ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

28
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN USIA MUDA (Studi Kasus Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi Tahun 20112019) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Oleh: GALANG ARDIAN PUTRA B300170225 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021

Transcript of ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

Page 1: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN

USIA MUDA

(Studi Kasus Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi Tahun 2011–2019)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Oleh:

GALANG ARDIAN PUTRA

B300170225

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN USIA

MUDA

(Studi Kasus Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi Tahun 2011–2019)

Yang ditulis oleh:

GALANG ARDIAN PUTRA

B300170225

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Siti Aisyah, S.E., M.Si.

Page 3: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini ditulis oleh:

Nama : Galang Ardian Putra

NIM : B300170225

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran Usia Muda

(Studi Kasus Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi Tahun 2011-

2019)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Surakarta

DEWAN PENGUJI

Ketua Dewan Penguji : Siti Aisyah, S.E., M.Si.

(………Anggota I Dewan Penguji : Yuni Prihadi

Utomo, S.E., M.M. (………………)

………)

Anggota II Dewan Penguji : Eni Setyowati, S.E., M.Si.

(………………)

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prof. Dr. Anton Agus Setyawan, S.E., M.Si.

NIDN: 0616087401

Page 4: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

iii

Ditetapkan di : Surakarta

Tanggal : 10 Juli 2021

Page 5: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

1

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN USIA

MUDA

(Studi Kasus Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi Tahun 2011–2019)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto, upah minimum provinsi, investasi, inflasi, dan jumlah penduduk terhadap

pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun 2011–2019.

Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan pendekatan

Random Effect Model (REM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah

minimum provinsi, inflasi, dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pengangguran usia muda di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun

2011–2019. Sementara, Produk Domestik Regional Bruto dan investasi terbukti

tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia muda.

Kata kunci: Pengangguran Usia Muda, Regresi Data Panel, Random Effect Model

(REM), Pulau Jawa dan Sulawesi

Abstract

This study aims to analyze the effect of Gross Regional Domestic Product,

provincial minimum wage, investment, inflation, and population on youth

unemployment in provinces in Java and Sulawesi in 2011–2019. The analysis

method used is panel data regression with the approach Random Effect Model

(REM). The results show that the provincial minimum wage, inflation, and

population have a positive and significant effect on youth unemployment in Java

and Sulawesi in 2011–2019. Meanwhile, Gross Regional Domestic Product and

investment proved to have no significant effect on youth unemployment.

Keywords: Youth Unemployment, Panel Data Regression, Random Effect Model

(REM), Java and Sulawesi

1. PENDAHULUAN

Pengangguran merupakan masalah sosial yang dihadapi setiap negara

di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Pengangguran

yang tinggi mempunyai dampak buruk bagi perekonomian, individu dan

masyarakat, seperti tingginya jumlah pengangguran akan menyebabkan

masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang mungkin

dicapai, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga

akan timbul kemiskinan, kejahatan, dan masalah sosial lainnya (Sukirno,

2006).

Page 6: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

2

Pengangguran menjadi persoalan yang cukup serius di Indonesia,

dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya akan

mengakibatkan bertambahnya jumlah angkatan kerja. Bertambahnya angkatan

kerja yang tidak diiringi dengan tersedianya lapangan dan kesempatan kerja

akan menimbulkan jumlah pengangguran semakin tinggi khususnya usia

muda.

Permasalahan kependudukan yang dihadapi di Pulau Jawa dan

Sulawesi tidak jauh berbeda dengan permasalahan pada tingkat nasional yaitu

masalah pengangguran. Meskipun pemerintah telah melakukan upaya untuk

menurunan tingkat pengangguran, tetapi masih ada beberapa provinsi di Pulau

Jawa dan Sulawesi memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi.

Berdasarkan informasi dari BPS tahun 2018 tingkat pengangguran Provinsi

Banten dan Provinsi Jawa Barat diurutan pertama dan kedua di Indonesia yaitu

sebesar 8,52% dan 8,17%, selanjutnya Provinsi Sulawesi Utara diurutan

kelima dengan angka sebesar 6,86%. Salah satu faktor penyebab tingginya

tingkat pengangguran di Provinsi Banten yaitu rendahnya kompetensi yang

dimiliki sumber daya manusianya. Padahal di sisi lain lapangan kerja cukup

banyak di Banten. Meskipun lapangan kerja cukup banyak tetapi

pengangguran masih tinggi karena angkatan kerjanya tidak bisa memenuhi

kompetensi yang diinginkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di

Provinsi Banten. Tingginya tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat

dipengaruhi oleh kondisi industri, dengan memiliki jumlah industri yang besar

sehingga menarik penduduk dari luar untuk melakukan perpindahan. Migrasi

industri ini menyebabkan lapangan pekerjaan semakin berkurang. Di Provinsi

Sulawesi Utara tingkat pengangguran sebagian besar menumpuk di perkotaan.

Hal ini terjadi karena para pencari kerja apabila di kota mempunyai peluang

mendapatkan pekerjaan lebih besar dan banyak pilihan pekerjaan dibanding

desa, serta peningkatan angkatan kerja setiap tahunnya sehingga hal tersebut

tidak sejalan dengan ketersediaan lapangan kerja di kota dan kemudian

pengangguran mengalami peningkatan.

Tabel 1 Provinsi dengan Pengangguran Tertinggi Tahun 2018 (Persen) No Provinsi Tingkat Pengangguran 1 Banten 8,52 2 Jawa Barat 8,17

Page 7: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

3

3 Maluku 7,27 4 Kepulauan Riau 7,12 5 Sulawesi Utara 6,86 6 Kalimantan Timur 6,60 7 Aceh 6,36 8 Papua Barat 6,30 9 DKI Jakarta 6,24

10 Riau 6,20

Sumber: BPS, Sakernas 2018

Tabel 2 Pengangguran Usia Muda Pulau Jawa dan Sulawesi Menurut Provinsi

Tahun 2015–2017 (Persen)

