Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan...

139
ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DESA PERKEBUNAN SEI BALAI KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN ASAHAN TESIS Oleh : ALI RINTOP SIREGAR 097003007/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 S E K O L A H P A S C A S A R J A N A Universitas Sumatera Utara

description

TESIS oleh Ali Rintop Siregar (USU, 2012)

Transcript of Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan...

Page 1: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DESA PERKEBUNAN SEI BALAI KECAMATAN SEI BALAI

KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh :

ALI RINTOP SIREGAR 097003007/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

S

EK O L A

H

PA

SCASAR JANA

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Judul Tesis

: “ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBARUAN

AGRARIA NASIONAL (PPAN) TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DESA

PERKEBUNAN SEI BALAI KECAMATAN SEI

BALAI KABUPATEN ASAHAN”

Nama Mahasiswa : Ali Rintop Siregar

Nomor Pokok : 097003007

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Menyetujui

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Ketua

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSC. Ph.D)

Pembimbing II

Anggota

Pembimbing III

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

Anggota

(Kasyful Mahalli, SE. M.Si)

Ketua Program Studi

(

Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

DESA PERKEBUNAN SEI BALAI KECAMATAN SEI BALAI

KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister

Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Ali Rintop Siregar 097003007

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Telah diuji pada

Tanggal : 26 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSC. Ph.D

Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si

3. Drs. Hasan Basri Tarmizi, S. U.

4. Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

ABSTRAK

Ali Rintop Siregar, Nomor Induk Mahasiswa 097003007, “Analisis Dampak Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) Terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan”. Di bawah bimbingan Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. PhD, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, dan Kasyful Mahalli, SE. M.Si Reforma Agraria merupakan penyelesaian yang muncul terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan ketahanan pangan, dan pengembangan wilayah pedesaan diberbagai belahan dunia. Banyak negara, baik yang mempunyai ideologi kanan seperti: Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Filipina dan Brazil, maupun yang mempunyai ideologi kiri seperti: Cina dan Vietnam melaksanakan Reforma Agraria, dengan hasil yang beragam. Tercatat beberapa negara melaksanakan Reforma Agraria lebih dari satu kali seperti Rusia, Jepang, Mexico dan Venezuela Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan serta dampaknya terhadap pengembangan wilayah. Populasi penelitian adalah masyarakat yang menerima PPAN jumlah sampel 100 responden dan masyarakat yang belum mendapatkan PPAN sebanyak 30 responden sebagai variabel kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan metoda deskriptif dan uji paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan PPAN di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan yang menggunakan konsep konsolidasi telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Secara rinci PPAN telah memberikan akses sumber ekonomi, mengurangi potensi konflik lahan, meningkatkan pendapatan, meningkatkan kemandirian pangan, serta meningkatkan kelestarian lingkungan hidup di sekitar Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Secara umum, PPAN telah memberikan peranan terhadap pengembangan wilayah di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Kata Kunci: Reforma agraria, akses sumber ekonomi, potensi konflik lahan,

pendapatan, pengembangan wilayah

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

ABSTRACT Ali Rintop Siregar, Student Identification Number 097003007, "Impact Analysis of the National Agrarian Reform Program (PPAN) The Area Development District Village Hall Plantation Sei Sei Asahan District Headquarters". Under the guidance of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. PhD, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, and Kasyful Mahalli,SE,M.Si Agrarian Reform is an emerging solution to the problem of agrarian structure of inequality, poverty, food security and rural development in many parts of the world. Many countries, both of which have the right ideology such as: Japan, Taiwan, South Korea, the Philippines and Brazil, as well as the ideology that has left such as China and Vietnam carry out agrarian reform, with mixed results. Recorded some countries carry out agrarian reform more than once, such as Russia, Japan, Mexico and Venezuela This study aims to analyze the implementation of the National Agrarian Reform Program (PPAN) in the Village Center District Sei Sei Asahan District Headquarters and its impact on regional development. The study population is the number of people who received a sample of 100 respondents PPAN and people who do not earn as much as 30 respondents PPAN as control variables. The data was collected using a questionnaire interview. Data analysis using descriptive methods and paired t-test test. The results of this study demonstrate the implementation of PPAN in the Village Center District Sei Sei Asahan District Headquarters that uses the concept of consolidation has provided considerable benefits for the Central District of Sei Sei Village Hall Asahan District. In detail PPAN has provided access to economic resources, reducing potential conflicts of land, increase revenue, improve food self-sufficiency, and improving environmental sustainability around the Village Center District Sei Sei Asahan District Headquarters. In general, PPAN has given the role of regional development in the Village Center District Sei Sei Asahan District Headquarters. Keywords: Agrarian reform, access to economic resources, potential conflicts of land, income, regional development

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “Analisis Dampak Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)

Terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Asahan ”.

Keseluruhan tesis ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dari banyak

pihak yang berperan dalam memberikan dorongan baik moril maupun material,

terutama perhatian dan kebaikan Dosen Pembimbing, Dosen Pembanding, Ketua

Program Studi, rekan-rekan sesama mahasiswa di PWD. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis masih

mengharapkan masukan-masukan yang sifatnya untuk kesempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu,DTM&H,MSc, ( CTM ) Sp.A ( K ), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara .

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara .

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

3. Bapak Prof. Dr. Lir.rer.reg. Sirojuzilam,SE, selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution,MSc,Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis dalam

penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana,MS dan Bapak Kasyful Mahalli,SE,M.Si, selaku anggota

Komisi Pembimbing yang telah bersusah payah membimbing penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Drs. Hasan Basri Tarmizi,S.U dan Bapak Dr.Agus Purwoko,S.Hut.,M.Si,

selaku dosen pembanding yang gtelah banyak memberikan masukkan dan

pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi PWD SPs USU yang

telah banyak membantu proses administrasi dan kelancaran akademis selama

mengikuti perkuliahan.

8. Rekan – rekan mahasiswa PWD angkatan 2009 yang telah memberikan semangat

dan dukungan dalam penyelesaiaan Tesis ini.

9. Istri tercinta Endang Oktoriani,SE dan anak – anaku tersayang dr. Eylani Meisya

Fitri , Eysicka Gyianti Syah Fitri, dan Endarien Syah Putri, yang setia dalam

memberikan dukungan dalam masa perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

10. Sahabat – sahabat Saya Kurniawan Ginting, Boyman. Dayat Limbong dan

Triono Eddy, yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

penyelesaiaan Tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna, namun semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

kepada penulis khusunya serta Penulis mendo’akan bagi semua pihak yang telah

membantu moril dan materil mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Amiin.

Medan, Juli 2012

Penulis,

Ali Rintop Siregar

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

RIWAYAT HIDUP

Ali Rintop Siregar lahir di Padangsidempuan pada tanggal 10 Nopember

1959, anak pertamadari 11 ( sebelas ) bersaudara pasangan dari Harun Siregar BA

dan Soriani Rambe BA.

Menempuh pendidikan SD di SD Padangsidempuan lulus tahun 1971, SMP

Negeri 2 Padangsidempuan lulus tahun 1974, SMA Negeri 2 Padangsidempuan lulus

tahun 1977, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Boogor lulus pada tahun 1982, tahun 2009 melanjutkan studi strata 2

( S–2 ) di Universitas Sumatera Utara pada Program Perencanaan Pembangun

Wilayah dan Pedesaan ( PWD ).

Menikah pada tahun 1986 dengan wanita yang bernama Endang Oktoriani,SE

dan dikarunia 3 ( tiga ) orang putri yaitu dr. Eylani Meisya Fitri , Eysicka Gyianti

Syah Fitri, dan Endarien Syah Putri.

Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan Pertanahan Nasional sejak tahun

1989 dan pada saat ini bekerja pada Kantor Pertanahan Deli Serdang Provinsi

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .........................................................................................................

ABSTRACT .........................................................................................................

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………..

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………..

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………..

1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..

2.1 Pembaruan Agraria ( Reforma Agraria)di Indonesia .......................

2.1.1 Definisi Pembauran Agraria..................................................

2.1.2 Tujuan Pembauran Agraria...................................................

2.1.3 Strategi Dasar Pelaksanaan Pembauran Agraria

di Indonesia .........................................................................

2.1.4 Landasan Hukum Pembauran Agraria .................................

2.1.5 Objek dan Subjek Pembauran Agraria .................................

2.1.6 Mekanisme Pembauran Agraria ............................................

2.1.7 Perinsip Pembauran Agraria .................................................

i

ii

iii

vi

viii

xi

xiii

xiv

1

1

13

13

13

15

15

16

22

24

24

25

26

28

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.2 Pengalaman Pembauran Agraria di Berbagai Negara .......................

2.2.1 Yunani ......................................................................................

2.2.2 Prancis .....................................................................................

2.2.3 Cina .........................................................................................

2.2.4 Jepang ......................................................................................

2.2.5 Venezuela ................................................................................

2.2.6 Zimbahwe ................................................................................

2.2.7 Thailand ...................................................................................

2.2.8 Taiwan ....................................................................................

2.3 Pengembangan Wilayah Pedesaan .....................................................

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu................................................................

2.5 Kerangka Berpikir ..............................................................................

2.6. Hipotesis Penelitian .........................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….

3.1 Lokasi dan Waktu …………..……………………………………..

3.2 Pendekatan Penelitian ..............…………………………………….

3.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................

3.4 Jenis dan Sumber Data.......................................................................

3.5 Instrumen Penelitian ….…………………………………………….

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Informasi ………………………….

3.6.1 Observasi ……………………………………………………

3.6.2 Kuisoner Dengan Didukung Wawancara …………………..

3.6.3 Studi Dokumen ……………………………………………..

3.7 Populasi dan Sample ……………………………………………….

3.8 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data …………………………….

3.8.1 Analisis Data .……………………………………………..

35

35

35

36

41

41

42

42

42

44

52

54

56

57

57

57

59

60

61

62

62

63

63

63

65

65

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

4.1 Kondisi Umum Sektor Pertanahan di Kabupaten Asahan.................

4.1.1 Wilayah ...................................................................................

4.1.2 Penduduk ...............................................................................

4.1.3 Tata Ruang .............................................................................

4.1.4 Penggunaan Tanah ................................................................

4.1.5 Kegiatan Sertifikasi Tanah .....................................................

4.2 Pelaksanaan Program Pembauran Agraria Nasional di Kab Asahan..

4.2.1 Lokasi Yang Dijadikan Objek Revorman................................

4.2.2 Konsep Model Konsolidasi .....................................................

4.2.3 Prosedur Penyelesaian dan Penataan........................................

4.2.4 Pembiayaan ..............................................................................

4.2.5 MOU ........................................................................................

4.3 Karakteristik Responden ...................................................................

4.3.1 Jabatan dalam Keluarga..........................................................

4.3.2 Tingkat Pendidikan .................................................................

4.3.3 Pekerjaan .................................................................................

4.4 Pendapatan Responden .....................................................................

4.4.1 Jenis Pendapatan ....................................................................

4.4.2 Pendapatan Tetap...................................................................

4.4.3 Rata – rata Pendapatan ...........................................................

4.5 Karakteristik Bidang Tanah ..............................................................

4.6 Program PPAN ..................................................................................

4.7 Dampak PPAN Terhadap Pendapatan Masyarakat ...........................

68

68

68

69

74

74

75

76

77

78

80

80

81

83

83

84

85

87

87

88

89

90

97

107

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................

5.1 Kesimpulan ........................................................................................

5.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

116

116

118

119

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Tanah Land Reform yang sudah diredistribusikan .. 6

1.2 Distribusi Rumah Tangga Petani Menurut Luas Lahannya . 7

2.1 Isi Landasan Hukum Pembaruan Agraria ………………… 24

3.1 Rincian Kebutuhan Data ………………………………….. 61

4.1 Kawasan Budi Daya di Kabupaten Asahan ………………. 74

4.2 Penggunaan Tanah di Kabupaten Asahan ………………… 75

4.3 Jenis Kepemilikan Tanah di Kabupaten Asahan ………….. 75

4.4 Distribusi Jabatan Responden Dalam Keluarga ………….. 83

4.5 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden ………………... 84

4.6 Distribusi Pekerjaan Responden ………………………….. 86

4.7 Disitibusi Jenis Pendapatan Responden ………………….. 87

4.8 Distribusi Pendapatan Tetap Responden …………………. 88

4.9 Distribusi Rata-Rata Pendapatan Responden …………….. 89

4.10 Distribusi Bidang Lahan Yang Dikuasai Responden …….. 90

4.11 Distribusi Luas Lahan Yang Dikuasai Responden ……….. 91

4.12 Distribusi Status Pengusaan Lahan Responden ………….. 93

4.13 Distribusi Lama Menguasai Lahan Responden …………… 94

4.14 Distribusi Keinginan Status Kepemilikan lahan

Responden …………………………………………………

95

4.15 Distribusi Penggunaan Lahan Responden ………………… 96

4.16 Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Reforma

Agraria (PPAN) Telah Memenuhi Kaidah Keadilan………

98

4.17 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

Dapatmembuka Akses Sumber-Sumber Ekonomi ………...

99

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4.18 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

DapatMenurunkan Tingkat Konflik Pertanahan …………..

100

4.19 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

Dapat Membantu Menjaga Kelestarian Lingkungan ……...

101

4.20 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

Dapat Meningkatkan Ketahahan Pangan ………………….

103

4.21 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

Dapat Mengurangi Pengangguran …………………………

104

4.22 Persepsi Masyarakat Terhadap Reforma Agraria (PPAN)

Dapat Meningkatkan Pendapatan Keluarga ……………….

106

4.23 Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Masyarakat

Sebelum Dan Sesudah Adanya PPAN .................................

107

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Bagan Alir Program Pembaharuan Agraria Nasional

(PPAN) ………………………………………………………

4

2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ………………………………... 55

4.1 Peta Kabupaten Asahan …………………………………….. 68

4.2 Peta Administrasi Kabupaten Batu Bara ……………………. 72

4.3 Peta Administrasi Kabupaten Asahan ………………………. 73

4.4 Skema Model Penyelesain Sengketa Dengan Pola

Konsolidasi …………………………………………………..

78

4.5 Salah satu bentuk konsolidasi dengan didirikannya

koperasi dan pembangunan jalan disekitar perkebunan ……..

78

4.6 Kerjasama Saling Menguntungkan …………………………. 81

4.8 Beberapa lahan hasil distribusi telah berubah fungsi

sebagiannya menjadi usaha lain seperti kerajinan kayu

dan hotel …………………………………………………….

97

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian …………………………………….. 123

2 Tabulasi Kuisioner Untuk Responden …………………… 129

3 Tabulasi Kuisioner Untuk Variabel Kontrol

( Responden Non PPAN ) ……………...…………………

133

4 Output SPSS untuk Uji T ………………………………... 135

5 Diskusi dengan masyarakat yang menerima program

PPAN di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Asahan ………………………………………..

136

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reforma Agraria merupakan penyelesaian yang muncul terhadap masalah

ketimpangan struktur agraria, kemiskinan ketahanan pangan, dan pengembangan

wilayah pedesaan di berbagai belahan dunia. Banyak negara, baik yang mempunyai

ideologi kanan seperti : Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Filipina dan Brazil, maupun

yang mempunyai ideologi kiri seperti : Cina dan Vietnam melaksanakan Reforma

Agraria, dengan hasil yang beragam. Tercatat beberapa negara melaksanakan

Reforma Agraria lebih dari satu kali seperti Rusia, Jepang, Mexico dan Venezuela

(BPN- RI, 2007).

Pada Tahun 1960, Reforma Agraria sudah dikenal di Indonesia bahkan telah ada

pengadilan agraria, hal ini dapat dilihat berdasarkan diundangkannya Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang

selanjutnya disebut Undang-Undang Pokok Agraria (UPPA). Peristiwa itu dianggap

sebagai tonggak penting upaya menuju keadilan agraria di Indonesia. Melalui UPPA,

bangsa Indonesia bertekad untuk membenahi struktur penguasaan agraria yang

semula bercorak kolonial dan feodal menjadi penguasaan yang dapat menjamin

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Namun kebijakan Reforma Agraria hanya

bertahan sampai tahun 1965.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Pasca tragedi 1965, praktis wacana Reforma Agraria raib dari perbincangan

publik maupun kebijakan pemerintah. Pada Era Reformasi wacana Reforma Agraria

berhasil menjadi perdebatan politik di pusat sehingga menghasilkan TAP MPR

No.IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam.

Tetapi, sampai sekian tahun kemudian, tetap tidak ada tindak lanjut politik dari

pemerintah untuk mendorong pelaksanaan perogram Reforma Agraria. Sejak tahun

2006 pelaksanaan Reforma Agraria ini secara tegas dinyatakan sebagai program

pemerintah, yaitu ditetapkan sebagai salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional RI

melalui Perpres Nomor 10 Tahun 2006.

Hal di atas juga selaras dengan Pidato Awal Tahun 2007 Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 31 Januari 2007 yang menyatakan secara tegas arah

kebijakannya mengenai pertanahan dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan

yang ada, terlihat dalam pernyataan berikut :

“Program Reforma Agraria ... secara bertahap ... akan dilaksanakan mulai

tahun 2007 ini. Langkah itu dilakukan dengan mengalokasikan tanah bagi rakyat

termiskin yang berasal dari hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum

pertanahan kita boleh diperuntukkan bagi kepentingan rakyat. Inilah yang saya

sebut sebagai prinsip tanah untuk keadilan dan Kesejahteraan Rakyat .... yang

saya anggap mutlak untuk dilakukan.”

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Sesuai penegasan Kepala BPN RI:

Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) bukanlah sekedar proyek

bagi-bagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan

keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan

akses terhadap tanah sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan

aktivitas ekonomi pedesaan1

Dengan demikian adanya kebijakan mengalokasikan lahan seluas 8,15 juta hektar

sebagai objek pelaksanaan Reforma Agraria dan dengan adanya kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pertanahan, maka jelas terlihat kemauan

politik pemerintah untuk melaksanakan Reforma Agraria semakin terlihat kuat

.

2

Pelaksanaan kebijakan redistribusi tanah ini dijalankan dalam sebuah kerangka

program terpadu yang disebut Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN).

Gambar 1.1 memperlihatkan bagan alir pelaksanaan PPAN yang dirumuskan oleh

Badan Pertanahan Nasional.

.

1 Wawancara Joyo Winoto: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo, 10 Desember 2006. 2 Sebelum itu, pelaksanaan Reforma Agraria memang juga sudah dinyatakan secara eksplisit dalam buku visi, misi dan program SBY-JK yang disampaikan sewaktu mencalonkan diri sebagai pasangan Presiden-Wakil Presiden. Dalam buku ini pelaksanaan reforma agraria disebutkan eksplisit sebanyak dua kali, yakni dalam konteks agenda “perbaikan dan penciptaan kesempatan kerja” dan “revitalisasi pertanian dan aktivitas pedesaan”

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

PPAN terdiri dari dua komponen pokok. Pertama adalah redistribusi tanah untuk

menjamin hak rakyat atas sumber-sumber agraria. Kedua adalah upaya

pengembangan wilayah lebih luas yang melibatkan multipihak untuk menjamin agar

aset tanah yang telah diberikan tadi dapat berkembang secara produktif dan

berkelanjutan. Komponen yang pertama disebut sebagai asset reform, sedangkan

yang kedua disebut access reform. Gabungan antara kedua jenis reform inilah yang

ASSET REFORM

ACCES REFORM

Sumber Gambar : Puslitbang BPN RI

Gambar 1.1. Bagan Alir Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

diistilahkan dengan “Land Reform Plus” sebagai ciri dasar yang membedakan PPAN

ini dari program Land reform yang pernah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya.

Asset reform, di dalam kerangka mandat konstitusi, politik dan undang-undang

untuk mewujudkan keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah. Penguatan akses tanah yang dimasa lalu melalui Land Reform

sebagai suatu proses redistribusi tanah untuk menata penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan perundangan

di bidang pertanahan, tetap dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

daerah.

Beberapa bentuk penguatan akses tanah ke petani antara lain melalui redistribusti

tanah Obyek Land reform yang belum dibagikan, tanah milik adat, tanah milik negara

dan tanah ex HGU yang telah dilepaskan dan dikuasai masyarakat. Subyek/penerima

manfaat di prioritaskan masyarakat yang telah menguasai dan mengusahakan tanah

tersebut selama bertahun-tahun. Prioritas berikutnya masyarakat miskin dan atau

tidak punya tanah di sekitar/luar lokasi. Model pembagian tanah

(distribusi/redistribusi) dapat dilakukan dengan penataan maupun tanpa penataan

fisik. Penerima manfaat tersebut diberikan sertipikat hak milik atas tanah secara

perseorangan. Mekanismenya melalui Redistribusi Tanah, Prona, Konsolidasi Tanah

Pertanian, dan merupakan penguatan hak terhadap tanah yang telah dikuasai

masyarakat. Sedangkan Access reform adalah proses penyediaan akses bagi

masyarakat (subyek PPAN) terhadap segala hal yang memungkinkan mereka

untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber kehidupan (partisipasi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

ekonomi politik, modal, pasar, teknologi, pendampingan, peningkatan kapasitas

dan kemampuan).

