ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA PERIODE...

42
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum 1

description

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA PERIODE 1984-2003Baca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.com

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA PERIODE...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi

merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat

pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-

negara berkembang (developing countries) termasuk

didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki

dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan

sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan

menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang

bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang

dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah

melalui instrumen pajak

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan

tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi

berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya

terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang

terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya

kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia,

1

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut.

Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik

dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi

Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi

perekonomian yang stabil.

Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang

mencakup investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber

dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun,

karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh

dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih

tinggi sebagai sumber dana yang utama.

Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya

saving-investment gap yang semakin melebar dari tahun ke

tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan investasi

domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan

nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari

masyarakat dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri

maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada

sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan.

Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal

dari 3 sumber utama1, yaitu : pertama, tabungan sukarela

masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan

paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal

1 Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 234.

2

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi

pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional

seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development

Bank (ADB), World Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan

multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI).

Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah

mengenalkan pendekatan ‘dua-jurang’ pada pembangunan

ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan ‘jurang

devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri

sendiri pada pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara

kurang maju. Chenery melihat bantuan luar negeri sebagai

suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka

mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2. Sumitro

(1994:44) menjelaskan bahwa kekurangan didalam

perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus

ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari

tabungan oleh kalangan luar negeri.

Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling

menonjol adalah belum terciptanya kondisi yang mendorong

pada iklim dimana kegairahan untuk menabung dan penanaman

modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem

produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih

menggunakan pola tradisional. Masih terbatasnya sektor

2 M.L. Jhingan. 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, hlm. 614.

3

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien

institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir

masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan

dana dari masyarakat mengalami kesulitan.

Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan

Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang

pokok-pokok kebijakannya berisi antara lain untuk

mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan

pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru,

keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor

cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin

mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-

bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah

terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu,

tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun

sebelumnya tampak adanya kecenderungan persaingan antar

berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing

maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena

kebutuhan dana yang sangat besar dan mendesak untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negara-negara

berkembang.

Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap

penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde

baru memberlakukan undang-undang Penanaman Modal Asing

4

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal Dalam

Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode

pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan

devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat

pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Tahun

1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy)

yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat

inflasi, menjaga defisit neraca transaksi berjalan agar tidak

melebihi batas yang masih bisa diterima, mengawasi uang luar

negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata investor.

Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi.

Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana

investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non

ekonomi. Pada dasarnya pemberian fasilitas yang sifatnya

mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan

pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan

baku akan sangat efektif bila didukung oleh3 :

- Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif

ekonomi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi

seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

terampil dan murah.

- Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor

yang berorientasi pasar luar negeri

3 M.N. Salam. 1995. Analisis Investasi Jepang di Indonesia, Buletin Litbang Perdagangan, Departemen Perdagangan,.

5

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

- Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak

menghalangi penanam modal untuk memindahkan

kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri.

- Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin

ketentraman hidup dan keamanan usaha serta kekayaan

investor.

- Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman

modal.

- Infrastruktur yang menunjang dan memadai.

Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan

pembangunan nasional dan sebagai salah satu komponen yang

berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan

fenomena yang terjadi di Indonesia, maka penulis berkeinginan

untuk melakukan penelitian dengan judul :

“ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan

dan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003”.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan

paparan diatas, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang

mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu

6

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode

1984-2003?

2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang

mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu

jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia periode

1984-2003?

3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997

terhadap tingkat tabungan dan investasi swasta di

Indonesia periode 1984-2003?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor

yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka

waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia

periode 1984-2003.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor

yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka

waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia

periode 1984-2003.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis

ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di

Indonesia periode 1984-2003.

7

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

1.4 Kegunaan Penelitian

Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan

masalah tersebut di atas. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan

referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu

ekonomi makro.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Tabungan

1.5.1.1 Definisi Tabungan

Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan

sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa

setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi4.

Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh

tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana

yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan

tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari

luar negeri (X-M). secara matematis dapat dirumuskan :

I = S + (T-G) + (X-M) …………………………..…….

……….(1.1)

Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu negara

terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional

4 N. Gregory Mankiw, Principles of Economics, New York : Mcgraw-Hill.

8

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik.

Secara garis besar, tabungan nasional diciptakan oleh tiga

pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan dan rumah tangga.

Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi

penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan

perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak

dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat

diketahui dari neraca perusahaan. Sedangkan tabungan rumah

tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah

tangga yang tidak dibelanjakanuntuk keperluan konsumsi.

Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan

sebagai berikut 5:

Jika tabungan swasta adalah S = (Y-T) – C dan

Tabungan pemerintah adalah (T-G), maka

Tabungan nasional = S + (T-G)

= (Y-T) – C +(T-G)

= Y – C - G ………………………….….……..

(1.2)

dimana S adalah tabungan swasta

Y adalah pendapatan aggregat

T adalah pendapatan pajak netto

C adalah konsumsi

G adalah pengeluaran pemerintah

5 Michael J. Parkin.1996. Macroeconomics, Addison- Wesley Publishing Company.

9

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami

budget surplus, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor

swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun

jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget

deficit, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain.

1.5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan

Menurut ekonom klasik, seperti Adam Smith, tabungan

merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan

pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari

kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi

dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika

tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat.

Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara

tabungan dan investasi.

Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan

bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang

mempengaruhi tabungan6. Diantara faktor-faktor ekonomi

tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun

mungkin ada keadaan dimana tetap ada tabungan walaupun

tungkat bunga negatif.

Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan nasional.

6Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics, New York : Macmillan.

10

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Pendapat tersebut dikemukakan oleh J.M. Keynes dalam

teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi

(propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan

antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu

fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis

modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil,

peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk

meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut

juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam

persamaan berikut :

S ≡ Y – C ………………………………………………..……….……..

(1.3)

C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...……..……...

…….……(1.4)

Dimana : S = saving

Y = income

Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan

nol

c = marginal propensity to consume

Jika kedua persamaan (1.3) dan (1.4) atau disebut juga

budget constraint tersebut digabungkan, maka akan

menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan

tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan

tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi

11

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

(1.3) dengan persamaan budget constraint (1.4), maka kita akan

mendapatkan fungsi persamaan tabungan :

S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………………..

……….(1.5)

Dari persamaan (1.5) kita dapat melihat bahwa tabungan

memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal

propensity to save7, s =1 – c, adalah positif. Dengan kata lain,

tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat.

The life-cycle permanent income theory of consumption

and saving (Modigliani,1986)8 menjelaskan tentang pilihan

bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam

menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup

seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara

pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life

cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan

perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka

panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan

cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.

Gambar 1.1 Lifetime Income, Consumption, Saving,

and Wealth in the Life-Cycle Model

7 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu8 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, and Richard Startz, Macroeconomics 7th edition, New York : Mcgraw-Hill.

12

Dissaving

Assets

Saving

NLWL

WRmax

C

YL

Time

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Keterangan : WR = wealth

YL = annual labor income

C = consumption

WL = working life

NL = number of years of life

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan

sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu

menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya,

individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak

menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa

hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol

pada akhir hidupnya.

Menurut teori ‘Ricardian Equivalence’, peningkatan pada

defisit anggaran pemerintah akan menstimulasi tabungan

swasta karena mereka berekspektasi akan terjadi peningkatan

pada kewajiban pajak mereka di masa yang akan dating.

Sebagai hasilnya, mereka akan mengurangi tingkat

konsumsinya dan meningkatkan tabungan. Tetapi teori

‘Ricardian Equivalence’ tidak dapat digunakan di negara

berkembang (Hadjimicheal et al 1995), karena diperlukan

13

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

adanya eksistensi pasar modal yang efisien, yang jarang ditemui

pada karakteristik negara-negara berkembang.

1.5.2 Investasi

1.5.2.1 Definisi Investasi

Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan

dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian

rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan

dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan

modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output

dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri9.

Investasi swasta terdiri dari :

Inventory Investment, termasuk didalamnya semua

perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials),

perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh

perusahaan.

Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk

yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk

dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential

investment.

1.5.2.2 Determinan Investasi

9 Robert J. Gordon. Macroeconomics 6th edition, HarperCollins College Publishers.

14

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

The accelerator hypothesis of investment menyatakan

bahwa tingkat investasi netto (net investment) tergantung

kepada perubahan ekspektasi output. Langkah pertama dalam

hipotesis ini adalah mengukur penjualan yang diharapkan

(expected sales) (Ye) yang diestimasi berdasarkan revisi

penjualan tahun sebelumnya (Ye-1) oleh suatu proporsi (j), dari

perbedaan antara penjualan tahun sebelumnya (Y-1) dan yang

diharapkan, sehingga didapat persamaan:

Ye = Ye

-1 + j (Y-1 – Ye-1)

= j Y-1 + (1-j) Ye-1 ………………………………….