Provinsi Tahun

2015 2016 2017

DKI Jakarta 14,31 12,50 13,98

Jawa Barat 20,52 19,84 20,47

Jawa Tengah 14,22 12,72 12,59

DI Yogyakarta 12,05 8,11 8,91

Jawa Timur 13,27 11,26 11,70

Banten 19,61 18,10 19,47

Sulawesi Utara 22,73 17,00 21,24

Sulawesi Selatan 14,71 10,86 13,53

Sulawesi Tengah 10,58 7,23 8,98

Sulawesi Tenggara 12,91 5,92 7,97

Gorontalo 11,43 6,75 11,74

Sulawesi Barat 7,71 7,80 8,21

Sumber: BPS, Sakernas 2015–2017

Tabel 2 menunjukkan bahwa pengangguran usia muda tertinggi dalam

kurun waktu 2015–2017 yaitu terjadi di Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata

sebesar 20,28%. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama, pengangguran usia

muda terendah dengan rata-rata sebesar 7,90% yang terjadi di Provinsi

Sulawesi Barat. Tingginya pengangguran usia muda di Provinsi Jawa Barat

disebabkan besarnya jumlah pelajar. Sedangkan angka pengangguran usia

muda yang tinggi karena para pelajar yang sudah lulus sekolah kesulitan

memperoleh pekerjaan. Selain itu, juga disebabkan karena jumlah angkatan

kerja di Provinsi Jawa Barat cukup tinggi yaitu sebesar 22,39 juta pada tahun

2017 bahkan menduduki urutan pertama dengan jumlah angkatan kerja

tertinggi di Indonesia, selanjutnya adalah di Provinsi Jawa Timur dengan angka

sebesar 20,93 juta. Dari jumlah tersebut termasuk penambahan angkatan kerja

yang datang dari luar daerah sehingga masyarakat Jawa Barat sendiri semakin

sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Dimana beberapa provinsi pada

tahun tertentu masih terdapat kenaikan angka pengangguran. Dengan masih

Page 8: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

4

adanya kenaikan angka pengangguran, berarti masalah pengangguran belum

dapat teratasi secara berkelanjutan. Untuk mengatasi pengangguran, diperlukan

kesediaan jumlah lapangan kerja yang seimbang dengan tenaga kerja yang

tersedia (Mahayana & Sukadana, 2014).

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pengangguran usia muda

yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB menunjukkan nilai

bersih dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah. PDRB yang

meningkat akan memberikan pengaruh positif terhadap jumlah pengangguran

karena jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir dalam seluruh unit ekonomi

di suatu wilayah akan meningkat sehingga peningkatan dalam nilai tambah

barang dan jasa akhir dapat menyerap tenaga kerja lebih tinggi (Yudhiarso et

al., 2015). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

2010 menurut Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi dalam satuan miliar rupiah

tahun 2015–2017 dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan 2010 Menurut

Provinsi Tahun 2015–2017 (Miliar Rupiah)

Provinsi Tahun

2015 2016 2017

DKI Jakarta 1.454.563,85 1.540.078,20 1.635.855,75

Jawa Barat 1.207.232,34 1.275.527,64 1.342.953,38

Jawa Tengah 806.765,09 849.313,20 894.050,47

DI Yogyakarta 83.474,45 87.688,20 92.300,66

Jawa Timur 1.331.376,10 1.405.561,04 1.482.147,59

Banten 368.377,20 387.824,35 409.959,69

Sulawesi Utara 70.425,33 74.764,66 79.484,03

Sulawesi Selatan 250.802,99 269.401,31 288.814,17

Sulawesi Tengah 82.787,20 91.014,56 97.474,86

Sulawesi Tenggara 72.993,33 77.745,51 83.001,69

Gorontalo 22.068,80 23.507,21 25.090,13

Sulawesi Barat 25.964,43 27.524,77 29.282,49

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015–2017

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa di Pulau Jawa dan Sulawesi dalam

kurun waktu 2014–2017 nilai PDRB tertinggi yaitu Provinsi DKI Jakarta

dengan rata–rata sebesar 1.543.279.96 miliar rupiah. Sedangkan dalam kurun

waktu yang sama, nilai PDRB terendah dengan rata–rata sebesar 23.555,38

miliar rupiah yang terjadi di Provinsi Gorontalo. Dapat dilihat bahwa secara

umum PDRB pada masing–masing provinsi mengalami peningkatan setiap

Page 9: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

5

tahunnya. Hal ini seharusnya dapat mengurangi angka pengangguran di Pulau

Jawa dan Sulawesi. Namun, kenyataannya pertumbuhan nilai PDRB yang

diharapkan bisa menjadi salah satu solusi mengatasi pengangguran, ternyata

masih sangat terbatas di dalam menyerap angkatan kerja.

Selain PDRB, tingkat upah minimum daerah juga merupakan salah satu

faktor yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengangguran. Perbaikan

sistem upah melalui kebijakan upah minimum merupakan usaha pemerintah di

dalam memperbaiki masalah ketenagakerjaan. Upah minimum inilah yang akan

dipakai oleh para pengusaha sebagai standar minimum di dalam memberikan

upah kepada para pekerja. Semakin tinggi upah minimum yang ditetapkan,

maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran di wilayah tersebut

(Kaufman & Hotchkiss, 1999). Hal ini bisa terjadi karena dengan semakin

tinggi upah yang ditetapkan di suatu wilayah, maka perusahaan akan

mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih besar. Akibatnya perusahaan akan

melakukan efisiensi terhadap produksi dengan cara mengurangi jumlah tenaga

kerjanya. Higgins (1997) menunjukkan bahwa upah berpengaruh positif pada

pengangguran usia muda, semakin tinggi upah relatif pemuda akan berlawanan

dengan orang dewasa dengan inisiatif yang lebih sehingga perusahaan lebih

memilih untuk mempekerjakan orang dewasa sebagai lawan pemuda sehingga

menimbulkan pengangguran usia muda. Data mengenai besaran UMP provinsi

di Pulau Jawa dan Sulawesi dijelaskan melalui tabel 4 berikut:

Tabel 4 Upah Minimum Menurut Provinsi Tahun 2015–2017 (Rupiah)

Provinsi Tahun

2015 2016 2017

DKI Jakarta 2.700.000 3.100.000 3.355.750

Jawa Barat 1.127.700 2.250.000 1.420.624

Jawa Tengah 1.100.000 1.265.000 1.367.000

DI Yogyakarta 1.114.731 1.237.700 1.337.645

Jawa Timur 1.127.700 1.273.490 1.388.000

Banten 1.600.000 1.784.000 1.931.180

Sulawesi Utara 2.150.000 2.400.000 2.598.000

Sulawesi Selatan 2.000.000 2.250.000 2.500.000

Sulawesi Tengah 1.500.000 1.670.000 1.807.775

Sulawesi Tenggara 1.652.000 1.850.000 2.002.625

Gorontalo 1.600.000 1.875.000 2.030.000

Sulawesi Barat 1.655.500 1.864.000 2.017.780

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015–2017

Page 10: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

6

Tabel 4 menunjukkan bahwa daerah dengan rata-rata upah minimum

provinsi tertinggi dalam kurun waktu 2015–2017 adalah DKI Jakarta sebesar

Rp. 3.051.910, kemudian Banten dengan rata-rata upah minimum provinsi

sebesar Rp. 1.771.720. Dalam kurun waktu yang sama DI Yogyakarta

memiliki rata–rata upah minimum provinsi terendah yaitu sebesar Rp.

