Analisis Faktor Pembeda Kelompok

15
ANALISIS FAKTOR PEMBEDA KELOMPOK PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA Dl PUSKESMAS BUNGURSARI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2009 Budiman, Asep Dian Abdilah, Ria Permanah ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang ada di masyarakat diperkirakan prevalensi hipertensi di dunia 1 miliar orang dengan kematian 7,1 juta setiap tahunnya. Hasil survey dari WHO menunjukan bahwa angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria adalah 12,1% dan pada wanita 12,2%, dimana secara umum prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun antara 15%-20%. Di Indonesia sendiri diperkirakan prevalensi hipertensi sekitar 17% tahun 2006. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2007 dikatakan bahwa data pola penyebab kematian umum di Indonesia no 1 adalah hipertensi. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 ditemukan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lanjut usia adalah 40,18% yang berarti angka ini lebih besar dan menduduki urutan pertama dari penyakit-penyakit lainnya. Sedangkan prevalensi penyakit hipertensi pada lansia umur >65 di Kabupaten Purwakarta tahun 2008 adalah 19,32%. Data lain menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lansia di Wilayah Puskesmas Bungursari tahun 2006 sebesar 1, 92%, tahun 2007 sebesar 4,96%, tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 12, 5%. Penelitian ini bertujuan untuk· melakukan analisis faktor pembeda kelompok penyakit hipertensi pada lansia di Puskesmas Bungur Sari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009. Desain penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 yang berjumlah 557 orang. Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan menggunakan metode alokasi proporsional. Pengoiahan data pada penelitian ini terdiri atas : Cleaning, Coding, Skoring dan Entering melalui aplikasi komputer. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis diskriminan yang merupakan suatu teknik analisis multivariat yang termasuk dependence method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada yang menjadi faktor pembeda antara kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 yaitu Merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, umur dan asupan garam. Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian Hipertensi. Keakurasian antara kelompok Hipertensi dan yang tidak menderita Hipertensi pada lansia adalah 62 %. Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah pihak puskesmas perlu secara intensif memberikan informasi dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat khususnya lansia tentang pola hidup sehat dan faktor-faktor yang berpengaruti terhadap kejadian Hipertensi pada lansia, supaya masyarakat tetap waspada terhadap kejadian Hipertensi. Kata Kunci : Hipertensi dan Analisis Driskriminan

Transcript of Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Page 1: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

ANALISIS FAKTOR PEMBEDA KELOMPOK PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA Dl PUSKESMAS

BUNGURSARI KABUPATEN PURWAKARTA

TAHUN 2009

Budiman, Asep Dian Abdilah, Ria Permanah

ABSTRAK

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang ada di masyarakat diperkirakan prevalensi hipertensi di dunia 1 miliar orang dengan kematian 7,1 juta setiap tahunnya. Hasil survey dari WHO menunjukan bahwa angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria adalah 12,1% dan pada wanita 12,2%, dimana secara umum prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun antara 15%-20%. Di Indonesia sendiri diperkirakan prevalensi hipertensi sekitar 17% tahun 2006. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2007 dikatakan bahwa data pola penyebab kematian umum di Indonesia no 1 adalah hipertensi. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 ditemukan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lanjut usia adalah 40,18% yang berarti angka ini lebih besar dan menduduki urutan pertama dari penyakit-penyakit lainnya. Sedangkan prevalensi penyakit hipertensi pada lansia umur >65 di Kabupaten Purwakarta tahun 2008 adalah 19,32%. Data lain menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi pada lansia di Wilayah Puskesmas Bungursari tahun 2006 sebesar 1,92%, tahun 2007 sebesar 4,96%, tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Penelitian ini bertujuan untuk· melakukan analisis faktor pembeda kelompok penyakit hipertensi pada lansia di Puskesmas Bungur Sari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009. Desain penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 yang berjumlah 557 orang. Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan menggunakan metode alokasi proporsional. Pengoiahan data pada penelitian ini terdiri atas : Cleaning, Coding, Skoring dan Entering melalui aplikasi komputer. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis diskriminan yang merupakan suatu teknik analisis multivariat yang termasuk dependence method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada yang menjadi faktor pembeda antara kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 yaitu Merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, umur dan asupan garam. Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian Hipertensi. Keakurasian antara kelompok Hipertensi dan yang tidak menderita Hipertensi pada lansia adalah 62 %. Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah pihak puskesmas perlu secara intensif memberikan informasi dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat khususnya lansia tentang pola hidup sehat dan faktor-faktor yang berpengaruti terhadap kejadian Hipertensi pada lansia, supaya masyarakat tetap waspada terhadap kejadian Hipertensi. Kata Kunci : Hipertensi dan Analisis Driskriminan

