ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah...

238
Laporan Akhir ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH MENJADI ENERGI MELALUI KREDIT PROGRAM kerjasama Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI dan UK Low Carbon Support Programme UK Department for International Development Tahun 2014

Transcript of ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah...

Page 1: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Laporan Akhir

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH MENJADI ENERGI

MELALUI KREDIT PROGRAM

kerjasama

Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI

dan

UK Low Carbon Support Programme

UK Department for International Development

Tahun 2014

Page 2: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

i PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya Laporan AKhir Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah

Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara umum,

laporan kegiatan ini dilakukan untuk menilai kelayakan dari usulan pembiayaan investasi

dalam mendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK).

Usulan pembiayaaninvestasi dalam laporan ini lebih diarahkan kepada pemanfaatan limbah

yang diubah menjadi energi (waste to energy - WtE) yang dijadikan alternatif solusi terhadap

berbagai permasalahan terkait dengan energy dan penurunan GRK. Secara spesifik kegiatan

ini mengidentifikai dan melakukan analisis biaya dan manfaat terkait dengan usulan

pembiayaan investasi melalu skim kredit program untuk mendukung pengembangan Waste

to Egergy (WtE) untuk beberapa jenis atau tipe pengembangan WtE.

Tingginya ketergantungan terhadap pemanfaatan energi fosil merupakan salah satu

masalah dan hambatan dalam pelaksanaan RAN-GRK. Semakin tingginya harga energi fosil

juga memberikan beban biaya terhadap aktivitas produksi, baik bagi industri maupun rumah

tangga. Di sisi lain, tingginya harga energi juga semakin meningkatkan beban subsidi energi

yang harus dikeluarkan pemerintah melalui APBN. Pemanfaatan limbah untuk dijadikan

energi (berupa biogas dan biomassa) dapat dilakukan sebagai alternatif solusi permasalahan

krisis energyidan juga sekaligus upaya pelaksanaan RAN-GRK.

Pemanfaatan limbah mempunyai potensi yang besar serta berdampak positif.

Namun pemanfaatan limbah menjadi energi dalam skala kecil dan menengah, baik oleh

industri kecil dan menengah (IKM) maupun rumah tangga, masih relatif sedikit di Indonesia.

Salah satu penyebabnya yakni keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh IKM dan rumah

tangga. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pembiayaan investasi limbah menjadi energi,

salah satunya melalui kredit program.

Dalam laporan ini disajikan usulan pembiayaan untuk reaktor biogas limbah industri

tahu, reaktor limbah peternakan sapi, pembangunan PLT biogas POME, pembangunan PLT

biomassa pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam padi untuk silo/pengering padi/jagung.

Kami menyampaikan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam

memberikan saran/masukan demi sempurnanya laporan ini. Diharapkan laporan dari

kegiatan Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah menjadi Energi melalui

Kredit Program ini dapat menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan yang terkait.

Jakarta, 31 Maret 2014

Tim Penyusun

Page 3: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

ii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

RINGKASAN EKSEKUTIF

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH

MENJADI ENERGI MELALUI KREDIT

Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan cukup besar, salah satunya

adalah berasal dari limbah. Limbah berupa limbah perkotaan, sektor pertanian, sektor industri dan

lain-lain dapat dimanfaatkan untuk dikonversikan sebagai energi, baik berupa energi bahan

bakar/pemanas maupun listrik. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

(2011), Indonesia mempunyai potensi limbah berupa biomassa sebesar 885,2 juta Gigajoule (GJ) per

tahun. Potensi kalori sebesar itu diperoleh diantaranya jenis limbah peremajaan kebun karet (496,0

juta GJ per tahun), sisa lodging (11,0 juta GJ per tahun), limbah industri penggergajian kayu (10,6

juta GJ per tahun), tandan kosong kelapa sawit (15,4 juta GJ per tahun), sabut sisa kelapa sawit (35,3

juta GJ per tahun), cangkang buah sawit (17,2 juta GJ pertahun), bagas tebu (78,0 juta GJ pertahun),

sekam padi (179,0 juta GJ per tahun), tempurung kelapa (18,7 juta GJ per tahun) serta sabut kelapa

(24,0 juta GJ per tahun).

Potensi sumber listrik dari limbah tersebut dapat mencapai 50 ribu MW, yang merupakan

potensi sumber daya energi terbesar kedua setelah hidro dalam skala besar. Pemanfaatan limbah

tersebut sampai saat ini masih sekitar 1600 MW atau sekitar 3,25 persen dari potensi yang ada. Dari

Program Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Berbasis Bio-Energi yang dilakukan oleh PT PLN

(Persero), kondisi kapasistas eksisting pembangkit listrik yang ada yang berasal dari biomasa

(berbasis kelapa sawit), biogas, dan sampah perkotaan yang terhubung dengan jaringan listrik PLN

baru sebesar 61 MW pada bulan Februari 2012, yang akan ditingkatkan kemudian sebesar 197 MW

pada tahun 2013 dan ditingkatkan lagi sebesar 544 MW pada tahun 2014 (sehingga menjadi 741

MW pada tahun 2013/2014)

Harga energi yang meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan semakin tingginya beban

biaya energi pada sektor industri untuk menjalankan aktifitas produksinya dan semakin besarnya

pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan energinya. Di sisi lain, tingginya harga

energi juga semakin meningkatkan beban subsidi energi yang harus dikeluarkan pemerintah dari

APBN. Masih tingginya ketergantungan pada energi fosil, menyebabkan upaya penurunan gas rumah

kaca (GRK) juga mengalami kelambatan. Pemanfaatan limbah menjadi energi dapat dijadikan

alternatif solusi terhadap berbagai permasalahan tersebut.

Pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya sebegai energi alternatif memberikan dampak

positif secara langsung. Pertama, terdapat perbaikan dalam efisiensi energi dikarenakan limbah

pertanian dan lainnya memiliki potensi energi yang besar dan hanya akan menjadi sampah apabila

tidak dimanfaatkan. Kedua, pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya dapat menjadi lebih efisien

dikarenakan penanganan limbah secara khusus seringkali lebih mahal biayanya dibandingkan

pemanfaatannya. Ketiga, pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya mengurangi penggunaan lahan

khusus untuk penampungan limbah, yang pada akhirnya akan menghemat biaya penanganan

limbah.

Beberapa jenis potensi pemanfaatan limbah yang dapat dikonversikan menjadi

energI (WtE atau bioenergi) di Indonesia adalah pemanfaatan biogas dari limbah industri

tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri

kelapa sawit (POME), pembangkit listrik dari biomassa pelepah sawit, pemanfaatan sekam

padi untuk pengering/silo padi/jagung, pemanfaatan sampah perkotaan (urban waste), dan

pemanfaatan biogas dari limbah domestik rumah tangga (kotoran manusia). Berbagai

Page 4: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

iii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

potensi tersebut sudah dimanfaatkan dan dikembangkan melalui program-program yang

ada di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian ESDM dengan dukungan baik

melalui APBN, hibah internasional, maupun kredit perbankan. Namun, pengembangannya

masih dirasa terbatas dikarenakan terbatasnya anggaran di APBN, dan beberapa program

bantuan sudah berhenti. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan pembiayaan

pengembangan WtE atau bioenergi yang lebih berkelanjutan.

Terdapat beberapa jenis peluang dalam pembiayaan untuk pengembangan WtE di

Indonesia, antara lain program dari KLH (sudah berhenti), Kementerian ESDM (beberapa

sudah berhenti), Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Pedesaan, Pusat Investasi

pemerintah (PIP), kredit perbankan (dari Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin dengan

dukungan AFD), dan juga kredit program eksisting dengan berbagai pola (namun belum

spesifik dapat dimanfaatkan untuk pengembangan WtE). Dari berbagai jenis sumber

pembiayaan tersebut, Kredit Program berupa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

merupakan kredit program yang eksisting yang dirasa paling sesuai untuk mendukung

pengembangan WtE dikarenakan untuk merealisasikannya tidak membutuhkan waktu yang

terlalu lama bila dibandingkan dengan pilihan yang lain (yaitu dengan merevisi Peraturan

Menteri Keuangan dan menyusun Pedoman Teknis-nya di KLH atau Kementerian ESDM).

Dikarenakan ada batasan dari skema pembiayaan investasi melalui KKP-E terutama

terkait dengan besaran kredit yang dapat diberikan (yaitu maksimum Rp. 100 juta untuk

individu dan maksimum Rp. 500 juta untuk kelompok) dan juga tenor waktu yang diberikan

(yaitu maksimum 5 tahun), jenis pengembangan WtE yang berpeluang untuk diberikan

kredit program adalah pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu dan

pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi dimana untuk

pengembangannya membutuhkan biaya yang besarnya dapat kurang dari Rp. 100 juta untuk

setip unitnya. Untuk pengembangan jenis WtE yang lain dapat menggunakan sumber

pendanaan yang lain seperti PIP atau skema kredit program yang baru, dikarenakan

pengembangannya dibutuhkan biaya yang lebih besar dari batas maksimum KKP-E.

Fokus dari analisis kelayakan keuangan untuk pembiayaan investasi limbah menjadi

energi pada berbagai jenis pemanfaatan limbah dalam kajian ini mencakup (a)

pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan reaktor

biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari biomassa

perkebunan dan industri kelapa sawit (POME); dan (d) pemanfaatan biomassa pertanian

untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam padi. Secara keuangan,

hampir semua pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus dalam kajian ini layak untuk

dikembangkan, namun sangat tergantung dari kondisi awal. Potensi yang layak adalah

pengembangan produk bersih dan biogas dari limbah industri tahu (pengembangan biogas

industri tahu yang dibarengi dengan pengembangan produk bersih), pengembangan biogas

dari limbah/kotoran peternakan sapi (terutama untuk penggantian gas LPG, sementara

untuk penggantian dari bahan bakar kayu sangat tergantung dari harga kayu bakar di

daerahnya), pengembangan pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah industri kelapa

sawit (POME) (terutama untuk penggantian solar, bukan untuk menjual produk listriknya),

pembangkit listrik dari pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam padi untuk

pemanas/pengering pada silo padi/jagung.

Untuk beberapa jenis WtE yang layak secara keuangan tersebut di atas dapat

dilakukan tanpa diberikan dukungan bantuan subsidi bunga. Sedangkan untuk jenis

pengembangan yang tidak layak secara keuangan, seperti misalnya pengembangan biogas

Page 5: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

iv PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

industri tahu yang tanpa dibarengi dengan pengembangan produk bersih, pengembangan

biogas dari limbah peternakan sapi untuk penggantian kayu bakar (yang sangat tergantung

harga kayu bakar), dan pengembangan pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah industry

kelapa sawit (POME) dimana produk listriknya dijual, dibutuhkan subsidi bunga atau

bantuan lain dalam pembiayaan pengembangan WtE agar menjadi layak. Namun demikian,

untuk mendorong agar masyarakat tertarik untuk melakukan pengembangan WtE, tetap

dibutuhkan insentif berupa subsidi bunga melalui kredit program untuk semua jenis

pengembangan WtE.

Secara ekonomi, berdasarkan hasil analisis biaya dan manfaat (CBA), semua

pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus dalam kajian ini (mencakup (a)

pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan reaktor

biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari biomassa

perkebunan dan industri kelapa sawit (POME); dan (d) pemanfaatan biomassa pertanian

untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam padi) layak untuk

dikembangkan, dengan rasio manfaat per biayanya (BCR) yang bervariatif. Variasi dari nilai

BCR sangat tergantung dari: (a) besarnya investasi yang dibutuhkan; (b) kondisi awal dari

jenis dan harga energi yang disubstitusi dengan biogas dan biomassa (WtE atau bioenergi);

(c) pemanfaatan/penggunaan dari produk WtE.

Berdasarkan pengalaman dari berbagai negara yang mengembangkan WtE, terdapat

beberapa kunci sukses dalam pengembangan WtE, antara lain: (a) Harga energi fosil dan

listrik yang tinggi dan tidak bersubsidi; (b) Dilakukan untuk mensubstitusi jenis energi fosil

yang digunakan; (c) Keberlanjutan ketersediaan limbah; (d) Terbatasnya lahan untuk

pembuangan limbah; (e) Tingginya tipping fee untuk pembuangan sampah/limbah; (f)

Kebijakan untuk lebih mendukung pengembangan WtE; dan (g) Dukungan public akan

pengembangan WtE.

Saran/rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan dari kegiatan Analisis Biaya

Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini antara

lain:

a. Masih terdapat perbedaan teknis terkait ukuran, spesifikasi, dan standar biaya untuk

pengembangan setiap jenis WtE. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,

diperlukan koordinasi dan penyepakatan diantara kementerian teknis yang terkait,

yaitu Kementerian ESDM dan KLH.

b. Untuk pengembangan WtE awal, dapat dilakukan melalui kredit program dengan

pola subsidi bunga yang eksisting saat ini, yaitu skema Kredit Ketahanan Pangan dan

Energi (KKP-E) untuk 2 (dua) jenis pengembangan WtE yang potensial, yaitu biogas

dari limbah industri tahu dan biogas dari kotoran sapi.

c. Untuk pengembangan WtE yang lain (pembangkit listrik dari biogas POME dan

biomassa pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam padi untuk

pemenas/pengering/silo padi/jagung), dapat menggunakan skema PIP, pembiayaan

perbankan atau skema kredit program yang baru.

d. Agar dalam pengembangan WtE melalui kredit program tidak tumpang tindih

dengan program-program yang sudah ada, terutama dari Kementerian ESDM dan

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Pedesaan, maka perlu dilakukan

Page 6: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

v PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

penentuan kriteria penerima manfaat (beneficiaries) dan pemetaan lokasinya

(zoning), baik oleh Kementerian ESDM maupun KLH.

e. Bank Pelaksana adalah pelaku utama yang menjadi faktor penentu dalam

keberhasilan pelaksanaan program pengembangan WtE melalui kredit program.

Untuk pelibatannya, diperlukan sosialisasi, baik oleh Kementerian Keuangan, KLH

dan Kementerian ESDM untuk mendorong mereka agar tertarik dalam pembiayaan

WtE. Selain sosialisasi, diperlukan juga dukungan teknis dari kementerian teknis (KLH

dan Kementerian ESDM) untuk membantu perbankan, misalnya melalui technical

assistant (TA) dalam pengembangan WtE. Bank Pelaksana yang diprioritaskan adalah

perbankan yang pernah atau sedang melakukan pembiayaan melalui kredit terhadap

pengembangan WtE, antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan beberapa

Bank Pembangunan Daerah.

f. Sebagai payung hukum pelaksanaan KKP-E untuk pengembangan WtE, dibutuhkan

revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu Perubahan Ketiga atas PMK Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) di

Kementerian Keuangan RI. Selain itu, di kementerian teknis (yaitu KLH dan/atau

Kementerian ESDM), dibutuhkan Peraturan Menteri LH atau Peraturan Menteri

ESDM terkait dengan pedoman teknis pelaksanaan KKP-E untuk pengembangan WtE,

seperti yang juga dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam pelaksanaan KKP-E.

Dari hasil pelaksanaan kajian tentang Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan

Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini, masih banyak langkah tindak

lanjut yang diperlukan untuk merealisasikan, baik yang dilakukan oleh kementerian teknis

(yaitu KLH dan Kementerian ESDM), Kementerian Keuangan maupun Bank Pelakana. Guna

menindaklanjuti hasil kajian ini, masih diperlukan FGD kembali dengan pihak perbankan

selaku pelaksana dari rencana kegiatan Kredit Program bagi WtE ini, yang akan dilaksanakan

oleh Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI) Direktorat Jenderal Perbendahaaran

Negara (DJPb), Kementerian Keuangan RI. Beberapa hal yang juga masih perlu dilakukan,

terutama oleh kementerian teknis, antara lain:

a. Penentuan kriteria calon penerima manfaat (beneficiaries) dari program, baik dari

sisi KLH maupun Kementerian ESDM. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih

program ini dengan kegiatan/program serupa yang lain yang sedang dilaksanakan

oleh KLH maupun Kementerian ESDM. Pemetaan (zonasi) penerima manfaat antara

program-program yang sedang berlangsung dengan program yang akan diusulkan

dibiayai dengan kredit program juga menjadi penting. Dengan adanya kriteria

penerima manfaat dan pemetaannya yang jelas, maka diharapkan program ini akan

lebih tepat sasaran.

b. Penyusunan daftar calon bank pelaksana (beserta contact person (CP)-nya) yang

sudah berpengalaman dalam mendukung dan melaksanakan program-program

terkait dengan lingkungan maupun energi yang selama ini telah menjadi mitra baik

KLH, Kementerian ESDM maupun Kementerian Keuuangan. Diharapkan dengan

adanya kesediaan dari bank pelaksana yang berpengalaman, maka program ini akan

lebih mudah untuk dijalankan dan tujuan dari program ini akan lebih tepat sasaran.

c. Dalam menuju proses penyiapan rancangan peraturan berupa Rancangan Peraturan

Menteri Keuangan dan juga peraturan dari kementerian teknis, maka diharapkan

Page 7: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

vi PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

agar KLH dan Kementerian ESDM kiranya dapat mempersiapkan nama dan alamat

calon penerima manfaat (beneficiaries) dalam sebuah daftar yang nantinya dapat

disampaikan kepada Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI), Direktorat

Jenderal Perbendahaaran Negara (DJPb), Kementerian Keuangan RI sebagai dasar

dalam disbursement subsidi nantinya.

Page 8: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

vii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

RINGKASAN EKSEKUTIF..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1

1.2. Tujuan .............................................................................................................................. 3

1.3. Ruang Lingkup .................................................................................................................. 3

1.4. Keluaran (Output) yang Diharapkan ................................................................................ 3

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................................ 4

BAB II POTENSI PENGEMBANGAN WASTE TO ENERGY DI INDONESIA ............................... 6

2.1. Pemanasan Global, Isu Emisi dan Krisis Energi ................................................................ 6

2.2. Limbah Sebagai Sumber Energi dan Implementasi Pengembangan Waste to Energy ... 7

2.3. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Industri Tahu .................................................. 10

2.4. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi ............................................. 11

2.5. Pembangunan Pembangkit Listrik dari Limbah (Biogas) Industri Kelapa Sawit dan

Biomassa dari Pelepah Sawit ......................................................................................... 15

2.6. Penggunaan Limbah Biomassa Pertanian untuk Bahan Bakar Pemanas/Pengering:

Pengeringan/Silo Gabah ................................................................................................ 17

2.7. Pemanfaatan Sampah Perkotaan .................................................................................. 19

2.8. Pemanfaatan Limbah Cair Domestik ............................................................................. 20

BAB III ALTERNATIF PEMBIAYAAN INVESTASI WASTE TO ENERGY ................................... 22

3.1. Kebutuhan Dukungan Pembiayaan ............................................................................... 22

3.2. Program Pinjaman Lunak di KLH .................................................................................... 22

3.2.1. Program Pollution Abatement Equipment (PAE) ................................................ 22

3.2.2. Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 1 ................... 22

3.2.3. Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 ................... 23

3.2.4. Program Debt for Nature Swap (DNS) ................................................................. 24

3.2.5. Program Emission Reduction Investment (ERI) ................................................... 25

3.3. Program di Kementerian ESDM ..................................................................................... 26

3.4. Kredit Program Eksisting ................................................................................................ 28

3.4.1. Pola Subsidi Bunga (Interest Subsidy Pattern) .................................................... 28

3.4.2. Pola Jasa Penjaminan (Assurance Services Pattern) ........................................... 38

3.4.3. Kredit Program Pola Kombinasi (Combination Pattern) ..................................... 40

3.5. Kredit Perbankan ........................................................................................................... 41

3.6. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Perdesaan ................................................... 42

3.7. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ................................................................................... 45

Page 9: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

viii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3.8. Usulan Pembiayaan Waste to Energy Melalui Kredit Program Ketahanan Pangan

dan Energi (KKP-E) ......................................................................................................... 47

3.9. Peran Perbankan dan Konsep Pengembangan Skema Pembiayaan UMKM Ramah

Lingkungan ..................................................................................................................... 52

3.10. Minat Terhadap Pinjaman Ramah Lingkungan (Green Lending) ................................... 53

BAB IV ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI WASTE TO ENERGY

MELALUI KREDIT PROGRAM ................................................................................ 55

4.1. Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost and Benefit Analysis (CBA) .... 55

4.1.1. Asumsi Dasar untuk Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Industri Tahu ...... 56

4.1.2. Asumsi Dasar untuk Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi . 57

4.1.3. Asumsi Dasar untuk Pengembangan PLT dari Biogas Palm Oil Mill Effluent

(POME) ................................................................................................................ 58

4.1.4. Asumsi Dasar untuk Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit .................... 60

4.1.5. Asumsi Dasar untuk Pemanfaatan Sekam Padi unruk Silo/Pemanas/

Pengering Gabah/Jagung .................................................................................... 61

4.2. Analisis Kelayakan Keuangan ......................................................................................... 62

4.2.1. Pengembangan Reaktor Biogas dari Limbah Industri Tahu ................................ 62

4.2.2. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi .................................. 64

4.2.3. Pengembangan PLT Biogas dari Limbah Industri Kelapa Sawit (POME) ............. 66

4.2.4. Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit ..................................................... 69

4.2.5. Pemanfaatan Sekam Padi untuk Pengering/Pemanas/Silo Padi/Jagung ............ 69

4.3. Analisis Biaya dan Manfaat ............................................................................................ 70

4.3.1. Pengembangan Reaktor Biogas dari Limbah Industri Tahu ................................ 70

4.3.2. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi .................................. 72

4.3.3. Pengembangan PLT dari Biogas Limbah Industri Kelapa Sawit (POME) ............. 72

4.3.4. Pengembangan PLT Biomassa dari Pelepah Sawit .............................................. 73

4.3.5. Pemanfaatan Sekam Padi untuk Pemanas/Pengering/Silo Padi/Jagung ............ 74

4.4. Mekanisme Pembiayaan Investasi WtE Melalui Kredit Program .................................. 75

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 80

5.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 80

5.2. Saran/Rekomendasi Kebijakan ...................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................................... 87

Page 10: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

ix PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketersediaan Pasokan Energi Fosil Nasional............................................................ 9

Tabel 2.2 Program Nasional Rencana Pengurangan Emisi 2020 ............................................. 9

Tabel 2.3 Persebaran Populasi Sapi Potong Menurut Provinsi 2009 - 2013* (dalam

Ekor) ....................................................................................................................... 12

Tabel 2.4 Produksi Padi dan Jagung Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2011 ................... 17

Tabel 3.1 Laporan Penyaluran per 31 Mei 2013 dan ............................................................ 50

Tabel 3.2 Analisis Penggabungan WtE ke KKP-E .................................................................... 51

Tabel 4.1 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu ....................................................... 56

Tabel 4.2 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi ..................................... 57

Tabel 4.3 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas POME .................................................................. 59

Tabel 4.4 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit ........................................................ 60

Tabel 4.5 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pemanfaatan Sekam Padi untuk Silo Gabah/Jagung ............................................. 61

Tabel 4.6 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Industri

Tahu Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp) dan IRR (Dalam Persen) .... 63

Tabel 4.7 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Industri

Tahu Berdasarkan Hasil Hitung ROI (dalam Persen) dan PI ................................... 63

Tabel 4.8 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp) ......................... 65

Tabel 4.9 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung IRR (Dalam Persen) ............................ 65

Tabel 4.10 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung ROI (Dalam Persen) ........................... 66

Tabel 4.11 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung PI ........................................................ 66

Tabel 4.12 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME .................. 67

Tabel 4.13 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME .................. 67

Tabel 4.14 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME .................. 68

Tabel 4.15 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME .................. 68

Tabel 4.16 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan PLT Biomassa Pelepah

Sawit Berdasarkan Hasil Hitung NPV, IRR, ROI dan PI ........................................... 69

Tabel 4.17 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Silo Pengering

Padi/Jagung Berdasarkan Hasil Hitung Net Present Value (NPV) dan Internal

Rate of Return (IRR) ............................................................................................... 70

Tabel 4.18 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu .......... 71

Page 11: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

x PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.19 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun ..................... 72

Tabel 4.20 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan PLT dari Biogas POME ..................... 73

Tabel 4.21 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan PLT Biomassa dari Pelepah Sawit .... 74

Tabel 4.22 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Silo Pengering Gabah ...................... 75

Page 12: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

xi PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peningkatan Suhu Permukaan Global Tahun 1999 - 2008 ................................ 7

Gambar 2.2 Sektor Penyumbang Emisi Gas CO2 ................................................................... 8

Gambar 2.3 Total Pasokan Sumber Energi Nasional Tahun 2011 ......................................... 8

Gambar 2.4 Komposisi Target Kontribusi Energi Nasional Tahun 2025 .............................. 10

Gambar 2.5 Skema Model IPAL Reaktor Biogas Fixed Bed .................................................. 11

Gambar 2.6 Sebaran Populasi Sapi Perah di Indonesia ....................................................... 12

Gambar 2.7 Perkembangan Populasi Sapi Potong Tahun 2009-2013 ................................. 13

Gambar 2.8 Potensi Nasional Biogas Asal Ternak Tahun 2010 ........................................... 14

Gambar 2.9 Komponen Reaktor Program Biru (Biogas Rumah Indonesia) ......................... 14

Gambar 2.10 Produksi Kelapa Sawit Indonesia (dalam Ton) Tahun 2008 – 2012 ................. 16

Gambar 2.11 Contoh Model PLTU Mini Berbahan Bakar Limbah Biomassa Kelapa Sawit

Dengan Kapasitas Produksi Listrik 250 KW ...................................................... 17

Gambar 2.12 Model Pengering Gabah .................................................................................. 19

Gambar 2.13 Proses Konversi Biologis .................................................................................. 20

Gambar 2.14 Proporsi Penduduk Tanpa Akses terhadap Sanitasi ....................................... 21

Gambar 2.15 Sanimas Sistem Mix (Gabung) antara Komunal- Perpipaan dan MCK Plus ..... 21

Gambar 3.1 Skema Kredit Ketahanan Pangan Energi .......................................................... 29

Gambar 3.2 Skema Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan

(KPEN-RP) ......................................................................................................... 31

Gambar 3.3 Skema Penyaluran KPP NAD – Nias ................................................................. 33

Gambar 3.4 Skema Penyaluran KUPS .................................................................................. 34

Gambar 3.5 Skema Penyaluran S-SRG ................................................................................. 36

Gambar 3.6 Skema instalasi Biogas Skala Rumah Tangga ................................................... 44

Gambar 3.7 Sektor Prioritas Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ........................................... 46

Gambar 3.8 Fokus Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ke Depan........................................... 47

Gambar 3.9 Instrumen Keuangan Pusat Investasi Pemerintah (PIP) .................................. 47

Gambar 3.10 Skema Intensif Pembiayaan Terkait Target Penurunan Emisi Nasional

2020 ................................................................................................................. 49

Gambar 3.11 Minat UMKM Mendapatkan Pinjaman Ramah Lingkungan ............................ 54

Gambar 4.2 Prosedur Penyaluran KKP-E kepada Petani/ Peternak/Pekebun secara

Individu atau Kelompok Tani/ Koperasi secara Langsung ke Bank .................. 76

Gambar 4.3 Prosedur Penyaluran KKP-E oleh Petani/Kelompok Tani/Koperasi yang

Bekerjasama dengan Mitra Usaha ................................................................... 77

Gambar 4.4 Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga yang Terkait ......................................... 79

Page 13: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

xii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

DAFTAR SINGKATAN

AFD Agence Française de Développement

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAU Business As Usual

BBM Bahan Bakar Minyak

BBN Bahan Bakar Nabati

BCA Bank Central Asia

BI Bank Indonesia

BII Bank Internasional Indonesia

BKF Badan Kebijakan Fiskal

BLUD Badan Layanan Umum Daerah

BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

BNI Bank Negara Indonesia

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BPD Bank Pembangunan Daerah

BPS Badan Pusat Statistik

BRI Bank Rakyat Indonesia

BUMD Badan Usaha Milik Daerah

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CBA Cost and Benefit Analysis

CCFL Caissecentrale de la France Libre

DAK Dana Alokasi Khusus

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DNS Debt for Nature Swap

DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

ERI Emission Reduction Investment

ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

FGD Focus Group Discussion

GDP Gross Domestic Produc

GJ Gigajoule

Gokaptindo Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia

GRK Gas Rumah Kaca

IDUL Instalasi Daur Ulang Limbah

IEPC Industrial Efficiency and Pollution Control

IJP Imbal Jasa Penjaminan

IKM Industri Kecil dan Menengah

IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

IPLP Instalasi Pengolahan Limbah Padat

Page 14: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

xiii PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

IPPU Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara

IRR Internal Rate of Return

JBIC Japan Bank for International Cooperation

KfW Kreditanstalt fur Wiederaufbau

KIP Kredit Investasi Pemerintah

KKP-E Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

KLH Kementerian Lingkungan Hidup

KOPTI Koperasi Tahu Tempe Indonesia

KPEN-RP Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan

KPP NAD-Nias Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias

KSRG Kredit Subsidi Resi Gudang

KTS Kotoran Ternak Segar

KUPS Kredit Usaha Pembibitan Sapi

KUR Kredit Usaha Rakyat

LPG Liquefied Petroleum Gas

LPS Lembaga Penjamin Simpanan

LULUCF Land Use, Land-Use Change and Forestry

MW Mega Watt

NAD Nanggroe Aceh Darussalam

NPV Net Present Value

NRE New and Renewable Energy

PAE Pollution Abatement Equipment

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

PI Profitability Index

PIP Pusat Investasi Pemerintah

PKPPIM Pusat Kebijakan Pendanaan Perubahan Iklim dan Multilateral

PLN Perusahaan Milik Negara

PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya

PLTSa Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap

PMK Peraturan Menteri Keuangan

POME Palm Oil Mill Effluent

PPP Public Private Partnership

PT Perusahaan Terbatas

RDKK Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

RKU Rencana Kebutuhan Usaha

ROI Return on Investment

S-SRG Skema Subsidi Resi Gudang

TDL Tarif Dasar Listrik

UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKMK Usaha Mikro, Kecil, Menegah dan Koperasi

Page 15: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

xiv PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

UNEP United Nations Environment Programme

UNICEF United Nations International Children's Emergency Fund

WHO World Health Organization

WMO World Meteorological Organization

WtE Waste to Energy

Page 16: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

1 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan cukup besar, salah

satunya adalah berasal dari limbah. Limbah berupa limbah perkotaan, sektor pertanian,

sektor industri dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk dikonversikan sebagai energi, baik

berupa energi bahan bakar/pemanas maupun listrik. Menurut Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) (2011), Indonesia mempunyai potensi biomassa sebesar 885,2

juta Gigajoule (GJ) pertahun. Potensi kalori sebesar itu diperoleh diantaranya jenis limbah

peremajaan kebun karet (496,0 juta GJ pertahun), sisa lodging (11,0 juta GJ pertahun),

limbah industri penggergajian kayu (10,6 juta GJ pertahun), tandan kosong kelapa sawit

(15,4 juta GJ pertahun), sabut sisa kelapa sawit (35,3 juta GJ pertahun), cangkang buah sawit

(17,2 juta GJ pertahun), bagas tebu (78,0 juta GJ pertahun), sekam padi (179,0 juta GJ

pertahun), tempurung kelapa (18,7 juta GJ pertahun) serta sabut kelapa (24,0 juta GJ

pertahun).

Potensi sumber listrik dari limbah tersebut dapat mencapai 50 ribu MW, yang

merupakan potensi sumber daya energi terbesar kedua setelah hidro dalam skala besar.

Pemanfaatan limbah tersebut sampai saat ini masih sekitar 1600 MW atau sekitar 3,25

persen dari potensi yang ada. Dari Program Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik

Berbasis Bio-Energi yang dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN-Persero), kondisi

kapasistas eksisting pembangkit listrik yang ada yang berasal dari Biomassa (berbasis kelapa

sawit), biogas, dan sampah perkotaan yang terhubung dengan jaringan listrik PLN baru

sebesar 61 MW pada bulan Februari 2012, yang akan ditingkatkan kemudian sebesar 197

MW pada tahun 2013 dan ditingkatkan lagi sebesar 544 MW pada tahun 2014 (sehingga

menjadi 741 MW pada tahun 2013/2014)

Harga energi yang meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan semakin tingginya

beban biaya energi pada sektor industri untuk menjalankan aktifitas produksinya dan

semakin besarnya pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan energinya. Di sisi

lain, tingginya harga energi juga semakin meningkatkan beban subsidi energi yang harus

dikeluarkan pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Masih

tingginya ketergantungan pada energi fosil, menyebabkan upaya penurunan gas rumah kaca

(GRK) juga mengalami kelambatan. Pemanfaatan Biomassa, salah satunya limbah menjadi

energi dapat dijadikan alternatif solusi terhadap berbagai permasalahan tersebut.

Pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya sebagai energi alternatif memberikan

dampak positif secara langsung. Pertama, terdapat perbaikan dalam efisiensi energi

dikarenakan limbah pertanian dan lainnya memiliki potensi energi yang besar dan hanya

akan menjadi sampah apabila tidak dimanfaatkan. Kedua, pemanfaatan limbah pertanian

dan lainnya dapat menjadi lebih efisien dikarenakan penanganan limbah secara khusus

seringkali lebih mahal biayanya dibandingkan pemanfaatannya. Ketiga, pemanfaatan limbah

pertanian dan lainnya mengurangi penggunaan lahan khusus untuk penampungan limbah,

yang pada akhirnya akan menghemat biaya penanganan limbah.

Page 17: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

2 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian ESDM telah melaksanakan

studi dan juga telah menjalankan beberapa proyek terkait pemanfaatan limbah untuk

dijadikan energi (waste to energy (WtE)). Khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup, studi

tersebut bertujuan untuk mengembangkan program pembiayaan investasi WtE untuk

beberapa hal, antara lain (a) penangkapan gas metan di limbah peternakan sapi (biogas); (b)

efisiensi dan penangkapan gas metan di limbah industri tahu (biogas); (c) limbah pertanian

(biomassa); (d) industri pengolahan (panas menjadi energi); (e) WtE umum (biomassa dari

pelepah pohon kelapa sawit, biogas dari pabrik kelapa sawit, dan limbah domestik (kotoran

manusia)); (f) flaring pada industri minyak dan gas bumi (KLH, 2013). Dari berbagai jenis

WtE, terdapat empat jenis tipe WtE yang diusulkan untuk didukung melalui pembiayaan

investasi, yaitu (a) reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) reaktor biogas dari limbah

industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari perkebunan dan industri kelapa

sawit; dan (d) pemanfaatan biomassa pertanian untuk pemanas/pengering, khususnya

untuk biomassa sekam padi.

Pemanfaatan limbah menjadi energi dalam skala kecil dan menengah, baik oleh

industri kecil dan menengah (IKM) maupun rumah tangga, masih relatif sedikit di Indonesia,

salah satunya dikarenakan keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh IKM dan rumah

tangga. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pembiayaan investasi limbah menjadi energi,

salah satunya melalui kredit program.

Berbagai jenis pembiayaan melalui kredit program yang telah ada (eksisting) saat ini,

baik dengan pola subsidi bunga, pola jasa penjaminan, pola pendanaan sendiri, maupun

pola kombinasi, belum secara spesifik dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan investasi

limbah menjadi energi. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kebijakan agar kredit

program yang telah ada saat ini, dapat dimanfaatkan secara optimal khususnya untuk

pembiayaan investasi limbah menjadi energi. Terdapat beberapa jenis kredit program yang

didukung oleh Kementerian Keuangan, salah satunya adalah Kredit Ketahanan Pangan dan

Energi (KKP-E) dimana terkait dengan energi masih ditujukan untuk pengembangan bahan

baku Bahan Bakar Nabati (BBN), yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

Nomor 79/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dua kali, yaitu melalyi PMK Nomor

48/PMK.05/2009 dan PMK Nomor 198/PMK.05/2010. Kredit program tersebut dilakukan

melalui subsidi bunga, dan sangat dimungkinkan pula bahwa pengembangan WtE dilakukan

dengan mekanisme yang sama, namun perlu dilakukan penyesuaian, khususnya terkait

dengan regulasi yang ada.

Pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui kredit program, selain memiliki

manfaat, tentunya memiliki konsekuensi logis terhadap biaya. Manfaat yang diproleh baik

secara keuangan, ekonomi, maupun lingkungan, diharapkan dapat lebih besar dibandingkan

dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk membuktikan hal tersebut, dan juga sebagai dasar

pertimbangan untuk pengambilan kebijakan ke depan, diperlukan analisis biaya dan

manfaat yang cukup komperehensif dari pembiayaan investasi limbah menjadi energi

melalui kredit program.

Page 18: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

3 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

1.2. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan studi tentang Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan

Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program adalah untuk mengidentifikasi dan

melakukan analisis biaya dan manfaat terkait dengan usulan skim pembiayaan investasi

kredit program untuk mendukung pengembangan WtE untuk beberapa jenis atau tipe

pengembangan WtE. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan oleh Pusat Kebijakan

Pendanaan Perubahan Iklim dan Multilateral (PKPPIM)-Badan Kebijakan Fiskal (BKF) untuk

menyiapkan kebijakan terkait dengan pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui

kredit program.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pelaksanaan studi tentang Analisis Biaya dan Manfaat

Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini adalah:

a. Mengidentifikasi berbagai jenis potensi pemanfaatan limbah yang dapat

dikonversikan menjadi energi, khususnya yang berasal dari limbah peternakan sapi,

industri tahu, perkebunan/industri kelapa sawit, dan biomassa pertanian padi di

Indonesia;

b. Mengidentifikasi berbagai jenis pembiayaan melalui kredit program yang ada saat ini

dan berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pembiayaan investasi limbah menjadi

energi yang didukung oleh Pemerintah, termasuk Kementerian Keuangan;

c. Melakukan analisis kelayakan keuangan untuk pembiayaan investasi limbah menjadi

energi pada berbagai jenis pemanfaatan limbah, yang mencakup (a) pengembangan

reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan reaktor biogas dari

limbah industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari perkebunan dan

industri kelapa sawit; dan (d) pemanfaatan biomassa pertanian untuk

pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam padi.

d. Melakukan analisis biaya dan manfaat dari pembiayaan investasi limbah menjadi

energi yang nantinya diusulkan, yang mencakup (a) pengembangan reaktor biogas

dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan reaktor biogas dari limbah industri

tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari perkebunan dan industri kelapa

sawit; dan (d) pemanfaatan biomassa pertanian untuk pemanas/pengering,

khususnya untuk biomassa sekam padi, dan

e. Menyusun draft rekomendasi kebijakan untuk pengembangan pembiayaan investasi

limbah menjadi energi melalui kredit program berdasarkan hasil analisis kelayakan

keuangan dan analisis biaya dan manfaat.

1.4. Keluaran (Output) yang Diharapkan

Keluaran (output) yang diharapkan dari pelaksanaan studi tentang Analisis Biaya dan

Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini adalah:

a. Berbagai jenis pembiayaan investasi limbah menjadi energi (WtE) melalui

mekanisme kredit program dan lainnya yang didukung oleh Pemerintah, termasuk

Page 19: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

4 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kementerian Keuangan. Hasil studi ini juga merekomendasikan jensi pembiayaan

investasi yang cocok untuk mendukung pengembangan WtE;

b. Analisis kelayakan keuangan untuk pembiayaan investasi limbah menjadi energi

melalui kredit program pada berbagai jenis pemanfaatan limbah, yang mencakup

empat jenis yaitu (a) pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b)

pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan

pembangkit listrik dari perkebunan dan industri kelapa sawit; dan (d) pemanfaatan

biomassa pertanian untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam

padi

c. Analisis biaya dan manfaat untuk pembiayaan investasi limbah menjadi energi

melalui kredit program pada berbagai jenis pemanfaatan limbah, yang mencakup

empat jenis yaitu (a) pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b)

pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan

pembangkit listrik dari perkebunan dan industri kelapa sawit; dan (d) pemanfaatan

biomassa pertanian untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam

padi; dan

d. Draft Nota Dinas ke Menteri Keuangan terkait usulan pembiayaan investasi melalui

kredit program untuk mendorong pengembangan WtE di Indonesia.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan dari pelaksanaan studi tentang Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan

Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang

tersusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, keluaran yang

diharapkan dan sistematika penulisan laporan dari pelaksanaan studi.

Bab II Potensi Pengembangan Waste to Energy di Indonesia

Bab ini menguraikan tentang limbah sebagai sumber energi alternatif, implementasi

pengembangan WtE, dan berbagai potensi pengembangan WtE di Indonesia, yang

mencakup pengembangan reaktor biogas di industri tahu, reaktor biogas limbah

peternakan sapi, pembangkit listrik dari limbah industri kelapa sawit (POME) dan

biomassa pelepah sawit, penggunaan limbah biomassa sekam padi untuk bahan

bakar pemanas/pengering, pemanfaatan limbah cair domestik, dan pemanfaatan

sampah perkotaan.

Bab III Alternatif Pembiayaan Investasi Waste to Energy di Indonesia

Bab ini menjelaskan tentang berabgai alternatif pembiayaan investasi yang eksisting

WtE di Indonesia baik melalui kredit program maupun lainnya, seperti misalnya yang

berasal dari KLH, Kementerian ESDM, dan pihak lainnya. Selain itu, bab ini juga

berisikan tentang usulan pembiayaan investasi WtE melalui Kredit Ketahanan Pangan

dan Energi (KKP-E).

Page 20: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

5 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Bab IV Analisis Keuangan dan Analisis Biaya Manfaat Pembiayaan Waste to Energy

Melalui Kredit Program

Bab ini berisikan tentang asumsi-asumsi yang digunakan, analisis keuangan, dan

analisis biaya manfaat dari pembiayaan investasi melalui kredit program, yaitu

mencakup pengembangan reaktor biogas di industri tahu, reaktor biogas limbah

peternakan sapi, pembangkit listrik dari limbah industri kelapa sawit (POME) dan

biomassa pelepah sawit, penggunaan limbah biomassa sekam padi untuk bahan

bakar pemanas/pengering seperti yang diusulkan oleh KLH dan Kementerian ESDM.

Bab V Penutup

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dan saran/rekomendasi

kebijakan yang dapat diberikan dari pelaksanaan studi ini terkait dengan dukungan

pembiayaan investasi WtE melalui kredit program. Selain itu, terdapat juga langkah

tindak lanjut dari pelaksanaan kajian ini.

Page 21: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

6 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB II

POTENSI PENGEMBANGAN WASTE TO ENERGY DI INDONESIA

Peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh

meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) akibat aktifitas manusia. Indonesia

disinyalir sebagai negara peringkat empat paling berpolusi di dunia (sebagai salah satu

negara penghasil GRK terbesar). Penggunaan energi adalah salah satu sektor penyumbang

emisi CO2. Sampai tahun 2011, energi fosil dikonsumsi hingga 96,21 persen dari total energi

nasional (KLH, 2013). Persoalan energi juga diiringi oleh permasalahan krisis energi dan

komitmen Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 terkait

pengurangan emisi GRK, dimana Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK

sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan mencapai 41 persen jika mendapat bantuan

internasional pada tahun 2020 dari kondisi business as usual (BAU).

Kondisi krisis energi juga menjadi perhatian serius pemerintah. Indonesia sebagai

negara tropis banyak menghasilkan biogas dan biomassa termasuk bioenergi yang

merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy). Bioenergi dapat

menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Dengan pendekatan

penggunaan teknologi yang tepat, limbah biogas dan biomassa tersebut termanfaatkan

dengan nilai guna dan nilai ekonomi tinggi (valuable). Upaya-upaya perbaikan lingkungan

dengan mengimplementasikan teknologi waste to energy (pemanfaatan limbah menjadi

energi) memerlukan dukungan untuk mempercepat pengembangannya. Dalam program

pengembangan waste to energy, setidaknya terdapat dua indikator keberhasilan, yaitu (1)

pengurangan emisi dari kegiatan pemanfaatan waste to energy, dan (2) didapatkannya

energi alternatif pengganti bahan bakar fosil bagi masyarakat sebagai hasil dari kegiatan

pemanfaatan waste to energy.

2.1. Pemanasan Global, Isu Emisi dan Krisis Energi

Fenomena perubahan iklim saat ini menjadi perhatian penting bagi Negara-negara

maju maupun berkembang. Bahkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

didirikan pada tahun 1988 oleh Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological

Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) menyatakan

bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat

aktivitas manusia1.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan

yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang

ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang

lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis

hewan2.

1 Summary for Policy Makers: A report of Working Group I of the Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC, 2007.

2 NASA: Global Warming to Cause More Severe Tornadoes, Storms, Fox News, August 31, 2007.

Page 22: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

7 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar 2.1 Peningkatan Suhu Permukaan Global Tahun 1999 - 2008

Upaya untuk mengendalikan pemanasan global dilakukan melalui pengurangan emisi

gas rumah kaca. Protocol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca yang memberikan

dampak pemanasan global, yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida

(N2O), dan tiga gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC,PFC dan SF6)3. Indonesia telah

disinyalir sebagai negara peringkat empat paling berpolusi di seluruh dunia. Berdasarkan

data KLH, emisi GRK nasional Indonesia, dari CO2, CH4, N2O diluar emisi dari Peat Fire dan

Land Use, Land-Use Change and Forestry (LULUCF), meningkat 733.017 KT CO2e di tahun

2000 di tahun 20004.

2.2. Limbah Sebagai Sumber Energi dan Implementasi Pengembangan Waste to Energy

Produksi energi adalah sektor penyumbang emisi CO2 terbesar. Dengan

mengesampingkan sumber emisi dari LULUCF, emisi CO2 menyumbang 85 persen dari total

emisi5. Sedangkan sisanya 15 persen berasal dari agrikultur, industri dan limbah. Sedangkan

sampai tahun 2011, energi didominasi oleh penggunaan minyak bumi, gas alam dan batu

bara. Energi fosil dikonsumsi hingga 96,21 persen dari total energi nasional6. Total pasokan

sumber energi berupa oil sebesar 46,93 persen, batu bara 26,93 persen, dan berupa gas

sebesar 21,90 persen.

3 The Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panei on Climate Change (IPCC) AR4, 2007.

4 Kajian Kementerian Lingkungan Hidup, 2010.

5 Kementerian Lingkungan Hidup, 2010.

6 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012.

Page 23: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

8 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2010

Gambar 2.2 Sektor Penyumbang Emisi Gas CO2

Sumber: Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, 2012

Gambar 2.3 Total Pasokan Sumber Energi Nasional Tahun 2011

Disamping isu emisi CO2 dan dampak gas rumah kaca, persoalan energi juga diiringi

oleh permasalahan krisis energi dan kebutuhan pasokan dari sumber energi baru.

Penggunaan energi baru dan terbarukan (new and renewable energy, NRE) hanya mengisi

4,79 persen dari total energi nasional. Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar

merupakan pengguna energi fosil yang cukup dominan dipergunakan di banyak sektor.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir, harga energi semakin mahal dan mengakibatkan

subsidi energi juga semakin besar Rp. 224,4 Triliun yang dibagi untuk alokasi BBM Rp.

137,38 Triliun dan untuk alokasi Listrik Rp. 64,9 Triliun.

Namun faktanya, Indonesia masih boros dalam pemanfaatan dan pengelolaan

sumber energinya yang ditunjukan dengan intensitas energi yang masih tinggi.

Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata 7 persen per tahun ini belum diimbangi dengan

pasokan energi yang cukup. Selain itu keterbatasan pasokan energi nasional juga semakin

menipis. Cadangan sumber energi fosil sebagai pemasok sumber energi terbesar saat ini

hanya bertahan untuk beberapa tahun mendatang. Kondisi konsumsi energi yang terus

Page 24: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

9 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

meningkat tajam dan cadangan energi nasional dari sumber energi fosil yang semakin

menipis juga menjadi perhatian serius pemerintah.

Tabel 2.1 Ketersediaan Pasokan Energi Fosil Nasional

NO. FOSSIL ENERGY RESERVES PRODUCTION

PER YEAR

RESERVE TO

PRODUCTION RATIO

1. Oil 4.0 billion barel 347 million barel 11 years

2. Gas 104.71 TSCF 3212 BSCF 32 years

3. Coal 28 billion ton 329 million ton 85 years

Sumber: Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, 2012

Pemerintah berkomitmen untuk mendukung pengendalian emisi gas rumahkaca

diantaranya adalah komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan

mencapai 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional pada tahun 2020 dari kondisi

business as usual (BAU). Pemerintah juga terdorong mengeluarkan kebijakan untuk

meningkatkan porsi NRE (New and Renewable Energy) dalam energi nasional. Kebijakan

global tentang energi nasional menyebutkan bahwa diversifikasi energi dijalankan dengan

meningkatkan kontribusi NRE sebagai pemasok energi nasional, yaitu:

a) Energi Baru

Batu bara cair (Liquefied Coal), Metana batu bara (Coal Bed Methane), gasifikasi batu

bara (Gasified Coal), nuklir (Nuclear), hydrogen (Hydrogen).

b) Energi Terbarukan

geothermal (Geothermal), bioenergi (Bioenergy), air (Hydro), matahari (Solar), angin

(Wind), arus laut (Ocean).

Kebijakan ini diperkuat dengan perundangan melalui Peraturan Presiden Nomor

5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Peraturan ini mendorong NRE berkontribusi

hingga 17 persen di tahun 2025. Melalui visi energi nasional 2025, NRE semakin didorong

untuk berkontribusi hingga 25 persen.

Tabel 2.2 Program Nasional Rencana Pengurangan Emisi 2020

Sectors Sectors Emission Reduction Plan

(Giga ton CO2e) Agency

26% 15% (total 41%)

Forestry and Peat 0.672 0,367 Ministry of Forestry, Ministry of

Environment, Ministry of Public Works,

Ministry of Agriculture

Waste 0.048 0.03 Ministry of Public Works, Ministry of

Environment

Agriculture 0.008 0.003 Ministry of Agriculture, Ministry of

Environment

Industry 0.001 0.004 Ministry of Industry

Energy and

Transportation

0.038 0.018 Ministry of Transportation, Ministry of

Energy and Mining, Ministry of Public

Works

0.767 0.422

Page 25: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

10 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, 2012

Gambar 2.4 Komposisi Target Kontribusi Energi Nasional Tahun 2025

2.3. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Industri Tahu

Industri tahu di Indonesia mempunyai peran penting, selain makanan yang biasa

dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat, industri tahu merupakan industri berskala kecil

dan rumah tangga yang menghidupi banyak warga masyarakat di kalangan ekonomi

menengah ke bawah. Di Indonesia, tercatat sebanyak 177 koperasi tahu dan tempe (Kopti)

yang tersebar di 18 provinsi. Jumlah perajinnya mencapai 115.000 unit, dengan total jumlah

tenaga kerja 1 juta orang. Industri tahu sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku

kedelai. Kebutuhan bahan baku kedelai untuk perajin tahu dan tempe mencapai 132 ton per

bulan7.

Industri tahu ternyata salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan. Jumlah

industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 usaha unit. Dengan kapasitas produksi lebih dari

2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter

kubik per tahun dengan menghasilkan emisi sekitar satu juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80

persen industri tahu berada di Pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang dikeluarkan pabrik

tahu di Jawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen8.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada

umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat

berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Kandungan organik tinggi ini yang

berpotensi melepas emisi metana. Seperti perlakukan limbah kotoran sapi, limbah industri

tahu tersebut juga dapat diolah dengan reaktor biogas. Penataan produksi bersih di bagian

proses perlu dilakukan untuk memastikan kondisi limbah cukup memenuhi syarat untuk

diolah dalam reaktor biogas.

7 Gokaptindo, 2013

8 Asdep Analisis Kebutuhan Iptek, Deputi Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Ristek, 2010

Page 26: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

11 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Sri Subekti UNPAD, 2011

Gambar 2.5 Skema Model IPAL Reaktor Biogas Fixed Bed

Salah satu model pengolahan limbah industri tahu adalah dengan menggunakan

model Fixed Bed Reaktor dan dibangun dengan sistem anerobik. Pertimbangannya, sistem

ini memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan energi untuk aerasi. Keuntungan

lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan energi dalam bentuk biogas,

ampas dan air untuk makanan ikan ternak. Selain itu, prosesnya lebih stabil dan lumpur

yang dihasilkan lebih sedikit. Unit pengolahan limbah cair tahu terdiri dari unit utama

digester, jaringan pipa pengumpul limbah, penampung gas, trickling, filter, jaringan sisa

limbah hasil olahan, kolam penampung air hasil proses.

2.4. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

Sektor peternakan yang berkembang cukup baik di Indonesia salah satunya adalah

peternakan sapi perah. Populasi ternak sapi perah di Indonesia mencapai 597.100 ekor

dengan penyebaran dominan di pulau Jawa. Populasi sapi perah di pulau Jawa mencapai 99

persen dari total populasi sapi perah di Indonesia (592.400 ekor). Selanjutnya populasi

terbesar kedua adalah Sumatera sebesar 0,4 persen (2.400 ekor). Sebaran di pulau Jawa

didominasi wilayah Jawa Timur sebesar 49,61 persen (296.300 ekor), dan selanjutnya Jawa

Tengah 25,11 persen (149.900 ekor) serta Jawa Barat 23,44 persen (140.000 ekor)9.

9 BPS, 2011.

Page 27: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

12 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: BPS, 2011

Gambar 2.6 Sebaran Populasi Sapi Perah di Indonesia

Apabila kita melihat angka populasi sapi potong di Indonesia, terlihat bahwa terjadi

peningkatan angka populasi sapi potong di Indonesia tiap tahunnya selama periode 2009-

2013. Pada tahun 2009, populasi sapi potong sekitar 12,7 juta ekor. Angka ini kemudian

meningkat sebesar 6,44 persen pada tahun 2010 menjadi sekitar 13,5 juta ekor.

Peningkatan angka populasi terbesar sepanjang lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2011

yang tumbuh sebesar 9,15 persen menjadi sekitar 14,8 juta ekor. Pada tahun 2012, angka

populasi sapi potong juga meningkat menjadi sekitar 15,9 juta ekor, meskipun angka

pertumbuhannya turun sedikit dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 7,8 persen. Kemudian,

pada tahun 2013 populasi sapi potong meningkat sedikit menjadi sekitar 16,6 juta ekor,

namun dengan pertumbuhan yang cukup rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,

yakni hanya sebesar 3,92 persen

Tabel 2.3 Persebaran Populasi Sapi Potong Menurut Provinsi 2009 - 2013* (dalam Ekor)

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan

2013 thdp 2012 (%) 2009 2010 2011 2012 2013*)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

2 Sumatera Utara

3 Sumatera Barat

4 Riau

5 Jambi

6 Sumatera Selatan

7 Bengkulu

8 Lampung

9 Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

16 Banten

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

669.996 722.501 462.840 505.171 530.999 5,11

394.063 412.670 541.698 609.951 625.817 2,60

492.272 513.255 327.013 359.233 373.603 4,00

172.394 170.105 159.855 189.060 197.340 4,38

164.256 177.710 119.888 139.534 151.543 8,61

342.412 347.873 246.295 260.124 277.032 6,50

97.528 103.262 98.948 105.550 111.756 5,88

463.032 496.066 742.776 778.050 834.154 7,21

9.624 9.852 7.733 8.405 9.246 10,00

8.323 8.693 17.338 17.251 17.440 1,10

0 0 1.691 1.214 1.214 0,00

309.609 327.750 422.989 429.637 444.155 3,38

1.525.250 1.554.458 1.937.551 2.051.407 2.092.436 2,00

283.043 290.949 375.844 358.387 424.839 18,54

3.458.948 3.745.453 4.727.298 4.957.478 5.058.853 2,04

73.515 69.727 46.900 55.424 56.942 2,74

675.419 683.800 637.473 651.216 660.984 1,50

592.875 695.951 685.810 916.560 1.002.503 9,38

577.552 600.923 778.633 814.450 817.708 0,40

175.019 176.734 153.320 169.240 171.429 1,29

68.022 75.098 54.647 59.385 71.922 21,11

218.065 228.545 138.691 152.495 162.515 6,57

101.176 108.321 90.748 99.986 104.985 5,00

106.598 98.522 105.225 119.889 125.883 5,00

Page 28: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

13 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan

2013 thdp 2012 (%) 2009 2010 2011 2012 2013*)

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

210.535 211.769 230.682 250.921 257.303 2,54

729.066 848.916 983.985 1.112.893 1.152.053 3,52

253.171 268.138 213.736 236.511 261.008 10,36

240.659 253.411 183.868 202.974 203.582 0,30

124.632 135.770 72.822 79.905 88.208 10,39

79.162 83.943 73.976 83.866 95.156 13,46

45.488 45.488 60.840 64.136 68.675 7,08

36.081 37.093 41.464 52.046 62.683 20,44

62.053 78.825 81.796 88.347 92.837 5,08

Indonesia 12.759.838 13.581.570 14.824.373 15.980.697 16.606.803 3,92

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2013

Keterangan: *) Angka Sementara

- ) Data tidak tersedia

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang berpotensi menyumbang emisi

metana. Sedangkan metana merupakan emisi terbesar kedua setelah CO2 dengan

memberikan kontribusi 13 persen dari total emisi10. Dengan pertimbangan ini maka emisi

gas metana dan sumber emisi gas metana terbesar dari sektor peternakan perlu mendapat

perhatian serius. Potensi produksi Kotoran Ternak Segar (KTS) sebagai bahan baku biogas

limbah sapi mencapai 88714,88 ribu Ton pada Tahun 2010. Dari potensi produksi KTS

tersebut mampu menghasilkan produksi biogas setara minyak Tanah sebesar 4,43 miliar

liter per tahun. Kemudian potensi pupuk organik yang dihasilkan mencapai 35,48 miliar ton

per Tahun.

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Gambar 2.7 Perkembangan Populasi Sapi Potong Tahun 2009-2013

10

Kajian KLH 2010

6,44

9,15

7,80

3,92

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2009 2010 2011 2012 2013

PE

RSE

N

RIB

U E

KO

R

Populasi Sapi Potong Pertumbuhan

Page 29: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

14 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Kementerian ESDM, 2010

Gambar 2.8 Potensi Nasional Biogas Asal Ternak Tahun 2010

Reaktor biogas merupakan salah satu solusi untuk mengendalikan emisi metana.

