Analisis Efisiensi Belanja Langsung Pendidikan Dan Kesehatan Di Kabupaten Barito Utara

46
ABSTRAK S o d i g : Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Analisis Efisiensi Belanja Langsung Pendidikan dan Kesehatan di Kabupaten Barito Utara. Ketua Pembimbing: Maryunani, Komisi Pembimbing : Dwi Budi Santoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat efisiensi alokasi anggaran belanja pendidikan dan kesehatan di Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Utara. Metode analisis yang digunakan adalah efisiensi frontier anggaran yang didasarkan pada teori produksi, pengukuran nilai efisiensi diperoleh dengan menggunakan metode analisis Stochastic Production Frontier (SPF), dimana dengan metode Stochastic Production Frontier (SPF) nilai efisiensi yang diperoleh berupa efisiensi anggaran secara absolut. Wawancara langsung terhadap masyarakat di Kabupaten Barito Utara sebagai pengguna jasa pemerintah terhadap pelayanan publik, secara umum sarana dan prasarana sudah baik, yang perlu diperhatikan yaitu tingginya biaya pendidikan dan kesehatan sehingga sangat membebani masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pengelolaan anggaran belanja langsung pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Barito Utara sebelum pemekaran masih kurang efisien, sedangkan sesudah pemekaran terjadi peningkatan tingkat efisien lebih baik. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi anggaran belanja langsung pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Barito Utara terhadap pengelolaan anggaran pendidikan dan kesehatan yaitu : sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana serta faktor kondisi alam di Kabupaten Barito Utara. Kata kunci : Efisiensi Frontier, Anggaran Pendidikan dan Kesehatan, Pelayanan Publik.

Transcript of Analisis Efisiensi Belanja Langsung Pendidikan Dan Kesehatan Di Kabupaten Barito Utara

  • ABSTRAK

    S o d i g : Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Analisis

    Efisiensi Belanja Langsung Pendidikan dan Kesehatan di Kabupaten Barito Utara. Ketua

    Pembimbing: Maryunani, Komisi Pembimbing : Dwi Budi Santoso.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat efisiensi alokasi anggaran

    belanja pendidikan dan kesehatan di Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Utara.

    Metode analisis yang digunakan adalah efisiensi frontier anggaran yang

    didasarkan pada teori produksi, pengukuran nilai efisiensi diperoleh dengan

    menggunakan metode analisis Stochastic Production Frontier (SPF), dimana dengan

    metode Stochastic Production Frontier (SPF) nilai efisiensi yang diperoleh berupa efisiensi

    anggaran secara absolut.

    Wawancara langsung terhadap masyarakat di Kabupaten Barito Utara sebagai

    pengguna jasa pemerintah terhadap pelayanan publik, secara umum sarana dan

    prasarana sudah baik, yang perlu diperhatikan yaitu tingginya biaya pendidikan dan

    kesehatan sehingga sangat membebani masyarakat.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pengelolaan anggaran belanja

    langsung pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Barito Utara sebelum pemekaran

    masih kurang efisien, sedangkan sesudah pemekaran terjadi peningkatan tingkat efisien

    lebih baik.

    Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi anggaran belanja langsung

    pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Barito Utara terhadap pengelolaan anggaran

    pendidikan dan kesehatan yaitu : sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, sarana

    dan prasarana serta faktor kondisi alam di Kabupaten Barito Utara.

    Kata kunci : Efisiensi Frontier, Anggaran Pendidikan dan Kesehatan, Pelayanan

    Publik.

  • ABSTRACT

    Sodig: Graduate School of Economics UB. Direct Expenditure Efficiency Analysis

    of Education and Health in North Barito regency. Chief Editor: Maryunani, Commission

    Advisor: Dwi Budi Santoso. This study aims to estimate the level of efficiency of budget allocations for

    education and health in North Barito regency. The analytical method used is the efficiency frontier budget based on production

    theory, the measurement of the efficiency value is obtained by using analytical methods

    Stochastic Production Frontier (SPF), where the method of Stochastic Production Frontier

    (SPF) value of efficiency obtained in the form of budget efficiency in absolute terms. Interview directly to the society in North Barito regency as users of government

    services to the public service, generally have good facilities and infrastructure, to note are

    the high cost of education and health so it is a burden on society. This study shows that in general direct budget management of education and

    health in North Barito regency before the division is still less efficient, whereas after the

    splitting of an increase in the level of efficiency is better. Factors that influence the level of efficiency of direct spending of education and

    health in North Barito regency of budget management of education and health, namely:

    human resources, government policies, facilities and infrastructure and the natural

    condition factors in North Barito regency.

    Keywords: Efficiency Frontier, Budget and Health Education,

    Public Service.

  • PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan Undang

    Nomor 32 tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah dan Undang

    Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Daerah,

    Pemerintah Pusat dengan Daerah

    merupakan satu kesatuan yang tidak

    dapat dipisahkan dalam upaya

    penyelenggaraan pemerintahan dan

    pelayanan masyarakat.

    Semangat desentralisasi,

    demokratisasi, transparansi dan

    akuntabilitas menjadi sangat dominan

    dalam mewarnai proses

    penyelenggaraan pemerintah pada

    umumnya dan proses pengelolaan

    keuangan daerah pada khususnya.

    Dengan pengaturan tersebut

    diharapkan terdapat keseimbangan

    yang lebih transparan dan akuntabel

    dalam pendistribusian kewenangan,

    pembiayaan dan penataan sistem

    pengelolaan keuangan yang lebih baik

    dalam mewujudkan pelaksanaan

    otonomi daerah secara optimal sesuai

    dinamika dan tuntutan masyarakat

    yang berkembang.

    Peraturan Pemerintah Nomor 58

    tahun 2005 tentang Pengelolaan

    Besarnya jumlah total APBD Kabupaten Barito Utara

    Sumber data : Perda APBD 200

    2003

    172,936,160,472188,346,109,737

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 32 tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah dan Undang-

    Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Daerah,

    Pemerintah Pusat dengan Daerah

    merupakan satu kesatuan yang tidak

    kan dalam upaya

    penyelenggaraan pemerintahan dan

    emangat desentralisasi,

    demokratisasi, transparansi dan

    akuntabilitas menjadi sangat dominan

    dalam mewarnai proses

    penyelenggaraan pemerintah pada

    umumnya dan proses pengelolaan

    gan daerah pada khususnya.

    Dengan pengaturan tersebut

    diharapkan terdapat keseimbangan

    yang lebih transparan dan akuntabel

    dalam pendistribusian kewenangan,

    pembiayaan dan penataan sistem

    pengelolaan keuangan yang lebih baik

    dalam mewujudkan pelaksanaan

    onomi daerah secara optimal sesuai

    dinamika dan tuntutan masyarakat

    Peraturan Pemerintah Nomor 58

    tahun 2005 tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah, dimana kebijakan

    pengelolaan keuangan daerah

    mempunyai sasaran agar pengeluaran

    pemerintah dapat teridentifikasi dengan

    jelas dan terukur mengenai sesuatu

    yang ingin dicapai dalam satu tahun

    anggaran. Sasaran yang ingin dicapai

    tersebut dituangkan dalam APBD yang

    memuat rencana keuangan yang

    diperoleh dan digunakan Pemerintah

    Daerah dalam rangka melaksanakan

    tugas pemerintahan dan memberikan

    pelayanan kepada masyarakat.

    Adapun di dalam belanja daerah,

    pembiayaan terbagi dua belanja tidak

    langsung dan belanja langsung, belanja

    tidak langsung merupakan belanja yang

    untuk kegiatan rutin seperti be

    pegawai sedangkan untuk belanja

    langsung merupakan investasi

    pemerintah daerah untuk peningkatan

    pembangunan secara umum.

    Sejalan dengan era otonomi

    daerah, belanja daerah terus mengalami

    peningkatkan sesuai dengan

    penyediaan dana dalam A

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    Kabupaten Barito Utara seperti pada

    gambar 1.1 di bawah ini :

    Gambar.1.1

    Besarnya jumlah total APBD Kabupaten Barito Utara

    Tahun 2003 2008

    Sumber data : Perda APBD 2003-2008 Kab.Bariro Utara

    2004 2005 2006 2007 2008

    188,346,109,737198,166,186,102

    330,967,770,621395,401,266,495

    504,800,747,071

    Keuangan Daerah, dimana kebijakan

    pengelolaan keuangan daerah

    mempunyai sasaran agar pengeluaran

    h dapat teridentifikasi dengan

    jelas dan terukur mengenai sesuatu

    yang ingin dicapai dalam satu tahun

    anggaran. Sasaran yang ingin dicapai

    tersebut dituangkan dalam APBD yang

    memuat rencana keuangan yang

    diperoleh dan digunakan Pemerintah

    ka melaksanakan

    tugas pemerintahan dan memberikan

    pelayanan kepada masyarakat.

    Adapun di dalam belanja daerah,

    pembiayaan terbagi dua belanja tidak

    langsung dan belanja langsung, belanja

    tidak langsung merupakan belanja yang

    untuk kegiatan rutin seperti belanja

    pegawai sedangkan untuk belanja

    langsung merupakan investasi

    pemerintah daerah untuk peningkatan

    pembangunan secara umum.

    Sejalan dengan era otonomi

    daerah, belanja daerah terus mengalami

    esuai dengan

    penyediaan dana dalam Anggaran

    aerah (APBD)

    seperti pada

    di bawah ini :

    504,800,747,071

  • Berdasarkan gambar

    memperlihatkan bahwa ada

    peningkatan Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

    Barito Utara. Sejauh mana, peningkatan

    belanja daerah mampu diikuti oleh

    pengelolaan anggaran yang efisien

    sesuai dengan tuntutan

    taraf hidup masyarakat Barito Utara

    secara umum.

    Besarnya komitmen pemerintah

    daerah dalam menyediakan layanan

    publik melalui pengeluaran belanja

    pemerintah daerah bidang pendidikan

    dan kesehatan. Pelayanan publik yang

    maksimal seharusnya menjadi tujuan

    dari dana yang dibelanjakan oleh

    pemerintah daerah. Dana yang

    dibelanjakan untuk mencapai sasaran

    Besarnya jumlah

    Sumber data : Perda APBD 200

    dengan Terjadinya peningkatan alokasi

    anggaran pendidikan dan kesehatan

    sejauh mana dalam pengelolaannya

    terhadap tingkat efisiensi alokasi

    anggaran pendidikan dan kesehatan

    guna memaksimalkan input terhadap

    output yang dihasilkan.

    program/kegiatan tujuan

    daerah adalah untuk memaksimalkan

    hasil dari keluaran anggaran dalam

    pelaksanaan pembangunan

    pembangunan yang maksimal berkaitan

    erat dengan efisiensi dalam

    2003 2004

    4,941,550,0006,428,368,000

    3,235,011,0004,727,968,730

    gambar 1.1 diatas

    memperlihatkan bahwa ada

    Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

    jauh mana, peningkatan

    daerah mampu diikuti oleh

    pengelolaan anggaran yang efisien

    suai dengan tuntutan peningkatan

    taraf hidup masyarakat Barito Utara

    Besarnya komitmen pemerintah

    daerah dalam menyediakan layanan

    publik melalui pengeluaran belanja

    ah bidang pendidikan

    dan kesehatan. Pelayanan publik yang

    maksimal seharusnya menjadi tujuan

    dari dana yang dibelanjakan oleh

    pemerintah daerah. Dana yang

    dibelanjakan untuk mencapai sasaran

    pembangunan menjadi permasalahan

    penting dalam alokasi pengeluara

    pemerintah daerah.

    Walaupun demikian dalam

    penyelenggaran belanja

    pendidikan dan kesehatan di Kabupaten

    Barito Utara, perlu dilihat kesesuaian

    pelaksanaannya dengan kaidah

    pengelolaan anggaran secara

    Terjadinya kenaikan

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    Kabupaten Barito Utara sejauh mana

    tingkat efisiensi terhadap pengelolaan

    anggaran belanja pendidikan dan

    kesehatan dengan adanya peningkatan

    anggaran. Hal ini dapat dilihat

    gambar 1.2 sebagai berikut.

    Gambar.1.2

    Besarnya jumlah belanja pendidikan dan belanja kesehatan

    Kabupaten Barito Utara

    Tahun 2003 2008

    Sumber data : Perda APBD 2003-2008 Kab.Bariro Utara

    Terjadinya peningkatan alokasi

    anggaran pendidikan dan kesehatan

    sejauh mana dalam pengelolaannya

    terhadap tingkat efisiensi alokasi

    anggaran pendidikan dan kesehatan

    guna memaksimalkan input terhadap

    output yang dihasilkan. Dalam

    program/kegiatan tujuan pemerintah

    h adalah untuk memaksimalkan

    hasil dari keluaran anggaran dalam

    pelaksanaan pembangunan, hasil

    pembangunan yang maksimal berkaitan

    erat dengan efisiensi dalam

    pelaksanaannya. Proses pelaksanaan

    tidak efisien dapat disebabkan karena :

    1. Secara teknis tidak efisien, hal ini

    disebabkan karena ketidakberhasilan

    pemerintah dalam mewujudkan

    pelaksanaan yang maksimal, artinya

    input anggaran yang dikeluarkan

    tidak dapat menghasilkan output

    yang telah ditetapkan yang

    maksimal.

    2. Secara alokatif tidak efisien karena

    pada tingkat anggaran input

    (masukan) dan output (keluaran)

    tertentu, proporsi penggunaan input

    2004 2005 2006 2007 2008

    6,428,368,0007,976,720,05812,465,532,000

    25,783,330,500

    33,310,529,050

    4,727,968,7303,670,500,0009,817,263,500

    19,381,140,19824,448,134,405

    Bel.Pendidikan Bel.Kesehatan

    pembangunan menjadi permasalahan

    penting dalam alokasi pengeluaran

    Walaupun demikian dalam

    elanja langsung

    di Kabupaten

    perlu dilihat kesesuaian

    kaidah-kaidah

    pengelolaan anggaran secara efisien.

    Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

    a sejauh mana

    tingkat efisiensi terhadap pengelolaan

    anggaran belanja pendidikan dan

    kesehatan dengan adanya peningkatan

    dapat dilihat pada

    Proses pelaksanaan

    tidak efisien dapat disebabkan karena :

    teknis tidak efisien, hal ini

    disebabkan karena ketidakberhasilan

    dalam mewujudkan

    pelaksanaan yang maksimal, artinya

    input anggaran yang dikeluarkan

    tidak dapat menghasilkan output

    yang telah ditetapkan yang

    2. Secara alokatif tidak efisien karena

    pada tingkat anggaran input

    (masukan) dan output (keluaran)

    tertentu, proporsi penggunaan input

    33,310,529,050

    24,448,134,405

  • tidak optimum. Hal ini terjadi karena

    produk penerimaan marjinal

    (Marginal Revenue Product) tidak

    sama dengan biaya marjinal

    (Marginal Cost) input yang

    digunakan.

    Secara empiris pemerintah daerah

    adalah sebagai pelayan masyarakat

    dalam menyiapkan anggaran masukan

    (input) maupun keluaran (output) karena

    sangat jarang dijumpai dalam

    pelaksanaan pembangunan bisa

    teroganisasi antara pemerintah daerah

    yang satu dengan sama pemerintah

    daerah yang lain karena setiap

    pemerintah daerah mempunyai

    kebijakan anggaran yang berbeda-beda

    disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

    Dengan latar belakang seperti itu, dalam

    program/kegiatan orientasi Pemerintah

    Daerah dalam suatu pelaksanaan

    pembangunan daerah yang relatif

    homogen cenderung mengejar efisiensi

    teknis yang dalam pelaksanaannya

    diterjemahkan sebagai upaya

    memaksimalkan hasil pembangunan.

    Dalam menyiapkan Rencana

    Kerja Pemerintah Daerah, Pemerintah

    telah mengeluarkan Kebijakan yaitu

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun

    2008 tentang Tahapan Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan

    Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah. Yang

    disesuaikan dari Peraturan Pemerintah

    Nomor 58 tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah.

    Menggunakan analisis standar

    belanja, standar satuan harga dan

    standar pelayanan minimal anggaran

    berdasarkan prestasi kerja diharapkan

    dapat mengoptimalkan penggunaan

    dana masyarakat yang selama ini dinilai

    cenderung lebih besar untuk belanja

    publik. Penjelasan Permendagri tersebut

    mengisyaratkan semua pengeluaran

    daerah dalam rangka pelaksanaan

    desentralisasi fiskal dilakukan sesuai

    jumlah dan sasaran yang ditetapkan

    dalam APBD, sehingga APBD menjadi

    dasar bagi kegiatan pengendalian,

    pemeriksaan dan pengawasan

    keuangan daerah.

    Mengkaji persoalan tentang

    pelaksanaan anggaran sebenarnya

    adalah mengkaji masalah efisiensi teknis

    karena ukuran penyediaan anggaran

    pada hakekatnya menunjukkan pada

    seberapa besar keluaran (output) dapat

    dihasilkan per unit masukan (input)

    tertentu. Jika faktor hasil diasumsikan

    output, efisiensi teknis pada akhirnya

    menentukan hasil pembangunan yang

    diterima pemerintah/masyarakat.

    Penyusunan APBD bertujuan

    penyediaan anggaran lebih berorientasi

    pada kepentingan publik dan

    memenuhi prinsip transparansi, dan

    akuntabilitas. Maka untuk menyusun

    anggaran pendapatan dan belanja

    daerah yang memenuhi azas tertib,

    transparansi, akuntabilitas, konsistensi,

    komparabilitas, akurat dapat dipercaya

    dan mudah dimengerti, sesuai dengan

    tahapannya maka disusun Kebijakan

    Umum APBD, prioritas dan plafon

    anggaran sementara yang selanjutnya

    menjadi pedoman bagi perangkat

    daerah dalam menyusun usulan

    program. Kegiatan dan anggaran yang

    disusun berdasarkan prinsip-prinsip

    anggaran prestasi kerja dan dituangkan

    dalam rencana kerja dan anggaran

    (RKA) SKPD dengan

    mempertimbangkan kondisi ekonomi

    dan keuangan daerah.

    Pengembangan pembangunan di

    Kabupaten Barito Utara juga perlu

    memperhatikan kondisi tingkat efisiensi

    teknis. Dalam praktek pelaksanaan

    dilapangan, Pemerintah Daerah hanya

    akan menyadari hakekat efisiensi teknis

    hanya jika inefisiensi (in-effeciency)

    yang dialaminya secara nyata

    mengakibatkan kerugian yang terukur.

    Pemerintah Daerah meningkatkan

    alokasi anggaran belanja langsung yang

    memenuhi kebutuhan masyarakat luas,

  • menunjang usaha-usaha produktif dan

    mempunyai multiplier effect luas serta

    berjangka panjang dan dihindari untuk

    belanja yang bersifat konsumtif karena

    mengingat efisiensi anggaran sa,at ini

    sangat penting. Belanja langsung yang

    hasil, manfaat dan dampaknya untuk

    publik disesuaikan dengan kemampuan

    pemerintah daerah.

    Pembentukan pemekaran

    Kabupaten Murung Raya adalah untuk

    mewujudkan peningkatan pelayanan

    pemerintah daerah kepada masyarakat

    Kabupaten Murung Raya, diharapkan

    dengan adanya pemekaran wilayah di

    ikuti dengan pelayanan pemerintah

    lebih terfokus salama ini Kabupaten

    Barito Utara memiliki wilayah yang

    sangat luas 32.000 Km. Pemekaran

    kabupaten di Provinsi Kalimantan

    Tengah berdasarkan Undang Undang

    Nomor 5 Tahun 2002, tentang

    Pembentukan Kabupaten Murung Raya,

    Kabupaten Seruyan, Kabupaten

    Sukamara, Kabupaten Lamandau,

    Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten

    Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya,

    dan Kabupaten Barito Timur.

    Pemekaran wilayah Kabupaten

    Barito Utara bertujuan meningkatkan

    pelayanan publik akan difokuskan

    kepada pelayanan bidang pendidikan,

    kesehatan. Namun harus diingat bahwa

    dalam waktu yang relatif singkat (6

    tahun setelah pemekaran) bisa jadi

    belum terlihat perubahan yang berarti

    dalam capaian (outcome) kinerja

    pelayanan publik ini. Karena itu

    indikator kinerja pelayanan publik akan

    lebih menitikberatkan perhatian pada

    sisi input pelayanan publik itu sendiri.

    Selama ini Kabupaten Barito Utara

    memiliki wilayah cukup luas yaitu

    32.000 Km dengan 11 kecamatan

    sebelum pemekaran wilayah,

    sedangkan setelah pemekaran wilayah

    Kabupaten Barito Utara memiliki luas

    wilayah 8.300 Km dengan 6

    kecamatan 98 desa 10 kelurahan.

    Sedangkan Kabupaten Murung Raya

    hasil pemekaran wilayah memiliki luas

    wilayah 23.700 Km dengan 5

    kecamatan.

    Meningkatkan akuntabilitas serta

    memperjelas efektivitas dan efisiensi

    penggunaan alokasi anggaran belanja

    langsung dengan penyusunan rencana

    anggaran belanja berdasarkan

    pendekatan anggaran kinerja yang

    berorientasi pada pencapaian hasil dari

    input yang direncanakan.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar

    belakang di atas, maka permasalahan

    dapat dirumuskan sebagai berikut ;

    1. Seberapa besar tingkat efisiensi

    pendidikan dan kesehatan sebelum

    dan sesudah pemekaran seiring

    dengan peningkatan anggaran ?.

    2. Faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi yang dominan

    terhadap tingkat efisiensi alokasi

    anggaran pendidikan dan

    kesehatan ?

    Berdasarkan permasalahan di

    atas, maka penelitian ini penting untuk

    dilakukan sebagai upaya meningkatkan

    efisiensi pengelolaan alokasi anggaran

    belanja pendidikan dan kesehatan di

    Pemerintah Kabupaten Barito Utara,

    dalam pelaksanaan program/kegiatan

    pembangunan guna meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat Barito Utara

    khususnya dan Kalimantan Tengah

    pada umumnya.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasaran latar belakang serta

    rumusan masalah penelitian di atas,

    maka tujuan penelitian adalah sebagai

    berikut.

    1. Mengestimasi tingkat efisiensi

    alokasi anggaran pendidikan dan

    kesehatan sebelum dan sesudah

    pemekaran.

  • 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi dan variabel yang

    dominan berpengaruh terhadap

    tingkat efisiensi alokasi anggaran

    belanja langsung pendidikan dan

    kesehatan.

    1.4 Manfaat Penelitian.

    Manfaat yang diharapkan dari

    hasil penelitian ini adalah dapat

    memberikan kontribusi nyata bahwa

    belanja langsung dapat lebih efisiensi

    dalam perencanaan penganggaran di

    Kabupaten Barito Utara secara khusus

    dan Kalimantan Tengah pada

    umumnya;

    1. Sebagai bahan acuan dan

    pertimbangan serta sumbangan

    pemikiran kepada Pemerintah

    Kabupaten Barito Utara bahwa

    dengan teridentifikasinya faktor

    kendala dan solusi, maka diharapkan

    dalam penyusunan APBD terutama

    belanja langsung yang lebih efisien.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat

    dijadikan sebagai bahan referensi

    dan tambahan khasanah pustaka

    bagi penelitian selanjutnya

    khususnya penelitian tentang

    efisiensi belanja langsung

    Pemerintah Kabupaten Barito Utara,

    khususnya didalam penetapan skala

    prioritas pemerintah daerah dalam

    pengalokasian anggaran belanja

    langsung pendidikan dan kesehatan.

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1 Efisiensi: Makna Dan

    Pengukuran

    Ilmu ekonomi mempelajari

    teori alokasi harga, di mana harga

    mengalokasikan sumberdaya pelaku

    ekonomi secara optimal. Permasalahan

    produsen adalah mengalokasikan

    sumberdayanya, dengan kendala yang ada

    secara optimal (efisien), sehingga

    menghasilkan output yang maksimum

    (Sunaryo, 2001). Permasalahan tersebut

    merupakan bidang kajian kaidah alokasi

    optimal dalam teori produksi.

    Pemahaman yang mendalam terhadap

    kaidah-kaidah alokasi optimal pada

    proses produksi dapat memudahkan

    produsen dalam mengidentifikasi

    karakteristik-karakteristik alokasi

    optimalnya, sehingga inefisiensi dalam

    proses produksi bisa diketahui dan

    diperbaiki.

    Efisiensi merupakan

    perbandingan antara output dengan

    input atau dengan istilah lain output per

    unit input (Mahmudi, 2007). Suatu

    organisasi apabila mampu

    menghasilkan output tertentu dengan

    input serendah-rendahnya, atau dengan

    input tertentu mampu menghasilkan

    output sebesar-besarnya (spending well).

    Efisiensi dapat dijelaskan melalui

    hubungan antar faktor input yang terbatas

    (scarce) dan output yang dihasilkan.

    Hubungan ini pada dasarnya dapat

    dievaluasi melalui sudut pandang efisiensi

    ekonomis (economic efficiency) dan efisiensi

    teknis (technical efficiency). Efisiensi

    ekonomis atau efisiensi biaya berkaitan

    dengan penentuan kombinasi input-

    input optimal yang dapat

    merninimumkan biaya produksi

    suatu tingkat output tertentu.

    Efisiensi menurut (Mardiasmo

    (2004) adalah Tercapainya Output

    dengan Input tertentu. Efisiensi

    merupakan perbandingan Output

    dengan Input yang dikaitkan dengan

    standar kinerja yang telah ditetapkan.

    Efisiensi juga didefinisikan hubungan

    antara input dan output. Efisiensi

    merupakan ukuran apakah penggunaan

    barang dan jasa yang dibeli oleh

    organisasi untuk mencapai output

    tertentu. Efisiensi juga mengandung

    beberapa pengertian antara lain :

  • 1. Efisiensi pada sektor usaha swasta

    (private sector efficiency), dijelaskan

    dengan konsep input output yaitu

    rasio output dan input;

    2. Efisiensi pada sektor pelayanan

    masyarakat (public sector efficiency)

    adalah suatu kegiatan yang

    dilakukan dengan baik dengan

    pengorbanan seminimal mungkin;

    3. Suatu kegiatan dikatakan telah

    dikerjakan secara efisien jika

    pelaksanaan pekerjaan tersebut telah

    mencapai sasaran (output) dengan

    biaya (input) yang terendah atau

    dengan biaya (input) minimal

    diperoleh hasil (output) yang

    diinginkan.

    Lebih lanjut Mardiasmo (2009)

    menyatakan bahwa rasio efisiensi tidak

    dinyatakan dalam bentuk absolute

    tetapi dalam bentuk relatif, misalnya

    unit A lebih efisien tahun ini bila

    dibandingkan dengan tahun lalu.

    Sehingga semakin kecil rasio efisiensi

    maka kinerja pemerintah bisa dikatakan

    semakin efisien.

    Perlu diperhatikan bahwa

    acuan optimal (efisien) dalam

    alokasi sumberdaya (input) adalah

    alokasi optimal ala Pareto (Pareto efficient

    allocation). Kondisi ini dicirikan

    dengan: produsen tidak

    mempunyai insentif untuk

    merealokasikan sumberdayanya,

    misalnya dengan mengurangi faktor

    produksi yang satu kemudian

    menambah faktor produksi yang lain.

    Dalam kondisi optimal, jika produsen

    melakukan realokasi sumberdaya,

    outputnya akan lebih rendah dari

    kondisi awalnya. Kondisi optimal ini

    mengindikasikan bahwa tidak ada lagi

    insentif bagi produsen untuk

    melakukan adjustments dalam

    mengalokasikan sumberdayanya.

    Menurut Cooper et al. (2000),

    efisiensi berdasarkan Extended Pareto-

    Koopmans Definition mengandung

    makna bahwa efisiensi sempurna

    (100%) dapat dicapai oleh suatu unit jika

    dan hanya jika tidak satupun dari input

    rnaupun outputnya dapat diperbaiki

    tanpa mengurangi sejumlah input

    atau outputnya yang lain. Dalam

    praktiknya, tingkat efisiensi secara

    teori yang memungkinkan tidak

    akan dapat diketahui karena fungsi

    produksi suatu unit tidak diketahui.

    Karena itu diperlukan definisi

    efisiensi dengan memperhitungkan

    informasi empiris yang tersedia,

    sehingga definisi efisiensi ala pareto

    efficient allocation tersebut disesuaikan

    menjadi efisiensi relatif dengan

    melakukan estimasi "isokuan efisiensi"

    dari sampel unit-unit dalam industri yang

    dianalisis. Sehingga suatu unit dikatakan

    100% efisien, jika kinerja dari unit-unit

    yang lain tidak menunjukkan bahwa

    input dan outputnya dapat diperbaiki

    tanpa mengurangi sejumlah input dan

    outputnya yang lain.

    Pendekatan yang dilakukan oleh

    Farrel (1957) untuk membandingkan

    efisiensi relatif dengan sampel petani

    secara cross section, meskipun hanya

    terbatas pada satu output yang

    dihasilkan oleh masing-masing unit

    sampel. Fase kedua adalah mulai

    diperkenalkan konsep efisiensi alokasi

    yang membawa pada dikenalnya

    konsep batas biaya (cost frontier)

    disamping konsep batas produksi

    (production frontier). Fase ketiga adalah

    perkembangan lebih lanjut dari konsep

    cost frontier yaitu pemanfaatan input

    dan atau output sebagai variabel

    kebijakan yang bisa dipilih secara

    optimal oleh unit pelaku ekonomi ketika

    menghadapi harga pasar dalam pasar

    persaingan sempurna atau tidak

    sempurna.

    Menurut Farrell (1957) dalam

    Coelli (1996), efisiensi perusahaan

    terdiri dari dua komponen, yakni

    efisiensi teknis (technical

    efficiency) yang mencerminkan

    kemampuan suatu perusahaan untuk

  • mencapai tingkat output maksimal dari

    input-input yang tersedia, dan price

    efficiency/allocative efficiency yang

    mencerminkan kemampuan suatu

    perusahaan untuk menggunakan

    input- input dalam proporsi yang

    optimal, dengan kendala harga dari

    masing-masing input. Kedua

    pengukuran ini kemudian dapat

    digabungkan untuk menghasilkan

    suatu ukuran total efisiensi ekonomis

    (economic efficiency/overall efficiency)

    DEA merupakan alat analisis yang

    digunakan untuk mengukur efisiensi

    antara lain untuk penelitian kesehatan

    (healt care), pendidikan (education),

    transportasi, pabrik (manufacturing),

    maupun perbankan. Ada tiga manfaat

    yang diperoleh dari pengukuran

    efisiensi dengan DEA (Insukindro dkk,

    2000), pertama, sebagai tolok ukur

    untuk memperoleh efisiensi relatif yang

    berguna untuk mempermudah

    perbandingan antara unit ekonomi yang

    sama. Kedua, mengukur berbagai

    variasi efisiensi antar unit ekonomi

    untuk mengidentifikasi faktor-faktor

    penyebabnya dan ketiga, menentukan

    implikasi kebijakan sehingga dapat

    meningkatkan tingkat efisiensinya.

    Siagian, Sondang P. (1984)

    menyebutkan Efisiensi adalah

    perbandingan terbalik antara suatu

    kegiatan dengan hasilnya menurut

    definisi ini efisiensi terdiri atas dua

    unsure yaitu kegiatan dan hasil dari

    kegiatan tersebut. Kedua unsur ini

    masing-masing dapat dijadikan pangkal

    untuk mengembangkan pengertian

    efisiensi berikut :

    a. Unsur kegiatan yaitu suatu kegiatan

    dianggap mewujudkan efisiensi

    kalau suatu hasil tertentu tercapai

    dengan kegiatan terkecil. Unsur

    kegiatan terdiri dari lima sub unsure

    yaitu pikiran, tenaga, bahan, waktu

    dan ruang.

    b. Unsur hasil yaitu suatu kegiatan

    dianggap mewujudkan efisiensi

    kalau dengan suatu kegiatan tertentu

    mencapai hasil yang terbesar unsure

    hasil terdiri dari dua sub unsure

    yaitu jumlah (kwantitas) dan mutu

    (kwalitas).

    Efisiensi merupakan sebuah

    konsep yang bulat pengertiannya dan

    utuh jangkauannya. Hal ini berarti bagi

    efisiensi tidak tepat dibuat tingkat-

    tingkat perbandingan derajat, seperti

    lebih efisienatau paling efisien

    Efisiensi adalah perbandingan terbalik

    diantara dua unsur kegiatan dan

    hasilnya. Oleh karena itu tidaklah

    mungkin dikatakan perbandingan yang

    lebih lebih atau paling terbaik

    kemungkinannya adalah efiesiensi dan

    nonefisiensi.

    Sedangkan efisiensi produksi

    menggambarkan besarnya biaya/

    beban/pengorbanan yang harus

    dibayar/harus ditanggung untuk

    mengahasilkan output. Banyak

    sedikitnya kuantitas input yang harus

    dipakai untuk menghasilkan output

    menentukan suatu keadaan efisiensi.

    Efisiensi diartikan sebagai ketetapan

    dan kemampuan menjalankan suatu

    usaha/kerja dengan tidak

    mengorbankan waktu, tenaga dan

    biaya, (Prakosa, 2003). Efisiensi juga

    diartikan sebagai perbandingan antara

    masukan (input) dengan keluaran

    (output). Efisiensi merupakan ukuran

    apakah penggunaan barang dan jasa

    yang dibeli oleh organisasi untuk

    mencapai output tertentu.

    Efisiensi pada sektor pelayanan

    masyarakat (public sector efficiency)

    adalah suatu kegiatan yang dilakukan

    dengan baik dengan pengorbanan

    seminimal mungkin, suatu kegiatan

    dikatakan telah dikerjakan secara

    efisien jika pelaksanaan pekerjaan

    tersebut telah mencapai sasaran

    (output) dengan biaya (input) yang

    terendah atau dengan biaya (input)

    minimal diperoleh hasil (output) yang

    diinginkan. Pengukuran efisiensi

  • berguna sebagai tolak ukur untuk

    memperoleh efisiensi relative, dan

    informasi mengenai efisiensi memiliki

    implikasi kebijakan karena pimpinan

    dapat menentukan kebijakan suatu

    organisasi secara tepat.

    Secara umum konsep efisiensi itu

    ada 4 (empat) macam, yaitu :

    1. Technical efficiency, adalah

    penggunaan unsur-unsur produksi

    tertentu untuk mencapai produksi

    yang maksimum atau pencapaian

    produksi tertentu dengan

    menggunakan sejumlah factor

    produksi yang minimum.

    2. Economic Efficiency, adalah usaha

    mengadakan penyebaran atau

    alokasi sumber ekonomis dan

    penyebaran barang dan jasa

    dengan sebaik baiknya sesuai

    dengan keinginan masyarakat.

    3. Private Efficiency, efisiensi

    perusahaan adalah usaha untuk

    mencapai hasil penerimaan yang

    sebesar-besarnya.

    4. Social Efficiency, adalah

    penggunaan sumber-sumber

    ekonomis dengan memberikan

    kemanfaatan yang maksimum dan

    adil bagi masyarakat. Apa yang

    dianggap efisien bagi perusahaan

    belum tentu efisien menurut

    ukuran social, (Ensiklopedi Umum

    Indonesia, 1987)

    Pengukuran efisiensi dapat

    dilakukan tanpa tolok ukur atau dengan

    tolok ukur. Untuk pengukuran efisiensi

    yang dilakukan tanpa tolok ukur, maka

    dapat dilihat dari : segi hasil, bila

    dengan pengorbanan yang sama dapat

    dicapai hasil yang lebih tinggi; segi

    pengorbanan, bila dengan hasil yang

    sama diperlukan pengorbanan yang

    lebih sedikit. Sedangkan pengukuran

    efisiensi yang dilakukan dengan tolok

    ukur, maka dapat dilihat dari; segi hasil,

    bila dengan membandingkan antara

    hasil riil yang dapat dicapai seseorang

    dengan hasil standar minimumnya; segi

    pengorbanan, bila dengan pengorbanan

    riil yang diberikan seseorang dengan

    standar pengorbanan maksimum,

    (Daud dalam Halim, 2004)

    Efisiensi dapat didefinisikan

    sebagai perbandingan antara keluaran

    (output) dengan masukan (input), atau

    jumlah keluaran yang dihasilkan dari

    satu input yang dipergunakan. Suatu

    perusahaan dapat dikatakan efisien

    menurut Syafaroedin Sabar, (1989) (1)

    Mempergunakan jumlah unit input

    yang lebih sedikit dibandingkan dengan

    jumlah input yang dipergunakan oleh

    perusahaan lain dengan menghasilkan

    jumlah output yang sama, (2)

    Menggunakan jumlah unit input yang

    sama, dapat menghasilkan jumlah

    output yang lebih besar.

    Untuk menentukan apakah suatu

    kegiatan dalam organisasi itu termasuk

    efisien atau tidak maka prinsip-prinsip

    atau persyaratan efisiensi harus

    terpenuhi,yaitu sebagai berikut. (Ibnu

    Syamsi, 2004): (1) Efisiensi harus dapat

    diukur, (2)Efisiensi mengacu pada

    pertimbangan rasional, (3) Efisiensi

    tidak boleh mengorbankan kualitas,

    (4) Efisiensi merupakan teknis

    pelaksanaan (5) Pelaksanaan

    efisiensi harus disesuaikan dengan

    kemampuan organisasi yang

    bersangkutan, (6) Efisiensi itu ada

    tingkatannya, bisa dengan prosentase.

    Menurut Shone Rinald (1981)

    efisiensi merupakan perbandingan

    output dan input berhubungan dengan

    tercapainya output maksimum dengan

    sejumlah input, yang berarti jika ratio

    output input besar maka efisiensi

    dikatakan semakin tinggi. Dapat

    dikatakan bahwa efisiensi adalah

    penggunaan input yang terbaik dalam

    memproduksi output.

    Menurut Kost dan Rosenwig (1979)

    dalam Etty Puji Lestari (2001), efisiensi

    adalah rasio antara output dan input,

    sedangkan menurut Dinc dan Haynes

    (1999) efisiensi merupakan seluruh

  • kriteria penting dalam menentukan

    seberapa besar input yang digunakan

    untuk menghasilkan output yang

    diinginkan.

    Ada tiga faktor yang menyebabkan

    efisiensi (Kost dan Rosenwig, 1979

    dalam Etty Puji Lestari, 2001) yaitu

    apabila dalam input yang sama

    menghasilkan output yang lebih besar,

    dengan input yang lebih kecil

    menghasilkan output yang sama dan

    dengan input yang besar menghasilkan

    output yang lebih besar.

    Ditinjau dari teori ekonomi, ada

    dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi

    teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi

    ekonomis mempunyai sudut pandang

    makro yang mempunyai jangkauan

    lebih luas dibandingkan efisiensi teknis

    yang bersudut pandang

    mikro.pengukuran efisiensi teknis

    cenderung terbatas pada hubungan

    teknis dan operasional dalam proses

    konversi input menjadi output.

    Akibatnya, usaha untuk meningkatkan

    efisiensi teknis hanya memerlukan

    kebijakan mikro yang bersifat internal,

    yaitu dengan pengendalian dan alokasi

    sumber daya yang optimal. Harga

    dalam efisiensi ekonomis tidak dapat

    dianggap given, karena harga dapat

    dipengaruhi oleh kebijakan makro

    (Sarjana,1999).

    Dalam meminimumkan biaya

    produksi sejumlah output tertentu,

    harus dipilih kombinasi input yang

    membebani biaya minimum (Least Cost

    Combination). Kombinasi ini terjadi pada

    saat kurva isocost menyinggung kurva

    produksi sama atau isokuan. Isokuan

    yaitu kurva yang menggambarkan

    gabungan dari faktor produksi yang

    digunakan yang dapat menghasilkan

    satu tingkat produksi tertentu

    (Nicholson,1995).

    Persinggungan antara isokuan dan

    isocost menunjukkan keseimbangan

    produsen. Keseimbangan tersebut

    tercapai apabila efisiensi teknis dan

    efisiensi ekonomis sama. Isokuan

    menggambarkan kemampuan (kendala)

    produsen secara ekonomis, maka

    keseimbangan produsen dicapai melalui

    penggabungan efisiensi teknis dengan

    efisiensi ekonomis.

    2.1.2 Fungsi Produksi dan Efisiensi

    Produksi merupakan hasil akhir

    dari proses atau aktivitas ekonomi

    dengan memanfaatkan beberapa

    masukan atau input. Dengan pengertian

    ini dapat dipahami bahwa

    program/kegiatan adalah

    mengkombinasi sebagai input

    (masukan) untuk menghasilkan output.

    Hubungan teknis antara input dengan

    output tersebut dalam bentuk

    persamaan, tabel atau grafik merupakan

    fungsi produksi (Salvatore, 1995).

    Fungsi produksi Cobb-Douglas

    adalah suatu fungsi atau persamaan

    yang melibatkan dua atau lebih

    variabel, yang satu disebut dengan

    variabel dependen, yang dijelaskan (Y)

    dan yang lain disebut variabel

    independen, yang menjelaskan (X)

    (Soekartawi, 2003).

    Nicholson (1995) menyatakan

    bahwa fungsi produksi dimana =1

    (elastisitas substitusi) disebut fungsi

    produksi Cobb-Douglas dan

    menyediakan bidang tengah yang

    menarik antara dua kasus extrim. Kurva

    produksi sama untuk kasus Cobb-

    Douglas memiliki bentuk cembung

    yang normal, seperti Gambar

    dibawah ini.

    Gambar 2.1

    Kurva produksi sama untuk fungsi

    produksi dengan nilai =1

    Sumber : Nicholson, Walter, 1995

  • Secara matematis fungsi produksi

    Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

    Q=f(K,L)=AKaLb..................... (2.1)

    dimana A, a dan b adalah konstanta dan

    koefisien positif.

    Menurut Taken dalam Kusmantoro

    Edy S et.al. (1992), menyatakan bahwa

    besarnya produksi yang dapat dicapai

    oleh pemerintah ditentukan oleh

    efisiensi penggunaan unsur-unsur

    produksi seperti tanah, modal dan

    pengelolaannya. Pengamatan tentang

    efisiensi usaha tani, tidak hanya

    merupakan suatu bidang penelitian

    ekonomi pertanian, tetapi juga

    merupakan suatu bagian penting dari

    kebijakan pengembangan pertanian

    yang dilakukan dibeberapa negara

    sedang berkembang.

    Soekartawi (2003) menyatakan

    bahwa penyelesaian fungsi Cobb-

    Douglas selalu dilogaritmakan dan

    diubah bentuk fungsinya menjadi

    fungsi linier. Beberapa persyaratan yang

    harus dipenuhi antara lain :

    a. Tidak ada nilai pengamatan yang

    bernilai nol, sebab logaritma dari 0

    adalah suatu bilangan yang tidak

    diketahui besarnya (infinite);

    b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi

    bahwa tidak ada perbedaan

    teknologi pada setiap pengamatan

    (non neutral difference in the respective

    technologi). Ini artinya, kalau fungsi

    Cobb-Douglas yang dipakai sebagai

    model dalam suatu pengamatan dan

    bila diperlukan analisa yang

    merupakan lebih dari suatu model,

    maka perbedaan model tersebut

    terletak pada intercept dan bukan

    pada kemiringan garis (slope) model

    tersebut;

    c. Tiap variabel X adalah perfect

    competition;

    d. Perbedaan lokasi (pada fungsi

    produksi) seperti iklim, sudah

    tercakup pada faktor kesalahan U.

    Fungsi Produksi Frontier adalah

    fungsi produksi yang dipakai untuk

    mengukur bagaimana fungsi produksi

    sebenarnya terhadap posisi frontiernya.

    Karena fungsi produksi adalah

    hubungan fisik antara faktor produksi

    dan produksi, maka fungsi produksi

    frontier adalah hubungan fisik faktor

    produksi dan produksi pada frontier

    yang posisinya terletak pada garis

    Isokuan. Garis Isokuan ini adalah

    tempat kedudukan titik-titik yang

    menunjukkan titik kombinasi

    penggunaan masukan / input produksi

    yang optimal (Soekartawi, 2003).

    Dalam terminologi ilmu ekonomi,

    pengertian efisiensi digolongkan

    menjadi 3 macam, yaitu efisiensi

    teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga)

    dan efisiensi ekonomi (Soekartawi,

    2003).

    Program/kegiatan secara teknis

    dikatakan lebih efisien dibanding

    dengan yang lain bila petani itu dapat

    berproduksi lebih tinggi secara fisik

    dengan menggunakan faktor produksi

    yang sama. Sedang efisiensi harga dapat

    dicapai oleh seorang petani bila ia

    mampu memaksimumkan keuntungan

    (nilai marginal produk setiap faktor

    produksi variabel sama dengan

    harganya). Efisiensi ekonomi dapat

    dicapai bila kedua efisiensi yaitu teknis

    dan harga juga efisien (Yoto Paulus dan

    Lace dalam Sufridson, et.al., 1989).

    Farell dan Nerlove dalam

    Sufridson et.al., (1989) mencoba

    menjelaskan cara pengukuran efisiensi

    sebagaimana dalam Gambar berikut :

    Gambar 2.2

    Ukuran Efisiensi

    Dalam gambar tersebut UU`

    adalah garis ISOQUANT yang

    menunjukkan berbagai kombinasi input

  • X1 dan X2 untuk mendapatkan

    sejumlah Y tertentu yang optimal. Garis

    ini sekaligus menunjukkan garis frontier

    dari fungsi produksi Cobb-Douglas.

    Garis PP` adalah garis biaya

    (isocost) yang merupakan tempat

    kedudukan titik kombinasi dari biaya

    berapa dapat dialokasikan untuk

    mendapatkan sejumlah input X1 dan X2

    sehingga mendapatkan biaya yang

    optimal. Sedangkan garis OC

    menggambarkan jarak sampai

    seberapa teknologi dari suatu usaha

    apakah itu usaha pemerintah atau non

    pemerintah. Titik C menunjukkan posisi

    sebuah usaha pemerintah, sedangkan D

    menunjukkan titik produksi yang

    optimum. A dan B menunjukkan

    ukuran penggunaan biaya yang tidak

    efisien.

    Dalam penelitian yang akan

    dilakukan adalah ingin mengestimasi

    sejauh mana tingkat sistem

    penganggaran di Pemerintah

    Kabupaten Barito Utara yang meliputi

    perencanaan pembangunan terutama di

    bidang Pendidikan dan Kesehatan

    untuk lebih jauh mengetahui dari

    varibel mana yang lebih dominan

    efisiensi dalam penanggaran serta

    pengeluaran Pemerintah terutama di

    Kabupatan Barito Utara, yang lebih

    kongkret dan nyata dalam memperbaiki

    kesejahteraan masyarakat Barito Utara

    khususnya serta masyarakat Kalimantan

    Tengah baik secara kuantitatif maupun

    kualitatif.

    2.1.3 Elastisitas dan Efisiensi

    Anggaran

    Setyowati, E. Dkk (2000) Kurva

    permintaan yang memiliki nilai

    koefisien arah negative menunjukkan

    bahwa jumlah yang diminta

    berhubungan terbalik dengan tingkat

    harga per unit barang tersebut. Seberapa

    besar jumlah yang diminta akan

    berubah jika harga mengalami

    perubahan. Koefisien elastisitas harga

    ( Price Elasticity of Demand ) mengukur

    presentase perubahan jumlah yang

    diminta akibat persentase perubahan

    harga barang itu. Dengan kata lain

    elastisitas harga suatu barang

    merupakan proporsi perubahan jumlah

    barang yang diminta dibagi proporsi

    perubahan harga barang tersebut.

    % Q Q/Q Q P Ep = = = (2.2)

    . % P P/P P Q Sehubungan dengan elastisitas, sifat

    suatu barang dalam kaitannya dengan

    perubahan harga barang dapat

    dibedakan menjadi tiga, yaitu ;

    a). Elastis ( Ep > 1 ), apabila harga

    berubah 1% jumlah barang yang

    diminta berubah lebih dari 1% ;

    b). Inelastis ( Ep < 1 ), apabila harga

    berubah 1% jumlah barang yang

    diminta berubah kurang dari 1% ;

    c). Uniter ( Ep = 1 ), apabila harga

    berubah 1% jumlah barang yang

    diminta akan berubah 1%.

    Sedangkan penelitian akan dilakukan

    dengan menggunakan beberapa

    variabel yaitu, Pendidikan dan

    Kesehatan sebagai variabel bebas (X)

    sedangkan Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD) sebagai variabel

    terikat (Y) dalam rangka mengukur

    efisiensi alokasi penganggaran daerah

    dilihat dari belanja langsung Pendidikan

    dan Kesehatan Pemerintah Daerah

    Kabupaten Barito Utara.

    Pengukuran kinerja berdasarkan

    indikator alokasi biaya (ekonomi dan

    efisiensi) dan indicator kualitas

    pelayanan. Dengan demikian teknik ini

    sering disebut dengan pengukuran

    yaitu efisiensidan efektivitas.

    1. Efisiensi (daya guna) mempunyai

    pengertian yang berhubungan erat

    dengan konsep produktivitas.

    Pengukuran efisiensi dilakukan

    dengan menggunakan

    perbandingan antara output yang

  • dihasilkan terhadap input yang

    digunakan (cost of output). Proses

    kegiatan operasional dapat

    dikatakan efisiensi apabila suatu

    produk atau hasil kerja tertentu

    dapat dicapai dengan penggunaan

    sumber daya dan dana yang

    serendah-rendahnya (spending

    well). Jadi, pada dasarnya ada

    pengertian yang serupa antara

    efisiensi dengan ekonomi karena

    kedua-duanya menghendaki

    penghapusan atau penurunan

    biaya (cost reduction)

    2. Efektivitas (hasil guna) merupakan

    hubungan antara keluaran dengan

    tujuan atau sasaran yang harus

    dicapai. Pengertian sfektivitas ini

    pada dasarnya berhubungan

    dengan pencapaian tujuan atau

    target kebijakan. Kegiatan

    operasional dikatakan efektif

    apabila proses kegiatan tersebut

    mencapai tujuan dan sasaran akhir

    kebijakan (spending wisely)

    Efisiensi diukur dengan rasio

    antara output dengan input. Rasio

    efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk

    absolute tetapi dalam bentuk relative.

    Unit A adalah lebih efisien disbanding

    unit B, unit A adalah lebih efisien tahun

    ini dibanding tahun lalu, dan

    seterusnya. Karena efisiensi diukur

    dengan membandingkan output dan

    input, maka perbaikan efisiensi dapat

    dilakukan dengan cara :

    a. Meningkatkan output pada tingkat

    input yang sama.

    b. Meningkatkan output dalam

    proporsiyang lebih besar daripada

    proporsi peningkatan input.

    c. Menurunkan input pada tingkatan

    output yang sama.

    d. Menurunkan input dalam proporsi

    yang lebih besar daripada proporsi

    penurunan output.

    Salah satu kebijakan yang dapat

    ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten

    Barito Utara dalam rangka

    meningkatkan pembanagunan daerah

    khususnya pendidikan dan kesehatan

    adalah melalui intensifikasi pendidikan

    dan kesehatan, yaitu memaksimalisasi

    terhadap kebijakan pembangunan yang

    selama ini dilaksanakan, antara lain

    melalui: peningkatan efisiensi dan

    efektivitas dalam pengelolaan belanja

    anggaran pembangunan pendidikan

    dan kesehatan, perbaikan administrasi

    pendidikan dan kesehatan. Intensifikasi

    pendidikan dan kesehatan adalah suatu

    tindakan atau usaha-usaha untuk

    mengetahui secara detail sejauh mana

    hasil pembangunan yang selama ini

    sudah dijalankan.

    Dalam upaya intensifikasi, aspek

    kelembagaan, aspek ketatalaksanaan

    dan aspek personalianya, yang

    pelaksanaannya melalui kegiatan

    sebagai berikut :

    1. Memperbaiki/menyesuaikan aspek

    kelembagaan pendidikan dan

    kesehatan kemudian perangkatnya

    sesuai dengan kebutuhan yang terus

    berkembang.

    2. Memperbaiki/menyesuaikan aspek

    ketatalaksanaan, baik administrasi

    maupun operasional yang meliputi :

    penyempurnaan administrasi sistem

    aturan yang berlaku sesuai dengan

    ketentuan-ketentuan yang ada.

    3. Peningkatan pengawasan dan

    pengendalian yang meliputi :

    pengawasan dan pengendalian

    yuridis, perlu diteliti apakah

    pembangunan yang ada telah

    berdasarkan undang-

    undang/peraturan daerah serta tidak

    bertentangan dengan peraturan yang

    ada: pengawasan dan pengendalian

    teknis, ini menitikberatkan

    pelaksanaan pembangunan selama

    ini dengan sasaran

    menyempurnakan sistem dan

    prosedur pelaksanaan, serta

    pengawasan dan pengendalian

    penatausahaan, hal ini lebih

  • ditujukan kegiatan para pelaksana

    dan ketertiban administrasi.

    4. Peningkatan kualitas sumberdaya

    manusia pengelola pendidikan dan

    kesehatan dapat dilakukan dengan

    mengikutsertakan aparatnya dalam

    kursus keuangan daerah, program

    pendidikan dan pelatihan yang

    berkaitan dengan pengelolaan

    keuangan daearah secara

    menyeluruh.

    5. Meningkatkan kegiatan penyuluhan

    kepada masyarakat untuk

    menumbuhkan kesadaran

    masyarakat dalam meningkatkan

    efisiennsi dan efektivitas dalam

    pelaksanaan pembangunan. 2.1.4Faktor-Faktor yang mempengaruhi

    efisiensi.

    Upaya untuk mencapai target

    pelaksanaan anggaran belanja langsung

    agar bisa menunjang Pembangunan

    Daerah guna menunjang keberhasilan

    pelaksanaan otonomi daerah di

    Indonesia, dipengaruhi oleh beberapa

    faktor antara lain yaitu (Kaho,1997): (i)

    faktor manusia sebagai subjek

    penggerak (faktor dinamis) dalam

    penyelenggaraan otonomi daerah; (ii)

    faktor keuangan yang merupakan

    tulang punggung bagi terselenggaranya

    aktivitas pemerintahan daerah; (iii)

    faktor peralatan yang merupakan sarana

    pendukung bagi terselenggaranya

    aktivitas pemerintahan daerah; serta (iv)

    faktor organisasi dan manajemen yang

    merupakan sarana untuk melakukan

    penyelenggaraan pemerintahan daerah

    secara baik, efisien, dan efektif.

    Banyak faktor-faktor yang

    mempengaruhi efisiensi alokasi

    anggaran tidak semua faktor tersebut

    diatas akan dibahas, akan tetapi dalam

    penelitian ini lebih memfokuskan

    kepada faktor Kelembagaan dan

    Kebijakan. Lembaga merupakan wadah

    yang memberi tempat kepada seluruh

    unsur sumberdaya manusia dengan

    membagi tugas, hak, wewenang, dan

    tanggung jawab masing-masing sesuai

    jabatan yang didudukinya (Buchari

    Zainun, 2003).

    Kelembagaan sangat dipengaruhi

    oleh sumberdaya manusia, sarana dan

    prasarana, serta sistem

    pengendaliannya (Dawud, 2005). Jadi

    dalam penelitian ini kelembagaan yang

    dimaksud adalah kelembagaan pada

    SKPD Pendidikan dan Kesehatan yang

    terdiri dari sumberdaya manusia yang

    dimiliki oleh SKPD Pendidikan dan

    Kesehatan berupa sumberdaya manusia

    dan sarana dan prasarana di SKPD

    Pendidikan dan Kesehatan.

    2.1.4.1 Sumberdaya Manusia

    Sumberdaya manusia adalah

    potensi yang merupakan asset dan

    berfungsi sebagai modal (non

    material/non finansial) didalam suatu

    organisasi, yang dapat diwujudkan

    menjadi potensi nyata secara fisik dan

    non fisik dalam mewujudkan eksistensi

    organisasi (Nawawi, 2005). Ruki (2003)

    mendifinisikan sumberdaya manusia

    adalah sumber dari kekuatan yang

    berasal dari manusia-manusia yang

    dapat didayagunakan oleh sebuah

    organisasi. Apabila sumber daya

    manusia di dalam suatu unit kerja maka

    sumberdaya manusia dimaksud adalah

    tenaga kerja, pegawai, atau karyawan

    (Notoatmodjo, 2003)

    Dalam sebuah organisasi sangat

    diperlukan pembagian tugas yang baik

    dan pemberian wewenang yang tepat,

    namun demikian yang lebih penting

    lagi adalah menempatkan orang-orang

    secara tepat pula. Menurut Kaho (2005)

    otonomi daerah dapat dilaksanakan

    dengan baik tergantung sumber daya

    manusia dalam hal ini kepala daerah

    beserta stafnya dalam menggerankkan

    peralatan seefisien dan seefektif

    mungkin untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.

    Kuantitas dan kualitas sumberdaya

    manusia yang memadai diiringi dengan

    penempatan personil sesuai dengan

  • kapabilitasnya akan berdampak pada

    efektifitasnya pelayanan dan sistem

    organisasi pemerintah daerah. Kualitas

    sumber daya manusia sangat

    dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

    baik formal maupun non formal seperti

    pelatihan, seminar, dan lain-lain.

    Keefektifan organisasi pemerintah

    daerah tentu saja akan berpengaruh

    pada peningkatan efisiensi pelaksanaan

    alokasi anggaran daerah.

    2.1.4.2 Kebijakan Pemerintah Daerah

    Kibijakan dalam arti luas dapat

    dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

    kebijakan dalam bentuk peraturan

    perundang-undangan dan peraturan

    yang tidak tertulis namun disepakati

    yang disebut konvensi (Nugroho, 2004).

    Dalam penelitian ini difokuskan pada

    kebijakan publik yang berupa peraturan

    daerah serta perundang-undangan.

    2.1.4.3 Sarana dan Prasarana

    Menurut Kaho (2005) salah satu

    yang mempengaruhi pelaksanaan

    otonomi daerah adalah adanya

    peralatan yang cukup baik. Peralatan

    disini adalah setiap benda atau alat

    yang dapat dipergunakan untuk

    memperlancar pekerjaan atau kegiatan

    pemerintah daerah. Peralatan yang baik

    adalah peralatan yang praktis, efisien

    dan efektif. Dalam hal ini jelas

    diperlukan bagi terciptanya suatu

    pemerintahan daerah yang baik seperti

    alat-alat kantor, alat komonikasi dan

    transportasi.

    Terry (2000) komponen terakhir

    dari pengorganisasian mencakup sarana

    prasarana fisik dan sasaran umum

    didalam lingkungan dimana pegawai-

    pegawai melaksanakan tugas-tugas

    mereka, lokasi, mesin, perabotan kantor,

    blanko-blanko, penerangan dan sikap

    mental merupakan faktor-faktor yang

    membentuk lingkungan. Dengan sarana

    dan prsarana yang memadai dalam

    rangka pelayanan terhadap pelaksanaan

    program/kegiatan membuat mudah

    dalam melaksanakan kewajibannya

    sehingga pada akhirnya akan

    meningkatkan Efisiensi.

    2.1.5 Keuangan Daerah

    Secara teoritis, yang dimaksud

    dengan keuangan daerah adalah semua

    hak dan kewajiban yang dapat di nilai

    baik berupa uang maupun barang yang

    dapat di nilai baik berupa uang maupun

    barang yang dapat dijadikan kekayaan

    daerah sepanjang belum dimiliki atau di

    kuasai oleh Negara atau daerah yang

    lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai

    ketentuan atau peraturan perundang-

    undangan yang berlaku ( Mamesah,

    1997)

    Keuangan daerah juga diartikan

    sebagai suatu hak dan kewajiban yang

    dapat di nilai dengan uang demikian

    pula sesuatu baik berupa uang maupun

    barang yang menjadi kekayaan daerah

    yang berhubungan dengan pelaksanaan

    hak dan kewajiban tersebut dalam batas

    wewenang daerah ( Ichsan dkk, 1997).

    Konsekwensi logis dari Undang-

    Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah dan Undang-

    Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Daerah

    menyebabkan perubahan dalam

    manajemen keuangan daerah. Inti dari

    perubahan tersebut adalah pada

    budgeting reform atau reformasi

    anggaran.

    Aspek utama budgeting reform

    atau reformasi anggaran adalah

    perubahan dari traditional budget ke

    performance budget. Selama ini

    pemerintah daerah masih menggunakan

    traditional budget, dimana penyusunan

    anggaran bersifat line-item dan

    incrementalism, yaitu proses penyusunan

    anggaran yang hanya mendasarkan

    pada besarnya realisasi anggaran tahun

    sebelumnya. Konsekwensinya tidak ada

    perubahan mendasar atas anggaran

    baru ( Mulyanto, 2002; Mardiasmo,

    2002).

  • Performance budget pada

    dasarnya adalah system penyusunan

    dan pengelolaan anggaran daerah yang

    berorentasi pada pencapaian hasil atau

    kinerja. Kenirja tersebut harus

    mencerminkan effisiensi dan efektivitas

    pelayanan publik,yang berarti harus

    berorentasi pada kepentingan publik.

    Kebutuhan masyarakat daerah untuk

    menyelenggarakan otonomi secara

    luas,nyata dan bertanggung jawab, dan

    otonomi harus di pahami sebagai hak

    atau kewajiban masyarakat daerah

    untuk mengelola dan mengatur

    urusanya. Hal ini berarti aspek atau

    peran pemerintah daerah tidak lagi

    merupakan alat kepentingan

    Pemerintah Pusat belaka melainkan alat

    untuk memperjuangkan aspirasi dan

    kepentingan daerah (Mardiasmo, 2002).

    Menurut Mardiasmo (2002),

    prinsip-prinsip yang mendasari

    pengelolaan keuangan daerah tersebut

    terbagi atas tiga, yaitu:

    Pertama.Transparansi, maksud dari

    prinsip ini adalah kebutuhan dalam

    proses perencanaan, penyusunan,

    pelaksanaan anggaran daerah. Artinya

    bahwa setiap anggota masyarakat

    memeliki hak dan akses yang sama

    untuk mengetahui proses anggaran

    karena menyangkut aspirasi dan

    kepentingan masyarakat,terutama

    pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

    hidup masyarakat. Kedua, Akuntabilitas

    hal ini berhubungan dengan prinsip

    pertanggungjawaban publik yang

    berarti bahwa proses penganggaran

    mulai dari perencanaan, penyusunan

    dan pelaksanaan harus benar-benar

    dapat dilaporkan dan

    dipertanggungjawabkan kepada DPRD

    dan masyarakat. Ketiga, Value of money

    berarti diterapkannya tiga prinsip

    dalam proses penganggaran yaitu

    ekonomi, efesiensi dan efektivitas.

    Pelaksanaan otonomi daerah

    sebagai sarana utama di bidang

    keuangan adalah adanya Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD

    ) yang oleh Mamesah (1995) di

    definisikan sebagai rencana operasional

    keuangan pemerintah daerah yang di

    satu pihak menggambarkan

    pengeluaran setinggi-tingginya guna

    membiayai kegiatan-kegiatan dan

    proyek-proyek dalam satu tahun

    anggaran tertentu dan pihak lain

    menggambarkan perkiraan penerimaan

    dan sumber-sumber penerimaan daerah

    guna menutupi pengelauran-

    pengeluaran yang dimaksud.

    Adapun dalam belanja daerah,

    pembiayaan terbagi dua belanja tidak

    langsung dan belanja langsung

    komponen belanja tidak langsung dan

    belanja langsung yaitu :

    a. Belanja tidak langsung

    b. Belanja Langsung

    Uraian di atas sudah jelas

    perbedaan yang ditimbulkan antara

    belanja tidak langsung dan belanja

    langsung, belanja tidak langsung

    kecenderungannya bersifat konsumtif

    sedangkan dalam komponen belanja

    langsung merupakan investasi

    pemerintah jangka panjang dalam

    menggerakkan roda perekonomian di

    suatu daerah apabila di sesuaikan

    dengan kondisi geografis dan

    sumberdaya yang ada di daerah.

    Secara umum ada tiga pendekatan

    dalam menentukan pola perilaku

    belanja. Ketiga pendekatan itu adalah

    instuisi, pendekatan analisis enjering,

    dan pendekatan analisis data belanja

    masa lalu antara lain:

    1. Pendekatan intuisi merupakan

    pendekatan yang didasarkan intuisi

    pembuat keputusan. Intuisi tersebut

    bisa ddasari atas surat-surat

    keputusan, kontrak-kontrak kerja

    dengan pihat lain dan sebagainya.

    2. Pendekatan Analisis Enjenering

    merupakan pendekatan yang

    didasarkan pada hubungan fisik

    yang jelas antara masukan (Input)

    dengan keluaran (output). Misalnya,

  • jika pemerintah daerah melakukan

    kegiatan bimbingan teknis maka

    diketahui bahwa akan memerlukan

    lima orang panitia, dua buah

    computer, sepuluh rim kertas, dan

    lain sebagainya. Pendekatan ini

    memang teliti, namun seringkali

    memerlukan waktu dan belanja yang

    relative tinggi.

    3. Pendekatan Analisis Data Belanja Masa

    Lalu merupakan pendekatan yang

    didasarkan pada data belanja masa

    lalu. Pendekatan ini beramsumsi

    bahwa belanja di masa akan datang

    sama perilakunya dengan belanja

    di masa yang lalu. Data belanja

    masa lalu dianalisis untuk

    mengetahui perilaku masing-

    masing belanja. (Irwan Taufiq

    Ritongga, 2010).

    Gambaran di atas dapat

    disimpulkan bahwa berhasil tidaknya

    pelaksanaan otonomi daerah dalam hal

    pembiayaan penyelenggaraan

    pemerintah daerah, salah satunya

    ditentukan oleh kemampuan

    pemerintah daerah mengelola keuangan

    daerah secara efisiensi dalam

    pengeluaran belanja daerah. 2.1.6 Bantuan Pemerintah Pusat.

    Alokasi dari anggaran

    pemerintah pusat sering diungkapkan

    sebagai transfer pemerintah, yang

    memiliki peranan yang besar bagi

    kebanyakan tatanan pemerintah dari.

    Dari banyak sumber penerimaan

    pemerintah daerah ternyata tidak

    member hasil yang cukup dalam

    membiayai pengeluaran publiknya,

    untuk itu pemerintah pusat harus

    membatasi diri dalam memanfaatkan

    hasil pajaknya untuk kepentingan

    daerah.

    Selanjutnya menurut Davey

    (1988), tujuan pemberian bantuan oleh

    Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

    Daerah berbeda-beda antara lain :

    1. Mendorong upaya oleh pemerintah

    daerah untuk program-program

    pembangunan dan pelayanan yang

    sejalan dengan kebujakan nasional.

    2. Merangsang pertumbuhan ekonomi

    daerah, baik untuk membantu

    pertumbuhan maupun untuk

    mengurangi ketimpangan antar

    wilayah.

    3. Mengendalikan pengeluaran daerah

    untuk memastikan penyesuaian

    terhadap standard an kebijakan

    nasional.

    4. Menetapkan standar pelayanan atau

    pembangunan yang adil atau lebih

    adil.

    5. Mengembangkan wilayah-wilayah

    yang kapasitas fisiknya rendah,

    suatu potensi relative rendah untuk

    meningkatkan penerimaan langsung

    mereka.

    6. Membantu wilwyah-wilayah untuk

    mengatasi keadaan darurat.

    Pengalokasian semua jenis bantuan

    tidak memberikan keleluasaan yang

    sama kepada daerah. Dalam konteks

    yang lain bantuan Pemerintah Pusat

    dapat digolongkan ke dalam dua jenis,

    yaitu block grant dan specific grant. Block

    grant adalah subsidi yang memberikan

    kebebasan kepada penerima untuk

    membelanjakannya. Dalam block grant

    ini Pemerintah Daerah diberi kebebasan

    untuk mengalokasikan ke sektor

    manapun. Specific grant, penggunaannya

    telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat

    untuk program tertentu.

    Boadway dan Wildasin (1984)

    mengatakan apabila tujuan pemberian

    bantuan untuk mendorong jenis-jenis

    pengeluaran tertentu oleh Pemerintah

    penerima, maka bantuan dalam

    membentuk conditional matching grant

    (Specific grant) adalah lebih tepat.

    Apabila tujuan pemberian bantuan

    semata-mata adalah untuk pengalihan

    daya beli (transfer of purchacing power)

    dari tingkat Pemerintah yang lebih

    tinggi kepada tingkat Pemerintah yang

    lebih rendah, maka bantuan dalam

  • bentuk unconditional grant (block grant)

    adalah lebih tepat.

    2.1.7 Faktor penentu efisiensi belanja

    langsung

    Dilihat dari fungsi dan tujuan

    dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (APBD) secara khusus belanja

    langsung mempunyai tujuan

    pembangunan atau investasi

    pemerintah daerah jangka panjang yang

    berhubungan langsung dengan program

    pemerintah pusat karena pemerintah

    daerah sebagai kepanjangan tangan

    pemerintah pusat yang ada di daerah. 2.1.7.1 Pendidikan

    Perkembangan kondisi pendidikan

    di Kabupaten Barito Utara cukup

    membaik dari tahun ketahun, terlihat

    sarana dan prasarana yang bertambah

    begitu juga dengan tenaga pengajar. Hal

    ini tidak lepas dari peran pemerintah

    daerah dan kesadaran masyarakat akan

    penting-nya pendidikan, karena

    membaiknya pendidikan akan

    berdampak kepada sumberdaya

    manusia yang nantinya diharapkan

    dapat mengisi lapangan kerja guna

    meningkatkan pembangunan daerah.

    Semua problematika pendidikan

    pada umumnya saling berkaitan antara

    kabupaten yang satu dengan kabupaten

    yang lain sehingga akan ada peluang

    kerjasama dalam mengatasi

    ketertinggalan pada masing-masing

    kabupaten/ kota. Berbagai upaya telah

    dilakukan untuk menyediakan

    pelayanan pendidikan yang merata dan

    bermutu kepada masyarakat. Namun

    pembangunan bidang pendidikan

    masih menghadapi permasalahan,

    antara lain: belum meratanya

    penyediaan pendidikan, rendahnya

    kualitas dan relevansi pendidikan,

    lemahnya pelaksanaan manajemen

    sistem pendidikan. Akibatnya masih

    terdapat anak-anak usia sekolah 6-14

    tahun yang tidak dapat sekolah yang

    tidak mampu untuk menjangkau

    pendidikan.

    Selain itu, pendidikan yang sudah

    terlaksana masih belum merata pada

    setiap daerah, terutama pendistribusian

    guru, kualifikasi gurupun masih ada

    yang tergolong belum memenuhi

    standard mengajar jika dipandang dari

    ijazah yang dimiliki. Kondisi geografis

    menjadi faktor paling utama, karena

    masih terdapat daerah yang memiliki

    keterbatasan aksesbilitas transportasi

    dan komunikasi. 2.1.7.2 Kesehatan

    Pembangunan dibidang

    kesehatan diarahkan dalam rangka

    meningkatkan pemerataan pelayanan

    dan mutu kesehatan bagi masyarakat.

    Hal tersebut akan tercapai apabila

    sarana dan prasarana tersedia dalam

    kondisi cukup dan terjangkau oleh

    masyarakat. Sarana dan prasarana

    kesehatan tersebut antara lain berupa

    rumah sakit, puskesmas, puskesmas

    pembantu dan tenaga kesehatan. Untuk

    mencapai tujuan tersebut diatas

    Pemerintah Daerah Kabupaten Barito

    Utara, secara terus menerus berupaya

    meningkatkan pembangunan di bidang

    kesehatan. 2.1.8 Faktor-faktor Kendala efisiensi.

    Beberapa kendala yang dihadapi

    oleh pemerintah daerah itu sendiri

    dengan luas wilayah yang cukup luas

    serta penyebaran penduduk yang tidak

    merata serta jarak antara ibukota

    kabupaten dengan ibukota kecamatan

    di Kabupaten Barito Utara itu sendiri

    sangat jauh. Akibatnya pembangunan

    secara umum banyak memerlukan biaya

    yang cukup besar terutama dalam

    bidang pembangunan infrastruktur

    jalan dan jembatan, pendidikan,

    kesehatan dan tenaga kerja serta

    pembangunan-pembangunan yang lain

    agak terlambat.

    Ada beberapa kendala lain yang

    dihadapi oleh pemerintah Kabupaten

  • Barito Utara terutama di bidang

    kesehatan yaitu:

    a. Tenaga medis seperti dokter, dokter

    spesialis, perawat dan tenaga medis

    lainnya masih kurang dibandingkan

    dengan jumlah penduduk

    Kabupaten Barito Utara, sehingga

    mempengaruhi terhadap pelayanan

    kesehatan di puskesmas dan rumah

    sakit.

    b. Persediaan dan perlengkapan obat

    dan alat medis rumah sakit maupun

    puskesmas terbatas dan kurang

    memadai.

    c. Pengetahuan dan perhatian

    masyarakat terhadap masalah

    kesehatan masih rendah, sehingga

    akan mempengerahui tingkat

    kesehatan masyarakat.

    d. Kondisi sarana dan prasarana

    penunjang kesehatan terutama

    puskesmas, pustu dan polindes

    kurang memadai untuk pelayanan

    kesehatan.

    Kemungkinan tingkat efisiensi

    alokasi belanja pendidikan dan

    kesehatan Pemerintah Kabupaten Barito

    Utara sangat jauh berbeda dengan

    kabupaten-kabupaten yang ada di

    seluruh Indonesia. Hal ini karena

    kondisi Kabupaten Barito Utara yang

    berada di pedalaman Kalimantan

    Tengah masih relatif kurang sarana dan

    prasara yang menunjang. Mengingat

    keterbatasan kemampuan keuangan

    terutama belanja langsung, luasnya

    wilayah serta penyebaran penduduk

    yang tidak merata merupakan salah

    satu kendala tersendiri yang dihadapi

    Pemerintah Daerah Kabupaten Barito

    Utara dalam meningkatkan pelayanan

    di bidang pendidikan dan kesehatan

    bagi masyarakat.

    2.2. Landasan Empiris dari Penelitian

    terdahulu

    2.2 .1. Government Spending on Health

    Care and Education in Croatia:

    Efficiency and Reform Options

    Etibar Jafarov dan Victoria

    Gunnarsson (IMF Working Paper, 2008),

    Penelitian ini mangkaji tingkat efisiensi

    relative dari pengeluaran pemerintah

    untuk sektor kesehatan dan pendidikan

    di Negara Kroasia pada tahun 2007.

    Hasil efisiensi yang di hitung berupa

    efisiensi teknis biaya, efisiensi teknis

    system dan efisiensi teknis keseluruhan.

    Dalam meneliti tingkat efisiensi

    relatif dari pengeluaran pemerintah di

    Negara Kroasia, peneliti menggunakan

    metode analisis Data Envelopment

    Analysis (DEA). Untuk sektor kesehatan

    peneliti menggunakan variabel input

    besaran anggaran kesehatan yang

    dikeluarkan pemerintah Kroasia.

    Adapun untuk variabel output dalam

    penelitian ini digunakan data Angka

    Harapan Hidup, Angka Kematian Kasar

    per 100.000 penduduk, angka kematian

    bayi per 1000 kelahiran, angka kematian

    balita per 1000 kelahiran, angka

    kematian ibu maternal per 100.000

    kelahiran, dan kasus tuberkolosis per

    100.000 penduduk.

    Hasil penelitian menyabutkan telah

    terjadi inefisiensi yang signifikan dalam

    teknis biaya pengeluaran kesehatan di

    Negara Kroasia pada tahun 2007. Hal

    tersebut berkaitan dengan adanya

    ketidak cukupan dalam me-recovery

    biaya, mekanisme pembiayaan dan

    penyelenggaraan institusi yang buruk,

    serta kelemahan dalam penetapan

    sasaran subsidi kesehatan.

    2.2.2 Education and Health in G7

    Countries: Achieving Better

    Outcomes with Less Spending.

    Marijn Verhoeven, dkk.(IMF

    Working Paper, 2007), Penelitian yang

    dilakukan ada tahun 2005 ini bertujuan

    untuk menilai tingkat efisiensi di sektor

    pendidikan dan kesehatan dan mencari

    hubungan antara perbedaan efiseinsi

    dari berbagai negara, kebijakan serta

    faktor institusional.

    Dalam mengukur tingkat efisiensi

    pengeluaran pemerintah, penelitian ini

  • menggunakan metode analisis statistik

    non parametrik berupa Data

    Envelopment Analysis (DEA). Penelitian

    ini menggunakan 3 tahap penghitungan

    efisiensi dengan meletakkan satu

    variabel intermediate diantara input dan

    output akhir. Adapun untuk sektor

    kesehatan Variabel input yang

    digunakan adalah pengeluaran

    pemerintah untuk sektor kesehatan,

    dengan variabel intermedietenya berupa

    jumlah tempat tidur di rumah sakit,

    jumlah dokter per kapita, jumlah

    imunisasi, dan jumlah konsultasi

    dokter. Sedangkan untuk variabel

    indikator outcome kesehatannya

    digunakan Angka Harapan Hidup,

    Angka Kematian Kasar, Angka

    kematian bayi per 1000.

    Inefisiensi pengeluaran pemerintah

    untuk sektor publik yang terjadi ada

    negara-negara G7 disebabkan karena

    kurangnya efektifitas dalam

    memperoleh sumberdaya, seperti guru

    dan tenaga medis (dokter)

    BAB III

    KERANGKA KONSEPTUAL.

    Kebijakan anggaran merupakan

    hasil akhir dari proses atau aktivitas

    progrm/kegiatan dengan memanfaatkan

    beberapa masukan atau input.

    Kombinasi penggunaan faktor-faktor

    anggaran diusahakan sedemikian rupa

    agar dalam jumlah tertentu

    menghasilkan barang dan jasa

    maksimum untuk kesejahteraan

    masyarakat. Tindakan ini sangat

    berguna untuk memperkirakan

    probabilitas pemerintah relatif terhadap

    pemanfatan sumberdaya yang tersedia.

    Berdasarkan landasan teori yang

    telah dipaparkan di atas maka dalam

    penelitian ini, peneliti ingin mengetahui

    efisiensi yang terjadi dalam alokasi

    belanja langsung dapat disusun

    kerangka konsep penelitian seperti pada

    gambar 3.1.

    Gambar 3.1

    Kerangka Fikir Penelitian

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    PENGELUARAN

    APBD

    Input Anggaran Pendidikan

    Input Anggaran Kesehatan

    EFFISIENSI

    Output Pendidikan

    Output Kesehatan

  • Berdasarkan Gambar 3.1 dapat

    dijelaskan bahwa kerangka pikirkiran

    yang menjadi dasar pada penelitian ini

    dibangun berdasarkan teori-teori serta

    beberapa penelitian sebelumnya yang

    menyangkut analisis efisiensi.

    Kemudian dari apa yang telah

    disampaikan dalam landasan teoritis

    maupun empiris dapat dilihat dari 2

    dimensi yaitu Pendidikan dan

    kesehatan.

    Anggaran juga dapat digunakan

    sebagai alat untuk menentukan

    besarnya pengeluaran, membantu

    pengambilan keputusan dan

    perencanaan pembangunan, otorisasi

    pengeluaran di masa-masa yang akan

    datang, sumber pengembangan ukuran-

    ukuran standar untuk evaluasi kinerja

    dan sebagai alat untuk memotivasi para

    pegawai dan alat koordinasi bagi semua

    aktivitas dari berbagai unit kerja. Jadi

    anggaran daerah merupakan rencana

    kerja pemerintah daerah yang

    diwujugkan dalam bentuk uang selama

    periode tertentu biasanya satu tahun

    (Jones & Pendlebury,1996).

    Pendidikan merupakan salah satu

    faktor yang sangat menentukan dalam

    kualitas manusia, semakin tinggi

    pendidikan yang di tempuh seseorang

    maka dapat diharapkan akan semakin

    tinggi kualitas orang tersebut. Melalui

    pendidikan maka pengetahuan,

    kecerdasan dan ketrampilan seseorang

    akan berkembang. Oleh karena itu

    menjadi kewajiban pemerintah untuk

    secara terus-menerus meningkatkan

    pembangunan pendidikan, baik aspek

    kualitas, kuantitas maupun yang

    mencakup aspek pemerataan.

    Sedangkan dalam pembangunan

    dibidang kesehatan dalam rangka

    meningkatkan pemerataan pelayanan

    dan mutu kesehatan di setiap lapisan

    masyarakat. Hal tersebut akan tercapai

    apabila sarana dan prasarana tersedia

    dalam kondisi cukup dan terjangkau

    oleh masyarakat. Sarana dan Prasarana

    kesehatan tersebut antara lain berupa

    rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas

    Pembantu dan tenaga kesehatan yang

    memadai. Untuk mencapai tujuan

    tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten

    Barito Utara, secara terus menerus

    berupaya meningkatkan pembangunan

    di bidang kesehatan dari sisi

    pengelolaan anggaran secara efisiensi.

    Dalam terminologi ekonomi,

    dikenal adanya konsep efisiensi teknis,

    efisiensi harga/alokatif dan efisiensi

    ekonomis. Suatu penggunaan faktor

    anggaran dikatakan efisien secara teknis

    kalau faktor produksi yang dipakai

    menghasilkan produksi maksimum.

    Dikatakan efisiensi harga / alokatif

    kalau nilai dari produk marjinal sama

    dengan harga faktor faktor produksi

    yang bersangkutan dan dikatakan

    efisiensi ekonomi kalau usaha tersebut

    mencapai efisiensi teknis sekaligus juga

    mencapai efisiensi harga (Soekartawi,

    2003).

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    Penelitian merupakan suatu

    kegiatan yang bertujuan untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan

    yang bersifat ilmiah, melalui prosedur

    yang ditetapkan. Penelitian hendaknya

    dilakukan dengan cermat dan teliti, agar

    hasil yang diperoleh tepat dalam

    penelitian kegiatan yang dilakukan

    dengan seksama dalam menentukan

    jenis data, sumber data, cara

    mengumpulkan data, tujuan penelitian

    dan teknik analisa data.

    4.1. Identivikasi Variabel Penelitian.

    Penelitian ini menggunakan 2

    jenis variabel, yaitu untuk mengetahui

    dari kedua jenis tersebut yang paling

    dominan efisien. Didalam suatu alokasi

    penganggaran pemerintah daerah

  • sangat diperlukan untuk mengetahui

    efisiensi karena dengan keterbatan

    anggaran dana tersebut. Dalam

    penelitian ini yang menjadi variabel

    adalah Pendidikan dan Kesehatan. Dari

    variabel tersebut sejauh mana tingkat

    efisiensi alokasi anggaran terhadap

    pengeluaran pemerintah daerah selama

    ini dari tahun 1990 - 2008. 4.2. Jenis Data dan Sumber Data.

    Penelitian ini jenis data dan

    sumbernya dapat dibedakan sebagai

    berikut :

    1) Jenis data menurut sifatnya

    Data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah data kuantitatif,

    yaitu data berupa angka-angka dan

    dapat dihitung secara statistik.

    Adapun data yang digunakan

    adalah Anggaran Pendapatan

    Belanja Daerah (Belanja Langsung)

    Kabupaten Barito Utara Pendidikan

    dan Kesehatan di Kabupaten Barito

    Utara.

    2) Jenis data menurut sumbernya

    Data menurut sumbernya dalam

    penelitian ini menggunakan data

    skunder, yaitu data yang diperoleh

    dalam bentuk sudah jadi yang

    dikumpulkan dan diolah oleh pihak-

    pihak terkait berupa distribusi

    sektoral terhadap Anggaran

    Pendapatan Belanja Daerah (Belanja

    Langsung) Kabupaten Barito Utara.

    Serta data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah wawancara

    langsung dengan Sekretaris Daerah,

    Kepala Dinas Pendidikan, Kepala

    Dinas Kesehatan serta sampel

    responden yang diambil secara acak

    terhadap masyarakat pengguna

    pelayanan Pendidikan dan

    Kesehatan.

    4.3. Definisi Operasional Variabel

    Penelitian.

    Untuk menguji variabel yang telah

    diajukan, maka setiap variabel perlu

    diberikan ukuran dan definisi dengan

    jelas terlebih dahulu. Adapun definisi

    dari variabel yang digunakan sebagai

    berikut :

    1. Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah (Y) total anggaran belanja

    langsung ( Rp ) Pendidikan dan

    Kesehatan di Kabupaten Barito

    Utara.

    2. Pendidikan adalah proporsi

    penduduk berusia wajib belajar 7 -

    15 tahun yang dapat membaca dan

    menulis huruf latin atau lainnya

    serta besarnya belanja langsung

    (Rp) yang diperluhkan periode

    tahun 1990 sampai dengan 2008.

    3. Kesehatan menggambarkan suatu

    kesejahteraan masyarakat. Variabel

    ini merupakan menunjukkan

    berapa besarnya anggaran Belanja

    Langsung (Rp) yang dikeluarkan

    oleh Pemerintah Kabupaten Barito

    Utara periode tahun 1990 sampai

    dengan 2008.

    4.4 Analisis Faktor Efisiensi

    Penganggaran.

    Teknik analisa data yang

    dipergunakan untuk menganalisis

    faktor-faktor yang mempengaruhi

    efisiensi alokasi anggaran pendidikan

    dan kesehatan yang diamati adalah

    dengan memakai fungsi produksi

    frontier (Stochastic Production Function

    Cob-Douglas) (Zen, et. Al.,2003;

    Panayotou, 1980). Selain itu statistik

    deskriptif juga digunakan untuk

    mendeskriptifkan responden yang telah

    diamati. 4.4.1. Model Fungsi Anggaran

    Frontier Model adalah gambaran yang

    ingin dicapai (Soekartawi,1990).

  • Sedangkan menurut Herlambang dkk (2002) model adalah ringkasan teori yang dinyatakan dalam formulasi matematika. Untuk mencapai tujuan dimaksud digunakan model ekonometrika, yang merupakan pola khusus dari model matematika mencakup variabel pengganggu (Error Term).

    Input Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan fungsi dari : Pendidikan dan Kesehatan. Secara matematis persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

    Y = f (X1, X2, ) ................. (4.1)

    Salah satu model estimasi tingkat

    efisiensi teknis yang banyak digunakan

    adalah melalui pendekatan Stochastic

    Production Frontier (SPF). Model ini

    pertama kali diperkenalkan oleh Aigner

    et al., (1977); dan dalam saat yang

    bersamaan juga dilakukan oleh

    Meeusen dan Broek (1977).

    Pengembangan pada tahun-tahun

    berikutnya banyak dilakukan seperti

    oleh Battase and Coelli (1988, 1992,

    1995), Waldman (1984), Kumbhakar

    (1987) maupun Greene (1993).

    Sebagaimana dijelaskan

    sebelumnya, dalam tataran praktis

    upaya maksimalkan hasil dari program

    kegiatan biasanya diwujudkan melalui

    peningkatan efisiensi teknis.

    Berdasarkan pengamatan empiris,

    faktor tersebut berkaitan erat dengan

    karakteristik masyarakat setempat,

    budaya dan status ekonomi. Dengan

    demikian model yang diaplikasikan

    dalam penelitian ini diekspresikan

    sebagai berikut :

    APBD Pendidikan = 0 + 1X1 + 2X2 +

    3X3 + 4X4+ E . . . ( 4.2 )

    Keterangan :

    (a) Variabel-variabel yang bekerja dalam

    fungsi Pendidikan,

    Y = jumlah Anggaran Pendidikan (Rp)

    X1 = Rasio yang sekolah dan usia

    sekolah ( % )

    X2 = Rasio ruang kelas dan murid ( % )

    X3 = Rasio guru dan murid ( % )

    X4 = Jumlah buta huruf/kejar Paket ( % ) APBD Kesehatan = 0 + 1X1 + 2X2 +

    3X3 + 4X4+ E . . . ( 4.3 )

    Keterangan :

    (b) Variabel-variabel yang bekerja

    dalam fungsi Kesehatan,

    Y = jumlah Anggaran Kesehatan (Rp)

    X1 = Jumlah kelahiran hidup ( % )

    X2 = Jumlah angka harapan hidup ( % )

    X3 = Rasio jumlah penduduk /

    paramedis ( % )

    X4 = Rasio jumlah penduduk

    /puskesmas ( % )

    Tabel 4.1

    Definisi Operasional Variabel Variabel Kode Definisi Skala Pengukuran

    x1 %

    x2 %

    x3 %

    x4 %

    x1 %

    x2 %

    x3 %

    x4 %

    Rasio Jumlah penduduk/paramedisRasio jumlah penduduk/puskesmas

    Rasio ruang kelas dan muridRasio guru dan siswa

    Jumlah buta huruf / kejar paket

    Jumlah kelahiran hidupAngka harapan hidup

    Independen Anggaran Kesehatan

    Dependen Anggaran Kesehatan Y

    Total Anggaran Kesehatan Rp.

    Dependen Anggaran Pendidikan Y

    Total Anggaran Pendidikan

    Rp.

    Independen Anggaran Pendidikan Rasio yang sekolah

    dan usia sekolah

  • 4.2 Metode Analisa Data Penelitian.

    Menurut Karlinhger (1977),

    menyatakan bahwa variabel adalah

    konstruk (constructs) atau sifat yang

    akan dipelajari. Diberikan contoh

    misalnya tingkat aspirasi, penghasilan,

    pendidikan, status sosial, jenis kelamin,

    golongan gaji, produktivitas kerja dan

    lain-lain. Di bagian lain karlinhger

    menyatakan bahwa variabel dapat

    dikatakan sebagai suatu sifat yang

    diambil dari suatu nilai yang berbeda

    (different values).Dengan demikian

    variabel ini merupakan suatu yang

    bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981),

    menyatakan bahwa variabel adalah

    suatu kualitas (qualities) dimana peneliti

    mempelajari dan menarik kesimpulan

    darinya (Sugiyono, 2008).

    Untuk mengetahui efisiensi

    Pendidikan dan Kesehatan di

    Kabupaten Barito Utara periode tahun

    1990-2008 digunakan model persamaan

    analisis sebagai berikut :

    Y = f (X1, X2, X3, X4) ....... (4.4)

    Keterangan :

    (a) Variabel-variabel yang bekerja dalam

    fungsi Pendidikan,

    Y = jumlah anggaran pendidikan (Rp)

    X1 = rasio yang sekolah dan usia

    sekolah ( % )

    X2 = rasio ruang kelas dan murid ( % )

    X3 = rasio guru dan murid ( % )

    X4 = jumlah buta huruf / kejar paket (%)

    Y = f (X1, X2, X3, X4) ........ (4.5)

    Keterangan :

    (b) Variabel-variabel yang bekerja

    dalam fungsi Kesehatan,

    Y = jumlah anggaran kesehatan (Rp)

    X1 = jumlah kelahiran hidup ( % )

    X2 = jumlah angka harapan hidup ( % )

    X3 = rasio jumlah penduduk/

    paramedis ( % )

    X4 = rasio jumlah penduduk/puskesmas

    ( % )

    4.2.1. Pengukuran tingkat efisiensi

    Teknik analisa data yang

    dipergunakan untuk menganalisis

    faktor yang mempengaruhi efisiensi

    pengalokasian anggaran pendidikan

    dan kesehatan di Kabupaten Barito

    Utara, yang diamati adalah dengan

    memakai fungsi produksi Cob-Douglas

    dan Fungsi produksi frontier (Stochastic

    Production Function Cob-Douglas) (Zen,

    et. Al.,2003; Panayotou, 1980). Selain itu

    statistik deskriptif juga digunakan

    untuk mendeskriptifkan responden

    yang telah diamati.

    Model adalah gambaran yang

    ingin dicapai (Soekartawi, 1990).

    Sedangkan menurut Herlambang dkk

    (2002) model adalah ringkasan teori

    yang dinyatakan dalam formulasi

    matematika. Untuk mencapai tujuan

    dimaksud digunakan model

    ekonometrika, yang merupakan pola

    khusus dari model matematika

    mencakup variabel pengganggu (Error

    Term).

    Pen