Page 2: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

A. PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merup.akan masalah kesehatan yang ada di masyarakat,

diperkirakan prevalensi hipertensi di dunia 1 miliar orang dengan kematian 7,1 juta setiap tahunnya

(Aziza,2007). Kurang lebih 30% penduduk tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi.

Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan usia, semakin lanjut usia, semakin tinggi tekanan

darah jika tidak dilakukan modifikasi pola hidup. Data Framingham Heart Study(Aziza, 2007)

menunjukan bahwa individu pada umur 55 tahun atau 65 tahun 90% akan mengalami resiko

hipertensi.

Di Indonesia diperkirakan prevalensi hipertensi sekitar 17% tahun 2006, hal ini di dukung oleh

hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2007 bahwa data pola penyebab kematian umum

di Indonesia no 1 adalah hipertensi. Survei faktor resiko penyakit hipertensi oleh WHO

menunjukan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria adalah

12,1% dan pada wanita 12,2% secara umum prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun

antara 15%-20%. (Depkes Rl, 2007).

Berdasarkan profil Propinsi Jawa Barat di tahun 2007 prevalensi penyakit hipertensi pada

lanjut usia adalah 40,18% yang berarti angka ini lebih besar dan menduduki urutan pertama dari

penyakit-penyakit lainnya. (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2007). Sedangkan prevalensi

penyakit hipertensi pada lansia umur >65 di Kabupaten Purwakarta tahun 2008 adalah 19,32%.

Prevalensi penyakit hipertensi pada lansia di Wilayah Puskesmas Bungursari tahun 2006 sebesar

1,92%, tahun 2007 sebesar 4,96%, tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 12,5%. (Profil

Kesehatan Kabupaten Purwakarta 2006,2007,2008)

Setelah dilakukan studi pendahuluan kepada 10 orang lansia dengan menggunakan data

primer mengukur tekanan darah, menimbang berat badan dan pengisian kuesioner didapatkan hasil

dari 10 orang lansia yang menderita hipertensi dengan tekanan darah > 140/90 mmHg sebesar 70%

sedangkan tekanan darah < 120/80 mmHg sebesar 30%. Adapun faktor-faktor penyebab hipertensi

pada lansia di antaranya faktor berat badan, asupan garam berlebih, merokok, umur, aktifitas fisik.

Didapatkan hasil dari faktor-faktor penyebab hipertensi pada lansia diantaranya berat badan sebesar

25%, asupan garam berlebih sebesar 20%, merokok sebesar 10%, umur sebesar 15% dan aktifitas

fisik sebesar 10%. Sehingga di dapatkan faktor yang sangat mempengaruhi penyakit hipertensi pada

lansia adalah berat badan dan asupan garam berlebih.

Page 3: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis faktor pembeda kelompok penyakit

hipertensi pada lansia di Puskesmas Bungur Sari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan

adalah studi cross sectional karena ingin menelusuri penyakit hipertensi pada lansia yang

dihubungkan dengan faktor penyebab yaitu merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, Umur

asupan garam berlebih. Kemudian dilihat perbedaan masing-masing faktor penyebabnya. Adapun

kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

Sedangkan definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi O erasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabellndependen

Merokok Kebiasaan merokok Kuesioner Berapa batang Ratio

setiap hari :<!: 10 perhari batang perhari

Berat badan Penimbunan lemak Kuesioner IMT Ratio

berlebih yang berlebihan IMT= BeratBadan(kg)

yang berada di TinggiBadan(m2 )

dalam tubuh

Aktifitas fisik Setiap gerakan Kuesioner Berapa menit Ratio tubuh yang di perhari lakukan setiap hari

yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi

Page 4: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Umur

Usia responden

Kuesioner

60 tahun keatas

Ratio

Asupan garam Masuknya kandungan garam

Kuesioner Food

Berapa jumlah Food Frekuensi

Ratio

yang mengikat air Frekuensi Questionare ke aliran pembuluh Questionare darah

Variabel Oe enden Hipertensi Tekanan darah Tensimeter 1.Hipertensi Nominal

tinggi yang lebih Tekanan darah dari 140 mmHg 140/90 mmHg pada sistole dan 2. Tidak hipertensi melebihi 90 mmHg Tekanan darah ada distole <120/80 mmHg

Populasi penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Bungursari Kabupaten

Purwakarta Tahun 2009 yang berjumlah 557 orang. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini berjumlah 100 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random

sampling dengan menggunakan metode alokasi proporsional. Sedangkan lokasi dari kegiatan

penelitian ini adalah 4 desa, yaitu : Desa Cibungur, Desa Bungulsari, D esa Wanakerta dan Desa

Dangdeur, yang kesemuanya berada pada Wilayah Kerja Puskesmas Bungursari Kabupaten

Purwakarta.

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri atas : Cleaning, Coding, Skoring, dan Entering

melalui aplikasi komputer. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisa data untuk menjawab atau

membuktikan diterima atau ditolak hipotesa yang telah ditegakkan. Analisis data yang dilakukan pada

penelitian ini adalah analisis diskriminan yang merupakan suatu teknik analisis multivariat yang

termasuk dependence method, yakni adanya variabel dependen dan independen yang dapat

membedakan antar kelompok (grup). Adapun langkah-langkah analisis diskriminan terdiri atas :

menguji variabel, interpretasi uji variabel, melakukan analisis diskriminan, dan melakukan interpretasi

analisis diskriminan.

Page 5: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Hipertensi Tidak hipertensi Merokok 6,21 4,29 5,56 Berat badan berlebih 21,88 20,21 21,31 Aktifitas fisik 19,50 19,03 19,34 Umur 67,26 69,15 67,90 Asupan garam 62,70 69,06 64,86

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Menguji Variabel

Tabel2. Hasil Pengujian Variabel

Box's M 14,964 F Approx. 0,934

df1 15

df2 18386,731 Si. 0,525

Hasil uji varibel merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, umur, dan asupan garam Yaitu p-

value 0,525. Hal ini berarti matriks kovarians adalah equal (antar variabel relatif sama) berarti

memenuhi syarat untuk dilanjutkan uji diskriminan

2. Uji Diskriminan

a. Nilai mean (Rata-Rata)

Tabel 3. Rata-Rata faktor kelompok penyakit Hipertensi pada Lasia di Puskesmas Bungursari kabupaten Purwakarta Tahun 2009

Variabel Kejadian hipertensi

Rata-Rata

Berdasarkan tabel di atas lansia yang menderita kejadian Hipertensi memiliki rata-rata

merokok lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami Hipertensi yaitu

6,21 batang/hari. Rata-rata lansia yang menderita Hipertensi dengan faktor berat badan

berlebih yaitu 21,88 lebih tinggi dibandingkan rata-rata lansia yang tidak Hipertensi

Sedangkan rata-rata aktivitas fisik pada lansia yang mengalami Hipertensi sebesar 19,50

menit I hari cenderung lebih tinggi dibanding dengan lansia yang tidak mengalami kejadian

Hipertensi. Umur lansia yang mengalami Hipertensi sebesar 67,26, cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami Hipertensi. Asupan garam pada lansia

Page 6: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

yang menderita Hipertensi sebesar 62,70, cenderung lebih rendah dibandingkan dengan

asupan garam pada lansia yang tidak mengalami Hipertensi.

b. Uji Statistik antargrup setiap variabel independen

Tabel 4. Uji Perbedaan Antargrup dengan Variabel lndependen (merokok, berat badan

berlebih, aktivitas fisik, umur dan asupan garam)