Tabel 1.1 Jumlah Tanah Land Reform Yang Sudah Diredistribusikan

No Provinsi Jumlah Redis 1961 - 2005 (Ha)

Jumlah Penerima Redist 1961 -

2005 (KK)

Luas rata - rata

diterima KK (Ha)

1 D. I Aceh 17.976,000 13.120 1,370 2 Sumatera Utara 111.145,000 123.260 0,902 3 Riau 9.308,000 9.079 1,025 4 Sumatera Barat 11.615,000 12.516 0,928 5 Sumatera Selatan 20.254,000 22.497 0,900 6 Jambi 10.855,620 6.868 1,581 7 Bengkulu 36.208,000 22.630 1,600 8 Lampung 37.116,000 59.909 0,620 9 DKI Jakarta 0,000 0.000 0,000 10 Jawa Barat 183.614,019 426.930 0,430 11 D.I Yogyakarta 692,000 3.447 0,201 12 Jawa Tengah 39.566,682 142.987 0,277 13 Jawa Timur 262.936,073 261.708 1,005 14 Bali 9.854,000 17.979 0,548 15 Nusa Tenggara Barat 17.668,000 9.466 1,866 16 Nusa Tenggara Timur 41.468,000 49.660 0,835 17 Kalimantan Selatan 20.793,158 22.052 0,943 18 Kalimantan Tengah 42.842,326 30.734 1,394 19 Kalimantan Barat 13.634,000 11.246 1,212 20 Kalimantan Timur 26.761,478 13.879 1,928 21 Sulawesi Tengah 12.705,917 15.927 0,798 22 Sulawesi Tenggara 57.529,000 49.723 1,157 23 Sulawesi Selatan 88.764,000 103.719 0,856 24 Sulawesi Utara 5.526,000 5.145 1,074 25 Maluku 18.697,000 9.714 1,925 26 Papua 2.860,000 2.117 1,351 27 Bangka Belitung 915,000 929 0,985 28 Banten 50.186,000 52.347 0,959 29 Maluku Utara 0,000 0 0,000 30 Gorontalo 8.037,000 11.174 0,719 Jumlah 1.159.527,273 1.510.762 0,768

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Seperti kita ketahui Sejak 1960-an Indonesia sudah melakukan redistribusi tanah

seluas 1,15 juta hektar, seperti dapat terlihat dalam Tabel 1.1. Namun pada

kenyataannya penerima tanah itu hidupnya tidak menjadi lebih sejahtera. Ini dapat

terlihat dari hasil Sensus Pertanian tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem

(menguasai tanah kurang dari 0,5 hektar) di Indonesia meningkat seperti tersaji

pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Distribusi Rumah Tangga Petani Menurut Luas lahannya

Peningkatan rumah tangga gurem selama tahun 1993 – 2003 sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di pedesaan. Berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pada tahun 1993 jumlah penduduk

miskin dipedesaan tercatat sebanyak 17. 200.000 jiwa sementara pada tahun 2003

jumlahnya meningkat menjadi 25.100.000 jiwa. Potret ketimpangan agraria,

guremisasi dan meningkatnya jumlah penduduk miskin di pedesaan merupakan

akumulasi timbunan persoalan agraria dari waktu ke waktu.

Luas (HA) 1983 (Juta Jiwa)

1993 (juta jiwa)

2003 (juta)

<0,1 8,5 7 17,2 0,1 - 0, 49 37,7 40,7 39,2 0,5 - 0,99 24,1 22,4 18,4 ≥ 1,0 29,7 29,9 25,2

Sumber : BPS

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Pada dasarnya pembangunan wilayah pedesaan adalah suatu upaya untuk

mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Pembangunan wilayah pedesaan

merupakan proses pengembangan kemandirian. Pengembangan kemandirian akan

dapat meningkatkan pendapatan.

Peningkatan pendapatan akan dapat menciptakan kesejahteraan keluarga dalam

upaya menghindari masyarakat pedesaan dari himpitan kemiskinan. Data

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) pada tahun 2006

menyebutkan, terdapat 38.232 (54,14%) kategori desa maju yang terdiri dari 36.793

(52,03%) kategori maju dan 1.493 (2,11%) kategori sangat maju. Sementara desa

tertinggal berjumlah 32.379 (45,86%) yang terdiri dari 29.634 (41,97%) kategori

tertinggal dan 2.745 (3,89%) kategori sangat tertinggal.

Inilah yang menjadi dorongan bagi kita semua, untuk menekankan percepatan

pembangunan wilayah desa dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh). Salah

satu gagasannya adalah dengan menerapkan Program Pembaruan Agraria Nasional

(PPAN).

Dengan dilaksanakannya PPAN, maka tantangan besar bagi pemerintah

kemudian adalah bagaimana mendesain operasionalisasi PPAN ini sehingga

nantinya bisa dilaksanakan secara terpadu dan benar-benar diorientasikan pada

penataan ulang struktur agraria yang timpang dan penyediaan program-program

pendukungnya yang lebih luas. Pada saat yang sama, bagaimana bisa

menggulirkan pelaksanaan PPAN ini agar mendapat dukungan yang luas baik

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

dilingkungan elit politik, di antara lintas departemen dan level pemerintahan,

maupun dikalangan masyarakat secara umum.

Ada 5 (lima) tujuan utama yang hendak dicapai dari pelaksanaan PPAN

melalui asset reform dan akses reform yaitu:

1. Menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan

penggunaan tanah dan kekayaan alam lainnya sehingga menjadi lebih

berkeadilan sosial;

2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya kaum

tani dan rakyat miskin dipedesaan;

3. Mengatasi pengangguran dengan membuka kesempatan kerja baru di

bidang pertanian dan ekonomi pedesaan;

4. Membuka akses bagi rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik;

5. Dan mewujudkan mekanisme sistematis dan efektif untuk mengatasi sengketa

dan konflik agraria.

Sebagai sebuah kebijakan yang dilatari oleh keinginan untuk mendistribusikan

lahan eks hutan produksi konversi (HPK) sejumlah 8.15 juta hektar, beragam

tanggapan diberikan oleh kalangan termasuk juga kalangan yang selama ini

memperjuangkan pembaruan Agraria. Ada dua tanggapan utama, pertama kalangan

yang menganggap bahwa Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) ini mesti

ditentang. Sementara kelompok kedua kalangan yang menganggap bahwa program

ini mesti dikawal secara kritis mulai dari sisi substansi hingga kesisi

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

implementasi. Kelompok pertama yang menentang misalnya, memberikan ulasan

setidaknya ada tujuh alasan mengapa PPAN mesti ditolak yaitu (Bachriadi : 2006).

a. PPAN bertumpu pada revitalisasi pertanian sehingga lebih mengacu pada

upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang sudah ada khususnya

perkebunan. Upaya jenis ini jelas-jelas sangat dominan pada investasi bukan

membentuk modal pedesaan yang kuat;

b. Pembaruan Agraria hanya dijadikan urusan teknis semata sehingga sejalan

dengan proyek administrasi pertanahan dan mendorong integrasi usaha petani

kecil kedalam pertanian/perkebunan skala besar;

c. PPAN hanya ditujukan pada tanah-tanah negara yang hanya mungkin dibagikan

tanpa ada keinginan kuat merombak struktur agraria yang ada;

d. PPAN tidak mengakomodasi sepenuhnya keinginan menyelesaikan konflik

agrarian.

e. PPAN bertumpu pada institusi yang lemah yakni BPN.

f. PPAN kemungkinan dibawah bimbingan program-program Bank Dunia yang

mendorong liberalisasi pertanahan.

g. PPAN kemungkinan besar hanya sebuah dagangan politik jangka pendek SBY-JK.

Sementara pada kelompok kedua, berangkat dari pandangan bahwa PPAN

bukanlah reforma agraria sejati dan menyeluruh seperti yang diinginkan selama

ini. Namun, keinginan pemerintah untuk membuka ruang dialog dengan kalangan

masyarakat sipil dari sisi substansi dan implementasi dapat dijadikan sebagai batu

loncatan dalam mendorong pembaruan agraria sejati yang dinginkan. Dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

demikian, PPAN dianggap sebagai peluang politik yang ada dalam memperkuat

basis-basis kelompok masyarakat dalam memperjuangkan Pembaruan Agraria.

Kedua, program ini mesti diperjuangkan sebagai sebuah program nasional yang

akan melibatkan pejabat birokrasi dari pusat hingga daerah dengan

keharusan melibatkan organisasi rakyat dari nasional hingga wilayah. Pola ini

juga akan membuka luas bagi lahirnya serikat-serikat atau kelompok tani baru di

semua wilayah nasional. Dengan demikian, terjadi sebuah lompatan kebutuhan

masyarakat tani untuk mengorganisasikan diri. Proses ini juga akan membuka

keragaman baru dari serikat-serikat tani yang selama ini masih didominasi oleh

petani yang terlibat konflik semata (Napiri :2006 ).

PPAN awalnya sudah dilaksanakan di Kabupaten Asahan sejak awal tahun 1960,

namun pelaksanaannya masih terbatas pada kegitan redistribusi tanah kepada petani

penggarap. Kegiatan redistribusi tanah yang terjadi tidak dijalankan sebagaimana

layaknya dan kesannya sangat lambat. Kegiatan redistribusi tanah di Kabupaten

Asahan mengalami stagnasi sejak awal Orde Baru sampai dengan tahun 2006.

Pada masa Orde Baru kebijakan ekonomi bertumpu kepada pertumbuhan dan

ekonomi yang mengakibatkan kebijakan di sektor pertanahan juga menginduk dan

mendukung program percepatan dan pertumbuhan ekonomi. Tanah dijadikan sebagai

alat dan komoditi ekonomi semata tanpa memperhatikan aspek sosial dan aspek

pemerataan dan keadilan. Salah satu dampak dari kebijakan di atas adalah terjadinya

penumpukan penguasaan tanah ditangan pemilik modal, baik berupa swasta maupun

Badan Usaha Milik Negara.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Ketimpangan kepemilikan dan penguasaan tanah antara masyarakat

tani/masyarakat pedesaan dengan 60 Badan Hukum di Kabupaten Asahan pada tahun

2007 menunjukkan angka yang sangat tinggi. Rata-rata kepemilikan dan penguasaan

tanah masyarakat tani/masyarakat pedesaan hanya 0,98 Ha. Sementara itu, 60 Badan

Hukum menguasai areal seluas 145.558 Ha di Kabupaten Asahan.

Dampak lain yang terjadi akibat kebijakan pertanahan yang pro pertumbuhan

adalah terjadinya sengketa, konflik dan perkara pertanahan baik antara individu,

individu dengan badan hukum, maupun individu dengan pemerintah. Sampai pada

tahun 2007, di Kabupaten Asahan telah tercatat sengketa, konflik, dan perkara

pertanahan sebanyak 424 kasus yang belum terselesaikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

mengenai Analisis Dampak Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)

terhadap pengembangan wilayah desa di perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Asahan.

Berdasarkan kajian teoritis dan pengalaman empiris dari berbagai negara yang

telah melaksanakan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) secara konsisten,

terlihat suatu kecenderungan bahwa program PPAN sangat berperan dalam

pengembangan wilayah khususnya wilayah pedesaan.

Pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) di Desa Sei Balai

Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan telah dilaksanakan sebelumnya sejak tahun

2007. Seharusnya Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) ini akan berdampak

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

positif terhadap pengembangan wilayah pedesaan di perkebunan Sei Balai Kecamatan

Sei Balai.

Untuk mengetahui dampak positif pelaksanaan Program Pembaruan Agraria

Nasional (PPAN) terhadap pengembangan wilayah pedesaan di perkebunan Sei Balai

maka dipandang perlu untuk melaksanakan analisis terhadap dampak Program

Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) terhadap pengembangan wilayah pedesaan di

perkebunan Sei Balai, dan dengan adanya silang pendapat mengenai pelaksanaan

Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) dan pelaksanaannya yang sudah

hampir 4 (empat) tahun, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di salah satu

lokasi penelitian PPAN Tahun 2007 di Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai.

Penulis ingin menganalisis dampak dari program ini terhadap pengembangan wilayah

pedesaan di perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Sebagai catatan, pada saat dilaksanakannya PPAN ini, Desa Sei Balai Kecamatan

Sei Balai masih merupakan bagian dari Kabupaten Asahan namun setelah adanya

pemekaran Kabupaten Asahan Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai saat ini

meruapakan bagian dari Kabupaten Batu Bara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana kegiatan pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional

(PPAN) di Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2. Bagaimana persepsi masyarakat dengan adanya Program Pembaharuan Agraria

Nasional (PPAN) terhadap pengembangan wilayah pedesaan di Perkebunan Sei

Balai Kecamatan Sei Balai dilihat dari pendapatan masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis kegiatan pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria

Nasional (PPAN) di Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

2. Untuk menganalisis persepsi masyarakat Kecamatan Sei Balai Desa Sei Balai

Kabupaten Asahan terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

kaitannya dengan pengembangan wilayah pedesaan di Perkebunan Sei Balai

Kecamatan Sei Balai dilihat dari pendapatan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai kalangan diantaranya:

1. Akademisi. Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sumber data,

informasi, dan literatur bagi kegiatan-kegiatan penelitian maupun penulisan

ilmiah selanjutnya yang terkait dengan konsep-konsep Program Pembaruan

Agraria Nasional (PPAN).

2. Pemerintah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana evaluasi Program

Pembaruan Agraria Nasional (PPAN), yang telah atau sedang dilaksanakan oleh

pemerintah, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembaruan Agraria (Reforma Agraria) di Indonesia

Teori – teori pembangunan yang berkembang pada pertengahan ke – 20 melihat

bahwa pembangunan di negara- negara berkembang tidak dapat dilakukan tanpa

terlebih dahulu melakukan transformasi masyarakat melalui penataan struktur agraria.

Bahwa kemudian Reforma Agraria dianggap sebagai kata kunci untuk keberhasilan

pembangunan merupakan hal yang sangat beralasan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemahaman terhadap berbagai teori dan pendapat

yang berhubungan dengan pelaksanaan Reforma Agraria Nasional sebagai

pemecahan terhadap masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dengan menyentuh

akar masalahnya sangat diperlukan.

Reforma Agraria di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1960. Pembuktian atas

hal tersebut adalah diundangkannya Undang – Undang Nomor. 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok –Pokok Agraria yang merupakan tonggak penting bagi upaya

menuju keadilan agraria di Indonesia. Akan tetapi langkah tersebut kemudian

dijadikan komoditas politik sehingga ketika terjadi prahara pada tahun 1965 dan

kekuasaan dipegang oleh rezim Orde Baru, land reform dianggap sebagai “barang

haram” sehingga tidak bisa diselenggarakan.

Bachriadi mengungkapkan :

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

“Kekeliruan pembangunan yang mendasar adalah tidak ditempatkannya

pembaruan agraria yang berupa penataan kembali penguasaan, penggunaan,

pemanfaatan, peruntukan dan pemeliharaan sumber-sumber agraria sebagai

pra-kondisi dari pembangunan… Pembaruan agraria dipercayai pula sebagai

proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat,

khususnya masyarakat pedesaan, sehingga tercipta dasar pertanian yang sehat,

terjaminnya kepastian penguasaan atas tanah bagi rakyat sebagai sumberdaya

kehidupan mereka, sistem kesejahteraan sosial dan jaminan sosial bagi rakyat

pedesaan, serta penggunaan sumberdaya alam sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat.” (Deklarasi Pembaruan Agraria, Jogjakarta 1998).

“Melaksanakan land reform berarti melaksanakan satu bagian yang mutlak dari

Revolusi Indonesia.” (Soekarno, 1960)

Saat ini pemerintah kembali membangkitkan Reforma Agraria dalam konsep

baru, Dengan konsep Reforma Agraria baru yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia.

2.1.1 Definisi Pembaruan Agraria

Agrarian reform dan land reform seringkali dianggap identik. Berbagai pihak,

dengan sudut pandang yang sangat beragam memberikan pengertian yang berbeda-

beda mengenai Reforma Agraria. Dalam pengertian terbatas, Reforma Agraria

dipandang sebagai land reform, dengan salah satu programnya yaitu redistribusi tanah

(pembagian tanah), namun penelitian kali ini Reforma Agraria memiliki arti yang

lebih luas dan tidak hanya berupa land reform.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Menurut Wiradi (2001), Reforma Agraria adalah penataan ulang struktur

pemilikan dan penguasaan tanah beserta seluruh paket penunjang secara lengkap ,

Paket penunjang tersebut adalah adanya jaminan hukum atas hak yang diberikan,

tersediaanya kredit yang terjangkau, adanya akses terhadap jasa-jasa advokasi, akses

terhadap informasi baru dan teknologi, pendidikan dan latihan, dan adanya akses

terhadap bermacam sarana produksi dan bantuan pemasaran.

Setiawan (2001) mengatakan bahwa istilah Reforma Agraria adalah pembaruan

agraria karena apa yang dimaksudkan lebih luas dari sekedar pembagian tanah.

Selanjutnya menurut Sahyuti (2007), Reforma Agraria dimaknai sebagai land reform

plus, artinya inti dari pelaksanaan Reforma Agraria adalah berupa land reform yang

dalam arti sempit yaitu penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah.

Komponen plus dalam Reforma Agraria dimaksud adalah bentuk-bentuk dan cara

mengolah tanah, penyuluhan pertanian, dan lain – lain.

Menurut Sutarto (2007) pembaruan agraria tidak boleh dipahami sebagai proyek

bagi – bagi tanah semata, tapi harus diorientasikan pada upaya peningkatan

kesejahteraan petani serta revitalisasi pertanian dan pedesaan secara menyeluruh.

Untuk itu selain harus merupakan upaya penataan struktural untuk menjamin hak

rakyat atas sumber- sumber agraria melalui land reform , Reforma Agraria harus

merupakan upaya pembangunan lebih luas yang melibatkan multi-pihak untuk

menjamin agar aset tanah yang telah diberikan dapat berkembang secara produktif

dan berkelanjutan. Hal ini mencakup pemenuhan hak-hak dasar dalam arti luas,

misalnya pendidikan , kesehatan dan juga penyediaan dukungan modal, teknologi,

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

manajemen, infrastruktur, pasar dan lain –lain. Komponen yang pertama disebut

sebagai asset reform, sedangkan yang kedua disebut access reform. Gabungan antara

kedua jenis reform inilah yang dimaksud dengan land reform plus.

Senada dengan pengertian tersebut di atas, Winoto (2007) mengemukakan bahwa

Reforma Agraria adalah “land reform plus”, yang berlandaskan Pancasila dan UUD

1945. Artinya ‘land reform’ yang mekanismenya untuk menata kembali proses-

proses yang dirasa tidak adil dengan penambahan akses reform sehingga pemberian

tanah bagi petani dapat dijadikan sebagai alat reproduksi.

Berbagai istilah dan pengertian sangat banyak dikemukakan namun hal ini hanya

sebatas pemberian definisi saja sehingga jarang menjadi perdebatan. Prinsipnya

adalah yang menjadi konsep dasar pembaruan yang diemban Reforma Agraria yaitu

tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. Bertolak dari konsep dasar tersebut,

selanjutnya rumusan yang dipergunakan sebagai definisi Reforma Agraria yang akan

diselenggarakan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Menurut Istilah TAP MPR IX/MPR/2001

Reforma agraris adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan

pemilikan sumber – sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin

keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat.

2. Menurut Penjelasan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) Pasal 10

Ayat 1 dan 2

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Dalam pasal 10 ayat 1 dan 2 dirumuskan “land reform”atau “agrarian reform”

yaitu sebagai suatu ketentuan bahwa tanah harus dikerjakan atau diusahakan

secara aktif oleh pemiliknya sendiri. Selanjutnya ketentuan itu perlu diikuti pula

dengan syarat-syarat yang ringan, sehingga pemiliknya tidak akan terpaksa bekerja

dalam lapangan lain, dengan menyerahkan penguasaan tanahnya kepada orang

lain.

