ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA … fileANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI...
Transcript of ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA … fileANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA
SUKOHARJO, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DWI RAHAYU
NIM . F0108058
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA SUKOHARJO, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Dwi Rahayu NIM. F0108058
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara faktor
internal dan faktor eksternal terhadap dinamika kelompok dan apakah terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan kemandirian kelompok di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Diduga terdapat hubungan positif antara faktor internal dan faktor eksternal anggota dengan dinamika kelompok, dan diduga terdapat hubungan positif antara dinamika kelompok dengan anggota Grameen Bank Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 30 anggota Grameen Bank dengan teknik cluster random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program SPSS 11.5. Dalam menganalisis digunakan uji korelasi Kendall Tau-b dengan menggunakan tingkat signifikan pada taraf kepercayaan 0,05 dan 0.01. Hasil penelitian menunjukkan dengan uji korelasi Kendall Tau-b menunjukan Secara umum Grameen Bank sudah dinamis. Tingkat dinamika kelompok yang termasuk dalam kategori tinggi (sudah dinamis) adalah: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, dan suasana kelompok. Secara umum Grameen Bank sudah mandiri. Tingkat kemandirian kelompok Grameen Bank yang termasuk dalam kategori sedang dan tinggi (cukup mandiri) adalah: tingkat perkembangan usaha, tingkat perkembangan jaringan, tingkat kerapian sistem adminitrasi dan perkembangan modal
Berdasarkan uji korelasi Kendall Tau-b, secara umum faktor internal anggota kelompok yang berhubungan nyata dengan tingkat dinamika kelompok adalah usia Grameen Bank dan sikap kewirausahaan. Sedangkan pengalaman berusaha dan sikap kewirausahaan ternyata efektif meningkatkan kemandirian anggota kelompok. Faktor eksternal ternyata tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat dinamika kelompok tetapi berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian kelompok pada keterjangkauan informasi. Secara umum, tingkat dinamika kelompok berhubungan nyata dengan kemandirian anggota kelompok dan sebaliknya, kemandirian anggota kelompok juga dapat mempengaruhi kedinamisan kelompok.
Dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank dapat ditingkatkan melalui pengembangan sikap kewirausahaan, penyediaan akses terhadap keterjangkauan informasi, pembinaan kelompok dan tingkat perkembangan kelompok.
Kata Kunci : Dinamika kelompok, Kemandirian kelompok, Grameen Bank, faktor eksternal, faktor internal, cluster random sampling, uji Kendall Tau-b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
AN ANALYSIS ON THE DYNAMICS OF GRAMEEN BANK GROUP IN SUKOHARJO VILLAGE, PABELAN SUBDISTRICT, SEMARANG
REGENCY, CENTRAL JAVA PROVINCE, IN 2011
Dwi Rahayu NIM F0108058
ABSTRACT
This research aims to explain whether or not there is a relationship of internal
factor and external factor to the group dynamics and whether or not there is a relationship between group dynamics and group independency in Sukoharjo Village, Pabelan Subdistrict, Semarang Regency, Central Java Province. It is assumed that there is positive relationship of internal factor and external factor to the group dynamics and there is a positive relationship between group dynamics and group independency in Sukoharjo Village, Pabelan Subdistrict, Semarang Regency, Central Java Province.
This study belongs to a quantitative research, the one aiming to get verification of a hypothesis. The data collection was done using interview, questionnaire and direct observation. The sample was taken using cluster random sampling technique, consisted of 30 Grameen Bank members. The data analysis was done using statistical test with SPSS 11.5 program aid. In the analysis, the Kendal Tau-b correlational test was used at significance level of 0.05 and 0.01. The result of research using Kendal Tau-b correlational test showed that generally Grameen Bank had been dynamic. The group dynamics level belonging to high (had been dynamic) category included: group objective, group structure, task function, group counseling and development, group compactness, and group circumstance. Generally, Grameen Bank had been independent. The independency level of Grameen bank belonging to high (independent enough) category included: business development level, network development level, administration system’s orderliness level and capital development.
Based on the result of Kendal Tau-b correlational test, generally, the internal factors of group member having significant relationship to the group dynamics level were Grameen Bank age and entrepreneurship attitude. Meanwhile business experience and entrepreneurship attitude improve effectively the group member’s independency. The external factor in fact did not have significant relationship to group dynamics but had significant relationship to the group independency level at information affordability. Overall, the group dynamics had significant relationship to the group member’s independency and otherwise, the group member’s independency could also affect the group dynamics.
Group dynamics and group member independency of Grameen Bank could be improved through the development of entrepreneurship attitude, access provision to information affordability, group counseling and group development level. Keywords: Group Dynamics, Group Independency, Grameen Bank, external factor,
internal factor, cluster random sampling, Kendal Tau-b test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA SUKOHARJO, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Surakarta, Desember 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas – tugas dan memenuhi
syarat – syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, 11 Januari 2012
Tim Penguji Skripsi 1. Dr. Yunastiti P,M.P )
NIP. 19590613 198403 2001
2. Drs. A. Daerobi, M.S Sebagai Pembimbing ( ) NIP. 19570804 198601 1002
3. Dr.Guntur Riyanto,M,Si Sebagai Anggota ( ) NIP. 19580927 198601 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan
memberi kepuasan dalam hatinya, menghimpunkan segala impiannya, dan dunia
pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan
dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan
matanya, membayarkan segala impiannya, dan dunia takkan mendatanginya
melainkan apa yang telah ditentukan baginya
(HR. Tirmidzi)
Terimalah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah dan ubahlah sesuatu yang tidak
dapat kamu ubah. Bersyukurlah terhadap sesuatu yang telah diberi olehNya
karena rasa syukur dapat menjadikan seseorang ikhlas menjalani hidup dan selalu
berusaha mengoptimalkan sesuatu yang dimiliki sehingga keterbatasan dapat
dilawan dan meraih apa yang dicita – citakan
(Penulis)
Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dia celaka. Barang
siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi. Dan barang siapa hari
ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ialah yang beruntung.
(Al Hadist)
Be better is better than be the best
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan
untuk penulis
Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya
ini. Semoga Allah tetap memberi beliau hidayah dan keistiqomahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas
segala rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang ” ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI
DESA SUKOHARJO, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN
SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 ” ini dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari
banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Drs Akhmad Daerobi MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supriyono, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi UNS.
4. Bapak Drs. Bambang Sarosa, MS, selalu memberi semangat dan membantu
penulis menyelesaikan skripsi
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Seluruh anggota Grameen Bank di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak Drs. Dwi Haenri SP yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
8. Bapak Dr Mahendra Wijaya MS makasih dah diberi kepercayaan jadi asdos
bapak, makasih buat petuah-petuahnya (kalau ke UGM lagi saya diajak ya
pak)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Orang tuaku tersayang ( maaf ya bu aku sering bandel kalau dibilangin tapi
aku janji nggak bandel lagi. Aku sayang ma ibu),
10. Asisten Asdos thanks banget yah dah banyak bantuin, sory kalau sering
ngambeg ma kamu
11. Teman – teman angkatan 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas
segala yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon
maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.
12. Teman – teman dekatku di Ekonomi Pembangunan : Nerjonk, Sari, Arien,
Diah ( ayo semangat ngerjain skripsinya, makasih ya dah jadi temen baikku
slama ini ), Yudi, Ardan, Godam, Ucup, Cumi, Aris, Joko (kuliah sing
tenanan, ra nongkrong wae,hahahaha), Intan, Dewi, Fitri, Ningrum ( Kapan qt
jadi ke Bali),
13. Teman – teman Kos Tika ( Elsa, Dea, Ayuk, Hany, Putri, Galuh,Tinul)
makasih yah dah jagain dagangan ku. Kapan jadi main kerumahku, ayo flying
fox
14. Buat Mahasiswa Mitra Husada makasih atas kerjasamanya, seneng banget dah
diberi kesempatan buat ngajar kalian( ayo jadi hangout bareng nggak)
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat
disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis
berharap agar karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi dan bagi para pembaca yang budiman.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DARTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Kelompok ................................................................................ 8
B. Dinamika kelompok ................................................................. 9
1. Tujuan kelompok ............................................................... 10
2. Fungsi tugas ....................................................................... 11
3. Struktur kelompok ............................................................. 12
4. Pembinaan dan pengembangan kelompok ........................ 13
5. Kekompakan kelompok ..................................................... 13
6. Suasana kelompok ............................................................. 15
C. Kemandirian Kelompok ........................................................... 15
D. Lembaga keuangan mikro ........................................................ 17
E. Grameen Bank .......................................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Penelitian sebelumnya .............................................................. 23
G. Kerangka Pemikiran ................................................................. 27
H. Hipotesis ................................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 30
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 30
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 30
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 31
D. Sumber Data ............................................................................. 40
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 41
BAB IV. ANALISIS DATA ..................................................................... .…. 43
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 43
1. Kondisi Geografis ............................................................. 43
2. Keadaan penduduk ............................................................ 43
3. Organisasi Pemerintahan DesaSukoharjo ......................... 46
B. Faktor Internal Anggota Grameen Bank .................................. 51
1. Usia ( ........................................................................ 51
2. Pendidikan Formal ( ................................................. 53
3. Pendidikan Non Formal ( ......................................... 53
4. Pengalaman Berusaha ............................................ 54
5. Usia Kelompok ( ...................................................... 55
6. Tingkat pendapatan ( ................................................ 55
7. Sikap Kewirausahaan ( ............................................. 56
C. Faktor Eksternal Kelompok Grameen Bank ........................... 56
1. Intensitas Penyuluhan ( ............................................ 57
2. Keterjangkauan Informasi ( ...................................... 58
3. Ketersediaan Kredit Bergulir ( ................................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
D. Dinamika Kelompok Grameen Bank ...................................... 61
1. Tujuan Kelompok ( ................................................... 61
2. Struktur Kelompok ( ................................................. 63
3. Fungsi Tugas ( ........................................................... 64
4. Pembinaan Dan Pengembangan kelompok ( ............ 65
5. Kekompakan kelompok ( .......................................... 66
6. Suasana kelompok ............................................................. 67
E. Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank ................... 68
1. Tingkat Perkembangan Usaha ( ............................... 69
2. Perkembangan Permodalan ..................................... 70
3. Tingkat Kerapian Sistem Administrasi ( .................. 72
4. Tingkat Perkembangan Jaringan ............................ 74
F. Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Dinamika
Kelompok dan Tingkat Kemandirian Anggota Grameen Bank 76 7
G. Hubungan Faktor dengan Tingkat Dinamika Kelompok dan
Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank ...... 82
H. Hubungan Tingkat Dinamika Kelompok Grameen Bank
dengan Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Grameen
Bank .......................................................................................... 84
I. Hubungan Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok
Grameen Bank dengan Tingkat Dinamika Kelompok ............. 86 94
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 89
B. Saran ......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 31
4.1. Komposisis penduduk menurut usia ....................................................... 44
4.2. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ........................................ 45
4.3. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan umum ........................... 45
4.4. Faktor internal anggota kelompok Grameen Bank ................................. 51
4.5. Faktor eksternal anggota kelompok Grameen Bank ............................... 57
4.6. Dinamika kelompok Grameen Bank ...................................................... 61
4.7. Kemandirian anggota Grameen Bank ..................................................... 68
4.8. Hubungan faktor internal anggota dengan tingkat dinamika kelompok
Grameen Bank ........................................................................................ 76
4.9. Hubungan faktor internal anggota dengan tingkat kemandirian
anggota kelompok Grameen Bank ......................................................... 80
4.10. Hubungan faktor eksternal anggota dengan tingkat dinamika
kelompok Grameen Bank ....................................................................... 82
4.11. Hubungan faktor eksternal anggota dengan tingkat kemandirian
anggota kelompok Grameen Bank ......................................................... 83
4.12. Hubungan tingkat dinamika kelompok dengan kemandirian anggota
kelompok ................................................................................................ 85
4.13. Hubungan tingkat kemandirian anggota kelompok dengan tingkat
dinamika kelompok ................................................................................ 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Penguatan Partisipasi Masyarakat ........................ 28
4.1. Struktur organisasi Desa Sukoharjo ....................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK GRAMEEN BANK DI DESA SUKOHARJO, KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
Dwi Rahayu NIM. F0108058
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara faktor
internal dan faktor eksternal terhadap dinamika kelompok dan apakah terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan kemandirian kelompok di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Diduga terdapat hubungan positif antara faktor internal dan faktor eksternal anggota dengan dinamika kelompok, dan diduga terdapat hubungan positif antara dinamika kelompok dengan anggota Grameen Bank Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 30 anggota Grameen Bank dengan teknik cluster random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program SPSS 11.5. Dalam menganalisis digunakan uji korelasi Kendall Tau-b dengan menggunakan tingkat signifikan pada taraf kepercayaan 0,05 dan 0.01. Hasil penelitian menunjukkan dengan uji korelasi Kendall Tau-b menunjukan Secara umum Grameen Bank sudah dinamis. Tingkat dinamika kelompok yang termasuk dalam kategori tinggi (sudah dinamis) adalah: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, dan suasana kelompok. Secara umum Grameen Bank sudah mandiri. Tingkat kemandirian kelompok Grameen Bank yang termasuk dalam kategori sedang dan tinggi (cukup mandiri) adalah: tingkat perkembangan usaha, tingkat perkembangan jaringan, tingkat kerapian sistem adminitrasi dan perkembangan modal
Berdasarkan uji korelasi Kendall Tau-b, secara umum faktor internal anggota kelompok yang berhubungan nyata dengan tingkat dinamika kelompok adalah usia Grameen Bank dan sikap kewirausahaan. Sedangkan pengalaman berusaha dan sikap kewirausahaan ternyata efektif meningkatkan kemandirian anggota kelompok. Faktor eksternal ternyata tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat dinamika kelompok tetapi berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian kelompok pada keterjangkauan informasi. Secara umum, tingkat dinamika kelompok berhubungan nyata dengan kemandirian anggota kelompok dan sebaliknya, kemandirian anggota kelompok juga dapat mempengaruhi kedinamisan kelompok.
Dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank dapat ditingkatkan melalui pengembangan sikap kewirausahaan, penyediaan akses terhadap keterjangkauan informasi, pembinaan kelompok dan tingkat perkembangan kelompok.
Kata Kunci : Dinamika kelompok, Kemandirian kelompok, Grameen Bank, faktor eksternal, faktor internal, cluster random sampling, uji Kendall Tau-b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan bukanlah masalah baru bagi bangsa Indonesia.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang selalu dihadapi oleh sebagian
besar penduduk Indonesia. Kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku pada
masyarakat (Panjaitan, 2000 : 7).
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa
harga diri dari mereka yang tergolong miskin. Dari pengertian itu dapat
diketahui bahwa kemiskinan merupakan kondisi suatu masyarakat yang
mengalami ketidakberdayaan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dasar, yang pada akhirnya
akan menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998
menyebabkan bertambahnya penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Krisis yang awalnya hanya krisis ekonomi telah melebar menjadi
krisis multidimensional yang menghancurkan berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Krisis yang menimpa hampir seluruh lapisan masyarakat tersebut
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin terutama diakibatkan
oleh melonjaknya harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks tersebut
membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.
Namun penangananya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan.
Untuk itu, diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh
dalam upaya penanggulangan kemiskinan dengan melibatkan semua
komponen permasalahan, dan strategi penanganan yang berkelanjutan, serta
tidak bersifat temporer.
Salah satu cara mengatasi kemiskinan yaitu dengan Grameen Bank,
Grameen Bank terlahir dari rasa keputus asaan Yunus atas teori ekonomi
yang muluk-muluk tetapi tidak menyentuh kemiskinan, dan atas keengganan
lembaga keuangan formal terutama perbankan untuk memberikan kredit bagi
kelompok miskin yang dinilai tidak potensial untuk menjadi nasabah Bank.
Dari hasil pengamatannya selama tahun 1975 s/d 1976, Yunus menyimpulkan
bahwa kemiskinan bukan karena mereka malas dan bodoh, tetapi karena
masalah mendasar dalam sistem (kemiskinan struktural), yaitu mereka tidak
memiliki modal, sedangkan untuk meminjam kepada lembaga perkreditan
formal mereka terbentur pada masalah agunan.
Pada waktu pengamatan berikutnya Yunus mengetahui bahwa ada
jaminan yang lebih berharga dari anggunan dalam kehidupan kelompok
miskin yaitu Social capital. Selain itu ia berkeyakinan bahwa kelompok
miskin mempunyai kemampuan terpendam untuk mempertahankan hidup dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ini telah dibuktikan dengan eksistensi mereka dari generasi ke generasi. Dari
keyakinannya ini Yunus betekad untuk membangun Bank yang mau
memberikan modal bagi kelompok miskin, dimulai dengan proyek percobaan
kredit mikro, yang berhasil mengangkat 500 orang anggotanya untuk
melewati garis kemiskinan. Keberhasilan proyeknya memberanikan Yunus
melobi Bank Central Bangladesh. Pada tahun 1979 Bank Central
menyanggupi untuk memberikan pinjaman modal awal bagi Bank yang akan
dibangunnya yaitu Grameen Bank. Dalam perkembangannya Grameen Bank
mendapat tambahan modal baik berupa pinjaman maupun Hibah dari
berbagai pihak seperti Bank dunia, USAID, IFAD dan bank-bank swasta.
