Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

14
ANALISIS FUNDAMENTAL PT JAYA KONSTRUKSI MANGGALA PRATAMA Tbk Profil Perusahaan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk, sebagai bagian dari Grup Jaya, melakukan kegiatan usaha yang beragam, yang mencakup sektor infrastruktur dan pekerjaan konstruksi bangunan, perdagangan aspal dan bahan bakar gas cair (LPG), pabrikasi beton pracetak dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal, serta layanan pemeliharaan. Perseroan didirikan pada tanggal 23 Desember 1982 pada saat Departemen Pemborongan PT Pembangunan Jaya dipisah untuk menjadi badan hukum tersendiri. Saham Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Desember 2007. Perseroan merupakan pemain utama di sektor infrastruktur Indonesia, telah banyak berpartisipasi dalam pembangunan proyek penting yang telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sosial dan ekonomi dalam negeri, termasuk bandara, jalan tol, pembangkit listrik, saluran air dan fasilitas umum lainnya. Perseroan juga telah lama berperan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pada sektor komersial sebagai penyedia utama pekerjaan konstruksi, teknik dan layanan pemeliharaan untuk hotel, pusat perbelanjaan (mall), apartemen dan bangunan-bangunan perkantoran. Pada tahun 2007 Perseroan melakukan akuisisi empat perusahaan anak langsung, PT Jaya Trade Indonesia, PT Jaya Teknik Indonesia, PT Jaya Beton Indonesia dan PT Jaya Daido Concrete, dan kemudian mengakuisisi 12 perusahaan anak tidak langsung: PT Jaya Gas Indonesia, PT Toba Gena Utama, PT Sarana Bitung Utama, PT Metroja Mandiri, PT Kenrope Utama, PT Sarana Merpati Utama, PT Adibaroto Nugratama, PT Adigas Jaya Pratama, PT Sarana Lampung Utama, PT Sarana Lombok Utama, PT Sarana Jambi Utama dan PT Jaya Celcon Prima. Pada tahun 2009 Perseroan mendirikan dua perusahaan patungan, PT Jaya Konstruksi Pratama Tol (dengan PT Pembangunan Jaya Toll) dan PT Jaya Sarana Pratama (dengan PT Jaya Real Property Tbk) untuk pengembangan usaha Perseroan dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol. Untuk memperluas terminal aspal curah.

description

analisis fundamental

Transcript of Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Page 1: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

ANALISIS FUNDAMENTAL PT JAYA KONSTRUKSI MANGGALA PRATAMA Tbk

Profil PerusahaanPT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk, sebagai bagian dari Grup Jaya, melakukan

kegiatan usaha yang beragam, yang mencakup sektor infrastruktur dan pekerjaan konstruksi bangunan, perdagangan aspal dan bahan bakar gas cair (LPG), pabrikasi beton pracetak dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal, serta layanan pemeliharaan. Perseroan didirikan pada tanggal 23 Desember 1982 pada saat Departemen Pemborongan PT Pembangunan Jaya dipisah untuk menjadi badan hukum tersendiri. Saham Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Desember 2007. Perseroan merupakan pemain utama di sektor infrastruktur Indonesia, telah banyak berpartisipasi dalam pembangunan proyek penting yang telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sosial dan ekonomi dalam negeri, termasuk bandara, jalan tol, pembangkit listrik, saluran air dan fasilitas umum lainnya. Perseroan juga telah lama berperan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pada sektor komersial sebagai penyedia utama pekerjaan konstruksi, teknik dan layanan pemeliharaan untuk hotel, pusat perbelanjaan (mall), apartemen dan bangunan-bangunan perkantoran.

