ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP -...

14
1

Transcript of ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP -...

Page 1: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

1

Page 2: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

2

Page 3: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

3

ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP “MUTUAL COOPERATION”

DALAM MEKANISME TAKAFUL (ASURANSI SYARIAH) *

Oleh : Lastuti Abubakar

Fakultas Hukum Unpad

[email protected]

A. PENDAHULUAN

1. Perkembangan Takaful (Asuransi Syariah) 1 sebagai bagian dari

institusi ekonomi di Indonesia.

Sejak terjadinya transformasi sistem ekonomi global dari sistem

konvensional ke sistem ekonomi syariah akibat krisis ekonomi global,

pertumbuhan industri Takaful (asuransi syariah) di tataran global

menunjukkan trend positif. Tercatat, pada tahun 2012, jumlah perusahaan

penyedia jasa Takaful (asuransi syariah) mencapai 179 perusahaan, termasuk

perusahaan asuransi konvensional yang menyediakan divisi (windows) syariah

dengan kontribusi dana sebesar US $ 12.4 Milyar, tidak termasuk Saudi

Arabia dengan kontribusi sebesar US$ 7 Milyar. Sejalan dengan

perkembangan trend global, industry Takaful di Indonesia pun

memperlihatkan catatan yang meningkat dari waktu ke waktu. Bersama-sama

dengan negara-negara yang masuk kategori” new fringe markets”,Indonesia

bersama-sama dengan Brunai Darussalam dan Bangladesh, berkontribusi

sebesar US$ 7 milyar.2

Dibandingkan dengan peranan institusi keuangan Islam lainnya seperti

industri perbankan syariah atau penerbitan instrumen sukuk (Surat Berharga

Syariah), Takaful di Indonesia baru menyumbang 3,3 persen dari seluruh

pendapatan yang diperoleh dari institusi dan instrumen keuangan nasional . 3

* Tulisan ini di muat dalam buku Etty R. Agoes, Peran Hukum Dalam Pembangunan Di

Indonesia, Rosda, Bandung 2013

1 Penulis menggunakan istilah Takaful atau Asuransi Syariah mengingat istilah asuransi

syariah dibakukan dalam regulasi (SK Menkeu, Keputusan Bapepam LK dan Fatwa Dewan Syariah

Nasional.),sementara itu, Takaful digunakan sebagai nama perusahaan yang bergerak di bidang

asuransi syariah. Padanan yang banyak digunakan dalam literatur adalah Islamic insurance.

2 M. Iqbal Asaria, Innovations and Developments in Takaful and Re-Takaful, Durham Islamic

Finance Summer School, Durham-UK,2013

3 Berdasarkan data, penerbitan instrument sukuk (surat berharga syariah) menyumbang 10 %

dan perbankan syariah 4,2 % pada akhir tahun 2012. Dengan angka pertumbuhan ekonomi yang

diperkirakan mencapai 6,3 -6,7 % pada tahun 2013, dan jumlah kelas menengah muslim yang juga

diperkirakan naik, prospek dan peluang pengembangan institusi ekonomi dan keuangan Islam masih

Page 4: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

4

Jumlah ini memang masih relatif kecil , namun di masa mendatang, Takaful

berpeluang mengambil porsi lebih besar dalam aktivitas ekonomi di Indonesia,

dengan beberapa alasan antara lain : penerimaan konsep syariah yang semakin

baik di masyarakat; dukungan regulasi dan meningkatnya golongan ekonomi

menengah.4

Lahirnya Takaful (asuransi syariah) di Indonesia ditandai dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan no: 268/KMK.06/2002

tanggal 7 November 2002 yang memberi peluang bagi asuransi konvensional

untuk menjalankan asuransi syariah melalui 3 cara pendirian, yakni :

a. Konversi langsung secara penuh dari asuransi konvensional ke

asuransi syariah;

b. Membentuk langsung lembaga asuransi syariah;

c. Membuka kantor cabang asuransi syariah/divisi asuransi syariah.

