ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

19
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOINTEGRASI DAN KAUSALITAS GRANGER PADA PERIODE 2000-2012 Dina Acyuninda Umanto Eko P. Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini memiliki cakupan data Indeks Harga Konsumen dan Produk Domestik Bruto periode 2000:2012. Uji stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test, dan ditemukan bahwa data stasioner pada first difference. Bounds test dilakukan untuk menguji ada atau tidak hubungan kointegrasi diantara variabel, dimana hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi. Pengujian kausalitas Granger antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh Toda- Yamamoto (1995). Hasilnya adalah tidak ditemukan hubungan kausalitas yang terjadi dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, melainkan hubungan kausalitas yang ditemukan terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata Kunci : inflasi, pertumbuhan ekonomi, kointegrasi, bounds test, kausalitas. The purpose of this research is to analyze the relationship between inflation and economic growth in Indonesia. The data covered in this research is Consumer Price Index (CPI) and Gross Domestic Product (GDP) of 2000-2012 period. Stasionarity test was carried out using the Augmented Dickey-Fuller (ADF) and Phillip- Perron test (PP), and found that the data is stasioner at first difference. The bounds test was carried out to find the existance of cointegration between variables, the result is no cointegration between inflation and economic growth in Indonesia. Granger causality test employed using Toda-Yamamoto Approach (1995), where there is no significant result of causality running from economic growth to inflation, but the significant result was found running from inflation to economic growth. The test is stated that inflation has impact on economic growth. Keywords : inflation, economic growth, cointegration, bounds test, causality. 1. Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian suatu negara, dikatakan tumbuh apabila terjadi peningkatan GDP riil negara tersebut. Salah satu indikator penting untuk menganalisis perekonomian suatu negara adalah inflasi, terutama berkaitan dengan dampak yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat seperti pertumbuhan ekonomi (Endri, 2008). Inflasi yang stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Transcript of ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOINTEGRASI

DAN KAUSALITAS GRANGER PADA PERIODE 2000-2012

Dina Acyuninda Umanto Eko P.

Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini memiliki cakupan data Indeks Harga Konsumen dan Produk Domestik Bruto periode 2000:2012. Uji stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test, dan ditemukan bahwa data stasioner pada first difference. Bounds test dilakukan untuk menguji ada atau tidak hubungan kointegrasi diantara variabel, dimana hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi. Pengujian kausalitas Granger antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan uji yang dikembangkan oleh Toda-Yamamoto (1995). Hasilnya adalah tidak ditemukan hubungan kausalitas yang terjadi dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, melainkan hubungan kausalitas yang ditemukan terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata Kunci : inflasi, pertumbuhan ekonomi, kointegrasi, bounds test, kausalitas. The purpose of this research is to analyze the relationship between inflation and economic growth in Indonesia. The data covered in this research is Consumer Price Index (CPI) and Gross Domestic Product (GDP) of 2000-2012 period. Stasionarity test was carried out using the Augmented Dickey-Fuller (ADF) and Phillip- Perron test (PP), and found that the data is stasioner at first difference. The bounds test was carried out to find the existance of cointegration between variables, the result is no cointegration between inflation and economic growth in Indonesia. Granger causality test employed using Toda-Yamamoto Approach (1995), where there is no significant result of causality running from economic growth to inflation, but the significant result was found running from inflation to economic growth. The test is stated that inflation has impact on economic growth. Keywords : inflation, economic growth, cointegration, bounds test, causality. 1. Pendahuluan

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian suatu negara,

dikatakan tumbuh apabila terjadi peningkatan GDP riil negara tersebut. Salah satu indikator

penting untuk menganalisis perekonomian suatu negara adalah inflasi, terutama berkaitan

dengan dampak yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat seperti pertumbuhan

ekonomi (Endri, 2008). Inflasi yang stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

yang berkesinambungan dan akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat

(Wahyuni, 2011). Pengendalian inflasi penting dilakukan karena inflasi yang tinggi dan tidak

stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

(www.bi.go.id).

GDP merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Peningkatan GDP dapat menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi

yang positif. Dalam penyusunan kebijakan moneter, inflasi dijadikan sebagai landasannya,

sehingga kebijakan moneter yang dihasilkan dapat menciptakan inflasi yang rendah

(www.bi.go.id).

Inflasi dalam jangka panjang merupakan fenomena moneter (Friedman, 1963) yang

ada di setiap negara sebagai indikator penting dalam perekonomian. Beberapa tahun

belakangan ini, inflasi telah menjadi salah satu topik yang banyak digunakan dalam

penelitian makroekonomi, hal ini dikarenakan inflasi memiliki implikasi yang besar terhadap

pertumbuhan dan distribusi pendapatan (Ayyoub, 2011) serta, tingkat inflasi juga dapat

memberikan gambaran mengenai status ekonomi suatu negara (Amir dan Karamat, 2011).

Hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi permasalahan

ekonomi yang penting. Hubungan ini telah diperdebatkan dalam literatur ekonomi dan telah

memperlihatkan hubungan yang berbeda dengan kondisi ekonomi dunia (Erman Erbaykal

dan H. Aydin Okuyan, 2008). Indikator dasar makro ekonomi dapat digunakan sebagai

ilustrasi kondisi ekonomi suatu negara untuk mengukur kestabilan harga dalam negara

tersebut. Secara umum, tingkat inflasi dapat digunakan untuk mengukur kestabilan harga

dalam ekonomi (Achsani, Jayanthy, Fauzi dan Abdullah, 2010).

Untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi, diperlukan suatu model yang dapat

mencerminkan keterkaitan peubah satu dengan yang lainnya. Umumnya, peubah-peubah

ekonomi bersifat nonstasioner serta dipengaruhi peristiwa terdahulu, sehingga perlu ada

perhatian terhadap peubah-peubah tersebut sebelum membuat model. Ketidakstasioneran

peubah-peubah tersebut mungkin memiliki hubungan kointegrasi atau hubungan

keseimbangan jangka panjang antar peubah nonstasioner, sehingga model yang dibentuk

harus dapat mencerminkan sifat tersebut.

Kontroversi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini awalnya berasal

dari Amerika Latin pada tahun 1950an, dengan perdebatan antara struktualis dan monetaris

(Maliik dan Chowdhury, 2001). Struktualis menganggap bahwa inflasi penting bagi

pertumbuhan ekonomi, sebaliknya, monetaris melihat bahwa inflasi merugikan bagi proses

pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 1970an, fakta bahwa tingkat pertumbuhan mulai menurun

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

dengan tingkat inflasi tinggi, khususnya inflasi tinggi dan hyperinflation yang terjadi di

negara amerika latin tahun 1980an, telah menimbulkan pandangan bahwa inflasi memiliki

efek negatif pada pertumbuhan ekonomi (Erbaykal dan Okuyan, 2008).

Erbaykal dan Okuyan, (2008) menggunakan pendekatan uji kointegrasi dan uji

analisis kausalitas, Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan kointegrasi diantara inflasi

dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, menggunakan model ARDL, tidak ditemukan

hubungan jangka panjang dan juga ditemukan sebuah hubungan negatif jangka pendek antar

variabel. Chimobi (2010) menggunakan pendekatan kointegrasi dan uji kausalitas Granger,

serta CPI sebagai proxy untuk inflasi dan GDP sebagai proxy pertumbuhan ekonomi,

ditemukan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di

Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ditemukan hubungan kausalitas tidak

berarah diantara dua variabel tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat

di dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012? dan bagaimana hubungan

kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode

2000-2012?

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis hubungan

kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012

dan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan

ekonomi di Indonesia pada periode 2000-2012.

2. Tinjauan Teoritis

Ekonomi merupakan studi mengenai bagaimana masyarakat menggunakan sumber

daya langka untuk memproduksi komoditas bernilai dan mendistribusikannya kepada

kelompok yang berbeda (Samuelson dan Nordhaus, 1989). Ekonomi dibagi menjadi dua

bagian utama, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi. Mikroekonomi merupakan studi

mengenai bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana

mereka berinteraksi dalam pasar tertentu. Makroekonomi adalah studi tentang perekonomian

secara menyeluruh, termasuk pertumbuhan pendapatan, perubahan harga dan tingkat

pengangguran, serta makroekonomi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ekonomi

(Mankiw, 2002).

Greenwald (1998) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga secara

umum dari barang komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dianggap

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter

terhadap suatu komoditas. Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Mankiw

menyebutkan tiga penyebab inflasi (Mankiw, 2002). Pertama, demand pull inflation yaitu

kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan

barang dan jasa. Kedua, cost push inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya

produksi. Mixed inflation yaitu gejala kombinasi antara unsur inflasi yang disebabkan karena

kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga

Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan

harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan (Purwanto,

2003). Indeks Harga Konsumen dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau

sebagai indikator inflasi, sebagai landasan untuk memperbaiki atau menyesuaikan gaji dan

upah karyawan, sebagai pengukur perubahan harga konsumen dan sebagai indikator

perubahan pengeluaran rumah tangga (Rasyad, 2003).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian

yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan

kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2004). Definisi lain diberikan oleh Boediono

yang mendartikan pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang (Boediono, 1988). Definisi ini menekankan pada tiga aspek, yaitu proses,

output per kapita dan jangka panjang.

Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto merupakan pendapatan

total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. GDP sering dianggap

sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Pertumbuhan GDP merupakan dasar dari

pengukuran pertumbuhan ekonomi, karena GDP pada harga konstan dapat diestimasikan

dengan mengukur total kuantitas barang dan jasa yang diproduksi pada suatu periode, menilai

mereka pada harga tahun dasar dan mengurangi biaya input menengah, juga dalam harga

yang konstan (The World Bank, 2003).

3. Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan-

pendekatan yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan alam dan sosial. Pendekatan

kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel inflasi dan variabel

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada informasi numerik atau kuantitas-

kuantitas dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik (Stokes, 2003).