Pada tahun 2007 Perseroan melakukan akuisisi empat perusahaan anak langsung, PT Jaya Trade Indonesia, PT Jaya Teknik Indonesia, PT Jaya Beton Indonesia dan PT Jaya Daido Concrete, dan kemudian mengakuisisi 12 perusahaan anak tidak langsung: PT Jaya Gas Indonesia, PT Toba Gena Utama, PT Sarana Bitung Utama, PT Metroja Mandiri, PT Kenrope Utama, PT Sarana Merpati Utama, PT Adibaroto Nugratama, PT Adigas Jaya Pratama, PT Sarana Lampung Utama, PT Sarana Lombok Utama, PT Sarana Jambi Utama dan PT Jaya Celcon Prima.

Pada tahun 2009 Perseroan mendirikan dua perusahaan patungan, PT Jaya Konstruksi Pratama Tol (dengan PT Pembangunan Jaya Toll) dan PT Jaya Sarana Pratama (dengan PT Jaya Real Property Tbk) untuk pengembangan usaha Perseroan dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol. Untuk memperluas terminal aspal curah.

Kemampuan Perseroan yang telah terbukti dapat memanfaatkan kompetensi inti dalam mengintegrasikan rangkaian nilai infrastruktur memungkinkan Perseroan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko bahkan pada penyelesaian proyek-proyek dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Dengan reputasi yang baik untuk hasil kerja yang bermutu tinggi, kehandalan, penyerahan tepat waktu dengan harga yang kompetitif, Jaya Konstruksi telah menempatkan dirinya sebagai mitra utama bagi Pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan besar dalam pembangunan infrastruktur.

ANALISIS FUNDAMENTAL (Makro Ekonomi)

GDP

GDP (Gross Domestic Product-red) merupakan total nilai penjualan barang dan jasa suatu negara dalam setahun. Berikut adalah PDB (Produk Domestik Bruto) jasa kontruksi yang termasuk sector industry di tahun 2008 sampai 2012

Page 2: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Pada tahun 2011 sampai 2012 mengalami kenaikan PDB dan PDB konstruksi. Saat ini industri Jasa Konstruksi mendapat sorotan banyak pihak di berbagai negara, mengingat sumbangsihnya yang signifikan terhadap banyak sektor terutama ekonomi. Hingga ditargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 minimal 7 persen, suatu pencapaian yang harus didukung oleh Infrastruktur yang baik secara fisik maupun dari sisi sumber daya manusianya. Apakah dengan adanya standar UMR yang baru, berpengaruh terhadap industri konstruksi. Atau dengan tuntutan semua pekerja menjadi pegawai tetap, akan mempengaruhi semangat para kontraktor. Mengingat pekerjaan konstruksi cenderung tidak tetap, tergantung proyek.

1) PDB Republik Indonesia (Akumulasi)

Dari data disamping, dapat dilihat PDB kwartal 1 dari tahun 2008-2011 mengalami kenaikan hingga sebesar 6.45%, namun pada tahun 2012 turun dari tahun sebelumnya yaitu 6.29% atau turun sebesar 0.16%.

2) PDB sector industry

Dari data disamping, dapat disimpulkan bahwa PDB sektor konstruksi di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 naik menjadi 7.23% namun pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 5.22%. Pada tahun 2012 naik kembali sebesar 1.99% dari tahun sebelumnya atau menjadi 7.21%.

Suku Bunga

Page 3: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Pada tahun 2011 tingkat suku bunga di indonesia berkisar 6,5 persen dan mengalami

penurunan di tahun 2012 dan 2013 masing-masing menjadi 6 persen dan 5,75 persen.

Peningkatn terjadi pada awal tahun 2014 yaitu tingkat suku bunga di indonesia mencapai

angka 7,5 persen. Kondisi ini memiliki kemungkinan untuk stabil atau meningkat hingga

akhir tahun berikutnya. Penyerapan sektor konstruksi terhadap APBN 2013 diperkirakan

hanya terserap sekitar 70 persen, menyusul dugaan akibat pelemahan nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia.

Ia memperkirakan, kenaikan material barang konstruksi impor, di antaranya peralatan

MEP, peralatan pembangkit listrik, peralatan material aspal dan bahan industri lokal yang

mengandung material bahan baku impor adalah baja plat, baja profil, besi baja, marmer,

granit.

