ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP...

173
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP DI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh FATIMAH CHOIRINNISA NIM: 1113051000095 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP...

Page 1: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK

E-KTP DI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

FATIMAH CHOIRINNISA

NIM: 1113051000095

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara
Page 3: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara
Page 4: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara
Page 5: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

iv

ABSTRAK

Fatimah Choirinnisa (1113051000095)

Judul: Analisis Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Proyek E-KTP di Surat

Kabar Harian Kompas

Kasus korupsi e-KTP merupakan salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah

terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya nilai penyimpangan dana dalam

proyek e-KTP yang mencapai Rp 2,31 triliun. Selain itu publik juga dikejutkan dengan

penyebutan nama-nama besar yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP, seperti

Ketua DPR Setya Novanto, mantan Ketua DPR Marzuki Ali, dan mantan Menteri Dalam

Negeri yang mendapat predikat anti corruption award Gamawan Fauzi. Hal tersebut

menjadi faktor mengapa media massa gencar memberitakan tentang kasus korupsi e-

KTP. Kompas merupakan salah satu media yang gencar memberitakan tentang korupsi e-

KTP, yaitu selama 11 hari berturut-turut dan sembilan berita diantaranya menjadi

headline. Ini menunjukkan adanya penonjolan aspek-aspek tertentu yang ingin

disampaikan oleh Kompas melalui pemberitaannya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana

framing harian Kompas dalam memberitakan kasus korupsi e-KTP dan bagaimana harian

Kompas mengkonstruksi pemberitaan kasus korupsi e-KTP.

Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian konstruktivis dengan

pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu analisis framing model Robert N Etnman yang menggunakan empat konsep

analisis, antara lain define problem (pemaknaan terhadap peristiwa), diagnose causes

(menentukan penyebab masalah), make moral judgement (memperkuat argumentasi),

treatment recommendation (penyelesaian masalah). Selain framing, penelitian ini juga

menggunakan teori konstruksi sosial media massa. Menurut Peter L. Berger dan Thomas

Luckman, proses terbentuknya konstruksi sosial media massa melalui empat tahap

penting yaitu, tahap menyiapkan materi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan

konstruksi, dan tahap konfirmasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memberitakan kasus korupsi e-KTP

Harian Kompas hanya menonjolkan satu lembaga yang diduga terlibat dalam kasus ini

yaitu, lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal, aktor yang diduga terlibat dalam

korupsi e-KTP bukan hanya berasal dari DPR, melainkan berasal dari berbagai lembaga

seperti Kemendagri, BUMN dan pengusaha swasta. Pada hakikatnya, DPR merupakan

lembaga yang berisi tokoh-tokoh negara yang seharusnya menghimpun dan

menindaklanjuti aspirasi rakyat. Terlebih lagi terdapat penyebutan beberapa nama besar

dari lembaga DPR yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Dalam jurnalistik,

ketokohan seseorang memiliki nilai berita yang sangat besar, sebab semua perkataan dan

perbuatan tokoh akan diawasi dan diberitakan oleh media massa. Meski demikian, media

massa berkewajiban untuk tetap berimbang dan menghormati asas praduga tak bersalah

dalam memberitakan suatu peristiwa.

Kata Kunci: Berita, Kasus Korupsi e-KTP, Harian Kompas, Framing, Konsrtuksi Media.

Page 6: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

v

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur tercurah kepada Allah SWT

berkat limpahan karunia dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

ini sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Shalawat serta salam senantiasa

tertuju kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh

umat manusia dan telah membimbing kita pada drajat kemanusiaan yang lebih baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun demi memenuhi salah satu

syarat dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi Jurnalistik di Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M. Ed Ph. D,

Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dra. Roudonah, MA, serta Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M. Si.

2. Ketua Prodi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Prodi Jurnalistik, Dra.

Musfirah Nurlaily, MA, yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Fita Fathurokhmah, M.Si, yang telah mengajarkan dan

menuntun penulis selama proses penulisan skripsi, dan tidak pernah letih dalam

membimbing penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Page 7: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

vi

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih atas ilmu

yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Segenap jajaran redaksi Surat Kabar Harian Kompas, khususnya kepada Wakil Editor

Desk Politik dan Hukum Billy Khaerudin dan tim Diklat Kompas, khususnya kepada

Onto Digmono, yang telah membantu dan memperkenankan penulis untuk melakukan

penelitian.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Harun Suhendar dan Ibunda Sulistiawati,

terimakasih atas segala curahan kasih sayang, semangat serta doa yang selalu

dipanjatkan untuk keberhasilan putrinya.

7. Kakak tercinta Maryam Abatun Nisa dan Muhammad Fiqih Zulfikar, serta Adik

tercinta Khodijah Rohmatun Nisa dan Asiah Nurunnisa yang senantiasa memberikan

inspirasi dan semangat bagi penulis untuk dapat segera menyelesaikan penulisan

skripsi.

8. Sahabat Jurnalistik yang selalu siap membantu dan memberikan nasihat baik kepada

penulis selama proses perkuliahan, Anisatul Kamaliyah, Devi Andita Oktavia,

Aldiansyah Nur Rahman dan Atikah Fauziyyah.

9. Partner terbaik, Muhammad Anwar Rifai yang selalu sabar menemani penulis dan

senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

10. Keluarga “Bangke” yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, Desy Larasati,

Dini Kartika, Oktavia Dwi Anggraeni, Umi Asrifah, Rajtania Chaerunnisa.

11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa

hormat dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Page 8: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi banyak pihak, atas segala perhatian penulis ucapkan

terimakasih.

Jakarta, 05 Desember 2017

Fatimah Choirinnisa

Page 9: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................... iii

ABSTRAK............................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………..……….. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………….... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian………………………. 6

D. Tinjauan Pustaka………………………………………………... 7

E. Metodologi Penelitian……………………………………..……. 8

F. Sistematika Penulisan…………………………………………... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Framing Robert N Etnman……………………………….…..…. 13

B. Teori Konstruksi Sosial Media Massa…………..…….……….... 15

C. Profesionalisme Wartawan dalam Pemberitaan……..……….….. 19

D. Kompetensi Wartawan………………………..………………..... 21

E. Konseptualisasi Berita………………………………………….... 24

1. Definisi Berita……………………………………………… .. 23

2. Kriteria Umum Nilai Berita………………………………….. 25

3. Unsur Berita………………………………………………….. 29

4. Kategori Berita……………………………………………….. 31

5. Jenis-Jenis Teras Berita………………………………………. 33

F. Media Massa

1. Definisi Media Massa………………………………………… 36

2. Media Massa Cetak………………………………………… ... 37

3. Fungsi Media Massa………………………………………….. 39

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Harian Kompas……………………….…………………… 41

B. Visi dan Misi Harian Kompas……………………………………… 44

C. Struktur Organisasi Harian Kompas…………….………………….. 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Page 10: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

ix

A. Analisis Framing Berita Korupsi e-KTP di Harian Kompas………. 52

B. Tahap Konstruksi Sosial Media Massa…….………………………. 133

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………….……………………... 139

B. Saran……………………………………………………………….. 141

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Framing Model Robert N Etnman…………………………. 15

Tabel 2.1 Analisis Framing Berita 1………………………………….. 52

Tabel 4.2 Analisis Framing Berita 2………………………………….. 57

Tabel 4.3 Analisis Framing Berita 3………………………………….. 64

Tabel 4.4 Analisis Framing Berita 4………………………………….. 70

Tabel 4.5 Analisis Framing Berita 5………………………………….. 82

Tabel 4.6 Analisis Framing Berita 6………………………………….. 90

Tabel 4.7 Analisis Framing Berita 7………………………………….. 97

Tabel 4.8 Analisis Framing Berita 8………………………………….. 103

Tabel 4.9 Analisis Framing Berita 9………………………………….. 110

Tabel 4.10 Analisis Framing Berita 10………………………………… 119

Tabel 4.11 Analisis Framing Berita 11………………………………… 127

Page 12: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi e-KTP merupakan salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah terjadi

di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya nilai penyimpangan dana dalam kasus

korupsi proyek e-KTP. Kerugian yang ditanggung negara dengan terbongkarnya praktik

kotor ini mencapai Rp 2,31 Triliun. Proyek yang dianggarkan pemerintah untuk e-KTP

sebanyak Rp 5,9 Trilliun, sedangkan yang benar-benar digunakan untuk belanja riil

hanya sebesar Rp 2,6 Triliun. Ini menunjukkan hampir separuh atau sekitar 49% dana

proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara negara. Bukan hanya itu, banyaknya

oknum yang terlibat dalam kasus korupsi proyek e-KTP menjadikan kasus ini layak

disebut sebagai salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.

Oknum yang diduga terlibat dalam kasus ini terdiri dari 62 orang anggota DPR

Periode 2009-2014, serta sejumlah pejabat Kemendagri dan pengusaha swasta lainnya.

Dari sekian banyak nama, saat ini baru dua orang dari Kemendagri yang sedang

menjalani proses hukum yaitu, Irman, selaku mantan Direktur Jendral Kependudukan dan

Catatan Sipil Kemendagri dan Sugiharto, selaku mantan Direktur Pengelolaan Informasi

Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri. Irman menerima aliran

penyalahgunaan dana sebesar Rp 2,3 miliar, dan 877,700 dolar AS serta 6.000 dolar

Singapura sedangkan, Sugiharto menerima 3,47 juta dolar AS.1 Terbongkarnya praktik

1 Harian Kompas, “KTP-el Korupsi Nyaris Sempurna”, Edisi 10 Maret 2017, h.1

Page 13: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

2

kotor ini menambah daftar panjang nama pejabat Indonesia yang terlibat dalam kasus

korupsi.

Menurut Evi Hartanti, dari sudut etimologi, korupsi berasal dari kata “corruptio”

yang dalam bahasa latin berarti kerusakan atau kebobrokan kata ini digunakan pula untuk

suatu keadaan atau perbuatan yang busuk.2 Sedangkan, menurut istilah korupsi adalah

penyalahgunaan kepercayaan publik atau penyalahgunan kekuasaan yang melekat pada

suatu jabatan publik oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan memperkaya

diri sendiri atau menguntungkan pihak lain, dan menjadi suatu perbuatan melawan

hukum, bertentangan dengan ajaran moral dan merugikan negara.3 Jadi, korupsi

merupakan tindakan melanggar hukum dengan merampas hak negara untuk kepentingan

pribadi dan mengatasnamakan jabatan di suatu lembaga atau instansi.

Fenomena korupsi di Indonesia seakan tidak asing lagi di telinga publik. Lembaga

pemerintahan yang telah berikrar dan dipercaya rakyat kenyataanya juga melakukan

tindakan busuk yang sama. Korupsi yang merajalela di sektor pemerintahan,

menunjukkan bobroknya moralitas para penyelenggara negara dan lemahnya penegakkan

hukum di Indonesia. Korupsi tidak hanya merugikan negara dengan terhambatnya proses

pembangunan insfratruktur negara tapi juga menyengsarakan kehidupan seluruh rakyat

Indonesia dengan merampas hak-hak yang seharusnya diperoleh rakyat. Hal inilah yang

menjadikan kasus korupsi tidak surut dari perhatian khalayak dan pemberitaan media

massa.

Media massa merupakan saluran atau sarana yang digunakan dalam proses

komunikasi massa (channel of communication). Sedangkan menurut Charlotte Ryan

2 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Edisi Kedua, h.6.

3 Felli Hermanto, Penerapan Management Penyelidikan Tindak Pidana Korupsi Pada Direktorat Jendral

III Pidkor Bareskrim Mabes Polri, Tesis, (Depok: Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia , 2011), h.41.

Page 14: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

3

media massa adalah suatu kompetisi di mana pihak-pihak yang saling berkepentingan

mengajukan pemaknaan terhadap suatu permasalahan agar lebih menarik perhatian

khalayak. Masing-masing pihak berusaha menonjolkan penafsiran, klaim, dan

argumentasi berkenaan dengan persoalan yang diberitakan.4 Secara garis besar, media

massa terbagi menjadi tiga, yaitu media massa cetak, media elektonik dan media online

Dari ketiga jenis media tersebut, penulis memilih media cetak sebagai bahan

penelitian, alasan penulis memilih media cetak karena media cetak dapat menyajikan

berita lebih lengkap dan lebih mendalam mengenai suatu peristiwa dibandingkan dengan

media written messages lainnya, seperti media online. Selain itu, dalam menyajikan

sebuah berita, media cetak secara berulang melakukan penyuntingan sebelum berita

tersebut dikonsumsi oleh audience, sehingga berita yang disajikan memiliki tingkat

akurasi dan verifikasi yang tinggi. Oleh karena itu, penulis memilih media massa cetak

yang berupa surat kabar atau koran untuk dijadikan bahan penelitian. Salah satu surat

kabar nasional yang dapat memberikan informasi aktual dan terpercaya ialah Surat Kabar

Harian Kompas.

Surat Kabar Harian Kompas memberitakan tentang kasus korupsi e-KTP selama

11 hari berturut-turut, yaitu dari tanggal 7 Maret hingga 17 Maret 2017. Sembilan

pemberitaan terletak di halaman depan dan menjadi headline, sisanya terletak di bagian

politik dan hukum tepatnya di halaman 2 dan 3. Dalam pemberitaannya, Kompas

berulang kali menekankan dalang dari penyalahgunaan dana proyek e-KTP. Kompas juga

menyampaikan bahwa “DPR merupakan lembaga pemerintahan terkorup”. Untuk

membuktikan pendapatnya, Surat Kabar Harian Kompas membuat diagram semenarik

mungkin, dengan beberapa nama terduga korupsi penyalahgunaan dana proyek e-KTP.

4 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h.47

Page 15: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

4

Surat kabar harian Kompas sangat menekankan aktor atau dalang dari kasus

korupsi e-KTP. Dari sekian banyak terduga korupsi proyek e-KTP, baru 2 orang yang

sedang diproses secara hukum. Bukan hanya aktor, Surat Kabar Harian Kompas juga

mengingatkan khalayak dengan kerugian negara akibat praktik kotor tersebut sebesar Rp

2,31 Triliun atau 49% dari nilai proyek. Kedua isu tersebut sangat ditekankan setiap

pemberitaan yang diterbitkan oleh surat kabar harian Kompas yakni periode 7 Maret-17

Maret 2017. Penekanan itu secara terus-menerus diberitakan oleh Surat Kabar Harian

Kompas, agar perhatian khalayak berfokus pada isu tersebut. Hal inilah yang dikenal

sebagai framing pemberitaan yang dikonstruksikan oleh media massa.

Menurut Todd Gitlin, framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau

dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak.

Jadi pada dasarnya framing merupakaan proses membuat suatu pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju pada

pesan tersebut. Framing melihat bagaimana peristiwa disajikan oleh media massa.

Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek

tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas atau peristiwa.5

Dalam melihat suatu peristiwa media selalu melakukan konstruksi realitas, yaitu

upaya untuk menyusun beberapa peristiwa. Proses pembentukan realitas itu, hasil

akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah

dikenal. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang

5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta,: Lkis, 2011), Cet ke-IV,

h. 77-79

Page 16: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

5

ditonjolkan oleh media massa. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol

menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.6

Jadi, pada dasarnya media massa berperan mendefinisikan bagaimana realitas

seharusnya dipahami dan bagaimana seharusnya realitas itu dijelaskan dengan cara

tertentu kepada khalayak. Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa melainkan

juga pada aktor-aktor sosial. Media massa disini berfungsi untuk menjaga nilai-nilai

kelompok dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan. Dari latar

belakang masalah di atas maka, penulis mengambil judul skripsi tentang “Analisis

Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Proyek E-KTP di Surat Kabar Harian

Kompas”.

B. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan, penulis membatasi masalah yang akan diteliti.

Penulis hanya meneliti pemberitaan mengenai kasus korupsi proyek e-KTP yang dimuat

oleh Surat Kabar Harian Kompas pada edisi 7 Maret 2017-17 Maret 2017. Penulis

memilih edisi tersebut karena Surat Kabar Harian Kompas secara terus menerus

(countinue) memberitakan tentang kasus korupsi proyek e-KTP dengan menekankan

aspek-aspek tertentu.

C. Rumusan Masalah

Agar penulisan lebih terarah dan dapat memudahkan penelitian, maka penulis

merumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana framing pemberitaan tentang kasus korupsi proyek e-KTP di Surat

Kabar Harian Kompas?

6 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta,: Lkis, 2011), Cet ke-

IV, h. 77

Page 17: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

6

2. Bagaimana Surat Kabar Harian Kompas mengkonstruksi pemberitaan tentang

kasus korupsi proyek e-KTP?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui framing pemberitaan tentang kasus korupsi Proyek e-KTP di

Surat Kabar Harian Kompas.

2. Untuk mengetahui Surat Kabar Harian Kompas dalam mengkonstruksi pemberitaan

tentang kasus korupsi proyek e-KTP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk mahasiswa Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya bagi mahasiswa Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, untuk meningkatkan

pengetahuan seputar Analisis Framing. Serta dapat menjadi bahan referensi yang

dapat digunakan oleh Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dalam

menambah sumber informasi yang dapat memberikan manfaat bagi praktisi atau

pekerja media. Serta dapat dijadikan perbandingan dan pengembangan bagi media

massa, kususnya media cetak dalam membingkai dan mengkonstruksi sebuah

pemberitaan.

Page 18: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

7

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah meninjau beberapa skripsi yang

memberikan inspirasi penulis dengan pembahasan yang cukup relevan dan subjek yang

berbeda, antara lain:

1. Skripsi karya Ahmad Fauzi mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul “Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis

Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika).” Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode obeservasi dan

menggunakan analisis framing dengan model Robert N Etnman. Hasil penelitian

ini menemukan titik lemah Harian Republika yang hanya memilih narasumber

tertentu sehingga berita yang dihasilkan tidak dalam atau datar.

2. Skripsi karya Nurdian mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

judul “Analisis Framing Pemberitaan Pelecehan Seksual di Taman Kanak-Kanak

Jakarta International School (JIS) Pada Surat Kabar Media Indonesia.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis

model Robert N Etnman. Penelitian ini mengungkap bagaimana framing media

Indonesia dalam memberitakan kasus pelecehan seksual yang terjadi di Jakarta

International School. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media Indonesia

lebih cenderung membela pihak korban kekerasan yang terjadi di JIS, serta berisi

saran kepada pemerintah untuk menindak lanjuti kasus tersebut.

Page 19: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

8

3. Skripsi karya Donie Kadewandan mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan judul “Konstruksi Realitas di Media Massa (Analisis Framing

Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P Harian Kompas Dan Republika).”

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan Analisis

Framing model Robert N. Etman. Penelitian ini berfokus pada peranan organisasi

sayap yang didirikan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yaitu baitul

muslimin.

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitan merupakan kumpulan loggar dari sejumlah asumsi yang

dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dari

penelitiannya.7 Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme,

dimana realitas merupakan hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga

realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman konteks dan waktu. 8

Paradigma konstruktivis memiliki beberapa karakteristik diantaranya, memiliki

tujuan untuk menentukan realitas yang terjadi sebagai hasil interaksi antara penulis

dengan objek penelitian, penulis melibatkan dirinya dengan realitas yang diteliti, kualitas

dilihat dari sejauh mana penulis mampu menyerap dan mengerti bagaimana individu

mengkonstruksi sebuah realitas. 9

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama,

konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang

7Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.49.

8 Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h.51

9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2011), h. 43

Page 20: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

9

membuat gambaran tentang realitas. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang

kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa

bagaimanaa pembentukan pesan dari sisi komunikator dan dari sisi penerima, ia

memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan.10

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan data visual dan data

verbal. Proses dalam penulisannya menggunakan metode pengumpulan data dan metode

analisis data.11

Penelitian dengan metode ini dilakukan lebih mendalam dengan

penangkapan suatu makna atau masalah. Penelitian ini membahas tentang bagaimana

framing dan kecendrungan Surat Kabar Harian Kompas dalam mengkonstruksi suatu

peristiwa menjadi sebuah berita, yaitu berita mengenai kasus korupsi proyek e-KTP.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian menurut Jalaluddin Rakhmat adalah lembaga atau orang-orang

yang sedang diteliti.12

Subjek dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Harian Kompas.

Sedangkan, objek penelitian ini adalah berita mengenai kasus korupsi proyek e-KTP.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung suatu objek tanpa

adanya mediator, untuk melihat lebih dekat objek yang akan diteliti.13

Jenis metode

10

Stephen P. Littlejohn, Theories of Human Communication, Fifth Edition, (Belmont: Wadsworth

Publishing Company, 1996), h.179-180 11

M. Antonius Birowo, Metode Penulisan Komunikasi Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintayali, 2004,

h.2 12

Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, (Bandung:

Rosdakarya, 2003), h. 26

Page 21: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

10

observasi dalam penelitian ini, yaitu observasi non-partisipan. Observasi non-partisipan

merupakan metode observasi di mana periset hanya mengamati tanpa ikut terjun langsung

melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti.14

Oleh sebab itu,

observasi dalam penelitian ini, dilakukan dengan menganalisis teks berita yang terdapat

di Surat Kabar Harian Kompas pada edisi 7 Maret-17 Maret 2017.

b. Wawancara

Wawancara adalah menggali informasi, komentar, data, opini atau fakta tentang

suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau

orang yang diwawancarai.15

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data yang akurat mengenai pemberitaan kasus korupsi proyek e-KTP yang

disajikan oleh Surat Kabar Harian Kompas. Penulis telah mewawancarai Wakil Editor

Desk Politik dan Hukum, Surat Kabar Harian Kompas yaitu Billy Khaerudin.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah cara untuk mendapatkan

informasi sesuai dengan masalah penelitian, secara langsung atau bertatap muka dengan

narasumber. Wawancara ini bertujuan agar mendapatkan data secara lengkap dan

mendalam.16

Alasan penulis menggunakan wawancara jenis ini karena memudahkan

penulis dalam melakukan penelitian, sebab dengan wawancara mendalam penulis bisa

mendapatkan informasi lebih lengkap dan akurat.

13

Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 106 14

Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.108 15

Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 96 16

Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.98

Page 22: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

11

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam

berbagai metode pengumpulan data.17

Selain melakukan analisis teks dan wawancara,

penulis juga telah menghimpun data-data, literatur dan kepustakaan yang berkaitan

dengan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini lebih terarah dalam penyusunannya, peneliti membuat sistematika

penulisan yang disesuaikan dalam masing-masing Bab. Ada 5 Bab dan terdapat beberapa

sub Bab yang menjelaskan Bab tersebut. Sistematika penulisan tersebut adalah:

Bab I: Pendahuluan

Memuat tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bagian ini menjelaskan tentang: Konsep Framing Robert N. Entman, Teori Konstruksi

Realitas Sosial Media Massa, Profesionalisme Wartawan dalam Pemberitaan,

Kompetensi Wartawan, Definisi Berita, Kriteria Umum Nilai Berita, Unsur Berita,

Kategori Berita, Media Massa, Definisi Media Massa, Media Massa Cetak, Fungsi Media

Massa.

Bab III: Gambaran Umum

Bagian ini menjelaskan tentang profil subjek penelitian seperti: Sejarah Surat Kabar

Harian Kompas, Perkembangan Surat Kabar Harian Kompas, Visi dan Misi Surat Kabar

Harian Kompas, Sirkulasi dan Segmentasi Pembaca, serta Struktur Redaksional Surat

Kabar Harian Kompas.

17

Rakhmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.116

Page 23: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

12

Bab IV: Temuan dan Analisis Data

Bagian ini menjelaskan tentang hasil temuan di lapangan, dan bagaimana framing

pemberitaan yang dikonstruksi oleh Surat Kabar Kompas.

Bab V: Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran

Page 24: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

13

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Framing Robert N. Entman

Entman membagi framing dalam dua kategori besar yaitu penyeleksian isu dan

penonjolan atau penekanan aspek-aspek tertentu dari suatu realitas. Penonjolan isu dari

suatu realitas akan membuat pesan yang disampaikan kepada khalayak lebih mudah

diingat, lebih menarik, dan memiiki makna lebih berarti. Realitas yang disajikan lebih

menonjol memiliki kemungkinan lebih besar untuk menarik perhatian khalayak dan

mempengaruhi proses berpikir khalayak dalam memaknai suatu realitas. Penonjolan ini

berhubungan dengan penulisan fakta, ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa atau isu

telah dipilih, selanjutnya bagaimana aspek tersebut ditulis dan dikemas menjadi sebuah

pemberitaan.18

Sleksi isu yang dilakukan oleh media adalah dengan memasukkan isu tertentu

yang dianggap penting dari suatu peristiwa (included) dan membuang isu lainnya yang

dianggap tidak penting (excluded). Sleksi isu dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dengan penempatan yang mencolok seperti penempatan di headline,

pengulangan kata, pemakaian grafis untuk memperkuat penonjolan, pemakaian label

tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.19

Tidak semua

aspek dapat ditampilkan oleh media massa, wartawan hanya bisa memilih aspek tertentu

dari suatu peristiwa dan menonjolkan aspek tersebut dengan berbagai cara. Oleh sebab

itu, Entman membagi framing dalam empat konsep, diantaranya:

18

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2011), h.221 19

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.164

Page 25: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

14

Define problems atau pendefinisian masalah, merupakan elemen bingkai yang

paling utama. Define problems adalah penekanan tentang bagaimana suatu peristiwa

dipahami oleh wartawan. Setiap wartawan mempunyai perspektif yang berbeda dalam

melihat suatu masalah. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda tergantung

bagaimana perspektif wartawan dalam memahami masalah tersebut. Bingkai yang

berbeda ini, dapat menyebabkan bentuk yang berbeda pula dalam menyajikan suatu

realitas. Artinya sebuah peristiwa dapat dipahami secara positif dan dapat dipahami juga

secara negatif tergantung bagaimana peristiwa tersebut ditafsirkan.

Diagnose causes atau memperkirakan penyebab masalah adalah elemen framing

untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai dalang dari suatu peristiwa. Pada elemen

ini, penyebab masalah bisa dilihat dari dua sisi yaitu apa (what) dan siapa (who) yang

dianggap sebagai sumber masalah. Bagaimana suatu realitas dipahami, dapat menentukan

apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Oleh sebab itu, permasalahan yang

dipahami dalam suatu realitas dan penyebab terjadinya masalah akan menghasilkan

sesuatu yang berbeda. Tidak semua wartawan memiliki pandangan yang sama dalam

mendiagnosis sumber dari sebuah permasalahan.

Make moral judgement atau membuat pilihan moral, merupakan elemen framing

yang digunakan untuk memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah

dibuat. Ketika masalah dari suatu peristiwa sudah dipahami dan penyebab masalah sudah

ditentukan, maka dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan

tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan suatu yang familiar dan dikenal oleh

khalayak. Dalam tahap ini, wartawan hanya perlu memberikan penekanan untuk

Page 26: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

15

memperkokoh argumentasi, disertai dengan bukti-bukti konkrit yang telah diperoleh

wartawan.

Treatment recommendation atau penekanan penyelesaian, elemen ini ditawarkan

oleh wartawan untuk mengatasi permasalahan dalam suatu peristiwa. Solusi penyelesaian

apa yang diberikan oleh wartawan untuk mengatasi masalah. Suatu masalah yang ditulis

dalam bentuk berita pasti disertai dengan solusi atau penyelesaian masalah yang

diberikan oleh wartawan. Namun, penyelesaian tersebut tergantung pada “bagaimana

peristiwa itu dipahami” dan “apa yang dipandang sebagai penyebab masalah”.20

Tabel 2.1

Konsep Framing Robert N Etnman

Define Problem Bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan

dalam melihat suatu peristiwa?

Diagnose Causes Apa (what) atau siapa (who) yang dianggap sebagai

penyebab masalah?

Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan

masalah?

Treatment Recommendation Solusi apa yang diberikan sebagai penyelesaian suatu

masalah?

Sumber: Eriyanto

B. Teori Konstruksi Sosial Media Massa

Peter L. Berger dan Thomas Luckman, menjelaskan melalui bukunya “The Social

Construction of Reality” (1965), mereka menjabarkan bahwa teori dan pendekatan

20

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2011), h.225-227

Page 27: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

16

konstruksi sosial atas realitas dibangun secara bersamaan melalui tiga proses, yaitu

eksternalisasi, internalisasi dan objektifasi. Proses simultan ini berlangsung secara alami

dan terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat.21

Namun, teori

konstruksi sosial atas realitas tidak berjalan lancar akan tetapi membutuhkan waktu lama

dan sangat bergantung pada ruang dan waktu. Teori konstruksi sosial atas realitas seakan

tidak mampu menjawab perubahan zaman dari masyarakat transisi modern menjadi

masyarakat modern dan pastmodern.

Akibat kemandulan teori “konstruksi sosial atas realitas” maka, teori ini telah

diperbaiki dengan menggunakan variabel atau fenomena media massa yang menjadi

dasar dalam proses eksternalisasi, internalisasi, dan subjektivasi. Teori konstruksi sosial

atas realitas yang berjalan secara lamban telah direvisi dengan melihat sifat dan kelebihan

yang dimiliki media massa. Kelebihan dari teori “konstruksi sosial media massa”

meliputi persebaran informasi yang berjalan dengan sangat cepat dan luas sehingga

informasi yang disampaikan dapat berlangsung secara menyeluruh. Proses terbentuknya

konstruksi sosial media massa melalui empat tahap penting yaitu:

1. Tahap Menyiapkan Materi

Dalam tahap menyiapkan materi, tidak semua peristiwa dapat dijadikan sebuah

berita. Hanya peristiwa yang mengandung isu-isu penting yang menjadi fokus media

massa. Isu terpenting yang kerap kali disorot oleh media massa adalah persoalan

yang menyangkut tiga hal yaitu mengenai harta, kedudukan (tahta) dan wanita.

Untuk menyiapkan materi konstruksi ada tiga hal penting dalam penyiapan materi

konstruksi sosial yaitu, pertama, keberpihakan media massa kepada kapitalisme.

21

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di

Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.206

Page 28: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

17

Keberpihakan media massa terhadap kapitalisme merupakan hal yang tidak bisa

dihindari, karena tanpa adanya sang pemilik modal media tidak akan bisa berjalan

dengan baik. Oleh sebab itu dalam praktiknya, media massa kerap kali dijadikan

sebagai alat untuk meraih keuntungan besar oleh para kapitalis.

Kedua, keberpihakan semu pada masyarakat merupakan cara media untuk

menaikan rating penjualan demi kepentingan para pemilik modal. Keberpihakan

pada masyarakat dibangun dalam bentuk empati, simpati, dan berbagai partisipasi

lainnya kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi pikiran khalayak

bahwa sebenarnya media ada untuk membela dan mendukung rakyat. Namun

kenyataannya keberpihakan yang ditonjolkan oleh media mempunyai maksud dan

tujuan tertentu.

Ketiga, keberpihakan pada kepentingan umum. Kepentingan umum

merupakan hal yang harus diperjuangkan, terutama oleh media massa yang berfungsi

sebagai penyambung lidah rakyat. Akan tetapi, keberpihakan media massa pada

kepentingan umum tidak akan pernah terjadi apabila tidak mendatangkan keuntungan

yang besar untuk kantung kapitalis.22

Pada dasarnya, pekerjaan media massa adalah

mengkonstruksikan realitas, sedangkan isi media adalah hasil para pekerja media

mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya.23

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Sebaran konstruksi media massa antara satu media dengan media lainnya

masing-masing berbeda, setiap media massa memiliki strateginya sendiri dalam

melakukan sebaran konstruksi. Pada dasarnya prinsip utama sebaran konstruksi

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di

Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.209 23

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.166

Page 29: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

18

media massa adalah Real time. Real time ialah prinsip aktualitas media massa dalam

memberitakan suatu peristiwa, dimana khalayak merasa tepat waktu mengonsumsi

informasi yang disajikan oleh media massa. Jadi prinsip dasar sebaran konstruksi

media massa adalah seluruh informasi harus sampai pada pembaca secepatnya

berdasarkan pada agenda media. Apa yang dianggap penting oleh media, menjadi

penting pula bagi khalayak. Pada dasarnya sebaran konstruksi media massa hanya

menggunakan metode satu arah. Media massa menyajikan berbagai informasi ke

hadapan khalayak dan khalayak hanya bisa mengonsumsi informasi tersebut tanpa

ada pilihan lain.

3. Tahap Pembentukan Konstruksi

a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Pada tahap ini pemberitan telah sampai kepada khalayak dan selanjutnya

terjadi penbentukan konstruksi di masyarakat melalui 3 tahap. Tahap pertama,

konstruksi pembenaran, merupakan tahap dimana khalayak melihat media massa

sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Pada tahap

ini pikiran masyarakat secara otomatis telah terkonstruksi oleh ralitas yang

disajikan oleh media massa. Masyarakat memiliki kecendrungan untuk

membenarkan semua hal yang dikatakan oleh media massa tanpa berpikir ulang.

Tahap kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, dengan mengonsumsi

berbagai informasi yang disajikan oleh media, menunjukkan bahwa seseorang

telah bersedia pemikirannya dikonstruksi oleh media massa. Tahap ketiga, adalah

menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif, hal ini terjadi pada seseorang

yang memiliki ketergantungan pada media massa, bahkan pada tingkat tertentu,

Page 30: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

19

seseorang merasa tidak mampu beraktivitas apabila belum mengonsumsi berita

atau informasi yang disajikan media massa.

b. Pembentukan Konstruksi Citra

Pembentukan konstruksi citra yang dibangun media massa terbentuk dalam

dua model yaitu mode good news dan model bad news. Model good news adalah

sebuah strategi yang cendrung mengkonstruksi sebuah pemberitaan dari sisi

baiknya saja. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi sebagai sesuatu yang

memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dan lebih bagus dari yang

sesungguhnya. Sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang

cenderung mengkonstruksi sebuah keburukan atau cenderung memberi citra buruk

pada objek pemberitaan, Sehingga objek yang dikonstruksi terkesan lebih buruk,

lebih jelek, lebih jahat dari yang sebenarnya.

4. Tahap Konfirmasi

Pada tahap ini khalayak dan media massa dituntut untuk memberikan alasan

atas pilihannya ikut terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Media

menganggap tahapan ini penting karena pada tahap ini dapat menjelaskan atas dasar

apa media mengkonstruksi suatu peristiwa. Sedangkan bagi khalayak, tahapan ini

juga dianggap penting untuk memberikan alasan mengapa khalayak bersedia untuk

dikonstruksi pemikirannya.24

C. Profesionalisme Wartawan dalam Pemberitaan

1. Menyebut Nama dalam Identitas

24

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di

Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.209-216

Page 31: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

20

Profesionalisme wartawan dalam menulis sebuah berita diterapkan dengan

mengikuti norma-norma atau aturan yang harus diikuti wartawan khususnya dalam

membuat pemberitaan di bidang hukum. Aturan-aturan yang harus diterapkan telah

tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik PWI pasal 7, yang menyebutkan bahwa,

“Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut

pelanggaran hukum dan proses peradilan harus menghormati asas praduga tak

bersalah, prinsip, adil, jujur dan penyajian yang berimbang.”

Presumption of innocent atau asas praduga tak bersalah dapat juga dipahami dari

pasal 8, UU No.14 tahun 1970, yang menyatakan bahwa, “setiap orang yang

disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan ke depan pengadilan wajib

dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap.”25

Penerapan asas praduga tak bersalah yang diatur dalam Kode Etik Jurnalistik

bertujuan untuk memberikan batasan-batasan kepada pers agar tidak menghakimi

seseorang atau sekelompok orang yang sedang dalam proses peradilan. Larangan

membuat berita yang menghakimi dalam pers tidak hanya berlaku pada pemberitaan

yang menyangkut proses hukum dan peradilan, akan tetapi mencakup semua

pemberitaan. Arti asas praduga tak bersalah bukan sekedar menyatakan seseorang

bersalah atau tidak bersalah dalam suatu proses hukum dan peradilan akan tetapi

suatu kaidah atau larangan terhadap penghakiman pada semua pemberitaan yang

kebenarannya belum terbukti. Pers tidak memiliki hak dan wewenang untuk

menghakimi seseorang walaupun pengadilan telah menyatakan kesalahannya, tugas

25

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.117

Page 32: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

21

pers hanya menyampaikan fakta tanpa ikut menghakimi tersangka, terdakwa atau

pelaku yang menjadi objek pemberitaan yang akan menjurus pada trial by press.26

2. Menyebut Nama dalam Kejahatan Susila

Dalam memberitakan mengenai kejahatan susila wartawan harus tetap bersikap

profesional. Sikap profesional wartawan dapat ditunjukkan dengan memberitakan

tentang kejahatan susila yang seseuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Kaidah dalam

memberitakan kejahatan susila diatur dalam pasal 8 Kode Etik Jurnalistik PWI yang

berbunyi, “wartawan dalam memberitakan kejahatan susila tidak merugikan pihak

korban.” Artinya dalam pemberitaan kejahatan susila, wartawan tidak diperkenankan

memberi petunjuk tentang siapa korban perbuatan susila, baik mengenai identitas

maupun wajah korban. Wartawan hanya diperkenankan menyebut jenis kelamin dan

umur korban, hal ini bertujuan untuk melindungi korban agar tidak dikucilkan atau

direndahkan dalam lingkungan sosialnya.27

D. Kompetensi Wartawan

1. Kesadaran

Berdasarkan Rumusan Dewan Pers (Luwarso dan Gayatri, 2006) ada setidaknya

tiga kategori kompetensi yang harus dimiliki seorang wartawan. Pertama, kesadaran

etika, dengan adanya kesadaran etika diharapkan setiap tindakan wartawan akan

sesuai dengan kode etik yang berlaku. Sehingga setiap tindakan akan dipikirkan

terlebih dahulu oleh wartawan dengan penuh pertimbangan. Memberitakan dari

kedua belah pihak secara berimbang cover both side dan merahasiakan identitas

narasumber jika narasumber yang bersangkutan meminta hal tersebut off the record.