Selain itu, pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia juga didorong

oleh regulasi yang memberi kemudahan dari aspek permodalan , yang

mensyaratkan modal minimum sebesar Rp.50 Milyar untuk pendirian

perusahaan asuransi syariah. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan modal

minimum bagi pendirian asuransi konvensional sebesar Rp.100 milyar. 5 Di

samping kemudahan untuk mendirikan perusahaan asuransi syariah, Bapepam-

LK sebagai otoritas Jasa Keuangan 6menerbitkan 2 peraturan yaitu Peraturan

No : PER-06/BL/2011 7 dan Peraturan No : PER-07/BL/2011 8 yang

merupakan amanat dari Pasal 4 Ayat (3), Pasal 25 Ayat (4), Pasal 40 Ayat (5),

dan Pasal 45 Ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan No : 11/PMK.010/2010

Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan

prinsip Syariah. Ke dua peraturan ini bertujuan untuk memelihara tingkat

sangat besar. Lihat Irfan Syauqi Beik, Mendorong Kebijakan Pro Ekonomi dan Keuangan Syariah di

2013, Jurnal Sharing, Edisi 72 Thn VII Desember 2012, hlm. 56 4 lihat Sharing. Outlook Keuangan Syariah Indonesia 2012, Edisi 60 Tahun VI Desember 2011,

hlm.16. 5 Lihat Pasal 6 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No : 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ke dua atas

Peraturan Pemerintah No : 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. 6 Sejak diterbitkan Undang-undang No : 12 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, pengawasan

terhadap jasa keuangan berada di bawah OJK. 7SK Bapepam-LK ini mengatur tentang bentuk dan susunan laporan keuangan serta pengumuman

laporan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, 8 SK Bapepam-LK ini mengatur tentang pedoman perhitungan jumlah dana yang diperlukan untuk

mengantisipasi risiko kerugian pengelolaan dana Tabarru’ dan perhitungan jumlah dana yang harus

disediakan perusahaan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul dalam

penyelenggaraan usaha asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah.

Page 5: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

5

kepatuhan perusahan pada prinsip transparansi, juga memberikan

perlindungan maksimal bagi nasabah Takaful.

2. Beberapa permasalahan hukum dalam mekanisme Takaful (Asuransi

syariah)

Sebagaimana halnya usaha asuransi pada umumnya, Takaful (asuransi

syariah) merupakan institusi yang menawarkan jasa perlindungan bagi

nasabahnya atas kerugian yang timbul akibat peristiwa atau kejadian di masa

datang yang tidak dapat diketahui pada saat sekarang. Berbeda dengan

asuransi konvensional, yang salah satu unsurnya adalah “adanya

kejadian/peristiwa yang tidak pasti”, Takaful bertumpu pada prinsip syariah

yang melarang aktivitas bisnis berbasis bunga (riba/ interest), ketidakpastian

(gharar/uncertainty) dan perjudian (maysir/gambling). 9 Mengacu pada

larangan tersebut, menjadi pertanyaan apakah “kejadian /peristiwa yang tidak

pasti “di masa mendatang yang memang melekat pada asuransi tersebut tidak

bertentangan dengan salah satu prinsip syariah, yakni ketidakpastian (gharar).

Persoalan patuh tidaknya takaful pada larangan gharar ini menjadi perdebatan

dikalangan para “Muslim jurist “ namun terdapat kesepakatan bahwa gharar

dapat ditoleransi dengan jenis akad yang digunakan dalam mekanisme

takaful. 10 Oleh karena itu, akad (kontrak) yang menjadi dasar hubungan

hukum menjadi urgen dalam takaful.

Berbeda dengan kontrak dalam asuransi konvensional yang

digolongkan ke dalam kontrak komersial, akad (perjanjian) yang menjadi

dasar hubungan hukum antara para pihak dalam takaful (asuransi syariah)

terdiri dari 2 jenis akad, yakni :

1. akad tabarru’ (non komersial) yang menjadi dasar bagi partisipan ketika

mendonasikan sejumlah uang untuk dimasukkan ke dalam dana takaful.11

9 Lihat Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, John Wiley &Sons, Ltd, England, 2007,

hlm. 74. Lihat pua Saw Swee Hock & Karyn Wang, Introduction to Islamic Finance, Saw Centre for

Financial Studies no. 3, Singapura, 2008, hlm. 12. 10 Lihat Aly Khorsid, Islamic Insurance, Routledge Curzon, London, 2004, hlm.40 dst. 11 Dalam asuransi konvensional, dana ini adalah premi yang dibayar nasabah kepada perusahaan

asuransi.

