analisa slamming offshore patrol boat.pdf
Transcript of analisa slamming offshore patrol boat.pdf
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Abstrak— Dalam Tugas Akhir ini, tahapan pertama yang
dilakukan adalah perancangan struktur dari Offshore Patrol
Boat dengan bantuan software MAXSURF untuk mendapat
Lines Plan. Setelah mendapat offset data, permodelan
dilanjutkan dengan menggunakan software MOSES untuk
mendapatkan hasil gerakan RAO heave dan pitch. Hasil RAO
dari software MOSES digunakan untuk menganalisa gerak
relatif haluan dan selanjutnya untuk mengetaui respon struktur
pada gelombang acak yang selanjutnya dilakukan analisa
spektra, Dari perhitungan tersebut akan diketahui parameter
slamming yang dapat digunakan untuk menghitung peluang,
intensitas, serta tekanan slamming pada Offshore Patrol Boat.
Peluang terbesar slamming terjadi pada sudut datang
gelombang following sea (0o) dengan kondisi sarat 1,57 m
(muatan penuh) dengan kecepatan 10 knot. Intensitas terbesar
slamming terjadi pada kondisi sarat 1,57m dengan kecepatan
kapal 10 knot dengan nilai 393,556 dengan kecepatan ambang
batas sebesar 0,25 m/s. Tekanan Slamming terbesar terjadi
pada kondisi sarat 1,57m dengan kecepatan kapal 10 knot
dengan nilai 25,49 kPa dengan kecepatan ambang batas
sebesar 0,25 m/s
Kata-kata kunci : Offshore Patrol Boat, RAO, Slamming
I. PENDAHULUAN
ffshore Patrol Boat sangat berperan penting dalam proses
menjaga keamanan pada saat bangunan lepas pantai
sedang beroperasi. Kususnya untuk perairan wilayah
Indonesia yang merupakan negara kepulauan, Offshore Patrol
Boat sangat dibutuhkan untuk menghindari kejahatan yang
sering terjadi di perairan Indonesia seperti pembajakan kapal
oleh para perompak, penyelundukan BBM. Offshore Patrol
Boat rata-rata di desain untuk dapat melaju pada kecepatan
tinggi dan harus memiliki stabilitas yang bagus. Namun pada
kenyataannya, pada waktu beroperasi, Offshore Patrol Boat
dihadapkan pada kondisi lingkungan yang tidak menentu yang
mebyebabkan terjadinya Slamming serta Greenwater.
Slamming dan Greenwater ini dapat menggangu kestabilan
suatu struktur dan dalam kondisi yang ekstrem, dapat
menyebabkan kerusakan pada suatu struktur.
Slamming adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat
gerakan vertikal kapal dan dalam kondisi gerakan yang
ekstrim dapat menyebabkan haluan kapal keluar dari
permukaan air dan proses Slamming terjadi pada saat haluan
kapal menyentuh permukaan air kembali. Kecepatan jatuhnya
haluan kapal ke permukaan gelombang yang relatif besar
dapat menyebabkan kerusakan pada struktur kapal dan sangat
berpengaruh pada keselamatan operasi serta kukuatan struktur
kapal. Kerusakan yang sering terjadi akibat dari Slamming
adalah terjadinya patahan pada struktur kapal. Slamming
sering terjadi pada daerah-daerah yang mempunyai gelombang
besar.
Slamming akan terjadi jika 2 syarat terpenuhi yaitu :
Dasar haluan naik melewati (emerge) gelombang atau
dengan kata lain gerakan relatif vertikal haluan melampaui
sarat air bagian haluan.
Kecepatan relatif vertikal haluan mempunyai harga
kecepatan ambang batas Slamming atau Threshold Velocity
Yang menjadi catatan penting adalah Slamming hanya akan
terjadi pada saat dasar haluan masuk kembali ke permukaan
air atau gelombang dengan kecepatan tertentu. Bilamana
kecepatan terlalu rendah maka haluan hanya dapat dikatakan
mencelup kembali kedalam air, sehingga efek Slamming tidak
akan terasa dan berakibat pada struktur kapal.
