ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR...
Transcript of ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR...
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR FUNGSI PUSAT
PELAYANAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN
BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2002 DAN 2011
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi Geografi
Dan Memperoleh Gelar Sarjana
Diajukan Oleh :
NOVIE ANGGRAENI
E 100100056
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR FUNGSI PUSAT
PELAYANAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN
BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002 DAN 2011
Analysis of Disparities Development of the Region Between the Service Center Fungction
of Spatial Plans in the District Boyolali Province Central Java in 2002 and 2011
Novie Anggraeni1, Muhammad Musiyam
2, Retno Woro Kaeksi
2
1Mahasisiwa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dengan judul analisis disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat
pelayanan dalam rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Boyolali, provinsi Jawa tengah
tahun 2002 dan 2011. Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) mengetahui tingkat
perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali, (2) mengetahui
tingkat disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten
Boyolali, dan (3) mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik analisis
data sekunder menggunakan Skoring, Indeks Williamson dan analisis Regresi berganda.
Skoring dilakukan terhadap indikator-indikator perkembangan wilayah untuk mengetahui
tingkat perkembangan wilayah. Penghitungan dengan Indeks Williamson dilakukan terhadap
PDRB Perkapita untuk menentukan tingkat disparitas perkembangan wilayah. Dan analisis
Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah : (1) tingkat perkembangan wilayah di
kabupaten Boyolali ditentukan dengan perkembangan “naik”, “tetap”, dan “turun”.
Perkembangan wilayah “naik” meliputi Kecamatan Ampel, Karanggede, Sambi, dan
Wonosegoro. Untuk Perkembangan Wilayah yang “tetap” meliputi kecamatan Boyolali,
Mojosongo, Banyudono, Teras, Simo, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari,
Klego, Andong, dan Kemusu. Tingkat perkembangan yang “turun” hanya Kecamatan
Juwangi. Sedangkan untuk perkembangan wilayah berdasarkan fungsi pusat pelayanan
tergolong dalam perkembangan “tetap”. (2) Disparitas perkembangan wilayah di kabupaten
Boyolali termasuk dalam klasifikasi tinggi, karena pada tahun 2002 besar nilai IW dari 0,94
meningkat menjadi 1,52 pada tahun 2011. Disparitas berdasarkan Fungsi Pusat pelayanan di
Kabupaten Boyolali yang tertinggi berada pada PPL (Pusat Pelayanan Lokal) dengan nilai IW
pada tahun 2002 dari 0,587 dan meningkat menjadi 1,273 pada tahun 2011. Sedangkan
berdasarkan Kecamatan yang memiliki nilai IW tertinggi adalah Kecamatan Teras dan Sawit.
(3) hasil analisis dengan regresi berganda diperoleh bahwa pada tahun 2002 variabel yang
paling berpengaruh adalah variabel Fasilitas Kesehatan dengan nilai coefficient beta yang
terbesar yaitu 0,483 dan pada tahun 2011 adalah variabel PDRB Perkapita dengan coefficient
beta yang terbesar yaitu 0,438.
Kata kunci : Fungsi Pusat pelayanan, Perkembangan wilayah, Disparitas, Indeks
Williamson, Regresi
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Abstract
This research with entitled analysis with The purpose in this research are: (1) Know
the level of development of the region beetween the service center function in Boyolali, (2)
Know the level of disparities development of the region between the service center function in
Boyolali, and (3) Know the most dominant factor influence the development of the region.
The method used is descriptive quantitative method, with secondary data analysis
techniques using scoring, Williamson index and multiple regression analysis. Scoring is done
on regional growth indicators to determine the level of development of the region.
Calculation of the index against GDP per capita Williamson conducted to determine the
disparity in regional growth. And multiple regression analysis performed to determine which
variables are most influential to the development of the region.
Result obtained from this research are: (1) the level of development in the region is
determined by the development of the district Boyolali “up, “Fixed”, “down”. The
development of the “up” includes the sub-district Ampel, Karanggede, Sambi, and
Wonosegoro. For regional development “fixed” include sub-district Boyolali, Mojosongo,
Banyudono, Teras, Simo, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Andong,
dan Kemusu. The level of development of the “down” ony the sub-district juwangi. As for the
development of the region by the service center function classified as “fixed”. (2) Disparities
development of the region in district Boyolali included in the classification high, becouse IW
value in 2002 is 0,94 increased to 1,52 in 2011. Disparities by function service center in
Boyolali which was highest in PPL (Local Service Center) with IW value of 0,587 in 2002
and increased to 1,273 in 2011. While based on the sub-district which has the highest value
of IW is the Sawit and Teras sub-district. (3) The result of the multiple regression analysis
found that in 2002 the most influential variable is the variable of health facilities with a beta
coefficient value of 0,483 and in 2011 GDP per capita is a variable with a beta coefficient of
0,438.
Keywords : service center function, development of the region, disparities, Williamson index,
regression
PENDAHULUAN
Pembangunan dapat diartikan sebagai
upaya yang sistematik dan
berkesinambungan untuk menciptakan
keadaan yang dapat menyediakan berbagai
alternatif bagi pencapaian aspirasi setiap
warga. (Rustiadi,2011).
