Analisis Alur Pada Cerpen

16
Analisis Alur Pada Cerpen “Ada Apa Dengan Tradisi?” karya Elbuyz I. Latar belakang Secara umum pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangakaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2011: 83). Istilah alur dalam konteks ini sama dengan istilah plot. Bagi seorang pengarang alur bisa dikatakan sebagai kerangka yang menjadikannya landasan untuk mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan dilihat dari sisi pembaca pemahaman suatu alur merupakan modal utama untuk memahami keseluruhan isi cerita secara kronologis dan jelas. Pemahaman alur sangat penting karena dengan memahami alur suatu cerita berarti memudahkan kita untuk memahami unsur-unsur lain yang ada dalam karya sastra tersebut. Hal tersebut disebabkan karena tahapan alur dibentuk dari satuan-satuan peristiwa yang membentuk rangkaian peristiwa

Transcript of Analisis Alur Pada Cerpen

Page 1: Analisis Alur Pada Cerpen

Analisis Alur Pada Cerpen “Ada Apa Dengan Tradisi?” karya Elbuyz

I. Latar belakang

Secara umum pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada

umumnya adalah rangakaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa

sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita

(Aminuddin, 2011: 83). Istilah alur dalam konteks ini sama dengan istilah plot. Bagi

seorang pengarang alur bisa dikatakan sebagai kerangka yang menjadikannya landasan

untuk mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan dilihat dari sisi pembaca

pemahaman suatu alur merupakan modal utama untuk memahami keseluruhan isi cerita

secara kronologis dan jelas.

Pemahaman alur sangat penting karena dengan memahami alur suatu cerita

berarti memudahkan kita untuk memahami unsur-unsur lain yang ada dalam karya

sastra tersebut. Hal tersebut disebabkan karena tahapan alur dibentuk dari satuan-satuan

peristiwa yang membentuk rangkaian peristiwa atau sekuen, setiap peristiwa tentunya

dijalankan oleh unsur lain yang disebut tokoh atau karakter yang mempunyai

perwatakan tertentu dan setiap tokoh yang menjalankan peristiwa juga pastinya

memerlukan setting atau latar tertentu pula baik itu setting of place (latar tempat)

maupun setting of time (Latar waktu). Jadi bisa dikatakan seorang pembaca yang

memahami benar alur suatu cerita maka dia juga akan memahami tokoh, perwatakan,

dan latarnya.

Melalui tulisan ini penulis mencoba mengambil salah satu cerpen karangan

Elbuys berjudul Ada Apa Dengan Tradisi?. Penulis akan mencoba menganalisis alur

dari cerpen tersebut dengan cara menelaah melalui teori sekuen. Seperti yang telah

Page 2: Analisis Alur Pada Cerpen

disebutkan di atas bahwa sekuen adalah rangkaian peristiwa. Sekuen dibedakan atas

kernels /peristiwa fungsional/fungsi cardinal (tindakan yang membuka tindakan yang

lainnya) dan satellites/peristiwa kaitan/ fungsi katalisator (tindakan yang tidak

membuka tindakan yang lainnya). Sebuah sekuen ditntukan dengan kriteria:

a. Menghimpun suatu tempat atau (kurun) waktu yang jelas (merefleksikan

kejadian pada suatu tempat dan waktu yang jelas, atau

b. Gabungan dari tempat dan atau waktu yang tercakup dalam satu tahapan

(misalnya satu periode kehidupan seorang tokoh), atau

c. Berupa serangkaian bukti-bukti yang mendukung satu gagasan.

Masing masing sekuen bisa menjadi elemen dari sekuen yang lebih besar sehingga

seluruh teks membentuk suatu sekuen maksimal. Kemudian hubungan antara satu

sekuen dengan sekuen lainnya dapat berupa hunbungan sebab – akibat atau hubungan

urutan kejadian.

Analisis Alur Pada Cerpen “Ada Apa Dengan Tradisi?”

1. Acara ngerujaki putri Kiyai Mansyur (acara selamatan tujuh bulanan seorang

bayi dalam kandungan).

A. Semua berkumpul di rumah Kiyai Mansyur dalam rangka acara ngrujaki

a. Mendendangkan syair Hujan Rejeki, “Bitawur. Selamet dawa umur.

Umure pirang taun. Nyai-nyai dawa umur”. Syair sederhana yang

bernuansa pengharapan rejeki, bernuansa doa dan tradisi.

b. Putri kiyai Mansyur telah usai dimandikan dengan air bunga dari tujuh

sumur pilhan dengan dicampuri Bungan tujuh rupa.