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat dibagi menjadi empat, yaitu berdasarkan tujuan, manfaat,

dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data (Newman, 1997). Berdasarkan tujuannya,

penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatiftif merupakan

penelitian yng menjelaskan hubungan perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel

lain. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni (basic research)

karena penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peneliti sendiri dan dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan (Prasetyo dan Jannah, 2008). Berdasarkan dimensi

waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena hanya dilakukan pada satu

kurun waktu tertentu, yaitu pada Januari 2013. Berdasarkan teknik pengumpulan data, dibagi

menjadi studi lapangan dan studi pustaka dan literatur. Dalam studi lapangan, peneliti

menggunakan data sekunder yang berupa data Consumer Price Index atau Indeks Harga

Konsumen (IHK) dan data Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Dalam studi pustaka

dan literatur, dilakukan untuk mendapatkan literatur mengenai inflasi dan pertumbuhan

ekonomi dan alam penelitian ini, studi pustaka menggunakan jurnal, buku dan artikel

ekonomi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data triwulan dari Indeks Harga

Konsumen (IHK) sebagai proksi inflasi, dan Gross Domestic Product (GDP) sebagai proksi

pertumbuhan ekonomi. data-data tersebut mencakup periode dari tahun 2000 sampai 2012

(13 tahun). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Melihat fluktuasi

perekonomian akibat krisis tahun 1998 dan 2008, menjadikan pemilihan periode penelitian

dari tahun 2000-2012 untuk menganalisis hubungan antar variabel pada masa krisis dan juga

setelah krisis.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Girijasankar Mallik dan Anis Chowdhurry,

meneliti mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada empat negara

Asia Selatan, Bangladesh, India, Pakistan dan Sri Lanka, dengan menggunakan pendekatan

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

kointegrasi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa adanya hubungan

kointegrasi diantara kedua variabel pada masing-masing negara.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Erman Erbaykal dan H. Aydin Okuyan pada tahun

2008 mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan kointegrasi pada

Negara Turki. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara

inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Turki. Hubungan kausalitas yang terjadi menunjukkan

hubungan searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hipotesis 1: Ada hubungan kointegrasi antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

Hipotesis 2: Terjadi hubungan kausalitas antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

3.4 Model Analisis

Uji Unit Root

Sebelum menguji kointegrasi dan kausalitas, awalnya dilakukan uji unit root untuk

menemukan stasioneran dari data. Banyak ahli menyatakan bahwa untuk menguji unit root

penelitian ini, semua variabel tidak stasioner pada tingkat level dan sebaiknya menjadi

stasioner saat difference yang sama dihilangkan. Jika satu variabel atau lebih merupakan

stasioner pada tingkat level maka disebut I(0), kointegrasi tidak dapat diuji dengan

menggunakan uji ini. Namun, pendekatan bounds test yang dikembangkan oleh Pesaran,

kehadiran hubungan kointegrasi dapat dilihat diantara variabel terlepas dari apakah variabel

tersebut I(0) atau I(1) (dibawah kondisi bahwa variael dependen adalah I(1) dan variabel

independen adalah I(0) ataupun I(1)) (Erbaykal dan Okuyan, 2008).

Uji unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Augmented Dickey-Fuller

(ADF) dan Phillips-Perron (PP). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai

statistik yang diperoleh dengan nilai kritis McKinnon. Jika lebih kecil dari nilai kritis, maka

data tidak stasioner, begitu pula sebaliknya.

Uji Kointegrasi

Saat pengujian stasioneritas telah dilakukan dan hasilnya menyatakan bahwa variabel

dependen merupakan I(1) dan variabel independen I(0) atau I(1), maka tahap selanjutnya

adalah uji kointegrasi. Untuk melakukan uji kointegrasi ini, dilakukan menggunakan bounds

test ARDL dengan persamaaan sebagai berikut:

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

∆!!! = !! + !!!!!!! ∆!!!!! + !!!!

!!! ∆!"#$!!! + !!!"!!! + !!!"#$!!! + !! ..... (3.1)

Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008).

Dimana: LY! = log dari GDP pada periode t

LINF! = log dari IHK pada periode t

M = jumlah lag

! = konstanta

! = random error

Hipotesis dasar untuk uji ini adalah H!:!! = !! = 0 dan hasil statistik F akan

dibandingkan dengan tabel nilai kritis Pesaran. Jika hasil statistik F lebih rendah dari nilai

kritis bawah Pesaran, maka tidak ada hubungan kointegrasi antar variabel. sebaliknya jika

hasil statistik F lebih tinggi dari nilai kritis atas, maka ada hubungan kointegrasi antar

variabel. Apabila terdapat hubungan kointegrasi, maka dapat dilakukan tahap berikutnya

yaitu menentukan hubungan yang terjadi antar variabel apakah jangka panjang atau jangka

pendek (Erbaykal dan Okuyan, 2008).