Tujuan pokok dari pembangunan itu
adalah pembangunan wilayah-wilayah yang
ada didalamnya terutama dalam keserasian
perkembangan atau laju pertumbuhan antar
wilayah. Faktor-faktor pendorong
perkembangan suatu wilayah sangat
berkaitan erat dengan ketersediaan sarana
dan prasarana wilayah khususnya sarana
dan prasarana sosial ekonomi yang
berperan dalam memajukan serta
pemerataan pembangunan wilayah. Tidak
meratanya persebaran fasilitas publik
tersebut akan menimbulkan disparitas antar
wilayah sehingga suatu wilayah dapat
dikatakan tertinggal atau wilayah miskin.
Pusat pengembangan suatu wilayah
umumnya juga berfungsi sebagai pusat
pelayanan harus mempunyai sarana yang
mampu memberikan pelayanan sebagai
wilayah di belakangnya. Analisis mengenai
disparitas tingkat perkembangan wilayah
penting untuk mengetahui perkembangan
pelayanan, terutama dalam menjamin
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas
pelayanan sehingga perlu usaha untuk
mengidentifikasi lokasi-lokasi yang perlu di
pertimbangkan dalam pengembangan
wilayah.
Kesenjangan atau tidak meratanya
perkembangan wilayah di kabupaten
Boyolali ditandai dengan terserap dan
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
terkonsentrasinya penduduk di pusat
kabupaten, diketahui dari tingkat kepadatan
penduduk Tahun 2011 tertinggi berada di
Kecamatan Boyolali yaitu 2.282 jiwa/km2
dimana Kecamatan Boyolali yang juga
menjadi pusat Kota. Sedangkan untuk
Kecamatan Sawit 1912
jiwa/km2,Kecamatan Ngemplak 1863
jiwa/km2, Kecamatan Banyudono 1.775
jiwa/km2
dan Kecamatan Teras 1544
jiwa/km2. Selain Kecamatan-Kecamatan
tersebut kepadatan penduduk berkisar
antara 439-1188 jiwa/ km2. Kesenjangan
kedua tampak dari PDRB perkapita
masing-masing kecamatan di Kabupaten
Boyolali pada tabel 1.3. Dimana nilai
PDRB perkapita yang tertinggi adalah
Kecamatan Banyudono sebesar Rp
18.056.373,04, selanjutnya Kecamatan
Teras Rp 15.426.752,15, Kecamatan
Boyolali Rp 12.157.318,59, Kecamatan
Simo Rp 10.585.581,14, Kecamatan Sawit
Rp 10.560.587,22 sedangkan Kecamatan
yang lainnya berkisar Rp 10.178.988,42-
Rp 6.726.427,77. Kesenjangan yang ke tiga
yaitu tidak meratanya persebaran fasilitas-
fasilitas pendidikan, kesehatan, serta
fasilitas perekonomian. Persebaran dari
fasilitas-fasilitas tersebut lebih
terkonsentrasi di pusat kabupaten yaitu
kecamatan Boyolali serta kecamatan yang
berdekatan dengan pusat kabupaten. Hal
tersebut mendorong penduduk untuk lebih
memilih ke pusat Kabupaten untuk
melakukan kegiatannya.
Berdasarkan uraian latar belakang
maka peneliti menentukan rumusan
masalah penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana perkambangan wilayah antar
fungsi pusat pelayanan di Kabupaten
Boyolali?
2. Bagaimana disparitas perkembangan
wilayah antar fungsi pusat pelayanan di
Kabupaten Boyolali?
3. Faktor apa yang dominan
mempengaruhi perkembangan wilayah
di Kabupaten Boyolali?
Sejalan dengan rumusan masalah,
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan wilayah
antar fungsi pusat pelayanan di
Kabupaten Boyolali.
2. Mengetahui disparitas perkembangan
wilayah antar fungsi pusat pelayanan di
Kabupaten Boyolali.
3. Mengetahui faktor yang dominan
mempengaruhi perkembangan wilayah
di Kabupaten Boyolali.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan metode
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
analisis data sekunder yaitu mengolah data-
data yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Badan Perencanaaan
dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
tahun 2002 dan 2011.
Alur Penelitian
Analisis disparitas perkembangan wilayah
di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan
2011 memerlukan data sekunder untuk
selanjutnya di analisis. Indikator-indikator
perkembangan wilayah yang meliputi
indikator fasilitas publik, indikator
produksi, dan indikator aksesibilitas
merupakan dasar untuk mengetahui
perkembangan wilayah. Perkembangan
wilayah di Kabupaten Boyolali dapat
diketahui dengan menggunakan teknik
skoring dari indikator-indikator tersebut.
Untuk mengetahui disparitas
perkembangan wilayah dapat diketahui
dengan menggunakan data PDRB Perkapita
dengan menggunakan Indeks Williamson.
Sedangkan untuk mengetahui faktor yang
paling mempengaruhi perkembangan
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
wilayah menggunakan regresi linier
berganda. Berikut diagram alir dalam
penelitian pada gambar 1.
Gambar 1.