26

Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab, (Jakarta: Dewan Pers, 2012), h.128 27

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.117-119

Page 33: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

22

Semua hal itu menjadi penting kerana berkaitan dengan kesadaran etika sebagai

seorang wartawan.

Kedua, seorang wartawan harus memiliki kesadaran hukum, hukum yang harus

dipegang teguh adalah UU Pokok Pers (nomor 40/1999). Dengan UU tersebut,

wartawan tidak hanya memahami tetapi juga melaksanakan, menjaga kehormatan

dan melindungi hak-haknya. Wartawan perlu mengetahui hal-hal mengenai asas

praduga tak bersalah yang telah diatur dalam kode etik jurnalistik. Hal ini bertujuan

agar wartawan tidak mengadili atau menuduh seseorang bersalah sebelum adanya

putusan hukum yang menyatakan kesalahannya (trial by the press).28

Wartawan juga harus memperhatikan off the record, dimana data yang diperoleh

dari narasumber tidak boleh dipublikasikan atau disiarkan, melainkan hanya untuk

diketahui oleh wartawan itu sendiri.29

Selain itu, wartawan juga dituntut untuk

memahami ketentuan hukum lain yang terkait dengan kerja jurnalistik misalnya UU

1945 Pasal 28, UU Penyiaran, KUHP, UU Hak Cipta. Kompetensi hukum ini

menuntut jurnalis menjunjung tinggi hukum, batas-batas hukum dan memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan berani untuk memenuhi

kepentingan publik.

Ketiga, kesadaran karier juga menuntut kerja jurnalis menjadi sebuah profesi

yang menjanjikan kepastian kerja dan kesejahteraan bagi diri dan keluarganya.

Semakin tinggi jabatan yang diperoleh wartawan, maka akan semakin tinggi fasilitas

yang didapatkannya. Dapat dikatakan kesejahteraan seorang wartawan akan

meningkat beriringan dengan meningkatnya tanggung jawab yang dipercayakan

28

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.164-166 29

Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab, (Jakarta: Dewan Pers, 2012), h.380

Page 34: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

23

kepada wartawan tersebut. Wartawan juga harus sadar akan tugas masing-masing

pihak dalam media yang mencakup tentang hak dan kewajiban. Hal ini menjadi

penting karena jurnalis atau wartawan tidak bekerja sendiri melainkan bekerja

bersama tim. Kemampuan berkoordinasi dengan tim serta menerima kritik dan

masukan dari orang lain menjadi modal berharga untuk menjadi wartwan yang

handal.

2. Pengetahuan

Jurnalis merupakan seorang ilmuan, sebab jurnalis bekerja berdasarkan

pengetahuan. Sebagai seorang ilmuan, jurnalis dituntut memiliki pengetahuan

tentang semua hal. Tidak hanya pengetahuan umum mengenai sosial, politik, budaya

dan eonomi, melainkan harus menguasai pengetahuan khusus, serta pengetahuan

teknis. Wartawan perlu mengetahui perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan

sebagai basis informasi untuk menerapkan fungsi pers yang mendidik dan informatif.

3. Keterampilan

Selain potensi kesadaran dan ilmu pengetahuan, wartawan harus memiliki

potensi keterampilan (skills). Wartawan tidak akan bisa bekerja dengan baik jika

tidak memiliki keterampilan yang memadai. Seperti keterampilan dalam reportase

yang mencakup kemampuan menulis, wawancara, melaporkan informasi secara

akurat, jelas dan layak untuk diberitakan. Selain itu wartawan juga harus memiliki

keterampilan dalam menggunakan alat bantu dalam proses mencari berita. seperti

kemampuan menggunakan kamera, komputer, internet, media sosial dan lain

sebagainya.30

30

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.164-171

Page 35: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

24

E. Konseptualisasi Berita

1. Definisi Berita

Menurut Charnley dan James M. Neal berita merupakan laporan tercepat dan

terbaru tentang suatu peristiwa yang berisi tentang opini, situasi serta kondisi terbaru dan

sudut pandang tertentu yang dikemas untuk dapat menarik kepada khalayak. Sedangkan,

menurut William C. Bleyer berita adalah peristiwa yang dipilih oleh wartawan untuk

dimuat dalam surat kabar yang bersifat terbatas oleh waktu, wartawan memilih peristiwa

tertentu yang memiliki makna bagi khalayak, sehingga dapat dengan mudah menarik

perhatian khalayak.31

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, berita merupakan informasi yang

diperoleh dari sebuah fakta atau peristiwa teraktual yang melalui tahap konstruksi oleh

wartawan untuk dipublikasikan melalui sarana media massa.

Menurut pandangan konstruksionis berita bukanlah sebuah mirror of reality, yang

menggambarkan sebuah fakta secara apa adanya. Berita merupakan hasil konstruksi

sosial yang selalu melibatkan perspektif serta pemikiran dari wartawan itu sendiri. Berita

yang ditulis oleh wartawan sangat tergantung pada bagaimana cara wartawan memaknai

suatu peristiwa. Setiap wartawan memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam

memaknai sebuah peristiwa. Proses pemaknaan realitas selalu melibatkan perspektif

tertentu yang dimiliki oleh masing-masing wartawan, sehingga mustahil berita disebut

sebagai cermin dari sebuah realitas, berita lebih tepat diartikan sebagai realitas kedua

yang disajikan oleh media massa.32

31

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64-65 32

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2011), h.29

Page 36: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

25

Setiap wartawan memiliki kemampuan untuk mengungkap peristiwa melalui

sarana media massa sebagai wadah untuk menyebarkan informasi. Melalui berbagai

macam strategi seperti pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan angel,

penambahan gambar, maka berita yang ditulis wartawan menjadi lebih menarik dan

diminati oleh khalayak. Secara singkat berita merupakan jalan cerita dari sebuah

peristiwa yang dikonstruksi atas dasar pemikiran wartawan. Berita juga dapat dipahami

sebagai sebuah peristiwa yang disunan secara logis dan sistematis.33

2. Kriteria Umum Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita adalah pedoman yang digunakan oleh jurnalis untuk

menentukan fakta yang layak untuk dijadikan berita dan memilih isu apa yang akan

ditekankan untuk kemudian disebarluaskan kepada khalayak. Dengan kriteria nilai berita,

seorang wartawan dapat dengan mudah memilih apa saja peristiwa yang harus diliput dan

disebarkan, dan apa saja peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan. Oleh

karena itu, kriteria umum nilai berita merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas

jurnalistik. Kriteria umum nilai berita terbagi menjadi 11 macam, antara lain:

a. Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita merupakan kejadian yang terjadi di luar batas kewajaran. Suatu

peristiwa yang tidak biasa disebut berita. Untuk menunjukkan berita bukanlah

suatu peristiwa yang biasa Loard Northcliffe mengibaratkan “if a dog bites a man

it is not news, but if man bites dog, it is a news”. Semakin besar suatu peristiwa

terjadi, maka nilai berita yang akan ditimbulkan akan semakin besar juga. Nilai

33

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 55-62

Page 37: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

26

berita unusualness dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu, lokasi peristiwa, waktu

peristiwa, daya kejut peristiwa, dan dampak apa yang ditimbulkan oleh peristiwa

tersebut.

b. Kebaruan (Newness)

Kata “news” dalam bahasa inggris berarti kebaruan, yaitu peristiwa yang

baru saja terjadi atau sedang terjadi. Informasi yang disajikan kepada khalayak

merupakan penilaian dari suatu berita. Khalayak menantikan peristiwa apa yang

terjadi hari ini, yang artinya peristiwa kemarin tidak lagi dihiraukan oleh

khalayak. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, waktu dalam

menyebarluaskan sebuah berita kepada khalayak, merupakan suatu keutamaan

yang harus diperhatikan oleh setiap wartawan.

c. Akibat (Impact)

Berita merupakan segala sesuatu yang berdampak luas bagi sebagian besar

khalayak. Segala sesuatu yang menimbulkan dampak positif ataupun negatif bagi

masyarakat luas disebut berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, politik dan

ekonomi yang ditimbulkan, maka nilai berita yang dikandungnya akan semakin

besar. Dampak dari suatu pemberitaan berkaitan dengan beberapa hal. Salah

satunya yaitu, berapa banyak khalayak yang terpengaruh terhadap berita yang

disajikan oleh media massa.34

d. Aktual (Timeliness)

Prinsip utama media massa dalam menyebarkan berita salah satunya

adalah aktualitas. Media dituntut untuk menyajikan berita sesegera mungkin,

34

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.80-82

Page 38: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

27

karena masyarakat memerlukan informasi tentang apa saja yang terjadi hari ini.

Secara singkat aktual berarti peristiwa yang baru atau sedang terjadi. Dengan

berlalunya waktu dari suatu peristiwa maka, nilai berita dari peristiwa tersebut

akan semakin berkurang. Sebaliknya jika semakin hangat berita yang diberikan

oleh media massa maka akan semakin tinggi pula nilai beritanya.

e. Kemanusiaan (Human Interest)

Secara harfiah human interest memiliki arti menarik minat khalayak.

Human interest dalam sebuah pemberitaan artinya semua berita yang

mengandung unsur menarik rasa empati, simpati atau mengubah perasaan

khalayak yang membacanya. Seseorang dapat lebih perduli terhadap sesama

manusia hanya dengan membaca berita-berita yang mengandung unsur human

interest. Secara tidak langsung, human interest memaksa pembaca untuk ikut

merasakan apa yang dirasakan oleh seseorang yang menjadi objek dari

pemberitaan.35

f. Kedekatan (Proximity)

Kedekatan mengandung dua arti yaitu, kedekatan geografis dan kedekatan

psikologis. Kedekatan geografis lebih merujuk pada suatu peristiwa atau berita

yang terjadi di sekeliling kita. Semakin dekat suatu peristiwa terjadi di sekitar

masyarakat maka, akan semakin tertarik pula masyarakat tersebut untuk

memahami apa yang diberitakan oleh media massa. Sedangkan kedekatan

psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan,

atau kejiwaan seseorang pada suatu peristiwa yang disajikan oleh media massa.

35

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.61-64

Page 39: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

28

g. Informasi (Information)

Menurut Wilbur Schramm informasi merupakan sesuatu yang bisa

menghilangkan ketidakpastian. Setiap pemberitaan yang dimuat oleh media massa

pasti mengandung informasi. Namun, tidak semua informasi dapat dijadikan

berita. Hanya informasi yang menarik dan memenuhi kriteria umum nilai berita

saja yang dapat diubah menjadi sebuah pemberitaan. Secara umum, berita yang

dikemas oleh media massa pasti mengandung informasi berupa unsur 5W+1H.

h. Konflik (Conflict)

Konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau syarat dengan

dimensi pertentangan disebut berita. Konflik merupakan sumber berita yang tak

pernah hilang dan tak pernah habis. Ketika perselisihan yang terjadi antar individu

makin meninggi dan tersebar luas, serta makin banyak orang yang menganggap

bahwa perselisihan tersebut penting untuk diketahui, maka urusan yang semula

individual akan berubah menjadi masalah sosial. Di sanalah letak nilai berita

konflik. karena secara naluriah mayoritas orang akan menyukai konflik, selama

konflik tersebut tidak menyangkut diri sendiri dan kepentingannya.

i. Orang Penting (Public Figure)

Berita mencakup tentang orang-orang penting, orang-orang ternama,

pesohor, orang yang memiliki jabatan penting, serta public figure. Kehidupan

para public figure menjadi ladang emas bagi pers dan media massa. Tingkah laku

serta ucapan para public figure, orang-orang penting dan ternama selalu menjadi

sorotan media massa. Baik dan buruknya tingkah laku yang dilakukan oleh orang-

orang penting akan selalu diberitakan dan disebarluaskan oleh media massa.

Page 40: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

29

j. Kejutan (Surprising)

Kejutan secara harfiah merupakan suatu yang datangnya tiba-tiba tanpa

direncanakan dan di luar dugaan. Kejutan bisa merujuk pada ucapan serta

perubahan perilaku manusia. Bisa juga terjadi pada makhluk hidup lainnya atau

bahkan benda mati. Semuanya bisa ikut serta dalam menciptakan informasi serta

tindakan yang mengejutkan, mengguncang dan menggegerkan dunia.

k. Seks (Sex)

Para pakar jurnalistik berteori media massa tanpa seks tidak akan lengkap,

hal ini diibaratkan dengan bulan tanpa bintang, pohon tanpa daun, kolam tanpa

ikan dan sungai tanpa air. Teori ini ternyata dapat menyebabkan dampak luar

biasa dengan menjamurnya penerbitan pers yang secara khusus mengangkat

berbagai isu tentang seks dan gender. Dalam hal-hal khusus tersebut seks juga

kerap disandingkan dengan kekuasaan. Namun, seks juga dapat menjadi bencana

bagi kedudukan dan jabatan seseorang.36

3. Unsur Berita

Dalam Kode Etik Jurnalistik pasal 5 dijelaskan bahwa, “wartawan Indonesia

menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan

ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi

interpretasi dan opini wartawan disajikan dengan nama gelar penulisnya.” Dari

ketentuan kode etik jurnalistik tersebut bahwa terdapat unsur-unsur yang membuat

suatu berita layak untuk dimuat yaitu:

36

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 84-91

Page 41: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

30

Pertama, berita harus akurat, wartawan harus memiliki kehati-hatian yang

sangat tinggi dalam melakukan suatu pekerjaan mengingat berita yang dibuat oleh

wartawan menimbulkan dampak yang amat luas. Kredibilitas sebuah media sangat

ditentukan oleh akurasi beritanya yang dijadikan sebagai konsekuaensi dari kehati-

hatian para wartawan dalam mebuat sebuah berita. Betapa pentingnya unsur akurasi

dalam berita, Joseph Pulitzer mengungkapkan bahwa, “perlindungan terbaik bagi

wartawan adalah kewaspadaan yang disertai kesabaran. Buatlah catatan-catatan yang

dapat dibaca tentang setiap fakta. Jangan mengandalkan ingatan yang jarang akurat,

terutama dengan hal-hal yang mendetail.

Kedua berita harus adil dan berimbang, yang dimaksud dengan sikap adil dan

berimbang adalah bahwa seorang wartawan harus melaporkan apa sesungguhnya

yang terjadi. Unsur adil dan berimbang mungkin sama sulitnya dengan memperoleh

keakuratan dalam menulis berita. Selaku wakil dari pembaca atau pendengar berita,

seorang wartawan harus senantiasa berusaha untuk menempatkan setiap fakta atau

kumpulan fakta-fakta menurut porsinya yang wajar, serta membangun segi

pentingnya dengan berita secara keseluruhan. Artinya dalam melihat suatu peristiwa

seorang wartawan harus berimbang dalam memberitakan peristiwa, dan tidak hanya

mengambil faktor-faktor tertentu untuk kepentingan pribadi.

Ketiga berita harus objektif, artinya berita yang dibuat oleh wartawan harus

selaras dengan fakta atau kenyataan yang ada, tidak berat sebelah dan bebas dari

prasangka. Lawan dari objektif berarti subjektif, yaitu sikap yang diwarnai oleh

prasangka pribadi. Sebagai wartawan yang ingin menghasilkan karya yang bermutu

dan terpercaya, setidaknya ia harus dapat menjaga netralitas harus objektif dan tidak

Page 42: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

31

memihak dalam menulis berita. Dalam pengertian objektif ini, termasuk pula

keharusan wartawan menulis dalam konteks peristiwa secara keseluruhan, tidak

dipotong-potong oleh kecendrungan subjektif.

Keempat, berita harus ringkas dan jelas, menurut Mitchel V. Charnley berita

yang disajikan haruslah mudah dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan yang

ringkas, jelas, sederhana. Tulisan berita tidak menggunakan banyak kata-kata, harus

langsung dan padu. Penulisan berita yang efektif memberikan efek mengalir dan

memiliki warna alami tanpa berelok-elok atau tanpa kepandaian bertutur kata. Berita

harus dibuat secara ringkas, terarah, tepat, menggugah. Inilah kandungan-kandungan

kualitas yang harus dikejar oleh setiap penulis berita.

Kelima berita harus hangat, berita berasal dari kata news dalam bahasa inggris

yang berarti baru. Berita merupakan suatu peristiwa yang baru terjadi atau hangat.

Peristiwa bersifat tidak kekal, apa yang nampak benar hari ini belum tentu benar esok

hari. Media sangat memperhatikan faktor-faktor waktu, bahwa berita yang mereka

sajikan adalah yang terhangat.37

4. Kategori Berita

Menurut Tuchman secara umum wartawan menggunakan lima kategori berita

yaitu: soft news, hard news, spot news, developing news, dan continuing news.

Pertama ialah hard news, kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas.

Semakin cepat berita itu diberitakan maka, akan semakin baik. Bahkan ukuran dari

keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut kecepatan diberitakan. Kategori

berita ini digunakan untuk melihat apakah informasi tersebut cepat diterima oleh

37

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.47-57

Page 43: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

32

khalayak. Peristiwa yang masuk dalam kategori hard news bisa yang direncanakan

bisa juga yang tidak direncanakan.

Kedua yaitu soft news, kategori berita ini berhubungan dengan kisah

manusiawi (human interest). Berbeda dengan hard news, soft news tidak dibatasi

oleh waktu atau bisa diberitakan kapan saja. Karena yang menjadi ukuran dalam

kategori ini bukanlah informasi atau kecepatan waktu saat diterima oleh khalayak,

melainkan informasi yang disajikan oleh media massa menyentuh perasaan dan emosi

khalayak. Bukan seberapa penting berita yang disajikan, tetapi seberapa menarik

unsur human interest itu dapat dirasakan.

Ketiga spot news, ialah sublifikasi dari berita yang berkategori hard news.

Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan. Dalam kategori

ini, menuntut agar berita yang diliput sesegera mungkin disajikan kepada khalayak.

Jadi pada intinya, spot news merupakan berita yang tidak bisa diprediksi dan datang

secara tiba-tiba. Pada saat inilah wartawan berperan lebih dalam meliput dan

menyajikan pemberitaan secara cepat.

Keempat developing news, tidak jauh berbeda dengan spot news, kategori ini

juga membicarakan mengenai hal-hal yang tidak terduga. Bedanya, developing news

menyimpan berita yang akan dikembangkan pada hari berikutnya. Intinya, berita yang

yang disampaikan tidak bisa seluruhnya disampaikan dan dibahas dalam satu hari.

Jika data yang diperoleh oleh wartawan sudah lengkap maka, hari berikutnya akan

dibahas mengenai permasalahan yang belum terjawab pada pemberitaan sebelumnya.

Kelima countinuing news, merupakan sublifikasi lain dari hard news.

Continuing news merupakan peristiwa-peristiwa dapat dijadwalkan atau

Page 44: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

33

direncanakan. Dalam kategori ini, satu peristiwa bisa terjadi secara kompleks dan

tidak terduga tetapi mengarah pada satu tema tertentu.38

5. Jenis-Jenis Teras Berita39

a. Teras Berita Siapa (Who Lead)

Teras berita siapa dipilih dengan pertimbangan unsure siapa atau pelaku

peristiwa memiliki nilai berita yang besar. Dalam teori jurnallistik dikenal dengan

ungkapan name makes news atau nama membuat berita. Teras berita siapa dibagi atas

dua jenis yaitu, teras berita siapa individu dan teras berita siapa institusi.

b. Teras Berita Apa (What Lead)

Nilai berita tidak hanya merujuk pada siapa yang menjadi pelaku dalam suatu

peristiwa. Nilai berita juga bisa ditentukan berdasarkan peristiwa apa yang terjadi.

Teras berita apa dipilih berdasarkan pertimbangan unsur apa memiliki nilai berita

yang lebih besar dibandingkan dengan unsur lain.

c. Teras Berita Kapan (When Lead)

Teras berita kapan dipilih dengan pertimbangan unsur waktu yang memiliki nilai

lebih besar dibandingkan dengan unsur yang lain. Cara termudah untuk mengenali

when lead adalah dengan menemukan pernyataan tentang waktu pada awal kalimat

teras berita. Manusia tidak sekedar ingin mengetahui tentang apa dan siapa pelaku

dalam suatu peristiwa, melainkan kerap kali ingin mengetahui kapan sebenarnya

peristiwa itu terjadi.

d. Teras Berita Kapan (Where Lead)

38

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2011), h.126-130 39

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.129-146

Page 45: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

34

Teras berita di mana berarti menunjuk kepada unsur tempat memiliki nilai berita

yang jauh lebih besar dibandingkan unsur lainnya. Faktor lokasi sering menjadi

pemicu peristiwa yang sangat mengejutkan, seperti kejadian tsunami yang melanda

Aceh.

e. Teras Berita Mengapa (Why Lead)

Teras berita mengapa dipilih berdasarkan unsur sesuatu yang menjadi penyebab

dan latar belakang peristiwa memiliki nilai berita yang lebih besar daripada unsur

lainnya. Teras berita mengapa sangat sering ditemukan pada berita-berita kriminal.

Berita adalah apa saja yang menimbulkan dampak, akibat atau terjadinya perubahan

kehidupan individu dan kolektif suatu kelompok masyarakat atau bahkan suatu

negara.

f. Teras Berita Bagaimana (How Lead)

Teras berita bagaimana dipilih dengan pertimbangan jalan keluar atau langah

yang diambil dalam suatu peristiwa. Teras berita bagaimana umumnya lebih banyak

terjadi pada peristiwa yang bersifat positif. Pada teras berita how akan diketahui

seberapa tinggi tingkat kecerdasan serta kepiawaian narasumber dalam mengemas

suatu berita. dari how lead khalayak/pembaca diharapkan memperoleh inspirasi yang

dapat memperkaya potensi diri bagi khalayak.

g. Teras Berita Kontras (Contrast Lead)

Teras berita kontras merupakan suatu peristiwa yang berlawanan dengan yang

seharusnya terjadi. Cara termudah untuk mengenali teras berita how lead adala

dengan memperhatikan isinya, apakah terdapat kata atau prilaku yang berlawanan

dengan yang seharusnya dilakukan oleh si pelaku peristiwa. teras berita kontras

Page 46: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

35

umumnya lebih banyak terjadi pada peristiwa yang bersifat negatif. Di dunia ini

terlalu banyak kecendrungan prilaku kalangan pejabat, aparat maupun wakil rakyat

yang dipercaya untuk memegang amanah rakyat, namun prilaku mereka justru

bertentangan dengan jabatan, tugas dan fungsi mereka.

h. Teras Berita Kutipan (Quotation Lead)

Teras berita kutipan dengan pertimbangan perkataan langsung yang dilontarkan

oleh narasumber atau pelaku peristiwa yang memiliki nilai berita lebih besar dari

pada unsur lainnya. Teras berita petikan sangat diperlukan dalam peristiwa tertentu

terutama yang sarat mengandung unsur konflik untuk menunjukkan bobot serta

perkembangan yang terjadi.

i. Teras Berita Bertanya (Question Lead)

Teras beita bertanya dipilih dengan pertimbangan unsr pertanyaan yang

dilontarkan narasumber atau pelaku peristiwa yang dinilai lebih menarik daripada

unsur lainnya. Cara termudah untuk menemukan question lead, adalah dengan

menemukan kata atau pertanyaanbernada bertanya pada kalimat pertama teras berita.

j. Teras Berita Pemaparan (Descriptive Lead)

Teras berita pemaparan dipilih dengan pertimbangan unsur suasana atau situasi

yang melekat dalam suatu peristiwa yang terjadi. Pelukisan suasana dalam suatu

peristiwa tertentu secara deskriptif dinilai lebih efektif dibandingkan dengan cara lain.

Teras berita pemaparan lebih cocok untuk untuk berbagai cerita feature dan digemari

oleh reporter yang menulis profil pribadi. Reporter sering mencoba memusatkan

perhatian pada satu unsur yang paling mencolok dari sosok penampilan tokohnya

Page 47: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

36

untuk diilustrasikan. Teras berita deskriptif menempatkan pembaca bisa merasakan,

mendengar dan mencium objek yang sedang dideskripsikan.

k. Teras Berita Bercerita (Narative Lead)

Menurut Williamson teras berita naratif digemari oleh para penulis fiksi.

Tekniknya adalah menceritakan suatu suasana dan membiarkan pembaca menjadi

tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental

akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan mengidentifikasikan diri ditengah-

tengah kejadian yang berlangsung. Wartawan rubric kriminalitas sering memakai

teras bercerita ini dalam cerita feature untuk melaporkan peristiwa kejahatan.

l. Teras Berita Menjerit (Exclamation Lead)

Teras berita menjerit umumnya lebih banyak ditemukan pada peristiwa kriminal

dan peristiwa bencara seperti gempa dan tsunami. Teras berita jenis ini digolongkan

ke dalam jurnalistik sastra yang bersifat ekspresif. Siaapa pun reporter dan editor

yang menulis dan menyuntingnya, disyaratkan mendalami serta menjiwai pola dan

teknik penulisan cerita fiksi.

F. Konseptualisasi Media Massa

1. Definisi Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

penyebaran informasi secara masal sehingga informasi yang disajikan dapat diakses

secara merata oleh masyarakat.40

Sedangkan menurut Charlotte Ryan, media adalah

alat yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan dan

40

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di

Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.72

Page 48: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

37

masing-masing pihak berupaya menonjolkan makna tertentu dalam suatu peristiwa,

yang diperkuat oleh berbagai argumentasi pendukung.41

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media massa adalah saluran penyampaian pesan

dan informasi yang condong memiliki kepentingan tertentu, bersifat satu arah dan

berbadan hukum. Media massa mempunyai beberapa karakteristik yaitu, pesan atau

isinya disebarluaskan kepada khalayak (publish), bersifat umum (universal), tetap

atau berkala (periode), berkesinambungan (continue), mengandung unsur kebaruan

(actual). Media massa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, media cetak, media

elektornik dan media online.42

2. Media Massa Cetak

Media cetak merupakan media tertua yang ada di dunia. Media cetak berawal

dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senartus di kerajaan Romawi.

Kemudian media massa cetak berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg

menemukan mesin cetak. Hingga kini, bentuk media massa cetak sudah sangat

beragam seperti tabloid majalah, dan surat kabar.43

Menjelang abad ke-20 dunia persurat kabaran telah mampu meraih

kredibilitasnya yang lebih baik lewat pembentukan suatu organisasi profesional. Pada

awal abad ini pers berubah menjadi bentuk perusahaan yang semakin besar. Secara

bertahap perubahan itu terjadi, hingga surat kabar pada akhirnya tumbuh membentuk

press association yang cukup besar. Kelangsungan surat kabar ditunjang pula oleh

41

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h.47 42

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Penerbit Ghia Indonesia, 2008), Cet Ke-1,

h.12

43

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Penerbit Ghia Indonesia, 2008), Cet ke-1,

h.13

Page 49: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

38

kekuatan ekonomi yang terus berpacu mengikuti perkembangan zaman. Meskipun

begitu, perjalanan surat kabar masih merangkak dalam batas-batas sirkulasi kecil.

Oleh karena itu, perkembangan pada tahap-tahap berikutnya surat kabar mulai

berupaya maningkatkan daya tarik melalui proses spesifikasi masyarakat baca,

penerbitan edisi khusus daerah-daerah tertentu, serta pembagian rubrik dan kolom-

kolom yang menarik. Dengan ditemukannya cara serta gaya baru dalam sistem

pengolahan pers maka, harga media terus meningkat. Berbagai media terus

berkompetisi merebut perhatian khalayak melalui peningkatan dimensi usaha dan

teknologi. Salah satunya dengan menyediakan kolom-kolom iklan di berbagai surat

kabar.44

Pada umumnya informasi disosialisasikan melalui bentuk-bentuk media

komunikasi yang relevan. Relevansi antara media massa dengan publik salah satunya

dapat dilihat dari tingkat pemikirannya ataupun pola-pola kebudayaan yang

dianutnya. Menurut Watson dari beberapa bentuk media yang digunakan khalayak,

media cetak merupakan media yang paling efektif. Pesan-pesan komunikasi yang

tertulis (printed and written massage) pada umunya memberikan kesempatan yang

lebih leluasa kepada khalayak untuk dapat melakukan penelaahan serta penerimaan,

baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.45

Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor verbal dan

faktor visual. Faktor verbal sangat menekankan pada kemampuan dalam memilih dan

menyusun kata menjadi rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif.

Sedangkan faktor visual menunjuk pada kemampuan dalam menata, menempatkan,

44

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,

1999), h.88-91 45

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik, h.47

Page 50: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

39

mendesain tata letak, atau hal-hal yang menyangkut dengan perwajahan.46

Berita

yang disampaikan kepada khalayak tidak akan terlihat menarik apabila berita tidak

ditempatkan dengan baik.

3. Fungsi Media Massa

Secara umum media massa memiliki empat fungsi utama, pertama,

menghimpun dan menyebarkan informasi bagi khalayak. Sebagai makhluk sosial

manusia selalu ingin mengetahui peristiwa apa yang terjadi, baik di lingkungan

sekitar maupun di tempat yang bahkan tidak pernah dikunjungi. Dengan adanya

media massa, berbagai informasi dapat diliput dan disiarkan, baik melalui media

cetak, media elektronik, atau media online.47

Media massa menyajikan berbagai

informasi dari berbagai penjuru dunia, dengan penyebaran informasi yang sangat

cepat dan merata. Namun tidak semua informasi yang diperoleh media massa dapat

diberitakan, hanya peristiwa-peristiwa yang memiliki pengaruh besar terhadap

khalayak yang dapat dijadikan berita.48

Kedua, selain sebagai sumber informasi, media massa memiliki fungsi

sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Tujuan media massa ialah mencerdaskan

masyarakat dengan memberikan berbagai informasi yang mengandung nilai edukasi.

Masyarakat akan memperoleh pengetahuan dari membaca, melihat ataupun

mendengar berita dari media massa.

Ketiga, media sebagai hiburan bagi khalayak, media tidak hanya sekedar

menyajikan informasi dengan pembahasan yang serius. Media massa juga menjadi

46

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006),, h. 4 47

Zaenuddin. HM, The Journallist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.9 48

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.27

Page 51: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

40

sumber hiburan bagi khalayak. Khalayak tidak lagi merasa sepi sebab, media juga

menyajikan berbagai konten yang mengandung nilai-nilai hiburan seperti infotaiment,

sport dan anekdot. Nilai hiburan tidak bisa dipisahkan dari media massa,khususnya

media massa elektronik yang sebagian besar kontennya mengandung nilai hiburan.

Televisi memiliki kelebihan dengan kualitas gambar dan suara yang tidak dimiliki

media lain. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa televisi menjadi media hiburan

yang paling efektif bagi khalayak.

Keempat, media massa berfungsi sebagai alat control social dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Hal ini terlihat bahwa kehadiran media atau pers

dianggap sebagai kekuatan keempat (The Fourth State) dalam sistem politik

kenegaraan setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sebagai pilar keempat media

massa sangat efektif untuk menyampaikan keluh kesah rakyat, pembentuk opini

publik, alat menekan yang ikut mempengaruhi dan mewarnai kebijakan politik

negara, pembela kebenaran dan keadilan.49

Media massa juga bertanggung jawab

mengawasi kinerja pemerintah di suatu lembaga, hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya penyimpangan. Fungsi kontrol atau watchdog ini harus dilakukan dengan

lebih aktif oleh media massa karena media massa memiliki tanggung jawab yang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.50

49

Zaenuddin. HM, The Journallist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.9-10 50

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.27

Page 52: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

41

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah dan Perkembangan Surat Kabar Harian Kompas

Pada tahun 1960 Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakoeb Oetama

melakukan gerakan asimilasi. Keduanya berlatar belakang sebagi guru dan memiliki

minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong merupakan Pimpinan Redaksi Star Weekly,

sedangkan Jakoeb Oetama Pimpinan Redaksi majalah Penabur. Mereka berdiskusi bahwa

pada saat itu pembaca indonesia terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang

diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentu tidak sehat dan pada akhirnya muncul

ide membuat majalah untuk menerobos isolasi tersebut.

Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dan Jakoeb Oetama. Disebut sang

pumal karena kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG).

Majalah Intisari terbit pada 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, tiras pertama 10.000

eksemplar habis terjual. Pada saat itu ukurannya hanya 14x17,5cm dan tebalnya 128

halaman. Pada saat itu Drs. Jakoeb Oetama menjadi pemimpin redaksinya, sedangkan

nama PK. Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh.51

Tidak lama setelah Majalah Intisari berdiri, suhu politik di Indonesia memanas

tepatnya menjelang tahun 1965. Ketika itu partai komunis Indonesia (PKI) melakukan

kegiatan sepihak dengan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk

menghadapi alat-alat keamanan bersenjata yang sah. Dengan dalih landreform PKI

melakukan penyerobotan tanah milik negara. Di awal tahun 1965 Letjen Ahmad Yani

(1922-1965) selaku mentri panglima TNI-AD menelpon rekan sekabinetnya Drs. Frans

51

Company Profile Kompas, h.1

Page 53: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

42

Seda, pada saat itu Ahmad Yani memberikan ide untuk menerbitkan Koran melawan

komunis. Frans Seda menanggapi ide itu dan membicarakannya dengan Ignatius Joseph

Kasimo (1900-1986). Kemudian Ignatius Joseph Kasimo membicarakan hal tersebut

dengan rekannya di partai katolik sekaligus pemimpin majalah Intisari yaitu PK.Ojong

dan Jakoeb Oetama.

PK. Ojong dan Jakoeb Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan

mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih ialah Bentara Rakyat,

peggunaan nama tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa

pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Soekarno pun telah mendengar kabar

bahwa akan ada penerbitan koran untuk melawan PKI, lalu Soekarno menyarankan nama

“Kompas” yang memiliki arti pemberi arah dan jalan dalam mangarungi lautan atau hutan

rimba. Berkat saran dari Soekarno maka jadilah nama harian Kompas hingga saat ini.

Pers PKI yang melihat kehadiran Kompas bereaksi keras bahkan mulai menghasut

masyarakat dengan mengartikan Kompas sebagai “Komando Pastor”.

Harian Kompas lahir pada 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani

Rakyat” Kompas Kompas pertama kali terbit sebanyak empat halaman berisi 11 berita

luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Berita utama di halaman

satu ketika itu berjudul “KAA ditunda empat bulan”. Sedangkan pojok Kompas pada

bagian kanan bawah terdapat “Mari ikat hati. Mulai hari ini. Dengan….. Mang Usil”. Di

halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama Pemimpin Redaksi: Drs. Jakoeb Oetama

dan Staff Redaksi: Drs. J. Adisubrata, Lie Hwan Nio SH, Marcel Beding, Th Susilastuti,

Page 54: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

43

Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa dan

Eduard Liem. 52

Di halaman ke dua terdapat sejarah lahirnya Kompas, pada saat itu dianggap

sebagai tajuknya surat kabar Kompas. Di halaman dua juga terdapat lima berita luar

negeri dan dua berita dalam negeri. Pada halaman dua juga terdapat tiga artikel, satu

artikel diantaranya mengenai berita luar negeri. Pada halaman ini juga terdapat kolom

hiburan yang bernama “Senyum Simpul”. Sedangkan di halaman tiga Kompas pada saat

itu berisi dua artikel dalam negeri dan satu artikel luar negeri. Ada pula penjelasan

mengenai penyakit ayan dari Dr. Kompas. Di halaman terakhir terdapat dua artikel luar

negeri dan satu berita dalam negeri. Di halaman ini hanya tercatat dua berita olahraga,

satu diantaranya tentanng “Persiapan Tim PSSI ke Pyongyang”.

Melihat wajah surat kabar Kompas untuk pertama kalinya, tidak seorang pun dari

pemula surat kabar itu optimis korannya akan berusia panjang. Dibandingkan dengan

surat kabar lain, penampilan wajah Kompas pada saat itu kurang bersaing. Terlebih lagi

percetakan yang mencetak kora Kompas pada saat itu kurang menjanjikan perbaikan.

Namun, kegigihan dan semangat para pemimpin dan pemula, justru membuat Kompas

tetap hidup dan berkembang.