Page 3: Analisis Alur Pada Cerpen

c. Tuan rumah menyebar uang logam sehingga orang-orang berebutan

dengan meriah sambil diiringi lantunan syair salawat dari ibu-ibu yang

berada di dalam rumah.

B. Hari menjelang siang ketika azan Jumat mulai berkumandang

2. Suasana ketika Kiai Mansyur dan anak lelakinya yang masih kecil di masjid

untuk shalat jumat.

A. Kiai Mansur duduk di dekat kolam masjid atas permintaan Ihsan anaknya

walaupun awalnya dia menolak

B. Azan kedua berkumandang dan sang khatib memulai khutbah jumat.

C. Shalat Jumat berjamaah di mulai

a. Para anak kecil, gadis, dan Ibu mengelilingi kolam bersiap untuk

pengambilan air , dan mandi

b. Sang Imam membaca ayat suci sampai ayat terakhir, serentak para

jama’ah mengucapkan”Aamiiiiiin.”

c. Semua orang yang berkumpul di keliling kolam serentak ikut mandi

dengan suara yang cukup gaduh, tradisi mandi ini mereka sebut dengan

“mandi Jumat”.

d. Setelah mandi tidak lupa mereka juga mengambil bekas air wudu untuk

pencarian berkah dengan kegunaan yang bermacam-macam.

D. Selesai shalat Kiai Mansur menegur anaknnya yang tertawa –tawa ketika

melihat teman SDnya juga ikut“Mandi Jumat”ketika waktu shalat.

E. Kiai Mansur mulai tidak setuju lagi dengan kegiatan mandi jumat karena

dianggap mengganggu kekhusukan shalat.

Page 4: Analisis Alur Pada Cerpen

3. Kiai Mansur mengutarakan ketidaksetujuannya lagi dengan tradisi mandi jumat

kepada istrinya.

A. Kiai Mansur menceritakan kebiasaannya waktu kecil.

a. Kiai Mansur kecil paling suka bila mendapatkan air dari kolam masjid

yang suka dibawakan oleh kakaknya.

b. Kepercayaan orang tua bahwa bila minum air itu akan menjadi orang

yang pinter dan padang atine.

B. Istri Kiai Mansur mencoba mencegah keinginan suaminya untuk

menghilangkan tradisi mandi jumat.

a. Istri Kiai Mansur mengingatkan bagaimana suaminnya dulu pernah

menangis gara-gara tidak seorangpun yang mengambilkan air jumat itu.

b. Kiai Mansur tetap tidak bergeming dengan pendiriannya karena

menurutnya itu bukan masalah kenangan dahulu akan tetapi perlu adanya

perbaikan tentang tradisi.

c. Kiai Mansur bersikeras untuk membicarakan lagi masalah tradisi mandi

jumat dengan tokoh masyarakat yang lainnya.

4. Kiai Mansyur sudah berada di masjid lagi untuk melaksanakan shalat dan

membahas masalah tradisi mandi jumat.

A. Azan ashar berkumandang

B. Terdengar tembang pujian ketuhanan untuk menunggu para jamaah datang

C. Kiai Umar melakukan shalat sunat dengan khusyu

D. Shalat Ashar berjamaah

E. Selasai shalat ashar Kiai Mansyur mulai berbicara secara santai dengan Kiai

Umar.

Page 5: Analisis Alur Pada Cerpen

a. Kiai Mansyur mulai mengutarakan usulnya untuk menghilangkan atau

memperbaiki tradisi mandi jumat.

b. Kiai Umar mengisaratkan ketidaksetujuannya atas usul Kiai Mansyur

tersebut dengan alasan akan mengakibatkan kebencian terhadap masjid

bahkan pada agama.

c. Kiai Umar menceritakan bahwa tradisi mandi jumat memang dahulunya

tidak ada. Dulunya hanya sekedar pengambilan air tepat di Hari Jumat

karena bekas air wudu bekas orang saleh dianggap banyak manfaatnya

kemudian kini berkembang bukan hanya pengambilan air wudu tapi juga

melakukan mandi, tepat di saat “amin” dari para jamaah diucapkan.

d. Kiai Mansyur membenarkan cerita Kiai Umar tetapi dia masih

berpendapat bahwa tradisi tersebut mengganggu orang shalat. Dia

memberikan bukti ketika anaknya tertawa-tawa dan melalaikan shalatnya

ketika melihat tradisi tersebut.

e. Karena pembicaraan mereka terlihat menemui jalan buntu akhirnya Kiai

Umar mengusulkan untuk memanggil tokoh-tokoh lain.

