Analisis Aitem Skala Multidimensi

4
Psikometri « Perbedaan Pengertian Aspek dan Dimensi dalam Pengembangan Alat Ukur Menganalisis Data via ITEMAN » Analisis Faktor, Koefisien Reliabilitas, penyusunan skala, Seleksi Aitem Analisis Aitem pada Skala Multidimensi Saya sering sekali ditemui mahasiswa yang sedang menyusun skala pengukuran. Mereka melaporkan bahwa aitem-aitem skala yang mereka tulis banyak yang rontok dalam analisis aitem, alias memiliki daya diskriminasi yang rendah. Korelasi aitem-total sebagian besar aitem skala sangat rendah. Saya lalu meminta beberapa mahasiswa menganalisis faktor data try-out alat ukur yang mereka lakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa data mereka menghasilkan faktor yang majemuk, padahal harusnya menghasilkan faktor tunggal. Dengan kata lain, pengukuran mereka bersifat multidimensi. Prosedur seleksi aitem hendaknya dilakukan pada data yang unidimensi yang ditunjukkan dengan kesamaan domain ukur. Unidimensi artinya domain ukurnya tunggal, sedangkan multidimensi artinya domain ukurnya adalah majemuk. Jika kita paksakan menyeleksi aitem-aitem skala pengukuran yang bersifat multidimensi secara bersama-sama, maka hasil yang didapat adalah seperti kasus yang dialami oleh mahasiswa saya tadi. Sebagian besar aitem banyak gugur dalam analisis. Aitem-aitem memasuki bus yang tujuannya berbeda-beda akan tetapi dipaksa untuk mengarah pada satu tujuan. Akibatnya, aitem-aitem banyak yang berontak dan memilih turun dari bus. Seperti itulah analogi jika kita menganalisis data yang bersifat multidimensi namun dijadikan dalam satu sistem analisis yang sama. Sesuatu yang bijak jika kita menghargai perbedaan orientasi masing-masing orang. Dalam dunia psikometri, kebijaksanaan itu dapat diterapkan juga pada analisis aitem. Analisis aitem dilakukan secara terpisah berdasarkan dimensi ukurnya. Jika ada tiga dimensi ukur, maka analisis aitem dilakukan secara terpisah pada masing-masing dimensi. Penelitian menunjukkan bahwa koefisian alpha akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang baik jika dikenakan pada pengukuran multidimensi. Dengan menganalisis setiap dimensi secara terpisah, maka kita akan mendapatkan tiga koefisien alpha. Koefisien alpha adalah uji reliabilitas yang hanya membutuhkan pengukuran unidimensi untuk memberikan estimasi yang tepat (Gliem & Gliem, 2003). Koefisien alpha pada umumnya akan meningkat seiring dengan peningkatan interkorelasi antara aitem skala dan oleh karenanya dikenal sebagai estimasi konsistensi internal. Karenaitu interkorelasi antar aitem tes menjadi maksimal ketika semua item mengukur konstruk yang sama (unidimensi). Penelitian menunjukkan bahwa alpha tidak sensitif terhadap sifat multidimensionalitas data. Artinya, meski diterapkan data pengukuran yang bersifat multidimensional koefisien alpha bisa sangat tinggi. Apalagi jika jumlah aitem pengukuran lebih dari 15 buah. Kondisi ini merupakan salah satu kelemahan koefisien alpha. Nilai alpha yang tinggi belum tentu bagus jika tingginya dikarenakan overestimasi. Juga belum tentu bagus jika memiliki eror standar pengukuran yang nilainya tinggi pula. Khusus untuk menangani data yang bersifat multidimensi, Cronbach sebagai penyusun koefisien reliabilitas alpha, telah menyusun formula tersendiri. Namanya koefisien reliabilitas alpha berstrata (alpha stratified) yang dapat dikenakan untuk menghitung reliabilitas pada pengukuran multidimensi. Rekomendasi Yang dapat saya rekomendasikan dalam hal ini adalah agar para penyusun skala mengidentifikasi sifat data atau pengukuran yang dilakukan. Jika hasil identifikasi menunjukkan bahwa data bersifat multidimensional (terdiri dari banyak dimensi/faktor) maka saya sarankan untuk menganalisis secara terpisah berdasarkan tiap dimensi, dilanjutkan dengan menggunakan koefisian alpha berstrata untuk melaporkan reliabilitas pengukuran yang dilakukan. Sebaliknya jika mendapati dimensi tunggal, maka peneliti dapat menganalisis semua aitem secara bersamaan. Koefisien alpha secara luas diyakini secara tidak langsung menunjukkan sejauh mana satu set item mengukur konstruk laten unidimensional tunggal sehingga kita harus mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran. Contoh prosedur ini dapat dilihat pada website berikut sedangkan prosedur analisis faktor dapat dilihat pada website berikut Saran saya ini sebenarnya merujuk pada prosedur penyusunan skala secara yang dijelaskan oleh Hikins. Dalam tahap-tahap penyusunan skala yang ditulis dia meletakkan tahap identifikasi reliabilitas (internal konsistensi) setelah tahap analisis faktor. Analisis faktor berguna untuk mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran. Referensi Gliem, J. A., & Gliem, R. R. (2003). Calculating , Interpreting , and Reporting Cronbach ’ s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. October, (1992), 82-88. Like 0 This entry was posted on September 2, 2010, 16:38 and is filed under Penyusunan Alat Ukur, Psikometrika. You can follow any responses to this entry through RSS 2.0. You can leave a response, or trackback from your own site. Search TULISAN TERBARU Semua Model Salah, Tapi ada Beberapa yang Bermanfaat Estimasi Parameter dan Ketepatan Model dalam Analisis Data Kategorikal Berkenalan dengan Regresi Probit LANGGANAN TULISAN VIA EMAIL Langganan Posting Terbaru Langganan Tanya Jawab Klik, tulis email dan aktivasikan pada email anda TANYA JAWAB Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Laura on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab zain on Tanya Jawab zain on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab Arih on Tanya Jawab rayi on Tanya Jawab Radja on Tanya Jawab Wahyu Widhiarso on Prosedur Pengujian Validitas Isi melalui Indeks Rasio Validitas Isi (CVR) bangkit seandi taroreh on Prosedur Pengujian Validitas Isi melalui Indeks Rasio Validitas Isi (CVR) SHARE KE FB Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.org METODOLOGI PENELITIAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENELITIAN EKSPERIMEN PENYUSUNAN ALAT UKUR PSIKOMETRIKA REFLEKSI SOFTWARE ANALISIS STATISTIKA UNCATEGORIZED Menulis untuk Memahami Diskusi Metodologi Penelitian Daftar Isi Paper Tanya Jawab Download Links About Me Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m... 1 of 4 17/09/2012 10:48

