Analisis Pengaruh Surja Hubung Terhadap Tegangan Lebih Transien.pdf
ANALISIS DISTRIBUSI ARUS SURJA PADA GEDUNG …digilib.unila.ac.id/55078/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS DISTRIBUSI ARUS SURJA PADA GEDUNG …digilib.unila.ac.id/55078/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS DISTRIBUSI ARUS SURJA PADA GEDUNG
TERPROTEKSI YANG TERSAMBAR PETIR SECARA
LANGSUNG
(Skripsi)
Oleh
MARIYO YOSHUA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ANALYSIS OF SURGE CURRENT AT THE PROTECTED BUILDING
STRUCK DIRECT LIGHTNING STRIKE
BY
MARIYO YOSHUA
The utilization of Surge Protective Device (SPD) is significant to protect
the sensitive devices towards the hazards of lightning strike’s voltage.
In this research, the installed SPD is the form of MOV (Metal Oxide Varistor).
If a building is struck by the direct lightning strike, then, the surge current will be
distributed to the canals which connect to bonding bar, such as: the grounding
electrode, water pipe, power line, telephone line, data channel and other conductors
at the building that have connected to bonding bar. The current distribution
results in the surge current that should be borne by SPDs for the different case of
building one another. It happen due to the surge current distribution at the building
and others are different depending on the canals of building. The research is
conducted by installing the Q20K250 MOV. The research carried out the analysis
of current distribution at the building that struck by the direct lightning strike for
low voltage electrical system utilizing or without MOV, the TT or TNS grounding
system with the varied current of 200A, 1kA, 1,75kA, 10kA, 15kA and 20kA.
Based on the simulation results, the low voltage protection system using MOV is
better by utilizing the TT grounding system, because the residual stress is < 500 V
for each connective condition. For current flow distribution that flowed after the
excision of MOV is still secure because the current flows below Imax (the maximum
current) of the Q20K250 MOV is 15kV.
Keywords: Lightning, MOV, the TT (Terra-Terra) grounding system,
the TNS (Terra-Neutral-Separated) grounding system.
ABSTRAK
ANALISIS DISTRIBUSI ARUS SURJA PADA GEDUNG TERPROTEKSI
YANG TERSAMBAR PETIR SECARA LANGSUNG
Oleh
MARIYO YOSHUA
Penggunaan Alat Proteksi Petir (Surge Protective Devices = SPDs) menjadi sangat
penting dalam melindungi peralatan-peralatan sensitif dari bahaya tegangan yang
diakibatkan sambaran petir. Pada penelitian ini, SPDs yang dipasang berupa MOV
(Metal Oxide Varistor). Apabila sebuah gedung tersambar petir secara langsung,
maka arus surja akan terdistribusi ke saluran-saluran yang terhubung dengan balok
penghubung (bonding bar), antara lain: elektroda pentanahan, pipa air, saluran
daya, saluran telepon, saluran data dan konduktor-konduktor lainnya yang ada pada
gedung terhubung dengan balok penghubung. Pendistribusian arus ini
mengakibatkan arus surja yang harus dipikul oleh SPDs untuk kasus satu gedung
dengan gedung lainnya akan berbeda. Hal ini disebabkan karena distribusi arus
surja yang terjadi pada satu gedung berbeda dengan gedung lainnya sangat
bergantung kepada saluran-saluran yang ada pada gedung tersebut. Penelitian yang
dilakukan adalah memasang MOV dengan tipe Q20K250.
Penelitian ini melakukan analisis distribusi arus pada suatu gedung yang tersambar
petir secara langsung dengan sistem kelistrikan tegangan rendah menggunakan atau
tanpa MOV, sistem pentanahan TT atau TNS dengan variasi arus 200A, 1kA,
1,75kA, 10kA, 15kA dan 20kA. Berdasarkan hasil simulasi, sistem proteksi
tegangan rendah dengan menggunakan MOV lebih baik menggunakan sistem
pentanahan TT, dikarenakan tegangan sisa yang didapatkan kurang dari 500 V pada
setiap kondisi yang terhubung pada bonding bar. Untuk aliran distribusi arus yang
tersalurkan setelah pemotongan MOV masih aman karena arus yang mengalir di
bawah Imax (arus maksimum) MOV tipe Q20K250 sebesar 15kA.
Kata kunci : petir, MOV, sistem pentanahan TT (Terra-Terra), sistem pentanahan
TNS (Terra-Neutral-Separated).
ANALISIS DISTRIBUSI ARUS SURJA GEDUNG TERPROTEKSI
TERSAMBAR PETIR SECARA LANGSUNG
Oleh:
MARIYO YOSHUA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1993, anak
pertama dari empat bersaudara dari Bapak Willer Sitorus dan Ibu
Tiurmasi Manurung.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Santa Lusia,
Kota Bekasi pada tahun 2005, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Santa Lusia, Kota Bekasi pada tahun 2008,
dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA 8 Yadika Jatimulya pada
tahun 2011.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN. Penulis berperan
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Elektro pada tahun 2012–2014 di Departemen Apresiasi Pengembangan dan
Keilmuan sebagai Staff Divisi Minat dan Bakat. Pada tahun 2013-2016 Penulis
menjabat sebagai Asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan
melaksanakan kerja praktik di Universitas Lampung pada tahun 2017 proyek audit
energi Gedung Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Ayah dan Ibu Terkasih
Willer Sitorus dan Tiurmasi
Manurung
Kupersembahkan karya ini untuk
Keluarga Besar, Dosen, dan
Sahabat
Adik - adikku Tercinta
Fernanto
Hezron Rizky
Cherine Wahyuni
“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke
manapun engkau pergi .“ ( Yosua 1:9 )
“Donok do Jahowa di sude angka na manjou Ibana, tongon tahe di sude angka na manjou Ibana di bagasan hasingotan.“
( Psalmen 145:18)
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku
yang membawa kemenangan.” ( Yesaya 41 : 10 )
SANWACANA
Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
hikmat dan berkat-Nya yang melimpah kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Skripsi dengan judul ”Analisis Distribusi Arus Surja pada Gedung Terproteksi yang
Tersambar Petir Secara Langsung“ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Suharno, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Herman H. Sinaga, S.T., M.T., selaku Sekertaris Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
4. Bapak Dr. Henry B.H. Sitorus, S.T., M.T., selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran maupun kritik juga nasihat-
nasihat yang sangat bermanfaat dan segala ilmu yang telah diberikan dalam
proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Dr. Eng. Diah Permata, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya untuk kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran
maupun kritik juga nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat dan segala ilmu
yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Bapak Dr. Herman H. Sinaga, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada skripsi
ini. Terimakasih atas masukan, saran, kritik dan juga nasihat-nasihat yang
sangat bermanfaat dan segala ilmu yang telah diberikan dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
7. Ibu Dr. Ing. Melvi Ulvan, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan dan arahannya dalam proses menyelesaikan studi;
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Teknik Elektro dan Staf Administrasi
Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
9. Seluruh rekan-rekan Teknik Elektro angkatan 2011 yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu per satu, atas kebersamaan, doa, dan bantuannya semua;
10. Seluruh asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi angkatan 2009, 2011
dan 2013.
11. Saudara-saudara satu persekutuan di Forum Komunikasi Mahasiswa Kristiani
Fakultas Teknik yang sudah membantu dalam dukungan dan doa. Tuhan Yesus
memberkati kita semuanya.
12. Seluruh keluarga yang berada di Lampung, atas dukungan doa maupun bantuan
materi kepada Penulis sampai menyelesaikan studi.