Inflasi

Page 4: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Proyeksi untuk inflasi berdasarkan perkiraan pencapaian target inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perkiraan range untuk 2010-2015 adalah 3% hingga 7%, kecuali untuk 2015 yang diperkirakan dapat mencapai pengendalian yang baik, seperti yang terjadi pada 2009. Pengendalian inflasi mempengaruhi pergerakan suku bunga dan nilai tukar. Namun, pengendalian ini dipengaruhi pula oleh pergerakan global untuk harga komoditas, khususnya minyak bumi. Proyeksi untuk sektor ekonomi, seperti pertanian, pertambangan, industri pengolahan (manufaktur), utilitas, konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan dan jasa-jasa lainnya dipengaruhi oleh kondisi historis dan kapasitas maksimum untuk masing-masing sektor. Setiap sektor memiliki karakteristik tersendiri dan setelah diagregasikan diperoleh data PDB. Pertumbuhan ekonomi dalam periode 2011-2015 diestimasikan berada pada kisaran 4,6 % hingga 8 %.

ANALISIS FUNDAMENTAL SEKTOR INDUSTRI

Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan juga dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan. Pemanfaatan potensi usaha jasa konstruksi di Indonesia dapat dilakukan dengan pelibatan pengusaha nasional secara kompetitif melalui proses yang transparan, adil, efisien dan efektif (ekonomis), serta penegakan hukum. Selain itu, dibutuhkan peningkatan kemampuan (capacity building) kontraktor, dan implementasi kebijakan yang berpihak pada pengusaha nasional. Pelibatan usaha jasa konstruksi nasional diharapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja, peningkatan layanan infrastruktur publik, dan usaha jasa konstruksi nasional dapat bersaing pada pangsa pasar regional, pasar domestik, dan pasar luar negeri.

PendahuluanBisnis usaha jasa konstruksi merupakan usaha yang mempunyai karakteristik tertentu dan

unik, dimana memiliki batasan-batasan (constrain) yang harus dipenuhi, yaitu (1) waktu berkaitan dengan periode pelaksanaan proyek, (2) biaya berhubungan dengan anggaran proyek, dan (3) mutu berkaitan dengan spesifikasi, serta (4) keselamatan dan kesehatan kerja bagi

Page 5: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

pekerja dan masyarakat di sekitar proyek. Selain itu, melibatkan banyak pihak yang memiliki disiplin ilmu yang beragam dan pekerja yang tanpa keterampilan (non skill)

Pangsa pasar bisnis usaha konstruksi dapat dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan kegunaan konstruksi tersebut dan kepemilikannya, yaitu (Asnudin A, 2004) : (1) Proyek konstruksi digunakan untuk kepentingan umum (public project), sistem pengadaan kontraktor dilakukan berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku, seperti kebijakan pemerintah setempat (autonomy regulation), kebijakan negara donor (loan/hibah), dan program - program yang dikembangkan oleh organisasi non pemerintah (NGO). (2) Pengadaan proyek konstruksi untuk kepentingan pribadi (private project). Sebagai pemilik proyek (owner) mempunyai otoritas penuh untuk menentukan kriteria yang digunakan untuk pengadaan kontraktor, antara lain : Pemilik proyek (owner) bebas menentukan kontraktor dengan cara apapun, bebas melakukan negosiasi dengan salah satu kontraktor dan dapat membatasi kontraktor yang di undang / ditawarkan suatu pekerjaan, pengumuman dapat dilakukan secara terbuka (transparan) untuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kompetitif.

Fungsi pasar untuk suatu organisasi, yaitu merupakan tempat untuk memasarkan jasa atau produk, dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Pasar dalam artian di lingkup jasa konstruksi adalah suatu proses transaksi antara penyedia jasa dan pengguna jasa, dimana (1) penyedia jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa, dan (2) pengguna jasa adalah sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam lingkungan proyek tertentu.

