ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

123
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan adalah subsektor perkebunan. Beberapa komoditi unggulan Indonesia dari sektor ini yaitu, kelapa sawit, kelapa, karet, tebu, kakao, dan kopi. Masing-masing komoditi memiliki kekhasan yang membuat Indonesia menjadi salah satu eksportir terbesar di dunia. Penggerak roda perekonomian suatu negara antara lain adalah perdagangan. Perdagangan banyak macam dan jenisnya, salah satunya adalah perdagangan luar negeri yang lebih dikenal perdagangan internasional. Dewasa ini negara di belahan dunia manapun pasti melakukan perdagangan luar negeri. Perdagangan luar negeri berkaitan erat dengan ekspor dan impor. Ekspor dan impor merupakan bagaikan 2 kutub magnet yang saling berkaitan. Ekspor berperan penting dalam perekonomian, 1

description

MOHON DIGUNAKAN SEBAGAI MANA MESTINYA

Transcript of ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Page 1: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, perekonomiannya bertumpu

pada sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan adalah

subsektor perkebunan. Beberapa komoditi unggulan Indonesia dari sektor ini

yaitu, kelapa sawit, kelapa, karet, tebu, kakao, dan kopi. Masing-masing komoditi

memiliki kekhasan yang membuat Indonesia menjadi salah satu eksportir terbesar

di dunia.

Penggerak roda perekonomian suatu negara antara lain adalah

perdagangan. Perdagangan banyak macam dan jenisnya, salah satunya adalah

perdagangan luar negeri yang lebih dikenal perdagangan internasional. Dewasa ini

negara di belahan dunia manapun pasti melakukan perdagangan luar negeri.

Perdagangan luar negeri berkaitan erat dengan ekspor dan impor. Ekspor dan

impor merupakan bagaikan 2 kutub magnet yang saling berkaitan. Ekspor

berperan penting dalam perekonomian, menyangkut dengan penerimaan yang

berguna bagi negara tersebut, biasanya negara yang menganut sistem berorientasi

keluar, menumpukan perekonomiannya kepada sektor ekspor.

Kondisi perekonomian dunia pada saat ini yang masih dominan dikuasai

oleh negara-negara maju, tidak manjadi sebuah alasan bagi setiap negara untuk

memperbaiki kualitas interaksi dalam sebuah pasar yang semakin bebas bergeliat

di berbagai segi, sebab kualitas dan kuantitas yang hanya mampu dihasilkan oleh

negara-negara yang mampu memiliki keunggulan dalam menghadapi era

1

Page 2: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

persaingan yang semakin ketat. Negara yang memiliki keunggulan akan secara

cepat menciptakan sebuah interaksi ekonomi yang baik ketimbang negara yang

hanya berpaku pada satu segi saja. Suatu negara akan melakukan perdagangan

dengan negara lain karena negara tersebut akan menciptakan manfaat dari

diadakannya manfaat dari sebuah perdagangan, karena tidak ada negara yang

mampu berdiri sendiri dengan mempertahankan suatu sistem perekonomian yang

stagnan, tanpa dilakukannya kerja sama dan tukar menukar komoditi dengan

negara lain baik barang maupun jasa, maka suatu negara tidak meningkatkan

perekonomiannya, sehingga perdagangan internasional harus diupayakan agar

dapat meraih berbagai peluang dan kesempatan yang ada.

Menuju era perdagangan bebas, persaingan global yang semakin ketat

memaksa Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan ekonomi. Salah satu

cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan

meningkatkan pembangunan pada sektor primer (pertanian) (Jhingan, 2010).

Beberapa kawasan di dunia seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan,

ekspor telah menjadi perangsang yang penting dalam mempercepat pertumbuhan

ekonomi baik itu pada sisi kesempatan kerja, pengolahan sumber daya dengan

kapasitas yang lebih optimal, hingga kemungkinan suatu negara untuk

memperkuat sumber-sumber finansial dan fiskalnya.

Tabel 1.1 menyajikan produksi komoditi perkebunan dari tahun 2012 dan

tahun 2013. Produksi karet menempati urutan ketiga dengan jumlah produksi

3,012 juta ton tahun 2012 dan di tahun 2013 jumlah produksi sementara 3,107 juta

ton. Hal ini merupakan salah satu potensi untuk terus diperhatikan oleh

pemerintah secara lebih serius karena terjadinya tren positif.

2

Page 3: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Tabel 1.1 Produksi Komoditi Perkebunan (Juta Ton)

Komoditi /Tahun

2012 2013*

Kelapa Sawit/Oil Palm 26,015 27,746Kelapa/Coconut 3,189 3,228

Karet/Rubber 3,012 3,107Tebu/Sugar Cane 2,591 2,550

Kakao/Cocoa 0,740 0,777Kopi/Coffee 0,691 0,669

Teh/Tea 0,145 0,146Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012.Keterangan : *) Angka Sementara

Potensi Indonesia sangat besar untuk mengembangkan produk olahan

karet di mana populasi tanaman karet Indonesia adalah yang menduduki kedua di

dunia. Produksi karet Indonesia meningkat secara perlahan dari 2.440.347 ton di

tahun 2009 menjadi 2.990.184 ton pada 2011. Kemudian terus meningkat di tahun

2012 sebesar 3.040.376 dan diperkirakan pada tahun 2013 sebesar 3.100.000 ton.

Produksi karet Indonesia masih didominasi oleh karet rakyat dengan luas terbesar

di Indonesia yang diusahakan oleh jutaan petani kecil-kecil (small farm) dan

memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan devisa negara (Virdhani,

2013).

Tabel 1.2 menjelaskan tentang luas perkebunan karet Indonesia. Luas

perkebunan karet rakyat pada tahun 2009 adalah 2,912 juta hektare di mana

sampai tahun 2014 kenaikan rata-rata 1,02 persen dan total luas keseluruhan

perkebunan karet Indonesia pada tahun 2009 adalah 3,435. Luas perkebunan

swasta mengalami tren menurun tahun 2009 adalah 284 ribu hektare dan pada

tahun 2014 menjadi 279 ribu hektare. Peningkatan berikutnya terjadi pada areal

perkebunan BUMN pada tahun 2009 adalah 239 ribu hektare dan terjadi

3

Page 4: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

peningkatan yang signifikan pada tahun 2014 mengalami kenaikan 264 ribu

hektare (Gapkindo, 2014).

Tabel 1.2 Luas Perkebunan Karet Indonesia 2009-2014 (Ribuan Hektare)

Kepemilikan 2009 2010 2011 2012 2013* 2014**

Karet Rakyat 2,912 2,922 2,932 2,978 3,016 3,063BUMN 239 239 257 259 261 264Swasta 284 284 267 269 279 279Total 3,435 3,445 3,456 3,506 3,556 3,606

Sumber : Gapkindo, 2014.Keterangan : *) Angka Sementara

Perkembangan nilai ekspor karet Indonesia (Tabel 1.3) mengalami tren

fluktuasi. Terjadi pergerakan kenaikan yang cukup signifikan di tahun 2010

mencapai 32.12 persen. Nilai ekspor karet Indonesia pada umumnya terus

meningkat di tahun 2001 US$ 57.361.000.000. Pada tahun 2002 peningkatan

mencapai 3.15 persen atau senilai US$ 56.166.000.000. Di tahun 2003 terjadi

kenaikan US$ 64.108.000.000 sebanyak 8.35 persen. Pada tahun 2004 terjadi

kenaikan nilai ekspor karet Indonesia US$ 70.766.610.000 atau sebanyak 10.39

persen. Tren meningkat terus terjadi, pada tahun 2005 meningkat 22.39 persen

atau senilai US$ 86.996.064.000. Nilai ekspor karet Indonesia naik menjadi US$

103.527.000.000 pada tahun 2006 atau sebanyak 19.00 persen. Terjadi penurunan

di tahun 2009 dikarenakan terjadi krisis di Amerika dan berdampak ke

perekonomian di negara berkembang, khususnya Indonesia. Nilai ekspor karet

Indonesia pada tahun 2009 mengalami penurunan -14.30 atau senilai US$

119.646.000.000. Untuk di tahun 2011 nilai ekspor karet Indonesia semakin

menguat senilai US$ 210.472.259.000 atau meningkat 27.45 persen.

4

Page 5: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Karet Indonesia (US$)

Tahun Ekspor Karet (US$) Perkembangan (%)

2001 57.361.000.000 -

2002 59.166.000.000 3.15

2003 64.108.000.000 8.35

2004 70.766.610.000 10.39

2005 86.996.064.000 22.93

2006 103.527.000.000 19.00

2007 118.013.000.000 13.99

2008 139.606.000.000 18.30

2009 119.646.000.000 -14.30

2010 158.074.492.000 32.12

2011 201.472.259.000 27.45

2012 125.494.831.000 -37.71Sumber : BPS, 2014 (diolah)

Permintaan yang semakin tinggi atas bahan dasar karet alam terjadi di

negara konsumen utama karet alam dunia seperti Jepang, China dan Korea.

Pertumbuhan konsumsi karet alam di Filipina mengalami peningkatan yang relatif

menurun yang signifikan sebanyak 88.45 persen. Berbeda halnya yang terjadi di

Negara China, peningkatan konsumsi China sebesar 44,11 persen pada periode

2009-2011 seperti yang tertera pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Berdasarkan Negara

Konsumen, Tahun 2009-2011 (US$)

Negara Konsumen

2009 2010 2011

Filipina 164.908.880 19.042.186 25.301.178Jepang 453.127.917 972.376.493 1.788.095.140India 51.749.829 301.174.197 315.720.054China 693.936.091 1.305.807.983 1.882.679.766Korea 159.535.641 281.084.964 544.472.195

Sumber : BPS, Gapkindo

5

Page 6: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Banyak faktor yang menyebabkan berfluktuasinya nilai ekspor karet

Indonesia. Faktor kurs, harga, kualitas juga berpengaruh terhadap ekspor karet

Indonesia. Pada tabel 1.4 tingkat konsumsi Negara China cenderung mengalami

tren naik yang signifikan positif.

Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil

perkebunan primer. Dalam jangka panjang pengembangan ekspor sektor pertanian

difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai

tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut,

maka pengembangan agro industri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan

mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian. Tren nilai ekspor

komoditas perkebunan dari tahun 2009 hingga 2011 cenderung meningkat. Tren

ekspor yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk

perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu

memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan.

Berdasarkan perkembangan yang sudah dijelaskan, maka penulis tertarik

untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana perkembangan ekspor karet Indonesia

ke China, kontribusi nilai ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor

karet Indonesia dan bagaimana pengaruh kurs, GDP China, dan harga karet

internasional terhadap nilai ekspor karet indonesia ke China dengan judul

“Analisis Ekspor Karet Indonesia ke China”

1.2 Rumusan Masalah

Pada era perdagangan bebas seperti saat ini, daya saing ekspor karet

terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, di mana nilai

6

Page 7: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada produk hilir dapat berlipat ganda

daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus berkembang dan

memiliki kelayakan yang tinggi untuk usaha kecil, menengah maupun besar

sehingga industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.

Motor penggerak perekonomian suatu negara adalah perdagangan

internasional, di mana setiap negara akan selalu berinteraksi dengan negara lainya.

Ketika kegiatan ekonomi internasional semakin berkembang maka akan terus

terciptanya kebutuhan–kebutuhan ekonomi antarnegara.

Produksi karet alam Indonesia pada 2011 merupakan terbesar ke dua di

dunia yakni mencapai 2.982.000 ton. Di mana kontribusinya terhadap produksi

karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki luas area karet mencapai

3.445.000 hektare dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat. Namun

produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektare per tahun

(Dhany, 2013).

Harga sangat berpengaruh yang sangat erat kaitannya ketika berada dalam

suatu pasar internasional, hal ini terjadi karena jika harga karet alam Indonesia

mengalami peningkatan akan menimbulkan dampak pengurangan kapasitas

permintaan ekspor karet dari Indonesia.

Berdasarkan pada latar belakang dan uraian tersebut maka rumusan

masalah yang perlu diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan ekspor karet Indonesia ke China, kurs, GDP

China, harga karet internasional dan kontribusi nilai ekspor karet Indonesia

ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia selama periode 2001-2012.

7

Page 8: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2. Bagaimana pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional

terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China selama periode 2001-2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis perkembangan ekspor karet Indonesia ke China, kurs, GDP

China, harga karet Internasional dan kontribusi nilai ekspor karet

Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia selama periode

2001-2012.

2. Menganalisis pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional

terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China selama periode 2001-2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi akademisi

maupun praktisi dan pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan

tersebut antara lain yaitu:

1. Akademis

Diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya terutama yang

berkaitan dengan analisis ekspor karet Indonesia.

2. Praktisi

Dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi pemerintah untuk

keperluan perumusan kebijakan yang terkait dengan perkembangan ekspor

karet sehingga pemerintah mampu meningkatkan daya saing dalam

8

Page 9: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

mengatasi efek persaingan global yang semakin ketat dengan perencanaan-

perencanaan yang lebih menggairahkan bagi sektor perkebunan khususnya

komoditi karet Indonesia sehingga menghasilkan kualitas dan kuantitas

ekspor yang sangat baik di mata dunia.

9

Page 10: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional ialah arus tukar menukar antarnegara yang

melintasi batas-batas negara. Perdagangan internasional pada dasarnya merupakan

kegiatan yang menyangkut penawaran ekspor dan permintaan impor antarnegara,

pada saat melakukan ekspor, negara menerima devisa dan sebaliknya pada saat

impor, devisa dikeluarkan untuk pembayaran. Ekspor suatu negara merupakan

impor bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Boediono, 1995).