13. Terimakasih kepada Dita Synthauli Evaniya Nainggolan yang sudah saling
membantu dalam dukungan, semangat dan doa.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 19 Desember 2018
Penulis,
Mariyo Yoshua
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
E. Batasan Masalah ............................................................................................. 4
F. Hipotesis .......................................................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................... 6
1. Karakteristik Gelombang Impuls Petir ................................................ 6
2. Sambaran Langsung ............................................................................. 7
3. Sistem Proteksi Petir pada Suatu Gedung ............................................ 9
4. Varistor ............................................................................................... 16
ii
5. Sistem Pentanahan Instalasi Tegangan Rendah ................................. 20
6. Konsep Proteksi Tegangan pada Instalasi Tegangan Rendah ........... 23
B. Kajian Pustaka .............................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 28
1. Waktu Penelitian ................................................................................ 28
2. Tempat Penelitian .............................................................................. 28
B. Alat dan Bahan ............................................................................................. 28
3. Alat Penelitian ................................................................................... 28
4. Bahan Penelitian ................................................................................ 28
C. Tahapan Penelitian ........................................................................................ 29
1. Studi Literatur .................................................................................... 29
2. Studi Bimbingan ................................................................................ 29
3. Pengumpulan Data ............................................................................. 29
4. Pemodelan .......................................................................................... 29
5. Simulasi Rangkaian ........................................................................... 30
D. Pemodelan dan Simulasi ............................................................................... 30
1. Model Surja Petir ............................................................................... 30
2. Model Batang Pengaman (Lightning Rod) dan Konduktor
Penghubung Tanah (Down Conductor) ...................................... 31
3. Model Pentanahan ............................................................................. 32
4. Model Metal Oxide Varistor .............................................................. 32
5. Model Pipa Air .................................................................................. 33
6. Model Transformator Tegangan Menengah-Rendah ......................... 33
iii
7. Model Saluran Telepon ...................................................................... 34
8. Model Saluran Data ............................................................................ 34
9. Model Saluran Daya .......................................................................... 35
E. Diagram Alir ................................................................................................. 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ...................................................... 41
B. Kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV .................................................... 43
C. Kondisi III dengan sistem TT tanpa MOV ................................................... 45
D. Kondisi IV dengan sistem TT tanpa MOV ................................................... 47
E. Kondisi V dengan sistem TT tanpa MOV .................................................... 49
F. Kondisi I dengan sistem TT yang menggunakan MOV ................................. 51
G. Kondisi II dengan sistem TT yang menggunakan MOV .............................. 53
H. Kondisi III dengan sistem TT yang menggunakan MOV ............................ 55
I. Kondisi IV dengan sistem TT yang menggunakan MOV .............................. 57
J. Kondisi V dengan sistem TT yang menggunakan MOV ............................... 59
K. Kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ....................................................... 61
L. Kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV ..................................................... 63
M. Kondisi III dengan sistem TT tanpa MOV .................................................. 65
N. Kondisi IV dengan sistem TT tanpa MOV ................................................... 67
O. Kondisi V dengan sistem TT tanpa MOV .................................................... 69
P. Kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ...................................................... 71
Q. Kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV .................................................... 73
R. Kondisi III dengan sistem TT yang menggunakan MOV .............................. 75
S. Kondisi IV dengan sistem TT yang menggunakan MOV ............................. 77
iv
T. Kondisi V dengan sistem TT yang menggunakan MOV ............................... 80
U. Batas kenaikan tegangan petir untuk peralatan tegangan redah ................... 82
V. Distribusi Arus ............................................................................................... 85
V. PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gelombang arus impuls 8 x 20 µs ................................................... 6
Gambar 2.2 Petir menciptakan tegangan yang merusak rumah .......................... 8
Gambar 2.3 Sistem proteksi tambahan yang dijabarkan oleh NEC .................. 11
Gambar 2.4 Batang pengaman pada atap rumah................................................ 12
Gambar 2.5 Konduktor penghubung tanah ....................................................... 13
Gambar 2.6 Elektroda pentanahan .................................................................... 14
Gambar 2.7 Surge Protective Devices (SPD) .................................................... 15
Gambar 2.8 Kontruksi dari Metal Oxide Varistor ............................................ 18
Gambar 2.9 Sistem Pentanahan TN-S ............................................................... 21
Gambar 2.10 Sistem Pentanahan TN-C ............................................................... 21
Gambar 2.11 Sistem Pentanahan TN-C-S .......................................................... 22
Gambar 2.12 Sistem Pentanahan TT ................................................................... 22
Gambar 3.1 Rangkaian generator impuls RC ................................................... 30
Gambar 3.2 Rangkaian ekivalen pentanahan .................................................... 32
Gambar 3.3 Rangkaian ekivalen Varistor ......................................................... 33
Gambar 3.4 Model Transformator .................................................................... 34
Gambar 3.5 Model saluran telepon ................................................................... 34
Gambar 3.6 Model saluran data ........................................................................ 34
Gambar 3.7 Rangkaian ekivalen saluran daya .................................................. 35
vi
Gambar 3.8 Rangkaian skematik sistem Pentanahan TT ................................... 36
Gambar 3.9 Rangkaian skematik sistem Pentanahan TNS ................................ 36
Gambar 3.10 Diagram alir penelitian ................................................................... 38
Gambar 4.1 Rangkaian simulasi kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ....... 41
Gambar 4.2 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ........................................ 42
Gambar 4.3 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi I dengan sistem TT tanpa MOV ............................... 42
Gambar 4.4 Rangkaian simulasi kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV ...... 43
Gambar 4.5 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV ....................................... 44
Gambar 4.6 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi II dengan sistem TT tanpa MOV .............................. 44
Gambar 4.7 Rangkaian simulasi kondisi III dengan sistem TT tanpa MOV ..... 45
Gambar 4.8 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi III dengan sistem TT tanpa MOV ..................................... 46
Gambar 4.9 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi III dengan sistem TT tanpa MOV ............................. 46
Gambar 4.10 Rangkaian simulasi kondisi IV dengan sistem TT tanpa MOV ..... 47
Gambar 4.11 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi IV dengan sistem TT tanpa MOV ..................................... 48
Gambar 4.12 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi IV dengan sistem TT tanpa MOV ............................ 48
Gambar 4.13 Rangkaian simulasi kondisi V dengan sistem TT tanpa MOV ...... 49
vii
Gambar 4.14 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi V dengan sistem TT tanpa MOV ...................................... 50
Gambar 4.15 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi V dengan sistem TT tanpa MOV .............................. 50
Gambar 4.16 Rangkaian simulasi kondisi I dengan sistem TT yang
menggunakan MOV ....................................................................... 51
Gambar 4.17 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi I dengan sistem TT yang menggunakan MOV ................. 52
Gambar 4.18 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi I dengan sistem TT yang menggunakan MOV ......... 52
Gambar 4.19 Rangkaian simulasi kondisi II dengan sistem TT yang
menggunakan MOV ....................................................................... 53
Gambar 4.20 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi II dengan sistem TT yang menggunakan MOV ................ 54
Gambar 4.21 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi II dengan sistem TT yang menggunakan MOV........ 54
Gambar 4.22 Rangkaian simulasi kondisi III dengan sistem TT yang
menggunakan MOV ....................................................................... 55
Gambar 4.23 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi III dengan sistem TT yang menggunakan MOV ............... 56
Gambar 4.24 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi III dengan sistem TT yang menggunakan MOV ...... 56
Gambar 4.25 Rangkaian simulasi kondisi IV dengan sistem TT yang
menggunakan MOV ....................................................................... 57
viii
Gambar 4.26 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi IV dengan sistem TT yang menggunakan MOV............... 58
Gambar 4.27 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi IV dengan sistem TT yang menggunakan MOV ...... 58
Gambar 4.28 Rangkaian simulasi kondisi V dengan sistem TT yang
menggunakan MOV ....................................................................... 59
Gambar 4.29 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi V dengan sistem TT yang menggunakan MOV ................ 60
Gambar 4.30 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi V dengan sistem TT yang menggunakan MOV ....... 60
Gambar 4.31 Rangkaian simulasi kondisi I dengan sistem TNS tanpa MOV ..... 61
Gambar 4.32 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi I dengan sistem TNS tanpa MOV ..................................... 62
Gambar 4.33 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi I dengan sistem TNS tanpa MOV ............................. 62
Gambar 4.34 Rangkaian simulasi kondisi II dengan sistem TNS tanpa MOV.... 63
Gambar 4.35 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi II dengan sistem TNS tanpa MOV .................................... 64
Gambar 4.36 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi II dengan sistem TNS tanpa MOV ........................... 64
Gambar 4.37 Rangkaian simulasi kondisi III dengan sistem TNS tanpa MOV .. 65
Gambar 4.38 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi III dengan sistem TNS tanpa MOV ................................... 66