Model Autoregressive Distribution Lag (ARDL)

Model ARDL digunakan untuk menentukan hubungan yang terjadi antar variabel.

Akaike information criterion digunakan untuk menentukan banyaknya jumlah lag optimal

yang dapat dimasukkan kedalam model. Persamaan dari model ARDL untuk koefisien jangka

panjang adalah

!"! = !! + !!!!!!! !!!!! + !!!!

!!! !"#$!!! + !!.................................... (3.2)

Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008)

Sedangkan persamaan untuk koefisien jangka pendek adalah:

∆!!! = !! + !!!"!!! + !!!!!!! ∆!!!!! + !!!!

!!! ∆!"#$!!! + !!.......................(3.3)

Sumber: Erbaykal dan Okuyan (2008)

Pada persamaan koefisien jangka pendek, !"!!! merupakan nilai lag error yang

diperoleh dari hubungan jangka panjang. Koefisien !"!!! diharapkan negatif dan

memperlihatkan kecepatan eleminasi disekuilibrium (Erbaykal dan Okuyan, 2008).

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Uji Kausalitas dengan Pendekatan Toda-Yamamoto

Pendekatan Yoda-Yamamoto sesuai untuk standar model VAR dalam tingkat variabel

dan meminimalisasi resiko yang disebabkan dari kemungkinan kesalahan deteksi tingkat

kointegrasi dari variable. Persamaan untuk uji kausalitas dalam penelitian ini adalah

!"! = !! + !!!!!!! !!!!! + !!!!!"#

!!!!! !"!!! + ∅!!!!!! !"#$!!! + ∅!!!"#$

!!!!! !"#$!!! + !!! .......(3.4)

!"#$! = !! + !!!!!!! !"#$!!! + !!!!"#$

!!!!! !"#$!!! + !!!!!!! !"!!! + !!!!"#$

!!!!! !"!!! + !!!....... (3.5)

(Erbaykal dan Okuyan, 2008).

Dimana: LY : Gross Domestic Product

LINF : Indeks harga konsumen

∅!! dan !!! : kecepatan penyesuaian (speed of adjustment)

k : jumlah lag

dmax : level kointegrasi maksimal dari variabel yang masuk dalam model

Dalam model VAR, k merepresentasikan jumlah lag dan !max merepresentasikan

level kointegrasi maksimum dari variabel yang masuk dalam model. Ide dasar dari

pendekatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah lag dalam model VAR sehingga mencapai

jumlah maksimum dari level kointegrasi dari variabel dalam model. Hipotesis untuk

persamaan !"! jika ∅!! ≠ 0 inflasi merupakan alasan untuk pertumbuhan ekonomi. Hipotesis

untuk persamaan !"#$! jika !!! ≠ 0 pertumbuhan ekonomi adalah alasan untuk inflasi

(Erbaykal dan Okuyan, 2008).

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil Uji Unit Root

Tahap pertama dalam menguji kointegrasi adalah melakukan uji untuk mengetahui

ada atau tidaknya kestasioneran pada data. Sebagian besar dari data time series merupakan

data yang tidak stasioner, sehingga jika diregresikan, maka akan menyebabkan regresi

lancung (spurious regression), yaitu keadaan dimana hasil regresi menunjukkan koefisien

regresi yang signifikan dan nilai koefisien determinasi yang tinggi, namun hubungan antara

variabel di dalam model tidak saling berhubungan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, namun dalam penelitian ini, uji yang

digunakan adalah uji unit root. Uji unit root mempunyai beberapa jenis, seperti uji Dickey-

Fuller, Augmented Dickey-Fuller, Phillips and Perron, Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

(KPSS), dll. Dalam penelitian ini, uji unit root yang dilakukan adalah uji ADF dan uji PP,

serta menggunakan Akaike Information Criterion (AIC) untuk menentukan durasi lag.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah Ho: variabel (IHK/GDP)

memiliki unit root. Untuk menentukan menolak atau tidak menolak hipotesis adalah dengan

cara membandingkan nilai hasil uji statistik dengan nilai kritis MacKinnon. Nilai hasil uji

statistik merupakan nilai absolut, sehingga tanda (-) tidak mempengaruhi besarnya nilai. Jika

nilai absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis, maka hipotesis diterima, artinya variabel

tersebut memiliki unit root atau dianggap tidak stasioner. Begitu pula sebaliknya, jika nilai

absolut uji statistik lebih besar dari nilai kritis, maka variabel atau data tersebut dianggap

stasioner. Variabel atau data yang tidak stasioner pada level ini kemudian diuji kembali pada

first difference dengan cara yang sama, yaitu membandingkan nilai statistik dan nilai kritis.

Tabel 4.1

Hasil Uji ADF dan PP pada Tingkat Level

Variable Test

Statistic

Value

Probability

IHK!"# -1.653 0.4486

GDP!"# -1.649 0.4505

IHK!! -1.680 0.4350

GDP!! -1.643 0.4539 *Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.566. -2.920 dan -2.598 untuk level 1%, 5% dan 10%.

Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013.