Kotoran hewan ternak yang berpotensi mengahasilkan metana, akan diisolasi dalam reaktor

dan ditampung produksi metananya. Gas metana terkandung dalam biogas, sebagai hasil

reaktor biogas, merupakan bahan bakar yang dapat mengkonversi penggunaan minyak

tanah dan elpiji untuk keperluan rumah tangga maupun usaha. Konversi energi dengan

bahan bakar alternatif biogas akan menekan emisi metana yang sangat besar berkontribusi

pada pemanasan global.

Sumber: http://www.biru.or.id

Gambar 2.9 Komponen Reaktor Program Biru (Biogas Rumah Indonesia)

1 : Inlet (tangki pencampur)

2 : Pipa Inlet (bisa diadaptasi untuk dihubungkan ke toilet)

3 : Digester

Ruminansia

Besar

Ruminansia

Kecil

Non

RuminansiaUnggas

Produksi KTS (Ribu Ton/th) 66,294 7,152 6,362 8,906

Produksi Pupuk Organik (Ribu

Ton/Tahun)26,518 2,861 2,545 3,563

Produksi Biogas Setara Minyak

Tanah ( Ribu Liter/Tahun)3,314,719 357,623 318,084 445,318

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Page 30: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

15 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4 : Penampung Gas (Kubah)

5 : Manhole

6 : Outlet & Overflow

7 : Pipa Gas Utama

8 : Katup Gas Utama

9 : Saluran Pipa

10 : Waterdrain

11 : Pengukur Tekanan

12 : Keran Gas

13 : Kompor Gas dengan pipa selang karet

14 : Lampu (opsional)

15 : Lubang Bio-slurry

Reaktor biogas berfungsi mengubah kotoran binatang, kotoran manusia dan materi

organik lainnya, menjadi biogas. Konsumsi biogas untuk skala rumah tangga antara lain

digunakan sebagai bahan bakar alternatif pemanas dan generator listrik. Dari lamanya

pengembangan dan aplikasi teknologi biogas di dunia, dapat dikatakan bahwa teknologi ini

sudah cukup mapan dan terbukti dapat memproduksi energi non BBM yang sekaligus ramah

lingkungan. Bagi masyarakat dan kalangan usaha terutama pelaku usaha mikro kecil,

produksi biogas sangatlah menguntungkan.

Konversi penggunaan biogas sebagai bahan bakar alternatif merupakan

penghematan untuk menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak tanah dan elpiji.

Umpan biogas juga merupakan limbah yang dimanfaatkan dengan proses biologi anaerobic

dalam reaktor. Ampas atau limbah buangan reaktor biogas juga memiliki potensi ekonomi

untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Reaktor biogas merupakan salah

satu solusi praktis teknologi energi tepat guna yang mudah dan murah diimplementasikan

untuk masyarakat termasuk masyarakat pelosok. Pengoperasian dan perawatannya juga

sangat mudah dan tidak membutuhkan SDM dengan keahlian khusus. Untuk

pembangunannya pun telah banyak SDM di Indonesia yang terlatih dan telah siap

mengaplikasikan beragam teknologi reaktor biogas.

2.5. Pembangunan Pembangkit Listrik dari Limbah (Biogas) Industri Kelapa Sawit dan

Biomassa dari Pelepah Sawit

Komoditas perkebunan yang cukup besar produktifitasnya di Indonesia antara lain

Kelapa Sawit, Kelapa dan Tebu. Selain dari produk utamanya, komoditas tersebut juga

menghasilkan limbah Biomassa yang besar. Limbah biomassa kering kelapa sawit antara lain

berupa tepas/pelepah, angkang, bungkil dan tandan kosong. Dari kelapa terdapat limbah

biomassa kering berupa tempurung, serbuk kayu dan sabut. Sedangkan tebu menghasilkan

limbah kering daun dan bagas/ampas tebu. Dari ketiga komoditas ini, kelapa sawit

berkembang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Produksi limbah cair pabrik kelapa sawit (palm oil mill effluent, POME) di Indonesia

diperkirakan sebesar 28,7 juta ton/tahun. POME adalah limbah cair kelapa sawit yang masih

mengandung banyak padatan terlarut. Sebagian besar padatan terlarut ini berasal dari

material lignoselulosa mengandung minyak yang berasal dari buah sawit. Umumnya

pengolahan POME dilaksanakan secara konvensional yaitu dengan menggunakan sistem

kolam (pond). Selain memerlukan biaya operasional dan memerlukan lahan yang luas,

Page 31: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

16 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

sistem ini juga menghasilkan emisi gas rumah kaca. Padahal POME merupakan bahan baku

potensial untuk menghasilkan biogas.

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012

Gambar 2.10 Produksi Kelapa Sawit Indonesia (dalam Ton) Tahun 2008 – 2012

Dari tiga komoditas perkebunan tersebut, terlihat penyebaran budidaya banyak

terdapat di luar Jawa. Limbah biomassa kering yang terbuang memiliki potensi kalori yang

cukup besar sedangkan daerah luar Jawa banyak yang belum terlayani kebutuhan listriknya.

Hal ini merupakan salah satu solusi pemenuhan kebutuhan konsumsi listrik dengan

mengembangkan teknologi pembangkit listrik dari bahan bakar biomassa kering.

Limbah biomassa kering memiliki potensi kalori sebesar 2.000 sampai dengan 3.000

kkal/kg limbah. Dengan proses pembakaran dapat dihasilkan panas yang dapat

dimanfaatkan untuk memproduksi uap serta membangkitkan listrik melalui generator turbin

uap. Komoditas perkebunan terbesar banyak dibudidayakan di luar Jawa. Limbah biomassa

kering yang terbuang memiliki potensi kalori yang cukup besar sedangkan daerah luar Jawa

banyak yang belum terlayani kebutuhan listriknya. Hal ini merupakan salah satu solusi

pemenuhan kebutuhan konsumsi listrik dengan mengembangkan teknologi pembangkit

listrik dari bahan bakar biomassa kering. Potensi listrik dari total seluruh biomassa adalah

sebesar 49.810 MW. Dari potensi ini baru sekitar 3 persen yang telah dimanfaatkan

(1.618MW). Diperkirakan 60 persen dari potensi ini dapat dikelola sebagai sumber energi

alternatif melalui pembangkit listrik tenaga uap.

Kementerian Lingkungan Hidup sendiri dalam menangani energi terbarukan memiliki

pengalaman dalam pengembangan PLT Biomassa dari pelepah sawit dan Kementerian

Eenergi dan Sumber Daya Mineral mengembangkan PLT dari POME (limbah pabrik kelapa

sawit). Untuk mengembangkan PLT Biomassa ukuran mini (misal 200 kW) dari pelepah

sawit, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 5 miliar. Sedangkan PLT POME lebih besar dari Rp. 20

miliar, tergantung kapasitas pengolahan sawit (30 ton/jam – 1 MW, 45 ton/jam – 1,5 MW,

60 ton/jam – 2 MW). Pengembangan PLT dari pelepah sawit dan POME dilakukan untuk

memproduksi listrik (dijual untuk penerangan rumah tangga atau digunakan sendiri) dan

menggantikan/menghemat konsumsi solar.

Page 32: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

17 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Alcor, 2009

Gambar 2.11 Contoh Model PLTU Mini Berbahan Bakar Limbah Biomassa Kelapa Sawit

Dengan Kapasitas Produksi Listrik 250 KW

2.6. Penggunaan Limbah Biomassa Pertanian untuk Bahan Bakar Pemanas/Pengering:

Pengeringan/Silo Gabah

Pertanian padi dan jagung merupakan komoditas yang cukup dominan

dikembangkan di Indonesia. Dengan kondisi infrastruktur pengairan saat ini maka model

pertanian yang dikembangkan masih mengandalkan kepada musim dan pasokan air hujan.

Model pertanian tersebut tentunya akan menjadi kendala dalam proses penyimpanan pasca

panen. Masa panen yang tidak penuh dalam satu tahun menuntut metode penyimpanan

yang mampu menunjang cadangan komoditas pada masa paceklik. Salah satu teknologi

yang telah dikembangkan adalah teknologi pengeringan hasil panen. Biji produk seperti

gabah dan jagung dikeringkan hingga kadar air tertentu sihingga akan tahan lama untuk

disimpan.

Tabel 2.4 Produksi Padi dan Jagung Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2011

Provinsi Jenis Tanaman Produksi(Ton) Jenis Tanaman Produksi(Ton)

Indonesia Padi 70,866,571 Jagung 18,510,435

Aceh Padi 1,968,474 Jagung 186,761

Sumatera Utara Padi 3,664,588 Jagung 984,453

Sumatera barat Padi 2,373,806 Jagung 525,205

Riau Padi 440,131 Jagung 30,185

Jambi Padi 685,681 Jagung 26,038

Sumatera Selatan Padi 3,593,463 Jagung 147,499

Bengkulu Padi 626,176 Jagung 90,769

Lampung Padi 3,218,232 Jagung 1,725,727

Bangka Belitung Padi 29,087 Jagung 1,061

Kepulauan Riau Padi 1,396 Jagung 818

DKI Jakarta Padi 10,141 Jagung -

Jawa Barat Padi 12,009,422 Jagung 1,113,088

Jawa Tengah Padi 10,295,494 Jagung 3,042,420

Page 33: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

18 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Provinsi Jenis Tanaman Produksi(Ton) Jenis Tanaman Produksi(Ton)

DI Yogyakarta Padi 891,137 Jagung 271,751

Jawa Timur Padi 12,144,973 Jagung 5,741,833

Banten Padi 2,046,832 Jagung 11,897

Bali Padi 857,157 Jagung 57,954

Nusa Tenggara Barat Padi 2,161,442 Jagung 624,445

Nusa Tenggara Timur Padi 725,507 Jagung 711,278

Kalimantan Barat Padi 1,514,654 Jagung 161,632

Kalimantan Tengah Padi 793,576 Jagung 7,283

Kalimantan Selatan Padi 1,990,788 Jagung 104,402

Kalimantan Timur Padi 573,382 Jagung 8,492

Sulawesi Utara Padi 641,236 Jagung 439,263

Sulawesi Tengah Padi 1,033,241 Jagung 140,304

Sulawesi Selatan Padi 4,911,567 Jagung 1,440,003

Sulawesi Tenggara Padi 562,078 Jagung 69,137

Gorontalo Padi 291,248 Jagung 677,249

Sulawesi Barat Padi 429,006 Jagung 121,232

Maluku Padi 113,178 Jagung 12,315

Maluku Utara Padi 71,002 Jagung 27,146

Papua Barat Padi 26,280 Jagung 1,710

Papua Padi 172,196 Jagung 7,085

Sumber: BPS, 2013

Pengeringan hasil pertanian dimaksudkan untuk mengurangi kadar air yang

terkandung dalam bahan hasil pertanian yang dikeringkan hingga mencapai tinggal 10

persen sampai 12 persen saja, dengan hasil pengeringan seperti ini biji-bijian hasil pertanian

tidak mudah diserang mikroorganisme pembusuk (Lahming, 1993). Mengingat bahwa bahan

bakar biomassa (limbah-limbah pertanian, seperti gabah) dapat dimanfaatkan dalam

peningkatan nilai ekonomi dan pencegahan pencemaran lingkungan. Proses pengeringan

dengan memanfaatkan bahan bakar biomassa pada prinsipnya sama dengan

pemanfaatannya dalam kegiatan pembangkit listrik. Namun dalam alat pengering ini, kalori

yang dihasilkan dari pembakaran limbah dapat langsung dikontakkan dengan bahan/media

yang akan diolah. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memiliki pengalaman dalam

pengembangan sekam padi untuk pengering gabah. Untuk penggunaan sekam padi untuk

pengering gabah, dibutuhkan investasi Rp. 945 juta dengan kapasitas 20 ton/hari.

Page 34: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

19 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: http://santosorising.blogspot.com

Gambar 2.12 Model Pengering Gabah

2.7. Pemanfaatan Sampah Perkotaan

Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan salah satu dari prioritas nasional bidang

energi baru dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset nasional 2010-2014, hal ini

yang juga melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai objek penelitian dalam

konversi energi listrik. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari

suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai

nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang No. 18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan

definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang

berbentuk padat.

PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan

pembangkit yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah

sebagai bahan utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik.

Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan metode secara pembakaran/thermal

dan secara biologis. Proses konversi melalui metode thermal dapat dicapai melalui beberapa

cara pembangkitan, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma Arc Gasification,

thermal gasifikasi.

Page 35: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

20 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: aneka-sains.blogspot.com

Gambar 2.13 Proses Konversi Biologis

2.8. Pemanfaatan Limbah Cair Domestik

Selain permasalahan sampah, kawasan pemukiman juga menimbulkan dampak

pembuangan limbah cair domestik. Besarnya jumlah penduduk dan padatnya permukiman

penduduk terutama di perkotaan memberikan dampak negative terhadap lingkungan

sekitar terutama pada limbah cair rumah tangga. Limbah cair rumah tangga pada

permukiman apabila tidak ditangani dengan cukup baik, akan berpengaruh terhadap

kualitas lingkungan diantaranya penurunan kualitas air badan air dan air tanah, penurunan

tingkat kesuburan tanah, maupun penurunan tingkat estetika suatu wilayah. Limbah cair

rumah tangga biasanya dihasilkan dari kegiatan mandi, cuci, kakus, memasak, maupun

kegiatan-kegiatan rumah tangga lainnya. Limbah cair rumah tangga ini juga sering disebut

dengan limbah domestik. Sebagai cirikhas dari limbah ini adalah mempunyai karakteristik

kaya akan zat organik disamping adanya zat padat.

Potensi kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai US$ 6,3 Miliar atau setara

Rp. 58 Triliun atau 2,3 persen GDP Indonesia. Hal demikian sama saja dengan kebocoran

pada angka pertumbuhan ekonomi Indonesia (World Bank, 2007). Pada tahun 2011,

terdapat peningkatan presentasi jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap sanitasi

yang layak di Indonesia, sebesar 55,60 persen. Beberapa permasalahan dalam

pengembangan infrastruktur limbah cair rumah tangga antara lain terbatasnya pendanaan,

terbatasnya sumber daya manusia, persepsi tentang pentingnya sanitasi masih rendah,

belum efisiennya tata kelola dan kelembagaan, Sektor air limbah bukan sektor yang “seksi”.

Sampai saat ini investasi sanitasi masih jauh dari kondisi ideal. Angka Investasi Sanitasi

tahun 1970 – 2000 sebesar Rp. 200/kap/tahun. Selama lima tahun terakhir terjadi

peningkatan menjadi Rp. 5000/kap/tahun jauh dari Angka Investasi Sanitasi Ideal yaitu Rp.

47.000/kap/tahun.

Page 36: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

21 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: WHO/UNICEF, 2012

Gambar 2.14 Proporsi Penduduk Tanpa Akses terhadap Sanitasi

Diantara limbah cair ini, yang paling besar dampak buangannya adalah limbah dari

feces manusia (buangan BAB, buang air besar). Pemanfaatan limbah cair domestik

merupakan salah satu cara untuk memproduksi energi yang terbarukan. Salah satu alternatif

pembuangan limbah feces adalah dengan metode pengolahan reaktor biogas.

Model pengolahan reaktor biogas dari limbah domestik ini telah dikembangkan di

beberapa tempat. Salah satunya adalah reaktor Biogas dari kotoran manusia yang terus

dikembangkan di Pondok Pesantren. Model pengembangan biogas feces di pesantren

merupakan salah satu jalan untuk memenuhi syarat jumlah komoditas di wilayah tertentu.

Pembangunan instalasi biogas di pesantren ini juga berpotensi menciptakan ekopesantren

atau pesantren berwawasan lingkungan yang turut peduli terhadap pengolahan limbah dan

penggunaan energi alternatif.

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

Gambar 2.15 Sanimas Sistem Mix (Gabung) antara Komunal- Perpipaan dan MCK Plus

Page 37: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

22 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB III

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INVESTASI WASTE TO ENERGY

3.1. Kebutuhan Dukungan Pembiayaan

Usaha pelestarian lingkungan hidup membutuhkan penanganan yang sistemik dan

menyeluruh. Terlebih, penanganan pelestarian lingkungan hidup dengan pemanfaatan

Waste to Energy (WtE) memerlukan pendekatan multi-stakeholders. Kegiatan pemanfaatan

WtE memerlukan penanganan dari berbagai pemangku kepentingan. Kesadaran dunia

usaha khususnya UMKM akan pemanfaatan WtE membutuhkan dukungan investasi

tersendiri. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan telah

dilakukan oleh pemerintah antara lain melakukan edukasi kepada seluruh pemangku

kepentingan terkait pentingnya pengelolaan lingkungan hidup, pemberian insentif (misal

pembebasan bea impor, pengurangan PPh atas biaya pengolahan limbah, subsidi kompos,

dan lain-lain), dan pemberian pinjaman lunak11.

3.2. Program Pinjaman Lunak di KLH

3.2.1. Program Pollution Abatement Equipment (PAE)

Program PAE (Pollution Abatement Equipment) dimulai dari tahun 1992-2011 dengan

sumber dana dari Jepang melalui JBIC (Japan Bank for International Cooperation)- (JBIC-

PAE). Program ini dilaunching pada tahun 1992. Dana yang telah disalurkan Rp. 407,7 miliar

ke 96 perusahaan semua skala. Dana revolving fund per tahun sekitar Rp. 38 miliar.

Pelaksanaannya empat bank, Danamon, BII, BCA, Lippo, BNI dan Mandiri. Ini kredit investasi

dengan bunga sesuai SBI. Khusus untuk Program PAE, BI bekerjasama dengan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Bank Peserta (BCA, Bank Danamon, BII, Lippo Bank, Bank Umum

Nasional, PT. BBD (Persero), PT. BEII (Persero), PT. BNI (Persero), dan PT. Bapindo (Persero)).

Menurut kajian Kesiapan UMKM Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses

Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 menyebutkan bahwa

program tersebut berakhir belum ada lembaga perbankan di Indonesia yang menginisiasi

peluncuran skim pinjaman atau pembiayaan untuk UMKM ramah lingkungan dengan

mengadopsi program sejenis untuk tujuan serupa.

3.2.2. Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 1

Program Kreditanstalt fur Wiederaufbau-Industrial Efficiency And Pollution Control

Tahap I yang selanjutnya disebut Program KfW-IEPC I adalah program yang bersumber dari

hibah Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) yang dipinjamkan oleh Pemerintah c.q.

Kementerian Keuangan kepada bank pelaksana untuk membiayai kegiatan investasi yang

berorientasi lingkungan hidup dalam rangka pengendalian polusi dan efisiensi industri.

Program IEPC (Industrial Efficiency and Pollution Control) Tahap I dimulai dari Tahun 1998-

2013.

11

Kajian Kesiapan UMKM Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses Pembiayaan, 2012, BI.

Page 38: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

23 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sasaran dari program pinjaman lunak ini adalah industri dengan skala Usaha Kecil

dan Menengah (UKM). Bank pelaksana dari kegiatan program ini terdiri dari 4 BPD, 1 Bank

Nasional yaitu Bank BNI, Bank Jateng, Bank Nagari, Bank Jabar Banten, dan BPD Bali dengan

tingkat suku bunga efektif mencapai 9 – 14 persen. Tujuan dari pinjaman ini adalah untuk

mendorong agar UMK dapat mengurangi limbah produksi melalui peningkatan efisiensi

dalam penggunaan energi, bahan baku dan pengolahan limbah.

3.2.3. Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2

Salah satu permasalahan yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah dalam

pengelolaan lingkungan adalah tidak tersedianya dana untuk pengadaan peralatan

pencegahan dan pengendalian pencemaran. Pemerintah Indonesia menyediakan pinjaman

lunak untuk membantu usaha skala kecil dan menengah dalam:

- Investasi di bidang pencegahan dan pengendalian pencemaran;

- Meningkatkan efisiensi produksi;

- Bantuan teknis.

Dana pinjaman ini bersifat bergulir (Revolving Fund), sehingga akan diterus-

pinjamkan kembali kepada nasabah yang menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian

pencemaran lingkungan. Dana ini berasal dari bantuan Pemerintah Jerman melalui program

Industrial Efficiency and Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2) – Kreditanstalt für

Wiederaufbau (KfW). Oleh karena itu disebut Program Pinjaman Lunak Lingkungan IEPC-KfW

Phase II.

Sasaran dari dana program pinjaman ini antara lain ditujukan bagi:

- Usaha Kecil dan Menengah (UKM) nasional, yang memiliki aset kurang dari Rp. 10

Miliar (di luar tanah dan bangunan);

- UKM sentra dan/atau individu yang berbadan hukum (CV, PT, koperasi dan lain-lain);

- Potensial mencemari lingkungan.

Dana ini dapat diberikan apabila perusahaan tersebut telah memenuhi kelayakan

teknis yang ditentukan berdasarkan penilaian KLH dan kelayakan finansial yang ditentukan

berdasarkan penilaian Bank Penyalur. Maksimum pinjaman adalah Rp. 5 Miliar (Rp. 10 Miliar

untuk perusahaan sistem kluster) dengan tingkat suku bunga pinjaman yang kompetitif.

Masa pengembalian pinjaman sekitar 3 – 10 tahun dengan masa tenggang waktu

pembayaran pokok sekitar 0 -1 tahun. Ketentuan pembayaran bunga dan pokok sesuai

dengan ketentuan intern Bank Penyalur.

Mekanisme yang dalam pengajuan dana yang harus diperhatikan dalam program

Industrial Efficiency and Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2), yaitu :

- Pengajuan permohonan pinjaman dari Perusahaan kepada Bank Penyalur.

- Penilaian aspek finansial oleh Bank Penyalur.

- Permohonan penilaian aspek teknis dari Bank Penyalur kepada KLH.

- Penilaian aspek teknis oleh KLH.

- Penyampaian hasil penilaian teknis KLH kepada Bank Penyalur.

- Permohonan dana dari Bank Penyalur ke Bank Pelaksana.

- Pencairan dana dari Bank Pelaksana ke Bank Penyalur.

- Pencairan dana dari Bank Penyalur kepada Perusahaan Pemohon.

Page 39: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

24 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kemudian komponen investasi yang dapat dibiayai dalam program Industrial Efficiency and

Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2), yaitu :

- Peralatan pencegahan pencemaran (Mesin produksi yang ramah lingkungan, mesin

yang lebih efesien dari segi bahan baku, energi dan berkurangnya cacat serta

kegagalan produk).

- Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara

(IPPU), Instalasi Pengolahan Limbah Padat (IPLP), Instalasi Daur Ulang Limbah (IDUL);

- Jasa konsultasi desain sistem dan konstruksi sipil, pencegahan dan pengendalian

pencemaran, serta daur ulang;

- Lahan tapak IPAL.

Pada komponen modal kerja yang dapat dibiayai yakni modal kerja permanen yang

terkait investasi seperti bahan kimia, suku cadang dan lain-lain yang terkait dengan mesin

atau alat yang dibiayai oleh IEPC2 (tidak lebih dari 40 persen). Sedangkan komponen

investasi yang tidak dapat dibiayai dalam program Industrial Efficiency and Pollution Control

tahap ke 2 (IEPC2), yaitu :

- Biaya administrasi;

- Pajak;

- Bangunan pabrik, gudang, kantor, kantin;

- Kompensasi dan pembebasan lahan pabrik;

- Biaya operasi dan pemeliharaan;

- Alat transportasi;

- Power plant, genset;

- Alat transportasi;

Bank Pelaksana adalah bank yang menampung dana dari KFW Jerman dan

menyalurkan melalui Bank Penyalur. Bank Pelaksana dalam program Industrial Efficiency

and Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2) adalah Bank Negara Indonesia dan Bank Ekspor

Indonesia. Sedangkan bank penyalurnya adalah:

- Bank Negara Indonesia

- Bank Jateng

- Bank BPD Kaltim

- Bank Kalbar

- Bank Bukopin

- Bank Niaga

3.2.4. Program Debt for Nature Swap (DNS)

Salah satu aksi kongkret pemerintah adalah melalui kerjasama dengan pemerintah

Jerman, yang juga memberi perhatian serius terhadap pembangunan berwawasan

lingkungan. Aksi kongret tersebut adalah bekerjasama melakukan penyelamatan atau

pelestarian lingkungan melalui program pembiayaan usaha kecil dan mikro yang memberi

perhatian pada pelestarian lingkungan. Sumber dana pembiayaan berasal dari konversi

hutang pemerintah Indonesia kepada pemerintah Jerman yang disalurkan kepada sektor

usaha kecil dan mikro yang peduli terhadap pelestarian lingkungan melalui perbankan.

Program tersebut dinamakan pembiayaan Debt Nature Swap-Kementrian Lingkungan Hidup

(DNS-KLH).

Page 40: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

25 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Program Debt for Nature Swap (DNS) dengan Pemerintah Jerman adalah suatu

program yang memberikan keringanan hutang dari Pemerintah Jerman kepada Pemerintah

Indonesia melalui penyediaan sejumlah dana oleh Pemerintah Indonesia untuk kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup. Dana DNS adalah dana program bantuan pendanaan

investasi lingkungan bagi UMK yang bersumber dari DNS Pemerintah Jerman.

Inti dari program DNS-KLH adalah Bank dapat membiayai usaha kecil dan mikro,

dimana sumber pendanaan berasal dari alokasi pembayaran hutang pemerintah sebesar 80

persen dari total pembiayaan dan sisanya 20 persen berasal dari dana komersial perbankan.

Besarnya pembiayaan yang dapat diterima oleh nasabah adalah s.d. Rp. 500 juta. Beberapa

Benefit yang dapat diterima oleh nasabah kecil dan mikro yang dibiayai adalah:

1) Akses ke perbankan bagi usaha kecil dan mikro menjadi lebih mudah. Selama ini

usaha kecil dan mikro mengalami kesulitan dalam mengakses pendanaan dari

perbankan, karena memang sifat usaha mereka yang belum bankable.

2) Tingkat bunga atau margin yang dikenakan lebih murah dari tingkat bunga

perbankan secara umum yaitu setara dengan 12 persen eff.p.a. Sebagai informasi

bahwa tingkat bunga pembiayaan kecil dan mikro di perbankan berada pada kisaran

20 persen eff. p.a. ke atas. Sudah lazim kita ketahui bahwa perbankan

membebankan tingkat bunga yang cukup tingga untuk nasabah kecil dan mikro. Hal

ini sejalan dengan tingkat risiko yang relatif tinggi di segmen ini.

3) Mensukseskan program pemerintah khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan.

4) Membantu pemerintah dalam mengurangi hutang kepada pemerintah Jerman.

Sebagai informasi bahwa Rp. 1 dana pembiayaan yang disalurkan akan melunasi Rp.

2 hutang pemerintah Indonesia kepada pemerintah Jerman. Semakin besar

portofolio pembiayaan program ini, maka hutang pemerintah Indonesia akan

semakin cepat terbayar.

3.2.5. Program Emission Reduction Investment (ERI)

Program Emission Reduction Investment (ERI) adalah program pinjaman lunak

dengan mekanisme two step loan yang bertujuan membiayai investasi pengurangan emisi

bagi industri lokal dalam mendorong penggunaan peralatan efisiensi energi. Program ini

merupakan dana hibah yang berasal dari Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KFW) yang

diberikan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH) yang kemudian diteruspinjamkan kepada Bank Pelaksana.

Program ERI diharapkan memberikan dampak terhadap meningkatkan kesadaran

akan pentingnya investasi pengurangan emisi (Emission Reduction Investment) dan

menyediakan informasi tentang keuntungan komersial dari Program ERI. Selain itu, dapat

mengembangkan suatu fasilitas pendanaan yang berkelanjutan bagi investasi pengurangan

emisi yang disalurkan melalui lembaga keuangan untuk usaha kecil dan menengah yang

ingin berinvestasi dalam pengembangan energi yang berkelanjutan. Tujuan lain dari ERI

adalah meningkatkan kapasitas Lembaga Keuangan yang berpartisipasi dalam program ERI

dan perusahaan lokal, dan membangun portofolio Investasi Pengurangan Emisi pada

lembaga keuangan pelaksana terpilih.

Page 41: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

26 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

ERI program merupakan kesepakatan Pemerintah Jerman dengan Pemerintah

Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) komponen:

- Dana untuk pinjaman sebesar EUR 16.5 juta yang disalurkan kepada Loan

Administrator dan/atau kepada Lembaga Keuangan terpilih untuk membiayai

investasi efisiensi energi bagi usaha kecil dan menengah;

- Unit Bantuan Teknis (Technical assistance unit) sebesar EUR1.5 juta untuk

mendukung pelaksanaan, pemasaran, peningkatan kapasitas, perispan program, dan

portofolio pengembangan bagi lembaga pelaksana dan industri.

- Sebesar EUR 2.0 juta dialokasikan untuk suatu pengembangan skema insentif untuk

mendorong investasi hemat energi/energi efisiensi.

Sedangkan beberapa tipe pinjaman dalam program ERI antara lain sebagai berikut,

yaitu:

a) Tipe 1: Pinjaman sampai Rp. 750 juta untuk Investasi ERI skala kecil yang telah

distandardisasi:

- Skala kecil investasi ERI berdasarkan daftar teknologi dan peralatan (pendekatan

berdasarkan teknologi);

- Jumah pinjaman sampai Rp. 750 juta (mendekati USD 90,000);

- Lama pinjaman sampai 5 tahun;

- Tidak dibutuhkan jasa/input konsultansi.

b) Tipe 2: Pinjaman sampai Rp. 10 Miliar untuk investasi ERI skala usaha menengah

- Skala menengah investasi ERI (pendekatan berdasarkan penilaian/assessment

based approach)

- Jumlah pinjaman sampai Rp. 10 Miliar;

- Lama pinjaman sampai 7 tahun termasuk grace period;

- Kriteria pinjaman : min. 15 persen pengurangan emisi, dan project IRR > 12

persen;

- Dibutuhkan jasa konsultansi (ERI eligibility assessment, project preparation

support)

3.3. Program di Kementerian ESDM

Program Biogas Rumah Indonesia atau biasa disebut dengan Program BIRU adalah

program 4 tahun yang dikelola dan diimplementasikan oleh HIVOS (Institut Kemanusiaan

untuk Kerjasama Pembangunan) dengan bantuan teknis dari SNV (Lembaga Pembangunan

Belanda) yang bertanggung jawab untuk pertukaran pengetahuan selama fase implementasi

program.

Dimulai pada tanggal 15 Mei 2009, program ini didanai seluruhnya oleh Kedutaan

Besar Kerajaan Belanda dan dukungan penuh dari Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan

dan Konservasi Energi dari Kementrian Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Tujuan pembangunan program Biogas Rumah secara keseluruhan adalah untuk

mempopulerkan reaktor biogas rumah sebagai sumber energi lokal berkelanjutan melalui

pengembangan sektor komersial berorientasi pasar, pada beberapa provinsi terpilih di

Indonesia.

Page 42: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

27 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rumah

tangga di maksimal delapan provinsi di Indonesia, dengan target konstruksi minimal 8,000

reaktor biogas rumah yang diharapkan dapat memberi beragam manfaat ganda.

Pemanfaatan teknologi biogas secara langsung berkontribusi terhadap naiknya tingkat

kesejahteraan hidup rumah tangga di pedesaan khususnya bagi anak-anak dan perempuan.

Hal ini sekaligus membuka kesempatan kerja dengan membuka sektor bisnis dan usaha

(mulai dari pemasok hingga pekerja). Manfaat lain termasuk metode yang hemat waktu dan

dana seperti pengurangan berbagai bahan bakar yang tidak terbarukan seperti kayu bakar,

batu bara dan bahan bakar fosil yang telah terbukti merusak baik lingkungan dan kesehatan;

mempromosikan hidup organik melalui penggunaan bio-slurry atau ampas biogas yang

menyuburkan tanah sehingga menghasilkan panen perkebunan dan pertanian yang lebih

tinggi hingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lokal.

Telah diakui secara luas bahwa energi memainkan peran penting dalam mendukung

upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium dan dalam meningkatkan kesejahteraan

hidup masyarakat miskin di seluruh dunia. Sebagai tindak lanjut dari KTT Pembangunan

Berkelanjutan, pemerintah Belanda telah menformulasikan program aksi untuk

pembangunan berkelanjutan. Dengan kemampuan program untuk mengatasi hubungan

antara kemiskinan dan energi yang memungkinkan akses ke jasa energi untuk 10 juta orang

(2 juta rumah tangga) sebagai salah satu hasil yang diinginkan, pemerintah Belanda

menyediakan EUR 500 juta untuk mempromosikan energi terbarukan di sejumlah negara

berkembang.

Melalui Program Biogas Rumah Indonesia, Pemerintah Belanda mengalokasikan EUR

656,535 untuk memungkinkan pembentukan sektor biogas berorientasi pasar yang layak

dan mandiri. Program ini diimplementasikan mulai 15 Mei 2009 hingga 31 Desember 2013.

Dengan sekitar 43 persen atau 92.9 juta penduduk di Indonesia yang terjun dalam

pertanian (FAO, 2005), seperempat dari luas tanah masih diolah dan jumlah kelompok tani

ternak tampaknya bertambah dari 37.000 menjadi 54.600 kelompok antara 1993 dan 1997.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi baik dalam jangka panjang untuk

pengembangkan sektor biogas rumah yang berkelanjutan secara nasional. Sektor pertanian

Indonesia menunjukkan peningkatan substansial sebanyak 56 persen dan jumlah rumah

tangga ternak meningkat 20 persen dari 3,74 juta menjadi 4,49 juta antara 1983 dan 1993.

(Bank Dunia, 2002).

Berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan sebelum inisiasi program, pulau

Jawa, Sumatera Barat dan Bali menjadi fokus awal program BIRU karena populasi ternak di

lokasi-lokasi ini tinggi dengan sebagian besar hewan ternak dikandangkan. Meski demikian,

keputusan ini tidak hanya mempertimbangkan potensi pasar teknis semata, namun juga

keberadaan dari kemampuan pelaksana untuk segera mengikutsertakan diri dalam

beberapa fungsi primer dari program nasional: konstruksi dan servis pasca penjualan serta

pemberian kredit. Pemilihan provinsi-provinsi target biasanya diawali dengan pelaksanaan

studi pasar. Pada saat ini, Program BIRU beroperasi di tujuh provinsi di Indonesia: Jawa

Barat, DI Yogjakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan

dan Lampung.

Page 43: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

28 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3.4. Kredit Program Eksisting

3.4.1. Pola Subsidi Bunga (Interest Subsidy Pattern)

a. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

Dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan

Bahan Baku Bahan Bakar Nabati, diperlukan pendanaan yang mengedepankan peran

perbankan nasional dengan subsidi bunga dari Pemerintah. Selain itu, agar penyediaan,

penyaluran dan pertanggungjawaban pendanaan KKP-E dapat berjalan secara tertib,

terkendali, efektif, dan efisien, perlu diciptakan suatu skim dan mekanisme kredit yang

terpadu.

Untuk itu telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007

tanggal 17 Juli 2007 tentang KKP-E sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009 tentang Perubahan Pertama Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tanggal 17 Juli 2007 tentang KKP-E dan terakhir kali

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2010 tanggal 23

November 2010. Pendanaan KKP-E berasal dari Bank Pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan atas dasar permohonan bank yang bersangkutan, yang kemudian diatur dalam

Perjanjian Kerjasama Pendanaan (PKP) antara Pemerintah dan Bank Pelaksana KKP-E. Risiko

KKP-E ditanggung Bank Pelaksana, kecuali skim intensifikasi padi, jagung dan kedelai

sebagian dapat dijaminkan ke lembaga penjamin yang didukung oleh Pemerintah. Risiko

KKP-E ditanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana, kecuali untuk skim intensifikasi

padi/jagung/kedelai, skim hortikultura (ubi kayu dan ubi jalar) serta skim peternakan

khususnya sapi, sebagian risiko bank pelaksana dapat ditanggung secara bersama-sama oleh

lembaga penjamin dan pemerintah.

Plafon KKP-E Per Bank Pelaksana Per Kelompok Kegiatan ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dengan mempertimbangkan Program Kementerian Teknis, Komitmen Pendanaan

Bank Pelaksana, Alokasi Subsidi Bunga dalam APBN, dan pendapat Komite Kebijakan.

Peserta KKP-E adalah Petani/Peternak/Pekebun/Nelayan dan Pembudidaya Ikan yang

tergabung dalam Kelompok/Koperasi secara mandiri atau bekerjasama dengan Mitra Usaha.

Calon Peserta KKP-E mengajukan KKP-E kepada Bank Pelaksana dengan dilampiri Rencana

Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang telah disetujui Dinas terkait, diseleksi dan

ditetapkan sebagai Peserta KKP-E oleh Bank Pelaksana.

Kegiatan Usaha yang dibiayai KKP-E adalah:

1) Pengembangan Tanaman Pangan;

2) Pengembangan Hortikultura;

3) Pengembangan Perkebunan;

4) Pengembangan Pengadaan Pangan berupa gabah, jagung, kedelai dan perikanan;

5) Peternakan;

6) Penangkapan dan Pembudidayaan ikan; dan

7) Pengadaaan/peremajaan peralatan, mesin dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha dari huruf a s/d f di atas.

Jangka waktu KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana berdasarkan siklus usaha dan

tanam, paling lama 5 (lima) tahun. Tingkat bunga peserta KKP-E ditetapkan sebesar tingkat

bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ditambah 5 persen untuk kegiatan usaha

perkebunan (tebu) dan ditambah 6 persen untuk kegiatan usaha non perkebunan (tebu).

Page 44: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

29 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Plafon Peserta KKP-E per individu maksimum sebesar Rp. 100 juta dan untuk

Koperasi, Kelompok Tani dan/atau Gabungan Kelompok Tani (KKP-E Pengadaan pangan

gabah, jagung, dan kedelai serta perikanan) maksimum sebesar Rp. 500 juta. Sedangkan

untuk pengadaan/ peremajaan peralatan dan mesin, batas maksimum kredit adalah sebesar

Rp. 500 juta.

Gambar 3.1 Skema Kredit Ketahanan Pangan Energi

Bank Pelaksana KKP-E sebanyak 22 bank yang menyediakan alokasi kredit KKP-E

dengan plafon total sebesar Rp. 9,34 triliun (posisi per 28 Februari 2013). Outstanding KKP-E

s.d. 28 Februari 2013 adalah sebesar Rp. 4,01 triliun atau sebesar 42,92 persen dari total

plafon. Realisasi subsidi bunga TA 2012 sebesar Rp. 196,08 miliar (87,20 persen) dari alokasi

TA 2012 sebesar Rp. 224,86 miliar. Formulasi perhitungan KKP-E adalah sebagai berikut:

Outstanding x Tingkat Subsidi Bunga x (Hari Bunga/365)

Keterangan:

1. Outstanding = Penyaluran / Mutasi Debet dikurangi Pengembalian / Mutasi Kredit.

2. Hari Bunga = Sejak Tanggal Mutasi s.d. Tanggal Jatuh Tempo / Tanggal Akhir Periode.

3. Tingkat Subsidi Bunga = Tingkat Subsidi Bunga yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Untuk mengetahui kebenaran perhitungan subsidi bunga KKP-E yang telah

dibayarkan kepada Bank Pelaksana, maka perlu dilakukan Monitoring dan Verifikasi

terhadap pembayaran subsidi bunga KKP-E sebagaimana ketentuan Perjanjian Kerjasama

antara Pemerintah dan Bank Pelaksana KKP-E dan Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara.

Pelaksanaan Monitoring dan Verifikasi dilakukan dengan :

1) Meminta data perkembangan pelaksanaan KKP-E yang meliputi penyaluran,

pengembalian, outstanding, dan jumlah debitur serta informasi lainnya terkait

dengan pelaksanaan KKP-E kepada Bank Pelaksana;

2) Memberikan lembar isian kepada Bank Pelaksana KKP-E untuk diisi oleh petugas

bank yang menangani/memahami masalah KKP-E;

Page 45: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

30 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3) Memilih dan mengunjungi satu atau dua sampel peserta KKP-E dengan

mempertimbangkan jarak dan waktu pelaksanaan monitoring KKP-E.

b. Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP)

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, Pemerintah

telah mencanangkan program pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati.

Guna mempercepat pertumbuhan sektor riil melalui pengembangan perkebunan, Menteri

Pertanian telah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian No. 33/Permentan/OT.

140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan.

Pelaksanaan program pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati dan

revitalisasi perkebunan didukung pendanaan yang mengedepankan perbankan nasional.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2, Menteri Keuangan

menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tanggal 30 Nopember

2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP).

Pengembangan perkebunan yang dapat didanai melalui KPEN-RP meliputi perluasan,

rehabilitasi, dan peremajaan tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao. KPEN-RP diberikan

langsung kepada Petani Peserta atau melalui Mitra Usaha. Menteri Keuangan c.q. Direktur

Jenderal Perbendaharaan menunjuk Bank Pelaksana berdasarkan permohonan bank yang

bersangkutan. Antara Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Bank

Pelaksana dibuat Perjanjian Kerjasama Pendanaan.

Tingkat bunga KPEN-RP ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku untuk

kredit sejenis dengan ketentuan setinggi-tingginya sebesar suku bunga penjaminan

simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan ditambah 5

persen (lima per seratus). Menteri Keuangan menetapkan bagian tingkat bunga KPEN-RP

yang dibebankan kepada Petani Peserta atas usul Menteri Pertanian, setelah mendengar

pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite Teknis. Subsidi bunga atas KPEN-RP

diberikan sebesar selisih antara tingkat bunga KPEN-RP sebagaimana dimaksud dalam butir

11 dengan tingkat bunga KPEN-RP yang dibebankan kepada Petani Peserta.

Tingkat bunga KPEN-RP ditinjau dan ditetapkan kembali setiap 6 (enam) bulan pada

tanggal 1 April dan 1 Oktober berdasarkan kesepakatan bersama antara Pemerintah dan

Bank setelah mendengar pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite Teknis. Subsidi

bunga dibayarkan setiap 3 bulan berdasarkan data penyaluran yang disampaikan Bank

Pelaksana. Pemerintah memberikan Subsidi Bunga selama masa pengembangan. Masa

pengembangan perkebunan yaitu maksimal selama 5 (lima) tahun untuk kelapa sawit dan

kakao, sedangkan untuk karet maksimal selama 7 (tujuh) tahun. Risiko KPEN-RP ditanggung

sepenuhnya oleh Bank Pelaksana, dan/atau bersama dengan Mitra Usaha, dan/atau

bersama dengan lembaga penjamin kredit, atas kesepakatan bersama.

Pendanaan KKP-E berasal dari Bank Pelaksana sebanyak 17 bank yang menyediakan

alokasi kredit KPEN-RP sebesar Rp (?) dengan plafon total sebesar Rp. 38,61 triliun (posisi

per 28 Februari 2013). Telah Akad Kredit s.d. 28 Februari 2013 adalah sebesar Rp. 7,32

triliun atau sebesar 18,97 persen dari total plafon. Subsidi Bunga KPEN-RP yang telah

dibayarkan TA 2012 adalah sebesar Rp. 76,99 Miliar (87,40 persen) dari alokasi sebesar Rp.

88,09 Miliar dialokasikan anggaran subsidi bunga KPEN-RP sebesar Rp. 80,313 miliar.

Page 46: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

31 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Realisasi penyaluran KPEN-RP masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai

macam kendala pada proses penyaluran kredit kepada peserta KPEN-RP, salah satunya yang

sangat mengemuka adalah masalah sertifikasi lahan.

Gambar 3.2 Skema Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-

RP)

Formula Perhitungan Subsidi Bunga KPEN-RP

Plafon Peserta KPEN-RP per individu maksimum seluas 4 ha dengan nominal yang

disesuaikan dengan peraturan Ditjen Perkebunan, Kementerian Keuangan. Untuk

mengetahui kebenaran perhitungan subsidi bunga KPEN-RP yang telah dibayarkan kepada

Bank Pelaksana, maka perlu dilakukan verifikasi terhadap pembayaran subsidi bunga KPEN-

RP sebagaimana ketentuan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Bank Pelaksana

KKP-E dan Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara.

c. Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD-Nias) untuk Korban Bencana

Alam Gempa dan Tsunami

Bencana alam gempa dan gelombang tsunami akhir tahun 2004 yang lalu telah

mengakibatkan kerusakan yang luar biasa diberbagai aspek kehidupan masyarakat di

wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias.

Kehilangan/kerusakan aset, ditambah dengan sarana dan prasarana perekonomian yang

belum sepenuhnya pulih, yang mengakibatkan biaya operasional usaha menjadi mahal,

Page 47: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

32 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

pada akhirnya mengakibatkan pengusaha lokal sulit untuk segera bangkit kembali dari

keterpurukan akibat bencana alam tersebut.

Rapat konsultasi antara Tim Pengawas Penanggulangan Bencana Alam di Propinsi

NAD dan Nias Sumatera Utara - DPR RI dengan Pemerintah c.q. Menteri Keuangan pada

tanggal 27 Maret 2007 disepakati bahwa pengusaha lokal perlu dibantu dan diberdayakan

untuk dapat berperan serta mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi perekonomian Provinsi

NAD dan Kepulauan Nias melalui penyediaan kredit dengan tingkat bunga yang terjangkau

yang mengedepankan pendanaan perbankan dengan subsidi bunga Pemerintah.

Sebagai tindaklanjut hasil Rapat di atas dan sebagai pelaksanaan Kredit

Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias korban bencana Alam Gempa dan Tsunami, telah

ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tanggal 23 Juli 2008 tentang

Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD dan Nias). Surat Kuasa Menteri

Keuangan No. SKU-295/MK/2008 tanggal 20 Agustus 2008 tentang pelimpahan kuasa

kepada Dirjen Perbendaharaan dalam rangka KPP NAD dan Nias.

Terkait Pelaksanaan dari kegiatan ini telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan No.135/PMK.05/ 2008 pada tanggal 18

Agustus 2008 di Banda Aceh, NAD dan tanggal 24 Agustus 2008 di Nias, Kepulauan

Nias (Sumatera Utara);

2) Penetapan Bank Pelaksana KPP NAD dan Nias, yaitu PT. Bank Sumut dan PT. BPD

Istimewa Aceh, Bank Mandiri dan Bank BNI (Bank BRI menolak untuk menjadi bank

pelaksana);

3) Peraturan Gubernur NAD dan Peraturan Gubernur terkait pelaksanaan teknis KPP

NAD dan Nias.

Realisasi outstanding penyaluran KPP NAD-Nias s/d 28 Februari 2013 oleh BPD Aceh,

BPD Sumatera Utara, BNI dan Bank Mandiri selaku Bank Pelaksana sebesar Rp. 26,33 miliar

(3,13 persen) dari komitmen sebesar Rp. 840 miliar dan realisasi subsidi bunga Tahun

Anggaran 2012 sebesar Rp. 1,39 miliar (27,86 persen) dari alokasi subsidi sebesar Rp. 5

miliar.

Page 48: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

33 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar 3.3 Skema Penyaluran KPP NAD – Nias

Pembayaran subsidi bunga KPP NAD Nias kepada Bank Pelaksana dilakukan

berdasarkan saldo harian KPP-NAD secara bunga tunggal dan dihitung berdasarkan hari

yang sebenarnya dengan ketentuan 1 (satu) tahun dihitung 365 (tiga ratus enam puluh lima)

hari sebagai faktor pembagi tetap, dan dibayarkan setiap 6 bulan, dengan ketentuan:

1) periode bulan Oktober s.d. Maret, subsidi bunga ditagihkan pada bulan April; dan

2) periode bulan April s.d. September, subsidi bunga ditagihkan pada bulan Oktober.

Formula Perhitungan Subsidi Bunga KPP NAD-NIAS:

Outstanding x Tingkat Subsidi Bunga x (hari bunga/365)

Keterangan :

1) Outstanding: penyaluran/mutasi debet dikurangi pengembalian/mutasi kredit

2) Tingkat subsidi bunga: tingkat subsidi bunga yang ditetapkan Menteri Keuangan

3) Hari bunga: sejak tanggal mutasi s.d. tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode

4) Tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode: tanggal terakhir pelunasan kredit oleh debitur

sesuai perjanjian kredit antara debitur dan bank pelakasana KKP-E.

Subsidi bunga KPP NAD-Nias diberikan selama jangka waktu pinjaman dan tidak

termasuk untuk perpanjangan jangka waktu pinjaman dan tambahan plafon.

d. Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)

Berdasarkan surat Menteri Keuangan RI No. 258/KU.300/M/10/2008 tanggal 21

Oktober 2008, diputuskan dalam rakortas Wakil Presiden tanggal 24 Juni 2008 bersama

beberapa Menteri Kabinet dan calon Bank Pelaksana untuk pengadaan satu juta ekor bibit

Page 49: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

34 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

sapi dalam lima tahun. Pelaku Usaha perlu diberikan bantuan tingkat bunga yang memadai

untuk melaksanakan program pemerintah melalui swasembada daging sapi melalui program

subsidi bunga kredit yang disalurkan oleh perbankan pelaksana.

Penyaluran KUPS berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 131/PMK.05/2009

tanggal 18 Agustus 2009 sebagaimana telah diubah dengan PMK No.241/PMK.05/ 2011

tanggal 27 Desember 2011 tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi, yang diantaranya

mengatur tentang pemberian subsidi bunga kepada Pelaku usaha pembibitan sapi.

Realisasi penyaluran KUPS hingga 28 Februari 2013 oleh 12 Bank Pelaksana sebesar

Rp. 575,24 miliar (14,51 persen) dari komitmen pendanaan sebesar Rp. 3,96 triliun.

Sedangkan realisasi pembayaran subsidi bunga KUPS hingga 31 Desember 2012 adalah

sebesar Rp. 26,98 miliar (63,40 persen) dari plafon sebesar Rp. 42,55 miliar. 12 Bank

Pelaksana KUPS adalah Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BPD Sumut, BPD

Sumbar, BPD Jateng, BPD DIY, BPD Jatim, BPD Bali, BPD NTB dan BPD Jambi.

Formula Perhitungan Subsidi Bunga KUPS:

Subsidi bunga = Outstanding x Tingkat Subsidi Bunga x (hari bunga/365)

Keterangan :

1) Outstanding: penyaluran/mutasi debet dikurangi pengembalian/mutasi kredit

2) Tingkat subsidi bunga: tingkat subsidi bunga yang ditetapkan Menteri Keuangan

3) Hari bunga: sejak tanggal mutasi s.d. tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode

4) Tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode: tanggal terakhir pelunasan kredit oleh debitur sesuai

perjanjian kredit antara debitur dan bank pelakasana KUPS

Gambar 3.4 Skema Penyaluran KUPS

Page 50: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

35 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

e. Kredit Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG)

Dalam rangka membantu usaha kecil, menengah, petani serta kelompok tani dalam

mendapatkan akses kredit perbankan, maka pada rapat Panitia Anggaran DPR dan

Pemerintah pada tanggal 21-24 Oktober 2008, disepakati untuk memberikan subsidi atas

kepemilikan Resi Gudang yang dimanfaatkan untuk menjaga usaha produksi yang

berkelanjutan.

Menindaklanjuti hal tersebut, pada bulan November 2008 telah dilaksanakan rapat

antara Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat Sistem Manajemen Investasi dengan

Kementerian Perdagangan guna membahas rencana subsidi bunga kredit melalui skim

Kredit Subsidi Resi Gudang (KSRG).

Tujuan Kredit SRG ini antara lain adalah:

1) memfasilitasi petani/poktan/gapoktan dan koperasi agar dapat dengan mudah

mengakses sumber pembiayaan baik bank maupun lembaga keuangan lainnya;

2) petani/poktan/gapoktan dapat memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) dalam

upaya menghindari kejadian anjlok harga pada saat panen raya;

3) memfasilitasi petani/poktan/gapoktan agar mendapatkan pembiayaan/harga yang

lebih baik pada saat musim paceklik.

Sasaran yang ingin dicapai melalui program Kredit SRG ini antara lain:

1) Terfasilitasinya petani/poktan/gapoktan dan koperasi dalam mengakses sumber

pembiayaan baik bank maupun lembaga keuangan dalam pelaksanaan SRG di 15

Kabupaten yang tersebar di 7 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Lampung.

2) Terfasilitasinya petani/poktan/gapoktan dan koperasi di daerah sentra produksi yang

menghasilkan 8 komoditi yaitu: Gabah, beras, jagung, karet, kakao, kopi, lada dan

rumput laut.

Realisasi penyaluran S-SRG per 28 Februari 2013 oleh 7 bank pelaksana (BPD Jatim,

BPD Jabar, Bank BRI, BPD Kalsel , BPD DIY, BPD Sumut dan BPD Jateng) sebesar Rp. 58,54

miliar(49,19 persen) dari komitmen pendanaan sebesar Rp. 119 miliar. Realisasi

Pembayaran subsidi bunga S-SRG Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 430 juta (40,93 persen)

dari Plafon sebesar Rp. 1,05 miliar.

Rendahnya penyaluran S-SRG ini disebabkan belum tersedianya sarana pergudangan

komoditas yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan.

Formula Perhitungan Subsidi Bunga S-SRG:

Outstanding x Tingkat Subsidi Bunga x (hari bunga/365)

Keterangan:

1. Outstanding = penyaluran/mutasi debet dikurangi pengembalian/mutasi kredit

2. Tingkat subsidi bunga = tingkat subsidi bunga yang ditetapkan Menteri Keuangan

3. Hari bunga = sejak tanggal mutasi s.d. tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode

Page 51: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

36 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tanggal jatuh tempo/tanggal akhir periode = tanggal terakhir pelunasan kredit oleh

debitur sesuai perjanjian kredit antara debitur dan bank pelakasana S-SRG.

Gambar 3.5 Skema Penyaluran S-SRG

f. Kredit Investasi Pemerintah (KIP) untuk UMK

Dalam rangka meningkatkan perkuatan akses permodalan usaha mikro dan kecil bagi

kegiatan usaha produktif, Menteri Negara Koperasi dan UKM melalui surat No.

125/M.KUMK/VIII/2002 tanggal 30 Agustus 2002, mengusulkan penyediaan kredit yang

berasal dari dana SU-005. Setelah medapatkan izin dari DPR melalui Kesepakatan Bersama

antara Pemerintah dengan Komisi IX DPR-RI pada tanggal 19 Desember 2003, Menteri

Keuangan menetapkanKeputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.6/2003 tanggal 29 Januari

2003 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 12/PMK.06/2005 tanggal

14 Pebruari 2005 tentang KUMK. Plafon dana SU-005 untuk pendanaan KUMK pada awalnya

sebesar Rp.3,1 triliunm dan telah dialokasikan kepada 33 BUMN Pengelola/LKP KUMK yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan yang kemudian diatur dalam Perjanjian Pinjaman antara

Pemerintah dan BUMN Pengeloladan LKP.

Dalam perkembangannya, Peraturan Menteri Keuangan No. 12/PMK.06/2005

tanggal 14 Pebruari 2005 tentang KUMK disempurnakan kembali melalui Peraturan Menteri

Keuangan No. 193/PMK.05/2011 tanggal 1 Desember 2011 tentang Kredit Investasi

Pemerintah (KIP) yang dananya langsung dari APBN. Dari 33 BUMN Pengelola/LKP,saat ini

tinggal 23 BUMN Pengelola/LKP yang menyalurkan KUMK dengan total outstanding

pinjaman Rp 2,9 tiliun, sedang 10 BUMN/LKP telah melunasi dan tidak memperpanjang.

Kredit Investasi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat KIP, adalah pembiayaan

Pemerintah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang digunakan

untuk membiayai kegiatan peningkatan produksi dan/atau pengendalian polusi yang

dilakukan oleh usaha mikro dan usaha kecil. KIP disediakan dengan tujuan untuk

meningkatkan akses Usaha Mikro dan Usaha Kecil terhadap pembiayaan kegiatan dalam

rangka peningkatan produksi secara berkelanjutan dan/atau pengendalian polusi. Kegiatan

Page 52: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

37 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

pengendalian polusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Usaha Mikro atau Usaha Kecil

yang bertujuan untuk mengurangi tingkat polusi dan meningkatkan efisiensi produksi.

Kegiatan peningkatan produksi merupakan kegiatan pada semua sektor ekonomi yang

dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan Usaha

Mikro atau Usaha Kecil

Pola penyaluran KUMK terbagi dua yaitu langsung dipinjamkan pemerintah kepada

BUMN Pengelola yang selanjutnya diteruspinjamkan kepada LKP untuk dipinjamkan kembali

kepada usaha mikro dan kecil atau pemerintah meminjamkan dana SU-005 kepada LKP yang

ditunjuk langsung oleh Menteri Keuangan untuk dipinjamkan kepada usaha mikro dan kecil.

Atas dana yang diterima, BUMN Pengelola/LKP membayar bunga sebesar BI rate 3 (tiga)

bulan secara triwulanan, dengan ketentuan apabila terjadi keterlambatan pembayaran

pokok/bunga maka akan dikenakan denda sebesar 4% di atas tingkat bunga yang dikenakan.

Guna mendorong penyaluran KUMK dalam rangka peningkatan penyaluran KUMK,

dipersyaratkan bahwa apabila outstanding KUMK kurang dari 80%, maka BUMN

Pengelola/LKP akan dikenakan denda sebesar 4% atas selisih outstanding tersebut. Risiko

KUMK sepenuhnya (100%) ditanggung oleh BUMP Pengelola/LKP.

Usaha yang dapat dibiayai adalah usaha mikro dan kecil pada semua sektor ekonomi,

yang dinilai layak untuk dibiayai sesuai asas-asas perkreditan yang sehat, serta tidak sedang

memperoleh KUMK dari LKP lain atau kredit di luar KUMK dari LKP lain. Dengan plafon

individual untuk usaha kecil maksimal sebesar Rp.500 juta dan usaha mikro maksimal Rp.50

juta. Jangka waktu KUMK untuk kredit investasi maksimal 5 tahun dan kredit modal kerja

maksimal 1 tahun (dapat diperpanjang maksimal 2 kali). Peserta KUMK tidak dikenakan

Biaya Komitmen dan Biaya Provisi.

Pengenaan tingkat bunga kepada Usaha Mikro dan Kecil sebesar:

1. dari BUMN Pengelola kepada LKP:

a. spread bunga dari Bank Mandiri kepada BSM adalah 0% (pass on);

b. spread bunga dari PNM kepada LKP maksimal 4% sedangkan dari LKP kepada

usaha mikro dan kecil maksimal 9%.

