ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran...

63
ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TARUNA AKADEMI IMIGRASI, DEPOK, JAWA BARAT NABILAH NABIHA ZULFA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran...

Page 1: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI

TARUNA AKADEMI IMIGRASI, DEPOK, JAWA BARAT

NABILAH NABIHA ZULFA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 3: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI

TARUNA AKADEMI IMIGRASI, DEPOK, JAWA BARAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 4: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 5: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya

Konsumsi Pangan dan Hubungannya dengan Tingkat Kecukupan Gizi Taruna

Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Baratadalah benar karya saya denganarahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Nabilah Nabiha Zulfa

NIM I14090006

Page 6: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

ABSTRAK

NABILAH NABIHA ZULFA. Analisis biaya konsumsi pangan dan hubungannya

dengan tingkat kecukupan gizi taruna Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Barat.

Dibimbing oleh YAYAT HERYATNO dan HADI RIYADI.

Biaya konsumsi pangan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seseorang untuk

memenuhi kebutuhan pangannya. Namun, pengeluaran biaya untuk pangan yang

dikeluarkan belum tentu sesuai dengan zat gizi yang didapatkan. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis biaya konsumsi pangan serta hubungannya dengan

tingkat kecukupan gizi taruna pada Akademi Imigrasi. Desain penelitian ini

adalah cross sectional dengan jumlah unit analisis penelitian sebanyak 63 taruna

Akademi Imigrasi. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan antara

karakteristik keluarga (pendidikan dan pendapatan orangtua) dan karakteristik

individu (usia, jenis kelamin, dan pendapatan taruna) dengan biaya konsumsi

pangan taruna, tetapi terdapat hubungan keterkaitan antara pekerjaan ayah dengan

biaya konsumsi pangan taruna. Terdapat hubungan antara biaya konsumsi pangan

dengan tingkat kecukupan energi dan protein taruna, namun tidak terdapat

hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan lemak dan

karbohidrat taruna.

Kata kunci: Biaya Konsumsi Pangan, Taruna, Tingkat Kecukupan Gizi

ABSTRACT

NABILAH NABIHA ZULFA. Analysis of Food Consumption Cost and its

association to sufficiency level of nutrients on Taruna Immigration Academy,

Depok, West Java. Supervised by YAYAT HERYATNO and HADI RIYADI.

Food consumption cost is the costs spent by anybody to meet their food

requirements. However, the food expenditure is not always in accordance to the

nutrient obtained. This study aimed to analyze food consumption cost and its

association to nutrient sufficiency level on Immigration Academy. A cross

sectional study of 63 Taruna was conducted. The result showed there was no

correlation between family characteristic (education and income of their parents),

individual characteristic (age, sex, and income of Taruna) and food consumption

cost of taruna, but there was correlation between occupation of taruna’s father

and food consumption cost of taruna. There was correlationbetween foods

consumption cost and energi and protein sufficiency level. However, there was no

correlation between food consumption cost and fat and carbohydrate suffiency

level.

Keywords: Food Consumption Cost, Nutrient Suffiency Level, Taruna

Page 7: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 8: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI

TARUNA AKADEMI IMIGRASI, DEPOK, JAWA BARAT

NABILAH NABIHA ZULFA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 9: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 10: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

Judul Skripsi : Analisis Biaya Konsumsi Pangan dan Hubungannya dengan

Tingkat Kecukupan Gizi Taruna Akademi Imigrasi, Depok, Jawa

Barat

Nama : Nabilah Nabiha Zulfa

NIM : I14090006

Disetujui oleh

Yayat Heryatno, SP, MPS

Pembimbing I

Dr Ir Hadi Riyadi, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 11: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

Judul Skripsi: Analisis Biaya on -_) - i Pangan dan Hubungannya dengan Tingkat Kecukupan Glzi Taruna Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Barat

Nama : Nabilah Nabiha ZulJa NIM : 114090006

Disetujui oleh

SP MPS Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing II

Tanggal Lulus : 0

Page 12: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 13: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul

“Analisis Biaya konsumsi Pangan dan Hubungannya dengan Tingkat Kecukupan

Zat Gizi pada Taruna Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Barat” dapat diselesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program Strata-1 Program Studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dukungan dan motivasinya.

2. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku Dosen Pembibing II yang telah

memberikan bimbingan, dukungan dan motivasinya.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pemandu seminar

dan penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan perbaikannya

kepada penulis.

4. Bapak Dr. Rimbawan selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh tenaga kependidikan Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor yang

telah mendidik dan membantu kelancaran studi.

6. Kepala BPSDM dan Direktur Akademi Imigrasi berserta staff serta taruna

Akademi Imigrasi yang telah bersedia untuk bekerjasama dan membantu

penulis dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Gani dan Ibu Nurohma, bang Zufri,

ka Aro, bang Daus, ka Indah, uda Herry, ka Fika yang telah memberikan

doa, dukungan, kasih sayang, motivasi, perhatian, dan pengorbanannya

kepada penulis.

8. Mas Sonny Noor Bhuwono atas bantuan dan informasinya yang berkaitan

dengan penelitian ini.

9. Para pejuang AIM (Fera dan Icha), Ayu, Tami, dan Yunita yang telah

banyak membantu dalam proses penelitian ini serta seluruh keluarga besar

Gizi Masyarakat 46, 45, GM 47, GM 48, Pak Abo, dan Ibu Aisyah

fotokopian GM atas segala doa, dukungan, perhatian dan keceriaannya

selama ini.

Bogor, Februari 2014

Nabilah Nabiha Zulfa

Page 14: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 4

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4

Jumlah dan Cara Penarikan Unit Analisis 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 4

Definisi Operasional 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 8

Karakteristik keluarga dan individu taruna 8

Biaya Konsumsi Pangan 12

Kebiasaan Makan 13

Konsumsi Pangan 16

Uji Hubungan Antar Variabel 25

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

Page 15: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data 4 Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan data 5 Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga menurut pendidikan orangtua 9 Tabel 4 Sebaran karakteristik keluarga menurut pekerjaan orangtua 9 Tabel 5 Sebaran karakteristik keluarga menurut pendapatan 10 Tabel 6 Statistik deskriptif pendapatan orang tua 10 Tabel 7 Sebaran taruna menurut usia 11 Tabel 8 Statistik deskriptif statistik taruna menurut usia 11 Tabel 9 Sebaran taruna menurut jenis kelamin 11 Tabel 10 Sebaran uang saku taruna 12 Tabel 11 Deskriptif statistik pendapatan taruna 12

Tabel 12 Deskriptif statistik biaya konsumsi pangan taruna (rupiah/hari) 13 Tabel 13 Kebiasaan makan taruna 14 Tabel 14 Kebiasaan sarapan 15 Tabel 15 Kebiasaan minum 15 Tabel 16 Kebiasaan jajan 16 Tabel 17 Frekuensi konsumsi bahan pangan perminggu 17 Tabel 18 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan gizi 21 Tabel 19 Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan energi 22 Tabel 20 Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan protein 23 Tabel 21 Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan lemak 24 Tabel 22 Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat 24 Tabel 23Hasil uji statistik hubungan antara karakteristik keluarga dan

individu dengan biaya konsumsi pangan 25 Tabel 24Hubungan biaya konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan

gizi 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan

tingkat kecukupan gizi 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji statistik hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan

tingkat kecukupan gizi 31 2 Hasil uji korelasi spearman antara karakteristik keluarga (pendidikan

orangtua) dan individu (usia dan pendapatan taruna) dengan biaya

konsumsi pangan 31 3 Hasil uji korelasi pearson antara total pendapatan orangtua dengan

biaya konsumsi pangan taruna 31

4 Hasil uji chi-square antara pekerjaan ayah dan biaya konsumsi pangan

taruna 31

Page 16: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

5 Hasil uji chi-square antara pekerjaan ibu dengan biya konsumsi

pangan taruna 32 6 Hasil uji chi-square antara jenis kelamin dengan biaya konsumsi

pangan taruna 32 7 Kuisioner 33

Page 17: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya
Page 18: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional suatu bangsa sangat bergantung terhadap kualitas

sumberdaya manusia yang dimilikinya.Menurut Pusat Data dan Analisis

Pembangunan (pusdalisbang) Jawa Barat tahun 2011, rata-rata pengeluaran

masyarakat Jawa Barat lebih banyak dialokasikan untuk pangan (51.8%)

dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat

sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya manusia juga dapat

dilihat dari tingkat kesejahteraannya yang diperoleh dengan pendekatan

pengeluaran biayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Salah satu cara pemenuhan kecukupan gizi untuk Sumber Daya Manusia

dalam suatu institusi adalah dengan melakukan penyelenggaraan makanan dalam

institusi tersebut. Perencanaan makanan institusi perlu diperhatikan jenis kegiatan

dan proporsi yang diharapkan dari makanan institusi terhadap kecukupan sehari.

Dengan demikian dapat dicapai tingkat konsumsi yang memenuhi kecukupan

sehari demi tercapainya produktivitas yang optimal (Karyadi dan Muhilal 1985).

Menurut Almatsier (2006), institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap

sehari perlu memperhatikan proporsi Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang perlu

dipenuhi melalui penyediaan makanan. Salah satu contoh institusi yang

mengadakan penyelenggaraan makanan untuk para tarunanya adalah Akademi

Imigrasi.

Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Baratmerupakan salah satu akademi di

bawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM

yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknis keimigrasian yang

professional. Lulusan-lulusan akademi imigrasi ini diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pejabat imigrasi untuk bisa menjadi sumber daya manusia

yang professional, berwibawa dan berwawasan global. Kecukupan gizi dan

pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas

sumber daya manusia, sehingga merupakan faktor kunci dalam pembangunan

suatu bangsa. Gizi juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas manusia

(Almatsier 2004).

Pada penyelenggaraannya, biaya makan untuk para taruna telah ditetapkan

oleh pihak institusi. Selain biaya yang ditetapkan untuk makan sehari-hari, para

taruna juga mengeluarkan biaya untuk konsumsi lainnya selain dari makanan dari

asrama. Namun, pengeluaran biaya untuk pangan yang dikeluarkan oleh taruna

belum tentu sesuai dengan energi dan zat gizi yang mereka dapatkan. Menurut

Berg (1986) menyatakan bahwa seseorang yang mengeluarkan biayanya lebih

besar untuk makanan mungkin akan makan lebih banyak juga, tetapi makanan

yang dimakan tersebut belum tentu baik dan sesuai. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui kecukupan gizi yang dapat terpenuhi dari makanan

yang dikonsumsi sesuai dengan biaya konsumsi pangan yang telah dikeluarkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya konsumsi pangan serta

hubungannya dengan tingkat kecukupan gizi taruna pada Akademi Imigrasi,

dengan tujuan khusus sebagai berikut:

Page 19: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

2

1. Mengetahui karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

orang tua) danindividu (usia, jenis kelamin, dan pendapatan) taruna.

2. Menganalisis biaya konsumsi pangan taruna.

3. Menganalisis kebiasaan makan taruna.

4. Menganalisis konsumsi pangan taruna.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik

individu dengan biaya konsumsi pangan taruna.

6. Menganalisis hubungan biaya konsumsi pangan dengan konsumsi pangan dan

gizi taruna.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan induvidu dengan biaya

konsumsi pangan taruna.

2. Terdapat hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan konsumsi pangan

dan gizi taruna.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para

taruna Akademi Imigrasi maupun Institusi Akademi Imigrasinya secara langsung

mengenai kesesuaian pengeluaran biaya untuk pangan terhadap kecukupan energi

yang didapatkan para tarunanya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai pengeluaran biaya yang optimal untuk

mendapatkan tingkat kecukupan energi yang optimal juga.

KERANGKA PEMIKIRAN

Taruna Akademi Imigrasi merupakan salah satu komponen yang

membutuhkan kesehatan untuk menunjang segala aktivitas fisik dan aktivitas

belajar selama dalam masa pendidikan. Kualitas dan kuantitas makanan yang

dikonsumsi Taruna sangat berpengaruh terhadap kualitas mereka dalam

melakukan segala aktivitasnya. Oleh karena itu, pihak institusi harus menyediakan

makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi para Taruna

Akademi imigrasi melalui penyelenggaraan makanan di asrama.