Teori mengenai perdagangan antardua negara yang dikenal luas dengan

teori keunggulan absolut dikemukan oleh Adam Smith. Asumsi yang menjadi

dasar dalam teori ini adalah perdagangan internasional hanya dapat terjadi pada

negara yang memiliki keuntungan absolut. Jika suatu negara lebih efisien atau

memiliki keunggulan absolut terhadap negara lainnya dalam memproduksi suatu

komoditas, namun kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi

komoditi lain, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan

cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi unggulan dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang tidak memiliki keunggulan absolut

dalam suatu mekanisme perdagangan internasional (Salvatore, 1997).

Perdagangan ini terjadi apabila terdapat permintaan dan penawaran pada

pasar internasional. Selain itu perdagangan internasioanal mampu menggerakan

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada saat ini perdagangan internasional lebih

10

Page 11: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

mengarah pada terjadinya perdagangan bebas dan menuntut adanya efisiensi yang

tinggi, setiap negara berusaha memasuki pasar internasional dengan produk yang

dihasilkannya memiliki kualitas yang terbaik dan mampu bersaing di pasar

internasional. Melalui perdagangan internasional, kebutuhan masyarakat akan

barang dan jasa dapat dipenuhi dengan baik, dengan demikian perdagangan

internasional memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian suatu

negara. Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi setiap negara, perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu

negara, meningkatkan output dunia serta menyajikan akses ke sumber-sumber

daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk sebagai

produk ekspor (Todaro, 2003).

Menurut Amir (2004) ada beberapa faktor khusus yang dipengaruhi, sama

halnya dengan perdagangan luar negeri yakni melakukan transaksi jual-beli maka

dalam perdagangan luar negeri pun juga dilakukan aktivitas beli yang lazim

disebut impor pada barang (visible goods),

1. Faktor pertama yang harus diperhatikan adalah faktor hasil (proceds) dan

biaya (cost). Barang-barang yang akan dijual ke luar negeri adalah barang

yang biaya produksinya relatif murah dibandingkan dengan ongkos

pembuatannya di luar negeri, dalam arti kata kalau diekspor akan dapat

dijual dengan menguntungkan. Sebaliknya barang-barang yang akan

diimpor adalah barang yang biaya produksinya di dalam negeri terlalu

tinggi atau yang sama sekali belum bisa diproduksi.

2. Kedua aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan dalam batas tertentu sesuai

dengan dengan kebijaksaan umum pemerintah. Adakalanya suatu jenis

11

Page 12: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

barang harus diekspor sekalipun akan menderita rugi kalau dihitung

dengan mata uang sendiri, tetapi jika pemerintah mengutamakan

penghasilan dalam bentuk valuta asing, maka ekspor harus dijalankan.

Dalam melaksanakan perdagangan luar negeri, diperlukan pengetahuan

yang cukup misalkan dalam segi teknis pembiayaan baik impor maupun ekspor,

masalah perasuransian, masalah shipping, urusan pabean dan lain-lain. Setiap

transaksi perdagangan luar negeri dilihat baik sebagai transaksi impor maupun

sebagai transaksi ekspor. Dari sudut penjual transaksi ini disebut ekspor dan

sebaliknya dari sudut pembeli disebut transaksi impor. Oleh karenanya ada

baiknya secara sepintas lalu dipelajari prosedur ekspor-impor.

Perkembangan dalam teori perdagangan internasional selanjutnya

dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin (H-O). Menurut Hecksher-Ohlin, terdapat

perbedaan oportunity cost suatu produk antar suatu negara dengan negara lain

yang disebabkan karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi yang dimiliki

masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif

banyak dan murah dalam produksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor

barang tertentu apabila negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif

langka dan mahal dalam produksinya (Salvatore, 1997).

Adapun teori yang berkaitan dengan perdagangan internasional adalah

sebagai berikut:

a) Teori Hecsksher – Ohlin (H-O)

Eli Hecsksher dan Berthin Ohlin mengembangkan teori perdagangan

internasional yang dikenal dengan Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

12

Page 13: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

menyatakan bahwa sumber utama perdagangan internasional adalah

adanya perbedaan karunia sumber-sumber antarnegara. Teori ini lebih

menekankan keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor produksi

antarnegara dan perbedaan penggunaan dalam memproduksi berbagai

barang. Sehingga teori ini sering disebut sebagai teori proporsi faktor

produksi (Factor Proportion Theory) (Krugman dan Obstfeld, 2004).

Teori H-O merupakan penyempurnaan dari teori sebelumnya, teori klasik

telah membuktikan bahwa perbedaan harga relatif komoditi yang berlaku

di masing-masing negara merupakan sumber keunggulan komperatif bagi

negara-negara tersebut. Keunggulan ini selanjutnya mendorong terjadinya

perdagangan yang saling menguntungkan. Teori dari Adam Smith, Ricardo

dan H-O belum mampu menerangkan perkembangan ekspor non migas

dari negara-negara di dunia. Teori mereka juga tidak mampu menjelaskan

perubahan pola atau struktur perdagangan internasional yang sangat

signifikan (Haryadi, 2000).

Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional tidak

terlepas dari perkembangan ekonomi dunia secara keseluruhan.

Perkembangan ekonomi dunia sangat penting untuk dipertimbangkan

dampaknya terhadap sisi permintaan, terutama permintaan di sisi ekspor.

Menurut teori H-O suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan

ekspor barang-barang yang di-input (faktor produksi) utamanya relatif

sangat banyak di negara tersebut dan impor utamanya tidak dimiliki oleh

negara tersebut (jumlahnya terbatas). Teori H-O menggunakan asumsi 2 x

2 x 2 dalam artian perdagangan internasional terjadi antara dua negara,

13

Page 14: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

masing-masing negara memproduksi dua macam barang yang sama,

masing-masing negara menggunakan dua macam faktor produksi yaitu

tenaga kerja dan mesin, tetapi dengan jumlah atau proporsi yang berbeda.

b) Teori keuntungan absolute (Keunggulan Mutlak)

Teori keunggulan absolute dari Adam Smith adalah bahwa perdagangan

internasional antara dua negara yang terjadi, jika kedua negara saling

memperoleh manfaat, dan ini hanya terjadi bila masing-masing negara

memiliki keunggulan absolut berbeda. Sehingga muncul teori keunggulan

komperatif dari J.S Mill dan David Ricardo yang dianggap kritik sekaligus

penyempurnaan atau perbaikan terhadap keunggulan absolut. Dasar

pemikiran kedua tokoh ini adalah bahwa terjadinya perdagangan

internasional pada prinsipnya tidak berbeda. J.S Mill beranggapan bahwa

suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila

negara tersebut memiliki keunggulan komperatif (Comperative

Advantage) tersebar dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila

negara tersebut memiliki kerugian komperatif (Comperative

Disadvantage), atau suatu negara akan melakukan ekspor barang bila

barang itu dapat diproduksi biaya lebih rendah dan akan melakukan impor

barang bila barang itu diproduksi sendiri akan memerlukan biaya produksi

lebih besar. Sedangkan dasar pemikiran David Ricardo adalah

perdagangan antara dua negara akan tejadi bila masing-masing negara

memiliki biaya relatif lebih kecil untuk jenis barang yang berbeda.

Penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi biaya relatif antarnegara

14

Page 15: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar

terjadinya perdagangan internasional.

c) Teori Merkantilisme

Dasar teori merkantilisme menganggap pertumbuhan ekonomi suatu

negara tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. Bagi

merkantilisme sistem perekonomian terdiri dari tiga komponen yakni : 1)

Sektor Manufaktur, 2) Sektor Rural, 3) Sektor Foreign Colonies. Penganut

merkantilisme yang dipelopori oleh Mun (1571-1641) dalam karyanya

England’s Tresuary By Foreign Trade, bahwa satu-satunya cara bagi

sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan

sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor

yang dihasilkan kemudian dibentuk dalam logam mulia khususnya emas

dan perak, semakin banyak logam mulia yang dimiliki suatu negara

semakin kaya dan kuat negara tersebut.

2.1.2 Peranan Perdagangan Internasional

Perkembangan spesialisasi berarti perkembangan pula bagi perdagangan.

Dalam dunia modern dewasa ini negara sulit untuk memenuhi seluruh

kebutuhanya sendiri dengan kata lain tanpa ada kerja sama dengan negara lain.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat sangat membantu proses kerja

sama antarnegara tersebut, perdagangan antarnegara pun berkembang pula dengan

pesat, dan dengan demikian perdagangan antarnegara ini saling menginginkan:

1. Tukar menukar barang dan jasa-jasa,

2. Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara,

15

Page 16: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

3. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di

dalamnya.

Bagi Indonesia perdagangan bukanlah hal yang baru karena sejak dahulu

Bangsa Indonesia telah menjalankan perdagangan antarnegara dan diikuti negara

asing lainnya, seperti: Amerika, Eropa, Australia dan Amerika Latin. Manfaat dari

perdagangan timbul karena adanya perbedaan selera antara konsumsi-konsumsi

tersebut dan perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki

masing-masing (Boediono, 1995).

Seperti yang kita ketahui perdagangan internasional sangat membantu

dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara sehingga dapat kita lihat manfaatnya

secara langsung dari perdagangan internasional yaitu meningkatkan hasil produksi

dan pendapatan produsen. Di samping itu bertambahnya lapangan pekerjaan serta

mendorong perbaikan mutu dari barang-barang yang diproduksi dan dihasilkan

oleh masing-masing perusahaan yang memproduksi barang yang diperdagangkan

maupun dalam bentuk layanan jasa. Manfaat tidak langsung seperti pemindahan

modal dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang.

2.1.3 Kebijakan Perdagangan Internasional

Adapun kebijakan dari perdagangan internasional ini adalah autarki, tujuan

ini pada dasarnya bertolak belakang dengan prinsip perekonomian terbuka, karena

negara yang memiliki tujuan seperti ini berusaha untuk menghindari dari

pengaruh negara lain. Kesejahteraan (welfare), tujuan kebijakan ini bertentangan

dengan kebijakan di atas. Tujuan kebijakan ekonomi internasional seperti ini

16

Page 17: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

sangat mendukung dilaksanakannya perdagangan internasional, dengan

memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Hambatan perdagangan

internasional seperti tarif, kuota minimal dikurangi.

Proteksi, tujuan ini melindungi industri dalam negeri dari pesaing barang

impor. Hal ini biasa dilakukan dengan tarif, kuota dan lain sebagainya. Alasan

fiskal, dalam hal ini pemerintah dapat meningkatkan pendapatan dari bea masuk

terhadap barang impor. Balance of payment, kebijakan ini biasanya dilakukan

oleh negara berkembang relatif memiliki cadangan devisa yang lebih sedikit.

Untuk mengurangi defisit tersebut kebijakan subtitusi impor yang menjadi pilihan

utama adalah proteksi. Mencegah dumping, suatu negara yang merasa barang

impornya lebih murah atau di bawah harga normal biasanya akan melakukan

peningkatan atas bea masuk terhadap barang tersebut.

Meningkatkan kesempatan kerja, bagi kebanyakan negara yang sedang

berkembang kebijakan subtitusi impor biasanya dilakukan sebagai salah satu

untuk meningkatkan kesempatan kerja. Negara yang sektor industrinya belum

kuat terancam akan hancur bila apabila impor sepenuhnya dibebaskan yang

selanjutnya akan meningkatkan pengangguran. Pembangunan ekonomi, dengan

adanya kebijakan perlindungan terhadap infant industri, maka industri akan

mampu tumbuh dan berkembang yang selanjutnya produksi domestik akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuan politik, sebagian negara tetap ngotot

untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri semata-mata untuk tujuan

politik. Seperti Jepang yang melindungi petani berasnya dengan menetapkan tarif

impornya yang sangat tinggi bagi impor berasnya, sehingga kegiatan pertanian di

Jepang mampu berkembang (Haryadi, 2007).

17

Page 18: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2.1.4 Teori Permintaan dan Teori Penawaran

2.1.4.1 Teori Permintaan

Menurut Belante dan Mark (1990) pemintaan ialah jumlah yang diminta

atas suatu komoditas pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Permintaan

suatu komoditas merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas

komoditas yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat

harga. Pada sisi lain, permintaan perusahaan akan input merupakan permintaan

turunan (derived demand), yang diperoleh dari permintaan konsumen terhadap

produk perusahaan.

Menurut Sukirno (1994) secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi

oleh suatu penawaran dan permintaan, permintaan diartikan sebagai hubungan

antara jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan itu sendiri.

Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang

yang ingin dan dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga yang mungkin

selama suatu periode tertentu. Pengertian permintaan selalu menunjukkan

skedul, kurva atau fungsi. Sedangkan jumlah yang diminta merupakan

kuantitas yang benar-benar dibeli pada berbagai tingkat harga tertentu.

Supaya permintaan terhadap suatu barang itu dapat terjadi maka konsumen

haruslah ada keinginan (willing) dan kemampuan (ability) membeli. Permintaan

juga menunjukkan arus pembelian pada satu periode waktu tertentu (Nopirin,

1994).

Menurut Nicholes Anggaini (2006) hukum permintaan mengatakan bahwa

dalam keadaan ceteris paribus, apabila harga barang naik maka permintaan

18

Page 19: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

barang tersebut menjadi turun sebaliknya. Hubungan antara harga barang dan

jumlah permintaan akan barang itu disajikan dalam suatu tabel. Ada dua

pendekatan yang menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang

dinyatakan dalam hukum permintaan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan

merginal utility dan pendekatan indifference curve.