Definisi operasional dari Reforma Agraria sebagai upaya suatu program

pemerintah dalam upaya menyelesakan berbagai permasalahan dengan memberikan

sentuhan langsung pada akar permasalahannya adalah :

1. Reforma Agraria merupakan penataan ulang sistem politik dan hukum pertanahan

berdasarkan prinsip pasal – pasal UUD 45 dan UUPA ;

2. Reforma Agraria merupakan proses penyelenggaraan land reform (LR) dan

access reform (AR) secara bersama; LR adalah proses redistribusi tanah untuk

menata penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah berdasarkan

politik dan hukum pertanahan. AR adalah suatu proses penyediaan akses bagi

masyarakat (subjek Reforma Agraria) terhadap segala hal yang memungkinkan

masyarakat untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber kehidupan

(partisipasi ekonomi- politik, modal, pasar, teknologi, pendampingan,

peningkatan kapasitas dan kemampuan).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Defenisi tersebut secara lebih terperinci dapat dipaparkan bahwa Reforma

Agraria yang selanjutnya disebut sebagai PPAN adalah merupakan:

1. Upaya bersama untuk mewujudkan keadilan sosial;

Reforma Agraria dilakukan untuk langsung menyentuh akar permasalahan –

permasalahan struktural dimana kemiskinan termasuk salah satu diantaranya.

2. Mandat politik, konstitusi dan hukum;

Reforma Agraria merupakan keharusan untuk dilaksanakan atas dasar:

a) Tap MPR No. IX/MPR/2001

b) Keputusan MPR – RI No. 5/MPR/2003

c) Pidato Politik Presiden RI awal tahun tanggal 31 Januari 2007

d) Pembukaan UUD’45 dan Pasal 33 (3), Pasal 27 (2), dan Pasal 28 UUD’45.

e) Semua peraturan perundang-undangan yang terkait.

3. Keharusan Sejarah;

Reforma Agraria harus dilaksanakan dengan bercermin kepada pengalaman

negara-negara yang menjalankan Reforma Agraria di penghujung abad 20 dan di

abad 21 dan pengalaman Reforma Agraria di Indonesia sendiri.

4. Bagian Mendasar Triple Track Strategy

Reforma Agraria berdampak langsung untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan

baik pertanian maupun non pertanian.

Dalam pelaksanaan Reforma Agraria mencakup dua komponen yaitu:

a. Redistribusi Tanah (land reform) untuk menjamin hak rakyat atas sumber-sumber

agraria. Hal ini disebut dengan aset reform.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

b. Upaya pembangunan lebih luas dapat berkembang secara produktif dan

berkelanjutan, hal ini disebut akses form yang mencakup antara lain pemenuhan

hak – hak dasar dalam arti luas seperti kesehatan, dan pendidikan, juga

penyediaan dukungan modal, teknologi, manajemen, infrastruktur, pasar, dan lain

sebagainya (BPN- RI, 2007)

Apabila didekomposisi, dari pengertian Reforma Agraria terdapat lima

komponen mendasar di dalamnya, yaitu restrukturisasi penguasaan aset tanah ke arah

penciptaan struktur sosial- ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),

sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan (welfare),

penggunaan/pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya secara optimal

(efficiency), keberlanjutan (sustanability), dan penyelesaian sengketa tanah (harmony)

( BPN – RI, 2007).

Reforma Agraria secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat yaitu:

1. Radical Land Reform, tanah milik tuan tanah yang luas diambil alih oleh

pemerintah, dan selanjutnya dibagikan kepada petani tidak bertanah.

2. Land restitution, tanah – tanah perkebunan luas yang berasal dari tanah – tanah

masyarakat diambil alih oleh pemerintah, kemudian tanah tersebut dikembalikan

kepada pemilik asal dengan kompensasi.

3. Land Colonization, pembukaan dan pengembangan daerah – daerah baru,

kemudian penduduk dari daerah yang padat penduduknya dipindahkan ke daerah

baru tersebut, dan diberi tanah dengan luasan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4. Market Based land Reform (market assisted land reform), land reform yang

dilaksanakan berdasarkan atau dengan bantuan mekanisme pasar. Bisa

berlangsung bila tanah-tanah disertifikasi agar security in tenurship bekerja untuk

mendorong pasar finansial di pedesaan.

2.1.2 Tujuan Pembaruan Agraria

Dalam mengemban tugas menyelenggarakan administrasi pertanahan. Badan

Pertanahan Nasional berpedoman pada empat prinsip pertanahan yang memberikan

amanat dalam berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

menata kehidupan bersama yang lebih berkeadilan; mewujudkan keberlanjutan sistem

kemasyarakatan; kebangsaan dan kenegaraan Indonesia; serta mewujudkan

keharmonisan (terselesaikannya sengketa dan konflik pertanahan).

Dalam mencapai visi dan misinya, selanjutnya Badan Pertanahan telah

menetapkan 11 agenda pertanahan yang terdiri atas :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional RI;

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta sertifikasi

tanah secara menyeluruh di Seluruh Indonesia;

3. Memastikan penguatan hak –hak rakyat atas tanah;

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah- daerah korban bencana alam

dan daerah – daerah konflik di seluruh tanah air;

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik

pertanahan secara sistematis;

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

6. Membangun Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional dan sistem

pengamanan dokumen pertanahan di Seluruh Indonesia;

7. Menangani masalah Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN) serta meningkatkan

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;

8. Membangun basis data penguasaan dan pemilikan tanah skala besar;

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

pertanahan yang telah ditetapkan;

10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional RI;

11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum, dan kebijakan pertanahan

(Reforma Agraria).

Berangkat dari 4 (empat) prinsip dan 11 (sebelas) agenda inilah selanjutnya

ditetapkan tujuan dari pelaksanaan Reforma Agraria yang terdiri dari tujuh rumusan

yaitu :

a. Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke

arah yang lebih adil;

b. Mengurangi kemiskinan;

c. Menciptakan lapangan kerja;

d. Memperbaiki akses rakyat kepada sumber – sumber ekonomi terutama tanah;

mengurangi sengketa dan konflik pertanahan;

e. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan

ketahanan pangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.1.3 Strategi Dasar Pelaksanaan Pembaruan Agraria di Indonesia

Strategi pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasioanal (PPAN)

sebagaimana yang telah dirumuskan oleh BPN- RI (2007) adalah sebagai berikut :

1. Melakukan penataan atas konsentrasi aset dan atas tanah – tanah terlantar

melalui penataan politik dan hukum pertanahan berdasarkan Pancasila,

UUD’45 dan UUPA.

2. Mengalokasikan tanah yang langsung dikuasai oleh negara (obyek Reforma

Agraria) untuk rakyat (subjek Reforma Agraria).

2.1.4 Landasan Hukum Pembaruan Agraria

Adapun yang menjadi landasan pelaksanaan Program Pembaruan Agraria

Nasional (PPAN) di Indonesia adalah :

Tabel 2.1 Isi Landasan Hukum Pembaruan Agraria No Jenis Landasan Isi Landasan 1 Landasan Idiil Pancasila 2 Landasan

Konstitusional Undang – Undang Dasar Negara 1945 dan Perubahannya

3 Landasan Politis a. Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam

b. Keputusan MPR RI Nomor 5 Tahun 2003 tentang penugasan kepada Pimpinan MPR RI untuk menyampaikan Saran atas Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003;

c. Pidato Politik Awal Tahun Presiden Republik Indonesia tanggal 31 Januari 2007.

4 Landasan Hukum

Terdiri dari 20 Undang – undang yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.1.5 Objek dan Subjek Pembaruan Agraria

Adapun yang dimaksud dengan Objek pada Program Pembaruan Agraria

Nasional adalah :

1. Berdasarkan penelitian BPN- RI diperkirakan terdapat tanah seluas 1,1 Juta

hektar yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia yang berasal dari :

a. Tanah berkas hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai;

b. Tanah yang terkena ketentuan konversi;

c. Tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;

d. Tanah hak yang pemegangnya melanggar ketentuan peraturan perundang –

undangan;

e. Tanah obyek land reform ;

f. Tanah bekas obyek land reform;

g. Tanah timbul;

h. Tanah bekas kawasan pertambangan;

i. Tanah yang dihibahkan pemerintah;

j. Tanah tukar menukar dari dan oleh pemerintah;

k. Tanah yang dibeli oleh pemerintah.

2. Tanah yang dialokasikan oleh Presiden Republik Indonesia yang berasal dari

hutan produksi konversi, tersebar di 17 Provinsi RI ( Rapat Terbatas Presiden

RI, Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, dan Kepala BPN – RI tanggal 28

September 2006) seluas 8,15 juta hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

3. Tanah – tanah hasil koordinasi antara Departemen Kehutanan, Departemen

Pertanian dan BPN – RI tanggal 27 Maret 2007 atas tanah – tanah yang sudah

di lepaskan dari kawasan kehutanan menjadi tanah negara yang pemanfaatan

tanahnya tidak sesuai dengan peruntukannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan Subjek pada Program Pembaruan Agraria

Nasional adalah :

1. Secara Umum :

Masyarakat miskin sebagaimana yang telah diidentifikasi oleh Badan Pusat

Statistik (BPS).

2. Secara Khusus :

Penduduk miskin di pedesaan, baik petani, nelayan maupun profesi lain, dimulai

dari yang di dalam lokasi ataupun yang terdekat dengan lokasi, dan dibuka

kemungkinan untuk melibatkan kaum miskin dari daerah lain.

2.1.6 Mekanisme Pembaruan Agraria

Secara umum, terdapat tiga mekanisme dasar Reforma Agraria, sesuai dengan

kondisi atau kedudukan subyek (petani miskin, buruh tani, atau pengelola tanah) dan

obyek ( tanah yang akan diredistribusikan), sebagai berikut ( BPN- RI, 2007):

1. Subyek dan objek berdekatan atau berhimpit, mekanisme dengan skenario seperti

ini sebenarnya relatif lebih sederhana dan langsung fokus pada ketiga objek tanah

dalam Reforma Agraria ini, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

(1) tanah kelebihan maksimum;

(2) tanah absentee; dan

(3) tanah negara lainnya, termasuk tanah tumbuh.

Penyelenggaraan Reforma Agraria dalam skenario ini dapat ditempuh melalui

penataan asset atau meredistribusi subjek tanah di atas, serta penguatan akses

atau memperbaiki akses petani kepada teknologi baru, mendekatkan pelaku

usaha dengan sumber – sumber pembiayaan, serta menyediakan akses pasar dan

pemasaran bagi produk yang akan dikembangkan oleh subjek Reforma Agraria,

2. Subjek mendekati objek. Mekanisme seperti ini diterapkan apabila subjek dan

objek berada pada lokasi yang berjauhan. Skema transmigrasi umum dan

transmigrasi lokal seperti dengan memindahkan subjek petani miskin dan tidak

bertanah dari daerah padat penduduk ke daerah jarang penduduk, serta

memberikan atau meredistribusikan tanah seluas dua hektar atau lebih di daerah

tujuan kepada subjek Reforma Agraria.

3. Objek mendekati subjek. Mekanisme seperti ini juga diterapkan apabila subjek

dan objek berada pada lokasi yang berjauhan. Skema yang sesuai untuk

mendekatkan objek kepada subjek dikenal dengan skema swap atau pertukaran

tanah yang didasarkan pada strategi konsolidasi lahan atau bahkan bank tanah.

Skema ini memang agak rumit karena melibatkan hubungan kepemilikan tanah

bertingkat yang tidak sederhana, sehingga perlu dirumuskan secara hati- hati,

dengan kelembagaan yang jelas dan berwibawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.1.7 Prinsip Pembaruan Agraria

Secara garis besar terdapat 10 (sepuluh) prinsip dalam Pembaruan Agraria. Ke-

10 (sepuluh) prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Hak atas dasar sumber daya alam merupakan hak ekonomi setiap orang. Sesuatu

yang menjadi hak setiap orang, merupakan kewajiban/tanggung jawab bagi

negara/pemerintah untuk melindungi, memajukan, menegakkan, dan memenuhinya

(Pasal 69 Ayat (2) UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia). Dalam kaitan

dengan prinsip ini, perlu didukung upaya penyempurnaan Pasal 33 Ayat (3) yang

sedang dilakukan oleh PAH I, karena pasal ini yang merupakan landasan bagi

hubungan antar negara dengan sumber daya alam (sumber agraria) dan antara negara

dengan rakyat. Penyempurnaan rumusan Pasal 33 Ayat (3) didukung oleh perlunya

klarifikasi tentang makna ”dikuasai oleh negara” dari segi normatif, yang meliputi

telah terhadap 4 (empat) hal, yakni : Kalau negara ”menguasai” sumber daya alam,

maka siapa yang sebenarnya berhak atas sumber daya alam itu? Apakah makna

”dikuasai” oleh negara itu? (III)Seberapa luas kewenangan menguasai oleh negara

itu? (IV)Bagaimana hubungan antar negara dengan yang berhak atas sumber daya

alam itu?.

Dari segi empiris, rumusan Pasal 33 Ayat (3) yang penjelasanya amat singkat itu

telah diterjemahkan secara longgar melalui berbagai UU yang terkait dengan sumber

daya alam (tanah, hutan, tambang, dan sebagainya) sehingga terjadi apa yang disebut

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

”negaraisasi” sumber daya alam dengan segala implikasinya, antara lain penafian

hak-hak masyarakat adat/lokal atas `sumber daya alam. Sebagai contoh, dari

Penjelasan UUPA tentang kekuasaan negara terhadap bumi, air, ruang angkasa, maka

implikasinya adalah bahwa ”hak menguasai negara” meliputi : Tanah-tanah yang di

atasnya sudah ada hak perorangan Tanah-tanah yang di atasnya terdapat hak alayat,

hak masyarakat adat, dan (III)Tanah-tanah yang di atasnya tidak terdapat hak-hak

dalam butir (I) dan(II).

Analog dalam hal tersebut di atas, maka menurut UU Kehutanan (UU N0 5/1967

dan telah direvisi dengan UU No 41/1999) hak menguasai negara atas hutan (hutan

negara) meliputi kawasan hutan di seluruh Indonesia. Di samping hutan negara,

diakui keberadaan hutan milik. Tetapi keberadaan hutan adat tidak diakui karena

menurut UU No 41 Tahun 1999 hutan adat adalah kawasan hutan yang berada di atas

hutan negara.

Dengan demikian diharapkan bahwa dari perumusan Pasal 33 Ayat (3) yang

disempurnakan akan diperoleh penegasan tentang hal-hal sebagai berikut :

1. Sumber daya alam merupakan hak bersama seluruh rakyat, dan dalam

pengertian hak bersama itu terdapat dua hak yang diakui, yaitu hak

kelompok (hak bersama) dan hak perorangan.

2. Kewenangan negara terhadap sumber daya alam terbatas pada kewenangan

pengaturan. Pengaturan oleh negara diperlukan kekhawatiran bahwa tanpa

campur tangan negara ketidak adilan dalam akses terhadap perolehan dan

pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

3. Negara tidak perlu melakukan intervensi bila masyarakat telah dapat

menyelesaikan masalah atau kepentingan sendiri dan bahwa hal itu tidak

bertentangan dengan kepentingan atau hak pihak lain.

4. Kewenangan mengatur oleh negara tidak tak terbatas, tetapi dibatasi oleh

dua hal, yaitu: (1) pembatasan oleh Undang-Undang Dasar (UUD). Pada

prinsipnya hal-hal yang diatur oleh negara tidak boleh berakibat terhadap

pelanggaran hak-hak dasar manusia yang dijamin oleh UUD; (2)

pembatasan oleh tujuannya, yakni untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

atau untuk tercapainya keadilan sosial.

Hubungan antara negara dengan rakyat bukan hubungan subordinasi, tetapi

hubungan yang setara karena negara memperoleh hak menguasai dalam

kedudukannya sebagai wakil dari seluruh rakyat. Dan, sesuai dengan prinsip HAM,

maka apa yang menjadi hak setiap orang merupakan kewajiban bagi negara untuk

memenuhinya. Netralitas negara dan fungsinya sebagai wasit yang adil harus dapat

dijamin.

2. Unifikasi hukum yang mampu mengakomodasi keanekaragaman hukum

setempat (pluralisme).

Pasal 6 Ayat (1) UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, menyebutkan

bahwa: ”Dalam rangka penegakan HAM, perbedaan dan kebutuhan dalam

masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat

dan pemerintah”. Hal ini berarti bahwa kebijakan yang bersifat nasional harus mampu

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

memberi tempat pada hukum adat yang masih berlaku dan dijunjung tinggi dalam

lingkungan masyarakat adat, selaras dengan upaya perlindungan dan penegakan

HAM dari masyarakat yang bersangkutan, selama hal itu tidak menimbulkan

pelanggaran terhadap hak asasi pihak lain.

3. Land reform/restrukturisasi pemilikan dan penguasaan tanah.

Land reform sebagai upaya penataan kembali struktur pemilikan dan penguasaan

tanah ditujukan untuk mencapai keadilan, utamanya bagi mereka yang sumber

penghidupannya tergantung pada produksi pertanian. Berbagai program land reform,

antara lain berupa redistribusi tanah (yang berasal dari tanah-tanah jabatan di desa,

tanah yang tidak sesuai dengan kebutuhan riil perusahaan bidang industri,

perumahan, jasa/pariwisata, pengusahaan di bidang pertanian, perkebunan dan

kehutanan, dan lain-lain), penyediaan lapangan kerja di sektor pertanian, teknologi,

dan tersedianya peluang pasar untuk produk-produk pertanian. Di samping rural land

reform tersebut di atas, perlu diperhatikan juga urban land reform karena

kesenjangan posisi tawar antara mereka yang mempunyai akses modal dan akses

politik di perkotaan, berhadapan dengan mereka yang tidak mempunyai akses

tersebut, telah semakin membuat orang miskin kota (urban poor) semakin

terpinggirkan dalam upaya memperoleh sebidang tanah untuk menopang

kehidupannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4. Keadilan dalam pengusaan dan pemanfaatan sumber daya (sumber-sumber

agraria).

Penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam harus sedemikian rupa sehingga

dapat dinikmati tidak saja oleh generasi sekarang, tetapi juga generasi yang akan

datang. Dalam suatu generasi, harus diupayakan keterbukaan akses bagi setiap orang,

laki-laki dan perempuan, untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya alam

(sumber agraria). Pemanfaatan sumber daya alam oleh satu generasi tidak boleh

mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang sehingga harus dijaga agar

tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan jangka pendek. Termasuk

dalm prinsip ini adalah mengakui kepemilikan masyarakat adat terhadap sumber daya

alam yang menjadi ruang hidupnya.

5. Fungsi sosial dan ekologi tanah.

Dalam kedudukan manusia sebagai individu, sekaligus makhluk sosial, maka ada

kewajiban (sosial) yang timbul dan dipunyai oleh setiap pemegang hak. Hak yang

dipunyai seseorang tidak bersifat tak terbatas, karena selalu dibatasi oleh hak orang

lain dan hak masyarakat yang lebih luas, baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan

alasan kepentingan umum, maupun oleh pihak lain untuk berbagai kegiatan

pembangunan. Oleh karena itu, pengambilalihan hak itu harus dilaksanakan sesuai

undang-undang (Pasal 28 H Ayat (4) jo Pasal 28 J Ayat (2) UUD 1945 Perubahan

Kedua) dan diikuti dengan ganti kerugian yang adil, baik terhadap kerugian fisik

(kehilangan tanah, bangunan, tanaman, dan lain-lain) maupun kerugian nonfisik

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

(kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan utuk memperoleh keuntungan/manfaat

tertentu, dll)

6. Penyelesaian konflik pertanahan.

Konflik-konflik baik yang bersifat vertikal maupun horisontal bila tidak

dilakukan penyelesaian secara tuntas dan sekaligus, akan merupakan gangguan untuk

dapat terselenggaranya kehidupan sosial dan bernegera yang harmonis.

7. Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah dan kelembagaan

pendukung.

Perlu adanya kerelaan dan penegasan kewenangan pusat dan daerah, sehingga

menjadi jelas pertanggungjawabannya masing-masing, utamanya dalam alokasi dan

manjemen sumber-sumber daya agraria / sumber daya alam. Apabila Reforma

Agraria dipilih sebagai suatu pilihan kebijakan restrukturisasi pemilikan/penguasaan

dan pemanfaatan tanah serta sumber daya alam lainnya, maka diperlukan suatu

lembaga pendukung yang dapat memfasilitasi pelaksanaannya, mengkoordinasikan

menyelesaikan sengketa yang timbul dari pelaksanaannya.

8. Transparansi dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan.

Paradigma lama yang bercirikan sentralisme dalam pembuatan kebijakan telah

menafikan partisipasi, sekaligus tidak bersifat pembuatannya. Tradisi sosialisasi

terhadap RUU/RPP/ Raperda, akan lebih baik apabila diganti dengan konsultasi

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

publik dalam setiap tahapan yang bersangkutan, sehingga terwujud yang disebut

dengan partisipasi interaktif dan bukan partisipasi pasif seperti yang terjadi pada saat

ini.