METODE PENELITIAN
Dalam mempelajari analisa Slamming dengan
menggunakan metode numeris yang beracuan pada analisa
gerak kapal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Pengumpulan data offset kapal dan data lingkungan
Dalam langkah ini dilakukan pengumpulan data offset kapal
seperti ukuran utama kapal, data hidrostatik serta data
lingkungan dimana kapal Offshore Patrol Boat beroperasi
yang nantinya akan digunakan sebagai input dalam Tugas
Akhir ini.
Gambar 1. Police Patrol Boat (Sumber: PT Citra Mas, 2010)
Analisa Slamming Offshore Patrol Boat Iwan Darmawan, Eko Budi Djatmiko, dan Mas Murtedjo
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
O
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
Bagian Ukuran LOA 36.5 m
LPP 32.75 m
Breadt Mld 6.9 m
Depth Mld 3.7 m
Operation Draft 1.85 m
Vs 22 knot
Sarat air 1.85 m
Tabel 1. Data general arragement di atas diperoleh dari PT.
Citra Mas ( 2010)
Data lingkungan yang dipakai adalah data perairan laut
Arafuru indonesia
Kedalaman perairan : 12 meter
Panjang Gelombang : 157.5 m
Tinggi gelombang signifikan : 2.5 – 4 meter
Periode Gelombang : 5.5 – 7 detik
Spektra gelombang : JONSWAP dengan γ = 3.30
Data kondisi kapal sebagai berikut :
Parameter Data Unit
Cb 0.4152
Cp 0.6471
Cw 0.828
Cm 0.6416
Depth 1.85 m
Breadth 6.9 M
A midship 7.8246 m2
WPA 183.9673 m2
WSA 231.8876 m2
Seadispl & shell 176.606 ton
TKM 4.565 m
LKM 79.497 m
KB 1.254 m
AP-CB 14.675 m
AP-CF 13.706 m
TPC 1.886 ton/cm
Tabel 2. Hidrostatis Offshore Patrol Boat
B. Perancangan Model Offshore Patrol Boat
Perancangan ini dilakukan denga bantuan software
MAXSURF untuk mendapatkan Lines plan dengan
memperhatikan kesesuaian terhadap Principle Dimension dari
koefisien bentuk pada data offset kapal yang sebenarnya.
Gambar 2. Body plan Offshore Patrol Boat dengan
MAXSURF
C. Permodelan Struktur untuk Analisa Gerakan
Validasi dilakukan untuk membandingkan data hidrostatik
yang telah ada dengan hasil data hidrostatik pada model
numeris dari Offshore Security Vessel. Toleransi pada validasi
ini adalah kurang dari 5%. Pada tabel 3, menunjukkan hasil
validasi model dengan data hidrostatik yang sudah ada. Hasil
ini yang akan digunakan untuk pemodelan selanjutnya.
D. Pemodelan numeris untuk Analisa Gerakan
Setelah didapatkan Lines plan, maka dilakukan permodelan
numeris dengan menggunakan software MOSES
denganparameter lain yangdiperlukan antara lain kecepatan
Offshore Patrol Boat, kondisi sarat air kapal, sudut datang
gelombang dan koordinat COG. Tujuan dari permodelan ini
adalah untuk mendapatkan model struktur yang sesuai dan
selajutnya digunakan dalam analisa.
Gambar 3. Model numeris untuk analisa gerakan
E. Analisa Motion pada Gelombang Reguler
Analisa ini dilakukan menggunakan software MOSES
untuk mendapatkan Response Amplitude Operator (RAO)
gerakan heave dan pitch dalam arah datang gelombang 0o dan
180o. Hasil analisa respon dalam gelombang reguler akan
digunakan dalam analisa gelombang acak.