Karakteristik keluarga dan individu merupakan faktor yang dapat

menentukan besarnya biaya pangan. Pendidikan orang tua akan sangat

mempengaruhi pekerjaan orang tua yang juga akan berpengaruh langsung

terhadap pendapatannya, sehingga besarnya pendapatan orang tua juga dapat

mempengaruhi uang saku yang akan diberikan kepada anak-anaknya, dalam hal

ini anak-anak yang dimaksud adalah taruna. Selain dari pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan orang tua yang termasuk kedalam karakteristik keluarga, usia, jenis

kelamin dan pendapatan taruna yang termasuk kedalam karakteristik individu juga

akan mempengaruhi biaya konsumsi pangan yang akan dikeluarkan oleh taruna.

Konsumsi pangan taruna yang mencakup pola konsumsi pangan serta

tingkat kecukupan gizinya juga bergantung pada biaya konsumsi pangan yang

dikeluarkan oleh taruna. Menurut Hardinsyah (1985) menyatakan bahwa

Page 20: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

3

perubahan konsumsi pangan dan gizi pada masyarakat dapat dipengaruhi oleh

perubahan pendapatan, dalam penelitian ini yang dimaksud kedalam pendapatan

adalah pendapatan taruna yang didapatkan dari orang tua. Semakin besar biaya

yang dikeluarkan untuk konsumsi pangan oleh seseorang maka akan semakin

besar pula jumlah makanan yang akan dikonsumsi (Berg 1986).

Konsumsi pangan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi para taruna

dapat digunakan untuk melakukan aktivitas fisik maupun aktivitas dalam belajar.

Namun dalam penelitian ini, tingkat aktifitas merupakan variabel yang tidak

diteliti. Tingkat kecukupan gizi merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi

zat gzi dengan angka kecukupan gizi aktual masing-masing taruna. Tingkat

kecukupan gizi tersebut didasarkan pada usia, jenis kelamin, berat badan dan

tinggi badan. Pola konsumsi pangan para taruna dapat menentukan apakah angka

kecukupan gizi taruna terpenuhi atau tidak.

Keterangan:

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1Kerangka pemikiran hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan

tingkat kecukupan gizi

Biaya konsumsi

pangan

Karakteristik individu

Usia

Jenis kelamin

Pendapatan taruna

Karakteristik keluarga:

Pendidikan orangtua

Pekerjaan orangtua

Pendapatan orangtua

Konsumsi pangan dan gizi:

Pola konsumsi pangan

Kecukupan gizi

Kebiasaan makan

Page 21: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

4

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross-Sectional Study

yang dilaksanakan di Sekolah Akademi Imigrasi yang terletak di Depok, Jawa

Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan

pertimbangan kemudahan akses peneliti ke lokasi penelitian tersebut. Waktu

pengambilan data penelitian ini dari bulan Mei sampai Juli 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini adalah taruna Akademi Imigrasi yang masih

terdaftar sebagai taruna pendidikan selama penelitian ini berlangsung. Unit

analisispenelitian berjumlah 63 orang taruna tingkat tiga yang dipilih secara

purposive. Jumlah unit analisis yang diambil berdasarkan jumlah keseluruhan

taruna tingkat tiga yang berada di Akademi Imigrasi.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi karakteristik taruna (usia, jenis kelamin, dan pendapatan taruna),

karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orangtua), jumlah

dan jenis makanan yang dikonsumsi yang dibedakan menjadi dua, yaitu makanan

yang berasal dari dalam asrama pendidikan dan dari luar, serta biaya yang

dikeluarkan untuk pangan.

Tabel1Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis data Variabel Cara pengumpulan data

Primer

Karakteristik individu Usia

Jenis kelamin

Pendapatan taruna

Wawancara

Karakteristik keluarga Pendidikan orangtua

Pekerjaan orangtua

Pendapatan orangtua

Wawancara

Kebiasaan makan Jenis makanan yang biasa

dikonsumsi

Wawancara dan kuisioner

Konsumsi pangan Jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi

Kecukupan gizi

Wawancara dan food frequency

Wawancara dan recall 1x24 jam

selama 2 hari yang berbeda

Biaya konsumsi pangan Biaya yang dikeluarkan

untuk makanan

Wawancara

Aktivitas fisik Aktifitas yang dilakukan

dalam sehari

Wawancara dan record aktivitas

fisik

Sekunder

Keadaan umum Akademi

Imigrasi

Lokasi

Jumlah taruna

Fasilitas (sarana dan

prasarana)

Pengambilan data-data kepada

pihak Institutsi

Biaya penyelenggaraan

makanan

Anggaran biaya untuk

makanan para taruna

Pengambilan data-data kepada

pihak Institusi

Data sekunder diperoleh dari pihak Institusi yang berupa data keadaan

umum lokasi penelitian serta data biaya penyelenggaraan makanan untuk

Page 22: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

5

memenuhi kebutuhan makanan taruna di Akademi Imigrasi. Jenis dan cara

pengumpulan data secara rinci seperti terlihat pada Tabel 1.

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi pengkodean (coding), pemasukan data

(entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahap pengkodean

dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu untuk setiap variabel sebagai

panduan dalam meng-entry dan pengolahan data. Kemudian data yang sudah

diberikan kode dimasukan ke dalam tabelyang sudah ada. Setelah itu dilakukan

pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukan data.

Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft

Excel dan SPSS versi 16.0 for windows.

Data karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang

tua), karakteristik individu (usia, jenis kelamin dan pendapatan taruna), dan

variabel lainnya seperti biaya konsumsi pangan, kebiasaan makan, dan konsumsi

pangan dianalisis secara deskriptif menggunakan Microsoft Excel. Uji korelasi

atau uji hubungan dianalisis menggunakan korelasi spearman, uji korelasipearson

dan uji chi-square dimana sebelumnya dilakukan uji normalitasKolmogorov-

Smirnov untuk melihat kenormalan dari data yang didapat.

Tabel2Jenis dan kategori variabel pengolahan data

Variabel Kategori Pengukuran Literatur

Data Primer

Pendidikan orangtua ≤SMA

Diploma

Sarjana

Sebaran unit

analisis

Pekerjaan orangtua Tidak bekerja/IRT

PNS/TNI/ABRI/Pensiunan

Wiraswasta/Pegawai swasta

Lainnya

Sebaran unit

analisis

Pendapatan orangtua

(Rupiah/bulan)

<1 500 000

1 500 000-3 000 000

3 000 000-5 000 000

>5 000 000

Sebaran unit

analisis

Usia taruna <21

21-22

>22

Sebaran unit

analisis

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

Sebaran unit

analisis

Pendapatan taruna Rp 1 800 000

>Rp 1 800 000

Sebaran unit

analisis

Biaya konsumsi pangan Biaya makanan asrama

Biaya pribadi

Sebaran unit

analisis

PAL (physical activity

level)

Tidak aktif (PAL ≥1<1.4)

Kurang aktif (PAL ≥1.4<1.6)

Aktif (PAL ≥1.6<1.9)

Sangat aktif (PAL ≥1.9<2.5)

Krause’s food

and nutrition

therapy 2008

Page 23: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

6

Tabel 3Jenis dan kategori variabel pengolahan data (lanjutan)

Variabel Kategori Pengukuran Literatur

-Tingkat kecukupan energi

dan protein

Defisit berat (<70%AKG)

Defisit sedang (70-80% AKG)

Defisit ringan (80-90% AKG)

Normal (90-120% AKG)

Lebih (>120% AKG)

Depkes 1996

-Tingkat Kecukupan lemak Defisit (< 20% energi)

Normal (≤ 30% energi)

Lebih (> 30% energi)

WNPG 2004

- Tingkat kecukupan

karbohidrat

Defisit (< 60% energi)

Normal (≤ 70% energi)

Lebih ( >70% energi)

WNPG 2004

Data Sekunder

-keadaan umum lokasi

penelitian

-gambaran umum taruna

Lokasi penelitian dan

sarana/prasarana

Jumlah taruna dan kegiatan

taruna (akademik dan luar

akademik)

Konsumsi pangan diolah dengan menggunakan data jenis dan jumlah

pangan. Kemudian dikonversikan kedalam kandungan gizi, yaitu energi. Rumus

yang digunakan untuk mengetahui kandungan gizi makanan yang dikonsumsi

adalah (Hardinsyah & Briawan 1994) :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

KGij = penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang

dikonsumsi sebanyak j

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan J

BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan

Kemudian dihitung tingkat kecukupan energi dengan menggunakan rumus

Tingkat kecukupan gizi =

x 100%

AKG individu dapat ditentukan dengan cara melakukan koreksi terhadap

berat badan, dengan menggunakan rumus:

AKG Aktual =

x AKG

Untuk menentukan kecukupan energi contoh digunakan formula WNPG

tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu

Proses Estimasi AKE Dewasa

AKE = ((16.80 (BB)) + 498 ) x Nilai PAL

AKE = Angka kecukupan energi (kkal)

BB = Berat badan (kg)

PAL = Nilai Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

Page 24: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

7

Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode record dan wawancara

langsung,, kemudian hasilnya akan diperoleh dengan cara mengalikan bobot nilai

per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk aktivitas.

Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan

seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity level) atau

tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

P L = ∑(P R x w p v )

24 jam Keterangan:

PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas)

PAR =Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis

aktivitas per satuan waktu tertentu)

Hasil data yang diperoleh dijabarkan secara deskriptif. Selain itu, data

tersebut juga diolah dengan menggunakan uji statistik inferensia yang meliputi uji

korelasi pearson, uji korelasi spearman dan uji chi-square. Hubungan antara

pendidikan orangtua, usia taruna, dan pendapatan taruna dengan biaya konsumsi

pangan taruna diuji dengan menggunakan analisis korelasi spearman. Hubungan

antara total pendapatan orangtua dengan biaya konsumsi pangan taruna diuji

dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Hubungan antara pekerjaan

orangtua dan jenis kelamin taruna dengan biaya konsumsi pangan taruna diuji

dengan menggunakan uji chi-square. Hubungan antara biaya konsumsi pangan

taruna dengan tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat taruna

diuji dengan menggunakan analisis korelasi pearson.

Definisi Operasional

Karakteristik individu adalah karakteristik individu taruna yang meliputi usia,

jenis kelamin, dan pendapatan taruna.

Karakteristik keluarga adalah karakteristik keluarga taruna yang meliputi

pendidikan orang tua,, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.

Pendapatan taruna adalah banyaknya uang yang diterima taruna perbulan yang

berasal dari pemerintah (gaji) dan orangtua ataupun seseorang yang

mempunyai tanggungan terhadapnya yang digunakan untuk keperluan

makanan ataupun bukan makanan.

Biaya konsumsi pangan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh taruna

untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Pola konsumsi pangan adalah gambaran mengenai kebiasaan makan taruna yang

akan menentukan tingkat kecukupan gizinya melalui konsumsi pangan.

Kebiasaan makan adalah perilaku makan taruna yang akan mempengaruhi

konsumsi pangannya, baik dalam jumlah dan jenisnya.

Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi taruna yang

akan menentukan tingkat kecukupan gizi taruna.

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan

AKG yang dinyatakan dalam persen (%).

Page 25: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Akademi Imigrasi yang berlokasi di jalan raya Gandul, Cinere, Depok

berdiri pada tanggal 21 Desember 1962 berdasarkan pengukuhan dari Keputusan

Menteri Kehakiman RI Nomor J.P.17/59/11 tahun 1962 tentang pembentukan

Akademi Imigrasi dimana pembentukannya merupakan konsekwensi logis akan

kebutuhan Aparatur keimigrasian yang terampil dan professional yang bertugas

sebagai penegak hukum yang kemudian dikembangkan dalam trifungsi Imigrasi

(Public service, Security & Law enforcement, National Economic Fasilitator).

Akademi Imigrasi berada dibawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Hukum dan HAM, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

Tugas pokok dari Akademi Imigrasi adalah melaksanakan pendidikan pada jalur

pendidikan professional program diploma III yang ditujukan pada keahlian khusus

dibidang keimigrasian. Pada Sub Bagian Akademik dan Ketarunaan mengacu

pada sistem Pengajaran, Pelatihan dan Pengasuhan (JARLATSUH).

Akademi Imigrasi berada dibawah pengawasan Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia RI. Para taruna merupakan orang-orang terpilih yang

diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria khusus untuk mengikuti pendidikan

kedinasan di Akademi Imigrasi.