2. dari LKP kepada usaha mikro dan kecil:

a. spread bunga dari LKP perbankan kepada:

b. usaha mikro setinggi-tingginya adalah 10%;

c. usaha kecil setinggi-tingginya adalah 7%.

d. spread bunga Pegadaian kepada usaha mikro & kecil maksimal 12%.

Dengan telah diperpanjangnya pinjaman pendanaan KUMK dari Pemerintah kepada

BUMN Pengelola/LKP selama 10 (sepuluh) tahun dari semula 10 Desember 2007 s.d 10

Desember 2009 menjadi 10 Desember 2017 s.d. 10 Desember 2019, dari 31 BUMN

Pengelola/LKP KUMK sebanyak 22 (dua puluh dua) BUMN Pengelola/LKP menyatakan

memperpanjang pinjaman pendanaan KUMK, yang mana 1 (satu) diantaranya mengajukan

pengurangan plafon pinjaman, sedangkan 10 BUMN-P/LKP lainnya menyatakan tidak

memperpanjang pinjamannya atau mengembalikan pinjaman sesuai dengan jadwal

angsuran.

Dari total plafon Rp.9,9 triliun dana SU-005, telah diteruspinjamkan sebesar 3,1

triliun kepada 31 BUMN Pengelola/LKPdan telah dilunasi oleh 10 BUMN. Atas dana angsuran

Page 53: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

38 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

dari BUMN Pengelola/LKP yang tidak memperpanjang, pada tahun 2011 dilanjutkan dengan

Kredit Investasi Pemerintah (KIP) melalui PMK No.193/PMK.05/2011 tanggal 1 Desember

2011 berupa penambahan pinjaman kepada Bank Sumbar sebesar Rp300 miliar, Bank Jatim

sebesar Rp200 miliar dan pinjaman baru kepada Bank Jateng sebesar Rp 42 miliar, sehingga

s.d 31 Desember 2012 terdapat 2 BUMN Pengelola dan 20 LKP dengan sisa outstanding

pinjaman sebesar Rp.2,72 triliun.

3.4.2. Pola Jasa Penjaminan (Assurance Services Pattern)

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menegah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan

lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, melalui penerbitan Paket Kebijakan

pemerintah pada tahun 2007 yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan

UMKMK. Untuk meningkatkan akses UMKMK pada sumber pembiayaan, diperlukan

penyediaan kredit/pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan dengan persyaratan

yang ringan dan terjangkau yang didukung fasilitas penjaminan dari Pemerintah.

Pelaksanaan program penjaminan kredit/pembiayaan bagi UMKMK, Pemerintah

yang diwakili oleh 6 (enam) Kementerian Teknis bersama-sama dengan 6 (enam) bank

pelaksana dan 2 (dua) perusahaan penjaminan sepakat menandatangani Nota Kesepahaman

Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 yang mengatur tugas dan kewajiban masing-

masing pihak. Pelaksanaan program pejaminan KUR agar dapat berjalan secara tertib,

terkendali, efektif, dan efisien, diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.

135/PMK.06/2006 tanggal 24 September 2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha

Rakyat (KUR). Dalam rangka percepatan penyaluran KUR, 13 Bank Pembangunan Daerah

(BPD) kemudian ditetapkan sebagai bank pelaksana KUR berdasarkan Amandemen Kedua

Nota Kesepahamanan Pelaksanaan KUR.

Selain dilakukan penambahan bank pelaksana KUR, Pemerintah melakukan revisi

atas Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.06/2006 tanggal 24 September 2008

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010

tanggal 2 November 2010. Adapun pokok-pokok perubahan pelaksanaan KUR meliputi:

1) Merupakan calon debitur yang tidak sedang menerima kredit modal kerja dan/atau

investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari

Pemerintah yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur pada saat

Permohonan KUR diajukan;

2) Debitur yang sedang menerima Kredit Konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit

Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan Kredit Konsumtif lainnya) masih dapat

menerima KUR;

3) Untuk linkage program dengan pola executing, lembaga linkage yang menyalurkan

KUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) wajib tidak sedang menerima

Kredit Program;

4) Untuk linkage program dengan pola channeling, lembaga linkage yang menyalurkan

KUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) dapat sedang menerima Kredit

Program;

Page 54: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

39 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

5) Untuk KUR sampai dengan Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan KUR

melalui lembaga linkage sampai dengan Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)

per UMKM-K, tidak diwajibkan melampirkan hasil Sistem Informasi Debitur.

Pendanaan KUR bersumber dari bank pelaksana, sedangkan penjaminan KUR

dilaksanakan oleh 2 Lembaga Penjaminan Kredit, yaitu PT Askrindo dan Perum Jamkrindo

yang telah menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober

2008. Atas kredit/pembiayaan yang dijaminkan, lembaga penjaminan kredit mendapat

Imbal Jasa Penjaminan (IJP) atau premi dari Pemerintah.

Penjaminan kredit/pembiayaan kepada UMKMK dilaksanakan secara otomatis

bersyarat, dan UMKMK yang mendapat fasilitas penjaminan adalah usaha produktif yang

layak, namun belum bankable. Tata cara pelaksanaan KUR adalah sebagai berikut:

1) KUR yang disalurkan kepada setiap UMKM-K dapat digunakan baik untuk kredit

modal kerja maupun kredit investasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. paling tinggi sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dengan tingkat

bunga kredit/margin pembiayaan paling tinggi sebesar/setara 22 persen (dua

puluh dua persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri

Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan;

b. Di atas Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan tingkat bunga kredit/margin

pembiayaan yang dikenakan paling tinggi sebesar/setara 14 persen (empat belas

persen) efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas

rekomendasi Komite Kebijakan.

2) KUR yang disalurkan melalui linkage program pola executing, dapat dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Plafon yang diberikan kepada setiap lembaga linkage paling tinggi sebesar Rp.

2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

b. Tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang dikenakan paling tinggi

sebesar/setara 14 persen (empat belas persen) efektif per tahun atau

ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan;

c. Tingkat bunga kredit/margin pembiayaan yang dikenakan lembaga linkage

kepada UMKM-K paling tinggi sebesar/setara 22 persen (dua puluh dua persen)

efektif per tahun, atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi

Komite Kebijakan.

3) UMKM-K yang telah menerima KUR dapat menerima fasilitas penjaminan dalam

rangka perpanjangan, restrukturisasi, dan tambahan pinjaman (suplesi) dengan

syarat masih dikategorikan belum bankable, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan suplesi dapat diberikan

sepanjang tidak melebihi 6 (enam) tahun untuk kredit modal kerja dan 10

(sepuluh) tahun untuk kredit investasi terhitung sejak tanggal efektifnya

perjanjian kredit awal antara bank pelaksana dan UMKM-K;

b. Dalam hal kredit/pembiayaan investasi untuk usaha perkebunan tanaman keras,

perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan suplesi tidak dapat

diberikan;

Page 55: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

40 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

c. Tambahan pinjaman dapat diberikan dengan syarat plafon pinjaman dan tingkat

bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

d. Mekanisme pelaksanaan perpanjangan jangka waktu kredit, restrukturisasi dan

tambahan pinjaman (suplesi) diatur lebih lanjut dalam perjanjian kredit antara

Bank Pelaksana dan debitur.

4) Besarnya Imbal Jasa Penjaminan yang dibayarkan kepada Perusahaan Penjaminan

ditetapkan sebesar 3,25 persen (tiga koma duapuluh lima persen) per tahun atau

ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Kebijakan, yang

dibayarkan setiap tahun dan dihitung dari KUR yang dijamin, dengan ketentuan:

a. Untuk kredit modal kerja dihitung dari plafon kredit;

b. Untuk kredit investasi dihitung dari realisasi kredit.

5) Persentase jumlah KUR yang dijaminkan kepada Perusahaan Penjaminan ditetapkan

sebesar:

a. 80 persen (delapan puluh persen) dari KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada UMKM-K dan lembaga linkage untuk sektor pertanian, kelautan dan

perikanan, kehutanan dan industri;

b. 80 persen (delapan puluh persen) dari KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada UMKM-K dan lembaga linkage untuk KUR Tenaga Kerja Indonesia;

c. 70 persen (tujuh puluh persen) dari KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada UMKM-K dan lembaga linkage untuk sektor lainnya.”

Pemerintah memberikan Imbal Jasa Penjaminan KUR selama jangka waktu paling

lama 6 (enam) tahun untuk kredit modal kerja dan paling lama 10 (sepuluh) tahun untuk

kredit investasi termasuk untuk perpanjangan, tambahan pinjaman (suplesi), dan

restrukturisasi. Sedangkan untuk kredit/pembiayaan investasi di sektor tanaman keras,

jangka waktu paling lama adalah 13 tahun dan tidak dapat diperpanjang jangka waktunya.

Formula perhitungan Imbal Jasa Penjaminan KUR adalah sebagai berikut:

Plafon kredit/pembiayaan kepada UMKM:

1) s.d Rp. 20 jt dengan tingkat bunga 22 persen effektif per tahun;

2) diatas Rp. 20 jt s.d Rp. 500 jt dengan tingkat bunga 14 persen effektif per tahun.

Realisasi penyaluran KUR s.d. 28 Februari 2013 sebesar Rp. 103,20 triliun oleh 33

bank pelaksana KUR. Dari realisasi penyaluran KUR yang telah dijamin, telah dibayarkan

subsidi IJP KUR kepada PT Askrindo(Persero) dan Perum Jamkrindo untuk TA 2012 sebesar

Rp. 801,13 miliar (100 persen) dari alokasi anggaran sebesar Rp. 801,13 miliar.

3.4.3. Kredit Program Pola Kombinasi (Combination Pattern)

Dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Pemerintah Pusat dengan

memperhatikan kemampuan keuangan negara dapat memberikan jaminan atas

- Untuk Kredit Modal Kerja : 3,25% x 70% x 1 tahun x plafon kredit

- Untuk Kredit Investasi : 3,25% x 70% x 1 tahun x realisasi kredit

Page 56: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

41 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank dan subsidi atas bunga yang dikenakan oleh

bank sebagaimana tercantum dalam peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2009 tentang

pemberian jaminan dan subsidi bunga oleh pemerintah pusat. Pemberian jaminan atas

utang perusahaan daerah air minum (PDAM) sekaligus memberikan subsidi bunga atas

kredit yang diberikan bank kepada perusahaan daerah tersebut. Langkah ini diharapkan

akan memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dan pada akhirnya memperlancar pasokan

air bersih di daerah. Kredit yang diberikan hanya untuk investasi, berdasarkan perjanjian

antara PDAM dan bank. Besaran penjamian oleh pemerintah pusat sebesar 70 persen

dengan pembebanan realisasi pembayaran 40 persen pemerintah pusat dan 30 persen

pemerintah daerah dari jumlah keseluruhan kewajiban pembayaran kembali kredit,

sedangkan 30 persen menjadi resiko bank pemberi kredit.

Jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank mencapai 70 persen

dari jumlah kewajiban PDAM yang telah jatuh tempo, sedangkan sisanya 30 persen menjadi

risiko bank pemberi kredit. Adapun subsidi bunga diberikan kepada PDAM sebesar selisih

antara suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dengan suku bunga kredit investasi yang

disepakati oleh bank pemberi kredit investasi, atau paling tinggi lima persen. Pemberian

jaminan Pemerintah Pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan menerbitkan Surat

Jaminan Pemerintah Pusat.

Setiap pembayaran jaminan Pemerintah Pusat kepada bank harus didahului dan

didasarkan pada perjanjian pinjaman antara PDAM dan Pemerintah Pusat sebesar jumlah

yang akan dibayarkan kepadabank sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak dapat

dipenuhi PDAM. Jaminan dan subsidi diberikan kepada dua jenis PDAM, yakni PDAM yang

tidak memiliki tunggakan kepada pemerintah pusat maupun PDAM yang masih mempunyai

kewajiban kepada pusat.Catatan Kementerian Keuangan menyebutkan, total utang

ditambah bunga dan denda 107 PDAM mencapai Rp. 4,8 triliun. Dalam data yang

dikemukakan Kementerian Pekerjaan Umum dijelaskan, utang 190 PDAM yang jatuh tempo

hingga 2008 mencapai Rp. 4,394 triliun. Utang itu terdiri atas utang pokok Rp. 1,435 triliun

dan tunggakan berupa denda, bunga, serta commitment charge sebesar Rp. 2,959 triliun

3.5. Kredit Perbankan

Agence Française de Développement (AFD, atau Agen Pengembangan Perancis)

adalah suatu institusi publik yang menyediakan pembiayaan pembangunan. AFD merupakan

suatu lembaga keuangan khusus, yang mendukung pembayaran pengembangan proyek

yang dilakukan oleh pemerintah otoritas lokal, perusahaan umum, dan pribadi dan sektor

asositif pada lima benua dengan memberikan keutamaan pada benua afrika yang

memperoleh dua per tiga komitment dari AFD. Fokus Proyek ini pada tata kota dan

infrastruktur, pembangunan masyarakat desa, industri, sistem keuangan, dan pendidikan

dan kesehatan.

AFD mulai beroperasi pada saat Jendral Charles de Gaulle mengungsi ke London dan

mendirikan organisasi ini pada 2 Desember 1941 dengan nama The Central Fund of Free

France (Caissecentrale de la France libre or CCFL). Peran utama organisasi ini sebagai tresuri

Negara dan bank sentral. Pada tahun 1943, kantor pusatnya dipindahkan ke Algeria.

AFD adalah suatu institusi pengembangan keuangan publik Prancis yang bertugas

untuk mengurangi kemiskinan dan mendukung pertumbuhan ekonomi di negara-negara

Page 57: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

42 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

berkembang dan masyarakat di luar Prancis selama lebih dari 70 tahun. Negara-negara yang

telah mendapatkan bantuan: Sub-sahara Afrika: Benin, Burkina Faso, Rep. Afrika Tengah,

Chad, Komoros, Kongo, Ghana, Guinea, Madagaskar dll. Lembaga ini mempunyai banyak

proyek di 70 negara dengan besaran pembiayaan 950 miliar euro. Proyek-proyek tersebut

meliputi air minum, transportasi, pengurangan emisi, telekomunikasi, perlistrikan,

pendidikan dasar, pinjaman mikro.

Di Indonesia sendiri, AFD memulai aktivitasnya sejak tahun 2007 dengan fokus untuk

pinjaman program perubahan iklim (Climate Change Program), bantuan teknis dan keahlian

dalam teknologi hijau (Green Technology), serta pendanaan publik dan swasta. Agence

Francaise de Development (AFD) memberikan pinjaman senilai US$ 50 juta (Rp. 500 miliar)

melalui PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) untuk pengembangan energi terbarukan dan efisiensi

energi. Pinjaman tersebut memiliki tenor panjang, yakni maksimum 10 tahun. Pinjaman itu

merupakan nilai maksimum, namun Bank Bukopin dapat meningkatkan seiring dengan

peningkatan kinerja bisnis terkait proyek-proyek energi terbarukan dan efisiensi energi.

Tujuan pinjaman ini adalah memperoleh pendanaan jangka panjang dan peningkatan

pendapatan bunga dan pendapatan non-bunga (fee-base), sekaligus meningkatnya

portofolio energi terbarukan. Proyek-proyek yang akan dibiayai oleh AFD ini sejalan dengan

program 'Protokol Kyoto' yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan

industri dunia, terkait dengan perubahan (perbaikan) iklim dunia.

Sebelum dengan Bank Bukopin, guna mendukung pengembangan energi terbarukan

dan proyek efisiensi energi di Indonesia, Agence Francaise de Development (AFD) juga telah

memberikan dana pinjaman kepada PT Bank Mandiri Tbk senilai US$100 juta.

Penandatangan fasilitas kredit ini dilakukan pada bulan November 2013. Fasilitas tersebut

merupakan pinjaman kedua setelah pinjaman pertama pada tahun 2010. Fasilitas ini

memiliki tenor 5 sampai 10 tahun dan akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang

memenuhi kriteria, baik yang diimplementasikan oleh perusahaan milik negara maupun

swasta, terutama untuk sektor energi seperti hydropower, geothermal, biogas, dan lain-lain

dalam berbagai ukuran dan kapasitas.

AFD merupakan lembaga keuangan pemerintah Perancis yang memiliki reputasi baik

di dunia internasional dan kepedulian tinggi terhadap konservasi energi dan lingkungan

hidup. Lembaga ini juga memiliki perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi serta

penghapusan kemiskinan khususnya bagi negara-negara berkembang. Lembaga yang telah

berada di Indonesia sejak 2005 ini sebelumnya juga telah terlibat dalam berbagai proyek

pembiayaan lingkungan hidup, seperti rekonstruksi pasca tsunami di Aceh dan konservasi

kelautan Indonesia.

Bank Mandiri telah memanfaatkan pinjaman pertama sebesar US$97 juta untuk

membiayai proyek nasabah di bidang hydropower, biogas, dan combined-cycle powerplant.

Fasilitas kedua ini juga membantu PT Bank Mandiri Tbk memperkuat struktur pembiayaan

jangka panjang dan meningkatkan pembiayaan untuk proyek ramah lingkungan yang dapat

mendukung peningkatan investasi di Indonesia.

3.6. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Perdesaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Perdesaan yang selanjutnya disebut DAK Bidang

Energi Perdesaan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Page 58: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

43 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Negara yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan pembangunan energi terbarukan. Pemerintah mengucurkan dana

alokasi khusus (DAK) kepada tujuh puluh satu kabupaten di seluruh Indonesia pada tahun

anggaran 2013. Sejak tahun anggaran 2013, DAK berbeda dengan kegiatan dimana

sebelumnya yang hanya mengeimplementasikan pengembangan energi baru terbarukan

untuk listrik maka untuk kegiatan DAK tahun 2013juga akan memfasilitasi pemanfaatan

biogas. Diharapkan Kabupaten penerima memiliki rencana kegiatan yang akan didanai dari

DAK bidang energi perdesaan secara partisipatif berdasarkan konsultasi dengan berbagai

pemangku kepentingan sehingga kegiatan akan menghasilkan energi yang diprioritaskan

pada desa yang belum terjangkau listrik dari PT PLN (Persero).

DAK ini dialokasikan untuk diversifikasi energi yaitu memanfaatkan sumber energi

terbarukan setempat untuk meningkatkan akses masyarakat perdesaan, termasuk

masyarakat di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, terhadap energi modern. Dalam

Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2013, DAK Bidang Energi Perdesaan diarahkan

untuk membiayai kegiatan fisik pembangunan instalasi pemanfaatan energi terbarukan yang

meliputi, pembangunan PLTMH baru; kemudian rehabilitasi PLTMH yang rusak,

perluasanatau peningkatan pelayanan tenaga listrik dari PLTMH yang rusak; lalu

pembangunan PLTS Terpusat dan/atau PLTS Tersebar; dan Pembangunan instalasi Biogas

skala rumah tangga. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan program pemerintah melalui

pelaksanaan DAK EBT yang menekankan pada 2 (dua) hal penting, yaitu upaya diversifikasi

energi di sisi penyediaan dengan mengutamakan sumber energi baru terbarukan, serta

mendorong percepatan pembangunan daerah yang rasio elektrifikasinya relatif masih

rendah.(ferial)

Sedangkan dalam Peraturan menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2014, diatur mengenai

spesifikasi umum dan khusus dari pembangunan instalasi biogas skala rumah tangga.

Spesifikasi umumnya adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan instalasi Biogas skala rumah tangga ditujukan untuk pembangunan

perangkat peralatan Biogas baru untuk rumah tangga dengan volume 4 (empat) m3

sampai dengan 6 (enam) m3 ;

2. Instalasi Biogas skala rumah tangga yang dibangun meliputi:

a) tangki pencerna (digesteli, dengan bak dan saluran pemasukan bahan baku

maupun bak dan saluran pengeluaran bahan organik;

b) penyaluran biogas terdiri atas pemipaan, penguras air (water drain), keran gas,

dan manometer;

c) kompor terdiri atas kompor biogas dan pemantik api;

d) lampu Biogas (apabila diperlukan).

3. Untuk menjamin ketersediaan limbah kotoran ternak, rumah tangga penerima

bantuan perangkat peralatan Biogas harus memiliki hewan ternak paling sedikit 2

(dua) ekor sapi atau 7 (tujuh) ekor babi (tangki pencerna/ digester ukuran 4 m3) dan

3 (tiga) ekor sapi atau 10 (sepuluh) ekor babi (tangki pencerna/ digester ukuran 6

m3) serta membuat surat pernyataan jaminan ketersediaan ternak minimal selama 2

(dua) tahun;

Page 59: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

44 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4. Instalasi biogas skala rumah tangga dibangun untuk unit tangki pencerna/ digester

anaerob menggunakan tipe kubah tetap (fixed dome) dan diterapkan untuk seluruh

wilayah penerima DAK Bidang Energi Perdesaan;

5. Khusus untuk wilayah di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara,

Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Timur, dapat menggunakan tipe serat kaca

(fiber glass).

6. Untuk wilayah yang rawan bencana alam dimungkinkan untuk melakukan perubahan

tipe tangki pencerna (digesterj Biogas, dengan melampirkan surat konfirmasi adanya

potensi bencana alam oleh kepala desa dan/ atau kepala stasiun Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) yang terdekat.

7. Pembangunan instalasi Biogas skala rumah tangga dilakukan oleh kontraktor

pelaksana yang memiliki tenaga ahli yang ditandai dengan sertifikat atau surat

keterangan pelatihan di bidang Biogas oleh lembaga pelatihan atau institusi

lokal/internasional di bidang pelatihan atau pengembangan instalasi Biogas.

8. Pembangunan unit tangki pencerna (digester) anaerob tipe kubah tetap (fixed dome)

menggunakan material, peralatan dan dimensi material sebagaimana yang

dipersyaratkan untuk menjamin instalasi biogas dapat beroperasi normal.

9. Pembangunan unit tangki pencerna (digester) anaerob menggunakan material serat

kaca (fiberglass) yang memiliki tangki pencerna (digester) Biogas serat kaca

(fiberglass) yang diproduksi sesuai SNI 7639:20 II.

10. Pemasangan sistem pemipaan menggunakan material yang diproduksi dengan SNI

yang berlaku dengan ukuran panjang dan dimensi yang menjamin perangkat

peralatan Biogas dapat beroperasi normal.

11. Kompor Biogas yang digunakan adalah kompor yang khusus diproduksi untuk

pemanfaatan bahan bakar Biogas.

12. Skema instalasi Biogas skala rumah tangga adalah sebagaimana tercantum pada

gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Skema instalasi Biogas Skala Rumah Tangga

Page 60: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

45 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3.7. Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

Pusat Investasi Pemerintah (PIP) merupakan lembaga di bawah Kementerian

Keuangan yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1005/KMK.05/2006

tentang Penetapan Badan Investasi Pemerintah pada Kementerian Keuangan sebagai

instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

dan dirubah dengan KMK Nomor 497/KMK.05/2007 sehingga menjadi Pusat Investasi

Pemerintah. Berdasarkan PP Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, Investasi

Pemerintah dilakukan dalam bentuk Investasi Surat Berharga dan Investasi Langsung.

Investasi Surat Berharga meliputi investasi dengan cara pembelian saham dan surat utang.

Sementara Investasi Langsung meliputi Penyertaan Modal dan/atau Pemberian Pinjaman.

Investasi Langsung dilakukan dengan cara kerjasama investasi antara PIP dengan Badan

Usaha dan/atau BLU dengan pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Private

Partnership atau PPP) dan/atau antara PIP dengan Badan Usaha, BLUD, Pemprov/Pemkab/

Pemkot, BLUD, dan/atau badan hukum asing dengan pola selain PPP (Non-PPP).

Dasar hukum pembiayaan dari PIP adalah:

• Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011.

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Presiden nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

• Nota Kesepahaman antara Menteri Keuangan, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 18

Agustus 2010.

Skema Pembiayaan yang dapat diberikan, antara lain:

- Penyediaan lahan infrastruktur

- Pembiayaan konstruksi infrastruktur

- Pembiayaan melalui joint venture dengan Badan Usaha

PIP juga dapat melakukan kerja sama investasi atau pembiayaan proyek-proyek

pembangunan terutama di bidang infrastruktur dengan mitra luar negeri. Salah satu fokus

bidang investasi dari PIP adalah program pembangunan yang ramah lingkungan, salah

satunya adalah energi terbarukan,

Page 61: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

46 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar 3.7 Sektor Prioritas Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

Ketenagalistrikan merupakan salah satu target investasi PIP pada proyek

infrastruktur guna mempercepat laju ekonomi dan transaksi bisnis bagi masyarakat

Indonesia. Selain itu, investasi PIP pada proyek ketenagalistrikan juga mendukung

percepatan program sejuta listrik pemerintah. Khusus untuk ketenagalistrikan, sumber daya

kelistrikan adalah dari pembangkit listrik dengan energi terbarukan seperti pembangkit

listrik tenaga air (hydro power), pembangkit listrik tenaga gas maupun sumber energi listrik

lainnya yang ramah lingkungan.

Prioritas PIP atas rencana proyek ketenagalistrikan di tahun 2013 adalah proyek yang

tujuannya untuk pembangunan atau penambahan daya dalam rangka menunjang

kebutuhan pasokan listrik untuk rumah tangga, industri maupun bisnis. Investasi pada

sektor teknologi ramah lingkungan untuk tahun 2013 dilaksanakan melalui

skema/instrument investasi berupa pinjaman daerah maupun kerjasama dengan pihak

BUMN/D dan swasta. Skema pinjaman daerah diprioritaskan mengingat bahwa investor/

pengembang teknologi ramah lingkungan di Indonesia masih relative baru (2 s/d 3 tahun)

sehingga diperlukan adanya peran pemerintah daerah berada pada lokasi sumber proyek/

kegiatan investasi energi terbarukan dan secara langsung mendapat manfaat dari investasi

tersebut.

Page 62: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

47 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar 3.8 Fokus Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ke Depan

Gambar 3.9 Instrumen Keuangan Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

3.8. Usulan Pembiayaan Waste to Energy Melalui Kredit Program Ketahanan Pangan dan

Energi (KKP-E)

Pendanaan lingkungan merupakan instrumen berbasis intensif sebagai salah satu

strategi pengelolaan lingkungan hidup yang menggunakan pendekatan berbasis pasar

(market based instrument) dan dijalankan sebagai komplementari dari pendekatan

pengaturan dan pengawasan (command and control). Instrumen ini bekerja mempengaruhi

benefit-cost dari pelaku ekonomi melalui market signal.

Page 63: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

48 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Pendanaan lingkungan telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam

mendukung pengembangan inventasi lingkungan. Investasi lingkungan yang telah terbukti

memberikan keuntungan signifikan bagi pelaku usaha baik dari sisi ekonomi maupun

lingkungan akan terdorong tumbuh lebih cepat dengan program intensif pendanaan

lingkungan. Dukungan intensif ini akan semakin mendorong peran aktif pelaku usaha untuk

secara mandiri melakukan perbaikan kualitas lingkungan.

KLH telah menggulirkan program pinjaman lunak sebagai bagian dari pelayanan

intensif pendanaan untuk investasi lingkungan. Sebanyak Rp. 727,7 Miliar telah disalurkan

kepada 401 usaha dimana diantaranya adalah 84 usaha skala besar dan 317 Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi telah menerima pembagian berupa pinjaman

lunak untuk pembiayaan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Program pinjaman

lunak ini yaitu :

a) Program Pollution Abatement Equipment (PAE) bagi semua skala usaha, yang dibiayai

dari pinjaman lunak Pemerintah Jepang melalui Bank International Coperation (JBIC);

b) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 1 bagi usaha skala

kecil dan menengah, yang didukung oleh Pemerintah Jerman melalui Kreditanstalt

fur Wiederaufbau (WfK) berupa hibah;

c) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 bagi usaha skala

kecil dan menengah, yang bersumber dari pinjaman lunak dari Pemerintah Jerman

melalui Kreditanstalt fur Wiederaufbau (WfK); dan

d) Program Debt for Nature Swap (DNS) bagi usaha skala mikro dan kecil, yang dibiayai

melalui pertukaran hutang Pemerintah Jerman.

Terkait dengan program nasional penurunan emisi 26 persen di tahun 2020,

Kementerian lingkungan hidup telah mengembangkan program pinjaman lunak baru yaitu

Program Emision Reduction Investment (ERI). Program ini memberikan insentif pembiayaan

bagi pelaku usaha skala kecil, menengah dan besar (untuk chiller) yang berinfestasi untuk

menurunkan konsumsi energinya.

Terkait limbah biomassa dan sumber energy alternative, Kementerian lingkungan

hidup mengajukan pengembangan program pinjaman lunak baru untuk kegiatan

pemanfaatan waste to energy . Program ini diperuntukkan bagi usaha skala mikro, kecil dan

menengah.

Page 64: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

49 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar 3.10 Skema Intensif Pembiayaan Terkait Target Penurunan Emisi Nasional 2020

Program pinjaman lunak ini direncanakan dibiayai oleh kredit program pemerintah

yang telah bergulir dengan beberapa tambahan insentif dan adaptasi mekanisme

pandanaan. Fasilitas baru ini diimplementasikan untuk lebih mendorong sektor riil berperan

aktif secara mandiri dalam mendukung program penurunan emisi nasional melalui kegiatan

pemanfaatan waste to energy.

Sumber dana pembiayaan program pinjaman lunak lingkungan berasal dari dana

Bank Pelaksana yang dikelola dan disalurkan berdasarkan ketentuan program. Insentif

pembiayaan berupa subsidi bunga diperoleh dari dana APBN yang dikucurkan melalui DIPA

Kementerian Keuangan. Dana subsidi dikucurkan kepada bank pelaksana untuk menutup

selisih yang harus ditanggung Bank Pelaksana atas pengurangan besaran bunga yang

disalurkan terhadap besaran bunga komersial. Dana subsidi juga dipergunakan besaran

bunga yang disalurkan terhadap besaran bunga komersial. Dana subsidi juga dipergunakan

untuk menutup selisih besaran jaminan yang ditanggung nasabah terhadap cover jaminan

sesuai ketentuan Bank Pelaksana.

Dalam rangka mendukung kelancaran program waste to energy, KLH mengalokasikan

dana untuk pelaksanaan kegiatan Pokja Program, assessment, pertemuan teknis, koordinasi,

monitoring dan evaluasi serta pelaporan diperoleh dari dana APBN melalui DIPA KLH.

Disamping itu, untuk meningkatkan kinerja program maka dipandang perlu membentuk TAU

dalam melaksanakan fungsi pendamping terhadap calon nasabah, bank pelaksana,

Kemenkeu dan KLH. Dana ini diperoleh dari dana APBN melalui DIPA KLH yang akan

membiayai kegiatan TAU.

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Kementerian

Keuangan, KLH, dan Kementerian ESDM, muncul usulan bahwa untuk pengembangan WtE

dengan investasi sampai maksimum Rp. 500 juta (berkelompok), yaitu untuk Biogas Industri

Tahu dan Biogas dari Kotoran Sapi, dapat menggunakan skema KKP-E dikarenakan

membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama dan secara regulasi hanya membutuhkan revisi

PMK berupa Perubahan Ketiga atas PMK No. 79/PMK.05/2007 tentang KKP-E dan

penerbitan Peraturan Menteri LH atau Peraturan Menteri ESDM terkait KKP-E untuk WtE.

Sedangkan untuk pengembangan WtE dengan investasi lebih dari Rp. 500 juta, dapat

Page 65: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

50 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

menggunakan skema PIP atau skema Kredit Program Baru (membutuhkan waktu yang lebih

lama), yaitu untuk PLT dari POME dan pelepah sawit dan penggunaan sekam padi untuk

pemanas/pengering/silo padi/jagung

Sementara itu, kondisi dari KKP-E sendiri sampai dengan Juni 2013 adalah sebagai

berikut:

- Per 30 Juni 2013 terdapat 22 Bank Pelaksana KKP-E:

a) 3 Bank BUMN, yaitu BRI, BNI, Mandiri

b) 5 Bank Swasta Nasional, yaitu Bukopin, BCA, BRI Agro, BII, CIMB Niaga

c) 14 Bank Pembangunan Daerah, yaitu BPD Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel Babel,

Riau, Jabar Banten, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalsel, Sulsel, Papua.

- Plafon Pendanaan:

d) KKP-E Tebu : Rp 3,38 T

a) KKP-E Lainnya: Rp 7,23 T

Tabel 3.1 Laporan Penyaluran per 31 Mei 2013 dan

Rencana Tahunan Penyaluran (RTP) KKP-E (dalam Rp. Juta)

No Bank Pelaksana

TOTAL

RTP 2013 Plafon Outstanding

% Outstanding

Thd Plafon

1. BRI 6,783,000.00 2,776,390.59 40.90% 4,100,000.00

2. BNI 627,000.00 335,228.03 53.50% 432,850.00

3. Bank Mandiri 500,000.00 206,671.25 41.30% 228,000.00

4. Bukopin 745,000.00 201,764.20 27.10% 735,000.00

5. BCA 55,000.00 8,817.00 16.00% 15,000.00

6. Bank Agroniaga 438,000.00 54,920.60 12.50% 301,900.00

7. BII 105,000.00 11,389.30 10.80% 55,000.00

8. Bank CIMB Niaga 190,000.00 62,050.41 32.70% 28,900.00

9. BPD Sumut 24,050.00 12,041.56 50.10% 3,230.00

10. BPD Sumbar 100,000.00 51,617.73 51.60% 26,811.00

11. BPD Sumsel 20,000.00 - 0.00% 11,000.00

12. BPD Jabar 105,500.00 66,400.44 62.90% 26,740.00

13. BPD Jateng 100,000.00 64,077.86 64.10% 77,182.00

14. BPD DIY 25,000.00 20,913.30 83.70% 10,318.00

15. BPD Jatim 375,000.00 183,637.54 49.00% 67,650.00

16. BPD Bali 278,755.00 190,845.75 68.50% 61,000.00

17. BPD Sulsel 1,100.00 - 0.00% -

18. BPD Kalsel 7,114.50 3,082.66 43.30% 8,340.00

19. BPD Papua 65,000.00 26,648.82 41.00% 5,600.00

20. BPD Riau 50,000.00 28,298.37 56.60% -

21. BPD NTB 9,812.00 280.41 2.90% 7,256.00

22. BPD Jambi 13,400.00 - 0.00% -

JUMLAH 10,617,731.50 4,305,075.82 40.50% 6,201,777.00

Sumber: Dit SMI, Dirjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, 2013

Page 66: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

51 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Terkait dengan usulan pembiayaan investasi WtE melalui KKP-E, setidaknya terdapat

beberapa pendapat pro dan kontra-nya, antara lain:

Tabel 3.2 Analisis Penggabungan WtE ke KKP-E

Pro’s Con’s

Semangat Waste to Energy sejalan dengan

program ketahanan energi nasional, walaupun

lingkup KKP-E saat ini baru sebatas

Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan

Bakar Nasional.

Skema-skema kredit program direncanakan

untuk di sederhanakan menjadi satu skema

sehingga perlu sdipertimbangkan kemungkinan

skema KKP-E akan ikut digabungkan ke dalam

skema baru.

Penyaluran kredit melalui mekanisme perbankan

memiliki governance dan manajemen risiko yang

lebih baik

Beberapa jenis proyek Waste to Energy

membutuhkan biaya lebih dari Rp 100 juta

sehingga tidak dapat dibiayai melalui KKP-E.

(Dapat dimungkinkan melalui KUR)

Tidak perlu penyusunan PMK baru, dimungkinkan

dengan revisi PMK KKP-E dan revisi Perjanjian

Kerjasama. Walaupun tetap diperlukan Peraturan

Menteri LH.

Mekanisme penyaluran mengikuti komoditas/

kegiatan usaha lainnya yang telah ada misal

maksimal jangka waktu kredit, maksimal plafon,

dsb

Sumber: Dit SMI, Dirjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI, 2013

Selain pendapat pro dan kontra, terdapat juga beberapa tantangan penggabungan

usulan pembiayaan WtE melalui KKP-E, antara lain:

1. Pendanaan KKP-E dilakukan oleh perbankan sehingga perlu analisis kelayakan usaha

yang memadai (IRR, NPV, Payback Period, dan lain-lain) agar perbankan tertarik

untuk menyalurkan kredit waste to energy. (Contoh kasus KUPS: kelayakan usaha

pembibitan sapi tidak memadai namun dipaksakan untuk dibiayai dengan kredit

perbankan)

2. Penunjukan calon peserta KKP-E memerlukan rekomendasi dan pengesahan

Kebutuhan Indikatif Kredit/Rencana Kebutuhan Definitif Kelompok dari

kementerian/dinas teknis sehingga perlu disusun mekanisme/SOP penerbitan

rekomendasi oleh Kementerian LH. Kritik: saat ini proses rekomendasi dan

pengesahan RDKK cenderung lambat dan “berbiaya”.

3. Perlu disusun Nilai Kebutuhan Indikatif Kredit untuk masing-masing jenis proyek

waste to energy sebagai acuan perbankan dalam menganalisa kewajaran pengajuan

kredit.

4. Risiko kegagalan proyek waste to energy akan berbeda dengan risiko di sektor

pertanian sehingga perlu analisa kelayakan tingkat bunga yang akan menjadi beban

debitur

Page 67: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

52 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3.9. Peran Perbankan dan Konsep Pengembangan Skema Pembiayaan UMKM Ramah

Lingkungan12

Secara sekilas, lembaga perbankan sepertinya tak terpengaruh atas masalah

lingkungan yang ada saat ini. Meski secara internal, lembaga perbankan itu sendiri

umumnya menerapkan aspek ramah lingkungan dalam menjalankan aktivitasnya. Namun,

secara eksternal, bila disimak lebih mendalam hubungan yang terjadi antara lembaga

perbankan dengan entitas pengguna produk perbankan, maka kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh entitas pengguna jasa perbankan ini sangat signifikan. Dengan kata lain,

lembaga perbankan yang berperan sebagai mediator dalam mempengaruhi kegiatan

industri, secara tidak langsung akan berhadapan dengan risiko terkait dengan kerusakan

lingkungan hidup. Selanjutnya, merosotnya kualitas lingkungan hidup serta daya dukungnya

terhadap kegiatan ekonomi di dalamnya diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas aktiva

dan ekspektasi pengembalian pembiayaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu tidak ada

pilihan lain bagi lembaga perbankan untuk menerapkan go green dan berperan pro-aktif.

Bahkan lembaga perbankan dapat berperan sebagai lokomotif dalam aspek kelestarian

lingkungan hidup melalui prinsip pembiayaan yang berpihak pada kelestarian lingkungan.

Kebijakan yang diterapkan lembaga perbankan sedikit banyak akan memaksa

industri (UMKM) untuk melakukan investasi melalui manajemen lingkungan yang tepat

guna. Jika kebijakan ini diimplementasikan secara proporsional sesuai dengan kondisi

UMKM, maka tidak mustahil kebijakan ini menjadi instrumen yang sangat efektif dalam

mencegah kerusakan lingkungan. Bahkan lembaga perbankan dapat berperan dalam

menyeimbangkan kepentingan ekonomi dengan etika dan tanggung jawab sosial

perusahaan melalui penerapan kebijakan investasi yang mempertimbangkan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan citra, daya

saing dan memberi keunggulan komparatif tersendiri bagi perbankan yang bersangkutan.

Menyimak pentingnya peran lembaga perbankan sebagai salah satu institusi yang

turut menentukan arah kebijakan terhadap kelestarian lingkungan, serta memperhatikan

kondisi UMKM yang sangat bervariasi untuk menerapkan usaha ramah lingkungan, maka

konsep pengembangan skema pembiayaan usaha ramah lingkungan adalah:

i. Bekerjasama dengan lembaga terkait seperti dinas-dinas yang mengelola lingkungan

hidup, perindustrian dan perdagangan serta pertambangan untuk melakukan

stratifikasi atau assesment secara berkala atau periodik terhadap UMKM yang

memiliki potensi pencemaran lingkungan. Pihak perbankan juga melakukan

assesment terhadap aspek feasibility usaha dan aspek bankable-nya terhadap

UMKM dimaksud. Hasil assesment akan diperoleh stratifikasi atau pengelompokkan

UMKM berdasarkan aspek kelayakan usaha dan aspek lingkungan yaitu potensi

pencemaran. Selanjutnya, kelompok UMKM dimaksud dapat memiliki kriteria

sebagai UMKM yang feasible dan bankable serta ramah lingkungan, atau kriteria

sebaliknya.

ii. Berdasarkan stratitifikasi tersebut dapat dirancang bentuk bantuan teknis dan skema

pembiayaan yang sesuai dengan kondisi masing-masing strata UMKM atau kriteria

yang dimiliki. Rancangan dimaksud dapat didiskusikan dengan dinas terkait,

sedangkan usulan skema pembiayaan termasuk sumber pembiayaan dapat diusulkan

12

Kajian Kesiapan UMKM Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses Pembiayaan, Bank Indonesia, 2012

Page 68: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

53 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

melalui pemanfaatan dana dari program CSR dan didiskusikan lebih lanjut dengan

lembaga perbankan.

iii. Rancangan dan implementasi program bantuan teknis dalam rangka pengembangan

UMKM ramah lingkungan merupakan program multi years dan berkesinambungan.

Secara garis besar terdapat kelompok UMKM yang feasible, namun belum memiliki

potensi sebagai usaha ramah lingkungan sehingga diupayakan pemberian

pinjaman/pembiayaan dengan suku bunga yang menarik. Untuk kelompok UMKM

dengan keterbatasan kemampuan dari sisi keuangan dan kemampuan diupayakan

peningkatan kemampuan teknis sehingga akan mendorong UMKM menjadi feasible

seraya diarahkan usahanya memenuhi kriteria ramah lingkungan.

iv. Dukungan pemerintah dan lembaga domestik melalui edukasi dan sosialisasi secara

terencana dan berkesinambungan kepada UMKM dan masyarakat sangat diperlukan

dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap pentingnya

kelestarian lingkungan, diantaranya penggunaan produk-produk ramah lingkungan

serta adanya sanksi yang tegas dan bersifat mendidik bila diperlukan.

3.10. Minat Terhadap Pinjaman Ramah Lingkungan (Green Lending)13

Berkaitan dengan upaya perintisan pinjaman yang mengarah pada upaya untuk

mendorong UMKM agar ramah lingkungan bahwa 77 persen responden UMKM menyatakan

minatnya untuk mendapatkan pinjaman jenis ini. Meskipun demikian terdapat sekitar 17,4

persen UMKM lainnya dengan tegas menyatakan tidak berminat. Total responen dari survey

berjumlah 283 pelaku UMKM yang terdiri dari sektor Industri Pengolahan 141 responden,

sektor pertanian 81 responden, sektor transportasi 51 responden dan sektor pertambangan

10 responden.

Hampir semua UMKM dari berbagai sektor usaha berminat mendapatkan pinjaman

ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya niatan dari para pelaku UMKM untuk

mengarahkan usahanya pada kelestarian lingkungan. Namun demikian informasi ini perlu

dicermati dengan hati-hati, karena konsep ramah lingkungan belum dipahami dengan baik

oleh pelaku UMKM. Temuan dalam kajian yang dilakukan BI menunjukan bahwa bank dalam

menjalankan program pinjaman kepada UMKM lebih berorientasi pada aspek kelayakan

usaha, artinya isu lingkungan belum menjadi aspek yang menjadi pertimbangan. Hal ini

terungkap saat wawancara dengan pihak perbankan bahwa azas 5C menjadi dasar utama

dalam penyaluran kreditnya.

Pinjaman ramah lingkungan yang akan ditawarkan kepada UMKM tersebut

direncanakan akan digunakan untuk menambah modal (57 persen), dan investasi 21 persen.

Hanya sebagian saja yang menyatakan secara eksplisit bahwa pinjaman tersebut akan

diperuntukan guna pengadaan peralatan (13 persen) dan kegiatan pengendalian dan

pencegahan pencemaran (7 persen). Fakta ini menunjukkan bahwa pinjaman ramah

lingkungan harus dirancang sedemikian rupa agar peruntukannya sesuai dengan target yang

diharapkan. Bila tidak maka para pelaku UMKM akan menggunakan pinjaman tersebut

seperti layaknya pinjaman konvensional.

13

Ibid.

Page 69: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

54 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 3.11 Minat UMKM Mendapatkan Pinjaman Ramah Lingkungan

Page 70: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

55 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB IV

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN

INVESTASI WASTE TO ENERGY MELALUI KREDIT PROGRAM

4.1. Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost and Benefit Analysis (CBA)

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis keuangan dan analisis biaya dan

manfaat (CBA) proyek pengembangan WtE bersumber dari survei lapangan (primer) dan

sumber data sekunder dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) dan

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sumber data yang digunakan dalam penyusunan

asumsi dasar yang berasal dari survey adalah survey pada 3 (tiga) lokasi, yaitu pelaku

Industri Tahu di Kabupaten Kulonprogo (untuk biogas limbah industri tahu), Koperasi Setia

Kawan di Kabupaten Pasuruan (untuk biogas limbah peternakan sapi perah), dan PT Pinago

Utama di Kota Palembang (untuk biogas POME). Kemudian sumber data sekunder diperoleh

dari program-program ragam investasi WtE yang pernah dilakukan oleh KLH dan

Kementerian ESDM.

Studi kasus atau program-program ragam investasi yang menjadi pijakan dasar

dalam penyusunan asumsi dasar analisis perhitungan keuangan dan analisis biaya-manfaat

(CBA) pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu antara lain :

a) Studi kasus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu

pembangunan biodigester limbah industri tahu ukuran 40 m3 di Kabuaten Klaten;

b) Studi kasus Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yaitu pembangunan biodigaster

limbah industri tahu ukuran 94 m3 di Kabuaten Klaten;

c) Studi kasus Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yaitu pembangunan biodigaster

limbah industri tahu ukuran 84 m3 di Kota Bekasi.

d) Studi Kasus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu

pembangunan biodigaster limbah industri tahu ukuran 90 m3 di Kabupaten

Kulonprogo;

Studi kasus atau program-program ragam investasi yang menjadi pijakan dalam

penyusunan asumsi dasar analisis perhitungan keuangan dan analisis biaya-manfaat (CBA)

pengembangan reaktor biogas POME yakni studi kasus Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM), yaitu dari studi kasus Tandun – PTPN V, PT. Nubika, Lada Kalteng – PT

SSS, dan Sei Mangkei – Sumatera Utara. Kemudian penyusunan asumsi pada pengembangan

PLT biomassa pelepah sawit didasarkan pada studi kasus Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH) yakni Koperasi Primer Malolo, Kec. Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi

Sulawesi Barat. Sedangkan studi kasus yang dijadikan pijakan penyusunan asumsi analisis

perhitungan keuangan dan analisisi biaya-manfaat (CBA) pengembangan silo/pengering/

pemanas gabah/jagung yakni berasal pengalaman Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

pada CV Pesona, Dusun Kabuyit RT/RW. 001/007, Desa Langam, Kec. Lape/Lapok, Kab.

Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Selain berdasarkan studi kasus, terdapat asumsi umum yang digunakan untuk semua

perhitungan analisa kelayakan keuangan dan analisa biaya dan manfaat (CBA) untuk setiap

jenis pengembangan WtE. Asumsi umum tersebut antara lain:

Page 71: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

56 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Jangka waktu pinjaman (5 tahun)

- Umur ekonomis (20 tahun),

- Suku bunga perbankan sebesar suku bunga penjaminan LPS (7,5%) + 6%, yakni

sebesar 13,5%)

- Kurs Rp/USD adalah sebesar Rp. 11.500/USD

- Pajak UMKM adalah sebesar 1% dari omset

- Pajak industri besar totalnya adalah sebesar 35% dari keuntungan kena pajak

- Gas LPG yang disubsitusi adalah LPG bersubsidi

- Solar yang disubstitusi adalah Solar Industri (non subsidi)

- Tidak Ada Perdagangan Karbon

- Kelayakan keuangan jika NPV positif, IRR > suku bunga pinjaman bank umum (12%),

ROI positif, dan Profitability Index > 1

4.1.1. Asumsi Dasar untuk Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Industri Tahu

Untuk pengembangan reaktor biogas dari limbah industry tahu, asumsi yang

dibangun dalam analisis ini terdiri dari berbagai ukuran reaktor biogas berdasarkan

pengalaman Kementerian ESDM yaitu ukuran 40 m3 dan 90 m3 (tanpa perbaikan produksi

bersih) dan pengalaman KLH untuk ukuran 94 m3 dan 84 m3 (dengan perbaikan produksi

bersih). Secara rinci, berikut adalah asumsinya:

Tabel 4.1 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu

No. Asumsi Satuan

KESDM:

Ukuran

40 m3

KLH:

Ukuran

94 m3

KLH:

Ukuran

84 m3

KESDM:

Ukuran

90 m3

1. Investasi Awal Rp. 103,627,000 148,000,000 105,720,000 120,000,000

2. Jangka Waktu Investasi Tahun 5 5 5 5

3. Umur Ekonomis Tahun 20 20 20 20

4. Volume Kedelai Kg per Hari 600 300 300

5. Limbah yang Dimanfaatkan M3 40 94.3 84 90

6. Biogas yang Dihasilkan M3 Biogas 4.50 10.6 9.4 10.12

7. Biogas ke LPG Kg per 1 M3

Biogas per Hari

0.46 0.52 0.46 0.46

8. Setara LPG Kg 2.07 5.5 2.30 4.65

9. Biogas ke Kayu Bakar Kg per 1 M3

Biogas per Hari

3.5 3.5 3.5 3.5

10. Setara Kayu Bakar Kg pe Hari 133.33 25.0 65.75

11. Harga Gas LPG atau Solar Rp./1 Kg

(Tabung)

6,000 5,500 6,000 6,000

12. Subsidi Gas LPG Rp./Kg 6,855 4,500 4,500 4,500

13. Harga Kayu Bakar Atau Serbuk Gergaji Rp. Per Kg 67.5 5,250 300

14. Kebutuhan Rumah Tangga

Gas LPG Kg per Hari per

RT

0.465

Kayu Bakar Kg per Hari per

RT

15. Jumlah Rumah Tangga Rumah Tangga 5 17

16. Hemat LPG (Volume) Kg per Tahun 755 2008 840 2491

17. Hemat LPG (Rp) Rp. Per Tahun 4,529,873 11,041,250 5,037,000 14,946,000

18. Hemat Kayu Bakar (Volume) Kg per Tahun - 48,665 9,125 24,000

19. Hemat Kayu Bakar (Rp) Rp. Per Tahun - 3,285,000 47,906,250 7,200,000

Page 72: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

57 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Asumsi Satuan

KESDM:

Ukuran

40 m3

KLH:

Ukuran

94 m3

KLH:

Ukuran

84 m3

KESDM:

Ukuran

90 m3

20. Suku Bunga Pinjaman ke

Industri/Kelompok*)

Persen 0% 0% 0% 0%

21. Subsidi Bunga*) Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

22. Bunga yang Diterima Bank Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

23. Bunga Penjaminan LPS Persen 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

24. Tambahan Bunga Persen 6% 6% 6% 6%

25. Karbon Dioksida dari LPG Kg CO2/Kg LPJ 3 2.6873 3 3

26. Karbon Dioksida dari Kayu Bakar Kg CO2/Kg Kayu

Bakar

1.52 1.52 1.52 1.52

27. Karbon Dioksida dari LPG yang Dihemat Ton CO2/Tahun 2.26 5.39 2.52 7.47

28. Karbon Dioksida dari Kayu Bakar yang

Dihemat

Ton CO2/Tahun - 74.13 13.90 36.56

29. Pupuk yang Dihasilkan Kg per Bulan

30. Harga Pupuk Rp/Kg

31. Pendapatan dari Pupuk Rp/ per Tahun - -

32. Tingkat Diskonto (Suku Bunga Pinjaman) Persen 12.0% 12.00% 12.00% 12.00%

33. Depresiasi Persen per

Tahun

5% 5% 5% 5%

34. Sisa dalam 20 Tahun (dari umur

ekonomis 20 tahun)

Persen di Tahun

ke 5

0% 0% 0% 0%

35. Waktu Bangun sampai siap Pakai Hari 153 153 153 153

36. Asumsi Penghindaran Polusi: Biaya EUR

19/Ton dan Kurs: 1 EUR: Rp. 16,500

Rp/Ton 313,500 313,500 313,500 313,500

37. Pengeluaran Usaha dalam Setahun Rp. 160,920,000

38. Pendapatan usaha dalam Setahun Rp. 197,100,000

*) Dapat Dirubah untuk Simulasi

Sumber: KLH dan KESDM, 2013

4.1.2. Asumsi Dasar untuk Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

Untuk pengembangan reaktor biogas limbah peternakan/kotoran sapi, asumsi yang

dibangun dalam analisis ini terdari dari berbagai ukuran reaktor biogas, yaitu 6 m3, 8 m3, 10

m3, dan 12 m3 berdasarkan pengalaman Kementerian ESDM. Sebenarnya juga ada ukuran 4

m3, namun dari kunjungan lapangan di Koperasi Setia Kawan di Kabupaten Pasuruan (untuk

biogas limbah peternakan sapi perah), ukuran tersebut banyak yang tidak berfungsi karena

hasil produksi biogasnya kurang optimal. Secara rinci, berikut adalah asumsi-asumsi yang

digunakan:

Tabel 4.2 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

No. Asumsi Satuan Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

1. Investasi Awal Rp. 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000

2. Jangka Waktu Investasi Tahun 5 5 5 5

3. Umur Ekonomis Tahun 20 20 20 20

4. Jumlah Sapi Ekor 6 - 8 8 - 10 10 - 12 12 -14

5. Kotoran yang Dimanfaatkan kg 60 80 100 120

6. Biogas yang Dihasilkan M3 Biogas 1.8 2.4 3 3.6

7. Biogas ke LPG Kg per 1 M3

Biogas per Hari

0.46 0.46 0.46 0.46

Page 73: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

58 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Asumsi Satuan Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

8. Setara LPG Kg 0.828 1.104 1.38 1.656

9. Biogas ke Kayu Bakar Kg per 1 M3

Biogas per Hari

3.5 3.5 3.5 3.5

10. Setara Kayu Bakar Kg 6.3 8.4 10.5 12.6

11. Harga Gas LPG Rp./1 Kg

(Tabung)

6,000 6,000 6,000 6,000

12. Subsidi Gas LPG Rp./Kg 6,855 6,855 6,855 6,855

13. Harga Kayu Bakar Rp. Per Kg 600 600 600 600

14. Kebutuhan Rumah Tangga

Gas LPG Kg per Hari per

RT

0.465 0.465 0.465 0.465

Kayu Bakar Kg per Hari per

RT

3.185 3.185 3.185 3.185

15. Jumlah Rumah Tangga Rumah Tangga 2 2 3 4

16. Hemat LPG (Volume) Kg per Tahun 302 403 504 604

17. Hemat LPG (Rp) Rp. Per Tahun 1,813,320 2,417,760 3,022,200 3,626,640

18. Hemat Kayu Bakar (Volume) Kg per Tahun 2,300 3,066 3,833 4,599

19. Hemat Kayu Bakar (Rp) Rp. Per Tahun 1,379,700 1,839,600 2,299,500 2,759,400

20. Suku Bunga Pinjaman ke

Industri/Kelompok*)

Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

21. Subsidi Bunga*) Persen 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

22. Bunga yang Diterima Bank Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

23. Bunga Penjaminan LPS Persen 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

24. Tambahan Bunga Persen 6% 6% 6% 6%

25. Karbon Dioksida dari LPG Kg CO2/Kg LPJ 3 3 3 3

26. Karbon Dioksida dari Kayu Bakar Kg CO2/Kg

Kayu Bakar

1.52 1.52 1.52 1.52

27. Karbon Dioksida dari LPG yang

Dihemat

Ton

CO2/Tahun

0.91 1.21 1.51 1.81

28. Karbon Dioksida dari Kayu Bakar

yang Dihemat

Ton

CO2/Tahun

3.50 4.67 5.84 7.01

29. Pupuk yang Dihasilkan Kg per Bulan 15 20 25 30

30. Harga Pupuk Rp/Kg 2,500 2,500 2,500 2,500

31. Pendapatan dari Pupuk Rp/ per Tahun 450,000 600,000 750,000 900,000

32. Tingkat Diskonto untuk IRR (Suku

Bunga)

Persen 12.0% 12.00% 12.00% 12.00%

33. Depresiasi Persen per

Tahun

5% 5% 5% 5%

34. Sisa dalam 20 Tahun (dari umur

ekonomis 20 tahun)

Persen di

Tahun ke 5

0% 0% 0% 0%

35. Waktu Bangun sampai siap Pakai Hari 15 15 15 15

36. Asumsi Penghindaran Polusi:

Biaya EUR 19/Ton dan Kurs: 1

EUR: Rp. 16,500

Rp/Ton 313,500 313,500 313,500 313,500

*) Dapat Dirubah untuk Simulasi

Sumber: KESDM, 2013

4.1.3. Asumsi Dasar untuk Pengembangan PLT dari Biogas Palm Oil Mill Effluent (POME)

Untuk pengembangan PLT dari biogas POME, asumsi yang dibangun dalam analisis

ini terdari dari berbagai ukuran reaktor biogas, yaitu 45 Ton TBS (dari Tandun – PTPN V), 45

Ton TBS (dari PT Nubika), 60 Ton TBS (dari Lada Kalteng – PT SSS), dan 75 Ton TBS (dari Sei

Mangkei – Sumatera Utara) berdasarkan pengalaman dari Kementerian ESDM. Secara rinci,

asumsi yang digunakan untuk setiap ukuran tersebut adalah:

Page 74: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

59 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.3 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan Reaktor Biogas POME

No. Asumsi Satuan

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

1. Investasi Awal (Jual Listrik) USD 3,214,297 3,686,668 3,843,190 8,019,205

Investasi Awal (Pengganti Solar) USD 2,162,375 2,572,286 2,697,269 6,157,083

2. Jangka Waktu Investasi Tahun 5 5 5 5

3. Umur Ekonomis Tahun 20 20 20 20

4. Kurs Rupiah Rp./USD 11,500 11,500 11,500 11,500

5. Laju Limbah M3/hari 630 600 600 975

6. Kualitas COD ppm atau

mg/l 45,000 53,000 54,500 54,500

7. HRT Hari 63 63 18 18

8. Kadar CH4 dalam Biogas Persen 65.0% 60% 60% 60%

9. Produksi CH4 Nm3/hari 8,930 8,930 9,728 15,808

10. Volume Reaktor M3 39,690 39,690 10,800 17,550

11. Biogas yang Diproduksi M3/hari 13,739 14,884 16,214 26,347

12. Power plant capacity kW 1,415 1,415 1,415 2,504

13. Listrik yang Dihasilkan KWh/Tahun 11,772,182 11,772,182 12,824,135 20,839,220

14. Harga Listrik Rp/KwH 1,325 1,325 1,325 1,325

15. Penjualan Listrik Rp. 15,598,141,761 15,598,141,761 16,991,979,237 27,611,966,261

16. Biaya Working Capital (Jual listrik) USD 292,209 292,209 349,381 729,019

17. Biaya Working Capital (Pengganti

Solar) USD 196,580 233,844 245,206 559,735

18. Variabel Cost USD 38,594 38,594 44,813 67,861

19. Fixed Cost USD 225,001 225,001 269,023 561,344

20. Penghematan Solar per Hari Liter per

Hari 8,377 8,875 9,126 14,830

21. Penghematan Solar per Tahun Liter per

Tahun 3,057,710 3,239,267 3,330,944 5,412,784

22. Harga Solar Industri Rp. Per

Liter 13,665 13,665 13,665 13,665

23. Hemat Solar (Rp) Rp. Per

Tahun 41,782,991,920 44,263,933,827 45,516,686,671 73,964,615,841

24. Metana Baseline ton CO2eq

per Tahun 38,379 38,379 44,328 72,034

25. Metana After Project ton CO2eq

per Tahun 3,567 3,567 6,406 10,409

26. Saving Metana ton CO2eq

per Tahun 34,812 34,812 37,923 61,624

27. Suku Bunga Pinjaman ke

Industri/Kelompok*) Persen 0% 0% 0% 0%

28. Subsidi Bunga*) Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

29. Bunga yang Diterima Bank Persen 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

30. Bunga Penjaminan LPS Persen 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

31. Tambahan Bunga Persen 6% 6% 6% 6%

32. Karbon Dioksida dari Solar per

Liter Solar

Kg

CO2/Liter

Solar

2.6873 2.6873 2.6873 2.6873

33. Karbon Dioksida dari Solar dalam

Setahun

ton CO2eq

per Tahun 8,217 8,705 8,951 14,546

34. Karbon Dioksida Total ton CO2eq

per Tahun 43,029 43,517 46,874 76,170

35. Tingkat Diskonto (Suku Bunga

Pinjaman) Persen 12.0% 12.00% 12.00% 12.00%

36. Depresiasi Persen per

Tahun 5% 5% 5% 5%

Page 75: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

60 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Asumsi Satuan

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

37. Sisa dalam 20 Tahun (dari umur

ekonomis 20 tahun)

Persen di

Tahun ke 5 5% 5% 5% 5%

38. Waktu Bangun sampai siap Pakai Tahun 1 1 1 1

39.