Variabel p-Value

Merokok 0,126 Berat badan berlebih 0,021 Aktifitas fisik 0,921 Umur 0,176 Asupan garam 0,247

Dari kelima variabel independen, p-value berat badan berlebih adalah 0,021 (> 0,05),

terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan berat badan berlebih terhadap

kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Bungursari kabupaten Purwakarta Tahun

2009

c. Menyeleksi variabel ke dalam model diskriminan

Berdasarkan hasil Uji Statistik antargrup setiap variabel independen, maka variable yang

masuk ke dalam model diskriminan adalah berat badan berlebih dengan korelasi 56%.

d. Menentukan indikasi perbedaan nyata antara kedua grup

Tabel 5. Uji Perbedaan antara merokok, berat badan berlebih, aktivitas fisik, umur dan

asupan garam terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas

Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009

Test of Function Wilks' Lamda Chi-Square Df Sig

0,894 10,675 . 5 0,058

Page 7: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa p-value 0,058 (>0,05), hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang nyata antara kejadian Hipertensi pada lansia terhadap faktor

merokok, berat badan berlebih, aktivitas fisik, umur dan asupan garam.

e. Menentukan variabel yang paling membedakan

Tabel ·6. Variabel lndependen (merokok, berat badan berlebih, aktivitas fisik, umur dan

asupan garam) yang membedakan Kejadian Hipertensi pada lansia di

Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009

Variabel Fungsi

Merokok 0,24 Berat badan berlebih 1,000 Aktifitas fisik -0,058 Umur 0,159 Asupan garam 0,008

Dari tabel di atas varibel yang paling membedakan kejadian Hipertensi pada lansia adalah

berat badan berlebih karena memiliki nilai paling tinggi yaitu 1,000.

f. Membuat model fungsi diskriminan

Tabel7. Klasifikasi fungsi koefisisen

Fungsi 1 Berat badan Berlebih 0,296 (konstanta 6,308

Adapun model fungsi diskriminan adalah sebagai berikut :

• Kejadian Lansia yang mengalami Hipertensi

Kejadian Hipertensi Pada Lansia = -6,308 + 0,296 berat badan berlebih

Page 8: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

g. Menguji ketepatan model analisis diskriminan

label 8. Classification Results(b,c)

Ketepatan model = 35 + 27

100

= 0,62

= 62%

3. Pembahasan a.

Merokok

Lansia yang mengalami Hipertensi yang merokok memiliki rata-rata lebih tinggi di

bandingkan dengan lansia yang tidak menderita Hipertensi dan tidak merokok yaitu 6,21

batang I hari. Dalam kajian teori merokok adalah suatu faktor resiko penting dalam penyakit

dalam penyakit kardiovaskuler, menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh organisasi

kesehatan dunia pada tahun 1965.

Penelitian Framingham mendukung penemuan ini, walaupun orang yang merokok

satu pak rokok sehari tiga kali lebih mungkin menderita serangan jantung dibandingkan

orang yang tidak merokok, resikonya bertambah seiring dengan meningkatnya konsumsi

rokok. Pada orang yang merokok secara terus menerus, kemungkinan terjadinya serangan

Page 9: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

jantung enam kali lebih besar dibandingkan yang tidak merokok. Merokok meningkatkan

resiko hipertensi pada semua usia, terutama pada individu lebih muda.

Pada laki-laki di bawah 65 tahun, bahaya nikotin dalam tanaman tembakau yang

dijadikan rokok berbahaya bagi kesehatan. Merokok meningkatkan resiko kematian

kardiovaskuler 2kali sedangkan pada laki-laki 85 tahun atau lebih, resiko meningkat 20%

selain meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler, merokok juga dapat meningkatkan

risiko penyakit paru dan neoplasma, impotensi.

b. Berat Badan Berlebih

Rata-rata lansia yang menderita Hipertensi dengan faktor berat badan berlebih

yaitu 21,88 lebih tinggi dibandingkan rata-rata lansia yant tidak Hipertensi. Berat badan

yang berlebihan akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas, jantungnya.

harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakan beban berlebihan

dari tubuh tersebut karena itu obesitas termasuk salah satu faktor yang meningkatkan risiko

hipertensi dan serangan jantung. Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi.

