Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

6
Analisis Struktur Lipatan Berdasarkan Arah Tegasannya di Daerah Wonosegoro dan Banyumeneng Bunga Bumi Heir Bintang 1 21100114120025 1 Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Abstrak Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi terutama gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Proses pembentukan lipatan dipengaruhi oleh 3 tegasan yaitu tegasan maksimum atau utama (σ1), tegasan intermediet (σ2), dan tegasan minimum (σ3).Pembuatan paper ini menggunakan metode tinjauan lapangan serta tinjauan pustaka melalui buku dan internet/web untuk melakukan analisis dari data yang diperoleh di lapangan. Dari tinjauan lapangan diperoleh data berupa strike/dip axial plane serta strike/dip sayap kanan dan sayap kiri lipatan kemudian dilakukan analisis lipatan menggunakan plotting net hingga dapat diketahui arah tegasan utamanya. Berdasarkan kedudukan tegasan utama antara ketiga lipatan yang dianalisis di daerah Banyumeneng dan Wonosegoro ini yaitu 4º, N 172º E; 6º, N 136º E; 4º, N 117º E. Sehingga dapat disimpulkan daerah ini termasuk dalam pola jawa berdasarkan beberapa studi pustaka. Pola jawa ini dibentuk oleh pola tektonik neogen sehingga kemunculan pola ini dapat menyebabkan perubahan pada pola-pola tektonik sebelumnya sehingga terjadi perubahan arah tegasan karena dipengaruhi oleh tegasan yang berbeda dari tegassan sebelumnya. Pola jawa merupakan pola yang dominan di pulau Jawa. Keywords : Lipatan ; Tegasan utama Pendahuluan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi terutama gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Proses pembentukan lipatan dipengaruhi oleh 3 tegasan yaitu tegasan maksimum atau utama (σ1), tegasan intermediet (σ2), dan tegasan minimum (σ3). Paper ini dibuat

description

Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

Transcript of Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

Page 1: Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

Analisis Struktur Lipatan Berdasarkan Arah Tegasannya di Daerah Wonosegoro dan Banyumeneng

Bunga Bumi Heir Bintang1

211001141200251Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Abstrak

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi terutama gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Proses pembentukan lipatan dipengaruhi oleh 3 tegasan yaitu tegasan maksimum atau utama (σ1), tegasan intermediet (σ2), dan tegasan minimum (σ3).Pembuatan paper ini menggunakan metode tinjauan lapangan serta tinjauan pustaka melalui buku dan internet/web untuk melakukan analisis dari data yang diperoleh di lapangan. Dari tinjauan lapangan diperoleh data berupa strike/dip axial plane serta strike/dip sayap kanan dan sayap kiri lipatan kemudian dilakukan analisis lipatan menggunakan plotting net hingga dapat diketahui arah tegasan utamanya. Berdasarkan kedudukan tegasan utama antara ketiga lipatan yang dianalisis di daerah Banyumeneng dan Wonosegoro ini yaitu 4º, N 172º E; 6º, N 136º E; 4º, N 117º E. Sehingga dapat disimpulkan daerah ini termasuk dalam pola jawa berdasarkan beberapa studi pustaka. Pola jawa ini dibentuk oleh pola tektonik neogen sehingga kemunculan pola ini dapat menyebabkan perubahan pada pola-pola tektonik sebelumnya sehingga terjadi perubahan arah tegasan karena dipengaruhi oleh tegasan yang berbeda dari tegassan sebelumnya. Pola jawa merupakan pola yang dominan di pulau Jawa.