Asumsi Penghindaran Polusi:

Biaya EUR 19/Ton dan Kurs: 1

EUR: Rp. 16,500

Rp/Ton 313,500 313,500 313,500 313,500

40. Variabel Cost - Solar USD 12,867 12,867 12,957 12,957

41. Fixed Cost - Solar USD 151,366 180,060 188,809 430,996

*) Dapat Dirubah untuk Simulasi

Sumber: KESDM, 2013

4.1.4. Asumsi Dasar untuk Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit

Untuk pengembangan PLT biomassa dari pelepah sawit, studi kasus yang digunakan

adalah berdasarkan pengalaman dari KLH pada Koperasi Primer Malolo, Kec. Sarudu

Mamuju Utara, Sulawesi Barat (Jl. Trans Sulawesi, Desa Sarudu, Kab. Mamuju Utara –

Sulawesi Barat). Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit

No. Deskripsi Satuan Nilai

1. Investasi Awal Rp 4,886,108,000

2. Jangka Waktu Investasi tahun 20

3. Depresiasi % 5%

4. Kapasitas Reaktor akan Pelepah Sawit kg/jam 170

9. Harga Bahan Bakar Solar Rp/liter 13,665

10. Subsidi Bahan Bakar Solar Rp/liter 0

11. Penghematan Bahan Bakar Solar liter/jam 50

12. Penghematan Bahan Bakar Solar liter/bulan 18,000

11. Penghematan Bahan Bakar Solar liter/tahun 219,000

12. Discount rate % 12.0%

13. Marjin bunga yang diterima bank % 13.5%

14. Bunga yang diterima debitur*) % 0%

15. Subsidi bunga*) % 13.5%

16. Pajak Persen dari Omset 1%

17. Kapasitas Produksi % 100%

18. Faktor Emsisi CO2 Solar Kg/Liter 2.6873

19. Penurunan emisi CO2 Ton/Tahun 589

20. Biaya Lingkungan Akibat Emisi CO2 Euro/ton 19

21. Kurs Euro Rp/Euro 16,500

22. Biaya Lingkungan Akibat Emisi CO2 Rp/Tahun 184,500,612

23. Pelepah Sawit kg/hari 2040

24. Kapasitas Pembangkit KW 200

25. Konsumsi Rumah Tangga Watt 200

26. Jumlah Rumah Tangga KK 737

27. Jam Operasional Jam 12

Page 76: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

61 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Deskripsi Satuan Nilai

28. Biaya Bahan Baku Rp./Bulan 12,240,000

29. Upah Tenaga Kerja Rp./Bulan 12,000,000

30. Maintenance Rp./Tahun 20,000,000

31. O & M Rp./Tahun 310,880,000

32. Pendapatan Koperasi dari Listrik Rp./Bulan 184,250,000

*) Dapat Dirubah untuk Simulasi

Sumber: KLH, 2013

4.1.5. Asumsi Dasar untuk Pemanfaatan Sekam Padi unruk Silo/Pemanas/Pengering

Gabah/Jagung

Untuk pemanfaatan sekam padi untuk silo/pemanas/pengering gabah/jagung, studi

kasus yang digunakan berdasarkan pengalaman dari KLH pada CV Pesona, Dusun Kabuyit

RT/RW. 001/007, Desa Langam, Kec. Lape/Lapok, Kab. Sumbawa. Asumsi rinci yang

digunakan adalah:

Tabel 4.5 Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

Pemanfaatan Sekam Padi untuk Silo Gabah/Jagung

No. Deskripsi Satuan Nilai

1. Investasi Awal Rp 945,000,000

2. Jangka Waktu Investasi Tahun 20

3. Depresiasi % 5%

4. Kapasitas Reaktor ton 3

5. Harga Bahan Bakar Solar (dengan Pajak) Rp/liter 13,665

6. Subsidi Bahan Bakar Solar Rp/liter 0

7. Penghematan Bahan Bakar Solar Liter per Hari 150

8. Penghematan Bahan Bakar Solar liter/bulan 4,500

9. Penghematan Bahan Bakar Solar liter/tahun 54,000

10. DiscountFactor % 12.0%

11. Marjin bunga yang diterima bank % 13.5%

12. Bunga yang diterima debitur*) % 0%

13. Subsidi bunga*) % 13.5%

14. Pajak Persen dari Omset 1%

15. Kapasitas Produksi % 100%

16. Faktor Emsisi CO2 Solar Kg/Liter 2.6873

17. Penurunan emisi CO2 Ton/Tahun 145

18. Biaya Lingkungan Akibat Emisi CO2 Euro/ton 19

19. Kurs Euro Rp/Euro 16,500

20. Biaya Lingkungan Akibat Emisi CO2 Rp/Tahun 45,493,302

21. Biomassa Sekam kg/hari 3000

22. Jam Operasional Jam per Hari 10

23. Biaya Maintenance Rp./Tahun 20,000,000

*) Dapat Dirubah untuk Simulasi

Sumber: KLH, 2013

Page 77: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

62 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4.2. Analisis Kelayakan Keuangan

Dalam rangka mencari indikator yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau

penolakan suatu proyek, terdapat beberapa kriteria investasi yang perlu diperhatikan.

Kriteria investasi yang akandigunakan pada analisis keuangan ini adalah net present value

(NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV merupakan selisih nilai sekarang (present value)

dari arus manfaat terhadap arus biaya. Di sisi lain, IRR menggambarkan tingkat rendemen

(rate of return) dari investasi netto. Dalam evaluasi proyek, diperlukan NPV yang lebih besar

atau sama sama dengan nol dan IRR yang lebih besar dibandingkan tingkat diskonto agar

suatu proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial.

Indikator keuangan lainnya yang dapat juga digunakan adalah Indeks Profitabilitas

(Profitability Index/PI) dan Return on Investment (ROI). Indeks Profitabilitas (PI)

dimaksudkan untuk menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang

dengan nilai investasi yang sekarang. Jika PI > 1, maka investasi layak dijalankan dan jika PI <

1 maka investasi tidak layak dijalankan. Kemudian, ROI adalah rasio laba bersih terhadap

biaya. ROI digunakan untuk membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi

yang sulit dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. ROI yang positif menunjukan

bahwa investasi layak untuk dilaksanakan.

4.2.1. Pengembangan Reaktor Biogas dari Limbah Industri Tahu

Pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu umumnya dilakukan untuk

menggantikan atau menghemat penggunaan gas LPG dan/atau kayu bakar, baik oleh

industri tahu itu sendiri maupun rumah tangga pemiliki industri tahu dan/atau tetangganya.

Kelayakan secara keuangan sangat ditentukan oleh seberapa besar produk biogas yang

dihasilkan mampu menggantikan atau menghemat penggunaan gas LPG dan/atau kayu

bakar. Gas LPG dan kayu bakar umumnya bersama-sama digunakan sebagai bahan bakar

pada industri tahu, dengan kondisi proporsi yang bervariatif.

Pilihan suku bunga yang ditanggung debitur mulai dari 0 persen sampai dengan 13,5

persen menentukan nilai berbagai indikator keuangan. Dari hasil perhitungan NPV dan IRR

di bawah ini, terlihat bahwa ukuran reaktor biogas industri tahu yang layak untuk

dikembangkan yakni ukuran 84 m3 dan 94 m3, dimana keduanya adalah pengembangan

biogas industri tahu yang merupakan pengalaman dari KLH, dimana dalam prosesnya

dibarengi pula dengan perbaikan proses bersih produksi pada industri tahu. Sedangkan

untuk ukuran 40 m3 dan 90 m3 merupakan pengalaman dari Kementerian ESDM, dimana

dalam proses pengembangan biogasnya tidak disertai dengan perbaikan proses produksi

pada industri tahu. Selain itu juga, pada ukuran 40 m3, informasi yang digunakan untuk

analisis keuangan tidak lengkap, terutama dari sisi penerimaan.

Hal yang menjadi catatan penting dalam analisa kelayakan pengembangan raktor

biogas dari limbah industri tahu adalah bahwa kelayakan sangat dipengaruhi oleh harga

kayu bakar yang ada di daerah masing-masing dan seberapa besar kebutuhannya, dimana

kondisinya sangat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Semakin tinggi

harga dan volume kayu bakar yang digantikan dengan biogas di suatu daerah, semakin layak

juga pengembangan biogas dari limbah industri tahu secara keuangan, dan begitu juga

sebaliknya.

Page 78: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

63 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.6 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu

Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp) dan IRR (Dalam Persen)

Suku

Bunga

Debitur

NPV (Rp Juta) IRR (Persen)

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

0% -146.20 103.65 193.7 -49.38 #DIV/0! 19.13% 30.28% 7.50%

1% -148.61 100.21 191.24 -52.18 #DIV/0! 18.83% 29.88% 7.29%

2% -151.02 96.77 188.79 -54.97 #DIV/0! 18.53% 29.49% 7.09%

3% -153.43 93.32 186.33 -57.76 #DIV/0! 18.24% 29.11% 6.89%

4% -155.84 89.88 183.87 -60.55 #DIV/0! 17.96% 28.73% 6.69%

5% -158.25 86.44 181.41 -63.34 #DIV/0! 17.67% 28.36% 6.50%

6% -160.66 83.00 178.95 -66.13 #DIV/0! 17.40% 27.99% 6.31%

7% -163.07 79.56 176.49 -68.92 #DIV/0! 17.13% 27.63% 6.12%

8% -165.47 76.12 174.04 -71.71 #DIV/0! 16.86% 27.28% 5.94%

9% -167.88 72.68 171.58 -74.50 #DIV/0! 16.60% 26.93% 5.76%

10% -170.29 69.23 169.12 -77.29 #DIV/0! 16.30% 26.58% 5.58%

11% -172.70 65.79 166.66 -80.08 #DIV/0! 16.10% 26.25% 5.41%

12% -175.11 62.35 164.2 -82.87 #DIV/0! 15.80% 25.91% 5.24%

13% -177.52 58.91 161.74 -85.66 #DIV/0! 15.60% 25.59% 5.07%

13.5% -178.73 57.19 160.51 -87.06 #DIV/0! 15.50% 25.43% 4.99%

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Dari indikator NPV, IRR, ROI, dan PI, terlihat bahwa semakin besar pembebanan suku

bunga terhadap debitur akan memberikan kesempatan lebih kecil terhadap kelayakan dari

pembangunan reaktor biogas industri tahu, dan juga sebaliknya. Senada dengan hasil

perhitungan indikator NPV dan IRR, hasil perhitungan indikator ROI dan PI dari

pembangunan reaktor biogas pada industri tahu menunjukkan bahwa ukuran 94 m3 dan 84

m3 merupakan jenis biogas pada industri tahu yang layak untuk dikembangkan, yaitu yang

dibarengi dengan perbaikan proses produksi bersih pada industri tahu, seperti pengalaman

KLH.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu

Berdasarkan Hasil Hitung ROI (dalam Persen) dan PI

Suku

Bunga

Debitur

ROI (Persen) PI

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

0% -57.20% 20.10% 390.29% 80.68% -0.41 1.70 2.83 0.59

1% -57.84% 19.95% 383.05% 78.01% -0.43 1.68 2.81 0.57

2% -58.45% 19.79% 376.01% 75.42% -0.46 1.65 2.79 0.54

3% -59.05% 19.64% 369.18% 72.90% -0.48 1.63 2.76 0.52

4% -59.63% 19.49% 362.54% 70.45% -0.50 1.61 2.74 0.5

5% -60.19% 19.33% 356.09% 68.08% -0.53 1.58 2.72 0.47

6% -60.74% 19.18% 349.81% 65.76% -0.55 1.56 2.69 0.45

7% -61.27% 19.03% 343.70% 63.51% -0.57 1.54 2.67 0.43

8% -61.79% 18.88% 337.76% 61.32% -0.60 1.51 2.65 0.4

9% -62.29% 18.73% 331.97% 59.19% -0.62 1.49 2.62 0.38

10% -62.79% 18.58% 326.34% 57.11% -0.64 1.47 2.60 0.36

11% -63.26% 18.43% 320.85% 55.09% -0.67 1.44 2.58 0.33

12% -63.73% 18.28% 315.50% 53.12% -0.69 1.42 2.55 0.31

Page 79: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

64 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Suku

Bunga

Debitur

ROI (Persen) PI

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

Ukuran

40 m3

Ukuran

94 m3

Ukuran

84 m3

Ukuran

90 m3

13% -64.19% 18.13% 310.29% 51.20% -0.71 1.40 2.53 0.29

13.5% -64.41% 18.05% 307.73% 50.26% -0.72 1.39 2.52 0.27

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.2.2. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

Dalam pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi, terdapat dua kondisi

awal yang menentukan hasil perhitungan, yaitu kondisi pengembangan reaktor biogas

limbah peternakan sapi untuk menggantikan salah satu dari: i) penggunaan gas LPG atau ii)

penggunaan kayu bakar. Berbeda halnya dengan pengembangan reaktor biogas dari limbah

industri tahu yang secara bersamaan dapat menggantikan atau menghemat penggunaan gas

LPG dan kayu bakar, pengembangan reaktor biogas limbah peternakan hanya dapat

menggantikan salah satu jenis penggunaan dikarenakan karakteristik dari rumah tangga

yang memang awalnya hanya menggunakansalah satu jenis bahan bakar saja, dimana

sebagian rumah tangga hanya menggunakan gas LPG saja, dan sebagian rumah tangga

hanya menggunakan kayu bakar saja.

Dari hasil perhitungan terhadap berbagai indikator keuangan yang digunakan, dapat

ditunjukkan bahwa pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi akan layak

dilakukan untuk semua ukuran (6m3, 8m3, 10m3, dan 12m3) apabila produk biogas dari

limbah peternakan sapi tersebut digunakan untuk mensubstitusi gas LPG yang selama ini

digunakan oleh rumah tangga para peternak untuk kepentingan keseharian di rumah.

Sedangkan apabila produk biogas dari limbah peternakan sapi tersebut hanya digunakan

untuk mensubstitusi kayu bakar yang selama ini digunakan oleh rumah tangga, kelayakan

secara keuangannya sangat tergantung dari besaran suku bunga yang harus ditanggung oleh

debitur dan ukuran dari reaktor biogas limbah peternakan sapi yang dibangun. Semakin

kecil suku bunga yang harus ditanggung debitur dan semakin besar ukuran reaktornya,

semakin layak juga secara keuangan untuk pengembangan biogas dari limbah peternakan

sapi.

Dari indikator keuangan yang ada, biogas dari limbah peternakan sapi layak secara

keuangan digunakan untuk mensubstitusi penggunaan kayu bakar jika debitur hanya

menanggung beban bunga maksimal sebesar 3 persen untuk ukuran 8 m3, menangung

beban bunga sebesar maksimal 7 persen untuk ukuran 10 m3 dan menanggung beban

bunga sebesar 9 persen untuk ukuran 12 m3. Sementara itu, untuk ukuran 6 m3

berdasarkan indikator NPV, IRR, dan PI tidak layak secara keuangan, namun secara ROI

layak. Bila dilihat secara umum untuk semua ukuran biogas dari limbah kotoran sapi,

kelayakan secara keuangan sangat ditentukan oleh pemanfaatan dari produk biogas yang

dihasilkan dan juga produk sampingannya, yaitu pupuk.

Page 80: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

65 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.8 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp) Suku

Bunga

Debitur

NPV dari LPG ke Biogas (Rp. Juta) NPV dari Kayu Bakar ke Biogas (Rp Juta)

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

0.0% 3.05 5.22 7.38 9.55 (0.17) 0.92 2.01 3.10

1.0% 2.87 4.99 7.11 9.22 (0.35) 0.69 1.73 2.78

2.0% 2.68 4.75 6.83 8.90 (0.54) 0.46 1.46 2.45

3.0% 2.50 4.52 6.55 8.57 (0.73) 0.22 1.18 2.13

4.0% 2.31 4.29 6.27 8.25 (0.91) (0.01) 0.90 1.80

5.0% 2.12 4.06 5.99 7.92 (1.10) (0.24) 0.62 1.48

6.0% 1.94 3.82 5.71 7.60 (1.29) (0.47) 0.34 1.15

7.0% 1.75 3.59 5.43 7.27 (1.47) (0.71) 0.06 0.83

8.0% 1.57 3.36 5.15 6.95 (1.66) (0.94) (0.22) 0.50

9.0% 1.38 3.13 4.87 6.62 (1.84) (1.17) (0.50) 0.17

10.0% 1.19 2.89 4.59 6.29 (2.03) (1.40) (0.78) (0.15)

11.0% 1.01 2.66 4.31 5.97 (2.22) (1.64) (1.06) (0.48)

12.0% 0.82 2.43 4.04 5.64 (2.40) (1.87) (1.34) (0.80)

13.0% 0.64 2.20 3.76 5.32 (2.59) (2.10) (1.61) (1.13)

13.5% 0.54 2.08 3.62 5.15 (2.68) (2.22) (1.75) (1.29)

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Tabel 4.9 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung IRR (Dalam Persen)

Suku Bunga

Debitur

IRR Dari LPG ke Biogas IRR Dari Kayu Bakar ke Biogas

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

0.0% 16.17% 17.69% 18.70% 19.42% 11.77% 13.02% 13.84% 14.43%

1.0% 15.88% 17.38% 18.38% 19.09% 11.51% 12.75% 13.57% 14.15%

2.0% 15.59% 17.08% 18.07% 18.77% 11.27% 12.49% 13.30% 13.88%

3.0% 15.31% 16.78% 17.76% 18.46% 11.02% 12.24% 13.04% 13.62%

4.0% 15.03% 16.49% 17.46% 18.15% 10.79% 11.99% 12.79% 13.36%

5.0% 14.76% 16.20% 17.17% 17.85% 10.55% 11.75% 12.54% 13.10%

6.0% 14.49% 15.92% 16.88% 17.56% 10.33% 11.51% 12.29% 12.85%

7.0% 14.23% 15.65% 16.59% 17.27% 10.10% 11.27% 12.05% 12.60%

8.0% 13.97% 15.38% 16.32% 16.98% 9.88% 11.05% 11.81% 12.36%

9.0% 13.72% 15.12% 16.04% 16.70% 9.67% 10.82% 11.58% 12.12%

10.0% 13.48% 14.86% 15.78% 16.43% 9.45% 10.60% 11.35% 11.89%

11.0% 13.24% 14.60% 15.51% 16.16% 9.25% 10.38% 11.13% 11.66%

12.0% 13.00% 14.35% 15.26% 15.90% 9.04% 10.17% 10.91% 11.44%

13.0% 12.76% 14.11% 15.00% 15.64% 8.84% 9.96% 10.70% 11.22%

13.5% 12.65% 13.99% 14.88% 15.51% 8.74% 9.86% 10.59% 11.11%

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Page 81: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

66 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.10 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung ROI (Dalam Persen)

Suku Bunga

Debitur

ROI Dari LPG ke Biogas ROI Dari Kayu Bakar ke Biogas

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

0.0% 182.33% 201.15% 213.70% 222.66% 128.24% 143.45% 153.60% 160.84%

1.0% 178.15% 196.70% 209.06% 217.89% 124.86% 139.85% 149.85% 156.99%

2.0% 174.10% 192.38% 204.56% 213.26% 121.59% 136.36% 146.21% 153.24%

3.0% 170.17% 188.18% 200.19% 208.76% 118.41% 132.97% 142.68% 149.61%

4.0% 166.34% 184.10% 195.94% 204.39% 115.32% 129.67% 139.24% 146.08%

5.0% 162.63% 180.14% 191.81% 200.15% 112.31% 126.47% 135.90% 142.64%

6.0% 159.01% 176.28% 187.79% 196.02% 109.39% 123.35% 132.66% 139.30%

7.0% 155.50% 172.53% 183.89% 192.00% 106.55% 120.32% 129.50% 136.06%

8.0% 152.08% 168.88% 180.08% 188.09% 103.78% 117.37% 126.42% 132.89%

9.0% 148.75% 165.33% 176.38% 184.28% 101.09% 114.49% 123.43% 129.82%

10.0% 145.50% 161.87% 172.78% 180.57% 98.47% 111.70% 120.52% 126.82%

11.0% 142.34% 158.50% 169.27% 176.96% 95.91% 108.97% 117.68% 123.90%

12.0% 139.26% 155.21% 165.84% 173.44% 93.42% 106.32% 114.91% 121.05%

13.0% 136.26% 152.01% 162.51% 170.01% 90.99% 103.73% 112.21% 118.28%

13.5% 134.78% 150.43% 160.87% 168.32% 89.80% 102.45% 110.89% 116.92%

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Tabel 4.11 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah

Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung PI

Suku Bunga

Debitur

Profitability Index Dari LPG ke Biogas Profitability Index Dari Kayu Bakar ke Biogas

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

0.0% 1.38 1.52 1.62 1.68 0.98 1.09 1.17 1.22

1.0% 1.36 1.50 1.59 1.66 0.96 1.07 1.14 1.20

2.0% 1.34 1.48 1.57 1.64 0.93 1.05 1.12 1.18

3.0% 1.31 1.45 1.55 1.61 0.91 1.02 1.10 1.15

4.0% 1.29 1.43 1.52 1.59 0.89 1.00 1.07 1.13

5.0% 1.27 1.41 1.50 1.57 0.86 0.98 1.05 1.11

6.0% 1.24 1.38 1.48 1.54 0.84 0.95 1.03 1.08

7.0% 1.22 1.36 1.45 1.52 0.82 0.93 1.00 1.06

8.0% 1.20 1.34 1.43 1.50 0.79 0.91 0.98 1.04

9.0% 1.17 1.31 1.41 1.47 0.77 0.88 0.96 1.01

10.0% 1.15 1.29 1.38 1.45 0.75 0.86 0.94 0.99

11.0% 1.15 1.29 1.38 1.45 0.72 0.84 0.91 0.97

12.0% 1.10 1.24 1.34 1.40 0.70 0.81 0.89 0.94

13.0% 1.08 1.22 1.31 1.38 0.68 0.79 0.87 0.92

13.5% 1.07 1.21 1.30 1.37 0.66 0.78 0.85 0.91

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.2.3. Pengembangan PLT Biogas dari Limbah Industri Kelapa Sawit (POME)

Dalam pengembangan PLT biogas dari limbah industri kelapa sawit, secara umum

terdapat dua asumsi kondisi yang berbeda yang menentukan kelayakan pengembangannya

secara keuangan, yaitu i) apabila pengembangan PLT biogas dari POME dilakukan untuk

memproduksi listrik dan selanjutnya listrik tersebut dijual; dan ii) apabila pengembangan

Page 82: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

67 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

PLT biogas dari POME dilakukan untuk menggantikan atau menghemat penggunaan solar

(dalam hal ini solar industri yang tidak bersubsidi).

Dari hasil perhitungan berbagai indikator keuangan, dapat ditunjukkan bahwa

pengembangan PLT biogas dari limbah industri sawit (POME) dalam berbagai ukuran

kapasitas akan layak secara keuangan apabila dilakukan untuk pengganti solar yang

digunakan untuk pembangkit listrik. Sedangkan untuk pengembangan PLT biogas dari

limbah industri sawit (POME) yang dilakukan dengan tujuan untuk memproduksi listrik dan

nantinya dijual ke masyarakat, secara umum relatif tidak layak. Kelayakan secara keuangan

hanya terjadi untuk studi kasus Tandun – PTPN V, dan hal itupun layak apabila debitur hanya

menanggung maksimum 1 persen dari beban bunga yang diberlakukan oleh perbankan.

Apabila ditinjau lebih jauh, penyebab utama ketidaklayakan tersebut berasal dari produksi

listrik yang masih relatif kecil dan harga jual listrik yang masih relatif rendah.

Tabel 4.12 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME

Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rupiah)

Suku Bunga

Debitur

NPV Jual Listrik (Rp. Juta) NPV dari Penggantian Solar (Rp. Juta)

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

0.0% 938.71 (7,296.95) (6,597.40) (55,908.40) 148,844.29 153,806.63 157,441.26 231,419.57

1.0% 264.48 (8,265.99) (7,607.59) (58,052.88) 148,390.71 153,267.07 156,875.49 230,128.06

2.0% (409.75) (9,235.03) (8,617.77) (60,197.36) 147,937.13 152,727.51 156,309.71 228,836.56

3.0% (1,083.98) (10,204.07) (9,627.95) (62,341.84) 147,483.55 152,187.95 155,743.93 227,545.05

4.0% (1,758.21) (11,173.11) (10,638.13) (64,486.32) 147,029.98 151,648.39 155,178.16 226,253.55

5.0% (2,432.43) (12,142.16) (11,648.32) (66,630.80) 146,576.40 151,108.83 154,612.38 224,962.04

6.0% (3,106.66) (13,111.20) (12,658.50) (68,775.28) 146,122.82 150,569.27 154,046.60 223,670.54

7.0% (3,780.89) (14,080.24) (13,668.68) (70,919.76) 145,669.24 150,029.71 153,480.83 222,379.04

8.0% (4,455.12) (15,049.28) (14,678.87) (73,064.23) 145,215.66 149,490.15 152,915.05 221,087.53

9.0% (5,129.35) (16,018.32) (15,689.05) (75,208.71) 144,762.09 148,950.59 152,349.27 219,796.03

10.0% (5,803.58) (16,987.36) (16,699.23) (77,353.19) 144,308.51 148,411.03 151,783.50 218,504.52

11.0% (6,477.80) (17,956.40) (17,709.42) (79,497.67) 143,854.93 147,871.47 151,217.72 217,213.02

12.0% (7,152.03) (18,925.44) (18,719.60) (81,642.15) 143,401.35 147,331.91 150,651.94 215,921.51

13.0% (7,826.26) (19,894.48) (19,729.78) (83,786.63) 142,947.77 146,792.35 150,086.16 214,630.01

13.5% (8,163.37) (20,379.00) (20,234.87) (84,858.87) 142,720.99 146,522.57 149,803.28 213,984.26

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Tabel 4.13 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME

Berdasarkan Hasil Hitung IRR (Dalam Persen)

Suku Bunga

Debitur

IRR Jual Listrik IRR Penggantian Solar

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

0.0% 12.26% 10.19% 10.44% 5.55% 58.02% 52.96% 52.15% 39.60%

1.0% 12.07% 9.97% 10.22% 5.37% 57.64% 52.60% 51.79% 39.27%

2.0% 11.89% 9.75% 10.00% 5.19% 57.27% 52.24% 51.43% 38.95%

3.0% 11.70% 9.54% 9.79% 5.01% 56.90% 51.88% 51.07% 38.64%

4.0% 11.52% 9.33% 9.57% 4.84% 56.53% 51.52% 50.72% 38.32%

5.0% 11.34% 9.12% 9.37% 4.67% 56.16% 51.17% 50.36% 38.01%

6.0% 11.17% 8.92% 9.16% 4.50% 55.80% 50.82% 50.02% 37.71%

Page 83: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

68 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Suku Bunga

Debitur

IRR Jual Listrik IRR Penggantian Solar

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

7.0% 11.00% 8.72% 8.97% 4.33% 55.44% 50.47% 49.67% 37.40%

8.0% 10.83% 8.53% 8.77% 4.16% 55.08% 50.12% 49.33% 37.10%

9.0% 10.66% 8.33% 8.58% 3.99% 54.72% 49.78% 48.99% 36.80%

10.0% 10.49% 8.15% 8.39% 3.84% 54.37% 49.44% 48.65% 36.51%

11.0% 10.33% 7.96% 8.20% 3.68% 54.02% 49.11% 48.32% 36.21%

12.0% 10.17% 7.78% 8.02% 3.52% 53.67% 48.77% 47.99% 35.93%

13.0% 10.01% 7.60% 7.88% 3.37% 53.33% 48.44% 47.66% 35.64%

13.5% 9.93% 7.51% 7.75% 3.21% 53.16% 48.28% 47.49% 35.50%

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Tabel 4.14 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME

Berdasarkan Hasil Hitung ROI (Dalam Persen)

Suku Bunga

Debitur

ROI Jual Listrik ROI Penggantian Solar

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

0.0% 54.32% 48.29% 47.45% 28.12% 121.62% 115.98% 115.01% 96.47%

1.0% 53.64% 47.38% 46.58% 27.27% 121.27% 115.60% 114.63% 96.02%

2.0% 52.97% 46.48% 45.73% 26.43% 120.92% 115.23% 114.25% 95.58%

3.0% 52.31% 45.59% 44.89% 25.60% 120.57% 114.86% 113.87% 95.14%

4.0% 51.65% 44.72% 44.06% 24.78% 120.22% 114.48% 113.50% 94.70%

5.0% 51.00% 43.85% 43.24% 23.97% 119.87% 114.11% 113.12% 94.26%

6.0% 50.35% 42.99% 42.43% 23.17% 119.52% 113.74% 112.75% 93.83%

7.0% 49.71% 42.15% 41.62% 22.38% 119.18% 113.38% 112.38% 93.40%

8.0% 49.07% 41.31% 40.83% 21.61% 118.83% 113.01% 112.01% 92.96%

9.0% 48.44% 40.49% 40.04% 20.84% 118.49% 112.64% 111.64% 92.53%

10.0% 47.82% 39.67% 39.26% 20.08% 118.14% 112.28% 111.27% 92.11%

11.0% 47.20% 38.86% 38.50% 19.33% 117.80% 111.91% 110.90% 91.68%

12.0% 46.58% 38.07% 37.74% 18.59% 117.46% 111.55% 110.54% 91.26%

13.0% 45.97% 37.28% 36.98% 17.86% 117.12% 111.19% 110.17% 90.84%

13.5% 45.67% 36.89% 36.61% 17.50% 116.95% 111.01% 109.99% 90.63%

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Tabel 4.15 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor POME

Berdasarkan Hasil Hitung PI

Suku Bunga

Debitur

Profitability Index Jual Listrik

Profitability Index Penggantian Solar

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

0.0% 1.03 0.83 0.85 0.39 6.99 6.20 6.08 4.27

1.0% 1.01 0.81 0.83 0.37 6.97 6.18 6.06 4.25

2.0% 0.99 0.78 0.81 0.35 6.95 6.16 6.04 4.23

3.0% 0.97 0.76 0.78 0.32 6.93 6.14 6.02 4.21

4.0% 0.95 0.74 0.76 0.30 6.91 6.13 6.00 4.20

5.0% 0.93 0.71 0.74 0.28 6.89 6.11 5.98 4.18

6.0% 0.92 0.69 0.71 0.25 6.88 6.09 5.97 4.16

7.0% 0.90 0.67 0.69 0.23 6.86 6.07 5.95 4.14

8.0% 0.88 0.65 0.67 0.21 6.84 6.05 5.93 4.12

9.0% 0.86 0.62 0.65 0.18 6.82 6.04 5.91 4.10

Page 84: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

69 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Suku Bunga

Debitur

Profitability Index Jual Listrik

Profitability Index Penggantian Solar

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

Tandun:

Ukuran

45 Ton TBS

PT Nubika:

Ukuran

45 Ton TBS

PT. SSS:

Ukuran

60 Ton TBS

Sei Mangkei:

Ukuran

75 Ton TBS

10.0% 0.84 0.60 0.62 0.16 6.80 6.02 5.89 4.09

11.0% 0.84 0.60 0.62 0.16 6.78 6.00 5.88 4.07

12.0% 0.81 0.55 0.58 0.11 6.77 5.98 5.86 4.05

13.0% 0.79 0.53 0.55 0.09 6.75 5.96 5.84 4.03

13.5% 0.78 0.52 0.54 0.08 6.74 5.95 5.83 4.02

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.2.4. Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit

Berdasarkan hasil perhitungan indikator keuangan untuk studi kasus pengembangan

PLT biomassa dari pelepah sawit di Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat

(pengalaman KLH), semua indikator yang ada baik NPV, IRR, ROI maupun PI menunjukkan

layak secara keuangan. Sama halnya dalam pengembangan PLT biogas dari limbah industri

kelapa sawit (POME) yang layak secara keuangan, pengembangan PLT biomassa pelepah

sawit layak secara keuangan dikarenakan produknya digunakan sebagai pengganti solar

daripembangkit listrik yang ada sebelumnya.

Tabel 4.16 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit

Berdasarkan Hasil Hitung NPV, IRR, ROI dan PI Suku Bunga

Debitur

NPV IRR ROI Profitability Index

Rp. Juta Persen Persen Indeks

0% 3,967.45 19.37% 162.46% 1.8120

1% 3,853.83 19.09% 160.09% 1.7887

2% 3,740.21 18.83% 157.76% 1.7655

3% 3,626.59 18.56% 155.48% 1.7422

4% 3,512.97 18.30% 153.24% 1.7190

5% 3,399.35 18.05% 151.03% 1.6957

6% 3,285.73 17.80% 148.86% 1.6725

7% 3,172.11 17.55% 146.73% 1.6492

8% 3,058.49 17.31% 144.64% 1.6260

9% 2,944.87 17.07% 142.58% 1.6027

10% 2,831.25 16.83% 140.56% 1.5794

11% 2,717.63 16.60% 138.57% 1.5562

12% 2,604.01 16.38% 136.61% 1.5329

13% 2,490.39 16.15% 134.68% 1.5097

13.5% 2,433.58 16.04% 133.73% 1.4981

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.2.5. Pemanfaatan Sekam Padi untuk Pengering/Pemanas/Silo Padi/Jagung

Pengembangan pemanfaatan sekam padi untuk pengeriang/pemanas/silo

padi/jagung secara umum dari indikator keuangan yang ada menunjukan bahwa hal

tersebut layak untuk dikembangkan secara keuangan. Pemanfaatan sekam padi dilakukan

untuk mengganti solar yang selama ini digunakan dalam pengering/pemanas/silo

padi/jagung.

Page 85: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

70 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.17 Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Silo Pengering Padi/Jagung

Berdasarkan Hasil Hitung Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)

Suku Bunga

Debitur

NPV IRR ROI Profitability Index

Rp. Juta Persen Persen Indeks

0.0% 3,723.08 59.00% 505.44% 4.9398

1.0% 3,689.01 58.14% 493.92% 4.9037

2.0% 3,654.95 57.29% 482.84% 4.8677

3.0% 3,620.88 56.44% 472.16% 4.8316

4.0% 3,586.81 55.59% 461.87% 4.7956

5.0% 3,552.75 54.76% 451.94% 4.7595

6.0% 3,518.68 53.93% 442.36% 4.7235

7.0% 3,484.62 53.12% 433.10% 4.6874

8.0% 3,450.55 52.30% 424.15% 4.6514

9.0% 3,416.49 51.50% 415.50% 4.6153

10.0% 3,382.42 50.71% 407.13% 4.5793

11.0% 3,348.36 49.92% 399.03% 4.5432

12.0% 3,314.29 49.15% 391.18% 4.5072

13.0% 3,280.23 48.38% 383.58% 4.4711

13.5% 3,263.20 48.00% 379.86% 4.4531

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.3. Analisis Biaya dan Manfaat

Analisis biaya dan manfaat adalah proses identifikasi, pengukuran, dan

pembandingan biaya dan manfaat sosial yang dihasilkan oleh suatu proyek atau kegiatan

investasi. Titik awal dari diperlukannya analisis biaya dan manfaat dalam analisis proyek

adalah ketidakmampuan analisis finansial secara tunggal menangkap keseluruhan

keuntungan dan kerugian yang dirasakan oleh masyarakat akibat dilakukannya suatu proyek

atau investasi. Indikator-indikator yang digunakan dalam analisis finansial dapat

menyesatkan apabila dijadikan indikator kesejahteraan sosial sebab sebagian besar proyek

publik menghasilkan barang yang tidak dapat diperdagangkan secara bebas di pasar, seperti

pengelolaan sampah, pengurangan polusi, atau perbaikan sarana kesehatan.

Salah satu metode analisis biaya dan manfaat yang lazim digunakan adalah benefit-

cost ratio (BCR). Benefit-cost ratio (BCR) ini pada dasarnya adalah perbandingan antara nilai

sekarang dari valuasi manfaat yang diterima masyarakat terhadap biaya yang harus

ditanggung masyarakat dari pelaksanaan suatu proyek. Suatu proyek dinyatakan layak untuk

dilaksanakan apabila B/C ratio lebih besar dibandingkan satu, yang mana valuasi manfaat

lebih besar jika dibandingkan dengan valuasi biaya.

4.3.1. Pengembangan Reaktor Biogas dari Limbah Industri Tahu

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pelaku industri tahu bahwa masa

manfaat reaktor biogas industri tahu mampu bertahan sampai 20 tahun. Maka dengan

demikian asumsi yang dibangun dalam analisis biaya dan manfaat pada reaktor biogas

industri tahu memberikan masa manfaat selama 20 tahun. Reaktor biogas merupakan

bentuk kekayaan (aktiva) tetap yang memiliki umur jangka panjang dan tidak habis pakai.

Page 86: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

71 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Dalam analisis biaya dan manfaat ini, pinjaman yang akan diberikan memiliki asumsi jangka

waktu pengembalian selama lima tahun.

Analisis biaya dan manfaat pengembangan reaktor biogas industri tahu terdapat

beberapa ukuran yang umumnya digunakan oleh para pemilik pabrik tahu, yakni ukuran 40

m3, 94 m3, 84 m3, dan ukuran 90 m3. Berdasarkan analisis biaya dan manfaat dari semua

skenario terhadap masing-masing ukuran reaktor biogas pada industri tahu memberikan

kesimpulan layak untuk dijalankan karena nilai BCR menghasilkan nilai yang lebih besar dari

satu, kecuali pada ukuran 40 m3 dimana informasi nilai manfaatnya tidak lengkap (dari

Kementerian ESDM). Ukuran 40 m3 memiliki BCR sebesar 0.86, ukuran 94 m3 memiliki nilai

sebesar 2.49, ukuran 84 m3 memiliki nilaisebesar 2.55, dan ukuran 90 m3 memiliki nilai 1.89.

Dalam perhitungan CBA, besaran beban bunga debitur dan beban subsidi bunga

tidak berpengaruh terhadap kelayakan secara ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya

bersifat transfer tanggungan, antara beban bunga yang ditanggung oleh debitur dan beban

subsidi bunga oleh pemerintah. Dari hasil CBA tersebut, dan apabila informasi manfaat yang

diperoleh cukup lengkap, secara umum semua ukuran pengembangan reaktor biogas dari

limbah industri tahu layak secara ekonomi untuk dikembangkan.

Tabel 4.18 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu

Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

No. Indikator

KESDM:

Ukuran

40 m3

KLH:

Ukuran

94 m3

KLH:

Ukuran

84 m3

KESDM:

Ukuran

90 m3

1 Biaya Awal (Rp) 103,627,000 148,000,000 105,720,000 120,000,000

2 Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

3 Suku Bunga Bank 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

4 Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

A. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 44 1,557 321 862

B. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 44 1,557 321 862

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

Page 87: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

72 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4.3.2. Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pemilik reaktor biogas limbah

peternakan sapi bahwa masa manfaat reaktor biogas limbah peternakan sapi mampu

bertahan sampai 20 tahun. Sama halnya dengan pengembangan reaktor bioas dari limbah

industri tahu, dalam analisis biaya dan manfaat untuk pengembangan reaktor biogas dari

limbah peternaan sapi ini, pinjaman yang akan diberikan memiliki asumsi jangka waktu

pengembalian selama lima tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis biaya dan manfaat untuk semua ukuran

reaktor biogas limbah peternakan sapi, dari nilai BCR yang dihasilkan menunjukkan bahwa

pengembangan tersebut layak secara ekonomi untuk dijalankan karena nilainya lebih besar

dari 1, baik untuk yang sebelumnya menggunakan gas LPG maupun kayu bakar sebagai

bahan bakar untuk keperluan rumah tangganya. Dalam perhitungan CBA ini, besaran beban

bunga debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap kelayakan secara

ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan, antara beban bunga

yang ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh pemerintah.

Tabel 4.19 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan

Sapi Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

No. Indikator Ukuran

6 m3

Ukuran

8 m3

Ukuran

10 m3

Ukuran

12 m3

1. Biaya Awal (Rp) 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000

2. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

3. Suku Bunga Bank 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

4. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

A. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

- Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

- Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

- Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 18 24 30 36

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

- Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

- Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

- Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 70 93 117 140

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.3.3. Pengembangan PLT dari Biogas Limbah Industri Kelapa Sawit (POME)

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pengembang PLT dari biogas limbah

industry kelapa sawit (POME) bahwa masa manfaat reaktor biogas POME mampu bertahan

sampai 20 tahun. Sama seperti dalam pengembangan jenis WtE yang lain, dalam analisis

Page 88: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

73 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

biaya dan manfaat untuk pengembangan jenis WtE ini, pinjaman yang akan diberikan

memiliki asumsi jangka waktu pengembalian selama lima tahun.

Dari hasil analisis biaya dan manfaat untuk pengembangan PLT dari biogas POME

berdasarkan ukuran kapasitas pengolahan sawit, yaitu untuk ukuran 45 Ton TBS (Tandun

PTPN V), 45 Ton TBS (PT Nubika), 60 Ton TBS (PT. SSS), dan 75 Ton TBS per jam (Sei

Mangkei), ditunjukan bahwa nilai BCR-nya lebih besar dari 1, yang berarti pengembangan

tersebut layak secara ekonomi, baik untuk tujuan penjualan listrik maupun

penggantian/penghematan solar industri yang selama ini digunakan. Dalam perhitungan

CBA ini, besaran beban bunga debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap

kelayakan secara ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan,

antara beban bunga yang ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh

pemerintah.

Tabel 4.20 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan PLT dari Biogas POME

Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

No. Indikator

Tandun:

Ukuran

PT Nubika:

Ukuran

PT. SSS:

Ukuran

Sei Mangkei:

Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

1. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 36,964,416,510 42,396,678,573 44,196,687,578 92,220,853,048

2. Biaya Awal - Penghematan Solar (Rp) 24,867,310,067 29,581,284,210 31,018,593,375 70,806,449,968

3. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

4. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

5. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

A. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Asumsi Jual Listrik

- Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

- Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

- Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 817,548.80 826,818.86 890,604.30 1,447,231.98

b. Asumsi Penghematan Solar

- Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

- Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

- Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 817,548.79 826,818.86 890,604.30 1,447,231.98

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.3.4. Pengembangan PLT Biomassa dari Pelepah Sawit

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pengembang PLT biomassa pelepah

sawit bahwa masa manfaat PLT biomassa pelapah sawit mampu bertahan sampai 20 tahun.

Dari studi kasus yang digunakan, ukuran dari PLT biomassa yang dikembangkan adalah

berdaya 200 KV, yang mampu untuk menerangi hampir 800 rumah penduduk. Dari hasil

analisa CBA, pengembangan PLT biomassa dari pelepah sawit layak secara ekonomi untuk

Page 89: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

74 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

dikembangkan, dimana nilai BCR-nya lebih besar dari 1. Dalam perhitungan CBA ini juga,

besaran beban bunga debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap

kelayakan secara ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan,

antara beban bunga yang ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh

pemerintah.

Tabel 4.21 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan PLT Biomassa dari Pelepah Sawit

Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

No. Indikator Ukuran

200 KV

1. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 4,886,108,000

2. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

3. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5%

4. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

A. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 11,181.85

B. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0%

Subsidi Bunga 12.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 11,181.85

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.3.5. Pemanfaatan Sekam Padi untuk Pemanas/Pengering/Silo Padi/Jagung

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh KLH, pemanfaatan sekam padi untuk

pemanas/pengering/silo padi/jagung mampu memberikan masa manfaat sampai 20 tahun.

Dari studi kasus yang digunakan, yaitu berupa silo padi dengan kapasitas 20 ton per hari,

pemanfaatan sekam padi digunakan untuk menggantikan solar yang selama ini digunakan

sebagai bahan bakar. Dari hasil analisa CBA, diperoleh bahwa nilai BCR-nya lebih besar dari

satu yang menunjukkan bahwa pemanfaatan sekam padi untuk pemanas/pengering/silo

padi/jagung layak secara ekonomi untuk dikembangkan. Sama halnya dalam perhitungan

analisis CBA jenis WtE yang lainnya, dalam perhitungan CBA ini juga, besaran beban bunga

debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap kelayakan secara ekonomi,

dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan, antara beban bunga yang

ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh pemerintah.

Page 90: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

75 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 4.22 Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Silo Pengering Gabah

Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

No. Indikator Ukuran

200 KV

1. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 945,000,000

2. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

3. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5%

4. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

A. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

Penurunan Emisi C02 (ton) 2,886.73

Sumber: Hasil Pengolahan Tim, 2013

4.4. Mekanisme Pembiayaan Investasi WtE Melalui Kredit Program

Pasca UU Nomor 23 Tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang BI sebagaimana

terakhir diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004, Bank Sentral tidak diperkenankan lagi

memberikan kredit likuiditas untuk mendukung pengembangan sektor-sektor prioritas yang

ditetapkan pemerintah. Selanjutnya, peran tersebut dilakukan oleh pemerintah melalui

pemberian kredit program. Kredit program adalah kredit/pembiayaan yang ditujukan untuk

pengembangan sektor prioritas, sumber dananya seratus persen menggunakan dana bank

dengan suku bunga rendah yang ditetapkan oleh pemerintah. Selisih antara suku bunga

kredit program dengan suku bunga pasar yang seharusnya diterima oleh bank, disubsidi

oleh pemerintah.

Beberapa kredit program yang diluncurkan oleh pemerintah antara lain kredit-kredit

yang terkait dengan sektor pertanian dan perkebunan, misalnya, Kredit Ketahanan Pangan

dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Kredit Pengembangan Energi

Nabati & Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP). Selain itu, terdapat kredit program yang

menggunakan pola penjaminan, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan

kredit/pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yang usahanya layak dibiayai (feasible)

namun belum memenuhi persyaratan bank (unbankable).

Senada dengan tujuan kredit program lainnya, bahwa tujuan dari pembiayaan

investasi WtE juga mempunyai semangan dan tujuan yang sama. Tujuan dari pembiayaan

investasi WtE melalui kredit program antara lain:

a) Mendukung program pemerintah dalam pengendalian pencemaran termasuk

mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah

kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan mencapai 41 persen jika mendapat

bantuan internasional pada tahun 2020;

Page 91: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

76 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

b) Mendorong proyek investasi lingkungan waste to energy sehingga dapat

memberikan kontribusi perbaikan kualitas lingkungan secara signifikan dan

berkelanjutan serta memberikan penambahan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha;

c) Meningkatkan jumlah pendanaan untuk investasi lingkungan waste to energy bagi

industri dan usaha produktif; dan

d) Memberikan kemudahan akses pembiayaan investasi lingkungan waste to energy

bagi usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Yang lebih spesifik dari pembiayaan investasi WtE yakni lebih mengerucut pada

investasi dalam memberikan kontribusi perbaikan kualitas lingkungan secara signifikan dan

berkelanjutan serta memberikan penambahan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha. Meski

demikian sasaran pembiayaan investasi WtE sama dengan sasaran kredit program lainnya,

yakni petani dan UKM.

Gambar 4.1 Prosedur Penyaluran KKP-E kepada Petani/ Peternak/Pekebun secara Individu

atau Kelompok Tani/ Koperasi secara Langsung ke Bank

Keterangan :

1. Petani/peternak/pekebun yang langsung mengajukan kredit secara

individu menyusun Rencana Kebutuhan Usaha (RKU) dan bagi kelompok

Tani menyusun menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)

dibantu oleh Petugas Dinas Teknis /Badan setempat atau Penyuluh

Pertanian;

2. Pejabat Dinas Teknis/Badan setempat atau Penyuluh Pertanian

mensahkan RKU atau RDKK;

3. Rencana Kebutuhan Usaha (RKU) petani/peternak/pekebunan dan atau

RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana;

4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen usulan kredit, dan apabila

dinilai layak dan memenuhi syarat, kemudian petani/peternak

menandatangani akad kredit dengan cabang Bank Pelaksana dan

menyalurkan kredit ke petani/peternak.

5. Jika petani mengajukan kredit melalui Kelompok Tani maka RDKK

diajukan ke bank pelaksana, jika memenuhi syarat kelompok tani

Page 92: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

77 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

menandatangi akad kredit dan KKP-E akan disalurkan kepada petani

anggota kelompok.

6. Petani/ peternak/ pekebun yang secara individu langsung mengembalikan

kredit kepada Bank pelaksana sesuai jadwal, dan bila melalui

kelompoktani anggota mengembalikan kepada kelompoktani;

7. Kelompok tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana

sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit.

Gambar 4.2 Prosedur Penyaluran KKP-E oleh Petani/Kelompok Tani/Koperasi yang

Bekerjasama dengan Mitra Usaha

Keterangan :

1. Petani menyusun Rencana Kebutuhan Usaha dan Kelompok Tani

menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK dibantu oleh

Petugas Dinas Teknis setempat/Badan atau Penyuluh Pertanian.

2. Pejabat yang diberi kuasa Dinas Teknis/Badan setempat/Penyuluh

Pertanian terkait mensahkan RKU atau RDKK yang diketahui oleh Mitra

Usaha.

3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana.

4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RKU/RDKK, dan apabila

dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan

petani/kelompok tani, selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok

Tani.

5. Dalam hal petani/kelompoktani/koperasi bekerjasama dengan Mitra

Usaha (Perusahaan BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta lain yang memiliki

usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai

penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra.

6. Jika mitra usaha sebagai avalis sebagian pengelolaan kredit sesuai

perjanjian dapat dikuasakan kepada mitra usaha. Bagi mitra usaha

berbentuk koperasi maka koperasi bertindak sebagai penjamin pasar atau

kredit (avalis) terhadap anggotanya.

7. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi petani/kelompoktani/

koperasi dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang

berkoordinasi dengan Bank Pelaksana.

8. Petani/kelompoktani/koperasi mengembalikan KKP-E langsung kepada

Bank pelaksana sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit.

Page 93: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

78 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Untuk mewujudkan pembiayaan WtE melalui kredit program, diusulkan adanya

pembagian tugas dan tanggung jawab menurut lembag sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, antara lain mencakup:

a. KLH atau Kementerian ESDM bertugas dan bertanggung jawab dalam hal berikut:

1. Membantu menyusun dan mengembangkan pedoman daftar investasi lingkungan

waste to energy yang berhak mendapatkan fasilitas program insentif lingkungan

2. Memberikan arahan aspek teknis terkait pemenuhan kriteria lingkungan dalam

penyaluran program

3. Menerbitkan panduan teknis obyek investasi yang berhak mendapatkan insentif

pembiayaan

4. Melakukan peningkatan kapasitas dan koordinasi hal teknis terkait pemahaman

terhadap penilaian kontribusi terhadap lingkungan dan pemenuhan kriteria

program

5. Melakukan sosialisasi program pembiayaan WtE

6. Melakukan monitoring terhadap realisasi pengadaan investasi dan pencapaian

kontribusi terhadap lingkungan terkait kriteria program

b. Kementerian Keuangan bertugas dan bertanggung jawab dalam hal berikut:

1. Menyediakan dana APBN sebagai fasilitas subsidi bunga

2. Menetapkan besaran subsidi suku bunga pinjaman

3. Menunjuk bank pelaksana

4. Memberikan persetujuan plafon masing-masing bank

c. Komite Kredit Program, berwenang untuk melakukan evaluasi dan membahas perubahan

dalam kebijakan program yang menjadi acuan pelaksanaan bagi stakeholder.

d. Bank Pelaksana bertugas dan bertanggung jawab untuk menyalurkan pembiayaan

program sesuai mekanisme dan kriteria yang telah ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab

Bank Pelaksana secara detail adalah sebagai berikut

1. Menyampaikan komitmen target penyaluran kepada Kementerian Keuangan dan

mempersiapkan dana pembiayaan yang akan disalurkan pada calon Nasabah

2. Melaksanakan pembiayaan program sesuai syarat dan ketentuan

3. Mengidentifikasi calon potensial nasabah baik secara mandiri maupun bersama-

sama dengan TAU.

4. Menganalisa sesuai dengan prosedur dan ketentuan Bank Pelaksana untuk

menentukan apakah pembiayaan kepada calon Nasabah layak untuk dilakukan.

5. Melakukan pencairan pembiayaan kepada Nasabah.

6. Melakukan manajemen risiko atau pembiayaan kepada Nasabah.

7. Menatausahakan dan menagih kewajiban Nasabah.

8. Melakukan monitoring dan evaluasi pembiayaan kepada Nasabah.

9. Melakukan pembinaan bersama dengan KLH atau Kementerian ESDM, untuk

memastikan pembiayaan tersebut sesuai dengan tujuan yang disepakati.

10. Mempunyai komitmen jangka panjang untuk memastikan indikator keberhasilan

program terpenuhi.

11. Menyusun laporan kepada KLH atau Kementerian ESDM atas penyaluran dan

perkembangan usaha Nasabah yang dilaporkan secara periodik.

12. Melakukan hal-hal lain yang sesuai dengan ketentuan pembiayaan Bank Pelaksana.

Page 94: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

79 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

e. Pokja program adalah badan bentukan KLH atau Kementerian ESDM yang bertugas dan

bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi dan memberikan masukan di internal KLH

atau Kementerian ESDM terhadap pelaksanaan program.

f. Unit Pendamping Teknis (TAU), dimana tugas dan tanggung jawab utama Unit

Pendamping Teknis atau Technical Assistance Unit (TAU) adalah sebagai berikut :

1. Membantu KLH atau Kementerian ESDM, Kemenkeu, Bank Pelaksana dan calon

nasabah dalam pengembangan waste to energy

2. Mengenalkan dan meningkatkan pemahaman UMKM tentang waste to energy

3. Bersama-sama KLH atau Kementerian ESDM menyusun dan mengembangkan daftar

investasi lingkungan waste to energy yang berhak mendapatkan fasilitas program

insentif lingkungan.

4. Mengembangkan konsep evaluasi dan monitoring KLH atau Kementerian ESDM serta

membantu KLH atau Kementerian ESDM dalam kegiatan monitoring, evaluasi dan

pelaporan

5. Membantu serta memfasilitasi kegiatan sosialisasi dan capacity building stakeholder

termasuk Kemenkeu, Bank Pelaksana dan pihak terkait

6. Membantu studi kelayakan, identifikasi kegiatan dan pengembangan pipeline di Bank

Pelaksana

7. Menyusun laporan kegiatan TAU secara periodik (semester dan tahunan)

Gambar 4.3 Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga yang Terkait

Komite Kredit Program

Kementerian Keuangan KLH/KESDM

Program Pembiayaan

WTE

Nasabah

TAU

Pokja Program

Page 95: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

80 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan Analisis Biaya Manfaat

Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini antara lain:

b. Beberapa jenis potensi pemanfaatan limbah yang dapat dikonversikan menjadi

energy (WtE atau bioenergi) di Indonesia adalah pemanfaatan biogas dari limbah

industri tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas

limbah industri kelapa sawit (POME), pembangkit listrik dari biomassa pelepah sawit,

pemanfaatan sekam padi untuk pengering/silo padi/jagung, pemanfaatan sampah

perkotaan (urban waste), dan pemanfaatan biogas dari limbah domestik rumah

tangga (kotoran manusia). Berbagai potensi tersebut sudah dimanfaatkan dan

dikembangkan melalui program-program yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH) dan Kementerian ESDM dengan dukungan baik melalui APBN, hibah

internasional, maupun kredit perbankan. Namun, pengembangannya masih dirasa

terbatas dikarenakan terbatasnya anggaran di APBN, dan beberapa program

bantuan sudah berhenti. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan pembiayaan

pengembangan WtE atau bioenergi yang lebih berkelanjutan.

c. Terdapat beberapa jenis peluang dalam pembiayaan untuk pengembangan WtE di

Indonesia, antara lain program dari KLH (sudah berhenti), Kementerian ESDM

(beberapa sudah berhenti), Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Pedesaan,

Pusat Investasi pemerintah (PIP), kredit perbankan (dari Bank Syariah Mandiri dan

Bank Bukopin dengan dukungan AFD), dan juga kredit program eksisting dengan

berbagai pola (namun belum secara spesifik dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan WtE). Dari berbagai jenis sumber pembiayaan tersebut, Kredit

Program berupa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) merupakan kredit

program yang eksisting yang dirasa paling sesuai untuk mendukung pengembangan

WtE dikarenakan untuk merealisasikannya tidak membutuhkan waktu yang terlalu

lama bila dibandingkan dengan pilihan yang lain (yaitu dengan merevisi Peraturan

Menteri Keuangan dan menyusun Pedoman Teknis-nya di KLH atau Kementerian

ESDM).

d. Dikarenakan ada batasan dari skema pembiayaan investasi melalui KKP-E terutama

terkait dengan besaran kredit yang dapat diberikan (yaitu maksimum Rp. 100 juta

untuk individu dan maksimum Rp. 500 juta untuk kelompok) dan juga tenor waktu

yang diberikan (yaitu maksimum 5 tahun), jenis pengembangan WtE yang

berpeluang untuk diberikan kredit program adalah pengembangan reaktor biogas

dari limbah industri tahu dan pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan

sapi dimana untuk pengembangannya membutuhkan biaya yang besarnya dapat

kurang dari Rp. 100 juta untuk setip unitnya. Untuk pengembangan jenis WtE yang

lain dapat menggunakan sumber pendanaan yang lain seperti PIP atau skema kredit

program yang baru, dikarenakan pengembangannya dibutuhkan biaya yang lebih

besar dari batas maksimum KKP-E.