Sampai dengan akhir tahun 2005 Grameen Bank telah mempunyai cabang
sebanyak 1175 di 41.000 desa, dengan total anggota lebih dari 2 juta orang.
Demikian juga dana yang telah disalurkan selama 24 tahun secara kumulatif
mencapai lebih kurang US $ 2 Miliar , atau lebih kurang 84 Juta US $ per
tahun. Jumlah modal yang dimiliki Grameen Bank juga berkembang menjadi
US $ 163,2 juta, dimana 92 % nya adalah milik anggota.
Sampai tahun 1999 model Grameen Bank telah direplikasi di 59
negara di dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang. Pada tahun
ini diperkirakan lebih banyak lagi negara yang mengadopsi. Di Indonesia
lembaga pertama kali yang mereplikasi Grameen Bank adalah Karya Usaha
Mandiri (KUM) pada tahun 1989. Dalam perkembangaannya banyak lembaga
yang telah mereplikasi Grameen Bank di antaranya Yayasan Mitra Usaha
(YMU) di Bekasi, Yayasan Mitra Karya (YMK) di Malang, Yayasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dharma Bhakti Para Sahabat (YDBP) di Jawa Barat, Yayasan Pokmas
Mandiri di Sumatera Utara, dan BKCJP di Jawa Tengah. Lembaga-lembaga
replikator Grameen Bank ini sejak April 1999 telah mendirikan Forum
Replikator Grameen Bank di Indonesia (FREND).
Di Jawa tengah, tercatat Fakultas Ekonomi UNS merupakan salah
satu perguruan tinggi yang mereplikasi Grameen Bank, dalam rangka
melaksanakan tri dharma perguruan tingi, terutama dalam pengabdian
kepada masyarakat miskin. Sejak tahun 1997 fakultas tersebut telah
mendirikan lembaga yang bernama Bangun Karya Central Java Project
(BKCJP). Namun secara intensif baru beroperasi pada tahun 1999. Tujuannya
adalah membantu orang miskin yang ada di pedesaan agar memperoleh
pinjaman cepat, murah, dan mudah. Diharapkan dengan bantuan tersebut,
orang miskin di pedesaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan
usaha secara mandiri. Di samping itu dapat melepaskan mereka dari rentenir.
Secara makro diharapkan BKCJP dapat berpartisipasi dalam mengurangi
lingkaran kemiskinan di pedesaan. Saat ini, BKCJP telah beroperasi di tiga
kabupaten, yaitu Kabupaten Karanganyar, Boyolali, dan Semarang.
Di Kabupaten Semarang sendiri Grameen Bank beroperasi di Desa
Sukaharjo Kecamatan Pabelan. Desa Sukaharjo mempunyai penduduk
sebanyak 2985 jiwa yang terdiri dari 1474 laki-laki dan 1511 perempuan
dengan jumlah KK sebanyak 933 KK. Secara geografis letak Desa Sukoharjo
sangat mendukung yaitu sebagai penghubung antar desa untuk menuju pusat
perekonomian yaitu Kota Salatiga, maupun pusat pemerintahan di Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Salatiga. Desa Sukoharjo termasuk dalam daftar desa swasembada tetapi
kemampuan masyarakatnya atau Sumber Daya Manusia (SDM) masih sangat
tertinggal. Di sektor ekonomi perkembangan pembangunan Desa Sukoharjo
mengalami banyak hambatan dan terseok-seok pertumbuhan kemajuannya
sangat lamban.
Keberhasilan pembangunan tidak akan lepas dari partisipasi
masyarakat. Dalam upaya meningkatkan keberhasilan berbagai program
pembangunan dapat dilakukan dengan pendekatan kelompok masyarakat,
memanfaatkan kelompok yang telah ada atau membentuk kelompok baru
sesuai dengan program yang akan dilaksanakan. Dengan pendekatan
kelompok akan terjadi komunikasi yang efektif antara penyelenggara
program pembangunan dengan mayarakat.
Slamet dalam Sudrajat dan Yustina (2003) menyatakan walaupun
tidak salah, kelompok-kelompok sebagian masih dibentuk dari atas dan hanya
dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan
pembangunan dari pemerintah (topdown). Padahal sebenarnya kelompok
mempunyai potensi yang lebih besar dari hanya sebagai media komunikasi.
Kelompok tersebut dapat menjadi sistem sosial yang dinamis, yang dalam
banyak hal harus ditumbuhkan agar menjadi kelompok yang dinamis yang
secara sistematis ditumbuhkan dan dibina secara sistematis ke arah
kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap
dinamika kelompok ?
2. Apakah terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan
kemandirian kelompok?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menjelaskan apakah terdapat hubungan antara faktor internal dan faktor
eksternal terhadap dinamika kelompok?
2. Menjelaskan apakah terdapat hubungan antara dinamika kelompok
dengan kemandirian kelompok?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi para pengambil keputusan dan
instansi terkait yang berkenaan dengan penyusunan program
penanggulangan kemiskinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepustakaan
dan sumbangan informasi sebagai bahan perbandingan bagi penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kelompok
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang terhimpun atas dasar
adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola atau struktur tertentu guna
mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang
(Slamet,2002). Sejalan dengan definisi tersebut, Iver dan Page
(Mardikanto,1993) mengemukakan bahwa kelompok adalah himpunan atau
kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong
menolong.
Kelompok sebagai suatu unit sosial dapat terdiri atas kelompok yang
tidak teratur dan kelompok yang teratur. Kerumunan (crowd) adalah contoh
kelompok yang tidak teratur dan terorganisasi dengan baik. Ia dapat
mempunyai pimpinan, tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja
maupun sistem pelapisan sosial, (Soekanto, 1987). Interaksi dalam sistem
kerumunan bersifat spontan dan tidak terduga dan orang-orang yang
berkumpul tersebut sadar bahwa ada orang lain yang mempunyai kedudukan
sosial yang sama dengannya. Sedangkan kelompok teratur merupakan suatu
unit sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi satu
sama lain dan saling bergantung dalam upaya mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan. Pada kelompok seperti ini terjadi interaksi diantara anggota
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan dengan pemimpin, interaksi dapat berwujud saling mempengaruhi satu
sama lain.
Menurut Slamet (2002) ada enam ciri kelompok yaitu: (1) terdiri atas
individu, (2) adanya saling ketergantungan, (3) adanya partisipasi yang terus
menerus dari anggota, (4) mandiri, (5) selektif, dan (6) adanya keragaman
yang terbatas. Dengan demikian kelompok terbentuk dari adanya afiliasi di
antara orang-orang tertentu. Ada tiga elemen yang berhubungan secara
langsung dalam proses terbentuknya kelompok yaitu aktivitas-aktivitas,
interaksi, dan sentimen. Sedangkan Gibson et al. (1996) mengemukakan
beberapa alasan yang mendasari terbentuknya kelompok: (1) pemuasan
kebutuhan, (2) kedekatan,(3) daya tarik,(4) tujuan kelompok, dan (5) alasan
ekonomi.
B. Dinamika Kelompok
Suatu kelompok yang dinamis biasanya ditandai dengan adanya
kegiatan-kegiatan atau interaksi, baik didalam kelompok maupun dengan
pihak luar kelompok tersebut sebagai upaya mencapai tujuan kelompok
secara efektif dan efisien (Etzioni,1985)
Jetkins dalam Mardikanto (1993) menyatakan dinamika kelompok
merupakan kekuatan-kekuatan yang akan menentukan perilaku anggota-
anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk
bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan
bersama yang merupakan tujuan kelompok tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Catwright dan Zender (1968) mengemukakan lima unsur yang
membentuk dinamika kelompok yaitu: struktur kelompok (group structure),
fungsi tugas (task function), pemeliharaan dan pengembangan kelompok
(group building and maintenance), suasana kelompok (group atsmosphere),
dan desakan kelompok (group pressure).
Menurut Slamet (2002), dinamika kelompok menguraikan kekuatan-
kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang menentukan perilaku
kelompok dan anggota-anggotanya. Kekuatan kelompok yang dapat
menyebabkan dinamika kelompok yaitu: (1) tujuan kelompok, (2) struktur
kelompok, (3) fungsi tugas, (4) pembiaan kelompok, (5) kekompakan
kelompok, (6) suasana kelompok, (7) tekanan pada kelompok, dan (8)
keefektifan kelompok, dan maksud tersembunyi (hidden agenda).
1. Tujuan Kelompok (Group Goal)
Tujuan kelompok merupakan salah satu unsur dinamika
kelompok. Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil
yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Untuk mencapainya
diperlukan berbagai usaha dari anggota kelompok melalui berbagai
aktifitasnya. Tujuan kelompok yang jelas dapat menyebabkan tingginya
aktivitas anggota dan kelompoknya. Hal ini disebabkan para anggota
kelompok akan mengetahui arah kegiatan kelompok, sehingga anggota
mengetahui sesuatu yang harus dilakukan. Keadaan ini menyebabkan
kuatnya dinamika kelompok. Selain itu tujuan kelompok mendukung
tujuan anggota kelompok. Apabila tujuan kelompok mendukung tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
anggotanya maka kelompok menjadi kuat dinamikanya
(Cartwright dan Zander, 1968).
Menurut Slamet (2002) hubungan antara tujuan kelompok dan
tujuan anggota mempunyai lima kemungkinan bentuk, yaitu: (1)
sepenuhnya bertentangan, (2) sebagian bertentangan, (3) netral,
(4) searah, dan (5) identik. Tujuan kelompok yang baik harus terkait atau
sama dengan tujuan anggota sehingga hasilnya dapat memberi manfaat
kepada anggota. Selain itu jauh dekatnya tujuan yang ingin dicapai
berpengaruh terhadap motivasi anggota untuk mencapainya. Tujuan yang
dekat dengan keinginan anggota dapat memotivasi anggota untuk
mencapainya. Tujuan juga harus jelas sehingga dapat menjadi pedoman
yang baik dalam menciptakan kegiatan.
2. Fungsi Tugas (Task Function)
Fungsi tugas merupakan salah satu unsur dinamika kelompok.
Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok
agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok
dapat tercapai (Cartwright dan Zander,1968). Menurut Slamet (2002)
maksud dari fungsi tugas adalah untuk menfasilitasi dan mengkoordinasi
usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama dan
dalam rangka memecahkan masalah-masalah tersebut. Fungsi tugas itu
meliputi; (1) fungsi memberi informasi, (2) fungsi menyelenggarakan
koordinasi, (3) fungsi menghasilkan inisiatif, (4) fungsi diseminasi, dan
(5) fungsi menjelaskan sesuatu kepada kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Struktur Kelompok (Group Structure)
Struktur kelompok merupakan salah satu unsur dinamika
kelompok. Upaya menggerakkan, mengatur dan mengendalikan kegiatan
kelompok diperlukan adanya struktur. Gerungan (1972) menyatakan,
struktur kelompok merupakan susunan hirarkis mengenai hubungan-
hubungan berdasarkan peran dan status antara masing-masing anggota
kelompok dalam mencapai tujuan. Sedangkan Cartwright dan Zander
(1968) menyatakan struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara
individu di dalam kelompok, yang disesuaikan dengan posisi dan peranan
masing-masing individu. Struktur kelompok dapat disusun secara formal
dan secara informal. Dalam kelompok formal pembagian tugas, norma-
norma dan mekanisme kerja disusun dengan jelas dan tertulis, sehingga
semua anggota mengetahui. Pada kelompok yang strukturnya tidak
ditetapkan secara formal dan tertulis, tetap memiliki dinamika sepanjang
masing-masing anggota menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik.
Slamet (1978) menyatakan, struktur kelompok adalah cara
bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Banyak hal yang menentukan bentuk struktur, tetapi
yang utama adalah menyangkut: (1) struktur kekuasaan atau pengambilan
keputusan, (2) struktur tugas atau pembagian kerja, (3) struktur
komunikasi yaitu bentuk dari aliran komunikasi yang terjadi didalam
kelompok, dan (4) wahana untuk terjadinya interaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Pembinaan dan pengembangan Kelompok (Group Building and
Maintenance)
Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah segala macam
usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan dirinya. Pembinaan dan pengembangan kelompok juga
berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok
(Cartwright dan Zander, 1968).
Usaha-usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok dapat
dilakukan dengan adanya: (1) partisipasi dari semua anggota dalam
kegiatan-kegiatan kelompok, (2) fasilitas untuk melakukan kegiatan-
kegiatan kelompok, (3) kegiatan-kegiatan yang memungkinkan setiap
anggota untuk berpartisipasi, (4) pengawasan (kontrol) terhadap norma
yang berlaku dalam kelompok, dan (5) sosialisasi, yaitu proses
pendidikan bagi anggota baru agar mereka bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan kelompok, dan usaha-usaha untuk mendapatkan
anggota baru demi kelangsungan hidup kelompok.
5. Kekompakan Kelompok (Group Cohesiveness)
Kekompakan kelompok menurut Cartwright dan Zander (1968),
akan mempengaruhi moral kelompok, perasaan kesetiakawanan,
keterlibatan dalam berbagai kegiatan, dan semangat untuk mencapai
produktivitas kelompok. Anggota kelompok yang tingkat kekompakan
kelompoknya tinggi, lebih terangsang untuk aktif mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kelompok dibandingkan anggota kelompok yang tingkat kekompakannya
rendah.
Slamet (2002) menyatakan bahwa kekompakan kelompok adalah
perasaan keterikatan anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki
kelompok. Selanjutnya dikatakan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kekompakan kelompok yakni: (1) ada tidaknya rasa
kebersamaan dan saling memiliki antara pemimpin dan para anggota
kelompok,(2) keanggotaan kelompok, (3) pandangan anggota terhadap
nilai-nilai yang melekat pada tujuan yang ingin dicapai, (4) homogenitas
dalam berpartisipasi dan keterepaduan dalam pelaksanaan kegiatan
kelompok, (5) adanya keterpaduan/intergrasi antar masing-masing
anggota, (6) semangat kerjasama yang tinggi diantara anggota, dan (7)
besar kecilnya kelompok.
Back dalam Soebiyanto (1998) menyatakan ada tiga daya tarik
yang mendorong seseorang untuk bergabung dalam kelompok yakni (1)
daya tarik pribadi, (2) daya tarik terhadap tugas, dan (3) daya tarik
terhadap prestise. Selanjutnya menurut Soebiyanto (1998), kekompakan
kelompok juga dapat dilihat dari tingkat solidaritas anggota.
Kekompakan kelompok merupakan kesatuan kelompok yang dipengaruhi
oleh tanggung jawab para anggotanya untuk melaksanakan hal-hal yang
telah disepakati bersama. Besarnya tanggung jawab akan ditentukan oleh
tingkat solidaritas para anggotanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6. Suasana Kelompok
Suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan
umum yang terdapat dalam kelompok. Hal ini dapat terlihat pada
anggotanya, apakah mereka bersemangat ataukah apatis terhadap
kegiatan dan kehidupan kelompoknya, apakah tumbuh rasa semangat,
rasa setia kawan dan penuh keakraban ataukah terjadi sebaliknya, seperti
tenggang rasa permusuhan dan acuh tak acuh diantara sesama anggota
kelompok (Cartwright dan Zander,1968).
Suasana atau iklim kelompok dipengaruhi oleh beberapa hal,
sebagaimana dikemukakan oleh Cartwright dan Zander (1968), yaitu: (1)
tensi atau tegangan, yaitu apakah kelompok tersebut terlalu santai
(tegangan rendah), ataukah tegangannya tinggi, seperti terlalu aktif, (2)
keramahan diantara sesama anggota kelompok, (3) kelonggaran, yaitu
apakah kelompok tersebut terdapat kebebasan untuk berpartisipasi bagi
anggotanya, ataukah terkekang, dan (4) keadaan lingkungan fisik seperti
fasilitas yang digunakan kelompok, ruangan, keadaan alam tempat
kelompok tersebut berada dan melakukan kegiatan.
C. Kemandirian Kelompok
Ismawan (1994) mengartikan kemandirian kelompok sebagai
kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat
digunakan untuk melangsungkan kehidupan yang serasi dan berkelanjutan.
Sedangkan Soebiyanto (1998) merincikan kemandirian dengan :(1) sadar
akan masalah dan punya motivasi untuk mengatasi, (2) aspirasi, (3) rasional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(4) inovatif, (5) kreatif, (6) wawasan kedepan, (7) partisipatif, (8) jiwa
wirausaha, (9) ulet, (10) punya harga diri.