9. Usaha-usaha produksi di lapangan agraria.

Restrukturisasi pemilikan dan penguasaan sumber-sumber agraria haruslah

diikuti dengan suatu program yang sistematis untuk menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan produksi yang menjadi dasar bagi pengembangan ekonomi rakyat. Untuk

memperkuat ekonomi rakyat, harus ada pembatasan yang tegas bagi usaha-usaha

produksi skala besar yang pemilikan atau penguasaannya terkonsentrasi di satu

tangan di lapangan agraria. Terlebih lagi, monopoli kegiatan usaha produksi di

lapangan Agraria haruslah dicegah.

10. Pembiayaan program-program pembaruan agraria.

Pelaksanaan program-program pembaruan agraria yang berkesinambungan

memerlukan tersedianya biaya secara rutin yang harus dijamin oleh pemerintah.

Tanpa adanya dukungan biaya, program-program pembaruan agraria hanya akan

berada di organisasinya, dikendalikan secara sosial, bersifat parsipatoris, dan

menghargai kesetaraan jender, dalam konteks pembangunan ekonomi, sosial yang

berkelanjutan dari segi lingkungan. Kebijakan tersebut hendaknya memberi

kontribusi terhadap ketahanan pangan dan penghapusan kemiskinan, berdasarkan hak

asasi yang bersifat individual, komunal dan kolektif, kesetaraan, termasuk, inter alia,

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

kesempatan kerja, khususnya melalui perusahaan skala kecil dan menengah,

penyertaan sosial dan konservasi aset lingkungan dan budaya di wilayah pedesaan,

melalui perspektif mata pencaharian yang berkelanjutan dan pemberdayaan kelompok

terkait yang bersifat lemah di pedesaan, kebijakan ini sangat menghargai hak dan

aspirasi masyarakat pedesaan, khususnya kelompok lemah yang termarjinalkan dalam

kerangka hukum nasional dan dialog yang efektif.

2.2 Pengalaman Pembaruan Agraria di Berbagai Negara

2.2.1 Yunani

Reforma Agraria pertama kali tercatat dalam sejarah yang terjadi di Yunani Kuno

pada masa pemerintahan Solon sekitar tahun 594 sebelum Masehi. Kemudian,

tonggak kedua pada tahun 134 sebelum Masehi Reforma Agraria dilakukan di Roma

yang bertujuan untuk mengangkat rakyat kecil dengan cara melakukan redistribusi

tanah-tanah milik umum. Tonggak ketiga pada abad ke -12 dilaksanakan Reforma

Agraria di Inggris dikenal dengen “Enclosure movement” yaitu pengkaplingan tanah-

tanah pertanian dan padang pengembalaan yang semula merupakan tanah yang dapat

disewakan oleh umum, menjadi tanah–tanah individual.

2.2.2 Prancis

Gerakan Reforma Agraria secara besar-besaran terjadi di Prancis yang ditandai

dengan adanya revolusi pada Tahun 1789 dan merupakan tonggak keempat dari

Reforma Agraria. Sistem penguasaan tanah feodal dihancurkan dan tanahnya

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

dibagikan kepada para petani dan petani budak di bebaskan. Tonggak kelima dari

Reforma Agraria terjadi di Rusia yang dikenal dengan “Stolypin Reforms” dimana

para petani dibebaskan dari komune – komune dan menjadi pemilik tanah secara

bebas, sehingga terjadi kesenjangan yang tajam antara petani kaya dan para

tunakisma (Wiradi, 2000)

2.2.3 Cina

Di Cina, Reforma Agraria merupakan kerangka perjuangan untuk menata

kembali struktur sosial dan politik. Pada pertengahan tahun 1920 – 1930, Cina

melaksanakan tiga program besar yaitu menghilangkan neo imprealisme, menata

ulang struktur sosial dan politik, menata kembali struktur penguasaan tanah, Namun

fokusnya berada pada yang ketiga yaitu menata kembali struktur penguasaan tanah

(land reform). Artinya dalam gerakan besar Cina, Land reform menjadi suatu

kerangka perjuangan politik untuk menata kembali struktur politik yang ada di Cina.

Program land reform di Cina, mengalami stagnasi ketika di menjajah oleh Jepang

(1935 – 1945). Ketika Jepang menyerah, program land reform dilaksanakan kembali

dan mencapai puncaknya pada tahun 1959 – 1961, bersamaan dengan peristiwa banjir

besar dan kekeringan yang sangat parah melanda Cina. Ini merupakan periode yang

sangat parah bagi rakyat Cina.

Selepas tahun 1961, land reform terus dijalankan, tanah-tanah milik tuan tanah

dibagikan kepada petani penggarap secara kolektif (koperasi), yang dalam

perkembangannya tanah tersebut menjadi tanah milik negara, tetapi petani

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

mempunyai akses penuh untuk memanfaatkan tanah tersebut (usufruct right). Para

pakar ekonomi pembangunan Cina pada awalnya menyatakan bahwa priode 1959 –

1961 merupakan ketidakberhasilan dari land reform. Namun kemudian pendapat

tersebut bergeser, periode tersebut merupakan penentu bagi pertumbuhan ekonomi

Cina yang luar biasa (BPN- RI, 2007).

Kebijakan land reform yang dilakukan oleh Cina, setidaknya mengandung hal

sebagai berikut (Wiradi, 2001):

1. Hanya sedikit jumlah tanah yang diambil alih;

2. Redistribusi tanah berdasarkan jumlah yang setara per-orang;

3. Pendaftaran pendukung dari kalangan petani kaya, pedagang kecil dan lain-

lain ”kelas intermediasi” .

Panduan dasar land reform pada saat itu adalah ”menyadarkan diri pada petani

miskin, bersatu dengan petani menengah, tidak mengganggu kepentingan petani kaya

baru, dan menghapus tuan tanah feodal sebagai kelas”. Kebijakan ini berhubungan

erat dengan kebijakan komunis pada saat itu, yang didasarkan atas 3 (tiga) tahap:

1. Tahap I, memenangkan perjuangan politik (revolusioner);

2. Tahap II, memenangkan perjuangan ekonomi (produksi), dengan cara,

a. Menjalankan land reform,

b. Menjalankan penyelidikan pertanahan,

c. Mengembangkan koperasi dan gotong royong (mutual aid),

d. Mencapai pengembangan pertanian (dan industri) dari kekuataan

produktif.-

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

3. Tahap III, memenangkan perjuangan ideologi dan kebudayaan.

Setelah komunis berkuasa di tahun 1949, maka diadakan kebijakan ekonomi

nasional yang didasarkan pada pembaruan Agraria. Gurley mengkategorikan sebagai

berikut:

1. Masa land reform, antara tahun 1949-1952, pada masa itu dilakukan upaya

redistribusi kekayaan pendapatan dan kekayaan dari kaum kaya ke kaum

miskin dan menghapuskan kelas penguasa sebelumnya.

2. Masa kolektivisasi-komunisasi, antara tahun 1955-1959, di masa ini adalah

meningkatkan output di pedesaan dengan mendorong pemanfaatan suplai

tenaga kerja secara lebih baik.

3. Pembentukan modal (capital formation) untuk pertanian antara tahun 1960-

1972, pada masa ini adalah dengan usaha mendorong secara lebih lanjut

output pertanian dengan peningkatan barang-barang modal (capital goods)

serta input lainnya yang tersedia di sector pedesaan, serta dengan

mendirikan industri-industri kecil dimana-mana, hampir di semua desa.

4. Perubahan gradual dari nilai tukar (terms of trade) di antara pertanian dan

industri bagi kepentingan sector pertanian dan kaum tani. Di masa ini upaya

meningkatkan harga yang dibayar oleh pemerintah atas produk-produk

pertanian serta merendahkan harga barang-barang yang dibeli oleh petani.

Pelaksanaan redistribusi asset-asset pedesaan, land reform yang dijalankan di

Cina bukan hanya telah mematahkan dominasi di kelas tuan tanah dan mengalihkan

kekuasaan pada petani miskin dan menengah saja, tetapi juga dengan sendirinya telah

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

meningkatkan tingkat konsumsi dari kebanyakan petani dan meningkatkan tabungan

pedesaan yang layak bagi investasi.

Land reform yang dijalankan di Cina dengan sendirinya juga telah

menghapuskan konsumsi kemewahan dari kaum kaya dan meningkatkan konsumsi

dasar dari kaum miskin. Arti yang penting dari land reform bukan sekedar

memberikan tanah kepada petani miskin, tetapi mendorong mereka untuk

mengorganisasikan dirinya untuk mengambil dan mengalahkan penindas mereka

sebelumnya. Ini merupakan prasyarat bagi pengembangan sosialisme berikutnya di

pedesaan, karena apabila tidak dilakukan, maka struktur kelas lama maupun pola

pemilikan kekayaan lama akan muncul kembali, karena sikap-sikap lama yang masih

bertahan dan paranata-pranata yang menguntungkan kaum kaya.

Usaha pembaruan agrarian yang dilakukan di Negara Cina adalah merupakan

proses yang dilakukan secara trial and error dan tidak mencontoh model pembaruan

di Negara lain.

Dalam hal ini strategi pembaruan Agrarian di Cina terdiri dari beberapa langkah

berikut ini:

a. Menghancurkan struktur kelas tuan tanah-birokrat dan redistribusi tanah dan

asset-aseet lain, pendapatan, dan kekuasaan kepada kaum tani dan kaum

buruh.

b. Mendirikan hubungan sosial produksi sosialis sesegera mungkin, serta

menggunakan partai untuk mendidik kaum tani dan kaum buruh mengenai

cita-cita dan nilai-nilai sosialis. Yaitu, dengan menasionalisasikan industri dan

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

mengembangkan koperasi di pedesaan tanpa harus menunggu adanya

mekanisasi pertanian. Ini berarti menciptakan super struktur sosialis.

c. Membangun mekanisme perencanaan penuh sebagai ganti dari alokasi sumber

daya yang ditentukan oleh harga pasar dan distribusi pedapatan secara penuh

masuk ke industrialisasi, tetapi dengan penekanan industri yang mempunyai

kaitan langsung ke pertanian.

d. Mencapai tingkat pembentukan modal (capital formation) yang tinggi dengan

mendorong tabungan di semua tingkat dan menggunakan tabungan tersebut

pada tiap tingkatan guna melakukan investasi secara swadaya. Demikian pula

mendorong daerah pedesaan khususnya, untuk memenuhi kebutuhan barang-

barang modal dengan menciptakan industri-industri berskala kecil dan dari

masyarakat sendiri.

e. Mengembangkan dan menyalurkan kreativitas dan energi manusia lewat

penyebaran nilai-nilai sosialis (”melayani rakyat”, tidak mementingkan diri

sendiri, insentif secara kolektif) dalam mengatasi nilai-nilai borjuis

(individualisme, serakah, materialisme), dengan cara menyediakan fasilitas

pelayanan kesehatan, pendidikan secara meluas, penetapan tujuan-tujuan yang

mulia, guna menginspirasi orang untuk bekerja lebih giat, serta dengan

mendorong pengambilan keputusan di tingkat dasar kepada tingkatan rakyat

yang paling bawah.

f. Menjalankan revolusi yang berlanjut di semua tingkatan masyarakat, serta

mempertahankan kediktatoran kaum ploretar.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.2.4 Jepang

Jepang merupakan salah satu contoh negara yang berhasil melaksanakan

Reforma Agraria. Tanah–tanah luas milik para daimyo diambil alih oleh pemerintah

dan dibagikan kepada petani penyewa tanah. Land reform di Jepang dilaksanakan

pada masa pemerintahan pendudukan Amerika yang dipimpin Mac Arthur. Namun

sebelumnya Jepang telah berpengalaman melakukan Reforma Agraria pada saat

restorasi Meiji. Sehingga pada waktu melaksanakan Reforma Agraria, Jepang telah

mempunyai data tanah yang lengkap. Reforma Agraria menjadi dasar pembangunan

ekonomi Jepang (BPN- RI, 2007).

2.2.5 Venezuela

Reforma Agraria di Venezuela dimulai pada tahun 1960-an yang ditandai dengan

dikeluarkannya undang-undang mengenai Reforma Agraria. Dalam perjalanannya

sejak tahun 1960 sampai dengan 1999, dapat dikatakan Reforma Agraria kurang

begitu berhasil. Ketika Hugo Chaves terpilih menjadi presiden, salah satu

programnya adalah Reforma Agraria. Langkah awal yang dilakukan adalah

melakukan referendum konstitusi dan Reforma Agraria merupakan mandat dari

konstitusi tersebut (BPN- RI, 2007).

Pelaksanaan Reforma Agraria di Venezuela dipimpin langsung oleh presiden di

Amerika latin atau bahkan di dunia saat ini yang melaksanakan Reforma Agraria

dengan antusias. Ketika Terjadi kudeta tahun 2002 yang menggulingkan presiden.

Rakyatlah yang mengembalikannnya kembali ke posisinya. Selain itu Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Venezuela juga memperkenalkan prinsip-prinsip kebijakan pertanian yang baru,

seperti kedaulatan pangan dan mengutamakan penggunaan tanah dari pada pemilikan

tanah (BPN- RI, 2007).

2.2.6 Zimbabwe

Zimbabwe tidak terlalu berhasil melaksanakan Reforma Agraria.

Ketidakberhasilan itu disebabkan oleh perencanaan yang kurang matang. Target dari

Reforma Agraria adalah tanah-tanah pertanian milik orang kulit putih, sehingga

terjadi perlawanan atau penolakan yang sangat kuat (BPN- RI, 2007).

2.2.7 Thailand

Reforma Agraria di Thailand dilaksanakan mulai tahun 1975 dan dipimpin

langsung oleh raja. Tanah – tanah yang dibagikan awalnya adalah tanah milik pribadi

yang merupakan tanah – tanah kelebihan dari batas maksimum dan absentee, atau

tanah – tanah yang dilepaskan secara sukarela oleh pemiliknya. Dalam perjalanannya

karena tanah tersebut semakin langka, maka tanah yang dibagikan dalam rangka

Reforma Agraria adalah tanah – tanah negara, antara lain yang berasal dari tanah

kawasan hutan (BPN- RI, 2007).

2.2.8 Taiwan

Reforma Agraria di Taiwan paling mirip dengan Indonesia karena dilaksanakan

dengan perencanaan yang matang, secara berkesinambungan dan damai. Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

memberikan perlindungan baik kepada petani penyewa atau penggarap tanah maupun

kepada tuan tanah. Prinsip keadilan sosial mendasari Reforma Agraria ini. Sampai

saat ini Reforma Agraria di Taiwan telah mencapai tahap ketiga 2000 sampai

sekarang. Hasilnya, tenaga kerja di bidang pertanian yang tadinya diatas 35% dari

jumlah total tenaga kerja pada awal pelaksanaannya, menjadi 8% pada tahun 2004.

Terjadi pergeseran struktur sosio- profesional masyarakat dari pertanian ke industri

jasa, akan tetapi pertanian tetap menjadi landasan pembangunannya (BPN- RI, 2007).

Dalam Pengamatan Lindquist (1979) terhadap pelaksanaan land reform

dibeberapa negara Amerika Latin, menyimpulkan bahwa suatu land reform harus:

a. Bermakna sebagai suatu transfer kekuasaan;

b. Pengembalian tanah – tanah (property) rakyat yang dirampas;

c. Pembagian tanah secara merata (hal ini dapat menimbulkan konflik dengan poin

b);

d. Mengarah kepada pengelolaan tanah yang lebih baik (hal ini yang dapat konflik

dengan poin no.b dan c);

e. Meningkatkan standar kehidupan dari petani – petani yang menerima manfaat

dari reform;

f. Meningkatkan produksi pertanian;

g. Menciptakan lapangan kerja;

h. Mempercepat pembentukan modal (capital formation), investasi dan teknologi

(inovasi di bidang pertanian);

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

i. Menciptakan dukungan politik untuk partai – partai kelompok politik yang pro

reform;

j. Memungkinkan untuk dilakukan/diterapkan dalam kondisi yang ada di tengah

masyarakat, khususnya dalam hal kapasitas personal/orang –orang yang

ada/tersedia; dan

k. Menjungkirbalikan (mengubah) masyarakat kapitalis

Pelaksanaan Reforma Agraria di beberapa negara sebagaimana disebutkan di

atas, menjadi sumber informasi yang dapat dijadikan pengalaman untuk

melaksanakan Reforma Agraria di Indonesia. Kunci keberhasilan dari pengalaman

berbagai negara yang melaksanakan Reforma Agraria ( BPN – RI, 2007), adalah :

1. Komitmen yang kuat dari pemerintah, dipimpin langsung oleh pemimpin tertinggi

negara tersebut.

2. Tersedianya data dan informasi yang lengkap.

3. Didukung oleh Parlemen.

4. Didukung angkatan bersenjata.

5. Partisipasi Semua Stake Holders,

6. Dipersiapkan secara matang dan dilaksanakan secara konsisten dan bertahap.

2.3 Pengembangan Wilayah Pedesaan

Pengembangan wilayah pedesaan di Indonesia telah banyak dilakukan sejak dari

dahulu hingga saat ini, namun hasilnya belum memuaskan terhadap peningkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pengembangan wilayah desa seharusnya dilihat

bukan hanya sebagai objek tetap juga harus dilihat sebagai subjek pengembangan.

Pengembangan wilayah desa harus dapat dilihat sebagai :

1. Upaya mempercepat pengembangan wilayah pedesaan melalui penyediaan

prasarana dan sarana untuk memberdayakan masyarakat;

2. Upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.

Pengembangan wilayah pedesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu di

analisis/secara lebih terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek di

luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan non sosbud

spesial dan non spasial).

Terdapat berbagai definisi pengembangan wilayah pedesaan yang di dapatkan

dari literatur antara lain:

1. Pembangunan usaha tani atau pembangunan pertanian (Mosher, 1974;

Bertrand 1958).

2. Pembangunan wilayah pedalaman terintegrasi (Friedman and Douglas,

1971).

3. Perubahan sosial di wilayah pedesaan (Rostow, David, Inkeles).

4. Modernisasi pertanian dan industrialisasi pedesaan (Mosher, 1974; Merton

1984).

5. Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dan kesejahteraan

masyarakat pedesaan (Hansen, 1981).

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

6. Proses rekayasa sosial atau rancang bangun masyarakat pedesaan (Less dan

Preslley).

7. Perubahan orientasi dari pertanian produksi ke bisnis seluas-luasnya

(Collier dkk, 1996).

8. Proses pemberdayaan komunitas dan potensi produktif di wilayah pedesaan

(Craig and Mayo, 1999).

Tujuan pengembangan wilayah pedesaan jangka panjang adalah peningkatan

kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan kesempatan

kerja, kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan berdasarkan pendekatan

bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah

meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional.

Tujuan pembanguan pedesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumberdaya alam.

Tujuan pembanguan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan

pedesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi

dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk

mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju

dan sejahtera.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Sasaran pengembangan wilayah pedesaan yang ingin tercipta pada dasarnya

adalah:

a. Peningkatan produksi dan produktivitas

b. Percepatan pertumbuhan desa

c. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan

kerja dan lapangan usaha produktif.

d. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.

e. Perkuatan kelembagaan.

f. Pengembangan wilayah pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan

masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas

masyarakat pedesaan.

g. Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni:

h. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan

jalan, lingkungan permukiman dan lainnya).

i. Pemberdayaan masyarakat.

j. Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).

k. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan

(khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin).

l. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan

(inter rural-urban relationship).

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Pengembangan wilayah pedesaan seharusnya menerapkan pninsip-prinsip yaitu:

(1) transaparansi (keterbukaan);

(2) partisipatif;

(3) dapat dinikmati mayarakat;

(4) dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas); dan

(5) berkelanjutan (sustainable).

Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan

dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat.

Pembanguan itu pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh

karena itu pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi (wawasan)

pengembangan wilayah masa depan yang akan diwujudkan. Masa depan merupakan

impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih mudah dalam arti

tercapainya tingkat kemakmuran yang lebih tinggi.

Pengembangan wilayah pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara

multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian,

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan

sumberdaya pengembangan wilayah secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga

tercapai optimalitas.

Ada tiga prinsip pokok pengembangan wilayah pedesaan, yaitu:

1. Kebijaksaan dan langkah-langkah pengembangan wilayah di setiap desa

mengacu kepada pencapaian sasaran pengembangan wilayah berdasarkan

Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pengembangan wilayah tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

yaitu (a) pemerataan pengembangan wilayah dan hasil-hasilnya, (b)

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan (c) stabilitas yang sehat dan

dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa dan kota, di setiap wlayah

dan antar wilayah secara saling terkait,serta dikembangkan secara selaras dan

terpadu.

2. Pengembangan wilayah desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pengembangan

wilayah berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan

sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan.

Disamping itu setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas,

memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefisien

mungkin.

3. Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,

debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.

Disadari bahwa pengembangan wilayah pedesaan telah dilakukan secara luas,

tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta

masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Pengembangan wilayah pedesaan bersifat multidimensional dan multi aspek,

oleh karena itu perlu dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan

dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek di luar

pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial,

internal dan eksternal).