Transcript of Analisis Aitem Skala Multidimensi

Page 1: Analisis Aitem Skala Multidimensi

Psikometri

« Perbedaan Pengertian Aspek dan Dimensi dalam Pengembangan Alat Ukur Menganalisis Data via ITEMAN »

Analisis Faktor, Koefisien Reliabilitas, penyusunan skala, Seleksi Aitem

Analisis Aitem pada Skala MultidimensiSaya sering sekali ditemui mahasiswa yang sedang menyusun skala pengukuran. Mereka melaporkan bahwa aitem-aitemskala yang mereka tulis banyak yang rontok dalam analisis aitem, alias memiliki daya diskriminasi yang rendah. Korelasiaitem-total sebagian besar aitem skala sangat rendah. Saya lalu meminta beberapa mahasiswa menganalisis faktor datatry-out alat ukur yang mereka lakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa data mereka menghasilkan faktor yangmajemuk, padahal harusnya menghasilkan faktor tunggal. Dengan kata lain, pengukuran mereka bersifat multidimensi.

Prosedur seleksi aitem hendaknya dilakukan pada data yang unidimensi yang ditunjukkan dengan kesamaan domainukur. Unidimensi artinya domain ukurnya tunggal, sedangkan multidimensi artinya domain ukurnya adalah majemuk.