Pendekatan marginal utility mempunyai asumsi:

1. Kepuasan setiap konsumen dapat diukur baik dengan uang maupun dangan

satuan lain yang bersifat kardinal.

2. Berlakunya hukum Gossen (law diminishing marginal utility), yaitu

semakin banyak suatu barang dikonsumsi maka tambahan kepuasan yang

diperoleh semakin menurun.

3. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Pendekatan indifference curve adalah pendekatan yang menekankan

bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah

tanpa menyatakan seberapa besar tinggi rendahnya (merupakan kepuasan yang

bersifat ordinal). Pendekatan ini menganggap bahwa:

1. Konsumen mempunyai pola referensi akan barang-barang konsumen yang

bisa dinyatakan dalam bentuk kumpulan dari indifference curve.

2. Konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dikonsumsi.

3. Ingin mengonsumsi jumlah barang yang lebih banyak untuk mencapai

kepuasan yang lebih tinggi.

Permintaan yang dimaksud di sini adalah permintaan yang disertai daya

beli (money demand). Permintaan yang didasarkan pada daya beli artinya jumlah

barang yang tersedia dibeli oleh konsumen pada harga yang dibayarkannya untuk

19

Page 20: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

barang itu, biasa disebut permintaan efektif. Sedangkan permintaan potensial

adalah permintaan terhadap suatu barang dan jasa disertai dengan kemampuan

membayar namun saat ini belum melakukan pembelian (Lipsey, et all., 1995).

Daya beli konsumen didasari atas besar sedikitnya pendapatan yang dapat

dibelanjakan dan tinggi rendahnya harga barang.

2.1.4.2 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (elasticity of demand) adalah pengaruh perubahan

harga terhadap besar kecilnya jumlah barang yang diminta atau tingkat kepekaan

perubahan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang

(Sukirno, 2002).

Untuk mempelajari bagaimana pengaruh perubahan suatu jumlah tertentu

terhadap peubah lainnya digunakan konsep elastisitas. Elastisitas merupakan

ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor

yang mempengaruhi yaitu harga, pendapatan dan harga barang lain (Manurung

dan Prathama, 1999).

Beberapa konsep elastisitas yang mempunyai hubungan dengan

permintaan antara lain:

1. Elastisitas harga (Eh), yaitu persentase perubahan jumlah barang yang

diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga barang tersebut dengan

anggapan harga barang lain dan pendapatan konstan. Elastisitas harga

menunjukkan derajat kepekaan perubahan permintaan karena adanya

perubahan harga.

20

Page 21: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2. Elastisitas silang, yaitu persentase perubahan barang yang diminta (Q)

yang disebabkan oleh perubahan harga barang lainya (P).

3. Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang yang

diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen atau

merupakan derajat kepekaaan permintaan sebagai akibat perubahan

pendapatan (Nicholon, 1999).

2.1.4.3 Teori Penawaran

Penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan komoditas

yang akan dijualnya. Banyaknya komoditi yang akan dijual oleh produsen disebut

sebagai jumlah yang ditawarkan. Jumlah komoditi yang ditawarkan tidak harus

selalu sama dengan jumlah yang berhasil dijual oleh produsen tersebut

(Lipsey,1995).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah komoditi yang akan

ditawarkan oleh produsen, yaitu:

1. Harga komoditi itu sendiri

Hipotesis ekonomi menyatakan bahwa antara harga komoditi dengan

jumlah yang ditawarkan terjadi hubungan positif, artinya semakin tinggi

harga komoditi tersebut maka akan semakin besar jumlah yang

ditawarkan, ceteris paribus. Bila harga komoditi tersebut meningkat maka

keuntungannya akan bertambah. Itu sebabnya produsen akan menambah

jumlah komoditi yang akan ditawarkan untuk memperbesar keuntungan

yang diperoleh. Hubungan yang positif antara harga komoditi dengan

jumlah yang ditawarkan akan membentuk suatu kurva yang dinamakan

21

Page 22: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

kurva penawaran. Kurva tersebut memiliki kemiringan positif karena

antara harga dan jumlah yang ditawarkan juga terjadi hubungan yang

positif. Bila terjadi perubahan pada harga komoditi, maka akan

mengakibatkan pergerakan sepanjang kurva penawaran komoditi tersebut,

seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva PenawaranSumber : Lipsey, 1995

2. Harga faktor-faktor produksi

Semakin tinggi harga faktor-faktor produksinya maka semakin rendah

jumlah komoditi yang akan diproduksi dan ditawarkan, ceteris paribus.

Perubahan pada harga faktor produksi akan menggeser kurva penawaran

komoditi tersebut. Kenaikan harga faktor produksi menggeser kurva

penawaran ke kiri, artinya semakin sedikit jumlah yang ditawarkan.

Sebaliknya, turunnya harga faktor produksi akan menggeser kurva

penawaran ke kanan di mana jumlah yang ditawarkan semakin besar.

3. Tujuan produsen

Produsen diasumsikan memiliki satu tujuan yaitu memaksimalkan

keuntungan. Untuk mencapainya, produsen akan memperbesar jumlah

22

Page 23: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

produksi dan jumlah yang ditawarkan sehingga kurva penawaran akan

bergeser ke kanan.

4. Perkembangan teknologi

Teknologi yang digunakan oleh produsen akan untuk menurunkan biaya

produksi dan meningkatkan keuntungan. Artinya, semakin berkembang

teknologi yang digunakan dalam suatu proses produksi maka semakin

besar kemampuan memproduksi dan menawarkan komoditi tersebut,

ceteris paribus. Perkembangan teknologi akan menggeser kurva

penawaran ke arah kanan di mana jumlah yang ditawarkan semakin besar.

Perubahan faktor-faktor lain di luar harga komoditi itu sendiri akan

menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke kanan atau ke kiri,

tergantung pada faktor apa yang mempengaruhi volume penawaran

tersebut.

2.1.5 Ekspor

Menurut Todaro (2003), menyatakan ekspor adalah perdagangan

internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan

dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar,

bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel.

Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antarbangsa yang

dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan

internasional, sehingga suatu negara yang berkembang kemungkinan untuk

mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.

23

Page 24: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Ekspor adalah arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar

internasional.

Kegiatan ekspor merupakan kegiatan perdagangan dengan cara melakukan

penjualan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor ini sangat

penting bagi perekonomian suatu negara. Dengan adanya ekspor maka akan

terjadi akumulasi bagi devisa negara. Ekspor menunjukkan hubungan antara

permintaan luar negeri terhadap barang domestik, di mana permintaan tersebut

dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan luar negeri (Batiz,1994).

Ekspor berarti menjual produk keluar negeri yang dilakukan oleh

eksportir. Keuntungan yang diperoleh dari menjual barang keluar negeri dengan

harga yang relatif lebih tinggi dari pada di dalam negeri. Berarti di sini telah

terjadi perbedaan harga bukan hanya ditimbulkan karena perbedaan ongkos

produksi, tetapi juga terdapat perbedaan pendapat dan selera. Permintaan untuk

suatu barang sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Selera dapat

memainkan peranan penting dalam menentukan permintaan akan suatu barang

antarnegara. Apabila persediaan di suatu negara tidak mencukupi kebutuhan

masyarakat akan permintaan, maka negara tersebut dapat mengimpor dari negara

lain. Selain selera permintaan akan suatu barang ditentukan pula oleh pemerintah

(Nopirin, 1992).

Menurut Tan (2004) ekspor bisa terjadi karena adanya permintaan dan

penawaran suatu barang dan jasa yang dibutuhkan dalam perdagangan

internasional. Tetapi tidak semua kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh negara

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

24

Page 25: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Para ahli ekonomi klasik dan neo klasik mengungkapkan betapa

pentingnya arti perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara

sampai dianggap sebagai mesin pertumbuhan. Dengan adanya kegiatan ekspor

maka secara tidak langsung negara tersebut telah memperluas pasar (Jhingan,

1992). Menurut Krugman (1997), ekspor merupakan salah satu bentuk

perdagangan luar negeri yang memberikan keuntungan bagi suatu negara, bahwa

perdagangan akan menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang kepada

setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya menggunakan

sebagian besar sumber daya yang berlimpah dan mengimpor barang-barang

produksi menggunakan sumber daya yang langka.

Menurut teori klasik Adam Smith dan David Ricardo (Sukirno, 1994),

menyatakan bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa

sumbangan pada ahirnya akan dapat memperlaju perkembangan ekonomi suatu

negara, dapat dikatakan bahwa ahli-ahli ekonomi klasik mengemukakan

sumbangan yang penting dari kegiatan perdagangan luar negeri di dalam

pembangunan ekonomi.

2.1.6 Peranan Ekspor

Ekspor memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara

terutama bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Manfaat

ekspor secara langsung yakni jika suatu negara dapat memproduksi barang dengan

spesialisasi maka biaya yang dikeluarkan relatif rendah. Hal ini dikarenakan

negara memperoleh keuntungan berupa peningkatan jumlah output yang akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu manfaat ekspor secara tidak

25

Page 26: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

langsung yakni berupa peningkatan penggunaan teknologi, mendorong inovasi,

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menurunkan biaya produksi, dan lain

sebagainya. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan dimanfaatkan sebagai

pembiayaan dalam kegiatan impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi

dalam negeri.

Menurut Tan (2010) dalam teori perdagangan internasional, faham

merkantilisme memperkenalkan bahwa emas lambang kekayaan suatu negara.

Emas diciptakan melalui surplus ekspor, yang menghasilkan negara makin kuat.

Ekspor merupakan aktivitas suatu negara menjual barang dan jasa keluar batas

negara. Pada dasarnya ekspor bertujuan meningkatkan devisa berupa mata uang

asing yang dapat dipergunakan dalam transaksi perdagangan internasional. Ekspor

yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan suatu negara dapat membeli

barang impor dan membayar hutang luar negeri serta semakin kuat cadangan

devisa yang dimiliki suatu negara.

Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu

ekspor dapat menpengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.

Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya

akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional

tidak akan mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila

pendapatan nasional bertambah atau ekspor dapat mengalami perubahan

walaupun pendapatan nasional tetap. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan

dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam ke luar negeri dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku (Tan, 2004).

26

Page 27: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Menurut Mankiw (2003), ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa

yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri. Sedangkan menurut

(Jhingan, 2000) fungsi terpenting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri

adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, kemudian

menaikan jumlah output dan laju petumbuhan ekonomi. Dengan tingginya tingkat

output maka akan mematahkan lingkaran setan kemiskinan dan pembangunan

ekonomi dapat ditingkatkan.

Menurut Amir M.S (2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-barang

dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai

ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing

ataupun ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki

kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan

valuta asing.

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

2.1.7.1 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Menurut Nopirin (1996) kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang

berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang

tersebut.

Dalam pengertian sederhana, kurs berarti jumlah suatu mata uang yang

diperlukan untuk membeli satu satuan mata uang lain. Misalnya kurs dollar

terhadap rupiah sama dengan jumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu

dollar Amerika Serikat (Hayadi, 2007).

27

Page 28: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Ada beberapa bentuk sistem nilai tukar (excange rate) valuta asing yang

digunakan oleh negara-negara di dunia. Terdapat tiga sistem nilai tukar yang

dipakai (Samuelson, 1993):

1. Sistem kurs (fixed exchange rate)

Sistem yang menganut nilai kurs (nilai tukar) mata uang domestik yang

dipertahankan pada tingkat tertentu atau berubah-ubah. Terdapat satu mata

uang asing pada waktu tertentu yang menuntut peran pemerintah lebih

besar, karena keadaan yang tidak berubah-ubah tersebut maka disebut

sistem kurs tetap.

2. Sistem kurs mengambang bebas

Suatu sistem kurs di mana nilai tukar mata uang tidak ditentukan oleh

pemerintah tetapi melalui mekanisme yang berlaku. Permintaan dan

penawaran uang yang terjadi di pasar akan menyebabkan nilai suatu mata

uang yang dapat menguat dan melemah.

3. Sistem kurs mengambang (managed floating exchange rate)

Sistem kurs mengambang adalah apabila uang suatu negara tidak dinilai

secara mengambang terhadap mata uang asing tertentu, tetapi dikaitkan

dengan jumlah mata uang yang dominan yang dijadikan patokan.

4. Bila suatu negara menentukan kurs mata uangnya dengan mata uangnya

dengan mata uang negara lainya secara bebas atau tarik menarik karena

kekuatan pasar, maka artinya sistem devisa mengambang (managed

floating exchange rate). Dalam sistem kurs devisa yang benar-benar

mengambang, tidak ada masalah surplus ataupun defisit neraca

28

Page 29: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

pembayaran, sebab bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah

devisa yang masuk dengan devisa yang keluar.

Aliaran ini merupakan penawaran (supply) devisa, sedangkan aliran keluar

devisa mencerminkan kebutuhan penduduk negara tersebut akan devisa untuk

pembayaran transaksinya di luar negeri. Menurut Tan (2004), nominal exchange

rate (NER) merupakan gambaran harga domestik relatif terhadap dollar US$ atau

NER, berarti dollar US diukur dari nilai rupiah. Nilai tukar nominal (real

exchange rate) lebih menggambarkan nilai tukar nominal dua negara dengan

memperhitungkan tingkat inflasi.

Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami apresiasi)

maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi mahal.

Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami

depresiasi), harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah.

