Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

22
Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi Volume 14 Issue 2 Article 6 2019 Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia Indonesia Revani Fadhilah Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Hera Susanti Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons, and the Urban Studies and Planning Commons Recommended Citation Recommended Citation Fadhilah, Revani and Susanti, Hera (2019) "Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 14 : Iss. 2 , Article 6. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6 This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Transcript of Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

Page 1: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

Jurnal Kebijakan Ekonomi Jurnal Kebijakan Ekonomi

Volume 14 Issue 2 Article 6

2019

Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi

Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi

Indonesia Indonesia

Revani Fadhilah Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan

Hera Susanti Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke

Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,

and the Urban Studies and Planning Commons

Recommended Citation Recommended Citation Fadhilah, Revani and Susanti, Hera (2019) "Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 14 : Iss. 2 , Article 6. Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Page 2: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

1

Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di

Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Revani Fadhilah

Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan

Hera Susanti

Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan

ABSTRACT

This thesis discusses the impact of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia

on Economy at Indonesia. This research is quantitative descriptive design using Data Input-

Output Indonesia 2010 to measuring economic impact. The results showed that the

development of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia have a positive

impact on the Indonesia economy, because it can create an increase in output, gross value

added, and public revenue. The economic impact of the creation of the output in construction

phase amounting to Rp. 152.028,12 billion, increased public revenue amounting to Rp. Rp.

19.486,20 billion, and the creation of gross value added amounted to Rp. 59.374,34 billion.

The economic impact of the creation of the output in operation phase amounting to Rp.

148.120,84 billion, increased public revenue amounting to Rp.10.423,41 billion, and the

creation of gross value added amounted to Rp.47.052,87 billion.

Keywords: Renewable Energy, Power Plant, Economic Impact, Input Output Table

ABSTRAK

Tesis ini membahas dampak ekonomi Pembangunan PLT EBT di seluruh Indonesia terhadap

ekonomi Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif

menggunakan Data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2010 untuk menghitung dampak

ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan PLT EBT ini memberikan

dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, karena mampu menciptakan peningkatan

output, nilai tambah bruto, dan pendapatan masyarakat. Dampak ekonomi terhadap penciptaan

output selama masa konstruksi kurun waktu 2014-2025 sebesar Rp. 152.028,12 miliar,

peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp. 10.423,41 miliar, dan penciptaan nilai tambah

bruto sebesar Rp. 59.374,34 miliar.Sedangkan dampak ekonomi terhadap penciptaan output

selama masa operasi kurun waktu 2016-2055 sebesar Rp. 1488.120,84 miliar, peningkatan

pendapatan masyarakat sebesar Rp. 10.423,41 miliar, dan penciptaan nilai tambah bruto

sebesar Rp. 47.052,87 miliar.

Kata Kunci: Pembangkit Listrik Tenaga EBT, Dampak Ekonomi, Tabel Input Output

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional bertujuan

mewujudkan masyarakat adil dan makmur

yang merata materiil dan spiritual

berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Tenaga listrik mempunyai peranan yang

sangat penting dan strategis dalam

mewujudkan tujuan pembangunan

nasional maka usaha penyediaan tenaga

listrik dikuasai oleh negara dan

penyediaannya perlu terus ditingkatkan

sejalan dengan perkembangan

pembangunan agar tersedia tenaga listrik

dalam jumlah yang cukup, merata, dan

bermutu.

1

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 3: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

2

Tenaga listrik memiliki manfaat sebagai

sumber penerangan dan sebagai penunjang

aktifitas manusia. Dengan tenaga listrik,

aktifitas rumah tangga dan aktifitas usaha

berpotensi berjalan lebih optimal

dibanding dengan tidak adanya tenaga

listrik. Dengan adanya tenaga listrik, anak-

anak di kabupaten dan desa diharapkan

akan dapat belajar dimalam hari. Demikian

juga industry usaha-usaha kecil, usaha

mikro-menengah yang berada di desa desa

dan jauh dari perkotaan di Indonesia

membutuhkan energi listrik untuk

berkembang. Kurangnya pasokan listrik

mengakibatkan banyak anak-anak

Indonesia terhambat belajar dimalam hari

karena tidak memiliki fasilitas listrik, tidak

mendapat penerangan lampu listrik, hal

tersebut menyebabkan anak akan

terhambat untuk menjadi pintar.

Kurangnya pasokan tenaga listrik juga

dapat menghambat masuknya investasi

dan pertumbuhan industri, yang pada

gilirannya akan menghambat penciptaan

lapangan kerja. Listrik diperlukan untuk

industri, untuk membuka hotel, apabila

pasokan listrik kurang, investor akan sulit

membangun pabrik, yang akibatnya

investasi berpindah ke daerah lain, ke

negara lain. Apabila pabrik tidak

terbangun maka akan banyak anak-anak

muda indonesia yang akan sulit mencari

pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh

Chontanawat, et al (2006) mengenai

hubungan kausalitas antara konsumsi

energi dan GDP menyatakan bahwa pada

Negara Negara non OECD konsumsi

energi menjadi faktor yang berpengaruh

terhadap GDP dibanding dengan Negara

OECD.

Penelitian lainya oleh Osigwe dan

Arawomo () menyatakan bahwa terdapat

hubungan Kausalitas antara Konsumsi

energi listrik dan pertumbuhan ekonomi

begitu juga antara konsumsi energi listrik

dan harga listrik.

Konsumsi Listrik di Indonesia sebesar

1.012 Kwh/kapita masih termasuk rendah

bila dibandingkan Negara Asean lainya,

karena konsumsi energi listrik di Indonesia

tidak diimbangi dengan penyediaan energi

listrik yang memenuhi kebutuhan.

Cadangan listrik yang terbatas adalah

cermin dari ketidak mampuan pasokan

dalam mengimbangi pertumbuhan

kebutuhan. Penyebabnya adalah

tertinggalnya pembangunan pembangkit

sebesar 6,5% dibanding pertumbuhan

permintaan listrik sebesar 8,5% dalam

lima tahun terakhir.

Menurut Undang-undang Republik

Indonesia no. 30 tahun 2009,

pembangunan ketenagalistrikan bertujuan

untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik

dalam jumlah yang cukup, kualitas yang

baik, dan harga yang wajar dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara adil dan merata

serta mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan. Sehubungan dengan hal

tersebut maka Pemerintah terus berupaya

agar seluruh bangsa Indonesia dapat

menikmati listrik, salah satu caranya

melalui sambungan baru pelanggan PT.

2

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 4: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

3

PLN (Persero) dan pemanfaatan energi

setempat seperti Pembangkit Listrik

Tenaga Energi Baru Terbarukan yang

khusus diperuntukkan bagi daerah yang

tidak terjangkau jaringan PT PLN.

Pemerintah Republik Indonesia telah

meluncurkan paket kebijakan ekonomi

salah satu fokus utamanya yaitu

percepatan pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan dalam rangka mencapai

target elektrifikasi 97,2 %. Untuk

mengejar target rasio elektrifikasi sebesar

97,2 % pada tahun 2019, pemerintah perlu

memastikan pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan dapat tumbuh rata-rata

8,8 % per tahun.