Pendidikan taruna Akademi Imigrasi dijalani selama 3 tahun dengan

perincian masa basis taruna selama 5 bulan, tingkat I selama 7 bulan, tingkat II

selama 1 tahun dan tingkat III selama 1 tahun. Selama masa pendidikan, taruna

juga memiliki beberapa kegiatan selain kegiatan akademik, yaitu marching bands

(CORPS BHUMI PURA WIRA WIBHAWA), pasukan khusus taruna,

immigration academy big band, scuba diving, menembak, paduan suara, klub tari,

klub olahraga, English club, band taruna AIM, dan pengajian rutin.

Fasilitas penunjang yang terdapat di Akademi Imigrasi yaitu : Ruang

Kelas, Ruang kantor dan sekretariat, ruang serba guna, asrama taruna,

labolatorium bahasa, labolatorium computer, ruang simulasi praktek keimigrasian,

tempat untuk kegiatan lapangan, rumah dinas untuk Direktur Akademi, dan rumah

dinas untuk Kasubbag ADAK.

Karakteristik Keluarga dan Individu Taruna

Pendidikan orangtua

Pendidikan seseorang dapat menentukan pekerjaan yang akan dilakukan

oleh seseorang. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi cara berpikir, cara

pandang dan persepsinya terhadap suatu masalah (Sumarwan 2003). Tingkat

pendidikan orang tua akan sangat mempengaruhi pola pengasuhan dan cara

berfikir bagi anak-anaknya. Data tingkat pendidikan orang tua disajikan pada

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar ayah dari taruna memiliki tingkat

pendidikan sarjana, yaitu sebesar 63.5%. Sedangkan untuk ibu taruna sebagian

besar memiliki tingkat pendidikan SLTA/SMA atau kurang dari SMA (46.0%)

dan sarjana (36.5%).

Page 26: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

9

Tabel4Sebaran karakteristik keluarga menurut pendidikan orangtua

Pendidikan Pendidikan ayah Pendidikan ibu

n % n %

≤SMA 16 25.4 29 46.0

Diploma 7 11.1 11 17.5

Sarjana 40 63.5 23 36.5

Jumlah 63 100 63 100

Pekerjaan orangtua

Pekerjaan secara tidak langsung melalui pendapatan dapat mempengaruhi

pola konsumsi individu (Suhardjo 1989). Data mengenai pekerjaan orangtuayang

disajikan pada Tabel4 menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari

taruna sebagai PNS/TNI/ABRI/Pensiunan (63.3%) dan sebagai

wiraswasta/pegawai swasta (28.3%). Sedangkan sebagian besar ibu dari taruna

adalah tidak bekerja atau berprofesi sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebesar

(60.3%) dan sebagai PNS/TNI/ABRI/Pensiunan (27.0%). Kegiatan ibu dari

taruna sebagai ibu rumah tangga dapat dilihat juga dari pendidikan ibu yang

sebagian besar merupakan lulusan kurang dari SMA maupun sederajat. Selain itu,

sebanyak tiga orang dari taruna sudah tidak memiliki ayah (Almarhum) sehingga

jika dijumlahkan ayah dari taruna yang memiliki pekerjaan hanya 60

orang.Menurut Suhardjo (1989), ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk

mempersiapkan makanan dan mengurusi keluarganya. Namun, pendapatan

keluarga akan semakin meningkat jika istri memiliki pendapatan dari pekerjaan

yang dilakukan.

Tabel5Sebaran karakteristikkeluarga menurut pekerjaan orangtua

Pekerjaan Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu

n % n %

Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 0 0 38 60.3

PNS/TNI/ABRI/Pensiunan 38 63.3 17 27.0

Wiraswasta/Pegawai swasta 17 28.3 6 9.5

Lainnya 5 8.3 2 3.2

Jumlah 60 100 63 100

Pendapatan orangtua

Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi didorong oleh

pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan

kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi

(Suhardjo 1989). Pendapatan orang tua pada penelitian terbagi kepada pendapatan

ayah dan pendapatan ibu. Pendapatan orang tua akan mempengaruhi uang saku

yang akan diterima oleh para taruna untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Menurut Mardiyanti (2008), semakin besar pendapatan keluarga maka semakin

besar uang saku yang diterima oleh anaknya.Pada penelitian ini pendapatan ayah

sebagian besar berada pada rentang Rp 3000000- Rp5000000 per bulan (36.5%),

Page 27: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

10

sedangkan untuk pendapatan ibu sebagian besar berada pada rentang kurang dari

Rp 1500000per bulan (58.7%). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar ibu dari

taruna bekerja sebagai ibu rumah tangga atau tidak memiliki pekerjaan sehingga

berpenghasilan kurang dari Rp 1500000 atau tidak berpenghasilan sama

sekali.Sama halnya dengan pekerjaan ayah, pendapatan ayah juga hanya berasal

dari 60 orang ayah karena tiga orang ayah dari taruna sudah berstatus almarhum

sehingga sudah tidak memiliki penghasilan.

Tabel 6 Sebaran karakteristik keluarga menurut tingkat pendapatan

Pendapatan orang tua (Rupiah/bulan) Pendapatan ayah Pendapatan ibu Total

n % n % n %

<1500000 1 1.7 37 58.7 3 4.8

1500000-3000000 20 33.3 12 19.0 14 22.2

3000000-5000000 23 38.3 8 12.7 15 23.8

>5000000 16 26.7 6 9.5 31 49.2

Jumlah 60 100 63 100 63 100

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pendapatan ayah minimum sebesar Rp

900 000 dan pendapatan maksimum Rp 15000000 dengan rata-rata pendapatan

ayah sebesar Rp4800000 ± 3331666. Sedangkan untuk pendapatan ibu, minimal

adalah sebesar Rp 0 dan maksimum adalah sebesar Rp 12000000 dengan rata-rata

pendapatan sebesar Rp 1885714 ± 2807585. Jika dijumlahkan antara pendapatan

ayah dan pendapatan ibu, pendapatan total orangtua tua taruna minimal adalah

sebesar Rp 900 000 dan pendapatan maksimal total orangtua taruna adalah sebesar

Rp 27000000 dengan rata-rata sebesar Rp 6685714±6139251

Tabel7Statistik deskriptif pendapatan orangtua

Anggota keluarga Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi

Ayah 900 000 15000000 4800000 3331666

Ibu 0 12000000 1885714 2807585

Total 900 000 27000000 6685714 6139251

Jika dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) kota Depok,

yaitu sebesar Rp 2042000, sebagian besar total pendapatan orang tua sudah berada

diatas UMR yaitu dengan persentase sebesar 90.5%. Namun ada beberapa

orangtua yang pendapatannya masih dibawah UMR yaitu sebesar 9.5%.

Usia

Konsumsi makanan pada individu biasanya terkait dengan usia yang

menentukan jumlah energi dan zat gizi yang diperlukan oleh individu untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin bertambahnya usia, maka

akan semakin bertambah pula kebutuhan energinya dan mencapai puncaknya pada

masa dewasa, namun akan mengalami penurunan kembali pada masa usia lanjut

(Almatsier 2006). Sebaran usia taruna dapat dilihat pada Tabel7yang menunjukan

bahwa sebagian besar taruna berada pada kelompokusia 21 sampai 22 tahun, yaitu

sebesar 52,4%. Selain itu, terdapat taruna yang berada dibawah usia 21 tahun

sebesar 11.1% dan diatas 22 tahun sebesar 17.4%.

Page 28: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

11

Tabel 8Sebaran taruna menurut usia

Usia Taruna (tahun) n %

<21 7 11.1

21-22 45 71.4

>22 11 17.4

Jumlah 63 100

Secara deskriptif taruna di Akademi Imigrasi berusia minimum 20 tahun

dan maksimum 24 tahun dengan rata-rata usia 21.5 ± 1.05 tahun. Usia maksimal

taruna yang berada pada usia 24 tahun dikarenakan ketika taruna masuk pada awal

pendaftaran terdapat persyaratan bahwa usia maksimal taruna untuk mendaftar

sebagai calon taruna Akademi Imigrasi adalah 22 tahun.

Tabel 9Statistik deskriptif taruna menurut usia

Usia taruna Tahun

Minimal 20.0

Maksimal 24.0

Rata-rata 21.5

Standar deviasi 1.1

Jenis kelamin

Suhardjo (1989) menjelaskan bahwa tubuh yang besar akan memerlukan

energi yang lebih banyak dibandingkan dengan tubuh yang kecil, dan untuk

melakukan aktivitas yang sama seorang wanita akan membutuhkan energi yang

lebih kecil pula dibandingkan dengan laki-laki. Jenis kelamin taruna disajikan

pada Tabel 12. Pada Tabel9 dapat dilihat bahwa sebagian besar taruna berjenis

kelamin laki-laki (90.5%) dibandingkan taruna yang berjenis kelamin perempuan

(9.5%). Hal tersebut dikarenakan adanya standarisasi jumlah taruna yang telah

ditentukan oleh pihak keimigrasian dengan formasi jumlah taruna laki-laki dan

perempuan sesuai dengan sumber daya yang dibutuhkan.

Tabel 10Sebaran taruna menurut jenis kelamin

Jenis kelamin taruna n %

Laki-laki 57 90.5

Perempuan 6 9.5

Jumlah 63 100

Pendapatan taruna

Pendapatan taruna merupakan banyaknya uang yang diterima oleh taruna

setiap bulan yang berasal dari pemerintah sebagai gaji orangtua maupun seseorang

yang memiliki tanggungan terhadapnya untuk keperluan makanan ataupun bukan

makanan. Seseorang yang telah diberikan kepercayaan untuk mengelola

penghasilannya sendiri cenderung lebih bebas untuk menentukan pengalokasian

Page 29: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

12

dari penghasilannya tersebut. Pada penelitian ini, pendapatan yang diterima oleh

taruna tidak hanya berasal dari orang tua, tetapi juga berasal dari institusi atau

pemerintah yang diberikan setiap bulan.

Tabel 11Sebaran taruna berdasarkan pendapatan

Pendapatan Taruna (Rupiah/bulan) n %

1800000 45 71.4

>1800000 18 28.6

Jumlah 63 100

Pada Tabel 10 dapat dilihat sebagian besar taruna memiliki

pendapatanyang diterima dalam bentuk uang tunai adalah sebesar Rp1800000 per

bulan (71.4%) sedangkan taruna yang memiliki pendapatan diatas Rp 1800000

adalah sebesar 28.6%. Pada Tabel 11, disebutkan tiga sumber pendapatan taruna

setiap bulannya, yaitu pendapatan dari pemerintah (gaji), dari orangtua, dan uang

makan selama mereka tinggal di asrama, namun uang makan taruna tersebut

langsung diberikan dalam bentuk makanan. Pendapatan yang didapatkan dari

pemerintah berjumlah sama untuk setiap taruna pada setiap bulannya, yaitu

sebesar Rp.1800000. Sedangkan uang saku yang berasal dari orang tua minimal

sebesar Rp50 000 per bulan dan maksimal sebesar Rp 2600 000 per bulan dengan

rata-rata Rp139683 ± 401726. Uang makan untuk taruna perharinya adalah

sebesar Rp 29 700 sehingga dalam sebulan total uang makan taruna yang

diberikan dalam bentuk makanan adalah sebesar Rp 891 000.

Tabel 12Deskriptif statistik pendapatan taruna

Alokasi biaya makan taruna

(Rupiah/bulan) Gaji Orangtua Uang makan

Minimal 1800000 50000 891 000

Maksimal 1800000 2600000 891 000

Rata-rata 1800000 139683 891 000

Standar deviasi 0 401726 0

Biaya Konsumsi Pangan

Salah satu faktor utama yang menentukan konsumsi pangan adalah

pengeluaran pangan. Pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan

jenis makanan cenderung untuk membaik juga. Akan tetapi, mutu makanan tidak

selalu membaik (Harper, Deaton, dan Driskel 1986). Menurut Berg (1986)

menyatakan bahwa seseorang yang mengeluarkan biayanya lebih besar untuk

makanan mungkin akan makan lebih banyak juga, tetapi kualitas makanan yang

dimakan tersebut belum tentu baik dan sesuai.Pengeluaran pangan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang digunakan atau

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan makanan.Makanan yang dikonsumsi oleh

para taruna di Akademi Imigrasi sehari-harinya adalah berasal dari asrama yang

telah disediakan dengan anggaran biaya yang telah ditetapkan oleh institusi yaitu

pihak Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tetapi, selain makanan dari

asrama, taruna juga dapat membeli makanan dari kantin lainnya dengan

mengeluarkan biayanya sendiri. Pada Tabel 12 dapat dilihat biaya konsumsi

Page 30: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

13

pangan taruna yang sudah ditetapkan oleh institusi dan yang dikeluarkan secara

pribadi oleh taruna pada hari pendidikan maupun pada hari libur.