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Rencana pengembangan wilayah daerah harus disusun berdasarkan pada potensi

yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi

sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana

pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi masyarakat setempat, dan lainnya.

Karena dana anggaran pengembangan wilayah yang tersedia terbatas, sedangkan

program pengembangan wilayah yang dibutuhkan relatif banyak, maka perlu

dilakukan: (1) penentuan prioritas program pengembangan wilayah yang diusulkan,

penentuan prioritas program pengembangan wilayah harus dilakukan berdasarkan

kriteria yang terukur, dan (2) didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang

implementasi program pengembangan wilayah tersebut.

Penentuan program pengembangan wilayah oleh masyarakat yang bersangkutan

merupakan bentuk perencanaan dari bawah, dan akar rumput bawah atau sering

disebut sebagai bottom-up planning. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan

salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowering) secara nyata dan

terarah.

Pendekatan pengembangan wilayah pedesaan cukup banyak, dengan pemberian

penekanan yang berbeda-beda. Dalam menerapkan pendekatan diharapkan jangan

bersifat sempit atau kaku, tetapi hendaknya secara lebih luas dan bersifat fleksibel

untuk mewujudkan pertumbuhan pedesaan yang cepat dan kokoh untuk mencapai

tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang semakin tinggi.

Memperhatikan kekurangan dan kegagalan perencanaan pengembangan wilayah

pedesaan pada masa yang lalu, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

pendekatan pengembangan wilayah pedesaan yang sesuai dengan dinamika

perkembangan dan kompleksitas pengembangan wilayah serta aspirasi masyarakat.

Konsep pendekatan pengembangan wilayah yang lalu yang bersifat sentralistik harus

direformasi menjadi desentralistik, disesuaikan dengan masalah, potensi, kondisi, dan

kebutuhan masyarakat setempat, secara spasial dan terpadu, tetapi harus pula

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Setelah memperhatikan berbagai

pendekatan pengembangan wilayah pedesaan yang cukup banyak seperti

dikemukakan di atas, maka pendekatan perencanaan pengembangan wilayah

pedesaan pada masa depan sekurang-kurangnya menggunakan pendekatan bottom-up,

spasial, multisektoral/terpadu/holistik, partisipatif dan berkelanjutan; dan diantaranya

adalah pendekatan partisipasi yang perlu mendapat penekanan.

Pengembangan wilayah pedesaan yang partisipatif merupakan suatu konsep

fundamental yang berlaku dan diterapkan sejak dahulu hingga sekarang dan tetap

relevan untuk masa depan. Partisipasi masyarakat itu mengikuti perkembangan

zaman dari sistem pemerintahan yang berlangsung dalam suatu kurun waktu. Dalam

sistem pemerintahan yang sentralistik, mekanisme perencanaan pembangunannya

adalah top-down, dan partisipasi masyarakatnya adalah bersifat mobilisasi atau

pengerahan massa. Sedangkan dalam sistem pemerintahan yang desentralistik

(otonomi daerah), mekanisme perencanaan pembangunannya adalah bottom up dan

partisipasi rnasyarakatnya dilakukan dengan kesadaran dan kebersamaan yang tinggi.

Dalam pengembangan wilayah masa depan (beberapa dekade setelah tahun 2000)

dimana pemerintah dan bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan (ekonomi,

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

sosial dan politik) yang berat dan berkepanjangan, maka partisipasi masyarakat

sangat diperlukan sebagai kekuatan dinamis dan merupakan perekat masyarakat akar

bawah (pedesaan) untuk menunjang pengembangan wilayah pedesaan.

Keberhasilan pengembangan wilayah dalam masyarakat tidak selalu ditentukan

oleh tersedianya sumberdana keuangan dan manajemen keuangan yang memadai,

tetapi banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons masyarakat terhadap

pengembangan wilayah atau dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat. Untuk

mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pengembangan wilayah

diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat

(capable and acceptable local leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial

budaya dengan proses manajemen modern.

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

Faryadi (2002), menyimpulkan bahwa Reforma Agraria adalah jalan yang perlu

ditempuh bila hendak menjamin pemenuhan hak –hak ekonomi, sosial dan budaya,

termasuk ketahanan pangan. Pemenuhan hak – hak asasi manusia ini tidak lain dan

tidak bukan merupakan kewajiban negara untuk mengusahakan keadilan sosial.

Reforma Agraria merupakan strategi penting dalam menjamin hak atas pangan karena

Reforma Agraria menjamin hak atas tanah. Dengan kepastian hak atas tanahnya,

maka para petani kecil, kaum tunakisma, dan buruh tani yang telah berubah menjadi

pemilik tanah akan lebih terdorong untuk meningkatkan produksi pertaniannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Lembong (2002), menyimpulkan bahwa untuk mempercepat pencapaian tujuan

Reforma Agraria keberadaan organisasi petani yang kuat mutlak diperlukan. Dengan

adanya organisasi tani, maka akan menjadi kekuatan penyeimbang dan pengontrol

terhadap negara.

Willenburg (2001) melalui penelitian berkaitan dengan Reforma Agraria di

Kuba, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa untuk memahami dan mengevaluasi

proses Reforma Agraria di Kuba digunakan 3 elemen sebagai kerangka kerja. Ketiga

elemen tersebut yakni deskriptif yang digunakan sebagai penjelasan mengapa orang

kuba memiliki keyakinan seperti yang mereka lakuakan terhadap kesesuaian

sosialisme dan Reforma Agraria yang terjadi sekarang agar mencapai keadilan sosial,

normatif untuk menjelaskan lingkungan bangsa kuba saat ini pada tataran norma,

kebijakan, dan praktek yang dipercayai sebagai sesuatu yang tepat dalam

mengamankan keadilan sosial dan kedaulatan atas kemerdekaan mereka. Elemen –

elemen tersebut wilgenburg menyimpulkan bahwa keyakinan dan tradisi yang

mendasari lingkungan bangsa merupakan pertimbangan yang sangat relevan dalam

pelaksanaan Reforma Agraria.

Penelitian Mayrowani (2004), tentang Studi Prospek dan Kendala Penerapan

Reforma Agraria di Sektor Pertanian yang kajiannya membagi dua kegiatan

penelitan, yaitu : Analisis struktur pemilikan dan penggarapan tanah pertanian dan

dampaknya terhadap efisiensi produksi pertanian, dan Analisis kelembagaan tentang

prospek dan kendala pelaksanaan agraria. Dimana dari hasil penelitian tersebut

terlihat bahwa tingkat penguasaan lahan di Jawa semakin kecil dan ketimpangan

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

penguasaan tanah, terutama sawah semakin tinggi. Sedangkan Tingkat Efisiensi di

Luar jawa lebih baik dari pada di Jawa, baik tanah sawah maupun tanah perkebunan.

Implikasinya, perluasan lahan pertanian, terutama di laur jawa, dan percepatan tenaga

kerja pedesaan ke sektor non pertanian di luar jawa, dan percepatan penyerapan

tenaga kerja pedesaan ke sektor non pertanian harus di lakukan. Tanpa itu, persoalan

yang di hadapi dalam penerapan Reforma Agraria menjadi jauh lebih rumit, karena

jumlah petani yang luas garapannya kurang layak menjadi sangat besar. Untuk sektor

pertanian, maka komponen Reforma Agraria di luar komponen land reform dapat

menjadi fokus perhatian, yaitu dengan memperbaiki sistem bagi hasil dalam

penyakapan, memperkenalkan teknologi baru, bantuan kredit dan perbaikan

pemasaran.

Berbagai penelitian yang dilakukan seperti dikemukakan tersebut memberikan

inspirasi untuk melakukan penelitian mengenai Program Pembaruan Agraria Nasional

(PPAN) yang di laksanakan di Perkebunan Desa Sei Balai.

2.5 Kerangka Berpikir

Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) diimplementasikan terhadap

pengembangan wilayah pedesaan di perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Asahan. Program ini diimplementasikan dengan mendistribusikan tanah

untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan hidup kepada mereka yang berhak

menerimanya. Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut diharapkan ada perbaikan

taraf hidup dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat meningkat, sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

tujuan dari dilaksanakannya Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) dapat

tercapai.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan studi literatur dan dugaan sementara peneliti maka disusun hipotesis

awal penelitian: Ada dampak yang signifikan antara Program Pembaruan Agraria

Nasional (PPAN) terhadap pengembangan wilayah Desa perkebunan Sei Balai

Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Sei Balai, Kecamatan Sei Balai,

Kabupaten Asahan. Waktu penelitian selama tiga bulan, dimulai pada bulan Agustus

2011 sampai dengan bulan Nopember 2011. Objek yang dijadikan lokasi PPAN

adalah konflik antara Primkopad dengan masyarakat lahan perkebunan sawit selama

30 tahun dengan para buruh yang bekerja di areal tersebut.

3.2. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui dan menganalisis Dampak Program Pembaruan Agraria

Nasional (PPAN) Terhadap Pengembangan wilayah desa di Perkebunan Sei Balai

Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Metode yang digunakan adalah metode

impact evaluation dengan pendekatan kuantitatif menggunakan statistika deskriftif.

Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan

deduktif, bersifat konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini

bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat

mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan ndasarkan pada data

ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini

berangkat dari teori-teori yang membangunnya. Ciri–ciri penelitian kuantitatif,

yaitu :

1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan

pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan

menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang

berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh

peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-

indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat

kuisioner.

2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep

(variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian

dicari datanya, melalui kuisioner untuk pengukuran variabel-variabelnya.

3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak

awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih.

4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan

penggunaan kuisioner.

5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif

menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi

atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara

pengukuran.

6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan

kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

representatif(perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus,

persentase atau Tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum

pengumpulan data.

7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses

secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian

pengumpulan data dan menyimpulkan.

8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau Tabel.

9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya

karena akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk

bagaimana sebuah variabel diukur).

10. Dari segi analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir

pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup tiga hal: (1) lingkup materi yang

akan diteliti, (2) lingkup wilayah yang diteliti dan (3) lingkup waktu yang diteliti.

1. Ruang lingkup materi yang diteliti, difokuskan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Manfaat Sertipikat

b. Keamanan Tanah

c. Investasi pada tanah (perbaikan kondisi rumah, perbaikan rumah,

perbaikan tanah pertanian)

d. Perubahan dalam pasar tanah (dampak terhadap nilai pasar, penjualan

dan pembelian tanah.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2. Ruang lingkup wilayah yang diteliti adalah Wilayah Pedesaan di Perkebunan

Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan.

3. Ruang Lingkup waktu penelitian adalah PPAN dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2010.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Untuk pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode survei dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur sebagai

instrumen penelitian (kuisoner terlampir). Pihak –pihak yang diwawancarai

adalah pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan Reforma Agraria di

Kecamatan Sei Balai yaitu masyarakat sebagai penerima manfaat.

Sedangkan data sekunder yaitu data yang di peroleh secara tidak langsung

dengan cara mengumpulkan arsip atau dokumen yang ada pada instansi terkait

dengan obyek penelitian. Sumber daya yang relevan dengan penelitian ini yaitu

Kantor Pertanahan Kabupaten Asahan, Kantor Pertanahan Kabupaten Batu Bara,

Dinas Pertanian, Kantor Badan Pusat Statistik, Desa dan sumber pustaka lain yang

relevan berupa buku, artikel dari internet, thesis, serta makalah yang berkaitan

dengan topik penelitian.

Selanjutnya jenis, sumber dan kegunaan data yang akan dianalisis untuk

menjawab pemasalahan penelitian diuraikan pada Tabel berikut :

Tabel 3.1 . Rincian Kebutuhan Data

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

No Jenis Data Sumber Data Kegunaan 1.

a. Karakteristik Individu Data Primer

- Identitas responden - Data dasar rumah

tangga - Pendidikan - Pendapatan - Aset - Status Gizi dan

kesehatan - Sosial - Struktur Pelayanan

Responden

- Analisis

Karakteristik - Analisis Kesesuaian

subyek/penerima manfaat dengan kriteria

2. a. Demografi Data Sekunder

b. Informasi PPAN c. Peta

Kantor Kecamatan dan Kantor Desa PPAN

Gambaran Umum Analisis Kesesuaian Gambaran Umum

3.5. Instrumen Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan,disusun

daftar pertanyaan (kuisioner) terstruktur sebagai instrumen survei. Karena

responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok utama, yaitu kelompok

penerima manfaat PPAN (peserta PPAN) dan kelompok kontrol (non peserta

PPAN), maka instrumen penelitian juga dibedakan menjadi dua, sesuai dengan

peruntukannya. Namun, untuk mengukur progam dampak terhadap kontra-fakta,

struktur pertanyaan untuk kelompok responden kontrol dibuat sama dengan

pertanyaan untuk peserta PPAN, kecuali pertanyaan-pertanyaan yang tidak

relevan untuk non peserta, seperti prosedur dan persyaratan pengurusan sertipikat

tanah melalui PPAN. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner

dikelompokkan menjadi enam bagian pokok, yaitu :

1. Pertanyaan mengenai karakteristik responden dan karakteristik rumah tangga;

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

2. Pertanyaan mengenai persiapan dan pelaksanaan PPAN;

3. Pertanyaan mengenai kepemilikan;

4. Pertanyaan mengenai persyaratan tanah yang disertipikasi melalui PPAN;

5. Prosedur sertipikasi PPAN dan kendala-kendala yang dihadapi seperti biaya;

6. Pertanyaan mengenai pelaksanaan akses reform;

7. Dampak sosial-ekonomi terhadap petani penerima manfaat.

Dengan mengacu pada pertanyaan penelitian, variabel-variabel atau

pertanyaan- pertanyaan dalam kuisioner diarahkan agar dapat digunakan untuk

menyusun indikator-indikator analisis dampak program, termasuk kontra-fakta.

3.6. Teknik pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan penelitian adalah dengan menggunakan cara :

3.6.1 Observasi

Kegiatan observasi yang akan dilakukan adalah mengamati langsung untuk

dapat melihat dari dekat objek – objek yang diteliti yang berkaitan dengan

karakteristik masyarakat penerima manfaat, aspek aset reform dan aspek akses

reform untuk menguji kebenaran dari jawaban responden seperti yang tertuang

dalam kuisioner.

3.6.2 Kuisoner Dengan Didukung Wawancara

Kuisioner disini digunakan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan

karakteristik masyarakat penerima manfaat, persepsi masyarakat penerima

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

n =

manfaat tersebut terhadap pelaksanaan PPAN yang meliputi aset reform dan akses

reform (kuisoner terlampir). Supaya data dapat digali lebih mendalam,

pengambilan data melalui kuisioner didukung dengan wawancara yang lebih

mendalam.

3.6.3 Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperlukan

melalui dokumen atau arsip yang terdapat di instansi pemerintah yang berkaitan

dengan materi yang akan dibahas. Dokumen yang dimaksud dapat berupa

peraturan perundangan, hasil penelitian, peta dan lain sebagainya.

3.7 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima manfaat (subyek

reforma agraria) yang berada di Desa Perkebunan Sei Balai, Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Asahan. Redistribusi tanah di Desa ini seluas 600 Ha kepada 150 KK

petani pengggarap.

Untuk mendapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus

slovin (Umar, 2004:108) sebagai berikut :

Keterangan :

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran karena kesalahan pengambilan sampel yang masih di

tolerir atau diinginkan yaitu sebesar 6%

Dalam penelitian ini jumlah populasi responden penelitian sebanyak 150

Kepala Keluarga yang menerima program PPAN. Sehingga menggunakan rumus

di atas didapat jumlah sampel responden penelitian sebanyak 97 orang. Dalam

penelitian ini jumlah sampel responden digenapkan menjadi 100 KK.

Karena penelitian ini merupakan evaluasi dampak maka diluar sampel

tersebut di atas masih diperlukan sampel pembanding sebanyak 30 responden.

Jadi dalam survey ini mencakup 130 responden rumah tangga yang dibagi

menjadi dua kategori yaitu :

1) Peserta PPAN

2) Kelompok Kontrol, yaitu kelompok rumah tangga yang tidak

mempunyai kesempatan ikut serta dalam PPAN.

Kategori pertama terdiri dari 100 rumah tangga adalah rumah tangga yang

tinggal di desa penelitian, dimana paling tidak satu anggota rumah tangga

mengajukan sertipikat PPAN untuk sebuah bidang tanah di desa tersebut, baik

yang masih dimiliki atau yang sudah di jual. Dalam hal ini mereka disebut peserta

PPAN. Kategori kedua terdiri dari 30 rumah tangga adalah kelompok kontrol,

yaitu rumah tangga yang tinggal di wilayah penelitian dan memiliki tanah tetapi

tidak mempunyai kesempatan mengikuti program PPAN karena adanya alasan

sesuatu hal sehingga mereka tidak diikutkan dalam rencana pelaksanaan PPAN.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tujuan untuk mengikutsertakan mereka adalah untuk dapat dibandingkan dengan

peserta PPAN sehingga diperoleh dampak sertipikat PPAN terhadap indikator

sosial ekonomi. Disamping itu dilakukan juga wawancara terhadap beberapa

informan kunci meliputi pejabat dan staf di BPN, Kepala Desa, Ketua Gapoktan,

Pokmas, dan beberapa orang petani yang memang mengetahui secara mendalam

pelaksanaan PPAN di lokasi tersebut.

Cara mengambil sampel dari populasinya disebut dengan sampling. Cara

pengambilan sampel akan menentukan ketepatan penggeneralisasian hasil

penelitian dari sampel kepada populasinya. Penggeneralisasian hasil penelitian

dari sampel dikatakan tepat apabila "sifat atau keadaan" yang ditunjukkan atau

digambarkan dari hasil penelitian terhadap sampel itu benar-benar cocok dengan

sifat atau keadaan populasi tersebut.

3.8 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Analisis Data

Untuk menjawab perumusan masalah pertama, digunakan analisis

deskriptif, yaitu dilakukan dengan cara menganalisis kegiatan pelaksanaan di

Perkebuan Sei Balai Kecamatan Sei Balai.

Untuk menguji perumusan masalah kedua, dampak PPAN terhadap

pengembangan wilayah di pedesaaan Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai

digunakan uji analisis beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples

test t test), dengan rumus yang digunakan adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

+

−=

21

2

2,1

11nn

pS

xxt ii

Dimana :

t = uji beda

1x ,1

2x

= Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum PPAN (Tahun 2007)

,1

n

= Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah PPAN (Tahun 2011)

1

n

= Jumlah responden masyarakat sebelum PPAN

2

s

= Jumlah responden masyarakat sesudah program PPAN

2

p = Simpangan Baku berpasangan

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel

berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan

nilai ttabel : Ho diterima jika thitung < ttabel

Ho ditolak (Ha diterima) jika t

pada α = 5%

hitung > ttabel

pada α = 5%

Hasil analisis evaluasi dampak dalam studi ini disajikan dengan

menggunakan statistik deskriptif sederhana, seperti rata-rata dan proporsi

untuk tiap-tiap kelompok responden. Selanjutnya, selisih perubahan tiap-tiap

indikator antara kedua kelompok responden dihitung, dan diartikan sebagai

dampak. Metode ini memiliki kelemahan yaitu penggunaan kelompok

kontrol tidak seutuhnya dapat mencerminkan keadaan ekonomi peserta

sebelum pelaksanaan program, oleh karena itu sebaiknya sebelum pelaksanaan

suatu program harus dilakukan survey base line sehingga ketika diadakan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

evaluasi dampak maka hasil yang evaluasi benar-benar mencerminkan dampak

dari program tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Sektor Pertanahan di Kabupaten Asahan

4.1.1 Wilayah

Kantor Pertanahan Kabupaten Asahan sampai saat ini berada di dua wilayah

kabupaten yaitu Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu bara. Kedua kabupaten

ini berada di Kawasan Pantai Timur Propinsi Sumatera Utara. Di mana secara

geografis Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara berada pada 2o03’00” –

3o26’00” Lintang Utara dan 99o1’ – 100o

Kabupaten Asahan berada di area seluas 371. 945 Ha yang terdiri atas 25

Kecamatan, 177 Desa dan 27 Kelurahan, Sedangkan Kabupaten Batu bara

menempati area seluas 90. 496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan, 93 Desa dan 7

Kelurahan.

00’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 –

1000 meter di atas permukaan laut.

Gambar 4.1 . Peta Kabupaten Asahan

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Adapun Batas-batas wilayah dari Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Selat Malaka;

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara dan

Toba Samosir;

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten

Batu Bara;

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu Bara dan Selat Malaka;

Sedangkan batas - batas Wilayah Kabupaten Batu Bara adalah sebagai

berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai;

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Asahan;

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun;

4. dan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

4.1.2 Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Asahan adalah 667.563 orang, yang terdiri atas 335.166 laki-laki dan 332.397

perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk

Asahan paling banyak di Kecamatan Kisaran Timur sebesar 10,30 persen,

kemudian di ikuti Kecamatan Kisaran Barat sebesar 8,28 persen, lalu Kecamatan

Air Joman sebesar 6,85 persen , sedangkan kecamatan – kecamatan lainnya

dibawah 6 persen. Kisaran Timur, Kisaran Barat, dan Air Joman adalah 3

kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

masing-masing berjumlah 68.735 orang, 55.288 orang, dan 45.711 orang.

