ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya...

98
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA OLEH YAYU ANGGRAENI H14101001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

OLEH YAYU ANGGRAENI

H14101001

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

RINGKASAN

YAYU ANGGRAENI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Bank Umum Syariah di Indonesia (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Bank Umum Syariah (BUS) telah teruji daya tahannya pada saat badai krisis tahun 1997. Bank umum syariah juga telah membuktikan keunggulannya dengan memperlihatkan perkembangan dan kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi aset, maupun dari segi pertumbuhan jumlah bank dan perluasan jaringan kantornya. Hal ini menyebabkan keberadaannya semakin menarik untuk dicermati, apalagi setelah dikeluarkannya fatwa oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba dan diharamkan. Laba Bank Umum Syariah (BUS) yang merupakan indikator dari kinerja opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin meningkat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laba BUS di Indonesia. Hal ini menjadi penting untuk dianalisis agar BUS dapat lebih meningkatkan kinerjanya.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series bulanan yang terdiri dari data laba BUS, nisbah laba per DPK, suku bunga deposito bank konvensional, dan Non Performing Financing (NPF) BUS. Proses pengumpulan data dilakukan melalui penelitian ke Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPS-BI), media internet, dan literatur-literatur yang berkaitan. Data suku bunga bank konvensional diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (BI) yaitu di www.bi.go.id . Sedangkan data laba BUS dan NPF BUS diperoleh dari DPS-BI. Jumlah data yang dipakai terdiri dari 51 data yaitu dari bulan Januari tahun 2001 sampai bulan Maret tahun 2005. Metode yang digunakan adalah metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square/OLS) dengan menggunakan Perangkat software Eviews 4.1. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh, arah, dan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas.

Laba adalah pendapatan bersih yang dilihat dari selisih antara pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi at al. (2004), besarnya laba dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan yang menunjukkan sumber dari mana penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban perusahaan. Perusahaan akan memperoleh keuntungan apabila penghasilan yang diperoleh lebih besar dari beban yang dikeluarkan dan dikatakan rugi apabila sebaliknya.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua variabel dapat menjelaskan variasi (Adjusted R-squared) dari variabel laba sebesar 97.02 persen. Sisanya sebesar 2.98 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model. Uji serentak melalui uji-F dan uji parsial melalui uji-t menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas statistiknya yang lebih kecil dari taraf

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

nyata (α) 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap laba BUS. Variabel laba BUS pada satu periode sebelumnya (LNLBt-1) berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS di Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 0.09. Hal ini menunjukkan bahwa jika laba BUS pada periode sebelumnya tinggi, maka berarti harga input BUS turun, karena laba tersebut dapat digunakan untuk menambah modal BUS. Tingkat laba BUS pada satu periode sebelumnya juga akan mempengaruhi nasabah rasional untuk melihat prospek dari kinerja BUS. Jika prospektif, maka ia akan memilih menjadi nasabah BUS dan sebaliknya.

Variabel nisbah laba per DPK berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS di Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 0.85. Hal ini menunjukkan bahwa nisbah laba per DPK BUS merupakan harga jual yang ditawarkan BUS kepada masyarakat. Semakin tinggi tingkat nisbah laba per DPK pada BUS, maka semakin besar kemungkinan masyarakat menyimpan dananya di BUS, begitu pula sebaliknya.

Variabel suku bunga deposito bank konvensional (IDEP) berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS di Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 0.13. Hal ini menunjukkan bahwa bagi nasabah rasional, bank syariah merupakan substitusi dan alternatif dari bank konvensional. Nasabah rasional akan melihat manakah dari kedua bank tersebut yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih menguntungkan.

Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS di Indonesia nilai elastisitas sebesar 0.28. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif kepada BUS. Semakin tinggi tingkat NPF, maka semakin besar dana penghapusan yang harus dikeluarkan oleh BUS.

Variabel fatwa MUI tentang bunga bank (DUMMY) berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS di Indonesia dengan nilai intersep sebesar 0.31. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pada awalnya fatwa MUI tersebut telah memicu terjadinya kelebihan likuiditas, namun setelah enam periode, fatwa tersebut mampu meningkatkan laba BUS di Indonesia.

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Oleh

YAYU ANGGRAENI

H14101001

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Yayu Anggraeni

Nomor Registrasi Pokok : H14101001

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Laba Bank Umum Syariah di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Wiwiek Rindayati, MS NIP. 131 653 137

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2006

Yayu Anggraeni H14101001

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yayu Anggraeni, lahir di Sukabumi pada tanggal

06 Februari 1983. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara, terlahir dari

pasangan Bapak Wahidin dan Ibu Yoyoh. Pendidikan pertama penulis lalui di SD

Negeri III Surade, lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutan ke SLTP Negeri I

Surade dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis berhasil lulus dari

Madrasah Aliyah (MA) Negeri Surade.

Pada tahun yang sama, penulis mendapatkan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen

Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menempuh

pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Keluarga Muslim

Ekonomi Pembangunan (KEMBANG) FEM IPB periode 2001/2002, Dewan

Keluarga Mesjid (DKM) Al-Ghifari IPB periode 2002/2003, serta Forum

Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB periode 2003/2004

dan periode 2004/2005.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Laba Bank Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi ini

merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ir. Wiwiek Rindayati, MS, yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis

maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. Ir. Sri

Hartoyo, MS, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritik beliau

merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga penulis tujukan kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M.Si,

atas kritik dan sarannya mengenai tatacara penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ali Sakti dari

DPS-BI yang telah memberikan bimbingan dan data-data yang penulis butuhkan.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada para peserta Seminar Hasil

Penelitian skripsi ini, kritik dan saran mereka sangat membantu bagi perbaikan

skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada orang tua dan kakak penulis. Doa, dorongan dan kesabaran mereka sangat

berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2006

Yayu Anggraeni H14101001

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL ............................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3. Tujuan .................................................................................................. 5

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ..................... 7

2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7

2.1.1. Definisi dan Karakteristik Perbankan Syariah ......................... 7

2.1.2. Penghimpunan Dana Bank Syariah .......................................... 8

2.1.3. Penyaluran Dana Bank Syariah ................................................ 10

2.1.4. Jasa Perbankan Syariah ............................................................ 14

2.1.5. Profitabilitas Bank Syariah ...................................................... 14

2.1.6. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ........ 15

2.2. Kerangka Teori ................................................................................... 19

2.2.1. Konsep Pendapatan/Laba .......................................................... 19

2.2.2. Maksimisasi Laba ..................................................................... 20

2.2.3. Konsep Marjinal ........................................................................ 21

2.2.4. Aturan Penerimaan Marjinal dan Biaya Marjinal ..................... 21

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran ......................... 24

2.2.6. Laporan Laba Rugi Bank Syariah ............................................. 28

2.2.7. Kajian Penelitian Terdahulu ...................................................... 30

2.2.8. Kerangka Pemikiran .................................................................. 34

2.2.9. Hipotesis Penelitian ................................................................... 37

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 38

3.1. Tempat dan Waktu penelitian ........................................................... 38

3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 38

3.3. Metode Analisis ................................................................................ 38

3.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda ............................................ 40

3.3.2. Variabel Dummy ...................................................................... 40

3.3.3. Uji Ekonomi ............................................................................. 41

3.3.4. Uji Kriteria Statustik ................................................................ 41

IV. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH ...................................... 47

4.1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ........................... 48

4.2. Fenomena Munculnya Window System di Bank Konvensional ....... 48

4.3. Perkembangan Jumlah Bank ............................................................. 59

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah ................................... 52

4.4.1. Total Aset ................................................................................. 52

4. 4.4.2. Dana Pihak Ketiga (DPK) ........................................................ 53

4.4.3. Pembiayaan .............................................................................. 55

4.4.4. Financing to Deposit Ratio (FDR) ........................................... 56

4.4.5. Laba Bank Umum Syariah ....................................................... 57

4.4.6. Kinerja Finansial ..................................................................... 58

4.4.7. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financig/NPF) ..... 60

V. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

LABA BANK UMUM SYARIAH ............................................................ 62

5.1. Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis ........................................ 63

5.1.1. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 63

5.1.2. Uji Autokorelasi ....................................................................... 64

5.1.3. Uji Multikolinearitas ................................................................ 64

5.2. Interpretasi Variabel Penjelas ........................................................... 66

5.2.1. Laba BUS pada satu Periode Sebelumnya ................................ 66

5.2.2. Nisbah Bagi Hasil DPK BUS .................................................... 66

5.2.3. Suku Bunga Deposito Bank Konvensional ............................... 67

5.2.4. Non Performing Financing (NPF) ............................................ 68

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

5.2.7. Dummy (Fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank) ......... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 70

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 70

6.2. Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73

LAMPIRAN ..................................................................................................... 78

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

i

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1.1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah .................................................... 2

1.2. Pangsa Perbankan Syariah terhadap Total Bank ................................. 3

2.1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ................... 18

4.1. Jumlah jaringan Kantor Bank Syariah ................................................ 49

4.2. Jumlah Jaringan Kantor Perbankan Syariah Posisi Maret 2005 ......... 51

4.3. Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah ............................................ 52

4.4. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah .......... 53

4.5. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah ................................ 55

4.6. Pertumbuhan ROA dan ROE Bank Umum Syariah ........................... 59

4.7. Non Performing Financig/NPF Bank Umum Syariah ........................ 60

5.1. Hasil Estimasi Variabel Dependen Laba Bank Umum Syariah .......... 62

5.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 64

5.3. Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 64

5.4. Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................. 65

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

ii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

2.1. Skema Pembiayaan Murabahah ......................................................... 11

2.2. Skema Pembiayaan Mudharabah ....................................................... 12

2.3. Grafik Laba Perusahaan ...................................................................... 23

2.4. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 36

4.1. Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Syariah ....................... 50

4.2. Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah ............................................ 52

4.3. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah .......... 54

4.4. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah ................................ 55

4.5. Perkembangan FDR Bank Umum Syariah ......................................... 57

4.6. Laba bank Umum Syariah ................................................................... 58

4.7. Pertumbuhan ROA Bank Umum Syariah ........................................... 59

4.8. Pertumbuhan ROE Bank Umum Syariah ............................................ 60

4.9. Pertumbuhan NPF Bank Umum Syariah ............................................ 61

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal

1. Hasil Uji Estimasi ................................................................................. 75

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan Multikolinearitas ..... 76

3. Data Asli ............................................................................................... 77

4. Data telah disesuaikan dengan IHK tahun 2002 ................................... 78

5. Data dalam Logaritma Natural (LN) untuk Laba .................................. 79

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa Krisis Moneter tahun 1997, banyak bank konvensional yang

bermasalah akibat negative spread, yaitu pendapatan bunga dari kredit lebih kecil

daripada kewajiban pembayaran bunga kepada deposan. Hal ini menyebabkan

terjadinya likuidasi oleh pemerintah terhadap 16 bank yang pada akhirnya

memicu krisis kepercayaan dari para nasabah terhadap bank konvensional. Pada

masa itu yang terjadi pada Bank Umum Syariah (BUS) justru sebaliknya, BUS

menunjukkan kondisi yang cukup stabil. Hal ini membuat kepercayaan dan

ketertarikan masyarakat terhadap perbankan syariah semakin meningkat. Sejak

saat itu, bank syariah mulai berkembang di Indonesia dan pengkajian terhadap

ekonomi syariah pun semakin diminati.

Bank Umum Syariah telah membuktikan kembali keunggulannya dengan

memperlihatkan perkembangan dan kemajuan yang cukup signifikan baik dari

segi aset, maupun dari segi pertumbuhan jumlah bank dan perluasan jaringan

kantornya. Hal ini menyebabkan keberadaannya semakin menarik untuk

dicermati, apalagi setelah dikeluarkannya fatwa oleh MUI (Majelis Ulama

Indonesia) yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba dan diharamkan.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 1998, baru terdapat 1 Bank Umum

Syariah, 10 Kantor Cabang, 1 Kantor Cabang Pembantu, dan 19 Kantor Kas.

Sampai bulan Maret 2005 telah bertambah menjadi 3 Bank Umum Syariah,

94 Kantor Cabang, 45 Kantor Cabang Pembantu, 133 Kantor Kas, dan 89 BPRS.

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

2

Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah ini dapat dilihat pada Tabel 1.1

berikut ini.

Tabel 1.1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 1998-2005 Jenis Bank Kelas 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005*

Bank Umum Syariah

KP KPO/KC KCP KK

1 10

1 19

2 13

7 19

2 21

8 26

2 36

5 43

2 43 11 59

2 74 20

113

3 92 40

131

3 94 45

133 Total Kantor

31 41 57 86 115 209 266 275

Bank Umum Konvensional

UUS KPO/KC KCP KK

1 1 0 0

3 7 0 0

3 12

0 0

6 25

0 0

8 42

6 0

15 56 18

0

16 58 21

1 Total Kantor

2 10 15 31 56 89 96

BPRS 76 79 79 81 83 84 88 89 TOTAL 107 122 146 182 229 349 443 460

Sumber : BPS-BI *Data per Maret 2005.

Keterangan : - KP : Kantor Pusat, - UUS : Unit Usaha Syariah, - KPO : Kantor Pusat Operasional, - KC : Kantor Cabang, - KCP : Kantor Cabang Pembantu, - KK : Kantor Kas, - BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Data pada bulan Maret tahun 2005 menunjukkan bahwa telah terdapat 16

bank konvensional yang telah membuka Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu PT

Bank Indonesian Finance and Investment (IFI), PT Bank Negara Indonesia

(BNI), PT Bank Jabar, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Danamon,

PT Bank Bukopin, PT Bank Internasional Indonesia (BII), Hongkong and

Shanghai Bangking Corporation (HSBC), PT Bank DKI, BPD Riau, BPD

Kalsel, PT Bank Niaga, BPD Sumut, BPD Aceh, Bank Permata, dan Bank

Tabungan Negara (BTN). Bank konvensional yang akan membuka UUS ini

tampaknya masih akan terus bertambah.

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

3

Perkembangan perbankan Syariah juga dapat dilihat dari segi

pelayanannya. Dari data pada tabel 2 dapat terlihat bahwa secara nasional aset

bank syariah sebesar Rp 15.5 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 11.76 triliun,

dan pembiayaan Rp 12.14 triliun. Sedangkan pangsa (share) perbankan syariah

terhadap perbankan nasional telah mencapai 1.24 persen untuk total aset, 1.24

persen Dana Pihak Ketiga (DPK), dan 2.18 persen untuk pembiayaan yang

diberikan. Pangsa perbankan syariah terhadap total bank ini dapat dilihat pada

Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Pangsa Perbankan Syariah terhadap Total Bank (Januari 2005) Bank Syariah Total bank

Nominal

Share (%)

Total Assets 15.5 triliun 1.24 1258.39 triliun Deposit Fund 11.76 triliun 1.24 950.07 triliun Credit/Financing extended 12.14 triliun 2.18 555.60 triliun LDR/FDR*) 103.19 % 58.48 % NPL 3.23 % 4.7 %

Sumber : BPS-BI, 2005.

