ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI...

17
Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia) 322 Jurnal KBP Volume 1 - No. 3, Desember 2013 ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK ( NJOP ) BUMI TERHADAP NILAI PASAR DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang) Dewi Zulvia STIE “KBP" Padang ([email protected]) ABSTRACT In preparing this thesis, the author has conducted research on the Tax Office Primary Padang. The purpose of this study was to determine the accuracy of Tax Object Sale Value (NJOP) of market value. The research method used in this research is descriptive research by illustrating the determination of market value and NJOP with correct perceptions so that no gap assessment NJOP with the existing market value mealui Assessment Sales Ratio method. Based on the research and discussion Analysis of Accuracy Rate Determination Tax Object Sale Value (NJOP) Earth against Market Value Assessment to Sales Ratio method (Case Study in Padang Primary Tax Office) that the research results can be concluded that the area is in a strategic area has a level of accuracy high between 50% -70% while the area is in non-strategic area of the lower level of accuracy that is <50%. After doing research the accuracy of market value through the method of Assessment Sales Ratio is the author suggested to the Tax Office (KPP) Pratama Padang for Tax Object Sale Value (NJOP) can balance out the market value. Keywords: The Value of Selling Tax Object, Assessment Sales Ratio. PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang sangat peka terhadap perkembangan. Perkembangan yang cukup pesat pada suatu daerah menyebabkan kenaikan permintaan berbagai properti pada pasar properti. Dengan adanya kenaikan permintaan tersebut maka harga properti cenderung meningkat. Dengan adanya perkemban gan suatu daerah untuk tujuan tertentu seperti pembangunan daerah industri ataupun komersial maka secara otomatis harga tanah didaerah tersebut cenderung meningkat. Secara fisik, tanah dapat didefinisikan sebagai permukaan bumi bersama-sama dengan tubuh bumi yang berada dibawahnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya wajib untuk menyerahkan sebagian kenikmatan yang diperolehnya kepada Negara melalui Pajak (Bagian Umum UU No.12 Tahun 1985 yang diubah dengan UU No.12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan). Pajak yang dikenakan bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung

Transcript of ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI...

Page 1: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

322

Jurnal KBP

Volume 1 - No. 3, Desember 2013

ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL

OBJEK PAJAK ( NJOP ) BUMI TERHADAP NILAI PASAR

DENGAN METODE ASSESSMENT SALES RATIO

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang)

Dewi Zulvia

STIE “KBP" Padang

([email protected])

ABSTRACT

In preparing this thesis, the author has conducted research on the Tax Office

Primary Padang. The purpose of this study was to determine the accuracy of Tax

Object Sale Value (NJOP) of market value. The research method used in this research

is descriptive research by illustrating the determination of market value and NJOP with

correct perceptions so that no gap assessment NJOP with the existing market value

mealui Assessment Sales Ratio method.

Based on the research and discussion Analysis of Accuracy Rate Determination

Tax Object Sale Value (NJOP) Earth against Market Value Assessment to Sales Ratio

method (Case Study in Padang Primary Tax Office) that the research results can be

concluded that the area is in a strategic area has a level of accuracy high between 50%

-70% while the area is in non-strategic area of the lower level of accuracy that is

<50%.

After doing research the accuracy of market value through the method of

Assessment Sales Ratio is the author suggested to the Tax Office (KPP) Pratama

Padang for Tax Object Sale Value (NJOP) can balance out the market value.

Keywords: The Value of Selling Tax Object, Assessment Sales Ratio.

PENDAHULUAN

Tanah merupakan salah satu properti

berwujud (Tangible Property) yang

sangat peka terhadap perkembangan.

Perkembangan yang cukup pesat pada

suatu daerah menyebabkan kenaikan

permintaan berbagai properti pada pasar

properti. Dengan adanya kenaikan

permintaan tersebut maka harga

properti cenderung meningkat. Dengan

adanya perkemban gan suatu daerah

untuk tujuan tertentu seperti

pembangunan daerah industri ataupun

komersial maka secara otomatis harga

tanah didaerah tersebut cenderung

meningkat.

Secara fisik, tanah dapat didefinisikan

sebagai permukaan bumi bersama-sama

dengan tubuh bumi yang berada

dibawahnya. Oleh karena itu, bagi

mereka yang memperoleh manfaat dari

bumi dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya wajib untuk

menyerahkan sebagian kenikmatan

yang diperolehnya kepada Negara

melalui Pajak (Bagian Umum UU

No.12 Tahun 1985 yang diubah dengan

UU No.12 Tahun 1994 Tentang Pajak

Bumi dan Bangunan). Pajak yang

dikenakan bagi mereka yang

memperoleh manfaat dari bumi dan

kekayaan alam yang terkandung

Page 2: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

323

didalamnya adalah Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

Dasar yang digunakan untuk

mengenakan Pajak Bumi dan Bangunan

adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

NJOP merupakan harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang

terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga

dengan obyek lain yang sejenis atau

nilai perolehan baru atau Nilai Jual

pengganti. Sesuai Pasal 6 ayat 2 UU

PBB NJOP ditetapkan setiap tiga tahun

oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk

daerah tertentu ditetapkan setiap tahun

sesuai perkembangan daerahnya,

terutama apabila daerah tersebut

mengalami kemajuan nilai ekonomis

tanah. NJOP ditentukan berdasarkan

harga rata-rata dari transaksi jual beli,

maka dalam pelaksanaan pengenaan

PBB di lapangan dapat saja NJOP lebih

tinggi atau lebih rendah dari transaksi

jual beli yang dilakukan masyarakat.

Saat ini hampir seluruh penilaian untuk

pengenaan PBB dilakukan secara

massal (mass appraisal) sedangkan

penilaian yang dilaksanakan secara

individual (individual appraisal) masih

sedikit. Keadaan ini disebabkan

kurangnya tenaga dan biaya serta

wilayah obyek pajak yang luas dan

besarnya jumlah objek pajak. Penilaian

secara massal memiliki kelemahan,

yaitu mengakibatkan kurang akuratnya

data dan kurang seragamnya tingkat

penilaian dalam menentukan Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP).

Permasalahan yang sering muncul

selama ini adalah masih banyaknya

keluhan dari masyarakat sebagai wajib

pajak berkaitan dengan penetapan

PBB. Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (KP PBB) dianggap tidak

mencerminkan keadaan yang

sebenarnya. Masyarakat ( wajib pajak )

menganggap bahwa NJOP yang

ditetapkan oleh KP PBB terlalu tinggi

dibanding nilai pasar yang ada sehingga

mereka beramai-ramai mengajukan

keberatan atas SPPT yang mereka

terima. Persepsi yang berbeda antara

wajib pajak dan petugas pajak dalam

hal ini nilai pasar dan NJOP tanah

merupakan sumber masalah yang

berkembang selama ini.

