ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …konteks.id/p/06-078.pdf · Sejak dulu transportasi...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …konteks.id/p/06-078.pdf · Sejak dulu transportasi...
KoNTekS 6 T-27
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA
DI KOTA DENPASAR (STUDI KASUS KORIDOR JL. RAYA SESETAN)
Putu Alit Suthanaya1
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran-Bali
Email:[email protected]
ABSTRAK
Permasalahan transportasi di Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali semakin
kompleks. Peningkatan kepemilikan kendaraan pribadi telah mengakibatkan tundaan yang tinggi
dan kemacetan pada ruas-ruas jalan utama. Kualitas pelayanan angkutan umum rendah dan kian
ditinggalkan oleh masyarakat. Jl. Raya Sesetan merupakan salah satu koridor dimana angkot
masih bisa bertahan. Kondisi ini menarik untuk dikaji untuk melihat faktor-faktor apa yang
sebenarnya berpengaruh pada pemilihan moda disepanjang koridor jalan tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda pada
koridor Jl. Raya Sesetan. Data yang dikumpulkan meliputi data kondisi sosial-ekonomi
masyarakat disepanjang ruas Jl. Raya Sesetan sebagai variabel bebas dan prosentase penggunaan
moda transportasi sebagai variabel terikat. Model disusun berdasarkan metode regresi linier
berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemilihan moda kendaraan pribadi dipengaruhi oleh
status pendidikan resonden, kebutuhan mengantarkan anak dan biaya perjalanan. Pemilihan moda
angkot dipengaruhi oleh tingkat pendapatan responden.
Kata kunci: pemilihan moda, angkutan kota, regresi linier berganda
1. PENDAHULUAN
Sejak dulu transportasi telah dikenal dan selalu digunakan dalam kehidupan masyarakat. Pada awalnya
masih sederhana, namun seiring dengan perkembangan peradaban dan teknologi, maka transportasi juga
mengalami kemajuan. Perkembangan kegiatan suatu kota sebagai akibat dari terkosentrasinya kegiatan
pembangunan yang diiringi dengan pertambahan penduduk kota, sangat dipengaruhi oleh berkembangnya
sistem transportasi di kota tersebut. Suatu sistem transportasi haruslah berjalan baik sepanjang waktu.
Pengertian berjalan baik adalah proses perpindahan berjalan lancar, aman, nyaman, dan juga efesien.
Dengan kata lain, permintaan akan kebutuhan transportasi harus diimbangi dengan penyediaan prasarana
transportasi secara proporsional karena transportasi sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Melihat pentingnya jasa transportasi dalam pemenuhan
kebutuhan pergerakan penduduk, maka dalam perencanaan transportasi diperlukan peranan analisis dan
pemodelan pilihan moda angkutan, sehingga akan diketahui besarnya permintaan masing-masing moda
angkutan yang dioperasikan.
Untuk daerah perkotaan, telah diketahui bahwa sebagian besar perjalanan yang terjadi adalah berbasiskan
rumah (home based trips). Perjalanan yang berbasiskan rumah adalah perjalanan yang dimulai atau yang
diakhiri di rumah. Oleh karena itu, dengan membuat suatu pemodelan pemilihan moda, khususnya
pemilihan moda angkutan dari wilayah studi, maka akan dapat diperkirakan proporsi orang yang akan
menggunakan setiap moda yang ada. Salah satu koridor jalan yang mendapatkan pelayanan angkutan umum
cukup baik di Kota Denpasar adalah Koridor Jalan Raya Sesetan yang berada di wilayah Kelurahan
Sesetan. Kelurahan Sesetan terletak di sebelah selatan kota Denpasar. Berdasarkan data dari Kantor
Kelurahan Sesetan tahun 2011, jumlah penduduk Sesetan sebanyak 27.534 jiwa dengan luas wilayah 739
km2. Beberapa pertimbangan mengapa dipilihnya Kelurahan Sesetan sebagai lokasi penelitian adalah
karena disamping mempunyai unit rumah yang cukup banyak, akses yang masuk dan keluar ke/dari
Kelurahan Sesetan beraneka ragam sehingga dapat mempengaruhi penduduk Sesetan dalam memilih moda
mana yang akan digunakan untuk beraktivitas.