Dengan demikian kemandirian dapat didefinisikan sebagai keberadaan
individu atau kelompok dalam melangsukan kehidupannya yang serasi dan
berkelanjutan dengan kemampuan sendiri. Kemandirian individu atau
kelompok dapat terjadi apabila kondisi kelompok tersebut menunjukan
kedinamisan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif yang terus
menerus dari anggota.
Proses kemandirian kelompok dan anggotanya tidak akan terjadi
dengan sendirinya, karena merupakan hasil dari sebuah upaya sengaja dalam
upaya mempertahankan diri atau kelompoknya. Dengan demikian
kemandirian sebenarnya dapat lahir dari proses dinamika kelompok. Di
sinilah kemudian para tenaga pendamping atau penyuluh juga menjadi
penting dalam rangka ikut bersama mendinamiskan kelompok dan bersama-
sama menumbuhkan kemandirian anggotanya.
Disadari kelompok masyarakat miskin pada umumnya mempunyai
keterbatasan-keterbatasan dalam mengembangkan diri. Karena itu mereka
memerlukan pendamping yang bertugas membina penduduk miskin dalam
kelompok, sehingga memiliki kebersamaan yang berorientasi pada upaya
perbaikan kehidupan. Pembinaan mencakup upaya peningkatan kualitas SDM
dari para anggota dan pengurus kelompok, peningkatan penyelenggaraan
kelompok dan anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pentingnya penumbuhan kemampuan administratif kelompok
masyarakat dari segi pengembangan pengetahuan dan ketrampilan bagi
proses penyusunan program dan pelaksanaan membutuhkan pengaruh dari
luar masyarakat dalam rangka “learning process” atau pemberdayaan.
Pengaruh luar, sebagai agen perubahan atau fasilitator, berfungsi
mempercepat pelaksanaan otonomi dan kemampuan administratif kelompok
masyarakat. Konsultan atau fasilitator pendidikan sangat dibutuhkan
masyarakat setempat untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman dalam program pembangunan masyarakat ( Supriatna,1997).
D. Lembaga Keuangan Mikro
Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997),
kredit mikro adalah program pemberian kredit dengan jumlah kecil ke warga
paling kecil untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar
menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka perduli terhadap diri
sendiri dan keluarganya. Sedangkan Bank Indonesia mendefinisikan kredit
mikro merupakan kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif
baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling
banyak seratus juta pertahun.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro
umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut ASEAN
Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro (microfinance) adalah
lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposit), kredit (loans),
pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to
poor and low income households and their microenterprises). Sedangkan
bentuk LKM dapat berupa: (1) lembaga formal bank desa atau koperasi,
(2) lembaga semi formal misalnya organisasi non pemerintah, dan
(3) sumber-sumber informal misalnya pelepas uang.
LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua
kategori yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. LKM yang berwujud
bank adalah BRI Unit Desa, BPR, BKD (Badan Kredit Desa). Sedangkan
yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam (KSP), Unit Simpan
Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LKPD), Baitul Mal
Wattanwil (BMT), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), arisan, pola
pembiayaan Grameen, pola pembiayaan ASA, kelompok swadaya
masyarakat (KSM), dan credit unoin. Meskipun BRI dikategorikan sebagai
LKM, namun akibat persyaratan peminjaman menggunakan metode Bank
konvesional, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan mengaksesnya.
E. GRAMEEN BANK
Grameen Bank atau bank desa adalah model perbankan yang berasal
dari Bangladesh yang didirikan oleh Muhammad Yunus yang profesinya
sebagai pengajar ilmu ekonomi di Universitas Chittagong Bangladesh. Latar
belakang berdirinya bank tersebut dikarenakan ketidakpuasan atas sistem
perbankan dan perkreditan yang ada dinegaranya maupun dunia yang pada
dasarnya perbankan tidak berhubungan dengan: (a) orang miskin, (b) orang
buta huruf, dan (c) kaum wanita (Pandu Suharto, 1991:38, 1996:4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Meskipun perbankan di Bangladesh memberikan kredit kepada
masyarakat, namun bank-bank tersebut hanya melayani orang-orang kaya. Ini
nampak dari kententuan dan peraturannya yang hanya dapat dipenuhi oleh
golongan tersebut. Seperti menyangkut masalah jaminan kredit, persyaratan
ini merupakan prinsip yang fundamental dalam pemberian kredit. Disamping
itu semua transaksi harus didukung dengan dokumen tertulis. Padahal
sebagian besar penduduk (80%) negara Bangladesh buta huruf, maka jelaslah
perbankan bukanlah dimaksudkan untuk melayani mereka. Begitu pula
perbankan juga tidak melayani kebutuhan perempuan terlebih lagi apabila
mereka miskin dan buta huruf (Pandu Suharto, 1991:42, 1996:4)
Alasan perbankan tidak mau melayani kebutuhan kredit masyarakat
kecil atau orang-orang miskin adalah (1) orang-orang miskin tidak
mempunyai barang-barang atau kekayaan yang dapat dijadikan agunan
pinjaman, (2) mereka tidak dapat mengisi formulir-formulir yang rumit
karena sebagian terbesar dari mereka tidak dapat membaca dan menulis,
(3) perbankan tidak suka melayani kebutuhan kredit yang kecil-kecil yang
banyak jumlahnya sehingga memerlukan banyak pekerjaan dan mengandung
banyak resiko yang tinggi, dan (4) perbankan takut bunga pinjaman yang
diterima tidak dapat menutup biaya pelayanan pinjaman kecil yang banyak
jumlahnya (Thoha,M, 2000:16)
Proyek Grameen Bank mulai dilaksanakan di Bangladesh tahun 1976
tepatnya di desa Jobra. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan kredit orang-
orang miskin didesa tersebut. Setelah Grameen Bank berhasil diterapkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
desa Jobra, maka Mohammad Yunus mengajak bekerjasama dengan
pimpinan bank untuk mengadakan uji coba Grameen Bank ke daerah lainnya
di Bangladesh selama 3 tahun. Disini dia akan membuktikan bahwa orang-
orang yang sangat miskin adalah “bank able”. Ajakan ini diterima oleh para
pimpinan bank-bank dan mereka menentukan daerah Tangail sebagai daerah
operasi proyek Grameen Bank. Setelah 3 tahun uji coba dilakukan dengan
penuh ketekuanan, maka pada akhir tahun 1982 Muhammad Yunus dan
timnya berhasil mendirikan pusat Grameen Bank di 745 desa di daerah Tagail
dengan jumlah debitur mencapai 24.177 orang dan pinjaman yang telah
diberikan Taka 95.578.000 atau sekitar US$ 4 juta, dengan tingkat
pengembalian lebih dari 99%. Disamping itu dana tabungan kelompok yang
dapat dihimpun sebesar Taka 8.143.000 atau sekitar US$ 325.000. Dengan
demikian orang-orang miskin di Tangail bahwa mereka adalah “bank able”.
Setelah uji coba selama 3 tahun di Tangail, protek Grameen Bank menjadi
program kredit pedesaan untuk orang-orang sangat miskin yang efektif dan
efisien. Keberhasilan tersebut menjadikan perbankan di Bangladesh sangat
terkesan dengan apa yang telah dicapai oleh program tersebut
(Pandu Suharto, 1991:44-45)
Setelah keberhasilan di Tangail, maka proyek Grameen Bank
selanjutnya dikembangkan di empat distrik, yaitu Chittagong, Dhaka,
Rangpur dan Patuakhali dengan bantuan dana dari International Fund for
Agricultural Development (IFAD) sebesar UU$3,4 juta, yang disalurkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
melalui Bank Bangladesh. Disamping itu Bangladesh Bank juga memberikan
kucuran dana dalam jumlah yang sama yang diberikan IFAD.
Tepat tanggal 1 September 1983, proyek Grameen Bank diresmikan
menjadi bank melalui ordinasi pemerintah dengan nama Grameen Bank
(Bank Desa). Disini pemerintah menyediakan 60 % dari modal dasar yang
disetor sedangkan 40% dari modal berasal dari peminjam, yaitu para anggota.
Pada saat proyek Grameen Bank, daerah operasinya telah mencapai 5 buah
distrik di Bangladesh, yang meliputi 1.025 desa dengan cabang sudah
mencapai 77 unit.
Adapun prinsip-prinsip Grameen Bank meliputi empat belas butir
(Pandu,1996:7-8) yaitu:
1. Hanya orang yang sangat miskin dan memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan pihak Bank dapat menjadi nasabah dan memeperoleh
pinjaman. Kriteria orang miskin di Bangladesh adalah bila memiliki luas
tanah seluas kurang dari 0,5 acre (sekitar 2036 ) dan kekayaan lain
yang dimiliki nilainya kurang dari 1 acre (sekitar 4072 ) tanah yang
berkualitas sedang.
2. Pinjaman diberikan tanpa agunan atau pinjaman.
3. Prosedur pinjaman dibuat sederhana.
4. Pinjaman diberikan untuk kegiatan produktif.
5. Pinjaman yang diberikan adalah relatif kecil dengan angsuran mingguan
selama satu tahun.
6. Peminjam diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
7. Pinjaman diberikan secara berturutan, yaitu mula-mula dua orang
anggota yang paling membutuhkan diberi prioritas pertama untuk
menerima pinjaman, kemudian menyusul dua anggota lainnya menerima
pinjamannya dan yang terakhir menerima pinjaman adalah anggota
kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri oleh kelompok.
8. Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman.
9. Peminjam diberi kemungkinan meminjam setelah pinjamannya lunas.
10. Setiap peminjam dipotong 5% untuk dana tabungan kelompok, dan setiap
minggu anggota menabung 1 taka (kira-kira Rp50,-) yang dimasukan
kedalam dana tabungan kelompok.
11. Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25 % dari bunga yang
dibayar untuk disetor ke dalam dan darurat. Pada dasarnya dana ini
merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan pinjaman, kematian,
cacat tubuh dan kecelakaan.
12. Bunga pinjaman sebesar 16% yang ditarik menjelang akhir masa
pinjaman sebagai dua angsuran terakhir.
13. Sejumlah kelompok didesa yang sama terdiri dari 6 sampai 8 kelompok
mengadakan rapat mingguan bersama. Pertemuan atau rapat ini dikenal
sebagai rapat pusat atau “center”
14. Semua transaksi Grameen Bank dengan anggota kelompok dilaksanakan
pada waktu rapat mingguan dari pusat. Petugas Grameen Bank
menghadiri rapat tersebut untuk menerima angsuran pinjaman dan
menghimpun dana tabungan kelompok dan dana darurat untuk disimpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
di Bank. Semua urusan pinjaman dibahas pula dengan petugas bank
dalam rapat tersebut.
F. Penelitian Sebelumnya
Awan Santosa, dkk. (2003) menganalisis tentang tiga program
pemerintah, yaitu IDT, PPK dan P2KP dalam tulisannya berjudul ”Evaluasi
Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Propinsi D.I.
Jogjakarta” yang dimuat dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 18
no. 2, 2003. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program IDT paling
berhasil dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang menjadi peserta
program. Hal ini dikarenakan keberhasilan mereka dalam usaha (net income
naik) serta ketepatan sasaran program IDT yang lebih ditujukan pada
penduduk yang benar-benar miskin. Sedangkan untuk program P2KP, justru
ada penurunan tingkat pendapatan masyarakat setelah menjadi peserta
program. Hal ini dikarenakan adanya pendapatan yang hilang (pensiun),
peralihan usaha yang menghasilkan pendapatan lebih rendah, serta sasaran
program yang ternyata tidak hanya ditujukan untuk penduduk miskin.
David Bigman et al., (2000) dalam tulisannya ” Community Targeting
for Poverty Reduction in Burkina Faso”. Penelitian ini melihat pola
pengelompokan penduduk miskin dengan menggunakan pemetaan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Pemetaan kemiskinan bertujuan untuk
mengetahui daerah-daerah yang menjadi kantung kemiskinan atau daerah
yang mempunyai tingkat kemiskinan tinggi. Informasi tersebut diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
agar penyaluran program-program anti kemiskinan bisa tepat sasaran untuk
kelompok miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Heni Wahyuni (2004), tulisannya berjudul ”Inequality of Distribution
and Poverty Incidence in the Adjustment Period and Analysis of Economic
Crisis Impact in Indonesia”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua
variabel sosial ekonomi yaitu pengeluaran per kapita, tingkat pendidikan,
jumlah keluarga, kepadatan penduduk, pendapatan per kapita, dan variabel
yang menunjukkan krisis ekonomi signifikan mempengaruhi ketimpangan
distribusi pendapatan di Indonesia. Oleh karena itu kebijakan pemerintah
seharusnya difokuskan kepada variabel kebijakan yang signifikan
mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan. Sebagai contoh, untuk
mengurangi kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di perkotaan, kebijakan
yang bisa pemerintah lakukan adalah dengan membangun prasarana yang
memadai di pedesaan serta mengupayakan pemerataan pembangunan di
pedesaan. Dengan demikian ketimpangan pendapatan bisa ditekan dan taraf
hidup hidup masyarakat di pedesaan akan menjadi lebih baik, yang pada
gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Khairullah (2003) dalam tesisnya yang berjudul “Dinamika Kelompok
dan Kemandirian Anggota Kelompok Swadaya Masyarakat ( Kasus KSM
Ekonomi pada Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perrkotaan/P2KP di
Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor )” menunjukan hasil penelitian bahwa
tingkat dinamika kelompok dan kemandirian anggota Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Ekonomi P2KP masih berada pada kategori sedang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
rendah, terutama pada: tujuan kelompok, pembinaan dan pengembangan
kelompok, dan suasana kelompok. Hal ini masih menunjukan masih
kurangnya kedinamisan kelompok (KSM) tersebut. Sedangkan tingkat
kemandirian anggota kelompok (KSM) berada pada kategori sedang dan
rendah terutama pada: perkembangan permodalan, tingkat kerapian sistem
administrasi, dan tingkat perkembangan jaringan. Ini menunjukan masih
kurangnya kemandirian yang ada pada anggota kelompok (KSM) tersebut.
Lukman Hakim (2007) menganalisis pandangan para pembuat
kebijakan terhadap program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta
dengan menggunakan metode Analytic Hirarchy Process (AHP). Hasil dari
studi ini antara lain: pertama, sebagian besar pembuat kebijakan menganggap
bahwa pemerintah tetap paling bertanggungjawab terhadap penanggulangan
kemiskinan dibandingkan dengan dunia usaha dan lembaga keuangan. Kedua,
sasaran usia penerima manfaat program kemiskinan sebaiknya difokuskan
kepada usia 15-55 tahun, dibandingkan usia <15 dan >55 tahun. Ketiga,
lembaga apa yang sebaiknya mensinkronkan program penanggulangan
kemiskinan, sebagian besar responden mengusulkan komite khusus semacam
Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), daripada BAPPEDA maupun
antar instansi melakukannya sendiri. Keempat, fokus penanggulangan
kemiskinan hendaknya pada pembangunan prasarana fisik dibandingkan
kesehatan dan pendidikan. Kelima, sebaiknya program penanggulangan
kemiskinan difokuskan kepada masalah permodalan, dibandingkan pelatihan
dan pendampingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Putut Indriyono dan Eddy Junarsin (2002) meneliti tentang
kemiskinan di desa Sriharjo sebuah desa di Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul, Yogyakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pola yang
perlu dikembangkan untuk mengatasi kemiskinan di desa Sriharjo adalah
melalui kebijakan pembangunan prasarana jalan, jembatan, bangunan
sekolah, Puskesmas, fasilitas listrik, dan infrastruktur-infrastruktur penunjang
yang lain. Melalui kebijakan seperti itu keterisolasian Sriharjo dapat
dihilangkan, sistem ekonomi pasar dapat dikembangkan lebih lancar dan
efisien, mobilitas penduduk ke kota dan sebaliknya dapat ditingkatkan yang
pada akhirnya mampu menyejahterakan penduduk desa.