PT PLN akan menambah pembangkit

listrik dengan total 75.900 MW di seluruh

indonesia hingga 10 tahun ke depan

(RUPTL 2017-2026). Tambahan kapasitas

selama 10 tahun mendatang sekitar 77.9

GW berasal dari pembangkit listrik yang

memanfaatan energi baru terbarukan

(EBT) terdiri dari PLTA 14 GW, PLTP 6,3

GW, dan 31.9 GW (PLTU), PLTUgas 18.8

GW, PLTG/MG 5,6 GW sisanya 1,2 GW

untuk PLTS, PLTB , PLTD PLTSa atau

PLTBm. Seluruh pembangkit secara

bertahap akan dinaikan kapasitasnya.

Pengambangan EBT mengacu pada situasi

local dan potensi energi di setiap daerah.

Dalam Kebijakan Energi Nasional

menunjukan bahwa Pemerintah

memberikan peran PLT EBT yang lebih

besar lagi porsinya dimasa datang

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis

memiliki beberapa rumusan masalah yang

akan dikaji didalam penelitian tesis ini,

sebagai berikut:

1 Bagaimana dampak dari pembangunan

PLT EBT terhadap perekonomian

Indonesia dalam masa konstruksi?

2 Bagaimana dampak dari pembangunan

PLT EBT terhadap perekonomian

Indonesia dalam masa operasi?

Dengan demikian tujuan penelitian ini

adalah mengetahui dampak pembangunan

PLT EBT bagi perekonomian Indonesia

dengan metode Input output.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dan batasan

penelitian dalam analisis dampak

pembangunan PLT EBT ini sebagai

berikut:

a. Tabel Input Output yang

digunakan dalam analisis yaitu

Tabel IO Indonesia Tahun 2010.

Dengan demikian selama masa

penelitian tidak terjadi perubahan

struktur perekonomian yang

signifikan di Indonesia, maka

besaran dampak ekonomi yang

dihasilkan dalam penelitian ini

merupakan angka dampak

minimum yang berpotensi muncul

di masa mendatang.

b Data yang digunakan menjadi

dasar investasi pembangunan PLT

EBT yaitu data dari Kementerian

ESDM berupa data manifest

proyek, Feasibility studi serta RAB

PLT EBT yang ada di Indonesia.

c Analisis dampak pembangunan

PLT EBT dibagi dua, masa

3

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 5: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

4

konstruksi selama 11 Tahun (2014-

2025) dan masa operasional selama

39 tahun (2016-2055).

d Pembangunan yang akan menjadi

objek penelitian adalah proyek

PLT EBT seluruh Indonesia

dengan tahun memulai proyek

rentang tahun 2014- 2019.

e Wilayah yang akan dianalisa

dampak perekonomian akibat

pembangunan PLT EBT adalah

wilayah Indonesia.

f Pekerjaan pembangunan PLT EBT

tidak termasuk pekerjaan

pembangunan tranmisi, gardu

induk, distribusi dan gardu

distribusi. Jaringan distribusi lokal

diasumsikan telah tersedia.

g Karena keterbatasan data tenaga

kerja, maka dampak Ekonomi yang

diteliti hanya terhadap output, nilai

tambah dan pendapatan, peneliti

tidak meneliti dampak Ekonomi

pembangunan PLT EBT terhadap

penciptaan tenaga kerja.

h Masa Operasi ditentukan sesuai

Undang-Undang yaitu selama 30

tahun, setelah itu masa operasi

dianggap selesai.

i Harga Listrik selama masa

penelitian dianggap tetap sesuai

Purchasing Power Agreement di

awal.

j Listrik yang dihasilkan pada masa

operasi pembangunan PLT EBT

yang menjadi objek penelitian

diasumsikan dikonsumsi

seluruhnya.

k Hasil dari penelitian ini hanya

mengindikasi perkiraan dampak

ekonomi sesuai dengan ruang

lingkup penelitian. Apabila

rencana pembangunan PLT EBT

sesuai dengan RUEN maka PLT

EBT yang dibangun akan lebih

banyak lagi dan dampak ekonomi

yang terjadi akan lebih

besar

TINJAUAN LITERATUR

Produk Domestik Bruto

Menurut Robert B. Barsky, Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan

total dari produksi barang yang sama

dengan jumlah upah dan laba separuh

bagian atas dari aliran sirkuler uang.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah

nilai pasar barang dan jasa akhir yang

diproduksi dalam perekonomian selama

kurun waktu tertentu. PDB sering di

anggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja

perekonomian. Statistik ini dihitung setiap

tiga bulan oleh Biro Analisis Ekonomi dari

sejumlah besar sumber data primer.

Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas

ekonomi dalam nilai uang tunggal selama

periode waktu tertentu (Mankiw,2005).

PDB adalah nilai keseluruhan semua

barang dan jasa yang diproduksi di dalam

wilayah tersebut dalam jangka waktu

tertentu (biasanya per tahun). Produk

Domestik Bruto menghitung hasil

produksi suatu perekonomian tanpa

4

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 6: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

5

memperhatikan siapa pemilik faktor

produksi tersebut (sukirno, 1994).

PDB merupakan statistika perekonomian

yang paling diperhatikan karena dianggap

dapat mengukur kesejahteraan

masyarakat. Hal yang mendasari hal ini

adalah karena PDB mengukur dua hal pada

saat bersamaan: total pendapatan semua

orang dalam perekonomian dan total

pembelanjaan negara untuk membeli

barang dan jasa hasil dari perekonomian.

Alasan PDB dapat melakukan pengukuran

total pendapatan dan pengeluaran

dikarenakan untuk suatu perekonomian

secara keseluruhan, pendapatan pasti sama

dengan pengeluaran(Mankiw,2005).

PDB terbagi atas (Riadi, 2018):

Produk Domestik Bruto (PDB) dihitung

berdasarkan total nilai tambah (value

added) yang dihasilkan seluruh kegiatan

produksi. Dalam hal ini, pertumbuhan

PDB menunjukkan adanya peningkatan

balas jasa terhadap faktor produksi.

Produk Domestik Bruto (PDB) dihitung

dengan konsep siklus aliran (circulair flow

concept). Maksudnya adalah, perhitungan

PDB mencakup jumlah nilai produk yang

dihasilkan dalam periode tertentu

(umumnya satu tahun) dan tidak

mencankup perhitungan pada periode

sebelumnya. Dengan menggunakan

konsep aliran dalam perhitungan PDB

maka kita dapat membandingkan jumlah

output pada satu periode dengan periode

sebelumnya.Batas wilayah perhitungan

PDB adalah satu Negara (perekonomian

domestik). Hal ini memungkinkan untuk

mengukur efektivitas suatu kebijakan

ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah

dalam upaya mendorong aktivitas

perekonomian domestik. Pendekatan

perhitungan Produk Domestik Bruto

(PDB) dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Mengacu pada pengertian PDB,

berikut ini adalah tiga cara pendekatan

perhitungan Produk Domestik Bruto (Fair

dan Case, 2007):

Pendekatan Pendapatan

Pendekatan pendapatan adalah metode

atau cara menghitung PDB dengan

menghitung pendapatan seperti upah,

sewa, bunga, dan laba yang diterima oleh

setiap faktor produksi dalam menghasilkan

barang akhir.

Rumus:

PDB = pendapatan nasional + depresiasi +

(pajak tidak langsung – subsidi) +

pembayaran faktor netto kepada luar

negeri

Komponen pendekatan pendapatan;

• Pendapatan nasional adalah total

pendapatan yang diterima oleh faktor

produksi di dalam suatu negara.

Pendapatan nasional meliputi

keuntungan perusahaan, kompensasi

pegawai, bunga bersih, dan

pendapatan sewa.

5

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 7: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

6

• Depresiasi atau penyusutan dari

modal aktiva, disebut dengan

penurunan nilai.

• Pajak tidak langsung, misalnya pajak

penjualan, bea cukai, biaya lisensi.

Subsidi adalah pembayaran oleh

pemerintah tanpa memperoleh

imbalan barang atau jasa.

• Pembayaran faktor netto untuk luar

negeri adalah pembayaran pendapatan

atas faktor produksi untuk luar negeri

dikurangi penerimaan pendapatan

faktor dari luar negeri.

Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan Pengeluaran adalah cara

menghitung PDB dengan mengukur

jumlah pengeluaran atas semua barang

akhir pada kurun waktu tertentu

(umumnya satu tahun).

Rumus;

PDB = Konsumsi + Investasi + (Konsumsi

dan investasi pemerintah) + (Ekspor –

Impor)

Komponen pendekatan pengeluaran;

• Konsumsi pada PDB adalah konsumsi

dari rumah tangga atau pribadi, yaitu

jasa, barang tahan lama, barang tidak

tahan lama.

• Investasi dari rumah tangga atau

perusahaan untuk modal baru,

misalnya pabrik, persediaan,

peralatan, dan lainnya.

• Konsumsi dan investasi pemerintah

meliputi pemerintah federal, negara

bagian, pemerintah lokal, untuk

membeli jasa dan barang-barang

akhir.

• Ekspor Netto merupakan selisih

antara ekspor dan impor. Komponen

ini ditambahkan karena PDB hanya

menghitung barang dan jasa domestik.

Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi adalah cara

menghitung PDB suatu negara dengan

mengukur nilai produksi yang dihasilkan

oleh faktor-faktor produksi pada suatu

negara, baik itu warga negara sendiri

maupun milik warga asing.

Rumus;

PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba

Teori Keynes

Ahli Ekonomi Inggris John Maynard

Keynes berpendapat pengeluaran agregat,

yaitu perbelanjaan masyarakat ke atas

barang dan jasa, adalah factor utama yang

menentukan tingkat kegiatan ekonomi

yang dicapai disuatu negara. Kemudian

Keynes berpendapat bahwa dalam sistem

pasar bebas penggunaan tenaga kerja

penuh dan pertumbuhan ekonomi yang

teguh selalu dicapai (Sukirno, 1994).

Masih dalam Sukirno 1994, Keynes

berpendapat penggunaan tenaga kerja

penuh adalah keadaan yang jarang terjadi,

dalam hal itu disebabkan karena

kekurangan permintaan agregat yang

wujud dalam perekonomian.

6

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 8: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

7

Pandangan Keynes yang mengkritik

pandangan klasik adalah:

a. Tabungan bukan ditentukan oleh suku

bunga tetapi oleh tingkat pendapatan

masyarakat. Makin tinggi pendapatan

makin tinggi pula tabungan.

b. Suku bunga bukan ditentukan oleh

penawaran dana untuk tabungan dan

permintaan dana untuk investasi,

tetapi ditentukan oleh permontaan dan

penawaran uang.

c. Menurut Keynes upah tidak fleksibel,

walaupun terdapat banyak

pengangguran tingkat upah tidak akan

turun dan pengangguran tetap wujud.

d. Pendapatan nasional bukan factor-

faktor produksi yang tersedia tetapi

oleh pengeluaran agregat (AE).

Pengeluaran agregat yang wujud

dalam ekonomi selalu kurang daro

potensi pendapatan nasional, dan

menyebabkan pengangguran tenaga

kerja selalu terwujud.

Keynes membagi permintaan agregat

menjadi dua jenis pengeluaran:

a. Pengeluaran konsumsi oleh rumah

tangga

b. Penanaman modal oleh para

pengusaha

Dengan demikian pengeluaran agregat

dapat dibedakan kepada empat komponen

yaitu, konsumsi rumah tangga, investasi

perusahaan, pengeluaran pemerintah dan

ekspor.

Konsep Input Output Leontief

Terjadinya Integrasi ekonomi yang kuat,

menyeluruh dan berkelanjutan diantara

semua sektor ekonomi menjadi kunci

keberhasilan pembangunan ekonomi.

Integrasi ekonomi akan terlihat jelas dalam

interaksi dipasar input. Salah satu model

yang bisa memaparkan dengan jelas

bagaimana Interaksi antar pelaku ekonomi

itu terjadi adalah model Input-Output (I-O)

yang pertama kali diperkenalkan oleh

Wassily Leontif pada tahun 1980-an (Arif

Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010).

Model Input Output memiliki kemampuan

dalam melihat keterkaitan antar sektor

demi sektor dalam pertumbuhan hingga

tingkat yang sangat rinci membuat alat

analisis ini cocok bagi proses perencanaan

pembangunan (Nazara,2005). Menurut

Leontif 1986, Analisa IO dapat

memperlihatkan dengan jelas dampak

yang dihasilkan dari suatu kebijakan yang

diterapkan pada masing-masing sektor

melalui hubungan keterkaitan antar sektor

dalam perekonomian wilayah (Arif

Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010).

Teori Input-Output

Melalui model IO kita dapat melihat alur

distribusi output dari suatu sektor dan

input apa saja yang digunakan oleh sektor

tersebut.

Dalam proses penyusunan dan analisa

menggunakan model IO, perlu diingat

bahwa secara konseptual terdapat 3 (tiga)

7

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 9: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

8

asumsi dasar yang digunakan sebagai

berikut (BPS, 2013):

a. Homogenitas (Homogenity), yaitu

asumsi yang menjelaskan bahwa satu

sektor akan menghasilkan satu jenis

output dengan struktur input yang

tunggal dan tidak ada Substitusi

otomatis antar output dari sektor

berbeda.

b. Proporsionalitas (proportionality),

yaitu asumsi yang menjelaskan bahwa

kenaikan penggunaan input oleh suatu

sektor akan sebanding dengan

kenaikan outputyang dihasilkan oleh

sektor tersebut (fungsi linear)

c. Additivitas (additivity), yaitu asumsi

yag menjelaskan bahwa jumlah

pengaruh dari kegiatan produksi di

berbagai sektor merupakan hasil

penjumlahan dari setiap pengaruh

pada masing masing sektor tersebut.

Asumsi ini menjelaskan bahwa

pengaruh yang berasal dari luar

system IO diabaikan.

Output dari sektor produksi akan

didistribusikan kepada konsumen yang

menggunakan output tersebut sebagai

input umtuk produksi berikutnya juga

didistribusikan kepada konsumen yang

menggunakan output tersebut untuk

dikonsumsi langsung, yang disebut

konsumen akhir, yaitu rumah tangga,

pemerintah, swasta (investasi), dan

konsumen luar negri (ekspor). Bagi

konsumen pertama output sektor tersebut

merupakan input antara, sedangkan pada

konsumen kedua output merupakan

permintaan akhir. , yang berdampak pada

perubahan variabel-variable eksogen yaitu

output sektoral, pendapatan, tenaga kerja,

dan sebagainya. West dan Jensen (1980)

dan West dkk (1989) dalam Modul Input-

Output (FEUI, 2010) membedakan

kategori pengganda menjadi: dampak awal

(initial impact), dampak imbasan kegiatan

produksi (production induced impact).

Dampak imbasan kegiatan produksi terdiri

atas pengaruh langsung (direct effect)

yang juga kadang-kadang disebut dengan

pengaruh putaran pertama (first-round

effect), dan pengaruh tidak langsung

(indirect effect) yang merupakan pengaruh

Tabel 2.1 Rumus Perhitungan Pengganda

Tipe Dampak Output Pendapatan Tenaga Kerja

Dampak Awal 1 pj tj

Pengaruh Langsung aij aij pi aij ti

Pengaruh Tdk Langsung bij - 1 - aij bij pi - pi - aij pi bij ti - ti - aij ti

Dampak Total b*ij b*ij pi b*ij ti

(Sumber : Modul Input-Output, Departemen Ilmu Ekonomi FEUI, 2010)

Catatan:

pi koefisien pendapatan rumah tangga; ti adalah koefisien tenaga kerja; aij adalah koefisien input langsung ;

bij adalah koefisien matriks kebalikan terbuka ; dan b*ij adalah koefisien matriks kebalikan tertutup.

8

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 10: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

9

putaran kedua dan seterusnya, Rumus

perhitungan pengganda, menurut tipe

dampak dan output, pendapatan dan tenaga

kerja.

Angka pengganda output menunjukan

nilai total dari output yang dihasilkan oleh

perekonomian untuk memenuhi adanya

perubahan satu unit permintaan akhir di

suatu sektor (Arief, 2010). Angka

pengganda pendapatan rumah tangga atau

sering disebut dengan efek pendapatan

dari model IO, angka ini mencoba untuk

menerjemahkan peningkatan permintaan

akhir tersebut dalam bentuk pendapatan

rumah tangga (Nazara 1997). Dalam

model IO, rumah tangga dapat

ditempatkan sebagai variabel eksogen

maupun endogen, model IO yang

menjadikan rumah tangga sebagai pelaku

eksogen disebut sebagai model IO terbuka

dan dikenal sebagai angka pengganda tipe

I, dan jika model IO yang menjadikan

rumah tangga sebagai pelaku endogen

disebut sebagai model IO tertutup dan

dikenal sebagai angka pengganda tipe II.

Menurut Arif Daryanto dan Yundi

Hadizrianda (2010), dalam model IO

pengaruh interaksi ekonomi dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga jenis (Arif

Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010),

yatu:

1. Pengaruh langsung atau direct effect,

merupakan pengaruh yang secara

langsung dirasakan oleh suatu sektor

yang outputnya digunakan sebagai

input dari produksi sektor yang

bersangkutan.

2. Pengaruh tidak langsung atau indirect

effect, merupakan pengaruh tidak

langsung yang dirasakan oleh suatu

sektor yang outputnya tidak digunakan

sebagai input dari sektor yang

bersangkutan.

3. Pengaruh total atau total effect yaitu

pengaruh secara keseluruhan dalam

perekonomian dimana sektor yang

bersangkutan berada.

Keterkaitan antar sektor dalam metoda

Input-Output

Adanya penggunaan input antara yang

berasal dari output sektor produksi lain dan

penggunaan input primer seperti tenaga

kerja dan modal, membuat suatu sektor

produksi menjadi terintegrasi dengan

sektor-sektor lainnya dalam suatu

perekonomian untuk melihat begaimana

integrasi perekonomian itu terjadi kita bisa

menggunakan model I-O, yang dapat

merefleksikan hubungan atau keterkaitan

antarsektor (intersectoral) (Arief, 2010).

Hirschman (1958) merinci keterkaitan

antar sektor menjadi:

1. Keterkaitan langsung ke belakang

2 Keterkaitan langsung ke depan

3 Daya sebar ke depan

4 Daya sebar ke belakang

Suatu sektor yang mempunyai ciri ciri

diatas dapat dijadikan sector kunci (key

9

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 11: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

10

sector) dalam pembangunan suatu daerah,

karena sector tersebut yang berperan

sebagai sector penggerak dalam

pembangunan daerah secara

berkesinambungan (Daryanto dan

Hafidzrianda, 2010).

Analisa Dampak Ekonomi

Analisis dampak merupakan salah satu

analisis Input-Output untuk mengetahui

pengaruh dari permintaan akhir dari

pelaku ekonomi terhadap sektor tersebut

ataupun sektor lain serta perekonomian

secara keseluruhan. Analisis ini masih

berkaitan dengan analisis angka

pengganda sebelumnya, sehingga dalam

analisis ini dikenal analisis dampak output

perekonomian, pendapatan, tenaga kerja,

dan nilai tambah.

Mekanisme dampak peningkatan

permintaan akhir tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Adanya tambahan permintaan akhir di

suatu sektor akan berdampak pada

kenaikan output pada sektor tersebut.

2 Kenaikan output ini akan diiringi dengan

pertambahan input antara dan input primer

yang digunakan pada sektor tersebut.

3 Pertambahan input antara akan mendorong

kenaikan produksi pada sektor-sektor

ekonomi yang menjadi faktor inputnya

Sedangkan pertambahan input primer akan

berdampak pada peningkatan tenaga kerja

dan peningkatan penerimaan upah/gaji.

Oleh karena upah/gaji merupakan sumber

pendapatan rumah tangga (masyarakat),

secara tidak langsung peningkatan

permintaan akhir berdampak pada

kenaikan pendapatan masyarakat

(Daryanto & Hafizrianda, 2010). Dapat

terlihat kenaikan permintaan akhir yang

berwujud Konsumsi Rumah Tangga,

Konsumsi Pemerintah, Pembentukan

Modal Tetap (Investasi), Perubahan Stok,

dan Ekspor Barang/Jasa, dapat berdampak

pada peningkatan perekonomian.

METODE PENELITIAN

Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dikaji dalam penelitian tesis

ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga

Energi Baru Tertarukan (PLT EBT) yang

terbagi dalam tiga kategori, yaitu PLT

Panas Bumi (PLTP) PLT Biomassa

(PLTB) dan PLT Aneka EBT. PLT Aneka

EBT sendiri terdiri dari gabungan PLT

yang sumber energinya selain panas bumi

dan biomass, seperti Angin, Air dan Sinar

Matahari di Seluruh Indonesia.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun jenis data, sumber data serta cara

pengumpulan data dalam penelitian ini

berasal daro BPS Pusat, Kementerian

ESDM, yang dikumpulkan baik dengan

cara surat menyurat maupun bertatap

muka langsung.

Kerangka Pikir Penelitian

Dalam menganalisis dampak ekonomi

pembangunan PLT EBT, peneliti

membagi dua masa pembangunan PLT

10

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 12: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

11

EBT yaitu masa konstruksi dan masa

operasio. Untuk dapat meneliti

pembangunan PLT EBT pada masa

konstruksi, Peneliti terlebih dahulu

menganalisis struktur investasi masa

konstruksi PLT EBT untuk digolongkan

kedalam kelompok sektor yang nantinya

akan menjadi shock dalam pengolahan

data, investasi tersebut berasal dari APBN,

APBD maupun Swasta. Demikian juga

untuk dapat menganalisis dampak

ekonomi pembangunan PLT EBT pada

masa operasi, peneliti menggunakan

konsumsi output operasi PLT EBT sebagai

shock masa operasi. Shock investasi dan

shock konsumsi tersebut kemudian

masing-masing diolah menggunakan

model Leontif, hasilnya kemudian

dianalisa untuk melihat manfaat ekonomi

dari pembangunan PLT EBT terhadap

ekonomi Indonesia.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode yang digunakan untuk mengolah

data Input-Output Indonesia Tahun 2010

dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif yang hasilnya akan dianalisis

secara deskriptif.

Analisis Angka Pengganda (Multiplier

Analysis)

Pada Penelitian ini karena keterbatasan

data tenaga kerja, maka yang diteliti hanya

angka pengganda output, angka

pengganda pendapatan rumah tangga

angka pengganda nilai tambah bruto.

Analisis Dampak Ekonomi

Untuk menganalisis dampak dari

pembangunan PLT EBT di seluruh

wilayah Indonesia terhadap ekonomi

Indonesia, dilihat dari 3 (tiga) variabel,

yaitu:

1 Output, untuk mengetahui berapa

besar pengaruh pembangunan PLT

Tabel 0.1 Rumus Perhitungan Analisis Dampak

Jenis Analisis

Dampak

Rumus

Keterangan

1.Dampak

Terhadap Output

Mo = (I - A)-1

Mo = matriks multiplier/pengganda output

berukuran n x n ;

I = matriks identitas berukuran n x n

A= matriks koefisien teknis berukuran

(n x n)

(I - A)-1 = matriks kebalikan leontief

2.Dampak

Terhadap Nilai

Tambah Bruto

F VA = Nilai Tambahn Bruto

= Pengganda

F = Stimulus

3.Dampak

Terhadap

Pendapatan

Im = Angka pengganda pendapatan

Sumber : Analisis Model Input-Output, Dr Uka Wikarya, 2015

1)(ˆ −−= dAIVVA1)(ˆ −− dAIV

11

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 13: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

12

EBT terhadap kegiatan

perekonomian secara keseluruhan.

2 Nilai Tambah Bruto (NTB), untuk

mengetahui penciptaan nilai

tambah yang terjadi dari investasi

barang dan jasa yang ada, yang

mencerminkan kinerja

perekonomian.

3 Pendapatan Masyarakat, untuk

mengukur seberapa besar

peningkatan pendapatan

masyarakat akibat dibangunnya

PLT EBT, yang dapat

mencerminkan tingkat

kesejahteraan masyarakat.

Adapun guna menghitung analisis dampak

peningkatan permintaan akhir terhadap

output, nilai tambah bruto, dan pendapatan

masyarakat digunakan rumus sebagaimana

tabel 3. Asumsi-asumsi yang digunakan

dalam perhitungan dampak ekonomi

dengan menggunakan analisis Input-

Output ini sebagai berikut:

Angka Multiplier

Data Input-Output yang digunakan dalam

analisis ini merupakan data IO Indonesia

Tahun 2010. Sedangkan masa analisis

dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu

masa konstruksi selama 11 tahun yaitu

tahun 2014-2025, dan masa

operasionalisasi selama 20 tahun yaitu

2016-2055. Data IO yang digunakan

merupakan Data IO Indonesia tahun 2010

dikarenakan ketersediaan data IO terbaru

yang diterbitkan BPS.

Dengan demikian dapat diasumsikan jika

selama masa penelitian tidak terjadi

perubahan struktur perekonomian yang

signifikan di Indonesia, maka besaran

dampak ekonomi yang dihasilkan dalam

penelitian ini merupakan angka dampak

minimum yang berpotensi muncul di masa

mendatang.

Objek yang Dianalisis

Objek dalam penelitian ini adalah seluruh

PLT EBT di seluruh wilayah Indonesia

yang mulai dibangun diantara tahun 2014

sampai dengan tahun 2018. PLT EBT

terdiri dari PLTP, PLTB dan PLT Aneka

EBT yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. PLT Aneka EBT sendiri terdiri

dari PLTBi, PLTMh dan PLTS. Dalam

kebijakan Energi Nasional ke depannya

Indonesia dirancang akan memaksimalkan

EBT sebagai sumber tenaga listrik,

sehingga ke depan Indonesia akan

membangun lebih banyak PLT EBT.

Sehingga hasil dari penelitian ini hanya

mengindikasi perkiraan dampak ekonomi

yang belum maksimal mengingat akan ada

banyak pembangunan PLT EBT di tahun

tahun mendatang. Apabila rencana

pembangunan PLT EBT sesuai dengan

RUEN maka dampak ekonomi yang

terjadi akan lebih besar.

12

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 14: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

13

Identifikasi Variabel

Dampak ekonomi yang ditimbulkan

dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga

EBT ini yang terdiri dari penciptaan

output, nilai tambah dan pendapatan

rumah tangga merupakan suatu variabel

endogen yang hasilnya berasal dari hasil

perhitungan. Biaya-biaya yang

dikeluarkan selama masa konstruksi yaitu

biaya untuk Perizinan, Power Plant

Machinery, Jasa Profesional teknis dan

keuangan, konstruksi Bangunan dan sipil.

Sedangkan selama masa operasi yang

diperhitungkan dalam analisis yaitu

Kapasitas Listrik yang dihasilkan oleh

PLT EBT dalam setahun dikalikan harga

pada saat dalam Power Purchase

Agrement (PPA).

Lama waktu konstruksi PLT EBT

tergantung dari jenis PLT EBT yang

dibangun, sebagai informasi, PLT

Biomass dan PLTS, PLTB, PLTmh

umumnya memakan waktu 2 tahun,

sedangkan PLTP umunya memakan waktu

7 tahun. Peneliti mengambil objek

penelitian yang masa konstruksinya

dimulai tahun 2014, sehingga masa

penelitian untuk masa konstruksi adalah

tahun 2014 hingga tahun 2025.

Selanjutnya masa operasionalisasi PLT

EBT dijelaskan dalam undang-undang

adalah selama 30 tahun dari selesai

konstruksi yaitu tahun 2016 sampai

dengan tahun 2055, sementara setelah itu

PLT EBT diasumsikan selesai beroperasi.

Adapun dalam masa operasi komponen

shock investasi yang dimaksudkan adalah

nilai kapasitas listrik yang dihasilkan PLT

EBT pertahunnya dikalikan harga

Perjanjian penjualan di awal proyek

Tabel 0.2 Analisis Keterkaitan KeBelakang (Backward Lingkage)

Sumber : Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018

13

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 15: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

14

dengan PLN (PPA),diluar itu harga

dianggap stabil hingga akhir masa operasi.

Pada masa konstruksi terdapat 3 (tiga)

sektor yaitu sektor (130) Mesin Lainnya

dan perlengkapannya, sektor (149)

Bangunan tempat tinggal dan bukan

tempat tinggal, dan sektor (175) Jasa

Profesional, ilmiah dan teknis. Sedangkan

pada masa operasionalisasi terdapat sektor

(145) yaitu listrik. Setelah dilakukan

inventarisasi sektor yang terdampak,

kemudian ditentukan nilai shock pada

masing-masing sektor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Input-Output

Analisis Pola Keterkaitan

Keterkaitan Ke Belakang (backward

lingkage) dapat dilihat pada Tabel 5.1.

sektor (145) listrik memiliki peringkat

nilai keterkaitan kebelakang ke- 1 (satu)

dengan nilai sebesar 2,9636, dimana

sebesar 0,7925 merupakan keterkaitan ke

belakang langsung dan sisanya sebesar

2,1711 keterkaitan kebelakang tidak

langsung. Nilai tersebut memiliki makna

bahwa apabila ada kenaikan permintaan

akhir sebesar Rp. 10.000, - pada sektor

(145) listrik, maka akan berdampak

terhadap kenaikan output seluruh sektor

perekonomian sebesar Rp. 29.636, -

dimana sebesar Rp. 7.925, - berasal dari

sektor (145) listrik itu sendiri dan sisanya

Rp. 21.711, - berasal dari sektor lainnya.

Secara peringkat, sektor (145) Listrik

berada pada posisi ke-1 (satu) dari seluruh

sektor perekonomian (185 sektor), sektor

(130) mesin dan perlengkapannya, sektor

(175) Bangunan Tempat tinggal dan bukan

tempat tinggal dan sektor (149) Jasa

Tabel 0.1 Analisis Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)

Kode Sektor Keterkaitan ke Depan (FL)

Peringkat Langsung Total

130 Mesin lainnya dan

perlengkapannya 1.9181 1,4767 5

145 Listrik 1.4504 1,5233 7

149 Bangunan Tempat Tinggal dan

Bukan Tempat tinggal 0,9363 1,919 68

175 Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 1,2631 0.9691334 29

Empat Sektor Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi

156 Perdagangan selain Mobil dan

Sepeda Motor 7,9226 14,5135 1

95 Barang0barang Hasil Kilang

Minyak dan Gas Bumi 3,8578 10,0059 2

96 Kimia Dasar Kecuali Pupuk 3,6909 9,4365 3

38 Minyak Bumi 1,2088 8,5347 4

Sumber : Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018

14

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 16: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

15

Profesional, Ilmiah dan Teknis memiliki

nilai dan peringkat masing-masing berada

pada posisi ke-3, ke-16 dan ke-30. Hal ini

menunjukkan bahwa (145) Listrik,

memiliki keterkaitan paling kuat dengan

sektor-sektor inputnya dibandingkan

sektor lainnya

Selanjutnya kaitannya dengan keterkaitan

ke depan, sektor (145) listrik dan sektor

(130) mesin dan perlengkapannya

memiliki nilai derajat kepekaan yang

tinggi yang masing-masing berada di

peringkat ke-7 dan ke-5 dari 185 sektor

perekonomian. (130) mesin dan

perlengkapannya memiliki nilai

keterkaitan ke depan total sebesar 6,2722

dan keterkaitan ke depan langsung sebesar

3,2239 Nilai ini memiliki makna bahwa

apabila terjadi kenaikan permintaan dari

seluruh sektor produksi sebesar Rp.

10.000, -maka akan berdampak pada

kenaikan output sektor (130) mesin dan

perlengkapannya sebesar Rp. 62.722, -.

Melalui Analisis Sektor kunci, dapat

dilihat 4(empat) sektor yang diidentifikasi

terkait dengan pembangunan PLT EBT di

Indonesia seperti dalam Tabel 5.2, bahwa

di Indonesia pada tahun 2010 sektor sektor

yang terkait pembangunan PLT EBT ini

hanya 2(dua) sektor yaitu sektor (130)

mesin lain dan perlengkapannya, dan

sektor (145) listrik termasuk sektor kunci

karena indeks keterkitan kebelakang dan

indeks keterkaitan kedepan nilainya lebih

dari 1 (satu). Oleh karenanya,

pembangunan PLT EBT di Indonesia ini

akan berdampak positif terhadap

pertumbuhan perekonomian di Indonesia

secara keseluruhan. Karena kedua sektor

kunci tersebut akan mendorong

Tabel 0.2 Analisis Sektor Kunci

Kebelakang Kedepan

130Mesin lainnya dan

perlengkapannya3.2238883 1.4766903 Ya

145 Listrik 2.8823893 1.5232906 Ya

149Bangunan Tempat tinggal dan

bukan tempat tinggal0.9362676 1.1919118 Bukan

175Jasa Profesional, Ilmiah dan

Teknis1.2631325 0.9691334 Bukan

53 Hasil Pemotongan Hewan 1.1656219 1.0486092 Ya

58Minyak Hewani dan Minyak

nabati1.0157669 1.0422117 Ya

61 Tepung Lainnya 1.3157830 1.0695196 Ya

62Tepung Gandum dan tepung

mesin1.2211235 1.0893282 Ya

Kode SektorIndeks Keterkaitan

Sektor Kunci

Sektor Lain Yang Termasuk Sektor Kunci

15

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 17: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

16

peningkatan barang dan jasa baik melalui

mekanisme permintaan maupun

mekanisme penawaran atas barang dan

jasa. Sedangkan sektor (149) Jasa

Profesional, Ilmiah dan Teknis serta sektor

(175) Bangunan Rumah tinggal dan bukan

rumah tinggal bukan merupakan sektor

kunci. Penulis berpendapat bahwa dalam

rangka pembangunan PLT EBT maka

kedua sektor tersebut harus dapat didorong

menjadi sektor kunci dengan cara

memfasilitasi industri hilir sektor tersebut,

juga meningkatkan kualitas sektor tersebut

agar dapat menjadi bahan baku yang

berdaya saing bagi sektor lainnya.

Dengan analisis keterkaitan kedepan dapat

dilihat bahwa ketika terjadi kenaikan

permintaan dari sektor sektor produksi

yang diidentifikasi menjadi sektor yang

berhubungan dengan pembangunan PLT

EBT seperti sektor (130) mesin lain dan

perlengkapannya, maka sektor yang paling

terpengaruh outputnya adalah sektor (130)

mesin lain dan perlengkapanya itu sendiri,

kemudian sektor lain yang paling

terpengaruh selain sektor (130) mesin lain

dan perlengkapannya adalah sektor (129)

Mesin untuk keperluan kantor dan

akunting, dan bagian serta

perlengkapannya dan sektor (44) bijih

nikel, hal ini dapat dipahami karena bijih

besi merupakan bahan dasar baja dimana

baja banyak digunakan sebagai bahan

pembuat mesin. Sedangkan jika terjadi

kenaikan permintaan dari sektor (145)

Listrik maka sektor yang paling

terpengaruh adalah selain sektor (145)

Listrik itu sendiri adalah sektor (157) Jasa

angkutan rel dan sektor (144) Jasa

perawatan dan perbaikan produk-produk

logam pabrikan, mesin-mesin dan

peralatan. Dan jika terjadi kenaikan

Tabel 0.3 Sektor Keterkaitan Kedepan

Sumber: Tabel IO Indonesia tahun 2010, diolah

Pering

kat

(130) mesin Lain dan

perlengkapannya

(145) Listrik (149) bangunan rumah

tinggal dan bukan

rumah tinggal

(175) Jasa Profesional

ilmiah dan teknis

1 (130) mesin Lain dan

perlengkapannya

(145) Listrik (149) bangunan rumah

tinggal dan bukan rumah

tinggal

(175) Jasa Profesional

ilmiah dan teknis

2 (129)Mesin untuk

keperluan kantor dan

akunting

(157) Jasa angkutan rel (148) Pengelolaan

Sampah, Limbah dan

Daur Ulang

(37) Batubara dan Lignit

3 (44) bijih nikel (144) Jasa perawatan dan

perbaikan produk-produk

logam pabrikan, mesin-

mesin dan peralatan

(174) Jasa Real Eastate (169) Jasa Konsultasi

komputer dan teknologi

informasi

16

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 18: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

17

permintaan sektor (149) Bangunan tempat

tinggal dan bukan tempat tinggal, maka

sektor yang paling terpengaruh selain

sektor itu sendiri adalah sektor (148)

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang dan sektor (174) Jasa Real Eastate.

Jika terjadi kenaikan permintaan pada

sektor (175) Jasa Profesional ilmiah dan

teknis, maka sektor yang outputnya paling

meningkat selain sektor (175) Jasa

professional ilmiah dan teknis itu sendiri

adalah sektor (37) Batubara dan Lignit dan

sektor (169) Jasa Konsultasi komputer dan

teknologi informasi. Dengan analisis

keterkaitan kebelakang, dapat di lihat

sektor hulu mana yang paling terpengaruh

ketika terjadi kenaikan permintaan

terhadap output sektor sektor yang

diidentifikasi sebagai faktor yang terkait

pembangunan PLT EBT.

Jika terjadi peningkatan kenaikan Output

pada sektor (130) Mesin lain dan

perlengkapannya maka sektor hulu yang

paling terpengaruh selain sektor (130)

sendiri adalah sektor (129) Mesin untuk

keperluan kantor dan akunting, dan bagian

serta perlengkapannya dan sektor (156)

Perdagangan selain Mobil dan Sepeda

Motor. Sedangkan jika terjadi peningkatan

permintaan output pada sektor (145)

Listrik, sektor hulu yang terpengaruh

selain sektor (145) listrik adalah sektor

(95) Barang-barang Hasil Kilang Minyak

dan Gas Bumi dan sektor (39) Gas Bumi

dan Panas Bumi, ketika output sektor

(149) bangunan rumah tinggal dan bukan

rumah tinggal mngalami peningkatan

permintaan maka selain sektor hulu yg

terpengaruh sektor (149) itu sendiri adalah

sektor (120) Barang-barang logam lainnya

dan sektor (114) Besi dan Baja Dasar, dan

ketika terjadi kenaikan out[ut pada sektor

(175) Jasa professional ilmiah dan teknis,

sektor hulu yang terpangaruh selain sektor

itu sendiri adalah sektor (170) Jasa

Keuangan Perbankan dan (150) Bangunan

Tabel 0.4 Sektor Keterkaitan Kebelakang

Sumber: Tabel IO Indonesia,2010, diolah 2018

Pering

kat

(130) mesin Lain dan

perlengkapannya

(145) Listrik (149) bangunan rumah

tinggal dan bukan

rumah tinggal

(175) Jasa Profesional

ilmiah dan teknis

1 (130) mesin Lain dan

perlengkapannya

(145) Listrik (149) bangunan rumah

tinggal dan bukan rumah

tinggal

(175) Jasa Profesional

ilmiah dan teknis

2 (129)Mesin untuk

keperluan kantor dan

akunting

(95) Barang-barang

Hasil Kilang Minyak

dan Gas Bumi

(120) Barang-barang

logam lainnya

(170) Jasa Keuangan

Perbankan

3 (156) Perdagangan

selain Mobil dan

Sepeda Motor

(39) Gas Bumi dan

Panas Bumi

(114) Besi dan Baja

Dasar,

(150) Bangunan & Instalasi

Listrik, Gas, Air Minum Dan

Komunikasi

17

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 19: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

18

& Instalasi Listrik, Gas, Air Minum Dan

Komunikasi dan sektor.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dan

analisis terkait hasil penelitian, khususnya

4 (empat) sektor terkait pembanunan PLT

EBT di seluruh Indonesia yaitu sektor

(130) Mesin lain dan perlengkapannya,

sektor (145) Listrik, sektor (149) Jasa

Profesional, Ilmiah dan Teknis dan sector

(175) Bangunan tempat tinggal dan bukan

tempat tinggal, dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1 Melalui analisis Keterkaitan Sektor,

sektor (130) Mesin lain dan

perlengkapannya dan sektor (145)

Listrik memiliki daya ketergantungan

tinggi terhadap sektor sektor lainnya

juga memiliki daya dorong yang tinggi

terhadap sektor sektor lainnya untuk

menghasilkan output. Sedangkan 2

(dua) sektor lain yaitu (149) Jasa

Profesional, Ilmiah dan Teknis dan

sector (175) Bangunan tempat tinggal

tidak memiliki keterkaitan kebelakang

maupun kedepan yang tinggi dengan

sektor lainnya. Dari keempat sektor

terkait hanya 2 (dua) sektor yang

menjadi sektor kunci dalam

perekonomian Indonesia, yaitu sektor

(130) Mesin lain dan perlengkapannya

dan sektor (145) Listrik. Sektor (145)

Listrik hanya meningkatkan

penciptaan output secara signifikan

terhadap sektor hilirnya.

2 Berdasarkan analisis angka

pengganda, dapat disimpulkan bahwa

dalam hal penciptaan output sektor

(130) Mesin lain dan perlengkapannya,

sektor (145) Listrik mampu

meningkatkan output perekonomian

lebih tinggi jika diberi investasi.

Dalam hal penciptaan NTB sektor

(145) Listrik merupakan sektor yang

paling dominan dalam penciptaan nilai

tambah bila dibandingkan ketiga

sektor yang dianalisis. Sedangkan jika

dilihat dalam hal penciptaan

pendapatan masyarakat empat sektor

yang dianalisis tidak ada yang

dominan dalam hal penciptaan

pendapatan masyarakat, sehingga bila

keempat sektor tersebut diberi

investasi tidak akan terlalu

berpengaruh terhadap penambahan

pendapatan masyarakat.

3 Berdasarkan analisis Dampak

Ekonomi, Pembangunan PLT EBT

baik dalam masa konstruksi maupun

masa operasional diperkirakan

berdampak positif terhadap

perekonomian di Indonesia apabila

dilihat pengaruhnya terhadap

penciptaan output, nilai tambah bruto,

dan pendapatan masyarakat. Secara

rinci perkiraan dampak yang terjadi

sebagai berikut:

a. Peningkatan output yang dihasilkan

dari pembangunan PLT EBT adalah

sebesar Rp. 300.148,96 miliar atau

sebesar 4,9% dari total output awal

18

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 20: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

19

perekonomian sebesar

Rp.13.109.120,48 miliar.

Peningkatan Output ini berasal masa

konstruksi sebesar Rp 152.028,12

milyar dan masa operasional sebesar

Rp 148.120,84 milyar.

b. Total Nilai Tambah Bruto yang

tercipta sebesar Rp.106.427,21

miliar, meningkat sebesar 3,2% dari

total nilai tambah bruto awal sebesar

Rp 6.683.679,717 miliar.

Peningkatan Nilai Tambah Bruto ini

berasal masa konstruksi sebesar Rp

59.374,34 milyar dan masa

operasional sebesar Rp 47.052,87

milyar.

c. Peningkatan Pendapatan masyarakat

sebesar Rp 29.809,61 atau

meningkat sebesar 3,2% dari

pendapatan masyarakat di awal

perekonomian sebelum

pembangunan PLT

EBT.Peningkatan Pendapatan ini

berasal masa konstruksi sebesar Rp

19.486,20 milyar dan masa

operasional sebesar Rp 10.423,41

milyar.

d. Sektor yang paling terdampak

dengan adanya pembangunan PLT

EBT ini pada masa konstruksi

yaitu sektor (130) mesin dan

perlengkapannya dan pada masa

operasional adalah sektor (145)

Listrik.

4 Dengan melakukan pembangunan PLT

EBT dalam rangka pemenuhan

kebutuhan Kelistrikan di Indonesia,

dapat memenuhi azas yang

diamanatkan Undang-Undang nomor

30 Tahun 2009 mengenai

pembangunan Kelistrikan dapat

terpenuhi, karena dengan

meningkatnya listrik dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan

memberdayakan potensi alam daerah

sekitar maka pembangunan PLT EBT

dapat dilakukan secara efisien

sehingga terjadi optimalisasi ekonomi

dalam pemanfaatan sumber daya

energi, karena sumber daya yang

digunakan adalah EBT maka otomatis

kelestarian lingkungan dapat dijaga.

Saran dan Rekomendasi

Saran terkait kebijakan yang penulis dapat

sampaikan, antara lain:

1 Pembangunan PLT EBT memberikan

dampak positif dan memiliki dampak

pengganda terhadap perekonomian

Indonesia. Sektor yang paling

terdampak dengan adanya

pembangunan PLT EBT adalah sektor

(130) mesin lain dan perlengkapannya

dan sektor (145) Listrik. Oleh

karenanya maka agar dampak yang

dirasakan lebih besar terhadap

perekonomian di Indonesia, maka

pemerintah perlu mendorong

tumbuhnya sektor hulu sebagai

penyedia input lokal bagi sektor (130)

mesin dan perlengkapannya agar

tingkat penciptaan output sepenuhnya

masuk kedalam perekonomian lokal.

2 Demikian juga dengan terpengaruhnya

sektor (145) Listrik, pemerintah

diharapkan dapat mendorong

19

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019

Page 21: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

20

masyarakat untuk memanfaatkan dan

mengelola potensi EBT yang ada di

daerahnya untuk dijadikan sumber

listrik, dengan demikian diharapkan

terjadi peningkatan konsumsi listrik

masyarakat dan dapat mendorong

peningkatan kesejahteraan.

3 Sampai dengan saat ini kapasitas

Listrik yang dihasilkan PLT EBT

masih dalam skala kecil dibandingkan

dengan skala PLT energi

konvensional, namun mengingat

potensinya EBT yang ada di Indonesia

kedepannya sangat memungkinkan

untuk menggeser energi konvensional.

Walaupun masih berskala kecil,

namun dampak pembangunan PLT

EBTadalah positif, dengan demikian

diharapkan pemerintah dapat terus

menambah pembangunan PLT EBT

agar dampak pembangunan PLT EBT

yang tercipta terhadap ekonomi

Indonesia semakin besar .

Rekomendasi terkait keterbatasan

penelitian sebagai berikut:

1 Dalam perhitungan dampak ekonomi

digunakan Data Input-Output

Indonesia Tahun 2010 karena data

inilah yang tersedia saat ini. Sehingga

untuk penelitian selanjutnya

direkomendasikan agar dapat

digunakan data IO Indonesia yang

lebih baru apabila sudah tersedia.

2 Dampak ekonomi yang dihitung pada

penelitian ini hanya terbatas pada

dampak penciptaan output, nilai

tambah dan pendapatan masyarakat,

namun tidak menghitung dampak

penciptaan tenaga kerja, hal ini

dikarenakan tidak tersedianya data

jumlah tenaga kerja yang bekerja

dalam pembangunan PLT EBT. Untuk

mengetahui dampak ekonomi terhadap

penciptaan tenaga kerja maka

direkomendasikan perlu untuk

melakukan inventarisasi tenaga kerja

yang bekerja dalam pembangunan PLT

EBT.

3 Analisis tabel IO hanya dapat melihat

aspek moneter dari pembangunan PLT

EBT, sehingga untuk melengkapi studi

harus dilakukan studi pada aspek

social dan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Adi Putra, muhamad (2016), Analisis

dampak pembangunan pelabuhan

Khusus Batubara khusus ekspor

batubara terhadap perekonomian

Provinsi Kalimantan Timur.

Universitas Indonesia Library.

Agung Santosa, Uji (2012). Dampak

pembangunan infrastruktur terhadap

perekonomian di provinsi jawa

Barat : Analisa Input output tahun

2009. Universitas Indonesia Library

Amalia, sinta (2011). Dampak

pembangunan PLTU Batubara

terhadap perekonomian Provinsi

Sumatera Selatan : analisa model

input output. Universitas Indonesia

Library

Augustine C, Osigwe & Damilola Felix

Arawomo (2015). Energi

Consumption, Energi prices and

20

Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 14, Iss. 2 [2019], Art. 6

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol14/iss2/6

Page 22: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga ...

21

Economic Growth: causal

Relationships based on Error

Correction Model.International

Journal of Energi Economics and

Policy.

Chontanawat, Jaruwan & Lester C hunt,

Richard Pierse (2006). Causality

between Energy Consumption and

GDP: Evidence from 30 OECD and

78 Non-OECD Countries. Surrey

Energy Economic center UK.

Daryanto & hafizrianda (2010), Analisis

Input-Output dan Social Accounting

Matrix. Bogor : IPB Press.

Direktur Utama PT PLN (Sepetember

2017). Press Conference PT PLN.

Kementerian ESDM

Keputusan Menteri ESDM RI nomor 5899

k/20/MEM/2016 tentang

Pengesahan Rencana Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik Negara

(Persero) tahun 2016 sd 2025.

Miller & Blair (1985), Input-Output

Analysis: Foundations and

Extensions. New Jersey : Prentice-

Hall

Nicholson,Walter (1995), Teori

Mikroekonomi. Jakarta : Binarupa

Aksara.

Rencana Strategis Kementerian ESDM

2015-2919

Rencana Umum Energi Nasional 2015-

2050

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Negara (Persero) tahun 2016 sd 2025

(2016)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMN) Tahun 2015-2019 (2015)

Republik Indonesia. Undang-Undang

No.25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan

Nasional

Republik Indonesia. Undang-Undang

Nomor 30 tahun 2009 tentang

ketenagalistrikan

Ridwan Anas Ofyar Tamin Sony S

wibowo (2016), Applying input-

output Model to estimate broader

Economic impact of transportation

Infrastructure Investment. Journal-

dl

Sukirno, Sadono (1994), Teori pengantar

Makroekonomi. Jakarta :

Rajagrafindo Persada.

Wong, Sukra (2015). Dampak Proyek

Pembangunan PLTU Sumuradem

terhadap peluang kerja studi kasus

desa Sumuradem sukra indramayu.

Yusuf, Suryanto. (2013). Konsumsi Energi

Listrik dan Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia Aplikasi dan model.

Bappenas Indonesia.

21

Fadhilah and Susanti: Analisis Dampak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan Di Seluruh Indonesia Terhadap Ekonomi Indonesia

Published by UI Scholars Hub, 2019