Sedangkan Kecamatan Sei Kepayang Timur merupakan kecamatan yang paling

sedikit penduduknya yaitu sebesar 8.602 orang.

Dengan luas wilayah Asahan sekitar 3.719,45 kilo meter persegi yang didiami

667.563 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Asahan adalah

sebanyak 175 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat

kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kisaran Timur yakni sebanyak 1.766

orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan

Bandar Pulau yakni sebanyak 47 orang per kilo meter persegi.

Masih dari sumber yang sama diperoleh jumlah penduduk Batu Bara adalah

374.535 orang, yang terdiri atas 188.456 laki-laki dan 186.079 perempuan. Dari

hasil SP2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Batu Bara paling

banyak di Kecamatan Kisaran Lima Puluh sebesar 22,70 persen, kemudian diikuti

Kecamatan Tanjung Tiram sebesar 16,77 persen, sedangkan kecamatan –

kecamatan lainnya dibawah 15 persen. Lima Puluh dan Tanjung Tiram adalah 2

kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang

masing-masing berjumlah 85.019 dan 62.792 orang. Sedangkan Kecamatan Sei

Balai merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya yaitu sebesar

26.735 orang.

Dengan luas wilayah Batu Bara sekitar 904,96 kilo meter persegi yang di

diami 374.535 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Batu Bara adalah

sebanyak 414 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat

kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Medang Deras yakni sebanyak 729

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Sei

Balai yakni sebanyak 288 orang per kilo meter persegi.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Asahan

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Gambar 4.2 . Peta Administrasi Kabupaten Batu Bara

Universitas Sumatera Utara

Page 92: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4.1.3 Tata Ruang

Secara menyeluruh Tata Ruang Kabupaten Asahan (termasuk Kabupaten Batu

Bara) dapat dibagi menjadi dua kawasan yaitu Kawasan Budi Daya dan Kawasan

Lindung. Luas Kawasan Budi Daya tercatat seluas 400.472 Ha, sedangkan luas

Kawasan Lindung tercatat seluas 61.969 Ha.

Tabel 4.1 . Kawasan Budi Daya di Kabupaten Asahan

No. Kawasan Budi Daya Luas (Ha) 1 Kawasan Hutan Produksi Tetap 34. 667 Ha

2 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 29. 249 Ha

3 Kawasan Hutan Konversi 20. 662 Ha

4 Kawasan Budi Daya Lainnya (di Luar Kawasan Hutan ) 315. 894 Ha

4.1.4 Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah di Kabupaten Asahan dan Batu Bara pada tahun 2008 pada

umumnya adalah untuk pertanian khususnya perkebunan. Lebih jelasnya keadaan

penggunaan tanah di Kabupaten Asahan dan Batu Bara pada tahun 2008 dapat

diuraikan sebagai berikut :

Sumber Gambar : Puslitbang BPN RI

Universitas Sumatera Utara

Page 93: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tabel 4.2. Penggunaan Tanah di Kabupaten Asahan

No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tanah (Ha) 1 Pemukiman 23. 685 2 Hutan 69. 845 3 Sawah 16. 380 4 Perkebunan 298. 730 5 Tegalan/Kebun Campuran 19.067 6 Penggunaan Lainnya 34. 734

4.1.5 Kegiatan Sertifikasi Tanah

Luas tanah yang telah memiliki sertifikat di Kabupaten Asahan dan Kabupaten

Batu Bara sampai dengan tahun 2009 tercatat seluas 203.756,8217 Ha dengan jumlah

bidang sebanyak 50.908 bidang, jenis kepemilikan tanah di Kab. Asahan disajikan

pada Tabel 4.3. :

Tabel 4.3 . Jenis Kepemilikan Tanah di Kabupaten Asahan

No Jenis Kepemilikan Tanah

Jumlah Bidang (Bidang )

Luas Tanah (Ha) Persentase

1 Hak Milik 48. 201 57.446,8980 28,19% 2 Hak Guna Usaha 74 144.949,5811 71,14% 3 Hak Guna Perorangan 1324 465,7633 0,23% 4 Hak Guna Bangunan

Badan Hukum 115 302,3814 0,15%

5 Hak Pakai Perorangan 644 337,0613 0,17% 6 Hak Pakai Instansi

Pemerintah 547 234,5174 0,12%

7 Hak Pengelolaan 3 20,6192 0,01% Jumlah 50.908 203.756,8217

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Universitas Sumatera Utara

Page 94: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4.2 Pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional di Kab. Asahan

Di Propinsi Sumatera Utara banyak ditemukan areal perkebunan kelapa sawit

yang dikelola Perusahan Nasional maupun Perusahan Swasta. Akan tetapi sering

terjadi klaim masyarakat terhadap areal perusahan perkebunan dengan dalih tanah

masyarakat diserobot oleh perusahaan. Inilah awal dari sengketa pertanahan antara

pihak petani penggarap dengan pihak perusahaan perkebunan.

Kasus seperti ini selalu muncul pada saat perusahaan perkebunan mengajukan

permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha. Demikian juga terjadi terhadap

permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha No. 1 / Desa Sungai Balai seluas 1797,4

Ha atas nama PT. PUSKOPAD DAM I Bukit Barisan di Kabupaten Asahan.

Areal perkebunan seluas 1797,4 Ha tersebut ditanami dengan komoditi kelapa

sawit di klaim oleh masyarakat tani seluas 596 Ha yang mengatas namakan

Kelompok Tani Mandiri dan Kelompok Tani Tenera seluas 272 Ha dengan jumlah

penggarap sebanyak ± 142 ( 172 + 62 ) Kepala Keluarga.

Sengketa ini memakan waktu selama hampir 15 tahun tidak kunjung selesai,

persoalan ini telah ditangani oleh Pemerintah daerah setempat, DPR tingkat I

Sumatera Utara maupun DPR pusat, akan tetapi hasilnya nihil bahkan hilangnya

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Untuk mencegah sengketa ini agar tidak berkepanjangan maka pihak Badan

Pertanian Nasional Propinsi Sumatera Utara melakukan mediasi antara pemerintah

dengan masyarakat dengan cara mengundang kedua belah pihak dan dipertemukan di

Kantor Wilayah Badan Pertahanan Nasional Propinsi Sumatra Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Setelah dilakukan dialog yang dipimpin oleh Kanwil BPN Propinsi Sumatra

Utara maka pihak Perusahan Perkebunan PUSKOPAD bersedia melepaskan areal

yang dipermasalahkan tersebut dan diberikan kepada kedua kelompok masyarakat

tani yaitu Tenera dan Mandiri.

Dengan dilepaskan oleh perusahan timbul kembali masalah terhadap pembagian

areal kepemilikan masing – masing tanah tersebut. Untuk mencegah sengketa antara

petani penggarap terhadap penguasaan dan kepemilikan maka pihak BPN

menawarkan pembagian tanah secara adil dengan cara penataan kembali sekaligus

dengan melengkapi sarana jalan. Kemudian semua bidang tanah harus menghadap ke

jalan yang dibangun dari sebagian areal yang di klaim. Ternyata pola penyelesaian ini

disetujui oleh petani. Pola penyelesaian ini disebut dengan Model Konsolidasi

Tanah Petani. Akhirnya masyarakat mau menerima dan pihak Perkebunan

PUSKOPAD bersedia melepaskan tanpa ganti rugi.

4.2.1 Lokasi Yang Dijadikan Objek Revorma

Lokasi yang dijadikan objek terletak di Desa Sei Balai Kecamatan Balai

Kabupaten Asahan.

Perkebunan Kelapa Sawit milik PUSKOPAD telah beroperasi sejak tahun

1976 dan berakhir haknya pada tahun 2006. Penggunaan tanah saat itu merupakan

perkebunan kelapa sawit dan telah berproduksi. Pada saat perkebunan memohonkan

perpanjangan hak pihak pengggarap melakukan klaim terhadap tanah seluas 355 KK.

Setatus tanah adalah tanah negara bekas HGU PT. PUSKOPAD.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

4.2.2 Konsep Model Konsolidasi

Penataan P4T

Gambar. 4.4 Skema Model Penyelesain Sengketa

Dengan Pola Konsolidasi

HGU NO. 1 SEI BALAI BERAKHIR 21 APRIL 2006

SENGKETA

Dikeluarkan

KONSOLIDASI

jalan

JALAN JALAN

Universitas Sumatera Utara

Page 97: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Gambar 4.5 Salah satu bentuk konsolidasi dengan didirikannya koperasi dan pembangunan jalan disekitar perkebunan

Model ini merupakan penataan kembali tanah yang digarap oleh masyarakat

dan tanah yang sudah dikeluarkan dari areal HGU Perusahaan Perkebunan PT.

PUSKOPAD.

Tujuan dari model ini sekaligus menyelesaikan sengketa dan menata kembali

agar pemilikan tanah dapat teratur dan masing – masing mengahadap kejalan. Dengan

pola ini diharapkan agar sengketa dapat dan tanah bermanfaat, sekaligus petani

penggarap memperoleh penguatan hak atas tanahnya.

Mengingat bahwa Program Pembaruan Agaria Nasional ( PPAN )

mempunyai tujuan antara lain :

1. Menata kembali ketimpangan P4T

2. Memperbaiki akses rakyat kepada sumber ekonomi

3. Mengurangi sengketa konflik

4. Meningkatkan ketahanan pangan

5. Mengurangi kemiskinan

6. Memperbaiki kwalitas lingkungan

7. Menciptakan lapangan kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 98: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Ketujuh kriteria yang menjadi tujuan PPAN dalam kegiatan konsolidasi ini

telah terpenuhi. Oleh sebab itu maka penyelesaian sengketa ini merupakan salah satu

model reforma agraria yang menjadi tujuan PPAN.

4.2.3 Prosedur Penyelesaian dan Penataan

Pola konsolidasi ini dilaksanakan dengan mengikuti sistem yang telah ditetapkan

berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 4 Tahun 1991,

sebelum tanah dijadikan objek konsolidasi pihak masyarakat harus melepaskan

terlebih dahulu dengan berita acara pelepasan hak kepada pemerintah dalam hal ini

Badan Pertahanan Nasional. Kemudian lokasi ditetapkan terlebih dahulu oleh

Kakanwil sebagai objek konsolidasi. Kemudian dilakukan pengukuran dan

selanjutnya ditata ulang bentuk kapling dan tata letak pemilikan.

4.2.4 Pembiayaan

Kegiatan ini tentunya membutuhkan dana,baik dalam penyelesaian proses

sertifikasi tanah yang menyangkut BPHTB maupun pembangunan sarana jalan.

Untuk mengatasi ini maka dibangun kerjasama dengan pihak lembaga

keuangan dalam hal ini Bank BPDSU dan Bank BRI yang telah bersedia

menanggulangi modal awal dengan catatan sertifikasi menjadi agunan dibayar dengan

cara angsuran hasil tanaman.

Kerjasama antar lembaga ini sangat penting untuk membangun kepercayaan

masyarakat petani terhadap pemerintah. Oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 99: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

terlebih dahulu kepada petani agar mereka mengerti tujuan dan maksud dari

kerjasama ini.

4.2.5 MOU

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan tersebut agar semua lembaga turut

membantu terlaksananya kegiatan ini, maka diiakat dalam satu kerjasama ( MOU ).

Didalam MOU ditulsikan masing – masing kewajiban lembaga baik BPN, pihak

Perbankan dan masyarakat agar kelangsungan kerjasamaini terbina dan terlaksana

secara berkeseimbangan. Hasil dari pada perkebunan ditampung oleh PT. Bakri

sebagai pengelola CPO di Kabupaten Asahan. Secara sekematis kerjasama dapat

digambarkan sebagai berikut :

PT BAKRI PENAMPUNG HASIL

PETANI KELAPA SAWIT

BPN PENGUATAN

HAK

BANK SUMUT

BRI

Universitas Sumatera Utara

Page 100: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Gambar 4.6 Kerjasama Saling Menguntungkan

Kerjasama :

1. PT. Bakri Menampung Hasil ( Surat Terlampir )

2. BPN Memberikan Kepastian Hak – Hak Kepada Petani

3. Bank BRI Memberikan Bantuan Dana ( Surat Terlampir )

4. Bank Sumut Memberikan Bantuan Dana ( Surat Terlampir )

Hasil kegiatan Program Pembaruan Agraria Nasional yang telah dilaksanakan di

Desa Sei Balai adalah:

1. Terselesaikannya konflik/sengketa tanah antara perusahaan dengan petani

penggarap;

2. Terlaksananya redistribusi tanah seluas 600 Ha kepada 150 KK petani

pengggarap;

3. Terlaksananya penataan penguasaan/penggunaan tanah serta terjalinnya pola

kerjasama permodalan antara masyarakat penggarap dengan lembaga penyedia

modal.

4. Hasil lainnya yang tidak kalah penting dari pelaksanaan Reforma Agraria di

Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan adalah terbentuknya

Koperasi yang berfungsi dalam penyedian sarana produksi dan pemasaran hasil

para petani.

4.3. Karakteristik Responden

Universitas Sumatera Utara

Page 101: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang

berada di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai berasal dari latar belakang sosial

ekonomi dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

4.3.1 Jabatan dalam Keluarga

Responden penelitian umurnya memiliki jabatan sebagai kepala kelaurga

seperti tertera pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Distribusi Jabatan Responden Dalam Keluarga

Jabatan Dalam Keluarga

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Kepala Keluarga 56 56% 17 55% Pasangan (istri) 33 33% 7 23% Anak Laki-Laki/Perempuan 5 5% 5 16% Cucu Laki-Laki/Perempuan 2 2% 2 6% Orangtua/Mertua 4 4% 0 0% Anggota Keluarga lain 0 0% 0 0% Orang Lain 0 0% 0 0% Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 102: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 56 responden masyarakat PPAN (56%)

adalah sebagai kepala keluarga, 33 responden masyarakat (33%) adalah sebagai

pasangan (istri), 5 orang responden (5%) sebagai anak laki-laki/perempuan, 2 orang

responden (2%) sebagai cucu laki-laki/perempuan dan 4 responden (4%) sebagai

orangtua/mertua.

Tabel 4.4 di atas juga menunjukkan bahwa 17 orang masyarakat responden

yang tidak atau belum menerima (non) PPAN (kontrol) (55%) mempunyai jabatan

dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga, 7 orang masyarakat responden non

PPAN (23%) mempunyai jabatan dalam keluarga sebagai pasangan (isteri), 5 orang

masyarakat responden non PPAN (16%) sebagai anak laki-laki/perempuan, dan 2

orang masyarakat responden Non PPAN (6%) sebagai cucu laki-laki/perempuan.

Beragamnya jabatan dalam keluarga responden menunjukkan bahwa yang

menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dari berbagai jabatan

dalam keluarga yang menggambarkan bahwa masyarakat responden PPAN dan Non

PPAN melibatkan berbagai jabatan dalam keluarga.

4.3.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden penelitian umumnya adalah pendidikan

Sekolah menengah Umum, namun juga dijumpai D1/D3 seperti tertera pada Tabel

4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Universitas Sumatera Utara

Page 103: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tingkat Pendidikan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sekolah Rakyat(SR),SD,Paket A 18 18% 2 7% Pendidikan SLTP 32 32% 5 17% Pendidikan SMU 42 42% 16 53% Pendidikan Sarjana/Diploma 8 8% 7 23% Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan kategori tingkat

pendidikan adalah sangat beragam mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga

Sarjana/Diploma (S1/D1/D3). Pendidikan responden yang paling dominan adalah

pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 42 responden (42%).

Pendidikan Sarjana/Diploma sebanyak 32 responden (32%), pendidikan SLTP

sebanyak 18 responden (18%) dan pendidikan SR/SD dan Paket A sebanyak 8

responden (8 %).

Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan kategori tingkat

pendidikan juga sangat beragam mulai dari SLTP hingga Sarjanan/Diploma

(S1/D1/D3). Pendidikan responden yang paling dominan adalah pendidikan Sekolah

Menengah Umum (SMU) sebanyak 16 responden (53%). Pendidikan

Sarjana/Diploma sebanyak 7 responden (23%), pendidikan SLTP sebanyak 5

responden (17%), dan pendidikan SR/SD dan Paket A sebanyak 2 responden (7 %)

Beragamnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa yang menjadi

responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dari berbagai tingkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 104: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

pendidikan yang menggambarkan bahwa masyarakat responden PPAN dan Non

PPAN melibatkan berbagai tingkatan pendidikan.

4.3.3. Pekerjaan

Pekerjaan responden penelitian umumnya pertanian, perdagangan, jasa dan

PNS seperti tertera pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Pertanian 76 76% 30 100% Perdagangan 13 13% 0 0% Jasa 9 9% 0 0% PNS 0 0% 0 0% Sektor Lain 2 2% 0 0% Jumlah 100 100 30 100

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan pekerjaan adalah cukup

beragam. Pekerjaan responden yang paling dominan adalah pertanian yaitu sebanyak

76 responden (76%). Pekerjaan di bidang perdagangan sebanyak 13 responden

(13%), pekerjaan di bidang Jasa sebanyak 9 responden (9%) dan pekerjaan di bidang

lain sebanyak 2 responden (2%).

Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan kategori pekerjaan

tidak beragam, yaitu hanya di bidang pertanian sebanyak 30 responden (100%)

Beragamnya pekerjaan responden PPAN menunjukkan bahwa masyarakat

yang menerima program PPAN telah mampu mengembangkan usaha lain diluar

pertanian. Kepemilikan tanah memberikan modal dan aset pagi responden untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 105: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

mengembangkan usaha lain di luar pertanian. Sementara itu, responden masyarakat

Non PPAN seluruhnya masih menjadi petani penggarap kebun milik PUSKOPAD.

4.4. Pendapatan Responden

Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang

berada di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai berasal dari latar belakang ekonomi

yang berbeda-beda.

4.4.1. Jenis Pendapatan

Jenis pendapatan responden penelitian umumnya satu seperti tertera pada

Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Jenis Pendapatan Responden

Jenis Pendapatan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Satu 73 73% 18 60% Lebih dari Satu 27 27% 12 40% Jumlah 100 100 30 100 Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan jenis pendapatan adalah

satu dan lebih dari satu. Jenis pendapatan responden yang paling dominan adalah

hanya satu sebanyak 73 responden (73%) sedangkan jenis pendapatan lebih dari satu

sebanyak 27 responden (27%)

Universitas Sumatera Utara

Page 106: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan jenis pendapatan

adalah satu dan lebih dari satu. Jenis pendapatan responden yang paling dominan

adalah hanya satu sebanyak 18 responden (60%) sedangkan jenis pendapatan lebih

dari satu sebanyak 12 responden (40%)

Adanya jenis pendapatan lebih dari satu menunjukkan bahwa responden

berusaha mensejahterakan keluarganya dengan mencari pendapatan dari beberapa

bidang usaha. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN

lebih banyak pada satu jenis pendapatan yaitu 73% dibanding masyarakat Nnn PPAN

yang sebesar 60%.

4.4.2. Pendapatan Tetap

Pendapatan tetap responden penelitian umumnya tetap seperti tertera pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Pendapatan Tetap Responden

Pendapatan Tetap Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tidak ada yang tetap 0 0% 0 0% Ya, ada yang tetap 100 100% 30 100% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 107: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Distribusi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN

berdasarkan pendapatan tetap adalah sama yaitu masing-masing 100% atau seluruh

responden pendapatannya tetap. Ini menunjukkan bahwa masyarakat responden dapat

secara rutinan menafkahi keluarganya.

4.4.3. Rata-rata Pendapatan

Rata-rata pendapatan responden penelitian untuk peserta PPAN umumnya Rp.