Kedua perintis Kompas setiap saat turut berkecimpung secara langsung. Mereka

berusaha agar dari hari ke hari mutu Kompas semakin baik. Karena itu salah satu usaha

yang dilakukan Kompas ialah pindah percetakan dari Eka Grafika menjadi ke percetakan

Masa Merdeka yang bertempat di Jl. Sangaji Jakarta. Sejak saat itu oplah Kompas naik

dari semula 4.800 eksemplar, melonjak menjadi 8.003 eksemplar. Pada 26 Juni 1967

oplah Kompas sebesar 30.650 eksemplar. Setahun kemudian menjadi 44.400 eksemplar

52

Company Profile Kompas, h.3

Page 55: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

44

lalu, dua tahun kemudian mencapai 80.412 eksemplar dari jumlah itu sekitar 40% terjual

di Jakarta. Setelah tahun 1986 oplag Kompas mengalami perkembangan pesat sebanyak

600.000 eksemplar. Oplah terbesar dicapai pada ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun

dengan oplag 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.53

B. Visi dan Misi Kompas54

Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas menggambarkan visi

dan misi bagi disuarankannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai

institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar

belakang, suku, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagi Indonesia mini,

karena Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif, ingin ikut serta dalam

upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai

tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau

mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanism transcendental”

. “kata hati mata hati” pepatah yang kemudian ditemukan menegaskan semangat empathy

dan compassion Kompas.

1. Visi Kompas

Dalam hal ini yang menjadi visi surat kabar Kompas adalah “menjadi institusi

yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang

demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan.”

Kiprahnya dalam industri pers “Visi Kompas” adalah berpartisipasi membangaun

masyarakat indonesia berdasarkan pancasila malalui prinsip humanisme

53

Company Profile Kompas, h.3 54

Company Profile Kompas, h.3-5

Page 56: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

45

transendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati masyarakat dan

individu secara adil dan makmur. Secara spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.

b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik,

agama, golongan, social dan ekonomi.

c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala

kelompok.

d. Kompas adalah surat kabar nasiaonal yang mewujudkan aspirasi dan cita-cita

bangsa.

e. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi,

selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang

menjadi lingkungan.

2. Misi Kompas

“Mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional,

sekaligus memberi arah perubahan (trend setter) dengan menyediakan dan

menyebarluaskan informasi terpercaya”. Kompas turut berperan serta mencerdaskan

bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lainnya yang

sejenis. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerjasama

dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran operasional:

a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat,

utuh dan selalu mengandung makna.

Page 57: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

46

b. Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi, yang terus dikembangkan

untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya

kompak, komunikatif dan kaya nuansa tentang kehidupan dan kemanusiaan.

c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang

penuh empati dengan pendekatan rasional, mamahami jalan pikiran dan

argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukkan persoalan dengan penuh

pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.

d. Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras.

e. Untuk dapat merealisasaikan visi dan misi Kompas harus memperoleh

keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan sekedar

keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan yang layak bagi karyawan

dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab

sosialnya bagi perusahaan.

3. Nilai-Nilai Dasar Harian Kompas55

Seluruh kegiatan dan keputusan harus berdasarkan dan mengikuti nilai-nilai

sebagai berikut:

a. Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan

martabatnya

b. Mengutamakan watak baik.

c. Profesionalisme.

d. Semangat kerja tim.

e. Berorientasi pada kepuasan konsumen

f. Tanggung jawab sosial

55

Company Profile Kompas, h.5

Page 58: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

47

C. Struktur Organisasi Kompas56

PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa. Pemimpin tertinggi

adalah pemimpin Umum, Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil Pemimpin Umum bidang

non bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Non Bisnis, lalu ada Pemimpin Redaksi

yang bertanggung jawab di bidang redaksi dan Pemimpin Perusahaan yang bertanggung

jawab di bidang bisnis. Di bawah Pemimpin Redaksi ada Redaktur Pelaksana dan di

bawahnya terdapat Kepala Desk, Kepala Biro dan yang paling bawah adalah Reporter. Di

Bidang Bisnis, di bawah Pimpinan Perusahaan terdapat General Manajer Iklan dan

General Sirkulasi dan General Marketing Communication. Di antara dua bidang itu

terdapat bagian Penelitian dan Pengembangan Direktorat SDM-Umum dan Teknologi

Informasi. Bersifat supporting dan di bawah suppervisi Wakil Pemimpin Umum Bidang

Bisnis.

Pembagian dalam struktur organisasi tersebut dimaksudkan untuk memudahkan

pembagian sistem kerja “produk” Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil Kerja

sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Produk Kompas adalah koran

dan berita. Adapun tahap manajemen produk itu adalah sebagai berikut:

1.1. Bidang Redaksi

1). Perencanaan

Dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita yang akaan dimuat berdasarkan:

a. Adanya undangan acara yang diterima Kompas

b. Peliputan berita yang ditetapkan di tiap-tiap desk

c. Penetapan event tertentu, dimana dalam pencarian berita disesuaikan dengan

aktualitas peristiwa yang terjadi

56

Company Profile Kompas, h.8-12

KOMPAS

PU: Jakoeb Oetama

Information Tecnology Division

Business Direktorate

Lukas Widjaja

Event Division Advertising

Division

Marketing Division

Editorial Direktorate

Budiman Tanuredjo

Research & Development Division

Editorial Division

Human Resources & General Affairs

Division

Wakil PU 1

Liliek Oetama

Wakil PU 2

Rikard Bagun

Page 59: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

48

2). Pengorganisasian

Redaktur mengkoordinasikan wartwan-wartawan untuk mencari dan

menulis berita sesuai dengan yang direncanakan dalam rapat pagi dan menunjuk

wartwannya untuk mengerjakan tugas-tugas pencarian berita tersebut.

3). Pelaksanaan

Dilaksanakan rapat sore untuk menetapkan berita yang akan dimuat dalam

surat kabar dan membuat headline berita. Apabila data belum akurat maka akan

ditambah atau dicari lagi. Setelah berita akurat, maka berita disunting oleh desk

sunting. Setelah disetujui kemudian akan disunting dalam bentuk lay out Koran

untuk dicetak. Deadline ditetapkan pukul 23.00 WIB dan percetakan dimulai

pukul 01.00 WIB.

4). Pengevaluasian

Dilakukan evaluasi di tiap-tiap desk/bidang redaktur, selain mengevaluasi

berdasarkan masukan dari pembaca yang menelepon atau mengirimkan fak/email.

Avaluasi akan dibahas pula dalam rapat rabu (rapat mingguan)sebagai dasar

perencanaan yang juga akan dibahas dalam rapat pagi. Evaluasi akan dilihat dari

segi percetakan susunan huruf dan kata-kata, bentuk dan susunan berita pada

setiap halaman.

1.2. Direktorat SDM-Umum

Direktorat SDM-Umum dipimpin oleh seorang Direktur, dan dibawahnya ada

empat orang Manajer yang memimpin Bidang Umum, Penerimaan dan Penempatan,

Remunerasi (Ksesejahteraan), Pendidikan dan Pelatihan.

1). BidangUumum

Page 60: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

49

Berkewajiban menyediakan sarana & prasarana untuk setiap karyawan,agar

mendapatkan kenyamanan dalam melakukan tugasnya. Ruang kerja yang memadai

dan peralatan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

2). Bidang Penerimaan dan Penempatan

Unit yang merekrut calon karyawan dan menempatkan di unit yang sesuai

dengan bidang dan keahliannya. Perkembangan calon karyawan sampai pension

menjadi tanggung jawab dari bidang penerimaan dan penempatan.

3). Bidang Kesejahteraan (Remunerasi)

Adalah unit yang mengurusi kesejahteraan karyawan misalnya tunjangan

perumahan, cuti, sekolah, dokter, obat, rumah sakit dan lain-lain.

4). Pendidikan dan Pelatihan

Unit yang mendidik dan mempersiapkan calon karyawan untuk memasuki

dunia kerja di bidangnya. Training untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia

ataukaryawan menjadi tanggung jawab dari unit ini.

1.3. Bidaang Penelitian dan Pengembangan

1). Pusat Informasi Kompas (PIK)

Pusat informasi Kompas dipimpin oleh seorang Manajer yang membawahi tiga

bagian yaitu, Bagian Akuisisi, Bagian Pengolahan Arsip Elektronik dan Bagian

Layanan Informasi

2). Pusat Penelitian Kompas (Puslitkom)

Pusat Penelitian Kompas dipimpin oleh seorang manajer, bertugas menangani

penelitian dari hasil kerja redaksi yang hasilnya diserahkan paada bagian redaksi.

Page 61: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

50

Penelitian dilakukan dengan bantuan dari mahasiswa dengan mengadakan polling

terhadap pelanggan Kompas dan masyarakat umum.

3). Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis)

Pusat Penelitian Bisnis dipimpin oleh seorang manajer publisitas, menangani

riset pasar/konsumen, memantau pendapat masyarakat terhadap perubahan Kompas,

dan mengadakan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan Kompas. Forum

pembaca Kompas untuk memberi masukan/kritik tentang harian Kompas.

4). Bidang Database

Updating database Kompas perlu ditangani setiap kali agar koleksi database

harian Kompas selalu up-todate/terbaru. Bidang Database Kompas dipimpin oleh

seorang manajer. Tugas dari unit ini yaitu memperbarui biodata tokoh-tokoh politik,

pengusaha, artis, dan orang-orang ternama sehingga, data yang diperoleh tetap

relevan.

1.4. Bidang Teknologi Informasi

Bidang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya teknologi

informasi dengan cepaat dan tepat, serta dapat memberikan keunggulan kompetitif

bagi perusahaan. Oleh karena itu, bidang teknologi informasi diarahkan untuk lebih

berorientasi pada memberikan pelayanan yang tuntas pada bidangnya, dan tidak

hanya berorientasi pada teknologi saja. Secara struktur tim kerja ini dibangundari tiga

bidang keahlian yang dipimpin oleh seorang General Manajer dan masing-masing

bidang keahlian dipimpin oleh seorang manajer yaitu Software & Aplikasi, Hardware

& Insfrastruktur, Helpdesk dan Support.

1.5. Bidang Bisnis

Page 62: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

51

Fungsi bisnis antara lain:

a. Bertanggung jawab dan berkewajiban menjadikan lembaga Kompas menjadi

badan usaha yang komersial dan sehat.

b. Mengatur pendapatan dan pembiayaan kegiatan usaha, agar media sebagai produk

laku terjual.

c. Memantapkan agar unit bisnis dan personilnya sebagai instiusi social yang

memiliki nilai ekonomis dan kemasyarakatan.

Page 63: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

52

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Framing Berita Kasus Korupsi e-KTP

1. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 7 Maret 2017

Judul: Kasus KTP-el Jadi Ujian KPK

Tabel 4.1

Problem Identification 1. Kasus korupsi e-KTP jadi uji nyali bagi KPK

2. Himbauan kepada KPK agar tidak tebang pilih

dalam menangani kasus korupsi e-KTP.

Causal Interpretation 23 pejabat penyelenggara negara yang diduga

menerima aliran dana proyek e-KTP.

Moral Evaluation Ketua partai mendukung KPK mengusut kasus

korupsi e-KTP tanpa tebang pilih

Treatment Recommendation Menunggu pengungkapan fakta di persidangan

Problem Identification, identifikasi masalah dalam pemberitaan ini yaitu Kompas

mengibaratkan menangani kasus korupsi e-KTP seperti uji keberanian bagi KPK.

JAKARTA, KOMPAS − Pengungkapan kasus korupsi kartu tanda penduduk

elektronik jadi uji nyali bagi Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK diharapkan tidak

tebang pilih dalam mengungkap kasus yang diduga melibatkan nama besar dan

merugikan negara sekitar Rp 2,3 trilliun itu.

Kata “uji nyali” yang ditulis pada lead tersebut merupakan gambaran bahwa KPK

saat ini menghadapi kasus korupsi yang sangat besar. “Uji nyali” sama artinya dengan

“uji keberanian”, dengan kata lain, sampai di mana keberanian KPK menghadapi para

penguasa yang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Dengan demikian, Kompas berusaha

Page 64: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

53

menyampaikan pesan bahwa dalam menangani kasus korupsi e-KTP tidak mudah, sebab

kasus tersebut banyak melibatkan nama-nama besar pejabat negara dari lintas partai, baik

yang saat ini duduk di eksekutif maupun legislatif. Seperti yang terdapat dalam

wawancara berikut:

“Karena e-KTP dikorupsi pengaruhnya apa? Itu juga kita tulis. Sejauh mana kasus ini

mempengaruhi secara politik karena ternyata melibatkan nama-nama besar DPR.”57

Kompas membingkai berita ini dengan memilih sisi KPK sebagai penegak hukum.

Secara hukum KPK merupakan lembaga yang memiliki hak mutlak untuk melakukan

penyelidikan kasus korupsi di Indonesia. Tanggung jawab KPK untuk memberantas

korupsi bukan hanya pada negara tapi juga kepada seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti

KPK memiliki tanggung jawab yang besar, KPK harus mengemban penuh tanggung

jawab tersebut dengan bersikap adil dan tidak pilih-pilih dalam menangani kasus korupsi.

Terutama dalam kasus korupsi e-KTP yang diduga melibatkan banyak nama besar. Oleh

karena itu, peran KPK dalam menangani kasus korupsi e-KTP secara adil dan berimbang

sangat penting. Identifikasi masalah kedua yang disampaikan dalam berita ini, terletak

pada teras berita di kalimat kedua.

Pada lead kalimat kedua, yang disampaikan Kompas terdapat kata “diharapkan” yang

berarti menghimbau atau menyeru. Dengan kata lain, Kompas menghimbau kepada KPK

untuk tidak pilih-pilih dalam manangani kasus korupsi e-KTP. Dalam kalimat tersebut

juga terdapat harapan pada KPK agar bersikap adil, tidak memihak siapapun dan dari

pihak manapun. Pada intinya, KPK harus menjaga kepercayaan publik dalam

memberantas korupsi e-KTP dengan bersikap adil dan jujur

57

Wawancara pribadi dengan Billy Khaerudin selaku Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, Jakarta, 2

Agustus 2017.

Page 65: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

54

Causal Interpretation, Dalam pemberitaan ini penyebab masalah yang ditulis oleh

Surat Kabar Harian Kompas terdapat pada sub judul yaitu:

“23 pejabat yang diduga terima aliran dana.”

Harian Kompas hanya menyebutkan jumlah pejabat terduga korupsi e-KTP tanpa

menyebutkan nama dari 23 pejabat yang diduga terlibat dalam kasus tersebut. Dalam

pemberitaan setidaknya harus mengandung unsur 5W+1H yang salah satunya adalah

“who” atau “siapa,” siapa yang menjadi dalang dari peristiwa yang diberitakan.58

Namun,

Kompas tidak memberitakan unsur “who” karena belum adanya informasi tentang siapa

yang diduga terlibat dalam kasus e-KTP. Harian Kompas hanya memberikan informasi

tentang apa yang terjadi, dan tidak turut serta dalam menyebutkan dalang dari peristiwa

e-KTP.

“Untuk menemukan siapa sebenarnya aktor intelektualisnya, atau siapa dalangnya,

ya kita harus menunggu proses persidangan itu, kita tidak bisa kemudian ikut

menjadi hakim, itu namanya nanti jadi trail by press.”59

Menurut Billy Khaerudin, seorang wartawan hanya menyampaikan informasi yang

diolah dalam karya jurnalistik, namun tidak berhak menentukan siapa dalangnya. Sebab

media tidak berhak menyebut seseorang bersalah jika pengadilan belum menyebut orang

yang bersangkutan bersalah dan menjatuhkan hukuman atas kesalahannnya. Aktor

intelektual yang dimaksud dalam wawancara tersebut adalah orang yang berperan penting

untuk melakukan penyimpangan terhadap norma-norma sosial yang berlaku.60

Walaupun

58

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h 118 59

Wawancara pribadi dengan Billy Khaerudin selaku Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, Jakarta, 2

Agustus 2017. 60

https://kbbi.web.id/aktor, Diakses pada 20 November 2017.

Page 66: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

55

unsur “siapa” belum terjawab dalam berita tersebut namun Kompas telah menaati asas

praduga tak bersalah dalam memberitakan suatu peristiwa.

Moral Evaluation, merupakan elemen untuk membenarkan atau memberikan

argumentasi pada pendefinisian masalah.

KPK diharapkan tidak tebang pilih dalam mengungkap kasus yang diduga

melibatkan nama besar dan merugikan negara sekitar Rp 2,3 trilliun itu.

Pada lead diatas terdapat kata “diharapkan” yang merujuk pada kata himbauan.

Untuk membenarkan atau mengokohkan argumentasi tersebut. Surat Kabar Harian

Kompas bukan hanya menghimbau KPK untuk bersikap adil dan berimbang, akan tetapi

Kompas juga menghimbau para petinggi negara seperti Ketua Partai Amanat Nasional

dan Ketua Partai Golkar agar tidak ada pembelaan jika nantinya para kader partai tersebut

terbukti melakukan korupsi, karena tidak sedikit politisi yang diduga menerima aliran

dana proyek e-KTP. Oleh sebab itu, beberapa narasumber yang diwawancarai oleh

Kompas sebagian besar menjabat sebagai ketua partai, mereka berpendapat tidak akan

melindungi kader partainya jika terbukti melakukan korupsi. Seperti yang terdapat dalam

paragraf kedua dan paragraf ketujuh:

Zulkifli yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mendukung KPK

mengungkap tuntas kasus itu tanpa tebang pilih, meski ada kader partainya yang

terlibat di dalamnya.

Kita konsisten dengan hal itu. siapa saja yang bisa yang secara hukum bisa

dibuktikan, kita tidak perlu melakukan pembelaan. Apalagi kerugian negara dalam

kasus KTP-el ini mencapai trilliunan rupiah,” ujar ketua partai Golkar Yorrys

Raweyai.

Treatment Recommendation, kasus korupsi e-KTP melibatkan banyak nama besar

pejabat negara, terdapat 23 orang yang diduga terlibat kasus tersebut. Namun KPK tidak

menyebutkan nama dari ke-23 orang tersebut. Solusi penyelesaian yang ditawarkan

Page 67: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

56

Kompas dalam permasalahan ini yaitu menunggu pengungkapan kasus korupsi e-KTP di

persidangan. Ini terdapat pada paragraf ke-7 dan paragraf ke-12

“Tunggu saja di persidangan. Di situ (berkas dakwaan) akan kelihatan, siapa saja

yang akan dianggap turut serta sebagai saksi atau lain-lain, akan jelas

dipersidangan,” ujar Ketua KPK Laode Muhammad Syarif.

“Kami menunggu pengungkapan fakta di pengadilan karena dalam kasus ini ada

orang-orang yang menerima dana jauh lebih besar dan mereka tidak kooperatif,” kata

Febri.

Dalam kutipan tersebut terdapat kata “tunggu” dan “menunggu” ini berarti bahwa

semua orang harus sabar menunggu sampai waktu persidangan tiba agar tidak menduga-

duga siapa yang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Karena dalam pasal 8 UU No. 14

tahun 1970 menyatakan bahwa, “setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,

dituntut atau dihadapkan ke pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya

putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum

yang tetap”.61

“Kita tidak berwenang untuk menyimpulkan bahwa si A ini loh dalangnya, kecuali

penegak hukum menyebut itu, kita hanya meneruskan informasi dari penegak hukum

yang mengusut kasus itu, menunggu persidangan itu salah satunya.”62

Media massa memiliki empat fungsi, salah satunya yaitu menghimpun dan

menyebarkan informasi bagi khalayak. Informasi yang disebarkan kepada khalayak harus

berupa fakta sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Dengan adanya media massa,

berbagai informasi dapat diliput dan disiarkan, baik melalui media cetak, media

elektronik, atau media online. Oleh sebab itu, dalam berita ini Kompas menekankan

61

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori & Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.118 62

Wawancara pribadi dengan Billy Khaerudin selaku Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, Jakarta, 2

Agustus 2017.

Page 68: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

57

bahwa menunggu persidangan merupakan solusi yang tepat dalam memberitakan kasus

korupsi e-KTP.

2. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 8 Maret 2017

Judul: DPR Jadi Lembaga Terkorup

Tabel 4.2

Problem Identification Menurut hasil survei dari Global Corruption Barometer

DPR menjadi lembaga terkorup, hasil survei tersebut

terkonfirmasi dengan kasus-kasus korupsi yang

pernah dilakukan DPR.

Causal Interpretation Anggota DPR yang diduga terlibat kasus korupsi

proyek e-KTP

Moral Evaluation Riwayat korupsi yang pernah dilakukan oleh anggota

DPR

Treatment Recommendation Kepercayaan masyarakat terhadap KPK dalam

memberantas korupsi

Problem Identification, identifiasi masalah dalam pemberitaan ini adalah harian

Kompas menemukan adanya fakta bahwa DPR merupakan lembaga terkorup. Fakta ini

diperoleh harian Kompas dari hasil survei Global Corruption Barometer. GCB melakukan

survei pada 26 april-27 juni 2016 dengan 1.000 orang responden.

Jakarta, Kompas − Dewan Perwakilan Rakyat Menjadi Lembaga Paling Korup di

Indonesia Pada 2016. Hasil survei Global Corruption Barometer ini terkonfirmasi

Page 69: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

58

dengan banyaknya kasus korupsi seperti pengadaan kartu tanda penduduk elektronik

yang diduga juga melibatkan anggota DPR.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata “terkonfirmasi,” yang menunjukkan bahwa dua

fakta yang digabungkan oleh Kompas merupakan sebuah kebenaran. Namun, pada

kenyataannya, beberapa anggota DPR baru berstatus sebagai saksi, karena anggota DPR

baru diduga terlibat bahkan belum ada yang berstatus sebagai tersangka dalam kasus

korupsi e-KTP. Jadi, kurang tepat jika Kompas menggabungkan kedua fakta tersebut dan

memberi pembenaran sendiri bahwa hasil survei GCB “terkonfirmasi” dengan kasus

korupsi e-KTP yang diduga melibatkan anggota DPR.

Kompas menggabugkan satu fakta berupa hasil survei Global Corruption Barometer,

dengan fakta yang lain bahwa DPR terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Hal ini

disampaikan dalam wawancara pribadi:

“Kamu gabungin kedua fakta ini, satu fakta yang pertama DPR berdasarkan survei,

survei loh ya, artinya survei itu kan nanya aja, kamu bertanya ke responden kan, dan

hasil survei menemukan bahwa ternyata responden itu menyatakan bahwa lembaga

DPR merupakan lembaga paling korup dibanding lembaga-lembaga lainnya.

Kemudian fakta yang kamu temukan kedua, ada kasus korupsi e-KTP. Dalam kasus

ini yang ikut terlibat bahkan yang menjadi tersangka salah satunya adalah DPR.”63

Pada berita edisi 8 Maret 2017 belum disebutkan nama tersangka dari anggota DPR.

Jadi, pandangan wartawan Kompas tentang DPR merupakan lembaga terkorup, memang

benar, terdapat fakta berupa hasil survei dari GCB bahwa DPR merupakan lembaga

terkorup. Namun, jika disatukan dengan fakta bahwa terdapat beberapa nama DPR yang

menjadi tersangka korupsi kasus e-KTP tidak benar dan terkesan memaksakan dalam

menyatukan satu fakta dengan fakta yang lain.

63

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 70: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

59

Hasil survei yang terkonfirmasi antara lain dengan adanya sejumlah anggota DPR

yang terlibat dalam kasus korupsi. Salah satunya adalah kasus pengadaan KTP

elektronik (KTP-el) tahun anggaran 2011-2012 yang sedianya akan disidangkan pada

9 maret mendatang.

Pada kalimat tersebut Kompas mengemukakan bahwa ada sejumlah anggota DPR

yang terlibat dalam kasus korupsi, salah satunya korupsi e-KTP. Pada kalimat tersebut

terdapat kata “terlibat” yang berarti tersangkut atau terjerat, padahal dalam pemberitaan

ini anggota DPR belum ada yang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Sejumlah anggota

DPR baru ditetapkan sebagai saksi dalam kasus korupsi e-KTP, jika ada yang terlibat

maka, seharusnya ada yang menjadi tersangka atau pelaku. Jika seseorang atau

sekelompok orang belum diadili atau menjalankan proses hukum apapun tetapi wartawan

memberitakan dengan memberikan penghakiman, hal ini sudah termasuk melanggar asas

praduga tak bersalah.64

Causal Interpretation, sumber permasalahan yang ditulis Kompas dalam

pemberitaan ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang melakukan korupsi e-KTP.

Harian Kompas membuat bagan yang berisi sejumlah nama yang pernah diperiksa KPK

terkait kasus e-KTP. Dalam bagan tersebut Kompas menyebutkan dua tersangka dari

Kemendagri yaitu Irman dan Sugiharto. Kompas juga menyebutkan 14 orang saksi, lima

orang saksi berasal dari Kemendagri, dua saksi orang berasal dari Partai Demokrat, satu

orang saksi pengusaha, satu orang saksi mantan Mentri Keuangan, dua orang saksi

BUMN, dua orang saksi mantan Komisi II DPR, dan satu orang ketua DPR.

Dari bagan yang disajikan oleh Harian Kompas dapat terlihat bahwa hanya ada 2

orang mantan DPR yaitu Ganjar Pranowo dan Olly Dondokambey dan satu orang Ketua

64

Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab, (Jakarta: Dewan Pers , 2012), h.364

Page 71: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

60

DPR Setia Novanto yang berstatus sebagai saksi. Jumlah saksi dari DPR lebih sedikit bila

dibandingkan dengan saksi dari Kemendagri yang berjumlah 5 orang. Tersangka yang

ditetapkan dalam kasus korupsi e-KTP juga berasal dari Kemendagri. Hal ini tidak

sinkron jika dilihat dari paragraf ke empat yang ditulis oleh Kompas:

Hasil survei yang terkonfirmasi antara lain dengan adanya sejumlah anggota DPR

yang terlibat dalam kasus korupsi. Salah satunya adalah kasus pengadaan KTP

elektronik (KTP-el) tahun anggaran 2011-2012 yang sedianya akan disidangkan pada

9 maret mendatang.

Dari kalimat di atas, dijelaskan bahwa ada sejumlah anggota DPR yang terlibat

dalam kaus korupsi salah satunya korupsi e-KTP. Dalam hal ini wartawan tidak

memperhatikan presumption of innocent atau asas praduga tak bersalah, hal ini terdapat

pada pasal 8, UU No.14 tahun 1970, yang menyatakan bahwa, “setiap orang yang

disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan ke depan pengadilan wajib

dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap.”65

Dalam beritanya Kompas menyebutkan bahwa DPR terlibat dalam kasus korupsi e-

KTP, akan tetapi pada saat itu belum ada anggota DPR yang ditetapkan sebagai

tersangka. Walaupun suatu saat nanti ada anggota DPR yang dinyatakan sebagai

tersangka, namun hendaknya wartawan memperhatikan asas praduga tak bersalah dan

menghormati proses hukum yang berjalan.

Harian Kompas justru menyebutkan nama-nama DPR yang pernah terlibat kasus

korupsi lain diantaranya, kasus suap proyek infrastruktur di Maluku yang melibatkan:

Damayanti Wisnu Putranti, Budi Supriyanto, Andi Tufan Tiro dan Musa Zainuddin.

65

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h.119

Page 72: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

61

Selain itu, pada tahun 2013 Anggota Legislatif juga diproses secara hukum karena kasus

korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu di Hambalang, Bogor, Jawa

Barat.

Jadi, dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah yang disampaikan oleh Kompas

tidak sesuai dengan sumber permasalahan yang tulis sebelumnya. Meskipun sumber

permasalahan yang ditulis oleh Kompas adalah sejumlah anggota DPR tetapi bukan

anggota DPR yang terlibat dalam kasus korupsi e-KTP.

“Kemudian karena saya wartawan, saya punya kewajiban untuk menggali fakta lebih

dalam lagi. Akan saya gali dengan cara lihat record berita-berita korupsi yang

dilakukan oleh anggota DPR. Misalkan kasus korupsi Hambalang, kasus korupsi

deputi gubernur Bank Indonesia, data korupsi di KPK, data korupsi di LSM seperti

ICW. ICW punya daftar siapa saja orang yang dihukum karena kasus korupsi sejak

KPK berdiri, kan datanya pasti ada tuh, oh ternyata salah satu yang paling banyak itu

DPR.”66

Moral Evaluation, “DPR Jadi Lembaga Terkorup” judul tersebut seakan mampu

mewakili apa yang sebenarnya menjadi pokok pikiran dalam pemberitaan ini. Kompas

menemukan satu fakta bahwa hasil survei Global Corruption Barometer menunjukkan

bahwa DPR adalah lembaga yang paling korup. Hal tersebut didukung dengan fakta-fakta

lain mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pendukung

argumentasi ini terdapat pada paragraf ke 4 yaitu:

Sebelumnya pada tahun 2016 sejumlah anggota DPR juga diproses hukum karena

menerima suap terkait proses insfratruktur di Maluku. Para anggota DPR itu, yang

sebagian diantaranya lalu diberhentikan oleh partainya sebagai anggota legislatif dan

anggota partai adalah Damayanti Wisnu Putranti, Budi Suprianto, Andi Taufan Tiro

dan Musa Zainuddin.

Pada paragraf selanjutnya Kompas memperkuat argumentasi dengan menyebutkan

kasus korupsi lainnya yang dilakukan oleh anggota DPR yaitu,

66

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 73: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

62

Tahun 2013, sejumlah anggota legislatif diproses hukum karena kasus korupsi

pembangunan proyek pembangunan kompleks olah raga terpadu di Hambalang,

Bogor, Jawa Barat.

Dari data yang dikumpulkan oleh Komptas tersebut, terlihat Kompas membuktikan

kepada khalayak bahwa DPR merupakan lembaga terkorup. Dengan data-data yang

diperoleh Kompas mengenai korupsi yang pernah dilakukan anggota DPR, Kompas

berasumsi bahwa hasil survey yang dilakukan oleh GCB terkonfirmasi dengan

banyaknya kasus korupsi yang telah dilakukan DPR.

“Ini ada fakta bahwa Global Corruption Barometer, melakukan survei kemudian

hasilnya menyatakan bahwa DPR merupakan lembaga terkorup, itu satu fakta, fakta

yang lain ada kasus korupsi e-KTP, dalam kasus korupsi e-KTP itu jaksa KPK

menyebut si A, si B, si C, anggota-anggota DPR itu disebut terlibat dan menerima

uang dari proyek itu, satu fakta lagi, kemudian karena saya wartawan, saya punya

kewajiban untuk menggali fakta lebih dalam lagi, akan saya gali dengan cara lihat

record berita-berita korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR, misalkan kasus

korupsi hambalang, kasus korupsi deputi gubernur Bank Indonesia, data korupsi di

KPK, data korupsi di LSM seperti ICW, ICW punya daftar siapa saja orang yang

dihukum karena kasus korupsi sejak KPK berdiri, kan datanya pasti ada tuh, oh

ternyata salah satu yang paling banyak itu DPR, kamu gabungin kedua fakta ini.”67

Dari hasil wawancara di atas, terdapat kalimat “kemudian karena saya wartawan,

saya punya kewajiban untuk menggali fakta lebih dalam lagi, akan saya gali dengan cara

lihat record berita-berita korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR.” Dari kalimat

tersebut terlihat bahwa Kompas berusaha mencari fakta lain tentang korupsi yang pernah

dilakukan DPR agar hasil survei GCB terkonfirmasi. Dari hasil wawancara terlihat ada

beberapa kasus korupsi besar yang pernah dilakukan DPR seperti, kasus korupsi Deputi

Gubernur Bank Indonesia. dari wawancara tersebut, memang benar survey yang

dilakukakn oleh GCB terkonfirmasi dengan korupsi yang pernah dilakukan oleh anggota

DPR sebelumnya. Namun pernyataan wartawan tentang ada anggota DPR yang ikut

67

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 74: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

63

terlibat dalam kasus korupsi e-KTP, itu tidak benar, karena pada saat itu anggota DPR

belum ditetapkan sebagai tersangka atau pelaku.

Treatment Recommendation, solusi yang diberikan Harian Kompas dalam

pemberitaan ini terdapat dalam paragraf ke-7:

Selain DPR masih dinilai sebagai lembaga terkorup, hasil GCB 2017 menunjukkan

tingkat kepercayaan publik terhadap langkah pemerintah dalam memberantas korupsi

mencapai 65 persen. Capaian ini naik signifikan dibandingkan GCB 2013, dimana

hanya 16 persen masyarakat yang menganggap pemberantasan korupsi di Indonesia

cukup baik.

Dari kalimat di atas dapat dikatakan bahwa langkah pemerintah pada empat tahun

silam masih jauh dari kata berhasil dalam memberantas korupsi sehingga kepercayaan

masyarakat terhadap permerintah hanya sebesar 16 persen. Hal ini jauh meningkat bila

dibandingkan dengan hasil GCB pada tahun 2017 yang mencapai 65 persen. Ini berarti

kepercayaan publik terhadap langkah pemerintah dalam memberantas korupsi meningkat.

Dengan peningkatan yang signifikan ini semestinya pemerintah mampu menjaga

kepercayaan publik dengan upaya lebih keras lagi dalam memberantas korupsi.

“Korupsi ini sebenarnya masalah besar bangsa ini, kalo bangsa ini mau sejahtera,

kalo bangsa ini mau maju, hapusin dulu ini korupsi. Karena negara-negara maju,

negara-negara di Eropa Barat indeks korupsinya itu rendah, tingkat korupsinya itu

rendah.”68

KPK merupakan lembga yang satu-satunya berwenang membongkar praktik kotor

yang dilakukan oleh para koruptor. Kepercayaan publik terhadap pemerintah dan langkah

KPK meningkat, ini merupakan modal awal bagi pemerintah dalam memberantas

korupsi. Jika hampir seluruh lembaga pemerintahan menjadi tempat untuk melakukan

praktik kotor atau korupsi, maka kepada siapa lagi publik harus percaya. Ini merupakan

68

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 75: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

64

titik terang bagi pemerintah dan merupakan solusi tepat yang diberikan oleh Harian

Kompas dalam bentuk dukungan kepada kepada KPK untuk memberantas kasus korupsi

e-KTP.

Wakil ketua KPK Laode M Syarif menegaskan, KPK selalu berupaya menegakkan

hukum, khususnya untuk kasus korupsi besar. “KPK bekerja berdasarkan fakta dan

bukti-bukti tindak pidana korupsi,” ujarnya.

Pada kalimat di atas terdapat kata “khususnya kasus korupsi besar” kasus korupsi

besar itu salah satunya adalah kasus korupsi e-KTP. Kasus korupsi e-KTP tergolong

dalam kasus korupsi besar karena melibatkan banyak nama-nama besar dan jumlah dana

yang di korupsi tidak sedikit. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa KPK benar-benar

serius dalam mengusut kasus korupsi, khususnya kasus korupsi e-KTP.

3. Beritaan Surat Kabar Harian Kompas Edisi 9 Maret 2017

Judul: Proyek KTP-el Jadi Bancakan

Tabel 4.3

Problem Identification 1. Kasus korupsi e-KTP terjadi di lintas partai

maupun lembaga

2. Separuh dari nilai proyek atau senilai RP 2,3

trilliun diduga mengalir ke politisi dan pejabat

lembaga eksekutif.

3. Larangan siaran langsung persidangan kasus

korupsi e-KTP

Causal Interpretation 23 anggota dan mantan anggota DPR

Moral Evaluation Kronologi pengadaan kasus e-KTP yang disajikan

dalam bentuk infografik

Treatment Recommendation Dukungan sejumlah pihak kepada KPK dalam

upaya mengungkap kasus korupsi e-KTP

Page 76: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

65

Problem Identification, identifikasi masalah dalam berita ini terdapat pada lead

sebagai berikut:

JAKARTA, KOMPAS − Kasus pengadaan kartu tanda penduduk elektronik

menunjukkan, praktik korupsi terjadi lintas partai maupun lintas lembaga. Hampir

separuh dari nilai proyek itu yang besarnya Rp 5,9 trilliun diduga dibagi ke politisi

dari berbagai partai dan pejabat di lembaga eksekutif.

Pada lead tersebut Kompas menunjukkan kepada khalayak bahwa yang diduga

terlibat dalam korupsi e-KTP jumlahnya tidak sedikit. Kompas menyatakan kasus korupsi

e-KTP di korupsi oleh pejabat yang berasal dari lintas partai dan lintas lembaga. Berarti

dana proyek e-KTP mengalir bukan hanya ke satu atau dua partai melainkan ke banyak

partai serta lembaga. Kompas juga mengingatkan kepada khalayak terkait dana yang di

korupsi dalam kasus e-KTP tidak sedikit yaitu hampir separuh dari nilai proyek atau

sekitar Rp 2,3 trilliun.

Pada edisi 9 Maret 2017, Kompas membuat judul tentang “poyek KTP-el Jadi

Bancakan”. Judul pada edisi ini terdapat kata “bancakan,” yang berarti “selamatan”. Hal

ini menunjukkan dengan adanya proyek e-KTP menjadi selamatan atau pesta bagi para

pejabat yang sebagian besar berasal dari lembaga pemerintahan. Jika proyek e-KTP

menjadi selamatan, maka dana e-KTP dapat diartikan sebagai santapan, yakni santapan

untuk para koruptor.