ix
Gambar 4.39 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi III dengan sistem TNS tanpa MOV .......................... 66
Gambar 4.40 Rangkaian simulasi kondisi IV dengan sistem TNS tanpa MOV .. 67
Gambar 4.41 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi IV dengan sistem TNS tanpa MOV .................................. 68
Gambar 4.42 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi IV dengan sistem TNS tanpa MOV .......................... 68
Gambar 4.43 Rangkaian simulasi kondisi V dengan sistem TNS tanpa MOV ... 69
Gambar 4.44 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi V dengan sistem TNS tanpa MOV .................................... 70
Gambar 4.45 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi V dengan sistem TNS tanpa MOV ........................... 70
Gambar 4.46 Rangkaian simulasi kondisi I dengan sistem TNS yang
menggunakan MOV ....................................................................... 71
Gambar 4.47 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi I dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ............... 72
Gambar 4.48 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi I dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ...... 72
Gambar 4.49 Rangkaian simulasi kondisi II dengan sistem TNS yang
menggunakan MOV ....................................................................... 73
Gambar 4.50 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi II dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ............. 74
Gambar 4.51 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi II dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ..... 74
x
Gambar 4.52 Rangkaian simulasi kondisi III dengan sistem TNS yang
menggunakan MOV ....................................................................... 75
Gambar 4.53 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi III dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ............ 76
Gambar 4.54 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi III dengan sistem TNS yang menggunakan MOV.... 77
Gambar 4.55 Rangkaian simulasi kondisi IV dengan sistem TNS yang
menggunakan MOV ....................................................................... 77
Gambar 4.56 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi IV dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ............ 79
Gambar 4.57 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi IV dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ... 79
Gambar 4.58 Rangkaian simulasi kondisi V dengan sistem TNS yang
menggunakan MOV ....................................................................... 80
Gambar 4.59 Grafik nilai arus yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A pada
kondisi V dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ............. 81
Gambar 4.60 Grafik nilai tegangan yang terukur ketika diinjeksikan arus 200A
pada kondisi V dengan sistem TNS yang menggunakan MOV ..... 82
Gambar 4.61 Grafik data pengukuran batas kenaikan impuls petir pada saluran
tegangan rendah dengan membandingkan sistem TT dan sistem
TNS serta tanpa pemasangan MOV maupun dengan memasang
MOV .............................................................................................. 84
xi
Gambar 4.62 Grafik data pengukuran distribusi arus pada saluran tegangan
rendah yang membandingkan sistem TT dan sistem TNS dengan
memasang MOV ............................................................................ 86
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Batas tegangan transient peralatan tegangan rendah ..................... 16
Tabel 2.2 Klasifikasi penggunaan Surge Protective Devices (SPDs) ........... 23
Tabel 4.1 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
I dengan sistem TT tanpa MOV .................................................... 41
Tabel 4.2 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
II dengan sistem TT tanpa MOV .................................................. 43
Tabel 4.3 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
III dengan sistem TT tanpa MOV ................................................. 45
Tabel 4.4 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
IV dengan sistem TT tanpa MOV ................................................. 47
Tabel 4.5 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
V dengan sistem TT tanpa MOV .................................................. 49
Tabel 4.6 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
I dengan sistem TT menggunakan MOV ...................................... 51
Tabel 4.7 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
II dengan sistem TT menggunakan MOV ..................................... 53
Tabel 4.8 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
III dengan sistem TT menggunakan MOV ................................... 55
xiii
Tabel 4.9 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
IV dengan sistem TT menggunakan MOV ................................... 57
Tabel 4.10 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
V dengan sistem TT menggunakan MOV .................................... 59
Tabel 4.11 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
I dengan sistem TNS tanpa MOV ................................................. 61
Tabel 4.12 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
II dengan sistem TNS tanpa MOV ................................................ 63
Tabel 4.13 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
III dengan sistem TNS tanpa MOV .............................................. 65
Tabel 4.14 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
IV dengan sistem TNS tanpa MOV .............................................. 67
Tabel 4.15 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
V dengan sistem TNS tanpa MOV ............................................... 69
Tabel 4.16 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
I dengan sistem TNS menggunakan MOV ................................... 71
Tabel 4.17 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
II dengan sistem TNS menggunakan MOV .................................. 73
Tabel 4.18 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
III dengan sistem TNS menggunakan MOV ................................. 75
Tabel 4.19 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
IV dengan sistem TNS menggunakan MOV ................................ 78
Tabel 4.20 Nilai pengukuran arus dan tegangan yang terdistribusi pada kondisi
V dengan sistem TNS menggunakan MOV .................................. 80
xiv
Tabel 4.21 Batas kenaikan impuls petir untuk peralatan tegangan rendah tanpa
menggunakan MOV pada setiap kondisi dengan membandingkan
sistem TT dengan sistem TNS ....................................................... 82
Tabel 4.22 Batas kenaikan impuls untuk peralatan tegangan rendah dengan
menggunakan MOV pada setiap kondisi dengan membandingkan
sistem TT dengan sistem TNS ....................................................... 83
Tabel 4.23 Distribusi arus di setiap saluran dengan membandingkan antara
sistem TT dengan sistem TNS ....................................................... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan yang sangat besar
dan berpotensi mengganggu sistem jaringan listrik apabila menyambar jaringan
listrik atau gedung yang memiliki jaringaan listrik, jaringan data dan jaringan
telepon yang ada di dalamnya. Sambaran ini dapat berupa sambaran langsung atau
tidak langsung (induksi). Selain merusak jaringan listrik pada tegangan tinggi,
sambaran petir juga dapat merusak peralatan listrik pada tegangan rendah yang
biasanya tersambung ke rumah-rumah. Sambaran petir yang terjadi pada jaringan
tegangan tinggi dapat menyebabkan tegangan lebih dan kerusakan jaringan,
sedangkan pada saluran tegangan rendah, dapat merusak alat-alat elektronik yang
terdapat di dalam rumah.
Saat ini penggunaan alat proteksi petir (Surge Protective Devices = SPDs)
menjadi sangat penting dalam melindungi peralatan-peralatan sensitif dari bahaya
tegangan lebih yang diakibatkan sambaran petir. Apabila lightning rod yang berada
di atas gedung tersambar petir secara langsung maka arus surja akan masuk ke down
conductor lalu ke bonding bar dan akan terdistribusi ke saluran-saluran yang
terhubung dengan bonding bar tersebut, antara lain : elektroda pentanahan, pipa air,
2
sistem instalasi listrik, saluran telepon, saluran data, dan konduktor-konduktor
lainnya yang ada pada gedung yang terhubung dengan bonding bar.
Dengan adanya pendistribusian arus ini mengakibatkan arus surja yang harus
dipikul oleh SPDs untuk kasus satu gedung dengan gedung lainnya akan berbeda.
Hal ini disebabkan karena distribusi arus surja yang terjadi pada satu gedung
berbeda dengan gedung lainnya yang sangat tergantung pada saluran-saluran yang
ada pada gedung tersebut.
Oleh karena itu, sebelum memasang SPDs pada sistem proteksi pada suatu
gedung harus terlebih dahulu menghitung distribusi arus surja pada gedung
tersebut. Dengan mengetahui distribusi arus maka arus surja maksimum yang
mungkin dipikul SPDs dapat diketahui, yang pada akhirnya kapasitas arus surja
SPDS yang harus dipasang dapat ditentukan. Dengan demikian kesalahan
pemasangan kapasitas SPDs dengan distribusi arus surja yang mengalir dapat
dihindari.
SPDs yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metal Oxide Varistor
(MOV), merupakan komponen utama dalam surge arrester yang digunakan untuk
menahan arus induksi petir, yang untuk membatasi kenaikan tegangan akibat surja
petir. Kekuatan MOV ini sangat bervariasi mulai dari 5 kA hingga 150 kA untuk
kategori tegangan rendah (low voltage). Karakteristik komponen utama MOV
terbuat dari bahan zinc oxide (ZnO) yang karakteristiknya memiliki respon yang
cepat (<0,5 ns) ini sangat berkaitan dengan kecepatan dalam menahan arus petirnya,
energi yang diserap besar dan tersedia dalam berbagai nilai tegangan kerja. Oleh
karena itu, MOV mempunyai kapasitas besar maka kecepatan dalam menahan arus
induksi akan semakin cepat dalam menahan arus petir.
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi arus yang mengalir pada
setiap jalur penghubungnya akibat sambaran petir secara langsung dalam sebuah
gedung. Di samping itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penempatan
MOV sebagai proteksi arus surja dan menganalisis pengaruh dari penempatan
MOV tersebut. Sistem pentanahan yang digunakan adalah sistem pentanahan TN-
S (Terra Neutral-Separated) dan sistem penatanahan TT (Terra Terra) dengan
menggunakan SIMULINK MATLAB.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui distribusi arus surja yang terjadi pada sebuah gedung yang
tersambar petir secara langsung.
b. Menganalisis kenaikan arus dan tegangan pada instalasi tegangan rendah
yang diproteksi dengan metal oxide varistor.
c. Menganalisis pengaruh dari penempatan MOV pada sistem pentanahan TT
dan sistem pentanahan TNS.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi
arus yang mengalir setelah tersambar petir dan mengetahui pengaruh penempatan
MOV pada sistem pentanahan TT dan sistem pentanahan TNS.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
4
1. Bagaimana distribusi arus pada sebuah gedung bila tersambar petir secara
langsung?
2. Pengaruh distribusi arus surja yang mengalir ke peralatan melalui bonding
bar.
3. Pengaruh penempatan MOV dengan variasi saluran yang terhubung.
4. Kinerja MOV dalam memotong kenaikan arus surja yang terdistribusi ke
peralatan.
E. Batasan Masalah
Beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Elemen proteksi arus lebih yang digunakan adalah metal oxide varistor.
2. Sistem pentanahan instalasi tegangan rendah yang digunakan adalah sistem
TT (Terra Terra) dan TN-S(Terra Neutral-Seperated).
F. Hipotesis
Kenaikan tegangan pada instalasi gedung bisa terjadi dikarenakan akibat sambaran
petir secara langsung, Saat terjadi sambaran, arus akan dialirkan ke tanah melalui
batang pengaman, selain itu arus yang mengalir juga akan terdistribusi ke peralatan,
karena pada sistem instalasi kelistrikan di gedung, seluruh bagian konduktif terbuka
dari peralatan listrik ataupun instalasi memiliki ikatan galvanis yang terhubung
pada sistem grounding. Arus petir yang masuk ke saluran daya, tegangan rendah
maupun saluran data dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-peralatan
tegangan rendah yang ada pada gedung yang tersambar petir secara langsung.