Tri Joko (2004), mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta menganalisis keberhasilan program pengembangan
kecamatan fase II di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan PPK fase II. Disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa
pelaksanaan PPK fase II masih terdapat kekurangan, dan penelitiannya belum
cukup memberikan informasi mengenai dampak riil pelaksanaan PPK fase II
terhadap penduduk miskin yang menjadi peserta program. Oleh karena itu
perlu diteliti lebih lanjut mengenai perkembangan PPK, yang saat ini telah
berubah nama menjadi PNPM-PPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
G. Kerangka Pemikiran
Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan dengan lebih jelas dan
sistematis, maka perlu dibuat suatu kerangka pemikiran yang dijadikan
sebagai pedoman. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Dinamika Kelompok Grameen Bank
Faktor Internal Anggota Grameen
Bank:
( Usia
( Tingkat Pendidikan Formal
( Tingkat Pendidikan Non Formal
( Pengalaman Berusaha
( Usia Kelompok
( Tingkat pendapatan
( Sikap Kewirausahaan
Kemandirian Anggota Grameen
Bank
( Tingkat perkembangan usaha
( Perkembangan Permodalan
( Tingkat Kerapian sistem
Adminitrasi
( Tingkat Perkembangan
jaringan
Faktor Eksternal:
( Intensitas Penyuluhan
( Keterjangkauan Informasi
( Ketersediaan Kredit Bergulir
Dinamika Kelompok Grameen Bank
( Tujuan Kelompok
( Struktur Kelompok
( Fungsi Tugas
( Pembinaan Dan
pengembangan kelompok
( Kekompakan kelompok
( Suasana Kelompok
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
pertanyaan yang diajukan. Dari permasalahan di atas dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat hubungan positif antara faktor internal dan faktor
eksternal anggota dengan dinamika kelompok.
2. Diduga terdapat hubungan positif antara dinamika kelompok dengan
kemandirian anggota Grameen Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian memuat uraian tentang
ruang lingkup penelitian, populasi, teknik sampling, definisi operasional variabel
penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik análisis data. Metode penelitian mengacu pada Buku Pedoman Penyusunan
Skripsi Fakultas Ekonomi UNS.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang ini dilakukan di Kabupaten Semarang sebagai
obyek penelitian yaitu Grameen Bank di Desa Sukoharjo.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian adalah anggota Grameen Bank di Desa Sukoharjo
sebanyak 16 kelompok pusat dengan anggota keseluruhan 469 orang.
Penentuan sampel dilakukan dengan tehnik cluster random sampling. Adapun
sampel penelitiannya berjumlah 16 kelompok pusat dimana tiap kelompok
pusat diambil 2 orang anggota. Jadi sampel penelitian sebanyak 32 orang. Hal
tersebut dapat digambarkan pada tabel 3.1
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Kelurahan Centre Jumlah kelompok
Jumlah anggota
Jumlah sampel
Sukoharjo
Padaan 4 17 2 Susukan 6 29 2 Setro 4 18 2 Karang 1 11 2 Genthan 6 26 2 Penoh I 10 48 2 Penoh II 6 28 2 Penoh III 9 43 2 Ketapang 9 45 2 Tegalsari 8 36 2 Bungas 9 42 2 Katalan 6 30 2 Glawan 4 19 2 Tegalsale 4 24 2 Klodran 3 14 2 Pete 8 39 2 Total 97 469 32
Sumber : Buku Laporan Grameen Bank 2011
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk mendapatkan batasan yang jelas dan memudahkan dalam
penentuan indikator pengukuran, diberikan definisi operasional untuk
variabel-variabel dalam penelitian ini yang diambil dari penelitian terdahulu
oleh Khairullah yaitu:
1. Faktor internal anggota Grameen Bank yaitu ciri-ciri yang berasal
dari pribadi anggota kelompok Grameen Bank yang diduga berhubungan
(mempengaruhi) dengan dinamika kelompok, meliputi :
a. Usia ( ),yaitu umur responden yang diukur dari jumlah tahun
sejak responden dilahirkan hingga saat penelitian ini dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dikategorikan tiga, yaitu muda (<35 tahun), dewasa (35-44 tahun),
dan tua ( >45 tahun).
b. Tingkat pendidikan formal ( ), yaitu jenjang pendidikan formal
(sekolah) tertinggi yang pernah diikuti oleh responden.
Dikategorikan menjadi rendah (tidak tamat SD- tamat SD), sedang
(tidak tamat SLTP- tamat SLTP), dan tinggi (tidak tamat SLTA
keatas).
c. Tingkat pendidikan non formal ), yaitu jumlah pembelajaran
(pelatihan kursus, magang, dan sebagainya) yang diterima responden
di luar sekolah formal yang dapat menunjang kegiatan usahanya.
Dikategorikan rendah (tidak pernah), sedang (1-2 kali), tinggi
(mengikuti >3 kali).
d. Pengalaman berusaha ( ), adalah jumlah tahun sejak responden
mulai melakukan usaha sampai saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan nilai rata-rata standar deviasi yang diperoleh,
pengalaman berusaha diklasifikasikan menjadi rendah (<3 tahun),
sedang (4-9 tahun) dan tinggi (>10 tahun).
e. Usia kelompok ( ), adalah jumlah tahun mulai sejak mulai
terbentuk atau berdirinya suatu kelompok yang dikategorikan
menjadi tiga yaitu, baru (1 tahun), belum lama (2 tahun), dan lama
(3 tahun).
f. Tingkat pendapatan ( ), adalah jumlah penghasilan yang
diperoleh responden dari hasil usaha utama maupun usaha tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lainnya. Pendapatan anggota ini diukur dari jumlah atau besar
penghasilan sebulan dalam satuan rupiah. Berdasarkan nilai rata-rata
dan standar deviasi yang diperoleh, dikategorikan menjadi tiga yaitu
rendah (< Rp 500.000), sedang (Rp 500.000-Rp 999.000), dan tinggi
(>Rp 1.000.000)
g. Sikap kewirausahaan ( ), yaitu sikap selalu tanggap terhadap
peluang usaha-usaha yang terungkap dalam terperangkap tindakan
serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang
melembaga, produktif dan inovatif. Indikatornya : (1) sikap
memanfaatkan peluang, (2) kemampuan bergaul, (3) berorientasi
pada hasil, (4) bekerja keras, (5) berani dalam pengambilan resiko,
(6) sikap percaya diri, (7) originalitas,(8) keinovatifan, dan (9) sikap
kemandirian. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi rendah (skor
< 19), sedang (skor 20-23), tinggi (skor >24).
2. Faktor Eksternal ( ) yaitu ciri-ciri yang berasal dari luar pribadi anggota
kelompok Grameen Bank yang diduga berhubungan (mempengaruhi)
dengan dinamika kelompok, meliputi :
a. Intensitas penyuluhan ( ) yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan)
yang dilakukan oleh penyuluh atau pendamping. Indikatornya adalah
(1) ada tidaknya tenaga penyuluh (pendamping), (2) lama
penyuluhan,(3) frekuensi kunjungan, (4) kegiatan yang dilakukan
penyuluh, (5) ada tidaknya manfaat dari kegiatan penyuluhan, (6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
jenis manfaat yang dirasakan anggota Grameen Bank,(7) keterlibatan
anggota Grameen Bank dalam kegiatan penyuluhan, (8) sifat
manfaat yang dirasakan anggota Grameen Bank. Berdasarkan nilai
rata-rata dan standar deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil
pengukuran diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu: rendah
dengan skor < 9, sedang dengan skor 10-13, dan tinggi dengan skor
> 14.
b. Keterjangkauan informasi ( ), yaitu tingkat kemudahan responden
dalam memperoleh berita dan informasi khususnya yang terkait
dengan Grameen Bank. Indikatornya: (1) banyaknya informasi yang
dapat dimanfaatkan responden, dan (2) tingkat kemudahan
responden memperoleh sumber informasi. Berdasarkan nilai rata-rata
dan standar deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah dengan skor < 2,
sedang dengan skor 3-5, dan tinggi dengan skor > 6.
c. Ketersediaan kredit bergulir ( ), yaitu adanya bantuan pinjaman
modal yang diberikan Grameen Bank kepada anggota kelompok
dalam mengembangkan usahanya. Indikatornya dilihat dari adanya:
(1) kecukupan kredit modal usaha yang disediakan, (2) penyediaan
kredit modal usaha, (3) tingkat kemudahan responden dalam
memperoleh kredit modal usaha, (4) pelayanan kredit yang
diajukan,(5) manfaat pemberian kredit pada responden. Berdasarkan
nilai rata-rata dan standar deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pengukuran diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah
dengan skor < 9, sedang dengan skor 10-14, dan tinggi dengan skor
> 15.
3. Dinamika kelompok ( ), adalah kekuatan-kekuatan di dalam kelompok
yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok.
Unsur-unsur dinamika kelompok meliputi: (1) tujuan kelompok,
(2) struktur kelompok, (3) fungsi tugas, (4) pembinaan dan
pengembangan kelompok, (5) kekompakan kelompok, dan (6) suasana
kelompok.
a. Tujuan kelompok ( ) yaitu gambaran tentang hasil yang
diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Indikatornya :(1)tingkat
kejelasan tujuan kelompok,(2) dokumentasi tujuan kelompok,
(3) kesesuaian tujuan kelompok. Berdasarkan nilai rata-rata standar
deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu : rendah dengan skor <5,
sedang dengan skor 6-8, dan tinggi dengan skor > 9.
b. Struktur kelompok ( ) yaitu perincian peranan dan posisi dalam
kelompok yang ditunjukan dengan perannya dengan baik semua
proses dalam kelompok, sehingga pengambilan keputusan lebih
demokratis, komunikasi dan interaksi antara anggota dan pengurus
berjalan lancar. Struktur kelompok diukur dari: (1) struktur
kekuasaan atau pengambilan keputusan, (2) struktur tugas atau
pembagian pekerjaan, (3) struktur komunikasi dalam kelompok, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(4) sarana yang tersedia untuk terjadinya interaksi. Berdasarkan nilai
rata-rata deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah dengan skor <5,
sedang dengan skor 6-9, dan tinggi dengan skor >10.
c. Fungsi tugas ( ) adalah segala kegiatan yang harus dilakukan
kelompok sehingga tujuan kelompok tercapai. Indikatornya :(1)
fungsi memberikan informasi, (2) fungsi memuaskan anggota,(3)
fungsi menyelenggarakan koordinasi, (4) fungsi menghasilkan
inisiatif, (5) fungsi mengajak untuk bepartisipasi, (6) fungsi
menjelaskan. Berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi yang
diperoleh, jumlah skor hasil diklasifikasian menjadi tiga kategori,
yaitu: rendah skor < 11, sedang dengan skor 12-15, dan tinggi
dengan skor >16.
d. Pembinaan dan pengembangan kelompok ( ) yaitu sebagai usaha
untuk mempertahankan kehidupan kelompok. Indikatornya
ditunjukan dengan adanya : (1) keterlibatan anggota dalam kegiatan
kelompok, (2) fasilitas kelompok meningkat (dana kelompok dan
adminitrasi kelompok yang baik), (3) kesempatan mendapat anggota
baru dan terjadi perguliran dana, (4) rasa tanggung jawab anggota,
(5)kontrol sosial atas normal yang berlaku pada kelompok.
Berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi yang diperoleh,
jumlah skor hasil pengukuran diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yaitu: rendah dengan skor < 14, sedang dengan skor 15-18, dan
tinggi dengan skor > 19.
e. Kekompakan kelompok ( ) yaitu rasa keterkaitan (memiliki)
anggota terhadap kelompoknya. Indikatornya ditunjukan dengan
(1) kepemimpinan kelompok, (2) keanggotaan kelompok, (3) nilai
tujuan kelompok, (4) homogenitas anggota kelompok,
(5) keterpaduan kegiatan kelompok, (6) jiwa bersama, dan (7)
jumlah anggota kelompok. Berdasarkan nilai rata-rata dan standar
deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah dengan skor
< 14, sedang dengan skor 15-18, dan tinggi dengan skor > 19.
f. Suasana kelompok ( ) adalah keadaan kelompok akibat pengaruh
lingkungan fisik dan non fisik (interaksi anggota) yang dapat
mempengaruhi anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Diukur
dari : (1) hubungan antara anggota kelompok, (2) kebebasan
berpartisipasi, dan (3) lingkungan fisik. Berdasarkan nilai rata-rata
dan standar deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah dengan skor < 8,
sedang dengan skor 9-11, dan tinggi dengan skor >12.
4. Kemandirian anggota kelompok ( ), diartikan sebagai keberadaan
individu dan kelompok dalam melangsungkan kehidupannya yang serasi
dan berkelanjutan dengan kemampuan sendiri. Kemandirian anggota
kelompok meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a. Tingkat perkembangan usaha ( ), yaitu bertambahnya skala usaha
produktif anggota Grameen Bank. Tingkat kemandirian dalam hal ini
dibagi menjadi tiga yaitu : rendah, sedang ,tinggi. Dinyatakan rendah
apabila tidak ada peningkatan usaha produktif. Dikategorikan sedang
apabila ada sedikit peningkatan, dan tergolong tinggi apabila
terdapat banyak peningkatan usaha produktif. Berdasarkan nilai rata-
rata dan standar deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil
pengukuran diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah
dengan skor < 4, sedang dengan skor 5-7, dan tinggi dengan skor >8.
b. Perkembangan permodalan ( ), yaitu usaha yang dilakukan
anggota Grameen Bank untuk menambah modal usaha, apakah
tambahan modal dari Grameen Bank, pinjaman bank, pinjaman
lainnya, ataukah menjual barang tak bergerak. Tingkat kemandirian
dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu: rendah, sedang, tinggi.
Dinyatakan “rendah” apabila tidak ada peningkatan atau penguatan
modal usaha, dikategorikan “sedang” apabila ada sedikit
peningkatan, dan dikategorikan “tinggi” apabila terdapat banyak
peningkatan modal usaha. Berdasarkan nilai rata-rata dan standar
deviasi yang diperoleh, jumlah skor hasil pengukuran
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: rendah dengan skor < 5,
sedang dengan skor 6-8, dan tinggi dengan skor > 9.
c. Tingkat kerapian sistem adminitrasi ( ), yaitu adanya kelengkapan
kepengurusan minimal terdiri atas ketua, sekertaris, dan bendahara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kelengkapan buku adminitrasi, seperti buku anggota, buku simpan
pinjam, buku hasil rapat Grameen Bank, buku keuangan Grameen
Bank. Tingkat kemandirian dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu:
rendah, sedang,tinggi. Dinyatakan “rendah” apabila tidak lengkap,
dikategorikan “sedang” apabila kurang lengkap, dan dikategorikan
“tinggi” apabila sistem adminitrasi lengkap. Berdasarkan nilai rata-
rata dan standar deviasi yanng diperoleh, skor hasil diklasifikasian
menjadi tiga kategori, yaitu: rendah dengan skor < 14, sedang
dengan skor 15-18, dan tinggi dengan skor > 19.
d. Tingkat perkembangan jaringan ( ) yaitu meluasnya interaksi
anggota dengan kelompok dan lembaga yang ada seperti koperasi,
bank, dan lembaga lainnya. Hal ini diukur dengan tiga kategori yaitu
rendah, sedang, tinggi. Dikategorikan “rendah” jika interaksi dengan
kelompok lainnya tidak ada (sedikit sekali). Dikatakan “sedang” jika
interaksinya tersebut ada walaupun tidak terlalu sering.
Dikategorikan “tinggi” jika interaksi yang dilakukan sering terjadi.
Berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi yang diperoleh,
jumlah skor hasil pengukuran diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
yaitu : rendah dengan skor <15, sedang dengan skor 16-19, dan
tinggi dengan skor >20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
observasi langsung dan wawancara. Dalam penelitian ini dipilih pihak-
pihak yang yang terkait dengan Grameen Bank. Pihak-pihak tersebut
antara lain:
a. Aparat Pemerintah Desa Sukoharjo
b. Fasilitator Kelurahan Desa Sukoharjo
c. Pengurus Grameen Bank Desa Sukoharjo
d. Manager Grameen Bank Desa Sukoharjo
e. Pengurus dan anggota Grameen Bank Desa Sukoharjo
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
yang berasal dari :
a. Arsip
b. Laporan
c. Monografi Desa
d. Buku-buku dan data lain yang mendukung Grameen Bank secara
umum maupun khusus di Desa Sukoharjo.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Interview
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan
anggota Grameen Bank secara langsung.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan
atau pernyataan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang kemudian
diberikan kepada sebagian anggota Grameen Bank yang dinilai
representatif.
4. Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada
di buku, majalah dan koran, BPS ataupun data – data yang tersedia pada
internet dan sumber yang lain.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan terlebih dulu di tabulasi kemudian dianalisis
dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif adalah melakukan analisis deskriptif terhadap data dan hasil
pengamatan. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menguji
hubungan variabel (peubah) yang diajukan dengan menggunakan uji statistik
nonparametrik. Untuk melihat hubungan variabel-variabel yang diamati,
dianalisis dengan uji korelasi kendali Tau-b (Agresti dan Barbara, 1999)
dengan menggunakan tingkat signifikasi pada taraf kepercayaan 0.05 dan
0.01. Untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Untuk data rasio, sebelum diolah dengan uji kendali Tau-b, terlebih
dahulu diklasifikasi menjadi tiga kategori. Pengkatagorian dilakukan dengan
menggunakan rumus sebaran normal,yaitu:
1. Rendah, bila lebih kecil dari - standar deviasi atau - Sd
2. Sedang, bila sama dengan ± standar deviasi atau ± Sd
3. Tinggi, bila lebih besar dari + standar deviasi atau + Sd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Kondisi Geografis
Desa Sukoharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Pabelan
yang ada di Kabupaten Semarang. Desa Sukoharjo terdiri dari 6 dusun
dan terbagi menjadi 21 RT. Wilayah Desa Sukoharjo dibatasi oleh :
a. Sebelah Utara : Desa Jembrak
b. Sebelah Timur : Desa Karang Gondang
c. Sebelah Selatan : Desa Ujung-ujung
d. Sebelah Barat : Kota Salatiga
Bentang wilayah Desa Sukoharjo berbukit dengan ketinggian
tempat 1500 meter dari Permukaan Laut. Curah hujan/ Jumlah bulan
hujan 80mm/th, 6 bulan. Suhu rata-rata harian 26 derajat celcius. Luas
wilayah Desa Sukoharjo 281.335 Ha. Dari segi penggunaan lahannya
113.66 Ha untuk tanah sawah, 5,6 Ha untuk tanah fasilitas umum, 21 Ha
untuk tanah perkebunan, dan 85,38 Ha untuk tanah kering.
(Monografi Desa Sukoharjo 2011).
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sukoharjo adalah sebanyak 2.985 orang
yang terdiri atas jumlah laki-laki 1.474 orang dan jumlah perempuan
1.511 orang dengan jumlah kepala keluarga adalah 897 KK. Dari
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
keseluruhan jumlah penduduk Desa Sukoharjo tersebut terdiri dari
berbagai macam kelompok usia yang dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk menurut Usia
Kel Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 0 < 1 49 47 96 1 > 5 87 104 191 6 – 10 102 86 188 11 – 15 125 108 233 16 – 20 129 115 244 21 – 25 128 112 240 26 – 30 128 128 256 31 – 40 234 281 515 41 – 50 216 206 422 51 – 60 119 136 255 60 keatas 158 193 351 Jumlah 1.474 1.511 2.985
Sumber : Monografi Desa Sukoharjo2011
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok usia 31 – 40
tahun merupakan kelompok terbesar dengan jumlah 515 orang, kemudian
kelompok usia 41 – 50 tahun merupakan kelompok terbesar kedua yaitu
422 orang. Mengenai jumlah usia produktif yaitu antara usia 16 – 50
tahun yang ada di Desa Sukoharjo terhitung sangat banyak yaitu 1.437
orang, sehingga terdapat banyak tenaga kerja produktif.. Penduduk Desa
Sidomukti mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam, dimana
sebagian besar bermata pencaharian sebagai wiraswasta atau pedagang
dan petani. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Pegawai Negeri Sipil 35 8 43 2. TNI 6 - 6 3. POLRI 5 - 5 4. Pegawai Swasta 197 210 407 5. Pensiun 22 19 41 6. Pengusaha 14 8 22 7. Buruh Bangunan 134 1 135 8. Buruh Industri 24 52 76 9. Buruh Tani 195 158 353 10. Petani 151 99 250 11. Peternak 19 10 29 12 Lain-lain 310 606 916 Jumlah 1.112 1.171 2283
Sumber : Monografi Desa Sukoharjo 2011
Dengan melihat tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa
sebagian besar penduduk desa Sukoharjo bermata pencaharian sebagai
pegawai swasta yaitu 407 orang, kemudian sebagai buruh tani yaitu
sebanyak 353 orang.
Penduduk Desa Sukoharjo yang mengenyam pendidikan dari
seluruh penduduknya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Umum
No Tingkat Pendidikan Umum
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Tidak Sekolah 155 193 348 2. TK / Play Group 154 146 300 3. Belum Tamat SD 134 189 323 4. Tidak Tamat SD 326 389 715 5. Tamat SD 183 176 359 6. Tamat SLTP 205 184 389 7. Tamat SLTA 117 115 232 8. Tamat Akademi/ Diploma 17 13 30 9. Sarjana Keatas 85 105 190 Jumlah 1.376 1.510 2.886
Sumber : Monografi Desa Sukoharjo 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk Desa
Sidomukti sebagian besar tidak tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak
715 orang kemudian lulusan SLTP yaitu sebanyak 389 orang.
3. Organisasi Pemerintahan Desa Sukoharjo
Dalam pemerintahan Desa Sukoharjo dipimpin oleh seorang
Kepala Desa yang dibantu Sekretaris Desa (Carik). Dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari Sekretaris Desa dibantu oleh 3 orang Kepala Urusan
yaitu Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, dan
Kepala Urusan Umum. Selain itu Kepala Desa dibantu oleh 6 orang
Kepala Dusun. Untuk lebih memahami tugas, wewenang dan tanggung
jawab aparat Desa Sidomukti maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kepala Desa
Penanggungjawab utama di bidang pemerintahan umum, termasuk
pembinaan ketertiban administrasi pemerintahan, pembangunan,
pembinaan masyarakat, pembinaan organisasi masyarakat dan
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Sekretaris Desa
1) Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa.
2) Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta
mengawasi semua urusan / kegiatan sekretariat.
3) Memberikan informasi mengenai keadaan sekretariat dan
keadaan umum di wilayahnya.
4) Merumuskan program kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5) Melaksanakan surat menyurat, kearsipan dan laporan.
6) Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat
hasil rapat.
7) Menyusun rencana keuangan.
8) Mengadakan kegiatan inventarisasi.
9) Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pencatatan
administrasi pertanahan.
10) Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya.
11) Melakukan administrasi kependudukan, administrasi
pembangunan dan administrasi kemasyarakatan.
12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Desa.
c. Kaur Pemerintahan
1) Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk.
2) Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat
dalam hal pembuatan KTP.
3) Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai
kewarganegaraan.
4) Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan.
5) Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi.
6) Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan anatara lain
RW, RT dan kegiatan ketentraman dan ketertiban serta
pertahanan sipil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
7) Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan
Desa dan keputusan Kepala Desa.
8) Menyusun rencana keuangan.
9) Melaksanakan kegiatan administrasi pemilu berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
10) Mencatat kegiatan politik.
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.
d. Kaur Pembangunan
1) Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan.
2) Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam
pembangunan.
3) Menghimpun data potensi serta menganalisis dan memelihara
untuk dikembangkan.
4) Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna
pembuatan daftar usulan rencana proyek / daftar usulan kegiatan
serta mencatat daftar isian proyek / daftar isian kegiatan.
5) Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan
bidang pertanian, perindustrian, maupun pembangunan lainnya.
6) Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan
perekonomian, perkoperasian, perkreditan, dan lembaga
perekonomian lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
7) Melaksanakan pencatatan Tera Ulang dan memberikan
pelayanan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pembuatan
ijin usaha, ijin bangunan, dan lain-lain.
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa.
e. Kaur Umum
1) Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan
masyarakat termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan
dan kebudayaan, kesenian, olahraga, pemuda, pramuka dan
PMI.
2) Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program
kependudukan, ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan
hidup.
3) Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan
keagamaan, nikah, talak, cerai dan rujuk. Kegiatan badan amil
zakat dan melaksanakan pengurusan desa.
4) Melaksanakan dan memimpin kegiatan sosial kemasyarakatan
seperti adanya kematian, hajatan dan kegiatan kemanusiaan
lainnya.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi pemerintah Desa Sidomukti
dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Desa Sukoharjo
Keterangan :
Kepala Desa : Juriadi
Sekretaris Desa : Yulianto
Kaur I (Pemerintahan) : Mariyani
Kaur II (Pembangunan) : Mulyati
Kaur III (Umum) : Rusito
Kadus I : Margo
Kadus II : Suparman
Kadus III : Triyono
Kadus IV : Sidam
Kadus V : Rochmad
Kadus VI : Maskuri
Kepala Desa
Kadus II
Kaur I Kaur II
Sekretaris Desa
Kadus III
Kaur III
Kadus IV Kadus I Kadus V Kadus VI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Faktor Internal Anggota Grameen Bank
Faktor Internal Anggota Grameen Bank yang diamati dan dianalisis
adalah : Usia ( Tingkat Pendidikan Formal ( Tingkat Pendidikan
Non Formal ( Pengalaman Berusaha ( , Usia Kelompok
( Tingkat pendapatan ( Sikap Kewirausahaan ( , adapun hasil
analisis terhadap faktor internal anggota kelompok Grameen Bank
digambarkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Faktor Internal Anggota Kelompok Grameen Bank
No Faktor Internal Kategori Nilai/Skor Presentase (n=30)
1 Usia Muda Dewasa Tua
≤ 35 tahun 36-45 tahun ≥ 46 tahun
6 ( 20%) 12 (40%) 12 (40%)
2 Tingkat Pendidikan Formal
Rendah Sedang Tinggi
Tidak tamat SD-Tamat Sd Tidak Tamat SMP- Tamat SMP Tidak tamat SLTA-PT
18 (60 %) 9 (30%) 3 ( 10%)
3 Tingkat Pendidikan Non Formal
Rendah Sedang Tinggi
0(tidakpernah) 1-2 kali ≥ 3 kali
26 (87 %) 1 (3 %) 3 (10%)
4 Pengalaman berusaha Rendah Sedang Tinggi
≤ 3 tahun 4-9 tahun ≥ 10 tahun
14 (47%) 4 (13%) 12 (40%)
5 Usia kelompok Grameen Bank
Baru Sedang Lama
1 tahun 2 tahun ≥ 3 tahun
2 (7%) 5 (16%) 23 (77%)
6 Tingkat pendapatan Rendah Sedang Tinggi
≤ Rp 500.000 Rp 500.000-Rp999.000 ≥ Rp 1.000.000
16 (53%) 14 (47%) 0 (0%)
7 Sikap kewirausahaan Rendah Sedang Tinggi
≤ 12 13 - 16 ≥ 17
7 (23%) 16 (54%) 7 (23%)
Keterangan: n= Jumlah Responden ( )= Jumlah Presentase
1. Usia (
Umur anggota kelompok Grameen Bank secara keseluruhan
bervariasi mulai 22 tahun sampai 60 tahun. Sebaran umum terbesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
adalah pada kisaran umur 39 tahun sampai dengan 44 tahun (40%) yaitu
pada usia dewasa dan 46 tahun sampai dengan 60 tahun (40%) yaitu pada
usia tua. Dilihat dari usia produktif, sebagian besar anggota tersebut
masih tergolong usia produktif. Ini menunjukan bahwa pada usia
produktif seorang yang melakukan usaha atau pekerjaan diharapkan
dapat melakukan kegiatan seoptimal mungkin, dimana hal tersebut
berkaitan dengan kondisi perkembangan fisik, pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh sehingga dapat mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya.
Sedangkan (40%) lainnya berusia diatas 46 tahun dan
dikategorikan usia tua. Adanya anggota kelompok Grameen Bank yang
dikategorikan berusia tua yang masih melakukan usaha atau bekerja
menandakan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya adalah masyarakat
yang gemar bekerja dan tetap mau melakukan usaha walaupun usianya
sudah tua.
Sebagian lainnya (20%) berada pada kondisi muda yaitu umur 22
tahun sampai dengan 35 tahun. Ini menandakan usia muda masih sebagai
usia produktif dimana anggota Grameen Bank aktif melakukan usaha.
Dilihat secara umum, sebaran umur anggota Grameen Bank
sebenarnya cukup merata baik pada kategori usia muda, dewasa, dan tua.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia terutama pada
golongan kecil menengah kebawah pada semua golongan usia tetap
berusaha menjadi manusia yang kreatif dan tetap produktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Pendidikan Formal (
Tingkat Pendidikan anggota Grameen Bank cukup beragam.
Tingkat pendidikan anggota Grameen Bank yang paling rendah adalah
tidak pernah sekolah dan tertinggi adalah Sekolah Menengah Atas.
Sebaran tingkat pendidikan anggota Grameen Bank kurang merata.
Tingkat pendidikan anggota Grameen Bank yang berpendidikan SD
(tamat/tidak tamat) cenderung tinggi (60%) dibandingkan anggota yang
berpendidikan SMP dan SLTA (tamat/ tidak tamat).
Anggota responden yang cukup rendah pendidikannya umumnya
pada golongan tua dimana kurang sekali menempuh pendidikan sampai
kejenjang yang lebih tinggi. Namun demikian tingkat pendidikan formal
yang ada pada anggota Grameen Bank diharapkan dapat menjadi modal
dalam mengelola usahanya secara lebih baik. Juga dapat mendukung
keberadaannya sebagai anggota kelompok.
3. Pendidikan Non Formal (
Adapun tingkat pendidikan non-formal anggota berupa pelatihan
atau kursus yang terkait dengan pengembangan usaha dan pengelolaan
kelompok sangat rendah. Sebagian besar (87%) anggota dalam kurun
waktu terakhir sejak Grameen Bank terbentuk tidak pernah memperoleh
atau mengikuti pelatihan, seminar, kursus dan pendidikan non-formal
lainnya yang berkaitan dengan pengembangan usaha dan pengelolaan
kelompok. Padahal dari pendidikan non-formal seperti inilah diharapkan
dapat mendukung berlangsungnya kedinamisan kelompok. Keadaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang terjadi karena kelompok kurang dapat menciptakan kegiatan belajar
(pendidikan non formal).
Sebagian kecil (10%) anggota mempunyai pendidikan non-formal
tinggi dimana pernah mengikuti pendidikan non-formal lebih dari 3 kali.
Sedangkan sisanya (3%) hanya pernah mengikuti berbagai kegiatan
pelatihan sebanyak 1 sampai 2 kali dan dikategorikan sedang.
4. Pengalaman Berusaha
Pengalaman berusaha anggota Grameen Bank bervariasi mulai
dari 3 sampai 26 tahun. Sebagian besar anggota (47%) memiliki
pengalaman usaha dalam kategori rendah yaitu dibawah 3 tahun.
Umumnya yang masuk dalam kategori rendah adalah mereka yang akibat
krisis moneter kemudian berpindah pekerjaan. Sebagian melakukan
usaha ketika Grameen Bank terbentuk secara bersama-sama membentuk
Grameen Bank untuk melakukan usaha.
Sebagian kecil (13%) anggota Grameen Bank memiliki
pengalaman usaha pada 4-9 tahun dimana termasuk kategori sedang. Para
anggota sebelum bergabung dalam kelompok Grameen Bank telah
melakukan usaha yang menjadi sumber penghasilannya.
Adapun (40 %) lainnya mempunyai usaha diatas 10 tahun dimana
termasuk kategori tinggi. Dilihat dari rata-rata pengalaman berusaha
anggota Grameen Bank, anggota Grameen Bank mempunyai pengalaman
usaha yang cukup memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
5. Usia Kelompok (
Dilihat dari rataan dan usia Grameen Bank, usianya adalah 1
sampai 11 tahun. Grameen Bank dengan umur lebih dari 3 tahun lebih
banyak dari Grameen Bank dengan usia 1 tahun dan 2 tahun, anggota
Grameen Bank dengan usia lebih dari 3 tahun (77%) dimana
dikategorikan lama. Grameen Bank dengan umur 2 tahun dikategorikan
sedang sebanyak (16%), sedangkan Grameen Bank dengan umur 1 tahun
dikategorikan baru sebanyak (7%).
6. Tingkat pendapatan (
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh anggota ketika usaha
atau pekerjaannya tergabung dalam Grameen Bank walaupun mungkin
mendapat tambahan dari pekerjaan lainnya. Pendapatan anggota
Grameen Bank merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan
anggota kelompok tersebut. Jika pendapatannya tinggi maka hal tersebut
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan dapat dijadikan tambahan
modal usahanya.
Penghasilan anggota Grameen Bank cenderung rendah dimana
sebagian besar (53 %) memperoleh penghasilan Rp 500.000,00 kebawah.
Lainnya (47%) yang berpenghasilan sedang antara Rp 510.000,00 sampai
dengan Rp 990.000,00. Keadaan ini menunjukan bahwa sebagian besar
masyarakat yang menjadi anggota Grameen Bank berpenghasilan rendah
atau golongan menengah kebawah. Ini sesuai dengan tujuan Grameen
Bank yaitu membantu masyarakat kecil. Diharapkan dari proyek tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
masyarakat yang menjadi anggota Grameen Bank akan meningkatkan
penghasilan.
7. Sikap Kewirausahaan (
Sikap kewirausahaan merupakan hal penting yang perlu dimiliki
oleh seseorang yang sedang melakukan usaha. Sikap ini merupakan
perwujudan dari sikap tanggap terhadap peluang usaha yang dapat
dikerjakan dan diperkirakan dapat membuahkan hasil. Dengan sikap ini
anggota Grameen Bank diharapkan dapat secara maksimal melakukan
usaha dan meningkatkan hasil dari usaha yang dilakukannya.