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data sekunder. Secaraa rinci
masing-masing data yang diperlukan
adalah:
a. Peta yang digunakan meliputi:
Peta administrasi Kabupaten Boyolali
b. Data yang digunakan meliputi:
1) Data Kependudukan
2) Data fasilitas pendidikan
3) Data fasilitas kesehatan
4) Data fasilitas perekonomian
5) Data PDRB Perkapita
6) Data jumlah perusahaan
7) Data daya serap tenaga kerja di sektor
industri
8) Data jumlah sambungan telepon
9) Data jarak tiap Kecamatan ke pusat
(Boyolali)
Analisis Data
Tahap ini menggunakan analisis sebagai
berikut:
1. penilaian tingkat perkembangan wilayah
Dalam mengukur tingkat perkembangan
wilayah dapat digunakan dengan
menggunakan beberapa indikator. Indikator
tersebut disajikan dalam tabel 1.
Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan wilayah adalah
dengan menggunakan teknik skoring
sebelum melakukan skoring langkah yang
paling penting yang harus dilakukan adalah
memberikan asumsi terhadap indikator-
indikator yang telah dipilih. Bahwa untuk
melihat distribusi perkembangan wilayah
dengan melihat perbedaan total skor
keseluruhan indikator-indikator yang ada.
Adapun untuk menentukan prioritas
penanganan berdasarkan skor total terendah
dan dilihat pada indikator terendahnya.
Penelitian ini menentukan tiga klas dimana
untuk menentukan interval kelas digunakan
rumus sturgess sebagai berikut:
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛
Kelas
Dimana :
Maks : Nilai tertinggi
Min : Nilai terendah
Kelas : Jumlah kelas yang diinginkan
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Tabel 1. Indikator perkembangan wilayah dan asumsinya
Indikator Variabel Asumsi
Fasilitas
Publik
- Jumlah fasilitas pendidikan
- Jumlah fasilitas kesehatan
- Jumlah fasilitas perekonomian
- Semakin banyak fasilitas pendidikan
maka perkembangan wilayah semakin
tinggi
- Semakin banyak fasilitas kesehatan
maka taraf hidup masyarakat semakin
baik sehingga perkembangan wilayah
semakin tinggi.
- Semakin banyak fasilitas ekonomi
maka arus perputaran uang dan
barang semakin baik serta
perkembangan wilayah semakin baik.
Kontribusi
produksi
industri
- Daya serap tenaga kerja di
sektor industri
- Jumlah perusahaan di sektor
industri
- PDRB Perkapita
- Semakin tinggi daya serap
tenagakerja di bidang industri maka
perkembangan wilayah semakin
tinggi
- Semakin tinggi jumlah perusahaan di
sektor industri maka perkembangan
wilayah semakin tinggi.
- Semakin tinggi PDRB perkapita maka
semakin baik tingkat perkembangan
wilayah
Aksesibilitas - Jarak santar kecamatan ke
pusat (Boyolali)
- Sambungan telepon
- Semakin dekat dengan pusat
(Boyolali) maka perkembangan
wilayah semakin tinggi
- Semakin banyak sambungan telepon
yang di pasang maka tingkat
perkembangan wilayah semakin
tinggi
Sumber : Penulis, 2014
Teknik skoring tingkat perkembangan
wilayah
1. Indikator Fasilitas Publik
Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan
Fasilitas Pendidikan
Klasifikasi TK S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Klasifikasi SD S B N
Rendah 1 2 2
Sedang 2 2 4
Tinggi 3 2 6
Klaasifikasi SMP S B N
Rendah 1 3 3
Sedang 2 3 6
Tinggi 3 3 9
Klasifikasi SMA S B N
Rendah 1 4 4
Sedang 2 4 8
Tinggi 3 4 12
Sumber: Penulis, 2014
Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan
Klasifikasi RS S B N
Rendah 1 4 4
Sedang 2 4 8
Tinggi 3 4 12
Klasifikasi
puskesmas
S B N
Rendah 1 3 3
Sedang 2 3 6
Tinggi 3 3 9
Klasifikasi
puskesmas pembantu
S B N
Rendah 1 2 2
Sedang 2 2 4
Tinggi 3 2 6
Klasifikasi tempat
praktek dokter
S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan
Fasilitas Perekonomian
Klasifikasi Pasar S B N
Rendah 1 2 2
Sedang 2 2 4
Tinggi 3 2 6
Klasifikasi Toko S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
2. Indikator Produksi
Tabel 5 Klasifikasi Jumlah Daya Serap
Tenaga Kerja di sektor industri
Klasifikasi tenaga
kerja S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
Tabel 6 Klasifikasi Jumlah Perusahaan di
sektor industri
Klasifikasi Jumlah
perusahaan
S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
Tabel 7 Klasifikasi Tingkat PDRB
Perkapita
Klasifikasi PDRB
Perkapita
S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
3. indikator Aksesibilitas
Tabel 8 Klasifikasi Jarak tiap Kecamtan ke