Menurut Sukirno (2011), kurs mata uang asing menunjukkan harga atau

nilai mata uang suatu negara atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam

nilai mata uang negara lain. Menurutnya ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kurs yakni :

1. Perubahan dalam citarasa masyarakat, perubahan ini akan mengubah corak

konsumsi atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun

dari impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan

keinginan mengimpor berkurang dan di dalam negeri akan mampu

menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor

menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor akan semakin

29

Page 30: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan

penawaran valuta asing.

2. Kenaikan harga umum (inflasi) sangat berpengaruh besar terhadap

pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung

untuk menurunkan nilai sesuatu valuta asing.

3. Pertumbuhan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi, suku bunga

dan tingkat pengembalian investasi yang rendah akan cenderung

menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri.

Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi

akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negara tersebut.

Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan atas

mata uangnya bertambah. Maka nilai mata uang akan bertambah. Nilai

mata uang suatu negara akan merosot apabila banyak modal negara

dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian

investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.

2.1.7.2 Gross Domestic Product (GDP)

Menurut Manurung dan Prathama (2002), PDB merupakan penjumlahan

nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi

dan jasa (C), pengeluaran sektor bisnis untuk investasi (I), pengeluaran sektor

pemerintahan untuk barang dan jasa (G) dan pengeluaran sektor luar negeri untuk

ekspor dan impor (X-M). Menurut pembagiannya terdapat dua macam PDB,

yaitu:

30

Page 31: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

1. PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa

yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dinilai menurut harga yang

berlaku pada tahun tersebut.

2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara dalam satu tahun menurut harga yang berlaku pada

satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan

jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.

Menurut Tan (2004), peningkatan impor sebagai akibat dari meningkatnya

PDB negara importir dapat dilihat dari dua mekanisme yaitu:

1. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi,

sehingga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan barang impor

antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai input dalam

proses produksi.

2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan peningkatan kebutuhan

pokok impor karena tidak semua dapat dipenuhi dalam negeri.

Menurut McEachern (2000), GDP artinya mengukur nilai pasar dari

barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu

negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat

dipergunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk

membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross Domestic

Product hanya mencakup barang dan jasa akhir yakni, barang dan jasa yang dijual

kepada pengguna akhir. Dalam teorinya ada dua pendekatan yang digunakan

untuk menghitung GDP, yakni :

31

Page 32: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada

seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. Dalam

pendekatan pengeluaran maka pengeluaran agregat akan dibagi menjadi

empat komponen 1) Konsumsi, 2) Investasi, 3) Pembelian Pemerintah, 4)

Ekspor Netto. Dalam pendekatan pengeluaran agregat negara sama dengan

penjumlahan Konsumsi (C), Investasi (I), Pembelian Pemerintah (G) dan

Ekspor Netto yakni nilai Ekspor (X) dikurangi dengan nilai Impor (M),

atau secara matematis dirumuskan:

GDP = C+I+G+(X-M)

2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang

diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output

tersebut. Pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendapatan

yang diterima pemilik sumber daya alam perekonomian. Sistem

pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat

sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya

yang digunakan dalam produksi output tersebut yakni upah, bunga, sewa,

dan laba dari produk.

Menurut Lipsey (1995) Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga

dengan Product Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur

dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran

pemerintah, ekspor dan impor. GDP dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal

dan riil. Dikatakan GDP nominal apabila GDP total yang dinilai pada harga-harga

sekarang. Sedangkan GDP yang dinilai pada harga GDP dasarnya disebut GDP

riil.

32

Page 33: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Nicholson (2005) menyatakan ketika pendapatan total seorang meningkat

dengan asumsi harga-harga tidak berubah, kita mugkin mengharapkan kuantitas

yang dibeli untuk setiap barang juga akan meningkat. Terdapat korelasi positif

antara PDB dengan permintaan produk impor. Peningkatan PDB akan

meningkatkan permintaan terhadap produk impor, demikian sebaliknya.

2.1.7.3 Harga Internasional (PC)

Harga internasional, semakin besar selisih antara harga di pasar

internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi

yang akan diekspor menjadi bertambah banyak (Soekartawi, 1991).

Harga merupakan nilai yang harus dibayar oleh pembeli atas transaksi

terhadap suatu barang. Harga dapat ditentukan dari banyaknya jumlah permintaan

dan penawaran terhadap suatu barang yang dimiliki oleh suatu negara. Kenaikan

harga dapat disebabkan adanya kelebihan permintaan terhadap suatu barang,

untuk itu harga merupakan faktor penting dalam menentukan keseimbangan

tingkat penawaran dan permintaan. Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan adanya

harga relatif dan harga mutlak. Masalah harga relatif merupakan masalah nilai

tukar barang-barang khususnya nilai tukar objektif. Nilai tukar objektif suatu

barang merupakan perbandingan terhadap apa barang tersebut akan ditukar

dengan barang lainya. Harga relatif suatu barang merupakan nilai tukar barang

tersebut dinyatakan dengan uang sedangkan harga mutlak merupakan harga di

mana semua barang sama-sama meningkat atau turun (Winardi, 1990).

Apabila suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain maka

beberapa faktor yang menjadi perhatian, salah satu di antaranya adalah harga

33

Page 34: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

barang yang diperdagangkan karena harga menjadi penentu kuantiti barang yang

diperdagangkan. Sebab harga dapat mempengaruhi pembentukan pendapatan,

kesejahteraan, pendapatan ekspor, fluktuasi pendapatan dan fluktuasi produk

pertanian (Anindita, 2008)

Harga yang turun dapat disebabkan karena terdapat kelebihan penawaran

dibandingkan dengan permintaan. Maka produsen akan mengurangi produksi

akibatnya dapat berupa kenaikan harga (Winardi, 1985). Dipandang dari sudut

pembeli kenaikan harga biasanya berguna untuk mengurangi konsumsi sedangkan

turunnya harga mendorong memperbesar konsumsi. Karena itu harga merupakan

faktor yang mengusahakan agar permintaan dan penawaran seimbang.

Harga suatu barang adalah nilai tukar barang tersebut yang dinyatakan

dalam uang. Dalam masyarakat modern nilai barang diukur atau dinyatakan dalam

uang. Harga menunjukkan berapa yang harus dibayar untuk memperoleh suatu

barang atau jasa atau berupa uang yang diperoleh jika menjual suatu barang atau

jasa (Gilarso, 1993).

2.2 Penelitian Sebelumnya

Dalam penulisan dan penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang telah

lebih dahulu diterbitkan dan dipublikasikan dengan tema yang sama tentang

ekspor suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara kemudian

diperdagangkan ke negara lain yang dianggap berguna bagi penulis dalam

penyusunan penulisan serta penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lidya Anggarini dalam skripsinya (2012)

dengan judul “Analisis Ekspor Karet Indonesia ke Singapura”. Penelitian

34

Page 35: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Deskriptif adalah

analisis data yang dilakukan dengan cara merumuskan dan mengumpulkan

data, mengklasifikasikan serta menginterprestasikan sehingga memberikan

keterangan gambaran yang ada. Kuantitatif analisis yang digunakan untuk

melihat secara empiris sejauh mana pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y).

Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa variabel kurs,

GDP Indonesia dan harga karet internasional memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Singapura. Kontribusi rata-rata ekspor

karet Indonesia ke Singapura terhadap ekspor karet Indonesia sebesar 0,2 persen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tanti Triyani dalam skripsinya (2005)

“Analisis Permintaan Jepang terhadap Komoditas Udang Indonesia Tahun

1978-2003”. Penelitian ini menggunakan teori model Error Correction

Model (ECM). Model ECM adalah kemampuannya dalam meliput lebih

banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek

dan jangka panjang, dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik

dengan teori ekonomi, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap

variabel runtut waktu yang tidak stasioner dan persoalan regresi langsung.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, hasil regresi berganda dengan

menggunakan ECM, Harga komoditas udang Indonesia (fob) dalam jangka

pendek mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap permintaan

Jepang terhadap komoditi udang Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena naiknya

harga komoditas udang Indonesia (fob) dalam jangka pendek akan menyebabkan

turunnya permintaan Jepang terhadap komoditi udang Indonesia dan antara

35

Page 36: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

variabel cadangan devisa dengan permintaan Jepang terhadap komoditas udang

Indonesia dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif dan

signifikan. Hal ini bisa dimengerti karena cadangan devisa yang dimiliki oleh

Jepang tidak hanya digunakan untuk membiayai impor saja, tetapi juga digunakan

untuk investasi di luar negeri.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ella Hapsari Hendratno (2008) dalam

skripsinya. “Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara

China”. Dalam penelitian menggunakan metode deskriptif dan model

kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi

perkembangan pasar karet alam di China. Metode kuantitatif yang

digunakan ialah model regresi berganda. Analisis regresi berganda

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan ekspor karet alam Indonesia di negara tujuan ekspor China.

Dari hasil analisis penelitian tersebut, bahwa permintaan ekspor karet alam

Indonesia di Negara China cenderung semakin meningkat sebesar 89,96 persen

selama periode 2000-2007. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara China adalah harga ekspor

karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP

per kapita China, nilai tukar yuan terhadap dollar US dan ekspor tahun

sebelumnya. Strategi pengembangan ekspor karet alam Indonesia dapat dilakukan

melalui upaya peningkatan produktivitas karet alam Indonesia dilakukan dengan

cara perluasan perkebunan dan peremajaan kembali tanaman karet serta

mengaplikasikan pola kemitraan antara petani perkebunan rakyat dan perkebunan

besar negara/swasta..

36

Page 37: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2.3 Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas tertentu

dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan rata-rata konsumen, jumlah

populasi, harga barang lain yang ada kaitannya dengan penggunaan (Samuelson

dan Nordhus, 1997).

Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor karet terbesar ke

dua dunia setelah Thailand, sehingga produksi karet dapat memberikan kontribusi

bagi perekonomian Indonesia. Namun dalam pengembangannya, ekspor karet

Indonesia dihadapkan pada produksi yang berfluktuasi yang berdampak pada

berfluktuasinya jumlah ekspor karet Indonesia ke China. Permasalahannya lain

yang dihadapi yaitu diberlakukannya kebijakan dalam persyaratan kualitas mutu

karet yang akan diekspor.

Dalam melakukan kegiatan ekspor karet Indonesia ke China dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor karet

Indonesia ialah nilai tukar atau kurs yang merupakan perbandingan nilai atau

harga di antara dua negara yang melakukan jual beli. Selain kurs harga karet

Indonesia dan harga karet dunia juga mempengaruhi terhadap permintaan produk

karet Indonesia.

Kegiatan perdagangan luar negeri akan menghasilkan devisa, semakin

banyak devisa yang diperoleh maka akan berpengaruh terhadap PDB negara

tersebut yang akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat negara

tersebut.

37

Page 38: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Ekspor Karet Indonesia Ke

China

Faktor - Faktor yang

Mempengaruhi

Kurs Harga Internasional GDP China

Kontribusi Ekspor

Perkembangan Ekspor Karet

Indonesia

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, di mana hipotesis

38

Page 39: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel

atau lebih (J. Supranto, 1997).

Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan

berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian di

bidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga menguatnya kurs yuan akan berpengaruh positif terhadap nilai

ekspor karet Indonesia ke China tahun 2001-2012.

2. Diduga GDP China berpengaruh positif terhadap perkembangan nilai

ekspor karet Indonesia ke China tahun 2001-2012

3. Diduga harga karet internasional mempunyai pengaruh positif dengan nilai

ekspor karet Indonesia ke China 2001-2012.

39

Page 40: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data berkala yang dikumpulkan untuk menggambarkan tentang

perkembangan suatu negara dari waktu ke waktu yang diperoleh dari instansi

terkait yang ada hubungannya dengan penelitian. Data berkala yaitu data yang

dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang

perkembangan suatu kegiatan. Data sekunder yang digunakan adalah data yang

mencatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data).

Dalam penelitian ini digunakan data tahun 2001-2012 yang diperoleh dari

berbagai sumber:

1. Nilai tukar dollar US$ terhadap yuan, diperoleh dari http://www.x-

rates.com dan www.exchangerate.com.

40

Page 41: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2. Data volume ekspor karet Indonesia dan nilai ekspor karet alam Indonesia

diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) www.bps.go.id,

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) www.gapkindo.org

dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia www.deptan.go.id

3. Harga karet internasional diperoleh dari situs resmi Gabungan Pengusaha

Karet Indonesia (GAPKINDO) www.gapkindo.org

4. GDP China diperoleh dari World Bank http://data.worldbank.org

5. Jurnal Ilmiah.

6. Serta referensi penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian ini.

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Metode Analisis Deskriptif

Jenis analisis data yang dilakukan dengan cara merumuskan dan

mengumpulkan data, mengklasifikasikan serta menginteprestasikan sehingga

memberikan suatu keterangan variabel yang teliti. Masalah tersebut dianalisis

menggunakan teori.

3.2.2 Metode Analisis Kuantitatif

Jenis analisis yang digunakan untuk melihat secara empiris sejauh mana

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Untuk menganalisis

pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional terhadap nilai ekspor

karet Indonesia ke China dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan program

Eview 8.1 dengan metode analisis regeresi linear berganda.

3.3 Alat Analisis

41

Page 42: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Dalam penulisan ini penulis menggunakan analisis regresi untuk mengolah

data yang tersedia. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai

ketergantungan suatu variabel dependen terhadap suatu variabel independen untuk

memprediksi nilai rata-rata variabel terikat terhadap nilai variabel bebas yang

diketahui.