Tabel 13Deskriptif statistik biaya konsumsi pangan taruna (rupiah/hari)

Biaya konsumsi pangan taruna Hari pendidikan Hari libur

Asrama Pribadi Asrama Pribadi

Minimal 29700 1500 29700 1000

Maksimal 29700 75000 29700 135000

Rata-rata 29700 18560 29700 49008

Standar deviasi 0 17654 0 22484

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa biaya konsumsi pangan yang

telah ditetapkan oleh pihak institusi pada hari pendidikan maupun pada hari libur

adalah sebesar Rp 29700 perharinya dengan pembagian waktu makan yaitu makan

pagi, makan siang, makan malam, serta extra fooding yang diberikan pada pagi

hari. Pada hari pendidikan, biaya konsumsi pangan yang dikeluarkan oleh taruna

secara pribadi rata-rata adalah sebesar Rp18560 ± 17654 dengan biaya minimal

Rp 1 500 dan biaya maksimal Rp 75000. Sedangkan pada hari libur, biaya yang

dikeluarkan oleh taruna secara pribadi rata-rata sebesar Rp 49008 ± 22484

perharinya dengan biaya minimal sebesar Rp 1000 dan biaya maksimal sebesar

Rp 135000. Biaya yang dikeluarkan oleh taruna pada hari libur lebih besar

dibandingkan dengan hari pendidikan dikarenakan pada hari libur taruna diberikan

kesempatan untuk berada di luar asrama pendidikan atau biasa disebut dengan

IBL (Izin Bermalam Di luar) sehingga para taruna memiliki kebebasan yang lebih

besar dibandingkan pada hari libur untuk membeli makanan di luar asrama.

Besarnya biaya konsumsi pangan yang dikeluarkan oleh para taruna dapat

dikarenakan sifat konsumtif dari taruna ketika mereka mendapatkan kesempatan

untuk mengonsumsi makanan diluar dari makanan yang telah disediakan.

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan

Derajat kesehatan dan kebugaran seseorangdipengaruhi oleh 3 faktor

utama, yaitu makanan, istirahat, dan olahraga. Penataan makanan yang baik

merupakan bagian dari gaya dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat

sehat dan bugar, yang perlu dikondisikan pada semua lapisan masyarakat. Criteria

pola makan yang sehat adalah cukup kuantitas, proporsional, dan cukup kualitas

(Irianto 2007). Frekuensi makan dan komposisi makanan yang dikonsumsi oleh

taruna dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil yang didapatkan, sebagian

besar taruna memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali pada hari pendidikan,

yaitu sebesar 93.7%. Pada setiap waktu makannya, sebagian besar taruna

mengonsumsi menu lengkap yang terdiri dari nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur

dan buah, yaitu pada waktu makan siang sebesar 87.3% dan pada waktu makan

malam sebesar 65.1%.Sedangkan frekuensi makan taruna pada hari libur sebagian

besar dilakukan >3 kali dalam sehari, yaitu sebesar 41.3%. Menu makan siang

yang dikonsumsi oleh taruna adalah menu lengkap yang terdiri dari nasi, lauk

Page 31: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

14

hewani, lauk nabati, sayur dan buah sebesar 55.6%. sedangkan menu untuk makan

malam taruna pada hari libur sebagian besar adalah tidak lengkap, yaitu sebesar

57.1%. Pada hari libur, terlihat terjadi penurunan persentase taruna yang

mengonsumsi makanan dengan menu lengkap pada makan siang dan makan

malam. Hal tersebut dikarenakan pada hari pendidikan, jenis makanan yang telah

disediakan oleh asrama (catering) sudah lengkap. Sedangkan pada hari lbur,

taruna cenderung membeli makanan di luar sehingga makanan yang mereka

konsumsi belum tentu selengkap dengan makanan yang disediakan di asrama. Jika

dilihat dari menu yang dikonsumsi sebagian besar taruna, makanan yang

dikonsumsi oleh taruna sudah dapat dikatakan beragam .

Tabel 14Kebiasaan makan taruna

Variabel Klasifikasi Hari pendidikan Hari Libur

n % n %

Frekuensi makan besar

1 kali 1 1.6 1 1.6

2 kali 0 0.0 11 17.5

3 kali 59 93.7 25 39.7

>3 kali 3 4.8 26 41.3

Menu siang Tidak lengkap 8 12.7 28 44.4

Lengkap 55 87.3 35 55.6

Menu Malam Tidak lengkap 22 34.9 36 57.1

Lengkap 41 65.1 27 42.9 Keterangan :

Tidak lengkap: Nasi, lauk hewani/lauk nabati, sayur; Lengkap: Nasi, lauk hewani, lauk

nabati, sayur, dan buah

Kebiasaan sarapan

Sarapan (makan pagi) adalah suatu kegiatan yang penting sebelum

melakukan aktivitas fisik pada pagi hari (Khomsan 2005). Khomsan (2005)

menegaskan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25.0% dari

kebutuhan total energi harian. Kebiasaan sarapan taruna yang dibahas dalam

penelitian ini adalah rutinitas sarapan taruna dan menu yang biasa dikonsumsi

oleh taruna pada saat sarapan. Berdasarkan Tabel 15, sebagian besar taruna selalu

melakukan sarapan pada hari pendidikan, yaitu sebesar 77.8% sedangkan pada

hari libur taruna tidak selalu sarapan yaitu sebesar 65.1%. Hal tersebut

dikarenakan selama taruna berada didalam asrama, sarapan selalu disediakan oleh

pihak asrama maupun institusi dan disajikan sekitar jam 06.30 pagi. Menu sarapan

yang biasa dikonsumsi oleh taruna pada hari pendidikan maupun pada hari libur

terdiri dari nasi dan lauk, yaitu masing-masing sebesar 92.1% dan 60.3% (Tabel

14).

Page 32: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

15

Tabel 15Kebiasaan sarapan

Variabel Klasifikasi Hari pendidikan Hari libur

n % n %

Sarapan Pagi Tidak selalu sarapan 14 22.2 41 65.1

Selalu sarapan 49 77.8 22 34.9

Menu sarapan

Mie 0 0.0 3 4.8 Roti 4 6.3 16 25.4 Nasi+lauk 58 92.1 38 60.3 Lainnya 1 1.6 6 9.5

Kebiasaan minum

Status hidrasi harus dipertahankan oleh setiap individu, yaitu dengan

mengonsumsi air sebanyak 2500 ml perharinya. Jumlah tersebut setara dengan

cairan yang dikeluarkan tubuh baik yang berupa keringat, uap air maupun cairan

yang dikeluarkan bersama tinja (Irianto 2007). Berdasarkan Tabel 15, pada hari

pendidikan, sebagian besar taruna minum air putih sebanyak lebih dari 8 gelas

perharinya, yaitu sebesar 49.2%, begitu pula pada hari libur, sebagian besar taruna

mengonsumsi air putih lebih dari 8 gelas perhari, yaitu sebesar 52.4%. Selain air

putih, taruna juga biasa mengonsumsi minuman olahraga (sport drink) walaupun

hanya sebagian kecil taruna yang mengonsumsi minuman olahraga tersebut, yaitu

hanya sebesar 25.4% pada hari pendidikan dan 27.0% pada hari libur. Alasan

taruna dalam mengonsumsi minuman olahraga (sportdrink) adalah dapat

menghilangkan haus, tidak menimbulkan efek samping, dan dapat mengganti

cairan tubuh yang hilang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nauli (2006),

bahwa penilaian persepsi atlet terhadap minuman isotonic adalah dengan melihat

manfaat kesehatannya.

Tabel16Kebiasaan minum

Variabel Klasifikasi Hari Pendidikan Hari libur

n % n %

Air putih

<5 gelas 3 4.8 4 6.3

5-6 gelas 15 23.8 14 22.2

7 gelas 14 22.2 12 19.0

≥8 gelas 31 49.2 33 52.4

Minuman kebugaran Tidak 47 74.6 46 73.0

Iya 16 25.4 17 27.0

Kebiasaan jajan

Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan

yang dikonsumsi diantara waktu makan utama dan umumnya sudah merupakan

bagian yang tidak ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada

kalangan anak-anak dan remaja (Muchtadi et al.1988). Berdasarkan Tabel16,

selama hari pendidikan sebagian besar taruna tidak mengonsumsi makanan

selingan pada pagi, sore dan malam hari. Hal tersebut dikarenakan kegiatan taruna

yang kurang memungkinkan untuk mengonsumsi makanan diantara waktu makan

Page 33: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

16

pagi dan makan siang, pada sore hari dan setelah makan malam. Begitu pun pada

hari libur, sebagian besar taruna tidak mengonsumsi makanan diantara makan pagi

dan makan siang serta pada sore hari, sedangkan untuk makanan kecil (snack)

setelah makan malam, sebagian besar taruna mengonsumsinya. Hal tersebut

dikarenakan pada hari libur, sebagian besar taruna memanfaatkan sebagian

waktunya untuk beristirahat (tidur) hingga siang hari, sehingga waktu untuk tidur

malam taruna menjadi lebih larut malam bahkan sampai dini hari.

Selain makanan selingan, sebagian besar taruna juga mengonsumsi

makanan fast food (makanan cepat saji) baik pada hari pendidikan maupun pada

hari libur dengan frekuensi kadang-kadang sebesar 42.9% pada hari pendidikan

dan 71.4% pada hari libur. Sesuai dengan namanya, fast food merupakan jenis

makanan cepat saji sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan dapat

disajikan kapan dan dimana saja. Namun, komposisi dari makanan fast food

kurang memenuhi standar makanan yang sehat dan berimbang, yaitu kandungan

dari lemak jenuh yang berlebihan karena unsure hewani yang lebih banyak

dibandingkan dengan unsure nabati, kurang serat, kurang vitamin dan terlalu

banyak sodium (Irianto 2007).

Tabel 17Kebiasaan jajan

Variabel Klasifikasi Hari pendidikan Hari libur

n % n %

Selingan Tidak 46 73.0 40 63.5

Iya 17 27.0 23 36.5

Selingan sore Tidak 54 85.7 48 76.2

Iya 9 14.3 15 23.8

Selingan malam Tidak 56 88.9 11 17.5

Iya 7 11.1 52 82.5

Makanan cepat saji

Tidak pernah 15 23.8 3 4.8

Jarang 21 33.3 15 23.8

Kadang-kadang 27 42.9 45 71.4

Selalu 0 0.0 0 0.0

Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan atau status

gizi masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat

dilakukan dengan cara survey dan akan menghasilkan data yang bersifat

kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah dan jenis

pangan yang dikonsumsi. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan

maupun cara memperoleh pangan. Metode yang dapat dilakukan adalah food

frequency questionnaire dan dietary history (Riyadi dalam baliwati 2003).

FFQ (Food Frequency questionnaire) adalah metode yang digunakan

untuk menilai asupan makanan individu dalam jangka panjang. FFQ digunakan

untuk mengestimasi frekuensi makan individu dalam skala waktu satu tahun, satu

bulan, satu minggu, maupun satu hari. Lembar FFQ berisi daftar makanan secara

spesifik untuk melihat makanan apa saja yang dikonsumsi dan seberapa banyak

makanan yang dikonsumsi dalam satu waktu tertentu (Spark 2007). Metode recall

24 jam adalah metode wawancara, dimana pewawancara menanyakan apa yang

Page 34: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

17

telah dikonsumsi oleh responden. Pada metode ini, biasanya diperoleh

menggunakan recall tiga hari berturut-turut atau minimal dua kali 24 jam dengan

menanyakan semua makanan yang telah dikonsumsi oleh responden selama tiga

atau dua kli 24 jam yang lalu (Sediaoetama 1991).

Konsumsi bahan pangan sumber karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan

sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah.

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan,

penghemat protein, pengaturan metabolisme lemak, dan membantu pegeluaran

feses (Almatsier 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan FFQ kepada taruna,

dapat diketahui sebagaian besar taruna mengonsumsi nasi sebagai makanan

pokoknya atau pangan sumber karbohidratnya, yaitu dengan rata-rata sebesar 20

kali perminggu. Bahan pangan pokok atau bahan pangan sumber karbohidrat

lainnya yang dikonsumsi oleh taruna adalah lontong, mie instan, bihun, jagung

dan umbi-umbian. Namun rata-rata konsumsi bahan pangan tersebut jauh lebih

sedikit jika dibandingkan dengan frekuensi taruna mengonsumsi nasi. Hal tersebut

dikarenakan jenis pangan pokok yang disediakan oleh asrama (catering) adalah

nasi. Bahan pangan pokok lainnya yang juga dikonsumsi oleh taruna selain yang

telah disebutkan adalah roti yang dikonsumsi oleh taruna rata-rata sebanyak 4.2

kali perminggu.

Tabel 18Frekuensi konsumsi bahan pangan perminggu

No Jenis Pangan Minimal Maksimal Rata-rata ± SD

1. Pangan pokok

1. Nasi

2. Lontong

3. Mie instan

4. Bihun

5. Jagung dan olahannya

6. Singkong, ubi, kentang

7. Roti

7

0

0

0

0

0

0

21

14

14

3

14

14

21

20 ± 3.6

1.4 ± 3.0

1.8 ± 2.2

0.6 ± 0.9

0.8 ± 2.5

1 ± 2.2

4.2 ± 8.0

2. Pangan nabati

1. Tempe

2. Tahu

3. Kacang hijau

4. Kacang tanah

5. Kedelai

6. Kacang merah

0

0

0

0

0

0

21

21

7

14

4

7

5.5 ± 6.5

6.4 ± 5.0

1.2 ± 1.6

1.3 ± 3.1

0.5 ± 0.9

0.7 ± 1.5

3. Pangan hewani

1. Daging sapi

2. Daging kambing

3. Ayam

4. Telur ayam

5. Telur bebek (telur asin)

0

0

0

0

0

7

3

21

14

4

2.7 ± 2.8

1 ± 1.2

6.7 ± 5.5

6 ± 4.1

0.4 ± 0.7

Page 35: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

18

Tabel 19 Frekuensi konsumsi bahan pangan perminggu (lanjutan)

No Jenis Pangan Minimal Maksimal Rata-rata ± SD 3. Pangan nabati

6. Telur puyuh

7. Hati

8. Sosis

9. Ikan

10. Udang

11. Sarden

0

0

0

0

0

0

7

7

7

14

14

7

0.3 ± 1.0

1.3 ± 1.7

1.2 ± 1.7

2.5 ± 2.8

0.8 ± 2.6

0.7 ± 2.8

4. Sayur-sayuran

1. Bayam

2. Kangkung

3. Sawi

4. Wortel

5. Buncis

6. Tauge

7. Jamur

8. Daun singkong

9. Kacang panjang

0

0

0

0

0

0

0

0

0

7

7

7

14

7

14

7

7

7

3.1 ± 2.6

1.9 ± 2.5

2.4 ± 3.5

2.7 ± 3.1

1.9 ± 2.5

2.3 ± 3.1

0.5 ± 1.0

1.2 ± 1.7

1.7 ± 2.4

5. Buah-buahan

1. Pisang

2. Pepaya

3. Mangga

4. Melon

5. Apel

6. Jeruk

7. Semangka

8. Jambu

9. Alpukat

0

0

0

0

0

0

0

0

0

14

14

7

7

14

7

7

7

7

4.8 ± 5.2

4.4 ± 4.4

1.9 ± 3.2

3.1 ± 3.7

1.8 ± 3.1

1.6 ± 2.1

3.9 ± 2.8

1.8 ± 2.6

1.4 ± 1.9

6. Susu dan olahannya

1. Susu segar

2. Susu kental manis

3. Yoghurt

4. Keju

5. Es krim

0

0

0

0

0

14

7

14

7

7

4.7 ± 4.3

2.3 ± 2.7

1.2 ± 2.5

1.5 ± 2.2

1.0 ± 1.7

7. Makanan jajanan

1. Bakso

2. Biskuit, wafer, cookies

3. Kelepon

4. Siomay

0

0

0

0

5

14

3

7

1.6 ± 2.1

2.8 ± 3.6

0.2 ± 0.5

1.8 ± 2.2 Keterangan : SD : Standar Deviasi

Konsumsi bahan pangan sumber protein hewani

Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar didalam tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi sebagai bagian

kunci semua pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari

makanan. Protein dapat bersumber dari protein hewani maupun protein nabati.

Page 36: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

19

Protein hewani tergolong protein berkualitas tinggi dan sumber protein yang baik

dalam jumlah maupun mutunya (Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2010). Pangan

hewani yang biasa dikonsumsi oleh taruna sebagian besar adalah ayam, yaitu

sebanyak 6 sampai 7 kali perminggu (Tabel17). Konsumsi pangan hewani yang

berasal dari ayam lebih tinggi dibandingkan dengan pangan hewani lainnya

berkaitan dengan menu yang disediakan lebih banyak berbahan dasar ayam.

Selain ayam, konsumsi pangan hewani yang cukup sering dikonsumsi oleh taruna

adalah telur ayam dengan rata-rata konsumsi sebanyak 6 kali perminggu. Sama

halnya dengan ayam, tingginya konsumsi telur ayam oleh taruna berkaitan dengan

menu yang disediakan. Menu yang disediakan oleh asrama dari catering hampir

setiap hari selalu menggunakan bahan dasar ayam dan telur ayam. Bahan pangan

hewani lainnya yang juga dikonsumsi oleh taruna adalah daging sapi, daging

kambing, teur bebek (telur asin), telur puyuh, hati, sosis, ikan, udang dan sarden.

Namun bahan pangan hewani tersebut lebih sedikit dikonsumsi oleh taruna

dibandingkan dengan ayam dan telur ayam.

Selain bahan pangan hewani yang telah disebutkan, susu dan olahannya

juga termasuk kedalam protein hewani, seperti keju, yoghurt dan eskrim. Susu dan

olahannya dianggap mengandung komplet protein yang efisien bagi tubuh (Gizi

dan Kesehatan Masyarakat 2010). Berdasarkan Tabel17, susu segar merupakan

pagan hasil olahan susu yang paling sering dikonsumsi oleh taruna dibadingkan

dengan susu kental manis, yoghurt, keju maupun eskrim, yaitu sebesar 4 sampai 5

kali perminggu.

Konsumsi bahan pangan sumber protein nabati

Protein selain bersumber dari protein hewani, dapat juga bersumber dari

protein nabati. Kualitas dari protein nabati lebih rendah dibandingkan dengan

protein nabati. Protein bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung

atau mengandung dalam jumlah kurang satu atau lebih asam amino esensial.

Sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacangan

lainnya merupakan protein tidak komplit (Almatsier 2004). Sumber protein nabati

yang paling sering dikonsumsi oleh taruna adalah tahu dengan rata-rata sebanyak

6 kali perminggu. Selain dari tahu, sumber pangan nabati yang sering dikonsumsi

selanjutnya adalah tempe dengan rata-rata frekuensi konsumsi sebanyak 5 sampai

6 kali perminggu (Tabel 17). Sumber pangan nabati lainnya yang juga dikonsumsi

oleh taruna adalah kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kedelai dan kacang

merah, namun jumlah yang dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan tempe

dan tahu.

Konsumsi buah dan sayur

Menurut Rigaud et al (1998), buah dan sayur merupakan suatu kelompok

pangan yang mengandung berbagai zat gizi , seperti vitamin, mineral, serat, serta

senyawa fitokimia yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh

dan salah satu sumber serat terbesar dibandingkan dengan pangan lainnya. Serat

dapat berfungsi meningkatkan motitilitas, pengosongan lambung dan usus serta

mengurangi absorbs. Selain itu serat juga berfungsi dalam mengurangi rasa lapar

dan meningkatkan rasa kenyang (Pasman et al 1997).

Page 37: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

20

Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat sayuran yang paling sering

dikonsumsi oleh taruna adalah bayam dengan frekuensi rata-rata sebesar 3 kali

perminggu. selain bayam, urutan sayuran yang sering dikonsumsi oeh taruna

adalah wortel, sawi, dan tauge. Sedangkan frekuensi rata-rata konsumsi daun

singkong, kacang panjang dan jamur lebih sedikit lagi dibandingkan sayuran-

sayuran yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan untuk buah-buahan yang

paling sering dikonsumsi oleh taruna adalah pisang dengan frekeunsi rata-ratanya

sebesar 5.2 kali perminggu. Buah-buahan yang sering di konsumsi oleh taruna

selanjutnya adalah papaya, semangka dan melon dengan masing-masing frekuensi

rata-rata sebesar 4 sampai 5 kali, 3 sampai 4 kali dan 3 kali perminggu. Tingginya

frekuensi kosumsi dari beberapa buah-buahan tersebut berkaitan dengan

ketersediaan buah yang telah disediakan oleh pihak asrama (catering) hanya

mencakup buah-buahan tersebut.

Konsumsi dan tingkat kecukupan gizi

Konsumsi pangan adalah jumah pangan yang dimakan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan dari mengonsumsi pangan adalah

untuk mendapatkan sejumah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam

metabolismenya. Konsumsi makanan oleh masyarakat atau keluarga bergantung

pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan dan distribusi dalam

keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula

dengan pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat yang

bersangkutan (Almatsier 2006).

Kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances

disingkat RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan

pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua

orang sehat (Almatsier 2006). Kecukupan gizi dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, aktifitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil, dan

menyusui. Tingkat kecukupan zat gizi didapat dari konsumsi pangan dalam

bentuk zat gizi dibagi angka kecukupan gizi (Sediaoetama 1991).Konsumsi taruna

selama pendidikan terbagi menjadi dua sumber, yaitu makanan yang berasal dari

asrama atau yang disediakan oleh institusi dan makanan yang berasal dari luar

asrama. Makanan yang disediakan oleh institusi sangat erat hubungannya dengan

keadaan gizi taruna. Konsumsi energi dan zat gizi taruna melalui penyelenggaraan

makanan di asrama dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi mereka selama

menjalani masa pendidikan (Setyowati 2008). Makanan yang disediakan oleh

institusi sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi atau status gizi taruna

(Kusnan 2006). Konsumsi pangan yang dapat dilihat dari asupan dan tingkat

kecukupan energi dan zat gizi taruna dapat dilihat pada Tabel18.

Page 38: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

21

Tabel 20 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan gizi per hari

Komponen gizi Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan

Diasrama Dari luar asrama Total

Energi

Konsumsi(kkal)

TK (%)

1005

39.6

1412

54.6

2417

94.2

Protein

Konsumsi (g)

TK (%)

24.7

39.4

37.9

57.5

62.6

96.9

Lemak

Konsumsi (g)

TK(%)

25.5

19.0

36.9

22.2

62.4

41.2

Karbohidrat

Konsumsi (g)

TK (%)

165.8

28.4

244.9

39.2

410.7

67.6

Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara

konsumsi energi dengan pengeluaran energi, maka hal ini akan berakibat pada

gangguan gizi (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Berdasarkan hasil

WidyakaryaNasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2004, bahwa seseorang

yang memiliki aktifitas fisik lebih tinggi akan memiliki kecukupan energi yang

lebih besar dibandingkan orang yang memiliki aktifitas fisik lebih rendah. Rata-

rata angka kecukupan gizi taruna yang telah diukur sesuai dengan berat badan dan

aktifitas fisik masing-masing taruna adalah sebesar 2627 kkal. Total asupan energi

taruna dalam sehari adalah sebesar 2417 kkal yang terbagi kedalam dua sumber

makanan, yaitu energi dari makanan asrama dan energi dari makanan luar asrama.

Rata-rata konsumsi energi taruna dari asrama (catering) lebih rendah

dibandingkan dengan konsumsi taruna dari luar asrama. Hal ini dapat terlihat pada

Tabel18. Konsumsi taruna yang berasal dari makanan diluar asrama lebih besar

dibandingkan makanan yang berasal dari asrama (catering)dikarenakan menurut

taruna makanan yang berasal dari luar catering lebih bervariasi. Taruna mengaku

merasa bosan dengan makanan yang telah disediakan oleh pihak asrama atau

institusi. Walaupun tingkat asupan energi dari asrama masih kurang, namun

menurut penelitian Pangesti (2013), tingkat ketersediaan energi dari makanan

asrama telah mencapai 2786 kkal perharinya dan jika dibandingkan dengan biaya

yang sudah dianggarkan, makanan dari asrama tersebut sudah sangat mencukupi

dan memenuhi kebutuhan taruna. Hanya sajaenergi yang didapatkan taruna lebih

banyak dari makanan luar asrama, namun dalam sehari rata-rata tingkat

kecukupan energi yang dipenuhi oleh taruna adalah tergolong cukup, yaitu sebesar

94%.