…………(1.6)

Langkah selanjutnya adalah asumsi dari teori ini bahwa

persediaan modal, yaitu bangunan dan perlengkapan, yang

dibutuhkan perusahaan (K*) adalah perkalian antara keinginan

perusahaan untuk meningkatkan persediaan modalnya (ν*)

dengan ekpektasi penjualannya:

K* = ν*. Ye ………………………………………….…………..

(1.7)

Investasi netto adalah perubahan pada persediaan modal

(∆K) yang terjadi setiap periode :

In = ∆K = K – K-1 …………………………………...…..……..

(1.8)

Asumsi lain adalah bahwa perusahaan berkeinginann

untuk meningkatkan persediaan modalnya dalam setiap periode:

15

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

In = K – K-1 ……………………………………………………..

(1.9)

In = ν* (Ye - Ye-1) = ν*. ∆ Ye……………………………….

……(1.10)

Jadi, jika terjadi akselerasi usaha dalam perusahaan dan

ekspektasi output meningkat, investasi netto pun akan

meningkat, tetapi jika akselerasinya negatif dan ekspektasi

output menurun, investasi pun menurun.

Teori lain mengenai investasi adalah mengenai planned

investment spending10 , yang menjelaskan hubungan antara

tingkat suku bunga dan investasi.

Kita dapat menspesifikasi pembelian investasi sebagai :

I = Ī – bi ; b > 0 ………………………………...

…………..(1.11)

Dimana : I = investasi

Ī = autonomous investment spending

b = responsiveness of investment spending to

interest rate

i = interest rate

Dari gambar berikut ini dapat dilihat bahwa kurva

investasi memiliki kemiringan negatif untuk merefleksikan

asumsi penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan

peningkatan profitabilitas untuk penambahan modal dan akan

10 Total rencana pembelian perusahaan untuk modal fisik baru.

16

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

membawa kepada peningkatan investasi. Posisi dari kurva

investasi diatas, sangat dipengaruhi oleh slope dari kurva

tersebut atau koefisien b dalam persamaan (1.11).

Gambar 1.2 The Investment schedule

Jika investasi sangat responsif terhadap tingkat suku

bunga, penurunan kecil pada tingkat suku bunga akan

membawa peningkatan yang besar pada investasi. Perubahan

pada koefisien Ī akan menggeser kurva rencana investasi. Jika Ī

meningkat berarti pada setiap tingkatan tingkat suku bunga,

perusahaan berusaha untuk berinvestasi pada tingkat yang lebih

tinggi dan akan menggeser kurva investasi ke kanan.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder

kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1984-

17

i0

i’

I0 I’

Investment

Planned InvestmentSpending

Interest rate

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

2003 dengan pertimbangan ketersediaan data. Data sekunder

digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang

bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah kembali

oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan.

Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya

Badan Pusat Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan

Koordinasi Penanaman Modal, International Financial Statistics

(IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators

dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas utama

yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan

investasi swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan

dengan model yang digunakan.

Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk

mendapatkan teori yang mendukung penelitian. referensi studi

kepustakaan diperoleh melalui jurnal, Perpustakaan FE UNPAD,

Perpustakaan Pusat UNPAD, dan Perpustakaan Bank Indonesia

Bandung dan Jakarta.

1.6.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah tabungan

nasional dan investasi swasta. Sedangkan gross national

disposable income (GNDI), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi

(lnp), pendapatan riil / Produk Domestik Bruto (Y), dan rasio

18

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

investasi pemerintah terhadap GDP (GIY) serta dummy variable

merupakan variabel-variabel bebasnya.

Berikut adalah penjelasan variabel-variabel bebasnya :

1. Gross National Disposable Income (gndi)

Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi

barang dan jasa. Variabel ini diharapkan akan berhubungan

positif dengan tabungan nasional. Pendapatan disposibel dapat

dirumuskan sebagai :

Yd = Y – T ……………………………………………………

(1.12)

Dimana : Yd = pendapatan disposibel

Y = pendapatan nasional

T = pajak

2. Tingkat suku bunga riil (r)

Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi

terhadap inflasi, dapat dirumuskan sebagai :

Real interest rate = nominal interest rate – inflation

………………………….(1.13)

3. Tingkat inflasi (lnp)

19

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga

Konsumen tahunan tahun konstan 2000. Inflasi tahunan

dirumuskan dengan :

Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 X 100 …………………...…….(1.14 IHK t-1

4. Pendapatan riil (y)

Data pendapatan riil tahunan menggunakan data

pendapatan nominal tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun

konstan 2000 dengan perumusan:

PDB Riil = PDB Nominalt X 100 …………..………………..………(1.15)

PDB Deflatort

5. Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy)

Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran

pemerintah dalam investasi (public investment) terhadap

Produk Domestik Bruto.