Dari tabel hasil uji statistik ADF dan PP pada tingkat level, terlihat bahwa nilai

absolut uji statistik lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada semua level (1%, 5% dan

10%). Dengan hasil ini, maka hipotesis diterima, artinya variabel atau data tersebut memiliki

unit root atau disebut tidak stasioner. Untuk menguji kointegrasi pada data time series, maka

data tersebut harus stasioner pada tingkat level atau pada first difference. Uji yang harus

dilakukan selanjutnya adalah uji unit root pada tingkat first difference.

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Tabel 4.2

Hasil Uji ADF dan PP pada First Difference

Variable Test

Statistic

Value

Probability

IHK!"# -6.960 0.000

GDP!"# -7.315 0.000

IHK!! -6.960 0.000

GDP!! -7.316 0.000

*Nilai kritis MacKinnon (1996) adalah -3.568, -2.921 dan -2.599 untuk level 1%, 5% dan 10%.

Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti. 2013.

Setelah dilakukan uji unit root ADF dan PP pada tingkat first difference, terlihat nilai

absolut lebih besar dari nilai kritis, sehingga hipotesis ditolak. Ini berarti data tersebut pada

tingkat first difference adalah stasioner.

Penentuan Jumlah Lag Optimal

Dalam melakukan uji kointegrasi, perlu untuk menentukan jumlah lag yang optimal.

Jumlah lag optimal ini didapatkan melalui beberapa kriteria, yaitu Likehood Ratio (LR),

Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information

Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Harris menjelaskan bahwa

jika lag yang digunakan terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan

proses white noise sehingga model tidak akan mengestimasi actual error secara tepat. Namun,

jika memasukkan terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak Ho

karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Panjangnya

kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel

terhadap variabel lain di dalam sistem VAR.

Penentuan jumlah lag ini sangat penting karena jika terlalu banyak lag yang

dimasukkan, maka semakin banyak jumlah observasi penting yang hilang. Sebaliknya, jika

terlalu sedikit jumlah lag yang dimasukkan, maka ukuran sampel menjadi tidak sempurna dan

tidak mampu menggambarkan dinamika model secara sempurna (Wooldridge, 1999)

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Untuk mengetahui jumlah lag optimal yang akan digunakan, menurut Enders, berikut

adalah kriteria yang digunakan (Enders, 1995):

Akaike Information Criterion (AIC) : T log ∑ + 2  N

Schwarz Bayesian Criterion (SBC) : T log ∑ + N log  (T)

Dengan kriteria informasi AIC dan SBC, kriteria ynag dipilih adalah kriteria yang

mempunyai jumlah paling kecil. Sedangkan panjang kelambanan optimal terjadi jika nilai

adjuster R! adalah yang paling tinggi (Widarjono, 2010).

Tabel 4.2

Hasil Uji Lag Optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 45.77881 NA 0.000490 -1.945725 -1.865429 -1.915791

1 116.2128 131.4767 2.56e-05 -4.898344 -4.657456 -4.808544 2 118.4397 3.958949 2.77e-05 -4.819540 -4.418060 -4.669873 3 122.0348 6.071757 2.83e-05 -4.801546 -4.239473 -4.592011 4 135.5777 21.66874 1.86e-05 -5.225677 -4.503012 -4.956275 5 170.6859 53.05229* 4.72e-06* -6.608261* -5.725004* -6.278992* 6 174.3088 5.152642 4.87e-06 -6.591503 -5.547654 -6.202367 7 174.9352 0.835153 5.76e-06 -6.441564 -5.237122 -5.992560 Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.

Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan kriteia informasi menunjukkan panjang lag

yang sama, yaitu 5. Sehingga lag optimal untuk variabel penelitian ini adalah 5.

Uji Kointegrasi (Bounds Test ARDL)

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang

meskipun secara individual tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut

dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Dua variabel yang tidak stasioner sebelum

dideferensikan namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, besar kemungkinan akan

terjadi kointegrasi, ini berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara kedua variabel

tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi,

seperti Eagle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, Bounds Test to

Cointegration, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test. Dalam penelitian ini, uji

kointegrasi yang dilakukan adalah bounds test approach to cointegration.

Hasil dari uji ini akan dibandingkan dengan nilai atas dan nilai bawah dari tabel

pesaran (2001). Jika nilai statistik F lebih rendah dibandingkan nilai kritis bawah Pesaran,

maka tidak ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Jika nilai statistik F lebih tinggi dari

nilai kritis atas Pesaran, maka ada hubungan kointegrasi diantara variabel. Namun, jika nilai

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

statistik F berada diantara nilai kritis atas dan bawah, maka dapat melakukan uji kointegrasi

lain.

Tabel 4.3

Uji Bounds Test Test Statistic Value df Probability F-statistic 1.162860 (4, 47) 0.3392

Chi-square 4.651439 4 0.3250

Jika hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi, maka tahap selanjutnya

yang akan dilakukan adalah uji ARDL (Autoregressive Distribution Lag). Uji ARDL

dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang terjadi antara

variabel.

