ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH …dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ketua...
Transcript of ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH …dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ketua...
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
SRI DEVI EKA SUHERMAN 105731127116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN JUDUL
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN ENREKANG
Oleh:
SRI DEVI EKA SUHERMAN 105731127116
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADOIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada:
1. Ayah saya Suherman Karim, S.H yang telah memberikan semangat dan doa
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibunda saya Asmi, S.Pd.I yang telah memberikan semangat dan doa
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara dan saudari saya yang telah memberikan dukungan untuk proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus
dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ketua tingkat saya Andi Ahmad Yani yang telah membantu dalam proses
menyusun penyelesaian skripsi ini.
6. Para rekan saya yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
“MOTTO HIDUP
“Garis batas antara kegagalan dan kesuksesan sangatlah tipis.
Jangan menyerah!”
vi
vii
viii
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas dan Kontribusi
Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis Bapak Suherman Karim, SH dan Ibu Asmi, S.Pd.I
yang senantiasa memberi harapan, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak
pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas
segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan didunia
dan diakhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
ix
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.,Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE.,MM.,Ak.,CA., CPA, selaku pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi dapat diselesaikan.
5. Bapak Faidul Adziem, SE.,M.Si, selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
7. Bapak Dr. Agus Salim HR., S.E., M.M, selaku penasihat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
8. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
9. Ketua tingkat saya Andi Ahamd Yani yang telah berperan penting dalam
penyusunan penyelesaian skripsi.
10. Yuli Amanda, Lisa, Nobita, Tri Astuti, dan Husna Wahyuni yang telah bersedia
menemani penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
x
xi
ABSTRAK
Sri DEVI EKA SUHERMAN, 2020. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh H.
Andi Rustam dan Faidul Adziem
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan sebesar apa kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enekang penelitian ini dilakukan di Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi-Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan realisasi penerimaan pajak daerah Kabupaten Enrekang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Efektivitas pajak daerah di Kabupaten Enrekang sangat efektif (2) Kontribusi pajak daerah dikategorikan kurang. Sehingga diharapkan Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Enrekang dapat memaksimalkan kinerjanya dalam mengembangkan basis data pajak dan terus menggali potensi pajak agar penerimaan pajak di Kabupaten Enrekang menjadi lebih optimal.
Kata Kunci : Efektivitas, Kontribusi, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah.
xii
ABSTRACT
SRI DEVI EKA SUHERMAN, 2020. “Analisis Of The Effectiveness And
Contribution Of Regional Taxes On Local Revenue In Enrekang Regency”. Thesis accounting study program, faculty of economics and business. Supervised by H. Andi Rustam dan Faidhul Adziem
The purpose of this study was to determine the extent of the effectiveness and the contribution of local taxes to the Local Revenue of Enrekang Regency. This research was conducted at the Regional Revenue Agency (BAPENDA) of Enrekang Regency, South Sulawesi Province. In this study using a quantitative descriptive approach with data collection techniques, namely observation and interviews. The data used are secondary data in the form of reports on the realization of local tax revenues in Enrekang Regency.
The results showed that (1) The effectiveness of local taxes in Enrekang Regency is very effective (2) The contribution of local taxes is categorized as insufficient. So it is expected that the Regional Revenue Agency (Bapenda) of Enrekang Regency can maximize its performance in developing tax databases and continue to explore tax potential so that tax revenue in Enrekang Regency can be more optimal.
Keywords:Effectiveness, Contribution, Local Taxes, Locally Generated Revenue.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ .viii
ABSTRAK .............................................................................................................. .xi
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ............................................................................. .xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... .xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................................... 6
1. Otonomi Daerah ............................................................................... 6
2. Pendapatan Asli Daerah................................................................... 9
3. Pajak Daerah .................................................................................. 16
4. Efektivitas dan Kontribusi ............................................................... 25
B. Tinjauan Empiris ................................................................................... 30
C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 31
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..................................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 33
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ................................... 34
D. Populasi dan Sampel............................................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 39
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 57
B. Saran .................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 59
LAMPIRAN ........................................................................................................... 61
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penggolongan Efektivitas ........................................................ 28
Tabel 2.2 Kriteria Penggolongan Kontribusi ......................................................... 29
Tabel 3.1 Kriteria Penggolongan Efektivitas ........................................................ 34
Tabel 3.2 Kriteria Penggolongan Kontribusi ......................................................... 35
Tabel 3.3 Kriteria Penggolongan Efektivitas ........................................................ 38
Tabel 3.4 Kriteria Penggolongan Kontribusi ......................................................... 38
Tabel 4.1 Kinerja Bapenda Kabupaten Enrekang ................................................ 43
Tabel 4.2 Indikator Efektivitas Pajak Daerah ....................................................... 47
Tabel 4.3 Tingkat Efektivitas Pajak dalam Rupiah ............................................... 47
Tabel 4.4 Indikator Tingkat Kontribusi Pajak Daerah ........................................... 50
Tabel 4.5 Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD ............................................... 50
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pikir ................................................................................................ 32
4.1Grafik Rasio Efektivitas Pajak......................................................................... 48
4.2 Grafik Rasio Kontribusi Pajak ........................................................................ 51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lap. Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Enrekang Thn 2015 ........................... 61
Lap. Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Enrekang Thn 2016 ........................... 63
Lap. Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Enrekang Thn 2017 ........................... 65
Lap. Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Enrekang Thn 2018 ........................... 67
Lap. Realisasi Pendapatan Daerah Kab. Enrekang Thn 2019 ........................... 69
LAKIP ................................................................................................................... 71
Surat Balasan Penelitian ...................................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang pada
tahun 2019 hanya mencapai 11,6% atau sekitar 12,7 M dari target yang ingin
dicapai yaitu 109M. Penerimaan pendapatan daerah harus lebih dioptimalkan,
menurut Djaenuri, (2012) Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan asli daerah merupakan suatu komponen yang sangat menentukan
berhasil tidaknya kemandirian pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi
daerah saat ini. Dalam upaya mewujudkan kemandirian daerah dalam hal ini
mengurus rumah tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberi kesempatan
untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerahnya, Pemerintah
Pusat memberikan wewenangan kepada Pemeritahan Daerah (Desentralisasi).
Dengan adanya desentralisasi tersebut, aspek pembiayaannya juga ikut
terdesentralisasi. Imbasnya, daerah diharuskan untuk dapat membiayai sendiri
biaya pembangunannya. Dengan demikian penerimaan Pendapatan Asli Daerah
harus lebih didorong agar terpenuhinya berbagai kebutuhan-kebutuan daerah
untuk menghindari ketergantungan dana dari pusat.
Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan
sumber dana untuk pembangunan ekonomi daerah. Pemerintah Daerah harus
mampu menggali berbagai potensi yang ada pada wilayahnya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menjadi sumber pendapatan daerah. Pada otonomi daerah
saat ini, daerah telah diberikan kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah.
2
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan” (UU No. 32, 2004). Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah,
maka masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan sumber
pendapatan Asli Daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan pemerintah
dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan lebih meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan daerah dilakukan untuk mempercepat
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan potensi yang dimiliki
secara optimal. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah tersebut
memerlukan biaya yang cukup besar. Sumber-sumber penerimaan daerah
menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana perimbangan.
3. Pendapatan lain-lain yang sah.
Salah satu upaya peningkatannya adalah meningkatkan efektivitas
pemungutan, yaitu dengan cara mengoptimalkan potensi yang ada serta terus
diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya
memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak dan retribusinya.
Salah satu komponen penting dalam pendapatan asli daerah yang harus
dioptimalkan pengelolaanya adalah penerimaan dari pajak daerah. Menurut
Undang–Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
3
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah merupakan
pendapatan yang diharapkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di
Kabupaten Enrekang sejak terbentuknya Badan Pendapatan Daerah gencar
melakukan validasi data terkait pajak, begitupun usaha memaksimalkan
pendapatan dari aspek retribusi daerah.
Efektivitas pajak daerah merupakan penilaian kinerja pemungutan pajak
daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan daerah selama satu tahun
anggaran, apakah sudah efektif ataupun belum yang dapat dilihat dari persentase
penerimaan pajak daerah yang telah direalisasikan kemudian dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan, sedangkan kontribusi pajak daerah sendiri
merupakan tingkat sumbangan pajak terhadap penerimaan asli daerah yang
diketahui dengan membandingkan penerimaan pajak dengan total pendapatan
asli daerah dalam satu tahun anggaran. Kinerja daerah Kabupaten Enrekang
dapat dilihat dari realiasasi pajak yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Enrekang selama rentang tahun 2012-2016 realisasi penerimaan terus
meningkat. Pada tahun 2012, nilai realisasi pajak daerah adalah sebesar
Rp.9.896.346.649,00 kemudian pada tahun 2015 meningkat menjadi
Rp.22.898.028.217,00 dan pada tahun 2016 sebesar meningkat
Rp.29.026.717.760. Sejak tahun 2012-2016, pajak daerah banyak dihasilkan oleh
pajak penerangan jalan pada tahun 2015 realisasi penerimaan Pajak Penerangan
Jalan sebesar Rp3.132.806.449,00 kemudian meningkat pada tahun 2016
sebesar Rp3.357.579.512,00.