3.3.1 Analisis Deskriptif

Adalah analisis data yang digunakan untuk mengetahui dan menganalisis

perkembangan variabel yang digunakan dalam penelitian.

Untuk menjawab pertanyaan pertama besarnya perkembangan diketahui

dengan menggunakan rumus berikut:

G = X t−X t−1

X t−1

x100 %

Di mana:

G = Perkembangan variabel

X t = Nilai tahun yang bersangkutan

X t−1 = Nilai tahun lalu

Untuk menganalisis kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap

nilai ekpor karet Indonesia dirumuskan:

X p=X p

T x

x100

X p = Kontribusi nilai ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai

ekspor karet Indonesia (%)

42

Page 43: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

X p = Nilai ekspor karet Indonesia ke China US $

T x = Nilai ekspor karet Indonesia US $

3.3.2 Analisis Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional terhadap nilai ekspor

karet Indonesia ke China, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

persamaan regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) karena

akan menghasilkan koefisien dugaan linier yang tidak bias (Best Linier Unbiased

Estimator = BLUE).

Untuk menjawab pertanyaan kedua alat analisis yang digunakan adalah

regresi linear berganda:

X ind=F (ER ,GDP , Pc )

Di mana:

X ind = Nilai ekspor karet Indonesia ke China (US$)

ER = Nilai tukar dollar US$ terhadap yuan (US$/Yuan)

GDP = GDP China (US$)

Pc = Harga karet internasional (US$)

Model fungsi di atas dispesifikasi menggunakan pendekatan regresi linear

berganda menjadi:

Xind t=β0+β1 ER1 t+β2 GDP2 t+β3 Pc3 t+e

Di mana:

Xind t = Nilai ekspor karet Indonesia Ke China (US$)

ER1 t = Kurs mata uang dollar US$ terhadap yuan (US$/Yuan)

GDP2 t = GDP China (US$)

43

Page 44: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Pc3 t = Harga karet internasional (US$)

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi kurs dollar US$ terhadap yuan

β2 = Koefisien regresi GDP China

β3 = Koefisien harga karet internasional

e = Variabel pengganggu (error term)

3.4 Uji Statistik

Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan

beberapa pengujian (Gujarati, 2003) :

3.4.1 Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji koefisien dugaan secara serentak atau

bersama-sama apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama dapat

menjelaskan variasi dari variabel dependen. Stastistik uji yang digunakan dalam

uji-F:

Fhitung=e2/(k−1)

(1−e2)/(n−k )

Di mana:

e2 = Koefisien determinasi

1−e2 = Jumlah kuadrat sisa

k = Jumlah variabel dependen dan independen

n = Jumlah sampel

44

Page 45: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Penilaian dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel

pada derajat kebebasan degree of freedom (df) dan tingkat keyakinan tertentu

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. H 0 diterima jika f hitung> f tabel maka H a ditolak artinya seluruh variabel

independen merupakan penjelas terhadap variabel dependen.

2. H 0 ditolak jika f hitung< f tabel maka H aditerima artinya seluruh variabel

independen bukan merupakan penjelas terhadap variabel dependen.

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H 0 : β1=β2=β3=0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

H 1: β1 , β2 , β3dan β4 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

3.4.2 Uji Statistik t

Uji statistik-t digunakan untuk menguji koefisien dugaan dari masing-

masing variabel independen apakah secara terpisah berpengaruh nyata terhadap

variabel dependennya. Untuk menguji keberartian koefisien regresi digunakan uji-

t yang kemudian dibandingkan dengan tabel. Statistik uji yang digunakan dalam

uji-t :

t hitung=βx

Se(β x)

Di mana:

45

Page 46: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

βx = Koefisien regresi

Se (βx ) = Standar Error

Penilaian dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel

pada derajat kebebasan atau degree of freedom (df) dan tingkat keyakinan

tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika t hitung< ttabel maka H 0 diterima dan hipotesis alternatif ditolak berarti

variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika t hitung> ttabel maka H 0 ditolak dan hipotesis alternatif diterima berarti

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H 0 : βx=¿ 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen

dengan variabel dependen.

H 1: β1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen dengan

variabel dependen.

3.4.3 Koefisien Determinasi (R¿¿2)¿

Pengujian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar proporsi

sumbangan seluruh variabel independen terhadap variasi naik turunnya variabel

dependen. Nilai R2 dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:

R2=β1∑ X

1Y t +β2∑ X 2Y t+β3∑ X3 Y t

∑ Y t2

Di mana:

R2 = Koefisien determinasi

46

Page 47: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Y t = Ekspor karet Indonesia ke China

β1 β2 β3= Koefisien regresi

X1 = Kurs dollar US$ terhadap yuan

X2 = GDP China

X3 = Harga karet internasional

Di mana persamaan R2 berkisar 0 0 ≤ R2≥ 1. Jika mendekati 0 berarti

kurang kuat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Jika nilai

mendekati 1 maka ini menunjukkan semakin besarnya hubungan antara kedua

variabel tersebut.

3.5 Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005), uji multikolinearitas adalah sebagai alat uji

multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antarvariabel bebas (independen). Karena model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji

multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan

menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan

menggunakan eviews 8.1.

Cara mengetahui apakah dalam model tersebut ada multikolineritas atau

tidak adalah dengan cara menghitung nilai Varians Inflation Factor (VIF). Jika

nilai VIF < 10, maka persamaan tersebut tidak ada masalah multikolinearitas.

VIF= 1

1−R2 xi

47

Page 48: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Di mana:

VIF = Varians Inflation Factor

R2 xi = Korelasi antara variabel xi dengan variabel x lain

Menurut Sumodiningrat (2001), uji kolinearitas digunakan untuk menguji

adanya korelasi antarvariabel independen pada regresi yang ditentukan. Jika

terjadi korelasi, maka dapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

b. Heteroskedastisitas

Menurut Winarno (2009), uji ini digunakan untuk melihat varians residual

apakah konstan atau tidak. Apabila varians residual konstan maka asumsi

homoskedastisitas terpenuhi. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya

masalah heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji White. Uji White

menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen yang diregresikan

terhadap variabel- variabel independennya.

Uji heteroskedastisitas hipotesinya adalah:

H 0 = Homokedastisitas

H 1= Heteroskedastisitas

Jika di temukan heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak akan

efisien dan akan menyesatkan permalan atau kesimpulan selanjutnya. Ada

beberapa yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas.

(Winarno, 2009), yaitu, Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan

meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan

48

Page 49: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan x2hitungdan x2tabel,

apabila x2hitung>x2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi

heteroskedastisitas diterima, dan sebaliknya apabila x2hitung< x2tabel maka hipotesis

yang mengatakan bahwa terjadi heteroskedastisitas ditolak. Dalam metode White

selain menggunakan nilai xhitung, untuk memutuskan apakah data terkena

heteroskedastisitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Square yang

merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Square < ∝, berarti

Ho ditolak jika probabilitas Chi Square > ∝, barati Ho diterima.

c. Autokorelasi

Menurut Wijaya (2009), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t−1). Autokorelasi terjadi karena

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel

bebas yang terus-menerus sehingga akan terjadi dan mempengaruhi nilai-

nilai variabel-variabel bebasnya.

2. Terjadinya penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel

bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model.

3. Bentuk fungsi yang salah.

4. Adanya lags (tenggang waktu)

5. Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Apabila terdapat autokorelasi cara menanggulangi masalahnya yaitu

dengan cara mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model

regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation).

49

Page 50: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel

terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjaadi

berkurang 1.

Uji Autokorelasi digunakan Pengujian autokorelasi dapat juga dilakukan

dengan uji Lagrange-Multiplier (LM), dan untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi dapat dilakukan dengan patokan Obs*R-Squared hitung < X² tabel

berarti model lolos dari adanya autokorelasi, atau bisa dilihat jika probabilita >

0,05 data lolos dari autokorelasi.

d. Linearitas

Uji Linearitas ini dikembangkan oleh Ramsey pada tahun 1996 (Gujarati,

2003). Berkaitan dengan masalah spesifikasi kesalahan. Ramsey menyarankan

satu uji yang dikenal dengan general test of spesification atau reset test. Asumsi

yang digunakan dalam uji ini adalah bahwa fungsi yang benar adalah fungsi

linear.

Uji ini bertujuan untuk menghasilkan nilai Fhitung, kemudian nilai tersebut

dibandingkan dengan F tabel, jika Fhitung > F tabel maka hipotesis nol yang

menyatakan model dalam bentuk linear ditolak dan sebaliknya jika Fhitung<F tabel

maka diterima H 0.

e. Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2007), uji normalitas adalah sebagai alat uji

normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk

melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa

50

Page 51: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.

Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini

adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis ini

kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya. Uji ini digunakan untuk melihat

apakah residual telah menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dapat

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai probabilitasnya.

Hipotesis uji normalitas adalah:

H 0 = Residual terdistribusi normal

H 1 = Residual tidak terdistribusi normal

Residual akan terdistribusi normal apabila nilai probabilitas Kolmogorov-Smirnov

lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (p-value > α).

3.6 Operasional Variabel

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka dilakukan pengukuran variabel-

variabel pengamatan yaitu sebagai berikut:

1. Kurs dollar US$ terhadap yuan

Kurs yang digunakan adalah nilai tukar dollar US terhadap yuan periode

2001-2012.

2. GDP China

GDP yang digunakan adalah nilai GDP China tahunan dalam miliar US$

periode 2001-2012.

3. Harga karet internasional

51

Page 52: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Harga karet yang digunakan adalah harga karet internasional tahunan

dalam bentuk dollar per ton tahun 2001-2012.

4. Ekspor karet Indonesia ke China

Nilai ekspor yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ekspor karet

Indonesia ke China tahunan dalam miliar US$ periode 2001-2012.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia ke China

Perkembangan ekspor karet Indonesia setiap tahun cenderung mengalami

tren fluktuasi, hal ini disebabkan oleh permintaan negara pengimpor mengalami

pola konsumsi yang berfluktuatif. Tingkat konsumsi penduduk negara pengimpor

akan produk karet merupakan suatu efek dari perkembangan penduduk dalam

suatu negara, dikarenakan peningkatan jumlah penduduk akan secara langsung

mendorong peningkatan konsumsi agregat dan kemudian akan mendorong

konsumsi secara agregat.

Pada dasarnya prospek ekspor karet Indonesia memiliki prospek yang

sangat cerah dikarenakan kebutuhan akan karet yang akan diolah menjadi

berbagai kebutuhan semakin meningkat seiring dengan tingginya konsumsi

produk-produk yang berbahan baku karet ini, sebagai contoh ban merupakan hasil

52

Page 53: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

turunan dari produk karet serta alat kesehatan yang sebagian besar berbahan dasar

karet. China merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak di dunia yang

memiliki pola konsumsi yang tinggi dan sebagian besar diekspor hasil olahan

karet ke seluruh dunia, maka dari itu China lebih memilih impor karet dan

kemudian diproduksi, dan hasil produksi tersebut diekspor lagi ke seluruh dunia.

Tabel 1.5 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia ke China

TahunVolume (Ton)

Growth(%)

Nilai(US $)

Growth(%)

2001 136.607 - 75.530.000 -2002 46.221 -67,6 40.070.000 -46,942003 107.724 133,7 111.220.000 177,562004 197.598 83,4 252.143.000 126,702005 249.791 26,4 341.040.000 35,252006 337.223 35.0 689.440.000 102,152007 341.021 1,1 762.110.000 10,542008 318.841 -6,5 901.200.000 18,252009 457.118 43,4 838.990.000 -6,902010 418.098 -8,5 1.416.130.000 68,782011 409.377 -2.1 2.006.857.000 41,712012 437.750 6,9 1.735.971.000 -13,49

Rata-rata 288.114 22,29 764.225.083,3 46,69Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Perkembangan ekspor karet Indonesia ke China mengalami fluktuasi yang

menarik di mana pada tahun 2001 volume ekspor karet Indonesia 136.607 ton

dengan nilai ekspor sebesar US$ 75.530.000 pada tahun 2002 penurunan yang

sangat signifikan menjadi 46.221 ton atau sebanyak US$ 40.070.000 dengan

persentase -46,94 persen, pada tahun 2003 terjadi peningkatan yang sangat baik

menjadi 107.724 ton atau sebanyak 177,56 persen. Tahun 2004 kenaikan menjadi

53

Page 54: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

126,70 persen dari tahun sebelumnya atau menjadi 197.598 ton dengan nilai

ekspornya US$ 252.143.000. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan nilai ekspor karet

Indonesia menjadi US$ 341.040.000 sebaliknya jumlah volume ekspor karet

Indonesi ke China mengalami peningkatan menjadi 249.791 ton. Tahun 2006

peningkatan pun terjadi sangat signifikan 89,4 persen atau sebanyak 337.223 ton

dengan nilai ekspor US$ 689.440.000 dengan persentase 102,15 persen, Pada

tahun 2007 nilai ekspor karet Indonesia ke China US$ 762.110.000 atau sebanyak

341.021 ton dengan persentase kenaikan 10 persen. Di tahun 2008 volume ekspor

karet Indonesia ke China mengalami penurunan menjadi 318.841 ton tetapi terjadi

peningkatan pada nilai ekspornya menjadi US$ 901.200.000 dan persentase

kenaikannya 18,25 persen. Tahun 2009 nilai ekspor karet Indonesia ke China US$

838.990.000 terjadi penurunan, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2009

dari tahun sebelumnya, sebagai akibat adanya krisis di Amerika dan

kemudian menimbulkan krisis keuangan global, yang pada akhirnya

mengakibatkan permintaan China akan karet dan produk karet mengalami

penurunan dan kenaikan persentase volume ekspornya 43,4 persen atau sebanyak

457.118 ton. Namun di tahun 2010 volume ekspor karet Indonesia terjadi lagi

penurunan -8,5 persen, menjadi 418.098 ton dan nilai ekspor karetnya mengalami

peningkatan cukup baik menjadi 68,78 persen atau US$ 1.416.130.000

dikarenakan membaiknya ekonomi Negara China. Tahun 2011 volume ekspor

karet Indonesia terjadi penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 409.377 Ton

dengan persentase penurunan -2,1 persen dan terjadi peningkatan dinilai

ekspornya sebanyak US$ 2.006.857.000 dan persentasenya 41,71 persen. Pada

tahun 2012 penurunan nilai ekspor karet Indonesia ke China sebanyak -13,49

54

Page 55: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

persen atau US$ 1.735.971.000 dan pada volume ekspor terjadi peningkatan

menjadi 437.750 ton atau sebanyak 6,9 persen.

