ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI …repository.ub.ac.id/5792/1/ADE...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI …repository.ub.ac.id/5792/1/ADE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN
DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) TAMPERAN KABUPATEN PACITAN
SKRIPSI
Oleh:
ADE WICAKSONO
NIM. 105080203111001
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN
DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) TAMPERAN KABUPATEN PACITAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
ADE WICAKSONO
NIM. 105080203111001
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
AGUSTUS, 2017
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN
DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) TAMPERAN KABUPATEN PACITAN
Oleh :
ADE WICAKSONO NIM. 105080203111001
telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 8 Agustus 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Meyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.SI) (Ir. Sukandar, MP) NIP. 19610909 198602 1 001 NIP. 19591212 198503 1 008 Tanggal : Tanggal :
Mengetahui :
Ketua Jurusan PSPK
(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP) NIP. 19630608 198703 1 003 Tanggal :
Judul : ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI IKAN DENGAN ALAT TANGKAP PANCING
TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)
TAMPERAN KABUPATEN PACITAN
Nama Mahasiswa : ADE WICAKSONO
NIM : 105080203111001
Program studi : PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Dr. Ir. TRI DJOKO LELONO, M.Si
Pembimbing 2 : Ir. SUKANDAR, MP
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING
Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. GATUT BINTORO, M.Sc
Dosen Penguji 2 : Ir. ALFAN JAUHARI, MS
Tanggal Ujian : 8 Agustus 2017
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis meyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP sebagai ketua jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
3. Bapak Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si sebagai pembimbing 1 yang telah
memberikan saran dan bimbingan selama proses pembuatan laporan
tugas akhir ini (skripsi).
4. Bapak Ir. Sukandar, MP sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan
saran dan bimbingan selama proses pembuatan laporan tugas akhir ini
(skripsi).
5. Bapak Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc selaku Dosen Penguji 1 dan Bapak Ir.
Alfan Jauhari, MS selaku Dosen Penguji 2.
6. Teman-teman FPIK UB 2010 yang telah memberiakan semangat dan
arahannya sampai peyusunan laporan skripsi ini selesai.
7. Orang tua penulis Ade Wicaksono, Rasa syukur sembah sujud dan
pengabdianku untuk mamak dan bapak. Doa, keringat, fikiran dan kasih
sayang yang kalian limpahkan tak akan terbalasakan oleh apapun,
terima kasih atas doa dan kasih sayang yang mamak dan bapak
berikan.
Malang, 5 Agustus 2017
RINGKASAN
ADE WICAKSONO. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan
dengan alat tangkap pancing tonda di Pelabuhan Perikanan pantai (PPP)
Tamperan Kabupaten Pacitan (dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Tri Djoko
Lelono, M.Si dan Bapak Ir. Sukandar, MP.
Perairan pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki
dasar perairan yang berkarang dengan ombak besar. Namun perairan ini
memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan melimpah. Alat tangkap
pancing tonda merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPP
Tamperan. Upaya yang didapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau
pendapatan nelayan anatara lain dengan meningkatkan produksi hasil
tangkapannya.
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan
Kabupaten Pacitan bulan Januari 2017, dengan tujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi mana yang mempuyai pengaruh
paling besar terhadap produktivitas pancing tonda.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
cara pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
didapat dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuisioner. Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan PPP Tamperan,
buku,jurnal dan penelitian terdahulu.
Data yang sudah terkumpul, kemudian mengolah data tersebut
menggunakan progam SPSS yang didapatkan selanjutnya dilakukan analisis
terhadap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi ikan hasil tangkapan alat
tangkap pancing tonda dengan menggunakan persamaan Coub Douglas.
Dimana variabel terikat dari penelitian ini adalah jumlah produksi hasil
tangkapan, sedangkan variabel tidak bebas adalah trip, ukuran kapal, daya
mesin, panjang tali, ukuran mata pancing, jumlah ABK, penagalaman nahkoda
dan pengalaman ABK.
Data hasil penelitian di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, diperoleh
untuk waktu kerja yaitu 6 sampai 12 hari, ukuran kapal 5-6 G tali GT, daya mesin
induk maupun daya mesin sampingan yaitu berkekuatan 27 samapai 30 PK,
panjang tali 250 sampai 300 meter, ukuran mata pancing 7 sampai 8, jumlah
ABK 4 sampai 5 orang, Pengalaman nahkoda 4 sampai 9 tahun, dan
pengalaman ABK 2 samapai 4 tahun.
Dari hasil analisis menggunakan fungsi Coub Douglas diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
Y =
KATA PENGANTAR
Penulis meyajikan laporan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Memmpengaruhi Produksi Ikan Dengan Alat Tangkap Pancing Tonda di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan Kabupaten Pacitan” sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya. Di bawah bimbingan :
1. Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si
2. Ir. Sukandar, MP
Penggunaan Alat Tangkap Pancing Tonda oleh nelayan di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tamperan Kabupaten Pacitan merupakan alat tangkap
yang selektif, selain hal tersebut pengunaan pancing tonda sebagai alat tangkap
yang sesuai dengan karateristik samudra hindia yang kaya akan ikan-ikan
pelagis, dan merupakan salah satu wilayah ruaya dari ikan pelagis besar seperti
tuna, cakalang, lemandang yang merupakan target utama pancing tonda. Di
harapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan strategi upaya peningkatan
produktivitas pancing tonda di Pelabuhan Perikanan Pantai Pacitan (PPP)
Tamperan.
Malang, 5 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii KATA IDENTITAS PENGUJI ....................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... iv RINGKASAN ............................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... xi RINGKASAN ............................................................................................... xii KATA PENGANTAR .................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 1.5 Tempat dan Waktu ........................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5 2.1 Definisi Alat Tangkap ........................................................................ 5 2.2 Alat Tangkap Pancing ...................................................................... 5
2.2.1 Pancing Tonda ........................................................................ 6 2.2.2 Kontruksi Pancing Tonda .......................................................... 7
2.3 Metode Pengoperasian Pancing Tonda ............................................. 9 2.4 Daerah Pengoperasian Pancing Tonda ............................................. 10
2.5 Fungsi dan faktor-faktor produksi .................................................... 11 2.5.1 Curahan waktu (trip) ............................................................... 12
2.5.2 Kapal Tonda ........................................................................... 13 2.5.3 Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) .............................................. 14
2.5.4 Pengalaman Nahkoda ............................................................ 16 2.6 Produktivitas Hail Tangkapan Ikan ................................................... 15
2.7 Faktor Produksi Coub Douglas ......................................................... 16
3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 18 3.1 Materi Penelitian ............................................................................... 18 3.2 Metode Penelitian ............................................................................. 18 3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 18
3.3.1 Data Primer ............................................................................ 19 3.3.2 Data Sekunder ........................................................................ 19
3.4 Tahapan Penelitian .......................................................................... 20 3.5 Metode Analisis Data ....................................................................... 21
3.5.1 Metode Matematis Fungsi Produksi .......................................... 21 3.5.2 Pengujian Model ...................................................................... 25
4. HASIL DAN PEMBAHSAAN ................................................................... 28
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .................................................... 28 4.2 Sarana dan Prasarana PPP Tamperan.............................................. 29 4.3 Keadaan PerikananTangkap ............................................................ 31 4.4 Produksi Perikanan Tangkap ............................................................ 32 4.5 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan ............................................. 34 4.6 Hasil Penelitian ................................................................................ 35 4.6.1 Pancing Tonda ....................................................................... 35
4.6.2 Operasi Penangkapan ............................................................. 37 4.5.3 Hasil Tangkapan ...................................................................... 38
4.7 Analisis Data Hasil Penelitian ........................................................... 41 4.6.1 Uji F ........................................................................................ 45
4.6.2 Kofesiensi Determinasi ....................................................... 46 4.5.3 Uji T ......................................................................................... 47
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 52 5.2 Saran ................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................. 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sarana dan Prasarana di PPP Tamperan ......................................... 30
2. Jumlah Alat Tangkap di PPP Tamperan Tahun 2011-2015 ............... 31
3. Jumlah Kapal Menurut GT di PPP Tamperan Tahun 2011-2015 ...... 32
4. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi di PPP Tamperan Tahun 2011-2015
............................................................................................................. 33
5. Jumlah Hasil produksi Hasil Tangkapan Tahun 2011-2015 ............... 33
6. Spesifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda di PPP Tamperan ............ 36
7. Hasil Analisis Hubungan Input Dengan Output ............................... 42
8. Uji F ............................................................................................... 45
9. Koefisiensi Determinasi ............................................................ 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengopesian Alat Tangkap Pancing Tonda ...................................... 6
2. Kontruksi Alat Tangkap Pancing Tonda ............................................ 7
3. Umpan Buatan ................................................................................... 9
4. Kapal Sekocian Tampak Samping ..................................................... 13
5. Kapal Sekocian Tampak Atas............................................................. 13
6. Peta Kabupaten Pacitan...................................................................... 29
7. Alat Tangkap Pancing Tonda ............................................................. 35
8. Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores)...................................... 39
9. Ikan Lemandang (Coryphaena hippurus)............................................ 40
10. Ikan Cakalang (Catsuwanus pelamis)................................................. 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner Penelitian .......................................................................... 55
2. Data Variabel Yang di Uji ................................................................. 56
3. Data Variabel yang sudah di Ln ........................................................ 57
4. Hasil Analisa Regresi ....................................................................... 58
5. Dokumentasi ..................................................................................... 59
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan meyimpan potensi sumberdaya
perikanan laut yang melimpah. Salah satu potensi yang ada adalah
sumberdayaikan tuna. Perairan laut indonesia kaya dengan sumberdaya ikan
tuna karena terletak diantara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang
merupakan habitat utama ikan tuna. Wilayah perairan laut Indonesia, yang
meliputi perairan pesisir (pedalaman), perairan teritorial, perairan laut dalam, dan
ZEEI merupakan jalur migrasi beberapa jenis ikan tuna (Dahuri, 2008).
Kabupaten Pacitan sebagai salah satu daerah di Jawa Timur yang
berbatasan langsung dengan Samudra Hindia menjadi tempat kegiatan
perikanan tangkap yang sedang berkembang, komoditas ikan yang tedapat di
perairan Pacitan (Samudra Hindia) yaitu jenis ikan pelagis besar seperti tuna,
cakalang, tongkol, tengiri, marlin, dan lemandang. Penangkapan ikan tuna di
Kabupaten Pacitan dilakukan dengan alat tangkap pancing tonda (Dinas
Kelautan dan Perikanan Pacitan, 2009).
Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia memiliki
dasar perairan yang berkarang dengan ombak yang besar, Namun perairan ini
memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan melimpah. Panjang pantai
70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82 km (Profil
Perikanan dan Kelautan, 2014).
Untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di laut perlu ditunjang dengan
tersedianya prasarana kebijakan. Terutama pelabuhan perikanan. Pemerintah
melalui dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Timur membangun salah
2
satu prasarana perikanan (Pelabuhan Perikanan) di kawasan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Pacitan. Pembangunan PPP Tamperan
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha penangkapan
ikan di Jawa Timur, meningkatkan pemasaran hasil tangkapan dan pengolahan
ikan, meningkatkan pendapatan nelayan, serta melakukan pembinaan kepada
nelayan.
Kegiatan perikanan tangkap sangat tergantung pada tersedianya
sumberdaya perikanan, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
maupun sumberdaya buatan (sarana dan prasarana pendukung). Salah satu
persyaratan yang dipenuhi dalam mewujudkan pemanfaatan sumberdaya
perikanan secara optimal adalah diterapkannya pengelolaan yang rasional.
Pengelolaan yang rasional menerapkan sistem pengelolaan yang mencakup
semua sumberdaya, termasuk diantaranya lingkungan sumberdaya ikan yang
dimanfaatkan, perencanaan, organisasi dan kelembagaan, serta sumberdaya
manusia, terutama pelaku dan pemanfaat, baik lokal maupun pendatang
(Nikijuluw, 2002).
Keberhasilan operasi penangkapan ikan di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah alat tangkapnya sendiri, kapal, alat bantu serta sumberdaya
manusia yang mengoperasikannya. Sumberdaya manusia yang handal juga
sangat diperlukan dalam keberhasilan penangkapan ikan. Ketetapan analisa
dalam penentuan fishing ground dan ketrampilan dalam manajemen kegiatan di
kapal (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004).
Pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh kapal
perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu yang
karena pengaruh tarikan bergerak di dalam air sehingga merangsang ikan buas
meyambarnya (Sudirman dan Mallwa, 2004).
3
Tenaga yang dibutuhkan dalam pengoperasian dalam pengoperasian
pancing tonda berkisar antara 2-5 orang. Tenaga dalam operasi ini terdiri dari 3-4
orang melakukan setting dan hauling, satu orang bertugas untuk mengemudikan
perahu saat operasi penangkapan (Sukandar, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Pemanfaatan sumberdaya ikan hendaknya menghasilkan manfaat ekonomi
yang optimum untuk kesejahteraan rakyat dengan kaidah kelestariaan
sumberdaya ikan. Dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, salah satu hal penting
yang menjadi perhatian adalah pengendalian pemanfaaan sumberdaya agar
sesuai dengan kapasitas sumberdaya ikan untuk pulih. Dengan demikian
sumberdaya tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan secara berkesinabungan
dan tetap memberikan keuntungan optimal bagi nelayan.
Nelayan di PPP Tamperan yang menggunakan alat tangkap pancing tonda
sebagai salah satu alat tangkap yang utama setelah Purse seine merupakan alat
penangkapan ikan yang bersifat pasif, yang atinya menunggu untuk dimakan
ikan. Jumlah hasil yang berbeda tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada
beberapa faktor keberhasilan usaha penangkapan ikan produksi yang dapat
berpengaruh kepada keberhasilan penangkapan ikan, antara lain faktor teknologi
(saran dan prasarana), sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu analisa yang didasarkan
atas kajian terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
dari pancing tonda. Adapun perumusan diambil dalam penulisan laporan
penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas alat
tangkap pancing tonda.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor produksi mana
yang mempuyai pengaruh paling besar terhadap produktivitas pancing tonda.
1.4 Kegunaan Penelitiaan
Kegunanan penelitian adalah
1. Lembaga akademisi atau perguruan tinggi, sebagai informasi keilmuan
dan pedoman untuk penelitian lebih lanjut.
2. Bagi masyarakat khususnya nelayan, sebagai bahan pertimbangan bagi
pengembangan usaha pancing tonda dimasa yang akan datang.
3. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, dalam hal ini Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pacitan dan instansi terkait lain dalam
meningkatkan pembinaan kepada nelayan dan pengusaha dalam
rangka peningkatan produksi alat tangkap pancing tonda.
1.5 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 - 27Januari 2017 di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tamperan, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pacitan,
Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Alat Tangkap
Alat tangkap merupakan perangkat atau alat yang digunakan untuk
melakukan usaha penangkapan ikan. Seperti yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2010 telah menetapkan alat penangkapan
ikan sebagai alat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan secara
optimal dan berkelanjutan.
Menurut Kepmen nomor 6 tahun 2010 tentang alat tangkap di Indonesia
sendiri alat tangkap terdiri dari sepuluh jenis kelompok yaitu, jaring lingkar
(surronding nets), pukat tarik (seine nets), pukat hela (trawls), penggaruk (drags),
jaring angkat (lift nets), alat yang dijatuhkan (falling gears), jaring ingsang (gill
nets and entangling nets), perangkap (traps), pancing (hook and line), alat
penjepit dan melukai (grappling and woundning).
2.2 Alat Tangkap Pancing
Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing.
Umumnya nya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan buatan maupun
umpan alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan dan binatang air
lainnya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009a).
Pancing adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat
ramai, telebih dikalang nelayan. pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua
komponen utama, yaitu “tali” (line) dan “mata pancing” (hook). Tali pancing biasa
dibuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylen, plastik (senar) dn lain – lain.
Sedang mata pancingnya (mata kailnya) dibuat dari kawat baja, kuningan atau
bahan lain yang tahankarat (Subani dan Barus, 1989).
6
2.2.1 Pancing Tonda
Pancing tonda dikenal dengan nama Kap tunda, Pancing rid, Pancing
pengecer, Pancing pemalesan, Pancing klewer dan masih banyak nama – nama
daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing
tonda termasuk aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan
buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang ditarik diatas kapal. Pancing
tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus, 1989).
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), pancing tonda adalah pancing yang
diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan
segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan, bergerak didalam air
sehingga merangsang ikan buas meyambarnya. Banyak bentuk dan macam
pancing tonda (troll line) yang pada prinsipnya adalah sama (Subani dan Barus,
1989).
Gambar 1 . Pancing Tonda Dalam Pengoperasian (Sumber: Subani dan Barus,
1989)
Alat tangkap ini ditunjukan untuk menangkap jenis – jenis ikan pelagis yang
biasa hidup didekat permukaan, mempuyai nilai ekonomis tinggi dan mempuyai
7
mutu tinggi (Gunarso, 1989). Sainsburry (1986) menegaskan bahwa kunci
keberhasilan penangkapan umumnya banyak ditentukan oleh :
1. Kemampuan pendugaan tempat pengkonsentrasian yang banyak didiami
jenis – jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan,
2. Kesiapan ikan – ikan untuk memakan umpan,
3. Kemampuan untuk mengetahui keadaan suhu maupun termoklin yang
ada didaerah penangkapan tersebut, karena ikan – ikan pelagis yang
hidup dekat permukaan ini umumnya sangat sensitif terhadap hal ini,
4. Bunyi yang dihasilkan baik oleh mesin maupun propeler kapal
menggangu dan mengusir ikan – ikan yang membututi kapal yang
.sedang dioperasikan, sehubungan hal ini, perahu atau kapal yang
digerakan oleh tenaga layar, tampaknya justru akan lebih baik.
2.2.2 Kontruksi Pancing Tonda
Kontruksi pancing tonda terdiri dari mata pancing (hook), tali pancing, rol
penggulung, kili-kili (swivel), dan umpan buatan (Sukandar, 2007).
Gambar 2. Kontruksi Pancing Tonda (sumber:sukandar,2007)
8
a. Mata pancing (Hook)
Mata pancing (Hook) terbuat dari bahan baja (galvanis). Mata pancing
(Hook) terdapat tiga mata kail atau disebut mata pancing jangkar. Mata
pancing ini merupakan tipe pancing berkait balik. Nama pancing ini disebut
Treble Straight. Ukuran mata pancing yang digunakan adalah nomor 7
hingga 9 (penomoran menurut Norwegia/Amerika).
b. Tali pancing
Tali pada pancing tonda terdiri dari tali utama (Main Line), tali canbang
(Branch Line). Tali utama yang digunakan adalah ukuran nomor 500 dengan
panjang 20-25 m. Sedangkan untuk branch line memiliki ukuran nomor 200-
300 dengan panjang 8-10 m. Tali pancing terbuat dari benang senar (PA,
Monofilament)
c. Kili – kili (Swivel)
Kili-kili yang dipakai adalah jenis biasa (terbuat dari baja) dan ukurannya
kurang lebih 4 cm. Tipe Swivel adalah jenis Borrel Swivel.
d. Rol Penggulung Tali Pancing
Rol penggulung yang digunakan dalam pancing tonda terbuat dari kayu.
Fungsi rol penggulung adalah untuk menggulung benang senar yang
digunakan untuk tali pancing. Dengan penggulung ini tali pancing menjadi
rapi dan tidak mudah terpuntal, setelah melakukan hauling maupun setting.
e. Umpan
Umpan pada pancing tonda terbuat dari kain sutra atau kain warna, pipa
katembat dan benang jahit. Benang sutra atau kain warna yang paling banyak
digunakan sebagai umpan berwarna merah (panjang 10 - 12 cm) dan perak
(panjang 5-7 cm). Pipa katembat memiliki panjang kurang 0,4 – 0,5 cm
digunakan untuk menempelkan benang sutra dengan bantuan benang jahit.
Selain untuk melekatkan benang-benang juga berfungsi untuk menempatkan
9
umpan berada diatas mata pancing saat pengoperasian, yaitu dengan
memasukan benang senar kedalam lubang pipa katembat sebelum benang
senar terpasang pada mata pancing (hook).