Dimana: *) FDR = Financing extended/Deposit Fund,

LDR = Credit extended/Deposit Fund, NPL = Pembiayaan atau kredit bermasalah.

Laba Bank Umum Syariah (BUS) dalam perkembangannya senantiasa

mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama

semakin meningkat, karena laba merupakan salah satu indikator dari kinerja BUS.

Kemampuan untuk memberikan kontribusi pada laju pertumbuhan sektor riil juga

merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan dari bank syariah.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

4

1.2. Perumusan Masalah

Sistem perbankan syariah mempunyai beberapa perbedaan dengan sistem

perbankan konvensional. Hal mendasar yang membedakan keduanya terletak

pada sistem pembiayaan yang diberikan. Pembagian keuntungan pada bank

konvensional diberikan dalam bentuk bunga. Sedangkan pada bank syariah

pembagian keuntungan diberikan dalam bentuk bagi hasil, sehingga pihak bank

ikut menanggung resiko kerugian atau keuntungan dari suatu proyek pembiayaan.

Diharamkannya bunga bagi umat Islam menjadi salah satu faktor

pendorong berdirinya bank syariah. Sehingga keberadaan bank syariah ini

merupakan sebuah kebutuhan yang cukup mendasar bagi umat Islam agar dapat

menjalankan perintah agamanya dengan baik. Apalagi jika hal ini dikaitkan

dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar beragama Islam.

Firdaus (2004) menyatakan bahwa perilaku dari nasabah perbankan

syariah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nasabah emosional dan nasabah

rasional. Nasabah emosional adalah nasabah yang melakukan transaksi dengan

perbankan syariah karena faktor keyakinan dan ideologi yang dianutnya. Mereka

meyakini bahwa bunga bank bersifat haram karena termasuk riba, sehingga

melakukan transaksi dengan bank konvensional pun termasuk hal yang tidak

diperbolehkan. Sedangkan nasabah rasional adalah nasabah yang melakukan

transaksi dengan perbankan syariah karena faktor rasionalitas dalam mencari

keuntungan yang lebih tinggi.

Hasil penelitian dari BNI Syariah pada tahun 2005 menyatakan bahwa

sekitar 51% masyarakat Indonesia tidak setuju dengan sistem bunga. Hal ini

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

5

merupakan sebuah peluang yang sangat besar bagi bank syariah untuk dapat

meningkatkan kinerjanya. Salah satu indikator kinerja perbankan syariah tersebut

adalah tingkat laba yang diperolehnya. Jika labanya naik, maka dapat dikatakan

kinerjanya juga meningkat dan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laba BUS di

Indonesia. Hal ini perlu diketahui agar pada masa yang akan datang, BUS dapat

melakukan perbaikan dan peningkatan kinerjanya.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi laba BUS di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat

menghasilkan instrumen-instrumen yang dapat digunakan dalam upaya

peningkatan laba BUS di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan

pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Terdapat tiga manfaat yang

diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini.

1. Dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang

perbankan syariah dan prospek kedepannya.

2. Menjadi rujukan dan pertimbangan bagi peneliti yang melakukan penelitian

sejenis.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

6

3. Menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi para pihak pembuat

kebijakan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Tingkat laba yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas pada laba Bank

Umum Syariah (BUS) yang terdapat di Indonesia. Bank umum syariah dalam

konteks penelitian ini mencakup tiga buah BUS (Bank Muamalat Indonesia,

Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega) beserta unit usaha syariah bank

konvensional yang terdapat di Indonesia. Penelitian ini dibatasi untuk melihat

pengaruh lima buah variabel terhadap laba BUS. Variabel-variabel tersebut yaitu

laba BUS satu periode sebelumnya, nisbah laba per Dana Pihak Ketiga (DPK),

suku bunga deposito bank konvensional, besarnya pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF), dan fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi dan Karakteristik Perbankan Syariah

Bank Umum adalah bank yang memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan

kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU

nomor 10 tahun 1998).

Yuliadi (2001) menyebutkan bahwa secara umum bank syariah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Kegiatan bank syariah selalu terkait

dengan lalu lintas uang antara lain : (1) memindahkan uang, (2) menerima dan

membayarkan kembali uang dalam rekening koran, (3) mendiskonto surat wesel,

surat order maupun surat berharga lainnya, (4) memberi dan menjual surat-surat

berharga, (5) membeli dan menjual cek, surat wesel dan kertas dagang, serta

(6) memberi jaminan bank.

Khalid (2005) menyebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang tata

cara beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermuamalat secara Islam.

Artinya, bank syariah mengacu kepada ketentuan-ketentuan al Qur’an dan Al

Hadist.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

8

Khalid (2005) mengemukakan enam karakteristik bank syariah.

Dalam bank syariah tidak dikenal adanya konsep “Time Value of

Money”.

Tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat “spekulatif” karena adanya

ketidakpastian.

Tidak diperkenankan adanya dua transaksi untuk satu barang.

Tidak diperkenankan dua harga untuk satu barang.

Tidak membedakan secara tegas antara sektor moneter dan sektor riil,

sehingga dalam kegiatan usahanya dapat melakukan usaha riil, seperti

jual beli dan sewa menyewa.

Dalam strukturnya terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS).

2.1.2. Penghimpunan Dana Bank Syariah

Penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syariah dapat berbentuk

giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional bank syariah yang ditetapkan

dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah.

(1) Prinsip Wadi’ah

Al wadi’ah adalah titipan murni yang dapat diambil setiap saat jika

pemiliknya menghendaki. Terdapat dua jenis wadi’ah, yaitu : wadi’ah yad al-

amanah dan wadi’ah yad ad-dhamanah. Pada wadi’ah yad al-amanah, barang

yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan. Sedangkan dalam

wadi’ah yad adh-dhamanah harta yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan

oleh yang menerima titipan.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

9

(2) Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan

bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib

(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau

ijarah seperti yang dijelaskan terlebih dahulu. Dana tersebut juga bisa digunakan

oleh bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan

dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal penggunaan di

mudharabah kedua ini, bank bertanggung jawab secara penuh atas kerugian yang

terjadi. Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana, prinsip

mudharabah terbagi dua.

- Mudharabah Mutlaqah. Penerapan mudharabah mutlaqah ini

mengembangkan produk tabungan dan deposito mudharabah. Prinsip ini

mengindikasikan bahwa tidak ada pembatasan bagi bank dalam

menggunakan dana yang dihimpun.

- Mudharabah Muqayyadah. Prinsip terbagi dua, yaitu pertama, Mudharabah

Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan khusus (restricted

investment), dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu

yang harus dipatuhi oleh bank. Contohnya disyaratkan digunakan untuk

bisnis tertentu, atau untuk nasabah tertentu. Kedua, Mudharabah

Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran dana mudharabah

langsung kepada pelaksana usahanya, bank bertindak sebagai perantara

(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

10

usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-sarat tertentu yang harus

dipatuhi bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).

2.1.3. Penyaluran Dana Bank Syariah

Produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan

berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu : (1) transaksi pembiayaan yang

ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli ; (2)

transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan

dengan prinsip sewa; dan (3) transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha

kerjasama yang bertujuan untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, yang

dilakukan dengan prinsip bagi hasil.

(1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi

dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang.

Pembiayaan Murabahah

Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal dengan murabahah, adalah

transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak

sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli

bank dari pemasok ditambah keuntungan. Dalam perbankan syariah, murabahah

selalu dilakukan dengan cicilan (bi tsaman ajil).

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

11

Skema pembiayaan murabahah dapat dijelaskan dalam gambar berikut.

Beli tunai

Bayar Jual Kirim barang

tangguh

Sumber : Yuliadi, 2001.

Gambar 2.1. Skema Pembiayaan Murabahah

- Salam. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan

belum ada. Oleh sebab itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan

pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara

nasabah sebagai penjual. Sekilas mirip jual beli ijon, tapi dalam transaksi ini

kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan

secara pasti.

- Istishna. Produk isthisna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna

pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

Produk ishtishna umumnya diaplikasikan dalam pembiayaan manufaktur dan

konstruksi.

(2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya

sama dengan prinsip jual beli, hanya saja perbedaannya terletak pada objek

transaksinya. Pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah

objek transaksinya adalah jasa. Barang yang disewakan kepada nasabah dapat

BANK SUPPLIERR

NASABAH

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

12

dijual pada nasabah pada akhir masa sewa. Transaksi semacam ini dalam

perbankan dikenal dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti

dengan pindahnya hak kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada

awal perjanjian.

(3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil dapat

dijelaskan melalui uraian berikut ini.

- Musyarakah. Produk ini merupakan produk pembiayaan yang sebagian dari

modal usaha adalah penyertaan dari pihak bank dan akan dilibatkan dalam

proses manajemen usaha. Pembagian keuntungan berdasarkan perjanjian

sesuai dengan besarnya proporsi penyertaan modal.

- Mudharabah. Produk ini menyediakan pembiayaan modal investasi atau

modal kerja bagi nasabah hingga 100 %. Besarnya bagi keuntungan

didasarkan pada perjanjian yang sesuai dengan proporsinya. Skema

pembiayaan mudharabah dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Akad Mudharabah

Dana Keuntungan

usaha

Pengembalian Porsi keuntungan

Pokok + porsi

Keuntungan

Sumber : Yuliadi, 2001.

Gambar 2.2. Skema Pembiayaan Mudharabah

BANK

USAHA

NASABAH

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

13

(4) Akad pelengkap

Akad pelengkap dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

Akad ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi untuk mempermudah

pelaksanaan pembiayaan. Bank diperbolehkan meminta pengganti biaya yang

benar-benar timbul untuk melaksanakan akad ini. Bentuk-bentuk akad pelengkap

tersebut dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.

- Hiwalah (Alih Hutang Piutang). Fasilitas ini bertujuan untuk membantu

supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya;

- Rahn (Gadai). Fasilitas ini bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran

kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan;

- Qardh. Fasilitas ini merupakan pinjaman lunak bagi pengusaha yang benar-

benar membutuhkan modal kerja. Nasabah membayar kepada bank hanya

sesuai dengan besarnya pinjaman pokok ditambah dengan biaya administrasi.

Pada fasilitas ini pengusaha tidak perlu membagi keuntungannya dengan

bank;

- Wakalah (Perwakilan). Wakalah dalam aplikasi perbankan syariah terjadi

apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya

dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukaan LC (letter of

credit), inkaso, dan transfer uang;

- Kafalah (Garansi Bank). Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk

menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat

memberikan syarat kepada nasabah untuk mendapatkan sejumlah dana untuk

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

14

fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan

prinsip wadiah.

2.1.4. Jasa Perbankan Syariah

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada

nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan

tersebut antara lain berupa : (1) sharf (jual beli valuta asing), pada prinsipnya

jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip syariah sharf. Jual beli mata uang

yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama

(spot); (2) ijarah (sewa), jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak

simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen

(custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

2.1.5. Profitabilitas Bank syariah

Profit adalah selisih antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan, pada

umumnya dicerminkan dengan pendapatan bersih sesudah pajak. Terdapat dua

Indikator tingkat profit yang dapat digunakan.

(1) Return On Asset (ROA)

Rasio ini membandingkan laba operasi dengan seluruh sumber daya input

(total aset) yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini dianggap yang terbaik

dan lebih banyak digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

15

(2) Return On Equity (ROE)

Equity adalah penjumlahan dari laba yang ditahan (retained earnings)

dengan penjualan. Equity capital mencerminkan kontrol pengambilan

keputusan oleh pihak pemilik. Dalam industri perbankan, ROE merupakan

pembagian antara laba bersih dengan ekuitas.

2.1.6. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Antonio (2001) menyebutkan bahwa sesungguhnya dalam beberapa hal,

bank syariah dan bank konvensional memiliki beberapa persamaan, terutama dari

sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang

digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,

proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Namun, ternyata terdapat cukup

banyak perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal,

struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

(1) Akad dan aspek Legalitas

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, transaksi

maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, sebagaimana

dijelaskan berikut ini.

- Rukun, yaitu : penjual, pembeli, barang, harga, dan akad (ijab kabul).

- Syarat, yaitu :

Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa

yang haram menjadi batal demi hukum syariah;

Harga barang dan jasa harus jelas;

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

16

Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada

biaya transportasi;

Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya berada dalam

kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau

dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar

modal.

(2) Lembaga Penyelesai Sengketa

Jika terjadi perbedaan atau perselisihan antara bank syariah dan

nasabahnya, maka penyelesaiannnya tidak dilakukan di peradilan negeri, tetapi

diselesaikan menurut tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang

mengatur hukum materi di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase

Muamalat Indonesia (BAMUI) yang telah didirikan secara bersama oleh

Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(3) Struktur Organisasi

Struktur organisasi bank syariah bisa sama dengan bank konvensional,

misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tetapi unsur yang sangat membedakan

diantara keduanya adalah di bank syariah terdapat keharusan untuk memiiki

Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang beranggotakan para ulama yang berasal

dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Adapun peran para ulama tersebut adalah

mengawasi jalannnya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan

ketentuan-ketentuan syariah.

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

17

(4) Bisnis dan Usaha yang Dibiayainya

Bisnis dan Usaha yang dilakukan oleh bank syariah tidak terlepas dari

saringan syariah, oleh karena itu bank syariah tidak mungkin membiayai usaha

yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Suatu pembiayaan tidak

akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok.

- Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?

- Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat ?

- Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila ?

- Apakah proyek berkaitan dengan perjudian ?

- Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau

berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal ?

- Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun

tidak angsung ?

(5) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Bank syariah selayakya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan

syariah. Dalam hal etika misalnya, bank syariah harus memiliki sifat amanah dan

shiddiq, karyawannya dapat mencerminkan integritas eksekutif muslim yang baik,

skillfull dan profesional (fathanah), mampu melaksanakan tugas secara team

work, dalam hal pemberian reward dan punishment-nya diperlukan prinsip

keadilan dan kesesuaian dengan syariah. Cara berpakaian dan tingkah laku para

karyawan juga harus mencerminkan bahwa mereka bekerja di sebuah lembaga

keuangan yang membawa nama besar Islam. Demikian pula dalam menghadapi

nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga agar sesuai dengan syariat Islam.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

18

(6) Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan

dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional No. Bank Syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi-investasi yang

halal saja Investasi yang halal dan haram

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

Memakai perangkat bunga

3. Profit dan falah oriented Profit Oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-kreditor.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : Antonio, 2001.

Ciri-ciri bank syariah yang membedakannya dengan bank konvensional

menurut Sumitro dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.