Jika kita paksakan menyeleksi aitem-aitem skala pengukuran yang bersifat multidimensi secara bersama-sama, makahasil yang didapat adalah seperti kasus yang dialami oleh mahasiswa saya tadi. Sebagian besar aitem banyak gugurdalam analisis. Aitem-aitem memasuki bus yang tujuannya berbeda-beda akan tetapi dipaksa untuk mengarah pada satutujuan. Akibatnya, aitem-aitem banyak yang berontak dan memilih turun dari bus. Seperti itulah analogi jika kitamenganalisis data yang bersifat multidimensi namun dijadikan dalam satu sistem analisis yang sama.

Sesuatu yang bijak jika kita menghargai perbedaan orientasi masing-masing orang. Dalam dunia psikometri,kebijaksanaan itu dapat diterapkan juga pada analisis aitem. Analisis aitem dilakukan secara terpisah berdasarkandimensi ukurnya. Jika ada tiga dimensi ukur, maka analisis aitem dilakukan secara terpisah pada masing-masing dimensi.Penelitian menunjukkan bahwa koefisian alpha akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang baik jika dikenakan padapengukuran multidimensi. Dengan menganalisis setiap dimensi secara terpisah, maka kita akan mendapatkan tigakoefisien alpha. Koefisien alpha adalah uji reliabilitas yang hanya membutuhkan pengukuran unidimensi untukmemberikan estimasi yang tepat (Gliem & Gliem, 2003).

Koefisien alpha pada umumnya akan meningkat seiring dengan peningkatan interkorelasi antara aitem skala dan olehkarenanya dikenal sebagai estimasi konsistensi internal. Karenaitu interkorelasi antar aitem tes menjadi maksimal ketikasemua item mengukur konstruk yang sama (unidimensi).

Penelitian menunjukkan bahwa alpha tidak sensitif terhadap sifat multidimensionalitas data. Artinya, meski diterapkan datapengukuran yang bersifat multidimensional koefisien alpha bisa sangat tinggi. Apalagi jika jumlah aitem pengukuran lebihdari 15 buah. Kondisi ini merupakan salah satu kelemahan koefisien alpha. Nilai alpha yang tinggi belum tentu bagus jikatingginya dikarenakan overestimasi. Juga belum tentu bagus jika memiliki eror standar pengukuran yang nilainya tinggipula. Khusus untuk menangani data yang bersifat multidimensi, Cronbach sebagai penyusun koefisien reliabilitas alpha,telah menyusun formula tersendiri. Namanya koefisien reliabilitas alpha berstrata (alpha stratified) yang dapat dikenakanuntuk menghitung reliabilitas pada pengukuran multidimensi.

Rekomendasi

Yang dapat saya rekomendasikan dalam hal ini adalah agar para penyusun skala mengidentifikasi sifat data ataupengukuran yang dilakukan. Jika hasil identifikasi menunjukkan bahwa data bersifat multidimensional (terdiri dari banyakdimensi/faktor) maka saya sarankan untuk menganalisis secara terpisah berdasarkan tiap dimensi, dilanjutkan denganmenggunakan koefisian alpha berstrata untuk melaporkan reliabilitas pengukuran yang dilakukan. Sebaliknya jikamendapati dimensi tunggal, maka peneliti dapat menganalisis semua aitem secara bersamaan. Koefisien alpha secaraluas diyakini secara tidak langsung menunjukkan sejauh mana satu set item mengukur konstruk laten unidimensionaltunggal sehingga kita harus mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran. Contoh prosedur ini dapat dilihat pada websiteberikut sedangkan prosedur analisis faktor dapat dilihat pada website berikut

Saran saya ini sebenarnya merujuk pada prosedur penyusunan skala secara yang dijelaskan oleh Hikins. Dalamtahap-tahap penyusunan skala yang ditulis dia meletakkan tahap identifikasi reliabilitas (internal konsistensi) setelahtahap analisis faktor. Analisis faktor berguna untuk mengidentifikasi dimensionalitas pengukuran.

Referensi

Gliem, J. A., & Gliem, R. R. (2003). Calculating , Interpreting , and Reporting Cronbach ’ s Alpha Reliability Coefficient forLikert-Type Scales. October, (1992), 82-88.

