ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANdigilib.unila.ac.id/28191/6/TESIS TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANdigilib.unila.ac.id/28191/6/TESIS TANPA BAB...
ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANDOWN GRADE INVESTMENT
(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)
(Tesis)
Oleh
AGUSTIA WIRANDIKA
PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN DOWN
GRADE INVESTMENT
(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti adanya praktik earnings
management ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down grade
investment. Pengukuran mengenai earnings management yaitu menggunakan
discretionary accruals dengan model jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di PEFINDO dari
tahun 2014-2015. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling sehingga
diperoleh jumlah sampel sebanyak 74 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
penelitian yang telah ditetapkan. Down grade investment yang diukur dengan
skala nominal atau dummy, Ukuran Perusahaan yang diukur dengan total aset, dan
leverage diukur menggunakan ratio of total debt to total assets (DTA). Jenis
data yang digunakan adalah data panel, dan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS) dengan bantuan E-views 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel down grade investment tidak
berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Hal ini menunjukan
bahwa penurunan peringkat obligasi tidak memiliki pengaruh besar terhadap
keputusan perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi untuk memanajemen
laba.
Kata kunci: Down grade investment , Ukuran perusahaan, leverage, earnings
management
ABSTRACT
ANALYSIS OF EARNINGS MANAGEMENT IN DOWN GRADE
INVESTMENT COMPANY
(A Debt Covenant Hypothesis Test)
This study aims to obtain evidence of earnings management practices when the
rating of corporate bonds down grade investment. Measurement of earnings
management is using discretionary accruals with model jones modified by
Dechow et al.
The sample in this study is a company registered in PEFINDO from 2014-2015.
Sampling using purposive sampling to obtain the number of samples of 74
companies that meet the criteria of the research sample that has been determined.
Down grade investment measured on a nominal or dummy scale, firm size
measured by total assets, and leverage is measured using the ratio of total debt to
total assets (DTA). The type of data used is panel data, and using the Ordinary
Least Square (OLS) method with the help of E-views 9.0.
The results showed that the variable down grade investment has no significant
effect on earnings management. This shows that the downgrades of bonds do not
have a big influence on the company's decision in choosing an accounting policy
to manage earnings.
Keywords: Down grade investment, firm size, leverage, earnings management
ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAANDOWN GRADE INVESTMENT
(Sebuah Pengujian Debt Covenant Hypothesis)
Oleh
AGUSTIA WIRANDIKA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER ILMU AKUNTANSI
Pada
Program Magister Ilmu AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2017
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Lampung pada tanggal 07 Agustus 1992 yang
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri Bapak
Drs. Izmir Hasan dan Ibu Suarni.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Taman kanak-kanak di
KARTIKA 2 tahun 1998, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD 2
Sumur Batu Bandarlampung dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis
menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 23 Bandarlampung
yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan
tingkat atas di SMK Negeri 4 Bandarlampung hingga lulus pada tahun 2010.
Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Akuntansi Universitas Lampung
pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 Penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana pada program studi
Magister Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung melalui jalur seleksi reguler.
viii
viii
MOTTO
Cukuplah allah bagiku, tidak ada tuhan selain dia
Hanya kepadanya aku bertawakal
(At-Taubah:129)
“Ilmu itu lebih baik dari pada harta”
(Saidina Ali Bin Abi Talib)
“Sesungguhnya allah murka, marah kepada orang yang berilmuakan dunia, namun bodoh akan akhirat”
(Hr Abu Daud)
ix
SANWACANA
الرحیم الرحمن اللھ بسم
Alhamdulillahillahirobbil’alamiin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT serta salam dan shalawat semoga selalu terlimpahkan kepada suri teladan
terbaik di muka bumi ini, Muhammad SAW. Atas ijin, perkenan, dan berkah dari-
Nya, tesis dengan judul “Analisis Earnings Management Pada Perusahaan
Down Grade Investment” ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Akuntansi pada Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan dan kelemahan, namun berkat adanya arahan, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak maka tesis ini dapat diselesaikan, oleh Karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung;
3. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas
x
Lampung serta selaku penguji utama, atas segala masukan dan saran yang
sangat membantu selama proses penyusunan tesis ini;
5. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Utama,
atas segala masukan, arahan, saran, serta ilmu yang sangat membantu
selama proses penyusunan tesis ini;
6. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing kedua,
atas segala diskusi dan motivasi yang sangat membantu dalam penyusunan
tesis ini;
7. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt Sekretaris Penguji;
8. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat,
serta kasih sayang yang luar biasa selama ini;
9. Kakak-kakakku yang tercinta, Like okta wijaya S.E, Almardiyah S.H,
Ahmad dwi okta S.E. yang selalu memberikan motivasi, dorongan;
10. Kekasih hatiku Lady usa simpati S.H yang tak pernah bosan mensuport
dalam keadaan apapun selalu menjadi penyemangat;
11. Sahabat-sahabat terbaikku, DKDSBH’10 Apri fajar, Dicky andika, Erlian
fitrah bramatala, Este Debol, Ferindo saputra, Frassyda pratama, M.
wanhar A.P, M. firas zakki, M. satria putra, Irfan roza, Ramdan rossy, dan
Rifky yusnandar yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan,
menemani, dan menghibur;
12. Mas Andri, Mbak Leni, dan Nico, serta seluruh staf Progfram Studi
Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung;
xi
13. Teman-teman Magister Ilmu Akuntansi Reguler 2015 baik regular maupun
STAR BPKP;
14. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Demikian kiranya yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf atas segala sesuatu
yang tidak berkenan. Semoga pembaca sekalian dapat memperoleh manfaat dari
tesis ini. Terima Kasih.
Bandar Lampung, Agustus 2017Peneliti
Agustia wirandika
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
ABSTRAK .........................................................................................................ii
ABSTRACT .......................................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................viii
HALAMAN SANWACANA ...........................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................5
BAB II LITERATUR REVIEW DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori ........................................................................................6
2.1.1. Teori Akuntansi positif ................................................................7
2.1.2. Pengertian Obligasi .....................................................................9
2.1.2.1. Karakteristik Obligasi .....................................................11
2.1.2.2. Jenis-jenis Obligasi .........................................................13
2.1.3. Peringkat Obligasi .......................................................................15
2.1.3.1. Standard & Poor’s Corporation ....................................16
2.1.3.2. Moody’s Investor Service Inc .........................................19
2.1.3.3. PT. PEFINDO .................................................................20
2.1.3.4. Metodologi pemeringkatan PEFINDO ...........................21
2.1.4. Down Grade Investment ..............................................................28
2.1.5. Earnings Management .................................................................29
2.1.5.1. bentuk bentuk manajemen laba ......................................30
2.2. Penelitian Terdahulu ...............................................................................32
2.3. Model penelitian ......................................................................................33
2.4. Pengembangan Hipotesis ........................................................................33
xiii
2.4.1. Pengaruh down grade investment terhadap
earnings management .................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Teknik pengumpulan data .......................................................................35
3.1.1. Jenis data .......................................................................................35
3.1.2. Sumber data ...................................................................................35
3.2. Metode Pengumpulan Data .....................................................................35
3.3. Populasi dan Sample ...............................................................................36
3.3.1. Populasi .........................................................................................36
3.3.2. Sampel ...........................................................................................36
3.4. Pengukuran Variabel ...............................................................................36
3.4.1. Variabel Independen......................................................................37
3.4.2. Variabel Dependen ........................................................................37
3.5. Metode Pengolahan Data.........................................................................39
3.5.1. Model Estimasi ..............................................................................40
3.5.2. Pemilihan Metode Estimasi dan Pengujian Hipotesis ...................41
3.5.3. Uji Statistik F (Keandalan Model) ...............................................44
3.5.4. Uji Statistik t ..................................................................................44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................46
4.2 Statistik Deskriptif ...................................................................................46
4.3 Pemilihan Model Estimasi ......................................................................48
4.3.1. Uji Chow .......................................................................................49
4.3.2. Uji Hausman ..................................................................................50
4.3.3. Model Terpilih ...............................................................................51
4.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................................51
4.4.1 Koefisien Determinasi ....................................................................52
4.4.2 Hasil Uji F ......................................................................................52
4.4.3 Hasil Uji t .......................................................................................53
4.5 Pembahasan ..............................................................................................53
4.5.1. Pengaruh down grade investment terhadap
Earnings management ...................................................................53
4.5.2. Variabel kontrol .............................................................................55
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................56
5.2 Keterbatasan ............................................................................................56
5.3 Saran ........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Peringkat Obligasi dari standard & poor’s .......................................................... 18
2.2. Peringkat Obligasi dari moody’s ......................................................................... 19
2.3. Peringkat Obligasi menurut PEFINDO................................................................ 27
2.4. Penelitian terdahulu.............................................................................................. 32
4.1. Sampel penelitian ................................................................................................. 46
4.2. Statistik Deskriptif ............................................................................................... 47
4.3. Statistik Deskriptif frekuensi dan persentase ....................................................... 48
4.4. Uji Chow .............................................................................................................. 49
4.5. Uji Hausman ........................................................................................................ 50
4.6. Hasil Uji dengan Model Fixed Effect .................................................................. 51
4.7. Hasil Uji dengan Model Fixed Effect (R²) ........................................................... 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Model penelitian................................................................................................... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
jatuh tempo. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak
memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang (IAI, 2015).
Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu
siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua
belas bulan dari tanggal neraca. Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca
dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuiditasnya diperkirakan secara layak
memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya.
Terdapat banyak jenis kewajiban lancar yang berbeda, antara lain”hutang usaha,
wesel bayar, jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang, kewajiban jangka
pendek yang diharapkan akan didanai kembali, hutang dividen, deposito yang
dapat dikembalikan, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak, kewajiban yang
berhubungan dengan karyawan.
2
Kelompok kedua adanya hutang jangka panjang terdiri dari pengorbanan manfaat
ekonomi yang sangat mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang
tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Jenis-jenis
hutang jangka panjang antara lain” hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang,
hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajiban leasen.
Perusahaan yang memasuki pasar modal bertujuan mendapatkan dana yang
berasal dari para investor agar mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Ada
beberapa alternatif yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi
dalam pasar modal, salah satunya obligasi (Werastuti, 2012).
Menurut Werastuti (2012) obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang
berisi kontrak perjanjian antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman
(emiten) yang berarti emiten mengakui berutang kepada pemilik obligasi.
Meskipun obligasi dianggap sebagai investasi yang aman, namun obligasi tetap
memiliki risiko.Risiko tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan untuk
melunasi obligasi kepada investor.
Obligasi dianggap sebagai alternatif investasi yang cukup aman bagi investor
karena obligasi memberikan penghasilan yang tetap yaitu pokok utang dan kupon
bunga pada waktu jatuh tempo yang ditentukan. Lembaga perbankan yang
memiliki prosedur pinjaman yang makin diperketat menimbulkan perusahaan
yang membutuhkan dana mulai tertarik berinvestasi pada obligasi (Krisnilasari,
2007).
Walaupun obligasi merupakan investasi yang dianggap aman, tetapi investor bisa
mengalami kerugian yang berasal dari faktor eksternal atau internal perusahaan,
3
contohnya pelunasan kupon dan hutang tidak terbayakan tepat waktu (Brigham et
al., 1999). Untuk menanggulangi masalah tersebut investor bisa memanfaatkan
informasi pemeringkatan obligasi (bond rating) dari lembaga pemeringkat
sekuritas utang (credit rating agency atau debt rating agency). Menurut Altman
dan Nammacher (1987) peringkat obligasi sangat penting bagi investor karena
mampu memberikan pernyataan informatif dan memberikan sinyal suatu
perusahaan.
PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) masih mencari cara untuk merestrukturisasi
utangnya yang akan jatuh tempo pada 2016 dan 2017. Dalam laporan conference
call yang dilakukan TRIO bersama para pemegang surat utang di Singapura,
TRIO sekali lagi menyatakan tak mampu membayar bunga obligasinya di bulan
Desember ini.
Utang-utang TRIO ini diakui memiliki potensi cross default. Namun sampai saat
ini belum ada notifikasi default dari para kreditur. Tidak mampunya TRIO
membayar bunga obligasi membuat PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
menurunkan peringkat TRIO dari id CCC menjadi id SD alias selective default.
Peringkat ini menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban
finansialnya yang jatuh tempo (investasi.kontan.co.id).
Jakarta, CNN Indonesia - Pengawas keuangan Jepang berencana memberi
hukuman kepada perusahaan teknologi Toshiba Corp., karena diduga memalsukan
laporan keuangan. Sumber-sumber yang dekat dengan lingkungan pemerintah
mengatakan kepada harian bisnis Nikkei, bahwa Securities and Exchange
4
Commission Surveillance (SESC) berencana memberlakukan denda terhadap
Toshiba pada September mendatang.
Regulator setempat sedang mempelajari kasus ini dan menimbang hukuman
potensial setelah komite independen mengumumkan temuannya dalam waktu
dekat ini. Komite independen mengatakan Toshiba membutuhkan perbaikan tata
kelola perusahaan. Skandal akuntansi Toshiba diperkirakan mencapai lebih dari
US$ 1 miliar per Maret 2014 (www.cnnindonesia.com).
Berdasarkan fenomena di atas bahwa terjadi adanya cross default yang
diakibatkan oleh kinerja bisnis perusahaan yang kurang baik dan juga earnings
management yang bertujuan agar laporan keuangan terlihat sehat oleh investor,
sehingga membuat saya bertujuan untuk meneliti keadaan yang terjadi terhadap
fenomena-fenomena di atas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul
penelitian ini adalah ” ANALISIS EARNINGS MANAGEMENT PADA
PERUSAHAAN DOWN GRADE INVESTMENT”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah apakah Manajemen perusahaan melakukan manajemen laba yang
meningkatkan laba setelah mengalami penurunan peringkat obligasi ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menguji adanya praktik
earnings management ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down
grade investment.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Peringkat obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta
sumber informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yang diperdagangkan
(Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Ke151/BL/2009).
Informasi peringkat tersebut diharapkan dapat membantu investor dalam
mengambil keputusan investasi.
Dengan demikian investor dapat melakukan strategi apakah akan membeli
obligasi atau tidak. Bagi emiten, peringkat bermanfaat untuk mengetahui struktur
obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain (Raharjo,
2003). Akan tetapi jika peringkat perusahaan dikatakan kurang sehat dapat
menimbulkan oportunisme yang cenderung membuat emiten melakukan berbagai
cara untuk dapat menghasilkan peringkat obligasi yang baik.
Jika perusahaan mendapatkan peringkat yang baik, maka dapat dimanfaatkan
sebagai sarana promosi dan meningkatkan kepercayaan investor (Robert, 1997).
Hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar
obligasinya dengan baik.
7
2.1.1 Teori akuntansi positif
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa
mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan
dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik
akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap
teori normatif (Watts dan Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar
pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watts dan
Zimmerman,1986 ):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga
tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual dari pada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini
mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
8
Selanjutnya Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan
dalam pendekatan normatif, Watts dan Zimmerman (1986) mengembangkan
pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiris dan
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan
atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Tiga hipotesis teori akuntansi positif merupakan prediksi yang dibuat oleh PAT
diorganisasikan secara luas pada tiga hipotesis yang diformulasikan oleh Watts
dan Zimmerman (1986). Kita akan memberi ketiga hipotesis ini bentuk
oportunistik mereka, karena menurut Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah
cara yang paling sering digunakan ketika mereka diinterpretasikan:
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan
dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan
manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
9
3. Hipotesis biaya politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik
yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih
prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang
menuju masa depan.
Penelitian ini akan lebih memperdalam mengenai hipotesis kedua yaitu debt
covenant atau Kontrak hutang. Cochran (2001), Debt covenant adalah kontrak
yang ditujukan pada peminjam oleh kreditor untuk membatasi aktivitas yang
mungkin merusak nilai pinjaman dan recovery pinjaman. Sebagian besar
kesepakatan utang berisi perjanjian yang mengharuskan peminjam memenuhi
syarat yang disepakati dalam perjanjian utang (Scott, 2012). Debt covenant
memberikan jaminan kepada bondholders bahwa perusahaan akan mendahulukan
pembayaran utang kepada bondholders. Dengan adanya debt covenant para
bondholders tidak ragu untuk menanamkan modal dalam jumlah besar pada
perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi. Sehingga kebutuhan modal
dalam jumlah besar pada perusahaan dengan kesempatan tinggi dapat terpenuhi.
2.1.2 Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk
membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam
kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan
(Jogiyanto, 2003). Moechdie dan Ramelan (2012), obligasi adalah salah satu jenis
utang. Secara umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut
10
konvensi yang berlaku di indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 tahun
disebut obligasi. Meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 tahun yang
diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi.
kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 tahun dan paling panjang adalah
30 tahun. Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui hutang yang menarik
bagi perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh
tempo yang panjang dan relatif murah karena merupakan hutang yang secara
langsung kepada masyarakat (supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan
biasanya dijual sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena
bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di
pasar yang maksudnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor pada suatu
obligasi.
Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor pada
obligasi ini bergantung pada risiko kegagalan obligasi yang diperkirakan oleh
investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku di
pasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika
bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham, harga
(nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah
nilai nominalnya disebut obligasi diskon dan obligasi yang dijual diatas nilai
nominalnya disebut obligasi premi (Sjahrial, 2009).
11
2.1.2.1 Karakteristik Obligasi
Menurut Keown et al. (2010) beberapa karakteristik dari obligasi yang biasa
didengar adalah sebagai berikut:
1. Klaim Terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan
Obligasi juga mempunyai klaim terhadap penghasilan yang akan datang atas
saham biasa dan saham preferen. Secara umum, jika bunga obligasi tidak dibayar,
badan pengawas obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut sebagai
perusahaan yang tidak mampu membayar hutang dan terpaksa perusahaan tersebut
menjadi bangkrut. Dengan demikian, klaim pemegang obligasi terhadap
penghasilan lebih cenderung dilunasi daripada saham biasa dan saham preferen
yang devidennya dibayar terserah pada manajemen perusahaan.
2. Nilai Nominal
Nilai nominal suatu obligasi adalah nilai yang tertera pada lembar obligasi yang
akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Suku Bunga Kupon
Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentase bunga
terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun. Menurut Brigham
dan Houston (2006), tingkat bunga kupon obligasi dapat dibedakan menjadi:
a. Obligasi dengan tingkat bunga kupon mengambang yaitu obligasi yang
tingkat suku bunganya turun dan naik dengan mengikuti perubahan yang
terjadi pada tingkat suku bunga secara umum.
12
b. Obligasi dengan kupon nol yaitu obligasi yang tidak membayarkan bunga
tahunan tetapi dijual dengan diskon dibawah harga yang ditetapkan,
sehingga memberikan keringanan kepada para investornya.
c. Obligasi dengan diskon penerbitan awal yaitu semua obligasi yang pada
awalnya ditawarkan dengan harga di bawah nilai parinya.
4. Batas Waktu
Batas waktu dari obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit obligasi
mengembalikan nilai obligasi ke pemegang obligasi dan berakhirnya atau
ditebusnya obligasi tersebut.
5. Indenture
Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi dan
perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Surat perjanjian
menyediakan term spesifik mengenai persetujuan pinjaman, yang mencakup
uraian dari obligasi, hak pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi, dan
tanggung jawab perwalian.
6. Tingkat Penghasilan Lancar
Tingkat penghasilan lancar obligasi mengacu pada keuntungan yang diperoleh
oleh pihak yang membeli obligasi dari bunga yang telah ditetapkan terhadap harga
obligasi di pasaran.
13
7. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi mencakup penilaian tentang potensi risiko masa depan dari
suatu obligasi.
2.1.2.2. Jenis-jenis Obligasi
Menurut Tandelilin (2010), ada beberapa jenis obligasi perusahaan dengan
masing-masing karakteristik yang berbeda:
1. Obligasi Dengan Jaminan
Obligasi dengan jaminan adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan
menggunakan jaminan suatu aset real, sehingga jika perusahaan gagal memenuhi
kewajibannya maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih aset
tersebut.
2. Obligasi Tanpa Jaminan
Obligasi tanpa jaminan dalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu
jaminan aset real tertentu. Sama halnya dengan mortgage bond, perusahaan juga
bisa menerbitkan obligasi tanpa jaminan lagi setelah obligasi tanpa jaminan
diterbitkan, atau disebut sebagai subordinated (junior) debentures.
3. Obligasi Konversi
Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menukar obligasi tersebut dengan sejumlah saham
perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang obligasi
14
mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari selisih penjualan dan
pembelian saham.
4. Obligasi yang disertai Warrant.
Obligasi yang disertai dengan adanya warrant berarti pemegang obligasi
mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah
ditentukan. Sama halnya dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan
waran akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jika harga
saham mengalami kenaikan.
5. Obligasi Tanpa Kupon
Obligasi tanpa kupon adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga.
Obligasi tanpa kupon umumnya ditawarkan pada harga di bawah nilai parinya
(ada discount), sehingga investor memperoleh keuntungan dari nilai perbedaan
harga pasar dan nilai par obligasi pada saat obligasi tersebut dibeli.
6. Obligasi Dengan Tingkat Bunga Mengambang
Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah obligasi yang memberikan
tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar
yang berlaku. Umumnya obligasi ditawarkan dengan menggunakan kupon sebesar
persentase tertentu dari suku bunga deposito atau bisa juga kombinasi dengan
suku bunga tetap.
15
7. Putable Bond
Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh
tempo. Putable bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi.
jika tingkat bunga pasar mengalami kenaikan dan harga obligasi akan mengalami
penurunan maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk meminta pelunasan
perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut dapat menginvestasikan kembali
dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan tingkat bunga pasar yang berlaku.
8. Junk Bond
Junk bond adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang
tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula. Junk bond
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi atau oleh perusahaan
yang ingin membiayai suatu rencana merger atau akuisisi.
9. Sovereign Bonds
Sovereign bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam mata
uangnya sendiri, tetapi dijual di negara lain dalam mata uang negara tersebut.
2.1.3. Peringkat Obligasi
Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan
kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang
dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan,
yaitu peluang emitan atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu
16
memenuhi kewajiban keuangan, peringkat obligasi perusahaan memberikan
petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.
Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen
peringkat untuk menunjukkan risiko dan obligasi. Dua buah agen peringkat
obligasi terkenal di dunia adalah Standard & Poor’s (S&P) Corporation dan
Moody’s Investor Service Inc. Di Indonesia obligasi diperingkat oleh PT
PEFINDO yang didirikan tanggal 21 Desember 1993 dan PT KASNIC Creding
Rating. Fungsi utama lembaga pemeringkat adalah memberikan rating yang
obyektif, independen dan kredibel terhadap resiko kredit dari sekuritas pinjaman
yang diterbitkan secara umum melalui kegiatan rating.
Lembaga pemeringkat juga menghasilkan dan mempublikasikan informasi kredit
berkaitan dengan pasar modal pinjaman. Publikasi ini meliputi opini kredit
terhadap emiten obligasi dan sektor-sektor yang berkaitan. Proses penilaian rating
ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala yang berhubungan dengan
keuangan dan informasi non keuangan, antara lain opersional perusahaan,
manajemen perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan perencanaan
perusahaan.
2.1.3.1 Standard & Poor’s (S&P) Corporation
Standard & Poor's atau juga dikenal dengan sebutan (S&P) adalah salah satu anak
perusahaan dari McGraw-Hill yang merupakan perusahaan pemeringkat atas
saham dan obligasi, yang merupakan salah satu dari 3 perusahaan besar dalam
industri pemeringkatan efek bersama Moody's dan Fitch Ratings. Salah satu
produknya yang dikenal secara luas adalah pemeringkatan atas 500 saham di
17
Amerika yang dikenal dengan nama S&P 500, dan pemeringkatan 200 saham di
Australia yang dikenal dengan nama indeks harga saham gabungan S&P/ASX 200
dan pemeringkatan di Kanada yang dikenal dengan nama S&P/TSX.
Standard & Poor's menjalankan kegiatan usahanya dibidang jasa keuangan di
mana produk yang dihasilkannya adalah berupa peringkat kredit, penelitian
saham(ekuitas), indeks S&P, keuangan, solusi risiko, jasa kepatuhan, evaluasi,
layanan data. Anak perusahaannya yang bernama Capital IQ, menyediakan
informasi dan solusi arus kerja kepada lembaga keuangan, lembaga penasihat
keuangan, dan perusahaan dengan cara menyediakan informasi keuangan secara
terintegrasi dan solusi tehnis termasuk laporan keuangan teraudit dari perusahaan,
menampilkan analisis berdasarkan gabungan data keuangan dan non keuangan,
kumpulan data (database) terintegrasi dari pasar modal, dan berbagai sarana
pengembangan yang berhubungan. Perusahaan ini melayani berbagai lembaga
profesional, lembaga keuangan, perusahaan, penasihat keuangan, dan investor
perorangan diberbagai belahan dunia.
Sejarah S&P bermula pada tahun 1860, dengan terbitnya buku History of
Railroads and Canals in the United States yang disusun oleh Henry Varnum Poor.
Buku ini memuat informasi komprehensif mengenai keadaan operasional dan
finansial dari seluruh perusahaan perkeretaapian di Amerika Serikat. Pada tahun
1868, Henry Varnum Poor dan anaknya, Henry William Poor mendirikan H.V.
and H.W. Poor Co., perusahaan ini menerbitkan dua buku yang terbit setiap tahun,
yang berjudul Poor's Manual of the Railroads of the United States dan Poor's
Directory of Railway Officials.
