ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A113170_sitedi_SKRIPSI...
Transcript of ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/D1A113170_sitedi_SKRIPSI...
i
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN
USAHA PEMASARAN KELAPA MUDA
DI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Oleh:
SAMSUL
NIM. D1A113170
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
ii
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN
USAHA PEMASARAN KELAPA MUDA
DI KOTA KENDARI
Skripsi
diajukan kepada Fakultas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh:
SAMSUL
NIM. D1A113170
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI
TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL
JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI
PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Agustus 2017
SAMSUL
NIM. D1A113170
iv
iii
v
iv
vi
ABSTRAK
SAMSUL (D1A113170). Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pemasaran
Kelapa Muda di Kota Kendari. Dibimbing oleh Rosmawaty sebagai Pembimbing
I dan Yusna Indarsyih sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetehui (1) biaya yang dikeluarkan pada
usaha pemasaran kelapa muda di Kota Kendari, (2) pendapatan yang diperoleh
pada usaha pemasaran kelapa muda di Kota Kendari dan (3) efisiensi biaya R/C
pada usaha pemasaran kelapa muda di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan
Metode kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh penjual kelapa muda
gelondongan di Kota Kendari. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode sensus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) rata-rata
biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran kelapa muda adalah sebesar Rp
6.831.584/bulan, (2) sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 59.547.827
per bulan dengan nilai rata-rata sebesar Rp 4.253.416 per bulan dan (3) efisiensi
biaya R/C ratio pada usaha pemasaran kelapa muda adalah 1,6 artinya lebih besar
dari 1 dalam artian bahwa usaha pemasaran kelapa muda menguntungkan dan
layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: Biaya, Pendapatan, efisiensi biaya R/C.
v
vii
ABSTRACT
SAMSUL (D1A113170). Cost Analysis and Income of Young Coconut
Marketing Enterprises in Kendari City. Guided by Rosmawaty as Advisors I and
Yusna Indarsyih as mentors II
This study aims to recognize (1) the cost incurred in the marketing of young
coconut in Kendari City, (2) income earned on young coconut marketing business
in Kendari City and (3) R/C cost efficiency at young coconut marketing business
in Kota Kendari. This study uses Quantitative method. The population of this
research is all sellers of young coconuts in Kendari City. Determination of
sample in this research is using census method. The results of this study show that
(1) the average cost incurred in the marketing of young coconut is Rp
6,831,584/month, (2) while the total cost of revenue is Rp 59,547,827 per month
with the average value of Rp 4.253.416 per month and (3) cost efficiency R/C
ratio on marketing of young coconut is 1.6 means greater than 1 in the sense that
young coconut marketing business is profitable and feasible to Developed.
Keywords: Cost, Income, efficiency R/C cost.
vi
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya jualah, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) pada Jurusan/Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari. Seiring
dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghormatan kepada Ibu Dr. Rosmawaty, S.P., M.Si. sebagai Pembimbing I dan
Ibu Yusna Indarsyih, S.P., M.S. sebagai Pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis
tujukan khusus kepada Ayahanda La Yta dan Ibunda Wantamo atas perhatian,
fasilitas, dukungan dan do’anya kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:
1. Rektor, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan/Program Studi
Agribisnis, Universitas Halu Oleo (UHO) yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu
Oleo (kampus harapan, kepercayaan dan kebanggaan bangsa).
2. Dosen penguji dan Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis
khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis
selama mengikuti pendidikan.
3. Pegawai staf administrasi Jurusan/Program Studi Agribisnis dan Fakultas
Pertanian atas urusan administrasi yang mendukung penulis dalam masa
pendidikan.
vii
ix
4. Kapala Asrama Ibnu Sina UHO, seluruh Pembina Asrama Ibnu Sina UHO,
Pembina Asrama Hasriani Tahun 2015 dan seluruh Mahasiswa Bidikmisi
Asrama Hasriani yakni Barzi Ahmad, La Bito S.Pt, Nazar Alnas, Dayat,
Saeruddin, dan Yusran yang telah berkontribusi dalam pembentukan karakter
penulis.
5. Kepada kakakku Idar dan adik-adikku Arsi, Arifudin, Katarina dan Mustam
yang telah mendoakan dan memberikan motivasinya selama penyusunan
skripsi.
6. Kepada sepupu-sepupuku Hidayah S.pd, Dewiyati S.Ners, Farni S.Kep,
Amran, Andi, Janah, Jumi, Suriani, Rika, Rizki yang selalu memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini.
7. Kepada sahabat-sahabatku mahasiswa Jurusan/Program Studi Agribisnis
angkatan 2013 yang terdiri atas Sunoko Bambang, S.P., Badriadi S.P.,
Filudin, Indra Setiawan, Rahmat India, La Idrus, Ridwan, Khayun, Ririn
Safitri, Dia Puspita Dewi, Masyita, Hartina, dan Irma yang telah banyak
memberikan bantuan berupa motivasi dan partisipasinya selama penyusunan
skripsi ini.
8. Kepada Teman-teman Musholla Az-zaytun Fakultas pertanian dan Remaja
Masjid Nurul Fikri 2017, yaitu Sunahdin, Barzi Ahmad, Nur Ahmad, Navil
yang selalu memberikan semangat dan setia mendampingi selama penulisan
skripsi.
9. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
viii
x
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan acuan yang
bermanfaat baik bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
ix
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul...................................................................................................... i
Halaman Judul.......................................................................................................... ii
Halaman Pernyataan................................................................................................. iii
Halaman Pengesahan................................................................................................ iv
Halaman Persetujuan Panitia Ujian.......................................................................... v
Abstrak..................................................................................................................... vi
Abstract.................................................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih ……………………………...……………........................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................. iix
Daftar Tabel ............................................................................................................. ix
Daftar Gambar.......................................................................................................... x
Daftar Lampiran…...................................................................................................
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan Teori...................................................................................... 6
A.1. Konsep Agribisnis ............................................................................ 6
A.2. Tanaman Kelapa …........................................................................... 8
A.3. Konsep Pemasaran ............................................................................ 10
A.4. Pedagang Kaki Lima ........................................................................ 12
A.5. Teori Biaya........................................................................................ 14
A.6. Teori Pendapatan .............................................................................
A.7. Cost-Ratio (R/C) ...............................................................................
18
20
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 21
C. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................
23
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 27
B. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 28
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28
E. Variabel Penelitian ................................................................................... 29
F. Analisis Data ............................................................................................ 29
G. Konsep Operasional .................................................................................
30
x
xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................ 32
A.1. Letak Dan Luas Wilayah...................................................................... 32
A.2. Keadaan Iklim...................................................................................... 34
A.3. Keadaan Demografi............................................................................. 35
B. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda........................................ 39
B.1. Umur..................................................................................................... 39
B.2. Tingkat Pendidikan.............................................................................. 40
B.3. Pengalaman Berdagang........................................................................ 41
B.4. Jumlah Tanggungan Keluarga.............................................................. 42
C. Karakteristik Usaha Kelapa Muda di Kota Kendari..................................... 44
C.1. Biaya Varibel........................................................................................ 44
C.2. Biaya Tetap .......................................................................................... 45
C.3. Struktur Biaya....................................................................................... 46
C.4. Jumlah Hasil Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan .......................... 47
C.5. Analisis Pendapatan Usaha Kelapa Muda............................................ 48
C.6. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C ratio)........................
50
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 51
B. Saran.............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 53
LAMPIRAN............................................................................................................. 56
xi
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Daging Kelapa Berbagai Tingkat Umur, Tahun 1986 ........ 10
2. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2015......................... 33
3. Keadaan iklim Kota Kendari Tahun 2014-2015...................................... 34
4. Keadaan Penduduk berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin di
Kota Kendari Tahun 2015........................................................................
36
5. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencahrian di Kota Kendari
Tahun 2014..............................................................................................
36
6. Penduduk Kota Kendari Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis
Kegiatan Tahun 2015...............................................................................
37
7. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Sosial Eonomi di Kota Kendari
Tahun 2015..............................................................................................
38
8. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Umur di Kota Kendari Tahun 2017.........................................................
39
9. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kota Kendari Tahun 2017................................................
41
10. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Pengalaman di Kota Kendari Tahun 2017...............................................
42
11. Karakteristik Pedagang Responden Berdasarkan Tingkat Tanggungan
Keluarga di Kota Kendari Tahun 2017....................................................
43
12. Total dan Rata-Rata Biaya Variabel yang Dikeluarkan Pedagang
Responden Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017 ........
44
13. Total dan Rata-Rata Biaya Tetap yang Dikeluarkan Pedagang
Responden Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017.........
45
14. Total dan Rata-Rata Struktur Biaya yang Dikeluarkan Pedagang
Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017...........................
47
15. Total dan Rata-Rata Hasil Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan
Usaha Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017................
16. Analisis Pendapatan Usaha Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan
April 2017................................................................................................
48
49
xii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.Kerangka Pikir Penelitian.....................................................................26
xiii
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Riwayat Hidup....................................................................................... 57
2. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 58
3. Identitas Responden Usaha Pemasaran Kelapa Muda di Kota
Kendari, 2017........................................................................................
59
4. Biaya Variabel yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota
Kendari, 2017........................................................................................
60 5. Biaya Penyusutan Alat Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari, 2017...... 62 6. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari,
2017...................................................................................................
65 7. Total Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari,
2017.................................................................................................................
66 8. Volume Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan Pedagang Kelapa Muda di
Kota Kendari, 2017..........................................................................................
67 9. Pendapatan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari, 2017........................... 68
xiv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera.L) merupakan tanaman jenis palma yang
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan, di Indonesia
merupakan Negara penghasil kelapa terbesar dunia. Sukamto (2001), kelapa di
Indonesia bersaing dengan kelapa sawit. Produk-produk unggulan kelapa antara
lain minuman segar dari kelapa, santan kelapa, kelapa parut kering, gula kelapa
dan kue kelapa. Selain itu produk-produk kelapa banyak digunakan pada
industri-industri non pangan antara lain, industri sabut kelapa, arang aktif,
aleokimia bahkan kerajinan tangan.
Pada umumnya penduduk Sulawesi Tenggara hidup dari sektor pertanian
terutama di sub sektor perkebunan, dimana sebagian besar masyarakatnya adalah
petani, salah satunya bergerak dibidang perkebunan kelapa. Sehingga diharapkan
kesejahteraan petani sebagian besar berasal dari usahatani kelapa. Di Provinsi
Sulawesi Tenggara produksi kelapa menduduki posisi ketiga dengan jumlah
produksi 30.047 ton tahun 2013 setelah kakao dan jambu mete dari total produksi
perkebunan Sulawesi Tenggara (BPS Sulawesi Tenggara, 2014). Pada tahun 2014
luas areal tanaman kelapa di Sulawesi Tenggara tercatat 57.049 ha dengan jumlah
produksi 41.420 ton, dalam sektor pertanian kelapa merupakan komoditas
tradisional yang secara komersial dapat dihasilkan dalam bentuk kopra, minyak
kelapa, makanan segar, dan lain-lain (BPS Sulawesi Tenggara, 2015).