- Beban biaya yang disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam

bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan

kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut

hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam

kontrak.

- Penggunaan prosentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran

selalu dihindarkan, karena prosentase bersifat melekat pada sisa utang

meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.

- Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan, tidak menerapkan perhitungan

berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed return) yang ditetapkan di muka.

Bank syariah menetapkan sistem yang didasarkan atas penyertaan modal

untuk jenis kontrak mudharabah dan musyarakah dengan sistem bagi hasil

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

19

(profit and loss sharing). Penetapan keuntungan dimuka hanya diterapkan

pada jenis kontrak jual beli melalui kredit pemilikan barang (mudharabah,

ba’i bitsaman ajil dan ba’i salam) serta sewa guna usaha (ijarah), karena

kemungkinan rugi dari kontrak ini sangat kecil.

- Pengerahan dana dalam bentuk deposito ataupun tabungan, oleh penyimpan

dana dianggap sebagai titipan (wadi’ah), sedangkan bagi bank dianggap

sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan pada proyek-proyek

yang dibiayai bank, sehingga kepada penyimpan dana tidak dijanjikan

imbalan yang pasti. Apabila proyek-proyek yang dibiayai bank untung,

penyimpan dana memperoleh keuntungan yang mungkin lebih besar dari

tingkat bunga deposito ataupun tabungan pada bank konvensional.

Sedangkan giro dianggap sebagai titipan murni, bagi nasabah giro dapat

diberikan bonus atas ijin penggunaan dananya.

- Terdapat pos pendapatan berupa pendapatan “non halal” sebagai hasil dari

transaksi dengan bank konvensional. Digunakan untuk kepentingan yang

bersifat sosial.

2.2. Kerangka Teori

2.2.1. Konsep Pendapatan/Laba

Laba adalah pendapatan bersih yang dilihat dari selisih antara pendapatan

total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004), besarnya

laba dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan yang menunjukkan sumber

darimana penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

20

perusahaan. Perusahaan akan memperoleh keuntungan apabila penghasilan yang

diperoleh lebih besar dari beban yang dikeluarkan dan dikatakan rugi apabila

sebaliknya.

Konsep laba yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah laba

perusahaan yang dikonversikan kedalam konteks pendapatan bersih atau laba

bank. Laba tersebut diperoleh dari selisih pendapatan atau penerimaan total

dengan biaya ekonomi total.

2.2.2. Maksimisasi Laba

Perusahaan adalah setiap institusi yang mengubah input menjadi output

(Nicholson, 2002). Jika perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai laba

ekonomi sebesar mungkin, maka secara definisi mereka berusaha membuat

perbedaan sebesar mungkin antara penerimaan total dengan biaya ekonomi total.

Laba ekonomi didefinisikan sebagai berikut :

π = TR - TC [2.1]

dimana :

π : laba (profit),

TR : total penerimaan (revenue),

TC : total biaya (cost).

Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh laba dalam bentuk

spread based, yaitu selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga

simpanan) dan bunga yang berasal dari peminjam (bunga kredit). Selain dari

spread based, bank juga memperoleh laba dari kegiatan jasa yang dilakukannya

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

21

misalnya dalam bentuk penerimaan biaya kirim, biaya tagih, biaya administrasi,

biaya provisi dan komisi, biaya sewa dan biaya-biaya lainnya. Biaya dari

kegiatan-kegiatan tersebuat dikenal dengan istilah fee based. Sedangkan dalam

bank syariah laba diperoleh dalam bentuk bagi hasil (Profit Sharing) dari

pembiayaan yang diberikannya kepada nasabah dan juga dari kegiatan simpanan,

jual beli, sewa dan jasa yang diberikannya.

2.2.3. Konsep Marjinal

Jika sebuah perusahaan adalah pencari laba maksimum, maka Ia akan

membuat keputusan berdasarkan konsep marjinal. Manajer-pemilik akan

menyesuaikan segala sesuatu yang dapat diatur sampai tidak mungkin lagi terjadi

peningkatan laba. Sepanjang penambahan laba ini positif, manager akan

memutuskan untuk memproduksi tambahan output atau mempekerjakan tambahan

tenaga kerja. Ketika tambahan laba dari aktivitas produksi menjadi nol, manajer

akan mempertahankan aktivitasnya jika menambah produksi sudah tidak bisa lagi

menguntungkan (Nicholson, 2002).

2.2.4. Aturan Penerimaan Marjinal dan Biaya Marjinal

Untuk memaksimumkan laba, perusahaan seharusnya menghasilkan

tingkat output dimana penerimaan marjinal dari hasil tambahan penjualan satu

unit outputnya adalah tepat sama dengan biaya marjinal untuk menghasilkan unit

output tersebut.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

22

Secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut.

MR = MC [2.2]

dimana :

MR : penerimaan marjinal,

MC : biaya marjinal.

Perusahaan seharusnya terus meningkatkan outputnya, Sepanjang

penerimaan marjinal melebihi biaya marjinal. Pada saat itu, setiap tambahan unit

yang diproduksi akan memberikan suatu tambahan pada laba totalnya. Jika biaya

marjinal sama dengan penerimaan marjinal, maka perusahaan tidak perlu lagi

melakukan penambahan produksi. Kenaikan output selanjutnya akan mengurangi

laba karena biaya untuk menghasilkan lebih banyak output akan melebihi jumlah

penerimaan yang dihasilkan.

Laba ekonomi didefinisikan sebagai penerimaan total dikurangi biaya

ekonomi total, maka laba mencapai maksimum saat slope fungsi penerimaan

(penerimaan marjinal) sama dengan slope fungsi biaya (biaya marjinal). Pada

gambar 1.1, peristiwa ini terjadi pada titik q *. Laba adalah nol pada titik

produksi q1 dan q2.

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

23

Biaya Penerimaan Biaya (TC)

Penerimaan (R)

Output per minggu

Output per minggu q1 q* q2 0

(a)

(b)

Laba

Laba

Sumber : Nicholson, 2002.

Gambar 2.3. Grafik Laba Perusahaan

Jika persamaan Maksimisasi Laba (π = TR - TC) tadi dikonversikan ke

dalam bank, maka total penerimaan adalah berasal dari total pendapatan bank dan

total biaya berasal dari total beban bank. Laba bank adalah total pendapatan bank

dikurangi total beban bank. Hal mendasar yang membedakan antara bank syariah

dengan bank konvensional adalah terletak pada sumber penerimaan bank. Sumber

penerimaan bank konvensional berasal dari bunga, sedangkan bank syariah, tidak

menjadikan bunga sebagai salah satu sumber penerimaannya. Bank syariah

menggantinya dengan sistem bagi hasil (profit sharing).

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

24

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran

Maksimisasi laba sebuah perusahaan dapat dilihat dari sisi penawarannya.

Jumlah komoditi yang diproduksi dan ditawarkan untuk dijual dipengaruhi oleh

beberapa variabel (Lipsey, at al., 2005).

(1) Harga komoditi itu Sendiri

Satu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan

komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan

berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama. Dengan

kata lain, semakin tinggi harga suatu komoditi, semakin besar jumlah komoditi

yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi

yang ditawarkan.

Dalam konteks bank syariah, harga dari komoditinya adalah nisbah bagi

hasil yang akan diterima oleh deposan atau biasa disebut dengan nisbah bagi hasil

Dana Pihak Ketiga (DPK). Keputusan untuk menyimpan dana bagi nasabah

rasional , ditentukan oleh tingkat pengembalian yang paling besar yang akan

diterimanya apakah dari bank syariah atau bank konvensional. Oleh karena itu,

tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan oleh bank konvensional akan

menjadi substitusi bagi bank syariah.

(2) Harga-harga Masukan (Prices of Input)

Semua jenis barang yang digunakan perusahaan untuk memproduksi

keluaran, disebut sebagai masukan (input) perusahaan. Masukan (input)

perusahaan biasanya dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja dan mesin. Jika

harga lainnya tetap sama, semakin tinggi harga setiap masukan maka semakin

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

25

kecil keuntungan yang akan diperoleh dari suatu komoditi tertentu. Masukan

(input) bank syariah meliputi bahan baku berupa modal dan tenaga kerja. Modal

bank syariah biasanya diperoleh dari para investor dan dari laba yang diperoleh

BUS pada periode sebelumnya.

(3) Tujuan Perusahaan

Dalam teori dasar ilmu ekonomi, perusahaan diasumsikan memiliki satu

tujuan tunggal yaitu memaksimumkan laba. Perusahaan bisa saja memiliki tujuan

lainnya atau tujuan sebagai substitusi untuk memaksimumkan laba. Selama

perusahaan memilih laba besar ketimbang lebih kecil, maka perusahaan akan

memberikan respon terhadap perubahan dalam kemampulabaan arah tindakan

alternatif.

Bank syariah termasuk perusahaan yang tidak terlalu profit oriented,

karena dalam usianya yang masih baru, bank syariah lebih berkonsentrasi pada

upaya pelayanan dan sosialisasi. Hal ini berarti bahwa pelayanan dan sosialisasi

yang dilakukan bank syariah juga merupakan sebuah upaya peningkatan laba

dalam jangka panjang.

(4) Teknologi

Perubahan teknologi apa pun yang dapat menurunkan biaya produksi akan

menaikan keuntungan yang dapat dihasilkan pada harga tertentu dari komoditi itu.

Selama kenaikan keuntungan ini diikuti oleh kenaikan produksi, maka perubahan

ini akan meningkatkan jumlah kooditas yang ditawarkan. Teknologi yang dipakai

oleh bank syariah hampir sama dengan teknologi yang dipakai oleh bank

konvensional. Perubahan teknologi yang dapat menurunkan biaya produksi dan

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

26

meningkatkan pelayanan, akan mampu menaikan laba yang akan diperoleh bank

syariah.

Teori tersebut bersifat mikro yang berlaku untuk sebuah perusahaan.

Dalam penelitian ini teori tersebut dikonversikan pada sebuah industri dalam

bentuk bank dengan sistem syariah. Faktor-faktor yang diduga akan

mempengaruhi laba BUS dalam penelitian ini adalah :

(1) Laba BUS Satu Periode Sebelumnya

Tingkat laba BUS pada satu periode (bulan) sebelumnya dapat digunakan

untuk menambah modal bagi kelancaran operasional BUS. Tingkat laba BUS

satu periode sebelumnya juga akan mempengaruhi nasabah rasional untuk melihat

prospek dari BUS. Jika prospektif, maka ia akan memilih menjadi nasabah BUS

dan sebaliknya. Tingkat laba BUS satu periode sebelumnya merupakan proksi

dari harga input perusahaan. Artinya, jika tingkat laba BUS satu periode

sebelumnya mngalami peningkatan, maka hal itu akan menambah modal BUS dan

berarti mengurangi harga input BUS.

(2) Nisbah laba Dana Pihak Ketiga (DPK)

Nisbah laba DPK merupakan proksi dari harga komoditi (harga output)

dari bank syariah. Nisbah laba per DPK merupakan besarnya tingkat

pengembalian yang dapat BUS berikan kepada para deposannya. Jika besarnya

nisbah per DPK yang diberikan BUS cukup besar, maka nasabah rasional akan

menyimpan dananya di BUS, dan sebaliknya.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

27

(3) Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional (IDEP)

Tingkat suku bunga deposito bank konvensional (IDEP) akan menjadi

sebuah landasan bagi nasabah rasional untuk menentukan apakah ia akan

menyimpan dananya di BUS atau di bank konvensional. Dengan kata lain, bagi

nasabah rasional, IDEP akan menjadi substitusi dari nisbah bagi hasil DPK BUS.

Jika IDEP bank konvensional lebih kecil daripada nisbah bagi hasil DPK BUS,

maka nasabah rasional akan memilih menyimpan dananya di bank syariah, dan

sebaliknya.

(4) Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) ini menunjukkan jumlah pembiayaan

bermasalah pada BUS. Pembiayaan bermasalah memberikan disinsentif kepada

BUS, karena semakin tinggi tingkat NPF, maka semakin besar dana penghapusan

yang harus dikeluarkan. Non Performing Financing (NPF) merupakan proksi dari

harga input perusahaan. Jika NPF meningkat, maka modal harus ditambah karena

harus menyisihkan dana penghapusan akan meningkat, dan sebaliknya. Hal ini

menunjukkan bahwa NPF menyebabkan harga input BUS menjadi meningkat.

(5) Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank merupakan variabel dummy

dalam penelitian ini. Fatwa MUI merupakan variabel kualitatif yang

dikuantitatifkan yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh fatwa tersebut

terhadap laba BUS. Fatwa MUI diduga akan mempengaruhi nasabah emosional

untuk mengalihkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah.

Meningkatnya pengalihan dana tersebut akan meningkatkan jumlah dana Pihak

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

28

ketiga (DPK) yang dihimpun BUS. Peningkatan DPK akan memperbesar peluang

BUS untuk dapat meningkatkan penyaluran pembiayaannya, dan peningkatan

pembiayan diduga akan meningkatkan jumlah laba yang akan diperoleh BUS.

2.2.6. Laporan Laba Rugi Bank Syariah

Terdapat empat unsur laba rugi dalam laporan laba rugi bank syariah

(Harahap at al., 2005).

(1) Pendapatan Operasi utama

Unsur ini merupakan kelompok pendapatan operasi utama bank syariah

atas penyaluran yang dilakukan sesuai prinsip syariah, yaitu : 1) pendapatan

penyaluran yang mempergunakan prinsip bagi hasil, yaitu pendapatan bagi hasil

mudharabah dan musyarakah, 2) pendapatan penyaluran yang mempergunakan

prinsip jual beli, yaitu pendapatan margin murabahah, pendapatan bersih salam

paralel dan ishtishna paralel dan 3) pendapatan bersih ijarah. Pendapatan operasi

utama ini dipisahkan agar dapat memberikan informasi kepada pemakai laporan

keuangan, atas pendapatan utama operasional bank syariah dan akan dikaitkan

dengan bagi hasil yang telah diberikan oleh bank syariah.

(2) Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil Investasi tidak Terikat

Unsur ini merupakan jumlah bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah

kepada pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati. Hak pihak ketiga atas bagi

hasil investasi tidak terikat ini tidak dapat dikategorikan sebagai pendapatan dan

beban bank syariah, tetapi merupakan alokasi pendapatan dari bank syariah. Hak

pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat juga tidak dikategorikan sebagai

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

29

beban bank syariah karena besarnya sangat tergantung pada pendapatan operasi

utama bank syariah, besarnya sebanding dengan pendapatan operasi utama,

besarnya tidak tetap.

(3) Pendapatan Operasi lainnya

Unsur ini menampung pendapatan operasi utama lainnya yang merupakan

milik bank syariah sepenuhnya (tidak dibagihasilkan), meliputi pendapatan atas

fee mudharabah muqayyadah, fee wakalah, fee kafalah dan pendapatan atas

layanan berdasarkan imbalan lainnya.

