ANALISIS FILTRASI GINJAL
-
Upload
siti-nur-hidayah -
Category
Documents
-
view
195 -
download
9
Transcript of ANALISIS FILTRASI GINJAL
ANALISIS FILTRASI GINJAL
Oleh:
Nama : Siti Nur HidayahNIM : B1J011026 Rombongan : I Kelompok : 2Asisten : Arya Nugraha
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25
% darah cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang
berkembang dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan. Masing-masing nefron
terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding
tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk
mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan
3 hal pokok yaitu ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi
dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus (Guyton, 1996).
Umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga
perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus renalis yakni
tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan
yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut
kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan
beberapa serabut elastis (Asmoro, 2012).
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi,
absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat
mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi
oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter
filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di
resorpsi lagi keluar dari tubulus (Nurcahyo, 2012). Untuk mengetahui fungsi ginjal
dalam melakukan filtrasi maka dilakukanlah praktikum analisis fitrasi ginjal ini
sebagai gambaran dari fungsi filtrasi ginjal pada mamalia.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum Analisis Filtrasi Ginjal adalah untuk menganalisis senyawa
yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis filtrasi ginjal adalah larutan
benedict’s, larutan biuret, larutan KI, larutan protein 1% , larutan glukosa 1%, larutan
amilum 1%, dan akuades.
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis filtrasi ginjal adalah tabung
reaksi, pipet tetes, tabung erlenmeyer, corong gelas, kertas GF/F pemanas air, rak
tabung reaksi dan gelas ukur.
2.2. Metode
1. 1 mL larutan uji (protein, glukosa, amilum dan akuades) dimasukan ke dalam
empat tabung yang telah di siapkan.
2. Masing-masing tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan.
3. 1 mL larutan biuret diambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan
protein, amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
4. 1 mL larutan benedict’s ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan
glukosa. Panaskan campuran larutan tersebut selama 5 menit pada suhu 100 0C,
amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
5. Beberapa tetes larutan KI ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan
amilum sampai terjadi perubahan warna, amati perubahan warna tersebut dan
catat hasilnya.
6. 1 mL larutan biuret ditambahkan kedalam tabung yang berisi akuades. Amati
dan catat perubahan warna yang terjadi.
7. 4 tabung reaksi disiapkan, lalu isi dengan larutan uji (protein, glukosa, amilum,
akuades) masing-masing sebanyak 2 mL.
8. Larutan uji disaring dengan kertas filter G/GF menggunakan corong gelas dan
tabung erlenmeyer.
9. Percobaan pada langkah 3-6 diulangi terhadap filtrat hasil filtrasi.
10. Hasil pengamatan dicatatlah dan masukan ke dalam tabel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Tabel Perbedaan Intensitas Warna
NO. tabung
Larutan Intensitas Warna(sebelum filtrasi-tab.
Reaksi)
Intensitas Warna(setelah filtrasi-fitrat)
1 Protein +++ ++2 Glukosa +++ ++3 Amilum - -4 Akuades +++ +++
Gambar 3.1. Larutan Akuades Gambar 3.2. Larutan Protein
Gambar 3. 3. Larutan Glukosa Gambar 3.4. Larutan Amilum
3.2. Pembahasan
Ginjal merupakan organ yang kompak, terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal. Ginjal menghasilkan urin yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan. Ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi,
mengkonsentrasi toksikan pada filtrat, dan membawa toksikan melalui sel tubulus,
serta mengaktifkan toksikan tertentu. Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran
utama dari efek toksik (Santoso dan anni, 2006).
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium
(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada
orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira
sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat
seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram (Asmoro, 2012).
Gambar Letak Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam.
Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan
dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi
tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut
oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan
(Asmoro, 2012).
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis
(Asmoro, 2012).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks
renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul (Asmoro, 2012).
Gambar Nefron Ginjal
Bagian luar ginjal diselaputi jaringan ikat padat yang membentuk kapsula
renalis. Ginjal mendapat suplai darah dari arteri renalis yang kemudian bercabang-
cabang menjadi glomerulus. Glomerulus dan tubulus ginjal menyusun nefron
(nephron) yang berperan sebagai unit fungsional terkecil dalam pembentukan urin.
Kapsula bowman dari glomerulus merupakan tempat filtrasi darah, kemudian cairan
hasil filtrasi (ultrafiltrat) melewati tubulus ginjal dan akhirnya terbentuk urin.