Makin meningkatnya kegiatan penduduk di Kelurahan Sesetan, maka makin meningkat pula pergerakan
manusia, barang, serta jasa sehingga kebutuhan akan jasa transportasi kian meningkat. Kehidupan
Transport
T-28 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
masyarakat yang maju, mendorong mereka untuk berpindah atau berpergian ke daerah lain dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menandakan bahwa kegiatan ekonomi berpengaruh penting bagi
kemajuan transportasi di suatu daerah. Karena itu, pemenuhan kebutuhan akan transportasi perlu terus
ditingkatkan untuk menunjang pergerakan manusia, barang, maupun jasa.
Pemukiman dan aktivitas di Kelurahan Sesetan membentang di sepanjang koridor utama Jalan Raya
Sesetan. Penduduk di Kelurahan Sesetan memiliki moda perjalanan antara lain dengan angkutan umum,
kendaraan pribadi (mobil atau sepeda motor), maupun kendaraan tak bermotor (sepeda gayung dan jalan
kaki). Sampai saat ini, potensi penumpang angkutan umum pada koridor Jalan Raya Sesetan cukup baik
dibandingkan dengan koridor lainnya di Kota Denpasar. Koridor tersebut memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan lebih lanjut dengan konsep Transit Oriented Development, dimana tata guna lahan
disepanjang koridor jalan tersebut terdiri dari aktivitas perdagangan dan jasa, pendidikan, serta permukiman
padat. Dalam upaya mengintegrasikan antara tata guna lahan dan penyediaan angkutan umum kedepannya,
diperlukan adanya kajian karakteristik pengguna angkutan umum saat ini disepanjang koridor tersebut serta
identifikasi faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan moda pada koridor tersebut. Tujuan dari
studi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda disepanjang koridor
Jalan Raya Sesetan serta memodelkan pemilihan modanya.
2. STUDI PUSTAKA
Pengembangan angkutan umum
Desentralisasi yang terjadi di wilayah perkotaan telah mengakibatkan bergesernya aktivitas dan
permukiman keluar wilayah kota. Pergeseran lokasi aktivitas ini tidak diikuti oleh penyediaan infrastruktur
angkutan umum yang memadai. Sebagai akibatnya masyarakat menjadi kian tergantung pada pemakaian
kendaraan pribadi yang telah menyebabkan kemacetan lalu lintas. Imran (2009) dalam studinya di Pakistan
menyatakan bahwa permasalahan transportasi di Pakistan diatasi dengan membangun jalan yang lebih lebar
dan lebih baik. Hal ini menyebabkan kian meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi dan bertentangan
dengan konsep pembangunan transportasi yang berkelanjutan yang mengharapkan pengurangan
penggunaan kendaraan bermotor dan peningkatan Penggunaan kendaraan umum. Menurut Ryan (2009),
salah satu cara untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan adalah dengan mengembangkan
sistem angkutan umum massal.
Tingkat penggunaan angkutan umum di kota-kota di Asia bervariasi yang dipengaruhi oleh perbedaan
karakteristik kepadatan populasi dan pola tata guna lahan (Haider and Badami 2007; Imran and Low 2007).
Imran (2009) menambahkan bahwa permasalahan utama adalah kurangnya komitmen pemerintah dalam
upaya menyediakan angkutan umum yang efisien, efektif dan nyaman. Peningkatan frekuensi pelayanan
dan integrasi tata guna lahan diperlukan untuk menunjang penggunaan angkutan umum. Dalam studinya di
Kota Putrajaya, Malaysia, Ghani dkk. (2006) menemukan bahwa perbaikan sistem angkutan umum semata
tidak akan mampu meningkatkan penggunaan angkutan umum untuk mencapai target sebesar 70 persen.
Walaupun kualitas pelayanan ditemukan secara positif mempengaruhi penggunaan angkutan umum,
manajemen permintaan merupakan kebijakan tambahan yang harus pula diterapkan. Ghani dkk. (2006)
mengemukakan bahwa beberapa faktor penting yang menunjang sistem transportasi perkotaan yang baik
diantaranya tersedianya pendanaan yang memadai, infrastruktur dan perencanaan kota yang baik.