2.501.000 – Rp. 3.500.000 dan responden non PPAN Rp. 751.000 – Rp. 1.500.000

seperti tertera pada Tabel 4.9

Tabel 4.9. Distribusi Rata-rata Pendapatan Responden

Rata-rata Pendapatan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Rp. 0 – 750.000 2 2% 1 3% Rp. 751.000 – Rp. 1.500.000 5 5% 22 74% Rp. 1.501.000 – Rp. 2.500.000 13 13% 6 20% Rp. 2.501.000 – Rp. 3.500.000 74 74% 1 3%

>Rp. 3.500.000 6 6% 0 0% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 108: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan rata-rata pendapatan

yang dominan adalah Rp. 2.501.000 – Rp. 3.500.000 sebanyak 74 responden (74%)

diikuti Rp. 1.501.000 – Rp. 2.500.000 sebanyak 13 responden (13%), >Rp. 3.500.000

sebanyak 6 responden (6%), Rp. 751.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 5 responden

(5%) dan Rp. 0 – 750.000 sebanyak 2 responden (2%). Distribusi responden

masyarakat Non PPAN berdasarkan rata-rata pendapatan yang dominan Rp. 751.000

– Rp. 1.500.000 sebanyak 22 responden (74%) diikuti Rp. 1.501.000 – Rp. 2.500.000

sebanyak 6 responden (20%), Rp. 751.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 1 responden

(3%), Rp. 0 – 750.000 sebanyak 1 responden (3%) dan tidak ada responden yang

menjawab pendapatan >Rp. 3.500.000. Hasil ini menunjukkan masyarakat PPAN

lebih sejahtera dibanding masyarakat Non PPAN berdasarkan rata-rata pendapatan.

Kondisi ini dapat dimengerti mengingat masyarakat responden non PPAN

pendapatannya diperoleh dari gaji sebagai pekerja dikebun sementara itu masyarakat

responden PPAN pendapatannya umumnya melalui hasil pengelolaan tanah yang

dimiliki.

4.5. Karakteristik Bidang Tanah

Karakteristik bidang tanah yang dipaparkan adalah bidang lahan yang

dikuasai, status penguasaan terhadap lahan, lama menguasai, status kepemilikan

lahan, dan kegunaan lahan seperti tertera pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.10. Distribusi Bidang Lahan yang Dikuasai Responden

Universitas Sumatera Utara

Page 109: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Bidang lahan yang dikuasai

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

< 2 84 84% 30 100% 2-5 12 12% 0 0% > 5 4 4% 0 0%

Jumlah 100 100% 30 100% Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan bidang lahan yang

dikuasai yang dominan adalah < 2 bidang lahan sebanyak 84 responden (84%).

Bidang lahan yang dikuasai 2-5 bidang lahan sebanyak 12 responden (12%) dan

bidang lahan yang dikuasai > 5 bidang lahan sebanyak 4 responden (4%). Distribusi

responden masyarakat Non PPAN berdasarkan bidang lahan yang dikuasai yang

dominan adalah < 2 bidang lahan sebanyak 30 responden atau seluruh responden

(100%). Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN lebih sejahtera

dibanding masyarakat Non PPAN berdasarkan bidang lahan yang dikuasai, hal ini

disebabkan masyarakat PPAN ada yang memiliki bidang lahan yang dikuasai 2-5

bidang lahan dan > 5 bidang lahan sedangkan masyarakat responden Non PPAN

hanya memiliki bidang lahan yang dikuasai < 2 bidang lahan.

Beberapa masyarakat telah mempunyai kemampuan modal yang kuat setelah

mendapatkan program PPAN. Modal tersebut adalah kepemilikan terhadap tanah

yang memudahkan mendapatkan akes keperbankan. Selanjutnya mengembangkan

usaha dan membeli beberapa lahan. Beberapa lahan yang dibeli adalah lahan

masyarakat lain yang tanahnya didapatkan hasil dari PPAN.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Luas lahan yang dikuasai masyarakat responden PPAN dan Non PPAN

seperti yang tertera pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Luas Lahan yang Dikuasai Responden

Luas Lahan (Ha) Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase < 1 5 5% 29 97% 2-5 77 77% 1 3% > 5 18 18% 0 0%

Jumlah 100 100% 30 100% Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan luas lahan yang dikuasai

yang dominan adalah 2-5 hektar sebanyak 77 responden (77%). Luas lahan yang

dikuasai < 2 hektar sebanyak 5 responden (5%) dan luas lahan yang dikuasai > 5

hektar sebanyak 18 responden (18%). Distribusi responden masyarakat Non PPAN

berdasarkan luas lahan yang dikuasai yang dominan adalah < 1 hektar sebanyak 29

responden (97%) sedangkan yang memiliki 2-5 hektar sebanyak 1 responden (3%) .

Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN lebih sejahtera dibanding

masyarakat Non PPAN berdasarkan luas lahan yang dikuasai, hal ini disebabkan

masyarakat PPAN ada yang memiliki luas lahan yang dikuasai 2-5 hektar dan > 5

hektar sedangkan masyarakat responden Non PPAN hampir seluruhnya hanya

memiliki luas lahan yang dikuasai < 1 hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Luas lahan yang dimiliki masyarakat responden PPAN pada awalnya rata-rata

4 Ha. Selanjutnya ada yang bertambah dengan membeli lahan baru dan ada yang

berkurang karena dijual.

Status penguasaan terhadap lahan masyarakat responden PPAN dan Non

PPAN disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Status Penguasaan Lahan Responden

Status Penguasaan Lahan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Garapan tanpa surat pemilikan 0 0% 0 0% Sewa/garapan 4 4% 30 100% Milik dengan sertifikat/bukti hak 96 96% 0 0% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan status penguasaan lahan

yang dominan adalah milik dengan sertifikat/bukti hak sebanyak 96 responden

(96%). Sewa/garapan sebanyak 4 responden (4%), sedangkan garapan tanpa surat

pemilikan tidak ada. Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan status

penguasaan lahan yang dominan adalah sewa/garapan sebanyak 30 responden atau

seluruh responden (100%). Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat responden

PPAN lebih sejahtera dibanding masyarakat Non PPAN berdasarkan status

penguasaan lahan. Masyarakat menerima kepemilikan lahan dari program PPAN.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Namun ada 4 responden yang tidak lagi memiliki kepemilikan lahan karena lahan

yang didapatkan dari program PPAN telah habis dijual dengan berbagai alasan.

Lama menguasai lahan masyarakat responden PPAN dan Non PPAN

disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Lama Menguasai Lahan Responden

Lama Menguasai Lahan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Belum lama (< 10 tahun) 2 2% 5 16,7% Cukup lama (10-20 tahun) 71 71% 18 60,0% Lama (> 20 tahun) 27 27% 7 23,3% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan lama menguasai lahan

yang dominan adalah cukup lama (10-20 tahun) sebanyak 90 responden (90%), lama

(> 20 tahun) sebanyak 8 responden (8%), belum lama (< 10 tahun) menguasai lahan

sebanyak 2 responden (2%). Distribusi responden masyarakat Non PPAN

berdasarkan lama menguasai lahan yang dominan adalah cukup lama (10-20 tahun)

sebanyak 18 responden (60%), lama menguasai lahan ( > 20 tahun) sebanyak 7

responden (23,3%) dan belum lama menguasai lahan (< 10 tahun) sebanyak 5

responden (16,7%) Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN lebih

lama dalam menguasai lahan.

Status kepemilikan lahan yang belum jelas (belum ada suratnya) masyarakat

responden PPAN dan Non PPAN disajikan pada Tabel 4.14

Universitas Sumatera Utara

Page 113: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tabel 4.14. Distribusi Keinginan Status Kepemilikan Lahan Responden

Keinginan Status Kepemilikan Lahan

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Dibiarkan saja 8 8% 9 30% Dijual 6 6% 6 20% Didaftarkan Sertifikat 86 86% 15 50% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan keinginan status

kepemilikan lahan yang dominan adalah didaftarkan sertifikat sebanyak 86

responden (86%), dibiarkan saja sebanyak 8 responden (8%), sedangkan dijual 6

responden (6%). Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan keinginan

status kepemilikan lahan yang dominan adalah didaftarkan sertifikat sebanyak 15

responden (50%), dibiarkan saja sebanyak 9 responden (30%) dan dijual 6 responden

(20%). Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN memiliki

pemikiran yang lebih bijaksana dibanding masyarakat Non PPAN karena 86%

masyarakat PPAN ingin tanahnya didaftarkan sertifikat sedangkan masyarakat Non

PPAN hanya 50% yang ingin didaftarkan sertifikat, hal ini disebabkan masyarakat

PPAN merasa perlu untuk mendaftarkan kepemilikan tanahnya sehingga tanah yang

dimiliki memiliki status yang jelas dan benar kepemilikannya.

Kepemilikan lahan masyarakat responden PPAN dan Non PPAN tersebut

umumnya dipergunakan untuk pertanian seperti yang tertera pada Tabel 4.15.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tabel 4.15. Distribusi Pengunaan Lahan Responden

Penguasaan Lahan Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Pertanian 91 91% 30 100% Perdagangan 5 5% 0 0% Jasa 4 4% 0 0% Jumlah 100 100% 30 100% Sumber : Data Primer diolah, 2012

Distribusi responden masyarakat PPAN berdasarkan penguasaan lahan yang

dominan adalah untuk keperluan pertanian sebanyak 91 responden (91%),

perdagangan sebanyak 5 responden (5%), dan keperluan jasa sebanyak 4 responden

(4%). Distribusi responden masyarakat Non PPAN berdasarkan penggunaan lahan

yang dominan adalah pertanian sebanyak 30 responden (100%), perdagangan

sebanyak 0 responden (0%) dan jasa sebanyak 0 responden (0%). Hasil ini

menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN lebih bervariasi menggunakan

tanah yang dimilikinya dibanding masyarakat Non PPAN, hal ini disebabkan

masyarakat PPAN memiliki bidang tanah dan luas lahan yang lebih besar dibanding

masyarakat Non PPAN.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Gambar 4.7 Beberapa lahan hasil distribusi telah berubah fungsi sebagiannya menjadi usaha lain seperti kerajinan kayu dan hotel

4.6. Program PPAN

Persepsi masyarakat terhadap program PPAN merupakan tanggapan

masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap pelaksanaan dan dampak yang

diakibatkan dengan adanya program PPAN tersebut terhadap masyarakat. Adapun

pelaksanaan dan dampak yang diteliti dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

reforma agrarian memenuhi kaidah keadilan, reforma agraria (PPAN) terhadap

terbukanya akses sumber-sumber ekonomi, menurunkan tingkat dan konflik

pertanahan, membantu menjaga kelestarian lingkungan di sekitar tempat tinggal,

meningkatkan ketahahan pangan, dan meningkatkan pendapatan keluarga yang

disajikan pada tabel-tabel berikut ini.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap pelaksanaan

Reforma Agraria (PPAN) telah memenuhi kaidah keadilan dapat dilihat pada Tabel

4.16.

Tabel 4.16. Persepsi Masyarakat terhadap pelaksanaan Reforma Agraria (PPAN) telah memenuhi kaidah keadilan

Persepsi Masyarakat Responden PPAN

Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Setuju 85 85% 18 60%

Universitas Sumatera Utara

Page 116: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tidak 15 15% 12 40% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) telah memenuhi kaidah keadilan. Masyarakat responden

PPAN yang menjawab setuju sebanyak 85 responden (85%) dan masyarakat Non

PPAN yang menjawab setuju sebanyak 18 responden (60%). Hal ini menunjukkan

bahwa baik masyarakat responden PPAN dan Non PPAN memberikan persepsi yang

hampir sama, sehingga hasil ini membuktikan bahwa pelaksanaan reforma agraria

(PPAN) memang telah memenuhi kaidah keadilan. Namun begitu ada masyarakat

non PPAN yang merasa pelaksanaan PPAN tidak memenuhi kaidah keadilan yaitu 15

responden (15%) untuk masyarakat PPAN dan 12 responden (40%) untuk masyarakat

non PPAN. Sementara itu, Kaidah keadilan yang dimaksud di sini adalah apakah

masing-masing sebesar masyarakat PPAN yang menerima distribusi tanah sesuai

tempat dan luas tanahnya.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat membuka akses terhadap sumber-sumber ekonomi dapat di

lihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) dapat Membuka Akses Sumber-sumber Ekonomi

Persepsi Responden PPAN Responden Non PPAN

Universitas Sumatera Utara

Page 117: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Masyarakat Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Setuju 100 100 30 100 Tidak 0 0 0 0 Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat mebuka akses sumber-sumber ekonomi adalah sama

yaitu masing-masing seluruh responden (100%) menjawab setuju. Hal ini

menunjukkan bahwa baik masyarakat responden PPAN dan Non PPAN memberikan

persepsi yang sama reforma agraria (PPAN) dapat membuka akses sumber-sumber

ekonomi, sehingga hasil ini membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN) memang

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat dalam membuka akses terhadap

sumber-sumber ekonomi, walaupun masyarakat Non PPAN belum dapat mengikuti

program PPAN tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN)

tidak memberikan dampak antara masyarakat responden PPAN dengan masyarakat

Non PPAN karena seluruhnya menyatakan setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat

membuka akses terhadap sumber-sumber ekonomi. Reforma agraria (PPAN)

memberikan dampak yang positif terhadap terbukanya akses sumber-sumber ekonomi

karena seluruh masyarakat responden PPAN dan masyarakat responden Non PPAN

tidak ada yang menjawab tidak dapat membuka akses sumber-sumber ekonomi.

Yang dimaksud dengan akses sumber ekonomi disini misalnya adalah bank. Dengan

kepemilikan tanah, responden lebih mudah untuk melakukan pinjaman ke bank.

Universitas Sumatera Utara

Page 118: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat menurunkan tingkat dan konflik pertanahan dapat dilihat pada

Tabel 4.18

Tabel 4.18. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) dapat Menurunkan Tingkat Konflik Pertanahan

Persepsi Masyarakat

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Setuju 100 100 30 100 Tidak 0 0 0 0 Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat menurunkan tingkat dan konflik pertanahan adalah

sama yaitu masing-masing seluruh responden (100%) menjawab setuju. Hal ini

menunjukkan bahwa baik masyarakat responden PPAN dan Non PPAN memberikan

persepsi yang sama reforma agraria (PPAN) dapat menurunkan tingkat dan konflik

pertanahan, sehingga hasil ini membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN) memang

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat dalam menurunkan tingkat dan konflik

pertanahan, walaupun masyarakat Non PPAN belum dapat mengikuti program PPAN

tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN) tidak memberikan

dampak antara masyarakat responden PPAN dengan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat menurunkan tingkat dan konflik pertanahan karena

Universitas Sumatera Utara

Page 119: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

seluruhnya menyatakan setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat menurunkan tingkat

dan konflik pertanahan. Reforma agraria (PPAN) memberikan dampak positif dalam

menurunkan tingkat dan konflik pertanahan karena seluruh masyarakat responden

PPAN dan masyarakat responden Non PPAN tidak ada yang menjawab tidak dapat

menurunkan tingkat dan konflik pertanahan.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan di sekitar tempat

tinggal dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) dapat Membantu Menjaga Kelestarian Lingkungan

Persepsi Masyarakat

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Setuju 59 59% 18 60% Kurang Setuju 21 21% 8 27% Tidak Setuju 20 20% 4 13% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan memiliki

jawaban yang beragam. Masyarakat responden PPAN yang menjawab setuju

sebanyak 59 responden (59%) dan masyarakat Non PPAN yang menjawab setuju

sebanyak 18 responden (60%). Hal ini menunjukkan bahwa baik masyarakat

responden PPAN dan Non PPAN memberikan persepsi yang hampir sama reforma

agraria (PPAN) dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan di sekitar tempat

tinggal, sehingga hasil ini membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN) memang

Universitas Sumatera Utara

Page 120: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat dalam membantu menjaga kelestarian

lingkungan, walaupun masyarakat Non PPAN belum dapat mengikuti program PPAN

tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN) memberikan

dampak antara masyarakat responden PPAN dengan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan di sekitar

tempat tinggal karena ada selisih 1% di mana masyarakat Non PPAN lebih banyak

yang menjawab setuju dibanding masyarakat PPAN. Reforma agraria (PPAN) dapat

membantu menjaga kelestarian lingkungan di sekitar tempat tinggal memberikan

dampak yang postif karena lebih dari 50% masyarakat responden PPAN dan Non

PPAN menjawab setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat membantu menjaga

kelestarian lingkungan di sekitar tempat tinggal. Kepemilikan terhadap lahan

menaikkan keinginan responden untuk memanfaatkan lahan yang telah dimilikinya.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat meningkatkan ketahanan pangan dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) dapat Meningkatkan Ketahahan Pangan

Persepsi Masyarakat Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Setuju 69 69% 18 60% Kurang Setuju 28 28% 8 27% Tidak Setuju 3 3% 4 13% Jumlah 100 100% 30 100%

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 121: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan ketahahan pangan memiliki jawaban

yang beragam. Masyarakat responden PPAN yang menjawab setuju sebanyak 69

responden (69%) dan masyarakat Non PPAN yang menjawab setuju sebanyak 18

responden (60%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat responden PPAN lebih

banyak menjawab yang setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan

ketahanan pangan, sehingga hasil ini membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN)

memang diperlukan untuk mensejahterakan masyarakat dalam meningkatkan

ketahahan pangan, walaupun masyarakat Non PPAN belum dapat mengikuti program

PPAN tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN)

memberikan dampak antara masyarakat responden PPAN dengan masyarakat Non

PPAN terhadap reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan ketahahan pangan

karena ada selisih 9% dimana masyarakat PPAN lebih banyak yang menjawab setuju

dibanding masyarakat Non PPAN. Reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan

ketahahan pangan memberikan dampak yang postif karena lebih dari 50% masyarakat

responden PPAN dan Non PPAN menjawab setuju jika reforma agraria (PPAN)

dapat meningkatkan ketahahan pangan. Adanya kepemilikan lahan meningkatkan

keinginan masyarakat dalam mengolah tanahnya secara optimal. Salah satunya

melalui pertanian, perkebunan dan peternakan sehingga dapat membantu ketahanan

pangan daerahnya.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat mengurani pengangguran dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Universitas Sumatera Utara

Page 122: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Tabel 4.21. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) Dapat Mengurangi Pengangguran

Persepsi Masyarakat

Responden PPAN Responden Non PPAN Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Setuju 100 100 30 100 Tidak 0 0 0 0 Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat mengurangi pengangguran adalah sama yaitu masing-

masing seluruh responden (100%) menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa baik

masyarakat responden PPAN dan Non PPAN memberikan persepsi yang sama

reforma agraria (PPAN) dapat mengurangi pengangguran, sehingga hasil ini

membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN) memang diperlukan untuk

mensejahterakan masyarakat dalam mengurangi pengangguran. Kondisi ini

menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN) tidak memberikan dampak antara

masyarakat responden PPAN dengan masyarakat Non PPAN terhadap reforma

agraria (PPAN) dapat mengurangi pengangguran karena seluruhnya menyatakan

setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat mengurangi pengangguran. Reforma agraria

(PPAN) memberikan dampak positif dalam mengurangi pengangguran karena

seluruh masyarakat responden PPAN dan masyarakat responden Non PPAN tidak ada

yang menjawab tidak dapat mengurangi pengangguran.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Umumnya masyarakat yang merupakan peserta PPAN telah mampu membuka

lapangan kerja baru bagi warga disekitar mereka. Lahan yang telah mereka miliki

dikelola menjadi lahan perkebunan atau usaha lainnya dan hal ini membutuhkan

tenaga kerja baru yang direkrut dari warga sekitar. Artinya masyarakat peserta PPAN

yang sebelumnya adalah tenaga kerja dari perkebunan telah mampu membuka

lapangan kerja baru melalui PPAN.

Persepsi masyarakat responden PPAN dan Non PPAN terhadap Reforma

Agraria (PPAN) dapat meningkatkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel

4.22.

Tabel 4.22. Persepsi Masyarakat terhadap Reforma Agraria (PPAN) dapat Meningkatkan Pendapatan Keluarga

Persepsi Masyarakat Responden PPAN Responden Non PPAN

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Setuju 100 100 30 100 Tidak 0 0 0 0 Jumlah 100 100 30 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Persepsi responden masyarakat PPAN dan masyarakat Non PPAN terhadap

reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan pendapatan keluarga adalah sama yaitu

masing-masing seluruh responden (100%) menjawab setuju. Hal ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 124: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

bahwa baik masyarakat responden PPAN dan Non PPAN memberikan persepsi yang

sama reforma agraria (PPAN) dapat meningkatkan pendapatan keluarga, sehingga

hasil ini membuktikan bahwa reforma agraria (PPAN) memang diperlukan untuk

mensejahterakan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan keluarga, walaupun

masyarakat Non PPAN belum dapat mengikuti program PPAN tersebut. Kondisi ini

menunjukkan bahwa reforma agraria (PPAN) tidak memberikan dampak antara

masyarakat responden PPAN dengan masyarakat Non PPAN terhadap reforma

agraria (PPAN) dapat meningkatkan pendapatan keluarga karena seluruhnya

menyatakan setuju jika reforma agraria (PPAN) dapat meningkatan pendapatan

keluarga. Reforma agraria (PPAN) memberikan dampak positif dalam meningkatkan

pendapatan keluarga karena seluruh masyarakat responden PPAN dan masyarakat

responden Non PPAN tidak ada yang menjawab tidak dapat meningkatkan

pendapatan keluarga. Peningkatan pendapatan melalui PPAN dapat dimengerti karena

dengan adanya kepemilikan tanah meningkatkan aset serta kemampuan masyarakat

dalam mencari pendapatan.