Tingkat kecukupan energi taruna didapatkan dari hasil perhitungan

konsumsi pangan yang dikonversi menjadi kkal lalu dibagi dengan angka

kecukupan energi taruna berdasarkan berat badan dan aktifitas fisik yang

dilakukan oleh taruna. Tingkat kecukupan energi dikatakan defisit berat apabila

hanya memenuhi <70%AKE, defisit sedang apabila hanya memenuhi 70-79%

Page 39: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

22

AKE, defisit ringan apabila hanya memenuhi 80-89% AKE, normal apabila

memenuhi 90-119% AKE, dan lebih apabila memenuhi ≥120% AKE (Depkes

1996).Walaupun rata-rata tingkat kecukupan energi taruna adalah normal, namun

tingkat kecukupan energi taruna sebagian besar tergolong kedalam defisit berat,

yaitu sebesar 30.2%. taruna yang tingkat kecukupan energinya tergolong normal

sebesar 27.0% dan juga terdapat taruna dengan tingkat kecukupan energi yang

tergolong lebih, yaitu sebesar 17.4% (Tabel19).Hal tersebut dikarenakan ada

beberapa taruna yang mengonsumsi makanannya berlebih dan juga ada yang sangt

sedikit sehingga jika dirata-ratakan menjadi normal. Pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Fatimah (2008) kepada taruna di asrama politeknik ilmu pelayaran

Semarang juga diketahui rata-rata tingkat kecukupan energi taruna adalah sebesar

74.3% yang tergolong kedalam kategori defisit.

Tabel 21Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan energi

Tingkat Kecukupan Energi Minimal (%) Maksimal (%) n % Defisit berat (<70%) 33.0 68.7 19 30.2 Defisit sedang (70-79%) 70.9 78.5 8 12.7 Defisit ringan (80-89%) 80.0 88.1 8 12.7 Normal (90-119%) 90.6 111.8 17 27.0 Lebih (≥120%) 132.9 182.5 11 17.4

Total 63 100

Protein

Protein merupakan saah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting

bagi tubuh. Fungsi protein adalah untuk menyediakan asam-asam amino yang

diperlukan oleh tubuh untuk berbagai kebutuhan, yaitu sebagai salah satu

penghasil energi (Sediaoetama 2006).Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

2004 diketahui angka kecukupan protein untuk laki-laki usia 19-29 tahun adalah

sebesar 60 gram sementara untuk wanita berusia 19-29 tahun adalah sebesar 50

gram. Rata-rata angka kecukupan protein yang telah dikonversi dengan berat

badan masing-masing taruna didapatkan sebesar 66 gram perharinya. Total

konsumsi protein perharinya adalah sebesar 62.6 gram yang terbagi kedalam dua

sumber makanan yang berbeda, yaitu makanan yang berasal dari asrama dan

makanan yang berasal dari luar asrama. Rata-rata tigkat kecukupan protein sehari

taruna telah mencapai 96.9%. Rata-rata konsumsi protein taruna lebih banyak

bersumber dari makanan diluar dari yang telah disediakan oleh asrama atau

institusi, yaitu sebesar 37.9 gram yang dapat memenuhi 54.6% dari angka

kecukupan gizinya. Perbedaan konsumsi protein taruna yang berasal dari makanan

asrama dengan makanan yang berasal dari luar asrama adalah sebesar 13 gram.

Perbedaan konsumsi dari asal makanan tersebut mengakibatkan perbedaan tingkat

kecukupan protein taruna yang berasal dari dua sumber yang berbeda. Tingkat

kecukupan protein yang berasal dari makanan luar asrama lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat kecukupan protein yang berasal dari makanan

asrama (catering).

Tingkat kecukupan protein taruna didapatkan dari hasil perhitungan

jumlah konsumsi pangan taruna yang dikonversi menjadi gram.lalu dibagi dengan

angka kecukupan protein harian taruna berdasarkan usia dan berat badan

taruna.Tingkat kecukupan protein dikatakan defisit berat apabila hanya

Page 40: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

23

memenuhi <70%AKP, defisit sedang apabila hanya memenuhi 70-79% AKP,

defisit ringan apabila hanya memenuhi 80-89% AKP, normal apabila memenuhi

90-119% AKP, dan lebih apabila memenuhi ≥120% AKP (Depkes 1996).

Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat sebagian taruna mengalami defisit

berat dengan persentase 28.6% dan untuk taruna yang termasuk kedalam kategori

normal adalah sebesar 27.0%. Selain itu juga terdapat taruna yang tingkat

kecukupan proteinnya tergolong lebih, yaitu sebesar 23.8%. Pada penelitian yang

lain juga yang dilakukan oleh Fatimah (2008) kepada taruna di asrama politeknik

ilmu pelayaran Semarang juga diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan

protein taruna adalah sebesar 70.0% yang juga termasuk kedalam kategori defisit.

Tabel 22Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan protein

Tingkat Kecukupan Protein Minimal (%) Maksimal (%) n %

Defisit berat (<70%) 50.9 69.9 18 28.6

Defisit sedang (70-79%) 72.8 78.1 5 7.9

Defisit ringan (80-89%) 81.1 89.9 8 12.7

Normal (90-119%) 94.1 118.1 17 27.0

Lebih (≥120%) 120.5 186.8 15 23.8

Total 63 100

Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar

dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Peningkatan metabolisme lemak

pada waktu melakukan kegiatan olahraga yang lama mempunyai efek

“melindungi’ pemakaian gikogen, namun konsumsi lemak yang berlebihan tidak

dianjurkan bagi seseorang (Irianto 2007). Kebutuhan lemak tidak dinyatakan

secara mutlak. Kebutuhan lemak untuk individu normal yang tidak berprofesi

sebagai Taruna dianjurkan untuk mengonsumsi lemak sebanyak 15-30% dari

kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan (Almatsier 2006),

sedangkan kebutuhan lemak Taruna berkisar antara 20-30% dari total energi yang

dibutuhkan (WNPG 2004).Rata-rata konsumsi lemak taruna dalam sehari adalah

sebesar 62.4 gram, dimana untuk konsumsi lemak juga terbagi kedalam dua

sumber, yaitu makanan yang berasal dari asrama dan dari luar asrama. Konsumsi

lemak taruna yang bersumber dari makanan luar asrama lebih tinggi dibandingkan

yang bersumber dari makanan asrama (catering), yaitu masing-masing sebesar

36.9 gram dan 25.5 gram. Perbedaan konsumsi lemak taruna yang berasal dari dua

sumber yang berbeda adalah sebesar 11 gram. Perbedaan konsumsi lemak pada

taruna dapat berpengaruh juga pada perbedaan tingkat kecukupan lemak taruna

dari dua sumber makanannya. Tingkat kecukupan lemak taruna dalam sehari

sudah mencapai 41.2% dari energi taruna. Hal tersebut dapat diartikan tingkat

kecukupan taruna sudah tergolong lebih dari syarat, yaitu sebesar 20-30% dari

energi sehari. Tingkat kecukupan lemak yang berasal dari makanan luar asrama

lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kecukupan lemak yang berasal dari

makanan asrama (catering).

Tingkat kecukupan lemak taruna didapatkan dari hasil perhitungan jumlah

konsumsi lemak taruna dalam gram yang dikonversi menjadi satuan kalori lalu

dibagi dengan energi seharidan dikalikan dengan seratus persen.Tingkat

Page 41: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

24

kecukupan lemak taruna dikatakan defisit apabila kontribusinya terhadap energi

<20%, normal apabila kontribusinya terhadap energi ≤30%, dan lebih apabila

kontribusinya terhadap energi >30%. Berdasarkan Tabel 21dapat dilihat bahwa

sebagian besar tingkat kecukupan lemak taruna tergolong lebih, yaitu sebesar

42.9%. taruna yang tergolong kedalam kategori defisit mencapai 34.9% dan yang

tergolong kedalam kategori normal sebesar 22.2%.

Tabel 23Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan lemak

Tingkat Kecukupan Lemak Minimal (%) Maksimal (%) n %

Defisit (<20% energi) 11.9 19.4 22 34.9

Normal (≤30% energi) 20.1 29.4 14 22.2

Lebih (>30% energi) 30.0 36.8 27 42.9

Total 63 100

Karbohidrat

Karbohidratmerupakan senyawa sumber energi utama bagi tubuh. Menurut

Almatsier (2004), kebutuhan karbohidrat untuk orang yang bukan berprofesi

sebagai atlet adalah 55-75% berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal

dari karbohidrat sederhana. Pada individu yang mempunyai simpanan glikogen

sangat sedikit, akan mengalami cepat lelah dan memiliki daya tahan fisik yang

kurang baik. oleh karena itu, sebaiknya karbohidrat diberikan 60-70% dari total

energi yang dibutuhkan atau sama dengan 6-10 gram/kgBB/hari.Total asupan

karbohidrat sehari taruna adalah sebesar 410.7 gram yang dibagi kedalam dua

sumber, yaitu makanan dari asrama dan luar asrama. Seperti konsumsi energi,

protein dan lemak, konsumsi karbohidrat yang berasal dari makanan luar asrama

juga lebih tinggi dibandingkan dengan makanan yang berasal dari asrama, yaitu

sebesar 244.9 gram. Lebih tingginya konsumsi makanan taruna yang berasal dari

luar asrama mengakibatkan pada lebih tingginya tingkat kecukupan lemak yang

berasal dari makanan luar asrama juga.

Tingkat kecukupan karbohidrat taruna didapatkan dari hasil perhitungan

jumlah konsumsi pangan taruna dalam gram yang dikonversi menjadi kalori lalu

dibagi dengan total energi sehari dan dikalikan dengan seratus persen. Tingkat

kecukupan karbohidrat taruna dikatakan defisit apabila kontribusinya terhadap

energi <60%, normal apabila kontribusinya terhadap energi sebesar <70%, dan

lebih apabila kontribusinya terhadap energi sebesar >70%. Rata-rata tingkat

kecukupan karbohidrat taruna telah mencapai 67.6%. Berdasarkan Tabel 22,

sebagian besar taruna tergolong kedalam kategori lebih dengan persentase sebesar

76.2%. sedangkan untuk taruna yang tergolong kedalam kategori normal adalah

sebesar 6.3% dan yang tergolong kedalam kategori lebih adalah sebesar 17.5%.

Tabel 24Sebaran taruna berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat

Tingkat Kecukupan Karbohidrat Minimal (%) Maksimal (%) n %

Defisit (<60% energi) 50.5 59.2 15 23.8

Normal (≤70% energi) 60.7 69.7 28 44.4

Lebih (>70% energi ) 70.1 102.0 20 31.7

Total 63 100

Page 42: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

25

Hubungan Antar Variabel

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

dalam penelitian ini adalah uji korelasi pearson, uji korelasi spearman, dan uji

chi-square. Terdapat beberapa variabel yang diuji, yaitu hubungan antara

karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua),

karakteristik individu (usia, jenis kelamin dan uang saku taruna) dengan biaya

konsumsi pangan dan hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan tingkat

kecukupan zat gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Uji korelasi pearson

digunakan untuk menguji hubungan antara biaya konsumsi pangan taruna dengan

tingkat kecukupan zat gizi serta total pendapatan orangtua dengan biaya konsumsi

pangan taruna, sedangkan uji korelasi spearman digunakan untuk menguji

hubungan antara pendidikan ayah dan ibu, pendapatan taruna dan usia taruna

dengan biaya konsumsi pangan taruna. Uji chi-square digunakan untuk menguji

hubungan antara pekerjaan orangtua dan jenis kelamin taruna dengan biaya

konsumsi pangan taruna. Uji hubungan antar variabel disajikkan pada Tabel 24.

Hubungan pendidikan orang tua dengan biaya konsumsi pangan taruna

Pendidikan orang tua taruna mencakup pendidikan ayah dan pendidikan

ibu. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan ayah dengan biaya konsumsi

pangan taruna (rs=-0.152, p=0.235) dan pendidikan ibu dengan biaya konsumsi

pangan taruna (rs=-0.005, p=0.967). Menurut Amaliyah dan Handayani (2011),

pendidikan akan berpengaruh pada pangan. Sumarwan (2003) juga manyatakan

bahwa tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi cara berpikir, cara pandang

dan persepsinya terhadap suatu masalah.

Tabel 25Hasil uji statistik hubungan antara karakteristik keluarga dan individu

dengan biaya konsumsi pangan

Variabel Parameter Derajat Hubungan Statistik

Karakteristik keluarga

1. Pendidikan ayah

rs = -0.152 ; p = 0.235

2. Pendidikan ibu rs =-0.005 ; p = 0.967

3. Pekerjaan ayah χ2= 40.25 ; p = 0.002

4. Pekerjaan ibu χ2 = 11.71; p = 0.862

5. Total pendapatan orangtua r = -0.186 ; p = 0.144

Karakteristik Individu

1. Usia taruna

rs = 0.004 ; p = 0.972

2. Jenis kelamin taruna χ2= 3.49 ; p = 0.745

3. Pendapatantaruna rs = 0.083 ; p = 0.517

Keterangan : rs: koefisien korelasi rank spearman ; r : koefisien korelasi pearson

Hubungan pekerjaan orang tua dengan biaya konsumsi pangan taruna

Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini mencakup pekerjaan ayah dan ibu.

Hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa terdapatketerkaitan hubungan antara

pekerjaan ayah dengan biaya konsumsi pangan taruna (χ2= 40.25 ; p=0.005),

Page 43: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

26

tetapi tidak terdapat keterkaitan hubungan antara pekerjaan ibu dengan biaya

konsumsi panga taruna (χ2 = 11.71; p=0.957).

Hubungan pendapatan orang tua dengan biaya konsumsi pangan taruna

Beda halnya dengan pendidikan dan pekerjaan orangtua, pendapatan

orangtua tidak dibedakan antara pendapatan ayah dan pendapatan ibu, tetapi

pendapatan ayah dan ibu dijumlahkan sehingga didapatkan total pendapatan

orangtua. Tidak terdapat hubungan antara pendapatan orangtua dengan biaya

konsumsi pangan taruna (r=-0.186, p=0.144).Hal tersebut diduga karena sebagian

besar taruna sudah tidak mendapatkan uang saku dari orangtuanya sehingga

seberapapun besarnya pendapatan orangtua tidak akan mempengaruhi

pengeluaran pangan tarunanya.

Hubungan usia dengan biaya konsumsi pangan taruna

Tidak terdapat hubungan antara usia taruna denga biaya konsumsi pangan

(rs=0.004, p=0.972). Hal tersebut diduga karena usia taruna yang relatif sama,

yaitu skitar usia 21 dan 22 tahun.Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kusumawinahyu (2011) yaitu tidak terdapat hubungan antara

usia dengan pengeluaran pangan, yang memberi arti bahwa usia tidak

mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran pangan. Penelitian yang dilakukan

oleh Amaliyah dan Handayani (2011) menyatakan bahwa semakin bertambahnya

usia juga menuntut pemenuhan gizi yang berbeda yang berarti biaya yang

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan gizinya juga akan berbeda-beda.

Hubungan jenis kelamin dengan biaya konsumsi pangan taruna

`Hasil uji chi-squarememperlihatkan bahwa Tidak terdapat keterkaitan

hubungan antara jenis kelamin dengan biaya konsumsi pangan taruna(χ2= 3.49 ;

p=0.745). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani

(2006) yang menyatakan bahwa berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan

yang signifikan untuk kebutuhan transportasi dan untuk kebutuhan lainnya, tetapi

tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kebutuhan makannya. Hal tersebut

diduga karena jenis kelamin taruna yang tidak tersebar merata, yaitu lebih banyak

laki-laki dibandingkan dengan perempuannya sehingga tidak terlihat

perbedaannya dengan biaya konsumsi pangan taruna yang berbeda-beda.

Hubungan pendapatan taruna dengan biaya konsumsi pangan taruna

Tidak terdapat hubungan antara uang saku yang diterima oleh taruna

dengan biaya konsumsi pangannya (rs=0.083, p=0.517). Tidak adanya hubungan

antara uang saku dengan biaya konsumsi pangan diduga karena beberapa taruna

memiliki uang saku yang sama sebagai gaji dari pemerintah, sedangkan biaya

yang dikeluarkan untuk konsumsi pangan mereka berbeda-beda. Hal tersebut

tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maharani (2006) yang menyatakan

bahwa besarnya uang saku memberikan perbedaan yang signifikan untuk

konsumsi mahasiswa indekos yang artinya tingkat pendapatan mahasiswa akan

mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi mahasiswa.

Page 44: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

27

Hubungan biaya konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan

antara biaya dengan tingkat kecukupan energi dan protein yang ditandai dengan

nila p<0.05 (Tabel 24). Uji korelasi tersebut menunjukan adanya hubungan positif

yang berarti semakin besar biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi pula

tingkat kecukupan energi dan protein yang didapatkan oleh taruna. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Drewnowski dan Darmon (2005)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepadatan energi dengan biaya

pangannya. Sedangkan berdasarkan uji korelasi antara biaya dengan tingkat

kecukupan lemak dan karbohidrat tidak terdapat hubungan yang signifikan yang

ditandai dengan nilai p>0.05 (Tabel 24).

Tabel 26Hubungan biaya konsumsi pangan dengan tingkat kecukupan gizi

Variabel Biaya

r p

Tingkat kecukupan energi 0.279 0.027

Tingkat kecukupan protein 0.337 0.007

Tingkat kecukupan lemak 0.023 0.856

Tingkat kecukupan karbohidrat 0.095 0.461

Uji korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 24 menunjukan bahwa semakin

besar biaya yang dikeluarkan tingkat kecukupan protein dan lemaknya tidak

semakin besar. Menurut Berg (1986), seseorang yang mengeluarkan biayanya

lebih besar untuk makanan mungkin akan makan lebih banyak juga, tetapi kualitas

makanan yang dimakan tersebut belum tentu baik dan sesuai. Pengeluaran uang

yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi

pangan. Kadang-kadang, perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makan

adalah pangan yang dimakan tersebut lebih mahal (Suhardjo 1989).Menurut

Harper, Deaton, dan Driskel (1986), salah satu faktor utama yang menentukan

konsumsi pangan adalah pengeluaran pangan. Pada umumnya, jika tingkat

pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga. Akan

tetapi, mutu makanan tidak selalu membaik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar orangtua taruna memiliki tingkat pendidikan sarjana untuk

ayah dan SMA untuk ibu. Sebagian besar dari orang tua, khususnya ayah bekerja

sebagai PNS/TNI/ABRI/Pensiunan sedangkan ibu sebagian besar hanya berperan

sebagai ibu rumah tangga dengan pendapatan keluarga berada diatas Rp 5 000 000.

Sebagian besar taruna berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan

dengan usia berkisar antara 20 tahun sampai 24 tahun dengan rata-rata usia 21

tahun. Sebagian besar taruna memiliki pendapatan sebesar Rp 1800000 yang

didapatkan sebagai gaji dari pemerintah.

Rata-rata biaya konsumsi pangan taruna untuk memenuhi kebutuhan

makannya dibagi kedalam dua bagian, yaitu biaya untuk makanan yang

Page 45: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

28

disediakan oleh asrama dan biaya yang dikeluarkan secara pribadi. Biaya untuk

makanan yang berasal dari asrama telah ditentukan oleh institusi yaitu sebesar Rp

29700 dan rata-rata biaya yang dikeluarkan sendiri oleh taruna Rp 18560 untuk

hari pendidikan dan Rp40009 untuk hari libur.

Kebiasaan makan taruna tergambar dari frekuensi makannya dalam sehari

dan kebiasaan minumnya. Sebagian besar taruna memiliki frekuensi makan

sebanyak 3 kali dalam sehari untuk hari pendidikan dan lebih dari 3 kali untuk

hari libur. Sebagian besar taruna selalu melakukan sarapan ketika hari pendidikan

dan kadang-kadang sarapan ketika hari libur. Rata-rata kebiasaan minum taruna

lebih dai 8 gelas perhari.

Sebagian besar taruna mengonsumsi nasi sebagai sumber karbohidratnya.

Pangan sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ayam dan

telur ayam, sedangkan pangan nabati yang sering dikonsumsi adalah tempedan

tahu. Sayuran yang sering dikonsumsi taruna adalah bayam, wortel dan kangkung.

Buah-buahan yang biasa yang dikonsumsi diantaranya adalah pisang, papaya,

semangka dan melon. Berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein

taruna tergolong kedalam normal, namun sebagian besar taruna tergolong

kedalam kategori defisit berat (<70% AKG). Sedangkan untuk tingkat kecukupan

lemaksebagian besar tergolong lebih dan untuk karbohidrat sebagian besar

tergolong kedalam kategori normal.

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan dan

total pendapatan orangtua) dan karakteristik individu (jenis kelamin, usia dan

pendapatan taruna) dengan biaya konsumsi pangan taruna. Terdapat keterkaitan

hubungan antara pekerjaan ayah dengan biaya kosumsi pangan taruna tetapi tidak

terdapat keterkaitan hubungan antara pekerjaan ibu dengan biaya konsumsi

pangan taruna. Terdapat hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan tingkat

kecukupan energi dan protein taruna (p<0.05) tetapi tidak terdapat hubungan

antara biaya konsumsi pangan taruna dengan tingkat kecukupan lemak dan

karbohidrat taruna (p>0.05).

Saran

Sebaiknya taruna tidak perlu membeli makanan dari luar asrama atau

diluar makanan yang telah disediakan agar biaya yang telah dialokasikan untuk

biaya makan taruna sesuai dengan makanan yang dikonsumsi dan taruna tidak

perlu mengeluarkan biaya lagi untuk memenuhi kebutuhan makan mereka selama

di asrama. Selain itu agar taruna tidak merasa bosan dengan makanan yang

disediakan, sebaiknya dari pihak catering memberikan menu makanan yang lebih

bervariasi atau siklus yang sudah ditetapkan selama 10 hari agar dilakukan

perubahan dalam beberapa bulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

utama.

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

utama.

Page 46: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

29

Amaliyah H, Handayani SM. 2011. Analisis hubungan proporsi pengeluaran dan

konsumsi pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani padi di

kabupaten Klaten. SEPA. 7 (2) : 110-118.

Berg A. 1986. Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta (ID): CV. Rajawali.

Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta (ID) : Rajawali Pers.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1993. Pedoman Pengaturan Makan Taruna.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Drewnowski A, Darmon N. 2005. Symposium: modifying the food environment:

energi density, food costs, and portion size. The Journal of Nutrition.

135: 900-904.

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energi Requirements. Roma: FAO.

Fatimah S. 2008. Hubungan antara penilaian mutu hidangan, tingkat kecukupan

energi dan protein dengan status gizi taruna di asrama Politeknik Ilmu

Pelayaran (PIP) Semarang [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas

Diponegoro.

Hardinsyah. 1985. Ekonomi Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Kecukupan energi, protein, lemak, dan serat

makanan. Jakarta: widyakarya nasional pangan dan gizi VIII.

Harper LJ, Deaton BJ, Driske JA. 1984. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo,

penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press.

Harris NG. 2004. Nutrition in Aging. Didalam : Mahan LK, Escott Stumps S,

editor Krause’s Food. Nutrition & Diet Therapy 11th

ed. USA : Elsevier

Halaman 319-396.

Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.

Yogyakarta (ID) : ANDI.

Karyadi D dan Muhilal. 1985. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta (ID) :

Gramedia.

Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi Kesehatan 2. Bogor (ID) : Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Kusnan DEA. 2006. Keseimbangan energi dan ketahanan fisik siswa pukdiksi

kodiklat TNI AD pada saat puasa. Jurnal Gizi dan Pangan, 1 (2):78-82.

Kusumawinahyu PK. 2011. Analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta

hubungannya dengan status gizi kelompok usia remaja [skripsi]. Bogor

(ID) : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Maharani D. 2006. Perbandingan pola konsumsi pada kalangan mahasiswa yang

indekos di kota Surakarta [Skripsi]. Surakarta (ID) : Universitas Negeri

Surakarta.

Page 47: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

30

Mardiyanti P. 2008. Hubungan faktor-faktor risiko dengan status gizi pada siswa

kelas 8 di SLTPN 7 Bogor [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia.

Muchtadi TR, Purwiyatno, Basuki A. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi.

Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Institut Pertanian

Bogor.

