, 2009)
Secara umum buku ini adalah kumpulan kertas yang berisi informasi yang
berguna bagi pembaca. Dilihat dari konten dan lapisan, buku teks berfungsi sebagai
pedoman bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Buku teks memiliki
beberapa fungsi, yaitu buku teks sebagai referensi untuk peserta didik, buku teks
sebagai bahan evaluasi, buku teks sebagai alat pendidik dalam mengimplementasikan
7
kurikulum, buku teks sebagai salah satu penentu metode pengajaran atau teknik yang
akan digunakan oleh pendidik. (Prastowo, 2014).
2. Karakteristik Buku Pelajaran
Seperti halnya bahan ajar lainnya, buku teks pelajaran memiliki beberapa
karakter. Beberapa karakter sebagai berikut (Prastowo, 2011): (1) Secara formal buku
teks pelajaran di terbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN, (2) Penyusunan
buku teks pelajaran memiliki dua misi utama, yaitu: optimalisasi pengembangan
pengetahuan deklaratif dan prosedural serta pengetahuan tersebut harus menjadi
target utama dari buku pelajaran yang digunakan disekolah. (3) buku teks pelajaran
dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku dengan senantiasa mengacu pada apa
yang diprogramkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ketentuan buku pelajaran
harus mengikuti kurikulum pendidikan nasional yang sedang berlaku, berorentasi
pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi
dan masyarakat serta demonstrasi atau eksperimen dan memberikan gambaran secara
jelas tentang keterpaduan atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya.
3. Kualitas Buku Pelajaran
Untuk mengetahui apakah buku teks baik atau tidak, pertama-tama harus
diketahui bagaimana kualitas buku teks. Buku teks yang bagus juga memiliki kualitas
yang baik. Sejauh ini, kualitas buku teks cenderung merujuk pada kesesuaian
kurikulum yang berlaku. Bahkan, kualitas buku teks juga ditentukan oleh aspek-aspek
lain, bukan hanya aspek kurikulum. Buku teks berkualitas sangat berpengaruh pada
kualitas siswa dalam belajar. Ini karena buku teks yang memenuhi syarat dapat
8
memotivasi siswa untuk membaca, mengamati, dan mempelajari apa yang
terkandung dalam buku teks. Buku teks yang baik tentu saja dapat membuat pembaca
memahami dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh buku teks. Seorang
penulis diminta untuk dapat mengkompilasi buku teks yang menarik, sesuai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengembangan pembaca. Greene
dan Petty (di Muslich 2010) menyatakan ada sepuluh kategori untuk buku teks
berkualitas. Sepuluh kategori berikutnya adalah sebagai berikut,
1) Buku teks harus menarik minat siswa yang menggunakannya.
2) Buku teks harus dapat memberikan motivasi kepada siswa yang memakainya.
3) Buku teks harus berisi ilustrasi yang menarik siswa yang menggunakannya
4) Buku teks harus mempertimbangkan aspek linguistik sehingga mereka sesuai
dengan kemampuan siswa yang memakainya.
5) Isi buku teks harus terkait erat dengan pelajaran lain, bahkan lebih baik, jika data
mendukungnya dan direncanakan sehingga semuanya adalah kebulatan keseluruhan
dan terintegrasi.
6) Buku teks harus dapat merangsang, merangsang kegiatan pribadi siswa yang
menggunakannya.
7) Buku teks harus sadar dan dengan kuat menghindari konsep yang tidak jelas dan
tidak biasa, agar tidak membingungkan siswa yang memakainya.
8) Buku teks harus memiliki sudut pandang atau sudut pandang yang jelas dan tegas
sehingga pada akhirnya itu juga menjadi perspektif pemakai yang loyal.
9) Buku teks harus dapat memperkuat, menekankan pada nilai-nilai anak-anak dan
orang dewasa.
9
10) Buku teks harus dapat menghargai perbedaan pribadi pemakai.
Sebagai kelengkapan kategori, Schorling Batchelder (1956 di Muslich 2010)
menyediakan empat buku teks yang baik:
1) Direkomendasikan oleh guru yang berpengalaman.
2) Materi ini sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan kebutuhan
masyarakat.
3) Banyak berisi banyak pelajaran membaca, material dan pelatihan.
4) berisi ilustrasi yang membantu siswa belajar.
4. Fungsi Buku Pelajaran
Prastowo (2014) juga menyebutkan fungsi buku teks untuk pendidik, yaitu 1)
menghemat waktu pendidik dalam mengajar, 2) mengubah peran pendidik dari
seorang guru ke fasilitator, 3) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan interaktif, 4) Pedoman untuk pendidik mengarahkan semua kegiatannya
dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang harus
diajarkan kepada siswa, 5) alat evaluasi untuk pencapaian atau penguasaan hasil
belajar. Sementara fungsi untuk siswa; a) Siswa dapat belajar tanpa harus dididik atau
berteman, b) siswa dapat belajar kapan saja dan di mana pun dia mau, c) siswa dapat
belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, d) siswa dapat belajar sesuai
dengan siswa yang dipilih sendiri menjadi pelajar yang mandiri, f) Pedoman untuk
siswa yang akan mengarahkan semua kegiatan mereka dalam proses pembelajaran
dan merupakan zat kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai. Berdasarkan
uraian fungsi buku teks bukan hanya sumber informasi tetapi berfungsi untuk
membuat bahan evaluasi, memilih media dan metode yang tepat, sebagai panduan
10
pembelajaran bagi siswa untuk lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran untuk
dipelajari. Setiap membuat sesuatu harus memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Mirip
dengan membuat buku teks, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Fungsi buku
teks secara umum adalah untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam hal fungsinya, selain memiliki fungsi umum sebagai gambar buku,
buku teks memiliki fungsi lain sebagai:
1) Fasilitas bahan dan pengembang program dalam kurikulum pendidikan
2) Fasilitas pemerlancar tugas
3) Sarana prestasi tujuan pembelajaran yang adil
4) Sarana pemerlancar efisiensi dan keefektivan kegiatan pembelajaran (Muslich
2010)
Greene dan Petty (di Tarigan, 1990) telah merumuskan beberapa peran buku
teks sebagai berikut.
(1) Mencerminkan perspektif yang tangguh dan modern tentang mengajar dan
menunjukkan penerapannya dalam materi pengajaran yang disajikan.
(2) menyajikan sumber masalah atau bengkel yang kaya yang kaya, mudah dibaca
dan bervariasi, yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan siswa, sebagai dasar
untuk program yang disarankan di mana keterampilan ekspresional diperoleh dalam
kondisi yang menyerupai kehidupan nyata.
11
(3) Memberikan sumber keterampilan ekspresial yang diatur dengan rapi dan
bertahap yang melaksanakan masalah dasar dalam komunikasi.
(4) Menyusun bersama dengan manual yang menyertai mereka, metode dan fasilitas
pengajaran untuk memotivasi siswa.
(5) Menghadirkan fiksasi (perasaan mendalam) dari kebutuhan awal dan juga sebagai
dukungan untuk latihan praktis dan tugas.
(6) Mempresentasikan materi / sarana evaluasi dan perbaikan berbahaya dan sesuai.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
buku teks adalah sebagai sumber kegiatan, referensi, dan gagasan untuk siswa dan
guru dalam pembelajaran yang dirancang sebelumnya.
5. Buku Teks
Buku teks pelajaran adalah buku referensi wajib yang digunakan di sekolah
yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang cabang-cabang
pengetahuan tertentu yang dapat meningkatkan iman dan pengabdian, karakter dan
kepribadian, kemampuan penguasaan teknologi. Dengan ketersediaan buku teks
tersebut peserta didik dituntut untuk rajin membaca seperti yang tercantum pada al-
Quran surat Al- Alaq ayat 1
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
(QS. Al-Alaq: 1)
12
Menurut permen nomor 11 dari 2005 pelajaran buku teks adalah buku
referensi yang diperlukan untuk digunakan di sekolah yang berisi materi
pembelajaran untuk meningkatkan iman dan pengabdian, karakter dan kepribadian,
kemampuan sains dan teknologi, sensitivitas dan kesehatan berkompilasi berdasarkan
standar pendidikan nasional. Buku teks dapat diartikan sebagai sumber informasi
yang diatur dengan struktur dan urutan berdasarkan bidang sains tertentu. Buku teks
memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Buku merupakan salah satu
sumber ilmu dan setiap umat manusia wajib berilmu untuk dapat hidup bahagia di
dunia dan akhirat, berdasarkan pendapat Imam Ghozali pada Kitabnya Ihya
Ulumudin. Abu Darda’ r.a berkata, “Jadilah orang yang berilmu, atau belajar atau
orang yang mendengar ilmu dan janganlah jadi orang ke tempat (tak termasuk salah
seorang dari yang tiga tadi) maka binasalah engkau”.
a. Tujuan Dan Fungsi Buku Teks
Di dalam proses belajar mengajar di kelas, ketersediaan buku teks sangat
diperlukan oleh guru dan murid. Tujuan penggunaan buku teks di sekolah adalah
sebagai berikut:
1) Siswa tidak perlu merekam semua penjelasan guru.