Tujuan Usaha Jasa Konstruksi Pendirian suatu badan usaha jasa konstruksi mempunyai tujuan melakukan kegiatan

bisnis di bidang jasa konstruksi dengan harapan dapat memperoleh keuntungan. Beberapa cara yang mesti diketahui oleh kontraktor sebagai penyedia jasa konstruksi, antara lain (1) mendapatkan proyek, (2) mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan proyek tersebut, dan (3) menjaga keberlangsungan perusahaannya.

Keberlangsungan usaha jasa konstruksi memerlukan pengelolaan yang mempunyai orientasi pengembangan usaha yang jelas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, dan perkembangan sumber daya, serta kemajuan teknologi.

Pasar Proyek Konstruksi Pangsa pasar konstruksi baik dari sumber APBN/APBD, dan kegiatan investasi

BUMN/BUMD, serta Swasta setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2002 dengan anggaran Rp.88 triliun, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp.107 triliun, tahun 2004 sejumlah 160 triliun sedangkan pada tahun 2005 menjadi Rp.168 triliun dan tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp.170 triliun (gambar 1) . Apabila di elaborasi per sektor, maka pasar jasa konstruksi adalah: sektor transportasi 42 persen, sektor migas 3 persen, sektor energi listrik dan sektor sumber daya air 23 persen, sektor air minum dan sanitasi 9 persen, sektor perumahan dan permukiman 21 persen, serta sektor telekomunikasi sebesar 2 persen (BPS, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diar (2007) menunjukkan bahwa pangsa pasar akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena kepercayaan sektor swasta mulai meningkat, gejolak harga minyak mulai stabil, dan kebijakan-kebijakan ekonomi cenderung stabil.

Page 6: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Pengerjaan proyek infrastruktur Indonesia hingga 2010 berada di peringkat dua dunia dengan nilai proyek US$120 milliar. Peringkat pertama diduduki China dengan total pengerjaan proyek di atas US$200 milliar (Robert Mulyono Santoso, 2008), sehingga dapat diartikan bahwa pasar konstruksi di Indonesia sangat berpotensi bagi penyedia jasa konstruksi di Indonesia, tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Asnudin A (2004) menunjukkan bahwa, pada umumnya usaha jasa konstruksi dengan kategori skala kecil dan skala menengah, hanya mengerjakan satu paket kontrak untuk setiap tahun anggaran dan penelitian yang dilakukan oleh Biemo W Soemardi (2007) menunjukkan bahwa jumlah proyek relatif belum dapat dikatakan cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah usaha di sektor konstruksi yang mencapai lebih dari 80.000 perusahaan, sehingga dapat diartikan sebagai masih terbatasnya pangsa pasar dan ketatnya persaingan di sektor jasa konstruksi nasional. Perusahaan konstruksi domestik yang menguasai pasar konstruksi nasional masih didominasi oleh badan usaha milik negara (BUMN). Mungkin terselip beberapa perusahaan swasta nasional yang mempunyai kemampuan setara dengan pemain utama ini.

Orientasi Pasar Peluang pasar untuk usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat besar, yang bersumber dari

proyek pemerintah ataupun proyek swasta. Sementara dari beberapa hasil penelitian (Asnudin A, 2004; Tilaar & Asnudin A, 2007; Sundari Sri, 2008) menunjukkan bahwa umumnya, kontraktor di Indonesia masih memfokuskan diri untuk bersaing memperebutkan pangsa pasar jasa konstruksi yang dibiayai melalui dana Pemerintah (APBN/APBD) yang jumlahnya tidak lebih dari 45 persen dari total pangsa pasar jasa konstruksi. Pangsa pasar jasa konstruksi yang dibiayai oleh dana investasi swasta yang jumlahnya lebih besar, khususnya investasi swasta asing, yang umumnya dinikmati oleh penyedia jasa konstruksi asing. Padahal, beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari proyek swasta, seperti (1) segi kuantitas sektor swasta lebih menjanjikan (jumlah proyek), (2) asas-asas perimbangan dalam kontrak yang adil, (3) proses administrasi dan pembayaran yang transparan, adil dan akuntabel, serta ekonomis, dan (4) memberikan ruang untuk melakukan klaim.