Data yang dihimpun baik dari PPAT,

agen/broker properti, masyarakat

maupun media massa seringkali

menunjukkan angka yang berbeda satu

sama lain akibat dari perbedaan

kepentingan. Dengan demikian, data

pasar yang merupakan acuan dalam

analisis Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR)

sebagai dasar penetapan NJOP tanah

masih belum akurat. Dalam penentuan

NJOP tanah terjadi tarik-menarik antara

aturan teknis dengan keyakinan

masyarakat sehingga timbul keraguan

dalam menerapkan analisis NJOP tanah

sesuai dengan nilai pasar, menyebabkan

terjadinya kesenjangan antar NJOP

tanah yang ditetapkan dengan nilai

pasar yang ada.

Dengan melihat banyaknya masalah –

masalah yang ada maka penulis

berinisiatif untuk menggunakan studi

Assessment Sales Ratio sebagai salah

satu alat yang dapat digunakan secara

luas untuk mengevaluasi masalah yang

ada kaitannya dengan Pajak Bumi dan

Bangunan, baik itu menyangkut

penetapan, keseragaman maupun

keadilan. Selain itu dapat juga

digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai permasalahan seputar analisis

pasar, penyelesaian keberatan prosedur

penilaian dan masalah lainnya. Rasio

yang sering digunakan dalam bidang

penilaian properti untuk kepentingan

Page 3: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

324

perpajakan adalah Assessment Ratio

(AR) yang merupakan perbandingan

antara NJOP sebagai nilai properti yang

ditetapkan terhadap nilai pasar (market

value).

Analisis penentuan NJOP tanah

dimaksudkan untuk melihat tingkat

penerapan NJOP tanah terhadap nilai

pasar yang berlaku. Studi Assessment

Sales Ratio dapat memberi informasi

umum apakah NJOP yang ditetapkan

lebih tinggi atau lebih rendah dari

pasar.

Penelitian dengan menggunakan

Assessment Sales Ratio hanya dapat

dilakukan pada properti (obyek pajak)

dikawasan dimana terdapat transaksi

jual beli atau transaksi lain yang dapat

digunakan sebagai acuan perbandingan.

Untuk daerah yang tidak terjadi

transaksi tidak dapat dilakukan

penelitian tersebut. The International

Association of Assessing Officers

(IAAO) telah memberikan rekomendasi

ukuran Assessment Sales Ratio (standar

on ratio studies) yang dapat diterima.

Dengan rekomendasi ini memudahkan

beberapa negara untuk menggunakan

standar yang telah dikeluarkan IAAO

sebagai bahan pengukur tingkat

keseragaman (uniformity) dan keadilan

(equity) pajak properti.

Kecamatan Nanggalo merupakan salah

satu daerah yang mengalami

perkembangan pesat seiring dengan

Kecamatan-Kecamatan lainnya di kota

Padang. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya pembangunan pertokoan,

pusat bisnis dan perumahan memberi

kan implikasi dan konsekuensi pada

pemenuhan tuntutan akan tersedianya

lahan atau tanah. Kondisi ini

memberikan dampak positif terhadap

perkembangan nilai tanah dan harga

jual tanah yang berada dalam lingkup

kawasan tersebut yang mana kawasan

ini memiliki kontur tanah yang tinggi

sehingga harga tanah mengalami

kenaikan yang cukup pesat.

Oleh karena itu, perlu dilakukan uji

keakuratan penetapan NJOP tanah

dengan nilai pasar yang dimaksudkan

untuk mengetahui seberapa besar rasio

atau perbandingannya serta

keseragaman maupun keadilan dalam

penetapan NJOP tersebut.

Permasalahan yang timbul adalah

penentuan Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) tanah berbeda dengan nilai

pasar yang ada seperti yang ada di

Kecamatan Nanggalo . Hal ini

disebabkan karena NJOP cenderung

bersifat statis karena tidak selalu

dilakukan penyesuaian, sedangkan nilai

pasar cenderung bersifat dinamis

mengikuti perkembangan yang terjadi

setiap saat dengan menggunakan

metode Assessment Sales Ratio.

TINJAUAN PUSTAKA DAN

HIPOTESIS

Pengertian Pajak: Rimsky K.Judisseno

dalam Yenni Mangoting (2003;3)

mengemukakan bahwa Pajak adalah

suatu kewajiban kenegaraan berupa

pengabdian serta peran aktif warga

negara dan anggota masyarkat lainnya

untuk membiayai berbagai keperluan

negara berupa pembangunan nasional

yang pelaksanaannya diatur oleh

undang-undang dan peraturan-peraturan

untuk tujuan kesejahteraan bangsa.

Menurut Sommerfeld Ray M.

Anderson Herschel M. & Brock

Horace R. (2011) Pajak adalah suatu

pengalihan sumber dari sektor swasta

ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hukum, namun wajib

dilaksanakan, berdasarkan ketentuan

yang sudah ditentukan dan tanpa

mendapat imbalan yang langsung dan

proporsional, agar pemerintah dapat

Page 4: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

325

melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rachmat

Soemitro, S.H., dalam buku Abdul

Rahman, SKM, M.Si (2010;15) Pajak

adalah iuran kepada Kas Negara

berdasrkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditujukan dan digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Definisi

tersebut kemudian dikoreksinya yang

berbunyi sebagai berikut : Pajak adalah

peralihan kekayaan dari pihak rakyat

kepada Kas Negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya

digunakan untuk public saving yang

merupakan sumber utama untuk

membiayai public investment.

Menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani

dalam buku Abdul Rahman, SKM, M.(

2010;15) mendefinisikan pajak sebagai

berikut : Pajak adalah iuran rakyat

kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan –

peraturan umum ( undang-undang)

dengan tidak mendapat prestasi kembali

yang langsung dapat ditunjuk yang

gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran- pengeluaran umum

berhubung tugas Negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan

Tulis S. Meliala dan Francisca Widianti

Oetomo ( 2010;4 ) mengemukakan

pengertian Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas Negara berdasarkan undang

– undang sebagai perwujudan

pengabdian dan peran serta rakyat

untuk membiayai Negara dan

pembangunan nasional.