Pada umumnya sikap kewirausahaan yang dimiliki anggota
Grameen Bank dalam kategori rendah (23%), sedang (54%) dan tinggi
(23%). Hal ini membuktikan bahwa para pengusaha kecil mempunyai
kemauan untuk lebih maju dalam berusaha. Anggota Grameen Bank akan
mau melakukan usaha dan cara baru (sifat inovatif) jika hal tersebut
dianggap lebih menguntungkan. Ketangguhan usaha sebagian besar
responden terungkap dimana ditegaskan tidak akan berpindah dari usaha
yang sedang dikerjakan sampai pekerjaan atau usaha tersebut berhasil.
C. Faktor Eksternal Kelompok Grameen Bank
Faktor eksternal kelompok Grameen Bank yang diamati dan dianalisis
adalah Intensitas Penyuluhan ( , Keterjangkauan Informasi ( ,
Ketersediaan Kredit Bergulir ( .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.5 Faktor Eksternal Anggota Kelompok Grameen Bank
No Faktor Eksternal Kategori Skor/ nilai Presentase (n= 30)
1 Intensitas Penyuluhan Rendah Sedang Tinggi
≤ 12 13- 18 ≥ 19
1 (3%) 16 (54%) 13 (43%)
2 Keterjangkauan Informasi
Rendah Sedang Tinggi
≤ 2 3-4 ≥ 5
0 (0%) 9 (30%) 21 (70%)
3 Ketersediaan Kredit Bergulir
Rendah Sedang Tinggi
≤ 10 11-15 > 16
0 (0%) 5 (17%) 25 (83%)
Keterangan : n = Jumlah Responden ( ) = jumlah Presentase
1. Intensitas Penyuluhan (
Salah satu faktor yang dianggap dapat mempengaruhi
kedinamisan suatu kelompok Grameen Bank adalah pengaruh dari luar
kelompok yaitu dengan adanya pendampingan atau penyuluhan. Pada
Tabel 4.5 menggambarkan bahwa intensitas penyuluhan yang dilakukan
oleh penyuluh dinilai sebagaian besar responden (54%) pada taraf
sedang, dan sebagian lagi (43%) menyatakan bahwa pengaruh
pendampingan atau penyuluhan terhadap dinamika kelompoknya
tergolong tinggi. Hal ini menggambarkan pendampingan atau
penyuluhan baik sekali pengaruhnya bagi kedinamisan kelompok.
rendah. Hanya sebagian kecil (3%) yang menyatakan penyuluhan kurang
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil pengamatan menunjukkan penyuluh secara tepat telah
menumbuhkan Grameen Bank. Pendampingan yang dilakukan memang
telah berhasil membentuk Grameen Bank yang anggotanya mempunyai
usaha cukup beragam. Akan tetapi penyuluhan tersebut dirasakan masih
perlu ditingkatkan lagi pengaruhnya terhadap perkembangan dan
kemajuan Grameen Bank. Sejauh ini intensitas penyuluhan yang
dilakukan setelah Grameen terbentuk sudah cukup baik, terutama jika
dilihat dari jumlah kunjungan tenaga penyuluhan ke Grameen tersebut.
Tingkat kunjungan dan kehadiran penyuluh ke Grameen Bank
dipandang cukup oleh anggota Grameen Bank. Penyuluhan biasanya
dilakukan 2 kali seminggu setiap diadakan pertemuan.
2. Keterjangkauan Informasi (
Keterjangkauan sumber informasi terutama hal yang berkenaan
dengan Grameen Bank dirasakan oleh para anggota dan dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam usaha yang dilakukan. Tabel 4.5
menunjukan bahwa sebagian besar anggota (70%) menilai
keterjangkauan informasi pada kategori tinggi. Sedangkan hanya
sebagian (30 %) anggota kelompok merasakan keterjangkauan informasi
dirasakan sedang.
Para anggota mengakui memang jarang mengunjungi pusat
informasi yang ada secara khusus. Tetapi tenaga penyuluh selalu datang
2 kali dalam seminggu untuk membagikan informasi. Selain itu anggota
kelompok pada awal proyek lebih sering menerima informasi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Grameen Bank melalui tetangganya atau teman sesama profesi. Informasi
kadangkala secara berantai dilakukan anggota oleh anggota Grameen
Bank. Anggota Grameen Bank yang mendapat informasi seringkali akan
menyampaikan informasi tersebut kepada anggota Grameen Bank yang
lainnya. Ini dimungkinkan karena lokasi tempat tinggal anggota yang ada
di pinggiran dan cukup jauh dari kantor Grameen Bank sebagi pusat
informasi atau dimana tenaga penyuluhnya tinggal. Sebenarnya hal ini
juga dipengaruhi oleh keengganan anggota Grameen Bank tersebut untuk
datang secara aktif mencari informasi, karena pada umumnya anggota
Grameen Bank kenal dengan tenaga penyuluh setempat. Media massa
sebagai sumber informasi jarang sekali dipergunakan sebagai sarana
informasi Grameen Bank, media cetak lainnya seperti leaflet dan brosur,
hanya dapat ditemui di kantor Grameen Bank setempat.
3. Ketersediaan Kredit Bergulir (
Dana kredit ditunjukan sebagi modal bagi kegiatan usaha yang
produktif. Dimaksudkan sebagai dana abadi, dana tersebut digulirkan
secara terus menerus pada anggota Grameen Bank, sehingga dana
tersebut tetap berada dan berkembang dikelurahan yang bersangkutan.
Dana tersebut diharapkan akan berputar dan dapat dipergunakan oleh
anggota masyarakat lainnya.
Kredit bergulir merupakan sarana yang diharapkan dapat
meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat. Kredit bergulir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
merupakan suatu rangsangan bagi masyarakat yang telah memulai dan
mempunyai usaha agar lebih dapat berkembang.
Dari pengamatan yang dilakukan pemberian kredit usaha ini dapat
mempengaruhi peningkatan usaha anggota Grameen Bank terutama
menambah permodalan. Pertambahan permodalan akan meningkatkan
skala produksi atau barang yang dijual. Besarnya kredit yang diberikan
disesuaikan dengan jenis usaha yang dilakukan.
Penilaian para anggota Grameen Bank terhadap ketersediaan
kredit bergulir cukup merata. Sebagian (83%) anggota Grameen Bank
menilai kredit yang diberikan Grameen Bank sangat bermanfaat untuk
peningkatan usahanya dan pelayanan yang diberikan Grameen Bank
dalam pencairan kredit relatif tidak terlalu lama. Sedangkan anggota
(17%) lainnya menilai bahwa kredit yang diberikan cukup membantu
meningkatkan usahanya, karena kredit yang diberikan cukup untuk
modal usahanya.
Anggota Grameen Bank yang dapat meningkatkan usahanya
dengan baik, umumnya dapat mengembalikan cicilan tepat pada
waktunya. Pengembalian dilakukan dengan cara dicicil selama 12 bulan
dengan bunga 25%. Sedangkan bagi anggota Grameen Bank yang belum
mampu meningkatkan usahanya walaupun telah memperoleh kredit,
umumnya tersendat-sendat dalam membayar cicilan kredit. Bahkan
karena usahanya mengalami kebangkrutan, ada anggota Grameen Bank
yang sama sekali tidak dapat melunasi pembayaran kredit tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
D. Dinamika Kelompok Grameen Bank
Dinamika kelompok Grameen Bank yang dialami dan dianalisis
adalah: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan
pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, dan suasana kelompok.
Tabel 4.6 dibawah ini menunjukan hasil analisis dari tiap unsur dinamika
kelompok Grameen Bank.
Tabel 4.6 Dinamika Kelompok Grameen Bank
No Dinamika Kelompok Kategori Skor/ Nilai Presentase (n=30)
1 Tujuan Kelompok Rendah Sedang Tinggi
≤ 4 5-7 ≥ 8
0 (0%) 7 ( 23%) 23 (77%)
2 Struktur Kelompok Rendah Sedang Tinggi
≤ 6 7-9 >10
0 (0%) 4 (13%) 26 (87%)
3 Fungsi tugas Rendah Sedang Tinggi
≤ 8 9 -12 ≥ 13
0 (0%) 0 (0%) 30 (100%)
4 Pembinaan dan Pengembangan Kelompok
Rendah Sedang Tinggi
≤ 8 9 -12 ≥ 13
0 (0%) 10 (33%) 20 (67%)
5 Kekompakan Kelompok
Rendah Sedang Tinggi
≤ 13 14-20 ≥ 21
0 (0%) 2 (7%) 28 (93%)
6 Suasana Kelompok Rendah Sedang Tinggi
≤ 4 5-7 ≥ 8
0 (0%) 2 (7%) 28 (93%)
Keterangan: N = Jumlah Responden ( ) = Jumlah Presentase
1. Tujuan Kelompok (
Tujuan kelompok adalah keadaan yang ingin dicapai oleh
kelompok dan para anggotanya. Tujuan ini dapat diketahui oleh para
anggota kelompok dan ada juga anggota yang kurang mengetahui tujuan
tersebut dengan jelas. Kemungkinan tersebut dapat terjadi apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
masing-masing kelompok Grameen Bank ikut didalamnya hanya karena
sekedar ikut-ikutan diajak teman atau tetangganya, atau memiliki
kepentingan pribadi dengan kelompok tersebut.
Tujuan kelompok sebagian responden (23%) termasuk dalam
kategori sedang. Dengan kata lain, ada sebagian anggota masih kurang
baik dalam memahami tujuan kelompok Grameen Bank. Kurang
mengertinya terhadap tujuan kelompok Grameen Bank karena Grameen
Bank jarang mempuyai tujuan tertulis yang dapat dibaca anggota.
Sebagian anggota mengakui, bergabungnya dengan Grameen Bank
karena diajak teman atau tetangganya dengan adanya informasi
pengucuran kredit dengan syarat kelompok.
Sebagian kelompok lagi (77%) termasuk dalam kategori tinggi
telah memahami tujuan kelompok. Mereka sadar bahwa kelompok
Grameen Bank dibentuk sebenarnya sebagai wahana untuk saling belajar
anggotanya, baik pengembangan diri, ekonomi, sosial dan lingkungan
para anggotanya.
Kekurang mengertian hakekat tujuan kelompok bisa jadi akibat
orientasi proyek yang mengejar target tercapainya jumlah kelompok
dalam waktu tertentu. Warga masyarakat didorong untuk membuat
kelompok tanpa diimbangi penyuluhan (pembinaan) yang baik tentang
kelompok Grameen Bank itu sendiri. Tujuan kelompok dipersepsikan
hanyalah sekedar untuk mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kredit Grameen Bank. Akibatnya, setelah mendapatkan kredit, anggota
kemudian menjadi sibuk dengan usaha pribadinya masing-masing.
2. Struktur Kelompok (
Struktur kelompok dalam Grameen Bank merupakan bentuk
hubungan antara individu dalam kelompok yang disesuaikan dengan
peran masing-masing individu dalam kelompok tersebut. Untuk
kelompok yang semi formal seperti Grameen Bank maka posisi dan
peran masing-masing anggota dapat berganti apabila kelompok
menghendakinya.
Struktur kelompok oleh sebagian besar (87%) anggota dipandang
tinggi. Struktur kelompok dalam hal pengambilan keputusan sebenarnya
sudah berjalan relatif baik dimana pengurus kelompok sering melibatkan
anggota dalam pengambilan keputusan, tanpa melihat kedudukan dan
status sosial ekonomi anggota. Para anggota dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan yang diambil berdasarkan atas keinginan dan
pendapat bersama.
Dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab cukup baik
dimana masing-masing menjalankan tugasnya. Bendahara berfungsi
sebagai individu yang menerima pembayaran cicilan dan
membayarkannya ke Grameen Bank. Namun, pola ini kadangkala tidak
baku. Bisa saja anggota lainnya melakukan fungsi bendahara untuk
melakukan pembayaran cicilan kredit jika yang bersangkutan sedang
berhalangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pertemuan resmi kelompok memang tidak rutin dilakukan dan
sebagian anggota mengakui merasa enggan untuk hadir dalam pertemuan
kelompok yang formal, karena alasan kesibukan pekerjaan. Namun hal
ini tidak menghalangi arus informasi antar pengurus dengan anggota dan
anggota dengan anggota lainnya. Jumlah anggota yang relatif tidak besar
dan jarak tempat yang berdekatan memungkinkan segala informasi dapat
dilakukan secara cepat.
3. Fungsi Tugas (
Fungsi tugas kelompok adalah usaha yang dilakukan kelompok
sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Fungsi tugas kelompok
Grameen Bank dipandang semua (100%) anggota cenderung tinggi.
Tenaga penyuluh Grameen selalu menginformasikan, mendiskusikan,
menjelaskan rencana, kegiatan, dan kebijakan kepada semua anggota.
Segala hal yang terjadi, pada umumnya diketahui anggota karena segala
hal tersebut dikonfirmasikan kepada anggota. Informasi cukup lancar
terjadi walaupun tidak selalu dilakukan dalam pertemuan resmi
kelompok.
Dalam hal kegitan kelompok, terlihat pengurus kelompok
senantiasa selalu berusaha mengkoordinasi dengan anggota
kelompoknya. Pengurus kelompok diakui oleh anggota sering mengajak
anggota untuk hadir dalam kegiatan kelompok. Kadang kala ini dapat
dipenuhi namun pada waktu yang lain anggota tidak dapat hadir, namun
sudah ada inisiatif dari pengurus kelompok. Dalam pertemuan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
anggota senantiasa diusahakan dan memberikan kesempatan untuk
mendiskusikan segala persoalan usahanya.
4. Pembinaan dan Pengembangan kelompok (
Pembinaan dan pengembangan kelompok merujuk pada usaha
kelompok untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam setiap kegiatan
kelompok. Selain itu adanya peningkatan usaha dari kelompok yang
bertujuan meningkatkan pendapatan anggota. Disamping peningkatan
koordinasi agar kelompok terhindar dari konflik, pembinaan dan
pengembangan kelompok berhubungan pula dengan penentuan standar
atau norma kelompok yang bertujuan mengatur hubungan antar anggota
kelompok agar tercapai tujuan kelompok tersebut.
Pembinaan dan pengembangan kelompok oleh sebagian kecil
(33%) anggota dinilai sedang. Artinya, secara umum pembinaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap anggota masih kurang dalam
kelompok.
Partisipasi untuk hadir dalam pertemuan resmi kelompok
Grameen Bank diakui sebagian anggota cenderung sedang. Jika dianggap
tidak terlalu penting, anggota enggan untuk hadir dalam pertemuan
kelompok. Hadir dalam pertemuan resmi kelompok dianggap hanya
membuang waktu saja. Jika dilakukan pada siang hari, anggota kelompok
sibuk dengan usahanya masing-masing, sedangkan pada malam hari
anggota sudah merasa lelah akibat pekerjaan di siang hari. Akibatnya
pola pembinaan dalam kelompok jarang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pembinaan dan pengembangan kelompok oleh sebagian besar
(77%) anggota dinilai tinggi. Artinya, secara umum pembinaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap anggota sudah baik.
Sebagian besar anggota sudah banyak yang ikut berpartisipasi
dalam perencanaan kegiatan. Sebelum menjadi anggota baru pun para
anggota mendapat pelatihan dan tenaga penyuluh selalu memberikan
pengenalan nilai-nilai Grameen dalam setiap pertemuan.
5. Kekompakan kelompok (
Kekompakan kelompok merupakan daya lekat kelompok yang
merupakan modal dasar bagi keberhasilan kelompok. Sebagian besar
(93%) menggambarkan kekompakan kelompok pada kategori tinggi.
Sedangkan sebagian kecil lainnya (7%) menyatakan kekompakan
kelompok Grameen Bank dalam kategori sedang.
Dari pengamatan terlihat secara umum, kekompakan dalam arti
hubungan sebagai sesama anggota masyarakat relatif cukup baik.
Pembentukan kelompok yang didasarkan pada kedekatan tempat tinggal
dan pada kesamaan jenis usaha membuat kekompakan kelompok dilihat
dari homogenitas sosial anggota. Anggota kelompok umumnya memiliki
hubungan yang erat antar sesama anggota maupun dengan anggota
Grameen Bank yang lainnya dan saling kenal-mengenal. Anggota
mengakui akan saling tolong menolong jika tetangganya sedang
mengalami kesulitan dan kesusahan. Misalnya jika ada kematian, acara
perkawinan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pada umumnya anggota Grameen Bank masih merasa senang
dengan kelompoknya. Konflik yang dapat membubarkan Grameen Bank
jarang terjadi, yang terjadi hanyalah masalah kecil misalnya ada anggota
Grameen Bank yang tidak dapat membayar cicilan kredit pada waktunya.
Biasanya persoalan seperti ini dapat diselesaikan dalam kelompok, dan
tidak sampai mengganggu kekompakan kelompok.