2
Produksi kelapa di Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 sebesar 38.224 ton
dan mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2014 dengan nilai 41.420 ton dan
66.671 ton, kecuali antara tahun 2011 dan tahun 2013 mengalami penurunan
produksi, dengan nilai produksi 37.662 ton dan 30.047 ton. Data luas areal dan
produksi menunjukkan bahwa secara ekonomi usahatani kelapa merupakan salah
satu potensi sumber pendapatan utama bagi petani di Sulawesi Tenggara (BPS
Sulawesi Tenggara, 2015)
Komoditi perkebunan terbesar di Kota Kendari adalah kelapa setelah
kakao dan jambu mete. Pada tahun 2015 produksi kelapa di Kota Kendari
mencapai 301 ton. Jumlah tersebut tidak lebih kecil dibandingkan dengan
produksi kakao yaitu sebesar 304 ton. Kecamatan penghasil kelapa terbesar
adalah Kecamatan Puuwatu yaitu sebesar 123 ton (BPS Kota Kendari, 2016).
Produksi kelapa di Kota Kendari dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, pada tahun 2010 produksi sebesar 340 ton dan mengalami
penurunan produksi pada tahun 2012, 2013 dan 2014 sebesar 0,007 persen dengan
nilai produksi sebesar 300,07 ton, 300,05 ton dan 300,05 ton serta mengalami
peningkatan kembali di tahun 2011 dan 2015 sebesar 0,32 persen dengan jumlah
produksi 344 ton dan 301 ton (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kendari,
2016).
Kelapa adalah tanaman dengan banyak manfaat. Tanaman ini dapat
menyediakan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal, juga sebagai
sumber pendapatan dari produk-produk olahannya (Foale, 2003). Selain
sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai pendapatan
3
bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja,
pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, serta sebagai
pendorong tumbuh berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan
produk ikutannya di Indonesia (Rahman, 2010). Buah kelapa juga dapat diolah
menjadi produk-produk lain yang bernilai ekonomis. Alternatif produk yang
dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO), oleokimia, kelapa
parut kering, coconut cream/milk, arang tempurung, karbon aktif dan serat
kelapa. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan
pendapatannya 5-10 kali lipat dibandingkan dengan bila hanya menjual kopra
(Allorerung, et al., 2005).
Sebagian besar buah kelapa muda dijual para petani kelapa dalam bentuk
biji gelondongan melalui pedagang perantara kepada para pedagang eceran yang
sebagian besar berlokasi di pusat Kota Kendari. Berdasarkan survei awal di
lapangan diketahui bahwa ada sebanyak 14 orang yang bekerja sebagai pedagang
kelapa muda. Namun secara resmi data mengenai jumlah pedagang kelapa muda
di Kota Kendari ini belum tercatat.
Banyaknya jumlah pedagang kelapa muda eceran khususnya di Kota
Kendari karena permintaan konsumen terhadap kelapa muda meningkat, hal ini
sebabkan karena kelapa muda memiliki banyak manfaat baik sebagai bahan
makanan dan minuman yang disukai masyarakat selain itu juga memiliki manfaat
kesehatan bagi tubuh manusia. Berbagai faktor yang mempengaruhi penawaran
kelapa muda antara lain harga beli kelapa muda dari petani hanya berkisar antara
Rp 3.000, 3.500 sampai dengan Rp 4.000 per biji sedangkan harga jual kelapa
4
muda ke konsumen bervariasi mulai dari kisaran Rp 5.000, Rp 7.000, dan Rp
8.000 per biji tergantung jauh dekatnya lokasi penjualan dari pusat kota. Selain
itu lokasi penjualannya mudah dijangkau oleh konsumen dan buah kelapa muda
yang dijual bisa dalam bentuk biji gelondongan maupun dalam bentuk olahan
minuman siap saji. Namun di sisi lain banyak permasalahan yang terjadi
berkaitan dengan usaha pemasaran kelapa muda di Kota Kendari berdasarkan
pengamatan peneliti diketahui bahwa hampir semua pedagang kelapa muda tidak
memiliki lokasi yang tetap dan terpusat masih dalam bentuk sewa lahan dan
tersebar di berbagai titik di daerah Kota Kendari, selain itu maraknya muncul
pedagang kelapa muda musiman khususnya di Bulan Ramadhan yang menjadi
pesaing para pedagang sehingga harga jual yang ditetapkan pedagang bervariasi,
hal ini menyebabkan jumlah kelapa muda yang ditawarkan menurun sedangkan
kelapa muda merupakan produk hasil pertanian yang memiliki sifat tidak tahan
lama. Sehingga biaya yang dikeluarkan pedagang kelapa muda cukup besar
khususnya dalam penyediaan bahan baku dan tentunya ini berimplikasi terhadap
pendapatan pedagang kelapa muda. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar
belakang maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis
Biaya dan Pendapatan Usaha Pemasaran Kelapa Muda di Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah penelitian adalah:
1. Berapa biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran kelapa muda di Kota
Kendari?
5
2. Berapa besar pendapatan yang diperoleh pada usaha pemasaran kelapa muda
di Kota Kendari?
3. Berapa besar efisiensi biaya pada usaha pemasaran kelapa muda di Kota
Kendari?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran kelapa
muda di Kota Kendari.
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh pada usaha
pemasaran kelapa muda di Kota Kendari.
3. Untuk mengetahui besarnya efisiensi biaya pada usaha pemasaran kelapa
muda di Kota Kendari?
Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai bahan informasi kepada Pemerintah Kota dalam pembinaan sektor
informal pedagang kaki lima di Kota Kendari.
2. Sebagai bahan informasi bagi para pelaku usaha pemasaran kelapa muda
dalam mengembangkan usahanya.
3. Sebagai bahan referensi bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian
sejenis.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan Teori
Desripsi teori dalam penelitian ini terdiri dari konsep agribisnis, tanaman
kelapa, konsep pemasaran, pedagang kaki lima, teori biaya, teori penerimaan dan
teori pendapatan.
A.1 Konsep Agribisnis
Menurut asal muasalnya kata agribisnis berangkat dari kata agribusiness,
dimana agri=agriculture artinya pertanian dan Business berarti usaha atau
kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness)
adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian
berorientasi profit.
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan
komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan
penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha
yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian (Downey and Erickson, 1992).
Definisi yang lengkap dari pengertian agribisnis oleh Davis and Golberg
dalam Saptana et.al. (2003), yaitu: "Agribisnis included all operations
involved in the manufacture and distribution of farm suplies; production
operations on the farm; the storage, processing and distribution of farm
7
commodities made from them, trading (whosaler, retailers), consumers to it,
all non farm firm and institution serving them.." Dengan demikian, suatu sistem
agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri (industrial cluster)
yang terdiri dari empat subsistem, yaitu (1) subsistem agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yakni seluruh industri yang menghasilkan dan memperdagangkan
sarana produksi pertanian primer, seperti industri pembibitan/pembenihan,
industri agro-kimia, industri agro-otomotif, agri-mekanik dan lain- lain; (2)
subsistem agribisnis budidaya/usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan
yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer (farm product); (3) subsistem agribisnis hilir (downstream
agribusiness) yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk
olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) subsistem jasa penunjang
(supporting system agribusiness) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi
ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur, transportasi (fisik, normatif),
perkreditan, penelitian dan pengembangan, pendidikan pelatihan, kebijakan
pemerintah, dan lain-lain.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan definisi ini
dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan
pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the
manufacture and distribution of farm supplies), produksi usahatani (production on
the farm) dan pemasaran (marketing) produk usahatani ataupun olahannya. ketiga
8
kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu
kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis.
Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga
subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga penunjang.
A.2 Tanaman Kelapa
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan,
tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisio : Aogiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L
Pohon kelapa termasuk jenis palmae yang berumah satu (monokotil).
Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Ada kalanya pohon
kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,
misalnya akibat serangan hama tanaman (Warisno, 2003).
Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berbuah dengan baik
di daerah dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berubah dengan baik di
daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-450 m dari permukaan laut.
Pada ketinggian 450-1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat
9
tumbuh, waktu berbuahnya lebih lambat, produksinya lebih sedikit dan kadar
minyaknya rendah (Amin, 2009).
Tanaman kelapa merupakan jenis tanaman palem yang paling dikenal,
banyak tersebar di daerah tropis. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga
dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan
hibrida. Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam,
genjah dan hibrida (Amin, 2009).
Buah kelapa merupakan bagian paling penting dari tanaman kelapa karena
mempunyai nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Buah kelapa tua terdiri dari empat
komponen utama, yaitu 35 persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging
buah, dan 25 persen air kelapa. Daging buah kelapa selain nikmat disantap
langsung (terutama kelapa muda), atau dapat diproses lebih lanjut. Hal ini
dikarenakan pada umumnya produk pertanian memiliki sifat yang mudah rusak, maka
produk pertanian harus segera dipasarkan dalam bentuk segar atau dapat diolah
menjadi bahan pangan tahan simpan (Shantybio, 2006).
Kelapa muda adalah salah satu produk kelapa yang bernilai ekonomi
tinggi, karena mengandung nilai gizi yang tinggi dan sangat baik untuk kesehatan
manusia. Di negara-negara tropis, seperti India dan Bangladesh dilaporkan bahwa
sepertiga produksi buah kelapanya digunakan untuk konsumsi kelapa muda,
terutama air kelapa untuk minuman sehat. Buah kelapa yang dipanen untuk
kelapa muda adalah yang berumur 7 - 8 bulan, bahkan pada saat suhu udara yang
sangat tinggi di Bangladesh, konsumsi kelapa muda meningkat terutama untuk air
kelapa sebagai pengganti air tubuh yang hilang, yaitu buah kelapa yang berumur 6
10
- 6,5 bulan. Buah kelapa pada umur ini belum membentuk daging buah, sehingga
yang dikonsumsi memang hanya air kelapanya, bahkan kadar sukrosa masih
sangat rendah (Shantybio, 2006). Tabel 1 menguraikan tentang komposisi daging
kelapa berbagai tingkat umur.
Tabel 1. Komposisi Daging Kelapa Berbagai Tingkat Umur, Tahun 1986
Analisis (100g) Buah Muda Buah ½Tua Buah Tua
Kalori, kal 68 kal 180 kal 359 kal Protein, gr 1 4 3.4 Lemak, gr 0.9 13 34.7 Karbohidrat, gr 14 10 14 Kalsium, mg 17 8 21 Fosfor, mg 30 35 21 Besi, mg 1 0.5 2 Aktivitas Vit. A, IU - 10 - Thiamin, mg - 70.1
Asam Askorbat, mg 4 4 2 Air, gr 83.3 70 46.9
Sumber: Thieme, J.G. (1986).
A.3 Konsep Pemasaran
Pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi
bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder
(pelanggan, karyawan, dan pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing
merupakan ilmu pengetahuan yang objektif yang diperoleh dengan penggunaan
instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam
membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran yang saling
menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau
pemakai. Sebagai strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian
suatu organisasi yang berorientasi pasar dalam menghadapi kenyataan bisnis baik,
11
dalam lingkungan mikro maupun lingkungan makro yang terus berubah (Hasan,
2014).
Menurut Hasyim (2012), pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan
untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara
paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Dalam
pemasaran terjadi suatu aliran barang dari produsen ke konsumen dengan
melibatkan lembaga perantara pemasaran. Seluruh lembaga perantara pemasaran
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan saluran pemasaran,
karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang, maka biaya pemasaran
yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
mendistribusikan barang dan jasa dalam memuaskan kebutuhan kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial (Swastha dan Sukotjo, 2002). Pemasaran
adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,
2002).