(4) Beban-beban

Beban-beban ini merupakan semua beban yang menjadi tanggungan bank

sebagai mudharib sebagaimana layaknya bank. Beban-beban bank syariah

meliputi beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi dan beban operasi

lainnya.

Laporan laba rugi bank syariah yang mempergunakan metode bagi hasil

revenue sharing berbeda dengan yang mempergunakan metode profit sharing.

Bank yang mempergunakan metode profit sharing harus membuat laporan laba

rugi atas pengelolaan dana mudharabah yang terpisah dengan laporan laba rugi

bank. Laporan laba rugi pengelolaan dana mudharabah inilah yang akan

dipergunakan sebagai dasar pembagian bagi hasil dengan pemilik dana. Jika

pengeloaan dana tersebut mengalami kerugian yang bukan disebabkan oleh

kesalahan mudharib, maka sesuai dengan prinsipnya kerugian tersebut akan

menjadi tanggungan pemilik dana.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

30

Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat laporan laba rugi pengelolaan

dana mudharabah, khususnya yang berkaitan dengan beban, harus ada kriteria

yang jelas tentang beban yang menjadi tanggungan dana mudharabah, baik beban

tenaga kerjanya, beban umum dan administrasi maupun beban operasi lainnya.

Beban yang menjadi tanggungan bank tidak dibebankan pada laba rugi

pengeolaan dana mudharabah.

2.2.7. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang perbankan syariah telah dilakukan oleh Mardiansyah

(2004). Untuk model pembiayaan perbankan syariah, faktor internal seperti

Lending Capacity (LC), nisbah laba per pembiayaan, dan tingkat pembiayaan

bermasalah perbankan syariah, serta faktor eksternal rata-rata suku bunga kredit

perbankan konvensional secara signifikan berpengaruh terhadap volume

pembiayan yang disalurkan perbankan syariah, meskipun dengan tingkat

signifikansi yang berbeda. Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah tidak

tergantung pada besarnya laba dan pembiayaan bermasalahnya, perbankan syariah

tidak bersifat “profit oriented”.

Dalam skripsi Irawan (2004), penawaran pembiayaan Bank Umum

Syariah (BUS) di Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh Letter of Credit (LC).

Nilai elastisitas LC terhadap penawaran pembiayaan merupakan yang tertinggi

diantara variabel-variabel yang lainnya. Cara yang paling efektif untuk

meningkatkan tingkat pembiayaan BUS adalah dengan meningkatkan Dana Pihak

Ketiga (DPK). Meningkatnya DPK akan meningkatkan LC yang pada akhirnya

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

31

akan meningkatkan pembiayaan BUS. Variabel lain yang berpengaruh secara

nyata terhadap penawaran pembiayaan BUS di Indonesia adalah Variabel

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan variabel Non Performing

Financing (NPF).

Nilai elastisitas SWBI tidak besar, sehingga peningkatan jumlah SWBI

BUS tidak akan mengurangi jumlah pembiayaan yang dikucurkan secara

signifikan. Variabel NPF memiliki hubungan yang positif dengan penawaran

pembiayaan BUS. Seharusnya hubungan keduanya adalah negatif. Artinya BUS

lebih mengutamakan untuk menyalurkan dana yang terkumpul dari DPK dan tidak

terlalu memperhatikan NPF ketika persentasenya terhadap total pembiayaan

berada pada kondisi stabil.

Permintaan pembiayaan BUS secara nyata dipengaruhi oleh variabel GDP

Riil dan variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Nilai elastisitas

GDP Riil merupakan merupakan yang tertinggi diantara variabel-variabel lain.

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa permintaan pembiayaan BUS sangat

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional. Variabel suku bunga SBI

mempengaruhi permintaan pembiayaan BUS secara nyata. Namun variabel

tersebut memiliki hubungan yang negatif dan tidak sesuai dengan kerangka

teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah pembiayaan BUS merupakan

nasabah segmen khusus yang tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi tingkat suku

bunga kredit di bank konvensional. Nasabah tersebut disebut kategori nasabah

emosional.

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

32

Permintaan dan penawaran pembiayaan BUS di Indonesia secara nyata

dipengaruhi oleh nisbah bagi hasil yang diterima oleh pihak bank. Nilai

elastisitasnya pada persamaan penawaran adalah positif yang mengartikan bahwa

kurva penawaran pembiayaan memiliki slope positif. Sedangkan nilai

elastisitasnya pada persamaan permintaan bernilai negatif yang mengartikan

bahwa kurva permintaan pembiayaan memiliki slope negatif.

Pada skripsi Firdaus (2004), struktur pasar bank umum syariah berupa

perusahaan dominan mempengaruhi perilakunya dalam berpromosi. Struktur

pasar dan perilaku tersebut kurang memberi pengaruh besar terhadap kinerja.

Kinerja bank umum syariah yang tinggi lebih disebabkan karena faktor eksternal,

yaitu preferensi masyarakat untuk mengalokasikan dananya dalam bentuk Dana

Pihak Ketiga (DPK) terhadap bank umum syariah.

Sedangkan pada skripsi Pitaloka (2004), penelitiannya membandingkan

kinerja finansial antara bank syariah dengan bank konvensional dengan

menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Penelitian yang

menggunakan data pada tahun 2001 dan 2002 tersebut menyimpulkan bahwa

nilai EVA untuk bank syariah belum tentu bernilai lebih besar daripada bank

konvensional. Karena nilai EVA sangat tergantung pada kinerja masing-masing

bank bukan pada jenis bank. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa kinerja

bank syariah (yang diwakili oleh BMI) selama dua tahun tersebut tidak menarik

bagi pemegang saham atau investor. Sehingga investor ragu untuk membeli

saham yang ditawarkan, karena tidak akan mendapatkan deviden yang

diharapkan. Implikasinya, bank syariah sulit mendapatkan penambahan modal,

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

33

kecuali dari keuntungan antara selisih dana pihak ketiga dan pembiayaan yang

disalurkan kembali kepada masyarakat, tanpa dapat mengharapkan modal dari

penjualan saham.

Budiman (2004), pada penelitiannya tentang ada tidaknya pengaruh faktor-

faktor makroekonomi (suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat dan Indeks Harga Saham Gabungan /IHSG), pembiayaan dan simpanan

mudharabah terhadap laba bruto bank-bank syariah di Indonesia. Sampel yang

dipilih dalam penelitian tersebut adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri

dan BNI unit syariah. Pengujiannya menggunakan persamaan linear berganda

dengan metode OLS dan data yang digunakan adalah data yang berasal dari

laporan bulanan dan triwulanan bank syariah yang bersangkutan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor pembiayaan secara statistik

dan substansi menjadi faktor tunggal yang signifikan terhadap laba bruto bank

syariah dari ketiga sampel tersebut. Hal itu mampu dijelaskan secara memuaskan

oleh sejumlah persamaan regresi yang dihasilkan. Sedangkan fungsi regresi yang

menggunakan faktor tunggal simpanan mudharabah yang secara statistik juga

signifikan, secara substansi kurang menemukan penjelasan yang memuaskan.

Kombinasi dari dua variabel bebas ini dalam satu persamaan fungsi regresi tidak

dapat dilakukan karena bermasalah dalam hal multikolinearitas dan autokorelasi

atau keduanya.

Kesimpulan dari hasil pengujian itu juga menunjukkan bahwa variabel-

variabel makroekonomi tidak berhubungan langsung dengan hasil operasional

bank syariah. Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap pendapatan dan laba

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

34

bruto bank syariah, karena bank syariah adalah alternatif dari bank konvensional

yang berintikan suku bunga. Kurs dan IHSG juga tidak berpengaruh terhadap

laba bruto bank syariah karena keduanya banyak dipenuhi unsur maupun pelaku

spekulasi. Sehingga bukanlah substitusi yang ideal terhadap perbankan syariah

yang mengharamkan semua jenis usaha atau proyek yang berindikasi spekulasi

atau judi.

Laba bruto dalam penelitian Budiman adalah jumlah hasil investasi yang

diperoleh bank syariah dari hasil investasi melalui pembiayaan yang diberikan

kepada pihak debitur bank syariah setelah dikurangi bagi hasil kepada pihak

penabung (deposan) bank syariah setiap periodenya. Laba yang dipakai dalam

penelitian yang dilakukan penulis adalah laba bersih BUS yang diperoleh dari

selisih antara laba bagi hasil pembiayaan dengan bagi hasil yang harus diberikan

kepada deposan, ditambah pendapatan dari jasa-jasa.

Penelitian ini juga hanya menganalisis faktor- faktor internal BUS dan

tidak menyertakan variabel makroekonomi sebagaimana pada penelitian yang

dilakukan oleh Irawan dan Mardiyansyah. Sampel yang dipilih dalam penelitian

Budiman adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI unit syariah,

sedangkan sampel dalam penelitian penulis mencakup seluruh BUS dan UUS di

Indonesia.

2.2.8. Kerangka Pemikiran

Bank Umum Syariah memperoleh laba dari kegiatan intermediasinya

dalam bentuk kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Kegiatan BUS

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

35

dalam menghimpun dana menghasilkan laba berupa bagi hasil simpanan.

Kegiatan BUS dalam menyalurkan dana menghasilkan laba berupa bagi hasil

pembiayaan. Bank Umum syariah juga memperoleh laba dari pemberian jasa-jasa

lainnya. Laba yang dipungut dari biaya jasa-jasa lainnya disebut dengan fee

based. Laba BUS diperoleh dari fee based ditambah selisih antara bagi hasil

simpanan dengan bagi hasil pembiayaan.

Besarnya laba yang diperoleh oleh BUS di Indonesia akan dipengaruhi

oleh faktor internal. Faktor internal disini maksudnya adalah faktor-faktor yang

berasal dari dalam BUS itu sendiri. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian

ini adalah tingkat laba BUS pada satu periode sebelumnya, tingkat suku bunga

deposito bank konvensional, Non Performing Financing (NPF), dan fatwa MUI

mengenai keharaman bunga bank. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam

gambar 2.4 berikut.

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

36

Kerangka Pemikiran

Keterangan : ---------------- : Ruang lingkup penelitian

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran

Bank Umum Syariah (BUS)

Menghimpun Dana Menyalurkan Dana Memberikan Jasa-jasa lainnya

Bagi Hasil Simpanan Bagi Hasil Pembiayaan Biaya-biaya

Selisih Bagi Hasil Simpanan dengan

Bagi Hasil Pembiayaan

Fee Based

LABA BUS

Faktor-faktor yang mempengaruhi Laba BUS. - Laba satu periode sebelumnya, - Nisbah Laba per DPK, - Suku bunga deposito bank

konvensional, - NPF, - Fatwa MUI.

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

37

2.2.9. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1) Diduga bahwa laba BUS satu periode sebelumnya berpengaruh secara

signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS;

2) Diduga bahwa nisbah bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) BUS

berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan yang positif

terhadap laba BUS;

3) Diduga bahwa suku bunga deposito bank konvensional berpengaruh secara

signifikan dan memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS;

4) Diduga bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara

signifikan dan memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS;

5) Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan

yang positif antara masa sebelum dan sesudah keluarnya fatwa MUI

(Dummy) terhadap laba BUS.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini merupakan kajian yang bersifat makro yang meliputi seluruh

Bank Umum Syariah (BUS) dan unit Usaha Syariah (UUS) yang terdapat di

Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai bulan

Januari 2006.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

data time series bulanan yang terdiri dari data laba BUS, suku bunga deposito

bank konvensional, Nisbah bagi hasil DPK, Non performing Financing (NPF),

inflasi, dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Proses pengumpulan data dilakukan

melalui penelitian ke Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPS-BI),

media internet, dan literatur-literatur yang berkaitan. Data suku bunga bank

konvensional, inflasi, dan IHK diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (BI)

yaitu di www.bi.go.id . Sedangkan data laba BUS, Nisbah bagi hasil DPK dan

NPF diperoleh dari DPS-BI. Jumlah data yang dipakai terdiri dari 51 data yaitu

dari bulan Januari tahun 2001 sampai bulan Maret tahun 2005.

3.3. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ekonometrika melalui model regresi linear berganda yang diduga dengan OLS.

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

39

Data yang diperoleh ditabulasikan dan diolah secara matematik untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laba bank umum syariah.

3.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menguraikan pengaruh variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel

terikatnya. Analisis ini melibatkan satu variabel terikat dan dua atau lebih

variabel bebas dalam analisa. Analisa regresi berganda ini bertujuan untuk

menghitung parameter-parameter estimasi dan untuk melihat apakah ada atau

tidaknya hubungan antara variabel-variabel tersebut. Analisis akan digunakan

untuk mengukur variabel-varabel yang mempengaruhi BUS. Bentuk persamaan

regresi dari laba BUS dapat dituliskan dalam model berikut ini.

LNLBt = a + b1LNLBt-1 + b2IDEPt + b3NDPKt+ b4NPFt+ b7DUMMY [3.1]

dimana :

LBt : laba bank umum syariah periode t (Miliar),

a : intersep,

LBt-1 : tingkat laba periode t-1 (Miliar),

NDPKt : nisbah bagi hasil DPK periode t (%),

IDEPt : suku bunga deposito bank konvensional periode t (%),

NPFt : Non Performing Financing periode t (%),

DUMMY : Fatwa MUI (bulan Desember tahun 2003).

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

40

Dalam analisa regresi, estimasi persamaannya ditujukan untuk

menggambarkan suatu pola hubungan/fungsi yang ada diantara variabel-variabel

tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa analisa regresi dapat digunakan untuk

melakukan suatu estimasi terhadap besarnya suatu variabel dari nilai varibel lain

yang telah diketahui. Variabel yang dapat diestimasi disebut sebagai variabel

terikat (dependent variable) biasanya dinotasikan sebagi Y. Variabel-variabel

yang mempengaruhinya disebut sebagi variael bebas (independent variable) yang

biasanya dinotasikan sebagai X1, X2, X3, . . . . Xk. Jika dituliskan adalah seperti

persamaan berikut ini.

Y = a + b1X1 +b2X2 + ... + bkXk + e [3.2]

dimana : Y : varibel terikat,

X : variabel bebas,

a : intersep,

B : koefisien masing-masing variabel bebas.

3.3.2. Variabel Dummy

Variabel dummy merupakan variabel yang merubah variabel kualitatif

menjadi variabel kuantitatif. Variabel kualitatif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai keharaman

bunga bank. Fatwa tersebut dicetuskan MUI pada tanggal 16 Desember 2003 dan

disahkan Pengurus Harian MUI pada tanggal 6 Januari 2004. Banyaknya variabel

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

41

dummy pada setiap variabel kualitatif tergantung pada banyaknya pilihan kategori

dikurangi 1.