Gambar 3. Umpan Buatan (sumber:pengamtan lapang)
2.3 Metode Pengoperasian Pancing Tonda
1) Persiapan melakukan operasi penangkapan
Persiapan melakukan pengoperasian pancing tonda dimulai dengan
persiapan terlebih dahulu. Persiapan dibagi menjadi 2 tahap yaitu : persiapan
didarat dan persiapan dilaut. Pengecekan dan pengisian bahan bakar,
pengecekan perahu dan mesin, pengecekan alat tangkap dan alat bantu
penangkapan dan lain-lain, hal tersebut merupakan persiapan didarat.
Persiapan pengoperasian dilaut meliputi pengaturan tali pancing dan
gulungan pada posisi yang telah ditentukan. Tahap metode yang biasa
dilakukan adalah tahap awal siapkan perahu dan segala alat yang dibutuhkan,
perahu menuju daerah penangkapan, pancing diturunkan, kemudian ditarik.
Lama penarikan tergantung dari ada tidaknya hasil tangkapan, apabila
diketahui ada ikan yang kena pancing, kemudian pancing ditarik, hasil
tangkapan diambil, lalu pancing diturunkan lagi. Tahap ini dilakukan beberapa
kali (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Kapal melakukan satu kali
trip selama 7 hari sesuai perbekalan yang dibawa. Dalam satu hari dapat
10
melakukan setting dan hauling, untuk pancing tonda dilakuakan dua kali
dalam sehari yaitu : pertama dilakukan pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dan
berakhir paling lama sekitar pukul 08.00 WIB, yang kedua dilakukan sekitar
pukul 16.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 17.00 WIB.
2). Setting
Setting yang pertama dilakukan adalah melempar (casting) mata pancing
yang telah diberi umpan. Proses penurunan pancing tonda dilakuakan satu
per satu agar posisi setiap pancing tonda bisa diatur dan mencegah benang
senar yang merupakan tali utama pancing (main line) ikut terulur sampai pada
senar tali pegangan. Bila tali pancing pegangan pada tongkat untuk pancing
yang berada disamping kapal dan buritan kapal untuk pancing yang
dioperasikan dibelakang kapal (Nurchaya, 2014).
3). Hauling
Proses hauling merupakan proses pengangkatan hasil tangkapan keatas
kapal. Kecepatan kapal saat hauling ditambah menjadi 3,5 – 4,5 knot. Proses
ini dilakukan dengan cara menarik pancing secara cepat setelah ikan
memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh ABK secara cepat yang bertujuan
agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi diperairan. Ikan hasil tangkapan
tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah selanjutnyan dilakukan
penangkapan nasca tangkap. penarikan pancing tonda dimulai dari penarikan
benang senar untuk pegangan kemudian penarikan senar utama. Setelah
penarikan tali utama sudah selesai maka akan dapat diangkat keatas dek dan
ikan dilepas dari kait.
2.4 Daerah Paengoperasian Pancing Tonda
Menurut Hectharuca diacu dalam Handriana (2007), daerah penangkapan
ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana daerah
11
operasi penagkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan
bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daerah
dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara dua arus yang terjadi, tempat
terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daerah
berkumpulnya plakton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum
berkisar antara 150C-300C pancing tonda juga dioperasikan didaerah tempat
ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioperasikan dibeberapa daerah seperti : India,
Pelabuhan ratu, Teluk lampung dan Banda Aceh dan lain-lain.
2.5 Fungsi dan Faktor-Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi adalah sumberdaya yang digunakan dalam sebuah
proses produksi. Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan
menentukan tingkat output optimum yang biasa diproduksikan dengan sejumlah
input tertentu atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk
memproduksi tingkat output tetentu. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu
produk maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) (Herawati,2008).
Fungsi produksi yang menunjukan hubungan antara jumlah produksi dengan
input yang digunakan dalam proses produksi, dapat diformulasikan secara umum
sebagai berikut :
Y = f ( , , ,....... ).......................(Herawati,2008)
Dimana : Y = Hasil tangkapan
X = Faktor produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan produksi ikan dengan alat
tangkap pancing tonda adalah sebagai berikut :
12
2.5.1 Curahan Waktu Kerja (Trip)
Trip penangkapan adalah kegiatan operasi penangkapan yang dihitung
mulai atau sejak perahu penangkapan ikan meninggalkan tempat pendaratan
ikan menuju daerah operasi, mencari fishing ground. Melakukan penangkapan
ikan kemudian kembali lagi ketempat pendaratan asal atau tempat pendaratan
lainnya untuk mendaratkan hasil tangkapanya (Damanhuri, 1980). Sedangkan
menurut Sudirman dan Mallawa (2004), jumlah trip penangkapan atau fishing trip
adalah jumlah untuk tujuan dalam satu satuan waktu (hari, bulan, tahun).
Adapun jumlah trip penangkapan itu sendiri sangat ditentukan oleh trip
duration yang diperlukan nelayan tersebut untuk melakukan penangkapan.
Semakin sedikit atau pendek waktu yang dibutuhkan atau digunakan juga
semakin besar. Jadi antar fishing trip dan duration trip ini memiliki hubungan
terbalik. Adapun trip duration itu sendiri adalah lama waktu (hari) sejak saat load
sampai unload.
2.5.2 Kapal Pancing tonda (sekocian)
Berdasarkan Kepres No. 51 (2002), kapal adalah kendaraan air dengan
bentuk dan jenis apapun. Yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga
angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung
yang tidak berpindah-pindah. Adapun Kepmen No. 02 (2002), mendefinisikan
kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lainnya yang digunakan
untuk melakukan survey atau eksplorasi kelautan.
Kontruksi kapal tonda terbuat dari kayu, ruang kemudi terletak di bagian
buritan, ruang mesin berada di bagian tengah, di bagian atas ruang kemudi
terdapat ruang ABK (Anak Buah Kapal), palka ikan terletak di bagian haluan.
Kapal pancing tonda berukuran sekitar 3-10 GT, terbuat dari kayu jati (Tektona
grandis) dan kayu ulin (Eusiderrixylon spp). Dimensi kapal adalah panjang (LOA)
13
10,75-12 meter (m), lebar 2,85-3,50 meter (m), tinggi (D) 1-1,5 meter (m). Kapal
tonda menggunakan mesin dalam (inboard engine), berkekuatan sekitar 20-40
PK. Berbagai merek mesin biasanya digunakan seperti mesin Kubota atau mesin
Yanmar (Nuraini, 2010).
Kecepatan perahu saat menonda mempengaruhi keberhasilan penangkapan
sesuai dengan tujuan ikan sasaran. Perahu/kapal untuk menangkap ikan pelagis
ikan umpan, kecepatan menonda harus lambat 1-3 knot. Waktu penangkapan
ikan cakalang dan tuna muda di pagi hari dengan kecepatan perahu sekitar 4-5
knot, dan pada siang hari kecepatan menonda sekitar 7-8 knot (Nugroho, 1992).
Gambar 4. Kapal Sekocian Tampak Samping (sumber: BSN, 2008).
Gambar 5. Kapal Sekocian Tampak Atas (sumber: BSN, 2008)..
Tonage kapal adalah suatu besaran yang menunjukkan kapasitas atau
volume ruangan-ruangan yang tertutup dan dianggap kedap air yang berada di
dalam air. Tonage kapal merupakan suatu besaran volume yang pengukurannya
menggunakan “Register Tonage”. Dimana I Register Tonage (RT) menunjukan
volume suatu ruangan sebesar 100 atau
atau 2,8328 (DKP, 2008d).
14
Untuk perhitungan Gross Tonage (GT) kapal adalah :
GT =
Keterangan :
L = Panjang garis geladak kapal
B = Lebar geladak kapal
D = Tinggi kapal
Cb = Koefisien balok :
V = volume kapal
L = Panjang garis kapal
B = Lebar kapal
d = Saraf kapal
2.5.3 Jumlah Anak Buah kapal (ABK)
Anak buah kapal merupakan orang yang bekerja atau membantu pada
sebuah kapal dan dibawahi seorang nahkoda. Jumlah dan ketrampilan anak
buah kapal berpengaruh terhadap kecepatan penebaran pancing (setting) dan
penarikan pancing (hauling). Perlunya suatu penelitian jumlah ABK yang sangat
menentukan terhadap kecepatan proses setting dan hauling dan efektivitas kerja
dalam operasi penangkapan, cara mengukur ketrampilan ABK dan
berpengalamannya nahkoda adalah dengan cara mengetahui atau melihat
lamanya ABK dan Nahkoda melakukan pekerjaan menggunakan alat tangkap
pancing tonda dalam satuan waktu. Jadi untuk mengukur seberapa terampil dan
berpengalamannya ABK berdasarkan waktu kerja dalam satuan tahun dapat
dibagi menjadi 3 kategori (a) 1 – 2 tahun ( kurang berpengalaman), (b) 3 – 5
tahun (berpengalaman), dan (c) > 5 tahun (sangat berpengalaman).
15
2.5.4 Pengalaman Nahkoda
Nahkoda adalah orang yang menjalankan atau mengemudikan kapal menuju
dari daerah penangkapan (fishing ground). Dalam operasi penangkapan
nahkoda merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan operasi
penangkapan. Nahkoda yang berpengalaman akan dapat dengan mudah
mengemudikan kapal, menetukan daerang penangkapan dan cepat mengatasi
segala permasalahan yang timbul selama perjalanan atau selama operasi
penangkapan langsung.
2.6 Produktivitas Hasil Tangkapan Ikan
Produktivitas penangkapan merupakan salah satu hal terpenting untuk
mengetahui kemampuan atau konerja penangkapan ikan dari suatu alat tangkap.
selain itu juga merupakan suatu awal distribusi ikan ketika akan digunakan untuk
menilai daerah penagkapan ikan (Nelwan,2012).