“Pesan paling penting, awasi loh wakil rakyatmu itu pertama. Yang kedua, ke

penyelenggara negara, karena pembaca Kompas kan bukan cuma rakyat ya tapi bisa

penyelenggara negara, bisa DPR atau pemerintah. Jadi ya jangan korupsi, kalo kamu

Page 77: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

66

korupsi, ini loh yang sengsara ini banyak. Kalo kamu korupsi negaramu ini tidak bisa

maju, pesannya sederhana aja, jangan korupsi.”69

Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa Kompas menempatkan permasalahan

korupsi sebagai permasalahan yang sangat krusial. Karena korupsi merupakan

permasalahan yang sangat krusial, Kompas gencar memberitakan tentang kasus korupsi

yang sekarang sedang dalam proses hukum yaitu korupsi proyek e-KTP. Dalam

memberitakan kasus korupsi e-KTP Kompas tidak bosan memberikan stimulus kepada

audience bahwa kasus ini melibatkan banyak tokoh negara atau pejabat negara, yang

seharusnya memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada rakyat. Disinilah harian Kompas

berperan sebagai pengawas para penyelenggara negara dan memposisikan rakyat sebagai

korban dari tindakan yang dilakukan oleh para pejabat negara.

Larangan siaran langsung juga menjadi problem identification yang sampaikan oleh

Harian Kompas yang terdapat pada paragraf ke-21:

Yohannes Priyana dari bagian Humas Tipikor Jakarta meminta pembacaan dakwaan

perkara KTP-el yang hari ini ini akan digelar di ruang Kusumah Atmadja 1 tidak

disiarkan secara langsung di televisi karena dikhawatirkan mengganggu jalannya

persidangan dan berdampak terhadap hukum yang sedang berproses.

Dari paragraf tersebut ada larangan mengenai siaran langsung saat sidang korupsi e-

KTP berlangsung. Secara tidak langsung, kehadiran wartwan pada saat sidang

berlangsung mengganggu proses hukum yang sedang berjalan. Padahal salah satu fungsi

media massa yaitu kontrol sosial. Media massa berfungsi sebagai alat control social

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini terlihat bahwa keberadaan media

atau pers dianggap sebagai kekuatan keempat (The Fourth State) dalam sistem politik

kenegaraan setelah legislatif, eksekutif dan yudikatif. Oleh sebab itu, sebagai pilar

69

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 78: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

67

keempat media media massa dapat dimanfaatkan sebagai penyalur aspirasi rakyat,

pembentuk opini publik, alat menekan yang ikut mempengaruhi dan mewarnai kebijakan

politik negara, pembela kebenaran dan keadilan.70

Causal Interpretation, penyebab masalah yang ditulis oleh Kompas terdapat di

paragraf ke 7:

Dalam dokumen yang beberapa hari beredar di masyarakat antara lain disebutkan

Irman dan Sugiharto melakukan korupsi dalam kasus KTP-el bersama Ketua DPR

Setya Novanto yang pada 2009-2014 menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar dalam

kasus itu juga disebut nama lain yang diduga turut serta dalam kasus ini yaitu Andi

Agustinus alias Andi Naronggong selaku penyedia jasa di Kemendagri, Isnu Edhi

Wijaya (Ketua Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia), Diah Anggraini

(Mantan Sekertaris Jendral Kemendagri), dan Drajat Wisnu Setyawan (Ketua Panitia

Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Ditjen Dukcapil tahun 2011).

Harian Kompas hanya menyebutkan 5 orang yang diduga terlibat dalam kasus

korupsi e-KTP. Nama tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan ilustrasi yang tulis oleh

Kompas yang berjudul “kronologi pengadaan KTP-el”. Pada kronologi tersebut Kompas

menyebutkan terdapat 23 pejabat penyelenggara negara yang diduga menerima aliran

dana dalam kasus koruspi e-KTP.

Dalam dokumen yang beredar juga disebutkan nama anggota DPR periode 2009-

2014 dari sejumlah fraksi yang umumnya anggota Komisi II DPR dan pejabat

Kemendagri.

Dari kalimat tersebut terlihat bahwa sebenarnya telah disebutkan sejumlah nama

yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Namun Kompas hanya menyebutkan 5

nama, padahal masih terdapat nama-nama lain yang tertulis dalam dokumen tersebut.

Kompas juga tidak menyebutkan sumber atau asal usul dokumen yang tengah beredar di

masyarakat tersebut. Keakuratan merupakan unsur utama sebuah pemberitaan. Padahal

70

Zaenuddin. HM, The Journallist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.9-10

Page 79: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

68

menurut Billy Khaerudin, salah satu kriteria untuk menjadi seoranng wartawan yang

professional ialah displin verifikasi.71

Disiplin verifikasi merupakan proses mencari

sebuah kebenaran berdasarkan fakta yang terjadi dengan setepat-tepatnya.72

Moral Evaluation, pembenaran argumentasi yang disampaikan oleh Kompas

terdapat pada infografik yang diolah melalui surat dakwaan Nomor DAK-15/24/02/2017.

Isi infografik tersebut diantaranya mengenai kerugian negara hampir dari separuh nilai

proyek atau sekitar Rp 2,31 triliun. Sedangkan anggaran yang dikembalikan kepada KPK

baru sebesar Rp 250 miliar. Ini artinya Kompas mengingatkan kepada publik bahwa

korupsi e-KTP merupakan korupsi sekala besar yang merugikan negara hingga Rp 2,3

triliun.

“Sudah ini korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis korupsi yang sangat

besar, nilai kerugiannya lebih dari 2 trilliun. Saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun

itu berapa banyak, nanti kalo menulis skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek

berapa kerugian korupsi e-KTP, biar pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa

besarnya korupsi e-KTP, kamu gambarin aja Rp2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si.

Caranya apa misalkan, kamu bisa lihat penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan. Penduduk di bawah garis kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa,

anggaplah penduduk yang di bawah garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma

Rp 10.000. Ada berapa juta itu orang, dibagi aja dengan duit Rp 2,3 trilliun tadi,

dapet berapa itu? Bisa meningkatkan kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba

gambarkan seperti itu, itu kan menarik.”73

Selain itu Kompas juga memaparkan mengenai kronologi korupsi e-KTP yang

menjadi “selamatan” bagi para penyelenggara negara. Kronologi tersebut berisi tentang

awal mula anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun. Setelah anggaran proyek e-

KTP cair, KPK memperingati Gamawan Fauzi mantan Menteri Dalam Negeri, agar

berhati-hati dalam menjalankan proyek. Selanjutnya, dugaan penyimpangan dana mulai

71

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 72

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2009), h.106 73

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 80: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

69

tercium dan dilakukan penyelidikan. Namun penyelidikan dihentikan karena tidak

memiliki bukti yang kuat. Pada tahun 2014 KPK menelusuri kejanggalan proyek e-KTP,

dan baru membuahkan hasil pada 2016 setelah penetapan Irman sebagai tersangka.

Setelah itu, pada 2017 KPK mengungkapkan 23 aktor yang diduga terlibat dalam kasus

korupsi e-KTP yang akan digelar dalam persidangan 9 Maret mendatang. Dalam hal ini

Kompas hanya mengolah informasi yang diperoleh dari surat dakwaan.

“Yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa mengumpulkan fakta-fakta itu dan

menuliskannya dalam bentuk berita/karya jurnalistik. Setelah dikumpulkan kemudian

ditulis dalam bentuk berita. Selanjutnya publik bisa menilai sendiri alurnya dari

mana.”74

Treatment Recommendation, Penyelesaian masalah yang ditulis oleh Harian

Kompas terletak pada paragraf ke-16 dan paragraf ke-18 yang berisi

“Kami mendukung penuh upaya KPK memberantas korupsi,” ujar Sekertaris Jendral

PDI-P Hasto Kristiyanto

Hal senada disampaikan oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera Mohamad Sohibul

Iman, “kasus KTP-el harus diproses secara tuntas. PKS mendukung KPK memproses

dan mengungkapkannya.”

Dari kalimat tersebut sudah terlihat dengan jelas Kompas ingin menekankan bahwa

KPK memperoleh dukungan untuk memberantas kasus korupsi e-KTP. Dukungan yang

diperoleh salah satunya dari orang-orang berpengaruh di partai politik. Sebab sebagian

besar yang diduga terlibat dalam kasaus korupsi e-KTP berasal dari partai politik dan

salah satu partai politik tersebut ialah PDIP dan PKS. Pada pemberitaan sebelumnya

Kompas memperoleh data dari GCB bahwa kepercayaan publik kepada KPK meningkat.

Ini berarti, Kompas menginformasikan kepada khalayak bahwa KPK memperoleh

dukungan bukan hanya dari publik tetapi juga dari partai politik.

74

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 81: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

70

“Karena e-KTP dikorupsi pengaruhnya apa? Itu juga kita tulis. Sejauh mana kasus ini

mempengaruhi secara politik karena ternyata melibatkan nama-nama besar DPR.

DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu kan tokoh kalo kita menulis berita kan kita

cenderung memilih siapa narasumbermu? Narasumber yang dipilih itukan biasanya

dipilih berdasarkan beberapa kritria. Salah satu kriteria pemilihan narasumber itu kan

tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih menjadi narasumber. Nah kalo

seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat dalam kasus korupsi, itu jadi bahan

tulisan kita juga.”75

4. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 10 Maret 2017

Judul: KTP-el, Korupsi Nyaris Sempurna

Tabel 4.4

Problem Identification 1. Korupsi KTP-el menjadi kejahatan yang nyaris

sempurna

2. Pembagian uang proyek KTP elektronik

Causal Interpretation 1. Penyebab kasus korupsi e-KTP bermula dari usulan

Gumawan Fauzi

2. Kasus korupsi e-KTP melibatkan 60 orang anggota

DPR, 6 orang pejabat kemendagri, BUMN, serta

sejumlah korporasi.

3. Terdapat orang yang diduga menerima bagian

terbesar dalam kasus korupsi e-KTP yaitu Setya

Novanto, Andi Agustinus, Anas Urbaningrum dan

Muhammad Nazaruddin

4. Sepak terjang Andi Agustinus

Moral Evaluation Surat dakwaan Irman dan Sugiharto

75

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 82: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

71

Treatment Recommendation Dana proyek e-KTP yang dikorupsi oleh para

penyelenggara negara bisa untuk mensejahterakan

jutaan rakyat miskin dan untuk pembangunan

Problem Identification, identifikasi masalah yang dalam berita ini terdapat pada lead

berita yang ditulis oleh Kompas

JAKARTA, KOMPAS − Korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik tahun

2011-2012 menjadi kejahatan yang nyaris sempurna. Korupsi itu terjadi sejak proyek

masih dalam perencanaan, serta melibatkan anggota legislatif, eksekutif, badan usaha

milik negara dan swasta.

Pada kalimat tersebut terdapat kata “ nyaris sempurna” yang berarti hampir

sempurna, Kompas menggunakan kata sempurna karena kasus korupsi e-KTP merupakan

korupsi yang sudah diatur dengan sedemikian rupa mulai dari perencanaan hingga bagi-

bagi hasil dana korupsi. Sebelum kata sempurna terdapat kata “nyaris” yang berarti

hampir saja terjadi. Kasus korupsi e-KTP merupakan korupsi yang direncanakan secara

terorganisir dan sangat rapih dalam pelaksanaanya. Namun walaupun sudah diatur

dengan sedemikian rupa, kasus korupsi e-KTP pada akhirnya tetap terbongkar oleh KPK.

Oleh karena itu, Kompas menggunakan kata “nyaris” untuk melengkapi kata “sempurna”

pada lead berita tersebut.

Korupsi itu terjadi sejak proyek masih dalam perencanaan, serta melibatkan anggota

legislatif, eksekutif, badan usaha milik negara dan swasta.

Kalimat kedua lead tersebut menunjukkan adanya trail by press, pada kalimat

tersebut Kompas menggunakan kata “melibatkan” anggota legislatif, eksekutif, badan

usaha milik negara dan swasta. Padahal yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus

korupsi e-KTP baru dua orang yaitu Irman dan Sugiharo yang berasal dari Kemendagri.

Page 83: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

72

Dalam kasus ini anggota legislatif, eksekutif, dan swasta belum ada yang ditetapkan

menjadi tersangka atau terbukti terlibat korupsi e-KTP. Walaupun surat dakwaan

terhadap Irman dan Sugiharto disebutkan nama-nama anggota legislatif, eksekutif, badan

usaha milik negara dan swasta, seharusnya Kompas menggunakan kata “diduga

melibatkan” karena hal tersebut baru berupa dugaan, belum ada putusan hukum yang

tetap.

“Fakta di persidangan bisa didapat dari surat dakwaan, surat dakwaan itu surat yang

disusun oleh jaksa untuk mendakwa terdakwa e-KTP, di surat dakwaan itu tergambar

jelas fakta-faktanya, proses pengadaan e-KTP sapai siapa saja yang terlibat, itu kita

cari disitu, untuk menemukan siapa sebenarnya aktor intelektualisnya, atau siapa

dalangnya, ya kita harus menunggu proses persidangan itu, kita tidak bisa kemudian

ikut menjadi hakim, itu namanya nanti jadi trail by press, yang bisa kita lakukan, kita

hanya bisa mengumpulkan fakta-fakta itu dan menuliskannya dalam bentuk

berita/karya jurnalistik.”76

Dari hasil wawancara tersebut, untuk menemukan siapa dalang intelektualis dari

kasus korupsi e-KTP salah satunya harus menunggu persidangan. Hal ini menunjukkan

bahwa, jika pers terlebih dahulu menentukan dalangnya seperti yang ditulis pada lead

tersebut maka akan menjadi trail by press atau penghakiman oleh pers. Dalam menulis

pemberitaan pers hanya bertugas memberikan informasi sesuai dengan fakta-fakta yang

ada, pers tidak dianjurkan untuk menghakimi. (cari buku ttng trailbypress)

Lead yang ditulis oleh Harian Kompas bisa disebut sebagai informal lead. Informal

lead merupakan lead yang mengandug sebagian unsur berita.77

Dalam lead ini tidak

ditemukan seluruh unsur 5W+1H (what, who, when, where, why dan how). Hanya

terdapat dua unsur yaitu what dan who. Unsur who atau siapa yang disebutkan oleh

76

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 77

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakartaa: Kalam Indonesia, 2005), hal.98

Page 84: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

73

Kompas yaitu anggota legislatif, eksekutif, badan usaha milik negara dan swasta.

Sedangkan, unsur what yaitu kasus korupsi menjadi kejahatan yang nyaris sempurna.

Identifikasi masalah yang kedua yaitu harian Kompas membuat bagan yang

bertuliskan nama-nama terdakwa dan terduga korupsi proyek e-KTP. pada bagan tersebut

Kompas menuliskan daftar-daftar nama terduga korupsi e-KTP dengan sangat rapih.

Diawali dengan nama-nama pejabat Kemendagri yang telah ditetapkan sebagai tersangka

dan terduga korupsi e-KTP. Selanjutnya Kompas menulis nama-nama terduga korupsi e-

KTP lengkap dengan nama, jumlah dana yang dikorupsi dan partai politiknya masing-

masing. Anggota legistlatif dan partai politik yang diduga korupsi sebanyak 62 orang,

namun disini Kompas hanya menyebutkan 25 orang nama terduga korupsi e-KTP.

Kompas juga menyebutkan beberapa nama BUMN dan korporasi yang turut diperkaya

dari korupsi e-KTP.

Kompas membuat bagan semenarik mungkin dengan warna-warna yang memiliki

makna tertentu. Seperti terdakwa ditandai dengan warna merah, sedangkan tersangka

diwarnai dengan warna krem. Kompas juga memberikan warna pada partai politik sesuai

dengan bendera partai politik masing-masing. Pada bagan ini Kompas berusaha

menonjolkan aspek tertentu yaitu nama terduga korupsi e-KTP dan dana proyek e-KTP

yang jumlahnya tidak sedikit.

Causal Interpretation, pada elemen ini penyebab masalah dapat dilihat dari apa

(what) dan siapa (who). Pada berta ini, sumber masalah pertama yang ditulis oleh

Kompas yaitu mengenai apa (what) penyebab kasus korupsi e-KTP. Kompas menjelaskan

di paragraf ke-4:

Page 85: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

74

Pada persidangan yang dipimpin Ketua Majelis Hakim John Halasan Butarbutar,

Jaksa Penuntut Umum Irene Putri, dalam dawaannya, menyebutkan perkara korupsi

KTP-el yang merugikan negara Rp 2,3 trilliun ini bermula dari usulan Gamawan

Fauzi pada November 2009 untuk mengubah sumber pembiayaan pengadaan KTP-el

dari pinjaman hibah luar negeri menjadi dari APBN.

Kompas menggunakan kata “bermula” yang berarti asal-usul atau penyebab. Pada

kalimat tersebut, Kompas menginformasikan kepada khalayak bahwa penyebab kasus

korupsi e-KTP bermula dari usulan Gumawan Fauzi, untuk mengubah sumber

pembiayaan e-KTP dari hibah luar negeri menjadi dari APBN murni. Dengan kata lain

dengan adanya usulan dari Gumawan Fauzi tersebut menjadi titik awal atau permulaan

dari adanya praktik korupsi e-KTP. Pada paragraf sebelumnya Kompas juga

menyebutkan nama Gumawan Fauzi.

Dalam dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto, yang kemarin dibacakan di

pengadilan tindak pidana korupsi Jakarta, disebutkan ada 60 orang anggota DPR

periode 2009-2014 yang menerima dana dalam proyek KTP-el. Proyek itu juga

disebut memperkaya sejumlah pejabat di Kemendagri, seperti mantan Menteri Dalam

Negeri Gumawan Fauzi dan sejumlah korporasi.

Pada kalimat diatas Kompas hanya menyebutkan nama Gumawan Fauzi padahal

dalam kalimat tersebut disebutkan ada 60 orang anggota DPR dan sejumlah korporasi

yang ikut terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Dengan demikian Kompas ingin

menonjolkan kepada publik bahwa Gumawan Fauzi merupakan akar dari permasalahan

dalam kasus korupsi e-KTP. Pada kalimat tersebut Kompas juga menulis ada 60 orang

anggota DPR periode 2009-2014 yang menerima dana dalam proyek KTP-el. Dalam

kalimat tersebut, terdapat kata “menerima” yang membenarkan bahwa ada 60 orang DPR

yang menerima dana e-KTP, padahal belum ada bukti dari tuntutan yang dibacakan oleh

jaksa dalam surat dakwaan tersebut.

Page 86: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

75

Selain menyampaikan apa penyebab masalah, Kompas juga menyebutkan siapa yang

menjadi penyebab masalah. Kompas menulis beberapa nama terduga dan tersangka

korupsi e-KTP yang ditulis dalam bentuk bagan. Dalam bagan tersebut berisi nama

lengkap terduga korupsi e-KTP beserta jabatan, partai politik dan jumlah dana yang

dikorupsi. Kompas menyebutkan 6 orang pejabat Kemendagri, 25 orang anggota legislatif

dan 10 orang korporasi.

Selain membuat bagan yang berisi nama terduga korupsi, Kompas juga membuat

diagram tentang rencana penggunaan anggaran e-KTP sebesar Rp 5,9 trilliun. Yang

digunakan untuk belanja rill hanya sebesar 51% dari nilai proyek atau sebesar Rp 2,66

trilliun. Sedangkan 49% dari nilai proyek atau sebesar Rp 2,3 trilliun dikorupsi oleh para

pejabat. Pada diagram tersebut ditulis penyelewengan anggaran e-KTP sebesar 49% dari

nilai proyek. Anggota komisi II DPR mendapat 5% atau sekitar Rp 261 miliar, Setya

Novanto dan Andi Agustinus mendapat 11% atau sekitar Rp 574,2 miliar, Anas

Urbaningrum dan Muhammad Nazaruddin mendapat 11% atau sekitar Rp 574,2 miliar,

keuntungan pelaksana pekerjaan atau rekanan 15% atau sekitar Rp 783 miliar. Dari

sekian banyak nama yang ditulis oleh Kompas pada bagan sebelumnya terdapat empat

nama yang menonjol yaitu, Setya Novanto, Andi Agustinus, Anas Urbaningrum dan

Muhammad Nazaruddin. Keempat nama tersebut merupakan individu yang mendapat

keuntungan terbesar dari proyek e-KTP yaitu sebesar 22% atau sekitar Rp 1,1 trilliun.

Selain itu, dari keempat nama tersebut, terdapat nama Setya Novanto yang saat ini masih

aktif menjabat sebagai ketua DPR.

“DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu kan tokoh kalo kita menulis berita kan kita

cenderung memilih siapa narasumbermu? Narasumber yang dipilih itukan biasanya

dipilih berdasarkan beberapa kritria, salah satu kriteria pemilihan narasumber itu kan

Page 87: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

76

tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih menjadi narasumber, nah kalo

seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat dalam kasus korupsi, itu jadi bahan

tulisan kita juga.”78

Menurut Haris Sumadira, dalam Jurnalistik Indonesia, tingkah laku serta ucapan para

tokoh selalu menjadi sorotan media massa. Berita mencakup tentang orang-orang penting,

baik dan buruknya tingkah laku para tokoh atau orang-orang penting akan diliput dan

diberitakan oleh media massa.79

Ketokohan seseorang kerap dijadikan contoh atau

panutan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya surat dakwaan yang menyebut

nama Ketua DPR Setya Novanto, media massa gencar memberitakan hal tersebut,

terlebih jika Setya Novanto dan tiga orang lainnya diduga menerima bagian terbesar

dalam proyek e-KTP.

Selain Setya Novanto, Kompas juga menyebut peran Andi Agustinus yang

dipaparkan di halaman 2. Dalam paparan tersebut Andi Agustinus memiliki banyak andil

dalam praktik korupsi e-KTP. Kompas juga menyebutkan latar belakang Andi Agustinus

dengan lengkap. Di halaman 2, harian Kompas menulis tentang “Sepak Terjang Andi

Agustinus alias Andi Naronggong.” Kata “sepak terjang” berarti “tindakan” dengan kata

lain, Andi Agustinus telah melakukan tindakan yang mengacu pada praktik korupsi,

seperti yang dipaparkan oleh Kompas, Andi berperan mengatur tender dan mengatur

kelancaran proyek. Ini menunjukkan bahwa, Kompas menyebut Andi Agustinus sebagai

salah satu aktor utama dalam kasus korupsi e-KTP.

Moral Evaluation, dalam pemberitaan ini moral evaluation yang disampaikan oleh

Kompas diolah dari surat dakwaan nomor DAK-15/24/02/2017. Surat dakwan tersebut

merupakan bukti dari headline yang ditulis Kompas di halaman pertama yaitu:

78

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 79

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis

Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.88

Page 88: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

77

JAKARTA, KOMPAS − Perkara korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik

tahun 2011-2012 menjadi kejahatan yang nyaris sempurna. Korupsi terjadi sejak

proyek itu masih dalam perencanaan serta melibatkan anggota legislatif, eksekutif,

badan usaha milik negara dan swasta.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata “sempurna” yang berarti korupsi e-KTP

dilakukan dengan mulus dan lancar tanpa ada hambatan baik dalam perencanaan maupun

prosesnya. Argumen tersebut dibuktikan dalam surat dakwaan yang disajikan oleh

Kompas di halaman 2 bagian politik dan hukum. Pemberitaan yang disajikan di halaman

2 diolah dari surat dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto. Kompas menyusun kronologi

terjadinya kasus korupsi proyek e-KTP, mulai dari perencanaan penganggaran proyek e-

KTP dari bulan November 2009 - Agustus 2010. Dijelaskan juga rentetan tentang

pembagian dana proyek e-KTP.

Kompas memaparkan terjadinya praktik korupsi e-KTP dengan sangat menarik.

Kompas menyajikan diagram yang bertuliskan nama partai dan jumlah dana yang

dikorupsi. Dalam diagram tersebut Kompas menyebutkan urutan pertama yang ikut

menikmati dana proyek e-KTP yaitu partai Golkar sebesar Rp 150 miliar, partai demokrat

sebesar Rp 15 miliar, Partai PDI-P sebesar Rp 80 miliar, dan partai-partai lain Rp 80

miliar. Bukan hanya partai politik, Kompas juga menyebut nama individu yang diperkaya

oleh proyek e-KTP yaitu, Rp Marzukie Alie Rp 20 miliar dan Chaeruman Harahap Rp 20

miliar.

Selain diagram yang terlihat menarik, Kompas juga menyajikan ilustrasi gambar

yang tidak kalah menarik. Pada gambar tersebut terdapat gambar sebuah dompet yang

berisi beberapa lembar uang pecahan Rp 100.000 dan sebuah kartu tanda penduduk

elektronik. Ilustrasi tersebut memberikan makna seakan-akan e-KTP merupakan kartu

Page 89: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

78

ATM yang dapat menghasilkan uang berlimpah. Gambar tersebut sesuai dengan judul

berita yang ditulis di halaman 2 yaitu, “Saat Proyek Nasional Menjadi ATM Pejabat.”

Di sisi kiri, Kompas membuka pemberitaan dengan menyebutkan nama kasus, nama

terdakwa, unsur korupsi, nama pejabat dan korporasi yang diperkaya, dan nilai kerugian

negara. Pada keterangan tersebut Kompas menulis nama sejumlah pihak yang diperkaya.

Kata “diperkaya” menandakan pejabat-pejabat yang diduga korupsi dana e-KTP benar-

benar telah melakukan korupsi. Pada kenyataannya nama-nama pejabat tersebut sebagian

baru berstatus sebagai saksi, belum ada proses hukum atau persidangan yang menetapkan

nama-nama tersebut sebagai pelaku dari korupsi e-KTP.

Pada berita ini Kompas banyak menyebutkan nama Andi Agustinus dibandingkan

dengan nama-nama lainnya. Andi Agustinus merupakan seorang pengusaha yang

memenangkan tender proyek pengadaan e-KTP. Dalam berita ini Kompas lebih banyak

menyebutkan peran peran Andi Agustinus, walaupun ia bukan seorang pejabat

pemerintahan, namun ia berperan banyak dalam mengatur strategi penyimpangan dana

dalam praktik korupsi e-KTP.

Treatment Recommendation, solusi yang ditawarkan oleh Kompas pada

pemberitaan ini terletak di halaman 2 bagian politik dan hukum. Kompas

menggambarkan kepada khalayak bahwa dana proyek e-KTP yang di korupsi oleh para

penyelenggara negara tidak sedikit yaitu sebanyak Rp 2,3 trilliun. Dalam pemberitaan

tersebut Kompas memberikan empat macam gambaran betapa besarnya dana yang

dikorupsi oleh para penyelenggara negara.

Page 90: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

79

Pertama, Kompas menggambarkan kerugian negara senilai Rp 2,3 trilliun yang setara

dengan 1,43 juta ton beras sejahtera (raskin). Beras tersebut cukup untuk menghidupi

7.986.111 rumah tangga sasaran (RTS). Asumsinya harga tebus raskin Rp 1.600/kg. Itu

artinya, satu RTS bsa mendapat alokasi 15kg/bulan. Kompas menggambarkan besarnya

dana yang dikorupsi yaitu sebesar Rp 2,3 trilliun, jika dana tersebut digunakan untuk

membeli beras sejahtera (raskin), akan ada jutaan rakyat miskin yang hidup sejahtera.

Dalam kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara senilai Rp 2,3 trilliun, yang menjadi

korban ialah rakyat. Seharusnya dengan dana tersebut rakyat miskin bisa mendapatkan

kesejahteraan dengan memperoleh hak-haknya.

Dari gambar yang disajikan, terlihat bahwa Kompas sebagai media massa berfungsi

sebagai penyambung lidah rakyat. Dengan cara, membela hak-hak rakyat dan mengawasi

kekuasaan agar tetap berpegang pada asas demokrasi.80

Hal tersebut sesuai dengan motto

Kompas yaitu “hati nurani rakyat” yang berarti mencari kebenaran dengan cara

menyuarakan hati nurani rakyat atau membela yang lemah dan menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan.

“Ini merupakan jenis korupsi yang sangat besar, nilai kerugiannya lebih dari 2

Trilliun, saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun itu berapa banyak, nanti kalo

menulis skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek berapa kerugian korupsi e-

KTP, biar pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa besarnya korupsi e-KTP,

kamu gambarin aja 2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si, caranya apa misalkan, kamu

bisa lihat penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, penduduk di bawah

garis kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa, anggaplah penduduk yang di

bawah garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma Rp 10.000, ada berapa juta itu

orang, dibagi aja dengan duit 2,3 trilliun tadi, dapet berapa itu? Bisa meningkatkan

kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba gambarkan seperti itu, itu kan

menarik, kalo beli beras raskin misalkan perkilonya Rp 5.000, duit 2,3 trilliun itu

kamu bagi Rp 5.000 itu bisa dapet berapa juta ton beras raskin. Itu saja kamu bisa

80

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2009), h.112-113

Page 91: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

80

menggambarkan mengapa media cenderung menjadikan berita soal korupsi e-KTP

ini menjadi headline, nilainya seperti itu.81

Dari hasil wawancara di atas, terlihat bahwa alasan Kompas menjadikan berita kasus

korupsi e-KTP sebagai headline karena pengaruhnya yang sangat besar. Korupsi e-KTP

mempengaruhi seluruh lini kehidupan. Salah satu pengaruh yang sangat jelas yaitu

merugikan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dana yang diselewengkan dalam kasus

korupsi e-KTP seharusnya bisa untuk menyejahterakan rakyat kurang mampu seperti

yang telah dipaparkan dalam berita dan wawancara di atas. Namun, karena dikorupsi

rakyat tidak mendapat apa-apa dan cita-cita untuk memiliki identitas tunggal

kependudukan tidak terwujud. Fisik e-KTP yang sebenarnya senilai Rp 1.500/kartu tapi

karena dana e-KTP dikorupsi harganya menjadi Rp 6.000/kartu. Akibatnya ada 9 juta

orang wajib KTP yang masih belum memiliki fisik e-KTP.

Tidak hanya itu, Kompas juga menginformasikan bahwa dana yang dikorupsi dalam

proyek e-KTP sebanding dengan dana otonomi khusus Papua Barat pada 2016 yaitu

senilai Rp 2,3 trilliun. Dana otonomi khusus Papua Barat merupakan dana yang

dikhususkan untuk daerah Papua Barat yang bertujuan untuk membangun insfraktruktur

di wilayah Papua Barat.

Kompas berasumsi bahwa korupsi proyek e-KTP bukan hanya tidak mementingkan

kesejahteraan rakyat miskin dan pembangunan infraktruktur negara, namun juga tidak

memikirkan kesehatan bagi rakyat kurang mampu. Kompas menjelaskan jika dana Rp 2,3

tiliun yang dikorupsi oleh penyelenggara negara setara dengan iuran setahun 7.316.340

peserta BPJS Kesehatan perawatan kelas III. Kompas memberikan perumpamaan BPJS

81

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 92: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

81

Kesehatan perawatan kelas III karena diperuntukkan bagi peserta yang kurang mampu.

Dengan kata lain, Kompas menggring audience atau pembaca untuk memikirkan

kepentingan rakyat miskin.

Gambar terakhir, dana yang dikorupsi sebesar Rp 2,3 trilliun sebanding dengan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Maluku. Bahkan nilai tersebut

lebih besar bila dibandingkan dengan APBD Provinsi Gorontalo, Bangka Belitung,

Sulawesi Barat, dan Maluku Utara. Dalam hal ini Kompas juga mengambil contoh daerah

yang masih minim APBD. Untuk memberikan informasi kepada khalayak bahwa dana

yang dikorupsi oleh para penyelenggara negara dalam kasus korupsi e-KTP setara dengan

APBD di beberapa daerah.

Pada intinya, Kompas menyampaikan bahwa dana yang dikorupsi dalam kasus e-

KTP tidak sedikit. Kasus korupsi e-KTP menghambat kesejahteraan rakyat Indonesia dan

mempengaruhi banyak sektor, seperti sektor pembangunan, sektor kesehatan, sektor

ekonomi, politik dan sosial. Karena pengaruhnya yang begitu besar, maka Kompas

menempatkan hampir seluruh berita tentang korupsi e-KTP sebagai headline. Menurut

Haris Sumadiria, berita merupakan segala sesuatu yang berdampak luas bagi sebagian

besar khalayak. Segala sesuatu yang menimbulkan dampak positif ataupun negatif bagi

masyarakat luas disebut berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, politik dan

ekonomi yang ditimbulkan, maka nilai berita yang dikandungnya akan semakin besar.

Seperti yang disampaikan oleh Billy Kaherudin dalam wawancara pribadi berikut:

“Salah satu korupsi terbesar di Indonesia itu korupsi e-KTP, bagaimana pengaruhnya

proyek e-KTP dikorupsi itu seperti apa? Itu menandakan bahwa kasus ini punya

magnitude, pengaruh yang besar terhadap publik, pilihan pertama ketika kamu

menjadikan itu sebagai HL/headline, salah satunya itu, karena kasus ini

Page 93: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

82

mempengaruhi banyak sektor, mempengaruhi juga publik, mempengaruhi kehidupan

kamu juga.”82

5. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 11 Maret 2017

Judul: KPK Tak Gentar Hadapi Bantahan

Tabel 4.5

Problem Identification 1. Dalam surat dakwaan kepada Irman dan Sgiharto

menyebutkan banyak nama yang diduga ikut

terlibat dalam kasus korupsi e-KTP, namun semua

nama-nama tersbut membantah.

2. KPK tidak terpengaruh hadapi bantahan dari para

politisi, justru KPK akan mengembangkan perkara

di persidangan.

Causal Interpretation Sugiharto menyebutkan ada aliran dana ke sejumlah

anggota dan mantan anggota DPR, seperti Setya

Novanto, Marzuki Alie, Anas Urbaningrum, Ganjar

Pranowo, Yasonna Laoly, Olly Dondokambey, Teguh

Juwarno. Namun semua nama tersebut membantah.

Moral Evaluation 1. Kasus KTP elektronik memalukan

2. Bagan yang berisi rentetan kasus korupsi

pengadaan barang/tender yang pernah ditangani

oleh KPK

Treatment Recommendation Sebaiknya nama yang telah disebutkan dalam dakwaan

82

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 94: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

83

mundur

Problem Identification, dalam surat dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto

disebutkan nama mantan DPR dan anggota DPR yang diduga terlibat kasus korupsi e-

KTP. Namun semua nama yang disebutkan dalam surat dakwaan tersebut membantah

telah menerima dana dari proyek e-KTP.

JAKARTA, KOMPAS − Komisi Pemberantasan Korupsi tidak gentar menghadapi

bantahan ataupun gugatan para politisi yang diduga menerima aliran dana pengadaan

KTP elektronik tahun 2011-2012. KPK malah akan mengembangkan perkara ini

berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan.

Secara tidak langsung berita tersebut merupakan sindiran bagi para politisi yang

membantah bahkan menggugat tersangka atas tuduhan pencemaran nama baik. Pada

kalimat tersebut terdapat kata “tidak gentar” yang berarti “tidak takut” dengan bantahan

ataupun gugatan dari para politisi. Pokok pikiran yang disampaikan Kompas terletak pada

kalimat pertama yaitu “tidak gentar hadapi bantahan,” pokok pikiran tersebut diperkuat

dengan kalimat kedua yang berfungsi sebagai kalimat penjelas “KPK malah akan

mengembangkan perkara ini…..”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa KPK benar-

benar tidak takut dan sebaliknya malah akan mengembangkan perkara korupsi e-KTP di

pengadilan.

Menurut Nurudin (2009), media berfungsi sebagai pengawas pemerintahan, artinya

jika media sedang memberitakan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh seorang

pejabat atau penyelenggara negara, media harus menunjukkan bahwa seseorang itu

benar-benar bersalah dan orang lain tidak bersalah.83

Dalam berita ini Kompas berusaha

mencari fakta untuk bisa membuktikan kesalahan para pejabat yang diduga terlibat

83

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Radja Grafindo Perkasa, 2009), h.112.

Page 95: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

84

korupsi e-KTP. Dalam hal ini, Kompas mengeritik sikap para politisi yang membantah

telah menerima aliran dana e-KTP. Namun pembelaan tersebut merupakan hak bagi para

terduga atau tersangka untuk membela diri salah satunya dengan menyangkal atau

membantah tuduhan tersebut.

“Problemnya tadi, korupsi, korupsi itu mempengaruhi semua lini kehidupan, semua

lini penyelenggaraan negara, semua lini pelayanan publik. Kamu harusnya bisa

mengurus izin tanpa bayar tapi jadinya bayar. Pengusaha yang ingin menerbitkan izin

usaha, karena harus bayar dia jadikan suap tadi sebagai kos produksi, sehingga

barang yag kemudian dijual itu nilainya jauh lebih mahal. Karena barang nilainya

jadi lebih mahal, barangnya tidak kompetitif dibandingkan misalnya dengan barang

dari negara lain. Kalo sudah tidak kompetitif ya sudah negara kita kalah bersaing.