Jadi,dapat disimpulkan bahwa pajak

adalah iuran atau kontribusi yang

diberikan rakyat kepada kas Negara

yang bersifat memaksa(wajib)

berdasarkan ketentuan dan perundang-

undangan yang berlaku baik dari sector

swasta maupun pemerintah.

Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro,

SH., dalam buku Mardiasmo (2006;4),

hukum pajak mempunyai kedudukan

diantara hukum – hukum sebagai

berikut:

1. Hukum Perdata, mengatur hubungan

antara satu individu dengan individu

lainnya

2. Hukum Publik, mengatur hubungan

antara pemerintah dengan rakyatnya

Mardiasmo (2006;5) mengemukakan

bahwa hukum pajak mengatur

hubungan antara pemerintah ( fiscus )

selaku pemungut pajak dengan rakyat

sebagia Wajib Pajak. Ada 2 macam

hukum pajak:

1. Hukum pajak materiil, memuat

norma – norma yang menerangkan

antara lain keadaan, perbuatan,

peristiwa hukum yang dikenai pajak

( objek pajak ), siapa yang

dikenakan pajak ( subjek ), berapa

besar pajak yang dikenakan ( tariff

), segala sesuatu tentang timbul dan

hapusnya hutang pajak,dan

hubungan hukum antara Pemerintah

dan Wajib Pajak Contoh : Undang-

undang Pajak Penghasilan

2. Hukum Pajak Formil, memuat

bentuk / tata cara untuk

mewujudkan hukum materiil

menjadi kenyataan ( cara

melaksanakan hukum pajak

materiil). Hukum ini memuat antara

lain :(a) Tata cara penyelenggaraan

( prosedur ) penetapan suatu utang

pajak. (b). Hak – hak fiskus untuk

mengadakan pengawasan terhadap

para Wajib Pajak mengenai keadaan

, perbuatan dan peristiwa yang

menimbulkan utang pajak. (c)

Kewajiban Wajib Pajak Misalnya

menyelenggarakan pembukuan /

Page 5: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

326

pencatatan, dan hak – hak Wajib

Pajak misalnya mengajukan

keberatan dan banding Contoh :

Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Tata Cara Pemungutan Pajak

Dalam buku Mardiasmo (2006;6)

terdapat 3(tiga) tata cara pemungutan

pajak,yaitu:

1. Stesel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan

berdasarkan 3 stelsel :

a. Stelsel Nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan

pada objek (penghasilan yang

nyata),sehingga pemungutannya

baru dapat dilakukan pada akhir

tahun pajak, yakni setelah

penghasilan yang sesungguhnya

diketahui. Stelsel nyata

mempunyai kelebihan atau

kekurangan. Kebaikan stelsel ini

adalah pajak yang dikenakan

lebih realistis. Sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru

dapat dikenakan pada akhir

periode (setelah penghasilan riil

diketahui).

b. Stelsel Anggapan (fictieve

stelsel) Pengenaan pajak

didasarkan pada suatu anggapan

yang diatur oleh undang-

undang. Misalnya, penghasilan

suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya,

sehingga pada awal tahun pajak

sudah dapat ditetapkan besarnya

pajak yang terutang untuk tahun

pajak berjalan. Kebaikan stelsel

ini adalah pajak dapat dibayar

selama tahun berjalan, tanpa

harus menunggu pada akhir

tahun. Sedangkan kelemahanya

adalah pajak yang dibayar tidak

berdasarkan pada keadaan yang

sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi

antar stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun,

besarnya pajak dihitung

berdasarkan suatu anggapan

kemudian pada akhir tahun

besarnya pajak disesuaikan

dengan keadaan yang

sebenaranya. Bila besarnya

pajak menurut kenyataan lebih

besar dari pada pajak menurut

anggapan, maka wajib pajak

harus menambah. Sebaliknya,

jika lebih kecil kelebihannya

dapat diminta kembali.

Dasar Hukum Pemungutan pajak Siti

Kurnia Rahayu (2010;57) menyebutkan

bahwa dalam pemungutan pajak

terdapat justifikasi ( pembenaran atau

dasar ), sehingga Fiskus berwenang

untuk memungut pajak. Untuk

mendapatkan justifikasi pemungutan

pajak maka dalam hokum pajak telah

timbul beberapa teori yang termasuk

dalam asas pemungutan pajak menurut

falsafah hukum yaitu pemungutan pajak

harus dilakukan berdasarkan asas

keadilan, asas yuridis, asas ekonomis,

asas finansial.

Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB )

Abdul Rahman( 2010;103) menyebut

kan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan

merupakan pajak yang dikenakan

terhadap objek pajak berupa bumi dan

atau bangunan. Pajak ini merupakan

penerimaan pajak pusat yang sebagian

besar hasil penerimaannya dialokasikan

ke daerah. Dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah ( APBD),

penerimaan PBB tersebut dimasukkan

dalam kelompok penerimaan Bagi Hasil

Pajak.

Seiring dengan perkembangan zaman,

Pajak Bumi dan Bangunan yang ada

sekarang ini mengalami kemajuan

Page 6: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

327

menuju terciptanya suatu sistem

perpajakan yang adil, sederhana, dan

memiliki kepastian hukum. Sederhana,

baik dalam administrasi maupun sistem

manajemen operasionalnya, sehingga

menjadi mudah dimengerti; artinya

setiap Wajib Pajak tidak mengalami

kesulitan dalam mengetahui hak dan

kewajibannya. Adil dalam

pembebanannya, dan adanya kepastian

hukum baik bagi Wajib Pajak maupun

aparat pajak.

Dasar Hukum Menurut Abdul Rahman(

2010;103) Dasar Hukum Pajak Bumi

dan Bangunan, antara lain:

1. Undang – Undang No. 12/Tahun

1985 sebagaimana telah diubah

dengan Undang – Undang No.

12/Tahun 1994 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor

25/Tahun 2002 tentang Penetapan

Besarnya Nilai Jual Kena Pajak

untuk perhitungan Pajak Bumi dan

Bangunan

3. Peraturan Pemerintah Nomor

16/tahun 2000 tentang Pembagian

Hasil Penerimaan PBB antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah;

4. Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 523/KMK.04/1998 tentang

Klasifikasi dan Besarnya NJOP

sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Bumi dan Bangunan;

5. Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 201/KMK.04/2000 tentang

Penetapan Besarnya Nilai Jual

Objek Tidak Kena Pajak;

6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor 533/PJ/2000 Petunjuk

Pelaksanaan Pelaksanaan

Pendaftaran, Pendataan, dan

Penilaian Objek dan Subjek PBB

dalam Rangka Pembentukan

dan/atau Pemeliharaan Basis Data

SISMIOP;

7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor 16/PJ.6/1998 tentang

Pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan;

8. Petunjuk Pelaksanaan lainnya

Subjek Pajak Menurut Tulis S. Meliala

dan Fransisca Widianti Oetomo

(2010;66) Subjek Pajak adalah orang

atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, dan

atau memperoleh manfaat atas bumi,

dan atau memiliki, menguasai, dan atau

memperoleh manfaat bangunan.