Aspek produksi hasil tangkapan ikan menurut Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 38 Tahun 2003 pada tanggal 23 Oktober 2002 tentang
produktivitas kapal penangkapan ikan ialah merupakan kapal penangkap ikan
untuk memperoleh hasil tangkapan ikan pertahun. Produktivitas hasil tangkapan
kapal ikan ditetapkan dengan mempertimbangkan :
1. Ukuran tonase kapal
2. Jenis bahan kapal
3. Kekuatan mesin kapal
4. Jenis alat penangkapan ikan yang digunakan
5. Jumlah trip operasi penangkap per tahun
6. Kemampuan tangkap rata-rata per trip
Adapun dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor yang sangat
mempengaruhi hasil produksi tangkpan ikan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
16
1. Curahan waktu kerja (trip)
2. Ukuran kapal (GT)
3. Daya mesin (PK)
4. Daya mesin samping (PK)
5. Panjang tali (m)
6. Ukuran mata pancing
7. Jumlah ABK
8. Pengalaman ABK
9. Pengalaman nahkoda
2.7 Faktor Produksi Coub Douglas
Analisis fungsi Coub Douglas merupakan metode analisis yang
menerangkan suatu bentuk persamaan dilihat dari hubungan dan pengaruhnya
antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya (Hidayah, 2012)
Secara matematis model fungsi Coub Douglas adalah sebagai berikut :
Y = a
.....................(Arik, 2016)
Dimana :
Y = Jumlah produksi hasil tangkapan
= Curahan waktu kerja (trip)
= Ukuran kapal
= Daya mesin
= Panjang tali
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman ABK
= Pengalaman Nahkoda
17
a = Intersep (estimasi niai Y untuk keduanya x=0)
b = Koefisien regresi Y untuk (dimana tetap)
= Kesalahan acak
Kemudian melalui trasformasi logaritma natural (ln) diproleh persamaan
linier, sebagai berikut :
Ln Y = ln a +
+
+....+
Dimana :
Y = Jumlah produksi hasil tangkapan
= Curahan waktu kerja (trip)
= Ukuran kapal
= Daya mesin
= Panjang tali
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman ABK
= Pengalaman Nahkoda
a = Intersep (estimasi niai Y untuk keduanya x=0)
b = Koefisien regresi Y untuk (dimana tetap)
18
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
Penelitian mengenai Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Alat Tangkap Pancing Tonda di PPP Tamperan Desa Sidoharjo, Kecamatan
Pacitan, Kabupaten Pacitan. Adapun materi yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah kapal sekocian alat tangkap pacing tonda
yang ada di perairan Pacitan dengan tempat Pelabuhan Perikanan Pantai
Tamperan. Selain itu, materi yang akan digunakan adalah kuisioner untuk
pengambilan data produksi dan usaha perikanan pancing tonda dilapang.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriftif analitik yang
bertujuan untuk memberikan gambaran pada obyek yang akan diteliti secara
obyektif dengan melakukan pengamatan langsung terhadap responden yang
disertai peyebaran kuisioner untuk dianalisis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Tahap awal dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang akan
digunakan dalam pemecahan masalah yang dihadapi.data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
3.3.1 Data Primer
Menurut Waluya (2004), data primer adalah data atau keterangan yang
diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Data primer adalah
pengambilan data yang dilakukan secara langsung pada obyek yang
bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan melalui wawancara
dan observasi.
19
Data primer dari penelitian ini didapat dengan cara :
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung maupun tidak
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir,
2005). Observasi terutama dilakukan terhadap proses-proses yang
berlangsung pada hasil produksi di TPI.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
sama si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview gulde (panduan wawancara) (Nazir,2005).
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab terhadap pemilik kapal dan
bagian-bagian yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan rumusan masalah penelitian guna mendapat data
maupun informasi yang dibutuhkan.
3. Kuisioner
Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
dengan cara memberi seperangkat pertayaan tertulis kepada responden
untuk dijawab. Kuisioner yang akan digunakan dalam penelitian ini
bersifat terstruktur yaitu memberikan pertayaan terhadap responden
masyarakat secara kontinyu. Dapat dilihat pada lampiran 3.
3.3.2 Data Sekunder
Menurut Waluya (2004), data sekunder adalah keterangan yang diperoleh
dari pihak kedua, baik berupa catatan, seperti buku, laporan, bulletin, dan
majalah yang sifatnya dokumentasi.
20
3.4 Tahapan Penelitian
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian pada gambar
dibawah ini :
PPP Tamperan Pacitan
Identifikasi
Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
Proses Analisis
Metode Analisis Coubb Douglas
Uji F Uji T
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
21
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Metode Matematis Fungsi Produksi
Menurut soerkartawi (2003), model produksi adalah hubungan fisik antara
variabel, variabel dependent (Y) dan variabel independent (X). Variabel yang
dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa input.
Untuk mengetahui hubungan anatara faktor-faktor produksi (input)
dengan produk (output) dan juga hubungan antara faktor-faktor produksi (input)
dengan produk (output) dan juga hubungan antara faktor produksi itu sendiri
diperlukan suatu model analisis yang sesuai. Banyak model analisis fungsi
produksi yang bisa kita gunakan dalam suatu penelitian, diantara metode
tersebut yang paling banyak digunakan oleh para ahli adalah model Cobb
Douglas. Ada beberapa alasan mengapa banyak peneliti menggunakan fungsi
produksi Cobb Douglas ini anatara lain :
1. Penyelesaian relatif mudah dibandingkan dengan fungsi lainnya karena
mudah ditrasfer kebentuk linier.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi ini akan menghasilkan koefisien
regresi yang sekaligus juga menunjukan besaran elastisitas.
3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukan tingkat besaran return
to scale.
Fungsi Cobb Douglas biasanya menggunakan regresi dimana variasi dari Y
akan dipengaruhi oleh variasi dari X, dengan demikian kaidah-kaidah pada garis
regresi juga berlaku dalam peyelesaian fungsi Cobb Douglas.
Secara matematis model fungsi Cobb Douglas adalah sebagai berikut :
Y = a
.... .....
Kemudian melalui trasformasi logaritma ntural (ln) diperoleh persamaan linier
sebagai berikut:
22
Ln Y = ln a + b1 ln + b2 ln + .... + bi ln + u
Keterangan :
Y = Jumlah produksi (kg) a = intersep
= Waktu kerja (trip) b = Parameter Estimasi
= Ukuran kapal (GT) u = Standart eror
= Daya Kapal Induk (PK)
= Daya Kapal Sampingan (PK)
= Panjang tali (m)
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman ABK
= Pengalaman Nahkoda
Adapun pertimbangan memeilih variabel – variabel tersebut adalah :
Waktu Kerja (trip)
Waktu kerja dalam satuan Jumlah trip yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu jumlah berapa hari nelayan pergi laut untuk mencari
hasil tangkapan dalam satu bulan.
Ukuran Kapal (GT)
Untuk penentuan GT kapal besar, sedang dan kecil didasarkan pada
karateristik kelas pelabuhan. Dimana ada 4 kelas pelabuhan perikanan
yaitu : PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan), PPP (Pelabuhan Perikan
Pantai), PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) dan PPS (Pelabuhan
Perikanan Samudra). Pada setiap pelabuhan ini memiliki ukuran GT kapal
yang berbeda-beda. Misalnya PPI GT kapal yang dilayani adalah <10 GT,
PPP 3 -15 GT, PPN 15 – 60 GT, PPS >60 GT (Martinus, 2006).
23
Dari hal tersebut kita bisa mengetahui GT untuk kapal besar, kapal
sedang dan kapal kecil. Berdasarkan refrensi yang ada GT nuntuk kapal
besar > 60 GT, kapal sedang 15 - 60 GT dan untuk kapal kecil >15 GT.
Semakin besar GT kapal akan mempengaruhi terhadap daya muat hasil
tangkapan, alat tangkap, jumlah ABK yang akan ikut dalam
pengoperasian penangkapan ikan serta memperluas daya jelajah kapal
menuju daerah penangkapan tertentu.
Daya Mesin (PK)
Mesin kapal merupakan bagian penting dari kapal yang berfungsi
sebagai sarana penggerak untuk kapal itu sendiri. Mesin kapal
penangkapan yang paling digunakan dalam pengoperasian alat tangkap
yaitu diesel.
Dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan kapal pada saat penarikan alat tangkap,
karena kecepatan kapal tidak melebihi renang ikan.
Panjang Tali (meter)
Tali pada pancing tonda terdiri dari tali utama (Main line) dan tali
cabang (Branch line). Tali utama yang digunakan adalah ukuran nomor
500 dengan panjang sekitar 20 – 25 m. Sedangkan untuk brach line
memiliki ukuran nomor 200 – 300 dengan panjang 8 – 10 m. Tali senar
terbuat dari benang senar (PA. Monofilament). Panjang tali sangat
mempengaruhi keberhasilan penagkapan ikan karena semakin panjang
tali yang digunakan semakin memperluas area penangkapan ikan.
Ukuran Mata Pancing
Ukuran mata pancing mempengaruhi hasil tangkapan ikan. semakin
besar mata pancing yang digunakan, maka semakin besar juga ikan yang
tertangkap dan begitu sebaliknya. Menurut Sudirman dan Mallawa (2004),
24
ukuran mata pancing untuk menangkap ikan Tongkol, Cakalang
menggunakan nomor 6 – 7 dan madidihang menggunakan ukuran
pancing nomor 7.
Jumlah ABK
Semakin banyak jumlah ABK, maka hasil tangkapan yang diperoleh
semakin banyak karena pengaruh terhadap kecepatan kerja pada saat
setting dan hauling, serta peyelesaian rangkain operasi penagkapan.
Jumlah ABK haruslah disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
diperlukan dalam pengoperasian unit penangkapan kapal ikan dengan
alat tangkap pancing tonda.
Pengalaman Nahkoda
Nahkoda adalah orang yang menjalankan atau mengemudikan kapal
menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground). Dalam operasi
penangkapan pengalaman nahkoda merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan operasi penangkapan. Nahkoda yang
berpengalaman akan dapat dengan mudah mengemudikan kapal dan
dengan cepat mengatasi segala permasalahan yang timbul selama
perjalanan operasi penangkapan berlangsung.
Pengalaman ABK
Anak Buah Kapal adalah semua orang yang berada dan bekerja
dikapal kecuali nahkoda. Jumlah dan ketrampilan anak buah kapal
berpengaruh terhadap kecepatan penebaran (setting) dan penarikan
pancing (hauling). Perlunya suatu penelitian tentang jumlah ABK yang
sangat menentukan terhadap kecepatan proses setting, hauling dan
efektivitas kerja dalam operasi penagkapan (tugas dari masing – masing
ABK dalam operasi penangkapan), serta adanya anggapan bahwa jumlah
25
ABK yang cukup akan mempercepat proses penangkapan, sehingga hasil
tangkapan yang didapat optimal.
Pemilihan variabel – varibabel di atas didasarkan pada refrensi penelitian
yang telah dilakukan meskipun di tempat dan alat tangkap yang berbeda.
Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui variabel–variabel terhadap model
usaha tangkapan ikan dengan alat tangkap pancing. Model yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah model Coob Douglas, kemudian untuk
analisa datanya dengan menggunakan progam SPSS 18.
SPSS (Statistical Package for the Sosial Sciense) merupakan salah satu
progam pengolahan data statistic yang banyak dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan dibidang statistik. SPSS relatif lebih mudah dioperasikan, hampir
semua bentuk dan tingkat penelitian dapat dipecahkan dengan SPSS. SPSS
dapat, mengolah data secara akurat mulai dari yang sederhana,yaitu statistik
deskriptif (mean, median, modus, sum presentase, minimum, maksimum, kuartil,
prosentil, range, distribusi, varians, standart deviasi, standart eror, nilai
kemiringan, dan lain-lain. (Priyanto, 2008).
3.5.2 Pengujian Model
Untuk mengetahui kebaikan dari suatu model yang digunakan dalam
suatu penelitian, maka perlu untuk pengujian terhadap model dan hasil
pedugaan terhadap parameter tersebut. Untuk menguji model dan pendugaan
parameter yang diperoleh dari pengujian dengan Coubb Douglas digunakan
parameter sebagai berikut :
a. Uji F
Menurut Priyanto (2008), uji F dipakai untuk melihat pengaruh variabel –
variabel indepandent secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan membandingkan nilai dengan .
26
Berarti ada satu atau seluruh dari variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terkait.
Nilai diperoleh dari rumus :
Keterangan :
n = sampel
k = jumlah variabel independent
Kesimpulan uji F diatas adalah sebagai berikut :
a. Jika < maka diterima dan ditolak berarti semua
variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
b. Jika > maka diterima dan ditolak berarti variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
b. Koefisien Determinasi ( )
Koefisiensi determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa
besar perubahan atau variasi dari variabel dependen akan bisa dijelaskan oleh
perubahan variabel independen. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi
akan bisa dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel
dependen. Rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
Nilai mempuyai interval mulai dari 0 sampai 1 (0 ≤ ≤1). Semakin besar
(mendekati 1), semakin baik model regresi tersebut. Semakin mendekati 0
maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan
variabilitas dari variabel dependen (Priyanto, 2008).
27
c. Uji-t (partial test)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
secara parsial dilakukan uji-t. Uji-t dipakai untuk melihat signifikan pengaruh
variabel independen secara individu terhadap variabel dependent dengan
mengagap variabel lain bersifat konstan.
H0 : b = 0 : tidak ada pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
variabel tidak bebas.
H0 : # 0 : terdapat pengaruh dari variabel bebas secara parsial terhadap
tidak bebas.
√
Kriteria penerima hipotesa :
1. Jika < berarti terima dan tolak
2. Jika > berarti terima dan terima
Dari hasil hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa jika > pada
tingkat derajat bebas tertentu, maka variabel bebas/faktor produksi (X)
berpengaruh nyata pada produksi (Y). Sebaliknya, < pada tingkat
bebas tertentu, maka variabel bebas/faktor produksi (X) tidak berpengaruh nyata
pada produksi (Y).
29
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Pelabuahan Perikanan Pantai PPP Tamperan terletak di Dusun Tamperan,
Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan yang berjarak ±3km dari pusat Ibu kota
Kabupaten Pacitan. Kelurahan Sidoharjo merupakan salah satu desa di
Kabupaten Pacitan yang berada di daerah pesisir. Berdasarkan data dari kantor
Desa Sidoharjo memiliki luas sekitar 723,430 Ha, terdiri dari 12 RW dan 42 RT
yang tersebar dalam 12 dusun yaitu Dusun Kriyan, Dusun Pojok, Dusun
Caruban, Dusun Blebler, Dusun Tuban, Dusun Jaten, Dusun Plelen, Dusun
Balon, Dusun Barak, Dusun Barean, Dusun Teleng, dan Dusun Tamperan.
4.2 Sarana Dan Prasarana PPP Tamperan
Fasilitas kepelabuhan di PPP Tamperan sudah cukup baik dan lengkap.
Fasilitas PPP Tamperan dapat dilihat di tabel 4. Pembagian fasilitas PPP
Tamperan Terdiri dari :
1. Fasilitas pokok adalah sarana yang diperlukan untuk kepentingan seperti,
keselamatan pelayaran dan tempat tambat labuh serta bongkar muat
yang meliputi.
a. Breakwater
b. Sarana tambat labuh, yaitu dermaga, tiang tambat, dan kolam
pelabuhan.
c. Sarana trasportasi yaitu jembatan, jalan, dan tempat parkir.
2. Fasilitas fungsional adalah sarana yang langsung dimanfaatkan untuk
kepentingan manajemen pelabuhan perikanan dan dapat dimanfaatkan
oleh perorangan atau badan hukum meliputi :
a. Sarana pemasok bahan bakar untuk kapal.
30
b. Sarana pemasaran, meliputi : tempat pelelangan ikan (TPI),
penaganan, dan peyimpanan hasil tangkapan.
c. Kantor pelabuhan dan kantor keamanan.
3. Fasilitas penunjang adalah fasilitas sarana yang secara tidak lansung
dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan memberikan kemudahan
bagi masyarakat umum yang meliputi :
a. Sarana kesejahteraan nelayan yaitu tempat penginapan, kios
perbekalan, dan tempat ibadah.
b. Sarana pengelolaan pelabuhan yaitu rumah tamu, dan pos
pemeriksaan.
Tabel 1. Fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang di
PPP Tamperan.
No Jenis Fasilitas Volume Fasilitas Kondisi
1 Fasilitas Pokok
a. Lahan PPP 2,05 Ha Baik
b. Breakwater 460,9 m Baik
c. Dermaga Caisson 234 m baik
d. Kolam labuh 4,5 Ha Terjadi sedimentasi
2 Fasilitas Fungsional
a. Gedung TPI 720 Baik
b. Kantor Pelabuhan 220 Baik
c. Ground Reservoir 35 Baik
d. Power House 20 Baik
e. Menara Air 18 Baik
f. SPBN 45 Baik
g. Toilet 30 Baik
3 Fasilitas Penunjang
a. Tempat Penginapan
220 Baik
b. Kantin 45 Baik
c. Musholla 100 Baik
d. Pos jaga 12,6 Baik
e. Pasar ikan 288 Baik
f. Tempat parkir 1 unit Baik
31
g. Plengsengan bukit
270 Baik
Sumber : Laporan Tahunan PPP Tamperan tahun, 2015
4.3 Keadaan Perikanan Tangkap
Letak yang strategis baik di tinjau dari ketersediaan sumberdaya alam
maupun jalur trasportasi dan pemasaran meyebabkan wilayah ini mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Nelayan yang beroperasi di PPP Tamperan
tidak hanya nelayan setempat, tetapi juga nelayan andon yang umumnya adalah
nelayan dari daerah lain seperti nelayan Bayuwangi, Sendang biru, Jawa Barat,
Sulawesi dan lain-lain. Jenis alat tangkap yang beroperasi di PPP Tamperan
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah alat tangkap di PPP Tamperan pada tahun 2011-2015.
Alat Tangkap Tahun (unit)
2011 2012 2013 2014 2015
Krendet 77 10 30 30 30
Pancing Tonda 165 291 300 118 156
Giil net 25 25 25 25 25
Payang 15 20 20 20 20
Purse Seine 21 21 23 32 43
Sumber : Laporan Tahunan PPP Tamperan tahun, 2015
Perkembangan alat tangkap dan armada penangkapan yang beroperasi di
PPP Tamperan terus mengalami peningkatan baik jumlah maupun ukuran. Hal
ini disebabkan semakin jauhnya tempat operasi penangkapan mereka karena
semakin berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam disekitar teluk Pacitan
akibat eksploitasi yang dilakukan secara terus menerus.
Alat penangkapan ikan yang dipergunakan dalam kegiatan penangkapan ikan
terdiri dari berbagai jenis. Alat penangkapan ini dioperasikan mulai dari dekat
32
pantai sampai lepas pantai yaitu Samudra Hindia. Perubahan adanya
peningkatan Tonage kapal penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah kapal menurut ukuran Gross Tonage (GT) di PPP Tamperan
tahun 2011 -2015
Tahun Kapal Montor (Unit) Kapal Tanpa Montor (Unit) <5 GT >5-10GT >10-30GT >30GT
2011 135 91 21 - 38
2012 148 57 21 - 38
2013 148 72 23 - 38
2014 155 103 23 9 38
2015 160 97 30 13 42
Sumber : Laporan Tahunan PPP Tamperan tahun, 2015
Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa armada penangkapan yang
berukuran kecil semakin berkurang, sedangkan untuk armada penangkapan
nelayan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena daerah operasi
penangkanan nelayan di UPT PPP Tamperan semakin jauh sehingga
membutuhkan peralatan dengan ukuran besar dan daya jangkau yang lebih jauh.
4.4 Produksi Perikanan Tangkap
Ditijau dari daerah penangkapan nelayan Tamperan yang sangat luas dan
memiliki potensi yang sangat besar dan didukung oleh peralatan yang semakin
modern dengan ukuran kapal yang semakin besar dengan disertai alat yang
lengkap (multi gear) dan adanya alat bantu rumpon - rumpon oleh pemerintah
dan juragan besar maka sangat mungkin sekali untuk terus mengembangkan
dan meningkatkan usaha dibidang penangkapan dan pengolahan di daerah ini.
33
Untuk melihat produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai pada lima
tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan presentase yang tidak
menentu, menurut nelayan hal ini disebabkan karena pada lima tahun terakhir ini
musim tidak menentu dan ada indikasi pencemaran. Untuk lebih jelasnya tentang
produksi dan nilai produksi lima tahun terakhir di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tamperan dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Ikan di PPP Tamperan 2011-2015
Sumber : Laporan Tahunan PPP Tamperan, 2015
Dari tabel 4 diatas, diketahui bahwa pada tahun 2015 volume perikanan yang
didaratkan di PPP Tamperan sebesar 7.786.236 Ton dengan nilai produksi Rp
47,479,259,240,-. Dibandingkan dengan data volume dan nilai produksi pada
tahun 2014, volume produksi tahun 2015 meningkat sebesar 1.832 ton.
sedangkan nilai produksinya meningkat sebesar Rp 5.762.377.984. Kenaikan
produksi ikan ini dikarenakan pada tahun 2015 produksi jenis ikan unggulan
seperti : tuna , cakalang, dan layur mengalami kenaikan. Tabel 5. Meyajikan
fluktuasi hasil tangkapan sejak 2011 sampai dengan 2015.