18
Sementara itu, pada tahun 1906, Luther Lee Blake mendirikan Standard Statistics
Bureau, yang bertujuan menyediakan informasi finansial untuk perusahaan non-
perkeretaapian. Perusahaan ini menerbitkan kartu berukuran 5 inch x 7 inch, yang
memungkinkan penerbitan yang lebih sering. Pada tahun 1941, Poor's Publishing
dan Standard Statistics bergabung dan membentuk Standard & Poor's Corp..Pada
tahun 1966, perusahaan ini diakuisisi oleh McGraw-Hill, yang memungkinkan
McGraw-Hill untuk melebarkan sayap ke industri jasa penyedia informasi
finansial.
Selaku lembaga pemeringkat kredit, Standard & Poor's menerbitkan peringkat
kredit atas hutang dari perusahaan. Dan saat ini S&P diakui sebagai organisasi
pemeringkat statistik nasional Amerika oleh U.S. Securities and Exchange
Commission (lembaga pengawas pasar modal di Amerika). Berdasarkan definisi
Peringkat Standard & Poor’s adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 peringkat obligasi dari Standard & Poor’s beserta interpretasiuntuk setiap peringkat
Standard and Poor’sPeringkat InterpretasiAAA Peringkat tertinggiAA Peringkat tinggiA Peringkat cukup tinggiBBB Peringkat menengahBB Peringkat kurang spekulatifB Peringkat cukup spekualtifCCC Peringkat spekulatifCC Peringkat lebih spekulatifC Peringkat sangat spekulatifDDD Peringkat gagalDD Peringkat lebih gagalD Peringkat sangat gagal
Sumber : standar & poor’s bond guide (2015)
19
2.1.3.2 Moody’s Investor Service Inc.
Moody Investors Service adalah penyedia terkemuka dari peringkat kredit,
penelitian, dan analisis risiko. Komitmen dan keahlian Moody memberikan
kontribusi untuk pasar keuangan yang transparan dan terintegrasi, melindungi
integritas kredit. Penilaian kami dan utang analisis track mencakup lebih dari :
130 negara, 11.000 emiten perusahaan, 21.000 emiten keuangan publik, 76.000
kewajiban keuangan terstruktur.
peringkat kredit dan penelitian bantuan investor menganalisis risiko kredit terkait
dengan sekuritas pendapatan tetap. peringkat kredit independen seperti dan
penelitian juga berkontribusi terhadap efisiensi di pasar pendapatan tetap dan
kewajiban lainnya, seperti kebijakan asuransi dan transaksi derivatif, dengan
memberikan penilaian yang kredibel dan independen dari risiko kredit.
Studi bawaan Moody memvalidasi peringkat kami prediksi. Kami menerbitkan
penelitian dan investor briefing menarik ribuan peserta setiap tahun dan terus
investor saat ini dengan alasan yang mendasari pendapat kredit kami.
Berdasarkan definisi Peringkat Moody’s Investor Service Inc adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 peringkat obligasi dari Moody’s beserta interpretasi untuk setiapperingkat
Moody’sPeringkat InterpretasiAaa Kualitas utamaAa Kualitas tinggiA Peringkat cukup tinggiBaa Peringkat menengah
20
Ba Peringkat cukupmenengah
B Peringkat spekulatifCaa Peringkat sangat
spekulatifCa Peringkat mendekati
kebangkrutanC Peringkat paling rendah
Sumber : moody’s investor service bond guide (2015)
2.1.3.3. PT PEFINDO
PT. PEFINDO atau “PT Pemeringkat Efek Indonesia” didirikan di Jakarta pada
tanggal 21 Desember 1993, atas prakarsa BAPEPAM dan Bank Indonesia. Pada
tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO memperoleh lisensi dari BAPEPAM
(No. 39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal
Indonesia.
Fungsi utama PT. PEFINDO adalah memberikan peringkat yang obyektif,
independen dan dapat dipercaya terhadap risiko kredit dan sekuritas utang secara
publik. Perusahaan ini berafiliasi dengan S&P’s dan secara aktif terus
berpartisipasi dalam ASEAN Forum of Credit Rating Agencies (AFCRA), yang
mendukung pengembangan dan penyempurnaan standar dimasa mendatang.
Guna meningkatkan metodologi pemeringkatan yang digunakan dan kriteria
dalam melakukan pemeringkatan, maka PEFINDO didukung oleh mitra global
yaitu Standard & Poor’s Rating Services (S&P’s). Disamping melaksanakan
kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, PEFINDO juga
menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar
perdagangan efek.
21
Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi
beserta sektor aset acuannya. PEFINDO adalah merupakan Perseroan Terbatas
yang sahamnya per Desember 2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik,
yang terdiri dari dana pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan
perusahaan sekuriti.
2.1.3.4. Metodologi pemeringkatan PEFINDO
Metodologi pemeringkatan PEFINDO untuk Lembaga Keuangan (Perbankan,
Multifinance, Sekuritas dan Asuransi) mencakup penilaian atas tiga risiko utama,
yaitu Risiko Industri, Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan.
1. Penilaian resiko Industri
Penilaian resiko masing-masing jenis industri adalah berdasarkan analisis
mendalam terhadap lima faktor resiko utama, yaitu .
a) Pertumbuhan dan stabilitas industri, yang terkait dengan kondisi
permintaan dan penawaran, prospek, peluang pasar, tahapan industri
(awal, pengembangan, matang, atau penurunan), dan jenis produk yang
ditawarkan pada industri terkait (produk yang bersifat pelengkap versus
produk yang bisa disubstitusi, umum versus khusus, dan sebagainya).
b) Struktur pendapatan & struktur biaya dari Industri, yang mencakup
pemeriksaan komposisi aliran pendapatan, kemampuan untuk menaikkan
harga (kemampuan untuk dengan mudah meneruskan kenaikan biaya
kepada pelanggan/para pengguna akhir), biaya dana dan operasional,
22
struktur biaya dan komposisi, komposisi biaya tetap vs biaya variabel, dan
pengadaan sumber pendanaan.
c) Persaingan didalam industri, yang mencakup penilaian terhadap
karakteristik industri untuk menentukan tingkat kesulitan masuk bagi para
pemain baru. Penilaian juga mencakup analisis jumlah pemain dalam
industri, pesaing terdekat, potensi perang harga, dan lain-lain untuk
mengetahui tingkat kompetisi yang ada dan yang akan datang.
d) Peraturan, pembatasan jumlah pemain, lisensi, kebijakan pajak,
persyaratan yang terkait dengan tingkat kesehatan perusahaan, kebijakan
harga pemerintah, dan persyaratan lainnya.
e) Profil Keuangan industri umumnya dikaji dengan analisis beberapa tolok
ukur keuangan yang diambil dari beberapa perusahaan besar dalam
industri yang sebagian besar dapat mewakili industri masing-masing.
Analisis Kinerja Keuangan Industri meliputi analisis permodalan, kualitas
aset, profitabilitas, dan likuiditas.
2. Penilaian resiko Bisnis dan Keuangan
Sementara itu, Penilaian Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan akan tergantung pada
sektor industri masing-masing sebagai contoh perusahaan yang bergerak dalam
bidang asuransi dan penjaminan sebagai berikut.
23
1. Asuransi dan Penjaminan
Berikut faktor-faktor penunjang keberhasilan :
1.1 Penilaian Risiko Bisnis
i. Posisi Pasar
Penilaian akan mencakup tinjauan yang mendalam tentang posisi pasar
perusahaan atau posisi bisnis, Kekuatan dan kelemahan Perusahaan dalam
pemasaran, Peninjauan pengukuran tingkat keberlangsungan posisi
perusahaan dalam industri oleh pangsa pasar dari kekuatan waralaba.
dan lingkungan kompetisinya secara keseluruhan, kemapanan perusahaan
akan memberikan nilai tambah kepada kekuatan nama perusahaan, tingkat
pertumbuhan premi perusahaan (historis & kedepannya), jumlah
pemegang polis dinilai untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pelanggan dan mengembangkan usahanya di masa
mendatang.
ii. Saluran Distribusi dan Kapabilitas
Penilaian akan mencakup tinjauan menyeluruh atas daya jangkau
perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat terus
merebut pangsa pasar di daerah prospektif. Untuk lini bisnis seperti surety
bond, lokasi cabang merupakan faktor penting demi kelancaran urusan.
Banyaknya broker yang bekerja dengan perusahaan-perusahaan akan
memperkuat kemampuan penyaluran distribusi untuk menghasilkan premi.