Kalo sudah kalah bersaing ya sudah tidak jadi negara maju.”84

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa praktik korupsi sangat

mempengaruhi seluruh kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya, korupsi menjadi problem

mengapa Indonesia sampai saat ini belum bisa menjadi negara maju. Hal inilah yang

menjadikan faktor mengapa Kompas lebih banyak memberitakan tentang peristiwa

korupsi dan menjadikannya headline pemberitaan daripada peristiwa lainnya. Pada

dasarnya seorang wartawan memberitakan tentang semua peristiwa yang berdampak

besar bagi masyarakat, seberapa besar pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari

sebuah peristiwa akan memiliki nilai berita yang lebih besar daripada peristiwa yang

tidak memiliki pengaruh sama sekali bagi masyarakat.

Causal Interpretation, sumber masalah dalam berita ini terdapat pada paragraf

ketiga:

Surat dakwaan terhadap mantan Direktur Jendral Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Dalam Negeri Irman dan Direktur Pengeloaan Informasi dan Administrasi

Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri Sugiharto menyebutkan ada aliran dana

hasil korupsi proyek e-KTP ke sejumlah anggota dan mantan anggota DPR, seperti

84

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 96: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

85

Setya Novanto, Marzuki Alie, Anas Urbaningrum, Ganjar Pranowo, Yasonna Laaoly,

Olly Dandokambey dan Teguh Juwarno. Mereka yang disebut menerima aliran dana

itu semuanya membantah.

Seperti yang telah dipaparkan pada problem identification sebelumnya, Kompas

mengambil sudut pandang tentang politisi yang membantah tuduhan dalam surat

dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto. Politisi yang membantah berjumlah tujuh orang

yaitu, Setya Novanto, Marzuki Alie, Anas Urbaningrum, Ganjar Pranowo, Yasonna

Laaoly, Olly Dandokambey dan Teguh Juwarno. Namun, pada berita itu, tidak ada

kutipan langsung dari ketujuh politisi tersebut yang berisi bantahan telah menerima dana

dari proyek e-KTP. Kutipan langsung yang berisi bantahan dari para politisi justru

disajikan pada pemberitaan sebelumnya yaitu pada edisi 10 Maret 2017. Padahal

khalayak yang membaca edisi 11 Maret 2017 belum tentu telah membaca berita edisi

sebelumnya yaitu 10 Maret 2017, begitupun sebaliknya.

Pencantuman waktu, pengambilan gambar, dan kutipan pernyataan akan menghindari

pers dari memanipulasi dan membuat kesimpulan sendiri. Pencantuman ini memiliki nilai

untuk memenuhi unsur akurat. Kapan di mana dan bagaimana gambar atau sebuah

pernyataan diambil harus dikemukakan sesuai dengan faktanya.85

Oleh karena itu dalam

menulis sebuah berita harus lengkap disertai dengan bukti yang akurat seperti foto atau

pernyataan langsung. Pernyataan langsung menjadi sangat penting karena ketidakjelasan

soal ini dapat menimbulkan tuduhan kepada pers, bahwa pers yang bersangkutan telah

sengaja menyalah artikan pendapat atau kutipan demi kepentingan pers. Kredibilitas

85

Wina Armada Sukardi, Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab: UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, (Jakarta:

Dewan Pers, 2012), h.368

Page 97: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

86

sebuah media sangat ditentukan oleh akurasi beritanya yang dijadikan sebagai

konsekuaensi dari kehati-hatian para wartawan dalam membuat sebuah berita 86

“Dilengkapi dengan fakta ada pemberitaan-pemberitaan soal ini, itu yang membuat

wartawan Komopas kaya, sehingga pembaca Kompas merasa “informasi yang aku

baca dari Kompas ini jauh lebih lengkap.” Oke yang lain bisa real time tapi dari sisi

archiving Kompas lebih kaya mendapatkan informasi/lebih banyak mendapatkan

data.”87

Dari hasil wawancara tersebut Billy Khaerudin menjelaskan, yang membuat Kompas

lebih unggul dibandingkan dengan media lainnya ialah karena berita yang disajikan ebih

lengkap sehingga khalayak lebih puas dengan informasi yang disajikan. Pada edisi

sebelumnya Kompas menyajikan berita dengan lengkap dan jelas namun pada berita edisi

ini ada keganjilan yaitu tidak adanya kutipan langsung yang menjadi bukti bantahan yang

dilakukan oleh para politisi, ini menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh

wartawan Kompas tidak sesuai dengan berita yang disajikan.pada berita edisi 11 Maret

2017.

Moral Evaluation, nilai moral yang disampaikan oleh Kompas terletak pada sub

headline yaitu “Kasus KTP Elektronik Memalukan.”

Pokok pikiran yang disampaikan Kompas pada sub headline di atas terdapat pada

kata “memalukan.” Kata memalukan ditujukan kepada para politisi yang membantah

menerima aliran dana proyek e-KTP. Bukan hanya bagi pejabat yang membantah, kata

memalukan juga ditujukan kepada Marzuki yang justru melaporkan Irman dan Sugiharto

86

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), hal.47

87

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 98: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

87

kepada Bareskrim Polri. Kelakukuan para pejabat ini dianggap memalukan, karena

bantahan dan gugatan yang mereka lakukan.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Jumat (10/3), di Jakarta, mengatakan, selama 13

tahun KPK bekerja memberantas korupsi tak terpengaruh oleh reaksi pihak yang

diduga terlibat korupsi, baik berupa bantahan maupun gugatan. Dalam membangun

konstuksi dakwaan, KPK membangunnya dari informasi yang kuat.

Pada kalimat pertama mencantumkan waktu yang cukup lama dalam memberantas

korupsi yaitu selama 13 tahun. Itu artinya KPK memiliki kekeuatan yang tangguh dalam

menghadapi reaksi pihak yang diduga terlibat korupsi. Hal ini menunjukkan bantahan dan

gugatan bukan pertama kalinya dihadapi oleh KPK. Kalimat terakhir menegaskan bahwa

KPK tidak sembarangan menuduh dan memiliki bukti yang kuat dalam menentukan siapa

saja yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP.

Selain itu kasus korupsi e-KTP melibatkan banyak pihak, baik dari lintas partai

maupun lembaga. yang lebih memalukan lagi kasus ini melibatkan nama-nama besar

seperti Setya Novanto selaku Ketua DPR saat ini.

Terlebih lagi, kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama Said Aqil Siroj,

Kasus korupsi proyek KTP-el sangat memalukan dan mengecewakan. Kasus ini

menunjukkan partai politik masih gagal mendidik partai politik untuk tidak

melakukan praktik korupsi.

Kasus korupsi e-KTP bukan hanya memalukan tetapi juga sangat mengecewaakan.

Dalam surat dakwaan sebagian besar yang diduga terlibat dalam kasus ini berasal dari

partai politik. Hal ini menunjukkan partai politik masih gagal dalam mendidik kadernya

agar tidak melakukan korupsi. Para pejabat melihat proyek e-KTP sebagai bancakan,

akibatnya proyek ini tidak berjalan sesuai dengan program yang telah direncanakan.

Salah satu dampak paling nyata dari korupsi e-KTP yaitu, saat ini sekitar 9 juta orang

wajib KTP belum memiliki e-KTP, padahal proyek ini berlangsung dari awal tahun 2011.

Page 99: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

88

Enam tahun bukan waktu yang sebentar untuk mewujudkan cita-cita membuat program

e-KTP. Maka tidak heran jika kasus korupsi e-KTP sangat memalukan dan

mengecewakan seperti yang disampaikan pada paragraf tersebut.

“Gini, e-KTP itu digagas agar kita mempunyai single identity number/nomor induk

tunggal untuk siapa pun, kalo di Amerika nomor induk tunggal itu ada istilahnya

nomor jaminan kesejahteraan sosial, jadi kamu bisa dikenali dengan itu, nomormu

sekian sekian sekian, oh ini si Fatimah nih, catetannya ada, dia punya catetan

kejahatan ga disitu, dia punya catatan perbankan tidak disitu, nomor sekian si

Fatimah ini sudah berhak memilih atau belum. Cita-citanya seperti itu, cita-cita

membuat e-KTP itu tadi, tapi kemudian ada koruptor yang melihat proyek membuat

single identity number ini, proyek membuat nomor identitas tunggal ini bisa

dikorupsi, karena peluangnya banyak, kalo nanti bikin chips disitu kita bisa bikin,

softwarenya, belum alat pemindai, belum lagi secara fisik e-KTP, kalo ini

diadakan/ditenderin “ah kita bisa atur nih”, akibatnya adalah ketika dari awalnya saja

sudah mau dikorupsi, sudah diatur begini-begini-begini, niatnya saja sudah jelek,

hasilnya tidak akan baik.”88

Moral evaluation yang kedua ialah bagan tentang sejumlah kasus korupsi pengadaan

barang/tender. Dalam bagan tersebut Kompas memaparkan ada empat kasus korupsi

barang/tender yang pernah terjadi yaitu, kasus korupsi simulator SIM, kasus pengadaan

10 unit mobile crane di PT Pelindo, kasus korupsi sarana olah raga terpadu di Hambalang

dan kasus korupsi pengadaan alat kesehatan. Pada bagan tersebut Kompas juga

menyebutkan kerugian negara beserta nama tersangka dan pelaku dari masing-masing

kasus korupsi. Kasus korupsi e-KTP termasuk jenis korupsi pengadaan barang/tender.

Namun, dalam bagan tersebut Kompas justru tidak memasukkan kasus korupsi e-KTP ke

dalam daftar korupsi pengadaan barang/tender.

Treatment Recommendation, solusi dalam pemberitaan ini terletak pada paragraf ke-

6. Pada paragraf tersebut aspek pembahasan sedikit melebar yang ditandai dengan

penggunaan huruf tebal dan tulisan lebih besar. Kompas mengawali pembahasan pada

88

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 100: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

89

aspek yang berbeda dengan menulis “Sebaiknya Mundur.” Kata tersebut merupakan

saran bagi para politisi yang telah disebutkan namanya dalam surat dakwaan terhadap

Irman dan Sugiharto.

Terkait pengusutan kasus dugaan korupsi proyek KTP-el, Guru Besar Unversitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menuturkan, setiap orang

yang diduga terlibat dalam korupsi itu sebaiknya mengundurkan diri dari jabatannya.

Pada pragraf tersebut terlihat jelas terdapat kalimat bernada sindiran. Sindiran untuk

mengundurkan diri dari jabatannya, yang diperuntukkan kepada “setiap orang yang

diduga terlibat dalam kasus korupsi”. Namun, sindiran tersebut secara khusus ditujukan

kepada para politisi yang membantah menerima aliran dana dalam kasus korupsi e-KTP.

Berita tersebut menyangkut tentang bagaimana perlakuan media terhadap para tertuduh

atau terdakwa. Padahal seorang tertuduh atau terdakwa sebelum divonis hakim maka

yang bersangkutan masih harus diperlakukan seperti orang yang belum bersalah.89

Perlakuan terhadap tertuduh atau terdakwa menjadi penting karena apa yang dituduhkan

belum dapat dipastikan kebenarannya. Hal ini untuk menjaga nama tertuduh atau

terdakwa apabila perkara yang dituduhkan tidak terbukti di perngadilan.

“Mereka yang beralasan atau membela diri percuma saja. Rakyat sekarang tidak bisa

dibodohi. Tidak ada maling yang mengaku maling. Ibaratnya tidak ada asap tanpa

api. Jika nama mereka disebut dalam dakwaan jaksa pasti KPK memiliki bukti kuat,

dan karenanya tidak semudah itu dibantah,” tutur Azyumardi.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa nama-nama yang disebut dalam surat dakwaan

merupakan sebuah fakta yang tidak bisa lagi dibantah. Pernyataan yang disampaikan oleh

Azyumarzi Azra secara tidak langsung mewakili pendapat wartawan dalam menulis

berita. Berita merupakan kejadian aktual yang dikemas sesuai dengan fakta dan realitas

yang terjadi. Artinya dalam menulis sebuah berita wartawan tidak diperkenankan

89

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.141.

Page 101: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

90

menggabungkan sebuah fakta dengan opini atau kecendrungan tertentu. Apa yang

disampaikan oleh narasumber merupakan sebuah opini atau bahkan berpotensi menjadi

subjektivitas si sumber berita.90

6. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 12 Maret 2017

Judul: Presiden: Bongkar Korupsi KTP-el

Tabel 4.6

Problem Identification 1. Presiden Joko Widodo meminta untuk membongkar

kasus korupsi e-KTP

2. Tujuan utama e-KTP agar Indonesia memiliki

sistem identitas tunggal bagi penduduknya tidak

terwujud sampai sekarang.

Causal Interpretation Dalam berita ini Kompas hanya menyebutkan satu

nama terduga kasus korupsi e-KTP yaitu Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona Laoly.

Moral Evaluation Tidak akan ada turbulensi politik akibat kasus korupsi

e-KTP

Treatment Recommendation 1. Presiden meminta maaf kepada masyarakat akibat

persoalan korupsi e-KTP.

2. KPK diharapkan segera mengusut dalang utama

dari kasus korupsi e-KTP serta para pejabat dan

politisi yang menerima aliran dana proyek e-KTP

90

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.78.

Page 102: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

91

3. Proses hukum e-KTP seharusnya berjalan secara

terbuka agar publik bisa mengawal proses hukum

pengadaan e-KTP.

Problem Identification, identifikasi masalah pertama yang disampaikan oleh

Kompas adalah mengenai permintaan Presiden Joko Widodo untuk mengusut tuntas

kasus korupsi e-KTP yang disampaikan di lead pada kalimat kedua:

Presiden Joko Widodo meminta komisi pemberantasan korupsi membongkar tuntas

kasus korupsi pengadaan KTP elektronik.

Permintaan tersebut menjadi penting karena secara langsung disampaikan oleh orang

nomor satu di Indonesia. Menurt Haris Sumadiria, tingkah laku serta ucapan para tokoh,

orang-orang penting dan ternama selalu menjadi sorotan media massa.91

Selain itu,

persoalan korupsi e-KTP mempunyai irisan kepentingan yang begitu besar bagi

khalayak. Seperti yang dijelaskan oleh Billy Khaerudin dalam wawancara berikut:

“Salah satu korupsi terbesar di Indonesia itu korupsi e-KTP, bagaimana pengaruhnya

proyek e-KTP dikorupsi itu seperti apa? Itu menandakan bahwa kasus ini punya

magnitude, pengaruh yang besar terhadap publik, pilihan pertama ketika kamu

menjadikan itu sebagai HL/headline, salah satunya itu, karena kasus ini

mempengaruhi banyak sektor, mempengaruhi juga publik, mempengaruhi kehidupan

kamu juga, yang kedua ada tidak peristiwa yang berkaitan dengan peristiwa yang

terjadi pada hari itu, dalam jurnalistik ada dasar 5W+1H, whatnya itu apa? Oh iya,

hari ini itu ada orang yang dijadikan tersangka, siapa yang dijadikan tersangka?

Ketua DPR, kalo ketua DPR kan pemimpin penyelenggara negara, jadi ada 2 hal,

pertama dampak, kedua ada peristiwa yang terjadi pada hari itu.”92

Dari hasil wawancara tersebut, dijelaskan alasan Kompas menjadikan berita tentang

kasus korupsi e-KTP sebagai headline pemberitaan karena memiliki pengaruh yang

91

Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung: Simbiosa

Rekatama, 2008), h. 82-91 92

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 103: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

92

begitu besar terhadap publik. Wawancara di atas juga menjelaskan, untuk membuat

headline pemberitaan lebih baik dimulai dengan unsur “apa”. peristiwa apa yang terjadi

pada hari ini akan lebih mudah menarik perhatian khalayak. Teras berita yang

mengandung unsur “apa” lebih menarik karena naluri manusia yang selalu ingin tahu apa

yang terjadi hari ini.

Penekanan selanjutnya yang disampaikan oleh Harian Kompas yaitu tentang sistem

identitas tunggal yang belum terbangun yang menjadi salah satu program dari proyek e-

KTP. Kompas membahas tentang hal tersebut di beberapa paragraf salah satunya terletak

di lead kalimat kedua:

Akibat dikorupsi tujuan utama KTP-el agar Indonesia memiliki sistem identitas

tunggal bagi penduduknya tak terwujud sampai sekarang.

Selain permintaan presiden untuk membongkar kasus korupsi e-KTP, Kompas juga

menyinggung tentang sistem identitas tunggal yang belum juga terwujud. Pada kalimat

tersebut terdapat kata “tak terwujud” yang menandakan ketidak berhasilan dari program

e-KTP. Terlebih lagi pada kalimat tersebut dijelaskan bahwa sistem identitas tunggal

merupakan tujuan utama dari proyek e-KTP. Hal tersebut menandakan jika tujuan

utamanya saja belum terwujud bagaimana dengan tujuan-tujuan lain yang telah

direncanakan dalam proyek e-KTP. Penekanan tersebut juga ditulis kembali di paragraf

kedua:

Hingga tahun keenam pelaksanaan proyek, sistem identitas tunggal yang adalah

tujuan akhir program kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el), belum juga

terbangun. Selain itu sampai kini masih banyak penduduk yang belum memperoleh

fisik KTP-el meski sudah melakukan perekaman data kependudukan.

Pada kalimat tersebut Kompas kembali menekankan tentang sistem identitas tunggal

yang belum terbangun. Hal tersebut berulang-kali disampaikan oleh Kompas karena

Page 104: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

93

sistem identitas tunggal berperan penting bagi setiap individu. Sistem identitas tunggal

mencegah penduplikasian KTP demi kepentingan pribadi. Namun, pokok pikiran yang

disampaikan oleh Harian Kompas tidak disertai dengan kalimat penjelas yang menjadi

bukti dari tidak terbangunnya sistem identetitas tunggal.

JAKARTA, KOMPAS − Presiden Jokowi melihat ada permasalahan besar dalam

pengadaan KTP-el. Dengan anggaran hingga Rp 5,9 trilliun, seharusnya tahun ini

proyek KTP elektronik sudah selesai. Tidak hanya perekaman data kependudukan,

tetapi juga sistem identitas tunggal semestinya sudah terbangun.

Pada paragraf selanjutnya lagi-lagi Kompas menekankan isu mengenai sistem

identitas tunggal yang belum terbangun. Pada kalimat tersebut terdapat kata

“Semestinya” yang berarti kewajiban atau keharusan untuk membangun sistem identitas

tunggal. Penonjolan isu pada berita di atas menandakan bahwa sistem identitas tunggal

kependudukan menjadi tujuan utama dari proyek e-KTP yang sangat penting. Penonjolan

isu tertentu merupakan cara wartawan untuk membingkai sebuah pemberitaan, sekaligus

untuk melihat bagaimana cara pandang wartawan dalam melihat suatu permasalahan.

Cara pandang wartawan menentukan fakta apa yang diambil dan bagian mana yang

ditonjolkan. Melihat pemberitaan tersebut Kompas ingin mengingatkan kepada khalayak

bahwa program dari proyek e-KTP belum terwujud akibat praktik kotor yang dilakukan

oleh para penyelenggara negara. Selanjutya, pada paragraf keenam Kompas kembali

menekankan tentang sistem identitas tunggal yang belum terbangun.

Apabila sistem identitas tunggal terbangun dengan baik, persoalan yang menyangkut

identitas kependudukan bisa terselesaikan. Tidak akan ada masalah dalam mengurus

paspor, surat izin mengemudi, perpajakan, dan daftar pemilih dalam pemilu.

Setelah menekankan tentang sistem identitas tunggal pada paragraf sebelumnya,

Kompas baru menjelaskan tentang pengaruh dari tidak terwujudnya sistem identitas

tunggal kependudukan di paragraf keenam. Kata “apabila” pada paragraf di atas

Page 105: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

94

mengandung ungkapan pengandaian tentang keinginan yang belum terpenuhi. Keinginan

yang dimaksud yaitu terkait sistem identitas tunggal kependudukan yang belum

terbangun dengan baik. Selain itu, Kompas berasumsi bahwa sistem identitas tunggal

kependudukan yang belum terbangun merupakan satu-satunya yang menjadi masalah

dalam mengurus paspor, surat izin mengemudi, perpajakan, dan daftar pemilih dalam

pemilu.

“Karena negara dirugikan, anggarannya jadi kurang, aku pun sampe sekarang belum

punya e-KTP, itu kan kerugian-kerugian yang didapat karena proyek ini dikorupsi,

masyarakat lagi yang dirugikan, cita-cita untuk mendapat identitas tunggal

kependudukan dapat? Pasti lama, karena aku juga belum punya, kamu pun belum

punya, kalo seandainya itu sudah punya orang-orang tidak akan berdebat lagi soal

daftar pemilih tetap, setiap pemilu itu kan selalu, DKI itu DPTnya berapa si? Sampe

ada yang bilang kalo penyusunan DPT itu potensinya curang, kalo semua penduduk

itu punya single identity number, semua jadi tahu, nomor sekian-sekian ini masuk

wilayah DKI, yasudah dia masuk wilayah pemiih DKI, karena itu tidak ada, semua

itu jadi kacau, nah salah satu korupsi terbesar di Indonesia itu kasus korupsi e-

KTP.”93

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan adanya pengamatan yang dilakukan oleh

wartawan Kompas mengenai kekacauan daftar pemilih dalam pemilu yang diakibatkan

oleh korupsi e-KTP. Pengamatan tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman yang

ditemui langsung di lapangan. Dalam hal ini salah satu fungsi media massa adalah

sebagai pengamat lingkungan mengenai apa yang terjadi di dunia kepada audience.94

Pada akhirnya, pengamatan yang diperoleh dari pengalaman wartawan kemudian

disajikan dalam bentuk berita.

Causal Interpretation, Kompas hanya menulis satu orang nama yang diduga terlibat

dalam kasus korupsi e-KTP, padahal banyak sekali nama yang diduga terlibat dalam

kasus tersebut.

93

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 94

Ade Armando, et al, Media dan Integrasi Sosial: Jembatan Antar Umat Beragama, (Jakarta: Center For

The Study Of Religion And Culture UIN Syarif Hidayatullah), 2011, h.3

Page 106: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

95

Presiden Jokowi pun meminta KPK mengungkap kasus yang diduga melibatkan

banyak anggota DPR dan pejabat negara, termasuk menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Yasona Laoly.

Dari pemberitaan tersebut terlihat bahwa Kompas memiliki tujuan tertentu dengan

hanya menyebutkan satu nama yaitu Yasona Laoly yang menjabat sebagai Menteri

Hukum dan HAM. Bagaimana perspektif wartawan dalam melihat suatu peristiwa

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan

hendak dibawa kemana berita tersebut.95

Sebelum menjadi menteri, ia juga pernah

menjabat sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara (2005 – 2008).

Berita di atas berjudul “Presiden Bongkar Korupsi KTP-el,” berita ini menyangkut

tentang permintaan Presiden Joko Widodo untuk membongkar kasus korupsi e-KTP.

Sedangkan Yasona Laoly berasal dari partai yang sama dengan Presiden Joko Widodo,

yaitu PDI-P. Artinya, kalimat tersebut menekankan bahwa pengusutan kasus korupsi e-

KTP harus dilakukan dengan adil tanpa tebang pilih. Walaupun kasus tersebut melibatkan

pejabat dari berbagai partai politik termasuk PDI-P. Selain itu pada berita sebelumnya,

Yasona Laoly merupakan salah satu nama yang disebut dalam surat dakwaan terhadap

Irman dan Sugiharto, namun ia membantah telah menerima aliran dana dalam proyek e-

KTP. Hal ini menunjukkan, nama pejabat yang telah disebutkan dalam surat dakwaan

tidak bisa mengelak karena KPK memiliki bukti kuat untuk itu.

Moral Evaluation, nilai moral yang disampaikan oleh Kompas terletak pada sub

headline yaitu, “tak akan ada turbulensi politik.” Menurut KBBI online “turbulensi”

bararti gerak bergolak tidak teratur.96

Turbulensi politik yang dimaksud yaitu kekacauan

politik yang terjadi dalam lingkup pemerintahan. Maksud dari sub headline yang ditulis

95

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media Massa, (Yogyakarta, LKiS, 2011),

h.221. 96

https://kbbi.web.id/turbulensi, diakses pada 26 Oktober 2017

Page 107: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

96

Kompas adalah meski kasus korupsi e-KTP melibatkan banyak nama besar, namun tidak

akan terjadi kekacauan politik. Dengan terjadinya turbulensi politik, maka akan

menghambat pengusutan kasus korupsi e-KTP. Oleh karena itu, Kompas menegaskan

dengan kalimat “tak akan ada turbulensi politik”. Kalimat tersebut disampaikan agar

kasus korupsi e-KTP dapat segera diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Tidak

akan terjadi turbulensi politik juga disampaikan pada pernyataan Jusuf Kalla di paragraf

ketujuh:

Wakil Presiden M Jusuf Kalla, secara terpisah di Jakarta, mengatakan, pengusutan

kasus ini tidak akan menimbulkan keguncangan atau turbulensi politik meski

sejumlah nama politisi dan pejabat disebut menerima aliran dana dari proyek ini.

“Partai-partai pasti ada masalah, tetapi tidak akan terjadi turbulensi. Kalau ketua

DPR yang terkena, banyak orang antre untuk menggantinya. Tidak usah mencari

penggantinya,” ujar Kalla seraya tertawa.

Treatment Recommendation, solusi pertama yang disampaikan oleh Kompas

terletak di paragraf kedelapan.

Kalla mengatakan, kini perhatian publik tertuju pada proses persidangan kasus itu.

“Semua pihak mendukung kasus itu berjalan. Selama proses hukum terbuka, supaya

diketahui semua orang. Selama proses hukumnya benar orang akan setuju itu,”

katanya.

Pernyataan tersebut menunjukkan seharusnya persidangan berlangsung secara

terbuka agar publik bisa mengawal persidangan kasus korupsi e-KTP. Publik berhak

mengetahui karena kasus korupsi e-KTP turut merugikan semua kalangan masyarakat.

Jika sidang korupsi e-KTP tidak bisa disiarkan secara langsung, maka publik tidak bisa

memperoleh informasi akurrat tentang kasus korupsi e-KTP. Padahal fungsi utama media

massa ialah menyebarkan informasi bagi khalayak. Dengan adanya media massa,

berbagai informasi dapat diliput dan disiarkan, baik melalui media cetak, media

Page 108: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

97

elektronik, atau media online.97

Selain itu, media massa juga berfungsi sebagai alat

kontrol sosial, artinya media dapat berperan untuk mengontrol akuntabilitas para

pemimpin. Oleh karena itu penting sekali melibatkan media dalam semua hal baik

sebagai kontrol sosial di masyarakat umum maupun bagi para pemimpin dan pejabat.98

Media massa berfungsi sebagai alat kontrol sosial, publik bisa mengetahui berbagai hal

yang terjadi melalui media massa. Karena sidang e-KTP tidak boleh disiarkan secara

langsung oleh media, KPK diharapkan secepatnya mengusut dalang utama dari kasus

korupsi e-KTP. penyelesaian masalah ini disampaikan pada paragraf ke-11 dan paragraf

ke-12:

Sementara terkait dengan nama-nama politisi dan pejabat negara yang disebut dalam

dakwaan menerima aliaran dana korupsi KTP-el, sejumlah pihak meminta KPK

mengungkap aktor utama kasus tersebut. Ini untuk menjawab keraguan politisi yang

namanya diduga terlibat kasus itu.

Mantan wakil ketua KPK Adnan Pandu Praja mengatakan, KPK harus segera

mengungkap siapa aktor utama kasus ini karena sidang perkara ini tak boleh

disisarkan langsung oleh televisi. Ketertutupan sidang bisa membuat publik tak bisa

mengawal kasus ini.

7. Berita Surat Kabar Harian Kompas Edisi 13 Maret 2017

Judul: Politik Kuasai Anggaran

Tabel 4.7

Problem Identification Kepentingan politik telah menguasai praktik

penganggaran di DPR.

97

Zaenuddin. HM, The Journallist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal.9 98

Ade Armando et al, Media dan Integrasi Sosial: Jembatan Antar Umat Beragama, (Jakarta: Center For

The Study Of Religion And Culture UIN Syarif Hidayatullah), 2011, h.38

Page 109: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

98

Causal Interpretation Akar masalah penganggaran yaitu ada pada partai

politik

Moral Evaluation Total yang dianggarkan negara untuk parpol sekitar Rp

13 miliar per tahun. sementara nilai anggaran yang

dibahas mencapai trilliunan rupiah

Treatment Recommendation 1. Pejabat yang disebut menerima uang dalam

dakwaan perkara korupsi e-KTP, agar

mengundurkan diri dari jabatannya.

2. Pemerintah harus membenahi semua partai politik

di Indonesia terutama dalam pendanaan dan

penganggaran.

Problem Identification, identifikasi masalah yang ditulis dalam berita ini yaitu

mengenai anggaran negara yang dikuasai oleh partai politik, hal tersebut disampaikan

pada lead berikut:

JAKARTA, KOMPAS − Kepentingan politik telah menguasai praktik penganggaran

di DPR. Meski kini DPR tidak lagi berwenang membahas anggaran hingga satuan

tiga, tetap ada celah korupsi, antara lain, lewat lobi saat pembahasan anggaran.

Jika pada berita sebelumnya Kompas membahas tentang peran DPR dalam praktik

korupsi e-KTP. Kali ini pembahasan sedikit meluas, yaitu mengenai campur tangan partai

politik dalam praktik korupsi. Campur tangan partai politik dilakukan melalui kader

partainya yang duduk di kursi DPR. Masalah yang diutarakan dalam berita ini terkait

penganggaran yang dilakukan oleh DPR, pembahasan anggaran tersebut membuat celah

adanya dana yang mengalir ke partai politik.

Page 110: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

99

Selanjutnya, di paragraf kedua, Kompas berusaha mengkritisi “kepentingan politik”

yang menguasai anggaran negara. Kepentingan politik itu pada akhirnya menyebabkan

kepentingan publik untuk memperoleh identitas tunggal kependudukan terabaikan.

“Ini ada proyek namnya e-KTP, e-KTP ini proyek yang seharusnya punya manfaat

bagi seluruh rakyat Indonesia, karena manfaatnya tadi kan kamu bisa punya nomor

induk tunggal kependudukan Indonesia, tapi proyek besar ini dikorupsi, sudah ini

korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis korupsi yang sangat besar, nilai

kerugiannya lebih dari 2 Trilliun”99

Sebagai media professional, Kompas melayani masyarakat dengan hati nurani.

Profesionalisme dalam melayani masyarakat, tujuannya yaitu mengutamakan kepentingan

umum. Dalam pasal 6 UU Pokok Pers No.40/1999 disebutkan, salah satu peran pers

nasional ialah melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum.100

Hal ini sesuai dengan berita yang ditulis oleh

Kompas pada edisi 13 Maret 2017. Dalam beritanya Kompas mengkritik partai politik

yang ternyata menggunakan anggaran negara untuk kepentingan kelompoknya. Kompas

juga menyebut bahwa partai politik adalah “akar masalah” artinya, semua praktik korupsi

yang terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat terjadi di bawah kendali partai politik.

Pembenahan tidak lagi cukup pada penganggaran di DPR, tatapi harus menyentuh

pada akar masalah, yakni pembenahan partai politik. Pasalnya dana yang diperoleh

dari sebagian besar korupsi anggaran di DPR dipakai untuk berbagai macam kegiatan

politik, baik untuk individu rekan politik, maupun partai politik itu sendiri.

Kalimat kedua paragraf di atas Kompas berasumsi bahwa dana anggaran negara

digunakan untuk berbagai kepentingan partai politik. Selain itu, Kompas juga

menyebutkan dana yang diperoleh dari hasil korupsi digunakan untuk berbagai kegiatan

politik. Dari berita tersebut sulit dibedakan apakah yang ditulis oleh wartawan merupakan

99

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 100

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.46-47

Page 111: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

100

suatu fakta atau hanya opini media, sebab paragraf tersebut ditulis tanpa disertai sumber

berita yang jelas. Padahal hal tersebut telah diatur dalam kode etik jurnalistik PWI pasal 3

yaitu, “dalam menyusun suatu berita wartawan Indonesia membedakan kejadian (fakta)

dan pendapat (opini), sehingga tidak mencampur baurkan fakta dan opini tersebut.”101

Causal Interpretation, sumber masalah yang diutarakan Kompas pada berita ini

terletak di paragraf ke-9:

Donal dan Pahala sepakat, akar masalah korupsi anggaran itu terletak pada partai

politik. Terkait dengan hal itu, pemerintah harus membenahi semua partai politik di

Indonesia, terutama dalam pendanaan dan anggaran.

Paragraf di atas jelas disebutkan bahwa, partai politik merupakan akar masalah

terjadinya praktik korupsi anggaran. Namun, penyebab masalah yang ditulis Kompas,

tidak disertai bukti atau fakta pendukung bahwa partai politik benar-benar terlibat dalam

setiap kasus korupsi yang dimaksud pada paragraf tersebut. Kompas hanya menulis

pernyataan yang diutarakan oleh narasumber tanpa menelusuri lebih jauh tentang

kebenarannya. Tugas seorang wartawan ialah mencari sebuah kebenaran melalui fakta

yang benar-benar terjadi di lapangan. Sebab, apa yang disampaikan oleh narasumber

merupakan sebuah opini atau bahkan berpotensi menjadi subjektivitas si sumber berita.102

Menurut Billy Khaerudin, wartawan mempunyai kewajiban untuk menggali fakta

lebih dalam.103

Jika wartawan menulis partai politik sebagai sumber masalah dalam

pemberitaannya, maka wartawan memiliki kewajiban untuk menggali fakta mengenai

keterlibatan partai politik dalam kasus korupsi. Kalau wartawan hanya memberitakan

tentang pernyataan yang disampaikan oleh narasumber, maka wartawan terjebak pada

101

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.101 102

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.78 103

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 112: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

101

realitas psikologis, yaitu apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh individu atau kelompok

dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, wartawan memiliki kecendrungan untuk lebih

suka mengutip pernyataan orang lain, lalu selesai dan diberitakan.104

Seperti yang

terdapat pada paragraf ke-10 berikut:

Kordinator Bidang Korupsi dan Politik Indonesia Corruption Watch Donal Fariz,

Minggu (12/3), saat dihubungi dari Jakarta mengatakan, korupsi pengadaan kartu

tanda penduduk elektronik (KTP-el) tahun 2011-2012 merupakan gambaran nyata

distribusi dana korupsi yang mengalir ke hampir semua parpol di DPR.

Moral Evaluation, pada lead yang telah dibahas sebelumnya Kompas

menyampaikan identifikasi masalah tentang praktik pengusaan yang dilakukan oleh

partai politik. Untuk memperkuat pandangannya, Kompas menyampaikan dalam paragraf

ke-3:

Kordinator Bidang Korupsi dan Politik Indonesia Corruption Watch Donal Fariz,

Minggu (12/3), saat dihubungi dari Jakarta mengatakan, korupsi pengadaan kartu

tanda penduduk elektronik (KTP-el) tahun 2011-2012 merupakan gambaran nyata

distribusi dana korupsi yang mengalir ke hampir semua parpol di DPR.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pernyataan narasumber bukanlah

sebuah fakta melainkan opini berdasarkan apa yang dipercaya dan diyakininya. Paragraf

tersebut menyatakan bukti dari penguasaan anggaran oleh partai politik, yang tercermin

pada praktik korupsi e-KTP. Jika ditelaah kembali, baru dua orang yang ditetapkan

menjadi tersangka yaitu, Irman matan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan

Sipil dan Sugiharto mantan Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

Ditjen Dukcapil Kemendagri. Perlu diingat bahwa kedua orang tersebut bukan dari partai

politik. Dalam surat dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto memang beberapa

disebutkan nama anggota DPR dan partai politik. Namun hal tersebut baru tuduhan yang

104

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.113

Page 113: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

102

dibacakan oleh jaksa penuntut umum yang belum terbukti kebenarannya. Itu artinya,

paragraf ke-3 yang disampaikan pada berita tersebut, tidak sesuai dengan fakta yang

sebenarnya terjadi.

“Wartawan itu kan dituntut bekerja secara profesional dia harus taat pada kaidah-

kaidah jurnalistik, disiplin verifikasi, hanya menulis sesuai fakta yang dia temukan,

mau melakukan cover both side dan sebagainya.”105

Moral evaluation kedua yang disampaikan Kompas terletak di paragraf ke-10:

Total yang dianggarkan negara untuk parpol sekitar Rp 13 miliar per tahun.

sementara nilai anggaran yang dibahas mencapai trilliunan rupiah. “Ini jadi salah satu

faktor mengapa korupsi masih terus terjadi karena kegiatan politik itu membutuhkan

dana yang tidak sedikit,” ucapnya.

Treatment Recommendation, solusi yang disampaikan Kompas dalam berita ini

terletak pada paragraf ke-7:

Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Pahala Nainggolan

mengungkapkan, intervensi DPR ke penganggaran itu masih besar. Pada titik tertentu

dalam penyusunan anggaran, kementrian harus tetap membahasnya dengan DPR.