Tabel 4.4

Hasil Bounds Test

k Statistik F Nilai Kritis (signifikansi 5%)

Bawah Atas

1 1.162860 6.30 5.65

Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.

Dari tabel bounds test diatas, nilai statistik F lebih kecil dari nilai kritis bawah tabel

Pesaran. Hal ini berarti tidak ada hubungan kointegrasi yang terjadi antara inflasi dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Omoke Philip Chimobi (2010).

Uji Kausalitas Granger Menggunakan Pendekatan Toda-Yamamoto

Uji kausalitas digunakan untuk menentukan arah kausalitas (sebeb-akibat) antara dua

variabel dengan meregresikan nilai saat ini dari salah satu variabel pada nilai lag dari variabel

lainnya (Berg dan Lewer, 2007). Jika kausalitass hanya terjadi satu arah, maka disebut

kausalitas searah (unidirectional causality), sedangkan koefisien yang signifikan untuk

keduanya disebut kausalitas dua arah (bi-directional causality).

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Tabel 4.5

Uji Kausalitas Granger Dependent variable: LY Excluded Chi-sq df Prob. LINF 1.500024 5 0.9131 All 1.500024 5 0.9131 Dependent variable: LINF Excluded Chi-sq df Prob. LY 392.5432 5 0.0000 All 392.5432 5 0.0000

Terdapat dua hipotesis yang digunakan dalam uji kausalitas Granger ini yaitu untuk

bagian pertama tabel diatas adalah Ho: LY (pertumbuhan ekonomi) mempengaruhi LINF

(inflasi) dan hipotesis untuk bagian kedua adalah Ho: LINF (inflasi) mempengaruhi LY

(pertumbuhan ekonomi). Untuk mengetahui makna hasil uji kausalitas ini, maka akan melihat

nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka Ho ditolak, begitu pula

sebaliknya.

Tabel 4.6

Hasil Uji Kausalitas Granger

Arah Kausalitas !! Prob

LINF ð LY 392.5432 0.0000

LY ð LINF 1.500024 0.9131

Sumber: Eviews7. Diolah oleh peneliti.

Pada tabel 4.8, terlihat bahwa nilai p adalah 0.9131 lebih besar dari 5%, sehingga Ho

pertama ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk tabel bagian pertama bahwa tidak ada

hubungan kausalitas dari pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi.

Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa nilai p adalah 0.000 lebih kecil dari 5%, sehingga

Ho kedua tidak ditolak. Jadi dapat disimpulkan untuk bagian kedua tabel bahwa terjadi

hubungan kausalitas searah dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun dalam

jangka pendek terjadi hubungan kausalitas (sebab-akibat), namun dalam jangka panjang,

tidak terdapat kointegrasi. Hal ini dikarenakan terdapat komponen lain yang membentuk

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

pertumbuhan ekonomi, seperti konsumsi masyarakat Indonesia yang tetap tinggi meskipun

dalam masa inflasi tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi yang terjadi.

Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman

Erbaykal dan Aydin Okuyan pada tahun 2008. Berdasarkan analisis hubungan kointegrasi,

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara inflasi dan

pertumbuhan ekonomi di Turki, serta hubungan jangka panjang yang tidak signifikan dan

hubungan yang negatif pada jangka pendek. Sedangkan, berdasarkan analisis kausalitas,

didapatkan hasil yang sama, yaitu hubungan kausalitas searah (unidirectional) dari inflasi

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sumber: www.bps.go.id dan Laporan Tahunan BI.

Grafik 4.1 PDB dan Inflasi di Indonesia

Dalam analisis kausalitas yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi,

dapat dilihat pada grafik diatas. Pada tahun 2001, inflasi Indonesia mencapai 12,55 yang

menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun pada tingkat terendah yaitu 3,3. Begitu pua pada

tahun 2002, dengan tingkat inflasi sebesar 10,03, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap

rendah, yaitu berada pada 3,7. Tingkat inflasi yang rendah terjadi pada tahun 2011, yaitu 3,79

menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebesar 6,5. Pada tahun 2012 pula

memperlihatkan hal serupa, yaitu dengan inflasi yang rendah (4,3), pertumbuhan ekonomi

Indonesia menjadi 6,2.

0  

2  

4  

6  

8  

10  

12  

14  

16  

18  

2000  2001  2002  2003  2004  2005  2006  2007  2008  2009  2010  2011  2012  

Inflasi  

GDP  

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Karakteristik ekonomi negara Turki yang telah berhasil pulih dari krisis pada tahun

2001 dan dianggap sebagai negara yang stabil untuk investasi (www.cnbc.com). Hal ini

memiliki perbedaan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang kurang stabil dalam pemulihan

setelah krisis. Perekonomian Indonesia yang dualistis dianggap rentan terhadap gejolak

ekonomi dan krisis ekonomi yang terjadi (www.republika.co.id)

Kesamaan hasil penelitian didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Phillips

Omoke Chimobi pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan kointegrasi

antara inflasi dan petumbuhan ekonomi di Nigeria. Chimobi menyatakan bahwa dalam

studinya tidak mempertimbangkan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang

negatif ataau positif, namun, beberapa studi yang dijadikan acuan menyatakan bahwa inflasi

yang tinggi tidak pernah dan tidak akan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi. Melalui

analisis kausalitas, Chimobi menjelaskan bahwa adanya hubungan searah (unidirectional)

yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Chimobi menyatakan bahwa penting

untuk mengetahui fakta bahwa terjadi hubungaan kausalitas dari inflasi terhadap

pertumbuhan ekonomi sebagai indikasi bahwa inflasi memang memiliki daampak pada

pertumbuhan (Chimobi, 2010).