Tahun Produksi (ton) Nilai produksi (Rp)
2011 5.299.184 32.420.705.895
2012 5.340.157 38.236.051.788
2013 6.930.545 36.255.782.484
2014 5.954.064 41.716.881.256
2015 7.786.236 47.479.259.240
34
Tabel 5. Data jumlah produksi perikanan tangkap per jenis ikan di PPP Tamperan 2011-2015.
No Jenis Ikan produksi per tahun (ton)
2011 2012 2013 2014 2015
1 Cakalang (Skipjack tuna)
1,399,460
1,605,393
741,543
1,280,034
1,697,330
2 Tuna (Thunnus) 1,629,540
2,390,586
4,024,424
1,455,970
1,338,261
3 Tongkol (Eastern little tunas)
866,454
691,860
652,436
1,079,214
1,810,330
4 Lemandang (Coryphaena hippurus)
78,852 123,228
95,351 271,672 423,006
5 Layaran (Marlins) 30,261 80,508 37,129 76,751 35,550
6 Layur (Hairails) 141,752
127,841
137,033
1,757,69 3,374,573
7 Kuniran (Uppeneus mollucensis)
3,620 3,076 1,676 5,169 9,610
8 Kembung (Mackerel)
65,664 54,881 60,614 50,194 76,801
9 Terngiri (King Mackerel)
14,542 15,057 18,847 17,245 15,501
10 Layang (scads) 862,206
455,377
1,547,746
1,621,023
1,738,769
Sumber : Laporan Tahunan PPP Tamperan, 2015
4.4 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Daerah operasi penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Pacitan meliputi
Teluk Pacitan dan luar Teluk Pacitan. Daerah operasi di dalam meliputi Teluk
Pacitan, Teluk Panggul, Teluk Sidomulyo, Teluk Sudimoro, dan Teluk Taman. Di
luar Teluk Pacitan meliputi Watukarung, Jogoboyo, Wates, Klopan, Srau,
Wawaran, Hadiwarno, Bawur, Cucung, Watu mureb, dan Lau Bremen (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).
35
Nelayan di Pacitan menentukan musim penangkapan ikan dengan metode
yang diebut “Pranoto Mongso”. Nelayan harus mengetahui musim terlebih dahulu
sebelum melaksanakan operasi penangkapan ikan, karena dapat diketahui
keadaaan angin, gelombang, arus, ombak, jenis-jenis ikan dan musim ikannya.
Musim penagkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim puncak pada
bulan Mei-September, dan musim paceklik pada bulan Desember-Februari
(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2009).
4.6 Hasil Penelitian
4.6.1 Pancing Tonda
Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata
pancing. Umumnya pada mata pancing diberi umpan, baik umpan buatan
maupun umpan alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan.
Diperairan Pacitan banyak jenis alat tangkap pancing yang dioperasikan
pada setiap armada penangkapan, hal ini untuk mengatisipasi kemungkinan
banyaknya jenis spesies ikan yang ada di daerah penagkapan (fishing ground).
Karena perbedaan spesies ikan juga mempengaruhi metode penangkapannya.
Jenis alat tangkap pancing antara lain adalah Pancing tonda, Pancing ulur
(Coping), Pancing Vertikal Long line/pancing Tuna.
Pancing tonda di perairan Pacitan pada umumnya pancing yang diberi tali
tanpa pemberat dan dipasang disekitar permukaan air ditarik oleh kapal, pancing
diberi umpan buatan maupun umpan segar yang karena akan memberikan
pengaruh tarikan pada ikan.
36
Gambar 6. Alat tangkap pancing tonda (sumber: pengamatan lapang)
Data hasil penelitian di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, diperoleh untuk
waktu kerja yaitu 5-12 hari, ukuran kapal 5-6 GT, daya mesin induk maupun daya
mesin sampingan 27-30 PK, panjang tali pancing 250-300m, ukuran mata
pancing 7-8, jumlah ABK 4-5 orang, pengalaman ABK 2-4 tahun, pengalaman
Nahkoda 4-9 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Spesifikasi alat tangkap pancing tonda di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tamperan.
No Nama kapal Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7
X8 X9
1 Sumber rejeki 01 1035 12 6 30 30 300 7 5 8 4
2 Sinar mulia 1265 10 6 30 30 300 7 4 6 3
3 Baruna 03 825 6 5 30 30 250 7 4 4 2
4 KMN miras 03 1125 7 6 30 27 300 8 5 5 3
5 Anugerah 1320 9 6 30 30 300 7 4 8 3
6 Riqki Hidayat 1115 6 6 30 30 300 7 4 7 3
7 Arema 01 1160 7 6 30 27 300 8 5 6 3
8 SMG 1040 6 5 30 30 300 8 4 5 3
9 Mahkota 02 1040 12 6 30 30 300 7 5 8 3
10 Iqbal 855 6 5 30 30 250 8 4 5 3
11 Ramajaya 1320 6 6 27 27 250 8 5 5 3
12 Dirga 02 865 5 5 27 27 300 8 4 6 3
13 Nusantara 1065 7 6 30 27 300 8 4 8 4
14 Cahaya mulia 1025 7 6 27 27 300 8 4 6 3
15 Murni Rahayu 1035 6 5 30 27 300 7 5 7 3
16 Mahkota 06 1630 10 6 27 27 300 7 5 8 3
17 Sinar jaya 1322 9 6 30 27 300 7 5 4 2
37
Tabel 6. Spesifikasi alat tangkap pancing tonda di Pelabuhan Perikanan
Pantai Tamperan(Sumber: Pengamatan Lapang).
Keterangan :
Y = Jumlah produksi hasil tangkapan
= Curahan waktu kerja (trip)
= Ukuran kapal
= Daya mesin
= Daya mesin samping
= Panjang tali
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman ABK
= Pengalaman Nahkoda
4.6.2 Operasi Penangkapan
Pengoperasian pancing tonda di Pelabuhan Perikanan Pantai meliputi
persiapan, keberangkatan menuju fishing ground, pemancingan dan kembali ke
fishing base. Persiapan yang dilakukan meliputi semua unit penangkapan ikan ,
yaitu kapal penagkapan , alat tangkap, dan nelayan. hal tersebut perlu dilakukan
agar kesiapan unit penangkapan dalam keadan baik. Mengingat waktu
pengoperasian alat tangkap pancing tangkap pancing tonda ini memakan waktu
lama 5-12 hari, maka semua peralatan ditata dengan rapi agar tidak menggangu
kegiatan operasiaonal penagkapan. Perbekalan dan perlatan yang dibutuhkan
dalam setiap operasi penangkapan adalah solar, oli, es curah, garam, air tawar,
18 Mahkota 05 1275 9 6 30 30 300 7 5 7 4
19 Dirga03 975 6 5 27 27 250 7 4 5 3
20 Restu 02 1235 8 6 30 30 300 7 4 9 3
21 Tunas Harapan 06 1305 8 6 27 27 250 7 4 8 4
22 Adi jaya 03 1685 12 6 30 27 300 7 5 8 3
23 Lestari 03 1985 12 6 30 27 300 7 5 9 4
38
umpan buatan, alata tangkap, dan perbekalan konsumsi untuk ABK dan
nahkoda.
Posisi pengoperasian pancing tonda berada disekitar rumpon. Dengan
kedalaman perairan kurang lebih 2000-5000m. Pengoperasian penangkapan
pancing tonda dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Metode pengoperasian
pancing tonda dilakukan dengan metode trolling yaitu alat tangkap dioperasikan
dengasn cara ditarik oleh kapal. Tali pancing dipegang oleh nelyan atau kadang
tersambung pada buritan dan sisi kana atau sisi kiri kapal. Umpan terbuat dari
kain sutra atau plastik yang berwarna mencolok untuk menarik perhatian ikan
agar mendekat pada umpan. Nelayan pancing tonda akan kembali ke fishing
base apabila hasil tangkapannya dirasakan sudah cukup banyak, namun nelayan
akan kembali ke fishing base walaupun hasil tangkapannya sedikit, apabila
terjadi ombak besar, kerusakan kapal, dan kehabisan perbekalan.
4.6.3 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan ikan yang sering tertangkap dengan alat tangkap
pancing tonda di Perairan Pacitan Tamperan Pacitan pada waktu penelitian di
antaranya sebagai berikut :
1) Ikan Tuna ekor kuning (Thunnus albacores)
Nama indonesia : Mandidihang
Nama internasional : Yellofin tuna
Nama latin : Thunnus albacores
Daerah sebaran : Perairan Timur Laut Sumatra Utara sampai Selatan
Jawa. Nusa tenggara dan di seluruh perairan laut dalam Indonesia
bagian timur (Laut Banda, Laut Sulawesi, Laut maluku). Serta Samudera
Pasifik bagian barat.
Deskripsi : Ordo Percomorphi, Sub Ordo Scombroidea, Famili
Scombroidea, Genus Thunnus. Bentuk tubuh, dua sirip tor[edo yang
39
memanjang, memiliki rostrum, dua sirip punggung, sirip depan biasanya
pendek dan terpisah dari sirip belakang. Termasuk ikan buas, karnivora,
predator. Hidup bergerombol dengan ikan kecil.
Gambar 7. Ikan Tuna ekor kuning Thunnus albacores (sumber:
pengamatan lapang)
2) Ikan Lemandang (Coryphaena hippurus)
Nama Indonesia : Mandidihang
Nama internasional : Common dolphin fish
Nama latin : Coryphaena hippurus
Daerah sebaran : Daerah lepas pantai, pantai seluruh Indonesia,
perairan Indonesia Pasifiklainnya dan meluas perairan sub tropis.
Deskripsi : Ordo Percomorphi, Sub Ordo Percoiidea, Famili
Coryhaenidea, Genus Coryphaena. Bentuk tubuh memnajang, gepeng,
sisik kecil cycloid, mulut lebar, gigi kecil, banyak tersusun dalam baris-
baris, sirip punggung mulai diatas mata sampai pada sirip ekor.