Persyaratan yang lebih kritis lagi adalah adanya kebijakan pemerintah yang efektif dengan sistem organisasi
yang baik, sumber daya yang memadai, dan adanya kebijakan untuk berpihak pada angkutan umum.
Berbagai kota di dunia telah mengembangkan konsep Transit Oriented Development (TOD) dimana
pengembangan angkutan umum dilakukan terintegrasi dengan pengembangan tata guna lahan.
Cervero dkk. (2004) telah mengkaji penerapan konsep TOD di beberapa kota di Amerika. Cervero
menemukan bahwa pada koridor yang menerapkan konsep TOD tersebut penggunaan angkutan umum lebih
tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Renne (2008) menambahkan bahwa penerapan konsep TOD yang
dicirikan dengan penataan ruang yang kompak, tata guna lahan campuran dan tersedianya fasilitas pejalan
kaki yang aman dan nyaman disekitar titik-titik simpul stasiun saat ini merupakan strategi yang popular
diterapkan untuk menarik minat masyarakat menggunakan angkutan umum di kota-kota di Australia dan
Amerika. Di kota-kota tersebut telah dikembangkan kerjasama antar instansi terkait untuk mempromosikan
penerapan TOD. Penerapan konsep TOD di Kota California, New Jersey dan kota-kota di Australia
sebenarnya relatif sama namum memiliki metode pendekatan yang berbeda.
Transport
KoNTekS 6 T-29
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Pemodelan pemilihan moda
Pada penelitian ini, pemodelan pemilihan moda yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier
berganda. Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada tidaknya korelasi
antar variabel. Model analisis regresi linier adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk
mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model analisis regesi linier dapat
memodelkan hubungan antar dua variabel atau lebih. Variabel tidak bebas adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas atau dengan kata lain variabel tidak bebas adalah fungsi dari variabel bebas. Variabel
bebas ini digunakan sebagai gambaran atau perkiraan di dalam menentukan moda yang dipilih. Sedangkan
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel tidak bebas dan digunakan sebagai penduga
variabel tidak bebas. Variabel tidak bebas biasanya disimbolkan dengan Y dan variabel bebas disimbolkan
dengan X. Model Analisis Regresi Linier Berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y = a0 + a1X1 + a2X2 + ………………. + anXn ...................................................................................... (1)
Dimana :
Y = variabel tidak bebas
X1, …. Xn = variabel bebas
a0 = konstanta regresi
a1, …. an = koefisien regresi
Penggunaan Analisa Regresi Linier Berganda harus memperhatikan beberapa asumsi, karena analisis ini
berupa suatu metode statistik. Beberapa asumsi statistik tersebut (Tamin, 2000), adalah :
1. Variabel tidak bebas adalah fungsi linier dari variabel bebas. Jika hubungan tersebut tidak linier,
data harus ditranformasian menjadi linier.
2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur pada kesalahan.
3. Tidak ada korelasi (hubungan) antara variabel bebas.
4. Nilai variabel tidak bebas harus didistribusikan normal atau mendekati.
5. Variabel dari variabel tidak bebas terhadap Garis Regresi adalah sama untuk seluruh nilai variabel
tidak bebas.
Besaran yang digunakan untuk melihat apakah suatu model regresi yang dicocokkan sudah memadai adalah
koefisien determinasi berganda atau R2. Besaran hanya menunjukkan proporsi variasi total dan respon Y
yang diterangkan oleh model yang dicocokkan. Besaran R2 x 100% biasanya digunakan untuk menyatakan
prosentase variasi yang diterangkan oleh model yang dirumuskan. Akar R2 disebut koefisien korelasi
berganda antara Y dengan kelompok variabel independen X1, X2. X3, …… Xn. Ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana model regresi yang dibangun mampu menjelaskan perubahan variabel terikat (Y)
berdasarkan variabel bebas (X) yang ada dalam model (Sudjana, 2003).
3. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini di dasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu: mempunyai unit rumah yang
cukup banyak, yang secara jelas dapat mempengaruhi pemilihan moda dan akses ke dan dari lokasi
penelitian beranekaragam sehingga memudahkan dalam penelitian pemilihan moda. Gambar 3.1
memperlihatkan peta lokasi penelitian di koridor Jalan Raya Sesetan, Denpasar-Bali.