Objek Pajak Menurut Tulis S. Meliala

dan Fransisca Widianti Oetomo

(2010;67) Objek pajak adalah bumi dan

atau bangunan untuk menentukan nilai

jual bumi dan atau bangunan dibuat

klasifikasinya dengan memperhatikan

faktor – faktor sebagai berikut :

(a) Letak, (b) Peruntukan (c)

Pemanfaatan (d) Kondisi lingkungan

dan lain – lain.

Pengecualian Sebagai Objek Pajak

Apabila Menurut Tulis S. Meliala dan

Fransisca Widianti Oetomo ( 2010;67)

pengecualian sebagai objek pajak

apabila:

1. Digunakan semata – mata yang

melayani kepentingan umum

dibidang ibadah, social, kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan nasional.

Yang tak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan.

2. Digunakan untuk kuburan,

peninggalan purbakala atau

sejenisnya.

3. Merupakan hutan lindung, suaka

alam, wisata taman nasional, tanagh

penggembalaan yang dikuasai oleh

desa dan tanah Negara yang belum

dibebani suatu hal

4. Digunakan oleh perwakilan

diplomatic, konsultan berdasarkan

asa perlakuan timbal balik

Page 7: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

328

5. Digunakan oleh badan atau

perwakilan Organisasi Internasional

yang ditentukan oleh Menteri

Keuangan

Tarif Pajak Menurut Waluyo (

2010;190) tarif Pajak Bumi dan

Bangunan yang dikenakan atas Objek

Pajak Bumi dan Bangunan sebesar

0,5% ( lima persepuluh persen)

Dasar Pengenaan dan Cara

Menghitung Pajak Terutang Menurut

Waluyo ( 2010;190), sebelum

menentukan Dasar Pengenaan dan

menghitung besarnya Pajak Bumi dan

Bangunan Terutang perlu dipahami

terlebih dahulu pengertian Nilai Jual

Objek Pajak(NJOP). Pengertian NJOP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

angka 3 Undang-Undang Nomor 12

tahun 1983 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 12

tahun1994 adalah harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang

terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual

Objek Pajak ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek

sejenis, atau nilai perolehan baru, atau

Nilai Jual Objek Pengganti. Besarnya

NJOP tersebut digunakan sebagai Dasar

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

yang ditetapkan setiap tiga tahun oleh

Menteri Keuangan, kecuali untuk

daerah tertentu ditetapkan setiap tahun

sesuai perkembangan daerahnya.

Dengan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 523/KMK.04/1998 Tanggal 18

Desember 1998 tentang Penentuan

Klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai

Dasar Pengenaan PBB telah mengatur

pokok-pokok:

1. Standar investasi adalah jumlah yang

diinvestasikan untuk suatu

pembangunan dan/ atau penanaman

dan/atau penghasilan jenis sumber

daya alam atau budi daya tertentu,

yang dihitung berdasarkan

komponen tenaga kerja, bahan dan

alat mulai dari awal pelaksanaan

pekerjaan sampai tahap produksi

atau menghasilkan.

2. Objek pajak yang bersifat khusus

adalah objek pajak yang

letak,bentuk, peruntukan dan /atau

penggunaannya mempunyai sifat dan

karakteristik khusus.

3. Dalam hal objek yang nilai jual per

m2-

nya lebih besar dari ketentuan

NJOP(lihat lampiran Keputusan

Menteri Keuangan),maka NJOP

yang terjadi dilapangan digunakan

sebagai dasar pengenaan PBB.

4. Objek pajak sektor pedesaan dan

perkotaan yang tidak bersifat khusus,

NJOP ditentukan berdasarkan nilai

indikasi rat-rata yang diperoleh dari

hasil penilaian secara massal.

5. Besarnya NJOP sektor perkebunan,

kehutanan, pertambangan serta usaha

bidang perikanan, peternakan dan

perairan untuk areal produksi

dan/atau areal belum produksi,

ditentukan berdasarkan nilai jual

permukaan bumi dan bangunan (lihat

lampiran Keputusan Menteri

Keuangan) ditambah dengan nilai

investasi atau nilai jual pengganti

atau dihitung secara keseluruhan

berdasarkan nilai jual pengganti.

6. Untuk objek tertentu yang bersifat

khusus, NJOP ditentukan

berdasarkan nilai pasar yang

dilakukan oleh pejabat fungsional

penilai secara individual.

7. Klasifikasi penggolongan dan

ketentuan nilai jual, dapat dilihat

pada Lampiran IA, IB, IIA, IIB

Keputusan Menteri Keuangan

Dasar Penghitungan Pajaknya adalah

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang

ditetapkan serendah – rendahnya 20% (

dua puluh persen ) dan setingi-

tingginya 100% ( seratus persen ) dari

Nilai Jual Objek Pajak.

Page 8: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

329

0,5% x Nilai Jual Kena Pajak

Besarnya persentase Nilai Jual Kena

Pajak ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2000

Tanggal 26 Juni 2000 yang

diberlakukan mulai tahun pajak 2001

yaitu :

1. Sebesar 40% ( empat puluh persen )

dari Nilai Jual Objek Pajak;

a. Objek Pajak perkebunan.

b. Objek pajak kehutanan.

c. Objek Pajak lainnya,

apabila Nilai Jual Objek

Pajaknya (NJOP) Rp

1.000.000.000,00 ( satu miliar

rupiah) atau lebih, sebagai

contoh perumahan.

2. Sebesar 20% ( dua puluh persen )

dari Nilai Jual Objek Pajak;

a. Objek Pajak pertambangan.

b. Objek Pajak lainnya,

apabila Nilai Jual Objek

Pajaknya ( NJOP ) kurang dari

Rp 1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

Tahun Pajak, Saat, dan Tempat

Terutang Menurut Abdul Rahman

(2010;108) Tahun Pajak adalah jangka

waktu satu tahun takwin. Tahun takwin

adalah masa dari tanggal 1 Januari

sampai 31 Desember. Saat Pajak

Terutang. Saat yang menentukan pajak

yang terutang adalah menurut keadaan

objek pajak pada tanggal 1 Januari.