Konsep pemasaran adalah falsafah manajemen pemasaran mengatakan
bahwa, untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran (target market ) dan memuaskan pelanggan secara
lebih efektif dan efisien dari pada yang dilakukan pesaing (Kotler dan Amstrong,
2005). Sudah sewajarnya jika segala kegiatan perusahaan harus dicurahkan untuk
12
mengetahui apa yang diinginkan konsumen kemudian memuaskan konsumen
tersebut dan pada akhirnya perusahaan bertujuan memperoleh laba.
A.4 Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit
berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk
memenuhi kebutuhan kelompok tertentu didalam masyarakat, usaha tersebut
dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana
lingkungan yang informal. Pedagang kaki lima sangat populer di negara kita.
Kepopuleran pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti yang positif dan
mungkin juga dalam arti negatif. Positifnya pedagang kaki lima pasti dapat
menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur. Para
penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun
tanpa modal. Negatifnya, pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib,
keamanan, kebersihan, dan kebisingan (Alma, 2009).
Di dalam PERDA No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6 adalah pedagang
yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu dengan
mempergunakan sarana/perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar
pasang dan mempergunakan fasilitas umum sebagai tempat usahanya.
Menurut hasil penelitian dari Fakultas Hukum Unpar tahun 1980 yang
berjudul “Masalah Pedagang Kaki Lima di Kotamadya Bandung dan
penertibannya melalui operasi TIBUM”, menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan pedagang kaki lima ialah orang (pedagang-pedagang) golongan ekonomi
13
lemah, yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan
modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di
tempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat
di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini umumnya terletak
didepan toko dan tepi jalan (Alma, 2009).
Lupiyadi dan Jero Wacik dalam Laporan Penelitian Pendidikan (2002)
menjelaskan pedagang kaki lima termasuk pedagang kecil dan mereka
melakukan usaha yang tidak tergantung kepada pemilik dan manajemennya
serta tidak menguasai atau mendominasi pasar dimana dia berada. Pedagang kaki
lima adalah sektor informal yang melakukan aktifitas ekonominya menggunakan
ruas trotoar yang tidak mendapatkan tempat yang sebenarnya dari pemerintah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
pedagang kaki lima adalah salah satu kegiatan ekonomi dalam wujud sektor
informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang membuka usahanya dalam
bidang produksi dan jasa dengan menggunakan modal yang relatif kecil dan
menempati ruang publik.
Menurut Alma (2009), ada beberapa ciri-ciri pedagang kaki lima ialah:
a) Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik.
b) Tidak memiliki surat izin usaha.
c) Tidak teratur dalam kegiatan berusaha, baik ditinjau dari tempat usaha
maupun jam kerja.
d) Bergerombol di trotoar, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat
dimana banyak orang ramai.
14
e) Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari
mendekati konsumen.
A.5 Teori Biaya
Biaya adalah harga pokok yang telah memberikan manfaat dan telah habis
dimanfaatkan. Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik
yang berwujud maupun tidak berwujud yang dapat ditukar dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan harga pokok dan harga
jual.
Menurut Supriyono (2000), biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue
yang akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Sedangkan menurut
Simamora (2000), biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau dimasa
mendatang bagi organisasi. Serupa dengan hal tersebut Mulyadi (2009)
menyatakan bahwa pengertian biaya dalam artian luas adalah “biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Husen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa “biaya adalah aset kas atau
nonkas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan keuntungannya
bagi perusahaan pada masa sekarang atau masa yang akan datang”. Menurut
Mulyadi (2009) biaya dapat digolongkan menjadi 5 golongan besar yaitu:
15
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran. Menurut cara
penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan
bakar”.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur,
ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok:
a. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi bahan produk jadi yang siap untuk dijual.
Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji
karyawan baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan
dengan proses produksi. Biaya produksi secara garis besar dibagi
menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik.
b. Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Yang termasuk kedalam
kegiatan pemasaran adalah biaya iklan dan biaya promosi.
c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya
yang termasuk ke dalam biaya ini adalah biaya gaji karyawan.
16
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi 2 golongan.
a. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung dapat dengan
mudah diindentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produk
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik.
4. Penggolongan biaya menurut perlakuan dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas.
a. Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
17
b. Biaya semi variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur
biaya variabel.
c. Biaya semi fixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan
tertentu. Contoh: gaji direktur produksi.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Jika dilihat
menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi:
a. Pengeluaran modal
Biaya ini hanya mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Contoh pembelian aktiva tetap.
b. Pengeluaran pendapatan
Biaya ini hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi
pengeluaran tersebut. Contoh: biaya telepon, biaya iklan.
Menurut Sudarman (2001), total biaya adalah total biaya tetap ditambah
dengan total biaya variabel. Total biaya dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
18
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp).
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) (Rp).
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) (Rp).
A.6 Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan
seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan
kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Sukirno (2000), pendapatan
individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumahtangga dalam
perekonomian dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya dari sumber lain. Selanjutnya menyatakan pada tahun 2006, bahwa
pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi
kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun
tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa
nilai uang yang diterima dari penjualan pokok yang dikurangi biaya yang telah
dikeluarkan.
Hendriksen (2000) menjelaskan bahwa pendapatan adalah secara umum
sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga
pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah
proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktik ini biasanya
pendapatan diakui pada saat penjualan.
Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan adalah hasil kali antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Selain itu, Pangandaheng (2012)
19
menyatakan pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari
pekerjaan dibidang jasa atau produksi, serta waktu jam kerja yang dicurahkan,
tingkat pendapatan perjam yang diterima.
Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah
output. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan
barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = Q x P
(Rahman, 2010).
Penerimaan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang dijual
dengan harga barang. Jika terdapat banyak barang maka cara menghitung
penerimaan adalah sebagai berikut:
R = ∑(Yi . Pyi)
Keterangan:
R = Penerimaan (Rp)
Yi = Jumlah Penjualan (Kg)
Pyi = Harga (Rp)
Menurut Sinungan (2003), kriteria pendapatan yang ditetapkan dalam
seminar pendapatan nasional dan salah satu pokok adalah batasan tingkat
pendapatan untuk tingkat pendapatan untuk kriteria pendapatan rendah, sedang
dan tinggi sebagai berikut:
1. Kriteria untuk pendapatan rendah
a. Penduduk yang pendapatan rendah yaitu Rp 1.000.000-Rp 10.000.000.
pertahun atau rata-rata Rp 750.000 perkapita perbulan.
b. Tidak memiliki pekerjaan tetap
c. Tidak memiliki tempat tinggal tetap (sewa)
20
d. Tingkat pendidikan terbatas
2. Kriteria untuk pendapatan sedang
a. Penduduk yang berpendapatan sedang yaitu Rp 10.000.000- Rp
25.000.000, Rp 1.250.000 perkapita perbulan.
b. Memiliki pekerjaan tetap
c. Memiliki tempat tinggal yang sederhana
d. Memiliki tingkat pendidikan.
3. Kriteria untuk pendapatan tinggi
a. Penduduk yang berpendapatan tinggi yaitu Rp 25.000.000-Rp
50.000.000 atau rata-rata Rp 2.083.333 perkapita perbulan.
b. Memiliki lahan dan lapangan pekerjaan
c. Memiliki tempat tinggal tetap
d. Memiliki tingkat pendidikan
A. 7 Cost-Ratio (R/C)
Soekartawi (2016), komponen biaya dapat dianalisis keuntungan usaha
dengan menggunakan analisis R/C. R/C adalah Singkatan dari (Revenue Cost
Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah usaha itu menguntungkan atau tidak dan
layak untuk dikembangkan. Jika hasil R/C lebih dari satu maka usaha tersebut
menguntungkan, sedangkan jika hasil R/C sama dengan satu maka usaha tersebut
dikatan impas atau tidak mengalami untung atau rugi dan apabila hasil R/C
kurang dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian.
21
Rahim dan Hastuti (2007), mengemukakan analisis R/C ratio merupakan
perbandingan (Ratio) antara penerimaan (Ravenue) dan biaya (Cost). Analisis ini
digunakan untuk menghitung besarnya penerimaan/pendapatan yang diperoleh
dari setiap rupiah. Rumus R/C sebagai berikut.
Dimana:
R = Penerimaan (Revenue)
C = Biaya (Cost)
Yi = Jumlah produk i
Pyi = Harga unit produk i
Xi = Input produksi i
Pxi = Harga per unit ke-i
Jika R/C mendekati 1 berarti efisiensi penggunaan modal rendah karena
jika R/C = 1 berarti perusahaan hanya mencapai kondisi pulang pokok. Artinya
jumlah penerimaan yang diperoleh hanya sebesar modal yang digunakan untuk
memperoleh penerimaan tersebut. Jika R/C < 1 berarti penggunaan modal rugi
karena jumlah penerimaan lebih kecil dari jumlah modal yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa nilai R/C yang makin lebih besar dari 1 berarti
penggunaan modal makin efisien.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Agus (2005) tentang tingkat pendapatan
pedagang es kelapa muda di Lombok Timur menemukan bahwa rata-rata
pendapatan pedagang es kelapa muda yaitu berkisar Rp 8.000.000-Rp
10.000.000/bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
pedagang es kelapa muda yaitu volume produksi dan jam kerja.
22
Penelitian lainnya tentang penjualan es kelapa muda yaitu Sutrisno (2007)
yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang es
kelapa muda di Manokwari yang menemukan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi pendapatan pedagang es kelapa muda yaitu cuaca. Jika cuacanya
cerah maka volume penjuaan dan pendapatan dapat meningkat, namun jika musim
penghujan tiba, maka usaha penjualan es kelapa muda tidak dapat dijalankan
sehingga mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan pedagang.
Penelitian yang dilakukan oleh Merta (2013) dengan judul Analisis
Komporatif Pendapatan Pedagang Kelapa Muda di Kelurahan Tatura Utara
dengan Kelurahan Talise Kota Palu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pendapatan pedagang kelapa muda di Kelurahan Tatura Utara relatif sama besar
dengan pendapatan pedagang kelapa muda di Kelurahan Talise. Hal ini
ditunjukkan oleh besarnya rata-rata pendapatan pedagang kelapa muda di Kelurahan
Tatura Utara selama 2 bulan sebesar Rp 5.952.660 atau dalam 1 bulan sebesar
Rp 2.976.330 sedangkan rata-rata pendapatan pedagang kelapa muda di
Kelurahan Talise selama 2 bulan sebesar Rp 5.590.025 atau dalam 1 bulan
sebesar Rp 2.795.013.
Penelitian yang dilakukan oleh Darmanto (2013) tentang Analisis Biaya
dan Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Wonosari, Kabupaten
Boalemo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur biaya usahatani pada
tahun 2009 sebesar Rp 316.803,55; tahun 2010 sebesar Rp 943.417,75; tahun
2011 sebesar Rp 1.138.167,80; dan tahun 2012 sebesar Rp 1.817.542,70.
Pendapatan tahun 2009 senilai Rp 683.196,20; tahun 2010 senilai Rp
23
1.947.082,25; tahun 2011 senilai Rp 2.343.282.20; dan tahun 2012 senilai Rp
2.058.967,30. Analisis R/C Ratio tahun 2009 sebesar 3,16; tahun 2010 dan 2011
masing-masing 3,06; dan tahun 2012 sebesar 2,13. Maka petani kelapa dalam di
Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo dikatakan
menguntungkan dikarenakan R/C Ratio > 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Firnawati (2016) dengan judul Analisis
Biaya Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut di Desa Ollo Selatan
Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi dengan permasalahan berapa biaya
produksi yang dikeluarkan oleh usahatani rumput laut di Desa Ollo Selatan
Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi dan berapa besar pendapatan yang
diperoleh usahatani rumput laut di Desa Ollo Selatan Kecamatan Kaledupa
Kabupaten Wakatobi serta usahatani rumput laut Desa Ollo Selatan Kecamatan
Kaledupa Kabupaten Wakatobi mengalami keuntungan, impas atau kerugian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani rumput
laut dalam satu kali proses produksi yaitu sebesar Rp 10.805.719,16, dengan R/C
rasio sebesar 8,75 berarti usaha budidaya rumput laut menguntungkan dan layak
untuk dikembangkan serta penggunaan biaya produksi efisien.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Pedagang adalah orang yang melakukan pembelian dan penjualan kembali
barang yang telah dibelinya dan atau menjual barang yang diproduksinya sendiri.
Pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah khusus pedagang kelapa
muda yang melakukan usaha pemasaran kelapa muda itu sendiri. Biaya adalah
24
harga pokok yang telah memberikan manfaat dan telah habis dimanfaatkan.
Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud
maupun tidak berwujud yang dapat ditukar dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya merupakan salah satu
faktor penting dalam menentukan harga pokok dan harga jual. Penggolongan
biaya menurut perlakuan dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
yakni: (1) biaya variabel yakni biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku, komunikasi,
pipet, tisu dan biaya plastik, (2) biaya tetap yakni biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh: sewa lahan/iuran, listrik, air dan
penyusutan alat.
Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar
arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Dalam pemasaran terjadi suatu
aliran barang dari produsen ke konsumen. Harga pokok produk bermanfaat bagi
manajemen untuk menentukan harga jual. Dalam menetapkan harga jual kelapa
muda, biaya bahan baku merupakan salah satu data yang dipertimbangkan
disamping biaya lain. Harga jual kelapa muda akan mempengaruhi besarnya
volume penjualan kelapa muda.
Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat pada tingkat pendapatan yang
diperoleh usaha itu sendiri karena tujuan utama usaha pada umumnya adalah
untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dan pencapaian pendapatan
merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup usaha yang kita
25
jalani. Pendapatan bisa didapat secara optimal, jika volume penjualan mencapai
hasil yang maksimal. Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan antara volume
penjualan dengan pendapatan dapat dilihat pada komponen-komponen biaya.
Volume penjualan terhadap pendapatan ada hubungan yang erat, karena dalam hal
ini dapat diketahui bahwa pendapatan akan timbul jika penjualan kelapa muda
lebih besar dibanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usaha
pemasaran kelapa muda diperoleh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran
usaha atau penerimaan total dikurangi total biaya dalam satu periode pemasaran.
Setelah itu akan dihitung R/C yakni perbandingan antara penerimaan dan biaya
agar diketahui apakah usaha yang dijalankan menguntungkan, impas atau rugi.
Berdasarkan kerangka pemikiran maka dirumuskan dalam bentuk Gambar 1.
26
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Struktur Biaya:
a. Biaya Variabel
b. Biaya Tetap
Pendapatan Usaha
Pemasaran Kelapa Muda
Usaha Pemasaran
Kelapa Muda
Penerimaan
Harga Jual
Pedagang
Volume Penjualan
Kelapa Muda
R/C
27
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari. Pemilihan lokasi
tersebut ditentukan secara purposive didasarkan pada pertimbangan bahwa di
lokasi tersebut, terdapat pedagang yang memasarkan khusus kelapa muda. Waktu
penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan April 2017.
B. Populasi dan Sampel
Pedagang kelapa muda dalam penelitian ini ditentukan dengan
mengunakan metode sensus. Dengan metode sensus maka seluruh populasi
pedagang kelapa muda menjadi sampel penelitian yakni sebanyak 14 orang
pedagang. Menurut Rianse dan Abdi (2009), pengambilan sampel secara sensus
yaitu apabila jumlah populasi kurang dari 50 orang. Pengunaan metode sensus
didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: (1) jumlah populasi pedagang
kelapa muda relatif kecil, (2) dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang
ciri dan sifat populasi pedagang kelapa muda, dan (3) dapat menghasilkan
gambaran yang lengkap dan dapat dipercaya tentang usaha pemasaran kelapa
muda yang dilakukan pedagang di lokasi penelitian.
28
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder:
1. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan melalui wawancara dengan pedagang kelapa muda.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga yang terkait yakni
BPS Provinsi, BPS Kota Kendari, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota
Kendari, serta hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung analisis
data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data primer adalah wawancara terstruktur dengan
menggunakan daftar pertanyaan serta melakukan pengamatan langsung
dilapangan.
2. Metode Pencatatan
Data sekunder dikumpulkan dengan mengoleksi berbagai data (dokumentasi)
yang berhubungan dengan hasil-hasil penelitian diberbagai sumber yang
relevan dengan penelitian ini.
29
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Identitas responden meliputi: umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah
tanggungan keluarga, dan pengalaman berdagang kelapa muda.
2. Profil usaha pemasaran kelapa muda meliputi: sewa lahan, jumlah bahan baku
kelapa muda, penyusutan alat, harga beli bahan baku kelapa muda, harga jual
kelapa muda, penerimaan dan pendapatan usaha pemasaran kelapa muda.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran kelapa
muda digunakan perhitungan total biaya sebagai berikut:
TC= FC + VC
Keterangan:
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp).
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp).
VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)
2. Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh pada usaha pemasaran kelapa
muda dengan mengunakan persamaan menurut Soekartawi (2016) sebagai
berikut:
a. TR = Y . Py
Keterangan:
TR = Total Penerimaan (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh dalam pemasaran kelapa muda
(Rp/buah)
Py = Harga (Rp)
30
b. Pd = TR - TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan Usaha (Rp)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
3. Untuk mengetahui efisiensi usaha mengunakan Rumus:
R/C=TR/TC
Keterangan:
TR = Penerimaan Total (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)
Dengan kriteria:
R/C Ratio > 1, berarti usaha i menguntungkan,
R/C Ratio < 1, berarti usaha i merugikan secara ekonomis
R/C Ratio = 1, berarti usaha i tidak merugikan dan tidak menguntungkan.
G. Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan pengertian dari istilah-istilah yang
digunakan yang juga merupakan batasan untuk mempermudah pengumpulan data
dan memperjelas ruang lingkup dalam penelitian terdiri dari:
1. Responden yaitu pedagang yang melakukan usaha pemasaran kelapa muda di
Kota Kendari (orang)
2. Umur adalah usia pedagang kelapa muda pada saat penelitian ini dilakukan
(Tahun).
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani pedagang
kelapa muda (Tahun).
4. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah tanggungan kepala keluarga (orang).
5. Pengalaman berdagang buah kelapa muda adalah lamanya pedagang kelapa
muda menekuni pekerjaan memasarkan buah kelapa muda (Tahun).
31
6. Bahan baku adalah buah kelapa muda yang dipasarkan oleh pedagang dalam
bentuk bulat utuh jenis varietas kelapa dalam (butir)
7. Harga beli yaitu harga bahan baku kelapa yang dibeli dan berlaku ditingkat
pedagang kelapa (Rp/butir).
8. Harga jual adalah harga buah kelapa muda ditingkat pedagang kelapa muda
yang berlaku pada saat transaksi dengan konsumen (Rp/butir).
9. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan dan
terus dikeluarkan walaupun jumlah buah kelapa muda yang dipasarkan
banyak atau sedikit (Rp/bulan).
10. Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah buah kelapa muda yang dipasarkan (Rp/bulan).
11. Total biaya adalah semua pengeluaran dalam usaha pemasaran buah kelapa
muda (Rp/bulan)
12. Penerimaan adalah jumlah harga dari total buah kelapa muda yang dipasarkan
setelah dikalikan dengan harga jual satuan buah kelapa muda yang dijual
(Rp/bulan).
13. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran usaha
atau penerimaan total dikurangi total biaya dalam satu periode pemasaran
(Rp/bulan).
14. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan ( Revenue) dan biaya
(Cost).
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran umum lokasi penelitian merupakan penjelasan mengenai
karakteristik Kota Kendari yang berisi letak dan luas wilayah, keadaan iklim, dan
keadaan demografi wilayah. Gambaran umum tersebut lebih rinci dalam bagian
ini.
A.1 Letak dan Luas Wilayah
Kota Kendari terletak di bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah
daratannya terdapat di dataran Pulau Sulawesi dan mengelilingi Teluk Kendari.
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai
Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara astronomis Kota Kendari terletak
dibagian selatan Garis Khatulistiwa, berada diantara 3 54’30” dan 4 5’05”
Lintang Selatan (LS) dan membentang dari Barat ke Timur di antara
122 26’33’dan 122 39’14’’ Bujur Timur (BT). Berdasarkan posisi geografisnya,
Kota Kendari memiliki batas-batas wilayah, yaitu:
1. Sebelah Utara: Kecamatan Soropia (Kabupaten Konawe);
2. Sebelah Timur: Kecamatan Moramo Utara ( Kabupaten Konawe Selatan) dan
Laut Banda;
3. Sebelah Selatan: Kecamatan Konda dan Kecamatan Ranomeeto (Kabupaten
Konawe Selatan); dan
4. Sebelah Barat: Kecamatan Sampara (Kabupaten Konawe Selatan)
33
Batas wilayah Kota Kendari sebagian besar adalah daratan. Ini
memudahkan pemasok buah kelapa dalam mendistribusikan buah kelapa dari luar
Kota Kendari. Posisi Kota Kendari yang dekat dengan sentra produksi kelapa di
Kabupaten Konawe Selatan (Moramo, Ranomeeto, Landono dan Soropia)
memungkinkan kelancaran pasokan buah kelapa di Kota Kendari.
Kota Kendari memiliki luas wilayah 267,37 atau 0,7% dari luas
daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 10 kecamatan dan 64
kelurahan. Secara jelas luas wilayah Kota Kendari menurut kecamatan disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Luas Wilayah Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2015
Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah
(Km2) (%) Terhadap Total
Abeli 13 43,85 16,40
Baruga 4 48,00 17,95
Poasia 4 37,74 14,12
Puuwatu 6 39,72 14,86
Mandonga 6 20,77 7,77
Kambu 4 24,63 9,21
Kendari Barat 9 19,11 7,15
Kendari 9 15,68 5,86
Wua-Wua 4 11,16 4,17
Kadia 5 6,71 2,51
Jumlah 64 267,37 100,0
Sumber: BPS Kota Kendari, 2016
Tabel 2 menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki luas wilayah
terluas adalah Kecamatan Baruga (48,00 ) dan kecamatan yang memiliki luas
wilayah tersempit adalah Kecamatan Kadia (6,71 ). Jika ditinjau berdasarkan
persebaran jumlah kelurahan pada setiap kecamatan di Kota Kendari, dapat dilihat
kecamatan yang memiliki kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Abeli dengan
13 Kelurahan dan kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan terkecil adalah
34
Kecamatan Baruga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Kambu dan Kecamatan Wua-
Wua dengan jumlah kelurahan masing-masing adalah 4 kelurahan. Ini
menunjukkan bahwa luas wilayah tidak berpengaruh terhadap penyebaran jumlah
kelurahan pada setiap kecamatan di Kota Kendari. Kelurahan yang mandiri dan
maju adalah wilayah pasar yang potensial bagi pemasaran produk pertanian
termasuk buah kelapa.
A.2 Keadaan Iklim
Keadaan iklim berpengaruh dalam pemasaran buah kelapa di Kota
Kendari. Faktor pembentuk iklim yang sangat berpengaruh dalam pemasaran buah
kelapa adalah intensitas cahaya matahari, curah hujan dan suhu udara. Ini
disebabakan karena intensitas cahaya matahari dan suhu udara berpengaruh
terhadap kebutuhan konsumsi air manusia termasuk air kelapa muda. Curah hujan
yang terlalu tinggi dapat menurunkan supply buah kelapa muda dari sentra
produksi kelapa serta menurunkan juga tingkat serapan buah kelapa muda di
pasaran. Keadaan iklim di Kota Kendari selama 2 (dua) tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Keadaan Iklim Kota Kendari, Tahun 2014-2015
Keadaan Iklim Tahun
2014 2015
Intensitas Cahaya Matahari (rata-
rata/tahun)
172,0 169,0
Curah Hujan (mm/tahun) 2.263,6 1.595
Maksimun 31,8 33,24
Suhu (ْC) Minimun 23,4 21,8
Rata-rata 26,8 26,9
Sumber: BPS Kota Kendari, 2015-2016
35
Tabel 3 menunjukkan bahwa curah hujan Kota Kendari berada diatas
1500-2.000 mm/tahun. Curah hujan pada tahun 2015 adalah sejumlah 1.595
mm/tahun, menurun dari tahun sebelumnya dengan jumlah 2.263,6 mm/tahun
2014. Perubahan pola dan intensitas curah hujan di Kota Kendari mengikuti
iklim global yang tidak menentu. Kota Kendari juga memiliki fluktuasi suhu
harian sepanjang tahun. Suhu maksimun tahun 2014 dan tahun 2015 tidak
terlampau jauh, yaitu 31,8 dan 33,2 , dan keadaan serupa pula terjadi pada
suhu minimun yang tidak memiliki perbedaan yang jauh, yaitu 23,4 . Tahun
2014 dan 21,8 . tahun 2015. Sedangkan suhu rata-rata tahunan Kota Kendari
hampir sama, dimana pada Tahun 2014 suhu rata-rata tahunan sebesar 26,8 .
sementara pada tahun 2015 hanya sebesar 26,9 .
A.3 Keadaan Demografi
Keadaan demografi pendidik Kota Kendari ditabulasi berdasarkan
golongan umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan, jenis dan jumlah sarana
dan prasarana sosial ekonomi. Keadaan demografi memiliki peran dalam
mendukung pemasaran buah kelapa. Jumlah penduduk dan jenis mata pencaharian
merupakan bagian dari potensi target pasar, sementara jenis dan jumlah sarana
dan prasarana merupakan faktor pendukung pemasaran produk kelapa. Kelemahan
dari faktor demografis adalah bagian dari hambatan dalam pemasaran produk
kelapa muda. Gambaran mengenai keadaan penduduk berdasarkan golongan umur
dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.
36
Tabel 4. Keadaan Penduduk berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin di
Kota Kendari Tahun 2015.
Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin( jiwa) Total
(jiwa)
%
Laki-Laki % Perempuan %
≤14 52.169 29,8 49.802 28,93 101.971 29,3
15-54 112.044 63,90 111.267 64,63 223.311 64,3
≥55 11.124 6,3 11.090 6,44 22.214 6,4
Total 175.337 100,00 172.159 100,00 347.496 100,00
(Sumber: BPS Kota Kendari, 2016)
Tabel 5 menunjukkan bahwa umur produktif mendominasi penduduk Kota
Kendari sejumlah 223,311 jiwa. Ini menunjukkan pula bahwa potensi sumberdaya
manusia yang besar bagi pembangunan dan pengembangan usaha atau industri
hilir yang membutuhkan buah kelapa gelondongan. Jumlah penduduk Kota
Kendari yang besar memungkinkan penyerapan konsumsi buah kelapa yang cepat.
Penduduk Kota Kendari terbagi atas beberapa jenis pekerjaan. Secara
umum, gambaran mata pencaharian penduduk di Kota Kendari dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Kota Kendari
Tahun 2014.
Jenis
Pekerjaan
Jenis Kelamin(jiwa) Total
(jiwa)
%
Laki-Laki % Perempuan %
Pertanian 6.911 8,71 401 0,93 7.312 5,97
Manufaktur 20.720 26,12 3.298 7,24 24.018 19,61
Jasa-jasa 51.702 65,17 39.468 91,43 91.170 74,42
Jumlah 79,333 100,00 43.167 100,00 122.500 100,00
(Sumber: BPS Kota Kendari, 2015)
Tabel 5 menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat Kota Kendari
sebagian besar sebagai penyedia jasa-jasa yang memiliki keuntungan cepat yang
menunjang pemenuhan ekonomi keluarga. Keuntungan yang cepat dan pasti pula
memungkinkan terhadap peningkatan permintaan produk kuliner termasuk air
37
kelapa muda segar. Pekerjaan sebagai penyedia jasa sudah tentu melelahkan dan
menikmati produk kelapa muda merupakan salah satu alternatif untuk melepas
penat/lelah dan bersantai.
Keadaan demografi pula tidak lepas dari aktivitas penduduk termasuk
memiliki pekerjaan atau masih mencari pekerjaan serta aktivitas lainya. Data
mengenai aktivitas penduduk Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penduduk Kota Kendari Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis
Kegiatan, 2015.
Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin Total %
Laki-Laki % Perempuan %
A. Angkatan Kerja
Bekerja 84.344 68,1 49.256 40,02 133.600 54,09
Mencarai Pekerjaan 5.643 4,6 8.001 6,50 13.644 5,52
B. Bukan Angkatan Kerja
Sekolah 25.666 20,7 25.034 20,33 50.700 20,53
Mengurus Rumahtangga 5.298 4,3 39.905 32,42 45.203 18,30
Lainnya 2.956 2,3 893 0,73 3.849 1,56
Jumlah 123,907 100,00 123.089 100,00 246.996 100,00
Sumber: BPS: Kota Kendari 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa angkatan kerja penduduk Kota Kendari yang
bekerja sebesar 54,09% menunjukkan presentase yang lebih besar dibanding
dengan yang mencari pekerjaan yakni sebesar 5,52%, bahkan lebih tinggi dari
total presentase bukan angkatan kerja sebesar 40,39%. Keadaan ini merupakan
salah satu potensi bagi pemasaran kelapa muda dikarenakan Kota Kendari
memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik.
Perkembangan suatu daerah tentunya tidak terlepas dari ketersediaan
sarana dan prasarana baik sarana sosial maupun sarana ekonomi pada segala aspek
kehidupan sebagai faktor penunjang yang sangat penting bagi masyarakat dalam
melakukan aktivitasnya. Sarana dan prasarana sangat berpengaruh dalam
38
distribusi kelapa muda. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan sarana dan
prasarana yang dapat dimanfaatkan penduduk Kota Kendari dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Sosial Eonomi di Kota Kendari
Tahun 2015
Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan
Sarana sosial
Sekolah
SD/RA 115 unit
SD/MI 144 unit
SMP/MTs 55 unit
SMA/MA/SMK 55 unit
Kesehatan
Rumah Sakit dan Puskesmas 27 unit
Ekonomi
Pasar Umum 8 unit
Transportasi
Jalan Diaspal 422,29 Km
Jalan Tidak diaspal 91,25 Km
Sumber: BPS Kota Kendari, 2016.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Kota Kendari sudah
cukup memadai dengan jumlah TK/RA 115 unit, SD/MI 144 unit, SMP/MTs 55
unit dan SMA/MA serta SMK berjumlah 55 unit. Sarana pendidikan adalah faktor
yang menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik.
Sedangkan sarana kesehatan di Kota Kendari yang tersedia berjumlah 27 unit.
Keberadaan sarana kesehatan sanggatlah diharapkan oleh masyarakat dikarenakan
merupakan kebutuhan yang harus ada/tersedia. Sarana dan prasarana ekonomi
yang ada di Kota Kendari salah satunya yakni pasar umum yang berjumlah 8 unit.
39
B. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda
Identitas pedagang responden merupakan gambaran mengenai identitas
diri pedagang responden yang turut mempengaruhi kemampuannya dalam
memasarkan buah kelapa muda. Gambaran umum usaha pemasaran kelapa muda
meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman
berdagang kelapa muda.
B.1 Umur
Umur manusia berpengaruh terhadap tingkat kematangan berpikir dan
kemampuan fisik seorang dalam mengelola usahanya. Seorang pedagang yang
masih berumur muda memiliki kemampuan berpikir yang lebih maju, dinamis dan
lebih kuat dibanding dengan seorang yang usianya lebih tua. Menurut Undang-
Undang No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan bahwa kategori umur
produktif adalah mulai dari usia 15-64 tahun dan selebihnya masuk kategori umur
non produktif. Lebih jelasnya gambaran umur responden pemasaran kelapa muda
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Keadaan
Umur di Kota Kendari, 2017
No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 15 – 64 13 92,86
2. > 64 1 7,14
Total 14 100,00
Tabel 8 menunjukkan di Kota Kendari didominasi oleh pedagang
responden yang berumur produktif sebesar 92,86%. Artinya bahwa pedagang
responden kelapa muda di Kota Kendari lebih ditunjang oleh pelaku-pelaku usaha
40
yang berkemampuan fisik tinggi dan cenderung tanggap dengan perubahan serta
masih muda sehingga berpeluang untuk mengembangkan usaha yang lebih besar
lagi di masa yang akan datang. Sedangkan usia yang tidak produktif dari
pedagang responden kelapa muda yaitu sebesar 7,14%. Menurut para pedagang
responden kelapa muda, usaha ini hanya berdasarkan kesabaran dan kemauan
yang kuat serta ketekunan untuk tetap bertahan dalam usaha ini.
B.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dapat mempengaruhi pola pikir pedagang responden
kelapa muda dalam mengelola usahanya. Kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan kontrol atas pengembangan usaha
pemasaran kelapa muda merupakan indikator-indikator yang dapat membedakan
pola pikir yang dimiliki oleh setiap pedagang responden kelapa muda. Namun
demikian, pendidikan formal memberikan pedalaman wawasan yang berbeda-
beda berdasarkan tingkatannya. Oleh karena itu, makin tinggi pendidikan
pedagang responden kelapa muda, maka dia akan makin tanggap dalam
menghadapi persaingan pasar. Dalam pemasaran kelapa muda sudah pasti
memerlukan keterampilan dalam menghitung berbagai transaksi yang telah dan
akan dilakukan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang memperkuat pengetahuan
dalam pemasarannya. Untuk lebih jelasnya mengenai pendidikan formal pedagang
responden kelapa muda dapat dilihat pada Tabel 9.
41
Tabel 9. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kota Kendari, 2017
No. Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. SD 2 14,29
2. SMP 7 50,00
3. SMA 4 28,57
4. (S1) 1 7,14
Total 14 100,00
Tabel 9 menunjukkan pedagang responden kelapa muda di Kota Kendari
didominasi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak
7 orang (50%), dan sebanyak 1 orang (7,14%) telah menempuh pendidikan
tingkat sarjana (S1). Hal ini berarti bahwa pada umumnya pedagang responden
kelapa muda di Kota Kendari telah menempuh pendidikan formal, baik dari
pendidikan dasar, menengah, atas maupun perguruan tinggi.
B.3 Pengalaman Berdagang
Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh diluar
bangku sekolah dari suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, yang
sangat berguna bagi seseorang untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya,
khususnya pengalaman berdagang kelapa muda. Pengalaman usaha juga
membentuk mental bisnis yang semakin teguh dan mampu membentuk strategi
usaha yang lebih tepat. Soeharjo dan Patong (1984) mengkategorikan tiga
golongan kriteria pengalaman dalam melakukan usaha, yaitu kurang
berpengalaman (<5 tahun), cukup berpengalaman (5-10 tahun) dan
berpengalaman (>10 tahun). Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai
pengalaman pedagang responden kelapa muda dapat dilihat pada Tabel 10.
42
Tabel 10. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Pengalaman di Kota Kendari, 2017
No. Pengalaman Berdagang (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. < 5 7 50,00
2. 5 – 10 6 42,86
3. > 10 1 7,14
Total 14 100,00
Tabel 10 menunjukkan pedagang responden yang menjalankan usaha
pemasaran kelapa muda di Kota Kendari sebesar 7 orang atau 50% termasuk
dalam ketegori kurang pengalaman, jumlah pedagang responden dengan kategori
sedang berjumlah 6 orang atau 42,86% dan yang berada pada kategori
berpengalaman berjumlah 1 orang atau 7,14%. Kondisi pengalaman berdagang
yang masih minim memungkinkan para pedagang responden kelapa muda akan
mengalami kerugian dan keuntungan yang tidak begitu besar. Lama berdagang
akan berdampak pada jaringan pemasaran dan strategi pemasaran dalam bersaing,
sehingga usaha yang dijalankan bisa bertahan dan mengalami perkembangan
bahkan kemajuan.
B.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal
satu rumah dan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit
manajemen. Besarnya jumlah tanggungan keluarga sangat terkait dengan tingkat
pendapatan seseorang. Jumlah tanggungan yang semakin besar menyebabkan
seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang
lebih tinggi untuk membiayai kehidupanya.
43
Menurut Tohir (1982), apabila terdapat tiga orang jumlah tanggungan
keluarga dikatakan keluarga kecil, empat sampai enam orang dikatakan keluarga
sedang dan keluarga besar lebih dari enam orang. Jumlah anggota keluarga yang
produktif dapat menyediakan jumlah tenaga kerja keluarga yang besar pula dalam
berusaha sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Lebih jelasnya
mengenai keadaan pedagang responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Pedagang Responden Kelapa Muda Berdasarkan Tingkat
Tanggungan Keluarga di Kota Kendari, 2017
No. Jumlah Tanggungan Keluarga
(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 1 – 3 6 42,86
2. 4 – 6 7 50,00
3. > 6 1 7,14
Jumlah 14 100,00
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 11 menunjukkan pedagang responden di Kota Kendari 42,86%
termasuk dalam kategori keluarga kecil, sebesar 50% tergolong dalam kategori
keluarga sedang dan pedagang responden yang termasuk dalam kategori keluarga
besar hanya 7,14%. Artinya bahwa konsekuensi alokasi tenaga kerja dan
pendapatan pedagang termasuk kecil untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik
konsumsi maupun untuk kepentingan lain seperti pendidikan, kesehatan dan lain
sebagainya.
44
C. Karakteristik Usaha Kelapa Muda di Kota Kendari
Usaha kelapa muda di Kota Kendari tersebar dibeberapa kecamatan, antara
lain: di Kecamatan Mandonga tepatnya di Bundaran Stainless, dan Pasar Lawata,
Kecamatan Poasia tepatnya di Pasar Anduonohu serta berada di Kecamatan Kadia
tepatnya di Pasar Panjang. Biaya yang dikeluarkan pedagang responden terdiri
dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya-biaya yang dikeluarkan pedagang
kelapa muda dijelaskan pada uraian berikut ini
C.1 Biaya Variabel
Biaya variabel yakni biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel dalam penelitian ini adalah:
biaya barang dagangan, telepon, pipet, tisu, plastik dan biaya sampah yang
dikeluarkan pedagang responden selama proses penjualan kelapa muda selama
sebulan. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan usaha kelapa muda berdasarkan
biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Total dan Rata-Rata Biaya Variabel yang Dikeluarkan Pedagang
Responden Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Komponen Total (Rp)
Rata-rata (Rp)
1. Barang Dagangan 86.690.000 6.192.143
2. Plastik 165.000 11.786
3. Pipet 120.000 8.571
4. Telepon 313.000 22.357
5.
6.
Tisu
Sampah
136.000
1.650.000
9.714
117.857
Total Biaya Variabel (Rp) 89.074.000
Rata-rata Biaya Variabel (Rp) 6.362.429
45
Tabel 12 menunjukkan bahwa penggunaan biaya variabel usaha kelapa
muda di Kota Kendari yang tertinggi adalah biaya barang dagangan yaitu sebesar
Rp 6.192.143 hal ini disebabkan jumlah penggunaan barang dagangan yang besar
dapat memberikan pendapatan yang tinggi, sehingga semakin banyak barang
dagangan yg tersedia dan yang terjual maka pendapatan usaha kelapa muda akan
mengalami keuntungan yang tinggi. Sedangkan biaya yang terendah adalah biaya
pipet sebesar Rp 8.571 hal ini disebabkan karena pipet kurang digunakan dan
harganya juga relatif murah dibandingkan dengan biaya plastik, telepon dan biaya
sampah. Sehingga total biaya variabel usaha kelapa muda di Kota Kendari pada
bulan April adalah sebesar Rp 89.074.000 dengan rata-rata biaya variabel adalah
sebesar Rp 6.362.429.
C.2 Biaya Tetap
Biaya tetap yakni biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu. Biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari: sewa lahan/iuran,
listrik, air, sampah dan penyusutan alat. Lebih jelasnya mengenai keadaan
pedagang responden berdasarkan penggunaan biaya tetap dapat dilihat pada Tabel
13.
Tabel 13. Total dan Rata-Rata Biaya Tetap yang Dikeluarkan Pedagang
Responden Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan Aril 2017
No. Komponen Total (Rp) Rata-rata (Rp)
1. Penyusutan Alat
1. Pisau 3.625 259
2. Parang Kecil 6.771 484
3. Parang Besar 16.944 1.210
4. Gerobak Roli 63.889 4.563
46
2.
3.
4.
5. Terpal
6. Payung Tenda
7. Gelas
8. Sendok
Listrik
Air
Sewa Lahan
25.625
76.250
12.361
2.708
1.470.000
1.370.000
3.520.000
1.830
5.446
883
193
105.000
97.857
251.429
Total Biaya Tetap (Rp) 6.568.173
Rata-rata Biaya Tetap (Rp) 469.155
Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap yang tertinggi yaitu
biaya sewa lahan yakni sebesar Rp 3.520.000 hal ini disebabkan harga sewa lahan
relatif tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya lain. Selain itu lahan merupakan
tempat usaha sehingga merupakan kebutuhan yang pokok bagi pedagang
responden. Sedangkan biaya tetap yang terendah yaitu sendok sebesar Rp 2.708
hal ini dikarenakan harga dari sendok tersebut lebih murah dibandingkan dengan
peralatan lain. Sehingga total biaya tetap pedagang responden kelapa muda pada
bulan April adalah sebesar Rp 6.568.173 dengan nilai rata-rata biaya tetap adalah
sebesar Rp 469.155.
C.3 Struktur Biaya (Total Biaya)
Biaya total (Total Cost) adalah jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya total rata-rata yang digunakan dalam usaha pemasaran kelapa muda di Kota
Kendari dapat dilihat pada Tabel 14.
47
Tabel 14. Total dan Rata-rata Struktur Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa
Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017 No. Komponen Biaya Total (Rp)
1. Biaya Variabel 89.074.000
2. Biaya Tetap 6.568.173
Total Biaya 95.642.173
Rata-rata Total Biaya 6.831.584
Tabel 14 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penjumlahan dari total
biaya variabel yaitu sebesar Rp 89.074.000 dan total biaya tetap sebesar Rp
6.568.173 dalam usaha pemasaran kelapa muda di Kota Kendari, maka diperoleh
jumlah biaya total pada bulan April sebesar Rp 95.642.173 dengan rara-rata total
biaya sebesar Rp 6.831.584.
C.4 Jumlah Hasil Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan Kelapa Muda
Salah satu ukuran keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari volume
penjualan yang diperoleh. Volume penjualan yang tinggi menunjukkan bahwa
kelapa muda yang ditawarkan memiliki pangsa pasar yang bagus. Tercapainya
penjualan dengan keuntungan yang tinggi sangat ditentukan oleh kemampuan
pemilik usaha dalam mengkomunikasikan nilai dan memelihara hubungan yang
memuaskan konsumen baik sebelum maupun sesudah transaksi penjualan.
Kepuasan konsumen sangat ditentukan oleh harga yang pantas, kualitas barang
dagangan yang masih segar dan pelayanan yang diberikan/baik. Faktor penentu
kepuasan konsumen sangatlah berpengaruh terhadap pemasaran kelapa muda,
karena jika faktor pemuas konsumen tidak diutamakan maka akan terjadi peluang
48
kegagalan pemasaran. Lebih jelasnya mengenai keadaan pedagang responden
berdasarkan jumlah penjualan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Total dan Rata-rata Hasil Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan Usaha
Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017 No. Uraian Hasil (Biji) Harga Jual Penerimaan
1. Penjualan Tertinggi 3.000 8.000 24.000.000
2. Penjualan Terendah 150 5.000 750.000
Total 21.570 98.000 155.190.000
Rata-rata 1.541 7.000 11.085.000
Tabel 15 menunjukkan keadaan pedagang responden yang melakukan
usaha penjualan kelapa muda berdasarkan jumlah penjualan buah kelapa muda di
Kota Kendari tertinggi adalah sebesar 100 biji per hari dan 3.000 biji per bulan
dan jumlah penjualan buah kelapa muda terendah adalah sebesar 5 biji per hari
dan 150 biji per bulan dengan total penjualan sebesar 21.570 biji per bulan dengan
rata-rata 1.541 biji per bulan. Perbedaan jumlah penjualan yang diperoleh masing-
masing pedagang responden dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca,
lokasi/tempat penjualan dan kemampuan pedagang responden dalam memelihara
hubungan serta pelayanan yang baik terhadap konsumen.
C.5 Analisis Pendapatan Usaha Kelapa Muda
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya total
pemasaran yang dikeluarkan oleh pemilik usaha pemasaran kelapa muda.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usaha pemasaran kelapa muda maka
pemilik usaha harus pandai melihat perubahan iklim dan cuaca, pemilihan
tempat/lokasi penjualan serta menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
49
memperoleh penerimaan yang maksimal. Variasi tingkat harga buah kelapa muda
sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha pemasaran kelapa muda. Lebih
jelasnya mengenai Pendapatan Usaha Kelapa Muda dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisis Pendapatan Usaha Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan
April 2017
No. Komponen Nilai (Rp)
1. Total Penerimaan 155.190.000
2. Total Biaya Variabel 89.074.000
3. Total Biaya Tetap 6.568.173
4. Total Biaya 95.642.173
5. Pendapatan atas Biaya Variabel 66.116.000
6. Pendapatan atas Total Biaya 59.547.827
R/C atas Biaya Variabel 1,7
R/C atas Total Biaya 1,6
Jumlah hasil penjualan sebesar Rp 155.190.000 per bulan. Harga jual
kelapa muda sebesar Rp 7.000 per biji, sehingga rata-rata penerimaan pedagang
sebesar Rp 11.085.000 per bulan. Total biaya yang dikeluarkan pedagang selama
sebulan sebesar Rp 95.642.000 sehingga pendapatan atas biaya totalnya sebesar
Rp 59.547.827 per bulan. Sedangkan, besar rata-rata biaya variabel yang
dikeluarkan pedagang responden sebesar Rp 6.362.429 per bulan sehingga
pendapatan atas biaya variabel sebesar Rp 66.116.000 per bulan. Jika dilihat dari
sisi R/C ratio antara penerimaan dan biaya yakni 1,6 sehingga jika dilihat dari sisi
penerimaan dan pendapatan atas biaya total, maka usaha kelapa muda
menguntungkan bagi pedagang responden.
50
6.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Analisis R/C ratio)
Dari hasil analisis pendapatan dan biaya kelapa muda didapat rasio R/C
atas biaya total sebesar 1,6. Artinya bahwa untuk setiap satuan biaya total yang
dikeluarkan dalam kelapa muda, maka pedagang responden akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 1,6. Sedangkan rasio R/C atas biaya variabel adalah
sebesar 1,7 yang berarti bahwa untuk setiap satuan biaya variabel yang
dikeluarkan untuk usaha kelapa muda, maka pedagang responden akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,7. Berdasarkan nilai rasio R/C atas biaya
total yang lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,6, maka dapat disimpulkan bahwa
usaha kelapa muda menguntungkan bagi pedagang responden. Syarat suatu usaha
dikatakan menguntungkan jika rasio R/C atas biaya total lebih besar dari 1.
51
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usaha pemasaran kelapa muda di Kota
Kendari adalah sebesar Rp 6.831.584/bulan.
2. Pendapatan atas biaya variabel adalah Rp 66.116.000 per bulan, sedangkan
pendapatan atas biaya total adalah Rp 59.547.827 per bulan dengan
pendapatan rata-rata sebesar Rp 4.253.416 per bulan.
3. Dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya (analisis R/C ratio),
diperoleh nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,6 (lebih besar dari satu),
sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha kelapa muda Kota Kendari
menguntungkan bagi pedagang responden kelapa muda.
B. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Bagi para pelaku usaha pemasaran kelapa muda hendaknya perlu untuk lebih
selektif dalam memilih buah kelapa gelondongan yang dipasok oleh supplier,
untuk lebih terencana dalam mempersiapkan pemasaran setiap harinya,
mengelola limbah biji kelapa sehingga bernilai ekonomis dan meningkatkan
pelayanan.
2. Bagi pemerintah hendaknya mengusahakan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia para pelaku usaha pemasaran kelapa muda melalui pelatihan.
meningkatkan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.
52
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pemasaran kelapa
muda di Kota Kendari; dan analisis harapan konsumen dan pelaku usaha
pemasaran kelapa muda di Kota Kendari.
53
DAFTAR PUSTAKA
Allorerung, D., Z. Mahmud, A. Wahyudi, GS. Hardono, H. Novarianto, dan
HT.Luntungan. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Kelapa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jakarta.
Alma, Buchori. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung
Amin. 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Provinsi
Sulawesi Tenggara dalam Angka 2015. Kendari.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari 2010-2015. Kota Kendari dalam
Angka 2106. Kendari.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kendari, 2016. Kendari.
Downey, W.D., dan S.P. Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua,
Cetakan Ketiga. R. Ganda. S. dan A. Sirait, Penerjemah: Erlangga.
Terjemahan dari: Agribusiness Management. Jakarta.
Foale, M., 2003. The Coconut Odyssey: The Bounteous Possibilities of The
Tree of Life. Australian Centre for International Agricultural
Research. Canberra.
Hasan, A., 2014. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. CAPS (Center Academic
Publishing Service) Cetakan Kedua. Yogyakarta.
Hasyim, A.I., 2012. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Hendriksen, E. S., 2002. Teori Akuntansi. Buku 2, (diterjemahkan oleh: Wibowo,
Herman), Interaksara. Batam.
Husen dan Mowen., 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
Kotler, P., 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. CV Intermedia. Jakarta.
Kotler, P. dan Amstrong, G., 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta.
54
Pangandaheng, Yanti., 2012. Analisis Pendapatan Petani Kelapa di Kecamatan
Saliabu Kabupaten Talaud. Skripsi. Universitas Sam Ratulanggi.
Manado.
Rahim, A. Dan Hastuti, D.R.D. 2007. Pengantar, Teori, dan Kasus Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahman, 2010. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Bogor.
Rianse, U. dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan
Aplikasi). Alfabeta. Bandung.
Saptana, dkk., 2003. Kinerja Kelembagaan Agribisnis Beras di Jawa
Barat. Makalah Seminar Penyusunan Profil Investasi dan Pengembangan
Agribisnis Beras di Jawa Barat. Dinas Pertanian Propinsi Jawa
Barat. Bandung.
Shantybio, 2006. Nata De Coco Yang Kaya Serat Biology Mikrobiologi.
http:// Transdigit.com.
Sinungan, M., 2003. Produktifitas dan Pendapatan Masyarakat. Bumi Aksara.
Jakarta.
Soeharjo, A dan Patong, D., 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Lembaga
Unhas. Ujung pandang.
Soekartawi, 2002. Teori Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Soekartawi, 2006. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasinya.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi, 2016. Analisis Usahatani. Penerbit UI-Press. Jakarta.
Sudarman, 2001. Ekonomi Mikro. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sukamto, 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta
Sukirno, Sadono, 2000. Mikro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Sampai Keynesian Baru, Edisi 1. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Supriyono, R.A., 2000. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya
Serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
55
Swastha DH, Basu dan I. Sukotjo W., 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi 3.
Liberty. Yogyakarta.
Thieme, J. G., 1986. Coconut Oil Processing FAO Agriculture Development.
Roma.
Tuwo, Muhammad Akib. 2011. Ilmu Usahatani : Teori dan Aplikasinya Menuju
Sukses. Unhalu Press. Kendari.
Warisno, 2003. Budi Daya Kelapa Genjah. Kanisius. Yogyakarta.
PERDA No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6
Undang-Undang No.13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kecamatan Mawasangka, 13 Mei 1995.
Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara, dari
pasangan La Ita dan Wantamo.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah
di SDN 3 Mawasangka tahun 2001 dan tamat tahun 2007, kemudian melanjutkan
ke pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Mawasangka pada tahun 2007 dan
tamat tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Mawasangka pada tahun 2010 dan tamat tahun 2013. Setelah tamat SMA penulis
diterima di perguruan tinggi di Universitas Halu Oleo (UHO) tahun 2013, di
Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis dengan Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian (SEP) melalui jalur SLMPTN.
58
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian pada Usaha Pemasaran Kelapa Muda di
Kota Kendari Tahun 2017
a. Wawancara dengan para pedagang responden kelapa muda
59
b. Dokumentasi konsumen kelapa muda di Kota Kendari
60
Lampiran 3. Identitas Responden Usaha Pemasaran Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp.
Nama Responden
Umur
(tahun)
Jml Tangg.
Keluarga
(jiwa)
Pengalaman
Usaha
(tahun)
Pendidikan
Jenis
Kelamin
Lokasi Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Waode Alambe 50 8 7 SMP P Jalan Poros Bypass 2 Mukmin 30 4 3 SMA P Jalan Poros Bypass
3 Wa Ido 50 2 6 SMP P Jalan Poros Bypass
4 Wa Bido 50 1 4 SMP P Jalan Poros Bypass
5 Tia 40 3 3 SD P Bundaran Stainless
6 Karmila 33 4 0,3 SMP P Bundaran Stainless
7 Ati 54 5 1 SD P Bundaran Stainless
8 Irwan 30 5 7 SMA L Pasar Anduonohu
9 Sahidin 70 6 10 SMP L Pasar Panjang 10 La Ode Sabilu 29 3 5 S-1 L Bundaran Stainless
11 Dedi 30 3 1 SMA L Pasar Anduonohu
12 Yani 22 3 0,25 SMA P Bundaran Stainless
13 Yadi 39 4 20 SMP L Pasar Lawata
14 Surna 28 6 9 SMA P Pasar Lawata
Total (Σ) 549 57 77
Rata-rata (x) 39 4 5,5
61
Lampiran 4. Biaya Variabel yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp
Barang Dagangan Telepon (Pulsa HP) Pipet
Jumlah
(biji)
Harga Beli
Satuan
(Rp/biji)
Biaya Barang
Dagangan
(Rp)
Harga Pulsa
HP (Rp)
Jumlah
Pengisian
Pulsa HP
(Kali)
Biaya
Telepon
(Rp)
Jumlah
(bungkus)
Harga Satuan
(Rp/bungkus)
Biaya Pipet
(Rp)
1 2 3 4 = 2 x 3 5 6 7 = 5 x 6 8 9 10 = 8 x 9
1. 2.580 4.000 10.320.000 7.000 4 28.000 1 15.000 15.000 2. 2.580 4.000 10.320.000 12.000 3 36.000 0 0 0
3. 3.420 4.000 13.680.000 12.000 2 24.000 0 0 0
4. 630 3.500 2.205.000 12.000 2 24.000 0 0 0
5. 1.710 3.500 5.985.000 7.000 3 21.000 1 15.000 15.000
6. 1.200 3.500 4.200.000 0 0 0 1 15.000 15.000
7. 1.500 3.500 5.250.000 7.000 4 28.000 1 15.000 15.000
8. 2.580 3.000 7.740.000 7.000 4 28.000 1 15.000 15.000
9. 420 4.000 1.680.000 7.000 3 21.000 0 0 0
10. 1.500 3.500 5.250.000 12.000 3 36.000 2 15.000 30.000
11. 220 3.000 660.000 7.000 1 7.000 0 0 0
12. 400 3.500 1.400.000 0 0 0 1 15.000 15.000
13. 3.000 3.000 9.000.000 12.000 2 24.000 0 0 0
14. 3.000 3.000 9.000.000 12.000 3 36.000 0 0 0
Total (Σ) 24.740 49.000 86.690.000 114.000 34 313.000 8 105.000 120.000 Rata-rata (x) 1.767 3.500 6.192.143 8.143 2 22.357 1 7.500 8.571
62
Lanjutan Lampiran 4.
Tisu Plastik
Sampah (Rp/bulan)
Total Biaya Variabel
(Rp/bulan)
Jumlah
(gulung)
Harga
Satuan
(Rp/gulung
)
Biaya
Tisu (Rp)
Jumlah
(ball)
Harga
Satuan
(Rp/ball)
Biaya
Plastik
(Rp/ball)
11 12 13 = 11 x 12 14 15 16 = 14 x 15 17 18 = 4+7+10+13+16+17
2 17.000 34.000 10 2.000 20.000 600.000 11.017.000 0 0 0 6 3.000 18.000 450.000 10.824.000
0 0 0 7 3.000 21.000 600.000 14.325.000
0 0 0 3 5.000 15.000 0 2.244.000
2 17.000 34.000 5 3.000 15.000 0 6.070.000
0 0 0 3 3.000 9.000 0 4.224.000
2 17.000 34.000 3 3.000 9.000 0 5.336.000
0 0 0 3 10.000 30.000 0 7.813.000
0 0 0 1 4.000 4.000 0 1.705.000
2 17.000 34.000 10 1.500 15.000 0 5.365.000
0 0 0 0 0 0 0 667.000
0 0 0 3 3.000 9.000 0 1.424.000
0 0 0 0 0 0 0 9.024.000
0 0 0 0 0 0 0 9.036.000
8 68.000 136.000 54 40.500 165.000 1.650.000 89.074.000
1 4.857 9.714 4 2.893 11.786 117.857 6.362.429
63
Lampiran 5. Biaya Penyusutan Alat Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp
Pisau Parang Kecil Parang Besar
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir
(Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomi
s (UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan) 1 2 3 4 6=(2-3)/4 7 8 9 11=(7-8)/9 12 13 14 16=(12-13)/14
1 0 0 0 0 0 0 0 0 150.000 75.000 36 2.083 2 20.000 10.000 12 833 0 0 0 0 150.000 75.000 36 2.083
3 30.000 15.000 24 625 0 0 0 0 150.000 80.000 36 1.944
4 0 0 0 0 0 0 0 0 150.000 70.000 36 2.222
5 0 0 0 0 0 0 0 0 100.000 50.000 36 1.389
6 5.000 1.000 48 1.333,33 0 0 0 0 40.000 20.000 24 833
7 0 0 0 0 50.000 25.000 24 1.042 0 0 0 0
8 0 0 0 0 250.000 125.000 48 2.604 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000 25.000 24 1.042
10 20.000 10.000 24 833,00 0 0 0 0 60.000 30.000 24 1.250
11 0 0 0 0 50.000 25.000 24 1.042 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000 25.000 24 1.042
13 0 0 0 0 100.000 50.000 24 2.083 100.000 50.000 36 1.389
14
0 0 0 0 0 0 0 0 75.000 35.000 24 1.667
Total (Σ) 75.000 36.000 108 3.625 450.000 225.000 120 6.771 1.075.000 535.000 336 16.944
Rata-rata (x)
5.357 2.571 8 259 32.143 16.071 9 484 76.786 38.214 24 1.210
64
Lanjutan Lampiran 5
Gerobak Roli Terpal Payung Tenda
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
Harga Awal
(Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya Penyusutan
(Rp/bulan)
17 18 19 21=(17-18)/19 22 23 24 26=(22-23)/24 27 28 29 30=(27-28)/29
1.500.000 750.000 48 15.625 120.000 60.000 24 2.500 235.000 117.500 24 4.896 800.000 400.000 36 11.111 125.000 62.500 24 2.604 0 0 0 0
400.000 200.000 36 5.556 125.000 62.500 24 2.604 0 0 0 0
0 0 0 0 210.000 100.000 24 4.583 250.000 125.000 24 5.208
0 0 0 0 50.000 25.000 24 1.042 750.000 375.000 24 15.625
0 0 0 0 125.000 62.500 24 2.604 125.000 62.500 24 2.604
0 0 0 0 65.000 32.500 24 1.354 250.000 125.000 24 5.208
475.000 237.500 36 6.597 210.000 105.000 24 4.375 250.000 125.000 24 5.208
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
150.000 75.000 3 25.000 120.000 60.000 24 2.500 600.000 300.000 24 12.500
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 250.000 125.000 24 5.208
0 0 0 0 0 0 0 0 700.000 350.000 24 14.583
0 0 0 0 65.000 30.000 24 1.458 250.000 125.000 24 5.208
3.325.000 1.662.500 159 63.889 1.215.000 600.000 240 25.625 3.660.000 1.830.000 240 76.250
237.500 118.750 11 4.563 86.786 42.857 17 1.830 281.538 140.769 18 5.446
65
Lanjutan Lampiran 5
Gelas Sendok
Total Biaya
Penyusutan Alat
(Rp/bulan)
Harga
Awal (Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
Harga Awal
(Rp)
Harga
Akhir (Rp)
Umur
Ekonomis
(UE)
Biaya
Penyusutan
(Rp/bulan)
31 32 33 34=(31-32)/33 35 36 37 38=(35-36)/37 39
100.000 100.000 36 2.778 80.000 40.000 36 1.111 28.993 10.000 10.000 24 417 5.000 2.500 36 69 17.118
20.000 20.000 24 833 10.000 5.000 36 139 11.701
10.000 10.000 24 417 5.000 2.500 36 69 12.500
35.000 35.000 24 1.458 15.000 7.500 36 208 19.722
60.000 60.000 24 2.500 15.000 7.500 36 208 10.083
35.000 35.000 24 1.458 15.000 7.500 36 208 9.271
0 0 0 0 0 0 0 0 18.785
0 0 0 0 0 0 0 0 1.042
60.000 60.000 24 2.500 35.000 17.500 36 486 45.069
0 0 0 0 0 0 0 0 1.042
0 0 0 0 15.000 7.500 36 208 6.458
0 0 0 0 0 0 0 0 18.056
0 0 0 0 0 0 0 0 8.333
330.000 330.000 204 12.361 195.000 97.500 324 2.708 208.173
23.571 23.571 15 883 13.929 6.964 23 193 14.870
66
Lampiran 6. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp
Pisau
(Rp/bulan)
Parang
Kecil
(Rp/bulan)
Parang
Besar
(Rp/bulan)
Gerobak
Roli
(Rp/bulan)
Terpal
(Rp/bulan)
Payung
Tenda
(Rp/bulan)
Gelas
(Rp/bulan)
Sendok
(Rp/bulan)
Biaya
Penyusutan Alat
(Rp/bulan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10=2+3+4+5+6+7+8+9
1. 0 0 2.083 15.625 2.500 4.896 2.778 1.111 28.993 2. 833 0 2.083 11.111 2.604 0 417 69 17.118
3. 625 0 1.944 5.556 2.604 0 833 139 11.701
4. 0 0 2.222 0 4.583 5.208 417 69 12.500
5. 0 0 1.389 0 1.042 15.625 1.458 208 19.722
6. 1.333 0 833 0 2.604 2.604 2.500 208 10.083
7. 0 1.042 0 0 1.354 5.208 1.458 208 9.271
8. 0 2.604 0 6.597 4.375 5.208 0 0 18.785
9. 0 0 1.042 0 0 0 0 0 1.042
10. 833 0 1.250 25.000 2.500 12.500 2.500 486 45.069
11. 0 1.042 0 0 0 0 0 0 1.042
12. 0 0 1.042 0 0 5.208 0 208 6.458
13. 0 2.083 1.389 0 0 14.583 0 0 18.056
14. 0 0 1.667 0 1.458 5.208 0 0 8.333
Total (Σ) 3.625 6.771 16.944 63.889 25.625 76.250 12.361 2.708 208.173
Rata-rata (x) 259 484 1.210 4.563 1.830 5.446 883 193 14.870
67
Lanjutan Lampiran 6.
Listrik
(Rp/bulan)
Air
(Rp/bulan)
Sewa
Lahan
(Rp/bulan)
Total Biaya Tetap
(Rp/bulan)
11 12 13 14=10+11+12+13
200.000 250.000 580.000 1.058.993 100.000 200.000 580.000 897.118
100.000 200.000 580.000 891.701
50.000 50.000 200.000 312.500
200.000 300.000 250.000 769.722
150.000 0 200.000 360.083
150.000 100.000 300.000 559.271
200.000 20.000 50.000 288.785
0 0 0 1.042
200.000 250.000 500.000 995.069
0 0 0 1.042
100.000 0 200.000 306.458
20.000 0 40.000 78.056
0 0 40.000 48.333
1.470.000 1.370.000 3.520.000 6.568.173
105.000 97.857 251.429 469.155
68
Lampiran 7. Total Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Kelapa Muda di Kota
Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp
Total Biaya
Variabel
(Rp/bulan)
Total Biaya Tetap
(Rp/bulan)
Total Biaya
(Rp/bulan)
1 2 3 4=2
+3 1. 11.017.000 1.058.993 12.075.993
2. 10.824.000 897.118 11.721.118
3. 14.325.000 891.701 15.216.701
4. 2.244.000 312.500 2.556.500
5. 6.070.000 769.722 6.839.722
6. 4.224.000 360.083 4.584.083
7. 5.336.000 559.271 5.895.271
8. 7.813.000 288.785 8.101.785
9. 1.705.000 1.042 1.706.042
10. 5.365.000 995.069 6.360.069
11. 667.000 1.042 668.042
12. 1.424.000 306.458 1.730.458
13. 9.024.000 78.056 9.102.056
14. 9.036.000 48.333 9.084.333
Total (Σ) 89.074.000 6.568.173 95.642.173
Rata-rata (x) 6.362.429 469.155 6.831.584
69
Lampiran 8. Volume Penjualan, Harga Jual dan Penerimaan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari
pada Bulan April 2017
No. Resp.
Volume Penjualan
Kelapa Muda
(Biji/hari)
Volume Penjualan
Kelapa Muda
(Biji/bulan)
Harga Jual
Kelapa Muda
(Rp/biji)
Penerimaan
Pedagang Kelapa
Muda (Rp/hari)
Penerimaan
Pedagang Kelapa
Muda (Rp/bulan)
1 2 3 4 5=2x4 6=3x4
1. 75 2.250 8.000 600.000 18.000.000 2. 75 2.250 8.000 600.000 18.000.000
3. 100 3.000 8.000 800.000 24.000.000
4. 35 1.050 7.000 245.000 7.350.000
5. 40 1.200 7.000 280.000 8.400.000
6. 30 900 7.000 210.000 6.300.000
7. 30 900 7.000 210.000 6.300.000
8. 75 2.250 5.000 375.000 11.250.000
9. 14 420 7.000 98.000 2.940.000
10. 50 1.500 8.000 400.000 12.000.000
11. 5 150 5.000 25.000 750.000
12. 10 300 7.000 70.000 2.100.000
13. 90 2.700 7.000 630.000 18.900.000
14. 90 2.700 7.000 630.000 18.900.000
Total (Σ) 719 21.570 98.000 5.173.000 155.190.000
Rata-rata (x) 51 1.541 7.000 369.500 11.085.000
70
Lampiran 9. Pendapatan Pedagang Kelapa Muda di Kota Kendari pada Bulan April 2017
No. Resp
Penerimaan
Pedagang Kelapa
Muda (Rp/bulan)
Total Biaya
Variabel
(Rp/bulan)
Total Biaya
(Rp/bulan)
R/C
Pendapatan atas
Total Biaya
Variabel
(Rp/bulan)
Pendapatan atas
Total Biaya
(Rp/bulan)
1 2 3 4 5=2/4 6=2-3 7=2-4
1. 18.000.000 11.017.000 12.075.993 1,5 6.983.000 5.924.007 2. 18.000.000 10.824.000 11.721.118 1,5 7.176.000 6.278.882
3. 24.000.000 14.325.000 15.216.701 1,6 9.675.000 8.783.299
4. 7.350.000 2.244.000 2.556.500 2,9 5.106.000 4.793.500
5. 8.400.000 6.070.000 6.839.722 1,2 2.330.000 1.560.278
6. 6.300.000 4.224.000 4.584.083 1,4 2.076.000 1.715.917
7. 6.300.000 5.336.000 5.895.271 1,1 964.000 404.729
8. 11.250.000 7.813.000 8.101.785 1,4 3.437.000 3.148.215
9. 2.940.000 1.705.000 1.706.042 1,7 1.235.000 1.233.958
10. 12.000.000 5.365.000 6.360.069 1,9 6.635.000 5.639.931
11. 750.000 667.000 668.042 1,2 83.000 81.958
12. 2.100.000 1.424.000 1.730.458 1,2 676.000 369.542
13. 18.900.000 9.024.000 9.102.056 2,1 9.876.000 9.797.944
14. 18.900.000 9.036.000 9.084.333 2,1 9.864.000 9.815.667
Total (Σ) 155.190.000 89.074.000 95.642.173 22,8 66.116.000 59.547.827
Rata-rata (x) 11.085.000 6.362.429 6.831.584 1,6 4.722.571 4.253.416