Analisis Gugus Fungsi 3
-
Upload
bella-devina-safitri -
Category
Documents
-
view
14 -
download
3
Transcript of Analisis Gugus Fungsi 3
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.
Pada tahap ini akan disajikan analisis hidroksiapatit dari cangkang telur ayam.
Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap preparasi dan kalsinasi cangkang telur
ayam, tahap sintesis HAp, dan tahap karakterisasi HAp. Karakterisasi hidroksiapatit meliputi
gugus fungsional, fase, dan kristalinitas menggunakan FT-IR dan XRD.
A. Preparasi dan Kalsinasi Cangkang Telur Ayam
Prekursor kalsium yang digunakan pada sintesis HAp adalah cangkang telur ayam.
Cangkang telur dipilih sebagai prekursor karena melimpah dan memiliki kandungan
kalsium yang tinggi (Amrina, 2008). Menurut Jasinda (2013), cangkang telur terdiri dari
kalsium karbonat (CaCO3), kalsium fosfat (CaPO4), magnesium karbonat (MgCO3), dan
magnesium fosfat (MgPO4). Kandungan kalsium pada CaCO3 ini dapat dimanfaatkan
sebagai sumber kalsium pada sintesis hidroksiapatit.
Cangkang telur ayam dicuci untuk menghilangkan kotoran makro, bau, dan lendirnya.
Membran cangkang telur ayam mengandung senyawa organik sehingga harus dipisahkan
agar tidak mengganggu proses sintesis hidroksipatit. Cangkang telur dihaluskan hingga
ukurannya 100 mesh karena proses kalsinasi berlangsung lebih efektif apabila material
berbentuk serbuk. Semua cangkang telur mengandung komponen mineral kalsium
karbonat (CaCO3) yang stabil pada suhu kamar. Kalsinasi cangkang telur perlu dilakukan
untuk menghasilkan kalsium oksida (CaO). Menurut Suzuki (2006), kalsinasi cangkang
pada suhu 600-700°C masih menyisakan kalsium karbonat. Menurut penelitian Sari
(2013), kalsinasi cangkang telur pada suhu 700oC hingga 850oC akan merubah CaCO3
menjadi CaO. Senyawa CaO ini stabil dari suhu 850oC hingga 1000oC. Oleh sebab itu
suhu 1000oC lebih dipilih, sehingga diharapkan pada suhu tersebut seluruh CaCO3 pada
cangkang telah berubah menjadi CaO. Pada proses kalsinasi, partikel akan diperkecil
hingga 150 mikron. Suhu kalsinasi yang semakin tinggi menyebabkan susunan atom pada
sampel semakin teratur sehingga semakin banyak kristal yang terbentuk (Amrina, 2008).
Menurut Gergely et al (2009), Pada tahap pertama kalsinasi (30 menit pertama proses
pembakaran) sebagian besar bahan organik terbakar. Pada tahap ke 2 (pada suhu 900oC
dengan waktu penahanan 3 jam) terbentuk kalsium oksida.
Reaksi kalsinasi:
CaCO3 CaO + CO2 H= 182.1 kJ mol-1 (Stanmore, 2005).
Pada proses kalsinasi, kalsium karbonat diubah menjadi kalsium oksida dengan
melepasakan karbon dioksida. Sampel cangkang telur sebanyak 10 gram, setelah kalsinasi
massanya menjadi 5,33 gram. Efesiensi yang dihasilkan sebesar 53,28%. Pada proses
kalsinasi terjadi pengurangan massa antara serbuk cangkang telur sebelum kalsinasi dan
setelah kalsinasi, hal ini disebabkan pada proses kalsinasi terjadi pelepasan senyawa
organik dan gas karbon dioksida.