pusat (Boyolali)
Klasifikasi Jarak S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
Tabel 9 Klasifikasi Saluran Sambungan
Telepon
Klasifikasi
sambungan
telepon
S B N
Rendah 1 1 1
Sedang 2 1 2
Tinggi 3 1 3
Sumber: Penulis, 2014
2. Peniaian tingkat disparitas
Dalam penilaian tingkat disparitas
Kabupaten Boyolali yaitu dengan
menggunakan Indeks Williamson
(Rustiadi,2008) yaitu sebagai berikut:
𝑰𝒘 = (𝒀𝒊 − 𝒀)
𝟐𝒇𝒊/𝒏
𝒀
Dimana :
Iw = Indeks Kesenjangan wilayah
(Iw)
Fi = jumlah penduduk di kecamatan
wilayah ke-i
n = jumlah penduduk Kabupaten
Yi = PDRB per kapita kecamatan
wilayah ke-i
Y = rata- rata PDRB perkapita
Kabupaten
Dengan ketentuan sebagai berikut:
IW < 0,4 = artinya tingkat
ketimpangan rendah
0,4<IW<0,5= artinya tingkat
ketimpangan sedang
IW > 0,5 = artinya tingkat
ketimpangan tinggi
3. Penilaian variabel yang paling
berpengaruh
Untuk mengetahui faktor yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah. Peneliti menggunakan analisis
statistik yaitu uji regresi berganda dengan
menggunakan spss 17. Uji regresi berganda
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
adalah alat analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih
terhadap satu variabel terikat (Yamin,2011)
Berikut persamaan regresi berganda:
Y’ = a + b1X1+ b2X2 +...+ bnXn
Keterangan :
Y’ = Variabel Dependen (Nilai
yang diprediksikan)
X1 dan X1 = Variabel Independen
A = Konstanta (nilai Y’ apabila
X1,X2.... Xn = 0)
b = Koefisien regresi (nilai
peningkatan ataupun
penurunan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Perkembangan Wilayah di
Kabupaten Boyolali
Perkembangan wilayah di Kabupaten
Boyolali dihitung dengan menggunakan
indikator perkembangan wilayah yaitu:
indikator fasilitas publik, indikator
produksi, dan indikator aksesibilitas.
Seperti telah di jelaskan pada tabel 1,
bahwa setiap indikator memiliki variabel-
variabel yang kemudian di skoring. Hasil
skoring tersebut dijadikan nilai komposit.
Berdasarkan indikator 1, indikator 2,
dan indikator 3 pada tahun 2002 dan 2011
di Kabupaten Boyolali, maka dapat
digunakan sebagai perhitungan untuk
menentukan tingkat perkembangan
wilayah. Tingkat perkembangan wilayah
ditentukan dengan menggabungkan data
potensi indikator Fasilitas publik, produksi,
dan aksesibilitas tahun 2002 dan 2011. Dari
nilai potensi tersebut ditentukan tingkat
perkembangan. Tingkat perkembangan di
tahun 2002 dan tahun 2011, selanjutnya di
tetntukan perubahan perkembangan dengan
ketentuan perkembangan wilayah berupa
klasifikasi tetap, naik, dan turun.
Berikut penyajian data perkembangan
wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2002
dan 2011 pada tabel 10.
Tabel 10 Tingkat Perkembangan Wilayah antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun
2002 dan 2011
Pusat
Pelayanan Kecamatan
Nilai
Klasifikasi
Tahun 2002
Ket.
Nilai
Klasifikasi
Tahun 2011
Ket. Tingkat
Perkembangan
PKW Boyolali 74 Tinggi 69 Tinggi Tetap
PKL Ampel 47 Rendah 49 Sedang Naik
PKLp Mojosongo 42 Rendah 45 Rendah Tetap
Banyudono 54 Sedang 54 Sedang Tetap
Simo 50 Sedang 54 Sedang Tetap
Karanggede 41 Rendah 52 Sedang Naik
PPK Teras 41 Rendah 48 Rendah Tetap
Sambi 41 Rendah 54 Sedang Naik
Ngemplak 38 Rendah 40 Rendah Tetap
PPL Selo 42 Rendah 48 Rendah Tetap
Cepogo 36 Rendah 44 Rendah Tetap
Musuk 39 Rendah 46 Rendah Tetap
Sawit 49 Sedang 56 Sedang Tetap
Nogosari 35 Rendah 40 Rendah Tetap
Klego 35 Rendah 46 Rendah Tetap
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Pusat
Pelayanan Kecamatan
Nilai
Klasifikasi
Tahun 2002
Ket.
Nilai
Klasifikasi
Tahun 2011
Ket. Tingkat
Perkembangan
Andong 45 Rendah 47 Rendah Tetap
Kemusu 42 Rendah 47 Rendah Tetap
Wonosegoro 39 Rendah 52 Sedang Naik
Juwangi 42 Sedang 43 Rendah Turun
Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014
Tabel 10 diketahui bahwa klasifikasi
tingkat perkembangan wilayah berdasarkan
Tinggi, sedang, rendah di Kabupaten
Boyolali terdapat perkembangan wilayah
yang naik yaitu Kecamatan Ampel,
Karanggede, Sambi, dan Wonosegoro.
Selanjutnya untuk Perkembangan wilayah
yang menurun hanyalah Kecamatan
Juwangi. Untuk Kecamatan dengan
perkembangan wilayah yang tetap adalah
Kecamatan Boyolali, Mojosongo,
Banyudono, Simo, Teras, Ngemplak, Selo,
Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego,
Andong, dan Kemusu.