4
Penelitian tentang studi Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Daerah
dan Kontribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi
Utara pernah dilakukan Mega Ersita dan Inggriani Elim (2016). Hasil penelitian
menyatakan bahwa tingkat efektivitas Retribusi Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Utara sebesar 86,708% yang artinya kurang baik. Kontribusi penerimaan Retribusi
Daerah PAD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2011-2015 rata-rata kontribusi
penerimaannya dikatakan kurang karena hanya mencapai 26,104%.
Dari uraian diatas penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH KABUPATEN ENREKANG.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Sejauh Mana Tingkat Efektivitas Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Enrekang?
2. Seberapa Besar Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai pada
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Sejauh Mana Tingkat Efektivitas Pajak Daerah Terhadap
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang.
2. Mengetahui Seberapa Besar Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang.
5
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini
mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
tentang pajak daerah. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu dalam
penyelesaian penelitian-penelitian selanjutnya sebagai referensi.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan
pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak
daerah demi peningkatan penerimaan PAD sehingga berpengaruh positif
terhadap pembangunan daerah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Otonomi Daerah
Sejak berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, merupakan sebuah era baru dalam penyelenggaraan pemerintah di
Indonesia. Telah terjadi perubahan sistem pemerintahan di Indonesia, berawal dari
sistem sentralisasi yang kemudian berubah menjadi sistem desentralisasi dan
dekonsentrasi. Perubahan sistem pemerintahan ini sesuai dengan pasal 18 UUD
1945 beserta penjelasannya yaitu bahwa penyelenggaraan pemerintah di daerah
dilaksanakan melalui asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi maka lahir lah
daerah otonom dan wilayah administratif yang mencerminkan pembagian tugas
dan wewenang atau fungsi pemerintahan.
Otonomi daerah yang terjadi pada tahun 1999 yang ditandai dengan
dikeluarkannya undangundang No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang
terakhir direvisi dengan undang-undang No 12 tahun 2008, dan undang-undang
No. 25 tahun 1999 tentang hubungan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, yang terakhir direvisi dengan undang-undang no 33
tahun 2004. membawa dampak terhadap reformasi dibidang perpajakan yakni
memberikan perubahan terhadap sistem pemungutan pajak, yakni pajak yang
dipungut oleh pemerintah pusat atau disebut pajak pusat dan pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah atau pajak daerah. pajak pusat terdiri dari Pajak
pertambahan nilai (PPn), pajak penjualan barang mewah (PPnBm) pajak
7
penghasilan (PPh,) pajak migas, PBB atas perkebunan, kehutanan, dan
pertambangan, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu mengefektifkan kinerja
pemerintahan karena penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik dianggap
tidak efisien dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat saat ini.
Nurlan Darise menyatakan :
Penyelanggaraan otonomi daerah, disamping merupakan amanat
konstitusi, juga merupakan kebutuhan objektif dalam penyelenggaraan
pemerintah saat ini. Pola penyelenggaraan pemerintah yang sentralistik di masa
lalu tidak sesuai lagi, karena disamping tidak efisien, juga tidak sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat yang membaik dan lebih maju karena faktor
internal maupun faktor eksternal.
Sehingga bentuk negara Indonesia yang luas, yang terdiri dari beberapa
pulau yang tersebar diseluruh pelosok nusantara tidak dapat ditangani secara
sentralistik. Hal ini karena yang lebih mengetahui kebutuhan daerah adalah
pemerintah daerah masing-masing. Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah,
diharapkan pemerintah daerah mampu membuat kebijakan secara otonom yang
sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing, sehingga daerah dapat
semakin berkembang. Berkembangnya suatu daerah dapat berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat.
a. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu autos yang berarti berdiri sendiri, dan namos yang berarti aturan. Dari aspek
etimologi, otonomi daerah berarti zelfewerging atau perundingan sendiri. Menurut
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah
8
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Syarat teknis yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah meliputi faktor yang menjadi dasar pembentuk
daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan dan
faktor lainnya.
Otonomi daerah dilihat dari fungsinya merupakan kebijakan yang bagus
dalam proses pembangunan daerah, karena kebijakan dari otonomi daerah
tersebut mengandung sejumlah nilai positif, seperti halnya dalam pengambilan
keputusan lebih mendekatkan kepada masyarakat, memungkinkan adanya
partisipasi warga atau citizen participation, memungkinkan adanya kompetensi
yang sehat antar daerah,menghindarkan dari adanya monopolitik kebijakan, dan
pertumbuhan ekonomi akan semakin besar.
Setiap daerah otonom dalam hal ini provinsi maupun kabupaten/kota di
Indonesia, memiliki sumber daya alam dan potensi ekonomi yang bervariasi,
sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi penerimaan pendapatan asli daerah, yang pada
gilirannya akan memberikan manfaat dalam pembangunan daerah
b. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
dalam meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah dalam memberikan
pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat yang lebih baik, pengembangan
kehidupan yang demokratis, keadilan dan adanya pemerataan, serta
9
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dengan daerah, serta hubungan
antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Prinsip otonom daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada kesejahteraan rakyat,… seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi
daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan selalu memerhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin
keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu
membangun kerja sama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
dan mencegah ketimpangan antar daerah.
Dengan demikian, otonomi diharapkan mampu memberikan kesempatan
kepada masyarakat, sehingga masyarakat makin mandiri, dan juga dapat
mencegah terjadinya kesenjangan sosial dengan melaksanakan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan masyarakat yang semakin
meningkat.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah dalam
bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam
periode tahun anggaran bersangkutan. Jadi menurut Halim (2010), Pendapatan
10
Asli Daerah (PAD) adalah semua yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Halim ,
2010). Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting,
karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai
kegiatan pemerintah dan pembangunan daerahnya sendiri. Daerah dituntut untuk
berperan aktif dalam mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerahnya. Hal
tersebut sebagai upaya untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 6 ayat (1), pengertian
pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan.
Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah sapat dikatakan sebagai
pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan
segala potensi sumber keuangannya untuk membiayai seluruh tugas dan
tanggung jawabnya.
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa pendapatan asli
daerah terdiri dari :
a. Hasil pajak daerah,
b. Hasil retribusi daerah,
c. Hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
11
a. Pajak Daerah
Hasil pajak daerah yaitu penerimaan pajak yang dikelola oleh pemerintah
daerah, baik pemerintah darah Tingkat I maupun pemerintah daerah Tingkat II dan
hasil dari pungutan pajak tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
dan pembangunan daerah (APBD). Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan
bahwa pajak daerah merupakan pungutan pajak yang dilakukan daerah dengan
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh daerah untuk dapat mengelola
keuangannya sendiri dan membangun rumah tangganya. Hasil pajak daerah ini
berasal dari pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota.
Pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang pungutannya dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan di daerah (Siahaan 2013).
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa pajak
daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dari pengertian mengenai pajak daerah , maka pajak daerah adalah
pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik
dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak daerah yang
wewenang pungutannya ada pada daerah dan pembangunan daerah. Selain itu
adapun ciri-ciri mendasar pajak daerah menurut Departemen Keuangan Republik
12
Indonesia Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pajak dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan undang-undang dan
peraturan hukum lainnya.
2) Bersifat pajak bukan retribusi
3) Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani
masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan
4) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum.
5) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative. Pajak tidak
mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor.
6) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
7) Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak
memberikan peluang kepada pemerintah atau masyarakat luas untuk
merusak lingkungan.
8) Pajak dipungut tanpa adanya kontraprestasi yang secara langsung
9) Hasil pemungutan pajak untuk membiayai pengeluaran umum daerah untuk
mendukung penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
10) Disamping pajak sebagai sumber keuangan, juga berfungsi sebagai
pengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintahan.
\
13
b. Retribusi Daerah
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah atas jasa-jasa
yang disediakan oleh pemerintah dan terdapat kontraprestasi langsung dari
pemerintah. Orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah disediakan
tidak diwajibkan membayar retribusi (Suandy, 2011).
Hasil retribusi daerah adalah pungutan daerah yang merupakan
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat dinyatakan bahwa retribusi daerah
itu adalah pungutan yang dilakukan suatu daerah atas pemberian jasa atau izin
yang telah diberikan pemerintah daerah. Penerimaan retribusi daerah berasal dari
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu
Sumber pendapatan asli daerah yang kedua adalah retribusi daerah.
Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada
Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara.