Page 6: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

6

2. Akad tijarah (komersial) yang menjadi dasar hubungan hukum antara

partisipan (nasabah) dengan perusahan takaful sebagai pengelola dana

takaful.

Akad tabarru (non komersial) yang digunakan dalam takaful menjadi

landasan bahwa dana yang dimasukkan dalam takaful ditujukan untuk

kebajikan atau menolong, bukanlah premi sebagaimana halnya asuransi

konvensional, melainkan donasi dari para partisipan ke dalam dana takaful

yang akan digunakan untuk menolong diantara sesama partisipan. Perusahaan

takaful tidak diperkenankan menetapkan premi atau pendapatan yang bersifat

tetap kepada partisipan (nasabah) sebagai keuntungan perusahaan.

Mengacu pada esensi takaful di atas, maka perbedaan mendasar antara

asuransi konvensional dengan takaful (asuransi syariah) adalah pada konsep

yang terkandung dalam hubungan hukum yang mendasarinya. Pada asurasi

konvensional, hubungan perusahaan asuransi dengan nasabah didasarkan pada

hubungan timbal balik . Perusahaan asuransi baru akan membayar ganti rugi

kepada nasabah atas kerugian yang telah ditentukan sebelumnya, setelah

nasabah membayar premi kepada perusahaan asuransi.

Sementara itu, hubungan para partisipan dalam takaful didasarkan pada

konsep mutual cooperation (kerjasama untuk kebajikan). Selain mutual

cooperation, prinsip yang mendasari aktivitas asuransi syariah adalah prinsip

persaudaraan, saling bertanggung jawab, kemanusiaan, dan perlindungan. 12

Di sisi lain, perusahaan takaful yang akan mengelola dana takaful

merupakan entitas bisnis yang juga bertujuan mencari keuntungan, sehingga

perlu dikaji , selain akad tabarru, tentunya ada akad lain yang digunakan

dalam praktik asuransi syariah yang sifatnya digolongkan ke dalam akad

tijarah (mu’awadah), yakni akad yang bertujuan komersial, dimana

perusahaan tentu bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang wajar.

Berdasarkan prinsip syariah, keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan

pengelola takaful dapat dihasilkan dari hasil pengelolaan dana takaful, yang

ditentukan oleh model akad yang digunakan. Akad-akad yang sesuai dengan

prinsip syariah memungkinkan pengelola takaful mendapatkan keuntungan

berdasarkan profit loss sharing based atau prinsip bagi hasil, fee based income

12 Lihat Engku Rabiah Adawiah Engku Ali , Hassan Scott P Odierno, Azman Ismail, Essential Guide

To Takaful (Islamic Insurance), Centre For Reseacrh and Training, Kuala Lumpur, 2008, hlm.6.

Page 7: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

7

(pendapatan berbasis komisi/fee). Berdasarkan paparan di atas, maka dalam

tulisan ini akan dianalisisa mengenai 2 hal yakni : a. Bagaimana pemaknaan

ketidakpastian (uncertainty) atas kejadian/peristiwa yang akan terjadi di masa

datang dalam konteks Takaful?, b. Bagaimana implementasi prinsip mutual

cooperation/mutual help dalam mekanisme Takaful ?

B. PEMBAHASAN

1. Dana Takaful merupakan donasi para nasabah berdasarkan akad

tabarru’ (non komersial)

Landasan hukum bagi aktivitas Takaful di Indonesia mengacu pada

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi. Berdasarkan Fatwa tersebut, yang dimaksud dengan Takaful/

ta’min atau tadhamun (asuransi syariah) adalah:

“ usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/

pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/ atau tabarru’ yang

memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui

akad (perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.’

Sebagai perbandingan, berikut dikemukakan beberapa pengertian yang di

berikan oleh organisasi yang secara internasional diakui menjadi acuan bagi

negara-negara dalam mengatur praktik ekonomi syariah dan juga digunakan

oleh Indonesia dalam merumuskan regulasi di bidang ekonomi syariah, yakni

AAOIFI ( Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions), The Islamic Financial Services Board (IFSB) dan International

Association of Insurance Supervisors (IAIS).

AAOIFI’s Sharia Standard 26(2) 2007 :

“Islamic insurance is an agreement between persons who exposed to risks to

protect themselves against harms arising from the risks by paying

contributions on the basis of “ commitment to donate” (iltizam bi al tabarru’).

Following from that, the insurance fund established and is treated as a

separate legal entity (shaksiyyah i’tibariyyah) which has independent

financial liability. The fund will cover the compensation against harmst that

befall any of participants due to the occurance of the insured risks (perils) in

accordance with the terms of the policy” (cetak tebal dari penulis)

The Islamic Financial Services Board (IFSB) and International Association of

Page 8: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

8

Insurance Supervisors (IAIS) :

“takaful is the Islamic counterpart of conventional insurance, and exists in

both life (or”family”) and general forms. It is based on concepts of mutual

solidarity, and a typical Takaful undertaking will consist of a two tier

structure that is a hybrid of a mutual and commercial form of company”.13

Mengacu pada beberapa pengertian Takaful (asuransi syariah) di atas, dapat

disimpulkan bahwa unsur –unsur dalam Takaful (asuransi syariah), adalah

sebagai berikut :

1. Takaful bertujuan memberikan perlindungan kepada nasabah atau

partisipan atas kerugian yang timbul di kemudian hari berdasarkan prinsip

saling tolong menolong.

2. Dana takaful yang digunakan untuk mengganti kerugian berasal dari

nasabah atau partisipan sebagai donasi atau voluntary contribution14 , yang

dikelola secara terpisah sebagai dana Takaful.

3. Akad yang mendasari hubungan hukum dalam takaful dapat berupa

gabungan (hybrid) antara akad non-komersial (tabarru’) dan akad

komersial (tijarah).

Permasalahan ada tidaknya unsur ketidakpastian (gharar) dalam takaful

harus dilihat dari maknanya. Gharar adalah elemen “ketidakpastian

(uncertainty) yang eksis dalam polis (kontrak) asuransi konvensional antara

perusahaan asuransi sebagai penanggung dan nasabah sebagai tertanggung,

baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Berbeda dengan takaful yang

bertumpu pada prinsip syariah, maka hubungan kontraktual harus memuat

objek jelas dan tertentu.

Ketidakpastian yang terkandung dalam asuransi konvensional dapat

dilihat dari “nilai ganti rugi” dan “kapan saat ganti rugi dibayarkan”, yang

tidak dapat ditentukan pada saat kontrak dibuat. Sebagai contoh, dalam

asuransi konvensional, pemegang polis setuju membayar premi pada

perusahaan asuransi, dan sebagai imbalannya perusahaan asuransi menjamin

untuk membayar ganti rugi apabila terjadi kehilangan atau bencana.

Ketidakpastian juga dapat dilihat dari fakta bahwa pemegang polis tidak

pernah mengetahui cara, sumber dan jumlah uang yang akan dibayarkan oleh 13 International Association of Insurance Supervisors, Regulation and Supervision of Takaful (Islamic

Insurance), Agustus, 2006, hlm.4. 14 lihat Mahmoud A El Gamal, Islamic Finance-Law, Economics and Practice, Cambridge, 2006,

147.

Page 9: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

9

perusahaan asuransi. Kontrak semacam inilah yang lantas dianggap memenuhi

larangan gharar berdasarkan prinsip syariah.

Mengacu pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Takaful, maka

terdapat perbedaan dalam pemaknaan ketidakpastian (uncertanty/gharar).

Dalam asuransi konvensional, nasabah akan membayar premi dan perusahaan

akan memberi polis yang berisi janji bahwa apabila nasabah mengalami

kejadian tertentu , perusahaan akan mengganti kerugian. Dengan kata lain,

apabila peristiwa tidak terjadi, maka nasabah akan kehilangan sejumlah uang

dan tidak mendapatkan apa-apa, sementara perusahaan akan diuntungkan

sebesar premi yang disetor. Disini makna ketidakpastian adalah atas sejumlah

uang (premi) yang diharapkan mendatangkan keuntungan dan digantungkan

pada peristiwa yang tidak pasti. Sementara itu, dalam Takaful dana yang

diserahkan oleh para partisipan merupakan donasi yang akan dikelola sebagai

dana takaful untuk menolong partisipan lain yang mengalami kerugian akibat

risiko atau bahaya yang dialami. Disini, donasi diberikan tanpa digantungkan

pada prestasi pihak lainnya. Oleh karenanya , akad yang mendasari donasi

sejumlah uang dari partisipan kepada pengelola takaful haruslah akad

tabarru’, seperti akad hibah. Dengan demikian, praktik Takaful harus

berpegang pada prinsip bahwa jenis akad yang digunakan adalah akad untuk

kebajikan diantara sesama partisipan bukan untuk tujuan komersial dan tidak

dapat digolongkan dalam kontrak komersial.15 Berdasarkan hal ini,

larangan “ketidakpastian (gharar) menjadi hilang dan dapat ditolerir. Para

pakar ekonomi Islam mengakui Takaful yang berbasis pada voluntary

contribution dan bertumpu pada prinsip kerjasama saling tolong menolong

(mutual cooperation) tidak memiliki motif keuntungan (profit motive) diantara

sesama partisipan, sehingga dapat diterima berdasarkan hukum Islam.16

2. Implementasi Mutual Cooperation atau Kerjasama dalam Kebajikan

dalam mekanisme Takaful.

15 Mahmoud A El Gamal, op.cit, hlm. 149. 16 Swiss Reinsurance, Insurance in the Emerging Markets : Overview and Prospects in Islamic

Insurance, Sigma No 5/2008, hlm. 19.

Page 10: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

10

Salah satu prinsip yang inherent dalam mekanisme takaful adalah apa yang

disebut mutual help atau mutual cooperation.17 Penulis mencoba mencari

padanan yang tepat untuk memaknai konsep ini dari sudut pandang hukum di

Indonesia. Beberapa literatur tentang Islamic insurance menyandingkan

mutual cooperation ini dengan phrasa “ toward righteousness”, yang

maknanya dapat berarti kerjasama untuk tujuan kebajikan.18 Dalam konteks

hukum Indonesia, konsep ini dikenal dalam hukum adat dengan istilah tolong

menolong. Tolong menolong dalam masyarakat adat Indonesia merupakan

perwujudan dari sifat communal dimana manusia baru merasakan dirinya

sebagai manusia apabila berada dalam kebersamaan. Contoh konkrit dari sifat

tolong menolong ini misalnya pranata subak19 di Bali.

Implementasi prinsip mutual cooperation dalam arti kerjasama untuk

tujuan kebajikan ini menjelma dalam akad yang wajib digunakan dalam

mekanisme takaful , yakni akad tabarru’, yang tidak bertujuan memperoleh

keuntungan secara komersial. Berdasarkan akad tabarru ini maka diantara

para partisipan terjadi hubungan saling menolong, saling bertanggung jawab

dan saling melindungi.serta tercipta persaudaraan dalam menghadapi kerugian

atau bencana yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam praktik takaful saat

ini, dana takaful yang berasal dari para partisipan tersebut dikelola oleh pihak

lain sebagai pengelola dana takaful, untuk kepentingan para partisipan. Pihak

inilah yang disamakan dengan perusahaan asuransi dalam sistem asuransi

konvensional. Permasalahan hukumnya adalah sebagai entitas bisnis,

pengelola takaful menjalankan kegiatan usaha yang mempunyai motif untuk

mendapatkan keuntungan, yang berdasarkan prinsip syariah tidak boleh

berasal dari riba dan gharar. Oleh karena itu, sejalan dengan prinsip mutual

cooperation, maka akad-akad yang mendasari hubungan antara para partisipan

dengan pengelola takaful adalah akad yang dapat memberi keuntungan namun

bukan riba. Berdasarkan prinsip syariah, maka dapat digunakan akad tijarah

17 Terdapat prinsip dasar lain dalam takaful yaitu mutual responsibility (saling bertanggung jawab),

dan mutual protection ( saling melindungi). Lihat Sudin Sharon & Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic

Finance And Banking System- Philosophies, Principles &Practices, Mc Graw Hill Education, Selangor,

hlm.438. 18 Lihat Mahmoud A El Gamal, Op.cit,hlm.150. Bandingkan dengan Aly Khorsid, Islamic Insuranse-

A Modern Approach to Islamic Banking, Routledge Curzon, London, 2004,hlm. 66 dst. 19 Subak adalah sistem irigasi di masyarakat Bali, yang diakui sebagai warisan budaya dunia ( world

heritage) oleh Unesco.

Page 11: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

11

yaitu akad yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan ( for profit

transaction ). Akad jenis ini lah yang banyak mendominasi aktivitas ekonomi,

termasuk dalam pengelolaan dana takaful oleh perusahaan takaful. Dalam

praktik takaful di dunia saat ini, terdapat beberapa model akad dalam

pengelolaan dana takaful, dan yang paling dominan adalah Wakala Model dan

Mudaraba Model 20 . Ke dua model tersebut bertumpu pada kewajiban

pengelola takaful untuk mengelola dana takaful yang diserahkan para nasabah

berdasarkan akad tabarru. Perbedaan diantara ke dua akad tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Wakala Model adalah model pengelolaan dana takaful dengan akad

wakalah ; berdasarkan model ini, para partisipan menunjuk

perusahaan takaful untuk mengelola dana takaful. Pengelola takaful

akan berindak sebagai agen atau wakil dari para partisispan, baik

untuk aktifitas “asuransi” nya maupun “investasi dana takaful nya”.

Dimaksudkan dengan aktifitas investasi disini bahwa dana takaful

yang dikelola dapat diinvestasikan pada produk-produk syariah,

sehingga dana takaful dapat menjamin seluruh kerugian yang diderita

para partisipan. Berdasarkan kedudukannya sebagai wakil atau agen,

pengelola takaful akan menerima fee atau komisi. Keuntungan ini

diperkenankan berdasarkan prinsip syariah karena merupakan

keuntungan berbasis komisi (fee based income).

2. Mudharaba Model adalah model pengelolaan dana takaful dengan

menggunakan akad mudharabah. Berdasarkan akad mudharabah ,

pengelola takaful selain akan membayarkan kerugian yang diderita

para partisipan, juga akan mengelola dana takaful dengan

menginvestasikan dana pada produk-produk syariah dan tetap patuh

pada prudential principle sesuai regulasi. Selanjutnya, pengelola

takaful akan membagi keuntungan yang diperoleh kepada partisipan

berdasarkan akad mudharabah yang sudah disepakati. Berdasarkan

model ini, pengelola takaful akan memperoleh keuntungan

20 Iqbal Asaria, op.cit, hlm 8-9.

Page 12: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

12

berdasarkan prinsip bagi hasil (profit sharing based), yang juga

diperkenankan secara syariah.

Selain ke dua model di atas, masih banyak jenis akad yang dapat

digunakan dan dikembangkan dalam pengelolaan dana takaful seperti

akad ji’ alah dan wadiah yad damanah, atau gabungan dari dua atau lebih

akad-akad tersebut. Akad ji’ alah pada dasarnya mirip dengan wakalah,

namun pengelola takaful memperoleh fee berdasarkan atau terikat pada

hasil atau output pekerjaan pengelola takaful. Pengelolaan dana takaful

berdasarkan akad wadi’ah yad damanah, merupakan kombisi dari 2 akad,

yaitu wadi’ah (penyimpanan/custody) dan daman (menjamin). Sebagai

pihak yang menyimpan dan menjamin, pengelola takaful dapat

menggunakan dana untuk tujuan investasi., namun pengelola menanggung

risiko kerugian dana. Dalam praktik, pengelola takaful dapat membagi

bagian keuntungan sebagai hibah kepada partisipan. 21

Berdasarkan akad-akad yang digunakan dalam model pengelolaan dana

takaful, dapat dilihat bahwa mekanisme takaful atau asuransi syariah

memenuhi prinsip-prinsip syariah ( sharia compliance). Selain itu,

melalui model pengelolaan dana takaful, prinsip mutual cooperation yang

menjadi prinsip dasar dalam mekanisme takaful dapat diimplementasikan

secara baik.

C. SIMPULAN

1. Larangan gharar (ketidakpastian/uncertainty) dalam praktik pengelolaan

dana takaful dalam mekanisme takaful harus dimaknai secara baik dengan

melihat mekanisme akad yang digunakan baik diantara para pastisipan

maupun antara partisipan dan pengelola dana takaful. Penggunaan akad

tabarru’ pada saat para partisipan mendonasikan dana untuk dimasukkan

dalam dana takaful dipandang sebagai cara untuk meniadakan unsur

gharar. Berdasarkan akad tabarru’ para partisipan sebenarnya

menanggung kerugian diantara mereka dengan menggunakan dana mereka

sendiri berdasarkan prinsip saling menolong, saling bertanggung jawa dan

saliung melindungi.

21 Engku Rabiah Adawiah Engku Ali dkk, op.cit, hlm.34-36.

Page 13: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

13

2. Prinsip mutual cooperation (kerjasama dalam kebajikan atau tolong

menolong) dalam mekanisme takaful tidak dapat dilepaskan dari

penggunaan akad tabarru pada saat partisipan mendonasikan sejumlah

dana ke dalam dana takaful. Namun demkian, prinsip ini tidak

menghalangi pengelola dana takaful atau perusahaan asuransi syariah

untuk memperoleh keuntungan berdasarkan akad tijarah(komersial)

dengan menggunakan model-model akad, antara lain akad wakalah dan

mudharabah. Keuntungan yang diperoleh tetap patuh pada prinsip syariah

yaitu tidak berasal dari riba, melainkan berasal dari aktivitas pengelolaan

dan investasi dana takaful melalui fee based income dan profit sharing.

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Aly Khorsid, Islamic Insuranse- A Modern Approach to Islamic Banking,

Routledge Curzon, London, 2004.

Engku Rabiah Adawiah Engku Ali , Hassan Scott P Odierno, Azman

Ismail, Essential Guide To Takaful (Islamic Insurance), Centre

For Reseacrh and Training, Kuala Lumpur, 2008

Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, John Wiley &Sons,

Ltd, England, 2007,

Mahmoud A El Gamal, Islamic Finance-Law, Economics and Practice,

Cambridge, 2006

Saw Swee Hock & Karyn Wang, Introduction to Islamic Finance, Saw

Centre for Financial Studies no. 3, Singapura, 2008

Sudin Sharon & Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance And Banking

System- Philosophies, Principles &Practices, Mc Graw Hill

Education, Selangor,

Peraturan perundang-undangan

Undang-undang No : 12 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Pemerintah No : 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ke dua atas

Peraturan Pemerintah No : 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan

Usaha Perasuransian.

Peraturan Menteri Keuangan No : 11/PMK.010/2010 Tentang Kesehatan

Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan prinsip Syariah.

Peraturan Bapepam LK No : PER-06/BL/2011

Peraturan No : PER-07/BL/2011

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang

Pedoman Umum Asuransi.

AAOIFI ( Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions),

The Islamic Financial Services Board (IFSB) dan International

Association of Insurance Supervisors (IAIS).

Page 14: ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP - …pustaka.unpad.ac.id/.../12/ANALISA-THD-PENERAPAN-PRINSIP...TAKAFUL.pdf · ANALISA TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ... konvensional ke sistem ekonomi

14

Jurnal, majalah ,dll

International Association of Insurance Supervisors, Regulation and

Supervision of Takaful (Islamic Insurance), Agustus, 2006

Irfan Syauqi Beik, Mendorong Kebijakan Pro Ekonomi dan Keuangan

Syariah di 2013, Jurnal Sharing, Edisi 72 Thn VII Desember 2012

M. Iqbal Asaria, Innovations and Developments in Takaful and Re-

Takaful, Durham Islamic Finance Summer School, Durham-UK,2013

Swiss Reinsurance, Insurance in the Emerging Markets : Overview and

Prospects in Islamic Insurance, Sigma No 5/2008

Sharing. Outlook Keuangan Syariah Indonesia 2012, Edisi 60 Tahun VI

Desember 2011