Like 0

This entry was posted on September 2, 2010, 16:38 and is filed under Penyusunan Alat Ukur, Psikometrika. You can follow any responses to this entry

through RSS 2.0. You can leave a response, or trackback from your own site.

Search

TULISAN TERBARUSemua Model Salah, Tapi ada Beberapa yangBermanfaatEstimasi Parameter dan Ketepatan Modeldalam Analisis Data KategorikalBerkenalan dengan Regresi Probit

LANGGANAN TULISAN VIA EMAIL

Langganan Posting TerbaruLangganan Tanya JawabKlik, tulis email dan aktivasikan pada email anda

TANYA JAWABWahyu Widhiarso on Tanya Jawab

Laura on Tanya Jawab

Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab

zain on Tanya Jawab

zain on Tanya Jawab

Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab

Wahyu Widhiarso on Tanya Jawab

Arih on Tanya Jawab

rayi on Tanya Jawab

Radja on Tanya Jawab

Wahyu Widhiarso on Prosedur PengujianValiditas Isi melalui Indeks Rasio ValiditasIsi (CVR)

bangkit seandi taroreh on ProsedurPengujian Validitas Isi melalui Indeks RasioValiditas Isi (CVR)

SHARE KE FB

Log inEntries RSSComments RSSWordPress.org

METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PERSAMAANSTRUKTURAL

PENELITIAN EKSPERIMEN

PENYUSUNAN ALAT UKUR

PSIKOMETRIKA

REFLEKSI

SOFTWARE ANALISIS

STATISTIKA

UNCATEGORIZED

Menulis untuk Memahami

Diskusi Metodologi PenelitianDaftar Isi Paper Tanya Jawab Download Links About Me

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

1 of 4 17/09/2012 10:48

Page 2: Analisis Aitem Skala Multidimensi

COMMENTS (7) RELATED POSTS

#1 by Triantoro Safaria on December 7, 2011 - 10:48

Pak Wahyu Yth.

Saya membaca sebuah buku karangan Schuyler W. Huck yg berjudul Statistical Misconceptions (2009) Taylor &Francis. Pada bab ttg Reliability dan Validity, ia mengatakan bahwa “the test’s collection of questions does nothave any level of reliability or validity” ….the test cannot correctly be said to have a test-retest reliability of .80ect….

dia berargumen bahwa “all of the different kinds of reliability and validity are based on the score generated byadministrating a test to a group of examinees. Change the nature of the examinee group will likely change thequantitative properties of RB/VD”

dia kemudian melanjutkan ” for this reason, it is imperative that reliability and validity be viewed as residing in thescores that become available after the test is administrated, not in the test itself.

Argumen lainnya adalah dia mengatakan bahwa “statistical indices of RB/VD will vary from group to group…forthis reason, any r-based estimate of RB/VD ought to be thought of as just that – an estimate”.

kemudian dia melanjutkan..”if the test itself possesd these psychometric properties of RB/VD, then no estimatewould be needed!”.

Kalau menurut kesimpulan saya, adalah salah kalau kita mengatakan bhw skala stress ini memiliki Cronbachalpha sebesar = 0.88, krn menurutnya ini adalah sebuah kesalahan pemahaman terhdp statistik/psikometri. yangbenar adalah skala stress mendapatkan estimasi Cronbach alpha sebesar= 0.78. Jadi scr tegas ia mengatakansemua alat ukur psikologis tidak dapat dikatakan memiliki skor alpha, tetapi diestimasi mendapatkan alphasebesar .88 dari pengujian thdp sample penelitian.

Bgm pendapat pak wahyu atas argumen dari Huck ini. (sbb bidang saya bukan psikometri). Terima kasih.

#2 by Wahyu Widhiarso on December 8, 2011 - 08:24

Salam kenal Pak Triantoro, terima kasih telah mampir di blog saya.