Tempat Pajak Terutang. Tempat

terutangnya PBB ditentukan sebagai

berikut: untuk daerah Jakarta, tempat

terutangnya PBB di wilayah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta yang meliputi

letak objek pajak.

Pada prinsipnya, system perpajakan

menganut system Self Assessment.

Wajib pajak diberikan kepercayaan

untuk menghitung, memperhitungkan,

melaporkan dan membayar pajak yang

seharusnya terutang sesuai dengan

ketentuan berlaku. Namun khusus Pajak

Bumi dan Bangunan, pelaksanaan

system tersebut mengalami beberapa

kendala antara lain:

Cara dan dasar menghitung pajak bumi

dan bangunan : Menurut Tulis. S.

Meliala dan Fransisca Widianti Oetomo

(2010;74) Cara menghitung PBB adalah

tarif pajak x Nilai Jual Kena Pajak,

Tarif PBB yaitu sebesar 0,5%

Nilai Jual Kena Pajak ( NJKP ) adalah

20% dari Nilai Jual Objek Pajak (

NJOP ) berdasarkan peraturan

pemerintah no 46 tahun 1985 Nilai Jual

Kena Pajak ( Assessment Value) adalah

nilai jual yang dipergunakan sebagai

dasar penghitungan pajak yaitu suatu

persentase tertentu dari nilai jual

sebenarnya.

Persentase tersebut telah diterapkan

oleh Menteri Keuangan sebesar 20%.

Oleh karena itu rumusnya adalah :

Sedangkan NJKP adalah :

NJKP=20% x ( NJOP bumi +NJOP

bangunan)-NJOP TKP

Nilai NJOP TKP yang sekarang adalah

Rp 12.000.000,- Sehingga rumusnya

menjadi:

0,5%*[20%*( NJOP Bumi +

NJOP Bangunan – Rp 12.000.000)]

Luas x NJ/Bumi m2 Luas x NJ

bangunan/m2

Assessment Sales Ratio Berdasarkan

keputusan (Direktorat Jenderal Pajak

dalam Tata Cara Perhitungan Masing –

masing, Key Performance Indicator (

KPI ) Lampiran 1 SE-18/PJ.22/2006

Tanggal 27 Juli 2006) yang dimaksud

dengan Assessment Sales Ratio adalah

perbandingan rata-rata Nilai Jual Objek

Page 9: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

330

Pajak (NJOP) PBB yang sudah

ditetapkan dibandingkan dengan rata-

rata harga pasar

Sedangkan harga pasar/ nilai pasar

didefenisikan sebagai perkiraan jumlah

uang pada tanggal penilaian, yang dapat

diperoleh dari transaksi jual beli atau

hasil penukaran suatu asset, antara

pembeli yang berniat membeli dan

penjual yang berminat menjual, dalam

suatu transaksi bebas ikatan, yang

penawarannya dilakukan secara layak,

diman kedua pihak, dimana kedua

pihak masing – masing mengetahui,

bertindak hati – hati dan tanpa paksaan

( SPI 2002 0.5.39.1)

Penghitungan Assessment Sales Ratio

Menurut Direktorat Jenderal Pajak

dalam Tata Cara Perhitungan Masing –

masing, Key Performance Indicator (

KPI ) Lampiran 1 SE-18/PJ.22/2006

Tanggal 27 Juli 2006), mengemukakan

bahwa penghitungan untuk Assessment

Sales Ratio adalah sebagai berikut:

penilaian properti untuk kepentingan

perpajakan adalah Assessment Ratio

(AR) yang merupakan perbandingan

antara NJOP sebagai nilai properti yang

ditetapkan terhadap nilai pasar (market

value).

Analisis penentuan NJOP tanah

dimaksudkan untuk melihat tingkat

penerapan NJOP tanah terhadap nilai

pasar yang berlaku. Studi Assessment

Sales Ratio dapat memberi informasi

umum apakah NJOP yang ditetapkan

lebih tinggi atau lebih rendah dari

pasar.

Studi Assessment Sales ratio

diselenggarakan secara relevan

berdasarkan undang-undang, aturan

administratif, dan menggunakan

petunjuk yang bisa diterapkan untuk

studi seperti ini. Tujuan studi ini adalah

untuk mengukur keseluruhan

pencapaian penilaian dan efektivitas

penilaian yuridis. Komisi Pengawas

Pajak Utah (2004)

Hipotesis

Diduga Nilai Jual Objek Pajak Bumi

yang ditetapkan tidak akurat terhadap

nilai pasar yang dianalisa dengan

menggunakan metode Assessment Sales

Ratio.

METODE PENELITIAN

Data dan Sampel

penulis mengambil tempat penelitian di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Padang. Untuk memperoleh data

tambahan penulis melakukan penelitian

di Kecamatan Nanggalo Kelurahan

Kurao Pagang.

Sumber Data yang penulis gunakan

dalam penelitian ini adalah melalui

Sumber Data Sekunder yaitu membaca

dan mempelajari literatur-literatur yang

berhubungan dengan permasalahan-

permasalahan untuk memperoleh data –

data yang bersifat teoritis yang

mendukung hasil penelitian yang

didapat langsung dari lokasi penelitian.

Metode Analisa

Analisis data merupakan proses

penyederhanaan dari data dalam bentuk

yang lebih ringkas sehingga lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Teknik analisa data yang penulis

gunakan adalah:

1. Analisa Kualitatif

Dalam metode ini penulis

menggunakan analisa kualitatif

dengan membandingkan teori –

teori yang ada dengan kenyataan di

lapangan.

2. Analisa Kuantitatif

Dalam metode ini penulis

menggunakan metode kuantitatif

Page 10: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

331

yang relevan yaitu dengan

menggunakan metode assessment

sales ratio sehingga bisa dilihat

dengan jelas dengan adanya Tingkat

Akurasi Nilai Jual Objek

Pajak(NJOP) bumi terhadap nilai

pasar.