Nilai yang digunakan adalah :

Dummy = 0 : menunjukkan sebelum fatwa MUI

Dummy = 1 : menunjukkan setelah fatwa MUI

variabel dummy tidak hanya mempengaruhi intersep suatu persamaan regresi,

tetapi juga dapat mempengaruhi kemiringannya, biasanya disebut juga sebagai

variabel interaksi.

3.3.3. Uji Ekonomi

Model yang diestimasi harus memenuhi kriteria ekonomi yang meliputi

besar dan arah. Besar dan arah variabel bebas tidak bertentangan (sesuai) dengan

teori ekonomi yang berlaku. Kriteria ini ditentukan oleh dasar-dasar

ekonometrika dan berhubungan dengan tanda dan besar parameter dari hubungan

ekonomi.

3.3.4. Uji Kriteria Statistik

Uji kebaikan model dapat dilakukan melaui beberapa langakah. Langkah-

langkah tersebut terdiri dari uji multikolinieritas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas.

(1) Multikolinieritas

Menurut Sumodiningrat (2001) istilah multikolinearitas digunakan untuk

menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam

model regresi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi secara sempurna, maka

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

42

disebut “multikoliniearitas sempurna”(Perfect multicollinearity). Penggunaan

kata multikolineritas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat

kolinieritas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Variabel-variabel

dikatakan orthogonal jika variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi. Hal ini

merupakan salah satu kasus tidak adanya masalah multikolinieritas.

Jika diantara dua variabel bebas terdapat multikolinieritas sempurna maka akan

menyebabkan masalah berikut ini.

- Penaksir-penaksir kuadrat terkecil tidak dapat ditentukan (indeterminate).

- Varian dan kovarian dari penaksir-penaksir menjadi tak terhingga besarnya

(infinitely large).

Bekerja dengan model-model yang mengandung multikolineritas lebih

sulit jika dibandingkan dengan mendeteksi masalah multikolinieritas. Para pakar

ekonometri memberikan saran untuk melakukan berbagai prosedur untuk

mengatasi masalah tersebut, dimana prosedur tersebut tergantung pada parah

tidaknya masalah multikolinetitas, tersedianya sumber data lain, dan pentingnya

variabel-variabel yang bermultikolinerasi di dalam model.

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model.

Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi melalui output komputer.

Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari |0.8|, maka terdapat gejala

multikolinear. Dalam Gujarati (1978) disebutkan bahwa tanda yang paling jelas

dari multikolinearitas adalah ketika Nilai R-squared sangat tinggi, tetapi tidak satu

pun koefisien regresi penting (signifikan) secara statistik atas dasar pengujian t

yang konvensional. Berdasarkan ketentuan dari uji Klein dalam Koutsoyiannis

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

43

(1997) disebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara variabel penjelas bisa

diabaikan apabila nilai koefisien korelasinya lebih kecil daripada nilai koefisien

determinasi atau keragamannya (korelasi keseluruhannya).

Terdapat tiga prosedur koreksi yang dapat digunakan untuk

menghilangkan multikolinieritas.

- Memperbesar ukuran sampel

Multikoinieritas diharapkan dapat hilang atau berkurang jika ukuran sampel

diperbesar, atau jumlah sampel ditambah. Dengan ukuran sampel yang

semakin besar maka kovarian diantara parameter-parameter dapat dikurangi

karena kovarian berhubungan terbalik dengan ukuran sampel. Hal ini hanya

akan benar dilakukan jika interkorelasi terjadi hanya di dalam sampel dan

bukan dalam populasi. Jika variabel-variabel tersebut berkolinier dalam

populasi, maka prosedur memperbesar ukuran sampel tidak akan dapat

membantu mengurangi multikolinieritas.

- Memasukkan persamaan tambahan ke dalam model

Masalah multikolineritas mungkin dapat diatasi dengan menyajikan

hubungan diantara variabel-variabel yang bermultikolinear secara eksplisit.

Penambahan persamaan baru ini akan mengubah model persamaan tunggal

(model asli) menjadi model persamaan simultan. Selanjutnya, untuk

menghilangkan multikolineritas, dapat diterapkan metode penyederhanaan

(reduce form) sbagaimana yang biasa digunakan untuk menaksir model-

model persamaan simultan.

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

44

- Penggunaan informasi ekstra

Informasi ekstra adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain

diluar sampel yang digunakan untuk penaksiran. Informasi ekstra ini

diperoleh dari teori ekonomi atau beberapa hasil penelitian empiris sejenis

yang pernah dilakukan. Tiga metode yang menggunakan informasi ekstra

untuk menghilangkan masalah multikolineritas yaitu metode penggunaan

informasi awal (prior information), metode transformasi variabel, serta

metode pooling data cross –section dan data times series.

(2) Autokorelasi

Sumodiningrat (2001) menyatakan bahwa autokorelasi adalah korelasi

(hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan

yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti pada data runtun waktu atau time

series data) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang

waktu atau cross section).

Gujarati (1995) menyebutkan bahwa adanya autokorelasi dapat

menyebabkan dua masalah.

- Varians yang diperoleh dari estimasi dengan OLS bersifat underestimate, yaitu

nilai varians parameter yang diperoleh lebih kecil daripada nilai varians

sebenarnya.

- Prediksi yang didasarkan pada metode OLS bersifat inefisien, artinya prediksi

dengan metode ini variansnya lebih besar dibandingkan dengan metode

ekonometrika lainnya.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

45

Pengujian untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji Breush and Godfrey Serial Correlation lagrange Multiplier Test

dengan hipotesis (Eviws User’s Guide, 2002) :

H0 : ρ = 0 (tidak terdapat serial korelasi)

H1 : ρ ≠ 0 (terdapat serial korelasi)

Kriteria uji yang digunakan :

- Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang

digunakan, maka persamaan tidak mengalami autokorelasi;

- Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata (α) yang

digunakan, maka terdapat autokorelasi dalam persamaan tersebut.

Apabila setelah dilakukan uji, pada data yang diamati ternyata

menunjukkan terdapat masalah autokorelasi, maka solusi yang dapat diambil

tergantung pada penyebabnya, jika penyebabnya sebagai berikut :

- Dihilangkannya variabel yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak

bebas. Maka cara mengatasinya adalah dengan memasukkan variabel

tersebut ke dalam model;

- Kesalahan spesifikasi model. Maka cara mengatasinya adalah dengan

mentransformasi model, misalnya dari model linier menjadi model nonlinier,

atau sebaliknya;

- Kesalahan spesifikasi U. Maka cara mengatasinya adalah dengan

mentransformasi model tersebut.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

46

(3) Heteroskedastisitas

Suatu model regresi linear harus memiliki varians yang sama (Gujarati

1978). Jika asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka akan terdapat masalah

heteroskedastisitas.

Apabila terjadi heteroskedastisitas, maka akan mengakibatkan tiga masalah.

- Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang

minimum atau estimator tidak efisien.

- Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya

akan mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi menjadi tidak efisien.

- Tidak dapat diterapkannya uji nyata tidaknya koefisien atau selang

kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai

varians.

Pengujian yang dapat dilakukan untuk melihat gejala ini adalah dengan

menggunakan uji Heteroskedasticity dengan hipotesis (Eviews User’s Guide,

2002) :

H0 : γ = 0 (tidak terdapat heteroskedastisitas)

H1 : γ ≠ 0 (terdapat serial heteroskedastisitas)

Kriteria uji yang digunakan :

- Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang

digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas;

- Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata (α) yang

digunakan, maka terdapat heteroskedastisitas dalam persamaan tersebut.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

IV. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

4.1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam telah berpengaruh ke

Indonesia. Pada awalnya dimulai dari diskusi-diskusi para tokoh tentang bank

syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Kemudian berlanjut pada uji coba dalam

skala kecil dalam bentuk pendirian Baitul Mal Wattamwil (BMT) yang ternyata

berhasil dengan cukup mengesankan. Akhirnya berdirilah bank syariah pertama

di Indonesia dengan nama PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, (PT. BMI) pada

tahun 1992.

Pada awal operasinya, keberadaan Bank Muamalat belum mendapatkan

perhatian optimum dalam tatanan industri perbankan nasional. Undang-undang

Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang dikeluarkan oleh pemerintah, belum bisa

menjadi landasan hukum yang lengkap yang dapat menunjang perkembangan

bank syariah. Walaupun demikian, peran yang ditempuh Bank Muamalat

Indonesia telah mampu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa sistem “bank

bagi hasil” dalam tatanan ekonomi syariah telah menunjukkan keberadaannya dan

kebenarannya, serta telah teruji dalam krisis yang menimpa Indonesia. Sejak

dikeluarkannya Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang memberikan

perhatian lebih pada pengembangan bank syariah, pertumbuhan bank syariah di

Indonesia menjadi sangat penting dan signifikan.

Kehadiran perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional bukan

hanya semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan penduduk Indonesia yang

sebagian besar beragama Islam. Tetapi lebih kepada terdapatnya faktor

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

48

keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani

kegiatan ekonomi yang lebih imun terhadap krisis. Seiring dengan hal itu,

ternyata telah tumbuh sebuah kecenderungan spiritual yang mulai melihat

mudharatnya sistem bunga (Interest rate banking). Bersamaan dengan hal

tersebut, telah tumbuh pula kerinduan akan pelayanan bank yang memberikan

solusi sesuai keyakinan bahwa bunga bank adalah haram.

4.2. Fenomena Munculnya Window System di Bank Konvensional

Fenomena munculnya window system pada berbagai bank konvensional tidak

terlepas dari keluarnya UU No.10/1998. Undang-undang tersebut menyatakan

bahwa sebenarnya arsitektur perbankan Indonesia telah berubah dari single

banking system menjadi dual banking system. Hal itu berarti bahwa dari satu

sistem perbankan yaitu konvensional menjadi dua, yaitu perbankan dengan sistem

konvensional dan sistem syariah. Kondisi ini semakin diperjelas oleh Peraturan

Bank Indonesia (PBI) No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002. sesuai dengan

PBI tersebut, maka dikenal pula adanya dual system bank. Hal ini berarti bahwa

sebuah bank dapat melakukan operasional perbankan baik secara konvensional

maupun dengan prinsip syariah.

Pada bagian ketiga PBI No.4/1/PBI/2002 tentang pembukaan kantor cabang

syariah, mengatur bahwa pembukaan unit syariah hanya dapat dilakukan dengan

ijin Dewan Gubernur Bank Indonesia, dilakukan dalam rangka mengubah Kantor

Cabang (KC) dan atau meningkatkan status Kantor Cabang Pembantu (KCP) bank

menjadi Kantor Cabang Syariah. Rencana pembukaan unit syariah wajib

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

49

dicantumkan dalam rencana kerja tahunan bank. Pembukaan Unit Syariah hanya

dapat dibuka setelah bank memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).

Ketentuan BI tersebut oleh beberapa bank konvensional dipahami sebagai

dasar diperkenankannya window system. Artinya, bank konvensional dapat

membuka counter di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu konvensional.

Tetapi sebenarnya, ketentuan BI tersebut diperuntukkan bagi bank konvensional

yang akan merubah atau meningkatkan Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu

Konvensional.

4.3. Perkembangan Jumlah Bank

Perkembangan jaringan kantor bank syariah semakin hari terus semakin

bertambah. Hal ini setidaknya mengindikasikan bahwa prospek perkembangan

bank syariah di Indonesia cukup baik. Jumlah jaringan kantor bank syariah sejak

tahun 1992 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini.

Tabel 4.1. Jumlah jaringan Kantor Bank Syariah di Indonesia Tahun 1992-2004

Kelompok Bank 1992 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Bank Umum Syariah

Unit Usaha Syariah

Jumlah Kantor

BPRS

TOTAL

1

0

1

9

10

2

1

40

78

118

2

3

62

78

140

2

3

96

81

177

2

6

127

83

210

2

8

253

84

337

3

15

355

88

443

Sumber : DPS-BI, 2005.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

50

Jika ditampilkan dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada gambar 4.1

berikut.

Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Syariah di Indonesia Tahun 1992-2004

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah jaringan

kantor bank Syariah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Jumlah jaringan kantor bank syariah sampai bulan Maret 2005 secara

lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini.

0

100

200

300

400

1992

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Jumlah KantorBUS dan UUS

Jumlah BPRS

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

51

Tabel 4.2. Jumlah Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia Maret 2005

Kelompok Bank KP/UUS KPO/KC KCP KK Bank Umum Syariah

1. PT Bank Muamalat Indonesia 2. PT Bank Syariah Indonesia 3. PT Bank Mega Syariah

3 1 1 1

94 40 51

3

45 10 33

2

133 80 53

0 Unit Usaha Syariah

1. PT Bank IFI 2. PT Bank Negara Indonesia 3. PT Bank Jabar 4. PT Bank Rakyat Indonesia 5. PT Bank Danamon 6. PT Bank Bukopin 7. PT Bank Internasional Indonesia 8. HSBC,Ltd. 9. PT Bank DKI 10. BPD Riau 11. BPD Kalsel 12. PT Bank Niaga 13. BPD Sumut 14. BPD Aceh 15. Bank Permata 16. Bank Tabungan Negara

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

62 1

14 4

17 7 2 3 0 1 1 1 1 2 1 2 4

21 0

11 0 2 3 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

BPRS 89 0 0 0 TOTAL 108 156 66 134

Sumber : BPS-BI *Data per Maret 2005.

Keterangan : KP : Kantor Pusat, KC : Kantor Cabang, UUS : Unit Usaha Syariah, KCP : Kantor Cabang Pembantu, KPO : Kantor Pusat Operasional, KK : Kantor Kas.

Sampai bulan Maret 2005, di Indonesia telah terdapat 3 Bank Umum

Syariah (BUS), 16 Unit Usaha Syariah (UUS), dengan 156 Kantor Cabang (KC),

66 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 134 kantor kas, dan 89 Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS). Perkembangan jumlah jaringan kantor bank syariah

yang relatif lebih cepat disebabkan oleh kinerjanya yang cukup menakjubkan dan

kekebalannya terhadap badai krisis moneter. Fatwa MUI pada akhir Desember

2003 juga ikut menjadi katalisator perkembangan tersebut.

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

52

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah

Dalam perkembangannya sampai Maret 2005, perbankan syariah telah

menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa

indikator berikut ini yang diperjelas dengan tabel dan gambar yang menggunakan

data triwulanan tahun 2003 sampai tahun 2005.

4.4.1. Total Aset

Total aset BUS sampai Maret 2005,telah mencapai Rp 15,567 Miliar.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

Trw 4-03 Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

Aset (Miliar) 7,858.9 9,498.8

11,023.3 12,719.6 15,326.0

15,567.0

Pertumb. (%) 94.3% 100.5%

107.9% 93.9% 95.0%

68.9%

Sumber : DPS-BI, 2005.