Page 96: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

81 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

e. Fokus dari analisis kelayakan keuangan untuk pembiayaan investasi limbah menjadi

energi pada berbagai jenis pemanfaatan limbah dalam kajian ini mencakup (a)

pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan

reaktor biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari

biomassa perkebunan dan industri kelapa sawit (POME); dan (d) pemanfaatan

biomassa pertanian untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam

padi. Secara keuangan, hampir semua pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus

dalam kajian ini layak untuk dikembangkan, namun sangat tergantung dari kondisi

awal. Potensi yang layak adalah pengembangan produk bersih dan biogas dari

limbah industri tahu (pengembangan biogas industri tahu yang dibarengi dengan

pengembangan produk bersih), pengembangan biogas dari limbah/kotoran

peternakan sapi (terutama untuk penggantian gas LPG, sementara untuk

penggantian dari bahan bakar kayu sangat tergantung dari harga kayu bakar di

daerahnya), pengembangan pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah industri

kelapa sawit (POME) (terutama untuk penggantian solar, bukan untuk menjual

produk listriknya), pembangkit listrik dari pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam

padi untuk pemanas/pengering pada silo padi/jagung.

f. Untuk beberapa jenis WtE yang layak secara keuangan tersebut di atas dapat

dilakukan tanpa diberikan dukungan bantuan subsidi bunga. Sedangkan untuk jenis

pengembangan yang tidak layak secara keungan, seperti misalnya pengembangan

biogas industri tahu yang tanpa dibarengi dengan pengembangan produk bersih,

pengembangan biogas dari limbah peternakan sapi untuk penggantian kayu bakar

(yang sangat tergantung harga kayu bakar), dan pengembangan pembangkit listrik

tenaga biogas dari limbah industry kelapa sawit (POME) dimana produk listriknya

dijual, dibutuhkan subsidi bunga atau bantuan lain dalam pembiayaan

pengembangan WtE agar menjadi layak. Namun demikian, untuk mendorong agar

masyarakat tertarik untuk melakukan pengembangan WtE, tetap dibutuhkan insentif

berupa subsidi bunga melalui kredit program untuk semua jenis pengembangan WtE.

g. Secara ekonomi, berdasarkan hasil analisis biaya dan manfaat (CBA), semua

pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus dalam kajian ini (mencakup (a)

pengembangan reaktor biogas dari limbah peternakan sapi; (b) pengembangan

reaktor biogas dari limbah industri tahu; (c) pengembangan pembangkit listrik dari

biomassa perkebunan dan industri kelapa sawit (POME); dan (d) pemanfaatan

biomassa pertanian untuk pemanas/pengering, khususnya untuk biomassa sekam

padi) layak untuk dikembangkan, dengan rasio manfaat per biayanya (BCR) yang

bervariatif. Variasi dari nilai BCR sangat tergantung dari: (a) besarnya investasi yang

dibutuhkan; (b) kondisi awal dari jenis dan harga energi yang disubstitusi dengan

biogas dan biomassa (WtE atau bioenergi); (c) pemanfaatan/penggunaan dari

produk WtE.

h. Berdasarkan pengalaman dari berbagai negara yang mengembangkan WtE, terdapat

beberapa kunci sukses dalam pengembangan WtE, antara lain: (a) Harga energi fosil

dan listrik yang tinggi dan tidak bersubsidi; (b) Dilakukan untuk mensubstitusi jenis

energi fosil yang digunakan; (c) Keberlanjutan ketersediaan limbah; (d) Terbatasnya

lahan untuk pembuangan limbah; (e) Tingginya tipping fee untuk pembuangan

sampah/limbah; (f) Kebijakan untuk lebih mendukung pengembangan WtE; dan (g)

Dukungan public akan pengembangan WtE.

Page 97: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

82 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

5.2. Saran/Rekomendasi Kebijakan

Saran/rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan dari kegiatan Analisis Biaya

Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini antara

lain:

a. Masih terdapat perbedaan teknis terkait ukuran, spesifikasi, dan standar biaya untuk

pengembangan setiap jenis WtE. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,

diperlukan koordinasi dan penyepakatan diantara kementerian teknis yang terkait,

yaitu Kementerian ESDM dan KLH.

b. Untuk pengembangan WtE awal, dapat dilakukan melalui kredit program dengan

pola subsidi bunga yang eksisting saat ini, yaitu skema Kredit Ketahanan Pangan dan

Energi (KKP-E) untuk 2 (dua) jenis pengembangan WtE yang potensial, yaitu biogas

dari limbah industri tahu dan biogas dari kotoran sapi.

c. Untuk pengembangan WtE yang lain (pembangkit listrik dari biogas POME dan

biomassa pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam padi untuk

pemenas/pengering/silo padi/jagung), dapat menggunakan skema PIP, pembiayaan

perbankan atau skema kredit program yang baru.

d. Agar dalam pengembangan WtE melalui kredit program tidak tumpang tindih

dengan program-program yang sudah ada, terutama dari Kementerian ESDM dan

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Pedesaan, maka perlu dilakukan

penentuan kriteria penerima manfaat (beneficiaries) dan pemetaan lokasinya

(zoning), baik oleh Kementerian ESDM maupun KLH.

e. Bank Pelaksana adalah pelaku utama yang menjadi faktor penentu dalam

keberhasilan pelaksanaan program pengembangan WtE melalui kredit program.

Untuk pelibatannya, diperlukan sosialisasi, baik oleh Kementerian Keuangan, KLH

dan Kementerian ESDM untuk mendorong mereka agar tertarik dalam pembiayaan

WtE. Selain sosialisasi, diperlukan juga dukungan teknis dari kementerian teknis (KLH

dan Kementerian ESDM) untuk membantu perbankan, misalnya melalui technical

assistant (TA) dalam pengembangan WtE. Bank Pelaksana yang diprioritaskan adalah

perbankan yang pernah atau sedang melakukan pembiayaan melalui kredit terhadap

pengembangan WtE, antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan beberapa

Bank Pembangunan Daerah.

f. Sebagai payung hukum pelaksanaan KKP-E untuk pengembangan WtE, dibutuhkan

revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu Perubahan Ketiga atas PMK Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) di

Kementerian Keuangan RI. Selain itu, di kementerian teknis (yaitu KLH dan/atau

Kementerian ESDM), dibutuhkan Peraturan Menteri LH atau Peraturan Menteri

ESDM terkait dengan pedoman teknis pelaksanaan KKP-E untuk pengembangan WtE,

seperti yang juga dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam pelaksanaan KKP-E.

5.3. Langkah Tindak Lanjut

Dari hasil pelaksanaan kajian tentang Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan

Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program ini, masih banyak langkah tindak

Page 98: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

83 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

lanjut yang diperlukan untuk merealisasikan, baik yang dilakukan oleh kementerian teknis

(yaitu KLH dan Kementerian ESDM), Kementerian Keuangan maupun Bank Pelakana. Guna

menindaklanjuti hasil kajian ini, masih diperlukan FGD kembali dengan pihak perbankan

selaku pelaksana dari rencana kegiatan Kredit Program bagi WtE ini, yang akan dilaksanakan

oleh Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI) Direktorat Jenderal Perbendahaaran

Negara (DJPb), Kementerian Keuangan RI.

Beberapa hal yang juga masih perlu dilakukan, terutama oleh kementerian teknis,

antara lain:

a. Penentuan kriteria calon penerima manfaat (beneficiaries) dari program, baik dari

sisi KLH maupun Kementerian ESDM. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih

program ini dengan kegiatan/program serupa yang lain yang sedang dilaksanakan

oleh KLH maupun Kementerian ESDM. Pemetaan (zonasi) penerima manfaat antara

program-program yang sedang berlangsung dengan program yang akan diusulkan

dibiayai dengan kredit program juga menjadi penting. Dengan adanya kriteria

penerima manfaat dan pemetaannya yang jelas, maka diharapkan program ini akan

lebih tepat sasaran.

b. Penyusunan daftar calon bank pelaksana (beserta contact person (CP)-nya) yang

sudah berpengalaman dalam mendukung dan melaksanakan program-program

terkait dengan lingkungan maupun energi yang selama ini telah menjadi mitra baik

KLH, Kementerian ESDM maupun Kementerian Keuuangan. Diharapkan dengan

adanya kesediaan dari bank pelaksana yang berpengalaman, maka program ini akan

lebih mudah untuk dijalankan dan tujuan dari program ini akan lebih tepat sasaran.

c. Dalam menuju proses penyiapan rancangan peraturan berupa Rancangan Peraturan

Menteri Keuangan dan juga peraturan dari kementerian teknis, maka diharapkan

agar KLH dan Kementerian ESDM kiranya dapat mempersiapkan nama dan alamat

calon penerima manfaat (beneficiaries) dalam sebuah daftar yang nantinya dapat

disampaikan kepada Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI), Direktorat

Jenderal Perbendahaaran Negara (DJPb), Kementerian Keuangan RI sebagai dasar

dalam disbursement subsidi nantinya.

Page 99: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

84 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2012. Implementasi Rencana Aksi

Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), Jakarta; Direktorat

Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Bank Indonesia, 2010. Studi Kelayakan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Langkat Sumatera

Utara, Medan: Bank Indonesia Medan.

_________, 2012. Kajian Kesiapan Umkm Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses

Pembiayaan, Jakarta: Bank Indonesia.

Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad (2000). Studi Kelayakan Proyek, Edisi-4,

Yogyakarta; UPP AMP YKPN.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi revisi. Jakarta ; Rineka Cipta.

Intergovernmental Panel on Climate Change, 2007. Summary for Policymakers : A report of

Working Group I of the Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC.

Kamaluddin, 2004. Studi Kelayakan Bisnis, Malang; Dioma.

Kasmir, Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi-1, Jakarta; Prenada Media.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012. Kajian Teknis Peluang Pemanfaatan

Biogas Untuk Pembangkit Sendiri Pada Industri, Jakarta ; Direktorat Jenderal Energi

Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.

_________, 2012. Kajian Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Dari Limbah Cair PKS

Di Kabupaten Rokan Hulu, Jakarta ; Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan

dan Konservasi Energi.

_________, 2012. Studi Kelayakan : Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas Tandun

PTPN V Riau, Jakarta ; Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi

Energi.

_________, 2012. Studi Kelayakan : Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PT

Nubika, Jakarta ; Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi

Energi.

_________, 2012. Studi Kelayakan : Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas Se

Mangkei Sumut, Jakarta ; Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan

Konservasi Energi.

_________, 2012. Program Pengembangan Bioenergi di Indonesia, Jakarta ; Direktorat

Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.

_________, 2013. Peluang dan Tantangan Pengembangan WtE di Indonesia, Jakarta;

Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.

Kementerian Keuangan, 2013. Peluang Pemanfaatan KKP-E Untuk Pembiayaan

Waste to Energy, Jakarta; Direktorat Sistem Manajemen Investasi Kementerian

Keuangan.

Page 100: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

85 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kementerian Lingkungan Hidup, 2009. Ragam Investasi WtE : PLTU Mini dengan Pelepah

Sawit di Mamaju, Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

_________, 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2009

tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 10A Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Penyaluran Pembiayaan Bagi

Kegiatan Debt for Nature Swap (DNS) Dengan Pemerintah Jerman Untuk Investasi

Lingkungan Bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Jakarta; Deputi MENLH Bidang

Penaatan Lingkungan

_________, 2010. Ragam Investasi WtE : Industri Tahu dan Reaktor Biogas di Bekasi,

Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

_________, 2010. Ragam Investasi Industri WtE: Ragam Investasi WtE : Industri Tahu dan

Reaktor Biogas di Klaten, Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

_________, 2010. Ragam Investasi Industri WtE : Ragam Investasi WtE : Pengering Gabah

dan Sekam di Sumbawa, Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

_________, 2012. Ragam Investasi Industri WtE : Reaktor Biogas Limbah Kotoran Sapi di

Pasuruan, Jakarta; Kementerian Lingkungan Hidup.

_________, 2013. Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi (Waste to Energy), Jakarta;

Asdep Ekonomi Lingkungan Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan, Kementerian

Lingkungan Hidup.

Kementerian Pekerjaan Umum, 2001. Kajian Metode Analisis Biaya-manfaat Hasil Litbang,

Jakarta : Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lngkungan.

Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E),

Jakarta. Direktorat Pembiayaan Pertanian Kementerian Pertanian.

Kuncoro. Kukuh Siwi, 2010. Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe

di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan, Medan:

Fakultas Teknologi Industri ITS.

Lahming, 2012. Rancang Bangun Alat Pengering Biji-Bijian Hasil Pertanian Tipe Kontinyu

Bahan Bakar Biomassa Ramah Lingkungan, Makassar : Universitas Negeri

Makassar

Mulyantara. Lilik T, dkk, 2008. Simulasi Pengering Jagung Pipilan Menggunakan Alat

Pengering Surya Tipe Rumah Kaca (ERK) - Hybrid Dengan Pengering Silinder

Berputar, Bogor : Institut Pertanian Bogor .

NASA, 2007. Global Warming to Cause More Severe Tornadoes, Storms, Fox News: August

31, 2007.

Putri, Agita Kirana, 2008. Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Wilayah

Kabupaten Bogor, Bogor ; Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sugiarto, Lilik, dkk, 2008. Studi Kelayakan Pembuatan Biogas dari Fases Sapi sebagai Sumber

Energi Alternatif, Yogyakarta; Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Institut Sains & Teknologi AKPRIND.

Sutoyo, S, 2003. Studi Kelayakan Proyek : Konsep dan Teknik, Jakarta: Badan Penerbit LPPM.

Page 101: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

86 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Umar, Husein, 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi-3, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zubir, Z., 2006. Studi Kelayakan Usaha, Jakarta ; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,.

Web :

Asep Budi Brata, RMOL : Upaya BI dalam Mendongkrak Peningkatan Penyaluran Kredit

Program Melalui Kemitraan Strategis

http://www.rmol.co/read/2011/12/01/47602/Upaya-BI-dalam-Mendongkrak-

Peningkatan-Penyaluran-Kredit--Program-Melalui-Kemitraan-Strategis-

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

http://www.menlh.go.id/

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

http://www.esdm.go.id/

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

http://www.bappenas.go.id/

Page 102: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

87 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 103: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

88 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 1 : Hasil Survey Lapangan Pengembangan Waste to Energy: Yogyakarta,

Pasuruan (via Malang), dan Palembang

A. Yogyakarta:

Rangkuman Laporan Kegiatan Survei Penggunaan Limbah Tahu

di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta

Latar Belakang

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada

umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik dalam air buangan tersebut dapat

berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Kandungan organik tinggi ini yang

berpotensi melepas emisi metana. Seperti perlakukan limbah kotoran sapi, limbah industri

tahu tersebut juga dapat diolah dengan reaktor biogas. Penataan produksi bersih di bagian

proses perlu dilakukan untuk memastikan kondisi limbah cukup memenuhi syarat untuk

diolah dalam reaktor biogas.

- Industri tahu adalah industri berbasis UMK, bertempat di pemukiman, menggunakan

banyak sumber daya air dan berpotensi mengakibatkan pencemaran, disamping sifat

industrinya sendiri yang telah turun-menurun memberi manfaat bagi kehidupan

masyarakat sekitarnya;

- Industri ini sangat tipis dalam permodalan dan omset yang dijalankan, sehingga

permasalahan tambahan seperti air buangan dan bau, belumlah menjadi perhatian

serius. Di sisi lain, industri ini telah banyak memberi kontribusi bagi pembangunan

gizi masyarakat, dengan mengolah bahan berprotein tinggi (kedelai), menjadi bahan

makanan murah yang berpotensi cukup luas dapat dinikmati masyarakat golongan

ekonomi apapun;

- Perlu adanya perbaikan dalam proses-peralatan-tata/ruang, diharapkan efisiensi

proses akan meningkat, termasuk efisiensi penggunaan air;

- Diharapkan juga pendapatan bertambah, sehingga permasalahan lingkungan akan

semakin dekat untuk diselesaikan, setelah semakin terpenuhinya harapan terbesar

industriawan dalam meraih laba;

- Perlu adanya teknologi pengolahan limbah, yang sebisa mungkin sekaligus

memanfaatkan buangan tersebut, sehingga dengan nilai tambah yang diperoleh,

mendorong upaya penangulangan pencemaran akibat buangan industri ini akan

teratasi dengan kesadaran dari pemilik.

Investasi Produksi Bersih dan Reaktor Biogas Tahu

- Kedelai diproses dengan kaidah produksi bersih yaitu mengefisiensikan ruang proses,

mendorong perilaku penghematan air dan energi, merubah cara produksi sehingga

lebih bersih dan efisien, mengendalikan pencemaran, memanfaatkan buangan.

- Mengoptimalkan ruang pengolahan 100 kg kedelai per hari dapat dimaksimalkan

menjadi 400 kg kedelai per hari dengan nilai investasi yang sama karena faktor

penghematan waktu kerja

Page 104: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

89 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Penghematan konsumsi air (menghemat biaya listrik)

- Menurunkan konsumsi bahan bakar lebih dari 20 persen (menghemat biaya

produksi)

- Perbaikan kualitas tahu dari sisi tampilan dan cita rasa karena perubahan cara masak

- Mendapat nilai ekonomi tambahan dari pemanfaatan buangan limbah cair yang

diproduksi menjadi biogas sebagai sumber bahan bakar pengganti di rumah tangga

untuk memenuhi kebutuhan 4 KK

- Menyelesaikan permasalahan limbah dan dampak lingkungan sehingga industri tahu

dapat diterima di pemukiman

Deskripsi Usaha Tahu Tradisional

Usaha tahu tradisional menggunakan metode masakan langsung. Bubur tahu di

campur air dan dipanaskan langsung di atas api dengan pengadukan terus menerus. Proses

masakan menggunakan bahan bakar kayu bakar. Proses penggumpalan telah menggunakan

air asaman dari buangan hasil penggumpalan. Hasil gumpalan tahu dicetak lempengan dan

dipotong sesuai ukuran pesanan.

Dari sisi konsumsi air, pengerajin masih menggunakan air tanpa kontrol ukuran

terutama di bagian pencucian dan pembilasan awal kedelai. Air buangan juga tercampur

antara air buangan netral dari cucian dan air buangan asam dari pasca proses masakan.

Dalam sistem produksi tradisional ini, produsen tahu relatif lebih besar mengkonsumsi air

dan energi. Bahan bakar saat ini menggunakan kayu bakar yang relatif semakin langka dan

harga relatif mahal.

Dengan kondisi ini, maka perlu dilakukan pembenahan proses produksi, mengatur

konsumsi air, mendapatkan bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar dan berupaya

mengolah limbah cair dengan biodegester. Upaya pengolahan limbah cair dengan

biodegester juga memberi nilai tambah ekonomi dengan dihasilkannya biogas yang dapat

menjadi energi alternatif rumah tangga.

Reduce Limbah Tahu

Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi sebuah tatanan yang memiliki

keterkaitan antara proses satu dengan lainnya. Pengelohan Limbah terpadu saat ini

cenderung mengarah pada sebuah pengolahan yang bisa menghasilkan sebuah benefit

finansial yang menguntungkan untuk semua pihak. Prinsip terpadu dalam pengolahan

limbah diterapkan dalam sebuah siklus ekologi industri. Konsep ini berawal dari sistem

biologi yang dikenal dengan sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat sebuah rantai

makanan bagi spesies yang ada di dalamnya. Upaya penerapan produksi bersih (cleaner

production) dengan cara penataan proses produksi yang baik dari mulai tempat proses

pencucian, penempatan peralatan yang tepat, penggunaan air yang bersih sehingga limbah

padat maupun limbah cair berkurang merupakan salah satu dari upaya pengelolaan limbah

yang mengacu pada prinsip 3R yaitu Reduce (upaya pengurangan). Selain itu, upaya Reduce

yang lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroalga dapat mengatasi limbah

Page 105: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

90 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

pabrik tahu. Teknologi pembiakan Chlorella sp. dapat dikembangkan sehingga secara terus-

menerus dapat mengubah limbah cair tahu menjadi biomassa.

Desain Ideal

Adanya perubahan konsep proses pengolahan kedelai, untuk mendorong

tercapainya laba yang berlipat. Proses pembuatan tahu banyak menggunakan air sehingga

limbah cair lebih banyak dibandingkan limbah padat tahu Limbah cair dari industri tahu

banyak mengandung bahan organik yang baik untuk perkembangan mikroorganisme,

limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu sekitar 15-20 liter/kg bahan baku kedelai.

Total Suspended Solid (TSS) sekitar 30 Kg/Kg bahan baku kedelai, Biological Oxygen Demnad

(BOD) 65 g/ Kg bahan baku kedelai dan Chemical Oxygen Demand (COD) 130 g/ Kg bahan

baku kedelai. Pengolahan limbah cair secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

- Pengolahan limbah secara anaerob. Limbah cair mengalami proses penguraian

dengan bantuan mikroorganisme anaerob, mikroorganisme yang dapat hidup tanpa

memerlukan oksigen bebas.

- Pengolahan limbah secara aerob. Limbah cair mengalami proses penguraian dengan

bantuan mikroorganisme aerob, mikroorganisme yang memerlukan oksigen bebas

untuk hidup.

Mikroorganisme, seperti bakteri dapat berkembang biak dengan baik menghasilkan

biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses pembusukkan bahan organik oleh

bakteri pada kondisi anaerob.

Salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan murah adalah biogas. Biogas

dapat diperoleh dari proses fermentasi limbah organik dengan bantuan mikroorganisme.

Limbah cair tahu memungkinkan untuk dijadikan penghasil biogas.

Keadaan di Lapangan (Lokasi Survei)

- Kapasitas Biodigaster 90M3

- Dengan adanya pemanfaatan limbah tahu sebagai sumber energi alternatif

memberikan dampak terhadap peralihan penggunaan dari gas LPG ke gas limbah

tahu. Tidak menggunakan lagi gas LPG 3Kg;

- Pemanfaatan biogas dari biodigaseter :

a) Menyalurkan 15 tungku kompor yang didistribusikan ke rumah tangga setara

dengan penggunaan gas LPG 3Kg. Untuk menunjang kebutuhan masak rumah

tangga membutuhkan 1 - 2 tabung gas LPG 3Kg dalam 1 minggu. Harga gas LPG

tabung ukuran 3Kg sebesar Rp. 18.000,00.

b) Menyalurkan 3 tungku kompor yang digunakan untuk kegiatan industri tahu

setara dengan gas @12Kg. Untuk menunjang kegiatn industri tahu membutuhkan

2 tabung gas @12Kg dalam 1 bulan. Harga LPG 12Kg mencapai Rp. 72.000,00.

c) Jika penggorengan tahu dilakukan dengan kayu bakar tanpa biogas maka setiap

bulannya membutuhkan kayu 5 rit kayu dengan harga kayu sebesar Rp.

Page 106: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

91 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

1.000.000 per rit. Sedangakan jika penggorengan tahu hanya mengandalkan

biogas maka hanya membutuhkan bahan bakar kayu sebanyak 1 rit dalam setiap

bulannya. Dengan kata lain, penggunaan biogas dari limbah tahu dapat

menghemat kayu sebanyak 4 rit per bulannya.

- Dengan adanya pemanfaatan limbah tahu sebagai sumber energy alternative

memberikan dampak penghematan biaya pada industri tahu dan rumah tangga

sebesar 90 persen.

- Kapasitas produksi tahu di lokasi survei sebanyak 250 – 300 Kg per hari.

- Potensi penggunaan biogas yang berasal dari limbah tahu di wilayah survei antara

lain terdapat 15 pengrajin tahu dalam satu dusun yang belum memanfaatkan limbah

tahu sebagai sumber energy alternative.

Bentuk Investasi yang dapat diberikan

Refinancing dan penambahan beberapa peralatan untuk optimasi, penataan dan

relokasi proses-peralatan-tata/ruang serta penanganan dan pemanfaatan limbah dengan

instalasi reaktor biogas.

Kesimpulan

Perubahan peralatan dan penataan ruang produksi sesuai cara kerja proses produksi

bersih memberikan keuntungan lingkungan dan ekonomi. Tujuan perubahan peralatan dan

penataan ruangan adalah untuk menjadikan proses produksi tahu lebih ramah lingkungan

dan efisien (ekoefisiensi) menggunakan sumber daya bahan baku kedelai, bahan bakar

pemanas dan terutama konsumsi air. Pada ujung proses tujuan utamanya adalah menekan

jumlah limbah baik padat (ampas tahu) dan limbah cair sebagai upaya menekan dampak

negatif keberadaan industri tahu. Pemanfaatan limbah dengan instalasi reaktor biogas,

penambahan unit reaktor biogas untuk memanfaatkan buangan air asam sebagai sumber

produksi biogas. Gas tersebut dapat dipergunakan sebagai energi alternatif untuk kompor

rumah tangga atau tambahan panas untuk tungku ketel uap.

Responden : Bapak Adjid

CP : 081215510111

Page 107: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

92 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

B. Pasuruan (via Malang)

Laporan Kegiatan

Pengumpulan Data dan Peninjauan Lapangan

Atas Pembiayaan Program Waste to Energy (WtE)

Selasa s.d. Rabu / 11 s.d. 12 Desember 2013

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

- Hari/tanggal : Selasa s.d. Rabu / 11 s.d. 12 Desember 2013

- Tempat : Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan, Nongkojajar,

Pasuruan, Jawa Timur

- Kontak : Responden 1. H. Hariyanto (08125228446)

Responden 2. Tri (085234095571)

Responden 3. Mukhlisin (085646711797)

Pada tanggal 11 s.d. 12 Desember 2013 bertempat di Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP)

Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur, PKPPIM yang diwakili oleh Staf Bidang

Perubahan Iklim I mengikuti kegiatan lapangan bersama perwakilan dari Direktorat

Bioenergi – Kementerian ESDM, perwakilan dari Asdep Ekonomi Lingkungan – Kementerian

Lingkungan Hidup, dan konsultan dari Universitas Indonesia untuk pengumpulan data dan

peninjauan lapangan tahap II atas pembiayaan program Waste to Energy (WtE) pada para

peternak sapi yang telah berhasil mengimplementasikan pengelolaan biogas skala rumah

tangga (Biogas Rumah/BIRU).

A. Pendahuluan

Agenda pokok kegiatan adalah menghimpun segala data yang ada untuk mendukung

penyusunan kajian pembiayaan WtE yang sedang dilaksanakan. Sebelumnya PKPPIM

bersama dengan Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan, Direktorat Bioenergi, dan Konsultan

dari Universitas Indonesia pada tanggal 23 November 2013 telah melaksanakan

pengumpulan data dan peninjauan lapangan tahap I atas pembiayaan program Waste to

Energy (WtE) pada para pengusaha tahu/tempe di Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Kegiatan

tahap II ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tahap I tersebut.

B. Pembahasan

Sekilas tentang KPSP Setia Kawan

1) Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar merupakan

koperasi terbesar di Provinsi Jawa Timur yang berdiri tahun 1967. Hasil utamanya

adalah susu sapi segar. Berada di lereng sebelah barat Pegunungan Tengger di

ketinggian 400-2.000 meter, wilayah kerja KPSP Setia Kawan meliputi 12 desa yang

termasuk pada Kecamatan Tutur Nongkojajar. Sejak tahun 1979, PT.Nestle Indonesia

merupakan perusahaan yang menampung seluruh produksi susu segar dari Anggota

Page 108: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

93 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

KPSP Setia Kawan Nongkojajar. Tingkat produksi saat ini telah meningkat secara

signifikan dan sekarang mampu meng-output sekitar 50.000-60.000 liter susu per

harinya. Sampai dengan saat ini, KPSP Setia Kawan memiliki anggota terdaftar

sebanyak 8.094 peternak sapi yang terbagi menjadi 63 kelompok perwakilan, dimana

yang masih aktif yaitu sebanyak 4.352 peternak. Simpanan wajib bagi anggota

sebesar Rp. 31.000 dimana sebesar Rp. 25.000 untuk simpanan pokok dan Rp. 6.000

untuk administrasi.

2) Usaha ternak sapi perah di Nongkojajar Pasuruan Jawa Timur tidak hanya

menghasilkan produk utama susu segar, tapi juga mampu menghasilkan produk

sampingan berupa energi alternatif biogas dan pupuk organik, sehingga siklus

kegiatan peternakan selain mampu meningkatkan nilai ekonomi juga menjaga

kelestarian lingkungan.

3) KPSP Setia Kawan pada awalnya hanya bergerak di bidang penampungan susu segar,

simpan pinjam, serta perdagangan dan jasa. Seiring dengan kemajuaan usahanya,

perkembangan populasi sapi perah dari tahun ke tahun juga semakin bertambah.

Diakui peningkatan populasi sapi perah juga berhasil meningkatkan pendapatan

peternak. Namun di sisi lain, peningkatan populasi sapi perah juga meningkatkan

produksi kotoran sapi yang berdampak menimbulkan masalah polusi lingkungan dan

mengganggu kesehatan.

4) Berangkat dari pertimbangan tersebut maka koperasi kemudian mengajak para

anggotanya untuk memanfaatkan kotoran sapi perahnya menjadi energi alternatif

melalui proses reaktor biogas. Maka, sejak tahun 1989 koperasi merintis

membangun dua unit reaktor biogas skala rumah tangga untuk dimanfaatkan dua

keluarga di Desa Tutur dan Desa Gendro.

5) Biogas yang dihasilkan sangat membantu kebutuhan energi rumah tangga peternak.

Biogas dimanfaatkan untuk bahan bakar genset, lampu penerangan, memasak, serta

water heater (pemanas air) yang sangat dibutuhkan bagi warga yang berada di

kawasan kaki Gunung Bromo yang dingin.

6) Limbah kotoran sapi yang telah diambil gasnya (bio-slurry) yang jumlahnya

melimpah juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik yang sangat dibutuhkan para

petani maupun peternak sebagai pupuk tanaman bunga krisan, cabe, paprika, apel,

tebu, pembibitan pohon keras, serta rumput Setia, yakni rumput jenis gajah yang

daunnya halus tak berbulu dan disukai sapi. Sehingga dengan melimpahnya produk

pupuk organik juga berdampak pada pelestarian lingkungan dan peningkatan

pendapatan peternak maupun petani.

7) Dengan ketersediaan energi alternatif biogas, warga juga tidak lagi merambah hutan

guna menebang tanaman keras untuk kayu bakar, sehingga berdampak pula pada

pelestarian sumber air yang juga sangat dibutuhkan peternak dalam memelihara sapi

perahnya. Disebutkan, setiap ekor sapi perah setiap harinya membutuhkan air

antara 80 hingga 150 liter. Sementara itu, sekitar separuh dari 150 sumber air yang

ada sempat kering. Namun setelah adanya pengembangan energi alternatif biogas

yang berdampak pada pelestarian lingkungan, kini banyak sumber air di Nongkojajar

yang sempat mati telah kembali mengalirkan air lagi.

Page 109: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

94 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

8) KPSP Setia Kawan pernah meraih beberapa penghargaan pada tahun 2012, yaitu di

antaranya: Penghargaan Pemasok Susu Terbaik dan wawasan lingkungan dari PT.

Nestle Indonesia; Penghargaan Energi Prakarsa dari Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral Republik Indonesia; dan Penghargaan Kalpataru kategori

Penyelamat lingkungan dari Presiden RI dalam rangka Hari Lingkungan Hidup

Sedunia. KPSP Setia Kawan, Nongkojajar memperoleh Kalpataru kategori kelompok

penyelamat lingkungan karena keberhasilannya membangun 883 unit biogas untuk

mengolah kotoran sapi yang populasinya mencapai 17.765 ekor yang bisa

dimanfaatkan untuk 1.253 rumah tangga, dan menghasilkan pupuk organik, serta

melestarikan lingkungan.

Sekilas tentang Biogas Rumah (BIRU)

1) Rata-rata setiap rumah tangga di Nongkojajar mempunyai 3 s.d. 4 ekor sapi. Setiap

ekor sapi dapat menghasilkan rata-rata 11 liter susu/hari.

2) Sebagai gambaran, 1 kg kotoran ternak sapi menghasilkan sekitar 37 liter biogas.

Satu buah kompor dalam waktu 1 jam menghabiskan ± 400 liter biogas atau 0,22 –

1,10 m3 per jam dan satu buah lampu dalam waktu 1 jam menghabiskan ± 100 -150

liter biogas atau 0,07 – 0,14 m3 per jam. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan biogas,

peternak setiap harinya membutuhkan sekitar 50-60 kg kotoran sapi, atau setara

dengan 1 ember cat ukuran 50 kg diisi penuh. Satu ekor sapi perah secara normal

menghasilkan 25-30 kg kotoran setiap harinya.

3) Setiap 30 kg kotoran sapi pada biodigester tipe 8m3 akan mengasilkan pupuk slurry

(kotoran kering) sebanyak 10 kg. Dimana setiap 1 kg pupuk slurry dihargai Rp. 1.500.

4) Reaktor biogas berfungsi mengubah kotoran binatang, kotoran manusia dan materi

organik lainnya menjadi biogas. Konsumsi biogas untuk skala rumah tangga antara

lain digunakan sebagai bahan bakar memasak dan lampu untuk penerangan.

5) Teknologi reaktor BIRU adalah reaktor kubah beton (fixed-dome) yang diadaptasi

dari sistem yang telah digunakan di negara lain seperti Bangladesh, Kamboja, Laos,

Pakistan, Nepal, dan Vietnam. Reaktor kubah beton ini terbuat dari batu-bata dan

beton yang tertutup di bawah tanah. Sistem ini terbukti aman bagi lingkungan dan

berfungsi sebagai sumber energi yang bersih. Di Nepal, teknologi ini telah digunakan

oleh lebih dari 200 ribu rumah tangga selama lebih dari 15 tahun dengan 95 persen

reaktor masih berfungsi.

6) Bangunan kubah beton biogas ini dapat bertahan minimal 15 tahun dengan

penggunaan dan perawatan benar. Perawatannya mudah, hanya membutuhkan

pemeriksaan sesekali dan – jika butuh – penggantian pipa dan perlengkapan. Untuk

mengoperasikan satu unit, dibutuhkan setidaknya dua sapi atau tujuh babi (atau 170

ayam) untuk memproduksi bahan baku (kotoran) yang cukup agar reaktor dapat

memproduksi gas yang dapat mencukupi kebutuhan dasar memasak dan

penerangan lampu rumah tangga (petromak).

7) Ada 6 bagian utama dari reaktor BIRU yaitu: Inlet (tangki pencampur) tempat bahan

baku kotoran dimasukkan, reaktor (ruang anaerobik/hampa udara), penampung gas

(kubah penampung), outlet (ruang pemisah), sistem pipa penyalur gas dan lubang

Page 110: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

95 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

penampung ampas biogas atau lubang pupuk kotoran yang telah terfementasi.

Campuran kotoran dan air (yang bercampur dalam inlet atau tangki pencampur)

mengalir melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran tersebut lalu memproduksi

gas setelah melalui proses pencernaan di dalam reaktor. Gas yang dihasilkan lalu

ditampung di dalam ruang penampung gas (bagian atas kubah). Kotoran yang sudah

berfermentasi dialirkan keluar dari kubah menuju outlet. Ampas ini dinamakan bio-

slurry. Ia akan mengalir keluar melalui overflow outlet ke lubang penampung slurry.

Gas yang dihasilkan di dalam kubah lalu mengalir ke dapur melalui pipa.

8) Reaktor Biodigester yang biasanya dibuat oleh KPSP Nongkojajar terdiri dari

Biodigester tipe 6m3 untuk 1 rumah tangga, 8m3 untuk 2 rumah tangga, 10m3 untuk

3 rumah tangga, dan 12m3 untuk 4 rumah tangga. KPSP Setia Kawan paling banyak

melayani permintaan anggota untuk membangun Biodigester yang tipe 8m3.

9) Untuk reaktor berkapasitas 6 m3 membutuhkan bahan baku kotoran sebanyak 40–

60 kg/hari dan jumlah tersebut masih bisa dipenuhi dari 3 ekor sapi perah.

10) Dengan pemeliharaan yang baik, umur reaktor bisa mencapai 15 tahun.

Sekilas tentang Pendanaan Reaktor BIRU di KPSP Setia Kawan

1) KPSP Setia Kawan mempunyai suatu divisi simpan pinjam yang mana salah satu

pembiayaannya adalah adanya kredit pengadaan reaktor biogas.

2) Harga rata-rata sapi per ekor yakni mencapai Rp. 10 juta – Rp. 15 juta per ekor.

Kebutuhan ekor sapi untuk membangun Biodigester :

- Tipe 6m3 membutuhkan 5-8 ekor sapi;

- Tipe 8m3 membutuhkan 8-10 ekor sapi;

- Tipe 10m3 membutuhkan 10-12 ekor sapi; dan

- Tipe 12m3 membutuhkan 12-14 ekor sapi.

3) Biaya untuk membangun Biodigester :

- Tipe 6m3 sebesar Rp. 10 juta;

- Tipe 8m3 sebesar Rp. 12 juta;

- Tipe 10m3 sebesar Rp. 14 juta; dan

Page 111: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

96 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Tipe 12m3 sebesar Rp. 16 juta.

4) Misal untuk pembangunan tipe 8 m3, HIVOS (organisasi pembangunan nirlaba non-

pemerintah dai Belanda) mensubsidi 2 juta, dimana dibayarkan sebesar Rp. 1,9 juta

pada waktu awal dan sisanya pada saat inspeksi dalam dua semester pertama. Untuk

biaya yang tidak disubsidi HIVOS, Nestle memberikan kredit pinjaman tanpa bunga

yang harus dilunasi selama 3 tahun dan BSM (Bank Syariah Mandiri) melalui

pendanaan DNS (debt nature swap) KLH memberikan kredit pinjaman yang berbunga

lunak dengan jangka waktu pelunasan lebih panjang yaitu 5 tahun.

5) Seluruh pembiayaan tersebut dikelola oleh koperasi dan kemudian disalurkan

kepada masyarakat dengan iuran wajib ke koperasi sebesar Rp. 42.000/10 hari

dengan jangka waktu pelunasan selama 5 tahun. Kredit pinjaman dari BSM ini yang

dinilai lebih menarik karena walaupun berbunga lunak, namun jangka waktu

pelunasannya lebih panjang dari jangka waktu Nestle sehingga yang dibayarkan

bulanan oleh peternak ke koperasi tidaklah terlalu besar. Hal ini dirasa tidak

memberatkan oleh para peternak karena peternak rata-rata memiliki 3 ekor sapi

dimana tiap ekornya dapat menghasilkan 13 liter susu/hari, dan dapat menghasilkan

pendapatan Rp. 1.250.000/10 hari dengan biaya perawatan dan pakan sebesar Rp.

350.000/10 hari.

6) Mekanisme koperasi untuk mendapatkan pendanaan pun juga tidaklah gampang.

Untuk pengajuan pendanaan ke BSM, koperasi harus menanggung biaya

pembangunan terlebih dahulu, baru setelah reaktor selesai dibangun, baru dapat

diajukan pembiayaanya ke BSM.

7) Aspek Manfaat :

- Penghematan konsumsi Gas LPG

Dengan adanya pemanfaatan kotoran sapi menjadi gas, rumah tangga tidak lagi

menggunakan gas LPG sebagai bahan bakar untuk memasak. Pemanfaatan gas

biodigaster dapat memberikan manfaat penghematan pengeluaran untuk

membeli gas. Setiap rumah tangga membutuhkan 3 tabung gas LPG/10 hari.

Harga gas LPG Rp. 18.000. Maka rumah tangga dapat menghemat pengeluaran

sebesar RP. 54.000/10 hari.

Masing-masing ukuran biodigaster dapat menghasilkan titik penggunaan kompor

(Asumsi bahwa setiap rumah tangga memiliki 2 titik komor):

� Tipe 6m3 menghasilkan 2 titik kompor untuk 1 rumah tangga;

� Tipe 8m3 menghasilkan 4 titik kompor untuk 2 rumah tangga;

� Tipe 10m3 menghasilkan 6 titik kompor untuk 3 rumah tangga; dan

� Tipe 12m3 menghasilkan 8 titik kompor untuk 4 rumah tangga.

- Penghematan Penggunaan Kayu Bakar

Dengan menggunakan gas yang dihasilkan dari biodigaster, rumah tangga

berkesempatan untuk tidak lagi menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar

untuk memasak. Setiap rumah tangga membutuhkan 8 Kg/hari kayu untuk

kebutuhan memasak. Harga kayu pada umumnya Rp. 30.000/pikul dengan berat

+/- 50 Kg. Maka pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk

Page 112: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

97 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

memasak menggunakan kayu bakar sebesar Rp. 4.500/hari atau Rp. 45.000/10

hari.

- Pupuk

Limbah bodigaster dapat digunakan sebagai pupuk. Harga pupuk kering biasanya

terjual dengan harga Rp. 2.500/Kg. Masing-masing ukuran biodigaster mampu

menghasilan pupuk :

� Tipe 6m3 menghasilkan 15 Kg pupuk kering/30 hari;

� Tipe 8m3 menghasilkan 20 Kg pupuk kering/30 hari;

� Tipe 10m3 menghasilkan 25 Kg pupuk kering/30 hari; dan

� Tipe 12m3 menghasilkan 30 Kg.

C. Kesimpulan

1) Sampai dengan saai ini KPSP Setia Kawan telah membangun sebanyak 1.300 buah

biodigester bagi anggotanya. Biogas yang dihasilkan sampai dengan saat ini masih

dialirkan langsung ke rumah warga melalui pipa, belum dapat dimasukkan ke dalam

tabung dikarenakan belum terdapatnya alat untuk dapat memasukkan biogas ke

dalam tabung dan sekaligus memampatkannya. Apabila biogas ini nantinya dapat

dimasukkan dalam tabung, besar kemungkinan dimana tabung gas nantinya dapat

diperjualbelikan di pasar sehingga menambah manfaat ekonomi yang didapatkan

warga yang memiliki reaktor biogas. Selain itu, sedang dikembangkan suatu genset

modifikasi yang dapat memurnikan biogas yang ada agar tidak menyebabkan korosi

sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumahan warga dan

menghemat biaya listrik PLN.

2) Kandungan air dalam biogas membuat nyala api merah/kuning dan menimbulkan

korosi. Untuk mencegah korosi, ada beberapa komponen peralatan biogas yang

harus dilindungi terutama pada bagian kritis kebocoran, misalnya pada pipa gas

utama yang harus di galvanis, burner cup pada kompor yang harus kuningan dan

keran gas utama yang juga mesti kuningan.

3) Warga mengungkapkan sejak menggunakan energi alternatif biogas tidak lagi

dibayang-bayangi rasa was-was, karena meski sifat biogas mudah terbakar, jika

terjadi kebocoran tidak sampai menimbulkan ledakan. Selain itu, warga dapat

berhemat dalam hal pengeluaran untuk membeli elpiji. Lokasi pemukiman warga

yang berada di daerah pegunungan tinggi membuat harga elpiji mahal karena biaya

distribusi. Apalagi pada saat terjadi kelangkaan elpiji atau permainan pasar yang

mengakibatkan warga tidak mampu untuk membelinya, maka biogas sangat dapat

diandalkan. Sehingga biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membeli elpiji setiap

bulannya dapat dialihkan untuk investasi penambahan sapi.

4) Kendala yang kami hadapi adalah tidak didapatnya laporan keuangan koperasi

dikarenakan laporan keuangan tersebut disimpan oleh pengurus.

5) Saran dan masukan dari responden antara lain bukan hanya biodigaster yang menadi

sasaran pembiayaan namun demikian diharapkan lebih diperluas dengan program

pembangunan sistem kandang ternak yang lebih memperhatikan sanitasi dan

manajemen operasional yang lebih memadai. Kebanyakan yang menjadi anggota

Page 113: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

98 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

koperasi merupakan petani kecil yang belum terlalu memperhatikan sanitasi dan

sistem manajemen operasi kandang yang baik.

6) Saran dan masukan selanjutnya yaitu terkait dengan jaminan (collateral).

Memperhatikan bahwa sebagian besar anggota koperasi adalah petani kecil yang

tidak terlalu mempunyai jaminan yang besar. Oleh karena itu, reaktor/biodigaster

dan sapi dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

Page 114: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

99 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

C. Palembang

Methane Recovery and Utilisation at PT Pinago Utama Sugihwaras Palm Oil Mill,

Pelembang, Sumatera Selatan, Indonesia.

Latar Belakang

Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism) di PT.Pinago

Utama dilatarbelakangi oleh keinginan besar manajemen Perusahaan untuk membantu

pemerintah dalam pelestarian lingkungan dan penurunan kadar pencemaran dengan

melakukan pengurangan emisi karbon dari kegiatan industri pengolahan yang sejalan

dengan tujuan UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) –

(sebuah organisasi internasional yang dibentuk pasca protokol Kyoto dengan tujuan untuk

membuat desain kegiatan dalam rangka penurunan emisi).

Rencana Proyek

Dari Latar belakang tersebut diperoleh rencana pengembangan proyek:

- Methane Recovery & Utilisation for Thermal Energy Generation

- Methane Emissions Avoidance from EFB Biomass Composting

- Biomass Power Plant for the new Palm Kernel Oil Processing Plant

Setelah melalui tahapan Audit, Validasi dan pemeriksaan Fisik, maka diputuskan untuk skala

prioritas diutamakan pengajuan proposal proyek “ Methane Recovery & Utilisation for

Thermal Energy Generation”

Tujuan :

Untuk mengurangi Gas methan hasil pengolahan Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit yang

terlepas ke atmosfer dan dimanfaatkan menjadi sumber Energi.

Data Fisik Sebelum Pengembangan Proyek CDM

- Kapasitas pabrik Terpasang = 120 ton TBS/jam

- Jumlah TBS rata-rata yang diproses dari tahun 2005 – 2008 = 310,000 ton/tahun

- Menghasilkan air limbah (POME) rata-rata sebanyak 186,000 m3/tahun

- COD bagi POME dalam lingkungan sebesar 45 – 80 kg/m3;

- Cara pengolahan air limbah menggunakan system Kolam Air Limbah Anaerobik

Terbuka.

Baseline: Pengeluaran Gas Metan (GHG) dari Kolam Air Limbah Anaerobik Terbuka

Page 115: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

100 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Prinsip Kerja

Kegiatan proyek Clean Development Mechanism (CDM) ini akan menggantikan system

pengolahan air limbah kolam terbuka seperti yang sudah ada saat ini digantikan dengan

Digester Anaerobik tanki tertutup (CSTR = Closed Tank Anaerobic Digester & Biogas

Recovery) dengan tujuan untuk menangkap gas metan dalam proses pengolahan air limbah

Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) menggunakan tanki besi pengolah limbah.

Perbandingan prinsip kerja

Deskripsi Konvensional Proyek CDM

Cara pengelolaan air limbah

POME

Kolam Air Limbah Anaerobik

terbuka

System Anaerobik tanki

tertutup ( Technology CSTR)

Pembuangan Limbah Cair Mematuhi baku mutu

pembuangan Limbah Cair

Mematuhi Baku mutu

pembuangan limbah cair

dengan mutu yang lebih

konsisten dan rendah

Gas Methan Akan terlepas ke atmosfer Gas Methan ditangkap dalam

tanki tertutup system

anaerobik dan dimanfaatkan

menjadi sumber energi

pengganti solar

Sludge Akan mempengaruhi kualitas

tanah

Akan dipisahkan dan dapat

dimanfaatkan sebagai bahan

kompos

Penurunan Emisi Dicapai oleh Proyek CDM

Anggaran/ Target penurunan emisi (ER) pertahun dalam pengembangan proyek CDM (t

CO2-e):

2009 (Apr-Dec) ~ 29,326

2010 ~ 44,069

2011 ~ 49,036

2012 ~ 54,003

2013 onwards ~ 58,970

Page 116: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

101 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Gambar A Lokasi Proyek

Gambar B Lokasi Baseline (kolam lama) dan ‘Proyek’

Page 117: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

102 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Keunggulan System CSTR

1. Sudah terbukti berhasil dikembangkan di negara –negara lain

2. Mampu menurunkan COD hingga 90-95%

3. Anti Bocor

4. Dapat menampung seluruh produksi biogas yang dihasilkan

5. Gas Metan yang tertangkap dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti

Bahan Bakar Solar.

Efek Lingkungan

- Dengan penangkapan Gas methan secara sempurna akan mengurangi pelepasan

methan dan H2S (Hydrogen Sulphide) ke atmosfer sehingga pencemaran udara

dapat dikurangi.

- Dengan penerapan system tangki tertutup, maka pengolahan limbah cair lebih

konsisten dan efisien sehingga menghasilkan limbah yang memiliki baku mutu yang

lebih baik. Dengan demikian pencemaran air dapat lebih dieliminir.

- “Sludge” dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kompos sehingga tidak

mempengaruhi kondisi kestabilan tanah dan hidrologis lokal.

Gambar C. Diagram Skematik

Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)

Kriteria L.1 : Keberlanjutan lingkungan dengan menerapkan konservasi atau diversifikasi

pemanfaatan sumber daya alam

Kriteria L.2 : Keselamatan dan kesehatan masyarakat lokal

Project Boundary

Closed tank

- Anaerobic

Digester

Cooling &

acidification

pond

Sludge

Separation

system

Sludge use for co-

composting with

EFB

Final

effluent to

river

Biogas Burners Biogas

Burners

Package

steam boiler

Drying of

crumb rubber

Drying

of

compost

POME

Biogas

Anaerobic

ponds (2)

Facultative

ponds (2)

POME

POME flow under project activity

POME flow under baseline scenario

Biogas flow under project activity

Enclosed

flare system

Drying

of RSS

Aerobic

ponds

Baseline

Page 118: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

103 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Aktivitas proyek tidak akan menyebabkan dampak negatif terhadap ekologis lokal dan

pencemaran lingkungan (udara, air dan tanah)

Deskripsi:

1. Proyek dikembangkan dengan memanfaatkan gas metan hasil pengolahan Pabrik

yang biasanya terlepas ke atmosfer menjadi sumber energi baru (pengganti solar)

sehingga pencemaran udara tidak terjadi.

2. Sludge dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kompos (pupuk Organik)

sehingga membantu mengembalikan kualitas tanah.

3. System pengolahan Limbah cair menggunakan system CSTR menghasilkan output

limbah buangan yang berkualitas sangat baik.

Aktivitas proyek tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan terhadap pekerja atau

masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi.

Deskripsi:

1. Perusahaan menerapkan prinsip “ Utamakan Keselamatan Kerja ” sehingga dalam

setiap kegiatan dilengkapi dengan alat keselamatan kerja yang memadai dan fasilitas

kesehatan berupa klinik perusahaan lengkap dengan dokter dan perawat yang

terampil.

2. Perusahaan melakukan pengecekan kesehatan seluruh karyawan tanpa terkecuali

setiap tahunnya bekerjasama dengan Disnaker dan Balai Hiperkes Kabupaten untuk

memantau tingkat kesehatan karyawan.

3. “Final Effluent” yang sudah melalui tahapan proses pengolahan limbah memiliki

kualitas yang sangat baik sehingga aman untuk dibuang ke sungai dan tidak

menyebabkan kerusakan ekosistem air maupun penurunan kualitas air untuk

dimanfaatkan masyarakat sekitar pabrik.

Keberlanjutan Ekonomi

Kriteria E.1 Kesejahteraan masyarakat lokal

1. Aktivitas proyek mengakibatkan pembukaan peluang kesempatan kerja dan

lapangan pekerjaan baru karena diperlukannya penambahan tenaga kerja. Dalam

recruitmenttenaga kerja, masyarakat lokal diberikan prioritas yang utama dalam

penerimaan tenaga kerja dimana sistem recruitment akan memakai sistem yang

transparan, sehingga tidak timbul kecemburuan atau prasangka ketidakadilan.

2. PT Pinago Utama memiliki Kesepakatan Kerja Bersama dan Lembaga Bipartit untuk

menyelesaikan keluhan dan permasalahan menyangkut kepegawaian sehingga

proses pemutusan kerja (bila terjadi) menggunakan peraturan perundangan yang

berlaku dan menerapkan pola persuasif konstitusional.

3. PT.Pinago Utama mengembangkan budidaya Jamur Tiram Putih dengan

memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit (Empty Bunch) sebagai media tanamnya.

Budidaya jamur ini targetnya dikembangkan sebagai industri rumah tangga

Page 119: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

104 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

masyarakat sekitar pabrik sehingga bisa menjadi komoditas andalan masyarakat dan

menopang sendi perekonomian masyarakat untuk jangka panjang.

Budidaya Jamur Tiram Putih

Budidaya yang dilakukan dimulai dari skala laboratorium (Skala percobaan) hingga skala

menengah. Dalam jangka pendek, usaha dan produksi yang dikembangkan akan diarahkan

pada skala komersil.

Dengan system pembinaan dan transfer ilmu yang berkelanjutan akan menciptakan sebuah

unit usaha budidaya jamur masyarakat yang menjadi komoditas andalan daerah dan mampu

menopang sendi perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dan jangka panjang

disamping pekerjaan disektor perkebunan dan industri pabrik minyak kelapa sawit.

Keberlanjutan Sosial

Kriteria S.1 Partisipasi masyarakat

Kriteria S.2 Proyek tidak merusak integritas sosial masyarakat

1. Forum konsultasi masyarakat lokal telah diadakan pada tanggal 15 Oktober 2008

dimana para pemangku kepentingan (Stakeholders) seperti Bupati Kabupaten Musi

Banyuasin, Camat, Kepala Desa, Tokoh Agama dan Masyarakat, LSM dan

perusahaan-perusahaan perkebunan telah menghadiri dan tidak ada komentar

negatif atau bantahan mengenai rencana pengembangan proyek tersebut.

2. Proyek dibangun diatas lahan perusahaan sendiri sehingga tidak ada pihak-pihak

yang dirugikan dalam proses pembebasan lahan dan pembangunan pabrik. Dengan

pembangunan proyek CDM tidak akan merusak Integritas sosial masyarakat.

Keberlanjutan Teknologi

Kriteria T.1 Terjadi alih teknologi

1. Teknologi ini berdasarkan “Teknologi Novaviro-KS Anaerobic Digester” yang telah

menerima penghargaan ASEAN Energy Award tahun 2003.

2. Teknologi yang diterapkan merupakan suatu teknologi yang sudah terbukti dan

efisien dan sudah diaplikasikan pada beberapa perusahaan di Indonesia dan

Malaysia.

3. Proses transfer teknologi akan dilakukan dari awal kegiatan instalasi sampai dengan

perngoperasian dan perawatan kepada enginer, teknisi dan tenaga kerja lokal

sehingga tidak terjadi ketergantungan terhadap tenaga kerja asing/ expatriat dan

terjadi peningkatan kualitas skill individual tenaga kerja lokal.

4. Teknologi ini akan menjadi proyek percontohan bagi Pabrik minyak kelapa sawit

lainnya di indonesia untuk pemanfaatan Biogas melalui penangkapan gas metan.

Corporate Social Responsibility

1. Pembangunan Sekolah Dasar SD Pinago Mulya dengan Jumlah Murid sebanyak 135

Siswa dan sudah meluluskan sebanyak 64 murid. Sekolahan ini terdiri dari 6 lokal

Page 120: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

105 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

kelas dan 1 unit bangunan kantor. Disamping itu juga disediakan 2 (Dua) unit bus

sekolah untuk layanan antar jemput anak karyawan dan masyarakat.

2. Pembangunan Klinik/ Puskesbun yang melayani masyarakat sekitar dan seluruh

karyawan perusahaan yang bisa diakses pelayanan 24 jam. Layanan ini Bekerjasama

dengan klinik dan puskesmas kecamatan terdekat.

3. Bekerjasama dengan PU Binamarga, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah

Kabupaten dalam rangka Perbaikan jalan kabupaten dengan pembuatan konsorsium

perbaikan jalan dan jembatan. Dalam hal ini PT. Pinago Utama membantu dalam

penyediaan material maupun penyediaan unit alat berat.

4. Bantuan dalam proses site preparation pembuatan pasar kecamatan.

5. Pembuatan dermaga Pontoon Penyeberangan untuk membantu akses desa Sungai

Napal di Kec. Batang harileko Kab. Musi Banyuasin

6. Bantuan-bantuan tentatif berupa sumbangan kegiatan sosial, keagamaan, olahraga,

penyediaan fasilitas perangkat desa, sekolah dan lain sebagainya.

7. Pembagian hewan kurban, pelaksanaan acara sunatan masal dan kegiatan rutin

lainnya.

8. Dan Saat ini pemerintah kabupaten sedang menyusun forum CSR dimana PT. Pinago

Utama sebagai anggotanya akan menyusun program-program pendanaan kegiatan

masyarakat baik dalam bidang infrastruktur maupun bidang-bidang lainnya.