F. Perhitungan spektrum Gelombang
Perhitungan spektrum gelombang menggunakan Spektra
JONSWAP dengan sea state 4 yang disyaratkan sebagai
kondisi lingkungan diman Offshore Patrol Boat beroperasi.
G. Analisa Respon Spektra
Respon spektra diperoleh dengan SR (ω) = [RAO(ω)]2
S(ω), dari respon spektra dapat dicari varian respon spektra
kecepatan relatif (moVbr)
H. Perhitungan Peluang Slamming
Peluang slamming dicari dengan rumus :
Vbr
th
Zbr
b
thbrbbr
m
V
m
T
VVdanTZslam
0
2
0
2
22exp
)(Pr)(Pr
Dengan harga Zbrm0 dan Vbrm0 di dapat dari langkah
perhitungan respon spektra
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
I. Perhitungan Intensitas Slamming
Hasil dari peluang slamming untuk kemudian digunakan
dalam perhitungan dengan rumus :
)Pr(2
1
0
2 slamm
mN
Zbr
Zbrslam
1/det
J. Perhitungan Tekanan Slamming
Dalam menghitung tekanan slamming perlu
mempertimbangkan kecepatan relatif vertikal haluan ekstrem
brV̂ , yaitu :
VbrVbr
Vbr
Vbr
th
Zbr
bbr m
m
m
m
V
m
T
T
V 00
2
0
2
0
2
0
22exp
2
3600
ln2ˆ
(m/det)
Sehingga tekanan akibat slamming menjadi :
ZbrZbr
Zbr
Zbr
th
Zbr
bs m
m
m
m
V
m
T
T
kp 22
4
2
2
0
2
0
22exp
2
3600
ln
(kPa)
II. HASIL DAN DISKUSI
A. Analisa Respon Gerak di Gelombang Reguler
Hasil permodelan dengan menggunakan software MOSES
ini akan digunakan untuk menghitung analisa motion pada
gelombang regular dengan gerakan kopel heave dan pitch.
Adapun variasi perhitungan ini adalah dengan perbedaan sarat,
kecepatan kapal dan sudut datang gelombang. Dari analisa
motion ini akan didapatkan hasil Respon Amplitude Operator
(RAO) untuk gerakan heave dan pitch.
Perubahan gerakan pada Offshore Patrol Boat pada
gelombang reguler dipengaruhi oleh kecepatan, sarat air serta
sudut datang gelombang sebagai berikut :
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan kosong (sarat 1,85 m) dengan kecepatan kapal
10 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,112 m/m pada frekuensi
1,7952. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 6,677 m/m pada frekuensi 1,3963.
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan penuh (sarat 1,57 m) dengan kecepatan kapal
10 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,192 m/m pada frekuensi
1,7952. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 6,677 m/m pada frekuensi 1,7952
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan kosong (sarat 1,85 m) dengan kecepatan kapal
15 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,509 m/m pada frekuensi
1,5708. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 9,179 m/m pada frekuensi 1,5708.
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan penuh (sarat 1,57 m) dengan kecepatan kapal
15 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,638 m/m pada frekuensi
1,7952. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 11,167 m/m pada frekuensi 1,7952
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan kosong (sarat 1,85 m) dengan kecepatan kapal
22 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,628 m/m pada frekuensi
1,5708. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 8,966 m/m pada frekuensi 1,5708.
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada
kondisi muatan penuh (sarat 1,57 m) dengan kecepatan kapal
22 knot terjadi pada kondiskei gelombang following sea (0o)
dengan nilai simpangan RAO 1,799 m/m pada frekuensi
1,7952. Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada
kondisi gelombang head sea (180o) dengan nilai simpangan
RAO 10,259 m/m pada frekuensi 1,7952
Gambar 4. RAO Heave dengan kecepatan 10 knot
0
0,5
1
1,5
0 1 2
RA
O H
eav
e (
m/m
)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
Gambar 5. RAO Pitch dengan kecepatan 10 knot
Gambar 6. RAO Heave dengan kecepatan 10 knot
Gambar 7. RAO Pitch dengan kecepatan 10 knot
Langkah berikutnya adalah menghitung gerak vertikal
haluan dari Offshore Patrol Boat dengan titik tinjau pada
kondisi full load (sarat 1,57m ) pada 20,926 m dari COG dan
pada kondisi light load (sarat 1,85 ) pada titik tinjau yang
berjarak 21,043 m dari COG dan kemudian mencari harga dari
gerak relatif vertikal haluan yang akan dikombinasikan dengan
spektra gelombang JONSWAP dengan variasi tinggi
gelombang significant (Hs) 2 m dan 4 m.
Gambar 8. Spektra JONSWAP
Respon spektra diperoleh dari kuadrat RAO gerak relatif
dengan spektra gelombang, sehingga diperoleh hasil spektrum
respon berupa varian spektra kecepatan relatif vertikal haluan
dan varian spektra respon percepatan relatif vertikal haluan.
Hasil tersebut digunakan untuk perhitungan Slamming.
Pada gambar 9 adalah gerak relatif vertikal haluan pada
kondisi dengan kecepatan 10knot dan sarat air 1,57 m serta
pada kondisi Hs 4m, nilai terbesar terletak pada kondisi
frekuensi 1,256 dengan sudut gelombang 1800 yang besarnya
mencapai 4,69 m
Gambar 9 Spektra respon gerak relatif vertical haluan
sarat 1,57m kecepatan 10knot
Pada gambar 10 adalah gerak relatif vertikal haluan pada
kondisi dengan kecepatan 22knot dan sarat air 1,57 m serta
pada kondisi Hs 2m, nilai terbesar terletak pada kondisi
frekuensi 1,396 dengan sudut gelombang 00 yang besarnya
mencapai 3,20 m
0
2
4
6
8
10
12
0 1 2
RA
O P
itch
(de
g/m
)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 1 2
RA
O H
eav
e (
m/m
)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
0
2
4
6
8
10
0 1 2
RA
O P
itch
(d
eg/
m)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
-2
0
2
4
6
0 2 4 6
Sw
Frequency encountering (rad/sec)
Hs 2m
Hs 4m
0
1
2
3
4
5
6
0 2 4 6
Sr(w
) (m
2/r
ad/s
)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
Gambar 10 Spektra respon gerak relatif vertical haluan
sarat 1,57m kecepatan 22knot
Setelah mendapat harga gerak relatif dari masing-masing
heading, kecepatan, dan sarat air, serta tinggi gelombang
makan akan digunakan untuk menghitung respon spektra
kecepatan. Untuk perhitungan slamming, dihitung dengan
harga kecepatan ambang batas slamming yaitu berdasarkan
ketentuan Tasai dengan Vth = 0,5 m/s dan akan diperoleh hasil
peluang, intensitas serta tekanan slamming. Hasil perhitungan
untuk peluang, intensitas dan tekanan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. Hasil Analisa Peluang slamming Hs 4 m
Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa peluang terbesar
slamming dengan Hs 4m terjadi pada saat gelombang
following sea ( 0o) yang terjadi pada kecepatan 10 knot dan
kondisi sarat 1,57 m yaitu sebesar 0,870 atau 87%atau dengan
kecepatan ambang batas 0,25 m/s
Tabel 5 Hasil Analisa Peluang slamming Hs 2m
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa peluang terbesar slamming
dengan Hs 2m terjadi pada saat gelombang following sea ( 0o)
yang terjadi pada kecepatan 10 knot dan kondisi sarat 1,57 m
yaitu sebesar 0,075 atau 7,5% dengan kecepatan ambang batas
0,25 m/s
Tabel 6 Hasil Analisa intensitas slamming Hs 4m
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa intensitas Slamming
dengan Hs 4m terbesar terjadi pada kondisi sarat 1,57m
dengan kecepatan kapal 10 knot dengan jumlah 393,556
dengan kecepatan ambang batas sebesar 0,25 m/s
Tabel 7 Hasil Analisa intensitas slamming Hs 2m
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa intensitas Slamming
dengan Hs 2m terbesar terjadi pada kondisi sarat 1,57m
dengan kecepatan kapal 10 knot dengan jumlah 48,281 dengan
kecepatan ambang batas sebesar 0,25 m/s
Tabel 8 Hasil Analisa Tekanan slamming Hs 4m
0
1
2
3
4
0 20 40 60
Sr(w
) (
m2/r
ad/s
)
Frequency encountering (rad/sec)
0 deg
180 deg
Speed sarat heading Peluang
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 0,871 0,856 0,830
180 0,870 0,856 0,830
1,85 0 0,825 0,812 0,788
180 0,825 0,812 0,787
15
1,57 0 0,870 0,856 0,830
180 0,870 0,856 0,830
1,85 0 0,825 0,812 0,787
180 0,825 0,812 0,787
22
1,57 0 0,869 0,855 0,829
180 0,870 0,856 0,830
1,85 0 0,825 0,812 0,787
180 0,825 0,812 0,787
Speed sarat heading Peluang
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 0,061 0,052 0,038
180 0,055 0,046 0,033
1,85 0 0,021 0,018 0,013
180 0,017 0,014 0,010
15
1,57 0 0,066 0,056 0,042
180 0,054 0,045 0,033
1,85 0 0,023 0,020 0,015
180 0,017 0,014 0,010
22
1,57 0 0,075 0,064 0,048
180 0,054 0,045 0,032
1,85 0 0,028 0,024 0,018
180 0,017 0,014 0,010
Speed sarat heading Tekanan (kPa)
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 25,496 25,084 24,332
180 24,533 24,135 23,407
1,85 0 23,960 23,571 22,860
180 23,358 22,977 22,281
15
1,57 0 24,787 24,385 23,649
180 24,267 23,873 23,152
1,85 0 23,145 22,767 22,077
180 23,397 23,015 22,317
22
1,57 0 24,082 23,688 22,968
180 24,190 23,797 23,078
1,85 0 22,665 22,293 21,615
180 23,333 22,952 22,255
Speed sarat heading Intensitas
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 393,556 387,200 375,590
180 392,422 386,04 374,404
1,85 0 373,298 367,236 356,163
180 372,412 366,331 355,226
15
1,57 0 392,531 386,154 374,506
180 392,176 385,798 374,147
1,85 0 372,315 366,238 355,138
180 372,384 366,303 355,197
22
1,57 0 391,913 385,497 373,780
180 392,131 385,750 374,096
1,85 0 371,811 365,716 354,587
180 372,292 366,209 355,097
Speed sarat heading Intensitas
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 39,337 33,250 24,282
180 35,156 29,481 21,211
1,85 0 13,628 11,530 8,4345
180 11,303 9,456 6,773
15
1,57 0 42,995 36,643 27,174
180 34,835 29,215 21,025
1,85 0 15,390 13,119 9,734
180 11,090 9,274 6,639
22
1,57 0 48,281 41,327 30,898
180 34,387 28,823 20,720
1,85 0 18,211 15,584 11,644
180 10,846 9,066 6,484
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa tekanan Slamming dengan
Hs 4m terbesar terjadi pada kondisi sarat 1,57m dengan
kecepatan kapal 10 knot dengan nilai 25,496 kPa dengan
kecepatan ambang batas sebesar 0,25 m/s
Tabel 9 Hasil Analisa Tekanan slamming Hs 2m
Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa tekanan Slamming dengan
Hs 2m terbesar terjadi pada kondisi sarat 1,57m dengan
kecepatan kapal 10 knot dengan nilai 0,328 kPa dengan
kecepatan ambang batas sebesar 0,25 m/s
Berdasarkan pada acuan kriteria seakeeping untuk keadaan
cuaca acak, batasan untuk slamming pada Offshore Patrol
Boat adalah sebesar 60 kejadian per jam dan dari hasil
perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa Offshore Patrol Boat
dapat beroperasi optimal pada tinggi gelombang signifikan
(Hs) 2m dan dalam keadaan survival pada tinggi gelombang
signifikan (Hs) 4m.
III. KESIMPULAN/RINGKASAN
Perubahan harga RAO Heave terbesar terjadi pada kondisi
muatan penuh (sarat 1,57 m) dengan kecepatan kapal 22 knot,
Sedangkan harga RAO Pitch terbesar terjadi pada kondisi
gelombang head sea (180o). Hasil perhitungan peluang
terjadinya slamming terbesar terjadi pada saat gelombang
following sea ( 0o) yang terjadi pada kecepatan 10 knot dan
kondisi sarat 1,57 m sedangkan asil perhitungan intensitas
slamming terbesar terjadi terbesar pada kondisi sarat 1,57m
dengan kecepatan kapal 10 serta untuk tekanan Slamming
terbesar terjadi pada kondisi sarat 1,57m dengan kecepatan
kapal 10 knot dengan nilai 25,49 kPa
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan orang tua serta teman-
teman dalam memberikan dukungan untuk menyelesaikan
penelitian ini, serta PT.CITRA MAS yang telah berkenan
memberikan data-data untuk menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bhattacharyya, R. (1972). “Dynamics of Marine
Vehicles”.John Wileys & Sons, New York.
[2] BKI Volume II. 2001,“Rules for Classification and
Construction of Seagoing Steel Ship”, Indonesia.
[3] Buchner,B., 2002,“Green Water on Ship-type
Offshore Structures”, Netherlands.
[4] Buchner, B.,1995,“The Impact of Green Water on
FPSO”, OTC 7698. Houston.
[5] Chakrabarti, S.K. (1987).”Hydrodynamics of
Offshore Structures”, ComputationalMechanics
Publications Southampton. Boston, USA.
[6] Clayson, and Ewing.,1988,“Directional Wave Data
Recorded in The Southern North Sea”, Institute of
Oceanografi Sciences Deacon Laboratory.
[7] Djatmiko, E. B., 2003, “Seakeeping: Perilaku
Bangunan Apung di atas Gelombang”,Jurusan
Teknik Kelautan ITS, Surabaya.
[8] Indiyono, P. (2004). Hidrodinamika Bangunan
Lepas Pantai. Penerbit SIC, Surabaya.
[9] Mok,and Hill.,1970, “On The Design of Offshore
Supply VesselAmerican”,Marine Coop.1970.
[10] Murtedjo, Mas.,2004, “Studi Eksperimental Added
Resistance Hycat Akibat Gerakan Kopel Heaving
Pitching pada Gelombang Reguler”, Jurnal IPTEK,
Surabaya.
[11] Nielsen, K.,2003,“Numerical Prediction of Green
Water Loads on Ships”, Denmark.
[12] Norsok Standart.1995, “Common Requirements
Marine Operation”, Norwegia.
[13] Techet, A. H., 2005. “Design Principles for Ocean
Vehicles " , Norwegia..
Speed sarat heading Tekanan (kPa)
(knot) (m) (deg) Vth =0,25 Vth =0,5 Vth =0,775
10
1,57 0 0,225 0,190 0,138
180 0,198 0,166 0,119
1,85 0 0,079 0,067 0,049
180 0,061 0,051 0,036
15
1,57 0 0,271 0,231 0,171
180 0,201 0,168 0,121
1,85 0 0,097 0,083 0,061
180 0,061 0,051 0,036
22
1,57 0 0,318 0,272 0,203
180 0,200 0,167 0,120
1,85 0 0,117 0,100 0,075
180 0,061 0,051 0,036