6. Dummy variable

Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data

yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup

berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status

perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy

variables digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan

nilai D = 0 untuk periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dan

D = 1 untuk periode setelah krisis ekonomi. Berdasarkan

identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy

variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi.

20

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

1.6.3 Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yang akan

dijelaskan sebagai berikut :

- Kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa

instrumen analisis seperti tabel dan grafik yang dapat

mencerminkan uraian analisis penelitian secara teratur

dan saling mendukung. Data dari buku teks, jurnal, dan

hasil penelitian yang sudah ada dan berkaitan dengan

skripsi ini dijadikan dasar bagi analisis deskriptif.

- Kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan model

ekonometrika untuk mencerminkan hasil dari

pembahasan yang dinyatakan dalam angka.

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model

ekonometrik dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis

faktor-faktor utama yang mempengaruhi tabungan nasional dan

investasi swasta dengan pendekatan ECM (Error-Correction

Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan

Eviews 3.0. Data yang digunakan adalah data periode tahunan

(time series) dengan estimasi model menggunakan Ordinary

Least Square (OLS).

Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut:

21

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Yt = α0 + α1 X1 + α2 X2 +............+ αn Xn + Ut …………….

…………(1.16)

dimana:

Yt = Variabel tidak bebas

X1,2,..,n = Variabel bebas

Ut = Error term

Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah

sebagai berikut:

Yt = α0 + α1X1+ α 2X2+ ……. + α nXn + ECTt-1+Ut

…….….(1.17)

dimana:

Yt = First difference dari variabel tidak bebas

X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas

ECTt-1 = Error Correction Term

Spesifikasi model dalam penelitian ini merupakan

spesifikasi model yang dibuat oleh Ipumbu W. Shiimi dan

Gerson Kadhikwa11 yang meneliti mengenai tabungan dan

investasi swasta di Namibia pada periode 1980-1996 dengan

menambahkan dummy variable karena krisis ekonomi tahun

1997. Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini

adalah :

Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy +

μt…….…….. (1.18)

11 Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa. 1999. Saving and Investment in Namibia, BON Occasional Paper No.2.

22

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Sedangkan model untuk investasi swasta adalah:

Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5

Dummy + νt ….....(1.19)

Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan

error-correction (EC) term . EC term lagged periode (ECt-1)

menggabungkan pergerakan short-run dan long-run pada fungsi

tabungan nasional dan investasi swasta.

Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara

spesifik menjadi general error correction model (ECM) :

1. Fungsi tabungan

ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 +

β5 D + μt ………………….

………………………………………………………….….(1.20)

Keterangan :

α = konstanta

ΔLn S = First Difference dari logaritma tabungan

nasional

ΔLnGNDI = First Difference dari logaritma Gross National

Disposable Income

ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga

ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi

= Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis

ekonomi (1984-1997)

23

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi

(1998-2003)

β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi

μ = error term

t menunjukan waktu

2. Fungsi investasi swasta

ΔLn I = α+ γ1 ΔLnYt + γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt +

γ5 ECTt-1 +γ6 D+ νt ………………………………………………………..

……………………….(1.21)

Keterangan :

ΔLn I = First Difference dari logaritma investasi

ΔLnY = First Difference dari logaritma pendapatan

nasional

ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi

ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga

ΔLnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi

pemerintah terhadap PDB

ΔECTt-1 = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis

ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi

(1998-2003)

γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi

ν = error term

24

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

t menunjukan waktu

1.6.4 Pengujian Statistik

1.6.4.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan

stasioneritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk

diketahui adanya unit roots dilakukan pengujian Dickey-Fuller

(DF-test) sebagai berikut :

Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan

diubah menjadi

Yt = ρ Yt-1 + Ut

..................................................................................(1.22)

Jika koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 dalam arti hipotesis

diterima, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-

stasioner. Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner

menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first difference)

ΔYt = (ρ-1) (Yt - Yt-1

.........................................................................(1.23)

Koefisien ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak

sehingga model menjadi stasioner.

Kesimpulan hipotesis DF-test :

Ho : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak

stasioner)

25

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y

stasioner)

Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan

membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-

Fuller.

1.6.4.2 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana

variabel-variabel independen mempengaruhi variabel

dependennya pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka

panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu

dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel

dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan

selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-

masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian

secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau

tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel

tersebut berada dalam kondisi optimumnya).

Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa

digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel

tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend

variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka

26

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah

yang dilakukan dalam uji ini :

1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan

menggunakan Ordinary Least Square (OLS), misalnya :

Yt = α0 + α1Xt1 + α2Xt2 + Ut

..........................................................................(1.24)

Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas

lalu estimasi kembali

Ut = Ut-1 + υt

..............................................................................................

.....(1.25)

ΔÛt = α0Ut-1 + α1Ut-2

.....................................................................................

.(1.26)

Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan

t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka

variabel bersifat stasioner.

2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat

signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat

kepercayaan tertentu.

Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term

berikut ini :

27

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Ut = ρUt-1 + υt

.........................................................................(1.27)

Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :

Ho : ρ = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi)

H1 : ρ ≠ 0 (Variabel-variabel terkointegrasi)

1.6.4.3 Penaksiran Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan

dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka

yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau

penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan

variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa

besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel

bebasnya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0

hingga 1 (0<R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka

model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan

antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.

1.6.4.4 Uji t – Statistik (Uji Parsial)

Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel

28

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

dependen (dalam hal ini untuk mendukung uji kointegrasi dan

ECM) secara parsial. Kriteria yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pengujian dua arah dan satu arah, dengan menguji

dua arah dalam tingkat signifikani = α , dan derajat kebebasan

(degree of freedom, df) = n-k, dimana n menunjukan jumlah

observasi dan k menunjukan jumlah parameter termasuk

konstanta.

Tabel 1.1 Kesimpulan Pengujian t- Statistik

TIPE HIPOTESIS

HO : HIPOTESIS

NOL

H1 : HIPOTESIS

ALTERNATIF

KRITERIA

Satu arah (kanan)

α ≤ 0 α > t-Stat > t- Tabel

Satu arah (kiri)

α ≥ 0 α < t-Stat < t- Tabel

Dua Arah α = 0 α ≠ 0 -t-Stat < t- Tabel< t-Stat

1.6.4.5 Uji F- Statistik

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi

pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan

terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping menguji berarti

tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga

sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan

demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2

yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol.

29

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Hipotesa yang digunakan adalah :

Ho : 1 =0; 2 =0; i = 0

H1 : 1 =0; 2 =0; i 0 dengan i = 1,2,..,n.

Hasil pengujian akan menunjukan :

Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya

setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel tidak bebasnya.

Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ;

artinya setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel tidak bebasnya.

Degree of freedomnya :

Df untuk pembilang, N1 = k – 1, k adalah banyaknya

parameter.

Df untuk penyebut, N2 = n – k , n adalah banyaknya

observasi.

1.6.4.6 Pengujian Masalah dalam Regresi Linear

Masalah Multikolinier

Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier

atau hubungan yang pasti diantara explanatory variable

(variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh

beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan

adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari

30

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori

variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap

variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-

stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.

Masalah Serial Korelasi

Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya

hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam

suatu model yang terjadi karena beberapa faktor :

1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan

ekonomi sehingga data time series selanjutnya

dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun

perekonomian sudah membaik.

2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas

tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel

tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil

perhitungan kuantitas tidak mendukungnya.

3. Bentuk model yang tidak tepat.

4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk

periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk

mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-

test.

31

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

Uji serial korelasi:

1. Durbin Watson

Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu

model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan

daerah kritis di halaman berikut ini.

Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi

Serial Daerah Daerah tidak ada Daerah S erial

Korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu Korelasi

Positif Negatif

Keterangan : Ho : tidak ada auto korelasi positif

Ho* : tidak ada auto korelasi negatif

Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin – Watson statistik

Daerah Hasil

0 < D-W Stat < dL

dL < D-W Stat < dU

dU < D-W Stat < 4-dU

4-dU < D-W Stat < 4-dL

4-dL < D-W Stat < 4

Terdapat Autokorelasi positif

Ragu – ragu

Tidak terdapat Autokorelasi

Ragu – ragu

Terdapat Autokorelasi negatif

2. Run-Test

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah

serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan

32

0 dL dU 2 4 – dU 4 – dL 4

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang

diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependen

terhadap nilai estimasinya.

Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai

residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs

atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah

observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs Е (k)

dan variansnya (δk) melalui rumus :

......................................................................

.....................(1.28)

....................................................

....................(1.29)

..........................................................

..............(1.30)

Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model,

ditentukan melalui batasan rentang :

Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ k ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α)

S(k)

Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k)

berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang

menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial

33

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA  PERIODE 1984-2003

BAB IPendahuluan

korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model

mengandung masalah serial korelasi.

Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah

serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan

regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series

dari observasi maka asumsi classical linear regresion tidak

terpenuhi. Keseluruhan uji ekonometrik menggunakan Eviews

sofware (Eviews 3.0) .

34