Sedangkan menurut Munir dalam Adisasmita (2011), “Retribusi merupakan iuran
kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan jasa balik dapat ditunjukkan
secara langsung”. Paksaan tersebut bersifat ekonomis karena siapapun yang
menggunakan jasa pemerintah maka akan dikenakan iuran tersebut, begitupun
sebaliknya siapadipun yang tidak menggunakan jasa pemerintah maka iuran
tersebut tidak berlaku kepadanya.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian retribusi daerah, maka dapat
disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik
14
daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.
Ciri-ciri pokok retribusi daerah adalah sebagai berikut :
1) Retribusi dipungut oleh daerah
2) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk
3) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau menikmati
jasa yang disediakan daerah.
Retribusi daerah pada dasarnya dapat digolongkan menjadi beberapa
macam. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, retribusi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Retribusi yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah meliputi :
a) Retribusi jasa umum
b) Retribusi jasa usaha
c) Retribusi perizinan
2) Retribusi yang ditetapkan dengan peraturan daerah adalah retribusi selain
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah Dan Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan adalah hasil pendapatan daerah yang didapat dari keuntungan
perusahaan daerah berupa dana pembangunan daerah dan merupakan bagian
untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah. Hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekaayan daerah lainnya yang dipisahkan yaitu
bagian dari laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. Sumber pendapatan
asli daerah yang lain adalah hasil perusahaan daerah yang diharapkan sebagai
sumber pemasukan. Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah, jenis penerimaan yang termasuk hasil
15
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ditetapkan dalam perda
berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tiap-tiap daerah memiliki
pemasukan yang berbeda tergantung dari potensi daerah masing-masing. Daerah
yang memiliki kekayaan yang dipisahkan lalu ditanamkan maka daerah yang
bersangkutan akan mendapatkan keuntungan dari investasinya. Daerah yang
bersangkutan dapat pula menjual sahamnya kembali. Selain itu, dalam penjelasan
umum UU No. 5 Tahun 1974, pengertian perusahaan daerah dirumuskan sebagai
suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan
perekonomian daerah dan untuk menambah penghasilan daerah.
Daerah kutipan diatas tergambar dua fungsi pokok, yaitu sebagai
dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu memberikan
rangsangan atau stimulus bagi berkembangnya perekonomian daerah dan
sebagai penghasil pendapatan daerah. Ini berarti perusahaan daerah harus
mampu memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat
disetorkan ke kas daerah.
Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan seperti bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan adalah hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan. Berdasarkan penjelasan UU No. 32 Tahun 2004, jenis penerimaan
yang termasuk lain-lain PAD yang sah adalah :
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan
3) Pendapatan bunga
16
4) Jasa giro
5) Tuntutan ganti rugi
6) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
7) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
3. Hakikat Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi
wajib pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Diana Sari
2013:34).
Menurut S.I. Djajadiningrat: “pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu
keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta
dapat dipaksakan,tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan secara umum.” (Resmi, 2012)
Menurut Waluyo (2013), pajak adalah iuran wajib berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna
17
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada
negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan
untuk membiayai pengeluaran negara (Diana Sari 2013).
Dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan
keuangan yang disusun oleh perusahaan, mengingat dalam ketentuan perundang-
undangan perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan
akuntansi, yaitu masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan,metode
pengukurannya serta pelaporannya yang ditetapkan dengan undang-undang
(Waluyo, 2012).
Menurut Resmi (2014) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang yang sifatnya memaksa dengan tidak mendapatkan
balas jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran-pengeluaran umum.
Menurut Yan Yan (2013) dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran
wajib kepada Negara yang dapat dipaksakan tanpa adanya timbal balik. Besar
kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran Negara dalam membiayai
pengeluaran Negara.
b. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 angka 10 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
18
Menurut Mardiasmo (2011) menyatakan pajak daerah adalah iuran wajib
pajak orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan daerah.
Berdasarkan pendapat para ahli dan Undang-Undang tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa pajak daerah atau pajak adalah iuran atau pungutan
yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum atau negara untuk
memasukkan uang kedalam kas negara dalam menutupi segala pengeluaran yang
telah dilakukan dimana pemungutannya dapat dipaksakan oleh kekuatan publik.
Pungutan pajak diwajibkan oleh pemerintah daerah tanpa ada imbalan langsung
dan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Pajak daerah diatur
dalam undang-undang dan hasilnya akan dimasukkan dalam APBD.
Pajak pemerintah daerah harus secara politik dapat diterima. Dimana
pajak dalam keputusan penetapan struktur besarnya tarif, siapa yang harus
membayar, sanksi terhadap pelanggarannya merupakan kesepakatan politis
antara eksekutif dengan legislatif sebagai representasi masyarakat.
Pajak Daerah ini berlaku pada provinsi dan kabupaten atau kota. Pihak
atau masyarakat yang melakukan pembayaran pajak tidak akan merasakan
manfaat langsung dari Pajak Daerah. Pengalokasian Pajak Daerah digunakan
hanya untuk kepentingan umum dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,
seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan kerja baru, dan lain-
lain
19
c. Timbulnya Pajak Daerah
Munculnya Pajak daerah karena adanya pelaksanaan desentralisasi
yang menyebabkan timbulnya daerah-daerah otonom. Dengan adanya
keberadaan otonomi tersebut maka tiap daerah diberikan hak dan wewenang
untuk mengurus rumah tangganya sendiri termasuk salah satunya adalah
mengurus pajak daerah. Terdapat ciri-ciri yang membedakan pajak daerah dengan
pajak negara. Adapun ciri-ciri pajak daerah adalah :
1) Pajak daerah adalah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada
daerah sebagai pajak daerah.
2) Penyerahan dilakukan dengan undang-undang.
3) Pajak daerah dipungut oleh berdasarkan kekuatan undang-undang dan atau
peraturan hukum lainnya.
4) Hasil pungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik.
d. Jenis-jenis Pajak Daerah
Mengenai ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman
kebijaksanaan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah untuk
menjamin penerapan prosedur umum pajak daerah telah diatur dalam UU No.
2008 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah sebagai perubahan
dari undang-undang sebelumnya yaitu UU No. 34 Tahun 2000.
Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pajak provinsi, terdiri dari :
a) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor
merupakan pajak terhadap seluruh kendaraan beroda yang digunakan
disemua jenis jalan baik darat maupun air.
20
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KM), adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua
pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli,
tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), adalah jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Bahan
bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan
bakar baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Pajak PBB-KB ini dipungut atas bahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap berguna untuk kendaraan
bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan yang
beroperasi diatas air.
d) Pajak Air Permukaan, adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah merupakan setiap kegiatan pengambilan dan pemanfaatan air
tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran atau dengan
membuat bangunan untuk dimanfaatkan airnya dan/atau tujuan lainnya.
Pajak Air Tanah didapat dengan melakukan pencatatan terhadap alat
pencatatan debit untuk mengetahui volume air yang diambil dalam
rangka pengendalian air tanah dan penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Daerah.
e) Pajak rokok, adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah. Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang
dipungut oleh pemerintah pusat. Objek pajak dari Pajak Rokok adalah
jenis rokok yang meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun. Konsumen
21
rokok telah otomatis membayar pajak rokok karena WP membayar Pajak
Rokok bersamaan dengan pembelian pita cukai. Wajib pajak yang
bertanggung jawab membayar pajak adalah pengusaha pabrik
rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor
Pokok Pengusaha kena Cukai.
2) Pajak Kabupaten/Kota, Terdiri Dari ;
a) Pajak Hotel adalah Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut
atas penyedia jasa penginapan yang disediakan sebuah badan usaha
tertentu yang jumlah ruang/kamarnya lebih dari 10.
b) Pajak Restoran adalah Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
c) Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan
yang memiliki biaya atau ada pemungutan biaya didalamnya.
d) Pajak Reklame adalah Pajak Reklame merupakan pajak yang
diambil/dipungut atas benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
dan coraknya dirancang untuk tujuan komersial agar menarik perhatian
umum.
e) Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun dari
sumber lain.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan pajak yang
dikenakan atas pengambilan mineral yang bukan logam seperti asbes,
batu kapur, batu apung, granit, dan lain sebagainya.
g) Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan tempat
parkir diluar badan jalan, baik yang berkaitan dengan pokok usaha atau
sebagai sebuah usaha/penitipan kendaraan.
h) Pajak Air Tanah adalah pajak yang dikenakan atas penggunaan air tanah
untuk tujuan komersil.
i) Pajak Sarang Burung Walet merupakan pajak yang dikenakan atas
pengambilan sarang burung walet.
22
j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak
yang dikenakan atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau
dimanfaatkan.
k) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan Pajak
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan merupakan pajak yang
dikenakan atas perolehan tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau
badan tertentu, misalnya melalui transaksi jual-beli, tukar-menukar,
hibah, waris, dll.