Secara spasial perkembangan wilayah
di Kabupaten Boyolali lebih terpusat
dibagian selatan atau Kecamatan-
kecamatan yang berdekatan dengan pusat
pemerintahan yaitu Boyolali. Sedangkan
untuk wilayah belakang yang meliputi
Kecamatan-kecamatan dibagian utara lebih
susah berkembangan karena pembangunan
fasilitas publik yang kurang dan
aksesibilitas wilayah yang cukup buruk
karena jaraknya yang jauh dari Pusat
Pemerintahan. Hal serupa juga terjadi pada
wilayah Lereng gunung Merapi dan
Merbabu, Kecamatan di wilayah tersebut
susah untuk dibangun Aksesibilitas.
Perkembangan wilayah antar Fungsi
Pusat Pelayanan di Kabupaten Boyolali
tahun 2002 dan 2011 dapat dipetakan
seperti pada gambar 2 berikut:
Gambar 2 dan 3 peta tingkat
perkembangan wilayah tahun 2002 dan
2011
Berikut perkembangan wilayah antar
fungsi pusat pelayanan di Kabupaten
Boyolali dari tahun 2002 hingga 2011
sebagai berikut:
Tingkat Perkembangan Wilayah antar
Fungsi Pusat Pelayanan di Kabupaten
Boyolali tahun 2002 dan 2011, yaitu pada
tabel 11 berikut:
Tabel 11 Tingkat Perkembangan Wilayah antar
Fungsi Pusat Pelayanan di Kab. Boyolali N
o
Pusat
Pelayanan
Skor
tahun
2002
Skor
tahun
2011
Tingkat
Perkembangan
1 PKW 3 3 Tetap
2 PKL 1 1 Tetap
3 PKLp 1 1 Tetap
4 PPK 1 1 Tetap
5 PPL 1 1 Tetap
Sumber: Analisis data oleh penulis, 2014
Tabel 11 menunjukkan bahwa
perkembangan wilayah berdasarkan fungsi
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali
tidak begitu terlihat perkembangannya.
Baik yang mengalami penurunan atau
peningkatan untuk semua fungsi pusat
pelayanan memiliki tingkat perkembangan
“Tetap”. Namun walaupun termasuk dalam
klasifikasi yang tetap terdapat perubahan
nilai pada masing-masing fungsi pusat
pelayanan yaitu pada PKW pada tahun
2002 sebesar 74 turun menjadi 69 pada
tahun 2011, PKL pada tahun 2002 sebesar
47 naik menjadi 49 pada tahun 2011, PKLp
pada tahun 2002 sebesar 187 naik menjadi
205 pada tahun 2011, PPK pada tahun 2002
sebesar 120 naik menjadi 142 pada tahun
2011, dan PPL pada tahun 2002 sebesar
404 naik menjadi 469 pada tahun 2011.
Perubahan nilai pada setiap fungsi pusat
pelayanan di setiap tahunnya berdasarkan
pertambahan dan penurunan nilai disetiap
indikator perkembangan wilayah.
2. Disparitas Perkembangan Wilayah di
Kabupaten Boyolali
Disparitas wilayah ditunjukkan dengan
perbedaan tingkat pendapatan perkapita
antara satu wilayah relatif terhadap wilayah
lain. Disparitas juga berarti masalah
pembangunan antar wilayah yang tidak
merata. Dari tidak meratanya
pengembangan antar wilayah tersebut maka
akan memunculkan masalah yang cukup
komplek dalam pengembangan wilayah.
Dalam penilaian tingkat disparitas suatu
wilayah sering menggunakan Indeks
Williamson. Berikut hasil perhitungan
dengan indeks williamson antar fungsi
pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali
tahun 2002 dan 2011. Disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 12 Indeks Willamson antar Fungsi Pusat Pelayanan Kabupaten Boyolali tahun 2001 dan 2011
No kecamatan Tahun 2002 Tahun 2011
IW keterangan IW Keterangan
PKW Boyolali 0,299 Rendah 0,318 Rendah
PKL Ampel 0,304 Rendah 0,269 Rendah
PKLp
Mojosongo
0,557 Tinggi 0,562 Tinggi Banyudono
Simo
Karanggede
PPK
Teras
1,891 Tinggi 0,449 Sedang Sambi
Ngemplak
PPL
Selo
0,586 Tinggi 1,273 Tinggi
Cepogo
Musuk
Sawit
Nogosari
Klego
Andong
Kemusu
Wonosegoro
Juwangi
Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014
Tabel 12 dapat diketahui bahwa Indeks
Williamson antar fungsi pusat pelayanan di
Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa
IW di PKW pada tahun 2002 sebesar 0,229
sedangan untuk tahun 2011 nilai IW
sebesar 0,318 Sehingga terdapat
peningkatan disparitas untuk Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), Walaupun
terdapat peningkatan indeks namun
klasifikasi. masih termasuk rendah. IW di
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) pada tahun
2002 sebesar 0,304 dan menurun
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
pada tahun 2011 menjadi 0,269. Sehingga
dari indeks tersebut diketahui bahwa
disparitas perkembangan wilayah di PKL
mengalami penurunan. IW di Pusat
Kegiatan Lokal promosi (PKLp) di
Kabupaten boyolali pada tahun 2002
sebesar 0,557 dan meningkat pada tahun
2011 menjadi 0,562. Sehingga diketahui
bahwa disparitas perkembangan wilayah di
PKLp mengalami kenaikan dan termasuk
dalam klasifikasi disparitas yang tinggi. IW
di PPK (pusat Pelayanan Kawasan) di
Kabupaten Boyolali pada tahun 2002
termasuk dalam klasifikasi sangat tinggi
yaitu 1.891 dan pada tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 0,449 atau
termasuk dalam klasifikasi Sedang.