Tahapan penelitian
Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan di lokasi penelitian bersamaan dengan kajian pustaka tentang
pemilihan moda (Moda Choice). Selanjutnya dilakukan Pilot survai atau survai pendahuluan yaitu survai
pada skala kecil yang dilakukan sebelum pengumpulan data lapangan sepenuhnya dilakukan. Unit sampling
pada penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) dan ukuran sampel yang diambil sebanyak 90 KK, yaitu 10
KK pada tiap-tiap banjar. Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang akan dilakukan adalah
stratified random sampling, dimana populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok yang bertingkat.
Besaran presentase sampel yang diambil adalah sama untuk setiap stratifikasi populasi. Data sekunder yang
dikumpulkan berupa peta lokasi penelitian dan data jumlah KK pada tiap-tiap banjar yang diperoleh dari
Kantor Kelurahan Sesetan. Data sekunder ini mempengaruhi data primer dalam menentukan karakteristik
responden dan karakteristik perjalanan. Tahap berikutnya adalah analisis data dengan menggunakan analisis
Transport
T-30
statistik deskriptif dan analisis korelasi. Analisis statistik deskriptif dilakukan
karakteristik pengguna dan karakteristik pergerakan sedangkan analisis korelasi dilakukan untuk
mendapatkan faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan moda. Data yang telah terkumpul
data primer maupun data sekunder kemudian dianalisa dengan analisis korelasi agar memenuhi persyaratan
model matematis: sesama variabel
dengan variabel tidak bebas harus ada korelasi yang kuat (baik positif maupun neg
yang telah terpilih dari hasil analisis korelasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda (metode
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden
Karakteristik ekonomi
Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan tingkat pendapatan
responden dengan tingkat pendapatan < 1 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 21.11 %, responden
dengan tingkat pendapatan antara 1-
tingkat pendapatan > 3 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 38.89 %.
Karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa rata
bekerja sebagai PNS melakukan perjalanan sebesar 9.93 %, responden yang bekerja sebagai pegawai
swasta melakukan perjalanan sebesar 40.42 %, responden yang berp
melakukan perjalanan sebesar 33.47 % dan responden yang berprofesi lainnya melakukan perjalanan
sebesar 16.18 %.
Karakteristik pergerakan moda berdasarkan biaya perjalanan menunjukkan bahwa jumlah responden
melakukan perjalanan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan
yang melakukan perjalanan dengan biaya perjalanan antara 200
yang melakukan perjalanan dengan biaya perjalanan > 500 ribu sebesar 1
Karakteristik sosial dan demografi
Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata
responden pria melakukan perjalanan sebesar 50.63 % dan wanita sebesar 49.37 %. Karakteristik pengguna
moda berdasarkan usia menunjukkan bahwa
perjalanan sebesar 61.59 %, responden dengan usia < 20 tahun melakukan perjalanan sebesar 32.62 % dan
responden dengan usia < 50 tahun melakukan perjalanan sebesar
Universitas Trisakti, Jakarta 1-
statistik deskriptif dan analisis korelasi. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui bagaimana
karakteristik pengguna dan karakteristik pergerakan sedangkan analisis korelasi dilakukan untuk
faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan moda. Data yang telah terkumpul
r kemudian dianalisa dengan analisis korelasi agar memenuhi persyaratan
bebas tidak boleh saling berkorelasi, sedangkan antara
tidak bebas harus ada korelasi yang kuat (baik positif maupun negatif). Data
yang telah terpilih dari hasil analisis korelasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda (metode stepwise) dengan bantuan perangkat lunak SPSS.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa rata
pendapatan < 1 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 21.11 %, responden
-3 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 40 % dan responden dengan
tingkat pendapatan > 3 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 38.89 %.
akteristik pengguna moda berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa rata-rata responden yang
bekerja sebagai PNS melakukan perjalanan sebesar 9.93 %, responden yang bekerja sebagai pegawai
swasta melakukan perjalanan sebesar 40.42 %, responden yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa
melakukan perjalanan sebesar 33.47 % dan responden yang berprofesi lainnya melakukan perjalanan
Karakteristik pergerakan moda berdasarkan biaya perjalanan menunjukkan bahwa jumlah responden
lanan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan < 200 ribu sebesar 26.67 %, responden
yang melakukan perjalanan dengan biaya perjalanan antara 200-500 ribu sebesar 54.44 %, dan
yang melakukan perjalanan dengan biaya perjalanan > 500 ribu sebesar 18.89 %.