Kontraktor fokus pada proyek-proyek pemerintah, menunjukkan bahwa (1) kurangnya kontraktor yang mengarah ke specialist untuk suatu klasifikasi pekerjaan, (2) kemampuan modal kerja yang kecil, dan (3) penguasaan teknologi yang rendah, serta (4) keterbatasan peralatan dan (5) akses informasi yang rendah dan sistem pemasaran yang lemah. Hasil studi yang dilakukan oleh Biemo W Soemardi (2007), bahwa kontraktor fokus ke proyek pemerintah karena berbagai alasan, yaitu terdapatnya kepastian anggaran pembangunan yang tercantum dalam anggaran belanja negara baik di tingkat pusat (APBN) maupun di tingkat daerah (APBD) setiap tahunnya yang dialokasikan untuk pembangunan fisik.

Menurut Biemo, WS (2007) pasar pemerintah dipandang sebagai pasar yang sangat berpotensi memberikan pemasukan bagi perusahaan. Selain itu, belum adanya sistem yang baku serta kurang terbukanya sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh klien swasta sampai saat ini memberi peluang terjadinya persaingan yang tidak sehat di antara para kontraktor. Keadaan tersebut, kadang kala menyebabkan diperlukannya pendekatan-pendekatan khusus (pendekatan secara informal maupun formal) untuk dapat mengikuti pelelangan atau memenangkan proyek-proyek swasta tersebut tanpa melalui suatu pelelangan dan tingkat risiko sangat tinggi dalam hal ketidakpastian pembayaran, terutama pada saat-saat akhir dari penyelesaian proyek, juga dinyatakan oleh kontraktor sebagai alasan untuk lebih memilih pasar pemerintah sebagai pasar sasarannya.

Page 7: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Kemampuan Keuangan Untuk mendorong keterlibatan usaha jasa konstruksi skala kecil dan menengah pada

dunia usaha yang kompetitif dan bersaing secara luas dibutuhkan kemampuan keuangan yang baik. Untuk itu, kebijakan dan komitmen dari pemerintah dan institusi terkait sangat diperlukan, seperti, (1) akses permodalan yang mudah ke institusi keuangan (1) pemberlakuan suku bunga yang rendah bagi usaha kategori mikro/kecil dan menengah, (2) proses administrasi yang efektif dan ekonomis, dan (3) program-program pembinaan yang berkelanjutan (sustainable program) tentang sistem pengelolaan keuangan bagi dunia usaha skala kecil dan menengah. Pada setiap pekerjaan konstruksi untuk penyedia jasa sangat membutuhkan modal awal yang cukup besar untuk biaya langsung proyek maupun berbagai jaminan selalu menyertai, seperti jaminan penawaran, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, dan jaminan pemeliharaan. Hal itu, belum termasuk jaminan-jaminan yang cukup besar, seperti construction risk, Erection Insurance, dan jaminan-jaminan lainnya,"

ANALISIS FUNDAMENTAL PERUSAHAAN

Rasio Keuntungan

Rasio keuntungan 2013 2012 2011

gross profit margin 0.134

0.141

0.137

operating profit margin 0.074

0.069

0.073

net profit margin 0.046

0.046

0.043

return on equity (ROE) 0.131

0.182

0.160

return on total assets (ROA) 0.062

0.072

0.062

Gross Profit Margin merupakan laba kotor perusahaan, semakin tinggi nilainnya semakin tinggi tingkat keuntungan, dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami fluktuasi tetapi tidak terlalu signifikan.

Operating Profit Margin, semakin tinggi nilainya semakin tinggi tingkat keuntungannya.Terjadi penurunan laba dari tahun 2011 ke 2012 dan mengalami kenaikan laba dari 2012 ke 2013.

Net Profit Margin, semakin tinggi nilainya semakin tinggi tingkat keuntungannya, terjadi kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012, dan tidak terjadi kenaikan dari tahun 2012 ke 2013.