5
Pemasangan MOV pada saluran yang menghubungkan bonding bar dengan saluran
daya akan dapat melindungi peralatan-peralatan tersebut dari tegangan lebih.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini, terdiri dari lima bab dengan perincian
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I akan menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, rumusan
masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II akan menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III akan menjelaskan mengenai waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan,
serta langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV akan menjelaskan mengenai pemodelan simulasi rangkaian, hasil simulasi
rangkaian, serta pembahasan mengenai hasil simulasi yang diperoleh.
BAB V PENUTUP
Bab V akan menjelaskan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi referensi yang dijadikan sebagai acuan dasar penelitian.
LAMPIRAN
Pada bagian ini berisi mengenai data-data penelitian dan simulasi, serta keterangan-
keterangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Karakteristik Gelombang Impuls Petir
Tegangan impuls (impulse voltage) merupakan sebuah tegangan yang muncul
akibat dari adanya sambaran petir sehingga pada sistem akan naik dalam waktu
singkat kemudian terjadi penurunan tegangan yang relatif lebih lambat. Secara
matematis tegangan impuls petir dirumuskan sebagai berikut :
Berdasarkan standar IEC nilai waktu muka (Tf) dan waktu ekor (Tt) gelombang
impuls petir adalah Tf x Tt = 8 x 20µs, di mana toleransi untuk waktu muka ±30%
dan waktu ekor ±20%.
Gambar 2.1 Gelombang arus impuls 8 x 20 µs [2]
7
2. Sambaran Langsung
Sambaran petir secara langsung adalah sambaran pada peralatan proteksi
eksternal gedung yaitu batang pengaman (lightning rod) atau langsung mengenai
gedung atau apabila menyambar saluran penghantar yang memasuki ke balok
penghubung melalui satu atau lebih konduktor penghubung melalui satu atau lebih
konduktor penghubung tanah (down conductor). Rakotomala, et al [12] melakukan
penelitian bahwa penghantar dan bagian berbahan logam di antaranya penghantar
listrik, penghantar telepon, pipa gas, pipa air dan saluran data menjadi sarana tempat
mengalirnya arus surja petir. Arus akan terdistribusi pada saluran-saluran ini
dengan besar yang berbeda-beda.
Gambar 2.2 menunjukkan empat cara di mana sambaran petir dapat merusak
peralatan atau objek di sekitar permukiman. Umumnya kerusakan kebanyakan
terjadi dari sambaran petir ke jaringan daya, telepon dan televisi kabel (point 1).
Kawat kemudian akan menginduksi arus surja langsung ke permukiman dan ke
peralatan yang terhubung dengannya. Petir ini juga dapat merambat melalui tanah,
mencapai pipa atau kabel bawah tanah. Hal ini merupakan jalur petir untuk menuju
ke bangunan dan juga dapat merusak kabel. Petir ini menyambar jaringan luar yang
berada di permukiman pinggiran kota dan pedesaan. Pendingin ruangan (air
conditioner), piringan satelit (parabola), lampu penerangan luar, sistem control
gerbang, gubuk dan tenda, sambungan saluran telepon serta sistem keamanan dapat
disambar oleh petir. Surja petir ini kemudian akan mengalir masuk ke rumah
melalui pengawatan (point 2).
8
Gambar 2.2 Petir menciptakan tegangan yang merusak rumah [3]
Petir juga dapat menyambar objek yang berada dekat dengan bangunan namun tidak
terhubung secara langsung seperti pohon, tiang bendera dan papan reklame (point
3). Pada kondisi ini, sambaran petir meradiasi medan elektromagnetik yang kuat
dan menghasilkan tegangan yang besar yang dapat merusak peralatan.
Sambaran langsung petir terhadap bangunan jarang terjadi, bahkan pada daerah
yang memiliki potensi petir tinggi. Sambaran ini dapat merusak bangunan yang
tidak dilengkapi dengan sistem proteksi petir (Lightning Protection System = LPS),
dan biasanya akan merusak peralatan elektronik yang berada di rumah. Kerusakan
bangunan biasanya dapat dicegah melalui instalasi LPS dengan baik yakni batang
pengaman dan konduktor penghubung tanah, namun LPS itu sendiri juga terkadang
melingkupi sistem proteksi untuk peralatan elektronik di rumah (point 4).
9
3. Sistem Proteksi Petir pada Suatu Gedung
Sistem proteksi petir merupakan metode yang paling berguna untuk mengamankan
gedung dan peralatan terhadap petir. Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan
muatan elektrostatis dan memberikan jalur kepada energi petir untuk mengalir ke
tanah, kemudian membiarkan muatan menghilang dengan aman. Kebanyakan
sistem proteksi petir memiliki tiga komponen utama, yakni : batang pengaman,
konduktor penghubung tanah dan elektro pentanahan. Muatan yang dihasilkan
gemuruh di atmosfer diserap oleh batang pengaman, lalu dialirkan melalui
konduktor dan dihilangkan jauh dibawah tanah melalui konduktor pentanahan.
Oleh karena muatan menghilang, maka tidak ada kilatan petir yang hadir, sehingga
gedung akan aman.
Beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan supaya sistem proteksi petir
bekerja dengan baik, yaitu :
a. Beberapa batang pengaman harus berada di posisi tertinggi pada gedung
yang akan diproteksi dan ujungnya harus terbuka, yang salah satunya
menjadi penerima sambaran lokal saat percikan ke bawah (leader) awal
akan menyambar.
b. Hubungan antara penerima sambaran dan tanah yakni konduktor
penghubung tanah, harus mampu membawa arus petir tanpa menghasilkan
pemanasan yang signifikan.
c. Impedansi untuk aliran arus pada konduktor penghubung tanah harus cukup
rendah sehingga kilatan samping (side flashes) terhadap objek tidak timbul
sebagai hasil dari tegangan tinggi yang disebabkan oleh aliran arus.
10
d. Hubungan dari konduktor penghubung tanah ke tanah harus memudahkan
arus petir untuk mengalir ke tanah tanpa menghasilkan perbedaan potensial
elektrik yang besar di permukaan bumi dan tanpa membahayakan seseorang
atau objek terdekatnya.
e. Semua komponen logam besar dari gedung harus dihubungkan secara
elektrik ke sistem konduktor penghubung tanah untuk meminimalisir efek
kapasitansi dan memudahkan untuk mengalirkan ke tanah arus yang
mengalir ketika medan elektrik eksternal berubah secara tiba-tiba oleh
peluahan petir.
f. Proteksi surja harus diberikan untuk peralatan listrik dan untuk semua
peralatan elektronik yang ada pada suatu gedung.
National Electrical Code (NEC) dan Canadian Electrical Code (CEC)
menyarankan untuk sistem proteksi di daerah yang memiliki curah petir yang tinggi
yakni melalui instalasi berikut dan dapat dilihat pada Gambar 2.3:
1) Sistem proteksi petir (LPS).
2) Protektor surja pada saluran daya AC.
3) Protektor surja tambahan pada saluran sinyal (telekomunikasi dan data).
4) Proteksi ekstra yang juga disebut dengan proteksi point of use pada
peralatan yang akan diproteksi.
11
Gambar 2.3 Sistem proteksi tambahan yang dijabarkan oleh NEC
Sistem proteksi yang terpasang harus aman dari sambaran petir yang datang, dan
harus diperiksa secara berkala untuk memastikan tidak timbul kerusakan mekanis.
Protektor surja saluran daya dan sinyal pada jalur masuk layanan bangunan
memiliki tujuan yang sama. Mereka mengumpulkan bagian utama arus surja petir
yang masuk pada saluran eksternal dan meneruskannya ke tanah dengan aman.
Mereka juga membatasi tegangan surja yang masuk ke bangunan, dan mengurangi
beban protektor point of use pada peralatan. Efektifitas sistem proteksi ini
bergantung pada integritas sistem saluran pada bangunan.
1. Batang Pengaman (Lightning Rod)
Batang pengaman pertama kali ditemukan oleh Benjamin Franklin. Terdiri
dari batang logam runcing yang dipasang pada titik tertinggi suatu
bangunan. Batang pengaman dapat berupa tembaga padat, perunggu
ataupun aluminium. Batang pengaman biasanya dilapisi nikel. Panjang
batang pengaman minimal 12 inci, setidaknya berdiameter 0,5 inci untuk
12
tembaga dan berdiameter 5/8 inci untuk aluminium. Batang pengaman
setidaknya harus berada 10 inci di atas objek atau area yang akan diproteksi.
Batang pengaman harus dipasang pada puncak atap dan di sekitar batas
pinggir atap datar atau atap landai dengan interval tidak melebihi 20 kaki,
terkecuali untuk batang pengaman yang memiliki panjang 24 inci atau lebih
harus memiliki interval maksimal 25 kaki.
Kawat tembaga atau aluminium berpilin digunakan sebagai kabel konduksi,
yang menghubungkan batang pengaman dengan elektroda pentanahan yang
terpendam didalam tanah.