Keywords : Lipatan ; Tegasan utama

Pendahuluan

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi terutama gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Proses pembentukan lipatan dipengaruhi oleh 3 tegasan yaitu tegasan maksimum atau utama (σ1), tegasan intermediet (σ2), dan tegasan minimum (σ3). Paper ini dibuat dilatarbelakangi oleh metode analisis untuk mengetahui arah tegasan utama pada suatu lipatan. Maksud dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui tegasan utama, plunge, pitch serta dip dari lipatan. Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui besar tegasan pada masing-masing sisi sehingga dapat mengetahu tegasan maksimum, intermediet, dan minimum. Serta

penentuan jenis lipatan berdasarkan kedudukan pitch, plunge, dan dip dengan menggunakan diagram segitiga dari klasifikasi lipatan (Rickard, 1971)

Metodologi

Pada paper ini, metodologi berupa tinjauan lapanga secara langsung dan tinjauan pustaka dengan sumber dari internet/web dan buku yang dilakukan untuk membantu proses analisis dari data kekar yang diperoleh

Geologi Regional

Geomorfologi RegionalZona Kendeng meliputi deretan

pegunungan dengan arah memanjang barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250

Page 2: Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

km dan lebar maksimum 40 km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari gunungapi Ungaran di bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan, kelanjutan zona ini masih dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura.

Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Proses eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek dan Napal Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter.

Stratigrafi Regional1. Formasi Pelang2. Formasi Kerek

Formasi Kerek memiliki kekhasan berupa perulangan perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan yang menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding). a. Anggota Banyuurip

Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai sisipan batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan bagian atasnya ditandai dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran setebal 5 meter dengan sisipan tuf halus. Anggota ini berumur Miosen tengah bagian tengah atas.

b. Anggota SentulAnggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama dengan anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih tebal. Ketebalan anggota Sentul

mencapai 500 meter. Anggota Sentul berumur Miosen atas bagian bawa.

c. Anggota Batugamping KerekMerupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh perselingan antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung dan tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 meter. Umur batugamping kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian tengah).

3. Formasi Kalibeng4. Formasi Pucangan 5. Formasi Kabuh 6. Formasi Notopuro7. Endapan undak Bengawan Solo

Struktur Geologi RegionalSecara umum struktur – struktur yang ada

di Zona Kendeng berupa : 1. Lipatan Lipatan yang ada pada daerah

Kendeng sebagian besar berupa lipatan asimetri bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan – lipatan di daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan – lipatan menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat – timur.

2. Sesar Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi.

3. Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut- barat daya dan tenggara -barat laut.

4. Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona Kendeng biasanya terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Kala Plistosen.

Pembahasan

BanyumenengPada lokasi pengamatan di daerah

Banyumeneng ini termasuk pada zona Kendeng yag dicirikan dengan adanya perlapisan batupasir dan

Page 3: Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

batulanau. Pada lokasi pengamatan ditemui struktur lipatan. Dari data strike/dip sayap kiri dan sayap kanan lipatan dilakukan analisis untuk mengetahui arah tegasan utamanya dengan menggunakan plotting net. Berdasarkan hasil plotting didapatkan kedudukan σ1 4º, N 172º E, σ2 22º, N 264º E, σ3 66º, N 72º E, serta kedudukan axial plane N 81º E/86º, plunge 22º, dan pitch 23º. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa lipatan ini memiliki σ1 dengan kedudukan 4º, N 172º E atau mengarah ke tenggara. Dari kedudukan dip, plunge, dan pitch axial planenya lipatan disebut upright fold (Rickard, 1971).

Wonosegoro

Pada lokasi pengamatan di daerah Wonosegoro ini termasuk pada zona Kendeng yag dicirikan dengan adanya perlapisan batupasir dan batulanau. Pada lokasi pengamatan ditemui dua struktur lipatan yaitu antiklin dan sinklin. Dari data strike/dip sayap kiri dan sayap kanan lipatan dilakukan analisis untuk mengetahui arah tegasan utamanya dengan menggunakan plotting net.

Berdasarkan hasil plotting pada sinklin didapatkan kedudukan σ1 6º, N 136º E, σ2 19º, N 225º E, σ3 70º, N 32º E, serta kedudukan axial plane N 44º E/86º, plunge 20º, dan pitch 19º. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa lipatan ini memiliki σ1 dengan kedudukan 6º, N 136º E atau mengarah ke tenggara. Dari kedudukan dip, plunge, dan pitch axial planenya lipatan disebut upright fold (Rickard, 1971).

Berdasarkan hasil plotting pada antiklin didapatkan kedudukan σ1 4º, N 117º E, σ2 24º, N 207º E, σ3 66º, N 22º E, serta kedudukan axial plane N 26º E/88º, plunge 24º, dan pitch 24º. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa lipatan ini memiliki σ1 dengan kedudukan 4º, N 117º E atau mengarah ke tenggara. Dari kedudukan dip, plunge, dan pitch axial planenya lipatan disebut upright fold (Rickard, 1971).

Korelasi Antara Lipatan Sinklin dan Antiklin di daerah Banyumeneng dan Wonosegoro

Berdasarkan kedudukan tegasan utama antara ketiga lipatan yang dianalisis di daerah Banyumeneng dan Wonosegoro ini yaitu 4º, N 172º E; 6º, N 136º E; 4º, N 117º E. Dari ketiga arah tegasan utamanya

lebih mengarah ke tenggara, namun pada daerah Banyumeneng lebih mengarah ke selatan. Berdasarkan interpretasi terbeentuknya struktur ini dipengaruhi oleh pola tektonik jawa yang merupakan pola termuda yang mengaktifkan pola-pola tektonik sebelumnya. Pola ini memiliki arah barat-timur dengan umur neogen. Sedangkan pada daerah pengamatan termasuk dalam formasi kerek dengan umur sekitar miosen. Pola tektonik meratus memiliki umur paleosen sehingga dapat disimpulkan daerah ini termasuk dalam pola jawa berdasarkan beberapa studi pustaka. Namun arah tegasannya memiliki perbedaan yang dapat disebabkan oleh pengaruh pola tektonik lain seperti pola sunda dengan arah utara – selatan, pola meratus dengan arah timur laut – barat daya. Pola jawa ini dibentuk oleh pola tektonik neogen sehingga kemunculan pola ini dapat menyebabkan perubahan pada pola-pola tektonik sebelumnya sehingga terjadi perubahan arah tegasan karena dipengaruhi oleh tegasan yang berbeda dari tegassan sebelumnya. Pola jawa merupakan pola yang dominan di pulau Jawa.

Kesimpulan

Berdasarkan kedudukan tegasan utama antara ketiga lipatan yang dianalisis di daerah Banyumeneng dan Wonosegoro ini yaitu 4º, N 172º E; 6º, N 136º E; 4º, N 117º E. Sehingga dapat disimpulkan daerah ini termasuk dalam pola jawa berdasarkan beberapa studi pustaka. Pola jawa ini dibentuk oleh pola tektonik neogen sehingga kemunculan pola ini dapat menyebabkan perubahan pada pola-pola tektonik sebelumnya sehingga terjadi perubahan arah tegasan karena dipengaruhi oleh tegasan yang berbeda dari tegassan sebelumnya. Pola jawa merupakan pola yang dominan di pulau Jawa.

Referensi

[1]Tim Asisten Praktikum Geologi Struktur. 2015. Buku Panduan Praktikum Googi Struktur. Universitas Diponegoro: Semarang.

[2]http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/329/--syaifulbac-16441-1---syaifu-k.pdf (diakses pada Senin, 7 Desember 2015 pukul 21.45 WIB)

Page 4: Analisis Arah Tegasan pada Lipatan

[2]http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/453/jbptitbpp-gdl-alfredosug-22644-3-2010ta-2.pdf (diakses pada Senin, 7 Desember 2015 pukul 21.45 WIB)

Lampiran

Gambar 1. kolom stratigrafi di zona kendeng

Gambar 2. Zona fisiografi Pulau Jawa

Gambar 3. Lipatan Antiklin di Banyumeneng

Gambar 4. Lipatan di Wonosegoro