Pendapat Huck tersebut benar. Buku-buku daras psikometri telah membahas hal ini.Reliabilitas dan validitas bukanlah properti tes, dia adalah properti pengukuran atau skor.Tidak ada istilah tes yang reliabel, adanya adalah pengukuran yang reliabel. Demikian jugaskor, yang valid adalah skor bukan tesnya.

Reliabilitas dan validitas adalah sample bound. Reliabilitas skala A ketika diterapkan didesa X dan Y kemungkinan akan berbeda. Jadi setiap pengukuran harus dilaporkanreliabilitasnya, karena reliabilitas adalah properti pengukuran. Permasalahan ini diatasi olehpendekatan teori respons aitem yang tidak terpengaruh oleh sampel.

Reliabilitas adalah hasil estimasi konsistensi hasil pengukuran, bukan properti tes atauskala. Jadi pelaporan yang tepat adalah seperti ini. “Hasil estimasi reliabilitas pengukuranSkala Stress dengan menggunakan koefisien alpha menghasilkan alpha<0.8”. Pernyataanini menunjukkan bahwa reliabilitas adalah hasil estimasi properti pengukuran, kedua karenaestimasi koefisien alpha adalah lower bound estimator dari true reliability, maka seharusnyadisimbilkan dengan tanda “kurang dari”.

#3 by Triantoro Safaria on December 7, 2011 - 11:22

Saya juga teringat dgn konsep alm. Prof. Sutrisno Hadi yaitu try-out terpakai. Walaupun msh ada perdebatan ttghal tersebut. Kalau melihat pendapat Huck di atas yg mengatakan

“all of the different kinds of reliability and validity are based on the score generated by administrating a test to agroup of examinees. Change the nature of the examinee group will likely change the quantitative properties ofRB/VD”

dan

“statistical indices of RB/VD will vary from group to group…”

sehingga skala yg sdh diuji pd sampel pilot study, seharusnya ttp diuji lagi reliabilitas Cronbach alphanya padasampel penelitian yg target. Hal ini krn hasil estimasi reliabilitasnya pasti berbeda, dan bisa jadi ada aitem yggugur (item-total corr yg rendah).

kalau menurut pedpt Huck di atas, menurut saya try-out terpakai yg dikemukan oleh Prof. Sutrisno Hadi adalahbisa dilakukan, krn diestimasikan pada sampel penelitian yg sesungguhnya (bkn sampel pilot study). bahkanjustru estimasi ini yg lebih mengambarkan estimasi reliabilitas alat ukur tersebut utk kelompok sampel ini, sdgkan estimasi RB pd sampel pilot study krg mengambarkan sbb berasal dari group yg berbeda.

Bgm menurut Pak Wahyu?? Terima Kasih.

#4 by Wahyu Widhiarso on December 8, 2011 - 08:42

Betul, koefisien alpha berbasis teori skor murni klasik psikometri yang sangat terpengaruholeh karakteristik sampel. Oleh karena itu setiap prosedur pengukuran diharapkanmelaporkan reliabilitas pengukuran yang dilakukan.

Masalah try out terpakai..Psikometri dan statistik memiliki perbedaan. Gampangannya, psikometri adalah persiapanalat ukur, sedangkan statistik adalah pengujian hipotesis. Alat ukur harus siap dulu, barudipakai untuk penelitian (menguji hipotesis). Penggabungan keduanya dalam tataran tertentuakan menghasilkan keputusan yang bias, kecuali menggunakan beberapa teknik analisislanjut. Misalnya model yang bisa merangkum eror pengukuran dan eror prediksi (residual)dalam satu sistem.

Jadi, sebelum maju perang siapkan dulu senjata kita. Kalau senjata kita telah teruji,menghasilkan tembakan yang akurat (skor valid) dan arah tembakannya konsisten (reliabel)maka kita siap maju perang.