Peningkatan tertinggi nilai ekspor karet Indonesia ke China selama tahun

2001-2012 terjadi pada tahun 2008 sebesar 135,7 persen dengan nilai ekspornya

US$ 835.044.579 tetapi terjadi penurunan volume ekspor menjadi 318.841 ton

dengan persentase penurunannya -6,5 persen kenaikan tersebut disebabkan karena

Indonesia cukup mendapatkan manfaat dari tingginya harga komoditas primer

karena ekspor Indonesia banyak ditunjang oleh komoditas tersebut. Sementara itu

penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2002, penurunannya

sebanyak -67,2 persen dengan nilai ekspornya US $ 43.692.711 dan volume

eskpornya 46.221 ton dengan volume penurunannya -67,6 persen, penurunan

ekspor tersebut terjadi karena melemahnya industri barang jadi karet di China

sehingga bahan baku produksi atas bahan dasar karet alam menurun. Namun

mulai tahun 2003, ekspor karet alam Indonesia ke China cenderung semakin

meningkat.

Perkembangan rata-rata volume ekspor karet alam Indonesia ke China

menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat sebesar 22,29 persen

selama periode 2001-2012. Nilai rata-rata ekspor karet Indonesia ke China sebesar

46,69 persen selama periode 2001-2012.

4.2 Perkembangan Kurs Dollar US$ terhadap Yuan 2001-2012

Pergerakan nilai dollar ke yuan mengalami tren yang fluktuasi yang selalu

berubah-ubah setiap tahunnya. Ketika nilai tukar yuan melemah (depresiasi)

terhadap mata uang dollar AS, maka harga dalam negeri relatif lebih murah

55

Page 56: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

dibanding harga negara lain, sehingga secara umum akan menimbulkan spekulasi

ekspor yang meningkat keluar negeri. Hal ini dapat terjadi karena harga jual di

luar negeri lebih tinggi dari pada harga domestik.

Menurut Lipsey (1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi

berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka

jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang, ceteris

paribus.

Untuk harga ekspor, Lipsey (1995) menyatakan bahwa suatu hipotesis

ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga yang

ditawarkan berhubungan secara negatif dengan jumlah yang diminta, atau dengan

kata lain semakin besar harga komoditi maka akan sedikit kuantitas komoditi

tersebut yang diminta. Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan

penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas komoditi

tersebut yang ditawarkan.

Tabel 1.6 Perkembangan Kurs Dollar AS terhadap Yuan

Tahun Kurs (Dollar/Yuan) Growth (%)2001 8,2712 -2002 8,2781 0,08342003 8,2644 -0,16552004 8,2625 -0,02292005 6,1613 -25,43062006 7,9723 29,39312007 7,6064 -4,58962008 6,9518 -8,60592009 6,8322 -1,72042010 6,7705 -0,90302011 5,9162 -12,6182012 6,3101 6,6579

Rata-rata 7,29975 -1,6292Sumber : www.x-rates.com (diolah)

56

Page 57: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Pada tabel 1.6 menggambarkan tentang pergerakan nilai tukar dollar AS

terhadap yuan dari tahun 2001-2012. Di mana tahun 2001 nilai tukar dollar ke

yuan, yuan 8,2712 dan pada tahun 2002 nilai tukar dollar ke yuan mengalami

depresiasi 0,08 persen di tahun 2003 nilai tukar dollar ke yuan mengalami

apresiasi yuan 8,2644 atau 0,16 persen. Kemudian pada tahun 2004 nilai tukar

dollar AS kembali mengalami apresiasi yuan 8,2625 atau 0,02 persen. Kenaikan

yang cukup baik pada tahun 2005, nilai tukar dollar ke yuan menjadi 25,43 persen

atau yuan 6,1613. Pada tahun 2006 terjadi depresiasi yang sangat drastis di

sepanjang 10 tahun terakhir sebanyak 29,39 persen atau yuan 7,9723, kenaikan

pun terjadi kembali pada tahun pada tahun 2007 kenaikannya 4,58 persen atau

yuan 7,6064. Pada tahun 2008 kenaikan nilai tukar dollar ke yuan terus terjadi,

yuan 6,9518 atau sebesar 8,60 persen. Tahun 2009 apresiasi terus terjadi yang

signifikan yuan 6,8322 atau 1,72 persen. Tahun 2010 tingkat apresiasi dollar

terhadap yuan terjadi kenaikan 0,90 persen atau sebesar yuan 6,7705 dan di tahun

2011 apresiasi dollar terhadap yuan 12,61 persen atau yuan 5,9162. Di tahun

2012 terjadi depresiasi 6,65 persen atau yuan 6,3101. Selama dua belas tahun

terakhir pergerakan nilai tukar dollar ke yuan tidak mengalami peningkatan yang

cukup berarti rata-rata nilai tukar dollar ke yuan adalah yuan 7,2997.

Melemahnya nilai tukar yuan terhadap dollar merupakan suatu kebijakan

pemerintah China guna untuk bisa bersaing produk ekspornya di pasar dunia.

Pemerintah AS mengklaim tentang manipulasi yuan adalah bahwa Bank Sentral

China dianggap telah melakukkan intervensi yang kuat dengan tidak membiarkan

nilai tukar yuan terapresiasi atau meningkat terhadap dollar AS. Nilai yuan

memang seharusnya terapresiasi terhadap dollar AS, karena dengan semakin

57

Page 58: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

meningkatnya perdagangan internasional China maka permintaan terhadap nilai

tukar yuan seharusnya meningkat, dan ini akan meningkatkan nilai yuan terhadap

dollar AS. Namun, hal ini tentu bukanlah merupakan hal yang mudah bagi China

untuk membiarkan itu terjadi. Saat terjadi peningkatan nilai tukar yuan terhadap

dollar AS pasti akan menurunkan kinerja ekspor mereka, karena semakin

meningkatnya harga barang China di pasar internasional.

Bagi pemerintah AS bahwa kebijakan tersebut akan melemahkan daya

saing produk AS khususnya dalam tataran harga di pasar internasional. sehingga

klaim yang keras terhadap strategi curang China tersebut juga dapat diterima

secara nalar. Bahwa kebijakan “manipulasi yuan” ini jugalah yang telah banyak

berkontribusi terhadap resesi yang terjadi di AS, mulai dari meningkatnya

pengangguran, kredit macet dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan AS (Satria,

2012).

4.3 Perkembangan GDP China 2001-2012

Gross Domestic Product (GDP) merupakan gambaran pendapatan total dan

pengeluaran modal terhadap output barang dan jasa yang ada di suatu negara.

Menurut Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total

produksi barang dan jasa suatu negara yang dinyatakan sebagai produksi nasional

dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang

bersangkutan atau dengan kata lain, produk nasional sama dengan pendapatan

nasional.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan pendapatan

nasional di mana diukur dari kegiatan ekspor yang dilakukan suatu negara untuk

58

Page 59: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

meningkatkan suatu perekonomian negara tersebut. Pada tabel 1.7 menjelaskan

tentang perkembangan GDP China.

Tabel 1.7 Perkembangan GDP China Tahun 2001-2012

Tahun GDP China (US$) Growth (%)2001 1,324,806,909,020 -2002 1,453,827,558,028 9,732003 1.640.958.734.582 12,872004 1.931.644.329.934 17,712005 2.256.902.590.825 16,832006 2.712.950.885.444 20,202007 3.494.055.942.162 28,792008 4.521.827.271.025 29,412009 4.990.233.518.751 10,352010 5.930.502.270.317 18,842011 7.321.891.954.612 23,462012 8.229.490.030.098 12,39

Rata-rata 3.817.424.332.899 18,23Sumber : databank.wordlbank.org

Perkembangan GDP China dari tahun ke tahun mengalami tren yang

berfluktuasi, tahun 2001 GDP China US$ 1.324.806.909.020 di tahun 2002

mengalami peningkatan US$ 1.453.827.558.028 atau sebesar 9,73 persen. Pada

tahun 2003 kenaikan GDP China sebesar US$ 1.640.958.734.582 atau mengalami

kenaikan sebesar 12,87 persen. Di tahun 2004 kenaikan GDP China US$

59

Page 60: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

1.931.644.329.934 atau sebesar 17,71 persen dan di tahun 2005 kenaikannya

sebanyak 16,83 persen atau sebanyak US$ 2.256.902.590.825. Pada tahun 2006

GDP China mengalami kenaikan yang cukup berarti sebanyak US$

2.712.950.885.444 atau sebanyak 20,20 persen. Pada tahun 2007 kenaikan GDP

China naik dari tahun sebelumnya menjadi 28,79 persen atau sebanyak US$

3.494.055.942.162 dan di tahun 2008 terjadi kenaikan yang cukup signifikan

menjadi US$ 4.521.827.271.025 atau sebesar 29,41 persen. Di tahun 2009 terjadi

penurunan 18,05 persen menjadi 10,35 persen atau menjadi US$

4.990.233.518.751. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan menjadi US$

5.930.502.270.317 atau sebanyak 18,84 persen. Tahun 2011 GDP China US$

7.321.891.954.612 atau sebanyak 23,46 persen, dan yang terakhir kenaikan GDP

China sebanyak 12,39 persen atau sebanyak US$ 8.229.490.030.098. Berdasarkan

dari hasil penelitian bahwa perkembangan rata-rata GDP China per tahun adalah

US$ 3.817.424.332.899 atau sebesar 18,23 persen.

4.4 Perkembangan Harga Karet Internasional

Harga karet internasional selama 2001-2012 terus mengalami tren

fluktuatif, walaupun perlahan-lahan mengalami peningkatan namun pada tahun

tertentu mengalami penurunan.

Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori

ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu

mekanisme. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling

berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila pada

suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang

60

Page 61: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila kuantitas barang yang

ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak dari pada kuantitas permintaan,

maka harga cenderung turun. Tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari

barang tersebut. Sampai pada tingkat harga tertinggi konsumen cenderung

menggantikan barang tersebut dengan barang lain yang mempunyai hubungan

dekat dan relatif lebih murah. (Budiono, 1995).

Karet merupakan komoditas perdagangan dunia yang penting, namun

harganya seringkali berfluktuasi sehingga merugikan negara produsen.

Perkembangan harga karet alam di pasar dunia sejak tahun 2001-2012 terlihat

dalam tabel 1.8 sebagai berikut :

Tabel 1.8 Perkembangan Harga Karet Internasional 2001-2012

Tahun Harga Karet (US$/Ton) Growth (%)2001 1.005 -2002 1.000 -0.492003 1.090 92004 1.110 1.832005 1.190 7.202006 1.430 20.162007 2.010 40.552008 2.090 3.982009 1.600 -23.442010 2.930 83.122011 4.000 36.512012 3.300 -17.5

Rata-rata 1.860 19.77Sumber: Gapkindo (diolah)

Pada tabel 1.8 dapat dijelaskan bahwa perkembangan harga karet

internasional mengalami tren yang dinamis, di mana pada tahun 2001 harga karet

dunia US$ 1005 per ton, pada tahun 2002 harga karet dunia US$ 1.000 per ton

dan mengalami penurunan -0,49 persen. Pada tahun 2003 harga karet dunia harga

karet dunia US$ 1.090 per ton dan peningkatannya sebanyak 15 persen dan pada

61

Page 62: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

tahun 2004 kenaikan sebesar 1.83 persen atau sebanyak US$ 1.110 per ton. Tahun

2005 harga karet dunia mengalami kenaikan menjadi US$ 1.190 per ton atau naik

sebesar 7.20 persen, di tahun 2006 kenaikan harga karet sebesar 20.16 persen atau

sebesar US$ 1.430 per ton. Tahun 2007 kenaikan harga karet dunia cukup

signifikan sebanyak 40.55 persen atau US$ 2010 per ton, di tahun 2008 kenaikan

harga karet dunia menjadi US$ 2.090 per ton atau sebanyak 3.98 persen. Pada

tahun 2009 harga karet dunia mengalami penurunan yang dinamis menjadi US$

1.600 per ton atau sebanyak -23.44 persen dikarenakan konsumsi karet dunia

sedang melemah. Tahun 2010 harga karet dunia membaik kenaikan harga karet

dunia menjadi US$ 2.930 per ton atau sebanyak 83,12 persen. Tahun 2011 harga

karet dunia mengalami kenaikan perlahan menjadi US$ 4.000 per ton atau

sebanyak 36,51 persen dan di tahun 2012 harga karet alam dunia mengalami

penurunan menjadi US$ 3.300 per ton atau sebesar -17.5 persen.

4.5. Kontribusi Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China terhadap Nilai

Ekpor Karet Indonesia 2001-2012

Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, ekspor non migas berperan

penting dalam menopang kegiatan perekonomian secara nasional. Karena

pemerintah harus berupaya lebih intensif dalam peningkatan peluang ekspor karet

tersebut. Peningkatan ekspor karet juga dimaksudkan untuk meningkatkan skala

produksi nasional, dengan demikian diharapkan akan memberikan kesempatan

kerja yang lebih besar pada masyarakat.

Berdasarkan dengan kesempatan kerja dan usaha yang lebih besar pada

masyarakat diharapkan akan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

62

Page 63: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Karenanya pemerintah diharapkan berusaha meningkatkan ekspor non migas

(karet) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, perlu

dilihat pertumbuhan ekspor karet selain hasil perkebunan setiap tahunnya baik

volume maupun nilainya yang dipakai dalam satuan persentase. Untuk melihat

perkembangan kontribusi nilai ekspor karet Indonesia terhadap nilai ekspor karet

Indonesia ke China periode 2001-2012 dapat dilihat tabel 1.9 di bawah ini.

Tabel 1.9 Kontribusi Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China terhadap Nilai

Ekspor Karet Indonesia Periode 2001-2012 (US$)

TahunEkspor Karet

Indonesia Ke China (US$)

Ekpor Karet Indonesia (US$)

Kontribusi (%)

2001 75.530.000 57.361.000.000 0,1316752002 40.070.000 59.166.000.000 0,0677252003 111.220.000 64.108.000.000 0,1734882004 252.143.000 70.766.610.000 0,3563022005 341.040.000 86.996.064.000 0,3920182006 689.440.000 103.527.000.000 0,6659522007 762.110.000 118.013.000.000 0,6457852008 901.200.000 139.606.000.000 0,6455312009 838.990.000 119.646.000.000 0,7012272010 1.416.130.000 158.074.492.000 0,8958622011 2.006.857.000 201.472.259.000 0,9960962012 1.735.971.000 125.494.831.000 1,383301

Rata-Rata 614.379.385,8 108.685.938.000 0,587913Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan tabel 1.9 dapat dilihat bahwa kontribusi nilai ekspor karet

Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia periode 2001-2012

mengalami tren berfluktuatif pada tahun 2001 sebesar 0,131675 persen. Pada

63

Page 64: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

tahun 2002 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet

Indonesia sebesar 0,067725 persen, pada tahun 2003 kontribusi ekspor karet

Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia mengalami kenaikan

menjadi 0,173488 persen. Tahun 2004 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China

terhadap nilai ekspor karet Indonesia sebesar 0,356302 persen, pada tahun 2005

sebesar 0,392018 persen. Tahun 2006 terjadi kenaikan kontribusi ekspor karet

Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia sebesar 0,665952 persen.

Di tahun 2007 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor

karet Indonesia sebesar 0,645785 persen, di tahun 2008 kontribusi ekspor

tersebut relatif sama dengan ekspor tahun 2007, sebesar 0,645531 persen terjadi

kenaikan kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet

Indonesia di tahun 2009 sebesar 0,701227 persen kontribusi ekspor karet

Indonesia ke China mengalami kenaikan pada tahun 2010, sebesar 0,895862

persen tahun 2011 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai

ekspor karet Indonesia sebesar 0,996096 persen dan kontribusi tertinggi pada

tahun 2012 sebesar 1,383301 persen terhadap nilai ekspor karet Indonesia. Rata-

rata kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet

Indonesia sebesar 0,587913 persen.

4.6. Pengaruh Kurs, GDP China dan Harga Karet Internasional terhadap

Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China Periode 2001-2012.

Pada bagian ini akan diuji dari hasil-hasil perkiraan pengaruh kurs, GDP

China, dan harga karet internasional terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke

China, dengan menggunakan persamaan regresi berganda, maka didapat hasil

64

Page 65: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

estimasi fungsi dengan menggunakan progran eview 8.1 sebagai variabel

independen (bebas) adalah kurs (X1), GDP (X2), dan harga karet internasional (X3

), sedangkan variabel dependen (terikat) adalah nilai ekspor karet Indonesia ke

China (Y). Dari hasil persamaan regresi berganda, nilai ekspor karet Indonesia ke

China 2001-2012, maka diperoleh hasil estimasi :

Tabel 1.10 Hasil Estimasi Pengaruh Kurs, GDP China dan Harga Karet

Internasional terhadap Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China 2001-2012

Dependent Variable: XINDMethod: Least SquaresDate: 03/08/15 Time: 23:27Sample: 2001 2012Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2246169 4822197 -0.465798 0.6538ER -2168842 5640413 -0.384518 0.7106

GDP 0.115668 0.041701 2.773776 0.0242PC 372106.5 89706.97 4.148022 0.0032

R-squared 0.982101    Mean dependent var 7642250Adjusted R-squared 0.975389    S.D. dependent var 6612511S.E. of regression 1037364.    Akaike info criterion 40.01381Sum squared resid 8.608997    Schwarz criterion 40.17544Log likelihood -236.0828    Hannan-Quinn criter. 39.95396F-statistic 146.3181    Durbin-Watson stat 1.727184Prob(F-statistic) 0.000000

Y = -2246169 + -2168842 (X1 ¿ + 0.115668 (X ¿¿2)¿ + 372106.5

(X 3)

65

Page 66: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

R2 = 0.982101

Fhitung = 146.3181

n = 12

df = 9

Pada hasil perhitungan regresi linear berganda ini dapat dijelaskan bahwa

konstanta (C) sebesar US$ -2246169 artinya jika kurs, GDP dan harga karet

internasional sama dengan nol atau tidak berubah, maka besar penawaran ekspor

karet secara rata-rata menunjukkan penurunan adalah US$ -2246169. Untuk

melihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel maka dapat dilihat di

bawah ini:

a. Variabel Kurs (ER)

Nilai koefisien regresi kurs yang diperoleh adalah yuan -2168842 yang

menunjukkan pengaruh negatif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke

China. Jika kurs yuan turun yuan 1 maka nilai ekspor karet Indonesia ke

China akan mengalami penurunan yuan -2168842 begitu juga sebaliknya.

Artinya kurs berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke

China.

b. Variabel GDP China (GDP)

Nilai koefisien regresi dari GDP China diperoleh US$ 0.115668 yang

menunjukkan pengaruh positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke

China. Jika GDB China mengalami kenaikan US$ 1 maka nilai ekspor

karet Indonesia ke China naik US$ 0.115668 dan penawaran akan

meningkat dengan anggapan kurs dan harga karet internasional tidak

66

Page 67: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

berubah. Artinya GDP China sangat berpengaruh signifikan positif

terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China.

c. Variabel Harga Karet Internasional (PC)

Nilai koefisien regresi dari harga karet internasional diperoleh angka

sebesar US$ 372106.5 yang menunjukkan pengaruh yang positif terhadap

nilai ekspor karet Indonesia ke China. Hal ini sesuai dengan hukum

penawaran, jika harga karet internasional meningkat maka barang yang

diekspor akan meningkat. Hal ini berarti jika harga karet internasional

mengalami peningkatan sebesar US$ 1 per ton, maka nilai ekspor karet

Indonesia ke China akan mengalami peningkatan sebesar US$ 372106.5,

begitu juga sebaliknya apabila harga karet Internasional mengalami

penurunan sebesar US$ 1 per ton, maka nilai ekspor karet Indonesia ke

China akan turun sebesar US$ 372106.5. Artinya harga karet internasional

memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia

ke China.

4.7. Uji Statistik

4.7.1 Uji F

Uji F-statistik merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

apakah semua variabel independen (Kurs, GDP dan PC) memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen (nilai ekpor karet Indonesia ke China), Uji F

dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai F tabelpada tingkat

kepercayaan tertentu atau melihat angka probabilitasnya dan pada taraf

signifikannya (α = 0,05) dengan menggunakan program eview 8.1.

67

Page 68: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Hasil yang diperoleh dari uji Fhitung adalah 146.3181 dengan tingkat

kepercayaan 95%, α= 5%, degree of freedom (df), df = (df1=2, df2=9) diperoleh

F tabel sebesar 4.26. hasil regeresi menunjukkan Fhitung > F tabel maka (Ho) ditolak

dan (Ha) diterima yang artinya memiliki pengaruh signifikan positif antara

variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat.

4.7.2. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, uji t

dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

a. Uji t Koefisien Variabel X1(Kurs)

Dari hasil regresi menunjukkan nilai t hitung untuk kurs yuan adalah -

0.384518 dengan tingkat kepercayaan 95%, α= 5%, df= 9 diperoleh nilai

t tabel 1,83311. Hasil regresi menunjukkan t hitung > t tabel maka (Ho) diterima

dan (Ha) ditolak yang artinya kurs yuan memiliki pengaruh negatif antara

variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Uji t Koefisien Variabel X2 (GDP China)

Dari hasil regresi menunjukkan nilai t hitung untuk GDP adalah 2.773776

dengan tingkat kepercayaan 95%, α= 5%, df= 9 diperoleh nilai t tabel

1,83311. Hasil regresi menunjukkan t hitung > t tabel maka (Ho) ditolak dan

(Ha) diterima yang artinya GDP China memiliki pengaruh signifikan

positif antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

c. Uji t Koefisien Variabel X3 (Harga Karet Internasional)

68

Page 69: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Dari hasil regresi menunjukkan nilai t hitung untuk PC adalah 4.148022

dengan tingkat kepercayaan 95%, α= 5%, df= 9 diperoleh t tabel 1,83311.

Hasil regresi menunjukkan t hitung > t tabel maka (Ho) ditolak dan (Ha)

diterima yang artinya harga internasional memiliki pengaruh positif yang

signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.7.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara bersama-sama

ekonometrika nilai R2 yang semakin mendekati angka satu berarti semakin tepat

menarik garis linear tersebut. Dari hasil perhitungan secara statistik diperoleh nilai

R2 variabel bebasnya 0.982101 atau 98,21 persen, artinya kontribusi variabel

bebas yakni kurs, GDP China dan harga karet internasional terhadap variabel

terikat yakni nilai ekspor karet Indonesia ke China sebesar 98,21 persen

sedangkan sisanya 1,79 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk

dalam penelitian ini.

4.8. Uji Asumsi Klasik

4.8.1. Uji Multikolinearitas

XIND PC GDP ER

XIND  1.000000  0.979179  0.971196 -0.782089PC  0.979179  1.000000  0.938317 -0.745582

GDP  0.971196  0.938317  1.000000 -0.793002ER -0.782089 -0.745582 -0.793002  1.000000

Dari data di atas dapat dilihat bahwa model tersebut lolos dari masalah

multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa korelasi antara variabel.

69

Page 70: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Korelasi antara XIND dengan PC bernilai 0.979179, korelasi PC dengan GDP

bernilai 0.938317, dan korelasi GDP dengan ER bernilai -0.793002 dan ER

dengan XIND -0.782089 . berdasarkan dari uraian tersebut variabel bebasnya

kurang dari satu, maka model tersebut lolos dari uji multikolinearitas.

4.8.2 Uji Heterokedastisitas

Dari hasil yang didapat pada lampiran, nilai chi square tabel pada α= 5%

dengan df= 9 adalah 16.919 dapat diketahui bahwa nilai Chi square tabel > Chi

square hitung (16.919 > 9.542385). maka melalui uji White dapat disimpulkan

bahwa model ini lolos dari uji terhadap gejala heterokedastisitas.

4.8.3. Uji Autokorelasi

Dari hasil pengujian LM diketahui besarnya nilai X2 hitung sebesar

diperoleh 0.106706 dari obs*R-squared. Sedangkan Chi square tabel pada α= 5%

adalah 16.919. maka dari hasil uji tersebut chi square hitung < X2 tabel (0.106706

< 16.919). Maka model ini lolos dari uji terhadap gejala autokorelasi.

4.8.4. Uji Linearitas

Berdasarkan dari hasil uji statistik Ramsey Reset test nilai F statistik

1.117993 sedangkan nilai tabel di tingkat keyakinan 95% sebesar 4.26. di mana

F statistik < F tabel (1.117993 < 4.26). Artinya model ini lulus terhadap gejala

linearitas atau model bersifat linear. Probability sebesar 0.00000 < α = 5) artinya

model ini lolos dari gejala linearitas.

70

Page 71: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

4.8.5. Uji Normalitas

Nilai Jarque-Bera < nilai tabel Chi square, pada α = 5%, df = 9 maka

diperoleh 9.227737 < 16.919. Artinya model ini lolos dari adanya

ketidaknormalan distribusi residual atau data berdistribusi normal.

4.9. Analisis Ekonomi dan Implikasi Kebijakan

4.9.1. Analisis Ekonomi

Setelah melakukan pengujian empiris terhadap variabel-variabel bebas

yang digunakan pada penelitian di mana keseluruhan variabel bebas yakni: GDP

China dan harga karet internasional memiliki pengaruh yang sangat signifikan

terhadap ekspor karet Indonesia ke China. Maka ekspor telah memainkan

peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebab ekspor

karet mampu memberikan sumbangan devisa besar jika terus diupayakan

pembenahan dan mutunya. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki lahan

perkebunan karet yang sangat luas tahun 2014 mencapai 3.556.042 Ha dan

semakin besar peranan teknologi memberikan informasi berbagai produk olahan

karet akan memberikan motivasi dan dorongan bagi Bangsa Indonesia dalam

menciptakan ekspor turunan dari produk karet sehingga akan lebih meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4.9.2. Implikasi dan Kebijakan

Peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan keinginan setiap negara

dalam memacu pembangunan ekonomi suatu negara, tidak terkecuali Indonesia.

Pentingnya meningkatkan ekspor dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi,

71

Page 72: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

sehingga berdampak secara nyata untuk berdisverifikasi terhadap produk ekspor

Indonesia. Semakin majunya kecanggihan teknologi akan menambah tantangan

besar bagi Indonesia dalam menciptakan daya saing ekspor khususnya ekspor

karet Indonesia. Di samping lahan perkebunan karet Indonesia yang luas maka

Indonesia harus mampu meningkatkan industri turunan dari produk karet itu

sendiri selain diekspor sebagai karet olahan bahkan menjadi setengah jadi maka

ke depannya diharapkan Indonesia harus mampu menciptakan berbagai produk

turunan dari karet itu sendiri. Seperti alat-alat kesehatan dan lain-lain sehingga

akan menggerakkan kinerja ekspor Indonesia dan akan menciptakan pertumbuhan

ekonomi Indonesia dalam sumbangan ekspor karet itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Rata-rata perkembangan ekspor karet Indonesia ke China adalah 46,69

persen, perkembangan kurs yuan -1,6292, GDP China rata-rata per tahun

18,23 persen dan harga rata-rata karet internasional adalah US$ 1.860 per

ton dan perkembangannya 19.77 persen. Nilai ekspor karet Indonesia ke

China memberikan kontribusi sebesar 0,587913 persen terhadap nilai

ekspor karet Indonesia selama periode 2001-2012.

72

Page 73: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

2. Dari hasil regresi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

variabel kurs memiliki pengaruh negatif terhadap nilai ekspor karet

Indonesia ke China, GDP China dan harga karet internasional memiliki

pengaruh yang signifikan positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke

China. Uji asumsi klasik yang digunakan menjelaskan bahwa penelitian ini

lolos uji Multikolinearitas, Heterokedastisitas, Autokorelasi, Linearitas,

dan data berdistribusi normal (Normalitas).

5.2. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat, dapat diberikan saran sebagai

berikut :

1. Untuk meningkatkan kontribusi nilai ekspor karet Indonesia ke China

maka usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan mutu produk karet

Indonesia dan menambah lahan perkebunan karet Indonesia.

2. Setelah melakukan pengujian secara individual dan bersama-sama

terhadap keseluruhan variabel, hasil yang diperoleh berpengaruh positif

terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China, maka kebijakan

pemerintah yang harus dilakukan adalah memberikan kebijakan yang

positif dalam menentukan peningkatan ekspor karet, sehingga akan

mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

73

Page 74: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.S. 2004. Seluk Beluk Dan Tehnik Perdagangan Luar Negeri. Victory Jaya Abadi. Jakarta.

Anggarini, Dewi. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Tesis. Magister Ekonomi. Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.

Anindita, Ratya. 2008. Pendekatan Ekonomi untuk Analisis Harga. Kencana. Jakarta.

Batiz, R. 1994. International Finance and Open Economy Macroeconomics. Prentice Hall. USA.

Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. BPFE. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Dhany, Rista Rama. 2013. Ini 5 Negara Produsen Karet Terbesar Di Dunia. Di akses pada tanggal 29 Agustus 2014. http://finance.detik.com/read/2013/03/06 /100113/2187003/1036/5/#bigpic

74

Page 75: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Djiwardono, Soedrajad. J. 1992. Perdagangan dan Pembangunan. Jakarta

Gilarso. T. 1993. Pembangunan Nasional Kanisius. Yogyakarta

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Haryadi. 2000. Ekonomi Internasional. Buku Pertama: Teori Dan Kebijakan. Biografika. Bogor.

Haryadi. 2007. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Biografika. Bogor.

Jhingan, M.L. 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers. Jakarta

Jhingan, M.L, 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers. Jakarta

J, Supranto. (1997). Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan untuk menaikkan pangsa pasar. Rineka Cipta. Jakarta.

Krugman, Paul R dan Mourice Obstfeld, M. 1997. Terjemahan Ekonomi Internasional Teori Dan Kebijakan. PT. Raja Grafindo, Persada.

Krugman, Paul R dan Mourice Obstfeld, M. 2004. Ekonomi Internasional Teori Dan Kebijakan. PT. Indek Kelompok Gramedia. Jakarta.

Lipsey, Richard G. et all, 1995, Pengantar Makro Economics, 10 th edition, Terjemahan oleh Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Binarupa Aksara. Jakarta.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahadja. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004. Pengantar Ekonomi Makro. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia PT Grafindo Persada. Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi ke empat. (Di terjemahkan oleh Imam Nurmawan). Erlangga. Jakarta.

McEachern, William A. 2000. Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer. Terjemahan oleh Sigit Triandaru. Salemba Empat. Jakarta.

Nicholson, Walter. 1999. Mikro Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga. Edisi Kedelapan. Jakarta.

Nopirin. 1994. Bisnis Internasional. BPFE. Yogyakarta.

75

Page 76: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta.

Samuelson, Paul A dan Nordhus William D., 1993. Mikro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Samuelson, Paul A dan Nordhus William D., 1997. Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Satria, Dias. 2012. Amerika Geram dengan China. Diakses Pada Tanggal 7 Desember 2014. http://diassatria.lecture.ub.ac.id/2012/01/artikel-amerika-geram-dengan-China/

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo, Jakarta

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Cetakan keempat belas. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Todaro, M.P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, dalam Haris Munandar (Penerjemah). Erlangga. Jakarta.

Tan, Syamsurizal. 2004. Ekonomi Internasional. Citra Indonesia. Jakarta.

Tan, Syamsurizal. 2010. Perencaan Pembangunan: Teori dan Implementasi Pada Pembangunan Daerah. FE-UNJA. Jambi.

Wijaya, Tony. 2009. Analisis Structural Equation Modelling Untuk Penelitian Menggunakan AMOS, Penerbit Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Winardi. 1985. Perkembangan Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung

Winardi. 1990. Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi ke VII Buku 2. Tarsito. Bandung.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eview. UPP STIM YKPN. Jogjakarta

Virdhani, Marieska Harya. 2013. 2013, Produksi Karet Indonesia Capai 3,1 Juta Ton. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2014. http://economy.okezone.com /read/2013/05/29/320/814350/2013-produksi-karet-indonesia-capai-3-1-juta-ton

76

Page 77: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Lampiran 1. Data Nilai Ekspor Karet Indonesia Ke China (US$),

Kurs(Dollar/Yuan) GDP China (US$), dan Harga Karet Internasional

(US$/ton)

TAHUNXIND(US $)

ER (US/Yuan

)

GDP(US $)

PC(US $/Ton)

2001 75.530.000 8,2712 1.324.806.909 1.0052002 40.070.000 8,2781 1.453.827.558 1.0002003 111.220.000 8,2644 1.640.958.734 1.0902004 252.143.000 8,2625 1.931.644.329 1.1102005 341.040.000 6,1613 2.256.902.590 1.1902006 689.440.000 7,9723 2.712.950.885 1.4302007 762.110.000 7,6064 3.494.055.942 2.0102008 901.200.000 6,9518 4.521.827.271 2.0902009 838.990.000 6,8322 4.990.233.518 1.6002010 1416130000 6,7705 5.930.502.270 2.9302011 2.006.857.000 5,9162 7.321.891.954 4.0002012 1.735.971.000 6,3101 8.229.490.030 3.300

Keterangan :

XIND = Nilai Ekspor Karet Indonesia Ke China US $ (Y)

77

Page 78: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Kurs = Kurs (Dollar/Yuan) (X 1)

GDP = GDP China US $ (X2)

PC = Harga Karet Internasional US $/Ton (X3)

Lampiran 2. Hasil Uji OLS Regresi Berganda

Dependent Variable: XINDMethod: Least SquaresDate: 03/08/15 Time: 23:27Sample: 2001 2012Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2246169 4822197 -0.465798 0.6538ER -2168842 5640413 -0.384518 0.7106

GDP 0.115668 0.041701 2.773776 0.0242PC 372106.5 89706.97 4.148022 0.0032

R-squared 0.982101    Mean dependent var 7642250Adjusted R-squared 0.975389    S.D. dependent var 6612511S.E. of regression 1037364.    Akaike info criterion 40.01381Sum squared resid 8.608997    Schwarz criterion 40.17544Log likelihood -236.0828    Hannan-Quinn criter. 39.95396F-statistic 146.3181    Durbin-Watson stat 1.727184Prob(F-statistic) 0.000000

78

Page 79: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Multikoleniaritas

XIND PC GDP ER

XIND  1.000000  0.979179  0.971196 -0.782089PC  0.979179  1.000000  0.938317 -0.745582

GDP  0.971196  0.938317  1.000000 -0.793002ER -0.782089 -0.745582 -0.793002  1.000000

2. Hetokedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.862841    Prob. F(9,2) 0.6434Obs*R-squared 9.542385    Prob. Chi-Square(9) 0.3888Scaled explained SS 10.09309    Prob. Chi-Square(9) 0.3430

Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 03/08/15 Time: 22:53

79

Page 80: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Sample: 2001 2012Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8.46E+18 5.59E+18 -1.515104 0.2690PC 4.53E+15 2.37E+15 1.909045 0.1965

PC^2 1.36E+11 9.31E+10 1.461334 0.2814PC*GDP -187316.6 127139.8 -1.473313 0.2786PC*ER -6.10E+14 2.98E+14 -2.046065 0.1774GDP -2.58E+09 1.18E+09 -2.195987 0.1593

GDP^2 0.086055 0.048063 1.790478 0.2153GDP*ER 3.14E+08 1.41E+08 2.235147 0.1549

ER 2.50E+18 1.65E+18 1.513475 0.2693ER^2 -1.71E+17 1.14E+17 -1.500704 0.2722

R-squared 0.795199    Mean dependent var 7.17E+15Adjusted R-squared -0.126407    S.D. dependent var 1.63E+16S.E. of regression 1.74E+16    Akaike info criterion 77.49754Sum squared resid 6.02E+32    Schwarz criterion 77.90163Log likelihood -454.9852    Hannan-Quinn criter. 77.34793F-statistic 0.862841    Durbin-Watson stat 3.062604Prob(F-statistic) 0.643433

3. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.026916    Prob. F(2,6) 0.9736Obs*R-squared 0.106706    Prob. Chi-Square(2) 0.9480

Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 03/08/15 Time: 22:56Sample: 2001 2012Included observations: 12Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PC -6047.250 106384.8 -0.056843 0.9565GDP 0.001704 0.049020 0.034755 0.9734ER 1203862. 65327634 0.018428 0.9859C -4590144. 5.59E+08 -0.008217 0.9937

RESID(-1) 0.104919 0.455969 0.230102 0.8257RESID(-2) 0.009374 0.450686 0.020800 0.9841

R-squared 0.008892    Mean dependent var -4.72E-08

80

Page 81: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Adjusted R-squared -0.817031    S.D. dependent var 88466725S.E. of regression 1.19E+08    Akaike info criterion 40.33821Sum squared resid 8.53E+16    Schwarz criterion 40.58066Log likelihood -236.0292    Hannan-Quinn criter. 40.24844F-statistic 0.010766    Durbin-Watson stat 1.895299Prob(F-statistic) 0.999942

4. Uji Linearitas

Ramsey RESET TestEquation: REGRESI_REVISISpecification: XIND PC GDP ER COmitted Variables: Squares of fitted values

Value df Probabilityt-statistic  1.057352  7  0.3255F-statistic  1.117993 (1, 7)  0.3255Likelihood ratio  1.778073  1  0.1824

F-test summary:Sum of Sq. df Mean Squares

Test SSR  1.19E+16  1  1.19E+16Restricted SSR  8.61E+16  8  1.08E+16Unrestricted SSR  7.42E+16  7  1.06E+16Unrestricted SSR  7.42E+16  7  1.06E+16

LR test summary:Value df

Restricted LogL -236.0828  8Unrestricted LogL -235.1938  7

Unrestricted Test Equation:

81

Page 82: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

Dependent Variable: XINDMethod: Least SquaresDate: 03/08/15 Time: 23:06Sample: 2001 2012Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PC 500837.6 150841.3 3.320295 0.0128GDP 0.123923 0.042126 2.941712 0.0217ER -21351473 55993629 -0.381320 0.7143C -3.94E+08 5.05E+08 -0.779943 0.4610

FITTED^2 -1.12E-10 1.06E-10 -1.057352 0.3255

R-squared 0.984566    Mean dependent var 7.64E+08Adjusted R-squared 0.975747    S.D. dependent var 6.61E+08S.E. of regression 1.03E+08    Akaike info criterion 40.03230Sum squared resid 7.42E+16    Schwarz criterion 40.23434Log likelihood -235.1938    Hannan-Quinn criter. 39.95750F-statistic 111.6366    Durbin-Watson stat 2.262347Prob(F-statistic) 0.000002

5. Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

-1.0e+08 500.000 1.0e+08 2.0e+08

Series: ResidualsSample 2001 2012Observations 12

Mean -4.72e-08Median -2480521.Maximum 2.41e+08Minimum -96042425Std. Dev. 88466725Skewness 1.646171Kurtosis 5.759702

Jarque-Bera 9.227737Probability 0.009913

82

Page 83: ANALISIS EKSPOR KARET INDONESIA KE CINA

83