Analisis Filtrasi Ginjal 1

18
ANALISIS FILTRASI GINJAL Oleh : Nama : Achmad Akbar Rifanda NIM : B1J013156 Rombongan : V Kelompok : 3 Asisten : Siti Nur Laela M. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

description

REferensi laporan fisiologi hewan

Transcript of Analisis Filtrasi Ginjal 1

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :

Nama: Achmad Akbar RifandaNIM : B1J013156Rombongan: VKelompok: 3Asisten: Siti Nur Laela M.LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN IIKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2015I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengeluaran zat pada manusia dibedakan menjadi defekasi, sekresi, dan ekskresi. Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan berupa feces yang dikeluarkan melalui anus. Sekresi adalah proses pengeluaran getah oleh kelenjar yang berguna bagi tubuh. Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa metabolism yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolism yang dikeluarkan melaului ekskresi disebut ekskret. Ekskret dihasilkan oleh berbagai organ ekskresi yang terdapat didalam tunuh dan dikeluarkan bersama urine dan keringat (Wariyono dan Muharomah, 2008).

Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Ginjal berbentuk menyerupai biji kacang buncis. Berwarna merah cokelat. Di dalam tubuh manusia terdapat sepasang ginjal yang terletak di dekat tulang-tulang pinggang. Fungsi ginjal adalah menyaring darah. Drai proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali zat-zat yang berguna reabsorpsi, dan pengeluaran zat yang pada saat itu tidak diperlukan serta tidak dapat disimpan dalam tubuh (augmentasi) (Wariyono dan Muharomah, 2008).

1.2 Tujuan

Menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain larutan Biuret, larutan Bennedicts, larutan KI, larutan protein 1 %, larutan glukosa 1%, larutan amilum 1% dan aquadest.Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, mikropipet skala 100-1000ul, kertas filter wathman, tabug erlenmeyer dan corong gelas.

2.2 Cara Kerja1. 1 mL larutan uji (protein, glukosa, amilum dan akuades) di tambahkan ke dalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.

2. Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji

3. 1 mL larutan biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan protein, diamati dan catat perubahan yang terjadi

4. 1 mL larutan benedicts di tambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan glukosa. Tabung reaksi dipanaskan dengan air mendidih 100C selama 5 menit dan dikocok, diamati dan catat perubahan yang terjadi

5. 2-5 tetes larutan KI ditambahkan ke dalam tabung reaksi berlabel amilum, diamati dan catat perubahan yang terjadi

6. 1 mL larutan biuret ditambahkan ke dalam larutan dengan isi akuades, diamati dan catat perubahan yang terjadi.

7. Larutan uji kemudian di buang dan tabung reaksi dicuci hingga bersih

8. Tabung reaksi disiapkan kembali, lalu di isi dengan larutan uji (protein, glukosa, amilum dan akuades) masing-masing 2 mL

9. Kertas filter ditempatkan diatas corong gelas dan tabung Erlenmeyer

10. Keempat larutan uji lalu di filter pada empat tabung menggunakann corong yang telah dilengkapi dengan kertas saring GF/F

11. Percobaan pada langkah 2-4 di ulangi terhadap hasil proses filtrasi menggunakan kertas saring GF/F

12. Catat hasil pengamatan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Analisis Filtrasi GinjalNo. TabungIntensitas warna

(sebelum filtrasi-tab. Reaksi)Intensitas warna

(setelah fitrasi-filtrat)

Protein

Glukosa

Akuades

3.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan pada ketiga larutan uji yaitu protein, glukosa dan akuades didapatkan hasil yang berbeda-beda. Larutan biuret 1 ml ditambahkan ke dalam tabung yang berisi protein menghasilkan warna biru pekat dan di indikasikan dengan tanda +++ yang menandakan intensitas warna kuat. Kemudian 1 ml larutan benedicts ditambahkan ke dalam tabung yang berisi glukosa, menghasilkan warna biru muda dan setelah dipanaskan berubah menjadi warna kuning kecoklaktan dengan indikasi +++ yang menandakan intensitas warna kuat. Perlakuan terakhir menambahakan larutan biuret kedalam akuades dan menghasilkan warna biru pekat dengan indikasi +++ yang menandakan intensitas warna kuat.