F. Kiai Umar menyuruh penjaga masjid untuk memanggil Pak Nasir, Pak

Haris, dan Pak Lukman*.

* Dalam cerpen aslinya tertulis “Pak Syifa” kemudian penulis ganti dengan “Pak Lukman” karena pada alur selanjutnya tokoh Pak Syifa tidak ada yang kemudian muncul adalah Pak Lukman maka penulis beranggapan ada kesalahan yang tidak disengaja pengarang atas penulisan tokoh tersebut.

Page 6: Analisis Alur Pada Cerpen

G. Satu persatu yang dipanggilpun datang sehingga mereka jadi berlima duduk

bersama untuk membahas masalah tradisi mandi jumat.

a. Kiai Haris yang merupakan ahli kebatinan mendukung opini bahwa

tradisi mandi jumat mengganggu kegiatan shalat.

b. Kiai Lukman menyatakan ketidaksetujuannya atas pembahasan mandi

jumat karena dianggap tidak penting.

c. Kiai Nasir yang ahli ilmu falak lebih demokrat, dia mengusulkan jalan

tengah agar tradisi mandi jumat tetap ada dan shalat tidak terganggu

maka perlu ada perubahan waktu saja dalam tradisi mandi jumat agar

tidak bersamaan dengan waktu shalat, walaupun akhirnya dia juga ragu-

ragu atas pendapatnya sendiri tersebut.

5. Pendapat Kiai Umar yang seakan menjadi kesimpulan atau kesepakatan

mengenai tradisi Mandi Jumat.

A. Tradisi mandi jumat dan tradisi lain merupakan pengetahuan bagi generasi

penerus.

B. Biarlah generasi penerus diperkenalkan pada suatu tradisi bangsa sehingga

nantinya sanggup membentuk suatu tradisi yang membumi, sakral, dan

menjadi suatu kekayaan bangsa.

C. Tradisi lama sebagai sejarah untuk dasar melangkah. Sehingga tradisi lama

yang bercirikan kebangsaan sanggup masuk pada tradisi baru yang tercipta

dari akal budi pemuda penerus bangsa.

Page 7: Analisis Alur Pada Cerpen

II. Bagan Alur cerpen

1

2

5

4

1A 1B

2A 2B 2C

2D

2E

3A3B

4A 4B 4C 4C

3

3B

Page 8: Analisis Alur Pada Cerpen

III. Analisis Cerpen

Indonesia adalah Negara yang sangat beranekaragam kekayaannya.

Kekayaan tersebut bisa berupa kekayaan yang berupa material dan non-material. Salah

satu kekayaan non-material yaitu kekayaan yang berupa kebudayaan dan nilai-nilai

kearifan local. Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki ciri khas kebudayaannya

masing-masing yang tercermin dari adat istiadat dan keseharian masyarakat pemilik

kebudayaan tersebut; sebagian lagi terekam dalam bentuk tulisan-tulisan yang berupa

naskah-naskah. Salah satu kekayaan tradisi kebudayaan yang ada di Indonesia adalah

tradisi “mandi jumat” yang ada di wilayah Cirebon. Tradisi tersebut dituangkan oleh

Elbuyz dalam sebuah cerpen berjudul “Ada Apa Dengan Tradisi?”. Kalau dianalisa dari

sudut pandang sosiologi sastra sangatlah menarik karena isi dari cerpen “Ada Apa

Dengan Tradisi?” karya Elbuyz tersebut mencerminkan realitas sosial yang terjadi di

dalam masyarakat Indonesia khususnya di daerah Cirebon di mana terjadi pertentangan

antara tradisi yang sudah berjalan turun temurun dengan keadaan masyarakat yang terus

berkembang.

Pertentangan tersebut bisa dijelaskan latar belakangnya yaitu ketika

Islam masuk ke Indonesia, terjadi sebuah akulturasi ajaran islam dengan budaya local

khususnya di Cirebon. Agama Islam adalah agama samawi yang diyakini berasal dari

Allah Swt, sedangkan budaya Cirebon merupakan hasil dari kreatifitas, adat, dan

kebiasaan masyarakat local dalam menjalani hidup. Jadi ketika terjadi akulturasi antara

ajaran Islam dan budaya Cirebon maka akan lahirlah sebuah ritual keagamaan dalam

bingkai budaya local. Ajaran Islam di masyarakat Cirebon telah bermetamorfosa ke

dalam pelbagai macam bentuk ritual keagamaan akibat dari kreasi dan reaksi

Page 9: Analisis Alur Pada Cerpen

penyebaran agama islam dan keteguhan masyarakat Cirebon dalam memegang teguh

kearifan local tersebut. Berbagai bentuk ritual keagamaan tersebut dipandang dengan

dua cara. Yang pertama dipandang sebagai hal yang positif selama ritual keagamaan

tersebut masih selaras dengan ajaran islam dan tidak keluar dari bingkai aqidah Islam.