24
sistem TI yang dapat diandalkan akan mempercepat penjaminan dan
proses klaim, serta mempercepat polis yang diterbitkan ke setiap cabang.
Jenis saluran distribusi diperiksa untuk melihat efektifitas biaya
perusahaan serta dampaknya terhadap pendapatan perusahaan.
iii. Investasi
Penilaian akan mencakup pemeriksaan strategi investasi perusahaan dan
komposisinya untuk mengukur keuntungan. Pemeriksaan kesesuaian
strategi investasi perusahaan sesuai dengan profil kewajiban dimasa depan.
Pendekatan untuk mengukur dan mengelola risiko dari kegiatan investasi,
strategi alokasi aset, kualitas aset kredit, diversifikasi aset, tingkat
kemampulabaan investasi, dan lain-lain. Tinjauan juga akan melingkupi
evaluasi pedoman investasi perusahaan dan pengendalian manajemen atas
portofolio investasi yang mungkin akan berubah dari waktu ke waktu.
iv. Diversifikasi
Penilaian akan mencakup pemeriksaan yang mendalam pada seberapa baik
perusahaan mendiversifikasi lokasi cabang, basis pelanggan, serta produk-
produk yang mampu mengurangi risiko konsentrasi dan menjamin
stabilitas kualitas aset perusahaan dan arus pendapatannya. Kajian atas
diversifikasi geografis faktor penting yang akan dinilai, terutama dalam
mengurangi risiko dari setiap bencana yang bisa terjadi di kawasan
tertentu.
25
v. Manajemen dan Strategi Perusahaan
Analisis kualitatif dalam menilai kualitas manajemen perusahaan,
pengalaman, kredibilitas dan strategi yang baik kedepannya. Analisis akan
mencakup pemeriksaan terhadap pengelolaan rencana strategis, kontrol
dan keahlian operasional, sasaran serta strategi keuangan, sasaran investasi
serta toleransi manajemen terhadap risiko. Penilaian keberhasilan
manajemen melaksanakan strategi. Pemelihara tingkat solvabilitas dan
pemanfaatan hutang pada neraca juga secara menyeluruh diperiksa.
1.2 Penilaian Risiko Keuangan
i. Permodalan dan Cadangan
Penilaian akan mencakup pemeriksaan dari komposisi modal perusahaan
(ekuitas, revaluasi aset, capital gain dan keuntungan yang belum
direalisasi, serta tipe lain kuasi-reorganisasi). Kebijakan pencadangan dan
besar kecilnya cadangan juga diuji secara hati-hati, karena perusahaan
asuransi harus dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya di masa
depan. Segmen non-asuransi jiwa, struktur jaminan reasuransi dan
kerangka perjanjiannya dinilai secara mendalam, karena merupakan faktor
penting bagi perusahaan dalam mengelola klaim kewajiban dimasa depan.
ii. Kinerja Operasi
Penilaian akan mencakup analisis menyeluruh dari kinerja keuangan
perusahaan (kecenderungan, kemampuan untuk tumbuh, keberlanjutan),
operasi dan efisiensi perusahaan (keragaman serta potensi pertumbuhan).
26
Kualitas pendapatan investasi perusahaan, mengukur besarnya risiko
dalam berbagai jenis harga produk, keuntungan operasional dan
pendapatan bersih (kecenderungan, keberlanjutan dan potensi
pertumbuhan). Kualitas aset dan kinerja investasi sangat penting bagi
perusahaan asuransi, karena perusahaan harus memastikan bahwa investasi
saat ini harus mampu menutup klaim di masa depan.
iii. Likuiditas dan Fleksibilitas Keuangan
Penilaian tentang sejauh mana portofolio investasi perseroan dapat cepat
diuangkan untuk menutupi klaim. Pertimbangan kunci mengenai likuiditas
termasuk berapa banyak portofolio dalam jangka panjang vs jangka
pendek. Berapa banyak dari portofolio dalam aktiva tetap vs pasar uang,
berapa banyak dari portofolio berisiko pasar tinggi, dan lain-lain. Alokasi
dan diversifikasi pada masing-masing aset serta kualitas kredit dari
masing-masing aset juga akan secara hati-hati diperiksa.
Penilaian fleksibilitas keuangan akan mencakup analisis dari kemampuan
perusahaan untuk mengakses berbagai tipe pendanaan dari pasar dan
menghimpun modal dari publik atau sumber-sumber lainnya dalam kondisi
keuangan atau situasi ekonomi yang sulit. Nilai nama/brand perusahaan
serta kemungkinan dukungan dari pemerintah juga diperiksa dengan teliti.
Berdasarkan 3 resiko utama diatas lembaga pemeringkat PT. Pefindo menilai
peringkat obligasi suatu perusahaan. Jadi ketika resiko-resiko tersebut terjadi atau
menghambat dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan, maka secara
27
langsung pemeringkat obligasi dapat langsung mengubah konsistensi peringkat
yang diperoleh perusahaan.
Misalkan yang semula dari idAAA menjadi idBB terjadi penurunan peringkat.
sebaliknya ketika semakin jauh atau semakin baik perusahaan terhadap
penanggulangan terjadinya 3 resiko utama tersebut maka pemeringkat obligasi
juga akan mempertahankan peringkat obligasi yang sudah didapatkan perusahaan
dan bahkan meningkatkan kualitas peringkat obligasi yang diberikan.
Menurut Kaur dan Rajinder (2011) peringkat obligasi merupakan sebuah simbol
indikator dari opini agen pemeringkat mengenai kemampuan relatif dari penerbit
surat utang untuk melaksanakan kewajiban sesuai kontrak. Peringkat obligasi
mengukur tingkat risiko kegagalan dari obligasi, yaitu peluang terjadinya emiten
tidak mampu membayar pokok hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.
Semakin tinggi peringkat maka semakin rendah tingkat risiko kegagalan obligasi.
Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 peringkat obligasi menurut PEFINDO
Peringkat KeteranganAAA Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling
rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatifdibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajibanjangka panjangnya sesuai dengan perjanjian.
AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkattertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untukmemenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai denganperjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dantidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.
A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuandukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnyauntuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjiannamun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.
28
BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung olehkemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitasIndonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuaidengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah olehperubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
BB Efek utang yang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yangagak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untukmemenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai denganperjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yangtidak menentu dan merugikan.
B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangatlemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untukmemenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanyaperubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akanmemperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajibanfinansialnya.
CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnyaserta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.
(pemeringkatan dari idAA ke idB dapat dimodifikasi denganpenambahan plus (+) atau minus (-) tanda untuk menunjukkankekuatan relatif dalam kategori rating.)
Sumber : Pefindo,1996
2.1.4 Down Grade Investment
Pratiwi, et al. (2015) Penurunan peringkat obligasi atau sering dikatakan dengan
istilah down grade mencerminkan kondisi perusahaan yang menurun. Hal ini juga
akan menimbulkan reaksi negatif bagi investor. Kepercayaan investor mengenai
kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utang dan kuponnya akan
berkurang.
Penilaiaan peringkat obligasi perusahaan oleh lembaga pemeringkat ditentukan
dari unsur keuangan dan non-keuangan. Unsur keuangan biasanya dilihat dari
laporan keuangan perusahaan, sehingga ketika kinerja perusahaan dalam keadaan
29
yang baik maka peringkat obligasi akan memperoleh peringkat yang baik pula,
perolehan peringkat obligasi yang baik atau meningkat akan menambah minat
investor berinvestasi pada obligasi tersebut.
Mengingat faktor penilaian obligasi salah satunya adalah mencakup unsur
keuangan, terjadinya penurunan peringkat obligasi akan memicu manajemen
untuk melakukan perekayasaan laba atau manajemen laba. Penurunan peringkat
obligasi akan mempengaruhi manajemen untuk melakukan manajemen laba
dengan harapan periode berikutnya peringkat obligasi mengalami upgrade.
Dilakukannya praktik manajemen laba dimaksudkan untuk menyampaikan
informasi bahwa kinerja keuangan perusahaan sudah lebih baik kepada lembaga
pemeringkat sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi serta meningkatkan
kepercayaaan investor. Jadi penurunan peringkat obligasi akan mempengaruhi
manajemen melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba (Adel,
2004).
2.1.5 Earnings Management
Scott (2012) mendefinisikan earning management sebagai tindakan manajemen
dengan memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu untuk tujuan
memaksimalkan kesejahteraannya dan atau nilai pasar perusahaan (taking a bath,
income minimization, income maximization, income smoothing). Abdelghany
(2005) menjelaskan bahwa earning management merupakan manipulasi
pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang ditetapkan manajemen.