40
Gambar 8. Ikan Lemandang Coryphaena hippurus (sumber:
pengamatan lapang)
3) Ikan Cakalang (Catsuwanus pelamis)
Nama Indonesia : Cakalang
Nama internasional : Skipjack
Nama latin : Catsuwanus pelamis
Daerah sebaran : Perairan timur laut Sumatara utara sampai selatan
Jawa, Nusa Tenggara dan diseluruh peraairan laut dalam Indonesia
bagian Indonesia bagian timur (Banda, Laut,Sulawesi, Laut Maluku),
serta Samudera Pasisfik bagian barat.
Deskripsi : Ordo Percomorphi, Sub ordo Scombridea, Famili
Scombridea, Genus Thumnnus, bentuk tubuh seperti terpedo yang
memenjang, duri sirip punggung belakang dan sirip anal lebih panjang
dibandingkan spesies lain. Permukaan sisi dan perutnya dipenuhi oleh
sekitar 20 garis vertikal atau bercak-bercak sirip anal dan ujung –ujung
sirip kecil finlet berwaran kuning cerah.
41
Gambar 9. Ikan Cakalang Skipjack (Catsuwanus pelamis) (sumber:
pengamatan lapang)
4.7 Analisis Data Hasil Penelitian.
Sebagai masukan (input) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
produksi yang berfungsi sabagai peubah bebasnya (curahan waktu/trip, ukuran
kapal (GT), daya mesin (PK), panjang tali, ukuran mata pancing, jumlah ABK,
pengalaman ABK, pengalaman nahkoda. Sedangkan yang menjadi keluaran
(output) adalah produksi ikan hasil tangkapan alat tangkap pancing tonda pada
kapal sekocian yang berfungsi sebagai peubah tak bebasnya.
Dimana :
Y = Jumlah produksi hasil tangkapan
= Curahan waktu kerja (trip)
= Ukuran kapal
= Daya mesin
= Panjang tali
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman nahkoda
42
= Pengalaman ABK
Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Faktor Input –Output pada Alat Penangkapan
Pancing Tonda.
No Variabel Koef. Regresi
Kesimpulan
1 Trip 0,346 1,632 2,736 Tidak Signifikan
2 Ukuran kapal (GT) 0,090 1,081 2,736 Tidak signifikan
3 Daya mesin Induk (PK)
-0,094 -0,612 2,736 Tidak signifikan
4 Daya mesin sampingan (PK)
0,325 0,374 2,736 Tidak signifikan
5 Panjang tali (m) -0,310 -0,234 2,736 Tidak signifikan
6 Ukuran mata pancing -0,526 -0,772 2,736 Tidak signifikan
7 Jumlah ABK -0,549 -1,433 2,736 Tidak signifikan
8 Penglaman nahkoda 0,066 0,239 2,736 Tidak signifikan
9 Pengalaman ABK 0,189 0,571 2,736 Tidak signifikan
10 Konstanta (a) 7,526 > : Variabel bebas
secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat.
11 4,114
12 2,197
13 0,740
Dari hasil analisa dengan menggunakan fungsi Coub Douglas di peroleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Y =
Atau :
Y = Ln 7,526+Ln 0,346 +Ln 0,090 +Ln -0,940 +Ln 0,325 +Ln-0,310 +Ln
-0,526 +Ln -0,549 + Ln -0,066 + Ln -0,189
Dimana :
Y = Jumlah Produksi
= Trip
= Ukuran kapal (GT)
43
= Daya mesin induk (PK)
= Daya mesin sampingan (PK)
= Panjang tali (m)
= Ukuran mata pancing
= Jumlah ABK
= Pengalaman ABK
= Pengalaman Nahkoda
Menurut Priyanto 2008, koefisien b dinamakan koefisien arah regresi dan
meyatakan perubahan rata-rata variabel Y (dependent) untuk setiap perubahan
variabel X (independent) sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan
pertambahan bila b bertanda positif dan penurunan bila bertanda negatif.
sehingga persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisiensi regresi curahan waktu kerja atau trip ( sebesar 0,346
berarti bahwa dalam keadaan cateris paribus (seimbang). Setiap
perubahan satu satuan mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar
7,526 satuan. Jadi apabila trip ditambah 1% akan mengakibatkan
perubahan hasil tangkapan sebesar 0,346.
Koefisiensi regresi ukuran kapal ( sebesar 0,903 berarti bahwa
dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu satuan
mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi apabila
trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil tangkapan
sebesar 0,903.
Koefisiensi regresi daya mesin induk ( sebesar -0,940 berarti bahwa
dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu satuan
44
mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi apabila
trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil tangkapan
sebesar 0,940.
Koefisiensi regresi daya mesin sampingan ( sebesar 0,325 berarti
bahwa dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu
satuan mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi
apabila trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil
tangkapan sebesar 0,325.
Koefisiensi regresi panjang tali pancing ( sebesar -0,130 berarti
bahwa dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu
satuan mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi
apabila trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil
tangkapan sebesar 0,130.
Koefisiensi regresi ukuran mata pancing ( sebesar -0,526 berarti
bahwa dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu
satuan mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi
apabila trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil
tangkapan sebesar 0,526.
Koefisiensi regresi pengalaman nahkoda ( sebesar 0,066 berarti
bahwa dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu
satuan mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi
apabila trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil
tangkapan sebesar 0,066.
Koefisiensi regresi pengalaman ABK ( sebesar 0,189 berarti bahwa
dalam keadaan citeris paribus (seimbang). Setiap perubahan satu satuan
mengakibatkan perubahan hasil Y sebesar 7,526 satuan. Jadi apabila
45
trip ditambah 1% akan mengakibatkan perubahan hasil tangkapan
sebesar 0,189.
Baik nilai koefisien regresi maupun nilai-t tidak selalu positif, bisa juga
negatif. Negatif regresi positif maksudnya variabel produksi yang dimasukkan
dalam model akan mampu meningkatkan hasil tangkapan (walupun nilai tidak
signifikan, pada saat tertentu masih dapat menghasilkan output yang optimal.
Nilai koefisiensi regresi menunjukkan bahwa pengaruh variabel produksi
cenderung mengalami penurunan, oleh sebab itu variabel produksi yang bernilai
negatif dapat dijadikan koreksi terhadap variabel-variabel lain yang diduga dapat
menurukan produksi
4.7.1 Uji-F
Uji-F dilakukan untuk menguji model regresi keseluruhan yang kita buat
baik (signifikan) atau tidak baik (non signifikan). Sama dengan uji-T, uji-F
dilakukan dengan membandingan nilai F-hitung dan F-tabel. Apabila hasil uji-F
didapatkan hasil F-hitung lebih besar dari pada F-tabel dapat dikatakan model
signifikan bisa digunakan untuk prediksi atau peramalan.
Dan apabila F-hitung lebih kecil dari pada F-tabel dapat di katakan
model non-signifikan maka model regresi tidak dapat digunakan untuk
peramalan.
Tabel 8. Uji F
uji F Kesimpulan
F Hitung 4,11 F hHitung > F Tabel Berpengaruh (Signifikan)
F Tabel 2,19
Dari hasil uji F pada tabel diatas, diketahui F-hitung sebesar 4,11 dan F-
tabel 2,19 yang berarti nilai Fhitung lebih besar dari pada F-tabel pada tingkat
kepercayaan 95% (α= 0,10). Menggunakan signifikan 95% dikarenakan apabil
46
menggunakan signifikan 100% terlalu besar, karena kondisi lapang sangat sulit
diprediksi. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan alam seperti arus,
gelombang, angin, dll. Itu yang menyebabkan saya menggunakan signifikan
95%. Karena F-hitung > F-tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
produksi yang diuji dapat digunakan untuk menyelesaikan hubungan antara
variabel terikat (Dependent VariableI) (Y) dengan variabel bebas (Independent
Variable) (X).
4.7.2 Koefisiensi Determinasi ( )
Tabel 9. Tabel summary output
Regression Statistics
Multiple R 0.860
R Square 0,740
Adjusted R Square 0.560
Standard Error 0.155
Observations 23
Koefisiensi determinasi ( ) merupakan besaran yang menunjukan seberapa
besar variabel-variabel yang dimasukkan ( dalam model yang memberikan
pengaruh pada perubahan produksi (Y). Nilai koefisien determinasi ( ) yang
mendekati satu atau sama dengan satu, maka dapat disimpulkan bahwa
dependent variabel (Y) dengan variabel indepedent (X) secara tepat dan
dinyatakan dalam persen (%).
Multiple R menerangkan mengukur tingkat hubungan linear antara variabel
independen (x) dengan seluruh variabel dependen (y) secara bersama-sama
yang mempunyai nilai 0,740 yang berarti hubungan antara X dan Y sebesar 95
%. R square disebut juga koefisien determinasi yang menerangkap seberapa
besar pengaruh variabel (x) terhadap variabel (y), dari tabel dilihat nilai R square
sebesar 74% yang artinya pengaruh (x) terhadap (y) adalah sebesar 16%.
47
Adjusted R Square merupakan nilai R Square yang disesuaikan sehingga
gambarannya lebih mendekati model dalam populasi., nilai Adjusted R adalah
0,560. Standard Error merupakan standar error dari estimasi variabel terikat yang
bernilai 0,155.
4.7.3 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikan konstanta dan variabel independent
dengan cara membadingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Hasil yang didapat
oleh masing-masing pancing dalam kapal sekoci dapat dilihat pada tabel 7.
a. Curahan waktu kerja (trip)
Hasil analisis uji-t dengan parameter jumlah trip penangkapan tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan (produksi). Nilai
t-hitung sebesar 1,632 lebih besar dibandingkan t-tabel sebesar 2,073
dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini dikarenakan tempat
pengoperasian alat ini adalah didaerah Samudra Hindia dimana daerah ini
adalah daerah yang menjadi jalur ruaya sepanjang tahun dari ikan yang
menjadi sasaran penangkapannya. Sehingga kapanpun alat ini dioperasikan
akan selalu mungkin untuk mendapatkan ikan sasarannya (sekalipun
mungkin jumlahnya tidak sama). Dengan demikian semakin sering frekuensi
operasi penangkapan (trip), maka peluang untuk mendapatkan hasil
tangkapan semakin besar pula.
b. Ukuran kapal (GT)
Pada analisis uji-t terhadap GT kapal sekoci bahwa nilai t-hitung sebesar
1,081 dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel sebesar 2,073 dengan
selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel GT kapal
tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil tangkapan.