1.230.000. Upah Minimum Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi berdasarkan

masing–masing provinsi secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan ini

diakibatkan oleh peningkatan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) pekerja.

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

(KHL) yang dilihat dari produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga

kenaikan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) mengindikasikan adanya kenaikan

pertumbuhan ekonomi.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi jumlah pengangguran

adalah investasi. Investasi memberikan peluang kepada pihak swasta untuk

menanamkan modalnya, agar tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Investasi merupakan pengeluaran untuk penambahan barang modal yang

bertujuan peningkatan produksi. Sukirno (2016) menyatakan bahwa

penambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut

dapat menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.

Semakin besar kapasitas produksi suatu perekonomian, maka akan semakin

besar pula tenaga kerja yang dibutuhkan.

Tabel 5 Realisasi Investasi Menurut Provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi

Tahun 2015–2017 (Miliar Rupiah)

Provinsi Tahun

2015 2016 2017

DKI Jakarta 65.442,32 57.875,12 109.515,36

Jawa Barat 105.438,27 103.867,22 108.066,60

Jawa Tengah 27.141,97 37.920,23 52.008,63

DI Yogyakarta 1.591,53 1.211,94 789,10

Jawa Timur 71.265,75 724.10,87 66.270,15

Banten 45.776,79 51.553,28 56.429,43

Sulawesi Utara 1.484,56 10.212,90 8.030,53

Sulawesi Selatan 12.433,67 8.339,51 11.626,41

Sulawesi Tengah 15.938,73 22.582,83 22.869,49

Sulawesi Tenggara 4.015,68 6.847,48 12.537,46

Gorontalo 189,49 2.373,14 1.447,93

Sulawesi Barat 1.131,39 360,88 814,65

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015–2017, diolah

Page 11: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

7

Realisasi investasi provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi masih

cenderung fluktuatif. Meningkatnya investasi di suatu daerah diharapkan akan

berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat, dimana dengan adanya

investasi tersebut akan meningkatkan kegiatan perekonomian yang dapat

menyerap tenaga kerja, sehingga masyarakat dapat memiliki pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor inflasi juga memiliki kontribusi dalam mempengaruhi

pengangguran usia muda. Peningkatan biaya hidup kebutuhan dari tahun ke

tahun tidak terlepas dari perkembangan tingkat inflasi, yaitu suatu proses

kenaikan harga-harga secara terus menerus dalam suatu perekonomian.

Tingginya tingkat inflasi yang terjadi maka akan berakibat pada pertumbuhan

ekonomi yang menurun sehingga akan terjadi peningkatan terhadap

pengangguran (Senet & Yuliarmi, 2014). Kondisi perekonomian dengan

tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output

dan kesempatan kerja. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan angka

pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan kerja menjadi

semakin mengecil atau jumlah tenaga kerja yang diserap akan kecil.

Tabel 6 Tingkat Inflasi Menurut Provinsi Tahun 2014–2017 (Persen)

Provinsi Tahun

2014 2015 2016 2017

DKI Jakarta 8,95 3,30 2,37 3,72

Jawa Barat 7,6 2,73 2,75 3,63

Jawa Tengah 8,22 2,73 2,36 3,71

DI Yogyakarta 6,59 3,09 2,29 4,20

Jawa Timur 7,77 3,08 2,72 4,04

Banten 10,20 4,29 2,94 3,98

Sulawesi Utara 9,67 5,56 0,35 2,44

Sulawesi Selatan 8,61 4,48 2,94 4,44

Sulawesi Tengah 8,85 4,14 1,49 4,33

Sulawesi Tenggara 7,40 1,64 3,07 2,96

Gorontalo 6,14 4,3 1,3 4,34

Sulawesi Barat 7,89 5,37 2,23 3,79

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014–2017

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan inflasi pada masing-masing provinsi

di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun 2014–2017. Rata–rata inflasi tertinggi setiap

provinsi terjadi pada tahun 2014 sebesar 8,18%. Sedangkan pada tahun 2016

memiliki rata–rata inflasi terendah yaitu sebesar 2,23%. Terjadinya kenaikan

Page 12: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

8

inflasi yang tinggi tersebut karena disebabkan adanya kenaikan harga BBM.

Kenaikan harga BBM yang diputuskan oleh pemerintah menyebabkan harga-

harga kebutuhan pokok menjadi melonjak terutama bahan makanan dan

berimbas pada naiknya harga-harga secara umum.

Faktor lain yang turut mempengaruhi pengangguran yaitu jumlah

penduduk. Jumlah penduduk adalah banyaknya penduduk atau total penduduk

yang berdomisili didalam wilayah suatu negara. Penduduk yang bertambah dari

waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada

perkembangan ekonomi (Sukirno, 2016). Pertumbuhan jumlah penduduk yang

terjadi setiap tahunnya akan menyebabkan kenaikan jumlah angkatan kerja.