Diharapkan dengan adanya forum ini, arah pembangunan dan bentuk kepedulian

dunia usaha dapat diimplementasikan secara lebih efektif dan terarah.

9. Bekerja sama dengan Assesor dari PT. Surveyor Indonesia untuk melakukan

assesment terkait kebutuhan CSR desa-desa Ring 1 diwilayah kerja perusahaan.

Kesimpulan

1. PT.Pinago Utama concern pada kegiatan penurunan emisi karbon dan pencemaran

lingkungan dengan penerapan sistem CSTR dalam pengolahan limbah PMKS.

2. PT. Pinago Utama berusaha menerapkan konsep Reduce, Recovery, Recycle & Reuse

dalam pengelolaan limbah pabrik.

3. PT. Pinago Utama menerapkan pola pembangunan berkelanjutan ( Sustainable

Development) dan Program Corporate Social Responsibility (CRS) dalam kegiatan

pengembangan proyek.

4. Proyek tersebut dianggap sebagai Clean Development Mechanism karena mampu

menyumbang penurunan emisi GHG.

Estimated amount of emission reductions over the chosen crediting period:

The estimated amount of emission reductions over the first of the 3 x 7 years crediting

period is summarised in the table below:

Years Estimation of annual emission reductions

(tCO2-e)

2010 (Aug – Dec) 17,756

2011 47,502

2012 52,392

2013 57,281

2014 57,281

Page 121: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

106 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Years Estimation of annual emission reductions

(tCO2-e)

2015 57,281

2016 57,281

2017 (Jan – July) 33,414

Total estimated reductions 380,186

Total number of crediting years in

the first crediting period

7 years

Annual average over the crediting

period of estimated reductions

54,312

Summary of sources and gases included in the project boundary

Ba

seli

ne

Source Gas Included? Justification/Explanation

Wastewater

treatment

processes

CH4 Yes Emissions from anaerobic digestion of

wastewaterfrom open lagoons treatment

system.

N2O No Excluded for simplification. This is

conservative.

CO2 No CO2 emissions from the decomposition of

organicwaste are considered as carbon

neutral.

Electricity

consumption /

generation

CH4 No Excluded for simplification. This is

conservative.

N2O No Excluded for simplification. This is

conservative.

CO2 No Electricity used is from the Biomass Power

Plant of themill, which is carbon neutral.

Decay of final

sludge

generated

CH4 No The final sludge generated under the baseline

scenario is disposed off at the disposal site

and might be subject to anaerobic decay.

However this source of emissions is excluded

for simplification. This is conservative.

N2O No Excluded for simplification. This is

conservative.

CO2 No Excluded for simplification. This is

conservative.

Thermal energy

generation

CH4 No Excluded for simplification. This is

conservative.

N2O No Excluded for simplification. This is

conservative.

CO2 Yes Emissions from combustion of fossil fuel for

thermal energy generation at the Crumb

Rubber Factory.

Pro

ject

Act

ivit

y

Wastewater

treatment

processes

CH4 Yes The treatment of wastewater under the

proposed project activity may cause

emissions:

a) physical leakage of methane from the

digester system;

b) methane emissions from discharged

wastewater where treatment may be

incomplete.

Page 122: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

107 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

N2O No Excluded for simplification. This emission

source is assumed to be very small.

CO2 No CO2 emissions from the decomposition of

organic waste are considered as carbon

neutral.

On-site

electricity use.

CH4 No Excluded for simplification. This emission

source is assumed to be very small.

N2O No Excluded for simplification. This emission

source is assumed to be very small.

CO2 No Electricity consumed for the operation of the

wastewater treatment system under the

project activity is from the Biomass Power

Plant of the mill, which is carbon neutral.

On-site fossil

fuel

consumption.

CH4 No No equipment or systems under the project

activity require the combustion of fossil fuel.

N2O No No equipment or systems under the project

activity require the combustion of fossil fuel.

CO2 No No equipment or systems under the project

activity require the combustion of fossil fuel.

Decay of final

sludge

generated

CH4 No The final sludge generated under the project

scenario would be sent for aerobic co-

composting with EFB at a composting facility

adjacent to the project site. Excess sludge

would be directed to soil application.

N2O No The final sludge generated under the project

scenario would be sent for aerobic co-

composting with EFB at a composting facility

adjacent to the project site. Excess sludge

would be directed to soil application.

CO2 No CO2 emissions from the decomposition of

organic waste are considered as carbon

neutral.

Utilisation or

combustion of

biogas

CH4 Yes Emissions from incomplete combustion of the

biogas.

N2O No Excluded for simplification. This emission

source is assumed to be very small.

CO2 No CO2 emissions from the combustion of organic

waste are considered as carbon neutral.

Page 123: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

108 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

CDM – Executive Board

Description of how the anthropogenic emissions of GHG by sources are reduced below

those that would have occurred in the absence of the registered small-scale CDM project

activity:

The project would not have occurred without the additional financial support expected from

the CDM project activity. The project proponent has considered CDM support available to

the project financing at the early stage of project planning. The following is a summary of

the efforts undertaken by the project developer for the CDM project activity development:

Page 124: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

109 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Date Event

16 October 2006 Review proposal from technology provider on the development of POME Biogas

Recovery and Utilisation project as a CDM project.

21 May 2007 Review Letter of Intent for CDM Projects from AES AgriVerde, Indonesia.

26 October 2007 Board of Director’s decided to proceed with the development of the POME Biogas

Recovery and Utilisation Project provided that CDM Support can be achieved.

20 November 2007 Review biogas CDM Project Development Proposal from EcoSecurities, Indonesia

8 January 2008 Proposal on the POME Biogas Recovery and Utilisation project was received from

technology provider for evaluation.

18 January 2008 Project Idea Note (PIN) was prepared and sent to potentialAnnex I entities to

participate in the proposed projectactivity. Several offers were received.

19 February 2008 Nordjysk Elhandel A/S (NE) arranged by the Royal Danish Embassy at Kuala

Lumpur was short-listed. General terms and conditions of offer for the

participation by Nordjysk Elhandel has been agreed upon.

31 March 2008 The project developer signed the contract for the project on implementation of

the Anaerobic Digester Plant with Aquarius Systems Sdn Bhd.

9 June 2008 Letter of Intent (LoI) was signed with Nordjysk Elhandel A/S (NE)

19 June 2008 NE Contract with CDM Consultant was signed.

20 Oct 2008 Draft ERPA has been prepared by NE and forwarded to PT Pinago Utama for

consideration.

15 Dec 2008 NE has signed contract with DOE for CDM project validation.

Input data in financial analysis

Parameter Value ( ‘000 USD)

Capital cost inclusive of: 3,187

Engineering, procurement, construction, installation and biogas piping

system of anaerobic digester plant, biogas burners and dual fuel package

boiler.

Capital cost for CDM Monitoring Equipment 150

Annual Salary cost 105

Annual Operation & maintenance cost inclusive of monitoring, testing &

calibration, parts & repairs and consumables for:

1. Biogas Plant 34

2. Biogas thermal energy generation systems (biogas burners and

package boiler)

20

3. CDM monitoring equipment 15

Insurance 5

Annual CDM Monitoring Consultancy fees and expenses 27 14

Revenue – diesel saving 311

CER price 17.34

14

Bank of Indonesia, 2006 Economic Report on Indonesia, page 4.

Page 125: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

110 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 2 : Ragam Investasi Waste to Energy: Pengalaman KLH dan Kementerian

ESDM

A. Biogas Industri Tahu

1. Pengalaman Kementerian ESDM

Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan Bio-Digester Limbah Industri Tahu

Kapasitas 40 M3 Di Dk Pandansari Ds Somopuro Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten

No. Pekerjaan Unit Harga

1. Digaster 1 Rp 87,861,067.50

2. Pemipaan 1 Rp 6,344,568.50

3. Komisioning dan Pelatihan Termasuk Pencetakan Buku

Manual

1 Rp 2,000,000.00

Jumlah Biaya Konstruksi Rp 94,205,636.00

PPN 10 % Rp 9,420,563.60

Total Rp 103,626,199.60

DIBULATKAN Rp 103,627,000.00

Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan Bio-Digester Limbah Industri Tahu Kapasitas 40 M3

Di Dk Pandansari Ds Somopuro Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten

No Uraian Pekerjaan Analisa Volume Harga Satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

I PEKERJAAN TANAH

1. Galian tanah B.6.3 198.57 m3 45,685.00 9,071,555.51

2. Urugan pasir B.6.11 4.74 m3 132,605.00 628,268.17

3. Urugan tanah B.6.9 94.66 m3 8,736.00 826,960.61

4. Buang galian tanah B.6.8 103.91 m3 23,350.00 2,426,210.75

12,952,995.04

II PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1. Lantai Kerja 1:3:5 G.6.1 4.74 m3 571,917.50 2,709,683.35

2. Beton bertulang G.6.28 10.13 m3 3,309,960.00 33,529,894.80

3. Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps 1 batu D.6.3 DG 88.56 m2 201,048.00 17,804,810.88

4. Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps 1/2 batu D.6.9 DG 17.40 m3 133,690.00 2,326,206.00

5. Plesteran 1:3 E.6.14 160.19 m2 26,384.30 4,226,511.78

6. Plesteran 1:2 kedap gas E.6.2 45.78 m2 90,037.00 4,122,001.90

7. Pemasangan Batu Vulkano T6 11.50 m3 291,375.00 3,350,812.50

64,719,108.71

III PERLENGKAPAN

1. Pemasangan Pipa PVC Ø 6" J.6.33 2.00 m' 73,843.75 147,687.50

2. Pemasangan Pipa PVC Ø 4" J.6.33 18.00 m' 42,103.75 757,867.50

3. Pemasangan Pipa PVC D Ø 2" J.6.29 4.00 m' 21,659.00 86,636.00

4. Pemsangan Tee Ø 4" T2 8.00 Bh 31,334.00 250,672.00

5. Pemasangan man hole plat baja T1 1.00 Bh 366,968.75 366,968.75

6. Pemasangan Kompor Biogas + Pemantik T8 8.00 Bh 256,997.13 2,055,977.00

7. Pemsngn Slang kompor Ø 3/8" T7 40.00 m' 9,997.13 399,885.00

8. Pemasngn Pipa PVC Inst gas Ø 3/4" J.6.25 80.00 m' 8,384.63 670,770.00

9. Pemasangan Kran KITZ Ø 3/4" J.6.36 1.00 Bh 208,300.00 208,300.00

10. Pemasangan Kran KITZ Ø 1/2" J.6.36 16.00 Bh 174,637.50 2,794,200.00

11. Pemasangan Manometer Paket 8.00 Bh 200,000.00 1,600,000.00

12. Test kebocoran Paket 1.00 ls 350,000.00 350,000.00

13. Papan Nama - 1.00 unit 500,000.00 500,000.00

Page 126: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

111 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No Uraian Pekerjaan Analisa Volume Harga Satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

10,188,963.75

JUMLAH 87,861,067.50

Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan Pemipaan Bio-Digester Limbah Industri Tahu 40 M3

Di Dk Pandansari Ds Somopuro Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten

No Uraian Pekerjaan Analisa Volume Harga Satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

I PEKERJAAN TANAH

1. Galian tanah B.6.3 18.00 m3 45,685.00 822,330.00

2. Urugan tanah B.6.9 13.50 m3 8,736.00 117,936.00

3. Urugan pasir B.6.11 3.00 m3 132,605.00 397,815.00

1,338,081.00

II PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

1. Bak kontrol 60x60 J.6.15E 3.00 bh 438,100.00 1,314,300.00

1,314,300.00

III PEMIPAAN

1. Pemasangan PVC D Ø 6' J.6.33 50.00 m' 73,843.75 3,692,187.50

3,692,187.50

JUMLAH 6,344,568.50

Page 127: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

112 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

2. Pengalaman KLH

Minimalisasi Buangan Proses Melalui Optimasi, Penataan dan Relokasi Proses-Peralatan-

Tata/Ruang Serta Penanganan dan Pemanfaatan Limbah dengan Instalasi Reaktor Biogas

Menjadi Sumber Energi dan Pupuk Alam Klaten – Jawa Tengah

Pemilik :

Bapak Marno

Desa Pandean, Kelurahan Karang Anom, Klaten Utara

Klaten – Jawa Tengah

Jenis UMK :

Industri tahu (industri makanan)

Bentuk Investasi :

Refinancing dan penambahan beberapa peralatan untuk optimasi, penataan dan relokasi

proses-peralatan-tata/ruang serta penanganan dan pemanfaatan limbah dengan instalasi

reaktor biogas

RAB Refinancing dan Penambahan Peralatan untuk Optimasi, Penataan dan Relokasi Proses-

Peralatan-Tata/Ruang dan Penanganan dan Pemanfaatan Limbah dengan Instalasi Reaktor

Biogas

No Perincian Item Total

1. - Tata ruang lama meliputi rekondisi ruang produksi

meliputi fondasi, lantai, tembok, atap, ventilasi, pintu

dan lain-lain kelengkapan bangunan pabrik. Termasuk

tenaga borongan untuk membangun;

- Pemasangan serta penataan perpipaan air bersih dan

jalur-jalur air buangan;

- Lantai dan lubang peresapan air cucian;

- Fondasi mesin giling berbahan concrete.

Rp 21,600,000.00 Rp 21,600,000.00

2. - Bak cuci (3 buah) berbahan concrete ukuran 60 x 60 x

80 cm;

- Bak rendam (1 buah) berbahan concrete ukuran 175 x

120 x 80 cm.

Rp 850,000.00 Rp 850,000.00

3. Ayakan kedelai double screen stainless steel Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00

4. Mesin giling berikut motor diesel 7.5 PK untuk penggerak

mesin giling

Rp 13,750,000.00 Rp 13,750,000.00

5. Bak buat masakan (2 buah) berbahan concrete dilapis

stainless steel di dasar dengan dasar mendatar ukuran

diameter 80 x 80 cm

Rp 2,500,000.00 Rp 5,000,000.00

6. Gantungan kain-rantai-kain (2 set) Rp 250,000.00 Rp 500,000.00

7. Bak buat pengasaman (2 buah) berbahan concrete dilapis

stainless steel dengan dasar melengkung ukuran diameter

80 x 80 cm

Rp 3,000,000.00 Rp 6,000,000.00

8. Bak tampungan air bersih (2 buah) berbahan concrete

dilapis porcelain ukuran 60 x 60 x 80 cm

Rp 600,000.00 Rp 3,600,000.00

9. - Bak tampungan air asam (4 buah) berbahan concrete Rp 700,000.00 Rp 700,000.00

Page 128: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

113 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No Perincian Item Total

ukuran 60 x 60 x 80 cm;

- Bak pengepresan berbahan concrete;

10. Pemotong tahu berbahan stainless steel Rp 850,000.00 Rp 850,000.00

11. Serok berbahan stainless steel Rp 200,000.00 Rp 200,000.00

12. Ketel uap dan Tungku ketel Rp 9,500,000.00 Rp 9,500,000.00

13. Biogas Rp 26,750,000.00 Rp 26,450,000.00

14. Menara dan Bak tampungan air bersih (1 buah) berikut

sumur dan pompa

Rp 3,500,000.00 Rp 3,500,000.00

15. Sosialisa perubahan dan upgrade proses Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00

16. Jasa Pelatihan dan Pendampingan Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00

17. Jasa konsultan penyelenggara Rp 6,000,000.00 Rp 6,000,000.00

Total Pinjaman Investasi Persiapan, Fasilitasi Proses dan

Pekerjaan

Rp 123,000,000.00

Modal Kerja dan Pengembangan Usaha Rp 25,000,000.00 Rp 25,000,000.00

Total Pinjaman Rp 148,000,000.00 Rp 148,000,000.00

Page 129: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

114 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Peralatan dan Tata Ruang Produksi Bersih pada Industri Tahu

Bekasi – Jawa Barat

Bank Pelaksana : PT. BSM Cabang Bekasi

No./Tgl Surat : B-/Dep-VII-3/LH/04/2010, April 2010

Pemohon : H. Mamik M. K.

Alamat Kantor/ : Perum Margahayu Jaya, Jl Pinus IV Blok A No. 535, Bekasi Timur

Bidang Usaha : Industri Tahu Pabrik

Daftar Komponen Yang Secara Teknis Dinilai Layak Mendapatkan Pinjaman Program DNS

No. Komponen Spesifikasi Teknis Satuan Harga Satuan Total

A Investasi Peralatan / Mesin Kapasitas produksi 300 kg kedelai per hari Rp 74,050,000.00

1 Bak perendaman kedelai Bak ukuran 600 liter, pasangan bata

berlapis keramik

1 LS Rp 1,500,000.00 Rp 1,500,000.00

2 Bak cucian kedelai Bak ukuran 100 liter, pasangan bata

berlapis keramik

3 LS Rp 400,000.00 Rp 1,200,000.00

3 Ketel uap dan tungku Diameter 80 cm tinggi 120 cm, steinless

steel tebal 2 mm, pipa saluran uap galvanis

diameter 1", tungku pasangan bata lapis

semen api horisontal dengan 2 pipa api

1 LS Rp 22,000,000.00 Rp 22,000,000.00

4 Bak pemanas dan

penggumpalan bubur

kedelai

Bejana 250 liter pasangan bata dan besi

beton berlapis steinless steel tebal 0,8 mm

4 LS Rp 800,000.00 Rp 3,200,000.00

5 Bak air bersih dan asaman Bak 200 liter, pasangan bata berlapis

keramik

6 LS Rp 450,000.00 Rp 2,700,000.00

6 Tempat cetakan tahu Meja ukuran @ 0,5 m2, beton dan

pasangan bata berlapis keramik dan pipa

air buangan

1 LS Rp 750,000.00 Rp 750,000.00

7 Peralatan tambahan Saringan gantung, press ampas dan tahu 1 LS Rp 1,700,000.00 Rp 1,700,000.00

8 Alat gilingan kedelai Gilingan 12' merk panda, Motor diesel 15

PK merk dompeng, fondasi alat dan motor

bata plester

1 LS Rp 9,000,000.00 Rp 9,000,000.00

9 Reaktor Biogas Bak biodegester 36 m3, Diameter 5m dan

kedalama 3m, bentuk kubah dengan dasar

silindris

1 LS Rp 32,000,000.00 Rp 32,000,000.00

B Investasi Bangunan

Pekerjaan sipil ruang

produksi bersih Industri

Tahu

kapasitas produksi 300 kg kedelai per hari

Rp 24,500,000.00

1 Lantai kerja Plesteran lapis keramik anti licin 1 LS Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.00

2 Saluran buang air limbah Kemiringan 1 derajat, rolak dan plester 1 LS Rp 500,000.00 Rp 500,000.00

3 Pekerjaan bongkaran

tembok

Pekerjaan bongkaran tembok bata,

pembersihan dan perataan lantai serta

pendirian tembok sekat baru dengan bata

plester

1 LS Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00

4 Ruang penyimpanan bahan

bakar alternatif

Ukuran ruang 16 m2, fondasi, cor ringan,

lantai plester, tembok bata, atap genteng

1 LS Rp 16,000,000.00 Rp 16,000,000.00

C. Modal Kerja Rp 7,170,000.00

1 Pembelian Kedelai 300 kg/hari x 4 hari x Rp 5.100,-/kg 1200

LS

Rp 5,100.00 Rp 6,120,000.00

2 Pembelian Serbuk

gergaji/sekam

1 karung/hari x 3 hari x Rp 350.000,-

/karung

3 LS Rp 350,000.00 Rp 1,050,000.00

TOTAL (A+B+C) Rp 105,720,000.00

Page 130: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

115 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

B. Biogas Limbah Kotoran Sapi: Pengalaman Kementerian KLH

Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi Pasuruan – Jawa Timur

Nama Calon Nasabah : Koperasi Setia Kawan (Tahap VI)

Alamat Nasabah : Jl. Raya Nongkojajar No. 38 Pasuruan

Kontak Personal : Hariyanto

Telp/HP : 0343-499099

Tanggal Aplikasi : -

Bidang Usaha : Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi

Bank Pelaksana : BSM KC Malang

Koperasi Setia Kawan merupakan koperasi dengan 7.000 anggota dan mempunyai 16.000

sapi perah yang berlokasi di 12 desa di Kecamatan Tutu Nongkojajar, Pasuruan - Jawa Timur.

Koperasi ini mendapatkan program subsidi biogas bantuan Pemerintah Indonesia

bekerjasama dengan Pemerintah Jerman yang disebut dengan Program BIRU (Biogas

Rumah).

Untuk pengajuan tahap VI ini, Koperasi Setia kawan mengajukan 126 unit biogas untuk 126

peternak sapi dengan reaktor volume 6 – 12 m3. Kebutuhan pembiayaan total seluruh

reaktor setelah dipenuhi selfinancing sebesar Rp. 252 juta adalah :

Page 131: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

116 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

C. Biogas Limbah Industri Kelapa Sawit: Pengalaman Kementerian ESDM

1. Biogas PTPN V di Riau

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas PTPN V Riau

No. Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 2,864,792.41 Rp 25,783,131,721

2. Piping 0 0.00 Rp -

3. Electrical 0 0.00 Rp -

4. Instrumentation 0 0.00 Rp -

5. Utilities 0 0.00 Rp -

6. Foundations 0 0.00 Rp -

7. Insulations 0 0.00 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0.00 Rp -

9. Yard Improvement 0 0.00 Rp -

10. Environmental 0.02 57,295.85 Rp 515,662,634

11. Building 0 0.00 Rp -

12. Land 0 0.00 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 2,922,088.26 Rp 26,298,794,355

14. Construction, engineering 0 0.00 Rp -

15. Contractors fee 0 0.00 Rp -

16. Contigency 0 0.00 Rp -

17. Subtotal 2 0 0.00 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 2,922,088.26 Rp 26,298,794,355

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0.00 Rp -

21. Plant start-up 0% 0.00 Rp -

22. Working capital 10% 292,208.83 Rp 2,629,879,436

23. Total Plant Investment 3,214,297.09 Rp 28,928,673,791

Page 132: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

117 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PTPN V Riau

(Pengganti Solar)

No. Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 1,927,250.26 Rp 17,345,252,313

2. Piping 0 0 Rp -

3. Electrical 0 0 Rp -

4. Instrumentation 0 0 Rp -

5. Utilities 0 0 Rp -

6. Foundations 0 0 Rp -

7. Insulations 0 0 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0 Rp -

9. Yard Improvement 0 0 Rp -

10. Environmental 0.02 38,545.01 Rp 346,905,046

11. Building 0 0 Rp -

12. Land 0 0 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 1,965,795.26 Rp 17,692,157,360

14. Construction, engineering 0 0 Rp -

15. Contractors fee 0 0 Rp -

16. Contigency 0 0 Rp -

17. Subtotal 2 0 0 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 1,965,795.26 Rp 17,692,157,360

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0 Rp -

21. Plant start-up 0% 0 Rp -

22. Working capital 10% 196,579.53 Rp 1,769,215,736

23. Total Plant Investment 2,162,374.79 Rp 19,461,373,096

Page 133: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

118 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

2. Biogas PT Nubika

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PT Nubika

No. Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 3,285,800.09 Rp 29,572,200,818

2. Piping 0 0 Rp -

3. Electrical 0 0 Rp -

4. Instrumentation 0 0 Rp -

5. Utilities 0 0 Rp -

6. Foundations 0 0 Rp -

7. Insulations 0 0 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0 Rp -

9. Yard Improvement 0 0 Rp -

10. Environmental 0.02 65,716.00 Rp 591,444,016

11. Building 0 0 Rp -

12. Land 0 0 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 3,351,516.09 Rp 30,163,644,835

14. Construction, engineering 0 0 Rp -

15. Contractors fee 0 0 Rp -

16. Contigency 0 0 Rp -

17. Subtotal 2 0 0 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 3,351,516.09 Rp 30,163,644,835

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0 Rp -

21. Plant start-up 0% 0 Rp -

22. Working capital 10% 335,151.61 Rp 3,016,364,483

23. Total Plant Investment 3,686,667.70 Rp 33,180,009,318

Page 134: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

119 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PT Nubika

(Pengganti Solar)

No Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 2,292,589.65 Rp 20,633,306,820

2. Piping 0 0 Rp -

3. Electrical 0 0 Rp -

4. Instrumentation 0 0 Rp -

5. Utilities 0 0 Rp -

6. Foundations 0 0 Rp -

7. Insulations 0 0 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0 Rp -

9. Yard Improvement 0 0 Rp -

10. Environmental 0.02 45,851.79 Rp 412,666,136

11. Building 0 0 Rp -

12. Land 0 0 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 2,338,441.44 Rp 21,045,972,956

14. Construction, engineering 0 0 Rp -

15. Contractors fee 0 0 Rp -

16. Contigency 0 0 Rp -

17. Subtotal 2 0 0 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 2,338,441.44 Rp 21,045,972,956

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0 Rp -

21. Plant start-up 0% 0 Rp -

22. Working capital 10% 233,844.14 Rp 2,104,597,296

23. Total Plant Investment 2,572,285.58 Rp 23,150,570,252

Page 135: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

120 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3. PT SSS Kalimantan Tengah

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PT SSS Kalimantan Tengah

No Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 3,425,303.23 Rp 30,827,729,071

2. Piping 0 0.00 Rp -

3. Electrical 0 0.00 Rp -

4. Instrumentation 0 0.00 Rp -

5. Utilities 0 0.00 Rp -

6. Foundations 0 0.00 Rp -

7. Insulations 0 0.00 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0.00 Rp -

9. Yard Improvement 0 0.00 Rp -

10. Environmental 0.02 68,506.06 Rp 616,554,581

11. Building 0 0.00 Rp -

12. Land 0 0.00 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 3,493,809.29 Rp 31,444,283,652

14. Construction, engineering 0 0.00 Rp -

15. Contractors fee 0 0.00 Rp -

16. Contigency 0 0.00 Rp -

17. Subtotal 2 0 0.00 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 3,493,809.29 Rp 31,444,283,652

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0.00 Rp -

21. Plant start-up 0% 0.00 Rp -

22. Working capital 10% 349,380.93 Rp 3,144,428,365

23. Total Plant Investment 3,843,190.22 Rp 34,588,712,017

Page 136: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

121 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas PT SSS Kalimantan Tengah

(Penghemat Solar)

No Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 2,403,983.06 Rp 21,635,847,506

2. Piping 0 0 Rp -

3. Electrical 0 0 Rp -

4. Instrumentation 0 0 Rp -

5. Utilities 0 0 Rp -

6. Foundations 0 0 Rp -

7. Insulations 0 0 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0 Rp -

9. Yard Improvement 0 0 Rp -

10. Environmental 0.02 48,079.66 Rp 432,716,950

11. Building 0 0 Rp -

12. Land 0 0 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 2,452,062.72 Rp 22,068,564,456

14. Construction, engineering 0 0 Rp -

15. Contractors fee 0 0 Rp -

16. Contigency 0 0 Rp -

17. Subtotal 2 0 0 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 2,452,062.72 Rp 22,068,564,456

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0 Rp -

21. Plant start-up 0% 0 Rp -

22. Working capital 10% 245,206.27 Rp 2,206,856,446

23. Total Plant Investment 2,697,268.99 Rp 24,275,420,902

Page 137: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

122 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4. Biogas di Sei Mangkei, Sumatera Utara

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas Sei Mangke Sumatera Utara

No. Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 7,147,241.19 Rp 64,325,170,692

2. Piping 0 0 Rp -

3. Electrical 0 0 Rp -

4. Instrumentation 0 0 Rp -

5. Utilities 0 0 Rp -

6. Foundations 0 0 Rp -

7. Insulations 0 0 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0 Rp -

9. Yard Improvement 0 0 Rp -

10. Environmental 0.02 142,944.82 Rp 1,286,503,414

11. Building 0 0 Rp -

12. Land 0 0 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 7,290,186.01 Rp 65,611,674,105

14. Construction, engineering 0 0 Rp -

15. Contractors fee 0 0 Rp -

16. Contigency 0 0 Rp -

17. Subtotal 2 0 0 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 7,290,186.01 Rp 65,611,674,105

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0 Rp -

21. Plant start-up 0% 0 Rp -

22. Working capital 10% 729,018.60 Rp 6,561,167,411

23. Total Plant Investment 8,019,204.61 Rp 72,172,841,516

Page 138: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

123 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Perhitungan Nilai Investasi Pembangkit Biogas Sei Mangke Sumatera Utara

(Pengganti Solar)

No. Component Factor Cost ($) Biaya (Rupiah)

1. Purchased Equipment 1 5,487,595.91 Rp 49,388,363,149

2. Piping 0 0.00 Rp -

3. Electrical 0 0.00 Rp -

4. Instrumentation 0 0.00 Rp -

5. Utilities 0 0.00 Rp -

6. Foundations 0 0.00 Rp -

7. Insulations 0 0.00 Rp -

8. Painting, fireprofing, safety 0 0.00 Rp -

9. Yard Improvement 0 0.00 Rp -

10. Environmental 0.02 109,751.92 Rp 987,767,263

11. Building 0 0.00 Rp -

12. Land 0 0.00 Rp -

13. Subtotal 1 1.02 5,597,347.82 Rp 50,376,130,412

14. Construction, engineering 0 0.00 Rp -

15. Contractors fee 0 0.00 Rp -

16. Contigency 0 0.00 Rp -

17. Subtotal 2 0 0.00 Rp -

18. Total Plant Cost 1.02 5,597,347.82 Rp 50,376,130,412

19. Other Capital Requirements

20. Off-site Facilities 0% 0.00 Rp -

21. Plant start-up 0% 0.00 Rp -

22. Working capital 10% 559,734.78 Rp 5,037,613,041

23. Total Plant Investment 6,157,082.61 Rp 55,413,743,453

Page 139: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

124 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

D. Biomassa Pelepah Sawit: Pengalaman KLH

Investasi dan Modal (Pendanaan) Kerja yang Direkomendasi PLT Biomassa Pelepah Sawit

No Uraian Spesifikasi (Engineering, Kapasitas) Jumlah Satuan Harga/unit Total Pengajuan

(Rp) (Rp)

A Peralatan Mesin PLTU Mini

1 Bangunan dan Gudang Bangunan gudang ukuran 25 X 100 m2 1 Unit 250,000,000.00 250,000,000.00

2 Mesin Perajang Pelepah Terdiri dari: 1 Unit 25,000,000.00 25,000,000.00 dan Daun Kelapa Sawit 1. Corong kerucut

2. Dimensi p x l = 110 x 330 mm

3. Berat: 270 kg

4. Kapasitas perajang: 170 kg pelepah sawit/jam

5. Perajang daun dan pelepah sawit sekaligus

6. Mesin 12 PK sistem starter atau sistem manual

7. Konsumsi bahan bakar solar 2,5 jam/liter

Bahan Perajang: 1. Plat UNP 8

2. Plat DLM 10 mm untuk dudukan pisau diameter 500 mm

3. Tebal plat tabung 3 mm 4. Pisau pemotong HSS 18%

5. Pisau perajang berbahan baja intan

3 Screw Feeding Machine Kapasitas : 750 kg/jam 16,500,000.00 16,500,000.00 4 Screw Press Machine Kapasitas : 750 kg/jam 19,000,000.00 19,000,000.00

5 Screw Drier Conveyor Machine Kapasitas : 60 kg/jam 11,250,000.00 11,250,000.00

6 Bio Pallet Machine Kapasitas : 100 - 200 kg/jam 21,000,000.00 21,000,000.00 7 Solar Pumping System Kapasitas : 2 m3 120,000,000.00 120,000,000.00

8 Boiler Feed Water System Condensing Sytem 92,500,000.00 92,500,000.00

9 Pekerjaan Jaringan A. JARINGAN TR JALUR UTAMA 5 KM 1 Unit 452,250,000.00 452,250,000.00

- Tiang Listrik 126 buah seharga Rp. 189,000,000

- Kabel TIC 70 sebanyak 5000 m seharga Rp. 225,000,000

B. JARINGAN TR JALUR SUB 10 KM 1 Unit 802,875,000.00 802,875,000.00

- Tiang Listrik 251 buah seharga Rp. 376,500,000

- Kabel TIC 25 sebanyak 10000 m seharga Rp. 350,000,000

10 Steam Boiler Unit 2000 kg/jam

feeding, automatic water control, sertifikat Depnaker. 1 1,530,000,000.00 1,530,000,000.00

Pressure 6 bar automatic Konsumsi pelepah sawit (2.000 kkal/kg) 170 kg/jam

11 Steam Turbine, Pressure nett Electrical Output 200 kW 1,545,733,000.00 1,545,733,000.00

5 bar, 2 ton/jam steam Condesor unit

Mechanical Transmission, Coupling and Safety Guard

Synchronous Generator, 250

Page 140: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

125 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No Uraian Spesifikasi (Engineering, Kapasitas) Jumlah Satuan Harga/unit Total Pengajuan

(Rp) (Rp) kVA/200 kW, 230/400V

3P 50 Hz, 1.500 rpm, Brussles, class H.Including base frame

Controller, 200 kW/ 250 kVA, 230/400 V 50 Hz, Merk

Renerconsys, Digital Power Metering : voltage, 3P

Current, frequensi. Contactor, circuit breaker,

Transducer and Lighting arrester

Suvervision of erection, commisioning

Total Investasi Peralatan/Mesin 4,886,108,000

B Modal Kerja 0 C Total Kebutuhan Dana 4,886,108,000 D Self financing - Bangunan dan gudang 250,000,000 E Pembiayaan 4,636,108,000 1. DNS-KLH (80%) 3,708,886,400 2. BSM (20%) 927,221,600

Page 141: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

126 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

E. Biomassa Sekam Padi: Pengalaman KLH

PENGGANTIAN SOLAR DENGAN SEKAM PADI

PADA PROSES PENGERINGAN GABAH – SUMBAWA

Nama Nasabah : CV Pesona

Alamat Nasabah : Dusun Kabuyit RT/RW. 001/007, Desa Langam, Kec. Lape /

Lapok, Kab. Sumbawa

Alamat Usaha : Dusun Kabuyit RT/RW. 001/007, Desa Langam, Kec. Lape /

Lapok, Kab. Sumbawa

Telephone/Fax : 0818-03666716

Contact Person : H.A. Karim Maula

Bidang Usaha : Penggilingan Padi

BSM Pelaksana : BSM KCP Sumbawa

CV. Pesona adalah perusahaan penggilingan padi yang sudah berjalan sejak tahun 2007,

saat ini berproduksi 20 ton beras/hari. Bahan baku penggilingan yaitu gabah hasil panen

dibeli dari petani lokal dari kecamatan Lape.dengan harga Rp. 3.250/kg dan dari kecamatan

Klunyuk juga harga dengan harga Rp. 3.250/kg tetapi ditambah biaya BBM karena

kecamatan Klunyuk berjarak 80 Km dari lokasi usaha.

Page 142: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

127 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 3 : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 79/PMK.05/2007

TENTANG

KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan ketahanan pangan dan energi nasional,

diperlukan pendanaan yang mengedepankan peran perbankan nasional

dengan subsidi bunga dari Pemerintah;

b. bahwa agar penyediaan, penyaluran dan pertanggungjawaban

pendanaan sebagaimana tersebut pada huruf a dapat berjalan secara

tertib, terkendali, efektif, dan efisien, perlu diciptakan suatu skim dan

mekanisme kredit yang terpadu;

c. bahwa Keputusan Menteri Keuangan Nomor 345/KMK.017/2000 tentang

Pendanaan Kredit Ketahanan Pangan, sebagaimana telah tiga kali diubah

terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 559/KMK.06/2004

dinilai tidak dapat memenuhi upaya peningkatan ketahanan pangan dan

energi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

tentang Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3472), sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran

Negara Republik Indonesia 'Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

Page 143: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

128 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi

Nasional;

7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KREDIT KETAHANAN

PANGAN DAN ENERGI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Program Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha

pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan yang

menghasilkan pangan nabati dan/atau hewani.

2. Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati adalah upaya

peningkatan produksi dan produktivitas tanaman penghasil bahan baku bahan bakar

nabati untuk memenuhi kebutuhan sumber energi lain.

3. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, selanjutnya disingkat KKP-E, adalah kredit investasi

dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program

Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar

Nabati.

4. Kredit Ketahanan Pangan, selanjutnya disingkat KKP, adalah kredit investasi dan atau

modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan

pembudidaya ikan, kelompok (tani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan) dalam

rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar,

pengembangan budidaya tanaman tebu, peternakan sapi potong, ayam buras dan itik,

usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan

pangan berupa gabah, jagung, dan kedelai.

5. Menteri Teknis adalah Menteri yang membidangi sektor/sub-sektor tertentu yang

tercakup dalam program dibiayai KKP-E.

Page 144: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

129 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

6. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok, selanjutnya disingkat RDKK, adalah rencana

kebutuhan kredit kelompok dalam rangka Program Ketahanan Pangan dan Program

Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati, untuk 1 (satu) periode

tertentu, yang disusun melalui musyawarah anggota kelompok atas dasar program

kelompok dan satuan biaya, dan dilengkapi dengan rencana pembayaran kembali kredit

yang akan diperoleh.

7. Calon Peserta KKP-E adalah petani, peternak, pekebun, nelayan, pembudidaya ikan,

dan/atau koperasi yang memenuhi kriteria untuk dapat menjadi Peserta KKP-E yang

RDKK-nya telah disetujui oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas teknis setempat.

8. Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleh Bank Pelaksana sebagai

penerima KKP-E.

9. Kelompok Tani adalah kumpulan petani, peternak, pekebun, nelayan, dan pembudidaya

ikan yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota.

10. Mitra Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta

dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Koperasi yang berbadan hukum dan memiliki

usaha di bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,

perikanan, dan/atau industri bahan bakar nabati.

11. Subsidi Bunga adalah bagian bunga yang menjadi beban Pemerintah sebesar selisih

antara tingkat bunga KKP-E yang berlaku dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada

Peserta KKP-E.

12. Kebutuhan Indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap komoditas yang didanai KKP-E

per satuan luas dan/atau per unit usaha yang ditetapkan oleh Menteri Teknis.

13. Bank Indonesia adalah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004.

14. Bank Pelaksana adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998.

15. Koperasi adalah Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang anggotanya terdiri dari Calon

Peserta/Peserta KKP-E.

16. Perjanjian Kerjasama Pendanaan, selanjutnya disingkat PKP, adalah perjanjian antara

Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mewakili Pemerintah

dengan Bank Pelaksana.

17. Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

18. Komite Kebijakan dan Komite Teknis adalah komite yang dibentuk oleh Menteri

Keuangan, yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil Departemen Keuangan, Departemen

Teknis, Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kantor Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Page 145: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

130 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB II

TUJUAN

Pasal 2

KKP-E disediakan dalam rangka mendukung pendanaan pelaksanaan Program Ketahanan

Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati.

BAB III

OBJEK PENDANAAN

Pasal 3

Kegiatan usaha yang dapat didanai melalui KKP-E meliputi :

a. Pengembangan Padi, Jagung, Kedelai, Ubi Jalar, Tebu, Ubi Kayu (Singkong), Kacang

Tanah, dan Sorgum;

b. Pengembangan Tanaman Hortikultura berupa: Cabe, Bawang Merah, Jahe, Kentang,

dan Pisang;

c. Pengadaan Pangan berupa: Gabah, Jagung, dan Kedelai;

d. Peternakan Sapi Potong, Sapi Perah, Pembibitan Sapi, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras

Pedaging, Ayam Buras, Itik, dan Burung Puyuh;

e. Penangkapan Ikan, Budidaya Udang, Nila, Gurame, Patin, Lele, Kerapu Macan, dan

Ikan Mas, serta pengembangan Rumput Laut; dan

f. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha sebagaimana tersebut pada huruf d dan e.

Pasal 4

Kegiatan usaha dalam rangka Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan

Tanaman Bahan Baku Bakar Nabati dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama

dengan Mitra Usaha.

BAB IV

SUMBER PENDANAAN

Pasal 5

(1) Pendanaan KKP-E berasal dari Bank Pelaksana.

(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disalurkan dan ditatausahakan oleh

Bank Pelaksana.

Page 146: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

131 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB V

MEKANISME PENDANAAN

Pasal 6

(1) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk Bank Pelaksana

berdasarkan permohonan bank yang bersangkutan.

(2) Bank Pelaksana sekurang-kurangnya memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Menyampaikan l:omitmen tertulis penyediaan dana sejumlah tertentu guna

pendanaan KKP-E.

b. Berkedudukan atau memiliki kantor operasional atau memiliki kerjasama

operasional dengan lembaga keuangan lain yang berkedudukan di wilayah provinsi

penyaluran KKP-E.

(3) Bank Pelaksana KKP, yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dapat langsung menjadi Bank Pelaksana KKP-E tanpa penunjukan baru, dengan

menyampaikan pernyataan kesediaan untuk menjadi Bank Pelaksana KKP-E secara

tertulis kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 7

Menteri Keuangan memberikan persetujuan plafon KKP-E untuk masing-masing Bank

Pelaksana, dengan didasarkan pada pertimbangan :

a. Program dan Pembiayaan Peningkatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan

Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati untuk sektornya masing-masing, yang

dirinci per tahun, per wilayah propinsi dan per komoditi/kelompok kegiatan usaha,

yang disampaikan oleh Menteri Teknis;

b. kemampuan Pemerintah menyediakan Subsidi Bunga;

c. usul/komitmen penyediaan dana KKP-E oleh Bank Pelaksana; dan

d. pendapat Komite Kebijakan.

Pasal 8

(1) Alokasi plafon KKP-E masing-masing Bank Pelaksana, yang dirinci per

komoditi/kelompok kegiatan usaha, dituangkan dalam PKP.

(2) Berdasarkan alokasi plafon KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Pelaksana

menyusun Rencana Tahunan Penyaluran KKP-E yang dirinci per komoditi/kelompok

kegiatan usaha dan per wilayah provinsi.

(3) Rencana Tahunan Penyaluran KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan

oleh Bank Pelaksana kepada Menteri dan Menteri Teknis.

Pasal 9

Bank Pelaksana menetapkan Peserta KKP-E berdasarkan penilaian terhadap kelayakan Calon

Peserta KKP-E dan kegiatan usaha yang diusulkan Calon Peserta KKP-E yang bersangkutan

Page 147: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

132 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan

yang berlaku.

Pasal 10

(1) KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani dan/atau Koperasi.

(2) Penyaluran KKP-E dilakukan dengan ketentuan :

a. Volume kegiatan usaha yang dibiayai, paling tinggi sebesar batas tertinggi volume

kegiatan usaha per Peserta KKP-E yang ditetapkan oleh Menteri Teknis atau

pejabat yang dikuasakan.

b. Realisasi KKP-E, paling tinggi sebesar Kebutuhan Indikatif.

c. Besarnya plafon individual KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana dengan

memperhatikan Kebutuhan Indikatif, dengan ketentuan :

- untuk petani, peternak, pekebun, dan nelayan paling tinggi sebesar Rp.

25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); dan

- untuk koperasi dalam rangka pengadaan pangan (gabah, jagung, dan kedelai)

paling tinggi sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

d. Besarnya batas tertinggi plafon individual sebagaimana dimaksud pada huruf c

ditinjau kembali setiap tanggal 1 April.

(3) Total baki debet penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana, dari waktu ke waktu untuk

masing-masing komoditi/kelompok kegiatan usaha paling tinggi sebesar plafon KKP-E

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

Pasal 11

Bank Pelaksana wajib mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin

penyediaan dan penyaluran KKP-E yang menjadi tanggung jawabnya secara tepat jumlah

dan tepat waktu sesuai program yang ditetapkan Pemerintah, serta mematuhi semua

ketentuan tatacara penatausahaan yang berlaku.

BAB VI

PERSYARATAN KREDIT

Pasal 12

(1) Tingkat bunga KKP-E ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku untuk kredit

sejenis dengan ketentuan :

a. untuk KKP-E pengembangan Tebu paling tinggi sebesar suku bunga penjaminan

simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan

ditambah 5 persen (lima perseratus); dan

b. untuk KKP-E lainnya paling tinggi sebesar suku bunga penjaminan simpanan pada

Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan ditambah 6 persen

(enam per seratus).

Page 148: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

133 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

(2) Tingkat bunga KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau dan ditetapkan

kembali setiap 6 (enam) bulan pada tanggal 1 April dan 1 Oktober berdasarkan

kesepakatan bersama antara Pemerintah dan Bank Pelaksana dengan mendengar

pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite Teknis.

(3) Tingkat bunga KKP-E untuk pertama kali ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang

berlaku untuk kredit sejenis dengan batas paling tinggi didasarkan pada suku bunga

penjaminan simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin

Simpanan yang berlaku pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, dan

dicantumkan dalam PKP.

(4) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan memberitahukan secara

tertulis penetapan tingkat bunga KKP-E pada setiap terjadi perubahan kepada Bank

Pelaksana dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Menteri

Teknis, dan selanjutnya tindasan surat pemberitahuan tersebut setelah ditandatangani

Direksi Bank Pelaksana sebagai tanda persetujuan disampaikan kembali kepada

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(5) Menteri Keuangan sewaktu-waktu dapat mengusulkan dilakukannya peninjauan

kembali/penyesuaian tingkat bunga KKP-E, dengan mempertimbangkan pendapat

Komite Kebijakan.

Pasal 13

(1) Risiko KKP-E ditanggung oleh Bank Pelaksana.

(2) Sebagian risiko KKP-E tertentu yang ditetapkan Pemerintah dapat dijaminkan oleh Bank

Pelaksana dengan membayar premi kepada lembaga penjamin yang didukung oleh

Pemerintah.

Pasal 14

Jangka waktu KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana berdasarkan siklus tanam atau siklus

usaha, paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 15

Bank Pelaksana KKP-E tidak mengenakan provisi kredit dan biaya komitmen kepada Peserta

KKP-E.

BAB VII

SUBSIDI BUNGA

Pasal 16

(1) Bagian tingkat bunga KKP-E yang dibebankan kepada Peserta KKP-E ditetapkan oleh

Menteri Keuangan berdasarkan :

Page 149: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

134 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

a. usul Menteri Teknis; dan

b. pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite Teknis.

(2) Penetapan bagian tingkat bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan

secara tertulis oleh Menteri Keuangan kepada Bank Pelaksana, dengan tembusan

kepada :

a. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

b. Menteri Teknis; dan

c. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Pasal 17

Pemerintah memberikan Subsidi Bunga selama masa jangka waktu KKP-E, tidak termasuk

perpanjangan jangka waktu pinjaman.

Pasal 18

(1) Pengalokasian Subsidi Bunga dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (RAPBN) dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan mengacu pada program

sebagaimana dimaksud dalam Basal 7 huruf a dan plafon KKP-E sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (1).

(2) Atas alokasi Subsidi Bunga yang tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN), Menteri Keuangan menerbitkan Surat Penetapan Satuan Anggaran per

Satuan Kerja (SP-SAPSK) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Subsidi Bunga.

Pasal 19

(1) Subsidi bunga KKP-E dibayarkan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

(2) Permintaan pembayaran Subsidi Bunga KKP-E diajukan oleh Bank Pelaksana kepada

Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan dilampiri :

a. rincian perhitungan tagihan Subsidi Bunga KKP-E;

b. rincian mutasi rekening pinjaman masing-masing penerima KKP-E; dan

c. tanda terima pembayaran Subsidi Bunga KKP-E yang ditandatangani Direksi Bank

Pelaksana atau pejabat yang dikuasakan.

(3) Pembayaran Subsidi Bunga KKP-E dilakukan berdasarkan data penyaluran KKP-E yang

disampaikan oleh Bank Pelaksana.

(4) Dalam rangka meneliti kebenaran perhitungan Subsidi Bunga yang telah dibayarkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan verifikasi oleh Departemen Keuangan

c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, secara periodik atau sewaktu-waktu.

(5) Dalam hal diperlukan, pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dapat mengikutsertakan Departemen Teknis.

Page 150: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

135 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB VIII

PEDOMAN PELAKSANAAN, PEMBINAAN,

PENGENDALIAN, DAN EVALUASI

Pasal 20

(1) Pedoman pelaksanaan KKP-E ditetapkan oleh Menteri Teknis.

(2) Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan KKP-E dilakukan oleh Menteri Keuangan,

Menteri Teknis, dan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan bidang tugas dan

wewenang masing-masing.

(3) Rapat Evaluasi Penyelenggaraan KKP-E dilaksanakan secara periodik atau sewaktu-

waktu atas prakarsa Menteri Keuangan dan/atau Menteri Teknis, dengan

mengikutsertakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Direksi/Pengurus Mitra Usaha,

dan Direksi Bank Pelaksana, atau yang mewakili.

BAB IX

PEMERIKSAAN

Pasal 21

(1) Menteri Keuangan dan/atau Menteri Teknis, sewaktu-waktu dapat mengadakan

pemeriksaan atas realisasi penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana dan penggunaannya

oleh Peserta KKP-E.

(2) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri

Keuangan dan/atau Menteri Teknis dapat meminta bantuan aparat fungsional

pemeriksa internal atau eksternal.

(3) Pemeriksaan atas realisasi penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia.

(4) Bank Pelaksana dan/atau Peserta KKP-E dan/atau Mitra Usaha berkewajiban :

a. menyampaikan data dan dokumen terkait;

b. memberikan tanggapan atau jawaban terhadap hal-hal ditanyakan atau diperlukan

kejelasan; dan

c. bersikap kooperatif dalam pelaksanaan pemeriksaan.

BAB X

LAPORAN

Pasal 22

(1) Bank Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan Penyaluran dan

Pengembalian KKP-E kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan

dan Menteri Teknis paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya.

Page 151: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

136 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

(2) Bank Pelaksana wajjb menyampaikan laporan lain terkait dengan penyelenggaraan KKP-

E dalam hal diperlukan dan diminta secara khusus oleh Menteri Keuangan dan/atau

Menteri Teknis.

(3) Kewajiban penyampaian laporan kegiatan oleh Mitra Usaha diatur oleh Menteri Teknis.

BAB XI

SANKSI

Pasal 23

(1) Dalam hal Bank Pelaksana melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, maka Bank Pelaksana dikenakan

sanksi:

a. administratif berupa teguran tertulis;

b. penundaan pembayaran Subsidi Bunga; atau

c. penghentian pembayaran Subsidi Bunga.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengenaan sanksi diatur dalam

PKP.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

Memorandum Kesepakatan Bersama, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 11

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 345/KMK.017/2000 tentang Pendanaan Kredit

Ketahanan Pangan sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 559/KMK.06/2004, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan

tanggal 31 Desember 2007 atau sampai dengan tangga1 berlakunya PKP.

Pasal 25

KKP yang masih tersalur pada saat diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan ini,

dialihkan dan diperlakukan sebagai bagian KKP-E sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan ini.

Pasal 26

Selama tingkat bunga KKP-E dan bagian tingkat bunga KKP-E yang dibebankan kepada

Peserta KKP-E belum ditetapkan, maka ketentuan mengenai tingkat bunga dan bagian

tingkat bunga KKP pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini diberlakukan

untuk Peraturan Menteri Keuangan ini.

Page 152: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

137 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB XIIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, maka Keputusan Menteri Keuangan

Nomur 345/KMK.017/2000 tentang Pendanaan Kredit Ketahanan Pangan sebagaimana telah

tiga kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 559/KMK.06/2004

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban, hak, tugas, dan tanggung jawab Bank Pelaksana

serta mekanisme dan tata cara pendanaan, penyaluran, persyaratan, penatausahaan,

pembayaran subsidi bunga, Pelaporan, pengawasan, dan ketentuan-ketentuan lain yang

diperlukan dalam pelaksanaan KKP-E, diatur dalam PKP.

Pasal 29

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri

Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 17 Juli 2007

MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

Page 153: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

138 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 4 : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009 tentang Perubahan

Pertama Peraturan Menteri Keungan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 48 / PMK.05/ 2009

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.05/2007

TENTANG KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk pendanaan dalam rangka program peningkatan ketahanan

pangan dan energi nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan

Energi, diperlukan penyesuaian tingkat plafond individual Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi;

b. bahwa sehubungan dengan penyesuaian tingkat plafond individual Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

dipandang perlu untuk mengubah ketentuan yang mengatur mengenai

plafond individual dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007

tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843), sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7);

2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2008);

Page 154: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

139 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.05/2007 TENTANG

KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/ PMK.05/ 2007 tentang

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga keseluruhan Pasal 3 menjadi berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 3

(1) Kegiatan usaha yang dapat didanai melalui KKP-E meliputi:

a. Pengembangan Tanaman Pangan;

b. Pengembangan Tanaman Hortikultura;

c. Pengembangan Perkebunan;

d. Pengadaan Pangan berupa: Gabah, Jagung, dan Kedelai;

e. Peternakan;

f. Penangkapan dan Pembudidayaan Ikan; dan

g. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha sebagaimana tersebut pada huruf a sampai dengan e.

(2) Uraian kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lebih lanjut diatur

dalam Peraturan Menteri Teknis terkait.

2. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga keseluruhan Pasal 10 menjadi berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 10

(1) KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani dan/atau Koperasi.

(2) Penyaluran KKP-E dilakukan dengan ketentuan:

a. Volume kegiatan usaha yang dibiayai, paling tinggi sebesar batas tertinggi

volume kegiatan usaha per Peserta KKP-E yang ditetapkan oleh Menteri Teknis

atau pejabat yang dikuasakan;

b. Realisasi KKP-E paling tinggi sebesar Kebutuhan Indikatif;

c. Besarnya plafon individual KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana dengan

memperhatikan Kebutuhan Indikatif, dengan ketentuan:

1) untuk petani, peternak, pekebun, nelayan, dan pembudidaya ikan paling

tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

2) untuk koperasi dalam rangka pengadaan pangan (gabah, jagung, dan kedelai)

paling tinggi sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

Page 155: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

140 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

3) untuk kelompok tarsi dalam rangka pengadaan/ peremajaan peralatan,

mesin, dan sarana lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, paling tinggi

sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

d. Besarnya batas tertinggi plafon individual sebagaimana dimaksud pada huruf c

ditinjau, kembali setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober.

(3) Total baki debet penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana, dari waktu ke waktu untuk

masing-masing komoditi/kelompok kegiatan usaha paling tinggi sebesar plafond

KKP-E sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

3. Di antara Bab XII dan Bab XIII disisipkan 1 (satu) Bab baru, yaitu Bab XIIA yang berbunyi

sebagai berikut:

BAB XIIa

KETENTUAN PERALIHAN

4. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal 26a, yang

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26a

Penentuan besarnya plafon individual KKP-E oleh Bank Pelaksana yang diputuskan mulai

tanggal 1 April 2009, dapat menggunakan skema seperti yang diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan ini.

Pasal II

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri

Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 13 Maret 2009

MENTERI KEUANGAN

SRI MULYANI INDRAWATI

Page 156: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

141 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 5 : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2010 tentang

Perubahan Kedua Peraturan Menteri Keungan Nomor 79/PMK.05/2007

tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 198/PMK.05/2010

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

79/PMK.05/2007 TENTANG KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pendanaan untuk program peningkatan

ketahanan pangan dan energi nasional sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit

Ketahanan Pangan Dan Energi sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009, perlu dilakukan

penyesuaian jenis kegiatan usaha yang dapat dibiayai, skema penyaluran,

dan tingkat plafon individual Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007

Tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.05/2007 TENTANG

KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI.

Pasal I

Page 157: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

142 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009 diubah sebagai berikut:

5. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 3

(1) Kegiatan usaha yang dapat didanai melalui KKP-E meliputi:

a. Pengembangan Tanaman Pangan;

b. Pengembangan Tanaman Hortikultura;

c. Pengembangan Perkebunan;

d. Pengadaan Pangan berupa gabah, jagung, kedelai, dan perikanan;

e. Peternakan;

f. Penangkapan dan Pembudidayaan Ikan; dan

g. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan

huruf f.

(2) Uraian kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Teknis.”

6. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 10

(1) KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani, dan/atau Koperasi.

(2) KKP-E dapat diberikan secara langsung kepada petani, peternak, pekebun, nelayan,

dan pembudidaya ikan untuk jenis kegiatan usaha tertentu yang telah ditetapkan

oleh Menteri Teknis.

(3) Penyaluran KKP-E dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Volume kegiatan usaha yang dibiayai, paling tinggi sebesar batas tertinggi

volume kegiatan usaha per Peserta KKP-E yang ditetapkan oleh Menteri Teknis

atau pejabat yang dikuasakan;

b. Realisasi KKP-E paling tinggi sebesar Kebutuhan Indikatif;

c. Besarnya plafon individual KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana dengan

memerhatikan Kebutuhan Indikatif, dengan ketentuan:

1) untuk petani, peternak, pekebun, nelayan, dan pembudidaya ikan paling

banyak sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

2) untuk pengajuan plafon kredit lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah), calon peserta KKP-E wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) dan persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana;

3) untuk koperasi, kelompok tani, dan/atau gabungan kelompok tani dalam

rangka pengadaan pangan (gabah, jagung, kedelai, dan perikanan) paling

banyak sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); dan

4) untuk kelompok tani dalam rangka pengadaan/ peremajaan peralatan,

mesin, dan sarana lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g,

paling banyak sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 158: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

143 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

d. Besarnya batas tertinggi plafon individual sebagaimana dimaksud pada huruf c

ditinjau kembali setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober.

(4) Total baki debet penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana dari waktu ke waktu untuk

masing-masing komoditas/kelompok kegiatan usaha paling banyak sebesar plafon

KKP-E sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).”

Pasal II

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 23 November 2010

MENTERI KEUANGAN,

ttd.

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 23 November 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 562

Page 159: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

144 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 6 : Draft Peraturan Menteri Keuangan Nomor ……/PMK.011/2014 tentang

Perubahan Ketiga Peraturan Menteri Keungan Nomor 79/PMK.05/2007

tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

USULAN DRAFT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PMK.011/2014

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.05/2007

TENTANG KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi dan perluasan obyek pendanaan

untuk program peningkatan ketahanan pangan dan energi nasional

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 48/PMK.05/2009, perlu dilakukan penyesuaian jenis kegiatan

usaha yang dapat dibiayai, skema penyaluran, dan tingkat plafon

individual Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007

Tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi sebagaimana terakhir diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2010;

MEMUTUSKAN:

Page 160: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

145 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.05/2007 TENTANG

KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

48/PMK.05/2009 diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Program Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan produksi

dan produktivitas usaha pertanian tanaman pangan,

hortikultura, peternakan dan perkebunan yang menghasilkan

pangan nabati dan/atau hewani.

2. Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar

Nabati adalah upaya peningkatan produksi dan produktivitas

tanaman penghasil bahan baku bahan bakar nabati untuk

memenuhi kebutuhan sumber energi lain.

3. Program Waste to Energy adalah upaya perbaikan lingkungan

dengan mengimplementasikan teknologi pemanfaatan limbah

menjadi energi pada industri tahu serta peternakan sapi potong

dan/atau sapi perah.

4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, selanjutnya disingkat KKP-

E, adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan

dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan

Pangan, Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan

Bakar Nabati dan Program Waste to Energy.

5. Kredit Ketahanan Pangan, selanjutnya disingkat KKP, adalah

kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank

Pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya

ikan, kelompok (tani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan)

dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi

kayu, dan ubi jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu,

peternakan sapi potong, ayam buras dan itik, usaha

penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam

rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung, dan kedelai.

6. Menteri Teknis adalah Menteri yang membidangi sektor/sub-

sektor tertentu yang tercakup dalam program dibiayai KKP-E.

7. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok, selanjutnya disingkat

RDKK, adalah rencana kebutuhan kredit kelompok dalam rangka

Program Ketahanan Pangan, Program Pengembangan Tanaman

Bahan Baku Bahan Bakar Nabati dan Program Waste to Energy

Page 161: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

146 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

untuk 1 (satu) periode tertentu, yang disusun melalui

musyawarah anggota kelompok atas dasar program kelompok

dan satuan biaya, dan dilengkapi dengan rencana pembayaran

kembali kredit yang akan diperoleh.

8. Calon Peserta KKP-E adalah petani, peternak, pekebun, nelayan,

pembudidaya ikan, dan/atau koperasi yang memenuhi kriteria

untuk dapat menjadi Peserta KKP-E yang RDKK-nya telah

disetujui oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas teknis

setempat.

9. Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleh

Bank Pelaksana sebagai penerima KKP-E.

10. Kelompok Tani adalah kumpulan petani, peternak, pekebun,

nelayan, dan pembudidaya ikan yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk

meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

11. Mitra Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan

Usaha Milik Swasta dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, atau

Koperasi yang berbadan hukum dan memiliki usaha di bidang

pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan, dan/atau industri bahan bakar nabati.

12. Subsidi Bunga adalah bagian bunga yang menjadi beban

Pemerintah sebesar selisih antara tingkat bunga KKP-E yang

berlaku dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada Peserta

KKP-E.

13. Kebutuhan Indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap

komoditas yang didanai KKP-E per satuan luas dan/atau per unit

usaha yang ditetapkan oleh Menteri Teknis.

14. Bank Indonesia adalah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2004.

15. Bank Pelaksana adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998.

16. Koperasi adalah Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

yang anggotanya terdiri dari Calon Peserta/Peserta KKP-E.

17. Perjanjian Kerjasama Pendanaan, selanjutnya disingkat PKP,

adalah perjanjian antara Direktur Jenderal Perbendaharaan atas

nama Menteri Keuangan mewakili Pemerintah dengan Bank

Pelaksana.

18. Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang

Lembaga Penjamin Simpanan.

19. Komite Kebijakan dan Komite Teknis adalah komite yang

Page 162: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

147 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

dibentuk oleh Menteri Keuangan, yang anggotanya terdiri dari

wakil-wakil Kemeterian Keuangan, Kementerian Teknis,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional.”

2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 2

KKP-E disediakan dalam rangka mendukung pendanaan pelaksanaan

Program Ketahanan Pangan, Program Pengembangan Tanaman Bahan

Baku Bahan Bakar Nabati dan Program Waste to Energy.”

3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 3

(1) Kegiatan usaha yang dapat didanai melalui KKP-E meliputi:

a. Pengembangan Tanaman Pangan;

b. Pengembangan Tanaman Hortikultura;

c. Pengembangan Perkebunan;

d. Pengadaan Pangan berupa gabah, jagung, kedelai, dan

perikanan;

e. Peternakan;

f. Penangkapan dan Pembudidayaan Ikan; dan

g. Pengembangan Biogas dari limbah industri tahu serta kotoran

sapi;

h. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain

yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g.

(2) Uraian kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Teknis.”

3. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 10

(1) KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani,

dan/atau Koperasi.

(2) KKP-E dapat diberikan secara langsung kepada petani,

peternak,pekebun, nelayan, pembudidaya ikan, pengusaha tahu

dan/atau tempe, dan peternak sapi potong dan/atau perah untuk

jenis kegiatan usaha tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri

Teknis.

(3) Penyaluran KKP-E dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Volume kegiatan usaha yang dibiayai, paling tinggi sebesar

batas tertinggi volume kegiatan usaha per Peserta KKP-E yang

Page 163: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

148 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

ditetapkan oleh Menteri Teknis atau pejabat yang dikuasakan;

b. Realisasi KKP-E paling tinggi sebesar Kebutuhan Indikatif;

c. Besarnya plafon individual KKP-E ditetapkan oleh Bank

Pelaksana dengan memerhatikan Kebutuhan Indikatif, dengan

ketentuan:

1) untuk petani, peternak, pekebun, nelayan, dan

pembudidaya ikan paling banyak sebesar Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

2) untuk pengajuan plafon kredit lebih dari Rp. 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah), calon peserta KKP-E wajib

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan

persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana;

3) untuk koperasi, kelompok tani, dan/atau gabungan

kelompok tani dalam rangka pengadaan pangan (gabah,

jagung, kedelai, dan perikanan) paling banyak sebesar Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); dan

4) untuk kelompok tani dalam rangka pengadaan/

peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf h, paling banyak

sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

d. Besarnya batas tertinggi plafon individual sebagaimana

dimaksud pada huruf c ditinjau kembali setiap tanggal 1 April

dan 1 Oktober.

(4) Total baki debet penyaluran KKP-E oleh Bank Pelaksana dari

waktu ke waktu untuk masing-masing komoditas/kelompok

kegiatan usaha paling banyak sebesar plafon KKP-E sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).”

Pasal II

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI KEUANGAN,

ttd.

M. Chatib Basri

Page 164: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

149 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR….

Page 165: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

150 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 7 : Juknis KKP-E di Kementerian Pertanian

Pedoman Teknis Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Sistem Kredit Bersubsidi untuk Petani dan Peternak

Direktorat Pembiayaan Pertanian

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Kementerian Pertanian

2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian tetap memegang peran strategis dalam perekonomian

nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui

pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio

energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan serta

pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan.

Pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk

secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata

pencaharian di sektor pertanian. Sejalan dengan target utama Kementerian Pertanian 2010-

2014 meliputi: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2)

peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor dan

(4) peningkatan kesejahteraan petani. Strategi yang akan dilaksanakan adalah melakukan

revitalisasi pertanian dengan fokus tujuh aspek dasar yang dinamakan dengan Tujuh Gema

Revitalisasi, yang terdiri atas: (1) lahan; (2) perbenihan dan perbibitan; (3) infrastruktur dan

sarana; (4) sumber daya manusia, (5) pembiayaan petani; (6) kelembagaan petani dan (7)

teknologi dan industri hilir.

Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal pencapaian

swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit

program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai

dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida). Semenjak

diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi

sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit

Ketahanan Pangan (KKP) yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku

bunga bagi petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah.

Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai

Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal

ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan

perkembangan teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi

nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan

Page 166: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

151 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan

dan Energi (KKP-E).

KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan pola penyaluran

executing. Untuk kelancaran pelaksanaan KKP-E penyaluran dan pengembaliannya dapat

berjalan dengan baik ditingkat lapangan perlu disusun Pedoman Teknis Skim Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi yang disempurnakan sesuai perkembangan dan kebutuhan.

1.2. Pengertian

1) Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup, baik, jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau;

2) Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah

maupun tidak diolah diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi

manusia;

3) Program Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan produksi dan produktivitas

usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan yang

menghasilkan pangan nabati dan/atau hewani;

4) Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati adalah upaya

peningkatan produksi dan produktivitas tanaman penghasil bahan baku bahan bakar

nabati untuk memenuhi kebutuhan sumber energi lain;

5) Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang selanjutnya disebut KKP-E, adalah kredit

investasi dan/ atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan

Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan

Bakar Nabati;

6) Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok yang selanjutnya disebut RDKK, adalah rencana

kebutuhan modal kerja dan atau investasi kelompok untuk usaha pertanian yang

disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok dalam satu periode tertentu yang

dilengkapi dengan jadwal pencairan dan pengembalian kredit;

7) Rencana Kebutuhan Usaha Petani yang selanjutnya disebut RKU petani adalah rencana

kebutuhan modal kerja atau investasi petani untuk usaha pertanian dalam satu periode

tertentu yang dilengkapi jadwal pencairan dan pengembalian kredit;

8) Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengelola usaha di bidang

pertanian;

9) Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya,

tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;

10) Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang

bergabung dan berkerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

11) Calon peserta KKP-E adalah petani/peternak/pekebun yang tergabung dalam kelompok

tani dan/atau koperasi;

12) Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleh Bank Pelaksana sebagai

penerima KKP-E;

Page 167: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

152 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

13) Mitra Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta

dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Koperasi yang berbadan hukum dan memiliki

usaha di bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan

dan/atau industri bahan bakar nabati;

14) Koperasi adalah Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang anggotanya terdiri dari Peserta KKP-E;

15) Penyuluh Pertanian, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah petugas yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat Dinas Teknis

setempat untuk mengesahkan RDKK;

16) Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap komoditas yang didanai KKP-E

per satuan luas dan/atau per unit usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian;

17) Bank Pelaksana adalah Bank Umum yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri

Keuangan untuk menyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan KKP-E.

1.3. Tujuan

1) Memberikan acuan bagi pemangku kepentingan di pusat dan daerah dalam

pelaksanaan penyaluran dan pengembalian KKP-E;

2) Mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk

petani/peternak/pekebun yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif,

efisien dan berkelanjutan;

3) Mendukung peningkatan produksi dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan

ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati.

1.4. Sasaran

1) Terlaksananya penyaluran KKP-E kepada petani/peternak/pekebun dan

pengembalian kredit tepat waktu;

2) Terpenuhinya modal bagi petani/peternak/pekebun dalam melaksanakan usaha

taninya;

3) Meningkatnya penerapan teknologi anjuran bagi petani/peternak /pekebun yang

memanfaatkan kredit.

1.5. Landasan Hukum

1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007 juncto Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009 dan juncto Peraturan Menteri Keuangan Nomor

198/PMK.05 / 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan

Tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, antara lain menetapkan obyek

pendanaan, sumber pendanaan, mekanisme pendanaan, persyaratan kredit, suku

bunga, subsidi bunga, sanksi dan ketentuan peralihan;

2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 57/Permentan/KU.430/2007 juncto Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/ KU.430/4/2009 tanggal 21 April 2009 dan

Page 168: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

153 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Juncto Nomor 08/ Permentan / KU.430 /2 / 2011 tentang Peraturan Menteri

Pertanian Perubahan Kedua Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Tentang

Pedoman Pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, antara lain menetapkan

pengertian, obyek yang dibiayai, persyaratan dan kewajiban penerima KKP-E,

persyaratan dan kewajiban mitra usaha, plafon, kebutuhan indikatif, mekanisme

pengajuan, penyaluran dan pengembalian, pembinaan, monitoring dan evaluasi

serta pelaporan.

BAB II KETAHANAN PANGAN DAN KETAHANAN ENERGI

2.1. Ketahanan Pangan

Program Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 difokuskan pada 5 (lima) komoditas pangan

utama yaitu: padi (beras), jagung, kedelai, tebu (gula) dan daging sapi.

Dalam rangka mencukupi kebutuhan bahan pangan utama dalam negeri dan mengurangi

ketergantungan impor pangan maka pemerintah telah mencanangkan program pencapaian

swasembada dan swasembada berkelanjutan. Swasembada berkelanjutan ditargetkan

untuk komoditas padi dan jagung, dengan sasaran peningkatan produksi dapat

dipertahankan minimal sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Sedangkan

pencapaian swasembada yang ditargetkan untuk Tahun 2014, untuk tiga komoditas pangan

utama yaitu kedelai, gula dan daging sapi.

Tabel 1 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tahun 2010 – 2014

Sumber: Rentra 2010-2014 Kementerian Pertanian

1) Gabah Kering Giling (GKG); 2) Pipilan Kering (PK);

2) Hablur

Disamping lima komoditas pangan utama tersebut di atas, juga dikembangan 34 komoditas

unggulan nasional baik komoditas pangan dan non pangan. Untuk mencapai sasaran

produksi tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :

A. Sub Sektor Tanaman Pangan

Upaya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan tanaman pangan ditempuh

melalui :

4) Peningkatan produktivitas hasil dengan meningkatkan mutu intensifikasi, penerapan

teknologi unggul tepat guna dan spesifik lokasi, penggunaan benih varietas unggul

bermutu, penerapan pupuk berimbang dan organik;

5) Perluasan areal tanam melalui upaya khusus dengan peningkatan intensisitas tanaman,

tumpang sari, cetak sawah baru, optimalisasi pemanfaatan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha

Page 169: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

154 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tani (JITUT), Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Tata Air Mikro (TAM) serta pompa, sumur dan

embung;

6) Pengamanan produksi melalui : Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),

Penanganan Panen dan Pasca Panen, serta Pemanfaatan Alsintan melalui pola UPJA;

7) Program peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan kemampuan

kelembagaan kelompok tani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan), manajemen

usaha tani, kemampuan penangkar benih, penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT) dan Magang Sekolah Lapang Pelatihan

Pendidikan Pertanian dan Kewirausahaan;

8) Dukungan pembiayaan melalui : Bantuan Sosial, Lembaga Mandiri Mengakar di

Masyarakat (LM3), Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan optimalisasi pemanfaatan Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi (KKP-E).

B. Sub Sektor Hortikultura

Pengembangan hortikultura tidak hanya berfokus produksi saja tetapi juga terkait

peningkatan mutu, keamanan pangan dan lingkungan. Upaya peningkatan produksi dan

mutu melalui :

1) Pengembangan dan pengutuhan kawasan , baik melalui perluasan areal, peningkatan

produktivitas dan mutu;

2) Penyediaan (bantuan) benih hortikultura bermutu varietas unggul.

3) Penerapan budidaya yang baik (Good Agriculture Practices);

4) Revitalisasi sistem pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit

hewan karantina dan peningkatan keamanan pangan;

5) Peningkatan dan pemberdayaan kelembagaan petani melalui gapoktan, asosiasi,

koperasi atau usaha lain berbadan hukum;

6) Penyediaan sarana produksi dan dukungan infrastruktur guna mendukung

pengembangan agribisnis;

7) Penguatan kelembagaan ekonomi petani melalui PMUK, LM3 dan Sekolah Lapangan

Hortikultura;

8) Peningkatan fasilitasi investasi hortikultura melalui peningkatan koodinasi, kerjasama

dan promosi;

9) Pemasyarakatan produk hortikultura dari tingkat pengelola produksi hingga ke pusat

promosi;

10) Optimalisasi pemanfaatan KKP-E.

C. Sub Sektor Perkebunan Khusus Tebu (Gula)

Upaya pencapaian swasembada gula melalui :

1) Pelaksanaan bongkar ratoon dan rawat ratoon dalam upaya peningkatan produktivitas;

2) Perluasan kebun bibit;

3) Perluasan areal pertanaman utamanya ke luar Jawa khususnya lahan kering;

4) Penyediaan air melalui penyiapan embung-embung dan sumber-sumber air serta

pompanisasi;

Page 170: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

155 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

5) Penerapan pupuk berimbang dan pupuk organik;

6) Peningkatan/pemanfaatan idle capacity pabrik gula untuk mengolah raw sugar;

7) Pengaturan tata niaga gula;

8) Dukungan pembiayaan melalui : Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), dan

Optimalisasi Pemanfaatan KKP-E;

D. Sub Sektor Peternakan

Upaya percepatan swasembada daging sapi dan kerbau melalui :

1) Peningkatan produksi daging sapi, unggas dan ketersediaan susu dalam negeri;

2) Peningkatan ketersediaan pakan dan bibit sapi;

3) Peningkatan mutu bibit ternak sapi potong dan sapi perah ditempuh dengan

pengembangan mutu genetik dengan pendekatan bioteknologi, inseminasi buatan dan

atau embrio transfer;

4) Peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia melalui penerapan

Good Farming Practices (GFP);

5) Pengembangan pakan sapi potong melalui perbaikan padang penggembalaan dan

pemanfaatan hasil samping pertanian serta hasil samping industri pertanian maupun

pengembangan industri pakan ternak.

6) Pengendalian gangguan reproduksi dan penyakit hewan menular melalui pemantauan

terhadap kesehatan ternak khususnya kesehatan reproduksinya, serta penanganan

kesehatan hewan mulai dari pedet hingga ternak melahirkan.

7) Peningkatan mutu daging sapi potong dengan melengkapai sarana pendukung Rumah

Potong Hewan (RPH) dengan melengkapi sarana pendukungnya dalam upaya

penyediaan Aman Sehat Utuh Dan Halal (ASUH).

8) Pencegahan pemotongan sapi betina produktif.

9) Optimalisasi pemanfaatan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), Lembaga Mandiri

Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa

10) (SMD)/Pemuda Membangun Desa (PMD), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

2.2. Ketahanan Energi

Kebijakan energi nasional ditujukan untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam

negeri dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu program

ketahanan energi diarahkan untuk mengurangi ketergantungan sumber energi bahan bakar

minyak yang tak terbarukan. Untuk itu pemerintah mendorong penggunaan sumber energi

dari bahan bakar nabati (biofuel) yang terbarukan yang antara lain komoditas ubi kayu,

jagung dan tetes tebu untuk dijadikan bioethanol.

Untuk menggerakkan pemanfaatan komoditas ubi kayu, jagung dan tetes tebu sebagai

bahan bakar nabati maka diperlukan langkah-langkah dan upaya antara lain : (1) mendorong

penyediaan tanaman biofuel termasuk benih dan bibitnya, (2) melakukan penyuluhan

pengembangan biofuel, (3) memanfaatkan lahan terlantar, dan (4) melakukan sosialisasi

pemanfaatan biofuel.

Page 171: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

156 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Komoditas ubi kayu dan tebu dapat secara bersama-sama dapat digunakan untuk

mendukung ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi. Pengembangan komoditas

ubi kayu dan tebu dapat digunakan sebagai bahan baku energi nabati (biofuel). Produksi ubi

kayu di beberapa daerah sudah dikembangan sebagai bahan baku pabrik yang menghasilkan

ethanol. Pada saat sekarang terdapat sekitar 85 pabrik yang tersebar di 12 propinsi yaitu :

Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera

Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan

Kalimantan Timur. Sasaran produksi ubi kayu Tahun 2012 sebanyak 25.000.000 ton dan

Tahun 2013 sebanyak 26.300.000 ton.

Untuk komoditas tebu diprioritaskan untuk sawasembada gula, baru kemudian untuk

mendukung ketahanan energi. Diharapkan melalui optimalisasi pemanfaatan KKP-E

khususnya ubi kayu dan tebu dapat mendukung ketahanan energi nasional.

BAB III BANK PELAKSANA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

3.1. Bank Pelaksana

Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank yaitu 9 (sembilan) Bank Umum : Bank BRI, Mandiri,

BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 (tiga belas) Bank

Pembangunan Daerah (BPD) yaitu : BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan

Selatan, Papua , Riau dan Nusa Tenggara Barat.

3.2. Plafon KKP-E

Plafon KKP-E secara nasional sebesar Rp. 8,806 Triliun yang meliputi untuk sub sektor

tanaman pangan : Rp. 2,730 Triliun, hortikultura: Rp. 725,330 Miliar, perkebunan (tebu) Rp.

2,993 Triliun, peternakan : Rp. 2,046 Triliun dan pengadaan pangan: Rp. 310,830 Miliar.

Alokasi plafon KKP-E per sub sektor per wilayah (propinsi) secara rinci terdapat pada

lampiran 1. Alokasi tersebut sifatnya fleksible dan dinamis yaitu dapat bergerak antar

propinsi, tergantung kebutuhan dan propinsi yang bersangkutan pada Bank Pelaksana yang

sama.

3.3. Suku Bunga

Besarnya tingkat bunga kredit bank, tingkat bunga kepada peserta KKP-E, dan subsidi bunga

adalah sebagai berikut pada tabel 3 berikut.

Page 172: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

157 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel 3. Tingkat Bunga Bank, Tingkat Bunga Peserta KKP-E dan Subsidi Bunga

Ketentuan tingkat bunga tersebut mulai berlaku tanggal

1 Oktober 2011 s.d 31 Maret 2012.

3.4. Sumber Dana dan Resiko Kredit

1) Sumber dana KKP-E berasal dari Bank Pelaksana;

2) Resiko KKP-E ditanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana;

3) Peran pemerintah antara lain menyediakan subsidi suku bunga dan risk sharing untuk

komoditas padi, jagung dan kedelai;

4) Keputusan akhir kredit ada pada bank mengingat resiko kredit sepenuhnya ditanggung

Bank.

BAB IV KETENTUAN POKOK KKP-E

4.1. Usaha dan Komoditas yang dibiayai KKP-E

KKP-E digunakan untuk :

1) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar,

kacang tanah, kacang hijau, koro dan/atau perbenihan (padi, jagung dan/atau kedelai);

2) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman bawang merah, cabai, kentang, bawang

putih, tomat, jahe, kunyit, kencur, pisang, salak, nenas, buah naga, melon, semangka,

pepaya, strawberi, pemeliharaan manggis, mangga, durian, jeruk, apel dan/atau melinjo;

3) Petani, dalam rangka pengembangan tebu, pemeliharaan teh, kopi arabika, kopi robusta

dan atau lada;

4) Peternak, dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, sapi perah, kerbau,

kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh , kelinci dan atau babi;

5) Kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi, dalam rangka pengadaan gabah,

jagung dan kedelai;

6) Kelompoktani, dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung

usaha tanaman pangan, hortikultura, tebu dan peternakan meliputi meliputi traktor,

power threser, tracer (alat tebang), corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer,

chopper, mesin tetas, pendingin susu, biodigester, mesin pembibitan (seedler),alat

tanam biji-bijian (seeder), mesin panen (paddy mower, reaper, combine harvester),

mesin penggilingan padi (rice miling unit), mesin pengupas kacang tanah (peanut shell),

mesin penyawut singkong, juicer, mesin pengolah biji jarak, mesin pengolah pakan

(mixer, penepung, pelet) dan atau kepras tebu.

Page 173: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

158 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4.2. Petani, Kelompoktani dan Koperasi Penerima KKP-E

Persyaratan Petani, Kelompoktani dan Koperasi Penerima KKP-E :

A. Persyaratan Petani penerima KKP-E, sebagai berikut :

1) Petani/peternak/pekebun mempunyai identitas diri.

2) Petani/peternak/pekebun dapat secara individu dan atau menjadi anggota Kelompok

Tani.

3) Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau menggarap lahan orang

lain (petani penggarap).

4) Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/ keterangan dari pemilik

lahan yang diketahui oleh Kepala Desa.

5) Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan tidak melebihi plafon kredit

Rp. 100 juta per petani/peternak/pekebun.

6) Bagi petani/peternak/pekebun yang mengajukan plafon kredit lebih dari Rp. 50 juta

harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan persyaratan lain sesuai ketentuan

Bank Pelaksana.

7) Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah.

8) Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh Pertanian dan mematuhi

ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E.

B. Persyaratan Kelompok Tani penerima KKP-E sebagaiberikut :

1) Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri dan atau bekerjasama dengan

mitra usaha. Apabila kelompoktani bekerjasama dengan Mitra Usaha agar membuat

kesepatan secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama antara pihak-pihak yang

bermitra;

2) Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian/ Dinas Teknis terkait

setempat;

3) Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat dibiayai KKP-E;

4) Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling kurang ketua, sekretaris dan

bendahara;

5) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota.

C. Persyaratan Koperasi penerima KKP-E, sebagai berikut :

1) Berbadan hukum;

2) Memiliki pengurus yang aktif;

3) Memenuhi persyaratan dari Bank Pelaksana;

4) Memiliki anggota yang terdiri dari petani/peternak/pekebun;

5) Memiliki bidang usaha di sektor pertanian.

Page 174: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

159 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kewajiban Petani, Kelompoktani dan Koperasi Penerima KKP-E:

A. Kewajiban Petani penerima KKP-E :

1) Petani /peternak/ pekebun yang mengajukan kredit secara individu perlu menyusun

rencana kebutuhan usahanya yang disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas

teknis setempat/penyuluh pertanian;

2) Petani/ peternak/ pekebun yang menjadi anggota kelompok tani, menghadiri

musyawarah Kelompok Tani dalam penyusunan RDKK untuk mengajukan kebutuhan

kredit dalam musyawarah Kelompok Tani;

3) Menandatangani RDKK sekaligus sebagai pemohon kebutuhan KKP-E;

4) Menandatangani daftar penerimaan kredit dari pengurus Kelompok Tani;

5) Memanfaatkan KKP-E sesuai peruntukan dengan menerapkan anjuran teknologi

budidaya dari dinas teknis;

6) Membayar kewajiban pengembalian KKP-E sesuai jadwal.

B. Kewajiban Kelompok Tani penerima KKP-E sebagai berikut:

1) Menyediakan formulir RDKK;

2) Menyeleksi petani anggotanya calon penerima KKP-E;

3) Menyusun RDKK bersama anggotanya dan disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh

Dinas Teknis setempat/ Penyuluh Pertanian;

4) Permohonan KKP-E yang dilakukan secara mandiri, RDKK yang sudah disahkan langsung

diajukan kredit kepada Bank Pelaksana berdasarkan kuasa dari anggota kelompok;

5) Bagi kelompoktani yang mengajukan langsung kredit langsung ke Bank, kelompoktani

menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana;

6) Menerima dan menyalurkan kredit kepada anggota kelompok;

7) Melaksanakan administrasi kredit sesuai ketentuan yang berlaku;

8) Mengawasi penggunaan kredit oleh anggota kelompok;

9) Melakukan penagihan kepada anggota kelompok dan menyetorkan pengembalian sesuai

jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung jawab penuh atas pelunasan kredit petani

kepada Bank Pelaksana.

C. Kewajiban Koperasi penerima KKP-E sebagai berikut :

1) Menyeleksi kelompok tani anggota koperasi sebagai calon peserta KKP-E;

2) Memeriksa kebenaran RDKK yang diajukan oleh Kelompok Tani;

3) Menyusun dan menandatangani rekapitulasi RDKK berdasarkan RDKK yang diajukan

Kelompok Tani;

4) Pengurus Koperasi mengajukan permohonan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana

dan dilampiri rekapitulasi RDKK yang telah disahkan pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas

Teknis setempat/Penyuluh Pertanian;

5) Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana;

6) Menerima dan menyalurkan KKP-E dari Bank Pelaksana kepada anggotanya melalui

Kelompok Tani;

7) Melaksanakan administrasi kredit sesuai pedoman dan peraturan yang ditetapkan oleh

Bank Pelaksana;

8) Mengawasi penggunaan kredit petani /kelompoktani anggotanya;

Page 175: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

160 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

9) Melakukan penagihan kepada kelompok tani dan menyetorkan pengembalian sesuai

jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung jawab penuh atas pelunasan kredit petani

kepada Bank Pelaksana;

10) Memberikan bukti pelunasan kredit dari Bank kepada Kelompok Tani;

11) Dalam hal koperasi sebagai penerima kredit pengadaan pangan, koperasi mengajukan

dan menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana dan mengembalikan kredit

sesuai jadwal.

4.3. Mitra Usaha Dalam Pelaksanaan KKP-E

A. Persyaratan Mitra Usaha :

1) Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang tanaman pangan,

hortikultura, peternakan, perkebunan, dan atau di bidang pengolahan energi lain;

2) Bermitra dengan petani/kelompoktani/Gapoktan dan atau koperasi. Jika mitra

usahanya koperasi harus bermitra dengan petani/ kelompoktani/ Gapoktan;

3) Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis) sesuai

kesepakatan antara petani/kelompok tani/ Gapoktan dan atau koperasi,

kesepakatan antara petani/ kelompoktani/ Gapoktan dengan mitra usaha dibuat

secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama sesuai kesepakatan pihak-pihak

bermitra.

B. Kewajiban Mitra Usaha :

1) Membantu Kelompok Tani menyusun rencana usaha yang dituangkan dalam RDKK.

2) Menandatangani RDKK yang disusun oleh kelompok tani.

3) Mendorong Kelompok Tani untuk melaksanakan kegiatan produksi dengan

menerapkan teknologi anjuran.

4) Membina kelompok tani/Gapoktan dan atau koperasi di wilayah kerjanya guna

mengoptimalkan pemanfaatan kredit secara tepat.

5) Mengawasi atas penggunaan dan pengembalian KKP-E.

6) Menampung dan atau mengolah hasil produksi dari kelompok

tani/Gapoktan/koperasi.

7) Menjamin pemasaran hasil produksi dan atau menjamin pengembalian kredit

kelompoktani/Gapoktan dan atau koperasi apabila mitra usaha sebagai avalis.

8) Melakukan koordinasi dengan Dinas Teknis terkait setempat.

9) Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama antara kelompok

tani/gapoktan dan atau koperasi.

4.4. Kebutuhan Indikatif

1) Besarnya KKP-E maksimal untuk komoditas tanaman pangan per ha, yaitu padi sawah

irigasi Rp. 8,637 juta, padi gogo rancah/ladang Rp. 11,110 juta, padi hibrida Rp. 9,200

juta, jagung Rp. 7,265 juta, kedelai Rp. 6,010 juta, ubi kayu Rp. 5,992 juta dan ubi jalar

Rp. 8,840 juta, kacang tanah Rp. 7,637 juta, kacang hijau Rp. 5,040 juta, koro Rp. 5,830

juta per Ha, perbenihan padi Rp. 9,875 juta, padi hibrida Rp. 26,880 juta, jagung Rp.

8,675 juta dan kedelai Rp. 6,945 juta.

Page 176: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

161 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

2) Besarnya KKP-E maksimal untuk komoditas hortikultura per ha, yaitu cabai Rp. 62,082

juta,bawang merah Rp. 54,224 juta, kentang Rp. 61,856 juta, bawang putih Rp. 44,690

juta, tomat Rp. 50.330 juta, Jahe Rp. 38,950 juta, kencur Rp. 36,950 juta, kunyit Rp.

31,950 juta, pisang Rp. 18,0 juta, nenas Rp. 38,0 juta, buah naga Rp. 97,529 juta, melon

Rp. 52,739 juta, semangka Rp. 30,324 juta, papaya Rp. 19,0 juta, salak Rp. 49,125 juta,

strawberi Rp. 98,464 juta, pemeliharaan durian Rp. 35,168 juta, mangga Rp. 22,595 juta,

manggis Rp. 27,775 juta, jeruk Rp. 74,900 juta, apel Rp. 62,062 juta dan melinjo Rp.

40,575 per ha.

3) Besarnya KKP-E maksimal untuk pengembangan budidaya tebu per ha Rp. 18 juta,

pemeliharaan teh Rp. 7,663 juta, kopi robusta Rp. 9,186 juta, kopi arabika Rp. 12,885

juta dan lada Rp. 32,250 juta.

4) Besarnya KKP-E maksimal untuk peternak, yaitu ayam buras Rp. 100 juta, ayam ras

petelur Rp. 100 juta, ayam ras pedaging Rp. 100 juta, Itik Rp. 100 juta, burung puyuh Rp.

100 juta, kelinci Rp. 100 juta, sapi potong dan sapi perah Rp. 100 juta, penggemukan

sapi perah jantan/sapi potong Rp. 100 juta, kambing/domba Rp. 100 juta, kerbau Rp.

100 juta, dan babi Rp. 100 juta per satuan unit usaha.

5) Besarnya KKP-E untuk kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi dalam

rangka pengadaan pangan (gabah, jagung dan kedelai) setinggi-tingginya Rp. 500 juta.

6) Besarnya KKP-E untuk kelompoktani dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan

mesin untuk mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan

perkebunan setinggi-tingginya Rp. 500 juta.

BAB V MEKANISME PENCAIRAN DAN PENGEMBALIAN KKP-E

Prosedur pencairan dan pengembalian KKP-E sebagai berikut :

Prosedur awal pengajuan permohonan KKP-E sama untuk semua kegiatan usaha, baik

dilaksanakan oleh petani/ peternak/ pekebun secara individu, kelompoktani/ secara mandiri

dan yang bekerjasama dengan mitra usaha yaitu petani / peternak/ pekebun, kelompoktani/

koperasi yang membutuhkan pembiayaan KKP-E melakukan melakukan penyusunan

Rencana Kebutuhan Usaha (RKU) sebagai dasar perencanaan kebutuhan KKP-E, dengan

memperhatikan kebutuhan indikatif yang telah ditetapkan.

5.1. Kegiatan Usaha dilaksanakan secara mandiri

1) Permohonan KKP-E yang kegiatan usahanya mandiri yang dilaksanakan petani/

peternak/ pekebun secara individu atau kelompok tani dapat langsung diajukan kepada

Bank Pelaksana dengan dilampiri RKU yang telah ditandatangani

petani/peternak/pekebun/kelompok tani dan disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa

oleh Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian.

2) Permohonan kredit diteliti oleh Bank Pelaksana dan apabila memenuhi syarat, maka

petani/ peternak/pekebun/ Kelompoktani melakukan akad kredit dengan Bank

Pelaksana.

3) Bank Pelaksana merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada

petani/ peternak/pekebun atau Kelompoktani/ Koperasi untuk diteruskan kepada

anggotanya.

Page 177: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

162 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

4) Kelompok Tani/koperasi meneruskan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan

kepada petani/anggota Kelompoktani.

5) Petani/ Kelompoktani harus mengembalikan kewajiban KKP-E kepada Bank Pelaksana

sesuai dengan jadwal, tanpa harus menunggu saat jatuh tempo.

5.2. Kegiatan Usaha melalui Koperasi

1) Permohonan KKP-E yang diajukan melalui Koperasi disampaikan kepada Bank Pelaksana

dilampiri dengan Rekapitulasi RDKK dan RDKK yang telah ditandatangani Kelompoktani

dan telah disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat/Penyuluh

Pertanian;

2) Pengurus koperasi menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana;

3) Bank Pelaksana merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada

koperasi untuk diteruskan kepada kelompok tani anggotanya;

4) Kelompok Tani meneruskan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada

Petani/anggota Kelompok Tani;

5) Petani/ Kelompok Tani harus mengembalikan kewajiban KKP-E melalui koperasi kepada

Bank Pelaksana sesuai dengan jadwal, tanpa harus menunggu saat jatuh tempo.

Gambar 1. Prosedur Penyaluran KKP-E melalui petani/ peternak/pekebun secara individu

atau Kelompok Tani/Koperasi.

1. Petani/peternak/pekebun yang lansung mengajukan kredit secara individu menyusun Rencana

Kebutuhan Usaha (RKU) dan atau bagi kelompok Tani menyusun menyusun RDKK (Rencana

Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/ Penyuluh Pertanian;

2. Pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis/ Penyuluh Pertanian terkait mensahkan rencana

kebutuhan usaha dan atau RDKK;

3. Rencana Kebutuhan Usaha (RKU) petani/peternak/pekebunan dan atau RDKK yang sudah

disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana;

4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen usulan kredit, dan apabila dinilai layak kemudian

bank menandatangani akad kredit dengan petani/peternak/pekebun yang langsung mengajukan

mengajukan kredit dan atau dengan kelompoktani, selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada

Kelompoktani;

5. Kelompok Tani meneruskan KKP-E kepada petani anggota kelompok.

6. Petani/ peternak/ pekebun yang secara individu langsung mengembalikan kredit kepada Bank

pelaksana sesuai jadwal, dan bila melalui kelompoktani anggota mengembalikan kepada

kelompoktani;

7. Kelompok tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana sesuai jadwal yang

disepakati dalam akad kredit.

Page 178: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

163 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

5.3. Kegiatan Usaha bekerjasama dengan Mitra Usaha

1) Kegiatan usaha yang dilaksanakan bekerjasama dengan mitra usaha baik petani,

kelompok tani dan atau koperasi, maka Rencana Definitive Usaha Petani (RDUP) / RDKK

yang telah disusun oleh kelompoktani dan telah disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa

oleh Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian dan Mitra Usaha diajukan kepada Bank

Pelaksana.

2) Kelompok tani dan atau koperasi menandatangani akad kredit.

3) Bank Pelaksana merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada

petani/kelompok tani dan atau koperasi untuk diteruskan kepada petani anggota

kelompok tani atau anggota koperasi.

4) Dalam hal mitra usaha sebagai avalis kredit, pengelolaan kredit diatur sesuai

kesepakatan pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan pada perjanjian kerjasama.

Gambar 2. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha

Keterangan :

1. Petani menyusun Rencana Kebutuhan Usaha dan Kelompok Tani menyusun Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok RDKK (dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian.

2. Pejabat yang diberi kuasa Dinas Teknis setempat /Penyuluh Pertanian terkait mensahkan RKU

usaha petani RDKK yang diketahui oleh Mitra usaha.

3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana.

4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RKU/RDKK, dan apabila dinilai layak kemudian

bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani, selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada

Kelompok Tani.

5. Dalam hal petani/ kelompok tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra Usaha (Perusahaan BUMN,

BUMD, Koperasi, Swasta lain yang memiliki usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat

bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra. Jika

mitra usaha berbentuk koperasi maka koperasi bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit

(avalis) terhadap anggotanya.

6. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi petani/kelompok tani/ koperasi dan membantu

kelancaran pengembalian kreditnya yang berkoordinasi dengan Bank Pelaksana.

7. Petani/ kelompok tani/ koperasi mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank pelaksana sesuai

jadwal yang disepakati dalam akad kredit.

Page 179: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

164 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB VI PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI SERTA PELAPORAN

Dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian KKP-E

berjalan lancar, aman dan terkendali serta dapat memberikan manfaat bagi penerimanya

maka diperlukan adanya upaya-upaya pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

secara rutin.

6.1. Pembinaan

1) Pembinaan dalam pelaksanaan KKP-E di tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat

Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian bersama Instansi terkait

lainnya dan Bank Pelaksana KKP-E. Pembinaan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota

dilakukan Dinas Teknis berkoordinasi dengan instansi tekait lainnya dan Cabang Bank

Pelaksana setempat.

2) Pembinaan diarahkan dalam hal :

- Menginventarisir petani/peternak/pekebun dan kelompoktani yang layak usahanya

untuk dibiayai KKP-E;

- Membimbing petani/ peternak/ pekebun, dan kelompoktani dalam penyusunan

rencana kebutuhan usaha dan atau RDKK;

- Melakukan sosialisasi sumber pembiyaan pertanian kepada petani/ peternak/

pekebun dan penyuluh pertanian di tingkat lapangan;

- Melakukan intermediasi akses pembiyaan ke lembaga perbankan;

- Memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau penjamin kredit;

- Membimbing, mendampingi dan mengawal petani/peternak/ pekebun dan

kelompoktani dalam pemanfaatan KKP-E secara optimal, sehingga mau dan mampu

menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan mutu intensifikasinya;

- Memberikan pemahaman kepada petani/peternak/pekebun dan kelompoktani

bahwa kredit yang diterima wajib dikembalikan sesuai jadwal.

6.2. Monitoring dan Evaluasi

1) Monitoring secara terencana dan teratur mulai dari aspek rencana penyaluran,

perkembangan penyaluran, kelompok sasaran dan pengembalian KKP-E dilakukan secara

periodik berjenjang dari tingkat kabupaten/ kota, propinsi dan Pusat;

2) Monitoring di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi KKP-E (Tim

Monev KKP-E), dan di tingkat Propinsi serta Kabupaten/Kota dilakukan Tim Teknis

Propinsi/Kabupaten/Kota, yang dibentuk beraggotakan instansi terkait dan

berkoordinasi dengan Cabang Bank Pelaksana setempat;

3) Monitoring dan evaluasi diarahkan pada pelaksanaan KKP-E secara menyeluruh mulai

dari (a) pemahaman terhadap penyampaian pedoman /petunjuk teknis, (b) mekanisme

pengajuan, penyaluran dan pengembalian KKP-E, (c) pelaksanaan koordinasi dengan

instansi terkait, (d) melakukan identifikasi dan upaya pemecahan permasalahan

dilapangan, (d) mengevaluasi dan merumuskan saran penyempurnaan skim KKP-E dan

(e) menyampaikan laporan secara berkala sesuai tugas dan tanggung jawabmya.

Page 180: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

165 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

6.3. Pelaporan

1) Bank Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan laporan bulanan kepada Direktorat

Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian

Pertanian paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya secara rutin.

2) Cabang Bank Pelaksana KKP-E wajib menyampaikan laporan bulanan perkembangan

penyaluran dan pengembalian KKP-E yang dikelolanya kepada Dinas Teknis (Tanaman

Pangan dan Hortikultura, Perkebunan, Peternakan) setempat selambat-lambatnya

tanggal 10 bulan berikutnya.

3) Dinas Teknis (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan, Peternakan)

menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KKP-E kepada Direktorat

Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,

Kementerian Pertanian.

6.4. Indikator keberhasilan

1) Plafon KKP-E yang telah disediakan Bank Pelaksana dapat dimanfaatkan dan disalurkan

kepada petani/peternak/pekebun, Kelompoktani atau koperasi.

2) Petani/peternak/pekebun mendapatkan subsidi suku bunga dari pemerintah.

3) Peningkatan penerapan teknologi anjuran

4) Peningkatan produktivitas hasil diatas rata-rata.

BAB VII PENUTUP

Pedoman Teknis Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi merupakan tindak lanjut

diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/ 2007 juncto Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.05/2009 juncto Peraturan Menteri Keuangan Nomor

198/PMK.05/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan tentang

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor

57/Permentan/ KU.430/7/2007 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/

KU.430/ 4/2009 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/

KU.430/02/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Lampiran Peraturan Menteri Pertanian

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi.

Pedoman Teknis Skim KKP-E terus mengalami penyempurnaan dari tahun ke tahun

sesuai perkembangan dan kebutuhan di lapangan. Pedoman Teknis ini sebagai acuan bagi

pemangku kepentingan dalam pelaksanaan KKP-E baik di pusat dan daerah, sehingga

penyaluran dan pengembalian KKP-E dapat berjalan lancar, baik dan tepat sasaran.

Page 181: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

166 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 8 : Juknis KKP-E di Kementerian Kelautan dan Perikanan

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER.03/MEN/2012

TENTANG

PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pendanaan program peningkatan ketahanan pangan

dan energi di bidang kelautan dan perikanan serta dengan ditetapkannya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2010 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, perlu

dilakukan penyesuaian terhadap kegiatan usaha, subjek penerima, dan

tingkat plafon yang dapat didanai melalui kredit ketahanan pangan dan

energi di bidang kelautan dan perikanan;

b. bahwa dalam rangka optimalisasi pendanaan untuk program peningkatan

ketahanan pangan dan energi di bidang kelautan dan perikanan, perlu

meninjau kembali Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.06/MEN/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Ketahanan

Pangan di Bidang Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.01/MEN/2010;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a

dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan tentang Pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di

Bidang Kelautan dan Perikanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara

Page 182: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

167 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5073);

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,

dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan

Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009,

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor

59/P Tahun 2011;

9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.05/2007

tentang Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

198/PMK.05/2010;

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG

PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI DI BIDANG

KELAUTAN DAN PERIKANAN.

Page 183: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

168 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Program ketahanan pangan adalah upaya peningkatan produksi dan produktivitas

usaha perikanan yang menghasilkan pangan ikan.

2. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di Bidang Kelautan dan Perikanan, yang

selanjutnya disingkat KKP-E, adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang

diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan program ketahanan pangan dan

energi di bidang kelautan dan perikanan.

3. Rencana definitif kebutuhan kelompok, yang selanjutnya disingkat RDKK, adalah

rencana kebutuhan kredit kelompok dalam rangka program ketahanan pangan, untuk 1

(satu) periode tertentu, yang disusun melalui musyawarah anggota kelompok atas

dasar program kelompok dan satuan biaya, dan dilengkapi dengan rencana

pembayaran kembali kredit yang akan diperoleh.

4. Rencana definitif kebutuhan perseorangan, yang selanjutnya disingkat RDKP, adalah

rencana kebutuhan kredit perseorangan dalam rangka program ketahanan pangan,

untuk 1 (satu) periode tertentu, program perseorangan dan satuan biaya, dan

dilengkapi dengan rencana pembayaran kembali kredit yang akan diperoleh.

5. Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap komoditas yang didanai KKP-

E per satuan luas dan/atau per unit usaha yang ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan

Perikanan.

6. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak

dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang

menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.

7. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau

membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk

kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

8. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

9. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan

ikan.

10. Kelompok usaha bersama, yang selanjutnya disingkat KUB, adalah kelompok usaha di

bidang penangkapan ikan yang beranggotakan minimal 10 (sepuluh) orang nelayan

yang berada di sentra-sentra nelayan dan/atau pelabuhan perikanan.

11. Kelompok pembudidaya ikan, yang selanjutnya disingkat Pokdakan, adalah kelompok

usaha di bidang pembudidayaan ikan sejenis yang beranggotakan minimal 10 (sepuluh)

pembudidaya ikan.

12. Koperasi adalah koperasi primer sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang anggotanya terdiri dari Calon

peserta/peserta KKP-E, yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan.

Page 184: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

169 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

13. Mitra usaha adalah badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik swasta

dan/atau badan usaha milik daerah (BUMD), atau koperasi yang berbadan hukum dan

memiliki usaha di bidang kelautan dan perikanan.

14. Tenaga pendamping adalah penyuluh perikanan dan/atau petugas konsultan keuangan

mitra bank yang telah dilatih oleh Bank Indonesia dan diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang, serta hak secara penuh untuk membantu pelaksanaan program KKP-E

15. Bank pelaksana adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998.

16. Dinas adalah dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi perikanan.

17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Tangkap atau Direktur Jenderal

Perikanan Budidaya sesuai dengan kewenangannya.

18. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan.

BAB II

USAHA YANG DIBIAYAI

Pasal 2

KKP-E di bidang kelautan dan perikanan digunakan untuk kegiatan usaha:

a. Pengadaan pangan di bidang perikanan meliputi pembelian ikan hasil tangkapan dan

ikan hasil budidaya untuk menjamin stabilitas harga.

b. Penangkapan ikan, meliputi kegiatan usaha penangkapan dengan menggunakan alat

penangkapan ikan (API):

1) jaring lingkar (surrounding nets);

2) pukat tarik (seine nets);

3) pukat hela (trawls);

4) penggaruk (dredges);

5) jaring angkat (lift nets);

6) jaring insang (gillnets and entangling nets);

7) perangkap (traps);

8) pancing (hooks and lines);

c. Pembudidayaan ikan, meliputi:

1) kegiatan usaha pembenihan:

a) air tawar, yaitu ikan lele, mas, nila, patin, dan gurame;

b) air payau, yaitu udang, dan bandeng;

c) air laut, yaitu rumput laut, kerapu, dan kakap.

2) kegiatan usaha pembesaran:

a) air tawar, yaitu ikan lele, nila, mas, patin, gurame, dan ikan hias;

b) air payau, yaitu udang, kerapu, kakap, dan bandeng;

c) air laut, yaitu rumput laut (eucheuma atau gracilllaria), kerapu, dan kakap.

d. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha penangkapan ikan, meliputi kapal, mesin, peralatan seperti

navigasi dan komunikasi, keselamatan, power blok, alat penangkapan ikan (API), dan

Page 185: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

170 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

alat bantu penangkapan ikan (ABPI) berupa rumpon, lampu dan/atau suku cadang yang

disesuaikan dengan kegiatan usahanya.

e. Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha pembudidayaan ikan, meliputi:

1) pembenihan:

a) ikan air tawar, meliputi traktor kecil/penggaruk, bak plastik, alat grading,

timbangan, aerator/hyblower, hypophisa, freezer, happa, kakaban, corong

penetasan, akuarium, water quality teskit, tabung oksigen, kendaraan

pengangkut, dan/atau peralatan pendukung usahanya;

b) ikan air payau dan laut, meliputi traktor kecil/penggaruk, bak plastik, alat

grading, penetasan artemia, genset, pompa air laut, pompa air tawar, pompa

celup, blower, aerator listrik, tabung oksigen, kendaraan pengangkut, dan/atau

peralatan pendukung usahanya;

2) pembesaran:

a) ikan air tawar, meliputi pengadaan dan/atau perbaikan karamba jarring apung

(KJA), karamba, kolam, kolam plastik, generator (genset), perahu ketinting,

perbaikan rumah jaga, mesin pembuat pellet, dan/atau peralatan pendukung

usahanya;

b) ikan air payau, meliputi perbaikan tambak, kolam, kincir air, generator (genset),

pompa, mesin pembuat pellet, dan/atau peralatan pendukung usahanya;

c) ikan air laut, meliputi pengadaan dan/atau perbaikan KJA (HDPE), generator

(genset), perahu, mesin pembuat pellet, rumah jaga, dan/atau peralatan

pendukung usahanya.

d) ikan hias, yaitu pengadaan dan/atau perbaikan bak, akuarium,

aerator/hyblower, heater, generator (genset), dan/atau peralatan pendukung

usahanya.

e) rumput laut, yaitu perbaikan bagan apung/long line, perahu, gerobak, para-

para, mesin pengepres, dan/atau peralatan pendukung usahanya.

BAB III

CALON PESERTA

Pasal 3

(1) Calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan terdiri dari:

a. perorangan, yaitu nelayan atau pembudidaya ikan;

b. kelompok, yaitu KUB, Pokdakan, atau koperasi.

(2) Persyaratan nelayan perseorangan calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan

perikanan:

a. memiliki identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)/kartu nelayan yang

diterbitkan oleh dinas kabupaten/kota;

b. memiliki atau mengelola usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal

berukuran sampai dengan 60 (enam puluh) gross tonage (GT) dengan alat

penangkapan ikan yang sesuai dengan ketentuan usaha yang dibiayai KKP-E;

Page 186: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

171 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi yang mengajukan plafon kredit

lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan

d. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

(3) Persyaratan nelayan anggota KUB calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan

perikanan:

a. memiliki identitas diri berupa KTP/kartu nelayan yang diterbitkan oleh dinas

kabupaten/kota;

b. menjadi anggota KUB;

c. memiliki atau mengelola usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal

berukuran sampai dengan 60 (enam puluh) gross tonage (GT) dengan alat

penangkapan ikan yang sesuai dengan ketentuan usaha yang dibiayai KKP-E; dan

d. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

(4) Persyaratan KUB calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan:

a. KUB telah terdaftar pada dinas kabupaten/kota;

b. memiliki anggota yang melaksanakan usaha penangkapan ikan dengan alat

penangkapan ikan sesuai dengan ketentuan usaha yang dibiayai KKP-E;

c. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART);

d. memiliki pengurus aktif minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan

mendapat pengukuhan dari dinas kabupaten/kota; dan

e. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

Pasal 4

(1) Persyaratan pembudidaya ikan perseorangan calon peserta KKP-E di bidang kelautan

dan perikanan:

a. memiliki identitas diri berupa KTP;

b. memiliki hak atas lahan, yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan atau perjanjian

sewa lahan atau surat kuasa dari pemilik yang dipergunakan untuk usaha

pembudidayaan ikan atau surat keterangan hak guna lahan/surat keterangan

lainnya dari Lurah/Kepala Desa setempat;

c. memiliki NPWP bagi yang mengajukan plafon kredit lebih dari Rp. 50.000.000,00;

dan

d. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

(2) Persyaratan pembudidaya ikan anggota pokdakan calon peserta KKP-E di bidang

kelautan dan perikanan:

a. memiliki identitas diri berupa KTP;

b. merupakan anggota pokdakan;

c. memiliki hak atas lahan, yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan atau perjanjian

sewa lahan atau surat kuasa dari pemilik yang dipergunakan untuk usaha

pembudidayaan ikan atau surat keterangan hak guna lahan/surat keterangan

lainnya dari Lurah/Kepala Desa setempat; dan

d. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

(3) Persyaratan pokdakan calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan:

Page 187: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

172 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

a. Pokdakan telah terdaftar pada dinas kabupaten/kota;

b. memiliki anggota yang melaksanakan usaha pembudidayaan ikan sesuai dengan

ketentuan usaha yang dibiayai KKP-E;

c. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART);

d. memiliki pengurus aktif, minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara dan

mendapat pengukuhan dari dinas kabupaten/kota; dan

e. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

Pasal 5

Persyaratan koperasi calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan:

a. telah terdaftar pada dinas kabupaten/kota;

b. memiliki anggota yang melaksanakan usaha di bidang kelautan dan perikanan yang

dibiayai KKP-E;

c. memiliki pengurus aktif, minimal ketua, sekretaris, dan bendahara dan mendapat

pengukuhan dari dinas kabupaten/kota;

d. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART); dan

e. memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana.

BAB IV

TUGAS DAN KEWAJIBAN CALON PESERTA KKP-E

Pasal 6

(1) Tugas dan kewajiban nelayan perseorangan dan pembudidaya ikan perseorangan calon

peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan, meliputi:

a. menyusun dan menandatangani RDKP;

b. mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana;

c. menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana;

d. mengembalikan KKP-E sesuai jadwal; dan

e. mengikuti segala ketentuan sebagai peserta KKP-E.

(2) Tugas dan Kewajiban KUB/Pokdakan calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan

perikanan:

a. melakukan seleksi anggota yang layak untuk dibiayai;

b. menyusun RDKK berdasarkan musyawarah;

c. menandatangani RDKK;

d. mengajukan permohonan kredit melalui musyawarah KUB/Pokdakan;

e. menandatangani akad kredit dengan bank pelaksana atas nama anggota

berdasarkan surat kuasa;

f. memantau, mengawasi dan mengendalikan pemanfaatan dan penggunaan kredit

anggota;

g. membantu pelaksanaan penagihan dan pengembalian KKP-E;

h. melakukan pembinaan dan bimbingan kepada anggota;

i. mengembalikan KKP-E sesuai jadwal; dan

j. mengikuti segala ketentuan sebagai peserta KKP-E.

Page 188: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

173 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

(3) Tugas dan Kewajiban koperasi calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan:

a. melakukan seleksi anggota yang layak untuk dibiayai;

b. menyusun dan menandatangani RDKK;

c. mengajukan permohonan kredit kepada bank pelaksana;

d. menandatangani akad kredit dengan bank pelaksana;

e. menerima dan menyalurkan kredit kepada anggota;

f. memantau, mengawasi dan mengendalikan pemanfaatan dan penggunaan kredit

anggota;

g. melakukan penagihan dan pengembalian KKP-E;

h. memberikan bukti pelunasan kredit kepada anggota;

i. melakukan pembinaan dan bimbingan kepada anggota;

j. melaksanakan administrasi kredit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

bank pelaksana;

k. bertanggung jawab secara penuh atas pelunasan kredit dari anggota kepada bank

pelaksana; dan

l. mengikuti segala ketentuan sebagai peserta KKP-E.

(4) Format RDKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan format RDKK sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Calon peserta KKP-E yang disetujui oleh Bank Pelaksana untuk menerima KKP-E di bidang

kelautan dan perikanan ditetapkan sebagai peserta KKP-E.

BAB V

PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN MITRA USAHA

Pasal 8

Dalam melakukan kegiatan usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

peserta KKP-E dapat melakukan kemitraan usaha.

Pasal 9

(1) Persyaratan mitra usaha adalah:

a. badan usaha milik negara, badan usaha milik swasta dan/atau badan usaha milik

daerah, dan/atau koperasi yang berbadan hukum dan memiliki usaha di bidang

perikanan; dan

b. bertindak sebagai pembeli dan/atau penjamin pasar sesuai kesepakatan.

(2) Kewajiban mitra usaha adalah:

a. membina secara teknis dan manajemen usaha kepada peserta KKP-E yang menjadi

mitranya;

b. membeli hasil produksi perikanan dengan harga sesuai kesepakatan bersama antara

mitra usaha dengan nelayan, pembudidaya ikan, KUB/Pokdakan/koperasi; dan

Page 189: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

174 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

c. membuat dan menandatangani perjanjian kerja sama antara nelayan, pembudidaya

ikan, KUB/Pokdakan/koperasi dengan mitra usaha dan diketahui oleh dinas

kabupaten/kota.

BAB VI

PENDAMPINGAN

Pasal 10

(1) Dalam pemanfaatan KKP-E dapat dilakukan pendampingan oleh tenaga pendamping.

(2) Tenaga pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas yaitu:

a. membimbing secara teknis nelayan dan pembudidaya ikan baik individu dan/atau

KUB/Pokdakan/Koperasi dalam menyusun RDKP atau RDKK, pemanfaatan serta

kewajiban pengembalian KKP-E di bidang kelautan dan perikanan; dan

b. menyampaikan laporan bulanan perkembangan pemanfaatan KKP-E kepada dinas

kabupaten/kota selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(3) Tenaga pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh dinas

kabupaten/kota.

BAB VII

KEWAJIBAN DINAS KABUPATEN/KOTA

Pasal 11

Dinas kabupaten/kota dalam pelaksanaan KKP-E di bidang kelautan dan perikanan

mempunyai kewajiban:

a. memberikan rekomendasi terhadap RDKP atau RDKK yang akan diajukan oleh

nelayan, pembudidaya ikan, KUB/Pokdakan/Koperasi untuk disampaikan kepada

Bank Pelaksana;

b. memonitor kesesuaian penyaluran, pemanfaatan, dan pengembalian KKP-E;

c. menyampaikan laporan bulanan mengenai pelaksanaan KKP-E kepada dinas provinsi

dan tembusan kepada Menteri selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan

berikutnya;

d. menetapkan tenaga pendamping; dan

e. melaksanakan pendampingan apabila di kabupaten/kota setempat tidak tersedia

tenaga pendamping.

BAB VIII

PLAFON, JANGKA WAKTU KKP-E DAN KEBUTUHAN INDIKATIF KKP-E

Pasal 12

(1) Besarnya plafon KKP-E di bidang kelautan dan perikanan untuk perseorangan baik

nelayan atau pembudidaya ikan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Page 190: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

175 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

(2) Besarnya plafon KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk kegiatan

usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dan huruf c.

(3) Besarnya plafon KKP-E di bidang kelautan dan perikanan untuk KUB/Pokdakan/Koperasi

paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4) Besarnya plafon KKP-E di bidang kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) diberikan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, huruf d

dan huruf e.

(5) Jangka waktu pengembalian KKP-E ditetapkan oleh Bank Pelaksana berdasarkan siklus

tanam atau siklus usaha dengan ketentuan paling lama 5 (lima) tahun.

(6) Besaran kebutuhan indikatif KKP-E di bidang kelautan dan perikanan untuk usaha

pengadaan pangan perikanan (hasil tangkapan), penangkapan ikan, dan

pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiatan usaha penangkapan ikan sebagaimana tersebut dalam Lampiran III

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(7) Besaran kebutuhan indikatif KKP-E di bidang kelautan dan perikanan pengadaan pangan

perikanan (hasil budidaya), pembudidayaan ikan, dan pengadaan/peremajaan

peralatan, mesin, dan sarana lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha

pembudidayaan ikan sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB IX

PENGAJUAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN KKP-E

Bagian Kesatu

Pengajuan

Pasal 13

(1) Calon peserta KKP-E perseorangan atau KUB/Pokdakan/koperasi yang telah memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 mengajukan

permohonan persetujuan RDKP atau RDKK kepada dinas kabupaten/kota.

(2) Dinas kabupaten/kota berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

melakukan verifikasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak RDKP atau

RDKK diterima, yang hasilnya berupa rekomendasi persetujuan atau penolakan

terhadap RDKP atau RDKK kepada pemohon.

(3) Calon peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan yang telah memperoleh

rekomendasi persetujuan RDKP atau RDKK dari dinas kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), selanjutnya mengajukan permohonan KKP-E kepada Bank

pelaksana dengan melampirkan persyaratan:

a. persyaratan calon peserta KKP-E sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan

Pasal 5; dan

b. RDKP atau RDKK yang telah mendapat rekomendasi persetujuan dari dinas

kabupaten/kota.

Page 191: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

176 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

(4) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bank pelaksana dalam

jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja melakukan pemeriksaan persyaratan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan

sebagai peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan.

(5) Peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan yang telah disetujui oleh Bank

Pelaksana, selanjutnya melakukan penandatanganan akad kredit.

Bagian Kedua

Penyaluran

Pasal 14

(1) Bank Pelaksana menyalurkan KKP-E di bidang kelautan dan perikanan setelah

penandatanganan akad kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) kepada:

a. perseorangan nelayan atau pembudidaya ikan; atau

b. Anggota KUB/POKDAKAN/koperasi melalui KUB/POKDAKAN/koperasi.

(2) Penyaluran kredit KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan

langsung oleh Bank Pelaksana kepada perseorangan nelayan atau pembudidaya ikan.

(3) Penyaluran kredit KKP-E sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan oleh

Bank Pelaksana kepada KUB/Pokdakan/koperasi untuk kemudian disalurkan kepada

anggotanya dengan jumlah dana yang utuh dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh)

hari sejak diterimanya kredit dari Bank pelaksana.

Bagian Ketiga

Pengembalian

Pasal 15

(1) Pengembalian pinjaman dari perseorangan nelayan atau pembudidaya ikan dilakukan

secara langsung kepada Bank Pelaksana.

(2) Pengembalian pinjaman anggota KUB/POKDAKAN/koperasi dilakukan melalui pengurus

KUB/POKDAKAN/koperasi untuk selanjutnya disetorkan kepada Bank Pelaksana.

BAB X

PEMBINAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI

Pasal 16

(1) Pembinaan pelaksanaan KKP-E di bidang kelautan dan perikanan di tingkat pusat

dilakukan oleh Menteri dan di tingkat daerah oleh gubernur/bupati/walikota melalui

dinas.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyaluran, pemanfaatan,

dan pengembalian KKP-E di bidang kelautan dan perikanan sesuai dengan

kewenangannya.

Page 192: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

177 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Pasal 17

(1) Pemantauan dan evaluasi terhadap penyaluran, pemanfaatan, dan pengembalian KKP-E

dilakukan secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat secara

periodik.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim

pemantauan dan evaluasi yang dibentuk oleh Menteri dengan melibatkan Pemerintah

dan pemerintah daerah, yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan bank

pelaksana.

BAB XI

PELAPORAN

Pasal 18

Bank pelaksana menyampaikan laporan bulanan perkembangan penyaluran dan

pengembalian KKP-E yang dikelolanya kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal

Perbendaharaan dan Menteri, paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) bulan berikutnya.

Pasal 19

(1) Dinas Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pemanfaatan KKP-E kepada Dinas

Provinsi paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Provinsi

menyampaikan laporan kepada Menteri paling lambat tanggal 20 (dua puluh) pada

bulan yang sama.

(3) Format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagaimana

tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

Pasal 20

Mitra Usaha menyampaikan laporan perkembangan pembinaan teknis dan manajemen

usaha terhadap peserta KKP-E di bidang kelautan dan perikanan kepada Menteri up.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap atau Direktur Jenderal Perikanan Budidaya sesuai

kewenangannya paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) bulan berikutnya.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka pengajuan KKP-E yang diajukan sebelum

ditetapkannya Peraturan Menteri ini, diproses sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.06/MEN/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

Page 193: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

178 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Kredit Ketahanan Pangan di Bidang Kelautan dan Perikanan sebagaimana diubah dengan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.01/MEN/2010.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.06/MEN/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kredit Ketahanan Pangan di Bidang Kelautan dan Perikanan sebagaimana diubah dengan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.01/MEN/2010

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 23

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 Januari 2012

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SHARIF C. SUTARDJO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 26 Januari 2012 6 Juni 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 117 326

Page 194: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

179 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 9 : Notulensi Focus Group Discussion (FGD) Analisis Biaya-Manfaat

Pembiayaan

Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program

Notulensi Focus Group Discussion (FGD)

Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit

Program

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Kegiatan

Focus Group Discussion (FGD) Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah

Menjadi Energi Melalui Kredit Program

B. Tempat, Waktu, dan Fasilitator

Tempat : Ruang Rapat Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan

Multilateral Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Gedung Radius Prawiro, lt 6, Jalan Dr. Wahidin No. 1, Jakarta 10710

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 15.00 – 18.00 WIB

Fasilitator : Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral -

Kementerian Keuangan RI

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan ini yakni memberikan kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk

memberikan masukan kepada terhadap hasil kajian pada Analisis Biaya dan Manfaat

Pembiayaan Investasi Limbah menjadi Energi melalui Kredit Program. Dengan adanya

kegiatan FGD ini diharapkan dari berbagai pemangku kepentingan memberikan kritik,

saran serta masukan dari hasil kegiatan ini.

D. Peserta

FGD Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit

Program dihadiri oleh :

1. Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan,

Kementerian Lingkungan Hidup;

2. Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian

Sumber Daya Energi dan Mineral;

3. Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Kementerian Keuangan;

4. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Kementerian

Keuangan;

5. Tim Pengkaji dari Universitas Indonesia.

Page 195: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

180 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

E. Diskusi

Dalam kegiatan FGD Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi

Energi Melalui Kredit Program, terbagi dalam beberapa termin yaitu :

1. Pembukaan Kepala Bidang II PKPPIM

Kegiatan FGD ini dibuka dan dipimpin langsung oleh Bapak S. Haryo Suwakhyo

Kepala Bidang I PKPPIM. Dalam pembukaan FGD ini mengemukaan bahwa Indonesia

mempunyai potensi pengembangan limbah menjadi energi yang nantinya akan

berdampak pada pngurangan subsidi pada penggunaan energi fosil.

Harga energi yang meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan semakin tingginya

beban biaya energi pada sektor industri untuk menjalankan aktifitas produksinya dan

semakin besarnya pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan

energinya. Di sisi lain, tingginya harga energi juga semakin meningkatkan beban

subsidi energi yang harus dikeluarkan pemerintah dari APBN. Masih tingginya

ketergantungan pada energi fosil, menyebabkan upaya penurunan gas rumah kaca

(GRK) juga mengalami kelambatan. Pemanfaatan Biomassa, salah satunya limbah

menjadi energi dapat dijadikan alternatif solusi terhadap berbagai permasalahan

tersebut.

Pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya sebegai energi alternatif memberikan

dampak positif secara langsung. Pertama, terdapat perbaikan dalam efisiensi energi

dikarenakan limbah pertanian dan lainnya memiliki potensi energi yang besar dan

hanya akan menjadi sampah apabila tidak dimanfaatkan. Kedua, pemanfaatan

limbah pertanian dan lainnya dapat menjadi lebih efisien dikarenakan penanganan

limbah secara khusus seringkali lebih mahal biayanya dibandingkan

pemanfaatannya. Ketiga, pemanfaatan limbah pertanian dan lainnya mengurangi

penggunaan lahan khusus untuk penampungan limbah, yang pada akhirnya akan

menghemat biaya penanganan limbah.

Oleh karena itu membutuhkan kajian pembiayaan limbah energi melalui kredit

program. Pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui kredit program, selain

memiliki manfaat, tentunya memiliki konsekuensi logis terhadap biaya. Manfaat

yang diproleh baik secara keuangan, ekonomi, maupun lingkungan, diharapkan

dapat lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk membuktikan

hal tersebut, dan juga sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan kebijakan ke

depan, diperlukan analisis biaya dan manfaat yang cukup komperehensif dari

pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui kredit program.

2. Pemaparan Laporan Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi

Energi Melalui Kredit Program

Pemaparan laporan kegiatan ini disampaikan oleh tim kajian Analisis Biaya dan

Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui Kredit Program yang

disampaikan oleh Bapak Nurkholis. Beberapa point yang dipaparkan oleh tim

pengkaji antara lain sebagai berikut :

- Dari pengalaman Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ukuran reaktor biogas dari kotoran sapi

Page 196: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

181 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

umumnya: 4 m3, 6 m3, 8 m3, 10 m3, dan 12 m3, namun yang ukuran 4 m3 banyak

yang tidak aktif.

- Ukuran reaktor biogas pada limbah peternakan sapi ditentukan berdasarkan

jumlah kepemilikan peternak sapi yakni : 6 m3 (6 – 8 ekor), 8 m3 (8- 10 ekor), 10

m3 (10-12 ekor), dan 12 m3 (12-14 ekor).

- Kebutuhan pembiayaan per unit reaktor biogas: 6 m3 (Rp. 6,5 – 8 juta), 8 m3 (Rp.

10 juta), 10 m3 (Rp. 12 juta), dan 12 m3 (Rp. 14 juta)

- Pengembangan biogas limbah kotoran sapi dilakukan untuk menggantikan/

menghemat konsumsi gas LPG dan/atau kayu bakar oleh rumah tangga.

- Dari pengalaman KLH dan KESDM, ukuran reaktor biogas dari industri tahu

sangat bervariasi, tergantung dari kapasitas kedelai yang diproduksi tahu.

- Pengalaman dari KLH, pengembangan biogas industri tahu juga dilakukan dengan

perbaikan pada proses produksi tahu, sedangkan pengalaman dari KESDM hanya

pengembangan biogas saja.

- Dengan ukuran dari 40 s.d. 94 m3, dibutuhkan investasi sekitar Rp. 90 s.d. 170

juta per unit reaktor biogas.

- Pengembangan biogas industri tahu dilakukan untuk menggantikan/menghemat

konsumsi gas LPG dan/atau kayu bakar/serbuk gergaji oleh industri tahu dan

rumah tangga.

- KLH memiliki pengalaman dalam pengembangan PLT Biomassa dari pelepah

sawit, dan KESDM mengembangkan PLT dari biogas POME (limbah pabrik kelapa

sawit -PKS).

- Untuk mengembangkan PLT Biomassa ukuran mini (misal 200 kW) dari pelepah

sawit, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 5 miliar. Sedangkan PLT Biogas POME lebih

besar dari Rp. 20 miliar, tergantung kapasitas pengolahan sawit (30 ton/jam – 1

MW, 45 ton/jam – 1,5 MW, 60 ton/jam – 2 MW).

- Pengembangan PLT dari pelepah sawit dan POME dilakukan untuk produksi listrik

(dijual untuk penerangan rumah tangga atau digunakan sendiri) dan/atau

menggantikan / menghemat konsumsi solar di PKS atau pembangkit listrik.

- KLH memiliki pengalaman dalam pengembangan sekam padi untuk pengering

gabah.

- Untuk penggunaan sekam padi untuk pengering gabah, dibutuhkan investasi Rp.

945 juta dengan kapasitas 20 ton/hari.

- Penggunaan silo pengering Padi/jagug dapat dilakukan untuk menggantikan/

menghemat konsumsi solar.

- Secara keuangan, tidak semua pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus

dalam kajian ini layak untuk dikembangkan. Potensi yang layak adalah:

pengembangan produk bersih dan biogas tahu (KLH), biogas kotoran sapi

(terutama penggantian LPG), POME (untuk penggantian solar), pembangkit listrik

dari pelepah sawit, dan pemanfaatan sekam untuk pemanas/pengering pada silo

padi/jagung.

- Untuk menjadikan semakin layak secara keuangan, dibutuhkan subsidi bunga

dalam pembiayaan pengembangan WtE

- Secara ekonomi (CBA), semua pengembangan jenis WtE yang menjadi fokus

dalam kajian ini layak untuk dikembangkan.

Page 197: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

182 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Apabila menggunakan skema kredit eksisting, yaitu KKP-E (dengan sedikit

merevisi PMK), terdapat 2 jenis pengembangan WtE yang potensial, yaitu biogas

dari limbah industri tahu dan biogas dari kotoran sapi , dimana pertimbangan

utamanya adalah besarnya investasi yang dibutuhkan yang besarnya bisa

maksimal Rp. 100 juta.

- Untuk pengembangan WtE yang lain (POME, pelepah sawit, dan sekam untuk

silo), dapat menggunakan skema PIP atau pembiayaan perbankan (misal AFD –

Bukopin) atau skema kredit program yang baru dikarenakan besarnya investasi

yang lebih besar dari Rp. 100 juta.

3. Masukan dari Pemangku Kepentingan :

Beberapa point penting disampaikan oleh para pemangku kepentingan yang hadir

dalam FGD ini, yaitu :

a) Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan,

Kementerian Lingkungan Hidup;

- Asdep Deputi Ekonomi Lingkungan Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup yang fokus terhadap pennganan investasi dan

penanganan teknis pada pengembangan pengolahan limbah menjadi energi

ramah lingkungan. Investasi lingkungan ini bermaksud juga investasi terhadap

tekhnologi bersih, CBHF, penyajian bahan-bahan ramah lingkungan.

- Dengan banyaknya permintaan dari berbagai pihak untuk memfasilitasi

pengolahan limbah bisa menjadi energi, Asdep Deputi Ekonomi Lingkungan

Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup

berusaha untuk mengajukan kembali program khusus pembiayaan

pengolahan limbah baik padat maupun cair menjadi energi. Oleh karena itu

lebih baik untuk terlebih dahulu fokus terhadap biogas untuk produksi tahu.

- Selain fokus pada pengembangan dan fasilitasi pengolahan limbah menjadi

energi itu sendiri tapi juga fokus terhadap proses produksi bersih. Hal

tersebut dilakukan supaya mitigasi dari sektor biogas terus berkelanjutan.

Diharapkan dengan adanya penanganan pengolahan limbah secara

keseluruhan dari proses produksi sampai dengan pengolahan limbahnya akan

mampu memberikan efisiensi dan produksi yang sehat.

- Dengan demikian, mengusulkan program pinjaman dengan asumsi intervensi

dari proses produksinya. Penangnan produksi dapat dilakukan pada

peternakan sapi, tahu, dll.

- Penyeragaman dan spesifikasi dari pengembangan reaktor biogas akan

didiskusikan lebih lanjut dengan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan

dan Konservasi Energi, Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral. Pada

umunya spesifikasi investasi pengembangan pengolahan limbah menjadi

energi yang dimiliki oleh Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral tidak berbeda jauh.

Page 198: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

183 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Pelaksanaan pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui kredit

program akan terdistorsi oleh adanya program-program lain yang bersumber

dari dana hibah.

b) Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian

Sumber Daya Energi dan Mineral;

- Program yang telah berhasil dijalankan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru,

Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Sumber Daya Energi dan

Mineral yakni program pembiayaan dari HIVOS.

- Program pinjaman dari HIVOS yang difasilitasi oleh Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) mempuyai rata-rata pembebanan biaya bunga

10 persen. Para peternak umumnya mempunyai kemampuan untuk terus

mengembangkan usahanya sendiri. Peternak, misalnya telah mempunyai

kemampuan dalam proses produksi dan telah mempunyai pasar sendiri.

Namun di sisi lain, tidak tahu bagaimana cara mengubah limbah menjadi

biogas yang dapat dimanfaatkan. Oleh karenanya, membutuhkan fasilitasi

dalam bentuk kerja sama pembiayaan dan kerja sama terhadap teknik

pembangunan alat pengolahan limbah menjadi biogas. Program pembiayaan

tersebut dimasukkan dalam kategori shoft loan bukan hibah.

- Peternak yang sudah mempunyai kemampuan produksi secara efisien hanya

perlu didorong pada bentuk pinajaman, kemudian diperbaiki dari segi

produksinya sehingga bisa lebih efisien dan limbahnya dapat diubah menjadi

biogas. Hanya peternak yang tidak mempunyai kemampuan membayar serta

tidak tahu bagaimana cara mengolah limbah itulah yang berhak

mendapatkan dana hibah. Oleh karena itu, perlu dipetakan kriteria siapa yang

berhak mendapatkan hibah dan siapa yang mendapatkan soft loan.

- Kami memberikan dalam bentuk soft loan entah dalam bentuk pinjaman

bunga rendah ataupun subsidi bunga karena di lapangan banyak peternak

yang telah maju dimana mereka telah berinteraksi dengan pasar dan

mempunyai income yang baik. Kami mendorong mereka bisa lebih

professional sehingga bisa masuk dalam skala komersial. Intervensi kita

dalam hal pengembangan sehingga lebih mengenal pasar. Kalaupun

kemudian program ini untuk mengubah limbah menjadi biogas, maka perlu

dilakukan pemetaan sehingga program ini tepat sasaran.

- Sampai tahun 2014, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan

Konservasi Energi, Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral masih

mempunyai program pemban pengembangan limbah menjadi energi melalui

program non pembiayaan (hibah). Dengan adanya kegiatan ini nantinya akan

mendistorsi program pembiayaan limbah menjadi energi melalui kredit

program. Oleh karena itu, program yang akan dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian

Sumber Daya Energi dan Mineral akan dilakukan dengan memperhatikan

aspek kewilayahan yang mempunyai elektrifikasi yang masih rendah dan

daerah yang terpencil.

c) Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Kementerian Keuangan;

Page 199: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

184 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

- Lembaga Keuangan Perbankan merupakan salah satu pihak yang

berkepentingan terhadap pelaksanaan pembiayaan investasi limbah menjadi

energi melalui kredit program. Oleh karena itu, membutuhkan forum

tersendiri dalam rangka menyampaikan usulan pembiayaan investasi limbah

energi menjadi energi melalui redit program.

- Selain itu, memerlukan informasi terkait dengan ketertarikan pihak

perbankan terhadap pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui

kredit program. Paling tidak dengan mengundang pelalu perbankan yang

sudah memiliki pengalaman dalam pembiayaan investasi limbah menjadi

energi.

d) Bidang I PKPPIM

- Pengalaman pengembangan sarana pengolahan limbah menjadi energi

mempunyai variasi dan/atau ukuran yang berbeda. Oleh karena itu

membutuhkan standardisasi atau penyeragaman dalam pelaksanaan

pembangunan reaktor biogas. Dengan adanya penyeragaman/standardisasi

pengembangan dalam pengolahan limbah menjadi energi akan mudah dalam

memberikan pembiayaan pengolahan limbah.

- Supaya pembahasan menjadi lebih jelas, membutuhkan koordinasi antara

Kemen LH, Kemen ESDM dan Pemda terhadap pelaksanaan program masing-

masing. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan program

dan dapat dilaksanakan tepat sasaran.

- ESDM, Pemda dan KLH yang akan atau sudah melakukan bernagai kegiatan

pengembangan dalam pengolahan limbah menjadi biogas mungkin bisa

memberitahukan sumber pembiayaan, mekanisme serta tipe pembiayaan

investasi limbah menjadi energi melalui kredit program.

- Membutuhkan Pemetaan secara kewilayahan dalam pelaksanaan program

pembiayaan investasi limbah menjadi energi melalui kredit program. Karena

hal tersebut dilakukan untuk menghindari distrorsi program lainnya, seperti

program hibah pengolahan limbah menjadi energi.

F. Penutup

Kegitan ini tutup oleh Bapak S. Haryo Suwakhyo Kepala Bidang I PKPPIM Kementerian

Keuangan. Diharapkan dari kegiatan ini dapat memberikan perbaikan laporan kegiatan

dengan mempertimbangkan berbagai masukan dari pemangku kepentingan pada

kegiatan Analisis Biaya-Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi Melalui

Kredit Program. Harapan lainnya yakni hasil kegiatan ini dapat diimplementasikan dalam

sebuah kebijakan yang tepat sasaran.

Jakarta, 27 Maret 2014

Tim Penyusun

Page 200: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

185 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Lampiran 10 : Contoh Perhitungan Kelayakan Keuangan dan Analisa Biaya Manfaat

A. Biogas Industri Tahu

Tabel Analisis Keuangan Pengembangan Reaktor Biogas Industri Tahu

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

A Biaya Awal (Rp) 103,627,000 148,000,000 105,720,000 120,000,000

B Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C Suku Bunga Bank 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Nilai NPV (Rp) (146,197,172) 103,649,432 193,702,367 (49,384,828)

IRR #DIV/0! 19.1% 30.3% 7.5%

ROI -57.2% 20.1% 390.3% 80.7%

Profitability Index -41.1% 170.0% 283.2% 58.8%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

Nilai NPV (Rp) (148,606,887) 100,207,880 191,243,983 (52,175,276)

IRR #DIV/0! 18.8% 29.9% 7.3%

ROI -57.8% 19.9% 383.0% 78.0%

Profitability Index -43.4% 167.7% 280.9% 56.5%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

Nilai NPV (Rp) (151,016,601) 96,766,328 188,785,598 (54,965,724)

IRR #DIV/0! 18.5% 29.5% 7.1%

ROI -58.4% 19.8% 376.0% 75.4%

Profitability Index -45.7% 165.4% 278.6% 54.2%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

Nilai NPV (Rp) (153,426,315) 93,324,776 186,327,214 (57,756,171)

IRR #DIV/0! 18.2% 29.1% 6.9%

ROI -59.0% 19.6% 369.2% 72.9%

Profitability Index -48.1% 163.1% 276.2% 51.9%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

Nilai NPV (Rp) (155,836,030) 89,883,224 183,868,830 (60,546,619)

Page 201: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

186 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

IRR #DIV/0! 18.0% 28.7% 6.7%

ROI -59.6% 19.5% 362.5% 70.5%

Profitability Index -50.4% 160.7% 273.9% 49.5%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

Nilai NPV (Rp) (158,245,744) 86,441,672 181,410,445 (63,337,066)

IRR #DIV/0! 17.7% 28.4% 6.5%

ROI -60.2% 19.3% 356.1% 68.1%

Profitability Index -52.7% 158.4% 271.6% 47.2%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

Nilai NPV (Rp) (160,655,458) 83,000,120 178,952,061 (66,127,514)

IRR #DIV/0! 17.4% 28.0% 6.3%

ROI -60.7% 19.2% 349.8% 65.8%

Profitability Index -55.0% 156.1% 269.3% 44.9%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

Nilai NPV (Rp) (163,065,172) 79,558,568 176,493,677 (68,917,962)

IRR #DIV/0! 17.1% 27.6% 6.1%

ROI -61.3% 19.0% 343.7% 63.5%

Profitability Index -57.4% 153.8% 266.9% 42.6%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

Nilai NPV (Rp) (165,474,887) 76,117,016 174,035,292 (71,708,409)

IRR #DIV/0! 16.9% 27.3% 5.9%

ROI -61.8% 18.9% 337.8% 61.3%

Profitability Index -59.7% 151.4% 264.6% 40.2%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

Nilai NPV (Rp) (167,884,601) 72,675,464 171,576,908 (74,498,857)

IRR #DIV/0! 16.6% 26.9% 5.8%

ROI -62.3% 18.7% 332.0% 59.2%

Profitability Index -62.0% 149.1% 262.3% 37.9%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

Nilai NPV (Rp) (170,294,315) 69,233,912 169,118,524 (77,289,304)

Page 202: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

187 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

IRR #DIV/0! 16.3% 26.6% 5.6%

ROI -62.8% 18.6% 326.3% 57.1%

Profitability Index -64.3% 146.8% 260.0% 35.6%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11% 11% 11% 11%

Subsidi Bunga 3% 3% 3% 3%

Nilai NPV (Rp) (172,704,030) 65,792,360 166,660,139 (80,079,752)

IRR #DIV/0! 16.1% 26.2% 5.4%

ROI -63.3% 18.4% 320.9% 55.1%

Profitability Index -66.7% 144.5% 257.6% 33.3%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

Nilai NPV (Rp) (175,113,744) 62,350,808 164,201,755 (82,870,200)

IRR #DIV/0! 15.8% 25.9% 5.2%

ROI -63.7% 18.3% 315.5% 53.1%

Profitability Index -69.0% 142.1% 255.3% 30.9%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

Nilai NPV (Rp) (177,523,458) 58,909,256 161,743,371 (85,660,647)

IRR #DIV/0! 15.6% 25.6% 5.1%

ROI -64.2% 18.1% 310.3% 51.2%

Profitability Index -71.3% 139.8% 253.0% 28.6%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 14% 14% 14% 14%

Subsidi Bunga 0% 0% 0% 0%

Nilai NPV (Rp) (178,728,315) 57,188,480 160,514,179 (87,055,871)

IRR #DIV/0! 15.5% 25.4% 5.0%

ROI -64.4% 18.1% 307.7% 50.3%

Profitability Index -72.5% 138.6% 251.8% 27.5%

Kelayakan #DIV/0! Layak Layak Tidak Layak

Page 203: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

188 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel Analisis Biaya dan Manfaat untuk Reaktor Biogas Industri Tahu

(Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

A. Biaya Awal (Rp) 103,627,000 148,000,000 105,720,000 120,000,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C. Suku Bunga Bank 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Page 204: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

189 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11.0% 11.0% 11.0% 11.0%

Page 205: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

190 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

40 M3 94 M3 84 M3 90 M3

Subsidi Bunga 2.5% 2.5% 2.5% 2.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 302,109,086 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 753,439,700 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.49 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Subsidi Bunga 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Nilai Biaya (C)(Rp) 210,868,571 301,162,328 215,127,576 244,185,671

Nilai Manfaat (B) (Rp) 181,140,056 752,492,942 547,826,431 462,564,344

Nilai Manfaat Bersih (Rp) (29,728,516) 451,330,614 332,698,855 218,378,672

B per C Ratio (BCR) 0.86 2.50 2.55 1.89

Kelayakan (Jika BCR > 1) Tidak Layak Layak Layak Layak

Page 206: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

191 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

B. Biogas Limbah Kotoran Sapi

Tabel Analisis Keuangan Pengembangan Reaktor Limbah Kotoran Sapi

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

A. Biaya Awal (Rp) 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 3,053,898 5,219,168 7,384,438 9,549,707

IRR 16.2% 17.7% 18.7% 19.4%

ROI 182.3% 201.1% 213.7% 222.7%

Profitability Index 1.3817 1.5219 1.6154 1.6821

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (168,870) 922,143 2,013,157 3,104,170

IRR 11.8% 13.0% 13.8% 14.4%

ROI 128.2% 143.5% 153.6% 160.8%

Profitability Index 0.9789 1.0922 1.1678 1.2217

Kelayakan Tidak Layak Layak Layak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 2,867,868 4,986,631 7,105,393 9,224,155

IRR 15.9% 17.4% 18.4% 19.1%

ROI 178.2% 196.7% 209.1% 217.9%

Profitability Index 1.3585 1.4987 1.5921 1.6589

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (354,900) 689,606 1,734,112 2,778,618

IRR 11.5% 12.8% 13.6% 14.2%

ROI 124.9% 139.9% 149.8% 157.0%

Profitability Index 0.9556 1.0690 1.1445 1.1985

Kelayakan Tidak Layak Layak Layak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 2,681,839 4,754,093 6,826,348 8,898,603

Page 207: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

192 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

IRR 15.6% 17.1% 18.1% 18.8%

ROI 174.1% 192.4% 204.6% 213.3%

Profitability Index 1.3352 1.4754 1.5689 1.6356

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (540,930) 457,069 1,455,067 2,453,066

IRR 11.3% 12.5% 13.3% 13.9%

ROI 121.6% 136.4% 146.2% 153.2%

Profitability Index 0.9324 1.0457 1.1213 1.1752

Kelayakan Tidak Layak Layak Layak Layak

4 Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 2,495,809 4,521,556 6,547,303 8,573,050

IRR 15.3% 16.8% 17.8% 18.5%

ROI 170.2% 188.2% 200.2% 208.8%

Profitability Index 1.3120 1.4522 1.5456 1.6124

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (726,960) 224,531 1,176,023 2,127,514

IRR 11.0% 12.2% 13.0% 13.6%

ROI 118.4% 133.0% 142.7% 149.6%

Profitability Index 0.9091 1.0225 1.0980 1.1520

Kelayakan Tidak Layak Layak Layak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 2,309,779 4,289,019 6,268,258 8,247,498

IRR 15.0% 16.5% 17.5% 18.2%

ROI 166.3% 184.1% 195.9% 204.4%

Profitability Index 1.2887 1.4289 1.5224 1.5891

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (912,989) (8,006) 896,978 1,801,961

IRR 10.8% 12.0% 12.8% 13.4%

ROI 115.3% 129.7% 139.2% 146.1%

Profitability Index 0.8859 0.9992 1.0747 1.1287

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Layak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Page 208: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

193 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Nilai NPV (Rp) 2,123,749 4,056,481 5,989,214 7,921,946

IRR 14.8% 16.2% 17.2% 17.9%

ROI 162.6% 180.1% 191.8% 200.1%

Profitability Index 1.2655 1.4056 1.4991 1.5659

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (1,099,019) (240,543) 617,933 1,476,409

IRR 10.6% 11.7% 12.5% 13.1%

ROI 112.3% 126.5% 135.9% 142.6%

Profitability Index 0.8626 0.9759 1.0515 1.1055

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Layak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,937,719 3,823,944 5,710,169 7,596,394

IRR 14.5% 15.9% 16.9% 17.6%

ROI 159.0% 176.3% 187.8% 196.0%

Profitability Index 1.2422 1.3824 1.4758 1.5426

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (1,285,049) (473,080) 338,888 1,150,857

IRR 10.3% 11.5% 12.3% 12.8%

ROI 109.4% 123.4% 132.7% 139.3%

Profitability Index 0.8394 0.9527 1.0282 1.0822

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Layak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,751,689 3,591,407 5,431,124 7,270,842

IRR 14.2% 15.6% 16.6% 17.3%

ROI 155.5% 172.5% 183.9% 192.0%

Profitability Index 1.2190 1.3591 1.4526 1.5193

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (1,471,079) (705,618) 59,843 825,305

IRR 10.1% 11.3% 12.1% 12.6%

ROI 106.5% 120.3% 129.5% 136.1%

Profitability Index 0.8161 0.9294 1.0050 1.0590

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Layak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

Page 209: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

194 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,565,660 3,358,870 5,152,079 6,945,289

IRR 14.0% 15.4% 16.3% 17.0%

ROI 152.1% 168.9% 180.1% 188.1%

Profitability Index 1.1957 1.3359 1.4293 1.4961

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (1,657,109) (938,155) (219,201) 499,752

IRR 9.9% 11.0% 11.8% 12.4%

ROI 103.8% 117.4% 126.4% 132.9%

Profitability Index 0.7929 0.9062 0.9817 1.0357

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,379,630 3,126,332 4,873,035 6,619,737

IRR 13.7% 15.1% 16.0% 16.7%

ROI 148.7% 165.3% 176.4% 184.3%

Profitability Index 1.1725 1.3126 1.4061 1.4728

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (1,843,139) (1,170,692) (498,246) 174,200

IRR 9.7% 10.8% 11.6% 12.1%

ROI 101.1% 114.5% 123.4% 129.8%

Profitability Index 0.7696 0.8829 0.9585 1.0124

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,193,600 2,893,795 4,593,990 6,294,185

IRR 13.5% 14.9% 15.8% 16.4%

ROI 145.5% 161.9% 172.8% 180.6%

Profitability Index 1.1492 1.2894 1.3828 1.4496

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (2,029,169) (1,403,230) (777,291) (151,352)

IRR 9.5% 10.6% 11.4% 11.9%

ROI 98.5% 111.7% 120.5% 126.8%

Profitability Index 0.7464 0.8597 0.9352 0.9892

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11% 11% 11% 11%

Page 210: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

195 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Subsidi Bunga 3% 3% 3% 3%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 1,007,570 2,661,258 4,314,945 5,968,633

IRR 13.2% 14.6% 15.5% 16.2%

ROI 142.3% 158.5% 169.3% 177.0%

Profitability Index 1.1259 1.2661 1.3596 1.4263

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (2,215,198) (1,635,767) (1,056,336) (476,904)

IRR 9.2% 10.4% 11.1% 11.7%

ROI 95.9% 109.0% 117.7% 123.9%

Profitability Index 0.7231 0.8364 0.9120 0.9659

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 821,540 2,428,720 4,035,900 5,643,081

IRR 13.0% 14.4% 15.3% 15.9%

ROI 139.3% 155.2% 165.8% 173.4%

Profitability Index 1.1027 1.2429 1.3363 1.4031

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (2,401,228) (1,868,304) (1,335,380) (802,456)

IRR 9.0% 10.2% 10.9% 11.4%

ROI 93.4% 106.3% 114.9% 121.1%

Profitability Index 0.6998 0.8132 0.8887 0.9427

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 635,510 2,196,183 3,756,856 5,317,528

IRR 12.8% 14.1% 15.0% 15.6%

ROI 136.3% 152.0% 162.5% 170.0%

Profitability Index 1.0794 1.2196 1.3131 1.3798

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (2,587,258) (2,100,842) (1,614,425) (1,128,009)

IRR 8.8% 10.0% 10.7% 11.2%

ROI 91.0% 103.7% 112.2% 118.3%

Profitability Index 0.6766 0.7899 0.8655 0.9194

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

15. Skenario 15:

Page 211: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

196 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Beban Bunga Debitur 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Subsidi Bunga 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai NPV (Rp) 542,495 2,079,914 3,617,333 5,154,752

IRR 12.6% 14.0% 14.9% 15.5%

ROI 134.8% 150.4% 160.9% 168.3%

Profitability Index 1.0678 1.2080 1.3014 1.3682

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai NPV (Rp) (2,680,273) (2,217,110) (1,753,947) (1,290,785)

IRR 8.7% 9.9% 10.6% 11.1%

ROI 89.8% 102.5% 110.9% 116.9%

Profitability Index 0.6650 0.7783 0.8538 0.9078

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

Page 212: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

197 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel Analisis Biaya dan Manfaat untuk Reaktor Limbah Kotoran Sapi

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

A. Biaya Awal (Rp) 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C. Suku Bunga Bank 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Page 213: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

198 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Page 214: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

199 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Page 215: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

200 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11.0% 11.0% 11.0% 11.0%

Subsidi Bunga 2.5% 2.5% 2.5% 2.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Page 216: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

201 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

6 M3 8 M3 10 M3 12 M3

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 50,757,622 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 24,266,421 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 1.92 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Subsidi Bunga 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

a. Pengalihan dari LPG ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,832,229 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 43,992,374 57,851,432 71,710,490 85,569,548

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,160,145 35,775,432 45,219,289 54,663,147

B per C Ratio (BCR) 2.47 2.62 2.71 2.77

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Pengalihan dari Kayu Bakar ke Biogas

Nilai Biaya (C)(Rp) 17,660,800 22,076,000 26,491,200 30,906,400

Nilai Manfaat (B) (Rp) 31,420,653 41,089,137 63,176,189 60,426,106

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 13,759,853 19,013,137 36,684,988 29,519,706

B per C Ratio (BCR) 1.78 1.86 2.38 1.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Page 217: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

202 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

C. Biogas POME

Tabel Analisis Keuangan Pengembangan PLT Biomassa POME

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

A. Biaya Awal-Jual Listrik (Rp) 36,964,416,510 42,396,678,573 44,196,687,578 92,220,853,048

Biaya Awal-Penghematan Solar (Rp) 24,867,310,067 29,581,284,210 31,018,593,375 70,806,449,968

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C. Suku Bunga Bank/Tingkat Diskonto 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) 938,705,875 (7,296,950,934) (6,597,403,119) (55,908,403,315)

IRR 12.3% 10.2% 10.4% #NUM!

ROI 54.3% 48.3% 47.4% 28.1%

Profitability Index 1.0254 0.8279 0.8507 0.3938

Kelayakan Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 148,844,286,995 153,806,633,540 157,441,263,213 231,419,565,237

IRR 58.0% 53.0% 52.1% 39.6%

ROI 121.6% 116.0% 115.0% 96.5%

Profitability Index 6.9855 6.1995 6.0757 4.2683

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) 264,477,709 (8,265,991,939) (7,607,586,086) (58,052,882,129)

IRR 12.1% 10.0% 10.2% 5.4%

ROI 53.6% 47.4% 46.6% 27.3%

Profitability Index 1.0072 0.8050 0.8279 0.3705

Kelayakan Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 148,390,709,137 153,267,073,150 156,875,486,413 230,128,060,937

IRR 57.6% 52.6% 51.8% 39.3%

ROI 121.3% 115.6% 114.6% 96.0%

Profitability Index 6.9673 6.1812 6.0575 4.2501

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (409,750,456) (9,235,032,944) (8,617,769,053) (60,197,360,943)

IRR 11.9% 9.8% 10.0% 5.2%

ROI 53.0% 46.5% 45.7% 26.4%

Profitability Index 0.9889 0.7822 0.8050 0.3472

Page 218: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

203 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 147,937,131,280 152,727,512,760 156,309,709,612 228,836,556,637

IRR 57.3% 52.2% 51.4% 39.0%

ROI 120.9% 115.2% 114.3% 95.6%

Profitability Index 6.9491 6.1630 6.0392 4.2319

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (1,083,978,621) (10,204,073,949) (9,627,952,019) (62,341,839,756)

IRR 11.7% 9.5% 9.8% #NUM!

ROI 52.3% 45.6% 44.9% 25.6%

Profitability Index 0.9707 0.7593 0.7822 0.3240

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 147,483,553,422 152,187,952,370 155,743,932,812 227,545,052,338

IRR 56.9% 51.9% 51.1% 38.6%

ROI 120.6% 114.9% 113.9% 95.1%

Profitability Index 6.9308 6.1447 6.0210 4.2136

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (1,758,206,787) (11,173,114,953) (10,638,134,986) (64,486,318,570)

IRR 11.5% 9.3% 9.6% #NUM!

ROI 51.7% 44.7% 44.1% 24.8%

Profitability Index 0.9524 0.7365 0.7593 0.3007

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 147,029,975,565 151,648,391,981 155,178,156,011 226,253,548,038

IRR 56.5% 51.5% 50.7% 38.3%

ROI 120.2% 114.5% 113.5% 94.7%

Profitability Index 6.9126 6.1265 6.0027 4.1954

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (2,432,434,952) (12,142,155,958) (11,648,317,953) (66,630,797,383)

IRR 11.3% 9.1% 9.4% #NUM!

ROI 51.0% 43.9% 43.2% 24.0%

Profitability Index 0.9342 0.7136 0.7364 0.2775

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 146,576,397,707 151,108,831,591 154,612,379,211 224,962,043,738

Page 219: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

204 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

IRR 56.2% 51.2% 50.4% 38.0%

ROI 119.9% 114.1% 113.1% 94.3%

Profitability Index 6.8943 6.1083 5.9845 4.1771

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (3,106,663,118) (13,111,196,963) (12,658,500,920) (68,775,276,197)

IRR 11.2% 8.9% 9.2% #NUM!

ROI 50.4% 43.0% 42.4% 23.2%

Profitability Index 0.9160 0.6907 0.7136 0.2542

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 146,122,819,850 150,569,271,201 154,046,602,410 223,670,539,438

IRR 55.8% 50.8% 50.0% 37.7%

ROI 119.5% 113.7% 112.7% 93.8%

Profitability Index 6.8761 6.0900 5.9663 4.1589

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (3,780,891,283) (14,080,237,968) (13,668,683,887) (70,919,755,010)

IRR 11.0% 8.7% 9.0% #NUM!

ROI 49.7% 42.1% 41.6% 22.4%

Profitability Index 0.8977 0.6679 0.6907 0.2310

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 145,669,241,992 150,029,710,811 153,480,825,610 222,379,035,139

IRR 55.4% 50.5% 49.7% 37.4%

ROI 119.2% 113.4% 112.4% 93.4%

Profitability Index 6.8579 6.0718 5.9480 4.1407

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (4,455,119,448) (15,049,278,973) (14,678,866,854) (73,064,233,824)

IRR 10.8% 8.5% 8.8% 4.2%

ROI 49.1% 41.3% 40.8% 21.6%

Profitability Index 0.8795 0.6450 0.6679 0.2077

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 145,215,664,135 149,490,150,421 152,915,048,810 221,087,530,839

IRR 55.1% 50.1% 49.3% 37.1%

ROI 118.8% 113.0% 112.0% 93.0%

Profitability Index 6.8396 6.0535 5.9298 4.1224

Page 220: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

205 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (5,129,347,614) (16,018,319,978) (15,689,049,821) (75,208,712,637)

IRR 10.7% 8.3% #NUM! 4.0%

ROI 48.4% 40.5% 40.0% 20.8%

Profitability Index 0.8612 0.6222 0.6450 0.1845

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak #NUM! Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 144,762,086,277 148,950,590,031 152,349,272,009 219,796,026,539

IRR 54.7% 49.8% 49.0% 36.8%

ROI 118.5% 112.6% 111.6% 92.5%

Profitability Index 6.8214 6.0353 5.9115 4.1042

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (5,803,575,779) (16,987,360,983) (16,699,232,788) (77,353,191,451)

IRR 10.5% 8.1% 8.4% 3.8%

ROI 47.8% 39.7% 39.3% 20.1%

Profitability Index 0.8430 0.5993 0.6222 0.1612

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 144,308,508,420 148,411,029,641 151,783,495,209 218,504,522,240

IRR 54.4% 49.4% 48.7% 36.5%

ROI 118.1% 112.3% 111.3% 92.1%

Profitability Index 6.8031 6.0171 5.8933 4.0859

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11% 11% 11% 11%

Subsidi Bunga 3% 3% 3% 3%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (6,477,803,945) (17,956,401,988) (17,709,415,754) (79,497,670,264)

IRR 10.3% #NUM! 8.2% #NUM!

ROI 47.2% 38.9% 38.5% 19.3%

Profitability Index 0.8248 0.5765 0.5993 0.1380

Kelayakan Tidak Layak #NUM! Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 143,854,930,562 147,871,469,252 151,217,718,408 217,213,017,940

IRR 54.0% 49.1% 48.3% 36.2%

ROI 117.8% 111.9% 110.9% 91.7%

Profitability Index 6.7849 5.9988 5.8751 4.0677

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Page 221: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

206 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (7,152,032,110) (18,925,442,993) (18,719,598,721) (81,642,149,078)

IRR 10.2% 7.8% 8.0% #NUM!

ROI 46.6% 38.1% 37.7% 18.6%

Profitability Index 0.8065 0.5536 0.5764 0.1147

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 143,401,352,704 147,331,908,862 150,651,941,608 215,921,513,640

IRR 53.7% 48.8% 48.0% 35.9%

ROI 117.5% 111.6% 110.5% 91.3%

Profitability Index 6.7667 5.9806 5.8568 4.0495

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (7,826,260,275) (19,894,483,998) (19,729,781,688) (83,786,627,892)

IRR 10.0% 7.6% #NUM! 3.4%

ROI 46.0% 37.3% 37.0% 17.9%

Profitability Index 0.7883 0.5308 0.5536 0.0915

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak #NUM! Tidak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 142,947,774,847 146,792,348,472 150,086,164,807 214,630,009,340

IRR 53.3% 48.4% 47.7% 35.6%

ROI 117.1% 111.2% 110.2% 90.8%

Profitability Index 6.7484 5.9623 5.8386 4.0312

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Subsidi Bunga 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai NPV (Rp) (8,163,374,358) (20,379,004,501) (20,234,873,172) (84,858,867,298)

IRR 9.9% 7.5% 7.7% #NUM!

ROI 45.7% 36.9% 36.6% 17.5%

Profitability Index 0.7792 0.5193 0.5422 0.0798

Kelayakan Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak #NUM!

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai NPV (Rp) 142,720,985,918 146,522,568,277 149,803,276,407 213,984,257,191

IRR 53.2% 48.3% 47.5% 35.5%

ROI 117.0% 111.0% 110.0% 90.6%

Profitability Index 6.7393 5.9532 5.8295 4.0221

Kelayakan Layak Layak Layak Layak

Page 222: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

207 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel Analisis Biaya dan Manfaat untuk PLT Biomassa POME

(sumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

A. Biaya Awal-Jual Listrik (Rp) 36,964,416,510 42,396,678,573 44,196,687,578 92,220,853,048

Biaya Awal-Penghematan Solar (Rp) 24,867,310,067 29,581,284,210 31,018,593,375 70,806,449,968

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5 5 5 5

C. Suku Bunga Bank/Tingkat Diskonto 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Subsidi Bunga 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0% 1.0% 1.0% 1.0%

Subsidi Bunga 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0% 2.0% 2.0% 2.0%

Subsidi Bunga 11.5% 11.5% 11.5% 11.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Page 223: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

208 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0% 3.0% 3.0% 3.0%

Subsidi Bunga 10.5% 10.5% 10.5% 10.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0% 4.0% 4.0% 4.0%

Subsidi Bunga 9.5% 9.5% 9.5% 9.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0% 5.0% 5.0% 5.0%

Subsidi Bunga 8.5% 8.5% 8.5% 8.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

Page 224: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

209 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0% 6.0% 6.0% 6.0%

Subsidi Bunga 7.5% 7.5% 7.5% 7.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0% 7.0% 7.0% 7.0%

Subsidi Bunga 6.5% 6.5% 6.5% 6.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0% 8.0% 8.0% 8.0%

Subsidi Bunga 5.5% 5.5% 5.5% 5.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

10. Skenario 10:

Page 225: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

210 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Beban Bunga Debitur 9.0% 9.0% 9.0% 9.0%

Subsidi Bunga 4.5% 4.5% 4.5% 4.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0% 10.0% 10.0% 10.0%

Subsidi Bunga 3.5% 3.5% 3.5% 3.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11.0% 11.0% 11.0% 11.0%

Subsidi Bunga 2.5% 2.5% 2.5% 2.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0% 12.0% 12.0% 12.0%

Subsidi Bunga 1.5% 1.5% 1.5% 1.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Page 226: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

211 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

45 Ton TBS 45 Ton TBS 60 Ton TBS 75 Ton TBS

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0% 13.0% 13.0% 13.0%

Subsidi Bunga 0.5% 0.5% 0.5% 0.5%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5% 13.5% 13.5% 13.5%

Subsidi Bunga 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

a. Asumsi Jual Listrik

Nilai Biaya (C)(Rp) 130,577,022,753 137,122,560,225 146,746,347,401 293,578,389,012

Nilai Manfaat (B) (Rp) 252,041,144,313 236,398,939,765 254,359,349,049 434,552,531,685

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 121,464,121,560 99,276,379,540 107,613,001,648 140,974,142,673

B per C Ratio (BCR) 1.93 1.72 1.73 1.48

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

b. Asumsi Penghematan Solar

Nilai Biaya (C)(Rp) 167,069,912,183 186,035,035,800 192,966,778,018 370,321,553,481

Nilai Manfaat (B) (Rp) 480,258,032,346 507,344,753,694 526,585,561,403 849,405,525,155

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 313,188,120,163 321,309,717,894 333,618,783,385 479,083,971,674

B per C Ratio (BCR) 2.87 2.73 2.73 2.29

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak Layak Layak Layak

Page 227: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

212 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

D. PLT Biomassa Pelepah Sawit

Tabel Analisis Keuangan Pengembangan PLT Biomassa Pelepah Sawit

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran

200 KV

A. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 4,886,108,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

C. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai NPV (Rp) 3,967,448,360

IRR 19.4%

ROI 162.5%

Profitability Index 1.8120

Kelayakan Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0%

Subsidi Bunga 12.5%

Nilai NPV (Rp) 3,853,828,124

IRR 19.1%

ROI 160.1%

Profitability Index 1.7887

Kelayakan Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0%

Subsidi Bunga 11.5%

Nilai NPV (Rp) 3,740,207,888

IRR 18.8%

ROI 157.8%

Profitability Index 1.7655

Kelayakan Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0%

Subsidi Bunga 10.5%

Nilai NPV (Rp) 3,626,587,653

IRR 18.6%

ROI 155.5%

Profitability Index 1.7422

Kelayakan Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0%

Subsidi Bunga 9.5%

Page 228: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

213 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Nilai NPV (Rp) 3,512,967,417

IRR 18.3%

ROI 153.2%

Profitability Index 1.7190

Kelayakan Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0%

Subsidi Bunga 8.5%

Nilai NPV (Rp) 3,399,347,181

IRR 18.0%

ROI 151.0%

Profitability Index 1.6957

Kelayakan Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0%

Subsidi Bunga 7.5%

Nilai NPV (Rp) 3,285,726,945

IRR 17.8%

ROI 148.9%

Profitability Index 1.6725

Kelayakan Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0%

Subsidi Bunga 6.5%

Nilai NPV (Rp) 3,172,106,709

IRR 17.6%

ROI 146.7%

Profitability Index 1.6492

Kelayakan Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0%

Subsidi Bunga 5.5%

Nilai NPV (Rp) 3,058,486,473

IRR 17.3%

ROI 144.6%

Profitability Index 1.6260

Kelayakan Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0%

Subsidi Bunga 4.5%

Nilai NPV (Rp) 2,944,866,237

IRR 17.1%

ROI 142.6%

Profitability Index 1.6027

Page 229: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

214 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Kelayakan Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0%

Subsidi Bunga 3.5%

Nilai NPV (Rp) 2,831,246,001

IRR 16.8%

ROI 140.6%

Profitability Index 1.5794

Kelayakan Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11%

Subsidi Bunga 3%

Nilai NPV (Rp) 2,717,625,765

IRR 16.6%

ROI 138.6%

Profitability Index 1.5562

Kelayakan Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0%

Subsidi Bunga 1.5%

Nilai NPV (Rp) 2,604,005,529

IRR 16.4%

ROI 136.6%

Profitability Index 1.5329

Kelayakan Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0%

Subsidi Bunga 0.5%

Nilai NPV (Rp) 2,490,385,293

IRR 16.2%

ROI 134.7%

Profitability Index 1.5097

Kelayakan Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5%

Subsidi Bunga 0%

Nilai NPV (Rp) 2,433,575,175

IRR 16.0%

ROI 133.7%

Profitability Index 1.4981

Kelayakan Layak

Page 230: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

215 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel Analisis Biaya dan Manfaat untuk PLT Biomassa Pelepah Sawit

(Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran

200 KV

A. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 4,886,108,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

C. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0%

Subsidi Bunga 12.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0%

Subsidi Bunga 11.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0%

Subsidi Bunga 10.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0%

Subsidi Bunga 9.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Page 231: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

216 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0%

Subsidi Bunga 8.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0%

Subsidi Bunga 7.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0%

Subsidi Bunga 6.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0%

Subsidi Bunga 5.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0%

Subsidi Bunga 4.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

11. Skenario 11:

Page 232: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

217 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Beban Bunga Debitur 10.0%

Subsidi Bunga 3.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11.0%

Subsidi Bunga 2.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0%

Subsidi Bunga 1.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0%

Subsidi Bunga 0.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5%

Subsidi Bunga 0.0%

Nilai Biaya (C)(Rp) 13,739,279,477

Nilai Manfaat (B) (Rp) 40,662,524,806

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 26,923,245,329

B per C Ratio (BCR) 2.96

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

Page 233: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

218 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

E. Silo Pengering Padi/Jagung

Tabel Analisis Keuangan Pengembangan Silo Pengering/Jagung

(Asumsi Manfaat 20 Tahun, Namun untuk Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran

200 KV

1. Biaya Awal (Rp) 945,000,000

2. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

3. Suku Bunga Bank 13.5%

4. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai NPV (Rp) 3,723,075,435

IRR 59.0%

ROI 505.4%

Profitability Index 4.9398

Kelayakan Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0%

Subsidi Bunga 12.5%

Nilai NPV (Rp) 3,689,010,300

IRR 58.1%

ROI 493.9%

Profitability Index 4.9037

Kelayakan Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0%

Subsidi Bunga 11.5%

Nilai NPV (Rp) 3,654,945,165

IRR 57.3%

ROI 482.8%

Profitability Index 4.8677

Kelayakan Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0%

Subsidi Bunga 10.5%

Nilai NPV (Rp) 3,620,880,030

IRR 56.4%

ROI 472.2%

Profitability Index 4.8316

Kelayakan Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0%

Subsidi Bunga 9.5%

Page 234: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

219 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Nilai NPV (Rp) 3,586,814,895

IRR 55.6%

ROI 461.9%

Profitability Index 4.7956

Kelayakan Layak

6. Skenario 6:

Beban Bunga Debitur 5.0%

Subsidi Bunga 8.5%

Nilai NPV (Rp) 3,552,749,760

IRR 54.8%

ROI 451.9%

Profitability Index 4.7595

Kelayakan Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0%

Subsidi Bunga 7.5%

Nilai NPV (Rp) 3,518,684,625

IRR 53.9%

ROI 442.4%

Profitability Index 4.7235

Kelayakan Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0%

Subsidi Bunga 6.5%

Nilai NPV (Rp) 3,484,619,490

IRR 53.1%

ROI 433.1%

Profitability Index 4.6874

Kelayakan Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0%

Subsidi Bunga 5.5%

Nilai NPV (Rp) 3,450,554,354

IRR 52.3%

ROI 424.2%

Profitability Index 4.6514

Kelayakan Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0%

Subsidi Bunga 4.5%

Nilai NPV (Rp) 3,416,489,219

IRR 51.5%

ROI 415.5%

Profitability Index 4.6153

Page 235: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

220 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Kelayakan Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0%

Subsidi Bunga 3.5%

Nilai NPV (Rp) 3,382,424,084

IRR 50.7%

ROI 407.1%

Profitability Index 4.5793

Kelayakan Layak

12. Skenario 12:

Beban Bunga Debitur 11%

Subsidi Bunga 3%

Nilai NPV (Rp) 3,348,358,949

IRR 49.9%

ROI 399.0%

Profitability Index 4.5432

Kelayakan Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0%

Subsidi Bunga 1.5%

Nilai NPV (Rp) 3,314,293,814

IRR 49.1%

ROI 391.2%

Profitability Index 4.5072

Kelayakan Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0%

Subsidi Bunga 0.5%

Nilai NPV (Rp) 3,280,228,679

IRR 48.4%

ROI 383.6%

Profitability Index 4.4711

Kelayakan Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5%

Subsidi Bunga 0%

Nilai NPV (Rp) 3,263,196,111

IRR 48.0%

ROI 379.9%

Profitability Index 4.4531

Kelayakan Layak

Page 236: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

221 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

Tabel Analisis Biaya dan Manfaat untuk Silo Pengering/Jagung

(Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun)

No. Indikator Ukuran

200 KV

A. Biaya Awal - Jual Listrik (Rp) 945,000,000

B. Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 5

C. Suku Bunga Bank / Tingkat Diskonto 13.5%

D. Simulasi untuk Beban Bunga Debitur

1. Skenario 1:

Beban Bunga Debitur 0.0%

Subsidi Bunga 13.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

2. Skenario 2:

Beban Bunga Debitur 1.0%

Subsidi Bunga 12.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

3. Skenario 3:

Beban Bunga Debitur 2.0%

Subsidi Bunga 11.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

4. Skenario 4:

Beban Bunga Debitur 3.0%

Subsidi Bunga 10.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

5. Skenario 5:

Beban Bunga Debitur 4.0%

Subsidi Bunga 9.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

6. Skenario 6:

Page 237: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

222 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Beban Bunga Debitur 5.0%

Subsidi Bunga 8.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

7. Skenario 7:

Beban Bunga Debitur 6.0%

Subsidi Bunga 7.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

8. Skenario 8:

Beban Bunga Debitur 7.0%

Subsidi Bunga 6.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

9. Skenario 9:

Beban Bunga Debitur 8.0%

Subsidi Bunga 5.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

10. Skenario 10:

Beban Bunga Debitur 9.0%

Subsidi Bunga 4.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

11. Skenario 11:

Beban Bunga Debitur 10.0%

Subsidi Bunga 3.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

12. Skenario 12:

Page 238: ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI LIMBAH ... wte.pdf · tahu, biogas dari limbah peternakan sapi, pembangkit listrik dari biogas limbah industri kelapa sawit (POME),

Analisis Biaya dan Manfaat Pembiayaan Investasi Limbah Menjadi Energi

Melalui Kredit Program

223 PKPPIM BKF Kementerian Keuangan RI dan UK LCS Programme

No. Indikator Ukuran

200 KV

Beban Bunga Debitur 11.0%

Subsidi Bunga 2.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

13. Skenario 13:

Beban Bunga Debitur 12.0%

Subsidi Bunga 1.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

14. Skenario 14:

Beban Bunga Debitur 13.0%

Subsidi Bunga 0.5%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak

15. Skenario 15:

Beban Bunga Debitur 13.5%

Subsidi Bunga 0.0%

Nilai Biaya (C)(Rp) 2,643,619,075

Nilai Manfaat (B) (Rp) 7,047,808,005

Nilai Manfaat Bersih (Rp) 4,404,188,930

B per C Ratio (BCR) 2.67

Kelayakan (Jika BCR > 1) Layak