Selanjutnya IW di Pusat Pelayanan Lokal
di Kabupaten Boyolali pada tahun 2002
sebesar 0,585 yang termasuk dalap
klasifikasi tinggi, sedangkan untuk tahun
2011 indeks mengalami peningkatan yang
tinggi menjadi 1,272. Sehingga
mencerminkan bahwa disparitas
perkembangan wilayah di PPL sangat
tinggi.
Disparitas perkembangan wilayah di
Kabupaten Boyolali pada tahun 2002
cenderung lebih tinggi terutama pada
PKLp, PPK, dan PKL. Namun pada tahun
2011 disparitas wilayah menjadi PKLp dan
PKL. Dari hasil tersebut berarti disparitas
perkembangan wilayah antar Fungsi Pusat
Pelayanan di Kabupaten Masih termasuk
klasifikasi tinggi. Secara spasial Disparitas
perkembangan wilayah antar fungsi pusat
pelayanan di Kabupaten Boyolali pada
tahun 2002 dan 2011, disajikan dalam peta
berikut:
Gambar 3 dan 4 Peta disparitas wilayah di
kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011
Tabel 12 telah disajikan Indeks
Williamson antar fungsi pusat pelayanan.
Sedangkan berikut Tabel 13 akan disajian
data Indeks Williamson antar Kecamatan di
Kabupaten Boyolali yaitu sebagai berikut:
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Tabel 13 Indeks Willamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011
Pusat Pelayanan Kecamatan 2002 2011
IW Keterangan IW Keterangan
PKW Boyolali 0,30 Rendah 0,32 Rendah
PKL Ampel 0,30 Rendah 0,27 Rendah
PKLp
Mojosongo 0,22 Rendah 0,21 Rendah
Banyudono 0,42 Sedang 0,41 Sedang
Simo 0,23 Rendah 0,24 Rendah
Karanggede 0,18 Rendah 0,22 Rendah
PPK
Teras 1,88 Tinggi 0,35 Rendah
Sambi 0,19 Rendah 0,20 Rendah
Ngemplak 0,15 Rendah 0,19 Rendah
PPL
Selo 0,02 Rendah 0,00 Rendah
Cepogo 0,24 Rendah 0,24 Rendah
Musuk 0,29 Rendah 0,22 Rendah
Sawit 0,18 Rendah 1,14 Tinggi
Nogosari 0,20 Rendah 0,22 Rendah
Klego 0,19 Rendah 0,18 Rendah
Andong 0,19 Rendah 0,19 Rendah
Kemusu 0,14 Rendah 0,15 Rendah
Wonosegoro 0,17 Rendah 0,19 Rendah
Juwangi 0,13 Rendah 0,14 Rendah
Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014
Tabel 13 dapat diketahui bahwa
Indeks Williamson antar Kecamatan di
Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa
klasifikasi disparitas perkembangan
wilayah yang tinggi pada tahun 2002
adalah Kecamatan Teras dengan nilai IW
1,88, untuk klasifikasi sedang yaitu
Kecamatan Banyudono, sedangkan untuk
kecamatan yang lain termasuk dalam
tingkat disparitas wilayah yang rendah
karena nilai IW < 0,4.
Tahun 2011 Disparitas Perkembangan
wilayah di Kabupaten Boyolali yang
tertinggi berada di Kecamatan Sawit
dengan nilai IW 1,14, sama seperti pada
tahun 2002 disparitas perkembangan
wilayah sedang yaitu kecamatan
Banyudono, dan untuk Kecamatan yang
lainnya dengan tingkat disparitas
perkembangan wilayah rendah.
Secara spasial disparitas
perkembangan wilayah di Kabupaten
Boyolali antar Kecamatan sebagai berikut
tahun 2002 dan 2011 pada gambar 4 dan 5
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
Berdasarkan data pada tabel 13
pengklasifikasian Disparitas Perkembanga
wilayah antar Kecamatan di Kabupaten
Boyolali tahun 2002 termasuk klasifikasi
tinggi karena masih terdapat kecamatan
dengan IW yang sangat tinggi dan IW
yang rendah sehingga terdapat
kesenjangan yang tinggi. Hal serupa juga
terjadi pada tahun 2011 disparitas
perkembangan wilayah di Kabupaten
Boyolali termasuk klasifikasi tinggi,
karena kesenjangan masih tinggi yang
ditunjukkan dengan nilai Indeks
Williamson.
3. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan wilayah
Dalam sub bab ini akan membahas
mengenai variabel apa yang berpengaruh
terhadap perkembangan wilayah dan
variabel yang paling berpengaruh dari
variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan uji Statistik dengan
menggunakan analisis Regresi untuk tahun
2002. Besarnya pengaruh langsung
variabel-variabel tersebut terhadap
perkembangan wilayah ditunjukkan oleh
standardized coefficient Beta. Semakin
besar nilai coefficient Beta maka
pengaruhnnya semakin besar.