2) Guru memiliki waktu tatap muka yang relatif lebih lama daripada jika siswa harus
mencatat.
3) Siswa dapat mempersiapkan diri di rumah untuk mengambil pelajaran di sekolah
pada hari berikutnya.
13
4) Guru tidak perlu menjelaskan semua materi pelajaran yang terkandung dalam buku
teks, tetapi hanya menjelaskan beberapa materi pelajaran yang diperkirakan sulit
untuk dipahami siswa.
Dengan demikian, fungsi buku teks adalah untuk membantu memperlancar
proses belajar mengajar di sekolah, sehingga tujuan kurikulum di sekolah yang
bersangkutan dapat dicapai seperti yang diharapkan.
6. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan dan tematik integrative.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi masa
depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa
depan. Titik beratnya, bertujuan mendorong peserta didik mampu menjadi lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, menalar dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan) apa yang diperoleh atau diketahui setelah mereka menerima
pembelajaran. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 lebih menekankan pada fenomena alam, sosial, seni
dan budaya. Melalui pendekatan, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa lebih sukses dalam
menghadapi berbagai tantangan dan persoalan pada zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik (Kemendikbud, 2013). Penyusunan kurikulum lebih berfokus
kepada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kurikulum 2006 dimana
ada beberapa permasalahan, yaitu: (1) konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini
ditunjukan dengan banyaknya mata pelajaran dan materi yang keluassan dan tingkat
14
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, (2) belum sepenuhnya
berbasis kompetensi sesuai tuntutan fungsi dan tujuan nasional.
Prinsip paling mendasar dari kurikulum 2013 adalah penekanan pada
kemampuan guru untuk mengimplementasikan proses pembelajaran otentik,
menantang dan bermakna untuk siswa sehingga mereka dapat mengembangkan
potensi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sejak tahun 1945, kurikulum di Indonesia telah berulang kali diperbaharui
dan ditapis. Penambahbaikan dilakukan berdasarkan perkembangan pembangunan
yang teknologi yang maju, pembangunan peserta, dan tuntutan standard yang mereka
ingin capai. Perubahan yang berlaku dalam kurikulum membawa kebaikan dalam
setiap penyiapan, sehingga kurikulum perubahan kurikulum adalah kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai
dengan apa yang seharusnya, yaitu sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Referensi dan prinsip
persiapan kurikulum 2013 mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang No. 20 tahun
2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan
peningkatan iman dan kesalehan, peningkatan karakter mulia, peningkatan potensial,
kecerdasan, dan minat pada siswa, keragaman potensi regional dan lingkungan,
permintaan pembangunan regional dan nasional, tuntutan dunia kerja; pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; agama; Dinamika pembangunan global dan
kesatuan nasional dan nilai-nilai nasional (Kurniasih, 2014).
7. Kemampuan Ranah Kognitif Siswa
15
1. Pengertian Kemampuan dan Ranah Kognitif
Kemampuan adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang diberikan kepadanya, misalnya kemampuan guru dalam memilih
dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar siswa.
(Hariyanto, 2012). Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman
belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cangkupan tanggung jawab
guru dalam mencapai hasil belajar siswa. Ranah kognitif berisi perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses
berpikir mengambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu
mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Berdasarkan Taksonomi Bloom ranah kognitif terdiri atas enam level, yaitu:
a. Knowledge (pengetahuan)
b. Comprehension (pemahaman)
c. Application (penerapan)
d. Analysis (penguraian atau penjabaran)
e. Synthesis (pemaduan)
f. Evaluation (penilaian)
(Kuswana, 2014)
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
a. Ingatan (C1)
16
Ingatan (C1) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai
dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan,
urutan, metode. Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip
dasar dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan
manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan
baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berisi kualitas, standar
kualitas minimum untuk produk dan sebagainya.
b. Pemahaman (C2)
Pemahaman (C2) adalah kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan. Dikenali dari
kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan dan sebagainya. Sebagai contoh, orang di level ini
bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart
dan sebagainya.
Kemampuan ini juga dikenal dengan kemampuan berpikir untuk menjaring
dan menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan,
mengklasifikasikan dan mengubah struktur. Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan
sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi
17
tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab
turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
c. Penerapan (C3)
Penerapan (C3) adalah kemampuan berpikir untuk menjaring dan
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan,
mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis (C4)
Analisis (C4) adalah Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau
suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan.
Tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario
yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-
milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat
keparahan dari setiap penyebab dan menggolongkan setiap penyebab ke
dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.
e. Sintesis (C5)
18
Sintesis (C5) adalah Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-
konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan. Satu tingkat di atas analisa, seseorang di
tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah
skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau
informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan
solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
f. Evaluasi (C6)
Evaluasi (C6) adalah kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap suatu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan
pemecahan masalah dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.
Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan
meneruskan.
8. Taksonomi Bloom
Kata "taksonomi" diambil dari bahasa Yunani "Tassein" yang berisi arti
pengelompokan dan "nomos" yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai
pengelompokan hal-hal berdasarkan hierarki tertentu (Kuswono 2011). Menurut
Herman Hudojo, taksonomi taksonomi adalah bentuk klasifikasi perilaku siswa yang
19
mengharuskan hasil yang diinginkan dari proses pembelajaran (Hudojo 2011).
Berdasarkan makna taksonomi, diperoleh bahwa pentingnya seorang guru untuk
belajar tentang taksonomi, untuk melihat sejauh mana tingkat hasil belajar setiap
siswa.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak
orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan ada 4
poin, yaitu:
a. Prinsip-prinsip metodologis dari perbedaan besar telah mencerminkan cara guru
dalam mengajar.
b. Prinsip psikologi taksonomi harus konsisten dengan fenomena psikologis yang ada.
c. Prinsip logis taksonomi harus dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan level tidak selaras dengan tingkat nilai.
Jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral
(Arikunto 2016). Atas prinsip-prinsip tersebut, maka taksonomi disusun menjadi
suatu tingkatan yang menunjukkan tingkatan kesulitan.
Menurut Benjamin S. Bloom, et al. Hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor setiap domain yang
disusun menjadi beberapa tingkat pengetahuan dari hal-hal sederhana hingga
kompleks, mulai mudah untuk hal-hal abstrak.
20
Tiga ranah adalah objek untuk hasil belajar. Dari tiga bidang, ranah kognitif
adalah objek dari penilaian utama oleh guru. Oleh karena itu dalam penelitian ini
akan difokuskan ke domain kognitif dalam menganalisis tingkat kognitif materi dan
presentasinya.
Bloom membagi tingkat kemampuan atau jenis hasil pembelajaran termasuk
ranah kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi (Purwanto 2006). Ranah kognitif mengandung perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir (Utari
2015). Ranah kognitif adalah subtakonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering dimulai dari tingkat pengetahuan ke tingkat evaluasi tertinggi.
Tahapan ranah ini dapat dijelaskan dalam piramida berikut.
Gambar 2.1 Aspek dalam ranah kognitif
Tiga tahapan pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thingking Skills,
sedangkan tiga tahapan berikutnya Higher order Thingking Skill. Namun demikian
pembuatan tahapan ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting, justru lower
21
order thingking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ketingkat berikutnya. Skema ini
hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Bejamin S. Bloom aspek kognitif ini terdiri
dari enam jenjang atau tingkat yang disusun seperti anak tangga. Adapun keenam
jenjang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan kata-kata pengetahuan
dalam taksonomi mekar. Dalam istilah ini, itu termasuk pengetahuan faktual selain
pengetahuan menghafal atau mengingat seperti rumus, batas, definisi, istilah-istilah
ini perlu dihafal dan diingat sehingga mereka dapat dikuasai sebagai dasar untuk
pengetahuan atau pemahaman konsep lain (Syamsudduha 2012). Dalam jenjang ini
peserta didik diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang
sederhana (Arikunto, 2016). Pengetahuan atau ingatan ini merupakan tingkat berpikir
yang paling rendah. Pengertian mengingat adalah kemampuan menyebutkan kembali
isu/pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Contoh: menyebutkan arti taksonomi.