6. Suasana Kelompok (
Suasana kelompok adalah keadaan kelompok akibat pengaruh
lingkungan fisik dan non fisik (interaksi anggota) yang dapat
mempengaruhi anggota dalam mencapai tujuan kelompok.
Suasana kelompok digambarkan sebagian anggota (93%) pada
kategori tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa suasana kelompok sudah
baik terutama pada lingkungan fisik yang dapat memberikan suasana
kondusif dalam menunjang kedinamisan kelompok Grameen Bank
tersebut. Sebagian besar responden mengakui adanya sekretariat khusus
sebagai tempat pertemuan anggota Grameen Bank ditambah dengan
suasana penunjang yang lainnya.
Hubungan ketetanggaan memang cukup baik, dimana nampak
pada hubungan antar sesama warga, saling kenal dan membantu bila
tetanggannya mengalami kesulitan dan musibah. Keadaan ini malah
nyata terjadi bukan hanya pada saat kegiatan kelompok saja tetapi
suasana seperti ini juga tampak dalam pergaulan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
E. Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank
Kemandirian anggota Grameen Bank merupakan salah satu
keberhasilan dari program ini. Diharapkan usaha anggota dan kelompok tetap
dapat bertahan dan berkembang. Kemandirian anggota kelompok Grameen
Bank ditandai dengan adanya perubahan lebih baik pada empat hal yaitu: (1)
tingkat perkembangan usaha,(2) perkembangan permodalan,(3) tingkat
kerapian sistem adminitrasi,(4) tingkat perkembangan jaringan. Hasil analisis
digambarkan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank
No Tingkat Kemandirian Grameen Bank
Kategori Skor/ Nilai Presentase (n=30)
1 Tingkat perkembangan usaha
Rendah Sedang Tinggi
≤ 6 7- 9 ≥ 10
1 (3%) 18 (60%) 11 (37%)
2 Perkembangan Modal Rendah Sedang Tinggi
≤ 4 5-7 ≥ 8
0 (0%) 12 (40%) 18 (60%)
3 Tingkat Kerapian Sistem Adminitrasi
Rendah Sedang Tinggi
≤ 19 20-26 ≥ 27
3 (10%) 5 (17%) 22 (73%)
4 Tingkat Perkembangan Jaringan
Rendah Sedang Tinggi
≤ 13 14-20 ≥ 21
6 (20%) 18 (60%) 6 (20%)
Keterangan: N = Jumlah Responden ( ) = Jumlah Presentase
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat kemandirian anggota
Grameen Bank secara umum menunjukan kategori sedang dan tinggi.
Artinya, kemandirian yang ada kelompok Grameen Bank tersebut sudah
cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Tingkat Perkembangan Usaha (
Keadaan masyarakat di Desa Sukoharjo lebih bergantung pada
sektor-sektor non pertanian seperti industri, jasa, perdagangan dan masuk
dalam skala kecil menengah kebawah. Usaha seperti itulah yang lama
ditekuni dan diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup. Ada yang
dilakukan oleh masing-masing individu dan ada yang dilakukan bersama-
sama dalam satu kelompok. Namun, pada umumnya usaha yang
dilakukan secara individu.
Hasil penelitian menunjukan tingkat perkembangan usaha
produktif anggota kelompok dinilai sebagian besar (60%) anggota berada
pada kategori sedang dan (3%) anggota pada kategori rendah. Ini
menunjukan, walaupun usaha anggota telah menunjukan perkembangan,
peningkatan masih kategori sedang. Anggota Grameen Bank menilai
bahwa bantuan kredit Grameen Bank sudah dapat memberikan
perubahan berarti dalam mengembangkan usaha.
Tambahan modal dari Grameen Bank, terutama pada saat awal
menerimanya diakui dapat meningkatkan bahan baku dan produksi. Akan
tetapi seiring dengan kenaikan harga barang (ongkos produksi), akhirnya
tambahan modal tersebut tidak cukup berarti dalam mendukung
perkembangan usaha terutama dalam hal penambahan bahan baku dan
produksi.
Usaha anggota Grameen Bank yang tidak mengalami
perkembangan berarti dan mengalami kemunduran menunjukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kemandiriannya belum terlihat. Kurang berkembangnnya usaha terutama
disebabkan tambahan dana yang relatif kurang cukup dalam membiayai
produksi. Akibatnya usaha anggota kelompok seperti ini akan mengalami
kesulitan dalam melunasi pembayaran cicilan kredit Grameen Bank.
Walaupun demikian ada sebagian (37%) anggota yang telah
mencapai taraf kemandirian tinggi, dimana usahanya telah mencapai
peningkatan yang menggembirakan. Keuntungan yang diperoleh
mengalami peningkatan dan usahanya semakin dikenal dengan interaksi
yang lebih luas dengan penyedia bahan baku, pasar, dan konsumen.
Keuntungan yang diperoleh dapat dimaksimalkan untuk menambah
bahan baku dan skala produksi. Anggota kelompok seperti ini dapat
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk ditabung atau
dipergunakan menambah modal yang ada.
2. Perkembangan Permodalan
Peningkatan dan perkembangan permodalan anggota kelompok
sebagai salah satu unsur kemandirian anggota kelompok Grameen Bank
ditandai dengan bertambahnya modal usaha anggota Grameen Bank baik
dari tabungan anggota di kelompok, maupun dari pinjaman luar seperti
bank, koperasi dan lembaga pembiayaan lainnya.
Kredit yang diberikan Grameen Bank dimaksudkan untuk
menambah modal usaha anggota kelompok. Jumlah atau besarnya kredit
berbeda untuk masing-masing kelompok disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan anggota kelompok. Hasil pengamatan menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dana tersebut kadangkala dibagi rata untuk masing-masing anggota
dalam kelompok tersebut. Kredit tersebut dapat dicicil selama 12 bulan
dengan bunga berkisar 25 persen.
Sebenarnya modal usaha anggota Grameen Bank dirasakan makin
bertambah dengan adanya bantuan kredit Grameen Bank, terutama pada
awal menerimanya. Tambahan modal sebelumnya jarang ada sehingga
para anggota kelompok merasa terbantu sekali dengan adanya tambahan
modal tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan permodalan
sebagian anggota (40%) termasuk kategori sedang. Dengan kata lain,
perkembangan permodalan anggota kelompok relatif masih biasa saja,
bahkan hanya mengalami sedikit perkembangan. Hal tersebut ditandai
dengan adanya tabungan anggota di Grameen Bank yang disertai dengan
pembayaran cicilan kredit Grameen Bank yang tepat waktu walapun ada
sebagian kecil anggota yang tidak bisa membayar cicilan kredit. Bahkan
ada anggota Grameen Bank yang tidak dapat melanjutkan pembayaran
cicilan. Keterlambatan dan ketidakmampuan membayar cicilan ini
terutama disebabkan adanya kerugian dalam usahanya. Kadangkala juga
hasil keuntungan yang diperoleh hanya mencukupi konsumsi rumah
tangga sehari-hari, sehingga hasil keuntungan tidak secara nyata dapat
menambah permodalan usahanya. Hal ini dapat dimaklumi karena
memang keadaan ekonomi sebagian besar anggota Grameen Bank adalah
golongan menengah ke bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Anggota Grameen Bank (60%) yang telah menunjukkan
kemandirian tinggi dalam perkembangan permodalan dapat menyisihkan
keuntungan usahanya untuk melakukan pembayaran cicilan kredit dan
dapat menabung secara rutin di kelompoknya. Keuntungan yang
diperoleh secara maksimal dapat digunakan sebagai tambahan modal
usaha. Anggota kelompok yang seperti ini usahanya sudah cukup maju
dimana keuntungan yang diperoleh cukup besar ditambah penghasilan
tambahan lainya. Anggota kelompok dapat tepat waktu melunasi
pembayaran kredit Grameen Bank, dan ada yang kemudian mengajukan
kredit kembali.
3. Tingkat Kerapian Sistem Administrasi (
Administrasi kelompok Grameen Bank yang dikehendaki adalah
adanya kelengkapan pengurus, buku anggota, buku surat keluar dan
masuk Grameen Bank, buku kas, buku bank, buku daftar penabung dan
peminjam, buku surat pinjaman, dan buku besar simpanan.
Tingkat kerapian sistem administrasi sebagian besar (17%)
anggota Grameen Bank pada kategori sedang. Grameen Bank seperti ini,
umumnya tidak memiliki atau hanya memiliki sebagian kelengkapan
administrasi kelompok. Kelengkapan administrasi umumnya adalah
struktur pengurus dan buku surat pinjaman anggota Grameen Bank.
Adanya struktur pengurus karena memang Grameen Bank membutuhkan
adanya pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota.
Buku surat pinjaman pada awal pinjaman diberikan oleh pihak Grameen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Bank agar memudahkan dalam mengontrol pembayaran cicilan. Adapun
buku administrasi kelompok lainnya memerlukan kreatifitas masing-
masing Grameen Bank untuk membuatnya.
Keadaan ini diakui oleh sebagian besar responden dengan alasan
keengganan atau malas untuk membuatnya, disamping faktor kurangnya
kemampuan dan keahlian anggota dalam membuatnya. Diakui, fasilitator
masih kurang dalam memberikan penyuluhan (pelatihan) yang
memberikan ketrampilan membuat kelengkapan buku-buku administrasi
kelompok.
Kelengkapan administrasi yang dimiliki anggota kelompok,
memang sudah diusahakan namun masih terbatas dan belum begitu
lengkap. Anggota kelompok mengakui hanya mempunyai sebagian
kelengkapan buku administrasi yang dipersyaratkan. Buku tersebut
misalnya buku surat pinjaman, buku daftar anggota, buku peminjam. Ada
yang memang berbentuk buku secara rapi akan tetapi banyak juga yang
hanya berupa lembaran seperti keluar masuknya uang dari hasil usaha
hanya dicatat dalam lembaran kertas dan tidak secara rapi dibukukan.
Sebagiannya (73%) telah menunjukkan kemandirian tinggi dalam
hal kerapian sistem administrasi. Anggota Grameen Bank tersebut
dengan baik melengkapi buku-buku administrasi kelompok yang
dipersyaratkan oleh Grameen Bank walaupun dalam bentuk yang
sederhana. Buku administrasi yang dimiliki biasanya sudah cukup
lengkap seperti adanya buku anggota, buku pinjaman (pinjaman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tabungan), buku keuangan, bahkan buku surat masuk dan keluar.
Sedangkan, buku bank dan buku besar simpanan jarang dibuat dengan
alasan kurang penting bagi anggota kelompok.
4. Tingkat Perkembangan Jaringan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan
jaringan yang dilakukan anggota kelompok menunjukkan keadaan
merata. Anggota (20%) yang kemandiriannya rendah ditunjukkan dengan
masih jarangnya anggota Grameen Bank melakukan hubungan dengan
lembaga keuangan mikro atau lembaga kredit. Interaksi dengan bank
tidak pernah dilakukan karena anggota tidak melakukan kegiatan
menabung atau pinjaman di bank. Usaha melakukan pinjaman dengan
bank tidak pernah dilakukan karena adanya persyaratan yang cukup ketat
seperti kelengkapan persyaratan administratif yang cukup rumit.
Lembaga lain seperti koperasi tidak pernah dilakukan dalam hal kaitan
dengan pengembangan usahanya. Interaksi yang dilakukan masih sekedar
dengan pihak pengguna jasa/usaha (konsumen) dan diakui usahanya
sedikit lebih dikenal setelah tergabung dalam kelompok Grameen Bank.
Sebagian anggota (60%) lainnya dalam kategori sedang, dimana
interaksi dilakukan namun masih terbatas dengan pengguna jasa/usaha
dan sesekali dengan koperasi, namun terbatas dalam hal pembelian
beberapa sarana produksi. Dalam hal penjualan lebih memilih langsung
dengan pedagang perorangan. Interaksi dengan bank belum dilakukan,
baik dalam kegiatan menabung maupun dalam hal peminjaman. Sesekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
anggota kelompok berupaya untuk melakukan upaya kerjasama dengan
berbagai pihak untuk mendapatkan pasar penjualan hasil usaha, akan
tetapi diakui belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Anggota Grameen Bank (20%) yang menunjukkan kemandirian
tinggi, telah melakukan hubungan dengan berbagai pihak. Hubungan
dengan pihak pengguna jasa/usaha (konsumen) secara rutin dilakukan,
termasuk dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya seperti
BMT (Baitul Mal Wa Tamwi). Hubungan dengan lembaga keuangan atau
bank yang besar seperti BRI dan BNI pada umumnya belum dilakukan
karena masih terbatasnya akses terhadap lembaga tersebut. Walaupun
begitu, diakui ada keinginan untuk melakukan hubungan dengan bank
agar dapat memperoleh pinjaman yang lebih besar sebagai tambahan
permodalan. Adapun hubungan atau interaksi dengan pasar hasil usaha,
sudah baik dan secara rutin dilakukan.
Dilihat secara umum, interaksi yang dilakukan memang masih
terbatas. Anggota kelompok Grameen Bank belum optimal
memanfaatkan kelompoknya untuk menunjang perkembangan usahanya
maupun perkembangan Grameen Bank itu sendiri. Padahal
berkembangnya hubungan dengan berbagai pihak akan dapat
meningkatkan perkembangan modal yang selanjutnya dapat
meningkatkan usaha anggota kelompok Grameen Bank tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
F. Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Dinamika Kelompok dan
Tingkat Kemandirian Anggota Grameen Bank
Secara umum, tingkat dinamika kelompok (terutama pada struktur
kelompok, pembinaan kelompok dan suasana kelompok) berhubungan nyata
dengan faktor internal pada usia Grameen Bank. Sedangkan faktor internal
pada tingkat pendapatan berhubungan nyata negatif dengan kekompakan
kelompok. Dan sikap kewirausahaan berhubungan nyata positif dengan
pembinaan kelompok. Maknanya, usia Grameen Bank yang lama dapat
meningkatkan dinamika kelompok Grameen Bank. Adapun faktor internal
lainnya berhubungan dengan dinamika kelompok pada beberapa unsur. Ada
yang berhubungan nyata positif dan ada yang nyata negatif. Hal tersebut
ditunjukan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hubungan Faktor Internal Anggota dengan Tingkat Dinamika Kelompok
Grameen Bank Faktor
Internal Tingkat Dinamika Kelompok
Tujuan Kelompok
Struktur Kelompok
Fungsi Tugas
Pembinaan Kelompok
Kekompakan Kelompok
Suasana Kelompok
Umur -0,026 0,153 0,049 0,109 0,085 0,227 Pendidikan Formal 0,115 -0,086 0,17 0,114 -0,126 -0,162 Pendidikan Non Formal -0,219 0,049 0,131 0,064 -0,055 -0,087 Pengalaman Berusaha -0,147 0,097 -0,124 0,070 0,042 0,064 Usia Grameen Bank 0,099 0,384* -0,122 0,380** 0,06 0,461** Tingkat Pendapatan -0,006 -0,037 -0,207 -0,18 -0,328* 0,055 Sikap Kewira-usahaan 0,129 -0,155 -0,257 0,291* -0,18 -0,222
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.8 menunjukkan tidak semua unsur faktor internal
berhubungan dengan unsur dinamika kelompok. Usia Grameen Bank
berhubungan nyata positif dengan (dinamika kelompok) unsur struktur
kelompok, pembinaan kelompok dan suasana kelompok. Tingkat pendapatan
berhubungan nyata negatif dengan kekompakan kelompok, dan sikap
kewirausahaan berhubungan nyata positif dengan pembinaan kelompok.
Hal ini menunjukkan bahwa usia Grameen Bank dapat
mendinamiskan keadaan kelompok melalui struktur kelompok, pembinaan
kelompok dan susana kelompok. Usia kelompok Grameen Bank yang sudah
mencapai 11 tahun berpengaruh pada struktur kelompok. Dalam pengambilan
keputusan ketua kelompok selalu memperhatikan aspirasi anggotanya,
pembagian tugas dan tanggung jawab sangat jelas bahkan dalam bentuk
tertulis, aturan dan kewajiban pengurus tertulis secara rinci dan nyata, dan
komunikasi antara pengurus dan anggota kelompok sangat lancar.
Usia kelompok Grameen Bank juga berhubungan nyata positif dengan
pembinaan kelompok. Tingkat partisipasi anggota dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan cukup besar, sebagian besar anggota sudah ikut
berpartisipasi. Pengelola Grameen Bank sendiri juga selalu menanamkan
nilai-nilai Grameen Bank pada setiap pertemuan misalnya saja pengelola
selalu menanamkan nilai “kalau punya utang harus bayar, karena itu adalah
kewajiban”. Pembinaan dan pengembangan kelompok penting dilakukan
sebagai sarana untuk dapat mempertahankan keberadaan kelompok dengan
peningkatan partisipasi anggota. Partisipasi yang rendah membuat kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Grameen Bank menjadi mundur, bahkan dapat mengarah pada bubarnya
kelompok. Anggota mesti ditingkatkan partisipasinya dengan menumbuhkan
perasaan sebagai bagian dari kelompok dan pengadaan fasilitas yang
memadai.