ROE, di tahun 2013 ROE mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, itu menandakan tingkat pengembalian perusahaan mengalami penurunan.

ROA, di tahun 2012 ke 2013 ROA mengalami penurunan, menandakan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba menurun. Jika ROA tinggi berpeluang besar meningkatkan pertumbuhan.

Page 8: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas 2013 2012 2011

current ratio 1.60

1.35

1.34

quick ratio 1.43

1.19

1.27

Current Ratio, terjadi kenaikan current ratio dari tahun 2011 sampai 2013, ini menandakan asset bisa memenuhi kewajiban lancar.

Quick Ratio, terjadi kenaikan dari tahun 2011 sampai 2013, itu menandakan asset bisa memenuhi kewajiban lancar.

Rasio Harga Pasar

Rasio Harga Pasar 2013 2012 2011earning per share (EPS) 31.93 46.70price earning ratio (PER) 11.09 17.34 19.09price earning ratio (PER) industry 29.28 35.24 34.06

EPS, terjadi penurunan EPS dari tahun 2011 ke 2012, itu menandakan tingkat keuntungan bersih tiap lembar saham dalam menjalankan operasinya mengalami penurunan.

PER, terjadi penurunan PER dari tahun 2011 sampai 2013, itu menandakan laba bersih yang diperoleh mengalami penurunan terhadap harga saham.

PER industry, terjadi penurunan PER dari tahun 2012 ke 2013, itu menandakan laba bersih yang diperoleh mengalami penurunan terhadap harga saham.

ANALISIS SAHAM PERUSAHAAN

Berdasarkan grafik pergerakan harga saham tahun 2012 bisa dibilang cukup stabil, cuman di bulan November ke desember mengalami penurunan. Harga terendah saham di angka Rp 1,340, harga tertinggi Rp 1,670 dan harga penutupan di angka Rp 1,500. Rata-rata harga saham naik dari bulan agustus ke September.

Dari grafik pergerakan harga saham tahun 2013 rata-rata pergerakannya stabil dari bulan januari sampai bulan September, sampai menyentuh harga tertinggi Rp 2.550. Setelah bulan September kuartal pertama harga saham turun draktis, diangka terendah Rp 485 itu dikarenakan kenaikan BI rate Sejak Juni 2013, BI rate telah naik lima kali sampai bertengger di 7,5%. Tak hanya itu, ekonomi yang melambat dan kebijakan loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) kedua, membawa sentimen negatif ke pergerakan saham emiten properti. Kenaikan suku bunga, menurut Wilson, menjadi pangkal permasalah penurunan permintaan rumah dengan kredit. Melvina Wildasari, analis Trimegah Securities mengamini. "Saham-saham emiten properti yang cenderung turun juga disebabkan dari depresiasi rupiah,” Dus, Melvina memperkirakan, kinerja rata-rata emiten properti pada tahun ini akan di bawah ekspektasi. Tahun depan, pergerakan harga saham emiten properti masih akan cenderung

Page 9: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

fluktuatif. “Harus dilihat kebijakan makro ekonomi dan suku bunga di tahun depan, seperti apa," tutur dia. Kalau tren suku bunga masih naik di tahun depan, harga saham emiten sektor properti akan kembali merosot. Sebaliknya, kalau inflasi terkendali dan suku bunga turun, harga saham emiten properti akan mendapat angin. Reza Nugraha, analis MNC Securities menambahkan, meski tertekan, kinerja keuangan rata-rata emiten properti sampai akhir tahun ini dan tahun depan, kemungkinan masih akan cukup baik. “Penjualan properti masih cukup bagus,” jelas dia.

TUGAS PASAR MODAL

Page 10: Analisis Fundamental Perusahaan Jasa Konstruksi

ANALISIS FUNDAMENTAL PT JAYA KONSTRUKSI MANGGALA

PRATAMA Tbk

NAMA: KADEK DWI PUTRA ATMAJA

NIM : 13/358795/EE/06510

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014