Contoh Kata Kerja Operasional (KKO) C1:
• Mengetahui, misalnya: istilah, fakta, aturan, urutan, metoda • Menemukenali (identifikasi) • Mengingat kembali • Membaca • Menyebutkan • Melafalkan/melafazkan • Menuliskan • Menghafal • Menyusun daftar • Menggarisbawahi • Menjodohkan
22
• Memilih • Memberi definisi • Menyatakan • Dan lain-lain.
b. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa untuk
dapat memahami makna atau konsep, situasi, dan fakta yang mereka ketahui. Dalam
hal ini siswa tidak hanya menghafal verbalistik, tetapi memahami konsep-konsep
masalah atau fakta yang diminta (Mania, 2012). Dalam tingkat ini siswa diminta
untuk membuktikan bahwa mereka memahami hubungan sederhana antara fakta atau
konsep (Arikunto, 2016). Siswa dapat dikatakan memahami sesuatu jika mereka
dapat memberikan penjelasan rinci untuk sesuatu yang menggunakan kata-kata
mereka sendiri.
Hasil belajar pemahaman, secara hirarkis dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori, sebagai berikut:
a. Pemahaman tingkat rendah. Pemahaman tingkat rendah adalah pemahaman tentang
terjemahan, baik terjemahan dalam arti sebenarnya seperti menerjemahkan kalimat
dari bahasa Arab ke Indonesia.
b. Pemahaman tingkat menengah. Pemahaman tingkat menengah adalah pemahaman
tentang interpretasi, mulai dari menghubungkan bagian sebelumnya dengan yang
berikutnya diketahui, menghubungkan beberapa bagian bagan dengan acara.
c. Pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman pada tingkat ini adalah pemahaman
ekstrapolasi, Yauitu kemampuan untuk melihat kembali yang tertulis, dapat
membuat prediksi tentang konsekuensi dari suatu peristiwa, dan sebagainya.
23
Pemahaman adalah keupayaan untuk memahami isyarat dan menegaskan makna /
makna pandangan Gres atau konsep yang telah diajar kedua-duanya dalam lisan,
bertulis, dan grafik / diagram
Contoh: Merangkum bahan yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri.
Contoh KKO C2:
• Terjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, misalnya: metode,
prosedur
• Memahami, misalnya: konsep, aturan, prinsip, tautan antara, fakta, konten utama.
• Menafsirkan menafsirkan, misalnya: tabel, grafik, bagan
• Menjelaskan
• Menafsirkan
• Menafsirkan
• Memberi tahu
• Menampilkan
• Memberikan contoh
• Meringkas.
• Menyimpulkan
• Membandingkan
• Mengklasifikasikan
• Menunjukkan
• Melaksanakan
• Membedakan Adamma
• Meramalkan
24
• Estimasi
• Menjelaskan
• Mengganti
• Menarik kesimpulan
• Meringkas
• Mengembangkan
• Membuktikan
• Dan lain-lain.
c. Penerapan (Application)
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi dalam situasi konkret atau situasi
khusus. Abstraksi dapat berupa ide, teori, atau instruksi teknis. Menerapkan abstraksi
ke dalam situasi baru yang disebut aplikasi. Mengulangi untuk menerapkannya pada
situasi lama akan berubah menjadi menghafal pengetahuan atau keterampilan. Situasi
masih akan dilihat sebagai situasi baru jika masih ada proses pemecahan masalah
(Syamsudduha, 2012). Untuk aplikasi atau aplikasi ini diperlukan siswa untuk
memiliki kemampuan untuk memilih atau memilih abstrrasi tertentu (konsep,
hocases, argumen, aturan, ide, metode) dengan tepat untuk diterapkan dalam situasi
baru dan menerapkannya dengan benar (Arikunto, 2016). Pada tingkat ini siswa dapat
berpikir tentang penerapan konsep, formula, teori dan sesuatu yang lain dalam situasi
baru dan konkret.
Menerapkan adalah kemampuan untuk mengimplementasikan sesuatu dan
menerapkan konsep dalam situasi tertentu. Contoh: Proses pembayaran kehormatan
sesuai dengan sistem berlaku.
25
Contoh KKO C3:
• Menyelesaikan masalah
• Buat grafik / grafik
• Gunakan, misalnya: metode, prosedur, konsep, aturan, prinsip
• Bawa
• menerapkan
• Menggunakan
• Bingung
• Menentukan
• Memproses.
• Demonstrasikan
• Menghitung
• Menghubung
• Melakukan
• Membuktikan
• menghasilkan
• Demonstrasikan
• Menyelesaikan
• Beradaptasi
• Menemukan
• Dan lain-lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah bisnis yang menyortir integritas (kesatuan) menjadi elemen
atau bagian sehingga hirarkin atau pengaturan. Analisis adalah kemampuan seseorang
untuk merinci materi atau keadaan sesuai dengan bagian yang lebih kecil dan dapat
memahami hubungan antara bagian-bagian dengan bagian lain (Mania, 2012).
Kemampuan analitis adalah kemampuan untuk memecahkan materi menjadi beberapa
bagian sehingga struktur organisasi material dapat dipahami (Hamzah, 2014). Dalam
26
tugas analisis peserta didik ini diminta untuk menganalisis hubungan yang kompleks
atau situasi konsep dasar (Arikunto, 2016). Kemampuan peserta didik untuk merinci
atau menggambarkan materi atau keadaan sesuai dengan bagian yang lebih kecil dan
dapat memahami hubungan antara bagian-bagian ini.
Definisi menganalisis adalah kemampuan memisahkan konsep kedalam
beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh
pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Contoh: menganalisis besaran-besaran
dalam fisika dengan memisahkan komponen.
Contoh KKO C4:
• Mengenali pemberian kesalahan, misalnya: fakta • Menganalisis, misalnya: struktur, bagian, hubungan • Perbedaan • mengatur • Mempromosikan • Diagnosis • detail • Meninjau • Mendeteksi • Tautan • menyelesaikan • Melaksanakan • memisahkan • Pilih • Memilih • Membandingkan • Konferensi • Melaksanakan • Membagikan • membuat diagram. • Mendistribusikan • Analisis. • menata • Menerima pendapat • Dan lain-lain.
27
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah tingkat pemikiran tertinggi dalam domain kognitif. Evaluasi
adalah kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan suatu situasi. Evaluasi
adalah keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin terlihat dalam hal tujuan,
gagasan, cara bekerja, memecahkan, metode, bahan, dan lainnya. Dalam hal evaluasi
seperti itu perlu ada kriteria atau standar tertentu (Mania, 2012). Dalam hal ini
evaluasi adalah kemampuan untuk membuat keputusan untuk memberikan penilaian
atau pertimbangan nilai pada materi pelajaran sesuai dengan tujuannya (Hamzah,
2012). Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan situasi,
nilai, atau ide. Evaluasi adalah tingkat pemikiran tertinggi dalam ranah kognitif sesuai
dengan taksonomi mekar. Dari beberapa level di atas semuanya berkelanjutan.
Misalnya di level kedua juga termasuk level pertama dan sebagainya. Level ini
biasanya digunakan oleh pendidik untuk mengukur hasil belajar peserta didik dalam
aspek kognitif (pengetahuan). Selain domain kognitif, ada juga bidang sikap (afektif)
adalah ranah yang terkait dengan sikap dan nilai. Alam afektif mencakup karakter
perilaku sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Ranah berikutnya adalah ranah
psikomotor. Di alam psikomotor melibatkan fungsi saraf dan sistem otot, fungsi
psikologis mulai dari gerakan refleks sederhana hingga kompleks, dan kreativitas.
Mengevaluasi kemampuan untuk menentukan tingkat sesuatu sesuai dengan
norma, kriteria atau tolok ukur tertentu. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa
dengan kunci jawaban
28
Contoh KKO C5:
• Menilai sesuai dengan norma internal, misalnya: karya, esai berkualitas, dan
lainnya.