Grafik 4.2. Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

-2,5005,0007,500

10,00012,50015,00017,500

Trw 4-03

Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

Milliar Rp

0%

20%

40%

60%

80%100%

120%

AsetPertumb.(yoy)

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

53

Aset perbankan syariah setiap triwulan secara nominal selalu mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, walaupun secara persentase sejak triwulan 3

tahun 2004 berada di bawah 100 persen. Pertumbuhan paling besar terjadi pada

triwulan 2 tahun 2004 yaitu sekitar 107.9 persen. Sedangkan pertumbuhan paling

kecil terjadi pada triwulan 1 tahun 2005 yaitu sebesar 68.9 persen.

4.4.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga (DPK) sampai Maret 2005 telah mencapai 12.258

Triliun. DPK diperoleh dari Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, dan Deposito

Mudharabah. Pada umumnya bank syariah masih mengalami kesulitan untuk

menyalurkan dana yang telah dihimpunnya. Salah satunya adalah karena sulitnya

mencari debitor yang dianggap layak dan aman untuk menerima pembiayaan

tersebut. Karena di satu sisi bank syariah harus percaya kepada pengusaha

(debitor), namun disisi lain bank juga harus berati-hati karena mempunyai

tanggung jawab kepada nasabah yang telah menitipkan dananya.

Tabel 4.4. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah di

Indonesia Tahun 2003-2005

Trw 4-03 Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

DPK (Miliar) 5,724.9 7,022.8

8,315.9 9,675.7 11,862.1

12,258.8

Pertumb. (%) 96.2% 109.4%

119.9% 108.3% 107.2%

74.6%

Sumber : DPS-BI, 2005.

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

54

Gambar 4.3. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2003-2005

Pada setiap triwulan DPK perbankan syariah secara nominal senantiasa

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun, secara persentase di 6

triwulan terakhir pada data diatas pertumbuhannya bersifat turun naik.

Pertumbuhan paling besar terjadi pada triwulan 2 tahun 2004 yaitu sekitar 119.9

persen. Sedangkan pertumbuhan paling kecil terjadi pada triwulan 1 tahun 2005

yaitu sebesar 74.6 persen. Peningkatan DPK ini adalah salah satu efek dari fatwa

MUI pada akhir Desember 2003. Pasca fatwa MUI tersebut, banyak dari

kalangan nasabah emosional yang segera menitipkan dananya ke bank syariah.

Selain iu, terdapat pula nasabah rasional yang mengalihkan dananya ke bank

syariah karena melihat bahwa tingkat imbal hasil bank syariah lebih besar

daripada suku bunga tabungan (termasuk deposito dan giro). Bahkan pada masa

itu perbankan syariah mengalami kelebihan likuiditas.

-

2,500

5,000

7,500

10,000

12,500

15,000

Trw 4-03Trw 1-04Trw 2-04Trw 3-04Trw 4-04Trw 1-05

Milliar Rp

0%20%

40%

60%80%100%

120%140%

Dana Pihak Ketiga/DPKPertumb.(yoy)

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

55

4.4.3. Pembiayaan

Pembiayaan BUS sampai Februari 2005 masih didominasi oleh

pembiayaan Murabahah dengan pangsa 65.44 persen dari total pembiayaan yang

diberikan. Sedangkan pembiayaan bagi hasil, Mudharabah dan Musyarakah

hanya 18.42 persen dan 11.80 persen. Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa

bank syariah terlalu bermain aman (risk everse) dan membatasi diri terhadap

pembiayaan produktif yang merupakan tulang punggung sektor riil. Padahal

prinsip dasar perbankan syariah adalah pembiayaan produktif bagi hasil, terutama

untuk sekor Usaha Kecil Menengah (UKM).

Tabel 4.5. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

Trw 4-03 Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

Pembiayaan (Miliar) 5,530.2 6,415.9

8,356.2 10,131.1 11,489.9

12,959.3

Pertumb.(%) 68.8% 70.0%

100.8% 109.7% 107.8%

102.0%

Sumber : DPS-BI, 2005.

Gambar 4.4. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

-

2,500

5,0007,500

10,000

12,500

15,000

Trw 4-03

Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

Milliar Rp

0%

20%

40%60%

80%

100%

120%

Pembiayaan/PYDPertumb.(yoy)

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

56

Sebagaimana Aset dan DPK, setiap triwulan pembiayaan perbankan

syariah secara nominal selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Secara persentase Pertumbuhannya cenderung meningkat dan penurunan hanya

terjadi pada triwulan 1 tahun 2005. Pertumbuhan paling besar terjadi pada

triwulan 3 tahun 2004 yaitu sekitar 109.7 persen. Sedangkan pertumbuhan paling

kecil terjadi pada triwulan 4 tahun 2003 yaitu sebesar 68.8 persen.

Berdasarkan data Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia (BPS BI),

sampai bulan Maret 2005, total aset perbankan syariah bernilai Rp 17,02 miliar.

Sementara dana pihak ketiga yang dikumpulkan sebesar Rp 12 miliar, dan

pembiayaan syariah mencapai Rp 13,48 miliar.

4.4.4. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Perkembangan FDR bank umum syariah mengalami peningkatan dan

penurunan. Penurunan FDR sampai dibawah 100 persen terjadi mulai tahun 2003

dan awal tahun 2004. Penurunan FDR disebabkan oleh terjadinya peningkatan

jumlah DPK yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pembiayaan yang

disalurkan. Salah satu buktinya adalah pertumbuhan DPK pada Januari tahun

2004 jika dibandingkan dengan Desember tahun 2003 sebesar 15.7 persen

sedangkan pertumbuhan pembiayaannya hanya sebesar 6 persen. Penurunan FDR

ini akan berakibat pada penurunan jumlah bagi hasil yang diterima oleh deposan

maupun oleh BUS. Penurunan jumlah bagi hasil yang diterima BUS akan

menyebabkan penurunan pada tingkat laba BUS. Perkembangan FDR bank

umum syariah dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

57

Sumber : DPS-BI, 2005.

Gambar 4.5. Perkembangan FDR Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2001-2005

4.4.5. Laba Bank Umum Syariah

Laba BUS dapat dikategorikan sebagai indikator kinerja operasional dari

BUS. Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa sejak awal tahun 2001, BUS

mengalami kerugian. Hal ini dapat dilihat dari tingkat labanya yang negatif.

Kerugian BUS pada masa awal beroperasi disebabkan oleh kinerjanya yang

masih belum optimal dan juga karena sosialisasi kepada masyarakat yang masih

kurang.

Dalam perkembangannya, BUS mampu membalikkan kondisi kerugian

pada masa awal operasinya tersebut menjadi kondisi perolehan laba yang selalu

meningkat. Hal ini membuktikan bahwa BUS senantiasa berupaya untuk

meningkatkan kinerjanya sehingga masyarakat juga menunjukkan apresiasinya

terhadap BUS.

FDR

-20.0040.0060.0080.00

100.00120.00140.00

Jan-

01

May

-01

Sep

-01

Jan-

02

May

-02

Sep

-02

Jan-

03

May

-03

Sep

-03

Jan-

04

May

-04

Sep

-04

Jan-

05

FDR

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

58

Sumber : DPS-BI, 2005.

Gambar 4.6. Perkembangan Laba Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2001-2005

4.4.6. Kinerja Finansial

Rasio ROA diperoleh dengan membagi pendapatan bersih dengan rata-rata

asetnya. Rasio ini mencerminkan seberapa efisien manajemen bank mengelola

asetnya. ROA akan menjadi ukuran yang bernilai bila dilakukan perbandingan

profitabilitas satu bank dengan bank yang lainnya.

Rasio ROE dihitung dengan membagi pendapatan bersih dengan rata-rata

dari total equity yaitu saham umum dan preferensi (common and preferred

stocks), surplus dan keuntungan yang tidak dibagikan, serta cadangan modal.

Ukuran profitabilitas ini merupakan ukuran yang paing penting bagi pihak

pemegang saham bank. Karena memcerminkan seberapa besar yang bank

hasilkan dari investasi dana yang telah mereka lakukan.

Dari segi profitabilitas, sampai pada triwulan 1 2005, bank syariah

memiliki rata-rata Return on Asset (ROA) sebesar 1.5 persen. Sedangkan rata-rata

Return on Equity (ROE) sebesar 28.7 persen. setiap triwulan ROA dan ROE

LABA

-100000.00-50000.00

0.0050000.00

100000.00150000.00200000.00250000.00

Jan-

01

May

-01

Sep

-01

Jan-

02

May

-02

Sep

-02

Jan-

03

May

-03

Sep

-03

Jan-

04

May

-04

Sep

-04

Jan-

05

LABA

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

59

perbankan syariah selalu mengalami pertumbuhan yang cukup

signifikan,walaupun ROA sempat mengalami stagnasi pada triwulan 3 tahun

2004. Pertumbuhan paling besar dari kedua indikator profitabilitas tersebut terjadi

pada triwulan 1 tahun 2004 yaitu sekitar 0.2 persen untuk ROA dan 5.8 persen

untuk ROE. ROA perbankan syariah sempat mengalmi stagnasi pada triwulan 3

tahun 2004. untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 4.6. Pertumbuhan ROA dan ROE Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

Trw 4-03 Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

ROA (%)

0.7%

1.0%

1.2%

1.2%

1.4%

1.5%

ROE (%)

7.0%

10.6%

15.3%

19.0%

24.8%

28.7%

Sumber : DPS-BI, 2005.

Gambar 4.7. Pertumbuhan ROA Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

0.0%

0.3%

0.6%

0.9%

1.2%

1.5%

Trw 4-03

Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

ROA

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

60

Gambar 4.8. Pertumbuhan ROE Bank Umum Syariah di Indonesia

Tahun 2003-2005

4.4.7. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

Nilai Non Performing Financig/NPF BUS masih berada di bawah 5 persen

sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan dana dan pembiayaan BUS terjadi tanpa megorbankan aktiva

produktif. Kemampuan perbankan syariah untuk tetap menekan NPF agar tetap

berada di bawah 5 persen adalah sebuah prestasi yang sangat baik.

Tabel 4.7. Pertumbuhan Non Performing Financig/NPF Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

Trw 4-03

Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

Nominal (Miliar)

129.6 166.5 196.6 279.0 270.2 360.3

Persentase (%)

2.3% 2.6% 2.4% 2.8% 2.4% 2.8%

Sumber : DPS-BI, 2005.

0.0%

8.0%

16.0%

24.0%

32.0%

Trw 4-03

Trw 1-04

Trw 2-04

Trw 3-04

Trw 4-04

Trw 1-05

ROE

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

61

Gambar 4.9. Pertumbuhan NPF Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005

Setiap triwulan pembiayaan perbankan syariah secara nominal selalu

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan secara persentase

Pertumbuhannya cenderung naik turun dengan nilai yang sama. Pertumbuhan

paling besar terjadi pada triwulan 3 tahun 2004 dan triwulan 1 tahun 2005 yaitu

sekitar 0.4 persen. Sedangkan pertumbuhan paling kecil terjadi pada triwulan

1tahun 2004 yaitu sebesar 0.3 persen.

-50

100150200250300350400

Trw 4-03Trw 1-04Trw 2-04Trw 3-04Trw 4-04Trw 1-05

Milliar Rp

0%

1%

2%

3%

4%

Non Performing Financing/NPFNPF Ratio

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

V. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA BANK UMUM SYARIAH

Dalam mengestimasi model regresi yang dipakai, penelitian ini

menggunakan metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Perangkat software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 4.1. Hasil

estimasi model ditunjukkan melalui tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Variabel Dependen Laba Bank Umum

Variabel Koefisien t-statistik Prob. (t-statistik)

Elastisitas Jangka Pendek

LNLBt-1 NDPKt IDEPt NPFt-1

DUMMY C

0.091128

0.850950 -0.132287 -0.282577 0.329908 5.765137

3.929244

13.45619 -6.538546 -7.046333 3.135581 26.45683

0.0009 0.0000 0.0000 0.0000 0.0054 0.0000

0.091128

0.850950 -0.132287 -0.282577

- -

R-Squared 0.976438 Prob(F-statistic) 0.000000 Adjusted R-squared 0.970238 Durbin-Watson stat 1.803038

dimana : LBt-1 : tingkat laba periode t-1 (Miliar), NDPKt : nisbah laba per DPK t (%), IDEPt : suku bunga deposito bank konvensional periode t (%), NPFt-1 : Non Performing Financing periode t-3 (%), DUMMY : Fatwa MUI (bulan Desember tahun 2003). Dari hasil estimasi diatas, diperoleh persamaan regresi laba bank umum

syariah sebagai berikut :

LNLBt = 5.765137 + 0.091128 LNLBt-1 + 0.850950 NDPKt - 0.132287 IDEPt - 0.282577 NPFt -1 + 0.329908 DUMMY

Setelah mendapatkan parameter-parameter estimasi, langkah selanjutnya

adalah melakukan berbagai macam pengujian terhadap variabel estimasi tersebut.

Analisis terhadap hasil-hasil pendugaan dapat dijelasakan melalui uraian berikut

ini.

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

63

5.1. Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis

Secara keseluruhan, semua variabel bebas berpengaruh secara signifikan

terhadap laba BUS, hal ini dapat dilihat pada hasil uji estimasi pada tabel 5.1

diatas. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa semua variabel dapat menjelaskan

variasi (Adjusted R-squared) dari variabel laba sebesar 97.02 persen. Sisanya

sebesar 2.98 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam

model.

Hasil uji parsial masing-masing variabel dapat menjelaskan bahwa laba

BUS dipengaruhi secara signifikan oleh laba BUS periode sebelumnya, Suku

bunga deposito bank konvensional, NPF, dan fatwa MUI tentang bunga bank.

Hipotesis bahwa suku bunga deposito bank konvensional dan NPF berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap laba BUS dapat diterima. Demikian pula dengan

hipotesis bahwa laba BUS pada satu periode sebelumnya, nisbah laba per DPK

dan fatwa MUI tentang bunga bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap

laba BUS juga dapat diterima.

5.1.1. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah variabel

pengganggu memiliki varians yang sama (homoskedastisitas). Langkah yang

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisistas adalah uji White

Heteroskedasticity, dimana nilai probability obs*R-squared harus lebih besar dari

nilai kritis (α) yang digunakan. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3

berikut.

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

64

Tabel 5.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji White Heteroskedasticity

F-statistic Obs*R-squared

0.522396 5.965981

Probability Probability

0.836525 0.743318

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probability obs*R-squared

pada model persamaan adalah 0.74 yang artinya bernilai lebih besar dari α = 1 %.

Oleh karena itu, model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini tidak

memiliki masalah heteroskedastisitas.