“Kami masih berpikir bagaimana membuat formulasi penganggaran di pemerintah

pusat agar intervensi DPR ini bisa minimum,” katanya.

Solusi yang disampaikan pada berita tersebut ialah dengan meminimalisir

pembahasan anggaran dengan DPR. Namun solusi yang disampaikan masih berbentuk

wacana yang belum tentu terelisasi. Apa yang disampaikan Nainggolan pada berita

tersebut hanya sebagai peringatan kepada DPR agar tidak melakukan korupsi. Tidak ada

dampak signifikan dari pernyataan, “Kami masih berpikir bagaimana membuat formulasi

penganggaran di pemerintah pusat agar intervensi DPR ini bisa minimum.” Sebab hal

tersebut telah diatur dalam pasal 1, UU APBN tahun 2015 yang berbunyi, “Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN, adalah rencana

105

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 114: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

103

keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat.”106

Artinya semua hal yang terkait dengan anggaran negara harus dibahas dan

disetujui oleh DPR. Pembahasan anggaran oleh DPR juga tidak bisa diminimalisir karena

telah diatur dalam undang-undang, terkecuali jika ada revisi undang-undang APBN.

Belum ada solusi yang bisa ditempuh untuk mengatasi penguasaan anggaran yang terjadi

di DPR seperti yang disampaikan pada paragraf ke-8:

Menurut Pahala, saat ini belum ada alternatif yang bisa ditempuh pemerintah jika

anggaran itu tidak disetujui DPR.

Meminimalisir pembahasan anggaran negara dengan DPR relatif sulit bahkan tidak

mungkin diwujudkan. Oleh karena itu Kompas menyampaikan solusi kedua terkait

dengan masalah tersebut. Solusi ini ditujukan untuk pemerintah, karena pemerintah

memiliki hak mutlak untuk mengatur tata kelola pemerintahan. Kompas menyampaikan

di paragraf ke-9, baris kedua:

Terkait hal itu, pemerintah harus membenahi semua partai politik di Indonesia,

terutama dalam pendanaan dan anggaran.

8. Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas Edisi 14 Maret 2017

Judul: Korupsi Merusak Program KTP-el

Tabel 4.8

Problem Identification Korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik

diduga telah mempengaruhi kualitas ataupun capaian

atas konsep ideal sistem identitas tunggal

106

http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/Publikasi/NK%20APBN/UU%20APBN%202016.pdf,

Diakses pada 4 november 2017.

Page 115: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

104

kependudukan yang dibangun Indonesia.

Causal Interpretation 1. Jika mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi

terbukti melakukan korupsi e-KTP, maka

penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award

(BHACA) yang diperolehnya harus dicabut.

2. Dalam dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto,

Gamawan disebut menerima aliran uang 4,5 juta

dollar AS (atau sekitar Rp 60,7 miliar dengan kurs

rupiah Rp13.500) dan Rp50 juta.

Moral Evaluation 1. Sarana pra sarana pendukung e-KTP rusak

2. Fisik e-KTP yang mudah rusak

Treatment Recommendation 1. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, ia

mengatakan, pembuatan KTP-el bagi 183 juta

penduduk ditargetkan tuntas tahun 2017.

Problem Identification, pada berita ini Kompas berusaha menekankan adanya

pengaruh yang timbulkan akibat terjadinya korupsi e-KTP, yang disampaikan dalam

paragraf pertama:

Korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik diduga telah memengaruhi

kualitas ataupun capaian atas konsep ideal sistem identitas tunggal kependudukan

yang dibangun Indonesia. Dampak dari korupsi pengadaan KTP-el tahun 2011-2012

yang merugikan negara sekitar Rp 2,3 trilliun akan dibuka Komisi Pemberantasan

Korupsi dalam persidangan perkara itu.

Pada berita di atas Kompas berasumsi bahwa korupsi e-KTP memengaruhi

pencapaian atas konsep ideal sistem identitas tunggal kependudukan. Namun Kompas

Page 116: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

105

tidak menjelaskan seperti apa konsep ideal dari sistem identitas tunggal kependudukan.

Jika Kompas menyampaikan identifikasi masalah tentang adanya pengaruh dari capaian

konsep ideal, maka seharusnya Kompas menjelaskan secara lebih rinci tentang konsep

ideal dari sistem identitas tunggal kependudukan yang dimaksud. Seperti apa konsep

ideal yang seharusnya terbangun juga bisa dijadikan sebagai solusi permasalahan pada

berita tersebut.

Dalam paragraf jurnalistik terdapat kalimat penjelas yang berfungsi untuk

menjelaskan ide pokok yang disampaikan oleh wartawan. Kalimat penjelas berusaha

menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih konkrit. Kalimat penjelas

biasanya terletak dalam satu paragraf setelah ide pokok disampaikan.107

Melihat paragraf

pertama berita tersebut, Kompas menyajikan berita dengan satu gagasan pokok namun

tidak disertai kalimat penjelas. Pada kalimat kedua Kompas tidak menyebutkan pengaruh

atau dampak dari korupsi e-KTP, Kompas hanya menyampaikan waktu berlangsungnya

sidang korupsi e-KTP. Dalam wawancara berikut Billy Khaerudin menjelaskan

mengenai cita-cita atau capaian atas sistem identitas tunggal.

“Gini, e-KTP itu digagas agar kita mempunyai single identity number/nomor induk

tunggal untuk siapa pun. Kalo di Amerika nomor induk tunggal itu ada istilahnya

nomor jaminan kesejahteraan sosial, jadi kamu bisa dikenali dengan itu, nomormu

sekian sekian sekian, oh ini si Fatimah nih, catetannya ada, dia punya catetan

kejahatan ga disitu, dia punya catatan perbankan tidak disitu, nomor sekian si

Fatimah ini sudah berhak memilih atau belum. Cita-citanya seperti itu, cita-cita

membuat e-KTP itu tadi, tapi kemudian ada koruptor yang melihat proyek membuat

single identity number ini, proyek membuat nomor identitas tunggal ini bisa

dikorupsi, karena peluangnya banyak.”108

Causal Interpretation, sumber masalah yang disampaikan dalam berita ini dilihat

dari siapa (who). Seperti yang sudah dijelaskan pada berita edisi sebelumnya bahwa

107

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006, h.88 108

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 117: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

106

korupsi e-KTP diduga melibatkan banyak pihak, mulai dari anggota DPR, pejabat

Kemendagri, BUMN, serta pengusaha swasta. Namun pada berita ini Kompas hanya

menyebut satu orang nama yang berasal dari Kemendagri.

Dalam dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto, Gamawan disebut menerima aliran

uang 4,5 juta dollar AS (atau sekitar Rp 60,7 miliar dengan kurs rupiah Rp 13.500)

dan Rp50 juta.

Kasus KTP-el memunculkan desakan agar penghargaan Bung Hatta Anti Corruption

Award (BHACA) yang diterima mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi saat

menjabat Bupati Solok, Sumatera Barat dicabut jika yang bersangkutan terbukti

terlibat dalam kasus itu. (Paragraf ke-6)

Seperti yang sudah dijelaskan pada berita edisi sebelumnya bahwa korupsi e-KTP

diduga melibatkan banyak pihak, mulai dari anggota DPR, pejabat Kemendagri, BUMN,

serta pengusaha swasta. Namun pada berita ini Kompas hanya fokus membahas satu

orang nama yang berasal dari Kemendagri yaitu Gamawan Fauzi. Gamawan diduga

terlibat dalam kasus korupsi e-KTP setelah namanya disebut dalam surat dakwaan yang

dibacakan oleh jaksa penuntut umum. Berbeda dengan nama pejabat lainnya yang juga

disebut dalam surat dakwaan, Gamawan Fauzi merupakan pejabat yang pernah menerima

penghargaan anti korupsi dari Bung Hatta Anti Corruption Award.

Dengan mendapat penghargaan tersebut, Gamawan Fauzi menjadi sorotan media

massa, karena ia merupakan tokoh pejabat yang bersih dari korupsi. Namun saat ini nama

Gamawan mencuat ke publik sebagai terduga korupsi e-KTP. Karena apa saja yang

dikatakan dan dilakukan oleh seorang tokoh selalu menarik perhatian media massa.109

Terlebih lagi jika berita tersebut merupakan pemberitaan yang buruk bagi tokoh yang

diberitakan, seperti pepatah yang mengatakan “ is a good news” Hal tersebutlah yang

109

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.88

Page 118: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

107

menyebabkan Kompas hanya fokus memberitakan tentang satu orang terduga korupsi e-

KTP.

“Nah kalo seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat dalam kasus korupsi, itu

jadi bahan tulisan kita juga.”110

Gamawan tercatat sebagai Bupati Solok periode 1995-2000 dan 2000-2004. Pada

2004 dia mendapat penghargaan BHACA yang merupakan penghargaan bagi pribadi

yang bersih dari praktik korupsi, tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan atau

jabatan, tidak pernah menyuap atau menerima suap, dan berperan aktif menginspirasi

masyarakatnya dalam pemberantasan korupsi.

Pada kalimat tersebut terlihat kalimat sindiran bagi Gamawan fauzi yang diduga

terlibat dalam korupsi e-KTP. Sebagai pejabat yang menerima penghargaan BHACA

seharusnya ia bisa menjaga diri dari praktik korupsi. Dalam paragraf tersebut, Kompas

berusaha menjelaskan bahwa penghargaan yang diperoleh Gumawan Fauzi

diperuntukkan untuk orang-orang yang “bersih dari praktik korupsi, tidak pernah

menyalahgunakan kekuasaan atau jabatan, tidak pernah menyuap atau menerima

suap, dan berperan aktif menginspirasi masyarakatnya dalam pemberantasan

korupsi.”

Moral Evaluation, Kompas memperkuat identifikasi masalah terkait dugaan adanya

pengaruh atas capaian konsep ideal sistem identitas tungal kependudukan dengan

pernyataan yang disamapikan narasumber, pada paragraf kedua sebagai berikut:

Secara terpisah, Ombudsman RI telah menemukan, di beberapa tempat, sarana pra

sarana pendukung KTP-el yang sudah rusak. “Sarana pra sarana rusak, seperti alat

perekam data biometrik di kecamatan dan alat pencetak KTP elektronik di

kabupaten. Kerusakan itu menjadi salah satu kendala mengapa pelayanan KTP

elektronik menjadi lambat,” kata Komisioner Ombudsman RI Ahmad Suaedy, Senin

(13/3), di Jakarta.

110

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 119: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

108

Damapak yang ditimbulkan dari korupsi e-KTP tidak sedikit, salah satunya sarana

pra sarana yang rusak di kecamatan dan kabupaten yang disampaikan pada paragraf di

atas. Pernyataan tersebut ditulis untuk memperkuat identifikasi masalah yang

sebelumnya disampaikan oleh Kompas. Namun dalam berita tersebut tidak disertai foto

mengenai sarana pra sarana yang rusak sebagai bukti atau pelengkap yang disampaikan

dalam berita tersebut. Dalam berita di atas juga tidak disebutkan sarana pra sarana di

daerah mana saja yang sudah rusak.

“Ya Kompas mengemasnya dengan apa? Biar tidak ketinggalan dengan media-media

yang real time memberitakan peristiwa. Ya dengan lebih dalam/lebih lengkap, lebih

dalam dengan cara bukan hanya cover both side tapi juga cover all side.”111

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bagaimana harian Kompas sebagai media

massa cetak tetap bertahan dan berkompetisi dengan media real time, seperti halnya

media online. Cara Kompas dalam menangani hal tersebut, salah satunya yitu menyajikan

berita lebih lengkap dan mendalam dibandingkan dengan media real time lainnya. Namun

melihat berita yang disajikan oleh Kompas, penulis berpendapat, berita yang disajikan

kurang lengkap. Kompas hanya menulis berdasarkan apa yang diucapkan oleh

narasumber tanpa menelusuri lebih lanjut dari kebenaran pernyataan tersebut, seperti

yang terdapat pada paragraf kedua berita di atas.

Di media sosial sejumlah pengguna internet (netizen) mulai mengunggah keluhan

menyangkut KTP-el yang mudah rusak. Sebagian netizen bahkan mengunggah foto

KTP-el yang lapisannya terkelupas.

Tidak jauh berbeda dengan paragraf kedua, pada paragraf ketiga, Kompas

menyampaikan fisik e-KTP yang mudah rusak, berdasarkan unggahan para netizen. Hal

ini juga tanpa didasari fakta pendukung seperti foto/tulisan yang diunggah oleh para

111

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 120: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

109

netizen terkait dengan permasalahan tersebut. menurut Emery, dilihat dari fungsinya, foto

jurnalistik berungsi untuk menginformasikan (to inform) dan meyakinkan (to

persuade).112

Jadi, apabila kalimat yang disajikan dalam sebuah berita berdasarkan

pengamatan langsung yang dilakukan oleh wartawan, hendaknya disertai foto jurnalistik

untuk meyakinkan khalayak bahwa informasi yang disajikan merupakan sebuah fakta.

Treatment Recommendation, solusi yang diberikan dalam pemberitaan ini terletak

pada paragraf terakhir.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, ia mengatakan, pembuatan KTP-el dibagi

183 juta penduduk ditargetkan tuntas tahun 2017. Saat ini tinggal sekitar 9 juta wajib

KTP yang belum memiliki KTP-el. Dengan pertimbangan ini Tjahjo optimis

persoalan KTP-el segera teratasi sehingga dapat disiapkan untuk pemilihan kepala

daerah serentak 2018. “Untuk Pilkada 2018 akan terkejar sehingga hak politik warga

untuk menggunakan hak pilihnya akan terpenuhi,” ucapnya.

Penekanan penyelesaian dalam berita ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri

Tjahjo Kumolo, ia menyampaikan mengenai target pembuatan e-KTP untuk 183 juta

penduduk yang akan tuntas pada 2017. Penyelesaian masalah yang disampaikan dalam

berita tersebut sangat tepat. Karena proyek e-KTP yang dikorupsi berdampak besar bagi

rakyat Indonesia, salah satunya, penduduk wajib KTP yang belum juga mempunyai fisik

e-KTP. Banyak masalah yang ditimbulkan akibat penduduk belum memiliki e-KTP.

Pada berita edisi sebelumnya (12/03), Kompas menyebutkan beberpa masalah yang

ditimbulkan akibat belum memiliki e-KTP, diantaranya masalah dalam mengurus paspor,

perpajakan, pembuatan SIM, dan mengenai daftar pemilih tetap dalam pemilu. Terkait

dengan daftar pemilih tetap dalam pemilu pada berita kali ini Kompas menyampaikan

kembali dalam paragraf terakhir bahwa hak politik rakyat untuk memilih dalam Pilkada

112

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.79

Page 121: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

110

2018 akan terpenuhi. Itu artinya, Kompas menjadikan isu tersebut sebagai faktor

terpenting yang ditonjolkan, dan mendapatkan alokasi penyelesaian lebih besar daripada

masalah lainnya.

“Pasti lama, karena aku juga belum punya, kamu pun belum punya. Kalo seandainya

itu sudah punya orang-orang tidak akan berdebat lagi soal daftar pemilih tetap. Setiap

pemilu itu kan selalu, DKI itu DPTnya berapa si? Sampe ada yang bilang kalo

penyusunan DPT itu potensinya curang. Kalo semua penduduk itu punya single

identity number, semua jadi tahu, nomor sekian-sekian ini masuk wilayah DKI,

yasudah dia masuk wilayah pemiih DKI. Karena itu tidak ada, semua itu jadi kacau,

nah salah satu korupsi terbesar di Indonesia itu kasus korupsi e-KTP.”113

9. Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas Edisi 15 Maret 2017

Judul: Komitmen Elite Dipertanyakan

Tabel 4.9

Problem Identification 1. Presiden Joko Widodo tidak membahas masalah

mengenai dugaan korupsi e-KTP dengan pimpinan

lembaga negara.

2. Pimpinan DPR berencana menggulirkan hak angket

untuk KPK.

3. Kedua hal tersebut menimbulkan pertanyaan terkait

dukungan elite terhadap pemberantasan korupsi,

khususnya dalam korupsi e-KTP.

Causal Interpretation 1. Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan

persoalan KTP-el tidak dibahas dalam pertemuan

anatara Presiden dan pimpinan lembaga negara

113

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 122: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

111

karena tema pertemuan itu mengenai pemerataan

pembangunan.

2. Korupsi e-KTP merupakan korupsi politik bersekala

besar, yang di dalamnya bermain para aktor politisi,

birokrat dan pembisnis. Penyebabnya karena tidak

ada pengawasan yang kuat bagi anggota DPR dan

partai politik.

Moral Evaluation 1. Infografik yang berjudul “Kasus-Kasus Korupsi

Besar”

2. Permintaan Presiden Joko Widodo agar kasus e-

KTP diusut tuntas dalam berita sebelumnya.

Treatment Recommendation 1. Setiap pejabat publik harus memiliki niat tulus

untuk mengemban amanat rakyat dan menjauhi

praktik korupsi.

2. Menurut Azyumardi, pimpinan lembaga yang

terkait dengan penegakan hukum, seperti

Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi,

demi kepentingan bangsa, semestinya

menyampaikan dukungan terhadap pengusutan

kasus KTP-el.

Problem Identification, identifikasi masalah dalam berita ini terdaapat di teras berita

sebagai berikut:

Page 123: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

112

JAKARTA, KOMPAS – dugaan korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik

tak dibahas dalam pertemuan presiden Joko Widodo dengan pimpinan lembaga

negara, Selasa (14/3). Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait dukungan elite

terhadap pemberantasan korupsi, khususnya dalam korupsi KTP-el.

Harian Kompas berpendapat bahwa, dugaan korupsi e-KTP yang tidak dibahas

Presiden Joko Widodo saat pertemuan dengan pimpinan lembaga negara, memunculkan

keraguan terkait dukungan para elite politik terhadap pemberantasan korupsi e-KTP.

Kompas menulis hal tersebut atas dasar permintaan presiden Joko Widodo untuk

membongkar kasus korupsi e-KTP yang disampaikan pada berita sebelumnya yaitu berita

edisi 12 Maret 2017. Namun kenyataannya tidak ada langkah yang diambil oleh presiden

terkait dengan permintaannya tersebut. Penonjolan isu mengenai keraguan kepada elite

politik juga disampaikan Kompas pada paragraf kedua Sebab, pembahasan kasus korupsi

e-KTP saat pertemuan bertujuan agar KPK mendapat dukungan dari para elite dalam

upaya memberantas kasus korupsi e-KTP. Dukungan para elite yang menimbulkan

pertanyaan selanjutnya terkait dengan hak angket DPR kepada KPK yang disampaikan

pada paragraf kedua:

Dukungan elite politik dalam mengungkap kasus korupsi KTP elektronik (KTP-el)

makin dipertanyakan karena pimpinan DPR juga berencana menggulirkan hak angket

terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selain muncul keraguan kepada elite politik, akibat tidak dibahasnya dugaan korupsi

e-KTP oleh presiden saat pertemuan dengan para pemimpin negara. Keraguan terhadap

elite politik yang disampaikan selanjutnya, disebabkan karena rencana hak angket yang

digulirkan DPR kepada KPK. Dalam Pasal 79 ayat 3 Undang-Undang MD3

menjelaskan, “hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

pelaksanaan suatu undang-undang dan atau kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan hal penting, stategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,

Page 124: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

113

berbangsa dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.”114

Jika hak angket DPR kepada KPK terealisasi maka, langkah KPK dalam

memberantas korupsi akan terhambat karena secara otomatis kinerja KPK dalam

memberantas korupsi juga akan terbatas. Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan

lembaganegara yang bersifat independen, menjalankan tugas dan wewenang bebas dari

kekuasaan mana pun. Yang dimaksud dengan “kekuasaan manapun” ialah kekuatan yang

dapat mempegaruhi tugas dan wewenang KPK dalam memberantas korupsi115

Oleh karena itu Kompas menyampaikan penekanan isu bahwa dukungan elite politik

dalam memberantas korupsi “dipertanyakan.” Sebab bukan dukungan yang diperoleh

KPK untuk dapat memberantas korupsi, justru elite politik melakukan intimidasi kepada

KPK dengan menggulirkan hak angket terhadap KPK. Hal ini juga sesuai dengan judul

dalam berita yaitu, “Komitmen Elite Dipertanyakan” komitmen berarti perjanjian atau

keterikatan untuk melakukan sesuatu. Apa yang ditulis Kompas dalam berita ini

menggiring opini publik tentang sikap para elite politik dalam mendukung KPK untuk

mengusut kasus korupsi e-KTP. Bagaimana media massa mengemas berita tentang suatu

peristiwa akan sangat mempengaruhi pemaparan tentang peristiwa tersebut dan pada

akhirnya dapat membentuk opini publik.116

“Yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa mengumpulkan fakta-fakta itu dan

menuliskannya dalam bentuk berita/karya jurnalistik. Setelah dikumpulkan kemudian

ditulis dalam bentuk berita. Selanjutnya publik bisa menilai sendiri alurnya dari

mana. Sehingga publik bisa berkesimpulan bahwa, KTP ini sudah dikorupsi sejak

114

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf, diakses pada 8 Oktober 2017. 115

Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.257. 116

Armando, Ade. et al, Media dan Integrasi Sosial: Jembatan Antar Umat Beragama, (Jakarta: Center For

The Study Of Religion And Culture UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.27

Page 125: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

114

awal, siapa saja yang mengkorupsi sejak awal itu, dari proses penganggaran, siapa

yang terlibat dari proses penganggaran.”117

Causal Interpretation, sumber masalah yang disampaikan pada berita ini adalah

tidak dibahasnya masalah korupsi e-KTP dalam pertemuan Presiden Joko Widodo

dengan para pimpinan lembaga negara. Penyebab tidak dibahasnya masalah korupsi e-

KTP dalam pertemuan tersebut dijelaskan pada paragraf ke-5:

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan persoalan KTP-el tidak dibahas

dalam pertemuan anatara Presiden dan pimpinan lembaga negara karena tema

pertemuan itu mengenai pemerataan pembangunan.

Walaupun Kompas memiliki pandangan negatif tentang elite politik mengenai

masalah tidak dibahasnya korupsi e-KTP dalam pertemuan antara presiden dengan

pimpimnan lembaga negara. Namun Kompas tetap melakukan cover both side dengan

meminta klarifikasi dari para elite terkait masalah tersebut. Dengan memberitakan dari

kedua sisi yaitu, pro dan kontra, maka berita yang disajikan akan berimbang. Sebab fakta

yang disajikan dalam bentuk berita merupakan realitas kedua yang dikonstruksi melalui

interpretasi wartawan.

“Ya Kompas mengemasnya dengan apa? Biar tidak ketinggalan dengan media-media

yang real time memberitakan peristiwa. Ya dengan lebih dalam/lebih lengkap, lebih

dalam dengan cara bukan hanya cover both side tapi juga cover all side.”118

Setelah menyampaikan penyebab masalah dari sisi apa (what), selanjutnya Kompas

menyampaikan penyebab masalah dari sisi siapa (who), yang terdapat dalam paragraf ke-

13:

“Kami menyebutnya sebagai korupsi politik, yang di dalamnya bermain para aktor

politisi, birokrat dan pembisnis. Mengapa ini bisa terjadi? Karena kita belum punya

117

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 118

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 126: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

115

pengawasan yang kuat untuk para anggota DPR dan partai politik” tutur Sekertaris

Jendral Transperency International Indonesia Dadang Trisasongko.

Seperti yang telah disampaikan pada analisis berita sebelumnya, bahwa yang menjadi

akar masalah dari kasus korupsi e-KTP ialah permainan partai politik. Partai politik yang

duduk menjadi anggota DPR merupakan celah terjadinya praktik korupsi. Berita yang

disajikan oleh Kompas tentang kasus korupsi e-KTP saling terkait satu sama lain, seperti

pada paragraf di atas yang sebelumnya pernah dibahas secara detail dalam berita edisi 13

Maret 2017, yang berjudul “Politik Kuasai Anggaran.” Hal ini juga terlihat bahwa

Kompas ingin menonjolkan isu tertentu yaitu peran aktor politik dalam praktik korupsi

eKTP. Pada berita ini Kompas juga menjalankan salah satu fungsinya sebagai media

massa yaitu mengawasi dan mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif,

agar tidak terjadi kekuasan yang penuh dengan prktik korupsi dan absolut.119

Moral Evaluation, pada berita edisi 15 Maret 2017 harian Kompas menyertakan info

grafik yang sangat menarik, dan disertai dengan gambar animasi dengan judul “Kasus-

Kasus Korupsi Besar.”

Info grafik yang disajikan oleh Kompas berisi tentang rentetan korupsi besar yang

pernah terjadi di Indonesia. Kompas menyebutkan rentetan korupsi berdasarkan tahun

kejadian berlangsungnya korupsi yang dimulai dari tahun 1989-2012. Korupsi pertama

yang disebutkan yaitu korupsi bantuan likuiditas Bank Indonesia yang terjadi pada tahun

1989, yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 138,44 trilliun. Kedua, tahun 2008-

2009 terjadi korupsi pemberian dana talangan untuk Bank Century, kerugian negara

hingga Rp 8 trilliun.

119

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.33

Page 127: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

116

Korupsi ketiga terjadi pada tahun 2010-2012, yaitu korupsi sarana olahraga terpadu

di Hambalang, Bogor, yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 464,5 miliar.

Korupsi keempat, korupsi kuota haji yang terjadi pada tahun 2010-2013, kerugian negara

Rp 27,2 miliar. Kelima, korupsi mafia pajak yang terjadi pada tahun 2010 yang

menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 1 trilliun. Keenam, proyek pengadaan

simulator mengemudi roda 2 dan roda 4, kerugian negara sebesar Rp 121 miliar. Ketujuh,

pada tahun 2011-2012 terjadi korupsi pengadaan KTP elektronik yang merugikan negara

hingga Rp 2,31 triliun.

Jika dilihat kembali korupsi e-KTP merupakan kasus korupsi terbesar ketiga yang

pernah terjadi di Indonesia, setelah korupsi Bank Indonesia dan korupsi Bank Century.

Itulah sebabnya, Kompas meragukan komitmen elite, karena tidak dibahasnya kasus

korupsi e-KTP oleh presiden Joko Widodo. Padahal korupsi e-KTP bukan korupsi biasa

yang bersekala kecil, melainkan korupsi dalam sekala besar, dengan kerugian negara

yang sangat besar hingga Rp 2,31 trilliun.

“Saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun itu berapa banyak, nanti kalo menulis

skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek berapa kerugian korupsi e-KTP, biar

pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa besarnya korupsi e-KTP, kamu

gambarin aja Rp2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si. Caranya apa misalkan, kamu bisa

lihat penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk di bawah garis

kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa, anggaplah penduduk yang di bawah

garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma Rp 10.000. Ada berapa juta itu orang,

dibagi aja dengan duit Rp 2,3 trilliun tadi, dapet berapa itu? Bisa meningkatkan

kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba gambarkan seperti itu, itu kan

menarik.”120

Moral evaluation kedua, Kompas memperkuat pokok pikiran dalam berita ini dengan

melihat record berita sebelumnya. Dalam berita ini, masalah yang disampaikan menenai

120

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 128: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

117

pertemuan Presiden Jokowi dengan pimpinan lembaga negara, Jokowi malah tak

membahas mengenai dugaan korupsi e-KTP dengan para elite politik. Padahal pada berita

sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan untuk membongkar kasus korupsi e-KTP.

inilah yang menyebabkan timbulnya pertanyaan dukungan para elite politik terhadap

pemberantasan korupsi. Berikut moral evaluation disampaikan Kompas pada paragraf ke-

8:

Permintaan agar kasus KTP-el diusut tuntas disampaikan Presiden pada 11 Maret

atau empat hari lalu. “Sekarang jadi bubrah semua gara-gara anggaran dikorupsi.

Habis hampir Rp 6 trilliun, jadinya KTP yang dulu kertas sekarang jadi pelastik,

sistemnya juga belum benar,” ujar Presiden (Kompas, 12/3)

Dari berita tersebut terlihat bahwa Presiden Joko Widodo tidak konsisten mendukung

KPK dalam memberantas kasus korupsi e-KTP. Awalnya Presiden lah yang meminta

KPK untuk mengusut tuntas kasus korupsi e-KTP. Namun, pernyataan Presiden pada saat

itu, berbanding terbalik dengan sikap presiden yang enggan membahas masalah korupsi

e-KTP dengan para pimpinan lembaga negara. Padahal pertemuan tersebut merupakan

saat yang tepat agar KPK memperoleh dukungan dari para elite untuk memberantas

korupsi e-KTP. Pemberantasan korupsi e-KTP harus memperoleh banyak dukungan,

mengingat korupsi tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap publik.

“Ini ada proyek namnya e-KTP, e-KTP ini proyek yang seharusnya punya manfaat

bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena manfaatnya tadi kan kamu bisa punya nomor

induk tunggal kependudukan Indonesia, tapi proyek besar ini dikorupsi. Sudah ini

korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis korupsi yang sangat besar, nilai

kerugiannya lebih dari 2 Trilliun.”121

Treatment Recommendation, solusi permasalahan yang disampaikan dalam berita

ini terdapat pada paragraf ke 6:

121

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 129: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

118

Menurut Azyumardi, pimpinan lembaga yang terkait dengan penegakan hukum,

seperti Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, demi kepentingan bangsa,

semestinya menyampaikan dukungan terhadap pengusutan kasus KTP-el.

Mahkamah Agung merupakan pengadilan tertinggi dan pengadilan kasasi yang

bertugas menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang

diajukan kepadanya, seperti yang tercantum dalam pasal 2 ayat (1), UU No.14 Tahun

1970. Sedangkan, Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia, yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-

sama dengan mahkamah agung. Peran Mahkamah Konstitusi ialah mengharmoniskan

hubungan antara lembaga negara yang sering berbenturan.122

Jadi solusi permasalahan

yang tulis oleh Kompas berdasarkan pernyataan Azyumardi Azra pada paragraf ke-8,

merupakan solusi yang tepat. Sebab, Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung

merupakan lembaga pengadilan tertinggi yang berwenang memberikan putusan perkara

termasuk perkara mengenai hak angket KPK. Hak angket untuk KPK nantinya akan diuji

oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, oleh karena itu dukungan untuk KPK

dari kedua lembaga tersebut sangat penting.

Setiap pejabat publik, lanjut Meutia, harus memiliki niat tulus untuk mengemban

amanat rakyat dan menjauhi praktik korupsi. Tiadanya kesungguhan untuk mengabdi

kepada rakyat jadi salah satu penyebab elite politik tersangkut korupsi.

Solusi yang disampaikan Kompas selanjutnya yaitu pernyataan Meutia Hatta pada

paragraf ke-11. Pernyataan tersebut berisi sebuah nasihat yang ditujukan untuk para

pejabat agar tidak terjebak dalam praktik korupsi. Berita yang disampaikan pada paragraf

di atas berkesinambungan dengan berita edisi 14 Maret 2017 yang disajikan Kompas

sebelumnya. Pembahasan berita tersebut mengenai salah satu pejabat yang mendapat

122

Page 130: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

119

penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award. Namun pejabat yang mendapatkan

penghargaan tersebut justru diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP.

10. Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas Edisi 16 Maret 2017

Judul: Jangan Halangi Langkah KPK

Tabel 4.10

Problem Identification 1. Perjuangan memberantas korupsi di Indonesia masih

panjang dan membutuhkan dukungan masyarakat.

2. Upaya meyerang balik gerakan pemberantasan

korupsi terlihat dari upaya mendorong kembali

revisi Undang-Undang KPK, ditengah upaya KPK

dalam memberantas korupsi e-KTP

Causal Interpretation 1. DPR menilai ada yang tidak beres dalam pengusutan

kasus korupsi e-KTP hingga muncul wacana untuk

menggunakan hak angket untuk KPK.

2. KPK melayangkan permohonan pencegahan

berpergian ke luar negeri pada Direktorat Jenderal

Imigrasi, Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia, untuk sembilan orang, yang terdiri atas

dua orang terdakwa dan tujuh orang saksi perkara

korupsi e-KTP.

Moral Evaluation 1. Korupsi jadi ancaman terbesar

Page 131: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

120

2. Dukungan untuk KPK dari para tokoh akademisi

Treatment Recommendation 1. Ketua KPK Agus Rahardjo, berharap jangan ada

upaya untuk menghalangi langkah KPK dalam

mengungkap kasus korupsi

2. Gerakan para akademisi diharapkan mampu

memberikan suntikan semangat bagi KPK.

3. Pengadaan blangko KTP-el yang tertunda beberapa

bulan terakhir akan kembali berjalan.

Problem Identification, identifikasi masalah yang disampaikan oleh Kompas pada

berita ini terdapat pada lead berita berikut:

JAKARTA, KOMPAS − Perjuangan memberantas korupsi di Indonesia masih

panjang dan membutuhkan dukungan masyarakat. Dukungan itu makin penting

ditengah munculnya upaya sebagian elite politik melawan balik upaya Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam membongkar kasus korupsi.

Lead pada berita di atas termasuk ke dalam jenis contrast lead atau teras berita

kontras. Teras berita kontras umumnya lebih banyak terjadi pada peristiwa yang bersifat

negatif atau bertentangan dengan apa yang seharusnya terjadi.123

Pada berita tersebut

menunjukkan seharusnya para elite politik mendukung KPK dalam upaya memberantas

kasus korupsi. Namun kenyataannya, para elite politik justru menyerang dan menghambat

kinerja KPK dalam upaya memberantas korupsi.

Kalimat tersebut juga menghimbau masyarakat untuk turut berperan aktif

mendukung KPK. Melihat sikap dari para elite politik yang justru menyerang KPK, kalau

123

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.138

Page 132: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

121

bukan masyarakat yang antusias mendukung KPK untuk memberantas kasus korupsi, lalu

siapa lagi yang akan mendukung KPK. Sebab tugas KPK dalam memberantas korupsi

masih membutuhkan perjuangan panjang. Perjuangan yang dimaksud bukan hanya pada

kasus korupsi e-KTP, akan tetapi pada kasus korupsi selanjutnya yang harus diselidiki

dan dibongkar oleh KPK. Jika upaya KPK dalam memberantas korupsi terhambat, maka

upaya Indonesia untuk menjadi negara maju juga akan terhambat.

“Apa yang menghambat Indonesia tidak sejahtera? Apa yang menghambat

Indonesia tidak maju? Salah satunya itu karena korupsi, korupsi itu dilakukan oleh

penyelenggara negara, pejabat, penegak hukum, bahkan oleh pihak swasta,

pengusaha dan sebagainya. Kalo kamu percaya bahwa Indonesia ini kaya raya,

sumber dayanya melimpah. Indonesia itu punya pra syarat, Indonesia itu punya

prasyarat untuk jadi negara yang maju. Sama seperti negara-negara Eropa Barat,

sama seperti Amerika Serikat, semuanya punya, prasyaratnya apa? Sistem ketahanan

negara kita berdasarkan demokrasi. Demokrasi itu memungkinkan semua orang

setara, berhak memilih maupun dipilih.”124

Problem identification kedua yang disampaikan berita ini terdapat pada paragraf

kedua:

Upaya meyerang balik gerakan pemberantasan korupsi terlihat dari upaya

mendorong kembali revisi Undang-Undang KPK, ditengah upaya komisi tersebut

mengungkap korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik yang menyeret

sejumlah nama politisi.

Kompas berpendapat bahwa revisi Undang-Undang KPK merupakan serangan balik

yang dilakukan oleh para elite politik yang bertujuan untuk melemahkan KPK. Revisi

Undang-Undang KPK baru disosialisasikan setelah adanya pengusutan kasus korupsi e-

KTP yang melibatkan banyak nama besar. Namun pada dasarnya apa yang disampaikan

pada berita bukan lah realitas tangan pertama, melainkan realitas tangan kedua yang

sudah dikonstruksi sesuai dengan cara pandang media itu sendiri.125

Intervensi atau

124

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017. 125

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.74

Page 133: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

122

campur tangan media terhadap suatu fakta, secara spontan dapat menggiring opini publik

sesuai dengan perspektif atau cara pandang wartawan yang menulis berita tersebut,

seperti yang terdapat pada berita di paragraf kedua.

Causal Interpretation, penyebab masalah yang disampaikan Kompas pada berita ini

terdapat di paragraf kedua:

DPR juga menilai ada hal yang tidak beres dalam pengusutan kasus KTP-el sehingga

muncul wacana penggunaan hak angket untuk KPK.

Dalam berita ini, Kompas menyebutkan penyebab masalah dari aspek apa (what).

Nampak dengan jelas bahwa penyebab masalah yang ditimbulkan dalam peristiwa ini

ialah wacana penggunaan hak angket untuk KPK. Judul dalam berita ini adalah “Jangan

Halangi Langkah KPK” dengan kata lain, hak angket yang diwacanakan oleh DPR untuk

KPK merupakan upaya untuk menghalangi langkah KPK dalam memberantas kasus

korupsi. Dari kalimat tersebut terdapat kata “DPR juga menilai ada hal yang tidak beres

dalam pengusutan kasus KTP-el” namun, dalam hal ini Kompas tidak menjelaskan lebih

lanjut mengenai „apa‟ hal yang tidak beres, yang dimaksud oleh DPR.