emografi
Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata
responden pria melakukan perjalanan sebesar 50.63 % dan wanita sebesar 49.37 %. Karakteristik pengguna
sarkan usia menunjukkan bahwa rata-rata responden dengan usia antara 20-50 tahun melakukan
perjalanan sebesar 61.59 %, responden dengan usia < 20 tahun melakukan perjalanan sebesar 32.62 % dan
responden dengan usia < 50 tahun melakukan perjalanan sebesar 5.79 %.
KoNTekS 6
-2 November 2012
untuk mengetahui bagaimana
karakteristik pengguna dan karakteristik pergerakan sedangkan analisis korelasi dilakukan untuk
faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan moda. Data yang telah terkumpul baik
r kemudian dianalisa dengan analisis korelasi agar memenuhi persyaratan
bebas tidak boleh saling berkorelasi, sedangkan antara variabel bebas
). Data variabel bebas
yang telah terpilih dari hasil analisis korelasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode
) dengan bantuan perangkat lunak SPSS.
menunjukkan bahwa rata-rata
pendapatan < 1 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 21.11 %, responden
3 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 40 % dan responden dengan
rata responden yang
bekerja sebagai PNS melakukan perjalanan sebesar 9.93 %, responden yang bekerja sebagai pegawai
rofesi sebagai pelajar/mahasiswa
melakukan perjalanan sebesar 33.47 % dan responden yang berprofesi lainnya melakukan perjalanan
Karakteristik pergerakan moda berdasarkan biaya perjalanan menunjukkan bahwa jumlah responden
< 200 ribu sebesar 26.67 %, responden
500 ribu sebesar 54.44 %, dan responden
Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata
responden pria melakukan perjalanan sebesar 50.63 % dan wanita sebesar 49.37 %. Karakteristik pengguna
50 tahun melakukan
perjalanan sebesar 61.59 %, responden dengan usia < 20 tahun melakukan perjalanan sebesar 32.62 % dan
Transport
KoNTekS 6 T-31
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Karakteristik pengguna moda berdasarkan kepemilikan SIM menunjukkan bahwa rata-rata responden yang
memiliki SIM sebesar 48.1 % dan yang tidak memiliki SIM sebesar 51.9 %. Karakteristik pengguna moda
berdasarkan keharusan mengantarkan anak menunjukkan rata-rata responden yang mengantarkan anak pada
saat beraktivitas sebesar 24.44 % dan yang tidak sebesar 75.56 %.
Karakteristik pengguna moda berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa rata-rata responden
dengan tingkat pendidikan SD melakukan perjalanan sebesar 14.29 %, responden dengan tingkat
pendidikan SLTP melakukan perjalanan sebesar 12.74 %, responden dengan tingkat pendidikan SLTA
melakukan perjalanan sebesar 50.57 %, responden dengan tingkat pendidikan S1 melakukan perjalanan
sebesar 15.42 %, dan responden dengan tingkat pendidikan lainnya (Diploma, S2, STh) melakukan
perjalanan sebesar 6.98 %.
Karakteristik perjalanan
Hasil analisis karakteristik pergerakan moda berdasarkan jarak perjalanan menunjukkan bahwa rata-rata
responden melakukan perjalanan dengan jarak < 10 km sebesar 82.57 %, responden yang melakukan
perjalanan dengan jarak antara 10-30 km sebesar 9.48 %, dan responden yang melakukan perjalanan dengan
jarak > 30 km sebesar 7.95 %. Karakteristik pergerakan moda berdasarkan lama perjalanan menunjukkan
bahwa rata-rata responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan < 10 menit sebesar 17.20 %,
responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan antara 10-30 menit sebesar 73.39 %, dan
responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan > 30 menit sebesar 9.41 %.
Pemilihan moda sepeda motor
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda sepeda motor
Untuk mendapatkan faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan moda, maka dilakukan analisis
korelasi terhadap 30 variabel bebas yang didapat dari hasil survai. Selain itu dilakukan juga uji t-test dengan
tujuan untuk menguji signifikan nilai koefisien korelasi. Hal ini dilakukan sesuai dengan persyaratan
statistik yang harus dipenuhi. Nilai korelasi (hubungan) antar variabel terikat (moda sepeda motor) dengan
variabel bebas diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil seperti diperlihatkan pada Tabel 1.
Transport
T-32 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Tabel 1 Nilai koefisien korelasi untuk pemilihan moda sepeda motor
Variabel Bebas
Nilai r
Interpretasi
Nilai r
t-test
Tingkat Pendidikan S1 (X20) -0.726 Cukup 0.013
Tingkat Pendidikan SLTP (X18) 0.662 Cukup 0.026
Tingkat Pendapatan < 1 jt (X6) 0.633 Cukup 0.034
Pekerjaan Swasta (X10) 0.607 Agak Rendah 0.041
Biaya Perjalanan > 500 rb (X24) -0.605 Agak Rendah 0.042
Biaya Perjalanan < 200 rb (X22) 0.569 Agak Rendah 0.055
Tingkat Pendapatan > 2 jt (X8) -0.568 Agak Rendah 0.055
Tingkat Pendidikan Lainnya (X21) -0.517 Agak Rendah 0.077
Pekerjaan PNS (X9) -0.513 Agak Rendah 0.079
Jarak Perjalanan 10-30 km (X26) -0.492 Agak Rendah 0.089
Pekerjaan Pelajar/MHS (X11) -0.476 Agak Rendah 0.098
Tingkat Pendidikan SD (X17) 0.442 Agak Rendah 0.117
Lama Perjalanan < 10 mnt (X28) -0.427 Agak Rendah 0.126
Jenis kelamin Laki-Laki (X1) -0.420 Agak Rendah 0.130
Jenis kelamin Wanita (X2) 0.420 Agak Rendah 0.130
Usia < 20 th (X3) -0.398 Rendah 0.145
Lama Perjalanan 10-30 mnt (X29) 0.355 Rendah 0.174
Usia 20-50 th (X4) 0.353 Rendah 0.176
Lama Perjalanan > 30 mnt (X30) 0.312 Rendah 0.207
Tingkat Pendidikan SLTA (X19) 0.296 Rendah 0.220
Mempunyai SIM (X13) -0.239 Rendah 0.268
Tidak Mempunyai SIM (X14) 0.239 Rendah 0.268
Biaya Perjalanan 200-500 rb (X23) -0.215 Rendah 0.289
Jarak Perjalanan < 10 km (X25) 0.213 Rendah 0.291
Mengantarkan Anak (X15) -0.070 Sangat Rendah 0.429
Tidak Mengantar Anak (X16) 0.070 Sangat Rendah 0.429
Jarak Perjalanan > 30 km (X27) -0.012 Sangat Rendah 0.488
Tingkat Pendapatan 1-2 jt (X7) 0.012 Sangat Rendah 0.488
Usia > 50 th (X5) 0.009 Tidak Berkolerasi 0.491
Pekerjaan Lainnya (X12) 0.009 Tidak Berkolerasi 0.491
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tidak ada variabel bebas yang mempunyai nilai yang tinggi terhadap
variabel terikatnya., sedangkan tingkat pendidikan S1 (X20), tingkat pendidikan SLTP (X18) dan tingkat
pendapatan < 1 juta (X6), memiliki korelasi yang cukup terhadap variabel pemilihan moda sepeda motor
karena nilai korelasi variabel bebas tersebut berada diantara 0.61 sampai dengan 0.80. Faktor-faktor yang
signifikan adalah: tingkat pendidikan S1 (X20), tingkat pendidikan SLTP (X18), tingkat pendapatan < 1
juta rupiah (X6), jenis pekerjaan swasta (X10) dan biaya perjalanan > 500 ribu rupiah (X24), sedangkan
variabel yang lain tidak berkorelasi secara signifikan (mempunyai nilai signifikan diatas 0.05).