Pada penelitian mengenai hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan

oleh J.R. Faria dan F. G. Carneiro pada tahun 2001, menemukan bahwa pada negara dengan

tingkat inflasi yang tinggi, tidak ditemukan respon jangka panjang pertumbuhan ekonomi

terhadap gejolak inflasi yang permanen. Namun, Faria dan Carneiro berpendapaat bahwa

pada jangka pendek, terdapat dampak negatif inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Faria

dan Carneiro, 2001).

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pradana M. Bandula Jayathileke dan

Rathnayaka M. Kapila Tharanga Rathnayake pada tahun 2013, meneliti mengenai hubungan

antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada beberapa negara Asia, seperti Cina, India dan

Sri Lanka. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa pada negara India tidak

ditemukan adanya hubungan kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penemuan

selanjutnya adalah ditemukan hubungan kointegrasi antara dua variabel tersebut pada negara

Sri Lanka. Namun pada negara Cina, tidak dapat ditentukan apakah terdapat hubungan

kointegrasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi karena niali statistik F berada diantara

nilai atas dan nilai bawah. Dalam analisis kausalitas, penemuan yang berbeda terjadi, yaitu

adanya hubungan kausalitas pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi di negara Cina.

Sedangkan pada negara India dan Sri Lanka, tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas

yang signifikan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jayathileke dan Rathnayake

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

menyatakan bahwa hasil yang mereka temukan menegaskan bahwa faktor spesifik negara dan

kondisi ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan inflasi (Jayathileke dan Rathnayake, 2013).

Pernyataan Jayathileke dan Rathnayake diatas apabila dikaji dengan data yang berada

di Indonesia ditemukan suatu kecocokan. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2005 dengan

adanya kenaikan harga minyak dunia, pemerintah melakukan kebijakan perubahan harga

administered berupa kenaikan harga bahan bakar minyak. Hal ini menyebabkan kenaikan

inflasi yang sangat tinggi, sehingga dilakukan kebijakan moneter ketat. Pada bulan Agustus

tahun 2005, pemerintah menaikkan tingkat SBI menjadi 9,5%, lalu dinaikkan kembali pada

bulan Oktober sampai akhirnya pada bulan Desember menjadi 12,5%. Terjadi penurunan

perkembangan nilai surplus neraca berjalan pada tahun yang sama. Namun pertumbuhan

ekonomi Indonesia tercatat masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Serta konsumsi

masyarakat di Indonesia yang merupakan bagian terbesar sebagai komponen pembentuk

GDP, menyebabkan pertumbuhan Indonesia cenderung stabil walaupun disaat inflasi tinggi

ataupun disaat krisis. Dengan inflasi sebagai taget akhir kebijakan moneter Indonesia, inflasi

masih tercatat berfluktuasi.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan keadaan ekonomi dan kebijakan moneter di

negara lain seperti Turki yang juga menjalankan sistem inflation targeting framework, inflasi

yang tinggi di negara tersebut dapat dikurangi dari 35% sampai menjadi 8%, serta tingkat

bunga nominal dan riil turun dari tahun 2001 sampai 2005. Walaupun Indonesia dan Turki

pernah menganut sistem inflation targeting framework, namun hasil dari kebijakan tersebut

tidak lah sama. Indonesia tetap memiliki tingkat inflasi yang berfluktuasi jika dibandingkan

Turki (tahun 2001-2005) yang telah berhasil menurunkan tingkat inflasinya. Dengan kata

lain, walaupun kebijakan moneter maupun fiskal yang dianut hampir sama, namun pada

akhirnya keadaan ekonomi antar negara tersebut tetap berbeda. Kondisi ekonomi makro

inilah yang menyebabkan perbedaan hubungan yang terjadi antara inflasi dan pertumbuhan

ekonomi.

Hubungan kausalitas yang terjadi di Indonesia yaitu dari inflasi terhadap pertumbuhan

ekonomi, mengandung arti bahwa pada jangka pendek inflasi memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dalam jangka panjang, inflasi tidak memiliki hubungan

dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dijelaskan Bruno dan Easterly bahwa pada jangka

panjang, dilakukan penyesuaian terhadap inflasi yang tinggi dengan dilakukan stabilisasi

inflasi (Bruno dan Easterly, 1998). Bruno dan Easterly juga menambahkan bahwa pada

hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dimungkinkan terjadi perbedaan karna

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

dipengaruhi oleh negara dengan nilai inflasi yang ekstrim, baik terlalu tinggi atau terlalu

rendah (Bruno dan Easterly, 1998).