B. Sintesis Hidroksiapatit
Sintesis HAp pada penelitian ini menggunakan metode pengendapan basah dengan
teknik wishdrop. Teknik wishdrop merupakan teknik untuk mereaksikan asam (asam
fosfat) kepada basa (Ca(OH)2) secara setetes demi setetes. Asam fosfat yang ditambahkan
setetes demi setetes lebih baik daripada secara langsung karena tidak menyebabkan pH
turun secara drastis. Laju penambahan asam ortofosfat sangat terkait dengan pH yang
diperoleh pada akhir sintesis dan stabilisasi suspensi. Penurunan pH dibawah 7 akan
menyebabkan asam fosfat terdisosiasi tidak sempurna sehingga menghasilkan β–
Ca3(PO4)2 dan CaO (Angelescu et al, 2011). Penambahan asam fosfat secara langsung
pada larutan kalsium akan berpengaruh pada kehomogenan pada produk akhir. Sedangkan,
larutan yang ditambahkan secara perlahan akan meningkatkan homogenitas larutan
(Agrawal et al, 2011).
Temperatur sintesis dipilih pada suhu 60oC untuk memaksimalkan kristal yang
terbentuk dan menghindari terbentuknya monokristalin yang disintesis pada suhu dibawah
60oC (Suryadi, 2011). Penambahan asam fosfat pada saat sintesis akan membuat campuran
bersifat asam sehingga perlu penambahan basa agar pH menjadi 10 menggunakan larutan
NaOH. Konsentrasi 1 M pada NaOH bertujuan agar HAp yang dihasilkan tidak memiliki
sifat toksik dan tidak terjadi kenaikan pH secara drastis.
Suspensi didiamkan (aging) pada suhu kamar untuk memaksimalkan proses
kristalisasi. Endapan dicuci menggunakan aquademin untuk menghilangkan pengotor
seperti ion Na+ pada NaOH. Menurut Pinangsih (2014), HAp perlu dikeringkan dengan
oven untuk mengoptimalkan proses kalsinasi dan mempermudah pemindahan sampel dari
kertas saring ke dalam cawan porselin. Pengeringan menggunakan suhu 110oC dilakukan
untuk menghilangkan air. Penambahan HNO3 dengan konsentrasi 6 M, 9 M, dan 12 M
HNO3 berfungsi menguraikan kalsium karbonat yang masih belum terurai pada proses
kalsinasi cangkang. Penguraian kalsium karbonat perlu dilakukan agar tidak menghambat
sintesis HAp. Asam nitrat akan bereaksi dengan kalsium karbonat membentuk Ca(NO3)2,
karbon dioksida, dan air. Hidroksiapatit dengan penambahan HNO3 6 M, 9 M, dan 12 M
memiliki kode sampel berturut-turut HAp-6, HAp-9, dan HAp-12.
Reaksi:
CaCO3 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + CO2 + H2O
Hidroksiapatit diharapkan memiliki densitas tinggi dan stabil sehingga perlu
dilakukan sintering sampai suhu tertentu. Suhu saat sintering merupakan faktor yang dapat
memengaruhi dekomposisi karena secara aktif permukaan HAp dapat berinteraksi dengan
lingkungan di sekitarnya pada suhu tertentu. Menurut penelitian Suryadi (2011), proses
sintering pada suhu 900oC merupakan suhu optimum terbentuknya HAp. Selama proses
sintering terjadi pengurangan ukuran pori-pori disertai penumbuhan butir, sehingga terjadi
ikatan yang kuat antara masing-masing butir. Sintering dilakukan di bawah titik leleh HAp
sehingga hanya terbentuk padatan hidroksipatit.
Reaksi ionisasi asam fosfat:
H3PO4 → H+ + H2PO4−
H2PO4− → H+ + HPO4
2−
HPO42− → H+ + PO4
3−
Reaksi Pembentukan HAp:
10 Ca2+ +6PO43- + 2OH- → Ca10(PO4)6(OH)2
Reaksi lengkap:
10 Ca(OH)2 + 6H3PO4 → Ca10(PO4)6(OH)2 + 18H2O
Tabel 1. Efesiensi Hidroksiapatit yang terbentuk dari CaO dan H3PO4.