Jika demikian maka, Kompas hanya memberitakan apa yang menjadi perspektifnya

dalam melihat suatu peristiwa. Sehingga Kompas lebih menonjolkan aspek tertentu dan

menghilangkan aspek yang lain. Aspek tertentu yang ditonjolkan yaitu, KPK merupakan

korban dari adanya wacana hak angket DPR untuk KPK, karena hak angket untuk KPK

bertujuan menghalangi KPK dalam memberantas kasus korupsi e-KTP. Oleh sebab itu

KPK berhak memperoleh dukungan dari semua kalangan terkait dengan hak angket yang

akan menghambat kinerja KPK sebagai lembaga independen. Sedangkan aspek yang

dihilangkan yaitu mengenai tidak dibahasnya lebih lanjut alasan DPR melakukan hak

Page 134: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

123

angket untuk KPK. Cara kerja KPK dibagian mana yang dianggap tidak beres oleh DPR.

Sehingga publik dengan sendirinya dapat mengangambil kesimpulan, tentang mana yang

benar dan mana yang salah.

“Kita tidak bisa kemudian ikut menjadi hakim, itu namanya nanti jadi trail by

press. Yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa mengumpulkan fakta-fakta itu dan

menuliskannya dalam bentuk berita/karya jurnalistik. Setelah dikumpulkan kemudian

ditulis dalam bentuk berita. Selanjutnya publik bisa menilai sendiri alurnya dari

mana.”126

Setelah menyampaikan penyebab masalah dari aspek apa (what), selanjutnya

Kompas menyampaikan penyebab masalah dari aspek siapa (who) pada paragraf ke-15

dan paragraf ke-16.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuturkan, dari Sembilan orang itu, dua orang

diantaranya adalah terdakwa dalam perkara ini yaitu, mantan Dirjen Dukcapil

Kemendagri Irman serta Mantan Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi

Kependudukan Ditjen Dukcapil Sugiharto. Tujuh orang lainnya kini berstatus

sebagai saksi. Surat permohonan pencegahan pertama sudah dilayangkan September

2016.

Saksi yang dicegah ke luar negeri antara lain Isnu Edhi Wijaya (Ketua Konsorsium

Percetakan Negara RI), Anang Sugiarna (Direktur Utama PT Quadra Solution) dan

Andi Agustinus alias Andi Naronggong (pengusaha rekanan Kemendagri).

Pada berita tersebut terlihat adanya penetapan saksi yang akan menjadi tersangka

karena para saksi tersebut dilaranng untuk berpergian ke luar negeri. Disebutkan bahwa

yang dilarang berpergian ke luar negeri berjumlah Sembilan orang, Dua orang

diantaranya ialah tersangka dan tujuh diantaranya berstatus saksi. Namun pada paragraf

berikutnya Kompas hanya menyebutkan tiga orang saksi yaitu Isnu Edhi Wijaya, Anang

Sugiarna dan Andi Agustinus. Kompas tidak menyebutkan nama empat orang saksi

lainnya. Jika demikian maka ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama Kompas tidak

126

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 135: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

124

memperoleh data mengenai hal tersebut. Kemungkinan kedua, Kompas dengan sengaja

tidak menyebut siapa saksi yang dilarang untuk berpergian ke luar negeri. Nampak

dengan jelas bahwa ada isu tertentu yang ditonjolkan dan sebagian isu yang lain

dihilangkan, sehingga khalayak lebih mengingat aspek apa yang sengaja ditonjolkan oleh

media.127

Moral Evaluation, pada elemen ini Kompas meperkuat penonjolan dengan

pernyataan para akademisi yang mendukung upaya KPK dalam memberantas kasus

korupsi. Kompas memperkuat argumentasimelalui pernyataan akademisi sebagai berikut:

Rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Mohammad Nasih menilai, masyarakat

perlu menunjukkan sikap untuk melawan pelemahan terhadap KPK. Dengan

demikian kelompok yang ingin melemahkan upaya pemberantasan korupsi akan

gentar.

Akademisi yang pernyataannya ditulis pertama yaitu Rektor Universitas Airlangga,

Mohammad Nasih, ia berpendapat bahwa masyarakat tidak boleh diam saja melihat KPK

dilemahkan, harus ada aksi penolakan terkait dengan hak angket untuk KPK. Dengan

demikian, anggota DPR atau para elite politik yang sengaja ingin melemahkan kinerja

KPK akan takut dengan aksi perlawanan dari semua kalangan masyarakat, khusunya

kalangan masyarakat sipil dan akademisi. Seperti yang terdapat pada paragraf ke-4

berikut:

Sikap ini, lanjut Mohammad Nasih, terutama perlu ditunjukkan oleh kelompok

masyarakat sipil dan akademisi yang memiliki posisi tawar tinggi, idealis dan

disegani masyarakat. “KPK bukan lembaga yang sendirian. KPK selalu didukung

masyarakat”

Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Firmanzah menambahkan, publik masih

percaya dengan komitmen KPK memberantas korupsi. Perguruan tinggi mendukung

127

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media , (Yogyakarta: LKiS, 2011), h.221

Page 136: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

125

upaya-upaya memberantas korupsi, baik yang dilakukan oleh KPK, Polri, maupun

kejaksaan.

Argumen penguat lainnya disampaikan oleh Firmanzah, Rektor Unversitas

Paramadina, Jakarta. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Muhammad nasih

sebelumnya, Firmanzah berpendapat bahwa masyarakat percaya terhadap janji KPK

dalam upaya memberantas korupsi. Para akademisi yang berada di tingkat perguruan

tinggi pada khususnya akan mendukung penuh upaya KPK untuk memberantas korupsi.

Namun menurut Rektor Universitas Negeri Walisongo, Semarang, Muhibbin, peran

akademisi dalam memutus mata rantai korupsi kian masif dan lemah. Perlawanan

terhadap korupsi tidak cukup dengan teori dan imbauan, tetapi harus dengan gerakan

nyata. “Selama ini akademisi diam, perguruan tinggi belum muncul. Sudah saatnya

berbicara,” katanya.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Firmanzah dan Mohammad Nasih, Rektor

Universitas Islam Negeri Walisongo, Muhibbin berpendapat selama ini akademisi hanya

diam, peran akademisi melawan korupsi semakin lemah dan tak berpengaruh. Kini

saatnya para akademisi berbicara, bukan lagi bicara tentang teori dan himbauan, akan

tetapi dengan gerakan nyata.

Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkarya, Franz Magnis Suseno, menambahkan,

masyarakat luas harus menuntut pemberantasan korupsi melalui kritik di media

ataupun gerakan-gerakan masyarakat sipil. Pasalnya korupsi merupakan ancaman

terbesar bagi kesatuan dan ketahanan bangsa.

Dukungan terakhir disampaikan oleh Magnis Suseno, ia berpendapat bahwa

masyarakat harus aktif mendukung KPK dalam upaya memberantas korupsi. Menurut

Franz, korupsi merupakan ancaman terbesar bagi kesatuan dan ketahanan bangsa. Hal

tersebut lah yang dijadikan sebagai sub headline oleh Kompas. Dengan sub headline

“korupsi merupakan ancaman” Kompas berusaha menggiring opini publik agar

masyarakat turut berperan aktif mendukung KPK dalam upaya memberantas korupsi.

Page 137: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

126

“Problemnya tadi, korupsi, korupsi itu mempengaruhi semua lini kehidupan, semua

lini penyelenggaraan negara, semua lini pelayanan publik.”128

Treatment Recommendation, sesuai dengan identifikasi masalah sebelumnya,

mengenai dukungan terhadap KPK dan hak angket untuk KPK, solusi permasalahan

pertama yang disampaikan dalam berita ini terkait dengan hal tersebut, yang terdapat

pada paragraf ke-

Terkait dengan hal ini Ketua KPK Agus Rahardjo berharap jangan ada upaya untuk

mennghalangi langkah KPK dalam mengungkap kasus korupsi. “saya pesan setiap

ada penetapan, kok, dibelain. Itu mungkin kurang tepat, mari kita dan bangsa ini

bersama-sama menghilangkan korupsi dari negara kita. Jadi langkah-langkah KPK

jangan dihalangi seperti itu,” kata Agus, rabu (15/3), di Jakarta.

Pernyataan yang disampaikan oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, merupakan nasihat

sekaligus sindiran bagi anggota DPR yang justru menghalangi langkah KPK dalam upaya

memberantas korupsi. Seperti yang dijelaskan pada elemen sebelumnya, bahwa DPR

berencana menggulirkan hak angket untuk KPK yang bertujuan melemahkan dan

menghalangi langkah KPK. Agus menghimbau kepada pihak-pihak tertentu agar tidak

membela terduga korupsi dan tidak menghalangi langkah KPK dalam upaya

memberantas korupsi.

Budaya anti korupsi tidak hanya disuarakan di kelas-kelas bersama mahasiswa, tetapi

juga di lingkungan sekitar. Gerakan para akademisi diharapkan mampu memberikan

suntikan semangat bagi KPK.

Paragraf tersebut berkaitan dengan gerakan nyata yang disuarakan oleh para

akademisi untuk mendukung KPK dalam upaya memberantas korupsi. Dalam peragraf di

atas, Kompas berupaya untuk mendukung penuh KPK serta memberikan semangat bagi

KPK, dengan cara mencari, mengolah dan menyebarkan informasi dalam bentuk berita

128

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 138: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

127

mengenai gerakan para akademisi dalam mendukung KPK. Solusi selanjutnya yang

disampaikan oleh Kompas terdapat pada paragraf ke-

Di tengah proses hukum kasus KTP-el, Kemendagri optimis proses pengadaan

blangko KTP-el yang tertunda selama beberapa bulan terakhir akan kembali berjalan.

Sudah ada perusahaan pemenang pengadaan 7 juta blangko KTP-el.”Pemenang

sudah ditetapkan Unit Layanan Pengadaan Kemendagri,” kata Dirjen Dukcapil

Kemendagri Zu dan Arif Fakhrulloh.

Dampak dari korupsi e-KTP salah satunya ialah ada sekitar 9 juta penduduk wajib

KTP, namun belum memiliki fisik e-KTP. Solusi pada berita ini sangat tepat, karena

dapat menjawab masalah yang kini sedang dialami oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia. Kalimat di atas juga memberikan harapan kepada masyarakat bahwa kendala

dari program e-KTP akan segera terselesaikan. Pada berita edisi sebelumnya, Kompas

juga telah menjelaskan dampak dari korupsi e-KTP yaitu sulitnya mengurus surat izin

mengemudi, perpajakan, perbankan, dan daftar pemilih tetap dalam pemilu.

“Siapa yang dirugikan? Negara, karena negara dirugikan, anggarannya jadi kurang,

aku pun sampe sekarang belum punya e-KTP. Itu kan kerugian-kerugian yang

didapat karena proyek ini dikorupsi, masyarakat lagi yang dirugikan. Cita-cita untuk

mendapat identitas tunggal kependudukan dapat? Pasti lama, karena aku juga belum

punya, kamu pun belum punya. Kalo seandainya itu sudah punya orang-orang tidak

akan berdebat lagi soal daftar pemilih tetap.”129

11. Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas Edisi 17 Maret 2017

Judul: Pembagian Uang Mulai Terkuak

Tabel 4.11

Problem Identification Dalam sidang kedua yang berlangsung di pengadilan

129

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 139: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

128

tindak pindana korupsi, pembagian uang dalam proyek

e-KTP mulai terkuak Ketua DPR Setya Nobanto pun

disebut ikut andil dalam berjalannya proyek senilai Rp

5,9 triliun yang merugikan negara Rp 2,3 triliun ini.

Causal Interpretation Kesaksian Diah Anggraeni dalam sidang perkara e-

KTP

Moral Evaluation Infografik tentang kutipan dari sejumlah saksi

Treatment Recommendation KPK: Saksi Wajib Bicara Benar

Problem identification, identifikasi masalah yang ditulis dalam berita ini terdapat

pada lead berikut:

JAKARTA, KOMPAS − Adanya pembagian uang ke beberapa pihak dalam proyek

pengadaan kartu tanda penduduk elektronik 2011-2012 mulai terkuak. Ketua DPR

Setya Novanto pun disebut ikut andil dalam berjalannya proyek senilai Rp 5,9 triliun

yang merugikan negara Rp 2,3 triliun ini.

Pada berita di atas nampak dengan jelas bagaimana perspektif wartawan dalam

melihat suatu peristiwa. Berita tersebut membahas mengenai proses persidangan perkara

e-KTP di Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi. Namun, dari sekian banyak nama

yang disebutkan dalam persidangan perkara korupsi e-KTP, hanya ada satu nama yang

ditulis dalam teras berita yaitu Ketua DPR Setya Novanto. Penyebutan nama Setya

Novanto disebabkan karena, ia merupakan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode

2014-2019. Hal ini sangatlah bertentangan dengan tanggung jawab yang semestinya

diemban oleh ketua DPR sekaligus tokoh politik yang harusnya mewakili hati nurani

rakyat, namun kenyataannya ia malah diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP.

Page 140: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

129

Penempatan nama Setya Novanto pada lead tersebut merupakan cara bagaimana

media mengkonstruksi suatu pemberitaan dengan menonjolkan aspek tertentu. Jika dilihat

kembali lead di atas merupakan jenis who lead, yang dipilih atas dasar pertimbangan

unsur siapa dalam sebuah peristiwa. Unsur „siapa‟ memiliki nilai berita lebih tinggi

dibandingkan dengan unsur-unsur lain seperti, apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan di

mana.130

Oleh sebab itu, berita dipenuhi dengan informasi mengenai orang-orang penting

dan para tokoh. Ada pepatah mengatakan jika “anjing menggigit orang” bukanlah sebuah

berita, akan tetapi jika “orang menggigit anjing” barulah dianggap sebuah berita. Namun,

menurut Nuruddin, dalam karya bukunya “Jurnalisme Masa Kini” pepatah tersebut tidak

relevan lagi, sebab jika “anjing menggigit pejabat/artis” akan memiliki nilai berita yang

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan “Joko menggigit anjing.”131

“Karena e-KTP dikorupsi pengaruhnya apa? Itu juga kita tulis, sejauh mana kasus ini

mempengaruhi secara politik karena ternyata melibatkan nama-nama besar DPR.

DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu kan tokoh kalo kita menulis berita kan kita

cenderung memilih siapa narasumbermu? Narasumber yang dipilih itukan biasanya

dipilih berdasarkan beberapa kritria. Salah satu kriteria pemilihan narasumber itu kan

tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih menjadi narasumber. Nah kalo

seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat dalam kasus korupsi, itu jadi bahan

tulisan kita juga.”132

Causal Interpretation, sebagian besar paragraf yang terdapat dalam berita ini

merupakan penyebab masalah yang disajikan oleh Kompas. Pada persidangan kedua

perkara korupsi e-KTP ada empat orang saksi yang dimintai keterangan pada saat itu.

keempat orang saksi tersebut antara lain, Gamawan Fauzi, Chairuman Harahap, Diah

Anggraini dan Winata Cahyadi. Kompas menulis keterangan pertama dari Diah

Anggraeni dalam paragraf kedua dan ketiga:

130

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006, h.129 131

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, Jakarta: PT Radja Grafindo Perkasa, 2009, h.169 132

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 141: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

130

Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (16/3),

mantan Sekertaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Diah

Anggraini mengaku menerima kiriman uang dari Direktur Jenderal Kependudukan

dan Catatan Sipil Kemendagri (saat itu) Irman sebesar 300.000 dollar Amerika

Serikat dan 200.000 dollar AS dari pengusaha Andi Agustinus atau Andi

Naronggong.

Sebelum pemberian uang itu Diah diberi tahu Irman mengenai pembagian besaran

jatah. “akhir 2013 kami dihubungi Irman. Dikatakan ada sedikit rezeki. Namun kami

tidak pernah tanya asal usulnya. Pembagian ada 7, yaitu ada 3 untuk beliau (Irman),

3 untuk saya, 1 untuk Giharto (Sugiharto),” kata Diah dalam persidangan yang

dipimpin Ketua Majelis Hakim, John Halasan Butarbutar.

Pada berita ini Kompas hanya menjelaskan apa yang terjadi saat persidangan

berlangsung. Kompas menulis berita tersebut dengan detail sesuai dengan urutan

peristiwa yang terjadi. Pada berita itu, dijelaskan alur cerita terjadinya praktik korupsi e-

KTP menurut keterangan para saksi. Melalui alur yang ditulis oleh Kompas publik dapat

menilai dan menentukan sendiri dalang dari pertik kotor ini. Sepeti yang dijelaskan dalam

wawancara pribadi berikut:

“Pertama, pasti faktanya kan? Faktanya apa? Bahwa telah terjadi korupsi. Terus

korupsinya seperti apa? Mungkin soal modusnya, modus korupsinya. Dari

pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh para koruptor, dari bagaimana para

tersangka korupsi ini merancang korupsi, sampai kemudian siapa para pelakunya,

siapa tersangkanya. Yang kedua, karena ini kasus besar membawa dampak tidak?

Karena e-KTP dikorupsi pengaruhnya apa? Itu juga kita tulis.”133

Sebagai media massa, Kompas telah menjalankan fungsinya dengan memberikan

informasi secara lengkap dan akurat.134

Peran media massa sangat penting sebagai alat

perpanjangan indra manusia, maksudnya melalui media massa khalayak dapat

mengetahui semua informasi dengan cepat dan lengkap tanpa mencari tahu secara

langsung mengenai apa yang telah terjadi.

133

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

134

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006, h.32

Page 142: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

131

Moral Evaluation, Kompas memperkuat argumentasi dengan menyajikan info grafik

yang berisi pernyataan dari para saksi pada sidang perkara korupsi e-KTP. Pernyataan

pertama dalam infografik, disampaikan oleh Gamawan Fauzi Mantan Menteri Dalam

Negeri “Satu sen pun tidak pernah saya menerima. Saya minta kepada seluruh rakyat

Indonesia. Tolong, doakan saya mati sekarang kalo saya pernah terima satu sen pun.”

Pernyataan kedua dari mantan Ketua Komisi II DPR Chaeruman Harahap, “saya tidak

terima uang, yang jelas faktanya, 2012 dikatakan saya menerima dari Bu Yani (Miryam

S. Haryani) yang diberi Kemendagri. Padahal, Agustus 2012 tidak lagi menjadi ketua

komisi.” Selanjutnya, pernyataan ketiga dari Mantan sekertaris Jenderal Kementerian

Dalam Negeri Diah Anggraini, “kami tidak pernah tanyakan asal-usul uang. Dia katakan

ada tujuh (bagian). Tiga untuk beliau, dua untuk kami, satu untuk Giharto (Sugiharto).”

Pernyataan terakhir diampaikan oleh Mantan Direktur Utama PT Karsa Wira Utama

Winata Cahyadi, “perusahaan saya digugurkan, saya mengajukan sanggah beberapa kali

tidak pernah ditanggapi. Lalu muncul nama pemenang yang tidak asing. Ada Andi (Andi

Naronggong). Dari situ, saya curiga ada kongkalikong.”

Dari pernyataan yang disajikan dalam bentuk infografik tersebut, nampak bahwa

keempat saksi membantah telah menerima dana dari proyek e-KTP. Pada infografik

disertai pula dengan foto dan kutipan langsung dari para saksi. Namun pernyataan salah

seorang pengusaha swasta Winata Cahyadi tidak disertai dengan foto, seperti para saksi

Page 143: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

132

lainnya. Hal ini memunculkan beberapa kemungkinan, kemungkinan pertama Kompas

lebih menonjolkan ketiga orang saksi yaitu Gamawan Fauzi, Chairuman Harahap dan

Diah anggraini. Kemungkinan yang lain, Kompas berusaha melindungi Winata Cahyadi

yang merupakan salah satu saksi, dengan tidak menyertakan fotonya dalam infografik

yang disajikan. Dalam penulisan berita hukum, seorang wartwan dituntut untuk bersikap

adil atau fairness.135

Dengan memberitakan informasi secara transparan secara apa

adanya tanpa ada keberpihakan pada indivdu tertentu.

Treatment Recommendation, solusi mengenai masalah yang disampaikan pada

berita ini terdapat pada sub headline pemberitaan. Sub headline tersebut diperoleh dari

pernyataan Juru Bicara KPK Febri Diansyah yang bertuliskan, KPK: Saksi Wajib Bicara

Benar. Kompas menempatkan pernyataan tersebut sebagai sub headline karena para saksi

dari perkara e-KTP sebagian besar membantah telah menerima dana dari proyek e-KTP.

Selain itu, keterangan yang diberikan para saksi berbeda satu sama lain, hal inilah yang

kemudian membuat informasi dari para saksi menjadi simpang siur. Berikut keterangan

Febri Diansyah yang dijadikan sub headline pemberitaan pada paragraf ke-19:

Secara terpisah Juru Bicara KPK, Febri Diansyah mengingatkan setiap saksi untuk

berbicara benar. Ia mencontohkan Muchtar Effendi, orang dekat mantan Ketua

Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang divonis lima tahun penjara. Pasalnya

Muchtar memberikan keterangan palsu dalam persidangan perkara Akil.

Berita di atas nampak bahwa Juru Bicara KPK Febri Diansyah, memberi peringatan

kepada para saksi agar memberikan kesaksian dengan sebenar-benarnya. Sebab orang

135

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2006), h.73

Page 144: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

133

yang tidak bersalah namun memberikan keterangan palsu, dapat dikenakan hukuman

seperti Muchtar Effendi yang dijelaskan dalam berita tersebut.

B. Tahapan Konstruksi Sosial Surat Kabar Harian Kompas dalam Memberitakan

Kasus Korupsi e-KTP

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Merupakan tahap dimana media menyeleksi isu/peristiwa tertentu yang akan

diberitakan. Tidak semua peristiwa layak untuk dijadikan berita, oleh karena itu setiap

hari media massa hanya menyajikan tentang isu-isu penting. Isu penting yang menjadi

fokus media massa berkaitan dengan persoalan yang menyangkut tiga hal yaitu, harta,

tahta dan wanita. Persoalan mengenai harta, salah satunya menyangkut tentang kasus

korupsi. 136

Itulah sebabnya mengapa Kompas memberitakan tentang kasus korupsi e-

KTP dan menempatkannya di headline pemberitaan, karena peristiwa tersebut merupakan

fokus media massa yang berkaitan dengan isu-isu penting mengenai harta dan tahta.

“Sudah ini korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis korupsi yang sangat

besar, nilai kerugiannya lebih dari 2 trilliun. Saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun

itu berapa banyak, nanti kalo menulis skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek

berapa kerugian korupsi e-KTP, biar pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa

besarnya korupsi e-KTP, kamu gambarin aja Rp2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si.

Caranya apa misalkan, kamu bisa lihat penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan. Penduduk di bawah garis kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa,

anggaplah penduduk yang di bawah garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma

Rp 10.000. Ada berapa juta itu orang, dibagi aja dengan duit Rp 2,3 trilliun tadi,

dapet berapa itu? Bisa meningkatkan kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba

gambarkan seperti itu, itu kan menarik. Kalo beli beras raskin misalkan perkilonya

Rp 5.000, duit Rp 2,3 trilliun itu kamu bagi Rp 5.000 itu bisa dapet berapa juta ton

beras raskin. Itu saja kamu bisa menggambarkan mengapa media cenderung

menjadikan berita soal korupsi e-KTP ini menjadi headline, nilainya seperti itu.”137

136

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.209 137

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 145: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

134

Hasil wawancara di atas menjelaskan alasan Kompas memberitakan tentang kasus

korupsi e-KTP. Salah satu penyebabnya karena anggaran yang dikorupsi oleh para

pejabat sangat besar. maka secara otomatis pengaruh yang ditimbulkan dari korupsi e-

KTP juga sangat besar. Harta yang dikorupsi oleh para penyelenggara negara memiliki

manfaat yang sangat besar bagi mayarakat, khususnya masyarakat yang berada di bawah

garis kemiskinan. Dalam menyajikan pemberitaan, Kompas menggambarkan betapa

banyaknya anggaran negara yang dikorupsi dalam proyek e-KTP, Kompas

menggambarkan dana yang dikorupsi dapat menyetahterakan 7.986.111 rumah tangga

yang berada di bawah garis kemiskinan dengan cara membeli beras raskin senilai Rp 2,3

triliun.

Dalam hal ini Kompas menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umum

dengan memperhatikan kesejahteraan rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Namun menurut Burhan Bungin, keberpihakan media kepada masyarakat atau

kepentingan umum merupakan keberpihakan yang semu, karena apa yang dikonstruksi

oleh media dengan memberikan dukungan pada masyarakat, bertujuan untuk menjual

berita dan menaikkan rating penjualan, yang pada akhirnya menguntungkan kepentingan

kapitalis atau pemilik modal.138

Jadi pada dasarnya, berita yang disajikan oleh media

massa tidak ada yang tulus untuk memperjuangkan kepentingan umum, karena berita

yang disajikan melalui beberapa tahap konstruksi yang berdasarkan atas kepentingan

media itu sendiri.

“Media itu kan melayani publik. Majikan wartawan yang sebenarnya bukan pemilik

modal, bukan pemilik koran, tapi audiense/pembaca. Seberapa besar sebuah berita

itu punya irisan kepentingan dengan pembaca. Kalo semakin besar ya akan semakin

mudah untuk dijadikan berita utama/headline.”139

138

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.210 139

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 146: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

135

“Simbiosis mutualisme” merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan interaksi

yang saling menguntungkan antara media massa dengan dengan khalayak (audiense).

Media massa diuntungkan khalayak untuk menaikan rating berita karena menulis

pemberitaan yang berpihak pada masyarakat dan kepentingan umum. khalayak juga

merasa diuntungkan dengan berita yang disajikan oleh media massa, karena keberpihakan

media pada rakyat. Namun sebagian besar khalayak tidak menyadari bahwa berita yang

disajikan oleh media massa merupakan hasil konstruksi dan semata-mata hanya untuk

kepentingan media yang bersangkutan.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Prinsip utama sebaran konstruksi media massa ialah real-time, dimana konsep

aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga khalayak merasa tepat waktu

mengonsumsi berita yang disajikan oleh media massa. Jadi prinsip dasar sebaran

konstruksi media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca secepatnya

berdasarkan pada agenda media. Namun, dengan kehadiran media online, saat ini media

cetak memiliki konsep ketepatan waktu yang sifatnya tertunda 140

Jika media online pada

umumnya bisa menyebarkan puluhan atau bahkan ratusan berita mengenai satu peristiwa

perhari, media massa cetak hanya bisa menyebarkan satu berita mengenai satu peristiwa

perhari. Hal inilah yang menjadi problem yang dihadapi media massa cetak, sebab prinsip

“real time“ antara media cetak dan media online berbeda jauh. Menghadapi hal tersebut

Kompas memiliki cara tersendiri agar tetap kompetitf dengan media massa real time.

“Media cetak itu menghadapi krisis sekarang, karena dihadapkan pada era digital ini

disebut citizen journalism semua orang bisa jadi wartawan. Lu bisa ngetweet

kejadian, ada kebakaran misalkan, sebelum wartawan datang oh kita udah tau, dari

mana? Dari pentweet yang lewat disitu. Ya Kompas mengemasnya dengan apa? Biar

140 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.211

Page 147: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

136

tidak ketinggalan dengan media-media yang real time memberitakan peristiwa. Ya

dengan lebih dalam/lebih lengkap, lebih dalam dengan cara bukan hanya cover both

side tapi juga cover all side. Cara yang lain lagi receiving dengan bahan/data arsip-

arsip soal korupsi misalkan, tadi berita soal DPR merupakan lembaga terkorup

menurut basis survei yang tertera disitu. Dilengkapi dengan fakta ada pemberitaan-

pemberitaan soal ini, itu yang membuat wartawan Komopas kaya, sehingga pembaca

Kompas merasa “informasi yang aku baca dari Kompas ini jauh lebih lengkap.” Oke

yang lain bisa real time tapi dari sisi archiving Kompas lebih kaya mendapatkan

informasi/lebih banyak mendapatkan data.” 141

Dari hasil wawancara tersebut Kompas mempunyai cara untuk mengatasi masalah

“real time” yang merupakan prinsip utama media massa. Kompas mensiasati dengan

menyajikan fakta-fakta yang lebih lengkap dan lebih mendalam. Ini terlihat dari berita

tentang kasus korupsi e-KTP yang disajikan oleh Kompas selama 11 hari berturut-turut.

Kompas menyajikan berita mengenai kasus korupsi e-KTP secara berkesinambungan

sehingga berita yang disajikan jauh lebih lengkap dibandingan dengan media online yang

real time dalam memberitakan peristiwa. Hal ini terlihat saat persidangan e-KTP yang

berlangsung pada tanggal 9 Maret 2017, pada berita edisi 10 Maret 2017 Kompas

langsung mengungkapkan kronologi mengenai modus para terduga korupsi e-KTP dan

menjelaskan dengan rinci alur terjadinya kasus korupsi e-KTP sesuai dengan fakta yang

terjadi dipersidangan. Berbagai fakta dikumpulkan, diolah dan dikonstruksi, sehingga

berita yang disajikan ke hadapan khalayak memiliki bobot informasi yang lebih besar,

dibandingkan dengan media real time lainnya.

3. Pembentukan Konstruksi Realitas

Konstruksi citra yang dibangun oleh media massa terbentuk dalam dua model yaitu

model good news dan model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang

cendrung mengkonstruksi pemberitaan dari sisi baiknya saja. Pada model ini objek

pemberitaan dikonstruksi sebgai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih

141

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 148: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

137

baik dari yang sesungguhnya. Sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang

cenderung mengkonstruksi sebuah kejelekan atau cenderung memberi citra buruk pada

objek pemberitaan, sehingga terkesan lebih buruk, lebih jelek, lebih jahat dari

sesugguhnya sifat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.142

“Sejauh mana kasus ini mempengaruhi secara politik karena ternyata melibatkan

nama-nama besar DPR. DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu kan tokoh kalo kita

menulis berita kan kita cenderung memilih siapa narasumbermu? Narasumber yang

dipilih itukan biasanya dipilih berdasarkan beberapa kritria. Salah satu kriteria

pemilihan narasumber itu kan tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih

menjadi narasumber. Nah kalo seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat

dalam kasus korupsi, itu jadi bahan tulisan kita juga.”143

Berita tentang kasus korupsi e-KTP yang disajikan oleh harian Kompas cenderung

menggunakan model bad news. Ini terlihat dari hampir keseluruhan berita yang

menyudutkan terduga korupsi e-KTP. Terutama para pejabat yang berasal dari DPR dan

partai politik yang diduga korupsi proyek e-KTP. Salah satunya terlihat pada berita edisi

8 Maret 2017 yang berjudul “DPR Jadi Lembaga Terkorup.” hanya dengan membaca

judul berita tersebut, terlihat bahwa Kompas berupaya menjatuhkan citra lembaga tertentu

yaitu DPR. Dalam berita tersebut Kompas menggabungkan dua fakta yang diperoleh

berdasarkan hasil survei dari Global Corruption Barometer bahwa DPR merupakan

lembaga terkorup, dan fakta pendukung lainnya yaitu tentang kasus korupsi yang pernah

dilakukan oleh DPR. Selanjutnya, fakta-fakta tersebut disatukan dengan sesuatu yang

terjadi pada saat ini yaitu, kasus korupsi e-KTP yang diduga melibatkan anggota DPR.

Namun dalam hal ini Kompas terkesan memojokkan anggot DPR karena pada saat itu

belum ada anggota DPR yang ditetapkan menjadi tersangka. Oknum yang diduga terlibat

pun bukan hanya anggota DPR melainkan dari berbagai lembaga seperti Kemendagri,

142

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.213 143

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 149: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

138

BUMN dan pengusaha swasta. Pada intinya, dalam memberitakan kasus korupsi e-KTP,

Kompas membentuk citra DPR dengan model bad news atau cenderung memberi citra

yang buruk pada objek yang diberitakan.

4. Tahap Konfirmasi

Tahap konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberi

argumentasi atau akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap

pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi

argumentasi terhadap alasan-alasannya dalam mengkonstruksi suatu peristiwa.

Sedangkan bagi khalayak atau pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk

menjelaskan mengeapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.144

“Korupsi ini sebenarnya masalah besar bangsa ini, kalo bangsa ini mau sejahtera,

kalo bangsa ini mau maju, hapusin dulu ini korupsi. Karena negara-negara maju,

negara-negara di Eropa Barat indeks korupsinya itu rendah, tingkat korupsinya itu

rendah. Jadi begitu ini ada persoalan korupsi yang kita anggap sebagai persoalan

besar bangsa Indonesia, kita tulis. Kemudian korupsinya kan macem-macem nih, dari

mulai korupsi dana desa di kelurahan, sampe proyek korupsi di kabupaten, sampe

korupsi yang sekalanya besar. Ini ada proyek namanya e-KTP, e-KTP ini proyek

yang seharusnya punya manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena manfaatnya

tadi kan kamu bisa punya nomor induk tunggal kependudukan Indonesia, tapi proyek

besar ini dikorupsi. Sudah ini korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis

korupsi yang sangat besar, nilai kerugiannya lebih dari 2 trilliun.”145

Hasil wawancara tersebut membahas mengenai alasan Kompas mengkonstruksi

peristiwa kasus korupsi e-KTP. Alasan utamanya karena kasus korupsi e-KTP merupakan

korupsi bersekala besar. Dalam pemberitaannya, Kompas kerap kali mengingatkan

kepada khalayak mengenai kerugian negara yang mencapai Rp 2,3 triliun dengan

berbagai strategi. Strategi yang sangat sering digunakan Kompas yaitu dengan membuat

144

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.216 145

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 150: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

139

ilustrasi atau infografik semenarik mungkin dengan warna-warna yang dapat menarik

perhatian khalayak.

Kompas menyajikan kerugian negara secara terus-menerus agar dapat dengan mudah

mengkonstruksi pikiran khalayak bahwa kasus korupsi e-KTP bukanlah korupsi yang

kecil, melainkan sebuah praktik korupsi yang sangat besar karena mengakibatkan

kerugian negara yang sangat besar. Untuk menggambarkan bahwa korupsi e-KTP

merupakan korupsi yang sangat besar, Kompas menggambarkan kerugian negara sebesar

Rp 2,31 triliun setara dengan 1,43 juta ton beras raskin yang cukup untuk menghidupi

7.986.111 rumah tangga. Sehingga kesan yang pertama kali muncul di pikiran khalayak

tentang “korupsi e-KTP” ialah “kasus korupsi yang sangat besar” yang pernah terjadi di

Indonesia.

“Saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun itu berapa banyak, nanti kalo menulis

skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek berapa kerugian korupsi e-KTP, biar

pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa besarnya korupsi e-KTP, kamu

gambarin aja Rp2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si. Caranya apa misalkan, kamu bisa

lihat penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk di bawah garis

kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa, anggaplah penduduk yang di bawah

garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma Rp 10.000. Ada berapa juta itu orang,

dibagi aja dengan duit Rp 2,3 trilliun tadi, dapet berapa itu? Bisa meningkatkan

kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba gambarkan seperti itu, itu kan

menarik. Kalo beli beras raskin misalkan perkilonya Rp 5.000, duit Rp 2,3 trilliun itu

kamu bagi Rp 5.000 itu bisa dapet berapa juta ton beras raskin. Itu saja kamu bisa

menggambarkan mengapa media cenderung menjadikan berita soal korupsi e-KTP

ini menjadi headline, nilainya seperti itu.”146

Selain penekanan mengenai kerugian negara senilai Rp 2,3 triliun, Kompas juga

menekankan mengenai aktor intelektualis yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-

KTP. Kompas menyebutkan satu-persatu nama pejabat yang diduga terllibat dalam kasus

korupsi e-KTP, lengkap disertai dengan jabatan dan anggaran yang dikorupsi oleh para

146

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 151: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

140

pejabat. Selain itu, Kompas juga menyebutkan partai politik yang turut mengambil bagian

dari proyek e-KTP. Kompas berupaya agar aktor intelektualis dalam kasus korupsi e-KTP

segera terungkap. Dalam kasus tersebut diduga melibatkan nama-nama besar yang

berpengaruh dalam politik dan pemerintahan. Sebab prilaku, tindakan atau ucapan

seorang tokoh memiliki nilai berita yang tinggi bagi media massa.147

Terlebih lagi jika

yang diberitakan merupakan pemberitaan buruk bagi tokoh yang bersangkutan, karena

pada dasarnya, berita yang berisi kabar buruk merupakan berita yang bagus.

“Sejauh mana kasus ini mempengaruhi secara politik karena ternyata melibatkan

nama-nama besar DPR. DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu kan tokoh kalo kita

menulis berita kan kita cenderung memilih siapa narasumbermu? Narasumber yang

dipilih itukan biasanya dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Salah satu kriteria

pemilihan narasumber itu kan tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih

menjadi narasumber. Nah kalo seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat

dalam kasus korupsi, itu jadi bahan tulisan kita juga.”148

147

Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung: Simbiosa

Rekatama, 2008), hal 148

Wawancara Pribadi dengan Billy Khaerudin, Wakil Editor Desk Politik dan Hukum, 02 Agustus 2017.