Usia Grameen Bank juga berhubungan nyata positif dengan suasana
kelompok. Semakin lama usia Grameen Bank semakin baik kondisi
kelompoknya. Disini semua anggota bebas berpartisipasi dalam mencapai
tujuan Grameen Bank. Antara anggota yang satu dengan yang lainnya akrab
baik dalam kegiatan kelompok maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dan di
Grameen Bank ini semua anggota mempunyai derajat yang sama tidak
memandang mereka orang mampu ataupun orang kurang mampu.
Tingkat pendapatan anggota berhubungan nyata negatif dengan
(dinamika kelompok) unsur kekompakan kelompok. Maknanya, semakin
tinggi tingkat pendapatan anggota semakin menurunkan kekompakan
kelompok. Pendapatan anggota menunjukan tingkat ekonomi rumah
tangganya. Pendapatan (keadaan ekonomi) anggota Grameen Bank dapat
mempengaruhi keikutsertaan atau keaktifannya dalam kelompok. Anggota
kelompok yang berpenghasilan rendah cenderung lebih memusatkan
perhatian pada kegiatan usaha pribadinya. Sedangkan anggota yang
penghasilannya tinggi karena usahanya yang relatif mapan akan lebih aktif
terlibat dalam kegiatan kelompok.
Sikap mental usaha (kewirausahaan) yang kuat akan membuat anggota
kelompok Grameen Bank tidak mudah menyerah dan putus asa. Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
berusaha agar keberadaan kelompok usahanya dapat terjaga. Karenanya
penelitian menunjukkan sikap kewirausahaan yang dimiliki anggota Grameen
Bank berhubungan sangat nyata positif dengan dinamika kelompok. Semakin
tinggi sikap kewirausahaan anggota Grameen Bank, maka semakin tinggi
kedinamisan kelompok. Sikap kewirausahaan yang tinggi memacu
semangatnya untuk mencapai tujuan pribadi dan tujuan kelompok bersama-
sama. Sikap kewirausahaan yang tinggi mendorong anggotanya untuk
melakukan berbagai kegiatan agar usahanya dapat berkembang (tujuan
pribadi) dan bagaimana lewat kelompok hal tersebut tercapai (fungsi tugas).
Karenanya, pembinaan dan pengembangan kelompok juga berhubungan
dengan sikap kewirausahaan dimana akan meningkatkan sikap kewirausahaan
dimana akan meningkatkan sikap kewirausahaan anggota.
Faktor internal anggota kelompok juga berhubungan dengan
kemandirian anggota kelompok. Faktor internal yang mempengaruhi
kemandirian anggota kelompok yaitu sikap kewirausahaan dan pengalaman
berusaha. Maknanya, sikap kewirausahaandan pengalaman berusaha yang
tinggi akan meningkatkan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank.
Hal tersebut digambarkan pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.9 Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Anggota Kelompok
Grameen Bank Faktor
Internal Tingkat kemandirian Anggota Kelompok
Tingkat Perkembangan
Usaha
Perkembangan Permodalan
Tingkat Kerapian Sistem
Adminitrasi
Tingkat Perkembangan
Jaringan Umur 0,26 -0,164 0,122 -0,176 Pendidikan Formal 0,139 0,165 0,054 0,041 Pendidikan Non Formal -0,114 -0,13 -0,01 0,118 Pengalaman Berusaha 0,172 -0,112 0,478** 0,158 Usia Grameen Bank 0,253 0,012 -0,023 0,176 Tingkat Pendapatan -0,073 0,186 -0,105 0,18 Sikap Kewirausahaan 0,337* 0,209 0,102 0,255
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
Secara umum, umur anggota Grameen Bank berhubungan dengan
tingkat kemandirian anggota Grameen Bank terutama pada pengalaman
berusaha dan sikap kewirausahaan.
Pengalaman berusaha berhubungan nyata dengan tingkat kerapian
sistem adminitrasi. Anggota yang telah berusaha cukup lama, umumnya telah
mempunyai sistem adminitrasi yang baik, mulai dari struktur pengurus,
aturan organisasi, daftar anggota dll. Dengan demikian, pengalaman anggota
sebenarnya efektif meningkatkan kemandirian anggota dalam kerapian sistem
adminitrasi.
Sedangkan sikap kewirausahaan berhubung sangat nyata dengan
kemandirian anggota kelompok terutama pada tingkat perkembangan usaha.
Maknanya, sikap kewirausahaan yang tinggi akan mendorong anggota
melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya. Seiring dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
berkembangnya usaha yang dilakukan, anggota lebih terdorong untuk
meningkatkan permodalan yang diperoleh dari hasil keuntungan usaha atau
dengan melakukan pinjaman modal. Peningkatan usaha dan perkembangan
permodalan mendorong anggota kelompok Grameen Bank untuk terus
melakukan hubungan dan kerjasama (membuka jaringan) baik dengan
konsumen besar dan kecil, pasar, lembaga keuangan (pembiayaan), dan
sebagainya. Hubungan dan kerjasama tersebut dilakukan dengan harapan
permodalannya lebih meningkat dan usahanya dapat berkembang kearah yang
lebih baik.
Dengan demikian,secara nyata sikap kewirausahaan dan usia Grameen
Bank selain berhubungan dengan tingkat dinamika kelompok, juga
berhubungan dengan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank.
Hubungan yang ditunjukkan adalah positif. Artinya semakin tinggi sikap
kewirausahaan dan lamanya usia Grameen Bank maka akan semakin dinamis
kelompok dan semakin mandiri anggotanya. Karenanya pengembangan sikap
kewirausahaan dan lamanya usia Grameen Bank penting dalam rangka
menunjang kedinamisan kelompok Grameen Bank dan kemandirian
anggotanya. Anggota Grameen Bank yang mempunyai sikap kewirausahaan
yang tinggi dan telah lama mengikuti Grameen Bank akan lebih aktif dalam
segala kegiatan kelompok, sehingga kelompok menjadi lebih dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
G. Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Dinamika Kelompok dan
Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank
Hasil analisis menunjukkan, secara umum faktor eksternal tidak
berhubungan dengan tingkat dinamika kelompok Grameen Bank. Hal ini
digambarkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Dinamika Kelompok
Faktor Eksternal
Tingkat Dinamika Kelompok Tujuan
Kelompok Struktur kelompok
Fungsi Tugas
Pembinaan Kelompok
Kekompakan Kelompok
Suasana Kelompok
Intensitas Penyuluhan 0,105 0,025 -0,183 0,123 -0,099 -0,124 Keterjangkauan Informasi -0,12 0,208 0,078 -0,146 0,207 0,163 Ketersediaan Kredit Bergulir -0,099 -0,08 -0,328 -0,098 -0,235 -0,098
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
Dilihat dari tabel diatas faktor eksternal tidak berhubungan nyata
dengan tingkat dinamika kelompok. Artinya, selama ini faktor eksternal tidak
menunjukkan dukungan terhadap tingkat dinamika kelompok, hal ini
dikarenakan karena penyuluh dari Grameen Bank ini hanya satu orang
sehingga tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan
kelompok, kekompakan kelompok, dan suasana kelompok bersifat homogen
atau sama.
Selain dengan dinamika kelompok faktor eksternal juga berhubungan
nyata dengan tingkat kemandirian anggota kelompok. Ini menunjukkan
dukungan (pengaruh) faktor eksternal terhadap kemandirian anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kelompok Grameen Bank Semakin tinggi faktor eksternal, maka semakin
mandiri anggota kelompok. Hal tersebut digambarkan pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hubungan faktor eksternal dengan kemandirian anggota kelompok
Faktor Eksternal
Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Tingkat
Perkembangan Usaha
Perkembangan Permodalan
Tingkat Kerapian Sistem
Adminitrasi
Tingkat Perkembangan
Jaringan Intensitas Penyuluhan 0,245 0,22 0,065 0,15 Keterjangkauan Informasi -0,122 -0,03 0,198 0,374* Ketersediaan Kredit Bergulir 0,186 0,188 0,247 0,017
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa keterjangkauan informasi
berhubungan nyata positif dengan tingkat perkembangan jaringan.
Keterjangkauan informasi menunjukkan hubungan positif terhadap
kemandirian anggota terutama tingkat perkembangan jaringan. Artinya,
semakin tinggi keterjangkauan informasi semakin mandiri anggota kelompok.
Lambannya perkembangan usaha kecil seringkali diakibatkan kurangnya
akses terhadap sumber produksi, pasar, dan pembiayaan (permodalan). Hal
ini utamanya diakibatkan kurangnya informasi yang sampai dan dapat
diterima secara jelas oleh anggota masyarakat. Akses yang baik antara
anggota kelompok Grameen Bank dan berbagai sumber informasi akan
meningkatkan kemampuan anggota dalam mengembangkan jaringannya yang
selanjutnya diikuti dengan hubungan yang lebih luas dengan berbagai pihak.
Disinilah ketersediaan informasi, termasuk bagaimana anggota kelompok
dapat mengaksesnya menjadi penting untuk dapat dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dengan demikian faktor eksternal yang ada selain mempengaruhi
hanya mempengaruhi kemandirian anggota kelompok. Faktor eksternal tetap
menjadi hal yang penting, karena secara nyata dapat mempengaruhi
kemandirian anggota kelompok Grameen Bank.
H. Hubungan Tingkat Dinamika Kelompok Grameen Bank dengan Tingkat
Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa secara umum tingkat
dinamika kelompok pada : tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas,
pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, dan
suasana kelompok tidak semuanya berhubungan nyata positif dengan tingkat
kemandirian kelompok Grameen Bank , tingginya dinamika kelompok akan
meningkatkan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank terutama pada
tingkat perkembangan usaha, perkembangan permodalan, dan tingkat
kerapian adminitrasi. Hasil analisis hubungan tingkat dinamika kelompok
dengan kemandirian anggota kelompok Grameen Bank digambarkan pada
Tabel 4.12 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 4.12 Hubungan Dinamika Kelompok dengan Kemandirian Anggota
Kelompok Dinamika Kelompok
Tingkat kemandirian kelompok Tingkat
Perkembangan Usaha
Perkembangan Permodalan
Tingkat Kerapian
Sistem Adminitrasi
Tingkat Perkembangan
Jaringan
Tujuan kelompok 0,15 0,278 -0,319* 0,152 Struktur Kelompok 0,24 -0,327* 0,108 0,044 Fungsi Tugas -0,112 -0,201 -0,145 -0,223 Pembinaan kelompok 0,466** 0,01 -0,066 0,077 Kekompakan kelompok 0,097 -0,163 0,124 0,048 Suasana Kelompok 0,11 0,019 0,004 0,254
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
Pembinaan kelompok (dinamika kelompok) berhubungan nyata
dengan (kemandirian kelompok) tingkat perkembangan usaha. Sifat
hubungan yang ditunjukan adalah positif. Artinya, makin dinamis pembinaan
kelompok makin tinggi kemandirian anggota pada perkembangan usahanya.
Dengan demikian pembinaan kelompok yang intensif dilakukan
mempengaruhi perkembangan usaha anggota kelompok tersebut.
Produktivitas usahanya lebih meningkat dari keadaan sebelum bergabung
dalam kelompok Grameen Bank.
Tingkat dinamika kelompok (struktur kelompok) berhubungan nyata
negatif dengan kemandirian anggota pada perkembangan permodalan.
Artinya, tingginya tingkat struktur kelompok dapat mempengaruhi
perkembangan permodalan menjadi rendah, dan rendahnya struktur kelompok
akan membuat perkembangan permodalan menjadi lebih tinggi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
menunjukkan, bahwa tingginya struktur kelompok belum tentu membuat
perkembangan permodalan dalam kelompok menjadi lebih baik.
Sedangkan tujuan kelompok berhubungan nyata negatif dengan
tingkat kerapian sistem administrasi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
kelompok tidak mempunyai hubungan langsung dengan kemandirian pada
kerapian sistem administrasi. Struktur kelompok yang baik belum tentu
membuat kerapian sistem administrasi menjadi tinggi. Struktur kelompok
yang baik akan menyebabkan anggota tidak merasa perlu melakukan
pencatatan dan melengkapi kelompok Grameen Bank dengan berbagai buku
administrasi kelompok, akibatnya sistem administratif menjadi lemah.
Dengan demikian, tujuan kelompok tetap perlu diatur dan dijaga.
Tujuan kelompok dengan tingkat kepercayaan sesama anggotanya yang
rendah dapat saja memotivasi anggota untuk lebih memperhatikan aspek
administrasi kelompok. Anggota akan merasa butuh dengan administratif
kelompok Grameen Bank yang tercatat baik.
I. Hubungan Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok Grameen Bank
dengan Tingkat Dinamika Kelompok
Secara umum tingkat kemandirian anggota kelompok pada tingkat
perkembangan kelompok berhubungan positif dengan tingkat dinamika
kelompok Grameen Bank, sedangkan perkembangan permodalan, dan tingkat
kerapian adminitrasi berhubungan negatif dengan tingkat dinamika kelompok
Grameen Bank . Hasil analisis hubungan tingkat kemandirian anggota dengan
dinamika kelompok Grameen Bank digambarkan dalam tabel 4.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.13 Hubungan Tingkat Kemandirian Anggota Kelompok dengan Tingkat
Dinamika Kelompok Tingkat
Kemandirian Anggota
Kelompok
Tingkat Dinamika Kelompok Tujuan
Kelompok Struktur kelompok
Fungsi Tugas
Pembinaan Kelompok
Kekompakan Kelompok
Suasana Kelompok
Tingkat Perkembangan kelompok 0,15 0,24 -0,112 0,466** 0,097 0,11 Perkembangan permodalan 0,278 -0,327* -0,201 0,01 -0,163 0,019 Tingkat Kerapian sistem Adminitrasi -0,319* 0,108 -0,145 -0,066 0,124 0,004 Tingkat Perkembangan Jaringan 0,152 0,044 -0,223 0,077 0,048 0,254
Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf α = 0,01 Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau-b
Tingkat perkembangan usaha anggota berhubungan nyata dengan
dinamika kelompok pada pembinaan kelompok. Sifat hubungan yang
ditunjukkan adalah positif. Artinya, semakin tinggi kemandirian anggota
(tingkat perkembangan usaha) semakin tinggi kedinamisan kelompok
(pembinaan kelompok). Usaha anggota kelompok yang mengalami
perkembangan akan meningkatkan presentasenya dalam segala kegiatan
kelompok. Keaktifan anggota yang tinggi akan mempengaruhi keadaan
kelompok. Partisipasi aktif dari seluruh anggota dapat membuat kelompok
lebih dinamis.
Perkembangan permodalan anggota kelompok berhubungan nyata
negatif dengan tingkat dinamika kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan permodalan anggota tidak mempunyai hubungan langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dengan struktur kelompok. Perkembangan permodalan yang baik belum tentu
didukung dengan struktur kelompok yang baik.
Sedangkan tingkat kerapian sistem administrasi hanya berhubungan
dengan (dinamika kelompok) pada unsur suasana kelompok. Sifat hubungan
yang ditujukan adalah negatif. Artinya, tingginya tingkat kerapian sistem
administrasi dapat mempengaruhi tujuan kelompok menjadi rendah, dan
rendahnya kerapian sistem administrasi akan membuat tujuan kelompok
menjadi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa tingginya tingkat kerapian
sistem anggota dan kelompok belum tentu membuat keadaan dan hubungan
antar sesama anggota menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan positif antara faktor internal Grameen Bank dengan
tingkat dinamika kelompok. Lamanya Grameen Bank berdiri (usia
Grameen Bank) dan sikap kewirausahaan ternyata efektif meningkatkan
kedinamisan kelompok Grameen Bank. Makin tinggi faktor internal pada
usia Grameen Bank makin tinggi tingkat dinamika kelompok Grameen
Bank.
2. Tidak terdapat hubungan positif antara faktor eksternal dengan tingkat
dinamika kelompok. Ketersediaan kredit bergulir, keterjangkauan
informasi dan intensitas penyuluhan ternyata belum efektif meningkatkan
kedinamisan kelompok Grameen Bank. Hal ini dikarenakan penyuluh
Grameen Bank hanya satu orang jadi keadaan faktor ekternalnya bersifat
homogen.
3. Terdapat hubungan positif antara tingkat dinamika kelompok dengan
tingkat kemandirian kelompok. Pembinaan dan pengembangan
kelompok ternyata efektif meningkatkan kemandirian anggota kelompok.
Makin tinggi kualitas tingkat pembinaan dan pengembangan kelompok
makin tinggi tingkat kemandirian anggota. Sedangkan tujuan kelompok
dan struktur kelompok yang tinggi ternyata tidak efektif meningkatkan
89