Berdasarkan uji statistik tersebut
diperoleh persamaan Regresi sebagai
berikut:
Y = (-1,051) + 0,025X1 + 0,184X2 + (-
0,013X3) + 0,158X4 + 0,160X5 +
0,069X6 + 0,076X7 + 0,337X8
Dimana :
X1 : Fasilitas Pendidikan
X2 : Fasilitas Kesehatan
X3 : Fasilitas Ekonomi
X4 : Jumlah Tenaga Kerja
X5 : Jumlah Perusahaan
X6 : Konstribusi PDRB perkapita
X7 : Jarak Ke Pusat Pemerintahan
X8 : Jumlah Sambungan Telepon
Y : Skoring Perkembangan Wilayah
Dari persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa nilai variabel yang paling
berpengaruh adalah variabel fasilitas
kesehatan dengan nilai unstandardized
coefficient beta 0,184 dan dengan nilai
coefficient Beta 0,483.
Sedangkan untuk tahun 2011 Hasil uji
Regresi Linier Berganda untuk mengetahui
variabel yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah di Kabupaten
Boyolali Tahun 2011. Diperoleh
persamaan Regresi sebagai berikut:
Y = (-1,777) + 0,116X1 + (-0,073X2) +
0,404X3 + (-0,009X4) + 0,412X5 +
0,452X6 + (-0,075X7 + (0,418X8)
Dari persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa nilai variabel yang paling
berpengaruh adalah variabel fasilitas
kesehatan dengan nilai unstandardized
coefficient beta 0,452 dan dengan nilai
coefficient Beta 0,438.
Berikut ini dilakukan pengujian pada
masing-masing indikator setelah diatas
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
dilakukan pengujian berdasarkan variabel.
Berikut hasil dari pengujian Analisis
Regresi Linier berganda untuk mengetahui
indikator apa yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan wilayah.
Besarnya pengaruh langsung variabel-
variabel tersebut terhadap perkembangan
wilayah ditunjukkan oleh standardized
coefficient Beta, dimana untuk besar
pengaruh Indikator 1 yaitu Fasilitas Publik
menunjukkan nilai 0,536, untuk indikator
2 yaitu Indikator Produksi menunjukkan
nilai 0,403, untuk indikator 3 yaitu
Indikator Aksesibilitas menunjukkan nilai
0,162. Sehingga besar pengaruh yang
paling berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah adalah indikator
fasilitas publik dengan nilai 0,536.
Berdasarkan uji statistik tersebut
diperoleh persamaan Regresi sebagai
berikut:
Y = (-1,222) + 0,89X1 + 0,15X2 +
0,104X3
Dimana :
X1 : Fasilitas Pendidikan
X2 : Fasilitas Kesehatan
X3 : Fasilitas Ekonomi
Hasil uji Regresi Linier Berganda
untuk mengetahui indikator yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah di Kabupaten Boyolali Tahun
2011.
Besarnya pengaruh langsung variabel-
variabel tersebut terhadap perkembangan
wilayah ditunjukkan oleh standardized
coefficient Beta, dimana untuk besar
pengaruh Indikator 1 yaitu Fasilitas Publik
menunjukkan nilai 0,514, untuk indikator
2 yaitu Indikator Produksi menunjukkan
nilai 0,396, untuk indikator 3 yaitu
Indikator Aksesibilitas menunjukkan nilai
0,353. Sehingga besar nilai indikator yang
paling berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah adalah indikator
fasilitas publik dengan nilai 0,514.
Berdasarkan uji statistik tersebut
diperoleh persamaan Regresi sebagai
berikut:
Y = (-4,239) + 0,198X1 + 0,233X2 +
0,237X3
Dimana :
X1 : Fasilitas Pendidikan
X2 : Fasilitas Kesehatan
X3 : Fasilitas Ekonomi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
diatas peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat perkembangan wilayah
berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Boyolali dari tahun 2002 dan 2011
terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu
perkembangan wilayah naik, tetap,
dan turun. Untuk perkembangan
wilayah yang “naik” meliputi
Kecamatan Ampel, Karanggede,
Sambi, dan Wonosegoro. Untuk
perkembangan wilayah yang “tetap”
meliputi Kecamatan Boyolali,
Mojosongo, Banyudono, Teras, Simo,
Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk,
Sawit, Nogosari, Klego, Andong, dan
Kemusu. Sedangkan untuk
perkembangan wilayah yang “turun”
hanya Kecamatan Juwangi.
Sedangkan perkembangan wilayah
berdasarkan Fungsi Pusat Pelayanan,
perkembangan wilayah tidak
meningkat ataupun tidak mengalami
penurunan, sehingga dengan kata lain
perkembangan wilayah “tetap” untuk
semua fungsi pusat pelayanan yaitu
PKW, PKL, PKLp, PPK, dan PPL.
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
2. Hasil penghitungan dengan indeks
williamson untuk mengetahui
Ketimpangan perkembangan wilayah
di kabupaten Boyolali secara
keseluruhan termasuk dalam
klasifikasi tinggi dengan nilai IW 0,94
pada tahun 2002 dan meningkat pada
tahun 2011 menjadi 1,52.
Ketimpangan perkembangan wilayah
berdasarkan fungsi pusat pelayanan
sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
pada tahun 2002 dengan IW dari
0,299, meningkat pada tahun 2011
dengan nilai IW 0,318.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pada
tahun 2002 dengan IW dari 0,304,
mengalami penurunan pada tahun
2011 menjadi 0,269.