Glomerulus dan tubulus paling banyak terdapat pada bagian korteks renalis. Ginjal
merupakann organ ekskresi terpenting melalui pembentukan air kencing (urin). Air
kencing ditampung pada pelvis renalis dan dikeluarkan lewat ureter menuju ke vesica
urinaria (Guyton.1996).
Mekanisme kerja ginjal dalam proses filtrasi dapat di gambarkan dalam
percobaan praktikum analisis filtrasi ginjal. Praktikum analisis filtrasi ginjal
menggunakan kertas GF/F sebagai gambaran dari glomerulus pada ginjal yang
berfungsi untuk memfiltrasi darah menjadi urin. Apabila larutan dapat tersaring oleh
kertas GF/F tersebut maka larutan tersebut juga dapat tersaring pada ginjal mamalia.
Begitu pula sebaliknya larutan yang tidak dapat tersaring dengan kertas GF/F
tersebut juga tidak dapat tersaring pada ginjal mamalia, dengan demikian percobaan
ini dapat di gunakan sebagai analisis filtrasi ginjal mamalia.
Reagen yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah Larutan KI yang
digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat(amilum). Bila larutan yang kita
tetesi lugol menghitam, maka larutan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin
hitam berarti larutan tersebut banyak kandungan karbohidratnya. Biuret adalah
reagen yang digunakan untuk menguji kandungan protein. Bila larutan itu
mengandung protein maka setelah bereaksi dengan biuret akan menghasilkan warna
ungu/ warna lembayung. Benedict’s adalah reagen yang digunakan untuk menguji
kandungan glokusa pada larutan. Bila larutan itu mengandung glukosa maka setelah
bereaksi dengan benedict’s akan menghasilkan warna merah bata (Rohyami, 2012).
Hasil praktikum menunjukan bahwa larutan protein dan akuades yang diberi
reagen biuret berubah warna menjadi biru keunguan. Setelah dilakukan proses
penyaringan warna larutan menjadi sedikit memudar. Larutan glukosa yang di beri
reagen benedict’s kemudian dipanaskan selama 5 menit menghasilkan warna merah
bata. Setelah dilakukan penyaringan warna larutan menjadi lebih bening. Hal ini
menunjukan bahwa protein dan air tidak disaring dalam ginjal namun ikut menjadi
urin, sementara larutan glukosa tersaring di dalam ginjal. Larutan amilum yang di
tetesi dengan larutan reagen KI tidak menunjukan perubahan warna. Hal ini di
karenakan konsentrasi larutan KI terlalu sedikit yaitu hanya 1 % sehingga larutan
tidak mengalami perubahan warna setelah ditetesi larutan KI yang seharusnya
berubah menjadi warna kehitaman (Rohyami, 2012).
Umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya
molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik
juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi.
Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul juga mempengaruhi
filtrasi. Kation lebih mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat
terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).
Konsentrasi urin dalam ginjal membutuhkan reabsorpsi air yang dimediasi oleh
saluran air, dalam mengumpulkan saluran, proses ini dikendalikan oleh hormon
antidiuretik arginin-vasopressin yang mengikat reseptor V2 dan menginduksi
akumulasi sitosolik siklik AMP (cAMP), fosforilasi dari aquaporin oleh protein
kinase A di Ser 256, dan penyisipan Aquaporin ke dalam membran plasma apikal
utama sel. Hasil Kekurangan air dan aquaporin dalam jangka panjang
mengakibatkan pengumpulan ekspresi di saluran ginjal. Manusia dan tikus,
kemampuan berkonsentrasi urin menurun sejalan dengan usia, sehingga poliuria dan
menurunkan osmolalitas urine . Beberapa strain tikus, cacat ini telah dikaitkan
hilangnya nefron atau gangguan sekresi aquaporin (Combet, 2008).
Tubulus konvulatus proksimalis dan distalis merupakan tempat terjadinya
proses resorpsi dan ekskresi, dimana beberapa bahan seperti glukosa dan sekitar 50
% natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif
yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat
glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus
kolektivus. Daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung
dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh
terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air (Snell, 2006).
Berikut ini merupakan proses pembentukan urin pada mamalia menurut Gyuton
(1996):
1. Penyaringan ( Filtrasi)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur
spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar
kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di
elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan
glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari
arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus.
Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut
kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman
space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang
menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular
terdiri atas 3 lapisan yaitu endothelium capiler, membran dasar, epiutelium visceral.
Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang
ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton.1996).
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan
tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses
filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul
protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration
barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein
plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring
(Guyton.1996).