Namun apabila kenaikan jumlah angkatan kerja ini tidak diimbangi dengan

kenaikan jumlah kesempatan kerja maka hal ini akan menimbulkan peningkatan

jumlah pengangguran. Itulah sebabnya jumlah penduduk yang tinggi bukan

menjadi hal untuk dikatakannya sebuah pembangunan yang berhasil, justru

dengan jumlah penduduk yang tinggi akan menjadikan suatu beban bagi

pembangunan tersebut. Menurut data dari BPS jumlah penduduk provinsi di

Pulau Jawa dan Sulawesi dijelaskan melalui table 7 berikut:

Tabel 7 Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2016–2018 (Jiwa)

Provinsi Tahun

2016 2017 2018

DKI Jakarta 10.277.628 10.374.235 10.467.629

Jawa Barat 47.379.389 48.037.827 48.683.861

Jawa Tengah 34.019.095 34.257.865 34.490.835

DI Yogyakarta 3.720.912 3.762.167 3.802.872

Jawa Timur 39.075.152 39.292.972 39.500.851

Banten 12.203.148 12.448.160 12.689.736

Sulawesi Utara 2.436.921 2.461.028 2.484.392

Sulawesi Selatan 8.606.375 8.690.294 8.771.970

Sulawesi Tengah 2.921.715 2.966.325 3.010.443

Sulawesi Tenggara 2.551.008 2.602.389 2.653.654

Gorontalo 1.150.765 1.168.190 1.185.492

Sulawesi Barat 1.302.478 1.330.961 1.355.554

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016–2018

Tabel 7 menunjukkan jumlah penduduk pada provinsi di Pulau Jawa

dan Sulawesi selama tahun 2016–2018. Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah

penduduk tertinggi yaitu sebesar 48.683.861 jiwa dengan laju pertumbuhan

Page 13: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

9

penduduk 1,50% pada tahun 2018. Sedangkan Provinsi Gorontalo memiliki

jumlah penduduk terendah yaitu sebesar 1.150.765 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk 0,81% pada tahun 2016. Wilayah yang memiliki

jumlah penduduk yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya

angka kelahiran yang lebih banyak dari angka kematian, tetapi juga

disebabkan perpindahan penduduk yang menjadi salah satu faktor penyebab

tingginya jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat. Karena daerah tersebut

terdapat banyak pusat industri sehingga mendorong penduduk bermigrasi

untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih

tinggi.

2. METODE

Pada penelitian ini akan mengamati pengaruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), upah minimum provinsi (UMP), investasi (INV),

inflasi (INF), dan jumlah penduduk (JP) terhadap pengangguran usia muda

(PUM) provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun 2011–2019. Model analisis

yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan

variabel independen dalam penelitian ini menggunakan regresi data panel.

Model ekonometrika dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

PUMit = β0 + β1PDRBit + β2UMPit + β3INVit + β4INFit + β5JPit + eit

Keterangan:

PUM = Pengangguran Usia Muda (Persen)

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rupiah)

UMP = Upah Minimum Provinsi (Rupiah)

INV = Investasi (Miliar Rupiah)

INF = Inflasi (Persen)

JP = Jumlah Penduduk (Jiwa)

β0 = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5 = Koefisien regresi

e = Error

i = Daerah penelitian

t = Waktu (tahun penelitian)

Langkah-langkah estimasinya meliputi: (1) mengestimasi model data

panel dengan pendekatan Pooled Least Squares (PLS), Fixed Effect Model

(FEM), dan Random Effect Model (REM); (2) pemilihan model estimator data

panel terbaik; (3) uji signifikansi parsial pada model terpilih; (4) uji

Page 14: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

10

signifikansi simultan pada model terpilih, dan (5) interpretasi koefisien

determinasi pada model terpilih.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan merupakan

data panel, yaitu kombinasi dari data cross section dan data time series. Data

cross section dalam penelitian ini meliputi dua belas data mewakili enam

provinsi di Pulau Jawa dan enam provinsi di Pulau Sulawesi, antara lain DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,

Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara (i = 12). Sementara itu data time series

sebanyak sembilan data mewakili data tahunan, yaitu dari tahun 2011–2019 (t

= 9).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Estimasi Regresi Data Panel

PUMit = β0+ β1Log PDRBit+ β2 Log UMPit+ β3Log INVit + β4INFit+ β5Log JPit+ eit

Keterangan:

PUM = Pengangguran Usia Muda (Persen)

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rupiah)

UMP = Upah Minimum Provinsi (Rupiah)

INV = Investasi (Miliar Rupiah)

INF = Inflasi (Persen)

JP = Jumlah Penduduk (Jiwa)

β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi

e = Error

i = Daerah penelitian

t = Waktu (tahun penelitian)

Hasil estimasi regresi data panel dengan pendekatan Pooled Least

Squares (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM)

diperlihatkan pada Tabel 8.

Page 15: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

11

Tabel 8 Hasil Estimasi Regresi Data Panel

Variabel Koefisien Regresi

PLS FEM REM

C −142,6544 −234,5591 −129,2410

LOG(PDRB) −3,149143 −10,61135 −3,472689

LOG(UMP) 7,369316 8,625633 6,293292

LOG(INV) 0,384594 0,183363 0,155407

INF 0,682102 0,551489 0,560794

LOG(JP) 5,209851 15,88223 5,747297

R2 0,475291 0,848123 0,457617

Adj. R2 0,449570 0,821419 0,431030

F–statistik 18,47869 31,76052 17,21183

Prob. F–statistik 0,000000 0,000000 0,000000

3.1.2 Pemilihan Model Estimasi Terbaik

Uji Chow dilakukan untuk menentukan model estimasi terbaik antara

Pooled Least Squares (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM).

Tabel 9 Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross–section F 20,308090 (11,91) 0,0000

Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas F–statistik uji Chow bernilai

sebesar 0,0000 (< 0,01), H0 ditolak sehingga model mengikuti pendekatan

Fixed Effects Model (FEM).

Uji Hausman dilakukan untuk menentukan model estimasi terbaik

antara Random Effect Model (REM) dengan Fixed Effect Model (FEM).

Tabel 10 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi–Square Statistic Chi-Sq d.f. Prob.

Cross–section random 2,705214 5 0,7453

Tabel di atas terlihat bahwa probabilitas χ2–statistik uji Hausman bernilai

sebesar 0,7453 (> 0,10), H0 diterima, yang berarti model mengikuti

pendekatan Random Effect Model (REM).

Hasil uji Chow dan uji Hausman di atas menyimpulkan bahwa model

estimator terpilih adalah Random Effect Model (REM). Hasil estimasi REM

secara lengkap ditampilkan pada tabel 4.4.

Page 16: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

12

Tabel 11 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM)

PUMit = −129,2410 − 3,472689Log PDRBit + 6,293292Log UMPit +

(0,0001) (0,1615) (0,0000)*

0,155407Log INVit + 0,560794 INFit + 5,747297Log JPit

(0,6011) (0,0000)* (0,0495)***

R2 = 0,457617; DW–stat. = 1,692919; F–stat. = 17,21183; Prob.F–stat. =

0,00000

Keterangan: *signifikan pada α = 0,01; **signifikan pada α = 0,05;

***signifikan pada α = 0,10; angka di dalam kurung adalah nilai probabilitas

t–statistik.

Tabel 12 Efek dan Konstanta Random Effect Model (REM)

Provinsi Efek Konstanta

Jakarta 1,5893 −127,6517

Jabar 2,5829 −126,6581

Jateng -2,0282 −131,2692

DIY -0,4064 −129,6474

Jatim -2,9449 −132,1859

Banten 3,6632 −125,5778

Sulut 6,2909 −122,9501

Gorontalo 0,2856 −128,9554

Sulteng -1,9736 −131,2146

Sulsel -2,4917 −131,7327

Sulbar -3,1464 −132,3874

Sultra -1,4204 −130,4204

Sumber: Lampiran 2

3.1.3 Uji Signifikansi Parsial

Uji signifikansi parsial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah setiap variabel independen secara parsial atau individu berpengaruh

terhadap variabel dependen. H0 uji signifikansi parsial dalam penelitian ini

adalah β1,2,3,4,5 = 0; atau produk domestik regional bruto, upah minimum

provinsi, investasi, inflasi, dan jumlah penduduk masing–masing tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengangguran usia muda. Sementara HA–nya

antara lain β1,2,3 < 0 atau produk domestik regional bruto, upah minimum

provinsi, dan investasi masing–masing berpengaruh negatif signifikan

terhadap pengangguran usia muda; β4,5 > 0 atau inflasi dan jumlah penduduk

masing–masing berpengaruh positif signifikan terhadap pengangguran usia

muda. H0 diterima apabila probabilitas t–statistik > α dan H0 ditolak apabila

probabilitas t–statistik ≤ α.

Page 17: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

13

Hasil uji signifikansi parsial (uji t) untuk semua variabel independen

terangkum pada tabel 12.

Tabel 13Hasil Uji Signifikansi Parsial

Variabel Probabilitas t–Statistik Kriteria Kesimpulan

PDRB 0,1615 > 0,10 Tidak berpengaruh signifikan

UMP 0,0000 < 0,01 Signifikan pada α = 0,01

INV 0,6011 > 0,10 Tidak berpengaruh signifikan

INF 0,0000 < 0,01 Signifikan pada α = 0,01

JP 0,0495 < 0,10 Signifikan pada α = 0,10

3.1.4 Uji Signifikansi Simultan

Uji signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen berpengaruh secara bersama–sama atau simultan terhadap

variabel dependen. Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas F–statistik

sebesar 0,00000 (< 0,01) maka H0 ditolak. Artinya, secara bersama–sama

produk domestik regional bruto, upah minimum provinsi, investasi, inflasi,

dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pengangguran usia muda.

3.1.5 Koefisien Determinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R-square (R2) dari model

terestimasi yaitu Random Effect Model (REM) sebesar 0,4576. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan variabel PDRB, upah minimum provinsi,

investasi, inflasi, dan jumlah penduduk mampu menjelaskan variasi variabel

pengangguran usia muda sebesar 45,76%, sedangkan sisanya 54,24%

dijelaskan oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian

ini.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Interpretasi Pengaruh Variabel Independen

Hasil uji signifikansi parsial pada tabel 13 terbukti bahwa upah

minimum provinsi, inflasi, dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan

terhadap pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun

2011–2019. Sementara PDRB dan investasi terbukti tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengangguran usia muda.

Page 18: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

14

Variabel upah minimum provinsi memiliki koefisien regresi sebesar

6,293292 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 dimana nilai tersebut lebih

kecil daripada α (0,01). Dengan demikian, upah minimum provinsi memiliki

pengaruh positif dan signifikan. Pola hubungan antara upah minimum provinsi

dengan pengangguran usia muda adalah linier–logaritma, sehingga apabila

upah minimum provinsi naik sebesar 1 persen maka pengangguran usia muda

akan naik sebesar 0,06293292 persen. Sebaliknya, apabila upah minimum

provinsi turun sebesar 1 persen maka pengangguran usia muda akan turun

sebesar 0,06293292 persen.

Variabel inflasi memiliki koefisien regresi sebesar 0,560794 dengan

nilai probabilitas sebesar 0,0000 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada α

(0,01). Dengan demikian, inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan.

Pola hubungan antara inflasi dengan pengangguran usia muda adalah linier–

linier, sehingga apabila inflasi naik sebesar 1 persen maka pengangguran usia

muda akan naik sebesar 0,560794 persen. Sebaliknya, apabila inflasi turun

sebesar 1 persen maka pengangguran usia muda akan turun sebesar 0,560794

persen.

Variabel jumlah penduduk memiliki koefisien regresi sebesar

5,747297 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0495 dimana nilai tersebut lebih

kecil daripada α (0,05). Dengan demikian, jumlah penduduk memiliki

pengaruh positif dan signifikan. Pola hubungan antara jumlah penduduk

dengan pengangguran usia muda adalah linier–logaritma, sehingga apabila

jumlah penduduk naik sebesar 1 persen maka pengangguran usia muda akan

naik sebesar 0,05747297 persen. Sebaliknya, apabila jumlah penduduk turun

sebesar 1 persen maka pengangguran usia muda akan turun sebesar

0,05747297 persen.

Berdasarkan penghitungan nilai konstanta pada tabel 12 dapat

diketahui nilai konstanta masing-masing wilayah. Nilai konstanta tertinggi

adalah Sulawesi Utara yaitu sebesar −122,9501 berarti tingkat pengangguran

usia muda di Provinsi Sulawesi Utara cenderung lebih tinggi dibanding

dengan wilayah lainnya. Sementara konstanta wilayah terendah adalah

Page 19: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

15

Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar −132,3874 berarti tingkat pengangguran

usia muda di Provinsi Sulawesi Barat cenderung lebih rendah dibanding

dengan wilayah lainnya. Bisa dilihat dalam tabel 4.5 dari semua provinsi yang

ada di Pulau Jawa dan Sulawesi memiliki selisih nilai konstanta yang tidak

ekstrim, yang berarti struktur hubungan variabel-variabel independen dan

variabel dependen cenderung sama.

3.2.2 Interpretasi Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto

Hasil uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan bahwa PDRB tidak

berpengaruh terhadap pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan

Sulawesi tahun 2011–2019. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil penelitian

tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

negatif PDRB terhadap pengangguran usia muda. Artinya, perubahan PDRB

tidak akan menyebabkan kenaikan atau penurunan pada pengangguran usia

muda provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kasanah et al. (2018)

menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap jumlah pengangguran. Hal ini dikarenakan oleh

proses produksi masih cenderung lebih diarahkan pada padat modal (capital

intensive) dan kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan sektor

dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja. Hal yang sama juga

disampaikan oleh Nainggolan (2009) dimana modal yang dominan dibanding

penggunaan sumber daya manusia di dalam kontribusi peningkatan PDRB,

akan menimbulkan peningkatan jumlah pengangguran, walaupun PDRB terus

mengalami peningkatan.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk domestik

regional bruto tidak berpengaruh terhadap pengangguran usia muda dapat

disebabkan masih dominannya industri padat modal di masing–masing

provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi. Industri padat modal merupakan industri

yang cenderung menekankan pada modal yang cukup besar dan penggunaan

teknologi didalam proses produksinya dibandingkan dengan memanfaatkan

sumber daya manusia yang ada. Dengan besarnya kontribusi yang

Page 20: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

16

disumbangkan sektor–sektor padat modal, maka penggunaan sumber daya

manusia akan semakin berkurang karena proses produksi yang dihasilkan

lebih dominan berasal dari modal yang besar dan penggunaan teknologi

modern.

3.2.3 Upah Minimum Provinsi

Hasil uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan bahwa upah minimum

provinsi berpengaruh positif terhadap pengangguran usia muda provinsi di

Pulau Jawa dan Sulawesi tahun 2011–2019. Hal tersebut membuktikan bahwa

hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh negatif upah minimum provinsi terhadap pengangguran usia muda.

Maka hasil uji tersebut dapat diartikan bahwa, apabila upah minimum provinsi

di Pulau Jawa dan Sulawesi mengalami peningkatan maka pengangguran usia

muda juga akan meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Panjawa dan Soebagiyo

(2014), adanya pengaruh positif signifikan antara upah minimum terhadap

tingkat pengangguran. Dimana kenaikan upah minimum akan menyebabkan

peningkatan pengangguran di objek studi. Penyebab terjadinya pengangguran

akibat adanya kekakuan upah (wage rigidity) yaitu ketidakmampuan upah

dalam melakukan penyesuaian sampai di titik ekuilibrium, di mana penawaran

tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja. Pengangguran yang

disebabkan kekakuan upah akibat penyesuaian antara jumlah pekerja yang

menginginkan pekerjaan dan jumlah pekerjaan yang tersedia. Namun,

meningkatnya tingkat upah membuat penawaran tenaga kerja bertambah,

sehingga membuat permintaan tenaga kerja berkurang. Akibatnya terjadi

surplus tenaga kerja atau pengangguran. Penyebab kekakuan upah antara lain:

peraturan upah minimum, serikat pekerja dan efisiensi upah. Hasil penelitian

serupa yang dilakukan Sirait et al. (2018) menunjukkan bahwa upah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi

Jambi. Hajji & Nugroho SBM (2013) juga menemukan adanya pengaruh

positif dan signifikan upah minimum provinsi terhadap pengangguran di

Provinsi Jawa Tengah tahun 1990–2011.

Page 21: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

17

3.2.4 Investasi

Hasil uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan bahwa investasi tidak

berpengaruh terhadap pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan

Sulawesi tahun 2011–2019. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil penelitian

tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

negatif investasi terhadap pengangguran usia muda. Artinya, perubahan

investasi tidak akan menyebabkan kenaikan atau penurunan pada

pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanti

et al. (2017) dimana investasi tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien

bernilai positif. Penyebab dari investasi yang tidak berpengaruh signifikan ini

karena terjadinya kesenjangan realisasi investasi antar wilayah yang relatif

besar, sehingga penyerapan tenaga kerja yang tinggi hanya terjadi pada

beberapa wilayah saja. Di Pulau Jawa saja, realisasi investasi masih terfokus

di beberapa provinsi, seperti Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa

Timur. Hal sama juga di Pulau Sulawesi yang masih di beberapa provinsi saja,

seperti Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Meskipun penyerapan

tenaga kerja tinggi terjadi pada beberapa provinsi di Pulau Jawa maupun

Sulawesi sebagai daerah realisasi investasi, tetapi tingkat pengangguran di

daerah tersebut juga relatif tinggi dibandingkan daerah lainnya. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kemampuan investasi untuk meningkatkan penyerapan

tenaga kerja masih sangat rendah, yang dapat disebabkan oleh investasi yang

dilakukan cenderung merupakan investasi yang padat modal dan investasi

yang dilakukan adalah untuk mengganti barang modal yang telah rusak dan

bukan untuk investasi baru.

3.2.5 Inflasi

Hasil uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan bahwa inflasi

berpengaruh positif terhadap pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa

dan Sulawesi tahun 2011–2019. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil

penelitian sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

positif inflasi terhadap pengangguran usia muda. Artinya, apabila inflasi

Page 22: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

18

provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi mengalami peningkatan maka

pengangguran usia muda juga akan meningkat.

Dari hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan landasan teori

yang ada yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif, maka

kenaikan inflasi akan diikuti dengan kenaikan pengangguran usia muda.

Inflasi yang terjadi merupakan kenaikan harga-harga secara umum maka

dengan naiknya harga-harga. Biaya yang terus-menerus naik menyebabkan

kegiatan produksi sangat tidak menguntungkan sehingga pemilik modal

biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi atau

melakukan investasi yang tidak produktif. Maka investasi produktif akan

berkurang sehingga dampaknya kesempatan kerja mengalami penurunan dan

pengangguran mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif terhadap pengangguran.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) menemukan bahwa inflasi yang

berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Jawa

Timur pada tahun 2003–2014. Selain itu, Prayuda & Dewi (2015) juga

menemukan bahwa inflasi yang berpengaruh positif signifikan terhadap

pengangguran.

3.2.6 Jumlah Penduduk

Hasil uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan bahwa jumlah

penduduk berpengaruh positif terhadap pengangguran usia muda provinsi di

Pulau Jawa dan Sulawesi tahun 2011–2019. Hal tersebut membuktikan bahwa

hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif jumlah penduduk terhadap pengangguran usia muda. Artinya,

apabila jumlah penduduk provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi mengalami

peningkatan maka pengangguran usia muda juga akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Malthus mengenai jumlah penduduk dan tingkat pengangguran, ketika jumlah

penduduk meningkat dan upah riil meningkat maka perusahaan akan

mengurangi jumlah permintaan tenaga kerjanya, dimana pada masyarakat

Page 23: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

19

modern diartikan bahwa semakin pesatnya jumlah penduduk akan

menghasilkan tenaga kerja yang semakin banyak pula, namun hal ini tidak

diimbangi dengan kesempatan kerja yang ada. Karena jumlah kesempatan

yang sedikit itulah maka manusia saling bersaing dalam memperoleh

pekerjaan dan yang tersisih dalam persaingan tersebut menjadi golongan

penganggur. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Juliansyah et al. (2019) dimana jumlah penduduk berpengaruh signifikan

positif terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Paser tahun 2007–2015.

Selain itu, Lestari & Woyanti (2020) juga menemukan bahwa jumlah

penduduk berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah pengangguran di

kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2017.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Hasil uji pemilihan model estimator terbaik membuktikan bahwa Random

Effect Model (REM) merupakan model terpilih.

2. Berdasarkan hasil uji kebaikan model pada pendekatan REM terbukti

bahwa model terestimasi eksis dengan nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,4576. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel

PDRB, upah minimum provinsi, investasi, inflasi, dan jumlah penduduk

mampu menjelaskan variasi variabel pengangguran usia muda sebesar

45,76%.

3. Hasil uji validitas pengaruh menunjukkan bahwa upah minimum provinsi,

inflasi, dan jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap

pengangguran usia muda provinsi di Pulau Jawa dan Sulawesi tahun

2011–2019. Sementara PDRB dan investasi ditemukan tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengangguran usia muda.

4. Hasil uji signifikansi simultan menunjukkan bahwa PDRB, upah minimum

provinsi, investasi, inflasi, dan jumlah penduduk secara bersama–sama

berpengaruh terhadap pengangguran usia muda.

Page 24: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

20

4.2 Saran

1. Dengan masih tingginya sumbangan sektor padat modal terhadap PDRB

yang membuat penyerapan tenaga kerja tidak maksimal, maka hendaknya

pemerintah juga harus memperhatikan usaha kecil dan menengah dimana

pada usaha kecil dan menengah lebih berorientasi pada padat karya. Jika

industri kecil dan menengah lebih diperhatikan dan dikembangkan, maka

tenaga kerja akan terserap dengan baik.

2. Pemerintah hendaknya menyusun kebijakan yang benar–benar dapat

secara berkeadilan antara kepentingan pengusaha dan serikat kerja dalam

penetapan upah minimum yang pada akhirnya dapat meningkatkan

produktivitas dan kesejahteraan para pekerja agar tidak terjadi peningkatan

pengurangan pada usia muda dan juga tidak merugikan perusahaan.

3. Pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan dapat mendorong

peningkatan investasi baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) yang

berorientasi pada sektor–sektor padat karya. Selain itu, pemerintah juga

perlu meningkatkan iklim investasi yang kondusif, serta menetapkan

regulasi–regulasi tentang cara dan persyaratan maupun perizinan investasi

yang mudah diterima oleh para calon investor yang akan merealisasikan

investasinya di daerah tersebut, adanya jaminan stabilitas politik,

keamanan dan penegakan hukum yang konsisten, menyediakan informasi

yang akurat untuk para calon investor dalam rangka promosi daerah,

mewujudkan mekanisme pelayanan yang efektif bagi para calon investor.

4. Pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas tingkat inflasi dengan

kebijakan fiskal berupa pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk

mengembangkan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi inflasi tetapi tetap melakukan pengembangan

pada sektor-sektor riil sebagai upaya meningkatkan lapangan pekerjaan

untuk mengurangi pengangguran usia muda.

5. Jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya,

sebaiknya pemerintah harus tetap mengontrol dan melakukan upaya dalam

Page 25: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

21

menekan laju pertumbuhan penduduk yang tidak hanya dilihat dari tingkat

kelahiran tetapi juga permasalahan dari perpindahan penduduk/migrasi.

Selain itu, perlu meningkatkan kualitas pemuda seperti dengan

mengadakan pelatihan keterampilan tenaga kerja usia muda,

pengembangan proyek-proyek umum, atau dengan pendirian industri yang

padat karya agar terus dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja sehingga

pengangguran usia muda menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. B. K., Manuaba, S., & Kartika, I. N. (2016). Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah dan Investasi terhadap Kesempatan Kerja Melalui Pendidikan.

E-Jurnal EP Unud, 5(9), 960–992.

Amin, M. B. (2016). Pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi, dan

Inflasi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Timur Tahun 2005-

2013. 2–19.

Arsyad, L. (1999). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Ashshiddiq, M. H., & Nooraeni, R. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pemuda menjadi Pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2018. 606–620.

Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data: Third Edition. West

Sussex England: J. Wiley & S. Ltd.

Bayrak, R., & Tatli, H. (2014). The Determinants of Youth Unemployment: A

Panel Data Analysis of OECD Countries. 15(2), 231–248.

Cholili, F. M. & M. P. (2014). Analisis Pengaruh Pengangguran, PDRB, dan IPM

terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia).

1-14.

Choudhry, M., Marelli, E., & Signorelli, M. (2013). Key Determinants of Youth

Unemployment in OECD Countries. 1–18.

Fila, D. T., Mansingh, J. P., & Legesse, W. (2016). Determinants of Youth

Unemployment: The Case of Ambo Town, Oromia, Ethiopia Dejene.

International Journal of Economics and Business Management, 2(2), 162–

169.

Gilarso. (2003). Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius.

Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Econometric. Singapure: McGraw-

Hill Inc.

Hajji, M. S., & Nugroho SBM. (2013). Analisis PDRB, Inflasi, Upah Minimum

Provinsi, dan Angka Melek Huruf terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990-2011. Diponegoro Journal of

Economics, 2(3), 1–10.

Hartanto, T. B., & Masjkuri, S. U. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,

Pendidikan, Upah Minimum dan PDRB terhadap Jumlah Pengangguran di

Kab/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014. Jurnal Ilmu Ekonomi

Terapan, 2(1), 21–30.

Page 26: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

22

Higgins, N. O. (1997). The Challenge of Youth Unemployment. Employment and

Training Department International Labour Office, 50(4), 63–93.

Indradewa, I. G. A., & Natha, K. S. (2013). Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah

Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali. E-Junal EP

Unud, 4(8), 923–950.

Isnayanti, N. D., & Ritonga, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Sumatera Utara Tahun

1978-2014. Karismatika, 3(2), 180–197.

Jhingan, M. (2004). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakara: PT Raja

Grafindo Persada.

Juliansyah, Lestari, D., & Pramudjasi, R. (2019). Pengaruh Jumlah Penduduk dan

Pendidikan Serta Upah terhadap Pengangguran di Kabupaten Paser.

Kinerja, 16(1), 69–77.

Kasanah, Y. T., Hanim, A., & Suswandi, P. E. (2018). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2009-2014. E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 5(1), 21–25.

Kaufman, B. E., & Hotchkiss, J. L. (1999). The Economics of Labor Market. Fifth

Edition. USA: Georgia State University.

Kurniawan, R. C. (2013). Analisis Pengaruh PDRB , UMK , dan Inflasi terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011. 1–24.

Laksamana, R. (2016). Pengaruh PDRB terhadap Pengangguran di

Kabupaten/Kota Kalimantan Barat. Audit dan Akutansi, 5(2), 111–134.

Lestari, N. D., & Woyanti, N. (2020). Pengaruh PDRB, UMK, Jumlah Penduduk

dan Inflasi terhadap Jumlah Pengangguran di 35 Kab/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2011-2017. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5(1), 66–76.

Lindiarta, A. (2014). Analisis Pengaruh Tingkat Upah Minimum, Inflasi, dan

Jumlah Penduduk terhadap Pengangguran di Kota Malang 1996-2013.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, 1-15.

Lubis, P., & Zulam, S. Bin. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Investasi di Indonesia. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam,

2(2), 147–166.

Mahayana, I. M. A., & Sukadana, I. W. (2014). Pengaruh Upah Minimum dan

Investasi pada Permintaan Tenaga Kerja di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi

Pembangunan Universitas Udayana V, 3(8), 384–394.

Makmun, & Yasin, A. (2003). Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap

PDB Sektor Pertanian. Kajian Ekonomi dan Keuangan, 7(3), 57–83.

Mankiw, N. G. (2006). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mintargo. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Perencanaan

Pembangunan, 6(1), 39–46.

Msigwa, R., & Kipesha, E. F. (2013). Determinants of Youth unemployment in

Developing Countries : Evidences from Tanzania. Journal of Economics

and Sustainable Development, 4(14), 67–77.

Muminin, M. A., & R, W. H. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan

Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kab/Kota

Page 27: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

23

Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(3), 374–

384.

Nainggolan, I. O. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kesempatan Kerja pada Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Tesis

Ketenagakerjaan. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

Nanga, M. (2001). Ekonomi Makro Teori. Jakarta: Erlangga.

Panjawa, J. L., & Soebagiyo, D. (2014). Efek Peningkatan Upah Minimum

terhadap Tingkat Pengangguran. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,

15(1), 48–54.

Poyoh, A., Kapantow, G.H.M., & Mandei, J.R. (2017). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Sulawesi Utara. Agri-

Sosio Ekonomi Unsrat, 13(1), 55–66.

Prasaja, M. H. (2013). Pengaruh Investasi Asing, Jumlah Penduduk dan Inflasi

terhadap Pengangguran Terdidik di Jawa Tengah Tahun 1980-2011.

Economics Development Analysis Journal, 2(3), 72–84.

Prasetyo, N. R. (2015). Analisis Faktor Penentu Pengangguran Terbuka di

Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 1991-2013. 1–79.

Prayuda, M. G., & Dewi, M. H. U. (2015). Pengaruh Inflasi dan Investasi

terhadap Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 1994-2013. E-Jurnal EP

Unud, 5(1), 69–95.

Putra, R. E. (2012). Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi

terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang. Economics Development Analysis Journal,

1(2), 43–58.

Putri, D. A., & Subroto, W. T. (2016). Analisis Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Timur Tahun 2003-

2014. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4(3), 1–8.

Putri, R. F. (2015). Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Upah

terhadap Pengangguran Terdidik. 4(2), 175–181.

RB, T. S., & Soekarnoto. (2014). Pengaruh PDRB, UMK, Inflasi, dan Investasi

terhadap Pengangguran Terbuka di Kab/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun

2007-2011. Junal Ekonomi dan Bisnis, 6(2), 106–119.

Salvatore, D. (2007). Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Senet, P. D. R., & Yuliarmi, N. N. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jumlah Pengangguran di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 3(6), 237–246.

Shita, A., & Dereje, M. (2018). Determinants of Urban Youth Unemployment;

Evidence From East Gojjam Zone, Ethiopia. International Journal of

Economic Development, 11(2), 245–265.

Sirait, A. F., Yulmardi. & Bhakti, A. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengangguran Terbuka di Provinsi Jambi. E-Jurnal Perspekif Ekonomi dan

Pembangunan Daerah, 7(3), 137–146.

Siyoto, S., & M. Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Literasi Media.

Soebagiyo, D., Hasmarini, M. I., & Chuzaimah. (2005). Analisis Pengaruh

Page 28: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN …

24

Kesempatan Kerja, Tingkat Beban/Tanggungan dan Pendidikan Terhadap

Pengangguran di Provinsi Dati I Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi

Pembangunan, 6(2), 163–186.

Sukirno, S. (1996). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

. (2006). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

. (2016). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.

Suwandika, P. E., & Yasa, I. N. M. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan

Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran di

Provinsi Bali. Jurnal EP Unud, 4(7), 794–810.

Syahrina Syam, & Abdul Wahab. (2015). Pengaruh upah dan pertumbuhan

penduduk terhadap tingkat pengangguran di kota makassar. Iqtisaduna, 1(1),

35–54.

Tapparan, S. R. (2017). Pengaruh Upah Minimum dan Investasi terhadap

Kesempatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Administrare, 4(1),

8–14.

Widarjono, A. (2017). Ekonomerika: Pengantar dan Aplikasinya Disertai

Panduan Eviews. Yogyakarta: Ekonisia.

Yanti, N. F., Anam, H., & Adda, H. W. (2017). Analisis Pengaruh Inflasi,

Investasi dan PDRB terhadap Tingkat Pengangguran di Wilayah Sulawesi

Periode 2010-2014. Katalogis, 5(4), 138–148.

Yudhiarso, S. T., Suswandi, P. E., & Qosjim, A. (2015). Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kabupaten Jombang Tahun

2004-2013. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1–5.