Gambar 2.4 Batang pengaman pada atap rumah
2. Konduktor Penghubung Tanah (Down Conductor)
Konduktor penghubung tanah adalah konduktor vertikal yang
menghubungkan batang pengaman ke tanah. Konduktor penghubung tanah
terdiri atas jalur resistansi rendah untuk mengalirkan arus ke tanah dengan
aman. Setiap bangunan setidaknya memiliki dua konduktor penghubung
tanah yang diletakkan di sudut-sudut bangunan.
Salah satu keuntungan dari pemasangan beberapa konduktor penghubung
tanah adalah pembagian arus ke beberapa saluran, hal ini akan mengurangi
13
tegangan tinggi yang dapat timbul selama sambaran petir. Tegangan ini
dapat menyebabkan kilatan samping, di mana petir juga dapat menyambar
jalur logam lainnya seperti menara dan jalur kawat utama. Kilatan samping
juga dapat menimbulkan api dan merusak instalasi listrik. Konduktor
penghubung dapat berupa tembaga atau aluminium dalam bentuk pita
(potongan tipis) atau lingkaran dan secara estetika akan lebih baik apabila
diberikan selubung PVC berwarna yang sesuai.
Gambar 2.5 konduktor penghubung tanah
3. Elektroda Pentanahan (Grounding Electrode)
Pada umunya, model sistem pentanahan yang saat ini digunakan adalah
sistem pentanahan driven rod, counterpoise dan grid. Sistem pentanahan
driven rod dilakukan dengan cara menanamkan elektroda pentanahan tegak
lurus ke dalam tanah yang terdiri dari satu atau lebih elektroda dengan
panjang 3 sampai 15 meter. Sistem pentanahan counterpoise dilakukan
dengan cara menanamkan elektroda pentanahan ke dalam tanah dengan
posisi horizontal atau sejajar dengan permukaan tanah dan direntangkan
menjauhi objek yang dilindungi. Sedangkan sistem pentanahan grid
dilakukan dengan cara kawat tembaga dihubungkan seperti anyaman (mesh)
14
dalam bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, dapat berupa 1 mesh, 4
mesh, 16 mesh dan seterusnya.
Elektroda pentanahan dalam bentuk batang atau pelat elektroda harus
dihubungkan ke setiap konduktor penghubung tanah melalui titik uji.
Besarnya impedansi pentanahan tergantung dari frekuensi sistem, untuk
frekuensi rendah impedansi yang diperlukan adalah kurang dari 10 Ω
sedangkan untuk frekuensi tinggi mencapai 1 MHz impedansi yang
diperlukan adalah 70 Ω.
Gambar 2.6 Elektroda pentanahan
15
4. Surge Protective Devices (SPDs)
Gambar 2.7 Surge Protective Devices (SPD)
Surge Protective Devices (SPDs) dapat dikategorikan menjadi arrester arus
petir (lightning current arrester), arrester dan suppressor. Untuk
memperoleh kapasitas arus kerja surja maksimum, mereka harus
terkoordinasi dengan sistem distribusi tenaga tegangan rendah, saluran
telepon, pipa air, transformator tegangan menengah rendah, impedansi
elektroda pentanahan dan gedung di sekitarnya. SPDs dapat memberikan
proteksi terhadap muatan elektrik bahkan sebelum adanya sambaran kilatan
petir. SPDs dihubungkan diantara sumber tenaga dan peralatan atau
komponen yang sedang diproteksi. SPDs terdiri dari kapasitor dan resistor
yang cukup besar untuk menahan dan mengalihkan ke tanah pulsa elektrik
yang tidak lazim yang dapat merusak peralatan elektronik seperti televisi,
komputer dan telepon.
Sistem proteksi berfungsi untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi pada
peralatan listrik saat sistem dalam kondisi abnormal, serta melindungi
manusia dari bahaya listrik.
16
Kenaikan tegangan pada instalasi tegangan rendah bisa terjadi dengan
berbagai skenario baik karena adanya sambaran petir langsung ke saluran
udara, sambaran petir ke tanah atau sekitar instalasi listrik, maupun
sambaran petir ke antena televisi.
Saat terjadi surja petir tegangan akan naik dengan sangat tajam sehingga
akan berdampak buruk terhadap peralatan yang tidak dilengkapi dengan
sistem proteksi. Peralatan listrik sendiri dibedakan menjadi dua, yakni :
menggunakan komponen semikonduktor yang sangat sensitif terhadap surja
contohnya komputer dan tanpa semikonduktor yang lebih tahan terhadap
surja petir contohnya motor listrik.
Berikut adalah tabel tegangan transient peralatan tegangan rendah
berdasarkan IEC 61000-4-5.
Tabel 2.1 Batas tegangan transient peralatan tegangan rendah [4]
Kelas Lingkungan pemasangan Bebas Tegangan
Transent (kV)
1 Melindungi dari peluahan parsial 0,5
2 Kabel dengan isolasi yang baik, bahkan pada
saat hubung singkat
1
3 Kabel power dan sinyal bekerja secara
parallel
2
4 Mencakup interkoneksi kabel luar ruangan
bersama dengan kabel power dan kabel
digunakan untuk rangkaian listrik dan
elektronik
4
4. Varistor [5]
Varistor merupakan komponen semikonduktor yang bersifat non-linear di
mana nilai resistansinya dikontrol berdasarkan nilai tegangan. Metal oxide varistor
(MOV) berbahan dasar Zinc oxide merupakan jenis varistor yang banyak dipakai
sebagai elemen proteksi surja. Kelebihan MOV yaitu respon cepat saat terjadi surja
17
dan mampu menyerap energi dalam jumlah besar, di mana kekurangannya adalah
saat tegangan normal terdapat arus bocor. Pada saat kondisi normal MOV memiliki
nilai resistansi yang besar (>1 GΩ) dan nilai resistansinya akan menurun saat
tegangan pada terminal mencapai nilai minimum tegangan untuk bisa diapit
(clamping voltage). Kontruksi dari Metal oxide varistor ditunjukkan pada Gambar
2.8.
Gambar 2.8 kontruksi dari metal oxide varistor
Karakteristik operasi dan fungsi minimum dari SPDs yang terpasang adalah
sebagai berikut :
1. Tegangan Operasi Kontinu Maksimum (Maximum Continuous Operating
Voltage = MCOV) tidak kurang dari 115% dari tegangan nominal rms
saluran.
2. Arus bocor sepanjang terminal perangkat tidak melebihi 100 mikroampere
pada MCOV.
3. Tegangan Nyala (Turn-on Voltage), merupakan tegangan minimum yang
melewati terminal SPD yang akan menyebabkan arester menyala dan
mengkonduksi. Tegangan ini tidak melebihi 125% dari MCOV.
18
4. Tegangan Apit atau Peluahan adalah tegangan maksimum yang timbul
sepanjang terminal keluaran arester ketika mengkonduksi arus surja.
Tegangan ini tidak melebihi 160% dari MCOV.
5. Tegangan Lampau (Overshoot) tidak melebihi 2 kali tegangan apit SPD
untuk lebih dari 10 ns. Tegangan lampau adalah level tegangan surja yang
timbul sepanjang terminal SPD sebelum perangkat hidup dan mengapit
surja ke level tegangan tertentu.
6. Kemampuan menyimpan sendiri, SPD akan secara otomatis kembali
keadaan mati setelah penghilang surja ketika tegangan saluran kembali
normal.
7. Usia operasi, SPD akan menghilangkan dengan aman jumlah dan
amplitude dari surja. Tegangan apit tidak boleh berubah lebih dari 10%
melebihi usia operasi arester.
8. Lampu indikator dan sistem sekring, masukan tiap SPD hendaknya
diberikan sekring internal untuk memproteksi peralatan sumber daya AC
terhadap beban lebih saat SPD terhubung singkat. Sistem sekring tidak
boleh meningkatkan tegangan apit SPD dan harus melewatkan level arus
surja sampai dengan 70 kA tanpa pembukaan. Sistem sekring yang
diberikan akan membuka pada arus steady state pada level yang cukup
rendah untuk mencegah kerusakan atau degradasi terhadap sumber daya
AC. Lampu indikator per fasa pada pembungkus SPD harus
mengindikasikan secara visual bahwasannya sekring telah terbuka.
19
Kondisi Normal
Faktor utama dalam memilih SPD yakni harus mempunyai usia yang panjang
dan kinerja yang memuaskan. Untuk mengetahuinya haruslah memahami
kondisi layanan normal. Termasuk juga bagian elektrik dan mekaniknya. SPD
harus sesuai dengan bagian elektrik dan mekanik yang tertera padanya dan
masing-masing ratingnya harus diperiksa untuk memastikan SPD tersebut
berkerja pada lokasi yang diharapkan.
Dari sisi elektrik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Tegangan nominal.