Model regresi untuk pemilihan moda sepeda motor
Model regresi yang didapatkan yaitu : Y = 94.334 – 0.906 X20 - 1.253 X21 – 0.276 X15 (R
2 = 0,967)
Dimana: Y = Persentase Penggunaan Sepeda Motor (%)
X20 = Persentase Penduduk Berpendidikan S1 (%)
X21 = Persentase Penduduk Berpendidikan Lainnya (%)
X15 = Persentase Keharusan Mengantarkan Anak (%)
Model pemilihan moda sepeda motor sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan S1, tingkat pendidikan
lainnya dan keharusan mengantarkan anak, dimana dari hasil persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa
setiap peningkatan persentase penduduk berpendidikan S1 sebesar satu satuan, maka persentase
penggunaan sepeda motor akan berkurang sebesar 0.906 satuan. Setiap penambahan persentase penduduk
berpendidikan lainnya sebesar satu satuan, maka persentase penggunaan sepeda motor akan berkurang
Transport
KoNTekS 6 T-33
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
sebesar 1.253 satuan dan setiap peningkatan persentase keharusan mengantar anak sebesar satu satuan,
maka persentase penggunaan sepeda motor akan berkurang sebesar 0.276 satuan. Kombinasi dari ketiga
variabel bebas tersebut dapat menjelaskan variasi persentase penggunaan sepeda motor sebesar 96,7 persen.
Pemilihan moda mobil pribadi
Untuk pemilihan moda mobil pribadi, regresi yang digunakan adalah regresi sederhana, karena berdasarkan
hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa seluruh variabel tidak berkorelasi secara signifikan (mempunyai
nilai signifikan diatas 0.05). Untuk mendapatkan model untuk pemilihan moda mobil, variabel yang
mempunyai nilai korelasi yang tinggi terhadap variabel terikatnya, dianalisis dengan menggunakan regresi
linier, logaritmik, exponensial dan power. Dari ke empat model diatas, yang menghasilkan R2 tertinggi yang
dipakai sebagai model. Hasil output SPSS dengan R2 tertinggi adalah sebagai berikut:
Y = 7.19 + 0.274X24 (R2 = 0,367)
Dimana:
Y = Persentase Penggunaan Mobil (%)
X24 = Persentase Biaya Perjalanan > 500 ribu rupiah (%)
Model pemilihan moda mobil dipengaruhi oleh biaya perjalanan > Rp 500.000, dimana dari hasil
persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan persentase biaya perjalanan > Rp 500.000
sebesar satu satuan, maka persentase penggunaan mobil akan meningkat sebesar 0.274 satuan. Sedangkan
untuk hasil regresi lainnya dimana nilai R2 (Koefisien Determinasi) lebih kecil dari persamaan tersebut di
atas.
Pemilihan moda angkot
Untuk pemilihan moda angkot, regresi yang digunakan adalah regresi sederhana, karena dari hasil analisis
korelasi menunjukkan bahwa seluruh variabel tidak berkorelasi secara signifikan (mempunyai nilai
signifikan diatas 0.05). Untuk mendapatkan model untuk moda angkot, variabel yang mempunyai nilai
korelasi yang tinggi terhadap variabel terikatnya, dianalisis dengan menggunakan regresi linier, logaritmik,
exponensial dan power, sama dengan model untuk pemilihan moda mobil. Nilai R2 tertinggi diperoleh
dengan menggunakan model exponensial. Bentuk persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = 43.16 ( ) 7048.0
x− (R
2 = 0,339)
Dimana:
Y = Persentase Penggunaan Angkot (%)
X7 = Persentase KK dengan Tingkat Pendapatan antara 1-3 juta rupiah (%)
Model pemilihan moda angkot dipengaruhi oleh jumlah KK dengan tingkat pendapatan antara Rp
1.000.000-Rp 3.000.000, dimana dari hasil persamaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan
meningkatnya persentase KK dengan tingkat pendapatan antara 1-3 juta rupiah, maka moda angkot yang
dipilih sebagai alat transportasi akan menurun.
5. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata
pria melakukan perjalanan sebesar 50.63 % dan wanita sebesar 49.37 %. Perjalanan didominasi oleh
kelompok usia antara 20-50 tahun 61.59 %. Berdasarkan tingkat pendapatan, perjalanan terbesar
dilakukan oleh responden dengan tingkat pendapatan antara 1-3 juta rupiah sebesar 40 %.
Berdasarkan jenis pekerjaan, perjalanan didominasi oleh responden yang bekerja sebagai pegawai
swasta sebesar 40.42 %. Karakteristik pengguna moda berdasarkan keharusan mengantarkan anak
menunjukkan bahwa rata-rata responden yang mengantarkan anak pada saat beraktivitas sebesar 24.44
% dan yang tidak sebesar 75.56 %. Berdasarkan tingkat pendidikan, perjalanan terbesar dilakukan
oleh responden dengan tingkat pendidikan SLTA yang melakukan perjalanan sebesar 50.57 %. Jarak
perjalanan terbesar adalah perjalanan dengan jarak < 10 km sebesar 82.57 %. Lama perjalanan
terbesar adalah lama perjalanan antara 10-30 menit sebesar 73.39 %. Karakteristik pergerakan moda
berdasarkan biaya perjalanan menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan perjalanan
dengan biaya perjalanan antara 200-500 ribu sebesar 54.44 %.
Transport
T-34 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
2. Pemodelan Pemilihan Moda dengan Metode Analisis Regresi Linier Berganda untuk moda sepeda
motor menghasilkan persamaan Y = 94.334 – 0.906 X20 - 1.253 X21 – 0.276 X15. Setiap peningkatan
persentase penduduk berpendidikan S1 sebesar satu satuan, maka persentase penggunaan sepeda
motor akan berkurang sebesar 0.906 satuan. Setiap peningkatan persentase penduduk berpendidikan
lainnya sebesar satu satuan, maka persentase penggunaan sepeda motor akan berkurang sebesar 1.253
satuan dan setiap peningkatan persentase keharusan mengantar anak meningkat sebesar satu satuan,
maka persentase penggunaan sepeda motor akan berkurang sebesar 0.276 satuan. Model Regresi
untuk Pemilihan Moda Mobil yaitu Y = 7.19 + 0.274X24. Setiap peningkatan persentase biaya
perjalanan > Rp 500.000 sebesar satu satuan, maka persentase penggunaan mobil akan meningkat
sebesar 0.274 satuan. Model Regresi untuk Pemilihan Moda Angkot yaitu Y = 43.158 ( ) 7048.0
x− .
Peningkatan persentase KK dengan tingkat pendapatan antara 1-3 juta rupiah, maka moda angkot
yang dipilih sebagai alat transportasi akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Cervero, R., G. B. Arrington, J. Smith-Heimer, R. Dunphy, S. Murphy, C. Ferrell, N., Goguts, Y.-H. Tsai,
J. Boroski, R. Golem, P. Peninger, E. Nakajima, E. Chui, M. Meyers, S. McKay, and N. Witenstein.
2004. Transit-oriented development in America: Experiences, challenges, and prospects. TCRP
Report 102. Washington, DC: National Academy Press.
Ghani, N., Rahim, A., and Abdullah, A.Z. 2006. “Predicting the Impact of Demand- and Supply-Side
Measures on Bus Ridership in Putrajaya, Malaysia”. Journal of Public Transportation, Vol. 9, No.
5,pp. 57-70.
Haider, M., and Badami, M. (2007). Balancing efficiency and equity in public transit in Pakistan, in The
inclusive city: Infrastructure and public services for the urban poor in Asia. Laquian, A., V. Tewari,
and L. Hanley (eds). Baltimore: The Johns Hopkins University Press.
Imran, M., and Low, N. (2007). “Institutional, technical and discursive path dependence in transport
planning in Pakistan”. International Development Planning Review 29(3): 319-352.
Imran, M. 2009. “Public Transport in Pakistan: A Critical Overview”. Journal of Public Transportation,
Vol. 12, No. 2,pp. 53-83.
Renne, J.L. (2008). “Smart Growth and Transit-Oriented Development at the State Level: Lessons from
California, New Jersey, and Western Australia”. Journal of Public Transportation, Vol. 11, No. 3,
pp.77-108.
Ryan, S. (2009). “Pedestrian Environments and Transit Ridership”. Journal of Public Transportation, Vol.
12, No. 1,pp. 39-57.
Sudjana (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Tarsito, Bandung.
Tamin, O.Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.