Nauli SNP. 2006. Analisis persepsi, konsumsi dan kepuasan terhadap minuman

isotonic pada atlet bola basket [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Pangesti FD. 2013.Penyelenggaraan makanan terhadap kecukupan dan status gizi

taruna Akademi Imigrasi, Depok, Jawa Barat. Bogor [skripsi]. Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Pasman WJ, Saris WH, Wauters MA, Westerterp-Plantenga MS. 1997. Effect of

one week of fiber supplementation on hunger and satiety ratings and

energi intake. Appetite 1997; 29:77-87.

[Pusdalisbang] Pusat Data dan Analisis Pembangunan Jawa Barat. 2011.

Konsumsi 2011. [internet]. [diacu 11 Maret 2013 ]. Tersedia dari

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/images/attachments/283

_konsumsi.pdf.

Rigaud D, Paycha F, Meulemans A, Merrouche M, Mignon M. 1998. Effect of

psyllium on gsstric emptying, hunger feeling and food intake in normal

volunteers: a double blind study. Eur J Clin Nutr 1998; 52:239-245.

Sediaoetama AJ. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian

Rakyat.

Sediaoetama AD. 2006. Ilmu gizi jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.

Setyowati RD. 2008. System penyelenggaraan makanan, tingkat konsums, status

gizi serta ketahanan fisik siswa pusat pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD

Bogor, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan. 3 (2) : 79-85.

Spark AJ. 2007. Nutrition and public health : principles, policies, and practice.

Taylor & francais Group, LLc.

Suhardjo. 1989. Survei Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas,

IPB.

Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta (ID) : Ghalia Indonesia.

[WNPG] Widya Nasional Pangan dan Gizi VIII.2004. Angka Kecukupan Gizidan

Acuan Label Gizi.Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah

dan Globalisasi.17-19 Desember 2004.Hal 21.

Page 48: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

31

LAMPIRAN

Lampiran 1Hasil uji statistik hubungan antara biaya konsumsi pangan dengan

tingkat kecukupan gizi

Tingkat

kecukupan

energi

Tingkat

kecukupan

protein

Tingkat

kcukupan

lemak

Tingkat

kecukupan

karbohidrat Biaya

pangan Pearson

Correlation .276* .329** .039 .095

Sig. (2-

tailed) .029 .008 .759 .461

N 63 63 63 63

Lampiran 2Hasil uji korelasi spearman antara karakteristik keluarga (pendidikan

orangtua) dan individu (usia dan pendapatan taruna) dengan biaya

konsumsi pangan

Pendidikan

ayah Pendidikan

ibu Usiataru

na Pendapatan

taruna Biaya

pangan Correlation

Coefficient -.152 -.005 .004 .083

Sig. (2-tailed) .235 .967 .972 .517

N 63 63 63 63

lampiran 3Hasil uji korelasi pearson antara total pendapatan orangtua dengan

biaya konsumsi pangan taruna

Biaya pangan

Total pend ortu Pearson Correlation -.186

Sig. (2-tailed) .144

N 63

lampiran 4Hasil uji chi-square antara pekerjaan ayah dan biaya konsumsi pangan

taruna

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 40.252a 18 .005

Likelihood Ratio 26.817 18 .082

Linear-by-Linear Association 1.361 1 .243

N of Valid Cases 63

Page 49: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

32

lampiran 5Hasil uji chi-square antara pekerjaan ibu dengan biya konsumsi pangan

taruna

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11.711a 18 .862

Likelihood Ratio 15.222 18 .647

Linear-by-Linear Association .146 1 .702

N of Valid Cases 63

lampiran 6Hasil uji chi-square antara jenis kelamin dengan biaya konsumsi

pangan taruna

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.491a 6 .745

Likelihood Ratio 5.156 6 .524

Linear-by-Linear Association 1.084 1 .298

N of Valid Cases 63

Page 50: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

33

lampiran 7Kuisioner

KODE

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT

GIZI TARUNA PADA AKADEMI IMIGRASI DEPOK, JAWA

BARAT

Nama Responden :

Enumerator :

Tanggal Wawancara :

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 51: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

34

KARAKTERISTIK RESPONDEN

A

1 Jenis Kelamin 1. laki-laki 2. Perempuan

A

2 Tempat, tanggal lahir

A

3 Usia

A

4 telepon/HP

A

5 Agama

A

6 Berat Badan

A

7 Tinggi badan

KARAKTERISTIK ORANG TUA

B

1

Usia Orangtua

Ayah:

Ibu:

B

2

Pekerjaan *

Ayah:

Ibu:

Pokok (utama) Tambahan

B

3

Pendidikan formal orang Tua:

Ayah:

Ibu:

Ijazah terakhir

Lamanya

pendidikan

B

4

Pendapatan Orang tua (Rp/bulan):

Ayah:

Ibu:

Pokok (utama) Tambahan**

B

5

Alokasi uang saku (Rp/bulan):

- Makanan

- Transportasi

- Pendidikan

- Komunikasi

- Hiburan

- Lainnya

- ………………..

- …………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Rp……………………………………

Keterangan : * (1) Tidak bekerja ; (2) PNS; (3) Petani; (4) TNI/ABRI; (5)

Pedagang; (6) Pegawai Swasta; (7) Pensiunan; (8) Guru; (9) IRT; (10) lainnya.

** pendapatan dari pekerjaan tambahan, pemberian dari anak perbulan, dll.

Page 52: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

35

C. KONSUMSI PANGAN

Kualitatif

N

No Pertanyaan

Jawaban

Hari

akademik

Hari Libur

1

1.

Berapa kali anda makan dalam sehari?

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali d. >3 kali

2

2.

Apakah anda sarapan pagi?

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang

b. Jarang d. Selalu

3

3.

Apa yang biasa anda makan saat sarapan?

a. Mie c. Nasi + lauk pauk

b. Roti d. Lainnya,

sebutkan

4

4.

Apa ada makanan selingan setelah sarapan?

a. a. Tidak

b. b. Ya, sebutkan

5

5.

Bagaimana susunan menu makan siang anda?

a. Nasi, lauk hewani

b. Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur

c. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah

d. Lainnya, sebutkan….

6

6.

Apa ada makanan selingan setelah makan siang?

a. Tidak

b. Ya, sebutkan………………………

7

7.

Bagaimana susunan menu makan malam anda?

a. Nasi, lauk hewani

b. Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur

c. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah

d. Lainnya, sebutkan….

8

8.

Apa anda mengonsumsi makanan lain setelah

makan malam?

a. Tidak

b. Ya, sebutkan……….

9

9.

Berapa gelas anda minum air putih dalam sehari?

a. <5 gelas c. 7 gelas

b. 5-6 gelas d. ≥ 8

gelas

1

10.

Apakah anda suka mengonsumsi fastfood ?

a. Tidak Pernah c. Kadang-kadang

b. Jarang d. Selalu

1

11.

Apakah anda mengonsumsi minuman olahraga

(sport drink)?

Page 53: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

36

a. Tidak

b. Ya, (sebutkan merk dan kemasan)

1

12.

Berapa banyak anda mengonsumsi sport drink

setiap hari?

a. Tidak pernah

b. ……………. (gelas/botol/sachet/kaleng)

1

13.

Sebutkan alasan anda makan diluar makanan yang

telah disediakan (jawaban boleh lebih dari 1)

a. Suasana dan tempat nyaman

b. Makanan lebih bervariasi

c. Harga terjangkau

d. Rasa makanan yang lebih enak

e. Alasan lain………………………………

Page 54: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

37

D. FREKUENSI KONSUMSI PANGAN

N

No Jenis Pangan

Frekuensi Pangan per* Kuantitas

per kali

Biaya per

kali Hr (1)

Mgg (2)

Bln (3)

Thn (4)

1

1.

Pangan Pokok

Beras, nasi

Lontong

Mie Instan

Bihun

jagung dan

olahannya

Singkong, ubi,

kentang

Lainnya,

sebutkan..

2

2.

Pangan Nabati

Tempe

Tahu

Kacang Hijau

Kacang Tanah

Kedelai

Kacang merah

Lainnya,

sebutkan..

3

3.

Pangan hewani:

Daging sapi

Daging kambing

Ayam

Telur ayam

Telur bebek

(telur asin)

Telur puyuh

Hati

Sosis

Ikan

Udang

Sarden

Lainnya,

sebutkan..

4

4.

Sayuran:

Bayam

Kangkung

Sawi

Wortel

Buncis

Page 55: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

38

N

No Jenis Pangan

Frekuensi Pangan per* Kuantitas

per kali

Biaya per

kali Hr (1)

Mgg (2)

Bln (3)

Thn (4)

Tauge

Jamur

Daun Singkong

Kacang panjang

Lainnya,

sebutkan..

5

5.

Buah-buahan

Pisang

Pepaya

Mangga

Melon

Apel

Jeruk

Semangka

Jambu

Alpukat

Lainnya,

sebutkan..

6

6.

Susu dan

olahannya:

susu segar

susu kental

manis

Yoghurt

Keju

Es krim

Lainnya,

sebutkan..

7

7.

Makanan

jajanan

Bakso

Biskuit, Wafer,

Cookies

Kelepon

Siomay

Lainnya,

sebutkan..

*Keterangan : (1)

hari, makanan yang selalu dikonsumsi setiap hari (2)

minggu, makanan yang dikonsumsi dalam seminggu tetapi

tidak dikonsumsi setiap hari (3)

bulan, makanan yang dikonsumsi dalam sebulan tetapi tidak

dikonsumsi setiap hari maupun setiap minggu

Page 56: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

39

(4) tahun, makanan yang dikonsumsi dalam waktu satu

tahun tetapi tidak dikonsumsi setiap hari, minggu maupun bulan

Konsumsi Pangan Taruna pada Hari Pendidikan

Recall Konsumsi pangan 2 x 24 jam

Hari Pendidikan

Waktu makan Nama

Makanan

Bahan Pangan Jumlah Biaya

(Rp) URT Berat

(gram)

Pagi

(06.00 –

10.00)

Selingan 1

(10.00 –

12.00)

Makan siang

(12.00-15.00)

Selingan 2

(15.00 –

17.00)

Page 57: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

40

Makan Malam

Konsumsi Pangan Taruna pada Hari Pendidikan

Recall Konsumsi pangan 2 x 24 jam

Hari Libur

Waktu makan Nama

Makanan

Bahan Pangan Jumlah Biaya

(Rp) URT Berat

(gram)

Pagi

(06.00 –

10.00)

Selingan 1

(10.00 –

12.00)

Makan siang

(12.00-15.00)

Page 58: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

41

Selingan 2

(15.00 –

17.00)

Makan Malam

Page 59: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

42

Aktivitas Fisik Hari Pendidikan Tanggal :

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

04.00

(Pagi)

05.00

06.00

07.00

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

00.00

Page 60: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

43

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

01.00

02.00

03.00

Page 61: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

44

Aktivitas Fisik Hari Libur

Tanggal :

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

04.00

(Pagi)

05.00

06.00

07.00

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

1.700

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

00.00

Page 62: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

45

Waktu

24 Jam

Lama Aktivitas (menit)

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

01.00

02.00

03.00

Page 63: ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN DAN HUBUNGANNYA … · dibandingkan non pangan (48.3%). Pengeluaran untuk pangan rata-rata meningkat sebesar 14.7% pertahun. Tingkat kualitas dari sumberdaya

46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1992. Penulis merupakan

putri bungsu dari empat bersaudara pasangan Abdul Gani dan Nurohma.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1997-2003 di Madrasah Ibtidaiyah

Salafiyah Syafi’iyah dan melanjutkan masa pendidikan di MTsN 3 Jakarta tahun

2003-2006 serta SMA Negeri 66 Jakarta tahun 2006-2009. Penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk

IPB). Setelah satu tahun mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama (TPB),

penulis melanjutkan studi di mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi,

seperti Gentra Kaheman dan Koperasi Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif

mengikuti kegiatan kepanitiaan tingkat Departemen dan Fakultas, seperti

pemilihan Duta FEMA 2011, Nutrition Fair 2012, Masa Perkenalan Departemen

2011, Peduli Gizi Indonesia 2012 dan Musyawarah Nasional Ikatan Lembaga

Mahasiswa Gizi Indonesia (ILMAGI) 2012. Penulis juga pernah menjadi ketua

Klub Kulinari HIMAGIZI 2012/2013.

Pada bulan Juli- Agustus 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi

(KKP) di Desa Sukareja, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa

Barat. Pada bulan Maret-April 2013 penulis melaksanakan Internship Dietetic di

Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Kasus yang ditangani oleh penulis saat

Internship Dietetic adalah kasus bedah mayor, kasus penyakit dalam dan kasus

anak (gizi buruk).