2. Frekuensi.
3. Fasa dan tipe transformator (seperti delta atau wye, fasa terbagi).
4. Arus.
5. Rating SPD
6. Pengawasan yang dikehendaki.
Dari sisi mekanik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Didalam ruangan atau luar ruangan.
2. Ketinggian.
3. Cakupan suhu.
4. Tipe pemasangan dan lokasi.
5. Proteksi wadah.
Kondisi abnormal
Apabila ada kondisi yang melebihi kondisi normal, unit SPD kemungkinan
beroperasi tidak baik atau menjadi tidak beroperasi. Operasi yang tidak baik
20
masih bisa ditolerir. Sebagai contoh adalah tampilan layar pada unit ruangan
tidak baik pada suhu -100C, namun ketika suhu menjadi meningkat 00C, layar
mulai bekerja dengan baik dan tidak menjadi kerusakan permanen.
Tegangan lebih sementara (Temporary Over Voltage = TOV)
Kondisi tegangan lebih jangka panjang dan sementara dapat memicu degradasi
yang tinggi dan bahkan kegagalan komponen SPD. Jika tegangan yang
diberikan melebihi rating tegangan operasi kontinu maksimum (MCOV) SPD,
SPD akan berusaha menahan tegangan lebih dan akan mulai mengkondisi arus.
Akibatnya adalah meningkatnya panas pada komponen SPD dan menciptakan
pemanasan yang signifikan dan pada akhirnya SPD akan rusak. Biasanya TOV
adalah hasil dari hilangnya atau terbukanya konduktor netral, masalah
regulator tegangan atau kurang hati-hatinya hubungan sistem tegangan tinggi
terhadap sistem pada perumahan.
5. Sistem Pentanahan Instalasi Tegangan Rendah [6]
Sistem pentanahan dilakukan dengan membuat hubungan antara penghantar
listrik pada instalasi tegangan rendah dan bumi dengan cara tertentu, tujuannya
adalah untuk mencegah terjadinya busur listrik antara konduktor yang
terganggu dengan tanah dan membatasi tegangan pada konduktor fasa yang
tidak tergangu.
21
a. Sistem Pentanahan TN (Terra Neutral)
Pada sistem ini titik netral ditanahkan secara langsung dan semua bagian
konduktif terbuka (BKT) dihubungkan ke titik yang ditanahkan melalui
konduktor proteksi. Sistem TN ini diklarifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu:
1) Sistem TN-S (Terra Neutral-Separated), di mana konduktor fasa,
konduktor netral dan konduktor proteksi terpisah satu sama lain.
Gambar 2.9 Sistem Pentanahan TN-S
2) Sistem TN-C (Terra Neutral-Combined), konduktor netral dan proteksi
tergabung dalam satu penghantar tunggal.
Gambar 2.10 Sistem Pentanahan TN-C
3) Sistem TN-C-S (Terra Neutral-Combined-Separated), merupakan
gabungan dari sistem TN-S dan sistem TN-C, dalam sistem ini terdapat
22
sebuah konduktor proteksi secara netral yang terpisah satu sama lain
dibagian lainnya.
Gambar 2.11 Sistem Pentanahan TN-C-S
b. Sistem Pentanahan TT (Terra Terra)
Pentanahan titik netral sistem ini dilakukan langsung sumbernya (Generator
atau Transformator), sedangkan bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi
listrik ditanahkan tersendiri sehingga jika terjadi kegagalan isolasi gawai
(listrik) proteksi akan bekerja memutuskan suplai.
Gambar 2.12 Sistem Pentanahan TT
23
Penjelasan lambang sesuai dengan IEC 617-11
Penghantar netral (N)
Penghantar proteksi (PE)
Gabungan penghantar netral dan
penghantar proteksi (PEN)
6. Konsep Proteksi Tegangan pada Instalasi Tegangan Rendah [7]
Pemasangan sistem proteksi tegangan lebih mengacu pada standar IEC 61643-
11, di mana dalam mengklasifikasikan mengenai penggunaan dari Surge
protective devices (SPDs) yang dijelaskan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi penggunaan Surge protective devices (SPDs)
Tipe/Deskripsi Klasifikasi SPDs
(IEC 61643-11:1998)
Lightning current arrester, kombinasi
lightning current dan Surge arrester
SPD Kelas I
Surge arrester untuk panel distribusi,
panel sub-distribusi, instalasi
permanen
SPD Kelas II
Surge arrester untuk stopkontak atau
terminal listrik
SPD Kelas III
SPD kelas I atau yang dikenal juga lightning current arrester dirancang untuk
dipasang pada tempat yang memiliki resiko lebih besar terkena sambaran petir
langsung. Khususnya apabila bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi
eksternal, di manaSPD kelas I harus mampu mengatasi arus petir Iimp = ≥ 50
kA dengan panjang gelombang 10/350 µs. SPD kelas II dirancang untuk jalur
masuk ke instalasi, seperti pada panel utama, instalasi yang tidak dilengkapi
penangkal petir dan untuk instalasi permanen, di mana SPD kelas II digunakan
24
untuk mampu mengatasi lonjakan arus dengan Iimp = ≥ 10 Ka dengan panjang
gelombang 8/20 µs. Sedangkan SPD kelas III dirancang untuk melindungi
peralatan yang sangat sensitif terhadap kenaikan tegangan, sehingga harus
mampu mengatasi dari lonjakan arus dengan panjang gelombang 8/20 µs,
mampu lonjakan tegangan dengan panjang gelombang 1,2/50 µs.
B. Kajian Pustaka
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Wibowo, Tito. “Penentuan Kapasitas Arus Surja Alat Proteksi Petir
(SPDs) yang Dibutuhkan Sebuah Gedung yang Tersambar Petir Secara
Langsung”. 2007. Penelitian ini untuk menganalisis penempatan alat
proteksi SPDs pada setiap saluran yang terhubung pada bonding bar dalam
melindungi peralatan-peralatan sensitif dari bahaya tegangan lebih yang
diakibatkan sambaran petir. Berdasarkan hasil simulasi dengan
menggunakan EMTP didapat bahwa penambahan panjang pipa air,
pentanahan, saluran telepon, dan saluran data dapat mengurangi arus surja
yang mengalir di masing-masing saluran tersebut [3].
2. Zoro, Reynaldo. “Induksi dan Konduksi Gelombang Elektromagnetik
Akibat Sambaran Petir Pada Jaringan Tegangan Rendah”. 2009. Penelitian
ini mengevaluasi induksi dan konduksi petir pada jaringan tegangan rendah
SPP-ITB Gn. Tangkuban perahu, hasilnya adalah pada jaringan tegangan
rendah sambaran petir langsung hampir tidak mungkin terjadi, dan
umumnya kenaikan tegangan yang terjadi akibat induksi petir. Tegangan
induksi yang dihasilkan sebesar 39 kV hingga 1.375 kV dengan radius
25
sambaran sekitar 2 km yang mengakibatkan kerusakan pada arrester dan
peralatan elektronik [16].
3. Harijanto, Priya Surya. Dhofir, Moch. Dan Soemarwanto. “Perancangan
Sistem Proteksi Petir Internal Pada Condotel Borobudur. Blimbing Kota
Malang”. 2014. Penelitian ini merancang sistem proteksi petir internal agar
dapat melindungi seluruh peralatan di dalam gedung, analisis tegangan lebih
dilakukan pada tingkat proteksi level III atau arus petir 100 kA, di
managelombang transien yang dihasilkan adalah 0,001 kV hingga 1,176 kV.
Sistem proteksi gedung dilakukan dengan pemasangan arrester kelas B
dengan tingkat pemotongannya sebesar 4 kV pada jalur masuk instalasi
daya, selain itu pada bagian seluruh pelayan beban dipasang arrester kelas
C dan D dengan tingkat potongannya 2,5 kV dan 1,5 kV [17].
4. Hitoshi Kijima, and Kazuo Murakowo. “Lightning Surge Response
Improvement By Combinations Of Varistors And Gas Discharge Tubes”.
2012. Pada penelitian ini membahas mengenai metodologi yang baru untuk
melindungi peralatan terhadap tegangan lebih maupun arus lebih akibat
surja petir dengan mengkombinasikan peralatan proteksi surja. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan mengkombinasikan GDT dan
varistor secara seri tidak terjadi kebocoran arus [18].
5. Ametani, K. Matsuoka, H. Omura, and Y. Nagai. “Surge Voltages And
Currents Into A Customer Due To Nearby Lightning”. 2014. Penelitian ini
membuktikan hasil simulasi pada EMTP mengenai surja petir yang bisa
masuk ke rumah karena adanya sambaran petir di sekitarnya. Hasilnya
adalah perlu untuk menerapkan koordinasi dari peralatan proteksi surja
26
SPDs pada saluran telepon dan konsumen rumah tangga, serta
diperlukannya sistem grounding pada bangunan [19].