Kode Sampel
Massa CaO (gram)
Massa H3PO4
(gram)Massa HAp
(gram)Efesiensi
(%)
HAp-6 3,70 3,67 4,63 62,79
HAp-9 3,70 3,67 4,75 64,40
HAp-12 3,70 3,67 4,74 64,27
Berdasarkan persamaan kimia, setiap pembentukan 1 molekul Ca10(PO4)6(OH)2 akan
menghasilkan 18 molekul air. Besarnya air yang dihasilkan pada produk membuat
efesiensi hidroksiapatit hanya mencapai 62.79 hingga 64,40%.
Analisis Gugus Fungsional
Serbuk HAp dari cangkang telur ayam dan HAp-medis dikarakterisasi menggunakan
FT-IR. FT-IR berfungsi untuk mengidentifikasi gugus fungsional pada molekul. Sampel
dicampur menggunakan KBr sebagai media. HAp pada sampel, dapat terdeteksi dengan
adanya pita serapan gugus O-H dan PO4.
Wavenumber (cm-1)
Gambar 1. Gugus fungsional hidroksiapatit dari cangkang telur ayam dengan HNO3 6M (1),
9M (2), 12 M (3), dan HAp-medis (4).
Tabel 2. Spektrum Hasil FT-IR dari sampel hidroksiapatit medis dan hidroksiapatit dari
cangkang
Gugus Bilangan gelombang (cm-1)
HAp-Medis HAp- 6 HAp- 9 HAp- 12
O-H3572,72632,30
3572,76 632,01
3572,56631,77
3572,83631,95
PO4
962,64 963,21 963,56 1045,50414,69 435,01 475,02 475,38
1089,841050,33
1093,501052,00
1091,111045,50
1091,361050,50
571,18602,51
571,40602,76
571,12602,42
571,09602,51
CO3 1444,27 1457,96 1457,95 1457,83
H-O-H3435,831633,07
3452,142003,00
3436,782002,81
3435,782002,66
1
OH-
H2O CO32-
PO43-
PO43-
OH-
Tran
smit
tanc
ePO4
3-
2
3
4
Melalui pencocokan gugus hidroksiapatit medis, maka diketahui senyawa yang dominan
pada HAP-6, HAp-9, dan HAp-12 mirip dengan HAp. HAp cangkang maupun HAp medis
tidaklah murni karena diperkuat adanya gugus karbonat (CO32-) yang masuk ke dalam kisi
kristal dari HAp. Hasil spektrum HAp medis dengan HAp pada penelitian ini memang
berbeda, namun masih dalam nilai yang berdekatan. Pada HAP-medis menunjukkan adanya
gugus CO32-, PO4
3-, dan OH- pada HAp.
Pada HAp-medis bilangan gelombang 3572.72 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi gugus
OH-. Pada HAp cangkang, gugus ini berada pada rentang 3572,76 hingga 3572,95 cm -1.
Sedangkan pada pita serapan HAp-medis pada bilangan gelombang 632,30 cm-1
menunjukkan gugus OH- yang terikat pada fase HAp. Gugus ini juga teridentifikasi pada
HAp-cangkang yaitu pada rentang 631,95 hingga 632,01 cm-1. Pita serapan gugus OH-
dengan rentang bilangan gelombang 3700−2500 cm-1 menunjukkan keberadaan H2O pada
kristal apatit yang terbentuk. Pada HAp-medis, juga menunjukkan adanya H-O-H pada
bilangan gelombang 3435,83 cm-1 dan 1633,07 cm-1. Hal serupa juga terdapat pada sampel
HAp cangkang ayam. Terdapat gugus yang mengindikasikan adanya H2O pada rentang
2425,78 hingga 3452,14 cm-1. Dalam kristal apatit, H2O dapat berada di permukaan atau di
dalam kristal. Air di permukaan kristal apatit akan hilang oleh pemanasan di bawah suhu
200°C, sedangkan H2O di dalam kristal akan hilang bila produk dipanaskan di atas suhu
200−800 °C (Soejoko dan Wahyuni dalam Sari 2013).