Walaupun belum diketahui pasti hubungan antara hipertensi dengan obesitas, tetapi

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume jantung darah penderita obesitas

dengan hipertensi lebih tinggi di bandingkan dengan orang dengan berat badan normal.

Di Indonesia istilah Body Mass Index (BMI) diterjemahkan menjadi indeks massa

Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurngan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia

harapan hidup lebih panjang. ( Supariasa, 2002).

c. Aktivitas Fisik

Rata-rata aktivitas fisik pada lansia yang mengalami Hipertensi sebesar 19,50

menit I hari cenderung lebih tinggi dibading dengan lansia yang tidak mengalami kejadian

Hipertensi. Latihan olahraga menurunkan resiko hipertensi,individu yang melakukan

olahraga intensitasnya ringan sedang kira-kira 20 menit memiliki resiko 30% lebih rendah

dari kematian akibat hipertensi daripada individu yang memiliki pola hidup santai,

Page 10: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

keuntungan tersebut disebabkan oleh penurunan tekanan darah setelah olahraga, tetapi

faktor metabolik lain yang dapat diaktifasi oleh olah raga seperti peningkatan kolesterol.

Olahraga ketahanan yang teratur secara cukup takarannya untuk mencegah resiko

hipertensi. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih banyak

3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10mmHg. Olahraga teratur

selain dapat mengurangi stress juga dapat menurunkan berat badan, membakar lebih

banyak lemak di dalam darah, dan memperkuat otot-otot jantung lakukan kegiatan apa saja

untuk mencegah te adinya hipertensi seperti kegiatan sehari-hari misalnya berkebun,

berjalan kaki, berkebun, bersepeda dan lain-lain.

Penelitian yang sama didukung oleh penelitian Diyan (2003), tidak ada perbedaan

yang bermakna antara Hipertensi dengan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik

meningkatkan resiko menderita OM dan Hipertensi karena meningkatkanrisiko Kelebihan

berat badan. 0(ang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung

yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekea lebih keras pada setiap kontraksi.

Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri.

d. Umur Umur lansia yang mengalami Hipertensi sebesar 67,26, cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami Hipertensi. Satu dari lima pria berusia

antara 35 sampai 44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi, angka prerolensi tersebut

menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun, separuh dari mereka yang berusia 55-

64 tahun mengidap penyakit ini,pada usia 65-74 tahun prevalensinya menjadi lebih tinggi

lagi sekitar 60 persen menderita hipertensi.Hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah ketika usianya semakin bertambah, jadi semakin tua usianya kemungkinan

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Tekanan sistolik terus meningkat

sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus naik sampai usia 55-60 tahun.(Puspitorini,

2008).

Hipertensi pada usia lanjut menjadi perhatian mengingat prevalensi tergolong tinggi

60-80 persen. Data lnaSH menyebutkan 60 persen Hipertensi pada usia lanjut adalah

Page 11: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Hipertensi sistolik terisolasi dimana terjadi kenaikan tekanan darah sistolik disertai penurunan

tekanan darah diastolic. Tekanan darah diastolic ketika jantung tengah berelaksasi.

Rekomendasi Pengobatan pada usia lanjut yang mengalami Hipertensi adalah bila tekanan

darah sistolik lebih dari atau sama dengan 160 mmHg bila kondisi dan harapan

hidup dianggap baik. Sedangkan usia lanjut disertai faktor resiko lainnya pengobatan

dilakukan ketika tekanan darah sistolik mencapai lebih dari atau sama dengan

140 mmHg.(Mangku 2009).

e. Asupan Garam

Asupan garam pada lansia yang menderita Hipertensi sebesar 62,70, cenderung

lebih rendah dibandingkan dengan asupan garam pada lansia yang tidak mengalami

Hipertensi. Secara umum sebagian besar orang sudah mengetahui perlunya pembatasan

asupan garam bagi penderita hipertensi.Garam harus dibatasi karena kandungan mineral

natrium bersifat mengikat air. Pada saat garam dikonsumsi maka garam tersebut akan

mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan

meningkatnya volume darah apabila volume darah meningkat kerja jantung akan meningkat

dan akibatnya tekanan darah pasti juga akan meningkat. Natrium merupakan salah satu

komponen zat terlarut dalam darah, dengan mengkonsumsi garm konsentrasi zat terlarut

akan tinggi sehingga menyerap air masuk dan selanjutnya menyebabkan peningkatan

tekanan darah.