6. V. Milardic, I. Uglesic, and I. Pavic. “Selection Of Surge Protective Devices
For Low-Voltage Systems Connected To Overhead Line”. 2008. Pada
penelitian ini membahas mengenai pemilihan dari peralatan proteksi surja
untuk sistem tegangan rendah yang dipasang di saluran udara, dari hasil
penelitian diperoleh bahwa penggunaan peralatan proteksi surja kelas II
dapat melindungi bangunan yang tidak memiliki sistem proteksi petir [1].
7. S. Sekioka, K. Aiba, T. Miyazaki, and S. Okabe. “Lightning Overvoltages
In Low-Voltage Circuit For Various Lightning Striking Points”. 2010. Pada
penelitian ini membahas mengenai kenaikan tegangan dan arus akibat surja
petir pada instalasi tegangan rendah dengan berbagai scenario yang
mungkin dapat terjadi (sambaran petir ke tanah, sambaran petir ke saluran
distribusi, maupun sambaran langsung ke antenna) dengan menggunakan
program EMTP. Hasilnya adalah tegangan lebih yang terjadi induksi petir
pada instalasi tegangan rendah nilainya tidak berbeda dengan kenaikan pada
elektroda tanah, dan sambaran petir langsung menyebabkan kerusakan
paling serius pada peralatan rumah tangga [20].
8. J. Ribic, and R. Marusa. “Protection Of Buildings In The Vicinity Of
Transmission Towers Against Potensial Rise Above The Ground Electrode-
Study Case”. 2016. Pada penelitian ini membahas mengenai tindakan untuk
memproteksi bangunan yang berada di sekitar menara transmisi terhadap
naiknya tegangan pada elektroda tanah. Hasilnya adalah tindakan proteksi
yang tepat untuk sistem grounding bangunan adalah dengan menerapkan
27
sistem grounding TN-C-S tanpa terhubung dengan elektroda pembumian,
selain itu perlunya untuk melindungi konduktor N dengan gas discharge
arrester dan seluruh konduktor fasa dengan metal oxide surge arrester [21].
9. A. Syakur, A. Warsito, L. Nilawati. “Kinerja Arrester Akibat Induksi
Sambaran Petir Pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV”. 2009.
Penelitian ini membahas kinerja tangkapan petir pada jalur distribusi 20 kV
disimulasikan dengan program EMTP. Hasilnya MOV mampu memotong
kenaikan induksi tegangan yang cukup besar dan mampu menetralisir
gangguan tersebut dengan cepat [2].
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1) Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 hingga Juli
2018.
2) Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Jurusan
Teknik Elektro Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1) Alat Penelitian
Peralatan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain :
Perangkat komputer dengan spesifikasi CORETM i5
Perangkat lunak Simulink MATLAB
2) Bahan Penelitian
Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain :
Parameter surja petir
Parameter alat proteksi surja dengan menggunakan MOV
29
Parameter pipa air
Parameter pentanahan
Parameter saluran daya
Parameter saluran data
Parameter saluran telepon
C. Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Studi Literatur
Dalam studi literatur dilakukan pencarian informasi atau bahan materi baik
dari buku, jurnal, maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2) Studi Bimbingan
Dalam tahapan ini melakukan pendalaman materi dan melakukan diskusi
dengan pembimbing dan mencari solusi dari permasalahan mengenai topik
yang dibahas.
3) Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis mencari nilai parameter yang dibutuhkan dalam
proses penelitian, data saluran yang terhubung pada sebuah gedung dan
karakteristik metal oxide varistor.
4) Pemodelan
Pemodelan yang dilakukan adalah menampilkan distribusi arus yang terjadi
pada gedung akibat sambaran petir secara langsung, sumber arus petir yang
30
dibangkitkan melalui Generator Impuls RC tipe 8/20 µs dengan sistem
proteksi metal oxide varistor.
5) Simulasi Rangkaian
Simulasi dilakukan dengan memvariasikan sumber arus petir (200 A, 1 kA,
10 kA dan 20 kA) untuk melihat pemotongan dari penggunaan metal oxide
varistor dan memvariasikan sistem pentanahan TT maupun sistem
pentanahan TNS.
D. Pemodelan dan Simulasi
Perhitungan distribusi arus pada setiap saluran yang ada pada gedung yang
tersambar petir secara langsung akan dilakukan dengan membuat model setiap
komponen yang ada pada sistem proteksi petir tersebut. Komponen-komponen yang
akan dimodelkan antara lain:
1) Model Surja Petir
Model surja petir dimodelkan dengan sebuah tegangan AC sinusoidal (220
V) dengan AC Voltage Source pada elemen library SimPowerSystem
MATLAB/Simulink, yang disuperposisikan dengan tegangan impuls
(tegangan yang muncul akibat sambaran petir). Pembangkitan tegangan
tinggi impuls berdasarkan rangkaian generator impuls RC [8,9].
Gambar 3.1 Rangkaian generator impuls RC [8]
31
Kapasitansi ekivalen (Ceq) dirumuskan dengan :
C = C × CC + C
Di mana besarnya energi yang dilepaskan dirumuskan dengan :
W = 12 C V
ƞ
Efisiensi generator (ƞ) dirumuskan dengan :
ƞ = CC + C
Besarnya nilai resistansi R1 dan R2 dirumuskan dengan :
R = T × C + C3 × C × C
R = T3 × C × C − R
2) Model Batang Pengaman (Lightning Rod) dan Konduktor Penghubung
Tanah (Down Conductor)
Ini akan dimodelkan dengan tahanan dan induktor yang terhubung seri
sebagaimana dimodelkan oleh Rakotomala A, et al (1994). Resistansinya
diberikan oleh persamaan :
R = ρ LS
L = L × l Di mana : ρ = restifitas konduktor, l = panjang konduktor penghubung, S =
luas permukaan konduktor penghubung tanah, L = induktansi per unit
panjang.
32
3) Model Pentahanan
Gambar 3.2 Rangkaian ekivalen pentahanan
Rangkaian ekivalen yang digunakan untuk model pentanahan adalah seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 16.
Nilai resistansi, induktansi dan kapasitansinya diberikan oleh persamaan :
R = ρπ ln &r
r (
L = μ*μ2π ln &r
r (
C = ρε*εR
Dimana : ρ = resistifitas tanah, r = jari-jari pipa, r = jari-jari arbitrasi untuk
potensial tanah nol, μ* = permeabilitas mutlak, μ = permeabilitas relatif
tanah, ε* = permitivitas mutlak, ε = permitivitas relatif tanah.
4) Model Metal Oxide Varistor
Metal oxide varistor dimodelkan berdasarkan rangkaian ekivalen dari
varistor [5,10]. C merupakan nilai kapasitansi dalam kondisi tegangan
normal, RON adalah nilai resistansi pada saat varistor bekerja dan, RX adalah
resistansi non- linear yang nilainya dipengaruhi dengan tegangan.
33
Gambar 3.3 Rangkaian ekivalen Varistor [5]
Karakteristik dari varistor dirumuskan dalam persamaan :
I = K V.
Di mana K merupakan sebuah konstanta, dan α merupakan tingkat non-
linear dari varistor yang ditentukan dari kurva karakteristik V-I atau dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
α = logI I⁄ logV V⁄
Untuk I2/I1=1 maka nilai α adalah :
α = 1logV V⁄
5) Model pipa Air
Model pipa air diasumsikan sama dengan model pentanahan [11].
6) Model Transformator Tegangan Menengah-Rendah
Model sekunder transformator tegangan rendah akan digunakan model
yang sederhana sebagai berikut [12]:
34
Gambar 3.4 Model Transformator
7) Model Saluran Telepon
Model saluran telepon akan digunakan model yang sederhana sebagai
berikut [13]:
Gambar 3.5 Model saluran telepon
8) Model Saluran Data
Sama halnya dengan saluran telepon, saluran data juga akan
dimodelkan sebagai berikut [13]:
Gambar 3.6 Model saluran data
35
9) Model Saluran Daya
Model saluran daya yang akan digunakan pada model MATLAB [14] atau
menurut [15] nilai-nilai R, L dan C berdasarkan pada tabel karakteristik
konduktor aluminium, hard-drawn, konduktifitas 61%.
Gambar 3.7 Rangkaian ekivalen saluran daya.
R = R1 × 1609,3
L = X82π × f × 1 × 1609,3
C = 1X: × 2π × f × 1 × 1609,3
Distribusi arus surja pada gedung yang tersambar langsung dapat digambarkan
dalam sebuah skema sebagai berikut :
36
Sistem Pentanahan TT (Tera-Tera)
Gambar 3.8 Rangkaian skematik Sistem Pentanahan TT
Sistem Pentanahan TNS (Tera-Neutral-Separated)
Gambar 3.9 Rangkaian skematik Sistem Pentanahan TNS
Parameter-parameter komponen yang ada pada sistem proteksi petir yang harus
dimasukkan dalam program Simulink MATLAB, antara lain :
1. Tahanan, induktansi batang pengaman dan konduktor penghubung tanah :
Rrod dan Lrod.
2. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi transformator pengubah tegangan
menengah ke rendah yang ada pada saluran daya listrik : Rtrf, Ltrf dan Ctrf.