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian yang menggunakan Autoregressive Distribution Lag (ARDL) untuk

pendekatan kointegrasi ini, ditemukan bahwa hasil menunjukkan tidak ada hubungan

kointegrasi diantara kedua variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada

periode 2000 sampai 2012.

Dengan menggunakan uji Kausalitas Granger dengan pendekatan Toda-Yamamoto,

didapatkan hasil bahwa di Indonesia pada periode 2000 sampai 2012 terjadi hubungan

kausalitas (sebab-akibat) searah yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi,

sedangkan tidak ditemukan hubungan kausalitas yang berasal dari pertumbuhan ekonomi

terhadap inflasi.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan kointegrasi pada

variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta adanya hubungan kausalitas

yang terjadi dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, hasil ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pentingnya hubungan variabel makro ekonomi

serta pembuatan kebijakan ekonomi yang relevan dengan variabel tersebut.

1. Karena pada jangka pendek terjadi hubungan kausalitas, yaitu inflasi mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Indonesia, penting untuk pembuat kebijakan ekonomi

(pemerintah) untuk konsisten terhadap proses stabilisasi inflasi agar tingkat inflasi

yang dicapai sesuai dengan target atau lebih rendah dari target inflasi sehingga tingkat

pertumbuhan ekonomi dapat dijaga dan mengalami kenaikan secara terus menerus.

2. Model yang digunakan untuk menguji kointegrasi adalah Bounds Test menggunakan

Autoregressive Distribution Lag (ARDL). Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan

dapat menggunakan model pengujian lain seperti Johansen’s test of cointegration,

sehingga akan didapatkan hasil yang lebih konsisten dalam menjelaskan hubungan

kointegrasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Daftar Pustaka

Aamir, Muhammad., Karamat, Monazza,, Rehan, Muhammad Farooq, dkk. 2011. Inflation in Pakistan: Antecendents and Consequences. International Research Journal of Finance and Economics.Boediono. 1988. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.

Achsani, Noer Azam., Fauzi, Arie Jayanthy F A, dan Abdullah, Piter. 2010. The Relationship

between Inflation and Real Exchange Rate: Comparative study between ASEAN+3, the EU and North America. International Research Journal of Finance and Economics.

Berg, Hendrik Van Den, dan Lewer, Joshua J. International Trade and Economic Growth.

2007. New York: M.E. Sharpe, Inc. Bruno, Michael dan Easterly, William. 1998. Inflation Crises and Long Run Growth.

Elsevier, Journal of Monetary Economics 41 Pg. 3-26. Chimobi, Omoke Philip. 2010. Inflation and Economic Growth in Nigeria. Journal of

Sustainable Development Vol. 3 No. 2 Pg. 159-166. Endri. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia. Jakarta. ABFI

Institute PERBANAS Jakarta. Erbaykal, Erman dan Okuyan, H. Aydin. Does inflation Depress Economic Growth?

Evidence from Turkey. 2008. International Research Journal of Finance and Economics.

Faria, Joao Ricardo, dan Carneiro, Francisco Galrao. 2001. Does High Inflation Affect

Growth in The Long and Short Run?. Journal of Applied Economics Vol. IV No. 1 Pg. 89-105.

Friedman, M. 1963. Inflation: Causes and Consequences. New York: Asia Publishing House. Greenwald, Douglass. 1998. Encyclopedia of Economic. London: The MIT Press Cambridge. Jayathileke, Pradana M. Bandula, dan Rathnayake, Rathnayaka M. Kapila Tharanga. 2013.

Testing the Link Between Inflation and Economic Growth: Evidence from Asia. Modern Economy Vol. 4 Pg. 87-92.

Maliik, Girijasankar dan Chowdhury, Anis. 2001. Inflation and Economis Growth: Evidence

from Four South Asian Countries. Asia-Pacific Development Journal Vol. 8, No. 1, June 2001.

Mankiw, N. Gregory. 2002. Makroekonomi, edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Newman, William Lawrence. 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PERTUMBUHAN …

Rasyad, Rasdihan. 2003. Metode Statistik Deskriptif untuk Umum. Jakarta: PT. Grasindo. Samuelson, Paul A dam Nordhaus, William D. 1989. Macroeconomics. United States:

McGraw-Hill, Inc. Sukirno, Sadono. 1998. Pengantar Teori Makro Ekonomi, edisi kedua. Yogyakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. Stokes, Jane. 2003. How to Do Media and Cultural Studies (diterjemahkan oleh Santi Indira

Astuti). SAGE Publication. Wooldridge, Jeffrey M. 1999. Introductory Econometrics: A Modern Approach. Amerika

Serikat: Thomson Learning.

Analisis hubungan…, Dina Acyuninda, FISIP UI, 2013