Yang kedua dipandang sebagai hal negative karena dianggap sesuatu yang baru dan

merusak kemurnian ajaran Islam yang semestinya.

Terkait dengan polemic di atas, penulis tidak akan membela salah satu

pihak karena penulis di sini berdiri di ranah akademis yang mencoba memposisikan diri

sebagai pengamat dan penelaah. Berkaitan dengan cerpen “Ada Apa dengan Tradisi?”

maka penulis mencoba menelaah cerpen tersebut dalam konteks wacana yang terping

girkan menurut konsep Foucault. Menurut Foucault melalui Eriyanto, dalam masyarakat

biasanya terdapat berbagai macam wacana yang berbeda satu sama lain, namun

kekuasaan memilih dan mendukung wacana tertentu sehingga wacana tersebut menjadi

dominan, sedangkan wacana lainnya akan “terpinggirkan” (marginalized) atau

“terpendam” (submerged) (2011: 77).

Kalau dihubungkan dengan konsep Foucault di atas maka cerpen “Ada

Apa dengan tradisi” karya Elbuyz ada sebuah wacana yang ingin dimunculkan di sana

yaitu sebuah tradisi daerah. Melalui cerpen tersebut seolah-olah pengarang ingin

mengangkat dan mengenalkan kembali kepada pembaca bahwa tradisi daerah masih

ada dan perlu diperhatikan lagi. Dari awal alur pengarang mulai mengenalkan tradisi

ngrujaki yaitu acara selamatan tujuh bulanan seorang bayi dalam kandungan dengan

segala prosesi dan perlengkapan yang harus disediakan. Kemudian alur berikutnya

didominasi oleh cerita mengenai ketidak setujuan Kiyai Mansur dengan tradisi jumat

yang dibicarakan dengan empat tokoh masyarakat lainnya yang pada akhirnya

Page 10: Analisis Alur Pada Cerpen

keputusannya bahwa tradisi mandi jumat dan tradisi lainnya jangan sampai

dihilangkan begitu saja karena tradisi tersebut merupakan sebuah warisan yang perlu

diperkenalkan juga ke generasi berikutnya untuk Tradisi mandi jumat dan tradisi lain

merupakan pengetahuan bagi generasi penerus sehingga nantinya sanggup membentuk

suatu tradisi yang membumi, sakral, dan menjadi suatu kekayaan bangsa. Selain itu

tradisi lama juga merupakan sejarah untuk dasar melangkah. Sehingga tradisi lama

yang bercirikan kebangsaan sanggup masuk pada tradisi baru yang tercipta dari akal

budi pemuda penerus bangsa.

Dalam cerpen tersebut juga disinggung mengenai pemerintah. Dalam

cerpen disebutkan bahwa ada atau tidak adanya tradisi mandi jumat tidak dilihat oleh

pemerintah. Menurut penulis itu merupakan kritik dari pengarang cerpen terhadap

keberadaan pemerintah yang selama ini cenderung kurang memperhatikan keberadaan

tradisi-tradisi daerah di Indonesia dalam hal ini diwakili oleh tradisi mandi jumat.

Pengarang ingin membuat sebuah wacana tandingan mengenai tradisi daerah yang

cenderung terpinggirkan oleh hingar bingarnya budaya asing yang terus mendera

bangsa kita, bahkan pemerintah sendiri nampaknya juga cenderung tidak

memperhatikan akan tradisi bangsanya sendiri, tetapi anehnya jika tradisi budaya kita

dicuri oleh bangsa lain pemerintah seperti kebakaran jenggot. Melalui cerpen tersebut

pengarang ingin memunculkan wacana betapa kayanya bangsa kita akan tradisi-tradisi

yang sarat akan makna dan pelajaran yang mengandung nilai budaya yang luhur yang

perlu diperhatikan untuk menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda bukan budaya

asing yang cenderung mengarah ke hedonism dan materialsme semata.

Page 11: Analisis Alur Pada Cerpen

Daftar Pustaka

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: LKiS

Printing Cemerlang