37
3. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi saluran daya : Rdy, Ldy dan Cdy.
4. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi pipa air : Rpipa, Lpipa dan Cpipa.
5. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi elektroda pentanahan : Rgnd, Lgnd
dan Cgnd.
6. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi saluran telepon : Rtelp, Ltelp dan
Ctelp.
7. Nilai tahanan, induktansi dan kapasitansi saluran data : Rdata, Ldata dan Cdata.
Variabel terikat divariasikan sebagai data masukan pada simulasi adalah :
1. Arus surja petir yang akan memasuki sistem dari lightning rod dan akan
terdistribusi ke saluran.
2. Variasi sistem pentanahan : sistem TT dan sistem TNS pada saat sebelum
dipasang ataupun sesudah dipasang metal oxide varistor.
Simulasi yang akan dilakukan adalah jika petir yang tersambar secara langsung,
kemudian arus petir akan masuk ke dalam rumah dan mendistribusikan arus surja
petir. Dari batang konduktor akan terhubung dengan bonding bar. Selanjutnya akan
dipasang amperemeter di setiap saluran. Akan terlihat besar arus yang masuk setiap
saluran. Untuk memotong arus lebih tersebut diperlukan metal oxide varistor
sebagai proteksi dari tegangan ataupun arus lebih. Setelah itu kita dapat melihat
kinerja dari metal oxide varistor, yang memotong arus surja petir.
Dari simulasi tersebut, ada variasi pada sistem pentanahan ketika :
Jika hanya saluran daya dengan grounding yang terpasang.
38
Jika saluran daya, grounding dan pipa air yang terpasang.
Jika saluran daya, grounding, pipa air dan saluran telepon yang terpasang.
Jika saluran daya, grounding, pipa air dan saluran data yang terpasang.
Jika saluran daya, grounding, pipa air, saluran telepon dan saluran data yang
terpasang.
E. Diagram Alir Penelitian
Tahap penelitian ini dimulai dari studi literatur, studi bimbingan, pengumpulan
data, pemodelan instalasi tegangan rendah, rangkaian simulasi, dan menganalisis
data hasil simulasi. Urutan proses tersebut digambarkan dalam flowchart diagram
alir penelitian skripsi di bawah ini :
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Studi Bimbingan
Pengumpulan Data
Pemodelan Instalasi Tegangan Rendah
Rangkaian Simulasi
Running Simulasi
Analisa Data Hasil Simulasi
Selesai
87
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Distribusi arus yang mengalir paling besar ketika sambaran langsung pada
gedung saat kondisi I (saluran daya dan pentanahan) yang terhubung dengan
memasang MOV, karena arus impuls yang mengalir akan masuk
sepenuhnya ke grounding.
2. Berdasarkan EPCOS MOV tipe Q20K250 dengan arus maksimum sebesar
15kA, ketika disimulasikan dan didapatkan arus yang mengalir pada setiap
saluran yang terhubung pada bonding bar kurang dari 15kA, dapat
disimpulkan bahwa ketika disimulasikan MOV tipe Q20K250 dengan
injeksi arus impuls 20kA masih aman untuk pendistribusian arus pada setiap
salurannya.
3. Batas kenaikan impuls petir untuk peralatan tegangan rendah tanpa
menggunakan MOV hanya mampu menahan injeksi arus impuls sebesar 1
kA dengan memvariasikan sistem pentanahan TT maupun sistem
pentanahan TNS.
88
4. Batas kenaikan impuls petir untuk peralatan tegangan rendah tanpa
menggunakan MOV, kondisi I yang terhubung lebih baik menggunakan
sistem pentanahan TNS dengan tegangan sisa sebesar 121,741 V, kondisi II
yang terhubung lebih baik menggunakan sistem pentanahan TNS dengan
tegangan sisa sebesar 113,14 V, kondisi III yang terhubung lebih baik
menggunakan sistem pentanahan TT dengan tegangan sisa sebesar 75,388
V, kondisi IV yang terhubung lebih baik menggunakan sistem pentanahan
TT dengan tegangan sisa sebesar 59,995 V dan saat kondisi V yang
terhubung lebih baik menggunakan sistem pentanahan TNS dengan
tegangan sisa sebesar 61,203 V.
5. Sistem proteksi tegangan rendah yang menggunakan MOV sebagai alat
proteksi surja pada sistem pentahanan TT dengan semua kondisi mampu
menahan injeksi arus impuls 20 kA dengan tegangan sisa < 500 V. Untuk
kondisi I dengan tegangan sisa sebesar 242,028 V, kondisi II dengan
tegangan sisa sebesar 233,141 V, kondisi III dengan tegangan sisa sebesar
194,248 V, kondisi IV dengan tegangan sisa sebesar 177,691 V dan kondisi
V dengan tegangan sisa sebesar 154,426 V.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka penulis memberikan saran
sebaiknya mengganti sistem proteksi arus surja yang digunakan dengan
menggunakan dioda Zener, untuk menahan arus petir berlebih yang dapat merusak
sistem jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Milardic, Victor. Uglesic, Ivo. dan Pavic, Ivaca. 2010. Selection Of Surge
Protective Device For Low Voltage Systems Connected To Overhead Line.
TPWRD-00805. IEEE Transactions on Power Delivery. No. 3, Vol. 25.
[2] A. Syakur, A. Warsito, L. Nilawati. 2009. Kinerja Arrester Akibat Induksi
Sambaran Petir Pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. Transmisi,
Jurnal Teknik Elektro Universitas Diponogoro Semarang, Jilid 11, No. 1,
halaman 09-14.
[3] Wibowo, Tito. 2007. Penentuan Kapasitas Arus Surja Alat Proteksi Petir
(SPDs) Yang Dibutuhkan Sebuah Gedung Yang Tersambar Petir Langsung.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Lampung.
[4] Larson, A., Tang, H. dan Scuka, V. 1996. Mathematical Simulation Of A Gas
Discharge Protector Using ATP EMTP. In Proc. Int. Symp. EMC, Rome,
Italy. pp. 315-320.
[5] Littlefuse. 2015. Metal-Oxide Varistor (Product Catalog & Design Guide).
United States.
[6] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000). Jakarta : BSN.
[7] DEHN. 2012. Lightning Protection Guide (Revised 2nd Edition). Germany.
[8] Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
[9] Verma, Vivek Kumar. 2014. “Partical Simulation and Modelling of
Lightning Impulse Voltage Generator Using Marx Circuit”. Tesis. National
Institute of Technology.
[10] Zitnik, Boris. Babuder, Maks. Muhr, Michael. Zitnik, Michael. and
Thottappillil, Rajeev. 2005. Numerical Modelling Of Metal Oxide Varistors.
Proccedings of the XIVth International Symposium on High Voltage
Engineering.
[11] Grupta, B.R. and B. Thapar. 1980. Impulse Of Grounding Grids. IEEE Trans.
Power Appar. And Syst. PAS-99, pp. 1652-1660]
[12] Rakotomalala A, et al. 1994. Lightning Distribution In Buildings. The
University Press, Cambridge. UK.
[13] Anonimus. UTP High Speed Data/LAN Type.www.digikey.com.
[14] Anonimus. 2007. SIOV Metal Oxide Varistor. EPCOS.
[15] Anonimus. 2015. The Surge Protection Device (SPD). Schneider Electric –
Electrical installation guide.
[16] Zoro, Reynaldo. 2009. Induksi Dan Konduksi Gelombang Elektromagnetik
Akibat Sambaran Petir Pada Jaringan Tegangan Rendah. Makara Teknologi,
Vol. 13, No. 1.
[17] Harijanto, Priya Surya, Dhofir, Moch dan Soemarwanto. 2014. Perancangan
Sistem Proteksi Petir Internal Pada Condotel Borobudur Blimbing Kota
Malang. Jurnal Universitas Brawijaya Malang.
[18] Kijima, Hitoshi dan Murakowo, Kazuo. 2012. Lightning Surge Response
Improvement By Combinations Of Varistors And Gas Discharge Tubes.
WSEAS TRANSACTIONS on POWER SYSTEMS. Polytechnic University.
Japan. Issue 2, Vol. 7.
[19] Ametani, A., Matsuoka, K., Omura, H., Nagai, Y., 2014. Surge Voltages And
Currents Into A Customer Due To Nearby Lightning. KEPOO Research
Committee of Insulation Condition Technologies.
[20] Sekioka, Shozo, Aiba, Kiyoshi, Miyazaki, Teru, Okabe, Shigemitsu. 2010.
Lightning Overvoltages In Low-Voltage Circuit For Various Lightning
Striking Points. IEEE Transaction On Power Delivery, Vol. 25, No. 4.
[21] J. Ribic, dan R. Marusa. 2016. Protection Of Buildings In The Vicinity Of
Transmission Towers Against Potensial Rise Above The Ground Electrode-
Study Case. IEEE Transaction On Power Delivery, DOI
10.1109/TPWRD.2015.2429687.s