Page 152: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

141

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan akhir dari penelitian ini ialah untuk menjawab pertanyaan yang terdapat

pada rumusan masalah. Berdasarkan hasil penelitian berita kasus korupsi e-KTP

yang disajikan oleh Harian Kompas dengan menggunakan analisis framing model

Robert N Etnman, maka penulis berkesimpulan bahwa Harian Kompas menonjolkan

aspek tertentu dalam membingkai peristiwa tersebut. Aspek yang ditonjolkan ialah

mengenai aktor yang diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP. Harian Kompas

hanya menonjolkan satu lembaga yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal yang

diduga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP bukan hanya berasal dari DPR, melainkan

berasal dari berbagai lembaga seperti Kemendagri, BUMN dan pengusaha swasta.

Dalam menonjolkan aspek tersebut, harian Kompas menjadikan sebagian besar berita

tentang kasus korupsi e-KTP sebagai headline pemberitaan dan disertai dengan

grafik di sebagian besar headline.

Harian Kompas juga tidak jarang menulis nama Setya Novanto yang menjabat

sebagai Ketua DPR, karena Ketua DPR merupakan salah satu tokoh yang paling

berpengaruh terhadap sistem ketatanegaraan negara, terlebih lagi Setya Novanto

disebut sebagai salah satu dari empat pejabat yang paling banyak menerima dana dari

proyek e-KTP. Dalam menulis berita, Kompas juga sangat bergantung pada

pernyataan narasumber atau disebut juga dengan jurnalisme kutipan. Pernyataan

narasumber atau kutipan serta fakta-fakta pendukung lainnya, disesuaikan dengan

bingkai yang ingin ditampilkan oleh Kompas. Sehingga isu yang diberitakan oleh

Page 153: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

142

Kompas nampak seperti sesuatu yang wajar dan memang seharusnya terjadi. Secara

tidak langsung, berita tersebut mewakili perspektif wartawan dalam memandang

“siapa” pelaku korupsi e-KTP. Pada akhirnya proses konstruksi yang dilakukan oleh

Kompas membentuk citra lembaga DPR sebagai lembaga yang semakin buruk.

Selain itu, Kompas juga berupaya mengkonstruksi pemikiran khalayak dengan

menganggap penting peristiwa korupsi e-KTP. Dalam beritanya Kompas

menjelaskan bahwa koruspi e-KTP merupakan kasus korupsi yang sangat besar,

karena kerugian akibat praktik ini mencapai Rp 2,3 triliun. Kompas menggambarkan

uang Rp 2,3 triliun setara dengan 1,43 juta ton beras raskin yang cukup untuk

menghidupi 7.986.111 rumah tangga. Ketika membaca berita tersebut secara

otomatis khalayak akan membayangkan betapa besarnya anggaran yang dikorupsi

dalam proyek e-KTP. Sehingga khalayak akan terkonstruksi oleh berita yang

disajikan Kompas dan menganggap penting persoalan mengenai korupsi e-KTP.

Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap penting oleh media massa akan

dianggap penting pula oleh khalayak. Pada dasarnya berita tentang kasus korupsi e-

KTP yang disampaikan Kompas sesuai dengan motto Kompas yaitu “amanat hati

nurani rakyat.” Ini terbukti dari sebagian besar berita yang menunjukkan

keberpihakan Kompas kepada kepentingan rakyat. Namun hal tersebut juga didasari

atas kepentingan media itu sendiri yaitu demi meningkatkan rating penjualan.

Page 154: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

143

B. Saran

1. Dalam menyajikan berita mengenai hukum dan peradilan hendaknya media

massa lebih memperhatikan tentang asas praduga tak bersalah, prinsip adil

dan berimbang karena dari hasil penelitian ini, berita kasus korupsi e-KTP

yang ditulis oleh Harian Kompas lebih menekankan isu tentang anggota DPR

dan partai politik, sehingga sebagian berita yang disajikan terkesan

menyudutkan atau tidak berimbang dan menjurus ke trial by press.

2. Dalam memberitakan suatu peristiwa hendaknya media tidak hanya

bergantung pada kutipan dari narasumber, sebab kutipan narasumber

merupakan sebuah opini yang dapat menjurus pada subjektivitas berita.

3. Khalayak hendaknya dapat lebih bijak dalam mengonsumsi berita yang

disajikan oleh media massa, karena berita yang disajikan oleh media massa

bukan realitas pertama yang disajikan secara apa adanya, melainkan realitas

tangan kedua yang sudah dikonstruksi oleh media massa dengan tujuan

tertentu.

Page 155: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

DAFTAR PUSTAKA

Armando, Ade. et al. Media dan Integrasi Sosial: Jembatan Antar Umat Beragama.

Jakarta: Center for The Study of Religion and Culture UIN Syarif

Hidayatullah, 2011.

Birowo, M. Antonius. Metode Penulisan Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Gintayali, 2004.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana

Company Profile Kompas, 2006.

Djaja, Ermansjah. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Bungin Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta,:

Lkis, 2011.

Harian Kompas. “KTP-el Korupsi Nyaris Sempurna.” 10 Maret 2017.

Kriyanto, Rakhmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008.

Kusumaningrat, Hikmat. Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik: Teori dan Praktik.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Littlejohn, Stephen P. Theories of Human Communication. Belmont: Wadsworth

Publishing Company, 1996.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja

Rosdakaryah, 2007.

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,

2008.

Page 156: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik.Ciputat: PT Logos

Wacana Ilmu, 2008.

Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Politik Indonesia. Bandung: Rosdakarya, 2008.

Nurudin. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Rakhmat, Jalaluddin. Metodologi Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik. Bandung: Rosdakarya, 2003.

Sukardi Armada Wina. Kajian Tuntas 350 Tanya Jawab. Jakarta: Dewan Pers, 2012.

Sumadiria, Haris. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis.

Bandung: Simbiosa Rekatama, 2008.

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia, 2005.

Zaenuddin. HM. The Journallist. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

https://kbbi.web.id/turbulensi

http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/Publikasi/NK%20APBN/UU%20APBN%202016.

pdf

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf

Page 157: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara
Page 158: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Billy Khaerudin

Jabatan : Wakil Editor Desk Politik dan Hukum

Tanggal Wawancara : 2 Agustus 2017

Tempat Wawamcara : Bentara Budaya, Jl. Palmerah Selatan, Jakarta 10270

1. Peristiwa atau kejadian apa yang diutamakan oleh Surat Kabar Harian Kompas

untuk dimuat menjadi sebuah pemberitaan?

Sebenarnya jawabannya itu soal magnitude, soal kedekatan dengan peristiwa. Kalo

magnitude kan berarti soal dampak ya, soal dampak dari peristiwa itu sendiri,

mempengaruhi atau tidak dengan siapa yang kita layani, media itu melayani siapa? Media

itu kan melayani publik. Majikan wartawan yang sebenarnya bukan pemilik modal,

bukan pemilik koran, tapi audiense/pembaca. Seberapa besar sebuah berita itu punya

irisan kepentingan dengan pembaca. Kalo semakin besar ya akan semakin mudah untuk

dijadikan berita utama/headline.

2. Bagaimana cara Surat Kabar Harian Kompas menyajikan berita dengan baik,

sehingga informasi yang diperoleh layak untuk diberitakan?

Wartawan itu kan dituntut bekerja secara profesional dia harus taat pada kaidah-kaidah

jurnalistik, disiplin verifikasi, hanya menulis sesuai fakta yang dia temukan, mau

melakukan cover both side dan sebagainya. Wartawan yang baik ya seperti itu, yang mau

professional. Definisi profesional itu apa? Yang taat dengan kaidah-kaidah jurnalistik dan

menaati juga kode etik jurnalistik wartawan Indonesia.

Page 159: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

3. Bagaimana pandangan Anda mengenai permasalahan kasus korupsi proyek e-

KTP?

Aku bicara dulu soal korupsi ya, korupsi itu masalah krusial bangsa ini, masalah utama

Indonesia. Apa yang menghambat Indonesia tidak sejahtera? Apa yang menghambat

Indonesia tidak maju? Salah satunya itu karena korupsi, korupsi itu dilakukan oleh

penyelenggara negara, pejabat, penegak hukum, bahkan oleh pihak swasta, pengusaha

dan sebagainya. Kalo kamu percaya bahwa Indonesia ini kaya raya, sumber dayanya

melimpah. Indonesia itu punya pra syarat, Indonesia itu punya prasyarat untuk jadi

negara yang maju. Sama seperti negara-negara Eropa Barat, sama seperti Amerika

Serikat, semuanya punya, prasyaratnya apa? Sistem ketahanan negara kita berdasarkan

demokrasi. Demokrasi itu memungkinkan semua orang setara, berhak memilih maupun

dipilih. Kalo semua orang setara artinya ada persaingan, persaingannya bisa sehat, ada

rule of law disitu, tapi kenapa kita, dengan semua prasyarat tersebut masih belum bisa

menjadi negara yang maju. Paling tidak kalo di Asia itu tidak seperti Jepang, atau seperti

Korea Selatan, atau seperti Taiwan, kenapa? Problemnya tadi, korupsi, korupsi itu

mempengaruhi semua lini kehidupan, semua lini penyelenggaraan negara, semua lini

pelayanan publik. Kamu harusnya bisa mengurus izin tanpa bayar tapi jadinya bayar.

Pengusaha yang ingin menerbitkan izin usaha, karena harus bayar dia jadikan suap tadi

sebagai kos produksi, sehingga barang yag kemudian dijual itu nilainya jauh lebih mahal.

Karena barang nilainya jadi lebih mahal, barangnya tidak kompetitif dibandingkan

misalnya dengan barang dari negara lain. Kalo sudah tidak kompetitif ya sudah negara

kita kalah bersaing. Kalo sudah kalah bersaing ya sudah tidak jadi negara maju. Karena

korupsi anggaran untuk riset, anggaran untuk R&D riset and devepolment itu, penelitian

Page 160: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

dan pengembangan jadi sedikit. Karena riset dan pengembangan sedikit, institusi negara

itu tidak bisa melakukan pengembangan yang sophisticated/canggih. Misalkan dulu kita

tahun 50-an itu sudah menngembangkan teknologi roket, sekarang kita kalah sama

negara-negara lain. Negara-negara lain bicara perjalanan antariksa, kita bahkan meroket

saja masih tidak maju-maju, ya mungkin karena apa? Karena tidak ada uang riset untuk

itu, uangnya dikorupsi. Layanan publik juga begitu, efeknya itu berantai karena korupsi,

karena korupsi kemudian layanan publik jadi tidak optimal. Karena penegak hukumnya

korup, kamu di jalan bisa seenaknnya. Contohnya, kamu nerobos jalur busway, ditangkap

polisi, lalu damai, itu kemudian tidak jadi membuat kamu “oh iya ada penegakkan hukum

disini sehingga saya ga berani lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran itu”, akibanya

apa? Ya lihat sendiri disiplin lalu lintas kita sehari-hari, mungkin, kalo kita menegakkan

hukum dengan benar, kalo penegak hukumnya tidak korup, jalur busway itu akan steril

setiap saat. Sehingga orang akan dengan mudah, dengan senang hati menggunakan

layanan transportasi publik, bener kan? Saya tidak akan naik mobil lagi kalo buswaynya

enak. Layanan-layanan publik yang sudah diperbaiki dan cendrung bebas dari korupsi itu

sekarang yang kemudian dipilih oleh publik, contohnya apa? Kereta api, orang sekarang

tidak perlu lagi bayar calo untuk beli tiket kereta api. Dulu mungkin orang bayar ke

kondektur kereta api diatas ga perlu bayar tiket gitu kan? Sehingga kamu bisa aja naik

kereta api, berdesak-desakkan di kereta api tidak akan ketauan. Tapi sekarang semua

orang harus tertib kan? Hukum ditegakkan, kamu harus beli tiket, tiket kamu harus sesuai

dengan KTP, dan kalo kamu masuk peron, kamu harus orang yang punya tiket, dan orang

yang ga punya tiket ga boleh masuk peron. Itu contoh layanan yang kemudian bebas dari

korupsi sehingga publik memilih itu. Sekarang kalo kamu naik kereta api itu layanannya

Page 161: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

sudah standar seperti di negara maju, tapi kalo layanan-layanan publik yang lain belum

bisa seperti itu. Nah kembali lagi, bahwa problem utama bangsa ini untuk tidak maju itu

salah satunya karena korupsi. Terus bagaimana kita memandang korupsi tersebut?

Indonesia itu punya pra syarat untuk jadi negara maju, rata-rata negara maju itu negara-

negara yang demokrasi kan? Eropa Barat itu maju karena negara yang demokratis,

Amerika Serikat maju ya negaranya demokratis, kita kok negara demokrasi ga maju-

maju? Menurutku problemnya karena korupsi tadi. Bagaimana dengan korupsi e-KTP?

Ini salah satu bentuk korupsi yang membuat kita kesulitan untuk jadi negara maju. Gini,

e-KTP itu digagas agar kita mempunyai single identity number/nomor induk tunggal

untuk siapa pun. Kalo di Amerika nomor induk tunggal itu ada istilahnya nomor jaminan

kesejahteraan sosial, jadi kamu bisa dikenali dengan itu, nomormu sekian sekian sekian,

oh ini si Fatimah nih, catetannya ada, dia punya catetan kejahatan ga disitu, dia punya

catatan perbankan tidak disitu, nomor sekian si Fatimah ini sudah berhak memilih atau

belum. Cita-citanya seperti itu, cita-cita membuat e-KTP itu tadi, tapi kemudian ada

koruptor yang melihat proyek membuat single identity number ini, proyek membuat

nomor identitas tunggal ini bisa dikorupsi, karena peluangnya banyak. Kalo nanti bikin

chips disitu kita bisa bikin, softwarenya, belum alat pemindai, belum lagi secara fisik e-

KTP, kalo ini diadakan/ditenderin “ah kita bisa atur nih”, akibatnya adalah ketika dari

awalnya saja sudah mau dikorupsi, sudah diatur begini-begini-begini, niatnya saja sudah

jelek, hasilnya tidak akan baik. Fisik e-KTP yang seharusnya dihargai Rp 1.500, karena

dikorupsi dihargai berkali-kali lipat jadi Rp 6.000, siapa yang dirugikan? Negara, karena

negara dirugikan, anggarannya jadi kurang, aku pun sampe sekarang belum punya e-

KTP. Itu kan kerugian-kerugian yang didapat karena proyek ini dikorupsi, masyarakat

Page 162: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

lagi yang dirugikan. Cita-cita untuk mendapat identitas tunggal kependudukan dapat?

Pasti lama, karena aku juga belum punya, kamu pun belum punya. Kalo seandainya itu

sudah punya orang-orang tidak akan berdebat lagi soal daftar pemilih tetap. Setiap pemilu

itu kan selalu, DKI itu DPTnya berapa si? Sampe ada yang bilang kalo penyusunan DPT

itu potensinya curang. Kalo semua penduduk itu punya single identity number, semua

jadi tahu, nomor sekian-sekian ini masuk wilayah DKI, yasudah dia masuk wilayah

pemiih DKI. Karena itu tidak ada, semua itu jadi kacau, nah salah satu korupsi terbesar di

Indonesia itu kasus korupsi e-KTP.

4. Mengapa Surat Kabar Harian Kompas memberitakan tentang kasus korupsi proyek

e-KTP selama 11 hari berturut-turut? Mengapa sebagian besar pemberitaanya

menjadi headline?

Salah satu korupsi terbesar di Indonesia itu korupsi e-KTP. Bagaimana pengaruhnya

proyek e-KTP dikorupsi itu seperti apa? Itu menandakan bahwa kasus ini punya

magnitude, pengaruh yang besar terhadap publik. Pilihan pertama ketika kamu

menjadikan itu sebagai HL/headline, salah satunya itu, karena kasus ini mempengaruhi

banyak sektor, mempengaruhi juga publik, mempengaruhi kehidupan kamu juga. Yang

kedua ada tidak peristiwa yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada hari itu.

Dalam jurnalistik ada dasar 5W+1H, whatnya itu apa? Oh iya, hari ini itu ada orang yang

dijadikan tersangka. Siapa yang dijadikan tersangka? Ketua DPR, kalo ketua DPR kan

pemimpin penyelenggara negara. Jadi ada 2 hal, pertama dampak, kedua ada peristiwa

yang terjadi pada hari itu. Peristiwa yang lain, selain Setia Novanto menjadi tersangka,

mungkin karena panitia angket DPR, tiba-tiba datang ke LP suka miskin, nanya ke

narapidana, korupsi ini siapa korbannya? Rakyatkan? Kok panitia angket DPR yang

Page 163: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

katanya mewakili rakyat bertanyanya ke koruptor? Bukan bertanya ke rakyat yang jadi

korban? Itu juga mempengaruhi dalam hal kita membuat headline/membuat judul berita

utama.

5. Aspek apa yang ditonjolkan oleh Surat Kabar Harian Kompas dalam

memberitakan kasus korupsi proyek e-KTP?

Pertama, pasti faktanya kan? Faktanya apa? Bahwa telah terjadi korupsi. Terus

korupsinya seperti apa? Mungkin soal modusnya, modus korupsinya. Dari pertemuan-

pertemuan yang dilakukan oleh para koruptor, dari bagaimana para tersangka korupsi ini

merancang korupsi, sampai kemudian siapa para pelakunya, siapa tersangkanya. Yang

kedua, karena ini kasus besar membawa dampak tidak? Karena e-KTP dikorupsi

pengaruhnya apa? Itu juga kita tulis. Sejauh mana kasus ini mempengaruhi secara politik

karena ternyata melibatkan nama-nama besar DPR. DPR itu kan wakil rakyat, DPR itu

kan tokoh kalo kita menulis berita kan kita cenderung memilih siapa narasumbermu?

Narasumber yang dipilih itukan biasanya dipilih berdasarkan beberapa kritria. Salah satu

kriteria pemilihan narasumber itu kan tokoh, ketokohan seseorang sehingga dia dipilih

menjadi narasumber. Nah kalo seseorang yang sudah menjadi tokoh ini terlibat dalam

kasus korupsi, itu jadi bahan tulisan kita juga.

6. Menurut Anda siapa yang menjadi dalang dari permasalahan kasus korupsi proyek

e-KTP?

Kompas itukan menulis berdasarkan fakta, fakta korupsi e-KTP. Sebenarnya, pertanyaan

ini lebih tepat ditanyakan ke penegak hukum yang mengusut kasus ini. Kalo Kompas

hanya mencari, menggali fakta seputar kasus itu di lapangan, lapangannya mana? Bisa di

KPK, bisa di pengadilan Tipikor atau juga bisa di tempat-tempat lain, tempat tempat lain

Page 164: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

itu misalkan begini, proyek e-KTP ini yang melakukan/menenderkan siapa? Kementerian

dalam negeri kan? Dirjen kependudukan dan catatan sipil, pejabat-pejabat di dirjen itu

bisa ditanya juga untuk fakta-faktanya. Kemudian swasta yang terlibat, ada misalkan,

Konsorsium Negara Republik Indonesia. Di konsorsium itu bisa digali juga, sebenarnya

gimana sih proses percetakan e-KTP di konsorsium ini, itu bisa dicari oleh wartawan.

Tapi dari sisi siapa dalangnya? Yang paling bisa menjawab itu kan penegak hukum,

penegak hukum itu bermainnya dimana? Ada satu kantor yang namanya Komisi

Pemberantasan Korupsi kemudian kasus ini ditindakkan di Tipikor Jakarta. Dari dua

tempat itu kita bisa menggali fakta-faktanya. Fakta di persidangan bisa didapat dari surat

dakwaan, surat dakwaan itu surat yang disusun oleh jaksa untuk mendakwa terdakwa e-

KTP. Di surat dakwaan itu tergambar jelas fakta-faktanya, proses pengadaan e-KTP

sampai siapa saja yang terlibat, itu kita cari disitu. Untuk menemukan siapa sebenarnya

aktor intelektualisnya, atau siapa dalangnya, ya kita harus menunggu proses persidangan

itu. Kita tidak bisa kemudian ikut menjadi hakim, itu namanya nanti jadi trail by press.

Yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa mengumpulkan fakta-fakta itu dan

menuliskannya dalam bentuk berita/karya jurnalistik. Setelah dikumpulkan kemudian

ditulis dalam bentuk berita. Selanjutnya publik bisa menilai sendiri alurnya dari mana.

Sehingga publik bisa berkesimpulan bahwa, KTP ini sudah dikorupsi sejak awal, siapa

saja yang mengkorupsi sejak awal itu, dari proses penganggaran, siapa yang terlibat dari

proses penganggaran. Disitukan ditulis juga dalam bentuk berita, tapi kita tidak

berwenang untuk menyimpulkan bahwa si A ini loh dalangnya, kecuali penegak hukum

menyebut itu. Kita hanya meneruskan informasi dari penegak hukum yang mengusut

kasus itu, menunggu persidangan itu salah satunya.

Page 165: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

7. Pada edisi 8 Maret 2017 Kompas memberitakan bahwa “DPR merupakan lembaga

pemerintahan terkorup” apa yang mendasari pernyataan tersebut?

Coba kamu cek lagi berita 8 Maret, berdasarkan apa Kompas menulis judul tersebut.

Biasanya akan berdasarkan survei publik terhadap lembaga-lembaga pemerintah yang

paling bersih siapa, yang paling tidak dipercaya publik siapa. Lembaga survei ini ya salah

satuya tadi, kalau lembaga suveinya credible kan bisa jadi sumber berita juga. Anggap

misalkan yang bikin survei LSI Lembaga Survei Indonesia atau SMRC, kalo kamu

menjadikan bahan rilis hasil survei itu menjadi bahan berita, yang paling mudah untuk

kamu cek adalah metodologi surveinya. Metodologinya dilakukan dengan benar atau

tidak, kalo metodologinya objektif dan dilakukan dengan benar, ngambil samplingnya

dengan benar, itu bisa dijadikan berita. Karena saat ini banyak lembaga survei abal-abal,

dan kita di lapangan sebagai wartawan pasti tahu lembaga survei yang credible dan bisa

dipercaya untuk dijadikan sumber berita. Ya masa kita tidak percaya dengan SMRC,

selama ini surveinya bagus, metodologinya baik, ya kita tulis itu. Coba kamu cek lagi

tanggal 8 maret itu siapa yang menentukan itu. Pasti bukan karena wartawannya yang

menulis itu, pasti wartawan berdasarkan hasil surveinya siapa? Surveinya Transparasi

Nasional Indonesia misalkan, TII itu kan setiap tahun menggelar yang namanya indeks

persepsi korupsi, disitu ketauan lembaga-lembaga mana yang dianggap oleh publik,

biasanya TII itu nanya ke pelaku usaha. Pelaku usaha ini ditanya sama TII menurut kalian

dari lembaga-lembaga ini yang paling korup siapa, TII dia lembaga credible masa kita

tidak percaya.

Kamu cek itu, ini ada fakta bahwa Global Corruption Barometer, melakukan survei

kemudian hasilnya menyatakan bahwa DPR merupakan lembaga terkorup. Itu satu fakta,

Page 166: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

fakta yang lain ada kasus korupsi e-KTP, dalam kasus korupsi e-KTP itu jaksa KPK

menyebut si A, si B, si C, anggota-anggota DPR itu disebut terlibat dan menerima uang

dari proyek itu, satu fakta lagi. Kemudian karena saya wartawan, saya punya kewajiban

untuk menggali fakta lebih dalam lagi. Akan saya gali dengan cara lihat record berita-

berita korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR. Misalkan kasus korupsi Hambalang,

kasus korupsi deputi gubernur Bank Indonesia, data korupsi di KPK, data korupsi di

LSM seperti ICW. ICW punya daftar siapa saja orang yang dihukum karena kasus

korupsi sejak KPK berdiri, kan datanya pasti ada tuh, oh ternyata salah satu yang paling

banyak itu DPR. Kamu gabungin kedua fakta ini, satu fakta yang pertama DPR

berdasarkan survei, survei loh ya, artinya survei itu kan nanya aja, kamu bertanya ke

responden kan, dan hasil survei menemukan bahwa ternyata responden itu menyatakan

bahwa lembaga DPR merupakan lembaga paling korup dibanding lembaga-lembaga

lainnya. Kemudian fakta yang kamu temukan kedua, ada kasus korupsi e-KTP, dalam

kasus ini yang ikut terlibat bahkan yang menjadi tersangka salah satunya adalah DPR.

Kemudian ada kasus korupsi lain yang sudah berkekuatan hukum tetap, siapa yang

terpidana? Anggota DPR misalkan, korupsi apa lagi? Ada anggota DPR juga, kasus suap

misalkan, suap insfraktruktur, mengkonfirmasi tidak hasil rilis ini? Hasil realis ini

terkonfirmasi dengan rentetan fakta kasus korupsi tidak? Sehingga kamu percaya tidak

bahwa DPR itu merupakan lembaga terkorup? Jadi hasil survei itu ternyata terkonfirmasi

dengan fakta-fakta di Indonesia.

8. Dalam Kode Etik Jurnalistik PWI pasal 7, menyebutkan bahwa, “wartawan

Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran

hukum dan proses peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip,

Page 167: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

adil, jujur dan penyajian yang berimbang.” Apakah dalam memberitakan kasus

korupsi proyek e-KTP Anda menerapkan kode etik tersebut?

Ya harus seperti itu karena itu kode etik, Kode Etik Wartawan Indonesia. Bukan hanya

Kode Etik PWI, semua organisasi-organisasi wartawan yang credible itu punya kode etik.

Di Dewan Pers itu ada yang namanya Kode Etik Wartawan Indonesia, kalo dalam

pemberitaan soal hukum kita harus menghormati asas praduga tak bersalah, iya, harus

berimbang dan adil ya iya, ya kalo kamu tidak berimbang dan adil terus menghakimi

sebelum ada putusan hukum tetap ya tidak boleh.

Melanggarnya dimana? Ketika kamu menyebut dia bersalah sebelum ada putusan hukum

tetap, misalkan kamu tulis Setia Novanto terlibat korupsi e-KTP. Faktanya belum ada

sidang, baru hanya tersangka, itu baru kamu salah. Tapi ketika kamu tulis, Setia Novanto

tersangka e-KTP salah tidak? Bisa tau bedanya tidak? Bisa tau beda kalimatnya gini,

Setia Novanto pelaku korupsi e-KTP, satu itu. Yang kedua, Setia Novanto tersangka

korupsi e-KTP, kamu bisa tau bedanya? Yang satu sudah dihukumi dulu padahal belum

ada putusan hukum tetap, yang kedua kalo Setia Novanto tersangka korupsi e-KTP benar

atau tidak? Paham kan bedanya? Sejauh kita belum menyatakan dia sebagai orang yang

bersalah atas kasus ini, karena proses persidangannya juga belum ada ya ga masalah. Kita

tulis dia sebagai tersangka faktanya memang dia tersangka kan? Faktanya KPK

mengumumkan dia sebagai tersangka. Ada istilah seperti ini, dalam kalimat itu kalo kita

menulis, tersangka itu kan baru diduga belum terbukti makanya kalimatnya harus

lengkap. Ketua DPR Setia Novanto ditetapkan sebagai tersangka karena “diduga”. Ini

pelajaran tata bahasanya seperti itu, karena “diduga” terlibat e-KTP, satu dia disebut

tersangka karena diduga. Beda misalkan ketika ada vonis hukum oleh Tipikor yang

Page 168: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

menyatakan bahwa, dalam putusan hakim itu selalu ada kalimat secara sah dan

meyakinkan terbukti melakukan korupsi, ada kalimat seperti itu, jadi berdasarkan putusan

hakim si A, si B, si C, dinyatakan meyakinkan terbukti melakukan korupsi, itu kalo sudah

ada bukti putusan hukumnya, kalo masih sidang, masih jadi tersangka ya

terduga/tersangka seperti itu.

9. Selain menarik perhatian khalayak, apa tujuan Surat Kabar Harian Kompas

mengonstruksi pemberitaan kasus korupsi proyek e-KTP?

Korupsi ini sebenarnya masalah besar bangsa ini, kalo bangsa ini mau sejahtera, kalo

bangsa ini mau maju, hapusin dulu ini korupsi. Karena negara-negara maju, negara-

negara di Eropa Barat indeks korupsinya itu rendah, tingkat korupsinya itu rendah. Jadi

begitu ini ada persoalan korupsi yang kita anggap sebagai persoalan besar bangsa

Indonesia, kita tulis. Kemudian korupsinya kan macem-macem nih, dari mulai korupsi

dana desa di kelurahan, sampe proyek korupsi di kabupaten, sampe korupsi yang

sekalanya besar. Ini ada proyek namanya e-KTP, e-KTP ini proyek yang seharusnya

punya manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena manfaatnya tadi kan kamu bisa

punya nomor induk tunggal kependudukan Indonesia, tapi proyek besar ini dikorupsi.

Sudah ini korupsi adalah masalah bangsa, ini merupakan jenis korupsi yang sangat besar,

nilai kerugiannya lebih dari 2 trilliun. Saya tidak bisa membayangkan 2 trilliun itu berapa

banyak, nanti kalo menulis skripsimu itu bisa kamu gambarkan, kamu cek berapa

kerugian korupsi e-KTP, biar pembimbingmu juga bisa tau gambaran betapa besarnya

korupsi e-KTP, kamu gambarin aja Rp2,3 trilliun itu bisa buat apa saja si. Caranya apa

misalkan, kamu bisa lihat penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk di

bawah garis kemiskinan itu pendapatan perharinya berapa, anggaplah penduduk yang di

Page 169: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

bawah garis kemiskinan pendapatan perharinya cuma Rp 10.000. Ada berapa juta itu

orang, dibagi aja dengan duit Rp 2,3 trilliun tadi, dapet berapa itu? Bisa meningkatkan

kesejahteraan orang-orang tersebut, kamu coba gambarkan seperti itu, itu kan menarik.

Kalo beli beras raskin misalkan perkilonya Rp 5.000, duit Rp 2,3 trilliun itu kamu bagi

Rp 5.000 itu bisa dapet berapa juta ton beras raskin. Itu saja kamu bisa menggambarkan

mengapa media cenderung menjadikan berita soal korupsi e-KTP ini menjadi headline,

nilainya seperti itu. Kamu bandingkan juga dengan kasus korupsi yang lain, yang sudah

diusut KPK atau yang sudah diusut oleh penegak hukum lain, apa sih nilai kerugian

negara. Dalam korupsi itu kamu harus bisa bedakan apa yang disebut dengan kerugian

negara. Kalo kerugian negara kasus korupsinya itu ada proyek kemudian

dikorupsi/digelembungkan nilai proyeknya. Tadinya kamu misalkan beli komputer

harganya Rp 10 juta, karena kamu mau korupsi dianggaran APBD/APBN kamu tulis

harga komputer itu jadi Rp 20 juta, itu kan sudah 2x lipat, itu yang disebut dengan

korupsi. Ada yang namanya suap, kalo suap itu tidak ada kerugian negaranya, kamu

menyuap untuk bisa melakukan sesuatu. Waktu itu kan rame, ada satu ketua umum partai

politik yang disuap, terus pendukung-pendukungnya bilang mana kerugian negaranya?

Ya jelas tidak ada, orang disuap kok, disuap itu agar dia melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hak dan kewajiban. Kalo korupsi itu tadi,

pengadaan, digelembungkan, itu korupsi. Kalo suap saya nyuap kamu biar kamu

ngelulusin ujian SIM, ngelulusin ujian skripsi, itu namanya suap, tidak ada kerugian

negara disitu. Kalo kamu bandingkan kerugian-kerugian negara dengan kasus-kasus

pengadaan biasanya.

Page 170: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

10. Solusi apa yang diberikan Surat Kabar Harian Kompas terkait dengan

permasalahan kasus korupsi proyek e-KTP?

Gini, resep korupsi itu cuma satu sih, penegak hukumnya bersih, penyelenggaraan

negaranya transparan, penyelenggara negara itu tata kelola pemerintahannya transparan.

Penegak hukum bersih artinya dari polisi, jaksa, hakim pengacara, sampai KPK

semuanya harus dijamin bersih. Dalam kasus e-KTP solusinya apa? Sama seperti proses-

proses pengadaan yang lain kamu harus transparan. Memastikan dari proses

penganggaran juga transparan, karena transparan berarti tidak memungkinkan orang

untuk memarkup/menggelembungkan dana. Misalkan karena korupsi e-KTP ada 2 juta

atau berapa juta penduduk belum punya e-KTP. Sekarang kan harus punya e-KTP, yang

sekian juta/yang sudah punya e-KTP ini, ternyata nilai fisik e-KTP harusnya dari sidang

itu terungkap Rp 1.500 tapi karena dikorupsi nilainya jadi Rp 6.000. Yaudah yang belum

jadi ini bagaimana caranya memastikan nilainya jadi Rp 1.500 bukan Rp 6.000 lagi. Apa

yang sudah dikorupsi ya jangan diulangi disini, di yang belum punya e-KTP ini. Ya itu

solusi nya, tapi Kompas bukan pada yang memberikan solusi, Kompas hanya ada pada

posisi memberitakan, kalo mau yang baik ya yang transparan tadi.

11. Bagaimana tanggapan pembaca/khalayak mengenai pemberitaan kasus korupsi

proyek e-KTP yang disajikan oleh Surat Kabar Harian Kompas?

Kalo kita si merasa bahwa ini kasus yang mempengaruhi publik sehingga kita wajib

memberitakan itu. Apakah publik merasa butuh informasi itu, jawabannya bukan sama

kami sebenarnya, Kompas biasanya setiap senin melakukan polling litbang ada di

halaman 5 setiap hari senin, nah itu bisa terlihat tapi polling itu macam-macam. Aku ga

tau apakah ada polling yang temanya adalah seberapa perhatian publik terhadap kasus ini,

Page 171: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

tapi seberapa perhatian publik terhadap kasus korupsi dan DPR biasanya ada. Coba cari

aja di kelipingnya Kompas, kalo tidak kamu cari aja di perpustakaannya Kompas.

12. Dari berita yang dibuat oleh Surat Kabar Harian Kompas tentang kasus korupsi

proyek e-KTP pada edisi 7-17 Maret 2017, apa pesan yang ingin disampaikan

Kompas kepada khalayak?

Pesan paling penting, awasi loh wakil rakyatmu itu pertama. Yang kedua, ke

penyelenggara negara, karena pembaca Kompas kan bukan cuma rakyat ya tapi bisa

penyelenggara negara, bisa DPR atau pemerintah. Jadi ya jangan korupsi, kalo kamu

korupsi, ini loh yang sengsara ini banyak. Kalo kamu korupsi negaramu ini tidak bisa

maju, pesannya sederhana aja “jangan korupsi”.

13. Prinsip dasar media massa cetak ialah “real time”, bagaimana cara Surat Kabar

Harian Kompas mewujudkan hal tersebut agar tetap kompetitif dengan media

massa lainnya, terutama oleh media online?

Media cetak itu menghadapi krisis sekarang, karena dihadapkan pada era digital ini

disebut citizen journalism semua orang bisa jadi wartawan. Lu bisa ngetweet kejadian,

ada kebakaran misalkan, sebelum wartawan datang oh kita udah tau, dari mana? Dari

pentweet yang lewat disitu. Ya Kompas mengemasnya dengan apa? Biar tidak

ketinggalan dengan media-media yang real time memberitakan peristiwa. Ya dengan

lebih dalam/lebih lengkap, lebih dalam dengan cara bukan hanya cover both side tapi

juga cover all side. Cara yang lain lagi receiving dengan bahan/data arsip-arsip soal

korupsi misalkan, tadi berita soal DPR merupakan lembaga terkorup menurut basis survei

yang tertera disitu. Dilengkapi dengan fakta ada pemberitaan-pemberitaan soal ini, itu

yang membuat wartawan Komopas kaya, sehingga pembaca Kompas merasa “informasi

Page 172: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara

yang aku baca dari Kompas ini jauh lebih lengkap.” Oke yang lain bisa real time tapi dari

sisi archiving Kompas lebih kaya mendapatkan informasi/lebih banyak mendapatkan

data.

14. Bagaimana seorang wartawaan dapat dikatakan sebagai wartawan profesional?

Apa kriteria untuk menjadi seorang wartawan profesional?

Disiplin verifikasi, berpegang pada kode etik, kode etiknya bermacam-macam, silahkan

didownload di Dewan Pers kode etik wartawan Indonesia itu apa saja, tidak boleh

menerima sesuatu dari narasumber, harus selalu melakukan cover both side, selama dia

berpegang teguh pada kaidah maupun kode etik jurnalistik ya itu yang dianggap sebagai

wartawan yang profesional.

Billy Khaerudin

Wakil Editor Desk Politik dan Hukum

Page 173: ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS KORUPSI PROYEK E-KTP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37888/1/FATIMAH... · proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara