ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

13
Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA 377 ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA PERINGGA ANCALA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA Ayu Afriastuti 1 , Dian Hartati 2 , M. Januar Ibnu Adham 3 1,2,3 Universitas Singaperbangsa Karawang 1 [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya diskriminasi gender yang terjadi di sekolah. Kedudukan perempuan sering diperlakukan, dipandang atau diposisikan lebih rendah daripada laki-laki. Tujuan pembuatan skripsi ini untuk: (1) mendeskripsikan kajian unsur intrinsik dalam novel Summit karya Peringga Ancala, (2) Mendeskripsikan kajian citra perempuan dalam novel Summit karya Peringga Ancala, (3) Mendeskripsikan penyusunan bahan ajar berupa handout materi novel di SMA. Hasil analisis yang didapatkan: (1) Analisis unsur intrinsik yaitu tema: pendakian ke Gunung Rinjani, tokoh & penokohan: Lika perempuan keturunan bangsawan yang memiliki watak keras kepala namun tetap bertanggung jawab, latar (setting): Nusa Tenggara Barat, Lombok, Kecamatan Bayan, Desa Senaru, alur: alur maju, sudut pandang: menggunakan sudut pandang orang pertama “Aku”, gaya bahasa: bahasa Indonesia, bahasa daerah Lombok dan menggunakan majas hiperbola, amanat: ketika kita melakukan pendakian, melakukan petualangan, atau pun travelling jangan sesekali untuk merusak alam, (2) Hasil analisis citra perempuan ditemukan empat puluh tiga data yang dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial, pada aspek fisik di antaranya: perempuan, rambut cepak, tidak anggun, bertubuh mungil, berlesung pipi, berwajah manis, mesem-mesem, kulit putih, mata bulat, redup, bibir tipis, berbadan kurus, kuat, hebat dan modis, aspek psikis di antaranya: peduli, baik, perhatian, bertanggung jawab, kritis, galak, keras kepala, mandiri, pengertian, murah hati, empati, tegas, dewasa, penurut, jaim, manja, akrab, dan aspek sosial di antaranya: kaum bangsawan, memiliki gelar, keturunan ningrat, guide, anggota mapala, bibi, nenek, mantan kekasih, gadis kota, (3) Penelitian ini memiliki relevansi sebagai bahan ajar berupa handout pada materi novel Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dengan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 3.9.1 Menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel. Kata kunci: citra perempuan, novel, handout Abstract This research is motivated by the many gender discrimination that occurs in schools. The position of women is often treated, viewed or positioned lower than men. The purpose of this thesis is to: (1) describe the study of intrinsic elements in the Summit novel by Peringga Ancala, (2) describe the study of women's images in the Summit novel by Peringga Ancala, (3) describe the preparation of teaching materials in the form of novel material handouts in high school. The results of the analysis are: (1) Analysis of the intrinsic elements, namely the theme: climbing to Mount Rinjani, character & characterization: Lika is a woman of aristocratic descent who has a stubborn character but is still responsible, setting: West Nusa Tenggara, Lombok, Bayan District , Senaru Village, plot: forward flow, point of view: using the first person perspective "I", language style: Indonesian, Lombok regional language and using hyperbolic language, mandate: when we are climbing, doing adventure, or traveling, don't occasionally to destroy nature, (2) The results of the analysis of women's image found forty-three data that were grouped into three aspects, namely physical, psychological and social aspects, on the physical aspects including: women, short hair, not elegant, small, dimpled, sweet face, greedy, white skin, round eyes, dim eyes, thin lips, thin body, strong, great and fashionable, the psychological aspects include: caring, kindness, attention, responsibility Responsible, critical, fierce, stubborn, independent, understanding, generous, empathetic, firm, mature, obedient, jaim, spoiled, familiar, and social aspects including: aristocracy, title, noble descent, guide, mapala members , aunts, grandmothers, ex-lovers, city girls, (3) This research has relevance as teaching materials in the form of handouts on novel Basic Competency (KD) material. 3.9 Analyzing novel content and language with Competency Achievement Indicators (GPA) 3.9.1 Finding intrinsic elements and novel extrinsics. Keywords: female image, novel, handout

Transcript of ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

Page 1: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

377

ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT

KARYA PERINGGA ANCALA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

Ayu Afriastuti1, Dian Hartati2, M. Januar Ibnu Adham3

1,2,3Universitas Singaperbangsa Karawang [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya diskriminasi gender yang terjadi di sekolah. Kedudukan perempuan sering diperlakukan, dipandang atau diposisikan lebih rendah daripada laki-laki. Tujuan pembuatan skripsi ini untuk: (1) mendeskripsikan kajian unsur intrinsik dalam novel Summit karya Peringga Ancala, (2) Mendeskripsikan kajian citra perempuan dalam novel Summit karya Peringga Ancala, (3) Mendeskripsikan penyusunan bahan ajar berupa handout materi novel di SMA. Hasil analisis yang didapatkan: (1) Analisis unsur intrinsik yaitu tema: pendakian ke Gunung Rinjani, tokoh & penokohan: Lika perempuan keturunan bangsawan yang memiliki watak keras kepala namun tetap bertanggung jawab, latar (setting): Nusa Tenggara Barat, Lombok, Kecamatan Bayan, Desa Senaru, alur: alur maju, sudut pandang: menggunakan sudut pandang orang pertama “Aku”, gaya bahasa: bahasa Indonesia, bahasa daerah Lombok dan menggunakan majas hiperbola, amanat: ketika kita melakukan pendakian, melakukan petualangan, atau pun travelling jangan sesekali untuk merusak alam, (2) Hasil analisis citra perempuan ditemukan empat puluh tiga data yang dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial, pada aspek fisik di antaranya: perempuan, rambut cepak, tidak anggun, bertubuh mungil, berlesung pipi, berwajah manis, mesem-mesem, kulit putih, mata bulat, redup, bibir tipis, berbadan kurus, kuat, hebat dan modis, aspek psikis di antaranya: peduli, baik, perhatian, bertanggung jawab, kritis, galak, keras kepala, mandiri, pengertian, murah hati, empati, tegas, dewasa, penurut, jaim, manja, akrab, dan aspek sosial di antaranya: kaum bangsawan, memiliki gelar, keturunan ningrat, guide, anggota mapala, bibi, nenek, mantan kekasih, gadis kota, (3) Penelitian ini memiliki relevansi sebagai bahan ajar berupa handout pada materi novel Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel dengan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 3.9.1 Menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.

Kata kunci: citra perempuan, novel, handout

Abstract

This research is motivated by the many gender discrimination that occurs in schools. The position of women is often treated, viewed or positioned lower than men. The purpose of this thesis is to: (1) describe the study of intrinsic elements in the Summit novel by Peringga Ancala, (2) describe the study of women's images in the Summit novel by Peringga Ancala, (3) describe the preparation of teaching materials in the form of novel material handouts in high school. The results of the analysis are: (1) Analysis of the intrinsic elements, namely the theme: climbing to Mount Rinjani, character & characterization: Lika is a woman of aristocratic descent who has a stubborn character but is still responsible, setting: West Nusa Tenggara, Lombok, Bayan District , Senaru Village, plot: forward flow, point of view: using the first person perspective "I", language style: Indonesian, Lombok regional language and using hyperbolic language, mandate: when we are climbing, doing adventure, or traveling, don't occasionally to destroy nature, (2) The results of the analysis of women's image found forty-three data that were grouped into three aspects, namely physical, psychological and social aspects, on the physical aspects including: women, short hair, not elegant, small, dimpled, sweet face, greedy, white skin, round eyes, dim eyes, thin lips, thin body, strong, great and fashionable, the psychological aspects include: caring, kindness, attention, responsibility Responsible, critical, fierce, stubborn, independent, understanding, generous, empathetic, firm, mature, obedient, jaim, spoiled, familiar, and social aspects including: aristocracy, title, noble descent, guide, mapala members , aunts, grandmothers, ex-lovers, city girls, (3) This research has relevance as teaching materials in the form of handouts on novel Basic Competency (KD) material. 3.9 Analyzing novel content and language with Competency Achievement Indicators (GPA) 3.9.1 Finding intrinsic elements and novel extrinsics.

Keywords: female image, novel, handout

Page 2: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

378

A. PENDAHULUAN Karya sastra merupakan buah

pemikiran, pengalaman, serta perasaan pengarang yang disampaikan dengan komunikatif dan bersifat estetik. Karya sastra menurut (Sumaryanto, 2019: 1) yaitu kesusastran, berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sementara itu, kesustraan Indonesia dapat diartikan sebagai kesusastraan (sastra) berbahasa Indonesia yang lahir dan tumbuh sejak awal abad ke-20. Hasil kesusastraan itu berupa puisi, cerita pendek (cerpen), novel, roman, dan drama yang telah terbit di koran, majalah, dan buku-buku.

Karya sastra memuat beragam gambaran kehidupan manusia di masyarakat, dan ada juga yang menampilkan citra atau gambaran perempuan di dalamnya. Hal ini memberikan pengetahuan bahwa sosok perempuan mewarnai khasanah kesusastraan Indonesia khususnya novel. Menurut Altenbernd dalam (Pradopo, 1997: 81) citraan ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji.

Perempuan cantik jelita sebagai simbol keindahan, namun keindahan seorang perempuan tidak hanya terlihat dari bentuk fisiknya saja, melainkan apa yang ada di dalam jiwa dan kehidupannya. Perempuan sering kali menjadi tokoh utama dalam novel dan beberapa dari cerita fiksi kedudukan tokoh perempuan

sering diperlakukan, dipandang, atau di posisikan lebih rendah daripada tokoh laki-laki. Para tokoh perempuan disubordinasikan dari tokoh laki-laki, atau paling tidak, tak memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam berbagai hal menyangkut aspek kehidupan.

Kaum perempuan identik dengan posisinya sebagai manusia yang kedudukannya di bawah kaum laki-laki. Sehingga kesempatan untuk mencapai impian sulit digapai. Hal tersebut berkaitan dengan citra perempuan, pemahaman tentang gambaran atau imaji yang dihasilkan oleh penangkapan terhadap suatu objek terlihat atau dapat juga menggunakan indra lainnya. Citra perempuan lebih jelasnya dapat dilihat dari peran yang dimainkan dalam kehidupan sehari-hari atau dilihat dari kehidupan tokoh-tokoh perempuan yang ditampilkan dalam karya sastra. Peneliti akan mengkaji novel Summit karya Peringga Ancala (2015). Novel ini mempunyai gambaran mengenai tokoh perempuan dengan posisi yang berada di dalam lingkup masyarakat, serta bagaimana perempuan diperlakukan.

Lika adalah gadis cantik, berkulit putih, dan merupakan seorang keturunan bangsawan suku Sasak memiliki cita-cita sebagai woman guide. Namun menurut hukum adat yang ada, jika seorang perempuan keturunan bangsawan bekerja, akan menjadi hal yang sangat tabu. Keinginannya pun ditentang keras oleh keluarganya, warga Desa Senaru pun banyak yang menggunjing saat

Page 3: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

379

tahu Lika memiliki cita-cita sebagai woman guide, hal itu terjadi karena di desanya, wanita diharuskan untuk segera menikah.

Kisah Lika berkaitan dengan keadaan yang ada di sekolah, keadaan tonggak kepemimpinan harus dipegang oleh siswa laki-laki. Jika dilihat dari keadaan sosial, siswa perempuan di sekolah masih dianggap rendah dibandingkan laki-laki dan hal tersebut membatasi kemerdekaan perempuan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa sekolah-sekolah di Indonesia masih belum ramah gender. Tak ayal banyak murid yang belum paham mengenai hal tersebut. Sayangnya diskriminasi jenis ini dianggap wajar dan cenderung dilanggengkan. Akibatnya, perempuan selalu dinomorduakan apabila ada kesempatan untuk memimpin. Jika tidak bisa menjadi netral, institusi sekolah perlu berhenti bersikap konservatif dan perlu mencoba lebih moderat.

Proses latihan penyetaraan gender dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah (SMA) salah satunya dengan memanfaatkan teks novel. Novel merupakan salah satu sumber yang utama dalam bahan bacaan buku fiksi. Dengan adanya penelitian yang mengkaji mengenai citra perempuan, maka diharapkan peserta didik dapat menjadikannya sebagai pembelajaran khususnya mengenai tokoh perempuan yang ada di dalam suatu novel. Dengan menganalisis unsur-unsur suatu karya sastra baik novel atau karya sastra lainnya, akan mempermudah siswa memahami bagaimana peran

perempuan dalam hubungannya dengan situasi sosial dan lingkungan.

Kurangnya pembahasan mengenai citra perempuan menjadikan salah satu alasan penulis mengangkat judul tersebut. Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka hal ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimanakah analisis unsur intrinsik dalam novel Summit karya Peringga Ancala? (2) Bagaimanakah analisis citra perempuan dalam novel Summit karya Peringga Ancala? (3) Bagaimanakah relevansi bahan ajar mengenai citra perempuan dalam novel Summit karya Peringga Ancala?

Adapun penelitian sebelumnya yang membahas mengenai citra perempuan dalam novel oleh Islah Aditi M. Dalam penelitiannya yang berjudul “Citra Perempuan dalam Novel Surga yang tak Dirindukan karya Asma Nadia Implementasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA: Kajian Feminisme” (2018). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan citra perempuan dan implementasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hasil penelitian ini juga menunjukan adanya citra perempuan atau kajian feminisme pada novel Surga yang tak Dirindukan karya Asma Nadia. Selain itu, penelitian ini juga dijadikan sebagai sumbangan materi bagi pembelajaran sastra di sekolah.

Page 4: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

380

Karya sastra biasanya menceritakan tentang kisah dalam berbagai sudut pandang atau menjadi dokumen yang memiliki fitur keunggulan, kemampuan artistik, keindahan, konten dan ekspresi yang berbeda dibandingkan dengan tulisan umum lainnya. Sedangkan novel merupakan sebuah narasi prosa yang diciptakan dengan panjang dan kompleksitas tertentu. Nurgiyantoro (2015: 11-27) menjelaskan bahwa novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ (Abrams, 1999) dalam buku Nurgiyantoro. Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia ‘novelet’ (Inggris novellete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.

Citra perempuan dalam karya sastra acapkali menciptakan citra diri seorang perempuan dalam kehidupan nyata. Pencitraan ini sebenarnya berkaitan erat dengan feminis karena keduanya mempresentasikan pemikiran dan tingkah laku tokoh utama perempuan. (Sugihastuti, 2002: 190) citra perempuan diuraikan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah citra diri tokoh perempuan

yang meliputi citra dalam aspek fisik dan aspek psikis. Bagian kedua adalah citra sosial perempuan yang meliputi citra perempuan dalam keluarga dan citra perempuan dalam masyarakat. (1) Aspek Fisik perempuan merupakan sosok individu yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan laki-laki, misalnya: mens, mengandung, melahirkan menyusui dan memelihara secara penuh anak-anaknya. Namun selain hal tersebut, perempuan juga dicitrakan sebagai makhluk yang memiliki fisik lemah lembut, cantik, dan keibuan. Dapat disimpulkan bahwa aspek fisik dalam citra diri perempuan adalah citra yang muncul dalam fisik perempuan, dapat berwujud wajah, cara pakaian atau tindakan sebagai perempuan. (2) Aspek Psikis diri perempuan dalam aspek psikis merupakan gambaran psikologi dalam bentuk paling dasar, di mana akan membentuk gambaran mental internal atau ide mengenai diri sendiri berdasarkan penampilan, kinerja, dan hubungan-hubungan yang mempengaruhi kehidupan sebagaimana tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang.

Ditinjau dari psikisnya, perempuan merupakan makhluk psikologis, makhluk berpikir, berperasaan, beraspirasi, mentalitas, bermoral, dapat membedakan yang benar dan yang salah. (3) Aspek Sosial perempuan merupakan citra yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok masyarakat. Citra sosial perempuan dalam

Page 5: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

381

masyarakat dapat digambarkan melalui peran-peran umum dalam masyarakat, misalnya sebagai perempuan rumah tangga atau perempuan karier. Dalam aspek keluarga, perempuan berperan sebagai istri, ibu, dan anggota keluarga. Tiap-tiap peran menghadirkan dampak sikap sosial yang saling bersangkutan.

Bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis supaya siswa dapat belajar secara mandiri. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. Bahan ajar menurut Prastowo dalam (Yusuf, dkk. 2016: 40) adalah segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.

B. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, kajian yang dilakukan yaitu (1) mendeskripsikan analisis unsur intrinsik novel Summit karya Peringga Ancala; (2) mendeskripsikan analisis citra perempuan dalam novel Summit; dan (3) mendeskripsikan relevansi bahan ajar.

Kajian ini diulas dengan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk melihat dan mendeskripsikan citra tokoh perempuan yang terdapat dalam novel Summit karya Peringga Ancala. Menurut (Musfah, 2016: 54-56) penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif tidak hanya menggambarkan kondisi objek penelitian, tetapi juga menganalisisnya berdasarkan metode, teori dan kemampuan peneliti. Di sisi lain, penelitian kualitatif memiliki pengertian bahwa data yang dikumpulkan, diupayakan untuk dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir, dan pandangan subjek penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah buku novel berjudul Summit karya Peringga Ancala dengan tebal 193 halaman, diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta. Cetakan pertama pada tahun 2015. Ada pun subjek pada penelitian ini yaitu berupa data yang diperoleh dari kata, frasa, kalimat maupun paragraf yang mendeskripsikan mengenai citra perempuan dalam novel Summit karya Peringga Ancala

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multistrategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain sebagainya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari buku novel berjudul Summit karya Peringga Ancala dan mencatat hal-hal penting yang terdapat di dalamnya. Dilakukan dengan cara membaca karya sastra

Page 6: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

382

tersebut secara berulang-ulang, secara teliti, kemudian dilakukan pencatatan informasi yang terdapat dalam novel.

Menurut Sugiyono (2016: 243-247) Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yaitu dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Novel

Novel berjudul Summit, ditulis oleh Peringga Ancala dengan tebal 193 halaman. Cetakan pertama, Mei 2015. Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta. ISBN 978-979-91-0871-5. Bercerita tentang Lika, seorang perempuan bernama lengkap Mandalika. Merupakan seorang perempuan keturunan bangsawan suku Sasak dan memiliki gelar sebagai Baiq. Jadi orang-orang di desa memanggilnya dengan sebutan Baiq Lika.

Lika gadis berambut cepak, tidak anggun, bertubuh mungil, memiliki lesung pipi, berkulit putih dan memiliki fisik yang kuat. Mempunyai cita-cita sebagai seorang guide perempuan berlisensi di trekking organizer Gunung Rinjani. Sayangnya mimpi Lika terganjal oleh statusnya sebagai bangsawan suku Sasak. Dalam adat suku Sasak, wanita keturunan bangsawan dilarang

bekerja dan diharuskan segera menikah. Di usianya yang masih muda, keluarganya ingin Lika menikah dengan seseorang berlatar belakang yang sama untuk meneruskan adat secara turun temurun.

Lika berani menentang keras adat tersebut demi mewujudkan sebuah impiannya. Ia rela dirinya dijadikan bahan gunjingan oleh warga desa. Lika bercita-cita menjadi woman guide karena ingin meneruskan usaha trekking oragnizer milik ayahnya. Baginya seorang perempuan harus mandiri agar mempunyai penghasilan sendiri. Dalam hal ini, ia perlu berkali-kali untuk meyakinkan keluarganya. Kesempatan tersebut datang ketika Idan seorang mahasiswa dari Jatinangor terdampar di Bandara Internasional Praya, Lombok Tengah. Laki-laki itu baru saja tertipu sebuah agen pendakian bodong. Ia beruntung mendapat pertolongan dari Lika dan cita-citanya menyentuh puncak Gunung Rinjani sebentar lagi akan terwujud.

Lika tidak hanya ingin menjadi pemandu turis asing berwisata keliling desa, ia ingin memandu sampai puncak Rinjani. Bagi Lika, Rinjani adalah taman bermain sejak kecil. Berjam-jam mendaki jalur terjal menuju Danau Segara Anak dan Rinjani sudah menjadi napas baginya. Maka dari itu Lika tak main-main saat mengatakan mimpinya menjadi trekking guide perempuan yang memiliki lisensi. Lika tidak ingin impiannya hancur hanya karena gelar bangsawan yang dimilikinya.

Page 7: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

383

Lika akan terus berusaha meyakinkan sekaligus membuktikan kepada orang-orang bahwa ia mampu. Walau beberapa kali diremehkan karena kemampuannya diragukan, namun takdir berkata lain. Sebuah media online berskala nasional memuat wawancara dengan seorang pemandu wisata dari Senaru, Lombok. Dia disebut sebagai satu-satunya trekking guide perempuan berlisensi resmi untuk memandu para wisatawan lokal maupun mancanegara yang hendak mendaki Gunung Rinjani. Ya, itu Lika. Kini mimpinya berhasil ia gapai dengan segala usaha yang telah diupayakan. 2. Analisis Intrinsik dalam Novel

Summit karya Peringga Ancala 2.1 Tema Tema merupakan garis besar

permasalahan yang ada dalam cerita. Dialog “Biarlah. Aku tak peduli seisi

kampung bergunjing tentangku. Sekarang bukan saat yang tepat untuk memusingkannya. Aku akan tetap berjuang mewujudkan mimpiku.” (Summit, 2015: 8).

Tema dari novel Summit karya Peringga Ancala adalah tentang perjuangan seorang perempuan keturunan bangsawan dari suku sasak bernama Lika yang ingin menggapai impiannya sebagai seorang woman guide.

2.2 Penokohan Lika Lika merupakan tokoh utama

perempuan yang hadir dan mendominasi setiap bagian cerita dan peristiwa.

Dialog

“Kau tahu apa kata orang sekampung? Kau mempermalukan kaum bangsawan, bergaul dengan para lelaki asing itu. Apa kau lupa dengan darah ningrat yang mengalir di tubuhmu? Lupa dengan gelarmu sebagai seorang Baiq?” (Summit, 2015: 7)

Tokoh Lika adalah seorang perempuan keturunan bangsawan suku Sasak dan mempunyai gelar Baiq.

Niniq Niniq merupakan sebuah

sebutan untuk seorang nenek di suku Sasak.

Dialog “Kau masih saja memandu para

turis itu keliling desa! Niniq sudah melarang dari dulu dan sekarang Niniq dengar kau bahkan mau menjadi pemandu pendakian Rinjani? “Wajah Niniq tampak marah. Matanya menyiratkan kekecewaan. Helaan napasnya terdengar berat.” (Summit, 2015: 7)

Tokoh Niniq dalam novel

merupakan orang yang patuh terhadap adat, selain itu Niniq juga merupakan seseorang yang tegas dan patuh terhadap hukum adat yang ada.

Saiq Saiq merupakan sapaan khusus

untuk adik perempuan dari pihak ibu.

Dialog “Saiq sapaan khusus untuk adik

perempuan dari pihak ibuku. Saiq adalah satu-satunya kerabat yang memahami impianku untuk menjadi

Page 8: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

384

pemandu professional” (Summit, 2015: 23).

Tokoh Saiq dalam novel

merupakan orang yang pengertian, ramah, dan murah hati.

Yona Yona merupakan mantan

kekasih Idan yang memiliki kepribadian penurut dan pendiam.

Dialog Yona tak pernah protes, dia

selalu menurut dan lebih banyak diam” (Summit, 2015: 92).

Tokoh Yona dalam novel

merupakan mantan kekasih Idan yang sering Idan ceritakan dan kerap kali membuat Idan cemburu.

Lula Lula merupakan gadis kota yang

memiliki gaya modis, cepat akrab dan percaya diri.

Dialog “Seorang gadis dengan dandanan

modis menghampiri dan tanpa ragu duduk di sebelahku. Pembicaraan lanjut lebih akrab, Namanya Lula, dari Jakarta. Ia sedang menunggu kerabatnya yang akan menjemput” (Summit, 2015: 16).

Tokoh Lula dalam novel

merupakan gadis yang berasal dari kota Jakarta, dan sedang berlibur di Lombok.

2.3 Latar Latar Tempat Lombok Tengah, Nusa

Tenggara Barat merupakan tempat pendakian Gunung Rinjani yang di

mana Idan akan mendaki Rinjani bersama Lika.

Dialog “Gue sengaja ke Lombok buat

naklukkin Gunung Rinjani” (Summit, 2015: 17).

Latar tempat dalam novel terjadi

ketia Idan pergi ke Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dengan tujuan untuk menaklukkan Gunung Rinjani.

Latar Waktu Pagi Buta Di pagi buta saat keadaan Idan

sedang tertidur. Tiba-tiba Lika menyuruh Idan untuk bebenah muatan carrier yang nantinya akan dibawa mendaki ke Gunung Rinjani.

Dialog “Pagi buta, mataku masih

setengah terpicing tapi Lika sudah menyuruhku membongkar muatan carrier karena katanya aku akan mengalami sakit pinggang jika masih saja ngotot ingin berangkat dengan carrier yang—menurut dia—susunan isinya pasti berantakan” (Summit, 2015: 95).

Latar waktu dalam novel terjadi di pagi buta saat keadaan Idan sedang tertidur, namun Lika bergegas membangunkan Idan untuk merapihkan isi carriernya.

Jam 2 Siang Pada pukul 2 siang, saat Lika dan

Idan sedang menunggu mobil yang lewat untuk mengantar mereka berdua supaya segera sampai di Anyar-Bayan Desa Senaru.

Dialog “Lagi pula ini sudah jam dua

siang, taka da lagi engkel atau mobil

Page 9: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

385

dari terminal yang beroperasi menuju Anyar-Bayan” (Summit, 2015: 26).

Latar waktu selanjutnya pada

pukul 2 siang, saat Lika dan Idan sedang menunggu mobil yang lewat untuk mengantar mereka berdua supaya segera sampai di Anyar-Bayan Desa Senaru. Namun kenyataannya, jam 2 siang sangat sulit untuk mendapatkan mobil yang lewat dan harus menunggu lama untuk mendapatkan kendaraan.

Sore Di sore hari saat Idan sedang

menghabiskan waktu di Danau Segara Anak.

Dialog “Sinar matahari sore menyinari

kaldera di sekitar danau, mengubah segala sesuatu yang tadinya kuning kehijauan, kini merata dengan warna jingga yang memukau” (Summit, 2015: 165).

Latar waktu selanjutnya sore

hari saat Idan sedang menghabiskan waktu di Danau Segara Anak untuk beristirahat sejenak dari lelahnya mendaki gunung rinjani.

Pukul 4 Dini Hari Pukul empat dini hari saat Idan

dan Lika masih melakukan Summit attack dalam perjalanan menuju puncak rinjani.

Dialog “Pukul empat dini hari, dan aku

masih jauh dari puncak yang seakan menebar delusi. Terlihat dekat, tapi

berjam-jam merangkak tak kunjung sampai” (Summit, 2015: 154).

Latar waktu selanjutnya pukul 4

dini hari saat Idan merasa kelelahan karena menempuh jalan berjam-jam, mendaki namun tak kunjung sampai di puncak.

Latar Sosial-Budaya Latar sosial budaya menunjuk

pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Dialog “Kami suku Sasak Bayan

memiliki tradisi mendaki Rinjani untuk mandi uap panas di Gua Susu lewat jalur Torean yang menantang” (Summit. 2015: 49).

Latar sosial budaya dalam novel

menggambarkan keadaan sekitar suku Sasak, daerah Lombok, Desa Senaru.

2.4 Alur Pada novel Summit karya

Peringga Ancala memiliki alur maju.

Pengenalan Dialog “Gue tau lo sebal sama gue.

Kenalin, nama gue Idan.” “Nama lo Lika, kan?”

Pada tahap pengenalan ini, Idan bertemu dengan Lika. Idan pun

Page 10: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

386

berusaha memperkenalkan diri kepada Lika.

Pemunculan Konflik Dialog “Dengan badan lo yang kurus ini,

mana mungkin lo sanggup nanjak gunung. Apalagi lo cewek…”

Pada tahap munculnya konflik ini, bermula ketika Idan meremehkan kemampuan Lika ketika mendaki gunung.

Puncak Konflik Dialog “seisi kampung bergunjing

tentang dirimu, Lika. Niniq sudah tidak tahan lagi” (Summit, 2015: 7).

Pada tahap puncak konflik ini, terjadi ketika seisi kampung menggunjing Lika si perempuan keturunan bangsawan yang lebih memilih menjadi woman guide ketimbang menikah.

Konflik Menurun Dialog “Ucapan Mamiq selalu

menguatkanku, aku tersenyum. Beruntung sekali memiliki mamiq yang begitu memahami dan mendukung impianku. Tak pernah memaksakan apa pun padaku” (Summit, 2015: 85).

Pada tahap konflik menurun,

ketika Mamiq atau papahnya Lika menyetujui keinginan Lika sebagai woman guide.

Penyelesaian Dialog “Berita di internet itu

membuatku terpaku sejak satu jam yang lalu. Sebuah media online berskala nasional itu memuat wawancara dengan seorang pemandu wisata dari Senaru,

Lombok Utara. Dia disebut sebagai satu-satunya trekking guide perempuan yang berlisensi resmi untuk memandu para wisatawan mancanegara yang hendak mendaki Gunung Rinjani” (Summit, 2015: 175).

“Foto itu kukenali sebagai Lika.

Baiq Mandalika. Aku tersenyum lega, turut bahagia mengetahuinya. Cewek yang dulu kuanggap aneh itu kini berhasil mencapai satu impiannya” (Summit, 2015: 175).

Pada tahap penyelesaian dalam

novel yaitu ketika lika berhasil kepada semua orang yang dulu pernah menggunjingnya bahwa ia kini sudah berhasil menjadi seorang woman guide yang memiliki lisensi di pendakian gunung rinjani.

2.5 Sudut Pandang Sudut pandang yang

digunakan oleh Peringga Ancala selaku penulis novel Summit menggunakan sudut pandang orang pertama “Aku”

Dialog “Heran, kapan Niniq akan

berhenti mengulang kalimat yang itu-itu juga? Soal darah biru dan rasa malu. Aku tak peduli. Aku ingin mandiri. Itu saja”- Lika (Summit, 2015: 8).

Sudut pandang dalam novel

Summit menggunakan “Aku” atau sudut pandang orang pertama. Penulis menyebut tokoh utama perempuan bernama Lika sebagai “Lika” atau “Aku”.

2.6 Gaya Bahasa

Page 11: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

387

Gaya bahasa merupakan gaya yang digunakan penulis dalam isi novel.

Dialog “Niniq—sebutan nenek di

Lombok” (Summit, 2015: 7). “Saiq—sapaan khusus untuk

adik perempuan dari pihak ibuku.” (Summit, 2015: 23).

“Mamiq—ayahku—menatapku hangat, selalu begitu tiap aku pulang dari Mataram” (Summit, 2015: 56).

“Berugaq—rumah panggung kecil tak berdinding, memiliki empat tiang penyangga, berbentuk persei panjang dengan atap terbuat dari ilalang atau daun kelapa, beralas jalinan bamboo yang letaknya terpisah dari rumah utama” (Summit, 2015: 73).

“Nyongkolan—tradisi asli suku Sasak berupa sebuah arak-arakan panjang yang mengiringi pengantin wanita di pinggir jalan” (Summit, 2015: 170).

“Oh, tidak! Penderitaanku seperti tumpukan baju kotor di sudut kamar yang menggunung” (Summit, 2015: 12).

Gaya bahasa yang digunakan oleh Peringga Ancala dalam novel Summit menggunakan beberapa bahasa daerah dari suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, Peringga Ancala pun menggunakan majas hiperbola pada penulisannya.

2.7 Amanat Amanat merupakan pesan

yang terkandung dalam novel. Dialog “Jangan bunuh apa pun kecuali

waktu, jangan ambil apa pun kecuali

foto, dan jangan tinggalkan apa pun kecuali jejak. Salam lestari” -Summit.

Amanat dalam novel Summit yang ditulis oleh Peringga Ancala ialah jangan pernah merusak alam, jaga dan lestarikan. Selain itu, penulis pun memberi pesan bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia dalam menggapai mimpi.

3. Analisis Citra Perempuan

dalam Novel Summit karya Peringga Ancala Analisis citra perempuan dalam

novel Summit karya Peringga Ancala meliputi citra perempuan dalam tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang digambarkan oleh tokoh perempuan bernama Lika, Saiq, Niniq, Yona dan Lula. Dalam novel tersebut secara keseluruhan ditemukan empat puluh tiga data yang menunjukkan mengenai citra perempuan.

Dalam aspek fisik ditemukan enam belas data citra perempuan di antaranya: perempuan, berambut cepak, tidak anggun, bertubuh mungil, berlesung pipi, berwajah manis, mesem-mesem, kulit putih, mata bulat, redup, bibir tipis, berbadan kurus, kuat, hebat dan modis.

Dalam aspek psikis ditemukan tujuh belas data citra perempuan di antaranya: kepedulian, baik hati, perhatian, bertanggung jawab, kritis, galak, keras kepala, mandiri, pengertian, murah hati, empati, tegas, dewasa, penurut, jaim, manja dan rasa mudah akrab terhadap orang baru.

Dalam aspek sosial ditemukan sepuluh data citra perempuan di antaranya: kaum bangsawan,

Page 12: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

388

memiliki gelar, keturunan ningrat, seorang baiq, seorang woman guide, anggota mapala, bibi, nenek, mantan kekasih dan gadis kota.

4. Relevansi Bahan Ajar di SMA

Relevansi hasil penelitian dalam novel Summit karya Peringga Ancala ialah dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XII pada materi novel dengan Kompetensi Dasar 3.9 yaitu menganalisis isi dan kebahasaan novel dengan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 3.9.1 menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.

Selain itu, novel juga dapat menambah wawasan bagi para peminat sastra khususnya para pengajar atau peserta didik di sekolah. Novel dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di sekolah dengan mempertimbangkan, menentukan dan memilih karya yang bermutu, dan yang pantas diajarkan kepada peserta didik di sekolah. Novel yang peneliti analisis ini, pantas diajarkan dan dipakai untuk peserta didik di sekolah, karena isi yang terkandung di dalamnya sangat positif. Sifat-sifat positif itulah yang pantas dijadikan contoh bagi para pengajar kepada peserta didik, dan dalam penelitian ini, peneliti membuat produk handout sebagai relevansi bahan ajar sastra di SMA.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian dalam novel Summit karya Peringga Ancala adalah sebagai berikut. Unsur intrinsik yang membangun cerita

dalam novel Summit karya Peringga Ancala terdapat tema tentang seorang tokoh perempuan yang ingin menggapai mimpinya sebagai woman guide namun banyak ditentang oleh pihak keluarganya. Tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel bernama Lika, latar terjadinya peristiwa di Lombok, pada jam 4 dini hari dengan keadaan sosial-budaya di daerah Lombok,suku Sasak. Alur yang terdapat dalam novel yaitu alur maju, menggunakan sudut pandang orang pertama “Aku” gaya bahasa yang digunakan menggunakan bahasa daerah Lombok, dan amanat yang terkandung yaitu tetaplah menjaga alam dan tidak ada perjuangan yang sia-sia. Citra perempuan yang terdapat dalam novel berisi empat puluh tiga data dalam 3 aspek. Aspek fisik, psikis dan sosial. Relevensinya sebagai bahan ajar pada materi pembelajaran novel di kelas XII menggunakan handout.

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran yang perlu diketahui, semoga bermanfaat bagi pihak yang terkait sehingga dapat memajukan dunia Pendidikan. Beberapa saran yang diajukan peneliti, yaitu: (1) Pendidik harus meningkatkan kompetensi dan kreativitas dalam pembelajaran sastra untuk menumbuhkan minat belajar sastra pada peserta didik. Pendidik harus memberikan keragaman referensi karya sastra, tidak monoton pada karya dan pengarang itu-itu saja. (2) Pendidik dalam memilih materi pembelajaran khususnya novel diharapkan memilih jenis novel menarik menggunakan bahasa yang mudah

Page 13: ANALISIS CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SUMMIT KARYA …

e-ISSN: 2549-5119 Vol. 5, No. 2, Agustus 2021

Analisis Citra Perempuan | Afriastuti; Hartati; Adham - UNSIKA

389

dipahami oleh peserta didik sehingga dapat menambah pengetahuan akan karya sastra dan tetap memerhatikan nilai-nilai positif di dalamnya agar dengan mudah diterapkan di kehidupan nyata. (3) Bagi pembaca sastra novel Summit karya Peringga Ancala bisa dijadikan referensi dan mengambil sisi positif dari Lika sosok perempuan dalam novel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Ancala, P. (2015). Summit. Jakarta:

PT Gramedia. Islah, A. (2018). Citra Perempuan

dalam Novel Surga yang tak Dirindukan Karya Asma Nadia Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA: Kajian Feminisme. Skripsi. Surakarta: Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Musfah, J. (2016). Tips Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, R. D. (2017). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Septiaji, A. & Nisya, R. K. (2019). Kritik Sastra Ekofeminisme: Pengantar Kritik Sastra Berwawasan Perempuan dan Alam. Ciamis: Insan Cerdas Bermartabat.

Sugiyono. (2016). Metode Peneltian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugihastuti. (2002). Kritik Sastra Feminisme Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumaryanto. (2019). Ensiklopedia Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Aneka Ilmu.

Yusuf, Nurbani, dkk. (2016) “IbM Guru Dalam Pengembangan Bahan Ajar Kreatif Inovatif Berbasis Potensi Lokal”. JURNAL DEDIKASI Vol 13. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.