5.1.2. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi pada perangkat Eviews 4.1 dapat diketahui melaui

Serial Corelation LM test, dimana nilai probability obs*R-squared harus lebih

besar dari nilai kritis (α). Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.3. Hasil Uji Autokorelasi Breush-Godfrey Serial Correlation LM Test

F-statistic Obs*R-squared

0.267504 0.366092

Probability Probability

0.611309 0.545142

Nilai probability obs*R-squared pada model persamaan adalah 0.54 yang

artinya bernilai lebih besar dari α = 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa model

persamaan yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah

autokorelasi.

5.1.3. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan Correlation Matrix pada tabel 5.5, maka dapat diketahui

bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel

penjelas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi variabel independennya

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

65

yang nilai mutlaknya lebih kecil dari 0.8. Ketentuan dari uji Klein menyebutkan

bahwa masalah korelasi sederhana diantara variabel penjelas ini dapat diabaikan

apabila nilai koefisien korelasinya lebih kecil daripada nilai koefisien korelasi

dalam keseluruhan model (koefisien keragaman). Nilai R-squared yang

menunjukkan koefisien keragaman persamaan memperlihatkan nilai sebesar 0.98.

sehingga dapat dikatakan bahwa model persamaan dalam penelitian ini tidak

memiliki masalah multikolinearitas .

Gujarati (1978) menyebutkan bahwa tanda yang paling jelas dari

multikolinearitas adalah ketika Nilai R-squared sangat tinggi, tetapi tidak satu pun

koefisien regresi penting (signifikan) secara statistik atas dasar pengujian t yang

konvensional. Jika dilihat pada tabel 5.1, dapat dilihat bahwa t-statistik

menunjukkan semua variabel penjelas adalah penting (signifikan). Dari beberapa

uji yang berbeda sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan

bahwa model persamaan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah

multikolinearitas.

Tabel 5.5. Hasil Uji Multikolinearitas LNLBt-1 NDPKt IDEPt NPFt-1 DUMMY

LNLBt-1 1.000000 0.535049 -0.112455 -0.445208 0.144564 NDPKt 0.535049 1.000000 0.397545 -0.049406 -0.221220 IDEPt -0.112455 0.397545 1.000000 0.559817 -0.414179 NPFt-1 -0.445208 -0.049406 0.559817 1.000000 -0.388852

DUMMY 0.144564 -0.221220 -0.414179 -0.388852 1.000000

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

66

5.2. Interpretasi Variabel Penjelas

5.2.1. Laba BUS pada Satu Periode Sebelumnya (LNLBt-1 )

Berdasarkan hasil estimasi, besarnya laba BUS pada satu periode

sebelumnya berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 1 persen (α = 1 %).

Hal ini menunjukkan bahwa besarnya laba BUS pada satu periode sebelumnya

berpengaruh terhadap laba BUS di Indonesia saat ini. Nilai elastisitas laba BUS

pada satu periode sebelumnya sebesar 0.09 yang berarti bahwa jika laba BUS

pada periode sebelumnya naik sebesar 1 persen, maka laba BUS pada saat ini

akan mengalami kenaikan sebesar 0.09 persen.

Uji ekonomi menunjukkan bahwa tanda koefisien adalah positif yang

sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan teori bahwa laba BUS

pada satu periode sebelumnya merupakan proksi dari harga input perusahaan.

Jika laba BUS pada periode sebelumnya tinggi, maka hal itu akan menyebabkan

biaya untuk membayar harga input BUS akan turun, karena sebagian telah

terpenuhi oleh laba periode sebelumnya. Tingkat laba BUS pada satu periode

sebelumnya juga akan mempengaruhi nasabah rasional untuk melihat prospek dari

kinerja BUS. Jika prospektif, maka ia akan memilih menjadi nasabah BUS dan

sebaliknya.

5.2.2. Nisbah Bagi Hasil DPK Bank Umum Syariah

Berdasarkan hasil estimasi, besarnya nisbah bagi hasil DPK BUS

berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 1 persen (α = 1 %). Hal ini

menunjukkan bahwa besarnya nisbah bagi hasil DPK berpengaruh terhadap laba

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

67

BUS di Indonesia saat ini. Nilai elastisitas nisbah bagi hasil DPK sebesar 0.85

yang berarti bahwa jika nisbah bagi hasil DPK naik sebesar 99 persen (α = 1 %),

maka laba BUS pada saat ini akan mengalami kenaikan sebesar 0.85 persen.

Uji ekonomi menunjukkan bahwa tanda koefisien adalah positif yang

sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan teori bahwa nisbah bagi

hasil DPK BUS merupakan harga jual yang ditawarkan BUS kepada masyarakat.

Nisbah bagi hasil DPK menunjukkan tingkat pengembalian BUS terhadap dana

yang dititipkan oleh deposan. Semakin tinggi tingkat nisbah bagi hasil DPK,

maka semakin besar kemungkinan masyarakat menyimpan dananya di BUS,

begitu pula sebaliknya.

5.2.3. Suku Bunga Deposito Bank Konvensional (IDEP)

Berdasarkan hasil estimasi, IDEP berpengaruh secara signifikan pada tarap

nyata 1 persen (α = 1 %). Artinya besarnya IDEP berpengaruh terhadap laba BUS

di Indonesia. Nilai elastisitas IDEP sebesar -0.13 yang berarti bahwa jika IDEP

naik sebesar 1 persen, maka laba BUS akan mengalami penurunan sebesar

0.13 persen.

Hasil uji ekonomi menunjukkan bahwa tanda koefisien IDEP adalah

negatif yang berarti sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa IDEP merupakan substitusi dari besarnya nisbah bagi hasil DPK BUS. hal

ini berarti bahwa bagi nasabah rasional, bank syariah merupakan substitusi dan

alternatif dari bank konvensional. Nasabah rasional akan melihat manakah dari

kedua bank tersebut yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

68

menguntungkan. Jika tingkat suku bunga deposito lebih tinggi daripada tingkat

bagi hasil dari BUS, maka nasabah rasional akan memilih untuk menyimpan

dananya di bank konvensional, dan sebaiknya.

5.2.4. Non Performing Financing (NPF)

Berdasarkan hasil estimasi, NPF lag 1 berpengaruh secara signifikan pada

tarap nyata 1 persen (α = 1 %). Artinya besarnya NPF pada periode sebelumnya

berpengaruh terhadap laba BUS di Indonesia. Nilai elastisitas NPF lag 1 sebesar

-0.28 yang berarti bahwa jika NPF pada periode sebelumnya naik sebesar 1

persen, maka laba BUS akan mengalami penurunan sebesar 0.28 persen.

Uji ekonomi menunjukkan bahwa koefisien variabel NPF lag 1 adalah

negatif yang berarti sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa Non Performing Financing (NPF) menunjukkan jumlah pembiayaan

bermasalah pada bank syariah, sedangkan pembiayaan merupakan salah satu

sumber pendapatan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi laba BUS.

Adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif kepada BUS,

karena semakin tinggi tingkat NPF, maka semakin besar dana penghapusan yang

harus dikeluarkan oleh BUS.

NPF merupakan proksi dari harga input perusahaan. Hal ini berarti bahwa

tingkat NPF yang tinggi dapat mengurangi jumlah modal yang dapat digunakan

oleh BUS, dengan kata lain harga input BUS akan menjadi lebih mahal. NPF

tidak dapat secara langsung mempengaruhi laba BUS pada saat yang bersamaan

karena NPF membutuhkan waktu satu periode untuk dapat mempengaruhinya.

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

69

5.2.5. Dummy (Fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank)

Berdasarkan hasil estimasi, fatwa MUI tentang bunga bank (Dummy) pada

lag 6 berpengaruh secara signifikan pada tarap nyata 1 persen (α = 1 %). Artinya

fatwa MUI tentang bunga bank berpengaruh terhadap laba BUS di Indonesia.

Fatwa MUI memiliki nilai intersep sebesar 0.33 yang berarti bahwa setelah

adanya fatwa MUI tersebut mengakibatkan peningkatan laba BUS sebesar 0.33

persen.

Uji ekonomi menunjukkan bahwa koefisien variabel Dummy adalah

positif yang berarti sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan

hipotesis bahwa setelah adanya fatwa MUI tentang bunga bank, maka laba yang

akan diperoleh oleh BUS akan meningkat. Fatwa tersebut telah menyebabkan

banyaknya nasabah emosional yang mengalihkan dananya ke BUS. Pada

mulanya cepatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diterima oleh BUS

pasca fatwa tersebut menyebabkan BUS mengalami kelebihan likuiditas.

Kelebihan likuiditas tersebut disebabkan oleh sulitnya BUS melakukan ekspansi

pembiayaan. Pada enam periode setelah keluarnya fatwa MUI, baru dapat dilihat

bahwa fatwa tersebut telah meningkatkan laba BUS dengan signifikan.

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Variabel laba BUS pada satu periode sebelumnya (LNLBt-1) berpengaruh

secara signifikan serta memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS

di Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 0.09. Hal ini menunjukkan

bahwa jika laba BUS pada periode sebelumnya tinggi, hal itu berarti harga

input BUS turun karena laba tersebut dapat digunakan untuk menambah

modal BUS. Tingkat laba BUS pada satu periode sebelumnya juga akan

mempengaruhi nasabah rasional untuk melihat prospek dari kinerja BUS.

Jika prospektif, maka ia akan memilih menjadi nasabah BUS dan

sebaliknya.

2. Variabel nisbah nisbah bagi hasil DPK berpengaruh secara signifikan serta

memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS di Indonesia dengan

nilai elastisitas sebesar 0.85. Hal ini menunjukkan bahwa nisbah laba per

DPK BUS merupakan harga jual yang ditawarkan BUS kepada

masyarakat. Semakin tinggi tingkat nisbah bagi hasil DPK pada BUS,

maka semakin besar kemungkinan masyarakat menyimpan dananya di

BUS yang pada akhirnya akan meningkatkan laba BUS, begitu pula

sebaliknya.

3. Variabel suku bunga deposito bank konvensional (IDEP) berpengaruh

secara signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS

di Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 0.13. Hal ini menunjukkan

bahwa bagi nasabah rasional, bank syariah merupakan substitusi dan

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

71

alternatif dari bank konvensional. Nasabah rasional akan melihat manakah

dari kedua bank tersebut yang dapat memberikan tingkat pengembalian

yang lebih menguntungkan.

4. Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara signifikan

serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba BUS di Indonesia

nilai elastisitas sebesar 0.28. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif kepada BUS, karena

semakin tinggi tingkat NPF, maka semakin besar dana penghapusan yang

harus dikeluarkan oleh BUS.

5. Variabel fatwa MUI tentang bunga bank (DUMMY) berpengaruh secara

signifikan serta memiliki hubungan yang positif terhadap laba BUS di

Indonesia dengan nilai intersep sebesar 0.31. Hal ini menunjukkan bahwa

walaupun pada awalnya fatwa MUI tersebut telah memicu terjadinya

kelebihan likuiditas, namun fatwa tersebut membutuhkan waktu untuk

dapat meningkatkan laba BUS di Indonesia.

6.2. Saran

1. Bank Umum Syariah (BUS) harus berusaha meningkatkan laba yang

diperolehnya. Hal itu diharapkan dapat menekan harga input yang harus

dikeluarkan dalam kegiatan operasional pada periode berikutnya. Laba

pada periode sebelumnya dapat meningkatkan jumlah modal BUS.

2. Bank Umum Syariah (BUS) harus berusaha untuk mempertahankan dan

meningkatkan tingkat nisbah bagi hasil DPK agar dapat bersaing dengan

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

72

tingkat bunga deposito bank konvensional. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan meningkatkan penyaluran pembiayaannya.

3. Penyaluran pembiayaan diharapkan dapat lebih banyak menyentuh sektor

riil terutama melalui pembiayaan yang diberikan kepada Usaha Kecil

Menengah (UKM).

4. Upaya peningkatan penyaluran pembiayaan harus tetap memperhatikan

aspek prudensial (kehati-hatian), pendampingan dan pengawasan yang

lebih intensif. Hal ini dilakukan untuk mengurangi besarnya tingkat

pembiayaan bermasalah (NPF) BUS.

5. Bank Umum Syariah (BUS) perlu melakukan upaya peningkatan

sosialisasi kepada masyarakat luas tentang perbankan syariah beserta

keunggulan-keunggulannya. Harapannya, di masa yang akan datang

nasabah BUS tidak hanya didominasi oleh nasabah emosional saja tetapi

juga semakin diminati oleh nasabah rasional.

6. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menganalisis variabel-

variabel lain yang dapat mempengaruhi laba BUS beserta peramalannya.

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

73

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press.

Jakarta. Bank Indonesia. 2005. Data Statistik.

http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Dynamic/DataStatCatID.aspx?NRMODE=Published&NRORIGINALURL. [22 Februari 2006]

Budiman, I. 2004. Analisis Pengaruh Variabel-variabel Makroekonomi,

Pembiayaan dan Simpanan Mudharabah terhadap Laba Bruto Bank-bank Syariah di Indonesia (Januari 2001-Desember 2003) Studi Kasus pada BMI, BSM dan BNI Unit Syariah [Tesis] Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPS-BI). 2005. Statistik

Perbankan Syariah Maret 2005. Bank Indonesia. Jakarta. FAJ. Bank Syariah Sepakat Sindikasi Pembiayaan [Kompas Online].

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/16/finansial/1088 10. htm. [05 Maret 2006]

Firdaus, G. H. 2004. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Bank Umum Syariah di

Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga. Jakarta. Harahap, S. S., Wiroso, dan Yusuf, M. 2005. Akuntansi Perbankan Syariah.

LPFE-Usakti. Jakarta. Hartati, S. 2005. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Pertumbuhan

Laba dan Aset Nasabah (Studi Kasus pada PT BPRS Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Irawan, T. 2004. Analisis Permintaan dan Penawaran Pembiayan Bank Umum

Syariah di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

74

Khalid, M. A. 2005. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional. [Makalah] Kuliah Ekonomi Syariah I. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Kusnadi, Marwan, dan Kadarisman, K. 2004. Pengantar Bisnis dan Wirausaha.

Taroda. Jakarta. Longenecker, J. G., Moore, C.W., dan Petty, J. W. 2001. Kewirausahaan

Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Jakarta. Mardiyansyah, A. D. 2004. Analisis Faktor-faktor Penentu Penghimpunan dan

Penyaluran Dana Perbankan Syariah Beserta Peramalannya [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga.

Jakarta. Nuryani, N. 1993. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Devisa

Swasta Nasional di Indonesia (Analisis sebelum dan setelah Pakto 1998) [Tesis]. Fakultas Ekonomi. Universitas Padjajaran.

Quantitative Micro Software, LLC. 2002. Eviews 4 User’s Guide. Amerika

Serikat. Rahardja, P., dan Manurung, M. 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar.

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sumodiningrat, G. 2001. Ekonometrika Pengantar. BPFE Yogyakarta.