Properti psikometris tes (pengukuran, skor, etc) sangat terpengaruh karakteristik sampel.Oleh karena itu, ketika melakukan pilot test, diharapkan sampel yang dilibatkan adalahrepresentatif, heterogen dan large sizes. Jadi, ketika skala diberikan pada orang lain,

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

2 of 4 17/09/2012 10:48

Page 3: Analisis Aitem Skala Multidimensi

Daftar IsiSELAMAT DATANGKontenPostsKutipan Tanya Jawab

PaperResearchReferensi

Tanya JawabDownload

KuliahFTPPresentasiAnalisis DataKompilasi Skala PsikologiData FilesArtikel Buletin Psikologi

LinksAbout Me

Buku Tamu

Semua Model Salah, Tapi adaBeberapa yang BermanfaatEstimasi Parameter danKetepatan Model dalamAnalisis Data KategorikalBerkenalan dengan RegresiProbitBerkenalan dengan AnalisisFaktor Multi GrupUji Keberfungsian AitemDiferensial denganMenggunakan RegresiLogistikAnalisis Faktor KonfirmatoriMelalui Program EXCELBerkenalan dengan RegresiMultilevelReliabilitas dan ValiditasKonstruk dalam PemodelanPersamaan Struktural (SEM)Berkenalan dengan KorelasiIntrakelas (ICC)Dua Cara Proses Identifikasidalam Analisis FaktorKonfirmatoriMenerapkan Bootstrappingdalam Proses EstimasiReliabilitas

AMOS analisis aitemanalisis butir AnalisisFaktor Analisis FaktorKonfirmatori AnalisisKelas Laten AnalisisKovarian Anava ANOVAAspek dif dimensi

EksperimenFaktor Guttman IRTkategori skor KetepatanModel KoefisienReliabilitas KonjenerikKorelasi Korelasi Item Total

Linieritas Lisrel Metodologi

Penelitian Model RaschMPLUS Normalitaspenyusunan skalaPenyusunan SkalaPsikologi RegresiSeleksi AitemSEM SPSSStatistika SumbanganEfektif Teori ResponsButir Uji-t Uji Asumsi UjiAsumsi Uji Hipotesis UkuranSampel Validitas Isi VariabelMediator VariabelModerator

NetworkedBlogs

Blog:Diskusi MetodologiPenelitian

Topics:Psikometri,Metodologi Riset,Statistik

Follow my blog

Submit Comment

Name (required)

E-Mail (required) (will not be published)

Website

propertinya tidak banyak berubah. Kalau sampel pilot tes kita representatif dan heterogen,maka properti tersebut akan konsisten. Ketidakonsistenan seringkali terjadi karena saatpilot test, sampelnya kurang representatif. Dan kadang malah berbeda, misalnya pilot testpada mahasiswa akan tetapi aplikasinya pada karyawan

#5 by Triantoro Safaria on December 8, 2011 - 12:20

terima kasih Pak wahyu atas pencerahannya…..

#6 by Triantoro Safaria on December 8, 2011 - 12:24

Bgm dgn prosedur pengujian dgn SEM Pak Wahyu. apakah alat ukur perlu di try-out terlebih dahulu pada sampelpilot study, baru kemudian diuji dgn full model melalui SEM dgn real sample.

Apakah boleh ketika kita hendak menguji dgn Full model tdk melalui proses try-out alat ukur, krn pada analisisSEM Full model selain menguji struktur model juga menguji measurement model?

Mohon pencerahannya?

#7 by Wahyu Widhiarso on December 9, 2011 - 01:51

Meskipun SEM adalah penggabungan psikometri dan statistika, saya belum menemukanjurnal yang membahas model pengukuran dan model struktural jadi satu.

Peneliti yang mengembangkan model kebanyakan menggunakan instrumen yang tervalidasi,jadi mereka tidak lagi mengevaluasi model pengukurannya lagi.

Jadi, saya belum bisa menjawab. Saya masih berpatokan pada jurnal2 penelitian yang sayabaca.

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

3 of 4 17/09/2012 10:48

Page 4: Analisis Aitem Skala Multidimensi

Beda Pandang Ilmu Sosialdan Eksak terhadap kata“Hipotesis”

Fusion theme by digitalnature | powered by WordPressEntries (RSS) and Comments (RSS) ^

Analisis Aitem pada Skala Multidimensi | Diskusi Metodologi Penelitian http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2010/09/02/analisis-aitem-pada-skala-m...

4 of 4 17/09/2012 10:48