Rumus yang digunakan untuk

menghitung Assessment Sales Ratio

adalah sebagai berikut:

NJOP PBB Yang Sudah Ditetapkan/

Harga pasar X 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan nilai

tanah/m2 atau harga pasar terlebih

dahulu dilakukan analisa

penentuan nilai pasar wajar. Dari

hasil analisa penentuan nilai pasar

wajar maka akan didapat nilai

tanah/m2 sebagai berikut :

Tabel 1

Daftar Analisa Penentuan Nilai Pasar Wajar

No

Alamat objek

pajak

( Data Transaksi )

Harga

transaksi/

Penawaran

( Rp/M2)

Penyesuaian

(%)

Hasil

Penyesuaian

(Rp/M2)

Nilai

Pasar

Wajar

(Rp/M2)

1 Jl. Raya Kurao 250.000 10% 25.000 225.000

2. Jl. Raya Pagang 500.000 10% 50.000 450.000

3. Berok Raya 300.000 10% 30.000 270.000

4. Jl. Berok Rakik 150.000 10% 15.000 135.000

5. Jl. Bayu 300.000 10% 30.000 270.000

6. Jl. Berok 300.000 10% 30.000 270.000

7. Kp. Baru Berok 80.000 10% 8.000 72.000

8. Jl. Mesjid Taqwa 300.000 10% 30.000 270.000

9. Jl. Raya Lb. Bayu 300.000 10% 30.000 270.000

10. Jl. Perjuangan 100.000 10% 10.000 90.000

11. Tanjung Baru

Berok Padang

260.000 10% 26.000 234.000

12. Jl. Bayur 300.000 10% 30.000 270.000

13. Jl. Pengendalian 100.000 10% 10.000 90.000

14. Jl.Pengendalian

Banjir

100.000 10% 10.000 90.000

15. KO. Perumdak 300.000 10% 30.000 270.000

16. Jl. Perjuangan 1-5 100.000 10% 10.000 90.000 (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang dan Kantor Lurah Kurao Pagang)

Penetapan Tingkat Akurasi Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) dengan Metode

Assessment Sales Ratio

Dalam pengujian ini penulis mengguna

kan metode Assessment Sales Ratio.

Berdasarkan keputusan Direktorat

Jenderal Pajak dalam Tata Cara

Perhitungan Masing – masing, Key

Performance Indicator ( KPI )

Lampiran 1 SE-18/PJ.22/2006 Tanggal

27 Juli 2006 yang dimaksud dengan

Assessment Sales Ratio adalah

perbandingan rata-rata Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) PBB yang sudah

ditetapkan dibandingkan dengan rata-

rata harga pasar. Data harga pasar di

dapat dari nilai pasar wajar. Dengan

persamaan sebagai berikut:

Page 11: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

332

Tabel 2.

Daftar Nama Jalan dan NJOP di Kelurahan Kurao Pagang

No Nama Jalan NJOP (Rp/M

2) Harga Pasar (Rp/M

2)

1 Jl. Raya Kurao 128.000 225.000

2. Jl. Raya Pagang 103.000 450.000

3. Berok Raya 128.000 270.000

4. Jl. Berok Rakik 48.000 135.000

5. Jl. Bayu 160.000 270.000

6. Jl. Berok 160.000 270.000

7. Kp. Baru Berok 64.000 72.000

8. Jl. Mesjid Taqwa 36.000 270.000

9. Jl. Raya Lb. Bayu 160.000 270.000

10. Jl. Perjuangan 64.000 90.000

11. Tanjung Baru Berok

Padang

160.000 234.000

12. Jl. Bayur 160.000 270.000

13. Jl. Pengendalian 64.000 90.000

14. Jl.Pengendalian Banjir 64.000 90.000

15. KO. Perumdak 103.000 270.000

16. Jl. Perjuangan 1-5 64.000 90.000

(Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang dan kantor Lurah

Kurao Pagang)

Berdasarkan data yang telah di dapat

diatas maka dilakukan perhitungan

Assessment Sales Ratio untuk tahun

2011, sebagai berikut:

1. Jl. Raya Kurao kelas A28 masuk

klasifikasi ( >Rp 114.000,00 s/d Rp

142.000,00)

Pada Jl. Raya Kurao yang

mempunyai kelas A28 diperoleh

persentase sebesar 57%,yang artinya

daerah ini masih dalam kawasan

berkembang / strategis

2. Jl. Raya Pagang kelas A29 masuk

klasifikasi (>Rp 91.000,00 s/d Rp

114.000,00)

Pada daerah Berok Rakik yang

mempunyai kelas A29 diperoleh

persentase sebesar 23%,yang

artinya daerah ini belum termasuk

kawasan yang kurang berkembang

sehingga persentase yang dikenakan

masih rendah

3. Berok Raya kelas A28 masuk

klasifikasi (>Rp 114.000,00 s/d

Rp142.000,00)

Di daerah Berok Raya yang

mempunyai kelas A28 diperoleh

persentase sebesar 47%,yang

artinya daerah ini masih tergolong

Assessment Sales Ratio =

NJOP PBB Yang Sudah Ditetapkan

x 100%

Harga Pasar

Page 12: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

333

kawasan kurang berkembang

sehingga persentase yang dikenakan

masih rendah

4. Jl. Berok Rakik kelas A32 masuk

klasifikasi (>Rp 41.000,00 s/d Rp

55.000,00)

Pada Jl. Berok yang mempunyai

kelas A32 diperoleh persentase

sebesar 35%, yang artinya daerah

ini belum tergolong kawasan maju

sehingga persentase yang dikenakan

masih rendah

5. Jl. Bayu kelas A27 masuk

klasifikasi (>Rp 142.000,00 s/d Rp

178.000,00)

Pada Jl. Bayu yang mempunyai

kelas A27 diperoleh persentase

sebesar 59%,yang artinya daerah ini

sudah tergolong kawasan

berkembang karena persentase yang

dikenakan sudah cukup besar

6. Jl.Berok kelas A27 masuk

klasifikasi (>Rp 142.000,00 s/d Rp

178.000,00)

Pada Jl. Berok yang mempunyai

kelas A27 diperoleh persentase

sebesar 59%,yang artinya daerah ini

masih tergolong kawasan

berkembang sehingga persentase

yang dikenakan relatif cukup besar

7. Kp Baru Berok kelas A31 masuk

klasifikasi (>Rp 55.000,00 s/d Rp

73.000,00)

Di daerah Kp Baru Berok yang

mempunyai kelas A31 diperoleh

persentase sebesar 89%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar.

8. Jl. Mesjid Taqwa kelas A33 masuk

klasifikasi (>Rp 31.000,00 s/d Rp

41.000,00)

Pada Jl. Mesjid Taqwa yang

mempunyai kelas A33 diperoleh

persentase sebesar 13%,yang

artinya daerah ini sudah belum

tergolong kawasan maju sehingga

persentase yang dikenakan sangat

rendah.

9. Jl. Raya Lb Bayu kelas A27 masuk

klasifikasi (>Rp 142.000,00 s/d Rp

178.000,00)

Di daerah Jl. Raya Lb Bayu yang

mempunyai kelas A27 diperoleh

persentase sebesar 59%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar

10. Jl. Perjuangan kelas A31 masuk

klasifikasi (>Rp 55.000,00 s/d Rp

73.000,00)

Pada Jl. Perjuangan yang

mempunyai kelas A31 diperoleh

persentase sebesar 71%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar

11. Tanjung Baru Berok Padang kelas

A27 masuk klasifikasi

(>Rp142.000,00 s/d Rp178.000,00)

Di daerah Tanjung Baru Berok

Padang yang mempunyai kelas

A27 diperoleh persentase sebesar

68%,yang artinya daerah ini sudah

Page 13: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

334

tergolong kawasan maju karena

persentase yang dikenakan sangat

besar

12. Jl. Bayur kelas A27 masuk

klasifikasi (> Rp 142.000,00 s/d Rp

178.000,00)

Di daerah Jl. Bayur yang

mempunyai kelas A27 diperoleh

persentase sebesar 59%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar.

13. Jl. Pengendalian kelas A31 masuk

klasifikasi (> Rp 55.000,00 s/d Rp

73.000,00)

Di daerah Jl. Pengendalian yang

mempunyai kelas A31 diperoleh

persentase sebesar 71%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar.

14. Jl. Pengendalian Banjir kelas A27

masuk klasifikasi (>Rp 142.000,00

s/d Rp178.000,00)

Di daerah Jl. Pengendalian Banjir

yang mempunyai kelas A27

diperoleh persentase sebesar

71%,yang artinya daerah ini sudah

tergolong kawasan maju karena

persentase yang dikenakan sudah

cukup besar.

15. Ko Perumdak kelas A29 masuk

klasifikasi (>Rp 91.000,00 s/d Rp

114.000,00)

Pada kawasan Ko Perumdak yang

mempunyai kelas A29 diperoleh

persentase sebesar 38%,yang

artinya daerah ini belum tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan masih rendah

16. Jl. Perjuangan 1-5 kelas A31 masuk

klasifikasi (>Rp 55.000,00 s/d Rp

73.000,00)

Di daerah Jl. Perjuangan 1-5 yang

mempunyai kelas A31 diperoleh

persentase sebesar 71%,yang

artinya daerah ini sudah tergolong

kawasan maju karena persentase

yang dikenakan sudah cukup besar.

Berdasarkan perhitungan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa

daerah-daerah yang memiliki

persentase >50%-70% merupakan

kawasan yang strategis dan

mengalami kemajuan dan

perkembangan yang pesat serta

memiliki tingkat penetapan akurasi

Nilai Jual Objek Pajak(NJOP)

sangat tinggi. Persentase 50%- 70%

merupakan standar akurat yang

digunakan oleh Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Padang dan

persentase <50% non akurat. Untuk

kawasan yang memiliki persentase

<50% merupakan kawasan non

strategis serta belum mengalami

perkembangan dan kemajuan yang

dan memiliki tingkat penetapan

akurasi Nilai Jual Objek Pajak (

NJOP ) yang rendah. Oleh karena

itu dapat diketahui hasil tingkat

akurasi NJOP masing-masing

daerah pada tabel 3 sebagai berikut:

Page 14: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

335

Tabel 3.

Hasil Tingkat Akurasi NJOP Masing-masing Daerah

No

Nama Jalan

Assessment Sales

Ratio

Tingkat Akurasi NJOP

1. Jl. Raya Kurao 57% Akurat

2. Jl. Raya Pagang 23% Belum Akurat

3. Berok Raya 47% Belum Akurat

4. Jl. Berok Rakik 35% Belum akurat

5. Jl. Bayu 59% Akurat

6. Jl. Berok 59% Akurat

7. Kp Baru Berok 89% Akurat

8. Jl. Mesjid Taqwa 13% Belum akurat

9. Jl. Raya Lb. Bayu 59% Akurat

10. Jl. Perjuangan

71% Akurat

11. Tanjung Baru

Berok Padang

68% Akurat

12. Jl. Bayur 59% Akurat

13. Jl. Pengendalian 71% Akurat

14. Jl. Pengendalian

Banjir

71% Akurat

15. Ko Perumdak 38% Belum Akurat

16. Jl. Perjuangan 71% Akurat

(Sumber: Data primer)

Berikut ini dapat dilihat hasil dari perbandingan penelitian terhadap tingkat keakurasian

penetapan NJOP bumi dengan metode Assessment Sales Ratio :

Tabel 4.

Hasil Perbandingan Penelitian terhadap Tingkat Akurasi Penetapan NJOP Bumi

dengan metode Assessment Sales Ratio

No Nama Jalan NJOP

(Rp/M2)

Harga

Pasar

(Rp/M2)

Assessment

Sales Ratio

Tingkat

Akurasi

NJOP

A. Kawasan Strategis

1. Jl. Raya Kurao 128.000 225.000 57% Akurat

2. Jl. Bayu 160.000 270.000 59% Akurat

3. Jl. Berok 160.000 270.000 59% Akurat

4. Kp Baru Berok 64.000 72.000 89% Akurat

5. Jl. Raya Lb. Bayu 160.000 270.000 59% Akurat

6. Jl. Perjuangan 64.000 90.000 71% Akurat

Page 15: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

336

No Nama Jalan NJOP

(Rp/M2)

Harga

Pasar

(Rp/M2)

Assessment

Sales Ratio

Tingkat

Akurasi

NJOP

7. Tanjung Baru Berok

Padang

160.000 234.000 68% Akurat

8. Jl. Bayur 160.000 270.000 59% Akurat

9. Jl. Pengendalian 64.000 90.000 71% Akurat

10. Jl. Pengendalian

Banjir

64.000 90.000 71% Akurat

11 Jl. Perjuangan 1-5 64.000 90.000 71% Akurat

B. Non Strategis

12. Jl. Raya Pagang 103.000 450.000 23% Belum

akurat

13. Berok Raya 128.000 270.000 47% Belum

Akurat

14. Jl. Berok Rakik 48.000 135.000 35% Belum

Akurat

15. Jl. Mesjid Taqwa 36.000 270.000 13% Belum

akurat

16. Ko Perumdak 103.000 270.000 38% Belum

Akurat

(Sumber : Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang dan kantor Lurah

Kurao Pagang)

Analisa Interpretasi

Dari hasil pengolahan data yang telah

dilakukan diatas maka penulis dapat

menginterprestasikan hasil penelitian

yang telah dilakukan yaitu sebagai

berikut:

1. Dari hasil perbandingan penetapan

tingkat akurasi Nilai Jual Objek

Pajak(NJOP) terhadap Harga pasar

maka terdapat dua kawasan yaitu

kawasan strategis dan non strategis

dimana tingkat keakuratan untuk

kawasan strategis adalah > 50-70%

sedangkan untuk kawasan non

strategis <50%.

Kawasan strategis dengan

persentase >50%-70% yaitu:

a. Jl. Raya Kurao memiliki

persentase sebesar 57%

b. Jl. Bayu memilki persentase

sebesar 59%

c. Jl. Berok memiliki persentase

sebesar 59%

d. Kp. Baru Berok memiliki

persentase sebesar 89%

e. Jl. Raya Lb Bayu memiliki

persentase sebesar 59%

f. Jl. Perjuangan memiliki

persentase sebesar 71%

g. Tanjung Baru Berok Padang

memiliki persentase sebesar

68%

h. Jl. Bayur memiliki persentase

sebesar 59%

i. Jl. Pengendalian memiliki

persentase sebesar 71%

j. Jl. Pengendalian Banjir

memiliki persentase sebesar

71%

k. Jl. Perjuangan 1-5 memiliki

persentase sebesar 71%

Kawasan non strategis dengan

persentase < 50% :

a. Jl. Raya Pagang memiliki

persentase sebesar 23%

Page 16: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Jurnal KBP, Vol. 1, No. 3, Desember 2013: 322 - 338

337

b. Berok Raya memiliki persentase

47%

c. Jl. Berok Rakik memiliki

persentase sebesar 35%

d. Jl. Mesjid Taqwa memiliki

persentase sebesar 13%

e. Ko. Perumdak memiliki

persentase sebesar 13%

2. Berdasarkan data diatas terdapat 11

daerah yang memiliki tingkat

keakuratan yang tinggi atau

strategis yaitu Jl. Raya Kurao, Jl.

Bayu, Jl. Berok, Kp. Baru Berok, Jl.

Raya Lb Bayu, Jl. Perjuangan

Tanjung Baru Berok Padang, Jl.

Bayur, Jl. Pengendalian, Jl.

Pengendalian Banjir, Jl. Perjuangan

1-5 serta 5 daerah yang memiliki

data yang belum akurat atau non

strategis yang berada daerah pada

Kelurahan Kurao Pagang yaitu Jl.

Raya Pagang, Berok Raya, Jl. Berok

Rakik, Jl. Mesjid Taqwa, dan Ko

Perumdak.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “

Analisa Tingkat Akurasi Penetapan

Nilai Jual Objek Pajak ( NJOP ) Bumi

Terhadap Nilai Pasar dengan metode

Assessment Sales Ratio” ( Studi Kasus

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Padang) maka dapat disimpulkan :

1. Penulis memperoleh data dari Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Padang mengenai Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) sedangkan data harga

pasar penulis peroleh dari Kantor

Lurah Kurao Pagang Kecamatan

Nanggalo yang sangat membantu

penulis dalam penyelesaian

penelitian ini.

2. Dari hasil perbandingan penetapan

tingkat akurasi Nilai Jual Objek

Pajak(NJOP) terhadap Harga pasar

maka terdapat dua kawasan yaitu

kawasan strategis dan non strategis

dimana tingkat keakuratan untuk

kawasan strategis adalah > 50-70%

sedangkan untuk kawasan non

strategis <50%.

3. Berdasarkan data diatas yang berada

di Kelurahan Kurao Pagang terdapat

kawasan yang memiliki tingkat

keakuratan yang tinggi dan berada di

kawasan strategis yang berjumlah

daerah 11 yaitu Jl. Raya Kurao, Jl.

Bayu, Jl. Berok, Kp. Baru Berok, Jl.

Raya Lb Bayu, Jl. Perjuangan,

Tanjung Baru Berok, Jl. Bayur, Jl.

Pengendalian, Jl. Pengendalian

Banjir, Jl. Perjuangan dan serta data

daerah yang belum akurat atau non

strategis berjumlah 5 daerah yaitu Jl.

Raya Pagang, Berok Raya, Jl. Berok

Rakik, Jl. Mesjid Taqwa, dan Ko

Perumdak

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak dalam Tata

Cara Perhitungan Masing –

masing, Key Performance Indicator (

KPI ) Lampiran 1 SE-18/PJ.22/2006

Tanggal 27 Juli 2006

Firmansyah. (2008). Analisa Tingkat

Akurasi Penetapan Nilai Jual Objek

Pajak(NJOP) Bumi Terhadap Nilai

Pasar dengan Metode Assessment

Sales Ratio (Studi kasus di KPP

kecamatan Kaliwates Kabupaten

Jember). Dapat di akses di:

http://jurnalskripsi.com/analisa-

tingkat-akurasi-penetapan-njop-

bumi-terhadap-nilai-pasar-dengan-

metode-assessment-sales-ratio-studi-

kasus-di-kecamatan-kaliwates-

kabupaten-jember-pdf.htm

Mardiasmo. (2006). Perpajakan edisi

revisi, Penerbit CV Andi offset,

Yogyakarta

Meliala, Tulis S dan Fransisca Widianti

Oetomo.2010.Perpajakan dan

Akuntansi Pajak. Jakarta : Semesta

Media

Page 17: ANALISA TINGKAT AKURASI PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/4. DEWI ZULVIA.pdf · Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor

Analisa Tingkat Akurasi ... (Dewi Zulvia)

338

Rahman, Abdul, (2010), Administrasi

Perpajakan, Jakarta: Penerbit

Nuansa Cendikia

Rezki, vandy. (2010), “Analisa Tingkat

Akurasi Penetapan Nilai Jual Objek

Pajak(NJOP) Bumi Terhadap Nilai

Pasar Dengan Metode Assessment

Sales Ratio (Studi Kasus Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama

Bukittinggi)“.

Resmi, k. Siti, (2009), “Perpajakan

Indonesia Konsep dan Aspek

Formal”, graha ilmu, Jakarta.

Utah Komisi Pengawas Pajak Negara,

2004, Divisi Pajak Kekayaan

Assessment/Sales Studi

Perbandingan

Waluyo, (2011). Perpajakan Indonesia

Edisi 9, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta

Yulihardi. 2008, Pedoman Penulisan

Proposal Penelitian & Skripsi,

Padang, Universitas Putra Indonesia