HAp-cangkang memiliki kadar H2O yang lebih besar daripada HAp-medis meskipun
perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini dimungkinkan karena teknik penyimpanan
sampel yang kurang baik yaitu tidak menyertakan silica gel pada waktu penyimpanannya
atau dapat terjadi karena HAp yang dihasilkan dari proses sintering menjadi lebih higroskopis
karena temperatur sintering yang tinggi. Hidroksiapatit yang telah disintering sebaiknya
disimpan dalam desikator dengan menyertakan silica gel agar kandungan H2O tidak ada pada
permukaan HAp.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa ada gugus lain yang seharusnya tidak ada di dalam
hidroksiapatit murni pada HAp-medis maupun pada HAp-cangkang. Gugus senyawa tersebut
adalah karbonat (CO32-). Spektrum FT-IR menunjukan adanya karbonat 1444,27 pada HAp
medis. Kuantitas karbonat di dalam struktur apatit dapat diperkirakan dari intensitas pita-nya.
Intensitas pita karbonat yang tinggi menandakan terdapat sejumlah besar karbonat di dalam
struktur apatit. Intensitas pita HAp-12 memiliki gugus CO32- yang lebih besar dibandingkan
pada HAp-9 dan HAp-12. Apabila dibandingkan, HAp-medis memiliki intensitas CO32- yang
sangat kecil. Hal ini menunjukkan semakin besar konsentrasi HNO3 maka akan semakin
banyak pula karbonat yang dihasilkan. Pita serapan CO32 pada HAp-medis yaitu pada
bilangan gelombang 1444,27 cm-1. Sedangkan pada HAp-6, HAp-9, dan HAp-12
menunjukkan hasil yang berturut turut 1457,96; 1457,95; dan 1457,83 cm-1. Walaupun nilai
bilangan gelombang hampir sama, namun ada pergeseran bilangan gelombang pada masing-
masing HAp pada cangkang telur ayam.
Keberadaan ion karbonat harus dihilangkan agar tidak menghambat sintesis HAp
(Dahlan et al. 2009). Adanya ion karbonat akan menempati 2 posisi dalam struktur HAp,
menggantikan gugus OH− pada HAp membentuk apatit karbonat tipe-A (AKA) dengan
rumus kimia (Ca10(PO4)6CO3), atau menggantikan gugus PO43− pada HAp membentuk apatit
karbonat tipe-B (AKB) dengan rumus kimia (Ca10(PO4)3(CO3)3(OH)2) (Hidayat).
Terbentuknya karbonat dapat terjadi karena adanya gas CO2 diudara selama proses sintering
yang dapat berikatan dengan ion OH-. Selain itu proses sintesis juga dilakukan diudara
terbuka yang memungkinkan adanya reaksi dengan CO2 bebas yang ada diudara. Menurut
Suryadi (2011), Karbon dioksida akan berkontak dengan aquades yang menjadi pelarut,
menghasilkan anion karbonat (CO32-), dan masuk ke dalam kisi kristal dari HAp. Sari (2013),
juga melaporkan jika keberadaan ion CO32‐ dapat berasal dari prekursor cangkang telur.
Karbonat yang masuk ke dalam kisi kristal akan mempengaruhi nilai rasio Ca/P dari HAp dan
juga bidang kristalnya. Ion karbonat yang masuk ke dalam kisi kristal HAp akan
menggantikan ion hidroksil (OH-) atau fosfat (PO43-) dan menghasilkan carbonated-HA
(CHA) (Suryadi, 2011). Perlu adanya inertisasi lingkungan (reaktor) dengan mengalirkan gas
inert seperti nitrogen (N2) sehingga proses pencampuran prekursor bebas dari kontaminan
dari udara. Selain itu, laju penambahan asam yang terlalu lambat seharusnya tidak dilakukan
selama sintesis karena akan menyebabkan bergabungnya karbonat dengan struktur apatit.
Meskipun hidroksiapait yang berasal dari cangkang telur ayam tidak murni, namun
keberadaan CO32- tidak banyak mengganggu pada proses implantasi pada tulang. Adanya
CO32− tidak dapat dikatakan buruk karena tulang manusia juga memiliki CO3
2− yang
merupakan substitusi alami untuk PO43− sesuai dengan rumus molekul
Ca10(CO3)x(PO4)6(2/3)x(OH) atau HAp terkarbonasi (Aoki 1991 dalam hidayat).