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKLp), pada
tahun 2002 dengan nilai IW dari
0,557, meningkat pada tahun 2011
menjadi 0,562.
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK),
pada tahun 2002 dengan nilai IW
dari 1,891, turun menjadi 0,449
pada tahun 2011.
e. Pusat Pelayanan Lokal (PPL), pada
tahun 2002 dengan IW darri 0,586,
meningkat pada tahun 2011
menjadi 1,273.
Sehingga ketimpangan perkembangan
wilayah tertinggi ada di Pusat
Pelayanan Lokal dengan IW 1,273 >
0,5 yang berarti disparitas wilayah
sangat tinggi.
Sedangkan Disparitas perkembangan
wilayah berdasarkan Kecamatan yang
tertinggi adalah Kecamatan Teras
pada tahun 2002 dan Sawit pada tahun
2011, untuk yang termasuk klasifikasi
sedang pada tahun 2002 dan 2011
adalah kecamatan Banyudono,
sedangkan kecamatan yang lain
termasuk klasifikasi rendah pada
tahun 2002 dan 2011.
3. Hasil dari pengujian data dengan
menggunakan Regresi Linier
Berganda secara keseluruhan
membuktikan bahwa variabel yang
paling mempengaruhi perkembangan
wilayah di Kabupaten Boyolali adalah
variabel Fasilitas Kesehatan pada
tahun 2002 dengan nilai coefficient
Beta sebesar 0,483. Sedangkan pada
tahun 2011 variabel yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah adalah variabel PDRB
Perkapita yaitu dengan coefficient
Beta sebesar 0,438.
Dengan teknik pengujian yang sama
namun dengan mengetahui indikator
yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah adalah
indikator fasilitas publik baik pada
tahun 2002 dan 2011.
Saran
1. Pemerintah supaya memperhatikan
dan mempertimbangkan mengenai
pemerataan perkembangan wilayah.
Dengan melakukan pemerataan akan
fasilitas-fasilitas publik. Terutama
Kecamatan-kecamatan yang nilai
perkembangan wilayahnya menurun.
Dengan pemerataan fasilitas di setiap
kecamatan maka dapat meningkatkan
perkembangan wilayah.
2. Pemerintah agar memperhatikan
tingkat disparitas di Kabupaten
Boyolali yang tinggi, karena nilai IW
yang tinggi mengindikasikan bahwa
kesenjangan PDRB Perkapita
penduduk kabupaten Boyolali yang
tidak merata. Pemerintah dapat
berkontribusi untuk menaikkan
lapangan pekerjaan, meningkatkan
tingkat penyerapan tenaga kerja.
Analisis Disparitas Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali
Provinsi Tahun 2002 dan 2011
DAFTAR PUSTAKA
Adi Prabowo, Nugroho. 2005. Analisis
perkembangan Wilayah SWP I
Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Afif Setiawan, M. Analisis Ketimpangan
Pembagunan Ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2005-2007.
http://id-
development.blogspot.com/2011/02/ana
lisis-ketimpangan-pembangunan.html#
Diakses:08 Oktober 2013
Anonim. 2002. Boyolali dalam angka 2002.
Boyolali: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Boyolali
Anonim. 2011. Boyolali dalam angka 2011.
Boyolali: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Boyolali
Anonim. 2014. Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Boyolali: Bappeda Kabupaten
Boyolali
Anonim. 2002. Produksi Domestik Regional
Bruto 2002. Boyolali: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Boyolali
Anonim. 2011. Produksi Domestik Regional
Bruto 2011. Boyolali: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Boyolali
Anonim. 2010. Buku Petunjuk Penyusunan
Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi
Hartono, Budiantoro. 2008. Analisis
Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah.jurnal. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Mantra, Ida Bagoes.2003. Demografi Umum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Murtopo, Tri. 2009. Kajian Tingkat
Perkembangan Wilayah untuk
Penentuan Prioritas Pengembangan
di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Muta’ali, Lutfi. 2011. Kapita Selekta
Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Badan Penerbitan
Fakultas Geografi (BPFG) UGM.
Muta’ali, Lutfi. 2012. Daya Dukung
Lingkungan untuk Perencanaan
Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Geografi (BPFG) UGM.
Nadiroh, Fuktiatun. 2012. Ketimpangan
Pembangunan Antar Wilayah.
http://fuktia-
alkarazkani.blogspot.com/2012/04/k
etimpangan-pembangunan-antar-
wilayah.html. Diakses: 08 Oktober
2013.
Priyana, Yuli. 1998. Pengantar Metodologi
dan Klimatologi. Diktat Kuliah.
Surakarta:Fakultas Geografi.
Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta
Rustiadi, , Saefulhakim S, Panuju DR.
2008. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi
Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan
Perkotaan. Depok: RajaGrafindo Persada
Wiyatri. 2012. Kajian Pertumbuhan
Ekonomi Wilayah Di Kabupaten
Sukoharjo Periode 2004-2008.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Yamin, S. Rachmach, L. A. Dan
Kurniawan, H. 2011. Regresi dan
Korelasi dalam Genggaman Anda.
Jakarta: Salemba Empat.