48
Tonage kapal berhubungan dengan daya muat kapal atau volume dari
ruang-ruang tertutup yang dianggap kedap air yang berada didalam kapal.
Ukuran kapal sekocian yang terdapat didaerah perairan Pacitan adalah
berkisar antara 5-6 GT.
c. Daya mesin (PK)
Pada analisis uji t terhadap daya mesin induk dan mesin sampingan pada
kapal sekoci menunjukan hasil t-hitung mesin induk sebesar -0,612 dan
hasil t-hitung mesin sampingan sebesar 0,374 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,073 dengan selang kepercayaan 95% (α =
0,05). Hal ini berarti bahwa variabel daya mesin induk dan mesin sampingan
kapal tonda tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil
tangkapan.
Jenis mesin yang digunakan untuk kapal sekoci yang ada di perairan
Pacitan ada empat merk yaiku Mitsubishi, Yanmar, Jiangdong dan Kubota
dengan kekuatan berkisar antara 18-30 PK. Tetapi kebanyakan jenis mesin
yang digunakan adalah Jiadong, Yanmar, dan Mitsubishi. Pada kapal
sekocian ini menggunakan dua mesin yaitu mesin induk dan mesin
sampingan. Kekuatan mesin ini berhubungan dengan tenaga pendorong
kapal menuju fishing ground. Selain itu juga digunakan untuk daya atau
tenaga pendorong saat penarikan pancing.
d. Panjaang tali (m)
Panjang tali pancing tonda yang digunakan nelayan berkisar antara 250-
300m. Hasil analisis uji-t terhadap panjang tali pancing menunjukan tidak ada
pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan. Nilai t-hitung pada pancing
tonda sebesar -0,234 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai t-tabel
49
sebesar 2,073 dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini berarti
bahwa variabel panjang talitidak memberikan pengaruh terhadap
peningkatan hasil tangkapan. Ini dikarenakan panjang tali pancing yang
digunakan seragam, sehingga variasinya kurang. Hal ini dimungkinkan
karena tali pancing yang panjang akan mempersulit nelayan melakukan
proses setting dan hauling, bahkan yang sering terjadi adalah tali yang
digunakan menjadi kusut.
e. Ukuran mata pancing
Pemakaian ukuran mata pancing pada alat tangkap pancing tonda sangat
tergantung pada jenis dan ukuran ikan yang menjadi sasaran penangkapan.
Semakin besar ukuran ikan yang menjadi sasaran penangkapan maka
ukuran pancingnya juga semakin besar.
Ukuran mata pancing tonda yang digunakan nelayan berkisar antara
nomor 7-8. Hasil analisis uji-t terhadap ukuran mata pancing menunjukan
tidak ada pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan. Nilai t-hitung pada
pancing tonda sebesar -0,772, dimana hasil dari nilai t-tabel sebesar 2,073
dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini menunjukan bahwa
variabel ukuran pancing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tangkapan, karena ukuran pancing yang digunakan relatif seragam, sehingga
variasinnya kurang.
f. Jumlah ABK
Jumlah ABK berhubungan erat dengan efektifitas pekerjaan diatas kapal,
dimana setiap ABK mempuyai tugas masing-masing bila sudah berada diatas
kapal. Jumlah ABK bergantung besar kecilnya ukuran kapal. Jumlah ABK
pada kapal sekocia di perairan Pacitan berkisar 4-5 orang.
50
Hasil analisis uji-t untuk jumlah ABK tidak memberikan pengaruh
terhadap hasil tangkapan. Nilai t-hitung pada kapal sekocian sebesar 1,433
dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai-t tabel sebesar 2,073 dengan selang
kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini berarti bahwa jumlah ABK tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dengan alat tangkap pancing
tonda. Hal ini mungkin disebakan dengan semakin bayaknya jumlah ABK
yang berperan belum tentu mampu meyumbangkan hasil tangkapan secafa
optimal. Karena dipengaruhi oleh faktor ketrampilan maupun penguasa
nelayan terhadap teknik penangkap yang tepat.
g. Pengalaman Nahkoda
Pengalaman nahkoda akan sangat dibutuhkan dalam menentukan ke
mana fishing ground yang akan dituju. Nahkoda merupakan pemimpin kapal
dalam mengoperasikan kapal.
Hasil analisis uji-t untuk jumlah ABK tidak memberikan pengaruh
terhadap hasil tangkapan. Nilai t-hitung pada kapal sekocian sebesar 0,239
dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai-t tabel sebesar 2,073 dengan selang
kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini bearti bahwa jumlah ABK tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dengan alat tangkap pancing
tonda. Hal ini mungkin disebakan dengan semakin bayaknya jumlah ABK
yang berperan belum tentu mampu meyumbangkan hasil tangkapan secafa
optimal. Karena dipengaruhi oleh faktor ketrampilan maupun penguasa
nelayan terhadap teknik penangkap yang tepat.
h. Pengalaman ABK
Pengalaman ABK (Anak Buah Kapal) adalah mulai kapan dan berapa
lama nelayan tersebut mulai ikut dalam armada yang mengoperasikan alat
51
tangkap pancing. Pengalaman ABK tiap unit penangkapan sekocian di
wilayah Perairan Pacitan berkisar antara 2-4 tahun.
Hasil analisis uji-t untuk jumlah ABK tidak memberikan pengaruh
terhadap hasil tangkapan. Nilai t-hitung pada kapal sekocian sebesar 0,571
dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai-t tabel sebesar 2,073 dengan selang
kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini bearti bahwa jumlah ABK tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dengan alat tangkap pancing
tonda. Hal ini mungkin disebakan dengan semakin bayaknya jumlah ABK
yang berperan belum tentu mampu meyumbangkan hasil tangkapan secafa
optimal. Karena dipengaruhi oleh faktor ketrampilan maupun penguasa
nelayan terhadap teknik penangkap yang tepat.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor produksi tidak berpengaruh
secara nyata terhadap hasil tangkapan pancing tonda (output) pada α =
0,05 atau selang kepercayaan 95 % pada uji t diatas adalah waktu kerja atau
trip yang memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapannya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Faktor produksi tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap
produktivitas alat tangkap pancing tonda yang beroperasi di Perairan Pacitan
(Pelabuhan Perikanan Pantai) adalah curahan waktu kerja trip selain itu ukuran
kapal (GT), daya mesin induk dan daya mesin sampingan, pengalaman nahkoda,
pengalaman ABK, jumlah ABK, penglaman nahkoda, pengalaman ABK tidak
mempuyai pengaruh terhadap hasil produksi.
5.2 Saran
Agar tercapai hasil produksi yang optimal maka strategi yang diusulkan
adalah :
1. Perlu dilakukan penambahan waktu trip dan memperhatikan pengalaman
nahkoda dan pengalaman ABK.
2. Perlu adanya pengembangan alat bantu penangkapaan seperti Fish
Finder dan pemakaian umpan yang lebih menarik bagi ikan sasaran dan
pemberian pelatihan dan pengetahuan dasar tentang teknologi alat bantu
penagkapan dan sifat dasar yang menjadi sasaran penangkapannya.
Peniliti meyarankan adanya penelitian lanjutan tentang faktor yang
memperngaruhi produksi lain yang mungkin berpengaruh terhadap hasil
tangkapan ikan dengan melakukan penelitian terhadap variabel yang sama tetapi
faktor luar yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Arik, S. (2011). Tesis. Strategi Peningkatan Produksi Pada Nelayan Pancing
Tonda Di Perairan Teluk Prigi (Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi).
Universitas Indonesia. Jakarta.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. P.T Pradnya Paramita.
Jakarta.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. 2009. Profil dan
Statistic Kelautan dan Perikanan 2009. Pacitan:DKP.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP. 2005. Pemacuan Stok Ikan dalam
Upaya Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap. Makalah Seminar.
Makasar.
Gunarso W.1998. TINGKAH Laku Ikan dan Perikanan Pancing [Bahan Kuliah].
Bogor.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor.
Hidayah, A. N, 2012. Analisis fungsi Coub Douglas Dengan Metode Iterasi
Gausss Newton. Jurusan Matematika. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
Herawati. E, 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku,
Tenaga Kerja Dan Mesin Terhadap Produksi Glycerin Pada PT. Flora
Sawita Chemindo Medan. Tesis. Pascasarjana, Universitas Sumatara
Utara, Medan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan.(2009a). Deskripsi Kategori Alat Tangkap
Pancing. http//www.dkp.go.id. Diakses tanggal 5 Februari 2009.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010. Progam kegiatan dalam 5 tahun
(2010-2014) yaitu bertambahnya luas kawasan konservasi Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, Departemen Kelautan
dan PerikananRI: Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 6 Tahun Tentang Alat Tangkap
Penangkapan Ikandi Wilayah Pengelolaan Perikanan Perikanan Negara
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Tahun 2003. 2010.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Nikijuluw, 2002. Rezim Pengelolaaan Sumberdaya Perikanan. Kerjasama P3R
dengan PT Pusataka Cidesindo. Jakarta.
Nugroho P. 1992. Studi Tentang Penangkapan Madihihang (Thunnus albacares)
di Sekitar Rumpon di Perairan Waigeo, Sorong [Skripsi]. Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nurani TW dan Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor :
InstitutPertanian Bogor.
Nelwan. A.f.p., Zainudin.M., KurniaM, 2012. Produktivitas Penangkapan Ikan
Pelagis Besar Di Perairan Selat Makasar, Sulawesi Barat, Fakultas Ilmu
kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanudin.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2002. PP.RI No 51 Tahun 2002
Tentang Perkapalan http:ww.google.co.id. diakses pada tanggal 3 maret
2017.
Priyanto, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS untuk analisis data dan uji statistik.PT.
Buku Kita. Jakarta.
Soekartawi. (2003).Teori Ekonomi Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Subani,W dan H.R.Barus.(1989). Alat Penagkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989.
Edisi Khusus.Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005.
Sudirman dan A.Mallawa. (2004). Teknik Penagkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.
Sukandar. (2007). Kontruksi dan Pengoperasian Alat Tangkap Pancing
(Sekocian) di Perairan Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa
Timur. LPPTK ( Laboratorium Pemetaan dan Perancangan Teknologi
Kelautan) Gd.D Lt 2 Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Waluya, Bagja. 2014. Melayani Fenomena Sosial di Masyarakat. PT. Setia Purna
Inves. Bandung.