Darah yang membawa sisa-sisa metabolisme protein akan masuk ke ginjal melalui pembuluh darah menuju ke glomerulus. Di dalam glomerulus terjadi peristiwa penyaringan terhadap zat-zat yang terlarut dalam darah. Zat-zat yang dapat melewati saringan glomerulus adalah zat-zat yang bermolekul kecil, seperti air, garam, amonia, urea, dan gula, maka zat-zat tersebut disebut dengan filtranglomerulus. Filtranglomerulus masuk ke kapsula Bowman dan ditampung. Kemudian filtraglomerulus tersebut akan diteruskan ke tubulus proksimal. Di dalam tubulus proksimal akan terjadi penyerapan kembali terhadap zat-zat yang masih diperlukan, yaitu air, garam, dan gula. Sedangkan zat-zat lainnya yang tidak diserap atau tidak dapat diserap akan menjadi urine primer. Urine primer masuk ke dalam tubulus distal dan akan terjadi augmentasi. Pada percobaan analisis filtrasi ginjal menggunakan kertas saring GF/F yang fungsinya memisahkan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Zat padat terlarut merupakan zat padat yang dapat melewati kertas saring berpori dengan ukuran tertentu, sedangkan zat padat tersuspensi merupakan zat padat yang tertahan pada kertas saring tersebut. Fungsi dari kertas saring GF/F hampir sama dengan glomerulus yaitu memfiltrasi, karena zat-zat yang bermolekul kecil saja yang bias lewat (Pearce, 2006).

Reaksi kimia biuret dengan polipeptida yang menyusun protein sehingga terbentuk senyawa berwarna ungu, indicator biuret ini berfungsi mendeteksi adanya protein dan konsentrasi protein dalam suatu larutan. Uji benedict dapat dilakukan pada urine, untuk mengetahui kandungan glukosa, ada uji benedict pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa dalam suasana basa memberikan hasil positif (+) dengan pereaksi benedict, selama proses ini larutan akan beruah menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau,kuning,orange,merah& merah bata / coklat ( kandungan glukosa tinggi ). Indicator KI berfungsi untuk mengetahui konsentrasi amilum dalam suatu larutan, bila terdapat amilum maka terjadi perubahan warna menjadi putih keruh. Sedangkan indicator biuret jika ditambahkan dalam akuades, maka terjadi perubahan warna menjadi ungu (Deman, 1997).

Glomerulus merupakan tempat terjadinya peristiwa penyaringan terhadap zat-zat yang terlarut dalam darah. Zat-zat yang dapat melewati saringan glomerulus adalah zat-zat yang bermolekul kecil, seperti air, garam, amonia, urea, dan gula. Urea, ammonia. asam ureat yang merupakan hasil metabolisme protein (Nurcaho, 2012).

Ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme yang tidakberguna bagi tubuh, menjaga keseimbangan cairantubuh dan mempertahankan pH cairan tubuh. Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara kronis. Beberapa pemeriksaan laboratorium klinik yang menggambarkan kadar bahan-bahan yang secara normal difiltrasi oleh ginjal dapat membantu menemukan penyebab gangguan pada fungsi ginjal dan dapat menunjukkan tingkat kerusakan dari ginjal. Pada kucing pakan yang banyak mengandung protein menyebabkan pH urin asam, sebaliknya asupan yang banyak mengandung serat menyebabkan pH urin alkalis atau netral. Nilai pH urin penting untuk mengetahui resiko terjadinya urolith. Apabila telah terjadi urolithiasis, maka diperlukan tindakan operatif (Wahyuni dan Bijanti, 2006).

Ginjal mamalia khusunya manusia, terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram (Guyton dan Hall, 2007).

Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan (Guyton dan Hall, 2007).

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Guyton dan Hall, 2007).

Menurut Missoun, (2010), ginjal sangat rentan terhadap efek toksik agen yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan bahkan ginjal kegagalan. Menurut Snell, (2006), ginjal merupakan organ utama dalam sistem ekskresi, sehingga jika ginjal rusak maka akan mengganggu sistem eskresi. Ginjal bisa mengalami gangguan karena luka berat, kehilangan banyak darah, keracunan dan penyakit. Beberapa penyakit ginjal:

1. Gagal ginjal dan uremia

Kegagalan fungsi ginjal yang sudah parah akan menyebabkan nefritis, pendarahan dan terhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba. Gejalanya diawali dengan anuria yaitu tidak terjadinya pemebentukan urin. Lalu gejala ini akan menyebabkan uremia yaitu suatu keadaan dimana urin di dalam darah karena kebocoran salah satu nefron pada ginjal. Sehingga penyerapan air oleh darah tergganggu dan menimbulkan edema(terjadi penimbunan air pada kaki atau tubuh yang lain dan timbul bengkak)

2. Nefritis

Peradangan pada nefron karena bakteri Streptococcus yang masuk melalui pernapasan. Bakteri mengalir dalam darah dan menyerang nefron. Filtrasi protein tidak terjadi karena peradangan. Dalam usia lanjut nefritis kronis memiliki gejala seperti tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah dan rusaknya glomerulus atau tubulus.