2. Penyerapan ( Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari
filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal
tiak sama. Umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi
ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang
tersaring direabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus
proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang
memfasilitasi pergerakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur
transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance ) dibawa
oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke
cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma
(Sherwood, 2001).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler
bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur
permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler
transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui
Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam
cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel
berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K
melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na
melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane.
Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam
satu pimpinan sebagai Na (contransport) atau berlawanan pimpinan
(countertransport ) (Sherwood, 2001).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini
(secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan
organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler
dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui
pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga
di pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)
3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal
dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam
urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan
150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali
(Sherwood.2001).
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer, pada urin sekunder zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin
primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini
melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan
air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal (Sherwood.2001).
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96%
air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna
empedu, dan asam urat (Sherwood.2001).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut
tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa
namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam
darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya
sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang
beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun
demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak
menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu
adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan
disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi
jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam
urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)
dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya
di dalam air rendah (Sherwood.2001)
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut
tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa
namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam
darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya
sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Menurut Pearce (2006), kelainan atau penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi
akibat gangguan filtrasi, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Glomerulonefritis adalah peradangan yang terjadi di glomerulus sehingga
proses filtrasi darah terganggu.
2. Batu ginjal adalah adanya objek keras yang ditemukan di pelvis renalis ginjal.
Komposisi batu ginjal adalah asam urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat.
Batu ginjal terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi garam mineral, tetapi
sedikit mengonsumsi air. Batu ginjal tersebut sering mengakibatkan iritasi
dan pendarahan pada bagian ginjal yang kontak dengannya.
3. Gagal ginjal, terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk melakukan
fungsinya secara normal. Hal ini dapat terjadi karena senyawa toksik, seperti
merkuri, arsenik, karbon tetraklorida, insektisida, antibiotik, dan obat
penghilang sakit pada tingkat yang tinggi. Gagal ginjal dapat diatasi
dengan dialisis. Kita lebih mengenalnya sebagai proses cuci darah. Jika
kerusakan ginjal sangat parah, dapat dilakukan transplantasi ginjal yang baru.
4. Glikosuria, hematuria, dan albuminaria. Glikosuria adalah kelainan yang
dicirikan dengan ditemukannya glukosa pada urine. Hal tersebut
menunjukkan adanya kelainan pada tubulus ginjal. Hematuria adalah kelainan
dengan tanda ditemukannya sel darah merah di dalam urine. Penyebabnya
adalah peradangan pada ginjal atau karena iritasi akibat bergesekan dengan
batu ginjal. Albuminaria adalah kelainan, yang ditandai dengan ditemukannya
zat putih telur (albumin) dalam urine. Hal tersebut disebabkan kerusakan
membran pada kapsula Bowman yang menyebabkan protein berukuran besar
seperti albumin dapat lolos dari filtrasi
5. Anuria, Anuria adalah kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine.
Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada glomerulus. Akibatnya,
proses filtrasi tidak dapat dilakukan dan tidak ada urine yang dihasilkan.
Sebagai akibat terjadinya anuria, maka akan timbul gangguan keseimbangan
di dalam tubuh. Misalnya, penumpukan cairan, elektrolit, dan sisa-sisa
metabolisme tubuh yang seharusnya keluar bersama urine.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa yang tersaring pada proses filtrasi adalah karbohidrat dan amilum.
2. Sementara akuades dan protein lolos dari saringan glomerulus masuk ke dalam
urin.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro, Galay B. 2012. http://www.slideshare.net/GalayBintangAsmoro /ginjal-1. Diakses tanggal 25 maret 2013.
Combet S., S. Gouraud, R. Gobin, V. Berthonaud, G. Geelen, B. Corman, and J.-M. Verbavatz. 2008. Aquaporin-2 Downregulation in Kidney Medulla of Aging Rats is Posttranscriptional and is Abolished by Water Deprivation. Am J Physiol Renal Physiol 294: F1408–F1414.
Guyton, Hall. 1996. Text Book of Medical Physiology. New York : W B Saunders Company. Page 477 – 545.
Nurcahyo, Heru. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rohyami. 2012. http://rohyami.staff.uii.ac.id/2012/04/10/uji-kualitatif-urine/. Diakses tanggal 25 maret 2013.
Santoso Heri Budi dan Anni Nurliani. 2006.Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis pada Struktur Histologi Organ Hati dan Ginjal Fetus Mencit. Biosciantiae. Vol.3(1):15-27.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem.. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.