Yogyakarta. Wahjuningsih, R. 1993. Aspek Pengelolaan Dana dan Profitabilitas dalam Bank

Islam [Skripsi]. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Yuliadi, I. 2001. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. LPPI Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

LAMPIRAN

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

75

Lampiran 1

Hasil Uji Estimasi

Dependent Variable: LNLBMethod: Least Squares Date: 03/20/06 Time: 19:35 Sample(adjusted): 2002:04 2004:11Included observations: 25 Excluded observations: 7 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNLB(-1) 0.091128 0.023192 3.929244 0.0009

NDPK 0.850950 0.063239 13.45619 0.0000 IDEP -0.132287 0.020232 -6.538546 0.0000

NPF(-1) -0.282577 0.040103 -7.046333 0.0000 DUMMY 0.329908 0.105214 3.135581 0.0054

C 5.765137 0.217907 26.45683 0.0000 R-squared 0.976438 Mean dependent var 6.393200 Adjusted R-squared 0.970238 S.D. dependent var 0.521350 S.E. of regression 0.089942 Akaike info criterion -1.773751 Sum squared resid 0.153700 Schwarz criterion -1.481221 Log likelihood 28.17189 F-statistic 157.4798 Durbin-Watson stat 1.803038 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

76

Lampiran 2

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0.522396 Probability 0.836525

Obs*R-squared 5.965981 Probability 0.743318

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.267504 Probability 0.611309

Obs*R-squared 0.366092 Probability 0.545142

Uji Multikolinearitas

LNLB(-1) NDPK IDEP NPF(-1) DUMMY LNLB(-1) 1.000000 0.535049 -0.112455 -0.445208 0.144564

NDPK 0.535049 1.000000 0.397545 -0.049406 -0.221220 IDEP -0.112455 0.397545 1.000000 0.559817 -0.414179

NPF(-1) -0.445208 -0.049406 0.559817 1.000000 -0.388852 DUMMY 0.144564 -0.221220 -0.414179 -0.388852 1.000000

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

77

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

77

Lampiran 3

Data Asli

OBS LB

NDPK

IDEP

NPF DUMMY INFLASI

YoY IHK

(2002)

Jan-01 -76910.00 -7.29 12.95 12.98 0 8.28 84.67 Feb-01 -75456.00 -6.74 13.66 12.17 0 9.14 85.41 Mar-01 -72316.00 -5.95 13.82 12.03 0 10.62 86.17 Apr-01 -69931.00 -5.44 13.68 11.67 0 10.51 86.57 May-01 -64813.00 -4.85 13.91 11.35 0 10.82 87.54 Jun-01 -54095.00 -3.75 14.01 10.59 0 12.11 89.00 Jul-01 -64417.00 -4.47 14.25 9.88 0 13.04 90.89 Aug-01 -60349.00 -3.95 14.82 9.60 0 12.23 90.70 Sep-01 -57684.00 -3.84 15.49 9.47 0 13.01 91.28 Oct-01 -50233.00 -2.93 15.74 7.55 0 12.47 91.90 Nov-01 -45956.00 -2.66 15.87 7.37 0 12.91 93.47 Dec-01 -8245.00 -0.46 16.07 4.01 0 12.55 94.98 Jan-02 -4016.00 -0.22 16.05 4.57 0 14.42 96.95 Feb-02 -266.00 -0.01 15.79 5.18 0 15.13 98.11 Mar-02 419.00 0.02 15.64 4.39 0 14.08 98.39 Apr-02 20698.00 1.07 15.44 4.79 0 13.30 98.18 May-02 23317.00 1.16 15.06 4.45 0 12.93 98.96 Jun-02 27986.00 1.25 14.76 4.33 0 11.48 99.26 Jul-02 31855.00 1.35 14.15 4.12 0 10.05 99.96 Aug-02 27321.00 1.12 13.86 3.92 0 10.60 100.32 Sep-02 36105.00 1.44 13.5 4.19 0 10.48 100.88 Oct-02 44281.00 1.62 13.06 4.25 0 10.33 101.36 Nov-02 44725.00 1.51 12.87 4.06 0 10.48 103.22 Dec-02 47390.00 1.62 12.81 4.12 0 10.03 104.44 Jan-03 68676.00 2.21 12.64 4.18 0 8.74 105.37 Feb-03 75962.00 2.41 12.35 4.14 0 7.34 105.57 Mar-03 72904.00 2.17 11.9 3.96 0 7.12 105.44 Apr-03 78646.00 2.31 11.44 3.65 0 7.54 105.66 May-03 82412.00 2.29 11.02 3.98 0 6.91 106.04 Jun-03 84231.00 2.23 10.31 3.93 0 6.62 106.19 Jul-03 85132.00 2.11 8.95 4.44 0 5.79 106.23 Aug-03 95078.00 2.19 8.17 3.91 0 6.38 106.85 Sep-03 96488.00 2.08 7.67 3.96 0 6.20 107.27 Oct-03 86270.00 1.79 7.47 3.67 0 6.22 107.93 Nov-03 88935.00 1.72 6.98 3.39 0 5.33 108.93 Dec-03 80867.00 1.41 6.62 2.34 0 5.06 109.83 Jan-04 113201.00 1.71 6.27 2.62 0 4.85 110.45 Feb-04 127584.00 1.87 5.99 2.64 0 4.62 110.43 Mar-04 120112.00 1.71 5.86 2.60 0 5.25 110.83 Apr-04 114222.00 1.55 5.86 2.49 0 6.11 111.91 May-04 90556.00 1.17 6.16 2.37 0 6.82 112.9 Jun-04 108491.00 1.3 6.23 2.35 1 7.23 113.44 Jul-04 115790.00 1.33 6.26 2.66 1 7.62 113.88 Aug-04 137672.00 1.47 6.28 2.88 1 6.81 113.98 Sep-04 155245.00 1.6 6.31 2.75 1 6.44 114 Oct-04 117348.00 1.16 6.33 2.65 1 6.45 114.64 Nov-04 137072.00 1.3 6.36 2.84 1 6.33 115.66 Dec-04 130533.00 1.1 6.43 2.35 1 6.44 116.86 Jan-05 154749.00 1.3 6.46 2.84 1 7.32 118.53 Feb-05 177685.00 1.51 6.46 3.22 1 7.15 118.33 Mar-05 202451.00 1.65 6.5 2.78 1 8.81 120.59

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

78

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

78

Lampiran 4

Data telah disesuaikan dengan IHK tahun 2002 dan Inflasi (yoy).

OBS LB

IDEP

NDPK

NPF DUMMY INFLASI

YoY IHK

(2002)

Jan-01 -908.34 4.67 -7.29 12.98 0 8.28 84.67 Feb-01 -883.45 4.52 -6.74 12.17 0 9.14 85.41 Mar-01 -839.2 3.2 -5.95 12.03 0 10.62 86.17 Apr-01 -807.84 3.17 -5.44 11.67 0 10.51 86.57 May-01 -740.37 3.09 -4.85 11.35 0 10.82 87.54 Jun-01 -607.8 1.9 -3.75 10.59 0 12.11 89.00 Jul-01 -708.72 1.21 -4.47 9.88 0 13.04 90.89 Aug-01 -665.36 2.59 -3.95 9.60 0 12.23 90.70 Sep-01 -631.94 2.48 -3.84 9.47 0 13.01 91.28 Oct-01 -546.61 3.27 -2.93 7.55 0 12.47 91.90 Nov-01 -491.67 2.96 -2.66 7.37 0 12.91 93.47 Dec-01 -86.8 3.52 -0.46 4.01 0 12.55 94.98 Jan-02 -41.42 1.63 -0.22 4.57 0 14.42 96.95 Feb-02 -2.7 0.66 -0.01 5.18 0 15.13 98.11 Mar-02 4.26 1.56 0.02 4.39 0 14.08 98.39 Apr-02 210.82 2.14 1.07 4.79 0 13.30 98.18 May-02 235.62 2.13 1.16 4.45 0 12.93 98.96 Jun-02 281.95 3.28 1.25 4.33 0 11.48 99.26 Jul-02 318.68 4.1 1.35 4.12 0 10.05 99.96 Aug-02 272.34 3.26 1.12 3.92 0 10.60 100.32 Sep-02 357.9 3.02 1.44 4.19 0 10.48 100.88 Oct-02 436.87 2.73 1.62 4.25 0 10.33 101.36 Nov-02 433.3 2.39 1.51 4.06 0 10.48 103.22 Dec-02 453.75 2.78 1.62 4.12 0 10.03 104.44 Jan-03 651.76 3.9 2.21 4.18 0 8.74 105.37 Feb-03 719.54 5.01 2.41 4.14 0 7.34 105.57 Mar-03 691.43 4.78 2.17 3.96 0 7.12 105.44 Apr-03 744.33 3.9 2.31 3.65 0 7.54 105.66 May-03 777.18 4.11 2.29 3.98 0 6.91 106.04 Jun-03 793.21 3.69 2.23 3.93 0 6.62 106.19 Jul-03 801.39 3.16 2.11 4.44 0 5.79 106.23 Aug-03 889.83 1.79 2.19 3.91 0 6.38 106.85 Sep-03 899.49 1.47 2.08 3.96 0 6.20 107.27 Oct-03 799.31 1.25 1.79 3.67 0 6.22 107.93 Nov-03 816.44 1.65 1.72 3.39 0 5.33 108.93 Dec-03 736.29 1.56 1.41 2.34 0 5.06 109.83 Jan-04 1024.91 1.42 1.71 2.62 0 4.85 110.45 Feb-04 1155.34 1.37 1.87 2.64 0 4.62 110.43 Mar-04 1083.75 0.61 1.71 2.60 0 5.25 110.83 Apr-04 1020.66 -0.25 1.55 2.49 0 6.11 111.91 May-04 802.09 -0.066 1.17 2.37 0 6.82 112.9 Jun-04 956.37 -1 1.3 2.35 1 7.23 113.44 Jul-04 1016.77 -1.36 1.33 2.66 1 7.62 113.88 Aug-04 1207.86 -0.53 1.47 2.88 1 6.81 113.98 Sep-04 1361.8 -0.13 1.6 2.75 1 6.44 114 Oct-04 1023.62 -0.12 1.16 2.65 1 6.45 114.64 Nov-04 1185.13 0.03 1.3 2.84 1 6.33 115.66 Dec-04 1117 -0.01 1.1 2.35 1 6.44 116.86 Jan-05 1305.57 -0.86 1.3 2.84 1 7.32 118.53 Feb-05 1501.61 -0.69 1.51 3.22 1 7.15 118.33 Mar-05 1678.84 -2.31 1.65 2.78 1 8.81 120.59

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

79

Lampiran 5

Data dalam bentuk Logaritma Natural (LN) untuk Laba dan GDP

OBS LNLB

NDPK

IDEP

NPF DUMMY INFLASI

YoY IHK

(2002)

Jan-01 NA -7.29 4.67 12.98 0 8.28 84.67 Feb-01 NA -6.74 4.52 12.17 0 9.14 85.41 Mar-01 NA -5.95 3.2 12.03 0 10.62 86.17 Apr-01 NA -5.44 3.17 11.67 0 10.51 86.57 May-01 NA -4.85 3.09 11.35 0 10.82 87.54 Jun-01 NA -3.75 1.9 10.59 0 12.11 89.00 Jul-01 NA -4.47 1.21 9.88 0 13.04 90.89 Aug-01 NA -3.95 2.59 9.60 0 12.23 90.70 Sep-01 NA -3.84 2.48 9.47 0 13.01 91.28 Oct-01 NA -2.93 3.27 7.55 0 12.47 91.90 Nov-01 NA -2.66 2.96 7.37 0 12.91 93.47 Dec-01 NA -0.46 3.52 4.01 0 12.55 94.98 Jan-02 NA -0.22 1.63 4.57 0 14.42 96.95 Feb-02 NA -0.01 0.66 5.18 0 15.13 98.11 Mar-02 1.45 0.02 1.56 4.39 0 14.08 98.39 Apr-02 5.35 1.07 2.14 4.79 0 13.30 98.18 May-02 5.46 1.16 2.13 4.45 0 12.93 98.96 Jun-02 5.64 1.25 3.28 4.33 0 11.48 99.26 Jul-02 5.76 1.35 4.1 4.12 0 10.05 99.96 Aug-02 5.61 1.12 3.26 3.92 0 10.60 100.32 Sep-02 5.88 1.44 3.02 4.19 0 10.48 100.88 Oct-02 6.08 1.62 2.73 4.25 0 10.33 101.36 Nov-02 6.07 1.51 2.39 4.06 0 10.48 103.22 Dec-02 6.12 1.62 2.78 4.12 0 10.03 104.44 Jan-03 6.48 2.21 3.9 4.18 0 8.74 105.37 Feb-03 6.58 2.41 5.01 4.14 0 7.34 105.57 Mar-03 6.54 2.17 4.78 3.96 0 7.12 105.44 Apr-03 6.61 2.31 3.9 3.65 0 7.54 105.66 May-03 6.66 2.29 4.11 3.98 0 6.91 106.04 Jun-03 6.68 2.23 3.69 3.93 0 6.62 106.19 Jul-03 6.69 2.11 3.16 4.44 0 5.79 106.23 Aug-03 6.79 2.19 1.79 3.91 0 6.38 106.85 Sep-03 6.80 2.08 1.47 3.96 0 6.20 107.27 Oct-03 6.68 1.79 1.25 3.67 0 6.22 107.93 Nov-03 6.70 1.72 1.65 3.39 0 5.33 108.93 Dec-03 6.60 1.41 1.56 2.34 0 5.06 109.83 Jan-04 6.93 1.71 1.42 2.62 0 4.85 110.45 Feb-04 7.05 1.87 1.37 2.64 0 4.62 110.43 Mar-04 6.99 1.71 0.61 2.60 0 5.25 110.83 Apr-04 6.93 1.55 -0.25 2.49 0 6.11 111.91 May-04 6.69 1.17 -0.066 2.37 0 6.82 112.9 Jun-04 6.86 1.3 -1 2.35 1 7.23 113.44 Jul-04 6.92 1.33 -1.36 2.66 1 7.62 113.88 Aug-04 7.10 1.47 -0.53 2.88 1 6.81 113.98 Sep-04 7.22 1.6 -0.13 2.75 1 6.44 114 Oct-04 6.93 1.16 -0.12 2.65 1 6.45 114.64 Nov-04 7.08 1.3 0.03 2.84 1 6.33 115.66 Dec-04 7.02 1.1 -0.01 2.35 1 6.44 116.86 Jan-05 7.17 1.3 -0.86 2.84 1 7.32 118.53 Feb-05 7.31 1.51 -0.69 3.22 1 7.15 118.33 Mar-05 7.43 1.65 -2.31 2.78 1 8.81 120.59

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

80

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA … · opersional BUS dalam perkembangannya senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja BUS semakin lama semakin

79