30
Sementara Lo (2008) mengelompokkan earnings management dalam dua katagori
yakni real earning management seperti tindakan untuk mempengaruhi arus kas,
dan accrual management melalui perubahan dalam estimasi dan kebijakan
akuntansi. Peneliti lain yaitu Jiraporn, et al. (2006) mengelompokkan earnings
management ke dalam dua kelompok yakni beneficial earning management dan
opportunistic earning management.
Rahmawati et al. (2006) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan
suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan
eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk
memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Assih dan Gudono (2000)
manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam
batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada
tingkatan laba yang dilaporkan.
2.1.5.1 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba
Bentuk-Bentuk pengaturan laba yang dikemukakan oleh Scott (2012) Yaitu:
1. Taking a bath
Disebut juga big baths, dapat terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam
organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini
digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui
pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak menguntungkan tidak
bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi
meskipun kondisi tidak menguntungkan.
31
2. Income Minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif
meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian beroperasi
politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang-barang
modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran ada iklan, riset, dan
pengembangan yang cepat.
3. Income Maximization
Maksimalkan laba bertujuan untuk review memperoleh bonus yang lebih besar,
Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas
kontrak hutang jangka panjang.
4. Income Smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba
yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun
drastis.
5. Timing Revenue and Expenses Recognation.
teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan
timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas pendapatan.
32
2.2 Penelitian terdahulu
Berikut ini adalah tabel hasil penelitian terdahulu.
Tabel 2.4 Penelitian terdahulu.
No Peneliti Hasil Penelitian1 Ali dan Zhang (2008) Hasil kami juga menunjukkan bahwa perusahaan
percaya bahwa dengan menggelembungkan labamereka dapat mempengaruhi keputusan lembagapemeringkat kredit 'untuk meng-upgrade ataudown grade.
2 Jung et al. (2012) Peneliti menemukan peningkatan earningssmoothing untuk perusahaan di kelas ataskategori rating. Kami juga menemukan bahwabagi perusahaan dalam kelas atas, meningkatkanearnings smothness memiliki dampak yangmenguntungkan pada kemungkinan upgraderating dalam periode berikutnya.
3 Kim et al. (2013) Temuan menunjukkan bahwa manajemenperusahaan mencoba untuk mempengaruhiperubahan yang akan datang dari credit ratingsdengan secara aktif terlibat dalam kegiatanearnings management.
4 Wenxie dan Jeong(2013)
Secara keseluruhan, hasil kami menyiratkanbahwa lembaga pemeringkat kredit danpemegang obligasi menganggap manajemen labanyata sebagai faktor risiko meningkat kreditsehingga membutuhkan premi risiko tinggi.
5 Chun dan Yu (2013) Earnings management berpengaruh negatifterhadap down grade ratings yang bisamengakibatkan biaya pinjaman terhadapperusahaan
6 Alissa et al. (2013) Peneliti menemukan bukti bahwa perusahaanmenggunakan (-decreasing) kegiatan manajemenlaba meningkat pendapatan ketika mereka beradadi bawah peringkat mereka diharapkan.
7 Tsung et al. (2014) Hasil utama menunjukkan bahwa volatilitaskegiatan RM signifikan dan positifmempengaruhi yield spread obligasi korporasiketika variabel penentu terkenal spread obligasidikendalikan.
8 Dewi dan Yasa (2015) Perusahaan yang mengalami penurunanperingkat obligasi (down grade) melakukanmanajemen laba saat publikasi laporankeuangan auditan.
33
9 Pratiwi et al. (2015) Perusahaan melakukan earnings managementketika perusahaan mengalami down gradeobligasi
10 Wajnsztajn dan Heitz(2016)
Secara keseluruhan, manajemen laba tidakmuncul untuk memiliki pengaruh besar padakeputusan kredit dari lembaga credit ratingsmaupun harga obligasi.
2.3. Model Penelitian
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh down grade investment terhadap earnings management
Peringkat obligasi merupakan indikator untuk melihat kualitas kredit perusahaan
(Baker dan Sattar, 2001). Semakin tinggi peringkat obligasi suatu perusahaan,
maka investor akan lebih percaya untuk menginvestasikan dananya di perusahaan
tersebut. Tetapi ketika obligasi perusahaan mengalami penurunan peringkat, ini
mecerminkan kinerja perusahaan yang menurun sehingga akan memberikan
informasi negatif kepada investor.
Adanya fleksibilitas dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
menimbulkan adanya berbagai pilihan dalam menentukan kebijakan akuntansi
membuat manajemen dapat memilih berbagai pilihan kebijakan yang ada. Dengan
adanya fleksibelitas tersebut tersebut memungkinkan manajemen untuk
melakukaan pengelolaan laba (Subramanyam, 1996). Hal inilah menyebabkan
manajer melakukan manajemen laba ketika peringkat obligasi mengalami
Down Grade Investment Earnings Management
34
penurunan peringkat dengan tujuan memberikan signal kepada lembaga
pemeringkat mengenai kinerja positif perusahaan sehingga dapat meningkatkan
peringkat obligasi.
Terkait dengan peringkat obligasi yang mengalami penurunan, manajemen akan
cenderung melakukan pengaturan laba yang menaikkan laba Werastuti (2012)
yang menyebutkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba akrual yang
meningkatkan laba untuk merespon penurunan peringkat obligasi. Adel (2004)
dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa ketika terjadi penurunan/perolehan
peringkat obligasi perusahaan ke dalam kategori non-investment grade,
perusahaan meresponnya dengan melakukan praktik manajemen laba yang
meningkatkan laba melalui discretionary accruals positif.
Berdasarkan analisis dan temuan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Manajemen perusahaan melakukan manajemen laba yang meningkatkan
laba setelah perusahaan mengalami penurunan peringkat obligasi.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik pengumpulan Data
3.1.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data
sudah dikumpulkan oleh pihak instansi lain. Data sekunder yang digunakan
berasal dari sumber eksternal, yaitu data laporan keuangan perusahaan dan
pemeringkat obligasi.
3.1.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
1. Lembaga pemeringkat obligasi (PT. PEFINDO) tahun 2014-2015
2. Laporan keuangan Perusahaan yang terdaftar pada IDX (Indonesia Stock
Exchanges) tahun 2014-2015
3.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan metode
studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan literature, jurnal,
maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam
penelitian ini. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
sumber-sumber data dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan
dan peringkat obligasi yang menjadi sampel penelitian.
36
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiono, 2007). Populasi dalam
penelitian ini adalah peringkat obligasi di PEFINDO tahun 2014-2015 dan laporan
keuangan yang terdaftar di IDX.
3.3.2. Sampel
Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (Judgement Sampling).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiono, 2007). Adapun pertimbangan peneliti dalam menentukan
sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang menerbitkan obligasi di PEFINDO tahun 2014-2015
2. Jumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi yang dikategorikan
down grade Investment di PEFINDO tahun 2014-2015
3. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2014-2015.
3.4. Pengukuran Variabel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana
dalam penelitian ini peneliti menggunakan angka-angka dalam menghitung
proksi-proksi variabel-variabelnya.
37
3.4.1 Variabel Independen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah down grade investment. Variabel
ini dilihat berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO yang
merupakan pemeringkat obligasi. Peringkat obligasi terdiri dari kategori (AAA,
AA, A, BBB, BB, B, CCC, dan D). Adel (2004) Menggunakan data peringkat
obligasi perusahaan yang mengalami penurunan peringkat obligasi dan untuk
perusahaan yang tidak mengalami penurunan peringkat obligasi. Skala
pengukurannya adalah skala nominal, dengan skala ini pengukuran dilakukan
dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami down grade
investment dan 0 untuk perusahaan yang itdak mengalami down grade investment
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Earnings Management
Manajemen laba dapat dicapai melalui berbagai cara misalnya dengan
menggunakan discretionary accruals dan dengan perubahan metode akuntansi.
Pendeteksian manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan komponen
discretionary accruals.
Penelitian ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al
(1995) untuk menghitung discretionary accruals. Model yang dibentuk
berdasarkan Jones (1991) mencoba memisahkan discretionary accruals dengan
non-discretionary accruals. Pemisahan tersebut menggunakan regresi. Langkah-
langkah untuk menghitung discretionary accruals adalah.
38
1. nilai total accruals diklasifikasikan menjadi komponen non-discretionary
accrual dan discretionary accrual.