• Memeriksa
• mengkritik
• Membuktikan
• Menjaga
• Validasi
• Mendukung
• memproyeksikan
• Membandingkan
• Disimpulkan
• mengkritik
• Evaluasi
• evaluasi
• Memberi nasihat
• Berikan ikatan
• Menafsirkan
• Menyarankan
• Memutuskan
•Dan lain-lain.
f. Mencipta (Creation)
Tingkatan paling tinggi dalam taksonomi bloom adalah “Menciptakan”
dimana seseorang bisa menciptakan atau membangun sebuah struktur baru dari
bagian-bagian tertentu. Ini menjadi kemampuan tertinggi yang bisa dimiliki oleh
seseorang dalam proses pembelajaran yang dilalui. Pengertian mencipta Yaitu
kemampuan untuk menggabungkan elemen menjadi sesuatu yang utuh dan gres yang
29
koheren atau membuat sesuatu yang asli. Contoh: Buat kurikulum dengan
mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber
Contoh KKO C6: • Menghasilkan, misalnya: klasifikasi, esai, teori • Atur, misalnya: laporan, rencana, skema, program, proposal • Membangun • Rencana • Memproduksi • Combine. • Merangcang. • merekonstruksi • Membuat • Membuat • Sesuai • mengkategorikan gabungan • Fabbing. • Desain • Membuat • Desain • Kembali • Perkebunan • Disimpulkan • membuat pola • Dan lain-lain. 9. Jenjang Kognitif Soal Evaluasi
Pertanyaan evaluasi dapat digunakan sebagai saran untuk menentukan sejauh
mana pencapaian pembelajaran melalui penguasaan siswa terhadap suatu konsep.
Sehingga analisis tingkat kognitif tentang evaluasi dapat bermanfaat untuk
mengetahui berapa banyak tuntutan untuk pertanyaan evaluasi dan proporsi
pertanyaan evaluasi dalam menguji kemampuan peserta didik.
Bloom memberikan tiga taksonomi yang umumnya dikenal sebagai taksonomi
mekar. Tiga taksonomi ini disebut ranah pembelajaran, yang terdiri dari tiga domain,
30
yaitu: (1) domain kognitif (cognitive domain); (2) domain psikomotorik
(psychomotoric domain) dan (3) domain afektif (afectif domain).
Ranah kognitif ini terkait dengan hasil pengetahuan intelektual, kemampuan,
dan kemahiran. Bloom membagi ranah kognitif menjadi enam bagian yang direvisi,
yaitu:
(1) Mengingat
Mengingat bahwa ini adalah tingkat kognitif terendah dan merupakan kategori
C1 kognitif. Kemampuan untuk mengingat ini sedang menggali informasi yang
disimpan dalam ingatan jangka panjang. Kategori Mengingat ini termasuk dua jenis
proses kognitif, yaitu mengenali dan mengingat.
(2) Memahami
Pemahaman adalah kemampuan untuk membangun makna atau memahami
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kemampuan untuk memahami ini
termasuk dalam kategori C2 dan levelnya lebih tinggi dari kategori C1. Kategori
pengertian mencakup tujuh proses kognitif, yaitu menafsirkan, memberikan contoh,
mengklasifikasikan, meringkas, menarik kesimpulan, membandingkan dan
menjelaskan.
(3) Aplikasi
Aplikasi ini adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
prosedur untuk menyelesaikan masalah atau melakukan tugas. Kemampuan aplikasi
ini termasuk dalam kategori C3 dan tingkat yang lebih tinggi dari kategori C2.
Kategori ini mencakup dua jenis proses kognitif, yaitu berlari dan diterapkan.
31
(4) analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan masalah atau objek
terhadap elemen-elemennya dan menentukan bagaimana hubungan tersebut saling
terkait. Kemampuan analisis dimasukkan dalam kategori kognitif C4 yang tingkat
yang lebih tinggi dari C3. Kategori ini mencakup tiga proses kognitif, yaitu
membedakan, mengatur dan menemukan pesan yang tersirat.
(5) Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan kriteria yang ada.
Keterampilan evaluasi dimasukkan dalam kategori C5 dan levelnya lebih tinggi dari
kategori C4. Kategori ini mencakup dua proses kognitif, yaitu meneliti dan
mengkritik.
(6) kreasi
Kreasi adalah kemampuan untuk menggabungkan beberapa elemen menjadi
satu bentuk persatuan. Kemampuan ini termasuk dalam kategori C6 dan berada pada
tingkat kognitif mekar tertinggi. Kategori ini mencakup tiga proses kognitif, yaitu
membuat, merencanakan dan memproduksi.
10. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang analisis jenjang kognitif soal tidak banyak
dilakukan dengan aspek tinjauan yang berbeda-beda. Meskipun memiliki tinjauan
yang berbeda, sebenarnya tujuannya yang sama, yaitu mengetahui jenjang kognitif
soal serta besar presentasenya yang dianalisis. Beberapa penelitian tersebut juga
32
menjadi bahan rujukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Berikut hasil
penelitian terdahulu yang relevan.
1. Penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Kognitif Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Pada Konsep Alat-Alat Optik Di Mas Babun
Najah Banda Aceh” oleh Muslimah. hasil analisis data dan pembahasan hasil
penelitian tentang analisis kemampuan kognitif peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal fisika pada konsep Alat-Alat Optik di Mas Babun Najah Banda Aceh dapat
disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan pada ranah tingkat C4 (analisis) tingkat
C4 (Analisis) dan C2 pemahaman. Sedangkan C1 pengetahuan, C3 penerapan, C5
sintesis pada C6 (evaluasi) tidak terjadinya peningkatan atau persentasenya dibawah
50 %.
2. Penelitian Erniyanti “Analisis Ranah Kognitif Soal Latihan Berdasarkan
Taksonomi Bloom Revisi Pada Buku Fisika Kelas X (Studi Pada Buku Karya Ni
Ketut Lasmi)” Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kemunculan soal
yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat rendah (low order thinking
skills) terbilang besar yaitu C1-konseptual 2,9%, C2-konseptual 5,2%, C3-konseptual
0,6%, dan C3-prosedural 66,9%, sedangkan pada kategori soal yang mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) persentase tertinggi
terdapat pada kategori soal C4-prosedural sebesar 23,8% dan untuk C4-konseptual
hanya 0,6%. Selain tingkatan soal di atas, maka persentase kemunculan tingkat soal
lainnya sebesar 0%.
33
3. Penelitian oleh Wahyuni dengan judul “Analisis Pertanyaan Tes Ujian Nasional
Fisika SMA/MA Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Ditinjau Dari Standar
Kompetensi Lulusan (Studi Kasus Kota Tangerang Selatan) Sampel penelitian
diperoleh data UN fisika tahun 2016 KotaTangerang Selatan dengan proporsi dimensi
kognitif high order thinking sebesar7,5% dan dimensi kognitif low order thinking
sebesar 92,5%, pada UN fisika tahun 2017 dimensi kognitif high order thinking
sebesar 7,5% dan low orderthinking sebesar 92,5%. Pada tahun 2016 dan 2017 hasil
analis kesesuaian soalUN dengan SKL tahun 2016 sebesar 66,6% dan tahun 2017
sebesar 72,22%, dengan peningkatan sebesar 5,62 %. Dimensi kognitif yang
dikembangkan soalUN fisika SMA tahun 2016 dan 2017 paling banyak adalah
mengaplikasikan(C3), dengan peningkatan sebesar 12,5%.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang, peningkatan kualitas pendidikan harus
memperhatikan semua aspek untuk menyempurnakan kualitas pendidikan. Salah satu
aspek yang harus dipertimbangkan adalah sarana dalam bentuk buku teks. Buku teks
ini adalah salah satu alat pembelajaran yang sangat penting. Pemilihan buku teks
yang benar dan berkualitas akan membantu proses pembelajaran lebih optimal. Buku
Teks ini menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, ini karena buku teks
adalah alat utama dalam memberikan materi pengajaran yang terkandung dalam
kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam buku teks buku teks adalah
sumber atau bahan pembelajaran dalam metode apa pun. Holding of TextBooks yang
digunakan di sekolah dinilai oleh Badan Pendidikan Standar Nasional untuk
34
menetapkan kelayakan aspek-aspek konten, bahasa, presentasi dan grafis (Sitepu,
2012).
Posisi buku teks dalam pelajaran adalah salah satu sumber pembelajaran yang
selalu dalam metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diminta
oleh kurikulum. Buku Ini adalah salah satu fasilitas belajar penting untuk mendukung
proses belajar mengajar di sekolah.
Buku berkualitas akan mendukung belajar dengan baik. Sebagian besar buku
teks kelas X Fisika belum diketahui bagaimana kualitas jenjang kognitif soalnya serta
berapa besar presentase kemunculan C1-C6. Untuk alasan ini, penelitian diperlukan
mengenai buku ini. Penelitian dilakukan dengan menganalisis jenjang kognitif soal
latihan fisika SMA kelas x terbitan Erlangga yang dijadikan sampel berdasarkan
beberapa kriteria dan instrumen yang telah disusun. Secara sederhana, kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada seperti berikut:
35
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
Buku Teks
Hasil Penelitian
1. Mengingat 2. Memahami 3. Mengaplikasikan 4. Menganalisis 5. Mengevaluasi 6. Mencipta
Soal Evaluasi
Indikator jenjang kognitif
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Menurut Arikunto (2013) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dimaksud untuk menyelidiki keadaaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sementara itu, menurut Sukmadinata
(2011) penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini,
baik tentang fenomena atau perbandingan berbagai variable. Penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan tingkatan Taksonomi atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun
rekayasa manusia. Karakteristik yang dimiliki oleh penelitian deskriptif adalah data
yang dikumpulkan berupa data-data atau gambar yang bukan angka-angka (Moleong,
2009).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021-Mei 2021. Analisis dilakukan
terhadap buku teks fisika SMA kelas X pada materi besaran dan gerak berbasis
kurikulum 2013.
37
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku teks pembelajaran fisika SMA
dikelas X pada materi besaran dan gerak berdasarkan kurikulum 2013
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).
Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik multistage sampling
(penarikan sampel penelitian dengan beberapa tahap) adapun dalam penelitian ini
yang di jadikan sampel adalah buku yang digunakan dikelas X.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah- langkah yang akan dilaksanakan dalam
penelitian secara berurutan dan sistematis guna memperoleh data yang dibutuhkan
untuk menjawab permasalahan secara sistematis. Adapun prosedur penelitian yang
dilakukan untuk mendapat data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi soal-soal evaluasi materi besaran dan gerak pada buku fisika
SMA kelas X kurikulum 2013
2. Mendeskripsikan setiap kemampuan kognitif yang digunakan dalam proses
penyelesaian tersebut.
3. Menggolongkan tingkat kognitif untuk masing-masing kemampuan kognitif yang
muncul dalam penyelesaian soal tersebut berdasarkan revisi Taksonomi Bloom
menurut Anderson.
4. Menganalisis kategori level kemampuan kognitif.
38
5. Menghitung jumlah soal untuk masing-masing level kognitif .
6. Melakukan analisis persentase soal untuk masing-masing level kognitif
7. Kemudian, persentase tersebut dibandingkan dengan proporsi yang mendukung
pencapaian KD.
8. Membuat kesimpulan dan saran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengetahui kategori tingkat
taksonomi bloom di setiap item dalam buku mata pelajaran fisika. Setelah itu
menghitung persentase di setiap tingkat taksonomi bloom. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini kemudian digunakan untuk menggambarkan tingkat taksonomi
bloom sesuai dengan tujuan penelitian yang ditentukan. Langkah-langkah analisis
data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Mengkategorikan soal
pada buku teks Fisika Kelas X pada materi Besaran dan Gerak. Pada penelitian ini,
analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan isi dokumen secara objektif
dan sistematis melalui pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini berupa angka-angka yang merupakan hasil perhitungan melalui suatu proses
untuk mendapatkan persentase. Analisis data yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis soal mengacu pada Tabel 3.1 berdasarkan taksonomi revisi bloom
2. Klasifikasi pertanyaan berdasarkan tingkat kognitif yang direvisi.
3. Menghitung persentase tingkat proses kognitif di bidang studi Fisika kelas X
kurikulum 2013 Berdasarkan taksonomi bloom yang direvisi menggunakan rumus
di bawah ini:
39
𝑃𝑖 =
× 100%
Pi = Persentase dari jumlah pertanyaan yang dikategorikan dalam tingkat kognitif
kepada saya berdasarkan taksonomi bloom yang direvisi. (I = Tingkat proses
kognitif C1, C2, C3, C4, C5, dan C6)
Ni = Jumlah pertanyaan yang dikategorikan dalam tingkat proses kognitif
berdasarkan revisi taksonomi bloom (I = tingkat proses kognitif C1, C2, C3, C4, C5,
dan C6). Jika ada masalah ketika dianalisis ternyata menjadi kategori kategori C2
(pemahaman) dan C4 (analisis) maka pertanyaannya termasuk dalam kategori C4
(analisis) karena pertanyaan untuk kategori C4 (Menganalisis) lebih tinggi dari C2
(pengertian). Jika pertanyaannya termasuk dalam kategori C4 (analisis) sudah
mengalami proses C2 (pemahaman) tetapi untuk pertanyaan dalam kategori C2
(pemahaman) belum tentu melalui proses C4 (analisis).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
indikator analisis jenjang kognitif soal yang di adopsi dari Agustina (2018)
Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Indikator Jenjang Kognitif
Kategori dan Proses Kognitif
Nama-Nama Lain Definisi
1. Mengingat Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi
Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut
1.2 Mengingat Kembali
Mengambil Mengambil pengetahuan yang
40
relevan dari memori jangka Panjang
2. Memahami Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan
Mengklarifikasi Memparafrasekan Merepresentasi Menerjemahkan
Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya angka) jadi bentuk lain (misalnya kata-kata)
2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan Memberi Contoh
Menemukan contoh atau ilutrasi tentang konsep atau prinsip
2.3 Mengklasifikasikan
Mengategorikan Mengelompokkan
Menentukan sesuatu dalam satu kategori
2.4 Merangkum Mengabstraksi Menggeneralisasikan
Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok
2.5 Menyimpulkan
Menyarikan Mengekstrapolasi Menginterpolasi Memprediksi
Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima
2.6 Membandingkan Mengontraskan Memetakan Mencocokkan
Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya
2.7 Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab-akibat dalam sebuah system
3. Mengaplikasikan Menerapkan atau menggunakan sutau prosedur dalam keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar
3.2 Mengimplementasi
Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak umum
4. Menganalisis materi masuk ke bagian-bagian dari persiapan dan menentukan hubungan antara bagian-bagian dan hubungan antara bagian-bagian ini dan struktur atau tujuan secara keseluruhan
4.1 Membedakan
Menyendirikan Memilah Memfokuskan Memilih
Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang
41
tidak relevan bagian yang penting dari yang tidak penting
4.2 Mengorganisasi
Menemukan koherensi Memadukan Membuat garis besar Mendeskripsikan peran Menstrukturkan
Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur
4.3 Mengatribusi Mendekonstruksi
Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran
5. Mengevaluasi Mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
5. Mengevaluasi keputusan membuat kriteria atau standar
5.1 Memeriksa
Mengkoordinasi Mendeteksi Memonitor Menguji
Temukan kesalahan Dalam suatu proses atau dalam suatu produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang dipraktikkan
5.2 Mengkritik Menilai
Menemukan kesalahan antar suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan ketepatan suatu
42
prosedur untuk menyelesaikan masalah
6. Mencipta adalah Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan Membuat Hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan criteria
6.2 Merencanakan Mendesain
Merencanakan prosedur untuk menyeleaikan suatu tugas
6.3 Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk
Tabel 3.2 Identitas Buku kelas X yang digunakan sebagai sampel penelitian
Kode buku
Penulis Penerbit Tahun Terbit
Sampel Bab
A Pujianto Supardianningsih Risdiyani Chasanah
Intan Pariwara
2016 Bab II: Besaran Fisika Dan Pengukuannya Bab IV: Gerak Lurus
B Sudar Bambang Heru Iswanto Eka Purjiyanta
Erlangga 2016 Bab II: Besaran Fisika Dan Pengukuannya Bab IV: Gerak Lurus
C Budi Purwanto
PT. Wangsa Jatra Lestari
2016 Bab II: Besaran Fisika Dan Pengukuannya Bab IV: Gerak Lurus
D Aris Prasetyo Nugroho Indarti Naila Hilmiyana Syifa
Mediatama 2016 Bab II: Besaran Fisika Dan Pengukuannya Bab IV: Gerak Lurus
E Bambang Ruwanto Yudhistira 2016 Bab II: Besaran Fisika Dan Pengukuannya Bab IV: Gerak Lurus
43
44
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian analisis jenjang kognitif soal buku teks fisika SMA kelas
X pada materi besaran dan gerak meliputi: 1) Proporsi dimensi kognitif buku fisika
karangan Pujianto et al. (2016) diterbitkan oleh Intan Pariwara. 2) Proporsi dimensi
kognitif buku fisika karangan Sudar et al. (2016) diterbitkan oleh Erlangga. 3)
Proporsi dimensi kognitif buku fisika karangan Budi Purwanto (2016) diterbitkan
oleh PT. Wangsa Jatra Lestari. 4) Proporsi dimensi kognitif buku fisika karangan
Nugroho et al. (2016) diterbitkan oleh Mediatama 5) Proporsi dimensi kognitif buku
fisika karangan Bambang Ruwanto diterbitkan oleh Yudhistira (2016).
1. Presentase Kemunculan Soal Berdasarkan Jenjang Kognitif a. Proporsi Dimensi Kognitif Buku Fisika Karangan Pujianto et al. (2016)
Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi revisi sebagai alat evaluasi membagi kemampuan berpikir peserta
didik menjadi enam tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Proporsi dimensi kognitif pada buku fisika karangan Pujianto et al. (2016) pada
materi Besaran dan Gerak berdasarkan taksonomi bloom dapat dilihat pada Tabel 4.1
dibawah
45
Tabel 4.1 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Pujianto et al. (2016) pada materi Besaran dan Gerak
Dimensi Kognitif Besaran Gerak
Jumlah Soal Persentase Jumlah Soal Persentase Mengingat (C1) 2 10% Memahami (C2) 7 35% Mengaplikasikan (C3) 2 10% Menganalisis (C4) 11 55% 17 85% Mengevaluasi (C5) 1 55% Mencipta (C6) Jumlah 20 100% 20 100%
Dari Tabel 4.1 diperoleh proporsi dimensi kognitif soal besaran pada buku
fisika karangan Pujiato et al. (2016). Soal besaran pada buku teks ini dapat mengukur
dimensi kognitif peserta didik. Untuk dimensi mengingat (C1) 2 butir soal,
memahami (C2) 7 butir soal dan menganalisis (C4) 11 butir soal. Selanjutnya
deskripsi proporsi dimensi kognitif pada soal materi gerak pada buku fisika karangan
Pujianto et al. (2016) diperoleh proporsi dimensi kognitif soal gerak pada buku fisika
karangan Pujianto et al. (2016) Soal gerak pada buku ini dapat mengukur dimensi
kognitif peserta didik. untuk dimensi mengaplikasikan (C3) 2 butir soal, menganalisis
(C4) 17 butir soal dan mengevaluasi (C5) 1 butir soal.
b. Proporsi Dimensi Kognitif Buku Fisika Karangan Sudar et al. (2016)
Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi revisi sebagai alat evaluasi membagi kemampuan berpikir peserta
didik menjadi enam tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Proporsi dimensi kognitif pada buku fisika karangan Sudar et al. (2016) pada materi
46
besaran dan gerak berdasarkan taksonomi bloom dapat dilihat pada Tabel 4.2
dibawah
Tabel 4.2 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Sudar et al. (2016) pada materi Besaran dan Gerak
Dimensi Kognitif Besaran Gerak
Jumlah Soal Persentase Jumlah Soal Persentase Mengingat (C1) 4 16% Memahami (C2) 12 48% Mengaplikasikan (C3) 2 8% 3 12% Menganalisis (C4) 5 20% 17 68% Mengevaluasi (C5) 2 8% 5 20% Mencipta (C6) Jumlah 25 100% 25 100%
Dari Tabel 4.2 diperoleh proporsi dimensi kognitif soal besaran pada buku
fisika karangan Sudar et al. (2016). Soal besaran pada buku teks ini dapat mengukur
dimensi kognitif peserta didik. Untuk dimensi mengingat (C1) 4 butir soal,
memahami (C2) 12 butir soal, mengaplikasikan (C3) 2 butir soal, menganalisis (C4) 5
butir soal dan mengevaluasi (C5) 2 butir soal. Selanjutnya deskripsi proporsi dimensi
kognitif pada soal materi gerak pada buku fisika karangan Sudar et al. (2016)
diperoleh proporsi dimensi kognitif soal gerak pada buku fisika karangan Sudar et al.
(2016). Soal gerak pada buku teks ini dapat mengukur dimensi kognitif peserta didik.
untuk dimensi mengaplikasikan (C3) 3 butir soal, menganalisis (C4) 17 butir soal dan
mengevaluasi (C5) 5 butir soal. Sedangkan untuk mengingat (C1), memahami (C2)
dan mencipta (C6) tidak terdapat pada buku fisika karangan Sudar et al. (2016) pada
materi gerak.
47
c. Proporsi Dimensi Kognitif Buku Fisika Karangan Purwanto (2016) Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi revisi sebagai alat evaluasi membagi kemampuan berpikir peserta
didik menjadi enam tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Proporsi dimensi kognitif pada buku teks praktis belajar fisika karangan Purwanto
(2016) pada materi besaran dan gerak berdasarkan taksonomi bloom dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah
Tabel 4.3 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Purwanto (2016) pada Materi Besaran dan Gerak
Dimensi Kognitif Besaran Gerak
Jumlah Soal Persentase Jumlah Soal Persentase Mengingat (C1) 4 16% 1 4% Memahami (C2) 12 48% 5 22% Mengaplikasikan (C3) 2 8% 2 9% Menganalisis (C4) 7 28% 14 61% Mengevaluasi (C5) 1 4% Mencipta (C6)
Jumlah 25 100% 23 100%
Dari Tabel 4.3 diperoleh proporsi dimensi kognitif soal besaran pada buku
fisika karangan Purwanto (2016). Soal besaran pada buku ini dapat mengukur
dimensi kognitif peserta didik. untuk dimensi mengingat (C1) 4 butir soal, memahami
(C2) 12 butir soal, mengaplikasikan (C3) 2 butir soal dan menganalisis (C4) 7 butir
soal. Sedangkan untuk mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) tidak terdapat pada
buku fisika karangan Purwanto (2016) pada materi besaran. Selanjutnya, proporsi
dimensi kognitif soal gerak pada buku fisika karangan Purwanto (2016). Soal gerak
pada buku ini dapat mengukur dimensi kognitif peserta didik. Untuk dimensi
mengingat (C1) 1 butir soal, memahami (C2) 5 butir soal, mengaplikasikan (C3) 2
48
butir soal menganalisis (C4) 14 butir soal dan mengevaluasi (C5) 1 butir soal
sedangkan mencipta (C6) tidak terdapat pada buku fisika karangan Purwanto (2016)
pada materi gerak.
d. Proporsi Dimensi Kognitif Buku Fisika Karangan Nugroho et al (2016) Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi revisi sebagai alat evaluasi membagi kemampuan berpikir peserta
didik menjadi enam tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Proporsi dimensi kognitif pada buku teks praktis belajar fisika karangan Purwanto
(2016) pada materi besaran dan gerak berdasarkan taksonomi bloom dapat dilihat
pada Tabel 4.4 dibawah
Tabel 4.4 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Nugroho (2016) pada Materi Besaran
Dimensi Kognitif Besaran Gerak
Jumlah Soal Persentase Jumlah Soal Persentase Mengingat (C1) 1 7% 1 10% Memahami (C2) 6 40% 1 10% Mengaplikasikan (C3) 2 20% Menganalisis (C4) 8 53% 6 60% Mengevaluasi (C5) Mencipta (C6) Jumlah 15 100% 10 100%
Dari Tabel 4.4 diperoleh proporsi dimensi kognitif soal besaran pada buku
fisika karangan Nugroho (2016). Soal besaran pada buku ini dapat mengukur dimensi
kognitif peserta didik. untuk dimensi mengingat (C1) 1 butir soal, memahami (C2) 6
butir soal dan menganalisis (C4) 8 butir. Sedangkan untuk mengaplikasikan (C3),
mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) tidak terdapat pada buku fisika karangan
49
Nugroho (2016) pada materi besaran. Selanjutnya, proporsi dimensi kognitif soal
gerak pada buku fisika karangan Nugroho (2016). Soal gerak pada buku ini dapat
mengukur dimensi kognitif peserta didik. Untuk dimensi mengingat (C1) 1 butir soal,
memahami (C2) 1 butir soal, mengaplikasikan (C3) 2 butir soal dan menganalisis
(C4) 6 butir soal. Sedangkan untuk mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) tidak
terdapat pada buku fisika karangan Nugroho (2016) pada materi gerak.
e. Proporsi Dimensi Kognitif Buku Fisika Karangan Ruwanto (2016) Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi revisi sebagai alat evaluasi membagi kemampuan berpikir peserta
didik menjadi enam tingkatan, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Proporsi dimensi kognitif pada buku teks praktis belajar fisika karangan Purwanto
(2016) pada materi besaran dan gerak berdasarkan taksonomi bloom dapat dilihat
pada Tabel 4.5 dibawah
Tabel 4.5 Proporsi Dimensi Kognitif Soal Buku Fisika Karangan Ruwanto (2016) pada Materi Besaran
Dimensi Kognitif Besaran Gerak
Jumlah Soal Persentase Jumlah Soal Persentase Mengingat (C1) 3 17% 2 10% Memahami (C2) 10 55,5% 2 10% Mengaplikasikan (C3) 1 5% Menganalisis (C4) 4 22% 12 60% Mengevaluasi (C5) 1 5,5% 3 15% Mencipta (C6) Jumlah 18 100% 20 100%
Dari Tabel 4.5 diperoleh proporsi dimensi kognitif soal besaran pada buku
fisika karangan Ruwanto (2016). Soal besaran pada buku ini dapat mengukur dimensi
50
kognitif peserta didik. untuk dimensi mengingat (C1) 3 butir soal, memahami (C2) 10
butir soal, menganalisis (C4) 4 butir soal dan mengevaluasi (C5) 1 butir. Sedangkan
untuk mengaplikasikan (C3) dan mencipta (C6) tidak terdapat pada buku fisika
karangan Nugroho (2016) pada materi besaran. Selanjutnya, proporsi dimensi
kognitif soal gerak pada buku fisika karangan Ruwanto (2016). Soal gerak pada buku
ini dapat mengukur dimensi kognitif peserta didik. Untuk dimensi mengingat (C1) 2
butir soal, memahami (C2) 2 butir soal, mengaplikasikan (C3) 1 butir soal,
menganalisis (C4) 12 butir soal dan mengevaluasi (C5) 3 butir sedangkan untuk
dimensi mencipta (C6) tidak terdapat pada buku fisika karangan Ruwanto (2016)
pada materi gerak.
Secara keseluruhan, dimensi kognitif untuk 5 buku fisika SMA kelas X dapat
dilihat pada Tabel 4.6 dibawah
Tabel 4.6 Dimensi kognitif untuk 5 buku fisika SMA kelas X
Dimensi Kognitif Buku I Buku II Buku III Buku IV Buku V Rata-Rata
Mengingat (C1) 5% 8% 10% 8,5% 13,5% 10% Memahami (C2) 17,5% 24% 35% 25% 32,75% 26,85% Mengaplikasikan (C3) 5% 10% 8,5% 10% 2,5% 18% Menganalisis (C4) 70% 44% 44,5% 56,5% 41% 51,2% Mengevaluasi (C5) 2,5% 14% 2% 0% 10,25% 5,75% Mencipta (C6) 0% 0% 0% 0% 0% 0% Untuk dimensi kognitif mengingat (C1) dengan persentase rata-rata sebesar
10%, untuk dimensi kognitif memahami (C2) dengan persentase rata-rata sebesar
26,85%, untuk dimensi kognitif mengaplikasikan (C3) dengan persentase rata-rata
sebesar 18%. Sementara itu untuk dimensi kognitif menganalisis (C4) dengan
persentase rata-rata sebesar 51,2%, untuk dimensi kognitif mengevaluasi (C5) dengan
51
persentase rata-rata sebesar 5,75%. Sedangkan untuk dimensi kognitif mencipta (C6)
dengan persentase 0%. Berdasarkan hasil diperoleh bahwa persentase rata-rata
terbesar adalah pada dimensi kognitif menganalisis (C4) dan tidak ada persentase
pada dimensi mencipta (C6).
2. Perbandingan Jenjang Kognitif Buku Fisika SMA Kelas X
Secara keseluruhan, analisis jenjang kognitif soal fisika untuk semua buku
dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Persentase perbandingan jenjang kognitif untuk semua buku fisika
NO BUKU
PERSENTASE JENJANG KOGNITIF
PENULIS PENERBIT LOTS HOTS
1. Pujianto Supardianningsih Risdiyani Chasanah
Intan Pariwara
27,50 72,50
2. Sudar Bambang Heru Iswanto Eka Purjiyanta
Erlangga 42,00 58,00
3. Budi Purwanto PT. Wangsa Jatra Lestari
53,50 46,50
4. Aris Prasetyo Nugroho Indarti Naila Hilmiyana Syifa
Mediatama 43,50 56,50
5. Bambang Ruwanto Yudhistira 48,75 51,25
Adapun perbandingan jenjang kognitif untuk semua buku fisika yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Untuk buku fisika karangan
Pujianto et al. (2016) terbitan Intan Pariwara untuk Low Order Thinking sebesar
27,50% dan High Order Thinking sebesar 72,50%. Ini menunjukan bahwa persentase
jenjang kognitif High Order Thinking lebih besar dari Low Order Thinking. (2) Untuk
buku fisika Sudar et.al. (2016) terbitan Erlangga untuk Low Order Thinking sebesar
52
42,00% dan High Order Thinking 58,00%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang
kognitif High Order Thinking lebih besar dari Low Order Thinking. (3) Untuk buku
fisika karangan Purwanto (2016) terbitan PT. Wangsa Jastra Lestari untuk Low Order
Thinking sebesar 53,50% dan High Order Thinking sebesar 46,50%. Ini menunjukan
bahwa persentase jenjang kognitif Low Order Thinking lebih besar dari High Order
Thinking. (4) Untuk buku fisika karangan Nugroho et al. (2016) terbitan Mediatama
untuk Low Order Thinking sebesar 43,50% dan High Order Thinking sebesar
56,50%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang kognitif High Order Thinking
lebih besar dari Low Order Thinking. (5) Untuk buku fisika karangan Ruwanto
(2016) terbitan Yudhistira untuk Low Order Thinking sebesar 48,75% dan High
Order Thinking sebesar 51,25%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang kognitif
High Order Thinking lebih besar dari Low Order Thinking.
Untuk lebih jelasnya perbandingan jenjang kognitif buku fisika SMA kelas X
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
53
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jenjang Kognitif Buku Fisika
Secara keseluruhan, perbandingan jenjang kognitif untuk 5 buku fisika SMA
kelas X dimana jenjang Low Order Thinking sebesar 43,05% dan jenjang High Order
Thinking sebesar 56,95%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar soal-soal pada
buku fisika yang digunakan di SMA Kelas X menggunakan jenjang kognitif HOTS
sesuai yang diinginkan oleh Kurikulum Nasional Tahun 2013.
B. Pembahasan
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif untuk menganalisis
Jenjang Kognitif Soal pada Buku Fisika SMA kelas X untuk materi Besaran dan
Gerak. Peneliti secara random memilih 5 (lima) buku fisika SMA berdasarkan
kurikulum yang berlaku saat ini yaitu K13. Adapun buku fisika yang dianalisis adalah
Pujianto et al. (2016) terbitan Intan Pariwara, Sudar et al. (2016) terbitan Erlangga,
Purwanto (2016) terbitan PT. Wangsa Jatra Lestari, Nugroho (2016) terbitan
IntanPariwara
Erlangga
PT.Wangsa
JatraLestari
Mediatama
Yudhistira
LOTS 27,50 42,00 53,50 43,50 48,75
HOTS 72,50 58,00 46,50 56,50 51,25
27,50
42,00 53,50
43,50 48,75
72,50
58,00 46,50
56,50 51,25
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,00
Per
sen
tase
Jen
jan
g K
ogn
itif
Buku Fisika
Perbandingan Jenjang Kognitif Buku Fisika
LOTS
HOTS
54
Mediatama, Ruwanto (2016) terbitan Yudhistira. Peneliti menggunakan Taksonomi
Bloom Revisi untuk menganalisis jenjang kognitif soal pada buku fisika tersebut
dimana mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Tiga tahapan pertama (terbawah) merupakan
Low Order Thinking sedangkan tiga tahapan berikutnya (teratas) merupakan High
Order Thinking.
Pada buku yang menjadi sampel penelitian, memuat banyak soal dengan dua
macam jenis soal, yaitu pilihan ganda dan essay serta terdiri dari berbagai variasi
tingkatan soal ranah kognitif baik dari dimensi proses kognitif maupun dimensi
pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukan untuk dimensi kognitif mengingat (C1) dengan
persentase rata-rata sebesar 10%, untuk dimensi kognitif memahami (C2) dengan
persentase rata-rata sebesar 26,85%, untuk dimensi kognitif mengaplikasikan (C3)
dengan persentase rata-rata sebesar 18%. Sementara itu untuk dimensi kognitif
menganalisis (C4) dengan persentase rata-rata sebesar 51,2%, untuk dimensi kognitif
mengevaluasi (C5) dengan persentase rata-rata sebesar 5,75%. Sedangkan untuk
dimensi kognitif mencipta (C6) dengan persentase 0%. Berdasarkan hasil diperoleh
bahwa persentase rata-rata terbesar adalah pada dimensi kognitif menganalisis (C4)
dan tidak ada persentase pada dimensi mencipta (C6).
Soal dan kegiatan pada buku ini terdapat kedalaman dan kelengkapan level
kognitif sudah cukup baik. Kecuali pada buku karangan Purwanto (2016) terbitan PT.
Wangsa Jastra Lestari, soal dan kegiatan lebih mengarah kepada level kemampuan
berpikir tingkat rendah (low order thinking skills). Mayoritas soal dan kegiatan pada
55
rata-rata buku terdapat pada level kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skills) ini sudah sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 yang lebih
mengutamakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Tingkat kognitif erat hubungannya dengan level atau bobot suatu soal.
Semakin tinggi tingkat kognitifnya (menurut taksonomi Bloom revisi) maka semakin
tinggi pula kualitas soal tersebut. Banyaknya soal yang termuat dalam buku ajar
Fisika memungkinkan banyaknya variasi soal yang juga terdapat pada buku itu
sendiri. Adapun analisis ranah kognitif dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
kombinasi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan serta dalam bentuk
jumlah soal dan persentase yang diperoleh dari pengkategorian tingkat kognitif soal
berdasarkan taksonomi Bloom revisi. Hasil analisis secara rinci setelah dilakukan
pengkategorian untuk keseluruhan soal
Berdasarkan hasil analisis pada gambar 4.1, menunjukkan bahwa nilai
persentase kemunculan soal terbanyak ditempati oleh soal dengan kategori soal
menganalisis (C4) yang merupakan bagian dari high order thinking pada dimensi
pengetahuan prosedural yaitu dengan total persentase kemunculan soal sebesar
307,2%. Pada tingkat C4-prosedural diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan
suatu prosedur rutin, membedakan, mengorganisasi dan mengantribusi metode untuk
memecahkan suatu masalah. Soal high order thinking lainnya yaitu terdapat pada soal
C5-evaluasi dengan besar persentase 34,5%. Soal yang termasuk kriteria low order
thinking terdapat pada kategori tingkat soal C1-konseptual dengan besar presentase
54%, C2-pemahaman presentasinya 161,1% an untuk C3-penerapan dengan besar
persentase 54%.
Sementara itu, hasil analisis juga mendapatkan bahwa untuk buku fisika
karangan Pujianto et al. (2016) terbitan Intan Pariwara untuk LOTS sebesar 27,50%
56
dan HOTS sebesar 72,50%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang kognitif HOTS
lebih besar dari LOTS. Untuk buku fisika Sudar et al. (2016) terbitan Erlangga untuk
LOTS sebesar 42,00% dan HOTS 58,00%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang
kognitif HOTS lebih besar dari LOTS. Sementara itu, untuk buku fisika karangan
Purwanto (2016) terbitan PT. Wangsa Jastra Lestari untuk LOTS sebesar 53,50% dan
HOTS sebesar 46,50%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang kognitif LOTS
lebih besar dari HOTS. Untuk buku fisika karangan Nugroho et al. (2016) terbitan
Mediatama untuk LOTS sebesar 43,50% dan HOTS sebesar 56,50%. Ini menunjukan
bahwa persentase jenjang kognitif HOTS lebih besar dari LOTS. Untuk buku fisika
karangan Ruwanto (2016) terbitan Yudhistira untuk LOTS sebesar 48,75% dan
HOTS sebesar 51,25%. Ini menunjukan bahwa persentase jenjang kognitif HOTS
lebih besar dari LOTS.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eriyanti et al. (2020)
yang mendapatkan bahwa persentase kemunculan soal yang mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS) terbilang besar yaitu C1-konseptual
2,9%, C2-konseptual 5,2%, C3-konseptual 0,6%, dan C3-prosedural 66,9%,
sedangkan pada kategori soal yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) persentase tertinggi terdapat pada kategori soal C4-prosedural sebesar
23,8% dan untuk C4-konseptual hanya 0,6%. Selain tingkatan soal di atas, maka
persentase kemunculan tingkat soal lainnya sebesar 0%. Sehingga, persentase
kemunculan soal yang mengembangkan keterampilan tingkat tinggi masih rendah dan
masih perlu ditingkatkan.
57
Sementara itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muslimah (2018) yang mendapatkan bahwa terjadi peningkatan pada ranah tingkat
kognitif C4 (Analisis) dan C2 (pemahaman). Sedangkan C1 (pengetahuan), C3
(penerapan), C5 (sintesis) pada C6 (evaluasi) tidak terjadinya peningkatan atau
persentasenya dibawah 50%.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dimensi kognitif mengingat (C1) dengan persentase rata-rata sebesar 10%, untuk
dimensi kognitif memahami (C2) dengan persentase rata-rata sebesar 26,85%,
untuk dimensi kognitif mengaplikasikan (C3) dengan persentase rata-rata sebesar
18%. Sementara itu untuk dimensi kognitif menganalisis (C4) dengan persentase
rata-rata sebesar 51,2%, untuk dimensi kognitif mengevaluasi (C5) dengan
persentase rata-rata sebesar 5,75%. Sedangkan untuk dimensi kognitif mencipta
(C6) dengan persentase 0%.
2. Perbandingan jenjang kognitif pada buku fisika SMA kelas X yaitu jenjang Low
Order Thinking sebesar 43,05% dan jenjang High Order Thinking sebesar
56,95%.
B. Saran
1. Diharapkan kepada Bapak/Ibu Guru terutama Guru Fisika untuk dapat memilih
dan menyesuaikan buku pelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan peserta didik.
2. Buku Fisika yang digunakan di sekolah seharusnya dapat memberikan wawasan,
motivasi, dan ketertarikan bagi peserta didik Jadi akan menanam minat dan
semangat pembelajaran.
59
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi saran dan masukan bagi Pengarang
dan penerbit Secara tertulis, pemeriksaan, dan penerbitan buku teks berikutnya.
4. Hasil penelitian ini menjadi pedoman bagi peneliti tentang Menulis dan
Pemilihan Buku Teks yang Baik
60
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ni’matin Kurnia. 2018. Analisis Soal Dalam Buku Teks Matematika
Smp Kelas Vii Berdasarkan Pada Taksonomi
Bloom Revisi. Skripsi. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Anderson,L.W., dan Krathwohl, D.R.(Eds). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesment Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, terjemahan Agung Prihantoro.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bloom, B.S. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: McKay, 1956.
Darmawan, I. P. A., & Sujoko, E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom. Satya Widya, 29(1), 30-39
Giani, Zulkardi. Analisis Tingkat Kognitif Soal – Soal Buku Teks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi Bloom. Malang : FKIP, 2011
Greene, Hary A & Walter T. Petty.1971. Developing Language Skill and in The Elementary Schools. Boston: Allyn and Bacon. Inc
Muslich, M. 2010. Textbook Writing. Yogyakarta : Ar-Ruz Media
Moleong, Lexy . J (2009) . Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016.
Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Prenadamedia Group.
Ramadhani, Martha Candra, dkk. Analisis Validitas Tingkat Kesukaran Soal Latihan Evaluasi Akhir Tahun Buku BSE Pelajaran Ekonomi Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014. Jember : FKIP UNEJ, 2014.
Sitepu, B.P (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
61
Sukmadinata, N.S (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Tarigan, HG dan Tarigan, D. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung. Angkasa.
Yulianti, Retno. Analisis Tingkat Kesesuaian Materi dan Soal Buku Ajar Terhadap Standart Isi KTSP Mata Diklat Produktif Akuntansi Kelas XI. Semarang: UNY, 2012.
Widodo, Ari.Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Bandung: Didaktis, 2005
L A M P I R A N
LAMPIRAN A
Buku teks fisika kelas X
LAMPIRAN B
Dokumentasi
LAMPIRAN C
Persuratan
RIWAYAT HIDUP
Deli Anggraeni Lubis, lahir pada tanggal 20 Maret
1997 di Bima, sebagai anak pertama dari dua bersaudara
dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan
Ayahanda Syamsudin Lubis dan ibunda Afnah. Penulis
memulai jenjang pendidikan formal di TK Darma
Wanita pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2003, SD
Inpres Rato pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
di SMP Negeri 1 Bolo dan lulus pada tahun 2012. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Bolo dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2016
penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai
mahasiswa Program Strata satu (S1) Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis
sangat bersyukur di beri kesempatan oleh Allah SWT bisa menimbah Ilmu yang
merupakan bekal di masa depan. Penulis berharap ilmu yang diperoleh selama
menempuh pendidikan dapat memberikan manfaat baik untuk diri sendiri,
masyarakat, agama, bangsa dan negara.