3. Diabetes Insipidus

Suatu penyakit dimana kalenjar hipofisis tidak bisa atau gagal mensekresikan hormon ADH. Penderita penyakit ini lebih banyak mengeluarkan urin, umunya urin orang normal berjumlah 4-6 liter setiap hari namun untuk penderita bisa mencapai 12-15 liter setiap hari, tergantung jumlah air yang diminum. Lalu penyakit ini diimbangi dengan rasa haus dan makan makanan yang mengandung garam. Penyakit ini umunya terjadi karena tumor pada hipotalamaus yang mengatur sekresi hormone ADH.

4. Diabetes Melitus/kencing manis

Suatu kelainan dimana urin pendertia terdapat glukosa karena berkurangnya konsentrasi hormon insulin dalam darah. Menurunya hormon Insulin menyebabkan reabsorpsi pada tubulus kontortus distal terganggu dan perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu.

5. Albuminaria

Suatu keadaan albumin dan protein lain ada didalam urin karena terjadinya alat filtrasi pada ginjal, sehingga protein dapat lolos pada proses filtrasi.

6. Kencing batu atau batu ginjal

Terbentuknya suatu butiran-butiran pada senyawa kalsium dan penimbunan asam urat, sehingga membentuk kalsium karbonat Caco3 pada saluran urin yang membuat urin susah keluar. Penyakit ini diakibatkan karena sering menahan untuk membuang air kecil dan tidak minum air banyak.

Setelah dilakukan penyaringan dengan kertas saring whatman GF/F maka didapatkan hasil yang berbeda-beda. Larutan yang berisi protein mengalami perubahan warna menjadi biru muda dengan indikasi ++ yang berarti intensitas warna sedang. Kemudian larutan glukosa mengalami perubahan warna menjadi orange terang dengan indikasi ++ yang berarti intensitas warna sedang. Hal ini menandakan zat-zat pekat dalam larutan telah tersaring didalam kertas saring.

Ginjal mamalia terdapat sepasang dengan unit terkecil yang disebut nefron. Nefron ginjal terdiri atas glomerulus dan tubulus. Glomerulus berfungsi sebagai tempat filtrasi dan tubulus tempat merubah cairan filtrasi menjadi urin. Fungsi utama nefron adalah membersihkan cairan yang tidak diinginkan oleh tubuh seperti urea, kreatinin dan asam urat. Selain itu juga mengatur kandungan ion K, Cl, dan H. Senyawa-senyawa yang biasa melewati ginjal adalah protein, air, dan glukosa. Dikeluarkan dalam bentuk urea, kreatinin dan asam urat (Tobin, 1994). Ginjal juga menyaring senyawa yang disebut albumin dimana hasil dari metabolisme protein (Akihiro, 2012).IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil bobot lambung ikan.,2. Faktor yang mempengaruhi laju digesti..DAFTAR REFERENSIWariyono S., Muharomah, Y. 2008. Ilmu Alam Sekitar. Gramedia, Jakarata.

Deman., John, M. 1997. Kimia Makanan. ITB, Bandung.

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Jakarta.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. EGC, Jakarta.

Nurcahyo, Heru. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Universitas Negeri Yogyakarta.

Missoun, F., Siimani, M., Aoues, A. 2010. Toxic effect of lead on kidney function in rat Wistar. African Journal of Biochemistry Research,Vol. 4(2), pp. 21-27.

Wahjuni, R. S., Bijanti, R. 2006. Uji Efek Samping Formula Pakan Komplit terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Pedet Sapi Friesian Holstein. Media Kedokteran Hewan Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya, Vol. 22, No. 3.

Tojo, A dan Kinugasa, S. 2012. Mechanisms of Glomerular Albumin Filtration and Tubular Reabsorption. Division of Nephrology and Endocrinology, University of Tokyo.