TA = NDA + DA.................................. (1)
2. untuk menghitung total accrual digunakan rumus:
TA = NI - CFO.................................. (2)
3. untuk menghitung nilai non-discretionary accruals, digunakan rumus:
NDAit = 1 (1/Ait-1) + 2 (Revt/Ait-1 - Rect/Ait-1) + 3 (PPEt/ Ait-1) .......(3)
4. parameter dalam persamaan (3) diperoleh dari hasil regresi yang
menggunakan model Jones (1991), yaitu:
TAit-/Ait-1 = 1 (1/Ait-1) + 2 (Revt/Ait-1) + 3 (PPEt/ Ait-1) + it. .......... (4)
5. dalam persamaan (4) terlihat bahwa nilai discretionary accruals merupakan
nilai residu (error term) dari regresi, dan untuk menghitung nilai
discretionary accruals dilakukan dengan rumus:
DAit = TAit-/Ait-1 – [1 (1/Ait-1) + 2(Revt/Ait-1 - Rect/Ait-1) +
3(PPEt/ Ait-1] ............(5)
dimana:
TA : Total accruals dalam periode tNDA : Non-discretionary accruals dalam periode tDA : Discretionary accruals dalam periode tA : Total assets periode t-1Rev : Perubahan penjualan bersih dalam periode tRec : Perubahan piutang bersih dalam periode tPPE : Property, Plan and Equipment dalam periode t1,2 , 3 : Parameter yang diperoleh dari regresi persamaan (4).
Penyesuaian yang dilakukan oleh Dechow, Sloan and Sweeney (1995) adalah
pada perubahan pendapatan yang disesuaikan dengan perubahan piutang, karena
39
dalam pendapatan penjualan tentunya sangat dipengaruhi oleh pendapatan atas
penjualan secara kredit. Perubahan pendapatan ini digunakan dalam model
tersebut untuk mengendalikan perubahan dalam non-discretionary accruals yang
disebabkan oleh perubahan kondisi. Pendapatan operasi digunakan sebagai
kontrol terhadap lingkungan perusahaan karena pendapatan merupakan ukuran
objektif dari operasi perusahaan sebelum manajer melakukan manajemen laba
(Jones 1991).
3.5 Metode Pengolahan Data
Berdasarkan kriteria purposive sampling dalam penelitian ini, jenis data yang
akan dianalisis adalah jenis data panel. Gujarati dan Porter (2015) menyebutkan
keuanggulan data panel yaitu (1) mampu memperhitungkan heterogenitas individu
secara ekspilisit; (2) mampu mengendalikan heterogenitas yang dapat digunakan
untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks, (3) tingginya
jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, (4) lebih
variatif, dan (4) multikolinieritas antara data semakin berkurang, serta (5) derajat
kebebasan (df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih
efisien dan dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
kompleks serta meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data
individu. Oleh karenanya, dalam pengolahan data panel tidak diperlukan uji
asumsi klasik (Gujarati dan Porter, 2015).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan data panel lebih tepat menggunakan oleh data
dengan Ordinary Least Square (OLS) (Winarno, 2015). Adapun perangkat yang
40
digunakan untuk melakukan analisis adalah E-Views versi 9.0. Tahapan yang
dilakukan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut.
3.5.1 Model Estimasi
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak
diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa
perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa
menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat
terkecil untuk mengestimasi model data panel (Gujarati dan Porter, 2015).
b. Fixed Effect Model (FE)
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects
menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar
perusahaan (Gujarati dan Porter, 2015). Namun demikian slopnya sama antar
perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares
Dummy Variable (LSDV).
c. Random Effect Model (RE)
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect
perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan
41
(Gujarati dan Porter, 2015). Keuntungan menggunakan model Random Effect
yakni menghilangkan heteroskedastisitas (Gujarati dan Porter, 2015). Model ini
juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized
Least Square (GLS).
3.5.2 Pemilihan Metode Estimasi dan Pengujian Hipotesis
Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Uji Chow
Untuk mengetahui model yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa
dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa
intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F (Gujarati dan Porter, 2015).
Uji ini digunakan untuk mengetahui teknik regresi data panel dengan
metode Fixed Effect lebih baik dari regresi model data panel tanpa variabel
dummy atau disebut dengan metode Common Effect. Hipotesis nul pada uji ini
adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi
data panel adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak
sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalah Fixed Effect (Gujarati
dan Porter, 2015).
Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat
kebebasan (df) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n–k untuk
denumerator. M merupakan merupakan jumlah restriksi atau pembatasan di dalam
model tanpa variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang
satu. n merupakan jumlah observasi dan k merupakan jumlah parameter dalam
42
model Fixed Effect. Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan
jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k) adalah
jumlah variabel ditambah jumlah individu (Gujarati dan Porter, 2015).
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang
artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan
sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul
diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah
model Common Effect (Gujarati dan Porter, 2015).
b. Uji Hausman
Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih metode Fixed Effect atau
metode Random Effect yang lebih baik dari metode Common Effect. Uji Hausman
ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy Variables (LSDV) dalam
metode metode Fixed Effect dan Generalized Least Squares (GLS) dalam
metode Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Squares (OLS)
dalam metode Common Effect tidak efisien. Namun, metode OLS efisien dan GLS
tidak efisien. Oleh karena itu, uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya
tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan
estimasi tersebut.
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat
kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas. Hipotesis nulnya adalah bahwa
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect dan
hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah
model Fixed Effect (Gujarati dan Porter, 2015).
43
Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka
hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel
adalah model Fixed Effect. Apabila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai
kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat
untuk regresi data panel adalah model Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).
c. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier ini didasarkan pada distribusi Chi-Squares dengan
derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel independen. Hipotesis nulnya
adalah bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah Common Effect,
dan hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel
adalah Random Effect (Gujarati dan Porter, 2015).
Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis
nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah
model Random Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai Lagrange Multiplier hitung
lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect (Gujarati
dan Porter, 2015).
Nilai P Value ditunjukkan oleh angka yang di bawah yaitu sebesar 0,000 dimana
nilainya kurang dari 0,05. Sehingga Lagrange Multiplier Test ini menunjukkan
bahwa menerima H1 yang berarti metode estimasi terbaik adalah Random Effect.
Apabila nilai p value lebih besar dari pada 0,05 maka menerima H0 yang berarti
metode estimasi yang terbaik adalah Common Effect.
44
3.5.3 Uji Statistik F (Keandalan Model)
Uji keterandalan model atau uji kelayakan model disebut sebagai uji F (ada juga
yang menyebutnya sebagai uji simultan model) merupakan tahapan awal
mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak (Gujarati dan
Porter, 2015). Definisi layak yang dimaksud adalah model yang diestimasi layak
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Keputusan yang dapat diambil dari uji ini adalah dengan kriteria sebagai berikut
(1) Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) 0,05 (yang
telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi
layak.
(2) Apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak (Gujarati
dan Porter, 2015).
3.5.4 Uji Statistik t
Uji t difokuskan pada parameter slope (koefisien regresi). Uji t yang dimaksud
adalah uji koefisien regresi. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas. Keputusan
yang dapat diambil dari uji t ini adalah sebagai berikut (Gujarati dan Porter,
2015).
(1) Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada Prob.) lebih kecil dari tingkat
kesalahan (α) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa
variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.
45
(2) Apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikatnya.
56
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya praktik earnings management
ketika peringkat obligasi perusahaan mengalami down grade investment.
Berdasarakan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa Down grade
investment tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management, sehingga
ketika terjadi penurunan peringkat obligasi, earnings management tidak memiliki
pengaruh besar pada keputusan perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah.
1. Pengukuran untuk variabel down grade investment menggunakan variabel
dummy dimana nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami penurunan
peringkat obligasi, sedangkan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak
mengalami penurunan peringkat obligasi, sehingga penelitian ini tidak
dapat mendeteksi secara pasti dampak penurunan peringkat obligasi
terhadap earnings management.
2. Sample yang digunakan hanya perusahaan yang terdaftar di PEFINDO hal
tersebut belum bisa dijadikan referensi yang akurat, dalam pengambilan
keputusan dalam berinvestasi. sehingga tidak diketahui bagaimana
pengaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen pada lembaga
pemeringkat lain yang ada di indonesia.
57
5.3 Saran
Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, adapun
diberikan saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu.
1. Untuk varibel down grade investment lebih baik menggunakan
pengukuran skala ordinal sehingga dapat terfokus pada objek perusahaan
yang memang mengalami penurunan obligasi, sehingga dapat mendeteksi
secara akurat pengaruh terhadap earnings management.
2. Menambahkan lebih dari 1 lembaga pemeringkat obligasi untuk dapat
meningkatkan kekuatan prediksi penelitian antara variabel independen dan
variabel dependen, sehingga dapat menjadi referensi akurat bagi
bondholder.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelghany, K.E, 2005. Measuring The Quality of Earning.,Managerial AuditingJournal Vol. 20 No. 9, 1001-1015
Adel, Jack Febrianei, 2004, “Analisis pengaruh penurunan/perolehan peringkatobligasi perusahaan kedalam kategori Non-Investment Grade TerhadapPraktek Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi VII denpasarbali : pp. 1102-1121.
Ali, Ashiq dan Zhang, Weining, 2008 “Proximity to Broad Credit Rating Changeand Earnings Management”. University of Texas at Dallas.
Alissa, et al. 2013. Firms’ Use of Accounting Discretion to Influence Their CreditRating. Journal of Accounting and Economics. 55 (2013) pp. 129–147.
Altman, E., & Nammacher, S. (1987). Investing in Junk Bonds.New York:JohnWiley and Sons.
Assih, Prihat dan Gudono. M. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba denganReaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang TerdaftarDi Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi II.
Baker, Kent H. dan Sattar A. Mansi. 2001. Assesing Credit Rating Agencies byBondIssuers and Institutional Investors. Working paper.
Brigham, E. F. and Houston, J. F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.
Brigham, et al. 1999. Intermediate Financial Management. 6th ed. Orlando: TheDryden Press.
Chung, H.S., dan Yu, L.H., (2013) “Effects of earnings management on bank costof debt”.Journal of Accounting and Finance. 53, pp. 265-300.
Copeland, 1968 :10, dalam Utami, 2005, Ilmuakuntansi.web.id di akses tanggal 9oktober 2016 jam 21.55 WIB.
Dewi, Mad Kurnia dan Yasa, Gerianta Wirawan.” manajemen laba setelahpenurunan peringkat obligasi perusahaan”. Universitas Udayana 12.2(2015): pp. 280-294.
DeAngelo, L.E. (1986). “Accounting number as Valuation Substitutes: A Study ofManagement Buyouts of Public Stockholders.” The Accounting Review.67(1): pp. 77 – 95.
Dechow, et al. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review70, pp. 193-225.
Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
Fischer, M., & Rosenzweig, K. (1995). Attitudes of Students and AccountingPractitioners concerning the Ethical Acceptability of EarningsManagement. Journal of Business Ethics, Vol 14, No. 6, pp. 433 - 444.
Friedlan, J. (1994). “Accounting Choices by Issuer of Initial Public Offerings.“Contemporary Accounting Research, Summer.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta
Gujarati, D dan Porter. (2015). Basic econometrics (4th ed.). Jakarta: SalembaEmpat.
Gunawan et al.2015. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverageterhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa (BEI) Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 No. 1, pp. 01-10.
Graham, et al. (2005). “The Economic Implications of Corporate FinancialReporting”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 40, No. 3, pp. 3-73
Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of The Earnings Manajement Literatureand Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon Vol. 12.No. 4
Hasan, Iqbal. 2009. Analisis data penelitian statistik . Jakarta: Bumi Aksara
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) No. 1. jakarta:IAI. Di akses pada tanggal 10 Desember 2016 jam19.30 WIB.
Jiraporn, et al, 2006. “Is earnings management opportunistic or beneficial? Anagency theory perspective”, International Review of Financial AnalysisVol. 17 No. 3, pp. 622-634.
Jung, et al. 2012.”Earnings Smoothing aktivities of firm to manage credit ratings”Contemporary Accounting Research Vol. 30 No. 2 :pp, 645-676.
Jones, Jennifer J, 1991. Earnings Management During Import ReliefInvestigations. Journal Of Accounting Research, Vol 29, No.2, pp. 193 –228.
Kam, Venon, 1990, Accounting theory, 2nd edition, new york, John Wiley &Sons, Incorporated, John.
Kim, et al. “. (2013), Credit Rating Changes and Earnings Management. Asia-Pacific Journal of Financial Studies, No. 42 :pp. 109–140.doi:10.1111/ajfs.12007.
Kohler, E. L., 1970. A Dictionary for Accountants. Prentice-Hall, EnglewoodCliffs, NJ.
Krisnilasari, Monica. 2007. Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi, Coupon danJangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Harga Obligasi di BursaEfek Surabaya. Tesis S-2. Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.
Keown, et al. (2010). Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid1(EdisiKesepuluh) . Jakarta, PT. Indeks.
Kaur, Kuljeet and Rajinder. 2011. Credit Rating in India: A Study of RatingMethodology of Rating Agencies. Global Journal of Management andBusiness Research. (Vol. XI; Issue 12).
Lo,kin, 2008. “Earnings management and earnings quality”, Journal ofAccounting and Economics No. 45, pp. 350–357
Moody’s Investor Service, Credit Opinion: Temasek Holdings (Private) Limited,Accessed 13 Desember 2016; 21.00 WIB.
Ogden, J. P. 1987, Determinants of the Ratings and Yields on Corporate Bonds:Test of the Contingent Claims Model, The Journal of Financial Research.No 10, Winter, pp. 329-339.
Pratiwi, et al. 2015. ” analisis discretionary accrual dalam merespon down gradeobligasi perusahaan”. Universitas Pendidikan Ganesha., Vol. 3, No. 1.
Raharja dan Sari, Maylia P. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan DalamMemprediksi Peringkat Obligasi (PT. Kasnic Credit Rating). Dalam JurnalMaksi, 8/2: 212232.
Rahmawati, et al. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap PraktikManajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar diBursa Efek Jakarta, http://muhariefeffendi. Files.Wordpress.com/2007/12/k-akpm09-sna9padang.pdf diakses 7 oktober 2016 jam 20.15 WIB
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Multivariat, Edisi Revisi, Konsep dan Aplikasidengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Saiful. 2002. Hubungan manajemen laba (earning management) dengan kinerjaoperasi dan return saham disekitar IPO.Simposium Nasional Akuntansi V,Semarang.
Sovereign Goverment Rating Methodology and Assumtions, Ratings Direct on theGlobal Credit portal, Standard & Poor’s, June 30,2011
Schipper, Katherine. (1989). Comentary Katherine on Earnings Management.Accounting Horizon.
Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Theory 6th edition. Toronto: PearsonEducation Canada.
Sugiono.2007.Metode Penelitian Bisnis.CV. Alfabetha.Bandung.
Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen laba teori dan model empiris, Jakarta :Grasindo
Tsung, et al. (2014),” Real earnings management uncertainty and CorporateCredit Risk” Department of Accounting; National Taiwan University.
Subramanyam, K.R. (1996). “The Pricing of Discretionary Accrual”. Journal ofAccounting and Economics, No. 22, pp. 249-291.
Wajnsztajn. P., dan Heitz, C., (2016).” Earnings Management and the Cost ofPublicly Issued Debt”. BUSN89 Degree Project in Corporate andFinancial Management, 15 ECTS.
Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. 1986, Positive Accounting Theory. NewYork, Prentice Hall.
____________________. 1990, “Positive Accounting Theory: A TenYearPerspective”. The Accounting Review, Vol 65 No. 1 : pp. 131-156.
Wenxie, G. dan Jeong B. K.,” Real Earnings Management and the Cost of NewCorporate Bonds”. Accepted by Journal of Business Research in 2013.
Werastuti.D. N. S. (2012). Anomali Pasar Pada Return Saham: The Day of WeekEffect, Week Four Effect, Rogalsky Effect, dan January Effect. JurnalIlmiah Akuntansi dan Humanika,Vol. 2 No. 1, hal. 1-18.
Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E. 1986. Manajerial Finance. USA:CBSCollege Publishing.
Winarno, Wahyu Ning. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-views Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yamin, et al. 2011, Regresi dan Korelasi dalam genggaman anda, Jakarta:Salemba Empat.
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150720101106-185-67228/palsukan-laporan-keuangan-toshiba-akan-dihukum-pemerintah/ di akses tanggal 7oktober 2016 jam 21.15 WIB
http://investasi.kontan.co.id/news/trikomsel-gagal-bayar-bunga-obligasi di aksestanggal 7 oktober 2016 jam 20.45 WIB.
https://www.moodys.com/Pages/atc002.aspx di akses tanggal 8 oktober 2016 jam18.45 WIB.
https://www.standardandpoors.com/en_US/web/guest/article/-/view/sourceId/504352 di akses tanggal 8 oktober jam 19.15 WIB.
www.idx.co.id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx diakses pada tanggal 10 Desember 2016 jam 19.30 WIB.
www.pefindo.com/index.php/pageman/page/lembaga-keuangan reports. Di aksespada tanggal 11 Desember 2016 jam 19.30 WIB.