Mengurangi konsumsi garam adalah prinsip paling penting untuk menurunkan

tekanan darah menurut WHO konsumsi garam disarankan 2.300 mgt hari (setara 1 sendok

teh). Secara umum asupan garam menghubungkan antara konsumsi garam dengan

Hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya

Hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume

plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan

ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik

(system perdarahan) yang normal. Pada Hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di

samping ada factor lain yang berpengaruh. (Yundini, 2006).

f. Faktor Pembeda kejadian Hipertensi

Page 12: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Analisis diskriminan menunjukkan bahwa ada faktor pembeda antara kelompok

lansia yang menderita Hipertensi dan yang tidak menderita Hipertensi dengan faktor

merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, umur, dan asupan garam . Kelima faktor

tersebut merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian

Hipertensi.

Mengacu pada buku ringkasan eksekutif Konsesus Penanggulangan Hipertensi

(Perhi), penyakit Hipertensi kerap ditemukan tanpa sengaja. ltulah sebabnya Hipertensi

dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Hipertensi merupakan muara dari beragam

penyakit degeneratif yang mengakibatkan kematian. (Mangku, 2009).

Sebagian besar penyakit degeneratif yang dialami masyarakat modern memang

bersumber dari penyempitan pembuluh darah. ltu terjadi karena penumpukan kolesterol

pada dinding pembuluh darah bersumber dari makanan yang berlemak dan berkalori tinggi.

Kejadian Hipertensi biasanya lebih sering dialami oleh laki-laki. Karena gaya hidup mereka

cenderung memiliki resiko tinggi menderita Hipertensi lebih awal. Garis keturunan

menyatakan bahwa kemungkinan untuk menderita Hipertensi memiliki risiko 2 kali lebih

besar daripada yang tidak memilki riwayat Hipertensi dalam keluarga. (Mangku , 2009).

IMT (lndeks Massa tubuh) lebih dari 27 merupakan salah satu faktor resiko yang

memaksa kea jantung lebih keras. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita

Hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita Hipertensi yang tidak obesitas. (Yundini,

2006).

Merokok berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti

nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis

dan tekanan darah tinggi. Pada suatu autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan

merokok dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.(Yundini,

2006).

Page 13: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Berat badan berlebih membedakan secara signifikan dan berkontribusi terbesar antara

kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun

2009.

b. Merokok tidak menjadi faktor pembeda antara kejadian Hipertensi pada lansia di Puskesmas

Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

c. Aktifitas fisik tidak menjadi faktor pembeda antara kejadian Hipertensi pada lansia di

Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

d. Umur tidak menjadi faktor pembeda antara kejadian Hipertensi pada lansia di Puskesmas

Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

e. Asupan garam tidak menjadi faktor pembeda antara kejadian Hipertensi pada lansia di

Puskesmas Bungursari Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

f. Ada faktor pembeda antara kejadian Hipertensi pada lansia di puskesmas Bungursari

Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 yaitu Merokok, berat badan berlebih, aktifitas fisik, umur

dan asupan garam. Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang berpengaruh secara

tidak langsung terhadap kejadian Hipertensi.

g. Keakurasian antara ke!ompok Hipertensi dan yang tidak menderita Hipertensi pada lansia

adalah 62%.

2. Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggabungkan variabel yang

berpengaruh langsung (tingkat stress, gaya hidup, keturunan) dan tidak langsung

terhadap kejadian Hipertensi.(penyakit lainnya yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi

pada lansia).

b. Puskesmas memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi pada lansia, supaya masyarakat tetap waspada

terhadap kejadian Hipertensi.

c. Puskesmas senantiasa memberi penyuluhan tentang pola hidup sehat dan pelayanan

kesehatan yang memadai dan secara periodik kepada lansia agar menjalankan pola hidup

sehat.

Page 14: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, Dr. (2007). Gm dalam Daur Kehidupan Jilid 3. Jakarta : PT. EGC

Aziza, Lucky. (2007). Heperlensi The Silent Killeer. Jilid I, Jakarta: Yayasan lkatan Dokter Indonesia.

Budiman, (2009). Analisis Dis riminan. Modul kuliah S1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Ahmad Yani.

Bustan. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta : Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan Rl, (2001). Pedoman Data Survey Haperlensi. Jakarta: Departemen Kesehatan Rl.

Departemen Keseha an , (2006, 2007, 2008). Profil Kesehatan Kabupaten Purwakarla.

Departemen Kesehatan Rl,(2007). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, Jakarta: Departemen Kesehatan Rl.

Dorland. (2002). Kamus Kedokteran. Jakarta : PT. EGC

Fajar, lbnu. (2009). Statistik Prakfisi Kesehatan, Jilid 1. Yogyakarta : Graha llmu.

Format Referensi Electroni ·rekomendasi Oleh Departemen Kesehatan Rl, Pencegahan Hiperlensi tersedia di (http://'N"WW.depkes.go.id), peroleh tanggal29 Juli 2009.

Format Referensi Electronik Direkomendasi Oleh Wordpress, Hiperlensi pada Lansia

(http: //'N"WW.ridwanamirudin.wordpress.com), peroleh tanggal30 Maret 2009.

Format Referensi Electronik Direkomendasi Oleh Wordpress, Penanggulangan Hiperlensi tersedia di (http: //'N"WW. fuadbahsin.wordpress.com), peroleh tanggal 06 Maret 2009.

Format Referensi Electronik Direkomendasi Oleh Xanga, Perspektif dan Steretotif Lansia, tersedia di (http://'N"WW.aswendo.xanga.com), peroleh tanggal29 Juli 2009.

Format Referensi elektronik Direkomendasi oleh balipost, Penanganan Hiperlensi tersedia di

http://VNJN.balipost.co.id/balipostcetak/2007

Format Referensi elektronik Direkomendasi oleh Tempo, Tetap Sehat Di Usia Lanjut Dengan Gizi Sehat, tersedia di http://www.tempo.eo.id/medika/arsip/092002. diperoleh tanggal30 Agustus 2009.

Format Referensi elektronik Direkomendasi oleh Yoyen, Hiperlensi pada Lansia, tersedia di

nttp://VNN.yoyen.blog.corn/2008 diperoleh tanggal29 Agustus 2009.

Guyton, Hall. (2007). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: PT. EGC

Kusumarstuti Diyan, (2003). Hubungan Status Gizi dan Aktifitas fisik dengan derajat Hipertensi pada wanita dewasa umur 33-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Grondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Page 15: Analisis Faktor Pembeda Kelompok

Laksman, Hendra. (2005). Kamus Kedokteran. Jakarta : PT. Djambatan

Lanny, S., (2006). Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Maryam, Et AI. (2008). Gerontology. Jakarta: Graha Pustaka.

Notoatmodjo, S, (2007). Kesehatan Masyarakat 1/mu dan Semi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

, (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Pusputorini, Myra. (2008). Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta : Image Press.

Semple, Peter. (2002). Tekanan Darah Tinggi Jilid 2. Jakarta: PT. ARCAN

Sjaifoellah, Noer. (2000).1/mu Penyakft Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sober. (2002). Hipertensi Pedoman Kfinis . Jakarta : PT. Hipokrates.

Suhardjo. (2003). Perencanaan Pangan dan Gizi, jilid 3. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Supariasa, Nyoman. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : PT. EGC

Sutanto, (2007). Analisis Data Kesehatan, Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Vitahealth. (2006). Hipertensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Wolff, Peter. (2008). Hipertensi, jilid 3. Jakarta : PT. Bhuana llmu Populer

Yundini, (2006). Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lbu Rumah Tangga di Desa

Gisting bawah Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung Tahun2002. Skripsi Universitas Lampung.