Dari hasil di atas menunjukkan bahwa Program Pembangunan Agraria

Nasional (PPAN) memberikan dampak positif terhadap pengembangan wilayah Desa

Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Asahan, hal ini disebabkan PPAN

memberikan manfaat bagi masyarakat yang telah memperoleh PPAN maupun bagi

masyarakat yang belum memperoleh PPAN (Non PPAN).

4.7. Dampak PPAN terhadap Pendapatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 125: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Untuk mengetahui dampak PPAN terhadap pengembangan wilayah pedesaan

yang dilihat dari pendapatan masyarakat digunakan uji-beda rata-rata

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi

16, diperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Masyarakat sebelum dan sesudah adanya PPAN

Uraian Nilai (Rp) t-hitung Sig Pendapatan Sesudah PPAN Pendapatan Sebelum PPAN

Selisih

3.054.300 1.096.000 1.958.300

28,019 0,001

Hasil Meningkat Nyata Sumber : Data Primer diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 4.23. dapat dijelaskan bahwa pendapatan masyarakat

secara keseluruhan sesudah dan sebelum ada PPAN menunjukkan adanya perbedaan.

Pendapatan masyarakat sesudah ada PPAN memiliki pendapatan rata-rata yang lebih

besar dibanding pendapatan masyarakat sebelum ada PPAN dan nyata berdasarkan

uji-t pada taraf 6 %. Dari hasil di atas pendapatan masyarakat responden PPAN pada

tahun 2007 (sebelum PPAN) rata-rata Rp. 1.096.000 dan meningkat pada tahun 2012

(sesudah PPAN) rata-rata menjadi Rp. 3.054.300. Artinya peningkatan dalam kurun

waktu 5 tahun (2007-2012) hampir mencapai 200% atau rata-rata 40% pertahun.

Tentu peningkatan ini signifikan bila dibandingkan dengan tingkat inflasi Indonesia

yang berkisar 3-5%.

Universitas Sumatera Utara

Page 126: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan pendapatan masyarakat telah

meningkat secara signifikan dengan adanya PPAN. Di samping itu, proses sertifikasi

tanah yang diberikan kepada masyarakat yang menerima distribusi tanah memberikan

dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan mereka. Pada saat PUSKOPAD

menyerahkan lahannya ke masyarakat tahun 2007 harga tanah per hektar rata-rata

sebesar Rp. 40.000.000 dan setelah proses sertifikasi harga tanah tersebut melonjak

tinggi yang saat ini harganya Rp. 250.000.000 per hektar. Bila rata-rata masyarakat

yang menerima distribusi tanah seluas 4 hektar maka saat ini mereka memiliki aset

Rp. 1.000.000.000 yang berasal dari PPAN.

Masyarakat Indonesia kerap kali dihadapi oleh berbagai persoalan yang terkait

dengan ketidakadilan dalam mendapatkan hak atas penguasaan dan pemanfaatan

suber-sumber agraria. Hal ini disebabkan oleh kebijakan-kebijakan politik yang tidak

memberikan kelayakan akses bagi masyarakat untuk memiliki dan memanfaatkan

sumber-sumber agraria. Dari tahun-ketahun penguasaan tanah oleh petani semakin

menurun, jumlah petani gurem baik pemilik maupun penyewa semakin meningkat,

begitu juga halnya dengan petani penyakap yang kesemuaannya dapat dikategorikan

sebagai masyarakat miskin. Di sisi lain konsentrasi penguasaan sumber-sumber

agraria oleh segelintir orang saja begitu mencuat, karena didukung oleh berbagai

undang-undang sektoral baik pada bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan,

kelautan, dan sebagainya. Di sisi lain, konflik agraria merupakan kenyataan yang

kerapkali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Penataan kembali arah kebijakan politik agraria disadari bersama sebagai hal

yang sangat esensial untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dan pemerataan hak

bagi masyarakat. Salah satu upaya perbaikan tersebut adalah dengan mencuatkan

kembali pentingnya pelaksanaan Reforma Agraria sebagai salah satu agenda

pembangunan bangsa.

Dalam program pemerintahan SBY-JK agenda reforma agraria merupakan

bagian dari program Perbaikan dan Penciptaan Kesempatan Kerja dan Revitalisasi

Pertanian dan Pedesaan. Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono telah

melakuakn pidato politik terkait dengan maslah agraria di Indonesia pada awal tahun

2007, salah satu penggalan pidato tersebut adalah: “Program Reforma

Agraria…secara bertahap…akan dilaksanakan mulai tahun 2007 ini. Langkah itu

dilakukan dengan mengalokasikan tanah bagi rakyat termiskin yang berasal dari

hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum pertanahan kita boleh

diperuntukkan bagi kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai prinsip tanah

untuk keadialan dan kesejahteraan rakyat…[yang] saya anggap mutlak untuk

dilakukan”.

Berbagai upaya perbaikan dalam bidang agraria memiliki suatu muara, yaitu

tercapainya keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Saat ini Program

Reforma Agraria dan program-program penunjangnya telah/sedang

diimplementasikan di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya adalah di Desa

Perkebunan Sii Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Secara rasional

program Reforma Agraria dan Program Penunjanganya akan memberikan pengaruh

Universitas Sumatera Utara

Page 128: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

terhadap laju tingkat kesejahteraan masyarakat (sasaran/subyek) yang

mendapatkannya, dalam hal ini sasaran/subyek yang di maksud adalah petani di Desa

Perkebunan Sei Balai. Reforma Agraria merupakan agenda bangsa yang diharapakan

dapat memberikan titik terang bagi terwujudnya keadilan sosial dan tercapainya

kesejahteraan masyarakat. Dengan berbagai program pelengkapnya, Reforma Agraria

diharapakan dapat membantu masyarakat miskin (sebagian besar petani) beranjak

dari keterpurukan ekonomi menuju kehidupan yang layak dan mandiri.

Nilai dan manfaat dari sumber daya alam (dalam hal ini tanah) bagi

pengembangan wilayah nasional secara berkelanjutan serta menjamin kepentingan

umum secara luas (public interest), diperlukan sebuah konsep pengelolaan wilayah

yang bertujuan agar seluruh sumber daya dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Pengaturan tersebut

dimaksudkan dalam kerangka untuk pemanfaatan bumi, air, dan udara serta seluruh

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya, sejalan dengan

tujuan negara sebagaimana tegaskan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

Dalam pengembangan wilayah pedesaan seharusnya menerapkan pninsip-

prinsip yaitu: (1) transaparansi (keterbukaan), (2) partisipatif, (3) dapat dinikmati

mayarakat, (4) dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan (5) berkelanjutan

(sustainable). Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan

dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat.

Pembanguan itu pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh

karena itu pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi (wawasan)

Universitas Sumatera Utara

Page 129: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

pengembangan wilayah masa depan yang akan diwujudkan. Masa depan merupakan

impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih mudah dalam arti

tercapainya tingkat kemakmuran yang lebih tinggi.

Pengembangan wilayah pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara

multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian,

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan

sumberdaya pengembangan wilayah secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga

tercapai optimalitas.

Ada tiga prinsip pokok pengembangan wilayah pedesaan, yaitu:

1. Kebijaksaan dan langkah-langkah pengembangan wilayah di setiap desa

mengacu kepada pencapaian sasaran pengembangan wilayah berdasarkan Trilogi

Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pengembangan wilayah tersebut yaitu (a)

pemerataan pengembangan wilayah dan hasil-hasilnya, (b) pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi, dan (c) stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan

di setiap sektor, temasuk desa dan kota, di setiap wlayah dan antar wilayah secara

saling terkait,serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.

2. Pengembangan wilayah desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pengembangan

wilayah yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pengembangan wilayah

berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber

alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa

perlu memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana

mesin-mesin, dan peralatan seefisien mungkin.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

3. Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,

debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.

Disadari bahwa pengembangan wilayah pedesaan telah dilakukan secara luas,

tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta

masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pengembangan

wilayah pedesaan bersifat multidimensional dan multi aspek, oleh karena itu perlu

dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan dalam konteks serba

keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik,

ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial, internal dan eksternal).

Rencana pengembangan wilayah daerah harus disusun berdasarkan pada

potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi

sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana

pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi masyarakat setempat, dan lainnya.

Karena dana anggaran pengembangan wilayah yang tersedia terbatas, sedangkan

program pengembangan wilayah yang dibutuhkan relatif banyak, maka perlu

dilakukan: (1) penentuan prioritas program pengembangan wilayah yang diusulkan,

penentuan prioritas program pengembangan wilayah harus dilakukan berdasarkan

kriteria yang terukur, dan (2) didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang

implementasi program pengembangan wilayah tersebut.

Penentuan program pengembangan wilayah oleh masyarakat yang

bersangkutan merupakan bentuk perencanaan dari bawah, dan akar rumput bawah

atau sering disebut sebagai bottom-up planning. Peningkatan partisipasi masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 131: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowering) secara

nyata dan terarah.

Pendekatan pengembangan wilayah pedesaan cukup banyak, dengan

pemberian penekanan yang berbeda-beda. Dalam menerapkan pendekatan diharapkan

jangan bersifat sempit atau kaku, tetapi hendaknya secara lebih luas dan bersifat

fleksibel untuk mewujudkan pertumbuhan pedesaan yang cepat dan kokoh untuk

mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang semakin tinggi.

Memperhatikan kekurangan dan kegagalan perencanaan pengembangan

wilayah pedesaan pada masa yang lalu, maka perlu dilakukan penyempurnaan

terhadap pendekatan pengembangan wilayah pedesaan yang sesuai dengan dinamika

perkembangan dan kompleksitas pengembangan wilayah serta aspirasi masyarakat.

Konsep pendekatan pengembangan wilayah yang lalu yang bersifat sentralistik harus

direforma menjadi desentralistik, disesuaikan dengan masalah, potensi, kondisi, dan

kebutuhan masyarakat setempat, secara spasial dan terpadu, tetapi harus pula

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Setelah memperhatikan berbagai

pendekatan pengembangan wilayah pedesaan yang cukup banyak seperti

dikemukakan di atas, maka pendekatan perencanaan pengembangan wilayah

pedesaan pada masa depan sekurang-kurangnya menggunakan pendekatan bottom-

up, spasial, multisektoral/terpadu/holistik, partisipatif dan berkelanjutan; dan

diantaranya adalah pendekatan partisipasi yang perlu mendapat penekanan.

Pengembangan wilayah pedesaan yang partisipatif merupakan suatu konsep

fundamental yang berlaku dan diterapkan sejak dahulu hingga sekarang dan tetap

Universitas Sumatera Utara

Page 132: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

relevan untuk masa depan. Partisipasi masyarakat itu mengikuti perkembangan

zaman dari sistem pemerintahan yang berlangsung dalam suatu kurun waktu. Dalam

sistem pemerintahan yang sentralistik, mekanisme perencanaan pembangunannya

adalah top-down, dan partisipasi masyarakatnya adalah bersifat mobilisasi atau

pengerahan massa. Sedangkan dalam sistem pemerintahan yang desentralistik

(otonomi daerah), mekanisme perencanaan pembangunannya adalah bottom up dan

partisipasi rnasyarakatnya dilakukan dengan kesadaran dan kebersamaan yang tinggi.

Dalam pengembangan wilayah masa depan (beberapa dekade setelah tahun

2000) dimana pemerintah dan bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan

(ekonomi, sosial dan politik) yang berat dan berkepanjangan, maka partisipasi

masyarakat sangat diperlukan sebagai kekuatan dinamis dan merupakan perekat

masyarakat akar bawah (pedesaan) untuk menunjang pengembangan wilayah

pedesaan.

Keberhasilan pengembangan wilayah dalam masyarakat tidak selalu

ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan dan manajemen keuangan yang

memadai, tetapi banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons masyarakat

terhadap pengembangan wilayah atau dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat.

Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pengembangan wilayah

diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat

(capable and acceptable local leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial

budaya dengan proses manajemen modern.

Universitas Sumatera Utara

Page 133: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional di Desa Sei Balai Kecamatan

Sei Balai Kabupaten Asahan telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2007.

Model Program Pembaruan Agraria Nasional yang diterapkan adalah perpaduan

antara kegiatan redistribusi tanah, konsolidasi tanah/penataan penguasaan dan

penggunaan tanah, penyelesaian konflik/sengketa tanah. Hasil kegiatan Program

Pembaruan Agraria Nasional yang telah dilaksanakan di Desa Sei Balai adalah :

a) Terselesaikannya konflik/sengketa tanah antara perusahaan dengan petani

penggarap; b) Terlaksananya redistribusi tanah seluas 600 Ha kepada 150 KK

petani pengggarap; dan c) Terlaksananya penataan penguasaan/penggunaan tanah

serta terjalinnya pola kerjasama permodalan antara masyarakat penggarap dengan

lembaga penyedia modal.

2. Pelaksanaan PPAN di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

secara umum telah memenuhi tujuan yang diinginkan dalam praksis Reforma

Agraria, yaitu:

a. Telah memenuhi prinsip keadilan dalam proses distribusi lahannya baik

berdasarkan prosesnya yang melibatkan warga secara transparan maupun

penetapan hak berdasarkan lokasi dan luas lahan yang didistribusikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 134: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

b. Dengan adanya PPAN telah memberikan akses kepada masyarakat dalam

memperoleh lahan serta kemudahan dalam sumber keuangan seperti

perbankan.

c. Adanya hak milik yang jelas telah mengurangi potensi konflik baik di

antara warga yang memiliki lahan maupun antara warga dengan pihak

perkebunan di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan.

d. Pendapatan masyarakat Perkebunan Sei Balai meningkat setelah adanya

PPAN.

e. Kemandirian warga dan masyakarat dari aspek ketahanan pangan juga

meningkat dengan adanya PPAN. Lahan yang dimiliki memberikan

semangat berusaha yang lebih bagi masyarkat karena telah memiliki lahan

sendiri.

f. Aspek lingkungan hidup sekitar masyarakat yang menerima program

PPAN juga berjalan secara baik. Hal ini karena pengelolaan lahan sendiri

menjadi lebih bertanggung jawab.

Secara umum PPAN memberikan dampak positif terhadap pengembangan

wilayah Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Universitas Sumatera Utara

Page 135: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

5.2. Saran

1. Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) harus

mendorong PPAN untuk dapat dilaksanakan diberbagai daerah lainnya.

Pelaksanaan PPAN di Desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai dapat menjadi contoh

untuk daerah lainnya.

2. Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak hanya sekedar menjadi penyelenggara

administrasi pertanahan saja tetapi juga mesti mempunyai keberanian dalam

menyelesaikan berbagai masalah pertanahan, dan dibutuhkan pemahaman dan

program yang terintegrasi dengan bidang-bidang lainnya terutama bidang

pertanian sebagai motor penggerak perekonomian nasional.

3. PPAN tidak bisa dijalankan hanya oleh BPN saja dari sisi pemerintah, tetapi juga

diperlukan kerjasama dengan bidang lainnya dipemerintahan baik unsur

kementrian, pemerintah daerah, Kepolisian, TNI, legislatif, yudikatif, sehingga

BPN ke depan bisa lebih membuka diri dengan pihak-pihak terkait untuk

mengayun langkah bersama untuk kepentingan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 136: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

DAFTAR PUSTAKA

Alfurqon, Andi., ____, Keterkaitan Antara Program Reforma Agraria Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani (Kasus: Desa pamagersari, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Arifin, Fairuz.S., 2008, Pembaruan Agraria Nasional (PAN) Dengan Program

Sertipikasi Tanah Melalui Prona Guna Menyukseskan Tertib Administrasi Pertanahan Di Kabupaten Pemalang, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2010, Batu Bara Dalam Angka 2010

(Batu Bara In Figures 2010), BPS Kabupaten Asahan Badan Pertanahan Nasional, 2007, Reforma Agraria: Mandat Politik, Konstitusi,

dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan “Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat”.

Jakarta: Badan Pertanahan Nasional RI

Bernstein, Henry., Byress, Terence J., Borras, Saturnino., Kay, Cristobal., dkk, 2008, Kebangkitan Studi Reforma Agraria di Abad 21, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta

Dianto Bachriadi, 2006, Reforma Agraria untuk Indonesia: Pandangan Kritis

tentang Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) atau Redistribusi Tanah ala Pemerintahan SBY, ___________

Edy, M. Lukman. M.Si. Pembangunan Pedesaan Dan Pengembangan Wilayah.

http://www.lukmanedy.web.id/idea/4/tahun/2008/bulan/09/tanggal/10/id/280/

Endriatmo Soetarto dan Shohibuddin, ), 2005, Reforma Agraria : Prasyarat utama

bagi revitalisasi pertanian dan pedesaan, Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA)

Universitas Sumatera Utara

Page 137: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Endriatmo Soetarto dan Shohibuddin, Tantangan Pelaksanaan Reforma Agraria dan Peran Lembaga Pendidikan Kedinasan Keagrariaan. http://nasih.staff.ugm.ac.id/a/tan/20060927%20tan.htm. (diakses pada tanggal 18 April 2010).

Endriatmo Soetarto dan Shohibuddin, 2009, Reforma Agraria sebagai Basis Pembangunan Pertanian dan

Pedesaan: Agenda untuk Pemerintah 2004-2009 Felix MT. Sitorus, 1998, Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar, Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial Felix MT. Sitorus, 2002, Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria :70 Tahun Faryadi, Erpan,. 2002, Tanpa Reforma Agraria, Tidak akan Ada Ketahananan Pangan, Jurnal Analisis Sosial Volume

7 Nomor 3, Akatiga, Bandung Gunawan, Wiradi., 4 Mei 2001, Masalah Pembaruan Agraria: Dampak Land Reform terhadap Perekonomian

Negara, Makalah yang disampaikan dalam rangkaian diskusi peringatan “Satu Abad Bung Karno” di Bogor Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang:

UMM Press. Hal 14-16 Lembong, Roman N., 2002, Konsolidasi Gerakan Petani Bagi Percepatan Reforma Agraria, Jurnal Sosek Volume 7

Nomor 3, Akatiga, Bandung M. Singarimbun, dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei. Jakarta, LP3ES Mayrowani, H., Pranadji, T., Sumaryanto, Agustin, A., Syahyuti, Elizabeth, R., Laporan Akhir Studi Prospek dan

Kendala Penerapan Reforma Agraria di Sektor Pertanian, Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor

Universitas Sumatera Utara

Page 138: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Nasdian, Fredy T., 2006 Pengembangan Masyarakat, (Community Development), Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor

Peter, Rosset., Deineger, Klaus., Campesina, La Via., dkk., 2008, Reforma Agraria : Dinamika Aktor dan Kawasan,

Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Pertanahan Nasional RI, 2007, Studi Model dan Mekanisme Pelaksanaan

PPAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Pertanahan Nasional RI, 2007, Penelitian Kondisi Awal Sosial

Ekonomi Masyarakat Penerima Program Pembaharuan Agraria Nasional Sahyuti , 2007, Prospek dan Kendala Pelaksanaan Reforma Agraria, Puslitbang Sosek Pertanian Bogor Satiawan, Usep, Lahan Abadi Pertanian dan Reforma Agraria. http://www.kpa.or.id (diakses pada

tanggal 15 April 2010). Setiawan, B., 2001, Konsep Pembaharuan Agraria Sebuah Tinjauan Hukum, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta Suryo, Tejo, 2008. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Program Reforma Agraria Nasional. Tesis.

Program Pasca Sarjan IPB

Tim Penyusun Kamus (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa). 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Umar, Husein, 2004, Metode Riset Ilmu Administrasi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Winoto, Joyo., 2006, Sambutan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada Hari Agraria

Nasional 2006 “Pertanahan dan Agraria Nasional: Rakyat yang Utama” , Bogor: Brighten Press

Universitas Sumatera Utara

Page 139: Analisis Dampak Program Pembaharuan Agraria Nasional terhadap Pengembangan Wilayah Desa Perkebunan Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan

Winoto, Joyo., 10 Desember 2006, Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono, Tempo Wiradi, G., 2000, Reforma Agraria Perjalanan yang Belum Berakhir Cetakan Pertama, Insist Press dan Pustaka

Pelajar, Yogyakarta Wiradi, G., 2001. Prinsip-prinsip Reforma Agraria Jalan Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta: Lapera

Pustaka Utama Wilgenberg, H., 2001, Sustainable Agriculture and Social Justice : A Descriptive, Normative and Strategic Framework

For Cuban Agrarian Reform, Tesis pada School of Resource and Enviromental Studies Dalhouisie University, Halifax, Nova Scotia

__________- Peraturan Perundang-undangan __________. Undang Pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 __________. Tap MPR Nomor IX / 2001 __________. Perpres Nomor 10 Tahun 2006

Universitas Sumatera Utara