Tidak semua pajak daerah yang ada diatas dipungut oleh suatu daerah,
karena jika potensi pajak suatu daerah kurang memadai maka suatu daerah boleh
tidak memungut pajak daerah sesuai dengan kebijakan daerah yang telah
ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
e. Tarif Pajak Daerah
Pengenaan tarif pajak daerah paling tinggi menurut UU No. 28 tahun 2009
adalah sebagai berikut :
1) Pajak Kendaraan Bermotor sebesar 10%. Khusus untuk Kendaraan
Bermotor sebesar 20%.
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar 20%.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 10%. Khususnya
kendaraan angkutan umum, tarif dapat ditetapkan lebih rendah
4) Pajak Air Permukaan sebesar 10%.
5) Pajak Rokok sebesar 10%.
6) Pajak Hotel sebesar 10%.
7) Pajak Restoran sebesar 35%.
8) Pajak Hiburan sebesar 25%.
9) Pajak Reklame sebesar 25%
10) Pajak Penerangan Jalan sebesar 25%
11) Pajak Mineral Bukan Logam Batuan sebesar 25%
12) Pajak Parkir sebesar 30%
13) Pajak Air Tanah sebesar 20%.
23
14) Pajak Sarang Burung Walet sebesar 10%.
15) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sebesar 0,3%
16) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 5%
17) Pengenaan tarif pajak daerah paling tinggi menurut UU No. 34 Tahun 2000
adalah sebagai berikut :
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air sebesar 5%.
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air
sebesar 10%.
c) Pajak Bahan Kendaraan Bermotor sebesar 1,5%.
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan sebesar 20%.
e) Pajak Hotel sebesar 10%.
f) Pajak Restoran sebesar 35%.
g) Pajak Hiburan sebesar 25%.
h) Pajak Reklame sebesar 25%
i) Pajak Penerangan Jalan sebesar 25%.
j) Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C sebesar 20%.
k) Pajak Parkir sebesar 20%.
f. Fungsi Pajak
Salah satu unsur dalam pembiayaan Negara adalah dengan adanya
pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya pajak mempunyai beberapa fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Anggaran
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluarannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pajak daerah
sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) digunakan untuk pendanaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, pembangunan dan
juga sebagai tabungan Pemerintah Daerah.
24
2. Fungsi Mengatur
Pemerintah Daerah mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan Pajak Daerah. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kewajiban pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, artinya
pajak dapat digunakan pemerintah sebagai alat untuk menjalankan perannya.
Peran pemerintah dalam arti lus adalah mengatur kegiatan prosedur dan
konsumen mencapai tujuan masing-masing.
3. Fungsi Stabilitas
Pajak daerah yang dananya terus ada membantu pemerintah untuk
menstabilkan harga barang dan jasa sehingga dapat mengurangi inflasi. Tetapi
untuk dapat memenuhi fungsi ini pemungutan dan penggunaan pajak harus
dilakukan secara efektif dan efisien.
g. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga system Mardiasmo,
(2011), yaitu sebagai berikut:
1. Official Assessment System adalah system pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
2. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang dimana
Wajib Pajak yang menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak
terutang yang ditanggungnya.
3. With Holding System adalah system pemungutan yang member wewenang
kepada pihak ketiga (bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Menurut Mardiasmo (2011:15) pemungutan pajak daerah dilarang
diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan surat ketetapan pajak atau pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak
25
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar
dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain
yang dipersamakan berupa karcis atau nota perhitungan. Terdapat beberapa
sistem pemungutan pajak daerah yang berlaku dewasa ini. Sistem pemungutan
pajak daerah itu diantaranya ialah dengan sistem setor tunai, sistem pembayaran
dimuka, sistem pengaitan, sistem benda berharga dan sistem kartu.
4. Efektivitas dan Kontribusi
a. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil. Kata ”efektif” juga berarti terjadinya
suatu efek atau akibat yang dikehendaki, dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan
yang efisien tentu juga berarti efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau
akibat yang dikehendaki dengan perbuatan itu telah tercapai bahkan secara
maksimal (mutu dan jumlahnya), sebaliknya dilihat dari segi usaha, efek yang
diharapkan juga telah tercapai. Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien,
karena hasil dapat tercapai tapi mungkin dengan penghamburan pikiran, tenaga,
waktu, ruang atau benda. Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung
pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki.
Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi baik itu organisasi publik
maupun nonpublik dimana setiap visi dan misinya digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa efektivitas adalah
hubungan antara keluaran dengan tujuan arau sasaran yang harus dicapai.
Dikategorikan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
yang telah direncanakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap
26
pencapaian sasaran, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi.
Pengukuran efektivitas organisasi menitikberatkan pada seberapa besar
organisasi mencapai tujuan atau sasarannya. Konsep efektivitas biasanya selalu
terkait dengan konsep efisiensi,yaitu suatu proses internal yang terja didalam
suatu organisasi yang menunjukkan banyaknya input atau sumber yang diperlukan
oleh organisasi untuk menghasilkan satu satuan output.
Efektivitas menyangkut semua administrasi penerimaan pajak yang
meliputi penentuan wajib pajak, penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak
penegakan sistem pajak, dan pembukuan penerimaan :
a. Menentukan wajib pajak
Menentukan wajib pajak dalam menyembunyikan utangnya. Hal ini dapat
dilakukan bila pembayaran pajak bersifat otomatis. Pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.
b. Menetapkan nilai pajak terutang
Nilai pajak terutang harus ditentukan dengan cermat. Hal ini melibatkan wajib
pajak atau petugas pajak dalam menentukan nilai sesungguhnya dari objek dan
menentukan tarif pajak yang benar. Semakin besar wewenang petugas pajak
dalam menentukan pajak terutang semakin besar pula kesempatan untuk
melakukan perundingan. Kerja sama ini tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi
dapat diminimalisir dengan cara memisahkan fungsi penetapan pajak terutang
dengan fungsi pemungutan pajak.
27
c. Memungut pajak
Memungut pajak terutang pada waktunya dapat lebih muda apabila
pembayaran bersifat otomatis. Misalnya orang membeli karcis menonton bioskop,
maka dalam pembayaran karcis tersebut sudah dikenai pajak. Selain pemungutan
pajak secara otomatis diperlukan juga peraturan dan penegakan hukum yang
tegas terhadap wajib pajak yang belum membayar pajak terutangnya. Selain itu,
ada yang dinamakan masa pajak, yaitu jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau
jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga)
bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan pajak yang terutang.
d. Pemeriksaan kelalaian pajak
Untuk mengetahui wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban pajaknya
diperlukan sistem pencatatan yang baik, sehingga kelalaian pembayaran pajak
dapat diketahui. Sistem ini harus dilengkapi dengan prosedur untuk menegakkan
pajak dan harus sungguh-sungguh dijalankan.
e. Prosedur pembukuan yang baik
Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua pajak yang telah
terpungut petugas benar-benar dibukukan dan masuk dalam rekening pemerintah.
Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah untuk mencegah kehilangan atau
pencurian hasil pajak pembukuan yang cermat, serta pemeriksaan silang oleh
berbagai petugas dan sistem pengawasan keuangan.
Setiap organisasi pasti memiliki suatu visi dan misi baik itu organisasi
public maunpun nonpublic dimana setiap visi dan misinya digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa
efektivitas adalah hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang
28
harus dicapai. Dikategorikan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir yang telah direncanakan. Semakin besar output yang dihasilkan
terhadap pencapaian sasaran, maka semakin efektif proses kerja suatu
organisasi.
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat
adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah
suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Pengukuran efektivitas (Abdul Halim, 2014)
Efektivi tas =Realisasi Pajak Daerah
Target Pajak Daerah X 100%
Demikian pula sebaliknya, semakin kecil persentase efektivitasnya
menunjukkan pemungutan pajak reklame semakin tidak efektif. Untuk mengukur
nilai efektivitas secara lebih rinci digunakan Kriteria berdasarkan Kepmendagri
No.690.900.327 tahun 1996 tentang pedoman penilaian dan kinerja keuangan
yang disusun dalam tabel berikut:
Tabel 2.1Kriteria Penggolongan Efektivitas
Nilai efektivitas Criteria
>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:94)
29
b. Pengertian Kontribusi
Menurut Halim (2010) kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana
retribusi daerah memberikan sambungan dalam penerimaan Pendapatan Asli
Daerah. Analisis kontribusi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan dari penerimaan pajak
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kontribusi adalah sumbangan,
sedangkan menurut Kamus Ekonomi kontribusi adalah sesuatu yang diberikan
bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau
bersama. Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu, contribute, contribution
yang artinya adalah keterlibatan, keikutsertaan, melibatkan diri, sumbangan.
Dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi ataupun tindakan, dengan adanya
kontribusi maka individu tersebut telah berusaha meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam hidupnya.
Menurut Abdul Halim (2014), untuk mengetahui kontribusi dari pajak daerah
terhadap penerimaan pendapatan asli daerah adalah dengan persamaan sebagai
berikut :
Kontribusi =Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah X 100%
Tabel 2.2 Kriteria Penggolongan Kontribusi
sumber: Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:93)
Nilai
Kontribusi
Kriteria
0-10% Sangat Kurang
10%-20% Kurang
20%-30% Sedang
30%-40% Cukup Baik
40%-50% Baik
>50% Sangat Baik
30
B. Tinjauan Empiris
Hasil dari penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi dan
pertimbangan dalam penelitian ini. Dan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:
Galih Wijacaksono (2017) meneliti tentang Efektivitas dan Kontribusi
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan
pada tahun 2013 sebesar 88,75% dengan kategori cukup efektif. Pada tahun 2014
dan 2015 masing-masing sebesar 71,05% dan 66,02% dengan kategori kurang
efektif. Untuk analisis kontribusi pada tahun 2013-2015 masing-masing sebesar
8,33%, 8,04% dan 7,14% dengan kategori sangat kurang.
Marce Takasili Hebimisia, Jullie J. Sondakh, Anneke Wangkar (2017),
meneliti tentang Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame,
Pajak Bumi Dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Siau
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pajak reklame yang
diterima oleh Badan Keuangan Daerah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro.Pada
Tahun 2014-2016 sangat efektif, tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan pada
Tahun 2015-2016 belum mencapai target yang ditetapkan, namun keseluruhan
sudah efektif. Sedangkan kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Bumi dan
Bangunan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2016 memberikan
kontribusi yang kurang dan masuk dalam kategori sangat kurang.
Afni Nooraini dan Afif Syarifuddin (2018) Yahya melakukan penelitian
tentang Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber
Pendapatan Asli Daerah Kota Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun
2012 memiliki efektivitas dengan kategori tinggi yaitu 130,24% dan tahun 2017
memiliki tingkat efektivitas yang rendah yaitu 107,41% sedangkan kontribusi tahun
31
2012 memiliki kontribusi yang terbesar yaitu 157,3% dan tahun 2013 memiliki
kontribusi yang terkecil yaitu 75,15%.
Sucianti, (2017) meneliti tentang analisis efektivitas, efisiensi dan
kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah di Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
menunjukkan bahwa penerimaan pajak dan kontribusi di Kabupaten Gianyar
dinyatakan sangat efektif dan efisien pada tahun 2012-2016. Kontribusi
penerimaan pajak terhadap penerimaan asli daerah di Kabupaten Gianyar
dinyatakan sangat baik sedangkan kontribusi penerimaan daerah terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten Gianyar dinyatakan sangat kurang.
Thressa Resita Pangerapan, Herman Karamoy, Stanly W Alexander
(2018) meneliti Tentang Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Hasil penelitian
menyatakan bahwa tingkat efektivitas dari penerimaan Pajak Hotel pada tahun
2013-2017 dikategorikan sangat efektif karena persentase tingkat efektivitas
melebihi 100%, yaitu pada tahun 2014 mencapai 116,8% yang merupakan tingkat
efektivitas tertinggi sedangkan tingkat efektivitas terendah pada tahun 2016
sebesar 86,32%. Kontribusi Pajak Hotel pada tahun 2013-2017 dikategorikan
sangat kurang. Tahun 2016 merupakan kontribusi tertinggi Pajak Hotel terhadap
PAD sebesar 2,99% dan pada tahun 2015 merupakan kontribusi terendah sebesar
1,82%. Karena kontribusi pendapatan asli daerah terlalu rendah dibandingkan
dengan realisasi pajak hotel.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan mengulas tentang permasalahan efektivitas,
kontribusi dan potensi pajak daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
32
Efektivitas adalah sejauh mana tercapainya suatu target yang telah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan efektivitas pajak daerah adalah nilai yang dihitung
berdasarkan persentase perbandingan realisasi pajak daerah dengan target
penerimaan pajak. Rasio pajak dikatakan efektif jika rasio pajak daerah mencapai
angka minimal 1 atau 100%, yang digunakan dari perhitungan dengan
menggunakan kriteria efektivitas pajak daerah.
Kontribusi pajak daerah digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah dan seberapa besar
kontribusi masing-masing jenis pajak terhadap pajak daerah.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Badan Pendapatan Daerah Kab. Enrekang
Pendapatan Asli Daerah.
Pajak Daerah
Kontribusi Pajak
Daerah
Efektivitas Pajak
Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Parkir
Pajak Reklame Pajak Penerangan
Jalan Pajak Mineral bukan lpogam
& batuan
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Air Tanah
Pajak Bumi dan Bangunan Peredesaan
& perkotaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah &
Bangunan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian deskriptif. Dimana penelitian
deskriptif merupakan jenis penelitian yang tujuannya untuk menyiapkan gambaran
lengkap mengenai setting social atau hubungan antara fenomena yang diuji.
Metode deskriptif kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
menggunakan kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2016).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti diharapkan dapat
menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti dalam rangka
memperoleh data. Penelitian ini dilaksanakan di Badan Pendapatan Daerah
(Bapenda) KabupatenEnrekang, yang terletakdi Jl. Jendral Sudirman Km. 3
Pinang Enrekang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas kondisi objektif bahwa
Dispenda adalah instansi yang bertanggung jawab untuk urusan pendapatan
daerah berdasarkan asas otonomi dan pembantuan dan sebagai penyelenggara
untuk pemungutan pendapatan daerah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yang dimulai pada
bulan Juni sampai bulan Agustus tahun 2020.
34
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Definisi operasional menunjukkan definisi variabel yang digunakan dalam
penelitian. Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas yang
dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-
sumber daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah
a. Efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan
pajak daerah yang di targetkan. Pengukuran efektivitas (Abdul Halim, 2014)
Efektivi tas =Realisasi Pajak Daerah
Target Pajak Daerah X 100%
Kriteria efektivitas menurut Kepmendagri No. 690.900-327 tahun 1996 adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1Kriteria Penggolongan Efektivitas
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:94)
Nilai Efektivitas Kriteria
>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
35
Kontribusi pajak daerah merupakan perhitungan yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi pajak daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah. Menurut halim (2014), cara mengetahui seberapa besar
kontribusi pajak daerah terdapat penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
adalah sebagai berikut:
Kontribusi =Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah X 100%
Tabel 3.2Kriteria Penggolongan Kontribusi
Nilai Kontribusi Kriteria
0-10% Sangat Kurang
10%-20% Kurang
20%-30% Sedang
30%-40% Cukup Baik
40%-50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:93)
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakterisk tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik
atau ciri-ciri yang dimiliki subyek tersebut. Adapun yang ditetapkan menjadi
36
populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Dinas Pendapatan Daerah
yang dikhususkan pada target dan realisasi pajak daerah.
2. Sampel Menurut Sugiyono (2016),
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Jadi sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil untuk
keperluan penelitian.
Mengingat populasi dari penelitian ini sangat luas, maka penulis
mengambil sampel yaitu laporan keuangan Dinas Pendapatan Daerah yang
dikhususkan pada target dan realisasi pajak daerah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting demi
keberhasilan suatu penelitian. Kualitas suatu data sangat ditentukan oleh alat atau
instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), terdapat beberapa teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu :
1. Metode observasi
2. Metode dokumentasi
Sesuai dengan pokok persoalan dalam penelitian mengenai kontribusi dan
efektivitas antara pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah, maka metode
yang sesuai adalah metode dokumentasi.
Metode dokumentasi atau teknik dokumentasi merupakan suatu cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ditunjukkan untuk memperoleh
penjelasan melalui sumber-sumber dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006) “Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasit, notulen, rapat,
37
legger, agenda, dan sebagainya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan berbagai dokumen penting, terutama dokumen-
dokumen yang berupa laporan keuangan tentang penerimaan pajak daerah Kab.
Enrekang.
a
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam menganalisis
data untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data ini digunakan untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca serta
diinterprestasikan agar dapat menjawab hipotesis yang peneliti lakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah data serta
menginterprestasikan data secara kuantitatif adalah melalui alat bantu statistik,
yaitu dengan analisis korelasi. Analisis korelasi adalah sekelompok teknik untuk
mengukur kuatnya hubungan antara dua variabel. Analisis ini terdiri dari beberapa
langkah yaitu :
1. Menentukan besarnya efektivitas (daya guna)
Hal ini mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup
biaya memungut pajak bersangkutan (Devas, 1989). Efektivitas atau daya guna
mengukur perbandingan antara realisasi penerimaan pajak daerah dengan target
yang akan dicapainya.
Pengukuran efektivitas (Abdul Halim, 2014)
Efektivitas =Realisasi Pajak Daerah
Target Pajak Daerah X 100%
Kriteria efektivitas menurut Kepmendagri No. 690.900-327 tahun 1996 seperti
dikutip Murniati (2017) adalah sebagai berikut:
38
Tabel 3.3Kriteria Penggolongan Efektivitas
Nilai efektivitas Kriteria
>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:94)
2. Menentukan besarnya kontribusi
Menurut halim (2014), cara mengetahui seberapa besar kontribusi pajak
daerah terdapat penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) adalah sebagai
berikut:
Kontribusi =Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah X 10%
Tabel 3.4Kriteria Penggolongan Kontribusi
Nilai Kontribusi Kriteria
0-10% Sangat Kurang
10%-20% Kurang
20%-30% Sedang
30%-40% Cukup Baik
40%-50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:93)
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Enrekang Provisinsi Sulawesi Selatan yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Km.
3 Pinang Enrekang.
Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya mengacu kepada Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya PP No. 18 tahun
2016 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dimana memberi
kewenangan kepada Pemerintah Daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota
untuk menyusun dan menetapkan organisasi dan perangkat daerah sesuai
kebutuhan, serta ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang No.11
tahun 2016 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah
Kabupaten Enrekang, diantaranya terbentuknya Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA).
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi
Selatan merupakan unsur penunjang urusan pemerintah dibidang
keuangan/pendapatan yang menjadi kewenangan daerah. Badan Pendapatan
Daerah dimpimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris. Badan Pendapatan Daerah
mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang Urusan
Pemerintahan dibidang keuangan/pendapatan yang menjadi kewenangan daerah
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana
instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis,
40
antisipatif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran yang
menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu pada batasan tersebut,
visi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang adalah terwujudnya
optimalisasi penerimaan daerah untuk membangun Enrekang maju aman dan
sejahtera mendorong terwujudnya penyelenggaraan suatu pemerintahan yang
baik (goog goverance).
Untuk memenuhi visi tersebut, direncanangkan misi. Misi adalah suatu
yang harus dilaksanakan oleh organisasi (Instansi Pemerintah) agar tujuan
organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Adapun misi Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. Mengoptimalkan seluruh pendapatan daerah berdasarkan potensi yang
dimiliki.
2. Meningkatkan pengendalian pengelolaan penerimaan keuangan daerah
sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur agar penatausahaan
pengelolaan penerimaan keuangan daerah dapat berjalan secara efektif,
efisien, transparan dan akuntabel.
Makna yang terkandung dalam masing-masing misi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Misi pertama yaitu untuk lebih meningkatkan sumber-sumber Pendapatan
Daerah maka semua potensi yang ada harus dikelola dengan baik melalui
Sumber Daya yang dimiliki oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Enrekang.
2. Misi kedua, Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang, berkomitmen
utuk meningkatkan Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Badan Pendapatan
daerah dalam rangka upaya terciptanya pengendalian pengelolaan
penerimaan keuangan daerah sesuai ketentuan yang berlaku.
41
3. Misi ketiga, Untuk mewujudkan pengelolaan penerimaan keuangan Daerah
yang baik, maka diperlukan kapasitas pengelola yang memadai dalam
rangka melakukan Monitring. Evaluasi dan pengendalian Administrasi
penerimaan keuangan daerah.
Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya mengacu kepada Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya PP No. 18
tahun 2016 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dimana memberi
kewenangan kepada Pemerintah Daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota
untuk menyusun dan menetapkan organisasi dan perangkat daerah sesuai
kebutuhan, serta ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang No.11
tahun 2016 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah
Kabupaten Enrekang, diantaranya terbentuknya Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA).
Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Bupati Enrekang Nomor:
55/XII/2016 BAPENDA mempunyai wewenang, tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut :
1. Wewenang
a. Melaksanakan penyelenggaraan dan pembinaan Perumusan Kebijakan
Umum dibidang Pendapatan Daerah.
b. Penyelenggaraan dan Pembinaan serta pelaksanaan bidang Pendapatan.
c. Penyelenggaraan dan pembinaan pelaksanaan Perbendaharaan
Penerima.
d. Penyelenggaraan dan pembinaan serta pelaksanaan Benda Berharga.
e. Penyelenggaraan dan pembinaan serta pelaksanaan Akuntansi
Pemerintah Daerah.
42
f. Penyelenggaraan penerimaan pendapatan Daerah.
g. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
2. Tugas Pokok
Tugas pokok BAPENDA Kabupaten Enrekang adalah membantu Bupati
dalam penyelenggaraan pemerintah kabupaten dibidang Pendapatan Daerah
serta tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati.
3. Fungsi
a. Menyusun rencana program dan kegiatan Badan Pendapatan Daerah baik
jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
b. Penyelenggaraan urusan kesektariatan yang meliputi urusan umum,
kepegawaian dan urusan keuangan.
c. Perumusan kebijakan secara teknis bidang Pendapatan.
d. Penyelenggaraan kegiatan teknis operasional yang meliputi bidang
pendaftaran, bidang pendataan, bidang penetapan, bidang pembukuan
pelaporan dan bidang pembinaan dan pengawasan.
e. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis sesuai lingkup tugasnya.
f. Penyelenggara administrasi dan pelaporan umum kepada masayarakat
dalam lingkup tugasnya.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang mempunyai struktur organisasi yang
tercantum dalam susunan perangkat dan tata kerja BAPENDA sebagai berikut :
a. Kepala Badan
b. Sekretaris Badan dengan 3 sub bagian
c. 4 Kepala Bidang dengan 8 sub bidang.
43
Kinerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi-
Selatan berdasarkan Laporan Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintahan
2018-2019 (LAKIP)
Target dan capaian indikator keberhasilan sasaran terlaksananya
Peningkatan dan Pengembangan pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan
rencana adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kinerja Bapenda Kabupaten Enrekang
Indikator kinerja Satuan Target Realisasi %capaia
n target
- Meningkatnya penerimaan daerah
dari sector PAD
% 100 100 100
- Tersedianya sarana penagihan
Pajak dan Retribusi Daerah
% 100 100 100
- Meningkatnya pemahaman
masyarakat tentang pajak
% 100 100 100
- Tersusunnya SPT Bulanan dan
Tahunan
% 100 100 100
- Terlaksananya Bimbingan Teknis
bendahara penerima OPD
% 100 0 0
- Terlaksananya Rekonsiliasi dana
bagi hasil pajak
100 99,85 99,85
- Terlaksananya rekonsiliasi
penerimaan daerah
% 100 95,67 95,67
- Terlaksananya penyelesaian pajak
dan retribusi daerah
% 100 100 100
- Terlaksananya pendataan dan
pemutakhiran data objek pajak dan
retribusi daerah
% 100 82,04 82,04
- Terlaksananya penagihan pajak dan
retribusi daerah
% 100 99,62 99,62
44
- Terlaksananya pengelolaan SPK
dengan Baik dan Tepat Waktu
% 100 96,67 96,67
- Terlaksananya pencetakan SKRD
dan SKPD
% 100 99,58 99,58
- Tersedianya Laporan penerimaan
bulanan, triwulan dan semesteran
% 100 100 100
- Meningkatnya penerimaan
Pendapatan Asli daerah
% 100 99,89 99,89
- Tersedianya data Objek pajak dan
Retribusi daerah yang akurat
% 100 99,81 99,81
- Tersedianya laporan perubahan data
objek pajak dan Retribusi daerah
% 100 99,44 99,44
- Tersedianya data BPHTB yang
akurat
% 100 79,13 79,13
- Tersedianya data Penghapusan
piutang yang akurat dan akuntabel
% 100 99,92 99,92
- Tersedianya data barang barang
berharga yang akurat
% 100 100 100
- Tersedianya data perencanaan target
PAD yang akurat
% 100 100 100
Sumber: LAKIP BAPENDA
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang telah berupaya
mencapai target indikator kinerja sasaran Peningkatan dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan daerah. Cakupan objek yang diperiksa melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengadaan benda berharga.
b. Penyelesaian permasalahan Pajak dan retribusi Daerah
c. Pengelolaan penatausahaan keuangan OPD dan pengurusan program
pembangunan
d. Monitoring dan Evaluasi PAD
e. Penyuluhan perpajakan
45
f. Penyusunan SPT bulanan dan Tahunan.
g. Bimbinan Teknis bendahara OPD.
h. Rekonsiliasi dana bagi hasil.
i. Percetakan dan penerbitan SKPD dan SKRD
j. Pendataan dan pemutakhiran Objek pajak dan retribusi Daerah.
k. Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah.
l. Rekonsiliasi penerimaan daerah.
m. Penyusunan Pelaporan penerimaan bulanan triwulan dan semesteran.
n. Pembinaan Pengawasan Pendapatan Daerah.
o. Koordinasi penyelenggaraan Pendaftaran Objek Pajak dan Retribusi
daerah lainnya.
p. Pelaksanaan Pelaporan dan Perubahan data objek pajak dan Retribusi
Daerah.
q. Validasi Data BPHTB.
r. Verifikasi, Analisa dan penghapusan piutang.
s. Evaluasi Pengelolaan Barang –barang berharga.
t. Penyusunan, Konsolidasi Perencanaan target Pendapatan daerah.
Dari 20 ( Dua puluh) Indikator kinerja yang ditetapkan terdapat 11
(Sebelas) indikator kegiatan yang tidak mencapai target. Ini disebabkan karena
adanya item kegiatan perencanaan Anggarannya lebih besar dari apa yang telah
dilaksanakan, serta dalam rangka efisiensi anggaran.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di Badan Pendapatan Daerah. Fokus
pengambilan data dilakukan dibidang perpajakan . Data yang digunakan yaitu data
sekunder yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara berupa dokumen
yang diberikan oleh Badan Pendapatan Daerah. Berdasarkan data yang berhasil
dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Laporan Realisasi Penerimaan Pajak.
46
2. Analisis efektivitas pajak daerah Kabupaten Enrekang
Kabupaten Enrekang terdapat 4 sumber pendapatan asli daerah (PAD)
yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain. Untuk pajak daerah ada beberapa jenis pajak daerah yang dipungut oleh
Bapenda yaitu :
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan
k. Pajak BPHTB
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Efektivitas secara
harfiah di artikan pengaruh dan mempunyai daya guna serta membawa hasil. Tax
efektivenes adalah perbandingan antara penerimaan pajak aktual dengan potensi
penerimaan pajak. Efektivitas pajak secara tidak langsung menunjukkan seberapa
besar keberhasilan daerah dalam mengumpulkan pajak dari potensi yang
dimilikinya.
Menurut Kepmendagri nomor 690.900.327 tahun 1996. Apabila
perhitungan efektivitas pajak hotel mengasilkan persentase mendekati atau
melebihi 100% maka penerimaan pajak hotel akan semakin efektif. Berikut kriteria
efektivitas
47
Tabel 4.2 Indikator efektivitas pajak daerah
Persentase Kriteria Tanda/Kode
>100% Sangat efektif SE
>90%-100% Efektif E
>80%-90% Cukup efektif CE
>60%-80% Kurang efektif KE
<60% Tidak efektif TE
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:94)
Analisis efektivitas pajak daerah yaitu analisis yang menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah
yang direncanakan di bandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah. Rumus yang digunakan dalam menghitung efektivitas sebagai
berikut :
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑋 100%
Sumber Halim (2004)
1. Efektivitas pajak daerah
Efektivitas penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Enrekang di analisis
dengan mengunakan rasio efektivitas dengan rumus sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑋 100%
a. Tahun 2015
Berdasarkan target penerimaan pajak sebesar Rp7.130.000.000 dengan
realisasi yang diterima Rp7.340.370.536, maka rasio efektivitas penerimaan pajak
daerah tahun 2015 dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
48
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 7.130.000.000
7.340.370.536 𝑋 100% = 103%
b. Tahun 2016
Berdasarkan target penerimaan pajak sebesar Rp7.737.000.000 dengan
realisasi yang diterima Rp9.147.403.707, maka rasio efektivitas penerimaan pajak
daerah tahun 2016 dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 7.737.000.000
9.147.403.707 𝑋 100% = 118%
c. Tahun 2017
Berdasarkan target penerimaan pajak sebesar Rp9.965.000.000 dengan
realisasi yang diterima Rp9.022.821.580, maka rasio efektivitas penerimaan pajak
daerah tahun 2017 dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 9.965.000.000
9.022.821.580 𝑋 100% = 90%
d. Tahun 2018
Berdasarkan target penerimaan pajak sebesar Rp10.783.000.000 dengan
realisasi yang diterima Rp10.839.190.514, maka rasio efektivitas penerimaan
pajak daerah tahun 2018 dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 10.783.000.000
10.839.190.514 𝑋 100% = 99,5%
e. Tahun 2019
Berdasarkan target penerimaan pajak sebesar Rp12.247.173.134 dengan
realisasi yang diterima Rp10.523.206.720, maka rasio efektivitas penerimaan
pajak daerah tahun 2019 dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 12.247.173.134
10.523.206.720 𝑋 100% = 85%
49
Tabel 4.3 tingkat efektivitas pajak daerah dalam rupiah
Tahun Total Target
Pajak
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Rasio
Efektivitas
Kriteria
Efektivitas
2015 7.130.000.000 7.340.370.536 103% Sangat Efektif
2016 7.737.000.000 9.147.403.707 118% Sangat Efektif
2017 9.965.000.000 9.022.821.580 90% Efektif
2018 10.783.000.000 10.839.190.514 99,5% Efektif
2019 12.247.173.134 10.523.206.720 85% Cukup Efektif
Sumber: olahan data laporan target dan realisasi pendapatan daerah Kab. Enrekang
Gambar 4.1 Grafik rasio efektivitas pajak terhadap PAD
Sumber: olahan data sekunder laporan realisasi pendapatan Kabupaten Enrekang.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni tahun 2015-2019 target
penerimaan pajak mengalami peningkatan. Terget penerimaan pajak tertinggi
berada pada tahun 2019 dengan nilai Rp12.247.173.134 dengan realisasi
0
20
40
60
80
100
120
140
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat efektivitas pajak daerah dalam rupiah Kab. Enrekang
50
pencapaian 85%. Dari segi realisasi penerimaan pajak yang tertinggi berada pada
tahun 2018 yaitu dengan nilai Rp10.839.190.514.
Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa dari segi rasio efektivitas
penerimaan pajak mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan uraian yang
telah dijelaskan rendahnya tingkat efektivitas pajak daerah berada pada tahun
2019 dengan nilai 85%. Hal tersebut disebabkan karena pada tahun 2019 target
penerimaan pajak sangat besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya maka dari
itu pihak Bapenda berusaha mengoptimalkan potensi dan realisasi pendapatan
daerah Kabupaten Enrekang terutama dari komponen pendapatan asli daerah
dimana salah satunya bersumber dari pajak daerah karena dari segi target
penerimaan pajak memang dibebankan naik dengan cukup signifikan dari tahun
sebelumnya dan dari segi realisasi penerimaan pajak memang mengalami
penurunan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut seharusnya Bapenda Kabupaten
Enrekang selaku perangkat daerah yang mengelola seharusnya lebih
meningkatkan kinerjanya baik dalam pendataan potensi-potensi pajak daerah
yang berada dalam wilayahnya dengan lebih baik dan teratur,serta terjun langsung
dalam melakukan pengawasan terhadap sumber-sumber pajak secara berkala
agar meminimalisir penyimpangan dari oknum-oknum wajib pajak yang tidak tertib
dalam penyampaian besarnya objek pajaknya. Dengan demikian diharapkan
Bapenda Kabupaten Enrekang mampu meningkatkan kinerjanya dalam hal
pemungutan dan pengelolaan pajak daerah sehingga dapat mempercepat
perkembangan Kabupaten Enrekang.
51
3. Analisis kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Enrekang untuk sumber APBD terbagi atas 2 yaitu: Pendapatan
asli daerah (PAD) dan Dana perimbangan. Kemandirian suatu daerah dapat dilihat
dari selisih antara pendapatan asli daerah dengan dana perimbangan semakin
besar jumlah pendapatan asli daerah yang dapat dikumpulkan maka akan semakin
baik kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan dan dapat mandiri
dalam mengelola daerahnya.
Analisis kontribusi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak
terhadap PAD. Kriteria kontribusi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Indikator tingkat kontribusi pajak daerah
Persentase Tingkat
Kontribusi
<10% Sangat Kurang
10-20% Kurang
20-30% Sedang
30-40% Cukup Baik
40-50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dikutip dalam Murniati 2017:93)
Analisis kontribusi pajak daerah adalah suatu analisis yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan
pajak terhadap pendapatan asli daerah maka dibandingkan dengan jumlah
realisasi pajak daerah dengan pendapatan asli daerah. Menurut Handoko 2013
rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut :
52
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑋 100
Sumber Handoko (2013)
a. Tahun 2015
Berdasarkan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp7.340.370.536
dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima Rp50.355.757.354, maka
rasio kontribusi pajak daerah tahun 2015 dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 7.340.370.536
50.355.757.354 𝑋 100 = 14,5%
b. Tahun 2016
Berdasarkan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp9.147.403.707
dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima Rp63.198.341.642, maka
rasio kontribusi pajak daerah tahun 2016 dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 9.147.403.707
63.198.341.642 𝑋 100 = 14,4%
c. Tahun 2017
Berdasarkan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp9.022.821.580
dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima Rp100.266.156.369, maka
rasio kontribusi pajak daerah tahun 2017 dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 9.022.821.580
100.266.156.369 𝑋 100 = 8,9%
53
d. Tahun 2018
Berdasarkan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp10.839.190.514
dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima Rp76.455.644.071, maka
rasio kontribusi pajak daerah tahun 2018 dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 10.839.190.514
76.455.644.071 𝑋 100 = 14,1%
e. Tahun 2019
Berdasarkan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp10.523.206.720
dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima Rp75.758.214.108, maka
rasio kontribusi pajak daerah tahun 2017 dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 10.523.206.720
75.758.214.108 𝑋 100 = 13,9%
Tabel 4.5 kontribusi pajak daerah terhadap PAD
Tahun Realisasi Pajak
Daerah
Realisasi
Pendapatan Asli
Daerah
Rasio
Kontribusi
Pajak Daerah
Tingkat
Kontribusi
2015 7.340.370.536 50.355.757.354 14,5% Kurang
2016 9.147.403.707 63.198.341.642 14,4% Kurang
2017 9.022.821.580 100.266.156.369 8,9% Sangat
kurang
2018 10.839.190.514 76.455.644.071 14,1% Kurang
2019 10.523.206.720 75.758.214.108 13,9% Kurang
Sumber: olahan data laporan target dan realisasi pendapatan daerah Kab. Enrekang
54
Gambar 4.2 Grafik rasio kontribusi pajak terhadap PAD
Sumber: olahan data sekunder laporan realisasi pendapatan Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kontribusi
pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Enrekang masih
terbilang rendah dengan rata-rata 14% per tahun. Kontribusi tertinggi berada pada
tahun 2015 sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2017. Dilihat secara
keseluruhan selama 5 tahun terakhir rata-rata kontribusi pajak hanya 14%. Hal
tersebut dikategorikan kurang memberikan kontribusi karena rasio yang relatif
rendah.
C. Pembahasan
1. Efektivitas Pajak Daerah
Pajak daerah di Kabupaten Enrekang terbagi atas 11 jenis pungutan pajak,
yaitu: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak
penerangan jalan, Pajak mineral bukan logam dan batuan, Pajak parkir, Pajak air
tanah, Pajak sarang burung walet, Pajak bumi dan bangunan perdesaaan dan
perkotaan, Pajak BPHTB. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai pajak
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
14,00%
16,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
55
yang diperoleh sejak tahun 2015-2019 mengalami peningkatan. Efektivitas pajak
daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah merealisasikan
penerimaan pajak daerah. Efektivitas pajak daerah di tahun 2015-2019 yaitu
103%, 118%, 90%, 99,5%, 85% sehingga dapat disimpulkan efektivitas
penerimaan pajak di Kabupaten Enrekang efektif karena rata-rata rasio
efektivitasnya berada pada rasio 99,1%.
Dari segi target penerimaan pajak di Kabupaten Enrekang sejak tahun
2015-2019 mengalami peningkatan dan dari segi realisasi penerimaan pajak
mengalami peningkatan. Target penerimaan pajak daerah tahun 2015-2019 yaitu:
Rp7.130.000.000, Rp7.737.000.000, Rp9.965.000.000, Rp10.783.000.000,
Rp12.247.173.134. Dan dari segi realisasi penerimaan pajak yaitu sejak tahun
2015-2019 dengan nilai yaitu: Rp7.340.370.536, Rp9.147.403.707,
Rp9.022.821.580, Rp10.839.190.514, Rp10.523.206.720.
2. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD
Hasil analisis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa
penerimaan PAD di Kabupaten Enrekang sejak tahun 2015-2019 mengalami
peningkatan dan penurunan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.4 yaitu:
Rp50.355.757.354, Rp63.198.341.642, Rp100.266.156.369, Rp76.455.644.071,
Rp75.758.214.108. dilihat dari hasil analisis kontribusi pajak terhadap Pendapatan
Asli Daerah sejak tahun 2015-2019 yaitu: 14,5%, 14,4%, 8,9%, 14,1%, 13,9%. Jika
dilihat dari segi rasio kontribusi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
mengalami peningkatan dan penurunan, jika dihitung menurut kriteria tingkat
kontribusi maka tingkat kontribusi pajak daerah Kabupaten Enrekang terhadap
Pendapatan Asli Daerah kurang.
56
Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya persentase kontribusi pajak
di Kabupaten Enrekang dikarenakan adanya hambatan yang dialami oleh
Bapenda Kabupaten Enrekang diantaranya basis data pajak yang selalu harus
diperbaharui, adanya wajib pajak yang tidak tertib dalam membayar pajak,
kurangnya sosialisasi mengenai kewajiban perpajakan dan adanya wajib pajak
yang tidak melaporkan omset yang sebenarnya, Maka dari itu diperlukan
hubungan keterbukaan antara wajib pajak dan negara, selain itu pihak Bapenda
perlu mengadakan sosialiasasi yang lebih intens mengenai kewajiban perpajakan.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Efektivitas pajak daerah di Kabupaten Enrekang dikategorikan efektif.
Karena efektivitas pajak daerah di Kabupaten Enrekang dari tahun 2015-
2019 adalah 103%, 118%, 90%, 99,5%, 85%. Jadi rata-rata efektivitas pajak
daerah mencapai 99,1% sehingga dikategorikan efektif. Tingkat efektivitas
pajak daerah terendah berada pada tahun 2019 yaitu 85% dan yang tertinggi
di tahun 2015 yaitu 103%. Efektvitas pajak daerah di Kabupaten Enrekang
dapat tercapai dengan baik dengan usaha Bapenda terus mengembangkan
basis data pajak dan terus menggali potensi pajak.
2. Kontribusi pajak daerah di Kabupaten Enrekang termasuk dalam kategori
kurang efektif. Kontribusi pajak daerah di Kabupaten Enrekang pada tahun
2015-2019 adalah 14,5%, 14,4%, 8,9%, 14,1%, 13,9%. Jadi rata-rata
Kontrobusi Pajak Daerah Kabupaten Enrekang hanya mencapai 13,16%
sehingga dapat dikategorikan kurang efektif.
B. Saran
Penelitian kedepannya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas, berikut beberapa masukan yang disarankan oleh peneliti bagi
instansi terkait dan penelitian selanjutnya.
1. Saran Akademik
a. Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mencoba variabel lain yang lebih
relevan terkait dengan Pendapatan Asli Daerah
58
b. Selain menggunakan metode deskriptif peneliti selanjutnya juga bisa
menggunakan metode explanatori dengan tujuan sampel penelitian yang lebih
banyak.
2. Saran Operasional
a. Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Enrekang diharapkan
dapat memaksimalkan kinerjanya dalam mengembangkan basis data pajak
dan terus menggali potensi pajak agar penerimaan pajak di Kabupaten
Enrekang menjadi lebih optimal.
b. Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Enrekang diharapkan
dapat terus meningkatkan kontribusi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Enrekang untuk pengembangan Kabupaten Enrekang
59
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Afni., N.,Afif., S., 2018. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik.
Devas, N., Brian B., Anne B., Kenneth D., Roy K.,1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Penerjemah Masri Maris. Jakarta: UI Press.
Diana S, 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT Refika Adimata
Halim A, 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik problematika penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.
Handoko, Hasdi., A., Efrizal., S., 2013. Analisis factor-faktor yang mempengaruhi perekonomian dan penerimaan Pajak di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, VolIII, No. 5
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kepmendagri, Nomor 6990.900.327.1996. Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Marce T., H., Jullie J., Sondakh, Anneke W.,2017. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame, Pajak Bumi Dan Bangunan. Jurnal Riset Akuntansi
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.
Mega E., Inggriani E., 2016. Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Daerah dan Kontribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Emba
Murniati S, 2017. Analisis Kontribusi dan Efektivitas Penerimaan Retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang. Jurnal Kompetitif
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten Enrekang (RKPD). 2018.
Resmi S, 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat
Thressa., R., P., Herman., K., Stanly W., A., 2018. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Halmahera Utara.Jurnal Riset Akuntansi
Suandi E, 2011. Hukum Pajak. Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat
60
Siahaan, Marihot P, 2010. Hukum Pajak Elementer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sucianti, 2017. Analisis Efektivitas, Efisiensi Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Gianyar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di daerah.
______.No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
______.No. 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
______.No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
______.No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
______.No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Waluyo, 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
WijacaksonoGalih, 2017 Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan (PBB P2) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember.Jurnal STIE Semarang.F
61
LAMPIRAN
1. Laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2015
62
63
2. Laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2016
64
65
3. Laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2017
66
67
4. Laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2018
68
69
5. Laporan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2019
70
71
6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Perusahaan
72
7. Surat Balasan Penelitian
73
BIOGRAFI PENULIS
Sri Devi Eka Suherman panggilan Devi lahir Enrekang tanggal
30 Mei 1998 dari pasangan suami istri Bapak Suherman
Karim, S.H dan Ibu Asmi S.Pd.I. Peneliti adalah Pertama dari
empat bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di
Bonto Tangnga Lorong 1.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu TK Aisyiyah Baroko,
SDN 120 Baroko, MtsN 1 Alla, SMAN 3 Enrekang dan mulai tahun 2016 mengikuti
program S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Sampai dengan penilisan skripsi ini peneliti masih
terdafttar sebagai mahasiswi program S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH).